ABSTRAK
Banjir merupakan salah satu bentuk daya rusak air dan merupakan fenomena alam
yang terjadi akibat tingginya curah hujan dan tidak cukupnya kapasitas badan air (sungai
atau saluran drainase) untuk menampung dan mengalirkan air. Kondisi yang terjadi pada
kawasan permukiman Bumi Tamalanrea Permai (BTP), antara lain ditandai dengan
genangan air di daerah dataran rendah sebagai fenomena awal terjadinya banjir dimusim
hujan. Hal tersebut diperburuk dengan kondisi drainase perumahan masyarakat sekitar
yang berdasarkan hasil survey, ditemukan bahwa sebagian besar drainase di kawasan
perumahan BTP mengalami sedimentasi serta penyempitan saluran drainase yang
berdampak negatif pada kurangnya kapasitas atau volume air yang dapat ditampung oleh
drainase tersebut. Pada kawasan perumahan BTP yang sering terjadi banjir adalah di Blok
AB, AC, AD, dan AF yang terjadi setiap tahun dengan ketinggian banjir berkisar antara
50cm – 1m yang mengakibatkan rumah-rumah di sekitar Blok tersebut terendam air.
Tujuan survey mitigasi bencana banjir ini untuk mencari solusi dan upaya
pengendalian banjir Kawasan Perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP) secara
struktural sehingga dampak kerugian akibat bencana banjir dapat diminimalisir. Dalam
penentuan alternatif penanggulangan dilakukan analisis spatial wilayah untuk
menentukan perencanaan yang sesuai.
Kata kunci : Banjir, drainase
A. PENDAHULUAN
Banjir merupakan suatu fenomena alam. Menurut Kementerian Pekerjaan Umum RI
(Departemen Kimpraswil, 2001), banjir adalah suatu keadaan sungai, dimana aliran air
tidak tertampung oleh palung sungai, sehingga terjadi limpasan, dan atau genangan pada
lahan yang semestinya kering.
Kota Makassar merupakan salah satu Kota yang belum dapat menyelesaikan masalah
banjir yang biasa terjadi. Setiap musim penghujan, beberapa titik-titik lokasi mengalami
genangan air bahkan banjir karna faktor-faktor tertentu. Salah satu lokasi daerah rawan
banjir di Kota Makassar adalah Perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP), Jalan
Perintis Kemerdekaan VII, Kecamatan Tamalanrea. Banjir tersebut tidak lain disebabkan
oleh beberapa faktor seperti landainya suatu kawasan sehingga menjadikan kawasan
tersebut menjadi tempat pertemuan terakhir dari aliran air yang ada di sekitar kawasan
lain yang lebih tinggi.
1
Sistem jaringan drainase di suatu kawasan permukiman semestinya dirancang untuk
menanampung debit aliran yang normal, terutama pada saat musim hujan. Artinya
kapasitas saluran drainase sudah diperhitungkan untuk dapat menampung debit air yang
terjadi sehingga kawasan tersebut tidak mengalami genangan atau banjir. Jika kapasitas
sistem saluran drainase menurun dikarenakan oleh berbagai sebab maka debit yang
normal sekalipun tidak akan bisa ditampung oleh sistem yang ada. Menurunnya kapasitas
sistem drainase dapat banyak disebabkan karena terdapat endapan, terjadi kerusakan
fisik sistem jaringan, adanya bangunan lain di atas sistem jaringan. Pada waktu-waktu
tertentu saat musim hujan sering terjadi peningkatan debit aliran, atau telah terjadi
peningkatan debit yang dikarenakan oleh berbagai sebab, maka kapasitas sistem yang ada
tidak bisa lagi menampung debit aliran, sehingga mengakibatkan banjir di suatu kawasan.
Sedangkan penyebab meningkatnya debit antara lain, curah hujan yang tinggi di luar
kebiasaan, perubahan tata guna lahan, kerusakan lingkungan pada Daerah Aliran Sungai (
DAS ) disuatu kawasan. Kemudian jika suatu perkotaan atau kawasan terjadi penurunan
kapasitas sistem sekaligus terjadi peningkatan debit aliran, maka banjir akan semakin
meningkat, baik frekuensinya, luasannya, kedalamannya, maupun durasinya.
B. KAJIAN LITERATUR
1. Pengertian banjir
Berdasarkan Pedoman Bahan Konstruksi Bangunan Dan Rekayasa Sipil Tentang
Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Rawan Bencana Banjir, banjir merupakan
aliran air di permukaan tanah (surface water) yang relative tinggi dan tidak dapat
ditampung oleh saluran drainase atau sungai sehingga melimpah ke kanan dan ke kiri
serta menimbulkan genangan/aliran dalam jumlah yang melebihi normal dan
mengakibatkan kerugian pada manusia dan lingkungan.
Bencana banjir dapat dikategorikan sebagai proses alamiah atau fenomena alam yang
dipicu oleh beberapa faktor penyebab seperti curah hujan, iklim, gemorfologi wilayah,
dan aktivitas manusia yang tidak terkendali dalam mengeksploitasi alam, yang
mengakibatkan kondisi alam dan lingkungan menjadi rusak.
2. Tipologi Kawasan Rawan Banjir
Karakteristik kawasan rawan banjir secara garis besar terbagi menjadi 4 tipe, yaitu:
2
a. Daerah pesisir/pantai; dataran rendah yang elevasi muka tanahnya lebih rendah atau
sama dengan elevasi air laut pasang rata-rata (Mean Sea Level/MSL). Potensi banjir
berasal dari aliran sungai yang bermuara di pantai dan terjadinya pasang air laut.
b. Daerah dataran banjir (foodplain); daerah dataran rendah di kiri dan kanan alur
ysungai, yang elevasi muka tanahnya sangat landai dan relative datar, sehingga aliran
air menuju sungai sangat lambat yang mengakibatkan daerah tersebut rawan terhadap
banjir, baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan lokal di daerah tersebut.
c. Daerah sempadan sungai; daerah rawan banjir yang berada sekitar 100m di kiri-kanan
sungai besar, dan 50m di kiri-kanan anak sungai atau sungai kecil.
d. Daerah cekungan; daerah yang relative cukup luas baik di daerah dataran rendah
maupun dataran tinggi (hulu sungai) dapat menjadi daerah rawan banjir, bila
penataan kawasan atau ruang tidak terkendali dan mempunyai sistem drainase yang
kurang memadai. Daerah cekungan yang dilalui sungai, pengelolaan bantaran sungai
harus benar-benar dibudidayakan secara optimal, sehingga bencana dan masalah
banjir dapat dihindarkan.
3. Faktor Penyebab dan Resiko Kawasan Rawan Bencana Banjir
Tabel 1 Faktor Penyebab Kawasan Rawan Bencana Banjir di Daerah cekungan
Faktor Penyebab
Kondisi Alam Peristiwa Alam Aktivitas Manusia
Elevasi muka tanah relative datar terhadap muka air normal sungai/ saluran terdekat;
Kecepatan aluran sungai rendah karena kemiringan dasar saluran yang relative kecil.
Lama dan intensitas hujan tinggi, baik hujan lokal di daerah tersebut hujan di daerah hulu sungai;
Meluapnya air sungai karena kemiringan dasar saluran kecil dan kapasitas aliran sungai tidak memadai;
Sedimentasi, pendangkalan dam penyempitan sungai.
Belum ada pola budidaya dan pengembangan daerah cekungan;
Peruntukan tata ruang kawasan belum memadai dan tidak sesuai;
Sistem drainase tidak memadai; Prasarana pengendali banjir yang
terbatas; Peruntukan tata ruang di daerah
penguasaan sungai (DPS) hulu.
Sumber: Teknik Mitigasi Banjir dan Longsor, 2009
Tabel 2Kriteria Resiko Kawasan Rawan Banjir Cekungan
Faktor PenyebabResiko
Tinggi Sedang Rendah
Kondisi Alam
Topografi Datar & sedikit landau
Landai & agak curah
Curam & berbukit
3
Debit aliran Sungai >50m3/dt >10m3/dt <10m3/dt
Tingkat Permeabilitas Tanah
<10mm/dt >10mm/dt >27,7mm/dt
Muka Air Tanah Tinggi Sedang Dalam
Tingkat Retensi Air Tinggi Sedang Rendah
Peristiwa Alam
Intensitas Curah Hujan
>200mm/th
Aktivitas Manusia
Penyedotan Air Tanah Tidak terkendali Kurang terkendali
Cukup terkendali
Sistem Drainase Buruk Cukup Baik
Pemanfaatan Ruang Melanggar Rencana Tata
Ruang
Melanggar RTRW
Sesuai RTRW
Sumber: Teknik Mitigasi Banjir dan Longsor, 2009
4. Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Banjir
Tabel 3 Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Banjir Cekungan
No. Tipologi KRB Pemanfaatan Ruang
Kawasan Lindung Kawasan Budidaya
1 D1Resiko Tinggi
Hutan Lindung Kawasan resapan air Kawasan sekitar danau/waduk,
mata air.
Hutan produksi Hutan rakyat Pertanian Perikanan Perhubungan/pelabuhan
2 D2Resiko Sedang
Hutan Lindung Kawasan bergambut Kawasan resapan air Sempadan sungai Kawasan sekitar
danau/waduk/mata air. Kawasan suaka alam Taman nasional/taman hutan
raya/taman wisata alam
Hutan produksi Hutan rakyat Pertanian Perikanan Perkebunan Perdagangan Industry Pertambangan Permukiman Perhubungan/pelabuhan Pariwisata
3 D3Resiko Rendah
Hutan Lindung Kawasan bergambut Kawasan resapan air Sempadan sungai Kawasan sekitar
danau/waduk/mata air. Kawasan suaka alam Taman nasional/taman hutan
raya/taman wisata alam
Hutan produksi Hutan rakyat Pertanian Perikanan Perkebunan Perdagangan Industry Pertambangan Permukiman Perhubungan/pelabuhan Pariwisata
4
Sumber: Teknik Mitigasi Banjir dan Longsor, 2009
5. Teknik Pengendalian dan Peringatan Dini Bencana Banjir
a. Teknik Pengendalian
Prinsip dasar pengendalian daerah banjir secara teknis dilakukan dilakukan dengan
meningkatkan dimensi palung sungai sehingga aliran air yang lewat tidak melimpah
keluar dari palung sungai. Manajemen yang dapat dilakukan antara lain:
Membuat tanggul sungai yang memadai serta membuat waduk atau tendon air untuk
mengurangi banjir puncak;
Menambah saluran pembuangan air dengan saluran sudetan (banjir kanal atau
floodway).
Pengetatan larangan penggunaan lahan di bantaran sungai untuk bangunan.
Larangan pembuangan sampah ke saluran drainase.
Teknik pengendalian banjir di daerah tangkapan air bertumpu pada penurunan
koefisien limpasan melalui konservasi tanah dan air, yakni:
Upaya peningkatan resapan air hujan yang masuk ke dalam tanah.
Mengendalikan limpasan air permukaan pada pola aliran yang aman.
b. Peringatan Dini Bencana Banjir
Apabila sejak dari hulu sudah ada peringatan maka daerah hilir akan lebih siap
menghadapi banjir, sehingga kerugian dapat dikurangi.
Pada daerah hulu peringatan dini dapat dilakukan dengan:
Menempatkan pengukur hujan di hulu serta menyiapkan akses komunikasi ke
wilayah hilirnya. Apabila dalam sehari besarnya curah hujan mencapai 100mm dan
masih terlihat hujan terlihat hujan turun cukup lama dan mungkin deras (terutama
pada malam hari) maka masyarakat sekitar daerah rawan banjir sudah harus siap
mengungsi atau pindah ke tempat yang lebih tinggi. Informasi ini harus dikirimkan ke
daerah rawan banjir di hilirnya.
Identifikasi jenis material yang terbawa arus banjir. Jika banyak material non tanah
tersangkut aliran air maka cenderung akan terjadi banjir besar. Banyaknya material
nontanah (ranting dan batang pohon) yang tersangkut dapat menunjukkan besarnya
kekuatan air yang mengangkutnya. Dengan demikian bila material yang yang
5
terangkut tersebut banyak maka volume air yang membawanya juga banyak sehingga
dapat diprediksi akan adanya banjir besar.
Melihat dan mengamati kondisi awan dan lamanya hujan. Bila terlihat awan yang
sangat tebal dan hujan yang terus menerus, terutama jika beberapa hari terjadi turun
hujan berurutan, maka bencana banjir akan lebih besar sehingga masyarakat yang
tinggal di daerah rawan banjir diintruksikan agar lebih waspada dan bersiap untuk
pindah ke tempat yang lebih tinggi.
Peringatan dini di hulu tersebut secra berurutan diteruskan ke hilir secara sistematis
dan disempurnakan dengan perkembangan teknologi setempat seperti: penggunaan
system telematri (pengamatan jarak jauh dan tempat waktu), komunikasi via telepon
(radio komunikasi), akses telepon dan via sms setiap warga posko ke Pengendalian banjir
secara baik dan lancar.
6. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Banjir (KRB)
Pengelolaan pemanfaatan ruang kawasan rawan banjir dilakukan melalui 3 kegiatan
utama, yaitu:
a. Sistem perjanjian
Kebijakan system perizinan yang dikeluarkan instasnsi pemerintah dalam rangka
pengendalian pemanfaatan ruang, terdiri dari:
1) Izin lokasi; dikeluarkan oleh instansi pemerintah kota/kabupaten. Izin lokasi
untuk kawasan rawan banjir (KRB) dapat dilakukan berdasarkan:
Sesuai dengan rencana pemanfaatan ruang dalam RTRW Kota/Kabupaten;
Sesuai dengan kriteria pemanfaatan ruang untuk KRB;
Memiliki rencana evakuasi (emergency exit plan).
2) Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
IMB untuk KRB dapat diberikan berdasarkan:
Sesuai dengan izin lokasi yang telah dikeluarkan oleh instansi Pemda
Kota/kabupaten;
Sesuai dengan kriteria mendirikan bangunan yang telah ditetapkan untuk
KRB;
Memiliki rencana detil engineering yang lengkap, aman, dan sesuai dengan
kriteria mendirikan bangunan di KRB;
Memiliki rencana evakuasi darurat (emergency exit plan).
6
3) Izin Penggunaan Bangunan (IPB)
IPB dapat diberikan berdasarkan:
Sesuai dengan IMB yang relah dikeluarkan oleh instansi Pemda
Kota/kabupaten;
Sesuai dengan kriteria penggunaan bangunan yang ditetapkan untuk KRB;
Memiliki rencana evakuasi darurat (emergency exit plan).
b. Pengawasan
Pengawasan merupakan bagian dari pengendalian pemanfaatan ruang yang
bertujuan untuk mengamati, memeriksa kesesuaian pemanfaatan ruang dengan
rencana tata ruang. Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang dapat dilakukan dengan
menggunakan norma, standar, pedoman dan manual bidang penaatan ruang KRB.
Pengawasan perlu dilakukan agar pemanfaatan ruang tidak menyimpang dan
melanggar rencana tata ruang. Penyimpangan terhadap tata ruang KRB dapat
berpotensi menimbulkan bahaya banjir.
Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan oleh lembaga terkait
seperti: lembaga pemerintah (pusat, provinsi, kabupaten/kota),maupun lembaga non
pemerintah (LSM) yang peduli lingkungan.
Tabel 4 Perizinan KRB Cekungan
Tipologi KRBPerizinan
Izin Terbatas Izin Bersyarat Dilarang
Cekungan D1Kawasan Lindung Kawasan Lindung &
sebagian Kegiatan Budidaya
Semua kegiatan budidaya
D2Kawasan Lindung & sebagian Budidaya
Kawasan Lindung & sebagian Kegiatan Budidaya
D3permukiman Kegiatan yg
menyebabkan terjadinya banjir
Sumber: Teknik Mitigasi Banjir dan Longsor, 2009
c. Penertiban
Penertiban dilakukan oleh lembaga terkait pemerintah yang bertujuan untuk
memberikan peringatan, pemberian sanksi sampai pada eksekusi di lapangan
terhadap penyimpangan dan pelanggaran pemanfaatan ruang terhadap rencana tata
ruang KRB yang telah ditetapkan.
7
Penertiban terhadap pemanfaatan ruang KRB meliputi: sanksi administrasi,
denda, dan eksekusi di lapangan. Sanksi tersebut antara lain:
Peringatan tertulis;
Penghentian kegiatan
sementara
Penghentian sementara
pelayanan umum (listrik, air
bersih, telepon,dll);
Penutupan lokasi;
Pencabutan izin;
Pembatalan izin;
Pembongkaran bangunan;
Pemulihan fungsi ruang;
Pidana dan Denda;
7. Sistem Drainase Permukiman
Sistem drainase untuk permukiman padat dapat menggunakan dsistem drainase
perkeerasan yang dapat dibuat menggunakan perkerasan (batu kali, beton dll) atau tanpa
perkerasan. Drainase di komplek permukiman banyak dibuat bersamaan dengan drainase
jalan.
Kriteria Desain
Baik digunakan pada tanah yang
mudah tererosi.
Pada lahan yang terbatas, dapat
digunakan penampang saluran
berbentuk persegi.
Dapat digunakan dengan baik pada
permukiman dengan kepadatan tinggi dan pada lahan dengan kemringan yang
terjal.
Kelebihan/ Keuntungan
Biaya pemeliharaan lebih murah dibandingkan dengan saluran tanpa perkerasan.
Tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan saluran tanpa perkerasan.
Kekurangan/ Keterbatasan
Biaya konstruksi lebih mahal dibandingkan dengan saluran dengan tanpa perkerasan
Kecepatan aliran tinggi, tidak memungkinkan adanya infiltrasi dari saluran, debit
akumulasi runoff tinggi.
8
Gambar 1 Tipikal Drainase dengan
Perkerasan
C. METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian dilakukan di Perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP),
Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar. Perumahan
BTP berfungsi sebagai kawasan permukiman. Pemilihan lokasi penelitian
tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa Perumahan BTP merupakan
salah satu lokasi rawan banjir pada setiap musim penghujan. Waktu Penelitian
dilakukan pada bulan Maret-April 2013. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian analisis spasial berbasis System Informasi Geografis (SIG) untuk
mengkaji faktor penyebab banjir dan upaya penanggulangannya secara
keruangan.
D. PEMBAHASAN
Perumahan Bumi Tamalanrea Permai terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan VII,
Kecamatan Tamalanrea, Kota Makssar. Kawasan rawan banjir di perumahan BTP berada
di BTP blok AC, AD, AE, AF. Secara topografi kawasan rawan banjir yang ada di
Perumahan BTP berbentuk Cekungan yang berada disekitar aliran anak Sungai Tallo.
Kawasan rawan banjir berbentuk cekungan yang dikelilingi dataran yang lebih tinggi
sehingga pada saat hujan limpasan air dipermukaan mengalir ke daerah cekungan
sehingga menimbulkan genangan air bahkan banjir.
Tabel 5
Kawasan
Banjir di BTP
9
Banjir yang terjadi di Perumahan BTP juga disebabkan oleh drainase yang
mengalami sedimentasi. Hal tersebut menyebabkan pengurangan dimensi drainase
sehingga saluran yang ada tidak mampu menampung dan mengalirkan air hujan menuju
ke sungai ataupun ke tempat pengeluaran terakhir.
Pengurangan dimensi drainase disebabkan karena kerusakan fisik jaringan drainase
dan adanya sedimentasi yang disebabkan akibat endapan lumpur, rumput dan sampah.
Sedimentasi mengakibatkan kapasitas sistem saluran drainase menurun sehingga saluran
tidak mampu menampung debit air dalam keadaan normal hingga airtergenang di
permukaan jalan. Keadaan tersebut dapat menjadi ancaman pada waktu-waktu tertentu,
saat musim hujan sering terjadi peningkatan debit aliran maka kapasitas sistem yang ada
tidak bisa lagi menampung debit aliran.
Banjir terjadi apabila hujan yang cukup tinggi dan jatuh tersebar merata di seluruh
kawasan perumahan kemudian air hujan yang ada mengalir mengikuti topografi kawasan
menuju bagian cekungan perumahan. Air hujan tersebut kemudian berubah menjadi
limpasan permukaan yang terkumpul secara cepat pada suatu titik keluaran (outlet) pada
daerah cekungan.
10
Gambar 3 drainase yang mengalami sedimntasi
Gambar 4 dimensi drainase
Jika hujan berlangsung selama 2jam, kawasan cekungan permukiman akan mengalami
banjir hingga mencapai paha orang dewasa atau sekitar ±50cm-1m. Pada saat hujan
deras, hampir 70% bangunan rumah yang di kawasan cekung terendam banjir. Sebagian
masyarakat mengungsi di masjid yang berada tidak jauh dari lokasi permukiman karena
belum tersedia posko pengungsian.
Pada saat mengungsi, masyarakat tidak mendapatkan
bantuan apapun dari pemerintah, bantuan yang ada
datang berasal dari swadaya masyarakat di sekitar
lokasi banjir. Untuk mengantisipasi terjadinya banjir
secara swadaya masyarakat menaikan pondasi rumah
mereka masing-masing untuk mengurangi
kemungkinan air masuk kedalam rumah. Selain itu,
secara swadaya masyarakat menimbun jalan untuk
menaikkan elevasi kawasan.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Kawasan permukiman Perumahan BTP berada pada kawasan dengan tipologi dataran
rendah cekungan dengan elevasi lahan rata-rata lebih rendah daripada elevasi muka air
banjir maksimum dengan resiko tinggi terhadap banjir, maka perencanaan pengendalian
pencegahan banjir yang dapat dilakukan antara lain:
a. Pencegahan Banjir
Sarana dan Prasarana
Drainase: normalisasi saluran drainase dan sungai,
Penyediaan: waduk/kolam retensi dan system pompanisasi
Sumur Resapan: Normalisasi sistem
penyerapan secara sederhana dengan membuat
sumur resapan di pekarangan rumah
Sarana Pelengkap Lainnya : Penyediaan peta
daerah rawan banjir, jalur evakuasi, lokasi
tempat penampungan sementara, posko banjir
yang pada musim kemarau juga dapat di
fungsikan sebagai aula, serta penyediaan pos pengawasan ketinggian air.
Vegetasi
11
Gambar 5 Masjid Yang Dijadikan Posko Pengungsian
Warga Saat Banjir
Gambar 6 Sumur Resapan di Pekarangan
Menanam vegetasi berupa tanaman semusim yang mampu meresapkan air, mencegah
erosi dan memiliki nilai estetika seperti veriver dan bamboo. Veriver merupakan jenis
tanaman spesies rumput. Bambu yang dimaksud disini adalah semua jenis bambu
termasuk bambu hias. Kedua tanaman ini selain dapat meresap air dalam volume
yang banyak, tanaman tersebut juga berfungsi sebagai pencegah erosi.
Regulasi:
Melakukan pemanfaatan ruang yang sesuai untuk daerah rawan banjir di kawasan
cekung;
Melakukan pengawasan yang ketat terhadap pemanfaatan ruang di kawasan
rawan banjir dengan melakukan perizinan, pengawasan, penertiban agar sesuai
dengan peruntukan lahan setempat.
Mengurangi aktifitas aspek yang terkait faktor-faktor kerentanan sebagai berikut :
- Posisi jauh-dekatnya permukiman/aktifitas penduduk dari sungai (peraturan
garis sempadan sungai harus diperhatikan).
- Posisi tinggi rendahnya suatu wilayah pada saat melakukan aktifitas
- Perlu dilakukan pemerataan persentase bangunan, sehingga tidak terjadi
bangunan yang terkonsentrasi hanya pada satu wilayah saja.
- Perlu dilakukan penyelamatan terutama pada penduduk usia tua dan balita
- Keselamatan penduduk di sektor rentan seperti pertanian
E. DAFTAR PUSTAKA
Paimin, dkk. 2009. Teknik Mitigisi Banjir dan Tanah Longsor. Trapenbos
International Indonesia Programme.
Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Rawan Bencana Banjir
(Kawasan Budidaya - Tipologi - Dataran Rendah Cekungan)
12
Lampiran Peta:
13
14
Top Related