8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
1/34
LARUTAN INFUS ( Ringer Laktat, Ringer Asetat dan
Aminofluid )Mata Kuliah : Kimia TerapanDosen : DR Mudjiyono
Suma'iyahS830208021/IPA/Psains
BAB I
PENDAHULUAN
Obat ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup, maka farmakologi
merupakan ilmu yang luas cakupannya. Namun untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya
yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis dan pengobatan
penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala
penyakit.Farmakologi mencakup pengetahuan tentang sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik, komposisi,
efek fisiologi dan biokimia, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi, biotransformasi ekskresi dan
penggunaan obat. Namun dengan berkembangnya pengetahuan, beberapa bidang ilmu tersebut
telah berkembang menjadi cabang ilmu tersendiri, misal :
1. Farmakognosi, ialah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari sifat-sifat tumbuhan dan
bahan lain yang merupakan sumber obat.
2. Farmasi ialah ilmu yang mempelajari cara membuat, memformulasikan, menyimpan dan
menyediakan obat.
3. Farmakologi klinik ialah cabang farmakologi yang mempelajari efek obat pada manusia.
Berbagai aspek dalam studi obat pada manusia tercakup dalam cabang ilmu ini dengan tujuan
mendapatkan dasar ilmiah untuk penggunaan obat. Untuk mempelajari pengaruh obat pada
manusia, obat dicobakan dulu pada hewan dan dipelajari efeknya dalam farmakologi
eksperimental.
4. Farmakokinetik ialah aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu
absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresinya.
5. Farmakodinamik mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia berbagai organ tubuh
serta mekanisme kerjanya.6. Farmakoterapi ialah cabang ilmu yang berhubungan dengan penggunaan obat dalam
pencegahan dan pengobatan penyakit.
7. Toksikologi ialah ilmu yang mempelajari keracunan zat kimia.
Dehidrasi dan gangguan kemodinamik dapat terjadi pada hemoragik akut / stroke iskemik. Selain
itu dehidrasi sering terjadi pada pasien diare, DBD, dan luka bakar. Untuk menyeimbangkan
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
2/34
cairan dalam tubuh pasien maka diperlukan infus atau cairan pengganti cairan yang hilang
(resusitasi).
Berbagai macam cairan yang dianggap sebagai terapi pendukung yang penting untuk pasien
diatas adalah larutan / cairan normal saline, ringer asetat, ringer laktat, aminofluid dan larutan
maintenance lain (KAEN 3B )
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PEMBERIAN SECARA SUNTIKAN
Keuntungan pemberian obat secara suntikan (parenteral) ialah: (1) efeknya timbul lebih cepat
dan teratur dibandingkan dengan pemberian per oral; (2) dapat diberikan pada penderita yang
tidak kooperatif, tidak sadar, atau muntah-muntah; dan (3) sangat berguna dalam keadaan
darurat. Kerugiannya ialah dibutuhkan cara asepsis, menyebabkan rasa nyeri, ada bahaya
penularan hepatitis serum, sukar dilakukan sendiri oleh penderita, dan tidak ekonomis.
Pemberian intravena(IV) tidak mengalami tahap absorpsi, maka kadar obat dalam darah
diperoleh secara cepat, tepat, dan dapat disesuaikan langsung dengan respons penderita. Larutan
tertentu yang iritatif hanya dapat diberikan dengan cara ini karena dinding pembuluh darah
relatif tidak sensitif dan bila disuntikkan perlahan-lahan, obat segera diencerkan oleh darah.
Kerugiannya ialah efek toksik mudah terjadi karena kadar obat yang tinggi segera mencapai
darah dan jaringan. Di samping itu, obat yang disuntikkan IV tidak dapat ditarik kembali. Obat
dalam larutan minyak yang mengendapkan konstituen darah, dan yang menyebabkan hemolisis,tidak boleh diberikan dengan cara ini. Penyuntikan IV harus dilakukan perlahan-lahan sambil
terus mengawasi respons penderita.
Suntikan subkutan(SK) hanya boleh digunakan untuk obat yang tidak menyebabkan iritasi
jaringan. Absorpsi biasanya terjadi secara lambat dan konstan sehingga efeknya bertahan lama.
Obat dalam bentuk suspensi diserap lebih lambat daripada dalam bentuk larutan. Pencampuran
obat dengan vasokonstriktor juga akan memperlambat absorpsi obat tersebut. Obat dalam bentuk
padat yang ditanamkan di bawah kulit dapat diabsorpsi selama beberapa minggu atau beberapa
bulan.3
Pada suntikan intramuskular(IM), kelarutan obat dalam air menentukankecepatan dan kelengkapan absorpsi. Obat yang sukar larut dalam air pada pHfisiologik misalnya digoksin, fenitoin, dan diazepam akan mengendap di tempatsuntikan sehingga absorpsinya berjalan lambat, tidak lengkap, dan tidakteratur. Obat yang larut dalam air diserap cukup cepat, tergantung dari aliran
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
3/34
darah di tempat suntikan. Absorpsi lebih cepat di deltoid atau vastus lateralisdaripada di gluteus maksimus. Obat-obat dalam larutan minyak ataubentuksuspensi akan diabsorpsi dengan sangat lambat dan konstan (suntikandepot), misalnya penisilin. Obat yang terlalu iritatif untuk disuntikan secara SKkadang-kadang dapat diberikan secara IM.
Suntikan intratekal, yakni suntikan langsung ke dalam ruang subaraknoid spinal, dilakukan bila
diinginkan efek obat yang cepat dan setempat pada selaput otak atau sumbu serebrospinal,
seperti pada anestesia spinal atau pengobatan infeksi SSP yang akut.
Suntikan Intraperitoneal tidak dilakukan pada manusia karena bahaya infeksi dan adesi terlalu
besar.
B. FARMAKOKINETIK
Obay yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umumnya mengalami
absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek.
Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi dari dalam tubuh. Seluruh prosesini disebut proses farmakokinetikdan berjalan serentak seperti yang terlihat pada gambar 1.1.
Gambar 1-1. Berbagai proses farmakokinetik obat
Di tubuh manusia, obat harus menembus sawar(barrier)seldi berbagai jaringan. Pada
umumnya obat melintasi lapisan sel ini dengan menembusnya, bukan dengan melewati celah
antar sel, kecuali pada endotel kapiler. Karena itu peristiwa terpenting dalam proses
farmakokinetik ialah transport lintas membran.
Membran sel terdiri dari dua lapis lemak yang membentuk fase hidrolik di kedua sisi membran
dan fase hidrofobik diantaranya. Molekul-molekul protein yang tertanam di kedua sisi membran
atau menembus membran berupa mozaik pada membran. Molekul-molekul protein ini
membentuk kanal hidrofilik untuk transfort air dan molekul kecil lainnya yang larut dalam air.
Cara-cara transport obat lintas membranyang terpenting ialah difusi pasif dan transport aktif;
yang terakhir melibatkan komponen-komponen membran sel dan membutuhkan energi.
Sifat fisiko-kimia obatyang menentukan cara transport ialah bentuk dan ukuran molekul,
kelarutan dalam air, derajat ionisasi dan kelarutan dalam lemak.Umumnya absorpsi dan distribusi obat terjadi secara difusi pasif. Mula-mula obat harus berada
dalam larutan air pada permukaan membran sel, kemudian molekul obat akan melintasi
membran dengan melarut dalam lemak membran. Pada proses ini, obat bergerak dari sisi yang
kadarnya lebih tinggi ke sisi lain. Setelah taraf mantap (steadystate) dicapai, kadar obat bentuk
non-ion di kedua sisi membran akan sama.
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
4/34
Kebanyakan obat berupa elektrolit lemah yakni asam lemah atau basa lemah. Dalam larutan,
elektrolit lemah ini akan terionisasi. Derajat ionisasi ini tergantung dari pKa rendah berarti relatif
kuat, sedangkan untuk obat basa, pKa tinggi yang relatif kuat. Bentuk non-ion umumnya larut
baik dalam lemak sehingga mudah berdifusi melintasi membran karena sukar larut dalam lemak.
Pada taraf mantap, kadar obat bentuk non-ion saja yang sama bentuk ionnya tergantung dari
perbedaan pH di kedua sisi membran.
Membran sel merupakan membran semipermiabel, artinya hanya dapat dirembesi air dan
molekul-molekul kecil. Air berdifusi atau mengalir melalui kanal hidrofilikpada membran
akibat perbedaan takanan hidrostatik maupun tekanan osmotik. Bersama aliran air akan terbawa
zat-zat terlarut bukan ion yang berat molekulnya kurang dari 100-200 misalnya urea, etanol, dan
antipirin. Meskipun berat atomnya kecil, ion anorganik ukurannya membesar karena mengikat
air sehingga tidak dapat melewati kanal hidrofilik bersama air. Kini telah ditemukan kanal
selektif untuk ion-ion Na, K, Ca.Transport obat melintasi endotel kapilerterutama melalui celah-celah antarsel, kecuali di
susunan saraf pusat (SSP). Celah antarsel endotel kapiler demikian besarnya sehingga dapat
meloloskan semua molekul yang berat molekulnya kurang dari 69.000 (BM albumin), yaitu
semua obat bebas, termasuk yang tidak larut dalam lemak dan bentuk ion sekalipun. Proses ini
berperan dalam absorpsi obat setalah pemberian parenteral dan dalam filtrasi lewat membran
glomerulus di ginjal.
Pinositosisialah cara transport dengan membentuk vesikal, misalnya untuk makromolekul
seperti protein. Jumlah obat yang diangkut dengan cara ini sangat sedikit.
Transport obat secara aktifbiasanya terjadi pada sel saraf, hati, dan tubuli ginjal.
Proses ini membutuhkan energi yang diperoleh daria aktivitas membran sendiri, sehingga zat
dapat bergerak melawan perbedaan kadar atau potensial listrik. Selain dapat dihambat secara
kompetitif, transport aktif ini bersifat selektif dan memperlihatkan kapasitas maksimal (dapat
mengalami kejenuhan). Beberapa obat bekerja mempengaruhi transport aktif zat-zat endogen,
dan transport aktif suatu obat dapat pula dipengaruhi oleh obat lain.
Difusi terfasilitasi(Facilitated diffusion) ialah suatu proses transport yang terjadi dengan
bantuan suatu faktor pembawa (carrier) yang merupakan komponen membran sel tanpa
menggunakan energi sehingga tidak dapat melawan perbedaan kadar maupun potensial listrik.Proses ini, yang juga bersifat selektif, terjadi pada zat endogen yang transportnya secara difusi
biasa terlalu lambat, misalnya untuk masuknya glukosa ke dalam sel perifer.
Pemberian infus pada pasien diberikan apabila rehidrasi oral, tidak mungkin dilakukan
pemberian infus tergantung pada usia, berat badan, dan keadaan klinis penderita (Ikatan Sarjana
Farmasi Indonesia, 2007. Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia, PT. Ikrar Mandiri Abadi,
Jakarta).
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
5/34
Sampai saat ini masih banyak persepsi diantara para klinis terhadap terapi cairan, antara lain:
1. RL & mp; Normal saline yang sebenarnya merupakan cairan pengganti, digunakan juga untuk
indikasi Maintenance secara luas.
2. Memberikan 2 L D5 / hari dianggap wajar-wajar saja. Banyak dokter yang tidak mengetahui
bahwa D5 tersebut sebenarnya hanya air bebas dan bisa mengakibatkan atau memperberat
hiponatremia.
3. Hipokalemia lebih mudah diatasi dibandingkan dicegah.
4. Semua cairan yang mengandung asam amino dan glukosa adalah produk nutrisi.
5. Pasien yang terlihat kurus dengan BMI (body mass index) rendah dianggap memerlukan tinggi
kalori dan protein, padahal sebelum sakitpun sering pasien sudah berada dalam keadaan
homeostasis dengan asupan rendah *BMI = BODY MASS INDEX (BB [KG] : TB
[MEMBRAN]2 (NORMAL: 20-24)).
BAB III
ANALISIS MASALAH
A. INFUS KONTINYU DAN DOSIS BERULANG
Pada pemberian infus yang kontinyu atau dosis berulang, akan terjadi peningkatan kadar obat
(akumulasi) sampai tercapai keadaan mantap (steady state), di mana kadar obat tidak lagi
meningkat (stabil) karena kecepatan eliminasi obat oleh tubuh telah menyamai kecepatan
masuknya obat ke dalam tubuh.
Kadar mantap atau kadar steady state (CSS) dicapai setelah 4-5 x waktu paruh obat.tSS= 45 x t
t90%SS= 3.3 x t
INFUS KONTINYU. CSSdicapai ketika kecepatan eliminasi obat oleh tubuh (Cl) telah
menyamai kecepatan masuknya obat ke dalam tubuh (kecepatan infus).
Dosis awal (Loading dose = DL)ialah dosis yang dimaksudkan untuk langsung mencapai CSS
(CSSadalah kadar terapi = Cther)
DL = Css,maxx Vd(IV)Vd
= Css,maxx (oral)
F
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
6/34
DOSIS BERULANG
(1) Intravena :
(2)
Oral :
DLbiasanya diberikan untuk obat-obat yang t nya relatif terlalu panjang dibandingkan dengan
waktu yang diinginkan untuk mencapai kadar terapi, misalnya :
- tetrasikan (t - 11 jam)
- digoksin (t - 36 jam), tetapi digitalisasi biasanya dibagi dalam 34 dosis yang diberikan
selama 1-2 hari.
- lidokain (t - 1 jam) untuk aritmia setelah infark miokard.
Interval dosis (T). Dari segi farmakokinetik, T yang rasional untuk kebanyakan obat sama
dengan t eliminasi obat yang bersangkutan, dengan demikian kadarnya berfluktuasi 2 x lipat
(Css,max= 2 x Css,min).Obat dengan t yang pendek dapat diberikan dengan T beberapa kali t
nya bila obatnya cukup aman untuk diberikan dalam dosis yang jauh lebih besar dari yang
dibutuhkan untuk menimbulkan efek terapinya (misalnya penisilin G). Akan tetapi bila batas
keamanannya sempit, mungkin obat tidak dapat diberikan dengan T lebih besar dari t nya
karena kemungkinan fluktuasi kadarnya akan melampaui batas-batas kadar terapinya (misalnya
teofilin). Obat dengan t yang lebih dari 1 hari, biasanya diberikan sekali sehari untuk
memudahkan pemberiannya (misalnya fenobarbital, digoksin). Difenilhidantoin yang
mempunyai t - 1 hari sebenarnya tidak perlu diberikan 3 x sehari tapi cukup 1 x sehari. Tetapi
pemberian dalam dosis terbagi mungkin dimaksudkan untuk mengurangi iritasi lambung.B. RINGER LAKTAT
Larutan Infus Untuk Pemakaian Intravena.
Setiap liter larutan mengandung :
- Natrium Laktat. C3H5NaO33,10 g
- Natrium Klorida. NaCl 6,00 g
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
7/34
- Kalium Klorida.KCl 0,30 g
- Kalsium Klorida.CaCl2.2H2O 0,20 g
- Air untuk Injeksi ad. 1.000 ml
Osmolaritas : 270 mOsm/l
Setara dengan ion-ion :
Na+: 130 mEq/l
K+: 4 mEq/l
Laktat (HCO3-) : 27,5 mEq/l
Ca++
: 2,7 mEq/l
Cl : 109,5 mEq/l
Cara kerja obat :
- Merupakan larutan isotoni Natrium Klorida, Kalium Klorida, Kalsium Klorida, dan
Natrium Laktat yang komposisinya mirip dengan cairan ekstraseluler.- Merupakan cairan pengganti pada kasus-kasus kehilangan cairan ekstraselular.
- Merupakan larutan non-koloid, mengandung ion-ion yang terdistribusi kedalam cairan
intravaskuler dan interststel (ekstravaskuler)
Indikasi : Untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi.
Cara pemberian : Intravena
Disesuaikan dengan kondisi penderita
Kontra indikasi : Hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati,
asidosis laktat.
Efek samping :
- Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi karena larutannya atau cara pemberiannya termasuk
timbulnya panas, infeksi pada tempat penyuntikan, trombosis vena atau flebitis yang
meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi.
- Bila terjadi rekasi efek samping, pemakaian harus dihentikan dan lakukan evaluasi terhadap
penderita.
Peringatan : Jangan dicampur dengan larutan yang mengandung fosfat.
Cara penyimpanan: Pada suhu kamar / ruangan antara 25oC30
oC.
a. KalsiumKalsium merupakan mineral yang paling banyak didapatkan di dalam tubuh, untuk absorpsinya
diperlukan vitamin D. Kebutuhan kalsium meningkat pada masa pertumbuhan, selama laktasi
dan pada wanita pascamenopause. Bayi yang mendapat susu buatan memerlukan tambahan
kalsium. Selain itu asupan kalsium juga perlu ditingkatkan bila makanan banyak mengandung
protein dan atau fospor. Banyak peneliti yang menganjurkan asupan sekitar 1,2 g/hari untuk
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
8/34
pasien alkoholik, sindrom malabsorpsi dan pasien-pasien yang mendapat kortikosteroid,
isoniazid, tetrasiklin atau antasid yang mengandung aluminium.
b. Kalium
Perbedaan kadar kalium (kation utama dalam cairan intrasel) dan natrium (kation utama dalam
cairan ekstrasel) mengatur kepekaan sel, konduksi impuls saraf dan keseimbangan dan volume
cairan tubuh.
Meskipun defisiensi jarang terjadi pada individu yang mendapat makanan yang cukup,
hipokalemia dapat terjadi pada anak-anak yang makanannya tidak mengandung protein.
Penyebab hipokalemia yang paling sering adalah terapi diuretik terutama tiazid. Lain penyebab
hipokalemia adalah diare berkepanjangan terutama pada anak, hiperal dosteronisme, tetapi cairan
parenteral yang tidak tepat atau tidak mencukupi, penggunaan kortikosteroid atau laksan jangka
lama. Aritmia jantung dan gangguan neuromuskular merupakan akibat hipokalemia yang paling
berbahaya.Hiperkalemia paling sering disebabkan gangguan ekskresi kalium oleh ginjal yang dapat terjadi
pada pasien dengan insufisiensi korteks adrenal, gagal ginjal akut, gagal ginjal kronik terminal,
suplementasi vitamin K yang tidak sesuai dosis atau indikasinya, atau penggunaan antagonis
aldosteron. Aritmia jantung dan gangguan konduksi merupakan gejala sisa yang paling
berbahaya. Lain manifestasi hiperkalemia termasuk kelemahan dan parestesia.
c. Natrium
Natrium penting untuk membantu mempertahankan volume dan keseimbangan cairan tubuh.
kadarnya dalam cairan tubuh diatur oleh mekanismer homeostatik. Banyak individu
mengkonsumsi natrium lebih dari yang dibutuhkan. Pembatasan natrium seringkali dianjurkan
pada pasien gagal jantung kongesif, sirosis hati dan hipertensi pada individu tertentu. Akan tetapi
pembatasan natrium pada wanita sehat selama kehamilan tidak dianjurkan.
Hipernatremia jarang ditemui pada individu sehat tetapi pada terjadi setelah diare atau muntah
yang lama terutama pada bayi, pada gangguan ginjal, fibrosiskistik atau insufisiensi korteks
adrenal, atau pada penggunaan diuretik tlazid. Keringat yang berlebihan dapat mengakibatkan
kehilangan natrium yang banyak dan perlu diganti dalam bentuk air dan NaCl.
d. Klorida
Klorida merupakan anion yang paling penting dalam mempertahankan keseimbangan elektrolit.Alkalosis metabolik hipokloremik dapat terjadi setelah muntah yang lama atau penggunaan
diuretik berlebihan. Kehilangan klorida berlebihan dapat menyertai kehilangan berlebihan
natrium. Kemungkinan terjadinya hiperkalemia perlu dipertimbangkan bila terpaksa
menggunakan KCl sebagai pengganti klorida yang hilang.
C. RINGER ASETAT (ASERING)
Mencegah hipotermia Perioperatif Sectio
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
9/34
Larutan Ringer Asetat (RA) merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup banyak diteliti.
Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat), dimana laktat terutama dimetabolisme di hati
sementara asetat dimetabolisme terutama di otot. Sebagai cairan kristaloid isotonik yang
memiliki komposisi elektrolit mirip dengan plasma, RA dan RL efektif sebagai terapi resusitasi
pasien dengan dehidrasi berat dan syok, terlebih pada kondisi yang disertai asidosis.
Metabolisme asetat juga didapatkan lebih cepat 3-4 kali dibanding laktat. Dengan profil seperti
ini, RA memiliki manfaat-manfaat telah tersedia pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat
masif yang terjadi pada diare.
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbahai negara. Cairan ini terutama diindikasikan sebagai
pengganti kehilangan cairan akut (resusitasi), misalnya pada diare, DBD, luka bakar/syok
hemoragik; pengganti cairan selama prosedur operasi, loadingcairan saat induksi anastesi
regional;priming solutionpada tindakan pintas kardiopulmonal; dan juga diindikasikan pada
stroke akut dengan komplikasi dehidrasi.Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi, misalnya ditunjukkan oleh studi
Ewaldsson dan Hahn (2001) yang menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara cepat (dalam
waktu 2 menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap parameter-parameter volume
kinetik. Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat mencegah hipotensi arteri yang
disebabkan hipovolemia sentral yang umum terjadi setelah anestesi umum/spinal.
Untuk kasus obstetrik, Onizuka dkk (1999) mencoba membandingkan efek pemberian infus
cepat RL dengan RA terhadap metabolisme maternal dan fetal, serta keseimbangan asam basa
pada 20 pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum seksio sesarea.
Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik dibanding RL untuk ke-3 parameter diatas,
karena dapat memperbaiki asidosis laktat neonatus (kondisi yang umum terjadi pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau pre-eklampsia).
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke eskemik/hemoragik akut,
sehingga umumnya para dokter spesialis saraf menghindari penggunaan cairan hipotonik karena
kekhawatiran akan edema otak. Namun, Hahn dan Drobin (2003) memperlihatkan pemberian
RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel, karena itu dapat diberikan pada stroke akut,
terutama bila ada dugaan edema otak.
Pada 17 Pebruari 2006 diselenggarakan simposium mengenai RA ini yang merupakan bagiandari The 3
rdAnnual Meeting of Indonesia Society of Obstetic AnesthesiaIndonesian Society of
Regional Anesthesia and Pain Medicine in Conjunction with Recent Advances in Anesthesia
Symposium di Grand Melia Hotel, Jakarta.
Dr. Susilo Chandra SpAn dari Departemen Anastesi dan Terapi Intensif FKUI/RSCM
memaparkan hasil studi komparatif penggunaan RA (ASERING) dan RL pada pasien sectio
cesarean dengan Subarachnoid Anasthesia.
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
10/34
Sebanyak 40 wanita dialokasikan menjadi dua kelompok, yakni kelompok yang menerima RA
dan kelompok RL. Sebelum induksi, masing-masing kelompok mendapat 3 ml/kg/jam. Segera
setelah induksi anestesi subarachnoid, diberikan cairan yang sama sesuai kelompoknya namun
dengan kecepatan bolus 500 ml dalam 30 menit. Tanda-tanda vital, suhu timpani, suhu aksila dan
pengobatan yang diberikan dicatat, baik pada baseline maupun setiap 5 menit sesudahnya.
Dari data penelitian didapatkan bahwa parameter hemodinamik pada intra dan postoperative
tidak berbeda bermakna. Ini sekaligus membuktikan bahwa kristaloid cukup efektif untuk
mengatasi hipotensi akibat induksi anestesi regional dan tidak satupun pasien sampai
memerlukan cairan koloid yang harganya >20 kali lebih tinggi daripada kristaloid.
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu tubuh lebih baik dibanding RL
secara signifikan pada menit ke 5, 50, 55, dan 65, tanpa menimbulkan perbedaan yang signifikan
pada parameter-parameter hemodinamik (antara lain denyut jantung dan tekanan darah
sistolik/diastolik) diantara 2 kelompok.Untuk insiden dan derajat menggigil, kelompok RA juga diperlihatkan mengalami insiden
menggigil yang lebih sedikit dibandingkan kelompok RL sampai dengan menit ke 25 (p
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
11/34
Mayoritas pasien sudah berada dalam keadaan dehidrasi moderat, namun hemodinamik
masih baik. Pasien mungkin sudah berhari-hari di rumah dengan asupan air yang
kurang dan ada demam tinggi. Demam tinggi ini menyebabkan peningkatan insensible
water loss.
Cemas, depresi atau akut. Ini cenderung terjadi pada pasien-pasien yang sudah mencoba
berobat ke sana kemari dan tidak kunjung sembuh.
Malaise atau letih (fatigue) mungkin merupakan alasan pasien dibawa ke rumah sakit.
Pasien tidak terbiasa dengan makanan rumah sakit.
Asupan oral kurang karena pasien teralu lemah untuk mengunyah dan lidah terasa pahit
karena kering.
Jam makan yang kaku
Anorexia (tidak napsu makan), nausea (mual), atau stres
Kesadaran menurun.Informasi demikian sering luput dari pengamatan dokter, padahal pasien memerlukan dukungan
maintenance untuk keadaan-keadaan tersebut.
Tujuan terapi Maintenance bisa dirangkum sebagai berikut:
1) Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit harian untuk homeostasis.
2) Mencegah gangguan elektrolit dan asam-basa.
3) Mendukung terapi primer
4) Membantu proses enzimatik & mp; sintesis protein.
5) Memacu penyembuhan.
Apa ciri-ciri larutan maintenance yang unggul ?
Praktis, mudah dan aman diberikan
Disamping elektrolit basal (Na+, K
+, Cl
-) juga mengandung mikromineral (Mg
++, Ca
++, P)
yang dibutuhkan untuk metabolisme sel.
Adanya zinc membantu penyembuhan jaringan. Karena zinc memacu deposisi kolagen
pada jaringan yang rusak.
Mengandung asam amino kualitas tinggi (diperkaya BCAA, tinggi EAA) untuk memacu
sintesis protein)
Glukosa untuk mempertahankan kadar gula normal (euglycemia)Produk yang bisa memenuhi kriteria tersebut adalah AMINOFLUID. Komposisi
AMINOFLUID dan larutan Maintenance lain (KAEN3B) serta Ringer Laktat diberikan dibawah:
Tabel 1. Komposisi AMINOFLUID dibandingkan RL dan KAEN3B
Komposisi AMINOFLUID KAEN3B Ringer LaktatASPEN
guideline
Air 2000 2000 2000 30-40 ml/kg/hari
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
12/34
Na+ 70 100 260 1-2 mEq/kg/hari
K+ 40 40 8 1-2 mEq/kg*/hari
Cl- 70 100 218 Sesuai kebutuhan
Mg++
10 - - 8-20 mEq/hari
Ca++
10 - - 10-15 mEq/hari
P 20 - - 20-40 mEq/hari
Zn 10 mol - - 2.5-5 g
Asam amino AA 60 g - - 0.8 g/kg/hari
Glukosa 150 g 54 g - -
Kebutuhan basal untuk homeostasis K+ adalah 20-30 mEq/hari (10); f kebutuhan basal asam
amino pada pasien nonstressed; V protein sparing effect.
2. Mengapa Perlu Mikromineral ?
Disamping elektrolit basal, seperti natrium, kalium, klor, larutan maintenance masa kini
harus mengandung mikromineral yang dibutuhkan untuk proses metabolisme. Peran dan dosis
anjuran diberikan pada tabel 2.
Tabel 2. Fungsi dan Dosis anjuran air dan elektrolit.
Fungsi ASPEN AMINOFLUID
Air(ml) Komponen sel dan kompartemen
cairan tubuh lain, pengaturansuhu, pelarut, pelumas
30-40ml/kg 2000
Na+(mEq) Bersama klorida mempertahankanvolume dan osmolaritas darah,mengatur muatan listrik di
neuromuscular junction dan
mempengaruhi asam-basa
1-2mEq/kg 70
K (mEq) Kepekaan neuromuskular(Neuromusculer excitability),
sintesis protein dan kolagen,
proses enzimatik dalam produksi
energi sel. Bersama natrium dankalsium memelihara irama
jantung. Bagian dari sistem dapat
tubuh untuk mengatur asam-basa.
1-2mEq/kg 40
Cl-(mEq) Bersama natrium memelihara
osmolaritas cairan
ekstrasel,(ECF). Memelihara
imbang sairan. Memelihara asam-basa. Pertukaran oksigen dan
Sesuaikebutuhan
untuk
memeliharaasam-basa
70
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
13/34
CO2 di sel darah merah,
komponen getah lambung.
Mg++
(mEq) Sangat penting untuk sistem
enzim, aktivitas neuromuskuler,esensial untuk metabolisme ATP,
Na+
,K+
, pump. Sekresi hormonparatroid dan fungsi jantung.
8-20 10
Ca++
(mEq) Pertumbuhan gigi dan tulang,
fungsi neuromuskular,
pembekuan darah, asam-basa dan
aktivasi enzim tertentu.
10-15 10
P(mmol) Esensial untuk metabolisme
nutrien Ko-faktor dalam berbagai
sistem enzim, komponen ATP
20-40 20
Zinc merupakan trace element yang dikandung dalam AMINOFLUID
Fungsi Eksresi urin AMINOFLUID
Zinc Memacu penyembuhan
jaringan Zinc perlu untuk
pembentukan kolagen, yangmerupakan bahan penting
untuk penyembuhan dan
perbaikan jaringan. Zinc jugamemiliki aktivitas imunitas
seluler. Dibutuhkan untuk
metabolisme nutrien dan
sintesis asam nukleat (DNA
and RNA)
7,6
micromol/hari
10 micromol/L
Mengapa dalam larutan Maintenance ada BCAA (Branch-Chained Amino Acids) ? Leucine,
isoleucine dan valine merupakan asam amino rantai cabang dan merupakan asam amino yang
terbanyak diteliti, dan dibuktikan memiliki efek farmakologis (4,5,6,7,8):
1) Prekursor (zat pendahulu) dalam sintesis glutamine dan alanine pada otot rangka
2) Pada banyak penyakit konsumsi BCAA meningkat
3) Leucine paling jelas efeknya dan berguna untuk sintesis protein. Ini telah diteliti pada sepsis
dan luka bakar
4) BCAA meningkatkan nafsu makan dengan menghambat masuknya triptofan (prekursorserotonin) ke dalam susunan saraf pusat. Dengan berkurangnya kadar serotonin, maka
perangsangan sistem melanokortin akan berkurang di hipotalamus. Ini diikuyi dengan
peningkatan napsu maka (diperlihatkan pada gambar C dibawah)
5) Pada sepsis rasio BCAA (branched chain amino acids): AAA (aromatic amino acids) akan
menurun
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
14/34
6) Pasien yang selamat dari sepsis ternyata memiliki kandungan BCAA lebih tinggi daripada
yang meninggal
7) BCAA memacu aliran darah ke otak.
Gambar A. Ada dua sistem di hipotalamus Melanocortin (Pro-opiomelanocortin) merupakan
sistem saraf serotoninergik. Jika melanocortin dirangsang maka akan terjadi anorexia (tidak
napsu makan). Kebalikannya, NPY bersifat prophagic, artinya jika dirangsang maka napsu
makan akan meningkat. Interaksi kedua sistem inilah yang mengatur imbang asupan dan
pemakaian energi.
Gambar B. pada banyak penyakit sistemik, sitokin akan diproduksi oleh sel darah putih, dan
ini akan merangsang pembentukan serotonin dan merangsang melanocortin. Efek perangsangan
ini adalah anoreksia. Serotonin berasal dari triptofan. Triptofan masuk ke dalam sistem
saraf pusat melalui saluran yang sama dengan BCAA. Jadi triptofan bersaing dengan BCAA.
Ada bukti bahwa peningkatan triptofan di otak akan menyebabkan rasa letih central fatigue).Gambar C. pemberian BCAA (leucine, isoleucine, bvaline) akan memblok masuknya triptofan,
disusul dengan penurunan serotonin. Kemudian nbnapsu makan akan meningkat.
3. Bagaimana Larutan Maintenance Berbeda Dengan Nutrisi Parenteral ?
Walaupun tidak ada definisi yang tegas di dalam kepustakaan, berdasarkan kepentingand ari
konstituen larutan infus, kita bisa mengkategorikan suatu produk sebagai larutan maintenance,
jika komponen air dan elektrolit (dalam konsentrasi moderat) sebagai unsur dominan sedangkan
kandungan asam amino dan glukosa menyediakan sekedar kebutuhan basal untuk homeostasis
dan bukan untuk replesi protein dan energi. Sebaliknya kandungan yang menjadi prioritas dari
nutrisi parenteral adalah kandungan asam amino atau NPC (nonprotein calories baik sebagai
karbohidrat atau lipid).
4. Cara Memberikan Larutan Maintenance
Tempat kanula; larutan yang mengandung osmolaritas kurang dari 900 mOsm/L bisa diberikan
melalui vena tepi. Namun sebaiknya dipilih vena yang lebih proksimal (basilica, cephatic atau
median cubital) karena tingginya insiden flebitis jika digunakan vena punggung tangan. Pasien
usia lanjut lebih rentan terhadap flebitis dibandingkan dewasa muda.
Laju pemberian umumnya 20 tetes per menit (drip makro). Namun perlu diperhatikan kandungan
glukosa dan kalium dari setiap larutan infus. Pada dewasa laju maksimum pemberian glukosaadalah 4 g/kg/minute , dan kalium 10 mEq per jam. Walaupun anjuran asupan kalium harian
adalah 1-2 mEq/kg, dosis maintenance minimum dewasa untuk homeostasis bisa dipenuhi
dengan 20-30 mEq hari.
Obat suntik tidak boleh dioplos ke dalam AMINOFLUID karena bisa meningkatkan osmolaritas
dan mengganggu kestabilan komposisi. Bila dianggap perlu, obat suntik bisa diberikan dengan
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
15/34
piggy bag (untuk drip kontinyu) atau via stop cork (jika bolus) sementara aliran infus primer
dihentikan.
5. Cara Menilai Manfaat Terapi Suportif
Keberhasilan dan kegagalan terapi tidak bisa dilakukan oleh suatu terapi tunggal, tetapi
pendukung sifatnya adalah membantu terapi primer. Untuk mengevaluasi manfaat terapi secara
holistil, bisa digunakan sistem skoring untuk gejala-gejala subyektif yaitu skor fatigue, napsu
makan dan aktivitas sehari-hari.
6. Monitoring dan Komplikasi Potential
Monitoring adalah hal terpenting dala terapi cairan MAINTENANCE. Bila tersedia fasilitas lab,
idealnya diperiksa panel elektrolit dan metabolik (Na+, K
+, Cl
-, HCO3
-, BUN, glukosa,
creatinine), sebelum memberikan cairan. Pada kasus yang cukup serius atau berat paling tidak
harus diperiksa Na+dan K
+. Tidak sesuai untuk memberikan cairan natrium rendah (hipotonik)
ke pasien dengan hiponatremia. Di lain pihak, tidak tepat jika cairan dengan natrium tinggi(misal NS) diberikan kepada pasien dengan hipernatremia. Bilamana perlu, larutan Maintenance
bisa digabung dengan larutan pengganti (Asering, RL, Normal saline) atau produk nutrisi
parenteral.
Hipokalemia banyak dijumpai pada pasien rawat-inap dan bisa dicegah. Pentingnya kalium
terungkap dari laporan tentang prevalensi hipokalemia di eberapa rumah sakit, dimana pasien-
pasien hanya diberikan larutan pengganti selama perawatan. Larutan pengganti mengandung 4
mEq/L of K+(Ringer Lactate) or 0 mEq of K
+(normal saline) Hiperkalemia bisa diinduksi dan
atau diperberat jika larutan yang mengandung kalium diberikan kepada pasien oliguria (vol urine
E. PATOFISIOLOGI
Kelainan utama pada DBD ialah (1) bertambahnya permeabilitas vaskuler yang menyebabkan
terjadinya kebocoran plasma dan terjadinya hipovolemi intravaskuler, (2) gangguan hemostasis
(angiopati, trombositopeni dan koagulopati). Pemulihan volume cairan intravaskuler secara dini
dan adekuat Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID). Secara teoritis tahapan perubahan pada
permeabilitas dinding vaskuler dan pengaruhnya terhadap perbedaan tekanan onkotik cairan
intravaskuler dan ekstravaskuler secara sederhana terlihat pada gambar Skematis kebocoran
plasma pada DBD.Pada saat terjadi kebocoran plasma, albumin, air dan elektrolit keluar dari kompartemen
intravaskuler kedalam kompartemen ektravaskuler (B). Dengan adanya protein dalam
kompartemen ektravaskuler tekanan osmotik cairan ekstravaskuler meningkat dan perbedaan
(gradien) tekanan osmotik infra dan ektra vaskuler menurun dengan akibat penarikan masuk air
dan elektrolit pada sisi kapiler venus menurun.
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
16/34
Gambar Skematis kebocoran plasma pada DBD
Berkurangnya cairan yang masuk kembali ke kompartemen intravaskuler menyebabkan
terjadinya hipovolemi intravaskuler, hemokonsentrasi, viskositas darah meningkat, aliran darahmenurun, perfusi jaringan berkurang dan mungkin terjadi renjatan dengan komplikasi yang berat
yaitu KID yang dapat menyebabkan intravaskuler menyebabkan terkumpulnya cairan di
kompartemen ektravaskuler yang dapat bermanifestasi sebagai cairan pleura, ascites dan cairan
pada dinding organ di perut.
Pada fase penyembuhan permeabilitas dinding vaskuler membaik, kebocoran plasma
berhenti, akan tetapi sebagian albumin/protein masih ada dikompartemen ekstravaskuler dan
perbedaan tekanan infra dan ekstravaskuler belum kembali normal sehingga masih mungkin
terjadi balans negatif antara cairan yang keluar dan yang masuk kembali kedalam kompartemen
intravaskuler (D). Pada saat semua sisa protein/albumin ekstravaskuler telah dimetabolisma
maka perbedaan tekanan osmotik infra dan ekstra vaskuler menjadi normal kembali (E) cairan
ekstravaskuler (efusi pleura, ascites dll) diresorpsi kembali dan menghilang.
F. PENATALAKSANAAN
Pengobatan DBD bersifat suportif simptomatik dengan tujuan memperbaiki sirkulasi dan
mencegah timbulnya renjatan dan timbulnya Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID).
Selama 3 dekade telah dilakukan penilaian ulang dan pembaikan pengelolaan DBD di Bagian
Ilmu kesehatan Anak RS Sumber Waras, dan upaya ini diikuti dengan penurunan angka
kematian, walaupun demikian harus diingat berbagai faktor lain yang mungkin berpengaruh
terhadap mortalitas DBD secara umum.
Larutan Kristaloid
Cairan yang dapat diberikan pada penderita DBD menurut WHO ialah cairan Dextrose
5% - Saline fisiologik (aa), pada DSS dapat diberikan larutan Ringer Laktat (RL), dextrose 5% -
saline fisiologik, dektrose 5%-0,5 saline (D5-0,5S), dextrose 5%-0,5 RL atau dextrose 5%-1/3
saline. Terapi standar yang diberikan pada penderita DBD di RS Sumber Waras sejak tahun 1968
ialah larutan dextrosa 5%-0,5 saline. Pemilihan larutan ini dalam terapi DBD ialah dengan
pertimbangan pada DBD perbedaan tekanan osmotik infra dan ekstra vaskuler menurun sehingga
bila diberikan larutan isotonik atau hipotonik dapat memperberat terjadinya cairan ekstravaskuler
(efusi pleura).
Dalam keadaan normal pada kapiler arterial terdapat perbedaan antara tekanan hidrostatik (35
mmHg) yang mendorong air keluar pembuluh darah dengan tekanan osmotik cairan (25 mmHg)
yang menahan air keluar vaskuler. Di lain pihak pada kapiler venous perbedaan terjadi karena
menurunnya tekanan hidrostatik (15 mmHg) sedangkan tekanan osmotik tetap (25 mmHg).
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
17/34
Dengan demikian jumlah cairan yang keluar dari kapiler arterial sama dengan cairan yang masuk
ke kompartemen intravaskuler di daerah kapiler venous.
Pemberian larutan RL secara bolus (20 ml/kg BB) akan menyebabkan penambahan volume
vaskuler hanya dalam waktu yang singkat karena larutan tersebut akan segera didistribusikan ke
seluruh kompartemen interstisial (ekstravaskuler) dengan perbandingan 1:3, sehingga dari 20 ml
bolus tersebut hanya 5 ml yang tetap berada dalam ruang intravaskuler dan 15 ml masuk ke
dalam ruang interstisial. Pada DBD dimana terjadi kebocoran plasma mungkin lebih banyak
larutan RL yang masuk ke ruang interstisial karena menurunnya perbedaan tekanan osmotik infra
dan ekstra vaskuler. Secara teoritis pemberian larutan Dextrose 5%-0,5 saline yang bersifat
hipersomatik mungkin dapat mengurangi redistribtisi larutan ke ruang interstisial dan dengan
demikian efek ekspansi vaskuler lebih lama dari RL.
Larutan Koloid
Dalam upaya menurunkan kematian DSS dirasakan perlunya pemberian larutan yangdapat dengan segera memperbaiki volume intravaskuler dan aliran darah, tanpa memperberat
risiko bertambahnya efusi pleura.
Untuk mengatasi renjatan selain pemberian cairan kristaloid dipikirkan juga pemberian
cairan koloid yang bertahan lebih lama dalam sirkulasi dan mudah dimetabolisme bila terjadi
ekstravasasi ke dalam jaringan. Sejak tahun 1988 dalam protokol penatalaksanaan DSS di RS
Sumber Waras dipergunakan larutan koloid 6% hexaethyl starch (HES) 40/0,5. Mengingat
kelainan utama pada DBD/ DSS adalah bertambahnya permeabilitas kapiler yang menyebabkan
kebocoran plasma, maka dalam pemilihan larutan koloid dipertimbangkan sifat sebagai berikut :
1) Oleh karena pada DBD terjadi kebocoran plasma, dipilih larutan koloid golongan karbohidrat
(dextran atau HES), dengan pertimbangan bila keluar dari ruangan intravaskuler ke
kompartemen interstisial dapat dimetabolisme dengan tuntas menjadi H2O dan CO2.
2) Manfaat ekspansi/pengembangan volume vaskuler.
Berdasarkan pengamatan Himalgyi efek pemberian koloid terhadap volume vaskuler
dapat dibagi dalam 3 kelompok yaitu :
a) Ekspander fase dini (early phase volume expander)
Pada golongan ini efek dini terhadap ekspansi volume koloid yang diberikan akan tetapi
segera setelah infus dihentikan menurun kembali dan dapat menimbulkan hipovolemi lagi olehkarena sebenarnya jumlah koloid yang diberikan kurang dari kebutuhan. Termasuk dalam
golongan ini ialah larutan koloid hiperonkotik antara lain 10% dextran 40,6% HES 200/0,5 dan
10% HES 200/0,5.
b) Ekspander fase lambat (late phase volume expander)
Larutan koloid golongan ini pada awalnya tidak bersifat hiperonkotik. Pada fase awal
manfaat ekspansi 80% dari jumlah koloid yang diberikan, sehinggaa larutan koloid yang
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
18/34
diberikan melebihi jumlah defisit. Pada fase selanjutnya terjadi pemecahan HES molekul besar
oleh amilase darah menjadi HES molekul kecil yang masih bersifat koloid sehingga efek lambat
dari koloid ini ialah larutan bersifat hiperonkotik, cairan ekstraseluler masuk kedalam lumen
intravaskuler, dengan daya ekspansi sebesar 190% dari jumlah/volume yang diberikan dengan
risiko dapat terjadi oedem paru. Termasuk dalam kelompok ini ialah 6% HES 450/0,7.
c) Volume replacement solution
Larutan koloid 6% dextran 60,5% dextran 40 dan 6% HES 40/0,5 bersifat isoonkotik, efek
terhadap ekspansi volume intravaskuler berjumlah 100% dari jumlah koloid yang diberikan.
1) Metabolisme dan lamanya tissue persistancebila larutan koloid keluar dari pembuluh darah.
Hal ini penting untuk dipertimbangkan oleh karena pada DBD/DSS terjadi kebocoran plasma
sehingga secara teoritis koloid dengan BM rendah mungkin ikut keluar dari pembuluh darah
(ekstravasasi). Metabolisme dextran dan HES 40 sama yaitu ekskresi terutama melalui urin dan
sebagian hasil melalui traktus gastrointestinalis. Sisanya diambil oleh hati, limpa dan ginjal danpada organ ini dipecah secara tuntas menjadi H dan CO. Sebagian kecil koloid yang diinfuskan
mengalami ekstravasasi dan menetap dalam jaringan. Makin banyak koloid yang mengalami
ekstravasasi dan makin lambat metabolismenya makin besar kerusakan jaringan terutama pada
kelenjar limfe, hati dan ginjal. Begitu pula makin besar BM koloid dan makin banyak ikatan
hydroxyetilglycosid, makin banyak sisa koloid di jaringan. Fraksi residu dari 6% HES 40/0,7
berjumlah 37%, 10% HES 200/0,5 berjumlah 26%, 6% HES 200/0,5 berjumlah 28% dan 6%
HES 40/0,5 berjumlah 2%.
2) Hipersensitivitas
Frekuensi reaksi alergik setelah pemberian dextran berkisar antara 0.002%-4,6% pada pemberian
HES berkisar antara 0,08%-2,6%.Cardia Respiratory arresthanya timbul pada pemberian
deztran terutama dextran 60 dan HES 450, renjatan pada pemberian HES 200 sedangkan reaksi
alergi pada pemberian HES 40 bersifat ringan sampai sedang.
3) Efek Rheologik dari larutan koloid yang bermanfaat dalam pencegahan terjadinya komplikasi
lebih lanjut dari DSS.
Efek rheologik meliputi :
1. Penurunan viskositas darah
2. Penurunan viskositas plasma darah3. Efek dis-agregasi terhadap eritrosit
4. Memperbaiki fleksibilitas eritrosit
5. Efek dis-agregasi terhadap trombosit
6. Sirkulasi mikro dan perfusi jaringan.
Dextran dan HES molekul besar menurunkan viskositas darah tapi tidak menurunkan
viskositas plasma darah. 10% Dextran 40 menyebabkan kenaikan viskositas plasma darah dan
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
19/34
mengurangi fleksibilitas eritrosit. Sedangkan 6% HES 40/0,5 memberikan semua efek rheologik
di atas. Efek dis-agregasi eritrosit disebabkan karena dilusi dari aggregating protein(fibrinogen
dan 2 makroglobulin) serta pada pemberian koloid muatan listrik positif pada dinding eritrosit
bertambah sehingga sesuai dengan hukum fisika akan memberikan efek saling menolak/menjauh
sehingga tidak mudah terjadi agregasi (rouleux formation). Keadaan tersebut terjadi pula pada
trombosit sehingga agregasi trombosit dicegah sehingga kemungkinan terjadinya KID dikurangi.
Pada pemberian cairan kristaloid muatan listrik positif berkurang sehingga terjadi tendensi untuk
saling mendekat dan terjadi agregasi. Daya menurunkan agregasi trombosit HES 40 lebih baik
dari Dextran.
Efek rheologik tersebut menyebabkan aliran darah lebih lancar, eritrosit lebih fleksibel
sehingga mikrosirkulasi dan perfusi jaringan lebih baik dan dapat mencegah terjadinya asidosis
metabolik.
Sifat 6% HES 40/0,5 secara teoritis dapat memperbaiki renjatan dengan risiko efusipleura minimal serta efek rheologiknya dapat mencegah komplikasi lebih lanjut dari DSS
termasuk KID dan perdarahan hebat.
Larutan Albumin
Larutan albumin 5% bersifat isoonkotik sedangkan larutan albumin 25% bersifat
hiperonkotik dengan daya ekspansi volume tiap 1 g (4 ml) dapat menarik air dari ekstravaskuler
sebanyak 18 ml. Pemberian albumin 25% secara bolus mungkin menaikkan tekanan onkotik
plasma sehingga air dan elektrolit masuk ke pompartemen intravaskuler dengan demikian
memperbaiki volume intravaskuler. Sifat dan manfaat larutan albumin sama dengan plasma
darah
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa pengaruh berbagai faktor tersebut pada respons
penderita terhadap obat pada umumnya menyebabkan regimen dosis obat perlu disesuaikan.
Besarnya penyesuaian dosis biasanya tidak dapat diperhitungkan, jadi hanya dikira-kira saja
berdasarkan educated guess, kecuali dalam hal penyesuaian terhadap berat badan dan
penyesuaian akibat gangguan organ yang lain. Penyesuaian dosis hasil perhitungan tidak
menjamin dosis yang tepat, karena disamping adanya asumsi-asumsi dalam melakukan
perhitungan farmakokinetik sehingga kadar yang dicapai belum tentu dalam batas-batas kadar
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
20/34
terapi, masih ada faktor-faktor farmakodinamik yang tidak diperhitungkan, yang dapat
memberikan respons yang menyimpang meskipun kadar yang dicapai sudah benar. Tetapi
penyesuaian dosis hasil perhitungan tentunya lebih mendekati dosis yang tepat dibandingkan
dengan dosis hasil perkiraan saja.
Dengan demikian pengamatan dan pemantauan klinis yang ketat dan berkesinambungan
merupakan tindakan yang mutlak harus dikerjakan dalam pengelolaan DBD dan penyakit yang
lain. Ringer Asetat dan Ringer Laktat sangat efektif sebagai terapi resusitasi pasien dengan
dehidrasi berat dan syok, terlebih kondisi asidosis.
B. SARAN
- Sebaiknya cara pemberian cairan infus disesuaikan dengan kondisi pasien
- Memberikan terapi suportif yang baik akan memacu penyembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Daniel, 2008, Kolom (Paradigma Baru dalam Terapi Cairan Maintenance), Vol. 7, Jakarta.
Daniel, 2006, Gerai (Ringer Asetat Asering(R)
MencegahHipotermia Perioperatif Sectio), Vol.
5, Jakarta........... , 2000, Ringer Laktat (Lactate Ringer Injection USP), PT. Widatra Bhakti, Pandaan, Jawa
Timur.
Staf Farmakologi FKUI, 2000,Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.Tatang Kustiman Samsi, 2000, Cermin Dunia Kedokteran (Artikel : Penatalaksanaan Demam
Berdarah Dengue di RS Sumber Waras), Fakultas Kedokteran UniversitasTarumanegara, Jakarta.
INFUS
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara
tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat
penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini
menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relative, dan
kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat
diduga atas dasar proyeksi kinetis angka kematian mikroba.
( Lachman, hal 1254 ).
Sediaan parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus intravena untuk
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
21/34
menambah cairan tubuh, elektrolit, atau untuk memberi nutrisi. Infus intravena
adalah sediaan parenteral dengan volume besar yang ditujukan untuk intravena.
Pada umumnya cairan infus intravena digunakan untuk pengganti cairan tubuh dan
memberikan nutrisi tambahan, untuk mempertahankan fungsi normal tubuh pasien
rawat inap yang membutuhkan asupan kalori yang cukup selama masa
penyembuhan atau setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya yakni
sebagai pembawa obat-obat lain.
Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal, dalam wadah plastik
atau gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel lain. Oleh karena
volumenya yang besar, pengawet tidak pernah digunakan dalam infus intravena
untuk menghindari toksisitas yang mungkin disebabkan oleh pengawet itu sendiri.
Cairan infus intravena biasanya mengandung zat-zat seperti asam amino,
dekstrosa, elektrolit dan vitamin.
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk
meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun
hipertonis dapat digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan
hipertonis diberikan dalam kecepatan yang lambat.
Persyaratan
1. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan didalam etiket dan yang ada
dalam sediaan; terjadi pengurangan efek selama penyimpanan akibat perusakan
obat secara kimia.
2. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap
steril tetapi juga mencegah terjadinya interaksi bahan obat dengan material dinding
wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi. untuk itu, beberapa faktor yang paling banyak
menentukan adalah:
a) bebas kuman
b) bebas pirogen
c) bebas pelarut yang secara fisiologis tidak netral
d) isotonis
e) isohidris
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
22/34
f) bebas bahan melayang
Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja obat yang cepat
dibandingkan cara-cara pemberian lain dan tidak menyebabkan masalah terhadap
absorbsi obat. Sedangkan kerugiannya yaitu obat yang diberikan sekali lewat
intravena maka obat tidak dapat dikeluarkan dari sirkulasi seperti dapat dilakukan
untuk obat bila diberikan per oral, misalnya dengan cara dimuntahkan
Pembahasan:
Infus tidak perlu pengawetkarena volume sediaan besa. Jika ditambahkan
pengawet maka jumlah pengawet yang dibutuhkan besar sehingga dapat
menimbulkan efek toksis
INFUS IV Ca GLUKONAT / GLUKONAT
Dalam percobaan ini akan dibuat sediaan infus intravena kalsium glukonat yang
merupakan larutan supersaturasi yang distabilkan dengan penambahan 35 mg
kalsium D-saccharate, dan harus disimpan pada suhu kamar. Laju infus maksimum
yang disarankan adalah 200 mg/menit.
Farmakologi :
Kalsium merupakan mineral yang penting untuk pemeliharaan kesempurnaan
fungsi susunan saraf, otot, sistem rangka, dan permeabilitas membran sel. Kalsium
adalah aktivator yang penting pada beberapa reaksi enzimatis dan berperan dalam
proses fisiologi yang mencakup transmisi rangsangan oleh saraf, kontraksi jantung,
otot polos dan otot rangka, fungsi renal, pernafasan dan koagulasi darah. Kalsium
juga berperan dalam reaksi pelepasan dan penyimpanan neurotransmiter dan
hormon, pengambilan dan pengikatan asam amino, absorbsi vitamin B12 dan
sekresi asam lambung.
Farmakokinetik :
Injeksi garam kalsium langsung masuk kedalam pembuluh darah. Setelah diinjeksi,
kalsium darah meningkat dengan cepat dan kembali turun dalam 30 menit sampai
2 jam, terdistribusi cepat dalam jaringan serta dieliminasi melalui urine.
INFUS IV DEKSTRAN
Kehilangan darah, sejauh jumlahnya tidak melampaui 10% dari jumlah total, tubuh
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
23/34
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
24/34
intrsel mengandung ion natrium dan klorida dalam jumlah yang besar, ion
bilarbonat dalam jumlah yang agak besar, tetapi hanya sejumlah kecil ion kalium,
magnesium phospat, sulfat, dan asam organic.disamping itu plasma mengandung
protein dalam jumlah yang besar, sedangkan cairan intrasel hanya mengandung
protein dalm jumlah protein yang leih kecil.
Cairan intasel hanya mengandung sejumlah kecil ion natrium dan klorida serta
hampir tidak mengandung ion kalsium, tetapi ia mengandung ion kalium dan
phospat dalam jumlah besar serta ion magnesium dan sulfat dalam jumlah cukup
besar, semuanya hanya ada dalam konsentrasi yang kecil dalam cairan ekstrasel.
Bahan-bahan yang digunakan (NaCl, KCl, NaHCO3, CaCl2) mudah larut dalam air,
sehingga dapat digunakan air sebagai pembawanya. Air yang digunakan harus
bebas pirogen. Pirogen merupakan produk metabolisme m.o (umumnya bakteri,
kapang dan virus). Secara kimiawi, pirogen adalah zat lemak yang berhubungan
dengan suatu molekul pembawa yang biasanya merupakan polisakarida, tapi bisa
juga peptide.
Pirogen menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang nyata, demam, sakit badan,
kenaikan tekanan darah arteri, kira-kira 1 jam setelah injeksi. Pirogen dapat
dihilangkan dari larutan dengan absorbsi menggunakan absorban pilihan.
(Lachman, hal. 1295-1296). Ion-ion ini diberikan dalam bentuk injeksi iv karena
diharapkan dapat segera memberikan efek.
INFUS IV GLUKOSA NaCl / GLUKOSA 10%
Pada umumnya larutan glukosa untuk injeksi digunakan sebagai pengganti
kehilangan cairan tubuh, sehingga tubuh kita mempunyai energi kembali untuk
melakukan metabolismenya dan juga sebagai sumber kalori. Dosis glukosa adalah
2,5-11,5 % (Martindale), pada umumnya digunakan 5 %. Dalam formula ini
ditambahkan NaCl supaya diapat larutan yang isotonis, dimana glukosa disini
bersifat hipotonis. Dalam pembuatan aqua p.i ditambahkan H2O2 yang
dimaksudkan untuk menghilangkan pirogen, serta di dalam pembuatan formula ini
ditambahkan norit untuk menghilangkan kelebihan H2O2.
INFUS IV MENGANDUNG Na, Ca, K
Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam
cairan intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa
serta isotonis sel.
Natrium klorida (NaCl), natrium merupakan kation utama dalam cairan
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
25/34
ekstraseluler dan memegang peranan penting pada regulasi tekanan osmotisnya.
Sering digunakan dalam infus dengan elektrolit lain.
Equvalent elektrolit (Steril Dosage Form, hal 250) :
Na+ = 135 mEq
K+ = 5 mEq
Ca+ = 5 mEq
Mg+ = 2 mEq
Kesetaraan ekuivalen elektrolit (Martindale) :
1g NaCl ~ 17,1 mEq Na+ E1 = 1,00
1g KCl ~ 13,4 mEq K+ E1 = 0,76
1g CaCl ~ 13,6 mEq Ca+ E1 = 0,51
1g MgCl ~ 9,8 mEq Mg+ E1 = 0,45
INFUS IV NaCl
Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan memegang
peranan penting pada regulasi tekanan osmotisnya, juga pada pembentukan
perbedaan potensial ( listrik ) yang perlu bagi kontraksi otot dan penerusan impuls
di syaraf.
Defisiensi natrium dapat terjadi akibat kerja fisik yang terlampau berat dengan
banyak berkeringat dan banyak minum air tanpa tambahan garam ekstra.
Gejalanya berupa mual, muntah, sangat lelah, nyeri kepala, kejang otot betis,
kemudian juga kejang otot lengan dan perut.
Selain pada defisiensi Na, natrium juga digunakan dalam bilasan 0,9 % ( larutan
garam fisiologis ) dan dalam infus dengan elektrolit lain.
INFUS IV PENGGANTI CAIRAN TUBUH
Air beserta unsur-unsur didalamnya yang diperlukan untuk kesehatan sel disebut
cairan tubuh.
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
26/34
Cairan tubuh dibagi menjadi dua yaitu :
1. Cairan Intraseluler, cairan ini mengandung sejumlah ion Na dan klorida serta
hampir tidak mengandung ion kalsium, tetapi cairan ini mengandung ion kalium
dan fosfat dalam jumlah besar serta ion Magnesium dan Sulfat dalam jumlah cukup
besar.
2. Cairan Ekstraseluler, cairan ini mengandung ion Natrium dan Klorida dalam
jumlah besar, ion bikarbonat dalam jumlah besar, tetapi hanya sejumlah kecil ion
Kalium, Kalsium, Magnesium, Posfat, Sulfat,dan asam-asam organik (Guyton hal
309).
Keseimbangan air dalam tubuh harus dipertahankan supaya jumlah yang diterima
sama dengan jumlah yang dikeluarkan. Penyesuaian dibuat dengan penambahan /
pengurangan jumlah yang dikeluarkan sebagai urin juga keringat.
Ini menekankan pentingnya perhitungan berdasarkan fakta tentang jumlah cairan
yang masuk dalam bentuk minuman maupun makanan dan dalam bentuk
pemberian cairan lainnya. Elektrolit yang penting dalam komposisi cairan tubuh
adalah Na, K, Ca, dan Cl. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka
dibuatlah sediaan infuse pengganti cairan tubuh yaitu infuse Ringers.
Injeksi Ringer adalah larutan steril Natrium klorida, Kalium klorida, dan Kalsium
klorida dalam air untuk obat suntik. Kadar ketiga zat tersebut sama dengan kadar
zat-zat tersebut dalam larutan fisiologis. Larutan ini digunakan sebagai penambah
cairan elektrolit yang diperlukan tubuh (Ansel hal 408).
INFUS IV PROTEIN UNTUK DBD
Bilamana seorang penderita harus diberikan makanan yang memadai tetapi tidak
dapat melalui saluran cerna. Indikasi cara ini biasanya digunakan untuk persiapan
bedah pada penderita kurang gizi, persiapan kemoterapi radioterapi dan kelainan
saluran cerna berat. Nutrisi parenteral total memerlukan larutan yang mengandung
asam amino; glukosa; lemak; elektrolit; dan vitamin.
Glukosa merupakan sumber karbohidrat yang lebih disukai, tapi bila tiap harinya
diberikan lebih dari 180 g maka harus ada monitoring kadar gula darah. Bila
mungkin diperlukan insulin. Glukosa dengan ragam kekuatan 10 50 % harus di
infus melalui kateter vena central. Untuk menghindari trombosis (gumpalan darah
yang terbentuk pembuluh darah).
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
27/34
Jumlah volume infuse intravena biasanya 500 mL dan 250 mL mengandung zat-zat
sebagai nutrisi, penambah darah, elektrolit, asam amino, antibiotik, dan obat yang
umumnya diberikan lewat jarum yang dibiarkan di vena atau kateter dengan
diteteskan terus menerus. Tetesan atau kecepatan mengalir dapat diatur oleh
dokter atau perawat sesuai dengan kebutuhan pasien. Umumnya 2-3 mL permenit.
Untuk Infus, intravena jarum/kateter biasanya ditusukkan divena yang menonjol di
lengan atau kaki dan diikat erat di tempat tersebut sehingga tidak akan bergeser
dari tempat selama diinfus. Bahaya utama infus intravena ialah kemungkinan
terbentuknya trombus akibat rangsang tusukan jarum pada dinding vena.
Trombus akan lebih mungkin terjadi bila larutan infus bersifat mengiritasi jaringan
tubuh. Trombus adalah gumpalan darah yang terbentuk dalam pembuluh darah
(atau jantung) yang umumnya disebabkan oleh melambatnya aliran atau
perubahan darah atau pembuluh darah. Bila gumpalan darah itu beredar maka
gumpalan tersebut menjadi embolus, dibawa oleh aliran darah sampai tersangkut di
pembuluh darah, menghalangi dan mengakibatkan hambatan atau sumbatan yang
disebut emboli. Suatu hambatan dapat sangat berbahaya tergantung pada tempat
dan keparahan hambatan tersebut. Obat-obat yang diberikan lewat intravena
biasanya harus berupa larutan air, bercampur dengan darah dan tidak mengendap.
Keadaan tertentu dapat menimbulkan terjadinya trombus dan kemudian
menghalangi aliran darah. (Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi keempat,
Howard C Ansel, hal 402)
Demam berdarah adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan virus Dengue tipe
I-IV, disertai demam 5-7 hari gejala-gejala perdarahan, dan bila timbul syok:
angka kematian cukup tinggi.
Gejala dan tanda :
1. panas 5-7 hari, gejala umum tidak khas
2. perdarahan spontan (petekie, ekimosa, epistaksis , derajat hematemesis,
melena, perdarahan gusi, uterus, telinga, dll)
3. ada gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>
120/menit), tekanan nadi sempit (
4. nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur, denyut jantung > 140/menit,
acral dingin, berkeringat, kulit biru
Gejala Lain :
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
28/34
1. Hati membesar, nyeri spontan dan pada perabaan
2. Asites
3. Cairan dalam rongga pleura (kanan)
4. Ensepalopati: kejang, gelisah, sopor, koma
Prinsip penatalaksanaan :
1. Memperbaiki keadaan umum
2. Mencegah keadaan yang lebih parah
3. Memperbaiki syok dan perdarahan (pen: rehidrasi sampai hari ke 7, namun hati-
hati pada hari ke 6 dapat terjadi arus balik cairan intersitiel ke pembuluh darah)
INFUS IV UNTUK MEMPERTAHANKAN KESEIMBANGAN ASAM TUBUH
Pembuatan infus ini mengacu pada penggunaannya sebagai cairan infus yang dapat
menstabilkan jumlah elektrolit-elektrolit yang sama kadarnya dalam cairan
fisiologis normal, sehingga diharapkan pasien dapat mempertahankan kondisi
elektrolitnya agar sesuai dengan batas-batas atau jumlah elektrolit yang normal
pada plasma. Selain itu, digunakan pengisotonis dekstrosa yang diharapkan
mampu menambah kalori bagi pasien serta meningkatkan stamina karena biasanya
kondisi pasien yang kekurangan elektrolit dalam keadaan lemas (sehingga perlu
diinfus).
Ion natrium (Na+) dalam injeksi berupa natrium klorida dapat digunakan untuk
mengobati hiponatremia, karena kekurangan ion tersebut dapat mencegah retensi
air sehingga dapat menyebabkan dehidrasi.
Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam
cairan intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa
serta isotonis sel.
Ion kalsium (Ca2+), bekerja membentuk tulang dan gigi, berperan dalam proses
penyembuhan luka pada rangsangan neuromuskuler. Jumlah ion kalsium di bawah
konsentrasi normal dapat menyebabkan iritabilitas dan konvulsi.
Ion Magnesium (Mg2+) juga diperlukan tubuh untuk aktivitas neuromuskuler
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
29/34
sebagai koenzim pada metabolisme karbohidrat dan protein.
Dekstrosa, suatu bentuk karbohidrat yang diberikan secara parenteral diharapkan
dapat memberikan tambahan kalori yang diperlukan untuk menambah energi pada
tubuh.
Batas konsentrasi normal elektrolit dalam plasma (Steril Dosage Form, hal 251-
252) :
Na+ = 135-145 mEq/L
K+ = 3,5-5 mEq/L
Ca2+ = 5 mEq/L
Mg2+ = 2 mEq/L
INFUS IV UNTUK PENGELOLAAN DEHIDRASI
Sekitar 60% berat badan manusia terdiri dari cairan. Setiap hari sekitar 1,7 liter
cairan di dalam tubuh keluar melalui urin, tinja, keringat dan pernapasan. Cairan
yang keluar tersebut akan digantikan oleh cairan yang masuk ke dalam tubuh
melalui makanan dan minuman, yakni sebanyak 3 liter perhari. Jika cairan yang
keluar dai tubuh terjadi secara berlebihan dan tidak diimbangi dengan cairan yang
masuk, maka terjadilah dehidrasi (kekurangan cairan tubuh).
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh,
karena terjadi pengeluaran yang lebih banyak daripada pemasukan. Gangguan
kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit
tubuh. Zat eletrolit yang diperlukan tubuh terdiri dari anion dan kation antara lain
Na+, K+, Ca2+, SO42-, dan Cl-.
Dehidrasi terdiri dari :
a. Absolut :Kandungan air dibawah normal atau dibawah standar.
b. Hypenatermic : Keadaan hilangnya elektrolit lebih rendah secara disproporsional
dibandingkan dengan hilangnya air.
c. Relatif : Dehidrasi sebagai akibat meningkatnya tekanan osmotik cairan tubuh.
d. Voluntari : Akibat dari rasa haus yang tidak merangsang penggantian air yang
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
30/34
hilang dengan cukup.
INFUS MENGANDUNG KARBOHIDRAT
Karbohidrat merupakan bahan bakar utama (sumber energi) bagi tubuh yang
didalam makanan terdapat sebagai monosakarida, disakarida dan polisakarida.
Selain sumber energi juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan asam-
basa, pembentukan struktur sel, jaringan dan organ tubuh. Bilamana seorang
penderita harus diberikan makanan yang memadai tetapi tidak dapat melalui
saluran cerna atau mengalami gangguan saluran cerna seperti diare maka sumber
energi utama yakni karbohidrat dapat diberikan melalui infus yang mengandung
karbohdrat.
Glukosa merupakan sumber karbohidrat yang lebih disukai dan salah satu senyawa
yang penting didalam tubuh sebagai sumber energi.
INFUS Na BIKARBONAT UNTUK ASIDOSIS METABOLIK
Asidosis metabolic adalah suatu keadaan dimana pH arterial bersifat asam dan
konsentrasi bikarbonat plasma dibawah normal. Pada asidosis metabolic akut, pH
arterial dibawah 7,1-7,2 dan konsentrasi bikarbonat plasma,
Farmakologi
Na.bikarbonat merupakan agen pengalkali yang berdisosiasi membentuk ion
bikarbonat. Bikarbonat merupakan komponen basa konjugasi dari buffer
ekstraseluler utama yang ada di tubuh,yaitu buffer bikarbonat-asam karbonat. Pada
kondisi normal buffer ini menjaga pH plasma yaitu 7,37-7,42. Namun bila terjadi
gangguan pada system buffer ini maka pH plasma dapat naik ataupun turun. pH
plasma yang dibawah normal mengindikasikan terjadinya asidosis metabolic.
Pemberian Na.bikarbonat akan menigkatkan konsentrasi bikarbonat plasma dan
meningkatkan pH plasma sehingga pH plasma normal kembali (DI 2003 hal 2472-
2473).
INFUS PROTEIN
Protein merupakan makromolekul yang pada hidrolisa hanya menghasilkan asam
amino. Sel hidup menghasilkan berbagai macam makromolekul (protein, asam
nukleat dan polisakarida) yang berfungsi sebagai komponen struktural,
biokatalisator, hormon, reseptor dan sebagai tempat penyimpanan informasi
genetik. Makromolekul ini merupakan biopolimer yang dibentuk dari unit monomer
atau bahan pembangun.
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
31/34
Asam amino dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Asam amino essensial yaitu asam amino yang diperlukan oleh tubuh tetapi tidak
dapat disintesis dalam tubuh sehingga harus diperoleh dari luar. Contoh : Arginin,
histidin, isoleusin, lisin, metionin, fenil alanin, treonin, triptofan, dan valin.
2. Asam amino non essensial yaitu asam amino yang dapat disintesa didalam
tubuh. Contoh: Alanin, asparagin, asam aspartat, sistein, asam glutamate,
glutamin, glisin, prolin, hidroksiprolin, serin, dan tirosin.
Arginin mempunyai fungsi yang sama seperti asam amino, yaitu meningkatkan
stimulan hormon pertumbuhan, prolaktin, dan glukosa darah. Arginin dapat
menambah konsentrasi glukosa darah. Efek ini dapat langsung berpengaruh dari
hati menjadi asam amino yang berkualitas.(DI hal 1341)
INFUS IV DEKSTROSA
Farmakologi (DI, hal 1427)
Dekstrosa dengan mudah dimetabolisme, dapat meningkatkan kadar glukosa darah
dan menambah kalori. Dekstrosa dapat menurunkan atau mengurangi protein
tubuh dan kehilangan nitrogen, meningkatkan pembentukan glikogen dan
mengurangi atau mencegah ketosis jika diberikan dosis yang cukup. Dekstrosa
dimetabolisme menjadi CO2 dan air, maka larutan dekstrosa dan air dapat
mengganti cairan tubuh yang hilang. Injeksi dekstrosa dapat juga digunakan
sebagai diuresis dan volume pemberian tergantung kondisi klinis pasien.
LARUTAN PENCUCI PADA OPERASI LAMBUNG
Larutan irigasi adalah larutan steril, bebas pyrogen yang digunakan untuk tujuan
pencucian dan pembilasan. Sodium Klorida ( NaCl ) secara umum digunakan untuk
irigasi ( seperti irigasi pada rongga tubuh, jaringan atau luka ). Larutan irigasi NaCl
hipotonis 0,45% dapat digunakan sendiri atau tanpa penambahan bahan tambahan
lain. Larutan irigasi NaCl 0,9% dapat digunakan untuk mengatasi iritasi pada luka. (
DI 2003 hal 2555 )
Larutan irigasi dimaksudkan untuk mencuci dan merendam luka atau lubang
operasi, sterilisasi pada sediaan ini sangat penting karena cairan tersebut langsung
berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi
dapat terjadi dengan mudah.( Ansel hal 399 )
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
32/34
INFUS PENDERITA DIARE BERAT
(LOCKE RINGER)
Locke Ringer mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh yaitu elektrolit-
elektrolit dan karbohidrat sesuai untuk penderita diare berat
Digunakan norit, yaitu untuk menyerap pirogen dan mengurangi kelebihan H2O2.
Cara sterilisasi yang digunakan adalah dengan teknik otoklaf karena bahan-bahan
yang digunakan tahan panas
Pembahasan : hipertonis (harap diperhatikan laju tetesan per menit)
INFUS UNTUK PENGELOLAAN METABOLIK ALKALOSIS
Alkalosis metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa
karena tingginya kadar bikarbonat. Alkaosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan
banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama
periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan
selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama
setelah pembedahan perut)
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bia kehilangan natrium atau kalium
dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam
mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama alkalosis metabolik :
1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).
Gejala :
1. Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot
berkedut dan kejang otot, atau tanpa gejala sama sekali.
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
33/34
2. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan
spasme (kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).
3. Diagnosa dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam
keadaan basa.
Pengobatan :
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit
(natrium dan kalium)
INFUS LARUTAN IRIGASI GLISIN
Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besr. Larutan tidak
disuntikkan ke dalam vena, tapi digunakan di luar sistem peredaran darah dan
umumnya menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastik yang dipatahkan,
sehingga memungkinkan pengisian larutan dengan cepat. Larutan ini digunakan
untuk merendam atau mencuci luka2. Sayatan bedah atau jaringan tubuh dan
dapat pula mengurangi pendarahan.
Persyaratan larutan irigasi adalah sbb :
1. Isotonik
2. Steril
3. Tidak disbsorpsi
4. bukan larutan elektrolit
5. Tidak mengalami metabolisme
6. Cepat diekskresi
7. Mempunyai tekanan osmotik diuretik
8. bebas pirogen
Larutan irigasi glisin digunakan selama operasi kelenjar prostat dan prosedur
transuretral lainnya. Larutan yg digunakan untuk luka dan kateter uretra yg
mengenai jaringan tubuh hrs disterilkan dgn cara aseptis.
8/10/2019 jenis LARUTAN INFUS
34/34
INFUS IV YG MGD NUTRISI
Glukosa termasuk monosakarida dimana sebagian besar monosakarida dibawa oleh
aliran darah ke hati. Di dalam hati, monosakarida mengalami proses sintetis
menghasilkan glikogen, oksidasi menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk
dibawa dengan aliran darah ke bagian tubuh yg memerlukannya. Sebagian lain
monosakarida dibawa langsung ke sel jaringan organ tertentu dan mengalami
proses metabolisme lbh lanjut. Karena pengaruh berbagai faktor dan hormon
insulin yg dihasilkan oleh kelnjar pankreas, hati dapat mengatur kadar glukosa
dalam darah. Kadar glukosa dalam darah merupakan faktor yg sgt penting utk
kelancaran kerja tubuh.
INFUS IV RINGER LAKTAT
Jika untuk mengatasi kondisi kekurangan volume darah, larutan natrium klorida
0,9% - 1,0% menjadi kehilangan maka secara terapeutik sebaiknya digunakan
larutan ringer, larutan ini mengandung KCl dan CaCl2 disamping NaCl. Beberapa
larutan modifikasi jg mengandung NaHCO3 maka larutan dapat disterilakan dengan
panas yang stabil. Pengautoklafan larutan natrium hidrogen karbonat hanya
diproses mempunyai penyaringan kuman.
Pembahasan : larutan ini bersifat hipertonis. Harap diperhatikan laju tetesan per
menit. Laju tetesan maksimal 5 ml per menit
INFUS IV AMMONIUM KLORIDA
(PENDAHULUANNYA SAMA DENGAN ALKALOSIS METABOLIK)
Ammonium klorida digunakan sebagai z.a yang dapat berkhasiat untuk pengobatan
gangguan metabolisme alkalosis dalam tubuh serta menggantikan ion klorida yang
hilang dalam tubuh.
INFUS IV MENGANDUNG ELEKTROLIT DAN KARBOHIDRAT
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk
meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun
hipertonis dapat digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan
hipertonis diberikan dalam kecepatan yang lambat.
Top Related