PERNII<AHAN BEDA AGAMA DI YA YASAN
INDONESIAN CONFERENCE ON RELIGION AND PEACE (ICRP)
DAN DAMPAKNYA DI KALANGAN MASYARAJ(AT
Oleh:
MARWANIH
KONSENTRASI PERADILAN AGAMA
PROGRAM STUD I AHW AL SYAKHSIYY AH
FAKUL TAS SY ARI' AH .DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1423 H/ 2007 M
PERNIKAHAN BEDA AGAMA DI YA Y ASAN
INDONESIAN CONFERENCE ON RELIGION AN][) PEACE (ICRP)
DAN DAMP AKNYA DI I<:ALANGAN MASYARAKA T
SKRIP SI
Diajukan kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Smjana Hukum Islam
Oleh:
Marwanih
NIM. 1020 4412 5013
Di Bawah Birnbingan :
Prof. D1 Fathurrahman D'amil M.A.
NIP. 150 222 824
KONSENTRASI PERADILAN AG;AMA
PROGRAM STUD I AHW AL SY AKHSIYY AH
FAKULTAS SYARI' AH DAN HUKUM
VIN SY ARIF HIDAY ATULLAH
JAKARTA 1428 H/ 2007 M
PENGESAHAN P ANITIA UJIAN
psi berjudul "Pernikahan Beda Agama Di Indonesian Confrence On Religion and Peace (ICRP) Ian Dampaknya di Kalangan Masyarakat" telah diajukan dalam siclang munaqosah Fakultas
Syari'ah dan Hukum UIN SyarifHiclayatullah Jakarta, pada tanggal 07 Maret 2007,
eti:a
:kertai is
skripsi ini telah cliterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam pada Jurusan Peraclilan Agama
Jakarta, 07 Maret 2007 Mengesahkan Dekan,
,,..-)
Pro:fZ Dr. H.M Amin Suma, SH. MA. NIP: 150 210 422
P ANJTIA UJIAN ( ...... p .... , .. : ....................... ) : Drs. Basig Djalil, SH. MA NIP: 150 169 192
\ : Kama Rusdiana, SAg. M. Hum NIP: 150 285 972
( ............. r"······ .................................. )
mbimbing : Prof. Dr. Faturrahman Djamil, MA NIP: 150 222 824
\ ( ............. '.":':':' ................... ~ ..... )
nguj i I
1guj i II
: Drs. Hamiel Farihi, MA NIP: 150 228 413
: Drs. Noryamin Aini, MA NIP: 150 247 330
KATA PENGANTAR
f':P'YI u-.,J1 .JJ1 I"""':'
Alhamdulillahirabbil aalamiin, puja, puji syukur Ilahi Rabbi yang telah memberikan
limpahan rahmat, karunia dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tulisan ini tepat pacla waktunya. Shalawat beriring salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW yang telah membawa kita keera
moderenisasi seperti sekarang ini.
Tiada kata dan ucapan yang keluar dari lidah ini selain syukur yang mendalam kepada
A.llah SWT karna atas kehendak-Nyalah dapat terselesaikan tulisan ini.
Penulis haturkan banyak terimalrnsih kepada semua pihak yang secara langsung
11aupun tidak langsung telah membantu clalam penyusunan skripsi ini. Karena penyusunan
;kripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan clari berbagai pihak. Oleh karena itu
lengan segala ketulusan hati dan keikhlasan jiwa, penulis ingin menyampaikan ucapan
erimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
Bapak Prof. Dr. H.M. Amin Suma, SH. M.A, selaku Dekan Fakultas Syari'ah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bapak Drs. Basiq Djalil. M.A, selaku Ketua Jurusan Peradilan Agama dan Bpk Kama
Rusdiana, S.Ag, M. Hum, selaku Sekretaris Jurusan
Bapak Prof. Dr. Faturrahman Djan1il, M.A, selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat, dan arahan kepada penulis dengan penuh
tanggung jawab.
Para pembimbing akademik dan seluruh Dosen Fakultas Syari'ah dan Hukum,
khususnya dosen-dosen jurusan Peradilan Agama yang telah memberikan ilmu
kepada penulis selama masa perkuliahan, semoga Allah membalas semua amalnya
dengan pahala dan kebaikan.
Pimpinan Perpustakaan Utama, Perpustakan Fakultas Syari'ah dan Hukum yang telah
membantu penulis menyediakan buku-buku yang penulis butuhkan dalam penulisan
skripsi ini.
Kepada semua pengurus Yayasan Indonesian Confrence On Religion and Peace
(ICRP) sebagai objek penulis dalam pembuatan skripsi ini.
Sembah sujud ananda haturkan kepada kedua orang tua hamba yang tercinta
Ayahanda H. Ismail (Alm) dan Ibunda Hj. Muhanih yang telah mendidik dan
membesarkan anancla clan yang selalu menclo'akan juga memberikan nasehat serta
birnbingan kepacla anancla untuk menggapai harapan clan cita-cita. Dan untuk seluruh
keluarga besarku terimakasih atas semua motifasinya karena dukungan kalianlah aku
bis a seperti ini.
Kuucapkan terimakasih yang amat sangat kepada aankku tercinta Badrotin yang
selalu memberikan dorongan clan semangat bagi penulis untuk dapat menyelesaikan
skripsi ini, yang memberikan keyakinan dan harapan untuk mm:a depan . Juga pada
keluarga besar Bapak Mukhsin (aim), Ema' beserta keluarga, semoga ukhuwah dua
keluarga tetap utuh selamanya. Amin.
Teman-teman PA Angkatan Tahun 2002 yang telah setia dalam menjalin tali
silaturrahim clan ukhuwah, semoga ikatan batin diantara kita yang selama ini terjalin
tetap te1jaga dan menjadi khasanah tersendiri dalam menggapai masa depan yang
gemilang.
Keluarga besar Racana Fatahillah-Nyi Mas Gandasari UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta terutama "Angkatan Campret 2002 ", yang telah :memberikan sejuta
pengalaman dan wawasan se1ia menyadarkan penulis tentang pentingnya arti
kemandirian dan keberanian.
Terima kasih kepada almamaterku tercinta Al-Mawaddah Ponorogo dan Keluarga
besar HIKAM juga Alfannisa 01 kuselalu menjunjung tinggi namamu, mengenang
dan merindukanmu selalu.
Serta yang terakhir penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
pat penulis sebutkan satu-persatu, semoga Allah membalas dengan segala hidayah dan
runia-Nya, Jazakumullah khairan katsiran. Akhirnya, semoga tulisan ini dapat
rmanfaat bagi penulis khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya. Amin Ya Rabbal
lamin.
Ciputat, 07 Maret 2007
Penulis
DAFTARISI
PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................................ .
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................. .
KATA PENGANTAR .................................................................................. .
DAFT AR ISi ................................................................................................. .
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... .
A. La tar Belakang Masalah .... .... ...... ...... ........ .......... ...................... 1
B. Pernbatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 7
D. Review Skripsi Terdahulu ......................................................... 8
E. Metodel Penelitian ..................................................................... 14
F. Sietematika Penelitian ............................................................... 15
BAB II KETENTUAN UMUM PERKA WIN AN ..................................... 17
A. Pengertian Perkawinan Menurut Hukum Islam dan Undang-
undang ........................................................................................ 17
1. Pengertian Perkawinan Menurut Hukum Islam................... 17
2. Pengertian Perkawinan Menurut Undang-unclang .............. 20
B. Rukun clan Syarat Perkawinan ................................................... 22
C. Dasar Hukum Perkawinan ......................................................... 27
1. Dasar Hukum Perkawinan Menurut Hukum Islam ............. 27
2. Dasar Hukum Perkawinan Menurut Hukum Positif ........... 32
BAB III PERNIKAHAN BEDA AGAMA DALAM PANDANGAN
A GAMA DAN HUKUM POSITIF ............................................. 35
A. Pernikahan Beda Agama Dalam Pandangan Agama-agama Di
Indonesia . ... .. ... ... .. . ... .............. ... ... ... ... ... ... ... .. ... .. . .. .. ... ... .. ... . .. ..... 35
1. Menurut Pandangan Agama Islam ..................................... 35
2. Menurut Pandangan Agama Kristen Katolik ...................... 40
3. Menurut Pandangan Agama Kristen Protestan ................... 42
4. Menurut Pandangan Agama Budha .................................... 43
5. Menurut Pandangan Agama Hindu .................................... 44
6. Menurut Pandangan Agama Konghucu .............................. 46
7. Menurut Pandangan Penghayat Kepercayaan .................... 48
B. Pernikahan Beda Agama Dalam Pandangan Hukum Positif ..... 49
BAB IV PERNIKAHAN BEDA AGAMA DI YAYASAN
INDONESIAN CONFERENCE ON RELIGION AND
PEACE (ICRP) DAN DAMPAKNYA TERHADAP
lVIASY ARAKAT ............................................................................ 53
A. Profil Yayasan Indonesian Conference On Religion And
Peace (ICRP) . .. ... . .. . .. .... . ... ... ... . ... ...... ... ... ... .. . .. .. ... ... .. ... ... ... .. ... .... 53
B. Prosedur Pernikahan Beda Agama Di ICRP ............................. 56
C. Dampak Pernikahan Beda Agama Di Indonesia 61
1. Dampak Positif ................................................................... 64
2. Dampak Negatif .................................................................. 65
D. Analisis Pernikahan Beda Agama Di ICRP dan Dampaknya
Secara Umum Terhadap Masyarakat Indonesia ........................ 71
I. Di lihat dari segi Agama Islam ........................................... 71
2. Di lihat dari segi hukum positif .......................................... 77
3. Pendapat penulis tentang pernikahan beda agama di
Indonesia ... ... ...... ... ....... ...... .... ... ...... ... ..... ... ............. ... ......... 79
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 80
A. Kesimpulan ................................................................................ 80
B. Saran .......................................................................................... 82
DAFT AR PUST AKA .................................................................................... 84
LAMPIRAN ................................................................................................... 86
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT telah menciptakan berbagai macam bentuk makhluk hidup di
dunia, dimana setiap makhluk itu mempunyai ketergantungan satu sama lainnya,
seperti halnya manusia dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan. Manusia
membutuhkan makanan untuk dimakan begitu pula dengan hewan.dan tumbuhan
mereka semuanya saling membutuhkan (simbiosis mutualisme) antara satu
dengan yang lainnya sebagai satu tali rantai makanan, begitulah Allah yang
Maha Perkasa menciptakan makhluknya.
Dengan adanya hal itu makhluk yang diciptakan Allah pun bermacam jenis,
ragam, dan golongannya. Ada hewan, tumbuh-tumbuhan, dan manusia bahkan
ada makhluk ciptaannya yang bersifat gaib yang mengisi alam semesta ini.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang amat terpuji dan amat mulia yang
diberikan kesempurnaan oleh Allah dengan dilengkapi aka! pikiran sebagai
pedoman hidup dan dijadikan khalifah di muka bumi. Sebagaimana firman-Nya
dalam surat at-Tin (95) ayat 4 yang berbunyi:
Artinya: "Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya".
2
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia melebihi
derajat penciptaan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Bukti tentang ciptaan Allah
tentang manusia tersebut ialah diciptakannya nafsu pada diri manusia, agar
manusia dapat menikmati apa yang telah di anugerahkan Allah kepadanya.
Disamping itu manusia juga diberi aka! sebagai pengendali nafsu tersebut. Akal
dan nafsu inilah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya, sehingga
manusia bisa melakukan apa saja dengan keduanya. Meskipun demikian manusia
adalah makhluk sosial yang tentunya tidak mampu untuk hidup sendiri, sehingga
ia membutuhkan sesamanya.
Allah selalu menciptakan makhluknya secara berpasang-pasangan agar
mereka dapat berkembang biak untuk menambah keturunannya. Dari itulah
manusia diciptakan Tuhan dengan jenis yang berbeda yaitu laki-laki dan
perempuan, yang nantinya diantara mereka berdua akan timbul rasa saling kasih
mengasihi, mencintai, dan diteruskan dengan rasa ingin memiliki se1ia rasa ingin
bersatu. Ini dikarenakan manusia mempunyai nafsu yang ditimbulkan dari dalam
dirinya.
Dengan adanya perasaan demikian malrn timbulah keinginan untuk berumah
tangga dan membina kehidupan bersama yang dinamakan pernikahan. Dengan
adanya ha! itu maka manusia membuat peraturan untuk kehidupannya yang
kemudian peraturan itu mengikat mereka dalam hukum dan kebiasaan yang
3
menyatukan mereka dengan Jawan jenisnya dalam suatu ikatan pernikahan. Dari
situlah mereka dapat berkembang biak dan memperoleh keturunan yang akhirnya
terciptalah kita di dunia ini.
Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat An-Nisa (4) ayat I yang
berbunyi:
Artinya:
Ll' ..• J
"Hai sekalian manusia bertaqwalah kamu sekalian kepada Allah yang telah menciptakanmu dari jiwa yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan dart pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) asma-Nya kamu saling meminta satu sama lainnya, dan (peliharalah) hubungan silaturrahmi, sesungguhnya Allah selalu merifaga dan mengawasi kamu".
Pernikahan sebagai media pertemuan dan penggabungan dua insan yang
berbeda j enis merupakan ha! yang amat sakral dimata masyarakat. Masayarakat
Indonesia yang dipengaruhi oleh kentalnya budaya dan agama sangat
memandang perkawinan sebagai ha! yang mesti dihormati.
Di dunia ini terdapat berbagai macam agama yang dianut oleh umat manusia
dengan berbagai macam hukum yang menj adi Jandasan dan pedoman bagi
kehidupannya. Di Indonesia khususnya mempunyai berbagai macam suku dan
4
budaya juga berbagai macam agama yang diakui negara dan dianut oleh
masyarakatnya. Salah satunya adalah agama Islam, yang telah dikenal
masyarakat Indonesia sejak zaman dalrnlu dan merupakan agama yang mayoritas
diantara agama yang lainnya.
Mengingat pluralnya agama yang ada di Indonesia dengan berbagai budaya
serta adat istiadat, maka dalam prosedur pelaksanaan perkawinan dipandang
perlu untuk dibuatkan peraturan yang seragam. Untuk itu pemerintah telah
mengupayakan berbagai langkah untuk memenuhi kebutuhan tersebut secara
bertahap. Dengan terbitnya Undang-undang RI No. 1 tahum 1974 tentang
perkawinan, yang kemudian disusul dengan diterbitkannya PP No. 9 tahun 1975
tentang pelaksanaan Undang-undang RI No. I tahun t974 dan instruksi presiden
No. I tahun 1991 tentang perintah untuk menyebarluaskan KHI (Kompilasi
Hukum Islam) di lingkungan Depag agar dijadikan pedoman bagi Pengadilan
Agama dalam menyelesaikan masalah pernikahan khususnya.
Pernikahan bagi umat Islam bukanlah sekedar suatu ilcatan lahiriyah antarn
seorang wanita dan pria untuk memenuhi kebutuhan biologisnya saja, akan tetapi
pernikahan juga merupakan sunnah Rasul dan suatu perbuatan suci yang
bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup untuk mencapai ketenangan (sakinah)
dalam kehidupan rumah tangga. Oleh karenanya pernikahan harus dilal<:sanakan
sesuai petunjuk Allah dan Rasul- Nya. 1
1 Hamdan Rasyid, Fikih Indonesia Himpunan Fatwa-Fatwa Aktual al-Mawardi, (Jakarta: Prima, 2003), cet. I, hal.171.
5
Karena begitu sakralnya pernikahan dalam pandangan masyarakat
Indonesia, ketika ada pernikahan yang tidal< wajar dal.am aiii tidal< biasa
dilakukan masyarakat, maka terjadilah kontroversi atau pertentangan dikalangan
masyarakat. Inilah yang te1jadi ketika Pernikahan Beda Agama (PBA) terjadi di
negara Indonesia, ada kalangan yang menerima dan tidak sedikit pula yang
menolaknya.
Dari kasus inilah sebuah yayasan bernama Indonesian Conference on
Religion and Peace (ICRP) memberikan solusi bagi pasangan yang berbeda
agama yang ingin pernikahan mereka disahkan. PBA seperti yang dilakukan di
yayasan ICRP ini sebelumnya juga pernah dilakukan oleh beberapa lembaga
lain, misalnya Paramadina dan Wahid Institut. Kedua lembaga ini pernah
beberapa kali mengadakan PBA yang kemudian menuai kontroversi dari
berbagai kalai1gan. Selanjutnya akibat kontroversi dan banyaknya pertentangan \
yang te1jadi kedua lembaga ini tidak lagi mengadakan PBA yang kemudian
diambil alih oleh yayasan ICRP.
Dalam Alquran, nikah beda agama dibolehkan sekaligus dilarang. Menikahi
perempuan Ahl al-Kitab dihalalkan oleh surat Al-Maidah (5) ayat 5. Sementara
menikahi perempuan musyrikah dan menikahkan laki-laki musyrik dengan
perempuan mukminah dilarang oleh surat Al-Baqarah (2) ayat 221.
Bagi mereka yang meyakini bahwa ayat surat Al-Baqarah turun untuk
menganulir (menaskh) ayat surat Al-Maidah, menikah dengan non-muslim tidak
dibolehkan oleh Islam. Sementara mereka yang meyakini sebaliknya,
6
berpendapat bahwa Islam membolehkan laki-laki muslim menikahi perempuan
Ahl al-Kitab, meskipun kemudian mereka berselisih tentang batasan pengertian
Ahl al-Kitab (ini akan dibahas pada bab III).
Nikah lintas agama dalam kompilasi hukum islam adalah pernikahan yang
dilakukan antara laki-laki ahli kitab. Menurut KHI pasal 40 yang berbunyi
"Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang
wanita karena keadaan tertentu : ( c) seorang wanita yang tidak beragama Islam,
bahwa pernikahan dengan ahli kitab adalah terlarang, sekalipun prianya yang
muslim yang hal demikian selama ini dibenarkan oleh sebagian ahli fikih". 2
Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian di yayasan
Indonesian Coriference on Religion and Peace (ICRP) sebagai sampel dengan
maksud untuk mengetahui seperti apa PBA yang dilakukan di yayasan tersebut
dan apa dampaknya yang te1jadi di masyarakat?
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
Untuk memudahkan penulis dalam membahas skripsi :ini, penulis membatasi
permasalahannya hanya pada pernikahan beda agama di Indonesia dengan
mengambil sampel di yayasan ICRP dan dampak yang terjadi pada masyarakat.
Dari uraian dan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
penelitian ini sebagai berikut:
2 Basiq Djalil Pernikahan lintas Agama Da/am Persepektif Fikih dan Kompilasi Hukum Is/am, (Jakarta:Qalbu Salim, 2005) cet. I, ha!. 2 Pendahuluan.
7
J. Bagaimana mekanisme atau prosedur pelaksanaan nikah beda agama yang
dilakukan di yayasan ICRP?
2. Apa alasan yayasan tersebut selain berperan sebagai konsultan pernikahan
juga sebagai "penghulu" dalam nikah beda agama?
3. Bagaimana status hukum pernikahan bed a agama yang telah dilaksanakan di
yayasan ICRP?
4. Dampak apakah yang terjadi dikalangan rnasyarakat dengan adanya PBA
sernacam ini?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. U ntuk mengetahui prosedur pelaksanaan pernikahan bed a agama yang
dilaksanakan oleh yayasan ICRP dan dampaknya di masyarakat,
b. Untuk mengetahui legalitas pernikahan beda agama ditinjau dari segi
agama dan hukum yang berlaku di Indonesia,
c. Untuk mengetahui alasan yang digunakan oleh yayasan ICRP sehingga
pernikahan semacam ini masih dilaksanakan.
2. Manfaat Penelitian
a. Bertujuan untuk memberikan informasi tentang nikah beda agama dan
status hukumnya di Indonesia,
b. Bertujuan untuk mengetahui status pernikahan beda agama menurut
hukum Islam dan Undang-undang RI No. 1 tahun 1974
8
c. Agar yang mempunyai rencana untuk nikah beda agama mcmikirkan
kembali dampak yang te1jadi baik positif maupun negatifuya bagi diri
sendiri dan lingkungannya,
d. Bertujuan untuk menambah khazanah pengetahuan penelitian dan
memberikan kontribusi kepada akademisi atau pihak-pihak yang
berkepentingan mengenai ha! ini,
e. Bertujuan untuk menghasilkan karya ilmiah yang berguna dan
bermanfaat bagi penulis sebagai syarat untuk menyelesaikan program
strata satu (S-1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya dan bagi
masyarakat pada umumnya.
D. Review Skripsi Tcrdahulu
I. Jamaludin, Hukum Perkawinan Beda Agama Tinjauan: Agama-agama Yang
Diakui Di Indonesia, AKI, 2005
Di sini menjelaskan bahwasanya seluruh agarna-agama yang ada di
Indonesia tidak menghendaki te1jadinya pernikahan beda agama, karena
menyangkut aqidah ataupun keyakinan seseorang dan juga generasi
penerusnya. Dan juga bertentangan dengan Undang-undang perkawinan, ha!
ini dapat dilihat pada pasal 40 jo pasal 44 KHI dan kumpulan fatwa-fatwa
MUI. Tetapi dalam OHR (Religion of de Oemende Hewlijken), diatur akan
ha! ini. Disamping itu ketentuan dalam OHR ini masih berlaku berdsarkan
ketentuan pasal 66 UU perkawinan.
9
Dampak yang ditimbulkan setelah pernikahan ialah hubungan keluarga
yang kurang harmonis, kesulitan mendidik anak dalam rnenentukan
keyakinan, kewarisan dan status anak, dalam undang-undang no. I tahun
197 4 j ika perkawinannya tidak sah maka si anak masuk dalam nasab ibunya
bukan ayahnya karena pernikahan beda agama tidak diatur dalam UU dan
dianggap tidak sali.
2. Ahmad Syarif Hidayat, Dampak Perkawinan Beda Agama Terhadap
Perkembangan Anak, PA, 2003
Dampak yang akan timbul dari PBA agama ini terhadap perkembangan
anak ialah: dampak psikologis yang akan diterima sang anak, dia tidak bisa
eksis dalam menjalankan ibadah dikarenakan bingung agama apa yang alcan
mereka pegang juga dalam pergaulan dia akan terns merenung dan menjadi
pendiam dikarenalcan dampak sosiologis yang acla pada anak sebagai
lanjutan dari clampak psikologis tersebut.
3. Linda Hindasah, Pernikahan Beda Agama Dalam Perspektif Pelaku, PMH
Pernikahan beda agama dalam panclangan para pelaku nikah beda
agama itu sah adanya berclasarkan aganm yang cliyakininya karena agama
merupakan ha! yang sangat pribacli maka setiap orang berhak memahami
clengan caranya sendiri dan ticlak saling memaksakan kehendak antara satu
dengan lainnya.
10
4. Mas'ul, Pernikahan Beda Agama Dalam Konsekuensi Hukumnya Terhadap
Nasab Anak dan Kewarisan Menurut Hukum Islam dan Undang-undang
No. I Tahun 197 4, ASS, 2003
Kedudukan anak dari sebuah PBA menurut hukum Islam tidaklah sah
sehingga kedudukan anak dari segi nasab serta kewarisan hanya
berhubungan dengan ibu dan kerabat ibunya. Begitu pula menurut Undang
undang No.I tahun 1974 karena undang-ungang ini berdasarkan pada
hukum agama yang ada di Indonesia dan semua agama yang diakui tidak
memperbolehkan PBA.
5. Siti Wardah, Perkawinan Beda Agama dan Dampaknya Terhadap
Pendidikan Anak, P Al, 2005
Pendidikan merupakan proses bimbingan, pengaruh pembinaan jasmani
dan rohani yang dilakukan oleh si pendidik kepada si terdidik secara sadar
yang bertujuan untuk membimbing anak kearah kedewasaan dan
membentuk kepribadian yang utuh. Pendidkan bukan hanya sekedar
mendidik ilmu pengetahuan saja tetapi juga mendidik ahlak kepada sang
anak agar sang anak mempunyai ahlak yang baik. Dalam ha! ini agamalah
yang paling berperan, tetapi sang anak yang berada di lingkungan, bagi anak
dari keluarga yang nikah beda agama dia akan bingung memilih keyakinan
apa yang ia akan jalani sehingga tidak mempunyai pendirian tetap untuk
11
menjalankannya yang menjadikan dia tidak tahu arah dan ini berakibat akan
mengganggu pendidikannya.
6. Abdul Ghofur, Kedudukan Saksi Beda Agama Dalam Hukum Islam; Study
Telaah Di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, PA, 2004
Kedudukan saksi dalam suatu perkara adalah merupakan salah satu alat
bukti benarnya suatu peristiwa yang dapat memperkuat keyakinan halcim
dipengadilan, non muslim boleh menjadi saksi bagi orang muslim dengan
mengedepankan materi kesaksian yang didasari kejujuran dan kebenaran
saksi dalam pengadilan. Pada peraktek yang ada di Pengadilan Agama juga
membolehkan saksi non-muslim dengan mempertimbangkan isi materi
kesaksian.
7. Daryana, Solusi Alternative Paramadina Terhadap Pernikahan Beda Agama
Di Indonesia, AKI, 2005
Dalam proses pencatatan untuk memnuhi pasa:t 2 ayat , kehadiran
petugas pencatat bukan merupakan bagian dari keabsahan perkawinan. Dari
sisi hukum positif yayasan ini tidak mengindahkan peraturan pelaksanaan
Undang-undang No. I tahun 1974, yaitu PP no. 9 tahun 1975, dimana dalam
pasal 2 disebutkan pelaksanaan pencatatan merujuk pada peraturan
sebelumnya yaitu Undang-undang no.22 talllm 1946.
12
8. Muhammad Fadhil, Kedudukan Anak Dari Perkawinan Beda Agama
Menurut Hukum Islam dan Undang-undang No.I Th. 1974, PMHK, 2001
v'Perkawinan beda agama menurut hukum Islam atau fiqih ada diantara
ulama yang membolehkan dan ada juga yang tidak serta antara yang merinci
dengan yang tidak. Dalam undang-undang perkawinan tidak membolehkan
te1jadinya perkawinan beda agama, karena undang-undang mengikuti
peraturan agama-agama yang ada di Indonesia yang tidak mengizinkan
perkawinan beda agama.
Kedudukan anak hasil PBA menurut hukum Islam baik dalam nasab
ataupun warisnya tergantung pada penilaiannya terhadap PBA, bila ia
melihat kawin ini sah maka anaknya pun sama dengan anak yang sah tetapi
sebaliknya bula ia berpandangan tidak maka tidak sah pula anaknya. Maka
nasab dan warisnya hanya dihubungkan dengan pihak ibunya.
Penelusuran saya terhadap skripsi-skripsi terdahulu menghasilkan
kesimpulan bahwa pernikahan beda agama yang ada di Indonesia sejak lama
sudah meqjadi perdebatan dikalangan masyarakat dan para pemimpin
Negara, yang mana perdebatan itu selalu menghasilkan ketidak bolehan
rnenikah dengan orang yang beda agama, baik itu dari segi hukurn ataupun
dari fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh MUI.
Pada intinya negara dan agama rnelarang pernikahan seperti ini karena
banyak sekali dampak yang akan timbul baik itu bagi pelaku pernikahan,
keluarga, anak dan para penerus agama.
13
Dan pada penelusuran kali ini saya mendapatkan 8 judul yang
membahas tentang pernikahan beda agama dengan berbagai macam
pembahasan, judul-judul yang saya temukan ini hanya judul yang keluar
pada tahun 2000 keatas, sedangkan tahun '.?.000 kebawah saya tidak
menemukmmya. Dan ada beberapa judul yang tak dapat diakses dikarenakan
beberapa alasan yaitu keterbatasan katalog, sudah lama dan masuk gudang,
atau ada yang penyampaimmya menggunakan bahasa asing.
Dalam penelusuran ini saya mendapatkan judul yang mempunyai
kemiripan dengan skripsi yang saya tulis yaitu pada judul sk:ripsi nomor 7
yang berudul "Solusi Alternative Paramadina Terhadap Pernikahan Beda
Agama Di Indonesia", hanya saja bedanya dengan skripsi yang saya bahas
adalah:
I. Berdasarkan tempat atau objek penelitian, sk:ripsi pada nomor 7
mengambil objek kajian di Paramadina, sedangkan objek kajian pada
sk:ripsi saya di ICRP.
2. Berdasarkan fokus kajiannya, skripsi nomor 7 penelitiannya di
fokuskan membahas solusi alternatif PBA yang dilakukan Paramadina,
sedangkan fokus skripsi saya adalah membahas dampak PBA di
Indonesia dengan mengambil sampel di ICRP.
Sedangkan Persamaanya adalah sama-sama membahas tentang PBA
dengan menggunakan penelitian empiris dan mempunyai objek kajian atau
yayasan sebagai sampel penelitian.
14
Demikian hasil perbandingan skripsi penulis dengan skripsi yang ada.
Meskipun ada skripsi yang membahas tentang dampak PBA narnun masih
terlalu sempit yaitu sebatas dampak yang terjadi pada pendidikan anak,
perkembangan anak dan kewarisan anak.
E. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu
prosedur penelitian ya!1g menghasilkan data deslaiptif baik bernpa tertulis
maupun lisan dari orang atau pelaku yang sedang diamati.
Penelitian ini terdiri dari penelitian kepustakaan (library reseach) dan
penelitian lapangan (field research). Penelitian kepustakaan bersurnber dari
bahan pustaka seperti buku, majalah, brosur, dan lainnya yang berkaitan dengan
literatur yang didalamnya menyangkut hukum dan data langsung dari ICRP
sebagai objek pernbahasan. Proses selanjutnya adalah penelitian objek bernpa
dokumen-dokumen yang terkumpul dengan metode contents analisis.
Secara teknis metode tersebut dapat penulis uraikan dalam beberapa tahap.
Pertama adalah pengolahan data yang terkumpul dengan rnenelaah data yang
berupa literatul baik dari pustaka maupun lapangan untuk dikaji dan dicatat
bagian-bagian penting untuk kemudian diklasifikasikan sesuai dengan objek
permasalahannya. Penelitian lapangan ini berupa observasi clan interview. Tahap
kedua adalah analisis, dalarn proses analisis tersebut peneliti menguraikan
permasalahan dengan metode deslaiptif-analitik yang dimulai dengan
15
menjelaskan tentang perkawinan secara umum, pernikahan beda agama di
pandang dari berbagai agama yang ada di Indonesia, pernikahan beda agama
dilihat dari hukum positif, juga akan dipaparkan profil yayasan ICRP, tata cara
pelaksanaan PBA di yayasan ICRP. Dan yang terakhir penulis menganalisis PBA
ini untuk mengetahui dampak yang te1jadi akibat PBA yang dilakukan di
Indonesia ..
F. Sistematilrn Pennlisan
Untuk lebih mempermudah dalam memahami penelitian ini, maka penulis
menyusunnya dalam suatu sistematika penulisan yang terdiri dari:
BAB!
BAB II
PENDAHULUAN; merupakan bagian awal isi skripsi yang
memberikan infonnasi secara umum dan menyeluruh, yang terdiri
dari latar belakang masalah, pembatasan clan perumusan masalah,
tujuan clan manfaat penelitian, metode pene!ltian, dan sistematika
penulisan.
KETENTUAN UMUM PERI<A WINAN; menguraikan prnge1iian
perkawinan menurut hukum Islam dan undang··undang yan5 berlaku
di Indonesia dengan syarat yang harus ditempuh oleh kedua calon
pengantin juga dasar lmkum perkawinan baik dari segi hukum Islam
maupun dari segi hukum positif.
16
BAB III PERNIKAHAN BEDA AGAMA DALAM PANDANGAN
AGAMA DAN HUKUM POSIT!F; menguraikan tentang pandangan
beberapa agama di Indonesia dan hukum positif yang berkaitan
dengan pernikahan beda agama.
BAB IV PERNIKAI-IAN BEDA AGAMA DI YA YASAN INDONESIAN
CONFERENCE ON RELIGION AND PEACE (ICRP) DAN
DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT; merupakan inti
dari penelitian juga merupakan isi skripsi penulis mengenai pokok
permasalahan PBA di Indonesia dengan mengambil objek yayasan
ICRP sebagai sampel dalam memudahkan penulis dalam melakukan
penelitian ini dengan maksud untuk mengetahui prosedur pernikahan
beda agama tersebut dan untuk mengetalrni dampalc PBA secara
keseluruhan pada masyarakat Indonesia.
BABY PENUTUP; merupalcan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan
saran-saran dari hasil penelitian.
BAB II
KETENTUAN UMUM PERKA WIN AN
A. Pcngcrtian Pcrkawinan Mcnnrut Hukum Islam Dan Undang-undang
1. Pcngcrtian pcrkawinan mcnurut hukum Islam
Perkawinan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata "kawin" yang
menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis;
melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Perkawinan disebut juga
"pernikahan", berasal dari kata nikah (nakaha) yag menuru, bahasa
artinya mengumpulkan, saling memasukan, yang digunakan u.1tuk arti
persetubuhan (coitus), yang juga berarti akad nikah.3 Menurut istilah
hukum Islam, terdapat beberapa definisi diantaranya adalah: "Pe1kawinan
menurut syara' yaitu akad yang ditetapkan syara' untuk membolehkan
bersenang-senang antara laki-laki dengan perempuan dan menghalalkan
bersenang-senangnya perempuan dengan laki-laki".
Definisi perkawinan menurut Muhammad Abu Israh:
Artinya: "Akad yang memberikan kaedah hukum, kebolehan mengadakan hubungan keluarga (.mami-istri) antara pria
3 Abd. Rahman Ghazali, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2003), Cet.l, Hal.7
1 '7
18
dan wanita, tolong menolong dan memberi batas bagi hak pemiliknya serta pemenuhan kewajiban bagi masing-
• 1J 4 masmg .
Dari penget1ian di atas, perkawinan mengandung aspek akibat hukuw,
melangsungkan perkawinan ialah saling mendapatkan hak dan kewajiban
serta bertujuan mengadakan hubungan pergaulan yang dilandasi tolong-
menolong. Karena perkawinan termasuk pelaksana agama maka didalamnya
terkandung adanya tujuan untuk mengharapkan keridhoan Allah SWT.
Dengan demikian kita dapat menelusuri lagi bahwasanya pernikahan itu
juga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang tertentu diantaranya:
a. Dari segi hukum
Pernikahan dapat dilihat dari segi hukum karena pemikahan
merupakan suatu petjanjian yang mengikat antara satu dengan yang
lainnya, seperti yang dijelaskan dalam al-Qur'an surat Annisa (4) ayat
21 yang berbunyi:
"' ,... "' ... J ,. 0 ,.. ... J o,.- ... J 2. ,. 11· I~ 1,,, ~' • ,, '1' ,, JI~, ,, , ·'1 '_, ,, " 1< ,~, Ll2...lV ""-';._. • <) ...\>. . • • J ...u <0 ...\>. u . • " " ) <..J"'-"' ' . <..>"' ) ) " )
... ,.. ,, "' ...
Artinya: "Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) denganyang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu peljanjian yang kuat".
Memnut ayat tersebut pernikahan adalah perjanjian yang sangat
kuat yang disebut dengan kata "mitsaaqan ghalizhan ". 5
4 Zakiyah Drajat et (eta!), I/mu Fikih (Jogjakarta, Dana Bakti Wakaf, !995),jil.2, hal.37.
19
b. Dari segi sosial
Dilihat dari segi sosial suatu perkawinan pada masyarakat di tiap
bangsa atau negara, kita temukan suatu penilaian yang umum bahwa
orang yang berkeluarga mempunyai kedudukan lebih dihargai dari
mereka yang belum menikah.
c. Dari segi agama
Agama memandang perkawinan sebagai pertalian yang suci
dimana antara kedua belah pihak berhak dihubungkan dengan suatu
ikatan yang suci yaitu pasangan suami dan istri dan saling meminta
untuk menjadi pasangan yang didalam ijab qabul atau aqad pernikahan
disebutkan atas nama Allah.
Demikianlah definisi nikah yang berkaitan atau berhubungan dengan
segi tertentu dimana masing-masing pengertian dan pendapat mempunyai
suatu perbedaan dalam menafsirkan suatu kata. Dalam konteks syar'i pun
demikian. Diantara para ulama banyak berbeda pendapat tentang arti dari
kata perkawinan. Dalam konteks ini para ulama fiqih memformulasikan
ta'rifpernikahan dengan berbagai macam definisi.6
5 Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan /s/11111 Sualu Analisis Dari UU No. I Tahun 1974 dan KHI, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Hal. 16-19
6 Abd Rahman Al-Juzairi, Kitaba/- Fiqh a/-Mazahib al-Arbaah, (Bairut Libanon: Dar al-Fikr, 1411 Hl490 M), Jil.l, hal.2
20
2. Pengertian pernikahan menurut undang-undang
Sebelumnya perlu dikemukakan bahwa dalam peraturan-peraturan
pernikahan yang pernah berlaku sebelum lahirnya UU perkawinan baik BW,
OHR, HOCI dan UU No.22 tahun 1954 tentang pencatatan Nikah Talak
Rujuk (NTR) tidak ada ketentuan yang mengatur tentang penge1iian
perkawinan, baru pada UU perkawinan (pasal I) diatur tentang pernikahan.
Perkawinan menurut Undang-undang RI No. I tahun 1974 tentang
perkawinan (pasal 1) adalah Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha
Esa.
Pertimbangannya ialah sebagai negara yang berdasarkan Pancasila
dimana sila yang pertama ialah ketuhanan yang Maha Esa, maka
perkawinan mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama atau
kerohanian, sehingga perkawinan bukan hanya mempunyai unsur lahir atau
jasmani, tetapi juga unsur batin/rohani.
Suatu perkawinan dikatakan sebagai ikatan lahir karena perkawinan
merupakan suatu ikatan yang dapat dilihat. Hal ini menggambarkan bahwa
adanya suatu hubungan hukum antara seorang pria dengan seorang wanita
untuk menjalani hidup bersama sebagai suami istri. Dengan kata lain dapat
dikatakan sebagai hubungan yang formil dan nyata, baik yang mengikat
dirinya maupun bagi orang lain atau masyarakat.
21
Sebaliknya perkawinan juga disebut sebagai ikatan batin karena
perkawinan itu merupakan hubungan yang tidak formal yaitu hubungan
yang tidak dapat dilihat. Walaupun hubungan ini dikatakan tidak nyata
tetapi ikatan tersebut harus ada karena tanpa adanya ikatan batin, ikatan
lahir akan menjadi rapuh.
Pengertian perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam ialah akad
yang sangat kuat yaitu mitsaqan ghalizhan untuk mentaati perintah Allah
dan melaksanakannya merupakan ibadah. Perkawinan bertujuan untuk
mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah
warrahmah. 7
Membentuk keluarga yang bahagia erat sekali hubungannya dengan
keturunan, yang merupakan tujuan perkawinan. Pemeliharaan dan
pendidikan menjadi hak dan kewajiban orangtua terhadap anak. Dalam pasal
5 ayat 1 dan 2 Kompilasi Hukum Islam juga menyebutkan bahwa agar
te1jaminnya ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan
harus dicatat. Penc:itatan tersebut harus dilakukan oleh pegawai pencatat
nikah sebagiamana diatur dalam Undang-undang RI No. 22 Tahun 1946 Jo
Undang-Undang No. 32 tahun 1954.
7 Idris Ramu Iyo, foe cit.,hal.3
22
B. Rukun Dan Syarat Perkawinan
Rukun ialah unsur pokok atau tiang dalam setiap perbuatan hukum,
sedangkan syarat ialah unsur pelengkap dalam setiap perbuatan hukum. Apa bila
kedua unsur ini tidak terpenuhi maka perbuatan itu dianggap tidak sah menurut
hukum. Demikian pula untuk sahnya suatu perkawinan atau pemikahan harus
dipenuhi rukun dan syarat-syaratnya. Berikut ini adalah rukun dan syarat
perkawinan:
1. Calon suami dan istri
Calon suami dan istri merupakan ha! yang mutlak dalam perkawinan,
tanpa adanya salah satu dari keduanya maka perkawinan akan dianggap
batal. Adapun syP.rat-syarat bagi calon suami dan istri adalah sebagai
berikut:
a. Calon suami
I) Bukan mahram, baik itu karena hubungan darah, sesusuan ataupun
semenda,
2) Laki-laki,
3) Dengan kemauan sendiri,
4) Tidak sedang beristri 4 orang,
5) Mengetahui calon istrinya,
6) Muslim,
7) Tidak terhalang pernikahan, dan
8) Tidak sedang melaksanakan ihram dan umrah.
23
b. Calon istri
I) Bukan mahram,
2) Bukan istri orang,
3) Tidak dalam masa iddah,
4) Muslimah,
5) Tidak dipaksa,
6) Perempuan dan bukan banci,
7) Orang tuanya jelas, dan
8) Tidak dalam keadaan ihram dan haji
2. Wali nikah bagi calon mempelai perempuan dalam Mazhab Syafi'iyyah
a. Laki-laki,
b. Dewasa,
c. Mempunyai hak perwalian, dan
d. Tidak terdapat halangan perwa!ian
Dalam fiqih terdapat perbedaan pendapat tentang kedudukan wali
dalam masalah perkawinan, apakah menjadi rnkun nikah ataukah tidak.
Dalam ha! ini ada beberapa pendapat diantaranya:
Me1111r11t mazlzab syafi'iyya/1
Seorang perempuan yang akan melangsungkan pernikahan harns
mepunyai wali, dan wali dalam mazhab ini mempunyai kedudukan sebagai
salah satu rnkun dari suatu pernikahan. Mazhab ini menganggap batal suatu
24
akad nikah yang lafaz ijabnya diucapkan oleh seorang wanita, baik gadis
ataupun janda sekufu ataupun tidak, secara langsung untuk dirinya ataupun
sebagai wali dari orang lain.8
Me11urut Mazhab Hanafiyyah
Wali adalah syarat sahnya nikah bagi anak yang masih kecil baik anak
laki-laki maupun anak perempuan juga bagi perkawinan orang gila ataupun
budak. Kedudukan wali bagi wanita yang sudah dewasa lagi sehat akalnya
adalah sebagai penyempurna.
Alasan yang dipegang oleh mazhab ini adalah hadits Ibnu Abbas yang
diriwayatkan oleh jam'ah (kecuali Bukhari) sebagai berikut:
Artinya: "Dari Ibnu Abbas berkata Rasulullah SAW bersabda: wanita janda lebih berhak terhadap dirinya dari pada walinya. " (HR Jamaah kecuali Bukhari/
Me1111r11t Mazlwb Malikiyyafl
Akad suatu pernikahan tidak dapat dianggap sah apabila dilakukan
tanpa adanya seorang wali, karena menurut mazhab ini kedudukan wali
dalam suatu akad nikah adalah salah satu rukun nikah, Jadi untuk sahnya
suatu akad nikah, akad tersebut harus dilaksanakan oleh pihak wali dan
8 Abd. Rahman al-Jazairi, Joe cit, hal.19 9 Shohih at-Tarmizi, (Bairut: Dar al-fikri) ha!. .351
25
pihak calon suami. Ketiadaan pihak wali dapat mengakibatkan tidak bisa
terjadinya suatu perkawinan, karena tidak ada yang mengucapkan lafaz ijab
dan qabul.
Menurut Mazlzab Hambaliyya/1
Kedudukan wali dalam akad nikah adalah sebagai suatu syarat nikah,
dan mazhab inipun mcnganggap sah suatu ijab akad nikah yang diucapkan
oleh seorang wanita apabila dia telah mengantongi izin atau restu dari
walinya. Jka tidak dapat izin atau tidak direstui oleh walinya maka akad
tersebut menjadi bataJ. 10
Demikianlah perbedaan yang ada pada masing-asing mazhab dimana
pendapat yang mereka pegang dan mereka ambil sangat dipengaruhi oleh
setting sosial yang ada pada saat itu, saat dimana para imam mazhab itu
berada, dengan masing-masing budaya yang berbeda dan negara asal para
imam yang berbeda yang menjadikan perbedaan pendapat ini.
3. Dua orang saksi
Pernikahan adalah sebuah ikatan lahir antara laki-laki dan perempuan.
Maka sebuah pernikahan harus terhindar dari unsur-unsur fitnah terutama
dari perzinahan, sehingga dalam proses akad nikah diperlukan rnksi-saksi
yang dapat mengukuhkan sekaligus menguatkan bahwa seorang laki-laki
dan perempuan telah melakukan pernikahan secara sah. Yang mana telah
10 ibid. hal.16
26
disaksikan oleh dua orang saksi, ha! ini berdasarkan hadits Rasulullah SAW,
yang berbunyi:
J~
Artinya: "Tidak ada nikah kecuali denfan wali dan dua orang saksi lakilaki yang adil" (HR Ahmad). 1
Syarat-syarat saksi:
a. Baligh,
b. Berakal,
c. Laki-laki,
d. Mendengar,
e. Melihat,
f. Tidal;: bisu,
g. Mengerti maksud ijab dan qabul, dan
h. . Tidak ditunjuk untuk menjadi walinya.
Rukun dan syarat perkawinan menurut hukum Islam telah tennuat
dalam Kompilasi Hukum Islam mulai dari pasal 14 sampai dengan pasal 44.
J adi salmya suatu perkawinan menurut hukum Islam hendaknya rnemenuhi
ketentuan pasal-pasal tersebut dengan sempurna tanpa terkecuali.
11 lbn Hajar al-Asqalai, Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), hal.207
27
4. !jab dan qabul atau sighat
!jab dan qabul merupakan rukun perkawinan yang disepakati oleh
jumhur ulama. Adanya qabul ini merupakan pengikat antara dua orang yang
be1janji yakni calon suami dan calon istri. Hal ini melambangkan sebagai
rasa persetujuan dari kedua mempelai, sebagaimana rukun-rukun
perkawinan yang lain.
Shighat akad nikah mempunyai beberapa syarat yaitu:
a. Adan ya pernyataan pernikahan dari wali (!jab),
b. Adanya pernyataan menerima dari calon mempelai pria (qabul),
c. Memakai kata nikah atau tazwij atau tarjamahan dari dua kata itu,
d. Antara ijab dan qabul bersambung,
e. Antara ijab dan qabul harus ada kecocokan atau penyesuaian,
f. Sig/wt akad dapat dipahami kedua belah pihak, dan
g. Hendaklah sighat akad nikah itu muabbad (tidak ada pembatasan
waktu)
C. Dasar Hukum Perkawinan
I. Dasar Hukum Perkawinan menurut Hukum Islam
Para ulama sepakat bahwa nikah disyariatkan oleh agama kepada
manusia. Islam merupakan agama yamg sesuai dengan fitrah dan naluri
28
manusia. Karena itu salah satu bentuk kebutuhan fitrah manusia adalah
adanya perkawinan. Di samping perkawinan sebagai fitrah juga dikatakan
sebagai ibadah karena dengan jelas Allah dan Rasul-Nya mensyariatkan
nikah sebagai anjuran yang harus dilaksanakan seperti yang te1tulis dalam
al-Qur'an dan sunnah-Nya.
Di dalam al-Qur'an tidak kurang dari 86 ayat yang berbicara soal
perkawinan, baik yang memakai kata nikah (berhimpun), maupun
menggunakan kata zawwaja (berpasangan). Keseluruhan ayat tersebut
memberikan tuntunan kepada manusia, bagaimana seharusnya menjalani
perkawinan agar menjadi jembatan yang dapat mengantarkan manusia, baik
lalci-lalci maupun perempuan, menu ju kehidupan sakinah ( damai, tenang dan
bahagia) yang diridhoi Allah SWT. Bahkan perkawinan ini bukan hanya
berlaku untuk manusia saja, tetapi juga untuk makhluk-makhluk Ailah yang
lainnya, baik hewan ataupun tumbuh-tumbuhan. Sebagaimana firn.an Allah
surat adz-Zariat (51) ayat 49 yang berbunyi:
Artinya: "Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah".
29
Artinya: "A!faha suci Allah yang telah menciptakan segala sesuatu berjodoh-jodohan baik tumbuh-tumbuhan maupun dari diri mereka sendiri dan lain-lain yang tidak rnereka ketahui ".
Arttinya: "Maka kawinilah olehmu perempuan-perempuan yang kamu senangi dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu t:tkut tidak bisa berbuat adil maka (kawinilah) seorang saja. Atau budakbudak yang kamu miliki yang demikian itu lebih delwt kepada tidak berbuat aniaya"
11 Jr) 0 :.iw ,-.,,, ~ :.,.,t.;:;,. i· uP ~1 e ::itS- 11¥ :.i~ "' ,. ;
Artinya: "Berkata Abdullah ketilm kami beserta Nabi dan sekelompok pemuda yang mempunyai sesuatu, lalu berkata Nabi SAW kepada kami: Hai golongan pemuda, barang siapa diantara kamu relah sanggup kawin, maka kawinlah, karena itu lebih menundukkan mata dan lebih memelihara farji (kehormatan) dan barang siapa tidak sanggup maka hendaklah berpuasa karena puasa itu tameng baginya". (HR, Bukhori). 12
12 Imam Bukhari, Sahih al-Bukhari, (Beirut: Dar al-Fikr, tth), Zuz ke-6, hadits, I 547, hal.116
30
Artinya: "Dikatakan oleh Qutaibah dan Layits tentaang Nabi dia adalah anak dari Umar ketika itu dia berkata tentang menikarzi orang Nasroni dan Yahudi maka Rasul menjawab: sesungguhnya Allah mengharamkan orang-orang musyrik menikahi orang -orang mu 'min dan tidak mengetahui dari menyekutukan sesuatu itu !ebih besar dari perkataan seorang wanita tentang Tuharmya Isa dia ada!ah hamba dari hamba Allah (HR. Bukhari) ". 13
Allah tidak menginginkan kondisi manusia seperti makhluk lainnya
yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan antara jantan dan
betina secara anarki, yang tidak mempunyai aturan baku. Untuk itulah
dalam rangka menjaga martabat dan kehormatan manusia, maka
dibuatkanlah suatu aturan balm yakni pernikahan yang cara dan aturan
mainnya sudah ditetapkan oleh-Nya.
Islam menempuh beberapa cara dalam menganjurkan pernikahan bagi
umatnya, yaitu:
1. Mengikuti sunnah para nabi. dalam firman-Nya surat ar-Ra'ad ayat 38:
Artinya: "Kami telah mengutus beberapa Rosul sebelum kamu dan Kami telah berikan kepada mereka istri dan anak
13 Imam al-Bukhari, Sahih al-Bukhari (Beirut: Dar al-fikr tth) hal. 345
31
keturunan dan tidak ada hak bagi seoranJ Rasul mendatangkan suatu ayat (mu '.iizat) melainkan dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada kitab (yang tertentu)"
Dalam hadits Turmuzi dari Abu Ayub, Rasulullah SAW pernah
bersabda:
Artinya: "Empat perkara yang merupakan sunnah para nabi: celak, wangi-wangian, siwak dan kawin". (HR. "' " 14 1 UJ7nUZl/•
2. Allah akan memberikan jalan kecukupan, menghilangkan kesulitan dan
diberikan kekuatan agar mampu mengatasi kemiskinan. Firman Allah
SWT surat.an-Nur ayat 32:
Artinya: "Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (kawin) dari hambahamba sahayamu yang lelaki dan perempian. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui ''.
14 Abu Isa Muhammaibn Isa Ibn Surah, Sunan al-Turmuzi, (Beirut Dar al-Fikr, I994), hal.342
32
Dari beberapa dalil di alas jelaslah bahwa nikah disyariatkan agama
karena memang merupakan kebutuhan amaliah bagi manusia. Hal ini sejalan
dengan hikmah diciptakannya manusia oleh Allah yaitu untuk
memakmurkan dunia ini dengan jalan terpeliharanya perkembangbiakan
umat manusia. Manusia menurut fitrahnya tidak akan sanggup menahan
hawa nafsu ( seks) kecuali manusia itu sakit. Islam yang pen uh rahmat
menjadikan perkawinan sebagai sarana yang paling tepat untuk
menghalalkannya. Dengan cara perkawinan tersebut hubungan seks antara
sepasang laki-laki dan perempuan menjadi suatu hubungan yang lebih
bermoral dan halal untuk dilakukan.
2. Dasar Hukum Perkawinan menurut Hukum Positif
Perkawinan merupakan perintah agama telah diperintahkan oleh agama
(Islam) sebagai suatu aturan untuk kepentingan bio!,ogis manusia sebagai
makhluk ciptaan Allah. Perkawinan dilaksanakan dalam rangka beribadah
kepada Allah serta mengikuti sunnah Rasul untuk membangun rumah
tangga bahagia sejahtera yang penuh sakinah menuju terciptanya
masyarakat yang baik, yang diridhoi Allah SWT.
Perkawinan disyariatkan supaya manusia mempunyai keturunan dan
keluarga yang sah menuju kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun di
akhirat, yang diridhoi Allah SWT. Perintah atau syariat ini diutamakan
kepada seseorang yang sudah dewasa dan mampu, baik dilihat dari
33
pertumbuhan jasmani, rohani dan mental seseorang untuk membiayai hidup
berumah tangga nafkah lahir maupun batin.
Dasar atau asas perkawinan menurut UU No. 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan terdapat pada enam dasar atau asas yang prinsipil, yaitu: 15
a. Tl\juan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan
kekal abadi sakinah mawaddah dan rahmah.
b. Dalam UU ini ditegaskan bahwa suatu perkawinan adalah sah apabila
dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya itu, dan di samping itu tiap-tiap perkawinan "harus
dicatat" menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. UU ini menganut asas monogami, hanya apabila dikehendaki oleh yang
bersangkutan, karena hukum dan agama dari yang bersangkutan
mengizinkan seorang suami dapat beristri lebih dari satu.
d. UU perkawinan ini menganut prinsip bahwa c:alon suami istri harus
sudah matang jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan.
Agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berfikir
pada perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan sehat.
e. Karena tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang
bahagia, kekal dan sejahtera. UU ini menganut prinsip untuk
mempersulit te1jadinya perceraian.
15 A. Rafiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: P.T. RajaGrafindo Persada, 1995), cet.I, hal.56-57
34
f. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan
suami, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam pergaulan
masyarakat, sehingga dengan demikian segala sesuatu dalam keluaraga
dapat dirundingkan dan diputuskan bersama oleh suami istri.
Semua ini telah tercantum dalam Undang-undang RI No. I Tahun 1974
tentang pernikahan yang tercantum pada pasal I sampai dengan pasal 6. Hal
yang lainnya yang berkaitan tentang perkawinan sudah diatur senma dalam
Undang-undang yang tediri dari berbagai bab yang berkaitan dengan
masalah perkawinan yang kemudian dilengkapi dengan Kompilasi Hukum
Islam tentang bagaimana tatacara pernikahan yang dilaksanakan dan sesuai
dengan hukum Islam.
BAB III
PERNIKAHAN BEDA AGAMA DALAM PANDANGAN AGAMA
DAN HUKUM POSITIF
A. Pernikahan Beda Agama Dalam Pandangan Agama-Agama Di Indonesia .
1. Menurut Pandangan Agama Islam
Pernikahan yang baik sebaiknya dilakukan sesuai dengan tujuan awal
pernikahan yaitu menjadi keluarga sakinah, maawaddah dan rahmah. Di
bawah naungan cinta dan ketulusan hati itu, kehidupan suami istri akan
tentram penuh cinta kasih dan sayang, yang menjadikan keluarga bahagia
dan anak-anak akan sejahtera.
Dalam pandangan Islam, kehidupan keluarga seperti itu akan terwujud
secara sempurna kecuali j ika suami istri ber!ainan pend a pat. Jika agama
keduanya berbeda ditakutkan timbul berbagai kesulitan dilingkungan
keluarga, dalam pelaksanaan ibadah, pendidikan anak, pengaturan makanan,
pembinaan tradisi keagamaan, dan lain-lain.
Islam dengan tegas melarang wanita muslim menikah dengan pria non
muslim, baik musyrik maupun ahlul kitab. Pria Islam secara pasti dilarang
menikah dengan wanita musyrik, tetapi bagi pria muslim ada kelonggaran
baginya asalkan pria muslim itu dapat memegang teguh keimanannya.
Pernikahan beda agama sudah te1jadi pada masa Islam klasik. Masa
sahabat, masa tabi'in bahkan Rasul sendiri pernah melakukan perkawinan
36
dengan ahlul kitab. Persoalan yang terjadi dari zaman sahabat sampai abad
modern sekarang ini yang masih sering diperdebatkan adalah masalah
perkawinan beda agama antara muslimah dengan laki-laki non muslim.
Agama Islam pada prinsipnya tidak memperkenankan pernikahan beda
agama yang secara jelas telah dilarang oleh agama,
16
Dalam Alquran, nikah bed a agama dibolehkan sekaligus dilarang.
Menikahi perempuan Ahl al-Kitab dihalalkan oleh surat Al-Maidah (5) ayat
5 yang berbunyi:
Artinya: "Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab ifu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanifa-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bi/a kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) ma/ca
16 O.S. Eoh, Sh, MS, Loe cit, Hal. 17
36
hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orangorang merugi 11
•
Sementara itu menikahi perempuan musyrikah dan menikahkan laki-
laid musyrik dengan perempuan mukminah dilarang oleh surat Al -Baqarah
(2) ayat 221 yang berbunyi:
Artinya: "Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu'min lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran''.
Bagi mereka yang meyakini bahwa ayat surat Al-Baqarah ayat 221
turun untuk menganulir (menaskh) surat Al-Maidah ayat 5, maka mereka
berpendapat bahwa menikah dengan non-muslim tidak dibolehlcan oleh
Islam. Sementara itu bagi mereka yang meyakini sebaliknya, berpendapat
bahwa Islan1 membolehkan laki-laki muslim menikahi perempuan Ahl al-
Kitab, meskipun kemudian mereka berselisih tentang batasan Ahl al-Kitab.
36
37
Di bawah ini beberapa pandangan Ulama Fiqh mengenai berbagai
macam perkawinan beda agama dan status hukumnya:.
I. Perkawinan laki-laki Muslim dengan wanita ahlul kitab
Dalam persoalan ini untuk menentukan hukum, para ulama fiqh
banyak perbedaan pendapat. Hal ini te1jadi karena perbedaan
pandangan mengenai kedudukan perempuan ahlul kitab, yaitu:
Pertama, golongan yang menghalalkan laki-laki muslim menikah
dengan wanita ahlil kitab (Yahudi dan Nasrani) yang mendasari ha! ini
adalah al-Qur'an surat al-Maidah ayat 5. Para ulama ini berpandangan
bahwa keumuman ayat yang melarang laki-laki muslim menikahi
perempuan musyrik di takhsis oleh ayat ini. 17
Kedua golongan mengharamkan laki-laki muslim menikahi
perempuan ahli kitab. Alasannya mengenai kebolehan laki-laki muslim
menikah dengan perempuan ahli kitab pada surat Al-Maidah ayat 5
telah di-nashah dengan keumuman ayat yang menghai·arnkan laki-laki
muslim menikah dengan perempuan musyrik pada surat Al-Baqarah
ayat 221. Para ulama yaang berpendapat tentang ha! ini diantaranya
adalah lbnu Umar beliau berpendapat bahwa status perempuan ahli
kitab sama dengan perempuan musyrik. Mennrutnya Allah telah
mengharamkan laki-laki mu'min nntuk menikahi perempuan musyrik.
17 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Wanihaya al- Muktasid, (Beirut: Darul Ihya, tth), juz 2 hal
38
Dan tidak ada perbuatan syirik yang Jebih besar selain perempuan yang
mengatakan bahwa Isa sebagai Tuhan. 18
Ketiga golongan yang mencoba bersifat moderat yang
berpendapat bahwa menikahi wanita ahlil kitab hukum asalnya halal,
namun situasi dan kondisi menghendaki ketentuan lain. Yang masih
berhubungan erat dengan politik pada zaman itu. Argumentasi yang
dibangun oleh golongan ini antara Jain adalah:
Atsar sahabat. Sayyidina Umar pernah berkata kepada para
sahabat yang menikahi wanita ahli kitab: "Ceraikanlah mereka".
Perintah Umar ini ditaati oleh para sahabat tersebut , kecuali Huzaifah
ibn al-Yamman. Maka Umar mengulangi lagi perintah agar Huzaifah
menceraikan istrinya. Lantas Huzaifah berkata: "maukah engkau
menjadi saksi bahwa ia haram". Umar meajawab dengan singkat "dia
akan menjadi fitnah" ceraikanlah". Kemudian Huzaifah berkata lagi"
maukah engkau menjadi saksi bahwa ia adalah haram?" Umar
menjawab lagi "ia adalah fitnah" akhirnya Huzaifah berkata:
"sesungguhnya aku tahu ia adalah fitnah, tetapi ia halal bagiku", maka
setelah Huzaifah meninggalkan Umar, ditalaknyalah istrinya. Lantas
Huzaifah ditanya orang: "mengapa engkau talak istrimu itu ketika
diperintah Umar?" jawab Huzaifah: "Karena aku tidak ingin diketahui
orang bahwa aku melakukan sesuatu yang tidak layak" Pada
18 As Sayid Sabiq, Fiqh al- Sunah, (Beirut:Dar al-Fikr. Tth), Ji lid 2 lial.90
39
kesempatan lain Umar berkata pada Huzaifah "bila orang Islan1 suka
mengawini wanita-wanita kitabiyah maka siapa yang akan mengawini
wanita Islam?" .19
Pada prinsipnya, imam-imam mazbab empat mempunym
pandangan yang smna yaitu wanita kitabiyah boleh dinikahi, namun
kedudukan wanita ahlul kitab masih dipertanyakan. Jumhur ulama
mengatakan bahwa menikahi wanita ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani)
halal hukumnya. Sebagai alasannya mereka memegang surat al-Maidah
ayat 5.
Menurut pandangan ulama pada umumnya, pernikahan seorang
muslim dengan kitabiyah dibolehkan. Sebagian ulama
mengbaramkannya atas dasm· sikap musyrik kitabiyah. Banyak sekali
ulama yang me!arangnya karena fitnah dan mafsadah dari bentuk
perkawinan tersebut mudah sekali timbul.
2. Perkawinan laki-laki muslim dengan wanita musyrik bukan ahli kitab
Perkawinan antara seorang pria muslim dengan wanita musyrik
mutlak terlarang, baik wanita tersebut merdeka ataupun budak belia.20
Para ulama tidak mempertentangkannya lagi, kar•~na secara tegas telah
dijelaskan oleh Allah dalam surat al-Baqarah ayat 221 yang
19 Basiq Djalil, lac cit, hal.135 20 T.M. Hasbi al-Siddiqi, Hukum AntarGolongan Dalam Fiqih Islam, (Jakarta:Bulan Bintang,
1971), hal.77
40
menegaskan bahwa mengawini wanita musyrikah itu hukumnya haram
atau mutlak dilarang karena merupakan bagian yang dilarang oleh
syariat agama Islam.
3. Perkawinan wanita muslimah dengan laki-laki non muslim
Para ulama fiqih sepakat bahwa wanita muslimah haram menikah
dengan laki-laki non muslim baik dari golongan ahli kitab maupun
musyrik dan lain-lain21. Hukum Islam melarang perkawinan wanita
muslimah dengan laki-laki non muslim. Ketentuan pengharaman
tersebut telah dijelaska11 Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 221, dan
surat Al-Mumtaha11ah ayat I 0. Di sampi11g ayat itu juga !Jerdasarka11
fatwa MUI pada ta11ggal I Ju11i 1980 bahkan dalam fatwa MUI tersebut
tidak ha11ya menyangkut lara11ga11 antar seorang wanita muslimah
dengan seorang pria no11 muslim tetapi laki-laki muslimpun tidak
diperbolehkan menikah denga11 wanita no11 muslim.22
2. Menurut Pandangan Agama Kristen Katolik
Seperti yang diungkapkan oleh Eoh dalam bukunya yang berjudul
"Perkawinan Antar Agama ", bahwa perkawinan dalam hukum aganrn
Kristen Katolik merupakan sebuah sakramen atau pemberkatan yang berarti
21 As Sayid Sabiq, Fiqih Sunah, Op cit, ha!. 95 22 Basiq Djalil, foe cit, hal 147
41
bahwa perkawinan tersebut telah diberkati Allah, sehingga tata cara
pelaksanaannya pun harus mengikuti tata cara hukum agama. Perkawinan
sakramen baru dianggap sah apabila dilakukan dengan tata cara Katolik
dimana dilakukan pembaptisan terlebih dahulu sebelum diadakan
pemberkatan di Gereja.
Mengenai perkawinan beda agama, dalam agama Kristen Katolik pada
dasarnya melarang perkawinan antar pemeluk agama dengan agama lain.
Hal ini merupakan salah satu halangan yang menyebabkan perkawinan tidak
sah, yaitu perbedaan agama, bagi Gereja Kato!ik menganggap bahwa
perkawinan antara seorang yang beragama Kristen Katolik dengan orang
yang bukan agama Katolik serta tidak dilakukan menurut hukum Katolik
dianggap tidak sah.
Jadi dalam ha! ini, agan1a Katolik pada prinsipnya melarang
perkawinan penganutnya dengan seorang yang bukan Katolik, tetapi karena
kemajuan zaman ha! itu tak dapat dihindarkan. Bagi penganut katolik
perkawinan dapat dianggap sah apabila peneguhannya dilaksanakan secara
katolik:
Perkawinan hanyalah sah bila dilangsungkan dihadapan ordinasi wilayah
(uskup setempat) atau Pastor-Paroki atau imam maupun Diakon, yang diberi
42
delegasi oleh salah satu dari mereka itu, yang meneguhkannya, serta dihadapan dua
orang saksi; (Kanan 1108 parla).23
3. Menurut Pandangan Agama Kristen Protestan
Pada prinsipnya agama Kristen Protestan menghendaki agar penganut
agamanya kawin dengan orang yang seagama, karena tujuan perkawinan
adalah untuk mencapai kebahagiaan. Walaupun demikian, dalam agama ini
tidak menghalangi apabila te1jadi PBA antara pengmrntnya dengan aganm
lain.
Beberapa ha! yang berkaitan dengan PBA, antara lain: Pertama mereka
dianjurkan untuk menikah secara sipil dimana kedua belah pihalc tetap
menganut agamanya masing-masing. Kedua kepada mereka diadakan
pengembalaan khusus. Ketiga pada umumnya Gereja tidak memberkati
perkawinan mereka. Keempat ada yang memberkati dengan syarat yang
bukan Kristen Protestan membuat pernyataan yang menyatakan bahwa ia
bersedia ikut agama Kristen Protestan (meski bukan berarti pindah agama).
Namun yang ummn adalah bahwa Gereja Kristen Protestan memberi
kebebasan kepada penganutnya untuk memilih apakah menikah di KCS atau
diberkati di Gereja atau mengikuti agama dari calon suami/istri. Sebab
23 Johannes H. Hariyanto, SJ, " Pernikahan Beda Agama da/am Pandangan Gereja Kato/ik" dalam editor: Maria Ulfah Anshor dan Martin Lukito Sinaga, " Tafeir Ulang Perkawinan Lintas Agama Perspektif Perempuan dan Pluralisme" (Jakarta: Kapa! Perempuan, 2004), cet. l, h.55.
43
Gereja Kristen Protestan mengakui sahnya perkawinan dilakukan menurut
adat ataupun agama mereka yang bukan Protestan. 24
4. Menurut Pandangan Agama Budha
Menurut Sangha Agung Indonesia, perkawinan beda aganm
diperbolehkan, asalkan pengesahan perkawinannya dilakukan menurut tata
cara agama Budha. Dan calon mempelai yang bukan Budha tidak
diharuskan untuk masuk Budha terlebih dahulu. Tetapi, dalam upacara ritual
perkawinan, kedua mempelai diwajibkan mengucapkan "Atas nama Sang
Budha, Dharma dan Sangka", yang merupakan dewa-·dewa umat R.1dha.25
Dalam pandangan Bhiksu Prajnavira Mahasthavira, sesuai dengan
ajaran Budha yang universal, perkawinan adalah sebuah dharma. Yang
paling utama adalah agar perkawinan tidak lepas dari ajaran moral. Asal
tidak melanggar dharma dan tidak menyimpang dari norma dan moral,
menurut Bhiksu Prajnavira melihat ha! itu sebagai sesuatu yang fleksibel,
Jadi tidak tertutup rapat ketika masing-masing keluarga sudah saling sepakat
dan menyetujui. Posisi biku atau Bhiksu hanyalah memberkati, sementara
yang meresmikan pernikahan tersebut adalah keluarga masing-masing yang
24 Ahmad Baso & Ahmad Nurkholish, Pernikahan Beda Agama Kesaksian, Argumen Keagamaan & Analisis Kebijakan, (Jakarta: Komnas HAM dan ICRP, 2005), cet. I, hal. 211-212.
25 O.S. Eoh, Sh, MS, /ok cit, hal. 125
44
diwakilkan kepada seorang dharmaduta, yakni orang yang diangkat oleh
biku atau bhiksu untuk meresmikan pernikahan. 26
5. Menurut Pandangan Agama Hindu
Menurut Kitab Manusmriti, perkawinan bersifat religius karena ia
adalah ibadah dan juga sebuah kewajiban. Perkawinan dikaitkan dengan
kewajiban seseorang untuk mempunyai keturunan dan juga untuk menebus
dosa-dosa orang tua dengan menurunkan seorang putra. Perkawinan, yang
dikenal dengan sebutan wiwaha, diidentikkan dengan samskara (mirip
sakramen dalam Katolik), sesuatu yang religius, sehingga kedudukan
lembaga perkawinan ditempatkan sebagai lembaga yang tidak terpisah
dengan hukum agama atau dharma.
Dengan demikian, dalam pandangan perkawinan sebagai samskara ini,
suatu perkawinan akan dianggap batal kalau tidak memenuhi syarat-syarat
tertentu. Misalnya, bila perkawinan itu dilakukan menurut Hukum Hindu
tetapi tidak memenuhi syarat untuk pengesahannya. Misalnya pasangan
yang menikah itu tidak menganut agama yang sama pada saat upacara
perkawinan itu dilakukan. Atau, dalan1 hal perkawinan antar agama tidak
dapat dilakukan menurut hukum agama Hindu.
26 Lok cit, hal. 212-213
45
Kemudian untuk mengesahkan suatu perkawinan menurut agama
Hindu, itu hams dilakukan oleh seorang Pedande yang memenuhi syarat
untuk itu. Kalau ada perkawinan beda agama, maka Pedande tidak akan
mengesahkan perkawinan tersebut. Dalam agama Hindu tidal: dikenal
adanya nikah beda agama. Ini karena sebelnm perkawinan harus dilakukan
terlebih dahulu upacara keagamaan. Apabila salah seorang calon 'llempelai
tidak beragama Hindu, maka ia wajib disucilrnn sebagai penganut agama
Hindu. Soalnya kalau tidak disucikan terlebih dahulu dan kemudian
dilaksanakan perkawinan, maka ha! ini dianggap melanggar ketentuan
dalam Seloka V-89 Kitab Manawadharmasastra, yang berbunyi:
"Air pensucian tidak bisa diberikan kepada mereka yang tidak menghiraukan upacara-upacara yang telah ditentukan, sehingga dapat dianggap kelahiran mereka itu sia-sia belaka, tidak pula dapat diberikan kepada mereka yang Iahir dari perkawinan campuran kasta secara tidak resmi, kepada mereka yang menjadi ;etapa dari golongan murtad dan pada mereka yang meninggal bunuh diri"2
.
Seiring dengan kemajuan zaman, agma Hindu mulai mengalami
perubahan baru di pusat kelahirannya, di India. Swami Vivekananda, adalah
tokoh pembaharu Hindu di India, yang melontarkan gagasannya tentang
"Hindu Modern". Dalam ha! perkawinan agama Hindu tidak mengenal
istilah "menikahkan". Dan juga "penghnlu" sepe1ii dalam agama Islam.
Kehadiran Pedande atau Pemuka Agama Hindu hanya sebagai pelengkap
27 Ibid, hal. 214
46
upacara ritual dan bukan sebagai syarat perkawinan. Perkawinan hanya
dilakukan diantara dua keluarga. Jadi tidak ada istilah peresmian , cukup
kedua mempelai yang menikah.
Dengan demikian, perkawinan beda agama, di antara pasangan yang
berbeda agama, bukan sesuatu yang bermasalah. Setidakn) a dalam
pandangan agama Hindu pada saat ini. Kalau memang pasangan nikah beda
agan1a itu sudah saling memahami dan meyakini bahwa perkawinan ini
sudah merupakan dharma-Nya (the way of life), yang harus merekajalani di
dunia ini, maka pernikahan mereka akan diberi jalan sesuai dengan
istadevata dan adikara mereka. 28
6. Menurut Pandangan Agama Konghucu
Pendiri agama Konghucu, Nabi Kongzi, berujar, "Seorang Jungzi
(beriman) bisa hidup rukun meski berbeda. Xioren (orang rendah budi atau
tidak beriman) tidak bisa hidup rukun meskipun sama".29 Dari kata-kata di
atas membuktikan bahwa menikah seagama tidak menjamin keharmonisan
dalam rumah tangga, bahkan bisa jadi sebaliknya.
Pernikahan adalah salah satu dari tiga momen amat penting dalam
kehidupan seorang manusia, selain kelahiran dan kematian. Ketiga ha!
tersebut menjadi kehendak Tian, Tuhan Yang Maha Esa. Dari ketiganya,
28 Ibid, ha!. 213-215 29 Budi Santoso Tanuwibowo, Pernikahan Beda Agama Menurut Perspektif Konghucu '", dalam
Ahmad Nurcholish, Memoar Cintaku: Pengalaman Empiris PBA, (Yogyakarta: Lkis, 2004), hal. 261
47
pernikahan bisa dianggap sebagai momen yang paling penting, karena yang
bersangkutan tidak saja diberikan kesempatan untuk rnemilih, tetapi sebuah
pernikahan yang akan sangat menentukan alur dan jalan kehidupan seorang
manusia dan juga keluarganya di masa mendatang. Pernikahan adalah
sesuatu yang sakral dan suci yang harus direncanakan secara matang, agar
mampu menghasilkan kehidupan yang lebih baik dan harmonis.
Meski tidak diatur secara eksplisit apakah pernikahan antara pasangan
yang berbeda agama diperbolehkan atau tidak, tetapi bila kita simak secara
mendalam makna sabda Nabi Kongzi yang telah disampaikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pernikahan beda agama tidak dilarang. Meskipun
pernikahan beda agama tidak dilarang, bukan berarti bebas tanpa aturan.
Dalam Li Ji XXVII: 3 .1., dikatakan:
"Bila tiada keselarasan antara langit dan bumi, takkan tumbuh segenap kehidupan. Upacara pernikahan ialah pangkal peradaban sepanjang zaman. Dia bermaksud memadukan dan mengembangkan benih-benih kebaikan dua jenis manusia yang berlainan keluarga (marga atau sedarah) ".30
Dari paparan ayat di atas, menjadi jelas bahwa ada hal-hal yang
dilarang dan ada pula hal-hal yang perln ditekanbm. Pernikahan yang
berasal dari satu marga (atau lebih tepat bila diartikan sebagai pernikahan
sedarah atau antar keluarga dekat) tidak diperbolehkan. Pernikahan harus
dimaksudkan untuk memadukan dan mengembangkan benih-benih
30 Ahmad Baso dan Ahmad Nurcholish, op cit, hal. 218
48
kebaikan, diam arti harus dilandasi cinta kasih, dan tidak ditujukan untuk
sesuatu yang tidak baik dan tidak benar.
Agama Konghucu tidak rnengenal pernikahan harus sekaum atau
seagama, namun yang penting, pernikahan itu terjadi antara sesama
manusia,yang berlainan marga (dalam arti tidak terjadi antara keluarga
dekat), dan dilaksanakan sesuai dengan aturan kesusilaan dan kaidah agama
yang berlaku.
7. Menurut Pandangan Penghayat Kepercayaan
Perkawinan bed a agama dalam pandangan penghayat kepercayaan Adat
Keruhun Sunda, yang berdasarkan pada kesadaran sepengertian meski tidak
sepengakuan atau seagama. Kesadaran seperti inilah yang ada dan
berkembang dikalangan masyarakat adat Cigugur, Kuningan, Jawa Baral.
Menurut pandangan Pangeran Djatikusuma dari Komunitas Adat
Karuhun Sunda, Cigugur, masalah perbedaan agama sebenarnya hanya
menyangkut soal tata cara upacara, yakni soal upacara dan ritual
keagamaam1ya saja. Sedangkan pada intinya mereka semuanya
berkepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Yang berbecla hanya
sebutannya saja. Ada yang menyebut Allah, Jesus Kristus, Sang Hyang
Widhi, dan seterusnya. Yang menjadi permasalahannya adalah caranya
menyembah, bukan kepada siapa yang disembah. Semuanya kepacla Tuhan
49
Yang Maha Kuasa. Hanya berbeda pada cara penyebutan Tuhan Yang
Maha Tunggal itu. 31
B. Pernikahan Beda Agama Dalam Pandangan Hukum Positif
Mengenai perkawinan campuran beda agama, sebelurn diberlakukannya UU
Perkawinan No. I 1974 perkawinan diatur dalam Regeling op de Gemengde
Humelijken (GHR). Dasar hukum GI-IR tersebut diatur dengan Koninklijk Besluit
(penetapan raja) tanggal 29 desember 1898 No. 23 dan diundangkan pada tahun
1898 yang dikenal dengan Stbl. 1898 No. 158, yang kemudian disebut dengan
istilah peraturan perkawinan campuran.
Peraturan perkawinan campuran yang dibuat oleh Pemerintah Hindia
Belanda ini memiliki tujuan untuk mengatasi masalah perkawinan yang timbul
antara seseorang dengan yang lainnya. Akibat adanya pengelompokan golongan
penduduk yang diciptakan pemerintah Zaman Kolonia! Hindia Belanda dahulu.
Pengelompokan tersebut didasarkan pada pasal 163 IS (Jndische Staatsregeling).
Menurut pasal 163 IS, penduduk Hindia Belanda terbagi atas tiga golonga, yaitu:
Golongan Eropa, Golongan Bumi Putra, dan Golongan Timur Asing.32
Diberlakukannya GHR oleh pemerintah Hindia Belanda tidak terlepas dari
keanekaragaman hukum perkawinan yang diciptakanya, untuk menyesuaikan
diri dengan keanekaragaman hukum perkawinan yang ada, GHR tersebl't
31 Ahmad Baso dan Ahmad Nurcholish, ibid, hal 210 32 Basiq Djalil, S.I-l., MA. foe cit, hal. 151
50
mengalami beberapa perubahan dan tambahan melalui beberapa peraturan yang
dinrnat dalam staatsblad.
Sesuai dengan pembuatan peraturan perkawinan campuran, maka dalam
pasal I GHR tersebut dirumuskan mengenai pengertian perkawinan campuran;
"perkawinan antara orang-orang Indonesia tunduk kepada hukum-hukum yang
berlainan ". Kemudian isi dari pasal ini membawa akibat dengan timbulnya dua
a!iran yaitu antara yang setuju dengan dimasukkannya perkawinan antar agama
ke dalam perkawinan campuran, dan tidak setuju dimasukkannya perkawinan
antar agama kedalam perkawinan campuran.
Dalam UU No. I Tahun 1974 pengertian perkawinan campuran tidak lagi
diperluas penge11iannya dengan memasukkan perkawinan beda agama.
Pengertian perkawinan campuran dalam pasal 57 UU No. I Tahun 1974 telah
dipersempit sehingga yang dimaksud perkawinan campuran yaitu hanya
perkawianan antara dua oarang yang Indonesia tunduk pada hukum yag
berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satunya
berkewarganegaraan Indonesia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa unsur perkawinan campuran
menurut UU No. I Tahun 1974 antara lain:
I. Perkawinan antar pasangan yang tunduk terhadap hukum perkawinan yang
berbeda, karena perbedaan kewarganegaraan,
2. Salah satu pihak warga negara Indonesia,
3. Pihak yang lainnya berkewarga negaraan asing,
51
4. Dilangsungkan di Indonesia, dan
5. Dilangsungkan di luar negeri.
Masalah perkawinan beda agama, pengadilan agama tidak berwenang untuk
menerima, memeriksa apalagi memutuskan perkara tersebut. Alasannya adalah
karena dalam perkawinan campuran beda agama salah satu pihak sudah tentu
dan pasti tidak beragama Islam. Sedangkan peradilan agama hanya khusus untuk
orang-orang yang beragama Islam, dan selain itu masalah perkawinan beda
agama bukan termasuk wewenang pengadilan agama. Meskipun demikian
menyangkut perkawinan beda agama, pengadilan agama hanya dapat
memberikan putusan tentang penolakan pemberian keteran.gan untuk melakukan
perkawinan campuran sesuai dengan kekuasaanya. Hal itu diatur dalam
penjelasan pasal 49 ayat (2) butir 21 UU No. 27 talmn 1989. pengadilan agama
tidak berwenang untuk melaksanakan atau melangsungkan perkawinan
campuran beda agama tersebut.
Namun demikian pengadilan agama dapat memberikan penjelasan mengapa
perkawinan campuran beda agama itu dilarang. Hal itu dapat dilihat dari dua
segi, yaitu dari segi perundang-undangan yang sengaja dibuat oleh pemerintah
dan dari segi hukum Islan yang jelas telah melarangnya dan telah diatur secara
jelas dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 221.
Jika dilihat dari segi perundang-undangan larangan perkawinan nmpuran
beda agama dewasa ini telah diatur secara jelas dan tegas dalam KHI. Menurut
KHI yang berlaku bagi umat Islam indonesia mulai tanggal 22 Juli 1991, pada
52
pasal 40c dirumuskan larangan perkawinan campuran becla agama dengan kata
kata, "Dilarang melangsungkan perkawinan seorang pria dengan seorang
wanita yang tidak beragama Islam". Artinya seorang pria muslim dilarang
kawin dengan seorang wanita yang tidak beragama Islam. Pada pasal 44 KHI
dijumpai rumusan bahwa "seorang wanita Islam dilarang melangsungkan
perkawina dengan seorang pria yang tidak beragama Islam".
Kedua pasal tersebut sejalan yakni melarang orang Islam kawin dengan
orang yang bukan Islam tanpa membedakan antara laki-laki dan perempuan dan
yang mengkalasifikasikan antara non-muslim dengan kitabiyah.
BAB IV
PERNIKAHAN BEDA A GAMA DI YA YASAN lNDONESIAN
CONFERENCE ON RELIGION AND PEACE (ICRP) DAN
DAMPAKNYATERHADAPMASYARAKAT
A. Profil Yayasan Indonesian Conference on Religion and IPeace (ICRP)
Seperti yang tertulis dalam brosur ICRP dan website http://www.icrp
online.org/wmview.php?A1i!D=49 bahwasanya ICRP adalah sebuah organisasi
berbadan hukum yayasan yang bersifat non-sektarian, non-profit, non
pemerintah dan independen yang bergerak di bidang interfaith dan dialog
agama-agama. Lembaga ini berdiri pada tanggal 12 Juli Tahun 2000 yang secara
resmi dideklarasikan di Jakarta oleh mantan Presiden RI K.H. Abdurrahman
Wahid (GUSDUR) yang ketika itu masih menjabat sebagai Presiden. Yang
mana kelahiran ICRP ini dibidani oleh para tokoh antar agama, ICRP berusaha
menyebarkan tradisi dialog dalam pengembangan kehidupan keberr.gamaan
yang humanis dan pluralis di tanah air.
Sebelum diresmikannya ICRP pada 12 Juli 2000, upaya dialog lintas agama
sudah tumbuh dan berkembang di Indonesia. Semenjak berdirinya, upaya
mentradisikan dialog yang terbangun sebelumnya senantiasa dipertahankan oleh
ICRP. Selain itu ICRP aktif pula dalam berkonstribusi dalam pengembangan
studi perdamaian dan resolusi konflik.
54
Dalam kegiatannya ICRP juga membangun kerjasama dengan lembaga
lembaga keagamaan dan antar-iman maupun individual sebagai bagian dari
pengembangan dialog antar agama dan kepercayaan serta semangat penghargaan
realitas perbedaan keyakinan dimasyaraka, selain itu pula ICRP ikut aktif dalan1
be1jenjaring dengan lembaga-lembaga yang consern memperjuangkan
pluralisme dan perdamaian untuk melawan ketidak adilan sistem sosial, gender,
danHAM.
Visi:
Mewujudkan masyarakat Indonesia yang damai, berkeadilan, setara,
persaudaraan dalam pluralisme agama dan kepercayaan, dan penghormatan
kepada martabat manusia.
Misi:
I. Menumbuhkembangkan paham pluralisme dalam masyarakat Indonesia.
2. Membangun kesadaran dan mengembangkan budaya religiusit is yang
sehat, saling menghormati dan bebas dari rasa sating curiga bersama
seluruh elemen bangsa khususnya lembaga-lembaga antar agama (iman).
3. Mendukung dan mendorong us aha-us aha dialog, pengkaj ian dan
pemecahan sosial keagamaan baik dalam skala daerah, nasional, regional,
maupun internasional.
4. Mengajak semua pihak untuk menghormati dan mensyukuri
keanekaragaman dan kekayaan tradisi keagamaan masing-masing
55
Tujuan strategis:
a. Membantu peningkatan pemahaman pluralisme
b. Membantu penanganan berbagai masalah dalam hubungan antar-agama
c. Membantu pengembangan jaringan kerjasama antar-lembaga maupun
individu untuk penguatan pluralisme dan perdamaian
d. Meningkatkan kapasitas organisasi dalam memberikan pelayanan terbaik
untuk memperkuat pluralisme agama dan pedamaian.
e. 33
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
menyebabkan pola hubungan masyarakat berubah dan sebuah keniscayaan
komunikasi antar golongan terjadi semakin erat baik yang bersifat formal
maupun secara individual. Hal semacam ini harus disadari oleh umat Islam,
suatu bangsa clan negara tidak lagi dibatasi dengan darul harbi ataupun darul
Islam. Tetapi kita harus tahu bahwa pada realitanya negara hanya dibatasi oleh
daerah atau wilayah teritorial kekuasaan, begitu pula dengan negara kita
Indonesia dimana pada dasarnya masyarakat yang ada clan menetap di negara ini
tidaklah bersifat homogen akan tetapi bersifat heterogen yang terdiri dari
berbagai macam etnis, budaya, suku, ras, clan bahkan agama. Dalam format
negara seperti ini tidaklah membeda-bedakan antara golongan masyarakat yang
berbaur menjadi satu menjalankan kewajiban yang sama dalam sebuah negara
33 Brosur ICRP dan website: http://www.icrp-online.org/wmview.php?ArtID~49
55
dan mendapatkan hak yang sama, sehingga tidak akan terjadi lagi
pendiskriminasian antar satu golongan dengan golongan yang lain.
Dalam masalah yang erat kaitannya dengan agama yang dianut oleh
masyarakat, pemerintah banyak campur tangan dalam masalah ini. Bagi
masyarakat Indonesia agama adalah ha! yang sangat mendasar bagi kehidupan
yang tak bisa dipaksakan oleh siapapun, karena agarna yang mereka anut
merupakan keyakinan dan menjadi sumber pedoman bagi hidup mereka. Hal ini
didasari alasan bahwa agama merupakan ha! yang asasi dan datang dari
keyakinan bukan rasionalitas saja. Kebutuhan beragama adalah fitrah, namun
agama dan cara beragama yang seperti apa yang diyakini dan sangat bergantung
dari keyakinan dan pengalaman kemanusiaan seseorang itu. Jadi beragama
adalah ha! yang berangkat dari dalam diri seseorang untuk itu agama tidak dapat
dipaksakan oleh apapun dan siapapun. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
surat al-Baqarah (2) ayat 256, yang berbunyi:
Artinya: "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Hal-ha! yang seperti inilah yang kemudian berdampak pada tingl:at sosial
masyarakat, diantaranya adalah perkawinan lintas agama yang banyak menuai
56
Jcontroversi dan perdebatan dari berbagai kalangan terutama ulama-ulama Islam
Indonesia.
B. Proscdur Pcrnilrnh:rn Bcda Ag:rnrn Di ICRP
Seiring dengan sikap teo!ogis yang bersifat liberal dan pluralis dengan
pemahaman yang sangat terbuka yang dikembangkan oleh ICRP ini maka dalam
tingkatan praktis dampak yang bermunculan semakin bertan1bah, baik positif
maupun negatif. lmplikasi yang tak dapat terhindarkan adalah adanya
pernikahan antar pemeluk yang berbeda agama, walaupun sebenarnya
pernikahan ini sudah ada sebelum yayasan ini didirikan. Paramadina dan Wahid
Institut misalnya, yang telah lebih dahulu secara terang-terangan melaksanakan
PBA, tapi karena suatu ha! akhirnya kedua yayasan tersebut tidak lagi
menangani masalah PBA ini. Sehingga kemudian dengan berbagai alasan dan
pertimbangan masalah ini pun diambil alih oleh yayasan ICRP :itas usulan dan
persetujuan pihak-pihak yang terkait.
Sebelum berkecimpung langsung dalam kegiatan PBA yang sekarang ini,
ICRP berperan sebagai konsultan pernikahan dan membuka diskusi lintas agama
seperti yang dapat dilihat dalam sebuah website-nya. Setelah melihat fakta yang
terjadi yaitu hambatan PBA baik dilihat dari justifikasi keharaman maupun yang
pengaruh konteks ke-Indonesiaan, yang berupa resistensi dan birokrasi yang
menjadikan timbulnya kesulitan-kesulitan bagi pelaksanaan PBA terseb.it, maka
dengan pertimbangan yang matang alchirnya ICRP membuka peluang dengan
57
maksud untuk membantu para calon pasangan yang ingin nikah beda agama dan
menemui hambatan dalam pelaksanaannya.34
Langkah yang di ambit ICRP ini merupakan kelanjutan dari fakta-fakta
yang terjadi sebelunmya, dimana banyak kalangan menengah ke atas yang
melaksanakan perkawinan diluar negeri yang dilakukannya karena di Indonesia
PBA masih menuai kontroversi dan banyak menemui hambatan. Sehingga ini
tidak mungkin dilaksanakan bagi mereka yang taraf ekonominya serba
kecukupan. Cara lain untuk mendapatkan legalitas pernikahan adalah dengan
berpura-pura pindah agama, sehingga proses pencatatannya baik di KCS
maupun di KUA tidak menemui kesulitan.35
ICRP adalah salah satu yayasan yang sekarang ini menangani PBA
disamping sebagai konsultan bagi setiap pasangan yang ingin menikah beda
agama dan mendapatkan jalan buntu atau kesulitan dalam mewujudkan
impiannya. Yayasan ini mencarikan solusi agar apa yang menjadi hak
masyarakat terpenuhi, karena yayasan berpendapat bahwa p<0rnikahan
merupakan hak bagi setiap insan yang hidup dimuka bumi ini, seperti h·tlnya hak
hidup, hak dilindungi, dan hak untuk memeluk agama yang mereka anut.
34 Wawancara dengan Ahmad Nurcholish pengurus ICRP pada tanggal l 5 Februari 2007, dikantor ICRP.
35 Wawancara dengan !bu Neneng yang mempunyai keluarga yang menikah beda agama denganjalan seperti ini, pada tanggal 18 Februari 2007
58
Solusi seperti ini sebagai salah satu pemecahan at:as semua masalah di atas,
yayasan ICRP memberikan jalan keluar bagi yang menginginkan PBA dengan
terlebih dahulu memenuhi syarat-syarat dan prosedur sebagai berikut:36
I. Calon pasangan suami istri (Pasutri) mendaftar ke ICRP dengan terlebih
dahulu berkonsultasi mengenai rencana perkawinan mereka.
2. Mengisi biodata masing-masing calon mempelai pada formulir pendaftaran
yang telah dipersiapkan dan melengkapi persyaratan-persyaratan sebagai
berikut:
a. Melampirkan pas photo 3 x 4 kedua calon mempelai sebanyak 2
lembar dan photo berdampingan ukuran 4 x 6 sebanyak I 0 !em bar,
b. Photo copy KTP kedua calon mempelai masing-masing I Jembar,
c. Photo copy orang tua kedua mempelai masing-masing I Jembar,
d. Photo copy KTP 2 orang saksi masing-masing I Jembar,
e. Surat izin menikah secara tertulis di atas materai 6000 oleh orang tua
kedua calon mempelai,
f. Surat keterangan belum pernah menikah dari orang tua di atas materai
6000,
g. Surat keterangan status ( duda/janda) pernah menikah atau bercerai
yang berlaku sekarang,
h. Photo copy KK masing-masing calon mempelai,
36 Op cit, wawancara Ahmad Nurcholish,
59
i. Photo copy akte kelahiran masing-masing mempelai,
j. Photo copy sertifikat baptis (bagi yang beragama Kristen),
k. NI, N2, N3, N4 (dari kelurahan yang bersangkutan) masing-masing
. calon mempelai, dan
I. Materai 6000 sebanyak I 0 lembar.
3. Calon pasangan suami dan istri (Pasutri) harus melewati dua ritual
keagamaan yang berbeda sesuai dengan agama yang mereka anut masing
masing secara bergantian.
Dalam ha! ini penulis mengambil contoh prosesi pernikahan yang telah
penulis amati dari pasangan J.P. Indra Wisudha (Katolik) dengan Ani
Ismawati (Islam) yang dilaksanakan pada hari Ahad tanggal 18 Februari
2007 bertempat di Gedung SOS Desa Taruna Cibubur.
Pada acara pernikahan tersebut terdapat dua ritual keagamaan yang
mesti dijalani oleh kedua mempelai secara bergantian. Ritual yang pertama
dengan cara Islam, dimana prosesi pelaksanaannya sama seperti halnya
akad yang dilakukan oleh pasangan yang menikah satu agama (Islam),
hanya saja pada saat ijab qabul calon mempelai pria tidak mengucapkan
dua kalimat syahadat. Dalam ha! ini yang bertindak sebagai penghulunya
adalah Bapak Zainun Kamal, M.A., dengan wali nikah dari mempelai
wanita adalah Bapak Sugito, dan saksi-saksi formalnya yaitu Adi Sutristio
dan Aminudin selain saksi-saksi lain yang hadir pada acara tersebut. Mas
60
kawin yang diberikan dari mempelai pna adala11 uang sebesar Rp.
1.802.007,- dengan seperangkat alat shalat. Setelah akad nikah selesai
pasutri mendapatkan surat keterangan nikah dari yayasan ICRP.
Ritual keagamaan selanjutnya yaitu pemberkatan/sakramen secara
Katolik yang bertempat di Gereja Bunda Segala Bangsa Kota Wisata
Cileungsi dengan dipimpin oleh Romo J. Haryanto dan disaksikan oleh
Bapak A. Ngatijo dan Ibu M. Sri Isparti. Sebelum acarn dimulai sang Romo
menjemput pasangan suami dan istri ke Altar yang diikuti oleh pembabtisan
dengan mencipratkan air di kepala kedua mempelai, diteruskan sambutan
oleh Romo yang diikuti dengan pernyataan taubat kedua mempelai juga doa
pembuka yang diiringi dengan lagu-lagu rohani seperti lagu Eva Maria dan
lain-lain. Di teruskan dengan pernyataan kedua mempelai bahwasanya
mereka siap untuk menikah yang saksikan oleh para jemaat gereja dan saksi
yang menandatangani surat pernikahan dari gereja. Di lanjutkan dengan
pembacaan do' a oleh Romo untuk kedua mempelai.
Setelah itu diadakan pemberkatan dan penyerahan cincin dan kitab
suci, salib dan rosario kepada pasutri. Seperti biasa di setiap pernikahan
kedua mempelai bersungkem kepada kedua orang tua mempelai, kemudian
kedua mempelai menuju altar atau singgasana Yesus Kristus untuk
meminta restu-Nya. Acara ini ditutup dengan penandatanganan Kanonik
dan doa penutup. Setelah akad selesai pasutri mendapatkan surat
61
keterangan nikah dari Gereja sebagai bukti untuk mendaftarkan
pernikahannya di KCS.
Demikian solusi proses pernikahan beda agama yang dilaksanakan di
ICRP untuk melewati salmya perkawinan yang sesuai dengan pasal 2 ayat I
Undang-undang RI tahun 1974 tentang perkawinan.
Selanjutnya untuk mendapatkan legalitas atas pernikahan mereka,
mereka harus melakukan proses pencatatan pernikahan di KCS bagi non
muslim dengan membawa surat keterangan nikah dari gereja dimana
mereka melakukan akad nikah. Sedangkan untuk yang beragama Islam,
proses pencatatan pernikahan dilakukan di KUA setempat dengan
membawa surat keterangan nikah dari ICRP sebagai bukti bahwa mereka
telah melangsungkan pernikahan secara sah.
C. Dampak Pernikahan Beda Agama di Indonesia
Pernikahan beda agama (PBA) seperti yang dilakukan di yayasan ICRP ini
sebelumnya juga pernah dilakukan oleh beberapa lembaga lain, misalnya
Paramadina dan Wahid Institut. Kedua lembaga ini pernah beberapa kali
mengadakan PBA yang kemudian menuai kontroversi dari berbagai kalangan.
Selanjutnya akibat kontroversi dan banyaknya pertentangan yang te1jadi kedua
lembaga ini tidak lagi mengadakan PBA yang kemudian diambil alih oleh
yayasan ICRP.
62
Dari fakta empiris tentang maraknya fenomena PBA yang diperoleh Drs.
Nuryamin Aini, MA, ditemukan bahwa di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakaiia
(DIY) terjadi fluktuasi. Pada tahun 1980, paling tidak terdapat 15 kasus yang
menikah beda agama dari 1000 kasus pernikahan yang tercatat. Pada tahun 1990,
naik menjadi 18 kasus dan justru trend-nya menurun menjadi 12 kasus saja pada
tahun 2000. Trend penurunan ini dalam bahasa statistiknya disebut U terbalik.
Tahun 1980 rendah (15/1000), lalu naik tahun 1990 (19/1000), kemudian tunm
lagi tahun 2000 (12/1000).
Tabel I Angka PBA Menurut Agama, Tahun dan Jenis Kelamin
Agama 1980 1990
Pria Wanita Pria Wanita.
I. Islam 0.7 0.6 0.9 0.9 2. Protestan 6.0 8.6 10.6 13.8 3. Katolik 13.3 15.4 11.4 8.7 4. Hindu 19.0* 9.6* 16.3 2.7 5. Budha - - 37.5 21.9 6. Lain-lain - - 35.5 0 Jumlah 24677 24677 28668 28668
* Untuk SP-80, Hindhu, Budha dan lain-lain disatukan untuk ana/isis Sumber: Sensus 1980, 1990 dan 2000
2000 Pria Wanita
0.5 0.6 5.1 3.6 6.9 13.0 60.0 -- -- -2673 2673
Tabel di atas menunjukkan bahwa laki-laki cenderung melakukan
pernikahan beda agama dibanding perempuan. Angka PBA, sesuai Senws 1980,
1990 dan 2000, paling rendah te1jadi di kalangan muslim (di bawah I%). Tapi
ini bisa dibaca bahwa semakin besai· kuantitas penduduk beragama Islam, maka
pilihan kawin seagama tentu juga semakin besar. Lain halnya, bagi pengaimt
agama yang katakanlah minoritas, maka dengan sendirinya pilihan kawin
63
dengan pasangan seagama juga semakin kecil. Dengan demikian untuk menikah
beda agama, bagi penganut agama yang "minoritas," kemungkinannya semakin
besar. Tapi secara umum, tabel tersebut menunjukkan ketiadaan pola PBA yang
khas dalam kalangan non-muslim. 37
Perkawinan beda agama yang dilaksanakan di yayasan ICRP memiliki aiii
penting terutama bagi para calon suami dan istri yang ingin menikah beda
agama. Melalui yayasan ini mereka bisa menikah tanpa ada kendala clari pihak-
pihak terkait clan yang terpenting mereka masih bisa memeluk agan1anya
masing-masing sesuai dengan keyakinan. Karena pernikahai1 beda agama yang
dilakukan di yayasan ini melalui dua upacara keagamaan sekaligus secara
bergantian sepe1ii yang telah dijelaskan di atas. Pernikahan mereka juga sah
menurut agama, karena dari pernikahan ini mereka mendapatkan surat
keterangan nikah dari yayasan ICRP sebagai bukti bahwa mereka telah menikah
w1tuk kemudian mendaftarakan pencatatan pernikahan mereka di Kantor Urusan
Agama (KUA) bagi yang beragaina Islam. Sedangkan bagi yang non-Islam
mereka akan memperoleh surat keterangai1 nikah dari gereja sebagai syarat
untuk mendaftarkan diri di Kantor Catalan Sipil (KCS). Hal ini sesuai dengan
yang dikatakan Zainun Kamal pada saat memberikan kata sainbutan di hari
pernikahan Ani Isnawati dan Indra Wisudha bahwa pernikahan mereka sah
37 Wawancara Ulil Abshar-Abdalla dengan Drs. Nuryamin Aini, MA, pengajar fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah dan peneliti Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) UIN Jakarta pada Kam is, I 9 Juni 2003, http://islamlib.com/id/index.php?page''article&id=347
64
menurut agama dikarenakan cinta, kasih, dan sayang adalah pemberian tuhan,
tuhan yang memberikan hati pada manusia dan rnempertemukan pada
pasangannya dan tak ada yang dapat memisahkan keduanya kecuali tuhan.
Namun demikian, secara garis besar ada dua dampak yang ditimbulkan
akibat dilakukannya pernikahan beda agama semacam ini, yaitu:
1. Dampak positif
Dari sepanjang pengetahuan penulis, dampak positif ini umumnya
dialami oleh mereka yang melakukan PBA tersebut. Alasan penulis adalah
karena mereka yang berniat melakukannya tentu mempunyai niat yang suci
untuk mewujudkan impian mereka dalam menjalin kehidupa.1 rumah
tangga yang penuh dengan rasa cinta, kasih, dan sayang. Demi terwujudnya
jalinan cinta mereka dalam suatu ikatan tali pernikahan inilah mereka rela
melakukan apa saja termasuk melewati segala rintangan seperti kesulitan
birokrasi dan untuk mendapatkan persetujuan dari kelauarga mereka yang
biasanya menuai kontroversi bahkan pertentangan yang berakibat pada
putusnya tali silaturrahim.
Dari data yang penulis peroleh, kebanyakan mereka yang menikah
beda agama dalam menjalin kehidupan keluarga tidak jauh berbeda dengan
yang dialami oleh mereka yang menikah dengan satu keyakinan yaitu bisa
hidup rukun bahkan lebih bisa bersikap toleran, menghargai, dan
65
menghormati sesamanya terutama terhadap mereka yang berlainan
keyakinan dengannya.
2. Dampak negatif
Dalam dampak negatif yang ditimbulkan oleh PBA umumnya adalnh
akibat pertentangan atau kontroversi yang terjadi dalam memahami boleh
tidaknya PBA, baik menurut hukum maupun agama. Akibat dari ini semua
timbul dampak-dampak sebagai berikut:
a. Tidak sesuainya pencatatan pernikahan pada KCS dengan data
dilapangan.
Problem krusial bagi pasangan beda agama yang secara serius
hendak menempuh pernikahan biasanya adalah keterjepitan di antara
dua kutub ekstrem: pernikahan sebagai hak privat dengan stigmatisasi
keharaman nikah beda agama plus resistensi birokrasi. Akibatnya,
seperti temuan penelitian Drs. Nuryan1in Aini, M.A, alumnus Flinders
University, Australia, pasutri beda agama sering melalrnkan hilah
(manipulasi hukum) dan bersikap ambivalen dan hipokrit sekadar
untuk lolos dari jebakan birokrasi pencatatan perkawinan.
Kesulitan birokrasi ternyata bukan merupakan pemicu turunnya
tingkat pernikahan beda agama di Indonesia. Dari data sensus yang
dipakai oleh Drs. Nuryamin Aini, M.A, dalam penelitiannya
menunjul<lrnn bahwa PBA yang tercatat dengan data sensus yang
dipakainya sebagai sampel penelitian temyata lebih besar
66
dibandingkan dengan PBA yang tercatat di kantor catatan sipil. Ini
berarti pasangan PBA mempunyai problem serius pada tingkat
birokrasi pencatatan perkawinan. Banyak yang hipolait, ambivalen
dan melakukan hi/ah (manipulasi hukum) untuk "selamat" dari
kesulitan birokrasi ini. Bahkan, tak sedikit yang pura-pura pindal1
agama sekadar untuk menggampangkan dalam mengurusi pencatatan
nikah. Resistensi birokrasi, saya kira, tidak juga rnenghapus kohabitasi
pasangan beda agama, tapijustru memperbanyak kemunafikan.38
b. Terjadinya kontroversi dikalangan ulama dan masyarakat
Dalam Alquran, nikah beda agama dibolehkan sekaligus
dilarang. Menikahi perempuan Ahl al-Kitab dihalalkan oleh ayat 5
surat Al-Maidah. Sementara menikahi perempuan musyrikah dan
menikahkan laki-laki musyrik dengan perempuan mulaninah dilarang
oleh ayat 221 surat Al-Baqarah. Bagi mereka yang meyakini bal1wa
ayat surat Al-Baqarah turun untuk menganulir (menaskh) ayat surat
Al-Maidah, menikah dengan non-muslim tidak dibolehkan oleh Islam.
Sementara mereka yang meyakini sebalilmya, berpendapat bahwa
Islam membolehkan laki-laki muslim menikahi perempuan Ahl al
Kitab, meskipun kemudian mereka berselisih tentang batasan
pengertian te1>tang Ahl al-Kitab.
c. Kecenderungan agama anal( dari pasangan nikah beda agama
38 Ibid, wawancara Ulil Abshar-Abdalla dengan Drs. Nuryamin Aini, MA.
67
Dalam Islam, Jaki-laki muslim tidak jadi soal menikahi
perempuan non-muslim. Data pada tahun 1980, laki-laki muslim yang
menikah dengan perempuan non-muslim, 50% dari anaknya menjadi
muslim. Tapi bila ibunya muslim dan bapaknya non-muslim,
angkanya Jebih tinggi: sampai 77% akan menjadi muslim. Anglea itu
naik lagi pada tahun 1990 menjadi 79%. Jadi bisa dikatakan bahwa
kemampuan perempuan muslim untuk mengislamkan anaknya ketika
menikah dengan laki-laki 11011-muslim jauh Jebih tinggi dibandingkan
laki-lakinya yang muslim. Dominasi figur ibu tak dapat dipisahkan
dari peran nurturancei-nya dan intensitas waktu yang lebih banyak
untuk berinteraksi dengan anak-anaknya. Lebih jauh lihat tabel
berikut.
Tabel II Afiliasi Agama Anak Keluarga PBA menurut Agama,
Tahun dan Jenis Kelamin Orangtua
Agama 1980 1990 2000
Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita
1. Islam 50.0 77.1 57.0 79.0 13.0 61.9 2. Protestan 18.8 29.0 27.1 41.0 16.0 55.6 3. Katolik 46.2 75.5 41.8 51.0 25.0 93.8 4. Hindu 8.6* 33.33* 5.6 0 40.0 -5. Budha - - 4.8 0 - -6. Lain-lain - - 20.0 0 - -
* UntukSP-80, Hindu, Budha dan lain-lain disalukan untuk ana/isis. SP 1980 =
685 anak; SP 1990 = 1044 anak; SP 2000 = 83 anak Sumber: Sensus 1980, 1990 dan 200039
39 Ibid, wawancara Ulil Abshar-Abdalla dengan Drs. Nuryamin Aini, MA.
68
d. Dampak psikologis bagi anak dalam menentukan agamanya
Dalam sebuah situs website gatra.com mengungkapkan sebuah
kisah keluarga yang dialarni pasangan Henry Siahaan, 48 tahun
(Protestan), dan penyanyi Yuni Shara, 33 tahun (rnuslimah). Mereka
mengungkapkan betapa susahnya menikah beda agama, bahkan
sampai telah mempunyai anak pun mereka masih dipersulit oleh
birokrasi lembaga agama, pasalnya ketika Henry akan berniat
membaptis Cello Obin Siahaan, J 0 bulan, buah cintanya dengan Yuni
di Gereja Hmia Kristen Batak Protestan (HKBP) Menteng, Jakarta.
Karena cli sanalah Henry mengaku biasa beribadah. Ternyata ketika
Henry mcminta kepada pencleta untuk membaptis anaknya ia ditolak
oleh gereja clengan alasan bahwa Yuni beragmna Islam.
Selgen HKBP Pusat, Pencleta Simarmata, 5 I tahun, menjelaskan
bahwa penolakan baptis itu karena Henry-Yuni menikah di luar gereja.
"Mereka di Juar nikah resmi gereja, hm1ya. ini keberatmmya," kata
Simarmata. Ini masih satu rangkaim1 dengan penolaka.n HKBP
memberkati pernikahan becla agama. "Belum ada pemberkatan cli
gereja bagi pasangan beda agama," katanya.
Meskipun bagi Henry, masuk Islam atau Kristen bukanlah
masalah, yang penting anak-anaknya masuk surga. Henry juga
mempe1iimbangkm1 lingkungan anak-anaknya. "Kalau Caca (Cilia
Agnes. 22 tahun) clan Chia (Tascha Astetica, 21 tahun) itu hams
69
Kristen karena keluarga yang dekat dia banyak Kristen," dernikian
pertirnbangan agarna anak pertarna dan keduanya.
Lain halnya dengan keluarga Adrie Subono (Islam) dan Chrisye
(Protestan). Bos promotor konser Java Musikindo ini rnengakui
istrinya lebih rnendalami agama ketirnbang dia. "Chrisye sering
mencrapkan ajaran Kristen pada anak-anak dan rnembawa mereka ke
gereja, 11 katanya.
Meski dernikian, Adrie rnenerapkan prinsip dernokrasi bagi
ketiga anaknya yaitu Melanie, Christy, dan Adrian untuk rnemilih
agama. "Pada dasarnya semua agarna sama. Tidak ada yang
mengajarkan sesuatu yang buruk," papar Adrie. lsu agarna sejauh ini
tak pernah mengganggu keharmonisan keluarganya.
Ada pula pasangan yang pengaruh suami dan istri relatif
berimbang dan cenderung liberal. Sang anak justru diharapkan kelak
menganut agarna yang berbeda dengan ayah dan ibunya. Begitulah
pasangan Ahmad Nurcholish (Islam, 29 tahun) dan Ang Mei Yong
(Konghucu, 26 tahun) mendidik putranya: Melvin Reynard Alvino, 10
bulan. "Kalau bisa, anak saya nanti memeluk Hindu. Soalnya, saya
sedang belajar Hindu," tutur Mei.
Pada dasarnya, keduanya tak mengarahkan agama tertentu buat
<mak. "Yang penting budi pekertinya," kata Nurcholish, rnantm1 aktivis
remaja Masjid Al-Azhar Jakarta ini. Waktu Melvin lahir, Nmcholish
tidak mengazani anaknya, sebagaimana lazimnya ayah muslim. "Biar
70
dia belajm- sendiri dari lingkungannya," ujamya. Ada benm-nya, kini
Melvin justru paling suka mendengarkan kurnandang azan di TV.
Bahkan Mei akan mencarikan stasiun TV dengan lantunan azan paling
merdu buat Melvin. "Saya juga sering ngajarin dia mengucapkan
bismillah." tutur Mei. Nurcholish sendiri sering mengaji untuk
menenangkan M.elvin kctika sedang gelisah.
Sikap hukum positif kita pada status agama anak kawin beda
agama tergantung status perkawinan itu sendiri. Hakim Agung Dr.
Rifyal Ka'bah berpendapat. Undang-Undang Perkawinan kita tidak
mengakui perkawinan beda agama. Maka, anaknya berstalus sebagai
anak biologis dari ibu. Ayahnya tidak memiliki legalitas sebagai ayah.
Maka, Rifyal menyarankan pasangan beda agama membuat
kesepakatan internal tentang agama anaknya. Jangan sampai
bersengketa hingga dibawa ke pengadilan. Karena pengadilan tak
mengakui keabsahannya. "Karena dalam perkawinan itu ayahnya
dianggap tak ada, maka agama yang dianut anak mengikuli ibunya,"
katanya.
Sedangkan pakar lmkum keluarga dari Universitas Indonesia, Dr.
Ichtijanto, berpendapat bahwa klausul perkawinan campuran dalam
Unclang-Undang Perkawinan juga bisa cliartikan sebagai kawin antar
agama, bukan semata antar-warga negara. Islam yang dipahami
Ichtijanto juga mengakui nikah becla agama. "Tapi hanya clibatasi
71
Jelaki rnuslirn dengan wanita non-muslim, tidak bisa sebaliknya,"
katanya. Dengan kerangka ini, kata Ichtijanto, maka anak basil kawin
'k . b k 40 campur meng1 ut1 agama apa nya.
D. Analisis Pernikahan Beda Agama Di ICRP dan Damp:almya Secara Umum
Terhadap Masyarakat Indonesia
1. Di lihat dari segi agama Islam
Teks-teks suci tidak berdiri pada ruang hampa ketika ia menyapa
rnanusia. Satu kasus menarik adalah ketika Khalifah Umar melarang
seseorang menikahi ahli kitab, sementara Alquran memperbolehkannya,
menunjukkan intervensi sesuatu di luar teks. Pada kasus lain, sebagian
ulama masih rnengharamkan seorang muslimah menikah dengan lald-laki
non-Islam.
Mernang banyak peristiwa di sekitar kita yang menunjukkan
ambiguitas teks ketika berhadapan dengan realitas bahwa cinta suci tidak
memandang sekat-sekat etnisitas dan agama. Perkawinan Yasser Arafat
dengan Suha, Jamal Mirdad dengan Lidya Handouw dan lain-lain menjadi
contoh kecil dari hamparan banyak kasus pernikahan antaragama.
Pernikahan dalam Islam tidak hanya terbatas pada ruaang lingkup
duniawi saja melainkan juga sampai akhirat. Ibnu Abidin ra pernah
'0 Asrari S. Kami, Alexander Wibisono, clan Luqman Hakim Ari fin. Dilema Teo!ogi Si Buah
Hati, Laporan Khusns, Gatra, Nomor 47 Beredar Sen in, 3 Oktober 2005
72
berkata: "tidak ada ibadah yang disyariatkan kepada kita dari zaman
Adam sampai saat ini yang dapat berlanjut sampai ke surga kecuali
pernikahan ".
Dalam suatu wawancara antara Dr. Zainun Kamal, pengaJar
pascasmjana UIN Syarif Hidayatullah dan alumnus dari Universitas Al-
Azhar dan Kairo University, Mesir dengan Nong Daro! Mahmada dari
Kajian Utan Kayu (KUK) yang disiarkan Radio 68H pada 20 Juni 2002,
dengan menghadirkan Bimo Nugroho, salah seorang Direktur Institut Studi
Arns dan Informasi (ISAI) Jakarta yang mengalami secara langsung
pernikahan antaragama41. Dr. Zainun Kamal mengatakan bahwa pandangan
Islam tentang persoalan pernikahan antar agama setidaknya ada dua ha!
yang perlu dibaJias. Di lihat dari hukum positif, negara memm1g tidak
mengizinkan kawin antar agama. Dalam hukum agama yang umum ada dua
penjelasan: Pertama, secara eksplisit teks Al-Quran membolehkan laki-la1<i
muslim menikah dengan perempuan non-muslim. Itu terdapat dalam surat
al-Maidah ayat 5. Bahkan, ada pembahasan ulama yang lebih luas tentang
ayat itu. Umumnya, yang masuk lingkup ahli kitab itu hanya Yahudi dan
Kristen. Tapi dalmn ayat itu bukan disebut ahli kitab, tapi alladzfna utu al-
Kitab, orang-orang yang mempunyai kitab suci.
41 http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=224, Dr. Zainun Kamal, MA, N,"kah Beda Agama, 3010612002
73
Dalam Alquran terdapat kategorisasi golongan musyrik, mukmin dan
ahli kitab. Orang musyik adalah mereka yang percaya pada adanya Tuhan,
tapi tidak percaya pada kitab suci atau tidak percaya pada salah seorang
nabi. Mereka itu adalah musyrik Mekkah dan secara hukum Islam tidak
boleh sama sekali dinikahi. Kalau ahli kitab, mereka percaya pada salah
seorang nabi dan salah satu kitab suci.
Yang diistilahkan Al-Quran dalam surat al-Ma'idah adalah orang
orang yang diberikan kitab. Mereka percaya bahwa itu adalah kitab suci
dan yang diutus kepada mereka adalah seorang nabi; maka menikahi
mereka itu dibolehkan. Misalnya, orang Budha menganggap mereka punya
kitab suci dan Budha Gauthama adalah seorang Nabi. Konghuchu,
dianggap nabi dan mempunyai kitab suci. Demikian juga dengan Sintho.
Mereka itu dianggap sebagai orang yang diberi kitab dan boleh dikawini.
Mereka kadang mengatakan, ini kitab dari Nabi Ibrahim atau kitab dari
Nabi Luth. Yahudi boleh, karena jelas diutus padanya Musa. Umat Nasrani
mempunyai nabi Isa. Ulama yang mempunyai pembahasan yang lebih luas
memasukkan Konghuchn, Budha dan Shinto sebagai yang boleh dikawini.
Itu memang sudah dipraktekkan Islam dan sampai sekarang banyak sekali
laki-laki muslim yang menikah dengan perempuan non-muslim.
Praktik pernikahan antar agama dalam sejarah Islam misalnya, Yasser
Arafat dan itu tidak menjadi masalah di Palestina. Nabi sendiri menikah
dengan Maria Koptik yang semula beragama non-Islam, Utsman kawin
74
dengan salah seorang ahli kitab, ada yang dengan Kristen dan juga dengan
Yahudi. Sampai sekarang, praktek pernikahan antar agama itu berjalan
terns. Sebagian ulama melarang, tapi teks secara eksplisit membolehkan.
Persoalannya, bagaimana kalau sebaliknya, yakni laki-lakinya non-muslim
dan perempuannya Islam seperti kasus Bimo Nugroho ini.
Pertama-tama perlu dijelaskan, bahwa teks Al-Qur'an secara eksplisit
tidak ada yang melarang. Hanya saja, mayoritas ijtihad para ulama,
termasuk di Indonesia, tidak membolehkannya meski secara teks tidak ada
larangan. Makanya, yang membolehkan memiliki landasannya dan yang
melarang juga punya landasan tertentu. Larangan muslimah menikah
dengan laki-laki non-Islam itu tidak disebutkan dalam Al-Qur'an. Ini
merupakan pendapat sebagian ulama.
Perlu juga dipertimbangkan pendapat yang dikemukaakn oleh Yusuf
Qardawi yang menyatakan kebolehan menikah clengan ahli kit-lb mesti
disertai syarat-syarat tertentu sebagai berikut:
I. Mereka benar-benar menganut agama samawi,
2. Memelihara dari perbuatan zina,
3. Bukan dengan status permusuhan dengan clunia Islam, dan
4. Dengan pernikahannya tidak akan te1jacli ftnah.
Status agama anak hasil clari pernikahan beda agama diserahkan
sepenuhnya terhadap anak itu sendiri. Karena yang penting, bagaimana
suami-isteri itu mencliclik anak secara baik. Karena dalam semua agama
75
mengandung nilai moral yang sama dan bersifat universal. Kita mendidik
anak untuk berbuat baik pada orangtuanya. Kita mendidik anak kita supaya
jangan berbuat jahat dan berbuat baik pada siapa saja. Nilai-nilai universal
tersebut sangat ditekankan oleh semua agama. Jadi kita didik anak kita
secara baik kemudian dia pilih agama apa, ha! itu terserah anak.
Salah satu alasan sebagian ulama mengharamkan laki-laki non-muslim
menikah dengan wanita muslim dikarena kekhawatirkan istri atau anak
anaknya menjadi murtad. Tapi kalau kita melihat kasus Bimo Nugroho ini,
malah sebaliknya. Anak-anaknya semua ikut ibunya karena yang banyak
mendidik anak di rumah adalah ibunya. Oleh karenanya, dalam kasus ini,
ijtihad dan pendapat para ulama yang melarang wanita muslim menikah
dengan pria non muslim perlu ditinjau ulang.
Dalam masalah warisan, pendapat ulama berbeda-beda. Ada yang
menyebut tidak boleh saling mewarisi kalau berbeda agama. Tapi ada yang
berpendapat sesungguhnya sang isteri bisa mewarisi suami dan tidak bisa
sebaliknya. Namun begitu, saya kira ada solusi terbaik dari Al-Quran.
Karena masih ada wasiat misalnya. Kalaupun terhalang, suami bisa saja
berwasiat, ini rumah kalau saya meninggal nantinya untuk kamu atau buat
anak ini dan itu.
Hadis nabi tentang pernikahan yang memakai empat kriteria yaitu
kecantikan, kekayaan, keturunan dan agamanya. Menurut pendapat
76
sebagian ulama, kita dianjurkan memprioritaskan agamanya. Tapi
kemudian kalau ada orang bilang ini ada perempuan cantik dan saya ingin
kawin dengan dia misalnya, apakah tidak sah perkawinannya? Tetap sah.
Tapi nabi menganjurkan memilih agamanya, artinya orang yang bermoral.
Agama dalam arti nilai-nilai yang baik. Namun bila acla yang lebih memilih
kekayaan clan kecantikan clalam urusan mencari jocloh, maka ticlak clilarang
oleh agama clan perkawinnya tetap saja sah.
Tentang kebijakan Khalifah Umar bin Khattab tentang pelarangan
menikahi ahli kitab. Alasan pelarangan itu karena ada seorang sahabat
bernama Hudzaifah al-Yamani yang kawin dengan perempuan Yahudi,
kemuclian Umar menulis surat paclanya agar menceraikan istrinya.
Kemudian Huclzaifah ini menjawab, apakah perkawinan kami haram?
"Ticlak haram, "kata Umar, "hanya saja, saya khawatir perkawinan kamu
itu nantinya berclampak negatit''. Maksud dari cerita itu aclalah ada sebuah
persoalan sosial pada masa itu. Waktu itu Islam dalam penyebaran
ajarannya mengalami banyak sekali tantangan clari. luar. Banyak para
sahabat yang meninggal clalam meclan perang yang menyebabkan jancla
jancla perempuan menjacli membludak. Kalau laki-laki muslim menikah
clengan non-muslim, lantas perempuan muslim, khususnya para jancla ini
bagaimana? Karena itu Umar secara politis melihat tinjauan strategis itu.
Karena clia ketika itu berkuasa, maka clia melarang itu. Larangan Umar bisa
77
dibaca sebagai larangan kekuasaan, dan bukan larangan agama. Sama saja
dengan hukum negara kita sekarang ini. Dalam kasus ini, laki-laki muslim
tidak dibolehkan menikahi perempuan non-muslim, padahal hukum agama
membolehkan.
2. Di lihat dari segi hukum positif
H ukum perkawinan yang berlaku di negara Indonesia tidak rnengatur
secara jelas, akan tetapi dari sisi pencatatan, clapat ditelusuri tentang
keabsahannya. PP No.9 Th 75 pasal 2 ayat 2 yang mengatakan bahwa
institusi yang berwenang untuk melakukan pencatatan perkawinan adalah
bagi orang Islam melalui PP dari KUA atau dinas pencatat di KCS bagi non
muslim. Hal ini berarti bahwa bagi setiap pasangan yang melangsungkan
perkawinan hanya akan sah jika mendapatkan keabsahan dari salah satu
konstitusi tersebut yang berupa pencatatan dan akta otentik (yaitu akta
nikah).
Prosedur pencatatan ditunjukkan pacla UU No.22 Th. 1946 yang
kemudian diberlakukannya UU No.22 Th.1954. Dalam peraturan tersebut
dijelaskan pasal 1 ayat 1 yaitu "Nikah yang dilakukan menurut agama
Islam, selanjutnya clisebut nikah yang diawasi oleh pegawai pencatat nikah
yang diangkat oleh menteri agama atau oleh pegawai yang ditunjuk
olehnya. Talak dan rujuk yang dilakukan menurut agama Islam dan
selanjutnya disebut talak clan rujuk diberitalrnkan kepada pegawai pencatat
nikah".
78
Dalam PP No. 9 Th. 1975 tentang pelaksanaan perkawinan, calon
mempelai atau orang tuanya memberitahukan kehendak melangsungkan
perkawinan kepada pegawai pencatat perkawinan (pasal 2 dan 4 PP),
kemudian pihak yng berwenang melakukan pemeriksaan surat-surat yang
ada (pasal 5 dan 6 PP). Adapun pelaksanaan perkawinannya dapat
dilangsungkan setelah hari kesepuluh sejak pengumuman tersebut (pasal I 0
PP). Sesaat sesudah berlangsungnya pernikahan tersebut kedua mempelai
menanda tangani akta perkawinan sebaga bukti otentik perkawinan.
Sebuah langkah administratif yang diatur oleh PP tersebut merupakan
bentuk campur tangan pemerintah Indonesia terhadap perkawinan. Namun
demikian, itulah perkawinan yang dilakukan di negara Indonesia yang
harus dipatuhi oleh semua masyarakat karena setiap peraturan yang berlaku
bersifat mengikat pada semua orang.
Pernikahan beda agama yang dilaksanakan di yayasan ICRP tidak
memberlakukan scluruh prosedur di atas, ha! ini wajar karena mereka
berpandangan bahwa hadir tidakaya petugas pencatatan pernikahan
hanyalah langkah administrasi semata. Karena pencatatan pernikahan
tersebut dapat dilakukan setelah akad nikah selesai yang kemudian
didaftarkan ke KCS bagi yang beragama non-muslim dengan membawa
surat keterangan nikah dari gereja, sedangkan bagi yang beragama Islam
mereka mendaftarkannya di KUA dengan menunjukkan surat keterangan
nikah dari ICRP sebagai bukti bahwa mereka telah melangsungkan
pernikahan secara resmi.
79
3. Pendapat penulis tentang pernikahan beda agama di Indonesia
Dari uraian-uraian tersebut, penulis berpendapat bahwa pernikahan
beda agama yang terjadi di Indonesia umumnya masih merupakan suatu
kontroversi yang banyak menuai pertentangan, baik dikalangan ulama
maupun masyarakat. Dengan mengambil satu sampel di yayasan ICRP
yang dimaksudkan untuk mengetahui prosedur pelaksanaan PBA di
Indonesia, dapatlah dikatakan bahwasannya fenomena PBA ini merupakan
suatu ha! yang rurnit untuk diarnbil titik ternu yang hanya mernpunyai satu
keputusan. Ini dikarenakan rnasing-rnasing pihak yang bersilang pendapat
tentang kebolehan melakukan PBA rnempunyai alasan dan pegangan yang
kuat. Narnun begitu, dengan melihat berbagai darnpak yang ditirnbulkan
dari PBA ini, dari analisis yang telah penulis uraikan di atas terlihat bahwa
darnpak negatif dari PBA jelas jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan
darnpak positifnya.
Hal ini rnenunjukkan bahwa kedua belah pihak yang berselisih paharn
tentang kebolehan PBA hanyalah sebatas dari sudut pandang mana rnereka
rnelihatnya. Tapi perlu kita cermati bahwa ha! apapun apabila kita akan
rnelakukan sesuatu tentulah kita berpikir terlebih dahulu rnana yang terbaik
buat kita. Dengan melihat darnpak yang ditimbulkan tentunya kita akan
bisa rnenentukan bahwa yang terbaik adalah yang tidak banyak
rnenimbulkan kontroversi dan perselisihan di rnasa yang akan datang.
A. Kesimpulan
BABV
PENUTUP
Dari peajelasan dan pemaparan yang telah penulis kemukak2.n, dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: Pertama te1jadi perluasan makna
perkawinan yang dikembangkan oleh para ulama klasik, dimana pengertian
perkawinan tidak lagi diartikan sebagai hubungan yang bersifat lahir tetapi
makna perkawinan diperluas pada hubungan sesama manusia yaitu antara laki
laki dan perempuan.
Kedua, dalam hal perkawinan beda agama terjadi perbedaan pendapat
dikalangan fuqoha, yang masing-masing berargumen pada dalil-dalil Qur'an,
perbedaan ini seiring dengan silang pendapat tentang pemahan1an terhadap
pengertian musyrik dan ahli kitab yang terkandung dalam teks al-Qur'an.
Ketiga, dalam konteks Indonesia hukum perkawinan diserahkan pada
hukum agama karena sahnya suatu perkawinan tergantung pada keabsahan
secara agama, begitu juga PBA diserahkan pada ketentuan hukum agama.
Keempat, mayoritas agama yang ada di Indonesia termasuk penghayat
kepercayaan pada dasarnya tidak membolehkan PBA, namun demikian pada
keadaan dan syarat te11entu PBA dibolehkan, misalnya dengan meminta
dispensasi (bagi penganut agama Katolik).
81
Kelima, secara eksplisit hukum positif Indonesia tidak mengatur secara
jelas mengenai PBA, sehingga menimbulkan perbedaan pendapat dirnlangan
para pakar hukum.
Keenam, alasan PBA diperbolehkan di yayasan ICRP karena setiap warga
negara mempunyai hak yang sama; hak hidup, hak berpendapat, hak mendapat
kenyamanan, dan melakukan pernikahan, ini dilihat dari segi hak asasi manusia.
Ketujuh, prosedur PBA yang dilaksanakan di yayasan ICRP menggunakan
dua ritual keagamaan yang berbeda, dengan cara bergantian menurut agama atau
keyakinan dari kedua mempelai. Hal ini dilakukan untuk memenuhi pasal 2 ayat
I UU RI talmn 197 4 tentang Perkawinan.
Kedelapan, dalam masalah pencatatan pernikahan di KCS, yayasan ICRP
berpedoman pada pasal 2 ayat 2 UU RI tahun 1974 tentang Perkawinan yang
menyatakan bahwa: "Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku ".
Kesembilan, dampak yang terjadi dikalangan masyarakat dengan adanya
PBA ini ada yang positif dan ada pula yang negatif. Dampak positifnya adalah:
I. Khususnya bagi yang melaksanakan PBA akan te1jadi saling toleransi,
saling menghargai, dan saling pengertian antara kedua belah pihak.
2. Dapat hidup bersama dalam suatu tali perkawinan dan terhindar dari
perbuatan zina (kumpul kebo), meskipun ada pula yang berpendapat bahwa
pernikahan dengan cara demikian dianggap tidak sah.
82
Sedangkan dampak negatifnya adalah:
I. Dari kalangan keluarga yang fanatik terhadap agamanya sangat
memungkinkan untuk tidak merestui hubungan pernikahan beda agama, ini
dikarenakan penolakan batin yang te1jadi dalam dirinya.
2. Agama yang akan dianut oleh anak basil PBA kurang jelas dan anak
tersebut mungkin akan bingung agama mana yang akan ia pilih.
3. Respon yang te1jadi dari kalangan masyaralrnt yang terang-terangan
menolak adanya PBA, dan ini wajar karena ketika keyakinannya diganggu,
maka ia akan berontak untuk mempertahankannya.
4. Kemungkinan akan te1jadi suatu trend dikalangan sebagaian masyarakat
yang membawa rasa bangga tersendiri baginya, dan ini akan berakibat
bahwa suatu peradaban baru akan dimulai yang implikasinya akan
berpengaruh kepada generasi muda.
B. Saran
Kepada seluruh kaum muslimin, penulis menyarankan agar ajaran Islam
tetap dijadikan dasar untuk menentukan sah atau tidaknya suatu perkawinan.
Pertimbangan yang lain jangan sampai mengalahkan pertimbangan agama.
Hendaknya berpendirian kuat bahwa nikah dengan non-rnuslim (beda agama)
adalah haram karena lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya.
83
Kepada para pemuda khususnya pemuda Islam agar lebih teliti dan jeli
dalam memilih calon pendamping hidupnya dan pikirkanlah dampak yang akan
te1jadi dikemudian hari.
Kepada para pejabat pemerintahan mohon dipertegas kembali mengenai
Pernikahan Beda Agama (PBA) di Indonesia menurut Undang-undang,
seandainya dilihat dari Hak Asasi Manusia (HAM) ini merupakan suatu
kewajaran karena setiap manusia mempunyai hak untuk menikah, tapi menurut
hemat penulis alangkah baiknya bagi yang menginginkan pernikahan semacam
ini dipikirkan lebih matang lagi, karena bagaimanapun pernikahan adalah kunci
dari suatu peradaban dan penerus hidup manusia.
DAFT AR PUST AKA
Al-Qur'an al-Karim
Abdurrahman H.SH.MH., Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: Akademika
Persindo, 2004, cet. Ke-4
Amin, Muhammad Summa, Hukum Keluarga Di dunia Islam, Jakmta: Raja Grafindo
Persada, 2004
Arikunto, Suharsimi, Prof., Dr., Manajemen Penelitian, Jakmta: PT. Rineka Cipta,
2000, cet. ke-5
Baso, Ahmad & Ahmad Nurcholish, Perkawinan Beda Agama, Jakmta: Komnas
HAM dan ICRP, 2005, cet. Ke-1
Bukhori, Imam, sahih al-Bukhari, Beirut: Dar al-Filer, tth, Zuz ke-6
Djalil, Basiq, Pernikahan Lintas Agama Dalam Persepektif Fikih dan Kompilasi
Hukum Islam, Jakatta: Qalbu Salim, 2005 cet. ke-1
Eoh 0.S, SH, MS, Perkawinan Antar Aagama Dalam Teori Dan Praktek, Jalrnrta:
Srigunting, 2001, cet.2
Hajar, Ibn al-Asqalai, Bulughul Marram Min Adillatil Ahkam, Beirnt: Dar al-Fikr,
1994
Hamdan, Rasyid, Fikih Indonesia Himpunan Fatwa-Fatwa Aktual al-Mawardi,
Jakarta: Prima, 2003, cet. ke-1
Hasbi, T.M. al-Siddiqi, Hukum Antar Golongan Dalam Fiqih Islam, Jakarta: Bulan
Bintang, 1971
Isa, Abu Muhammad Ibn Isa Ibn Surah, Sunnah at-Turmuzi, Beirut Dar al-Fikr, 1994
Nurcholish, Ahmad, lvlemoar Cintaku; Pengalaman Empiris Pernikahan Beda
Agama, Y ogyakarta: LKis, 2004, cet. I
85
Rafiq, A., Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: P.T. RajaGrafindo Persada, 1995,
cet.ke-1
Rahman, Abd. Al-Juzairi, Kitab Fiqh al-Mazahib al-Arbaah, Bairut Libanon: Dar al
Fikr, 1411 Hl490 M, Jil.l
Rahman, Abd. Ghazali, Fiqih Munakahat, Jakarta: Prenada Media, 2003, Cet.1
Ramulyo, Idris, Hukum Perkawinan Islam Suatu Analisis Dari UU RI No. I Tahun
I974 dan KHI, Jakarta: Bumi Aksara, 2004
Rusyid, Ibnu, Bidayatul Mujtahid Wanihayul Muktasid, Beirut: Dami lhya, tth, Juz 2
Sabiq, As Sayid, Fiqih Sunnah, Beirut:Dar al-Fikr. Tth, Jilid 2
Sirry, Mun'im A., Fiqh Lintas Agama Membangun Masyarakat Inklusif dan Pluralis,
Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 2004
Soekanto, Soerjono Prof., Dr., SH., MA., Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Jaka-ta:
RajaGrafindo Persada, 2004, cet. ke-14
Subekti, Prof., SH., Dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata BW
Dengan Tambahan UU Pokok Agraria dan UU Perkawinan, Jakarta: PT.
Pradnya Paramita, 2003, cet. Ke-33
Subekti, Prof., SH., Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 1980, cet. XV
http://www.icrp-online.org/wmview.php? Art!D=49
Drajat, Zakiyah et (eta!), Ilmu Fikih (Jogjakarta, Dana Baldi Wakaf, !995), jil.2,
hal.37;
Hariyanto, H, Johannes SJ, " Pernikahan Beda Agama dalam Pandangcn Gereja
Katolik" dalam editor: Maria Ulfah Anshor dan Martin Lukito Sinaga, " Tajsir
Ulang Perkawinan Lintas Agama Perspektif Perempuan dan Pluralisme"
(Jakarta: Kapa] Perempuan, 2004), cet. I
Hasil wawancara dengan Ahmad Nurcholish pengurus ICRP
l. Kapan ICRP berdiri dan siapa pencetusnya'! Jawab: ICRP berdiri pada 12 Juli 2000 yang diresmkan oleh presiden Abdun-ahman Wahid, dan pendirinya adalah tokoh antar agama, eliau menambahkan untuk lebih jelasnya lagi lihat brosur dan buku lintas agama yang diterbitkan ICRP.
Z. Bagaimana tanggapan bapak mcngcnai PBA? Jawab: Menurut saya pernikahan agama itu sah-sah saja karena setiap orang it:i mempunyai hak yang sama dengan yang lainnya dan tak perlu ada pendiskriminasian antara satu dengan yang lain, karena pada prinsipnya semua agama itu sama
3. Apakah benar ICRP mcnangani PBA?kalau benar bagaimaina mekanisme pcrnikahan terscbut? Jawab: Memang benar ICRP menangani PBA pada saat ini, awalnya ICRP hanya membuka diskusi antar agama juga konsultan pernikahan beda agama, karena biasanya bila ada pernikahan dilaksanakan di Paramadina karena suatu ha! jadi masalah pernikalmn juga diam bi I alih oleh ICRP atas persetujuan pihak yang terkait. Mekanisme PBA yang di ICRP sama dengan yang dilakukan di Paramadin!l memakai dua upacara keagamaan, beliau menambahkan kalau ingin lebih jelas lagi anda bisa menyaksikannya minggu besok di Cibubur
I. Apa saja yang mcnjadi syarat untuk dapat mclangsungkan pernikahan? Jawab: Kalan untuk syarat seperti pernikahan biasa mereka harus melengkapi NI, N2, N3, N4, dan mengantongi izin dari orang tua, juga surat babtis jika dia beragama Kristen
i. Bagaimana status PBA yang dilaksanakan di ICRP dihadapan hukum? Jawab: Status pernikahan beda agama yang diadakan di ICRP menurut hkum itu sah karena pernikahannya dicatatkan di KCS, karena mereka membawa bukti surat nikah dari gerej~ tempat mereka menikah, sesuai dengan pasal 2 ayat I UU Pernikahan Talmn 1974
1. Berapa banyak pasangan selama ini yang telah menikah bcda agama mclalui pcrantara ICRP? Jawab: Yang suda11 menikah mulai dari Nopember 2005 sampai sekarang 16 pasang pengantin, dan kurang lebih I 00 pasang calon pengantin yang mengikuti konseling disini Sepengetahuan saya bapak adalah pelaku PBA, dampak apa yang terjadi pada keluarga bapak sendiri juga pada masyarakat? Jawab: Iya memang benar saya adalah pelaku PBA, kalau diulihat dari dampaknya PBA dikeluarga saya banyak positipnya disbanding negatifnya, kalau dilihat dari masyarakat ha! ini banyak positifnya hususnya bagi yang menginginkannya ha! ini sangat membantu sekali bagi mereL negatifnya ditakutkan kalau infotainment tahu pasti akan te1jadi hal serupa dengan Paramadina
Nonior J ,a111piran 1 lal
: 00 I /l'rog. K ons -1 (' J( l'/ll /2007 : I (sa111) sci copy hcrkas Nil/\ : Wawnnearn ,'\:... Pc111heria11 ( 'opy I )ala
Kepud11 Yth. Pembantu Dekan. Bid. Akademik UIN Syarif Hidayatullah llpk. Dr, Mttior Jb1111 SyuriJ', M./\g Di tcmpnt
A.\'.\'ala11111 'a/aik11111 Wr. Wh. Dcngan honnat,
J>cng11r11s J>mgntm Ko11seli111'. dan /\dvokasi Kl'l11arga 11/\RMONI Indonesian < '011J'on .. u1ct' ()n l~t~liµ,1011 ntHI Pl'11ce (J( 'HP) 111e1a·11111~·.k1111 li11ll\Vil
Nu 11111
Non1or Pokok Tcmpatfl'gl I .ahir Se1neslcr .111 n1sn11/I >nHI i
/\ '"'""'
rv1nrwa111h
I 021l·l•l I 2';0 I I .l:tkarla, 20 Met 1'!82 .'\ (Sep11l11h) S/\S/1'1\ JI lla111h11 l>1111 V Ht 1,1/0(1 No 20 Pondok lla111h11 .I a k :111 n ·I' 111n11
;\dnluh hc11:11 lelnh da1u111•, kl' I( 'HP pada la11g1•.al IS l;eliruan 2007 1111!uk \Vll\VllllC11n1 da11 JH•1111oho11a11 d:ila .'il'flllla1 ··p('lllddd1:111 lil'da 1\g;1111n l>i Y11_yas:111 l('f{J> d1111 l>n111p11k11_vn 1>1 l\ul1111p,a11 l'vla~;y;11aka1" :;l'liap,a1111a11a pl~1111nho11a11 s11ru1l~npnk110111or lit ·11/K M 1111112/ ·I .~·I/ .~011·; l<'tla1tF.1'.al ·; h·l>1111111 .~1111·;
l>c.•11uk1n11 :n1ral 1111 ka1111 h11al ap,:11 d:ipal d1pcq•.1111aka11 ~;ch:i1•.a1111a11a 111csl111ya.
ll'11s.w1/an111 'uloi/111111 11'1·. IVh .
.Jakarta, I<; Fcln11a11 211117
KEPENGURUSAN ICRP 2003-2006
>ewan Pembina:
KH Abdul Muhaiminl Islam
' Rm. I. Ismartono, SJ/ Katholik
:. Dr. Gede Natih/ Hindu
._ Sudhamek A WS, S.H, S.E/ Buddha
" KS. Lindasari Wihardja/ Khonghucu
1. Rudy Soraya/ Baha'i
' Tommy Santokh Singh, S.H, LL.Ml Sikh
" P. Djatikusumah/ Kepercayaan Adat Sunda Wiwitan
'· Pdt. Dr. Judo Purwowidagdo/ Protestan
)ewan Pengawas:
Herman S. Endro, S.H/ Buddha
Nancy Wijaya/ Buddha
Ir. G. Sulistiyanto/ Katholik
lewan Pengurus:
:etua Umum : Dr. Djohan Effendi
Ketua 1 : Johannes N. Hariyanto, SJ
Ketua 2 : Dr. Chandra Setiawan
Ketua 3 : Elga Sarapung
Ketua 4 : Muhammad Najib, M.Sc
ekretaris Umum : Dr. Musdah Mulia, MA, APU
Sekretaris 1 : Pdt. Martin L. Sinaga
Sekretaris 2 : Prihermono Inung Nugroho
endahara Umum : Budi S. Tanuwibowo,MM
Bendahara I : Haris Chandra, MBA
Bendahara 2 : Michael Utama Pumama
(00RDINATOR BID ANG - BID ANG KERJA
Coordinator Bidang Advokasi & Jaringan:
'risno S. Sutanto
(oordinator Bidang Pendidikan & Latihan:
Villiam Kwan HL
(oordinator Bidang Penelitian & Pengembangan:
lA.GN. Ari Dwipayana
Coordinator Bidang Informasi, Komunilrnsi dan Publikasi:
Jlil Abshar-Abdalla
Junad Nurcholish
(oordinator Bidang Perempuan/ Agama & Jender:
dt. Sylvana Ranti-Apituley,M.Th
~oordinator Bidang Pemuda:
~irry Sumampow
,lamat Sekretariat: .. Cempaka Putih Barat XXI No. 34 Jakarta Pusat Indonesia I 0520 el. 62-21 4280 2349/ 4280 2350 aks. 62-21 4227243 mail: [email protected] r ebsite : www.icrp-online.org
taf Sekretariat: :afKeuangan: Indah Triwiartuti :afSekretaris: Ema Mukarramah ffice Boy: Rahman Faisal IC Majalah Majemuk: Fathuri
1mber: fn_·//www ir.rn-flnlinP nralu11n11iou1 nhn? .J .,..1/Tl=" l
PROGRAM ICRP 2006
Untuk mencapai tujuannya, ICRP disupport oleh 6 bidang kerja: Bidang Advokasi dan
Jaringan, Bidang Pendidikan dan Pelatihan, Bidang Penelitian dan Pengembangan, Bidang
Informasi, Komunikasi & Publikasi, Bidang Perempuan & Agama dan Bidang Pemuda
Program Kerja:
1. Bidang Advokasi dan Jaringan
~ Memediasi dialog antar tokoh-tokoh agama dan kepercayaan dan antara pemuka
agama & kepercayaan dengan pemerintah dalam kerangka perjmmgan hak-hak
kebebasan berkeyakinan dan studi perdamaian di Indonesia
~ Mengembangkan kerjasama dan jaringan dengan organisasi maupw1 individu yang
peduli atas berbagai isu agama untuk perdamaian
~ Melakukan advokasi atas kasus-kasus kekerasan atas nama agama
~ Melaksanakan rangkaian kegiatan terpadu untuk memperjuangkan kebijakan pro
pluralisme dan perdamaian dalam kehidupan lintas agama di Indonesia
2. Bidang Pendidikan dan Pelatihan
~ Menyelenggarakan pelatihan dalam kerangka pengembangan wacana interfaith,
rekonsiliasi, pluralisme dan perdamaian
~ Menyelenggarakan pendidikan kuliail agama-agama beke1ja sama dengan perguruan
tinggi maupun lembaga lain yang memiliki visi misi serupa
~ Memfasilitasi diskusi untuk pengembangan wacana inte:rfaith dan pluralisme di
kalangan komunitas agama, aktivis dan masyarakat luas
• Menyelenggarakan pendidikan perdamaian untuk kalangan akademisi, praktisi dan
pegiat pendidikan di tiap tingkatan
3. Bidang Penelitian dan Pengembangan
~ Melakukan studi/penelitian untuk memahami dinamika pluralisme iman/agama di
Indonesia
~ Mengembangkan jaringan (networking) penelitian bertema interfaith
~ Merwnuskan rekomendasi bagi perubailan kebijakan (policy reform) dalam
memperkuat pluralisme airnma/iman
~ Membangun database bertemakan pluralisme agama/iman
4. Bidang Informasi, Komunikasi & Publikasi
~ Mengelola penerbitan majalah (interfaith magazine), buku, website dan lainnya
sebagai wahana publikasi dan komunikasi informasi seputar dinamika pluralisme dan
perdamaian di Indonesia
~ Mengembangkan dan mengelola perpustakaan sebagai pusat dokumentasi dan
infotmasi agama untuk perdamaian
~ Mendokumentasikan berbagai info1masi relevan tentang dinamika pluralisme di
Indonesia
~ Mengkomunikasikan aktivitas dan perjuangan interfaith k(~pada khalayak luas melalui
berbagai media yang relevan
5. Bidang Perempuan dan Agama
~ Mengampanyekan prinsip kesadaran dan kesetaraan gender pada tiap Jini kehidupan
terutama dalam kerangka lintas iman
~ Mendorong penekanan gender mainstreaming dalam setiap aktivitas dan kebijakan
internal maupun eksternal lembaga
~ Mengadvokasi kebijakan yang pro-keadilan dan kesetaraan gender
~ Mengembangkan jaringan dan kerjasama dengan lembaga maupun individu pemerhati
masalah perempuan
6. Bidang Pemuda
~ Membangun kesadaran pluralisme di kalangan generas1 muda melalui berbagai
aktivitas
~ Melaksanakan rangkaian kegiatan terpadu untuk pengembangan wacana pluralisme
dan perdamaian di kalangan generasi muda
~ Mengelola kegiatan lintas iman yang bero1ientasi pada pengembangan pemuda untuk
perdamaian
~ Memfasilitasi pemberdayaan jaringan kemitraan di kalangan generasi muda untuk
mengembangkan pemahaman pluralisme di Indonesia
Sumber:
FREQUENTLY ASKED QUESTION ABOUT ICRP
Apakah ICRP itu?
ICRP adalah sebuah LSM berbentuk yayasan yang bergerak di bidang interfaith dan dialog
antar-iman.
Kapan berdirinya ICRP?
ICRP berdiri pada 12 Juli 2000 dan secara resmi dideklarasikan di Jakarta oleh Presiden RI
Abdurrahman Wahid.
Apa visi ICRP?
Mewujudkan masyarakat Indonesia yang damai, berkeadilan, setara, persaudaraan dalam
pluralisme agama dan kepercayaan, dan penghormatan kepada marlabat manusia.
Apa tujuan ICRP?
l. Membantu peningkatan pemahaman pluralisme
2. Membantu penanganan berbagai masalah dalam hubungan antar-agama
3. Membantu pengembangan jaringan kerjasama antar-lembaga maupun individu untuk
penguatan pluralisme dan perdamaian
4. Meningkatkan kapasitas organisasi dalam memberikan pelayanan terbaik untuk
memperkuat pluralisme agama dan perdamaian
Dari mana ICRP membiayai seluruh kegiatannya?
Dana ICRP didapatkan dari sumbangan donatur baik Jembaga maupun perorangan serta dari
usaha-usaha yang sah dan tidak be1ientangan dengan tujuan organisasi.
Apakah ICRP merupakan lembaga funding?
ICRP bukan lembaga funding yang dapat memberikan sumbangsih pendanaan bagi kegiatan
Iembaga lainnya. Sebagaimana halnya LSM lain, ICRP juga mengajukan pembiayaan kegiatan
kepada Jembaga funding.
Apa saja kegiatan yang dilakukan ICRP?
~ Pengembangan dokumentasi dan informasi seputar wacana pluralisme dan dialog antar
agama melalui penerbitan majalah dwibulanan MaJEMUK, website ICRP, perpustakaan,
penerbitan buku dan lain-lain.
~ Pengembangan kerjasama dan jaringan dengan lembaga-lemhaga maupun individu yang
memiliki visi misi yang sejalan
~ Pengembangan dan penyebarluasan wacana interfaith dan pluralisme di kalangan aktivis,
pemuda, tokoh agama dan masyarakat luas melalui forum diskusi, seminar, perkuliahan,
pelatihan dan lain-lain.
~ Penyelenggaraan studi/penelitian untuk memahami dinamika pluralisme iman/aganm di
Indonesia.
Sumber: http://www.icrp-online.org/wmview.php? Art!D=50
Dokumentasi Pernikahan Beda Agama (PBA) Oleh Vayasan ICRP
Pada Hari Abad, Tanggal 18 Februari 2007
I. Prosesi Akad Nikah Dengan Cara Islam bertempat di Gedung SOS Desa Taruna Cibubur
Foto Kanan: Bpk. Zainun Kamal, MA selaku Penghulu akad nikah secara Islam sedang
membacakan biodata kedua mempelai.
Foto Kiri: Bpk. Ahmad Nurcholish saat membuka acara akad nikah.
Foto Kanan: Keluarga Bapak Sugito dari mempelai wanita.
Foto Kiri: Kelauarga Bapak A. Ngatijo dari mempelai pria.
.,.
Foto Kanan: Mempelai wanita Ani Ismawati (Islam) saat memohon kepada wali nikahnya Bapak Sugito untuk menikahkan dirinya.
Foto Kiri: Mempelai pria J.P. Indra Wisudha (Katolik) saat mengucapkan ijab qabul.
~t 'iy,.-.'
Foto Kanan: Penandatanganan surat nikah dari ICRP oleh mempelai pria. Foto Kiri: Penandatanganan surat nikah dari ICRP oleh mempelai wanita.
Foto Kanan: Pemberian mas kaswin uang sejumlah Rp. l .802.007 dan seperangkat alat shalat dari mempelai pria kepada mempelai wanita. Foto Tengah: Kedua mempelai sesaat sebelum
acara akad nikah dimulai. Foto Kiri: Pembacaan ayat suci al-Qur'an.
2. Prosesi Pemberkatan/Sakramen Dengan Cara Katolik di Gereja Bunda Segala Bangsa, Kota
Wisata, Cileungsi
f"T L
Foto Kanan: Pernyataan tobat kepada kedua mempelai. Foto Kiri: Pembacaan Sabda Tuhan oleh Romo J. Haryanto.
Foto Kanan: Saat pengukuhan janji pernikahan. Foto Kiri: Penandatanganan berkas Kanonik oleh mempelai pria.
Foto Kanan'. Penandatanganan berkas Kanonik oleh mempelai wanita. Foto Kiri: Penandatanganan berkas Kanonik oleh Romo J. Harvanto.
Foto Kanan: Penghormatan terhadap Keluarga Kudus.
Foto Kiri: Saat berdo'a untuk keluarga kedua mempelai, Bapak-lbu, dan Saksi di depan altar.
ICRP ~donoslan conroronco on Rollglon and Poaco
l'rt>pr11111 litlt•t>knNI .~· Ko11.41c/l111-t l'C'r11lt..uh1111 111'1/a 1l1:1111111
Ji()RMULIR PENDAFTARAN PERJ\llKAI IAN
N :11n a
'l't·1np:1t 'l'gl. l .ali1r
II I " 111 " I
Tip./ I II'
I•: Mail
.................. / ····················
1\k:11111H'1Hlaf'tark:111 p<'r11ik:ilia11 s('pasa111•. c:dc111 p1·1111,a1Hin dt·111~:111 d:11:1 srhap,ai l,('riltul:
<.'11!0111111•1tt/J1'!11l lah./.-!111il:
N n 111 11
N:1111:1 ( )r:tJI)', 111:1/W:ili:
'l'<·111p:ll, '1'1 1,I. I .ah'ir
SI ii I II !l
/. I a 111 a I
Tip./ 111',
I 1- 1nail
: Si111'.I .. / I >11d:i/ ..
<~l1/011111c11111clul 11c_•r1•11111111111:
N n 111 a
N:1111:1 Orang 'l'u:i/W:ili: ..
'l't•1up:11, 'l'gl. I .:1ltir
SI :1 I II:·
/\ I " II I " I
: Si111'.lc/ J:111d:1/
.... (cor('I y:111p, tid:1I< pcrl11)
,,,, .. / "'" ''' '' '''"'"' "'""'"
'l'lp./ 111'.
I •', 111:1 i I
Aknn n1cnikah pa<la:
1 lnri, tangg:tl
Wak111'
'f'l'1np:11
i\ l.1 mn I
Wnli Niknli
/\las l'a\v111
''' ',,/ '
Pu k u I
I.
CaLat.atLuuLult. .. Uuh .. i.u11r11 yaug 11a.tutl __ 1.lipt.:1t!ii1 p h_;\11 •. u 1.i1ill11itl_.2 1 ui.!11~ u.11u.: uj<:laug .12c ru i k ;1I1 :w.;_
1. !-Tamp f!tclat!lpirJ..~aff /)(IS pholn ).\."'I J.~ed11t1 tr1!011 111c111pelai .rehr11!yak llNl.!'it{f!,·l!Jf/Sit\~ 2 len1bar & })hoto hcrda!11pil{~a11 uk.urr111 4.Y6 .r1:hr1JfJ'flA~ I 0 !f.•1J1ht1r
2. />ho/(} fO/!Y /\'/'/> J.~tr/11,1 tt1!011 llJ('llJjJrlrd lllrt.fil{t: 11111.1i1~1: I /1•111h111;
1, Photo tof.iy /\'/'fl ( )n11u! 'I i111 1itlo11111r111/lf'lai 111r1.ri1(1: 11111.1i1u'. I !1'!lll111r ·I, / 1/}()/o l'o/!Y l\'f'/ 1 t/1111111;11~1: .1,1)~.1111111.1i1(1: 11111111{1: I !1•11Jh111
'i', ,\'11Hll lzJ11111r11iJ.:11h .rr1'11ti1 ln/11/i.1 1/J~J/111 11111/ttill fif)(J(} o!th 01111~1: /11r1 );rr/1111rt1!0111111·111/1rli11
(1, ,\'11111! k.rtr.n11~1:1u1 /1th1111j1rn1rt!11111•1u/.:i1/i ,/,111111111{1: /1111 ,/t,11,1.1 111i1/1'1ill f,()(J(}
/, ,\'11n1I /.~rfrn11~1:i111 .1/11/11.1 (I >111l1/ 1.1111l1) j1r1111t!1tJJr'llJ/.:1t!111/i111 /10;,·1;11 J'r//~1: ht'r/,1);11
S, / 1h11lo /'o/1y 1\111/11 l\t'/11111);11 (1\1\) ""1.111{1: 111i1.111u: 1<Jlolf 111t1JJj•rli11 1J, / 1/111/11 !'fl/')' ,./krr- l\flli1/i1n11111111.111~1: 1111n11~1: !llrtH/'r/,11
10. /'holo f'o/111 .\'r111/i.l:11t lli1/1/11 (!',!W. J'111(r~ /ini(r'.'"'"' l<111t1i1111)
11. NI, N~.'. NJ di111 N·I (d11n 1,·r/11n1h1n 1H1{t: /11·11i11(1:.l~111,111) 11111111!1; 11111.111(1: 11t!1111 111t111;n·li11
I;!, A,/i1lt1Hi tdJOO Jr'/i1111v11.l: I 0 ll'ln/ii1r
IC RP kldoneslan Conforenco on Rollglon and Peace
l'r0Kr11r11 A<lvok11,c;i .:..~ Kt111sc/ir11: l'crni/,;1/1:111 }Jee/a Apa1n:1
DATA RESPONDEN CALON PASANGAN BEDA AGAMA
A. LAKl-LAKI
Natna
'l't·mpat, 'l'gl. l.:ihil'
1\g:11n:1
I 1<'1H lit Iii~ a 11
i\ h1111111 lt·11gl~11p: . '.
'l'lp./ 111'
ll. l'EHEMPllAN
N:11na
'l't•tnpat, 'l'gl. I .:iliil'
1\ga1nn
J>cndidikan
t\ lnmnt lcngknp
'1'11>./lll'
I•'. 1 nail
Pckcl'jn:in
( ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' '
J :drnrl a, .
'/ ;111rl1 !111~1:1111 I .11A:i /11A:i
'' ./
. I .
( '' ''' ''' ''' ''' ''' ''''' ''''') ·I ;1t1dt1 !111~1:11,., I 'rn:111/JJ1r111
't Q)
:;! l:.:i
' ~ i~ ''i ·~ ti.,; "f.::i A1 't! ~ .... ~~ ~ i '>Q
\11,~
~ "i '" :;
~ . ..., i.~ $::!
~ ti:} !:.1;j i ~ §
C!1 ~ ·~ ~
<:.'!l
...... •.
i I I I i . I I
I , I
! !
,I I ,,
J ! I
I : '
TATA LAKSANA PEMBERKATAN PERKAWIN.AN Yohanee Pemandi Indra Wieudb.a &
Ani Iemawati JLi.IJl:gu, 1!J Pebt'IJi?d 2fXT?,
Gereja Bunda &gaJ.a I!a11gsa, Kata Fflse:f:a, ClJ.eUIJgal
Penyambutan
1. Perarakan Maeuk Pemanau 2!1ta Laksans mePJl"'rsilsbblll. umat Ulltu.li: berdiri. ""11j'SJZ!but kedstspgsn .Ired us mempe]ai. RO!l1o dlUl llisdtnar"""' 11.l!!l!fU di]Jl11.tu J:JSe u.li: lf"re.fa. lredua JJJeJJJpelai. bersema dei;gan .rcmbcu;gan 1!Jf!JnSsuJdgere.fadihB11tar lllltu.li: diserahlron alehJ'BJJ{f merraldli..k1']>8da "JiaJJo.
2. Penyerahan Galon Mempelai
Wakil Ke1.uarga Romo Johannes Ha:ryanto yang kami hormati. kami melenglrah di tempat 1ni untuk men:;erahkan Yollanee 1'emmlU Ind:ra Wieudha dan Ani Iemawati kepada Romo. agar dapat dipersatUkan sebagai euami istri di hadapan Tuhan yang Maha Kasih.
Kedua Yempe1.ai Kami mengucapkan terima kasih atae kepercayaan yang diberikan kepada kami berdua. Romo, kami telah bersatu dalam hati untuk bereama hidup sebagai suami·istri, Uaka kami mohon Romo Har,ranto untuk meresmll::an ikatan kam1 da1am upacara 1ni dengan doa restu seluruh saUdara yang hadir di tempat ini.
Romo J. Haryanto Indra dan Ani serta eaUdara·saUdari sekal1an. dengan ini eaya ucapkan selamat datang dan samcga rahinat dan .Ginta Kaeih Tuhan selalu menaUJ:llP. kite.
Umat Sekarang dan selama·lamanya.
J. Pemercikan Air Suci !!10!110 JJJeJJJero:Jl::!. lr:edua l!Je-1.ru,Jr:el WlJ81' dlUl umat :;oa:og llsd:fr deIJlf"Il a1r sUc:fJ
Romo J. Har;;anto . Terimalah berkat kaaih Tuhan yang sajati untuk menguatkan ·eaudara sekalian dalam :!.katan kasih aayang yang ta.k berkesUdahan; Demi nama Bapa dan Putera dan Roh KUdus.
Umat Amin
l1J
Ramo, 1111sdt=r, kedua 11Jell!Pelai <tan se1 uruh rombongan be:r.fe.ls:n t 131 JJZelll{fU altar d:!:ir:Wg:! Legu l'embukaan
Salam Pembulta
ll.omo J. Har;yanto Dalrun Nama Bapa. dan Putra dan Roh KUdus
Jmat Amin
Pembultaan
lomo J. Har;yanto Semoga rahmat cinta kasih Tuhan selaJ.u besertamu.
rmat Dan sertamu juga
~tar Si.ngke.t dar.i Romo J. 98.T.)'a]lto
ernyataan Tobat
omo J. Haryanto
uat
Calon mempelai berdua yang berbahagia, serta saUdarasaUdari sekalian.kita aemua aeringkall tidakmampumeajadi tanda kasih bagi aesa:ma dan li:eluarga. maka aepantasn:raJ.ah kita mohon peDgamPunan dosa li:epa& Tuhan yang aenantiasa berbelas kasih atas aemua dosa dan li:el.emahan kita. &,ya mengaku '· • • • • •
Ke]lada Tuhan yang maha Kua.ea. dan saUdara sekallan, bahwa saya telah berdosa, dengan Pili:iran dan perkataan, dengan perbuatan dan li:elalaian. &,ya bemoaa, saya berooaa. saya sungguh berooaa. Oleh aebab itu saya mohon li:e]lada Santa Pera wan Maria. li:e]lada para mal aikat dan orang k1.ldue. dan ke]lada sa Udara sekalian, supaya mendoakan saya kepada TUhan ldta.
mo J. Har;yanto Semoga Tuhan yang mahakuasa. mengasihi kita. mengmupuni dosa li:ita dan m.,,ghantar kita li:epada hidup yang li:ekal..
at Amin.
,
'u Tuha.n Kagibanilab Kami
· I
: I
J
6. Doa Pembuli:aan
7.
8.
Romo J. Haryanto Maril.ah Berdoa. • • Tuhan sumber kasih sejati. Engkau tel.ah membentuli: cinta se.iali: awal muJ.a. manusia dilahirkan. Begitupun Engkau tel.ah membentuli: ili:atan euci eepasang li:ekasih yang akan menuai indabnya mah1igai perkarlnan ini. Semoga ikatan euci terse but meajadi aebuah lambang Kasih yang takpernah terceraikan.
Umat Amin
Pembacaan Sabda Tuhan
Pembacaan dari Surat Pertama Yohanes 4, 7-ll. 16
Leli:tor
Liturgi Sabda
Saudara·saUdaraku yang li:eli:aeih. marilah li:ita ealing mengasihi. sebab li:aeih itu beraeal dari Allah; dan aetiap orang yang mengasihi. lahir dari .Allah dan mengenaJ. Allah. Barangsiapa tidak mengasihi• ia tidak mengenal, .Allah, sebab Tuhan adalah kaeih. Dalam hal inilah kaeih Tuhan dinyatakan di tengah-tengah kita. yaitu bahwa Allah tel.ah mengutue .Ansli:-Nya yangtUJlllgal li:e dalam dunia. eu]la.Ya kita hidup oleh-l!ya. Jnilah kasih itu. Buli:an kita yang tel.ah mengasihi .Allah, tetaPi .Allah yang tel.ah mengasihi kita dan yang te1ah mengutus Anak-l!ya eebagai pendamaian bagi doaa"iioa li:ita.
SaUdara-saUdarali:u yang kekasih •. likalau Tuhan eedemildan mengasihi kite. maka haruslah kiia juga saling mengasihi.
Dem:!ldanlah Sabda Tuhan.
Umat Syuli:ur ke]lada Tuhan
Romo J. Har;yanto Berbahagialah orang yang mendengarkan Sabda Tuhan dan tekun mel.aksanakannya.
Umat Sabdamu adalah jalan. kebenaran dan hidup kami.
Homili
Upacara Perni.kahan
Pereyataan ked ua mempela.i
Keaua memP"".J.ai. berd:iri dihadapan Romo J. Earyanto dengan dld8Ill}>i.Dgi Jredua saJrsi, Bapalr A. llgatiJo dan Ibu N. Sri IsJJe.rti
Romo J. Haryanto Indra clan Ani yang berbahag:!a. anda berdua tel.ah hadir di tempat ini untuk aallng meng:lka.tkan kasTh dan menerimakan Pemberkatan Pernikahan. Maka atas nama Gereja yang kudus. saya meminta anda berdua untuk menyatakan maksUd .kalian di hadapan imam. dan para eaksi, Bp. A. Ngatijo dan Thu M. Sri Ieparti,
Ked ua .Mempelai Romo. melihat kembali kisah cinta kami yang telah dianugerahlran oleh Tuhan eendiri. kami :!ngin mengikatkan cinta dalam kesatuan hidup sepanjang hayat dalam li:elua:rga seJati. Maka kami mohon kesediaan Romo untuk meresmikan tali ikatankasihkami sebagai suami istriyang sah menurut Ge~olik dan meneguhkannya dalam pemberkatan pe •
Romo J. Haryanto SaUdara sekallan. sebelum pernikahan in1 diresmikan, perkenankanl ah saya berta.nya kepada para eaksi, Bpk. A. Ngatijo clan Thu M. Sri IsParti yang tel.ah hadir di tempat ini. Adakah eesuatu yang menghalangi pernikahan Indra dan Ani ini menurut hukum gereja Katolik?
Bapak A. !lgatijo dan Ibu M. Sri Isparti Sepanjang pengetahuan kami. tidak ada hsJ.a.rigan apapun untul< meresmikan pernikahan ini. Oleh eebao itu, kami mendukung permohonan kedua memJl"..lai.
Romo J. Haryanto Indra dan Ani yang berbahagia. sesuai dengan pertimbangan Gereja dan dikuatkan oleh pernya.taan kedua saksi• saya selakU pejabat GereJa ll!<".1'.!lUi!mn permintaan ka.lian. lfntuk itu saya mohon agar kalian menyatakan kesungguhan hati d~J,UJur di hadapan Allah dan para saksi eerta umat yang r disini. ·
Romo J. Har;yanto Yohanes Pemondi Indra 'llisUdha, apakah kamu bersedia meresmikan pernikahen ini sunggu!l dengan ikhlas hati?
;
Indra .. Ya •. saya bersedia.
Romo J: . Haryanto . Bersediakah kamu untuk mengasihi dan menghormati
· istrimu sepanjang hiduP?
,f ~
·' 1:s,.
t l
.... Indra
Ya. saya berse<lis-
Romo J. Haryanto Bersediakah .bmu men.iadi ayah yang bail<: bagi anak-anak yang dipe:rosyakan Tuiian kepa.damu. mandidik clan mencintai me:reka dengan perllitah Tuhan?
Indra Ya. saya bereedia
Romo J. Haryanto
Ani
Ani Ismawati apakah kamu bersedia meresmikan pernikahan 1n1 sungguh dengan ikhlas hati?
Ya. saya bersedia.
Romo J. Haryanto · Bersed:jakah .bmu untuk mangasihi dan menghormati suamimu aePanjang hidup?
Ani Ya, saya bersedia
Romo J. Haryanto Bersediabili kamu menjadi ibu yang baik bag:i. anak:·anak yang diPercayakan Tulian kepadamu, mendjdik dan mencintai me:reka dengan perllitah Tuhan?
Ani Ya, saya bereedia
lfmat Benliri
10. Pengukuhan Jaaji Pern:tkahan
lip, A. Hgat:f.Jodanibull. Sr1.Ispa,.-tisebegai.s8ksi mengembilK:!.tabSuo:t: dsn me;zyertihlmm1ye. ltepsaa Romo, Jremud!an Romo .membuh K:!.tab Suci tersebut. ·
Romo J. Haeyanto . In:ilBh Kitab Suci yang memuat segal.a k!.sah tentang Kasih Tuhan keJ'.lada manusia, tentang karya clan ajaran Kristue yang ir>...J.ali menyelamatkan manusia. Kitab Stici in1 menjadi sumber cinta kasih sejati bagi kita.
Indra (dengan menumpangkan tingan di atae Kitab Suci> Ani Ismawati. se;ra mem=!Jih engkau 1!leDJadi isteri geya. Saye berjanji eetia kePedamu dalru!i untung dan malang, di waktu
Ani
161. sehatdan eak:it. Sayamaumencintaidanmenghormatiengkau seumur hid up. &ya berjanji beraedia menjadi ayah yang ball: bagi anak-anak yang dipetcayakan Tuhari kepada ea;ya, dan mend1d1Jc mereka eecara Ka.tollk. !)nn1kian1 ab janJi eaya. di hadapan Tuhan dan InJil Suci ini.
(dengan menumpang]om 1:angan di atae Kitab Sucil YohanesPema.ridi Tudra Wie\J.dha, ea;ya memilih engke.umenjadi euami ,,aya. Saya berjanji setia kepadamu dalam untung dan malang. di waktu sehat dan eak:it. Saya mau mencintai dan menghormati engkau seumur hiduP. Saya berjanji bersedia menjadi ibu yang baik bagi anak-anak yang dipercayakan Tulian kepada saya, dan mendidik mereka secara Katolli. J)emi]danlab janji ,,aya di hadapan Tuhan dan InJil Suci ini.
Romo J 0 Ha'!"Yanto Atae nama Gereja Tuhan dan dihadapan para eakei serta hadirin eekaJ.iall, ,,aya menegaekan bahwa perkawinan yang telah direemikan Indra dan Ani ini adalah perkawinan Katolli yang ash. Semoga pemberkatan ini menJadi sumber kekuatan dan kebahagiaan bagi kalian berdua, berkat rahmat Tuhan yang Mahakuaea. Bapa dan Putera dan Roh Kuilue.
Umat Amin
Romo J. Haryanto Yang dipereatukan Tuhan •••.
Umat Janganlah diceraikan manusia.
Doa untuk mempel.ai
Romo J. Haryanto SaUdara-eaudara yang terkaeih. kedua mempelai ini sudah dipereatukan. de.lam ikatan kaeih euci, • Maka marilah kita bersama mendoa.kan mereka supaya Tuhan berkenan mencural:Jkan berkat agar senantiaea bereatu. de.lam cinta kaeih. W.e:n:ing sejena.k, 1111:11 RD11lo berdoa dengan ~ terent=gJ
Romo J. Haryanto Tuhan Maha Kasih Sejati. kedua mempelai ini telah saling menerimakan Pemberkatan Pernik>han mereka Kini merekl>. tel.ah Engkau tetapkan sebagai ikatan suci suiuni istri yang sehati, sejiwa de.lam kaeih Mu; Semoga dari ikatan cinta mereka terealur berkat bagi seJ.uruh keluarga di de.lam magyarakat. Semoga pula mereka mampu membangun cinta
,
>
mereka di dalam keluarga sejat1 yang sejahtera dan mampu membawa anak-anak mereka kepada kedewasaan iman.
Ume.t Amin Q:l<ra sa.ksi kembal.$. Jre 't;eJl/PS.t, dsn umat dsps.t dUdult: kembalil
Lagu Pemberkatan Perkawinan
12. Pemberkatan dan Penyerahan Gincin
Romo J. He.rye.nto Tuhan sumber kesetiaan, berkatils.h cincin ini sebagai lambang kesetiaan sejati bagi suami ist.eri dan lambang cinta kaeih sejati Mu yang tak akan pernah berkeeUdahan, fc:J.ncin-ctncin djperc:!ki air suciJ
Umat Amin (flamo meD;Yeralllrao. cincin lceps.da huiraJ
Romo J. He.ryanto Indra. kenalranl ah cincin ini pada .iari Ani isterimu sabagai lambang kesetiaan dan cinta kasillmu kepada.nya,
Indra Terl.malah cincin ini sebagai lambang keset1aan dan cinta kaeihku kepadamu. rRamo men;yeralllrao. cinctn lceps.da An:IJ
Romo J. Haryanto
Ani
Ani1 kenakanl ab cincin ini pada jari Indra euamimu eebagai lambang kesetie.an dan cinta kaeihmu kepada.nya,
Terl.malah cincin ini sebagai lambang keset1e.an dan cinta kasihku kepadamu.
13. Pemberkatan dan Penyerahan Kitab Suci, Se.lib, dan Rosario
ifsk:ilkelUS;gB memp>..laim4fukedepan altar, deIJg1Ul]>ercilam a.tr suai d811 doe.Ranomember1i:atiKitabSucLSslib,d1U1RoserioJ'BJJIStel.abdJ,periWJplam dshmJUJJJQJankhusus,Jremud:l811dke:r"1z1:anh?Sdskeifus~.
Romo J. Haryanto Tuhan yang Maha Ka'lih. berkatils.h K:!.tab Suci, Se.lib, dan Rosario ini. Semoga menjadi lambs..ng dan tanda karya keselamatan Mudidalam~l englmh kedua mempelJli ini lllellgarungi hidup berkeluarga. Demi nama !Japa Putra dan Roh KUdue
Umat
1111 . Amin
'e.kil Kel. uarga Indradan An1. terimal.ahKitabS1lCL Salib danRosario 1ni · sebagai lambang Cinta kasih Tuhan dan :Penyertaan keluarga kudus daJ.am keluargamu.
edua Mempel.ai Ter:lmakasih. semoga semua inimembawa berkat bagikeluarga yang ingl.n kami bangun.
u.ngkeman/Doa restu orangtua
>mo J. Haryanto Saat :ini tiba waktunya, kedua mempelai menghadap orang tua mereka untuk mendapatkan restu sebegai tanda penyertaan dan kasill yang te1ah mereka dapatkan di dalam perjal.anan h:ldupnya se1ama ini.
(f[tidua 111~ 111eJ1JOhon restu kepada kedua o~ tua)
gu Sungkeman
nandatangan berkae .kanonik •oJ. Ear.rantober,,.,,,.!redWl/Jle81l)e].simenand~=skobj>imlilrahflJl cssms saks:iYB11{!111end8JJJP.Vigi.
;u :Pengiring
a Umat
mo J. Haryanto Ya· Tuhan, kami bersu,iUd di badapan Mu memohon seuntai harapan yang kami rindukan bagi perutusan·:Perutusan keluarga di dunia ini. Maka berikanlah uluran ra.hmat Mu untuk menyertai hara pan-hara pan yang kami ungkapkan ini.
.:tor Ya Tuhan, Cinta kasih Mu te1ah membuallkan Rabmat kepada semua orang_ untuk sa.J.in.e: mencintai dan menyayangi. Berikanlah Kasih Mu untul<: aenantiasa memberkati kedua mempelai,IndradanAniyangtelehmenyatukandirliiya.dalam ikatan suci ini. Semoga:' mereka dapat men.iadi tanda abadi mengenai Cinta Kasih Mu bagi setiap ke1uarga di dalam "8llap<.ki :;e.r-::at: :!c. l:isah hidupnya di dalam pangg:!len Mu 'J"P& sejati di dunia ini. Kepada Mu. kami hunjukan doe ini. .
.t Semoga Cinta Kasih Mu memberikan kedamaian sejati bagi l!idup kami. .
l
' I i
.... J.7. Doa Penutup
Romo J. Haryanto Uarilah Berdoa ••• Tuhan Sumber Kaeih se.lati, kami menyadari bahwa 1;anpa penyertaan Mu kami tak akan sanggup menjadi bentarabentarakelual'gakudUsMudi dunia iD.i. Li$hkan gelalu rahmat Mu J::epada kedua mempelai yang hari ini telah menyatukan ikatan cinta kasih suciDYa dillam ikatan kudus Mu, semoga meajedi ikatan abadi yang tak :Pernnh lapuk oleh waktu, tekanan dan berbagai tawaran dunia ini.
Umat Amin
18. Pengumuman dan Ucapan Terima Kaeih dari Kedua Mempelai J.9. Berkat dan Pengutusan
Romo J. Haryanto Tuhan beserta kita
Umat Sekarang dan selama-lamanya
Romo J. Haryanto Semoga Thatan Suci kedua mempelai ini selalu bergema di dalam setiap hati kita.
Umat Amin.
Romo J. Haryanto Semoga Tuhan menjadikan kita bentara kel.ua:rga kUdUs Nasaret yang tak perna.h lapuk di terpa badai dunia.
Umat Amin.
Romo J. Haryanto Semoga Cinta Kasih Tuhan sel.alu menaungi kita dalam mel angkah mengarungi kehidupan ini .
Umat Alltl.!l
Romo J. Haryanto Semoga sauaara-saU<lara e<".kolia!! ~~ dan dibimlling oleh berkat Tuhan yang mahakuasa Bapa dan Putra dan Roh KUdue.
Umat ~ ,, .
Top Related