INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS
KABUPATEN BANDUNG BARAT
TAHUN 2015
KERJASAMA
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung Barat
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat
Tahun 2015
KATA SAMBUTAN
Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya
penyusunan dokumen Indeks Kesulitan Geografis Kabupaten Bandung Barat ini dapat
diselesaikan. Dokumen ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan data yang menggambarkan
tingkat kesulitan geografis desa di wilayah administrasi Kabupaten Bandung Barat. Tingkat
kesulitan geografis desa tersebut meliputi ketersediaan pelayanan dasar, kondisi infrastruktur dan
aksesibilitas/transportasi sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
: 93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan Dan
Evaluasi Dana Desa.
Dokumen ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat aksesibilitas
desa terhadap ketersediaan pelayanan dasar yaitu pendidikan dan kesehatan, fasilitas kegiatan
ekonomi dan ketersediaan energi serta aksesibilitas/transportasi yang meliputi akses jalan dan
sarana transportasi. Dengan nilai indeks yang berbeda di tiap desa, hal ini dapat membantu
pemerintah Kabupaten Bandung Barat dalam menentukan skala prioritas pembangunan,
khususnya wilayah pedesaan.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Bandung Barat sebagai mitra kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kabupaten Bandung Barat, yang telah membantu dalam penyusunan dokumen Indeks Kesulitan
Geografis Kabupaten Bandung Barat ini.
Semoga, hasil penyusunan dokumen ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik
pemerintah daerah maupun stakeholders yang ada di Kabupaten Bandung Barat.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Bandung Barat, Desember 2015
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Bandung Barat
Ir. H. ASEP SODIKIN, MUM
NIP. 19630801 199203 1 004
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan memuji syukur ke hadirat Allah SWT, publikasi Indeks
Kesulitan Geografis (IKG) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 dapat terbit pada waktunya. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat sebagai lembaga yang menangani statistik, melaksanakan kerjasama
dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung Barat dalam melakukan penyusunan IKG Kabupaten Bandung Barat Tahun
2015 ini. Publikasi ini memuat gambaran kondisi geografisdesa Kabupaten
Bandung Barat pada tahun 2015. Informasi yang disajikan adalah mengenai kondisi pelayanan dasar, kondisi infrastruktur dan aksesibilitas/transortasi. Selain sebagai bahan dasar monitoring dan
evaluasi, analisis ini diharapkan dapat dijadikan dasar perencanaan pembangunan Kabupaten Bandung Barat untuk waktu mendatang.
Akhirnya, ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah mendukung Penyusunan Indeks Kesulitan Geogafis Kabupaten
Bandung Barat Tahun 2015 ini. Semoga publikasi ini dapat bermanfaat dan dijadikan rujukan dalam penentuan kebijakan pembangunan selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bandung Barat, Desember 2015
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG BARAT
Dra. Hj. Lilis Pujiawati NIP. : 19610814 199003 2 001
Daftar Isi
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 iii
Daftar ISI
Halaman
KATA SAMBUTAN.......................................................................
i
KATA PENGANTAR....................................................................
ii
DAFTAR ISI ...............................................................................
iii
DAFTAR TABEL.........................................................................
v
DAFTAR GAMBAR .....................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................
vii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................
1 1.2 Tujuan ................................................................ 3 1.3 Ruang Lingkup.......................................................
4 1.4 Sistematika Penulisan............................................. 4
BAB II. METODOLOGI
5
2.1 Sumber Data..........................................................
5
6
2.2 Konsep Dan Definisi............................................ 7
2.3 Perhitungan Indeks Kesulitan Geografis (IKG)........ 17
2.3.1 Ketersediaan Pelayanan Dasar...................... 18
2.3.2 Kondisi Infrastruktur..................................... 19
2.3.3 Aksesibilitas/Transportasi............................ 20
2.3.4 Penentuan Penimbang Setiap Variabel
Penyusun IKG............................................ 21
2.3.5 Rumus Perhitungan IKG Dan IKW............... 23
BAB III. GAMBARAN UMUM
3.1 Profil Kabupaten Bandung Barat.......................... 25
3.2 Gambaran Umum................................................ 31
3.2.1 Gambaran Umum Pelayanan Dasar.............. 31
3.2.2 Gambaran Umum Kondisi Infrastruktur....... 33
3.2.3 Gambaran Umum Transportasi.................... 35
3.2.4 Gambaran Umum Komunikasi..................... 36
BAB IV. PENCAPAIAN IKG DESA
4.1 Keterbukaan Wilayah.............................................. 39
4.1.1 Pelayanan Dasar........................................... 40
4.1.2 Kondisi Infrastuktur...................................... 44
4.1.3 Aksesibilitas/Transportasi............................. 49
4.2 Indeks Kesulitan Geografis (IKG)............................. 54
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan............................................................. 59
5.2 Saran...................................................................... 60
Daftar Isi
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 iv
DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 62
Daftar Tabel
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Penimbang setiap Variabel Penyusun IKG .........
22
Tabel 4.1. Desa dengan Tingkat Aksesibilitas Tertinggi.......
40
Tabel 4.2. Penyebaran Fasilitas Pendidikan di Kecamatan se Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015.........
41
Tabel 4.3. Jumlah Desa Yang Memiliki Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015.........
42
Tabel 4.4. Desa dengan Tingkat Kesulitan Tertinggi dalam Ketersediaan Pelayanan Dasar di Kabupaten
Bandung Barat Tahun 2015...............................
44
Tabel 4.5. Jumlah dan persentase desa menurut jenis
Infrastruktur di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015.......................................................
45
Tabel 4.6. Keberadaan Pasar dan Kios Penjual Sarana
Produksi Pertanian di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015.............................................
47
Tabel 4.7. Jumlah dan persentase desa menurut jenis infrastruktur di Kabupaten Bandung Barat
Tahun 2015......................................................
47
Tabel 4.8. Desa dengan Tingkat KesulitanTertinggi untuk akses ke Infrastruktur di Kabupaten Bandung
Barat Tahun 2015.............................................
48
Tabel 4.9. Gambaran Kondisi Transportasi di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015...............................
51
Tabel 4.10. Desa dengan Tingkat Kesulitan Indeks Faktor Infrastruktur Tertinggi di Kabupaten Bandung
Barat Tahun 2015.............................................
52
Tabel 4.11. Kondisi Komunikasi Desa di Kabupaten
Bandung Barat.................................................
53
Tabel 4.12. Desa dengan Indeks Kesulitan Geografis Tertinggi...........................................................
55
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi IKG berdasarkan
Kelompok..........................................................
57
Daftar Gambar
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Peta Administratif Kabupaten Bandung Barat.......
22
Gambar 3.2. Peta sebaran penduduk menurut kecamatan
Tahun 2013- 2014...............................................
28
Gambar 3.3. Persentase Tingkat Pendidikan Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas di Kabupaten Bandung Barat
Tahun 2014.........................................................
32
Gambar 3.4. Komposisi Jalan menurut kondisi jalan di
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014...............
34
Gambar 4.1. Penyebaran Puskesmas/pustu dan Balai
pengobatan/Poliklinik di Desa se Kabupaten Bandung Barat.....................................................
43
Gambar 4.2. Keberadaan Jalan Aspal/Beton dan Penerangan Jalan Utama Desa................................................
46
Gambar 4.3. Peta Sebaran IKG Kabupaten Bandung Barat....... 58
Daftar Lampiran
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 IKG Kecamatan Batujajar.......................................
63
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Batujajar...........................
64
Lampiran 2 IKG Kecamatan Cihampelas...................................
65
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cihampelas........................
66
Lampiran 3 IKG Kecamatan Cikalongwetan ..............................
67
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cikalongwetan...................
68
Lampiran 4 IKG Kecamatan Cililin............................................
69
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cililin.................................
70
Lampiran 5 IKG Kecamatan Cipatat..........................................
71
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cipatat ..............................
72
Lampiran 6 IKG Kecamatan Cipeundeuy...................................
73
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cipeundeuy.......................
74
Lampiran 7 IKG Kecamatan Cipongkor.....................................
75
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cipongkor..........................
76
Lampiran 8 IKG Kecamatan Cisarua.........................................
77
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cisarua..............................
78
Lampiran 9 IKG Kecamatan Gununghalu.................................
79
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Gununghalu ....................
80
Lampiran 10 IKG Kecamatan Lembang.....................................
81
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Lembang............................
82
Lampiran 11 IKG Kecamatan Ngamprah...................................
83
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Ngamprah..........................
84
Lampiran 12 IKG Kecamatan Padalarang..................................
85
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Padalarang........................
86
Lampiran 13 IKG Kecamatan Parongpong................................
87
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Parongpong.......................
88
Lampiran 14 IKG Kecamatan Rongga .......................................
89
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Rongga ..............................
90
Lampiran 15 IKG Kecamatan Saguling......................................
91
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Saguling............................
92
Lampiran 16 IKG Kecamatan Sindangkerta..............................
93
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Sindangkerta ....................
94
Pendahuluan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu tujan yang ingin di capai dalam pembangunan
adalah adanya pemerataan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan
dengan kebijakan otonomi daerah yang di undangkan pada tahun 2000
untuk mendorong percepatan dan pemerataan pembangunan disemua
daerah. Pelaksanaan pembangunan daerah sebagai wujud
pelaksanaan otonomi dan desentralisasi bagi Kabupaten/Kota tidaklah
semakin mudah dan ringan karena dihadapkan pada berbagai
tantangan dan hambatan yang ada di daerah, khususnya daerah
tertinggal atau desa sebagai wilayah terkecil, yang sulit dalam
menjangkau fasilitas publik. Sesuai dengan Undang-undang Nomor
6 Tahun 2014, Desa merupakan daerah yang memiliki batas wilayah,
yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat.
Pemerintahan desa memiliki peranan yang sangat vital dalam
keberhasilan pembangunan, maka dari itu perlu disusun strategi
pembangunan untuk wilayah pedesaan agar pelaksanaan
pembangunan dapat berjalan dengan baik.
Pendahuluan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 2
Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010 secara umum
sebagian besar penduduk di Indonesia, khususnya di Kabupaten
Bandung Barat berada di wilayah pedesaan, yang terdiri dari 165 desa
dengan letak geografis yang berbeda-beda dan tersebar di seluruh
wilayah Kabupaten Bandung Barat.
Desa sebagai wilayah terkecil dalam pelaksanaan pembangunan
daerah, tidak dengan mudah dapat melaksanakan proses
pembangunan. Salah satu yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
pembangunan di desa adalah tingkat kesulitan geografis desa. Hal
tersebut dapat digambarkan sebagai tingkat aksesibilitas desa. Desa
dengan tingkat aksesibilitas tinggi maka desa tersebut memiliki tingkat
kesulitan yang rendah dan akan lebih mudah dalam melaksanakan
pembangunan, karena desa dengan aksesibilitas yang tinggi dapat
dengan mudah menjangkau sarana dan prasarana umum, baik itu
sarana kesehatan, pendidikan dan perekonomian. Sebaliknya desa
dengan tingkat aksesibilitas rendah, maka desa tersebut memiliki
tingkat kesulitan yang tinggi. Dengan tingkat kesulitan geografis yang
tinggi, desa tersebut akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan
program-program pembangunan. Dampak lebih luas yang
diakibatkan oleh perbedaan dari tingkat kesulitan geografis desa
adalah ketimpangan kesejahteraan masyarakat antar desa.
Untuk memberikan gambaran mengenai tipologi desa menurut
tingkat kesulitan geografis diperlukan sebuah standar ukuran yang
sama untuk semua desa. Diperlukan beberapa indikator yang sama
Pendahuluan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 3
untuk semua desa sehingga dapat ditentukan peringkat kesulitan
geografis desa dari yang termudah sampai yang tersulit.
Tingkat kesulitan geografis diukur berdasarkan jangkauan
ketersediaan pelayanan dasar, infrastruktur dan
aksesibilitas/transportasi. Semakin besar tingkat kesulitan geografis
berarti semakin sulit desa dalam menjangkau ketersediaan akan
pelayanan dasar, infrastruktur dan aksesibilitas/transportasi,
dibandingkan dengan desa yang memiliki tingkat kesulitan geografis
yang lebih rendah. Sehingga desa dengan Indeks Kesulitan Geografis
yang tinggi perlu perhatian yang lebih besar dari pemerintah.
1.2. Tujuan
Penyusunan publikasi Indeks Kesulian Geografis (IKG) Desa
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015, dengan tujuan sebagai
berikut:
1. Mengetahui seberapa besar perbedaan tingkat kesulitan
geografis antar desa di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015.
2. Menghitung keterbukaan wilayah setiap desa dengan
mengidentifikasi kondisi geografis desa, ketersediaan pelayanan
dasar, kondisi infrastruktur, dan aksesibilitas/transportasi.
3. Memberikan rekomendasi implementasi program berdasarkan
perbedaan Indeks Kesulitan Geografis (IKG) desa di Kabupaten
Bandung Barat
Pendahuluan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 4
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Penyusunan Indeks Kesulitan Geografis (IKG)
Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 ini adalah mencakup
seluruh wilayah administratif desa di Kabupaten Bandung Barat.
1.4. Sistematika Penulisan
Publikasi ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang, tujuan, ruang
lingkup dan sistematika penulisan.
BAB II Metodologi, berisi sumber data, konsep dan definisi
serta perhitungan Indeks Kesulitan Geografis (IKG)
yang digunakan pada penulisan publikasi ini.
BAB III Gambaran umum, mengemukakan Profil dan kondisi
umum Kabupaten Bandung Barat dilihat dari kondisi
geografis desa, ketersediaan pelayanan dasar, kondisi
infrastruktur, dan aksesibilitas/ transportasi serta
komunikasi.
BAB IV Pencapaian Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa,
mengemukakan tentang IKG Desa Kabupaten
Bandung Barat tahun 2015 beserta faktor
pembentuknya.
Pendahuluan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 5
BAB V Kesimpulan dan Saran
Metodologi
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 6
BAB II
METODOLOGI
2.1. Sumber Data
Publikasi ini menggunakan data dari berbagai sumber, baik data
primer maupun sekunder. Data sekunder digunakan sebagai data
penunjang dalam melakukan analisis, data sekunder ini merupakan
data terpilah dari berbagai dinas/instansi yang ada di Kabupaten
Bandung Barat dan data pendukung lainnya dari Badan Pusat
Statistik Kabupaten Bandung Barat yang memiliki kaitan dengan
pembahasan pada publikasi ini.
Sumber data yang utama berasal dari hasil pemutakhiran
(updating) PODES dan Basis Data Pembangunan. Pencacahan
dilakukan melalui wawancara langsung oleh petugas pelaksana teknis
kegiatan terhadap responden. Dalam hal ini responden di tingkat
kecamatan adalah camat maupun staf yang ditunjuk serta nara
sumber lain yang relevan. Adapun untuk responden di tingkat desa
adalah kepala desa maupun perangkat desa yang ditunjuk serta nara
sumber lain yang relevan.
Basis Data Pembangunan merupakan data dan informasi
berbasis wilayah (spasial) digunakan untuk melengkapi data dan
informasi sektoral yang telah ada. Data dan informasi tentang potensi
Metodologi
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 7
spesifik yang dimiliki oleh semua wilayah hingga tingkat terkecil (small
areas) digabungkan dengan master file desa sebagai penghubung
untuk mencocokkan wilayah administrasi pada sumber data yang
berbeda tersebut. Basis Data Pembangunan yang telah termutakhirkan
kemudian dilakukan perekaman (entri data) selanjutnya
dilakukan pemeriksaan konsistensi data (validasi). Data yang sudah
dipastikan kebenarannya kemudian dilakukan perhitungan Indeks
Kesulitan Geografis.
2.2. Konsep dan Definisi
Beberapa konsep dan definisi yang digunakan dalam publikasi
ini antara lain sebagai berikut :
Angkutan suatu kegiatan usaha menyediakan jasa angkutan penumpang dan atau barang/ternak dari suatu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan alat angkutan bermotor maupun tidak
bermotor, baik melalui darat maupun air.
Angkutan umum salah satu media transportasi yang
digunakan masyarakat secara bersama-
sama dengan membayar tarif.
Antena parabola sebuah antena berdaya jangkau tinggi yang digunakan untuk komunikasi
radio, televisi dan data dan juga untuk radiolocation (RADAR), pada bagian UHF and SHF dari spektrum gelombang
elektromagnetik. Fungsi antena parabola yang umum diketahui oleh
masyarakat di Indonesia adalah
Metodologi
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 8
sebagai alat untuk menerima siaran
televisi satelit.
Apotek suatu sarana kesehatan yang digunakan
untuk pekerjaan kefarmasian, dan penyaluran/ penjualan obat/ bahan
farmasi
Balai pengobatan tempat pemeriksaan kesehatan di bawah
pengawasan mantri kesehatan.
Bank Umum bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Usaha dari
bank umum adalah menghimpun dana masyarakat dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito
dan tabungan serta menyalurkan kredit
Bencana alam peristiwa atau serangkaian peristiwa yang kejadiannya tidak terduga,
mengancam dan mengganggu kehidupan/penghidupan masyarakat yang di sebabkan oleh faktor alam antara
lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,
angin topan, dan tanah longsor sehingga dapat (berpotensi) mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerugian materi (harta benda), kerusakan lingkungan, dan rasa khawatir bagi
sebagian besar penduduk.
Biaya transportasi rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk sekali jalan. Bila rute yang digunakan
pulang dan pergi berbeda maka yang digunakan adalah biaya rata-rata. Jika untuk menuju kantor bupati, warga
menggunakan lebih dari satu modal transportasi maka pilih angkutan
yang paling banyak digunakan oleh warga. Rata-rata biaya transportasi dari
desa ke ibukota kabupaten untuk sekali jalan adalah Rp.31.866,-
Metodologi
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 9
Bidan desa seorang petugas paramedis yang
bertugas sebagai bidan di desa/kelurahan dengan SK (bidan di
desa). Bidan yang dimaksud adalah seorang petugas paramedis yang memperoleh pendidikan formal
mengenai kebidanan dan tidak termasuk seseorang yang memperoleh pendidikan
dan pelatihan kebidanan dari instansi terkait, seperti dinas kesehatan.
Dataran Bagian atau sisi bidang tanah yang
tampak datar, rata, dan membentang.
Desa kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang- Undang Nomor 6
Tahun 2015 Tentang Desa).
Di dalam hutan desa yang seluruh wilayahnya terletak di
tengah/dikelilingi hutan.
Di tepi/sekitar hutan desa yang wilayahnya berbatasan langsung dengan hutan, atau sebagian
wilayah desa tersebut berada di dalam hutan.
Diluar hutan desa yang seluruh wilayahnya tidak berbatasan langsung dengan hutan.
Fasilitas internet tersedia fasilitas akses internet melalui
instalasi khusus internet terdiri dari jaringan telepon, modem, wifi, dan sebagainya.
Hotel jenis akomodasi yang mempergunakan
sebagian atau keseluruhan bangunan untuk jasa pelayanan penginapan,
penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi masyarakat umum
Metodologi
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 10
yang dikelola secara komersial dengan
ijin usaha sebagai hotel
Hutan suatu kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang di dominasi pepohonan
dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Undang-Undang Nomor 41
Tahun 1999 Tentang Kehutanan).
Informasi hasil dari proses pengolahan data atau komunikasi antara satu orang dengan
orang lain melalui media, media TV, radio, surat kabar, dan lain-lain.
Jalan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan
tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta
api, jalan lori, dan jalan kabel.
Jalan poros utama jalan utama yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, antar ibukota
kabupaten/kota, atau jalan kabupaten serta merupakan jalan strategis
kabupaten.
Jalan umum jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
Jalan utama desa jalan yang di anggap oleh sebagian besar penduduk desa/kelurahan setempat
sebagai jalan yang paling penting atau paling sering digunakan untuk
arus transportasi dari/menuju kantor camat terdekat.
Jarak tempuh ke ibukota kabupaten
jarak yang sering dilalui dengan kendaraan, yang biasa digunakan oleh
warga untuk menuju ibukota
Metodologi
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 11
kabupaten. Rata-rata jarak tempuh di
kabupaten bandung barat dari desa ke ibukota kabupaten adalah 29,35 km.
Jenis permukaan jalan terluas
jenis permukaan jalan terluas yang ada di desa/kelurahan. Jenis permukaan
jalan terdiri dari : aspal/beton, diperkeras (dengan kerikil atau batu),
tanah, dan lainnya yaitu terbuat dari kayu/papan yang biasanya
digunakan di daerah rawa, termasuk jalan setapak, jalan di hutan dan sejenisnya.
Jenjang Pendidikan
SD/MI/Sederajat
meliputi jenjang Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI), baik negeri maupun swasta
Jenjang pendidikan SMP / MTs/Sederajat
meliputi jenjang Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah
(MTs), baik negeri maupun swasta
Jenjang Pendidikan SMU/SMA/SMK/Sederajat
meliputi Sekolah Menengah Umum, Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah Kejuruan dan Madrasah Aliyah kejuruan (MAK) baik negeri maupun swasta
Jenjang Pendidikan
TK/RA/BA
meliputi Taman Kanak-kanak (TK),
Bustanuf Athfal (BA) dan Raudatul Athfal (RA)
Kantor Kepala Desa bangunan aset desa yang diperuntukkan
secara khusus untuk kegiatan operasional pemerintahan desa yang
tidak dimiliki oleh pribadi.
Kelompok Pertokoan sejumlah toko yang terdiri dari minimal
10 toko dan mengelompok dalam satu lokasi. Dalam satu kelompok
pertokoan, jumlah bangunan fisiknya bisa lebih dari satu.
Keluarga berlangganan telepon kabel
keluarga yang berlangganan sambungan telepon dengan sistem jaringan
operasionalnya menggunakan kabel sambungan telepon rumah.
Metodologi
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 12
Ketinggian (altitude) ketinggian wilayah desa dari permukaan
air laut dalam satuan meter dpal yang diukur menggunakan altimeter.
Rata-rata ketinggian wilayah desa di Kabupaten Bandung Barat adalah 769,16 mdpal.
Kios yang menjual sarana
produksi pertanian
tempat penjualan pupuk, bibit, dan lain-
lain untuk keperluan tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan
perikanan yang dibedakan menurut kepemilikan (KUD atau non-KUD).
Komunikasi proses penyampaian lambang-lambang
yang mengandung arti antara satu orang dengan orang lain. Komunikasi
meliputi kegiatan telekomunikasi dan kegiatan pos dan giro.
Koperasi badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Keanggotaannya
sukarela dan terbuka.
Koperasi unit desa (KUD suatu organisasi ekonomi yang berwatak
sosial merupakan wadah bagi pengembangan berbagai kegiatan
ekonomi masyarakat pedesaan yang diselenggarakan oleh dan untuk
masyarakat itu sendiri.
Lembaga pendidikan lembaga yang menghasilkan siswa yang
lulus dan diakui/di sahkan oleh Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan yang dibuktikan dengan sertifikat/ijazah. Lembaga pendidikan
dalam hal ini tidak termasuk lembaga pendidikan baru terdaftar secara definitif dan belum melakukan
aktifitas belajar mengajar. Banyak lembaga kursus keterampilan yang
menyebutkan bahwa lulusan kursusnya setara dengan diploma padahal belum
tentu diakui oleh Kemendikbud sebagai diploma.
Metodologi
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 13
Lembah daerah rendah yang terletak diantara
dua pegunungan atau dua gunung atau daerah yang mempunyai
kedudukan lebih rendah dibandingkan daerah sekitarnya. Lembah di daerah pegunungan lipatan sering disebut
sinklin. Lembah di daerah pegunungan patahan disebut graben
atau slenk. Sedangkan lembah di daerah yang bergunung-gunung disebut lembah
antar pegunungan.
Lereng bagian dari gunung/bukit yang terletak
di antara puncak sampai lembah. Lereng yang dimaksud juga
mencakup punggung bukit dan puncak (bagian paling atas dari gunung).
Pasar tempat pertemuan antara penjual dan
pembeli barang dan jasa. Pasar bisa
menggunakan bangunan yang bersifat permanen atau semi permanen
ataupun tanpa bangunan.
Pasar dengan bangunan permanen
pasar pada bangunan tetap, yang memiliki lantai, atap, dan dinding permanen.
Pasar dengan bangunan
semi permanen
pasar pada bangunan tetap, yang
memiliki lantai dan atap, tetapi tanpa dinding. Bangunan pada pasar
tradisional yang mencakup bangunan permanen dan semi permanen dikategorikan sebagai pasar dengan
bangunan permanen.
Pasar tanpa bangunan pasar yang tidak berada dalam bangunan, seperti pasar kaget (pasar
yang muncul di lokasi yang bukan di peruntukkan pasar dan selesai dengan cepat).
Penerangan jalan lampu yang digunakan untuk penerangan
jalan di malam hari sehingga pejalan kaki, pesepeda, dan pengendara
dapat melihat dengan lebih jelas jalan yang akan dilalui pada malam hari,
Metodologi
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 14
sehingga dapat meningkatkan
keselamatan lalu lintas dan keamanan para pengguna jalan.
Penginapan jenis akomodasi yang mempergunakan
sebagian atau keseluruhan bangunan untuk jasa pelayanan penginapan
bagi umum, biasanya tanpa fasilitas pelayanan makan minum yang dikelola secara komersial dengan ijin
usaha bukan hotel
Poliklinik sarana kesehatan/bangunan yang dipakai untuk pelayanan berobat jalan.
Biasanya dikelola oleh swasta atau organisasi keagamaan tertentu.
Pondok Bersalin Desa (Polindes)
bangunan yang dibangun dengan sumbangan dana pemerintah dan
partisipasi masyarakat desa untuk tempat pertolongan persalinan dan
pemondokan ibu bersalin, sekaligus tempat tinggal bidan di desa.
Pos kesehatan desa (Polindes)
sarana kesehatan/bangunan yang dibentuk di desa/ kelurahan dalam
rangka mendekatkan/ menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat desa/kelurahan.
Posyandu salah satu wadah peran serta
masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan
dasar dan memantau pertumbuhan balita.
Progam TV progam yang dirancang/disusun oleh stasiun/ pemancar TV, baik stasiun
TVRI, TV daerah, maupun TV luar negeri.
Metodologi
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 15
Pusat kesehatan
masyarakat (Puskesmas)
sebagai unit pelayanan kesehatan milik
pemerintah (pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota) yang
bertanggungjawab terhadap pelayanan kesehatan masyarakat untuk wilayah kecamatan, sebagian kecamatan, atau
kelurahan/desa.
Puskesmas pembantu (Pustu)
sarana kesehatan/bangunan yang dipakai sebagai pusat kesehatan
masyarakat untuk wilayah yang lebih kecil, misal di desa/kelurahan. Pustu merupakan sarana kesehatan milik
pemerintah yang berfungsi menunjang dan membantu memperluas
jangkauan puskesmas.
Restoran suatu jenis usaha yang mempergunakan seluruh bangunan secara permanen untuk menyediakan jasa pangan
yang pengolahan dan penyajiannnya secara langsung di tempat sesuai dengan
keinginan para pengguna jasa yang mempunyai ciri pembeli biasanya
dikenakan pajak
Rumah Makan jenis usaha yang menyediakan jasa
pangan yang pengolahan makanannya bisa dilakukan diluar
rumah makan, yang mempunyai ciri pembeli biasanya dikenakan pajak
Rumah Sakit sarana kesehatan/bangunan tempat
untuk melayani penderita yang sakit
untuk berobat rawat jalan atau rawat inap yang pelayanannya
disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga ahli kesehatan lainnya
Sarana kesehatan tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan,
dalam hal ini adalah sarana kesehatan yang masih aktif/beroperasi.
Metodologi
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 16
Sinyal telepon seluler besaran elektromagnetik yang berubah
dalam ruang dan waktu dengan membawa informasi yang
memberikan konfirmasi bahwa layanan telepon seluler/handphone sudah tersedia.
Telekomunikasi hubungan komunikasi jarak jauh melalui
pemancaran, pengiriman atau penerimaan segala jenis tanda,
isyarat, tulisan, gambar, suara, atau berita melalui kawat, radio, secara visual atau sistem elektronik.
Tempat praktek bidan sarana kesehatan/bangunan yang
digunakan untuk tempat praktek bidan yang biasanya memberikan
pelayanan ibu hamil dan bayi.
Tempat praktek dokter sarana kesehatan/bangunan yang
digunakan untuk tempat praktek dokter yang biasanya memberikan pelayanan
berobat jalan, termasuk praktek dokter yang mempunyai fasilitas rawat inap dan
apotek.
Trayek angkutan lintasan/rute/jalur angkutan umum
untuk pelayanan jasa angkutan orang, barang, dan atau
orang dan barang yang mempunyai asal, tujuan dan lintasan perjalanan
yang tetap tidak termasuk hanya barang saja. Kendaraan umum dengan trayek tetap, tetapi operasionalnya dapat
di luar jalur trayek (sesuai permintaan penumpang), maka
termasuk trayek tetap.
TV kabel sistem penyiaran acara televisi lewat isyarat frekuensi radio yang ditransmisikan melalui serat
optik yang tetap atau kabel coaxial dan bukan lewat udara seperti siaran televisi
biasa yang harus ditangkap antena (over-the-air).
Metodologi
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 17
Waktu tempuh ke ibukota
kabupaten
rata-rata waktu tempuh dengan
kendaraan yang biasanya digunakan oleh warga untuk
menuju ibukota kabupaten. Rata-rata waktu tempuh di kabupaten bandung barat dari desa menuju
ibukota kabupaten adalah 1,7 jam atau 102 menit.
Warung internet (warnet) tempat yang disediakan untuk
menyelenggarakan pelayanan jasa internet.
Warung/kedai makanan minuman
usaha yang menjual makanan dan minuman siap saji yang dijual di
bangunan yang tetap dan tidak mempunyai surat ijin usaha. Ciri
utama adalah pembeli tidak dikenakan pajak
2.3. Penghitungan Indeks Kesulitan Geografis (IKG)
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) merupakan ukuran untuk
menentukan tipologi desa berdasarkan tingkat kesulitan untuk akses
ke wilayah suatu desa. IKG pada dasarnya merupakan indeks yang
disusun berdasarkan skoring yang dilakukan untuk masing-masing
instrumen penilaian. Pemilihan instrumen ini dilakukan dengan
mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
: 93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran,
Penggunaan, Pemantauan Dan Evaluasi Dana Desa. Berdasarkan PMK
ini Indeks Kesulitan Geografis (IKG) disusun berdasarkan 3 faktor
yaitu :
Metodologi
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 18
1. Ketersediaan pelayanan dasar, yang meliputi pelayanan dasar
yang terkait pendidikan dan kesehatan;
2. Kondisi infrastuktur, yang meliputi infrastruktur yang terkait
dengan fasilitas kegiatan ekonomi dan ketersediaan energi;
3. Aksesibilitas/Transportasi, yang meliputi asksesibilitas jalan dan
sarana transportasi.
Dalam menjabarkan ketiga faktor tersebut, diperlukan indikator
ataupun variabel yang dipilih dengan harapan dapat mewakili
ketersediaan dan kondisi dari masing-masing faktor di atas. Pada
prinsipnya desa yang memiliki fasilitas dan aksesibilitasnya mudah
akan memiliki skor variabel yang relatif rendah (mendekati nol),
sebaliknya desa yang tidak memiliki fasilitas dan aksesibilitas nya
sulit atau relatif jauh akan memiliki skor variabel yang relatif
tinggi (mendekati 5).
2.3.1 Ketersediaan Pelayanan Dasar
Ketersediaan pelayanan dasar merupakan salah satu komponen
yang cukup penting dalam penghitungan IKG. Pelayanan dasar pada
prinsipnya merupakan hak-hak warga negara yang harus dipenuhi
oleh pemerintah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam konteks ini terdapat beberapa
indikator variabel yang digunakan untuk mengukur ketersedian
pelayanan dasar secara umum yaitu pelayanan kesehatan dan
Metodologi
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 19
pendidikan. Indikator pelayanan dasar yang dipilih berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 93/PMK.07/2015 adalah
sebagai berikut :
1. Ketersediaan dan akses ke TK/RA/BA
2. Ketersediaan dan akses ke SD/MI/Sederajat
3. Ketersediaan dan akses ke SMP/MTS/Sederajat
4. Ketersediaan dan akses ke SMA/MA/SMK/Sederajat
5. Ketersediaan dan kemudahan akses ke Rumah Sakit
6. Ketersediaan dan kemudahan akses ke Rumah Sakit Bersalin
7. Ketersediaan dan kemudahan akses ke Puskesmas
8. Ketersediaan dan kemudahan akses ke Polklinik/Balai
Pengobatan
9. Ketersediaan dan kemudahan akses ke Tempat Praktek Dokter
10. Ketersediaan dan kemudahan akses ke Tempat Praktek Bidan
11. Ketersediaan dan kemudahan akses ke Poskesdes atau Polindes
12. Ketersediaan dan akses ke Apotek
2.3.2 Kondisi Infrastruktur
Kondisi infrastruktur dan geografis desa sangat mempengaruhi
tingkat aksesibilitas ke desa tersebut. Semakin minim infrastruktur
maka akan semakin sulit desa tersebut dijangkau. Selain itu kondisi
geografis yang kurang mendukung, biasanya berupa daerah
pegunungan atau lereng yang curam juga akan menurunkan tingkat
Metodologi
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 20
aksesibilitas desa. Beberapa indikator variabel yang yang dipilih untuk
mengukur faktor kondisi infrastruktur berdasarkan PMK Nomor :
93/PMK.07/2015 adalah sebagai berikut:
1. Ketersediaan dan akses ke kelompok Pertokoan
2. Ketersediaan dan akses ke Pasar
3. Akses ke Restoran, Rumah Makan atau Warung/Kedai Makan
4. Akses ke Bank
5. Akses ke Energi Listrik
6. Akses ke Penerangan Jalan
7. Akses ke Bahan Bakar
2.3.3 Aksesibilitas/Transportasi
Transportasi merupakan komponen yang sangat vital dalam
penentuan aksesibilitas desa. Ketersediaan transportasi khususnya
transportasi umum yang murah dan mudah bagi masyarakat sangat
berperan dalam menentukan tingkat aksesibilitas suatu wilayah.
Semakin mudah dan murah transportasi umum di suatu wilayah akan
mendorong orang untuk melakukan aktifitas baik ekonomi, pendidikan
maupun pariwisata yang pada muaranya akan meningkatkan
taraf perekonomian masyarakat setempat. Indikator yang dipilih dalam
komponen transportasi sebagian telah terwakili dalam komponen
infrastruktur diantaranya kondisi jalan. Namun demikian beberapa
variabel yang digunakan untuk mengukur faktor aksesibilitas/
Metodologi
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 21
transportasi berdasarkan PMK Nomor : 93/PMK.07/2015
adalah sebagai berikut :
1. Lalu lintas dan Kualitas Jalan
2. Aksesibilitas Jalan
3. Ketersediaan Angkutan Umum
4. Operasional Angkutan Umum
5. Lama Waktu per kilometer menuju Kantor Camat
6. Biaya per kilometer menuju Kantor Camat
7. Lama Waktu per kilometer menuju Kantor Bupati/Walikota
8. Biaya per kilometer menuju Kantor Bupati/Walikota
2.3.4 Penentuan Penimbang Setiap Variabel Penyusun IKG
IKG merupakan indeks komposit tertimbang dari 28 Variabel
yang secara substansi dan bersama-sama menggambarkan tingkat
kesulitan geografis desa. Setiap variabel harus memiliki kontribusi
terhadap IKG. Besarnya kontribusi setiap variabel menggambarkan
besarnya pengaruh variabel tersebut terhadap faktor dan IKG.
Besarnya kontribusi setiap variabel tidak ditetapkan dengan nilai
yang sama atau berdasarkan penilaian subyektif, tetapi dihitung
berdasarkan sebaran data mengggunakan teknik statistik. Kontribusi
setiap variabel merupakan statistik yang besarnya cenderung tidak
sama antar variabel.
Metodologi
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 22
Untuk mendapatkan kontribusi setiap variabel, digunakan
metode analisis komponen utama (principal component analysis).
Selanjutnya nilai kontribusi setiap variabel digunakan sebagai
penimbang/pembobot masing-masing variabel untuk menghasilkan
nilai IKG. Berdasarkan PMK Nomor : 93/PMK.07/2015 penimbang
setiap variabel penyusun IKG adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Penimbang setiap Variabel Penyusun IKG
No Kode
Variabel Faktor Penimbang
1 K1101
Ketersediaan Pelayanan Dasar
0,0344743698230512
2 K1102 0,0207667709777746
3 K1103 0,0396701796664552
4 K1104 0,0365362438160350
5 K1201 0,0409473717219470
6 K1208 0,0391951514609291
7 K1202 0,0386802587821363
8 K1205 0,0478548918471416
9 K1204 0,0453910502070079
10 K1203 0,0447055286566193
11 K1206 0,0440792259791407
12 K1207 0,0375898610500994
13 K2101
Kondisi Infrastruktur
0,0297745374426297
14 K2102 0,0274983770619034
15 K2103 0,0226807963343563
16 K2104 0,0268014852834807
17 K2201 0,0240272994462093
18 K2202 0,0300082063802999
19 K2203 0,0307923774626675
20 K2106 0,0325591888268300
21 K3101
Aksesibilitas/Transportasi
0,0268206306831690
22 K3102 0,0237975527515562
23 K3103 0,0653046137835051
24 K3104 0,0647739844829491
25 K3201 0,0293993157370730
26 K3202 0,0382537240605285
27 K3203 0,0228109187516484
28 K3204 0,0348060875228569
Metodologi
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 23
2.3.5 Rumus Penghitungan IKG dan IKW
Dalam menghitung IKG, setiap variabel dari masing-masing
faktor penyusun dijumlahkan secara tertimbang. Nilai yang
dijumlahkan adalah skor setiap variabel yang sudah
ditimbang/dikalikan dengan bobot masing-masing variabel.
Penghitungan IKG setiap desa di formulasikan sebagai berikut :
IKG = ∑ (V1 x B1 + ….…. + V28 x B28) x 20
Keterangan ::
IKG = Nilai Indeks Kesulitan Geografis setiap desa (bernilai
0-100)
Vn = Skor variabel ke - n (variabel 1 sd 28)
Bn = Penimbang/pembobot variabel ke – n
(variabel 1 sd 28)
Hasil dari perhitungan nilai IKG tersebut menggambarkan
tingkat kesulitan geografis desa. Semakin besar nilai IKG maka
semakin tinggi tingkat kesulitan desa dalam mengakses fasilitas-
fasilitas publik. Sedangkan untuk mengukur tingkat kemudahan
desa dalam mengakses fasilitas publik maka digunakan Indeks
Keterbukaan Wilayah (IKW). Untuk mendapatkan nilai IKW tersebut
digunakan rumus sebagai berikut :
IKW = 100 – IKG
Metodologi
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 24
Semakin besar nilai IKW maka semakin mudah desa dalam mengakses
fasilitas-fasilitas publik, baik itu sarana pendidikan, kesehatan dan
akses terhadap aktivitas ekonomi.
Gambaran Umum
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 25
BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1. Profil Kabupaten Bandung Barat
Kabupaten Bandung Barat secara geografis terletak di antara
koordinat 107°1,10’ – 107°4,40’ Bujur Timur dan 6°3.73’ – 7°1.031’
Lintang Selatan, dengan wilayah seluas 1.305,77 km2 atau 130.577
Ha. Wilayah ini berbatasan di sebelah utara dengan Kabupaten
Cianjur, Kabupaten Purwakarta, , dan Kabupaten Subang. Sebelah
timur berbatasan dengan Kota Cimahi, Kota Bandung dan Kabupaten
Bandung di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung
Dan Kabupaten Cianjur.
Wilayah Kabupaten Bandung Barat dilewati sungai besar yaitu
sungai citarum yang didalamnya ada dua waduk besar yaitu waduk
saguling dan waduk Cirata sebagai sumber irigasi bagi lahan pertanian
dan sumber Listrik. Selama tiga tahun terakhir penggunaan lahan
untuk pemukiman dan industri menunjukan peningkatan yang
signifikan. Pembangunan perumahan atau pemukiman terus
dilaksanakan guna memenuhi kebutuhan penduduk terhadap
perumahan, namun disayangkan bahwa pembangunan tersebut
sebagian dilaksanakan dilahan pertanian. Sebagian besar lahan yang
Gambaran Umum
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 26
ada digunakan untuk area pertanian, sisanya adalah lahan hutan
negara, pekarangan dan bangunan serta lainnya.
Secara administratif wilayah Kabupaten Bandung Barat terbagi
menjadi 16 kecamatan yang membawahi 165 desa dengan 2.320 RW
dan 8.748 RT. Sedangkan untuk menjalankan roda pemerintahan,
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat didukung oleh 9.884 orang
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dengan tingkat pendidikan 55 persen
lulusan D4/S1 diikuti oleh SMA/D1/D2 sebanyak 17 persen ini
menunjukan terjadinya peningkatan kompentensi PNS.
Gambar 3.1. Peta Administratif Kabupaten Bandung Barat
Gambaran Umum
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 27
Penerimaan daerah Kabupaten Bandung Barat tahun 2014
mencapai 1,67 triliun rupiah dengan sumber terbesar berasal dari
pendapatan transfer (88,80 persen). Peningkatan signifikan terjadi
pada penerimaan pajak daerah dibanding tahun 2013 karena mulai
tahun 2014 terdapat pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) dari pemerintah pusat ke pemerintah kabupaten
dengan tujuan untuk meningkatkan PAD. Realisasi belanja daerah
tahun 2014 mencapai 1,68 triliun rupiah, dengan rasio penerimaan
terhadap pengeluaran yang semakin baik sebesar 99,51 persen
dibandingkan tahun sebelumnya sebesarnya 94,85 persen.
Penduduk Merupakan salah satu aset yang harus terus
ditingkatkan kualitas dan kompentensinya Dalam satu dekade
terakhir periode 2000 hingga 2010 jumlah penduduk Kabupaten
Bandung Barat meningkat 1,62 persen dengan sex ratio (perbandingan
jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan) 103
pada tahun 2000 dan 104 pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan
bahwa pada dekade 2000 hingga 2010 secara rata-rata perkembangan
jumlah penduduk perempuan lebih lambat dibanding perkembangan
penduduk laki-laki.
Gambaran Umum
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 28
Gambar 3.2. Peta sebaran penduduk menurut kecamatan
Tahun 2013- 2014
Sumber : BPS Kabupaten Bandung Barat 2014
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Bandung Barat, dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2013) yaitu
1.614.495 jiwa, maka pada tahun 2014 terjadi penambahan jumlah
penduduk sebesar 30.489 jiwa atau mengalami laju pertumbuhan
penduduk (LPP) sebesar 1,89 persen atau mengalami perlambatan dari
tahun 2013 yang LPP nya hanya 2,03 persen.
Seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Bandung Barat, pertumbuhan migrasi masuk di Kabupaten
Bandung Barat cenderung mengalami kenaikan sehingga
menyebabkan tingginya laju pertumbuhan penduduk terutama di
beberapa kecamatan perkotaan yang menjadi pusat bisnis (industri,
perdagangan dan jasa) dan pusat pendidikan. Dilihat dari sebaran
-
40.000
80.000
120.000
160.000
200.000
Jiw
a
2013 2014
Gambaran Umum
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 29
penduduknya di 16 kecamatan di Kabupaten Bandung Barat, pada
tahun 2014 kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling banyak
adalah Kecamatan Lembang dengan penduduk sebanyak 188.923
orang, diikuti oleh Kecamatan Padalarang yaitu sebanyak 171.174
orang. Sementara itu kecamatan dengan penduduk terkecil adalah
Kecamatan Saguling dengan penduduk sebanyak 30.006 jiwa.
Sektor pertanian bukan merupakan sektor unggulan untuk
perekonomian Kabupaten Bandung Barat, namun merupakan sektor
potensial dengan potensi lahan yang ada harus terus dioptimalkan
untuk mengembangkan sektor ini. Produksi padi tetap memberikan
kontribusi terbesar dalam hal produksi sebesar 73,05 persen dari total
produksi padi dan palawija.
Pada sub sektor peternakan khususnya ternak besar domba
lebih dari 400.000 ekor merupakan ternak yang paling banyak
dibudidayakan memberikan kontribusi sebesar 96 persen terhadap
populasi ternak besar. Sedangkan ternak sapi baik sapi perah maupun
potong merupakan ternak yang potensi dan menjadi andalan
penduduk sebagai salahsatu sumber penghasilan dan ini merupakan
andalan segi ekonomi bagi masyarakat kanupaten Bandung Barat
dengan populasi sebanyak 38.364 ekor.
Potensi perikanan di Kabupaten Bandung Barat memperlihatkan
angka yang stagnan walaupun mempunyai kolam jaring apung di
Gambaran Umum
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 30
wilayah waduk cirata dan waduk saguling sebanyak 28.991 petak
dengan produksi sebesar 32.213 ton per tahun.
Sementara komoditi sayur-sayuran seperti wortel, cabe, , bawang
daun dan bawang merah produksinya juga merosot dibanding tahun
2012. Bahkan produksi wortel dan petai masing-masing turun hingga
53,97 persen dan 48,04 persen. Secara keseluruhan total produksi
sayur-sayuran di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2014
mencapai 27.313 ton, menurun 20,92 persen dibanding tahun
sebelumnya.
PDRB Kabupaten Bandung Barat tahun 2014 atas dasar harga
berlaku sebesar 27,43 triliun rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar
harga konstan sebesar 10,09 triliun rupiah. Sektor Industri Pengolahan
merupakan sektor yang paling besar kontribusinya dalam
pembentukan PDRB yaitu sebesar 40,11 persen meski daritahun ke
tahun cenderung semakin menurun. Sementara sektor yang
kontribusinya paling kecil adalah sektor Pertambangan dan Penggalian
(3,17 persen). PDRB per kapita (adhb) penduduk Kabupaten Bandung
Barat selama tahun 2014 sebesar 17,04 juta rupiah, naik 9,73 persen
dari tahun sebelumnya yang sebesar 15,53 juta rupiah per tahun.
Laju pertumbuhan PDRB pada tahun 2014 sebesar 5,68 persen,
melambat dibanding tahun 2013 yang mencapai 5,94 persen karena
melemahnya kinerja sektor pertanian. Sektor yang tumbuh paling
Gambaran Umum
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 31
cepat adalah Bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 8,23persen dan 7,52 persen.
3.2. Gambaran Umum
3.2.1 Gambaran Umum Pelayanan Dasar
Ketersediaan sarana maupun prasarana pendidikan baik berupa
fisik maupun non fisik yang memadai merupakan upaya untuk
mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang
berkualitas akan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas
baik dari segi spiritual, intelegensi, keahlian. Dengan demikian maka
cita-cita menjadi bangsa yang maju tentu akan dapat dicapai, karena
kemajuan suatu bangsa dapat diukur atau dilihat dari tingkat
pendidikan penduduknya.
Menurut data Dinas Pendidikan, pada tahun 2014 sarana
pendidikan tingkat dasar yang tersedia sebanyak 702 sekolah (baik
negeri maupun swasta).Sedangkan untuk tingkat SLTP tersedia sarana
pendidikan sebanyak 276 sekolah baik negeri maupun swasta.
Jenjang Pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk
merupakan indikator untuk potensi sumberdaya manusia.
Berdasarkan data Suseda Kabupaten Bandung Barat pada Tahun
2014, persentase penduduk Kabupaten Bandung Barat usia 10 tahun
ke atas yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 58,77 persen;
Gambaran Umum
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 32
tamat SMP sebesar 21,60 persen; tamat SMU/SMK sebesar 16,29
persen; dan sebanyak 3,34 persen yang tamat pendidikan tinggi
(Akademi/Perguruan Tinggi).
Gambar 3.3. Persentase Tingkat Pendidikan Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas
di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014
Sumber : Bappeda dan BPS Kabupaten Bandung Barat, IPM Tahun 2014
Salah satu indikator keberhasilan program pembangunan di
bidang kesehatan adalah penduduknya hidup dalam lingkungan dan
dengan perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang
bermutu.Ketersediaan fasilitas kesehatan yang bermutu menjadi
sebuah keharusan, begitu pula yang dilakukan pemerintah
14,32%
44,45%
21,60%
16,29% 3,34%
< SD SD SLTP sederajat SMU sederajat Akademi/PT
Gambaran Umum
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 33
KabupatenBandung Barat dalam beberapa tahun terakhir terus
melakukan pembenahan terhadap sarana kesehatan yang ada.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, tercatat bahwa jumlah
fasilitas kesehatan menurut jenisnya sebagai berikut: rumah sakit
sebanyak 6 unit, yang terdiri dari 2 rumah sakit pemerintah (RSUD)
dan 3 rumah sakit swasta, puskesmas sebanyak 31 unit, pustu
sebanyak 57 unit, puskesmas keliling sebanyak 46 unit, balai
pengobatan sebanyak 26 unit, posyandu 1.122 unit serta dokter
praktek sebanyak 128 unit pelayanan.
3.2.2 Gambaran Umum Kondisi Infrastruktur
Sarana infrastruktur khususnya infrastruktur perhubungan
berperan penting sebagai penunjang, pendorong dan penggerak
pertumbuhan ekonomi daerah.Terutama dalam upaya peningkatan dan
pemerataan pembangunan serta hasil-hasilnya.
Infrastruktur jalan merupakan prasarana angkutan darat yang
sangat penting untuk memperlancar kegiatan hubungan
perekonomian, baik antara satu kota dengan kota lainnya, maupun
antara kota dengan desa, dan antara satu desa dengan desa lainnya.
Kondisi jalan yang baik akan memudahkan mobilitas penduduk untuk
mengadakan hubungan perekonomian dan kegiatan sosial lainnya.
Berdasarkan data, panjang jalan di Kabupaten Bandung Barat
sepanjang 553,65 km yang terdiri dari 86,47 km jalan provinsi atau
Gambaran Umum
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 34
jalan poros utama dan 916,11 km jalan kabupaten. Jenis permukaan
jalan provinsi semuanya aspal, sedangkan untuk jalan kabupaten
terdiri dari 553,65 km jalan aspal, 142,02 km jalan kerikil serta 46 km
jalan tanah. Kondisi jalan propinsi sepanjang 14,18 km berada pada
kondisi baik, 39,35 km kondisi sedang, 28,64 km kondisi rusak serta
4,30 km berada pada kondisi rusak berat. Adapun jalan kabupaten
sepanjang 213,67 km berada pada kondisi baik, 127,66 km kondisi
sedang, 169,70 kondisi rusak serta 42,62 km pada kondisi rusak berat.
Gambar 3.4.
Komposisi Jalan menurut kondisi jalan
di Kabupaten Bandung Barat
Tahun 2014
Sumber: Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Bandung Barat
38,59%
23,06%
30,65%
7,70%
Baik Sedang Rusak Rusak Berat
Gambaran Umum
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 35
Infrastruktur perkonomian yang tidak kalah pentingnya dalam
percepatan pembangunan adalah pasar.Keberadaan pasar mempunyai
fungsi yang sangat vital dalam pembangunan khususnya bidang
ekonomi. Pasar bagi konsumen merupakan fasilitas yang
mempermudah memperoleh barang dan jasa kebutuhan sehari-hari,
sedangkan bagi produsen, pasar menjadi tempat untuk mempermudah
proses penyaluran barang hasil produksi. Disamping itu pasar
mempunyai fungsi sebagai sarana distribusi yang akan memperlancar
proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen.
Dengan adanya pasar, produsen dapat berhubungan secara langsung
maupun tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya kepada
konsumen.
Di Kabupaten Bandung Barat terdapat infrastruktur bangunan
pasar sejumlah 103 lokasi yang tersebar di seluruh kecamatan, dengan
perincian jumlah pasar dengan bangunan permanen sebanyak 52
lokasi,jumlah pasar dengan bangunan semi permanen 35 lokasi serta
jumlahpasar tanpa bangunan sebanyak 16 lokasi.
3.2.3 Gambaran Umum Transportasi
Transportasi mempunyai peran vital dalam kehidupan sehari-
hari.Dewasa ini hampir semua aktifitas utamanya terkait
pembangunan tentu memerlukan transportasi.Transportasi berperan
Gambaran Umum
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 36
penting dalam mengakomodasi aktifitas sosial dan ekonomi
masyarakat. Disamping itu pembangunan sarana dan prasarana
transportasi dapat membuka aksesibilitas wilayah yang pada akhirnya
akan meningkatkan produksi masyarakat.
Perkembangan sarana transportasi umum di Kabupaten
Bandung Barat tahun 2013 bila dibandingkan tahun sebelumnya
mengalami kemajuan.Hal ini terlihat dari data jumlah kendaraan wajib
uji yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan.
Jumlah mobil penumpang umum pada tahun 2014 sebanyak
735 unit dengan jumlah trayek sebanyak 16 trayek. Mobil barang juga
mempunyai fenomena yang tidak jauh berbeda dengan mobil
penumpang.Dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan jumlah
yang cukup signifikan. Tercatat jumlah mobil barang umum sebanyak
669 unit pada tahun 2013 naik menjadi 838 unit pada tahun 2014.
Begitupun jenis mobil barang bukan umum, naik menjadi 5.886 unit
pada tahun 2014 dari sebelumnya 5.661 unit pada tahun 2013.
3.2.4 Gambaran Umum Komunikasi
Sarana komunikasi serta kualitas pelayanannya saat ini
dirasakan sangat penting, karena dengan tersedianya sarana
komunikasi yang baik akan memperlancar segala aktivitas sosial,
ekonomi maupun pemerintahan. Peranan komunikasi melalui teknologi
Gambaran Umum
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 37
informasi dan komunikasi khususnya internet semakin besar dalam
memberikan akses tanpa batas.Dengan menggunakan internet,
berbagai macam transaksi perdagangan dapat dilakukan tanpa perlu
beranjak dari tempat kita.Bahkan tidak ada lagi antrian berjam-jam di
loket-loket pelayanan.Disamping itu juga dimanfaatkan dalam
melakukan transaksi pembelian barang secara online tanpa harus ke
pasar untuk bertemu dengan penjual.
Akses internet saat ini sudah dapat dilakukan dengan
menggunakan telepon seluler / handphone, dengan syarat ketersediaan
jaringan dan ditunjang harga gadget yang semakin terjangkau maka
tidak mengherankan bila beberapa tahun terakhir internet sudah
masuk ke semua kecamatan yang ada.Namun demikian masih juga
dijumpai warnet di beberapa tempat bahkan sampai di wilayah
pedesaan.Hal ini mengindikasikan animo masyarakat untuk
mengakses internet cukup tinggi.
Sebagai imbas perkembangan pada penggunaan telepon seluler,
hal sebaliknya terjadi pada penggunaan telepon kabel. Menurut data
dari PT. Telekomunikasi Indonesia Cabang Bandung Barat, tercatat
jumlah pelanggan telepon baik residensial maupun bisnis pada tahun
2014 sebanyak 11.616 pelanggan, menurun dibanding tahun 2013.
Sementara jasa pelayanan pos utamanya pengiriman surat
dalam negeri luar negeri terus mengalami penurunan. Agaknya
layanan pos saat ini dirasa kurang bersaing dengan berkembangnya
Gambaran Umum
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 38
teknologi informasi dan komunikasi saat ini. Masyarakat cenderung
menggunakan sarana short massages service (SMS) untuk kepeluan
berkirim kabar maupun sms banking untuk keperluan transaksi
perbankannya.
Pencapaian IKG Desa
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 39
BAB IV
PENCAPAIAN IKG DESA
4.1. Keterbukaan Wilayah
Menurut Black (1981) dalam Boris (2010) menyebutkan bahwa,
Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan
lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau
sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi. Berdasarkan hasil
penghitungan yang dilakukan terhadap 165 wilayah administrasi desa,
ternyata didapat kesimpulan bahwa Desa Cililin Kecamatan Ciliin,
Desa Lembang dan Desa Jayagiri di Kecamatan Lembang serta Desa
Cipeundeuy Kecamatan Padalarang sebagai desa yang paling tinggi
aksesibilitasnya dengan nilai Indeks Keterbukaan Wilayah (IKW)diatas
85.
Pada keempat desa tersebut, yang mempunyai skor yang
sempurna untuk kondisi infrastruktur adalah Desa Lembang di
Kecamatan Lembang, lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1
berikut :
Pencapaian IKG Desa
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 40
Tabel 4.1.
Desa dengan Tingkat Aksesibilitas Tertinggi
No Kecamatan Desa
Nilai Penyusun IKG
IKG IKW Pelayanan Dasar
Kondisi Infra-
struktur
Aksesibilitas/ Transportasi
1 Lembang Lembang 4,849 0,000 6,913 11,761 88,239
2 Cililin Cililin 3,466 3,684 7,447 14,597 85,403
3 Lembang Jayagiri 6,067 0,550 8,065 14,682 85,318
4 Padalarang Cipeundeuy 3,413 3,008 8,389 14,810 85,190
Komposisi tingkat aksesibilitas desa di Kabupaten Bandung
Barat yaitu sebesar 18desa atau 11%memiliki aksesibilitas rendah, 119
desa atau 72% memiliki aksesibilitas sedang dan hanya 17% atau
sekitar 28 desayang memikili aksesibilitas tinggi.
4.1.1. Pelayanan Dasar
Pelayanan dasar adalah hak seluruh masyarakat yang menjadi
kewajiban pemerintah untuk memenuhinya. Pemerintah pusat dan
daerah memiki kewajiban untuk melayani seluruh masyarakat tanpa
kecuali agar kebutuhan dasarnya terpenuhi, terlebih di era otonomi ini.
Daerah otonom diarapkan dapat lebih tanggap terhadap tuntuntan
masyarakat berdasar kemampuan dan potensi yang dimiliki oelh
masyarakat di daerah tersebut. Pelayanan dasar yang dalam hal ini
diwakili oleh ketersediaan fasilitas dan pelayanan dibidang pendidikan
dan kesehatan.
Kabupaten Bandung Barat ternyata sudah semua desa tersedia
fasilitas pelayanan dasar khususnya bidang pendidikan, bahkan
Pencapaian IKG Desa
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 41
sebagian besar desa (141 desa) telah memiliki fasilitas sekolah dasar
(SD/MI) dan sekolah tingkat menengah pertama (SMP/MTs). Hanya 24
desa yang memiliki fasilitas sekolah dasar (SD/MI) saja dan tidak
memiliki fasilitas sekolah tingkat menengah pertama (SMP/MTs).Data
lebih detail penyebaran fasilitas pendidikan dapat dilihat pada Tabel
4.2.
Tabel 4.2.
Penyebaran Fasilitas Pendidikan di Kecamatan se Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015
Keberadaan Fasilitas Pendidikan SD/MI
Tidak ada Ada
SMP/MTs Tidak ada 0 24
Ada 0 141
Hal menggembirakan untuk fasilitas kesehatan di Kabupaten
Bandung Barat relatif lengkap, tercatat dari 165 desa semua telah
memiliki posyandu. Kondisi ini tentu cukup mengembirakan dimana
semua balita yang nota bene merupakan generasi penerus bangsa,
minimal mendapatkan pelayanan pantauan kesehatan khususnya
peningkatan berat badan secara teratur setiap bulan. Diharapkan
apabila terjadi pertumbuhan balita yang kurang baik akan segera
terdeteksi, karena dengan penimbangan rutin disertai pemberian
makanan tambahan untuk balita di posyandu maka akan terdeteksi
bila seorang balita tidak mengalami penambahan berat badan setiap
bulannya. Sehingga angka gizi buruk yang mungkin dialami oleh balita
khususnya di wilayah pedesaan akan dapat ditekan serendah
Pencapaian IKG Desa
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 42
mungkin, yang pada muaranya akan meningkatkan kualitas sumber
daya manusia di masa mendatang.
Disamping ketersediaan sarana kesehatan dasar, penyebaran
tenaga medis juga mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya.
Tanpa adanya ketersediaan tenaga medis yang mencukupi maka
ketersediaan fasilitas kesehatan tidak akan memberikan manfaat yang
maksimal. Keberadaan tempat praktek dokter terdapat di 60 desa
(36,36%)
Angka kematian ibu dan anak secara umum masih menjadi
kendala dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat di
Indonesia. Keberadaan tenaga medis bidan desa (BDD) sangatlah
penting dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak, di
Kabupaten Bandung Barat 95,76 % desa terdapat bidan desa dan 90,3
% terdapat praktek bidan. Ada tujuh desa yang tidak memiki bidan
desa.
Tabel 4.3.
Jumlah Desa Yang Memiliki Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015
Jenis Fasilitas/Tenaga Medis Jumlah
Desa Persentase
Puskesma/Pustu 102 61,82
Balai Pengobatan/Poloklinik 65 39,39
Praktek dokter 60 36,36
Praktek bidan 149 90,30
Poskesdes/polindes 102 61,82
Posyandu 165 100,00
Bidan Desa 158 95,76
Pencapaian IKG Desa
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 43
Keberadaan sarana kesehatan berupa puskesmas/pustu
maupun balai pengobatan/poliklinik sudah cukup memadai.
Puskesmas maupun pustu tersebar di 102 desa (61,82%), sedangkan
keberadaan balai pengobatan/poliklinik tersebar di 65 desa (39,39%).
Jumlah desa yang tidak memiliki Puskesmas/Pustu maupun Balai
pengobatan/poliklinik sebanyak 47 desa. Penyebaran
Puskesmas/pustu dan balai pengobatan/poliklinik secara lengkap
disajikan pada gambar 4.1 berikut :
Gambar 4.1
Penyebaran Puskesmas/pustu dan Balai pengobatan/Poliklinik di Desa se Kabupaten Bandung Barat
Secara umum beberapa desa tercatat memiliki fasilitas
pelayanan dasar yang sangat baik, ada 18 desa memiliki nilai
sempurna (100%), artinya semua fasilitas pendidikan dan kesehatan
dasar terdapat secara lengkap. Desa-desa yang memerlukan perhatian
adalah mempunyai skor tingkat kesulitan dalam menjangkau
pelayanan dasar tinggi, setidaknya ada lima desa yang memiliki skor
kesulitan tertinggi dalam menjangkau pelayanan dasar. Desa-desa
47
53
16
49 Tidak Ada Puskesmas/Pustu danTidak Ada BalaiPengobatan/Poliklinik
Ada Puskesmas/Pustu dan TidakAda Balai Pengobatan/Poliklinik
Tidak Ada Puskesmas/Pustu danAda Balai Pengobatan/Poliklinik
Ada Puskesmas/Pustu dan AdaBalai Pengobatan/Poliklinik
Pencapaian IKG Desa
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 44
tersebut adalah, Desa Nanggerang Kecamatan Cililin, Desa Pakuhaji
Kecamatan Ngamprah, Desa Cicadas Kecamatan Rongga, Desa
Ganjarsari Kecamatan CikalongWetan dan Desa Mekarjaya Kecamatan
Cikalong Wetan, secara lengkap disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.4.
Desa dengan Tingkat Kesulitan Tertinggi dalam Ketersediaan Pelayanan Dasar
di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015
No Kec / Desa
Skor Tingkat Kesulitan Terhadap Akses ke Pelayanan Dasar
Ind
eks P
ela
yan
an
Da
sar
TK
/RA
/BA
SD
/MI/
Sed
era
jat
SM
P/M
TS
/Sed
era
jat
SM
A/M
A/S
MK
/Sed
era
jat
Ru
mah
Sakit
Ru
mah
Sakit
Bers
alin
Pu
skesm
as
Po
liklin
ik/B
ala
i
Pen
go
bata
n
Tem
pat
Pra
kte
k D
ok
ter
Tem
pat
Pra
kte
k B
idan
Po
skesd
es A
tau
Po
lin
des
Ap
ote
k
1 Cililin /Nanggerang
0,17 0,00 0,04 0,00 0,16 0,16 0,00 0,19 0,18 0,18 0,22 0,15 29,10
2 Ngamprah /Pakuhaji
0,14 0,06 0,20 0,15 0,16 0,16 0,12 0,14 0,14 0,00 0,00 0,11 27,48
3 Rongga /Cicadas
0,17 0,00 0,04 0,18 0,12 0,12 0,00 0,14 0,14 0,13 0,13 0,11 25,88
4 Cikalong Wetan /Ganjarsari
0,07 0,00 0,12 0,15 0,16 0,16 0,15 0,14 0,18 0,00 0,00 0,15 25,70
5 Cikalong Wetan /Mekarjaya
0,10 0,04 0,12 0,15 0,16 0,16 0,12 0,14 0,14 0,00 0,00 0,15 25,54
4.1.2. Kondisi Infrastuktur
Infrastruktur selain merupakan roda penggerak pertumbuhan
ekonomi juga berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup
dan kesejahteraan manusia, antara lain dalam peningkatan nilai
konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada
Pencapaian IKG Desa
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 45
lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan
terwujudnya stabilisasi makro ekonomi.
Pada komponen infrastruktur dan geografis terdapat beberapa
hal yang cukup menarik untuk diamati diantaranya dari 165 desa yang
ada, masih terdapat 42 desa yang jenis permukaan jalan terluas bukan
aspal/beton, serta masih ada 25 desa yang pada saat tertentu
khususnya ketika turun hujan kendaraan roda empat atau lebih tidak
dapat melintasinya.
Tabel 4.5.
Jumlah dan persentase desa menurut jenis infrastruktur di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015
Jenis Infrasruktur Jumlah
Desa Persentase
Permukaan jalan terluas aspal 123 74.55
Dapat dilalui R4 sepanjang tahun 140 84.85
Dilalui Poros Jalan Utama 89 53.94
Penerangan jalan utama desa 80 48.48
Keberadaan pasar 71 43.03
Keberadaan kios sarana produksi pertanian
71 43.03
Fasilitas penerangan jalan utama desa juga mempunyai peran
yang penting dalam meningkatkan aksesibilitas wilayah, dengan
penerangan jalan utama desa yang memadai diharapkan para tingkat
keselamatan pengguna jalan khususnya dimalam hari semakin
meningkat yang pada akhirnya akan memperlancar arus lalulintas dari
dan ke desa tersebut. Hanya 48,48% atau 80 desa yang memiliki
penerangan jalan.
Pencapaian IKG Desa
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 46
Desa yang jalan utamanya sebagian besar aspal/beton dan telah
dilengkapi penerangan jalan sebanyak 64 desa, sementara desa yang
tidak memiliki kedua infrastruktur tersebut sebanyak 26 desa,
selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut :
Gambar 4.2
Keberadaan Jalan Aspal/Beton dan Penerangan Jalan Utama Desa
Keberadaan infrastruktur ekonomi pertanian tercatat sebanyak
71 desa atau sekitar 43,03 persen dari jumlah desa yang memiliki kios
sarana produksi pertanian begitupun dengan desa yang memiliki
pasar, baik itu pasar permanen maupun bukan permanen. Dengan
kondisi ini perlu ditingkatkan kembali keberadaan infrastruktur
ekonomi pertanian agar para petani yang merupakan mata
pencaharian sebagian besar masyarakat dapat menjalankan proses
produksinya dengan lancar. Dengan adanya ketersediaan bahan dan
alat produksi sudah sampai ke level desa maka perekonomian akan
64
59
16
26 Penerangan Jalan Utama dan JalanTerluas Aspal
Tidak ada Penerangan Jalan Utamadan Jalan Terluas Aspal
Penerangan Jalan Utama dan JalanTerluas Bukan Aspal
Tidak ada Penerangan Jalan Utamadan Jalan Terluas Bukan Aspal
Pencapaian IKG Desa
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 47
tumbuh lebih cepat didaerah tersebut karena proses produksi dapat
segera dilakukan.
Tabel 4.6. Keberadaan Pasar dan Kios Penjual Sarana Produksi Pertanian
di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015.
Keberadaan Ekonomi Pertanian Pasar
Tidak ada Ada
Kios Penjual Sarana Produksi
Tidak ada 55 39
Ada 39 32
Daya dukung geografis wilayah desa di Kabupaten Bandung
Barat secara umum cukup baik. Tercatat sebanyak 109 desa atau
sekitar 66,06 persen desa memiliki topografi desa sebagian besar
berupa dataran. Sisanya sebanyak 56 desa memiliki topografi
sebagian besar wilayah desa berupa lereng / puncak ataupun lembah.
Sekitar 40 persen atau 66 desa berada di wilayah dataran tinggi. Ada
sepuluh desa yang berbatasan dengan hutan sementara sisanya yaitu
155 desa atau 93,94 persen berada di luar wilayah hutan.
Tabel 4.7. Jumlah dan persentase desa menurut jenis infrastruktur
di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015
Keadaan Geografis Jumlah
Desa Persentase
Topografi daratan 109 66.06
Altitute < 769,16 (Rata-rata) 99 60.00
Di luar wilayah hutan 155 93.94
Ketiadaan Bencana Alam 83 50.30
Pencapaian IKG Desa
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 48
Masalah yang harus menjadi perhatian adalah hampir
setengahnya (49,70%) desa pernah mengalami bencana alam.
Indikasi ini perlu diwaspadai, bencana alam memang bukan
kehendak manusia tetapi bila itu terjadi perlu ada langkah-langkah
antisipasi agar ketika bencana hadir, kerugian berupa jiwa dan harta
dapat dikurangi.
Desa Cipangeran Kecamatan Saguling merupakan desa yang
memiliki tingkat kesulitan tertinggi dalam menjangkau akses terhadap
infrastruktur dari desa-desa lainnya di Kabupaten Bandung
Barat.Lima desa dengan tingkat kesulitan tertinggi terhadap akses ke
infrastruktur adalah Desa Cipangeran Kecamatan Saguling, Desa
Kidangpananjung Kecamatan Cililin, Desa Bojongsalam Kecamatan
Rongga, Desa Mekarjaya Kecamatan Cikalong Wetan, dan Desa Bojong
Mekar Kecamatan Cipeundeuy. Sebagian besar faktor yang menjadi
penyumbang terhadap sulitnya akses ke infrastruktur adalah akses ke
Pasar, Energi Listrik dan Bahan Bakar. Lebih jelas nya dapat dilihat
pada tabel 4.9 berikut :
Pencapaian IKG Desa
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 49
Tabel 4.8.
Desa dengan Tingkat KesulitanTertinggi untuk akses ke Infrastruktur di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015
No Kec / Desa
Skor Tingkat Kesulitan Terhadap Akses Ke Infrastruktur
Ind
ek
s In
fra
str
uk
tur
Ke
lom
po
k P
ert
ok
oan
Pasar
Re
sto
ran
, R
um
ah
Ma
kan
Ata
u
Wa
run
g/K
ed
ai M
ak
an
Ak
om
od
as
i H
ote
l A
tau
Pe
ng
ina
pan
Ba
nk
En
erg
i L
istr
ik
Pe
ne
ran
ga
n J
ala
n
Ba
ha
n B
ak
ar
1 Saguling /Cipangeran
0,00 0,14 0,09 0,13 0,12 0,15 0,09 0,16 17,75
2 Cililin /Kidangpananjung
0,12 0,14 0,09 0,13 0,12 0,00 0,09 0,16 17,13
3 Rongga /Bojongsalam
0,09 0,03 0,09 0,13 0,12 0,15 0,09 0,13 16,69
4 Cikalong Wetan /Mekarjaya
0,12 0,14 0,09 0,13 0,12 0,00 0,09 0,13 16,48
5 Cipeundeuy /Bojongmekar
0,03 0,08 0,07 0,13 0,12 0,15 0,09 0,13 16,14
4.1.3. Aksesibilitas/Transportasi
Akses akan sarana transportasi memegang peranan penting
dalam pertumbuhan perekonomian. Hal tersebut dikarenakan
transportasi berhubungan dengan kegiatan-kegiatan produksi,
konsumsi, dan distribusi. Pemerintah daerah perlu mengedepankan
pentingnya transportasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian.
Berbagai aktifitas terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar
memerlukan ketersediaan infrastruktur yang baik, sekarang
Pencapaian IKG Desa
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 50
transportasi berperan penting dalam mengakomodasi aktifitas sosial
dan ekonomi masyarakat. Peran lain pada tahap ini adalah sebagai
fasilitas bagi sistem produksi dan investasi sehingga memberikan
dampak positif pada kondisi ekonomi baik pada tingkat nasional
maupun daerah. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi
dapat membuka aksesibilitas sehingga meningkatkan produksi
masyarakat yang berujung pada peningkatan daya beli masyarakat.
Komponen transportasi merupakan gambaran aksesibilitas desa
ditinjau dari ketersediaan angkutan umum untuk mencapai suatu
wilayah. Semakin mudah, murah, tersedia setiap saat dan waktu
tempuh yang pendek akan menggambarkan semakin terbukanya
aksesibilitas suatu wilayah. Pada umumnya keberadaan angkutan
umum malam hari masih jarang di temui, biasanya hanya pada jalan
poros utama saja di jumpai operasional angkutan umum yang
beroperasi siang dan malam hari.
Tabel 4.11 Menggambarkan kondisi transportasi di Kabupaten
Bandung Barat pada tahun 2015. Angkutan umum trayek tetap
sebagai aspek terpenting dalam bidang transportasi hanya mencakup
59,39 persen (98 desa). Desa dengan operasi angkutan umum setiap
hari sebanyak 122 desa (73,94%), adapun operasional angkutan
tersebut tidak dapat diakses setiap saat, hanya 52 desa (31,52%) saja
yang dapat diakses siang dan malam.
Pencapaian IKG Desa
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 51
Tabel 4.9.
Gambaran Kondisi Transportasi di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015
Komponen Transportasi Jumlah
Desa Persentase
Angkutan Umum Trayek Tetap 98 59.39
Operasional Angk. Umum Setiap Hari 122 73.94
Operasional Angk. Umum Siang Dan Malam 52 31.52
Jarak Tempuh Ke Ibu Kota Kab< 29,35 Km (Rata-rata)
101 61.21
Waktu Tempuh Ke Ibu Kota Kab <1,7 Jam (Rata-rata)
71 43.03
Angk Umum Yg Biasa Digunakan Masyarakat 148 89.70
Biaya Ke Ibukota Kab <Rp 31.866,- (Rata-rata) 112 67.88
Geografis Kabupaten Bandung Barat yang sebagiannya tidak
landai (berbukit) mengakibatkan waktu tempuh yang cukup lama,
masih sebagian besar menempuh waktu ke ibu kota kabupaten diatas
1jam perjalanan. Konsekuensi dari waktu tempuh yang lama adalah
harga angkutan yang relatif tinggi.Terdapat 28 desa memiliki nilai
sempurna (100%), berarti desa-desa tersebut memiliki fasilitas
transportasi yang lengkap, jarak tempuh ke ibukota kabupaten yang
tidak lama, dan biaya yang dikeluarkan relatif terjangkau.
Bebererapa desa memiliki tingkat kesulitan tinggi dalam
aksesibilitas/ transportasi. Lima desa dengan tingkat kesulitan
tertinggi dalam aksesibiilitas/ transportasi adalah Desa Cimerang
Kecamatan Padalarang, Desa Cipangeran Kecamatan Saguling, Desa
Mekarjaya Kecamatan CIhampelas, Desa Sukamanah Kecamatan
Rongga dan Desa Cihampelas Kecamatan Cihampelas. Lebih
lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut :
Pencapaian IKG Desa
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 52
Tabel 4.10.
Desa dengan Tingkat Kesulitan Indeks Faktor Infrastruktur Tertinggi
di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015
No Kec / Desa
Skor Tingkat Kesulitan Terhadap Aksesibilitas/Transportasi
Ind
ek
s
Ak
se
sib
ilit
as
/Tra
ns
po
rta
si
La
lulin
tas
da
n K
ua
lita
s
jala
n
As
ke
sib
ilit
as
Jala
n
Ke
ters
ed
iaa
n A
ng
ku
tan
Um
um
Op
era
sio
nal A
ng
ku
tan
Um
um
La
ma
Wa
ktu
pe
r k
ilo
me
ter
me
nu
ju c
am
at
Bia
ya
Per
kilo
me
ter
me
nu
ju k
an
tor
ca
ma
t
La
ma
Wa
ktu
pe
r k
ilo
me
ter
me
nu
ju k
an
tor
bu
pa
ti/w
ali
ko
ta
Bia
ya
pe
r k
ilo
me
ter
me
nu
ju k
an
tor
bu
pa
ti/w
ali
ko
ta
1 Padalarang /Cimerang
0,00 0,00 0,13 0,26 0,09 0,15 0,07 0,14 16,77
2 Saguling /Cipangeran
0,03 0,00 0,13 0,26 0,09 0,15 0,02 0,14 16,40
3 Cihampelas /Mekarjaya
0,03 0,00 0,13 0,26 0,06 0,15 0,05 0,14 16,26
4 Rongga /Sukamanah
0,03 0,00 0,13 0,26 0,03 0,15 0,05 0,14 15,68
5 Cihampelas /Cihampelas
0,00 0,00 0,13 0,26 0,09 0,15 0,07 0,07 15,38
Faktor yang menjadi penyumbang terbesar dalam aksesibiilitas/
Transportasi dari lima desa tersebut diatas adalah operasional
angkutan umum (0,26). Hal ini disebabkan karena hanya 52 desa
(31,52%) dari 165 desa di Kabupaten Bandung Barat yang memiliki
operasional angkutan umum pada siang dan malam hari, sehingga
untuk mencapai suatu tempat atau wilayah dibutuhkan biaya tidak
sedikit.
Hal yang tidak kalah penting dalam aksesibilitas selain
transportasi adalah sarana komunikasi. Teknologi komunikasi pada
saat ini berkembang pesat, terutama dengan adanya televisi, internet,
dan telepon. Perkembangan ini menyebabkan “jarak psikologis”
Pencapaian IKG Desa
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 53
mendekatkan “jarak geografis” antar manusia. Namun di sebagian
negara sedang berkembang, masih terdapat ketimpangan informasi
dalam sistem komunikasi mereka. Ketimpangan komunikasi tersebut
dapat menimbulkan perbedaan persepsi tentang pembangunan, yang
pada akhirnya menghambat pembangunan itu sendiri.
Tabel 4.11. Kondisi Komunikasi Desa
di Kabupaten Bandung Barat
Komponen Komunikasi Jumlah
Desa Persentase
Sinyal Telepon Seluler Kuat 130 78.79
Keberadaan Akses Internet 98 59.39
Penerimaan Siaran TV Tanpa Parabola Atau
TV Kabel 153 92.73
Keberadaan Jaringan Telepon Kabel 95 57.58
Tercatat tinggal 35 desa yang belum mendapatkan sinyal telepon
seluler dengan baik, mayoritas berada desa yang memiliki topografi
berupa pegunungan. Penggunaan telepon seluler yang luas
dimasyarakat juga diikuti oleh akses internet meskipun tidak se pesat
pengguna telepon seluler. Sebagian besar desa (98 desa) telah
menikmati keberadaan akses internet dikantor kepala desa maupun
dari warung internet yang ada di wilayahnya. Disamping melalui
internet akses informasi masyarakat pedesaan juga dapat dilihat dari
penerimaan siaran televisi baik lokal, nasional maupun manca negara
tanpa menggunakan antena parabola maupun TV kabel. Tercatat
Pencapaian IKG Desa
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 54
tinggal 12 desa yang masih kurang bagus dalam penangkapan siaran
televisi tanpa bantuan antena parabola maupun TV kabel.
Keberadaan jaringan telepon kabel yang ditandai dengan adanya
rumah tangga yang berlangganan telepon kabel terdapat pada 95 desa.
Meskipun baru 57,58 persen jangkauan telepon kabel namun
manfaatnya cukup dirasakan masyarakat dalam berkomunikasi.
Meskipun beberapa tahun terakhir fungsinya tergeser oleh penggunaan
telepon seluler namun penggunaan telepon kabel dalam beberapa
waktu kedepan masih tetap eksis. Apalagi pada saat ini operator
telepon kabel sudah mengintegrasikan penggunaan jaringan telepon
kabel dengan jaringan internet yang semakin hari semakin banyak
penggunanya.
4.2. Indeks Kesulitan Geografis (IKG)
Berdasarkan hasil penghitungan indeks kesulitan geografi desa,
maka Desa Cicadas di Kecamatan Rongga tercatat sebagai desa dengan
indeks tertinggi dengan nilai 55,42. Hal ini mengindikasikan bahwa
Desa Cicadas merupakan wilayah desa yang paling sulit jangkauan
wilayah geografisnya. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya
bahwa dimensi kesulitan wilayah geografis merupakan penggabungan
komponen ketersediaan pelayanan dasar, ketersediaan infrastruktur
wilayah, geografis dan aksesibilitas/transportasi.
Pencapaian IKG Desa
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 55
Desa dengan indeks kesulitan geografis tertinggi adalah di
Kecamatan Rongga yaitu Desa Cicadas sebesar 55,42dan Desa
Bojongsalam (55,12). Sumbangan terbesar sehingga nilai IKG tinggi
adalah pada faktor pelayanan dasar. Sepuluh desa yang mempunyai
IKG tertinggi disajikan secara lengkap pada Tabel berikut :
Tabel 4.12. Desa dengan Indeks Kesulitan Geografis Tertinggi
No Kecamatan Desa
NilaiPenyusun IKG
IKG P
ela
ya
na
n D
asa
r
Ko
nd
isi
Infr
a-
str
uk
tur
Aks
esib
ili
tas
/ T
ran
sp
ort
as
i
1 Rongga Cicadas 25,88 14,68 14,86 55,42
2 Rongga Bojongsalam 23,21 16,69 15,22 55,12
3 Cililin Nanggerang 29,10 12,92 11,17 53,89
4 Cililin Kidangpananjung 24,81 17,13 11,95 53,19
5 Cikalong Wetan Mekarjaya 25,54 16,48 9,82 51,84
6 Cipongkor Sirnagalih 23,13 14,83 12,20 51,68
7 Ngamprah Sukatani 22,82 12,09 16,77 51,19
8 Saguling Cipangeran 17,05 17,75 16,39 50,17
9 Cipongkor Cibenda 20,63 14,28 14,32 49,24
10 Cipeundeuy Margaluyu 19,43 14,53 14,37 48,33
Hal yang menarik dari urutan nilai IKG, 3 sampai 4 desa yang
ada di Kecamatan Rongga, Cipongkor dan Cililin berada di dua puluh
besar dengan IKG tertinggi. Ini dapat dipahami karena selain faktor
jarak ke ibukota kabupaten faktor topografi desa-desa dikecamatan-
kecamatan tersebut berada di perbukitan/lereng.
Untuk memudahkan dalam analisis maka nilai IKG
dikelompokkan ke dalam empat kelompok dengan pembagian
Pencapaian IKG Desa
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 56
kelompok berdasarkan pada range IKG tersebut. Pengelompokan ini
digunakan untuk memudahkan dalam pengambilan keputusan
berkaitan dengan besarnya IKG yang cukup variatifantar desa,
sehingga pada range IKG tertentu akan diperlakukan sama untuk
setiap desa. Untuk batas kelompok berdasarkan metode tersebut
didapatkan pengelompokan sebagai berikut :
a. Kelompok 1 (mudah) dengan nilai : IKG ≤ 22,26
b. Kelompok 2 (cenderung mudah) dengan nilai :
22,26< IKG ≤ 32,76
c. Kelompok 3 (cenderung sulit) dengan nilai :
32,76< IKG ≤ 43,25
d. Kelompok 4 (sulit) dengan nilai : IKG > 43,25
Untuk desa-desa yang masuk kelompok 1 merupakan desa-desa
yang relatif kecil tingkat kesulitan (sangat mudah) geografisnya,
sedangkan desa-desa yang masuk kedalam kelompok 4 merupakan
desa-desa yang memiliki tingkat kesulitan geografis tertinggi (sangat
sulit). Adapun kelompok 2 dan 3 merupakan desa-desa yang memiliki
tingkat kesulitan geografis medium, cenderung sulit untuk kelompok 3
dan cenderung mudah untuk kelompok 2.
Desa-desa yang memiliki tingkat kesulitan geografis yang tinggi
atau memiliki aksesibilitas rendah sebagian besardi Kabupaten
Bandung Barat dapat dilihat pada table 4.14 berikut :
Pencapaian IKG Desa
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 57
Tabel 4.13.
Distribusi Frekuensi IKG berdasarkan Kelompok
KELOMPOK FREKUENSI PERSEN PERSEN
KUMULATIF
1 : IKG ≤ 22,26 19 11,52 11,52
2 : 22,26< IKG ≤ 32,76 74 44,85 56,36
3 : 32,76< IKG ≤ 43,25 48 29,09 85,45
4 : IKG > 43,25 24 14,54 100
Jumlah 165 100 100
Berdasarkan hasil pengolahan dan tabel distribusi frekuensi IKG
diatas, didapatkan bahwa sebesar 11,52 persen atau 19 desa berada
pada kelompok 1 atau desa dengan tingkat aksesibilitas tinggi atau
mudah. Sedangkan sebesar 44,85 persen atau sebanyak 74 desa
berada di kelompok 2 atau desa dengan tingkat aksesibilitas cenderung
mudah dan sebesar 29,09 persen atau 48 desa berada kelmpok 3.
Adapun kelompok yang perlu mendapat perhatian lebih karena tingkat
kesulitan geografis nya tinggi adalah kelompok 4 atau sebesar 14,54
persen (24 desa). Pada kelompok ini pada umumnya letak wilayah desa
berada di dataran tinggi (lereng/puncak), sekitar daerah hutan, dan
kondisi permukaan jalan terluas bukan aspal seperti sebagian wilayah
Kecamatan Rongga, Kecamatan Cipongkor, Kecamatan Cililin dan
sebagian wilayah selatan Kabupaten Bandung Barat. Beberapa desa di
bagian barat seperti Desa Mekarjaya dan Desa Cipada di Kecamatan
Cikalong Wetan, Desa Cimanggu Desa Pakuhaji, dan Desa Sukatani di
Kecamatan Ngamprah juga masuk kelompok ini. Sebagian besar
Pencapaian IKG Desa
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 58
disebabkan kurangnya ketersediaan angkutan umum, operasional
angkutan umum, serta kesulitan akses ke infrastruktur, dan
pelayanan pendidikan dan kesehatan.
Berdasarkan gambar 4.3 terlihat bahwa hampir sebagian besar
wilayah kecamatan di Kabupaten Bandung Barat memiliki tingkat
kesulitan geografis yang cenderung sulit, terutama di wilayah bagian
selatan dan bagian barat. Kecamatan-kecamatan yang memiliki tingkat
kesulitan geografis yang mudah hanya di Lembang, Parongpong dan
Padalarang.
Gambar 4.3
Peta Sebaran IKG Kabupaten Bandung Barat
Kesimpulan dan Saran
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) merupakan indeks yang
memberikan gambaran mengenai tingkat aksesibilitas dan ketersediaan
akan pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan) dan infrastruktur desa.
Berdasarkan hasil perhitungan, di Kabupaten Bandung Barat pada
tahun 2015 terdiri dari 165 desa, dengan rentang IKG berkisar antara
11,76 sampai dengan 55,42.
Desa dengan Indeks terkecil adalah Desa Lembang Kecamatan
Lembang (11,76), kemudian diikuti oleh Desa CIlilin Kecamatan Cililin
(14,60), Desa Jayagiri Kecamatan Lembang (14,68) dan Desa
Cipeundeuy Kecamatan Padalarang (14,81). Keempat desa ini dianggap
memiliki akses yang mudah dalam menjangkau pelayanan dasar,
infrastruktur dan aksesibilitas/transportasi dibandingkan dengan desa-
desa lain di Kabupaten Bandung Barat. Khususnya desa-desa di
Kecamatan Lembang yang memiliki kemudahan dalam akses ke
infrastruktur (pasar, bahan bakar,bank, dsb).
Sedangkan desa dengan indeks terbesar adalah Desa di Kecamatan
Rongga yaitu Desa Cicadas (55,42) dan Desa Bojongsalam (55,12).
Desa-desa tersebut selain tidak tersedianya angkutan umum juga
kondisi jalan masih berupa tanah, kerikil dan batu, sehingga untuk
Kesimpulan dan Saran
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 60
menjangkau sarana pendidikan, kesehatan dan perekonomian
membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Disamping itu,
letak wilayah berdasarkan topografi dataran desa-desa tersebut berada
di lereng/puncak dan di sekitar hutan, yang akan menambah jarak
tempuh dalam mencapai sarana pendidikan, kesehatan dan
perekonomian. Berikutnya desa yang memiliki indeks terbesar adalah
Desa Kidangpananjung (53,89) dan Desa Nanggerang (53,20) di
Kecamatan Cililin. Kondisinya tidak jauh berbeda dengan kedua desa di
Kecamatan Rongga diatas, persamaannya lebih kepada letak wilayah
desa yang berada di lereng/puncak dan di sekitar hutan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Kesulitan Geografis Desa di
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015, pelaksanaan program dan
kegiatan pemerintah seyogyanya diarahkan lebih kepada
pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur tersebut
diharapkan dapat mendorong kepada peningkatan kesejahteraan
masyarakat.Desa-desa dengan nilai IKG tinggi menjadi prioritas utama
pembangunan, sehingga program dan kegiatan akan lebih besar
diarahkan kepada desa-desa yang tinggi nilai IKG nya dibandingkan
dengan desa-desa yang nilai IKG nya rendah.
Dengan demikian, akan memberikan rasa keadilan kepada desa-
desa yang selama ini masih dianggap “tertinggal”. Dengan perlakuan
Kesimpulan dan Saran
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 61
yang berbeda tersebut diharapkan tidak ada ketimpangan antar desa
sehingga dapat mengoptimalkan dan mengembangkan potensi yang
dimiliki serta kesejahteraan yang dicita-citakan dapat tercapai, sesuai
dengan visi Kabupaten Bandung Barat yaitu “Mewujudkan Masyarakat
Yang Cerdas, Rasional, Maju, Agamis Dan Sehat Berbasis Pada
Pengembangan Dan Pemberdayaan Potensi Wilayah”.
Daftar Pustaka
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 62
DAFTAR PUSTAKA
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung Barat
dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat. 2014. Basis Data Pembangunan Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung Barat
dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat. 2014. Data
Makro Sosial Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung Barat dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat. 2014. Data
Makro Ekonomi Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ponorogo. Indeks
Kesulitan Geografis Desa Kabupaten Ponorogo Tahun 2014
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat. 2014. Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka Tahun 2014
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran,
Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 63
Lampiran1 IKG Kecamatan Batujajar
No Desa
Nilai Penyusun IKG
IKG IKW Pelayanan
Dasar
Kondisi
Infrastruktur
Aksesibilitas/
Transportasi
1 Batujajar Barat 5,18 4,19 7,45 16,81 83,19
2 Giriasih 7,11 6,64 8,98 22,73 77,27
3 Galanggang 9,72 6,16 8,98 24,85 75,15
4 BatujajarTimur 13,03 6,27 6,60 25,90 74,10
5 Selacau 14,96 7,19 6,86 29,00 71,00
6 Pangauban 9,53 8,24 14,07 31,84 68,16
7 Cangkorah 18,80 9,12 14,72 42,65 57,35
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 64
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Batujajar
Kabupaten Bandung Barat
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 65
Lampiran 2 IKG Kecamatan Cihampelas
No Desa
Nilai Penyusun IKG
IKG IKW Pelayanan
Dasar
Kondisi
Infrastruktur
Aksesibilitas/
Transportasi
1 Pataruman 12,06 9,55 4,33 25,93 74,07
2 Tanjungwangi 10,01 7,78 9,18 26,97 73,03
3 Cipatik 12,79 10,83 7,45 31,07 68,93
4 Citapen 12,03 10,09 8,98 31,10 68,90
5 Cihampelas 4,83 11,46 15,38 31,67 68,33
6 Singajaya 7,67 11,55 15,24 34,46 65,54
7 Mekarmukti 12,80 9,09 13,28 35,17 64,83
8 Mekarjaya 13,73 5,99 16,26 35,98 64,02
9 Tanjungjaya 14,07 11,67 11,64 37,37 62,63
10 Situwangi 20,78 12,72 12,46 45,95 54,05
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 66
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cihampelas
Kabupaten Bandung Barat
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 67
Lampiran 3 IKG Kecamatan CikalongWetan
No Desa
Nilai Penyusun IKG
IKG IKW Pelayanan
Dasar
Kondisi
Infrastruktur
Aksesibilitas/
Transportasi
1 Mandalamukti 8,94 6,61 7,30 22,85 77,15
2 Cikalong 11,38 6,25 6,67 24,30 75,70
3 Ciptagumati 13,35 4,64 6,38 24,38 75,62
4 Rende 9,86 11,74 4,81 26,41 73,59
5 Mandalasari 18,60 9,07 4,96 32,63 67,37
6 Cisomang
Barat 15,43 10,31 7,63 33,37 66,63
7 Wangunjaya 18,93 10,67 7,18 36,77 63,23
8 Tenjolaut 18,21 12,13 8,30 38,65 61,35
9 Puteran 17,85 14,07 7,92 39,84 60,16
10 Kanangasari 20,33 13,05 8,91 42,29 57,71
11 Cipada 23,65 13,05 6,84 43,53 56,47
12 Ganjarsari 25,70 13,75 6,68 46,13 53,87
13 Mekarjaya 25,54 16,48 9,82 51,84 48,16
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 68
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan CikalongWetan
Kabupaten Bandung Barat
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 69
Lampiran 4 IKG Kecamatan Cililin
No Desa
Nilai Penyusun IKG IKG
IKW
Pelayanan
Dasar
Kondisi
Infrastruktur
Aksesibilitas/
Transportasi
1 Cililin 3,47 3,68 7,45 14,60 85,40
2 Rancapanggung 8,89 4,12 5,26 18,28 81,72
3 Mukapayung 7,99 7,93 8,31 24,23 75,77
4 Bongas 11,08 6,70 6,52 24,30 75,70
5 Karangtanjung 15,63 7,19 8,21 31,03 68,97
6 Batulayang 14,32 7,69 9,52 31,52 68,48
7 Budiharja 14,52 10,22 9,07 33,82 66,18
8 Karyamukti 17,43 12,78 13,33 43,54 56,46
9 Karanganyar 23,91 12,18 10,86 46,95 53,05
10 Nanggerang 29,10 12,92 11,17 53,20 46,80
11 Kidangpananjung 24,81 17,13 11,95 53,89 46,11
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 70
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 71
Lampiran 5 IKG Kecamatan Cipatat
No Desa
Nilai Penyusun IKG IKG
IKW
Pelayanan
Dasar
Kondisi
Infrastruktur
Aksesibilitas/
Transportasi
1 Nyalindung 6,02 8,53 3,77 18,32 81,68
2 Rajamandala
Kulon 12,68 3,64 6,36 22,68 77,32
3 Mandalawangi 11,83 6,73 5,72 24,29 75,71
4 Ciptaharja 8,75 8,53 10,81 28,09 71,91
5 Cipatat 13,05 7,33 8,21 28,59 71,41
6 Gunungmasigit 14,49 8,52 6,04 29,05 70,95
7 Mandalasari 17,17 8,40 4,51 30,08 69,92
8 Kertamukti 13,06 8,63 8,42 30,11 69,89
9 Citatah 14,99 11,37 5,35 31,71 68,29
10 Sarimukti 14,98 10,02 7,65 32,66 67,34
11 Sumurbandung 17,43 12,06 7,07 36,57 63,43
12 Cirawamekar 16,45 14,67 12,10 43,21 56,79
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 72
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 73
Lampiran 6 IKG Kecamatan Cipeundeuy
No Desa
Nilai Penyusun IKG IKG
IKW
Pelayanan
Dasar
Kondisi
Infrastruktur
Aksesibilitas/
Transportasi
1 Cipeundeuy 7,65 4,55 5,91 18,11 81,89
2 Ciroyom 13,42 7,28 6,65 27,35 72,65
3 Margalaksana 13,99 7,19 8,01 29,19 70,81
4 Sirnagalih 10,79 9,98 8,73 29,50 70,50
5 Ciharashas 17,29 8,24 7,92 33,45 66,55
6 Nyenang 20,05 8,92 8,91 37,88 62,12
7 Bojongmekar 14,69 16,14 9,83 40,66 59,34
8 Jatimekar 18,68 12,77 9,24 40,69 59,31
9 Nanggeleng 19,36 13,74 8,33 41,43 58,57
10 Sukahaji 20,62 10,29 11,20 42,11 57,89
11 Sirnaraja 22,90 15,34 8,91 47,15 52,85
12 Margaluyu 19,43 14,53 14,37 48,33 51,67
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 74
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cipeundeuy
Kabupaten Bandung Barat
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 75
Lampiran 7 IKG Kecamatan Cipongkor
No Desa
Nilai Penyusun IKG
IKG IKW Pelayanan
Dasar
Kondisi
Infrastruktur
Aksesibilitas/
Transportasi
1 Citalem 12,42 6,90 4,22 23,54 76,46
2 Sarinagen 9,88 10,17 7,51 27,57 72,43
3 Baranangsiang 12,86 12,33 5,29 30,48 69,52
4 Sukamulya 19,44 10,03 3,45 32,92 67,08
5 Mekarsari 13,13 12,73 10,23 36,10 63,90
6 Cijenuk 17,13 7,91 14,03 39,07 60,93
7 Karangsari 13,90 13,69 12,20 39,79 60,21
8 Neglasari 13,69 13,69 13,61 40,99 59,01
9 Girimukti 14,51 14,43 12,20 41,15 58,85
10 Cicangkang
Hilir 21,68 10,68 11,48 43,84 56,16
11 Cijambu 18,85 13,97 11,78 44,61 55,39
12 Cintaasih 19,54 14,88 12,97 47,39 52,61
13 Cibenda 20,63 14,28 14,32 49,24 50,76
14 Sirnagalih 23,13 14,83 12,20 50,17 49,83
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 76
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 77
Lampiran 8 IKG Kecamatan Cisarua
No Desa
Nilai Penyusun IKG IKG
IKW
Pelayanan
Dasar
Kondisi
Infrastruktur
Aksesibilitas/
Transportasi
1 Jambudipa 9,07 6,50 8,98 24,55 75,45
2 Kertawangi 7,87 9,20 8,92 25,99 74,01
3 Pasirhalang 9,60 12,98 6,27 28,84 71,16
4 Tugumukti 12,79 8,24 8,16 29,18 70,82
5 Cipada 11,16 13,08 6,35 30,59 69,41
6 Padaasih 13,02 10,78 7,62 31,42 68,58
7 Sadangmekar 15,22 12,68 4,61 32,51 67,49
8 Pasirlangu 13,56 13,04 6,81 33,41 66,59
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 78
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 79
Lampiran 9 IKG Kecamatan Gununghalu
No Desa
Nilai Penyusun IKG
IKG IKW Pelayanan
Dasar
Kondisi
Infrastruktur
Aksesibilitas/
Transportasi
1 Bunijaya 5,71 10,64 5,43 21,78 78,22
2 Celak 10,20 9,58 3,90 23,68 76,32
3 Wargasaluyu 9,45 8,83 5,78 24,05 75,95
4 Gununghalu 9,28 8,39 7,90 25,57 74,43
5 Sirnajaya 10,20 7,67 8,36 26,24 73,76
6 Tamanjaya 11,58 12,78 7,51 31,87 68,13
7 Sindangjaya 16,38 13,23 7,52 37,13 62,87
8 Sukasari 14,18 15,57 7,91 37,67 62,33
9 Cilangari 16,31 12,78 8,67 37,77 62,23
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 80
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Gununghalu
Kabupaten Bandung Barat
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 81
Lampiran 10 IKG Kecamatan Lembang
No Desa
Nilai Penyusun IKG
IKG IKW Pelayanan
Dasar
Kondisi
Infrastruktur
Aksesibilitas/
Transportasi
1 Lembang 4,85 0,00 6,91 11,76 88,24
2 Jayagiri 6,07 0,55 8,06 14,68 85,32
3 Cikole 8,25 3,64 5,12 17,01 82,99
4 Cibodas 8,22 8,01 6,38 22,60 77,40
5 Langensari 11,78 4,59 6,79 23,16 76,84
6 Kayuambon 12,46 5,67 6,08 24,21 75,79
7 Gudangkahuripan 11,48 8,24 5,05 24,77 75,23
8 Sukajaya 9,67 8,09 7,17 24,94 75,06
9 Cibogo 16,14 4,17 5,95 26,26 73,74
10 Cikahuripan 15,38 7,54 8,01 30,93 69,07
11 Pagerwangi 9,95 6,41 14,81 31,17 68,83
12 Suntenjaya 15,72 10,59 5,06 31,37 68,63
13 Wangunharja 12,24 12,37 8,42 33,03 66,97
14 Wangunsari 14,55 10,73 9,68 34,97 65,03
15 Cikidang 15,68 11,32 9,95 36,95 63,05
16 Mekarwangi 16,40 7,40 13,35 37,15 62,85
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 82
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung Barat
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 83
Lampiran 11 IKG Kecamatan Ngamprah
No Desa
Nilai Penyusun IKG
IKG IKW Pelayanan
Dasar
Kondisi
Infrastruktur
Aksesibilitas/
Transportasi
1 Cimareme 4,86 8,02 7,62 20,50 79,50
2 Tanimulya 6,65 6,39 10,27 23,32 76,68
3 Cilame 11,50 8,13 6,98 26,61 73,39
4 Gadobangkong 15,65 6,72 6,45 28,82 71,18
5 Mekarsari 12,09 8,04 10,28 30,41 69,59
6 Ngamprah 17,10 9,49 4,44 31,03 68,97
7 Margajaya 15,42 10,28 7,04 32,74 67,26
8 Bojongkoneng 20,76 13,03 7,04 40,82 59,18
9 Cimanggu 20,76 11,57 10,99 43,32 56,68
10 Pakuhaji 27,48 11,59 8,28 47,35 52,65
11 Sukatani 22,82 12,09 16,77 51,68 48,32
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 84
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Ngamprah
Kabupaten Bandung Barat
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 85
Lampiran 12 IKG Kecamatan Padalarang
No Desa
Nilai Penyusun IKG
IKG IKW Pelayanan
Dasar
Kondisi
Infrastruktur
Aksesibilitas/
Transportasi
1 Cipeundeuy 3,41 3,01 8,39 14,81 85,19
2 Kertamulya 8,36 2,68 7,62 18,66 81,34
3 Padalarang 6,68 5,13 8,98 20,78 79,22
4 Laksanamekar 8,82 6,27 7,04 22,13 77,87
5 Ciburuy 6,31 8,89 7,93 23,13 76,87
6 Kertajaya 7,41 3,63 13,30 24,34 75,66
7 Tagogapu 9,24 8,79 7,04 25,07 74,93
8 Jayamekar 9,59 7,48 8,21 25,28 74,72
9 Cempakamekar 16,30 10,92 6,27 33,49 66,51
10 Cimerang 9,88 7,48 16,77 34,13 65,87
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 86
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Padalarang
Kabupaten Bandung Barat
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 87
Lampiran 13 IKG Kecamatan Parongpong
No Desa
Nilai Penyusun IKG
IKG IKW Pelayanan
Dasar
Kondisi
Infrastruktur
Aksesibilitas/
Transportasi
1 Cihanjuang Rahayu
5,61 8,69 7,66 21,96 78,04
2 Ciwaruga 12,17 5,13 4,85 22,14 77,86
3 Cihideung 12,67 1,99 8,21 22,88 77,12
4 Sariwangi 10,75 5,63 7,42 23,80 76,20
5 Cihanjuang 12,12 6,78 6,63 25,53 74,47
6 CigugurGirang 13,33 9,23 7,70 30,25 69,75
7 Karyawangi 13,33 9,23 7,70 30,25 69,75
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 88
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 89
Lampiran 14 IKG Kecamatan Rongga
No Desa
Nilai Penyusun IKG
IKG IKW Pelayanan
Dasar
Kondisi
Infrastruktur
Aksesibilitas/
Transportasi
1 Bojong 9,66 7,28 11,22 28,16 71,84
2 Cibedug 9,69 9,38 14,48 33,54 66,46
3 Cibitung 17,13 12,43 5,24 34,80 65,20
4 Cinengah 15,48 10,38 14,57 40,44 59,56
5 Sukaresmi 21,10 15,47 5,94 42,50 57,50
6 Sukamanah 20,16 12,06 15,68 47,89 52,11
7 Bojongsalam 23,21 16,69 15,22 55,12 44,88
8 Cicadas 25,88 14,68 14,86 55,42 44,58
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 90
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Rongga
Kabupaten Bandung Barat
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 91
Lampiran 15 IKG Kecamatan Saguling
No Desa
Nilai Penyusun IKG
IKG IKW Pelayanan
Dasar
Kondisi
Infrastruktur
Aksesibilitas/
Transportasi
1 Saguling 10,20 6,54 4,76 21,51 78,49
2 Cikande 11,86 14,47 6,29 32,62 67,38
3 Girimukti 14,56 12,06 9,40 36,02 63,98
4 Jati 15,08 12,37 9,53 36,99 63,01
5 Bojonghaleuang 19,87 11,97 7,83 39,67 60,33
6 Cipangeran 17,05 17,75 16,40 51,20 48,80
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 92
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Saguling
Kabupaten Bandung Barat
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 93
Lampiran 16 IKG Kecamatan Sindangkerta
No Desa
Nilai Penyusun IKG
IKG IKW Pelayanan
Dasar
Kondisi
Infrastruktur
Aksesibilitas/
Transportasi
1 Cintakarya 9,47 6,06 5,84 21,37 78,63
2 Cicangkang
Girang 8,09 6,54 6,79 21,42 78,58
3 Sindangkerta 10,04 8,57 5,84 24,46 75,54
4 Puncaksari 14,96 8,24 7,83 31,03 68,97
5 Wangunsari 9,70 10,17 14,76 34,64 65,36
6 Cikadu 11,40 11,82 13,15 36,37 63,63
7 Pasirpogor 10,20 11,59 14,96 36,75 63,25
8 Buninagara 10,20 11,59 14,96 37,86 62,14
9 RancaSenggang 10,20 11,59 14,96 41,39 58,61
10 Mekarwangi 10,20 11,59 14,96 45,57 54,43
11 Weninggalih 10,20 11,59 14,96 46,28 53,72
Lampiran IKG per Kecamatan
Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 94
Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Sindangkerta
Kabupaten Bandung Barat
Top Related