IMPLEMENTASI PROGRAM KOTAKU
(Studi tentang Pengembangan Wilayah dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Destinasi Wisata Kampung Biru “Arema”)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Administrasi Negara (S-1)
Oleh
MOCHAMAD ALDYTH WANASANTHA
NIM 21601091116
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA
MALANG
2019
xi
RINGKASAN
Mochamad Aldyth Wanasantha, 2020, Implementasi Program KOTAKU (Studi
Tentang Pengembangan Wilayah dan Pemberdayaan Masyarakat Pada Destinasi
Wisata Kampung Biru “Arema”), Program Studi Ilmu Administrasi Negara,
Universitas Islam Malang, Pembimbing Pertama: Bapak Dr. H. Slamet Muchsin,
M.Si, Kedua: Bapak Drs. Agus Zainal A, M.Si, 211 halaman + xx
Latar belakang penelitian ini berdasarkan pada revitalisasi yang
dilaksanakan berdasarkan Program KOTAKU yang ada di Kampung Biru
“Arema”, Kelurahan Kidul Dalem, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Program
Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) merupakan salah satu program pemerintah yang
dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui
Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk mengurangi dan menanggulangi kawasan
kumuh yang ada di Indonesia melalui gerakan “100-0-100”. Dalam
pengimplementasiaannya, Program KOTAKU diharapkan mampu menumbuhkan
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan segala lapisan pendukung
program ini dan memberikan pelayanan yang maksimal sehingga masyarakat
antusias untuk ikut serta dalam menjalankan program ini. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan, menganalisis dan mengidentifikasi bagaimana
pengimplementasian Program KOTAKU, dampak-dampak yang ditimbulkan,
serta faktor-faktor pendukung dan penghambat yang muncul dalam
pelaksanaannya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian
Deskriptif-Kualitatif. Untuk lokasi penelitian, peneliti mengambil lokasi di
Kampung Biru “Arema” yang terletak di Kelurahan Kidul Dalem, Kecamatan
Klojen, Kota Malang. Sumber Data untuk penelitian ini yaitu Data Primer dan
Data Sekunder dimana data primer terdiri dari informan di lapangan dan untuk
data sekunder dari dokumentasi berupa foto maupun video dan juga dokumen-
dokumen pendukung lainnya. Teknik Penguimpulan Data yang digunakan adalah
dengan wawancara, obeservasi dan juga dokumentasi. Untuk Teknik Analisis
Data yang digunakan adalah dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan menggunakan metode Miles dan Huberman.
Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa Program KOTAKU yang telah diimplementasikan di Kampung Biru
“Arema” telah sukses yang dapat dilihat dari berbagai macam dampak yang
ditimbulkan dari adanya pengembangan wilayah berupa pembangunan
infrastruktur seperti jalan dan drainase, pembangunan MCK, dan juga pengecatan
rumah-rumah warga. Pemberdayaan Masyarakat melalui pelatihan yang diberikan
oleh Pemerintah Kota Malang dan juga adanya keberlanjutan kerja sama antara
masyarakat dengan pihak pendukung.
Kata kunci: Implementasi Program KOTAKU, pemberdayaan masyarakat,
pengembangan wilayah, Kampung Biru “Arema”
xii
SUMMARY
Mochamad Aldyth Wanasantha, 2020, Implementation of the KOTAKU
Program (Study of Regional Development and Community Empowerment in the
"Arema" Village Tourism Destination), State Administration Studies Program,
Islamic University of Malang, First Counselor: Mr. Dr. H. Slamet Muchsin, M.Si,
Second Counselor: Mr. Drs. Agus Zainal A, M.Si, 211 pages + xx
The background of this research is based on the revitalization carried out
under the KOTAKU Program in Kampung Biru "Arema", Kidul Dalem Village,
Klojen District, Malang City. The City without Slums Program (KOTAKU) is one
of the government programs issued by the Ministry of Public Works and Public
Housing through the Directorate General of Human Settlements to reduce and
deal with slums in Indonesia through the "100-0-100" movement. In its
implementation, the KOTAKU Program is expected to be able to foster public
trust in the government and all layers of the program's supporters and provide
maximum services so that the community is enthusiastic to participate in running
this program. This study aims to describe, analyze and identify how the
implementation of the KOTAKU Program, the impacts it has, and the supporting
and inhibiting factors that emerge in its implementation.
In this study, researchers used a descriptive-qualitative research approach.
For the research location, the researchers took the location in Kampung Biru
"Arema" located in Kelurahan Kidul Dalem, Klojen District, Malang City. Data
Sources for this study are Primary Data and Secondary Data where primary data
consists of informants in the field and for secondary data from documentation in
the form of photos and videos and also other supporting documents. Data
Collection Techniques used are interviews, observation and also documentation.
Data Analysis Techniques used are data collection, data reduction, data
presentation and conclusion drawing using the Miles and Huberman method.
From the results of the research that the author has done, it can be
concluded that the KOTAKU program that has been implemented in Kampung
Biru "Arema" has been successful which can be seen from the various impacts
arising from the development of the area in the form of infrastructure
development such as roads and drainage, MCK development, and also painting
people's houses. Community Empowerment through training provided by the City
Government of Malang and also the continued cooperation between the
community and supporters.
Keywords: Implementation of the KOTAKU Program, community empowerment,
regional development, Kampung Biru "Arema"
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan merupakan seluruh usaha yang dilakukan oleh negara
untuk tumbuh, berkembang, dan berubah secara sadar dan terencana dalam
semua segi kehidupan dan penghidupan negara bangsa yang bersangkutan
dalam rangka pencapaian tujuan akhir (Siagian, 2014:5). Pembangunan
merupakan salah satu wujud dari kemauan dan kemampuan suatu negara
untuk dapat lebih berkembang kearah yang lebih baik.
Begitu juga dengan apa yang diinginkan oleh Bangsa Indonesia untuk
dapat melakukan pembangunan dalam rangka mewujudkan kehidupan
masyarakat yang sederajat dan sejajar dengan bangsa lain yang lebih maju
hingga dapat tercpainya tujuan akhir yang diharapkan. Adanya pelaksanaan
pembangunan nasional oleh Bangsa Indonesia yang pada hakekatnya
merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang
meliputi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan
tugas mewujudkan tujuan nasional.
Melihat hal tersebut pemerintah bekerja keras untuk melaksanakan
pembangunan nasional. Pembangunan nasional ini bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial,
maupun kesehatan. Pembangunan perlu diarahkan untuk merubah
kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Perencanaan dan implementasi
2
pembangunan seharusnya berisi usaha untuk memberdayakan mereka
sehingga mereka mempunyai akses pada sumber-sumber ekonomi. Usaha
memberdayakan masyarakat desa serta perang melawan kemiskinan dan
kesenjangan di daerah pedesaan masih harus menjadi agenda penting dalam
kegiatan pembangunan.
Pemerintah menetapkan penanganan perumahan dan pemukiman
kumuh sebagai target nasional yang dituangkan dalam Peraturan Presiden
Nomor 2 Tahuns 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2019. Dalam RPJMN 2015-2019 disebutkan
bahwa salah satu sasaran pembagunan kawasan pemukiman adalah
tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 (nol) Ha
melalui penanganan kawasan pemukiman kumuh seluas 35.291 Ha. Salah
satu upaya yang dilakukan untuk menanggulangi kemiskinan serta
meningkatkan kehidupan sosial masyarakat dari segi ekonomi maupun
sosial,pemerintah menggunakan media pendidikan sosial melalui program
Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) sebagai program lanjutan PNPM Mandiri
Perkotaan. PNPM Mandiri Perkotasan, memiliki tujuan dan sasaran yaitu,
terbangunnya lembaga di tingkat masyarakat yang berbasis nilai universal
kemanusiaan yang berorientasi pada pembangunan berkelanjutan.
Kemudian meningkatnya akses bagi masyarakat miskin perkotaan terhadap
pelayanan sosial, prasarana, hingga pendanaan untuk pengembangan usaha
atau permodalan. Selain itu juga, dapat mendorong Pemerintah Daerah atau
3
Pemerintah Kota agar semakin mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
miskin.
Sementara itu Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) memiliki
tujuan, diantaranya, menurunnya luas kawasan permukiman kumuh.
Kemudian terbentuknya Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan
Permukiman (Pokja PKP) ditingkat Kabupaten/Kota dalam penanganan
kumuh yang berfungsi dengan baik. Tersusunnya rencana penanganan
kumuh tingkat Kota/Kabupaten dan tingkat masyarakat yang terlembagakan
melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Meningkatnya penghasilan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
melalui penyediaan infrastruktur dan kegiatan peningkatan penghidupan
masyarakat guna mendukung pencegahan dan peningkatan kualitas
kawasan permukiman kumuh. Serta terlaksananya aturan bersama sebagai
upaya perubahan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat dan
pencegahan kumuh
Setiap pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap pihak guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak akan berjalan dengan lancar
tanpa adanya faktor-faktor pendorong dalam prosesnya. Salah satu faktor
pendukung agar pembangunan suatu negara dapat terlaksana adalah dengan
adanya Revitalisasi. Revitalisasi adalah sebuah upaya untuk memvitalkan
kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup,
akan tetapi mengalami kemunduran/degradasi (Robinson Tarigan, 2012).
4
Revitalisasi tidak hanya berfokus kepada penyelesaian keindahan
fisik saja, namun butuh dilengkapi dengan peningkatan ekonomi
masyarakat dan pengenalan budaya yang telah ada. Untuk melaksanakan
revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan masyarakat
yang dimaksud bukan hanya sekedar ikut serta mendukung dalm aspek
formalitas namun dalam arti luas yakni ikut serta membangun secara
berkesinambungan agar suatu tempat tersebut dapat terus ada tanpa
mengalami degradasi kembali.
Dalam implementasi kehidupan nyata, kedua hal tersebut dapat
ditemui di sebuah perkampungan yang menjadi tujuan utama Pemerintah
Kota Malang dalam mempercantik Kota Malang yakni di Kelurahan
Kiduldalem, Kecamatan Klojen, Kota Malang atau yang saat ini lebih
dikenal dengan Kampung Biru “Arema”, dimana dalam kurun waktu dua
tahun belakangan ini, Pemerintah Kota Malang terus berupaya membenahi
kampung-kampung kumuh yang ada di kota Malang untuk memperindah
rupa Kota Malang serta meningkatkan tingkat ekonomi warga.
Kampung Biru Arema berawal dari banyaknya wisatawan yang
datang ke Malang menanyakan mengenai Arema. Dari situ kemudian ia
menggandeng salah satu perusahaan cat PT. Inti Daya Guna Aneka Warna
(Indana Paint) melalui program Corporate Social Responsibility (CSR)
untuk menjadikan kampung yang berada di Embong Brantas kelurahan
Kidul Dalem sebagai kampung Biru Arema, selain untuk merevitalisasi
kampung kumuh di kota Malang, kehadiran kampung Biru Arema juga
5
sebagai simbol dukungan masyarakat Malang kepada tim kesayangan
Arema.
Alasan mengapa Pemerintah Kota Malang memilih Kampung
Embong Brantas ini cukup beragam, diantara beberapa alasan tersebut salah
satunya adalah lokasi Kampung Embong Brantas ini berada dibawah jalur
utama yang dilalui oleh mobilitas yang cukup tinggi di Kota Malang,
sedangkan pada saat itu, kampung ini merupakan salah satu kampung
kumuh yang dimiliki Kota Malang. Sehingga dinilai sangat mengganggu
pemandangan masyarakat yang melalui jalan poros Kota Malang tersebut.
Selain itu, kondisi kampung ini juga terbilang cukup parah untuk
sekelas Kawasan kumuh yang ada di Kota Malang, hal tersebut dapat
dibuktikan melalui observasi yang penulis lakukan Ketika berkunjung ke
lokasi penelitian penulis yang berada di Kelurahan Kidul Dalem,
Kecamatan Klojen, Kota Malang ini. Pada saat observasi tanggal 1
Desember 2019, penulis sedikit mewawancarai Ketua Kampung Biru
“Arema”, Irmawan Yutanto. Beliau banyak menceritakan bagaimana
kondisi kampung ini Ketika sebelum adanya Program KOTAKU yang
dilaksanakan oleh Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota
Malang.
Dari hasil observasi penulis, diperoleh data yang cukup mengejutkan
mengenai kondisi kampung ini sebelum adanya Program KOTAKU di Kota
Malang. Dimulai dari Kondisi Lingkungan yang sangat kurang memadahai
bagi kebutuhan masyarakat setempat, seperti banyaknya tumpukan sampah
6
yang ada disepanjang jalan perkampungan, kurangnya tumbuh-tumbuhan
untuk menyediakan udara segar, serta seringnya terjadi banjir ketika hujan
deras dikarenakan banyak tumpukan sampah yang ada di pinggir sungai
Brantas tersebut.
Selain menjabarkan tentang kondisi lingkungan yang kurang
memadahi, Irmawan Yutanto juga menjabarkan bagaimana buruknya sarana
prasarana yang ada di kampung ini, seperti banyaknya jalan yang sudah
hancur karena hujan deras yang selalu mengguyur Kota Malang, kurangnya
sistem pengolahan air limbah (MCK) sehingga air limbah yang dihasilkan
kampung ini langsung mengalir begitu saja menuju sungai yang berada di
belakang kampung ini, serta kondisi rumah-rumah warga yang dipenuhi
oleh lumut karena banyaknya genangan air yang muncul di jalanan yang
berlubang karena curah hujan yang cukup tinggi.
Selanjutnya, ada juga penjabaran dari beliau mengenai kondisi
ekonomi masyarakat setempat yang dimana kondisi perekonomian
masyarakat di Kampung Embong Brantas ini cenderung berada dibawah
rata-rata masyarakat kebanyakan. Dimana penghasilan yang diperoleh
masyarakat setempat berasal dari pekerjaan serabutan atau musiman, jika
ada pekerjaan mereka berangkat untuk bekerjan, nammun jika tidak ada
pekerjaan mereka juga berdiam diri dirumah.
Selain bertanya kepada Ketua Kampung Biru “Arema”, penulis juga
sedikit bertanya-tanya kepada salah satu warga setempat yang bernama
Yayuk pada tanggal 1 Desember 2019, beliau mengaku telah tinggal di
7
Kampung Embong Brantas ini selama 25 tahun, beliau juga mengaku bahwa
sebelum adanya Program KOTAKU, kampung ini merupakan sebuah
Kawasan tempat tinggal yang beliau rasa sangat tidak layak untuk dijadikan
tempat tinggal bagi masyarakat, mengingat kondisinya yang terbilang
sangat kumuh dan tidak terawat.
Bahkan, beliau tak segan-segan menggambarkan kampung ini seperti
tempat pembuangan akhir dikarenakan saat beliau berjalan disekitaran
kampung ini, beliau mengaku melihat banyak sekali sampah yang
berceceran disepanjang jalanan perkampungan. Belum lagi, jalanan
kampung yang masih terbuat dari semen dan saebagian lagi terbuat dari
tanah, membuat kondisi ini teramat sangat parah. Beliau juga mengaku
sering kewalahan ketika musim hujan datang, karena susahnya akses keluar
masuk perkampungan yang diakibatkan oleh tergenangnya jalanan
kampung oleh air hujan dan seringkali genangan air tersebut juga membawa
banyak sampah yang berceceran di sepanjang jalan kampung.
Sesuai dengan penjelasan dari beberapa sumber yang diperoleh, maka
tak heran apabila Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat mengeluarkan sebuah Program yang diberi nama
Program KOTAKU. Pada dasarnya, Program KOTAKU adalah sebuah
program kolaborasi yang dilakukan melalui kerja sama beberapa pihak
seperti pemerintah, swasta dan juga masayarakat setempat guna mengurangi
luas Kawasan kumuh yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia ini.
8
Dalam mengurangi Kawasan kumuh yang tersebar di seluruh
Indonesia, melalui Program KOTAKU pula pemerintah akan membenahi
beberapa aspek yang dinilai sangat mempengaruhi Kawasan kumuh
tersebut, seperti yang tertuang dalam Surat Edaran Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 40/SE/DC/2016 disebutkan berikut
adalah aspek-aspek yang akan dibenahi oleh pemerintah melalui Program
KOTAKU :
1. Jalan Lingkungan;
2. Drainase Lingkungan;
3. Penyediaan Air Bersih/Minum;
4. Pengelolaan Persampahan;
5. Pengelolaan Air Limbah;
6. Pengamanan Kebakaran; dan
7. Ruang Terbuka Publik
Selain memperbaiki sarana-prasarana pada kawasan kumuh, Program
KOTAKU juga memiliki tujuan untuk meningkatkan taraf ekonomi
masyarakat setempat melalui beberapa macam program yang dirancang
oleh pemerintah kota/kabupaten setempat agar masyarakat dapat memiliki
keterampilan dalam menjalankan wirausaha di wilayahnya masing-masing.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti mengambil judul
Implementasi Program Kotaku (Studi Tentang Pengembangan
Wilayah Dan Pemberdayaan Masyarakat Pada Destinasi Wisata
Kampung Biru “Arema”). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa,
9
mengidentifikasi dan mendeskripsikan bagaimana perubahan kampung dulu
dan sekarang yang diberikan oleh Pemerintah Kota Malang melalui
Program KOTAKU yang berbasis revitalisasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, adapun rumusan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana Implementasi Program Kotaku di Kota Malang melalui
Kampung Biru “Arema” Kecamatan Klojen ?
2. Sejauh mana dampak Program Kotaku di Kampung Biru “Arema”
melalui Revitalisasi ?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat Program Kotaku di
Kampung Biru “Arema” melalui Revitalisasi ?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan antara
lain :
1. Untuk mengidentifikasi, menganalisa dan mendeskripsikan
tentang bagaimana Implementasi Program Kotaku di Kota
Malang melalui Revitalisasi.
2. Untuk mengidentifikasi, menganalisa dan mendeskripsikan
sejauh mana dampak Program Kotaku di Kampung Biru
“Arema” melalui Revitalisasi.
10
3. Untuk mengidentifikasi, menganalisa dan mendeskripsikan
tentang faktor pendukung dan penghambat Program Kotaku di
Kampung Biru “Arema” melalui Revitalisasi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, baik
secara teoritis maupun praktis terhadap permasalahan. Adapun manfaat
penelitian yang ingin dicapai antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Fakultas Ilmu Administrasi yaitu dengan adanya
penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan dan
wawasan dalam hal pengimplementasian kebijakan yang
berbasis Revitalisasi.
b. Bagi Jurusan Ilmu Administrasi Publik bisa dijadikan baha
referensi lanjutan bagi peneliti lain yang akan mengkaji
secara mendalam mengenai peran Pemerintah Kota dalam
mengimplementasikan kebijakan.
c. Bagi penulis yaitu untuk menambah pengetahuan lebih
dalam terkait peran Pemerintah Kota dalam
pengimplementasian kebijakan.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi Pemerintah Kota atau Instansi, diharapkan dengan
adanya penelitian ini bisa memberikan kontribusi dalam
11
menangani masalah dalam pengimplementasian kebijakan
yang berbasis Revitalisasi.
2. Bagi Masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat
menyalurkan aspirasi masyarakat di Kampung Biru “Arema”
dalam mengembangkan daerahnya pasca Revitalisasi.
200
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan fokus penelitian yang telah ditentukan dan
berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
1. Implementasi Program Kotaku di Kampung Biru “Arema”.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis dapatkan
mengenai implementasi Program Kotaku di Kampung Biru “Arema”
ini, dapat diperoleh informasi bahwa saat DISPERKIM akan
mengimplementasikan program ini, DISPERKIM harus melalui sebuah
tahap perencanaan, dalam tahap ini DISPERKIM melakukan beberapa
macam hal dimulai dari melakukan rapat koordinasi dengan pihak-pihak
terkait untuk dilakukan kerja sama. Selanjutnya DISPERKIM dan
pihak-pihak terkait melakukan peninjauan ulang di lokasi agar dapat
menentukan apa-apa saja yang akan dibutuhkan guna membangun
kawasan tersebut. Hingga pada akhirnya dapat ditarik 3 keputusan
terkait sarana-prasarana yang akan diperbaiki di kampung ini
diantaranya adalah 1. Kondisi Jalanan Lingkungan; 2. Penambahan
dan/atau perbaikan MCK; dan 3. Penambahan dan/atau Perbaikan
Sistem Drainase.
201
Setelah semua yang diperlukan oleh DIPSERKIM telah
terlengkapi, selanjutnya dalam tahap pengimplementasian,
DISEPRKIM memulai dengan sosialisasi kepada masyarakat tentang
Program Kotaku yang nantinya akan menyambangi kampung ini dan
akan merubah kampung ini menjadi kampung yang bebas kumuh.
Dalam sosialisasi yang diadakan oleh DIPSERKIM dan pihak-pihak
terkait, terdapat sebuah fakta yang cukup mengejutkan, dimana ketika
sosialisasi belum selesai, masyarakat secara serentak menyuarakan
usulannya supaya kampung ini dirubah menjadi kampung wisata yang
bertema Arema dan nantinya kampung ini dapat disebut Kampung Biru
“Arema” . setelah semua pihak menyetujui hal tersebut, DISPERKIM
dengan cepat melakukan pembangunan di Kampung “Embong Brantas”
ini pada tanggal 20 Agustus 2017. Dimulai dengan melakukan
pembenahan jalanan kampung yang pada akhirnya DISPERKIM sukses
membenahi jalan kampung sepanjang 1.294 M, yang terdiri dari
kombinasi paving blok dan beton.
Selanjutnya DISPERKIM sukses memberikan tambahan MCK
kepada kampung ini dengan total 14 Unit MCK baru yang nantinya
dapat digunakan untuk memfasilitasi masyarakat setempat maupun
wisatawan. Dan yang terakhir, DISPERKIM juga tak ketinggalan untuk
melakukan perbaikan dan/atau penambahan drainase di kampung ini
dengan total drainase yang telah diperbaiki sepanjang 98 M dengan
202
kombinasi drainase tertutup dan drainase terbuka. Hingga pada akhirnya
pembangunan kampung ini selesai pada tanggal 6 Februari 2018.
2. Dampak yang Ditimbulkan dari program Kotaku di Kampung Biru
“Arema”
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis peroleh tentang
dampak yang ditimbulkan dari Program Kotaku di Kampung Biru
“Arema” adalah sebagai berikut :
a. Dampak pada Aspek Fisik/Lingkungan, dalam hal ini
Kampung Biru ”Arema” yang kondisi fisik dan
lingkungannya telah memperoleh perombakan besar-
besaran oleh DISPERKIM hingga menjadi indah, rapi dan
juga nyaman untuk dikunjungi, telah memberikan dampak
yang cukup berkesan, karena kampung ini telah
memenangkan berbagai macam penghargaan dalam kategori
pariwisata dan lingkungan hingga dapat dikenal oleh
masyarakat luas, diantaranya adalah penghargaan Kampung
Pratama pada tahun 2019, lalu penghargaan Proklim Jatim
pada tahun 2019, serta menjadi juara Video Blogging (Vlog)
Vlog Raka-Riki Jatim 2019 dalam kategori promosi
pariwisata.
b. Dampak pada Aspek Ekonomi, adalah meningkatnya taraf
ekonomi masyarakat yang ditandai dengan banyaknya
warung-warung makan yang dibuka oleh masyarakat
203
setempat untuk memfasilitasi wisatawan dan juga banyak
masyarakat yang memiliki usaha souvenir yang bertema
Arema serta saat ini Kampung Biru “Arema” juga telah
memiliki tambahan pemasukan kas kampung melalui tiket
masuk yang dibayarkan oleh wisatawan.
c. Dampak pada Aspek Sosial dan Budaya, adalah mulai
meningkatnya kerja sama antar masyarakat dan perangkat
desa setempat yang ditandai dengan adanya kerja bakti yang
diadakan rutin setiap hari minggu untuk menjaga kondisi
lingkungan kampung supaya tetap prima, selain itu dalam
aspek budaya, kini Kampung Biru “Arema: telah
menandatangani kerja sama dengan IFI untuk dilakukan
pertukaran budaya antara Kota Malang dengan Perancis.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Kotaku di Kampung
Biru “Arema”
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai faktor
pendukung dan penghambat Program Kotaku di Kampung Biru
“Arema”, dapat diperoleh informasi sebagai berikut :
a. Faktor Pendukung Program Kotaku di Kampung Biru
“Arema” adalah adanya dukungan dari beberapa pihak
terkait yang ditandai dengan adanya kerja sama dengan
PT. Indana Paint untuk memberikan bantuan cat ketika
Kampung Biru “Arema” membutuhkan, serta adanya
204
pelatihan-pelatihan kewirausahaan yang diberikan oleh
Pemerintah Kota Malang kepada masyarakat setempat.
Selain itu adanya dukungan sumber daya manusia yang
cukup besar yang ditandai dengan adanya antusiasme
masyarakat yang tinggi dalam menyambut Program
Kotaku yang ditunjukkan ketika sosialisasi program dan
juga ditunjukkan dengan semangat masyarakat dalam
membantu menyelesaikan pembangunan kawasan
Kampung Biru “Arema” ini.
b. Faktor Penghambat Program Kotaku di Kampung Biru
“Arema” adalah mulai berkurangnya dukungan sumber
daya manusia yang ditandai dengan berkurangnya
antusiasme sebagian masyarakat setempat untuk
merawat dan menjaga kondisi kampung pasca
pembangunan selain itu berkurangnya kerja sama yang
baik antara beberapa pihak juga mulai muncul, hal
tersebut ditandai dengan adanya kerumitan yang
dirasakan oleh pihak Kampung Biru “Arema” beberapa
waktu belakangan ini ketika hendak mengurus bantuan
cat hasil kerja sama dengan PT. Indana Paint.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis temukan di lapangan,
maka penulis bermaksud memberikan saran yang mudah-mudahan dapat
205
bermanfaat bagi peneliti selanjutnya dan bagi lembaga terkait, yaitu
sebagaimana berikut :
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengkaji lebih banyak
sumber maupun referensi yang terkait dengan Program Kotaku agar
hasil penelitian selanjutnya dapat lebih baik dan lebih lengkap lagi.
2. Bagi Masyarakat Kampung Biru “Arema”
Hendaknya untuk selalu menjaga dan merawat hasil revitalisasi
yang diberikan melalui Program Kotaku.
3. Bagi Pemerintah Kota Malang
Hendaknya untuk selalu memantau perkembangan masyarakat
Kampung Biru “Arema” dan konsisten untuk memberikan pelatihan
kepada masyarakat.
206
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Harsono, 2008, Pembiayaan pendidikan,Yogyakarta: Surayajaya Press.
Huraerah, Abu. 2008. Pengorganisasian & Pengembangan Masyarakat. Bandung:
Humaniora.
Jayadinata T. Johara. 1999, “Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Desa,
Perkotaan dan Wilayah”. ITB, Bandung
Moleong, Lexy J. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya
Nazir, Moh. 2014. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nugroho, Iwan dan Rokhmin Dahuri, 2004. Pembangunan Wilayah (Perspektif
Ekonomi, Sosial dan Lingkungan). LP3ES, Jakarta.
Rosmedi dan Riza Risyanti. 2006. Pemberdayaan Masyarakat, Sumedang:
Alqaprit Jatinegoro.
Poerwoko, Soebianto, dan Totok Mardikanto. 2006. Pemberdayaan Masyarakat,
Sumedang:Alqaprit Jatinegoro.
Siagian, Sondang P. 2014. Administrasi Pembangunan. Jakarta: Haji Masagung.
Subarsono, AG. 2011. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta: PT.
Raja Grafindo
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial Dan Pekerja Sosial,
Bandung: PT. Ravika Adimatama
Suhendra, K. 2006. Peranan Birokrasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat.
Bandung: Alfabeta
Suharsono. 2010. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. UNY Press: Yogyakarta.
Sunggono, Bambang. 1994, Hukum dan Kebijaksanaan Publik, Jakarta:PT.
Karya Unipress
Tarigan, Robinson. 2012. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi
Aksara
207
Winarno, Budi, 2008. Apakah Kebijaksanaan Publik? dalam Teori dan Proses
Kebijakan Publik, Media Pressindo: Yogyakarta.
Sumber Penelitian
Yosi Alfiyan, Mohamad, 2019, Peranan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)
Dalam Meningkatkan Pembangunan Desa (Studi di Desa Balongmojo,
Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto), Skripsi, Universitas Islam
Malang: Malang
Zuhrya, Almas, 2017, Peranan Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) Sebagai
Media Pendidikan Sosial Untuk Meningkatkan Keberdayaan Ekonomi
(Studi Kasus Pada Masyarakat Marginal di Desa Putih Kecamatan
Gampengrejo Kabupaten Kediri), Skripsi, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim; Malang
Sumber e-book
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman.
Surat Edaran Nomor: 40/SE/DC/2016, (Jakarta : Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2016)
Pedoman Umum Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU), (Jakarta : Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
2016)
Sumber Internet
https://malangkota.go.id/ (diakses pada tanggal 24 November 2019)
https://pn-malang.go.id/tentang-pengadilan/wilayah-yuridiksi/ (diakses pada
tanggal 24 November 2019)
http://dispendukcapil.malangkota.go.id (diakses pada tanggal 24 November 2019)
https://kelkiduldalem.malangkota.go.id/ (diakses pada tanggal 25 November 2019)
https://malangkota.bps.go.id (diakes pada tanggal 24 November 2019)
Top Related