IMPLEMENTASI METODE MENDONGENG
KAK AWAM PRAKOSO DALAM MENYAMPAIKAN
PESAN MORAL PADA ANAK USIA DINI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Nila Nurmawahda
NIM : 11150184000020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019 M/ 1440
IMPLEMENTASI METODE MENDONGENG KAK AWAM PRAKOSO DALAM MENYAMPAIKAN PESAN MORAL PADA ANAK USIA DINI
Oleh
Nila Nurmawahda
NIM. 11150184000020
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana penerapan
metode mendongeng kak Awam dalam menyampaikan pesan moral pada Anak
Usia Dini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif. Subjek penelitian ini adalah 9 orang. Analisis data yang dilakukan
menggunakan analisis Miles Huberman dengan langkah-langkah yang dimulai
dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi atau
kesimpulan. Hasil analisis data menunjukan bahwa kak Awam Prakoso
mendongeng dalam menyampaikan pesan moral berdasarkan teori
mendongeng, mulai dari strategi, teknik dan langkah-langkah dasar
mendongeng dalam menyampaikan pesan moral yang kak Awam kuasai
sehingga hasil analisis data dapat membenarkan dan meyakinkan bahwa kak
Awam pernah memecahkan rekor menyampaikan pesan moral melalui
mendongeng selama 8 jam nonstop dari Museum Rekor Dunia Indonesia
(MURI).
Metode menyampaikan pesan moral melalui mendongeng kak Awam,
semakin bertambah jumlah kampung dongeng dengan jumlah sampai saat ini
sampai saat ini berjumlah 150 titik di 25 propinsi di Indonesia, semakin
meyakinkan banyak orang yang ingin berlatih mendongeng dengan
pembelajaran strategi mendongeng kak Awam dalam menyampaikan pesan
moral. Berdasarkan beberapa teori kak Awam hampir sempurna menyerupai
teori tersebut hanya saja masih ada perbedaan seperti kak Awam memiliki
perbedaan dengan teori atau dengan pendongeng lainnya yaitu kak Awam
menyampaikan pesan moral melalui mendongeng pada setiap adegan.
Kata kunci : Metode Mendongeng, Pesan Moral
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi Robbil Aalamiin, selalu menjadi sebuah ungkapan
terindah pada sang Maha Indah, tak ada ungkapan indah selain rasa syukur
yang mendalam kepada Allah Subhanahu WaTa’ala, sang Maha pemilik segala
sesuatu, pemberi nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Implementasi Metode Mendongeng
Kak Awam Prakoso dalam Menyampaikan Pesan Moral Pada Anak Usia
Dini”, sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Allahumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad, shalawat beriring
salam selalu tercurah kepada instpirator kehidupan junjungan mulia Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sang revolusioner,sang pecerah
umat yang bisa menolong kita dengan syafaat-Nya.
Tantangan dan hambatan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini
yang telah menjadikan tombak dalam diri untuk menyelesaikan penulisan ini,
namun berkat ridho Allah serta kesungguhan hati, kerja keras, dorongan dan
doa dari berbagai pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan
penulis sangat terbatas, namun dengan adanya bimbingan dan arahan serta
motivasi dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan
skrispi ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, kepada semua yang
tercinta dan tersayang:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang tak pernah putus memberikan doa dan
dukungan kepada penulis baik secara kasih sayang, moril maupun materil
sampai saat ini
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
3. Siti Khadijah, M. A Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini
ii
4. Miratul hayati, M. Pd Sekretaris Jurusan Pendidikan Islam Anak Dini
5. Miratul hayati, M. Pd dan Mas Roro Diah Wahyu Lestari, M. Pd Dosen
Pembimbing yang selalu meluangkan waktunya, membimbing dan
mengajarkan kepada penulis dengan sabar
6. Miratul hayati, M. Pd Dosen pembimbing serta motivator terbaik di dunia
perkuliahan
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini yang
telah mendidik dan memberikan ilmu yang berguna dalam kehidupan
8. Mochammad Awam Prakoso dan Bunda Ana yang telah membantu selama
proses pengumpulan data
9. Teruntuk sahabat terbaik yang selalu membantu dan menyemangati selama
proses penulisan Anis Fathia, Safitri, Ana Nursyifa, Meylinda Azizah,
Vera, Lita, Agustina, Tya
10. Teruntuk Sahabat PIAUD 2015 yang telah berjuang bersama untuk visi
yang berbeda dengan tujuan yang sama menjadi orang yang bermanfaat
serta telah mewarnai dunia perkuliahan bukan hanya untuk belajar
11. Teruntuk sahabat syurga Esa M, Akmalia, Rini Eka, Megawati dan
Nurulia yang telah menjadi penegor terbaik semua hal kebaikan dan alarm
terbaik untuk menjadikan hidup menjadi lebih hidup
Semoga setiap doa, dukungan serta bantuan yang tak bisa terbalas
dengan apapun, semoga Allah Subhanahu Wa’Ta’ala menjadikan kunci segala
kemudahan setiap urusan, Aamiin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
dinanti untuk evaluasi penulisan menjadi lebih baik. Aamiin Yaa Rabbal
‘Alamiin.
Jakarta, 7 Agustus 2019
Penulis
Nila Nurmawahda
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii
DAFTAR BAGAN .................................................................................................... ix
DAFTAR VIDEO ..................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah.......................................................................................... 7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................................... 7
D. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 8
E. Manfaat Hasil Penelitian................................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI ......................................................................................... 10
A. Kajian Teori .................................................................................................... 10 1. Metode Mendongeng pada Anak Usia Dini ............................................ 10
a. Metode Pendidikan Anak Usia Dini ................................................ 10
b. Macam Metode Pembelajaran Anak Usia Dini ................................ 11
c. Metode Mendongeng bagi Anak Usia Dini ..................................... 12
d. Mendongeng dalam Pandangan Psikolog ........................................ 15
e. Jenis-jenis Cerita Anak .................................................................... 17
f. Strategi Mendongeng untuk Anak Usia Dini ................................... 19
g. Cara menjadi Guru Mendongeng ..................................................... 20
h. Teknik Mendongeng Untuk Anak .................................................... 22
i. Langkah Dasar Bercerita Bagi Guru ................................................ 27
iv
j. Manfaat Mendongeng ...................................................................... 30
k. Kendala dalam Mendongeng............................................................ 35
2. Metode Mendongeng Dalam Menyampaikan Pesan Moral .................... 36
a. Hakikat Pesan Moral ........................................................................ 36
b. Tahapan Perkembangan Moral menurut Teori ................................ 37
c. Metode Mempelajari Perilaku Moral ............................................... 42
d. Dongeng dan Perekembangan Moral ............................................... 43
B. Penelitian Yang Relevan ................................................................................ 46
C. Kerangka Teoritik .......................................................................................... 48
D. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 49
BAB III METODELOGI PENELITIAN ................................................................ 51
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 51
1. Tempat Penelitian .................................................................................... 51
2. Waktu Penelitian ..................................................................................... 51
B. Metode Penelitian ........................................................................................... 52
C. Teknik Pemilihan Informan ........................................................................... 52
D. Instrumen dan Teknik pengumpulan Data ..................................................... 53
1. Observasi ................................................................................................. 53
2. Wawancara .............................................................................................. 54
3. Dokumentasi............................................................................................ 55
E. Analisis Data .................................................................................................. 56
F. Pengujian Keabsahan Data ............................................................................. 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 61
A. Deskripsi Data ................................................................................................ 61
1. Karakteristik Penelitian ........................................................................... 61
a. Karekteristik Objek Penelitian ......................................................... 61
b. Karekteristik Lokasi Penelitian ........................................................ 64
c. Karakteristik Subjek Penelitian ........................................................ 65
2. Strategi Mendongeng Ka Awam ............................................................. 67
v
a. Memilih dongeng sesuai kriteria usia anak serta mengemas cerita
dengan lucu. ..................................................................................... 67
b. Mendongeng dengan menarik dengan merubah intonasi suara,
untuk membedakan tokoh dalam cerita ........................................... 71
c. Etika Bahasa Mendongeng ............................................................... 75
3. Teknik Mendongeng untuk Anak ............................................................ 80
a. Tempat Bercerita .............................................................................. 80
b. Penguasaan terhadap Siswa yang Tidak Fokus ................................ 83
c. Waktu dalam Mendongeng ............................................................. 86
4. Langkah Dasar dalam Mendongeng ........................................................ 89
a. Tahap Kak Awam Membuka Dongeng.............................................. 89
b. Tahap Kak Awam Menutup Dongeng ............................................... 93
5. Pesan Moral dalam Mendongeng ............................................................. 96
a. Dokumentasi ...................................................................................... 101
B. Analisis Data .................................................................................................. 108
1. Strategi Mendongeng Kak Awam ............................................................ 109
2. Teknik Mendongeng untuk Anak Kak Awam ......................................... 110
3. Langkah Dasar Mendongeng ................................................................... 114
C. Temuan Penelitian ......................................................................................... 124
D. Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 130
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 131
A. Kesimpulan .................................................................................................... 131
B. Implikasi ........................................................................................................ 134
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 136
LAMPIRAN ............................................................................................................. 139
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Kisi-kisi Instrumen Observasi................................................................ 52
Tabel 3.2 : Kisi-kisi Instrumen Wawancara ............................................................. 53
Tabel 4.1 : Kode Subjek Penelitian .......................................................................... 65
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 : Komponen dan Analisis Data............................................................ 56
Gambar 4.1 : CD 1, P1, KP ..................................................................................... 66
Gambar 4.2 : CD 2, P1, KP ..................................................................................... 66
Gambar 4.3 : CD 3, P2, RC ..................................................................................... 68
Gambar 4.4 : CD 4, P2, RC ..................................................................................... 68
Gambar 4.5 : CD 5, P2, RC ..................................................................................... 68
Gambar 4.6 : CD 6, P3, WF .................................................................................... 70
Gambar 4.7 : CD 7, P3, WF .................................................................................... 70
Gambar 4.8 : CD 8, P3, WF .................................................................................... 70
Gambar 4.9 : CD 9, P1, KP ..................................................................................... 80
Gambar 4.10 : CD 10, P1, KP ................................................................................... 80
Gambar 4.11 : CD 11, P2, RC ................................................................................... 81
Gambar 4.12 : CD 12, P2, RC ................................................................................... 81
Gambar 4.13 : CD 13, P3, WF .................................................................................. 82
Gambar 4.14 : CD 14, P3, WF .................................................................................. 82
Gambar 4.15 : CD 15, P1, KP ................................................................................... 86
Gambar 4.16 : CD 16, P1, KP ................................................................................... 86
Gambar 4.17 : CD 17, P3, WF .................................................................................. 89
Gambar 4.18 : CD 18, P3, WF .................................................................................. 89
Gambar 4.19 : CD 19, P3, WF .................................................................................. 93
Gambar 4.20 : CD 20, P3, WF .................................................................................. 93
Gambar 4.21 : CD 21, P3, WF .................................................................................. 97
Gambar 4.22 : CD 22, P3, WF .................................................................................. 97
Gambar 4.23 : KP 1 ................................................................................................... 102
Gambar 4.24 : KP 2 ................................................................................................... 102
Gambar 4.25 : KP 3 ................................................................................................... 102
Gambar 4.26 : KA 2 .................................................................................................. 102
Gambar 4.27 : KA 1 .................................................................................................. 103
Gambar 4.28 : RC 2 .................................................................................................. 103
viii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 : Kerangka Berpikir................................................................................... 40
ix
DAFTAR VIDEO
Video 4.1 : CV 1, P1, KP ....................................................................................... 72
Video 4.2 : CV 2, P2, RC ....................................................................................... 73
Video 4.3 : CV 3, P3, WF ...................................................................................... 73
Video 4.4 : CV 4, P4, KP ....................................................................................... 79
Video 4.5 : CV 5, P1, KP ....................................................................................... 85
Video 4.6 : CV 6, P3, WF ...................................................................................... 91
Video 4.7 : CV 7, P2, RC ....................................................................................... 92
Video 4.8 : CV 8, P3, WF ...................................................................................... 94
Video 4.9 : CV 9, P1, KP ....................................................................................... 99
Video 4.10 : CV 10, P3, WF .................................................................................... 101
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pelaksanaan program pendidikan perlu dilaksanakan secara
terus menerus, mulai dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah, sampai pendidikan perguruan tinggi. Setiap tingkatan
jenjang pendidikan memiliki tujuan masing-masing, sehingga
diperlukan bimbingan dalam jenjang pendidikan disesuaikan dengan
usia peserta didik.1 Pendidikan formal paling dasar adalah sekolah
dasar (SD) tetapi dalam keseharian kita mengenal pendidikan dasar
bukan lagi sekolah dasar, sekarang mulai berdiri pendidikan untuk
anak usia dini mulai dari tempat penitipan anak (Day Care),
Kelompok Bermain (KB), taman bermain (TK), Raudhatul Athfal
(RA) dan lembaga lainnya yang memiliki sasaran anak usia dini.
Pendidikan anak usia dini belum termasuk pendidikan formal dan
lebih dikenal sebagai pendidikan prasekolah yang setara dengan
pendidikan formal.
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidikan
Nasional Bab 1 Pasal 1 butir 14 menyatakan bahwa PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini) merupakan pembinaan yang ditunjukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan
melalui rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
belajar dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.2 PAUD menjadi
pendidikan yang fundamental karena usia dini menjadi masa yang
tepat untuk diberikan stimulus sehingga sangat mudah untuk
mengembangkan aspek perkembangan anak dan pada masa usia dini,
anak memiliki istilah yaitu masa keemasan
1 Soetjipro, Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, PT Rineka Cipta, Jakarta 2009, h. 94. 2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 146 Tahun
2014, h. 13.
1
2
Masa keemasan menjadi istilah untuk anak usia dini, pada
masa emas itu anak sangat mudah diberikan stimulus untuk
mengembangkan semua aspek perkembangan anak. Periode ini
berlangsung hanya sekali pada setiap individu di usia 1-6 tahun itu,
sehingga pada masa emas ini anak memerlukan stimulus yang tepat
agar berkembang dengan baik sesuai usia anak. Menurut ahli
neurologi, ketika anak lahir otak bayi mengandung 100 sampai 200
milyar neuron atau sel syaraf yang siap melakukan sambungan antar
sel. Kecerdasan akan terus terjadi sampai mencapai titik kulminasi
100% ketika berusia 8-18 tahun, meskipun usia anak baru 3 tahun
tetapi stimulus yang diberikan berdasarkan kasih sayang maka 10
triliyun sel otak akan merangsang pada anak, akan tetapi sebaliknya
jika stimulus yang diberikan tidak tepat atau pengasuhan pada anak
tidak baik, maka sel otak yang telah dibuat akan musnah, bahkan satu
bentakan yang diterima oleh anak akan memusnahkan 1 miliar sel
otak dan tindakan kekerasan akan memusnakan 10 miliar sel otak
yang telah dibentuk.3 Memberikan stimulus yang tepat tidak cukup
hanya di rumah tetapi sekolah juga menjadi lingkungan pendukung
untuk memberikan stimulus pada masa keemasan anak.
Orang tua menjadi pemberi stimulus di rumah sedangkan
guru menjadi peran penting di sekolah untuk memberikan stimulus,
meskipun anak lebih lama diasuh oleh orang tua, tetapi guru juga
sangat dibutuhkan untuk memberikan stimulus pada anak sehingga
guru memberikan stimulus melalui berbagai metode yang sesuai
dengan usia anak.
Wawasan luas dan penguasaan metode yang menarik serta
tepat untuk diberikan kepada anak menjadi tugas terpenting seorang
guru lebih khusus guru PAUD, karena hakikatnya anak usia dini
bersifat eksploratif, berjiwa petualang kaya dengan fantasi, mudah
3Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 146 Tahun 2014, Loc cit.
3
frustasi dan memiliki daya perhatian yang pendek, sehingga anak usia
dini tidak bisa duduk diam mendengarkan guru dan mengikuti
perintah guru seperti peserta didik kelas menengah atas, oleh sebab itu
guru perlu memiliki strategi pembelajaran yang menarik untuk anak,
guru menjadi sebab dan anak menjadi akibat dalam proses
pembelajaran.
Metode yang menarik dan tepat sesuai dengan gaya belajar
anak maka anak akan mudah untuk memahami apa yang diberikan,
dilihat dan dikatakan oleh guru, begitupun sebaliknya jika metode
guru yang kurang menarik maka anakpun akan bosan bahkan sampai
meninggalkan guru. Metode pembelajaran yang menarik untuk anak
usia dini menjadi tugas guru di sekolah yang bertujuan agar
pembelajaran tercapai sesuai keinginan guru.4 Penggunaan metode
yang tepat yang sesuai dengan karakter anak serta usia anak akan
menjadikan perkembangan anak menjadi optimal dan perilaku anak
tumbuh menjadi pribadi yang positif begitupun sebaliknya. Oleh
karena itu guru PAUD perlu memiliki beberapa metode yang
menarik.
Sekolah akan menjadi lingkungan pendukung, guru berusaha
memberikan pembelajaran dengan metode yang terbaik untuk
mengembangkan semua aspek perkembangan anak, mendapati anak
yang diserahkan orang tua sepenuhnya pada guru untuk dikembangan
menjadi tugas terberat bagi guru karena guru harus memiliki metode
yang menarik dan juga cocok untuk anak karena mereka memiliki
gaya belajar yang berbeda-beda. Metode yang menarik serta tepat
untuk diberikan kepada anak menjadi tugas terpenting seorang guru
PAUD, mulai dari metode bermain, bernyanyi, dan berbagai metode
lainnya.
4 Risaldy sabil, Bermain Bercerita dan Menyanyi Bagi Anak Usia Dini, ( Jakarta timur, luxim 2014)., h. 17
4
Mendongeng menjadi salah satu metode menarik yang
digunakan guru dalam pembelajaran karena sangat sederhana, mudah
dan maknanya sangat luas, dongeng tidak sebatas memberikan
hiburan kepada anak baik segi cerita atau penyampaian cerita, tetapi
setiap dongeng yang disampaikan baik fiksi ataupun non fiksi pasti
memuat nilai moral untuk pendengar.5 Sehingga dongeng sangat
cocok dilakukan secara rutin untuk anak-anak.
Mendongeng menjadi metode tarbiyah dengan menarik akan
lebih berkesan dan menjadikan pendengar akan mudah memahami
pesan moral dalam dongeng tersebut, dibandingkan nasehat murni
yang tersampaikan, sehingga sebagian besar dongeng yang
disampaikan ketika kecil masih teringat karena pesan yang terkandung
dalam cerita sangat berkesan, selain itu melalui dongeng anak merasa
tidak digurui, anak usia dini belum masanya untuk duduk lama
mendengarkan guru berbicara tanpa ekspresi dan hanya
menyampaikan pembelajaran pada hari itu.6 Melalui mendongeng
tanpa sadar guru menasehati peserta didik agar menjadi anak yang
mampu membedakan sikap moral yang baik dan tidak, sehingga
mendongeng menjadi salah satu metode yang cocok untuk
menyampaikan pesan moral.
Target utama dalam mendongeng yaitu menghibur serta
memudahkan guru dalam menyampaikan pesan moral, karena
biasanya buku cerita berisikan pesan moral yang dikemas menjadi
sebuah cerita, agar anak ketika mendengar atau membaca memiliki
kepekaan tinggi terhadap karakter setiap tokoh. Metode mendongeng
menjadi metode yang sering digunakan untuk menyampaikan pesan
moral, karena melalui dongeng yang disampaikan dengan menarik
5 Abdul Latif Muhammad, Mendongeng Mudah dan Menyenangkan , (Jakarta, PT LUXIMA, 2014), h. 3.
6 Wuntat We.eS. S. Ag dan Team Kreatif SPA (Silaturohim Pencinta Anak, Mendidik anak-anak dengan memanfaatkan metode BCM (bermain, cerita dan bernyanyi). Pustaka Syahida, Jogja, h. 21.
5
menjadikan anak mudah berimajinasi dan peka terhadap tokoh dalam
dongeng tersebut.
Menurut Widiantoro mendongeng juga membantu anak
dalam peningkatan kepekaan anak dari apa yang dilihat dan
didengar,7 apakah tokoh yang diceritakan baik atau buruk, keadaan
yang dialami tokoh sedih atau menyenangkan dan lainnya. Jika anak
mulai memiliki kepekaan terhadap sesuatu, maka di saat mendongeng
anak mulai memahami perilaku moral yang harus diikuti dan
ditinggalkan, sehingga anak bisa mempertimbangkan sebelum
melakukan suatu tindakan, agar selalu dalam ranah kebaikaan.
Mendongeng menjadi cara mudah dalam menyampaikan pesan moral,
agar anak memahami pesan moral yang tersampaikan. Melalui
mendongeng anak tidak sadar bahwa kegiatan mendegarkan dongeng
tersebut anak sedang diberi nasehat agar menjadi anak yang bersikap
moral yang lebih baik.
Mendongeng menjadi metode yang sangat berhubungan
dengan Penyampaian pesan moral yang menarik dan sangat disukai
oleh anak-anak terutama anak usia dini sehingga menjadikan anak
usia dini mudah memahami pesan moral yang disampaikan, karena
mereka seperti terhipnotis dengan penyampaian cerita yang menarik
dan interaktif menjadikan anak didik tanpa sadar bahwa ia sedang
diberi nasehat dan tidak ada paksaan untuk melakukan sesuatu oleh
orang dewasa,
Metode mendongeng juga menjadikan seseorang menjadi
public figure serta menjadikan mendongeng sebagai profesi, seperti
Awam Prakoso pendiri kampung dongeng, Bimo pendiri Asosiasi
Pencerita Muslim Indonesia, Wuntat seorang pencerita aktivis
silaturahim pencinta anak dari Yogyakarta, Lulu dengan boneka lucu
inna nya, dan masih banyak lagi public figure pendongeng lainnya.
7 Meity H. Idris, Meningkatkan Kecerdasan Anak Usia Dini melalui Mendongeng, (Jakarta Timur, PTuxima metro media, 2014), h. 150.
6
Mochammad Awam Prakoso yang akrab dipanggil dengan Kak
Awam, salah satu pendongeng digemari oleh anak-anak baik kalangan
muslim dan non muslim atau anak-anak hingga dewasa, karena
penyampaian pesan moral yang menarik baik dari ragam suara, media
dan penggunaan perlengkapan teknisi miliki pribadi seperti sound
sehingga menjadikan anak-anak seperti terhipnotis dengan suasana
dongeng Kak Awam, menjadikan anak mudah mengingat pesan moral
yang disampaikan, Kak Awam juga menjadi ahli dalam mendongeng
baik dalam sosial media atau mendongeng di sebuah lembaga, selain
itu untuk membuktikan Kak awam ahli dalam mendongeng, bahwa
Kak Awam juga memiliki wadah untuk siapapun yang ingin berlatih
mendongeng yaitu kampung dongeng. Saat ini Kak Awam menjadi
pendidiri dan koordinator kampung dongeng yang sampai saat ini
memiliki 28 kampung dongeng sebagai wadah guru atau orang
dewasa yang ingin berlatih mendongeng dengan menarik agar pesan
moral tersampaikan dan mudah dipahami oleh anak, kak Awam
memiliki target 1.000 kampung dongeng di Indonesia, Kak Awam
juga mengungkapkan tentang tujuan mendirikan kampung dongeng
yaitu melestarikan budaya mendongeng agar para guru dan orang tua
tidak perlu menasihati dengan marah-marah terlebih pada anak usia
dini.
Tahun 2013 Kak Awam menerima penghargaan sebagai
tokoh muda pemerhati anak dalam menyampaikan pesan moral
melalui mendongeng oleh Seto Mulyadi. Hasil wawancara dengan
Kak Awam pada tanggal 12 November 2018, bahwa menurut Kak
Awam mendongeng adalah bercerita tetapi bercerita belum tentu
mendongeng, karena mendongeng merupakan hasil rekayasa yang
dikemas dengan menarik serta menghibur tetapi tetap memiliki tujuan
yaitu menyampaikan pesan moral, beberapa dongeng yang terunggah
di youtube Kak Awam mampu menjadikan anak-anak yang
7
melihatnya merasa terhibur dan pesan moral pun tersampaikan,
terlihat dari subscribe yang mencapai 3,217 ribu.
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis sebutkan,
maka penulis tertarik menyusun skripsi yang berjudul. “Implementasi
Metode Mendongeng Mochammad Awam Prakoso dalam
menyampaikan pesan moral pada Anak Usia Dini”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasikan menjadi sebuah masalah, yaitu:
1. Penguasaan strategi mendongeng guru dalam menyampaikan pesan
moral
2. Penyampaian dongeng yang kurang menarik
3. Kurangnya wawasan luas guru terhadap metode mendongeng yang
menarik
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Penulisan ini agar tetap terarah dan tidak menimbulkan kerancuan
yang dikarenakan luasnya pembahasan juga keterbatasan
penelitian, kemampuan dan pengetahuan. Untuk itu peneliti
bermaksud membatasi masalah sebagai berikut:
a. Penelitian di lakukan untuk melihat bagaimana strategi
berdasarkan pembawaan dongeng, pemilihan dongeng intonasi
suara dan etika bahasa kak Awam mendongeng dalam
menyampaikan pesan moral pada AUD
b. Teknik Kak Awam mendongeng dalam menyampaikan pesan
moral berdasarkan, tempat, waktu dan penanganan anak saat
mendongeng.
c. Langkah dasar dalam mendongeng yaitu tahap pembuka dan
penutup dongeng.
8
d. Penyampaian pesan moral Kak Awam dalam mendongeng.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, sehingga di jadikan sebuah
rumusan masalah, yaitu:
a. Bagaimana implementasi metode mendongeng kak Awam
Prakoso dalam menyampaikan pesan moral
D. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan pasti memiliki tujuan tertentu yang harus
dicapai peneliti. Adapun tujuan penelitian adalah “mengetahui
bagaimana implementasi metode mendongeng pada anak usia dini
oleh Mochammad Awam Parkoso dalam menyampaikan pesan moral”
E. Manfaat Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan sebagai berikut:
• Manfaat teoritis
Sebagai wawasan luas dalam menyampaikan pesan moral
melalui metode mendongeng, sehingga apa yang disampaikan
akan mudah dipahami dan mampu mengkondisikan anak.
1. Manfaat Praktisi
a.) Sebagai rujukan dan pedoman bagi guru cara
menyampaikan pesan moral melalui metode mendongeng
b.) Sebagai bahan pemikiran untuk mempertimbangkan
metode yang tepat untuk menyampaikan pesan moral
c.) Memberikan ide dan gambaran kepada guru bagaimana
menyampaikan pesan moral melalui mendongeng oleh
Kak Awam yaitu pendongeng yang pernah menerima
penghargaan tokoh muda pemerhati anak dalam
menyampaikan pesan moral melalui mendongeng oleh
9
Seto Mulyadi serta koordinator kampung dongeng di
seluruh Indonesia sebagai wadah pembelajaran
mendongeng dalam menyampaikan pesan moral.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Metode Mendongeng pada Anak Usia Dini
a. Metode Pendidikan Anak Usia Dini Metode menurut Sanjaya merupakan upaya
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.1
Keinginan pencapaian tujuan yang optimal membutuhkan metode
yang tepat dalam kegiatan belajar sehingga dalam kegiatan belajar
mengajar menggunakan beberapa metode. Setiap pendidik dalam
proses belajar mengajar tidak hanya mempersiapkan apa yang akan
diajarkan tetapi juga perlu mempersiapkan metode apa yang akan
digunakan sebagai jalan proses penyampaian materi, setiap anak
memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, tak hanya itu dalam
hadist pun dijelaskan bahwa ajarkan anakmu sesuai dengan
zamannya, sehingga guru perlu menguasai metode tidak hanya satu
karena metode memiliki beberapa jenis.
Menurut Faturrohman bahwa metode merupakan suatu
cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan menetapkan pada sasaran yang akan dituju yaitu
mengembangkan kemampuan anak. Kegiatan belajar mengajar
guru sangat memerlukan metode yang bervariasi sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai.2
1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan, (Jakarta, Prenadamedia)., h. 126
2 Pupuh Fathurrohman, Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Aditama ) h. 15.
10
11
Sehingga dalam penggunaan metode guru harus
menguasai metode yang bervariasi agar peserta didik tidak merasa
jenuh, tak hanya itu dalam penggunaan metode guru juga perlu
memperhatikan usia dan kemampuan peserta didik, agar metode
yang diberikan sesuai dengan usia dan perkembangannya.
b. Macam Metode Pembelajaran Anak Usia Dini Suatu lembaga menjadi wadah dunia pendidikan, setiap
lembaga memiliki metode yang berbeda tetapi dengan tujuan yang
sama untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan
peserta didik, salah satu nya pendidikan anak usia dini, pendidikan
anak usia dini akan menjadi pendidikan awal sebelum anak masuk
ke jenjang pendidikan formal, guru PAUD perlu memiliki macam
metode untuk membekali anak usia dini, adapun macam metode
menurut Risaldy3, yaitu:
1.) Metode Pembelajaran Bermain
Kegiatan bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan,
tidak ada paksaan, timbul dari dalam dirinya sehingga kegiatan
bermain membantu anak dalam meningkatkan potensi
kecerdasan anak karena berman menjadi pekerjaan anak.
2.) Metode Pembelajaran Bercerita
Kegiatan bercerita atau mendongeng merupakan warisan
budaya yang sudah lama kita kenal, metode bercerita atau
mendongeng sering digunakan oleh guru bahkan oleh orang
tua sebagai pengantar tidur, metode mendongeng membantu
guru dan orang tua dalam menyampaikan nilai agama dan
pesan moral melalui sebuah kisah yang diceritakan.
3 Sabil Risaldy, Bermain, Bercerita dan Menyanyi Bagi Anak Usia Dini, ( Jakarta Timur, luxima 2014), Cet. 2, h. 31.
12
3.) Metode Pembelajaran Bernyanyi
Kegiatan menyanyi menjadi salah satu metode yang digemari
pendidikan anak usia dini, metode menyanyi untuk anak perlu
lagu yang menanamkan lagu yang menanamkan nilai-nilai
moral bagi anak agar terbentuknya pribadi anak agar yang
berakhlak. Menurut Kamtini, bernyanyi merupakan sarana
pengungkapan pikiran dan perasaan, sebab kegiatan bernyanyi
penting bagi pendidikan anak-anak selain itu juga menjadi
kegiatan menyenangkan yang memberi kepuasan kepada anak-
anak.4
Berbagai macam metode yang diberikan guru dalam
pendidikan anak usia dini mulai dari metode klasik sampai
modern, penyampain materi dengan metode yang tepat akan
menciptakan suasana pembelajaaran yang mengasyikan dan
lingkup pembelajaranpun akan aktif interaksi antara peserta
didik dan pendidik, salah satu metode dalam pendidikan anak
usia dini yang mengasyikan adalah metode bercerita, metode
bercerita sering dikemas menjadi mendongeng yang
mengasyikan sehingga anak merasa terhibur.
c. Metode Mendongeng bagi Anak Usia DIni
Mendongeng atau bercerita menjadi salah satu metode
dalam kegiatan belajar mengajar, tetapi mendongeng dikemas
dengan menarik agar anak terhibur, menurut Latif mendongeng
menjadi metode yang sangat mudah dilakukan oleh siapapun dan
kegiatan yang sangat sederhana, mudah serta memiliki maknanya
sangat luas bagi pendengar dan yang menyampaikan.5
Mendongeng menjadi metode yang mudah digunakan oleh guru
4 Ibid., h. 90. 5 Muhammad Abdul Latif, Mendongeng Mudah dan menyenangkan, (Jakarta; PT Luxima
Metro Media 2014), h. 3.
13
serta orang tua untuk memberikan makna kehidupan tanpa
menggurui anak dan anak merasakan lebih dekat karena posisi
pendongeng dengan pendengar sangat dekat.
Menurut Kurniawan dongeng menjadi dunia dalam kata.
kehidupan yang dituliskan dengan kata-kata, dunia yang berisi
cerita yang menakjubkan mengenai dunia binatang, kerajaan,
benda-benda, bahkan roh-roh dan raksasa.6 Metode mendongeng
dapat mengemas cerita fiktif dan nyata dan disampaikan dengan
menarik agar peserta didik merasa terhibur dengan cerita yang
disampaikan serta memudahkan guru dalam menyampaikan
pesan moral.
Dari penggalan Al-Quran surat yusuf ayat tiga yang
artinya “ Kami ceritakan kepadamu kisah yang paling baik
dengan mewahyukan Al-Quran ini kepadamu,” menurut Wuntat
dan Team Kreatif SPA, cerita adalah metode tarbiyah yang paling
tepat dan efektif digunakan dalam mengajar menjadi manusia
bermoral baik tanpa merasa digurui.7 Sehingga dapat kita ambil
pelajaran dari ayat tersebut bahwa Allah menyebut Al-Quran
dengan kumpulan cerita yang paling baik’. Dalam mengajak
manusia kedalam keimanan dan ketaatan kepada robb nya, Allah
pun menggunakan metode yang menyentuh hati nurani, yaitu
cerita atau kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Quran.
Menurut Latif bahwa mendongeng dalam bahasa arab
qashah (kisah) adalah suatu seni dalam menyampaikan ilmu,
pesan, nasehat kepada orang lain baik anak-anak atau orang
dewasa dengan bahan terkadang disisipkan khayalan yang
6 Heru Kurniawan, Keajaiban Mendongeng, (Jakarta, PT Bhuana Ilmu Populer 2013), h. 71.
7 Wuntat We.eS. S. Ag dan Team Kreatif SPA (Silaturohim Pencinta Anak, Mendidik anak-anak dengan memanfaatkan metode BCM (bermain, cerita dan bernyanyi), (Jogjakarta; Pustaka Syahida 2008), Cet. 4 h. 20.
14
dikembangkan dengan menarik.8 Mendongeng yang dibawakan
dengan seni yaitu dengan penyampaian yang menarik akan
menjadikan anak senang dan menyukai dunia dongeng, serta
melalui seni dalam mendongeng memudahkan guru atau orang
tua untuk menasehati anak dan mudah dipahami sehingga tanpa
sadar anak sedang diberi nasehat.
Mendongeng menurut Prakoso adalah kegiatan kreatif
seorang guru untuk menyampaikan pesan, sehingga melalui
mendongeng guru mudah dalam menyampaikan pesan tanpa
terlihat menggurui karena anak-anak belum saatnya
mendapatkan nasihat murni melainkan nasihat yang disajikan
dengan kegiatan menarik.9 Guru akan mudah menasehati peserta
didik ketika terdapat sebuah masalah yang ditemui di sekolah,
melalui mendongeng yang kreatif akan membantu menyadarkan
anak akan perbuatan yang tidak boleh dilakukan oleh anak,
sehingga dongeng pun ikut membantu guru dalam menyelesaikan
masalah di sekolah seperti konflik sederhana yang dilakukan
oleh anak-anak, karena saat anak usia dini mereka belum siap
untuk dinasehati secara verbal seperti orang dewasa.
Bercerita dan mendongeng menurut Risaldy, bahwa
bercerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik
berasal dari kejadiaan nyata (non fiksi) atau (fiksi) kejadian tidak
nyata. Sedangkan dongeng adalah suatu cerita rekaan/ tidak
nyata/ fiksi, seperti: fabel (binatang dan benda mati), sage (cerita
petualang), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal usul), mythe
(dewa-dewi, peri, roh halus), ephos (cerita besar; Mahabharata,
Ramayana, saur sepuh, turt tinular).10 Dongeng dan cerita
8 Muhammad Abdul Latif, Mendongeng Mudah Dan Menyenangkan, (Jakarta; PT Luxima Metro Media 2014), h. 4.
9 Awam Prakoso, Kreatif Dalam Mendongeng Bersama Kak Awam Prakoso, (Kampung Dongeng), h. 1.
10Sabil Risaldy, Bermain, Bercerita dan Menyanyi Bagi Anak Usia Dini, ( Jakarta Timur, luxima 2014), h. 64.
15
menjadi metode yang sama dengan cara penyampaian melalui
lisan hanya saja dongeng dibawakan dengan cara yang menarik
dan isi dalam dongeng berupa rekaan atau tidak nyata, tetapi
dongeng juga bisa berisi dengan cerita yang nyata, berbeda
dengan cerita berupa cerita nyata, sehingga dongeng bisa jadi
cerita tetapi cerita belum tentu dongeng.
Menurut Heroman dan Jones mengemukakan bahwa
bercerita merupakan salah satu seni dalam bentuk hiburan, serta
kegiatan yang dilakukan sejak dari generasi ke generasi
selanjutnya dan memiliki nilai baik bagi pendengar dan
pencerita.11 Bercerita menjadi salah satu pemberian pengalaman
menarik dalam belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita
kepada anak secara lisan, dengan tujuan untuk menyampaikan
pesan nilai sosial, moral dan agama.
d. Mendongeng dalam pandangan psikolog
Menurut para ahli pendidikan anak ataupun pakar
psikologi anak, bahwa dongeng menjadi salah satu media dalam
pendidikan yang cukup efektif dalam pendidikan moral bagi
anak yang dapat ditanamkan, mulai nilai kejujuran, percaya diri,
sopan santun, setia kawan, tanggung jawab dan sebagainya.12
Sebuah cerita yang dikemas menjadi dongeng menjadi hal yang
menarik untuk anak-anak bahkan orang dewasa menganggap
dongeng hanya untuk anak-anak tetapi bisa menghibur anak-anak
dan juga orang dewasa karena pembawaan dongeng sangat
menarik. Mendongeng lebih tepat untuk anak-anak karena
menjadi metode yang sangat mudah untuk dilakukan orang
dewasa baik guru dan orang tua untuk menasehati dan
11 Aprianti Yofita Rahayu, Menumbuhkan Kepercayaan Diri Melalui Kegiatan Bercerita, (Jakarta Barat , Indeks 2013). h. 80
12 Meity H. Idris, Meningkatkan Kecerdasan Anak Usia Dini Melalui Mendongeng, (Jakarta Barat , Luxima, 2014). h. 146.
16
mengingatkan akan prilaku moral tanpa menjadikan anak merasa
di gurui melainkan anak lebih terhibur dan pesan moral dalam
mendongeng pun mudah dipahami anak.
Menurut Widiantoro seorang psikolog mengatakan,
“bahwa dongeng bisa menciptakan sisi kepekaan sang anak”.13
Setiap cerita yang disampaikan pasti memiliki tokoh peran
dengan masing-masing karakter yang berbeda yang membantu
anak membangun sisi kepekaan anak terhadap baik dan jahat dari
karakter tokoh peran. Setiap tokoh dalam cerita akan berdampak
pada anak, jika tokoh memiliki karakter baik maka anak akan
terkesan dan terbangun untuk terus menjadi anak yang baik,
begitu pun sebaliknya jika karakter jahat yang dimiliki oleh
tokoh akan menjadikan rasa kepekaan anak untuk menghindari
karakter jahat seperti tokoh dalam cerita, selain itu jika dalam
cerita terdapat tokoh peran yang perlu dikasihani akan
meningkatkan rasa simpati anak.
Sedangkan menurut pakar dongeng Sarumpaet “bahwa
dongeng bermanfaat bagi orang tua sebagai pendongeng dan
tentu saja untuk anak itu sendiri sebagai pendengar.”14 Dongeng
memiliki manfaat bagi pendongeng dan pendengar, ketika di
rumah dongeng memiliki manfaat bagi orang tua dan anak
sebagai pendengar sedangkan di sekolah dongeng memiliki
manfaat bagi guru dan peserta didik. Dongeng menjadi salah satu
metode dalam pembelajaran sehingga memudahkan guru dalam
menyanmpaikan materi melalui mendongeng dan mendongeng
juga menjadi media nasehat untuk peserta didik sehingga anak
yang mendengarkan merasa tidak sedang dinasehati bahkan
ketika dongeng yang disampaikan orang tua atau guru dengan
13 Ibid., h. 150. 14 Muhammad Abdul Latif, Mendongeng Mudah Dan Menyenangkan, (Jakarta; PT
Luxima Metro Media 2014), h. 10
17
menarik maka akan menjadikan anak menyukai cerita yang
disampaikan.
e. Jenis-jenis Cerita Anak
Pemilihan cerita dalam mendongeng pada anak perlu
diperhatikan agar pesan dalam cerita mudah dipahami oleh anak,
sebelum memilih cerita perhatikan jenis cerita yang akan
disampaikan, jika perlu tawarkan pada anak, cerita jenis apa
yang ingin didengar oleh anak-anak karena beberapa anak
memiliki jenis cerita yang berbeda, tetapi sesekali guru boleh
menawarkan sesuai cerita yang guru sudah kuasai isi dari cerita.
Menurut Aprianti jenis-jenis dalam cerita terbagi lima beraneka
ragam judul cerita untuk anak, yaitu:
a.) Cerita Rakyat
Cerita rakyat berasal dari ciri khas daerah tersebut, seperti
legenda sebuah kisah dianggap benar bukan hal yang sakral,
Sage sebuah dongeng yang mengandung unsur sejarah, dan
mite sebuah dongeng yang menceritakan tentang makhluk
lain yang bersifat kedewaan. Biasanya cerita rakyar jarang
digunakan
b) Cerita Realitas
Menceritakan kisah seseorang dalam kehidupan nyata yang
dialami orang tersebut dengan mengambil pesan moral dan
pengalaman yang menjadi objek cerita.
b.) Cerita Sains
Cerita yang bersifat ilmiah dan sangat dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan zaman.
c.) Biografi
Menceritakan tentang kisah seseorang tentang pengalaman
dan kesuksesannya, dengan tujuan untuk memacu semangat
18
anak agar pantang menyerah dalam menghadapi berbagai
masalah.
d.) Cerita Keagamaan
Cerita yang berisi tentang kisah dari sebuah agama yang
membantu menanamkan sikap dan perilaku yang baik pada
diri anak.15 Bermacam jenis cerita menjadi persiapan guru
untuk menghindari cerita yang sama, selain itu membantu
guru untuk mengenalkan berbagai pembelajaran melalui
mendongeng. setelah guru mengetahui jenis-jenis dalam
cerita, menjadi tugas guru untuk memilih cerita untuk
disampaikan agar dongeng yang disampaikan tepat sasaran
pada anak.
Menurut Kurniawan pemilihan cerita dalam mendongeng pada
anak harus dipertimbangkan pada beberapa hal, yaitu;
1. Menghibur
Tujuan utama anak ketika mendengarkan dongeng adalah
mendapatkan hiburan, maka pilihlah bawakanlah dongeng
yang sarat akan hiburan.
2. Edukatif
Menilai dongeng tidak hanya terhiburnya anak-anak tetapi
juga pada isi dongeng, sehingga orang tua dan guru juga
harus memperhatikan nilai pendidikan yang terkandung di
dalamnya.
3. Bahasa yang Baik
Pemilihan dongeng dari segi bahasa mempertimbangkan
tingkat kemampuan bahasa anak dan kesesuaian kosakata
dengan perkembangan anak. Sehingga dongeng yang
disampaikan kepada anak-anak menggunakan bahasa
sederhana.
15 Aprianti yofita rahayu, Menumbuhkan kepercayaan Diri melalui Kegiatan Bercerita, (Jakarta Barat, Indeks 2013)., h. 87.
19
4. Ilustrasi Menarik
Pemilihan dongeng juga perlu diperhatikan dari aspek
ilustrasi. Ilustrasi dalam mendongeng perlu sesuai dengan
dunia anak, menarik dan cocok untuk anak-anak.16 Cerita
dalam mendongeng mampu menjadikan kegiatan yang tidak
membosankan jika guru terus menambah wawasan cerita,
agar dongeng yang didengar anak tidak menjadi dongeng
yang membosankan.
f. Strategi Mendongeng untuk Anak Usia Dini Strategi dalam mendongeng memiliki daya tarik
tersendiri bagi pembaca dan pendengar dan menjadi salah satu
cara agar anak tertarik pada membaca buku, sehingga guru dan
orang tua memerlukan strategi dalam mendongeng. Menurut
Syamsi Anak akan tertarik membaca bukan karena buku mahal
yang diberikan tetapi strategi sebelum mendongeng yang perlu
dipersiapkan dan diketahui oleh guru dan orang tua, sebagai
berikut:
1.) Memilih dongeng yang sesuai kriteria usia anak yang
mengandung karakter, ilmu dan perilaku, hindari kisah yang
mengandung cerita setan dan unsur khayalan-khayalan
palsu berlebihan sehingga mempersulit daya imajinasi anak.
2.) Menganjurkan guru untuk mengemas cerita yang dengan
lucu tetapi tetap mengandung unsur pendidikan.
3.) Mengusahakan mendongeng dengan menarik seperti
merubah intonasi suara, untuk membedakan tokoh dalam
16 Heru Kurniawan, Keajaiban Mendongeng, (Jakarta, PT Bhuana Ilmu Populer 2013)., h. 121.
20
cerita seehingga memudahkan anak untuk membedakan
karakter tokoh dalam cerita.
4.) Etika mendongeng dianjurkan untuk memberikan komentar
positif sebagai bentuk penyampaian pesan nilai-nilai dan
akhlak mulia dari cerita yang telah disampaikan.
5.) Memilih cerita usahakan sebelum tiba saatnya bercerita dan
pilihlah cerita sesuai kondisi anak seperti kondisi yang anak
alami saat itu, sehingga mempermudah anak dalam
memahami pesan moral apa yang tersampikan.17
Mendongeng menjadi metode yang mudah dilakukan tetapi
agar kegiatan metode tidak menjadi metode yang
membosankan karena sering dilakukan maka guru perlu
memiliki strategi dalam mendongeng agar peserta didik
semakin menyukai dan menikmati sebuah dongeng.
Sedangkan menurut Wuntat dan Team Kreatif bahwa
mendongeng memiliki prinsip freindship.18 Strategi dalam
mendongeng dengan cara mengantur posisi duduk anak dengan
jarak antara pendongeng dengan anak sedemikian rupa membantu
anak agar dapat melihat bagaimana mimik wajah dan gerakan
dalam bercerita selain itu dengan posisi duduk yang diatur
membantu anak dalam mendengar suara pendongeng dengan jelas,
kondisi seperti itu pun juga menjadikan anak merasa terlibat dalam
dongeng yang disampaikan serta akan membangun suasana
persahabatan dengan anak.
17 Hasan Syamsi Pasya, Ibu, Bimbing Aku Menjadi Anak Soleh, (Bandung, Pustaka Rahmat 2010), h. 191.
18 Wuntat We.eS. S. Ag dan Team Kreatif SPA (Silaturohim Pencinta Anak, Mendidik anak-anak dengan memanfaatkan metode BCM (bermain, cerita dan bernyanyi), (Jogjakarta; Pustaka Syahida 2008), Cet. 4 h. 23.
21
g. Cara menjadi Guru Mendongeng Mendongeng terlihat metode yang mudah dilakukan,
tetapi nyatanya tidak semua memiliki kesempatan melakukan
kegiatan mendongeng untuk anak-anaknya, ketika orang tua, guru
dan pendongeng memiliki kesempatan untuk mendongeng,
persiapkan lah diri sebelum melakukan metode mendongeng agar
pesan moral dalam cerita tersampaikan serta anak-anak tidak
merasa dinasehati bahkan merasakan senang ketika mendengar
dongeng.
Beberapa cara mendongeng menurut Yahya agar
dongeng yang disampaikan akan selalu diingat oleh anak, sebagai
berikut:
1.) Menganjurkan guru atau orang dewasa ketika mendongeng
jika dalam keadaan suasana hati yang cerah, sehingga bisa
memusatkan pikiran dan perhatian dengan baik.
2.) Meyakinkan diri sebelum mendongeng, bahwa dengan
cerita yang dibawakan akan membuat mereka tersenyum
dan menjadikan mereka bahagia dari cerita yang
disampaikan
3.) Meresapi dan menghayati cerita yang disampaikan agar
pesan dalam cerita tersampaikan pada peserta didik.
4.) Menghafalkan dan memahami cerita kemudian diringkas
untuk dihafalkan agar tokoh serta peran dalam cerita
dikuasai sebelum diceritakan.
5.) Memberi nomor urut sesuai jalan cerita dan susun gambar-
gambar peraga sesuai urutan, sehingga pendongeng hafal
dengan alur cerita yang akan disampaikan.
22
6.) Melatih dramatisasi diri dengan memilih adegan yang
menarik agar pada saat bercerita, pendongeng lebih
menjiwai ketika bercerita.19
7.) Melatih kata-kata yang akan diucapkan sebelum
mendongeng agar kata-kata dalam dongeng terdengar jelas
sehingga tidak terdengar seperti menggumam.
8.) Melibatkan dan mengajak anak masuk kedalam alur cerita,
agar imajinasi anak masuk dalam cerita yang disampaikan
serta anak tidak bosan karena hanya sebagai pendengar
cerita.
9.) Mengusahakan memelihara ketegangan diri atau
merahasiakan alur cerita sehingga rasa ingin tahu anak terus
meningkat. Sesekali kejutkan anak untuk merangsang
pengungkapan emosi.20
Mendongeng yang disampaikan berdasarkan strategi akan
menjadikan cerita yang disampaikan menyentuh hati anak dan akan
selalu diingat oleh anak hingga dewasa.
h. Teknik Mendongeng untuk Anak Mendongeng dalam kegiatan belajar mengajar di kelas
menjadi tugas guru dalam menyiapkan metode penyampaian cerita,
mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi tanggung
jawab guru di kelas, begitupun dalam mendongeng guru juga
memiliki target agar pesan moral dalam cerita dipahami peserta
didik, untuk menghasilkan peserta didik yang berkualitas, guru
memerlukan metode dalam menyampaikan cerita yang tepat
sebelum guru mendongeng dihadapan peserta didik, sehingga guru
19 L.R. Supriyapto Yahya, Kumpulan Artikel Psikologi Anak 2, (Jakarta, Intisari 1999)., h. 6.
20 Ibid., 6
23
perlu mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan sebelum
mendongeng.
Menurut Abdul beberapa macam teknik yang perlu
diperhatikan dalam mendongeng, yaitu:
a. Tempat bercerita
Bercerita tidak selalu harus dilakukan di dalam kelas, tetapi
boleh juga di luar kelas yang dianggap baik oleh guru agar
para siswa bisa duduk dan mendengarkan cerita. Bisa di
halaman sekolah, teras, bawah pohon, di balik dinding, atau
di tempat terbuka yang terkena sinar matahari sekiranya
para siswa dapat menahan panasnya seperti dalam hujan. 21
b. Posisi Duduk
Sebelum guru memulai bercerita sebaiknya ia
memposisikan para siswa dengan posisi yang nyaman untuk
mendengarkan cerita. Kemudian guru, duduk di tempat
yang sesuai dan mulai bercerita. Sebaiknya, guru tidak
langsung duduk pada awal bercerita tetapi memulainya
dengan berdiri.
c. Bahasa Cerita
Bahasa cerita adalah bahasa yang baik dan mudah dipahami
terutama pada anak usia dini karena mereka masih pada
tahap mengumpulkan kosa kata.
d. Intonasi Guru
Cerita itu mencakup pengantar, rangkaian peristiwa, konflik
yang muncul dalam cerita, dan klimaks. Pada permulaam
cerita guru hendaknya memulainya dengan suara tenang.
Kemudian mengeraskannya sedikit demi sedikit.
21 Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Dengan Cerita. (Bandung, PT Remaja Rosdakarya)., h. 47.
24
e. Permunculan Tokoh-Tokoh
Telah disebutkan bahwa ketika mempersiapkan cerita,
seorang guru harus mempelajari terlebih dahulu tokoh-
tokohnya, agar dapat memunculkannya secara hidup di
depan para siswa . untuk itu, diharapkan guru dapat
menjelaskan peristiwanya dengan jelas tanpa gemetar atau
ragu-ragu.
f. Penampakan Emosi
Saat bercerita guru harus dapat menampakkan keadaan jiwa
dan emosi para tokohnya dengan memberi gambaran
kepada pendengar bahwa seolah-olah hal itu adalah emosi si
guru sendiri. Pada saat situasi yang harus menunjukkan rasa
kasian, protes, marah atau mengejek maka guru harus
menunjukkan intonasi dan kerut wajah seperti ekspresi
tersebut sehingga anak merasakan empati dalam dirinya
berdasarkan dengan emosi yang tokoh cerita alami.
g. Peniruan Suara
Sebagian orang ada yang mampu meniru suara-suara
binatang dan benda tertentu, seperti suara singa, kucing,
anjing, gemericik air, gelegar petir, dan arus sungai yang
deres. Tetapi kebanyakan guru masih untuk menirukan
suara, padahal seorang guru dituntut untuk melakukan
peniruan suara saat mendongeng agar anak tidak jenuh saat
menonton.
h. Penguasaan terhadap Siswa yang Tidak Fokus
Perhatian siswa di tengah cerita haruslah dibangkitkan
sehingga mereka bisa mendengarkan cerita dengan senang
hati dan berkesan. Misalnya pada saat guru sedang
mendongeng guru bisa melibatkan anak ke dalam cerita
tersebut dengan cara anak menirukan suara.
25
i. Menghindari Ucapan Spontan
Guru sering kali mengucapkan ungkapan spontan setiap kali
menceritakan suatu peristiwa. Kebiasaan ini tidak baik
karena bisa memutuskan rangkaian peristiwa dalam cerita.22
j. Waktu Penyajian
Mendongeng tidak sebatas bercerita tanpa judul atau inti
sari dari sebuah cerita, sehingga mendongeng bagi oang tua
atau pun guru membutuhkan strategi dalam menyiapkan
waktu karena daya konsentrasi anak berbeda-beda, agar
anak-anak memahami pesan moral dalam dongeng yang
disampaikan.
Adapun penyajian waktu pada buku Departemen
Pendidikan Nasional bahwa penyiapan waktu mendongeng bagi
tiap usia anak berbeda-beda, sebagai berikut:
• Usia awal anak sampai usia 4 tahun, waktu mendongeng
hingga 7 menit
• Usia 4 – 8 tahun, waktu cerita 10-15 menit
• Usia 8 – 12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit23
Tahapan waktu mendongeng berdasarkan usia belum pasti
masih menutup kemungkinan, jika penyampaian dongeng menarik
dan anak merasakan senang sehingga menjadikan anak masih fokus
dengan dongeng yang disampaikan, guru bisa melanjutkan dongeng
sampai kisah dalam dongeng selesai.
k. Tahapan Menutup Cerita
Metode dongeng yang disampaikan memiliki sebuah pesan
moral dalam dongeng, sehingga harapan seorang guru yaitu
peserta didik memahami isi dongeng yang telah
22 Ibid., h. 52. 23 Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Teknik Bercerita Untuk Anak Usia Dini,
(Pendidikan Anak Usia Dini 2009)., h. 11.
26
disampaikan, sehingga guru memerlukan strategi setelah
mendongeng untuk memastikan, apakah peserta didik
memahami cerita yang telah disampaikan atau sebaliknya,
sehingga guru pun memerlukan strategi dalam menutup
kegiatan mendongeng.
Adapun kegiatan menutup cerita dalam buku Departemen
Pendidikan Nasional yang perlu guru lakukan, yaitu:
• Memberi Kesempatan Tanya Jawab
Memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya
seputar cerita yang disampaikan setelah guru
mendongeng, guru memberikan kesempatan waktu untuk
berdiskusi dengan anak berdasarkan cerita yang
disampaikan sebagai cara guru memastikan apakah peserta
didik fokus dengan cerita yang disampaikan guru.24
• Memberikan kegiatan pasca mendongeng
Mendorong anak mengemas cerita yang disampaikan
dengan sebuah kegiatan seperti bermain peran atau
membuat kerajinan tangan untuk membantu anak
mengulang cerita.
• Membuat perjanjian dengan anak
Mendongeng sebagai metode guru dalam meyampaikan
pesan moral tanpa anak merasa di gurui atau sedang
dinasehati, guru berharap dari dongeng yang disampaikan
adanya perubahan moral pada anak sehingga setelah guru
mendongeng, guru membuat sebuah perjanjian agar anak-
anak akan melakukan moral yang baik berdasarkan tokoh
cerita yang baik dan meninggalkan moral buruk dalam
cerita.
24 Ibid., h.16.
27
• Bernanyi bersama sesuai tema cerita
Menyanyi menjadi kegiatan yang menyenangkan dan
memudahkan peserta didik dalam menghafal sesuatu
melalui menyanyi, sehingga tugas guru sebelum cerita
menyiapkan lirik lagu yang mudah dihafal oleh anak
berdasarkan tema cerita, bernyanyi sesuai tema sebagai
cara untuk memudahkan anak menghafal cerita secara
singkat.
• Menggambar bebas tokoh cerita
Memberi kesempatan peserta didik untuk menggambar
bebas tokoh cerita sebagai cara guru untuk meningkatkan
daya imajinasi anak.
• Berdoa bersama
Mengajak peserta didik untuk berdoa bersama, memohon
terhindar dari moral buruk dalam cerita, agar anak selalu
ingat bahwa moral buruk harus ditinggalkan25.
Keberhasilan dalam mendongeng bagaimana persiapan
yang perlu diperhatikan guru sebelum mendongeng dihadapan
peserta didik, sehingga dalam mendongeng guru tidak hanya
memikirkan cerita apa yang akan disampaikan tetapi juga perlu
memerhatikan persiapan teknisi dan non teknis agar pesan dalam
dongeng mudah dipahami oleh peserta didik.
i. Langkah Dasar Bercerita bagi Guru Mendongeng menjadi salah satu media menyampaikan
materi dalam kegiatan belajar mengajar, pesan moral dalam
mendongeng akan sangat mudah dipahami anak jika cerita yang
disampaikan sangat menarik, sebelum mendongeng guru
memerlukan persiapan dalam langkah-langkah mendongeng agar
25 Ibid., h. 17.
28
dongeng menjadi terkesan bagi anak, adapun langkah dasar
menurut Aziz yang perlu diketahui oleh guru sebelum
mendongeng,26 yaitu:
a. Pemilihan cerita
Sebagian orang mampu menceritakan satu bentuk cerita
dengan baik. Seperti penguasaan terhadap cerita-cerita, humor,
binatang, misteri dan sebagainya. Memang sebaiknya
pendongeng hendaknya memilih satu jenis cerita yang sangat
ia kuasai. Namun, seorang guru tetap dituntut untuk menguasai
penceritaan berbagai jenis dongeng tentunya dengan latihan
yang dilakukan terus menerus.
b. Persiapan sebelum masuk kelas
Keliru jika seorang guru mengira bahwa bercerita dianggap
pelajaran yang tidak memerlukan persiapan. Dalam bercerita
guru perlu memerhatikan setiap menit waktu yang digunakan
untuk berfikir, mengolah kata dalam cerita agar pesan moral
tersampaikan tanpa anak merasa sedang tidak dinasehati,
mempersiapkan humor sederhana agar anak merasa tidak
monoton, sekaligus mempersipakannya media dalam cerita
sebelum pelajaran di mulai, itu semua akan membantu guru
dalam penyampaian cerita dengan mudah.
c. Perhatikan posisi duduk
Ketika bercerita yang diharapkan adalah perhatian para siswa
dengan sepenuh hati dan pikiran mereka. Oleh karena itu,
sangatlah dianjurkan bila posisi duduk para siswa dekat dengan
guru, karena kedekatan tempat akan membantu pendengaran
para siswa dalam menyimak suara guru dan gerak-gerikan
dalam mendongeng akan terlihat jelas.27 Dongeng akan
berkesan bagi anak serta pesan moral yang disampaikan mudah
26 Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Dengan Cerita (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 30.
27 Ibid., h. 32.
29
dipahami anak-anak, jika guru memahami dan mengikuti
langkah dasar dalam mendongeng.
d. Bahasa dalam mendongeng
Bahasa atau kata dalam sebuah dongeng sangat berdampak
bagi peserta didik terutama pada anak usia dini, karena
dongeng lebih tepat bagi anak usia dini sehingga bahasa dalam
mendongeng perlu diperhatikan seperti pengucapan harus
jelas, padat dan singkat, kemudian dalam menyampaikan kata
usahakan guru tidak terlalu banyak kata-kata dalam
mendongeng karena akan mempersulit peserta didik dalam
memahami alur cerita.
Beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh guru
berkaitan dengan bahasa dalam mendongeng menurut Cakra,
yaitu:28
• Olah Nafas
Bahasa menjadi peran penting dalam mendongeng
sehingga olah nafas sangat berpengaruh pada bahasa yang
diucapkan. Jika olah nafas yang cocok digunakan saat
mendongeng yaitu dengan pernafasan perut, melalui
pernafasan perut pendongeng mampu menyimpan nafas
lebih banyak dalam setiap tarikan sehingga pendongeng
bisa mengvariasikan suara yang keluar.
• Olah Tubuh
Mendongeng dengan bantuan olah tubuh menjadikan
dongeng yang dibawakan semakin menyenangkan karena
eksperesi atau emosi dalam tokoh didukung oleh mimik
wajah dan olah tubuh.
28 Ki Heru Cakra, Mendongeng Dengan Mata Hati, (Surabaya, Mumtaz Media 2012), h. 56.
30
• Akting
Mendongeng adalah sebuah kisah yang dikemas menjadi
sebuah cerita, sehingga dalam cerita terdapat seorang
tokoh yang berbeda karakter atau sifat, sehingga guru
perlu berlatih dalam memahami akting tokoh dalam
kondisi sedih, marah, gembira, permainan sebuah drama
dan lainnya.29
e. Alat Peraga dalam Mendongeng
Persiapan yang perlu diperhatikan sebelum mendongeng salah
satunya alat peraga yang membantu proses mendongeng,
mendongeng menjadi salah satu kegiatan yang mudah
diterapkan oleh siapapun terutama guru dan orang tua, karena
sebagian besar bercerita tidak mempersiapkan apapun selain
cerita yang dikuasai pendongeng. Tetapi dongeng yang
disampaikan akan lebih menarik jika dibantu dengan alat
peraga yang digunakan sebagai pengiring selama proses
mendongeng.
Adapun alat peraga menurut Yahya yang akan
mempermudah kegiatan mendongeng berupa: 1.) Gambar, 2.)
Boneka, 3.) Pasir Warna, 4.) Tali Kertas, 5.) Saputangan, 6.) Buku
Cerita, 7.) Kain Warna Warni, dll.30 Mendongeng salah satu
kegiatan yang mudah diterapkan oleh siapapun terutama guru dan
orang tua, karena mendongeng tidak harus memerlukan alat peraga,
tetapi alat peraga menjadi media pendukung dalam mendongeng
sehingga kegiatan mendongeng akan semakin menarik jika
pendongeng menggunakan alat peraga agar pesan moral mudah
tersampaikan dan dongeng yang dibawakan pun akan menjadi lebih
menarik menyenangkan sehingga menjadikan anak tidak mudah
29 Ibid., h. 61. 30 L.R. Supriyapto Yahya, Kumpulan Artikel Psikologi Anak 2, Jakarta, Intisari
1999, h. 3.
31
bosan serta memudahkan anak berimajinasi dalam mengenal tokoh,
alur cerita, mengenal alam fauna atau satwa.
j. Manfaat Mendongeng Menurut Lilian Holewell dalam A Book For Children
Literature mencatat manfaat mendongeng paling sedikitnya enam
manfaat: a. Membantu anak dalam mengembangkan daya imajinasi dan
pengalaman emosional.
b. Memuaskan kebutuhan ekspresi diri anak melalui proses
identifikasi
c. Memberikan pendidikan moral tanpa menggurui anak
d. Memperluas cakrawala mental anak dan memberikan
kesempatan pada anak untuk meresapi keindahan dari alur
cerita yang didengarnya
e. Menumbuhkan rasa humor dalam diri anak
f. Memberikan persiapan apresiasi sastra dalam kehidupan anak
setelah anak tumbuh dewasa.31
Setiap metode yang diberikan guru memiliki manfaat dan
tujuan untuk mengembangkan kemampuan anak, pendidik tidak
akan menerapkan metode untuk peserta didik jika metode yang
diterapkan tidak memiliki manfaat bahkan guru menambah
wawasan metode belajar agar pencapaian dalam mengembangkan
kemampuan peserta didik akan terus meningkat. Begitupun metode
mendongeng yang diterapkan oleh guru juga memiliki manfaat,
baik untuk guru dan peserta didik. metode mendongeng dilakukan
sudah cukup lama sehingga guru perlu mengembangkan cerita
dalam dongeng dan cara penyampaiannya agar bermanfaat bagi
peserta didik.
31 Sintha Ratnawati, Sekolah Alternatif Untuk Anak, (Jakarta, Kompas 2002)., h. 4.
32
1.) Manfaat Mendongeng Bagi Guru
Mendongeng menjadi tugas guru sebagai media dalam
menyampaikan pesan moral di sekolah, meskipun dongeng menjadi
tugas guru tetapi menurut Sintha mendongeng juga memiliki
manfaat bagi guru, yaitu:
a.) Kegiatan mendongeng membantu guru dalam
menyampaikan materi serta membantu dalam menasehati
peserta didik tanpa merasakan di gurui sehingga mudah
untuk diterima oleh anak bahkan anak merasakan
kesenangan dalam sebuah dongeng.
b.) Membantu guru menjadikan suasana belajar menjadi
suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa.
c.) Melalui media mendongeng juga membantu guru dalam
mengkreasikan penyampaian materi untuk siswa sehingga
timbul rasa ingin tahu yang lebih dan akan lebih
meningkatkan optimalisasi dalam meng esksplor bakat
peserta didik.32
Metode mendongeng memiliki manfaat bagi guru salah
satunya membantu guru dalam menyampaikan materi yang
memiliki pesan moral dalam cerita dalam bentuk cerita yang
menyenangkan dan menghibur tanpa menggurui peserta didik dan
anak tidak merasa sedang dinasehati secara monoton, jika dongeng
tersampaiakan dengan menarik peserta didik akan memahami
pesan moral dalam cerita serta akan terus berprilaku baik seperti
tokoh baik dalam cerita selain itu peserta didik pun merasa terhibur
dengan dongeng yang disampaikan oleh guru.
32 Muhammad Abdul Latif, Mendongeng Mudah Dan Menyenangkan, (Jakarta; PT Luxima Metro Media 2014), Cet. 1 h. 27.
33
2.) Manfaat Mendongeng Bagi Orang Tua
Mendongeng menjadi metode guru untuk menyampaikan
pesan moral di sekolah sedangkan orang tua menjadi pendongeng
di rumah, peran orang tua juga sangat dilibatkan dalam
mengembangkan perkembangan moral anak karena waktu anak
lebih lama bersama orang tuanya, menjadi tugas orang tua
menguatkan materi sekolah di rumah agar anak yakin bahwa pesan
yang disampaikan guru itu benar. Mendongeng yang dilakukan
oleh orang tua sebagai penguat pesan moral di sekolah serta
mendongeng juga memiliki manfaat bagi orang tua, adapun
manfaat mendongeng bagi orang tua menurut Latif, antara lain:
a.) Menambah Pengetahuan
Bercerita secara tidak sadar orang tua terbantu dalam
menambah pengetahuan tentang kisah-kisah yang
dibacakan, orang tua juga akan terbiasa menggunakan
bahasa yang tepat karena terbiasa bercerita.
b.) Dekat Dengan Anak
Kegiatan mendongeng menjadikan orang tua akan merasa
lebih dekat dengan anak, karena ketika mendongeng
terjadi sebuah komunikasi yang baik dan orang tua yang
terbiasa mendongeng menjadikan anak merasa lebih
diperhatikan.
c.) Mudah Memberikan Pelajaran
Mendongeng membantu orang tua dalam menasehati tanpa
anak merasa di gurui, dan pada saat mendongeng juga
membantu orang tua untung mengevaluai kegiatan harian
anak.33 Kegiatan mendongeng biasa disampaikan ketika
anak sebelum tidur tetapi beberapa orang tua juga ada
yang mendongeng di saat anak dan orang tua memiliki
waktu luang bersama. Mendongeng yang disampaikan
33 Ibid, h. 18.
34
oleh orang tua tidak hanya bermanfaat dan menghibur
anak yang mendengarkan, tetapi memiliki manfaat bagi
orang tua, salah satunya menjadikan hubungan anak dan
orang tua lebih erat karena di saat mendongeng posisi
anak dan orang tua sangat dekat.
Guru menjadi pendongeng di sekolah sedangkan
orang tua menjadi pendongeng di rumah, sehingga
mendongeng tidak hanya memiliki manfaat bagi guru di
sekolah tetapi mendongeng juga memiliki manfaat bagi orang
tua di rumah, mendongeng yang diterapkan di sekolah ataupun
di rumah memiliki sasaran yang sama yaitu anak-anak.
3.) Manfaat Mendongeng Bagi Anak Usia Dini
Metode mendongeng menjadi salah satu metode yang
cocok untuk anak-anak terutama bagi anak usia dini karena
pembawaan dongeng yang menarik suasana anak untuk ikut
ikut hadir dalam cerita, sehingga guru memerlukan strategi
yang buat dengan menarik agar dongeng yang disampaikan
memiliki manfaat bagi anak usia dini, menurut Meity manfaat
mendongeng bagi anak usia dini, antara lain:
a.) Mendengar cerita dengan penyampaian cerita yang
menarik dan cerita lucu menganggap kegiatan yang
mengasyikkan.
b.) Membentuk rasa empati anak melalui memahami tokoh
peran dalam cerita34
c.) Mudahnya anak dalam memahami pesan moral tanpa rasa
diguru oleh pendidik.
d.) Memberikan pengalaman untuk belajar dan berlatih
mendengarkan.
34 Meity H. Idris, Meningkatkan kecerdasan anak usia dini melalui mendongeng (Jakarta Timur, Luxima 2014)., h. 177.
35
e.) Membantu anak dalam mengembangkan kemampuan
kognitif, afekttif maupun psikomotorik.
f.) Memungkinkan dimensi perasaan anak.
g.) Membantu anak mengenalkan kehidupan sosial anak
dengan orang-orang disekitar melalui macam pekerjaan.
h.) Membantu anak membangun bermacam peran yang
mungkin dipilih anak, dan bermacam layanan jasa yang
ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.35
Dongeng dijadikan guru media untuk menyampaikan
sesuatu secara lisan atau memberikan pesan untuk peserta didik,
sehingga metode mendongeng lebih identik terkenal untuk anak-
anak terutama anak usia dini karena anak usia dini sangat
menyukai sesuatu yang membuat mereka terhibur, penyamaian
dongeng yang kreatif akan menjadikan anak usia dini bahkan
orang tua pun terhibur, melalui mendongeng mudah sekali anak
berimajinasi dari tokoh dalam cerita dan membantu anak usia
dini dalam mengenalkan moral baik yang perlu ditanam dalam
dirinya tanpa merasa anak di gurui.
k. Kendala dalam Mendongeng
Mendongeng merupakan metode yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran untuk menyampaikan pesan moral,
menurut Al-Qudsy dan Nurhidayah dongeng atau cerita yang
disampaikan akan masuk dalam alam bawah sadar anak
sehingga membutuhkan isi dongeng yang positif, sehingga tugas
guru menguasai teknik mendongeng agar dongeng tersampaikan
mudah dipahami anak dan menghibur anak.
Adapun beberapa kendala dalam mendongeng
menurut Al-Qudsy dan Nurhidayah, yaitu:
35 Sabil Risaldy, Bermain Bercerita dan bernyanyi bagi anak usia dini, (Jakarta Timur, Luxima 2014)., h. 66.
36
• Menganggap tidak ada waktu dalam mendongeng
Mendongeng membutuhkan waktu khusus untuk bercerita
agar pesan moral tersampaikan dengan baik, kendala ini
terjadi bagi orang tua yang sibuk bekerja sehingga mereka
tidak memiliki waktu untuk mendongeng kepada anak,
berbeda dengan di sekolah, kegiatan mendongeng masuk
dalam kegiatan yang sudah terjadwalkan dalam sebuah
rancangan
• Menganggap Dongeng hanya disampaikan oleh ahli
dongeng
Metode mendongeng merupakan kegiatan yang mudah
diterapkan karena tanpa menggunakan media pun bisa
disampaikan, tetapi sebagian guru juga menganggap
mendongeng kegiatan yang sulit karena dongeng
membutuhkan teknik-teknik tertentu sehingga dongeng
dapat menghibur peserta didik dan pesan moral dalam
dongeng mudah dipahami peserta didik. 36
Merebaknya tontonan televisi dan alat elektronik
lainnya. Kegiatan mendongeng yang menghibur tidak lagi
menjadi tontonan yang digemari oleh anak karena telah
terkalahkan oleh perkembangan zaman, sehingga dongeng
hanya dilakukan dalam kegiatan di sekolah pada waktu
yang telah terjadwalkan.
• Keterbatasan ide mendongeng
Kegiatan yang terus dilakukan secara terus menerus
dengan pembawaan yang sama akan menjadikan peserta
didik merasa bosan, sehingga guru perlu
mengembanbkanpenyampaian dalam mendongeng dan isi
36 Muhaimin Al-Qudsy dan Ulfah Nurhidayah, Mendidik Anak Lewat Dongeng, (Yogyakarta, Madani, 2010), h. 96
37
cerita agar tidak terjadi pada guru keterbatasan ide dalam
mendongeng. 37
2. Metode Mendongeng Dalam Menyampaikan Pesan
Moral a. Hakikat Pesan Moral
Menurut Hurlock kata “Moral” berasal dari kata latin
mores yang berati tatacara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral
dikendalikan suatu kelompok atau kebiasaan bagi setiap individu,
jika individu tersebut tidak mengikuti aturan, tata cara atau adat
kelompok tersebut dengan standar sosial maka individu tersebut
bisa dikatakan perilaku tak bermoral.38 Moral menjadi prilaku
individu yang menjadi tolak ukur baik dan buruk prilaku seseorang,
moral baik yang dimiliki seseorang disenangi oleh orang lain
begitu pun moral buruk akan menjadi daya tarik bagi dirinya.
Moral menurut Franz bahwa moral selalu mengacu pada
baik buruknya perbuatan manusia sebagai manusia, sehingga diri
manusialah yang menjadi penentu baik buruknya seseorang serta
kehidupan manusia pun dilihat dari segi moral39. Moral menjadi
proses jalan kehdipun yang melekat pada diri seseorang dalam
kehidupan sehari-hari, seseorang akan dikatakan bermoral baik jika
dalam keseharian melakukan hal baik tetapi jika melakukan hal
buruk maka orang tersebut akan terus dikatakan memiliki moral
buruk.
37 Ibid., h. 101. 38 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak jilid2, (Jakarta, Erlangga), h.. 74 39 Bafirman H. B, Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Penjasorkes,
(Jakarta, KENCANA 2016), Cet. 1, H. 149.
38
b. Tahapan Perkembangan Moral menurut Teori
1. Tahapan-tahapan perkembangan moral menurut Susanto
terdiri dari:
1.) Masa Kanak-kanak (sampai usia 7 tahun)
Tahapan perkembangan moral pada masa kanak-kanak
terdiri dari:
a.) Masa Sikap keagamaan represif meskipun banyak
bertanya.
b.) Pandangan ketuhanan yang anthromorph
(dipersonifikasikan).
c.) Penghayatan secara rohaniah masih superficial
(belum mendalam) meskipun mereka salah
melakukan atau partisipasi dalam kegiatan ritual.
d.) Hal ketuhanannya secara ideosyncritic (menurut
khayalan pribadinya) sesuai dengan taraf
kemampuan kognitifnya yang masih bersifat
egosentris (memandang segala sesuatu dari sudut
dirinya).
2.) Masa Anak Sekolah
Tahapan perkembangan moral pada masa anak sekolah
terdiri dari:
a.) Sikap keagamaan bersifat reseptif tetapi disertai
pengertian.
b.) Pandangan dan paham ketuhanannya diterangkan
secara rasional berdasarkan kaidah logika yang
bersumber pada indikator alam semesta sebagai
manifestasi dari eksistensi dan keagungan-Nya.
c.) Penghayatan secara rohaniah makin mendalam,
melaksankan kegiatan ritual diterima sebagai
39
keharusan moral.40 Tahapan dalam moral membantu
orang tua atau guru dalam mengenal dan mempeajari
moral apa yang seharusnya anak alami sehingga
ketika pada tahapan usia anak tetapi moral yang
dimiliki anak tidak sesuai dengan usianya maka
orang tua atau guru mulai memberikan peringatan
atau persapiapan untuk mengadapi dan memberikan
pendidikan moral yang tepat.
2. Tahapan Moral menurut Kohlberg
Menurut Kohlberg teori tentang perkembangan moral, yang
terdiri dari tiga tingkatan, antara lain:
a.) Moralitas Pra-konvensional
Berorientasi pada kepatuhan dan hukuman, tingkat
paling rendah ini terkontrol oleh hadiah dan sebuah
hukuman, sehingga pada tingkat paling rendah ini,
anak-anak akan mentaati peraturan dalam sebuah
permainan, jika salah satu dari individu lain
melakukan diluar peraturan permainan maka
individu tersebut dianggap salah, biasanya anak-
anak ditahap ini akan lebih patuh pada orang dewasa
karena mereka menganggap orang dewasa harus
ditaati. kemudian pada tingkat ini juga mengandung
tuka-menukar karena anak-anak akan menganggap
ketika dia baik dengan orang lain maka orang lain
pun akan baik dengannya.
b.) Moralitas Konvensional
Mencakup hubungan interpersonal yang baik bahwa
individu mengikuti peraturan yang telah ditetapkan
oleh orang lain seperti orang tua, guru dan lainnya,
40 Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta, Kencana 2011), h. 69.
40
sehingga anak yang mengikuti aturan orang lain
maka anak tersebut dikatakan baik. Pada tahap ini
bahwa individu akan bersandar pada peniliain orang
lain ketika individu melakukan atau tidak peraturan
yang telah dibuat oleh orang lain.
c.) Moralitas Pascakonvensional
Berorientasi yang mencakup kontrak sosial dan hak-
hak individu, tahap ini anak mulai mengerti dan
mempertimbangkan hak dengan hukuman yang telah
dibuat dalam sebuah peraturan, sehingga anak
menjadi dilema untuk mengikuti aturan atau
keinginan sendiri.41
Moral berorientasi pada sebuah peraturan yang buat
oleh orang lain, sehingga individu yang menentukan untuk
melakukan atau tidak, individu yang melakukan peraturan
tersebut bisa dikatakan baik begitu pun sebaliknya, tetapi
moral menurut Kohlberg memiliki tingkatannya, pada
tingkatan terakhir bahwa individu mampu untuk
mempertimbangkan antara peraturan yang dibuat dengan
hak atau nurani indvidu tersebut.
3. Tahapan Perkembangan Moral Teori Kognitif Piaget
a.) Heteronomous Morality
Tahap perkembangan moral yang terjadi pada anak
usia kira-kira 6 hingga 9 tahun. Tahap ini anak
berfikir untuk menghormati dan taat dengan
peraturan-peraturan yang telah dibuat dalam sebuah
permainan yang mereka anggap bahwa peraturan
tersebut sesuatu yang suci dan tidak dapat diubah.
41 Yaumi Muhammad, Pendidikan Karakter: landasan, pilar dan implementas, Prenadamedia, Jakarta 2014, h. 27.
41
Tahap ini juga anak menganggap jika peraturan
tersebut dilarang maka ia akan mendapatkan
hukuman, tanpa mempertimbangkan yang dilakukan
dengan cara sengaja atau tidak.
b.) Autonomous morality
Tahap moral ini terjadi pada anak-anak usia kira-kira
9 hingga 12 tahun, tahap ini anak menyadari bahwa
sebuah peraturan yang membuat manusia sehingga
anak menerima dan memangakui sebuah peraturan
melalui musyawarah karena anak menganggap
peraturan sebagai sebuah kenyamanan dan kontrak
sosial yang telah disepakati bersama.42 Dunia
bermain menjadi hal yang digemari oleh anak-anak
dan menjadi kegiatan yang terus berulang tetapi
menyenangkan, sebuah permainan yang dilakukan
memiliki sebuah peraturan oleh pemain, sehingga
melalui peraturan yang telah dibuat melatih anak-
anak untuk taat pada sebuah aturan yang telah
disepakati.
4. Tahapan Perkembangan Moral menurut Lickona
Pendidikan karakter Lickona menekankan pada pentingnya
komponen karakter yang baik (components of good character)
yaitu
1) Moral Knowing
Tahap awal pendidikan karakter lickona pada
pengetahuan moral yang penting untuk diajarkan
dimulai dari kesadaran moral (moral awareness),
mengetahui nilai moral (knowing moral), setelah
42 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya 2014), h. 259.
42
mengetahui nilai moral perlu membiasakan
perspective taking, kemudian moral reasoning,
decision making dan self knowledge.
2) Moral Feeling
Tahap selanjutnya setelah anak mengetahui
pengetahuan moral, anak di biasakan untuk
menanamkan energi moral dalam dirinya agar
bertindak berdasarkan prinsip moral. 6 aspek emosi
yang akan membantu anak merasakan menjadi
manusia berkarakter, yakni: Nurani (conscience),
percaya diri, merasakan penderitaan orang lain
(empathy), mencintai kebenaran (loving the good),
mampu mengontrol diri (self control), dan
kerendahan hati (humility).
3) Moral Action
Mewujudkan pengetahuan moral dengan sebuah
tindakan nyata, sehingga anak terbiasa memiliki
karakter baik, karena tindakan moral hasil dari dua
komponen antara pengetahuan dan emosi moral.
Pembentukan perbuatan baik perlu diperhatikan dari
tiga aspek karakter lainnya, yaitu: kompetensi
(competence), keinginan (will) dan kebiasaan
(habit).
c. Metode Mempelajari Perilaku Moral Moral yang ditanamkan pada anak sejak diri akan
mempengaruhi kepribadian anak selanjutnya, penerapan metode
yang tepat dalam menyampaikan pesan moral akan membantu
proses memudahkan anak dalam memahami moral yang seperti apa
yang harus anak lakukan.
43
Menurut Mustofa dan Achyar metode dalam mempelajari
perilaku moral, antara lain terdiri dari:
1.) Membentuk Karakter Anak melalui mendongeng
Mendongeng menjadi sarana guru, orang tua dan orang
dewasa lainnya dalam menyampaikan pesan moral yang
mudah dilakukan di mana saja dan kapan saja, dongeng
membantu mengubah pola pikir anak yang konsumtif
menjadi produktif, menjadikan anak mengembangkan
imajinasi anak dan kreatifitas anak, selain itu
mempermudah dalam menyampaikan pesan moral tanpa
anak merasa di gurui sehingga mempermudah untuk
menanamkan nilai moral pada anak.43
2.) Mendidik anak dengan keteladanan
Keteladanan menjadi strategi penting dalam membentuk
kepribadian anak, sejak dini anak akan meniru apa yang
dilakukan orang yang sedang bersama anak. Membentuk
akhlak yang baik pada anak, membutuhkan teladan yang
baik yang diterima oleh anak, sehingga orang tua menjadi
orang yang sangat dekat dengan anak akan menjadi
teladan bagi anak.
3.) Mendidik anak dengan pembiasaan
Melalui penanaman nilai moral baik dengan pembiasaan
sejak dini akan tertanam pada diri anak akhlak yang baik,
begitu pun sebaliknya jika yang ditanamkan akhlak buruk
maka dalam diri anak sudah tertanam akhlak yang buruk,
sehingga lingkungan sangat berpengaruh bagi moral
anak.44
43 Bisri Mustofa, Melejitkan Kecerdasan Anak Melalui Dongeng, (Yogyakarta, Prama Ilmu 2015)., h. 141.
44 Miftahul Achyar Kertamuda, Golden Age, (Jakarta, PT Elex Media Komputindo, 2015)., h. 67.
44
d. Dongeng dan Perekembangan Moral Metode dalam mengembangkan moral dapat disampaikan
dengan berbagai macam metode salah satunya melalui
mendongeng. Menurut Kurniawan dongeng menjadi struktur
kehidupan imajinatif yang dituturkan melalui bahasa. Hubungan
dongeng dan perkembangan moral anak sebagai berikut:
1.) Aspek 1 : Plot
Dongeng berisi peristiwa yang disampaikan
dengan tutur bahasa tentang prilaku tokoh, keadaan tokoh,
interaksi tokoh dengan tokoh lain, dan rangkaian cerita
yang menggambarkan kehidupan sehari-hari yang dikemas
dengan menarik sehingga memudahkan anak dalam
berimajinasi dan merasakan peristiwa dongeng yang
disampaikan.45 Anak yang dibacakan akan mudah
berkembang perkembangan moral anak karena setiap
dongeng memiliki pesan moral yang mudah dipahami,
dibanding anak mendapatkan pembelajaran moral dan
sosial melalui game. Pesan moral dalam game tidak
melibatkan perasaan anak karena muara dalam game
adalah sebuah kemenangan sehingga mendongeng
menjadi metode menyampaikan pesan moral lebih
mendidik dari pada melalui game yang hanya
mementingkan menang dan kalah.
2.) Aspek 2; Imajinasi
Anak menjadi sosok yang penuh imajinasi, bagi
orang tua selembar kertas itu sesuatu yang biasa tetapi
berbeda dengan anak-anak yang bisa menganggap menjadi
makhluk kecil lucu atau rumah yang menyenangkan,
45 Heru Kurniawan, Keajaiban Mendongeng (PT Buana Ilmu Populer, Jakarta 2013), h. 74.
45
bahkan anak menjadikan benda yang ditemuinya menjadi
berubah sesuai imajinasi anak.
Salah satu metode yang akan membantu
mengembangkan imajinasi anak adalah dongeng. Melalui
dongeng yang disampaikan dengan menarik seperti burung
kecil yang menjadi tokoh, ibu peri yang baik hati dan
tokoh-tokoh lain yang dalam menimbulkan rasa imajinasi
anak, sehingga tidak heran jika bila cerita yang lucu anak
tertawa, cerita mengahrukan anak bersedih dan jika
dongeng yang menakutkan menjadikan jantung anak
berdebar lebih kencang, karena ketika cerita berlangsung,
anak sedang berimajinasi alur cerita yang didengarnya.
Semakin sering anak menggunakan pikiranya
untuk berimajinasi dan berfikir, anak akan tumbuh
menjadi anak yang pintar.46 Secara biologis saraf sensorik
yang membentuk struktur otak manusia akan semakin
terasah jika sering digunakan untuk berpikir dan
berfantasi, sehingga membaca menjadi alasan sangat
mudah bagi pembaca untuk berimajinasi dari apa yang
dibaca, begitupun dengan dongeng yang disampaikan atau
dibaca membantu anak untuk berimajinasi dari alur cerita.
3.) Aspek 3: Bahasa
Alat penyampaian dongeng adalah bahasa yang
digunakan, mendengarkan dongeng melatih kepekaan
anak terhadap cerita serta membantu anak menambah
perbendaharaan kata. sehingga pendongeng baik guru atau
pun orang tua harus mempersiapkan kata-kata yang tepat
bagi anak dan bahasa yang digunakan ketika mendongeng
harus mudah dipahami oleh anak. Penyampaian cerita
dengan tutur kata yang bervariasi mulai intonasi suara
46 Ibid., h. 74.
46
sampai mengubah suara yang menjadikan anak mudah
untuk berimajinasi.
Anak yang terbiasa mendengarkan dongeng akan
memiliki penguasaan kalimat lebih baik dari pada anak
yang jarang mendengarkan cerita. Kebiasaan menengarkan
dongeng juga membantu meningkatkan kemampuan
lingual (bahasa) anak, hingga pada kemampuan berbahasa
tinggi yaitu menulis, karena ketika anak mampu
mengkemas dongeng yang didengarkan anak, anak akan
mudah menulis ulang alur cerita yang telah didengar.
Mendongeng menjadi media efektif untuk menjalin
komunikasi yang akrab dengan anak seraya mengajari
anak berbahasa.47 Dongeng dalam menyampaikan pesan
moral membantu anak dalam meningkatkan
perkembangan moral anak dengan cara berfantasi dan
berimajinasi dri alur cerita yang dikemas dengan menarik
sehingga sangat mudah anak dalam memahami pesan
moral dalam cerita.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan Anggih Rizqi Amalia Sunardi (2015)
yang berjudul “ Penerapan Metode Mendongeng Dengan
Bantuan Boneka Jari Untuk Meningkatkan Keterampialn
Berbicara Siswa Kelas IB “. Skripsi ini memaparkan tentang
manfaat penerapan metode mendongeng dengan boneka jari
terhadap keterampilan berbicara anak di Madrasah Ibtidaiyah Al-
Ma’arif 02 Singosari Malang.
Skripsi ini menyimpulkan hasil penelitian penerapan
metode mendongeng dalam mengembangkan keterampilan
berbicara anak yaitu menghasilkan antusias peserta didik
47 Ibid., h. 75
47
terhadap keterampilan berbicara. selama ini pembelajaran
bersifat monoton, karena selama ini pembelajaran hanyalah
melalui metode ceramah dan metodetanya jawab saja. sehingga
ketika peneliti menggunakan metode mendongeng dengan
media boneka jari, siswa sangat senang dan tertarik. suasana
kelas menjadi lebih kondusif meskipun beberapa siswa masih
belum tertarik dan belum bisa dikendalikan. Hasil penelitian
mulai siklus I sampai siklus II memiliki perkembangan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa metode mendongeng dengan
media boneka jari dapat meningkatkan keterampilan berbicara
siswa IB.48
2. Siti Fadjryana Fitroh dan Evi Dwi Novita Sari, jurnal yang
berjudul “dongeng sebagai media penanaman karakter pada
anak usia dini”. berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti tentang dongeng sebagai media penanaman karakter
pada anak usia dini, di PAUD Kasih Ibu di Desa Murukan
Mojoagung Kabupaten Jombang.
peneliti menyimpulkan bahwa nilai karakter memang
sangatlah penting untuk membentuk kepribadian yang baik
berbudi luhur dalam diri anak. Dongeng menjadi metode yang
menarik dan hidup, sehingga sangat berpengaruh dalam
penanaman karakter pada anak karena pesan moral yang
disampaikan melalui mendongeng.49 Demikian peneliti
menyimpulkan bahwa metode mendongeng dapat dikatakan
sebagai salah satu pembelajaran anak usia dini yang dapat
48Anggih Rizqi Amalia Sunardi Skripsi pada universitas UIN Malang, “ Penerapan Metode Mendongeng Dengan Bantuan Boneka Jari Untuk Meningkatkan Keterampialn Berbicara Siswa Kelas IB “. http://etheses.uin-malang.ac.id/7322/1/1114001.pdf., Malang, 2015, h. 87, dipublikasikan.
49 Siti Fadjryana Fitroh dan Evi Dwi Novita Sari, “dongeng sebagai media penanaman karakter pada anak usia dini”Jurnal pada Universitas Trunojoyo Madura, http://journaltrunojoyo.ac.id/pgpaudtrunojoyo/article/download/2606/2119, h. 97, dipublikasikan.
48
memberikan manfaat positif bagi perkembangan anak terutama
perkembangan moral, bahasa dan sosio emosional.
3. Penelitian Latifah Nur Ahyani (2010) yang berjudul “Metode
Mendongeng Dalam Meningkatkan Kecerdasan Moral Anak
Usia Prasekolah”. Menyimpulkan hasil analisis penelitian dari
beberapa siswa TK di Solo, TK di Bantul dengan menggunakan
rancangan penelitian model the untreated control group design
with pretest and posttest (cook & Campbell). Menunjukkan hasil
hipotesis yang mengatakan bahwa ada perbedaan tingkat
pencapaian kecerdasan moral anak usia prasekolah mendapatkan
pesan moral melalui mendongeng berbeda dengan anak yang
mendapatkan pesan moral yang disampaiakan tidak melalui
dongeng.
Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus menyatakan
diterima karena hasil perbedaan antara pra test sampai post test,
bahwa melalui metode mendongeng mampu mengembangkan
kecerdasan moral anak usia prasekolah.50
Hasil ketiga penelitian relevan yang telah dipilih
menjadi data bahwa metode mendongeng mampu
mengembangkan perkembangan anak, salah satunya adalah
aspek moral, aspek perkembangan yang akan dikembangkan oleh
guru melalui metode mendongeng memerlukan strategi dalam
mendongeng untuk memudahkan guru dalam mengembangkan
aspek perkembangan yang akan dicapai.
Sehingga penelitian ini tertuju untuk para guru untuk
membantu dalam meningkatkan strategi mendongeng dari kak
Awam Prakoso salah satu public figure dalam mendongeng yang
pernah menerima penghargaan sebagai tokoh muda pemerhati
anak dalam menyampaikan pesan moral melalui mendongeng
50 Latifah Nur Ahyani, “Metode Mendongeng Dalam Meningkatkan Kecerdasan Moral Anak Usia Prasekolah”, Jurnal pada Universitas Muria Kudus, http://eprints.umk.ac.id/267/1/24_-_32.PDF., kudus, h. 28, dipublikasikan.
49
oleh Seto Mulyadi serta menjadi koordinator kampung dongeng
di seluruh Indonesia sebagai wadah pembelajaran mendongeng
dalam menyampaikan pesan moral.
C. Kerangka Teoritik
Metode bercerita atau mendongeng merupakan salah satu
seni dalam bentuk hiburan, serta kegiatan yang dilakukan sejak dari
generasi ke generasi selanjutnya dan memiliki nilai baik bagi
pendengar dan pencerita.
Metode mendongeng menjadi salah satu metode yang
sering digunakan dalam menyampaikan pesan moral pada anak
usia dini sehingga metode mendongeng membutuhkan teknik serta
strategi, agar penyampaian pesan moral dalam dongeng terkesan
menarik sehingga membantu anak dalam memahami pesan moral
yang disampaikan. Mendongeng menjadi sebuah kegemaran Kak
Awam yang dikembangkan sejak tahun 1992 dengan tujuann
menghibur anak-anak di sekitar rumah.
50
D. Kerangka Berpikir
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
Metode Mendongeng Kak Awam Prakoso
Teknik Mendongeng Kak Awam Prakoso
Mendongeng Kak Awam dalam Menyampaikan
Pesan Moral
Metode Mendongeng Kak Awam Prakoso dalam Menyampaikan Pesan Moral pada Anak Usia Dini
Langkah Dasar Mendongeng Kak Awam
Prakoso
Strategi Mendongeng Kak Awam Prakoso
Hubungan Dongeng dengan Pesan Moral
Teknik Penyampaian pesan moral melalui dongemg Kak
Awam
Memilih cerita berdasarkan usia dan mengemas dengan
Mengubah intonasi
suara dalam dongeng
Etika Bahasa dalam mendongeng Kak
Awam
Durasi Waktu Kak Awam Prakoso Mendongeng
Penguasaan kak Awam terhadap anak yang tidak
fokus
Tempat mendongeng Kak Awam Prakoso
Langkah Menutup dongeng
Langkah Membuka dongeng
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Dongeng milik
Kak Awam, yang terletak di Jalan Musyawarah, No. 99, RT 04 RW
01, Kelurahan Sawah, Kecamatan Ciputat, Sawah Lama, Ciputat,
Kota Tangerang Selatan, Banten 15413.
2. Waktu Penelitian Waktu penelitian pertama dilaksanakan pada bulan
November 2018 (untuk mendapatkan data dan informasi awal
sebelum penelitian). Sedangkan penelitian secara mendetail
dilaksanakan pada bulan April 2019. Alasan memilih objek Kak
Awam Prakoso karena ia memiliki teknik mendongeng yang tidak
hanya pada sebagian suku, ras dan agama, kak Awam Prakoso
salah satu public figure dalam mendongeng yang pernah menerima
penghargaan sebagai tokoh muda pemerhati anak dalam
menyampaikan pesan moral melalui mendongeng oleh Seto
Mulyadi serta menjadi koordinator kampung dongeng di seluruh
Indonesia sebagai wadah pembelajaran mendongeng dalam
menyampaikan pesan moral serta memiliki.
B. Metode Penelitian Penggunaan metode dalam penelitian ini untuk
menentukan data yang valid, akurat dan signifikan sehingga dapat
diteliti permasalahan dalam penelitian ini. Penelitian yang
dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Penelitian kulaitatif menjadi metode penelitian
naturalistik karena penelitian dilakukan pada kondisi alamiah.
Disebut sebagai metode kualitatif, karna data yang terkumpul dan
analisisnya lebih bersifat kualitatif.
51
52
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode deskriptif. Menurut Bogdan Taylor bahwa metode kualitatif
penelitian yang dilakukan untuk menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
objek yang diamati oleh peneliti.1 Penelitian kualitatif tidak
menggunakan data kuantitatif sebagai pendukung karena penelitian
kualitatif menekankan peneliti berusaha untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian melalui berfikir formal dan
argumentatif.
Pendekatan ini dipilih berdasarkan satu alasan, yaitu
permasalahan yang dikaji tentang implementasi metode
mendongeng dalam menyampaikan pesan moral yang mudah
dipahami anak-anak, sehingga masalah yang dikaji membutuhkan
data lapangan yang sifatnya aktual. Dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif sebagai metode fakta dari objek yang
akan diteliti, peneliti berusaha mendapatkan informasi yang
mendalam dan menggambarkan hasil penelitian atau fenomena-
fenomena yang diteliti, kemudian digambarkan dalam bentuk
uraian, yang mana Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
bagaimana kak Awam Prakoso mendongeng dalam menyampaikan
pesan moral untuk anak usia dini di Kampung Dongeng.
C. Teknik Pemilihan Informan Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi.
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk menentukan
subjek penelitian yaitu menggunakan teknik purposive sampling,
yaitu sampel yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti. Penelitia
sengaja memilih orang-orang yang dianggap peneliti dapat
memberikan infromasi mengenai implementasi metode
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), CV. ALFABETA, 2008).
53
mendongeng dalam menyampaikan pesan moral anak usia dini oleh
Kak Awam Prakoso.
Adapun beberapa informan tersebut adalah:
1. Kak Awam
2. Anggota kampung dongeng
3. Peserta didik lembaga
4. Pihak lembaga yang di kunjungi oleh Kak Awam
D. Instrumen dan Teknik pengumpulan Data Pengumpulan data adalah instrumen atau cara untuk
mengumpulkan dalam mengumpulkan data selama pelaksanaan
penelitian.2 Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah instrumen non tes, yakni:
1. Observasi
Teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung
dan pendataan hasil pengamatan di lapangan. Pada dasarnya teknik
observasi digunakan untuk melihat perubahan tumbuh kembang
dari pengamatan peneliti, setelah itu data yang telah didapatkan
diberi penilaian, sehingga peneliti mampu memisahkan antara data
yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan.
Teknik observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara observasi tak berstruktur, meski peneliti telah mempersiapkan
apa saja yang harus diamati tetapi persiapan melakukan observasi
tidak sistematis tentang apa yang akan diobservasikan. Instrumen
observasi pun tidak baku ketika Kak Awam sedang melaksanakan
kegiatan pelatihan penyampaian teknik mendongeng dihadapan
pendidik serta observasi mengumpulkan data ketika Kak Awam
sedang mendongeng dihadapan anak-anak.
2 Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Ciputat, Quantum Teaching 2006), Cet. 1, h. 73.
54
Kisi- Kisi Instrumen Observasi No. Pengamatan Pernyataan
1. Bagaimana pembawaan
dongeng kak Awam dalam
menyampaikan pesan moral
2. Bahasa mendongeng kak
Awam berdasarkan usia
anak
3. Respon anak-anak ketika
mendengar dongeng Kak
Awam
4. Teknik pasca mendongeng
kak Awam memastikan
anak usia dini memahami
pesan moral
5. Proses penyampaian pesan
moral ketika kak Awam
Mendongeng
6. Teknik Membuka dan
menutup kak Awam
Mendongeng
Tabel 3.1 : Instrumen Observasi
2. Wawancara Wawancara sebagai alat tukar menukar informasi dari
yang tertua dan digunakan oleh siapapun sampai seluruh zaman.3
Instrumen wawancara dalam penelitian ini dilakukan menggunakan
3 Ibid, h. 82
55
wawancara tidak struktural, bertujuan agar selama pelaksaan
peneliti lebih bebas dan menemukan informasi lebih mendalam.
Peneliti menggunakan wawancara melalui tanya jawab dengan
menggunakan pedoman wawancara yang diajukan untuk informan.
Kisi- Kisi Instrumen Wawancara No. Pengamatan Pernyataan
1. Bagaimana kak Awam
mengemas dongeng dengan
lucu?
2. Apakah bahasa mendongeng
kak Awam berdasarkan usia
anak
3. Bagaimana Respon anak usia
dini ketika mendengar dongeng
Kak Awam
4. Apakah Teknik pasca
mendongeng kak Awam
memastikan anak usia dini
memahami pesan moral
5. Bagaimana Proses dan etika
penyampaian pesan moral
ketika kak Awam Mendongeng
6. Teknik Membuka dan menutup
kak Awam Mendongeng
Tabel 3.2 : Instrumen Wawancara
56
3. Dokumentasi Dokumen digunakan sebagai pendukung hasil observasi
dan wawancara, agar data yang dikumpulkan memiliki nilai
kebenaran, dokumentasi menjadi data pendukung dalam
menguatkan hasil penelitian yang memiliki buku bernilai nyata
atau sesunggunya sehingga tidak adanya kebohongan selama
proses penelitian.Menurut menurut Hamid bahwa “memperoleh
data dengan teknik dokumentasi yang didapatkan langsung dari
tempat penelitian, berupa meliputi buku-buku yang relevan,
peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter,
dan data yang relevan penelitian’’4
Penelitian ini peneliti mengambil dokumen berupa gambar
atau foto, video serta berbagai data lainnya sebagai pendukung data
penelitian yang berkaitan dengan metode mendongeng dalam
menyampaikan pesan moral untuk anak usia dini oleh kak Awam
Prakoso. Studi dokumentasi ini membantu peneliti untuk
mendapatkan penjelasan yang akurat dari hasil observasi dan
wawancara. Penelitian ini menggunakan dokumentasi hasil lembar
wawancara, obervasi, beberapa lembaran buku karangan objek dan
hal-hal yang berkaitan dengan implementasi metode mendongeng
dalam menyampaikan pesan moral oleh kak Awam Prakoso.
E. Analisis Data Analisis data kualitatif menurut Bondan dan Biklen adalah
pengolahan dan penyususnan data secara sistematis hasil data yang
dikumpulkan melalui teknik pengumpulan data kemudian
memilah-milih data menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintiskan, mencari dan memberi pola, menemukan yang
penting untuk dipelajari dan memutuskan apa yang akan
4 Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, (Bandung, Alfabeta, 2007), h. 31.
57
diceritakan.5 Penelitian ini membutuhkan analisis data sebagai
tahap penyusunan hasil data yang telah terkumpul melalui
wawancara, observasi, dan dokumentasi sehingga data mudah
dipahami dan memiliki nilai kejujuran sehingga dapat
diinformasikan kepada orang lain.
Peneliti melakukan analisis data yang dikemukakan oleh
Huberman melalui beberapa tahap yaitu data collection, data
reduction, data display dan Conclusion drawing atau
verification.6
1) Reduksi Data
Menelaah data yang telah didapat dari pengumpulan data
cukup banyak sehingga pada tahap reduksi data, peneliti
memilih hal-hal pokok dalam penelitian serta memfokuskan
pada hal-hal yang penting untuk dicari tema dan polanya.
2) Data display (penyajian data)
Data yang telah dipilih bagian pokok atau hal penting
kemudian peneliti melakukan penyajian data yaitu
membentuk data penelitian menjadi uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, Flowchart, dan sejenisnya.
3) Conclusion Drawing/ Verifikasi
Menurut Miles dan Huberman bahwa langkah ketiga dalam
analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi
data.7 Jika pada kesimpulan awal sudah didukung dengan
bukti-bukti valid dan konsisten sehingga kesimpulan yang
dikemukakan menjadi kesimpulan kredibel, tetapi
sebaliknya jika Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara sehingga dibutuhkan bukti-bukti yang
5 Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung, PT Remaja Rosdakarya 2013), h. 248
6 Sugiono, pendekatan Kualitatif, (Jakarta, Alfabeta, 2009), h.337. 7 Ibid, h. 345
58
mendukung pada tahap pengumpulan data selanjutnya agar
data yang dikemukakan menjadi kesimpulan yang kredibel.8
Gambar 3. 1. Komponen dalam analisis data (interctive model)
F. Pengujian Keabsahan Data Penelitian kualitatif menjadikan peneliti sebagai intstrumen
utamanya, sehingga hasil data yang didapatkan sebagai data
keabsahannya. Menurut Nusa dan Ninin, pemeriksaan keabsahan data
dikembangkan dengan empat kriteria, yaitu: (1) Kredibilitas, (2)
Keteralihan atau transferability, (3) Kebergantungan, (4) kepastian.9
Selama proses penelitian kualitatif, peneliti perlu lebih aktif dalam
proses penelitian karena peneliti yang menjadi intrumen utama selama
proses penelitian agar hasil dari penelitian berdasarkan permasalahan
yang sedang diteliti.
Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini
dikembangangkan dengan menggunakan kredibilitas. Indikator ini
8 Ibid, 345. 9 Nusa Putra dan Ninin Dwilestari, Penelitian Kualitatif PAUD, (Jakarta, Rajawali Pers,
2013), h. 87.
Tabel 3.1
Tabel 3.1
Data Collection
Conclusions ; Drawing/ Verifying
Data Reduction
Data display
59
digunakan sebagai penguat data dan untuk membuktikan bahwa data
atau informasi yang didapatkan memiliki derajat kepercayaan.
Adapun teknik yang digunakan sebagai uji kredibilitas dalam
penelitian ini, antara lain:
1) Perpanjang Pengamatan/Keikutsertaan
Perpanjang pengamatan memberi kesempatan bagi peneliti
untuk menambah waktu pengamatan agar dapat mendalami
dan melengkapi data atau informasi dari lapangan, sehingga
penelitian tidak hanya berlangsung di kampung dongeng
milik kak Awam Prakoso melainkan memberi kesempatan
peneliti untuk ikut terlibat dalam kegiatan mendongeng kak
Awam diberbagai tempat yang dikunjungi kak Awam untuk
mendongeng atau mengisi pelatihan mendongeng sebagai
strategi peneliti dalam memperbanyak data dan
mempermudah dalam menguji kebimbangan informasi yang
didapatkan baik dari diri sendiri maupun responden.
2) Triangulasi
Trianggulasi sebagai teknik dalam pengecekan data dengan
cara pengecekan atau pemeriksaan ulang, teknik ini peneliti
perlu mencari lebih dari satu sumber untuk memahami datata
atau informasi sehingga dalam penelitian ini peneliti tidak
cukup mendapatkan informasi strategi mendongeng dari
objek penelitian saja tetapi juga membutuhkan data atau
informasi dari beberapa sumber seperti anak-anak penikmat
dongeng kak Awam Prakoso atau peserta pelatihan
mendongeng Trianggulasi ini dilakukan untuk mengecek
ulang dan membandingkan data penelitian sehingga
informasi yang didapatkan semakin akurat dan mengandung
kebenaran.
60
3) Kecukupan Referensial
Kecukupan referensial sebagai upaya peneliti untuk
melengkapi pengumpulan data dengan mengunakan alat
bantu perekam suara, kamera dan handycam, untuk
menambah referensial sebagai penguat data penelitian.10
untuk mengambil foto dan video. Sebagai pelengkap dalam
pengumpulan data peneliti dengan cara merekam suara, foto,
dan video kak Awam Prakoso ketika mendongeng.
10Ibid., h. 89.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Karakteristik Penelitian
a. Karakteristik Objek Penelitian Mochammad Awam Prakoso yang akrab dipanggil dengan
kak Awam, ketua serta pendiri kampung dongeng di Indonesia
yang terletak di kampung sawah, kak Awam terlahir di Blora Jawa
Tengah pada tanggal 18 Mei 1973 sampai saat ini kak Awam
tinggal di Ciputat bersama Istrinya yang bernama Yuliana serta
ketiga anak kak Awam.
Kemampuan bercerita kak Awam juga tak lepas dari
dukungan orang tua kak Awam yaitu Taksisman HW dan
Soekartini, tetapi kemapuan bercerita didapatkan karena ayahnya
yang sering membacakan dongeng sejak kecil. Sejak menjadi
mahasiswa kak Awam aktif di dunia seni peran dunia teater, mulai
tahun 1992 kak Awam mulai mendalami metode mendongeng,
menjadi aktivis kampus, sering ikut kegiatan menjadi relawan
kemanusian seperti relawan bencana, serta kegiatan yang
melibatkan anak-anak karena dongeng bisa menghibur anak-ank
serta juga memberikan edukasi melalui pesan moral dalam
dongeng, pada tahun 1999 kak Awam juga mulai aktif
mendongeng keliling untuk bercerita kisah-kisah atau cerita yang
memiliki pesan moral dan cerita yang menarik, mulai dari
kampung dan pendidikan Al Quran (TPQ) hingga keliling berbagai
daerah. Karya yang dimiliki kak Awam sampai saat ini buku cerita
dengan judul 25 cerita serta karya video dongeng kak Awam yang
berjudul: turorial mendongeng, petualang ayam jago, cerita anak
islami, air sahabat anak, aku anak hebat selain video mendongeng
61
62
kak Awam juga memiliki 2 karya album yang berjudul
mendongenglah dan aku anak hebat. kak Awam juga dikenal
sebagai pembawa acara serta pendongeng di berbagai stasiun
televisi seperti ANTV program “Diary Bunda”, TVRI Nasional
program “Budi”.
Mendongeng semakin diyakini menjadi media untuk
menyampaikan pesan moral yang mudah dilakukan ketika kak
Awam menghadapi kedua anaknya yang bertengkar sederhana,
kemudian kak Awam mengajak anak pertamanya untuk berkeliling
menggunakan sepeda motor, selama diperjalanan hingga kak
Awam berhenti sejenak untuk mendongeng menceritakan dua
saudara yang bertengkar, hingga akhir cerita dan anak pertama
merasa terhibur dan ingin segera pulang untuk meminta maaf
kepada adiknya, kejadian ini menjadikan kak Awam semakin
selalu ingin menghibur anak-anak dengan mendongeng.
Kampung dongeng adalah sebagai ruang ekspresi dan
ruang imajinasi bagi anak-anak dibawah pimpinan kak Awam,
kegiatan di kampung dongeng sejak bulan februari 2009 dan
diresmikan pada tanggal 18 Mei 2009. Kampung dongeng terletak
di Jalan Musyawarah, No. 99 RT 04 RW 01, Kelurahan Sawah,
Kecamatan Ciputat, Sawah Lama, Ciputat, Kota Tangerang
Selatan, Banten 15413. Kampung dongeng menyiapkan acara
gratis untuk masyarak setiap pekannya dan dilaksanakan di
sekretariat kampung dongeng di berbagai daerah.1
Berdasarkan target awal kak Awam mempersembahkan
1.000 kampung dongeng untuk Indonesia, sehingga siapapun dapat
turut serta untuk mendirikan kampung dongeng di berbagai daerah,
dengan cara menghubungi sekretariat kampung dongeng pusat
yang berada di Tangerang Selatan, kampung dongeng sampai saat
ini berjumlah 150 titik di 25 propinsi di Indonesia.
1 www.kampungdongeng.com
63
Sejarah kampung dongeng dimulai sejak tahun 1992 Kak
Awam menyempatkan dikala kesibukannya untuk menghibur anak-
anak di sekitar rumahnya, melalui bekal ilmu seni peran yang
didapatkannya, Kak Awam mulai mencoba menularkan beberapa
kegiatan positif kepada anak-anak di sekitar rumahnya. Kampung
dongeng memiliki beberapa anggota relawan kampung dongeng
berdasarkan bimbingan Kak Awam dengan tujuan
membudidayakan dongeng agar menjadi kegiatan atau metode
yang tak terlupakan.
Kampung dongeng menjadi wadah yang sangat
bermanfaat dan menyenangkan tidak hanya untuk anak-anak tetapi
juga orang dewasa. Kegiatan yang ada pada kampung dongeng
tidak hanya mendongeng atau mendengarkan dongeng saja, tetapi
juga ada ajang unjuk bakat anak, melatih kreatifitas anak dan
berbagai permainan edukasi. Selain ka Awam dan relawan
kampung dongeng yang mengadakan acara, saung kampung
dongeng juga dapat dikunjungi oleh berbagai sekolah, mulai dari
Tk (Taman Kanak-Kanak) sampai SMA (Sekolah Menengah Atas)
atau pun sebuah komunitas belajar yang ingin berkunjung ke saung
kampung dongeng untuk mendapatkan sajian dongeng, membuat
prakarya dari berbagai bahan baik itu barang bekas atau bahan
yang telah dibeli serta bermain bersama di saung kampung
dongeng.
Kampung dongeng selain memiliki kegiatan yang
menyenangkan, ka Awam bersama relawan kampung dongeng
membuat kegiatan bernama kado craft, dimana kegiatan tersebut
membuat kerajinan tangan sebagai produk yang akan dijual, mulai
dikirim ke berbagai daerah atau dapat dibeli perorangan. Kak
Awam mengadakan kegiatan ini melatih tim relawan kampung
dongeng untuk berlatih berwirausaha dan menambahkan ide
kreatif.
64
b. Karakteristik Lokasi Penelitian
a) SDN Kebon Kelapa 02 Pagi Sejak tahun 1991 SDN Kebon Kelapa 02 Pagi didirikan di
jalan Batu Tulis Raya XII/20 kelurahan Kebon Kelapa provinsi
D.K.I Jakarta dibawah naungan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan. Jumlah guru saat ini berjumlah 20 orang dengan
jumlah pelajar laki-laki 229 orang, pelajar perempuan 179
orang.
Waktu pelaksanaan penlitian ke I Pada tanggal 13 Juni 2019 Pemerintah Kota (PEMKOT)
Jakarta menyelanggarakan gemar ikan untuk mengajak
anak SD untuk gemar makan ikan di SDN Kebon Kelapa
02 Pagi, PEMKOT menyelenggrakan gemar makan ikan
melalui dongeng sebagai media untuk menyampaikan
pada anak sekolah dasar bahwa pentingnya makan ikan.
Acara mulai pukul 08.00 pagi dan kak Awam tampil
mendongeng pukul 08.30.
b) TK Ricci II Bintaro TK Ricci II bintaro berdiri sejak tahun 1987, terletak di
jalan Utama II kelurahan pondok Karya kecamatan Pondok
Aren Kota Tangerang Selatan, Banten. TK Ricci II memiliki
tenaga pendidik yang berkompeten di bidang anak usia dini.
Berdasarkan tenaga pendidik yang kompeten serta fasilitas
yang telah kami persiapkan, TK Ricci II memiliki program-
program kegiatan dengan tujuan untuk membantu tumbuh
kembang anak-anak dengan mengutamakan pada keberhasilan
anak.2 Harapan sekolah agar anak-anak tumbuh menjadi
pribadi yang dapat menghargai tuhan, dirinya sendiri dan
2 http//Tkricci2.sekolah.sch.id
65
orang lain serta serta menjadi pribadi yang mandiri dan
memiliki skill sehingga mampu bersaing di era globalisasi ini.
Waktu pelaksanaan penlitian ke II Perpisahan TK A dan KBB pada tanggal 13 Juni 2019,
sedangkan TK B dilaksanakan sebelum TK A dan KBB
pada tanggal 12 Juni. Acara perpisahan TK A dan KBB, di
tampilkan oleh penampilan anak-anak TK A dan KBB yaitu
angklung, tari payung, tari pelangi, tari robot dan beberapa
penampilan lainnya. Pelaksanaan perpisahan TK A dan
KBB di aula depan kelas anak-anak, acara berlangsung
mulai pukul 15.00 sampai 18.00 WIB, sedangkan kak
Awam tampil pada pukul 17.30.
c) Wonder Fest Wonder fest sebuah acara festival anak dan keluarga yang
dipersembahkan oleh Samara Live yang hadir pertama
kalinya di Indonsia pada tahun 2019. Festival ini
menawarkan banyak pilihan aktivitas seru untuk liburan
keluarga mulai dari area playground, bazar dan happy
cooking. Festival keluarga ini tidak hanya mengajak anak
untuk bermain tetapi juga membantu anak untuk mengenal
pengetahuan alam dan ilmu sains di Science Zone.
Waktu pelaksanaan penlitian ke II Acara Wonder fest ini berlangsung di Jakarta Convention
Center (JCC) Hall A dan B pada tanggal 20-23 Juni 2019,
tetapi kak Awam tampil mendongeng pada tanggal 23 Juni
2019 pukul 14.00 WIB.
66
c. Karakteristik Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini terdiri dari kak Awam
Prakoso, manager kak Awam, 1 relawan kampung dongeng, 1
kepala sekolah, 1 guru kelas, 2 peserta didik, 2 orang pengujung
acara wonder fest,1 orang teman peneliti sebagai triangulasi waktu.
Berikut tabel karakteristik subjek penelitian:
No. Kode L/P Keterangan
1. KA 1 L Kak Awam prakoso sebagai pendongeng
2. KA 2 P Kak Siti Relawan kampung dongeng 3. RC 1 P Kepala sekolah TK Ricci II 4. KP 1 P Guru kelas sekolah SDN Kebon Kelapa
02 Pagi 5. KP 2 L (satria) Anak didik sekolah SDN Kebon
Kelapa 02 Pagi 6. KP 3 P Wali murid Sekolah SDN Kebon
Kelapa 02 Pagi 7. WF 1 P (Najwa) Pengunjung anak-anak acara
wonder fest di Jakarta convention center (JCC)
8. WF 2 P Pengunjung acara wonder fest di Jakarta convention center (JCC)
9. RC 2 P Kawan Peneliti Tabel 3.3 : kode subjek penelitian
67
2. Hasil Pengumpulan Data Penelitian
A. Strategi Mendongeng kak Awam pada Anak Strategi menjadi sebuah trik untuk mencapai suatu tujuan
sehingga dalam mendongeng juga membutuhkan strategi agar
memiliki daya tarik tersendiri bagi pendongeng dan pendengar
terutama anak usia dini.
a. Memilih dongeng sesuai kriteria usia anak serta
mengemas cerita dengan lucu Menurut kak Awam bahwa:
“Bagi saya meyiapkan dan memilih dongeng sangat dipersiapkan terutama menyesuaikan usia anak, karena setiap anak berbeda usia pasti memiliki daya tangkap yang berbeda kemudian bagaimana saya mengemas cerita menjadi lucu sehingga bisa menghibur mereka”. (CW 1, P 1, KA 1).
Pemilihan cerita berdasarkan usia juga diterlihat dari hasil observasi:
“Mendongeng menjadi sebuah kegiatan yang kak Awam sering lakukan, sehingga kak Awam terbiasa mengatur dari segi cerita bahasa yang harus didengarkan oleh masing-masing anak berdasarkan usia, kelas, lembaga, ataupun agama. Ketika kak Awam mendongeng di sekolah dasar (SD) sehingga anak yang mendengarkan mulai dari kelas 1-6, kak Awam menggunakan bahasa public figur yang sedang tenar di masa mereka sehingga anak-anak kelas 4-6 juga merasa terhibur, ketika kak Awam baru berdiri dihadapan anak-anak saja, mereka sudah tertawa karena melihat tingkah kak Awam yang seolah-olah sedang mencari anak-anak, ketika tengah mendongeng pun anak-anak terhibur dengan wajah kak Awam yang dibuat-buat ” (CL 1, P 1, KP).
Hal ini juga dikatakan oleh ibu S sebagai Kepala Sekolah SDN Kebon
Kelapa 02 Pagi, bahwa:
“Saya saja sangat terhibur apalagi anak-anak, tidak hanya lucu, tetapi pengemasan ceritanya tentang raja yang tidak suka makan ikan sangat mudah dipahami, bahasa yang digunakan kak Awam pun tidak kontektual seperti buku
68
cerita, karena tidak semua guru dapat mendongeng seperti itu” (CW 1, P 1,KP 1).
Pengungkapan dongeng yang dikemas lucu dan menarik tetapi
bermakna juga di katakan oleh wali murid, ibu L bahwa:
“Dongeng kak Awam sangat menghibur, saya memperhatikan anak saya yang tertawa bersama teman-temannya serta para guru juga tertawa membuktikan bahwa dongeng kak Awam sangat lucu, saya juga hafal cerita apa yang disampaikan kak Awam bahwa raja sakit karena tidak mau makan buah” (CW 1, P 1,KP 3).
Hal ini juga senada dengan pengungkapan satria, peserta didik kelas 1
SDN Kebon Kelapa 02 Pagi:
“aku suka cerita kak Awam yang tentang si raja ga suka makan buah, akhirnya raja sakit, ceritanya seru, lucu engga bikin bosen dan suka bilang ashiap kaya Atta halilintar” (CW 1, P 1,KP 2).
Penjelasan di atas dikuatkan oleh hasil dokumentasi yang dilakukan
oleh peneliti seperti yang dapat dilihat pada gambar bahwa anak-anak
terlihat sangat fokus memperhatkan kak Awam (CD 1, P 1, KP) (CD
2, P 1, KP)
(CD 1, P 1, KP) (CD 2, P 1, KP)
Satria dan temannya yang sedang fokus melihat dongeng kak Awam
69
Pengungkapan senada seperti hasil data di SDN Kebon Kelapa 02
Pagi sebelumnya, hal tersebut juga menjadi alasan yang dikatakan
oleh Ibu V kepala sekolah TK Ricci II, bahwa:
“alasan saya itu mengapa kami mengundang kak Awam, karena ketika mendongeng kak Awam, memberikan dongeng yang lucu dan mudah dipahami serta kak Awam mendongeng tidak seperti membaca buku, tetapi sangat interaktif kepada anak-anak, cerita yang disampaikan secara bahasa tidak diskriminasi karena kami berbeda agama dengan kak Awam, meski berbeda kepercayaan kak Awam dengan kami tetapi kak Awam mampu menyampaikan cerita yang mudah dipahami oleh kalangan manapun baik berbeda usia bahkan agama, yang paling penting bagi kami, anak-anak sangat terhibur, saya perhatikan pun orang tua juga sangat terhibur dengan dongeng kak Awam.” (CW 1, P 2, RC 1).”
Perpisahan kelas TK A dan KBB TK Ricci II pada tanggal 13 Juni
2019, mengundang kak Awam untuk mendongeng sebagai hiburan
pada acara perpisahan tahun ini, menurut Ibu V juga
mengungkapkan:
“Saya tahu kak Awam berbeda kepercayaan dengan saya tetapi saya tahu banget kalau kak Awam bisa mendongeng menyesuaikan kepercayaanya dengan kepercayaan kami, kami beberapa kali mengundangnya karena kak Awam mendongeng membuat anak-anak senang sehinga saya bersama beberapa guru sangat antusias jika perpisahan anak-anak mengundang kak Awam, bahkan ketika dia berpuasa, kami saling menghormati ketika dia berbuka yaaa kami tidak menggangunya dan kak Awam menerima undangan kami .”(CW 2, P 2, RC 1).
Pengungkapan kepala sekolah TK Ricci II juga di setujui oleh
kawan peneliti ketika menemani dalam proses mencari data
penelitian:
70
“aku juga setuju banget sama ibu kepala sekolah tadi bahwa dongengnya kak Awam tidak ada kata yang berbau islami, ternyata kak Awam mampu mensortir bahasa agar tidak keceplosan, tapi pas kak Awam bilang jangan lupa jawab salamnya, dalam hati aku kak Awam mau ngucapin Assalamualaikum eh ternyata kak Awam malah tanya kabar heee aku sempet deg degan coba, dongeng kak Awam bisa membuat anak-anak berdiri karena antusias yang tinggi denger dongeng kak Awam yang lucu” (CW 1, P 2, RC 2). Penjelasan hasil wawancara di atas dikuatkan oleh hasil
dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti saat anak-anak terlihat
sangat antusias mendengar dongeng kak Awam sampai kak Awam
mempersilahkan anak-anak duduk, seperti yang dapat dilihat pada
gambar (CD 3, P 2, RC) (CD 4, P 2, RC), (CD 5, P 2, RC).
(CD 3, P 2, RC) (CD 4, P 2, RC), (CD 5, P 2, RC)
Antuasias anak-anak mendengar dongeng kak Awam di TK Ricci
II
71
Penjelasan kepala sekolah TK Ricci II dan kawan peneliti,
dikuatkan dengan catatan lapangan saat anak-anak maju untuk
mendengarkan dongeng, mengikuti intrumen kak Awam untuk naik
ke atas panggung sebagai tanda antusias anak terhadap dongeng
kak Awam.
“ketika akhir dongeng sebelum penutup kak Awam mampu memberikan instruksi untuk mempersilahkan anak maju diatas panggung dengan tertib dan rapih untuk berfoto bersama bersama kak Awam, melalui dongeng serta bernyanyi anak-anak maju naik dan turun panggung dengan tertib” (CL 2, P 2, RC). Peneliti melakukan penelitian selanjutnya menghadiri acara
wonder fest di Jakarta convention center (JCC) dan mendapatkan
pengungkapan senada seperti hasil data di SDN Kebon Kelapa 02
Pagi dan di sekolah TK Ricci II sebelumnya, Najwa seorang
pengunjung acara wonder fest mengatakan bahwa:
“mmmm bagus lucu, aku sampai maju-maju ikut nyanyi bersama kak Awam di depan, apalagi kak Awam bisa suara binatang aku suka lucu banget” (CW 1, P 3, WF 1).
Peneliti sendiri sangat terhibur dengan dongeng kak Awam apalagi
di akhir dongeng kak Awam mengajak nyanyi bersama, karena
mulai penelitian pertama dan kedua tidak ada sesi menyanyi
bersama, akhirnya peneliti juga mewawancarai ibu dari Najwa
sebagai penguat data, ibu S mengungkapkan:
“Saya rasa cerita tentang marsya yang pemalu sangat mudah dipahami alur ceritanya dibawa dengan lucu, bahasa yang digunakan pun cocok dengan anak-anak tidak rumit untuk dipahami sehingga menjadikan anak-anak tertawa sampai ada yang duduk ditangga panggung, mungkin saking sukanya dengan kak Awam yang lucu,” (CW 1, P 3, WF 2)
72
Penjelasan di atas saat anak-anak antusias mendengarkan
dongeng kak Awam dikuatkan oleh hasil dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti seperti yang dapat dilihat pada gambar (CD
6, P 3, WF) (CD 7, P 3, WF), (CD 8, P 3, WF).
(CD 6, P 3, WF) (CD 7, P 3, WF), (CD 8, P 3, WF)
Antuasias anak-anak mendengar dongeng kak Awam di Wonder
Fest
b. Mendongeng dengan menarik serta merubah intonasi
suara, untuk membedakan tokoh dalam cerita Membedakan suara sangat diperlukan ketika mendongeng
membantu pendengar untuk membedakan tokoh dalam cerita serta
menambah daya tarik cerita untuk memudahkan memahami pesan
moral, kak Awam memberikan pernyataan, bahwa:
“Membuat pendengar dongeng tertarik dengar dongeng saya, meniru berbagai suara menjadi teknik saya, sampai saat ini saya bisa meniru 120 macam suara, baik
73
suara binatang, suara tidak lazim seperti suara buka pintu serta suara untuk membedakan tokoh seperti kakek, anak kecil.” (CW 2, P 4, KA 1).
Pernyataan kak Awam memiliki 120 suara sampai saat ini belajar
secara otodidak:
“saya saat ini bisa meniru 120 suara, saya berlatih secara otodidak tidak perlu menginap di ragunan untuk bisa meniru suara binatang hee, tapi saya hanya merekam suara apa yang ingin saya tiru, kemudian saya berulang-ulang berlatih sampai ketika saya dikamar mandi kecuali dalam kedaan shalat dan tidur hee” (CW 2, P 4, KA 1).
Pernyataan kak Awam juga dibenarkan oleh hasil data
observasi :
“Sejak mulai dongeng kak Awam sudah mengeluarkan suara yang unik seperti ketika membuka sepatu, suara terompet, suara beduk sampai suara binatang serta suara tokoh raja dan raksasa” (CL 3, P 1, KP).
Pernyataan senada tentang kak Awam memiliki berbagai macam
suara juga dibuktikan dengan ungkapan ibu A sebagai guru SDN
Kebon Kelapa 02 Pagi:
“penguasaan berbagai macam suara yang kak Awam ucapkan tadi menjadi daya tarik pendengar terutama ketika tebak-tebakan berbagai suara binatang, anak-anak sangat semangat menjawabnya (CW 3, P 1,KP 1).
Selain itu pernyataan kak Awam juga dibuktikan dengan ungkapan
yang senada oleh wali murid SDN Kebon Kelapa 02 Pagi:
“banyak macam-macam suara ka Awam yang menghibur kita, saya suka liat pendongeng seperti kak Awam sangat kreatif” (CW 2, P 1,KP 3).
74
Pernyataan Kak Awam serta pengungkapan guru dan wali murid
SDN Kebon Kelapa 02 Pagi juga di kuatkan data hasil wawancara
dengan dokumentasi video recorder terkait bermacam variasi suara
kak Awam dalam mendongeng di SDN Kebon Kelapa 02 Pagi :
(CV 1, P 1, KP).
(CV 1, P 1, KP)
Kak Awam mendongeng dengan bebagai suara transportasi
Penelitian kedua juga memiliki pengungkapan pernyataan yang
sama oleh kepala sekolah TK Ricci II terkait macam suara kak
Awam yang menirukan banyak suara mulai dari binatang sampai
beberapa tokoh kartun:
“luar biasa kak Awam mampu meniru banyak suara ketika mendongeng, saya juga bingung bagaimana meniru macam suara kak Awam, tapi saya tidak menghitung berapa jumlah suara kak Awam, bagi saya segitu cukup banyak” (CW 3, P 2, RC 1).
Pengungkapan senada juga disammpaikan oleh kawan peneliti
yang hadir saat penelitian di sekolah TK Ricci II, bahwa:
“Hebat banget, kenapa kak Awam keren banget ya kak, semua suara bisa ditiru, keren banget, suara gajah, bisa, suara ular biasa sampai suara kucing kelaparan juga
75
bisa, tapi jumlahnya ketutup dengan suara unik kak Awam” (CW 2, P 2, RC 2).
Hasil data observasi juga senada dengan observasi pertama:
“Observasi pertama dengan kedua memiliki kesamaan yaitu kak Awam memulai dengan suara meniru suara terompet kemudian suara bedug, suara binatang, suara pintu, serta suara tokoh dalam dongeng, suara kak Awam juga tidak terhitung karena berbagai suara kak Awam dikuasai,mulai dari suara tranportasi, hewan, olahraga bahkan suara manusia.” (CL 4, P 2, RC)
Penjelasan di atas dikuatkan oleh hasil video dokumentasi kak
Awam mendongeng dengan menerapkan berbagai macam suara
ketika mendongeng (CV 2, P 2, RC).
(CV 2, P 2, RC)
Kak Awam mendongeng dengan bebagai suara binatang di
TK Ricci II
Pengungkapan yang senada juga diungkapkan oleh Najwa
pengunjung acara wonder fest terkait kak Awam bisa menirukan
berbagai macam suara:
76
“Kak Awam tadi meniru suara binatang, terus suara marsyanya lucu kaya anak-anak terus suara kakek-kakek” (CW 2, P 3, WF 1).
Ungkapan yang diucapkan Najwa diperkuat oleh hasil data
observasi, bahwa:
“ketika kak Awam naik panggung sebelum mulai bercerita memulai dengan bernyanyi dengan intonasi rendah ke tinggi, kemudian meniru suara kucing marah dan berbagai suara tokoh dalam cerita tetapi tidak sampai 120 macam suara kak Awam yang terucap ketika mendongeng di JCC” (CL 5, P 3, WF).
Hasil data yang didapatkan di atas semakin diyakinkan oleh video
dokumentasi kak Awam mendongeng pada acara wonder fest di
JCC menirukan berbagai macam suara. (CV 3, P 3, WF).
(CV 3, P 3, WF)
Kak Awam mendongeng dengan bebagai suara tidak lazim di Wonder Fest
77
c. Etika Bahasa Mendongeng Sebagai Bentuk
Penyampaian Pesan Moral Bahasa menjadi pengantar mendongeng, jika bahasa yang
digunakan tidak sesuai dengan kriteria pendengar maka dongeng
akan sulit dipahami, terutama pada anak usia dini, mulai penelitian
pertama sampai penelitian terakhir kak Awam mendapatkan
apresiasi terkait bahasa yang digunakan saat mendongeng, menurut
kak Awam, bahwa:
“Mendongeng menurut saya menjadi media yang mudah dilakukan oleh siapapun berupa kata-kata dalam menyampaikan pesan moral sehingga ketika kita menyampaikan pesan moral kita juga memerlukan etika dalam berbahasa untuk mempermudah pesan moral mudah dipahami serta tidak lepas dari nilai islami dan berusaha ketika mendongeng bahasa sesuai dengan cerita kita”. (CW 2, P 4, KA 1).
Berdasarkan hasil catatan observasi/catatan lapangan bahwa:
Etika penyampaian komentar positif kak Awam lakukan saat mendongeng SDN Kebon Kelapa 02, mulai kak Awam datang dihadapan anak-anak penggunaan bahasa kak Awam mudah dipahami, gerak gerik dalam mendongeng juga menyesuaikan dengan pesan moral dalam cerita tetapi hanya saja sebelum masuk dalam cerita kak Awam menyebutkan kata ashiap yang saat ini sedang heboh dikalangan anak muda, meski anak-anak merespon terlihat dari peneliti memperhatikan anak-anak meniru kembali kata ashiap, penggunaan kata ashiap hanya diucapkan ketika di awal saja (CL 7, P 2, KP).
Penggunaan bahasa yang mudah dipahami juga diungkapkan
oleh guru SDN Kebon Kelapa 02 Pagi bahwa:
“luar biasa kak Awam mampu mengkondisikan anak-anak yang cukup banyak, serta mengatur bahasa dalam mendongeng berdasarkan usia yang bervariatif, bahasa
78
yang digunakan tidak terlalu buku banget yang sulit dimengerti bahkan kak Awam mendongeng dengan menyelipkan kata yang sedang familiar di kalangan anak-anak sehingga menyesuaikan kehidupan keseharian anak” (CW 5, P 1,KP 1).
Ketika penelitian pertama di SDN Kebon Kelapa 02 Pagi,
kak Awam menyebutkan kata yang sedang menjadi tranding topik
dikalangan anak-anak terutama anak muda. Bagi peneliti sendiri
masih menjanggal tujuannya apa mengatakan hal tersebut, apa kata
itu akan menjadikan anak memahami pesan moral atau malah
menjadikan anak terfokus dengan ucapan kak Awam dengan kata
“ashiap”. Pernyataan ini yang menjadikan saya bertanya-tanya,
akhirnya saya meminta pendapat terkait hal tersebut kepada Ibu S
SDN Kebon Kelapa 02 Pagi, berpendapat bahwa:
“bagi saya itu tidak menjadi hal yang baik-baik saja dan tidak memiliki dampak negatif karena kak Awam bukan menyebutkan kata negatif melainkan kak Awam mencoba mendongeng dengan cara masuk ke dalam dunia keseharian mereka, menurut saya berati kak Awam bisa membawa cerita sesuai keadaan mereka.” (CW 4, P 1,KP 1).
Hasil data senada dengan penelitian di sekolah TK Ricci II yang
menjadi pendengar dongeng adalah anak usia dini, dongeng yang
disampaikan tidak terlalu rumit:
“Kosa kata kak Awam sangat mudah dipahami bagi anak-anak bahkan saya melihat anak KB (kelompok bermain) tertawa sehingga mereka juga ikut menikmati dongeng kak Awam, dongeng kak Awam cukup interaktif menjadikan anak-anak aktif dalam menjawab ketika diberikan pertanyaan kak Awam bahkan mereka antuasias menjawab sampai maju ke depan” (CW 5, P 2, RC 1).
79
Penggunaan kata ashiap tidak peneliti temukan kembali pada
penelitian kedua, hasil data observasi/catatan lapangan:
Ketika Kak Awam mendongeng seperti biasa kak Awam menggunakan bahasa yang sangat mudah dipahami oleh anak-anak apalagi yang dihadapi kak Awam saat ini usia TK A dan KBB, peneliti juga menunggu kata ashiap, apakah kak Awam akan menyebutkan kata tersebut sama seperti penelitian pertama? Tetapi sampai akhir etika berbahasa kak Awam dalam mendongeng ataupun ice breaking, peneliti tidak menemukan kata ashiap diucapkan seperti ketika penelitian pertama. . (CL 8, P 2, RC)
Hasil data catatan lapangan akhirnya peneliti memastikan dengan
bertanya kepada kepala sekolah TK Ricci II tentang pengucapaan
kata ashiap.
“selama mendongeng saya tidak mendengarkan kak Awam menyebutkan kata ashiap, atau mungkin kak Awam melihat pendengarnya anak-anak kelompok bermain dan TK A sehingga masih terlalu dini untuk mendengar hal tersebut, menurut saya baik saja sebenarnya kata tersebut bukan negatif, ashiap sendiri artinya siap, hanya pengucapannya khawatir digunakan ketika berbicara dengan yang lebih dewasa terkesan seperti berbicara dengan teman” (CW 4, P 2, RC 1).
Hasil data observasi/catatan lapangan saat penelitian kedua sama
dengan hasil data observasi pada penelitian kedua:
Pada saat kak Awam mendongeng dalam acara wonder fest, bahwa audiens kak Awam tidak hanya usia yang merata tetapi bercampur bahkan orang tua pun menikmati dongeng kak Awam, etika tingkah dan etika bahasa kak Awam sama dengan saat penelitian pertama karena bercampur usia yang mendengarkannya hanya saja penggunaan kata ashiap tidak ditemukan. (CL 9, P 2, WF)
80
Hasil catatan lapangan/observasi dikuatkan dengan hasil data
wawancara dengan pengunjung wonder fest di JCC, seperti
pengungkapan ibu Najwa bahwa:
“Mmm saya tidak mendengar kak Awam menyebutkan kata yang sedang hits bagi kalangan anak-anak zaman now,kata ashiap sepertinya sudah tidak asing bagi anak-anak menurut saya ga ada masalah kalau kak Awam mendongeng menyebutkan kata tersebut tapi alangkah baiknya engga juga si khawatir anak-anak yang masih kecil yang mereka belum tahu jadi meniru deh, tapi bahasa kak Awam ketika mendongeng marsya yang pemalu sangat mudah dipahami bagi anak-anak, karena anak-anak semua maju dan duduk baik mendengarkan dongeng kak Awam, tidak ada kata milenial yang terselip dalam dongeng kak Awam, kosa kata kak Awam pun mudah untuk dipahami sehingga dongeng terdengar lebih hidup karena adanya komunikasi dengan penonton anak-anak” (CW 3, P 3, WF 2)
Penjelasan penggunaan kata ashiap dikalangan milenial, diperkuat
dengan alasan kak Awam serta alasan penggunaan kata tersebut,
“Penggunaan kata Ashiap sebenarnya sering saya gunakan terkecuali saya lupa, karena menurut saya dengan menyelipkan sesuatu yang sedang viral dikalangan anak-anak menjadi daya tarik untuk mereka, mungkin ketika di TK Ricci II dan pada acara wonder fest saya lupa menyelipkan, karena biasanya saya selalu menyelipkan kata yang sedang viral” (CW 3, P 1, KA 1).
Hasil data kak Awam menggunakan kata ashiap untuk menghibur
anak-anak, hasil video recorder ini sebagai penguat bahwa anak-
anak merespon kak Awan ketika kak Awam menyebutkan kata
ashiap: (CV 4, P 3, KP).
81
(CV 4, P 3, KP)
Kak Awam mendongeng dengan menyebutkan kata Ashiap di SDN
Kebon Kelapa 02 Pagi
1. Teknik Mendongeng untuk Anak Keberhasilan peserta didik dalam memahami pesan moral terlihat
bagaiamana pendongeng mengatur teknik dalam mendongeng agar
dalam mendongeng guru juga memiliki target agar pesan moral dalam
cerita dipahami peserta didik, untuk menghasilkan peserta didik yang
berkualitas, guru memerlukan metode dalam menyampaikan cerita yang
tepat sebelum guru mendongeng dihadapan peserta didik, sehingga
guru perlu mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan sebelum
mendongeng.
a. Tempat bercerita Lingkungan menjadi pendukung kegiatan mendongeng, baik tempat
terbuka atau dalam sebuah ruangan perlu sangat diperhatikan agar
persiapan mendongeng lebih dipersiapkan.
“Berdasarkan hasil wawancara dengan kak Awam terkait tempat
bercerita apakah berpengaruh bagi kak Awam, baginya bahwa;
“tempat bagi saya bukan kendala hanya persiapan saja yang berbeda, kalau saya jika acara di sekolah baik itu di dalam kelas atau di luar kelas yang paling saya utama siapkan adalah teknisi seperti sound karena sebagai
82
perlengkapan sekolah tidak lengkap sehingga saya selalu menyiapkan sound pribadi” (CW 4, P 1, KA 1).
Pengungkapan kak Awam terkait tempat juga senada dengan hasil
data observasi dengan pengungkapan guru SDN Kebon Kelapa 02
Pagi, bahwa:
Kak Awam mendongeng di halaman depan kelas SDN Kebon Kelapa 02 Pagi, karena`
Hasil data observasi kak Awam menyiapkan sound pribadi serta dokumentasi ketika anak-anak tetap terhibur meski suasa diluar dan berada dibelakang, jauh dengan posisi kak Awam, juga dikuatkan dengan catatan dokumentasi di bawah: (CD 9, P 1, KP) (CD 10, P 1, KP)
(CD 9, P 1, KP) (CD 10, P 1, KP)
kak Awam mempersiapkan sound diluar kelas dan anak-anak
antusias meski diluar kelas di SDN Kebon Kelapa 02 Pagi
Hal ini juga mendapatkan hasil observasi ketika penelitian di sekolah TK Ricci II, tetapi pada penelitian kedua kak Awam mendongeng di sebuah aula tertutup dan di atas panggung yang cukup luas, hasil observasi terkait tempat mendongeng:
“Berdasarkan tempat kak Awam mendongeng di sebuah aula tertutup dan di atas panggung yang cukup luas, kak Awam sangat aktif dibandingkan dengan mendongeng penelitian sebelumnya, sampai kak Awan leluasa untuk melakukan ice breaking hampir jatuh, di pertengahan mendongeng kak Awam menyelipkan ice breaking
83
berpura-pura jatuh serta di awal dan akhir mendongeng juga kak Awam dapat naik turun dengan bebas menghampiri peserta didik, tetapi seperti biasa suara kak Awam tetap terdengar jelas meski posisi duduk dengan panggung tidak terlalu dekat karena kak Awam menyiapkan sound pribadinya” (CL 7, P 2, RC).
Hal di atas semakin kuat dengan tambahan hasil catatan
dokumentasi terkait tempat kak Awam mendongeng di TK Ricci II
bahwa kak Awam mendongeng di tempat tertutup tetapi di atas
panggung yang cukup luas serta dibawah panggung yang cukup
luas sehingga kak Awam dengan bebas naik dan turun ketika
mendongeng (CD 11, P 2, RC), (CD 12, P2, RC)
(CD 11, P 2, RC), (CD 12, P2, RC)
Kak Awam mendongeng di aula sekolah
Catatan lapangan selanjutnya pada acara wonder fest di JCC
berbeda dengan penelitian dua tempat sebelumnya, hasil data
penelitian yang di dapat, bahwa:
“Kak Awam mendongeng di dalam auditorium tempat tertutup tetapi dalam tempat tersebut kak Awam harus berbenturan dengan berbagai suara marketing stand sehingga bercampur, meski harus berbenturan kak Awam tetap mendongeng dengan maksimal, kak Awam mendongeng diatas panggung yang cukup luas sehingga kak Awam leluasa dalam bergerak saat mendongeng, selain itu panggung tersebut tidak terlalu tinggi sehingga kak Awam juga leluasa untuk naik turun menghampiri
84
anak-anak karena jarak panggung tidak terlalu jauh bahkan di akhir mendongeng kak Awam bernyanyi bersama dengan anak-anak di bawah panggung, penelitian pada acara wonder fest ini kak Awam tidak membawa sound pribadi. (CL 8, P 3, WF). Hasil data observasi tentang tempat mendongeng kak Awam
pada acara wonder fest di atas, dikuatkan oleh hasil dokumentasi
yang dilakukan oleh peneliti seperti yang dapat dilihat pada gambar
(CD 13, P 3, WF). (CD 14, P 3, WF).
(CD 13, P 3, WF). (CD 14, P 3, WF)
Kak Awam medongeng ditempat umum dan diatas panggung
Penjelasan dari ketiga tempat hasil data observasi yang didapatkan,
peneliti juga semakin dikuatkan oleh kak Awam bahwa:
“sebenernya ketiga tempat penelitian kemarin tidak menjadi masalah tentang tempat, hanya saja lebih asik mendongeng ketika di acara wonder fest karena posisi anak-anak dan panggung tidak terlalu jauh dan panggung cukup luas” (CW 5, P 1, KA 1).
b. Penguasaan terhadap Siswa yang Tidak Fokus Perhatian siswa di tengah cerita haruslah dibangkitkan sehingga
mereka bisa mendengarkan cerita dengan senang hati dan berkesan,
hasil data yang didapatkan dari penelitian ketiga tempat kak Awam
85
mengembalikan fokus anak, seperti pernyataan guru SDN Kebon
Kelapa 02
“Anak-anak menikmati dongeng dengan asik, seketika para guru memerintahkan peserta didik untuk duduk lebih depan, sehingga menjadikan ketika masih dalam posisi mendengarkan cerita sehingga menjadikan fokus anak terpecah dan menjadi cukup heboh sebentar, akhirnya kak Awam membantu memerintahkan anak-anak duduk lebih depan, setelah anak-anak maju kak Awam mulai mengembalikan konsentrasi anak melalui ice breaking.. (CL 9, P 1, KP).
Catatan lapangan ini juga menyerupai hasil data observasi yang di
dapatkan dari TK Ricci II, bahwa:
“Melihat panggung yang tinggi dan berada cukup jauh bagi anak-anak akhirnya kak awam memulai mendongeng dengan berdiri di bawah panggung dan lebih dekat dengan anak-anak, ternyata tidak menjadikan anak-anak fokus bahkan anak-anak asik bermain sendiri, sehingga kak Awam mencoba membuat anak-anak fokus melihat kak Awam dengan cara kak Awam mendongeng di atas panggung dan langsung mengajak bernyanyi bersama dan dilanjut ice breaking untuk membuat anak-anak fokus melihat dan mendengarkan dongeng kak Awam, Posisi kak Awam mendongeng dengan anak-anak cukup jauh, kak Awam berada di atas panggung yang cukup tinggi untuk anak-anak, sesekali ketika anak-anak mulai tidak fokus kak Awam turun menghampiri salah seorang anak, sehingga anak-anak terfokus ketika kak Awam turun dan menghampiri temannya, dan setelah fokus kak Awam kembali mendongeng di atas panggung.” (CL 10, P 2, RC).
Hal ini senada dengan hasil data observasi di peretemuan
selanjutnya pada acara wonder fest, karena posisi mendongeng kak
Awam di atas panggung:
86
Seperti biasa kak Awam memulai dengan ice breaking dan bernyanyi sebelum cerita dimulai, karena posisi panggung yang cukup luas untuk satu orang, kak Awan lebih leluasa bergerak ketika mendongeng, karena dongeng dibawakan sangat menarik dan menghibur ada salah seorang anak yang mendengarkan kak Awam di atas tangga panggung agar terlihat kak Awam lebih jelas, tetapi ketika pertengahan mendongeng kak juga ada anak sebagian yang mulai tidak memperhatikan, seperti pada penelitian kedua.
Kak Awam di sela mendongeng ketika ada anak yang mulai tidak fokus dengan dongengnya kak Awam langsung turun mengajak tepuk tangan atau bersalaman kepada anak-anak yang fokus sehingga anak-anak yang tidak memperhatikan kak Awam langsung melihat ke arah temannya yang dihampiri kak Awam, setelah semua melihat ke arah kak Awam dan salah seorang anak, kak Awam langsung memberikan ice breaking. (CL 11, P 3, WF).
Hasil data observasi yang didapatkan peneliti di ketiga tempat juga
ditanyakan kepada kak Awam langsung terkait respon kak Awam
ketika di sela mendongeng ada sebagian anak yang tidak
memperhatikan kak Awam.
“saya selalu langsung mengalihkan anak-anak untuk bernyanyi bersama atau permainan tes fokus untuk mengembalikan fokus mereka, saya menyebutnya dengan kondisi tidak kondusif ketika anak-anak mulai lengah dengan dongeng, dengan memutar lagu bernyanyi bersama sampai mereka jinak, barulah saya melanjutkan dongeng hee” (CW 6, P 1, KA 1)
Hasil data yang didapatkan dari lapangan serta pengungkapan kak
Awam juga dikuatkan oleh video dokumentasi ketika kak Awam
berusaha mengembalikan fokus anak di SDN Kebon Kelapa 02 Pagi:
(CV 5, P 1, KP)
87
(CV 5, P 1, KP)
Kak Awam saat mengembalikan fokus anak dengan bermain dan bernyanyi
c. Waktu dalam Mendongeng Mendongeng tidak sebatas bercerita yang mengandung
pesan moral serta membuat pendengar merasa terhibur dengan
pembawaan dongeng tetapi ketika mendongeng juga memerlukan
strategi waktu agar dongeng tidak terlalu lama yang akan
menimbulkan kejenuhan. Meskipun kak Awam sudah terbiasa
mendongeng dan bahkan dongeng yang disampaiakan sangat
menghibur tetapi kak Awam pasti juga memerlukan durasi waktu
dalam mendongeng:
“Ketika mendongeng di SDN Kebon Kelapa 02 Pagi, karena kak Awam jam 10.00 ada rapat dengan kementrian sehingga kak Awam mendongeng 31 menit mulai pukul 08.37 sampai 09.05 setelah itu salam, kemudian dilanjut dengan Kak Siti seorang relawan kampung dongeng”. (CL 12, P 1, KP). Hasil data catatan lapangan dikuatkan dengan data
dokumentasi yang menunjukkan waktu awal kak Awam
88
mendongeng hingga akhir kak Awam mendongeng. (CD 15, P 1,
KP ), (CD 16, P 1, KP ).
(CD 15, P 1, KP ), (CD 16, P 1, KP )
Kak Awam mendongeng dengan durasi 31 menit di SDN Kebon
Kelapa 02
Hal ini juga diungkapkan oleh ibu L wali murid SDN Kebon Kelapa
02 Pagi terkait waktu mendongeng kak Awam:
“Sayang banget yah dongengnya sebentar, padahal anak-anak pada ketawa karena terhibur, eh udah selesai aja, iyaa si ga selesai hanya digantiin sama yang kaka tadi” (CW 3, P 1,KP 3).
Penelitian kedua TK Ricci II kak Awam mendongeng sebagai
penutup kegiatan perpisahan anak-anak sehingga kak Awam harus
menunggu selama 2 jam sampai acara selesai :
“karena acara mundur sehingga dongeng kak Awam
juga ikut mundur, sebenarnya acara dalam roundown acara
jam 15.00 tetapi karena beberapa orang tua datang telat
sehingga acara mulai pada pukul 15.30 baru mulai,
padahal pihak sekolah atau MC mengingatkan untuk
menjadikan anak disiplin perlu pembiasaan dari orang tua,
tetapi tetap saja kedatangan masih ada yang telat.
89
peneliti kira kak Awam langsung tampil tetapi
penampilan anak-anak TK A dan KBB terlebih dahulu
sebelum kak Awam, dilanjut dengan pengumuman dan
pemberian piala peserta didik terbaik TK A dan KBB,
akhirnya begitu banyak susunan acara yang membuat kak
Awam menunggu, akhirnya tepat pada pukul 17.00 kak
Awam tampil mendongeng, karena alat dokumentasi
peneliti tidak mendukung sehingga peneliti
memperhatikan kak Awam untuk mengumpulkan hasil
data hanya melalui catatan lapangan. (CL 13, P 2, RC)
Penelitian pertama di SDN Kebon Kelapa 02 kurang lebih 30 menit
senada dengan sekolah TK Ricci II:
“karena acara ngulur, sebenarnya acara dalam rundown acara jam 3 sore tetapi biasa ngaret jadi acara mulai setengah 4 baru mulai, padahal kami sudah mengingatkan orang tua untuk disiplin waktu bahwa acara jam 3, tetapi tetap saja kedatangan masih ada yang telat, akhirnya setengah 4 baru mulai, kemudian penampilan anak-anak TK A dan KBB dilanjut dengan pengumuman dan pemberian piala peserta didik terbaik TK A dan KBB, akhirnya begitu banyak susunan acara, akhirnya dongenglah yang menjadi korban, anak-anak mendengarkan dongeng hanya sebentar tetapi tetap menghibur anak-anak karena melihat mereka yang tertawa dan sangat antusias melihatnya. (CW 6, P 2, RC 1)
Hasil data wawancara dengan kepala sekolah TK Ricci II, dikuatkan dengan hasil data catatan lapangan/observasi :
“karena acara mundur sehingga dongeng kak
Awam juga ikut mundur, sebenarnya acara dalam
rundown acara jam 15.00 tetapi karena beberapa orang tua
datang telat sehingga acara mulai pada pukul 15.30 baru
mulai, padahal pihak sekolah atau MC mengingatkan
90
untuk menjadikan anak disiplin perlu pembiasaan dari
orang tua, tetapi tetap saja kedatangan masih ada yang
telat, peneliti kira kak Awam langsung tampil tetapi
penampilan anak-anak TK A dan KBB terlebih dahulu
sebelum kak Awam, akhirnya begitu banyak susunan
acara yang membuat kak Awam menunggu, akhirnya tepat
pada pukul 17.00 kak Awam tampil mendongeng dan
selesai pada pukul 17.30, karena alat dokumentasi peneliti
tidak mendukung sehingga peneliti memperhatikan kak
Awam untuk mengumpulkan hasil data observasi dan
tidak ada catatan dokumentasi. (CL 13, P 2, RC)
Ungkapan senada juga dikatakan oleh rekan peneliti, A mengatakan bahwa:
“sebentar banget ya kak dongengnya 30 menitan tapi banyak ice breakingnya jadi ceritanya lebih sedikit, kalau anak-anak si cocok karena mereka senangnya nyanyi dan games jadi meski dongengnya sebentar mereka ga sadar” (CW 3, P 2, RC 2).
Hal ini berbeda dengan hasil data yang didapatkan pada penelitian
ketiga pada acara wonder fest, waktu mendongeng kak Awam lebih
banyak waktu mendongeng:
Pada acara wonder fest kak Awam mengisi acara mendongeng pada pukul 14.15, jadwal sebenarnya jam 14.00 tetapi di isi kak Wahyu dari relawan kampun dongeng untuk mengisi ice breaking karena menunggu kak Awam ganti kostum setelah kak Awam tampil drama musical pada acara wonder fest yang di sponsori frisian flag, sedangkan dongeng yang akan disampaikan di sponsori oleh buka lapak pada acara yang sama.
Pukul 14.15 kak Awam tampil dengan menemani kak Wahyu ice breaking, setelah kak Wahyu turun kak Awam memulai mendongeng seperti biasa melalui ice breaking dengan musik, tepat pukul 14.54 kak Awam selesai mendongeng, dongeng pada penelitian ketiga kak
91
Awam masih memiliki waktu luang untuk bernyanyi bersama di akhir yang tidak dilakukan pada penelitian sebelumnya, karena durasi mendongeng pada penelitian ini 44 menit kak Awam mendongeng. (CL 13, P 3, WF).
Durasi waktu dalam mendongeng kak Awam juga diperkirakan
tepat untuk anak-anak karena tidak terlalu lama dan tidak sebentar,
menurut ibu Najwa pengunjung acara Wonder fest mengatakan:
“tiba-tiba selesai aja dongengnya, padahal sudah mau jam 3 tapi ga kerasa dongengnya, karena pembawaannya seru jadi kita terhibur, pesan moral sampe, waktu 44 menit tidak terlalu lama bagi anak-anak karena dongeng kak Awam tidak hanya mendengarkan tetapi kak Awam juga melibatkan anak-anak seperti bernyanyi, sehingga waktu segitu tidak terlalu lama, bagi saya tepat untuk anak-anak” (CW 4, P 3, WF 2).
Hasil data observasi dikuatkan dengan data dokumentasi yang
menunjukkan waktu awal kak Awam mendongeng hingga akhir
kak Awam mendongeng pada acara wonder fest. (CD 9, P 3, WF ).
(CD 10, P 3, WF ).
(CD 9, P 3, WF ). (CD 10, P 3, WF )
Kak Awam mendongeng dengan durasi 44 menit di wonder fest
92
2. Langkah Dasar dalam Mendongeng
a. Tahap Pembukaan kak Awam dalam Mendongeng Membuka mendongeng menjadi daya tarik anak-anak terhadap
pendongeng sebelum anak-anak mendengarkan dongeng yang akan
disampaikan, jika dongeng dimulai dengan sesuatu yang menarik
maka anak akan tertarik dengan pendongeng tersebut pada tahap ini
kak Awam memiliki strategi yaitu:
“Pengungkapan kak Awam, sebelum mendongeng saya pasti memulai dengan ice breaking dulu agar suasana menjadi cair, agar dongeng yang saya sampaikan mudah dipahami oleh anak-anak jika dari awal sebelum memulai dongeng anak-anak sudah antusias.” (CW 7, P 1, KA 1)
Apa yang disampaikan juga serupa dengan pengungkapan guru
SDN Kebon Kelapa 02 Pagi, bahwa:
Kak Awam memulai dongeng dengan ice breaking yang diiringi musik yang membuat anak energik sehingga semangat mengikuti intruksi ice breaking yang diberikan, kemudian diselipkan pesan moral sederhana seperti tadi bahwa tema kita gemar makan ikan dan kak Awam bernyanyi dengan di iringi musik menyebutkan manfaat makan ikan, dan lanjut kembali ice breaking lain sampai anak-anak sudah terfokus dengan kak Awam dan siap untuk mendengarkan dongeng” (CW 6, P 1,KP 1).
Peneliti kemudian juga menanyakan hal yang sama tentang
pembukaan dongeng kak Awam kepada ibu L walimurid SDN
Kebon Kelapa 02 Pagi, beliau mengatakan:
“Bagus, seru, lucu di awal dongengnya apalagi di pertama ada musiknya tentang makan ikan, kemudian ada permainan untuk tes fokus agar kak Awam nya diperhatikan sampai anak-anak tertawa” (CW 3, P 1,KP 3).
93
Hal yang sama diungkapkan peserta didik SDN Kebon Kelapa 02
Pagi, Satria mengatakan:
“ iyaa suka soalnya pas dateng cari-cari kita padahal kita didepan kak Awam, terus kenalan katanya namanya kak Ayam hee, terus kak Awam nyanyi tentang ikan, lucu kak Awam” (CW 2, P 1,KP 2).
Penjelasan di atas tentang ice breaking sebagai tahap pembukaan
dongeng kak Awam semakin dikuatkan dengan video
dokumentasi, peneliti mencantumkan video dokumentasi di SDN
Kebon Kelapa 02 Pagi. (CV 6, P 1, KP).
. (CV 6, P 1, KP)
Kak Awam membuka dongeng bernyanyi diiringi musik dan bermain di SDN Kebon Kelapa 02 Pagi.
Hasil data yang didapatkan pada penelitian pertama, juga memiliki
pengungkapan yang senada pada penelitian kedua, ibu kepala
sekolah TK Ricci II mengatakan, bahwa:
“Ice breaking yang diberikan juga tepat untuk anak usia dini tidak terlalu sulit, kak Awam berusaha masuk ke dunia anak-anak dengan melalui musik, kemudian meniru berbagai suara dengan gerakan yang membuat anak-anak tertawa, dan meningkatkan semangat anak dengan menjawab kabar dengan semangat, setelah itu kak Awam
94
memberikan ice breaking untuk melatih konsentrasi anak usia dini melalui tepuk dan tanya jawab agar anak fokus terhadap kak Awam” (CW 6, P 2, RC 1).
Jawaban hasil wawancara di atas oleh ibu kepala Sekolah TK Ricci
II tentang ice breaking sebagai tahap pembukaan dongeng kak
Awam juga dikuatkan dengan hasil catatan lapangan/observasi :
kak Awam memulai dongeng seperti saat penelitian pertama yaitu dengan menyanyi dengan irama yang telah dibuat kak Awam serta tebak macam suara binatang. Kak Awam memulai dongeng pada penelitian kedua ketika pembukaan kak Awam lebih banyak ice breaking karena pendengar dongeng kak Awam anak TK A dan KBB sehingga kak Awam lebih banyak ice breaking dan terlihat anak-anak antusias saat bernyanyi dan bermain di awal. (CL 14, P2, RC)
semakin dikuatkan dengan video dokumentasi, peneliti
mencantumkan video dokumentasi (CV 7, P 2, RC).
(CV 7, P 2, RC)
Kak Awam membuka dongeng bernyanyi diiringi musik dan
bermain di TK Ricci II
Hasil data yang didapatkan pada penelitian pertama dan kedua
memiliki hasil data yang senada yaitu kak Awam memulai
mendongeng dengan ice breaking, hasil kedua data juga dikuatkan
dengan hasil observasi pada penelitian ketiga
95
Hasil data observasi penelitian ketiga terkait hal yang sama tentang pembuka dogeng kak Awam, senada tetapi pada penelitian pada acara wonder fest kak Awam sudah dimulai dengan ice breaking oleh relawan kampung dongeng cukup lama, sehingga ketika kak Awam tampil mendongeng hanya memberikan ice breaking sebentar tidak seperti pada penelitian sebelumnya (CL 14, P 3, WF).
Hasil data observasi di atas dikuatkan dengan data dokumentasi
yang menunjukkan kak Wahyu mengisi ice breaking terlebih
dahulu sebelum kak Awam mendogeng, kemudian data
dokumentasi ketika Awam mendampingi kak Wahyu dan
perkenalan baru memulai dongeng. (CD 11, P 3, WF ) (CD 12, P 3,
WF ).
(CD 11, P 3, WF ) (CD 12, P 3, WF )
Kak Wahyu yang memimpin pembuka dongeng dengan ice
breaking di wonder fest
Hasil data yang didapatkan mulai penelitian pertama sampai
terakhir dikuatkan oleh kak Siti relawan kampung dongeng, bahwa:
“iya kak Awam selalu memulai dongeng dengan ice breaking agar kak Awam masuk ke dunia mereka, kak Awam selalu memulai ice breaking dengan musik dengan berbagai suara, dengan berbagai tepuk untuk melatih konsentrasi selain itu ice breaking kak Awam juga bisa
96
melalui wajahnya yang dibuat lucu sehingga anak-anak tertawa” (CW 1, KA 2, KD)
b. Tahap Kak Awam Menutup Dongeng Penutup dalam mendongeng menjadi waktu yang tepat untuk
review pesan moral bagiamana cara kak Awam memastikan apakah
pendengar dongeng menyimak dongeng yang disampaikan dan
memahami pesan moral yang disampaikan.
Hasil data wawancara dengan kak Awam tentang penutup
dongeng untuk memastikan pendengar, kak Awam mengatakan:
Biasanya saya menutup dongeng dengan bernyanyi bersama juga sekaligus closing power untuk memastikan peserta didik, lebih sering saya tanya jawab terkait dongeng yang saya bawakan sebagai tanda bahwa anak-anak mendengarkan dongeng. (CW 8, P 1, KA 1)
Pengungkapan yang terbukti diungkapkan oleh guru SDN Kebon
Kelapa 02 Pagi, bahwa:
“Tidak hanya dimulai dengan ice breaking ternyata di akhir juga kak Awam memastikan peserta didik memahami pesan moral melalui ice breaking seperti tadi yang dilakukan kak Awam bernyanyi tebak-tebakan manfaat memakan ikan, kemudian juga tanya jawab tokoh dalam cerita dan memastikan mereka menjawab” (CW 7, P 1,KP 1).
Pengungkapan guru SDN Kebon Kelapa 02 Pagi bahwa kak Awam
menutup dengan ice breaking juga terdapat pada hasil dokumentasi
video sebelum kak Awam menutup dongeng. (CV 9, P 3, KP)
97
(CD V, P 3, KP)
Kak Awam menutup dongeng dengan bernyanyi dan bermain di
SDN Kebon Kelapa 02 Pagi
Penjelasan senada dan bisa membuktikan hasil data wawancara
dengan kak Awam, ibu kepala sekolah TK Ricci II mengatakan
bahwa:
“Kak Awam memastikan anak-anak dengan ice breaking sebelum berakhirnya dongeng, wajar saja kalau kak Awam menutup dengan ice breaking karena usia anak masih usia dini sehingga perlu pengulangan agar anak tahu pesan moral dalam dongeng yang disampaikan, melalui bernyanyi dengan semangat dan di iringi tanya jawab anak-anak pun ikut semangat menjawab pertanyaan kak Awam, selain itu kak Awam juga mampu mengajak anak-anak bernyanyi bersama dan naik panggung bersama dan turun bersama dengan rapih padahal kak Awam sendiri dan anak TK A KBB cukup banyak tetapi kak Awam mampu membuat anak-anak masuk kedalam dongeng tersebut” (CW 7, P 2, RC 1).
Pengungkapan hasil wawancara dengan kepala sekolah TK Ricci II
dikuatkan dengan pengungkapan rekan peneliti, bahwa:
”Keren banget deh kak pas penutupan tadi ice breaking tapi kak Awam bisa mimpin anak-anak untuk naik panggung dengan rapih dan turun juga rapih, gak Cuma itu kak Awam juga untuk mastiin anak-anak bisa mengetahui
98
pesan moral tentang saling menyanyangi, tidak berkelahi dan saling menolong kepada teman” (CW 4, P 2, RC 2).
Hasil wawancara dengan kepala sekolah TK Ricci II di kuatkan
dengan hasil data catatan lapangan/observasi:
Ketika kak Awam usai bercerita kak Awam menutup cerita dengan ice breaking sebagai cara memastikan anak-anak apakah anak-anak memahami cerita yang disampaikan oleh kak Awam kak Awam yaitu berupa kegiatan tanya jawab seputar cerita kak Awam melalui bernyanyi bersama yang diiringi irama yang telah dibuat oleh kak Awan. Penutup dongeng kak Awam pada penelitian ini berbeda dengan penelitian kedua yaitu setelah kak Awam memastikan anak-anak memahami cerita, kak Awam memberikan intruksi kepada anak-anak untuk maju bersama kak Awam di atas panggung, peneliti sangat terkesan karena kak Awam mampu mengantur anak-anak untuk maju ke atas panggung dengan tertib, hanya dengan bantuan bernyanyi, begitupun ketika anak-anak sudah naik dengan tertib kak Awam juga tanpa meminta bantuan guru sekolah untuk merapihkan dan menenangkan anak-anak, dengan mudah peneliti memperhatikan kak Awam mengantur barisan untuk foto bersama di atas panggung. (CL 15, P2, RC)
Hasil wawancara dan observasi pada penelitian pertama dan kedua
juga semakin menguatkan bahwa kak Awam memastikan anak-
anak memahami dongeng dengan ice breaking, seperti halnya pada
saat penelitan ketiga:
“Ketika dongeng hampir selesai kak awam memanggil miqdad yaitu untuk menemani kak Awam bernyanyi bersama teman-teman dengan lagu yang memiliki pesan moral serta lirik yang mudah dipahami oleh anak-anak pengunjung acara wonder fest, selain bernyanyi bersama kak Awam juga bernyanyi dengan tanya jawab tokoh yang nama anak yang pemalu serta tanya jawab pesan moral apa yang boleh kita ikuti, untuk memastikan semua menjawab
99
pertanyaan kak Awam sebagai tanda anak-anak pengunjung memahaminya” (CL 15, P 3, WF).
Catatan observasi pada acara wonder fest saat bagaimana kak Awam menutup dongeng, dikuatkan dengan catatan dokumentasi ketika kak Awam dan miqdad sedang bernyanyi bersama anak-anak dan juga tanya jawab terkait dongeng yang kak Awam sampaikan melalui lagu, agar pengunjung anak-anak menjawab dengan semangat. (CV 10, P 3, WF) (CD 11, P 3, WF ).
(CD 10, P 3, WF) (CD 11, P 3, WF)
Kak Awam menutup dongeng dengan bernyanyi bersama di wonder fest
Hasil data yang telah didapatkan mulai dari penelitian pertama
sampai ketiga untuk menguatkan hasil wawancara dengan kak
Awam, dikuatkan hasil data wawancara dengan relawan kampung
dongeng, kak siti mengungkapkan:
“iyaa betul sekali kak Awam di akhir dongeng dengan melakukan ice breaking untuk memastikan anak-anak paham dengan pesan moral dongeng yang disampaikan kak Awam, lebih sering menutup dongeng dengan bernyanyi sambil tanya jawab seputar dongeng kak Awam. (CW 2, KA 2, KD)
3. Pesan Moral dalam Mendongeng a. Mendongeng Kak Awam dalam Menyampaikan Pesan Moral
Mendongeng menjadi metode yang dapat digunakan oleh
siapapun sebagai media yang mudah digunakan untuk
100
menyampaikan pesan moral terutama kak Awam prakoso
mengungkapkan bahwa:
“mendongeng bagi saya memiliki kekuatan dalam menyampaikan pesan moral saya semakin memiliki keyakinan dalam mendongeng ketika dua anak saya bertengkar dan anak pertama saya menginginkan adiknya untuk dibuang saja, akhirnya saya mengajak kaka untuk berkeliling dengan sepeda motor dan berhenti sejenak untuk menasehati anak pertama melalui mendongeng dengan tema menyesuaikan saat kejadian yang anak saya alami agar kaka mengetahui esensi dari cerita tersebut, setelah mendongeng anak pertama saya menjadi simpati dan menarik kembali niat untuk membuang adiknya, ternyata dari situ saya belajar bahwa dongeng memiliki kekuatan dalam menyampaikan pesan moral” (CW 9, P 1, KA 1)
Selain menyampaikan pesan moral, dongeng juga memerlukan
teknik untuk memastikan pendengar untuk memahami bahwa
pesan moral dalm mendongeng tersampaikan dan dipahami oleh
pendengar, kak Awam juga mengatakan:
“Setiap pendongeng memiliki trik atau konci setiap masing-masing dongeng, sebagai ciri khas dongeng tersebut, dari segi dongeng dalam menyampaikan pesan moral, saya memiliki perbedaan dengan pendongeng lainnya yaitu, saya dalam menyampaikan pesan moral tidak di akhir sebagai closing power tetapi di setiap alur cerita saya selalu menyelipkan pesan moral, ketika belum masuk cerita pun ketika dalam ice breaking saya juga mulai menyelipkan pesan moral, tujuan saya agar dalam dongeng tidak hanya memiliki satu pesan moral yang mereka bawa tetapi banyak pesan yang mereka pahami” (CW 9, P 1, KA 1)
Pesan moral menjadi tujuan dalam mendongeng, pengungkapan
kak Awam di atas juga senada dengan respon guru SDN Kebon
Kelapa 02 Pagi setelah mendegarkan dongeng kak Awam:
101
“Pesan moral kak Awam sudah tersampaikan padahal belum masuk bercerita, di awal saja kak Awam sudah menyampaikan pesan moral tentang wajibnya menjawab salam, meski tema dongeng hari ini tentang gemar makan ikan tetapi ketika memulai cerita kak Awam juga menyelipkan pesan moral seperti menghormati orang yang lebih tua” (CW 8, P 1,KP 1).
Pengungkapan guru SDN Kebon Kelapa 02 Pagi juga dikuatkan
dengan catatan observasi selama kak Awam mendongeng,
“mulai dengan wajibnya menjawab salam dengan santun, kemudian bernyanyi bersama dengan lirik buatan kak Awam yang mengandung pesan moral manfaat memakan ikan, serta bangga menjadi anak Indonesia, tidak hanya itu setiap alur cerita yang kak Awam sampaikan memiliki pesan moral sederhana yang mudah dipahami oleh anak-anak, mulai anak yang jarang gosok gigi maka giginya menjadi kuning, kemudian menghormati orang yang lebih tua, tidak mengejek teman dan manfaat makan buah” (CL 16, P 1, KP).
Pernyataan kak Awam selain dikuatkan oleh pengungkapan guru
SDN Kebon Kelapa 02 pagi serta catatan observasi ternyata juga
dikuatkan oleh hasil data video mendongeng kak Awam
menyisipkan pesan moral pada setiap bagan: (CD 9, P 1, KP)
(CV 9, P 1, KP)
Kak Awam menyisipkan pesan moral ketika menjawab salam di
SDN Kebon Kelapa 02 pagi
102
pengungkapan kepala sekolah TK Ricci II meski
pengungkapannya tidak sepenuhnya senada dengan pernyataan
kak Awam:
“pesan moral dongeng tadi tentang saling menyanyangi, menghormati sesama teman mudah dipahami, tetapi setiap alur cerita memiliki pesan moral, tapi dongeng kak Awam lebih banyak ice breaking sehingga pesan moral yang saya pahami pesan moral dari cerita” (CW 8, P 1, RC 1).
Pengungkapan berbeda kepala sekolah TK Ricci juga dikuatkan
dengan catatan observasi selama kak Awam mendongeng:
“Pada pertemuan observasi kedua di TK Ricci II kak Awam lebih banyak ice breaking seperti bermain dan menyanyi bersama, tetapi tetap dongeng kak Awam tersampaikan dan memiliki pesan moral, hanya saja berbeda dengan observasi pertama bahwa kak Awam selalu tersimpan pesan moral setiap alur cerita yang disampaikan, sedangkan pada observasi kedua kak Awam lebih sedikit menyisipkan pesan moral setiap alur cerita atau pun ketika saat pembukaan sebelum memasuki cerita tetapi meski lebih banyak ice breaking kak Awam tetap menyisipkan pada ice breaking yang disampaikan memiliki pesan yang bisa dibawa pulang seperti ketika bernyanyi dengan anak-anak dengan lirik lagu tentang bangga menjadi anak Indonesia dan beberapa permainan tentang tanya jawab menjadi anak hebat.” (CL 17, P 2, RC).
Pengungkapan yang senada dengan pernyataan kak Awam dan
guru SDN Kebon Kelapa 02 Pagi, oleh orang tua pengunjung
acara wonder fest di JCC:
“Banyak pesan moral yang disampaikan terutama tentang marsya anak yang pemalu, sejak memulai cerita kak Awam juga menyelipkan pesan moral seperti bangun pagi kemudian berdoa, serta pesan yang mengajarkan anak
103
untuk menjadi anak yang berani berbicara” (CW 5, P 3, WF 2).
Pengungkapan orang tua pengunjung juga dikuatkan oleh hasil
catat observasi tentang kak Awam menyisipkan pesan moral
disetiap alur cerita sehingga pesan moral tidak hanya ada di
akhir cerita sebagai closing power: Hasil catatan observasi
ketiga senada dengan catatan hasil observasi pertama di SDN
Kebon Kelapa 02 Pagi sebagai penguat pernyataan kak Awam:
“pada acara wonder fest kak Awam mengisi acara mendongeng selama 3 hari tetapi hari pertama dan kedua kak awam hanya sebagai narator dalam drama musikal, pada hari ke tiga kak Awam mendongeng kisah seorang anak yang pemalu, pesan moral yang disampaikan kak Awam tidak hanya tentang mengajarkan untuk tidak menjadi anak pemalu saja, tetapi juga tersisip pesan moral bangun pagi, berdoa, berani mengungkapkan sesuatu, dan berani berbicara dengan siapa pun, tentang tidak bermain gadget serta di akhir cerita juga kak Awam bernyanyi bersama dengan lirik yang memiliki pesan moral yaitu rajin lah membaca buku.” (CL 18, P 2, WF).
Hasil catatan observasi juga dikuatkan oleh hasil data video
mendongeng kak Awam menyisipkan pesan moral pada setiap
bagan: (CV 10, P 3, WF)
(CV 13, P 3, WF)
Kak Awam menyisipkan pesan moral ketika bangun tidur
berdoa.
104
d. Dokumentasi Subjek Penelitian 1. Dokumentasi penelitian pertama dengan subjek peneliti guru
SDN Kebon Kelapa 02 Pagi sebagai (KP I), peserta didik kelas
1 (KP 2) dan wali murid sebagai (KP 3) serta dokumentasi
bersama relawan kampung dongeng sebagai ganti kak Awam
padanpenelitian I (KA 2)
(KP I) (KP 2)
105
(KP 3) (KA 2)
2. Dokumentasi penelitian kedua dengan Objek Penelitian (KA 1)serta
subjek peneliti kepala sekolah TK Ricci II Bintaro sebagai (RC I) dan
rekan peneliti (RC II)
(KA 1 dan RC 2) (RC 1)
3. Dokumentasi penelitian kedua dengan Objek Penelitian (KA 1)serta
subjek peneliti pengunjung anak (WF 1) dan dewasa (WF 2) pada
acara wonder fest di JCC.
106
(KA 1)
(WF 1) (WF 2)
4. Dokumentasi peneliti dengan objek peneliti ketika wawancara
mengambil data awal penelitian
107
108
B. Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini yaitu mencari,menyusun secara sistematis hasil data
yang telah diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dengan
cara mengkategorikan dan memilih data yang penting berdasarkan pedoman
observasi yang telah dibuat.
1. Strategi Mendongeng a. Memilih dongeng sesuai kriteria usia anak serta mengemas cerita
dengan lucu
Menurut Syamsi Anak akan tertarik membaca bukan karena
buku mahal yang diberikan tetapi strategi sebelum mendongeng yang
perlu dipersiapkan dan diketahui oleh guru dan orang tua, seperti
memilih dongeng yang sesuai kriteria usia anak yang mengandung
karakter serta mengemas cerita dengan lucu tetapi tetap mengandung
unsur pendidikan.1Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak
mulai hasil data observasi dan wawancara, sehingga memerlukan
catatan hasil data secara teliti dan rinci. Pada tahap ini, peneliti
melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah,
mengkategorikan dan membuat abstraksi dari observasi/catatan
lapangan, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan data yang
diperoleh terkait indikator langkah dasar atau persiapan kak Awam
sebelum mendongeng terdapat hasil data dari beberapa informan
melalui teknik wawancara, observasi/catatan lapangan, dan
dokumentasi. Setelah reduksi data, langkah selanjutnya adalah display
data.
Display data penelitian ini dilakukan dalam bentuk bagan
dengan cara memaparkan data berdasarkan dengan koding dengan
memilih informasi terkait dengan fokus penelitian yaitu Memilih
1 Hasan Syamsi Pasya, Ibu, Bimbing Aku Menjadi Anak Soleh, (Bandung, Pustaka Rahmat 2010), h. 191.
109
dongeng sesuai kriteria usia anak serta mengemas cerita dengan lucu.
Sajian data yang didapat berupa cooding atau kode sebagai berikut:
Berdasarkan
Bagan di atas bahwa kak Awam dalam memilih cerita sesuai
kriteria usia dan pengemasan cerita dengan lucu merupakan strategi
mendongeng. pengungkapan informan tentang kak Awam
mendongeng cerita yang mudah dipahami serta sangat menghibur baik
bagi anak-anak maupun orang dewasa. Berdasarkan teori Syamsi
tentang strategi mendongeng yaitu tentang memilih cerita berdasarkan
usia anak serta pengemasan cerita diusahakan dengan lucu sebagai
daya tarik bagi anak.
Bahwa hasil data lapangan dapat ditarik kesimpulan atau
tahap verifikasi pernyataan kak awam mendongeng menyesuaikan
usia anak serta mengemas cerita dengan lucu, berdasarkan dengan
teori yang disesuaikan dengan hasil data yang diterima serta juga
catatan lapangan/hasil observasi terlihat dari pendengar dongeng yang
tertawa mulai dari anak-anak sampai orang dewasa seperti guru dan
orang tua, serta hasil wawancara terhadap anak-anak pun mereka
mengerti dengan dongeng yang disampaikan kak Awam bahwa kak
CW 1, P 1,KP 1
CW 2, P 1,KP 1
CW 1, P 1,KP 3
(CW 1, P 1,KP 2
CW 1, P 2, RC 1
CW 1, P 3, WF 1
CW 1, P 3, WF 2
CL 1, P 1, KP
CL 2, P 2, RC
CD 3, P 2, RC
CD 4, P 2, RC
CD 5, P 2, RC
CD 7, P 3,WF
CD 8, P 3, WF
CD 9, P 3, WF
Memilih dongeng sesuai usia anak serta mengemas
cerita dengan lucu
110
Awam dapat dibenarkan mendongeng dengan menyesuaika usia anak
serta mengemas dengan lucu dapat dibenarkan.
b. Mendongeng dengan menarik dengan merubah intonasi suara,
untuk membedakan tokoh dalam cerita
Data yang diperoleh dari ketiga penelitian mengumpulkan
hasil data cukup banyak, maka perlu dikemas secara teliti dan rinci.
Pada tahap ini peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-
milah, mengkategorikan dan membuat abstraksi dari hasil data
observasi/catatan lapangan wawancara dan dokumentasi. Hasil data
tentang bermacam suara yang dimiliki kak Awam ketika mendongeng
yang didapatkan dari beberapa informan melalui teknik wawancara,
observasi/catatan lapangan serta dokumentasi.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplay data. Dalam penelitan ini display data dilakukan dalam
bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan memaparkan data
dengan memilih informasi terkait terkait dengan fokus penelitian yaitu
mendongeng dengan menarik dengan merubah intonasi suara, untuk
membedakan tokoh dalam cerita. Sajian data yang didapat berupa
cooding atau kode sebagai berikut:
Merubah intonasi suara,
untuk membedakan
tokoh dalam cerita
CL 3, P 1, KP
CL 4, P 2, RC
CL 5, P 3, WF
CV 1, P 1, KP
CV 2, P 2, RC
CV 3, P 2, WF
CW 2, P 1, KA 1
CW 2, P 1, KA 1
CW 3, P 1,KP 1
CW 2, P 1,KP 3
CW 3, P 2, RC 1
CW 2, P 3, WF 1
111
Berdasarkan bagan di atas pada tahap verifikasi data ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa kak Awam Mendongeng dengan menarik
dengan merubah intonasi suara, untuk membedakan tokoh dalam
cerita, kak Awam mengungkapkan bahwa sampai saat ini sudah
memiliki 120 macam suara yang bermacam-macam, suara binatang
dan kendaraan yang sering kak Awam gunakan selama penelitian
sehingga berdasarkan hasil data observasi/catatan lapangan bahwa
suara kak Awam belum menunjukkan 120 suara karena ketika
mendongeng hanya mengeluarkan suara yang sama seperti penelitian
pertama sampai penelitian ketiga, meski belum mencapai 120 suara
tetapi kak Awam mampu mendongeng dengan merubah intonasi suara
untuk membedakan tokoh.
Menurut teori Syamsi tentang strategi mendongeng yaitu
tentang mengusahakan mendongeng dengan menarik yaitu dengan
cara merubah intonasi suara, untuk membedakan tokoh dalam cerita
seehingga memudahkan anak untuk membedakan karakter tokoh
dalam cerita. Berdasarkan dengan teori yang disesuaikan dengan hasil
data yang didapatkan oleh hasil data wawancara, catatan lapangan
serta dokumentasi, dapat disimpulkan dari temuan data bahwa kak
Awam dapat merubah intonasi suara dan meniru berbagai suara mulai
dari suara benda, transportasi, binatang, dan tokoh dalam cerita, tetapi
untuk pengungkapan kak Awam saat wawancara memiliki 120
macam suara masih diragukan karena hasil data yang didapatkan
bahwa ketika penelitian pertama hanya 82 macam suara begitupun
dengan penelitian kedua dan ketiga karena berbagai suara tersebut
juga di ucapkan di setiap tempat penelitian.
112
c. Etika bahasa mendongeng sebagai bentuk penyampaian pesan
moral
Data yang diperoleh dari ketiga penelitian mengumpulkan
hasil data cukup banyak, maka perlu dikemas secara teliti dan rinci.
Pada tahap ini peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-
milah, mengkategorikan dan membuat abstraksi dari hasil data
observasi/catatan lapangan wawancara dan dokumentasi. Hasil data
tentang proses etika kak Awam ketika mendongeng sebagai bentuk
penyampaian pesan moral yang didapatkan dari beberapa informan
melalui teknik wawancara, observasi/catatan lapangan serta
dokumentasi.
Langkah selanjutnya setelah melakukan reduksi data adalah
mendisplay data. Dalam penelitan ini display data dilakukan dalam
bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan memaparkan data
dengan memilih informasi terkait terkait dengan fokus penelitian yaitu
proses etika kak Awam ketika mendongeng sebagai bentuk
penyampaian pesan moral. Sajian hasil data yang didapat berupa
cooding atau kode sebagai berikut:
Etika mendongeng sebagai bentuk penyampaian pesan moral
CL 7, P 1, KP CL 8, P 2, RC CL 9, P 3, WF
CV 4, P 1, KP
CW 4, P 1,KP 1 CW 4, P 2, RC 1 CW 2, P 3, WF 2 CW 2, P 3, WF 2 CW 3, P 1, KA 1
113
Berdasarkan bagan di atas tentang Etika bahasa kak Awam
dalam mendongeng sebagai media penyampaian pesan moral, bahwa
selama penelitian bahasa kak Awam dalam menyampaikan pesan
moral menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga pesan
moral dalam dongeng mudah dipahami oleh anak-anak bahkan orang
dewasa yang mendengarkan dongeng kak Awam. Pada penelitan
pertama kak Awam meniru kata yang saat ini sedang menjadi tranding
topik yaitu kata “ashiap”, sebenarnya kata ashiap sering kak Awam
selipkan ketika mendongeng karena untuk mengikuti bahasa
dikehidupan mereka dalam bermain, tetapi menurut ibu guru SDN
Kebon Kelapa 02 Pagi kata ashiap yang diucapkan tidak memiliki
nilai negatif melainkan dongeng kak Awam bisa masuk ke kehidupan
mereka karena sebagai dari anak-anak ada anak kelas enam sehingga
daya tarik tehadap dongeng berkurang. Berbeda halnya dengan
pernyataan kepala sekolah TK Ricci II dan pengunjung acara wonder
fest yang mengkhawatirkan jika kata itu terlontar karena pendengar
dongeng masih ada anak yang masih terlalu dini untuk menerima kosa
kata tersebut, meski menurut kepala sekolah TK Ricci II sebenarnya
itu bukan kata yang negatif.
Menurut teori Syamsi tentang strategi mendongeng yaitu
tentang Etika mendongeng dianjurkan untuk memberikan komentar
positif sebagai bentuk penyampaian pesan nilai-nilai dan akhlak mulia
dalam yang disampaikan. Berdasarkan dengan teori yang disesuaikan
dengan hasil data yang didapatkan hasil data wawancara, catatan
lapangan serta dokumentasi, dapat disimpulkan dari temuan data
bahwa pengungkapan kak Awam tentang penggunaan kata Ashiap
sebagai cara untuk masuk kedunia anak dan tidak mengurangi etika
pemberian komentar dapat dibenarkan hasil jawaban ketiga subjek
penelitian hanya saja masih diragukan oleh kedua subjek penelitian.
114
1. Teknik Mendogeng Untuk Anak
a. Tempat dan waktu kak Awam dalam Mendongeng
Data yang diperoleh dari ketiga tempat penelitian terkumpul
hasil data cukup banyak, maka perlu dikemas secara teliti dan rinci.
Pada tahap ini peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-
milah, mengkategorikan dan membuat abstraksi dari hasil data
observasi/catatan lapangan wawancara dan dokumentasi. Hasil data
tentang tempat dan waktu kak Awam mendongeng yang didapatkan
dari beberapa informan melalui teknik wawancara, observasi/catatan
lapangan serta dokumentasi berupa foto atau video.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplay data. Dalam penelitian ini display data dalam bentuk
bagan. Display data ini dilakukan dengan memaparkan data hasil data
informasi pilihan yang terfokus pada tempat dan waktu kak awam
dalam mendongeng. Sajian data yang didapat berupa cooding atau
kode sebagai berikut:
Tempat Dan Waktu Kak Awam dalam Mendongeng
CD 9, P 1, KP CD 10, P 1, KP CD 11, P 2, RC CD 11, P 2, RC CD 8, P 1, KP CD 9, P 3, WF CD 10, P 3, WF
CL 6, P 1, KP CL 7, P 2, RC CL 8, P 3, WF CL 12, P 1, KP CL 13, P 3, WF
CW 4, P 1, KA 1 CW 5, P 1, KA 1 CW 3, P 1,KP 3 CW 5, P 2, RC 1 CW 3, P 2, RC 2 CW 3, P 1,KP 3
115
Berdasarkan bagan di atas tentang tempat dan durasi waktu
mendongeng kak Awam, bahwa pengungkapan kak Awam biasa
mendongeng kurang lebih 45 menit, bahkan kak Awam juga pernah
memecahkan rekor mendongeng selama 8 jam, selama penelitian kak
Awam memiliki durasi yang berbeda, seperti pada penelitian pertama
kak Awam mendongeng hanya 31 menit karena kak Awam harus
menghadiri rapat, durasi seperti itu menimbulkan pengungkapan dari
hasil data wawancara dengan guru dan walimurid bahwa dongengnya
terasa sebentar karena pembawaan yang asik sehingga tidak terasa
waktu terus berputar,
Hal ini juga di ungkapkan pada penelitian kedua di sekolah
TK Ricci II, saat itu kak Awam juga mendongeng dengan durasi 30
menit karena acara yang dimulai mundur tidak sesuai jadwal, ketika
itu saat wawancara dengan kak Awam juga mengungkapkan sedikit
kecewa karena sudah menunggu cukup lama, selesai acara kepala
sekolah pun juga mengungkapkan dongengnya dari segi waktu
dongengnya kurang lama tetapi memang dari kami yang mundur
memulai acara sehingga waktu mendongeng berkurang, hasil data
yang berbeda ketika kak Awam mendongeng pada acara wonder fest,
pengungkapan seorang pengunjung yang menganggap dongeng kak
Awam kurang lebih 1 jam cocok untuk anak-anak tidak cepat meski 1
jam tapi pembawaan yang lucu sehingga tidak terasa waktu sudah
sejam.
Menurut Abdul beberapa macam teknik yang perlu
diperhatikan dalam mendongeng yaitu tempat dan waktu mendongeng
bahwa Bercerita tidak selalu harus dilakukan di dalam kelas, tetapi
boleh juga di luar kelas yang dianggap baik oleh guru agar para siswa
bisa duduk dan mendengarkan cerita. Bisa di halaman sekolah, teras,
bawah pohon, di balik dinding, atau di tempat terbuka yang terkena
116
sinar matahari begitupun dengan waktu, dalam buku Departemen
Pendidikan Nasional bahwa penyiapan waktu mendongeng bagi tiap
usia anak berbeda-beda, sebagai berikut:
• Usia awal anak sampai usia 4 tahun, waktu mendongeng
hingga 7 menit
• Usia 4 – 8 tahun, waktu cerita 10-15 menit
• Usia 8 – 12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit
Berdasarkan dengan teori yang disesuaikan dengan hasil data
yang didapatkan hasil data wawancara, catatan lapangan serta
dokumentasi, dapat disimpulkan dari temuan data bahwa kak Awam
dapat dibenarkan dari segi tempat bahwa kak Awam melakukan
dongeng diberbagai tempat dan pembawaannya tetap menghibur,
berbeda dengan segi waktu bahwa kak Awam mendongeng tidak
menyesuaikan dengan usia tetapi menyesuaikan pihak lembaga dan
tetap pembawaan kak Awam menghibur pendengar.
b. Penguasaan terhadap Siswa yang Tidak Fokus
Data yang diperoleh dari ketiga penelitian mengumpulkan hasil
data cukup banyak, maka perlu dikemas secara teliti dan rinci. Pada
tahap ini peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah,
mengkategorikan dan membuat abstraksi dari hasil data
observasi/catatan lapangan dan wawancara. Hasil data tentang
Penguasaan terhadap Siswa yang Tidak Fokus yang didapatkan dari
beberapa informan melalui teknik wawancara, observasi/catatan
lapangan serta dokumentasi berupa foto atau video.
Kemudian langkah selanjutnya setelah melakukan reduksi data
adalah mendisplay data. Dalam penelitan ini display data dilakukan
dalam bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan memaparkan
data dengan memilih informasi terkait terkait dengan fokus penelitian
yaitu tindakan kak Awam untuk menguasai atau mengembalikan
117
fokus anak yang mulai tidak fokus. Sajian data yang didapat berupa
cooding atau kode sebagai berikut:
Berdasarkan bagan di atas tentang penguasaan mengembalikan
fokus anak ketika kak Awam mendapatkan pendengar dongeng sudah
mulai terlihat tidak fokus atau terlihat asik bermain sendiri, hasil data
catatan lapangan/observasi kak Awam mengembalikan fokus anak
ketika mendengarkan dongeng melalui bernyanyi bersama dengan
lirik yang telah kak Awam buat atau permainan yang melatih anak
fokus seperti tepuk-tepuk. Hasil data terkait pengembalian fokus anak
senada dengan hasil data lapangan/observasi penelitian pertama
sampai penelitian ketiga.
Menurut Abdul beberapa macam teknik yang perlu diperhatikan
dalam mendongeng yaitu penguasaan terhadap siswa yang tidak
fokus, perhatian siswa di tengah cerita haruslah dibangkitkan sehingga
mereka bisa mendengarkan cerita dengan senang hati dan berkesan.
Penguasaan terhadap Siswa yang Tidak Fokus
CW 6, P 1, KA 1 CL 9, P 1, KP
CL 10, P 2, RC CL 11, P 3, WF
CV 5, P 1, KP
118
Berdasarkan dengan teori yang disesuaikan dengan hasil data yang
didapatkan hasil data wawancara, catatan lapangan serta dokumentasi,
dapat disimpulkan dari temuan data bahwa pengungkapan kak Awam
dapat dibenarkan ketika anak berada pada kondisi tidak kondusif kak
Awam bersiap untuk menyalakan irama dan bernyanyi bersama, dan
tindakan tersebut dapat mengembalikan fokus anak.
2. Langkah Dasar Mendongeng
a. Tahap Pembukaan kak Awam dalam Mendongeng
Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak mulai hasil
data observasi dan wawancara, sehingga memerlukan catatan hasil
data secara teliti dan rinci. Pada tahap ini, peneliti melakukan reduksi
data dengan cara memilah-milah, mengkategorikan dan membuat
abstraksi dari observasi/catatan lapangan, wawancara dan
dokumentasi. Berdasarkan data yang diperoleh terkait langkah dasar
atau persiapan kak Awam dalam membuka dongeng terdapat hasil
data dari beberapa informan melalui teknik wawancara,
observasi/catatan lapangan, dan dokumentasi. Setelah reduksi data,
langkah selanjutnya adalah display data.
langkah selanjutnya setelah melakukan reduksi data adalah
mendisplay data. Display data pada penelitian ini dilakukan dalam
bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan memaparkan data
dengan memilih informasi terkait terkait dengan fokus penelitian yaitu
proses pembukaan mendongeng kak Awam agar diawal mendongeng
pendengar sudah antusias terhadap kak Awam. Sajian data yang
didapat berupa cooding atau kode sebagai berikut:
119
Tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap
lanjutan dimana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari
temuan data elaborasi dalam memperinci detail-detail tahapan
pembuka kak Awam dari hasil beberapa wawancara, dokumentasi
video atau foto serta catatan lapangan Kesimpulan diatas juga
dikuatkan oleh kesimpulan yang didapatkan hasil dokumentasi baik
foto maupun video kak Awam, yang didapatkan peneliti hanya
dokumentasi saat penelitian I dan II karena pada saat penelitian ketiga
kak Awam membuka dongeng dengan ice breaking yang dipimpin
oleh kak Agung relawan kampung dongeng, saat itu kak Awam
sedang mempersiapkan untuk tampil setelah kak Awam juga tampil
drama musikal sebelumnya..
Menurut Aziz yang perlu diketahui oleh guru langkah
sederhana sebelum mendongeng yaitu persiapan pembukaan
mendongeng. bahwa bercerita dianggap pelajaran yang memerlukan
persiapan dalam membuka dongeng. Berdasarkan dengan teori yang
disesuaikan dengan hasil data yang didapatkan hasil data wawancara,
catatan lapangan serta dokumentasi, dapat disimpulkan dari temuan
data bahwa pengungkapan kak Awam dapat dibenarkan karena kak
Tahap Pembukaan kak Awam dalam Mendongeng
CV 6, P 1, KP CV 6, P 2, RC
CD 11, P 3, WF CD 12, P 3, WF
CL 8, P 3, WF
CW 7, P 1, KA 1 CW 6, P 1,KP 1 CW 3, P 1,KP 3 CW 2, P 1,KP 2 CW 6, P 2, RC 1
120
Awam sebelum masuk pada cerita melakukan kegiatan menyanyi
dengan lirik yang dibuat oleh kak Awam serta diiringi oleh irama
yang telah kak Awam rancang sendiri serta bermain
b. Tahap Penutup kak Awam dalam Mendongeng
Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak mulai hasil
data observasi dan wawancara, sehingga memerlukan catatan hasil data
secara teliti dan rinci. Pada tahap ini, peneliti melakukan reduksi data
dengan cara memilah-milah, mengkategorikan dan membuat abstraksi
dari observasi/catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan data yang diperoleh terkait langkah dasar atau persiapan
kak Awam dalam proses menutup dongeng, terdapat hasil data dari
beberapa informan melalui teknik wawancara, observasi/catatan
lapangan, dan dokumentasi. Setelah reduksi data, langkah selanjutnya
adalah display data.
langkah selanjutnya setelah melakukan reduksi data adalah
mendisplay data. Display data pada penelitian ini dilakukan dalam
bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan memaparkan data
dengan memilih informasi terkait terkait dengan fokus penelitian yaitu
proses penutup dongeng kak Awam agar sebelum dongeng selesai kak
Awam dapat memastikan anak memahami pesan moral dalam cerita
kak Awam. Sajian data yang didapat berupa cooding atau kode
sebagai berikut:
121
Tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap
lanjutan dimana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari
temuan data elaborasi dalam memperinci detail-detail tahapan
menutup dongeng dari hasil wawancara pada tiga penelitian
pengungkapan yang sama bahwa kak Awam juga menutup dongeng
dengan memberikan ice breaking sebagai closing power untuk
memastikan peserta didik memahami pesan moral dalam cerita, tahap
penarikan kesimpulan ini meyakinkan pengungkapan kak Awam
bahwa kak Awam menutup dongeng dengan cara bernyanyi, bermain
tanya jawab. Menurut departemen pendidikan nasional yang perlu
guru lakukan ketika menutup dongeng yaitu: memberi kesempatan
tanya jawab memberikan kesempatan peserta didik untuk melakukan
tanya jawab seputar cerita yang disampaikan serta memberikan
kegiatan pasca mendongeng seperti kegiatan bernanyi bersama sesuai
tema cerita, bermain sederhana atau kegiatan untuk memastikan anak
memahami pessa moral.
Berdasarkan dengan teori yang disesuaikan dengan hasil data
yang didapatkan hasil data wawancara, catatan lapangan serta
Tahap Penutup kak Awam dalam Mendongeng
CL 15, P 2, RC CL 16, P 3, WF
CD 9, P 3, WF CD 10, P 3, WF
CW 8, P 1, KA 1 CW 7, P 1,KP 1). CW 7, P 1, RC 1 CW 4, P 2, RC 2 CW 2, KA 2, KD
122
dokumentasi, dapat disimpulkan dari temuan data bahwa
pengungkapan kak Awam dapat dibenarkan bahwa pasca mendongeng
melakukan kegiatan untuk memastikan anak memahami pesan moral
serta mengembalikan semangat anak melalui kegiatan tanya jawab
sambil bernyanyi atau bermain sederhana meski setiap penelitian kak
Awam menutup dengan kegiatan yang berbeda-beda.
3. Pesan Moral kak Awam melalui Mendongeng
Data yang diperoleh dari ketiga peneitian cukup banyak mulai
hasil data observasi, wawancara dan dokumentasi, sehingga
memerlukan catatan hasil data secara teliti dan rinci. Pada tahap ini,
peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilah-milah,
mengkategorikan dan membuat abstraksi dari observasi/catatan
lapangan, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan data yang
diperoleh tentang bagaimana proses kak Awam dalam menyampaikan
pesan moral melaui mendongeng, terdapat hasil data dari beberapa
informan melalui teknik wawancara, observasi/catatan lapangan, dan
dokumentasi. Setelah reduksi data, langkah selanjutnya adalah display
data.
Langkah selanjutnya setelah melakukan reduksi data adalah
mendisplay data. Display data pada penelitian ini dilakukan dalam
bentuk bagan. Display data ini dilakukan dengan memaparkan data
dengan memilih informasi terkait terkait dengan fokus penelitian yaitu
proses penutup dongeng kak Awam agar sebelum dongeng selesai kak
Awam dapat memastikan anak memahami pesan moral dalam cerita
kak Awam. Sajian data yang didapat berupa cooding atau kode
sebagai berikut:
123
Tahap verifikasi atau penarikan kesimpulan merupakan tahap
lanjutan dimana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari
temuan data yang terkumpul kemudian di elaborasi dari seluruh data
yang terkumpul baik dari hasil data wawancara, catatan
lapangan/observasi atau dokumentasi kemudian dirinci secara teliti
hingga mendapatkan kesimpulan bahwa kak Awam dalam
menyampaikan pesan moral melalui bermain sangat mudah dipahami
oleh yang mendengarkan terungkap dari beberapa hasil data yang
didapatkan, serta pengungkapan kak Awam terkait penyampaian
pesan moral di setiap adegan cerita atau disetiap bagian kak Awam
selipkan pesan moral sederhana yang mudah dipahami, dibenarkan
berdasarkan catatan ketiga penelitian yang didapatkan. Menurut
Kurniawan dongeng menjadi struktur kehidupan imajinatif yang
dituturkan melalui bahasa yang memiliki pesan yang tersampaikan.
Kesimpulan hasil data berdasarkan teori juga dikuatkan oleh
didapatkan hasil dokumentasi pada penelitian ketiga tempat bahwa
rekamanan video mengungkapkan bahwa kak Awam mendongeng
tidak hanya memiliki satu pesan moral melainkan setiap adegan
Pesan Moral kak Awam dalam Mendongeng
CV 12, P 3, WF CV 13, P 3, KP
CL 16, P 1, KP CL 17, P 2, RC CL 18, P 2, RC
CW 9, P 1, KA 1 CW 10, P 1, KA 1 CW 8, P 1,KP 1 CW 8, P 1, RC 1 CW 5, P 3, WF 2
124
memiliki pesan moral serta menjadikan struktur imajinatif kehidupan
melalui bahasa
C. Temuan Penelitian Setelah ditemukan beberapa data yang diinginkan, baik
dari hasil penelitian observasi, wawancara, maupun dokumentasi,
maka peneliti akan menganalisa temuan yang ada dan menjelaskan
tentang implikasi-implikasi dari hasil penelitian tentang implementasi
metode mendongeng kak awam dalam menyampaikan pesan moral.
Berdasarkan yang telah dijelaskan sebelumnya dalam
teknik data dalam penelitian peneliti menggunakan analisa kualitatif
deskriptif (pemaparan) dan data yang diperoleh peneliti baik melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi dari informan yang
dibutuhkan oleh peneliti. Adapun data-datanya sebagai berikut:
1. Strategi mendongeng memilih dongeng sesuai kriteria usia anak
serta mengemas cerita dengan lucu
Ketika peneliti melakukan observasi, peneliti menemukan
sebuah pernyataan terhadap guru dalam mendongeng.
berdasarkan indikator dalam penelitian yang menghasilkan bahwa
mendongeng bisa dilakukan kapan saja tanpa menggunakan
media seperti yang dilakukan kak Awam, jika tidak ada media
yang mendukung fisik pun bisa menjadi media pendukung dalam
mendongeng hanya saja memerlukan pengemasan yang lucu serta
menyesuaikan usia anak agar dongeng yang disampaikan mudah
dipahami dan anak juga merasa terhibur. Dapat disimpulkan dari
temuan data bahwa kak Awam bisa mengemas dongeng dengan
lucu serta cerita yang disampaikan sesuai dengan karakteristik
usia anak tak hanya itu hasil data ketiga penelitian kak Awam
mendongeng tidak menggunakan media sehingga dapat
disimpulkan bahwa mendongeng tidak hanya membutuhkan buku
125
cerita atau media tetapi mendongeng tanpa media pun bisa
dilakukan.
2. Strategi mendongeng yang menarik dengan mengubah intonasi
suara, untuk membedakan tokoh dalam cerita
Saat penelitian melakukan observasi, kak Awam
mendongeng dengan menggunakan beberapa macamsuara untuk
membedakan tokoh atau berbagai macam suara benda seperti
membuka pintu atau berbagai macam suara lainnya, kak Awam
mengungkapkan sampai saat ini kak Awam bisa menirukan 120
macam suara, tetapi dari berbagai suara kak Awam juga ada suara
yang hanya merubah volume suara, sehingga dapat disimpulkan
bahwa mendongeng tidak harus menguasai berbagai macam
suara, paling penting kita bisa membedakan suara tokoh satu
dengan tokoh lainnya baik itu dengan merubah volume suara agar
suara yang dihasilerbeda.
Hasil data observasi peneliti menemukan seorang anak
yang sedang mengikuti suara kuda yang yang kak Awam tiru, dari
situ peneliti menyimpulkan bahwa merubah suara saat
mendongeng dapat menjadi daya tarik bagi pendengar terutama
anak usia dini.
3. Etika bahasa mendongeng sebagai bentuk penyampaian pesan
moral
Ketika peneliti melakukan observasi, pada etika bahasa
mendongeng kak Awam dalam menyampaikan pesan moral,
peneliti menemukan keganjalan dalam penelitian ketika kak
Awam mendongeng menyebutkan kata ashiap, peneliti mengira
menyelipkan kata tersebut menjadi perusak dongeng yang
disampaikan, tetapi peneliti meminta beberapa informan untuk
memberikan opini terhadap kata ashiap yang disampaikan oleh
kak Awam begitu juga kak Awam juga mendapatkan pertanyaan
126
yang sama, sebagian besar informan mengatakan kata tersebut
tidak mengurangi etika kak Awam dalam mendongeng karena
kata tersebut bukan kata negatif hanya saja kak Awam berusaha
masuk ke dunia anak.
Hasil data wawancara dengan kak Awam juga mejadi
sesuatu yang lumrah jika pendongeng menyelipkan kata yang
sedang viral, sehinga memudahkan kak Awam masuk kedunia
mereka, dari hasil temuan ini bisa disimpulkan bahwa ketika
mendongeng sampaikan bahasa yang mudah dipahami, serta
berusahalah masuk ke dunia anak untuk menarik daya tarik anak
terhadap dongeng.
4. Teknik mendongeng pada tempat dan waktu kak Awam dalam
Mendongeng
Ketika peneliti melakukan observasi, peneliti menemukan
hasil data pada saat observasi pertama kak Awam mendongeng
hanya sebentar karena kak Awam harus menghadiri sebuah rapat,
tetapi tidak lepas tanggung jawab mempersilahkan kak Siti
anggota kampung dongeng untuk mengisi sisa waktu luang kak
Awam mendongeng, sama hal nya dengan di TK Ricci kak Awam
mendongeng kurang lebih 30 menit dikarenakan sekolah memulai
acara mundur, dari kedua penemuan terkait waktu dapat
disimpulkan dari hasil wawancara beberapa informan mengatakan
waktunya terlalu singkat, sehingga disimpulkan bahwa dongeng
kak Awam sangat menarik pendengar .
5. Penguasaan terhadap siswa yang tidak fokus
Ketika peneliti melakukan observasi, Penguasaan kak
Awam terhadap Siswa yang tidak fokus ditemukan data yang
sangat menarik peneliti yaitu bahwa kak Awam tidak hanya fokus
mendongeng tetapi memperhatikan anak yang tidak fokus terlihat
dari data temuan ketika ada beberapa anak yang mulai tidak fokus
asik mengobrol, kak Awam dengan tingkahnya yang lucu
127
menghampiri anak tersebut dan mengeluarkan suara kucing
marah, tak hanya itu peneliti juga menemukan perbedaan
pendongeng lain dengan kak Awam yaitu kumpulan irama yang
digunakan disela anak-anak mulai tidak fokus, pengendalian anak
yang tidak fokus kak Awam mengambil strategi dengan
bernyanyi dengan irama lagu. Dari kumpulan data yang
ditemukan dapat disimpulkan bahwa kak Awam mampu
mengembalikan fokus anak untuk mendengarkan dongeng
kembali.
6. Tahap pembukaan kak awam dalam mendongeng
Saat peneliti melakukan observasi ketiga penelitian,
peneliti pasti menemukan hasil observasi yang sama, yaitu kak
Awam ketika proses membuka dongeng kak Awam selalu
membuka dengan mengenalkan diri dengan sebutan kak Ayam,
yang membuat anak-anak tertawa serta menirukan suara ayam
sehingga pengucapan kak Awam kalau namanya ka Ayam,
semakin menghibur karena dikuatkan dengan suara ayam yang
ditiru kak Awam.
Temuan ini dapat disimpulkan dan menjadi implikasi
untuk siapapun terutama guru bahwa setiap pendongeng
memerlukan simbol untuk mempermudah anak-anak mengenal
pendongeng tersebut, selain itu terdapat temuan lain ketika kak
Awam membuka dongeng dengan bernyanyi bersama dan
bermain tes fokus, data temuan ini membuktikan bahwa kak
Awam sebelum mendongeng harus memastikan anak fokus dan
siap untuk memulai dongeng.
7. Tahap penutup kak Awam dalam mendongeng
Ketika melakukan penelitian ketiga tempat, peneliti
menemukan perbedaan penutup kak Awam dalam mendongeng,
seperti data temuan pada penelitian pertama, saat penutupan
pertama kak Awam mendongeng dengan tebak-tebakan dan
128
menjajikan hadiah untuk mempertahankan semangat anak dalam
mendengar dongeng karena sebentar lagi dongeng kak Awam
akan digantikan oleh anggota kampung dongeng, lain halnya
dengan penelitian ketika kak Awam menutup dongeng saat
penelitian kedua dengan memberikan intruksi kepada semua
anak-anak KBB dan TK A untuk naik ke atas panggung dengan
tertib, selain itu berbeda pula dengan penutupan, tetapi sebelum
foto bersama kak Awam bernyanyi bersama dan tanya jawab
seputar cerita pada penelitian terakhir bahwa kak Awam turun
dari panggung dan mempersilahkan anak-anak berdiri untuk
bernyanyi bersama. Begitupun saat penelitian ketiga kak Awam
menutup dengan bernyanyi bersama dibawah panggumg.
Data temuan saat kak Awam menutup dapat disimpulkan
kak Awam dapat menguasai dunia anak ketika penutup dongeng
setelah memastikan anak memahami pesan moral melalui tanya
jawab melalui bernyanyi data temuan ini meyakinkan bahwa
ketika tahap penutup dongeng kak awam mampu memberikan
intruksi dengan bahasa yang lucu sehingga anak-anak
mengikutinya dengan tertib dan tetap merasa senang.
8. Pesan Moral kak Awam melalui Mendongeng
Ketika melakukan penelitian peneliti menemukan suatu
kebenaran dari pernyataan kak Awam yang membedakan kak
Awam dengan pendongeng lain didapatkan dari hasil observasi
melalui sebuah channel youtube, selama penelitian ketiga tempat
kak Awam memberikan pesan moral pada setiap sesi seperti
pesan mengucapkan salam dengan sopan melaui lomba mengucap
salam antara perempuan dan laki-laki, berdoa bangun tidur
melalui awal kisah mendongeng sejak bangun tidur, kemudian
pesan saling tolong menolong pada penelitian kedua, melalui
bernyanyi serta melibatkan anak-anak untuk membantu kerbau
dengan mengucapkan basmallah serta lagu yang dibawakan kak
129
Awam setelah menolong kerbau dengan lirik saling tolong
menolong.
Pada saat penelitian pertama juga, ketika kak Awam
meniru suara kakek dan bergaya layaknya kakek, saat itu juga
anak-anak tertawa tetapi kak Awam menyisipkan pesan moral
untuk selalu menghormati orang yang lebih dewasa, tidak hanya
itu ketika setiap memulai kegiatan dalam dongeng kak Awam
memulai dengan berdoa terlebih dahulu. Pada saat penelitian
kedua senada dengan penelitian pertama yaitu menyisipkan pesan
moral disetiap adegan cerita, meskipun pada penelitian kedua kak
Awam mendongeng di sekolah berbeda keyakinan dengan kak
Awam tetapi kak Awam tetap berusaha selalu mengucap salam
meski pertanyaannnya diganti dengan salam, tidak hanya itu
ketika dalam memrintahkan anak naik kepanggung kak Awam
menyampaikan naik dengan kaki kanan dan memulai sesuatu
dengan kaki kanan kecuali ke toilet.
Begitupun ketika saat penelitian ketiga ketika kak Awam
diawal cerita berdoa ketika bangun tidur, kemudian ketika Tanya
jawab suara tidak perlu berteriak dan mengingatkan anak-anak
saat tanya jawab menggunakan tangan kanan, tidak hanya itu
ketika marsya tidak mau berbicara dengan gurunya, kak Awam
menyisipkan pesan kepada anak-anak untuk selalu mengikuti
perintah orang tua, kemudian kak Awam juga mendongeng
dengan tema jangan menjadi anak yang malu, kak Awam melatih
anak-anak untuk maju dan bernyanyi bersama untuk melatih
kepercayaan diri anak.
Ketika mendongeng kak Awam berusaha menyampaikan
pesan moral hanya 1 pesan dari cerita yang disampaikan saja,
tetapi di setiap adegan kak Awam menyisipkan pesan moral
kepada anak-anak, sehingga selama kak Awam mendongeng
setiap anak tidak hanya mendapatkan 1 pesan moral saja dari
130
sebuah cerita, begitupun dengan anak yang telat mendengarkan
dongeng juga tetap mendapatkan pesan moral dari dongeng kak
Awam.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian, peneliti
telah berusaha mencapai kesempurnaan hasil penelitian, namun
karena adanya keterbatasan penelitian yang disebabkan karena
peneliti kurang tetliti saat proses penelitian yang sedang
berlangsung baik dari segi waktu, tenaga, dan biaya, maka
penelitian ini perlu disempurnakan. Adapun keterbatasan
penelitian tersebut antara lain dijabarkan sebagai berikut:
Peneliti memerlukan jadwal objek penelitian yang cukup
dijangkau oleh transportasi yang mendukung sehingga penelitian
membutuhkan waktu yang sesuai dengan keadaan objek peneliti
menghadiri suatu tempat serta harus selalu follow up manager kak
Awam karena Kak bukan lagi pendongeng yang mendongeng
hanya di satu lembaga. Peneliti berharap penelitian ini menjadi
sebuah pembelajaran agar lebih sigap terhadap jadwal objek yang
telah menjadi public figur. Dengan demikian peneliti akan lebih
memastikan dengan manager dan menjadwalkan dengan jadwal
ketika kak Awam tampil.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil data penelitian tentang implementasi metode
mendongeng kak Awam dalam menyampaikan pesan moral dapat
disimpulkan sebagai berikut, kak Awam dalam menyampaikan pesan
moral melalui bernyanyi dinilai melaui empat aspek persiapan dalam
mengimplementasikan metode mendongeng, yaitu: strategi mendongeng,
teknik mendongen, langkah dasar mendongeng dan tahap penyampaian
pesan moral yang memiliki indikator di setiap aspeknya seperti yang sudah
dijelaskan diatas.
1. Implementasi metode kak Awam sudah dikembangkan oleh kak
Awam sejak tahun 1992 semasa SMA, kemudian semakin
dikembangkan saat di perguruan tinggi dengan mengikuti relawan
kemanusiaan seperti korban bencana kemudian kak Awam
menggunakan metode mendongeng untuk menghibur anak-anak, kak
Awam juga menjadi pendongeng yang pernah menerima penghargaan
mendongeng dalam menyampaikan pesan moral selama 8 jam non
stop, melalui berlatih setiap hari menambah wawasan baik cerita atau
nemabah bermacam suara kak awam semakin meyakinkan dirinya
untuk menghidupkan kembali budaya mendongeng serta membuat
kampung dongeng dengan target 1000 kampung dongeng di
Indonesia.
2. Kak Awam memiliki strategi mendongeng yang memberikan motivasi
kepada orang dewasa bahwa mendongeng bisa dilakukan oleh siapa
saja, kapan saja dan di mana saja, mendongeng tanpa media pun bisa
dilakukan seperti yang kak Awam lakukan dalam mendongeng lebih
sering tanpa media, paling terpenting dalam mendongeng pengemasan
cerita yang menarik, pengemasan dongeng kak Awam sampaikan
sangat menarik tidak hanya kalangan anak-anak yang merasa terhibur
131
132
tetapi orang dewasa juga merasa terhibur, strategi kak Awam dalam
mengemas dongeng dengan lucu menjadikan pendengar semakin
fokus dan merasa terhibur dan tidak membosankan,selain pengemasan
yang sangat lucu kak Awam juga memiliki strategi dalam
mendongeng melalui berbagai macam suara yang dimiliki untuk
mendukung dongeng kak Awam yang membuat pendengar semakin
teribur, 120 suara yang kak Awam miliki membutuhkan waktu setiap
har untuk berlatih dengan cara mendengar, mengulang dan merekam.
Strategi selanjutnya kak Awam dalam mendongeng berusaha beretika
dalam berbahasa ketika mendongeng, agar dongeng yang disampaikan
mudah dipahami, serta cerita yang dikemas berdasarkan usia
begitupun dengan kosa kata yang digunakan juga kak Awam gunakan
berdasarkan usia sehingga hasil data wawancara yag didapatkan
bahwa cerita yang sampaikan dapat diceritakan oleh anak secara
sederhana.
3. Implementasi mendongeng sudah menjadi kegemaran kak Awam
dalam menghibur anak-anak, sehingga kak Awam memerlukan teknik
yang harus dipersiapkan, kak Awam mendongeng mempersiapkan
persiapan baik teknisi maupun non teknis yang selalu dipersiapkan,
media yang digunakan kak Awam tetapi kak Awam lebih sering
mendongeng menjadikan fisiknya menjadi media seperti meniru
berbagai macam suara atau bertingkah berdasarkan tokoh dalam
cerita, meski lebih sering tanpa media tetapi kak Awam pun terkadang
mendongeng menggunakan media seperti boneka, buku cerita serta
benda yang menurutnya bisa dijadikan media. Selain media yang
disiapkan waktu pun kak Awam atur agar anak-anak tidak bosan yaitu
dengan skala 50% ice breaking dan 50% cerita sehingga anak tidak
merasa jenuh dengan cerita yang disampaikan, begitupun dengan
tempat dalam mendongeng, kak Awam tidak mempermaslahkan
tempat baik indoor atau outdoor tetapi persiapan teknisi yang perlu
dipersiapakan terutama sound.
133
4. Mendongeng tidak sebatas menyampaikan cerita tetapi memerlukan
langkah dasar dalam membuka dan menutup dongeng agar anak ketika
diawal cerita sudah siap dan fokus serta antusias dengan pendongeng
yang akan bercerita begitupun di akhir cerita pendongeng memelukan
strategi untuk memastikan dan meyakinkan bahwa anak-anak
memahami dongeng yang disampaikan. Pada tahap membuka dongeng
kak Awam mengenalkan dirinya dengan lucu dan menarik sehingga
memudahkan anak untuk mengenal dirinya, kemudian melalui irama
dan lirik lagu yang dibuat dengan bahasa sederhana membuat anak-
anak semangat di awal sebelum mereka mendegarkan dongeng,
kemudian dengan bermain tebak berbagai suara dan tepuk-tepuk yang
kak Awam lakukan sampai kak Awam sudah yakin bahwa anak-anak
sudah fokus pada dirinya serta sudah siap untuk mendengarkan cerita
selain pembuka dongeng kak Awam juga mempersiapkan tahap
penutup dongeng sebagai cara untuk memastikan anak-anak
memahami pesan moral dalam cerita yang disampaikan dengan cara
tanya jawab melalui bernyanyi bersama atau bermain berkumpul
bersama di atas panggung atau di bawah panggung untuk
mengembalikan semangat anak setelah lama mendengarkan dongeng.
5. Tujuan utama dalam mendongeng adalah sebagai media yang paling
sederhana dilakukan oleh siapa pun tetapi menjadi kegiatan yang
cukup sulit untuk dilakukan, pada tahap menyampaikan pesan moral
dalm mendongeng kak Awam menjadi pembeda dengan pendongeng
lainnya, bahwa kak Awam tidak mengemas 1 pesan moral dalam
cerita, tetapi kak Awam memberikan pesan moral pada setiap adegan
dengan tujuan agar anak yang datang terlambat tetap membawa pulang
pesanmoral yang didengar oleh anak, sehingga dalam kegiatan
dongeng tersebut kak Awam selalu menyelipkan pesan moral pada
setiap adegan bahkan pada lirik lagu yang kak Awam buat pun
memiliki pesan moral yang mudah dimengerti oleh anak dan anak
membawa pulang pesan moral lebih dari 2 bahkan lebih.
134
B. Implikasi Sehubung dengan kesimpulan hasil penelitian ini, maka implikasi dalam
hasil penelitian ini terdapat beberapa implikasi yang harus dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan metode mendongeng seperti implemetasi
kak Awam dalam mendongeng.
1. Mendongeng menjadi media yang dapat dilakukan oleh siapapun
tanpa menggurui untuk menjadikan dunia dalam kata. kehidupan yang
dituliskan dengan kata-kata, tetapi memerlukan strategi untuk
mengemas dongeng agar dongeng yang disampaikan mudah dipahami
oleh pendengar terutama anak usia dini, pengemasan dongeng yang
lucu dan menarik akan menjadikan anak-anak akan fokus serta merasa
terhibur serta penerapan metode mendongeng membantu aspek
emosional orang dewasa dan anak semakin lebih dekat,
2. Implementasi mendongeng kak Awam membantu memberikan
gambaran bagaimana mengemas cerita dengan menarik, berdasarkan
pengalaman mendongeng kak Awam yang sudah cukup luas
meyakinkan siapapun tepat untuk menjadikan kak Awam sebagai role
model dalam mengembangkan metode mendongeng seseorang, karena
pengemasan dongeng yang menarik, persiapan dongeng yang
maksimal menjadikan anak mudah memahami pesan moral serta
merasa terhibur.
C. Saran Berdasarkan penelitian megenai “Implementasi Metode mendongeng kak
Awam dalam menyampaikan pesan moral”, maka saran yang dapat
diberikan sebagai berikut:
1. Bagi Kak Awam
a. Diharapkan kak Awam untuk lebih sering membuat pelatihan
strategi mendongeng untuk orang dewasa terutama guru dan orang
tua.
135
b. Diharapkan kak Awam lebih sering mengemas trik-trik dalam
mendongeng pada sebuah sosial media agar siapapun mudah
mengakses di mana saja.
c. Diharapkan kak Awam lebih sering dalam menerbitkan buku untuk
memberikan teknik dalam mendongeng sehingga siapapun bisa
mendongeng sesuai dengan teknik kak Awam
2. Bagi pembaca
a. Diharapkan terus berlatih meningkatkan kemampuan mendongeng
karena mendongeng menjadi metode yang mudah dilakukan oleh
siapapun
b. Diharapkan untuk lebih sering membaca buku atau meng akses
sosial media untuk mengetahui startegi dalam medongeng seperti
kak Awam
c. Menghidupkan kembali budaya mendongeng untuk anak-anak
untuk mempermudah menasehati menyampaikan pesan moral
tanpa anak merasa digurui
3. Bagi Peneliti selanjutnya
a. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat menindak lanjut
penelitian ini dengan variansi dan litertur yang lebih mendalam
guna untuk pemahaman lebih lanjut dan lebih detail bagaimana
implementasi metode mendongeng kak Awam dalam
menyampaikan pesan moral.
136
DAFTAR PUSTAKA
Soetjipro dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, PT Rineka Cipta,
Jakarta, 2009
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Nomor 146 Tahun 2014, h.. 13
Sabil Risaldy, Bermain, Bercerita dan Menyanyi Bagi Anak Usia
Dini, Jakarta Timur, luxim 2014
Wuntat We.eS. S. Ag dan Team Kreatif SPA (Silaturohim Pencinta
Anak, Mendidik anak-anak dengan memanfaatkan metode BCM (bermain,
cerita dan bernyanyi). Pustaka Syahida, Jogja
Meity H. Idris, Meningkatkan Kecerdasan Anak Usia Dini melalui
Mendongeng, Jakarta Timur, PTuxima metro media, 2014
Abdul Latif, Muhammad, Bermain, Bercerita dan Menyanyi Bagi
Anak Usia Dini, Jakarta, PT LUXIMA, 2014
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses
Pendidikan, Prenadamedia, Jakarta.
Pupuh Fathurrohman, Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar
Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Aditama )
Heru Kurniawan, Keajaiban Mendongeng, Jakarta, PT Bhuana
Ilmu Populer 2013
Awam Prakoso, Kreatif Dalam Mendongeng Bersama Kak Awam
Prakoso, (Kampung Dongeng)
Aprianti Yofita Rahayu, Menumbuhkan Kepercayaan Diri Melalui
Kegiatan Bercerita, Indeks. Jakarta Barat 2013
Hasan Syamsi Pasya, Ibu, Bimbing Aku Menjadi Anak Soleh,
Bandung, Pustaka Rahmat 2010
L.R. Supriyapto Yahya, Kumpulan Artikel Psikologi Anak 2,
Jakarta, Intisari 1999. Hlm 6.
Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Teknik Bercerita
Untuk Anak Usia Dini, Pendidikan Anak Usia Dini 2009.
137
Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Dengan Cerita Bandung, PT
Remaja Rosdakarya, 2008
Ki Heru Cakra, Mendongeng Dengan Mata Hati, Surabaya,
Mumtaz Media 2012
Sintha Ratnawati, Sekolah Alternatif Untuk Anak, Jakarta, Kompas
2002. Hlm 4.
Muhaimin Al-Qudsy dan Ulfah Nurhidayah, Mendidik Anak Lewat
Dongeng, Yogyakarta, Madani, 2010
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak jilid2, Erlangga,
Jakarta,
Bafirman H. B, Pembentukan Karakter Siswa Melalui
Pembelajaran Penjasorkes, Jakarta, KENCANA 2016
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta, Kencana
2011
Yaumi Muhammad, Pendidikan Karakter: landasan, pilar dan
implementas, Prenadamedia, Jakarta 2014
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung, PT
Remaja Rosdakarya 2014
Bisri Mustofa, Melejitkan Kecerdasan Anak Melalui Dongeng,
Yogyakarta, Prama Ilmu 2015
Kertamuda, Miftahul Achyar, Golden Age, Jakarta, PT Elex Media
Komputindo 2015
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,
Bandung; PT Remaja, 2013
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Anggota Ikatan
Penerbit Indonesia (IKAPI), CV. ALFABETA, 2008).Hamid Darmadi,
Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2011
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, CV Pustaka
Setia 2011
Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, Ciputat, Quantum
Teaching 2006
138
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif dan R&D, Alfabeta 2008
Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian,
Bandung, Alfabeta, 2007
Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung, PT
Remaja Rosdakarya 2013
Sugiono, pendekatan Kualitatif, Jakarta, Alfabeta, 2009
Skripsi pada universitas UIN Malang, http://etheses.uin-
malang.ac.id/7322/1/1114001.pdf., Malang, 2015
Jurnal pada Universitas Trunojoyo
Madura, http://journal.trunojoyo.ac.id/pgpaudtrunojoo/article/download/26
06/2119., Madura
Jurnal pada Universitas Muria
Kudus, http://eprints.umk.ac.id/267/1/24_-_32.PDF., kudus, 2010
Reduksi Instrumen Penelitian
Implementasi Metode mendongeng Kak Awam dalam Menyampaikan Pesan
Moral
Variabel Aspek Indikator Kode
Instrumen
Penelitian
Implementasi
Metode
mendongeng Kak
Awam dalam
Menyampaikan
Pesan Moral
Strategi
Mendongeng
kak Awam pada
Anak
a. Memilih dongeng
sesuai kriteria usia
anak serta
mengemas cerita
dengan lucu tetapi
tetap mengandung
unsur pendidikan.
(CW 1, P 1, KA 1)
(CL 1, P 1, KP)
(CW 1, P 1,KP 1)
(CW 2, P 1,KP 1)
(CW 1, P 1,KP 3)
(CW 1, P 1,KP 2)
(CD 1, P 1, KP)
(CD 2, P 1, KP)
(CW 1, P 2, RC 1)
(CW 2, P 2, RC 1)
(CW 1, P 2, RC 2)
(CD 3, P 2, RC)
(CD 4, P 2, RC)
(CD 5, P 2, RC)
(CL 2, P 2, RC)
(CW 1, P 3, WF 1)
(CW 1, P 3, WF 2)
(CD 6, P 3, WF)
(CD 7, P 3, WF)
(CD 8, P 3, WF).
b. Mendongeng
dengan menarik
dengan merubah
intonasi suara,
untuk
membedakan
tokoh dalam
cerita
(CW 2, P 1, KA 1)
(CW 2, P 1, KA 1)
(CL 3, P 1, KP)
(CW 3, P 1,KP 1)
(CW 2, P 1,KP 3)
(CV 1, P 1, KP)
(CW 3, P 2, RC 1)
(CW 2, P 2, RC 2)
(CL 4, P 2, RC)
(CV 2, P 2, RC)
(CW 2, P 3, WF 1)
(CL 5, P 3, WF)
(CV 3, P 3, WF)
c. Etika bahasa
mendongeng
sebagai bentuk
penyampaian
pesan moral
(CW 2, P 1, KA 1)
(CW 5, P 1,KP 1)
(CW 4, P 1,KP 1)
(CW 5, P 2, RC 1)
(CW 4, P 2, RC 1)
(CW 3, P 3, WF 2)
(CW 3, P 1, KA 1)
(CV 4, P 3, WF)
Teknik
Mendongeng
untuk Anak
a. Tempat bercerita
(CW 4, P 1, KA 1)
(CL 6, P 1, KP)
(CD 9, P 1, KP)
(CD 10, P 1, KP)
(CL 7, P 2, RC)
(CD 11, P 2, RC)
(CL 8, P 3, WF)
(CD 5, P 3, WF)
(CD 6, P 3, WF)
(CW 5, P 1, KA 1)
b. Penguasaan
terhadap Siswa
yang Tidak Fokus
(CL 9, P 1, KP)
(CL 10, P 2, RC)
(CL 11, P 3, WF)
(CW 6, P 1, KA 1)
(CV 5, P 1, KP)
c. Waktu dalam
Mendongeng
(CL 12, P 1, KP)
(CD 7, P 1, KP )
(CD 8, P 1, KP )
(CW 3, P 1,KP 3)
(CW 5, P 2, RC 1)
(CW 3, P 2, RC 2).
(CL 13, P 3, WF)
(CW 4, P 3, WF 2)
(CD 9, P 3, WF )
(CD 10, P 3, WF )
Langkah Dasar
dalam
Mendongeng
a. Tahap
Pembukaan kak
Awam dalam
Mendongeng
(CW 7, P 1, KA 1)
(CW 6, P 1,KP 1)
(CW 3, P 1,KP 3)
(CW 2, P 1,KP 2)
(CV 6, P 1, KP)
(CW 6, P 2, RC 1).
(CV 6, P 2, RC)
(CL 14, P 3, WF)
(CD 11, P 3, WF )
(CD 12, P 3, WF )
(CW 1, KA 2, KD)
b. Tahap Penutup
kak Awam dalam
Mendongeng
(CW 8, P 1, KA 1)
(CW 7, P 1,KP 1)
(CW 7, P 1, RC 1)
(CW 4, P 2, RC 2)
(CL 15, P 3, WF)
(CD 9, P 3, WF)
(CD 10, P 3, WF )
(CW 2, KA 2, KD)
Pesan Moral
dalam
Mendongeng
c. Mendongeng
Kak Awam
dalam
Menyampaikan
Pesan Moral
(CW 9, P 1, KA 1)
(CW 9, P 1, KA 1)
(CW 8, P 1,KP 1)
(CL 16, P 1, KP)
(CW 8, P 1, RC 1)
(CL 17, P 2, RC)
(CW 5, P 3, WF 2)
(CL 18, P 2, RC).
Foto Antusias pendengar Dongeng Kak Awam
(CD 1, P 1, KP) (CD 2, P 1, KP)
(CD 3, P 2, RC) (CD 4, P 2, RC)
(CD 5, P 2, RC) (CD 6, P 3, WF)
(CD 7, P 3, WF) (CD 8, P 3, WF)
(CD 9, P 1, KP) (CD 10, P 1, KP)
Foto Keadaan Tempat Kak Awam Mendongeng
(CD 11, P 2, RC) (CD 12, P2, RC)
(CD 13, P 3, WF) . (CD 14, P 3, WF)
Foto Durasi Kak Awam Mendongeng
(CD 15, P 1, KP ) (CD 16, P 1, KP )
(CD 9, P 3, WF ) (CD 10, P 3, WF )
Foto Kak Awam Digantikan dengan kak Wahyu
(CD 11, P 3, WF ) (CD 12, P 3, WF )
Foto tahap kak Awam menutup Dongeng
(CD 10, P 3, WF) (CD 11, P 3, WF)
Video Kak Awam dengan berbagai suara
(CV 1, P 1, KP)
(CV 2, P 2, RC)
(CV 3, P 3, WF)
ketika kak Awam menyebutkan kata ashiap
(CV 4, P 3, KP)
ketika kak Awam berusaha mengembalikan fokus anak
(CV 5, P 1, KP)
Tahap Pembukaan Dongeng Kak Awam
. (CV 6, P 1, KP)
(CV 7, P 2, RC)
Kak Awam Menyisipkan Pesan Moral dalam dongeng
(CV 9, P 1, KP)
(CV 13, P 3, WF)
INSTRUMEN PENELITIAN
Kisi-kisi Wawancara Penelitian Pertama
Nama Lembaga ; SDN Kebon Kelapa 02 Pagi
Subjek Penelitian I : Guru SDN Kebon Kelapa 02 Pagi
Subjek Penelitian II : Satria (Peserta didik kelas 1)
Subjek Penelitian III : Ibu Lasti (Wali mutid)
Hari/Tanggal : Kamis, 13 Juni 2019
No.
Pertanyaan Peneliti Jawaban Kode
1. Apakah kak Awam mempersiapkan dongeng dalam memilih dongeng berdasarkan usia anak serta bagaimana penyampaian dongeng tersebut?
Bagi saya meyiapkan dan memilih dongeng sangat dipersiapkan terutama menyesuaikan usia anak, karena setiap anak berbeda usia pasti memiliki daya tangkap yang berbeda kemudian bagaimana saya mengemas agar cerita tersebut bisa menghibur mereka”.
CW 1, P 1, KA 1
2. Bagaimana menurut ibu guru terkait pengemasan dongeng yang disampaikan oleh kak Awam?
Saya saja sangat terhibur apalagi anak-anak, tidak hanya lucu, tetapi pengemasan ceritanya tentang raja yang tidak suka makan ikan sangat mudah dipahami, bahasa yang digunakan kak Awam pun tidak kontektual seperti buku cerita, karena tidak semua guru dapat mendongeng seperti itu”
CW 1, P 1,KP 1
3. Apa alasan pihak sekolah mengundang kak Awam?
Pihak sekolah hanya menerima bersih dari KPKP dan ternyata pihak KPKP bersama pemkot tidak salah pilih pendongeng, pengemasan cerita yang lucu tetapi memiliki pesan moral yang mudah dipahami oleh saya dan peserta peserta didik serta wali murid tentang pentingnya makan ikan”
CW 2, P 1,KP 1
4. Menurut ibu apakah dongeng kak Awam cocok untuk anak ibu yang saat ini kelas satu ?
Dongeng kak Awam sangat menghibur, saya memperhatikan anak saya yang tertawa bersama teman-temannya serta para guru juga tertawa membuktikan bahwa dongeng kak Awam sangat lucu, saya juga hafal cerita apa yang
CW 1, P 1,KP 3
disampaikan kak Awam bahwa raja sakit karena tidak mau makan buah”
5. Apakah Ade suka dengan dongeng kak Awam, apakah dongeng kak Awam lucu?
aku suka cerita kak Awam yang tentang si raja ga suka makan buah, akhirnya raja sakit, ceritanya seru, lucu engga bikin bosen dan suka bilang ashiap kaya Atta halilintar”
CW 1, P 1,KP 2
6. Apakah Kak Awam mendongeng dengan berbagai suara ?
“penguasaan berbagai macam suara yang kak Awam ucapkan tadi menjadi daya tarik pendengar terutama ketika tebak-tebakan berbagai suara binatang, anak-anak sangat semangat menjawabnya
CW 3, P 1,KP 1
7. Bagaimana dengan etika berbahasa dongeng yang disampaikan kak Awam?
luar biasa kak Awam mampu mengkondisikan anak-anak yang cukup banyak, serta mengatur bahasa dalam mendongeng berdasarkan usia yang bervariatif, bahasa yang digunakan tidak terlalu buku banget yang sulit dimengerti bahkan kak Awam mendongeng dengan menyelipkan kata yang sedang familiar di kalangan anak-anak sehingga menyesuaikan kehidupan keseharian anak”
CW 5, P 1,KP 1
8. Menurut ibu apakah kata ashiap tidak menjadikan dongeng terkesan tidak beretika?
“bagi saya itu tidak menjadi hal yang baik-baik saja dan tidak memiliki dampak negatif karena kak Awam bukan menyebutkan kata negatif melainkan kak Awam mencoba mendongeng dengan cara masuk ke dalam dunia keseharian mereka, menurut saya berati kak Awam bisa membawa cerita sesuai keadaan mereka.”
CW 4, P 1,KP 1
9. Berdasarkan posisi kak Awam mendongeng di luar kelas, menurut ibu apakah dongeng kak Awam tetap mendongeng sesuai dengan harapan sekolah?
Kak Awam mendongeng di halaman depan kelas SDN Kebon Kelapa 02 Pagi, karena mendongeng di tempat terbuka Kak Awam membawa sound milik pribadi ke tempat tersebut, sehingga suara yang dihasilkan
CL 6, P 1, KP 1
lebih maksimal dan terdengar sampai pagar depan, selain itu kak Awam lebih aktif bergerak ketika mendongeng, meski di tempat terbuka, kak Awam hanya mendapatkan tempat bergerak ke kanan dan ke kiri tidak dengan maju mundur karena keterbatasan tempat”
10. Apakah menurut ibu dongeng kak Awam yang disampaikan dengan durasi kurang lebih 30 menit?
“Sayang banget yah dongengnya sebentar, padahal anak-anak pada ketawa karena terhibur, eh udah selesai aja, iyaa si ga selesai hanya digantiin sama yang kaka tadi”
CW 3, P 1,KP 3
11. Bagaimana pandangan ibu langkah awal kak Awam dalam membuka dongeng?
Kak Awam memulai dongeng dengan ice breaking yang diiringi musik yang membuat anak energik sehingga semangat mengikuti intruksi ice breaking yang diberikan, kemudian diselipkan pesan moral sederhana seperti tadi bahwa tema kita gemar makan ikan dan kak Awam bernyanyi dengan di iringi musik menyebutkan manfaat makan ikan, dan lanjut kembali ice breaking lain sampai anak-anak sudah terfokus dengan kak Awam dan siap untuk mendengarkan dongeng”
CW 6, P 1,KP 1
12. Bagaimana pandangan ibu langkah awal kak Awam dalam membuka dongeng?
Bagus, seru, lucu di awal dongengnya apalagi di pertama ada musiknya tentang makan ikan, kemudian ada permainan untuk tes fokus agar kak Awam nya diperhatikan sampai anak-anak tertawa”
CW 3, P 1,KP 3
13. Menurut satria sebelum kak Awam dongeng, apa yang dilakukan kak Awam?
iyaa suka soalnya pas dateng cari-cari kita padahal kita didepan kak Awam, terus kenalan katanya namanya kak Ayam hee, terus kak Awam nyanyi tentang ikan, lucu kak Awam”
CW 2, P 1,KP 2
14. Bagaimana pandangan ibu teknik yang dilakukan kak Awam sebelum menutup dongeng?
Tidak hanya dimulai dengan ice breaking ternyata di akhir juga kak Awam memastikan peserta didik memahami pesan moral melalui ice breaking seperti tadi yang
CW 7, P 1,KP 1
dilakukan kak Awam bernyanyi tebak-tebakan manfaat memakan ikan, kemudian juga tanya jawab tokoh dalam cerita dan memastikan mereka menjawab”
15. Apakah setiap alur cerita dongeng kak Awam tadi memiliki pesan moral yang dimudah dipahami anak
Pesan moral kak Awam sudah tersampaikan padahal belum masuk bercerita, di awal saja kak Awam sudah menyampaikan pesan moral tentang wajibnya menjawab salam, meski tema dongeng hari ini tentang gemar makan ikan tetapi ketika memulai cerita kak Awam juga menyelipkan pesan moral seperti menghormati orang yang lebih tua”
CW 8, P 1,KP 1
INSTRUMEN PENELITIAN
Kisi-kisi Wawancara Penelitian Kadua
Nama Lembaga ; TK Ricci II Bintaro
Subjek Penelitian I : Kepala Sekolah
Subjek Penelitian II : Anis (Rekan Peneliti)
Hari/Tanggal : Jumat, 14 Juni 2019
No. Pertanyaan Peneliti Jawaban Kode
1. Apakah karena dongeng kak Awam lucu sehingga ibu menggundang kak Awam?
Saya tahu kak Awam berbeda kepercayaan dengan saya tetapi saya tahu banget kalau kak Awam bisa mendongeng menyesuaikan kepercayaanya dengan kepercayaan kami, kami beberapa kali mengundangnya karena kak Awam mendongeng membuat anak-anak senang sehinga saya bersama beberapa guru sangat antusias jika perpisahan anak-anak mengundang kak Awam, bahkan ketika dia berpuasa, dia menerima undangan kami .”
CW 2, P 2, RC 1
2. Bagaimana pandangan mu, apa dongeng kak Awam tetap dikemas dengan lucu meski pendengar berbeda dengan keyakinan dengan kak Awam?
aku juga setuju banget sama ibu kepala sekolah tadi bahwa dongengnya kak Awam tidak ada kata yang berbau islami, ternyata kak Awam mampu mensortir bahasa agar tidak keceplosan, tapi pas kak Awam bilang jangan lupa jawab salamnya, dalam hati aku kak Awam mau ngucapin Assalamualaikum eh ternyata kak Awam malah tanya kabar heee aku sempet deg degan coba, dongeng kak Awam bisa membuat anak-anak diri saking sukanya denger dongeng kak Awam yang lucu”
CW 1, P 2, RC
3. Bagaimana pandangan ibu tentang dongeng kak Awam dengan menggunakan berbagai mavcam suara dan apakah suara kak Awam
luar biasa yah kak Awam mampu meniru banyak suara ketika mendongeng, saya juga bingung bagaimana meniru macam suara kak Awam, tapi saya tidak
CW 3, P 2, RC 1
mencapai 120 berbagai suara ?
menghitung berapa jumlah suara kak Awam, bagi saya segitu cukup banyak”
4. Bagaimana pandanganmu tentang dongeng kak Awam dengan menggunakan berbagai mavcam suara dan apakah suara kak Awam mencapai 120 berbagai suara ?
Hebat banget, kenapa kak Awam keren banget ya kak, semua suara bisa ditiru, keren banget, suara gajah, bisa, suara ular biasa sampai suara kucing kelaparan juga bisa, tapi jumlahnya ketutup dengan suara unik kak Awam”
CW 2, P 2, RC 2
5. Menurut ibu apakah kosa kata yang digunakan kak Awam dalam mendongeng mudah dipahami oleh anak-anak?
“Kosa kata kak Awam sangat mudah dipahami bagi anak-anak bahkan saya melihat anak KB (kelompok bermain) tertawa sehingga mereka juga ikut menikmati dongeng kak Awam, dongeng kak Awam cukup interaktif menjadikan anak-anak aktif dalam menjawab ketika diberikan pertanyaan kak Awam bahkan mereka antuasias menjawab sampai maju ke depan”
CW 5, P 2, RC 1
6. Apakah menurut ibu dongeng kak Awam yang disampaikan dengan durasi kurang lebih 30 menit?
“karena acara ngulur, sebenarnya acara dalam roundon acara jam 3 sore tetapi biasa ngaret jadi acara mulai setengah 4 baru mulai, padahal kami sudah mengingatkan orang tua untuk disiplin waktu bahwa acara jam 3, tetapi tetap saja kedatangan masih ada yang telat, akhirnyasetngah 4 baru mulai, kemudian penampilan anak-anak TK A dan KBB dilanjut dengan pengumuman dan pemberian piala peserta didik terbaik TK A dan KBB, akhirnya begitu banyak susunan acara, akhirnya dongenglah yang menjadi korban, anak-anak mendengarkan dongeng hanya sebentar tetapi tetap menghibur anak-anak karena melihat mereka yang tertawa dan sangat antusias melihatnya.
CW 6, P 2, RC 1
Apakah menurut Anis dongeng kak Awam yang disampaikan dengan durasi kurang lebih 30 menit?
sebentar banget ya kak dongengnya 30 menitan tapi banyak ice breakingnya jadi ceritanya lebih sedikit, kalau anak-anak si cocok karena mereka senangnya nyanyi dan games jadi meski dongengnya sebentar mereka ga sadar”
CW 3, P 2, RC 2
7. Bagaimana pandangan ibu langkah awal melalui ice breaking kak Awam dalam membuka dongeng?
“Ice breaking yang diberikan juga tepat untuk anak usia dini tidak terlalu sulit, kak Awam berusaha masuk ke dunia anak-anak dengan melalui musik, kemudian meniru berbagai suara dengan gerakan yang membuat anak-anak tertawa, dan meningkatkan semangat anak dengan menjawab kabar dengan semangat, setelah itu kak Awam memberikan ice breaking untuk melatih konsentrasi anak usia dini melalui tepuk dan tanya jawab agar anak fokus terhadap kak Awam”
CW 6, P 2, RC 1
8. Bagaimana pandangan ibu teknik yang dilakukan kak Awam sebelum menutup dongeng?
“Kak Awam memastikan anak-anak dengan ice breaking sebelum berakhirnya dongeng, wajar saja kalau kak Awam menutup dengan ice breaking karena usia anak masih usia dini sehingga perlu pengulangan agar anak tahu pesan moral dalam dongeng yang disampaikan, melalui bernyanyi dengan semangat dan di iringi tanya jawab anak-anak pun ikut semangat menjawab pertanyaan kak Awam, selain itu kak Awam juga mampu mengajak anak-anak bernyanyi bersama dan naik panggung bersama dan turun bersama dengan rapih padahal kak Awam sendiri dan anak TK A KBB cukup banyak tetapi kak Awam mampu membuat anak-anak masuk kedalam dongeng tersebut”
CW 7, P 2, RC 1
9. Bagaimana pandangan Anis teknik yang dilakukan kak Awam sebelum menutup dongeng?
”Keren banget deh kak pas penutupan tadi ice breaking tapi kak Awam bisa mimpin anak-anak untuk naik panggung dengan rapih dan turun juga rapih, gak Cuma itu kak Awam juga untuk mastiin anak-anak bisa mengetahui pesan moral tentang saling menyanyangi, tidak berkelahi dan saling menolong kepada teman”
CW 4, P 2, RC 2
10. Apakah setiap alur cerita dongeng kak Awam tadi memiliki pesan moral yang dimudah dipahami anak?
“pesan moral dongeng tadi tentang saling menyanyangi, menghormati sesama teman mudah dipahami, tetapi setiap alur cerita memiliki pesan moral, tapi dongeng kak Awam lebih banyak ice breaking sehingga pesan moral yang saya pahami pesan moral dari cerita”
CW 8, P 1, RC 1
INSTRUMEN PENELITIAN
Kisi-kisi Wawancara Penelitian Ketiga
Nama Lembaga ; Wonder Fest JCC
Subjek Penelitian I : Najwa (Pengunjung anak-anak)
Subjek Penelitian II : Safitri (Pengunjung dan orang tua Najwa)
Hari/Tanggal : Minggu, 23 Juni 2019
No. Pertanyaan Peneliti Jawaban Kode
1. Apakah adik suka mendengarkan dongeng kak Awam?
“mmmm bagus lucu, aku sampai maju-maju ikut nyanyi bersama kak Awam di depan, apalagi kak Awam bisa suara binatang aku suka lucu banget”
CW 1, P 3, WF 1
2. Bagaimana menurut ibu guru terkait pengemasan dongeng yang disampaikan oleh kak Awam?
Cerita tentang marsya yang pemalu sangat mudah dipahami alur ceritanya dibawa dengan lucu, bahasa yang digunakan pun cocok dengan anak-anak tidak rumit untuk dipahami sehingga menjadikan anak-anak tertawa sampai ada yang duduk ditangga panggung, mungkin saking sukanya dengan kak Awam yang lucu,”
CW 1, P 3, WF 2
3. Apakah menurut Najwa dongeng ka Awam lucu ?
Kak Awam tadi meniru suara binatang, terus suara marsyanya lucu kaya anak-anak terus suara kakek-kakek”
CW 2, P 3, WF 1
4. Bagaimana kosa kata kak Awam dalam menyampaikan dongeng dan apakah ada kata ashiap?
“Mmm saya tidak mendengar kak Awam menyebutkan kata yang sedang hits bagi kalangan anak-anak zaman now,kata ashiap sepertinya sudah tidak asing bagi anak-anak menurut saya ga ada masalah kalau kak Awam mendongeng menyebutkan kata tersebut tapi alangkah baiknya engga juga si khawatir anak-anak yang masih kecil yang mereka belum tahu jadi meniru deh, tapi bahasa kak Awam ketika mendongeng marsya yang pemalu sangat
CW 3, P 3, WF 2
mudah dipahami bagi anak-anak, karena anak-anak semua maju dan duduk baik mendengarkan dongeng kak Awam, tidak ada kata milenial yang terselip dalam dongeng kak Awam, kosa kata kak Awam pun mudah untuk dipahami sehingga dongeng terdengar lebih hidup karena adanya komunikasi dengan penonton anak-anak”
5. Menurut ibu apakah dengan durasi mendongeng kak Awam tadi sesuai dengan anak?
“tiba-tiba selesai aja dongengnya, padahal sudah mau jam 3 tapi ga kerasa dongengnya, karena pembawaannya seru jadi kita terhibur, pesan moral sampe, waktu 44 menit tidak terlalu lama bagi anak-anak karena dongeng kak Awam tidak hanya mendengarkan tetapi kak Awam juga melibatkan anak-anak seperti bernyanyi, sehingga waktu segitu tidak terlalu lama, bagi saya tepat untuk anak-anak”
CW 4, P 3, WF 2
6. Apakah setiap alur cerita dongeng kak Awam tadi memiliki pesan moral yang dimudah dipahami anak?
Banyak pesan moral yang disampaikan terutama tentang marsya anak yang pemalu, sejak memulai cerita kak Awam juga menyelipkan pesan moral seperti bangun pagi kemudian berdoa, serta pesan yang mengajarkan anak untuk menjadi anak yang berani berbicara”
CW 5, P 3, WF 2
Catatan Lapangan I
Hari/ tanggal :Kamis, 13 Juni 2019
Waktu : 08.30- 09.30
Tempat : SDN Kebon Kelapa 02 Pagi
Hari ini sekitar pukul 08.00 saya mendapatkan informasi
dari bunda Ana selaku manager kak Awam, bahwa kak Awam
akan mendongeng di sekolah SDN Kebon Kelapa 02 Pagi, saya
datang seorang diri sehingga ketika saya datang semua pihak
sekolah sudah memiliki kesibukan masing-masing untuk
mempersiapkan acara, akhirnya sambil menunggu kak Awam
tampil mendongeng saya memperhatikan kak Awam sedang
mempersiapkan sound pribadi dengan dibantu oleh tim relawan
kampung dongeng kak siti dan temannya, untuk persiapan
mendongeng kak Awam (CW 4, P 1, KA 1). Jadwal sebenarnya
kak Awam tampil pada pukul 09.00 tetapi dikarenakan kak Awam
akan menghadiri sebuah rapat di kementrian sehingga kak Awam
tampil terlebih dulu pukul pukul 08.37.
Tepat pada pukul 08.37 kak Awam mulai tampil
dihadapan anak-anak yang berada di halaman sekolah. Karena
Mendongeng di tempat terbuka yaitu halaman sekolah Kak Awam
membawa sound milik pribadi ke tempat tersebut, sehingga suara
yang dihasilkan lebih maksimal dan terdengar sampai pagar depan,
selain itu kak Awam lebih aktif bergerak ketika mendongeng,
meski di tempat terbuka, kak Awam hanya mendapatkan tempat
bergerak ke kanan dan ke kiri tidak dengan maju mundur karena
keterbatasan tempat” (CL 6, P 1, KP). Sebenarnya tempat posisi
kak Awam mendongeng cukup untuk bergerak maju mundur tetapi
karena antusias anak-anak terhadap dongeng kak Awam sehingga
sebagian anak-anak semakin lama semakin maju dan hampir
mengambil sebagian posisi kak Awam mendongeng.
Ketika tampil kak Awam peneliti belum mendapatkan izin
oleh pihak sekolah karena sebagian besar guru berada di depan
sehingga peneliti hanya mendapatkan hasil dokumentasi dari jauh
atau berada pada posisi belakang berbarengan dengan duduk anak-
anak, meski seperti itu peneliti tetap berusaha untuk
mengumpulkan data berubah dokumentasi, ketika kak Awam
tampil peneliti memulai untuk mengumpukan data, memulai
mendongeng dengan berpura-pura mencari anak-anak yang
membuat anak-anak tertawa dengan tingkah kak Awam sebelum
tampil padahal hal seperti itu sederhana tetapi mampu menjadikan
anak-anak tertawa (CW 2, P 1,KP 2).
Kemudian peneliti selalu mendengar berbagai suara yang
dikeluarkan oleh kak Awam karena ketika memulai dongeng kak
Awam sudah menirukan dengan berbagai macam suara, seperti
suara bedug, terompet dan memulai dengan memperkenalkan diri,
ketika kak Awam memperkenalkan diri kak Awam mengucapkan
kata kak ayam yang membuat anak-anak tertawa karena kak Awam
berusaha menghibur dengan berpura-pura mendengar ucapan anak-
anak bahwa mereka bukan menyebutkan kak Awam tetapi malah
kak ayam, perkenalan unik itu membuat peneliti juga ikut terhibur
tetapi sebelum kak Awam memperkenalkan diri ada sebuah kata
yang menurut peneliti kata tersebut belum tetap untuk usia anak-
anak terutama anak kelas satu karena masih tergolong anak usia
diri, yaitu kata Ashiap kata ini menjadi sebuah icon seorang public
figur muda yang sedang marak saat ini, sehingga peneliti
mengkhawatirkan kepada anak-anak, karena belum cukup usianya
(CL 7, P 2, KP).
Mendengarkan serta memperhatikan respon anak-anak
terhadap penampilan kak Awam saat maju, anak-anak terlihat
sangat antusian terhadap kak Awam, terlihat dari gerak gerik
peserta didik yang semakun Awam mengucapkan salam serta
mensisipkan nilai moral bahwa salam harus dijawab (CL 16, P 1,
KP).
Sejak mulai dongeng kak Awam sudah mengeluarkan
suara yang unik seperti ketika sebelum memulai kak Awam
mengeluarkan suara ketika membuka sepatu, suara terompet yang
panjang, serta suara beduk yang hampir meyerupai adzan” (CL 3, P
1, KP) berbagai suara yang kak Awam miliki menjadi daya tarik
pendengar dongeng kak Awam, sebelum memasuki dongeng kak
Awam juga menyiapkan lagu serta irama yang telah dibuat oleh
kak Awam, kak Awam ketika di pembuka kak Awam mengecek
suara semangat anak-anak dengan cara menjawab salam yang
paling kompak, meskipun dongeng belum dimulai kak Awam
ketika mengucapkan salam sudah menyisikan pesan moral tentang
menjawab salam dengan santun (CL 16, P 1, KP) kak Awam sejak
awal maju dihadapan anak-anak selalu dengan pembawaan agama,
seperti bismillah serta menyelipkan pesan moral dalam cerita.
Mendongeng pun dimulai, berdasarkan tema hari ini kak
Awam mendongeng seputar manfaat makan ikan, melalui kisah
seorang raja yang tidak menyukai makan ikan, berdasarkan kedua
tokoh yang berbeda kak Awam mampu membedakan suara sebagai
pembeda tokoh, yaitu meniru suara kakek serta suara laki-laki
dewasa. Sejak awal mendongeng kak Awam meniru berbagai suara
(CL 3, P 1, KP) ketika di awal pun kak Awam sempat tanya jawab
seputar suara tranportasi. Kembali lagi kak Awam mendongeng,
seiring berjalan kak Awam mendongeng semakin bertambah
antusian anak sehingga anak-anak yang berada posisi dibelakang
merasa belum puasa sehinga menjadikan mereka untuk berdiri,
akhirnya seorang guru memerintahkan peserta didik untuk duduk
lebih depan, sehingga menjadikan ketika masih dalam posisi
mendengarkan cerita sehingga menjadikan fokus anak terpecah dan
menjadi cukup heboh sebentar, akhirnya kak Awam membantu
memerintahkan anak-anak duduk lebih depan, setelah anak-anak
maju kak Awam mulai mengembalikan konsentrasi anak melalui
ice breaking. (CL 9, P 1, KP).
Ketika anak-anak tidak fokus kak Awam berusaha
mengembalikan fokus anak dengan cara bermain tepuk serta
bernyanyi dengan irama yang dibuat kak Awam, yaitu lagu tentang
menolong sapi, kemudian setelah kak Awam memberikan intruksi
untuk maju, kak Awam mengembalikan fokus anak dengan
bermain tidak mengganggu raksasa, setelah anak-anak kembali
fokus kak Awam melanjutkan dongeng sampai akhir cerita raksasa
menyerah dan tidak akan megambil buah-buahan, karena raksasa
ingin agar yang makan anak-anak disekitar, karena waktu terus
berputar, kak Awam mendongeng sudah memasuki pukul 09.05,
karena kak Awam memiliki jadwal rapat pukul 10.00 akhirnya kak
Awam meminta kepada kak Siti sebagai relawan kampung dongeng
untuk menggantikan mendongeng.
Pukul 09.05 kak Awam menyelesaikan dongengnya,
meskipun hanya 31 menit durasi kak Awam mendongeng, kak
Awab dapat memastikan anak-anak menangkap pesan moral yang
disampaikan oleh kak Awam meski hanya satu pesan moral, karena
dongeng kak Awam tidak hanya memiliki satu pesan moral yang
dipetik dari cerita yang disampaikan tetapi kak Awam
menyampaikan pesan moral ketika mendongeng yaitu per adegan
seperti di awal kak Awam menyisipkan menjawab salam dengan
santun, tak hanya itu ketika kak Awam bernyanyi bersama-sama
kak Awam menyisipkan lagu dengan lirik lagu manfaat makan
ikan, serta adegan menolong sapi yang kesulitan serta kisah raksasa
yang rakus memakan buah.
Sebelum kak Awam menutup dongeng kak Awam
memastikan anak-anak membawa pulang pesan moral apa yang
disampaikan oleh kak Awam dengan melakukan bernyanyi
bersama serta tanya jawab melalui bernyanyi sampai kak Awam
yakin bahwa sebagian besar anak yang mendengarkan dongeng
memhami cerita serta membawa pesan moral walau hanya satu.
Catatan Lapangan II
Hari/ tanggal :Jumat, 14 Juni 2019
Waktu : 17.00- 17.31
Tempat : TK Katolik Ricci II Bintaro
Seminggu sebelum saya datang ke tempat penelitian
kedua, saya hanyaa mendapatkan informasi dari bunda Ana selaku
manager kak Awam terkait jadwal kak Awam mendongeng di TK
Ricci II pada tanggal 14 juni pukul 15.00 kak Awam tampil.
Tepat pada tanggal 14 juni peneliti bersama rekan peneliti
datang untuk melakukan penelitian kedua di TK Ricci II Bintaro,
sampai di sana saya ragu karena melihat tanda sebuah keyakinan
yang berbeda dengan saya, terpikir dalam hati takut di tolak untuk
melakukan penelitian karena kami berbeda keyakinan tetapi ketika
saya menemui ruang izin, saya diantar untuk menemui kepala
sekolah TK Ricci II, tetapi ketika di awal peneliti tidak dapat
menemui kepala sekolah karena sibuk akhirnya saya mendapatkan
izin untuk melakukan penelitian oleh salah satu guru kelas.
Acara dalam roundown dimulai jam 15.00 tetap beberapa
orang tua yang telat sehingga acara dimulai pukul 15.30 WIB, dari
kejauhan peneliti memperhatikan kak Awam bersama dengan anak
keduanya sedang mempersiapkan sound untuk dongeng kak Awam
agar suara yang dikeluarkan terdengar lebih maksimal, setelah
selesai mempersiapkan persiapan non teknis, kak Awam menunggu
waktu untuk tampil, karena manager kak Awam mengatakan
bahwa kak Awam tampil pukul 15.00, karena acara mundur
sehingga dongeng kak Awam juga ikut mundur, sebenarnya acara
dalam roundown acara jam 15.00 tetapi karena beberapa orang tua
datang telat sehingga acara mulai pada pukul 15.30 baru mulai,
padahal pihak sekolah atau MC mengingatkan untuk menjadikan
anak disiplin perlu pembiasaan dari orang tua, tetapi tetap saja
kedatangan masih ada yang telat.
Peneliti kira kak Awam langsung tampil tetapi
penampilan anak-anak TK A dan KBB terlebih dahulu sebelum kak
Awam, dilanjut dengan pengumuman dan pemberian piala peserta
didik terbaik TK A dan KBB, akhirnya begitu banyak susunan
acara yang membuat kak Awam menunggu, akhirnya tepat pada
pukul 17.00 kak Awam tampil mendongeng, karena alat
dokumentasi peneliti tidak mendukung sehingga peneliti
memperhatikan kak Awam untuk mengumpulkan hasil data hanya
melalui catatan lapangan. (CL 13, P 2, RC) Penampilan kak Awam
hanya tampil kurang lebih 30 menit.
Kak Awam tampil di atas panggung yang cukup luas serta
masih ada lapak di bawah panggung, sehingga memudahkan kak
Awam naik turun, Seperti biasa kak Awam memulai dengan ice
breaking dan bernyanyi sebelum cerita dimulai, karena posisi
panggung yang cukup luas untuk satu orang, kak Awan lebih
leluasa bergerak ketika mendongeng, karena dongeng dibawakan
sangat menarik dan menghibur ada salah seorang anak yang
mendengarkan kak Awam di atas tangga panggung agar terlihat
kak Awam lebih jelas, tetapi ketika pertengahan mendongeng kak
juga ada anak sebagian yang mulai tidak memperhatikan, seperti
pada penelitian kedua.
Kak Awam di sela mendongeng ketika ada anak yang
mulai tidak fokus dengan dongengnya kak Awam langsung turun
mengajak tepuk tangan atau bersalaman kepada anak-anak yang
fokus sehingga anak-anak yang tidak memperhatikan kak Awam
langsung melihat ke arah temannya yang dihampiri kak Awam,
setelah semua melihat ke arah kak Awam dan salah seorang anak,
kak Awam langsung memberikan ice breaking. (CL 11, P2, RC).
Ketika Kak Awam mendongeng seperti biasa kak Awam
menggunakan bahasa yang sangat mudah dipahami oleh anak-anak
apalagi yang dihadapi kak Awam saat ini usia TK A dan KBB,
peneliti juga menunggu kata ashiap, apakah kak Awam akan
menyebutkan kata tersebut sama seperti penelitian pertama? Tetapi
sampai akhir etika berbahasa kak Awam dalam mendongeng
ataupun ice breaking, peneliti tidak menemukan kata ashiap
diucapkan seperti ketika penelitian pertama. (CL 8, P 2, RC).
kak Awam seperti biasa memulai dongeng senada saat
penelitian pertama yaitu dengan menyanyi dengan irama yang telah
dibuat kak Awam serta tebak macam suara binatang. Kak Awam
memulai dongeng pada penelitian kedua ketika pembukaan kak
Awam lebih banyak ice breaking karena pendengar dongeng kak
Awam anak TK A dan KBB sehingga kak Awam lebih banyak ice
breaking dan terlihat anak-anak antusias saat bernyanyi dan
bermain di awal. (CL 14, P2, RC).
Ketika kak Awam usai bercerita kak Awam menutup
cerita dengan ice breaking sebagai cara memastikan anak-anak
apakah anak-anak memahami cerita yang disampaikan oleh kak
Awam kak Awam yaitu berupa kegiatan tanya jawab seputar cerita
kak Awam melalui bernyanyi bersama yang diiringi irama yang
telah dibuat oleh kak Awan. Penutup dongeng kak Awam pada
penelitian ini berbeda dengan penelitian kedua yaitu setelah kak
Awam memastikan anak-anak memahami cerita, kak Awam
memberikan intruksi kepada anak-anak untuk maju bersama kak
Awam di atas panggung, peneliti sangat terkesan karena kak Awam
mampu mengantur anak-anak untuk maju ke atas panggung dengan
tertib, hanya dengan bantuan bernyanyi, begitupun ketika anak-
anak sudah naik dengan tertib kak Awam juga tanpa meminta
bantuan guru sekolah untuk merapihkan dan menenangkan anak-
anak, dengan mudah peneliti memperhatikan kak Awam mengantur
barisan untuk foto bersama di atas panggung. (CL 15, P2, RC)
“Pada pertemuan observasi kedua di TK Ricci II kak
Awam lebih banyak ice breaking berbeda ketika penelitian
pertama, penelitian kedua lebih banyak menghibur anak-anak
seperti bermain dan menyanyi bersama, tetapi tetap dongeng kak
Awam tersampaikan dan memiliki pesan moral, hanya saja berbeda
dengan observasi pertama bahwa kak Awam selalu tersimpan pesan
moral setiap alur cerita yang disampaikan, sedangkan pada
observasi kedua kak Awam lebih sedikit menyisipkan pesan moral
setiap alur cerita atau pun ketika saat pembukaan sebelum
memasuki cerita tetapi meski lebih banyak ice breaking kak Awam
tetap menyisipkan pada ice breaking yang disampaikan memiliki
pesan yang bisa dibawa pulang seperti ketika bernyanyi dengan
anak-anak dengan lirik lagu tentang bangga menjadi anak
Indonesia dan beberapa permainan tentang tanya jawab menjadi
anak hebat.” (CL 17, P 2, RC).
Catatan Lapangan III
Hari/ tanggal :Minggu, 23 Juni 2019
Waktu : 12.30- 15.00
Tempat : Wonder fest (Jakarta Convention Center)
Acara Wonder fest ini berlangsung di Jakarta Convention
Center (JCC) Hall A dan B pada tanggal 20-23 Juni 2019, tetapi
kak Awam tampil mendongeng pada tanggal 23 Juni 2019 pukul
14.00 WIB. Acara berlangsung selama 3 hari tetapi ketika tanggan
22 Juni peneliti dating terlambat karena kereta tidak beroperasi dan
jalan menuju Jakarta macet karena tepat pada saat ulang tahun
Jakarta.
Peneliti bersama rekan peneliti dating pada pukul 12.30,
kak Awam sudah tampil tetapi mengisi drama musikal sedangkan
mendongeng kak Awam tampil pukul 14.00. peneliti menikmati
penampilan drama musikal kak Awam bersama anak-anak
kampong dongeng, tidak hanya penonton anak-anak yang terhibur
tetapi orang dewasa juga terhibur melihat penampilan kak Awam.
Tepat pukul 14.00 kak Awam tampil untuk mendongeng, “Kak
Awam mendongeng di dalam auditorium tempat tertutup tetapi
dalam tempat tersebut kak Awam harus berbenturan dengan
berbagai suara marketing stand sehingga bercampur, meski harus
berbenturan kak Awam tetap mendongeng dengan maksimal.
kak Awam mendongeng diatas panggung yang cukup luas
sehingga kak Awam leluasa dalam bergerak saat mendongeng,
selain itu panggung tersebut tidak terlalu tinggi sehingga kak
Awam juga leluasa untuk naik turun menghampiri anak-anak
karena jarak panggung tidak terlalu jauh bahkan di akhir
mendongeng kak Awam bernyanyi bersama dengan anak-anak di
bawah panggung, penelitian pada acara wonder fest ini kak Awam
tidak membawa sound pribadi. (CL 8, P 3, WF), jadwal sebenarnya
jam 14.00 tetapi di isi kak Wahyu dari relawan kampun dongeng
untuk mengisi ice breaking karena menunggu kak Awam ganti
kostum setelah kak Awam tampil drama musical pada acara
wonder fest yang di sponsori frisian flag, sedangkan dongeng yang
akan disampaikan di sponsori oleh buka lapak pada acara yang
sama.
Pukul 14.15 kak Awam tampil dengan menemani kak
Wahyu ice breaking, setelah kak Wahyu turun kak Awam memulai
mendongeng seperti biasa melalui ice breaking dengan musik, tepat
pukul 14.54 kak Awam selesai mendongeng, dongeng pada
penelitian ketiga kak Awam masih memiliki waktu luang untuk
bernyanyi bersama di akhir yang tidak dilakukan pada penelitian
sebelumnya, karena durasi mendongeng pada penelitian ini 44
menit kak Awam mendongeng. (CL 13, P 3, WF). ketika kak
Awam naik panggung sebelum mulai bercerita, meskipun sudah
digantikan kak Wahyu untuk ice breaking, kak Awam seperti biasa
memulai dengan ice breaking walau hanya sebentar, kemudian
dengan bernyanyi dengan intonasi rendah ke tinggi, kemudian
meniru suara kucing marah dan berbagai suara tokoh dalam cerita
tetapi tidak sampai 120 macam suara kak Awam yang terucap
ketika mendongeng di JCC” (CL 5, P 3, WF).
Pada saat kak Awam mendongeng dalam acara wonder
fest, bahwa audiens kak Awam tidak hanya usia yang merata tetapi
bercampur bahkan orang tua pun menikmati dongeng kak Awam,
etika tingkah dan etika bahasa kak Awam sama dengan saat
penelitian pertama karena bercampur usia yang mendengarkannya
hanya saja penggunaan kata ashiap tidak ditemukan. (CL 9, P 2,
WF) Kak Awam di sela mendongeng ketika ada anak yang mulai
tidak fokus dengan dongengnya kak Awam langsung turun
mengajak tepuk tangan atau bersalaman kepada anak-anak yang
fokus sehingga anak-anak yang tidak memperhatikan kak Awam
langsung melihat ke arah temannya yang dihampiri kak Awam,
setelah semua melihat ke arah kak Awam dan salah seorang anak,
kak Awam langsung memberikan ice breaking. (CL 11, P 3, WF).
“pada acara wonder fest kak Awam mengisi acara
mendongeng selama 3 hari tetapi hari pertama dan kedua kak awam
hanya sebagai narator dalam drama musikal, pada hari ke tiga kak
Awam mendongeng kisah seorang anak yang pemalu, pesan moral
yang disampaikan kak Awam tidak hanya tentang mengajarkan
untuk tidak menjadi anak pemalu saja, tetapi juga tersisip pesan
moral bangun pagi, berdoa, berani mengungkapkan sesuatu, dan
berani berbicara dengan siapa pun, tentang tidak bermain gadget,
kemudian mentaati setiap perintah ayah dan ibu melalui cerita
masrya yang pemalu serta di akhir cerita juga kak Awam bernyanyi
bersama dengan lirik yang memiliki pesan moral yaitu rajin lah
membaca buku.” (CL 18, P 2, WF).
Top Related