ISSN 0215 - 8250
IMPELEMENTASI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN METODE PQ4R BERBANTUAN LKS DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 4 SINGARAJA.
olehI Gusti Ngurah Pujawan
Jurusan Pendidikan MatematikaFakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang pelaksanaannya dirancang dalam tiga siklus. Rancangan untuk tiap siklus terdiri atas empat tahapan, yakni : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, oservasi/evaluasi, dan refleksi. Sebagai subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA SMP Negeri 4 Singaraja tahun pelajaran 2005/2006 yang terdiri atas 38 orang siswa. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk (1) meningkatkan motivasi belajar siswa, (2) meningkatkan prestasi belajar siswa, (3) mengetahui mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang diimpelementasikan. Data tentang motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dikumpulkan dengan melalui angket, data prestasi belajar siswa dikumpulkan melalui tes prestasi belajar, dan data tentang tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang diimplementasikan dikumpulkan dengan angket. Selanjutnya, data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, impelementasi pendekatan matematika realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, prestasi belajar siswa, dan tanggapan siswa terhadap implementasi model pembelajaran tergolong positip.
Kata kunci : pendekatan matematik realistik, PQ4R, lembar kerja siswa
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVIII Desember 2005
774
ISSN 0215 - 8250
ABSTRACT
This research is a classroom action research designed to be carried out in three cycles. The design of each cycle consist of four stages, i.e : planning, implemention, observation/evaluation, and reflection. Subject of this research is students of class VIIIA of SMP Negeri 4 Singaraja in 2005/2006 academic year wich consisted of 38 students. The aims of this research are (1) to improve students’ motivation, (2) to improve students’ achievement, and (3) to know and describe students’ response toward the implementation of teaching learning model. Data of students’ motivation were collected through questionnaire, students’ achievement by using students’ achievement test, and data of students’ response toward the implementation of teaching learning model by using questionnaire. Thus, all of data were analyzed descriptively. The results of this research show that, implementation of realistic mathematics approach with PQ4R methods using students’ work sheet improve the students’ motivation, students’ achievement, and there is a positive students’ response toward the implementation of teaching learning model.
Key words: realistic mathematics approach, PQ4R, students’ work sheet
1. Pendahuluan
Berbagai upaya terpadu telah dilakukan pemerintah dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan, misalnya melalui penyempurnaan
Kurikulum 1984 menjadi Kurikulum 1994 dan selanjutnya mulai tahun
2004 pemerintah mulai memberlakukan kurikulum baru yang disebut
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), penataran guru tentang
proses belajar mengajar, kegiatan MGMP, dan sosialisasi Model
Pembelajaran yang inovatif dan produktif melalui kegiatan seminar dan
pengabdian masyarakat yang diselenggarakan oleh instansi terkait. Namun ______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005
775
ISSN 0215 - 8250
demikian, semua usaha tersebut belum membuahkan hasil yang optimal.
Hal ini tercermin masih rendahnya Nilai Ebtanas Murni (NEM) atau Nilai
Ujian Akhir Murni (NUAM) yang dicapai siswa. Rendahnya prestasi
belajar siswa SMP, khususnya dalam mata pelajaran matematika dapat
dilihat dari rata-rata NEM atau NUAM yang diperoleh siswa, yang sampai
saat ini masih menjadi sorotan banyak pihak di masyarakat. Secara
berturut-turut dalam lima tahun terakhir ini, yaitu sejak tahun ajaran
1999/2000 sampai dengan 2003/2004 untuk daerah kabupaten Buleleng
rerata NEM/NUAM matematika yang diperoleh siswa SMP belum pernah
melampui 6,0 (Depdiknas Kab. Buleleng, 2004), dan ini keadaan juga
terjadi di SMP Negeri 4 Singaraja. Terakhir tahun ajaran 2003/2004,
berdasarkan informasi yang diperoleh dari Sri Aryani selaku guru
matematika di SMP 4 bahwa, rerata perolehan NUAM matematika siswa
SMP Negeri 4 Singaraja adalah 4,76. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi
belajar siswa SMP Negeri 4 Singaraja dalam mata pelajaran matematika
belum memenuhi harapan, walaupun rerata ini telah memenuhi standar
kelulusan nasional untuk mata pelajaran matematika. Keadaan ini perlu
mendapat perhatian dan kajian mendalam oleh kalangan praktisi pendidikan
untuk mengetahui faktor-faktor penyebab serta mencari solusinya.
Hasil pengamatan peneliti terhadap pembelajaran matematika di
beberapa kelas di SMP Negeri 4 Singaraja, pada saat membimbing
mahasiswa dalam melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL)
tahun 2004 menunjukkan bahwa, salah satu faktor yang diidentifikasi
sebagai penyebab rendahnya prestasi belajar siswa adalah adanya anggapan
yang kuang pas bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari
pikiran guru ke pikiran siswa. Dengan asumsi ini, para guru mencoba
memfokuskan pelajaran matematika pada upaya penuangan pengetahuan
matematika sebanyak mungkin kepada siswa. Dengan demikian, metode ______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005
776
ISSN 0215 - 8250
transfer informasi yang sering dikenal dengan metode mengajar klasik
(ceramah) dianggap sebagai metode yang paling efektif dalam menuangkan
pengetahuan kepada siswa.
Model ceramah sangat tidak sesuai dalam pembelajaran matematika,
karena konsep-konsep yang terkandung dalam matematika merupakan
konsep yang memiliki tingkat abstraksi tinggi. Dengan model ini, siswa
cenderung siswa menghafal contoh-contoh yang diberikan guru tanpa
terjadi pembentukan konsepsi yang benar dalam struktur kognitif siswa.
Keadaan seperti ini membuat siswa mengalami kesulitan dalam memaknai
konsep sehingga beresiko tinggi terjadinya miskonsepsi. Tidak bermakna
dan terjadinya miskonsepsi ini akan menyebabkan siswa mengalami
kesulitan dalam memahami konsep lebih lanjut. Bagi siswa, belajar
matematika tampaknya hanya untuk menghadapi ulangan atau ujian dan
terlepas dari masalah-masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga
pelajaran matematika dirasakan tidak bermanfaat, tidak menarik, dan
membosankan. Kondisi seperti ini, diyakini tidak akan dapat
membangkitkan motivasi belajar siswa, dan akhirnya bermuara pada
rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa.
Permasalahan di atas, disikapi melalui suatu tindakan berupa
implementasi pendekatan Matematika Realistik dengan metode Preview-
Question-Read-Reflect-Recite-Review (PQ4R) berbantuan Lembar Kerja
Siswa (LKS). Dipilihnya tindakan ini sebagai alternatif pemecahan masalah,
yang dilandasi oleh beberapa agumentasi. Pendekatan matematika realistik
diadopsi dari kata Realistic Mathematics Education (RME) yang
merupakan teori pembelajaran dalam pembelajaran matematika. RME
pertama kali diperkenalkan di Belanda pada tahun 1970 oleh “The
Freudenthal Institute in the Netherlands” (Fauzan : 2001). Konsep ini
menyatakan bahwa aktivitas matematika harus dikaitkan dengan realita, dan ______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005
777
ISSN 0215 - 8250
matematika merupakan aktivitas manusia (human activities). Ini berarti
matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan sehari-
hari. Hal ini ditegaskan oleh Gravemeijer (1994), yaitu “Matematika
sebagai aktivitas manusia”. Oleh karena itu, siswa harus diberikan
kesempatan untuk menemukan kembali ide-ide (reinvention) dan
mengkonstruksi konsep-konsep matematika dengan bimbingan orang
dewasa. Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan
persoalan-persoalan realistik. Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak
hanya berhubungan dengan dunia nyata saja, tetapi juga menekankan pada
masalah nyata yang dapat dibayangkan oleh siswa. Jadi, penekanannya
adalah membuat suatu masalah itu menjadi nyata dalam pikiran siswa.
Usaha untuk membangun kembali konsep-konsep dan prinsip-prinsip
matematika dapat dilakukan dengan penjelajahan berbagai situasi nyata
(realistik) dan permasalahan-permasalahan dunia nyata (de Lange dalam
Suradi, 2001). Dengan demikian, pada pendekatan realistik, dunia nyata
digunakan sebagai titik pangkal untuk mengembangkan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip matematika serta mengaplikasikan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip matematika tersebut ke dunia nyata atau ke bidang lain.
Treffer (dalam Ipung Yuwono, 2001), merumuskan dua tipe
pematematikaan, yaitu pematematikaan horizontal dan vertikal.
Matematisasi horizontal berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa sebelumnya bersama intuisi mereka sebagai alat untuk menyelesaikan
masalah-masalah dari dunia nyata. Sedangkan matematisasi vertikal
berkaitan dengan proses organisasi kembali pengetahuan yang telah
diperoleh dalam simbol-simbol matematika yang lebih abstrak. Singkatnya
Freudenthal (dalam Ipung Yuwono, 2001) mengatakan “Pematematikaan
horisontal berkaitan dengan perubahan dunia nyata menjadi simbol-simbol
dalam matematika, sedangkan pematematikaan vertikal melibatkan ______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005
778
ISSN 0215 - 8250
pengubahan dari simbol-simbol ke simbol matematika lainnya yang lebih
abstrak”. Meskipun perbedaan antara dua tipe ini mencolok, tetapi tidak
berarti bahwa dua tipe tersebut terpisah sama sekali mengingat pendekatan
realistik memberikan perhatian yang seimbang antara pematematikaan
horizontal dan pematematikaan vertikal.
Metode PQ4R dikembangkan oleh Thomas dan Robhinson (1972)
yamg merupakan penyempurnaan dari metode SQ3R Robhinson (1961).
Sesuai dengan namanya metode PQ4R ini terdiri dari enam langkah, yaitu
Preview, Question, Read, Reflect, Recite dan Review (dalam Nur, 1999).
Pertama, pada tahap Preview siswa diharapkan untuk melakukan survey
terhadap materi pelajaran untuk mendapatkan ide tentang topik dan sub
topik utama serta pengorganisasian umum. Siswa melakukan identifikasi
terhadap materi yang akan dipelajari. Pada langkah ini, siswa membuat
ramalan ilmiah tentang materi yang akan dibaca dan dipelajari, selanjutnya
berdasarkan judul (pokok bahasan) dan subjudul (subpokok bahasan).
Kedua, tahap Question siswa diminta untuk membuat dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang materi itu saat mereka mempelajarinya,
khususnya pada dirinya sendiri, dengan kata-kata yang sesuai, seperti : apa,
mengapa, bagaimana, siapa dan dimana. Ketiga, pada tahap Read siswa
diminta untuk membaca materi, kemudian membuat catatan-catatan kecil
(note taking), tidak membuat catatan-catatan yang panjang. Selanjutnya
siswa dapat mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dibuat
sebelumnya selama membaca materi tersebut. Keempat, tahap Reflect
sesungguhnya merupakan refleksi terhadap materi pelajaran. Siswa
mencoba untuk memahami materi yang dibaca atau dipelajari dengan cara:
(1) menghubungkan materi yang dibaca dengan materi yang diketahui
sebelumnya, (2) mengaitkan sub-sub topik dengan konsep-konsep utama,
(3) memecahkan kontradiksi dalam materi yang disajikan, dan (4) ______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005
779
ISSN 0215 - 8250
menggunakan materi itu untuk memecahkan masalah-masalah yang
disimulasikan dan dianjurkan dalam materi pelajaran. Kelima, tahap Recite
merupakan latihan untuk mengingat kembali materi pelajaran, dengan
memberi penekanan pada butir-butir penting (dapat menggunakan judul
kata-kata yang ditonjolkan serta catatan-catatan tentang konsep-konsep
utama) yang dapat dilakukan dengan mendengarkan sendiri, menanyakan
dan menjawab pertanyaan-pertanyaan. Keenam, pada tahap Review siswa
mereviu materi yang dipelajari, dan memusatkan perhatian pada
pertanyaan-pertanyaan dan jawaban yang diperoleh pada langkah
sebelumnya dan mungkin perlu membaca ulang materi yang dipelajari
apabila siswa merasa kurang yakin dengan jawabannya.
Apabila langkah-langkah pada metode PQ4R ini dikaitkan dengan
pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik, maka dapat
disimpulkan bahwa melalui langkah preview dan question siswa akan
meninjau dan menghubungkan antara pengalaman dan pengetahuan yang
mereka telah miliki dengan topik yang mereka sedang pelajari. Pada
langkah read dan reflect siswa akan berusaha untuk mempelajari dan
memahami topik yang dibahas sehingga mereka memperoleh pengetahuan
baru dan memformulasikan pengetahuan itu untuk dirinya sendiri.
Selanjutnya pada langkah recite, pengetahuan yang telah terbentuk perlu
dimantapkan kembali melalui suatu latihan sehingga pengetahuan tersebut
menjadi permanen dalam ingatan siswa. Disadari bahwa setiap siswa
memiliki perbedaan dan keterbatasan, baik pengalaman, pengetahuan awal,
dan kecepatan belajar sehingga hal ini berdampak pada kecepatan
pemahaman dan penguasaan materi ajar. Sehubungan dengan itu, setiap
siswa diberi kesempatan untuk mereviu topik yang telah mereka pelajari
(tahap review). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVIII Desember 2005
780
ISSN 0215 - 8250
metode PQ4R sangat mendukung implementasi pendekatan matematika
realistik dalam pembelajaran matematika.
Proses pembelajaran konvensional, umumnya lebih menempatkan
guru pada perannya sebagai pusat informasi dan ilmu pengetahuan, dan
bahkan kadang menjadi satu-satunya sumber, sekaligus sebagai satu-
satunya validator. (Sugiarta, 2001). Berbagai dampak negatif dirasakan
dengan keadaan ini, seperti kelas pasif, interaksi satu arah, serta kurangnya
perhatian guru terhadap potensi dan gagasan siswa sebagai sumber daya.
Namun kini, pengembangan pendekatan matematika realistik melalui
berbagai metode (salah satunya PQ4R) merupakan salah satu pendekatan
konstruktivis meghendaki peran guru sebagai fasilitator atau mediator yang
kreatif dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini, bukan saja karena
globalisasi informasi ataupun pengelolaan pembelajaran yang memerlukan
bantuan berupa bimbingan, melainkan pebelajar dewasa yang mempunyai
ide-ide segar ataupun konsepsi yang dapat berkembang. Disadari bahwa
tidak semua guru mempunyai waktu yang cukup untuk memberi bantuan
maksimal mendukung proses belajar siswa. Banyak faktor penyebabnya,
salah satu di antaranya kurangnya sumber belajar bermutu yang sesuai
dengan kebutuhan. Berdasarkan pemikiran model konstruktivis sosial,
maka lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang
sesuai, sebab LKS dapat mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran. LKS
adalah suatu lembaran yang berisikan sejumlah informasi serta instruksi
yang ditujukan untuk mengarahkan siswa bertingkah laku sebagaimana
diharapkan pembuatnya, dalam hal ini pengajar (Suwarti, 1996). LKS yang
baik adalah LKS yang mampu menjadikan pebelajar mempunyai keinginan
untuk beraktivitas sesuai dengan instruksi. Pada dasarnya, LKS sangat tepat
digunakan untuk tujuan menjadikan pebelajar yang lambat laun dapat bekerja
secara mandiri. Disamping itu, dengan LKS siswa akan mampu mengingat ______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005
781
ISSN 0215 - 8250
suatu konsep lebih lama bahkan permanen, karena konsep tersebut
diperolehnya melalui keterlibatan mental yang tinggi. Sarna (1999)
mengemukakan bahwa, penggunaan LKS dapat mengoptimalkan sumber daya
siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Beberpa keuntungan spesifik dari
pemanfaatan LKS dalam pemebelajaran adalah (1) dapat menumbuhkan
kemandirian siswa, (2) dapat menumbuhkan aktivitas, kreativitas, serta
motivasi belajar siswa, (3) menghemat waktu, dan (4) memberi kesempatan
yang lebih banyak bagi guru untuk melakukan bimbingan individu ataupun
kelompok. Dengan demikian, diyakini bahwa penggunaan LKS sangat
mendukung implementasi pendekatan matematika realistik dengan metode
PQ4R dalam rangka meningkatkan motivasi dan prestasi belajar matematika
siswa.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah (1) meningkatkan motivasi
belajar siswa, (2) meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, dan
(3) mengetahui dan mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap
impelementasi Pendekatan Matematika Realistik dengan Metode
PQ4R berbantuan LKS.
Manfaat praktis yang dapat dipetik dari hasil penelitian ini adalah
(1) siswa yang terlibat dalam penelitian akan memperoleh pengalaman
langsung dalam belajar matematika melalui impelementasi pendekatan
Matematika Realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS, (2) temuan-
temuan dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
oleh guru dalam merancang dan melaksanakan program pembelajaran, dan
(3) memberikan pengalaman langsung kepada guru dalam
mengimplementasikan pendekatan Matematika Realistik dengan metode
PQ4R berbantuan LKS pendekatan Matematika Realistik dengan metode
PQ4R berbantuan LKS sebagai upaya meningkatkan kualitas
pemebelajaran dan hasil belajar matematika siswa, dan melalui pengalaman
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVIII Desember 2005
782
ISSN 0215 - 8250
ini diharapkan mereka lebih kreatif dalam memilih dan mengembangkan
strategi pembelajaran yang inovatif dan produktif.
2. Metode Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA SMP Negeri 4
Singaraja Tahun Ajaran 2005/2006 yang terdiri atas 38 orang siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang
pelaksanaannya dirancang dalam tiga siklus. Rancangan untuk tiap siklus
terdiri atas empat tahapan, yakni : perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. (Kemmis and Taggart, 1988).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah (1) data mengenai motivasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran dikumpulkan melalui angket. Angket ini terdiri atas 12 item,
yang penskorannya menggunakan skala Likert, yakni masing-masing item
mempunyai skor maksimal 5 dan skor minimal 1, (2) data prestasi belajar
siswa dikumpulkan melalui tes prestasi belajar, dan (3) data tentang
tanggapan siswa terhadap terhadap strategi pembelajaran yang
diimplementasikan dikumpulkan melalui angket yang memuat 10 item
dengan penskoran juga menggunakan skala Likert.
Data penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Secara keseluruhan
penelitian ini dikatakan berhasil jika motivasi dan prestasi belajar siswa
meningkat dari siklus ke siklus, dan pada akhir penelitian ini motivasi
belajar siswa minimal tergolong cukup, rata-rata kelas, daya serap (DS),
dan ketuntasan belajar (KB) berturut-turut minimal 6,5, 65 %, dan 85 %,
serta tanggapan siswa terhadap strategi pembelajaran yang
diimplementasikan minimal tergolong cukup positip.
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVIII Desember 2005
783
ISSN 0215 - 8250
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1 Hasil Penelitian
Motivasi belajar siswa dalam penelitian ini diukur melalui teknik
yang telah dikemukakan sebelumnya. Dari hasil analisis data, diperoleh
bahwa rata-rata skor motivasi belajar siswa pada siklus I sebesar 38,87
yang tergolong cukup. Selanjutnya, diperoleh rata-rata skor motivasi belajar
siswa pada siklus II dan siklus III berturut-turut sebesar 45,71 dan 44,66
yang keduanya tergolong tinggi.
Dari hasil analisis data prestasi belajar siswa diperoleh bahwa, skor
rata-rata kelas sebesar 6,12 dengan daya serap 61,2 % dan ketuntasan
belajar 42,11 % pada siklus I, skor rata-rata kelas sebesar 6,84 dengan daya
serap 68,4 % dan ketuntasan belajar 68,42 % pada siklus II, dan pada siklus
III diperoleh skor rata-rata kelas sebesar 7,12 dengan daya serap 71,2 %
dan ketuntasan belajar 86,84 %.
Berdasarkan hasil analisis data tanggapan siswa diperoleh rata-rata
tanggapan siswa secara klasikal sebesar 38,66. Dari kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya, ternyata tanggapan siswa terhadap imodel
pembelajaran yang diimplementasikan tergolong positip.
3.2 Pembahasan
Hasil analisis data menunjukkan bahwa, tindakan yang dilakukan
pada siklus I cukup berhasil membangkitkan motivasi belajar siswa. Hal ini
dapat dilihat dari rata-rata skor motivasi belajar siswa, yakni sebesar 38,87
yang tergolong cukup. Kualitas motivasi belajar siswa pada siklus I ini
telah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
Dari analisis data prestasi belajar siswa pada siklus I diketahui
bahwa skor rata-rata kelas ( X ) sebesar 6,12, DS = 61,2 % dan KB = 42,11
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVIII Desember 2005
784
ISSN 0215 - 8250
%., dan hasil ini belum memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan siklus I ini, tim peneliti melakukan
diskusi untuk mencermati keunggulan-keunggulan yang perlu
dipertahankan dan dikembangkan serta mengkaji kendala-kendala yang
menjadi penyebab kurang berhasilnya pembelajaran yang dilaksanakan.
Dari hasil diskusi ini dapat disimpulkan bahwa kurang berhasilnya
pembelajaran yang dilakukan pada siklus I adalah disebabkan oleh
beberapa faktor. Pertama, pada siklus I ini siswa belum terbiasa dan belum
mempunyai pengalaman dengan pembelajaran berpendekatan matematika
realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS, sehingga pada awal-awal
pembelajaran situasi kelas agak ribut. Kedua, masih rendahnya motivasi
siswa untuk belajar, hal ini terlihat dari masih banyak siswa yang malas
mengerjakan tugas-tugas yang tertuang dalam LKS. Hal ini kemungkinan
dikarenakan siswa kurang memperhatikan petunjuk pengerjaan LKS,
bahwa pada setiap akhir pengerjaan LKS akan diadakan tes. Akibatnya,
banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal
evaluasi yang terdapat dalam LKS. Ketiga, pada saat pelaksanaan tindakan
siklus I, terdapat beberapa orang siswa yang sudah selesai mengerjakan
soal-soal latihan mengganggu temannya yang sedang bekerja sehingga
mengganggu proses belajar. Keempat, dalam diskusi dan menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru, hanya beberapa siswa yang mau
mengemukakan pendapat atau menjawab. Hal ini disebabkan oleh kurang
beraninya atau kurangnya rasa percaya diri siswa. Kelima, dalam presentasi
hasil kerja di depan kelas lebih banyak didominasi oleh siswa yang
berkemapuan baik.
Berdasarkan hasil refleksi tindakan yang dilakukan pada siklus I,
maka dilakukan tindakan pada siklus II. Tindakan pada siklus II merupakan
penyempurnaan dan perbaikan terhadap kendala-kendala yang muncul pada ______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005
785
ISSN 0215 - 8250
siklus Pertama, pada siklus I siswa belum terbiasa mengikuti pembelajaran
matematika berpendekatan matematika realistik dengan metode PQ4R
berbantuan LKS, karenanya guru memberikan arahan kembali kepada siswa
bagaimana seharusnya mereka dalam mengikuti pembelajaran. Kedua,
dengan berbagai strategi guru berusaha membangkitkan kesadaran dan
motivasi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Dalam hal ini, guru
memberikan perhatian lebih kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan masalah yang ada pada LKS. Ketiga, untuk menangani
siswa yang mengganggu temannya dalam mengerjakan soal-soal latihan
yang terdapat dalam LKS dan umumnya siswa ini adalah siswa
berkemampuan baik, maka siswa yang telah selesai mengerjakan soal
ditugaskan untuk membimbing temannya yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan
interaksi antar siswa. Keempat, mendorong siswa yang berkemampuan
kurang untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi, dengan memberikan
kesempatan bertanya dan menjawab terlebih dahulu, misalnya dengan
menunjuk siswa sehingga interaksi tidak hanya terbatas pada siswa yang
berkemampuan tinggi. Kelima, dalam presentasi hasil kerja, guru
mengarahkan agar presentasi dilakukan secara bergilir.
Dalam pembelajaran pada siklus II siswa sudah mulai terbiasa
dalam mengikuti strategi pembelajaran yang diterapkan. Ini terlihat dari
keantusiasan siswa yang setelah diberikan LKS, siswa langsung
mengerjakan tugas-tugas pada LKS sesuai dengan petunjuk tanpa
menunggu perintah. Hal nyata yang dapat dilihat sebagai hasil pelaksanaan
tindakan siklus II adalah terjadinya peningkatan motivasi dan prestasi
belajar siswa. Dari hasil analisis data terlihat bahwa terdapat peningkatan
motivasi belajar siswa baik secara kuantitaif maupun kualitatif. Skor
motivasi belajar siswa meningkat dari 38,87 pada siklus I menjadi 45,71 ______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005
786
ISSN 0215 - 8250
pada siklus II, yang secara kualitatif meningkat dari katagori cukup menjadi
katagori tinggi. Peningkatan juga terjadi pada prestasi belajar siswa, yaitu
skor rata-rata kelas ( X ) = 6,12 ; DS = 61,2 % dan KB = 42,11 % pada
siklus I menjadi X = 6,84 ; DS = 68,4 % ; dan KB = 68,42 % pada siklus
II. Dari kondisi ini dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa, rata-
rata kelas, DS pada siklus II sudah memenuhi kriteria keberhasilan, namun
KB siswa belum memenuhi kriteria keberhasilan, karena KB masih lebih
kecil dari 85 %.
Dari hasil refleksi tindakan siklus II, ditemukan beberapa
kekurangan, di antaranya (1) motivasi siswa untuk mengrjakan tugas-tugas
relatif masih rendah, (2) siswa yang berkemampuan lebih masih
mendominasi jalannya diskusi, sehingga interaksi mengarah dari siswa
yang berkemampuan lebih ke siswa yang berkemapuan kurang, (3) masih
banyak siswa yang kurang percaya dengan penjelasan temannya dan
mereka lebih percaya dengan penjelasan yang dberikan guru. Untuk
mengkaji kekurangan-kekurangan yang dialami pada siklus II, maka tim
peneliti merefleksi kembali tindakan yang telah dilakukan dalam rangka
pelaksanaan tindakan siklus III.
Pada siklus III, guru kembali menekankan pentingnya interaksi
antar siswa dan mereka harus saling percaya karena dengan saling percaya
inilah akan tumbuh rasa percaya diri. Disamping itu, guru harus dapat
mengontrol diri sehingga betul-betul memposisikan diri sebagai fasilitator
dan memberi bantuan seperlunya..
Berdasarkan hasil analisis data siklus III diketahui bahwa rata-rata
skor motivasi belajar siswa sebesar 44,66 yang secara kualitatif tergolong
tinggi. Walaupun secara kuantitatif motivasi belajar siswa tidak meningkat
dari siklus I ke siklus II, namun secara kualitatif motivasi belajar siswa masih
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVIII Desember 2005
787
ISSN 0215 - 8250
berada pada katagori yang sama, yakni tinggi. Motivasi belajar siswa pada
siklus III sudah memenuhi kriteria keberhasilan.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat peningkatan prestasi
belajar siswa dari siklus II ke siklus III, yakni rata-rata kelas ( X ) = 6,84 ; DS
= 68,4 % ; dan KB = 68,42 % pada siklus II menjadi ( X ) = 7,12 ; DS = 71,2
% dan KB = 86,84 %. Dari kondisi ini dapat disimpulkan bahwa, skor rata-rata
kelas, DS dan KB siswa pada siklus III sudah memenuhi kriteria keberhasilan.
Hasil analisis data tentang tanggapan sisiwa menunjukkan bahwa
tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran ini tergolong positip
dengan skor rata-rata sebesar 38,66. Tanggapan positip siswa ini merupakan
modal bagi guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil
belajar siswa.
Berdasarkan hasil di atas, secara keseluruhan penelitian ini dapat
dikatakan berhasil karena pada akhir penelitian semua kriteria keberhasilan
yang ditetapkan telah terpenuhi. Diyakini bahwa keberhasilan ini merupakan
dampak positip dari implementasi pendekatan matematika realistik dengan
metode PQ4R berbantuan LKS, mengingat bahwa pendekatan matematika
realistik ini sangat cocok dipasangkan dengan metode PQ4R dalam
pembelajaran matematika lerlebih lagi menggunakan (Suradi, 2001; Nur, 1999;
dan Suwarti 1996). Namun demikian, dibalik keberhasilan masih terdapat
beberapa kekurangan dalam penerapan strategi pembelajaran ini, diantaranya :
(a) masih belum optimalnya interaksi antar siswa dalam memecahkan masalah
yang dihadapi, (b) masih sulitnya menumbuhkan rasa percaya diri siswa, (c)
terbatasnya sarana belajar yang dimiliki siswa, dan hal ini tidak terlepas dari
tingkat sosial ekonomi siswa.
4. Penutup
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVIII Desember 2005
788
ISSN 0215 - 8250
Berdasarkan hasil dan pembahasan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan, bahwa (1) implementasi pembelajaran matematika berpendekatan
matematika realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa, yakni dari 38,87 (cukup) pada siklus I
menjadi 45,71 (tinggi) pada siklus II dan menjadi 44,66 (tinggi) pada siklus III.
Secara kuantitatif motivasi belajar siswa memang tidak meningkat dari siklus
II ke siklus III, namun secara kuantitatif masih dalam katagori yang sama,
yakni katagori tinggi, (2) implementasi pembelajaran matematika
berpendekatan matematika realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII A2 SMP Negeri 4
Singaraja. Terjadi peningkatan skor rata-rata kelas dari 6,12 pada siklus I
menjadi 6,84 pada siklus II, dan menjadi 7,12 pada siklus III. Daya Serap
siswa juga meningkat dari siklus ke siklus, yaitu dari 61,2 % pada siklus I
menjadi 68,4 % pada siklus II dan menjadi 71,2 % pada siklus III. Hal yang
sama juga terjadi pada ketuntasan belajar siswa, yakni : dari 42,11 % pada
siklus I meningkat menjadi 68,42 % pada siklus II dan menjadi 86,84 %
pada siklus III, (3) tanggapan siswa terhadap implementasi pembelajaran
matematika berpendekatan matematika realistik dengan metode PQ4R
berbantuan LKS tergolong positip.
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan
beberapa saran, yakni sebagai berikut . (1) Diharapkan kepada guru
matematika kelas VIII A2 SMP Negeri 4 Singaraja untuk menerapkan
pendekatan matematika realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS,
minimal sesuai dengan rancangan tindakan yang disetting dalam penelitian
ini. (2) Diharapkan juga kepada para guru matematika lainya untuk
menerapkan dan mengembangkan pembelajaran matematika berpendekatan
matematika realistik dengan metode PQ4R berbantuan LKS dalam rangka
memperbaiki kualitas pembelajaran dan hasil belajar matematika siswa. (3) ______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH.
XXXVIII Desember 2005
789
ISSN 0215 - 8250
Disarankan kepada peneliti lain yang berminat, untuk meneliti lebih lanjut
mengenai implementasi model pembelajaran ini dengan tempat dan subjek
yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Asmawi Zainul dan Noehi Nasoetion .1993. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta : Dirjen Dikti, Depdikbud.
Ashlock, R.B. at al. 1983. Guiding Each Child's Learning of Mathematics : A Diagnostic Approach to Instruction. USA : Charles E. Merril Publishing Company and A Bell & Howell Company.
Bell, FH. 1978. Teaching and Learning Mathematics Paedagogy from a Cnstructivist Perspective. Journal for Research in Mathematics Education. 26, 144 -145.
Djoko Waluyo. 1999. Pengembangan Model Pembelajaran Tak Langsung dengan Menggunakan Lembar Kerja Siswa. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). P3M STKIP Singaraja.
Herman Hudoyo. 1998. Mengajar Belajar Matematika.Jakarta : Depdikbud Ditjen Dikti.
Kemmis, W.C & Taggart, R.M. 1988. The Action Research Planner. Geelong Victoria: Deakin University Press.
Nur, Muhamad, Wikandri Retno. 1998. Pendekatan-Pendekatan Konstruktivis dalam Pembelajaran. Surabaya : IKIP Surabaya.
Nur, Muhamad, dkk. 1999. Teori Belajar. Surabaya : Unesa
Pujawan, I Gusti Ngurah. 2004. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode SQ3R dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Singaraja : IKIP Singaraja
Pujawan, I Gusti Ngurah dkk. 2001. Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Hasil Belajar Matematika Di SLTP. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Singaraja : IKIP Negeri Singaraja.
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVIII Desember 2005
790
ISSN 0215 - 8250
Santyasa, I Wayan, dkk. 1997. Efektivitas Penerapan Lembar Kerja Siswa dan Metode Demonstrasi terhadap Perubahan Miskonsepsi dan Peningkatan Hasil Belajar Siswa Jurusan Pendidikan MIPA STKIP Singaraja. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Singaraja : STKIP Singaraja.
Sarna, Ketut. 1998. Pembelajaran Partisipatif . Makalah. Disampaikan dalam Pelatihan PBM dan PTK Kemitraan Internasional STKIP Dan La Trobe University. 23-24 September 1998 di STKIP Singaraja.
Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning, Theory, Research, and Practice. USA : Allyn & Bacon.
Simon, MA. 1995. Reconstructing Mathematics Paedagogy from a Constructivist Perspective. Journal for Research in Mathematics Education. 26, 144 -155.
Sugiarta, I Made, Sumadi, M, dan Sukajaya, N. 2000. Pengembangan Model Belajar Generatif Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Perkuliahan Analisis Real pada Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Singaraja. Laporan Penelitian. Singaraja : P3M STKIP Singaraja.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius.
Sutawijaya, A. 1998. Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional“Upaya-upaya Meningkatkan Peran Matematika dalam Menghadapi Era Globalisasi tanggal 4 April 1998. Malang : Program Pascasarjana IKIP Malang.
Suwarti, dkk. 1996. Perbedaan Prestasi Belajar Matematika Antara Siswa yang Belajar dengan LKS dan yang Tidak Menggunakan LKS di SMP TP 45 Singaraja. Laporan Penelitian. Saingaraja : STKIP Singaraja.
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVIII Desember 2005
791
ISSN 0215 - 8250
Widja, I Gde. 1998. Peningkatan Materi Pelajaran dan Sumber Belajar. Makalah disajikan dalam Pelatihan PBM dan PTK Kemitraan Internasional STKIP Singarajadan La Trobe University pada tanggal 15-16 Oktober 1998. Singaraja : STKIP.
______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Khusus TH. XXXVIII Desember 2005
792
Top Related