LKIP DISPERTAPA 2015 1
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan
kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggung
jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan visi dan misi
organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
melalui alat pertanggung jawaban secara periodik.
Sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen Rencana
Strategis Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Bandung
merupakan arah bagi peningkatan kinerja dan fungsi yang dijalankan
berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang dijalankan serta urusan
yang menjadi kewenangannya. Penjabaran target kinerja yang
ditetapkan dalam rencana strategis kedalam rencana tahunan yang
dituangkan dalam rencana kerja dievaluasi melalui penyampaian
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) SKPD yang dilakukan
setiap tahun.
Dalam pelaksanaan program dan kegiatan Dinas Pertanian
Dan Ketahanan Pangan Kota Bandung, dengan mempertimbangkan
ketersediaan sumberdaya berupa anggaran dan SDM, maka sasaran
yang ingin dicapai pada tahun 2015 ditetapkan dengan dokumen
Penetapan Kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota
Bandung. Dokumen penetapan kinerja tersebut digunakan sebagai
dasar untuk melaporkan capaian kinerja, dan menilai keberhasilan
Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Bandung tahun 2015.
Dalam dokumen penetapan kinerja tahun 2015 tersebut diuraikan
sasaran-sasaran dalam Rencana Strategis Dinas Pertanian Dan
Ketahanan Pangan Kota Bandung yang diprioritaskan untuk dicapai,
indikator kinerja yang digunakan untuk menilai keberhasilan
pencapaian sasaran beserta target yang harus dicapai tahun 2015,
program-program, dan anggaran yang disediakan untuk mendukung
pencapaian masing-masing sasaran.
LKIP DISPERTAPA 2015 2
Berdasarkan analisis terhadap pencapaian kinerja Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung pada tahun 2015,
beberapa capaian yang mengindikasikan keberhasilan kinerja Dinas
Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Pada tahun 2015, pengukuran kinerja yang dilakukan oleh Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dilakukan pada 7
sasaran strategis dengan menggunakan 21 Indikator sasaran yang
ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2015, tingkat
pencapaian kinerja Berhasil atau rata-rata tercapai diatas 100 %
(Sangat baik).
Uraiannya adalah sebagai berikut :
1. Sasaran Strategis terjaganya ketersediaan pangan, diukur
melalui 5 indikator Kinerja dengan capaian kategori Sangat
Baik (rata-rata capaian 103,49%) Indikator Kinerjanya berupa;
1). Score Pola Pangan Harapan (PPH) dari target 91,25 dapat
terealisasi 91.26 atau terealisasi mencapai (100,01%). 2).
Penguatan cadangan pangan dari target 60 ton dapat terealisasi
sebanyak 72.26 ton atau terealisasi mencapai (120.43%), 3).
Tingkat Konsumsi Pangan; a. Beras : dari target 91,40
kg/kapita/tahun dapat terealisasi sebesar 91,31
kg/kapita/tahun atau terealisasi mencapai (100,10%). Tingkat
konsumsi beras ini perhitungannya berbeda dengan
perhitungan yang lain dimana semakin rendah tingkat
konsumsinya maka semakin baik, karena capaian target kinerja
tingkat konsumsi pangan beras adalah menurunnya konsumsi
pangan beras sehingga bila capaiannya lebih kecil dari target
itu menunjukan kinerja yang baik karena targetnya adalah
mengurangi konsumsi beras setiap tahunnya.; b. tingkat
konsumsi Daging : dari target 16,12 kg/kapita/tahun dapat
terealisasi sebesar 17,62 kg/kapita/tahun atau terealisasi
mencapai (109.31%); dan c. tingkat konsumsi Ikan : dari target
LKIP DISPERTAPA 2015 3
34,20 kg/kapita/tahun dapat terealisasi sebesar 34,28
kg/kapita/tahun atau terealisasi mencapai (100,23%);
2. Sasaran Strategis meningkatnya produksi dan produktivitas
hasil pertanian dan perikanan diukur melalui 6 indikator
Kinerja dengan capaian kategori Sangat Baik (rata-rata
capaian 100,46%), Indikator Kinerjanya berupa : 1).
Produktivitas tanaman padi dari target 65,05 kwintal/Ha dapat
terealisasi sebanyak 65,05 kw/ha atau terealisasi mencapai
(100,00 %), sedangkan pada tahun sebelumnya terealisasi
65,03 kwintal/Ha 2). Produksi tanaman hias dari target
188.500 pot/tahun dapat terealisasi sebanyak 189.002
pot/tahun atau terealisasi mencapai (100,27 %), sedangkan
pada tahun sebelumnya terealisasi 186.920 pot/tahun 3).
Populasi ternak : a. Sapi : dari target 1.604 ekor dapat
terealisasi sebanyak 1.625 ekor atau terealisasi mencapai
(101,31 %) sedangkan pada tahun sebelumnya terealisasi
1.554 ekor, b. Domba : dari target 30.833 ekor dapat terealisasi
sebanyak 30.991 ekor atau terealisasi mencapai (100,51 %),
sedangkan pada tahun sebelumnya terealisasi 29.955 ekor; 4).
Produksi Ikan : a. Ikan Konsumsi : dari target 2.846 ton dapat
terealisasi sebanyak 2.877 ton mencapai (101,09 %), sedangkan
pada tahun sebelumnya terealisasi 2.764,09 ton b. Ikan Hias
dari target 821.700 ekor dapat terealisasi sebanyak 907.670
ekor atau terealisasi mencapai (110,46 %), sedangkan pada
tahun sebelumnya terealisasi 721.700 ekor.
3. Sasaran Strategis terkendalinya kasus penyakit zoonosa
diukur melalui 1 indikator Kinerja dengan capaian kategori
Sangat Baik ( capaian 200% ) indikator kinerjanya berupa
jumlah kasus penyakit zoonosa di Kota Bandung, dari
target maksimal kejadian 8 kasus ternyata kejadian 0
kasus tahun sebelumnya terjadi 1 kasus, hal ini menunjukan
LKIP DISPERTAPA 2015 4
kinerja baik karena semakin sedikit terjadinya kasus, maka
semakin baik kinerjanya.
4. Sasaran Strategis menurunnya produk pangan segar yang
tercemar diukur melalui 1 indikator kinerja dengan capaian
kategori Sangat Baik ( capaian 160,00 % ) indikator
kinerjanya berupa jumlah pangan segar yang tercemar, dari
target kejadian kasus maksimal 50 kasus realisasinya 20
kasus ini menunjukkan kinerja yang baik karena semakin
sedikit terjadinya kasus, maka semakin baik kinerjanya.
5. Sasaran Strategis bertambahnya pelaku usaha di bidang
pertanian dan perikanan diukur melalui 2 indikator Kinerja
dengan capaian kategori Sangat Baik (rata-rata capaian diatas
131,41 %) indikator kinerjanya berupa Jumlah pelaku usaha di
bidang pertanian dan perikanan : a. Budidaya : dari target 750
pelaku usaha dapat terealisasi sebanyak 755 pelaku usaha
atau teralisasi sebesar (100,67 %); dan b. Olahan : dari target
370 orang pelaku usaha dapat terealisasi sebanyak 600 orang
pelaku usaha atau sebesar (162,16 %).
6. Sasaran Strategis meningkatnya keterampilan pelaku usaha
yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan
diukur melalui 2 indikator kinerja dengan capaian kategori
Sangat Baik (rata-rata capaian diatas 101,42 %) indikator
kinerjanya berupa jumlah pelaku usaha yang menggunakan
sarana teknologi pertanian dan perikanan : a. Budidaya : dari
target 630 pelaku usaha dapat terealisasi sebanyak 640 pelaku
usaha atau teralisasi sebesar (101,59 %); dan b. Olahan : dari
target 160 orang pelaku usaha dapat terealisasi sebanyak 162
orang pelaku usaha atau sebesar (101,25 %).
7. Sasaran Strategis terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan
publik dan akuntabilita kinerja diukur melalui 4 indikator
Kinerja dengan capaian kategori Sangat Baik (rata-rata
capaian diatas 100,96 %) indikator kinerjanya berupa : 1).
LKIP DISPERTAPA 2015 5
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dari target 80 dapat
terealisasi 81,07 atau mencapai 101,34 %; 2). Prosentase
keluhan/pengaduan layanan yang ditindaklanjuti dari target
100 % dapat terealisasi 100 %; 3). Nilai evaluasi AKIP dari target
angka 75 dapat terealisasi 76,87 (A) atau terealisasi mencapai
102,49 %; 4). Prosentase temuan BPK/Inspektorat yang
ditindaklanjuti dari target 100 % dapat terealisasi 100 %.
Selain beberapa capaian kinerja tersebut, masih ditemui beberapa
kendala dan permasalahan dalam peningkatan kinerja Dinas
Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Bandung antara lain :
– Terlambatnya pengesahan APBD murni dan pengesahan APBD
Perubahan
– Menumpuknya beban pekerjaan dan pencairan anggaran pada
akhir Triwulan ke -4 setiap tahunnya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, beberapa hal yang perlu
dilakukan, diantaranya adalah :
– Melakukan koordinasi dan konsultasi secara rutin ke Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
– Mengoptimalkan ketersediaan sumber daya manusia yang tersedia
sesuai dengan tupoksi dan kemampuannya.
– Pelaksanaan kegiatan berdasarkan time schedule yang disepakati
pada awal pelaksanaan kegiatan.
LKIP DISPERTAPA 2015 6
Beberapa penghargaan yang diraih oleh Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kota Bandung selama tahun 2015 adalah :
NO NAMA
KEJUARAAN/ KEGIATAN
TINGKAT KEJUARAAN/
KEGIATAN
PRESTASI SKPD
TAHUN 2015 KETERANGAN
1. Peluncuran Program Raskin/Rastra Tingkat Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat
Penghargaan Kinerja Penyaluran Raskin Tahun 2015 Kategori Kota Dengan Penyaluran dan Pembayaran Harga tebus Raskin terbaik
2. Peluncuran Program Raskin/Rastra Tingkat Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat
Penghargaan Kinerja Penyaluran Raskin Tahun 2015 Kategori Dukungan APBD terhadap Kelancaran Pelaksanaan Program Raskin Tahun 2015
LKIP DISPERTAPA 2015 7
NO NAMA
KEJUARAAN/ KEGIATAN
TINGKAT KEJUARAAN/
KEGIATAN
PRESTASI SKPD
TAHUN 2015 KETERANGAN
1. Kontes Ternak Komoditas Ternak Domba Tingkat Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat
1. Juara 1 kategori Raja Pejantan (an. H. Opi)
2. Juara 2 kategori pejantan (an. H. Opi)
3. Juara 3 Ratu Bibit (an. H. OO Sutisna)
4. Juara 3 Raja Petet (an. H. Opi)
Kerjasama Dispertapa dengan Himpunan Peternak Domba Kambing
Indonesia (HPDKI) Kota Bandung
LKIP DISPERTAPA 2015 8
NO NAMA
KEJUARAAN/ KEGIATAN
TINGKAT KEJUARAAN/
KEGIATAN
PRESTASI SKPD
TAHUN 2015 KETERANGAN
2. Lomba Masak Daging Domba Pentas ternak Tingkat Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat
Juara 2 Lomba Masak Daging Domba Pentas ternak Tingkat Provinsi Jawa Barat
Kerjasama Dinas Pertanian dan ketahanan Pangan Kota Bandung dengan Pokja 3 PKK Kota Bandung
LKIP DISPERTAPA 2015 9
NO NAMA
KEJUARAAN/ KEGIATAN
TINGKAT KEJUARAAN/
KEGIATAN
PRESTASI SKPD
TAHUN 2015 KETERANGAN
3. Lomba Olahan dan Pemasaran Peternakan Tingkat Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat
Juara 2 Lomba Olahan dan Pemasaran Peternakan Tingkat Jawa Barat (an. Kelompok Usaha Sizi Atjep)
4. Lomba Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Skala Kecil Terbaik Jenis Produk Pindang Presto Tahun 2015
Provinsi Jawa Barat
Juara 2 Lomba Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Skala Kecil Terbaik Jenis Produk Pindang Presto Tahun 2015
LKIP DISPERTAPA 2015 10
NO NAMA
KEJUARAAN/ KEGIATAN
TINGKAT KEJUARAAN/
KEGIATAN
PRESTASI SKPD
TAHUN 2015 KETERANGAN
5. Lomba Merangkai Buah-buahan dan Sayuran pada Hari Krida Pertanian (HKP) ke- 43 Tingkat Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat
Juara 2 Lomba Merangkai Buah-buahan dan Sayuran pada Hari Krida Pertanian (HKP) ke- 43 Tingkat Provinsi Jawa Barat
LKIP DISPERTAPA 2015 11
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan
yang berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab,
telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Pelaksanaan lebih
lanjut didasarkan atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun
2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja
dan Tata Cara reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah yang selanjutnya
disingkat LKIP adalah Dokumen yang berisi gambaran, perwujudan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) yang disusun dan
disampaikan secara sistematik dan melembaga sedangkan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang selanjutnya
disingkat AKIP adalah perwujudan kewajiban suatu Intansi
Pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan /
kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban
secara periodik. Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Tahun 2015
pada dasarnya dilatarbelakangi oleh tekad dan kesungguhan untuk
melaksanakan tugas yang ditetapkan dalam ketentuan perundang-
undangan yang ada maupun dokumen perencanaan pembangunan
daerah dan rencana pembangunan jangka menengah daerah
(RPJMD) serta ikut memenuhi tuntutan visi, misi dan agenda
pembangunan Walikota Bandung sebagai acuan dalam
penyelenggaraan pembangunan di Kota Bandung.
LKIP DISPERTAPA 2015 12
Dalam rangka penyelenggaraan good governance, diperlukan
pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang
tepat, jelas, terukur, dan sah sehingga penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya
guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab serta bebas dari
korupsi, kolusi dan nepotisme.
Untuk mewujudkan hal tersebut, setiap instansi pemerintah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara diwajibkan untuk
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya
serta kewenangan pengelolaan sumber daya dengan didasarkan pada
suatu perencanaan strategis yang ditetapkan oleh masing-masing
instansi. Pertanggungjawaban dimaksud berupa laporan yang
disampaikan kepada atasan masing-masing, lembaga-lembaga
pengawasan, dan penilai akuntabilitas, dan akhirnya disampaikan
kepada Presiden selaku kepala pemerintahan. Laporan tersebut
menggambarkan kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan
melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).
Penyusunan Laporan Kinerja Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kota Bandung Tahun 2015, mengacu kepada
Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota
Bandung 2013–2018, yang merupakan penjabaran Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung
Tahun 2013-2018, Rencana Kinerja Tahun 2014Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kota Bandung, yang merupakan penjabaran dari
Rencana KerjaPemerintah Daerah (RKPD) Kota Bandung Tahun
2015, serta Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (KUAPBD) Kota Bandung Tahun 2015 yang merupakan
dokumen perencanaan pembangunan tahunan daerah Kota
Bandung.
LKIP DISPERTAPA 2015 13
1.2. GAMBARAN UMUM ORGANISASI
Berdasarkan Peraturan Daerah nomor : 13 tahun 2009
tentang perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13
Tahun 2007 Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas
Daerah Kota Bandung, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota
Bandung mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan
Pemerintah Bidang pertanian dan ketahanan pangan berdasarkan
asas otonomi dan pembantuan yang diserahkan oleh Walikota.
Struktur Organisasi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kota Bandung terdiri dari :
1. Kepala Dinas
2. Sekretaris
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
b. Sub Bagian Keuangan dan Program
3. Bidang Produksi
a. Seksi Produksi Peternakan dan Perikanan
b. Seksi Produksi Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Konservasi
4. Bidang Bina Usaha
a. Seksi Pemasaran dan Pelayanan Usaha
b. Seksi Pasca Panen dan Pengolahan
5. Bidang Pengawasan Mutu Hasil Pertanian
a. Seksi Pengawasan Mutu Hasil Peternakan dan Perikanan
b. Seksi Pengawasan Mutu Hasil Tanaman Pangan dan
Hortikultura
6. Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan
a. Seksi Pencegahan Penyakit dan Pengawasan Lalulintas
Hewan
b. Seksi Pemberantasan Penyakit Hewan
7. Bidang Ketahanan Pangan
a. Seksi Keamanan dan Mutu Pangan;
LKIP DISPERTAPA 2015 14
b. Seksi Ketersediaan dan Penganekaragaman Pangan;
8. Unit Pelaksana Teknis Dinas
a. UPT Pembibitan dan Pembenihan
b. UPT Rumah Potong Hewan
c. UPT Klinik Hewan
1.3.TUGAS DAN FUNGSI ORGANISASI
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan
Pemerintah Daerah di bidang pertanian dan ketahanan pangan
berdasarkan asas otonomi dan pembantuan.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kota Bandung mempunyai fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian dan
ketahanan pangan
2. Penyelenggaraan sebagian urusan Pemerintah Daerah dan
Pelayanan umum di bidang pertanian dan ketahanan
pangan.
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pertanian
yang meliputi Produksi, Bina Usaha, Pengawasan Mutu
Hasil Pertanian, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Hewan, serta Ketahanan Pangan.
4. Pelaksanaan pelayanan teknis ketatausahaan Dinas.
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
LKIP DISPERTAPA 2015 15
1.4.ISU STRATEGIS YANG DIHADAPI
Analis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat
menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah
untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah dilakukan sebelumnya.
Identifikasi isu yang tepat dan bersifat strategis meningkatkan
akseptabilitas prioritas pembangunan, dapat dioperasionalkan dan
secara moral serta etika birokratis dapat dipertanggungjawabkan dan
menjawab persolan nyata yang dihadapi dalam pembangunan.
Isu-isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi SKPD adalah
kondisi yang menjadi perhatian dalam perencanaan
pembangunankarena dampaknya yangsignifikan bagi SKPD dimasa
datang.Suatu kondisi/kejadian yang menjadi isu strategis adalah
keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian
yang lebih besar atau sebaliknya, dalam hal tidak dimanfaatkan, akan
menghilangkan peluang untuk meningkatkan layanan kepada
masyarakat dalam jangka panjang.
Berdasarkan hasil analisis terhadap isu strategis dalam
perencanaan pembangunan daerah di Kota Bandung dapat
diidentifikasi beberapa hal sebagai berikut :
1) Pemantapan Ketersediaan pangan berbasis kemandirian
2) Keterbatasan lahan pertanian perkotaan
3) Masih kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaku usaha
Pertanian dan Perikanan
4) Penggunaan sarana teknologi pertanian masih rendah
5) Masih adanya kasus-kasus penyalahgunaan bahan kimia
berbahaya pada produk pertanian
6) Masih adanya potensi pemaparan zoonosa
LKIP DISPERTAPA 2015 16
1.5. DASAR HUKUM PENYUSUNAN LKIP
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan LKIP Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Tahun 2015 adalah:
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2008;
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kineja Instansi Pemerintah;
7. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
9. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan tata
Cara Reviuatas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
10. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 8 Tahun 2007 tentang
Urusan Pemerintahan Daerah Kota Bandung;
12. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 10 Tahun 2007 tentang
Pembentukan dan Susunan Organisasi Sekretariat Daerah Kota
Bandung dan Sekretariat DPRD Kota Bandung, sebagaimana telah
LKIP DISPERTAPA 2015 17
diubah dengan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 11 Tahun
2009.
13. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2008 tentang
Rencana PembangunanJangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota
Bandung Tahun 2005-2025;
14. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung
Tahun 2013-2018;
1.6.SISTEMATIKA LKIP DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN
KOTA BANDUNGTAHUN 2015
Penulisan LKIP Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota
BandungTahun 2015 disusun dengan sistematika sebagai berikut:
Ringkasan Eksekutif
Berisi ringkasan pencapaian kinerja/ tujuan dan sasaran Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota BandungTahun 2014.
BAB I
Pendahuluan menguraikan tentang tentang latar belakang, gambaran
umum organisasi, tugas dan fungsi organisasi, isu strategis yang
dihadapi, dasar hukum dan sistematika penyusunan LKIP
BAB II
Perencanaan Kinerja pada pada 2.1. menguraikan Renstra strategis
sebelum Reviu, rencana strategis, IKU dan perjanjian kinerja,
sedangkan untuk 2.2. menguraikan rencana strategis hasil
Reviu,rencana strategis, IKU dan perjanjian kinerja
LKIP DISPERTAPA 2015 18
BAB III
Akuntabilitas Kinerja menguraikan tentang Capaian IKU, Pengukuran
Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja, akuntabilitas keuangan dan
prestasi.
BAB IV
Penutup Mengemukakan tinjauan secara umum dengan mengemukakan
keberhasilan/ kegagalan, permasalahan/ kendala yang berkaitan dengan
kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung, dan
tindaklanjut pemecahan masalah untuk meningkatkan kinerja periode
berikutnya.
Lampiran
Berisi lampiran hasil pengukuran kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kota BandungTahun 2015, IKU, RKT, Penetapan Kinerja dan
Pembiayaan dalam Pencapaian Sasaran.
LKIP DISPERTAPA 2015 19
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
Penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2015 mengacu pada
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan tata Cara Reviu atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
2.1. RENCANA STRATEGIS SEBELUM REVIU
Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota
Bandung adalah merupakan dokumen yang disusun melalui proses
sistimatis dan berkelanjutan serta merupakan penjabaran dari pada Visi
dan Misi Kepala Daerah yang terpilih dan terintegrasi dengan potensi
sumber daya (Manusia, Alam, dan Keuangan) yang dimiliki oleh Daerah
yang bersangkutan, dalam hal ini DinasPertanian dan Ketahanan Pangan
Kota Bandung.
Rencana Strategis DinasPertanian dan Ketahanan Pangan Kota
Bandung yang ditetapkan untuk jangka waktu 5 ( lima ) tahun yaitu dari
tahun 2013 – 2018 ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung. Penetapan jangka waktu 5
tahun tersebut dihubungkan dengan pola pertanggung jawaban Walikota
terkait dengan penetapan / kebijakan bahwa Rencana Strategis Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dibuat pada masa
jabatannya, dengan demikian akuntabilitas penyelenggaraan Pemerintah
daerah akan menjadi akuntabel.
Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung
tersebut ditujukan untuk mewujudkan visi dan misi daerah sebagaimana
telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kota Bandung Tahun 2013-2018. Disamping itu pula, Renstra
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung diharapkan dapat
LKIP DISPERTAPA 2015 20
mewujudkan sinkronisasi dengan Renstra Pusat dan Daerah sebagai suatu
sistem perencanaan pembangunan nasional.
Penyusunan Renstra DinasPertanian dan Ketahanan Pangan Kota
Bandung telah melalui tahapan - tahapan yang simultan dengan proses
penyusunan RPJMD Kota Bandung Tahun 2013-2018 dengan melibatkan
stakeholders pada saat dilaksanakannya Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang) RPJMD, Forum SKPD, sehingga Renstra Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung merupakan hasil
kesepakatan bersama antara DinasPertanian dan Ketahanan Pangan Kota
Bandung dan stakeholder.
Visi dan Misi Kota Bandung yang tercantum dalam RPJMD Kota
Bandung Tahun 2013–2018adalah :
“TERWUJUDNYA KOTA BANDUNG
YANG UNGGUL, NYAMAN, DAN SEJAHTERA”
Misi Kota Bandung Tahun 2013-2018 disusun dalam rangka
mengimplementasikan Iangkah-langkah yang akan dilakukan dalam
mewujudkan visi yang telah dipaparkan di atas, adapun misi kota Bandung
terdiri dari:
1. Menata Kota Bandung melalui penataan ruang,pembangunan
infrastruktur, dan fasilitas pubilk yang berkelanjutan (sustainable) dan
nyaman.
2. Menghadirkan tata kelola pemerintahan yang efektif, bersih dan
melayani.
3. Membangun masyarakat yang mandiri, berkualitas dan berdaya saing.
4. Membangun perekonomian yang kokoh, maju, dan berkeadilan.
Berdasarkan urusan dan kewenangan yang dimiliki Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan Kota Bandung, maka dalam rangka pencapaian Misi
Pemerintah Kota Bandung,Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota
LKIP DISPERTAPA 2015 21
Bandungberkontribusi untuk mewujudkan misi 3 dan 4 dalam RPJMD
2013-2018 yaitu :
Misi 3 : Membangun masyarakat yang mandiri, berkualitas, dan berdaya
saing.
Urusan Pertanian :
Tujuan :
Peningkatan taraf kesehatan dan perluasan akses layanan.
Sasaran :
Pencegahan penyakit hewan menular ( zoonosis)
Untuk mencapai sasaran dilakukan melalui strategi :
1) Meningkatkan pemeriksaan kesehatan hewan dan ternak, terutama
penyakit zoonosa (penyakit hewan yang menular dan membahayakan
manusia)
2) Melaksanakan secara rutin vaksinasi, desinfeksi, depopulasi bila ada
kasus kejadian, dan surveilance di wilayah Kota Bandung,
3) Meningkatkan pelayanan Kesehatan Hewan di Klinik Hewan
Misi 4 : Membangun perekonomian yang kokoh, maju, dan berkeadilan.
Urusan Ketahanan Pangan,
Tujuan :
Meningkatkan ketahanan pangan, produktivitas hasil pertanian, dan
perikanan secara berkesinambungan
Sasaran :
Terjaganya Ketersediaan Pangan
Untuk mencapai sasaran dilakukan melalui strategi :
Penguatan cadangan pangan dengan melakukan pengadaan beras
Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan Segar
Meningkatkan ketahanan pangan pada skala rumah tangga dengan
pengukuran Score Pola Pangan Harapan (PPH)
LKIP DISPERTAPA 2015 22
Indikator kinerja SKPD yang masuk pada tujuan dansasaran RPJMD
2013 2018 yaitu Penguatan Cadangan Pangan ekuivalen beras,
pengendalian Penyakit Zoonosa di Kota Bandung, Jumlah Pelaku Usaha
Olahan Hasil Pertanian, seperti yang terlihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1.
INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD 2013-2018
No.
Indikator
Kinerja
Sasaran
Kondisi
Kinerja
pada
awal
periode
RPJMD
Target Capaian Setiap Tahun
Kondisi
Kinerja
pada
akhir
periode
RPJMD Tahun
0
Tahun
1
Tahun
2
Tahun
3
Tahun
4
Tahun
5
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. Penguatan
Cadangan
Pangan
ekuivalen
beras
24 Ton 24
Ton
60
Ton
60
Ton
60
Ton
60
Ton
240
Ton
2. Penyakit
Zoonosa di
Kota
Bandung
1 kasus 8
kasus
8
kasus
8
kasus
8
kasus
8
kasus 8 kasus
3. Jumlah
Pelaku
Usaha
Olahan Hasil
Pertanian
65 100 150 200 250 300 1.000
LKIP DISPERTAPA 2015 23
Selanjutnya, Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota
Bandung akan dijabarkan kedalam Rencana Kerja (Renja) yang merupakan
dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun. Didalam Renja
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dimuat program dan
kegiatan prioritas yang diusulkan untuk dilaksanakan pada satu tahun
mendatang.
2.1.1. RENCANA STRATEGIS
A.VISI
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung menerapkan
Visinya adalah:
“TERWUJUDNYA PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN
YANG TANGGUH DAN UNGGUL”
1. Pertanian Tangguh :
Pertanian tangguh adalah kegiatan pertanian yang mampu bersaing
dan bertahan dalam kondisi apapun, serta mampu menghasilkan
produk hasil pertanian dengan memanfaatkan secara optimal potensi
sumber daya pertanian (lahan, manusia dan teknologi) secara
berkelanjutan.
2. Pertanian Unggul :
Pertanian unggul adalah kegiatan pertanian melalui terobosan inovasi
teknologi dan pemilihan komoditas unggul yang memiliki
produktivitas tinggi, mempunyai nilai ekonomi tinggi, bisa
dikembangkan dilahan terbatas, memiliki daya saing serta mampu
memanfaatkan potensi dan peluang pasar yang masih terbuka dalam
upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
3. Ketahanan Pangan Tangguh :
Ketahanan pangan yang tangguh adalah kondisi terpenuhinya
pangan bagi setiap individu dan rumah tangga secara terus menerus
yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dalam
LKIP DISPERTAPA 2015 24
jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau oleh
masyarakat.
4. Ketahanan Pangan Unggul :
Ketahanan pangan yang unggul adalah kondisi terwujudnya pola
konsumsi pangan beragam, bergizi, berimbang dan aman yang
diindikasikan oleh tercapainya Score Pola Pangan Harapan.
B. MISI
VISI MISI
“TERWUJUDNYA
PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN YANG TANGGUH DAN
UNGGUL”
1. Mengembangkan potensi sumberdaya
pertanian secara berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
2. Meningkatkan ketahanan pangan
3. Meningkatkan pengawasan mutu dan
keamanan pangan
4. Meningkatkan pelayanan di bidang
pertanian.
C. TUJUAN
MISI TUJUAN
Mengembangkan potensi
sumberdaya pertanian secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Meningkatkan ketahanan pangan, produktivitas hasil pertanian, dan perikanan
secara berkelanjutan Meningkatkan ketahanan pangan
Meningkatkan pengawasan mutu dan keamanan pangan
Meningkatkan komoditas pertanian yang berkualitas dan
aman untuk dikonsumsi
Meningkatkan pelayanan di bidang pertanian.
Peningkatan taraf kesehatan masyarakat secara
berkelanjutan (mewujudkan masyarakat Kota Bandung
terbebas dari penyakit hewan zoonosis).
LKIP DISPERTAPA 2015 25
Peningkatan pelayanan di
bidang pertanian
Meningkatkan pemasaran
produk pertanian
D. SASARAN
TUJUAN SASARAN
Meningkatkan ketahanan pangan, produktifitas hasil
pertanian, dan perikanan secara berkelanjutan
1. Terjaganya Ketersediaan Pangan
2. Meningkatnya produktivitas hasil pertanian dan perikanan
Berkembangnya Usaha di
Bidang Pertanian dan Perikanan
Terjaganya Pertumbuhan
Ekonomi
Meningkatkan komoditas pertanian yang berkualitas dan
aman untuk dikonsumsi
Peningkatan Produktivitas Keamanan Pangan dan Pelaku
Usaha Olahan Hasil Pertanian
Peningkatan taraf kesehatan
masyarakat secara berkelanjutan (mewujudkan masyarakat Kota Bandung
terbebas dari penyakit hewan zoonosis)
Terkendalinya kasus penyakit
zoonosa
Peningkatan pelayanan di bidang pertanian
1. Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
2. Meningkatnya Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja birokrasi
3. Terwujudnya Pemerintahan yang bersih dan bebas KKN
LKIP DISPERTAPA 2015 26
E. INDIKATOR KINERJA SASARAN
SASARAN INDIKATOR KINERJA
Terjaganya Ketersediaan Pangan
1. Score Pola Pangan Harapan (PPH)
2. Peguatan Cadangan Pangan
Meningkatnya produksi dan produktivitas hasil pertanian
dan perikanan
1. Produktivitas tanaman padi
2. Produktivitas tanaman hias
3. Meningkatnya jumlah pohon
produktif
4. Populasi ternak Sapi
5. Populasi ternak Domba
6. Peningkatan produksi Ikan Konsumsi
7. Peningkatan produksi Ikan Hias
Bertambahnya Pelaku Usaha di Bidang Pertanian dan Perikanan
Jumlah Pelaku Olahan Hasil Pertanian
Meningkatnya Keamanan Pangan Segar
Menurunnya komoditas produk pertanian yang tercemar
Terkendalinya kasus penyakit zoonosa
Penyakit Zoonosa di Kota Bandung
Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM}
Meningkatnya Kapasitas dan
Akuntabilitas Kinerja birokrasi
Nilai evaluasi AKIP
Terwujudnya Pemerintahan
yang bersih dan bebas KKN
1. Prosentase Temuan
Pengelolaan Anggaran BPK/ Inspektorat yang ditindaklajuti
2. Prosentase Tertib Administrasi
Barang / asset daerah
LKIP DISPERTAPA 2015 27
TABEL 2.2.
TARGET KINERJA SASARAN TAHUN 2014 – 2018 SEBELUM REVIU
INDIKATOR
KINERJA SATUAN
KONDISI AWAL
RENS-TRA
TARGET KINERJA PADA TAHUN
2014 2015 2016 2017 2018
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Score Pola Pangan Harapan (PPH)
Nilai
87.3 87.8 90.0 90.30 90.3 91
Penguatan Cadangan Pangan
Ton 24 24 60 60 60 60
Produktivitas tanaman padi
Kw/ha 62,95 63,09 65,05 68,04 69,05 70
Produktivitas
tanaman hias Pot/tahun 185.000 186.500 188.500 190.000 192.000 195.000
Meningkatnya jumlah pohon produktif
Pohon - 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000
Populasi ternak Sapi
Ekor 1.307 1.417 1.488 1.562 1.640 1.722
Populasi ternak Domba
Ekor 26.901 29.365 30.833 32.375 33.994 35.693
Peningkatan produksi Ikan Konsumsi
Ton 2.575 2.600 2.630 2.665 2.705 2.750
Peningkatan produksi Ikan Hias
Ekor 721.700 821.700 921.700 1.021.700 1.121.70
0 1.221.700
Menurunnya komoditas produk pertanian yang tercemar
Kasus 41 50 50 40 40 35
Penyakit Zoonosa di Kota Bandung
Kasus 1 8 8 8 8 8
Jumlah Pelaku Usaha Olahan Hasil Pertanian
Pelaku usaha
65 100 150 200 250 300
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM}
Katagori B B B A A A
Nilai evaluasi AKIP
Katagori CC B B A A A
Prosentase Temuan Pengelolaan Anggaran BPK/ Inspektorat yang ditindaklajuti
% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Prosentase Tertib Administrasi Barang / asset daerah
% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
LKIP DISPERTAPA 2015 28
2.1.2. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
Salah satu upaya untuk memperkuat akuntabilitas dalam penerapan
tata pemerintahan yang baik di Indonesia diterbitkannya Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/09/M.PAN/5/2007
tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan
Instansi Pemerintah, Indikator Kinerja Utama merupakan ukuran
keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis instansi pemerintah.
Pemerintah Kota Bandung telah menetapkan Indikator Kinerja Utama
untuk tingkat Pemerintah Daerah dan masing-masing Satuan Kerja
Perangkat Daerah melalui Keputusan Walikota Bandung Nomor :
640/Kep.210-BAG.ORPAD Tahun 2015 tentang Indikator Kinerja Utama
(IKU) di Lingkungan Pemerintah Kota Bandung Tahun 2013-2018. Upaya
untuk meningkatkan akuntabilitas, Pemerintah Kota Bandung juga
melakukan reviu terhadap Indikator Kinerja Utama, baik tingkat
Pemerintah Daerah maupun tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah, dalam
melakukan reviu dengan memperhatikan capaian kinerja, permasalahan
dan isu-isu strategis yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu
organisasi. Adapun penetapan target Indikator Kinerja Utama Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung tahun 2015 sebelum reviu
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3.
TARGET INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN DAN
KETAHANAN PANGAN KOTA BANDUNG TAHUN 2015 SEBELUM REVIU
NO SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR
KINERJA UTAMA
SATUAN PENJELASAN
1
Terjaganya
ketersediaan
pangan
Penguatan
Cadangan
Pangan ekuivalen beras
Ton Pengadaan beras sebagai
cadangan pangan kota
LKIP DISPERTAPA 2015 29
Score Pola
Pangan Harapan
(PPH)
Nilai Pola pangan harapan merupakan
suatu metode yang digunakan
untuk menilai jumlah dan
komposisi atau ketersediaan pangan. golongan bahan pangan.
Cara Perhitungan PPH :
Penyediaan pangan terdiri dari
komponen produksi, perubahan
stok, impor dan ekspor. Rumus
penyediaan pangan adalah : Ps = Pr - ∆St + Im – Ek
Dimana:
Ps : Total penyediaan dalam
negeri
Pr : Produksi ∆St : Stok akhir – stok awal
Im : Impor
Ek : Ekspor
2 Meningkatnya hasil
produksi pertanian
tanaman pangan
1. Produktivitas
tanaman padi
Kw/ha Formulasi Penghitungan :
Produktivitas = Produksi (Kw)
Luas Panen (Ha)
2. Produksi
tanaman hias
3 Terjaganya
pertumbuhan
ekonomi
Jumlah Pelaku
Usaha Olahan
Hasil Pertanian
Pelaku
usaha
Jumlah pelaku usaha baru
setelah dilakukan pelatihan
4 Terkendalinya
penyakit hewan /
ternak di Kota Bandung
Jumlah kasus
penyakit zoonosa
kasus Kejadian kasus ditargetkan tidak
akan lebih dari 8 kasus
5
Meningkatnya
jumlah ternak
1. Populasi
ternak sapi
ekor Formulasi Penghitungan :
Populasi = Po + Kelahiran -
kematian - (Pemotongan +
unregister) - Pengeluaran + Pemasukan
2. Populasi
ternak domba
ekor
6
Meningkatnya
produksi ikan
1. Produksi Ikan
Konsumsi
ton
Formulasi Penghitungan :
Produksi Ikan Konsumsi : P =
Luas lahan (kolam) x padat tebar
- kematian ket: Kematian =
rata-rata 10 % Padat tebar
tergantung jenis dan perlakuan (teknologi)
LKIP DISPERTAPA 2015 30
2. Produksi Ikan
Hias
ekor
Produksi Ikan Hias : P = Luas lahan (kolam) x padat tebar -
kematian
ket:
Kematian = rata-rata 10 %
Padat tebar tergantung jenis dan perlakuan (teknologi)
7 Terwujudnya
Peningkatan Kualitas Pelayanan
Publik
Terwujudnya
Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik
Kategori Sesuai dengan SK Menpan No.16
Tahun 2014 tentang survey kepuasan masyarakat
8 Meningkatnya Kapasitas dan
Akuntabilitas
Kinerja birokrasi
Nilai evaluasi AKIP
Kategori Peraturan Menteri Pendayagu-naan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan tata Cara Reviu atas
Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah.
9 Terwujudnya
Pemerintahan yang
bersih dan bebas KKN
Prosentase
Temuan
Pengelolaan Anggaran BPK/
Inspektorat yg
ditindaklajuti
Prosentase
Tertib
Administrasi Barang /
asset
daerah
Temuan BPK/Inspektorat bidang
keuangan yang ditindaklajuti
dari seluruh jumlah Temuan BPK/Inspektorat bidang
keuangan pada tahun berjalan
Prosentase Tertib
Administrasi Barang / asset
daerah
Prosentase
Tertib Administrasi
Barang /
asset
daerah
Kesesuaian / kecocokan barang
/ asset SKPD dengan asset di Simda Barang tingkat Kota
Bandung (DPKAD)
2.1.3. PERJANJIAN KINERJA
Dokumen perjanjian kinerja merupakan dokumen untuk melaporkan
capaian kinerja, dan menilai keberhasilan Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kota Bandung tahun 2015. Dalam dokumen perjanjian kinerja
LKIP DISPERTAPA 2015 31
tahun 2015 tersebut diuraikan sasaran-sasaran dalam Renstra yang
diprioritaskan untuk dicapai, indikator kinerja yang digunakan untuk
menilai keberhasilan pencapaian sasaran beserta target yang harus dicapai
tahun 2015, program-program, dan anggaran yang disediakan untuk
mendukung pencapaian masing-masing sasaran.
2.2. RENCANA STRATEGIS HASIL REVIU
Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kota Bandung setelah melakukan konsultasi ke Kemenpan RB
mengalami perubahan walaupun tidak terlalu banyak tetapi cukup
signifikan untuk penyempurnaannya.
Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota
Bandung yang ditujukan untuk mewujudkan visi dan misi daerah
sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung Tahun 2013-2018. Ada
beberapa penambahan indikator kinerja untuk melengkapi indikator
kinerja yang sudah ada.
2.2.1. RENCANA STRATEGIS
Rencana Strategis setelah hasil reviu untuk Visi dan Misi Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung tidak mengalami
perubahan, masih tetap Visinya adalah:
“TERWUJUDNYA PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN
YANG TANGGUH DAN UNGGUL”
Adapun untuk tujuan, sasaran dan indikator sasaran ada perubahan
sebagaimana berikut di bawah ini :
NO MISI TUJUAN INDIKATOR TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN
1
Mengembang-kan Potensi Sumber Daya Pertanian secara
Meningkatnya ketahanan pangan, produktivitas hasil pertanian,
Terwujudnya Penguatan Cadangan Pangan Daerah
1. Terjaganya Ketersediaan Pangan
1. Score Pola Pangan Harapan (PPH)
2. Penguatan Cadangan Pangan Daerah
LKIP DISPERTAPA 2015 32
Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan
dan perikanan secara berkelanjutan
3. Tingkat Konsumsi Pangan
a. beras
b. daging
c. ikan
2. Meningkatkan Ketahanan Pangan
2. Meningkatnya produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perikanan
1. Produktivitas tanaman padi
2. Produksi tanaman hias
3. Populasi ternak
a. Sapi
b. Domba
4. Peningkatan produksi Ikan
a. Ikan Konsumsi
b. Ikan Hias
3 Meningkatkan Pengawasan Penyakit Zoonosa dan Keamanan Pangan Segar
Meningkatnya taraf kesehatan masyarakat terkait dengan penyakit zoonosa dan keamanan pangan segar
Teratasinya Jumlah kasus penyakit zoonosa di Kota Bandung
3. Meningkatnya produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perikanan
Jumlah kasus penyakit zoonosa di Kota Bandung
4. Menurunnya produk pangan segar yang tercemar
Jumlah pangan segar yang tercemar
4
Meningkatkan Pelayanan di Bidang Pertanian
Berkembang-nya usaha di di Bidang Pertanian dan Perikanan
Bertambahnya Jumlah pelaku usaha bidang pertanian dan perikanan
5. Bertambah-nya Pelaku Usaha di Bidang Pertanian dan Perikanan
Jumlah pelaku usaha bidang pertanian dan perikanan
a. budidaya
b. olahan
6. Meningkatnya keterampilan pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan
Jumlah pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan
a. budidaya
b. olahan
LKIP DISPERTAPA 2015 33
Meningkatnya pelayanan dan kinerja Dispertapa
Tercapainya Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
7. Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik dan Akuntabilitas Kinerja
1. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
2. Prosentase keluhan/pengaduan layanan yang ditindaklanjuti
3. Nilai evaluasi AKIP
4. Prosentase Temuan BPK/Inspektorat yang ditindaklajuti
Adapun perubahan target kinerja Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kota Bandung setelah reviu adalah sebagaimana
Tabel 2.5. di bawah ini :
LKIP DISPERTAPA 2015 34
TABEL 2.5. TARGET KINERJA SASARAN TAHUN 2014 – 2018 SETELAH REVIU
NO.
TUJUAN INDIKATOR
TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA SATUAN
KONDISI AWAL
RENSTRA
TARGET KINERJA PADA TAHUN KONDISI
AKHIR
RENSTRA 2014 2015 2016 2017 2018
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1.
Meningkatnya
ketahanan pangan, produktivitas hasil pertanian,
dan perikanan secara berkelanjutan
Terwujudnya Penguatan Cadangan Pangan
Daerah Terjaganya Ketersediaan
Pangan
Score Pola Pangan Harapan (PPH)
Nilai 87.3 87.8 91,25 91,50 92,00 92,10
92,10
Penguatan Cadangan Pangan Daerah
Ton 24 24 60 60 60 60 60
Tingkat Konsumsi Pangan
1. Beras Kg/kapita/ tahun
100 96,4 91,4 89,5 88,6 88,1 88,1
2. Daging Kg/kapita/ tahun
15,54 15,84 16,12 16,52 16,98 17,45 17,45
3. Ikan Kg/kapita/ tahun
31,76 33,50 34,20 36,03 36,82 37,94 37,94
Meningkatnya produksi dan
produktivitas hasil pertanian dan perikanan
Produktivitas tanaman padi
Kw/ha 62,95 63,09 65,05 68,04 69,05 70 70
Produktivitas tanaman
hias Pot/tahun
185.000 186.500 188.500 190.000 192.000 195.000 195.000
Populasi ternak Sapi Ekor
1.307
1.417
1.604
1.648
1.697
1.747
1.747
Populasi ternak Domba Ekor
26.901
29.365
30.833
32.375
33.994
35.693
35.693
Peningkatan produksi
Ikan Konsumsi
Ton 2.575 2.600 2.846 2.931 2.958 2.970 2.750
Peningkatan produksi Ikan Hias
Ekor 721.700 821.700 921.700 1.021.700 1.121.700 1.221.700 1.221.700
2. Meningkatnya taraf kesehatan masyarakat
terkait dengan
Teratasinya kasus penyakit Zoonosa
1. Terkendalinya kasus penyakit
zoonosa
Jumlah kasus penyakit
Zoonosa di Kota Bandung
Kasus 1 8 8 8 7
7 7
LKIP DISPERTAPA 2015 35
TABEL 2.5. TARGET KINERJA SASARAN TAHUN 2014 – 2018 SETELAH REVIU
NO.
TUJUAN INDIKATOR
TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA SATUAN
KONDISI AWAL
RENSTRA
TARGET KINERJA PADA TAHUN KONDISI
AKHIR
RENSTRA 2014 2015 2016 2017 2018
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
penyakit zoonosa dan keamanan
pangan segar
2. Menurunnya produk pangan segar yang tercemar
Jumlah Pangan Segar
yang Tercemar Kasus 50
50
50
45
45
40
40
3. Berkembang-nya usaha di di Bidang
Pertanian dan Perikanan
Bertambahnya Jumlah Pelaku Usaha Bidang
Pertanian dan Perikanan
1. Bertambahnya Pelaku Usaha di Bidang
Pertanian dan Perikanan
Jumlah Pelaku Usaha
Bidang Pertanian dan
Perikanan
a. Budidaya
b. Olahan
Pelaku
usaha
610
95
690
195
750
370
810
595
870
885
930
1.245
930
1.245
2. Meningkatnya keterampilan pelaku usaha
yang menggunakan sarana teknologi
pertanian dan perikanan
Jumlah pelaku usaha
yang menggunakan
sarana teknonologi
Pertanian dan Perikanan
a. Budidaya
b. Olahan
Pelaku
usaha
580
80
600
100
630
160
660
256
690
368
720
498
720
498
4. Meningkatnya pelayanan dan kinerja
Dispertapa
Tercapainya Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM}
Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan
Publik dan Akuntabilitas Kinerja
Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM} Indeks 75 75 80 90 90 90
90
Prosentase
keluhan/pengaduan
% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
LKIP DISPERTAPA 2015 36
TABEL 2.5. TARGET KINERJA SASARAN TAHUN 2014 – 2018 SETELAH REVIU
NO.
TUJUAN INDIKATOR
TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA SATUAN
KONDISI AWAL
RENSTRA
TARGET KINERJA PADA TAHUN KONDISI
AKHIR
RENSTRA 2014 2015 2016 2017 2018
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
layanan yang
ditindaklanjuti
Nilai evaluasi AKIP Angka 60 63 75 76 77 78 79
Prosentase Temuan BPK/
Inspektorat yang
ditindaklajuti
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
LKIP DISPERTAPA 2015 37
4.2.2. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
Penetapan target Indikator Kinerja Utama Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kota Bandung tahun 2015 setelah reviu adalah
sebagaimana Tabel 2.6. di bawah ini :
Tabel 2.6.
TARGET INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGANKOTA BANDUNG TAHUN 2014 SETELAH REVIU
NO SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
SATUAN
PENJELASAN
KETERANGAN/KRITERIA ALASAN
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
1. Terjaganya ketersediaan pangan.
Score Pola Pangan Harapan (PPH)
Nilai
Score Pola Pangan Harapan (PPH) sesuai dengan sasaran operasional pada RPJMD dan merupakan SPM Bidang Ketahanan Pangan.
Cara Perhitungan PPH :
Penyediaan pangan terdiri dari komponen produksi, perubahan stok, impor dan ekspor. Rumus penyediaan pangan adalah:
Ps = Pr - ΔSt + Im – Ek Dimana : Ps : Total penyediaan dalam negeri Pr : Produksi ΔSt : Stok akhir – stok awal Im : Impor Ek : Ekspor
Dinas Pertanian
dan Ketahanan
Pangan
Pola pangan harapan merupakan suatu metode yang digunakan untuk menilai jumlah dan komposisi atau ketersediaan pangan. Pola pangan harapan biasanya digunakan untuk perencanaan konsumsi, kebutuhan dan penyediaan pangan wilayah. Dalam menentukan PPH ada beberapa komponen yang harus diketahui diantaranya yaitu konsumsi energi dan zat gizi total, persentase energi dan gizi aktual, dan skor kecukupan energi dan zat gizi.
Dengan pendekatan Pola Pangan Harapan dapat dinilai mutu pangan penduduk berdasarkan skor pangan (dietary score). Semakin tnggi skor mutu pangan, menunjukkan situasi pangan yang semakin beragam dan semakin baik komposisi dan
LKIP DISPERTAPA 2015 38
NO SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
SATUAN
PENJELASAN
KETERANGAN/KRITERIA ALASAN
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
mutu gizinya
Penguatan Cadangan Pangan Daerah
Ton
Penguatan cadangan pangan equivalen beras sesuai dengan sasaran strategis yang ada di RPJMD dan merupakan SPM Bidang Ketahanan Pangan
Cara Pengukuran Indikator Penguatan Cadangan Pangan yaitu Pemerintah Kota harus menyediakan cadangan pangan kota equivalen beras mulai tahun 2014 sebanyak 24 ton, selanjutnya dari tahun 2015-2018 sebesar 60 ton setiap tahunnya.
Dinas Pertanian
dan Ketahanan
Pangan
Cadangan Pangan Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut Cadangan Pangan Pemerintah Daerah adalah persediaan pangan yang dikuasai dan dikelola oleh Pemerintah Daerah yang dipergunakan untuk menanggulangi kekurangan pangan, gejolak harga pangan, bencana alam, bencana sosial dan/atau menghadapi keadaan darurat.
Tingkat Konsumsi Pangan : 1. Beras
kg/kapita/ tahun
Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap konsumsi beras sebagai makanan pokok sangat mengkhawatirkan. Beras telah menjadi pemasok utama karbohidrat bagi mayoritas masyarakat Kota Bandung. Persepsi masyarakat bahwa jika belum mengkonsumsi beras maka dikatakan belum makan meskipun perut diisi dengan makanan lain. Hal ini yang mengakibat-
RUMUS PENGHITUNGAN KONSUMSI BERAS :
= ∑ BERAS YANG MASUK + ∑ RASKIN + ∑ PRODUKSI KOTA BANDUNG /
∑ PENDUDUK
Dinas Pertanian
dan Ketahanan
Pangan
- Diversifikasi pangan diartikan sebagai pengurangan konsumsi beras yang dikompensasi oleh penambahan konsumsi bahan pangan non-beras diiringi dengan ditambahnya makanan pendamping. Diversifikasi konsumsi pangan juga dapat didefinisikan sebagai jumlah jenis makanan yang dikonsumsi, sehingga semakin banyak jenis makanan yang dikonsumsi akan semakin beranekaragam.
- Dimensi diversifikasi konsumsi pangan tidak hanya terbatas pada pangan pokok tetapi juga pangan jenis lainnya, karena konteks diversifikasi
LKIP DISPERTAPA 2015 39
NO SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
SATUAN
PENJELASAN
KETERANGAN/KRITERIA ALASAN
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
kan tingkat konsumsi beras perkapita penduduk meningkat tiap tahunnya.
Kita masih tetap mengalami krisis beras pada musim-musim tertentu. Berdasarkan masalah tersebut, diperlukan diversifikasi pangan sebagai pangganti beras agar masyarakat tidak lagi bergantung pada beras dan menjadikannya sebagai komoditi utama bahan pokok sehingga mampu meminimilisasi konsumsi beras.
tersebut adalah meningkatkan mutu gizi masyarakat secara kualitas dan kuantitas, sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
Tingkat Konsumsi Pangan : 2. Daging
kg/kapita/tahun
Diversifikasi pangan adalah salah satu upaya untuk memperluas pilihan masyarakat dalam mengkonsumsi pangan, termasuk pangan
RUMUS PENGHITUNGAN KONSUMSI DAGING :
= ∑ DAGING YANG MASUK + ∑ PRODUKSI KOTA BANDUNG /
Dinas Pertanian
dan Ketahanan
Pangan
Tingkat konsumsi daging, seperti halnya konsumsi komoditas lainnya, sangat dipengaruhi oleh preferensi atau cita rasa, dan harga komoditi yang bersangkutan apakah terjangkau harganya oleh masyarakat atau tidak.
LKIP DISPERTAPA 2015 40
NO SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
SATUAN
PENJELASAN
KETERANGAN/KRITERIA ALASAN
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
sumber protein hewani seperti daging.Penyediaan pangan, termasuk pangan asal hewan akan terus menjadi tantangan bagi Negara manapun di dunia, termasuk Indonesia, terutama karena pertambahan penduduk dan tingkat pendapatan. Dengan demikian, penganekaragaman dan keterjangkau-an pangan untuk mencukupi kebutuhan gizi masyarakat menjadi sangat penting.
∑ PENDUDUK Dalam kasus peningkatan harga daging sapi yang diikuti dengan peningkatan konsumsi daging unggas menunjukkan bahwa daging unggas bersifat substitusi terhadap daging sapi, dimana konsumen akan memilih daging unggas pada saat harga daging sapi naik
Tingkat Konsumsi Pangan : 3. Ikan
kg/kapita/tahun
Tingkat konsumsi ikan per kapita masyarakat Kota Bandung masih rendah, meski konsumsi ikan masih rendah namun dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
RUMUS PENGHITUNGAN KONSUMSI IKAN :
= ∑ IKAN YANG MASUK + ∑ PRODUKSI KOTA BANDUNG /
∑ PENDUDUK
Dinas Pertanian
dan Ketahanan
Pangan
Ikan adalah makanan yang rendah kalori, berprotein tinggi yang baik untuk otak. Semua manfaat tersebut berasal dari asam omega 3 lemak tak jenuh ganda, populer disebut sebagai omega 3, yang banyak terdapat dalam minyak ikan. Tubuh manusia tidak bisa secara alami menghasilkan omega 3. Meski demikian nutrisi
LKIP DISPERTAPA 2015 41
NO SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
SATUAN
PENJELASAN
KETERANGAN/KRITERIA ALASAN
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
tersebut dibutuhkan oleh tubuh agar sehat. Hubungan antara omega 3 dan kesehatan jantung sudah sejak lama kita tahu. Namun, beberapa penelitian baru menunjukkan cukup bukti, bahwa ikan yang tinggi asam lemak sangat penting untuk kesehatan tubuh secara umum.
2.
Meningkat-nya produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perikanan.
Produktivitas tanaman padi
kw/ha
Padi merupakan tanaman pangan utama bagi penduduk Indonesia. Kebutuhan akan pangan ini akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan pendapatan. Namun dilain pihak, upaya peningkatan produksi padi saat ini terganjal oleh banyak kendala, seperti konversi lahan yang menurunkan luas panen dan penyimpangan iklim yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas.
Cara Pengukuran Indikator Produktivitas tanaman padi adalah :
Produksi (Kw) Luas Panen (Ha)
= Produktivitas
Dinas Pertanian
dan Ketahanan
Pangan
Semakin langkanya lahan pertanian menyebabkan terjadinya persaingan penggunaan lahan, sehingga mendorong pemanfaatan sumberdaya lahan secara optimal, terarah dan berkelanjutan dengan memperhatikan berbagai kebutuhan.
upaya peningkatan produktivitas padi dengan mengoptimalkan sumberdaya lahan yang masih tersisa dapat dilakukan dengan lebih efisien bila dilaksanakan pada lahan-lahan yang sesuai atau lahan dengan kondisi fisik yang sangat mendukung dan juga dengan penggunaan teknologi tepat guna.
LKIP DISPERTAPA 2015 42
NO SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
SATUAN
PENJELASAN
KETERANGAN/KRITERIA ALASAN
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
Produksi tanaman hias
Pot/tahun
Bunga sebagai salah satu bagian dari tanaman hias dalam kelompok hortikultura, salah satu obyek yang memiliki nilai ekonomi yang tidak bisa diabaikan, selain memiliki keindahan juga memiliki berbagai kegunaan bila dimanfaatkan dengan tepat dan benar. Kota Bandung dengan keterbatasan lahannya harus bisa memilih tanaman hias yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Untuk pengukuran Produksi tanaman hias, yaitu :
Jumlah tanaman hias dalam pot/tahun.
Dinas Pertanian
dan Ketahanan
Pangan
Berkaca dari sejarah, kota Bandung telah menjadi icon bagi berbagai kota lain di Indonesia karena keberhasilannya mengembangkan tanaman hortikultura dari jenis bunga-bungaan tersebut, sehingga wajar bila kota Bandung mendapat julukan sebagai Kota Kembang bahkan dalam istilah asing dikenal juga dengan sebutan Paris Van Java karena keindahannya di masa-masa dahulu.
Ada 11 komoditas florikultur baik dalam bentuk bunga potong maupun tanaman hias, yang aktif dikomersialkan di kota Bandung, yaitu terdiri dari anggrek, anthurium, anyelir, garbera, gladiol, heliconia, krisan, mawar, sedap malam, melati dan palem.
Populasi ternak : 1. sapi
ekor
Peningkatan jumlah populasi ternak sapi merupakan target pemerintah pusat yang harus dilaksanakan dalam rangka mendukung program percepatan swasembada daging sapi di Indonesia.
Cara Pengukuran Indikator Populasi Ternak Sapi adalah :
Formulasi Penghitungan :
Populasi = Po + Kelahiran - kematian - (Pemotongan + unregister) - Pengeluaran + Pemasukan
Dinas Pertanian
dan Ketahanan
Pangan
Maraknya pemotongan sapi betina berujung kepada turunnya populasi sapi nasional. Berdasarkan sensus pertanian Badan Pusat Statistik (BPS), populasi ternak sapi potong dan sapi perah turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sampai dengan pelaksanaan sensus per 3 Juni 2013, menurut hitungan BPS, populasi ternak sapi potong, sapi perah dan kerbau
LKIP DISPERTAPA 2015 43
NO SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
SATUAN
PENJELASAN
KETERANGAN/KRITERIA ALASAN
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
sekitar 13,27 juta ekor. Padahal pada periode tahun sebelumnya, populasi ternak sapi dan kerbau mencapai sekitar 16,49 juta ekor. Penurunan populasi sapi dan kerbau itu terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia terutama wilayah sentra populasi sapi. Di Jawa Timur, populasi sapi turun 26,16%. Sedangkan di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, populasi sapi merosot 24,87% sampai 28,37%. Begitu pun dengan populasi sapi dan kerbau di Nusa Tenggara. Jumlahnya merosot hampir 15%.
Populasi ternak : 2. domba
ekor
Peningkatan populasi ternak domba merupakan salah satu upaya untuk meningkat kan swasembada pangan ternak.
Cara Pengukuran Indikator Populasi Ternak Domba adalah :
Formulasi Penghitungan :
Populasi = Po + Kelahiran - kematian -
(Pemotongan + unregister) -
Pengeluaran + Pemasukan
Dinas Pertanian
dan Ketahanan
Pangan
Populasi ternak domba di Kota Bandung setiap tahunnya terus meningkat walaupun dengan keberadaan lahan peternakan yang terbatas tetapi peternak domba di Kota Bandung bisa tetap mengembangkan usahanya. Peternak domba di Kota Bandung melakukan kegiatan untuk meningkatkan populasi, produktivitas, dan mutu bibit domba, meningkatkan skala usaha domba menjadi skala usaha ekonomis,
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak, mengembangkan usaha kelembagaan kelompok domba, menciptakan
LKIP DISPERTAPA 2015 44
NO SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
SATUAN
PENJELASAN
KETERANGAN/KRITERIA ALASAN
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
kawasan sumber bibit domba di Kota Bandung, dan pelestarian plasma nuftah domba lokal.
Produksi ikan : 1. konsumsi
Ton
Sektor perikanan, khususnya perikanan air tawar dilakukan dalam skala kecil karena keterbatasan lahan dan lingkungan padat penduduk.
Formulasi Penghitungan :
Produksi Ikan Konsumsi :
P = Luas lahan (kolam) x padat tebar
– kematian ket: Kematian = rata-rata
10 % Padat tebar tergantung
jenis dan perlakuan (teknologi)
Dinas Pertanian
dan Ketahanan
Pangan
Untuk produksi ikan konsumsi diperoleh dari beberapa jenis ikan seperti ikan mas, nila, mujair, lele, sepat siam, tambakan dan ikan lainnya yang dikembangkan di kolam maupun di sawah, dengan penyumbang produksi terbesar adalah Ikan Lele, diikuti oleh Ikan Mas, Nila, tambakan, Mujair, ikan lainnya dan Ikan Sepat Siam.
#Produksi
ikan :#2. hias ekor
Sebagai
alternatif
pilihan usaha
masyarakat
dibidang
perikanan
yaitu usaha
budidaya ikan
hias karena
selain tidak
memerlukan
lahan yang
luas, potensi
pemasaran
ikan hias baik
pasar lokal
maupun
ekspor cukup
besar.
Produksi Ikan Hias :
P = Luas lahan
(kolam) x padat tebar
– kematian
ket:
Kematian = rata-rata
10 %
Padat tebar tergantung
jenis dan perlakuan
(teknologi)
Dinas Pertanian
dan Ketahanan
Pangan
Jenis ikan hias yang sering diusahan di Kota Bandung ada 13 jenis, yaitu Barbir, Cupang, Frontosa, Gapi, Leuleupi, Udang Hias, Louhan, Manvis, Mas Koki, Molly, Plati, Rainbow, dan Sapu Hias, dengan penyumbang produksi terbesar adalah ikan Mas Koki dan Udang Hias.
LKIP DISPERTAPA 2015 45
NO SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
SATUAN
PENJELASAN
KETERANGAN/KRITERIA ALASAN
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
3.
Terkendaliny
a kasus
penyakit
zoonosa
Jumlah kasus
penyakit
zoonosa di
Kota
Bandung
kasus
Kota Bandung
sebagai kota
besar
berpotensi
terjadinya
penyebaran
penyakit
hewan yang
menular
kepada
manusia
(zoonosa).
Cara Pengukuran
Indikator jumlah
kasus penyakit
zoonosa yaitu jumlah
kejadian kasus yang
ditargetkan tidak akan
lebih dari 8 kasus.
Cara pengukuran
Persentase Menurun
= Target-(Realisasi-Target) x
100 %
Target
Dinas
Pertanian
dan
Ketahanan
Pangan
Penyakit zoonosa merupakan penyakit atau infeksi pada binatang yang dapat ditularkan kepada manusia. Penyakit yang tergolong dalam zoonosa misalnya, Antraks, Rabies, Brucellosis, Avian Influenza, dan lain-lain. Kota Bandung merupakan pusat pemasaran ternak terbesar di Jawa Barat, sehingga resiko masuknya penyakit zoonosa dari daerah asal ternak ke Kota Bandung relatif tinggi.
4.
Menurunnya
produk
pangan
segar yang
tercemar
Jumlah
pangan
segar yang
tercemar
kasus
Masih adanya
kasus-kasus
penyalahguna
an bahan
kimia
berbahaya
pada produk
pertanian
Cara pengukuran
adalah
dengan menghitung
jumlah kasus pangan
segar yang tercemar
setelah adanya uji
laboratorium.
Cara pengukuran
Persentase Menurun
= Target-(Realisasi-Target) x
100 %
Target
Dinas
Pertanian
dan
Ketahanan
Pangan
Salah satu tugas pokok dan fungsi pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan adalah mengawasi dan memeriksa komoditi pangan segar yang terdiri dari komoditi peternakan (daging, susu, telur), perikanan dan komoditi tanaman pangan dan hortikultura ( sayuran, buah-buahan, beras dan palawija). Untuk itu sangat diperlukan adanya beberapa cara/metode untuk pengawasan dan pemeriksaannya, agar dihasilkan pangan segar yang aman dan layak untuk di konsumsi. Pangan segar yang aman dan layak untuk dikonsumsi adalah pangan yang bebas dari bebagai cemaran, baik itu cemaran secara fisik,
LKIP DISPERTAPA 2015 46
NO SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
SATUAN
PENJELASAN
KETERANGAN/KRITERIA ALASAN
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
zat kimia berbahaya, cemaran mikroba dan cemaran residu antibiotic, residu hormone, residu pestisida dan juga logam berbahaya (logam berat).
5.
Bertambahn
ya pelaku
usaha di
bidang
pertanian
dan
perikanan
Jumlah
pelaku usaha
di bidang
pertanian
dan
perikanan :
1. Budidaya
pelaku
usaha
Indikator
jumlah pelaku
usaha
budidaya di
bidang
pertanian dan
perikanan
untuk
mendukung
indikator
sasaran di
RPJMD 2013-
2018 yaitu
terciptanya
wira usaha
baru
Cara Pengukuran
adalah :
Jumlah pelaku usaha
baru setelah
dilakukan pelatihan
dan diberikan
bantuan.
Dinas
Pertanian
dan
Ketahanan
Pangan
Penambahan jumlah pelaku usaha ini diantaranya terdiri dari pelaku usaha budidaya padi, tanaman palawija, peternak sapi, peternak domba maupun budidaya ikan hias dan ikan konsumsi.
Jumlah
pelaku usaha
di bidang
pertanian
dan
perikanan :
2. Olahan
pelaku
usaha
Indikator
jumlah pelaku
usaha olahan
di bidang
pertanian dan
perikanan
untuk
mendukung
indikator
sasaran yang
di RPJMD
Cara Pengukuran
adalah :
Jumlah pelaku usaha
baru setelah
dilakukan pelatihan
Dinas
Pertanian
dan
Ketahanan
Pangan
Penambahan jumlah pelaku usaha ini diantaranya terdiri dari pelaku usaha olahan keripik singkong, olahan pindang presto dan ikan bandeng, olahan nugget, baso, sosis sapi dan ayam, olahan kerupuk kentang, olahan rangginang, olahan abon ikan lele,dan olahan duri ikan
LKIP DISPERTAPA 2015 47
NO SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
SATUAN
PENJELASAN
KETERANGAN/KRITERIA ALASAN
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
2013-2018
yaitu
terciptanya
wira usaha
baru
6.
Meningkatn
ya
keterampila
n pelaku
usaha yang
menggunaka
n sarana
teknologi
pertanian
dan
perikanan.
Jumlah
pelaku usaha
yang
menggunaka
n sarana
teknologi
pertanian
dan
perikanan :
1. Budidaya
pelaku
usaha
Tingginya
persaingan
usaha memacu
para pelaku
usaha untuk
melakukan
inovasi
terhadap hasil
usahanya.
Salah satunya
dengan
penerapan
teknologi.Dala
m usaha
bidang
pertanian,
penggunaan
sarana
teknologi
pertanian
dibutuhkan
untuk
meningkatkan
produksi dan
mempermu-
dah para
pelaku usaha
dalam
memproduksi
Cara Pengukuran
adalah :
Jumlah pelaku usaha
baru yang
menggunakan sarana
teknologi pertanian
dan perikanan
budidaya.
Dinas
Pertanian
dan
Ketahanan
Pangan
Penambahan jumlah pelaku usaha budidaya yang menggunakan teknologi diantaranya terdiri dari pelaku usaha budidaya tanaman hias dan sayuran dengan menggunakan teknologi hidroponik, kultur jaringan; juga pelaku usaha budidaya ternak sapi dengan inseminasi buatan.
LKIP DISPERTAPA 2015 48
NO SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
SATUAN
PENJELASAN
KETERANGAN/KRITERIA ALASAN
FORMULASI/CARA PENGUKURAN
SUMBER DATA
barangnya.
Jumlah pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan : 2. Olahan
pelaku usaha
Tingginya
persaingan
usaha memacu
para pelaku
usaha untuk
melakukan
inovasi
terhadap hasil
usahanya.
Salah satunya
dengan
penerapan
teknologi.Dala
m usaha
bidang
pertanian,
penggunaan
sarana
teknologi
pertanian
dibutuhkan
untuk
meningkatkan
produksi dan
mempermu-
dah para
pelaku usaha
dalam
memproduksi
barangnya.
Cara Pengukuran
adalah :
Jumlah pelaku usaha
baru yang
menggunakan sarana
teknologi pertanian
dan perikanan olahan.
Dinas
Pertanian
dan
Ketahanan
Pangan
Penambahan jumlah pelaku usaha yang menggunakan teknologi ini diantaranya pelaku usaha olahan pindang presto menggunakan panci presto, olahan bakso menggunakan mesin pencetak bakso, dan olahan abon menggunakan mesin pengering abon (spinner). Para pelaku usaha ini ada yang tergabung dalam satu kelompok usaha ada juga kelompok usaha perorangan.
LKIP DISPERTAPA 2015 49
4.2.3. PERJANJIAN KINERJA
Dokumen perjanjian kinerja setelah reviu ada penambahan indikator
kinerja baru. Perjanjian kinerja merupakan dokumen untuk
melaporkan capaian kinerja, dan menilai keberhasilan Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung tahun 2015.
Dalam dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 tersebut diuraikan
sasaran-sasaran dalam Renstra yang diprioritaskan untuk dicapai,
indikator kinerja yang digunakan untuk menilai keberhasilan
pencapaian sasaran beserta target yang harus dicapai tahun 2015,
program-program, dan anggaran yang disediakan untuk mendukung
pencapaian masing-masing sasaran, yang selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 HASIL REVIU
No Sasaran Indikator Kinerja Satuan Target Program Anggaran Tujuan 1
1 Terjaganya ketersediaan pangan.
1. Score Pola Pangan Harapan (PPH)
Nilai 91,25 1. Program Ketahanan Pangan
1.700.000.000
2. Penguatan Cadangan Pangan Daerah
Ton 60
3. Tingkat konsumsi pangan :
a. Beras Kg/kapita/tahun
91,40
b. Daging Kg/kapita/tahun
16,12
c. Ikan Kg/kapita/tahun
34,20
2 Meningkat-nya produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perikanan.
4. Produktivitas tanaman padi
Kw/ha 65,05 2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebuanan)
3. Program Peningktan Produksi Hasil Peternakan
4. Program Pengembangan Budidaya Perikanan
8.681.150.000
977.000.000
2.350.000.000
5. Produksi tanaman hias
Pot/tahun 188,500
6. Populasi ternak
a. Sapi Ekor 1.604
b. Domba Ekor 30.833
7. Populasi ikan
a. Ikan Konsumsi Ton 2.846
b. Ikan hias ekor 921.700
LKIP DISPERTAPA 2015 50
Tujuan 2
3 Terkendaliya kasus penyakit zoonosa
8. Jumlah Kasus penyakit zoonosa di Kota Bandung
kasus 8 5. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak
1.700.000.000
4 Menurunnya produk pangan segar yang tercemar
9. Jumlah pangan segar yang tercemar
kasus 50 6. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebuanan)
900.000.000
Tujuan 3
5 Bertambah-nya pelaku usaha di bidang pertanian dan perikanan
10. Jumlah pelaku usaha di bidang pertanian dan perikanan :
7. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebuanan)
650.000.000
a. Budidaya Pelaku usaha
750
b. Olahan Pelaku usaha
370
6 Meningkat-nya keterampilan pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan
11. Jumlah pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan :
8. Pogram Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perke-bunan)
0
a. Budidaya Pelaku usaha
630
b. Olahan Pelaku usaha
160
Tujuan 4
7 Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik dan akuntabilitas kinerja
12. Indeks Kepuasan masyarakat (IKM)
Indeks 80 9. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
250.000.000
13. Prosentase keluhan/pengaduan layanan yang ditindaklanjuti
% 100
14. Nilai Evaluasi AKIP Angka 75
15. Prosentase Temuan BPK/Inspektorat yang ditindaklanjuti
% 100
4.2.4. PROGRAM
Program adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu
untuk mendapatkan hasil guna mencapai sasaran tertentu. Program-
program yang dilaksanakan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota
Bandung pada tahun 2015 yaitu:
1. Program Ketahanan Pangan
LKIP DISPERTAPA 2015 51
2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan)
3. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan
4. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak
5. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
6. Program Pengembangan Budidaya Perikanan
7. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja
dan Keuangan
LKIP DISPERTAPA 2015 52
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk melaporkan secara
transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan misi
organisasi kepada pihak-pihak yang berwenang menerima pelaporan
akuntabilitas. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung selaku
pengemban amanah masyarakat melaksanakan kewajiban
pertanggungjawaban melalui penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas
Pertanian dan Ketahanan Kota Bandung yang dibuat sesuai ketentuan yang
diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan tata Cara
Reviuatas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
Laporan tersebut memberikan gambaran penilaian tingkat
pencapaian target masing-masing indikator sasaran srategis yang
ditetapkan dalam dokumen Renstra Tahun 2013-2018 maupun Renja
Tahun 2015. Sesuai dengan ketentuan tersebut, pengukuran kinerja
digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan program, sasaran yang telah ditetapkan.
3.1. CAPAIAN IKU
Pengukuran tingkat capaian kinerja Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kota Bandung tahun 2015 dilakukan dengan cara
membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang telah
ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kota Bandung tahun 2015 dengan realisasinya. Tingkat capaian
kinerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung tahun 2015
berdasarkan hasil pengukurannya dapat dilaporkan dalam tabel 3.1.
sebagai berikut :
LKIP DISPERTAPA 2015 53
TABEL 3.1.
CAPAIAN KINERJA IKU TAHUN 2015
Sasaran 1 : Terjaganya ketersediaan pangan.
No Indikator Satuan IKU Target PK Tahun 2015
Realisasi Tahun 2015
Capaian (%)
Keterangan
1 Score Pola Pangan Harapan (PPH)
Nilai √ 91,25 91,26 100,01
2 Penguatan Cadangan Pangan Daerah
Ton √ 60 72,26 120,43
3 Tingkat Konsumsi :
a. Beras Kg/kapita/ tahun
√ 91,4 91,31 100,10 Tingkat konsumsi beras kalau semakin menurun semakin baik
a. Daging Kg/kapita/ tahun
√ 16,12 16,17 100,31
b. Ikan Kg/kapita/ tahun
√ 34,20 34,28 100,23
Sasaran 2 : Meningkatnya produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perikanan.
No Indikator Satuan IKU Target PK Tahun 2015
Realisasi Tahun 2015
Capaian (%)
Keterangan
4 Produktivitas tanaman padi Kw/ha √ 65,05 65,05 100,00
5 Produksi tanaman hias Pot/tahun √ 188.500 189.002 100,27
6 Populasi ternak : a. Sapi Ekor √ 1.604 1.625 101,31 b. Domba Ekor √ 30.833 30.991 100,51
7 Populasi ikan : a.Ikan Konsumsi Ton √ 2.846 2.877 101,09 b. Ikan hias ekor √ 921.700 922.900 100,13
Sasaran 3 : Terkendaliya kasus penyakit zoonosa.
No Indikator Satuan IKU Target PK Tahun 2015
Realisasi Tahun 2015
Capaian (%)
Keterangan
8 Jumlah Kasus penyakit zoonosa di Kota Bandung
Kasus √ 8 0 200,00 Kasus penyakit zoonosa semakin tidak ada kasus berarti baik
LKIP DISPERTAPA 2015 54
Sasaran 4 : Menurunnya produk pangan segar yang tercemar.
No Indikator Satuan IKU Target PK Tahun 2015
Realisasi Tahun 2015
Capaian (%)
Keterangan
9 Jumlah pangan segar yang tercemar
Kasus √ 50 20 160,00 semakin tidak ada kasus berarti baik
Sasaran 5 : Bertambahnya pelaku usaha di bidang pertanian dan perikanan.
No Indikator Satuan IKU Target PK Tahun 2015
Realisasi Tahun 2015
Capaian (%)
Keterangan
10 Jumlah pelaku usaha di bidang pertanian dan perikanan :
a. Budidaya Pelaku Usaha
√ 750 755 100,67
b. Olahan Pelaku Usaha
√ 370 600 162,16
Sasaran 6 : Meningkatnya keterampilan pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan.
No Indikator Satuan IKU Target PK Tahun 2015
Realisasi Tahun 2015
Capaian (%)
Keterangan
11 Jumlah pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan :
a. Budidaya Pelaku Usaha
√ 630 640 101,59
b. Olahan Pelaku Usaha
√ 160 162 101,25
Sasaran 7 : Meningkatnya keterampilan pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan.
No Indikator Satuan IKU Target PK Tahun 2015
Realisasi Tahun 2015
Capaian (%)
Keterangan
12 Indeks Kepuasan masyarakat (IKM)
Indeks - 80 81,07 101,34
13 Prosentase keluhan/pengaduan layanan
yang ditindaklanjuti
% - 100% 100% 100%
14 Nilai Evaluasi AKIP Angka - 75 76,87 101,25
15 Prosentase Temuan BPK/Inspektorat yang
ditindaklanjuti
% - 100% 100% 100%
LKIP DISPERTAPA 2015 55
3.2. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA TAHUN 2015
Adapun pengukuran kinerja dilakukan dengan cara
membandingkan target setiap Indikator Kinerja Sasaran dengan
realisasinya. Setelah dilakukan penghitungan akan diketahui selisih atau
celah kinerja (peformance gap). Selanjutnya berdasarkan selisih Kinerja
tersebut dilakukan evaluasi guna mendapatkan strategi yang tepat untuk
peningkatan kinerja di masa yang akan datang (performance improvement).
Tingkat capaian kinerja setiap sasaran, menggunakan skala
pengukuran 4 (empat) kategori sebagai berikut :
Tabel 3.2.
SKALA PENGUKURAN CAPAIAN SASARAN KINERJA TAHUN 2014
Skor Rentang Capaian Kategori Capaian
4 Lebih dari 100 % Sangat baik
3 75 % sampai 100 % Baik
2 55 % sampai 75 % Cukup
1 Kurang dari 55 % Kurang
Sedangkan untuk hasilnya dapat dilihat pada Pengukuran Kinerja
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Tahun 2015, seperti
di bawah ini :
LKIP DISPERTAPA 2015 56
3.3. PENGUKURAN, EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN KINERJA
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja, pencapaian sasaran Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Tahun 2015 secara
keseluruhan dapat diinformasikan sebagai berikut :
1) Analisis Pencapaian Sasaran 1
Terjaganya ketersediaan pangan.
No Indikator Kinerja Satuan
Tahun 2014
%
Tahun 2015
% Target
Reali sasi
Target Reali sasi
1 Score Pola Pangan Harapan (PPH) Nilai 87,8 91,20 103.87 91,25 91,26 100
2 Penguatan Cadangan Pangan Daerah
Ton 24 26,7 111.25 60 72,26 120
3 Tingkat Konsumsi Pangan :
a. Beras kg/kapita/tahun 96,40 96,10 100.31 91,40 91,31 100
b. Daging kg/kapita/tahun 15,84 15,95 100.69 16,12 17,62 109.31
c. Ikan kg/kapita/tahun 33,50 33,95 101.34 34,20 34,28 100
Sasaran terjaganya ketersediaan pangan ini mempunyai tiga komponen
indikator yang sangat penting, yaitu :
1. Penguatan Cadangan Pangan
2. Score Pola Pangan Harapan (PPH)
3. Tingkat Konsumsi Pangan : a. Beras; b. Daging; c. Ikan
Sasaran terjaganya ketersediaan pangan dengan 3 indikatornya ini menjadi
sangat penting karena tertuang
dalam SPM dan merupakan salah
satu aspek penting dalam
penyelenggaraan SPM Ketahanan
Pangan. Standar Pelayanan
Minimal (SPM) bidang ketahanan
pangan ditetapkan berdasarkan
Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 65 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
LKIP DISPERTAPA 2015 57
Ketahanan Pangan
Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Selain
itu, Menteri Dalam Negeri
telah mengeluarkan Surat
Edaran Menteri Dalam
Negeri Nomor
100/1023/SJ Tentang
Percepatan Pelaksanaan
Penerapan dan
Pencapaian Standar
Pelayanan Minimal di
Daerah. Situasi untuk data tahun 2015, dari sisi keragaman pangan
sudah memenuhi harapan dimana dari 9 kelompok pangan 7 di antaranya
sudah dikonsumsi secara umum oleh masyarakat kota Bandung. Dari sisi
konsumsi energinya bahkan berlebih (persentasenya paling besar) yakni
51,32%, sementara itu konsumsi dari sisi pangan hewani naik signifikan
menjadi 45,35%. Sementara konsumsi minyak dan lemak, buah/biji
berminyak, kacang-kacangan, gula serta sayur dan buah masih di bawah
nilai maksimum yang disyaratkan.
Bila dibandingkan dengan acuan PPH tahun 2011 yang lalu (data
susenas), maka dari sisi ketersediaan konsumsi padi padian mengalami
penurunan dari 67,3% AKE menjadi 51,3% AKE dengan skor PPH nya
sesuai dengan acuan skor maksimumnya. Kemudian peningkatan lainnya
pada kelompok ubi-ubian, pangan hewani, serta sayur dan buah. Namun
walau ada peningkatan untuk kelompok pangan hewani dan sayur buah
masih di bawah skor maksimumnya. Dengan demikian bila di lihat progres
dari tahun 2011 ke tahun 2015 terdapat progres positif berupa peningkatan
skor PPH dari 84,4 menjadi 91,26.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok pangan yang sensitif
terhadap perubahan skor PPH kota Bandung adalah dari kelompok padi-
padian, pangan hewani serta sayur dan buah. Kontribusi skor PPH untuk
LKIP DISPERTAPA 2015 58
tahun 2015 banyak ditunjang dengan
meningkatnya konsumsi dan
ketersediaan sayuran dan buah-buan
yang ada di kota Bandung. Dengan
kondisi dimana 84,09% pasokan
pangan diperoleh dari luar kota
Bandung, maka ke depan kerjasama
antar daerah dalam pasokan bahan
pangan ke kota Bandung perlu
ditingkatkan lagi sejalan dengan makin menurunnya kemampuan produksi
internal kelompok pangan di kota Bandung.
TABEL 3.3.
PROYEKSI KETERSEDIAAN PANGAN HINGGA TAHUN 2020
Kelompok Pangan
Aktual Tahun 2015 Proyeksi Ketersediaan Pangan (g/kapita/hari)
Ketersediaan
(gram)
Kontribusi
(%)
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Total Pangan 1,328.8 100.0 1,328.8 1,250.0 1,171.3 1,092.5 1,013.8 935.0
1. Padi-Padian 315.3 100.0 315.3 312.8 310.2 307.6 305.1 302.5
2. Ubi-ubian 144.3 100.0 144.3 135.2 126.2 117.1 108.1 99.0
3. Pangan Hewani 496.1 100.0 496.1 427.7 359.3 290.9 222.4 154.0
4. Minyak dan Lemak 23.3 100.0 23.3 24.1 25.0 25.8 26.7 27.5
5. Buah/Biji Berminyak 0.0 0.0 0.0 2.2 4.4 6.6 8.8 11.0
6. Kacang-kacangan 26.0 100.0 26.0 28.5 31.0 33.5 36.0 38.5
7. Gula 10.5 100.0 10.5 15.0 19.5 24.0 28.5 33.0
8. Sayur dan Buah 313.1 100.0 313.1 301.1 289.1 277.1 265.0 253.0
9. Lain-lain 0.0 0.0 0.0 3.3 6.6 9.9 13.2 16.5
Meskipun ketersediaan lahan produksi makin berkurang namun upaya
peningkatan produksi harus terus dilakukan, terutama menekankan pada
strategi intensifikasi, diversifikasi pangan dan sedikit perubahan
ekstensifikasi dengan mengubah pola bercocok tanam dari ekstensifikasi
LKIP DISPERTAPA 2015 59
horizontal ke ekstensifikasi vertikal seperti contoh adanya urban farming
dengan “vertical garden”.
Diharapkan terget produksi pangan hingga tahun 2020 di kota
Bandung adalah seperti yang disajikan pada Tabel 3.4. dengan asumsi pola
penggunaan pangan tetap.
TABEL 3.4.
TARGET PRODUKSI PANGAN HINGGA TAHUN 2020
Kelompok/Jenis Pangan
Kontribusi
Pangan (%) Produksi1) Target Produksi1) ('000 Ton/Tahun)
Aktual Target Aktual Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Tahun
2015
Tahun
2020 2015 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Total Pangan
100.0 100.0 1,418.8 1,392.7 1,320.6 1,246.6 1,170.6 1,092.8 1,013.0
1 Padi-padian
100.0 100.0 324.0 325.0 326.1 327.1 328.2 329.2 330.2
Beras 90.5 86.4 293.7 280.5 281.5 282.4 283.3 284.2 285.1
Jagung 2.0 10.8 6.5 35.8 35.9 36.0 36.1 36.2 36.4
Terigu 7.5 2.7 23.8 8.7 8.7 8.7 8.8 8.8 8.8
2 Ubi-ubian
100.0 100.0 184.4 158.8 150.5 142.1 133.4 124.5 115.4
Ubi Kayu 56.7 17.5 115.0 35.5 33.7 31.8 29.9 27.9 25.8
Ubi Jalar 23.4 52.8 34.6 78.1 74.0 69.9 65.6 61.2 56.7
Sagu 4.1 0.0 10.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Kentang 15.8 29.6 24.0 45.2 42.8 40.4 38.0 35.4 32.8
3. Pangan Hewani
100.0 100.0 527.6 526.3 459.0 390.0 319.4 247.1 173.1
Daging Ruminansia 66.0 10.5 343.4 54.8 47.8 40.6 33.3 25.7 18.0
Daging Unggas 9.2 10.3 48.1 53.9 47.0 39.9 32.7 25.3 17.7
Telur 22.5 31.4 123.3 172.0 150.0 127.5 104.4 80.8 56.6
Susu 1.8 1.0 10.2 5.7 5.0 4.2 3.5 2.7 1.9
Ikan 0.5 46.8 2.6 239.9 209.2 177.8 145.6 112.6 78.9
4. Minyak dan Lemak
100.0 100.0 23.7 23.8 24.9 26.1 27.2 28.5 29.7
Minyak Kacang Tanah 14.3 0.0 3.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Minyak Kelapa 45.3 0.4 10.8 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1
Minyak Sawit 40.3 99.3 9.6 23.6 24.7 25.9 27.1 28.3 29.5
LKIP DISPERTAPA 2015 60
Lemak 0.0 0.3 0.0 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1
5. Buah/Biji Berminyak
0.0 100.0 0.0 0.0 2.2 4.5 6.9 9.2 11.7
Kelapa 0.0 100.0 0.0 0.0 2.2 4.5 6.9 9.2 11.7
Biji Berminyak 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
6. Kacang-kacangan
100.0 100.0 27.6 27.3 30.2 33.2 36.3 39.5 42.7
Kacang Tanah 0.0 20.0 0.0 5.2 5.8 6.4 7.0 7.6 8.2
Kacang Kedelai 87.7 62.2 24.1 17.1 19.0 20.9 22.8 24.8 26.8
Kacang Hijau 12.3 13.9 3.5 3.9 4.3 4.8 5.2 5.6 6.1
Kacang Merah 0.0 3.8 0.0 1.0 1.1 1.2 1.3 1.5 1.6
7. Gula
100.0 100.0 10.6 10.6 15.4 20.2 25.2 30.2 35.4
Gula Pasir 72.2 97.8 7.7 10.4 15.0 19.8 24.6 29.6 34.6
Gula Merah 27.8 2.2 2.9 0.2 0.3 0.4 0.6 0.7 0.8
8. Sayur dan Buah
100.0 100.0 320.9 321.0 312.3 303.3 294.0 284.5 274.8
Sayur 55.4 51.7 176.7 165.1 160.6 156.0 151.2 146.3 141.3
Buah 44.6 48.3 144.2 155.9 151.7 147.3 142.8 138.2 133.4
9. Lain-lain
0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Minuman 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Bumbu 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Lainnya 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Pola pangan masyarakat
yang mengacu pada Pola Pangan
Harapan dijadikan sebagai tolok
ukur keberhasilan pelaksanaan
program diversifikasi pangan.
Program diversifikasi bukan
bertujuan untuk mengganti bahan
pangan pokok beras dengan
sumber karbohidrat lain, tetapi
untuk mendorong peningkatan sumber
zat gizi yang cukup kualitas dan
LKIP DISPERTAPA 2015 61
kuantitas, baik komponen gizi makro maupun gizi mikro (Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi XI, 2010).
Kelompok pangan dalam PPH (Pola Pangan Harapan) ada sembilan,
antara lain :
1. Padi – padian merupakan pangan dari serealia yang biasa sebagai
makanan pokok.
2. Umbi – umbian yang merupakan pangan dari akar atau umbi yang
dapat dimakan.
3. Pangan hewani merupakan bahan pangan dari hewan serta olahannya.
4. Minyak dan lemak merupakan bahan pangan dari nabati yang memiliki
lemak dan berminyak serta lemak dari hewani.
5. Buah biji berninyak adalah pangan yang mengandung minyak baik dari
buah maupun bijinya.
6. Kacang – kacangan merupakan biji – bijian yang mengandung tinggi
lemak.
7. Gula serta produk olahannya.
8. Sayuran dan buah – buahan.
9. Lain – lain yang merupakan bumbu.
Konsumsi pangan
merupakan jumlah dan jenis
pangan atau makanan yang
dikonsumsi keluarga sehari-
hari. Pola konsumsi pangan
keluarga sangat dipengaruhi
oleh faktor perilaku yaitu cara
bertindak atas dasar berfikir
dan berperasaan serta
berpandangan terhadap
makanan. Faktor ekonomi menjadi faktor penting dalam pembentukan pola
konsumsi pangan keluarga seperti ketersediaan uang tunai yang
LKIP DISPERTAPA 2015 62
menentukan tingkat daya beli keluarga, disamping faktor selera, budaya
dan kebiasaan, lingkungan, geografi dan ekologi dimana keluarga tersebut
tinggal. Oleh sebab itu tingkat konsumsi pangan keluarga sangat
tergantung dengan ketersediaan bahan pangan yang dapat dikonsumsi,
tingkat daya beli keluarga, dan tingkat pengetahuan dan pemahaman atas
pangan, gizi dan kesehatan yang baik.
Selama tahun 2015, penguatan cadangan pangan sudah mencapai
72,26 ton dari target 60 ton atau 120,43 %. Sementara capaian Score
PPH adalah 91,26 dari target 91,25 atau 100,01%.
Pada tahun 2014 penguatan cadangan pangan dari target 24 ton
dapat terealisasi sebesar 26,7 ton (111,25%). Sedangkan pada tahun 2015
penguatan cadangan pangan dari target 60 ton dapat terealisasi 72,26 ton
(120,43 %). Untuk indikator penguatan cadangan pangan, kinerja Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung pada umumnya baik
dengan dapat tercapainya target kinerja yang telah direncanakan.
Tingkat Konsumsi Pangan : a. Beras; b. Daging; c. Ikan :
Tingkat Konsumsi Pangan; a.
Beras : pada tahun 2015
dari target 91,40
kg/kapita/tahun dapat
terealisasi sebesar 91,31
kg/kapita/tahun atau
terealisasi mencapai
(100,10%), sedangkan pada
tahun 2014 dari target 96,40
kg/kapita/tahun dapat
terealisasi sebesar 96,10 kg/kapita/tahun atau terealisasi 100,31%.
Tingkat konsumsi beras ini perhitungannya berbeda dengan perhitungan
yang lain dimana semakin kecil tingkat konsumsinya maka semakin baik,
karena capaian target kinerja tingkat konsumsi pangan beras adalah
LKIP DISPERTAPA 2015 63
menurunnya konsumsi pangan beras sehingga bila capaiannya lebih kecil
dari target itu menunjukan kinerja yang baik karena targetnya adalah
mengurangi konsumsi beras setiap tahunnya.; b. tingkat konsumsi Daging :
pada tahun 2015 dari target 16,12 kg/kapita/tahun dapat terealisasi
sebesar 17,62 kg/kapita/tahun atau terealisasi mencapai (109.31%)
sedangkan pada tahun 2014 dari target 15,84 kg/kapita/tahun dapat
terealisasi sebesar 15,95 kg/kapita/tahun atau terealisasi 100,69%; dan c.
tingkat konsumsi Ikan : pada tahun 2015 dari target 34,20
kg/kapita/tahun dapat terealisasi sebesar 34,28 kg/kapita/tahun atau
terealisasi mencapai (100,23%) sedangkan pada tahun 2014 dari target
33,50 kg/kapita/tahun dapat terealisasi sebesar 933,95 kg/kapita/tahun
atau terealisasi 101,34%.
Faktor-faktor yang masih menghambat pencapaian sasaran adalah
ketersediaan lahan pertanian yang terus berkurang, masyarakat masih
tergantung pada konsumsi beras yang merupakan bahan makanan utama
sehingga masih sulit untuk beralih ke bahan makanan lain selain beras,
tingkat daya beli masyarakat yang masih beragam untuk memperoleh
bahan makanan seperti daging dan ikan sehingga akan masih menyulitkan
untuk mengkonsumsi daging dan ikan yang harganya cukup tinggi.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam upaya penyediaan pangan secara
mandiri dan berkelanjutan yaitu :
1. Program/kegiatan seperti urban farming, intensifikasi lahan, menanam
tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi harus lebih
ditingkatkan, selain itu juga memperhatikan mengenai pangan yang
Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) dan terpenuhinya
cadangan pangan di Kota Bandung.
2. Penguatan industri olahan pangan lokal untuk menjadi bagian
penerapan pola pangan harapan, yang nantinya akan dikonsumsi
masyarakat.
LKIP DISPERTAPA 2015 64
3. Penguatan aspek ketersediaan dan mutu pangan untuk masyarakat
melalui perbaikan dan pengembangan infrastruktur daerah yang
kondusif bagi ketersediaan dan mutu pangan.
2) Analisis Pencapaian Sasaran 2
Meningkatnya produksi dan produktivitas hasil pertanian dan
perikanan.
No Indikator Kinerja Satuan
Tahun 2014
%
Tahun 2015
% Target
Reali
sasi Target
Reali
sasi
1 Produktivitas tanaman padi kw/ha 63,09 65,03 103.07 65,05 65,05 100
2 Produksi tanaman hias Pot/tahun 186.500 186.920 100.23 188.500 189.002 100
3 Populasi ternak :
a. sapi ekor 1.417 1.554 109.67 1.604 1.625 101
b. domba ekor 29.365 29.955 102.01 30.833 30.991 100
4 Produksi ikan :
a. konsumsi Ton 2.600 2.764,09 106.31 2.846 2.877 101
b. hias ekor 821.700 907.670 110.46 921.700 922.900 100
Sasaran meningkatnya produksi dan produktivitas hasil pertanian
dan perikanan ini mempunyai 4 komponen indikator kinerja, yaitu :
1. Produktivitas tanaman padi;
2. Produksi tanaman hias;
3. Populasi Ternak : a. Sapi b. Domba
4. Produksi ikan : a. Ikan Konsumsi b. Ikan Hias
Produktivitas tanaman pangan adalah kemampuan suatu tanah untuk
menghasilkan tanaman pangan yang sedang diusahakan dengan sistem
pengelolaan tertentu, termasuk didalamnya proses produksi. Walaupun
Kota Bandung bukan merupakan daerah sentra produksi pertanian akan
tetapi masih berpotensi untuk menghasilkan produk pertanian seperti padi
dan palawija.
LKIP DISPERTAPA 2015 65
Dari data di lapangan diketahui bahwa sentra produksi padi di
Kota Bandung adalah Kecamatan Ujung Berung, Rancasari, Cibiru,
Cinambo, Gedebage, Buah Batu, dan Arcamanik.
Hasil usaha peternakan sangat dibutuhkan oleh warga Kota
Bandung, namun usaha ini bukan merupakan kegiatan perekonomian yang
utama karena keterbatasan lahan, masalah sanitasi dan lingkungan padat
penduduk, maka kegiatan agribisnis peternakan di Kota Bandung hanya
menjadi daerah tujuan pemasaran hasil-hasil peternakan.
Sektor perikanan, khususnya
perikanan air tawar dilakukan dalam
skala kecil karena keterbatasan lahan
dan lingkungan padat penduduk.
Sebagai alternatif pilihan usaha
masyarakat dibidang perikanan yaitu
usaha budidaya ikan hias karena selain
tidak memerlukan lahan yang luas,
potensi pemasaran ikan hias baik pasar
lokal maupun ekspor cukup besar.
Kedua indikator produksi ikan tersebut penting untuk mewujudkan
substansi Bandung Juara yaitu terwujudnya kampung lele dan kampung
ikan hias.
Selama tahun 2015, produktivitas tanaman padi sudah mencapai
65,05 kw/ha dari target 65,05 kw/ha atau 100.00%. Capaian produksi
tanaman hias adalah 188.500 pot/tahun dari target 189.002 pot/tahun
atau 100,27%, populasi ternak sapi mencapai 1.625 ekor dari target 1.604
ekor atau 101,00%. Sementara capaian populasi ternak domba adalah
30.833 ekor dari target 30.991 ekor atau 105,01%, produksi ikan konsumsi
mencapai 2.764,09 ton dari target 2.600 ton atau 106,31%. Sementara
capaian Produksi Ikan Hias adalah 110,46% atau terealisasi sebanyak
907.670 ekor dari target 821.700 ekor.
Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumya, produktivitas
tanaman padi selalu mengalami peningkatan, dimana tahun 2011 mencapai
LKIP DISPERTAPA 2015 66
61,07 kw/ha dan tahun 2015 produktivitas mencapai 65,05 kw/ha.
Begitupun tanaman hias, di tahun 2011 produksi mencapai 145.000
pot/tahun, dan tahun 2015 mencapai 189.002 pot/tahun.
Pada tahun 2014, untuk indikator populasi ternak sapi dapat
terealisasi sebesar 109,67% atau dari target sebanyak 1.417 ekor terealisasi
sebanyak 1.554 ekor. Sampai dengan triwulan IV tahun 2015 populasi
ternak sapi sudah terealisasi melebihi target yaitu 1.625 ekor dari target
1.604 ekor atau sebesar 101,00%. Untuk indikator populasi ternak domba
pada tahun 2014 tercapai 102,01% atau dari target 29.365 ekor dapat
terealisasi sebanyak 29.955 ekor. Capaian populasi ternak domba sampai
dengan triwulan IV tahun 2015 sebesar 100,51% atau dari target 30.833
ekor teralisasi sebanyak 30.991 ekor.
Pada tahun 2014, untuk indikator produksi ikan konsumsi dapat
terealisasi sebesar 106,31% atau dari target sebanyak 2.600 ton dapat
terealisasi sebanyak 2.764,09 ton. Pada tahun 2015 produksi ikan
konsumsi juga terealisasi melebihi target, yaitu terealisasi 2.877 ton dari
target 2.846 ton atau sebesar 101,00%. Untuk indikator produksi ikan hias
pada tahun 2014 tercapai 110,46% atau dari target 821.700 ekor dapat
terealisasi sebanyak 907.670 ekor. Capaian produksi ikan hias pada tahun
2015 sebesar 100,34% atau dari target 921.00 ekor teralisasi sebanyak
922.900 ekor. Jadi untuk sasaran strategis ini kinerja nyatanya lebih baik
dari tahun sebelumnya.
Untuk capaian indikator produksi tanaman hias dapat dilihat pada
Tabel 3.5. di bawah ini :
TABEL 3.5.
PRODUKSI TANAMAN HIAS
NO. NAMA TANAMAN
HIAS
Luas Tanaman
Akhir Triwulan
Yang Lalu (M2)
Luas Panen (M2) Luas
Rusak/ Tidak
Berhasil/ Puso (M2)
Luas Penana
man Baru/
Tambah Tanam
(M2)
Luas Tanaman
Akhir Triwulan
Laporan (M2)
Produksi
Habis/ Dibongkar
Belum Habis
Dipanen Habis/
Dibongkar
Belum Habis
Satuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) = (3)-(4)-
(6)+(7) (9) (10) (11)
1 Anggrek
41.790
7.100
20.370 -
350
35.040
42.016
- pot
2 Anthurium Bunga
5.680
920
2.810 -
50
4.810
6.504
- pot
LKIP DISPERTAPA 2015 67
3 Anyelir
1.620
660
810 -
50
1.010
1.452
- pot
4 Gerbera (Herbras)
460
30
230 -
-
430
66
- pot
5 Gladiol
10.860
2.250
4.160 -
3.100
11.710
3.696
- pot
6 Heliconia (Pisang-pisangan)
1.694
298
876
-
50
1.446
381
- pot
7 Krisan
1.955
250
730 -
4.000
5.705
473
- pot
8 Mawar
1.310
90
2.920 -
30
1.250
198
- pot
9 Sedap Malam
19.580
5.110
14.260 -
3.000
17.470
8.866
6.260 pot
10 Dracaena
20.080
2.480
4.420 -
-
17.600
19.793
- pot
11 Melati -
-
-
-
-
-
-
- pot
12 Palem
1.320
80
700 -
-
1.240
176
- pot
13 Aglaonema
13.710
1.640
6.670 -
385
12.455
16.786
- pot
14 Adenium (Kamboja Jepang)
3.010
380
1.630
-
-
2.630
605
- pot
15 Euphorbia
15.085
1.785
7.610 -
-
13.300
22.997
- pot
16 Phylodendron
14.820
2.285
16.845 -
100
12.635
4.675
- pot
17 Pakis
409
33
183 -
100
476
51
- pot
18 Monstera
864
68
318 -
-
796
106
- pot
19 Ixora (Soka)
1.095
105
560 -
-
990
143
- pot
20 Cordyline
11.040
1.550
12.300 -
-
9.490
3.300
- pot
21 Diffenbachia
10.630
1.745
12.085 -
-
8.885
3.795
- pot
22 Sansevieria (Pedang-pedangan)
18.468
2.230
18.958
-
-
16.238
19.793
- pot
23 Anthurium Daun
4.345
1.075
1.730 -
-
3.270
17.778
- pot
24 Caladium
1.890
1.010
260 -
-
880
13.272
- pot
Jumlah 201.715 33.174 131.435 - 11.215 179.756 186.920 6.260 pot
Sumber : Kajian Outlet Bunga Potong, (LPPM UNPAD dan Dispertapa,2014).
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa ada sekitar 24 jenis tanaman
hias yang ada di Kota Bandung dan yang menjadi komoditas unggulan
adalah jenis Anggrek, Anthurium, dan Gladiol. Dari capaian produksi
186.920 pot tanaman hias, 5 (lima) jenis tanaman hias penyumbang
produksi terbesar adalah dari jenis Anggrek, Euphorbia, Dracaena,
Sanserviera dan Athurium Daun. Tanaman hias ini tersebar di beberapa
kecamatan, seperti Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Sukasari, Kecamatan
Cibeunying Kaler, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kecamatan Rancasari,
Kecamatan Cidadap, Kecamatan Kiara Condong, Kecamatan Arcamanik,
Kecamatan Cibiru, Kecamatan Buahbatu, dan Kecamatan Panyileukan.
LKIP DISPERTAPA 2015 68
Potensi ekonomi dari bunga potong dan tanaman hias Indonesia
untuk bisa berkembang di pasar lokal maupun global masih terbuka lebar,
hanya saja beberapa kendalanya adalah di level petani masih terpaku pada
sistem tata kelola usaha budidaya yang tradisional dan masih sedikit yang
menggunakan teknologi canggih karena biaya investasinya yang besar.
Dalam lingkup pasar lokal, permintaan akan bunga potong dan
tanaman hias ini mengalami pasang surut, dimana untuk pasokan
(produksi) bunga potong trend nya berfluktuasi, namun perkembangan
yang positif masih dominan di antara Gerbera, Herbras, Krisan, Mawar,
Sedap Malam dan Anggrek. Sedangkan bunga potong lainnya seperti
Anthurium, Gladiol, dan Anyelir cenderung pertumbuhannya negative.
Untuk perkembangan tanaman hias perkembangan yang sangat signifikan
adalah tanaman Adenium dan Euphorbia. Hanya ada dua komoditas yang
perkembangannya negatif yaitu tanaman Aracaena dan Anthurium Daun.
Berdasarkan gambaran trend perkembangan pasar tersebut,
mayoritas tanaman hias dan bunga potong masih memiliki prospek yang
baik dalam pasar lokal Indonesia.
Informasi yang diperoleh dari pelaku usaha, perkembangan
permintaan bunga potong maupun tanaman hias dapat dipengaruhi banyak
faktor seperti : lokasi (tempat berusaha), kemudahan akses pasar, umur
konsumsi komoditas, pola kemitraan usaha yang kondusif di antara petani,
pedagang perantara dan pelaku usaha bunga potong dan tanaman hias.
Apabila dilihat dari trend produksi tanaman bunga potong dan
tanaman hias berdasarkan permintaan pasar, hanya tanaman Mawar dan
Gerbera yang cenderung mengalami penurunan. Dengan demikian secara
umum perdagangan tanaman bunga potong dan tanaman hias memiliki
prospek ekonomi yang baik dari tahun ke tahun.
LKIP DISPERTAPA 2015 69
Gambar 1. Trend Produksi Berdasarkan Permintaan Pasar Bunga Potong
dan Tanaman Hias di Kota Bandung
Hasil pengamatan di lapangan, responden pelaku usaha bunga
potong dan tanaman hias mengemukakan bahwa bila dibandingkan
perolehan nilai ekonomi antara bunga potong dengan bunga dalam bentuk
tanaman hias dalam pot, menurut responden lebih menguntungkan bila
dijual dalam bentuk bunga hias dalam pot, artinya tanaman tersebut
berbunga masih dalam keadaan utuh pada tanaman bunga tanpa harus
dipotong tangkainya.
Jenis ikan hias ada 13 jenis, yaitu Barbir, Cupang, Frontosa, Gapi,
Leuleupi, Udang Hias, Louhan, Manvis, Mas Koki, Molly, Plati, Rainbow,
dan Sapu Hias, dengan penyumbang produksi terbesar adalah ikan Mas
Koki dan Udang Hias.
Indikator Produksi Ikan termasuk dalam Program Pengembangan
Budidaya Perikanan pada
Kegiatan Pendampingan pada
Kelompok Tani Pembudidaya
Ikan dan Kegiatan Pembinaan
dan Pengembangan Perikanan.
Outcome program tersebut yaitu
meningkatnya produksi ikan
konsumsi dan ikan hias. Output
program tersebut adalah
(20,00)
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
LKIP DISPERTAPA 2015 70
meningkatnya produksi ikan konsumsi dan ikan hias serta tersedianya
induk ikan hias, induk ikan konsumsi dan benih ikan.
Adapun faktor pendukung pencapaian sasaran ini adalah adanya
peningkatan pengetahuan petani melalui kegiatan SLPTT dari Program
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, dan peningkatan pengetahuan
petugas dinas dan masyarakat melalui berbagai pelatihan, adanya
peningkatan pengetahuan pelaku usaha melalui kegiatan Pelatihan
Peternakan dan Perikanan, dan peningkatan pengetahuan petugas dinas
dan masyarakat melalui berbagai pelatihan peternakan dan perikanan.
Faktor-faktor yang masih menghambat pencapaian sasaran adalah
masih sedikitnya jumlah SDM (Tenaga Penyuluh Lapangan) yang belum
seimbang dengan banyaknya kecamatan yang ada di Kota Bandung.
Jumlah penyuluh yang ada hanya 13 orang (3 PPL, 10 THL) untuk
membina 151 kelurahan di 30 kecamatan.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai target RPJMD
antara lain adalah adanya penambahan jumlah SDM, khususnya tenaga
Penyuluh Pertanian Lapangan.
3. Analisis Pencapaian Sasaran 3
Terkendalinya kasus penyakit zoonosa
No Indikator Kinerja Satuan
Tahun 2014
%
Tahun 2015
% Target
Reali
sasi Target
Reali
sasi
1 Jumlah kasus penyakit zoonosa di Kota
Bandung
kasus 8 1 187.5 8 0 200
Catatan : Perhitungan indikator ini semakin persentasenya mendekati 0 itu menunjukn capaian yang
baik.
Sasaran terkendalinya kasus penyakit zoonosa ini mempunyai satu
komponen indikator yang sangat penting untuk meningkatkan taraf
kesehatan dan perluasan akses layanan, yaitu berupa jumlah kasus
penyakit zoonosa. Penyakit zoonosa merupakan penyakit atau infeksi pada
binatang yang dapat ditularkan kepada manusia. Penyakit yang tergolong
LKIP DISPERTAPA 2015 71
dalam zoonosa misalnya, Antraks, Rabies, Brucellosis, Avian Influenza, dan
lain-lain. Kota Bandung merupakan pusat pemasaran ternak terbesar di
Jawa Barat, sehingga resiko masuknya penyakit zoonosa dari daerah asal
ternak ke Kota Bandung relatif tinggi.
Selama tahun 2015 tidak terjadi kasus zoonosa (Avian Influenza).
Perhitungan kasus zoonosa ini berbeda dengan indikator yang lain, semakin
sedikit terjadinya kasus zoonosa maka kinerjanya semakin baik. Oleh
karena perhitungannya berbeda dengan indikator yang lain, maka
perhitungan untuk indikator ini dipisahkan dengan perhitungan yang lain.
Dalam empat tahun terakhir dari tahun 2012 sampai tahun 2014
jumlah kasus penyakit zoonosa stagnan pada posisi 1 kasus. Dengan
demikian Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung berhasil
mempertahankan pencegahan penyakit zoonosa tidak sampai berkembang.
Kinerja tahun 2015 ini lebih baik dari tahun sebelumnya.
Di Kabupaten/kota lain di Indonesia, rabies termasuk penyakit
zoonosa yang telah tersebar di 24 provinsi dengan jumlah kasus gigitan
hewan penular rabies dan kasus kematian cukup tinggi karena belum
ditemukan cara atau pengobatan untuk penderita rabies (hewan dan
manusia).
Di Kaltim, masalah zoonosis yang paling menonjol adalah masih
terjadinya kasus rabies yang berdampak pada kematian baik pada hewan
maupun manusia. Rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit
zoonosa yang disebabkan Lyssa Virus (virus rabies). Tingkat endemisitas di
beberapa kabupaten dan kota di Kaltim masih cukup tinggi. Kondisi ini
dibuktikan dengan masih adanya kasus kematian yang disebabkan oleh
gigitan hewan yang positif mengandung virus rabies.
Kabupatendan kota yang selalu menyumbang kasus rabies pada
manusia diantaranya Kutai Barat, Kutai Timur dan Kutai Kertanegara.
Bahkan pada tahun 2013 di Bulungan secara epidemiologi telah terjadi
Kejadian Luar Biasa (KLB) terhadap kasus rabies bagi binatang.
Khusus rabies di Kaltim muncul pertama kali pada tahun 1974 di
Samarinda namun upaya yang telah dilakukan belum membuahkan hasil
LKIP DISPERTAPA 2015 72
yang optimal. Hal ini diindikasikan masih munculnya kasus penyakit rabies
di Kaltim sampai saat ini.Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir kasus
penyakit rabies terdapat di Kutai Timur, Kutai Barat dan Kutai
Kertanegara pada 2011. Balikpapan dan Bontang, Samarinda serta Kutai
Kertanegara (2012).Sementara Kutai Barat dan Samarinda pada 2013 serta
tahun 2014 terjadi kasus positif di Bontang, Kutai Kertanegara, Paser,
Kutai Barat dan Samarinda.Apabila melihat peta situasi penyakit rabies di
Kaltim maka terdapat kabupaten dan kota yang rawan terhadap penyakit
rabies. Khususnya Kutai Kertanegara dan Kutai Barat termasuk Kabupaten
Mahakam Ulu.
Indikator jumlah kasus penyakit zoonosa termasuk dalam Program
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak. Outcome kegiatan yaitu
menurunnya kasus zoonosis. Dan Outputnya adalah terlaksananya
vaksinasi AI bagi unggas, vaksinasi rabies, pemeriksaan specimen ke lab
rujukan; Terlaksananya sosialisasi penyakit menular zoonosa, pemeriksaan
kesehatan hewan, pengawasan obat hewan, lalu lintas hewan, dan
pemeriksaan hewan qurban.
Adapun faktor pendukung pencapaian sasaran ini adalah
tersedianya sarana dan prasarana penunjang untuk kegiatan Pemeliharaan
Kesehatan dan Penanggulangan Penyakit Menular Ternak, diantaranya
kendaraan roda 4 untuk operasional di lapangan, pakaian kerja lapangan,
obat-obatan serta vaksin.
Faktor-faktor yang masih
menghambat pencapaian sasaran
adalah masih kurangnya
sumberdaya manusia yang
kompeten untuk melaksanakan
kegiatan Pemeliharaan Kesehatan
dan Penanggulangan Penyakit
Menular Ternak.
LKIP DISPERTAPA 2015 73
Hal-hal yang perlu dilakukan
untuk meningkatkan capaian kinerja
antara lain adalah lebih mengintensifkan
pemeriksaan lalulintas ternak yang
masuk ke Kota Bandung, melaksanakan
secara rutin vaksinasi, desinfeksi,
depopulasi bila ada kasus kejadian, dan
surveillance di wilayah Kota Bandung,
meningkatkan pelayanan kesehatan
hewan di Klinik Hewan. Perlu juga ditingkatkannya sosialisasi tentang
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit menular ternak pada
masyarakat, agar di tahun yang akan datang tidak terjadi kasus penyakit
ternak/zoonosa.
4. Analisis Pencapaian Sasaran 4
Menurunnya produk pangan segar yang tercemar
No Indikator Kinerja Satuan
Tahun 2014
%
Tahun 2015
% Target
Reali
sasi Target
Reali
sasi
1 Jumlah pangan segar yang tercemar
kasus 50 0 200 50 20 160
Catatan : Perhitungan indikator ini semakin persentasenya mendekati 0 itu menunjukan capaian
yang baik.
Salah satu tugas pokok dan fungsi pada Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan adalah mengawasi dan memeriksa komoditi pangan
segar yang terdiri dari komoditi peternakan (daging, susu, telur), perikanan
dan komoditi tanaman pangan dan hortikultura ( sayuran, buah-buahan,
beras dan palawija).
Untuk itu sangat diperlukan adanya beberapa cara/metode untuk
pengawasan dan pemeriksaannya, agar dihasilkan pangan segar yang aman
dan layak untuk di konsumsi.Pangan segar yang aman dan layak untuk
LKIP DISPERTAPA 2015 74
dikonsumsi adalah pangan yang bebas dari bebagai cemaran, baik itu
cemaran secara fisik, zat kimia berbahaya, cemaran mikroba dan cemaran
residu antibiotic, residu hormone, residu pestisida dan juga logam
berbahaya (logam berat).
Untuk Mengetahui adanya cemaran pada produk pangan segar
maka perlu dilakukan pemeriksaan, baik secara Organoleftik (untuk
pemeriksaan fisik Ph, suhu, dan adanya pembusukan/kualitas produk),
pemeriksaan cepat dengan menggunakan screening tes antara lain untuk
pemeriksaan zat pengawet (formalin borak dll), pemutih (khlorin, hydrogen
peroksida/H2O2) dan pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa cemaran
mikroba,residu antibiotic, residu hormone, residu pestisida dan logam
berat.Keamanan pangan menjadi isu penting dalam perdagangan bebas.
Jaminan keamanan pangan merupakan syarat dalam memenangkan
persaingan di pasar bebas.Indikator ini penting karena indikator ini
mendukung Penyelenggaraan SPM Ketahanan Pangan.
Selama tahun 2015 ditemukan adanya pangan segar yang
tercemar dari target 50 kasus,ternyata kejadian kasusnya 20 kaus.
Perhitungan indikator ini berbeda dengan indikator yang lain, semakin
sedikit terjadinya kasus pencemaran pangan segar maka kinerjanya
semakin baik. Oleh karena perhitungannya berbeda dengan indikator yang
lain, seperti halnya indikator kasus penyakit zoonosa, maka perhitungan
untuk indikator ini juga dipisahkan dengan perhitungan yang lain.
Pada tahun 2013 terjadi beberapa kasus tercemar yaitu 34 kasus
(7 kasus beras berklorin, 3 kasus Ikan/Ikan Teri berformalin, pencemaran
arsenik diatas ambang batas 9 kasus,15 kasus formalin pada komoditi
pertanian (jeruk,kacang hijau, apel dan pear)), sedangkan tahun 2015
ditemukan adanya 20 kasus cemaran, namun demikian masih bisa
menekan target kejadian maksimal 50 kasus berarti kinerjanya masih
dikatakan baik.
Kalau kita membandingkan adanya kasus cemaran bahan
pengawet formalin pada komoditi pangan segar dengan kabupaten/kota di
Propinsi Jawa Barat pada bulan Maret 2014 adalah sebagai berikut :
LKIP DISPERTAPA 2015 75
No Kab/Kota
Jumlah
Sampel Jenis Komoditi Negatif Formalin Positif Formalin
1 Kota Bandung 20 Buah-buahan dan ikan 20 0
2 Kab. Ciamis 6 Anggur (2), Apel (2) 2 2
3 Kota Banjar 4
Anggur, Jeruk, Apel
Royal Gala, Peda
Buntung
0 4
4 Kab. Subang 3 Anggur, Daging Ayam 1 2
5 Kab. Sukabumi 1 Ikan Tongkol 0 1
6 Kab.Cianjur 4
Apel, Anggur,
Kangkung, Pindang
Tongkol
0 4
7 Kab.Indramayu 4
Apel Merah, Jeruk
Ponkam, Pear, Anggur
Merah
0 4
8 Kab.Kuningan 1 Ikan Asin 0 1
Kab.Bogor 3
Bayam, Kangkung,
Apel 2 1
10 Kab.Garut 4 Apel, Anggur, Pear,
Bayam 0 4
11 Kab,Majalengka 2 Pear, Jeruk 0 2
12 Kota Cirebon 2 Apel Import 1 1
Sumber : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat, 2014.
Dari hasil study banding ke daerah lain mengenai pengawasan
mutu komoditi hasil pertanian diperoleh kesimpulan diantaranya : bahwa
masih perlu ditingkatkan pengawasan dan pemeriksaan mutu komoditi
hasil pertanian khususnya Bahan Asal Hewan/ Hasil Bahan Asal Hewan
(BAH/HBAH); merencanakan kegiatan Sosialiasi Nomor Kontrol Veteriner
(NKV) pada pengusaha skala kecil sektor peternakan dan perikanan; dan
penyempurnaan penyusunan Laporan Realisasi Pemasukan/Pengeluaran
BAH/HBAH per bulan dan tahunan.
Faktor yang masih menjadi hambatan antara lain :
1. Kota Bandung bukan sebagai daerah produksi sehingga pangan segar
yang dijual dan dikonsumsi masyarakatnya sebagian besar (95 %)
LKIP DISPERTAPA 2015 76
berasal dari luar wilayah Kota Bandung. Sehingga masih ditemukan
produk pangan segar yang masuk ke kota bandung sudah tercemari.
2. Alat transportasi, penyimpanan, pada umumnya tempat penjualan
yang semestinya diperlukan untuk menyimpan produk pangan segar
pada umumnya tidak dimiliki oleh para pedagang terutama yang
berada di pasar tradisional .
3. Pelaku usaha dan konsumen masih kurang memahami tata cara
penanganan dan penyimpanan produk pangan segar serta
pengetahuan tentang bahayanya penggunaan bahan-bahan pengawet
yang tidak semestinya (penyalahgunaan bahan kimia berbahaya).
4. Terbatasnya SDM pengawas mutu terutama petugas laboratorium
yang memiliki pendidikan khusus (analis kimia).
5. Luasnya cakupan pemeriksaan dan banyaknya lokasi yang harus di
awasi dan diperiksa.
Saran/Solusi untuk capaian berikutnya antara lain adalah :
1. Mengadakan sosialisasi yang seluas-luasnya kepada pelaku usaha
dan konsumen mengenai pentingnya pengawasan produk pangan
segar yang HAUS (Halal, Aman, Utuh dan Sehat) dan bahayanya
penggunaan bahan-bahan pengawet yang tidak semestinya, serta
pentingnya memilih bahan pangan segar yang aman dan layak
dikonsumsi
2. Meningkatkan pengetahuan para petugas pemeriksa,melalui
pelatihan ataupun magang di laboratorium sehingga dapat
menambah pengetahuan tentang isu-isu yang baru
3. Menambah wawasan para petugas melalui study banding ke daerah
yang bisa menghasilkan pengetahuan tambahan dan dapat
diaplikasikan di Kota Bandung.
4. Menambah anggaran untuk pemeriksaan pangan segar ke
laboratorium yang terakreditasi dan kebutuhan untuk pemeriksaan
di lapangan ataupun di labratorium dinas.
5. Menambah SDM untuk pemeriksa khusus pangan segar di
laboraturium dinas dengan latar belakang pendidikan analis kimia.
LKIP DISPERTAPA 2015 77
5. Analisis Pencapaian Sasaran 5
Bertambahnya pelaku usaha di bidang pertanian dan perikanan
No Indikator Kinerja Satuan
Tahun 2014
%
Tahun 2015
% Target
Reali
sasi Target
Reali
sasi
1 Jumlah pelaku usaha di bidang
pertanian dan perikanan :
a. Budidaya pelaku
usaha
690 695 100.72 750 755 100
b. Olahan pelaku
usaha
195 240 123.08 370 600 162
Selama tahun 2015, jumlah pelaku usaha budidaya bidang
pertanian dan perikanan sudah mencapai 755 pelaku usaha dari target 750
pelaku usaha atau 100,66%. Pada tahun 2014 jumlah pelaku usaha
budidaya sebanyak 695, berarti pada tahun 2015 telah bertambah
sebanyak 60 pelaku usaha. Penambahan jumlah pelaku usaha ini
diantaranya terdiri dari pelaku usaha budidaya padi, tanaman palawija,
peternak sapi, peternak domba maupun budidaya ikan hias dan ikan
konsumsi.
Adapun pelaku usaha olahan bidang pertanian dan perikanan
sudah mencapai 600 orang dari target 370 orang atau 162,16%. Pada
tahun 2014 jumlah pelaku usaha olahan sebanyak 240, berarti pada tahun
2015 telah bertambah sebanyak
360 pelaku usaha. Penambahan
jumlah pelaku usaha ini
diantaranya terdiri dari pelaku
usaha olahan keripik singkong,
olahan pindang presto dan ikan
bandeng, olahan nugget, baso,
sosis sapi dan ayam, olahan
kerupuk kentang, olahan
rangginang, olahan abon ikan
lele,dan olahan duri ikan. Para pelaku usaha ini ada yang tergabung dalam
LKIP DISPERTAPA 2015 78
satu kelompok usaha ada juga
kelompok usaha perorangan.
Lokasi pelaku usaha tersebar di
beberapa kecamatan diantaranya
Kecamatan Andir, Kecamatan
Mandalajati, Kecamatan Bojongloa
Kidul, Kecamatan Ujung Berung,
Kecamatan Antapani, Kecamatan
Buahbatu, Kecamatan Arcamanik,
dan Kecamatan Regol.
Sasaran bertambahnya pelaku usaha di bidang pertanian dan
perikanan dengan indikator jumlah pelaku usaha bidang pertanian dan
perikanan merupakan sasaran strategis baru yang ada di tahun 2015, yang
merupakan salah satu janji politik Walikota. Sehingga belum ada capaian
kinerja untuk sasaran strategis ini di tahun sebelumnya.
Setiap daerah (kabupaten/kota) mempunyai kelebihan/kekurangan
dalam pencapaian kinerjanya. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
kinerja, akan diadakan study banding dengan daerah yang telah berhasil
dalam pencapaian kinerja khususnya pada kegiatan penanganan pasca
panen dan pengolahan hasil pertanian. Study banding ini dilakukan dalam
rangka konsultasi, koordinasi dan pertukaran informasi.
Indikator jumlah pelaku usaha bidang pertanian dan perikanan
masuk dalam Program Peningkatan Ketahanan Pangan
(Pertanian/Perkebunan) Kegiatan Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan
Hasil Pertanian. Outcome kegiatan ini yaitu meningkatnya pengetahuan
dan keterampilan petugas pertanian dan pelaku usaha olahan hasil
pertanian, bertambahnya sarana usaha olahan hasil pertanian yang dapat
meningkatkan skala usaha di bidang pengolahan hasil pertanian.Output
kegiatan yaitu terselenggaranya pelatihan olahan hasil pertanian,
tersalurkannya bantuan sarana pasca panen dan olahan hasil pertanian.
LKIP DISPERTAPA 2015 79
6. Analisis Pencapaian Sasaran 6
Meningkatnya keterampilan pelaku usaha yang menggunakan
sarana teknologi pertanian dan perikanan.
No Indikator Kinerja Satuan
Tahun 2014
%
Tahun 2015
% Target
Reali
sasi Target
Reali
sasi
1 Jumlah pelaku usaha yang
menggunakan sarana teknologi
pertanian dan perikanan :
a. Budidaya pelaku
usaha
600 603 100.5 630 640 101
b. Olahan pelaku
usaha
100 120 120 160 162 101
Sasaran strategis meningkatnya keterampilan pelaku usaha yang
menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan ini mempunyai
komponen indikator kinerja, yaitu jumlah pelaku usaha yang
menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan yang meliputi
pelaku usaha budidaya dan pelaku usaha olahan.
Tingginya persaingan usaha memacu para pelaku usaha untuk
melakukan inovasi terhadap hasil usahanya. Salah satunya dengan
penerapan teknologi.Dalam usaha bidang pertanian, penggunaan sarana
teknologi pertanian dibutuhkan
untuk meningkatkan produksi dan
mempermudah para pelaku usaha
dalam memproduksi barangnya.
Jumlah pelaku usaha olahan hasil
petanian diharapkan akan terus
tumbuh dengan diadakannya
program-program pelatihan dan
bantuan sarana prasarana alat
olahan pertanian dan budidaya pertanian.
LKIP DISPERTAPA 2015 80
Selama tahun 2015,
jumlah pelaku usaha budidaya
yang menggunakan sarana
teknologi pertanian dan
perikanan sudah mencapai 640
pelaku usaha dari target 630
pelaku usaha atau terealisasi
101,59%. Pada tahun 2014
jumlah pelaku usaha budidaya
yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan sebanyak
603, berarti pada tahun 2015 telah bertambah sebanyak 37 pelaku usaha.
Penambahan jumlah pelaku usaha yang menggunakan teknologi
diantaranya terdiri dari pelaku usaha budidaya tanaman hias dan sayuran
dengan menggunakan teknologi hidroponik, kultur jaringan; juga pelaku
usaha budidaya ternak sapi dengan inseminasi buatan.
Adapun pelaku usaha olahan yang menggunakan sarana teknologi
pertanian dan perikanan sudah mencapai 162 orang dari target 160 orang
atau sebesar 101,25%. Pada tahun 2014 jumlah pelaku usaha olahan yang
menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan sebanyak 120,
berarti pada tahun 2015 telah bertambah sebanyak 42 pelaku usaha.
Penambahan jumlah pelaku usaha yang menggunakan teknologi ini
diantaranya pelaku usaha olahan pindang presto menggunakan panci
presto, olahan bakso menggunakan mesin pencetak bakso, dan olahan
abon menggunakan mesin pengering abon (spinner). Para pelaku usaha ini
ada yang tergabung dalam satu kelompok usaha ada juga kelompok usaha
perorangan. Lokasi pelaku usaha tersebar di beberapa kecamatan
diantaranya Kecamatan Andir, Kecamatan Mandalajati, Kecamatan
Bojongloa Kidul, Kecamatan Ujung Berung, Kecamatan Antapani,
Kecamatan Buahbatu, Kecamatan Arcamanik, dan Kecamatan Regol.
Sasaran meningkatnya keterampilan pelaku usaha yang
menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan dengan indikator
LKIP DISPERTAPA 2015 81
jumlah pelaku usaha yang
menggunakan sarana teknologi
pertanian dan perikanan
merupakan sasaran strategis baru
yang ada di tahun 2015.
Indikator jumlah pelaku
usaha yang menggunakan
teknologi pertanian dan perikanan
masuk dalam Program
Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Kegiatan
Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian. Outcome
kegiatan ini yaitu meningkatnya pengetahuan dan keterampilan petugas
pertanian dan pelaku usaha olahan hasil pertanian, bertambahnya sarana
usaha olahan hasil pertanian yang dapat meningkatkan skala usaha di
bidang pengolahan hasil pertanian.Output kegiatan yaitu terselenggaranya
pelatihan olahan hasil pertanian, tersalurkannya bantuan sarana pasca
panen dan olahan hasil pertanian.
7. Analisis Pencapaian Sasaran 7
Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik dan akuntabilitas kinerja.
No Indikator Kinerja Satuan
Tahun 2014
%
Tahun 2015
% Target
Reali
sasi Target
Reali
sasi
1 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) indeks 75 79 105.33 80 81,07 101
2 Prosentase keluhan/pengaduan
layanan yang ditindaklanjuti
% 100 100 100 100 100 100
3 Nilai Evaluasi AKIP Angka 63 74,57 118.37 75 76,87 102
4 Prosentase Temuan BPK / Inspektorat
yang ditindaklanjuti
% 100 100 100 100 100 100
Sasaran terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik dan
akuntabilitas kinerja sebenarnya bukan merupakan Indikator Kinerja
Utama (IKU) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung, tetapi
indikator ini penting juga untuk dilakukan pengukuran sehingga masuk
LKIP DISPERTAPA 2015 82
kedalam perjanjian kinerja
Dispertapa, adapun hasilnya adalah
sebagai berikut :
1. Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM) yang sesuai dengan SK
Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara (MenPAN) No.
16 Tahun 2014
Tentang Survey Kepuasan
Masyarakat.
2. Prosentase Keluhan/Pengaduan
layanan yang ditindaklanjuti
3. Nilai Evaluasi AKIP
4. Prosentase Temuan
BPK/Inspektorat yang
ditindaklanjuti
Indeks Kepuasan
Masyarakat adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasan
masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan
kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari
aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara
harapan dan kebutuhannya. Pelayanan kepada masyarakat oleh aparatur
pemerintah perlu terus ditingkatkan sehingga mencapai kualitas yang
diharapkan. Untuk mengetahui kinerja pelayanan aparatur pemerintah
kepada masyarakat perlu dilakukan penilaian atas pendapat masyarakat
terhadap pelayanan melalui penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat.
Sesuai dengan azas akuntabilitas, maka perlu reorientasi penyelenggaraan
pelayanan publik. Artinya, penyelenggara pelayanan publik harus
berorientasi pada pelanggan/masyarakat. Karena itu survey berkala untuk
mendengar aspirasi dan keluhan pelanggan/masyarakat terhadap
pelayanan publik perlu terus dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas
LKIP DISPERTAPA 2015 83
perbaikan yang dilakukan. Pengukuran kepuasan pelanggan/masyarakat
terhadap layanan yang diberikan di satu sisi dapat mendorong peningkatan
akuntabilitas pelayanan publik, sekaligus dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap Pemerintah. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kota Bandung dalam pelaksanaan ISO 9001 : 2008 masih harus
meningkatkan kepuasan pelanggan sehingga perlu dilakukan pengukuran
mengenai tingkat kepuasan pelanggan/masyarakat terhadap pelayanan
yang telah diberikan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota
Bandung.
Setelah dilakukan survey ke pelanggan yang merupakan pelanggan
dari Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kota Bandung,
didapatkan responden sebanyak 25
responden dan yang
mengembalikan kuesioner sebanyak
20 responden, kuesioner yang
masuk dari pelanggan setelah
dianalisis didapatkan hasil
penilaian sebesar 81,07 % untuk
jawaban poin “Puas” artinya adalah
“Personal dapat dipertahankan,
sistem kerja berpeluang ditingkatkan”.
LKIP DISPERTAPA 2015 84
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 SP P P P P P P SP SP P P P P SP
2 SP P SP P P SP P P P P P P P P
3 P P P P P P P P P P P P P P
4 P P P P P P P P P P P P P P
5 SP P P P P P P P P P P P P P
6 P P P P P P P P P P P P P P
7 SP P P P P P P P P P P P P P
8 SP P P P P P P P P SP P SP P P
9 SP P P P P P P P P P P SP SP P
10 SP P P P P SP P P P SP SP P SP SP
11 P KP P P P P P P P P P P P P
12 SP P P SP P SP P P SP SP SP P SP P
13 KP KP P P P P P P P P P P P P
14 P P P P P P P P P P P P P P
15 SP P SP P SP P P P P SP SP P P P
16 P KP P P P P P P P P P P P P
17 SP P SP P P SP P P P SP SP SP SP P
18 KP KP P P P P P P P P P P P P
19 P SP SP SP P SP P SP SP P P P P SP
20 P P P P P P P P P P P P P P
TOTAL PERSENTASE
TP 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00
KP 2 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 2,14
P 8 15 16 18 19 15 20 18 17 15 16 17 16 17 227 81,07
SP 10 1 4 2 1 5 0 2 3 5 4 3 4 3 47 16,79
TP : Tidak Puas P : Puas
KP : Kurang Puas SP : Sangat Puas
JAWABAN KUISIONER
REKAPITULASI JAWABAN
Prosentase keluhan/pengaduan layanan yang ditindaklanjuti,
untuk sampai saat ini belum ada keluhan atau pengaduan mengenai
pelayanan yang diberikan
oleh Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kota
Bandung. Adapun yang
menjadikan pengaduan dari
masyarakat ke Dinas adalah
mengenai Raskin yaitu
kualitas Raskin yang kurang
baik walaupun itu
merupakan kewenangan
BULOG dalam penyediaan Raskin yang berkualitas baik tetapi Dinas
LKIP DISPERTAPA 2015 85
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung ikut bertanggung jawab
dan memonitor ke BULOG supaya apa yang diharapkan oleh masyarakat
untuk menerima Raskin yang berkualitas baik dapat terlaksana.
Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (AKIP) adalah
perwujudan kewajiban suatu
instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan visi dan misi organisasi
dalam mencapai tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan melalui alat
pertanggungjawaban secara
periodik. Penjabaran target kinerja
yang ditetapkan dalam rencana
strategis kedalam rencana tahunan
yang dituangkan dalam rencana
kerja dievaluasi melalui
penyampaian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) SKPD yang
dilakukan setiap tahun.
Pemerintahan yang bersih dan bebas KKN hanya dapat terwujud
apabila aparatur negara termasuk aparatur pemerintah di dalamnya dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, professional, transparan,
akuntabel, taat pada aturan hukum, responsive dan proaktif, serta selalu
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
LKIP DISPERTAPA 2015 86
Untuk LKIP tahun 2014
dievaluasi oleh Inspektorat pada
tahun 2015, nilai evaluasi AKIP
sudah melebihi target yang
ditetapkan, yaitu memperoleh Nilai
Kategori B dari target nilai kategori
CC, hal ini berarti telah terealisasi
>100%. Nilai Evaluasi AKIP tahun
2014 dibandingkan dengan nilai
evaluasi AKIP tahun 2013 mengalami peningkatan walaupun masih dalam
kategori sama, dimana LAKIP tahun 2013 memperoleh nilai 74,57 dan
LAKIP tahun 2014 memperoleh nilai 76,87 dan sama-sama masuk dalam
Kategori B. Nilai ini telah melampaui target yang hanya kategori CC. Jadi
untuk sasaran strategis ini kinerja nyatanya lebih baik dari tahun
sebelumnya.
Mengenai temuan pengelolaan anggaran dari BPK/Inspektorat,
selama tahun 2015 semua temuan pengelolaan anggaran dari
BPK/inspektorat sudah ditindaklanjuti, jadi teralisasi sesuai target yaitu
100%. Pada Tahun 2015 hanya ada 1 (satu) temuan BPK yaitu mengenai
duplikasi penggunaan tenaga
konsultan ahli dengan SKPD lain
sehingga harus ada pengembalian
honorarium tenaga ahli dan hal
tersebut sudah ditindaklanjuti sesuai
rekomendasi dari BPK RI. Adapun
faktor pendukung pencapaian
sasaran ini adalah adanya komitmen
semua pihak terkait dalam
melaksanakan tugas dan tanggung
jawab masing-masing sehingga
capaian kinerja dapat tercapai sesuai
target dan komitmen semua pihak untuk menindaklanjuti temuan.
LKIP DISPERTAPA 2015 87
Faktor-faktor yang masih menghambat pencapaian sasaran adalah
masih kurangnya pengetahuan aparatur tentang pelayanan publik, masih
belum memadainya sarana dan prasarana pelayanan publik, kelengkapan
data yang dibutuhkan kurang memadai, dan masih kurangnya
pengetahuan SDM terhadap pengelolaan anggaran.
Hal-hal yang masih terus harus diperbaiki untuk mencapai target
kinerja antara lain adalah meningkatkan pengetahuan aparatur tentang
pelayanan publik, meningkatkan sarana pelayanan publik yang sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan, penambahan jumlah SDM,
meningkatkan pengetahuan SDM tentang bagaimana cara menyusun AKIP
yang baik agar nilai evaluasi AKIP menjadi lebih baik sesuai dengan target.
meningkatkan pengetahuan SDM dengan mewajibkan PNS mengikuti diklat
tentang pengelolaan anggaran.
Bila kita bandingkan pencapaian realisasi kinerja tahun ini dengan
beberapa tahun sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 3.12.sebagai berikut :
LKIP DISPERTAPA 2015 88
Tabel 3.12.
PENGUKURAN KINERJA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN KOTA BANDUNG PADA TAHUN 2009-2013
N
O
SASARAN
STRATEGIS
INDIKATO
R KINERJA
Target Kinerja SKPD Tahun ke- Realisasi Kinerja Tahun ke- Rasio Capaian pada Tahun ke-
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
(1) (2) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
1. Terselenggaranya
kegiatan promosi
produk unggulan
Kota Bandung
Peningkatan
volume
pemasaran
produk hasil
tanaman
pangan
1.955 kg
2.066 kg
2.184 kg
2.308 kg
2.439 kg
2.056 kg
2.184 kg
2.402 kg
2,538 kg
2.683 kg
105,2
%
105,7
%
109,9
%
109,9 %
110 %
Peningkatan
volume
pemasaran
produk hasil
peternakan
16.458 kg
17.363 kg
18.318 kg
19.325 kg
20.388 kg
17.280 kg
18.318 kg
20,145 kg
21.257
kg
22.428 kg 104,1
%
105,1
% 110 % 109,9 % 110 %
Peningkatan
volume
pemasaran
produk hasil
perikanan
110.032 kg
116.414 kg
123.166 kg
130.310 kg
137.868 kg
113.743 kg
128.060 kg
135.480 kg
143.341 kg
157.655
kg
103,4
% 110%
109,9
%
109,16
%
114,4
%
2. Meningkatny
a hasil
produksi
pertanian
tanaman
Produktivitas
tanaman padi 61
Kw/Ha
61
Kw/Ha
61
Kw/Ha
61
kw/ha
61
kw/ha
61
kw/ha
61,05
kw/ha
61,07
kw/ha
62,83 62,95
kw/ha 100 %
100,08
%
100,11
% 100,3 %
103,2
%
Produktivitas
tanaman
palawija
60,7 kw/ha
60,7 kw/ha
60,7 kw/ha
60,7 kw/ha
60,7 kw/ha
60,9 kw/ha
61,15 kw/ha
70,94 kw/ha
71,00
kw/ha-
72,20
kw/ha
100,33
%
100,74
% 117 % 116,9 %
118,9
%
LKIP DISPERTAPA 2015 89
N
O
SASARAN
STRATEGIS
INDIKATO
R KINERJA
Target Kinerja SKPD Tahun ke- Realisasi Kinerja Tahun ke- Rasio Capaian pada Tahun ke-
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
(1) (2) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
pangan Produktivitas
tanaman
hortikultura
94,18 kw/ha
98,88 kw/ha
103,82 kw/ha
109,01 kw/ha
114,46 kw/ha
96,2 kw/ha
106,7 kw/ha
112,07 kw/ha
114,46
kw/ha
116,40
kw/ha 102 %
107,9
%
107,9
% 104,9 %
101,7
%
Produktivitas
tanaman hias 131.000
pot/thn
137.000
pot/thn
143.000
pot/thn
149.000 pot/thn
155.000 pot/thn
131.100 pot/thn
139.000 pot/thn
145.000 pot/thn
184.500
pot/thn
185.000
pot/tahu
n
100 % 101,5
%
101,4
%
123,82
%
119,3
5 %
3. Terkendaliny
a penyakit
hewan/terna
k di Kota
Bandung
Jumlah kasus
penyakit
zoonosa
Tidak akan
melebihi 10
kasus
- - - 10
kasus 10
kasus - - - 1 kasus 1 kasus - - - 10 % 10 %
4. Meningkatny
a jumlah
ternak
Populasi
ternak sapi 371 ekor
386 ekor
401 ekor
416 ekor
431 ekor
395 ekor
407 ekor
422 ekor
447 ekor 1.307
ekor
106,5
%
105,4
%
105,2
%
107,4%
303,2
%
Populasi
ternak domba 20.419
ekor 20.519
ekor 20.619
ekor 22.726 ekor
23.507 ekor
21.102 ekor
21.102 ekor
23.493 ekor
26.635
ekor
26.901
ekor
103,3
%
102,8
% 114%
117,2%
114,4
%
5. Meningkatny
a produksi
ikan
Produksi ikan
konsumsi
2.095
ton
2.200
ton
2.310
ton
2.425
ton
2.500
ton 2.217,5
ton
2.310
ton
2.518
ton
2.520to
n 2.575 ton
105,8
% 105%
100,7
% 103,9%
103 %
Produksi ikan
hias
321.70
0 ekor
421.70
0 ekor
521.70
0 ekor
621.70
0 ekor
721.10
0 ekor
406.551 ekor
463.500 ekor
531.229 ekor
633.882
ekor
734.838
ekor
126,4
%
109,9
%
101,8
%
101,96
%
101,9
%
LKIP DISPERTAPA 2015 90
N
O
SASARAN
STRATEGIS
INDIKATO
R KINERJA
Target Kinerja SKPD Tahun ke- Realisasi Kinerja Tahun ke- Rasio Capaian pada Tahun ke-
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
(1) (2) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
6. Tercukupinya
kebutuhan
pangan (beras)
bagi rumah
tangga miskin
Jumlah
regulasi
ketahanan
pangan
- - - 2 2 - - - 3 4 - - - 150 200
Penguatan
Cadangan
Pangan
- - - 24% 24% - - - 24% 24% - - - 100% 100%
LKIP DISPERTAPA 2015 91
3.4. ANALISIS PERBANDINGAN ANTAR CAPAIAN SASARAN
Berdasarkan analisis terhadap pencapaian kinerja Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kota Bandung pada tahun 2015, beberapa capaian yang
mengindikasikan keberhasilan kinerja Dinas Pertanian Dan Ketahanan
Pangan Kota Bandung dapat dirumuskan sebagai berikut :
Pada tahun 2015, pengukuran kinerja yang dilakukan oleh Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dilakukan pada 7
sasaran strategis dengan menggunakan 21 Indikator sasaran yang
ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2015, tingkat
pencapaian kinerja Berhasil atau rata-rata tercapai diatas 100 %
(Sangat baik).
Uraiannya adalah sebagai berikut :
8. Sasaran Strategis terjaganya ketersediaan pangan, diukur melalui 5
indikator Kinerja dengan capaian kategori Sangat Baik (rata-rata
capaian 103,49%) Indikator Kinerjanya berupa; 1). Score Pola Pangan
Harapan (PPH) dari target 91,25 dapat terealisasi 91.26 atau
terealisasi mencapai (100,01%). 2). Penguatan cadangan pangan dari
target 60 ton dapat terealisasi sebanyak 72.26 ton atau terealisasi
mencapai (120.43%), 3). Tingkat Konsumsi Pangan; a. Beras : dari
target 91,40 kg/kapita/tahun dapat terealisasi sebesar 91,31
kg/kapita/tahun atau terealisasi mencapai (100,10%). Tingkat
konsumsi beras ini perhitungannya berbeda dengan perhitungan
yang lain dimana semakin rendah tingkat konsumsinya maka
semakin baik, karena capaian target kinerja tingkat konsumsi pangan
beras adalah menurunnya konsumsi pangan beras sehingga bila
capaiannya lebih kecil dari target itu menunjukan kinerja yang baik
karena targetnya adalah mengurangi konsumsi beras setiap
tahunnya.; b. tingkat konsumsi Daging : dari target 16,12
kg/kapita/tahun dapat terealisasi sebesar 17,62 kg/kapita/tahun
atau terealisasi mencapai (109.31%); dan c. tingkat konsumsi Ikan :
dari target 34,20 kg/kapita/tahun dapat terealisasi sebesar 34,28
kg/kapita/tahun atau terealisasi mencapai (100,23%);
LKIP DISPERTAPA 2015 92
9. Sasaran Strategis meningkatnya produksi dan produktivitas hasil
pertanian dan perikanan diukur melalui 6 indikator Kinerja dengan
capaian kategori Sangat Baik (rata-rata capaian 100,46%), Indikator
Kinerjanya berupa : 1). Produktivitas tanaman padi dari target 65,05
kwintal/Ha dapat terealisasi sebanyak 65,05 kw/ha atau terealisasi
mencapai (100,00 %), sedangkan pada tahun sebelumnya terealisasi
65,03 kwintal/Ha 2). Produksi tanaman hias dari target 188.500
pot/tahun dapat terealisasi sebanyak 189.002 pot/tahun atau
terealisasi mencapai (100,27 %), sedangkan pada tahun sebelumnya
terealisasi 186.920 pot/tahun 3). Populasi ternak : a. Sapi : dari
target 1.604 ekor dapat terealisasi sebanyak 1.625 ekor atau
terealisasi mencapai (101,31 %) sedangkan pada tahun sebelumnya
terealisasi 1.554 ekor, b. Domba : dari target 30.833 ekor dapat
terealisasi sebanyak 30.991 ekor atau terealisasi mencapai (100,51
%), sedangkan pada tahun sebelumnya terealisasi 29.955 ekor; 4).
Produksi Ikan : a. Ikan Konsumsi : dari target 2.846 ton dapat
terealisasi sebanyak 2.877 ton mencapai (101,09 %), sedangkan pada
tahun sebelumnya terealisasi 2.764,09 ton b. Ikan Hias dari target
821.700 ekor dapat terealisasi sebanyak 907.670 ekor atau
terealisasi mencapai (110,46 %), sedangkan pada tahun sebelumnya
terealisasi 721.700 ekor.
10. Sasaran Strategis terkendalinya kasus penyakit zoonosa diukur
melalui 1 indikator Kinerja dengan capaian kategori Sangat Baik
( capaian 200% ) indikator kinerjanya berupa jumlah kasus
penyakit zoonosa di Kota Bandung, dari target maksimal
kejadian 8 kasus ternyata kejadian 0 kasus tahun sebelumnya
terjadi 1 kasus, hal ini menunjukan kinerja baik karena semakin
sedikit terjadinya kasus, maka semakin baik kinerjanya.
11. Sasaran Strategis menurunnya produk pangan segar yang tercemar
diukur melalui 1 indikator kinerja dengan capaian kategori Sangat
Baik ( capaian 160,00 % ) indikator kinerjanya berupa jumlah
pangan segar yang tercemar, dari target kejadian kasus maksimal 50
kasus realisasinya 20 kasus ini menunjukkan kinerja yang baik
LKIP DISPERTAPA 2015 93
karena semakin sedikit terjadinya kasus, maka semakin baik
kinerjanya.
12. Sasaran Strategis bertambahnya pelaku usaha di bidang pertanian
dan perikanan diukur melalui 2 indikator Kinerja dengan capaian
kategori Sangat Baik (rata-rata capaian diatas 131,41 %) indikator
kinerjanya berupa Jumlah pelaku usaha di bidang pertanian dan
perikanan : a. Budidaya : dari target 750 pelaku usaha dapat
terealisasi sebanyak 755 pelaku usaha atau teralisasi sebesar (100,67
%); dan b. Olahan : dari target 370 orang pelaku usaha dapat
terealisasi sebanyak 600 orang pelaku usaha atau sebesar (162,16
%).
13. Sasaran Strategis meningkatnya keterampilan pelaku usaha yang
menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan diukur
melalui 2 indikator kinerja dengan capaian kategori Sangat Baik
(rata-rata capaian diatas 101,42 %) indikator kinerjanya berupa
jumlah pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian
dan perikanan : a. Budidaya : dari target 630 pelaku usaha dapat
terealisasi sebanyak 640 pelaku usaha atau teralisasi sebesar
(101,59 %); dan b. Olahan : dari target 160 orang pelaku usaha dapat
terealisasi sebanyak 162 orang pelaku usaha atau sebesar (101,25
%).
14. Sasaran Strategis terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan
publik dan akuntabilita kinerja diukur melalui 4 indikator Kinerja
dengan capaian kategori Sangat Baik (rata-rata capaian diatas
100,96 %) indikator kinerjanya berupa : 1). Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) dari target 80 dapat terealisasi 81,07 atau
mencapai 101,34 %; 2). Prosentase keluhan/pengaduan layanan yang
ditindaklanjuti dari target 100 % dapat terealisasi 100 %; 3). Nilai
evaluasi AKIP dari target angka 75 dapat terealisasi 76,87 (A) atau
terealisasi mencapai 102,49 %; 4). Prosentase temuan
BPK/Inspektorat yang ditindaklanjuti dari target 100 % dapat
terealisasi 100 %.
LKIP DISPERTAPA 2015 94
Selain beberapa capaian kinerja tersebut, masih ditemui beberapa kendala
dan permasalahan dalam peningkatan kinerja Dinas Pertanian Dan
Ketahanan Pangan Kota Bandung antara lain :
– Terlambatnya pengesahan APBD murni dan pengesahan APBD
Perubahan
– Menumpuknya beban pekerjaan dan pencairan anggaran pada akhir
Triwulan ke -4 setiap tahunnya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, beberapa hal yang perlu
dilakukan, diantaranya adalah :
– Melakukan koordinasi dan konsultasi secara rutin ke Dinas Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah
– Mengoptimalkan ketersediaan sumber daya manusia yang tersedia sesuai
dengan tupoksi dan kemampuannya.
– Pelaksanaan kegiatan berdasarkan time schedule yang disepakati pada
awal pelaksanaan kegiatan.
Realisasi capaian kinerja serta permasalahan dan solusinya pada
tahun 2015 dapat diuraikan sebagai berikut:
A. URUSAN WAJIB
1. URUSAN KETAHANAN PANGAN
Urusan Ketahanan Pangan pada tahun anggaran 2015 mendapat alokasi
anggaran sebesar Rp. 1.700.000.000,00 dan dapat direalisasikan sebesar
Rp. 1.673.760.950,00 (98.46%). Program dan kegiatan pada Urusan
Ketahanan Pangan tahun 2015 dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan (Dispertapa) Kota Bandung.
Adapun realisasi pelaksanaan program dan kegiatan, capaian kinerja serta
permasalahan dan solusinya dapat diuraikan sebagai berikut:
LKIP DISPERTAPA 2015 95
a. PROGRAM DAN KEGIATAN
1) Program Ketahanan Pangan
Program Ketahanan Pangan mendapat alokasi anggaran sebesar
Rp. 1.700.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp. 1.673.760.950,00
(98.46%), yang dilaksanakan melalui:
a) Kegiatan Promosi Keamanan Pangan.
b) Kegiatan Operasional Dewan Ketahanan Pangan Kota Bandung.
c) Kegiatan Penyuluhan Sumber Pangan Alternatif.
d) Kegiatan Koordinasi Kebijakan Perberasan.
Keluaran (output) dari pelaksanaan kegiatan tersebut adalah:
a) Terlaksananya Sosialisasi promosi Keamanan Pangan di 9
Kelurahan, 12 Sekolah Dasar, dan 5 Kelompok Masyarakat
b) Terlaksananya rapat pembahasan Draft Keputusan Walikota
Bandung tentang Kepengurusan Dewan Ketahanan Pangan
(DKP) Kota Bandung Periode Tahun 2015-2018 2 kali,
Penyusunan Keputusan Walikota Bandung 1 Kepwal, Rakor
Dewan Ketahanan Pangan Kota Bandung 1 kali, Sidang Regional
Dewan Ketahanan Pangan 1 kali, Pameran Peringatan Hari
Pangan Sedunia ke XXXV Tingkat Provinsi Jawa Barat 1 kali,
Peringatan Hari Pangan Sedunia ke XXXV Tingkat Nasional di
Palembang Sumatera Selatan 1 kali, Rapat Pembahasan Laporan
Penyusunan dan Analisis NBM Kota Bandung Tahun 2015 6 kali,
Penyusunan Buku Neraca Bahan Makanan Kota Bandung Tahun
2015 (5 laporan pendahuluan, 5 laporan draft akhir, 5 laporan
akhir, 1 softcopy), Kampaye/Inisasi Program Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan melalui Sosialisasi
Program One Day No Rice bagi pengusaha Jasa Boga 1 kali/75
pengusaha.
c) Terlaksananya gerakam makan sayur dan buah 1 kali,
Sosialisasi percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
(Launching One Day No Rice) 2 kali, Gebyar percepatan
penganekaragaman konsumsi pangan bagi siswa SLTP/SLTA
sederajat (Grand Launching One Day No Rice) 1 kali, Sosialisasi
LKIP DISPERTAPA 2015 96
sumber pangan alternatif 4 kali/4 KWT KRPL, Pembinaan
kawasan rumah pangan lestari 12 kali/12 KWT KRPL
d) Terlaksananya Penyusunan Kepwal Pagu dan Alokasi Raskin 1
kepwal, Penyusunan Kepwal Tim Koordinasi Raskin Kota
Bandung 1 kepwal, Penyusunan Perwal Subsidi Raskin 1 perwal,
Penyusunan Perwal Perubahan Subsidi Raskin 1 perwal,
Penyusunan Petunjuk Teknis Penyaluran Raskin 1 juknis,
Sosialiasai Program Raskin tahun 2015 1 kali, Launching
Program Raskin tahun 2015 1 kali, Distribusi Raskin Gratis ke
62.255 KK, Monitoring Tim Unit Reaksi Cepat ke Gudang Bulog,
titik distribusi dan titik bagi.
Hasil (outcome) dari pelaksanaan program tersebut adalah:
a) Meningkatnya kesadaran tentang keamanan pangan melalui
sosialisasi bagi kelompok sasaran yang meliputi aparat
kewilayahan di Kelurahan dan Sekolah Dasar
b) Terwujudnya Sinergitas Program Ketahanan Pangan di Tingkat
Kota
c) Meningkatnya pengetahuan, pemahaman dan kesadaran
masyarakat tentang sumber pangan alternatif dan Menu B2SA
(Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman) implementasinya
melalui program One Day No Rice
d) Terpenuhinya kebutuhan pangan pokok bagi Rumah Tangga
Sasaran (RTS) secara merata.
b. CAPAIAN KINERJA
Indikator Penguatan Cadangan Pangan Daerah dari target pada
tahun 2015 sebesar 60 ton, dapat terealisasi sebesar 72,26 ton atau
tercapai sebesar 120,43 %.
Indikator Pencapaian Pola Pangan Harapan dari target sebesar
91,25, dapat terealisasi pada tahun 2015 sebesar 91,26 atau dapat
terealisasi sebesar 100,01 %.
LKIP DISPERTAPA 2015 97
c. PERMASALAHAN DAN SOLUSI
1) Permasalahan
a) Belum optimalnya implementasi percepatan penganekaragaman
konsumsi pangan lokal (P2KP) yang diharapkan dapat
mengurangi konsumsi beras, belum tersedianya bahan pangan
pokok pengganti beras (umbi-umbian) sebagai pengganti
karbohidrat lainya.
b) Program/kegiatan Ketahanan Pangan menyangkut berbagai
kepentingan mulai dari ketersediaan, distribusi dan konsumsi
yang dalam pelaksanaannya melibatkan bidang dan SKPD
terkait, sehingga untuk mencapai target ketahanan pangan tidak
bisa terlepas dari kontribusi data dari bidang dan SKPD terkait.
c) Belum optimalnya masyarakat menerima sosialiasai tentang
keamanan pangan
2) Solusi
a) Mengoptimalkan implementasi Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP), melalui sosialisasi, bimbingan, dan
pelatihan kawasan rumah pangan lestari (KRPL) atau
Pemanfaatan lahan pekarangan dan koordinasi dengan kab/kota
penghasil bahan umbi-umbian
b) Pentingnya pemahaman bidang/SKPD terkait untuk bisa
memberikan kontribusi data terhadap indikator ketahanan
pangan
c) Meningkatkan frekuensi sosialisasi keamanan pangan.
B. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN
1. URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Penyelenggaraan pembangunan urusan kelautan dan perikanan diarahkan
untuk meningkatkan aktifitas penyediaan komoditas hasil-hasil kelautan
dan perikanan yang berkualitas serta pengembangan usaha budidaya
LKIP DISPERTAPA 2015 98
perikanan dengan pemilihan komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi
dan bisa dikembangkan dilahan sempit.
Urusan Kelautan dan Perikanan pada tahun anggaran 2015 mendapat
alokasi anggaran sebesar Rp. 2.350.000.000,00 dan dapat direalisasikan
sebesar Rp. 2.291.912.250,00 (97,53%). Program dan kegiatan pada Urusan
Kelautan dan Perikanan tahun 2015 dilaksanakan oleh Dinas Pertanian
dan Ketahanan Pangan Kota Bandung.
Adapun realisasi pelaksanaan program dan kegiatan, capaian kinerja serta
permasalahan dan solusinya dapat diuraikan sebagai berikut:
a. PROGRAM DAN KEGIATAN
1) Program Pengembangan Budidaya Perikanan
Pelaksanaan program pengembangan budidaya perikanan mendapat alokasi
anggaran sebesar Rp. 2.350.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp.
2.291.912.250,00 (97,53%), yang dilaksanakan melalui:
a) Kegiatan Pendampingan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan.
b) Kegiatan Pembinaan dan Pengembangan Perikanan.
Keluaran (output) dari pelaksanaan kegiatan tersebut adalah:
a) Terlaksananya pengadaan: (1) Benih ikan konsumsi untuk restocking
2 paket (2) Bahan praktikum pelatihan 6 paket (3) Benih ikan
konsumsi untuk Yon Zipur 1 paket (4) Benih dan paka ikan lele 55
paket (5) Induk sarana dan prasarana ikan hias 4 paket (6) Induk
sarana dan prasarana ikan konsumsi 4 paket
b) Terlaksananya pengadaan: (1) Pakan ikan 2 paket (2) Sarana dan
prasarana Balai Benih Ikan 3 paket (3) Pupuk kandang 1 paket (4)
Percontohan budidaya ikan lele di kolam terpal 1 paket (4) Induk lele
35 paket
Hasil (outcome) dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya
produksi ikan konsumsi dan ikan hias.
LKIP DISPERTAPA 2015 99
b. CAPAIAN KINERJA
1) Indikator Peningkatan Produksi Ikan Konsumsi, dari target
sebanyak 2.846 ton dapat terealisasi sebanyak 2.877 ton. atau
tercapai sebesar 101,09%.
2) Indikator Peningkatan Produksi Ikan Hias, dari target sebanyak
921.700 ekor dapat terealisasi sebanyak 922.900 ekor. atau tercapai
sebesar 100,13%.
Dalam upaya meningkatkan pemasaran produk hasil perikanan yang
terjamin kualitasnya, Pemerintah Kota Bandung telah membangun
Pasar Ikan Higienis (PIH) di Pasar Induk Gedebage, sehingga tersedia
hasil perikanan yang lebih terjamin kualitasnya, aman di konsumsi
serta dapat meningkatkan konsumsi ikan per kapita masyarakat Kota
Bandung, dari 33,50 kg/kapita/tahun pada tahun 2014 menjadi 34,28
kg/kapita/tahun pada tahun 2015 atau mengalami kenaikan sebesar
3,93 %.
c. PERMASALAHAN DAN SOLUSI
1) Permasalahan
a) Semakin sempitnya lahan untuk budidaya perikanan sebagai akibat
alih fungsi lahan di Kota Bandung.
b) Masih rendahnya pengetahuan dan sikap pelaku usaha dan
masyarakat tentang bahayanya penggunaan bahan kimia berbahaya
dan produk perikanan yang tidak memenuhi persyaratan keamanan
mutu pangan.
2) Solusi
a) Mengoptimalkan pemanfaatan lahan pekarangan melalui pemilihan
komoditas yang mempunyai produktivitas tinggi, nilai ekonomis tinggi
dan bisa dikembangkan dilahan yang sempit (ikan hias dan ikan lele).
b) (1) Meningkatkan frekuensi pemeriksaan dan pengawasan mutu ikan
dan hasil olahannya yang beredar di Kota Bandung, (2) meningkatkan
pembinaan kepada pedagang ikan yang ada di Kota Bandung, (3)
meningkatkan koordinasi dengan Dinas Perikanan tempat asal ikan,
LKIP DISPERTAPA 2015 100
agar ikan yang masuk ke Kota Bandung tidak menggunakan bahan
kimia berbahaya.
2. URUSAN PERTANIAN
Penyelenggaraan pembangunan urusan pertanian diarahkan untuk
meningkatkan aktifitas penyediaan komoditas hasil-hasil pertanian yang
berkualitas serta pengembangan usaha pertanian dengan pemilihan
komoditas pertanian yang memiliki produktivitas tinggi, memiliki nilai
ekonomi tinggi, dan mempunyai peluang pasar yang terbuka serta usaha
pengolahan produk pertanian.
Urusan Pertanian pada tahun anggaran 2015 mendapat alokasi anggaran
sebesar Rp. 14.920.991.000,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp.
14.259.257.555,00 (95,56 %).
Adapun realisasi pelaksanaan program dan kegiatan, capaian kinerja serta
permasalahan dan solusinya dapat diuraikan sebagai berikut:
a. PROGRAM DAN KEGIATAN
1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan)
Pelaksanaan program peningkatan ketahanan pangan
(pertanian/perkebunan) mendapat alokasi anggaran sebesar Rp.
10.956.150.000,00 dengan realisasi sebesar Rp 10.389.802.315,00
(94,83%), yang dilaksanakan melalui:
a) Kegiatan Penyusunan Data Base Potensi Produksi Pangan.
Output: Terlaksananya pendataan data base potensi produksi pangan
di Kota Bandung pada 30 Kecamatan.
Outcome: Tersedianya data potensi produksi pangan sebagai bahan
pengambilan kebijakan dinas.
b) Kegiatan Pemanfaatan Pekarangan untuk Pengembangan Pangan.
Output: Terlaksananya (1) Pengadaan pot dan polybag 1 paket (2)
Pengadaan media tanam (3) Pengadaan benih sayuran 1 paket (4)
Pengadaan bibit sayuran 1 paket (5) Pengadaan pohon produktif 1
paket (6) Pengadaan sarana dan prasarana vertikal garden 1 paket (7)
Pengadaan tanaman produktif dalam pot 1 paket (8) Pengadaaan
tanaman hias 4 paket (9) Pengadaan bahan pelatihan 180 orang.
LKIP DISPERTAPA 2015 101
Outcome: Meningkatnya produksi tanaman sayuran/hortikultura di
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan.
c) Kegiatan Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian.
Output: Terlaksananya Pelatihan Pengolahan Hasil Pertanian
sebanyak 10 kali dengan total peserta pelatihan sebanyak 600 orang
(60 orang per pelatihan), Pelatihan Kemasan sebanyak 1 kali dengan
peserta sebanyak 60 orang,
Outcome: (1) Meningkatnya jumlah pelaku usaha dibidang
pengolahan hasil pertanian, perikanan dan peternakan, (2)
Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan cara pengolahan hasil
pertanian dan manajemen usaha.
d) Kegiatan Pengembangan Diversifikasi Tanaman.
Output: Terlaksananya (1) Pengadaan bahan untuk pameran P2FN 1
paket (2) Pengadaan bahan untuk pameran Hari Lingkungan Hidup 1
paket (3) Bahan untuk pameran Hari Krida Pertanian 1 paket (4)
Pengadaan sarana produksi untuk gardening school SD, SMP 10
paket (5) Pengadaan bahan pelatihan kampung berkebun 10 paket (6)
Pengadaan tanaman hias penunjang green city 151 paket (7)
Pengadaan anggrek dan sarana prasarana 1 paket (8) Pengadaan
percontohan pertanian perkotaan di pendopo 1 paket (9) Pengadaan
instalansi hidroponik untuk percontohan kampung berkebun 1 paket
(10) Pengadaan sarana dan prasarana kampung berkebun 6 paket
(11) Pengadaan tanaman produktif 6 paket (12) Pengadaan bibit
tanaman buah-buahan untuk jalan tematik 1 paket (13) Pengadaan
vertikal garden di balaikota 1 paket (14) Penataan kebun/taman PKK
1 paket (15) Pengadaan sarana dan prasarana budidaya padi 1 paket
(16) Pengadaan hidroponik 1 paket
Outcome: Meningkatnya produktivitas tanaman sayuran di lahan
pekarangan rumah.
e) Kegiatan Pengembangan Perbenihan/Perbibitan.
LKIP DISPERTAPA 2015 102
Output: Terlaksananya (1) Pelatihan perbenihan/perbibitan 5 kali (2)
Pelatihan hidroponik 10 kali (3) Pelatihan tanaman hias 8 kali (4)
Pengadaan indukan tanaman hias 1 paket (5) Pengadaan media
tanam 2 paket (6) Pengadaan sarana pertanian 2 paket (7) Pengadaan
alat laboratorium 1 paket
Outcome: Meningkatnya keterampilan masyarakat tentang budidaya
pertanian dan tersedianya bibit tanaman.
Kegiatan Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan.
Output: (1) Terlaksananya Pemeriksaan sampel daging, susu, telur,
beras, palawija, sayuran, buah-buahan, rempah dan bumbu-
bumbuan sebanyak 5.500 sampel dengan penambhan cakupan
sasaran pengawasan sebanyak 200 lokasi yang sebelumnya 180
lokasi (126 swalayan, 33 pasar tradisional, 26 distributor/agen/loper
susu, telur, daging dan beras serta 15 rumah potong ayam) (2)
Pelatihan tatacara pemotongan hewan qurban sebanyak 100 orang (3)
Pelatihan pemotongan ayam bagi juru potong ayam sebanyak 100
orang (4) Pelatihan pengawasan mutu komoditi tanaman pangan dan
hortikultura sebanyak 100 orang (5) Kegiatan sosialisasi
penyalahgunaan bahan kimia berbahaya sebanyak 8 kali (6) Sidak
komoditi pertanian sebanyak 4 kali (7) Pengadaan bahan kimia
sebanyak 8 unit
Outcome: (1) Meningkatnya cakupan pengawasan mutu dan
keamanan pangan komoditi pertanian, (2) Meningkatnya
pengetahuan dan keterampilan pengurus mesjid (DKM) tentang tata
cara pemotongan hewan qurban, dan (3) Meningkatnya pengetahuan
dan keterampilan juru potong ayam tentang tatacara pemotongan
ayam (4) Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan kader PKK
tentang cara pemilihan komoditi pertanian yang bermutu (5)
Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan para pelaku usaha
tentang penyalahgunaan bahan kimia berbahaya bagi komoditi
pertanian.
LKIP DISPERTAPA 2015 103
f) Kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan.
Output: Terlaksananya laporan kegiatan Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan selama satu tahun (RKA, DPA, RENJA, RENSTRA,
Laporan Tahunan dan laporan Triwulanan).
Outcome: Tersedianya Laporan Kegiatan Dinas sebagai bahan
pengambilan kebijakan dinas.
2) Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi
Pertanian/Perkebunan
Pelaksanaan program peningkatan pemasaran hasil produksi
pertanian/perkebunan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp.
950.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp. 932.474.900,00 (98,16%),
yang dilaksanakan melalui Kegiatan Promosi Atas Hasil
ProduksiPertanian/Perkebunan Unggulan Daerah.
Keluaran (output) dari pelaksanaan kegiatan tersebut adalah :
a) (1) Pameran Bandung Agri Market (BAM) 4 kali (2) Pameran Bursa
Tanaman Hias 1 kali (3) Pameran Ikan Hias 1 kali (4) Pameran di luar
kota 2 kali yaitu Agro and Food Expo di JCC Senayan Jakarta dan
AgroBusiness Matching and Expo 2015 di Suarbaya (5) Pameran di
luar negeri Tanaman Hias di Korea Selatan (6) Monitoring info harga
pasar komoditas pertanian, peternakan dan perikanan (Pasar
Ujungberung, Pasar Sederhana, Pasar Kosambi dan Pasar Astana
Anyar.
Hasil (outcome) dari Pelaksanaan program tersebut adalah :
a) Terpenuhinya promosi pemasaran hasil usaha pertanian, perikanan
dan peternakan serta tersedianya data info harga pertanian,
perikanan dan peternakan
3) Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan
Pelaksanaan program peningkatan produksi pertanian/perkebunan
mendapat alokasi anggaran sebesar Rp. 318.641.000,00 dengan realisasi
sebesar Rp. 309.102.100,00 (97,01%), yang dilaksanakan melalui Kegiatan
Penyuluhan Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan.
LKIP DISPERTAPA 2015 104
Keluaran (output) dari pelaksanaan kegiatan tersebut adalah: (1)
Terlaksananya pengadaan dan penyaluran bibit tembakau 1 paket (2)
Pembuatan demplot tembakau 1 paket (3) Terlaksananya pelatihan
budidaya tembakau 1 paket (4) Terlaksananya penanganan panen dan psca
panen bahan baku 1 paket
Hasil (outcome) adalah meningkatnya Mutu Tembakau sesuai dengan
Kebutuhan Industri.
4) Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan
Pelaksanaan Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan
Lapangan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp. 19.200.000,00 dengan
realisasi sebesar Rp. 11.520.000,00 (60,00%), yang dilaksanakan melalui
Kegiatan Peningkatan Kesejahteraan Tenaga Penyuluh
Pertanian/Perkebunan (Banprov).
Keluaran (output) dari pelaksanaan kegiatan tersebut adalah
tersalurkannya honor petugas penyuluh.
Hasil (outcome) dari pelaksanaan program tersebut adalah tersalurkannya
honor petugas penyuluh sampai bulan Desember.
5) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak
Pelaksanaan Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak
mendapat alokasi anggaran sebesar Rp. 1.700.000.000,00 dengan realisasi
sebesar Rp. 1.649.222.550,00 (97,01%), yang dilaksanakan melalui:
a) Kegiatan Pemeliharaan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit Menular
Ternak.
b) Kegiatan Pemusnahan Ternak yang Terjangkit Penyakit Endemik.
c) Kegiatan Pengelolaan Sanitary Rumah Potong Hewan.
d) Kegiatan Pelayanan Kesehatan Hewan di Klinik Hewan.
Keluaran (output) dari pelaksanaan kegiatan tersebut adalah:
a) (1) Terlaksananya pengadaan obat hewan 4 paket (2) vaksinasi hewan
untuk penyakit flu burung sebanyak 63.943 ekor, serta untuk
penyakit rabies sebanyak 1.898 ekor (3) Pelayanan kesehatan hewan
sebanyak 642 ekor (4) Pengawasan peredaran obat hewan kepada 11
distributor dan 42 poultry shop/pet shop (5) Pmeriksaan sampel
LKIP DISPERTAPA 2015 105
unggas suspect flu burung ke laboratorium Kesehatan Hewan di
Cikole Lembang sebanyak 15 sampel uji PCR (6) Pemeriksaan
kesehatan hewan qurban sebanyak 4.774 ekor sapi dan 22.563 ekor
domba (7) Sosialisasi penyakit flu burung sebanyak 5 kali.
b) (1) Terlaksananya pengadaan obat-obatan sebanyak 1 paket (2)
Eliminasi Hewan Penular Rabies sebanyak 11 ekor (3) Surveilance
sebanyak 83 kali
c) Terlaksananya pengadaan: (1) Peralatan kebersihan dan alat
pembersih 2 paket (2) Kerekan tembok 2 unit (3) Karpet alas sapi 10
lembar (4) Keranjang plastik 25 buah (5) Box spesimen besar 4 buah
(6) Box spesimen kecil 4 buah (7) Celemek/apron 10 buah (8) Sarung
tangan IB 20 box (9) Tackel 4 buah (10) Tungku smawar+spuyer 50
buah (11) lori dorong 5 buah (12) Roda angkut lombah 2 buah (13)
Pisau pemeriksa daging 4 buah (14) Helm kerja 6 buah (15) Stateskop
6 buah (16) Thermometer elektrik 6 buah (17) Pengangkutan limbah
padat 2 paket
d) Tersedianya pengadaan (1) Alat dan bahan kesehatan hewan 3 paket
(2) Pengadaan obat hewan 3 paket (3) Cetak brosur dan leaflet 1 paket
Hasil (outcome) dari pelaksanaan program tersebut adalah:
a) Terlaksananya pencegahan penyakit hewan menular, terawasinya
peredaran obat hewan, terdiagnosanya kasus penyakit flu burung
(hasil positif atau negatif AI), dan terlaksananya pemeriksaan hewan
qurban yang dipasarkan di wilayah Kota Bandung.
b) Terlaksananya pemberantasan penyakit hewan menular (rabies dan
flu burung).
c) Terlayaninya pemotongan dan pemeriksaan hewan di Rumah Potong
Hewan (RPH).
d) Terlaksananya pelayanan (pemeriksaan dan pengobatan) hewan di
klinik hewan.
6) Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan mendapat
alokasi anggaran sebesar Rp. 977.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp.
LKIP DISPERTAPA 2015 106
967.135.690,00 (98,99%), yang dilaksanakan melalui Kegiatan
Pengembangan Agribisnis Peternakan.
Keluaran (output) dari pelaksanaan kegiatan tersebut adalah: a)
Pengadaan bibit ternak domba garut 5 paket b) Pengadaan sapi bakalan
jantan 1 paket c) Pengadaan kambing perah 1 paket
Hasil (outcome) dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya
populasi ternak dan produksi hasil ternak.
b. CAPAIAN KINERJA
1) Indikator Produktivitas Komoditas Pertanian:
a) Padi, dari target sebanyak 65,05 kw/ha dapat terealisasi
sebanyak 65,05 kw/ha. Capaian produktivitas padi tahun 2014
sebesar 103,07 %.
b) Tanaman Hias, dari target sebanyak 188.500 pot/tahun dapat
terealisasi sebanyak 189.002 pot/tahun. Capaian produktivitas
tanaman hias tahun 2015 sebesar 100,27%.
2) Indikator Populasi Ternak:
a) Populasi Sapi, dari target sebanyak 1.604 ekor dapat terealisasi
sebanyak 1.625 ekor. Capaian populasi sapi tahun 2015 sebesar
101,31%.
b) Populasi Domba, dari target sebanyak 30.833 ekor dapat
terealisasi sebanyak 30.991 ekor. Capaian populasi domba tahun
2015 sebesar 100,51%.
3) Indikator Jumlah Kasus Penyakit Zoonosa, pada tahun 2015
terjadi 0 kejadian penyakit zoonosa (flu burung/rabies), dari target
kejadian penyakit zoonosa paling banyak 8 kasus,.
c. PERMASALAHAN DAN SOLUSI
1) Permasalahan
a) Semakin sempitnya lahan pertanian sebagai akibat alih fungsi lahan.
b) Kota Bandung merupakan pusat pemasaran ternak terbesar di Jawa
Barat, sehingga resiko masuknya penyakit zoonosa (penyakit yang
LKIP DISPERTAPA 2015 107
menular dari ternak ke manusia) dari daerah asal ternak ke Kota
Bandung relatif tinggi.
c) Masih rendahnya pengetahuan dan sikap pelaku usaha dibidang
pertanian serta masyarakat tentang bahayanya penggunaan bahan
kimia berbahaya dan produk pertanian yang tidak memenuhi
persyaratan keamanan mutu pangan.
d) Limbah padat RPH Babi berupa jerahan dan feces tidak bisa dibuang
langsung ke luar RPH
2) Solusi
a) Kebijakan yang diambil dalam rangka mengantisipasi alih fungsi
lahan pertanian adalah mengembangkan model pertanian perkotaan
melalui pemilihan komoditas pertanian yang memiliki produktivitas
tinggi, memiliki nilai ekonomi tinggi, dan mempunyai peluang pasar
yang terbuka serta dapat dikembangkan pada lahan sempit, sehingga
diharapkan keterbatasan lahan bukan menjadi kendala untuk usaha
dibidang pertanian. Untuk meningkatkan nilai tambah, usaha
pertanian lainnya yang dikembangkan adalah pengolahan hasil
pertanian.
b) Lebih mengintensifkan pemeriksaan lalulintas ternak yang masuk ke
Kota Bandung.
c) Meningkatkan frekuensi pemeriksaan dan pengawasan mutu hasil
pertanian yang beredar, meningkatkan sosialisasi dan pelatihan
tentang penggunaan zat kimia berbahaya, serta meningkatkan
pembinaan kepada pelaku usaha hasil pertanian.
d) Membuat tempat pengolahan limbah padat RPH Babi dengan metode
komposting karkas, dengan bekerja sama dengan staf ahli
komposting karkas dari UNPAD. Hasil sudah terlihat dengan metode
komposting karkas, limbah padat RPH babi sudah dapat ditangani
dan hasilnya sudah dapat dibuang keluar RPH karena sudah terurai
sempurna menjadi kompos.
LKIP DISPERTAPA 2015 108
3.5. AKUNTABILITAS KEUANGAN
Berdasarkan analisis terhadap rincian kinerja yang dihubungkan
dengan pembiayaan terhadap pencapaian target sasaran kinerja Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Tahun 2015
ditampilkan pada Tabel 3.13. dibawah ini:
Tabel 3.13.
PEMBIAYAAN DALAM PENCAPAIAN SASARAN TAHUN 2015
No Sasaran Indikator Kinerja Program Anggaran Realisasi Keterangan 1 Terjaganya
ketersediaan pangan.
1. Score Pola Pangan Harapan (PPH)
1. Program Ketahanan Pangan
1.656.000.000 1.627.964.367 98,31
2. Penguatan Cadangan Pangan Daerah
3. Tingkat konsumsi pangan :
a. Beras
b. Daging
c. Ikan
2 Meningkatnya produksi dan produktivitas hasil pertanian dan perikanan.
4. Produktivitas tanaman padi
2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebua-nan)
3. Program Peningktan Produksi Hasil Peternakan
4. Program Pengembangan Budidaya Perikanan
12.846.466.000 11.516.767.540
990.751.750
89.65
5. Produksi tanaman hias
6. Populasi ternak
d. Sapi
e. Domba 1.000.000.000
99,08 7. Populasi ikan
c. Ikan Konsumsi
d. hias 1.050.000.000 1.035.965.390
98,66
3 Terkendaliya kasus penyakit zoonosa
9. Jumlah Kasus penyakit zoonosa di Kota Bandung
5. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak
1.535.000.000
1.515.446.790
98,73
4 Menurunnya produk pangan segar yang tercemar
10. Jumlah pangan segar yang tercemar
6. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebu-nan)
810.000.000 804.237.338 99,00
LKIP DISPERTAPA 2015 109
5 Bertambah-nya pelaku usaha di bidang pertanian dan perikanan
11. Jumlah pelaku usaha di bidang pertanian dan perikanan :
7. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebu-nan)
500.000.000
490.135.850 98,03
a. Budidaya
c. Olahan
6 Meningkat-nya keterampilan pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan
12. Jumlah pelaku usaha yang menggunakan sarana teknologi pertanian dan perikanan :
c. Budidaya
d. Olahan
7 Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik dan akuntabilitas kinerja
13. Indeks Kepuasan masyarakat (IKM)
8. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
200.000.000 197.877.400 98,94
14. Prosentase keluhan/pengaduan layanan yang ditindaklanjuti
15. Nilai Evaluasi AKIP
16. Prosentase Temuan BPK/Inspektorat yang ditindaklanjuti
Realisasi penyerapan anggaran untuk pencapaian target sasaran
kinerja Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Tahun
Anggaran 2014rata-rata mencapai diatas 89%. Prosentase penyerapan
terkecil terdapat pada Program Peningkatan Ketahanan Pangan
(Pertanian/Perkebuanan) pada kegiatan Pengembangan diversifikasi
tanaman, hal ini disebabkan adanya efisiensi anggaran, tetapi target
sasaran kinerja tetap tercapai dengan baik.
3.6. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN ANGGARAN
Pada tahun anggaran 2015 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kota Bandung mendapatkan total anggaran sebesar Rp. 37.900.484.500,00
sedangkan realisasinya sebesar Rp. 35.184.264.247,00 atau terealisasi
sebesar 92,83 %. Walaupun penyerapan dibawah 100% tetapi target
indikator sasaran dapat tercapai sesuai target bahkan banyak yang
melebihi target.
LKIP DISPERTAPA 2015 110
Sisa anggaran yang tidak terserap ini merupakan hasil efisiensi
dari penggunaan anggaran terutama dari sisa hasil lelang. Selain itu
penggunaan anggaran dipergunakan sesuai dengan kebutuhan dan
perencanaan yang sudah ditentukan dari awal, bila sasaran target sudah
tercapai tidak perlu lagi dipergunakan anggaran yang tersisa.
Bila ada sasaran target yang belum tercapai,pada perubahan APBD
dilakukan pengalihan anggaran dari sisa anggaran yang belum terserap
kepada sasaran target yang belum tercapai.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung
mendapatkan alokasi anggaran yang meningkat dari tahun ke tahun, tabel
dibawah ini memperlihatkan jumlah alokasi anggaran 2010-2014 beserta
serapannya sebagai berikut :
Tabel 3.14.
ALOKASI ANGGARAN DISPERTAPA 2012 -2015
No Tahun Anggaran
Jumlah Anggaran (Rp)
Realisasi (Rp) Persentase (%)
1 2012 19.107.189.550,58,- 18.803.714.277,00- 98,41
2 2013 21.407.292.085,58,- 20.291.958.481,00- 94,79
3 2014 37.900.484.500,00,- 35.184.264.247,00 92,83
4 2015 42.829.216.614,71 37.447.713.999 87,43
Peningkatan alokasi anggaran berbanding lurus dengan serapan
anggarannya, penyerapan anggaran rata-rata diatas 80 % dalam
penyerapannya. Adapun permasalahan yang ada seringkali disebabkan
karena beberapa kegiatan dilaksanakan pada APBD perubahan di Bulan
Oktober sehingga ada keterbatasan waktu dalam melaksanakan kegiatan
dan penyerapan anggarannnya. Kecermatan dalam menyusun Rencana
Kegiatan dan Anggaran (RKA) yang menjadi pedoman pelaksanaan
program/kegiatan baik dari sisi anggaran maupun dari indikator kinerja
turut menentukan serapan dan alokasi anggaran yang dibutuhkan.
LKIP DISPERTAPA 2015 111
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, beberapa hal yang
perlu dilakukan, diantaranya adalah :
– Melakukan koordinasi dan konsultasi secara rutin ke Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
– Mengoptimalkan ketersediaan sumber daya manusia yang tersedia
sesuai dengan tupoksi dan kemampuannya.
– Pelaksanaan kegiatan berdasarkan time schedule yang disepakati pada
awal pelaksanaan kegiatan.
3.7. PEMANFAATAN
Perubahan anggaran dapatterjadiantaralainkarena:
1. Perubahan sumber pendanaan Penghematan dari pelaksanaan
program.
Penghematan dari pelaksanaan program dihasilkan dari
pencapaian Output yang sama dengan biaya yang lebih rendah.
Penghematan tersebut digunakan pada anggaran periode
berikutnya;
Pemanfaatan anggaran
Penggunaan perubahan penerimaan/ketersediaan anggaran
disesuaikan dengan target kinerja.
Peningkatan penerimaan anggaran.
Peningkatan penerimaan anggaran yang lebih besar dapa
digunakan untuk menambah ketercapaian sasaran lebih cepat;
2. Pemanfaatan Dana
Perubahan keluaran yang bukan karena perubahan kebijakan.
Pemanfaatan untuk kegiatan baru (new initiative).
Perubahan perencanaan juga dapat digunakan untuk mendanai
kegiatan baru sepanjang pagu anggaran mencukupi. Jika salah
satu kegiatan telah selesai pelaksanaanya pada tahun
sebelumnya, maka dimungkinkan mengusulkan kegiatan baru.
Pemanfaatan ini tidak selalu diperuntukkan bagi kegiatan baru,
Tetapi dapat berupa penguatan pendanaan terhadap kegiatan
yang telah ada sebelumnya dan terus berlanjut.
LKIP DISPERTAPA 2015 112
3.8. PRESTASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN KOTA
BANDUNG PADA TAHUN 2015
Beberapa penghargaan yang diraih oleh Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kota Bandung pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel
3.15. sebagai berikut :
Tabel. 3.15.
PRESTASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN KOTA BANDUNG TAHUN 2015
NO NAMA
KEJUARAAN/ KEGIATAN
TINGKAT KEJUARAAN/
KEGIATAN
PRESTASI SKPD TAHUN 2015
KETERANGAN
1. Peluncuran Program Raskin/Rastra Tingkat Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat
Penghargaan Kinerja Penyaluran Raskin Tahun 2015 Kategori Kota Dengan Penyaluran dan Pembayaran Harga tebus Raskin terbaik
LKIP DISPERTAPA 2015 113
NO NAMA
KEJUARAAN/ KEGIATAN
TINGKAT KEJUARAAN/
KEGIATAN
PRESTASI SKPD TAHUN 2015
KETERANGAN
2. Peluncuran Program Raskin/Rastra Tingkat Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat
Penghargaan Kinerja Penyaluran Raskin Tahun 2015 Kategori Dukungan APBD terhadap Kelancaran Pelaksanaan Program Raskin Tahun 2015
1. Kontes Ternak Komoditas Ternak Domba Tingkat Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat
1. Juara 1 kategori Raja Pejantan (an. H. Opi)
2. Juara 2 kategori pejantan (an. H. Opi)
3. Juara 3 Ratu Bibit (an. H. OO Sutisna)
4. Juara 3 Raja Petet (an. H. Opi)
Kerjasama Dispertapa dengan Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI)
Kota Bandung
LKIP DISPERTAPA 2015 114
NO NAMA
KEJUARAAN/ KEGIATAN
TINGKAT KEJUARAAN/
KEGIATAN
PRESTASI SKPD TAHUN 2015
KETERANGAN
2. Lomba Masak Daging Domba Pentas ternak Tingkat Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat
Juara 2 Lomba Masak Daging Domba Pentas ternak Tingkat Provinsi Jawa Barat
Kerjasama Dinas Pertanian dan ketahanan Pangan Kota Bandung dengan Pokja 3 PKK
Kota Bandung
3. Lomba Olahan dan Pemasaran Peternakan Tingkat Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat
Juara 2 Lomba Olahan dan Pemasaran Peternakan Tingkat Jawa Barat (an. Kelompok Usaha Sizi Atjep)
LKIP DISPERTAPA 2015 115
NO NAMA
KEJUARAAN/ KEGIATAN
TINGKAT KEJUARAAN/
KEGIATAN
PRESTASI SKPD TAHUN 2015
KETERANGAN
4. Lomba Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Skala Kecil Terbaik Jenis Produk Pindang Presto Tahun 2015
Provinsi Jawa Barat
Juara 2 Lomba Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Skala Kecil Terbaik Jenis Produk Pindang Presto Tahun 2015
5. Lomba Merangkai Buah-buahan dan Sayuran pada Hari Krida Pertanian (HKP) ke- 43 Tingkat Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat
Juara 2 Lomba Merangkai Buah-buahan dan Sayuran pada Hari Krida Pertanian (HKP) ke- 43 Tingkat Provinsi Jawa Barat
LKIP DISPERTAPA 2015 116
NO NAMA
KEJUARAAN/ KEGIATAN
TINGKAT KEJUARAAN/
KEGIATAN
PRESTASI SKPD TAHUN 2015
KETERANGAN
LKIP DISPERTAPA 2015 117
BAB IV
PENUTUP
4.1. TINJAUAN UMUM
1) Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kota Bandung Tahun 2015 merupakan
pertanggungjawaban tertulis atas penyelenggaraan pemerintah yang
baik (Good Governance). Secara umum pelaksanaan kegiatan di Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung merupakan
penjabaran dari Sasaran dan Program Rencana Strategis (Renstra)
Tahun 2013-2018, baik Pencapaian Kinerja Sasaran, telah terlaksana
cukup baik dan lancar.
2) LKIP Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Tahun
2015 ini dapat menggambarkan kinerja Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kota Bandung dan Evaluasi terhadap kinerja yang
telah dicapai baik berupa kinerja kegiatan, maupun kinerja sasaran,
juga dilaporkan analisis kinerja yang mencerminkan keberhasilan
dalam pencapaian kinerja tersebut.
3) Penyusunan LKIP masih menemui kendala terutama yang berkaitan
dengan pengukuran indikator outcome sehingga capaian kinerja
dapat sedikit bias karena sulit untuk memperoleh data dan
mengukur indikator diatas.Namun diharapkan LKIP dapat
memberikan gambaran tentang keberhasilan dan hambatan dalam
pelaksanaan Perencanaan Strategis Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kota Bandung sehingga Visi : “Terwujudnya Pertanian
dan Ketahanan Pangan yang Tangguh dan Unggul “ dapat
terwujud.
4) Pada tahun 2015, pengukuran kinerja yang dilakukan oleh Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung dilakukan pada 7
sasaran strategis dengan menggunakan 21 Indikator sasaran yang
ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2015, tingkat
pencapaian kinerja Berhasil atau rata-rata tercapai diatas 100 %
LKIP DISPERTAPA 2015 118
4.2. SARAN TINDAK LANJUT
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dan upaya-upaya mengatasi
permasalahan yang dilaksanakan, untuk pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi pada tahun - tahun berikutnya diharapkan :
1) Agar visi dan misi serta program - program yang telah ditetapkan
dapat dicapai secara optimal, maka Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kota Bandung akan lebih meningkatkan ketelitian dalam
perencanaan sehingga kegiatan yang dilaksanakan merupakan
kesatuan yang terintegrasi, bersinergi dan berkesinambungan.
2) Agar Kinerja personil pengelola kegiatan dapat ditingkatkan maka
disarankan bimbingan teknis baik dibidang keuangan maupun
administrasi kegiatan dari Pemerintah Kota Bandung secara rutin.
3) Agar Indikator kinerja dapat ditetapkan secara tepat maka dukungan
data yang akurat akan sangat menunjang. Untuk itu diperlukan
personil yang cukup baik kualitas maupun kwantitasnya. Keperluan
personil yang sesuai dengan tugas dan fungsinya tersebut agar
didukung oleh penempatan pegawai yang sesuai dengan
kemampuannya.
4) Agar pelaksanaan kegiatan dapat sesuai dengan rencana dan target
yang diharapkan maka pembinaan dan pengawasan dari Pemerintah
Kota perlu ditingkatkan, selain itu diperlukan koordinasi yang lebih
baik dengan instansi terkait.
Bandung, 2016
KEPALA DINAS PERTANIAN DAMN KETAHANAN PANGAN KOTA
BANDUNG,
Ir. Hj. ELLY WASLIAH
NIP. 19631229 198603 005
Top Related