SKRIP SI
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA KONSEP
KONDUKTOR DAN ISOLATOR
(Penelitian Tindakan Kelas di MI Sirajul Falah Parung)
II 11114
111 Oleh:
fJlti·1·iH:i-,., ''"' • ..,_,w--"""-~-c~-.·-..---· .
~:~; : !'I.~:t:J~E:::·P.q ··~·: .. :·' ·~,,, !nciuk : '.Ct1\0 .. "'.Q::J ... .,, .. ,J.g.@ ...
MARYATI hia:-;iflk:1·;i : ............................ ., ..
NIM:503016029887
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDAY ATULLAH
JAKARTA
1430H/2009
LEMBARPENGESAHAN
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA KONSEP
KONDUKTOR DAN ISOLATOR
(PenelitianTindakan Kelas di MI Sirajul Falah Parung-Bogor)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S-1)
Oleh:
MARYA TI
NIM:503016029887
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si NIP. 150,222 933
Tonih Feronilra, M.Pd NIP.150 368 738
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SY ARIF HIDA YA TULLAH
Pf~RF'LJST:·,,,,,-,-''
UiN SY/'.HiD ,,
LEMBARPENGESAHAN
J\f\!!1!\ TA
Skripsi berjuduJ "PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
PADA KONSEP KONDUKTOR DAN ISOLATOR".(Penelitian Tindakan Kelas
di MI SIRAJUL FALAH PARUNG-BOGOR) telab diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 22 Januari 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata I (S-I) pada jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Program Studi Biologi.
Jakarta, 22 Januari 2009
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA)
Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si. NIP. 150 222 933
Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan lP A)
Baig Hana Susanti, M.Sc NIP. 150 299 475
Penguji I Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd NIP. 150231502
Penguji II Dr. Zulfiani, M.Pd NIP. 150 368 741
Mengetahui
Tanggal
. 'K'.: 9.~ :.?.OOfj
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
~~
ABSTRAK
Maryati, Peningkatan Hasil Belajar IP A Dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Pada Konsep Konduktor dan IsolatorPenelitian Tindakan Kelas di MI Sirajul Falah Parung-Bogor. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Biologi, Faku:tas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarifhidayatullah Jakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI berjumlah 28 orang, di Ml Sirajul Falah Parung. Pengumpulan data ini dengan cara (I) Observasi, (2) Tes.
Data hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan, pre-test dan post-test one group desain (desain 2) untuk menginterpresentasikan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kontekstual. Hasil penelitian menunjukan bahwa; hasil be/ajar pada siklus I 49,25 pada saat pre-test meningkat menjadi 69,64 pada saat pos-test, proses pembelajaran siswa masih be/um terbiasa dengan kegiatan praktek, kerja kelompok dan diskusi. Masih ada siswa yang mengobrol ketika anggota kelompok yang lainnya sedang bekerja. Setelah dilakukan perbaikan pada proses be/ajar pada siklus II hasil be/ajar siswa 57,14 pada saat pre-test meningkat menjadi 75,00 pada saat post-test, aktivitas be/ajar siswa semakin meningkat, kelas menjadi hidup, siswa /ebih aktif dengan kegiatan diskusi, praktek, dan tanya jawab. Siswa menjadi lebih aktif terhadap pembelajaran kontekstua/ untuk menemukan dan membangun pengetahuan dan keterampilan pada pokok bahasan konduktor dan isolator Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual memberikan dampak positif bagi siswa dalam proses belajarmengajar.
Kata kunci: Hasil belajar,Kerja Kelompok, Pembelajaran kontekstua/.
ABSTRACT
Maryati, Improving The Result of Science at Conduktor and Isolator Concept With Approach of Contextual Teaching and Learning. Classroom Research at MI Sirajul Falah Parung-Bogor. tviajors of IPA Program Study of Biological Education, Faculty of Science of Tarbiyah and Teachership of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
This research focuses on action research with two cycles, Twenty eight students of sixth class of Madrasah Ibtidaiyah of Sirajul Falah Parung, were the subject research. Data were collected by (I) Observation, (2)Test.
The data is analyzed by pre-test and post-test one group design to interpret the quality of students in understanding the subject of learning and student activity during learning process with contextual learning approach, this result (cyclel} show at the result of sciense 49,25 pre-test improv 69,64, that students process learning is not cooperating with team work, practice and discussion. Some students still talking while the others working. After correcting at learning process at ( cycles two) the result of science at pre-test 57, 14 imvroping become 75,00, the students becomes more active. Study in class room becomes active, student become more active with discuss, practice and free to ask. Student becomes more active to the contectual learning to find and to develop the knowledge and skill of the object conductor and isolator. The result of this research proved that contectual learning approach can give positive impact for the student in teaching and learning process.
Key Word: Learning result, Team Work, Contextual Teaching and Learning.
5. Yang tercinta Ayahanda Mista, suami dan ananda tercinta Zaydan
mediatma Putra yang telah melimpahkan segenap kasih sayang dorongan
semangat yang tiada henti demi terselesaikannya skripsi ini. Serta tak lupa
untuk kakanda tercinta, Fatimah dan saudara-saudaraku teima kasih atas
segala bantuan dan dukungannya.
6. Bapak ketua Yayasan sirajul Falah , H. Saarih Tohir, S.Ag, Bapak Marsan,
!bu suherti dan Bapak Fathurroman, Kepala Mts, dan MI Sirajul Falah
Parung. Yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Seluruh siswa/siswi MI Sirajul falah khususnya
kelas VI A yang telah bersedia memberikan sedikit waktunya untuk
menjadi sampel..
7. Sahabatku yang terbaik, Badriyah dan Abang terima kasih atas semua
bantuan dan doanya.
8. Teman-teman senasib dan seperjuangan di MI Sirajul Falah dan semua
pihak yang banyak memberikan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.
Akhirnya penyusun hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfa'at dan mempunyai nilai guna bagi yang memerlukannya.
g£Ltahi raufk wathfdayah
wassatmu'tltafkum Wr. wb.
Parung, September 2008
Penulis
DAFTARISI
Halaman
ABSTRAK .................................................................. .
KATA PENGANTAR...................................................... m
DAFT AR ISL................................................................ v
DAFT ART ABEL........................................................... v111
DAFTAR LAMPIRAN..................................................... IX
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................... ..
B. ldentifikasi Masalah................................................ 4
C. Pembatasan Masalah............................................. ... 4
@~ Perumusan Masalah Penelitian................................ .... 4
E. Tujuan Penelitian................................................... 4
F. Manfaat Penelitian...... ... . . .... ... . .. .. .. ... .. . .. .. .. .. .. .. .. . .... 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Pendekatan Kontekstual......................................... ... 6
J., Pengertian Pendekatan Kontekstual......................... 6
2. Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual...... . 7
3. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual... . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
4. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kontekstual................... 25
5. Penilaian Pembelajaran Kontekstual..................... ... ... 27
B. Hasil Belajar....... .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .. 28
I. Pengertian Hasil Belajar........................................ 28
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar...... .... 30
3. Pengukuran Hasil 3elajar.......... .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .... 32
4. Hubungan Pendekatan Kontekstual Terhadap Hasil Belajar 34
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek Penelitian ............................................ . 36
B. Pihak yang Terkait. ......................................... . 36
C. Waktu dan Tempat Penelitian ............................. . 36
D. Metode Penelitian ............................................ . 36
E. Rancangan Penelitian ...................................... . 37
11· 1~) Fokus Penelitian ......................................... . 37
2. Hasil yang diharapkan ................................. . 37
3. Solusi Masalah .......................................... . 37
4. Prosedur Tindakan ...................................... . 37
5. Metode Pengamatan .................................... . 39
F. Analisi Refleksi dan Analisis Data ........................ . 39
G. Teknik Analisis Data .......................................... . 40
H. Hipotesis Tindakan ......................................... . 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembelajaran IP A Dengan Menggunakan Pendekatan
Kontekstual di MI Sirajul Falah .............................. 41
B. Hasil Belajar IPA di MI Sirajul Falah ..................... 41
I. Hasil Belajar IPA Sebelum Menggunakan
Pendekato n Pembelaj aran kontekstual..... . ......... 46
2. Hasil Belajar IP A Dengan Menggunakan Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual Pada Siklus I. ............. 48
3. Hasil Belajar IPA Sebelum Menggunakan Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual Pada Siklus IL. ........... 52
4. Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan Pembelajaran
Pendekatan Kontekstual Pada siklus II. ............... 53
C. Pengaruh Pembelajaran Pendekatan kontekstual Terhadap
Hasil Bela jar. .................................................. 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59
B. Saran................................................................. 60
DAFT AR PUST AKA
DAFTAR TABEL
LAMP IRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintaks model pembelajaran koopertif........................ 22
Tabet 2.2 Sintaks model pembelajaran Berdasarkan masalah (PBI). 24
Tabel 4.1 Aktivitas siswa dalam kerja kelompok pada siklus I........ 42
Tabet 4.2 Aktivitas siswa dalam kerja kelompok pada siklus II....... 44
Tabel 4.3 Perbandingan aktivitas siswa pada siklus I dan II............. 45
Tabet 4.4 Hasil belajar IPA sebelum menggunakan pembelajaran.
pendekatan kontekstual Siklus I................................ 47
Tabel 4.5 Hasil belajar IP A dengan mengunakan pendekatan pembelajaran
Kontekstual pada siklus I............................................... 48
Tabel 4.6 Perbandingan hasil belajar IP A antara pretest dan posttest pada
Pada siklus I....................................................... 50
Tabel 4.7 Hasil belajar IPA sebelum menggunakan pendekatan pembelajaran
kontekstual pada siklus II..................... .. . .. . .. . . . . . . . . . . . . 52
Tabel 4.8 Hasil belajar IP A dengan menggunakan pendekatan kontekstual
pada siklus II............ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54
Tabel 4.9 Perbandingan hasil belajar siswa prest dan posttest pada
siklus I dan II...................................................... 57
Tabel 4.11 Perbandingan hasil uji-t, t-hitung dan t-tabel............... 58
DAFT AR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)............... 63
Lampiran 2 Kisi-kisi soal instrument...................................... 67
Lampiran 3 Silabus dan penilaian.......................................... 69
Lampiran 4 Instrumen Penelitian...... ...... ... ................. .............. 71
Lampiran 5 Kunci jawaban instrumen penelitian........................ 74
Lampiran 6 Analisis Butir Soal Siklus I................................... 75
Lampiran 7 Analisis Butir Soal Siklus IL.................................. 77
Lampiran 8 Hasil belaj ar siswa dan rata-rata gain pada siklus I....... 79
Lampiran 9 Hasil belajar siswa dan rata-rata gain pada siklus II...... 81
Lampiran 10 Uji kesamaan rata-rata uji-t................................ ... 83
Lampi ran 11 Lembar kerja siswa.......................................... .. 84
Lampiran 12 Aktivitas siswa dalam kerja kelompok..................... 89
Lan1piran 13 Lembar penilaian kerja kelompok........................ ... 91
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu penyebab menurunnya ku11Etas manusia Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan. Rendahnya mutu pendidikan ini dapat diartikan
sebagai kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal
dari siswa itu sendiri, guru maupun sarana dan prasarana. Minat dan motivasi
siswa yang rendah, kinerja guru yang rendah serta penggunaan model belajar
yang kurang tepat akan menyebabkan kurang efektifnya proses pembelajaran
yang berakibat pada rendahnya basil belajar siswa.
Menurut Xaviery, seorang pengan1at pendidikan, berpendapat bahwa
penyebabnya adalah karena pendidik kurang mampu menghubungkan
relevansi pelajaran dengan kenyataan praktis dan keterkaitannya dengan ilmu
ilmu lain dalam mengeksplorasi bahan pelajaran. 1 Sehingga, siswa kemudian
mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diberikan oleh seorang
guru.
Selama ini dikeluhkan pelajaran IP A bersifat hapalan, sehingga kurang
bermakna. Pengajaran IPA yang disampaikan selama ini lebih menekankan
pada penguasaan sejumlah fakta dan konsep dan kurang menekankan pada
penguasaan dasar. Pelajaran IPA dianggap sulit karena materi pelajaran yang
disampaikan banyak yang bersifat abstrak. Hal ini menyebabkan banyak siswa
mengalami kesulitan dalam mempelajarinya dan sering mengalami kebosanan
karena materi yang disampaikan melalui hapalan dan ceramah. Kondisi
tersebut berimplikasi pada rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran IP A. Sebagian besar siswa tidak dapat menghubungkan
antara apa yang telah mereka pelajari dengan aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini terjadi karena pembelajaran yang digunakan tidak
melibatkan dunia nyata siswa atau disebut dengan pembelajaran konvensional,
2
yaitu pembelajaran yang bersifat teroritis dan tidak memperhatikan
pengalaman siswa. Akibatnya siswa merasa jenuh, malas dan pasif.
Sehubungan dengan itu para pendidik dihadapkan pada tantangan bagaimana
mencari cara yang terbaik untuk menyampaikan kosep-konsep yang mereka
ajarkan sedemikian rupa agar semua siswa dapat menggunakan dan
menyimpan informasi tersebut.
Piaget menyatakan, proses belajar-mengajar perlu dihubungkan
dengan kejadian sehari-hari yang akrab dengan siswa. Hal ini dilakukan
dengan cara memberikan pengalaman langsung kepada siswa atau cara lain
yang dapat memberikan efek pengkokritan fakta atau fenomena. Selain itu
dengan penyajian obyek nyata diharapkan dapat mendorong siswa
mereflesikan hasil kegiatan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.2
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa
anak akan belajar lebih baik jika lingkungan belajar diciptakan alamiah.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya,
bukan mengetahui-nya. Hal ini sesuai dengan pandangan Nurhadi, yang
mengatakan bahwa pengetahuan dan keterampilan datang dari "menemukan"
sendiri, bukan dari "apa kata guru"3.
Penguasaan yang berorientasi target materi terbukti berhasil dalam
jangka pendek, tetapi gaga! dalam membekali anak memecahkan masalah
dalam kehidupan jangka panjang seperti yang diungkapkan oleh Eline B.
Jhonson "Jika otak hanya belajar, mengutip dan berlatih, ngebut sebelum
ujian, maka dalam waktu 14 sampai 18 jam, otak akan melupakan sebagian
informasi baru tersebut. Kecuali jika informasi itu memiliki makna"4 Untuk
itu, diperlukan strategi belajar 'baru' yang lebih memberdayakan siswa.
2 Margareta, Seminar nasiona/ Pendidikan Matematika dan IPA, Desiminasi Hasil Kolaborasi Sekolah-Universitas untuk meningkatkan Kesiapan lmplementasi kurikulum MIPA 2004,h.3
3 Nurhadi, Pemeba/ajaran Kontekstua/ dan Penerapannya da/am KBK, Universitas NP.ol"ri Mah~no fM~l~no ?nn1.'\ h '\
3
Sebuah strategi belajar yang mendorong siswa mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri.
Dalam menjawab permasalahan tersebut, pendekatan pembelajaran
kontektrual atau Contextual teaching and Learning (CTL) memandang bahwa
proses be!ajar benar-benar berlangsung hanya jika s;swa mampu memproses
informasi atau pengetahuan tersebut menjadi bermakna sesuai dengan
kerangka berfikir mereka. Melalui landasan filosofi konstruktivisme,
pendekatan kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL)
'dipromosikan' menjadi altematif strategi belajar yang baru. Melalui strategi
CTL, siswa diharapkan belajar me!alui 'mengalami' bukan 'menghapal'.
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, memotivasi
s1swa untuk membuat hubungan antara ilmu pengetahuan dan
mengaplikasikannnya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga,
warga Negara maupun pekerja. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Penerapan pendekatan kontekstual akan membantu guru untuk
mengembangkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi
siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan
kehidupan mereka. Berdasarkan pemahaman tersebut, teori pembelajaran
kontekstual berfokus pada berbagai lingkungan belajar diantaranya ruang
kelas, lingkungan sekolah, rumah, maupun tempat-tempat umum lainnya.
Pembelajaran kontekstual mendorong guru untuk memilih dan mendesain
lingkungan belajar yang dimungkinkan untuk mengkaitkan berbagai bentuk
pengalaman sosial, budaya, fisik dan psikologi di dalam mencapai hasil
belajar.
Dalam penelitian ini dikembangkan kegiatan belajar yang berpusat
pada siswa yaitu melalui kegiatan kerja kelompok dengan berdasarkan pada ~-~...1-1---"---- - - - 1 1 •
4
pembelajaran yang efesien dan efektif sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
B. ldentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang i~lah diuraikan di atas, dapat
diidentifikasi masalahnya sebagai berikut:
l. Bagaimana usaha guru dalam memotivasi siswa untuk mencapai hasil
belajar yang optimal?
2. Apakah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat
meningkatakan kualitas pembelajaran IP A di sekolah?
3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar IPA menggunakan pendekatan
kontekstual pada konsep konduktor dan isolator?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup dan keterbatasan waktu, agar
pembahasan tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka penulis
membatasi masalah hanya pada peningkatan hasil belajar IP A menggunakan
pendekatan kontekstual pada konsep konduktor dan isolator.·
D. Perumusan Masalah Penelitian
Masalah dalam penelitian 1m dirumuskan sebagai berikut:
"Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada konsep konduktor dan
isolator setelah mengikuti pembelajaran kontekstual pada siswa kelas VI MI
Sirajul Falah?
E. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui Peningkatkan Hasil Belajar IP A
siswa pada konsep konduktor dan isolator dengan pembelajaran pendekatan
kontekstual
5
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat :
I. Memotvasi dan membantu siswa dalam memahami mata pelajaran IPA
2. Memberikan gambaran tentang peningkatan hasil belajar IP A dengan
menggunakan pendekatan kontekstual.
3. Memberikan masukan bagi guru IPA dalam melaksanakan pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual.
BAB II
KAJIAN PUST AKA
A. Pendekatan Kontekstual (contekstual Teaching and Learning)
1. Pengertian Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual (Contextual teaching and learning, CTL)
merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa
melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari, yaitu dengan
konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya. 1• Selanjutnya
Zaenuri Masturi mengatakan pendekatan kontekstual dirumuskan sebagai
"siswa aktif mengkonstruksi-guru membantu dengan memahami pikiran
anak untuk membantu anak belajar"2
Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan
s1Swa memperkuat, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan
keterampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan di luar
sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada di dunia nyata
(The Washington State Consortium For Contextual). TEACNET (Center
on Education and Work at the University of Wiconsin Madison)
menyatakan pendekatan dan pembelajaran kontekstual adalah suatu
konsepsi belajar mengajar yang membantu guru menghubungkan isi
pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat
hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam
kehidupan siswa sebagai anggota masyarakat, dan pekerja serta meminta
ketekunan belajar. 3Dari beberapa pernyataan diatas tentang pengetian
pembelajaran pendekatan kontekstual dapat penulis simpulkan,
1 Elaine B. Jhonson, Contextual Teaching and Learning, (Jakarta:Mizan, 2005)h. 25 2 7,aenuri Masturi,Model Pembelajaran Lingkungan,WWW.Pikiran
Rakyat.corn!cetak/2005/1005/24/0803.htm-24k , januari 2006
3 Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, {1.,A.,.J.,,nn•I Jn;u,,....,..;,_,.., ")o,J,,.,.,.,,. .. ; .....,,,.J,...,.,.. "ll\f\~'\l... 1"1
7
pendekatan kontekstual dapat penulis simpulkan, pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar
dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa
memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas,
sedikit-demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, artinya
proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara lansung
sebagai bekal untuk memecahkan masa!ah dalam kehidupannya sebagai
anggota masyarakat. Siswa tidak hanya memahami materi yang
dipelaajrinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual
Pengajaran adalah susunan informasi dan lingkungan untuk
memfasilitasi pembelajaran. Pilihan strategi pengajaran menentukan
lingkungan (metode, media, peralatan, dan fasilitas) dan cara bagaimana
informasi dikemas dan digunakan. Pendekatan pengajaran dapat terentang
dari berpusat pada guru dan berpusat pada siswa. Peranan guru adalah
penting dalam proses perencanaan pengajaran. Bekerja dengan guru lain
dan spesialis media, seorang guru dapat memadukan media ke dalam
pengajaran mereka untuk mengoptimalkan dampaknya pada siswa.
Pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan,
sikap, atau sikap baru pada saat seseorang individu berinteraksi dengan
informasi dan lingkungan pembelajaran terjadi disepanjang waktu.
Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa
siswa TK sampai dengan SMU untuk menguatkan, memperluas dan
8
menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam
berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat
memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang
disimulasikan (University OF Washington, 2001).4 Pembelajaran
kontekstual adalah kom•ep belajar yang membantu g'.lru mengkaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Pembelajaran kontekstual merupakan koordinasi antara content (materi
pelajaran) dengan keterampilan intelektual yang harus dimiliki oleh siswa
dalam kondisi yang erat dengan pengalaman sesungguhnya (Blancard,
2001). Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan
mengalami apa yang sedang diajarkan dan tanggungjawab mereka sebagai
anggota keluarga, warga negara, siswa, dan tenaga ke1ja (University
Washington, 2001)5
Menurut Nurhadi (2003) bahwa pengajaran kontekstual adalah
pengajaran yang memungkinkan para siswa mampu mengkaitkan,
memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik
mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah
agar dapat memecahkan masalah di dunia nyata. 6
Pembelajaran dan pengajaran kontekstual merupakan sistem
pengajaran yang didasarkan kepada alasan bahwa makna akan muncul dari
hubungan antara materi pelajaran dan konteksnya. Pemanduan materi
pelajaran dengan konteksnya (konteks keseharian siswa-konteks pribadi,
sosial dan kultural) akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan dan
4 Landasan Teori Dalam Pengembangan Metode Pengajaran, Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2005),h.13
5 Landasan Teori da/am Pengembangan Metode pengajaran, Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah ,2005)h.13
6 Nurhadi, Pembe/ajaran kontekstua/ dan Penerapannya Dalam KBK, (Malang: .. . .
9
keterampilan yang mendalam dimana siswa memahami masalah dan cara
penyelesaiannya. Pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan
siswa untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah
dimiliki pada situasi lain. Dengan kata lain pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki bukan sekec!ar untuk menghapal tetapi dapat digunakan atau
dialihkan pada situasi dan kondisi lain.
Siswa belajar diawali dengan pengetahuan, pengalaman dan konteks
keseharian yang mereka miliki yang dilakukan dengan konsep mata
pelajaran yang dipelajarinya di kelas dan selanjutnya untuk
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan teori pembelajaran kontekstual, guru berperan dalam
memilih strategi, menciptakan, dan menyelenggarakan pembelajaran yang
menggabungkan seberapa banyak bentuk pengamanan siswa termasuk
aspek sosial, fisikal, psilogikal untuk mencapai hasil pembelajaran yang
diinginkan. Dalam lingkungan sekitar, siswa menemukan hubungan yang
bermakna antara ide abstrak dan aplikasi pratikal dalam konteks nyata.
Siswa akan memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa
sehingga dirasakan masuk aka! dengan kerangka berfikir yang dimilikinya
(ingatan, pengalaman, dan tanggapan). Pendekatan atau pembelajaran
yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual memiliki kesamaan ciri
dalam ha!: (I) menekankan pada pemecahan masalah, (2) menyadari
kebutuhan akan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam berbagai
konteks seperti di rumah, masyarakat dan pekerjaan, (3) mengajar siswa
memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri sehingga
mereka menjadi pembelajar yang mandiri, (4) mengaitkan pengajaran pada
konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda, (5) mendorong siswa untuk
belajar dari sesama teman dan belaajr bersama, (6) menerapkan penilaian
autentik, (7) menyenangkan.
10
Strategi pembelajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran
kontekstual ad al ah sebagai berikut: 7
a. Pengajaran Berbasis Masalah
Pengajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) adalah
suatu pendekatan pengaJaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir
kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Pengaj aran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berfikir
tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk didalamnya
belajar bagaimana belajar. Menurut Ibrahim dan Nur " Pengajaran
Berbasis Masalah dikenal dengan nama lain seperti (Project- based
teaching) Pembelajaran Proyek, (Experince-based education)
Pendidikan berdasarkan pengalaman, (Authentic learning)
Pembelaajran Autentik, dan (Anchored instruction) Pembelajaran
berdasarkan kehidupan nyata. Peran guru dalam pengajaran berbasis
masalah adalah menyajikan masalah mengajukan pertanyaan, dan
memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pengajaran berbasis masalah
tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas
yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Secara
garis besar pengajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikan kepada
siswa situasi masalah yag autentik dan bennakna yang dapat
memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan
dan inkuiri.
7 Nurhadi, Pembe/ajaran kontekstua/ dan Penerapannya Dal am KBK, (Malang: Universitas NeQeri Malang_ 2001)h_S")
11
Model pembelajaran berdasarkan masalah menyajikan kepada
siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat
memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan
dan inkuiri. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan
per!llasalahan yang rnuncuJ. Tugas guru adalah m<>rangsan2 siswa unti•k
berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan
siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan
persepektif yang berbeda dengan mereka.
Model pengajaran ini sangat efektif untuk mengajarkan poses
proses berpikir tingkat tinggi, membantu siswa memproses informasi
yang telah dimilikinya, dan membantu siswa membangun sendiri
pengetahuannya tentang dunia sosial dan fisik di sekelilingm1ya. Model
pengajaran ini sesuai dengan yang dikehendaki oleh prinsip-prinsip
CTL, yaitu inkuiri, konstruktivisme, dan menekankan pada berfikir
tingkat lebih tinggi.
PBI biasanya terdiri dari lima (5) tahap utama yang dimulai
dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan
diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Jika jangkauan
masalahnya tidak terlalu kompleks, maka kelima tahapan tersebut
mungkin dapat diselesaikan dalan1 waktu dua sampai tiga kali
pertemuan. Tapi jika permasalahamwa sangat kompleks maka akan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikannya. Kelima
tahapan tersebut terangkum pada sintaks model pembelajaran PB!.
Tabel 2.2
SINTAKS MODEL PBI8
FASE-FASE
Pase I
Orientasi siswa kepada masa lah.
Pase 2
Mengorganisasikan siswa untuk
belajar.
Pase 3
Membimbing penyelidikan
individu maupun kelompok.
Pase 4
Mengembangkan dan menyajikan
basil karya.
Pase 5
Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah.
TINGKAH LAKU
Guru
tujuanpembelajaran,
logistik yang
menjelaskan
menjelaskan
dibutuhkan,
memotivasi s1swa terlibat pada
aktivitas pemecahan masalah yang
dipilih.
Guru membantu SISWa
mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan
masalah tersebut.
Guru mendorong s1swa untuk
mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen,
untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah.
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan,
video, dan model membantu
mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya.
Guru membantu s1swa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses
gunakan.
yang mereka
12
8 Model-Model Pengajaran Dalam Pembelajaran I/mu Pengetahuan Alam, Departemen PPnrlirlil·lln l\f,;i..,inn".'.11 fT<ll•<lrh1• n;,.;,,.n p,,. .. r1:r1a, ....... (',,.J,,,.,J,.,J., n .......... ,-1 ....... ~A ........... -~~t.. ....,(\(\.:'\ \_...., 1
13
b. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam
mencapai tujuan bersama (Hamid Hasan, 1996)9 Pada dasarnya
Cooperatif Learning ;nengandung penge;tian sebagai suatu sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam
struktur ke1ja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua
orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar
dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota sating
beke1ja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan
pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pembelajaran. Tujuan penting dari
pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa
keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting
untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa
sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling begantung satu
sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam.
Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja,
namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus
yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini
berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan
hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi
9 Elin Solehatin, Raharjo, Coopertaif Learning Ana/isis Pembelajaran /PS, (Jakarta: Bumi Aksara. 2007) hn I 4
14
antar anggota kelompok. Sedangkan peranan tugas dilakukan dengan
membagi tugas antar kelompok selama kegiatan.
Terdapat enam langkab utama atau tabapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif. Pe!ajaran dimulai dengan guru
111enyampaikan tujuan p::mbelajarBn dan memo:ivasi siswa belajar. Fase
ini diikuti oleh penyajian informasi; seringkali dengan bahan bacaan
secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokan ke dalam tim-tim
belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja
bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Tabap
selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada masing-masing
kelompok untuk mempresentasikan basil kerja kelompoknya. Fase
terakhir pembelajaran kooperatif meliputi prestasi basil belajar akhir
kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telab mereka pelajari dan
memberi pengbargaan terbadap usaba-usaba kelompok maupun
individu.
Enam tabap pembelajaran kooperatif itu dirangkum dalam sintaks
model pembelajaran kooperatif. Untuk melibat lebib jelas mengenai
tahapan-tahapan dalam pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel
model pembelajaran koopertifberikut ini:
15
Tabel 2.1
SINTAKS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF10
FASE-FASE
Fase 1
Menyampaikan
memotivasi siswa.
Fase2
tujuan
Menyajikan informasi.
Fase 3
TINGKAH LAKU
Guru menyampaikan tujuan
dan pelajaran yang ingin dicapai pacia
pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar.
Guru menyajikan informasi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi
atau !ewat bahan bacaan.
Guru menjelasakan kepada s1swa
bagaimana caranya membentuk Mengorganisasikan siswa kedalam
kelompok-kelompok belajar.
Fase4
Membimbing kelompok bekerja
dan belajar.
Fase 5
Evaluasi.
Fase 6
Memberikan penghargaan
kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Guru membimbing kelompok-
kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil ke1janya.
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik
hasil belajar
kelompok.
upaya maupun
individu dan
10 Model-Model Pengajaran Dalam Pembelajaran !111111 Pengetahuan Alam, Departemen Pendidikan Nasional,, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah, 2005), h.13
16
c. Pengajaran Autentik
Pengajaran autentik adalah pengajaran yang meperkenalkan siswa
untuk mempelajari konteks bermakna. Siswa mengembangkan
keterampilan berfikir dan pemecahan masalah yang terpenting dalam
konieks keI1idupan nyata. Siswa sering kali mengalami kesulitan dalam
menerapkan keterampilan yang telah mereka dapatkan disekolah
kedalam kehidupan nyata sehari-hari karena keterampilan-keterampilan
itu lebih diajarkan dalam konteks kehidupan nyata.
Tugas-tugas sekolah sering lemah dalam konteks (tidak autentik)
sehingga tidak bermakna bagi kebanyakan siswa karena siswa tidak
dapat menghubungkan tugas-tugas ini dengan apa yang telah mereka
ketahui. Guru dapat membantu siswa untuk belajar memecahkan
masalah dengan memberi tugas-tugas yang memiliki konteks kehidupan
nyata dan kaya dengan kandungan akademik serta keterampilan yang
terdapat dalam konteks kehidupan nyata. Untuk memecahkan masalah
masalah tersebut, siswa harus mengidentifikasi kemungkinan
pemecahannya, memilih suatu pemecahan, melaksanakan atas masalah
tersebut, dan menganalisis serta melaporkan penemuan-penemuan
mereka. Dengan begitu, siswa akan belajar menerapkan keterampilan
keterampilan akademik seperti pengumpulan informasi, menghitung,
menulis dan berbicara di dalam konteks kehidupan nyata.
d. Pengaj aran Berbasis Proyek/tugas
Pengajaran berbasis proyek/tugas terstruktur (Project-Based
Learning) mebutuhkan suatu konsep pendekatan pengajaran yang
komprehensif dimana lingkungan belaj ar siswa didesain agar siswa
dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik
termasuk pendalan1an materi dari suatu topik pelajaran, dan
melaksanakan tu gas bermakna lainnya. Pendekatan ini
memperkenalkan siswa untuk beke1ja secara mandiri dalam
17
mengkonstruk (membentuk) pembelajarannya, dan
mengkulminasikannya dalam produk nyata.
Siswa diberikan tugas/proyek yang kompleks, sulit, lengkap, tetapi
realistis/autentik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya agar
dapat menyelesaikan tugas mereka. Prinsip ini digunakan untuk
menunjang pemb<:rian tugas kompleks di kelas sepert1 proyek, simulasi,
penyelidikan masyarakat, menulis untuk disajikan kepada forum
pendengar yang sesungguhnya, dan tugas-tugas autentik lainnya.
e. Pengajaran Berbasis Kerja
Pengajaran berbasis kerja (Work-Based Learning) memerlukan
suatu pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan
konteks tempat ke1ja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis
sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali di dalam
kerja. Pengajaran berbasis kerja menganjurkan pentransperan model
pengajaran dan pembelajaran yagn efektif kepada aktivitas sehari-hari
di kelas, baik dengan cara melibatkan siswa dalam tugas-tugas
kompleks maupun membantu mereka mengatasi tugas-tugas tersebut
dan melibatkan siswa dalam kelompok pembelajaran kooperatif
heterogen di mana siswa lebih pandai membantu siswa yang kurang
pandai dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks tersebut.
f. Pengajaran Berbasis J asa Layanan
Pengajaran berbasis jasa layanan (Serving Learning) memerlukan
penggunaan metodologi pengajaran yang mengkombinasikan jasa
layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk
mereflesikan jasa layanan tersebut; jadi menekankan hubungan antara
pengalaman jasa layanan dan pembelajaran akademis.
Strategi pengajaran ini berpijak pada pemikiran bahwa semua
kegiatan kehidupan dijiwai oleh kemampuan melayani. Dalam industri
moderen, kata kunci yang digunakan adalah layanan yang baik. Untuk
itu, sejak usia dini siswa dibiasakan untuk melayani orang lian.
18
3. Karaktcristik Pembelajaran Kontekstual
Karakteristik pembelajaran kontekstual menurut para ahli adalah
b . b 'k II se agai en ut:
a. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connection)
Siswa dapat mengat•tr diri sendiri sebagai orang yan;:; belajar secara aktif
dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yagn dapat
bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat
belajar sambil berbuat.
b. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work)
Siswa mebuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagaikonteks
yang ada dalam kehidupan.
c. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning)
Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya, ada
urusannya dengan orang lain, ada hubungannyadengan penetuan pilihan,
dan ada produknya/hasilnya yang sifatnya nyata.
d. Beke1ja saina (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja sama secara
efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana
mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
e. Berfikir kritis dan kreatif(critical and creatifthinking)
Siswa dapat menggunakan tingkat berfikir yang tinggi secara kritis dan
kreatif: dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah,
membuat keputusan, dan menggunakan logika dan bukti-bukti.
f. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual)
Siswa memlihara pribadinya: mengetahui, memberi perhatian, memiliki
harapan-harapan tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa
II Elaine .B. Jhonson .. Conlextual Teachinf7 and f.pnrnino rt~k~rt~·Mi7~n ')(l{)-';;:'\h '1A
19
tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa. Siswa menghormati
temannya danjuga orang dewasa.
g. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standars)
Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi: mengidentifikasi
tttjuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya. Guru memperlihatkan
kepada S!SWa cara mencapai apa yang disebut
"excellence"
h. Menggunakan penilaian autentik (using authentic assesment)
Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata
untuk suatu tujuan yang bermakna.
Menurut Nurhadi, kata-kata kunci pembelajaran kontekstual adalah
(I) real world learning, (2) mengutamakan pengalaman nyata, (3) berfikir
tingkat tinggi, (4) berpusat pada siswa, (5) siswa aktif, kritis, dan kreatif,
(6) pengetahuan bermakna dalam kehidupan, (7) dekat dengan kehidupan
nyata, (8) perubahan perilaku, (9) siswa praktek bukan menghapal, (10)
learning bukan teaching, (11) pendidikan (education) bukan pengajaran
(instruction), (12 pembentukan 'manusia', (13) memecahkan masalah, (14)
siswa 'aktif guru mengarahkan, (15) hasil belajar diukur dengan berbagai
cara bukan hanya dengan tes. 12
The Washington Consortium for Contextual Teaching and
Learning (2001) telah mengidentifikasi tujuh unsur kunci CTL seperti
berikut: 13
a. Inquiry (Inquiry)
Inkuiri pada dasarnya adalah suatu ide kompleks, yang berarti
banyak ha!, bagi banyak orang, dalam banyak konteks. Inkuiri adalah
bertanya. Bertanya yang baik, bukan asal bertanya. Pertanyaan hams
12 Nurhadi, Pendekatan Kontekstual dan Penerapannya da/am KBK (Malang: Universitas Negeri Malang: 2003), h.6 13 Landasan Teori Dalam Pengembangan Metode Pembelajaran, (Jakarta: Deodiknas.
20
berhubungan dengan apa yang dibicacakan. Pertanyaan yang diajukan
hams dapat dijawab sebagian atau keseluruhannya. Pertanyaan harus
dapat diuji dan diselidiki secara bermakna.
Inkuiri (menemukan) merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh siswa diharapkan bukan basil mengingat seperangkat
fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus
merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan,
terhadap materi yang diajarkannya. Inkuiri dapat diterapkan pada
semua bidang studi. Kata kunci dari strategi inkuiri adalah 'siswa
menemukan sendiri'. Diawali dengan kegiatan pengamatan dalam
rangka untuk memahami suatu konsep. Siklus yang terdiri dari
kegiatan mengamati, bertanya, menganalisis, dan merumuskan teori,
baik secara individu maupun bersama-sama dengan teman lainnya.
Mengembangkan dan sekaligus menggunakan keterampilan berfikir
kritis.
b. Bertanya (Questioning)
Bertanya (Questioning) merupakan strategi utama pelajaran yang
berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai
kegiatan guru untuk mendorong ,(membimbing) , dan menilai
kemampuan berpikir siswa . Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan
bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis
inkuiri , yaitu menggali informasi , mengkonfirmasikan apa yang
sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum
diketahuinya.
Bertanya adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh
siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan,
pertanyaan-pertanyaan spontan yang diajukan siswa dapat digunakan
untuk merangsang siswa berfikir, berdiskusi, dan berspekulasi. Guru
dapat menggunakan teknik bertanya dengan cara memodelkan keingin
21
pertanyaan. Siswa belajar mengajukan pertanyaan tentang gejala-gejala
yang ada, belajar bagaimana merumuskan pertanyaan-pertanyaan
yang dapat diuji., dan belajar saling bertanya tentang bukti,
interpretasi, dan penjelasan-penjelasan yang ada. Dalam kelas guru
menggunkan pe1ianyaan untuk bercakap-cakap, merangsang siswa dan
mt:yakinkan apa yang diketahui siswa. Digunakan oleh guru untuk
mendorong, membimbing dan menilai kemampuan befikir siswa.
Digunakan oleh siswa selama melakukan kegiatan berbasis inkuiri.
c. Konstruktivisme (Constructivisme)
Konstruktivis menganggap bahwa pengetahuan adalah hasil
konstruksi makna secara aktif oleh individu. Pengetahuan dibangun
oleh siswa itu sendiri, guru hanya bertindak sebagi fasilitator,
motivator, perancang diagnosa dan dan perancang aktivitas belajar
(Horsley, 1990:68).14 Konstruktivis merupakan landasan berfikir
(filosofi) pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah merupakan seperangkat fakta-fakta, konsep atau
kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahun itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata.
Siswa harus dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Guru
tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa.
Siswa harus mengkonstrusikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.
Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus
menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke
14 Margareta, Seminar nasional Pendidikan Matematika dan IPA, Desiminasi Hasil Kolaborasi Sekolah-Universitas untk meningkatkan Kesiapan lmplementasi kurikulum MIPA 2004,h.4
22
situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik
mereka sendiri. Dengan dasar itu , pembelajaran hams dikemas
menjadi proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan
mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar.
Siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru.
Hal yang pedu diperhatikan dalam pembelajaran konstruktivisme
adalah guru dapat membawa siswa ke dalam situasi belajar yang dapat
menghubungkan apa saja yang diperoleh siswa di sekolah atau kelas
dan dapat menghubungkan materi tersebut dengan kehidupan sehari
hari mereka. Membangun pemahaman oleh diri sendiri dari
pengalaman-pengalaman baru berdasarkan pada pengalaman awal.
Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman
pengalaman belajar bermakna.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Dalam masyarakat-belajar hasil pembelajaran dapat diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar dapat diperoleh dari
sharing antara teman, antar kelompok, dan antara mereka yang tahu ke
mereka yang belum tahu.
Dalam kelas dengan pendekatan kontekstual, kegiatan
pembelajaran dilakukan dalam kelomp-kelompok belajar: siswa yang
pandai mengajari yang lemah dan yang tahu memberi tahu yang belum
tahu. Masyarakat-belajar bisa tercipta apabila ada proses komunikasi
dua arah. Dalam masyarakat-belajar, anggota kelompok yang terlibat
dalam komunikasi pembelajaran dapat saling belajar. Siswa yang
terlibat dalam kegiatan masyarakat-belajar memberi informasi yang
diperlukan oleh teman bicaranya dan juga meminta informasi yang
diperlukan dari teman bicaranya dan antar mereka yang tahu ke
mereka yang belum tahu.
Dalam kelas kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan
pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok yang anggotanva heterogen. Yarn~ nandai
23
mengajari yang lemah yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang
cepat memberbantu yang lambat, yang mempunyai gagasan segera
memberi usu!, dan seterusnya. Kelompok siswa bisa sangat bervariasi
bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di
kelas atasnya, atau melakukan kolaborasi dengan mendatangkan
seorang 'ahW ke kelas.
e. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian autentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang
bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data yang
dikumpulkan harus diperoleh kegiatan nyata yang dikerjakan siswa
pada saat melakukan proses pembelajaran. Hal-ha! yang dapat
diambil sebagai dasar prestasi siswa adalah kegiatan dan laporan,
pekerjaan rumah, demonstrasi, hasil tes tulis dan lain-lain. Kemajuan
belajar dinilai dari proses, bukan melalui hasil. Penilaian autentik
menilai pengetahuan dan keterampilan (performansi) yang diperoleh
siswa. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman atau orang lain.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa
yang lalu15• Refleksi merupakan gambaran kegiatan atau pengetahuan
yang baru saja diterima. Siswa mengedapkan apa yang baru
dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan
pengayaan atau kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru
diterima.
Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan
yang dimiliki oleh siswa diperluas melalui konteks pembelajaran yang
kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa
membuat hubungan-hubungann antara pengetahuan yang dimiliki
" Nurhadi, Pembelajaran Kontekstua/ dan Penerapannya dalam KBK. (Malang, Universitas Negeri Malang, 2003),h.51
24
sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu, siswa
merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa
yang baru dipelajarinya.
Guru perlu melaksankan refleksi pada akhir program
pembelajaran. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu
sejcnak agar siswa melakukan reflek:;i, realisasinya berupa:
1) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu.
2) Catalan atau jurnal di buku siswa
3) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
4) Diskusi
5) Hasil karya
6) Cara-cara lain yang ditempuh guru untuk mengarahkan s1swa
kepada pemaham an mereka tentang materi yang dipelajarinya.
g. Pemodelan (Modelling)
Pemodelan pada dasarnya membahaskan gagasan yang
difikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan siswa
siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar
siswa-siswanya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi,
pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Dengan kata
lain, model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh karya
tulis, cara melafalkan bahasa inggris, dan sebagainya. Atau guru
memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru
memberi model tentang "bagaimana cara belajar".
Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya
model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang
siswa bisa ditunjuk untuk memberi contoh kepada temannya. Siswa
dapat mendemonstrasikan keahliannya. Siswa tersebut dapat disebut
sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai
standar kompetensi yang harus dicapainya. Model juga dapat
didatangkan dari luar. Model pembelajaran dapat dirancang sesuai
25
harapan dan kualitas daya serap siswa dalam memahami materi
pelajaran dan yang lebih penting adalah model yang digunakan dalam
belajar dibuat dengan melibatkan siswa. Sehingga siswa dapat
mengikuti pelajaran secara optimal.
4. Prinsip Penerapan Pembellljaran Kontekstnal
Prinsip-prinsip pendekatan pembelajaran kontekstual adalah sebagai
berikut: 16
a. Keterkaitan, relevansi (Relating)
Proses pembelajaran hendaknya ada keterkaitan (relevance) dengan
bekal pengetahuan yang telah ada pada diri siswa, dengan konteks
pengalaman dalam kehidupan dunia sebenarnya seperti manfaat untuk
bekal bekerja di kemudian hari dalam kehidupan masyarakat.
b. Pengalaman langsung (Experiencing)
Dalam proses pembelajaran siswa perlu mendapatkan pengalaman
langsung melalui kegiatan eksplorasi, penemuan, investigasi, penelitian,
dan lain-lain. "Experiencing di pandang sebagai jantung pembelajaran
kontekstual". Proses pembelajaran akan berlangsung cepat jika siswa
diberi kesempatan untuk memanipulasi peralatan, memanfaatkan sumber
belajar, dan melakukan bentuk-bentuk kegiatan penelitian yang lain secara
aktif.
c. Aplikasi (Applying)
Menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang dipelajari
dalam situasi dan konteks yagn lain merupakan pembelajaran tingkat
tinggi, lebih dari sekedar menghapal.
d. Kerja San1a (Cooperating)
Kerja sama dalam konteks saling tukar pikiran, mengajukan dan
menjawab pertanyaan, komunikasi interaktif antar siswa, antar siswa
dengan guru, antar guru dengan siswa, dan siswa dengan nara sumber,
26
memecahkan masalah dan mengerjakan tugas bersama merupakan strategi
pokok pembelajaran dalam pembelajaran kontekstual.
e. Alih Pengetahuan (Transferring)
Pembelajaran kontekstual menekankan pada kemampuan s1swa
unt•Jk metransfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki
pada situasi Iain. Dengan kata lain pengetahuan dan keterampilan yag telah
dimiliki bukan sekedar untuk menghapal tetapi dapat digunakan atau
dialihkan pada situasi dan kondisi !ain.17
Setiap metode yang diajarkan tentu mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing dan mempunyai daya memori yang berbeda.
Menurut Secret of Ancient Chinese Art of Motivation tentang daya ingat
manusia terhadap materi yang mereka resap kedalam memori mereka
adalah sebagi berikut: 18
a) I 0% Apa yang kita baca.
b) 20% Apa yang kita dengar.
c) 30% Apa yang kita lihat.
d) 50% Apa yang kita dengar dan lihat.
e) 70% apa yang kita bincang dengan orang lain.
f) 80% apa yang kita alami sendiri.
g) 95% Apa yang kita ajar kepada orang lain kita belajar.
Berdasarkan data di atas bahwa daya serap siswa pada matei yang
tinggi terdapat pada pembelajaran yang menggunakan perlakuan
perbincangan, pengalaman dan be1iukar pikiran pada sesama siswa
maupun dengan guru. Ketiga perlakuan tersebut merupakan bagian dari
pendekatan pembelajaran kontekstual. Dengan demikian pembelajaran
17 Dewi Salma Prawiradilaga dan Evelina Siregar, Mozaik Tkno/ogi Pendidikan, (Jakarta: Kencana dan UNJ, 2004)h. 16-17
18 Pusat Perkembangan kurikulum Pendidikan Malaysia. Tersedia:
27
kontekstual memiliki pengaruh tinggi untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
5. Penilaian Pembelajaran Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik merupakan
bagian dari keseluruhan sistem CTL. Penilain autentik befokus pada
tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, mengharuskan
membangun keterkaitan dan kerjasama, dan menanamkan tingkat berfikir
yang lebih tinggi. Menurut Elaine B. jhonson "penilain autentik
memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menuajukan apa yang telah
mereka pelajari selama proses belajar-mengajar" 19 Adapun bentuk-bentuk
penilaian yang dapat dipergunakan oleh guru adalah portofolio, tugas
kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis.
I) Portofolio
Merupakan kumpulan tugas yang dikerjakan siswa dalam konteks belajar
di kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan untuk menge1jakan tugas
tersebut supaya lebih kreatif. Mereka memperoleh kebebasan dalam
belajar. Selain itu, portofolio juga memberikan kesempatan yang lebih luas
untuk berkembang serta memotivasi siswa. Penilaian ini tidak perlu
mendapatkan penilaian angka, melainkan melihat pada proses siswa
sebagai pembelajar aktif.
2) Tugas Kelompok
Dalam pembelajaran kontekstual tugas kelompok berbentuk proyek.
Kegiatan ini merupakan tujuan akademik sambil mengakomodasi
perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat dari masing-masing siswa. Isi
dari proyek akademik terkait dengan konteks kehidupan nyata, oleh karena
itu tugas ini dapat meningkatkan partisipasi siswa.
19 Elaine B. Jhonson, Con/exlua/ Teachinf{ and Learnim!. (Jakarta:Mizan. 2005lh I 6'i
28
3) Demonstrasi
Dalam penilaian melalui demonstrasi, siswa diminta menampilkan hasil
penugasan kepada orang lain mengenai kompetensi yang telah mereka
kuasai.
4) Laporan Tertulis
Bentuk. laporan tertuEs dapat berupa su;·at, petunjuk pelatihan teknis,
brosur, essai penelitian, essai singkat.
B. Has ii Belaj ar
1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pad a diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belaj ar
dapat diunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuanya,
pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilanya, dan lain-lain
aspek yang ada pada individu.20
Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah
adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku
tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif)
dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap
(afektif). Perubahan tersebut hendaknya te1jadi sebagai akibat interaksinya
dengan lingkungannya dan perubahan tersebut haruslah bersifat relatif
permanen, tahan lama dan menetap dan tidak berlangsung sesaat saja.
Menurut para ahli pendidikan yang telah mendefinisikan belajar
seabagai berikut:
a. Cronbach, dalam buku Educational Psyhcologi mengemukakan bahwa
belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam
mengalami itu si pelajar mempergunakan panca inderanya.21
20 Nana Sudjana , Dasar-Dasar Proses Be/ajar-Mengajar, (Bandung:Sinar Baru Algesind(), 2003), h.28
29
b. Witherington (1982) mengemukakan bahwa Belajar adalah suatu
pernbahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu
pola barn daripada reaksi yang bernpa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepandaian, a tau suatu pengertian. 22
c. Slameto, dalam buku Belajar dan Faktor-F~ktor yang
memepengarnhinya, Beiajar adalah suatu µroses usaha yang dilakuk.an
individu untuk memperoleh suatu pernbahan tingkah laku yang barn
secara keselurnhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam berinteraksi23
Dari beberapa definisi tersebut, secara umum pengertian belajar
dapat dipahami sebagai tahapan pernbahan selurnh tingakah laku individu
yang relatif mantap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Hasil belajar adalah kegiatan memahami, menghayati dan
menganalisis bahan-bahan pelajaran. Dalam hasil belajar terdapat faktor
faktor yang mempengarnihi belajar siswa itu sendiri.
Menurut Gagne dan Gredller menyatakan bahwa hasil belajai
merupakan faktor yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan,
perkembangan tingkah laku itu mernpakan hasil dari efek kumulatif
belajar.24
Untuk mengetahui perubahan-pernbahan yang dialami oleh siswa
setelah proses belajar-mengajar dapat dilakukan evaluasi pada setiap
materi pelajaran yang diberikan. Adanya perubahan-pernbahan ini tampak
pada hasil belajar yang diperoleh siswa.
Proses belajar-mengajar siswa bukan hanya merupakan penguasaan
pengetahuan semata atau berbagai ha! yang pernah diajarkan atau dilatih,
tetapi juga meliputi pernbahan tingkah laku, seperti yang dinyatakan oleh
22 Syafaruddin, Manajemen pemebelajaran, Quantum Teachiung, (Jakarta:2005)h. 59 23Slameto, Be/ajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003),h.2 24 Syafaruddin, Manajemen pemebelajaran, Quantum Teachiung, (Jakarta: PT Cioutat
30
Gagne, 25 bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan indidvidu yang
belajar, perubahan itu tidak hanya mengenai pengetahuan, juga
membentuk kecakapan, kebiasaan diri pribadi individu yang belajar.
Menurut Nana Sudjana hasil belajar pada dasarnya merupakan
akibat dari suatu proses belajar. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
kualitas pengajaran ai sekolah. Ini uera1ti bahwa proses pengajaran yang
optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula.26
Dengan dernikian penulis dapat menjelaskan bahwa hasil belajar
adalah gan1baran dari hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa sebagai
akibat dari proses dari kegiatan belajar yang dialaminya. Bentuk
perubahan-perubahan pada diri siswa yang diharapkan te1jadi setelah
proses belajar yang meliputi tiga aspek, yaitu:
a. Aspek kognitif: meliputi perubahan dalam penguasaan pengetahuan
terhadap fakta, konsep, dan teori tertentu.
b. Aspek apektif: meliputi perubahan-perubahan dalam segi sikap mental,
perasaan, dan kesadaran.
c. Aspek psikomotorik: meliputi perubahan-perubahan kemampuan
motorik seseorang dalam bekerja ilmiah.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor
utama yaitu faktor kemampuan siswa dan factor lingkungan seperti yang
dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
kemampuan siswa disekolah 70% dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.27
Sedangkan Slameto mengemukakan berhasil atau tidaknya belajar itu
tergantung pada beberapa faktor, adapun faktor- faktor tersebut dapat
dibedakan rnenjadi dua golongan yaitu faktor interen dan faktor eksteren 28
25 Slameto, Be/ajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 20030h.13
26Nana Sudjana , Dasar-Dasar Proses Belojar-Mengajar, (Bandung:Sinar Baru Algesindo, 2003), h.37
27 Ahmad Sabri,Strategi Be/ajar Mengajar,(Jakarta:PT Ciputat Presma, 2005)h.48 28 Slameto, Be/ajar dan Faktor-Faktor yan!( Memeoen£aruhinva. (Jakarta:Rineka Cint"
31
a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor
individual, antara lain: faktor kematangan atau pertumbuhan,
kecerdasan latihan, motivasi dan faktor pribadi.
1) Kematangan atau pertumbuhan
Mengajar sesuatu baru dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi
telah memungkinkannya dalam aiii potensi-potensi jasmani dan
rohaninya telah matang untuk itu.
2) Kecerdasan dan inteligensi
Selain kematangan, dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu
dengan baik ditentukan juga oleh taraf kecerdasan.
3) Latihan dan Ulangan
Karena terlatih sering kali mengulangi sesuatu, maka kecakapan dan
pengetahuan yang di milikinya dapat menjadi hilang atau berkurang.
4) Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorong untuk
melakukan sesuatu. Motivasi belajar yang tinggi terutama motivasi
internal mendorong untuk mencari di dalam materi yang sedang
dipelajari dan membantu untuk menemukan makna seluruh usaha
belajar bagi pengembangan diri.
Dengan mengetahui adanya pengaruh dari dalam diri siswa
merupakan ha! yang logis dan wajar,sebab hakikat perbuatan belajar
adalah perbuatan tingkah laku individu yang diniati dan di sadarinya.
Siswa hams merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan
berprestasi. Siswa hams berusaha mengarahkan segala daya dan upaya
untuk dapat mencapainya.
b. Faktor yang ada di luar individual yang di sebut sosial. Faktor yang
termaksud faktor sosial, antara lain: faktor keluarga atau keadaan
rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan
32
dalam mengajar, lingkungan, dan kesempatan yang tersedia dan
motivasi sosial
I) Keadaan keluarga
Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam juga mau
ti,Jak mau turut menentukan baga;mana dan sampai di mana belajar
dialami dan dicapai oleh anak-anak.
2) Guru dan Cara Mengajar
Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya
pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya juga turut menentukan
bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai.
3) Motivasi Sosial
Karena belajar itu suatu proses yang timbul dari dalam,maka
motivasi memegang peran penting.Jika guru atau orang tua dapat
memberikan motivasi yang baik pada anak-anak, maka timbullah
dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik.
4) Lingkungan dan Kesempatan
Pengaruh lingkungan dan kesempatan untuk belajar juga dapat
mempengaruhi belajamya. Salah satu lingkungan belajar yang
paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah, yakni
kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran
adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar
mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Oleh sebab itu hasil
belajar siswa di sekolah di pengaruhi oleh kemampuan siswa dan
kualitas pengajaran.
3. Pengukuran Hasil Belajar
Pengukuran hasil belajar merupakan bagian penting dalam proses
belajar mengajar, karena dengan pengukuran tersebut dapat ditentukan
tingkat keberhasilan suatu program sekaligus juga dapat dinilai baik.
Untuk menilai hasil belajar yang beraneka ragam dapat diukur demmn
33
menggmmkan alat atau teknik evaluasi, yang biasanya berupa tes yang
disusun berdasarkan tujuan instruksional yang hendak dicapai. Dalam
pembelajaran kontekstual, penilaian hasil belajar tidak hanya berupa tes
tetapi diukur dengan berbagai cara seperti penilaian kerja kelompok,
aktivitas belajar siswa dan penampilan seh11ri-hari ketika belajar.
Ditinjau dari sudut bahasa penilaian diartikan sebagai proses
penentuan kualitas suatu objek, untuk dapat menentukan proses tersebut
diperlukan adanya ukuran tertentu. Misalnya untuk dapat mengatakan
baik, sedang, dan kurang diperlukan adanya ketentuan atau ukuran yang
disepakati bersama dan dinamakan kriteria.
Pada umunmya untuk memeriksa basil belajar siswa dapat
diakukan dengan berbagai macam tes, sepeti menggunakan tes lisan,
tulisan, dan tindakan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tes
tulisan mengenai hasil belajar siswa sebagai sumber untuk memperoleh
data.
Tes basil belajar adalah suatu tes yang digunakan untuk menilai
basil-basil pelajaran yang telah diberikan kepada siswa dalam jangka
waktu tertentu. Tes yang dilakukan harus benar-benar mengukur basil
belajar anak terhadap pelajaran yang telah diberikan, mengukur
kemampuan, dan keterampilan siswa setelah siswa tersebut menyelesaikan
suatu program pengajaran. Menurut Suharsimi,tes adalah alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.29
Tes merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan atau basil belajar siswa secara keseluruhan. Disamping itu
tujuan lain dari tes adalah untuk mengukur sejauh mana tujuan
pembelajaran khusus mencapai sasaran. Hal ini digunakan sebagai bahan
penyempurna pengajaran dimasa yang akan dating.
34
Berikut ini pnns1p dasar yang perlu diperhatikan didalam
menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut benar-benar dapat mengukur . b I . 30 • tujuan pem e a1aran, yaitu :
a. Tes tersebut hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang
telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional.
b. Mengukur sa111pei yang refresentatif dari hasil uelaja.- dan uahan
pelajaran yang telah diajarkan.
c. Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok
untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan ttijuan.
d. Didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang
diinginkan.
e. Dibuat seandal (reliable) mungkin sehingga mudah diinterprestasikan
dengan baik.
f. Digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa dai1 cara mengajar
guru.
Dengan pengukuran terhadap hasil belajar dapat diketahui
keberhasilan yang dicapai oleh seorang siswa. Selain itu dapat
digolongkan juga para siswa kedalam kelompok-kelompok tertentu,
apakah baik, cukup, atau kurang dalam menguasai pelajaran yang telah
diberikan oleh guru. Dengan evaluasi (tes) seorang guru dapat mengetahui
apakah terdapat kekurangan dalam pelaksanaan bimbingan yang diberikan
selama proses belajar-mengajar. Bagi orang tua siswa tes sangat berguna
untuk mengetahui hasil belajar anak disekolah (saat sekolah orang tua
tidak dapat memantau anak), karena perkembangan anak secara
keseluruhan perlu diketahui oleh orang tua.
4. Hubungan Pendekatan Kontekstual Terhadap Hasil Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar pendekatan kontekstual dapat
digunakan sebagai salah satu strategi pengajaran dalan1 upaya untuk
30 Nana Sudjana, Dasar- dasar proses be/ajar mangqjar,(Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo. 2000).h 116
35
meningkatkan kualitas pengajaran dan juga untuk meningkatlrnn hasil
belajar siswa. Penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual akan
membantu siswa untuk menghubungkan materi pelajaran dengan situasi
dunia nyata dan memotivasi siswa untuk menghubungkan antara
pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan mereka. Dalam kelas
CTL, si,wa boleh a1embangun keterkaitan t.;rsebut dengan berbagai cara.
Inti dari keterkaitan tersebut adalah untuk menarik minat dan menantang
siswa agar mereka melihat makna dalam pelajaran mereka dan oleh karena
itu termotivasi untuk mencapai hasil belajar yang tinggi.
Sistem CTL bisa berhasil karena beberapa alasan.
a. CTL dengan penekanan pada belajar melakukan dapat diikuti oleh
semua siswa.
b. CTL berhasil karena saat siswa menggunakan pengetahuan baru untuk
tujuan yang berarti, mereka memberi makna pada pengetahuan itu.
c. Proses belajar yang aktif dan langsung memungkinkan siswa
membangun keterkaitan yang benar-benar mengisi peke1jaan sekolah
mereka dengan makna. Karena melihat makna, maka siswa menguasai
apa yang mereka pelaj ari.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan makna dan arti
diri dalam pelajaran akademis dengan benar-benar mengaitkan
peke1jaan sekolah dengan kehidupan sehari-hari mereka.
e. CTL sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku pada alam, yaitu
saling ketergantungan, diferesiasi, dan pengaturan diri yang semuanya
ada dalam CTL.
f. Membuat tujuan-tujuan pembelajaran menjadi lebih jelas dan eksplisit,
menjadikan tujuan-tujuan tersebut bermakna, dan memasukannya ke
setiap tugas sekolah.
g. Membantu ·semua siswa untuk mencapai standar nilai akademik yang
tinggi.
h. Pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan aktivitas, dan hasil
belajar siswa.
A. Subjek Penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian 1111 subjeknya adalah siswa-siswi kelas VIA MI
Sirajui Falah Fan111g, sebanyak 2S orang, yang terdi;i dari 9 orang siwa putri
dan 19 orang siswa laki-laki, berusia antara 10-13 tahun.
B. Pihak Yang Terkait
Pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah guru IPA (sebagai
peneliti) dan siswa-siswi kelas VI sebanyak 28 orang sebagai subyek
peneli ti an.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun aJaran
200612007 dan tempat penelitiannya di Madrasah lbtidaiyah Sirajul Falah
Parung.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang difokuskan
pada kelas situasi, atau dikenal dengan classroom action research. Peneliti
berupaya menelaah secara seksama masalah yang menjadi fokus penelitian,
dan dalam waktu yang bersannan peneliti juga harus menganalisis dan
merefleksi permasalaahan yang ada sebagai dasar melakukan perbaikan
terhadap rancangan tindakan pada tahap selanjutnya. Langkah-langkah
kegiatan tersebut dilakukan secara terus menerus selama penelitian, dan
disesuaikan dengan prinsip daur ulang (kemmis;l 982). Dalam penelitian ini ,
peneliti menggunakan metode kaji tindak (PTK) dengan model skema Stephen
Kemmis. 1
1 l-Iera\vati Susilo,Pentingnya Pene/itian Tindakan Ke/as Ba5.!i Guru Masa Deoan. Jurnal
37
E. Rancangan Penclitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan
menggunakan metode penelitian tindakan kelas (action research). Dalam hal
ini, peneliti sekaligus guru berupaya untuk mencari hasil yang terbaik untuk
meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep konduktor dan isolator.
1. Fokus penelitian
Pembelajaran kontekstual adalah pembelaj aran yang
menghubungkan antara materi dengan kehidupan sehari-hari s1swa,
Sehingga memudahkan siswa untuk mencerna dan mengkonsep materi
yang diajarkan oleh guru. Dalam penelitian ini, fokus masalalmya adalah
peningkatan hasil belajar siswa pada konsep konduktor dan isolator
dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
2. Hasil Yang Diharapkan
Hasil yang dibarapkan dari penelitian ini adalab peningkatan basil
be!ajar siswa pada konsep konduktor dan isolator dengan pendekatan
pembelajaran kontekstual.
3. Solusi Masalah
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan
basil belajar siswa pada konsep konduktor dan isolator.
4. Prosedur Tindakan
a. Penelitian Awai
1) Observasi langsung kegiatan belajar mengajar di kelas
2) Tes awal, instrumen ini digunakan untuk mengetahui pengetabuan
yang dimiliki siswa pada konsep konduktor dan isolator.
b. Siklus I
1) Perencanaan Tindakan
Guru membuat desain pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam
penelitian yang disesuaikan dengan pendekatan kontekstual.
38
2) Pelaksanaan Tindakan
a) Guru memberikan materi pelajaran.
b) Guru mengadakan kegiatan belajar-mengajar dengan
pendekatan pembelajaran kontekstual dengan metode tanya
jawah, praktek, diskusi dan kerja kelompok.
c) Guru memberikan tugas-tugas dan pemberian latihan soal
kepada siswa melalui Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
d) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
3) Monitoring dan Evaluasi
a) Observer mencatat kegiatan belajar-mengajar s1swa dalam
kelompok.
b) Mememberikan tes hasil belajar pada akhir siklus 1.
4) Tahap Analisis dan Refleksi
Revisi proses pembelajran pada siklus I dengan tahap-tahap
sebagai berikut:
a) Mengolah dan menganalisis data pada siklus I.
b) Menarik kesimpulan antara Iain apa saja yang sudah tercapai,
yang belum tercapai dan kekurangan pada siklus I.
c. Siklus II
Dengan memperhatikan hasil tindakan pada siklus I, maka peneliti
menindak lanjuti dengan berbagai tahapan berikut ini :
1) Perencanaan Tindakan
Membuat skenario pembelajaran dengan penekanan pada aspek
pengeloalaan kelas.
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II
a) Guru memberikan materi pelajaran
b) Guru mengadakan kegiatan belajar-mengajar dengan
pendekatan kontekstual dengan meode tanya jawab, diskusi,
praktek dan kerja kelompok melalui media LKS.
39
c) Membagi siswa menjadi kelompok yang lebih kecil.
d) Pengaturan waktu belajar yang lebih epektif.
3) Monitor dan Evaluasi Siklus II
a) Observer mencatat kegiatan belaajr-mengajar s1swa dan
n.enilai tugas yang terdapat dalair lembar kegiatan siswa.
b) Memberikan tes hasil belajar pada akhir siklus II.
4) Refleksi Siklus II
a) Mengolah dan menganalisis data pada siklus II.
b) Menarik kesimpulan mengenai hasil yang dicapai dalam proses
belajar-mengajar selama penelitian baik kekurangan maupun
kelebihannya melalui metode dan media yang dipakai dalam
pembelajaran.
5. Metode Pengamatan
Penelitian diamati melalalui:
a) Observasi langsung pada saat mengajar di kelas, observasi ini berupa
catatan lapangan.
b) Penilaian lembar kegiatan siswa dan ke1ja kelompok.
c) Tes hasil belajar pada akhir siklus.
6. Instrumen Penelitian.
a) Test (pre test dan post test)
b) lnstrumen hasil belajar pada akhir siklus.
F. Analisis Rcfleksi dan Analisis Data
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dijadikan acuan tindakan pada
siklus II. Hasil refleksi pada siklus II menjadi kesimpulan akhir terhadap
pengembangan pembelajaran pendekatan kontekstual.
40
G. Teknik Analisis Data.
Pada penelitian ini populasi berdistribusi normal dan homogen.
Dengan demikian teknik analisis data menggunakan uji-t, pre-test dan post
test one group desain ( desain 2)
md
t = /2,X2d N(N-1)
Md = Mean dari perbedaan pre test dengan post test
Xd = deviasi masing-masing subjek ( d-md)
L:X2d = Jumlah kuadrat deviasi
N = Subjek pada sampel
d.b =N-1
I-1. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis tindakan yang akan di uji adalah:
Apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada konsep konduktor dan
isolator dengan pembelajaran pendekatan kontekstual.
t 1i;tung > t tabel : Ho diterima
t 1i;tung < t tabcl : Ho diterima
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pcmbclajaran IPA Dcngan Mcnggunakan Pcndckatan Kontckstual di
MI Sirajul Falah
Peneli:ian ini merupaka,1 peneiitian tindakan kelas yang terlebih
dahulu diawali dengan penelitian pendahuluan untuk mengetahui kondisi
kegiatan belajar mengajar pada kelas VI A di MI Sirajul Falah. Selain itu juga
untuk mengetahui rencana pengajaran yang dibuat oleb guru, proses belajar
mengajar dan evaluasi hasil belajar.
Penelitian diawali dengan observasi langsung terbadap kegiatan belajar
mengaJar kbususnya di kelas VIA MI Sirajul Falah Parung. Dari hasil
observasi tersebut didapat informasi sebagai berikut:
I. Guru langsung memberikan dan meajelaskan semua konsep pelajaran
yang hams dikuasai siswa. Proses pembelajaran lebih banyak berlangsung
satu arah dari arah guru ke siswa. Guru tidak mengkondisikan siswa untuk
menemukan dan menyimpulkan sendiri konsep yang telah dipelajari.
2. Kegiatan belajar mengajar banya berorientasi agar s1swa dapat
menyelesaikan berbagai jenis soal dan mendapat nilai yang tinggi dalam
ulangan tanpa melatih proses dan keablian siswa.
3. Guru lebib sering mengajar dengan metode ceramab. Siswa tidak
mempunyai pengalaman konkrit dalam proses belajar. Guru jarang
mengadakan kegiatan eksperimen
4. Guru jarang membuat rencana pembelajaran.
Berdasarkan keadaan awal (sebelum tindakan) pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar dan kondisi awal subyek yang diteliti,
dilanjutkan Penelitian Tindakan Kelas yaitu dengan membuat rencana
pembelajaran yang disesuaikan dengan metode CTL yang berisi
kompetensi dasar, basil belajar, indikator pencapaian basil belajar, materi
pokok, skenario pembelajaran, penilaian autentik dan lembar kegiatan
siS\Va. Menyusun kegiata11 oratikum dan mP.n1h:ioi c.;:fc.;:U!~ mPni(;lrli hAhs:>t•<c> ..... n
42
kelompok. Menerapkan beberapa metode pembelajaran sebagai metode
pendukung CTL yaitu metode kerja kelompok, tanya jawab, eksperimen
dan diskusi kelompok.
Dari hasil pengamatan pada siklus I, disimpulkan bahwa siswa
mengalami banyak peningkatan terutama di dalam kegiatan proses belajar
n:engajar setelah diterapkannya pembelajarau dengan menggunakan
pendekatan kontekstual.. Jika selama ini gnru yang lebih banyak berperan,
dengan adanya kegiatan pratikum, diskusi kelompok, dan penge1jaan LKS,
siswa menjadi Iebih aktif dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya.
Siswa mulai berani bertanya jika ada yang masih belum dimengerti dan
berani menjawab pertanyaan yang diajukan walaupun masih kurang
sitematis tetapi dapat dimengerti. lnteraksi antar siswa juga meningkat
dengan adanya ke1ja kelompok. Siswa mulai bekerja sama dalam
menyelesaikan tugas-tugas kelompoknya. Sikap siswa terlihat mulai
antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan pratikum seperti
yang terlihat pada tabel aktivitas siswa dalam ketja kelompok dibawah ini.
Tabel 4.1 Aktivitas Siswa dalam Kerja Kelompok pada Siklus I
Skor Kelompok (%) Rata-rata Aspek Yang D inilai
I II III IV (%)
1. Ketrerampilan 10 15 10 15 12,5
2. Ke1jasama 5 10 10 10 8,75
3. Keaktifan 10 10 10 15 11,25
4. Disiplin 10 10 5 10 8,75
5. Basil Kerja 10 10 5 15 10
Jumlah 45% 55% 40% 65% 42,25%
43
Dari tabel tersebut terlihat aktivitas belajar siswa meningkat I
dengan adanya kegiatan kerja kelompok, kegiatan pratikum dan diskusi
kelompok. Kegiatan pratikum dalam kelas kontekstual ini supaya siswa
mempunyai pengalaman langsung (experiencing), aplikasi (Applying) dan
kerjasama (Cooperating). Siswa diberi kesempatan untuk melakukan
percobaan sendiri sehingga mendorong daya tarik dan memotivasi siswa
dalam belajar. Selain itu siswa belajar menerapkan fakta atau konsep yang
dipelajari dalam situasi dan konteks yang lain daripada sekedar
menghapal. Dalam kelas CTL siswa menghubungkan pelajaran dengan
kehidupan mereka, dan mereka tidak hanya mendapatkan informasi tetapi
juga belajar menggunakan keterampilan dan berfikir dalam tingkatan yang
lebih tinggi (Elaine. B. Jhonson).
Secara umum keterampilan masing-masing kelompok baru
mencapai 12,5% ke1ja sama siswa dalam kelompok baru mencapai 8,75%,
keaktifan siswa 11,25%, Disiplin dalam beke1ja 8,75%, dan hasil ke1ja
I 0%. Dari penilaian ke1ja kelompok terlihat kelompok IV memiliki nilai
rata-rata tertinggi 65% dibandingkan dengan tiga kelompok lainnya.
Sedangkan kelompok yang memperoleh nilai terkecil adalah kelompok III
40%. Kelompok IV memperoleh nilai tertinggi karena masing-masing
anggota kelompok sudah mulai dapat bekerja sama dengan baik
walaupun belum maksimal. Sedang kelompok III masih mengalami sedikit
masalah karena masing-masing anggota belum dapat beke1ja sama dengan
baik. Nilai yang diperoleh oleh masing-masing kelompok secara umum
baru mencapai 42,25% ini disebabkan karena siswa masih belum terbiasa
dengan kegiatan kerja kelompok dan diskusi. Siswa masih belum dapat
bekerjasama dalam kelompok karena masih ada siswa yang mengobrol dan
bercanda ketika anggota kelompok yang lainnya sedang beke1ja.
Dari hasil pengamatan pada siklus II, menunjukan bahwa terdapat
peningkatan aktivitas siswa yang sangat baik. Peningkatan tersebut
meliputi peningkatan kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Siswa mulai
.L - _1_ • -
44
pengetahuan siswa sangat baik siswa dapat menjawab pertanyan dengan
konsep yang benar dan sistematis. Sikap siswa terlihat antusias mengikuti
setiap kegiatan pembelajaran baik itu diskusi, pratikum ataupun kerja
kelompok. Kinerja s1swa dalam kelompok semakin meningkat.
Peningkatann _va dapat dilihat pada label 1.2
Tabel 4.2 Aktivitas Siswa dalam Kerja Kelompok.pada siklus II
Skor Kelompok (%) Aspek Yang Dinilai Rata-rata
I II III IV v
l .Ketrerampilan 15 15 15 15 15 15
2. Ke1jasama 15 10 10 15 15 13
3. Keaktifan 10 15 15 15 15 14
4. Disiplin 15 15 20 15 20 17
5. Hasil Kerja 15 10 15 20 20 10
Jumlah 70% 65% 75% 75% 85% 75%
Secara umum keterampilan masing-masing kelompok baru
mencapai 12,5% kerja sama siswa dalam kelompok baru mencapai 8,75%,
keaktifan siswa 11,25%, Disiplin dalam be/mja 8,75%, dan hasil kerja
l 0%. Dari penilaian ke1ja kelompok terlihat kelompok IV memiliki nilai
rata-rata te1iinggi 65% dibandingkan dengan tiga kelompok lainnya.
Sedangkan kelompok yang memperoleh nilai terkecil adalah kelompok III
40%. Kelompok IV memperoleh nilai tertinggi.
45
Tabel 4.3 Aktivitas Siswa dalam Kerja Kelompok.pada siklus I dan II
Aspek Yang Dinilai Siklus I(%) Siklus II (%)
I .Ke!rerampilan 12,5 15
2. Kerjasama 8,75 13
3. Keaktifan 11,25 14
4. Disiplin 8,75 17
5. Hasil Ke1j a 10 10
Jumlah 42,25% 75%
Dari tabel di atas diperoleh data aktivitas belajar siswa mengalami
peningkatan setelah diadakan perbaikan pada peroses pembelajaran.
Secara 1111111111 keterarnpilan kelompok mengalami peningkatan dari 12,5%
menjadi 15%, ke1jasama kelompok 8,75% menjadi 13%, Keaktifan siswa
11,25% menjadi 14%, disiplin dalam beke1ja 8,75% rnenjadi 17%, dan
hasil ke1ja 10% menjadi 17%. Dari penilaian kerja kelompok kelompok
IV memiliki nilai tertinggi 85% dan kelompok dengan nilai terendah
adalah kelompok II. Rata-rata kelompok meningkat dari 65% menjadi
75%.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa setiap kelompok dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik. Sikap siswa terlihat lebih percaya
diri dalam menjawab pertanyaan ataupun mengemukakan pendapat. Siswa
mampu bekerjasama dan memberikan kontribusi kepada kelompoknya
masing-masing. Peningkatan dari masing-masing kelompok, ha! ini karena
siswa sudah mulai terrbiasa dengan kegiatan pratikum, ke1ja kelompok
dan diskusi kelompok dan metode tanya jawab yang diterapkan dalam
setiap kegiatan pembelajaran. Siswa merasa senang dengan metode dan
46
pendekatan yang dipakai. Dengan pendekatan pembelajaran kontekstual
memberikan kesernpatan kepada siswa untuk bekerja sama, berinteraksi
dengan siswa lainnya, berfikir dan beraktifitas didalam setiap kegiatan
pembelajaran. Dalarn kelas kontekstual siswa bebas bertanya, berdiskusi
dan rnengeluarkan pendapat sehingga kelas menjadi hidup, siswa 1nenjadi
lebii1 aktif dalam mencerna makri dalmn upaya n,enen:ukan m..:rnbangun
makna (pengetahuan) dan keterampilan bernalar. Siswa mendapatkan
kesernpatan untuk menemukan dan mengalami, bukan mentransper
pengetahuan dari guru ke siswa.
Proses pembelajaran pada siklus II mengalami peningkatan yang
sangat baik. Yaitu meningkatnya pengetahuan, aktivitas, keterampilan,
ke1jasama , maupun disiplin dalam bekerja. Jika pada siklus I siswa masih
belum terbiasa beke1jasama di dalarn kelompok tetapi pada siklus II siswa
bisa beketja sama dengan baik. Siswa mulai terbiasa dengan kegiatan
pembelajaran diskusi, kerja kelompok. Mereka sudah mulai fokus dalam
kegiatan belajar sehingga kegiatan-kegiatan yang tidak ada hubungannya
dengan kegiatan belajar sudah tidak ada lagi. Siswa yang sebelumnya
malu untuk bertanya, dan kurang percaya diri dalam mengeluarkan
pendapat mulai aktif bertanya, dan aktif dalam mengeluarkan pendapat.
Siswa dapat menjawab dengan konsep yang benar dan sistematis.
B. Hasil Belajar IPA Di Ml Sirajul Falah
1. Hasil Belajar Siswa Sebelum MenggunakanPendekatan Pcmbclajaran
kontekstual
Untuk mengetahui kondisi awal mengenai kemampuan subyek
maka diberikan tes awal berupa soal pilihan ganda sebanyak 15 butir soal.
Hasil dari tes awal tersebut terlihat bahwa kompetensi hasil belajar siswa
masih rendah ini dapat dilihat dari tabel kompetensi hasil belajar siswa
berikut ini.:
Tabel 4.4 Kompctcnsi Hasil Belajar Siswa Scbclum Menggunakan
Pcndclrntan Pembelajaran Kontekstual pada siklus I
No lndikator Skor (%)
Membedakan arti konduktor da1t l 18,94
isolator
Melakukan penyelidikan untuk
2 mengetahui benda yang bersifat 18,99
konduktor dan isolator
Menggolongkan benda-benda
3 yang besifat konduktor dan l l,32
isolator
Rata-rata 49,25% I
47
Dari data tabel di atas terlihat siswa yang mampu menjawab
pertanyaan yang terdapat pada indikator I, pada konsep membedakan arti
konduktor dan isolator baru mencapai 18,94%, atau masih dibawah rata
rata. Sedangkan pada indikator II pada konsep membedakan mii konduktor
dan isolator siswa yang menjawab benar baru mencapai 18,99%. Nilai
yang paling rendah yaitu pada indikator III, pada konsep penggolongan
benda-benda konduktor dan isolator kompetensi
sebesar 11,32% (lampiran6).
yang dicapai siswa
Berdasarkan skor rata-rata kompetensi hasil belajar yang diperoleh
stswa yaitu sebesar 49,25%, pada tes pendahuluan (pretes) menunjukan
kemampum1 awal siswa kurang memuaskan, siswa mengalami kesulitan
didalam menjawab soal-soal yang diberikan. Dari 15 soal yang diberikan,
siswa rata-rata hanya mampu menjawab 7 buah soal ( 49,25%). Hal ini
disebabkan karena pertanyaan-pertanyaan yang diberikan banyak yang
mengarah kepada hasil dari penyelidikan yang terdapat pada indikator II
48
dan III tentang pcnggolongan benda-benda konduktor dan isolator.
Sedangkan para siswa belum melakukan kegiatan praktek.
Dari data tersebut menunjukan kemampuan awal siswa kelas VIA
culrnp rcndah. Untuk meningkatkan hasil belajar dan kompetensi siswa
(pengetahuan dan pemahaman) siswa, maka dilakukan perubahan dalam
proses belajar mengajar dikelas yaitu denean menerapkan pendekatan
kontekstual pada proses belajar selanjutnya yang menekankan pada
aktivitas siswa melalui ke1ja kelompok, diskusi, pratikum dan tanya jawab.
Hal ini sesuai dengan prinsip CTL yaitu dalam kelas CTL ditekankan pada
siswa belajar dengan menemukan sendiri (belajar bermakna) bukan apa
kata guru dan siswa lebih berperan dalam proses belajar, guru hanya
be1iindak sebagai fasilitator.
2. Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual Pada Siklus I
Setelah dilakukan perubahan dalam proses belajar mengajar dengan
menerapkan pendekatan kontekstual, terlihat adanya peningkatan hasil
belajar IP A siswa. Untuk melihat peningkatan hasil belajar pada siklus I
dapat dilihat dari tabel kompetensi hasil belajar IPA Berikut ini:
Tabel 4.5 Kompetensi Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan
PendekatanPembelajaran Kontekstual Pada Siklus I
No Indikator Skor (01.1)
Membedakan aiii konduktor dan I
isolator 24,65
Melakukan penyelidikan untuk
2 mengetahui benda yang bersifat 23,72
konduktor dan isolator
Menggolongkan benda-benda
3 yang besifat konduktor dan 21,27
isolator
Rata-Rata 69,64%
49
Dari data tabel diatas terlihat adanya peningkatan kompetensi hasil
belajar yang cukup signifikan pada siklus I, setelah adanya perubahan
dalam proses belajar mengajar. Perubahan yang dilakukan yaitu
memherikan kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak berperan dalam
proses belajar dengan menerapkan metode praktek, diskusi kelompok dan
tanyajawab.
Pada indikator I, yang berisi konsep membedakan arti konduktor
dan isolator siswa yang mampu menjawab soal 24,65%. Meningkatnya
kompetensi siswa terhadap materi yang terdapat pada indikator I setelah
s1swa melakukan penyelidikan, mengadakan diskusi dan tanya jawab
s1swa lebih memahami tentang arti konduktor dan isolator. Pada indikator
II kompetensi yang berhasil dicapai 23,72% setelah siswa melakukan
penyelidikan, dan kegiatan pratikum untuk menyelidiki benda-benda yang
bersifat konduktor dan isolator mengadakan diskusi dan tanya jawab.
Sedangkan pada indikator III kompetensi yang berhasil dicapai 21,27%.
Berdasarkan skor rata-rata indikator, 69,94% menunjukan bahwa
kemampuan s1swa dalam menjawab soal meningkat. dari sebelumnya
hanya mampu menjawab 7 buah menjadi 10 soal dari 15 soal yng
diberikan. Meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi yang
diajarkan menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kontekstual mampu meningkatkan pemahaman dan
kompetensi hasil belajar siswa.
Untuk melihat peningkatan pemahaman dan kompetensi hasil
belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada label berikut ini.
50
Tabcl 4.6 Kompctcnsi Hasil Bclajar Siswa Sebclum dan Scsudah
Mcnggunakan Pendckatan Pemebelajaran kontekstual pada siklus I
Nilai Pretes Nilai Postes No lndikator
Siklus I Siklus I
1 Membedakan arti
konduktor dan isolator 18,94 24,65
2 Melakukan
penyelidikan untuk
mengetahui benda yang 23,72 18,99
bersifat konduktor dan
isolator
3 Menggolongkan benda-
benda yang besifat 11,32 21,27
konduktor dan isolator
Jumlah 49,25% 69,64%
Dari data di atas dapat terlihat bahwa kompetensi rata-rata siswa
mengalami peningkatan setelah diadakannya perubahan pada proses
belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang
menekankan pada keija kelompok, diskusi, praktek dan penggunaan LKS.
Kompetensi siswa pada indikator I meningkat dari 18,94 menjadi 24,65%,
Indikator II dari sebelumnya 18,99% meningkat menjadi 23,72% dan pada
indikator III dari 11,32% meningkat menjadi 21,27%, Dan untuk rata-rata
kelas meningkat dari 49,25% menjadi 69,64%. Peningkatan ini sesuai
dengan teori CT! bahwa pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Manusia hams
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman.
(Zaenuri masturi) 1 siswa aktif mengkonstruksi guru membantu dengan
51
memahmni pikiran anak untuk membantu anak belajar. Dalam proses
pembelajaran siswa perlu mendapatkan pengalaman langsung melalui
kegiatan kerja kelompok, diskusi, pratikum, dan lain-lain. Dengan praktek
secara langsung , akan memperjelas konsep-konsep ipa yang selama ini
dianggap sulit dan kadang membosankan. Otak akan melupakan sebagian
besar informasi oaru, kecuali jika informasi tersebuc memiliki makna.0
Hasil belajar IP A pada siklus I mengalami peningkatan. Siswa
yang memperoleh nilai diatas 70 meningkat dari sebelumnya hanya 4
orang menjadi 21 Orang. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 49,25
menjadi 69,64 Dan kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan
meningkat dari 7 buah soal ( 49,25%) 10 buah (69,64%). Peningkatan ini
te1jadi setelah diterapkannya pendekatan kontekstual dalam proses belajar
mengaj ar.
Dalam kelas kontekstual s1swa diberikan kesempatan untuk
berkreativitas, mengembangkan bakat dan minat mereka melalui kegiatan
praktek. Mereka memperoleh pengetahuan baru bukan apa kata guru tetapi
karena mereka menemukan sendiri sehingga mereka mampu memberi
makna pada pengetahuan tersebut. Siswa bebas membangun keterkaitan
antara materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari mereka. Inti dari
keterkaitan itu adalah agar siswa melihat makna dalam pelajaran mereka
dan oleh karena itu tennotivasi untuk mencapai tujuan akademik yang
tinggi.
Sebagaimana hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Zulkifli,
dengan pendekatan pembelajaran kontekstual siswa termotivasi untuk
belajar sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. 3
2 Ekaine B Jhonson, Contextual Teaching and learning (Bandung: Mizan,2006) h. 302
3 Zulkifli, Pembelajaran Matematika Dengna Pendekatan Konlekstua/ Untukn1eningkatkan Keman1puan dan Pen1ahaman Matematika Sis\va SD, pages your favourite.com/pps/upi/abstrak.2004/pk.html
52
3. Hasil Bclajar IPA P11da Siklus II Sebelum Menggunakan Pendckatan
Pembelajaran Kontekstual.
Dari hasil pretes pada siklus II dapat terlihat bahwa penguasaan
s1swa pada materi penggunaan benda konduktor dan isolator belum
maksimal. Kompetensi yang telah diperoleh oleh siswa masih rendah.
Untule melihal lebih jelas mengenai kompetens1 yang telah dicapai oleh
siswa dapat kita lihat pada tabel kompetensi hasil belajar dibawah ini.
Tabcl 4.7 Kompetensi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Sebelum
Mcnggunakan Pendekatan Kontekstual
No Indikator Skor (%)
Membedakan bend a yang
1 bersifat konduktor dan isolator 28,57
melalui pengamatan
Penerapan benda-benda
2 konduktor dan isolator dalam 28,57
kehidupan sehari-hari
Jumlah 57,14%
Kompetensi yang berhasil dikuasai oleh siswa dari hasil pretes pada
siklus II, masih cukup rendah. Pada indikator I yang berisi konsep
membedakan benda-benda yang bersifat konduktor dan isolator melalui
pengamatan, kompetensi yang berhasil dicapai 28,57%, Pada indikator II
yang berisi konsep penerapan benda-benda konduktor dan isolator dalam
kehidupan sehari-hari kompetensi yang berhasil dicapai siswa, masih
rendah. Kompetensi yang berhasil dicapai oleh siswa 28,57%. Kompetensi
rata-rata hasil belajar siswa barn mencapai 57,14%. Dengan demikian
kompetensi basil belajar siswa sebelum menggunakan pendekatan
kontekstual pada siklus II ini masih rendah, karena siswa hanya mampu
menjawab 5 pertanyaan (57,14%) dari 10 pertanyaan yang diberikan
(lampiran7). Rendahnya kompetensi yang dapat dicapai oleh siswa
v.,, •. ""'"'" ------~'--, ..
53
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang bisa untuk diambil atau
diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi
makna melalui pengalaman seperti yang diungkapkan oleh Tyler (1996:72)
pengalaman belajar sangat membantu siswa dalam memperoleh informasi
yang fungsional sehingga akan sangat i:Jermanfaat bagi siswa untuk
terampil memecahkan masalah.4 Filosofi itulah yang mendasari
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Untuk meningkatkan
kompetensi dan hasil belajar pada siklus II ini sistem pembelajaran dirubah
dengan pembelajaran pendekatan kontekstual dengan metode kerja
kelompok, diskusi, tanya jawab dan penggunaan lembar LKS.
4. Hasil Belajar IPA Pada Siklus II Dengan Mcnggunakan Pendckatan
Pembclajaran Kontekstual.
Setelah dilakubm perubahan secara menyeluruh terhadap proses
belajar-mengajar pada siklus II terlihat adanya peningkatan yang cukup
signifikan. Peningkatan ini karena dalam pembelajaran kontekstual siswa
yang lebih banyak beraktivitas dalam proses belajar dan mereka mendapat
pengetahuan baru dengan cara menemukan sendiri pengetahuan, artinya
proses belaj ar berorientasikan pad a proses pengalaman secara langsung.
bukan hanya sekedar menerima informasi dari guru ataupun buku sehingga
mereka mampu -memberi makna pada apa yang mereka pelajari. Hal ini
sejalan dengan pembelajaran dan pengajaran kontekstual yang memandang
bahwa makna akan mun cul dari hubungan antara materi pelaj a ran dan
konteksnya (konteks keseharian siswa, konteks pribadi, sosial dan kultur)
akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang
mendalam dimana siswa memahami masalah dan cara pemecahannya.
Dalam lingkungan sekitar siswa akan menemukan hubungan yang
bermakna antara ide abstrak dan aplikasi pratikal dalam konteks nyata.
4 Margareta, Se1ninar nasional Pendidikan Mate111atika dan IPA, Desiininasi Hasil Kolaborasi Sekolah-Universitas untuk meningkatkan Kesiapan lmplementasi kurikulum MIPA 2004,h.4
54
Siswa akan memproses informasi atau pengetahuan sehingga dirasakan
masuk aka! dengan kerangka berfikir yang dimilikinya (ingatan,
pengalaman dan tanggapan)
Tabcl 4.8 Kompctcnsi Hasil Bclajar Siswa Pada Siklus II Setelah
menggunakan Pendckatan Kontckstnal
No lndiKator Skor (%)
Membedakan benda yang bersifat
1 konduktor dan isolator melalui 39,7
pengamatan
Penerapan benda-benda
2 konduktor dan isolator dalam 35,3
kehidupan sehari-hari
Rata-Rata 75,00%
, ·'"ii~'
Kompetensi basil belajar yang berhasil dicapai oleh s1swa setelah
menggunakan pendekatan kontekstual pada indikator I 3 9, 7% dan pad a
indikator II 35,3%. Dan rata-rata s1swa mampu menjawab 7
pertanyaan(75,00%) dari I 0 pertanyaan yang diberikan. hasil belajar pada
siklus I sebesar 75,00. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa
penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual membawa
pengaruh yang sangat baik terhadap peningkatan kompetensi hasil belajar
siswa. Hasil belajar siswa pada Siklus II meningkat menjadi 75,00. Dan
untuk melihat peningkatan kompetensi hasil belajar yang berhasil dicapai
oleh siswa pada siklus I dan II dapat dilihat dari tabel berikut ini.
55
Tabcl 4.9 Kompctcnsi Hasil Bclajar Siswa Pada Siklus I dan II Sctclah
mcnggunakan Pcndekatan Pembclajaran Kontckstual
lndikator Siklus I Siklus II
Skor (%) Skor {%)
I 28,57 39,7
II 28,57 35,3
III 21,27
Rata-rata 49,25% 75%
Pada sikus II, Kompetensi belajar siswa untuk masing-masing
indikator (indikator I dan II) cukup bagus jika dibandingkan hasil
kompetensi belajar sebelumnya. Pada indikator I pada konsep
membedakan benda-benda konduktor dan isolator hasilnya cukup baik.
kompetensi yang berhasil dicapai oleh siswa meningkat dari sebelumnya
28,57 menjadi 39,7%. Pada indikator II pada konsep Penerapan benda
benda konduktor dan isolator dalam kehidupan sehari-hari kompetensi
yang berhasil dicapai pada saat pretes 28,57% meningkat menjadi 35,3%.
Dan rata-rata kompetensi hasil belajar dari sebelumnya 57,14 meningkat
menjadi 75,00.
Peningkatan ini dapat dicapai oleh siswa setelah dilakukan
perbaikan pada proses belajar-mengajar, dengan tetap menekankan pada
penggunaan pembelajaran pendekatan kontekstual. Kegiatan pratikum dan
kerja kelompok, diskusi dan pengerjaan LKS tetap dilakukan. Karena
dengan kerja kelompok dan pratikum siswa merasa senang, mereka
mendapat kesempatan untuk bekeija sama dan bebas beraktivitas,
mengeluarkan pendapat dan belajar nntuk memecahkan masalah, vang
56
rnereka ternui didalam kegiatan praktek. Siswa juga bisa menemukan
hubungan antara materi yang mereka pelajari dengan kehiclupan sehari
hari mereka setelah mereka mendapat tugas membuat daftar nama-nama
peralatan rumah tangga yang berasal dari bahan koncluktor clan isolator.
Penggunaan bahan-bahan pratek yang dekat dengan kehidup::m siswa,
membuat mereka mengetahui hubungan antara materi yang mereka
pelajari serta penerapannya didalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
mereka mengetahui manfaat clan kegunaanya bagi mereka. Hal ini senacla
clengan yang clikemukakan oleh (Nurhacli ) Pembelajaran kontekstual
aclalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi pelajaran
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan menclorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang climi!ikinya clengan
penerapannya dalam kehiclupan sehari-hari mereka. Siswa tidak hanya
clapat memahami materi yang dipelajarinya, tetapi bagaimana materi
pelajaran itu clapat mewarnai peri!akunya clalam kehiclupan sehari-hari. 5
C. Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Kontekstual Terhadap Hasil Bclajar
Pengaruh penerapan pembelajaran clengan menggunakan penclekatan
kontekstual terhadap hasil belajar IP A siswa dapat dilihat dari tabel berikut ini
Tabel 4.10 Hasil belajar siswa Pretest dan Post test siklus I dan II
Siklus Nilai Pretest Nilai Postest Gain
I 49,25 69,64 20,39
II 57,14 75,00 17,86
5 Nurhadi, Pembelajaran kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK, (Universitas negeri f.,f,,J,.."'' ')()(\'J\l~ 1 'J
57
Berdasarkan perolehan skor pada siklus I dan II, kemudian dilakukan
tes signifikansi melalui format pre test dan post test one group ( 2 desain),
dengan persyaratan setiap siklus sebagai berikut:
Jika t hitung > t tabcJ, maka Ho diterima
Jika t hitung < t tabeb maka Ho diterima
Tabel 4.11 Hasil uji-t
Signifikansi 5% Siklus I
t-Hitung 8,12
t- Tabel 2,05
Siklus II
6,7
2,05
Dengan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai t hitung 7,82 untuk siklus I
' dan 5,9! pada siklus II, dan t tabcl 2,05. dari data ini dapat disimpulkan bahwa t
hitung (siklus I dan II) lebih besar dari t tabel. Dengan demikian terdapat
peningkatan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
Dengan distribusi kelas normal, ha! ini dapat dilihat dari basil hipotesis yang
menolak Ho.
Berdasarkan nilai rata-rata antara pre test dan post test pada siklus I
dan II maka dapat disimpulkan bahwa nilai post test siswa meningkat dari pre
test. Sebagaimana hasil penelitan yang dilakukan oleh Suryo (2006)
menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
kontekstual mampu meningkatakan hasil belajar siswa dengan peningkatan
yang berarti., baik dilihat dari proses, respon dan hasil belajar. 6
Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa hasil belajar siswa secara
umum mengalami peningkatan. Suasana belajar membaik, siswa merasa
6 Suryo, Pen1be/ajaran Kontekstual Dala111 Upaya meningkatkan Ke11u1111puan Pemecahan Masa/ah Matematikai. http:/pps.upi.edu/org/abstrakthesis/abstrakpk/abstrakpk05 .htm I, hal. I ( 30 september 2006)
58
senang dengan metode dan pendekatan pembelajaran yang dipakai. Hasil
penelitian menunjukan bahwa dengan pendekatan pembelajaran kontekstual
dapat meningkatkan hasil belajar siswa, penggunaan alat indera yang selama
ini hanya terbatas pada proses melihat atau mendengar bertambah banyak
dalam menggunakan aktivitas berfikir, kreativitas tangan dan kerjasama.
Keterampilan proses siswa pun meningkat dalam ha! menggunakan alat,
melalrnkan percobaan, bertanya, dan mengungkapkan pendapat. Menurut
Johari (2006) dalam pendekatan pembelajaran kontekstual siswa bebas
bertanya, dan berdiskusi, kelas menjadi hidup, siswa menjadi lebih aktif dalam
mencerna materi dalam upaya menemukan dan membangun pengetahuan dan
keterampilan bernalar. Selain itu pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
mampu meningkatkan hasil belajar siswa. 7
Hasil penelitian juga menunjukan terdapat tanggapan positif pada
pendekatan kontekstual yang diterapkan. Siswa merasa senang untuk belajar
ipa sehingga materi pelajaran yang diberikan lebih dipahami setelah
pembelajaran berakhir. Tingginya motivasi belajar siswa merupakan salah satu
indikator efektifnya suatu pendekatan pembelajaran yang diterapkan
Adanya ke1ja kelompok yang diterapkan dalam proses pembelajaran
kontekstual membantu mengembangkan sikap kemandirian dan kerjasama
diantara siswa. Dengan kerja kelompok menjadikan suasana belajar dan rasa
kebersamaan yang tumbuh dan berkembang diantara sesama anggota
kelompok memungkinkan siswa untuk mengerti dan memahami materi
pelajaran lebih baik8. Siswa mudah bertukar pikiran dan beke1ja sama dalam
menyelesaikan peke1jaan yang dijalani oleh siswa dan dapat mengembangkan
sikap sosialnya.
7 Johari, , Pembelajaran Kontekstua/ Dafam Upaya meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Biologi, http:/pps.upi.edu/org/abstrakthesis/abstrakpk/abstrakpk05.html, hal.2 (30 september 2006)
8 Et in Solehatin, Rahaijo, Coopertaif learning Anal is is Pembelajaran JPS, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal 4
A. Kesimpulan
BABV
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa MI Sirajul
Falah 01 kelas VI A diperoleh rata-rata pre test siswa sebesar 49,25 dan rnta-rata
post test siswa sebesar 69,64 dengan gain 20,39 pada siklus I. Dan pada siklus II
diperoleh rata-rata pre test sebesar 57,14 dan post test sebesar 75,00 dengan gain
17,86. Dan basil perhitungan uji-t dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 '
diperoleh t-hitung = dan t·iabel . Karena t hitung >t tabcb dengan demikian pendekatan
pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan basil belajar siswa.
Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang
berpusat pada siswa, dan guru hanya betindak sebagai fasilitator saja. Sehingga
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pendekatan pembelajaran kontekstual
memberikan pengalaman belajar dan pengetahuan yang lebih baik kepada siswa
dalam menguasai suatu konsep karena siswa akan melakukan suatu pengamatan
( obsevasi), pratikum, diskusi, tanya jawab dan melaporkan basil pengamatannya
tersebut sesuai konsep yang diberikan guru. Dengan demikian para siswa akan
memahami pemberian materi secara mendalam.
Dalam implementasinya, pembelajaran kontekstual dapat dilakukan
dengan metode kerja kelompok, praktek, diskusi dan Tanya jawab yang memiliki
komponen-komponen pembelajaran kontekstual sehingga pembelajaran menjadi
aktif dan menyenangkan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka penulis memberikan
saran sebagi berikut: Guru dapat menggunakan pendekatan pembelajaran
kontekstual dalam pembelajaran IP A sebagai suatu metode altematif, sehingga
60
tercipta suasana belajar yang menyenangkan dan siswa menjadi lebih aktif dan
kreatif dalam proses belajar-mengajar.
Bagi peneliti lain yang berminat mengadakan penelitian dengan masalah
yang sama harus memperhatikan dan menyesuaikan alokasi waktu yang sudah
ditentnkan dalam program semester ag?r pembelajaran secara keseluruhan
berjalan dengan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
_______ ,(2005). Model-Model Pengajaran Dalam Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Sekolah dasar
________ , (2005). Landasan Teori Dalam Pengembangan Metode Pengajaran,
Departemen Pendidikan Nasional:Dirjen Pendidikan Sekolah Dasar, Jakarta
rikunto Suharsimi, (2003). Dasar-Dasar Evaluas1 Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara
______ , (2002). Prosedur Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta
61
.Jhonson Elaine, (2006). Contextual and Teaching and Learning, Bandung: Mizan
:awiradilaga Dewi Salma dan Evelina Siregar, Mozaik Tknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana
dan UNJ, 2004)h. 16-17
tin Solehatin, (2005). Cooperatif Learning Analisis Pembelajaran IPS, Jakmia:Bumi Aksara
>hari, (2006). Pembelajaran Kontekstual Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah bilogi, http:/pps.upi.du/org/abstrakthesis/abstrakpk/abstrakpk05.html, (30
September 2006)
[argareta, (2004). Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan IP A, Deseminasi Has ii
Kolaborasi Sekolah-Universitas untuk Meningkatkan Kesiapan Implementasi Kurikulum
MIPA
[asturi Zaenuri, (2006). Model Pembelajaran Lingkungan, WWW.Pikiran
Rakyat. com/ cetak/2005/100 5/24/0 803 .htm-24 k
urhadi, (2003). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalarn KBK, Universitas Negeri
Malang
usat Perkembangan kurikulum Pendidikan Malaysia. Tersedia:
http://myschoolnet.ppk.kpm.my/bhnpnp/modul/kontekstual. ha!. 15 (30 september 2006
larneto, (2003). Be/ajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta
udjana Ahmad, (2005) Strategi Be/ajar Mengajar, Jakarta: PT Ciputat Press
udjana Nana, (2003) Dasar-Dasar Proses Be/ajar Mengajar, Bandung: Sinar Barn Algesindo
udjiono Annas, (2004). Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta
62
ryabrata Sumadi, (2007), Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Grafindo Persada
ryo, (2006). Pembelajaran Kontekstual dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah lvfatematika, http:/pps.upi.edu/org/abstrakthesis/abstrakpk/abstrakpk05 .htm (30
September 2006)
silo Herawati, (200 I). Pentingnya Penelilian Tindakan Ke las Bagi Guru Masa Depan, Jurnal
Genteng Kali Vol 3, No 9, 19
ifaruddin, (2005). A1anafimen P:m1belajarf'11 Qwmlum T':aching, Ja!carta: FT Ciput'.lt press
viery, (2006). Strategi Pengajaran Sosiologi Tingkal SMA, http://WWW.kompas
.com/kompas-cetak/0405/05/opini/l 002412.htm
Lampiran I
Sekolah
Kelas/Semester
Mata Pelajaran
Rencana Pclaksanaan Pembelajaran (RPI')
: Mi Sirajul falah 0 I
: VI/II
: IP,\
A. Standar kompetensi
Siswa mampu memahami bahwa sifat-sifat perubahan dan kegunaan
benda dan saling berkaitan serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Kompetensi dasar
63
Mengidentifikasi sifat-sifat benda bersifat sebagai konduktor dan isolator
C. Indikator
•!• Membedakan arti konduktor dan isolator.
•!• Melakukan penyelidikan untuk mengetahui benda yang bersifat
konduktor dan isolator.
•!• Menggolongkan benda yang bersifat konduktor dan isolator.
•!• Membuat daftar nama alat-alat rumah tangga yang bersifat konduktor
dan isolator.
•!• Membedakan bahan-bahan yang bersifat konduktor dan isolator melalui
pengamatan
D. Alokasi Waktu : 8 jam pelajaran (8X40 menit) (4 pertemuan)
E. Materi Pelajaran : Konduktor dan isolator
F. Metode Pembelajaran : Bertanya
Praktek
Diskusi
G. Pendekatan : Pendekatan Kontekstual
11. Langkah langkah kcgi~1tan:
I. Pcrtcmuan pertanw
a. Pendahuluan
•!• Pembukmm mengcnai pembelajaran yang akan dipakai pada
penelitian ini.
•:• Menberil·.an pre,cst yaitu soa~ -soal rnengern1; konduk!or clan
isolator (hantaran panas pada benda).
b. Kegiatan Inti
64
•:• Siswa diminta untuk membaca materi konduktor dan isolator pada
sub pokok bahasan hantaran panas pada benda.
•:• Sis1va diminta bertanya mengenai materi yang kurang dipahami
clan menjelaskan materi yang mereka pahami.
•!• Melalui metocle bertanya guru menanyakan materi kepacla siswa
clan memberikan pertanyaan agar siswa berperan aktif dalam proses
belajar mengajar.
c. Kegiaan penutup
•!• Guru menyimpulkan materi yang telah clipelajari.
•!• Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
•!• Guru Memberikan arahan mengenai praktek clan tugas-tugas yang
terdapat pada LKS yang akan clilaksanakan pacla pertemuan
selanjutnya.
2. Pertemuan Keclua
a. Pendahuluan
•!• Motivasi clan apersepsi
•!• Guru memberikan arahan cara kerja praktek untuk menen!ukan
bencla yang bersifat konduktor dan isolator
b. Kegiatan inti
•!• Guru memberikan contoh cara penggunaan a.lat dan bahan yang
digunakan dalam praktek
~;,,. Si:-:\va din1inta n1cn1baca tata cara praktek sesuni petunjuk clalan1
11-:.s
65
<" Sis\Ya aktifdala1n n1clakukan praktek n1engenai benda-benda yagn
bcrsiat konduktor dan isolator
<• Guru memantau dan membimbing siswa dalam melaksanakan
prakLek
•:• Siswa diminta mengisi pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam
LKS
•!• Sis\\'a melaporkan basil prateknya untuk kemudian dipresentasikan
didepan kelas.
•:• Siswa menanggapi basil pratikum kelompok lain.
c. Kegiatan Penutup
•:• Guru menyimpulkan hasil presentasi hasil praktek siswa.
+:+ Evaluasi.
3. Pertemuan ketiga
a. Pendahuluan
•!• Motivasi dan apersepsi.
•!• Penjelasan mengenai pokok bahasan penggunaan benda-benda
konduktor dan isolator dalam kehidupan sehari-hari.
•!• Siswa melaporkan hasil prateknya untuk kemudian dipresentasikan
didepan kelas.
•!• Siswa menanggapi hasil pratikum kelompok lain.
•!• Guru menyimpulkan hasil presentasi hasil pratek siswa.
b. Kegiatan Inti
•!• Siswa membaca materi tentang pengguanan benda-benda
konduktor dan isolator dalam kehidupan sehari-hari.
•!• Siswa diminta memberikan contoh nama alat-alat rumah tangga
yagn berbahan dasar konduktor dan isolator.
•!• Siswa diminta bertanya mengenai materi yang belum dipahami dan
menjelaskan materi yang telah dipahami.
c. Pen11t11n
•!• Cluru n1L'111hl'rik~11-1 lugas-tugas yang tc1·d~1pat dalan1 L,KS.
~- Pertemuan keempiil
a. Pendabuluan
•!• Motivasi dan apcrscpsi.
•!• I)enjelas;Jn 111en~cnai n1nteri pok.olc bahasan pcnggunaan benda -
benoa konuuktor da11 isolator oalam kchidupan sehari-han.
•:• Guru berlrmva lenlang lata cara praktek dalam menentukan bahan
yang baik unluk digunakan sebagai konduktor panas.
b. Kegiatan Inti
•:• Siswa mempersiapkan bahan-bahan yang akan cligunakan clalam
praktek
•!• Siswa melakukan uji coba/praktek untuk menentukan baban
yang baik digunakan untuk membuat koncluktor panas
•!• Guru memantau dan membimbing siswr, dalam melaksanakan
praktek
•!• Siswa climinta mengisi pertanyaan-pertanyaan yang terclapat dalam
LKS berkenaan clengan praktek yang mereka lakukan.
•!• Siswa membuat laporan hasil praktek dan mempresentasikannya di
clepan kelas
•!• Siswa lain menanggapi hasil presentasi clari kelompok lainnya
c. Penutup
•!• Guru menyimpulkan basil praktek yang telah dilaksanakan clan
menjelaskan kekurangan clan ketercapaian pembelajaran
•!• Evaluasi.
1si Dasar Pokok Bahasan
ifikasi Konduktor dan Isolator
la yang
sebagai
clan
. -
K!SI-K!Sl SOAL INSTRUMEN
KONDUKTORDAN!SOLATOR
Materi lndikator ·1
I No Soal
A Hantaran Panas • Membed akan arti 5.6.l 0
Pada Benda kondukt<
-~--··--·----- .
r clan 2.7
isolator
• Mengide
benda-b(
yang
kondukt•
isolator
• Mcnggo
benda-b'
bersifat
konclukt1
isolator
a. Penggunaan • Mcmbw1
bencla-bencla nan1a
I ntifikasi I 1.3.8
Jcla I 9.11
bersifat
r clan
ongkan 12.i3.15
1H vanu 4.14 . "'
r dan
dal'tar 1 1.'2.7
alat-alat J --~--·-~ -~---- --· .
Cl
( '
! Cl
-·-~---~-
C.2
Ci
( .
('
'
\spck yang diukur
konduktor dan rum ah tangga 10.6 I
C2
isolator cl al am yang bersifat
kehidupan schari- koncluktor clan
hari isolator
• Membedakan 8
bahan-bahm1 3,4
yang bersifat 5,9 C'
konduktor dan
isolator melalui
pengan1atan
I
_,_,,,__~- - ·-··-·- --- -
th
etensi
rnsi
'enda
'agai
dan
: MI Sirajul Falah 0 I
: IPA
: VI
: II
SILABUS DAN PENILAIAN
: Siswa Mampu memahami bahwa sifat-sifat perubahan dan kcgunaan bcnda sating berkaitan serta pcncrapmmya clalarn kchidupan
.. Materi Indikator Pengalaman Belajar Penilaian Alokasi Snmber Be !ajar Mctode
Pokok Waktu Pembelajaran
• Membedakan arti • Siswa mencari Tes 4X40 Sudibyo. cl ;k. Tanya jawab.
Konduktor konduktor dan isolator informasi tentang mcnit Sains diskusi clan
dan aiti konduktor Mcngamat praktck
Isolator dan isolator I Alam semc sla.
• Melakukan penyelidikan • Siswa I (Bandung:
untuk mengetahui benda Mengidentifikasi Sineroi Pu "'
staka
yang bersifat konduktor benda-benda yang 1'1donesia.
dan isolator bersifat 2004)
konduktor dan I isolator I
I
I
• Menggolongkan bcnda • Ssiwa mclakukan i I --·----.. ----·-- --·-·-·---·- ---.. -·-··----···- ----- -----~-·--_J _______ - -------· - - ____________ ,_,,_,
yang besifat konduktor l~ji coba/praktek
dan isolator • Siswa
menggolongkan i
benda-bencla
konduktor clan
isolator
• Membuat daftar nama- • Siswa men can I I
nama alat rumah tangga informasi
yang bersifat berbagai ma cam
konduktor/isolator peralatan rum ah
tangga yang
berbahan clasar
I konduktor dan '
I isolator
• Membedakan bahan- • Melakukan
bah an yang bersifat diskusi i
konduktor clan isolator • Merancang
dan isolator melalui penyeliclikan
pengamatan untuk
menentukan
konduktor panas ' yang baik melalui
uji coba/praktek I ~-------- __ j
Lampiran 4
lNSTRlJMEN l'ENELITIAN
Mata pclajaran : IPA Materi Pokok: Konduktor dan isolator Waktu : 30 meu'.t
I. Kayu termasuk benda ...... a. isolator b. kertas
cl. lunak c. konduktor
2. Panas akan sulit dihantarkan pad a benda-benda ..... a. kertas,plastik,besi b. plastik,alumunium,karet c. baja,kayu,seng d. plas1ik,kayu.bca
3. Dilihat dari daya hantarnya besi termasuk benda ..... a.isolator b. keras c. konduktor d. lunak
4. Sendok yang terbuat dari alum uni um jika dimasukan kedalam air panas akan terasa ..... a. panas c. hangat
b. dingin d. tidak terasa panas
5. Bahan dibawah ini yang termasuk kedalam isolator adalah .... a. plastik b. baja c. besi d. logam
6. Benda-benda yang tidak dapat menghantarkan panas dengan baik disebut. .... a. isolator panas b. radiator panas c. kondnktor panas d. konektor panas
7. Balian a tau benda yang bersifat isolator adalah .... a. benda yang kurang baik menghantarkan panas b. benda yang dapat menghantarkan panas c. benda yang tidak tahan terhadap panas d. benda yang selalu dapat menghantarkan panas
:. Benda konduktor adalah benda yang dapat menghantarkan .... a.cahaya b.panas c. aliran d. listrik
'. Bahan atau benda yang bersifat konduktor adalah ..... a. benda yang kadang-kadang dapat menghantarkan panas
71
72
d. hcnd~1 yang tidak dapat 111cnghantnrkan panas
10. !)cnd~i yang dapat n11.;11ghantarkan panas dengan baik discbut. ... a konektor b. radiator c. isolator d .. konduktor
11. Balian-bahan berikut ini yang sukar n1enghnntarkan paras ad~lah ... a. plastik,karet b. besi,kayu c. kaca,logam cl. alumunium.kertas
12. Benda yang kurang baik menghantarkan panas adalah .... a. kayu b. kuningan c. besi d. alumunium
13. Benda yang paling baik menghantarkan panas adalah .... a. ebonite b. plastik c. kayu d. besi
.4. Panas akan mudah dihantarkan pada benda-benda ..... a. baja,besi,logam b. kuningan,plastik,kaca c. alumunium,kayu,logam d. karet,kayu,plastik
5. Termos merupakan contoh penerapan sifat. ... a. isolator b. konektor panas c. rndiator panas d. konduktor panas
!NSTRUMEN PENEUTL\'.\ Mata pclajarnn : 11' A Ma!eri Polrnk: Konduktor dan isolator '"Vaktu : 30 menit
Wajan, ceret merupakan benda-benda yang terbuat clari bahan ... ,i. konduktor b. radi 1tor c. konekldr d. is:;lator Agar ticlak ternsa panas pacla w·aktu menggoreng, tangkai sodet clibuat dari ... a. logam b. plastik c. besi d. alumunium
~ Peral a tan dapur untuk rnemasak terbuat dari bahan koncluktor adalah ..... a. pancr b. senclok kayu c. senclok plastik cl. gelas
..\. Logam yang ringan . lahan karat clan merupakan bah an konduktor adalah ..... a. tirnah b. tembaga c. seng cl. alurnunium
5. Benda yang ticlak dapat cligunakan untuk memasak aclalah .... a. m\jan b.panci c. ember cl. ceret
G. Bahan yang baik untuk memebuat panic aclalah ... a.ticlak muclah bocor b. tidak berkarat c. mudah menghantarkan panas cl. clapat mengikat panas
7. Benda konduktor lebih tahan terhaclap ..... a. suhu b. cuaca c. panas cl. api
8. Bahan yang digunakan sebagai pegangan setrikaan adalah bahan yang terbuat dari ..... a. alumunium b. ebonite c. besi d. kuningan
9. Benda yang berbahan dasar konduktor banyak digunakan sebagai alat untuk memasak ha! ini disebabkan ..... a. dapat menghemat BBM b. dapal mengikat panas dengan baik c. mudah menghantarkan panas dan tahan terhadap panas d. tidah mudah rusak
I 0. Agar air yang dimasak cepat mendicliih sebaiknya memasak air menggunakan bahan ..... . a. karet c. isolator
b. konduktor d. ebonit
74
Lampiran ~
Kunci .Jawaban lnslrumcn
I. KPnci .Ja·.rnbal' !nstrmPen Siklus I
l. A 6. ,\ 11. A
2. D 7. A 12. D
3. c 8. B 13. D
4.A 9. c 14. A
5.A 10.D 15. D
II Kunci Jawaban Instrumcn Siklus II
LA 6. c
2. B 7. c
3. A 8. B
4. D 9. c
5. c 10. B
iran 6 7 ?;:
Analisis Butir soal pre test siklus I
tor So NC Responden Rata-Rata Persen Rata-rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 L: (%) tase indikator
C1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 20 0,71 4,73
2 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 15 0,53 3,53
3 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 15 0,53 3,53 18,94
c: 4 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 11 0,39 2,62
5 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 19 0,67 4,53
6 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 14 0,5 3,33
7 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 20 J,71 4,73
C1 8 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 14 0,5 3,33 18.99
9 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 17 0,6 4,07
10 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 15 0.53 3,53
C1 11 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 14 0,5 3.33 ! 12 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 8 0,28 1,93
I 13 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 12 0,42 2,81 A~ 0 '"'>
i :.0L
C2 14 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 9 0,32 2, 131
15 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 0, 17 1 13 i
h 8 9 5 7 5 6 6 7 5 6 11 6 11 6 13 8 6 9 9 4 11 7 6 8 9 7 8 5 208 7,36 49,25 49,25
Analisis butir soal post-test siklus I ~ 76,
1tor NO Responden Rata-1'.\ata Persen Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 I % tase lnd1kator
C1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 0,92 6, 13
2 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 20 0,71 4,73
3 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 19 0,68 4,53 24,65
C2 4 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 18 0,64 4,261
5 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 21 0,75 5
6 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 19 0,68 4,53
7 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 22 0,78 5,2
C1 8 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 20 0,71 4,73 23,72
9 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 20 0,71 4,73
~ 10 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 19 0,68 4,53
C1 11 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 20 0,71 4,73
12 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 20 0,71 4,73
13 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 17 0,6 4 21,27
C2 14 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 20 0,71 4,74
15 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 13 0,46 3,07
1 10 11 9 11 11 8 11 12 11 11 12 11 13 8 15 10 11 9 10 8 10 13 10 8 10 11 11 9 294 10,45 69,64 69,64 ------
Analisis butir soal pre-test siklus II l.;r an 7
Jr So N( Responden 2: Rata-rata Persen Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 % lase indikator
C1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 20 0,714 7, 14
2 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 15 0,536 5,36
3 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 15 0,536 5,36 28,57
C2 4 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 11 0,392 3,92
5 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 19 0,679 6,79
6 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 14 0,5 5
7 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 20 0.714 7, 14
C1 8 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 14 0,0 5 28,57
9 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 17 0,607 6,07
10 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 15 0,536 5,36
6 7 4 5 5 4 5 5 4 4 8 5 9 4 10 6 5 7 6 4 8 6 4 6 6 6 7 4 160 5,714 57,14 57,14
74? Analisis butir soal Post-test siklus 11
tor So NC Responden l: Rata-rata Persen Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 % tase indikator
1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 24 0,87 8,7
C1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 25 0,89 8,9
3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 23 0,82 8,2 39,7 '
C2 4 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 20 0,71 7, 1
5 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 19 0,68 6,8
6 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 21 0,75 7,5
C1 7 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 22 0,79 7,9
C2 8 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 21 0,75 7,5 35,3
9 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 17 0,6 6
10 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 18 0,64 6,4
h 7 8 5 6 9 7 7 9 8 7 8 7 10 8 10 7 6 8 7 5 8 8 7 6 8 9 7 8 210 7,5 75 75
7J
Lampiran 8
Hasil Belajar siswa dan rata-rata Gain pada siklus l
I No Nilai Tes Awai Hasil Belaiar Gain (d)
Siklus I oosstest-pretes - f----
1 53 66 13
2 60 73 13
3 33 60 27
4 46 73 27
5 33 73 40
6 40 53 13
7 40 73 33
8 46 80 34
9 33 73 40
1G 40 73 33
11 73 80 I 7
12 40 73 33
13 73 86 13
14 40 53 13
15 86 100 14
16 53 66 13
17 40 73 33
18 60 60 0
19 60 66 6
20 26 53 27
21 73 66 -7
22 46 86 40
23 40 66 26
24 53 53 0
25 60 66 6
26 46 73 27
27 53 73 20
28 33 60 27
80
Jumlah Nilai Kuadrat Deviasi Siklus I
F Gain (d) Xd (d-Mdl J-- X2
posstest-pretes --I
13 - 7 ,39 54,E'121 -- -
2 13 -7,39 54,6121
3 27 6,61 43,6921
' 4 27 6,61 43,6921
5 40 19,61 384,5521
6 13 -7,39 54,6121
7 33 12,61 159,0121
8 34 13,61 185,2321
9 40 19,61 384,5521 - I 10 33 12,61 159,0121
11 7 -13,39 179,2921
12 33 12,61 159,0121 ' I
13 13 -7,39 54,6121
14 13 -7,39 54,6121
15 14 -6,39 40,8321
16 13 -7,39 54,6121
17 33 12,61 159,0121
18 0 -20,39 415,7521
19 6 -14,39 207,0721
20 27 6,61 43,6921
21 -7 -27,39 750,2121
22 40 19,61 384,5521
23 26 5,61 31,4721
24 0 -20,39 415,7521
25 6 -14,39 207,0721
26 27 6,61 43,6921
27 20 -0,39 0, 1521
28 27 6,61 43,6921 Jumlah
571 0,08 4.768,62 D ... 4- ... _D""'f.""
81
79
Lampiran l) Hasil Belajur dan Rata-Rata Gain Siklus II
i I
--·· -
1-~ No Nilai Tes Awai Hasil Belajar Gain (d) I ··-··-------, I Siklus II posstest-pretes ~----- ··-·--- -
1 60 70 10
2 70 80 10
3 40 50 10
I 4 I 50 60 10
I
5 j 50 90 40
6 40 70 30
7 50 70 20
8 50 90 40 ·- ·---
9 40 80 40
10 40 70 30
11 I 80 80 0
12 50 70 20
13 90 100 10 -I
14 I 40 80 40
15 100 100 0
16 60 70 10
17 50 60 10
18 70 80 10
19 60 70 10
20 40 50 10
21 80 80 0
22 60 80 20
23 40 40 30
24 60 60 0
25 60 80 20
26 60 90 30
27 70 70 0
28 40 80 40
82
Jurnlah Nilai Kuadrat Deviasi Siklus II
- _QOSste~~:Pret~ ~1= ' i 1 -7,86 61,77 I
No Gain (d) Xci (d-Md)
! 2 10 -7,86 0,39
3 10 -7,86 61,77
4 10 -7,86 61,77
5 40 22,14 490, 17
6 30 12, 14 147,37 I
7 20
I 2,14 4,57
~ 8 40 22,14 490, 17
9 40 22,14 490,17
10 30 12, 14 147,37
11 0 -17,86 318,97
12 20 I 2,14 4,57
13 10 -7,86 61,77 I
14 40 22,14 490, 17
15 0 I -17,86 318,97
16 10 ! -7,86 61,77 -
17 10 -7,86 61,77
18 10 -7,86 61,77
19 10 -7,86 61,77
20 10 -7,86 61,77
I 21 0 -17,86 318,97
22 20 2,14 4,57
23 30 12,14 147,37
24 0 -17,86 318,97
25 20 2,14 4,57
26 30 12, 14 147,37
27 0 -17,86 318,97
28 40 22,14 490,17
.ll1ml:::ih Rnn A Q"l '1 A ..,...,,..., Arn ,.,....,
Larnpiran I 0
Uji Kcsamaan Rata-Rata (Uji-t)
I. Ur Kc>sarnaan Rata-rata ( Uji-n Siklus I denga rum us:
md 20,39
t= )'f,X2d = )'f,4768,62
N(N -1) 28(28-1)
20,39
t= JI 4768,62 20,39 ---
---------- 2.51 756
= 8,12
2. Uji Kesamaan Rata-rata (Uji-t) Siklus II dengan rumus:
md
t= )°'f,X2d
N(N -1)
17,86
t = )I 5210,36
756
l = 6,7
3. K.riteria pengujian
17,86
)'[,5270,36
28(28-1)
17,86 ---
2,64
Dengan taraf signifikan 5% maka t 1obo1 = 2,05
Dari hasil analisis menunjukan data t tabel ( 2,05) dan t hitung (8, 12) siklus I, dan
83
Lampiran 11
LEMBAR KEGIATAN SISWA
'hjuan : Meng;dentifikasi oahar.-bahae ko1,duktor dan isolaior
Alat dan Bahan
,.- Gelas berisi air panas
,.- Sendok kayu, sendok plastik, sendok besi/kuningan
> Kawa! baja/kuningan
Cara Ke1ja
Lakukan kegiatan berikut ini secara berkelompok.
1. Siapkan semua bahan yang diperlukan
2. Ambil segelas air panas
3. Celupkan satu persatu ujung sendok selamaa 2-5 men it
4. Cata! basil pengamatan kelompok mu dalam bentuk tabel berikut ini !
No NamaBenda Keadaan Ujung Jenis Benda
Panas Tidak Konduktor Isolator
Panas
1
2
3
4
84
Nama
Kelompok
Mata Pelajaran
Ke las
Materi
Tugas
Tindakan Siklus
Kompetensi Dasar
: Konduktor dan Isolator
: 1<.elompok
: I
: Mengidentifikasi sifat benda-benda yang bersifat sebagai
konduktor dan isolator
LEMBAR KERJA SISW A
A. Hantaran Panas Benda
85
Panas merupakan salah satu bentuk energi. Agar dapat digunakan, energi panas
harus dipindahkan dari sumbernya. Perpindahan panas yang melalui suatu benda
disebut penghantar panas. Samakah sifat hantaran panas untuk setiap benda9
Benda disekitar kita terbuat dari berbagai macam bahan yang berbeda-beda.
Dengan demikian setiap benda memiliki hantaran panas yang berbeda-beda pula.
Berdasarkan ha! tesebut kita mengenal adanya konduktor dan isolator panas. Apaakh
perbedaan antara keduanya? Lakukanlah percobaan berikut ini untuk mengetahui
benda-benda yang berbahan konduktor dan isolator.
LEMBAR KEGIATAN SISWA
Tujuan : Mengidentifikasi bahan-bahan konduktor dan isolator
Ala! dan Bahan
r Gelas berisi air panas
> Sendok kayu, sendok plastik, sendok besi/kuningan
> Kawat baja/kuningan
Cara Kerja
Lakukan kegiatan berikut ini secara berkelompok.
5. Siapkan semua bahan yang diperlukan
6. Ambil segelas air panas
7. Celupkan satu persatu ujung sendok selamaa 2-5 menit
8. Catat hasil pengamatan kelompok mu dalam bentuk tabel berikut ini !
No NamaBenda Keadaan Ujung Jenis Benda
Panas Tidak Konduktor Isolator
Panas
I
2
3
4
86
Nama
Kelompok
Mata Pelajaran
Ke las
Materi
Tugas
Tindakan Siklus
Kompetensi Dasar
: Konduktor dan Isolator
: Kelompok
: I
: Mengidentifikasi sifat benda-benda yang bersifat sebagai
konduktor dan isolator
LEMBAR KERJA SISW A
B. Penggunaan Benda-Benda Konduktor dan Isolator dalam Kehidupan Sehari
Hari.
87
Dalam kehidupan sehari-hari prinsip konduktor dan isolator banyak
dimanfaatkan orang untuk memenuhi kebutuhan. Beberapa alat rumah tangga dibuat
dari bahan yuang bersifat konduktor panas. Alat-alat dapur sepe1ii wajan, ceret dan
panci terbuat dari logam yang dapat menghantarkan panas. Sifat panas sangat berguna
untuk membantu proses memasak makanan. Selain terbuat dari bahan konduktor
ternyata ada pula alat-alat rumah tanga yang terbuat dari bahan isolator. Pernahkah
kamu mengamati alat-alat rumah tangga yang fungsinya untu kmenahan panas salah
satunya adalah termos. Termos terbuat dari bahan yang memanfaatkan konduktor
panas. Untuk mengetahu iocarq kerja termos lakukan lah percobaan beriktu ini.
LEMBAR KEGIATAN SISWA
Tujuan : Mengidentifikasi bahan-bahan koncluktor clan isolator
Alat clan Bahan
'r Topics bekas selai beserta penutupnya
> Toples besar beserta penutupnya
r Gabus, alumunium foil
r Gunting, selotip
Cara Kerja
Lakukan kegiatan berikut ini secara berkelompok.
Lapisi toples selai dengan kertas alumunium foil. Bungkuslah sampai rapat.
2 Toples bekas selai tadi isi dengan air panas. Kernudian tutup rapat.
88
3 Taruh gabus diclasar toples besar, lalu masukan toples selai yang berisi air panas
tadi lalu tutuplah toples rapat-rapat..
4 Setelah I 5 menit keluarkan toples selai tadi !
Jawablah pertanyaan Berikut ini!
!. Bagaimana keadaaan air yang ada cliclalam toples selai? .............................. .
2. Apakah air tersebut masih
panas? ..................................................................................................................... .
3. Me11gapa? ......................................................................................... .
89
Lampiran i 2
LEMBAR PENILAIAN KERJA KELOMPOK
Kelompok
Anggota
Kelas
Aspek yang dinilai Kriteria Skor
I. Keterampilan A. Siswa dapat menggunakan a lat
dengan cepat dan benar
B. Siswa dapat menggunakan a lat
dengan benar tetapi lambat
C. Siswa dapat menggunakan a lat
dengan benar tetapi kurang betul
D. Siswa menggunakan alat dengan
lambat dan kurang betul
2. Kerj asama A. Kerjasama dengan siswa lain
baik dan penuh inisiatif
B. Kerjasama baik tetapi kurang
inisitaif
c. Kerjasama kurang baik tetapi
berinisiatif
D. Kerjasamaa kurang baik dan
kurang inisiatif
90
·--~--·
l 3. Keaktifan A. Aktif clan terarah
B. Aktif tetapi kurang terarah
c. Kurang aktiftetapi terarah
D. Kurang aktif clan kuran terarah I
4. Disiplin A. Beke1:ja clengan te1iib clan ticlak
melakukan pelanggaran
B. Bekerja clenga tertib tetapi
kaclang-kaclang melakukan
pelanggaran
c. Bekerja ticlak tertib clan ticlak !
melakukan pelanggaran
D. I
Beke1ja ticlak tertib clan
5. 1-lasil ke1ja
~nd"1rn!Gm pd""gg~•• Sesuai clengan materi clan
lengkap
B. Sesuai dengan materi tetapi tidak
lengkap
C. Tidak sesum dengan materi
tetapi lengkap
D. Tidak sesuai clengan materi clan
ticlak lengkap
91
Tabcl Aktivitas Siswa dalam kcrja Kclompok Pada Sildus I
Aspek Yang Dinilai Skor kelompok (%) I Rata-rata
I II III
-~ IV I(%)
-I. Keterampilan 10 15 10 15 12,5
2. Ke1:jasama 5 IO IO 10 8,75
-3. Keaktifan 10 10 10 15 11,25
4. Disiplin IO 10 5 10 8,75
5. Hasil ke1ja 10 10 5 15 10
' Jumlah 45% 55% 40% 65% 42,25%
Tabcl Aktivitas Siswa dalam kerja Kelompok Pada Siklus II
Aspek Yang Dinilai Skor kelompok (%) Rata-rata
I II III IV v (%)
1. Keterampilan 15 15 15 15 15 12,5
2. Ke1jasama 15 10 10 15 15 8,75
3. Keaktifan 10 15 15 15 15 11,25
4. Disiplin 15 15 20 15 20 8,75
5. Hasil ke1ja 15 10 15 20 20 10
Jumlah 70% 65% 75% 80% 85% 42,25%
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
Nomor 95. Cipul.'.lt 15412. Indonesia
Telp. : (62-21) 7443328, 7401925. Fax (62-21) 744JJ::?1'
Email ; [email protected]
Nomor Lamp. !-! a I
: ET/TL.02.2/ 1/2007 : Outline/Proposal : J>crn1ohonan Izin J>enclitian
Ke1iada Ylli. Kepala ..... di-Tempat
[1ssalan111 'alaiku111 ll'r. irh.
Dengan honnat kan1i sarnpaikan ball\\<J.
Nam a
NIM
J urusan
Sen1ester
1\1aryati
503016029887
IPA - fliologi
VII ( tuj1il1)
Jakarta. 24 Januari 2007
Judul skripsi /\'lli!!,' .. !./iu!un ht:\il hclu;ur //'.·! n1en,!!..; .. u111uAun j){!l!(/e/,u;,:;;
ku11/('ktual I ( 'lLi sisn·u l('lus 1 ·1 .\If .\'irc'.iul l'o!ah /'urung ·
adalah benar mahasis\\a l·akultas /lmu Tarbiyah dan Kcguruan UIN Jakarta '"<lll~
sedang 1nenyusun skripsi. clan akan 111engadakan penelitian di instansi/sekol::h yang Saudara pimpin.
Untuk itu kan1i inohon Saudara dapat 111engizinkan 1nahasis\va tcrsebut melaksanakan pene I itian di maksud.
Atas perhaticn dan bantuan Saudara. kan1i ucapkan terin1a kasih.
Tf1assalan1u 'a/aikun11rr. irb
1e111hu.ran: I. Dekan FITK 2. f(etua Jurusnn ybs. 3. i\1fahasis\va yang bersangkutan.
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
Tclp (62-21) 74·133?0, 74(1!925. Fax. {62-2!) 7443J2k
1 Nornor 9:>, Cipuiat ! 54 ! 2, lndone.~ia Email : uinjkt<i~'.cab:_rv;~_1d
Nomor : ET/TL.02.2/ l/2006 La1np. : lnstrun1en Riset ll<tl :RISET/WAWANCARA
Te111h1rs(111
Kepada Ytll. Kepala. di-Tempat
.4ssalc11nu 'a/aik1011 l\ r. lrb.
Dengan horn1at kan1i sa111p:;1ikan bah\\·a.
Nania
NIM
Jurusan
Sen1estl!r
!\laryati
503016029887
IP.-\ - Biologi
Vll(tujuh)
.ludu! skripsi l'r.:ni11,'.!.klitU!l /;usil lh'lujor /J 1_·l iJll'l!,V,,f!.UJ/,:;_-uu /h'!f(/./J.u1u11 konll!A:!lta/ f C'Jf_J si.\·,1·a lie/us / 'j .\fl ,\·irt{/ul 1-~o!uh f\trun,'.! '"
adalah benar n1ahasiS\\·a Fakult<1s Iln1u Tarbiyah dan Keguruan L'!\- .!~1kan~1 yang sedang 111enyusun skripsi, dan akan n1engadakan pen-cl!tian (risct) di instansi/sekolah yang Saudara pimpin.
Untuk itu kan1i n1ohon bantuan Saudara terhadap n1ahasiS\\'i:I tcrscbut dalan1 melaksanakan penelitian dirnaksud.
Atas perhatian dan bantuan Saudara. kan1i ucapkan terin1a kasih.
IVassa/annt 'a/aikznn 1rr. irh.
a.n. !)ekan Pembantu Dekan Biel. J\kadcmik.
~~~ -~·. 1-1. . .\ziz ~irrozi. ~,1;\
'NII'. 150 202 343_ ;;-
I. Dckan I' ITK 1 Kctua .luru::an vbs. 3. lvlaha5is\\'a ya1;g bcrsangkulan.
Top Related