IDENTIFIKASI PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANGPEMBERIAN MP-ASI DI POSYANDU WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KONDA KABUPATEN KONSELSULAWESI TENGGARA
KARYA TULIS ILMIAH
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan PendidikanDiploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Jurusan Keperawatan
OLEH :
SERLY DWITA SANAMPENIM P00320012032
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN2015
2HALAMAN PENGESAHAN
3
4
MOTTO
Tidak semua yang manis itu benar-benar manis pun sama halnya tidak
semua yang pahit itu benar-benar pahit. Jadi yang manis jangan langsung di
telan, dan yang pahit pun jangan langsung di tolak. Sebab Semua yang terjadi
dalam hidup kita pasti memiliki maksud untuk membuat kita menjadi seseorang
yang lebih baik.
Jadi tetaplah berdoa, berusaha, kemudian berdoa lagi dan percaya bahwa
segala sesuatu akan indah pada waktunya.
Kupersembahkan Karya Tulis Ini
untuk Kedua Orang Tuaku, Agama,
Bangsa dan Almamaterku tercinta.
5
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Serly Dwita Sanampe
NIM : P00320012032
Tempat, Tgl Lahir : Ambololi, 27 Juli 1995
Suku/Bangsa : Mori / Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
B. Pendidikan
1. TK An-Nur Lambusa, tamat tahun 1999
2. SD Negeri Lambusa, tamat tahun 2006
3. SMP Negeri 1 Konda, tamat tahun 2009
4. SMA Negeri 5 Kendari, tamat tahun 2012
5. Sejak Tahun 2012 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Sampai sekarang
PAS FOTOBERWARNA
(4X6 CM)
5
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Serly Dwita Sanampe
NIM : P00320012032
Tempat, Tgl Lahir : Ambololi, 27 Juli 1995
Suku/Bangsa : Mori / Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
B. Pendidikan
1. TK An-Nur Lambusa, tamat tahun 1999
2. SD Negeri Lambusa, tamat tahun 2006
3. SMP Negeri 1 Konda, tamat tahun 2009
4. SMA Negeri 5 Kendari, tamat tahun 2012
5. Sejak Tahun 2012 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Sampai sekarang
PAS FOTOBERWARNA
(4X6 CM)
5
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Serly Dwita Sanampe
NIM : P00320012032
Tempat, Tgl Lahir : Ambololi, 27 Juli 1995
Suku/Bangsa : Mori / Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
B. Pendidikan
1. TK An-Nur Lambusa, tamat tahun 1999
2. SD Negeri Lambusa, tamat tahun 2006
3. SMP Negeri 1 Konda, tamat tahun 2009
4. SMA Negeri 5 Kendari, tamat tahun 2012
5. Sejak Tahun 2012 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Sampai sekarang
PAS FOTOBERWARNA
(4X6 CM)
6
ABSTRAK
Serly Dwita Sanampe (P00320012032) Identifikasi Pengetahuan Ibu Menyusui DiPosyandu Wilayah kerja Puskesmas Konda Kabupaten Konsel Sulawesi Tenggara.Yang dibimbing oleh Hj. Siti Nurhayani dan Suriani (xii + 60 halaman + 13 tabel +12 Lampiran).MP-ASI merupakan makanan pendamping ASI yang diberikan setelahbayi berusia 6 bulan Namun, beberapa ibu telah memberikan MP-ASI sebelum bayiberusia 6 bulan. Pemberian MP-ASI sebelum bayi berusia 6 bulan dapatmenyebabkan resiko jangka pendek seperti diare dan resiko jangka panjang yaituterjadinya obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan ibumenyusui tentang pemberian MP-ASI. Variabel dalam penelitian ini adalahpengertian, manfaat, dan waktu pemberian MP-ASI. Jenis Penelitian ini adalahdeskriptif. Sampel penelitian berjumlah 50 orang dengan teknik pengambilan sampelyaitu Accidental Sampling. Hasil penelitian menunjukkan untuk variabel pengertianpada kategori pengetahuan baik sebanyak 48 responden (96%) dan pengetahuankurang sebanyak 2 responden (4%). Variabel tentang manfaat pada kategoripengetahuan baik sebanyak 33 responden (66%) dan pengetahuan kurang sebanyak17 responden (34%) dan variabel waktu pemberian pada kategori pengetahuan baiksebanyak 31 responden (62%) dan pengetahuan kurang sebanyak 19 responden(38%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 28 responden (56%) memilikipengetahuan baik tentang pemberian MP-ASI, dan 22 responden (44%) memilikipengetahuan kurang tentang pemberian MP-ASI. oleh karena itu diharapkan kepadapuskesmas agar memberikan sosialisasi tentang MP-ASI sehingga ibu memahamidengan baik tentang pemberian MP-ASI baik pengertian, manfaat dan waktu yangtepat untuk memberikan MP-ASI. Hal ini guna mendukung kemajuan program yangberkaitan tentang kesehatan ibu dan anak.
Kata Kunci : Pengetahuan, MP-ASI
Daftar Pustaka : 14 (1999 – 2014)
7
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian dengan judul “Identifikasi Pengetahuan Ibu Menyusui Di Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Konda Kabupaten Konsel Sulawesi Tenggara”. Penelitian
ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan program Diploma III (D III) pada Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kendari Jurusan Keperawatan.
Ucapan terima kasih dan penghormatan juga saya haturkan kepada orang tua
saya, Bapak Pieter Sanampe dan Ibu Yohana Meda atas dukungan, motivasi,
nasehat, cinta dan kasih sayang serta doa yang tulus untuk penulis selama menuntut
ilmu sampai selesainya karya tulis ini.
Penulisan karya tulis ini telah melewati proses yang panjang, dan penulis
banyak mendapat petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis juga menghaturkan rasa terima kasih kepada Ibu Hj. Siti
Nurhayani.,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing I dan Ibu Suriani.,B.Sc.,S.Pd
selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, waktu dan motivasi
berharga selama penyusunan karya tulis ini. Ucapan terima kasih penulis juga
tujukan kepada :
1. Bapak Petrus, SKM.,M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.
8
2. Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin penelitian kepada
penulis dalam penelitian ini.
3. Kepala Puskesmas Konda, dr. Asharni Anshari Sadaoda yang telah
memberikan izin melaksanakan penelitian di Puskesmas Konda.
4. Bapak Muslimin L.,A.Kep.,S.Pd.,M.Si, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes kendari
5. Tim Penguji (Lena Atoy, SST.,MPH, Hj. Sumirah Budi Pertami,
S.Kp.,M.Kep, Akhmad., SST.,M.Kes).
6. Seluruh Dosen, staf dan karyawan Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Keperawatan atas segala fasilitas dan pelayanan akademik yang diberikan
selama penulis menuntut ilmu.
7. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Kakak tercinta, Alm. Anike
Yetiana Sanampe, dan kedua adik tercinta, Tamara Emanuela Sanampe dan
Dian Krisna Sanampe atas senyum kebahagian dan semangat yang diberikan.
8. Seluruh teman dan sahabat di Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Jurusan Keperawatan Angkatan 2012 atas persahabatan yang tulus,
pengalaman berharga dan kenangan yang tak terlupakan selama penulis
menuntut ilmu.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan
sehingga masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan karya tulis ini.
9
Semoga karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Kendari , Juni 2015
Penulis
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iii
MOTTO ..................................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ............................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................. 5C. Tujuan ................................................................................... 6D. Manfaat ................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pengetahuan ............................................. 8B. Tinjauan Tentang Ibu Menyusui ........................................... 12C. Tinjauan Tentang Air Susu Ibu ............................................ 16D. Tinjauan Tentang Makanan Pendamping ASI ..................... 18
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran .................................................................... 36B. Kerangka Konsep ................................................................. 37C. Variabel Penelitian ................................................................ 37D. Definisi Operasional ............................................................. 37
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...................................................................... 40
11
B. Waktu Dan Tempat ............................................................... 40C. Populasi Dan Sampel ............................................................ 40D. Cara Pengumpulan Data ....................................................... 42E. Jenis Dan Pengolahan Data .................................................. 43F. Analisa Data ......................................................................... 44
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian ................................................ 46B. Hasil Penelitian .................................................................... 48C. Pembahasan ......................................................................... 54
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 62B. Saran .................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
12
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Rekomendasi Pemberian Makanan Pendamping
Tabel 5.1 Jumlah Tenaga Medis Puskesmas Konda
Tabel 5.2 Jumlah Sarana Kesehatan di Puskesmas Konda
Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan umur pada ibumenyusui di posyandu wilayah KerjaPuskesmas Konda
Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan pendidikanpada ibu menyusui di posyandu wilayah KerjaPuskesmas Konda
Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan umur bayipada ibu menyusui Di posyandu wilayah KerjaPuskesmas Konda.
Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan jumlah anakyang dimiliki ibu menyusui di posyanduwilayah Kerja Puskesmas Konda
Tabel 5.7 Distribusi responden berdasarkan jenis kelaminbayi pada ibu menyusui di posyandu wilayahKerja Puskesmas Konda
Tabel 5.8 Distribusi responden berdasarkan umurpemberian makan pada 51 ibu menyusui diposyandu wilayah Kerja Puskesmas Konda
Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuantentang Pengertian MP-ASI
Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuantentang manfaat MP-ASI
Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuantentang waktu pemberian MP-ASI
Tabel 5.12 Pengetahuan Tentang Pemberian MP-ASI Padaibu menyusui di Posyandu wilayah KerjaPuskesmas Konda
27
47
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Permohonan Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 3 Lembar Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Tabulasi Data Variabel I
Lampiran 5 Tabulasi Data Variabel II
Lampiran 6 Tabulasi Data Variabel III
Lampiran 7 Master Tabel Hasil Penelitian
Lampiran 8 Surat Izin Pengambilan Data Awal
Lampiran 9 Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Poltekkes
Kemenkes kendari
Lampiran 10 Surat Izin Penelitian Dari balitbang Sultra
Lampiran 11 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Undang-undang No. 9 Tahun 1960 pada Bab I Pasal 2 menyatakan yang
dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani
(mental), dan sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan
kelemahan. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu, tidak
terkecuali bagi anak.
Menurut Irianto, K. (2014) Anak adalah anugrah yang tak ternilai karena
anak adalah calon pemimpin masa depan yang akan datang sehingga maju tidaknya
suatu bangsa akan dapat diperkirakan dengan melihat kesiapan kualitas generasi
muda ini. Oleh karena itu, penting sekali untuk memahami apa yang diperlukan dan
bagaimana caranya mencetak anak yang berkualitas.
Kualitas seorang anak tidak hanya diukur dari tingkat kecerdasannya yang
dinilai dengan angka-angka semata tetapi kesehatan yang prima serta tumbuh
kembang yang optimal adalah hal yang paling utama. (Irianto, K. 2014). Setiap anak
dapat dikatakan berkualitas jika memiliki kesehatan yang prima dengan
menunjukkan tumbuh kembang yang optimal.
Tumbuh kembang anak merupakan proses perubahan fisik, perilaku,
kognitif dan emosi. Pusat tumbuh kembang anak ada di otak, saat mencapai 2 tahun
otak anak memiliki berat yang sudah hampir sama dengan otak orang dewasa, jadi
bisa dibayangkan betapa cepatnya proses yang terjadi selama kurun waktu itu ( Atilla
15
Dewanti, dalam Irianto, K. 2014). Sehingga anak pada usia tersebut yang masih
tergolong bayi memerlukanasupan nutrisi yang cukup agar proses tumbuh
kembangnya dapat optimal, salah satunya adalah ASI.
Menurut Sitompul, E. (2014) ASI adalah karunia Tuhan yang sangat
berharga karena di dalam ASI mengandung berbagai zat gizi yang sangat dibutuhkan
oleh bayi dan mengandung zat kekebalan terhadap infeksi diantaranya
immunoglobulin (Ig), lactoferin, dan zat antibodi. ASI adalah makanan bernutrisi dan
berenergi tinggi, yang mudah untuk dicerna. ASI memiliki kandungan yang dapat
membantu penyerapan nutrisi. Berdasarkan hal tersebut, pemberian ASI sangat
penting karena pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar dipengaruhi
oleh jumlah ASI yang diperoleh.
Disamping ASI, pemberian makanan pendamping juga turut berperan
dalam pertumbuhan dan perkembangan ba yi . Makanan pendamping ASI atau MP-
ASI adalah salah satu cara pemberian makanan disamping ASI pada bayi usia 6 - 24
bulan, sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF serta
diadopsi oleh semua negara di dunia termasuk Indonesia (Susanti, M, 2012).
Sehingga Pemberian MP-ASI juga memiliki peranan penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Makanan pendamping ASI berguna untuk menunjang pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi. MP-ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi guna
memenuhi kebutuhan bayi dalam melengkapi ASI dan biasanya diberikan pada bayi
16
berusia 6-12 bulan. Berdasarkan hal tersebut, bayi seharusnya diberikan MP-ASI
setelah berusia 6 bulan.
Hasil penelitian di Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Balitbangkes) dan Hellen Keller Internasional (HKI) menemukan bahwa masih
banyak ibu-ibu menyusui yang memberikan MP-ASI sebelum bayi berumur 6
bulan.Berdasarkan riset WHO (World Health Organization), pada tahun 2010
sebanyak 58% terkait dengan malnutrisi. Malnutrisi sering kali terkait dengan
kurangnya asupan Air Susu Ibu (ASI) dan Pemberian Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) secara dini. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), tahun
2013 secara Nasional pemberian ASI Eksklusif hanya mencakup 57% dari total bayi
yang ada, persentase tersebut menurun seiring bertambahnya usia bayi, yakni 51%
pada bayi usia 2-3 bulan dan 19% pada bayi usia 7-9 bulan (Ellyana Abadi, 2014).
Penelitian lain pada 4 kabupaten di Provinsi Jawa Timur menunjukkan
hasil yang sangat mencengangkan, yaitu lebih dari 80% ibu telah memberikan
makanan/minuman prelaktal dalam 3 hari pertama kepada bayinya. Selain itu
menurut hasil penelitian Afiana Rohmani dalam Susanti, M (2012) tentang “
Pemberian MP-ASI Pada Anak Usia 1-2 tahun di kelurahan Lampe Tengah,
Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang banyak ditemukan pemberian MPASI
yang terlalu dini bagi bayi, dan berakibat anak diare, produksi ASI berkurang, karena
anak sudah kenyang dan jarang menyusu, serta dapat menimbulkan alergi karena
usus bayi masih terlalu muda untuk dilalui protein asing. Di Sulawesi Tenggara
17
menurut hasil Riskesdas tahun 2010 menemukan bahwa 40,0% ibu telah memberikan
makanan pendamping ASI pada bayi usia 0-6 bulan.
Hasil penelitian Manalu menunjukkan bahwa anak yang memiliki status
gizi kurang/gizi buruk disebabkan oleh MP-ASI dalam hal ini makanan yang kurang
baik, jenis maupun kualitasnya. Kekurangan tersebut disebabkan oleh
kebiasaan/anggapan yang dipercayai oleh ibu. Hal itu menurut Manulu dipengaruhi
oleh pengetahuan ibu tentang MP-ASI (Susant i ,M 2012).
Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang
didasari oleh pengetahuan le bih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari beberapa faktor baik formal
seperti pendidikan yang didapati di sekolah-sekolah maupun non formal yang
diantaranya dapat diperoleh bila ibu aktif dalam kegiatan posyandu, PKK, maupun
kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, pengetahuan
ibu sangat berperan dalam periode pemberian MP-ASI.
Berdasarkan hasil Riskesdas secara nasional prevalensi gizi berat-kurang
pada balita pada tahun 2013 adalah 19,6 % terdiri dari 5,7 % gizi buruk dan 13,9%
gizi kurang. Diantara 33 provinsi di Indonesia, 18 provinsi memiliki prevalensi gizi
buruk-kurang diatas angka prevalensi nasional yaitu berkisar 22,2% sampai 33,1%
dan Provinsi Sulawesi Tenggara berada pada urutan ke 13 dari 33 provinsi dengan
prevalensi gizi buruk.
18
Hasil Riskesdas juga menjelaskan adanya kecenderungan perbaikan gizi
balita, namun bila dibandingkan dengan target tidak satupun indikator keadaan gizi
yang mencapai target. Hal ini ditunjukan indikator kinerja penurunan gizi buruk baru
mencapai 32,3%, gizi kurang 81,2% dan gizi baik 18,7%.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Konda pada bagian Poli
Gizi pada bulan Februari 2015 dari jumlah kunjungan sebanyak 65 orang terdapat 1
kasus dengan status gizi sangat kurang, 2 kasus dengan status gizi kurang, dan 1
kasus dengan status gizi lebih. Selain itu data yang diperoleh dari Poli Gizi diperoleh
data pencapaian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Konda sebanyak 66,48%
dari 432 orang ibu yang masih menyusui atau sekitar 287 orang ibu yang
memberikan ASI Eksklusif. Sedangkan 145 orang ibu lainnya tidak memberikan ASI
eksklusif atau telah memberikan MP-ASI sebelum bayi berusia 6 bulan. Hal ini tentu
menjadi masalah karena pemberian MP-ASI sebelum bayi berusia 6 bulan dapat
mempengaruhi gizi bayi. Selain itu data ini menunjukkan pencapaian ASI Eksklusif
masih jauh dari standar yaitu sekitar 80%.
Berdasarkan fakta-fakta di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
“identifikasi pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian MP-ASI Di Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Konda Kabupaten Konsel Sulawesi Tenggara tahun
2015”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “bagaimana identifikasi pengetahuan ibu menyusui tentang
19
pemberian MPASI di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Konda Kabupaten Konsel
Sulawesi Tenggara tahun 2015?”.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu
menyusui tentang pemberian MP-ASI di Posyandu wilayah kerja Puskesmas
Konda Kabupaten Konsel Sulawesi Tenggara.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu menyusui tentang Pengertian MP-ASI.
b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu menyusui tentang manfaat MP-ASI.
c. Mengidentifikasi pengetahuan ibu menyusui tentang waktu pemberian
MP-ASI.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Untuk memberikan informasi tentang pengetahuan ibu menyusui di
Posyandu wilayah kerja Puskesmas Konda tentang pemberian MP-ASI
sebagai masukan untuk penyusunan kebijakan atau kemajuan program yang
berkaitan dengan kesehatan ibu dan bayi.
2. Bagi Masyarakat
Untuk memberikan informasi mengenai pengetahuan ibu menyusui
tentang pemberian MPASI yang tepat yaitu setelah bayi berusia 6 bulan.
20
3. Bagi Institusi
Untuk memberikan motivasi pengembangan penelitian di institusi
pendidikan khususnya bagi Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kendari.
4. Bagi Peneliti dan Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan untuk menyelesaikan tugas akhir di DIII Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kendari dan sebagai bahan untuk pengembangan
penelitian selanjutnya.
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pengetahuan
1. Pengertian
Secara etiomologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris
yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa
definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified
true belief).Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengatahuan (knowledge)
adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari
kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek)
memiliki yang diketahui (objek didalam dirinya sendiri sedemikian aktif
sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri
dalam kesatuan aktif ( Bachtiar, 2013).
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab
pertanyaan “apa”. Apabila pengetahuan mempunyai sasaran tertentu,
mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga
memperoleh hasil yang dapat disusun secara sistematis dan diakui secara
umum, maka terbentuklah disiplin ilmu. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan adalah
22
merupakan hasil tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia yaitu indra penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba.
(Notoatmodjo, 2012).
2. Tingkatan Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012), yaitu :
a. Tahu (Know)
Kemampuan mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah, kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendiskusikan, dan
menyatakan.
b. Memahami (Comprehention)
Kemampuan untuk memperjelas objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
meyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang
harus dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada
situasi situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat
23
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis yang menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu
kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas, dapat
menyesuaikan dan sebagainya terhadap teori atau rumusan-rumusan
yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
objek atau materi. Penilaian-penilaian ini berdasarkan pada suatu
kriteria yang telah ada.
24
3. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Tingkat Pengetahuan
Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat pengetahuan seseorang
menurut Notoadmodjo (2012) meliputi :
a. Pendidikan
Merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi
perubahan.
b. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan
tentang sesuatu yang bersifat nonformal.
c. Informasi
Orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan
memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu sumber informasi
yang berperan penting bagi pengetahuan adalah media massa.
d. Lingkungan Budaya
Dalam hal ini faktor keturunan dan bagaimana orang tua mendidik
sejak kecil mendasari pengetahuan yang dimiliki oleh remaja dalam
berpikir selama jenjang hidupnya.
e. Sosial Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi yang rendah menyebabkan keterbatasan biaya
untuk menempuh pendidikan, sehingga pengetahuannya pun rendah.
25
B. Tinjauan Tentang Ibu Menyusui
1. Konsep Ibu
Menurut Poerwodarminto dalam ibu adalah sebutan untuk seorang
perempuan yang telah melahirkan kita, wanita yang telah bersuami,
panggilan yang lazim pada wanita.
Selain itu, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Ibu adalah wanita
yang telah melahirkan seseorang, panggilan yang lazim pada wanita baik
yang sudah bersuami maupun belum (Suparyanto, 2010).
2. Peran ibu
Peran ibu menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal sifat
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu.
Peranan ini didasari oleh harapan dan pola perilaku dalam keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Adanya peran ibu sebagai berikut.
a. Sebagi istri dan ibu bagi anak-anaknya
b. Mengurus rumah tangga
c. Sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya
d. Sebagai pelindung anak-anaknya
e. Pencari nafkah tambahan dalam keluarga
26
3. Konsep Menyusui
Menyusui adalah salah satu komponen dari proses reproduksi yang
terdiri atas haid, konsepsi, kehamilan, persalinan, menyusui. Laktasi
mempunyai dua pengertian yaitu menyusui dan pengeluaran.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menyusui adalah
memberikan air susu ibu (ASI) untuk diminum kepada bayi, dan sebagaian
dari buah dada. Sehingga ibu menyusui adalah seorang wanita yang
memberikan air susu untuk diminum kepada bayi (Suparyanto, 2010).
4. Fisiologi Laktasi
Menurut Farrer, H (1999) Dua refleks pada ibu yang sangat penting
dalam proses laktasi, refleks prolaktin dan refleks aliran timbul akibat
perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.
a. Refleks Prolaktin
Dalam puting susu terdapat banyak ujung sensoris. Bila ini
dirangsang, timbil impuls menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar
hipofisis bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon
prolaktin. Hormon inilah yang berperan dalam produksi ASI di tingkat
alveoli. Dengan demikian mudah dipahami bahwa makin sering
rangsangan penyusuan makin banyak pula produksi ASI.
b. Refleks Aliran (let down refleks)
Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke
kelenjar hipofisis depan, tetapi juga kelenjar hipofisis bagian belakang,
27
yang mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu
kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran,
sehingga ASI dipompa keluar. Makin sering menyusui, pengosongan
alveolus dan saluran makin baik sehingga kemungkinan terjadinya
bendungan susu makin kecil, dan menyusui akan makin lancar. Saluran
ASI yang mengalami bendungan tidak hanya mengganggu penyusunan,
tetapi juga berakibat mudah terkena infeksi.
Selain itu tiga refleks penting dalam mekanisme hisapan bayi
meliputi :
a. Refleks Menangkap
Timbul bila bayi baru lahir dan tersentuh pipinya, bayi akan
menoleh kearah sentuhan. Bila bibirnya dirangsang dengan papila
mamae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha untuk
menangkap puting susu.
b. Refleks Menghisap
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh.
Biasanya oleh puting. Supaya puting mencapai bagian belakang
palatum, maka sebagian besar areola harus tertangkap mulut bayi.
Dengan demikian, maka sinus laktiferus yang berada dibawah areola
akan tertekan antara gusi, lidah, dan palatum, sehingga ASI terperas
keluar.
28
c. Refleks menelan
Bila mulut bayi terisi oleh air susu ibu, secara langsung bayi
akan menelannya.
5. Posisi Menyusui yang Benar
Tanda- tanda posisi menyusui yang benar adalah sebagai berikut.
a. Kepala dan bayi berada dalam satu garis lurus.
b. Wajah bayi harus mengahadap payudara dengan hidung berhadapan
dengan puting.
c. Ibu harus memeluk badan bayi dekat dengan badannya.
d. Jika bayi baru lahir ibu harus menyangga seluruh badan bayi.
6. Faktor-faktor yang Memengaruhi Ibu untuk menyusui
Menurut Arbon dan Byme faktor yang memengaruhi ibu untuk
menyusui adalah sebagai berikut.
a. Faktor Psikis
Status psikis mendasari ibu dan pendukungnya untuk keberhasilan
menyusui termasuk percaya diri ibu dan komitmennya untuk menyusui.
Bayi yang merasa kenyang adalah kepuasan bagi ibu menyusui.
Dukungan orang-orang terdekat juga termasuk kedalam faktor psikis.
Dukungan bisa dilakukan dengan banyak cara, diantaranya, memberi
informasi atau pengetahuan tentang keuntungan menyusui, memberi
pengertian, membesarkan hati, menyayangi, dan memberi pertolongan
fisik agar ibu dapat menyusi bayinya. Pemberi dukungan dapat berasal
29
dari mana saja, mulai dari keluarga, suami, teman dekat, tenaga
kesehatan, sampai lingkungan hidup.
b. Faktor Tenaga kesehatan
Dukungan yang diberikan tenaga kesehatan dapat membangkitkan
rasa percaya diri ibu untuk membuat keputusan menyusui bayinya.
Informasi tentang perawatan payudara. Selama masa kehamilan, lama
menyusui, keuntungan menyusui dini merupakan dukungan tenaga
kesehatan yang dapat membantu menyukseskan kelangsungan pemberian
ASI eksklusif.
c. Faktor Demografi
Faktor demografi terbagi dua, yaitu faktor sosiodemografi dan
faktor biomedik. Yang termasuk faktor sosiodemografi diantanya usia,
pendidikan, status perkawinan, suku, tingkat sosial, dan penghasilan.
Sementara yang termasuk faktor biomedik adalah jumlah kelahiran,
kesehatan bayi, dan kesehatan ibu yaitu selama hamil, melahirkan, dan
setelah melahirkan (Suparyanto, 2012).
C. Tinjauan Tentang Air Susu Ibu
Menurut Sitompul, E. (2014) ASI adalah karunia Tuhan yang sangat
berharga karena di dalam ASI mengandung berbagai zat gizi yang sangat
dibutuhkan oleh bayi dan mengandung zat kekebalan terhadap infeksi
diantaranya immunoglobulin (Ig), lactoferin, dan zat antibodi. ASI adalah
makanan bernutrisi dan berenergi tinggi, yang mudah untuk dicerna. ASI
30
memiliki kandungan yang dapat membantu penyerapan nutrisi. Pada bulan-bulan
awal, saat bayi dalam kondisi yang paling rentan, ASI eksklusif membantu
melindungi bayi dari diare, sudden infant death syndrome/SIDS-sindrom yaitu
kematian tiba-tiba pada bayi, infeksi telinga dan penyakit infeksi lain yang biasa
terjadi.
Riset medis mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat bayi berkembang
dengan baik pada 6 bulan pertama bahkan pada usia lebih dari 6 bulan.
Organisasi Kesehatan Dunia-WHO mengatakan: ASI adalah suatu cara yang
tidak tertandingi oleh apapun dalam menyediakan makanan ideal untuk
pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi. Evaluasi pada bukti-bukti yang
telah ada menunjukkan bahwa pada tingkat populasi dasar, pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan adalah cara yang paling optimal dalam pemberian
makan kepada bayi.
Selain itu, menurut Irianto, K. (2014) ASI merupakan cairan khusus yang
dihasilkan dalam payudara sang ibu dan mempunyai peranan yang tidak bisa
dipenuhi oleh makanan pengganti seperti susu formula maupun makanan padat
seperti biskuit bayi dan buah-buahan. ASI mengandung semua kebutuhan bayi
baru lahir yang sangat penting untuk pertumbuhan dan juga untuk pencegahan
penyakit. Didalam ASI terkandung zat imun (immunoglobulin A dan
immunoglobulin lainnya, C3, C4 Laktoperoksidase, Laktoferin) dan komponen
pertumbuhan yang tidak dapat ditemukan dan digantikan oleh susu formula
maupun makanan pengganti. Sistem imunitas bayi sampai berusia 6 bulan masih
31
belum sempurna dan dalam proses penyempurnaan, sehingga zat imun tersebut
yang diberikan dari sang ibu ke buah hati melalui ASI akan sangat dibutuhkan.
Zat ini berfungsi untuk mencegah penyakit sampai level tertentu, sehingga
resiko bayi terjangkit penyakit akan berkurang.
Menurut para ahli kesehatan dunia UNICEF, sang buah hati harusnya
menikmati ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama saat bayi sangat rentan
terhadap penyakit karena sistem imunitas yang belum sempurna. Setelah itu
makanan pelengkap baru boleh diberikan bersama dengan ASI. ASI tetap
diberikan sampai usia 2 tahun bersama dengan makanan pelengkap khusus untuk
bayi dibawah usia 2 tahun. Ibu menyusui yang mempunyai pekerjaan dapat
memompa terlebih dahulu di pagi hari dengan alat pompa yang dianjurkan
tenaga kesehatan. ASI hasil pompa lalu disimpan di kontainer khusus di suhu
ruangan (maksimal 10 jam) atau di kulkas (maksimal 2 hari).
D. Tinjauan Tentang Makanan Pendamping ASI
1. Pengertian Makanan Pendamping ASI
Makanan Pendamping ASI atau MP-ASI merupakan makanan yang
diberikan ke bayi selain sebagai pendamping ASI juga berguna untuk
menunjang pertumbuhan pada bayi. MP-ASI adalah makanan yang
diberikan kepada bayi guna memenuhi kebutuhan bayi atau anak dalam
melengkapi ASI dan biasanya diberikan pada bayi berusia 6-12 bulan.
32
Makanan pendamping ASI merupakan makanan yang diberikan pada
bayi mulai umur 6 bulan guna pemenuhan energi dan gizi lain yang tidak di
cukupi oleh ASI.
Makanan pendamping ASI memiliki tekstur dan kepadatan sesuai
kemampuan cerna bayi. WHO dan sebagian besar organisasi kesehatan lain
merekomendasikan pemberian MP-ASI pada usia sekitar 6 bulan.
(Sitompul, E. 2014).
2. Tujuan Pemberian MP-ASI
Makanan pendamping ASI bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat
gizi anak yang kurang karena kebutuhan zat gizi yang meningkat sejalan
dengan pertambahan umur anak. Selain itu, pemberian MP-ASI bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-
macam makanan dengan berbagai bentuk, tekstur dan rasa.
3. Manfaat Pemberian MP-ASI
Adapun beberapa manfaat pemberian MP-ASI pada bayi adalah
sebagai berikut.
a. Belajar mengenai makanan. Bayi akan banyak bereksplorasi berbagai
macam makanan dengan tekstur, aroma dan rasa yang berbeda-beda.
Saat pemberian MP-ASI biarkan anak langsung memegang sendiri
berbagai makanan..
33
b. Alami. Bayi diprogram untuk mencoba dan mengeksplorasi, itulah
bagaimana mereka belajar. Mereka menggunakan tangan dan mulut
mereka untuk menyelidiki semua jenis obyek, termasuk makanan.
c. Belajar makan dengan aman. Karena memberi kesempatan pada bayi
untuk memasukkan sendiri makanan ke dalam mulut ketika sudah
merasa siap, belajar mengunyah dan menelan, jadi lama-lama bayi akan
terbiasa makan dengan aman.
d. Belajar mengenai dunia mereka. Bayi tidak hanya bermain saja mereka
juga belajar. Banyak hal edukatif terbaik dengan memegang makanan.
Karena semua indera terlibat, anak jadi dapat menemukan bagaimana
menghubungkan semuanya bersamaan untuk pemahaman yang lebih
baik mengenai dunia di sekitar mereka.
e. Meraih potensi. Ternyata menggunakan jari-jari untuk dapat
memasukkan makanan kedalam mulut bayi berarti melatih koordinasi
tangan-mata, menggenggam ukuran dan tekstur yang berbeda-beda
beberapa kali sehari, ini jelas akan meningkatkan keterampilan bayi
lebih lanjut hal ini ternyata mempengaruhi kemampuan menulis dan
menggambar si bayi. Mengunyah makanan akan membangun otot-otot
wajah yang akan diperlukan ketika mereka belajar bicara atau mengenai
keterampilan motorik halus.
f. Membangun kepercayaan diri. Orang tua pasti tidak mudah menahan
diri untuk tidak membantu bayi selama makan. Tetapi dengan melihat
34
anak-anak makan sendiri membantu ornag tua mempercayai
kemampuan dan naluri bayi. Hal ini sering menjadikan orang tua lebih
santai tentang kebutuhannya mengeksplorasi dunia baru yang pada
gilirannya berarti bahwa bayi akan mendapatkan lebih banyak
kebebasan belajar.
g. Mempercayai makanan. Bayi akan terbiasa mengikuti naluri makanan
yang bisa dimakan, mana yang berbahaya, mana yang tidak perlu.
h. Pengendalian nafsu makan. Kebiasaan makan yang baik jika dibangun
sejak bayi akan bertahan seumur hidup. Sepertinya bayi yang diizinkan
memilih apa yang dimakan dari berbagai jenis makanan yang bergizi,
pada kecepatannya sendiri, dan memutuskan kapan dia cukup makan,
melanjutkan makan berdasarkan nafsu makannya dan cenderung tidak
akan makan berlebihan ketika ia sudah lebih besar. Hal ini merupakan
bagian penting pencegahan obesitas.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI
a. Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi sangat berperan dimana sosial ekonomi
yang cukup atau baik akan memudahkan mencari pelayanan kesehatan
yang lebih baik. Faktor ekonomi berkaitan erat dengan konsumsi
makanan atau dalam penyajian makanan keluarga khususnya dalam
pemberian MP-ASI. Kebanyakan penduduk dapat dikatakan masih
kurang mencukupi kebutuhan dirinya masing-masing. Keadaan umum
35
ini dikarenakan rendahnya pendapatan yang mereka peroleh dan
banyaknya anggota keluarga yang harus diberi makan dengan jumlah
pendapatan rendah.
b. Status Pekerjaan
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu
bagi ibu-ibu yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
Seorang yang memerlukan banyak waktu dan tenaga untuk
menyeleseikan pekerjaan yang dianggap penting dan memerlukan
perhatian dengan adanya pekerjaan. Masyarakat yang sibuk akan
memiliki waktu yang sedikit untuk memperoleh informasi, sehingga
tingkat pendidikan yang mereka peroleh juga berkurang, sehingga tidak
ada waktu untuk memberikan ASI pada bayinya dan cenderung
memberikan MP-ASI pada bayi.
c. Sosial Budaya
Faktor sosial budaya sangat berperan dalam proses terjadinya
masalah pemberian MP-ASI diberbagai kalangan masyarakat. Unsur-
unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan untuk memberikan
MP-ASI pada bayi dengan alasan bayi tidak akan kenyang dengan
diberikan ASI saja.
d. Kemauan Ibu
Seorang ibu yang secara tidak sadar berpendapat bahwa
menyusui hanyalah merupakan beban saja bagi kebebasan pribadinya
36
atau hanya memperburuk ukuran tubuhnya, tidak akan dapat menyusui
anaknya dengan baik perasaan tersebut mempunyai pengaruh negative
terhadap produksi susu.
5. Waktu Pemberian MP-ASI
Makanan pendamping ASI harus mulai diberikan ketika bayi tidak
lagi mendapat cukup energi dan nutrient dari ASI saja. Untuk kebanyakan
bayi, makanan tambahan mulai di berikan pada usia 6 bulan. Pada usia ini
otot dan saraf di dalam mulut bayi cukup berkembang untuk memamah.
Sebelum usia 6 bulan, bayi akan mendorong makanan keluar dari mulutnya
karena mereka belum bisa mengendalikan gerakan lidahnya dengan baik
(WHO dalam Suparyanto 2010).
Makanan Pendamping ASI mulai diberikan saat bayi berusia 6 bulan.
Selama 6 bulan pertama bayi cukup hanya dengan ASI saja. WHO
menganjurkan untuk memberikan ASI sampai usia bayi 2 tahun. Setelah 6
bulan bayi butuh nutrisi tambahan dari makanan. Hal ini tidak disebabkan
karena ASI yang kurang nutrisi, tapi tubuh anak perlu nutrisi lebih banyak
seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Tubuh bayi butuh
asupan nutrisi alami lain dari luar. WHO, UNICEF, American Academy Of
Pediatrics, Health Canada, sepakat bahwa MP-ASI diberikan pada usia 6
bulan, bukan 4-6 bulan.
37
Pemberian MP-ASI disekiran usia 3-5 bulan biasanya karena bayi
mengalami Growth Spurt, tandanya sering terbangun di malam hari minta
susu, rewel, gelisah, terlihat lapar.
Banyak orang yang mengasumsikan Growth Spurt ini sebagai
“bayinya lapar terus” sehingga akhirnya pada usia 3-5 bulan bayi diberikan
biskuit atau pisang. Padahal, jika bayi sering disusui, tambahkan ASI perah
setelah selesai menyusui, bayi akan kembali normal. Ada bayi yang
mengalami masa ini 1-2 minggu saja, ada yang lebih lama dari ini.
Pemberian ASI eksklusif diberikan kepada bayi hingga bayi mencapai usia
6 bulan, artinya selama 6 bulan bayi tidak memerlukan tambahan
pendamping untuk kebutuhan nutrisinya.
Menginjak usia 6 bulan, bayi mulai diperkenalkan makanan yang
dinamakan Makanan Pendamping ASI atau MP-ASI. Inilah makanan bayi
kedua yang menyertai pemberian ASI.
6. Alasan MP-ASI Diberikan Pada Usia ≥ 6 Bulan
Adapun beberapa alasan pemberian MP-ASI setelah bayi berusia 6
bulan adalah sebagai berikut.
a. ASI adalah salah satu makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh
bayi sampai berumur 6 bulan
b. Menunda pemberian makanan padat mengurangi risiko alergi makanan
c. Menunda makanan padat sampai bayi berumur 6 bulan dapat
menghindarkan dari berbagai risiko penyakit
38
d. Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada
sistem pencernaan bayi untuk berkembang menjadi lebih matang
e. Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada bayi
agar sistem yang dibutuhkan untuk mencerna makanan padat dapat
berkembang dengan baik.
f. Menunda pemberian makanan padat membantu melindungi bayi dari
anemia karena kekurangan zat besi
g. Menunda pemberian makanan padat membantu melindungi bayi dari
risiko terjadinya obesitas di masa datang
h. Menunda pemberian makanan padat membantu para ibu untuk menjaga
kesedian ASI
i. Menunda pemberian makanan padat membantu jarak pada kelahiran
bayi
j. Menunda pemberian makanan padat membuat pemberiannya menjadi
lebih mudah.
7. Dampak Pemberian MP-ASI Terlalu Dini
a. Risiko jangka pendek
1) Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit, sehingga
resiko infeksi dan alergi terhadap makanan meningkat.
2) Pengenalan makanan selain ASI kepada diet bayi akan menurunkan
frekuensi dan intensitas pengisapan bayi, yang akan merupakan
risiko untuk terjadinya penurunan produksi ASI.
39
3) Pengenalan serealia dan sayur-sayuran tertentu dapat
mempengaruhi penyerapan zat besi dari ASI sehingga
menyebabkan defisiensi zat besi dan anemia.
4) Resiko diare meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih
ASI.
5) Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer,
buburnya berkuah atau berupa sup karena mudah dimakan oleh
bayi. Makanan ini memang membuat lambung penuh, tetapi
memberi nutrient lebih sedikit daripada ASI sehingga kebutuhan
gigi/nutrisi anak tidak terpenuhi.
6) Anak akan minum ASI lebih sedikit, sehingga akan lebih sulit
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak
7) Defluk atau kolik usus yaitu istilah yang digunakan bagi kerew
8) Tangisan yang terus menerus bagi bayi yang dipercaya karena
adanya kram di dalam usus.
b. Risiko Jangka Panjang
1) Obesitas
Kelebihan dalam memberikan makanan adalah risiko utama
dari pemberian makanan yang terlalu dini pada bayi. Konsekuensi
pada usia-usia selanjutnya adalah terjadi kelebihan berat badan
ataupun kebiasaan makan yang tidak sehat.
40
2) Hipertensi
Kandungan natrium dalam ASI yang cukup rendah (± 15
mg/100 ml). Namun, masukan dari diet bayi dapat meningkatkan
drastis jika makanan telah dikenalkan. Konsekuensi dikemudian
hari akan menyebabkan kebiasaan makan yang memudahkan
terjadinya gangguan/hipertensi.
3) Arteriosklerosis
Pemberian makanan pada bayi tanpa memperhatikan diet yang
mengandung tinggi energi dan kaya akan kolesterol serta lemak
jenuh, sebaliknya kandungan lemak tak jenuh yang rendah dapat
menyebabkan terjadinya arteriosklerosis dan penyakit jantung
iskemik.
4) Alergi Makanan
Belum matangnya sistem kekebalan dari usus pada umur yang
dini dapat menyebabkan alergi terhadap makanan. Manifestasi
alergi secara klinis meliputi gangguan gastrointestinal,
dermatologis, dan gangguan pernapasan, dan sampai terjadi syok
anafilaktik
8. Jadwal Pemberian Makanan Pendamping Asi (MP-ASI)
Jadwal makan bayi sebaiknya disesuaikan dengan jadwal makan
keluarga yaitu, 3x makanan pokok (sarapan pagi, makan siang, makan
41
malam), 2x makanan selingan (jam 10.00 dan 16.00), serta 3x ASI (saat
bagun pagi, sebelum tidur siang dan malam).
Jadwal pemberian makanan tambahan menurut umur, jenis makanan,
frekuensi pemberian dapat dilihat pada berikut :
Tabel 2.1 Rekomendasi Pemberian Makanan Pendamping
UsiaFrekuensi(per hari )
Kuantitasrata-rata
setiap kalimakan
Tekstur(kekentalan/keenceran)
Keberagaman
Mulai
MP-
ASI
saat
bayi
mencap
ai usia
6 bulan
1 sampai 2
kali
ditambah
dengan
menyusu
sesering
keinginan
bayi
- Mulai
dengan 2
sampai 3
sendok
makan
- Mulai
sesuai
dengan
selera
lalu
tingkatka
n
kuantitas
secara
bertahap
Bubur kental
(pure, buah
dan sayuran
tumbuk
halus, daging
lumat )
ASI (susui
sesering yang
bayi inginkan )
+ bahan
makanan
hewani (bahan
lokal) +
pangan pokok
(bubur, bahan
lokal) +
kacang-
kacangan
(bahan lokal) +
buah dan
sayuran (bahan
lokal)
Dari 6
sampai
9 bulan
- 2
sampai
3 kali
ditamba
Tingkatk
an secara
bertahap
hingga
Bubur kental
dan bubur
saring
ASI (susui
sesering yang
bayi inginkan )
+ bahan
42
h
dengan
menyus
u
sesering
keingina
n bayi
- 1
sampai
2 kali
makana
n ringan
setengah
(1/2) dari
cangkir
mangkuk
ukuran
250 ml
makanan
hewani (bahan
lokal) +
pangan pokok
(bubur, bahan
lokal) +
kacang-
kacangan
(bahan lokal) +
buah dan
sayuran (bahan
lokal)
Dari 9
sampai
12
bulan
- 3 kali
ditamba
h
dengan
menyus
u
sesering
keingina
n bayi
- 2 kali
makana
n ringan
Setengah
(1/2) –
(3/4) dari
cangkir/
mangkuk
ukuran
250 ml
Makanan
cincang
halus, tidak
keras dan
mudah
dijumput
ASI (susui
sesering yang
bayi inginkan )
+ bahan
makanan
hewani (bahan
lokal) +
pangan pokok
(bubur, bahan
lokal) +
kacang-
kacangan
(bahan lokal) +
buah dan
sayuran (bahan
lokal)
Sumber : WHO 2010
43
9. Jenis Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Setelah bayi berumur 6 bulan, maka untuk memenuhi kebutuhan
selanjutnya demi pertumbuhan dan perkembangannya diperlukan makanan
pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Makanan pendamping ASI yang baik
adalah terbuat dari bahan makanan segar, seperti tempe, kacang-kacangan,
telur ayam, hati ayam, ikan, sayur mayur dan buah-buahan. Jenis MP-ASI
yang dapat diberikan adalah:
a. Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak
kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus,
contoh :bubur susu, bubur sumsum, pisang saring/kerok, pepaya saring,
tomat saring, nasi tim saring, dan lain-lain.
b. Makanan lunat adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan
tampak berair, contoh : bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri,
dan lain-lain.
c. Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan
biasanya disebut makanan keluarga, contoh : lontong, nasi tim, kentang
rebus, biskuit, dan lain-lain.
10. Mengenalkan Makanan Padat Pertama
Pada awal pemberian MP-ASI, yang harus selau di perhatikan adalah
suhu makanan tidak terlalu panas dan kebersihan lalu biarkan ia
memegangnya. Beberapa bayi ASI eksklusif usia 6 bulan atau lebih tidak
menyukai MP-ASI instan. Biarkan bayi menikmati makanan awalnya dan
44
jangan khawatir mengenai jumlah yang ia makan saat itu. Sebagian besar
mungkin akan berakhir dirambutnya atau dilantai. Bagi bayi usia 6 bulan
atau lebih bisa diberikan makanan yang dihaluskan dengan garpu.
Lakukan dengan santai, beri makan bayi pada waktu makan anda, dan
saat ia menjadi pemakan makanan padat yang lebih baik, tawarkan berbagai
jenis makanan pada satu waktu. Hormati kesukaan dan ketidaksukaan bayi
anda. Tidak ada makanan yang lebih penting dari ASI. Berikut adalah
penjelasan Makanan Pertama yang harus diberikan kepada bayi MP-ASI :
1. Dari Pati-patian, buah-buahan, dengan tekstur yang tidak boleh encer,
harus kental, karena jika terlalu encer bisa mengurangi nutrisi makanan
tersebut.
2. A.F.A.T.V.A.H. ( Age, Frequency, Amount, texture, Variety, Active,
Hygiene) berikut penjabarannya.
a. Age : mulai pemberian, jenis, tekstur, dan jumlahnya yang
disesuaikan dengan umur bayi.
b. Frequency : frekuensi pemberian berdasarkan perkembangan berat
badan bayi.
c. Amount : jumlah pemberian MP-ASI sebaiknya sedikit demi sedikit,
misalnya 2-3 sendok pada saat pertama dan jumlahnya bisa ditambah
secara bertahap.
d. Texture : tekstur bubur tidak boleh encer, karena nutrisi pada
makanan bisa hilang dan mengakibatkan berat badan bayi tidak
45
bertambah. Jika usia pemberian MP-ASI sudah dilakukan lebih dari
sebulan, tekstur yang lebih kasar atau dicincang sudah mulai dapat
diberikan kepada bayi.
e. Variety : jenis MP-ASI sebaiknya diberikan secara bervariasi dan
beragam, seperti daging-daging, sayuran, makanan yang
mengandung zat besi.
f. Active dan responding feeding : biarkan bayi memegang
makanannya, sehingga ia bisa mulai belajar makan sendiri.
g. Hygiene : pengolahan MP-ASI harus hygiene dan alat yang
digunakan untuk mengolahnya juga harus diperhatikan
kebersihannya.
Beberapa ibu merasa khawatir kerepotan dalam menyediakan MP-ASI
alami dan berkualitas untuk bayinya. Bahkan ada juga yang beranggapan
bahwa biaya akan lebih mahal dibanding dengan memberikan MP-ASI
kemasan.
Panduan menyusun MP-ASI adalah dengan menyertakan satu bahan
makanan dari masing-masing kelompok makanan:
a. Makanan pokok : nasi, kentang, jagung, ubu, gandum, dan lain-lain.
b. Sumber hewani : sapi, ayam, ikan, telur dan lain-lain.
c. Sayuran : bayam, kangkung, sawi, wortel, terung, kol, dan lain-lain.
d. Kacang-kacangan : kacang merah, kacang tanah, kacang hijau, kacang
kedelai, kacang polong dan lain-lain.
46
Yang perlu diingat dalam menu MP-ASI tidak menambahkan gula dan
garam ke dalam makanan. Agar anak bisa merasakan rasa asli makanan
tersebut. Garam dapat memaksa ginjal bayi yang belum berkembang
sempurna untuk bekerja keras. Garam dan gula sudah terpenuhi dengan
sendirinya dari makanan kita. Garam (natrium) sudah didapat dari telur,
ikan, ayam, daging, dan yoghurt. Gula dari buah dan pati. Gula dapat
membuat anak ketagihan makan makanan manis.
11. Tanda-tanda Bayi Siap Menerima MP-ASI
a. Menggapai makanan atau benda lain, meraih dan memasukkannya ke
dalam mulut.
b. Mempunyai kontrol yang baik terhadap kepala dan leher.
c. Sudah bisa duduk sendiri.
d. Menunjukkan ketertarikan terhadap makanan.
e. Lidah tetap di dalam saat sendok dimasukkan ke dalam mulutnya.
f. Terbiasa pada tekstur dan makanan baru
g. Memindahkan sendok dari satu tangan ke tangan yang lainnya
h. Bila sudah kenyang, bisa menunjukkannya dengan cara memalingkan
kepala atau dengan menutup mulut rapat-rapat.
Adapun tanda bayi sudah siap diberi mp-asi menurut (WHO, 2003)
adalah :
a. Dapat mengendalikan lidahnya lebih baik
47
b. Mulai melakukan gerakan mengunyah keatas dan ke bawah
c. Suka memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya
d. Berminat terhadap rasa yang baru
e. Pada usia ini juga sistem pencernaan sudah cukup matang untuk
mencerna berbagai makanan
12. Cara Pengolahan Makanan Bayi
Pengolahan bahan makanan untuk bayi disesuaikan dengan umurnya.
Ini dikarenakan setiap bayi dalam masa perkembangan kemampuan sistem
pencernaannya berbeda-beda. Berikut pengelolaan bahan makanan
berdasarkan umur.
a. Pemberian Makanan Bayi Umur 6-9 Bulan
Pemberian ASI tetap dilanjutkan. Pada umur 6 bulan alat cerna
bayi sudah lebih berfungsi, oleh karena itu bayi mulai diperkenalkan
dengan MP-ASI lumat 2 kali sehari. Untuk mempertinggi nilai gizi
makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber
lemak, yaitu santan atau minyak kelapa/margarin. Bahan makanan ini
dapat menambah kalori makanan bayi, memberikan rasa enak juga
mempertinggi yang larut dalam lemak.
b. Pemberian Makanan Bayi Umur 10-12 Bulan
Pemberian ASI tetap dilanjutkan. Pada umur 10 bulan bayi
mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap. Bentuk
dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur, mendekati
48
makanan keluarga. Berikan makanan selingan 1 kali sehari. Pilihlah
makanan selingan yang bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang ijo,
buah. Usahakan agar makanan selingan dibuat sendiri agar
kebersihannya terjamin.
c. Pemberian Makanan Bayi Umur 13-24 Bulan
Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-
kurangnya 3 kali sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa
setiap kali makan. Selain itu tetap diberikan makanan selingan 2 kali
sehari. Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan padanan
bahan makanan misalnya, nasi dapat diganti dengan tahu, tempe,
kacang ijo, telur, atau ikan. Bayam dapat diganti dengan daun
kangkung, wortel, tomat. Bubur susu dapat diganti dengan bubur
kacang ijo, bubur sumsum, biskuit. Menyapih anak harus bertahap,
jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi frekuensi pemberian ASI
sedikit demi sedikit.
49
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Makanan Pendamping ASI atau MP-ASI merupakan makanan yang
diberikan ke bayi selain sebagai pendamping ASI juga berguna untuk
menunjang pertumbuhan pada bayi. Makanan pendamping ASI diberikan pada
saat bayi berusia 6 bulan. Sehingga tidak disarankan pemberian MP-ASI
dibawah usia ini.
Pemberian MP-ASI tidak lepas dari peranan seorang ibu, dalam hal ini ibu
menyusui. ibu menyusui adalah seorang wanita yang memberikan air susu untuk
diminum kepada bayi. Oleh karena itu, seorang ibu sebaiknya memiliki
pengetahuan yang baik tentang pemberian MP-ASI.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu menyusui
di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Konda Kabupaten Konsel Sulawesi
Tenggara Tahun.
50
B. Kerangka Konsep
Identifikasi Pengetahuan Ibu menyusui tentang pemberian MP-ASI :
Keterangan :
: Variabel yang tidak diteliti
: Variabel yang diteliti
C. Variabel Penelitian
a. Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu menyusui tentang
pemberian MP-ASI yang meliputi pengertian, manfaat dan waktu
pemberian.
D. Definisi Operasional
1. Pengertian MP-ASI adalah hal-hal yang diketahui ibu menyusui sehingga
dapat menyebutkan pengertian MP-ASI. Maka untuk mengidentifikasi
pengetahuan ibu menyusui peneliti memberikan pertanyaan kepada ibu
IdentifikasiPengetahuan Ibu
Menyusui
Pengertian
Manfaat
Waktu
Pemberian
MP-ASI
51
menyusui sebanyak 5 soal. Jika menjawab benar diberi nilai 1 dan jika
menjawab salah diberi nilai 0,yang dinyatakan dengan kriteria obyektif :
a. Baik : bila jumlah skor nilai jawaban responden yang benar adalah ≥
60%
b. Kurang : bila jumlah skor nilai jawaban responden yang benar adalah <
60%
2. Manfaat MP-ASI adalah segala hal yang diketahui ibu menyusui sehingga
dapat menjelaskan manfaat pemberian MP-ASI. Maka untuk
mengidentifikasi pengetahuan ibu menyusui peneliti memberikan pertanyaan
kepada ibu menyusui sebanyak 5 soal. Jika menjawab benar diberi nilai 1
dan jika menjawab salah diberi nilai 0,yang dinyatakan dengan kriteria
obyektif :
a. Baik : bila jumlah skor nilai jawaban responden yang benar adalah ≥
60%
b. Kurang : bila jumlah skor nilai jawaban responden yang benar adalah <
60%
3. Waktu Pemberian MP-ASI adalah semua hal yang diketahui ibu menyusui
sehingga dapat menyatakan waktu pemberian MP-ASI yang tepat. Maka
untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu menyusui peneliti memberikan
pertanyaan kepada ibu menyusui sebanyak 5 soal. Jika menjawab benar
diberi nilai 1 dan jika menjawab salah diberi nilai 0,yang dinyatakan dengan
kriteria obyektif :
52
a. Baik : bila jumlah skor nilai jawaban responden yang benar adalah ≥
60%
b. Kurang : bila jumlah skor nilai jawaban responden yang benar adalah <
60%
Sehingga pengetahaun ibu menyusui tentang pemberian MP-ASI adalah
semua hal yang diketahui ibu menyusui sehingga dapat menyebutkan
pengertian MP-ASI, menjelaskan manfaat MP-ASI dan menyatakan waktu
pemberian MP-ASI yang tepat. Maka untuk mengidentifikasi pengetahuan
ibu menyusui peneliti menganalisa hasil dari tiap variabel penelitian, dengan
kriteria objektif sebagai berikut :
c. Pengetahuan Baik : bila jumlah skor nilai jawaban responden yang benar
adalah ≥ 60%
d. Pengetahuan Kurang : bila jumlah skor nilai jawaban responden yang
benar adalah < 60%
53
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian deskriptif
survey. Metode penelitian deskriftif adalah suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriftif tentang
suatu keadaan secara obyektif. Metode penelitian deskriftif digunakan untuk
memecahkan dan menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi
sekarang (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian MP-ASI Di Posyandu wilayah
kerja Puskesmas Konda Kabupaten Konsel Sulawesi Tenggara.
B. Waktu dan Tempat
1. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal 1 April sampai 8 Juni 2015.
2. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Konda
Kabupaten Konsel Sulawesi Tenggara.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian atau obyek yang
di teliti (Notoatmodjo, 2012). Adapun populasi pada penelitian ini adalah ibu
menyusui yang tidak memberikan ASI eksklusif di Posyandu wilayah kerja
54
Puskesmas Konda Kabupaten Konsel Sulawesi Tenggara yang berjumlah 145
orang.
2. Sampel
Menurut Notoatmodjo (2012), sampel adalah sebagian yang diambil
dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili. Dalam
mengambil sampel penelitian ini digunakan cara atau teknik-teknik tertentu,
sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya.
Adapun jumlah populasi yaitu 145 orang (<1000) maka penentuan
besar sampel menggunakan rumus sebagai berikut.
n =. .( ) . .
=( , ) . . .( . )( ) ( , ) . . . .
= 50, 43 Responden
= 50 Responden
(Nursalam, 2008).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Accidental
Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan memilih responden yang
ada atau dijumpai saat dilakukan penelitian. Jumlah sampel dalam penelitian
ini adalah seluruh sampel yang diperoleh pada saat penelitian berlangsung
selama dua minggu.
Adapun kriteria yang ditetapkan untuk sampel yaitu ibu menyusui
yang bersedia menjadi responden.
55
a. Kriteria inklusi
1) Ibu yang masih menyusui.
2) Ibu yang telah memberikan MP-ASI Sebelum bayi berusia 6 bulan.
3) Ibu yang memiliki bayi (usia 0-24 bulan)
4) Ibu yang bersedia menjadi responden.
b. Kriteria eksklusi
1) Ibu yang memberikan ASI eksklusif.
2) Ibu yang memiliki balita ( usia >24 bulan).
3) Ibu yang tidak menyusui bayi sejak lahir.
4) Ibu yang tidak bersedia menjadi responden.
D. Cara Pengumpulan Data
g. Pengumpulan
Yaitu dengan menyebarkan kuesioner secara langsung ke responden dan di
validasi dengan observasi, kemudian setelah diisi diserahkan kepada peneliti
saat itu juga.
h. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan cara pengisian kuesioner yang dilakukan sendiri
oleh responden dengan langkah sebagai berikut:
a. Setelah mendapat ijin dari Kepala Puskesmas Konda peneliti melakukan
konfirmasi kepada Kader Desa di Posyandu.
b. Sebelum penelitian dilakukan peneliti menjelaskan tentang tujuan penelitian
dan pengisian kuesioner.
56
c. Setelah memahami tujuan penelitian responden yang setuju diminta
menandatangani surat pernyataan ketersediaan menjadi responden.
d. Responden dibagikan kuesioner dan diminta mempelajari terlebih dahulu, bila
ada pertanyaan yang tidak jelas, diberikan kesempatan untuk bertanya.
e. Mempersilahkan responden mengisi kuesioner sesuai petunjuk.
f. Kuesioner yang telah diisi, kemudian dikumpulkan dan diperiksa
kelengkapannya oleh peneliti kemudian dilakukan analisa.
E. Jenis dan Cara Pengolahan Data
1. Jenis data
a. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan
wawancara langsung menggunakan kuesioner.
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas
Konda Kabupaten Konsel Sulawesi Tenggara.
2. Cara Pengolahan Data
Pengolahan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dikerjakan
melalui beberapa proses dengan tahapan sebagai berikut:
a. Editing
Seleksi data (editing) merupakan proses pemeriksaan data di lapangan
sehingga dapat menghasilkan data yang akurat untuk pengelolaan data
selanjutnya kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa apakah semua
57
pertanyaan penelitian sudah dijawab dan jawaban yang ditulis dapat di
baca secara konsisten.
b. Coding
Pemberian kode (coding) yaitu memberikan kode tertentu pada tiap – tiap
data sehingga memudahkan dalam melakukan analisa data.
c. Skoring
Skoring yaitu memberikan skor atau bobot penilaian pada jawaban yang
telah di isi oleh responden. Pemberian bobot pada jawaban di ukur
menggunakan skala Guttman, di mana pernyataan yang benilai benar di
beri bobot/ skor 1 dan yang bernilai salah di bobot/ skor 0.
d. Tabulating
Pengelolaan data (tabulating) yaitu merupakan tahap dimana jawaban-
jawaban dari responden yang sama di kelompokkan dengan teliti dan
teratur lalu di hitung dan di jumlahkan, kemudian dituliskan dalam bentuk
tabel- tabel.
F. Analisa Data
Sesuai dengan jenis penelitian yaitu deskriptif atau presentase atau
gambaran variabel-variabel penelitian maka formulasi rumus yang digunakan
adalah:
= ƒ
58
Keterangan :
fr = persentase hasil yang dicapai (frekuensi relative)
f = jumlah nilai yang dicapai
n = jumlah maksimal nilai yang di targetkan
K = Konstanta (100%)
( Alimul, Aziz 2007)
Penyajian data pada penelitian ini yaitu dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi yang kemudian dinarasikan secara deskriptif (memaparkan) variabel
yang telah diteliti.
59
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Keadaan Demografis Puskesmas Konda
Puskesmas Konda merupakan satu-satunya puskesmas yang ada di
kecamatan Konda kabupaten konawe Selatan. Wilayah kerja puskesmas ini
sebagian besar disekitar daratan. Hubungan transportasi antar desa satu
dengan desa yang lain dapat dijangkau dengan mudah naik kendaraan roda
dua maupun roda empat.
Kecamatan Konda mempunyai luas wilayah 231.135 Km2 dengan
batas-batas wilayah kerja yaitu :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Moramo
b. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Wolasi
c. Sebelah barat berbatasan dengan Kota Kendari
d. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ranomeeto
Wilayah kerja puskesmas konda kabupaten konawe selatan ini terdiri
dari 15 (lima belas) desa yaitu : Desa Lelekaa, Desa Masagena, Desa
Lalowiu, Desa Lambusa, Desa Konda, Desa Cialam Jaya, Desa Lamomea,
Desa Alebo, Desa Morome, Desa Lebojaya, Desa Pombulaa, Desa Tanea,
Desa Ambololi, Desa Lawoila, Desa Puosu Jaya Dan Desa Amohola.
60
2. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk wilayah kerja puskesmas konda pada tahun 2015
adalah 28.589 jiwa dengan 7.606 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari
laki-laki 13.968 Jiwa (49,03%) dan 14.521 jiwa (50,97%) perempuan.
3. Tenaga dan Sarana Kesehatan
Jumlah tenaga medis Puskesmas Konda sampai dengan bulan
desember tahun 2014 berjumlah 50 orang untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 5.1 Jumlah Tenaga Medis Puskesmas Konda
No. Jenis tenaga N %
1 Dokter Umum 2 3,84
2 Dokter Gigi 1 1,92
3 Bidan 12 23,07
4 Perawat 14 26,92
5 Perawatan Gizi 5 9,61
6 Tenaga Pelaksana Gizi 4 7,69
7 Sanitarian 2 3,84
8 Asisten Apoteker 3 5,76
9 Petugas Administrasi 2 3,84
10 SKM 3 5,76
11 Pekarya Kesehatan 4 7,69
Jumlah 52 100Sumber : Data Sekunder 2014
Adapun Jumlah sarana kesehatan yang ada di Puskesmas Konda pada
tahun 2015 yaitu sebagai berikut.
61
Tabel 5.2 Jumlah Sarana Kesehatan di Puskesmas Konda
No. Jenis Sarana Jumlah Ruangan1 Ruang kepala Puskesmas 12 Ruang KIA/KB 13 Ruang Bersalin 14 Ruang Poli Gizi 15 Ruang Poli Umum 16 Ruang Poli Gigi 17 Ruang Poli Anak 18 Ruang Kartu 19 Apotik 1
10 UGD 111 Ruang Tata Usaha 112 Ruang Jaga Bidan 113 Klinik Sanitasi 114 Perumahan Dokter 415 Ruang Laboratorium 1
Jumlah 18Sumber : Data Sekunder 2014
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Konda
dengan sampel penelitian adalah ibu menyusui yang tidak memberikan ASI
eksklusif berjumlah 50 orang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi Pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian MP-ASI di
posyandu wilayah kerja puskesmas Konda. Karakteristik responden dalam
penelitian ini adalah umur ibu, pendidikan, umur bayi, jenis kelamin bayi,
dan umur pemberian makan yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
62
Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan umur pada ibu menyusui diposyandu wilayah Kerja Puskesmas Konda
No. Umur (tahun) Frekuensi Persentase %1 17 – 19 5 102 20 – 22 12 243 23 – 25 9 184 26 – 28 9 185 29 – 31 5 106 32 – 34 5 107 35 – 37 5 10
Jumlah 50 100Sumber : Data Primer Diolah Juni 2015
Berdasarkan tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa dari 50 responden
yang menjadi sampel penelitian, presentasi terbanyak adalah usia 20 – 22 tahun
yaitu 12 responden (24%), umur 23 – 25 tahun 9 responden (18%), umur 26 – 28
tahun 9 responden (18%), umur 17 – 19 tahun 5 responden (10%), umur 29 – 31
tahun 5 responden (10%), umur 32 – 34 tahun 5 responden (10%), dan umur 35
– 37 tahun 5 responden (10%).
Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan pendidikan pada ibu menyusuidi posyandu wilayah Kerja Puskesmas Konda
No. Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 SD 10 20
2 SMP Tidak tamat 6 12
3 SMP 16 32
4 SMA Tidak Tamat 4 8
5 SMA 13 26
6 S1 1 2Jumlah 50 100
Sumber : Data Primer Diolah Juni 2015
63
Berdasarkan tabel 5.4 diatas menunjukkan bahwa dari 50 responden
yang menjadi sampel penelitian, 16 responden (32%) berpendidikan SMP, 13
responden (26%) berpendidikan SMA, 10 responden (20%) berpendidikan SD, 6
responden (12%) berpendidikan SMP Tidak Tamat, 4 responden (8%)
berpendidikan SMA tidak tamat, dan 1 responden (2%) berpendidikan S1.
Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan umur bayi pada ibu menyusuiDi posyandu wilayah Kerja Puskesmas Konda.
No. Umur (bulan) Frekuensi Persentase (%)1 1 - 6 20 402 7 - 12 15 303 13 - 18 9 184 19 - 24 6 12
Jumlah 50 100Sumber : Data Primer Diolah Juni 2015
Berdasarkan tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa dari 50 responden
yang menjadi sampel penelitian, terdapat persentase terbanyak adalah umur bayi
1 - 6 bulan berjumlah 20 responden (40%), umur bayi 7 - 12 bulan berjumlah 15
responden (30%), umur bayi 13 - 18 berjumlah 9 responden (18%), dan
persentase terkecil adalah umur bayi 19- 24 bulan berjumlah 6 responden
(12%).
Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan jumlah anak yang dimiliki ibumenyusui di posyandu wilayah Kerja Puskesmas Konda
No. Jumlah Anak Frekuensi Persentase %1 Satu 19 382 Dua 19 383 Tiga 10 204 Empat 2 4
Jumlah 50 100Sumber : Data Primer Diolah Juni 2015
64
Berdasarkan tabel 5.6 di atas menunjukkan bahwa dari 50 responden
yang menjadi sampel penelitian, ibu dengan jumlah anak satu yaitu 19
responden (38%), ibu dengan jumlah anak dua yaitu 29 responden (38%), ibu
dengan jumlah anak tiga 10 responden (20%), dan ibu dengan jumlah anak
empat yaitu dua responden (4%).
Tabel 5.7 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin bayi pada ibumenyusui di posyandu wilayah Kerja Puskesmas Konda
No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1 Laki-laki 24 48
2 Perempuan 26 52
Jumlah 50 100Sumber : Data Primer Diolah Juni 2015
Berdasarkan tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa dari 50 responden
yang menjadi sampel penelitian, terdapat 24 responden (48%) berjenis kelamin
laki-laki, dan 26 responden (52%) berjenis kelamin perempuan.
Tabel 5.8 Distribusi responden berdasarkan umur pemberian makan padaibu menyusui di posyandu wilayah Kerja Puskesmas Konda
No. Umur Pemberian Makan Frekuensi Persentase (%)1 1 Bulan 1 22 2 Bulan 9 183 3 Bulan 5 104 4 Bulan 15 305 5 Bulan 20 40
Jumlah 50 100Sumber : Data Primer diolah juni 2015
Berdasarkan tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa dari 50 responden
yang menjadi sampel penelitian, 20 responden (40%) memberikan makan pada
65
bayi sejak umur 5 bulan, 15 responden (30%) memberikan makan pada bayi
sejak umur 4 bulan, 9 responden (18%) memberikan makan pada bayi sejak
umur 2 bulan, 5 responden (10%) memberikan makan pada bayi sejak umur 3
bulan, dan 1 orang responden(2%) memberikan makan pada bayi sejak umur 1
bulan.
2. Variabel Pengetahuan
Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentangPengertian MP-ASI
No. Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 48 96
2 Kurang 2 4
Jumlah 50 100Sumber : Data Primer diolah juni 2015
Berdasarkan tabel 5.9 di atas menunjukkan bahwa dari 50 responden
yang menjadi sampel penelitian, persentase terbesar adalah responden yang
memiliki pengetahuan baik yaitu 48 responden (96%), sedangkan persentase
terkecil adalah responden yang memiliki pengetahuan kurang yaitu 2 responden
(4%).
Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentangmanfaat MP-ASI
No. Pengetahuan Frekuensi Persentase
1 Baik 33 66
2 Kurang 17 34
Jumlah 50 100Sumber : Data Primer diolah juni 2015
66
Berdasarkan tabel 5.9 di atas menunjukkan bahwa dari 50 responden
yang menjadi sampel penelitian, persentase terbesar adalah responden yang
memiliki pengetahuan baik yaitu 33 responden (66%), sedangkan persentase
terkecil adalah responden yang memiliki pengetahuan kurang yaitu 17 responden
(34%).
Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang waktupemberian MP-ASI
No. Pengetahuan Frekuensi Persentase
1 Baik 31 62
2 Kurang 19 38
Jumlah 50 100Sumber : Data Primer diolah juni 2015
Berdasarkan tabel 5.10 di atas menunjukkan bahwa dari 50 responden
yang menjadi sampel penelitian, persentase terbbesar adalah responden yang
memiliki pengetahuan baik yaitu 31 responden (62%), sedangkan persentase
terkecil adalah responden yang memiliki pengetahuan kurang yaitu 19 responden
(38%).
Tabel 5.12 Pengetahuan Tentang Pemberian MP-ASI Pada ibu menyusui diPosyandu wilayah Kerja Puskesmas Konda
No. Pengetahuan Frekuensi Persentase
1 Baik 28 56
2 Kurang 22 44
Jumlah 50 100Sumber : Data Primer diolah juni 2015
67
Berdasarkan tabel 5.11 di atas menunjukkan bahwa dari 50 responden
yang menjadi sampel penelitian, persentase terbesar adalah responden yang
memiliki pengetahuan baik tentang pemberian MP-ASI yaitu 28 responden
(56%), sedangkan persentase terkecil adalah responden yang memiliki
pengetahuan kurang yaitu 22 responden (44%).
C. Pembahasan
1. Pengetahuan Tentang Pengertian MP-ASI
Hasil penelitian pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 50 responden
yang menjadi sampel penelitian, persentase terbesar adalah responden yang
memiliki pengetahuan baik yaitu 48 responden (96%), sedangkan persentase
terkecil adalah responden yang memiliki pengetahuan kurang yaitu 2
responden (4%).
Hasil penelitian ini menunjukkan 48 responden (96%) memiliki
pengetahuan baik tentang pengertian MP-ASI. Hal ini dapat disebabkan
karena ketersediaan berbagai macam informasi tentang MP-ASI. Informasi
tersebut dapat diperolah melalui penyuluhan pada kegiatan posyandu. Selain
itu informasi juga dapat diperoleh dari media massa seperti TV, surat kabar
maupun informasi dari teman.
Menurut Notoadjmojo (2012), salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang adalah informasi. Orang yang memiliki
sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih
68
luas pula. Salah satu sumber informasi yang berperan penting bagi
pengetahuan adalah media massa.
Hasil penelitian menunjukkan, terdapat 48 responden (96%) yang
memiliki pengetahuan baik dengan persentase terbesar yaitu 15 responden
(30%) berpendidikan SMP dan responden yang memiliki pengetahuan
kurang yaitu 2 responden (4%) berpendidikan. Hal ini menunjukkan
responden dengan pendidikan SMP memiliki pengetahuan baik tentang
pengertian MP-ASI.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumirah (2011)
tentang “Hubungan pengetahuan ibu Menyusui dengan pemberian Makanan
Pendamping ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Watulondo wilayah
kerja Puskesmas Puuwatu, menunjukkan bahwa tingkat tahu ibu menyusui
tentang pemberian MP-ASI tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Hal
ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang tidak berarti diikuti
dengan semakin baik pula tingkat tahu ibu menyusui tentang pemberian MP-
ASI.
Responden yang memiliki pengetahuan kurang, disebabkan karena
responden belum memahami dengan baik Pengertian MP-ASI. Selain itu
tidak adanya minat untuk mencari informasi yang terkait dengan pengertian
MP-ASI menyebabkan seseorang menjadi kurang paham terhadap suatu
informasi.
69
2. Pengetahuan Tentang Manfaat MP-ASI
Hasil penelitian pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 50 responden
yang menjadi sampel penelitian, persentase terbanyak adalah responden yang
memiliki pengetahuan baik yaitu 33 responden (66%), sedangkan persentase
terkecil adalah responden yang memiliki pengetahuan kurang yaitu 17
responden (34%).
Hasil penelitian menunjukkan 33 responden (66%) memiliki
pengetahuan baik tentang manfaat MP-ASI. Persentase terbesar adalah
responden dengan pendidikan SMA 10 responden (30,3%) Ini menunjukkan
responden dengan pendidikan SMA memiliki pengetahuan yang baik tentang
manfaat MP-ASI. Hal ini disebabkan karena responden memiliki minat yang
baik untuk memperoleh informasi tentang MP-ASI, salah satunya dengan
partisipasi aktif ke posyandu.
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan adalah merupakan hasil
tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra
penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba. Pengetahuan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi ibu menyusui ke
posyandu.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isrianti (2008)
dalam Toronju (2009) yang mengatakan ada hubungan signifikan antara
pengetahuan responden dengan frekuensi kunjungan ibu balita ke posyandu.
70
Sehingga ibu dengan pengetahuan yang baik akan memiliki minat yang baik
untuk ke posyandu guna memperoleh informasi kesehatan tentang bayinya.
Responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 17
responden (34%) dengan persentase terbesar adalah responden dengan
pendidikan SMP berjumlah 9 responden (18%). Hal ini di sebabkan karena
responden kurang memiliki minat untuk berkunjung ke posyandu dengan
beberapa alasan diantaranya, kesibukan dirumah, jarak posyandu dengan
rumah, serta usia bayi yang telah melewati usia imunisasi sehingga
partisipasi ke posyandu rendah.
3. Pengetahuan tentang waktu pemberian MP-ASI
Hasil penelitian pada tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari 50
responden yang menjadi sampel penelitian, persentase terbesar adalah
responden yang memiliki pengetahuan baik yaitu 31 responden (62%),
sedangkan persentase terkecil adalah responden yang memiliki pengetahuan
kurang yaitu 19 responden (38%).
Hasil penelitian ini menunjukkan persentase terbesar responden yang
memiliki pengetahuan baik adalah responden berpendidikan SMP yaitu 10
responden (20%). Ini disebabkan karena responden memiliki banyak akses
informasi selain dari posyadu berupa penyuluhan kesehatan maupun dari
buku KMS yang dimiliki oleh ibu dimana dalam buku tersebut telah terdapat
penjabaran yang singkat, jelas dan padat tentang waktu MP-ASI. sehingga
responden memiliki pengetahuan yang baik.
71
Hal ini sejalan dengan penelitian Toronju (2009) tentang “faktor-
faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke posyandu di
wilayah kerja Puskesmas Sampara Kabupaten Konawe Tahun 2009” yang
menyatakan pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
partisipasi ibu balita ke posyandu. Untuk memperoleh pengetahuan
seseorang perlu memiliki banyak akses informasi, baik dari media massa
seperti TV, koran maupun informasi dari teman atau informasi melalui
partisipasi aktif di Posyandu dan penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh
Puskesmas.
Responden dengan pengetahuan kurang yaitu 19 responden (38%)
dengan persentase terbesar responden yang memiliki pengetahuan kurang
adalah responden berpendidikan SMP sebanyak 6 responden (12%). Hal
disebabkan karena responden memiliki pengetahuan dan minat yang kurang
untuk mengakses informasi tentang MP-ASI.
4. Pengetahuan Tentang Pemberian MP-ASI
Hasil penelitian pada tabel 5.12 menunjukkan bahwa dari 50
responden yang menjadi sampel penelitian, persentase terbesar adalah
responden yang memiliki pengetahuan baik tentang pemberian MP-ASI
yaitu 28 responden (56%), sedangkan persentase terkecil adalah responden
yang memiliki pengetahuan kurang yaitu 22 responden (44%).
Hal ini menunjukkan 28 responden (56%) memiliki pengetahuan baik
tentang pemberian MP-ASI. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
72
diantaranya akses informasi yang mudah baik dari media massa maupun
dari penyuluhan di posyandu. Sedangkan 22 responden (44%) dengan
pengetahuan kurang (44%) disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya
minat yang kurang untuk mengakses informasi tentang MP-ASI serta
partisipasi ke posyandu rendah. Walaupun demikian, responden dengan
pengetahuan baik maupun pengetahuan kurang telah memberikan MP-ASI
sebelum bayi berusia 6 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan dari 50 responden yang menjadi sampel
penelitian, persentase terbesar adalah responden yang memberikan makan
pada bayi sejak umur 5 bulan yaitu 20 responden (40%). Berdasarkan hasil
wawancara pada responden, hal disebabkan karena bayi sering menangis,
rewel dan kelihatan tidak puas dengan ASI sehingga responden memutuskan
untuk memberikan MP-ASI pada bayinya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Irianto, K (2014) bahwa pemberian
MP-ASI di sekitaran usia 3 - 5 bulan biasanya karena bayi mengalami
Growth Spurt, tandanya sering terbangun dimalam hari , rewel, gelisah dan
terlihat lapar. Padahal jika bayi sering di susui, bayi akan kembali normal.
Faktor sosial budaya juga memiliki peran untuk pemberian MP-ASI
pada bayi di Posyandu wilayah kerja puskesmas Konda. Hal ini karena
sebagian besar responden berpendapat adalah hal wajar jika memberikan
MP-ASI sebelum bayi berusia 6 bulan, karena hal itu merupakan kebiasaan
yang sudah terbentuk di kalangan masyarakat. Hal ini sejalan dengan
73
pendapat Suparyanto (2010) bahwa salah satu faktor yang memengaruhi
pemberian MP-ASI adalah faktor sosial budaya, dimana unsur-unsur budaya
mampu menciptakan suatu kebiasaan untuk memberikan MP-ASI pada bayi
dengan alasan bayi tidak akan kenyak jika diberikan ASI saja.
Responden lain mengatakan, sibuk dengan pekerjaan sehingga akan
lebih baik jika bayi cepat di beri makan sehingga tidak tergantung ASI. hal
ini sejalan dengan pendapat Suparyanto (2010) bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi pemberian MP-ASI adalah status pekerjaan. Masyarakat
yang sibuk akan memiliki waktu yang sedikit untuk memperoleh informasi,
sehingga pendidikan yang mereka peroleh juga berkurang, sehingga tidak
ada waktu untuk memberikan ASI pada bayinya dan cenderung memberikan
MP-ASI pada bayi.
74
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka secara umum
dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut bahwa pengetahuan ibu menyusui
tentang pemberian MP-ASI di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Konda
Kabupaten Konsel Sulawesi Tenggara dengan kategori pengetahuan baik
merupakan persentase terbanyak yaitu 28 responden (56%), sedangkan kategori
pengetahuan buruk merupakan persntase terkecil yaitu 22 responden (44%).
Adapun kesimpulan berdasarkan variabel penelitian di jelaskan sebagai berikut.
1. Pengetahuan ibu menyusui tentang pengertian MP-ASI di Posyandu wilayah
kerja Puskesmas Konda Kabupaten Konsel Sulawesi Tenggara dengan
kategori pengetahuan baik sebanyak 48 responden (96%), sedangkan
kategori pengetahuan buruk sebanyak 2 responden (4%).
2. Pengetahuan ibu menyusui tentang manfaat MP-ASI di Posyandu wilayah
kerja Puskesmas Konda Kabupaten Konsel Sulawesi Tenggara dengan
kategori pengetahuan baik sebanyak 33 responden (66%), sedangkan
responden dengan kategori pengetahuan kurang yaitu 17 responden (34%).
3. Pengetahuan ibu menyusui tentang manfaat MP-ASI di Posyandu wilayah
kerja Puskesmas Konda Kabupaten Konsel Sulawesi Tenggara dengan
75
kategori pengetahuan baik sebanyak 31 responden (62%), sedangkan
responden dengan kategori pengetahuan kurang yaitu 19 responden (38%).
B. Saran
1. Diharapkan kepada puskesmas agar memberikan sosialisasi tentang MP-ASI
sehingga ibu memahami dengan baik tentang pemberian MP-ASI baik
pengertian, manfaat dan waktu yang tepat untuk memberikan MP-ASI. Hal
ini guna mendukung kemajuan program yang berkaitan tentang kesehatan
ibu dan anak.
2. Diharapkan bagi masyarakan agar lebih berperan aktif dalam penyuluhan
kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas guna mendapatkan pengetahuan
yang tepat tentang pemberian MP-ASI yaitu setelah bayi berusia 6 bulan.
3. Diharapkan bagi institusi agar terus membina mahasiswa dalam
melaksanakan penelitian guna pengembangan institusi pendidikan khususnya
jurusan keperawatan.
4. Diharapkan bagi peneliti agar mempertanggungjawabkan penelitian ini
sebagai bahan tugas akhir di jurusan DIII keperawatan dan bagi peneliti
selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian dengan desain penelitian
dan variabel yang berbeda.
76
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal. 2014. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers.
Di akses pada tanggal 10 maret 2015. Jam 19.00Ellyania Abadi. 2014. Penelitian Kesehatan.
http//:www.ellyaniabadi.com/2014/10/ bab-i-pendahuluana.html
Farrer, Hellen. 1999. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta: EGC.
Irianto, Koes. 2014. Ilmu Kesehatan Anak. Bandung : Alfabeta.
Misbah, Sitti Rahmi, dkk. 2013. Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Kendari.Politeknik Kesehatan Kendari
Nazir, Muhammad. 2015. Metode Penelitian. Bogor : Ghali Indonesia.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta.
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi penelitian Ilmu KeperawatanPedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrumen Penelitian KeperawatanEdisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Pertami, Sumirah Budi. 2011. Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui DenganPemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi usia 0-6 Bulan diKelurahan Watulondo Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu. Kendari :Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari.
Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. 2014. Modul PelatihanPenanganan Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia Dan BBLR Bagi TenagaPendidik. Jakarta:
Sitompul, Ewa Molika. 2014. Buku Pintar MPASI. Jakarta: arena KIDS.
Suparyanto. 2010. Konsep Menyusui.http//:Penelitian-Kesehatan ku.co.id/ PDF. Diakses pada tanggal 13 Maret 2014. Jam 19.00
Susanti, Meri. 2012. Hubungan Pola Pemberian ASI Dengan Gizi Buruk Pada Anak6 – 24 Bulan Di Kelurahan Pannampu Makassar. Makassar: FakultasKesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
77
Toronju. Sultan Akbar. 2009. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan PartisipasiIbu Balita Ke Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Sampara KabupatenKonawe Tahun 2009. Kendari : Politeknik kesehatan Kemenkes Kendari.
78
LAMPIRAN 1
SURAT PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN
KepadaYth.
Responden Penelitian
Di-
Tempat
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, maka saya :
Nama : Serly Dwita Sanampe
Nim : P00320012032
Sebagai mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari jurusan
keperawatan, bermaksud akan melaksanakan penelitian dengan judul :
“identifikasi pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian MPASI di
Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Konda Kabupaten Konsel Sulawesi
Tenggara”.
Sehubungan dengan hal ini, saya mohon pada bapak / ibu setuju, bapak/ibu
diminta kesediannya untuk mendatangani surat persetujusan responden ini. Atas
partisipasi dan kesediaannya menjadi responden, saya mengucapkan terima kasih.
Kendari, Mei 2015
Peneliti
Serly Dwita Sanampe
79
LAMPIRAN 2
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDENT
( INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini tidak keberatan untuk menjadi
responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari, Jurusan Keperawatan dengan judul, “Identifikasi
Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pemberian MP-ASI Di Posyandu Wilayah
Kerja Puskesmas Konda Kabupaten Konsel Sulawesi Tenggara”
Saya memahami bahwa data ini bersifat rahasia. Demikian pernyatan ini
dengan sukarela tanpa paksaan manapun, semoga dapat di pergunakan sebagaimana
mestinya.
Kendari, Mei 2015
Responden
(..................................)
80
LAMPIRAN 3
INSTRUMEN PENELITIAN
IDENTIFIKASI PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG PEMBERIANMP-ASI DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KONDA
KABUPATEN KONSEL SULAWESI TENGGARA
Identitas Responden
A. Identitas Ibu
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Usia Pemberian MP-ASI :
B. Identitas Bayi
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Berat Badan :
Alasan Pemberian MP-ASI:
Petunjuk Pengisian
Berilah tanda silang (x) pada setiap pilihan yang tersedia dan di anggap benar
A. Pertanyaan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pengertian MP-ASI
1. Menurut Ibu, apakah yang dimaksud dengan MP-ASI ?
a. Makanan Pendamping ASI
b. Makanan Pengganti ASI
c. MakananProduksi ASI
2. Menurut ibu, apakah salah satu syarat MP-ASI yang baik ?
a. Dari bahan yang Mahal
b. Memiliki aroma yang khas
81
c. Memiliki nilai gizi yang cukup untuk bayi
3. Menurut ibu, MP-ASI dapat dibagi dua jenis yaitu ?
a. Alami dan buatan
b. Buatan dan instan
c. Instan dan alami
4. Menurut Ibu, dalam pemberian MP-ASI jumlahnya disesuaikan dengan ?
a. Keinginan Ibu
b. Usia Bayi
c. Usia Ibu
5. Menurut Ibu, contoh MP-ASI pertama yang dapatdiberikanyaitu ?
a. Bubur nasi
b. Bubur ayam
c. Bubur kacang ijo
B. Pertanyaan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang manfaat MP-ASI
1. Menurut Ibu, apakah Salah satu manfaat pemberian MP-ASI ?
a. Untuk membuat bayi tidak tergantung pada ASI
b. Untuk melengkapi kebutuhan gizi bayi selain ASI
c. Untuk membuat anak tidak rewel dan menangis
2. Menurut ibu, kemampuan bayi yang dapat dilatih saat pemberian MP-ASI ,
kecuali ?
a. Mengunyah
b. Menelan
c. Mengisap
3. Menurut Ibu, awal pemberian MP-ASI disarankan untuk memberikan sedikit
demi sedikit karena ?
a. Menyesuaikan dengan umur bayi
b. Menyesuaikan dengan jenis kelamin bayi
c. Menyesuaikan dengan keinginan bayi
82
4. Menurut Ibu, saat pemberian MP-ASI bayi dibolehkan memegang
makanannya sendiri karena ?
a. Bayi dapat belajar mengenal bentuk
b. Bayi dapat bermain dengan makanannya
c. Bayi dapat memilih makanannya sendiri
5. Menurut ibu, hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyiapkan MP-ASI
bagi bayi adalah ?
a. Kebersihan dan jumlah makanan
b. Suhu dan kebersihan makanan
c. Jumlah dan suhu makanan
C. Pertanyaan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang waktu pemberian MP-ASI
1. Menurut Ibu, MP-ASI sebaiknya diberikan sejak bayi berusia ?
a. 4 Bulan
b. 6 Bulan
c. 8 Bulan
2. Menurut Ibu salah satu tanda bayi siap menerima MP-ASI, ?
a. Bayi Suka memasukkan sesuatu kedalam mulutnya
b. Bayi terus-menerus menangis
c. Bayi Nampak rewel
3. Menurut Ibu, mengapa sejak usia 6 bulan bayi mulai diberikan MP-ASI ?
a. Untuk melengkapi kebutuhan gizi bayi yang semakin meningkat seiring
pertambahan umur.
b. Untuk membuat bayi cepat lepas ASI
c. Untuk membuat bayi cepat tidur
4. Menurut Ibu, hal-hal apa yang mungkin terjadi jika bayi diberikan MP-ASI
sebelum usia 6 bulan ?
a. Dapat menyebabkan alergi pada bayi
b. Dapat menyebabkan bayi susah tidur
c. Dapat menyebabkan bayi tidak mau menyusu
83
5. Menurut Ibu, jika bayi mulai diberikan MP-ASI, apakah pemberian ASI
masih tetap dilanjutkan ?
d. Ya, tetap dilanjutkan
e. Tidak, di lanjutkan
f. Menyesuaikan dengan keinginan bayi
84
KUNCI JAWABAN DARI INTRUMEN PENELITIAN
A. Pertanyaan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pengertian MP-ASI
1. A
2. C
3. A
4. B
5. A
B. Pertanyaan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Manfaat MP-ASI
1. B
2. C
3. A
4. A
5. B
C. Pertanyaan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Waktu Pemberian MP-ASI
1. B
2. A
3. A
4. A
5. A
86
88
89
LAMPI RAN 12
DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN
89
LAMPI RAN 12
DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN
89
LAMPI RAN 12
DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN
Top Related