HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KARO
PEMATANGSIANTAR
SKRIPSI
Oleh
RESYA VERANIKA MANURUNG
NIM : 141000107
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DAN GAYA HIDUP
DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KARO
PEMATANGSIANTAR
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Sumatera Utara
Oleh
RESYA VERANIKA MANURUNG
NIM : 141000107
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul „ Hubungan
Kebiasaan Makan dan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Karo Pematangsiantar‟ beserta seluruh isinya adalah benar karya saya
sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam
daftar pustaka. Atas penyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.
Medan, Oktober 2018
Resya V. Manurung
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Telah diuji dan dipertahankan
Pada Tanggal : 21 September 2018
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si
Anggota : 1. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph. D
2. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
ABSTRAK
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah dimana tekanan sistoliknya
melebihi atau sama dengan 140 mmhg dan tekanan diastoliknya melebihi atau
sama dengan 90 mmhg. Prevalensi Hipertensi nasional berdasarkan Riskesdas
2013 sebesar 25,8 persen. Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada
tahun 2016 menunjukkan bahwa jumlah penderita hipertensi di Provinsi
Sumatera Utara mencapai 334.230 jiwa. Penderita kasus hipertensi di Kota
Pematangsiantar pada tahun 2016 mencapai 400.735 jiwa. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan kebiasaan makan dan gaya hidup dengan kejadian
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar. Penelitian ini
merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian case
control. Jumlah sampel penelitian yaitu 22 kasus dan 22 kontrol yang dipilih
dengan metode consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan
analisis bivariate dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel yang memiliki hubungan bermakna
terhadap kejadian hipertensi, yaitu konsumsi natrium (p=0,016; OR=5,714),
konsumsi lemak (p=0,032; OR=4,911), dan aktivitas fisik (p=0,015; OR= 5,950).
Diharapkan kepada pihak puskesmas agar lebih meningkatkan sosialisasis
Prolanis kepada penderita hipertensi dan mengoptimalkan posyandu lanisa di tiap
desa untuk deteksi dini hipertensi dan faktor resiko hipertensi.
Kata kunci : natrium, lemak, aktivitas fisik, hipertensi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
ABSTRACT
Hypertension is an increase in blood pressure where the systolic pressure exceeds
or equals 140 mmhg and the diastolic pressure exceeds or equals 90 mmhg. The
prevalence of national hypertension based on Riskesdas 2013 was 25.8 percent.
Data of Health Service in North Sumatra in 2016 showed that the number of
hypertensive patients in North Sumatra Province had reached 334,230 people.
Patients with hypertension cases in Pematangsiantar City in 2016 had reached
400,735 people. This study aims to find out the relationship between eating habits
and lifestyle with the incidence of hypertension in the work area of the Karo's
Health Center in Pematangsiantar. This research is an analytic observational
study with case control research design. The number of research samples was 22
cases and 22 controls were selected by consecutive sampling method. Data
collection is done by using a questionnaire. Data analysis was performed by
univariate analysis and bivariate analysis by using the chi-square test. The results
of this study indicate that there are three variables that have a significant
relationship to the incidence of hypertension, such as sodium consumption (p =
0.016; OR = 5.714), fat consumption (p = 0.032; OR = 4.911), and physical
activity (p = 0.015; OR = 5,950). It is expected that the clinic will further enhance
Prolanis socialization to hypertensive patients and optimize elderly health service
in each village for early detection of hypertension and hypertension risk factors.
Keywords: sodium, fat, physical activity, hypertension
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang diajukan
guna melengkapi dan memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan di
Fakultas Kesehatan Masyarakat yang berjudul “Hubungan Kebiasaan Makan
Dan Gaya Hidup terhadap Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Karo Pematangsiantar”.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh
gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara. Selama penulisan skripsi ini penulis banyak
mendapat bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak secara moral
maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si., selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga,
dan pikirannya dalam memberi petunjuk, saran, dan bimbingan kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
4. Dr. Erna Mutiara Ir., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan masukan, saran selama bimbingan akademik.
5. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph. D., selaku Dosen Penguji I yang memberikan
masukan dan saran untuk kesempuraan skripsi ini
6. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes., selaku Dosen Penguji II yang memberikan
masukan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Marihot Oloan Samosir, ST., selaku staf Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk
membantu penulis dalam memberikan informasi apapun yang penulis
butuhkan
8. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan selama
penulis menjalani pendidikan.
9. Kepala Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar dan seluruh Staf yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepala Puskesmas Karo Pematangsiantar serta pegawai yang telah banyak
membantu penulis pada saat pengambilan data sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
11. Teristimewa buat kedua orangtua saya Bapak M. Manurung dan Ibu R.
Simarmata, S.Pd. Kakak Yentiar Manurung, S.Kep, abang Hendra Marbun
S.E., M.Si., Ak., CA, kakak Repinain Manurung, S.Pd dan adik Reynaldi
Manurung yang telah memberikan doa, dukungan, dan motivasi dengan
penuh kasih sayang baik moril maupun materil kepada penulis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
12. Teman-teman yang tidak dapat diucapkan satu per satu, terimakasih telah
memberikan inspirasi, motivasi, dan dukungan dalam tahap penyusunan
skripsi.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan
dan kesalahan, baik dari penulisan, gaya bahasa, dan isinya. Namun demikian,
semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Terimakasih.
Medan, Oktober 2018
Resya V. Manurung
NIM. 141000107
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
RIWAYAT HIDUP xiv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Masalah 6
Tujuan Umum 6
Tujuan Khusus 6
Manfaat Penelitian 7
TINJAUAN PUSTAKA 8
Pengertian Hipertensi 8
Jenis Hipertensi 9
Gejala Hipertensi 10
Komplikasi Hipertensi 11
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hipertensi 11
Pencegahan Hipertensi 16
Kebiasaan Makan Sebagai Faktor Resiko hipertensi 17
Asupan Natrium 19
Konsumsi Lemak 20
Gaya Hidup Sebagai Faktor Resiko Hipertensi 22
Merokok 23
Aktivitas Fisik 24
Kerangka Konsep 28
Hipotesis Penelitian 29
METODE PENELITIAN 30
Jenis Penelitian 30
Lokasi dan Waktu Penelitian 30
Populasi dan Sampel 31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
Variabel dan Defenisi Operasional 33
Metode Pengumpulan data 34
Metode Pengukuran 35
Metode Analisa Data 37
HASIL PENELITIAN 39
Gambaran Lokasi Penelitian 39
Keadaan Geografi 39
Keadaan Demografi 39
Sepuluh Penyakit Terbesar di Wilayah Kerja Puskesmas Karo
Pematangsiantar 41
Karakteristik Responden 41
Jenis Kelamin 41
Umur 42
Analisis Univariat 43
Asupan Natrium 43
Konsumsi Lemak 44
Merokok 45
Aktivitas Fisik 46
Analisis Bivariat 47
Hubungan Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi 47
Hubungan Konsumsi Lemak dengan Kejadian Hipertensi 48
Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi 49
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi 50
PEMBAHASAN 52
Hubungan Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi 52
Hubungan Konsumsi Lemak dengan Kejadian Hipertensi 53
Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi 55
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi 56
KESIMPULAN DAN SARAN 59
Kesimpulan 59
Saran 59
DAFTAR PUSTAKA 61
DAFTAR LAMPIRAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
x
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII 2003 9
2 Estimasi Standar Faktorial dari Total Pengeluaran Energi 26
3 Kategori Aktivitas Fisik Standar Berdasarkan Nilai
Phisical Activy Level (PAL) 28
4 Sepuluh Penyakit Terbesar di Wilayah Kerja Puskesmas Karo
Pematangsiantar tahun 2017 41
5 Distribusi Jenis Kelamin Responden Hipertensi dan Tidak
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar 42
6 Distribusi Umur Responden Hipertensi dan Tidak Hipertensi
di Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar 43
7 Distribusi Asupan Natrium Responden Hipertensi dan Tidak
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar 44
8 Distribusi Konsumsi Lemak Responden Hipertensi dan Tidak
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar 44
9 Distribusi Merokok Responden Hipertensi dan Tidak Hipertensi
di Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar 45
10 Distribusi Lama Merokok Responden Hipertensi dan Tidak
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar 46
11 Distribusi Kuantitas Merokok Responden Hipertensi dan
Tidak Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Karo
Pematangsiantar 46
12 Distribusi Aktivitas Fisik Responden Hipertensi dan Tidak
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar 47
13 Hubungan Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar 48
14 Hubungan Konsumsi Lemak dengan Kejadian Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar 49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xi
15 Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar 50
16 Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar 51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1 Kerangka Konsep Penelitian 29
2 Rancangan Penelitian Kasus Kontrol 30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1 Informed Consent 65
2 Kuesioner Penelitian 66
3 Master Data 70
4 Hasil Output SPSS 73
5 Surat Permohonan Ijin Penelitian 84
6 Surat Balasan Ijin Penelitian 85
7 Surat Keterangan Selesai Penelitian 86
8 Dokumentasi Penelitian 87
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Resya Veranika Manurung berumur 22 tahun, dilahirkan
di Pematangsiantar pada tanggal 29 April 1996. Penulis beragama Kristen
Protestan, anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak M. Manurung
dan Ibu R. Simarmata.
Pendidikan formal dimulai di TK Jonaha Pematangsiantar tahun 2001.
Pendidikan sekolah dasar di SD Swasta Budi Mulia 2 Pematangsiantar tahun
2002-2008, sekolah menengah pertama di SMP Swasta Budi Mulia
Pematangsiantar tahun 2009-2011, sekolah menengah atas di SMAN 1
Pematangsiantar tahun 2012-2014, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Medan, Oktober 2018
Resya V. Manurung
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
Pendahuluan
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua
masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kurang
gizi, terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (PTM) dan obesitas
(gizi lebih) yang merupakan faktor risiko terjadinya PTM seperti penyakit
hipertensi, diabetes melitus, kardiovaskuler, stroke, dan lain-lain.
Hipertensi sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit tidak menular
(PTM). Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah pada seseorang yang
dapat mengakibatkan naiknya angka kesakitan (mordibitas) dan angka kematian
(mortalitas). Hipertensi dapat disebut sebagai penyakit pembunuh diam-diam
(silent killer) karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa gejala terlebih
dahulu. Seseorang yang menderita hipertensi dapat mengalami gejala
berkelanjutan pada suatu organ tertentu seperti otak, hati, mata, ginjal, dan
jantung. Penyakit hipertensi diperkirakan dapat menyebabkan 7,5 miliar kematian
atau sekitar 12,8 persen dari seluruh kematian (WHO, 2014).
Pada umumnya tekanan darah normal seseorang jika tekanan sistolik 120
mmhg dan tekanan diastoliknya 80 mmhg. Seseorang yang mengalami hipertensi
jika tekanan sistolik melebihi atau sama dengan 140 mmhg dan tekanan
diastoliknya melebihi atau sama dengan 90 mmhg. Hipertensi dapat menyerang
siapa saja, namun hipertensi lebih sering diderita oleh lanjut usia dibandingkan
dengan kelompok umur yang lebih muda.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
Data World Health Organization (WHO) tahun 2011 menunjukkan satu
milyar orang di dunia menderita Hipertensi, 2/3 diantaranya berada di negara
berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Prevalensi Hipertensi
akan terus meningkat tajam dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29 persen
orang dewasa di seluruh dunia terkena Hipertensi. Hipertensi telah mengakibatkan
kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun, dimana 1,5 juta kematian terjadi di
Asia Tenggara yang 1/3 populasinya menderita Hipertensi.
Berdasarkan data Survei Indikator Kesehatan Nasional (SIRKESNAS)
tahun 2016, prevalensi penduduk dengan tekanan darah tinggi pada perempuan
(32,9 %) lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (28,7 %). Prevalensi di
perkotaan sedikit lebih tinggi (31,7 %) dibandingkan dengan perdesaan (30,2 %).
Prevalensi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada
kelompok umur lebih dari atau sama dengan 60 tahun sebesar 63 %. Prevalensi
Hipertensi nasional berdasarkan Riskesdas 2013 sebesar 25,8 persen, tertinggi di
Kepulauan Bangka Belitung (30,9 %), sedangkan terendah di Papua sebesar (16,8
%). Berdasarkan data tersebut dari 25,8 persen orang yang mengalami hipertensi
hanya 1/3 yang terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak terdiagnosis. Data menunjukkan
hanya 0,7 % orang yang terdiagnosis tekanan darah tinggi minum obat hipertensi.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi tidak menyadari
menderita hipertensi ataupun mendapatkan pengobatan (Kemenkes,2017).
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2016) menunjukkan
bahwa jumlah penderita hipertensi di Provinsi Sumatera Utara mencapai 334.230
jiwa diantaranya laki-laki sebanyak 156.294 jiwa dan perempuan sebanyak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
177.936 jiwa. Penderita kasus hipertensi di Kota Pematangsiantar mencapai
400.735 jiwa diantaranya laki-laki sebanyak 1.815 jiwa dan perempuan sebanyak
2.920 jiwa.
Kota Pematangsiantar merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatera
Utara dan kota terbesar kedua di Provinsi tersebut setelah Medan. Pada tahun
2017 penduduk kota Pematangsiantar mencapai 251.516 jiwa. Penduduk di kota
Pematangsiantar mayoritas perempuan dengan jumlah 128.890 jiwa dibandingkan
penduduk laki-laki dengan jumlah 122.626. jiwa. Dengan demikian sex ratio
penduduk Kota Pematangsiantar sebesar 95,10. Kota Pematangsiantar dikenal
dengan wisata kuliner. Banyak makanan yang terdapat di kota ini. Mulai dari
harga termurah sampai dengan mahal yang membuat masyarakat Pematangsiantar
malas dalam memasak. Dan pada zaman sekarang jasa pengantar makanan pun
ada sehingga memudahkan masyarakat dalam memesan. Dalam hal ini, gaya
hidup masyarakat di Kota Pematangsiantar semakin menurun dilihat dari aktifitas
dalam hal memasak di keluarga semakin menurun. Gaya hidup dapat
memengaruhi peningatan tekanan darah.
Ada dua faktor yang dapat memengaruhi peningkatan tekanan darah antara
lain faktor yang tidak dapat diubah seperti umur, jenis kelamin, genetik, suku/ras
dan faktor yang dapat diubah seperti kebiasaan konsumsi garam, kebiasaan
konsumsi lemak, kebiasaan merokok, aktivitas rendah, obesitas, stress, dan lain-
lain.
Kebiasaan konsumsi asupan natrium yang tinggi diyakini berkontribusi
dalam penyakit hipertensi. Dari Raihan LN (2014), didapatkan bahwa ada
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
hubungan pola asupan garam dengan kejadian hipertensi. Penelitian menunjukkan
bahwa dari 80 responden yang asupan garamnya tinggi, responden yang hipertensi
sebanyak 50 responden (62,5 %) dan tidak hipertensi berjumlah 30 responden
(37,5 %). Makanan yang tinggi kandungan garamnya merupakan salah satu faktor
resiko hipertensi. Seseorang yang sering mengkonsumsi makanan yang
mengandung garam yang tinggi dapat mengganggu kerja ginjal. Garam harus
dikeluaran dari tubuh oleh ginjal, tetapi karena natrium sifatnya mengikat banyakk
air, maka makin tinggi garam memuat volume darah meningkat. Volume darah
semakin tinggi sedangkan lebar pembuluh darah tetap, maka alirannya jadi deras,
yang artinya tekanan darah menjadi semakin meningkat. Ini dapat meningkatkan
resiko hipertensi.
Konsumsi makanan yang tinggi lemak berhubungan dengan naiknya
tekanan darah. Berdasarkan penelitian Mafaza tahun 2016, penderita hipertensi
memiliki asupan lemak yang tinggi sebesar 51,9 % dengan p value sebesar 0,024
yang menunjukkan bahwa ada hubungan asupan lemak yang berlebihan dengan
terjadinya hipertensi. Asupan lemak yang berlebih, akan menimbulkan
peningkatan asam lemak bebas di dalam tubuh. Peningkatan asam lemak bebas
tersebut dapat meningkatkan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) darah,
sehingga dapat memicu arterosklerosis yang dapat mengakibatkan sumbatan pada
pembuluh darah dan menimbulkan hipertensi.
Ada hubungan merokok dengan hipertensi. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Indar (2017) di Puskesmas pajangan Bantul tahun 2017 terdapat
hubungan signifikan antara perilaku merokok dengan kejadian hipertensi dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
nilai signifikan pada hasil menunjukkan (p=0.008<0.05). Penelitian ini
menunjukkan bahwa orang yang merokok akan menderai dinding pembuluh darah
dan mempercepat pembentukan ateroklerosis (pengerasan pembuluh darah),
membuat jantung bekerja lebih keras karena menyempitkan pembuluh darah
untuk sementara dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah.
Aktivitas yang rendah dapat meningkatkan resiko hipertensi. Hasil
Penelitian Pramana (2016) menunjukkan bahwa penderita hipertensi yang tidak
memiliki kebiasaan melakukan aktivitas fisik 90,0 persen dan penderita hipertensi
yang tidak aktif melakukan aktivitas di waktu luang sebesar 87,5. Orang dengan
aktivitas yang kurang cenderung memiliki frekuensi denyut nadi yang lebih
tinggi, sehingga otot jantung memopa darah lebih keras dan sering.
Kejadian hipertensi merupakan salah satu tren penyakit yang terjadi di
Puskesmas Karo Pematang Siantar. Berdasarkan survei awal yang sudah
dilakukan oleh peneliti, penyakit hipertensi termasuk dalam sepuluh besar dan
jumlah penduduk yang menderita hipertensi pada tahun 2017 sebesar 326 orang.
Berdasarkan wawancara tenaga kesehatan yang diwawancarai, diasumsikan ada
beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan kejadian tingginya kasus
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Karo Pematang Siantar, kebiasaan makan,
dan gaya hidup. Berdasarkan wawancara terhadap pasien yang menderita
hipertensi didapatkan kebiasaan mengkonsumsi makan seperti kripik, gorengan,
selalu menambahkan garam pada pengolahan makanan, dan sering mengkonsumsi
mie instan yang dapat meningkatkan naiknya tekanan darah. Kurangnya dalam
berolahraga dikarenakan hanya sebagai ibu rumah tangga sehingga kegiatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
sehari-hari hanya mengurus anak dan rumah.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “hubungan kebiasaan makanan dan
gaya hidup dengan kejadian hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Karo
Pematangsiantar.”
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah “apakah ada hubungan kebiasaan makan dan gaya hidup dengan kejadian
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar”.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum. Mengetahui hubungan kebiasaan makan dan gaya hidup
dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar.
Tujuan khusus. Mengetahui hubungan asupan natrium dengan kejadian
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar. Mengetahui
hubungan konsumsi lemak dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Karo Pematangsiantar. Mengetahui hubungan merokok dengan kejadian
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar. Mengetahui
hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Karo Pematangsiantar.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini ditujukan bagi puskesmas, institusi pendidikan, dan
peneliti selanjutnya.
Bagi puskesmas. Sebagai masukan bagi puskesmas Karo Pematangsiantar
untuk evaluasi dalam promosi kesehatan mengenai hipertensi.
Bagi institusi pendidikan. Sebagai bahan referensi kepustakaan FKM USU
serta memberikan kontribusi terhadap Ilmu Gizi Kesehatan khususnya dalam
aspek pencegahan hipertensi.
Bagi peneliti selanjutnya. Sebagai informasi baru tentang penelitian terkait
sehingga dapat menjadi referensi untuk penelitian-penelitian pengembangan
berikutnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
Tinjauan Pustaka
Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah gejala peningkatan tekanan darah yang mengakibatkan
suplai oksigen dan zat gizi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan
tubuh yang membutuhkan (Khasanah, 2012). Hipertensi dapat menyebabkan
jaringan kolagen fibrosa menggantikan jaringan elastik dari arteria. Meningkatnya
tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara jantung memompa
lebih kuat sehingga mengalir lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah
pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut,
dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis
(Triyanto, 2014).
Tekanan darah ditentukan oleh jumlah darah yang dipompa jantung dan
resistensi terhadap aliran darah di arteri. Tekanan darah dibagi menjadi dua yaitu
tekanan darah sistolik dan diastolik. Angka lebih tinggi diperoleh pada saat
jantung berkontraksi disebut tekanan darah sistolik. Angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi disebut tekanan darah diastolik. Dikatakan
tekanan darah tinggi jika tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau
tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Berdasarkan
penelitian, pasien dengan tekanan sistolik tinggi mempunyai resiko kematian 2,5
kali lebih tinggi dari pada pasien dengan tekanan diastolik tinggi. Hal ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
disebabkan karena, apabila tekanan sistolik tinggi, maka aliran darah keseluruh
tubuh termasuk organ-organ vital juga terganggu (Khasanah, 2012).
Klasifikasi hipertensi menurut The Seventh Report of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure (Kemenkes RI, 2014).
Tabel 1
Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII 2003
Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Pra-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Tingkat 1 140-159 90-99
Hipertensi Tingkat 2 160 atau >160 100 atau >100
Jenis hipertensi. Umumnya hipertensi dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer (esensial). Hipertensi primer merupakan suatu
peningkatan presisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan
mekanisme kontrol homeostatik normal. Hipertensi ini tidak diketahui
penyebabnya dan mencakup ± 90% dari kasus hipertensi.pada umumnya
hipertensi esensial tidak disebabkan oleh faktor tunggal, melainkan karena
berbagai faktor yang saling berkaitan. Beberapa faktor resiko yang dihubungkan
dengan hipertensi primer ialah faktor genetik, kelebihan asupan natrium, obesitas,
dyslipidemia, asupan alcohol yang berlebihan, aktivitas fisik yang kurang, dan
defesiensi vitamin D.
Diagnosis hipertensi dibuat setelah minimal 2 kali pengukuran tekanan
darah tetap menunjukkan peningkatan. Penggulangan tekanan darah dilakukan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
setelah 2 menit. Dikenal istilah fenomena “white coat”, yairtu suatu keadaan
peningkatan tekanan darah yang tebaca saat diukur oleh dokter atau tenaga
kesehatan. Fenomena hipertensi white coat dapat disingkirkan dengan melakukan
pengukuran pada 2 seting tempat yang berbeda, yaitu pengukuran oleh dokter atau
tenaga kesehatan dan pengukuran di rumah atau komonitas. Pengukuran tekanan
darah secara cermat dan hati-hati, untuk menentukan keakuratan diagnosa.
Monitoring tekanan darah selama aktivitas atau pergerakan juga dapat membantu
menegakan diagnose (Triyanto,2014).
Hipertensi sekunder. Kurang dari sepuluh persen penderita hipertensi
merupakan penderita hipertensi sekunder dari berbagai penyakit atau obat-obat
tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Disfungsi renal akibat penyakit
ginjal kronis atau penyakit renovaskuler adalah penyebab sekunder yang paling
sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mengakibatkan hipertensi bahkan memperberat hipertensi dengan menaikkan
tekanan darah. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi dengan
menghentikan obat atau mengobati penyakit yang menyertai merupakan tahap
awal penanganan hipertensi sekunder.
Gejala hipertensi. Tidak semua penderita hipertensi mengenali gejala,
sehingga hipertensi disebut pembunuh diam-diam (silent killer). Keluhan yang
tidak spesifik antara lain: sakit kepala, gelisah, jantung berdebar-debar, pusing,
penglihatan kabur, sakit di dada dan mudah lelah (Depkes, 2013).
Menurut Pusparani (2016) gejala-gejala yang mudah diamati antara lain
gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
tengkuk terasa pegal, mudah marah, mudah lelah, mata berkunang-kunang, dan
mimisan (keluar darah dari hidung). Hipertensi juga memiliki gejala seperti sakit
kepala, susah tidur, dada berdebar-debar, sesak nafas, berkeringat, dan lemas.
Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
pendarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada
kasus berat, edema puil (edema pada diskus optikus) (Triyanto,2014).
Komplikasi hipertensi. Hipertensi berpengaruh terhadap hampir semua
bagian tubuh terutama jantung, pembuluh darah, otak, ginjal, dan mata. Adapaun
komplikasi yang mungkin timbul tergantung pada berapa tinggi tekanan darah,
berapa lama telah dialami adalah factor-faktor resiko lain dan bagaimana penyait
tersebut ditangani (Kemenkes RI, 2014)
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum
ditemui pada pasien hipertensi adalah: penyakit jantung, penyakit menyerang
otak, penyakit ginjal, penyakit arteri perifer, dan retinopati. Hipertensi dapat
menyebabkan komplikasi lain seperti DM, kolestrol yang tinggi, kelebihan berat
badan atau obesitas, dan gangguan kognitif lain (WHO, 2013)
Faktor-faktor yang memengaruhi hipertensi. Faktor penyebab
hipertensi ada yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-
faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain umur, jenis kelamin, suku,
keluarga memiliki riwayat hipertensi. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi
antara lain asupan natrium, merokok stress, obesitas, dan konsumsi alkohol.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
Faktor resiko hipertensi yang tidak dapat dimodifikasi antara lain.
Umur. Umur merupakan salah satu faktor resiko hipertensi. Faktor resiko
adalah keadaan yang mempengaruhi perkembangan suatu penyakit atau status
kesehatan. Istilah mempengaruhi disini mengandung pengertian menimbulkan
risiko lebih besar pada individu atau masyarakat untuk terjangkitnya suatu
penyakit atau terjadinya status kesehatan tertentu.
Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh
karena penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan
berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Peningkatan umur akan
menyebabkan beberapa perubahan fisiologis yaitu terjadi peningkatan resistensi
perifer dan aktifitas simpatik. Pada usia lanjut peran ginjal sudah berkurang
dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Bertambahnya umur maka
risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di
kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40 persen dengan kematian sekitar
di atas 65 tahun. Pada usia lanjut hipertensi ditemukan hanya berupa kenaikan
tekanan diastolik sebagai bagian tekanan yang lebih tepat dipakai dalam
menentukan ada tidaknya hipertensi.
Penelitian Hasurungan, dalam Tri Novitaningsih (2014) mengemukakakn
bahwa pada lansia dibanding umur 55-59 tahun dengan umur 60-64 tahun terjadi
peningkatan resiko hipertensi sebesar 2,18 kali, umur 65-69 tahun 2,45 kali, dan
umur > 70 tahun 2,97 kali.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
Menurut penelitian dari Pramana tahun 2016 menunjukkan adanya hubungan
antara umur dengan kejadian hipertensi. Hal ini disebabkan karena tekanan arterial
yang meningkat sesuai dengan bertambahnya usia, terjadinya regurgitasi aorta,
serta adanya proses degeneratif yang lebih sering pada usia tua.
Jenis Kelamin. Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi
dibandingkan dengan wanita. Hal ini disebabkan pria banyak mempunyai faktor
yang mandorong terjadi hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang nyaman
terhadap pekerjaan, pengangguran dan makan tidak terkontrol (Suiraoka, 2016).
Dimana pria lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita,
dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Namun,
setelah memasuki menopause, prevalensi pada wanita meningkat. Bahkan setelah
usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan
pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal. Penelitian di Indonesia prevalensi
yang lebih tinggi terdapat pada wanita
Menurut penelitian Sapitri tahun 2016, menunjukkan bahwa ada hubungan
antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Jenis kelamin terbanyak pada
laki-laki yaitu 56, 4 persen.
Genetik. Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor
keturunan) juga mempertinggi resiko terkena hipertensi. Sifat orangtua diturunkan
secara genetik termasuk dalam hal ini penyakit yang diderita dapat diturunkan
melalui genetik.
Data statistik membuktikan jika seseorang memiliki riwayat salah satu
orang tuanya menderita penyakit tidak menular, maka dimungkinkan sepanjang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
hidup keturunannya memiliki peluang 25 persen terserang penyakit tersebut. Jika
kedua orang tua memiliki penyakit tidak menular maka kemungkinan
mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60 persen.
Faktor resiko hipertensi yang dapat dimodifikasi antara lain
Obesitas. Obesitas merupakan keadaan kelebihan berat badan sebesar
20 persen atau lebih dari berat badan ideal. Obesitas mempunyai korelasi
positif dengan hipertensi. Anak-anak remaja yang mengalami kegemukan
cenderung mengalami hipertensi. Ada dugaan bahwa meningkatnya berat
badan normal relatif sebesar 10 persen mengakibatkan kenaikan tekanan darah
7 mmHg (Mannan,2012).
Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah
dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan indeks massa tubuh (IMT)
berkolerasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.
Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada
obesitas jauh lebih besar.Cara mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) atauBody
Mass Index (BMI) (Poltekes Depkes Jakarta I, 2010).
Rumus Perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
atau
Berat badan (dalam kilogram) dibagi kuadrat tinggi
badan (dalam meter)
Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa orang yang kegemukan mudah
terkena hipertensi (Suiraoka, 2016). Menurut penelitian yang dilakukan oleh
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
Sapitri tahun 2016 menunjukkan bahwa orang dengan obesitas (IMT>25) beresiko
menderita hipertensi sebesar 6,47 kali dibanding dengan orang yang tidak
obesitas.
Stres. Stres terjadi karena ketidakmampuan mengatasi ancaman yang
dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual seseorang. Kondisi tersebut pada
suatu saat akan memengaruhi kesehatan fisik seseorang. Hubungan stress dengan
hipertensi diduga terjadi melalui saraf simpatis. Peningkatan aktivitas saraf
simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).
Apabila stress berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi
(Widyanto dan triwiboowo, 2013).
Konsumsi alkohol. Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan
karbon monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi
lebih kental dan jantung dipaksa untuk memompa darah lebih kuat lagi agar darah
yang sampai ke jaringan mencukupi. Ini berarti juga terjadi peningkatan tekanan
darah (Anonim, 2012). Apabila mengkonsumsi alkohol secara berlebihan maka
dapat mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut jantung serta dapat
meningkatkan kadar adrenalin termasuk kortisol yang berhubungan dengan
terjadinya peningkatan tekanan darah.
Berdasarkan hasil penelitian Elvivin dkk tahun 2015, menemukan bahwa
ada hubungan kebiasaan konsumsi alkohol terhadap kejadian hipertensi di pulau
Tasipi diperoleh oods ratio (OR=7,917), artinya responden yang memiliki
kebiasaan mengonsumsi alkohol minimal 1 gelas atau lebih tiap hari mempunyai
risiko mengalami hipertensi 7,917 kali lebih besar. Menurut Nuraini (2015),
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan
semakin banyak alkohol yang diminum, maka semakin tinggi tekanan darah.
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbonmonoksida, yaitu dapat
meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental dan jantung dipaksa
untuk memompa darah lebih kuat lagi agar darah yang sampai ke jaringan
mencukupi.
Triyanto (2014) mengatakan bahwa konsumsi alkohol dalam jumlah
sedang sebagai bagian dari pola makan yang sehat dan bervariasi tidak merusak
kesehatan. Namun demikian, minum alkohol secara berlebihan telah dikaitkan
dengan peningkatan tekanan darah. Menghindari konsumsi alkohol bisa
menurunkan tekanan darah sebesar 2-4 mmHg. Berdasarkan penelitian tersebut
maka dapat disimpulkan, bahwa terjadi peningkatan tekanan darah ketika
mengonsumsi alkohol. Semakin sering mengkonsumsi alkohol, maka semakin
tinggi risiko kenaikan tekanan darah.
Pencegahan hipertensi. Pengetahuan tentang perjalanan penyakit dan
faktor-faktor yang memengaruhi berguna untuk menemukan strategi pencegahan
penyakit yang efektif. Pencegahan penyakit adalah tindakan yang ditujukan untuk
mencegah, menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit dan
kecacatan, dengan menerapkan sebuah atau sejumlah intervensi yang telah
dibuktikan efektif (Triyanto,2014).
Upaya pencegahan primer yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya
hipertensi adalah dengan cara merubah faktor resiko yang ada pada kelompok
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
beresiko. Upaya-upaya yang dilakukan dalam pencegahan primer terhadap
penyakit hipertensi antara lain :
Pola makan yang baik. Menjaga pola makan yang baik dapat dilakukan
dengan hindari makan-makanan ikan asin, telur asin, otak, vitsin (monosodium
glutamate/ MSG), soda kue, jeroan, sarden, udang, dan cumi-cumi. Kurangi
makan daging, ikan, kerang, kepiting, dan susu, cemilan atau snack yang asin dan
gurih. Konsumsi makanan yang dianjurkan seperti sayuran segar, buah segar,
tempe, tahu, kacang-kacangan, ayam, dan telur.
Perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat dilakukan dengan
olahraga yang teratur seperti jogging, aerobic, bersepeda dengan durasi waktu
minimal 30-45 menit sebanyak 3-4 kali per minggu. Hentikan kebiasaan merokok
dan mengkonsumsi minuman beralkohol.
Kebiasaan Makan sebagai Faktor Resiko Hipertensi
Kebiasaan makan didefinisikan sebagai perilaku seseorang atau
sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan makan yang melibatkan sikap,
kepercayaan, dan pilihan makanan (Irwan, 2014). Pendefinisian tentang
makanan juga berpengaruh pada kebiasaan makan dan kecukupan gizi.
Kebiasaan makan tidak terlepas dari nilai-nilai budaya yang tentunya
berpengaruh pada kondisi gizi dan kesehatan masyarakat. Uraian tentang
keberagaman kebiasaan makan dan pengolahan makanan diharapkan dapat
bermanfaat untuk memhami kondisi gizi dan kesehatan masyarakat maupun
bagi program penyuluhan gizi dan kesehatan masyarakat (Saptandari dalam
Irwan, 2014).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
Selain itu mengkonsumsi garam yang berlebih dapat meningkatkan
seseorang terkena penyakit hipertensi. Asupun natrium yang berlebihan, terutama
dalam bentuk natrium klorida, dapat menyebabkan gangguan keseimbangan
cairan tubuh, sehingga menyebabkan edema atau ascites dan / atau
hipertensi.(Almatsier, 2010).
Menurut WHO yang bekerja sama dengan World Heart Federation dan
World Stroke Organization (2011) menyatakan bahwa salah satu yang menjadi
faktor risiko penyakit kardiovaskuler adalah karena kebiasaan makan yang kurang
baik, hal ini ditandai dengan kebiasaan makan yang tinggi akan lemak jenuh,
lemak trans dan garam, asupan buah dan sayur yang rendah serta asupan ikan
rendah memiliki hubungan dengan risiko penyakit kardiovaskuler. Selain itu,
penelitian yang dilakukan mendapat hasil bahwa 1,7 juta kematian di dunia
memiliki kontribusi yang disebabkan karena kurangnya konsumsi sayur dan buah.
Pada dasarnya masalah gizi timbul karena perilaku gizi seseorang yang
salah yang salah, yaitu ketidaksamaan antara konsumsi dan kecukupan gizinya.
Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat
pembangun, dan zat pengatur, yang dikonsumsi seseorang dalam satu hari, sesuai
dengan kecukupan tubuhnya. Keadaan ini tercermin dari derajat kesehatannya,
tumbuh kembangnya, serta produktivitasnya yang optimal. Namun dengan
pergeseran gaya hidup, pengaruh urbanisasi, globalisasi dan indistrialisasi, dapat
pula menyeret sebagian masyarakat Indonesia untuk cendrung menyukai makanan
siap santap yang kandugan gizinya tidak seimbang. Pada umumnya, makanan siap
santap ini mengandung lemak dan garam yang tinggi tetapi kandungan seratnya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
rendah. Hubungan kebiasaan makan yang kurang baik dengan mengkonsumsi
garam berlebihan dan asupan lemak jenuh akan meningkatkan resiko terjadinya
hipertensi.
Asupan natrium. Garam merupakan senyawa yang terdiri dari natrium
dan klorida. Meningkatnya tekanan darah ketika mengkonsumsi makanan yang
asin sebenarnya dipengaruhi oleh natrium yang terkandung dalam makanan
tersebut. Natrium ini tidak hanya terkandung dalam garam saja, namun juga pada
penyedap makanan (MSG), dan pengawet makanan (natrium benzoate). Natrium
yang terkandung dalam garam dan sumber lainnya sebenarnya sangat diperluan
tubuh untuk fungsi otot, saraf, serta untuk mengelola tekanan dan volume darah
(Dinkes RI, 2015)
Asupan natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik
ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume
cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga
berdampak kepada timbulnya hipertensi.
Berikut ini adalah daftar makanan yang termasuk memiliki kandungan
natrium yang tinggi : (Irawati, 2013)
1 Garam dapur: satu sendok teh garam dapur mengandung 2300 mg Na
2 Kaldu bubuk atau kaldu blok: lima gram atau satu blok kaldu mengandung
1200 mg natrium.
3 satu lembar daging burger mengandung 416 mg natrium
4 Mie instan: dalam satu bungkus mie instan terdapat 1140 mg natrium.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
5 satu butir telur ayam terdapat 50,56 mg natrium dan satu butir telur bebek
terdapat 95,5 mg natrium
6 satu sdm kecap asin terdapat 1024 mg natrium, satu sdm kecap manis
terdapat 558 mg natrium dan satu sdm saos terdapat 690 mg natrium.
Konsumsi lemak. Lemak merupakan simpanan energi bagi manusia.
Lemak dalam bahan makanan berfungsi sebagai sumber energi, menghemat
protein dan thiamin, membuat rasa kenyang lebih lama (karena proses pencernaan
lemak lebih lama), pemberi cita rasa dan keharuman yang lebih baik. Fungsi
lemak dalam tubuh adalah sebagai zat pembangun, pelindung kehilangan panas
tubuh, penghasil asam lemak esensial, pelarut vitamin A, D, E, K, sebagai
prekusor dari prostaglandin yang berperan mengatur tekanan darah, denyut
jantung dan lipofisis
Hiperlipidemia adalah keadaan meningkatnya kadar lipid darah dalam
lipoprotein (kolesterol dan trigliserida). Metabolisme lemak sehingga
menyebabkan hipertensi adalah Lipoprotein sebagai alat angkut lipida bersirkulasi
dalam tubuh dan dibawa ke sel-sel otot, lemak dan sel-sel lain begitu juga pada
trigliserida dalam aliran darah dipecah menjadi gliserol dan asam lemak bebas
oleh enzim lipoprotein lipase yang berada pada sel-sel endotel kapiler. Reseptor
LDL oleh reseptor yang ada di dalam hati akan mengeluarkan LDL dari sirkulasi.
Pembentukan LDL oleh reseptor LDL ini penting dalam pengontrolan kolesterol
darah. Di samping itu dalam pembuluh darah terdapat sel-sel perusak yang dapat
merusak LDL, yaitu melalui jalur sel-sel perusak yang dpat merusak LDL.
Melalui jalur ini (scavenger pathway), molekul LDL dioksidasi, sehingga tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
dapat masuk kembali ke dalam aliran darah. Kolesterol yang banyak terdapat
dalam LDL akan menumpuk pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak.
Plak akan bercampur dengan protein dan ditutupi oleh sel-sel otot dan kalsium
yang akhirnya berkembang menjadi artherosklerosis. Pembuluh darah koroner
yang menderita artherosklerosis selain menjakrumdi tidak elastis, juga mengalami
penyempitan sehingga tahanan aliran darah dalam pembuluh koroner juga naik.
Naiknya tekanan sistolik karena pembuluh darah tidak elastis serta naiknya
tekanan diastolik akibat penyempitan pembuluh darah disebut juga tekanan darah
tinggi atau hipertensi
Kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan meningkatnya kadar
kolestrol total, trigliserida, kolestrol LDL, dan/atau penurunan kadar kolestrol
HDL dalam darah. Kolestrol merupakan factor penting dalam terjadinya
aterosklerosis yang mengakibatkan peninggian tahanan perifer pembuluh darah
sehingga tekanan darah meningkat.
Beberapa fakta dalam studi epidemiologi menunjukkan bahwa terdapat
hubungan bermakna antara tingginya asupan lemak jenuh dengan tekanan darah,
dan pada beberapa populasi dengan tekanan darah dibawah rata-rata
mengkonsumsi lemak total dan asam lemak jenuh rendah. Selain itu, konsumsi
lemak jenuh meningkatkan resiko kenaikan berat badan yang merupakan factor
resiko hipertensi. Asupan lemak jenuh yang kemudian menyebabkan hipertensi.
Keberadaan lemak jenuh yang berlebih dalam tubuh akan menyebabkan
penumpukan dan pembentuk plak di pembuluh darah sehingga pembuluh darah
menjadi semakin sempit dan elastisnya berkurang (Almatsier,2010).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
Gaya Hidup sebagai Faktor Resiko Hipertensi
Gaya hidup merupakan salah satu indikator kualitas hidup seseorang.
seseorang yang memiliki gaya hidup sehat akan menjalankan kehidupannya
dengan memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan seperti
olahraga, makanan, pikiran, dan lingkungan yang sehat. Hal ini akan
menyebabkan tingkat kesehatan seseorang menjadi baik. Kesehatan yang baik
menjadikan kualitas hidup seseorang meningkat. Gaya hidup sehat
menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara
kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat
meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat badan, tidak merokok atau
minum-minuman beralkohol, berolahraga secara teratur dan terampil dalam
mengelola stres yang dialami.
Sesungguhnya gaya hidup merupakan faktor penting yang memengaruhi
kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat dapat menjadi penyebab
terjadinya hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan namun hanya dapat dikendalikan sehingga bagi seseorang yang
telah menderita penyakit hipertensi untuk dapat mengendalikan tekanan darah
dalam batas normal diperlukan control rutin, mengurangi konsumsi rokok, rajin
berolahraga, mengurangi stress, dll. Penderita hipertensi harus dapat
meninggalkan gaya hidup yang lama dan menyusuaikan dengan gaya hidup yang
baru untuk menjaga agar tekanan darahnya tetap normal.
Selain itu, gaya hidup dalam kebiasaan merokok juga dapat menyebabkan
hipertensi. Seseorang yang memiliki kebiasaan merokok setiap hari memiliki
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
resiko 5,320 kali lebih besar untuk terjadinya hipertensi (Sitepu. R, 2012).
Bahaya efek langsung dari merokok yaitu hubungan langsung dengan aktivitas
berlebih saraf simpatik, yang meningkatkan kebutuhan oksigen pada miokardial
yang kemudian diteruskan dengan peningkatan pada tekanan darah, denyut
jantung, dan ontraksi miokardinal (Kaplan, 2011).
Merokok. Nikotin dalam tembakau dapat membuat jantung bekerja lebih
keras karena terjadi penyempitan pembuluh darah sementara. Selain itu dapat
meningkatkan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah. Keadaan ini dapat
terjadi akibat stimulasi sistem saraf simpatis dan pelepasan katekolamin selama
kita menggunakan tembakau. Karbonmonoksida dalam asap rokok akan
menggantikan oksigen dalam darah, akibatnya tekanan darah akan meningkat
karena jantung dipaksa bekerja lebih keras untuk memasok oksigen ke seluruh
organ dan jaringan tubuh (Edi, 2013).
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotei
pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan
darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktiakn kaitan erat antara kebiasaan merokok
dengan adanya artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga
meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot
jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan
risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri.
Kebiasaan merokok dapat meningkatkan resiko diabetes, serangan jantung,
dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang akan
memicu penykit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah (Irianto,
2015).
Aktivitas fisik. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang
dihasilkan oleh rangkas yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya
aktivitas fisik merupakan faktora resiko untuk penyakit kronis, dan secara
keselurhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global (WHO,2010).
Aktivitas fisik dilakukan secara teratur setiap hari atau tiga kali seminggu
minimal 30 menit setiap berolahraga. Intensitas latihan jasmani sebaiknya 60-80
persen dari kapasitas aerobik yang maksimal. (Fatmah dan Ruhayati, 2011).
Aktivitas fisik sangat memengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang
tidak aktif melakukan kegiatasn fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih
keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa
darah, makin besar pula tekanan darah yang dibebankan pada dinding arteri
sehingga tahanan perifer yang menyebabkan kenaikan tekana darah. Kurangnya
aktivitas fisik juga dapat menigkatkan resiko kelebihan berat badan yang akan
menyebabkan resiko hipertensi meningkat (Welis & Rifki, 2013). Penelitian
Harahap (2017) juga menunjukkan bahwa aktivitas fisik merupakan salah satu
faktor resiko terjadinya hipertensi (p=0,010; OR=3,095), yang artinya seseorang
yang beraktivitas ringan perkiraan resikonya 3,09 kali akan menderita hipertensi
dibandingankan dengan seseorang yang beraktivitas berat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
Banyak manfaat yang didapat apabila melakuakan aktivitas fisk dengan
intensitas tertentu seperti menjaga tekanan darah tetap stabil dalam batas normal,
meningkatkan daya tahan tubuh, terhadap penyakit. Secara umum, hasil studi
diberbagai negara menyebutkan bahwa aktivitas fisik yang memadai bermanfaat
untuk kesehatan terutama mengurangi resiko penyakit hipertensi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aktivitas fisik memberikan keuntungan yang besar untuk
menurunkan resiko hipertensi. Aktivitas fisik juga membantu mencegah dan
memperbaiki faktor resiko cardiovascular disease seperti tekanan darah tinggi.
Metode yang sering digunakan untuk mengukur aktivitas fisik seseorang
dalam suatu penelitian instrumen adalah recall dan pemberian kuesioner. Metode
tersebut sering digunakan karena murah dan lebih cepat. Namun, Keragaman
dalam ukuran tubuh, komposisi tubuh dan aktivitas fisik kebiasaan di antara
populasi orang dewasa dengan latar belakang geografis, budaya dan ekonomi
yang berbeda membuat aktivitas fisik sulit untuk diukur sehingga untuk
menjelaskan perbedaan dalam aktivitas fisik, FAO memperkirakan melalui
perhitungan faktorial yang dikombinasikan antara waktu yang dialokasikan untuk
kegiatan kebiasaan dan besar energi kegiatan-kegiatan. Sekaligus untuk
menjelaskan perbedaan ukuran tubuh dan komposisi baik pria maupun wanita,
besar energi kegiatan dihitung sebagai kelipatan BMR per menit juga disebut
sebagai rasio aktivitas fisik (PAR), dan kebutuhan energi 24 jam adalah
dinyatakan sebagai kelipatan dari BMR per 24 jam dengan menggunakan nilai
PAL (James dan Schofield dalam FAO, 2001). Berikut ini tabel estimasi standar
faktorial dari total pengeluaran energi berdasarkan FAO, 2001:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
Tabel 2
Estimasi Standar Faktorial dari Total Pengeluaran Energi
Waktu/ Physical
Jenis Kegiatan Durasi Activity Total
(Jam) Ratio/ satuan (PAL)
Waktu
Aktivitas Ringan
Tidur 8 1,0 8,0
Perawatan Pribadi
(Berpakaian, 1 2,3 2,3
mandi)
Makan 1 1,5 1,5
Memasak 1 2,1 2,1
Duduk (Pekerjaan kantor,
menjual 8 1,5 12,0
produk, cenderung
berbelanja)
Pekerjaan rumah tangga
umum 1 2,8 2,8
Mengendarai mobil dari/ke
kerja 1 2,0 2,0
Berjalan tanpa beban 1 3,2 3,2
Kegiatan ( menonton tv, 2 1,4 2,8
mengobrol)
1,53
Aktivitas Sedang
Tidur 8 1,0 8,0
Perawatan Pribadi
(Berpakaian, 1 2,3 2,3
mandi)
Berdiri, membawa beban
ringan 8 2,2 17,6
(menunggu di meja,
mengatur
barang dagangan)
Berangkat ke/dari kerja
dengan bus 1 1,2 1,2
Berjalan tanpa beban 1 3,2 3,2
Intensitas rendah latihan
aerobic 1 4,2 4,2
Kegiatan (menonton tv,
mengobrol) 3 1,4 4,2
1,76
lanjutan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
Tabel 2
Estimasi Standar Faktorial dari Total Pengeluaran Energi
Waktu/ Physical
Jenis Kegiatan Durasi Activity Total
(Jam) Ratio/ satuan (PAL)
Waktu
Tidur 8 1,0 8,0
Perawatan Pribadi
(Berpakaian, 1 2,3 2,3
mandi)
Makan 1 1,4 1,4
Memasak 1 2,1 2,1
Kerja pertanian (Menanam, 6 4,1 24,6
menyiang)
Mengumpulkan air/kayu 1 4,4 4,4
Pekerjaan rumah tangga 1 2,3 2,3
(menyapu, mencuci pakaian,
mencuci piring)
Berjalan tanpa beban 1 3,2 3,2
Kegiatan (menonton tv, 4 1,4 5,6
mengobrol)
2,25
(Sumber : FAO, 2001)
Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang dalam waktu 24
jam dinyatakan dalam PAL (physical activity level) atau tingkat aktivitas fisik.
PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan dalam kkal perkilogram berat
badan dalam 24 jam. Rumus yang digunakan untuk menentukan PAL yaitu :
(FAO, 2001)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
Keterangan :
PAL : Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik)
PAR : Physical Activity Ratio (Jumlah energy yang dikeluarkan untuk
tiap jenis kegiatan per satuan waktu tertentu
Berikut ini tabel kategori aktivitas fisik standar berdasarkan nilai
Physical Activity Level (PAL) : (Laporan Komisi Pakar WHO, 1996; FAO,
2001)
Tabel 3
Kategori Aktivitas Fisik Standar Berdasarkan Nilai Physical Activy Level (PAL)
Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai Nilai PAL
Physical Activity Level (PAL)
Sangat Ringan 1.20 – 1.39
Ringan 1.40 – 1.69
Sedang 1.70 – 1.99
Berat 2.00 – 2.40
(Sumber : FAO, 2001)
Kerangka Konsep
Penelitian untuk mengetahui pengaruh umur, kebiasaan makan mseperti
konsumsi garam dan konsumsi lemak, dan gaya hidup seperti merokok dan
aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Karo
Pematangsiantar.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Gambar 1. Kerangka konsep penelitian
Hipotesis Penelitian
Ada hubungan asupan natrium dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Karo Pematangsiantar.
Ada hubungan konsumsi lemak dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Karo Pematangsiantar.
Ada hubungan merokok dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Karo Pematangsiantar.
Ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Karo Pematangsiantar.
Kebiasaan Makan
1. Asupan Natrium
2. Konsumsi lemak
Gaya Hidup
1. Merokok
2. Aktivitas fisik
Hipertensi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan case control yang dapat menilai hubungan paparan penyakit dengan
cara menentukan kelompok kasus dan kelompok kontrol.
Gambar 2. Rancangan penelitian kasus kontrol
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Karo
Pematangsiantar karena pada puskesmas tersebut jumlah penderita hipertensi
tergolong tinggi sebanyak 326 kasus dan berdasarkan wawancara terhadap tenaga
kesehatan puskesmas tersebut belum pernah ada penelitian terkait dengan
hipertensi. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan
Juli 2018.
Populasi
Faktor Resiko
(+) retrospektif
retrospektif
Kontrol
(Masyarakat
yang bukan
penderita)
Kasus
(Masyarkat
penderita
hipertensi)
Faktor Resiko
(-)
Faktor Resiko
(-)
Faktor Resiko
(+)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Karo Pematangsiantar yang menderita hipertensi dan seluruh
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar yang tidak
menderita hipertensi.
Sampel. Sampel pada penelitian ini memiliki beberapa kriteria inklusi,
sebagai berikut.
Kriteria inklusi. Kriteria Inklusi kasus yang diajukan adalah masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar dan yang menderita hipertensi.
Sedangkan kriteria inklusi kontrol adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Karo Pematangsiantar dan yang tidak menderita hipertensi.
Kriteria ekslusi. Kriteria Eklusi kasus yang dianjukan adalah penderita
hipertensi yang mengalami komplikasi penyakit (ginjal, jantung, dan diabetes).
Dan Kriteria Ekslusi kontrol yang diajukan adalah masyarakat yang
mengkonsumsi obat hipertensi.
Kriteria pencocokan (matching). Kriteria pencocokan pada penelitian ini
adalah umur dan jenis kelamin dengan kelompok kasus dan kontrol yang berada
di wilayah kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar.
Cara pengambilan sampel. Teknik sampel dalam penelitian ini adalah
Non probablity sampling (consecutive sampling) caranya dengan mengambil
sampel kasus yang ada dalam penelitian ini yaitu sampel untuk kasus sampel
kasus masyarakat yang menderita hipertensi di wilayah Puskesmas Karo
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
Pematangsiantar sedangkan sampel kontrol masyarakat yang tidak menderita
hipertensi.
Besar sampel. Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus
besar sampel sebagai berikut:
n =
Keterangan:
n1 : Besar sampel sebagai kasus
n2 : Besar sampel sebagai kontrol
Z α : 1,96 (Kesalahan tipe 1 ditetapkan sebesar 5%)
Z β : 0,84 (Kesalahan tipe 2 ditetapkan sebesar 20%)
P1 : Proporsi pada beresiko atau kasus
P2 : 0,16 (Proporsi pada kelompok tidak terpajan atau kontrol. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan Kurnianingtyas et.al. (2016), proporsi pada
masyarakat yang tidak menderita hipertensi adalah 16%)
Q1 : 1-P1
Q2 : 1-P2
Q : 1-P
P : Proporsi total
n =
n = √
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
n = √
n =
n =
n = 21,6
n = 22
Berdasarkan perhitungan diatas, dalam penelitian ini sampel yang
diperlukan untuk kasus dan kontrol adalah 1:1 yang masing-masing sebanyak 22
kasus dan 22 kontrol. Kelompok kontrol yaitu masyarakat yang berkunjung di
wilayah kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar yang tidak menderita hipertensi.
Sehingga total sampel yang diperoleh adalah 44 responden.
Variabel dan Defenisi Operasional
Variabel penelitian dibagi menjadi variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian adalah faktor kebiasaan
makanan meliputi asupan natrium dan konsumsi lemak, dan gaya hidup meliputi
merokok dan aktivitas fisik.
Variabel terikat. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian
hipertensi.
Defenisi operasional. Defenisi operasional dalm penelitian ini terbagi atas
hipertensi, asupan natrium, konsumsi lemak, merokok, dan aktivitas fisik.
Hipertensi. Hipertensi adalah Keadaan tekanan darah tinggi yang berlaku
apabila tekanan sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan
diastoliknya lebih dari atau sama dengan 90 mmHg.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
Asupan natrium. Asupan natrium adalah jumlah rata-rata konsumsi
natrium harian yang didapat dari hasil konversi semua mkanan yang dikonsumsi
perhari yang diukur dengan menggunakan metode food recall 24 jam
Konsumsi lemak. Konsumsi lemak adalah jumlah rata-rata konsumsi
lemak harian yang didapat dari hasil konversi semua mkanan yang dikonsumsi
perhari yang diukur dengan menggunakan metode food recall 24 jam
Merokok. Merokok adalah Kebiasaan/perilaku seseorang untuk mengisap
rokok sehari-hari berdasarkan ada tidaknya merokok, lama meroko, dan jumlah
batang rokok.
Aktivitas fisik. Aktivitas fisik adalah seluruh kegiatan meliputi aktivitas
olahraga, pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data diperoleh melalui hasil pengamatan (observasi)
dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi yang berisi informasi
tentang karakteristik responden, asupan natrium dengan menggunakan kuesioner
food recall 24 jam, konsumsi lemak dengan menggunakan kuesioner food recall
24 jam, merokok dengan menggunakan kuesioner dan aktivitas fisik dengan
kuesioner.
Metode Pengukuran
Pengukuran untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
Hipertensi. Pengukiran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan
sphygmomanometer yang dilakukan oleh perawat Adapun kategori hipertensi
adalah (kemenkes, 2014)
Hipertensi : bila tekanan sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg
atau tekanan diastolic lebih atau sama dengan 90 mmHg.
Tidak hipertensi : bila tekanan sistolik kurang dari 140 mmHg tekanan
diastolic kurang dari 90 mmHg.
Asupan natrium. Asupan natrium adalah jumlah makanan yang
dikonsumsi dalam sehari yang dicatat menggunakan formulir food recall 24 jam
dengan menanyakan makanan apa saja yang dikonsumsi kemudian asupan
natrium dihitung dengan menggunakan software nutrisurvey. Kemudian hasilnya
dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (2013). Asupan natrium dibagi dua
kategori, Yaitu (Kemenkes RI, 2013)
Tinggi : jika lebih dari 120 % AKG
Rendah : jika kurang dari 90-120 % AKG
Keterangan : pada umur 50-64 tahun konsumsi asupan natrium yang
dianjurkan sebesar 1300 mg/ hari dan pada umur 56-80 tahun konsumsi asupan
natrium yang dianjurkan sebesar 1200 mg/hari. (Kemenkes RI, 2013)
Konsumsi lemak. Konsumsi lemak adalah jumlah makanan yang
dikonsumsi dalam sehari yang dicatat menggunakan formulir food recall 24 jam
dengan menanyakan makanan apa saja yang dikonsumsi kemudian konsumsi yang
mengandung lemak dihitung menggunakan software Nutrisurvey. Angka
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
kecukupan lemak dilihat dengan menggunakan AKG (2013), kecukupan lemak
dihitung dengan rumus (Kemenkes RI, 2013) :
Kecukupan lemak =
x 100%
Kategori untuk kecukupan lemak, yaitu :
Tinggi : jika lebih dari 110 % AKG
Rendah : jika kurang dari 80 % sampai 110 % AKG
Merokok. Merokok adalah kebiasaan merokok dalam sehari-hari yang
diukur melalui kuesioner yang dikategorikan (Sugiharto, 2011) :
Merokok : jika lebih atau sama dengan satu batang per hari
Tidak merokok : jika tidak memiliki kebiasaan merokok
Aktivitas fisik. Aktivitas fisik adalah seluruh kegiatan yang meliputi
aktivitas olahraga pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari. Menurut FAO (2001),
besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan
dalam Physical Activity Level (PAL)
PAL ditentukan dengan rumus =
Kategori aktivitas fisi berdasarkan PAL:
Ringan : 1,40-1,69
Berat : 1,70-2,40
Pengolahan Data.
Setelah data terkumpul, selanjutnya data diolah dengan tahap sebagai
berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
Data editing. Data editing adalah penyuntingan data dilakukan untuk
menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.
Data coding. Data coding adalah suatu penyusunan secara sistematis data
mentah (data yang ada dalam kuesioner) ke dalam bentuk yang mudah dibaca
oleh mesin pengolahan data seperti computer.
Data entering. Data entering adalah memindahkan data yang telah diubah
menjadi kode ke dalam mesin pengolahan data.
Data cleaning. Data cleaning adalah memastikan bahwa seluruh data yang
telah dimasukkan ke dalam mesin pengolahan data yang sudah sesuai dengan
yang sebenarnya. Data-data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan
program computer SPSS (Statistical Package for Social Science). Data univariat
dianalisa secara deskriptif.
Metode Analisa Data.
Teknik analisa data dilakukan dengan dua cara, yaitu :
Analisa univariat. Analisis univariat digunakan untuk melihat
karakteristik dan distribusi frekuensi masing-masing variabel, baik variabel bebas
(asupan natrium, konsumsi lemak, aktivitas fisik, dan merokok), maupun variabel
terikat ( kejadian hipertensi).
Analisa bivariat. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan
antara asupan natrium, konsumsi lemak, aktivitas fisik, dan merokok dengan
kejadian hipertensi. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square
pada tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05). Dasar pengambilan keputusan
penerimaan hipotesuis penelitian berdasarkan tingkat signifikansi ( nilai p), jika
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak, dan jika nilai p <0,05 maka
hipotesis penelitian diterima. Nilai OR digunakan untuk mengetahui seberapa
besar hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Adapun kriteria nilai
OR sebagai berikut:
Bila OR > 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti memang benar merupakan
faktor risiko.
Bila OR = 1 atau mencakup angka satu berarti bukan faktor risiko.
Bila OR < 1 berarti merupakan faktor protektif (Sastroasmoro, 2016).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
Hasil Penelitian
Gambaran Lokasi Penelitian
Gambaran lokasi penelitian terdiri dari keadaan geografi, keadaan
demografi, dan Sepuluh penyakit terbesar di wilayah kerja Puskesmas Karo
Pematangsiantar.
Keadaan geografi. Puskesmas Karo terletak di Jl. Pane. 2, Kecamatan
Siantar Selatan. Puskesmas Karo merupakan bangunan baru yang baru dibangun
pada tahun 2016 di atas tanah seluas 2500 dengan luas bangunan 365 yang
telah mengalami perbaikan gedung beberapa kali. Luas wilayah kerja 3.85 Ha
yang meliputi tiga kelurahan yaitu Kelurahan Karo, Kelurahan Simalungun, dan
Kelurahan Toba. Secara geografis Puskesmas Karo terletak di Kecamatan Siantar
Selatan dengan batas-batasnya sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kelurahan Dwikaro
2. Sebelah Selatan : Kelurahan Kebun Sayur
3. Sebelah Barat : Kelurahan Teladan
4. Sebelah Timur : Kelurahan Pardamean
Keadaan demografi. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Karo
Pematangsiantar pada tahun 2017 sebanyak 8.196 jiwa dengan jumlah kepala
keluarga sebanyak 2.216 jiwa. Distribusi tenaga kesehatan Puskesmas Karo dan
Pustu Toba ada 33 orang yang terdiri dari berbagai unsur profesi antara lain, dua
orang dokter umum, satu orang dokter gigi, satu orang tenaga kesehatan
masyarakat, dua orang asisten apoteker, dua belas orang perawat, satu orang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
perawat gigi, sepuluh orang bidan, dua orang gizi, satu orang sanitarial, satu orang
analisis laboratorium dengan jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas
Karo Pematangsiantar sebanyak 33 orang. Mayoritas penduduk terbanyak adalah
suku Batak Karo, yang kemudian diikuti oleh Batak Toba,Batak Simalungun,
Jawa, Melayu dan keturunan Cina. Wilayah Kerja Puskesmas Karo
Pematangsiantar berdekatan dengan pusat kota, dimana masyarakat yang
berdomisili di wilayah kerja Puskesmas ini semakin mudah dalam mengakses
segala sesuatu dikarenkan telah dilengkapi dengan jasa serba online seperti go
food dan gojek yang memudahkan masyarakat untuk mendapatkan makanan serba
cepat dan instan serta juga dipermudah dalam menjangkau suau tempat tanpa
mengeluarkan tenaga. Mayoritas penduduk dengan pekerjaan terbanyak adalah
Ibu Rumah Tangga dan wiraswasta. Masyarakat yang bekerja sebagai Ibu Rumah
Tangga cenderung hanya mengerjakan pekerjaan rumah saja dan jarang
melakukan kegiatan diluar rumah, termasuk berolahraga. Sama halnya dengan
pekerja wiraswasta mereka hanya disibukkan dengan aktivitas pekerjaan mereka,
dimana aktivitas pekerjaan mereka sebagian besar tidak terlalu berat. Diluar
pekerjaan itu, mereka tidak melakukan atau tidak memiliki aktivitas lain.
Pola makan masyarakat yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Karo
Pemtangsiantar dominan mengonsumsi makanan cepat saji, seperti fast food.
Seperti yang diketahui bahwa makanan ini banyak mengandung natrium yang
memicu meningkatnya tekanan darah. Tidak hanya itu konsumsi gorengan yang
terlalu sering juga menjadi salah satu kebiasaan masyarakat paling banyak di
wilayah kerja Puskesmas ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
Sepuluh penyakit terbesar di wilayah kerja Puskesmas Karo
Pematangsiantar. Tabel 4 menunjukkan urutan 10 penyakit terbesar di wilayah
kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar tahun 2017. Penyakit terbanyak yang
diderita pasien di wilayah kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar adalah penyakit
lain pada saluran pernafasan yang berjumlah 1.363 orang, dan penyakit yang
sedikit diderita adalah Tonsilitis yaitu sebanyak 82 orang. Dan dimana hipertensi
berapa di urutan ke empat sebanyak 326 orang.
Tabel 4
Sepuluh Penyakit Terbesar di Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar
tahun 2017
Nama Penyakit Jumlah
Penyakit lain pada saluran pernafasan 1.363
ISPA 393
Gastritis 328
Hipertensi 326
Infeksi penyakit usu yang lain 267
Kelainan refraksi 246
Diabetes Melitus 231
Rematik 184
Gangguan gigi 138
Tonsilitis 82
Karakteristik Responden
Jumlah responden yang diteliti adalah 44 responden, yang terdiri dari 22
responden kasus, dan 22 responden kontrol.
Jenis kelamin. Sebaran frekuensi jenis kelamin pada penderita Hipertensi
dengan yang bukan penderita Hipertensi. Pada Tabel 5 dapat dilihat distribusi
jenis kelamin responden hipertensi dan tidak hipertensi di Puskesmas Karo
Pematangsiantar. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa responden yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
berjenis kelamin laki-laki memiliki kejadian hipertensi sebanyak 7 orang (31,8%),
dan yang tidak memiliki kejadian hipertensi sebanyak 7 orang (31,8%).
Sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan memiliki kejadian
hipertensi sebanyak 15 orang (68,2%), dan yang tidak memiliki kejadian
hipertensi sebanyak 15 orang (68,2%). Sebaran frekuensi jenis kelamin pada
penderita hipertensi dengan yang bukan penderita Hipertensi sama karena dalam
penelitian ini dilakukan proses matching jenis kelamin.
Tabel 5
Distribusi Jenis Kelamin Responden Hipertensi dan Tidak Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar
Jenis Kelamin
Kejadian Hipertensi
Kasus Kontrol
N % N %
Laki-laki 7 31,8 7 31,8
Perempuan 15 68,2 15 68,2
Total 22 100 22 100
Umur. Pada penelitian ini dilakukan proses matching berdasarkan umur
antara penderita Hipertensi dengan yang bukan penderita hipertensi. Pada Tabel 6
dapat dilihat distribusi umur responden hipertensi dan tidak hipertensi di
Puskesmas Karo Pematangsiantar. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa
responden yang berumur tahun memiliki kejadian hipertensi sebanyak 8
orang (36,4), dan yang tidak memiliki kejadian hipertensi sebanyak 8 orang
(36,4%). Sedangkan responden yang berumur > 60 tahun memiliki kejadian
hipertensi sebanyak 14 orang (63,6%), dan yang tidak memiliki kejadian
hipertensi sebanyak 14 orang (63,6%).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
Tabel 6
Distribusi Umur Responden Hipertensi dan Tidak Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Karo Pematangsiantar
Umur
Kejadian Hipertensi
Kasus Kontrol
N % N %
8 36,4 8 36,4
> 60 14 63,6 14 63,6
Total 22 100 22 100
Analisis Univariat
Analisis univariat adalah untuk melihat distribusi dari masing-masing
variabel. Variabel-variabel yang akan dianalisi dalam uji univariat yaitu kebiasaan
makan (asupan natrium dan konsumsi lemak), dan gaya hidup (merokok dan
aktivitas fisik).
Asupan natrium. Sebaran distribusi frekuensi responden menurut asupan
natrium yang diteliti dapat dilihat pada tabel berikut. Pada Tabel 7 dapat dilihat
distribusi asupan natrium responden hipertensi dan tidak hipertensi di Puskesmas
Karo Pematangsiantar. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa responden
yang mengkonsumsi natrium rendah memiliki kejadian hipertensi sebanyak 3
orang (13,6%), dan yang tidak memiliki kejadian hipertensi sebanyak 13 orang
(59,1%). Sedangkan responden yang mengkonsumsi natrium tinggi memiliki
kejadian hipertensi sebanyak 19 orang (86,4%), dan yang tidak memiliki kejadian
hipertensi sebanyak 9 orang (40,9%). Rata-rata asupan natrium yang dikonsumsi
responden sebesar 1.795 mg/hari. Standar deviasi asupan natrium yang
dikonsumsi responden sebesar 632 mg/hari.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
Tabel 7
Distribusi Asupan Natrium Responden Hipertensi dan Tidak Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar
Asupan Natrium
Kejadian Hipertensi
Kasus Kontrol
N % N %
Rendah 3 13,6 13 59,1
Tinggi 19 86,4 9 40,9
Total 22 100 22 100
Konsumsi lemak. Sebaran distribusi frekuensi responden menurut
konsumsi lemak yang diteliti dapat dilihat pada tabel berikut. Pada Tabel 8 dapat
dilihat distribusi konsumsi lemak responden hipertensi dan tidak hipertensi di
Puskesmas Karo Pematangsiantar. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa
responden yang mengkonsumsi lemak rendah memiliki kejadian hipertensi
sebanyak 5 orang (22,7%), dan yang tidak memiliki kejadian hipertensi sebanyak
13 orang (59,1%). Sedangkan responden yang mengkonsumsi lemak tinggi
memiliki kejadian hipertensi sebanyak 17 orang (77,3%), dan yang tidak memiliki
kejadian hipertensi sebanyak 9 orang (40,9%). Rata-rata konsumsi lemak
responden sebesar 55 g/hari. Standar deviasi konsumsi lemak responden sebesar
14 g/hari.
Tabel 8
Distribusi Konsumsi Lemak Responden Hipertensi dan Tidak Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar
Konsumsi Lemak
Kejadian Hipertensi
Kasus Kontrol
N % N %
Rendah 5 22,7 13 59,1
Tinggi 17 77,3 9 40,9
Total 22 100 22 100
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
Merokok. Sebaran distribusi frekuensi merokok responden yang diteliti
dapat dilihat pada tabel berikut. Pada Tabel 9 dapat dilihat distribusi merokok
responden hipertensi dan tidak hipertensi di Puskesmas Karo Pematangsiantar.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa responden yang tidak merokok
memiliki kejadian hipertensi sebanyak 15 orang (68,2%), dan yang tidak memiliki
kejadian hipertensi sebanyak 17 orang (77,3%). Sedangkan responden yang
merokok memiliki kejadian hipertensi sebanyak 7 orang (31,8%), dan yang tidak
memiliki kejadian hipertensi sebanyak 5 orang (22,7%).
Tabel 9
Distribusi Merokok Responden Hipertensi dan Tidak Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Karo Pematangsiantar
Merokok
Kejadian Hipertensi
Kasus Kontrol
N % n %
Tidak Merokok 15 68,2 17 77,3
Merokok 7 31,8 5 22,7
Total 22 100 22 100
Pada Tabel 10 dapat dilihat distribusi lama merokok responden hipertensi
dan tidak hipertensi di Puskesmas Karo Pematangsiantar. Berdasarkan hasil
analisis diketahui bahwa responden yang tidak merokok memiliki kejadian
hipertensi sebanyak 15 orang (68,2%), dan yang tidak memiliki kejadian
hipertensi sebanyak 17 orang (77,3%). Sedangkan responden yang merokok lebih
dari 20 tahun memiliki kejadian hipertensi sebanyak 7 orang (31,8%), dan yang
tidak memiliki kejadian hipertensi sebanyak 5 orang (22,7%).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
Tabel 10
Distribusi Lama Merokok Responden Hipertensi dan Tidak Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar
Merokok
Kejadian Hipertensi
Kasus Kontrol
N % N %
Tidak 15 68,2 17 77,3
>20 tahun 7 31,8 5 22,7
Total 22 100 22 100
Pada Tabel 11 dapat dilihat distribusi kuantitas merokok responden
hipertensi dan tidak hipertensi di Puskesmas Karo Pematangsiantar. Berdasarkan
hasil analisis diketahui bahwa responden yang tidak merokok memiliki kejadian
hipertensi sebanyak 15 orang (68,2%), dan yang tidak memiliki kejadian
hipertensi sebanyak 17 orang (77,3%). Sedangkan responden yang merokok lebih
dari 20 batang per hari memiliki kejadian hipertensi sebanyak 7 orang (31,8%),
dan yang tidak memiliki kejadian hipertensi sebanyak 5 orang (22,7%).
Tabel 11
Distribusi Kuantitas Responden Hipertensi dan Tidak Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar
Merokok
Kejadian Hipertensi
Kasus Kontrol
N % n %
Tidak 15 68,2 17 77,3
>20 batang 7 31,8 5 22,7
Total 22 100 22 100
Aktivitas fisik. Sebaran distribusi frekuensi aktivitas fisik responden
yang diteliti dapat dilihat pada tabel berikut. Pada Tabel 12 dapat dilihat distribusi
aktivitas fisik responden hipertensi dan tidak hipertensi di Puskesmas Karo
Pematangsiantar. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa responden yang
beraktivitas fisik berat memiliki kejadian hipertensi sebanyak 8 orang (36,4%),
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
dan yang tidak memiliki kejadian hipertensi sebanyak 17 orang (77,3%).
Sedangkan responden yang beraktivitas fisik ringan memiliki kejadian hipertensi
sebanyak 14 orang (63,6%), dan yang tidak memiliki kejadian hipertensi sebanyak
5 orang (22,7%).
Tabel 12
Distribusi Aktivitas Fisik Responden Hipertensi dan Tidak Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar
Aktivitas Fisik
Kejadian Hipertensi
Kasus Kontrol
N % n %
Berat 8 36,4 17 77,3
Ringan 14 63,6 5 22,7
Total 22 100 22 100
Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah untuk melihat hubungan dari masing-masing
variabel independen. Variabel independen antara lain kebiasaan makan (asupan
natrium dan konsumsi lemak), dan gaya hidup (merokok dan aktivitas fisik).
Analisis ini dilakukan dengan analisis Chi square 95% dan α = 0,05.
Hubungan asupan natrium dengan kejadian hipertensi. Data asupan
natrium dengan kejadian hipertensi yang telah dikategorikan dapat dilihat pada
tabel berikut ini. Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat hubungan asupan natrium
responden hipertensi di Puskesmas Karo Pematangsiantar. Hasil analisis diketahui
bahwa responden yang mengkonsumsi asupan natrium rendah memiliki kejadian
hipertensi sebanyak 3 orang (13,6%), dan tidak memiliki kejadian hipertensi
sebanyak 13 orang (59,1%). Sedangkan responden yang mengkonsumsi asupan
natrium tinggi memiliki kejadian hipertensi sebanyak 19 orang (86,4%), dan tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
memiliki kejadian hipertensi sebanyak 9 orang (40,9%). Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa terdapat hubungan konsumsi natrium dengan kejadian
hipertensi (p=0,004) pada taraf nyata α=0,05. Dari hasil analisis diperoleh nilai
OR=9.148 (95%CI 2,072-40,386), artinya orang yang penderita hipertensi
kemungkinan 9,14 kali berasal dari yang mengkonsumsi natrium tinggi
dibandingkan dengan yang mengkonsumsi natrium rendah.
Tabel 13
Distribusi Hubungan Asupan Natrium dengan Hipertensi di Wilauyah Kerja
Puskesmas Karo Pematangsiantar
Asupan
Natrium
Kejadian Hipertensi
P OR
95% Cl Kasus Kontrol
N % N %
Rendah 3 13,6 13 59,1 0,004 9.148
Tinggi 19 86,4 9 40,9 2.072-40.386
Total 22 100 22 100
Hubungan konsumsi lemak dengan kejadian hipertensi. Data konsumsi
lemak dengan kejadian hipertensi yang telah dikategorikan dapat dilihat pada
tabel berikut ini. Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat hubungan konsumsi lemak
responden hipertensi di Puskesmas Karo Pematangsiantar. Hasil analisis
menunjukkan bahwa responden yang mengkonsumsi lemak rendah memiliki
kejadian hipertensi sebanyak 5 orang (22,7%), dan tidak memiliki kejadian
hipertensi sebanyak 13 orang (59,1%) Sedangkan responden yang mengkonsumsi
lemak tinggi memiliki kejadian hipertensi sebanyak 17 orang (77,3%), dan tidak
memiliki kejadian hipertensi sebanyak 9 orang (40,9%). Hasil uji statistic
menunjukkan bahwa terdapat hubungan konsumsi lemak dengan kejadian
hipertensi (p=0,032) pada taraf nyata α=0,05. Dari hasil analisis diperoleh nilai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
OR=4,911 (95%CI 1,325-18,205), artinya orang yang penderita hipertensi
kemungkinan 4,9 kali berasal dari yang mengkonsumsi lemak tinggi dibandingkan
dengan yang mengkonsumsi lemak rendah.
Tabel 14
Distribusi Hubungan Konsumsi Lemak dengan Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Karo Pematangsiantar
Konsumsi
Lemak
Kejadian Hipertensi
P OR
95% Cl Kasus Kontrol
N % N %
Rendah 5 22,7 13 59,1 0,032 4,911
Tinggi 17 77,3 9 40,9 1,325-18,205
Total 22 100 22 100
Hubungan merokok dengan kejadian hipertensi. Data merokok dengan
kejadian hipertensi yang telah dikategorikan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat hubungan merokok responden hipertensi di
Puskesmas Karo Pematangsiantar. Hasil analisis menunjukkan bahwa responden
tidak merokok yang memiliki kejadian hipertensi sebanyak 15 orang (68,2%), dan
yang tidak memiliki kejadian hipertensi sebanyak 17 orang (77,3%). Sedangkan
responden yang merokok memiliki kejadian hipertensi sebanyak 7 orang (31,8%),
sedangkan yang tidak memiliki kejadian hipertensi sebanyak 5 orang (22,7%).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan merokok dengan
kejadian hipertensi (p=0,735) pada taraf nyata α=0,05. Hasil peneitian juga
menunjukkan nilai OR =1,587 (95% Cl 0,415-6,068), artinya orang yang
penderita hipertensi kemungkinan 1,5 kali berasal dari yang merokok
dibandingkan dengan yang tidak merokok.tetapi karena 95% Cl mencakup angka
1 maka variabel merokok belum tentu merupakan faktor resiko hipertensi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
Tabel 15
Distribusi Hubungan Merokok dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Karo Pematangsiantar
Merokok
Kejadian Hipertensi
p OR
95% Cl Kasus Kontrol
N % N %
Tidak
Merokok 15 68,2 17 77,3
0,735 1,587
Merokok 7 31,8 5 22,7 0,415-6,068
Total 22 100 22 100
Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Data aktivitas
fisik dengan kejadian hipertensi yang telah dikategorikan dapat dilihat pada tabel
berikut ini. Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat hubungan aktivitas fisik responden
hipertensi di Puskesmas Karo Pematangsiantar. Hasil analisis menunjukkan
bahwa responden yang beraktivitas berat memiliki kejadian hipertensi sebanyak 8
orang (36,4%), dan tidak memiliki kejadian hipertensi sebanyak 17 orang
(77,3%). Sedangkan responden yang beraktivitas ringan memiliki kejadian
hipertensi sebanyak 14 orang (63,6%), dan yang tidak memiliki kejadian
hipertensi sebanyak 5 orang (22,7%). Hasil uji statistic menunjukkan bahwa
terdapat hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi (p=0,015) pada taraf
nyata α=0,05. Hasil penelitian juga menunjukkan nilai OR=5,950 (95%CI 1568-
22,328), artinya orang yang penderita hipertensi kemungkinan 5,9 kali berasal dari
yang beraktivitas ringan dibandingkan dengan yang beraktivitas berat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
Tabel 16
Distribusi Hubungan Aktivitas fisik dengan Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Karo Pematangsiantar
Aktivitas
Fisik
Kejadian Hipertensi
p OR
95% Cl Kasus Kontrol
N % N %
Berat 8 36,4 17 77,3 0,015 5,950
Ringan 14 63,6 5 22,7 1,586-22,328
Total 22 100 22 100
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
Pembahasan
Hubungan Asupan Natrium dengan Kejadian Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian yang tertera pada Tabel 13 menunjukkan
bahwa responden memiliki kejadian hipertensi yang mengkonsumsi asupan
natrium tinggi berjumlah 19 orang (68,2%) lebih banyak dibandingkan dengan
responden yang tidak memiliki kejadian hipertensi yang mengkonsumsi asupan
natrium tinggi yaitu berjumlah 9 orang (27,3%). Berdasarkan hasil analisis
statistik dengan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara asupan natrium dengan kejadian hipertensi (p=0.004;
OR=9,148), artinya orang yang penderita hipertensi kemungkinan 9,1 kali berasal
dari yang mengkonsumsi natrium tinggi dibandingkan dengan yang
mengkonsumsi natrium rendah.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa mayoritas
responden mengkonsumsi asupan natrium yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari
jenis makanan yang dikonsumsi dan berat yang di konsumsi oleh responden yang
diperoleh dengan menggunakan metode food recall 24 jam, sumber natrium yang
tinggi yang banyak dikonsumsi oleh responden adalah ikan teri sambal, roti,
biscuit, serta bumbu makanan seperti kecap maupun MSG.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Susanti (2017) yang
menyatakan ada hubungan antara asupan natrium dengan tekanan darah lansia.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan dengan penelitian Manawan (2016) yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan natrium dengan kejadian
hipertensi di Desa Tandengan Satu Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa, di
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
peroleh p=0,000 (p<0,05). Penelitan Raihan LN (2014) juga menunjukan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara pola asupan garam dengan kejadian
hipertensi primer (p=0,01; OR= 2,85) yang artinya seseorang yang mempunyai
pola asupan garam yang tinggi diperkirakan beresiko 2,8 kali menderita hiperensi
dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai pola asupan garam yang
rendah. Penelitian Mahmuda, et, al (2015) menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara asupan natrium dengan kejadian hipertensi (p=0,001).
Natrium merupakan zat yang esensial untuk tubuh kita. Dalam keadaan
normal, ginjal mengatur kadar natrium dalam tubuh. Akan tetapi apabalia asupan
natrium yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan volume plasma, curah
jantung, dan tekanan darah. Natrium menyebabkan tubuh menahan air dengan
tingkat yang melebihi ambang batas normal tubuh sehingga dapat meningkatkan
volume darah dan tekanan darah tinggi. Asupan natrium yang tinggi menyebabkan
hipertropi sel adiposity akibat proses lipogenik pada jaringan lemak putih, jika
berlangsung terus menerus akan menyebabkan penyempitan saluran pembuluh
darah oleh lemak dan berakibat pada peningkatan tekanan darah.
Hubungan Konsumsi Lemak dengan Kejadian Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian yang tertera pada Tabel 14 menunjukkan
bahwa responden memiliki kejadian hipertensi yang mengkonsumsi lemak tinggi
berjumlah 17 orang (77,3%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang
tidak memiliki kejadian hipertensi yang mengkonsumsi lemak rendah yaitu
berjumlah 5 orang (22,7%). Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji chi-
square menunjukkan bahwa terdapat hubungan konsumsi lemak dengan kejadian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
hipertensi (p=0,032) pada taraf nyata α=0,05. Hasil penelitian juga menunjukkan
nilai OR=4,911 (95%CI 1,325-18,205), artinya orang yang penderita hipertensi
kemungkinan 4,9 kali berasal dari yang mengkonsumsi lemak tinggi dibandingkan
dengan yang mengkonsumsi lemak rendah.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa mayoritas
responden mengkonsumsi lemak yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jenis
makanan yang dikonsumsi dan berat yang di konsumsi oleh responden yang
diperoleh dengan menggunakan metode food recall 24 jam, sumber lemak yang
tinggi yang banyak dikonsumsi oleh responden adalah sayur yang diberi santan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kartika (2014) yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asupan lemak
dengan kejadian hipertensi (p=0,009; OR= 3,839) yang artinya seseorang dengan
asupan lemak lebih beresiko 3, 8 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi
dibandingkan denngan seseorang dengan asupan lemak yang sedang. Penelitian
Mafaza (2016) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan
lemak dengan hipertensi di Rumah Sakit Universitas Airlangga (p=0,0024; OR=
0,268). Penelitian Manawan (2016) juga yang menunjukkan bahwa ada hubungan
antara asupan lemak dengan kejadian hipertensi di Desa Tandengan Satu
Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa, di peroleh p=0,000 (p<0,05).
Konsumsi lemak merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan
hipertensi. Kandungan bahan kimia dalam minyak goreng yang terdiri beraneka
asam lemak jenuh dan terlebih lagi apabila penggunaan minyak goreng lebih dari
satu kali pakai dapat merusak ikatan kimia pada minyak. Konsumsi lemak yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
berlebihan, akan menimbulkan peningkatan asam lemak bebas di dalam tubuh.
Peningkatan asam lemak bebas tersebut dapat meningkatkan kadar Low Density
lipoprotein (LDL) darah, sehingga dapat memicu aterosklerosis yang dapat
mengakibatkan sumbatan pada pembuluh darah dan menimbulkan hipertensi.
Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara merokok
dengan kejadian hipertensi (p=0,735) OR=1,587 (95%CI 0,415-6,068). Hasil
peneitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Harahap (2017)
yang menunjukkan bahwa merokok merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
hipertensi (p=0,014 ; OR=3,619), artinya orang yang penderita hipertensi
kemungkinan 3,6 kali berasal dari yang merokok dibandingkan dengan yang tidak
merokok tetapi karena 95% Cl mencakup angka 1 maka variabel merokok belum
tentu merupakan faktor resiko hipertensi.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa responden
yang tidak merokok lebih banyak perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
Dimana responden berjenis kelamin perempuan yang tidak merokok yang
memiliki kejadian hipertensi sebanyak 15 orang lebih banyak dibandingkan
dengan responden berjenis kelamin laki-laki yang merokok yang memiliki
kejadian hipertensi sebanyak 7 orang.
Dalam penelitian Elvivin, dkk (2015) juga menunjukkan merokok
merupakan faktor resiko dari hipertensi dengan nilai OR= 6,750. Penelitian
Jannah (2017) tentang faktor penyebab kejadian hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Mangasa Kecamatan Tamalate Makasar juga menunjukkan bahwa ada
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi (p=0,001). Penelitian ini
menunjukkan bahwa orang yang merokok akan mencederai dinding pembuluh
darah dan mempercepat pembentukan arteroklerosis (pengerasan pembuluh
darah), membuat jantung bekerja lebih keras karena menyempitkan pembuluh
darah untuk sementara dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan
darah.
Menurut Triyanto tahun 2014 tembakau mengandung nikotin yang
memperkuat kerja jantung dan menciutkan arteri kecil sehingga sirkulasi darah
berkurang dan tekanan darah meningkat. Berhenti merokok merupakan perubahan
gaya hidup yang paling kuat untuk mencegah penyakit kardiovaskuler pada
penderita hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida
yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak
lapisan ensoteri pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan proses arterolerosis,
dan tekanan darah tinggi.
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian yang tertera pada Tabel 16 menunjukkan
bahwa responden memiliki kejadian hipertensi yang beraktivtas ringan berjumlah
14 orang (63,6%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak
memiliki kejadian hipertensi yang beraktivitas beart yaitu berjumlah 8 orang
(36,4%). Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan
aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi (p=0,015) pada taraf nyata α=0,05. Hasil
penelitian juga menunjukkan nilai OR=5,950 (95%CI 1568-22,328), artinya orang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
yang penderita hipertensi kemungkinan 5,9 kali berasal dari yang beraktivitas
ringan dibandingkan dengan yang beraktivitas berat.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa mayoritas
responden beraktivitas ringan. Hal ini didasari karena jenis pekerjaan yang
dimiliki oleh reponden adalah tidak bekerja. Responden yang tidak bekerja yang
dimaksud ialah responden yang memiliki kategori aktifitas fisik ringan dalam
kegiatan kesehariaanya seperti menonton televisi, berbaring, duduk, mengobrol,
dan tidur. Kegiatan tidur, responden dapat menghabiskan waktu 7-8 jam per hari.
Kegiatan perawatan diri, responden dapat mengahbiskan waktu 30-45 menit per
hari. Kegiatan makan, responden dapat menghabiskan waktu 30-45 menit per hari.
Kegiatan memasak, responden dapat menghabiskan waktu 45-60 menit per hari.
Kegiatan mengemudi, responden dapat menghabiskan waktu 15-30 menit per hari.
Kegiatan duduk, responden dapat menghabiskan waktu 7-8 jam per hari. Kegiatan
membawa beban responden dapat menghabiskan waktu 15-30 menit per hari.
Kegiatan berjalan, responden dapat menghabiskan waktu 15-30 menit per hari
Kegiatan pekerjaan rumah tangga, responden dapat menghabiskan waktu 30- 60
menit per hari. Kegiatan menanam, responden dapat menghabiskan waktu 30-45
menit per hari. Dan kegiatan santai seperti menonton televisi dan mengobrol,
responden dapat menghabiskan waktu 2-3 jam per hari
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Afiah (2018) yang
menunjukkan ada pengaruh aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe tahun 2018 dimana (OR=9,028),
yang artinya seseorang yang memiliki aktivitas fisik yang ringan memiliki resiko
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
sebesar 9 kali lebih besar daripada orang yang memiliki aktivitas fisik yang berat.
Dalam Penelitian Harahap (2017) juga menunjukkan bahwa aktivitas fisik
merupakan salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi (p=0,010; OR=3,095),
yang artinya seseorang yang beraktivitas ringan perkiraan resikonya 3,09 kali
akan menderita hipertensi dibandingankan dengan seseorang yang beraktivitas
berat. Penelitian Pramana (2016) juga menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara aktivitas fisik dengan tingkat hipertensi (p=0,013). Penelitian
Ningsih (2017) menunjukkan bahwa ada hubungan pola aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi (p= 0,000).
Aktivitas fisik sangat memengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang
yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatan otot jantung bekerja lebih
keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa
darah, makin besar pula tekanan darah yang dibebankan pada dinding arteri
sehingga tekanan perifer yang menyebabkan kenaikan tekanan darah. Kurangnya
aktivitas fisik juga dapat meningkatkan resiko kelebihan berat badan yang akan
menyebabkan resiko hipertensi meningkat (Triyanto, 2014).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Karo Pematangsiantar dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan antara
asupan natrium dengan kejadian hipertensi (OR=5,714), yang artinya orang yang
penderita hipertensi kemungkinan 5,7 kali berasal dari yang mengkonsumsi
natrium tinggi dibandingkan dengan yang mengkonsumsi natrium rendah. Ada
hubungan antara konsumsi lemak dengan kejadian hipertensi (OR=4,911), yang
artinya orang yang penderita hipertensi kemungkinan 4,9 kali berasal dari yang
mengkonsumsi lemak tinggi dibandingkan dengan yang mengkonsumsi lemak
rendah.
Tidak ada hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi. Ada
hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi (OR=5,950), yang
artinya orang yang penderita hipertensi kemungkinan 5,9 kali berasal dari yang
beraktivitas ringan dibandingkan dengan yang beraktivitas berat.
Saran
Berdasarkan kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar, peneliti menyarankan beberapa hal
sebagai berikut :
Bagi masyarakat. Membiasakan pola hidup sehat dengan menghindari
faktor resiko hipertensi dan diharapkan dapat mengikuti kegiatan Program
Pengelolahan Penyakit Kronis (Prolanis) yang ada di Puskesmas.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
60
Bagi petugas kesehatan. Bagi petugas kesehatan meningkatkan
sosialisasis prolanis kepada penderita hipertensi dan mengoptimalkan posyandu
lansia di tiap desa untuk deteksi dini hipertensi dan faktor resiko hipertensi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
Daftar Pustaka
Afiah, W. (2018). Faktor resiko antara aktivitas fisik, obesitas, dan stres dengan
penyakit hipertensi pada umur 45-55 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas
Soropia Kabupaten Konawe Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat, 3 (2), 8.
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JIMKESMAS/article/view/3998.
Almatsier, S. (2010). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka
Utama.
CDC. (2016, November 30). High blood pressure. Diakses 30 Sepetember 2018,
dari Http://Www.Cdc.Gov/Bloodpressure/Facts.Html.
Depkes, RI. (2013). Laporan hasil riset kesehatan dasar sumatera utara.
Dinas Kesehatan Sumatera Utara. (2016). Profil kesehatan provinsi sumatera
utara. Medan:Dinas Kesehatan Sumatera Utara.
Edi, J. (2013). Hipertensi kandas berkat herbal. Jakarta: Fmedia
Elvivin, Lestari H, & Ibrahim K. (2015). Analisis faktor risiko kebiasaan
mengkonsumsi garam, alkohol,kebiasaan merokok dan minum kopi
terhadap kejadian hipertensi pada nelayan suku bajo di Pulau Tasipi
Kabupaten Muna Barat Tahun 2015. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat, 1 (3), 7-8.
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JIMKESMAS/article/view/1273
FAO/WHO/UNU. (2001). Human energy requirement. Report Of A Joint
Fao/Who/Unu Expert Consultantion Rome.
Harahap, R. (2017). Faktor resiko aktivitas fisik, merokok, dan konsumsi alkohol
terhadap kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa awal di wilayah
puskesmas bromo medan tahun 2017. (TESIS, USU). Diakses dari
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1006/
Informasi global sistem alkohol dan kesehatan (GISAH). (02 Februari 2012).
Dakses 30 September 2018, dari
http:/www.WHO.com/informasi_global_sistem_alkohol_dan_kesehatan_
(GISAH)/.
Indar, K. (2017). Hubungan perilaku merokok dengan kejadian hipertensi di
Puskesmas Pajangan Bantul. (SKRIPSI, Stikes Jendral Achmad Yani
Yogyakarta). Diakses dari http://repository.unjaya.ac.id/2278
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62
Irawati, S. (10 April 2013). Cukupkah Batasi Makanan Asin. Diakses 30
September 2018, dari http://www.moveondiet.com/featured/cukupkah-
batasi-makanan-asin/).
Irwan. (2014). Pengaruh tingkat pengetahuan gizi ibu, pendapatan keluarga, dan
kebiasaan makan keluarga terhadap kecukupan energi dan protein pada
anak balita di Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie. (TESIS, USU).
Diakses dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/62060
Jannah, M. (2017). Analisis faktor penyebab kejadian hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Mangasa Kecamatan Tamalate Makassar. Jurnal PENA, 3 (1),
http://journal.unismuh.ac.id/index.php/pena/article/view/983
Kartika, LA. (2016). Asupan lemak, dan aktivitas fisik, serta hubungannya dengan
kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan. Jurnal Gizi dan Dietik
Indonesia, 4 (3), 141-142.
http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJND/article/view/343
Kemenkes, RI. (28 November 2013). Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
bagi Bangsa Indonesia. Diakses 30 September 2018 dari
http://gizi.depkes.go.id/download/kebijakan%20gizi/Tabel%20akg.pdf
Kemenkes RI. (1 Desember 2014). Data Dan Indormasi Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara Diakses 30 September 2018 dari
Http://Www.Depkes.Go.Id/Download.Php?File=Download/Pusdatin/Kunju
ngankerja/Sumut.Pdf
Khasanah, N. (2012). Waspadai beragam penyakit degeneratif akibat pola makan.
Yogyakarta : Penerbit Laksana.
Kowalski, R. (2010). Terapi hipertensi. Terjemahan: Rani S. Bandung. Qanita
Zulkeflie. Nasb 2011
Kurnianingtyas, B, et. al. (2016). Faktor resiko kejadian hipertensi pada siswa
sma di Kota Semarang Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5 (2),
17. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/16372
Mafaza R. L., Wirjatmadi B., Adriani W.. (2016). Anaslisis hubungan antara
lingkar perut, asupan lemak, dan rasio asupan kalium magnesium dengan
hipertensi. Jurnal Media Gizi Indonesia, 11 (2), 131. https://e-
journal.unair.ac.id/MGI/article/download/7437/4456
Mahmuda, S, et, al (2015). Hubungan gaya hidup dan pola makan dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
kejadian hipertensi pada lansia Kelurahan Sawangan Baru Kota Depok
Tahun 2015. Jurnal Biomedika, 8 (2), 42-44.
http://journals.ums.ac.id/index.php/biomedika/article/download/2915/1837
Manawan, A. (2016). Hubungan antara konsumsi makanan dengan kejadian
hipertensi di Desa Tandengan Satu Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa.
Jurnal Ilmiah Farmasi, 5 (1), 344-345.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/11345
Mannan H. (2012). Faktor risiko kejadian hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun 2012. (SKRPSI, UNHAS). Diakses
dari http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/5745
Ningsih, DLR. (2017).Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi pada pekerja sektor informal di Pasar Beringharjo Kota
Yogyakarta. (SKRIPSI, UNISAYOGYA). Diakses dari
http://digilib.unisayogya.ac.id/id/eprint/2689
Novitaningtyas, T. (2014). Hubungan karakteristik (umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan) dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia di
Kelurahan Makam Haji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
(SKRIPSI, UMS). Diakses dari
eprints.ums.ac.id/29084/9/02._Naskah_Publikasi.pdf
Nuraini, B. (2015). Risk factors of hypertension. J Majority. 4, 5 : 12.
Pramana L.D.Y. (2016) .Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat
hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Demak II. (TESIS, UNIMUS).
Diakses dari http://repository.unimus.ac.id/35/1/FULL%20TEXT%201.pdf
Pusparani, D. I. (2016). Gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di
Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.
(SKRIPSI, UINJKT). Diakses dari
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37348/2/INDAH
%20DWI%20PUSPARANI-FKIK.pdf
Raihan LN, & Erwin, DAP. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi primer pada masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas
Rumbai Pesisir. Jurnal Jom Psik,1 (2), 5. https://www.e-
jurnal.com/2016/11/faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan_21.html
Sapitri N. (2016). Analisis faktor risiko kejadian hipertensi pada masyarakat di Pesisir Sungai Siak Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru. Jim Fk,3 (1), 4.
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFDOK/article/view/8227
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64
Sasroasmoro, S., & Ismael, S. (2016). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis
edisi ke 5 revisi. Jakarta.: CV. Sagung Seto.
Sitepu, R. (2012). Pengaruh kebiasaan merokok dan statuz gizi terhadap
hipertensi pada pegawai kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi
Sumatera Utara. (TESIS, USU). Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/34277
Suiraoka. (2016). Mengenal, mencegah, dan mengurangi faktor resiko 9 penyakit
degenerative. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sugiharto, A. (2011). Faktor-faktor resiko hipertensi grade ii pada masyarakat
(studi kasus di Kabupaten Karanganyar) (TESIS, UNDIP). Diakses dari
https://core.ac.uk/download/pdf/11716395.pdf
Susanti, M, R. (2017). Hubungan asupan natrium dan kalium dengan tekanan
darah pada lansia di Kelurahan Pajang (SKRIPSI, UMS). Diakses dari
http://eprints.ums.ac.id/53191/1/1.%20NASKAH%20PUBLIKASI%20ILM
IAH.pdf
Triyanto, E. (2014). pelayanan keperawatan bagi penderita hipertensi secara
terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Welis, W & Rifki, MS. (2013). Buku petunjuk gizi untuk aktivitas fisik dan
kebugaran.
http://repository.unp.ac.id/489/1/BUKU%20PETUNJUK%20GIZI%20UNT
UK%20AKTIFITAS%20FISIK.pdf
Widiyanto, F.C & Triwibowo, C. (2013). trend desease trend penyakit saat ini.
Jakarta.: Trans Info Media
WHO. (2011). Global status report on noncommunicable diseases 2010.
WHO. (2013). A global biefton hypertension; Http://Www.Who.Ish/Ncds-And-
Me.
WHO. (2014). Raised blood pressure. Artikel Diiakses Tanggal 12 Oktober 2014
Dari
Http:/Www.Who.Int/Gho/Ncd/Risk_Factors/Blood_Pressure_Prevalence_T
ext/En/
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65
Lampiran 1. Informed Consent
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
Yang bertandatangan dibawah ini:
Nama :............................................................................
Umur :............................................................................
Alamat :............................................................................
Setelah mendapatkan penjelasan tentang penelitian ini maka saya
menyatakan bersedia menjadi subjek dalam penelitian yang akan dilakukan oleh
saudari Resya Manurung mengenai “Hubungan Kebiasaan Makan dan Gaya
Hidup Terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Karo
Pematangsiantar”
Saya menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini sangat bermanfaat untuk
kepentingan ilmiah. Identitas responden digunakan hanya untuk keperluan
penelitian dan akan dijaga kerahasiaannya.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sukarela tanpa ada paksaan dari
pihak manapun agar dapat dipergunakan sesuai keperluan. Atas perhatian,
kesediaan, dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.
Responden Peneliti
(......................................) (Resya V. Manurung)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
66
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI
Hubungan Kebiasaan Makan dan Gaya Hidup Terhadap Kejadian Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Karo Pematangsiantar
No Kasus :
No Kontrol :
Tanggal wawancara : / /
A. Tekanan Darah
No Jenis Pengukuran
1 Sistolik (mmHg)
2 Diastolik (mmHg)
B. Karakteristik Responden
No. Karakteristik Responden
1. Nama
2. Alamat
3. Jenis Kelamin
4. Tempat, tanggal lahir
5. Usia Tahun
6. Pekerjaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
67
C. Kuesioner Asupan Natrium dan Lemak (Food Recall)
Waktu Makan Nama makanan Bahan Makanan
jenis URT G
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
68
D. Kuesioner Merokok
1. Apakah bapak/ibu merokok?
a. Ya
b. Tidak
2. Sudah berapa lama bapak/ibu merokok??
a. 1-10 tahun
b. Lebih dari 10 tahun
c. Tidak pernah
3. Berapa jumlah rokok yang bapak/ibu hisap dalam sehari?
a. 1-10 batang
b. Lebih dari 10 batang
c. Tidak ada
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
69
E. Aktivitas fisik
No. Aktivitas Fisik PAR
(Physical Activity Ratio)
1. Tidur 1.0
2. Perawatan diri 2.3
(mandi/berpakaian)
3. Makan 1.5
4. Memasak 2,1
5. Mengemudi mobil ke/dari tempat kerja 2.0
6. Duduk (pekerjaan kantor) 1,5
7. Membawa beban 2.2
8. Pekerjaan rumah tangga 2,8
9. Berjalan 3.2
10. Kerja pertanian 4.1
11. Kegiatan santai 1.5
(menonton TV/mengobrol)
12. Melakukan kerja bangunan/gedung 12,3
No. Aktivitas Fisik Waktu PAR x W
1. Tidur
2. Perawatan diri
(mandi/berpakaian)
3. Makan
4. Memasak
5. Mengemudi mobil ke/dari tempat
Kerja
6. Duduk (pekerjaan kantor)
7. Membawa beban
8. Pekerjaan rumah tangga
9. Berjalan
10. Kerja pertanian
11. Kegiatan santai
(menonton TV/mengobrol)
12. Melakukan kerja bangunan/gedung
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
70
LAMPIRAN 3. Master Data
No. Nama
Tekan
an
darah
Asup
an
Natri
um
Kons
umsi
Lema
k
Mer
okok
Lam
a
Mer
okok
Kua
ntita
s
Mer
okok
Akti
vitas
Fisik
1 Hulda 1 0 1 0 0 0 0
2 Hinsa 1 1 0 1 2 2 1
3 Ingot 1 0 1 1 2 2 0
4 Rohani 1 0 1 0 0 0 1
5 Wilman 1 1 1 1 2 2 1
6 Robiah 1 1 1 0 0 0 1
7 Regina 1 1 1 0 0 0 1
8 J. Tarigan 1 1 0 1 2 2 0
9 Bunga 1 1 1 0 0 0 1
10 Solo 1 0 1 1 2 2 1
11 Leksi 1 1 1 0 0 0 1
12 R.
Simanjuntak 1 1 0 0 0 0 1
13 Betti 1 1 1 0 0 0 0
14 Nensi 1 1 1 0 0 0 1
15 Agnes 1 1 1 0 0 0 0
16 Ilse 1 1 0 0 0 0 0
17 Maringot 1 1 1 1 2 2 1
18 Bolson 1 0 1 1 2 2 1
19 Siti Haloho 1 1 0 0 0 0 1
20 Yeni 1 0 1 0 0 0 0
21 Rondi 1 1 1 0 0 0 0
22 Verisda 1 1 1 0 0 0 1
23 Farida 0 0 0 0 0 0 0
24 D. Sianipar 0 0 1 1 2 2 0
25 M.
Tampubolon 0 0 0 1 2 2 0
26 M. Ramlan 0 1 0 0 0 0 1
27 Mawon 0 0 0 0 0 0 0
28 Tiara 0 0 0 0 0 0 0
29 Siti Hutasoit 0 1 1 0 0 0 1
30 Tahan 0 0 1 1 2 2 0
31 Tiurma 0 0 1 0 0 0 0
32 S. Ambarita 0 0 0 1 2 2 0
33 Nurmida 0 0 0 0 0 0 0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
71
34 Lusiana 0 1 1 0 0 0 1
35 Linar 0 0 0 0 0 0 0
36 Martina 0 0 1 0 0 0 0
37 Rolentina 0 1 1 0 0 0 1
38 Adelina 0 0 0 0 0 0 0
39 M. Barus 0 0 0 0 0 0 1
40 Toni 0 1 1 1 2 2 0
41 Liliana 0 0 0 0 0 0 0
42 Risda 0 0 0 0 0 0 0
43 Sarifa 0 0 0 0 0 0 0
44 Saria 0 1 1 0 0 0 0
Keterangan :
Hipertensi Asupan Natrium Konsumsi Lemak
0 = Tidak hipertensi 0 = Rendah 0 = Rendah
1 = Hipertensi 1 = Tinggi 1 = Tinggi
Merokok Lama Merokok Kuantitas Merokok
0 = Tidak 0 = Tidak 0 = Tidak
1 = Merokok 1 = 1-20 tahun 1 = 1-20 batang
2 = > 20 tahun 2 = > 20 batang
Aktivitas Fisik
0 = Berat
1 = Tinggi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
73
Lampiran 4. Hasil Output SPSS
1. ANALISIS UNIVARIAT
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Asupan Natrium *
Hipertensi 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
Asupan Natrium * Hipertensi Crosstabulation
Hipertensi
Total Kontrol Kasus
Asupan Natrium Rendah Count 13 3 16
Expected Count 8.0 8.0 16.0
% within Hipertensi 59.1% 13.6% 36.4%
Tinggi Count 9 19 28
Expected Count 14.0 14.0 28.0
% within Hipertensi 40.9% 86.4% 63.6 %
Total Count 22 22 44
Expected Count 22.0 22.0 44.0
% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0 %
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Konsumsi lemak *
Hipertensi 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
74
Konsumsi lemak * Hipertensi Crosstabulation
Hipertensi
Total Kontrol Kasus
Konsumsi lemak Rendah Count 13 5 18
Expected Count 9.0 9.0 18.0
% within Hipertensi 59.1% 22.7% 40.9%
Tinggi Count 9 17 26
Expected Count 13.0 13.0 26.0
% within Hipertensi 40.9% 77.3% 59.1%
Total Count 22 22 44
Expected Count 22.0 22.0 44.0
% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Merokok * Hipertensi 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
Merokok * Hipertensi Crosstabulation
Hipertensi
Total Kontrol Kasus
Merokok Tidak
Merokok
Count 17 15 32
Expected Count 16.0 16.0 32.0
% within Hipertensi 77.3% 68.2% 72.7%
Merokok Count 5 7 12
Expected Count 6.0 6.0 12.0
% within Hipertensi 22.7% 31.8% 27.3%
Total Count 22 22 44
Expected Count 22.0 22.0 44.0
% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
75
Lama merokok responden * Hipertensi Crosstabulation
Hipertensi
Total Kontrol Kasus
Lama merokok
responden
tidak Count 17 15 32
Expected Count 16.0 16.0 32.0
% within
Hipertensi 77.3% 68.2% 72.7%
>20 tahun Count 5 7 12
Expected Count 6.0 6.0 12.0
% within
Hipertensi 22.7% 31.8% 27.3%
Total Count 22 22 44
Expected Count 22.0 22.0 44.0
% within
Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
Kuantitas Merokok Responden * Hipertensi Crosstabulation
Hipertensi
Total Kontrol Kasus
Kuantitas Merokok
Responden
Tidak Count 17 15 32
Expected Count 16.0 16.0 32.0
% within
Hipertensi 77.3% 68.2% 72.7%
>20 batang Count 5 7 12
Expected Count 6.0 6.0 12.0
% within
Hipertensi 22.7% 31.8% 27.3%
Total Count 22 22 44
Expected Count 22.0 22.0 44.0
% within
Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
76
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Aktivitas fisik *
Hipertensi 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
Aktivitas fisik * Hipertensi Crosstabulation
Hipertensi
Total Kontrol Kasus
Aktivitas fisik Berat Count 17 8 25
Expected Count 12.5 12.5 25.0
% within Hipertensi 77.3% 36.4% 56.8%
Ringan Count 5 14 19
Expected Count 9.5 9.5 19.0
% within Hipertensi 22.7% 63.6% 43.2%
Total Count 22 22 44
Expected Count 22.0 22.0 44.0
% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
2. ANALISIS BIVARIAT
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Asupan Natrium *
Hipertensi 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
77
Asupan Natrium * Hipertensi Crosstabulation
Hipertensi
Total Kontrol Kasus
Asupan Natrium Rendah Count 13 3 16
Expected Count 8.0 8.0 16.0
% within Hipertensi 59.1% 13.6% 36.4%
Tinggi Count 9 19 28
Expected Count 14.0 14.0 28.0
% within Hipertensi 40.9% 86.4% 63.6 %
Total Count 22 22 44
Expected Count 22.0 22.0 44.0
% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 9.821a 1 .002
Continuity Correctionb 7.955 1 .005
Likelihood Ratio 10.390 1 .001
Fisher's Exact Test .004 .002
Linear-by-Linear
Association 9.598 1 .002
N of Valid Casesb 44
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
78
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Konsumsi
natrium (Rendah / Tinggi) 9.148 2.072 40.386
For cohort Hipertensi =
Kontrol 2.528 1.405 4.548
For cohort Hipertensi =
Kasus .276 .097 .791
N of Valid Cases 44
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Konsumsi lemak *
Hipertensi 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
Konsumsi lemak * Hipertensi Crosstabulation
Hipertensi
Total Kontrol Kasus
Konsumsi lemak Rendah Count 13 5 18
Expected Count 9.0 9.0 18.0
% within Hipertensi 59.1% 22.7% 40.9%
Tinggi Count 9 17 26
Expected Count 13.0 13.0 26.0
% within Hipertensi 40.9% 77.3% 59.1%
Total Count 22 22 44
Expected Count 22.0 22.0 44.0
% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
79
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6.017a 1 .014
Continuity Correctionb 4.607 1 .032
Likelihood Ratio 6.185 1 .013
Fisher's Exact Test .031 .015
Linear-by-Linear Association 5.880 1 .015
N of Valid Casesb 44
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Konsumsi
lemak (Rendah / Tinggi) 4.911 1.325 18.205
For cohort Hipertensi =
Kontrol 2.086 1.144 3.805
For cohort Hipertensi =
Kasus .425 .192 .941
N of Valid Cases 44
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Merokok * Hipertensi 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
Merokok * Hipertensi Crosstabulation
Hipertensi
Total Kontrol Kasus
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
80
Merokok Ringan Count 17 15 32
Expected Count 16.0 16.0 32.0
% within Hipertensi 77.3% 68.2% 72.7%
Berat Count 5 7 12
Expected Count 6.0 6.0 12.0
% within Hipertensi 22.7% 31.8% 27.3%
Total Count 22 22 44
Expected Count 22.0 22.0 44.0
% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .458a 1 .498
Continuity Correctionb .115 1 .735
Likelihood Ratio .460 1 .498
Fisher's Exact Test .736 .368
Linear-by-Linear Association .448 1 .503
N of Valid Casesb 44
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Merokok
(Ringan / Berat) 1.587 .415 6.068
For cohort Hipertensi =
Kontrol 1.275 .606 2.684
For cohort Hipertensi =
Kasus .804 .439 1.470
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
81
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Merokok
(Ringan / Berat) 1.587 .415 6.068
For cohort Hipertensi =
Kontrol 1.275 .606 2.684
For cohort Hipertensi =
Kasus .804 .439 1.470
N of Valid Cases 44
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Aktivitas fisik * Hipertensi 44 100.0% 0 .0% 44 100.0%
Aktivitas fisik * Hipertensi Crosstabulation
Hipertensi
Total Kontrol Kasus
Aktivitas fisik Berat Count 17 8 25
Expected Count 12.5 12.5 25.0
% within Hipertensi 77.3% 36.4% 56.8%
Ringan Count 5 14 19
Expected Count 9.5 9.5 19.0
% within Hipertensi 22.7% 63.6% 43.2%
Total Count 22 22 44
Expected Count 22.0 22.0 44.0
% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
82
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 7.503a 1 .006
Continuity Correctionb 5.928 1 .015
Likelihood Ratio 7.753 1 .005
Fisher's Exact Test .014 .007
Linear-by-Linear Association 7.333 1 .007
N of Valid Casesb 44
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Aktivitas fisik
(Berat / Ringan) 5.950 1.586 22.328
For cohort Hipertensi =
Kontrol 2.584 1.162 5.745
For cohort Hipertensi =
Kasus .434 .231 .817
N of Valid Cases 44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
83
Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Penelitian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
84
Lampiran 6. Surat Balasan Ijin Penelitian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
85
Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Penelitian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Puskesmas Karo
Pematangsiantang
Gambar 2. Pemeriksaan tekanan
darah yang dibantu oleh perawat
Gambar 3. Menandatangani surat
persetujuan ijin wawancara
Gambar 4. Melakukan wawancara
kepada penderita hiperten
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Top Related