101
HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN PENGETAHUAN SISWA
SISWI KELAS X DAN XI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
DI SMA AL-ISLAH KOTA CILEGON
TAHUN 2017
Tety Rostiyati, Dwi Nur Indah Sari
Akademi Kebidanan `Aisyiyah Banten
ABSTRAK Latar Belakang : Permasalahan kesehatan reproduksi remaja adalah seksualitas, HIV/AIDS
dan Napza. Periode tahun 2007 sampai 2012 terjadi peningkatan kasus remaja hubungan
seksual pranikah sebanyak 2,3%. Studi pendahuluan di SMA Al-Islah Cilgon tahun 2017
menunjukkan dari 10 siswa, diantaranya 80% siswa pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi kurang dan 20% siswa memiliki pengetahuan cukup. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan antara jenis kelamin, sumber informasi, pendidikan terakhir ibu dan
peran orangtua dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja di SMA Al-Islah
Kota Cilegon tahun 2017. Metode Penelitian survei analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian
ini 103 siswa-siswi kelas X dan XI SMA Al-Islah Cilegon, sampelnya yaitu total populasi
sebanyak 103 responden. Tehnik pengambilan data menggunakan lembar angket. Hasil penelitian : analisis univariat menunjukan responden berpengetahuan kurang (38,8%),
jenis kelamin laki-laki (28,2%), sumber informasi kurang (66%), pendidikan terakhir ibu
rendah (43,7%) dan peran orangtua kurang (34%). Adapun analisis bivariat dengan uji
statistik chi square pada α = 0,05 diperoleh tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis
kelamin (P=0,314) dan hubungan bermakna antara sumber informasi (P=0,000), pendidikan
terakhir ibu (P=0,000) dan peran orangtua (P=0,000) dengan pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi remaja. Saran : Pihak sekolah untuk mengadakan program konseling kesehatan reproduksi remaja
bekerjasama dengan petugas kesehatan dan melatih konselor sebaya dalam PIK-R untuk
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja.
102
Kata kunci : Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja, Jenis kelamin, Sumber informasi,
Pendidikan terakhir ibu, Peran orangtua
Kepustakaan : 37 (2007 – 2016), Buku :20, Jurnal : 10, Website : 7 PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa kritis
di mana terjadi perubahan fisik secara cepat
yang tidak seimbang dengan perubahan
mental emosional karena sebagai masa
peralihan dari anak menuju dewasa yang
berjalan antara umur 12 tahun sampai 21
tahun. Usia remaja merupakan usia yang
paling rawan mengalami masalah kesehatan
reproduksi seperti kehamilan usia dini,
aborsi yang tidak aman, infeksi menular
seksual (IMS) termasuk Human
Immunodeficiency Virus (HIV), pelecehan
seksual dan perkosaan. Dengan adanya
pendidikan, diharapkan masalah-masalah
tersebut dapat dicegah. Permasalahan
kesehatan reproduksi remaja di Indonesia
merupakan agenda kelima SDG‟s yaitu
mencapai kesetaraan gender dan
memberdayakan semua perempuan dan
anak perempuan. Untuk mencapai
kesetaraan gender tersebut, salah satu aspek
yang masih perlu mendapat perhatian
adalah aspek kesehatan, antara lain
kesehatan reproduksi (Bappenas, 2016).
Masalah yang menonjol dikalangan
remaja yaitu seputar Tiga Permasalahan
Kesehatan Reproduksi Remaja (TRIAD
KRR) yakni seksualitas, HIV/AIDS serta
Napza.
Permasalahan seksualitas terjadi
karena rendahnya pengetahuan remaja
tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
(BKKBN, 2012).
Berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia tahun 2012, Kasus
yang berhubungan dengan kesehatan
reproduksi di Indonesia masih tinggi.
Diantaranya adalah terjadi peningkatan
angka remaja yang pernah melakukan
hubungan seksual pranikah selama periode
tahun 2007 sampai 2012 yaitu sebanyak
2,3%. Pada tahun 2007 hanya sekitar 7%
atau sekitar 3 juta remaja dan tahun 2012
sekitar 9,3% atau sekitar 3,7 juta remaja
yang menyatakan pernah melakukan
hubungan seksual pranikah (BPS, 2013).
Perilaku seks bebas di kalangan
remaja berdampak pada kasus penularan
penyakit kelamin seperti trikomoniasis,
klamidia, sifilis atau gonorrhoe dan
HIV/AIDS yang cenderung berkembang di
Indonesia. Kasus HIV/AIDS tahun 2014
sebesar 65.790 kasus, menurut kelompok
umur menunjukan bahwa sebagian kasus
HIV/AIDS terdapat pada usia remaja (15-
19 tahun) sebesar 3,1% dan 32,9% pada
103
kelompok umur 20-29 tahun. HIV/AIDS
ditularkan melalui beberapa cara penularan
yaitu hubungan seksual lawan jenis
(heteroseksual) sebesar 81,3%, hubungan
sejenis (homoseksual/ biseksual) sebesar
6,1%, penularan dari ibu ke anak sebesar
3,5%, penggunaan alat suntik sebesar 3,3%,
transfusi darah sebesar 0,2%, lain-lain
sebesar 0,8% dan tidak diketahui sebesar
4,8% (Ditjen PP dan PL, Kemenkes RI,
2015).
Berdasarkan data Badan Narkotika
Nasional Provinsi Banten (2015) pengguna
narkoba sebanyak Pengguna Narkoba
sebanyak 190.110 orang, Kota Cilegon
merupakan peringkat ke empat dalam kasus
penyalahgunaan NAPZA yaitu sebanyak
1226 pengguna narkoba. Di Provinsi
Banten tahun 2015, jumlah kasus HIV /
AIDS sebanyak 548 orang dan kasus IMS
sebanyak 9.187 orang, Kota Cilegon
menempati urutan ke empat dalam kasus
HIV/AIDS yaitu 56 orang dan kasus IMS
sebanyak 645 orang. Selain itu Badan
Keluarga Berencana Pemberdayaan
Perempuan (BKBPP) Kota Cilegon
mencatat kasus seks bebas di bawah 18
tahun yang menimbulkan kehamilan diluar
nikah sebanyak 238 siswa.
Salah satu penyebab permasalahan
diatas akibat pengetahuan remaja mengenai
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)
masih kurang dan tidak tepat. Hal ini
didukung oleh hasil penelitian Rosdarni et
al., (2014) yang menyatakan bahwa
rendahnya pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi, IMS dan HIV/AIDS,
remaja yang bersikap permisif, dan
rendahnya komunikasi antara orang tua dan
remaja beresiko untuk melakukan
hubungan seksual pranikah. Dengan
demikian diperlukan adanya pendidikan
kesehatan sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
perilaku positif
remaja tentang kesehatan reproduksi
remaja.
Pemberian pendidikan seksual dan
kesehatan reproduksi pada remaja sangat
penting, namun hal ini masih sering
dianggap tabu oleh anggota keluarga
terutama orangtua. Dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Umaroh et al., (2015)
dengan jumlah sampel 19.882 responden,
menunjukkan bahwa peranan orang tua
responden yang tidak baik, cenderung akan
melakukan perilaku seksual pranikah
sebanyak 7.021 responden (70,4%).
Remaja laki-laki dan perempuan
tentunya tidak sama dalam menyikapi
masalah kesehatan reproduksi, sehingga
berpengaruh juga terhadap penerimaan
informasi mengenai kesehatan reproduksi.
Diharapkan remaja lebih bertanggung
jawab pada dirinya sendiri dan lingkungan
sekitarnya. Hal ini didukung oleh penelitian
Wahyuni (2012) yang menyatakan bahwa
sumber informasi dapat mempengaruhi
104
tingkat pengetahuan remaja, bila remaja
mendapat informasi yang diperoleh dari
berbagai sumber maka remaja cenderung
memiliki pengetahuan yang lebih luas.
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan di SMA Negeri 1 Cilegon pada
bulan Maret 2017 didapatkan data jumlah
siswa kelas X dan XI sebanyak 440 orang
dan didapatkan hasil wawancara dari 10
orang ternyata hanya 40% (satu siswa dan
tiga siswi) yang mengetahui sepenuhnya
tentang kesehatan reproduksi remaja,
seperti organ reproduksi laki-laki dan
perempuan, kehamilan, perawatan
kebersihan diri, risiko reproduksi, dan
kekerasan seksual sedangkan 60% lainnya
(empat siswa dan dua siswi) pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi masih kurang.
Studi pendahuluan pun dilakukan di SMA
Al-Islah Cilegon pada bulan Maret 2017
didapatkan data jumlah siswa kelas X dan
XI sebanyak 103 orang dengan melakukan
wawancara terhadap 10 siswa tentang
kesehatan reproduksi. Hasil yang diperoleh
diantaranya 80% (tiga siswa dan lima
siswi) pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi masih kurang dan 20% (satu
siswa dan satu siswi) lainnya sudah cukup
memiliki pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi.
Berdasarkan uraian latar belakang
tersebut, dalam penelitian ini penulis
tertarik untuk mengetahui “Hubungan
karakteristik remaja dengan pengetahuan
siswa siswi kelas X dan XI tentang
kesehatan reproduksi remaja di SMA Al-
Islah Kota Cilegon tahun 2017”. Tujuan
penelitian ini adalah Untuk mengetahui
hubungan karakteristik remaja dengan
pengetahuan siswa siswi kelas X dan XI
tentang kesehatan reproduksi remaja di
SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah desain studi Cross
Sectional . Hal ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan karakteristik remaja
dengan pengetahuan siswa siswi kelas X
dan XI tentang kesehatan reproduksi
remaja di SMA Al-Islah Kota
Cilegon tahun 2017. Populasi pada
penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X
dan XI di SMA Al-Islah Kota Cilegon
Tahun 2017 yang berjumlah 103 orang.
Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan total populasi
yaitu dengan cara mengambil semua
populasi yang ada untuk dijadikan sampel.
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Analisa Univariat
Hasil penelitian ini secara umum
menjawab pertanyaan yang tertera pada
tujuan karya tulis ini yaitu mengetahui
hubungan karakteristik remaja dengan
pengetahuan siswa siswi kelas X dan XI
105
tentang kesehatan reproduksi remaja di
SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017,
dengan jumlah responden sebanyak 103
orang yang dilakukan pada tanggal 27 Juli
2017. Setelah dilakukan uji statistik
univariat dan bivariat diperoleh hasil
sebagai berikut :
a. Tingkat Pengetahuan
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Siswa-Siswi Kelas
X dan XI Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan
Reproduksi Remaja di SMA Al-Islah Kota Cilegon Tahun 2017
No Pengetahuan F % 1. Kurang 40 38.8 2. Baik 63 61.2
Jumlah 103 100
Dari tabel 4.1 menunjukkan masih
ditemukannya siswa-siswi kelas X dan XI
di SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017
memiliki pengetahuan kurang sebanyak 40
orang (38,8%).Jenis Kelamin
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Siswa-Siswi Kelas X dan XI Berdasarkan Jenis
Kelamin di SMA Al-Islah Kota Cilegon Tahun 2017
No Jenis Kelamin F % 1. Laki-laki 29 28,2 2. Perempuan 74 71,8
Jumlah 103 100
Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa
masih ditemukannya siswa-siswi kelas X
dan XI di SMA Al-Islah Kota Cilegon
tahun 2017 memiliki jenis kelamin laki-laki
sebanyak 29 orang (28,2%).
b. Sumber Informasi
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Siswa-Siswi Kelas
X dan XI Berdasarkan Sumber Informasi di SMA Al-Islah Kota
Cilegon Tahun 2017
No Sumber Informasi F % 1. Kurang 68 66 2. Cukup 35 34
Jumlah 103 100
Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa
sebagian besar siswa-siswi kelas X dan XI
di SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017
memiliki sumber informasi kurang
sebanyak 68 orang (66%).
c. Pendidikan Terakhir Ibu
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Siswa-Siswi Kelas
X dan XI Berdasarkan Pendidikan Terakhir Ibu di SMA Al-Islah Kota
Cilegon tahun 2017
No Pendidikan Terakhir Ibu F %
1. Rendah 45 43,7 2. Tinggi 58 56,3
Jumlah 103 100
Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa
hampir setengahnya pendidikan terakhir ibu
siswa-siswi kelas X dan XI di SMA Al-
Islah Kota Cilegon tahun 2017 memiliki
pendidikan rendah sebanyak 45 orang
(43,7%).
106
d. Peran Orangtua
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Siswa-Siswi Kelas X dan XI Berdasarkan Peran Orangtua
di SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017
Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa
masih ditemukannya siswa-siswi kelas X
dan XI di SMA Al-Islah Kota Cilegon
tahun 2017 memiliki peran orangtua yang
kurang sebanyak 35 orang (34%).
No Peran Orangtua
F %
1. Kurang 35 34 2. Baik 68 66
Jumlah 103 100
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Antar Jenis Kelamin dengan Pengetahuan Tentang Kesehatan
Reproduksi Remaja
Tabel 4.6 Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja Siswa Siswi Kelas X dan XI di SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017
No
Jenis
Kelamin
Pengetahuan
P Value
Kurang Baik Total F % F % F %
1 Laki-laki 14 48,3 15 51,7 29 100
0,314 2 Perempuan 26 35,1 48 64,9 74 100
Jumlah 40 38,8 63 61,2 103 100
Pada tabel 4.6 menunjukkan analisis
hubungan antara jenis kelamin dengan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
remaja siswa-siswi kelas X dan XI di SMA
Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017
didapatkan bahwa siswa berjenis kelamin
laki-laki yang memiliki pengetahuan
kurang sebanyak 14 orang (48,3%)
proporsinya lebih besar dari pada siswa
berjenis kelamin perempuan sebanyak 26
orang (35,1%).
Hasil uji statistik Chi-square α = 0.05
didapatkan nilai P sebesar 0,314 (P > α)
yang menunjukan Ho diterima berarti
secara statistik tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara jenis kelamin dengan
pengetahuan siswa-siswi kelas X dan XI
tentang kesehatan reproduksi remaja di
SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017.
107
b. Hubungan Antara Sumber Informasi dengan Pengetahuan Tentang Kesehatan
Reproduksi Remaja
Tabel 4.7 Hubungan Antara Sumber Informasi dengan Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Siswa Siswi Kelas X dan XI di SMA Al-Islah Kota Cilegon
tahun 2017
No Sumber
Informasi
Pengetahuan P
Value OR
CI 95% Kurang Baik Total F % F % F %
1 Kurang 37 54,4 31 45,6 68 100 0.000
12,731
2 Cukup 3 8,6 32 91,4 35 100 Jumlah 40 38,8 63 61,2 103 100
Pada tabel 4.7 menunjukkan analisis
hubungan antara sumber informasi dengan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
remaja siswa-siswi kelas X dan XI di SMA
Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017
didapatkan bahwa siswa dengan sumber
informasi kurang yang memiliki
pengetahuan kurang sebanyak 37 orang
(54,4%) proporsinya lebih besar dari pada
siswa dengan sumber informasi cukup
sebanyak 3 orang (8,6%).
Hasil uji statistik Chi-square α =
0.05 didapatkan nilai P sebesar 0,000 (P
≤ α) yang menunjukan Ho ditolak berarti
secara statistik terdapat hubungan yang
bermakna antara sumber informasi dengan
pengetahuan siswa-siswi kelas X dan XI
tentang kesehatan reproduksi remaja di
SMA Al-Islah Cilegon tahun 2017. Nilai
OR = 12,731 artinya responden yang
mendapat sumber informasi kurang
berpeluang 13 kali lebih besar memiliki
pengetahuan kurang tentang kesehatan
reproduksi remaja dibandingkan dengan
responden yang mendapat sumber
informasi cukup.
c. Hubungan Antara Pendidikan Terakhir Ibu dengan Pengetahuan Tentang
Kesehatan Reproduksi Remaja
Tabel 4.8 Hubungan Antara Pendidikan Terakhir Ibu dengan Pengetahuan Tentang Kesehatan
Reproduksi Remaja Siswa Siswi Kelas X dan XI di SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017
No Pendidikan Terakhir Ibu
Pengetahuan P
Value OR
CI 95% Kurang Baik Total F % F % F %
1 Rendah 34 75,6 11 24,4 45 100 0.000
26,788
2 Tinggi 6 10,3 52 89,7 58 100 Jumlah 40 38,8 63 61,2 103 100
108
Pada tabel 4.8 menunjukkan analisis
hubungan antara pendidikan terakhir ibu
dengan pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi remaja siswa-siswi kelas X dan
XI di SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun
2017 didapatkan bahwa siswa dengan ibu
berpendidikan rendah memiliki
pengetahuan kurang sebanyak 34 (75,6%)
proporsinya lebih besar dari pada siswa
dengan ibu berpendidikan tinggi sebanyak
6 orang (10,3%).
Hasil uji statistik Chi-square α = 0.05
didapatkan nilai P sebesar 0,000 (P ≤ α)
yang menunjukan Ho ditolak berarti secara
statistik terdapat hubungan yang bermakna
antara pendidikan terakhir ibu dengan
pengetahuan siswa-siswi kelas X dan XI
tentang kesehatan reproduksi remaja di
SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017.
Nilai OR = 26,788 artinya responden
yang memiliki ibu dengan pendidikan
rendah berpeluang 27 kali lebih besar
memiliki pengetahuan kurang tentang
kesehatan reproduksi remaja dibandingkan
dengan ibu dengan pendidikan tinggi.
d. Hubungan Antara Peran Orangtua dengan Pengetahuan Tentang Kesehatan
Reproduksi Remaja
Tabel 4.9 Hubungan Antara Peran Orangtua dengan Pengetahuan Tentang Kesehatan
Reproduksi Remaja Siswa Siswi Kelas X dan XI di SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017
No
Peran
Orangtua
Pengetahuan P
Value
OR
CI 95% Kurang Baik Total F % F % F %
1 Kurang 26 74,3 4 25,7 35 100
0.000
11,143 2 Baik 14 20,6 55 79,4 68 100
Jumlah 40 38,8 63 61,2 103 100
Pada tabel 4.9 menunjukkan analisis
hubungan antara peran orangtua dengan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
remaja siswa-siswi kelas X dan XI di SMA
Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017
didapatkan bahwa siswa dengan peran
orangtua kurang memiliki pengetahuan
kurang sebanyak 26 orang (74,3%)
proporsinya lebih besar dari pada siswa
dengan peran orangtua baik sebanyak 14
orang (20,6%).
109
Hasil uji statistik Chi-square α =
0.05 didapatkan nilai P sebesar 0,000 (P
≤ α) yang menunjukan Ho ditolak berarti
secara statistik terdapat hubungan yang
bermakna antara peran orangtua dengan
pengetahuan siswa-siswi kelas X dan XI
tentang kesehatan reproduksi remaja di
SMA Al-Islah Cilegon tahun 2017. Nilai
OR = 11,143 artinya responden dengan
peran orangtua yang kurang berpeluang 11
kali lebih besar memiliki pengetahuan
kurang tentang kesehatan reproduksi
remaja dibandingkan dengan peran
orangtua yang baik
PEMBAHASAN
Setelah peneliti mendapatkan hasil
penelitian dan melalui analisis univariat
dan bivariat, maka peneliti menjabarkan
pembahasan yang mengacu pada tujuan
dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Pengetahuan Tentang Kesehatan
Reproduksi Remaja Pada Siswa Siswi
Kelas X dan XI di SMA Al-Islah Kota
Cilegon tahun 2017
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa masih ditemukan
siswa-siswi kelas X dan XI di SMA Al-
Islah Kota Cilegon tahun 2017 memiliki
pengetahuan kurang sebanyak 40 (38,8%).
Berdasarkan data tersebut dapat dijelaskan
bahwa masih ada responden yang belum
memiliki pengetahuan yang baik mengenai
kesehatan reproduksi. Hal ini dikarenakan
sumber informasi yang masih kurang
sebanyak 66 %, pendidikan terakhir ibu
masih rendah (SMP/SD/Tidak sekolah)
sebanyak 43,7% dan peran orangtua yang
kurang sebanyak 34%.
Hal ini didukung oleh teori
Notoatmodjo (2010) bahwa sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui
pendidikan, pengalaman pribadi maupun
orang lain dan lingkungan sekitarnya,
sehingga mempengaruhi terbentuknya
perilaku seseorang. Perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih lama dianut
oleh seseorang dibandingkan dengan
perilaku yang tidak didasari pengetahuan.
Hal ini sejalan dengan penelitian
Irawan (2015) bahwa gambaran
pengetahuan responden tentang kesehatan
reproduksi adalah 11.5% kurang, 81.3%
sedang, dan 7.3% baik. Dari hasil tersebut
menunjukan bahwa masih banyak
responden belum memiliki pengetahuan
yang baik mengenai kesehatan reproduksi.
Berdasarkan analisa peneliti,
pengetahuan yang kurang paling banyak
pada pertanyaan tentang konsepsi dan
kehamilan. Kurangnya pengetahuan tentang
konsepsi dan kehamilan dapat beresiko
untuk terjadinya kehamilan pada usia
remaja. Kehamilan yang disebabkan karena
pernikahan maupun akibat pergaulan bebas,
yang jika dialami oleh remaja maka akan
memberikan dampak dan pengaruh yang
110
besar terhadap fisik, mental, sosial dan
ekonomi.
Menurut peneliti sumber informasi
memberikan pengaruh terhadap
pengetahuan seseorang, akses informasi
yang benar sangat terbatas baik dari
sekolah, media massa maupun orangtua.
Remaja yang memiliki keingintahuan yang
besar terhadap berbagai hal terutama yang
berhubungan dengan masalah pribadi
biasanya diakses responden melalui
internet, yang bisa saja informasi yang
tersedia tidak berasal dari sumber yang
tepat. Jika responden memperoleh
pengetahuan dari sumber informasi yang
terpercaya kebenaran dan berasal dari
sumber yang aktual maka pengetahuan
responden akan semakin baik.
Menurut peneliti, pendidikan ibu
sangat mempengaruhi pengetahuan
responden disebabkan anak biasanya butuh
informasi mengenai hal yang dibutuhkan
terutama masalah yang sifatnya privasi dari
orangtua. Namun kadangkala informasi
yang diberikan orangtua sangat terbatas
disebabkan oleh keterbatasan pendidikan
dan membicarakan masalah kesehatan
reproduksi yang masih dianggap tabu.
Dalam hal ini peneliti mengharapkan
remaja Untuk meningkatkan pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi, kepada pihak
sekolah meningkatkan kualitas
penyampaian, informasi terkait kesehatan
reproduksi remaja serta membuka forum
diskusi terkait hal tersebut sehingga dapat
diperoleh pendapat, komentar ataupun
permasalahan yang kemungkinan dialami
oleh remaja. Bagi Profesi bidan dapat
meningkatkan perannya dalam memberikan
pendidikan kesehatan dan konseling untuk
memberikan pemahaman mengenai
kesehatan reproduksi remaja dalam
kegiatan Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR).
2. Hubungan Antara Jenis Kelamin
dengan Pengetahuan Tentang
Kesehatan Reproduksi Remaja Pada
Siswa Siswi Kelas X dan XI di SMA
Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan analisis hubungan antara
jenis kelamin dengan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi remaja siswa-siswi
kelas X dan XI di SMA Al-Islah Kota
Cilegon tahun 2017 didapatkan bahwa
siswa berjenis kelamin laki-laki yang
memiliki pengetahuan kurang sebanyak 14
orang (48,3%) proporsinya lebih besar dari
pada siswa berjenis kelamin perempuan
sebanyak 26 orang (35,1%).
Hasil uji statistik Chi-square α = 0.05
didapatkan nilai P sebesar 0,314 (P > α)
yang menunjukan Ho diterima berarti
secara statistik tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara jenis kelamin dengan
pengetahuan siswa-siswi kelas X dan XI
111
tentang kesehatan reproduksi remaja di
SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017.
Hal ini tidak sejalan dengan teori
Subakti (2011) bahwa konsep jenis kelamin
digunakan untuk membedakan laki-laki dan
perempuan berdasarkan unsur biologis dan
anatomi tubuh. Beberapa orang
beranggapan bahwa pengetahuan seseorang
dipengaruhi oleh jenis kelaminnya. Dan hal
ini sudah tertanam sejak zaman penjajahan.
Namun hal itu di zaman sekarang ini sudah
terbantahkan karena apapun jenis kelamin
seseorang, bila dia masih produktif,
berpendidikan, atau berpengalaman maka
ia akan cenderung mempunyai tingkat
pengetahuan yang tinggi.
Hal ini tidak didukung oleh penelitian
Wisdyana (2013) laki-laki biasanya lebih
merasakan penasaran terhadap informasi
mengenai kesehatan reproduksi sehingga
pengetahuan yang diperoleh lebih banyak,
sedangkan perempuan lebih merasa takut
dan malu dalam membahas masalah
kesehatan reproduksi.
Hal ini juga tidak didukung oleh
penelitian oleh wahyuni (2012)
menunjukkan adanya hubungan antara jenis
kelamin dengan pengetahuan dimana nilai
P = 0,01. Setiap remaja yang berjenis
kelamin berbeda juga memiliki
pengetahuan yang berbeda tentang Penyakit
Menular Seksual.
Menurut peneliti, hubungan tidak
bermakna antara jenis kelamin dengan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
remaja bisa dikarenakan jumlah responden
perempuan dalam setiap kelas lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah responden
laki-laki. Pada penelitian ini proporsi
reponden laki-laki sebanyak 29 orang
(28,2%) sedangkan responden perempuan
sebanyak 74 (71,8%). Tingkat pengetahuan
kesehatan reproduksi remaja berdasarkan
jenis kelamin antara laki-laki dan
perempuan dapat menggambarkan bahwa
sebenarnya saat ini perempuan punya akses
yang sama dengan laki-laki dalam
mendapatkan informasi yang dibutuhkan
tentang kesehatan reproduksi.
Menurut peneliti, pengetahuan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya pengalaman, tingkat
pendidikan, fasilitas dan keyakinan.
Remaja laki-laki dan perempuan tentunya
tidak sama dalam menyikapi masalah
kesehatan reproduksi, sehingga
berpengaruh juga terhadap penerimaan
informasi mengenai kesehatan reproduksi.
Selain itu, faktor keyakinan, baik pada
remaja laki-laki maupun perempuan sangat
berbeda. Contohnya, perempuan berisiko
hamil jika melakukan seks bebas. Hal ini
membuat keyakinan perempuan sangat kuat
dalam menjaga kesehatan reproduksinya
dibandingkan laki-laki. Selain itu, laki-laki
biasanya lebih merasakan penasaran
terhadap informasi mengenai kesehatan
reproduksi, sedangkan perempuan lebih
112
merasa takut dan malu dalam membahas
masalah kesehatan reproduksi. Hal tersebut
dapat mempengaruhi pengetahuan
kesehatan reproduksi remaja pada laki-laki
dan perempuan.
3. Hubungan Antara Sumber Informasi
dengan Pengetahuan Tentang
Kesehatan Reproduksi Remaja Pada
Siswa Siswi Kelas X dan XI di SMA
Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan analisis hubungan antara
pendidikan terakhir ibu dengan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
remaja siswa-siswi kelas X dan XI di SMA
Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017
didapatkan bahwa siswa dengan ibu
berpendidikan rendah memiliki
pengetahuan kurang sebanyak 34 (75,6%)
proporsinya lebih besar dari pada siswa
dengan ibu berpendidikan tinggi sebanyak
6 orang (10,3%).
Hasil uji statistik Chi-square α = 0.05
didapatkan nilai P sebesar 0,000 (P ≤ α)
yang menunjukan Ho ditolak berarti secara
statistik terdapat hubungan yang bermakna
antara sumber informasi dengan
pengetahuan siswa-siswi kelas X dan XI
tentang kesehatan reproduksi remaja di
SMA Al- Islah Kota Cilegon tahun 2017.
Hal ini didukung oleh teori
Notoatmodjo (2010) bahwa sumber
informasi merupakan informasi yang
diperoleh dari berbagai sumber yang akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang. Bila seseorang banyak
memperolah informasi maka ia cenderung
mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
Hal ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Wahyuni
(2012) menunjukkan bahwa ada hubungan
antara antara sumber informasi dengan
pengetahuan remaja tentang Penyakit
menular seksual dengan nilai P= 0,00
(P>0,05). Media massa merupakan
sumber informasi terbanyak yang dipilih
oleh responden yaitu 137 orang (76,7%)
berpengetahuan tinggi, sedangkan teman
merupakan pemberi informasi terendah
dimana hanya 37 (12,8%) orang
berpengetahuan tinggi.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian
Bulahari, Korah dan Lontaan (2015)
menunjukan bahwa ada hubungan antara
faktor informasi dengan pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi (p
value = 0,024). Dalam penelitian ini dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden
berpengetahuan baik mendapat informasi
yang baik (71,33%).
Menurut peneliti, masih banyak siswa
yang memiliki sumber informasi yang
kurang. Siswa-siswi memperoleh informasi
tentang kesehatan reproduksi lebih banyak
dari internet dan temannya. Remaja
seringkali memperoleh informasi yang
113
tidak akurat mengenai kesehatan reproduksi
dari teman-teman mereka, bukan dari
petugas kesehatan, guru atau orangtua.
Teman-teman yang tidak baik berpengaruh
terhadap munculnya permasalahan
kesehatan reproduksi remaja seperti seks
bebas, penyakit menular seksual dan
NAPZA. Sehingga informasi yang baik dan
akurat diperlukan oleh remaja untuk
menghindari pengaruh buruk yang dapat
menimbulkan perilaku seksual yang
menyimpang.
Dalam penelitian ini ada banyak
remaja yang mendapatkan informasi
kesehatan reproduksi dari internet karena
internet merupakan media yang
menyediakan informasi secara bebas tanpa
batas walaupun informasi ada yang positif
dan negatif. Banyak media yang
mengungkap secara fulgar (bebas)
kehidupan seks atau gambar-gambar yang
belum sesuai untuk remaja yang dapat
memberikan dampak yang kurang baik bagi
mereka. Karena pada saat usia remaja
terjadi perubahan psikologis yang
mengakibatkan perubahan sikap dan
tingkah laku. Seperti mulai memperhatikan
penampilan diri, mulai tertarik dengan
lawan jenis, berusaha menarik perhatian
dan muncul perasaan cinta yang kemudian
akan timbul dorongan seksual.
Menurut peneliti, peran orang
terdekat sangat berpengaruh terhadap
informasi yang diberikan dalam
menentukan sikap atau keputusan bertindak
terutama orang tua dan guru yang memiliki
pengetahuan yang lebih dibandingkan
siswa. Hal tersebut berarti sumber
informasi mempengaruhi pengetahuan
siswa tentang kesehatan reproduksi remaja.
Semakin seringnya orang tua, guru, teman,
tenaga kesehatan memberikan informasi
tentang kesehatan reproduksi remaja maka
semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan
yang diperoleh semakin membaik.
Dalam hal ini peneliti sebagai tenaga
kesehatan mengharapkan para siswa-siswi
mendapat informasi yang tepat tanpa salah
paham agar lebih selektif kembali dari
mana informasi tersebut diperoleh, maka
diupayakan memperoleh informasi dari
sumber yang kompeten dibidangnya salah
satunya yakni guru biologi disekolah. Salah
satu cara yang dapat dilakukan tenaga
kesehatan yaitu bekerja sama dengan pihak
sekolah guna melakukan penyuluhan
melalui kegiatan PIK-R dalam memberikan
informasi mengenai kesehatan reproduksi
remaja.
4. Hubungan Antara Pendidikan
Terakhir Ibu dengan Pengetahuan
Tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja Pada Siswa Siswi Kelas X dan
XI di SMA Al-Islah Kota Cilegon
tahun 2017
114
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan analisis hubungan antara
pendidikan terakhir ibu dengan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
remaja siswa-siswi kelas X dan XI di SMA
Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017
didapatkan bahwa siswa dengan ibu
berpendidikan rendah memiliki
pengetahuan kurang sebanyak 34 (75,6%).
Sedangkan siswa dengan ibu berpendidikan
tinggi memiliki pengetahuan kurang
sebanyak 6 orang (10,3%).
Hasil uji statistik Chi-square α = 0.05
didapatkan nilai P sebesar 0,000 (P ≤ α)
yang menunjukan Ho ditolak berarti secara
statistik terdapat hubungan yang bermakna
antara pendidikan terakhir ibu dengan
pengetahuan siswa-siswi kelas X dan XI
tentang kesehatan reproduksi remaja di
SMA Al- Islah Kota Cilegon tahun 2017.
Hal ini didukung oleh teori Mubarok
(2012), menjelaskan semakin tinggi tingkat
pendidikan ibu semakin mudah
mendapatkan informasi. Pendidikan
seorang ibu yang rendah memungkinkan ia
lambat dalam mengadopsi pengetahuan
baru, khususnya tentang hal – hal yang
berhubungan dengan kesehatan reproduksi
remaja.
Hal ini didukung juga oleh teori
BKKBN (2012) bahwa semakin tinggi
pendidikan orangtua semakin kaya
informasi dan pengetahuan yang bisa
diterapkan untuk remaja. Orangtua wajib
memberikan bimbingan dan arahan kepada
anak-anaknya. Orangtua perlu
menanamkan arti penting dari pendidikan
dan ilmu pengetahuan yang mereka
dapatkan di sekolah, di luar sekolah dan di
dalam keluarga.
Hal ini didukung juga oleh teori
Chandra (2009) Pendidikan yang dijalani
seorang ibu mempunyai pengaruh pada
peningkatan kemampuan berfikir, dengan
kata lain ibu yang berpendidikan lebih
tinggi dapat mengambil keputusan yang
lebih rasional, umumnya terbuka untuk
menerima perubahan atau hal baru
dibandingkan dengan ibu yang
berpendidikan lebih rendah.
Hal ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Febriani
(2014) menunjukkan nilai P = 0,00
(P>0,05) artinya terdapat hubungan yang
bermakna antara pendidikan terakhir ibu
dengan pengetahuan remaja tentang
penyakit menular seksual. Dari penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa
yang memiliki ibu dengan tingkat
pendidikan tinggi memiliki pengetahuan
yang tinggi dibandingkan dengan siswa
yang memiliki ibu dengan tingkat
pendidikan rendah.
Menurut peneliti, pengetahuan sangat
erat kaitannya dengan pendidikan dimana
diharapkan seseorang dengan pendidikan
tinggi, maka orang tersebut akan semakin
luas pula pengetahuannya. Namun perlu
115
ditekankan bahwa seorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh di
pendidikan formal, akan tetapi juga dapat
diperoleh pada pendidikan non formal.
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh berkaitan dengan sumber
informasi dan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi remaja menunjukkan
adanya kesesuaian antara teori dan hasil
penelitian sebelumnya. Menurut peneliti,
hal tersebut berarti pendidikan terakhir ibu
mempengaruhi pengetahuan siswa tentang
kesehatan reproduksi remaja, dimana pada
umumnya setiap anak akan lebih memilih
ibu dalam konsultasi tentang hal pribadi
termasuk masalah kesehatan reproduksi
remaja, maka semakin tinggi pendidikan
ibu akan lebih bagus pula informasi yang
didapat oleh anaknya karena remaja akan
mencari seseorang yang dianggapnya dekat
untuk bertanya mengenai hal-hal yang
belum ia fahami ataupun di alami, pada
umumnya remaja akan memilih ibu yang
dianggapnya bisa mengerti.
Adapun pendekatan yang dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam hal
ini yakni bidan adalah dapat memberikan
pendidikan kesehatan reproduksi remaja
melalui penyuluhan-penyuluhan dalam
setiap kegiatan yang diikuti oleh ibu-ibu
seperti, arisan, pengajian dan lain
sebagainya. Melalui penyuluhan ini
diharapkan para ibu dapat mendapatkan
informasi yang tepat mengenai kesehatan
reproduksi remaja, sehingga para ibu dapat
memberikan pendidikan awal kepada putra-
putrinya.
5. Hubungan Antara Peran Orangtua
dengan Pengetahuan Tentang
Kesehatan Reproduksi Remaja Pada
Siswa Siswi Kelas X dan XI di SMA
Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan analisis hubungan antara
peran orangtua dengan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi remaja siswa-siswi
kelas X dan XI di SMA Al-Islah Kota
Cilegon tahun 2017 didapatkan bahwa
siswa dengan peran orangtua kurang
memiliki pengetahuan kurang sebanyak 26
orang (74,3%) proporsinya lebih besar dari
pada siswa dengan peran orangtua baik
sebanyak 14 orang (20,6%).
Hasil uji statistik Chi-square α = 0.05
didapatkan nilai P sebesar 0,000 (P ≤ α)
yang menunjukan Ho ditolak berarti secara
statistik secara statistik terdapat hubungan
yang bermakna antara peran orangtua
dengan pengetahuan siswa-siswi kelas X
dan XI tentang kesehatan reproduksi
remaja di SMA Al- Islah Kota Cilegon
tahun 2017.
Hal ini didukung oleh teori Hurlock
(2009) bahwa peranan orang tua yang
kurang dalam memberikan informasi
116
kesehatan reproduksi dan seksualitas dapat
menyebabkan rendahnya pengetahuan anak
mengenai kesehatan reproduksi. Apabila
orang tua merasa memiliki pengetahuan
yang cukup mendalam tentang kesehatan
reproduksi, remaja lebih yakin dan tidak
merasa canggung untuk membicarakan
topik yang berhubungan dengan kesehatan
reproduksi.
Hal ini didukung juga oleh teori
Suryani (2008) bahwa peran orang tua
sangat besar pengaruhnya terhadap
remaja dalam memberikan alternative
jawabannya dari hal-hal yang muncul pada
saat remaja pubertas. Orang tua yang bijak
akan memberikan lebih dari satu jawaban
atau alternatif supaya remaja bisa berfikir
lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orang
tua yang kaku akan memberikan jawaban
yang tidak bijak membuat remaja bingung.
Hal ini didukung juga oleh teori
Santrock (2009) bahwa remaja dalam
keluarga yang bercerai lebih menunjukkan
penyesuaian dibandingkan dengan keluarga
remaja yang utuh dengan kehadiran orang
tuanya. Orang tua yang sibuk, kualitas
pengasuhan yang buruk, dan perceraian
orang tua, remaja dapat mengalami depresi,
kebingungan, dan ketidakmantapan emosi
yang menghambat mereka untuk tanggap
terhadap kebutuhan remaja sehingga remaja
dapat dengan mudah terjerumus pada
perilaku yang menyimpang karena
kurangnya pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi.
Hal ini sejalan dengan penelitian
Munandari (2012) bahwa ada hubungan
yang signifikan antara peran orang tua
dengan pengetahuan remaja putri tentang
perubahan masa pubertas (Pvalue = 0,042 <
0,05). Orangtua mempunyai peranan
penting dalam mengatur anak-anaknya ke
alam dewasa. Orangtua menjadi sumber
pertama mengenai kesehatan reproduksi
kepada remaja secara benar dan terpercaya.
Menurut Peneliti, peran orang tua dalam
memberikan informasi kesehatan
reproduksi masih kurang, kecilnya peranan
orang tua untuk memberikan informasi
kesehatan reproduksi dan seksualitas
disebabkan oleh rendahnya pengetahuan
orang tua mengenai kesehatan reproduksi
serta masih menganggap tabu
membicarakan tentang kesehatan
reproduksi. Hubungan orang tua yang
harmonis akan menumbuhkan kehidupan
emosional yang optimal terhadap
perkembangan kepribadian remaja dan
sebaliknya, orang tua yang sering
bertengkar akan menghambat komunikasi
dalam keluarga, dan remaja akan melarikan
diri dari keluarga. Keluarga yang tidak
lengkap misalnya karena perceraian,
kematian, dan keluarga dengan keadaan
ekonomi yang kurang, dapat
mempengaruhi perkembangan jiwa remaja.
117
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh berkaitan dengan peran orangtua
dan pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi remaja menunjukkan adanya
kesesuaian antara teori dan hasil penelitian
sebelumnya. peran antara orang tua dengan
remaja dikatakan berkualitas apabila kedua
belah pihak memiliki hubungan yang baik
dalam arti bisa saling memahami, saling
mengerti, saling mempercayai dan
menyayangi satu sama lain, sedangkan
komunikasi yang kurang berkualitas
mengindikasikan kurangnya perhatian,
pengertian, kepercayaan dan kasih sayang
di antara keduanya. Ketidaktahuan orang
tua tentang kesehatan reproduksi, atau tidak
mengerti konsep pendidikan seks, remaja
dapat mencari informasi di luar rumah yang
justru sering mengarahkan mereka pada
solusi yang menjerumuskan. Keluarga yang
mengabaikan pengawasan terhadap media
informasi, remaja dapat dengan mudah
meniru perilaku-perilaku yang
menyimpang. Peran orang tua sangat
diperlukan dalam memberikan informasi
dan bimbingan tentang kesehatan
reproduksi remaja kepada anak remajanya.
Dalam hal ini peneliti sebagai tenaga
kesehatan mengharapkan siswa- siswi
mampu menjalin komunikasi yang baik
dengan orangtuanya. Orangtua perlu
mengembangkan kepercayaan anak kepada
orangtua sehingga remaja lebih terbuka dan
mau bercerita kepada orangtuanya.
Harapannya orangtua tidak menganggap
seks merupakan hal yang tabu, dapat
memberikan pendidikan kesehatan
reproduksi dan memantau pergaulan anak
remajanya, sehingga tidak menyebabkan
perilaku yang tidak diharapkan.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan
yang dilakukan mengenai hubungan
karakteristik remaja dengan pengetahuan
siswa siswi kelas X dan XI tentang
kesehatan reproduksi remaja di SMA Al-
Islah Kota Cilegon tahun 2017, maka
peneliti dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Masih ditemukannya siswa-siswi kelas
X dan XI memiliki pengetahuan
kurang (38,8%) di SMA Al-Islah Kota
Cilegon tahun 2017.
2. Masih ditemukannya siswa-siswi kelas
X dan XI memiliki jenis kelamin laki-
laki (28,2%) di SMA Al-Islah Kota
Cilegon tahun 2017.
3. Sebagian besar siswa-siswi kelas X
dan XI memiliki sumber informasi
kurang (66%) di SMA Al-Islah Kota
Cilegon tahun 2017.
4. Hampir setengahnya siswa-siswi kelas
X dan XI memiliki ibu dengan
pendidikan rendah (43,7%) di SMA
Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017.
5. Masih ditemukannya siswa-siswi kelas
118
X dan XI memiliki peran orangtua
yang kurang (34%) di SMA Al-Islah
Kota Cilegon tahun 2017.
6. Tidak terdapat hubungan bermakna
antara jenis kelamin dengan
pengetahuan siswa-siswi kelas X dan
XI tentang kesehatan reproduksi
remaja di SMA Al-Islah Kota Cilegon
tahun 2017.
7. Terdapat hubungan yang bermakna
antara sumber informasi dengan
pengetahuan siswa-siswi kelas X dan
XI tentang kesehatan reproduksi
remaja di SMA Al-Islah Kota Cilegon
tahun 2017.
8. Terdapat hubungan yang bermakna
antara pendidikan terakhir ibu dengan
pengetahuan siswa-siswi kelas X dan
XI tentang kesehatan reproduksi
remaja di SMA Al-Islah Kota Cilegon
tahun 2017.
9. Terdapat hubungan yang bermakna
antara peran orangtua dengan
pengetahuan siswa-siswi kelas X dan
XI tentang kesehatan reproduksi
remaja di SMA Al-Islah Kota Cilegon
tahun 2017.
SARAN
Dari kesimpulan di atas, saran yang
ingin penulis sampaikan kepada :
10. SMA Al-Islah Kota Cilegon
Pengetahuan atau materi tentang
kesehatan reproduksi remaja yang telah
ada di dalam kurikulum dapat
disampaikan dengan baik dan menarik.
Peningkatan pengetahuan ini dapat
dilakukan dengan meningkatkan
kinerja PIK-R (Pusat Informasi dan
Konseling Remaja) atau konselor
sebaya dan meningkatkan frekuensi
konseling remaja kepada konselor
sebaya.
11. Institusi Pendidikan
Referensi ini semoga bermanfaat
dalam bertukar pengetahuan tentang
hubungan karakteristik remaja dengan
pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi remaja. Kiranya hasil
penelitian ini dapat di dokumentasikan
dengan baik sehingga menjadi
referensi bagi penelitian selanjutnya.
12. Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini hendaknya dapat menjadi
dasar penelitian selanjutnya tentang
hubungan karakteristik remaja
(Lingkungan, sosial budaya,
pekerjaan) dengan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi remaja dengan
pengembangan teknik penelitian
sehingga hasilnya lebih baik dari yang
ada sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S, 2010, Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek, Rineka
Cipta, Yogyakarta.
119
Azwar, S, 2014. Penyusunan Skala
Psikologi, Edisi 2 Cetakan 5, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
BKKBN, 2012, Pendalaman Materi
Membantu Remaja Memahami
Dirinya.
Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-
Hak Reproduksi, Jakarta.
BPS Provinsi Banten, 2016, Provinsi
Banten dalam Angka Tahun 2016,
Badan Pusat Statistik Provinsi
Banten, KP3B Serang.
BPS, 2013, Penduduk Indonesia : Hasil
Sensus Penduduk 2010, BPS Statistic
Indonesia,https://www.bps.go.id/web
site/pdf_publikasi/watermark%20_Pe
nduduk%20Indonesia%20Hasil%20S
P%202010.pdf Diakses 21 April
2017.
BPS, 2013, Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012,
Badan Pusat Statistik Indonesia,
Jakarta.
Bulahari, NB, Korah, HB, & Lontaan, A,
2015, Faktor-faktor yang
mempengaruhi Pengetahuan Remaja
Tentang Kesehatan Reproduksi,
Jurnal Ilmiah Bidan (JIDAN), ISSN
2339-1731, Vol.3, No.2, Juli-
Desember 2015, pp. 15-20.
http://ejurnal.poltekkesmanado.ac.id/index.
php/jib/article/view/294/309.
Chandra, Budiman, 2009, Metodelogi
Penelitian Kesehatan, EGC, Jakarta.
Darmasih, R, Setiyadi, NA, & Gama, A,
2011, Kajian Perilaku Seks Pranikah
Remaja SMA Di Surakarta, Jurnal
Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol.4,
No.2, Desember 2011, pp.111-119.
Febriani, DN, 2014, Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
Siswa Siswi Kelas X Dan Xi Tentang
Penyakit Menular Seksual Di SMA N
4 Cilegon Tahun 2014, Skripsi,
Universitas Muhammadiyah
tangerang.
Gunarsa, SD, 2014, Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja,
BPK Gunung Mulia, Jakarta.
Handayani, Sugiarti, 2008, Konsep Dan
Teknik Penelitian Gender, UMM
Press, Malang.
Hastono, SP, 2007, Analisis Data
Kesehatan, Fakultas kesehatan
masyarakat universitas indonesia,
Depok.
Hurlock, EB, Widayanti, I, & Sudjarwo,
2009, Psikologi Perkembangan :
suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan, Erlangga, Jakarta.
Irawan, E, 2015, Gambaran Pengetahuan
Remaja tentang Kesehatan
Reproduksi di Desa Kertajaya, Jurnal
Ilmu Keperawatan, ISSN, 2338-7246,
Vol. IV, No.1, April 2016, pp. 26-31,
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.
php/jk/ article/download/313/304.
120
Kalsum, Ummi, 2009, Pengantar Audit
Sistem Informasi, Kanisius, Jakarta.
Kemenkes PPN/Bappenas, 2016,
Kesetaraan Genderdan
Pemberdayaan Perempuan,
http://sdgsindonesia.or.id/index.php/s
dgs/itemlist/category/29sdg
s?start=12 diakses 18-04-2017.
Kemenkes RI, 2011, Pedoman Teknik
Konseling Kesehatan Remaja bagi
Konselor Sebaya, Kemenkes RI,
Jakarta.
Kemenkes RI, 2015, Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2014, Kementerian
kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta, http://www.kemkes.go.id
Diakses 29 Maret 2017.
Kumalasari, I & Andhyantoro I, 2012,
Kesehatan Reproduksi : Untuk
Mahasiswa Kebidanan dan
Keperawatan, Salemba Medika,
Jakarta.
Makmun, AS, 2016, Psikologi Pendidikan :
Perangkat Sistem Pengejaran Modul, Cetakan 12, PT Rosda Karya, Bandung.
Marmi, 2013, Kesehatan Reproduksi,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Monks F.J., Knoers A.M.P., Haditono S.R.,
2015, Psikologi Perkembangan
Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya, Edisi 16, Gadjah Mada
University Press Yogyakarta.
Mubarak, WI, 2012, Promosi Kesehatan :
Sebuah Pengantar Proses Belajar
Mengajar Dalam Pendidikan, Graha
Ilmu, Yogyakarta.
Munandari, A, 2012, Hubungan peran
orang tua dengan pengetahuan
tentang perubahan masa pubertas
pada remaja putri di Muntilan,
http://opac.unisayogya.ac.id/757/
Diakses 28 April 2017
Notoatmodjo, S, 2010, Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan cetakan I, Rineka
Cipta, Jakarta.
, 2010, Metodologi Penelitian
Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Ramatika, D, 2015, Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasan
Remaja Putri Dalam Menghadapi
Menarche, JOM, Vol.2, No.2,
Oktober 2015, pp. 1007-1013.
Rosdarni, Dasuki, D, Waluyo, SD, 2014,
Pengaruh Faktor Personal terhadap
Perilaku Seksual Pranikah pada
Remaja, Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, Vol. 9, No.3,
Februari 2015, pp. 214-221.
Santrock, JW, 2009. Adolescence :
Perkembangan Remaja, Jilid I Edisi
11, Erlangga, Jakarta.
Subakti, AR, 2011, Sosiologi Teks
Pengantar dan Terapan, Prenada
Media Group, Jakarta.
Sugiyono, 2012, Memahami Penelitian
Kualitatif, Alfabeta, Bandung.
Suryani, E, dkk, 2008. Psikologi Ibu dan
121
Anak. Edisi III, Fitramanya,
Yogyakarta.
Umaroh, AK, Kusumawati, Y, & Kasjono,
HS, 2015, Hubungan Antara Faktor
Internal Dan Faktor Eksternal
Dengan Perilaku Seksual Pranikah
Remaja Di Indonesia, Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas,
Vol.10, No.1, pp.65-75.
Wahyuni, S, 2012, Hubungan Antara
Pengetahuan Remaja Tentang
Penyakit Menular Seksual Dengan
Jenis Kelamin Dan Sumber Informasi
Di SMAN 3 Banda Aceh Tahun
2012, Jurnal Ilmiah STIKES
U‟Budiyah, Vol.1, No.2, Maret 2012,
pp. 38-43.
Widyastuti, Y, dkk, 2009. Kesehatan
Reproduksi, Penerbit Fitramaya,
Yogyakarta.
Wisdyana, SPSW, & Setiowati, T, 2013,
Hubungan Karakteristik Remaja
dengan Pengetahuan Remaja
Mengenai Kesehatan Reproduksi di
Kota Cimahi, Vol.6, 2015, pp. 184-
189
http://jurnal.polban.ac.id/index.php/pr
oceeding/article/view/251/143.
Top Related