PT. Holcim Indonesia Tbk
Bidang Usaha : Industri Semen
Kode di IDX : SMCB
Listing : 10 Agustus 1977
Profil Singkat Perusahaan
PT Holcim Indonesia Tbk (dahulu PT Semen Cibinong Tbk) (SMCB) didirikan 15 Juni 1971 dan
mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1975. Kantor pusat Holcim berlokasi di Menara
Jamsostek, North Tower, Lt. 15, Jln. Jend. Gatot Subroto No. 38, Jakarta 12930 dengan pabrik
berlokasi di Narogong, Jawa Barat, dan Cilacap, Jawa Tengah. Induk usaha SMCB adalah Holderfin
B.V., The Netherlands, sedangkan induk usaha terakhir SMCB adalah Holcim Ltd., Swiss.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SMCB terutama meliputi
pengoperasian pabrik semen, beton dan aktivitas lain yang berhubungan dengan industri semen, serta
melakukan investasi pada perusahaan lainnya. Saat ini, pangsa pasar utama SMCB dan anak usahanya
yang di Indonesia berada di Pulau Jawa.
Pada tanggal 06 Agustus 1977, SMCB memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SMCB (IPO) kepada masyarakat sebanyak 178.750
dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp10.000,- per saham. Saham-
saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 Agustus 1977.
Analisa Fundamental
a. Analisa Ekonomi
(vibiznews.com)
Hingga kuartal III 2013, pendapatan PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) naik 5%
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun dari sisi laba bersihnya SMCB justru
menurun drastis 34%. Hal ini di sebabkan oleh biaya keuangan terkat pabrik baru di tuban. Biaya
bunga SMBC juga semakin meningkat, dikarenakan pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
Peminjaman dalam betuk rupiah dan digunakan untuk modal pokok pabrik di Tuban membuat SMCB
semakin tertekan. Jika dilihat dari performa perusahaan selama semester III tahun ini, tampaknya
SMCB sedang mengalamai penurunan kinerja. Hal ini terlihat dengan buruknya performa perusahaan
jika dibandingkan pada periode semester III tahun lalu. Jika dilihat pertumbuhan revenue meningkat
5% dari Rp6,51 triliun pada tahun lalu menjadi Rp6,87 triliun pada tahun ini.Tetapi jika dilihat dari
sisi net income mereka mengalami penurunan yang sangat signifikan dari tahun lalu sebesar 34% dari
Rp911,61 miliar menjadi Rp599,29 miliar. Begitu juga jika dilihat dari EPSnya juga mengalami
penurunan dari Rp199 menjadi Rp78.jika dilihat dari sisis rasionya SMCB juga mengalami penurunan
dimana ROAnya turun 4,10% dari tahun lalu 8,12% begitu juga dengan ROEnya turun 7,13% dari
tahun lalu 11,43 %.Jika dibandingkan dengan perusahaan pesaingnya SMCB masi berada jauh di
bawah SMGR dan INTP. Dari sisi net profit margin, terlihat bahwa SMCB masi berada di bawah
SMGR dan INTP, yaitu 9% untuk SMCB, 22% untuk SMGR dan 27% untuk INTP. Jika dilihat dari
analisa teknikal terhadap saham PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) yang menunjukkan bahwa pada
pembukaan perdagangan hari ini (4/11/2013) saham tersebut berada pada level Rp2,575/lembar
saham atau sama seperti harga penutupan pekan lalu. Setelah dibuka pada level Rp2,575 dan
mencapai titik terendah Rp2,550 dan tertinggi Rp2,600.
Sepanjang kuartal I/2014, PT Holcim Indonesia Tbk. (SMCB) membukukan laba bersih
sebesar Rp323,5 miliar atau melonjak 75,5% dari pencapaian periode yang sama tahun lalu sebesar
Rp184,3 miliar. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis perseroan, laba bersih per saham dasar
produsen semen itu naik dari Rp24 menjadi Rp42. Dari segi penjualan bersih, Holcim mencetak
kenaikan tipis 9,12% menjadi Rp2,15 triliun dari sebelumnya Rp2,35 triliun. Seiring dengan itu,
beban pokok penjualan perseroan juga naik 9,31% dari Rp1,52 triliun menjadi Rp1,66 triliun. Dengan
demikian, Holcim membukukan laba kotor sebesar Rp688,9 miliar atau naik 8,75% dibandingkan
dengan periode yang sama tahun lalu Rp633,49 miliar. Menilik kabar dari lantai bursa perdagangan
saham hari ini, Rabu (30/4/14), saham SMCB dibuka tetap di posisi 2840. Dengan pergerakan harga
dikisaran 2800-2850. Volume awal perdagangan saham SMCB mencapai 1,3 juta lot saham dan terus
bertambah.
Analisa:
Menurut analisa fundamental, performa SMCB selama semester III tahun 2013 mengalami
penurunan kinerja. Hal ini terlihat dengan buruknya performa perusahaan jika dibandingkan pada
periode semester III tahun lalu. Pertumbuhan revenue meningkat 5% dari Rp6,51 triliun pada tahun
lalu menjadi Rp6,87 triliun pada tahun ini, namun dari sisi net income mereka mengalami penurunan
yang sangat signifikan dari tahun lalu sebesar 34% dari Rp911,61 miliar menjadi Rp599,29 miliar.
Begitu juga dari sisi EPS, ROA, dan ROE nya. Pada awal tahun 2014, kinerja SMCB mengalami
peningkatan. Terbukti laba bersih yang melonjak 75,5% dari pencapaian tahun lalu dan kenaikan EPS
nya.
b. Analisa Industri
(koran-sindo.com)
Ketatnya kompetisi dalam industri produksi semen tak membuat pergerakan bisnis PT Holcim
Indonesia Tbk (Holcim Indonesia) menjadi stagnan. Sebaliknya, korporasi yang baru masuk ke dalam
negeri pada 2001 ini terus berpikir keras mencari strategi yang sesuai dengan kebutuhan dan minta
pasar. Dengan begitu, Holcim mampu keluar dari kemelut perang harga dan sukses menyasar pasar
premium.
Menurut CEO Holcim Indonesia Eamon Ginley, meski potensi pasar semen masih sangat
besar, persaingan di industri semen terbilang sengit. Namun, Holcim Indonesia dengan kapasitas
produksi di bawah dua nama besar produsen semen lainnya memilih untuk menjauh dari perang
harga. ”Daripada bersaing dalam harga, lebih baik kami memosisikan diri sebagai produk premium
dengan memberikan nilai tambah bagi konsumen di Indonesia dan itu sesuai dengan tagline kami,
lebih dari semen - lebih memahami,” ujar Eamon Ginley.
Pilihan menjauh dari perang harga dan menyasar pasar premium akhirnya berhasil
memosisikan Holcim Indonesia sebagai salah satu dari 50 Perusahaan Terbuka Paling Berpengaruh di
Indonesia versi KORAN SINDO 2013. ”Holcim Indonesia merasa sangat bangga dan berterima kasih
dapat terpilih masuk dalam 50 perusahaan paling berpengaruh di Indonesia,” kata Eamon kepada
KORAN SINDO melalui surat elektronik, Selasa (16/7).
Dia menambahkan, Holcim Indonesia berharap bahwa prestasi ini membawa dampak sangat
positif bagi semua konsumen Holcim. Apalagi dari Holcim, mereka bukan sekadar membutuhkan
semen, melainkan juga berbagai solusi inovatif. ”Hal ini akan menjadi bentuk realisasi komitmen
Holcim Indonesia yang selalu berupaya memberikan nilai tambah bagi semua konsumen,” ungkap
Eamon. Keberhasilan Holcim Indonesia juga ditunjukkan dari sisi kinerja keuangannya.
Tahun lalu, sesuai rilis pers yang diterbitkan Holcim pada Selasa (26/2), kinerja keuangan
perusahaan menghasilkan pertumbuhan penjualan sebanyak 19,8% menjadi Rp9,01 triliun,
peningkatan laba 27% menjadi Rp1,35 triliun, atau laba per lembar saham menjadi Rp176 dari Rp139
pada 2011. Holcim Indonesia kini tengah mengalami pertumbuhan seiring peningkatan pasar dengan
capaian volume penjualan semen domestik 14,8% menjadi 8,59 juta ton.
Perusahaan juga berhasil meningkatkan penjualan di sektor beton jadi dan agregat yang
diikuti juga oleh meningkatnya kebutuhan pelayanan pengelolaan limbah yang dilakukan oleh
Geocycle. Sementara itu, berbagai pembiayaan produksi mengalami peningkatan dari sisi harga bahan
bakar dan bahan baku. Namun, dengan adanya peningkatan produktivitas, kapasitas, penggunaan
bahan bakar alternatif, dan program efisiensi biaya, membantu perusahaan mengelola sejumlah
kenaikan pada biaya per ton produksi itu.
Jadi, walau persaingan pasar sangat ketat, adanya peningkatan distribusi dan dukungan pada
kegiatan pemasaran dan pengelolaan pelanggan, berhasil mempertahankan pangsa pasar di Indonesia
sebesar 15,6%. Dengan begitu, munculnya persaingan harga di kalangan produsen semen tidak terlalu
memiliki dampak yang signifikan di internal perusahaan.
Pada akhirnya menjatuhkan pilihan segmentasi pasar pada kelas premium menjadi strategi jitu
yang dapat menunjang profitabilitas perusahaan. Holcim Group sebagai perusahaan semen global
yang mengakuisisi 77,3% saham PT Semen Cibinong Tbk telah melakukan banyak gebrakan inovatif
guna memosisikan diri sebagai Semen Premium di Indonesia.
Salah satu di antara langkah beraninya ialah melakukan perluasan kapasitas dengan dua
pabrik barunya (greenfield) di Jawa Timur (Tuban 1 dan Tuban 2). Selain menghadirkan teknologi
terbaru di industri semen, realisasi dari rencana investasi ini juga akan membuka kesempatan kerja
baru bagi tenaga kerja lokal dan meningkatkan peluang bagi kalangan pengusaha lokal setempat.
”Gebrakan ini sejalan dengan meningkatnya perkembangan industri semen di sana. Total penambahan
kapasitas Holcim akan menjadi 3,4 juta MT di tahun 2015,” tegas Eamon
Analisa:
Dengan strategi segmentasi pangsa pasar premium, SMCB berhasil menjadikan produknya
sebagai produk yang lebih bernilai tambah bagi konsumen dan tentu strategi ini akan menjadi
ancaman yang harus diwaspadai bagi para pesaingnya di Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya
peningkatan volume penjualan sebesar 19,8%. Jadi, walau persaingan pasar sangat ketat, adanya
peningkatan distribusi dan dukungan pada kegiatan pemasaran dan pengelolaan pelanggan, berhasil
mempertahankan pangsa pasar di Indonesia sebesar 15,6%.
c. Analisa Perusahaan
Rasio laba terhadap jumlah saham beredar (earning
per share atau EPS) :
EPS = Keuntungan bersih / jumlah saham yang beredar.
Laba per lembar saham SMCB adalah Rp142.
Indikator ini untuk menilai berapa keuntungan
perusahaan sehingga kita bisa memprediksi
kenaikan/penurunan harga saham.
Rasio harga saham terhadap laba (price earning ratio atau P/E ratio)P/E ratio = harga saham / EPS.Harga saham menunjukan 18.17x dari laba per lembar saham
Analisa Teknikal
Candlestick Chart
Candlestick chart merupakan salah satu alat dalam menganalisis pergerakan harga saham.
Grafik yang terbentuk dari deretan bentuk berupa batangan lilin bersumbu ini, menunjukkan
pergerakan saham tertinggi hingga terendah sejak pembukaan hingga penutupan sesi perdagangan
saham. Candle chart menekankan perbedaan harga pada saat pembukaan dan penutupan, sekaligus
menampilkan kenaikan dan penurunan harga pada sesi tertentu. Penyusunan sesi candle chart dapat
berdasarkan bulanan, mingguan, harian, atau bahkan antar sesi dalam sehari bursa.
Analisa:Grafik yang menurun memang menunjukan bahwa saat itu yang dominan adalah seller.
Namun ketika body candle semakin mengecil maka ini menunjukan mulai adanya perlawanan dari
buyer. Sehingga tekanan turun akan mulai kalah oleh dorongan naik. Pada saat dorongan naik lebih
besar dari tekanan turun itulah market mulai naik. Pada grafik diatas, ketika harga berada pada titik
Rp 2730, membeli adalah keputusan yang tepat. Sedangkan kebalikannya, ketika grafik naik namun
body candle mengecil, pada titik Rp 2670, menjual adalah keputusan yang tepat.
SMA 2-line ( Simple Moving Average 2-line )
Simple Moving Average ini merupakan MA (Moving Average) yang paling sederhana. SMA
dihitung dengan menambahkan harga penutupan yang akan dihitung kemudian dibagi dengan periode
lama waktunya. Selain harga close/penutupan, bisa juga harga High, Low, atau rata-rata dari
ketiganya. Sementara di dalam perhitungan SMA kali ini menggunakan periode selama 2 hari
sehingga disebut dengan SMA 2-line.
Analisa :
Sebagian besar indikator dibangun dari pengembangan moving average yangmerupakan harga
rata-rata market dalam periode tertentu.Ketika harga rata-rata itu diatas grafik berarti gerakan market
saat ini lemah. Dan sesuatu yang lemah ini cenderung turun. Oleh karena itu ketika nilai indikator
berpindah arah menjadi dibawah grafik, ini menunjukan adanya penguatan pada market. Dan
penguatan ini berdampak pada kenaikan market sehingga keputusan yang tepat adalah membeli. Pada
grafik diatas, perpindahan posisi indikator terjadi pada titik kisaran Rp 2730-Rp 2760 yang
menunjukkan adanya pelemahan pada market dan sebaiknya keputusan yang diambil adalah menjual.
Support and Resistance
MA ( Moving Average ) juga berfungsi sebagai Support dan Resistance. Istilahnya adalah
Support dan Resistance dinamis ( dynamic support and resistance). Dinamakan demikian karena ia
bergerak sesuai dengan pergerakan harga. Pada saat uptrend ( jika harga secara umum bergerak diatas
MA) MA berfungsi sebagai Support. Sebaliknya pada saat downtrend (jika harga secara umum
bergerak dibawah MA) MA berfungsi sebagai Resistance.
Analisa :
Garis resistance dibangun dari minimal 2 puncak yang sejajar . Dua puncak sejajar ini
menunjukan bahwa di level tersebut harga dijaga oleh seller .Namun ketika garis resistance itu
berhasil ditembus , berarti posisi seller kalah. Dan tentu saja bahwa untuk menembus itu memerlukan
sebuah tenaga kuat, sehingga dengan tertembusnya garis resistance kita tahu bahwa saat itu tenaga
buyer sedang besar. Oleh karenanya beberapa saat setelah resistance ditembus buyer masih menguasai
pasar .Sehingga market masih akan terus naik. Secara teknikal, SMCB masih bergerak dalam kondisi
konsolidasi setelah harga tidak mampu menembus resistance di Rp 2820. Dengan kondisi ini
diperkirakan harga SMCB masih akan bergerak pada kisaran support Rp 2640 hingga resistane Rp
2820
Bollinger Bonds
Bollinger Bonds merupakan indikator yang dibuat dari dua garis yang berada pada standar
deviasi tertentu dari garis tengah. Bollinger Bonds digunakan untuk mengetahui volatilitas suatu
harga. Indikator ini akan melebar saat harga bergerak fluktuatif, dan akan menyempit bila harga
bergerak relatif datar.
Analisa:
Pada grafik, indikator ini bergerak menyempit di pertengahan periode 2 bulanan yang berarti
menunjukkan bahwa harga relatif datar. Namun di akhir periode, indikator ini bergerak melebar dan
menandakan bahwa harga mengalami perubahan yang signifikan.
Rekomendasi Investasi pada Saham Holcim Indonesia
Berdasarkan analisis fundamental, berinvestasi pada saham ini merupakan suatu hal yang
menguntungkan karena Holcim mengusung strategi yang berbeda dengan pesaingnya dalam industri
semen. Walaupun sempat mengalami keterpurukan pada beberapa tahun yang lalu, namun sejak tahun
2013 Holcim mampu membuktikan bahwa ia dapat bertahan dan meningkatkan kredibilitas nya di
mata konsumen dengan produk premium dan perluasan pasar yang tepat.
Berdasarkan analisis teknikal, saham ini memiliki kecenderungan fluktuatif. Para investor
sebaiknya menerapkan strategi sell high – buy low yaitu dengan melakukan short selling pada saham
Holcim Indonesia.
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk
Bidang Usaha : Industri Semen
Kode di IDX : SMGR
Listing : 8 Juli 1991
Profil Perusahaan
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, sebelumnya bernama PT Semen Gresik (Persero) Tbk
merupakan perusahaanyang bergerak di bidang industri semen. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7
Agustus 1957 oleh Presiden RI pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun.
Pada tanggal 8 Juli 1991 saham Semen Gresik tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya (kini menjadi Bursa Efek Indonesia) serta merupakan BUMN pertama yang go public
dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat. Komposisi pemegang saham pada saat itu:
Negara RI 73% dan masyarakat 27%. Tanggal 18 Desember 2012 Perseroan resmi mengambil alih
70% kepemilikan saham thang long cement joint stock company (TLCC) dari Hanoi General Export-
Import Joint Stock Company (Geleximco) di Vietnam, berkapasitas 2,3 juta ton. Aksi korporasi ini
menjadikan Perseroan tercatat sebagai BUMN Multinasional yang pertama di Indonesia.
Pada 20 Desember 2012 Perseroan resmi berperan sebagai strategic holding company
sekaligus mengubah nama, dari PT Semen Gresik (Persero) Tbk menjadi PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk. Dengan akuisisi Hingga akhir 2012, kapasitas desain Perseroan menjadi sebesar 28,5
juta ton (26,2 juta ton di Indonesia dan 2,3 juta ton di Vietnam) semen per tahun, dan menguasai
40,9% pangsa pasar semen domestik.
Pada tahun 2013, Perseroan melakukan Transformasi Korporasi dengan melaksanakan fungsi
Strategic Holding dan membentuk anak perusahaan baru PT Semen Gresik.
Visi dan Misi Perusahaan
Visi : Menjadi Perusahaan Persemenan Terkemuka di Indonesia dan Asia Tenggara.
Misi : 1.Memproduksi, memperdagangkan semen dan produk terkait lainnya yang
berorientasikan kepuasan konsumen dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan.
2. Mewujudkan manajemen berstandar internasional dengan menjunjung tinggi etika
bisnis dan semangat kebersamaan dan inovatif.
3. Meningkatkan keunggulan bersaing di pasar domestik dan internasional.
4. Memberdayakan dan mensinergikan sumber daya yang dimiliki untuk meningkatkan
nilai tambah secara berkesinambungan.
5.Memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan para pemangku kepentingan
(stakeholders).
Analisis Fundamental
a. Analisa Ekonomi
Saham Perseroan tercatat di Bursa Efek Indonesia (dahulu BEJ) sejak tahun 1991, sebagai
satu-satunya BUMN industri semen di bursa. Kode perdagangan saham Perseroan di BEI adalah
SMGR. Selain tercatat di papan utama, saham SMGR tercatat sebagai anggota dari Jakarta Mining
Index, LQ45 (45 saham paling likuid di BEI), Jakarta Islamic Index, Indeks Bisnis-27, Indeks
Kompas 100 dan Indeks Sri Kehati, yang menunjukkan Perseroan termasuk kelompok saham blue
chips yang memiliki kepedulian tinggi terhadap pelestarian lingkungan.
Volatilitas pasar modal sepanjang tahun 2013 dan kondisi perekonomian domestik turut
mempengaruhi pergerakan saham SMGR, baik dari sisi harga maupun volume transaksi. Harga
penutupan saham Semen Indonesia di akhir Desember 2012 adalah Rp15.850 per saham.
Sebagaimana diketahui, pada tahun 2013, sektor konstruksi dan properti mengalami
penurunan, sehingga memberikan pengaruh terhadap permintaan semen yang turut menurun.
Akibatnya, harga saham produsen semen di akhir tahun bergerak melambat, termasuk harga saham
Perseroan. Seiring dengan dinamika pasar, harga saham SMGR pada kuartal pertama 2013 sempat
menguat dan menyentuh harga sebesar Rp18.450 sebelum akhirnya ditutup menurun pada posisi
Rp17.700 per saham.
Volume perdagangan saham SMGR selama kuartal I mencapai 426,058,000 lembar saham,
hal ini tidak lepas dari kondisi perekonomian yang menjanjikan.
Pada kuartal II, nilai rupiah mengalami depresiasi yang cukup signifikan terutama setelah The
Fed mengumumkan rencana pengurangan (tapering) stimulus quantitative easing pada Mei 2013. Hal
ini turut memberikan imbas terhadap harga saham nasional dan harga saham SMGR. Harga saham
SMGR yang awalnya sempat menguat menyentuh level tertinggi pada posisi Rp19.000 menurun
hingga menyentuh posisi Rp17.100, atau turun 3% dari penutupan pada kuartal II.
Pada kuartal III, tekanan inflasi semakin memburuk disebabkan oleh kenaikan harga BBM
bersubsidi dan melemahnya nilai tukar rupiah. Puncak inflasi terjadi di bulan Juli dan Agustus 2013
mencapai 8,6% dan 8,8% (YoY). Hal ini pada akhirnya semakin menurunkan harga saham nasional
dan harga SMGR yang ditutup melemah pada posisi Rp13.000.
Tekanan inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi mendorong Bank Indonesia untuk
mengetatkan kebijakan moneter. BI sejak bulan Juni hingga November 2013 telah menaikkan suku
bunga acuan sebanyak 150 bps menjadi 7,5%. Selain untuk meredam pelemahan nilai tukar rupiah,
kenaikan bunga acuan juga dilakukan untuk mengatasi defisit neraca berjalan serta meredam laju
pertumbuhan kredit untuk mencegah overheating perekonomian. Hal ini memberikan angin segar
terhadap fundamental ekonomi nasional dan turut meningkatkan harga saham. Pada akhir kuartal IV,
harga saham SMGR kembali rebound dan ditutup menguat pada level harga Rp14.150.
Sepanjang tahun 2013 harga saham SMGR mengalami penurunanan sebesar 10.7%
dibandingkan pada akhir tahun sebelumnya menjadi Rp14.150. Namun demikian penurunan tersebut
lebih kecil dari penurunan rata-rata saham industri sejenis yang mengalami penurunan sebesar 16,2%
(tidak memperhitungkan salah satu emiten sejenis yang mencatatkan sahamnya di pertengahan tahun).
Analisa :
Walaupun tekanan kondisi makro domestik dan global mempengaruhi pergerakan harga rata-
rata saham industri semen pada akhir 2013 sehingga mengalami penurunan sebesar 16,2% (tidak
termasuk emiten industri semen yang baru tercatat di bursa sejak pertengahan tahun 2013)
dibandingkan harga pada akhir 2012, saham SMGR pada akhir 2013 ditutup pada harga Rp14.150
atau hanya mengalami penurunanan sebesar 10,7% dibandingkan pada akhir tahun sebelumnya yang
ditutup pada harga Rp15.850. Pencapaian tersebut di atas membuktikan kekuatan fundamental
Perseroan masih cukup kuat dalam menghadapi fluktuasi ekonomi makro yang terjadi.
b. Analisa Industri
Pergerakan struktur industri semen nasional di tahun 2013 tumbuh dinamis seiring dengan
perkembangan perekonomian Indonesia yang menantang. Pada semester pertama tahun 2013,
pertumbuhan konsumsi semen nasional meningkat hingga 7,5% dengan angka ekspor mencapai 1,8%.
Hal ini membuat beberapa pelaku bisnis semen di Indonesia melakukan rencana investasi berupa
penambahan kapasitas produksi yang diharapkan bisa direalisasikan pada beberapa tahun kedepan.
Dalam kurun waktu tersebut, Perseroan bergerak aktif memanfaatkan peluang, terutama
dengan selesainya pembangunan cement mill berkapasitas 1,5 juta ton di Tuban yang mulai beroperasi
secara komersial pada kuartal kedua tahun 2013, serta optimalisasi sinergi grup sehingga Perseroan
berhasil mencatatkan pertumbuhan penjualan domestik sebesar 13,2% atau sebesar 25,78 juta ton. Hal
ini membuat pangsa pasar Perseroan meningkat menjadi 43,9% dibandingkan tahun sebelumnya yang
tercatat 40,9%.
Secara total, volume penjualan Perseroan mencapai 27,86 juta ton atau tumbuh sebesar 23,5%
dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 22,56 juta ton. Pencapaian tersebut termasuk kontribusi
volume penjualan Thang Long Cement Vietnam (“TLCC”). Peningkatan volume penjualan tersebut
antara lain didukung dengan penerapan strategi “Move Closer to the Customer” secara konsisten
melalui pembangunan fasilitas distribusi di berbagai lokasi strategis. Fasilitas distribusi yang baru dan
telah beroperasi penuh sepanjang tahun 2013 adalah Packing Plant di Sorong dan Banyuwangi. Di
akhir tahun 2013, Perseroan juga berhasil menyelesaikan pembangunan Packing Plant Banjarmasin,
sehingga total Packing Plant Perseroan menjadi 22 unit.
Dengan peningkatan volume penjualan tersebut di atas, yang disertai penerapan strategi
Revenue Management, Perseroan mampu meningkatkan hasil penjualan Perseroan pada tahun 2013
menjadi Rp24,5 triliun dibanding tahun 2012 sebesar Rp19,6 triliun atau tumbuh sebesar 25%.Strategi
Revenue Management merupakan upaya mendapatkan optimize revenue dengan fokus di daerah
pemasaran utama dan pengembangan pasar potensial, serta peningkatan sinergi antar anggota grup.
Analisa :
PT. Semen Indonesia Tbk. Secara aktif memanfaatkan peluang yang ada, seiring
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang juga semakin berkembang. Hal ini dibuktikan dengan
pertumbuhan penjualan domestik sebesar 13,2% atau sebesar 25,78 juta ton, yang berdampak pada
pangsa pasar Perseroan meningkat menjadi 43,9% dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat
40,9% dengan didukung penerapan strategi “Move Closer to the Customer” secara konsisten.
Perseroan juga mampu meningkatkan hasil penjualan Perseroan pada tahun 2013 menjadi Rp24,5
triliun dibanding tahun 2012 sebesar Rp19,6 triliun atau tumbuh sebesar 25% dengan Strategi
Revenue Management yang diterapkan.
c. Analisa Perusahaan
1. Rasio laba terhadap jumlah saham beredar(earning per share atau EPS) : EPS = Keuntungan bersih dibagi jumlah saham yang beredar.EPS = 1,67
2. Rasio harga saham terhadap laba (price earning ratio atau P/E ratio)
P/E ratio = harga saham dibagi EPS.Harga saham menunjukan 15.20 X dari laba bersih
3. ROA (Return On Assets)
4. ROE (Return On Equity)
Analisis Teknikal
Candlestick Chart
Candlestick chart merupakan salah satu alat dalam menganalisis pergerakan harga saham.
Grafik yang terbentuk dari deretan bentuk berupa batangan lilin bersumbu ini, menunjukkan
pergerakan saham tertinggi hingga terendah sejak pembukaan hingga penutupan sesi perdagangan
saham. Candle chart menekankan perbedaan harga pada saat pembukaan dan penutupan, sekaligus
menampilkan kenaikan dan penurunan harga pada sesi tertentu. Penyusunan sesi candle chart dapat
berdasarkan bulanan, mingguan, harian, atau bahkan antar sesi dalam sehari bursa.
Analisa :
Secara keseluruhan, candlestick chart masih didominasi oleh bentuk lilin “Bullish Hammer
Candle” yang artinya terdapat selisih harga yang cukup besar antara harga saham terendah selama sesi
Bollinger Bonds
Bollinger Bonds
SMA 2-line
SMA
perdagangan dengan harga pembukaan atau penutupan. Sinyal adanya potensi terjadinya pembalikan
tren gerakan harga saham pada titik 25. Para investor berusaha untuk “memukul balik” setelah harga
mencapai titik terendah tersebut.
SMA 2-line ( Simple Moving Average 2-line )
Simple Moving Average ini merupakan MA (Moving Average) yang paling sederhana. SMA
dihitung dengan menambahkan harga penutupan yang akan dihitung kemudian dibagi dengan periode
lama waktunya. Selain harga close/penutupan, bisa juga harga High, Low, atau rata-rata dari
ketiganya. Sementara di dalam perhitungan SMA kali ini menggunakan periode selama 2 hari
sehingga disebut dengan SMA 2-line.
Analisa :
Dari chart di atas SMA 2-line digambarkan dengan garis berwarna orange yang menunjukkan
kestabilan harga saham dalam 2 bulan terakhir ( 21 Mei – 18 Juni 2014 ). Garis SMA 2-line berada
diatas harga jadi artinya pasar berada dalam kondisi Bearish / trend menurun, maka pada saat itu anda
dianjurkan untuk Menjual saham dari PT. Semen Indonesia Tbk.
Support and Resistance
MA ( Moving Average ) juga berfungsi sebagai Support dan Resistance. Istilahnya adalah
Support dan Resistance dinamis ( dynamic support and resistance). Dinamakan demikian karena ia
bergerak sesuai dengan pergerakan harga. Pada saat uptrend ( jika harga secara umum bergerak diatas
MA) MA berfungsi sebagai Support. Sebaliknya pada saat downtrend (jika harga secara umum
bergerak dibawah MA) MA berfungsi sebagai Resistance.
Analisa :
Dilihat dari SMA Perseroan berada di bawah, yang artinya berada pada kondisi downtrend
(Resistance), sebaiknya Tidak membeli saham terlebih dahulu pada saat ini, dikarenakan fluktuatifnya
harga saham, dan trend yang menurun menyebabkan resiko yang akan ditanggung atas
ketidakberkembangan investasi yang ditanamkan juga cukup besar.
Bollinger Bonds
Bollinger Bonds merupakan indikator yang dibuat dari dua garis yang berada pada standar deviasi
tertentu dari garis tengah. Bollinger Bonds digunakan untuk mengetahui volatilitas suatu harga.
Indikator ini akan melebar saat harga bergerak fluktuatif, dan akan menyempit bila harga bergerak
relatif datar.
Analisa :
Garis Bollinger Bonds yang (Garis Biru) pada chart di atas menunjukkan penyempitan pada
akhir periode yang artinya harga bergerak relatif datar, meskipun pada awal nya garis sempat melebar
yang artinya harga sempat ber-fluktuatif dimana pada saat itu mencerminkan selama sesi
perdagangan, pembeli dan penjual saham saling tarik ulur harga, sehingga menyebabkan harga saham
yang cukup tinggi selama sesi perdagangan saham.
Terkait Pengambilan Keputusan
1. Jika harga pasar saham lebih kecil dari nilainya (undervalue), maka saham tersebut
harus dibeli atau ditahan sementara (buy or hold) dengan tujuan untuk memperoleh capital gain jika
kemudian harganya kembali naik.
2. Jika harga pasar saham lebih besar dari nilainya (overvalue), maka saham tersebut
harus dijual untuk menghindari kerugian. Karena tentu harganya kemudian akan turun untuk
menyesuaikan dengan nilainya.
3. Jika harga pasar saham sama dengan nilainya, maka saham tersebut dalam kondisi
keseimbangan, sehingga jangan melakukan transaksi (hold). Tidak ada keuntungan yang diperoleh
dari transaksi.
Analisa Investasi SahamPT. Semen Indonesia (SMGR) Tbk & PT. Holcim Indonesia (SMCB) Tbk
Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Manajemen Investasi dan Pasar Modal
yang dibina oleh Ibu Anita Wijayanti
Oleh:
Erika Martha Windesi (125020307111003)
Raditya Shinta H (125020300111096)
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang
2014
Daftar Pustaka
Jogiyanto, H. M,. 2000. Teori Portfolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua, BPFE–
Yogyakarta.
http://www.idx.co.id/
http://www.marketwatch.com/
Annual Report PT.Semen Indonesia (Persero) Tbk. tahun 2013
Top Related