ii
MOTTO
Surah Ar-Ra’d ayat 11
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk Almamaterku
Jurusan ilmu Sejarah dan perdaban Islam Fakultas Adab dan humaniora
Universitas Islam negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi
Kedua orang tuaku
Bapak Roni Faslah dan Ibu Azmiati
Sahabat – sahabati Pergerakan Mahasiswa islam Indonesia (PMII)
Rayon Adab dan Humaniora
KATA PENGANTAR
Pujii syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya, serta solawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Kepada Keluarganya, para sahabatnya, kepada umatnya hingga akhir zaman, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul: “BENTUK - BENTUK PERJUANGAN ULAMA DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI JAMBI (1945 – 1949)”. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak terdapat kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak sehingga dan berkat dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi dapat diatasi.
Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan pengharagaan yang setinggi-tingginya kepada Yth, Bapak Aliyas, S.Th.I, M.Fhil.I Selaku Pembimbing I dan Bapak Abdurrahman, MAselaku Pembimbing II yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan Waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun Skripsi. Selanjutnya ucapan Terima kasih Penulis Sampaikan kepada:
1. Yth, Prof Dr Hj. Maisyah M.Pd Selaku dekan fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi.
2. Yth, Bapak Dr. Alfian, S.Pd M.Ed dan Bapak Dr. H. Padil. M Ag dan Ibu Raudhoh. S.Ag M.Pd.I Selaku Wakil Dekan II dan III Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi.
3. Yth, bapak Aliyas, S.Th.I, M.Fhil.ISelaku Ketua Jurusan SEjarah kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi.
4. Yth. Bapak dan Ibu Seluruh Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi. 5. Para Karyawan dan Karyawati Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi yang
telah bersussah payah memberikan pelayanan dan berbagai urusann bagi penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat Seperjuangan yang iku serta atas partisipasinya dalam Proses penulisan Skripsi ini.
Akhir kata, semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada Penulis, Sebagai Amal Shaleh senantiasa mendapat Ridho allah SWT. Sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat bermanfaat Khususnya Bagi penulis dan umumnya Bagi Kita Semua dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan bagi generasi selanjunya.
Abstrak
Hidayatullah, Syarif. 2018. Bentuk - Bentuk Perjuangan Ulama Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Di Jambi 1945 – 1949. Skripsi, Jurusan Sejarah kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi. Pembimbing: (1) Aliyas, S.Th.I, M.Fhil.I (2) Abdurrahman, MA
Penelitian ini membahas tentang bentuk-bentuk, Strategi dan keterlibatan ulama di daerah Jambi dalam Mempertahankan kemerdekaan Di Indonesia. Penelitian yang selama ini hanya mengedepankan Peran Barisan Militer dengan Kehadiran Penelitian ini akan memberikan ruang baru atas keterlibatan ulama di daerah Jambi dalam organisasi barisan rakyat dengan bernafaskan Islam dan cinta tanah Air. Strategi serta peranan ulama di masalalu khususnya di Jambi Sangat penting Agar sebagai renungan bahwa negara ini diperjuangkan oleh seluruh elemen masyarakat baik militer maupun ulama dan kaum santri. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana bentuk strategi ulama Jambi dalam mempertahankan kemerdekan di Jambi 1945-1949. Dan (2) Bagaimana bentuk keterlibatan ulama dalam mempertahankan kemerdekaan di Jambi.
Penelitian ini menggunakan Metode Penelitian Kualitatif Menggunakan Pendekatan Interpretatif dan kritis. Selanjutnya diteruskan dengan Heuristik, Kritik Sumber, Interpretasi Data dan terakhir Historiografi. Penulis mengumpulkan data melalui metode Kepustakaan sesuai kaidah ilmiah penulisan skripsi. Selain itu, penulis untuk menguatkan analisa dalam skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan behaviorial. Teori yang penulis gunakan ialah teori konsep jihad yang dikemukakan oleh Ibrahim Alfian, serta teori strategi yang masih yang masih merupakan pola umum dalam konteks perlawanan, harus diterjamahkan dan dikerucutkan dalam kerja taktis. Antonio Gramsci (1956)
Adapun hasil kesimpulan penelitian ini mengarah kepada segala macam bentuk,Strategi, dan peranan ulama meliputi : (1) Strategi ulama dalam mempertahankan kemerdekaan indonesia di jambi 1945-1949 melalui PertamaStrategi penggerakan opini dan motivasi dan Kedua Strategi gerakan perlawanan lewat laskar barisan perjuangan rakyat. Dan (2) keterlibatan ulama dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Jambi 1945-1949 melalui peranan mereka dalam oraganisasi barisan rakyat yang bernafaskan perjuangan Islam dengan organisasi pertahanan kemerdekan melalui barisan Hizbullah dan barisan Selempang merah.
Kata Kunci: Perjuangan, Ulama dan kemerdekaan
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... NOTA DINAS. ....................................................................................... i PENGESAHAN ...................................................................................... ii SURAT PERNYATAAN........................................................................ iii MOTO. .................................................................................................... iv PERSEMBAHAN. .................................................................................. v KATA PENGANTAR. ........................................................................... vi ABTRAK. ............................................................................................... vii DAFTAR ISI. .......................................................................................... Vii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah .............................................. 6 C. Tujuan dan kegunaan Penelitian ............................................. 7 D. Tinjauan Pusatakan ................................................................. 8 E. Kerangka Teori ....................................................................... 9 F. Metode Penelitian ................................................................... 12 G. Pengesahan Judul .................................................................... 15
BAB II KONDISI JAMBI SEBELUM KEMERDEKAAN ................... 17
A. Geopolitik Kemerdekaan ........................................................ 17 B. Kondisi Agama ....................................................................... 21 C. Kondisi Politik ........................................................................ 23 D. Kondisi ekonomi..................................................................... 25
BAB III SEJARAH JAMBI AWAL KEMERDEKAAN ....................... 28
A. Berita Proklamasi Kemerdekaan di Jambi.............................. 28 B. Hinomaru dan sang saka Merah Putih ................................... 29 C. Agresi militer belanda 1947 ................................................... 30
BAB IV PERJUANGAN ULAMA DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI JAMBI (1945 -1949 ............................. 33
A. Strategi Ulama dalam mempertahankan kemerdekaan di Jambi ................................................................................. 33 1. Strategi opini dan motivasi gerakan ................................ 34
1.1 Fatwa dan Slogan Jihad ............................................. 34 2. Strategi gerakan lewat laskar barisan perjuangan ........... 36
B. Keterlibatan Ulama dalam mempertahankan kemerdekaan di Jambi(1945-1949 .............................................................. 38 1. Bentuk organisasi perjuangan (1945-1949...................... 38
1.1 organisasi Militer ...................................................... 38
1.2 Organisasi Perjuangan Barisan Rakyat ..................... 39 2. Ulama dan Barisan Pertahanan Kemerdekaan (1945-1949) 40
1. Barisan Hizbullah ..................................................... 40 1.1 Sejarah Hizbullah ............................................... 40 2.1 Hizbullah dan Pertempuran ................................. 43
2. Barisan Selempang Merah ........................................ 44 2.1 Selempang merah dan Perang kemerdekaan ...... 46
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 52 B. Saran ..................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 54 LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia merupakan bahan renungan
yang amat berharga, terutama sekali bagi kaum muslimin Indonesia. Sejak
zaman prakebangkitan nasional disusul lagi dengan zaman pergerakan
merintis kemerdekaan hingga era Revolusi fisik, selalu ditemukan orang-
orang yang berani mempertaruhkan jiwa dan raga untuk bangsa dan
negaranya. Dengan menyimak sejarah itu ternyata yang terjadi tulang
punggung perjuangan bangsa adalah orang-orang yang tidak hanya
berkemampuan pemikiran intelektual, melainkan cenderung pada manusia-
manusia takwa.
Kesadaran - kesadaran mereka sebagai hamba Allah Tuhan Yang
Maha Esa mampu menjadikannya ihlas berkorban. Mereka tidak
memperhitungkan untung rugi secarah matemetis maupun ekonomi,
melainkan penghayatan dan pengalaman terhadap tuntutan Agamanya
secara intensif yang mebuatnya berkorban. Dalam hal ini, para Ulama dan
para Kiyai mempunyai pengaruh yang sangat besar. Terlebih karena sifat
pendidikan agama di pesantren, pondok atau madrasah yang mengarah
orientasi vertical kalangan santri kepada para gurunya yang filosofis
diartikan harus di “gugu” dan di “tiru” menyebabkan pengaruh
kewibawaan para Ulama dan Kiyai sangat besar karna itulah, dalam
menjangkau perspektif pembangunan politik di Indonesia dalam arti yang
2
seluas luasnya, para ulama sangat berperan, Peranan itu tentu saja mulai
dimainkan sejak Islam diajarkan seluruh tana Air. 1
Sampai melewati masa penjajahan Bangsa asing. Pada masa
penjajahan itulah, para ulama mulai memainkan peranan multi fungsi, tidak
hanya dalam bidang pengajaran ilmu Agama, melainkan melainkan juga
dalam bidang politik dan meliter. Walaupun pada dasarnya peranan dalam
bidang politik dan pendidikan ini telah dijalankan pada masa kerajaan-
kerajaan Islam terdahulu namun perjuangan itu selalu berkembang dalam
segalah bidang dengan tuntutan kondisi dan situasi. Kondisi Umat Islam
yang tidak sama dalam periode perjuangan yang membuat sikap
perlawanan yang di munculkan juga bervariasi dan ber aneka ragam.
Adakalanya melalui pemberontakan dalam perjuangan kemerdekaan, satu
ketika melalui gerakan politik, satu ketika melalui perang kebudayaan, dan
adakalanya perjuangan melalui perjuangan dibawah tanah. Dalam kondisi
yang paling buruk pun, sikap perlawanan terhadap penjajahan dilakukan
secarah perorangan.
Umat Islam dibawa komando ulama telah memberikan warna yang
sangat terang perlawanan menentang pejajahan Belanda, merebut dan
mempertahankan kemerdekaan pada masa revolusi fisik saat seluruh bangsa
mempertaruhkan hidup dan mati untuk tetap tegaknya kemerdekaan
Indonesia begitu dalamnya torehan sejarah yang dipahat umat Islam
sepanjang masa imperialisme di bumi nusantara ini sehingga kemanapun
1 Ahmad MansurSurya negara, Menemukan Sejarah, wacana pergerakan di indenesia. (Bandung : Mizan; 1995 )hlm 238.
3
kita melacak jejak perjuangan dimasa penjajahan maka senantiasa pula kita
temukan pijaran-pijaran api semangat Isam di mana- mana2.
Selama hampir empat abad masa penjajahan di Indonesia, para
syuhada yang diantaranya alim ulama berada di tengah-tengah pejuang
muslim. Mereka senantiasa memacu semangat hizbullah itu untuk
memerangi bangsa kuffar di wilayahnya masing-masing. Yang tidak berada
di medan laga biasanya dipercaya memegang kendali strategi perang, dan
senantiasa menjadi rujukan para pejuang untuk menentukan arah
gerakannya. Ke mana pun pejuang bergerak, para ulama itu setia
mendampingi. Menyebut perjuangan rakyat Jambi melawan kolonial
Belanda abad 19 hingga awal abad 20 takkan bisa melepaskan dari sosok
nama Sultan Taha Safiuddin. Sultan Taha menjadi simbol perlawanan
masyarakat Jambi terhadap imperialisme Belanda.
Dalam masa pengejaran tentara Belanda terhadap pasukan dan
pengikut Sultan selama 46 tahun berlansung sejak tahun 1855 M. Hingga
pada tahun 1904 M. Pasukan tentara belanda di pimpin Mayor Van Langen
melancarkan serangan besar-besaran mengempur pasukan Fisabilillah dan
membumi hanguskan Istana Tanah pilih. Kitadakpuasan pasukan tentara
belanda memburu sulthan Thaha terus berlanjut sampai tahun 1904 M. Syeh
Abdul Majid bin H. Yusuf adalah seorang ulama sufi dengan keulamaannya
bersama para muridnya turut berjuang menghadapi kezaliman penjajah
Belanda untuk membantu perjuangan Sultan Thaha pada massa itu
dikawasan seberang kota Jambi. Meskipun demikian syekh Abdul Majid
2Ibrahim Alpian, perang di Jalan Allah Jakart, Pustaka Sinar harapan. (1979) hal. 27
4
terus melakukan kegiatan mengajar ilmu agama Islam kepada masyarakat
dan muridnya. Sementara keberadaan Sulthan Thaha Saifudin semakin
terjepit kemudian menghindar ke pedalaman hutan Jambi3. Untuk
menghadapi serangan pasukan Belanda yang bertubi-tubi di tanah Jambi,
Sultah Tahaha Saifudin mengutus perwakilan dari Kesultanan melayu Jambi
untuk meminta bantuan dari tentara Turki melalui Kesultanan Turki di
SingahPura untuk menghadapi serangan Belanda di Kota Jambi.
Rombongan utusan Jambi yang diutus diantaranya Syeh Abdul
Majid dan Abduallah dari kampung tengah sementara mejelis pengajian
yang dipimpin Syekh Abdul Majid dilanjutkan oleh Burhanuddin dikenal
Tuan Han bersama dengan murid-muridnya4.
Setelah meninggalnya Sultan Thaha pun, dia tetap menginspirasi
masa revolusi melawan kolonial yang diteruskan oleh tokoh lainnya seperti
Raden Mattaher. Hal yang menarik adalah perlawanan saat itu kental
dengan suasana Islam. Apa yang ditampilkan adalah perlawanan
menampilkan ciri pergerakan, nasionalisme, dan perjuangan Islam. Ini
adalah tiga karakteristik yang tergambar dari perjuangan kemerdekaan di
Jambi saat itu. kekuasaan Belanda atas Jambi berlansung kurang lebih
selama 36 tahun karena pada tanggal 9 maret 1942 terjadi peralihan
kekuasaan kepada pemerintahan Jepang. Dan pada tanggal 14 Agustus 1945
tersiarnya berita proklamasi kemerdekaan RI di sambut gembira oleh
seluruh lapisan masyarakat Indonesia umumnya dan masyarakat Jmanbi
3H. Hasan Basri Agus,Pejuang Ulama,Ulama Perjuang, (Pusat kajian Pengembangan sejarah Jambi: jambi, 2012).Hal. 12 4H. Hasan Basri Agus,Pejuang Ulama,Ulama Perjuang,.Hal. 15
5
khususnya. Timbul jiwa patriotisme di kalangan pemudah-pemudi, alim
ulama, cerdik pandai, mereka bersatu padu untuk mempertahankan
kemerdekaan RI dan menantang penjajahan dari manapun datangnya.
Setelah pengibaran benderah merah putih pertama kali di Jambi, maka
diadakan pertemuan antara tokoh-tokoh masyarakat. Hasil pertemuan itu
iyalah. mengenai pembentukan organisasi meliter di daerah Jambi5.
Diantaranya yaitu tebentuknya barisan Hizbullah yanng di pimpin oleh H.
M. Daud.
Dari latar belakang di atas peneliti tertarik, untuk melakukan
penelitian lebih dalam atau lebih luas. Sehingga peneliti mengambil dengan
judul Bentuk-bentuk Perjuangan Ulama dalam Mempertahankan
Kemerdekaan di Jambi (1945-1949)”
Harapannya, penelitian ini dapat memberi penganyatan metodologi
dan topic yang di anggap penting untuk di kaji secara akademikkedepannya.
5Bambang Suwando (1979) Sejarah revolusi kemerdekaan
6
B. Batasan Dan Rumusan Masalah
Pokok permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah
Bentuk-Bentuk perjuangan Ulama dalam mempertahankan kemerdekaan di
Jambi (1945-1949). Perjuangan Ulama dalam memepertahankan
kemerdekaan tidak hanya melalui perjuangan fisik saja tetapi juga dengan
mujahada. Mengenai batasan Temporel perjuangan Ulama serta rakyat
Jambi sudah ada semenjak masa Agresimeliter pertama dan kedudukan
Jepang. Akan tetapi penulis mempokuskan mulai tahun 1945-1949, Jambi
pada awal Indonesia merdeka adalah sebuah keresidenan yang berada
diwilayah Provinsi Sumatra. Jabatan yang memegang wilayah tersebut yaitu
Residen Republik Indonesia, Wilayah Kerisidenan Jambi yang tadinya satu
wilayah menjadi dua wilayah, yaitu wilaya Jambi hulu dan wilayah jambi
hilir.
Berdasarkan latar belakang dan pokok masalah yang diurutkan di
atas dapat dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk strategi Ulama Jambi dalam mempertahankan
kemerdekan di Jambi 1945-1949 ?
2. Bagaimana bentuk keterlibatan Ulama dalam mempertahankan
kemerdekaan di Jambi ?
7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.
Menurut Dudung Abdurrahman dalam Bukunya metode penelitian
sejarah Islam menjelaskan bahwa “Tujuan” adalah tindakan lanjut dari
masalah yang telah diidentifikasi oleh karena itu Tujuan penelitaian
hendaknya sesuai dengan urutan masalah yang telah dirumuskan.6 Tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk perlawanan Ulama Jambi dalam
mempertahankan kemerdekaan.
2. Untuk mengemukakan bentuk keterlibatan Ulama dalam peristiwa
memepertahankan kemerdekaan di Jambi.
Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut :
3. Memberikan wawasan tentang khazanah. Sejarah lokal yang secara khusus
mengkaji tentang bentuk-bentuk perjuangan Ulama dalam mempertahankan
kemerdekaan di Jambi
4. Sebagai upaya pelestarian terhadap tradisi-tradisi pesantren dengan
mengangkat citra Kiyai atau ulama pesantren.
6. Dudung Abdurrahman, Metodelogi Penelitian Sejarah Islam (Yogya Karta :Ombak 2011) hlm.27
8
D. Tinjauan pustaka
Tinjauan pustaka adalah peninjauan kembali pustaka. Peristiwa
terkait ( revew of literaturl) yang berfungsi, diantaranya untuk menegetahui
manfaat penelitian sebelumnya menghidari duflikasi dan memberikan
masalah penelitian. Sepengetahuan penulis pembahasan tentang perjuangan
rakyat Jambi serta kesultanan Jambi dan ulama itu sudah ada yang
membahas tetapi pembahasan tentang ulama itu kurang masih yang
membahas terutama bentuk-bentuk perjuangan ulama dalam
mempertahankan kemerdekaan di Jambi (1945-1949) penelitian ini
merupakan pelengkap dari karya-karya yang sudah ada yang memebuat
perjuangan rakyat jambi serta pemikiran Islam di Jambi. Ada beberapa
karya yang dapat dijadikan sumber dalam penelitian ini, antara lain.
Pertama, Bambang Suwando, (1979), Sejarah Revolusi
Kemerdekaan (1945 – 1949) Daerah Jambi
Kedua, “The Establishment of Colonial Rule in Jambi: The Dual
Strand of Politics and Economics”,14 yang membahas tentang kebangkitan
kolonial di Jambi yang berangkat dari kepentingan politik dan ekonomi, dan
“Rivals and Rituals in Jambi-South Sumatra (1858-1901)” yang dimuat
dalam jurnal Modern Asia Studies 27 (1993).
Ketiga, Barbara Watson Andaya, yang menulis To Live as Brothers:
Southeast Sumatra in Seventeenth an Eighteenth Centuries (1993), yang
membahas sejarah Sumatera Tenggara, yakni Palembang dan Jambi.
9
Keempat, Taufik Abdullah, sejarawan Indonesia. Satu-satunya
tulisannya tentang Jambi adalah artikel berjudul “Reaksi terhadap Perluasan
Kuasa Kolonial: Jambi dalam Perbandingan”.
Kelima, Dr, Ali Muzakir M. Ag beserta timnya, Prof. Dr. H.
Adrianus Chotib,. S. S.,M. Hum. Dr Subhan. Drs. Risnal Mawardi. Drs.
Junaidi T. Noor mereka menulis Kesultanan Jambi dalam konteks sejarah
Nusantara. Buku ini merupakan rekontruksi sejarah dengan menggunakan
metodologi strukturasi dan berusaha menunjukkan proses reproduksi yang
terjadi sebagai akibat adanya interaksi di antara para toko penguaasa Jambi.
Benturan dua struktur yakni kesultanan Jambi dan rezim kolonial Belanda
menjadikan wajah baru dalam kesultana Jambi paska konflik politik dan
menetukan sejarah Jambi di masa paska kolonial. Tanpa memahami proses
yang berlansung pada pergantian abad XIX-XX.
E. Kerangka Teori
Dalam sejarah bangsa Indonesia, bayak perjuangan rakyat yang
selalu dikaitkan dengan hubungan sikap anti kafir serta gerakan reaktifnya
terhadap kehadiran kolonial yang ingin menjajah tanah Indonesi. Dalam
bayak kasus ideologi Jihad memainkan peranan yang sanagat penting dalam
perlawanan anti kolonial.7 Ideologi jihad fisabilillah yang menganggap kafir
penjajah yang menjajah Indonesia ini terbukti ampuh untuk menyatukan
rakyat Indonesia untuk melawan parah penjajah yang ingin bercokol
kembali di bumi Indonesia
7 SartonoKartodirdjo, “Respon-respon pada pada penjajah Belanda di Jawa. Mitos dan Kenyataan dalam prisma, Nomor 11,1984),Hlm, 10.
10
Ideologi perang sabil mulai abad XVII ( masa penjajahan Belanda )
sampai awal abad ke XX ( masa penjajahan Jepang ) telah menjadi faktor
penggerak yang paling penting bagi rakyat Indonesia untuk melawan
penjajah yang dianggap kafir. Memudahkan dalam melegetimasikan posisi
dan mobilisasi rakyat untuk mengadakan sebuah perlawanan. Di bawah
pimpinan Ulama, perang bukanlah sekedar menyambung nyawa dalam
membela Negeri tetapi juga sebagi tindakan yang secarah spritual bermakna
sebuah peperangan kemudian disakralkan dan dipersuci, Jika mereka mati
dalam perang melwan kafir kehidupan mereka bukanlah berakhir tetapi
bemulanya kehidupan yang semurninya dan seabadinya yang menjadikan
kebahagian yang tiada henti sebab mati dalam perang melawan kafir adalah
syahid ” di jalan Allah8 “ peranan Ulama dalam melawan penjajah di Jambi
adalah sebagi key person dan informal leader dalam memimpin perjuangan
rakyat Jambi.9
Menurut Ibrahim Alfian perang sabil atau perang Sabilillah jihat
dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Jihad melawan senjata Atau jihat kecil
2. Jihad melawan hawa nafsu dala diri sendiri atau jihat besar
3. Jihad damai tanpa senjata atau jihat dakwah dengan tujuan
agar orang berbuat baik dan meninggalkan pekerjaan yang tercelah.10
8 Ibrahim Alfian, Perang dijalan Allah ( Jakarta : Pustaka sinarharapan, 1979), hlm, 10 9Darban. “Sejarah”hlm.10.
10 Apian. Perang.hlm.21.
11
Penelitian ini menggukan konsep jihad yang pertama yaitu, Jihad
meawalan senjata kecil, Jihad yang dimaksud disini adala jihad yang
menggunakan senjata seadanya serta yang mudah didapat seperti semurai,
golok, parang dan bambu runcing. Dalam perjuangan untuk
mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Di bawa komando para Ulama ideologisasi perang sabil dilakukan
untuk mencapai Rhido Allah. Para Ulama tidak hanya berkecimpung
didunia pendidikan saja tetapi juga mempunyai peranan dibidang politik,
sosial, ekonomi, meliter dan sebagainya. Bahkan Thomas Stamford Rofflen
mengatakan bahwa peran Ulama Indonesia sangat menunjang dalam
berbagai pemberontakan yang terjadi di Indonesia, Ia berpendapat the
mohametan prinsts have almusth invariable been found most activein very
casi of incarection.” Yang artinya Ulama – ulama tidak berubah dan
selalalu dijumpai dalam setiap pemberontakan11, Menurut douwes dekker
setia budi pemimpin Indische Partij (1912 M ) dan National Indische Partij
(1919 M ) menyatakan jika tidak karena sikap dan semangat para Ulama,
sudah lama patriotisme dikalangan bangsa kita mengalami kemusnahan.12
Ini membuktikan perana Ulama sangat urgen dalam sejarah bangsah
Indonesia, apalagi setalah dikeluarkan resolusi Jihad oleh K.H. Hasyim
Asy’ari semakin memperkuat keyakinan rakyat Indensia untuk berjuang
dalam mempertahankan kedaulatan negara Republik Indonesia.
11Ahmad Mansur Suyanegara, Menemukan Sejarah, Wacana pergerakan, Islam di Indonesia (Bandung mizan, 1995). Hlm. 238 12Ahmad Mansur Suyanegara. Api Sejarah. Jilid 1 ( Bandung: salamadani,2009). Hlm
522
12
Semangat jihat waktu itu tidak hanya ditunjukkan untuk membela
tanah Air saja, melainkan sebagai bentuk menifestasi keimanan dan
ketakwaan umat Islam terhadap Agama yang di anutnya semboyan yang
menjadi pendorong sekaligus mengilhami rakyat Indonesia untuk
meperjuangkan kemerdekaan ialah Hub al wathan mind al iman( cinta
tanah air sebagaian dari pada Iman ) Dari semboyan inilah rakyat Indonesia
terpanggil untuk terlibat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan
RI. Seandainya rakyat Indonesia tidak mau terlibat dalam terlibat dalam
perjuangan tersebut maka terdapat kekurangan sebagian iman dalam jiwa
mereka perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan semakin
mendapat dukungan yang penuh setelah dilandasi dengan semangat
keislaman.13
Geakan anti kafir berfungsi untuk menghimpun kekuatan serta
berbagai unsur- unsur etnis, sehingga mendorong proses integrasi dan
membentuk semacam prota nasionalisme, sehingga mereka disatukan
dibawa satu ideologi yaitu Islam, solidaritas akan mudah terbentuk.14
Penelitian ini menggunakan pendekatan behavoirial, pendekan
behavoirial adalah pendekatan yang menjelsakan apakah aktor tersebut
benar- benar terlibat dan bagai mana penulis dapat menjelaskan tentang
mengapa mereka melakukannya.15 Pendekatan ini digunakan untuk
mengungkap peran Ulama sebagia pemimpin yang utama dalam perjuangan
13M. Abdul Karim, Islam dan kemerdekaan Indonesia ( Yogyakarta sumbangsih, pres,
2005). Hlm. 40 14Sartono Kartodirjo, Pengantar Sejarah. Hlm 276 15David Marsh. Dan Gerry Stoker teori dan mode dalam ilmu politik ( Bandung : nusa
media: 2012). Hlm. 54
13
rakyat Jambi untuk memimpin perjuangan dalam mempertahankan
kemerdekaan RI.
F. Metode Penelitian
Secara keseluruhan penelitian ini merupakan kajian pustaka
(Library research) metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui
sesuatu, yang mempunyai langkah – langkah. Sistematis metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode histori yaitu proses menguji
dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masalalu
berdasarkan data yang diperoleh.16 Dalam rangka memaparkan perjuangan
Ulama dalam mempertahankan kemerdekaan, penulis melakukan empat
langkah penelitian yaitu, Heuristik, verifikasi, Interetasi, dan Histiografi.
Langkah pertama adalah heuristik ( pengumpulan sumber ), heuristik
merupakan keterampilan untuk mengumpulkan sumber, penulis
mengumpulkan sumber – sumber yang didapat dari berbagai literatur baik
yang berupa buku, skripsi, jurnal, laporan penelitian, yang relevan dengan
tema penelitaian.
Langkah kedua adalah Verifikasi (kritik sumber ). Metode ini
melakukan dengan kritik terhadap terhadap sumber yang penulis peroleh
dalam tahap ini ada dua macam kritik yang penulis harus ditempuh yaitu :
1. keaslian Sumber ( otentitas ) yang dilakuakan kritik ekstern. Kritik ekstern
dilakukan untuk menguji bagian fisik sumber yang didapatkan dan
keakuratan sumber, asli atau tidaknya.
16 Louis Gottschok, mengerti sejarah. (Jakarta ; Universitas Indonesia 2008 ). Hlm. 39
14
2. Keabsahan tentang kebenaran sumber ( kredibelitas ) yang ditelusuri melalui
keritik intern. Pada tahap ini penulis membandingkan sumber yang satu
dengan sumber yang lain untuk mencari data yang lebih akurat yang
berkaitan dengan tema penelitan.
Langkah ketiga adalah interpretasi ( analisis fakta sejarah )
interpretasi merupakan proses penggabungan antara sejumlah fakta yang
diperoleh dari sumber – sumber sejarah yang berkaitan dengan tema
penelitian dengan sebuah teori kemudian disusunlah fakta tersebut kedalam
suatu interpetasi secarah menyeluruh.
Langkah keempat adalah historiografi ( penulisan sejarah ). Sebagai langkah
yang terakhir dalam metode sejarah, historiografi merupakan cara penulisan,
atau laporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan.17 Setelah
mengumpulkan sumber, melakukan kritik, sumber intern maupun ekstern
selanjutnya melakukan penulisan atau pemaparan secarah utuh dan
sistemmatis atas Bentuk-bentuk Perjuangan Ulama dalam
Mempertahankan Kemerdekaan di Jambi (1945-1949)”
G. Penjelasan Judul
Ulama adalah orang yang ahli dalam hal atau dalam pengetahuan
agama Islam. Kata ulama berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari kata
‘aalim. ‘Aalim adalah isim fa'il dari kata dasar:’ilmu. Jadi ‘aalim adalah
orang yang berilmu dan ‘ulama adalah orang-orang yang punya ilmu.Ulama
(Arab: al-`Ulamā`, tunggal ʿĀlim) adalah pemuka agama atau
17 Dudung Abdurrahman, Metodelogi Penelitian, hlm, 17
15
pemimpin agama yang bertugas untuk mengayomi, membina dan
membimbing umat Islam baik dalam masalah-masalah agama maupun
masalah sehari hari yang diperlukan baik dari sisi keagamaan maupun sosial
kemasyarakatan. Makna sebenarnya dalam bahasa Arab adalah ilmuwan
atau peneliti, kemudian arti ulama tersebut berubah ketika diserap kedalam
Bahasa Indonesia, yang maknanya adalah sebagai orang yang ahli dalam
ilmu agama Islam18
Di dalam Alquran kata “Ulama” diulang sebayak dua kali yaitu di
dalam surat Asy – Syu’ara ayat 197 dan Faathir ayat 28. Dari kedua surat
tersebut mengisyaratkan bahwa Ulama merupakan hamba Allah yang
beriman, bertaqwa menguasai Ilmu kauniya dan taziliyah, berpandangan
hidup luas, dan beribadah degan landasan rasa takut kepada Allah SWT.19
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah
mengatakan: “Ilmu merupakan warisan para nabi dan para nabi tidak
mewariskan dirham dan tidak pula dinar, akan tetapi yang mereka wariskan
adalah ilmu. Barangsiapa yang mengambil warisan ilmu tersebut, sungguh
dia telah mengambil bagian yang banyak dari warisan para nabi tersebut.
Dan engkau sekarang berada pada kurun (abad, red) ke-15, jika engkau
termasuk dari ahli ilmu engkau telah mewarisi dari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan ini termasuk dari dari keutamaan-keutamaan yang
paling besar.20
18 KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),hal.15 19Badruddin Hsubky. 1995. Delema Ulama dalam perubahan Jaman. Gema Insani press.
Jakarta. Hal 20 ( Kitabul ‘Ilmi,). hal. 16
16
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala
memberitakan bahwa mereka (para ulama) adalah orang-orang yang takut
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengkhususkan mereka dari mayoritas orang. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya
adalah ulama, sesungguhnya Allah Maha Mulia lagi Maha Pengampun.”
(Fathir: 28).
Ayat ini merupakan pembatasan bahwa orang yang takut kepada
allah adalah ulama Ibnul Qayyim dalam I’lamul Muwaqqi’in-nya membatasi
bahwa ulama adalah orang yang pakar dalam hukum Islam, yang berhak
berfatwa di tengah-tengah manusia, yang menyibukkan diri dengan
mempelajari hukum-hukum Islam kemudian menyimpulkannya, dan yang
merumuskan kaidah-kaidah halal dan haram.21
21 (Miftah Dar As- sa’adah 1/225)
17
BAB II
KONDISI JAMBI SEBELUM KEMEDEKAAN
Menjelang akhir tahun 1939, partaipartai politik menginsyafi
benar akan kegentingan dunia. Perang berkecamuk di Eropa dan ada
ancaman perang di Pasifik yang sewaktuwaktu dapat meletus. Oleh sebab
itu partaipartai politik menggunakan kesempatan itu sebaik - baiknya untuk
mencapai Indonesia merdeka. Ancaman perang di Pasifik dan Indonesia itu,
sudah tentudisadari oleh Pemerintah Hindia Belanda ketika itu, sebab sikap
pemerintah Hindia Belanda saat ini ditentukan setidak-tidaknya di
pengaruhi oleh faktor pergerakan nasionalyang dilancarkan partai- partai
dan organisasi politik, serta persiapan untuk menghadapi perang Asia Timur
Raya.22
Menjelang pecahnya Perang Pasifik atau PerangAsia Timur Raya.
Kekuasaan penjajahan Belanda di Indonesiasudah berada di ujung tanduk.
Namun pemerintahan Kolonial Belanda masih juga bersikeras kepala, kaku
dan penuh keangkuhan danTidak mau tahu sedikitpun tentang aspirasi
kemerdekaan rakyat Indonesia. Mereka tetap ingin mempertahankan
kekuasaankolonialnya di Indonesia23.Satu-satunyasikap Belanda yang cukup
mengembirakan masyarakat daerah ialah diperbolehkannya menggunakan
kata Indonesia sebagai pengganti kata Nederlands Indie atau Hindia
Belanda, dan kata “Indonesia” sebagai pengganti kata Inlander. Pergerakan
22Tim nasional Penulis Sejarah Indonesia, Sejarah Nasional Indonesia Jilid 6 (Balai
Pustaka: 2012) Hal. 15 23Sagimun, 1989:33-34
18
nasional terus berkembang dengan semakin meningkat dan mendalamnya
kesadaran akan identitasnya. Dalam keadaan yang demikian, istilah-stilah
Hindia Belanda (NederlandIndie), pribumi (Inlander), atau kepribumian
(Inlandsch)sangat sensitif dimata kaumpergerakan yang kesadaran akan
identitasnya sudahmendalam. Mosi Thamrin mengusulkan agar istilah-
istilah tersebut diganti dengan Indonesie (Indonesia), Indonesier (Bangsa
Indonesia) dan keindonesiaan (Indonesisch), khususnya di dalam dokumen-
dokumen pemerintah. Keberadaan pemerintah terhadap mosi ini adalah
bahwa perubahan istilah itu membawa implikasi politik dan ketatanegaraan,
seperti apa yang termasuk dalam UUD Kerajaan Belanda. Mosi Thamrin
merupakan salah satu yang diajukan dalam perjuangan di lingkungan dewan
rakyat.
Pada saat itu Pemerintah Belanda dalam menghadapi kemungkinan
serbuan Jepang bermaksud untuk mengadakan milisi rakyat. Rakyat
Indonesia akan dijadikan umpan peluru, apabila jepang menyerbu Indonesia.
Gabungan Politik Indonesia (GAPI) menolak milisi rakyat ini, karena itu
bukanlah yang di ingini rakyat Indonesia sejak tahun 1915, dan baru akan
menjadi soal jika rakyat terlebih dahulu telah diberi hak bersuara. Hal ini
mengakibatkan Pergerakan Nasional menjauhkan diri dari
PemerintahHindia Belanda, rakyat acuh tak acuh dan pelaksanan
milisimenemui kegagalannya. Sampai pada saat-saat akhir pemerintahan
kolonial Belanda, semua usulan pihak Indonesia, baik untuk memberi status
merdeka kepada Indonesia maupun ajakan kerja sama dalam menanggulangi
19
bahaya perang tetap ditanggapi dengan cara menjalankan politik
“menunda”, yaitu menunggu sampai perang selesai24
Sehubungan dengan kegagalan milisi rakyat ini, maka pemerintah
Hindia Belanda di daerah Jambi dalam usahanya melakukan persiapan
terhadap kemungkinan serbuan Jepang, berusaha mendekati tokoh-tokoh
atau pemuka-pemuka masyarakat di daerah Jambi. Pertemuan-pertemuan
antara pejabat-pejabat pemerintah Hindia Belanda dan pemuka-pemuka ini
tidak membawa hasil yang memuaskan sebagaimana tujuan yang
diharapkan Belanda dalam menghadapi kemungkinan serangan Jepang ke
daerah Jambi. Satu-satunya tindakan pemerintahan Hindia Belanda dalam
menghadapi kemungkinan serangan Jepang ke daerah Jambi ialah
memobilisasi pegawai-pegawai dalam wadah “Stadswacht” atau penjaga
kota Stadswachtini berhasil dibentuk hanya untuk Kota Jambi, di kota-kota
lain Belanda tidak berhasil membentuk Stadswacht ataupun landwacht.
Adapun Stadswacht yang dibentuk oleh Belanda ini berkekuatan satu
kompi, anggota Stadswacht dilengkapi dengan pakaian seragam dan di
persenjatai. Kegagalan Belanda membentuk landwacht, di daerah-daerah
menunjukkan pula bahwa usaha dan persiapan Belanda dalam menghadapi
kemungkinan serangan Jepang di Daerah Jambi sia-sia.
Belanda datang pertama kali di Jambi pada masa pemerintahan
sultan Jambi I, yaitu Sultan Abdul Kahar, pada waktu itu tahun 1615, tibalah
pertama kali di Jambi dua kapal dagang Belanda “wapen van
24Poesponegoro,Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Pertumbuhan Dan Perkembangan,
(Balai Pustaka 2010) Hal.73.
20
Amterdam” dan “Middelburg” di bawa pimpina onder koopman (wakil
kepala perdagangan). Abraham sterek.
Maksud kedatangan Belanda ke Jambi pada mulanya juga sama dengan
kedatangan mereka ke daerah-daerah lain di Indonesia, yaitu untuk
berdagang. Terutama mencari rempa-rempah. Dengan cara yang licik dan
janji yang muluk-muluk Abraham Strek berhasil mendapat izin untuk
tinggal di Muarah Kumpeh. Usaha pertama yang dilakukannya ialah
mengadakan penyelidikan tentang perdagangan dan jenis hasil bumi banyak
diperdagangkan. Untuk maksud tersebut mereka tidak segan-segan
memberikan bingkisan-bingkisan kepada beberapa orang terkemuka.
Bahkan mereka telah membuat perjanjian dengan saudagar-saudagar cina di
daerah ini. Setelah mendapatkan semua bahan yang diperlukan, sebagai
langkah selanjutnya mereka mengajukan permohonan berdagang kepada
sultan, sekaligus dengan pemakaian sebidang tanah untuk urusan usaha
tersebut pad tahun 1616 mereka telah mendapatkan izin dari sultan Abdul
Kahar untuk mendirikan sebuah “Loji” tetapi yang sebenarnya yang lebih
berfungsi sebagai benteng dari kantor dagang. Bangunan tersebut didirikan
di Muaro Kumpeh, di tepi Sungai Batang hari.
Dengan berdirinya loji Belanda di muarah kumpe itu, maka mulailah suatu
babak baru dalam sejarah Jambi sebelum itu Jambi berada dalam
ketentraman dan ketenangan, tetapi sekrang berganti dengan kecemasan dan
kegelisahan karena adanya keinginan Belanda unutk menjalankan monopoli
perdagangan yang kadang-kadang disertai dengan pemaksaan dan tindakan
yang sewenang-wenang sebagai suatu perkumpulan dagang, VOC memang
21
berusaha mencari keuntungan sebayak- bayaknya dengan melaksankan
monopoli bahan rempah-rempah di kepulawan Indonesia. Tindakan bangsa
Belanda yang datang ke Jambi untuk melaksankan sistem monopoli
perdagangan serta adanya menanamkan kekuasaan di daerah ini mendapat
perlawanan rakyat Jambi. Perlawana rakyat Jambi ini digerakkan oleh
sultan-sultan serta perjuang-perjuang rakyat Jambi yang ingin
mempertahankan kemerdekaan negerinya serta benci penjajah asing. Bentuk
perlawanan mereka terhadap tindakan Belanda pada waktu itu tidak berbeda
dengan perlawanan rakyat Indonesia di daerah lain, Yaitu perlawanan secara
tradisional dan terpecah pecah.
Daerah Jambi yang sejak zaman dahulu terkenal dengan dengan hasil
hutannya serta telah melakukan hubungan dengan secara bebas dengan
negeri-negeri lain menjadi goncang akibat sistem monopoli dagang belanda
ini. Sistem monopoli jelas tidak dapat diterima oleh rakyat Jambi, karena
selalu akan merugikan mereka. Juga bertentangan dengan kebiasaan dagang
bebas yang mereka lakukan selam ini.
A. Kondisi Agama
Pada saat Belanda datang ke Jambi, rakyat Jambi telah merupakan
penganut agama Islam yang taat, perbedaan agama dengan bangsa Belanda
yang ingin memerintah dan mengatur kehidupan mereka telah menimbulkan
kebencian seluruh rakyat. Karena ini bertentangan dengan prinsip agama
Islam yang mereka anut selama ini, walaupun ada pengawasan dan
pembatasan yang ketat oleh pemerintah Hidia Belanda terhadap guru-guru
22
Agama, madrasah-madrasah dan lembaga pendidikan lainnya serta ada pula
pembatasan nikah bercatat, perkembangan agama Islam tidak dapat
dihalangi.
Lembaga-lembaga pendidikan keagamaan yang didirikan oleh
murid-murid Syekh Ahmad Chatib tahun 1915 dengan dipimpin oleh Said
Ali Almussawa dan ulama-ulama lain seperti K.H. Saleh, H. Ahmad
Syukur, H. Ibrahim, H.A Somad, H, Usman, Said Alwi dan lain-lain
dibangun beberapa madrasah di Jambi seperti Nurul Iman, Nurul Islam
As’ad, dan lain-lain25
Madrasah-madarasah inilah yang membawakan pembeharuan faham
keagamaan di daerah Jambi, akan tetapi pembeharuan faham keagamaan di
daerah Jambi tidak sampai menimbulkan aliran muda (kaum muda) dan
kaum tua dalam keagamaan, kareana ulama-ulama dan pemuka-pemuka
agama diikat dalam satu badan Tsamarutul Insan.26
Dengan adanya pembeharuan-pembeharuan yang dipelopori oleh
bekas bekas murid-murid syeh ahmad chotib, maka pengetahuan agama
msyarakat bertambah. Faham Wahdatul Wujud dan Rabithah diajarakan.
Bida`ah dan Khurafat diberantas habis. Adat yang tidak cocok atau tidak
sefaham dengan agama ditingalkan, sihir dan kepercyaan lainnya
dikembalikan kepada kedudukannya yang sebenarnya dengan menjelaskan
yang hak dan yang batihl.
25Model dan Sistem peperintahan Indonesia, (Kementrian peneranagan, 1998), hal. 1078, 26Loc cit. Hal.987
23
Agama- agama lain pada saat ini tidak mendapat tempat di kalangan
penduduk daerah ini. Penyebaran dan pengajaran injil oleh pemerintah
Belanda dilarang, oleh karena itu agama kristen hanya dianut oleh tentara
yang terdiri dari orang Ambon, Menado dan Jawa, juga Orang Belanda yang
bekerja di maskapai-maskapai minyak dan maskapai lainnya kepunyaan
Belanda.
Sedangkan agama lain yang terdapat di daerah ini dan mempunyai
cukup banyak penganut ialah Budha dan Kong Hu chu yang di anut orang
cina.27
B. Kondisi Politik
Sejak abad ke-17 Jambi telah merupakan kesultanan yang di
perintahkan oleh sultan-sultan Jambi yang turun temurun. tetapi sejak
Bangsa Belanda memperoleh izin unutk tinggal di Muaro Kumpeh, mereka
sering mengadakan campur tangan dalam urusan pemerintahan, juga dalam
masala pergantian sultan. Mereka memanfaatkan setiap adanya perselisihan
antara sultan Jambi dengan pihak lain seperti dengan Johor dan dengan
orang-orang dari Timur, juga perselisihan dikalangan istana sendiri mereka
manfaatkan untuk memperkuat posisi mereka di daerah ini, sehingga
merekalah yang menentukan jalannya pemerintahan, kekacauan tersebut
semakin meruncing karena tekanan pihak Belanda terus berlansung hingga
berakhir dengan penandatanganan perjanjian yang menguntungkan pihak
27Ibid. Hal.56
24
Belanda.28 Dimana perjanjian tahun 1833 mempunyai arti penting bagi
sejarah Jambi. Karenah dalam perjanjian itu untuk pertama kalinya daerah
Jambi dinyatakan dikuasai dan di lindungi oleh Negeri Belanda dan dengan
demikian sejak itu Belanda secara lansung mencampuri urusan
pemerintahan di Jambi adapun isi perjanjian tersebut ialah :
1. Pemerintahan Hindia Belanda berhak memungut cukai barang-barng inpor
dan ekspor.
2. Pemerintah Hindia Belanda berhak memanopoli penjualan garam
3. Pemerintahan Hindia Belanda tidak mengurus cukai yang lain
4. Pemerintahan Hindia Belanda tidak akan mencampuri urusan pemerintahan
dalam negeri dan tidak akan mengganggu adat istiadat dalam negeri, kecuali
dalam hal penggelapan cukai yang telah menjadi hak pemerintah Belanda
untuk memungutnya.
5. Kepada Sultan dan Pangeran Ratu diberikan uang sebesar 8.600 – (delapan
ribu enam ratus gulden) setiap tahun.29
Semua perjanjian yang telah paksakan kepada kesultanan Jambi
yang pada hakekatnya ingin meletakkan Jambi di bawah kekuasan Belanda
itu ternyata tidak dapat berjalan seperti yang mereka harapkan. Rakyat
Jambi menolak segala bentuk pemerasan dan penjajahan. Sultan Thaha
Syaifudin yang merupakan Sultan Jambi Yang terakhir, tidak mau mengakui
semua perjanjian yang telah dibuat Belanda itu, Sultan Thaha juga tidak
mau berunding atau mengadakan perjanjian baru dengan Belanda.
29Sultan Thaha Syaifudin arsip vol .07
25
C. Kondisi Ekonomi
Pada masa pemrintahan kesultanan Jambi, Perekonomian Jambi
sudah meningkat dimana pada masa itu bidang perniagaanya bayak
melibatkan Ulama Jambi dan sultan Jawa yang berasal dari kerajaan
Majapahit dalam pembangunan ekonomi kesultanaan Melayu Jambi yang
mengembangkan komoditi perdagangan lada dengan perusahaan Inggris,
Hindia Timur Belanda, pedagang suku Bugis dan suku Jawa, serta
kelompok pedagang Etnis China. Pada awalnya peranan Sultan dan Ulama
dalam perdagangan lada hanya bertindak sebagai pengepul kemudian
berkembang sebagai pembeli. Setelah komoditi perdagangan mengalami
peningkatan. Perkembangan komoditi perdagangan lada tersebut
menjadikan pelabuahan Jambi berfungsi sebagai pelabuhan regional,
nasional, internasional di jalur perdagangan Semenanjung malaka.30Sampai
abad 20 kondisi perekonomian di Jambi lebih meningkat rakyatnya sangat
makmur dengan komoditi karet atau (geta) yang sangat segnifikat harga
yang mahal kemakmuran ini timbul karena barang-barang hasil bumi yang
di hasilkan msyarakat Jambi. Pada daerah Jambi, keberadaan tanaman karet
mengambil kedudukan yang penting didalam penghidupan di Jambi.
Bagian terbesar dari masyarakat yang mendiami daerah Jambi hidup
dari hasil penjualan karet. Ketikaharga karet dalam kurun waktu sebelum
adanya depresi ekonomi tahun 1930, harga karet cukup tinggi, rakyat
dengan giat mengusahakan penyadapan karet untuk meningkatkan produksi.
Penghasilan dan pendapatan yang mencukupi,membawa rakyat daerah
30Sultan Thaha Syaifudin arsip
26
Jambi kepada standar kehidupan ekonomi yang lebih baik dari masa
sebelumnya, yang oleh Rakyat daerah Jambi tingkat kemakmuran ini
dinamakan pula “Hujan Emas”. Kemakmuran ini timbul karena tingginya
harga barang-barang hasil bumi yang di ekspor seperti karet, kopi dan teh
yang dihasilkan oleh rakyat Jambi. Tingginya harga barang ekspor tersebut
mendorong rakyat untuk menghasilkan lebih banyak barang hasil bumi
untuk dijual, dan hal ini dimungkinkan oleh keadaan geografi daerah Jambi.
sangat cocok dengan tanah dan iklim daerah ini dan terdapat di sebagian
besar daerah Jambi. Karet sangat cocok dengan tanah dan iklim daerah ini
dan terdapat di sebagianbesar daerah Jambi. Selain itu juga cara penanaman
karetsangat mudah bagi petani, sehingga hasil karet dapat meningkat dengan
cepat31
Tingginyaekspor yang dilakukan oleh masyarakat Jambi karena kota
Jambi, merupakan kota pelabuhan pengekspor karet yang terbesar di
Sumatera Tengah ketika itu, di samping pelabuhan transit bagi barang-
barang yang masuk ke daerah Jambi untuk keperluan rakyat di daerah Uluan
Jambi, dan dengan demikian merupakan pula pelabuhan dagang. Pesatnya
perkembangan perdagangan ini, menarik perhatian orang-orang pendatang
dari Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Jawa untuk turut serta berusaha
mencapai kesejahteraan hidup .
Kegiatan rakyat dalam menghasilkan barang hasil bumi yang
ternyata mendatangkan kemakmuran, mengakibatkan pula rakyat lupa akan
sifat hati-hati dan hemat. Sifat hati-hati ini mencangkup sikap tentang
31(Depdikbud, 1978:76).
27
kemungkinan turunnya harga barang-barang hasil bumi, baik karena adanya
kelebihan produksi ataupun karena rendahnya permintaan akan barang-
barang tersebut. Ketika pada tahun ± 1930 terjadi krisis ekonomi yakni
depresi ekonomi, maka di daerah Jambi dengan adanya kelebihan produksi
barang hasil bumi, maka timbul penawaran yang terlalu besar dibandingkan
dengan permintaan, mengakibatkan turunnya harga-harga karet. Para
saudagar yang menjadi pembeli barang hasil bumidengan turunnya harga
menjadi ragu, dan denganmenunggu-nunggu mereka mengharapkan harga
akan turun lagi. Di lain pihak rakyat petani yang menghasilkan karet dan
hasil bumi lainnya merasa takut harga akan semakin turun maka mereka
melemparkan barang-baranghasil bumi dengan harga rendah.
28
BAB III
SEJARAH JAMBI AWAL KEMERDEKAAN
A. Berita Proklamasi Kemerdekaan Di daerah Jambi
Kekuasaan Belanda atas Jambi berlangsung kurang lebih selama 36
tahun karena pada tanggal 9 Maret 1942 terjadi peralihan kekuasaan
kepadapemerintah Jepang. Dan pada 14 Agustus 1945 Jepang
menyerahpada sekutu. Perjalanan perjuangan Revolusi dari Rakyat Jambi
serta dilengkapi dengan pembahasan mengenai pembentukan organisasi
militer di daerah Jambi yang dipicu oleh kedatangan bala tentara Jepang
yang menimbulkan kesengsaraan bagi rakyat.32
Jambi sehingga menimbulkan keinginan rakyat untuk membentuk
kekuatan militer pada saat itu. Pada tanggal 17 Agustus 1945
diproklamirkanlah Negara Republik Indonesia, Semangat nasionalisme
berkobar di seluruh penjuru negeri Indonesia, tidak pandang bulu
semuarakyat Indonesia ikut serta menikmati euforia rasakemenangan atas
Kemerdekaan Bangsa Indonesia atas penjajahan Jepang. Begitujuga dengan
daerah Jambi, daerah Jambi menerima berita Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, setelah Dr.A.K.Gani dari
Palembang melalui telephon menyampaikan berita Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia kepada R. Sudarsono, pimpinan buruh di
pertambangan minyak Jambi. Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
tanggal 17 Agustus 1945 ini disambut gembira oleh masyarakat daerah
32 Bambang Suwondo, (1979), Sejarah Revolusi Kemerdekaan ( 1945-1949) Daerah Jambi, Jakarta: Depdikbud, hlm. 59.
29
Jambi yang kemudian membangunkan semangat patriotisme dikalangan
pemuda, tokoh masyarakat, alim ulama, cerdikpandai dan semua lapisan
masyarakat daerah Jambi untuk terus mempertahankan Kemerdekaan
Indonesia. Pasca diterimanya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
para tokoh Nasional daerah Jambi segeramelakukan pembentukan Badan-
badan Perjuangan dan kelengkapan organisasi pemerintahan yang berfungsi
sebagai wadah untuk mempertahankan kemerdekaan seperti pembentukan
Angkatan Pemuda Indonesia yang diketuai oleh Abunjani dan pembentukan
Komite Nasional Indonesia daerah Jambi yang diketuai oleh Maklam33.
B. Hinomaru dan Merah Putih
Bendera Merah Putih dikibarkan di puncak menara air oleh para
pemuda Jambi, antara lain R. Hoesen, Akipo, dan Amin Aini. Sementaraitu,
Kantor Pengadilan Jepang (dekat RS. Thersia sekarang) beberapapejuang,
seperti Zuraida, Nuraini, Sri Rexeki, Nurlela, dan Nursiah menurunkan
bendera Jepang (Hinomaru) dan menggantinya dengan menaikan bendera
Merah Putih. Praktis pada 22 Agustus 1945 bendera Merah Putih berkibar di
Jambi dan beberapa kota lainnya di Keresidenan Jambi. Pada tanggal
tersebut merupakan awal gerakan kemerdekaan Indonesia di Jambi, yaitu
terbentuknya Angkatan Pemuda Indonesia(API) yang diketuai oleh
Abunjani. API ini bertugas menjaga ketertiban, keamanan, membela, dan
mempertahankan kemerdekaan. Menindaklanjuti pembentukan Komite
Nasional Indonesia (KNI), Badan Keamanan Rakyat (BKR), dan Badan
Penolong Keluarga Perang (BPKKP) yang bertugas memelihara keamanan
33 Dewan Harian Daerah Angkatan 45 (1991), Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI (1945-1949) Di Provinsi Jambi, (Jambi : CV.Majelis Raya Offset). hlm.15
30
dan ketertiban umum di Jakarta, pada 25 Agustus1945 terbentuklah KNI
Jambi yang dilantik pada Oktober 1945. Selain mengetuaiBKR, Abunjani
jugaditunjuk mengetuai kelompok pemuda dari KNI. Pada 5 Oktober 1945
BKR diganti namanya menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan
komandannya Abunjani yang berpangkat Kolonel. Pada 24 Juni 1946 TKR
pun dirubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) dan Jambi
kesatuannya menjadi Resimen II Devisi II Jambi sebagai bagian dari
Sumatera Selatan. Sebelumnya, pada 17 Juni 1946 di adakan
penyempurnaan susunan Dewan Pertahanan Daerah Keresidenan Jambi
yang diketuai InuKertapati dan Kolonel Abunjani sebagai wakil ketua.
Residen II Divisi II pada 3 Juni 1947 dirubah lagi menjadi Resimen 43
Jambi dan terakhir menjadi BrigadeGaruda Putih.
C. Agresi Militer Belanda
Pada 10 September 1947 menyusul Agresi Belanda, Keresidenan
Jambi dibentuk Komando Daerah Militer Jambi dengan komandannya
Kolonel Abunjani dan wakilnya Letnan Kolonel Tituler R. Soedarsono.
Komando Daerah Militer Jambi kemudian pada 1 Juni 1948 menjadi TNI
Sub Teritorium di Jambi (STD) sebagai bagian TNI Sub Komando
Sumatera Selatan (Sub KOSS) dengan komandannya Kolonel Abunjani.
Dalam kedudukannya sebagai Komandan STD Jambi merangkap
pimpinan Komando Daerah Militer Brigade Garuda Putih dipegang sejak
Juni1948 hingga Januari 1949. Adanya kebijakan rasionalisasi dikalangan
TNI, pangkat Kolonel Abunjani diturunkan menjadi Letnan Kolonel.
Walaupun demikian, Letnan Kolonel Abunjani tetap di militer dengan
31
jabatan rangkap sebagai Wakil Gubernur Militer Sumatera Selatan khusus
daerah Jambi, jugasebagai Komandan STD sampai pertengahan Januari
1950. Terhitung Februari 411950 Letnan Kolonel Abunjani mengundurkan
diri dari TNI beralih profesi menjadi seorang pengusaha di Jambi dan
Jakarta. Salah satu peran Abunjani dalam menunjang perjuangan di masanya
adalah membentuk Badan Keuangan Perjuangan yang memobilisasi
pedagang karet ke Singapura dengan menyisihkan 10% keuntungan untuk
perjuangan.
Usaha tersebut selain dapat membantu perjuangan Pemerintah Pusat,
sewa beli Pesawat Catalina (RI 05) sebagai pesawat penghubung ke
Sumatera Barat maupun Yogyakarta dalam jaringan pemerintahan, juga
memasok perlengkapan dan perbekalan pasukan dengan sistem barter
komoditi lada, vanili, karet, dan lain-lain. Peran yang perlu dicatat
kepemimpinan Letnan Kolonel Abunjadi adalah memindahkan pusat
pemerintahan dan pertahanan militer saat serangan Belandapada 29
Desember 1948. Bersama dengan Rd. Inu Kertapati dan M. Kamil
mengungsi ke pedalaman, tetapi terhenti di Sengeti. Rd. Inu Kertapati
kembali ke Jambi untuk menenangkan keluarga dan masyarakat kota Jambi
oleh bombardier pesawat dan serangan tentara Belanda melalui Kenali
Asam dan Palmerah. Pada 1 Januari 1949 terbitlah surat kuasa Residen
Jambi Rd. Inu Kertapati kepada M. Kamil, Bupati Jambi Hilir untuk
meneruskan Pemerintahan Darurat Keresidenan Jambi.
Dalam rapat antara unsur pemerintah dan militer di Tebo
menghasilkan keputusan bahwa H. Baksan yang saat itu menjabat sebagai
32
Bupati Jambi Ulu sebagai Residen Pemerintah Darurat Keresidenan Jambi
dan Pusat Komando Militer dipindah kan ke Bangko. Walaupun mengalami
berbagai gempuran, perjuangan dan pemerintahan darurat berjalan
sebagaimana mestinya.
33
BAB IV
PERJUANGAN ULAMA DALAM MEMPERTAHANKAN
KEMERDEKAAN DI JAMBI (1945-1949)
A. Strategi Ulama Mempertahankan Kemerdekan Di Jambi.
Strategi berasal dari kata yunani "Strateges" yang berarti
"Pemimpin Tentara". Jadi kata strategi asli berarti kemahiran memimpin
tentara, demikian halnya dapat diartikan sebagai the art of the general.
Clausewitz mengatakan strategi adalah pengetahuan tentang penggunaan
pertempuran untuk kepentingan perang.34Dalam arti sederhana strategi
pada dasarnya merupakan suatu kerangka rencana dan tindakan yang
disusun dan disisipkan dalam suatu rangkaian pentahapan masing-masing
merupakan jawaban yang optimal terhadap tantangan-tantangan baru yang
mungkin terjadi sebagai akibat dari langkah sebelumnya dan keseluruhan
proses.
Strategi yang masih merupakan pola umum dalam konteks
perlawanan, harus diterjemahkan dan dikerucutkan dalam kerja-kerja
taktis. Antonio Gramsci (1956) membagi tiga wilayah gerakan atau perang
(war), yaitu: War of Position (perang posisi), War of Opinion (perang
opini), dan War of Movement (perang gerakan).35 Setelah kita melihat apa
yang dikatan oleh Gramsci di atas terlihat bahwa bentuk strategi yang
sering di gunakan pada masa pra kemerdekaan ialah War of Movement
34Miriam Budhiardjo, Pengantar Ilmu Politik (Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2012)Hal. 35 35Gramsci, Negara dan kekuasaan, (penerbit obor: 2001).hal.56
34
(perang gerakan) dengan banyaknya gerakan-gerakan pemberontakan
terhadap pemerintahan belanda demi terwujudnya kemerdekaan indonesia.
seperti Budi utomo, sarekat islam, insditje partij dan gerakan lainnya.
Pada masa kemerdekaan bahwa strategi yang digunakan oleh para
pejuang bangsa ialah melalui mua strategi umum. Yaitu dengan strategi
opini dan semangat serta motivasi perjuangan dan yang kedua dengan
strategi perang fisik.36dengan kelompok dan organisasi – organisasi yang
sengaja dibentuk sebgai upaya dari mempertahakan kemerdekaan yang
telah direbut dari tangan penajajah dan Republik Indonesia sebagai negara
yang sah.
1. Strategi Opini Dan Motivasi Gerakan
1.1 Fatwa dan Slogan Jihad
opini dan fatwa perjuangan atau jihad merupakan salah satu strategi
yang dipakai oleh ulama di Jambi dalam membantu dan mengobarkan
semangat juang . Strategi tersebut terbukti ampuh didalam mendorong
semangat juang rakyat Indonensia khususnya Jambi sebelum mereka
menjalankan startegi fisik maka ulama dengan fatwa-fatwanya selalu
mengobarkan semangat wajib mempertahankan kemerdekaan dari kaum
kolonialis.
36Tim nasional Penulis Sejarah Indonesia, Sejarah Nasional Indonesia Jilid 6 (Balai
Pustaka: 2012) Hal. 15
35
strategi opini dan motivasi perjuangan yang selalu dikumandangkan
oleh para ulama didalam mempertahankan kemerdekaan Indoensia
diilhami oleh semangat resolusi Jihad. Yang dikumandangkan oleh kaum
santri dan para ulama atas situasi pertempuran di Surabaya yang
semenakin sengit NU manggil seluruh konsulnya, di jawa dan Madura
mengdakan pertemuan guna pertempuran yang semakin kritis. Pada
tanggal 22 November 1945 itu, Nu mencetuskan Resolusi Jihad.
Reslousi jihad yang dikumandangkan NU ikut pula memberikan
inspirasi dan motivasi para pejuang muslim untuk turun ke kancah
pertempuran diberbagai kota. Slogan yang dikumandangkan oleh para
kiyai dan ulama serta kaum Muslimin Umumnya adalah :Hidup Mulia
atau Mati Syahid dan Cinta Tanah Air Adalah Bagian dari Iman. Slogan
inilah yang telah membakar semangat juang kaum muslimin dalam
mepertahankan Kemerdekaan Indonesia.37
Strategi motivasi dan pembrian nasehat oleh ulama tersebut. Terlihat
dan acapkali digunakan seperti yang dilakukan oleh KH. Abdul Qadir
(1914-1970). pada masa agresi militer belanda II terjadi sekitar 1948 di
Jambi banyak tentara kita yang gugur dalam perang karena kekurangan
senjata dan makanan. Suatu ketika ada tentara datang kerumah dan
meminta nasehat dan doa beliau. Beliau mengarang lagu “al-hurriyah”
37 Abdul Latif bustami resolusi Jihad, sejarah yang hampir terlupakan. (pustaka tebu ireng 2015) hal.6
36
yang artinya Kemerdekaan.38 Sejarah perjuangan beliau bisa dilihat di
Korem Garuda Putih Jambi dan Tugu Juang sipin.
Selain itu peranan Strategi motivasi dan fatwa tersebut. Juga
dilakukan oleh KH. Muhammda Daud Arif sebagai salah satu strategi
didalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan untuk terus
menerus melawan penjajah KH. Muhammad Daud Arif selalu memberikan
motivasi, fatwa – fatwanya terhadap masyarakat Tungkal. Dan lewat
fatwanya tersebut sangat mempengaruhi masyarakat Tungkal Untuk
melawan penjajah.39
Strategi penggerakan opini dan motivasi tersebut lewat dari dua yang
dicontohkan Kiayi diatas. Sebagai upaya yang sangat mempengaruhi
perlawanan Masyarakat terhadap Penjajah Belanda pada Agresi MIliter
Belanda II di Jambi. Strategi dalam bentuk motivasi tersebut disampaikan
dialam lembaga –lembaga pendidikan Islam yang di pimpin oleh kiyai dan
ulama tersbut. KH. Abdul Qadir yang mendirikan Pondok pesantren as’ad
di olak Kemang Kota Jambi dan KH. Muhammad daud Arif Mendirikan
pada tahun 1946 mendirikan Madrasah Hidayatul Islamiyah (MHI) di
Tanjung Jabung barat daerah Tungkal.
38 Abdullah Hurmaini, Peranan K.H Abdul Qodir dalam mengembangkan isla di jambi seberang (1914-1970)’’ Skripsi pada Uin syarif Hidayatullah Jakarta, 2006 39 KPEPKD. PErjuangan Rakyat Tanjung Jabung (1942-1945).(Kuala Tungkal,2014).Hal.57
37
2. Strategi Gerakan Lewat Barisan dan Laskar Perjuangan
Pasca kemedekaan dengan mengisi dan memepertahankan
kemerdekaan yang tellah diaraih sebagai amanat dari proklamasi maka
War of Movement (perang gerakan) tetap berdiri dengan bentuk gerakan
pertahanan baik dari gerakan militer maupun gerakan social yang berbasis
keagamaan. dengan maksud agar tetap mempertahankan kemerdekaan.
Setelah kemerdekaan di umumkan pada tanggal 17 agustus 1945
berita yang sampai di Jambi lewat surat kabar dan radio disambut gemuruh
suara kemenangan. Dan di Jambi gerakan-gerakan dan barisan barisan
yang merebut kemedekaan sebagai bentuk strategi dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia tetap berdiri dan bertarans formasi sebagai
gerakan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. seperti barisan
Hisbullah barisan selempang merah dan sebgainya.
agresi militer belanda II dengan membonceng sekutu yang terjadi
pada tahun revolusi fisik 1945-1949. Bagi Belanda tujuan dari agresi
kedua tersebut untuk menghancurkan sebuah negara yang dipimpin oleh
orang – orang yang bekerja sama dengan Jepang dan serta memulihkan
rezim kolonial yang menurut keyakinan mereka telah mereka bangun
selama 350 tahun.40
40 Mr. Rickleft , sejarah modern indeonesia hal. 429
38
Pada pertengahan bulan september dan oktober 1945 Australia dan
angkatan laut Ingris yang merupakan sekutu dengan pasukan dan para
pejabat Belanda berhasil menduduki kota-kota besar di Indonesia timur.
Dan sementara itu pasukan pasukan Ingris, yang sebgian besar terdiri dari
orang-orang India, bergerak memasuki Jawa dan Sumatera. Pasukan
pertama sampai di Jakarta pada pertenagahan bulan September 1945, dan
sepanjang oktober mereka tiba di Medan, Jambi, Palembang, Padang
Semarang dan Surabaya. Dibawah komando letnan Sir Philip Christison.41
Pada tanggal 21 januari 1949 terjadi Agresi militer Belanda II,
dimulai dengan serangan yang cukup dahsyat dan membabi buta ke kota
Kuala Tungkal. Tembakan tersebut sasarannya adalah tempat ibadah,
seperti masjid raya jami’ Kuala Tungkal dan masjid Kuala Tungkal ilir.
Dan dalam serangan tersebut tentara belanda berhasil meruntuhkan menara
masjid agung dan jamaah shalat membubarkan diri untuk menyelamatkan
jiwanya.
41 Ricklef hal.435
39
B. Keterlibatan Ulama Mempertahankan Kemerdekaan (1945-1949) Di
Jambi
Di bagian yang kedua ini akan di jelaskan dan diterangkan tentang
rumusan masalah sebagaimana pada bab sebelumnya terkait Peranan dan
keterlibatan Ulama dalam Mempertahankan Kemerdekaan Republik
Indonesia (1945-1949) Di daerah Jambi . Dan kenapa bagian ini sangat
Penting diangkat dikarenakan di daerah Jambi sangat sedikit Literatur
yang memuat perjuangan Rakyat Jambi sendiri. Baik didalam
memperjuangkan atau didalam mempertahankan Kemerdekaan Negara
yang sah. Terlebih lagi literature yang memuat Peranan Ulama didalam
Memperjaungkan dan mempertahankanya.
Keterlibatan Ulama Jambi didalam mempertahankan Kemerdekaan
Republik Indonesia terlihat jelas dengan adanya bukti – bukti sejarah di
museum –museum dan bukti fisik peninggalan perjuangan mereka
tersebut. Seperti tugu juang di sipin Kota Jambi. Makam pangeran Wiro
kusumo di olak Kemang Kota Jambi. Serta banyak didaerah lainnya waktu
Jambi masih didalam masa Keresidenan.
Peran Ulama dan tuan Guru dijambi memiliki satu sisi historis
sejarah yang penting didalam memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia
dibawah ini akan di paparkan bentuk, peranan dan Keterlibatan Ulama
40
Jambi baik secara fisik ataupun secara opini perjuangan didalam
mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia (1945 – 1949).
1. Bentuk organisasi perjuangan di Jambi (1945-1949)
1.1 Organisasi kemiliteran
Dengan terbentuknya KNI daerah Jambi, melalui ketetapan dekrit
kepala negara untuk mengerahkan dan merekrut pemuda-pemuda dalam
barisan keamanan Rakyat (BKR) tanggal 25 Agustus 1945 M, maka oleh
pemimpin KNI daerah Jambi beserta bekas opsi-opsi gugun, maka
dibentuklah BKR di setiap kewedanaan. Anggota anggota KNI tetap
menjadi pendukung dan penunjang langsung dari Barisan Keamanan
Rakyat (BKR) ini.
Kemudian pada tanggal 5 Oktober 1945 nama BKR diganti dengan
Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pada waktu BKR dibentuk, telah pula
dilakukan secara bertahap pemisahan tugas bagi para pemuda di lapangan.
Sebagian pemuda yang pernah mendapat pendidikan atau latihan militer,
dimasukan pada BKR sedangkan selebihnya tinggal dalam kesatuan
pemuda. Dengan pimpinan umum TKR daerah Jambi Kolonel Abunjani,
lalu di berbagai daerah kewedanaan berdirilah pula TKR.
Sesuai dengan perkembangannya itu, maka dalam periode TNI ini,
resimen 2 TRI Jambi diubah menjadi Brigade Garuda Putih. Sebagai
Komandan Brigade Garuda Putih diangkat kolonel TNI Abunjani, yang
41
dalam melakukan tugasnya dibantu oleh perwira staf antara lain Mayor
Brori Mansyur dan Kapten M. Kokoh. Dalam hal ini Brigade Garuda Putih
di Jambi terbagi atas 4 batalyon. Pada saat itu Kuala Tungkal ada pada
batalyon I Garuda Putih.42
1.2 Organisasi Perjuangan Barisan Rakyat
Seiring dengan timbulnya dan terbentuknya organisasi ketentaraan,
adapun barisan barisan rakyat dalam badan-badan kelaskaran dan
organisasi-organisasi perjuangan yang sesuai dengan aliran masing-masing
golongan untuk mengokohkan perjuangan. Setiap golongan mempunyai
kemampuan, ketika itu barisan-barisan perjuangan rakyat persenjataannya
diperbekali sendiri dan tidak mengharapkan bantuan peralatan senjata dari
pemerintah. Barisan-barisan rakyat atau kelaskaran itu diantaranya Laskar
Hisbullah, Barisan Selempang Merah, dan Front Rimba Pembengis.
2. Ulama dan barisan organisasi pertahanan kemerdekaan (1945-1949).
Peranan ulama dalam mempertahankan kemerdekaan republik
Indonesia di provinsi Jambi tergambarkan didalam perjuangan perjuangan
dan keterlibatan mereka dalam organisasi, dalam bentuk laskar dan barisan
–barisan pertahanan kemerdekaan baik sebagai pemimpin organisasi atau
sebagai pejuang di medan pertempuran.
42the kuala tungkal jambi people’s struggle in the Face of the dutch military aggression in 1945-1949.. jurnal.
42
Gerakan dan barisan tersebut diilhami oleh pergerakan yang telah
lebih dahulu meletus di Jawa dan sekitarnya. Seperti gerakan resolusi jihad
sebagai bentuk perlawan ulama dan kaum santri atas imprealisme dan
kolonialisme yang terjadi sekitar penajajahan republik Indonesia. Dibawah
ini kami gambarkan secara singkat peranan ulama dalam dua organisasi
dan barisan perjuangan rakyat yang masyhur di provinsi Jambi sebagai
bentuk dari usaha memeprtahankan Kemerdekaan Republik Indonesia.
Dari yang penulis dapat fokuskan pada penelitian ini ada dua
barisan dan lascar yang dipimpin oleh ulama Jambi yang sangat berperan
aktip dalam mempertahankan kemerdekaan republic Indonesia dari agresi
militer belanda II pada tahun (1945-1949). Dua Lascar dan barisan
tersebut adalah: lascar hisbullah dan barisan selempang merah sebagai
Strategi dan garda terdepan didalam memeperjuangkan sekaligus masih
tetap berkomitmen dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di
Jambi.
1. Barisan hisbullah
1.1 sejarah Terbentuknya Barisan Hisbullah Jambi
Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Bahwa pasca
kemerdekaan tersebut terlihat bahwa organisasi militer sangat terlihat
keeksistensiannya. Sebut saja badan keamanan rakyat (BKR) yang
direkrut pada tanggal 25 agustus 1945 yang kemudian organisai militer
tersebut melebur menjadi Tentara Keamana Rakyat (TKR) pada tanggal 5
43
oktober 1945 dengan pemimpinnya yang mashur kita dengan di Jambi
Kolonel abunjani dan para prajurit militer lain.
Tersiarnya berita proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus
1945 disambut gembira oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia
umumnya dan masyarakat Jambi khususnya. Timbul jiwa patriotisme di
kalangan pemuda-pemudi, tokoh masyarakat, alim ulama, cerdik pandai,
mereka bersatu padu untuk mempertahankan kemerdekaan RI dan
menantang penjajahan dari manapun datangnya. Menindak lanjuti dari
perjuangan tersebut maka para pemuda dan pejuang maka diadakan
pertemuan tokoh-tokoh masyarakat pada tanggal 20 agustus 1945 dengan
hasil pertemuan: Pertama Membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API)
dan Kedua Membentuk barisan Hizbullah.43
Selain dari BKR dan TKR Daerah Jambi juga terdapat barisan-
barisan pejuang rakyat yang mana eksistensinya sangat jelas, yaitu sebgai
organisasi semi militer seperti Angkatan pemuda Indonesia API, laskar
Hulu Balang dan barisan Hisbullah. API dipimpin oleh H.Syarkawi, laskar
Hulu Balang dipimpinoleh A. Manan dan barisan Hisbullah dipimpin oleh
KH. Muhammad Daud Arif.44
43 Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Ri Di Tanjung Jabung Tahun 1945-1949 (tungkal -2004)Hal.2 44 Dewan Harian Daerah Angkatan 45. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI (1945-1949) di Propinsi Jambi. Jambi : DHD.1990. Hal 15
44
Barisan tersebut didirikan menjelang akhir pemerintahan Jepang
dan mendapat pelatihan kemiliteran. Barisan hisbullah dikomandoi oleh
KH. Hasyim asy’ari45 yang selanjutnya dikalangan sejarawan Indonesia
dikenal dengan semngat resolusi jihad. Perjuangan KH. Hasyim As’ary
tersebut tercatat ribuan santri yang mati syahid didalam membela negara
Indonesia.
Dengan dicetuskannya resolusi jihad oleh NU perlawanan dan
perjuangan memeprtahankan kemerdekaan Iindonesia semakin
bertammbah gigih, terutama dikalangan pejuang pejuang Islam. Banyak
pejuang pejuang Islam yang bergabung dengan pasukan hizbullah dan
sabilillah untuk berjuang memepertahankan kemerdekaan Indonesia. KH
masykur yang aktif memimpin pasukan sabilillah memainkan peranan
penting dalam kancah pertempuran ini. Demikian pula KH. Wahab
Hasbullah yang memimpin pasukan mujahidin mengorganisasi para kiyai
dan ulama untuk ikut terjun dalam kancah pertempuran. Bersama
kekuatan-kekuatan rakyat revolusioner, pasukan mujahidin, hizbullah dan
sabilillah mengadakan perlawanan yang gigih terhadap tentara musuh.
Munculnya laskar/ barisan untuk mengusir penjajah tidak terlepas
dari dua organisasi besar pada masa itu, yaitu Masyumi (majelis Syuro
Muslimin Indoensia dan GPII (gerakan Pemuda Islam Indonesia).
45 Kh. Hasyim asyari lahir di jombang adalah pimpinan dan pendiri organsisasi islam Nahdhatul Ulama kharisma dan kepemimpinan beliau mampu mengoorganisasikan ulama dan santri dijawa agar sama-sama berperang melawan Penjajah dan dengan Fatwanya bahwa membela tanah air adalah bagian dari iman. Mengahntarkan indonesia bersama para pejuang lain kedepan pintu kemerdekaan iindonesia.
45
Sebelum Adanya organisasi GPII sudah ada organisasi pemuda islam yang
mengkhususkan diri dalam perjuangan kelaskaran yaitu. Barisan hisbullah,
maka pada tanggal 5 oktober 1945 diadakan kesepakatan untuk
menggandeng penyebutan GPII dengan Hisbullah.
Pada tahun 1946 kemas abdussomad memimpin lasykar rakyat
hizbullah (tentara Allah) dan lasykar rakyat sabililah menjabat ketua syuro
daerah Jambi, sebagai cabang dari Jawa pada tingkat nasional ketua
lasykar hisbullah dijabat KH zainul arifin dan lasykar sabilillah oleh KH
Masykur, bertujuan melatih santri dengan latihan militer dan menjadi
tentara. pada tanggal 17 mei 1946 diundang mengikuti acara minum teh
dalam rangka peringatan satu setengah tahun kemerdekaan RI di rumah
dinas residen, dalam pertemuan menghasilkan putusan tentang
pembentukan dewan kota, ditunjuk sebagai ketua R.S. Sudarsono (bekas
kepala PERMIRI) sebagai kepala daerah kotapradja Jambi walikota
dibantu anggota dewan kota
Pada tahun 1946 barisan hisbullah di bentuk didaerah Tungkal
sebagai Pendiri dan pemimpin laskar tersebut adalah Guru H.M. Daud Arif
(hanya penggerak dan tidak ikut bertempur melawan Belanda) dan
komandannya hanafiah hingga tahun 1949. Barisan hisbullah adalah
barisan pemuda yang disiapkan untuk mempertahankan kemerdekaan dan
menantang bagi yang menghalangi berdasarkan motif keagamaan.46
46 KPEPKD kabupaten tanjung jabung barat op.cit hal. 65
46
Serta di Bangko yang dahulu masih satu gabungan dengan
Sarolangun wilayah Sar-ko untuk menjaga situasi pasca kemerdekaan
didaerah Bangko juga membentuk barisan-barisan satuan pemuda penjaga
keamanan. Seperti angkatan pemuda Indonesia. PRI, BKR dan BPKM
sedangkan di Sarolangun dibentuk API dan laskar Hisbullah.47
1.2 Hizbullah dan Pertempuran
Dengan dicetuskannya resolusi jihad oleh NU perlawanan dan
perjuangan memeprtahankan kemerdekaan Indonesia semakin bertambah
gigih, terutama dikalangan pejuang pejuang Islam. Banyak pejuang
pejuang Islam yang bergabung dengan pasukan hizbullah dan sabilillah
untuk berjuang memepertahankan kemerdekaan Indonesia. KH masykur
yang aktif memimpin pasukan sabilillah memainkan peranan penting
dalam kancah pertempuran ini. Demikian pula KH. Wahab Hasbullah yang
memimpin pasukan mujahidin mengorganisasi para kiyai dan ulama untuk
ikut terjun dalam kancah pertempuran. Bersama kekuatan-kekuatan rakyat
revolusioner, pasukan mujahidin, hizbullah dan sabilillah mengadakan
perlawanan yang gigih terhadap tentara musuh.
Pada tanggal 28-29 desember 1948 tentara Belanda melakukan
penyerangan dan pendudukan di kota Jambi. Pada hari yang sama serentak
dengan pendaratan tentara paying Belanda di Pal Merah Jambi, setelah
47 Jefmi nofrilian dkk. Area pertempuran bangko pada masa Perjuangan mempertahankan kemerdekaan republik indeonesia 1945-1949 hal 2
47
pendudukan ibu kota, maka TNI dan barisan Hisbullah terus meningkatkan
Pengawasan di markas siang dan malam dengan memasang sarang
halang.48
Setelah berhasil menguasai kota Jambi dan sekitarnya,
penaklukkan berlanjut kedaerah- daerah di Keresidenan Jambi. Seperti
masuk Ketungkal melalui Pelabuhan dengan menembakkan meriam
kearah kota Kuala Tungkal. Tiba tiba terdengar suara kapal –kapal belanda
memasuki perairan Kuala tungkal sambil menembaki bertubi tubi dan
meluncurkan meriam, sehingga pucuk Masjid Agung terkena tembakan
dan pecahannya kesanasini. Sehingga Sholat Jumat yang berlangsung
berhenti dan Kuala Tungkal di taklukkan.
Pada saaat Belanda akan memasuki dan melakukan patroli di
Pembengis. Dan TNI dan satu regunya yang dipimpin oleh Letda A. Fattah
Laside didampingi Oleh beberapa orang diantara Darmawi yang
merupakan seorang Anggota Hisbullah. Darmawi di berikan testamen agar
Ketika Letda A. Fattah Gugur Maka ia yang akan menggantikannya.49
2. Barisan Selempang Merah
Selempang merah merupakan sebuah perkumpulan kebatinan
bernafaskan agama Islam yang dibentuk bertujuan mengusir keberadaan
48 Sejarah revolusi kemerdekaan daerah jambi (1945 -1949) Hal 18 49 Perlawanan Laskar Hizbullah Kuala tungkal Terhadap PAsukan Belanda Tahun 1949. Hal 7
48
pasukan Belanda di Kuala Tungkal. Perkumpulan kebatinan ini
beranggotakan masyarakat dari berbagai suku bangsa yang berada di
Tanjung Jabung, seperti Banjar, Bugis, Jawa, Melayu, dan lain-lain.
Diperkirakan anggotanya berjumlah 3.000 orang yang tersebar di
sepanjang pesisir pantai Tanjung Jabung, bahkan sampai Indragiri.
Perkumpulan ini merupakan fraksi barisan pejuang Hisbullah yang
terbentuk sebelum terjadinya Agresi Belanda ke II (1949) dengan
keyakinan perjuangannya didasarkan mengamalkan bacaan-bacaan dari
Al-Quran, Hadits, dan amalan para wali.
Gambar : selempang Merah
Tentara Belanda yang berusaha memasuki kota Kuala Tungkal
melalui jalur laut menghujani kota dengan tembakan arteleri pada 21
Januari 1949. Sasarannya antara lain tempat ibadah, seperti Mesjid Raya
Jami' (Kuala Tungkal Ulu) dan Mesjid Agung (Kuala Tungkal Ilir). Dalam
serangan tersebut Belanda meruntuhkan menara Mesjid Agung saat itu
sedang ramai jamaah yang hendak melaksanakan shalat. Akibatnya para
jamaah membubarkan diri menghindarkan serangan membabi buta dan
49
mengungsi ke berbagai tempat yang dirasakan aman. Selain masyarakat,
pengungsian juga dilakukan oleh staf pemerintahan dan TNI.
Staf pemerintahan mengungsi ke Pembengis yang letaknya 7 km
dari kota Kuala Tungkal. Rombongan pengungsi ini diterima oleh Camat
Masdar, guru Panak, guru Sanusi, dan lain-lain. Rombongan Letda A.
Fatah dan Pasirah Asmuni mengungsi ke Teluk Sialang yang letaknya 9
km dari kota Kuala Tungkal. Mereka diterima oleh Datuk Haji Mustafa
dan Datuk Abd. Razak di desa Betara (Sungai Gebar). Rombongan
pengungsi lainnya menuju Tungkal I, Pematang Bulu, bahkan Pematang
Lumut.
2.1 Selempang Merah Dan Perang Kemerdekaan
Pada hari yang sama (21 Januari 1949), tepatnya jam 16.00
pasukan Belanda berhasil menguasai Kuala Tungkal. Membalas serangan
tersebut, pada 22 Januari 1949 Panglima Adul menemui Kh. M. Daud
Arief yang berada di Parit Haji Yusuf (Tungkal V) untuk berkonsultasi
rencana serangan balasan. Serangan belasan yang direncanakannya itu
dilaksanakan esok harinya (23 Januari 1949) oleh Pasukan Selempang
Merah yang dipimpin oleh Abdul Samad. Abdul Samad yang dikenal
dengan julukan Panglima Adul berasal dari Desa Parit Selamat
berkekuatan 24 orang menyerang kedudukan pasukan Belanda di Kuala
Tungkal. Anggota Pasukan Selempang Merah ini bercirikan mengenakan
50
pita berwarna merah. Pada penyerangan ini terjadi kontak senjata dengan
pasukan Belanda yang berusaha mempertahankan kedudukannya di Kota
Kuala Tungkal.50
Pada 28 Januari 1949 satu regu pasukan TNI yang dipimpin oleh
Letda A. Fatah L. juga bergerak dari Desa Pembengis menuju Kota Kuala
Tungkal untuk melakukan penyerangan. Penyerangan kedudukan pasukan
Belanda juga dilakukan pada 13 Februari 1949 oleh gabungan barisan
Selempang Merah dan TNI. Penyerangan bersama antara TNI dan barisan
Selempang Merah berkekuatan 115 orang. Dalam penyerangan ini Barisan
Selempang Merah hanya menggunakan senjata tradisional, seperti parang
dan badik. Mereka berangkat dari Parit Selamat menuju Kuala Tungkal
dengan pasukan yang terbagi menjadi empat bagian yang masing-masing
dipimpin oleh Abdul Samad, H. Saman, H. Nafiah, dan Zaidun.
Dalam penyerangan bersama ini Barisan Selempang Merah
dipimpin Panglima Adul, sedangkan TNI dipimpin Serma Murad Alwi
bersama Serma Buimin Hasan (CPM) yang bergerak dari Parit Bakau
menuju Kuala Tungkal. Penyerangan ini dilandasi keyakinan bahwa
apabila gugur mereka mati syahid demi negara, bangsa, agama, dan Kota
Kuala Tungkal.
50 Disporabudpar. 2013. Selempang Merah. Jambi:Museum Perjuangan Jambi. hal 17
51
Dalam peristiwa penyerangan ini barisan Selempang Merah
menggunakan 11 perahu. Satu di antara kesebelas perahu tersebut (urutan
ke 3) bertemu pasukan Belanda di tengah laut, Panglima Adul beserta anak
buahnya segera melepaskan tembakan. Seketika itu juga terjadi tembak
menembak dan Panglima Adul segera melompak ke laut berenang menuju
kapal Belanda. Tujuannya agar dapat naik ke atas kapal Belanda. Saat
memegang bagian jangkar kapal, Panglima Adul diberondong peluru
senjata Belanda hingga tewas tenggelam di laut Sungai Pengabuan.
Gugurnya Panglima Adul dan Panglima H. A. Hamid, pimpinan Barisan
Selempang Merah digantikan oleh H. Saman yang selama ini
mendampingi Panglima Adul dalam penyerangan terhadap Belanda.
Beberapa kali melakukan penyerangan dari laut yang
mengakibatkan banyaknya jatuh korban, para tokoh pemimpin Selempang
Merah dan TNI memutuskan mengalihkan penyerangan dari
daratan.Untuk melakukan penyerangan melalui darat ke Kuala Tungkal,
terdaftar lebih kurang 1.000 orang partisipan, tetapi hanya 441 orang
terseleksi ikut dalam penyerangan ini, dan sisanya disiapkan sebagai
pasukan cadangan.51
Terpenuhinya semua persiapan, pada 23 Februari 1949 di bawah
pimpinan H. Saman sejumlah 441 orang yang terdiri dari anggota Barisan
Selempang Merah, TNI, Kepolisian, pegawai pemerintah, pamong desa,
51 Disporabudpar. 2013. Selempang Merah. Jambi:Museum Perjuangan Jambi. hal 19
52
alim ulama, dan masyarakat lainnya menyerang kedudukan Belanda di
Kuala Tungkal. Serangan ini merupakan serangan terbesar dan terbaik
persiapannya dibandingkan dengan serangan-serangan yang dilakukan
sebelumnya. Dalam penyerangan ini terdapat tokoh-tokoh masyarakat,
seperti Mayor Kadet Madhan A.R yang mewakili Komandan Sektor 1023
Front Tungkal Area; H. Syamsuddin selaku Ketua Front Rimba; M. Sanusi
selaku Wakil Ketua Front Rimba; Masdar Ajang selaku Camat Tungkal
Ilir; Komandan Polisi Zulkarnain Idris; Agen Polisi H. Aini, Dahlan
Rayisi, Bustami, dan lain-lain.
Dalam penyerangan ini pasukan dibagi menjadi 21 kelompok yang
dipimpin oleh seorang ketua kelompok dan pemberangkatan dilakukan
dari Desa Pembengis. Sebelum subuh menjelang, pasukan yang diketuai
oleh H. Saman menyerang Kota Kuala Tungkal dengan membakar rumah-
rumah di sekitar tempat yang dijadikan tempat tinggal tentara Belanda.
Kurang lebih 3 jam pertempuran, Barisan Selempang Merah
mengundurkan diri kembali ke Pembengis dengan korban sebanyak 30
orang pejuang tewas, tidak diketahui korban dari pihak tentara Belanda.
Semenjak penyerangan tersebut, tentara Belanda membuat
rintangan-rintangan kawat berduri di sekeliling kamp mereka agar TNI dan
Barisan Selempang Merah tidak berani lagi menyerang Belanda.
Kenyataannya, TNI dan Barisan Selempang Merah tidak surut
menghentikan penyerangannya. Tentara Belanda yang keluar dari kamp
53
mengadakan patroli selalu dihadang oleh TNI dan Barisan Selempang
Merah. Pada 8 Maret 1949 kembali gabungan pasukan TNI dan Barisan
Selempang Merah berkekuatan 150 orang yang dipimpin H. Saman
menyerang kedudukan Belanda di Kuala Tungkal. Dalam penyerangan ini
12 orang anggota Barisan Selempang Merah gugur.
Selanjutnya pada 16 Maret 1949 Panglima Camak, pemimpin
Barisan Selempang Merah dari Sungai Undan memimpin 250 pasukan
menyerang Kuala Tungkal. Turut dalam penyerangan ini 25 anggota TNI
yang dipimpin oleh Mayor Kadet Madhan A.R. Dalam penyerangan ini
pasukan diberangkatkan dari Mesjid Tua Pembengis. Oleh karena tidak
seimbang persenjataan banyak anggota Barisan Selempang Merah gugur,
termasuk Panglima Camak bersama 90 orang anggotanya.
Menyimak uraian di atas, selempang merah merupakan atribut
yang dikenakan para pejuang yang tidak semua orang dapat
mengenakannya. Untuk dapat mengenakannya mereka harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Barisan Selempang Merah merupakan merupakan
barisan pejuang rakyat Kuala Tungkal yang rela berkorban mengusir
54
penjajah Belanda demi mempertahankan kemerdekaan semata-mata
karena Allah .52
52Perjuangan Pasukan Selempang Merah Menghadapi Agresi Militer ke II di Tanjung Jabung Barat 1949. Jambi: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi,2009. hal 3.
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab ini kita sampailah kepada kesimpulan. Dan hal –hal penting
yang terjadi sekitar perjuangan ulama dalam memepertahankan
kemerdekaan republik Indonesia (1945 -1949). Maka berdasarkan
permaslahan- permasalahan penelitian yang dipaparkan dalam bab
sebelumnya, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan, yaitu:
A. Penjajahan baik kolonialisme maupun Imperialisme dapat menyebabakan
kemiskinan, kesengsaraan dan disintegrasi antar umat manusia. Setelah
pasca kemerdekaan (1945-1949). Maka ulama di Jambi membuat upaya-
upaya didalam mempertahankan Kemerdekaan Negara Indonesia dengan
mengaplikasikan strategi – strategi perang didalam
Mempertahakankannya. Maka diantara strategi yang digunakan Ulama
daerah Jambi dalam mengahadapi Penjajah pada Agresi militer II sebagai
berikut: Pertama .Strategi Penggerakan opini dan motivasi dengan
penggunaan Fatwa dan Slogan Jihad dan Kedua. Strategi gerakan lewat
barisan dan lascar perjuangan. Kedua Strategi ini yang penulis lihat
mendominasi setiap pergerakan dalam mempertahankan kemerdekaan
Indonesia.
56
B. Semenjak dari banyaknya gerakan dan barisan perjuangan Islam yang
dilakukan di pulau Jawa dengan resolusi jihad yang mengilhami
perjuangan ulama dan para santri. Maka di daerah Jambi peranan
keterlibatan ulama dan kaum muslimin menjadi sangat penting didalam
memepertahankan kemerdekaan republik Indonesia tahun (1945 – 1949).
Maka yang dapat penulis kemukakan bentuk keterlibatan tersebut berupa
barisan dan laskar dalam wadah organisasi perjuangan baik dari
oraganisasi kemiliteran maupun organisasi perjuangan barisan rakyat. Dan
ulama di Jambi bentuk perjuangannya di terangkan dalam beberapa
literature terdapat dua barisan yang keterlibatannya kurang diketahui oleh
masyarakat jambi. Dua barisan tersebut yaitu: barisan Hizbullah dan
barisan Selempang Merah.
B. Saran
Dari beberapa hal dibahas didalam penelitian ini terdapat beberapa
saran demi perbaikan kedepan demi kemajuan ilmu pengetahuan
diantaranya:
1. Penelitian tentang perjuangan dan peran ulama di Jambi ini,
memanglah hal yang baru. Naum penulis menyadari bahwa penelitian
ini masih banyak sekali terdapat kekurangan baik dari metode maupun
57
dari segi data. Oleh karena itu penulis menyarankan kepada peneliti –
peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian ini seccara mendalam.
2. Bagi masyarakat Jambi perlunya membaca tulisan ini. Semoga
membuka wawasan tentang sejarah perjuangan ulama khususnya yang
berkaitan dengan peranan dan strategi ulama Jambi didalam
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia Tahun (1945 –
1949).
3. Semoga tulisan sederhana ini mampu menjadi pemicu bagi
masyarakat umunya untuk mengetahui tentang sejarah perjuangan
ulama demi mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia.
4. dan pemerintah provinsi Jambi khusuSnya dapat mengembangkan
literatur terkaitan perjuangan ulama Jambi dikarenakan daerah Jambi
terkenal dengan Bumi adatnya dan sangat memuliakan ulama dengan
slogan “adat berendi syarak, syarak bersendi kitabullah”
DAFTAR SUMBER DAN RUJUKAN
A. Buku dan Jurnal
------------ (1945-1949) Di Provinsi Jambi, (Jambi : CV.Majelis Raya
Offset).
Abdul Latif bustami resolusi Jihad, sejarah yang hampir terlupakan.
(pustaka tebu ireng 2015)
58
Abdullah Hurmaini, Peranan K.H Abdul Qodir dalam mengembangkan
isla di jambi seberang (1914-1970)’’ Skripsi pada Uin syarif Hidayatullah Jakarta,
2006
Ahmad Mansur Surya negara, Menemukan Sejarah, wacana pergerakan di
indenesia. (Bandung : Mizan; 1995 )
Ahmad Mansur Suyanegara, Menemukan Sejarah, Wacana pergerakan,
Islam di Indonesia (Bandung mizan, 1995).
Ahmad Mansur Suyanegara. Api Sejarah. Jilid 1 ( Bandung:
salamadani,2009).
Badruddin Hsubky. 1995. Delema Ulama dalam perubahan Jaman. Gema
Insani press. Jakarta.
Bambang Suwondo, (1979), Sejarah Revolusi Kemerdekaan ( 1945-1949)
Daerah
David Marsh. Dan Gerry Stoker teori dan mode dalam ilmu politik (
Bandung : nusa media: 2012).
Dewan Harian Daerah Angkatan 45 (1991), Sejarah Perjuangan
Kemerdekaan RI
Dewan Harian Daerah Angkatan 45. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI
(1945-1949) di Propinsi Jambi. Jambi : DHD.1990.
Disporabudpar. 2013. Selempang Merah. Jambi:Museum Perjuangan
Jambi.
59
Dudung Abdurrahman, Metodelogi Penelitian Sejarah Islam (Yogya
Karta :Ombak 2011).
Gramsci, Negara dan kekuasaan, (penerbit obor: 2001).
H. Hasan Basri Agus, Pejuang Ulama,Ulama Perjuang, (Pusat kajian
Pengembangan sejarah Jambi: jambi, 2012).
Ibrahim Alfian, Perang dijalan Allah ( Jakarta : Pustaka sinarharapan,
1979), hlm, 10
Jefmi nofrilian dkk. Area pertempuran bangko pada masa Perjuangan
mempertahankan kemerdekaan republik indeonesia 1945-1949.
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
KPEPKD. PErjuangan Rakyat Tanjung Jabung (1942-1945).(Kuala
Tungkal,2014).
Louis Gottschok, mengerti sejarah. (Jakarta ; Universitas Indonesia 2008 ).
M. Abdul Karim, Islam dan kemerdekaan Indonesia (
Yogyakartasumbangsih, pres, 2005).
Miriam Budhiardjo, Pengantar Ilmu Politik (Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta, 2012)
Model dan Sistem peperintahan Indonesia, (Kementrian peneranagan,
1998),
Mr. Rickleft , sejarah modern Indonesia Modern
60
Perjuangan Pasukan Selempang Merah Menghadapi Agresi Militer ke II di
Tanjung Jabung Barat 1949. Jambi: Dinas Kebud
Perlawanan Laskar Hizbullah Kuala tungkal Terhadap PAsukan Belanda
Tahun 1949. Hal 7
Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Pertumbuhan Dan
Perkembangan, (Balai Pustaka 2010) Hal.73.
Sartono Kartodirdjo, “Respon-respon pada pada penjajah Belanda di Jawa.
Mitos dan Kenyataan dalam prisma, Nomor 11,1984),
Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Ri Di Tanjung Jabung Tahun 1945-1949
(tungkal -2004).
Sejarah revolusi kemerdekaan daerah jambi (1945 -1949).
the kuala tungkal jambi people’s struggle in the Face of the dutch military
aggression in 1945-1949.. jurnal.
Tim nasional Penulis Sejarah Indonesia, Sejarah Nasional Indonesia Jilid 6
(Balai Pustaka: 2012).
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Ket : Pasukan Laskar Hizbullah Pimpinan KH. Daud Arif Tungkal
Ket: Panglima Barisan Selempang Merah Abdul Shomad dan beberapa pasukan
Ket : Pesawat Catalina berperan besar Pada Agresi MIliter belanda II
Ket : Ilustrasi Perang Laut Barisan Selempang Merah Sumber Museum Perjuangan
Ket : Pasukan Belanda Turun Dilapangan Pal Merah dan Merebut Kota Jambi
Ket : Pertempuran Di sungai Tungkal TNI dan Barisan Selempang Merah
Top Related