7/13/2019 health and safety
1/15
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Gambaran Umum Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia.
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) mendefinisikan kesehatan
lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi
yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas
hidup manusia yang sehat dan bahagia.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut World Health Organization (WHO), yaitu :
1. Penyediaan air minum2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran3. Pembuangan sampah padat4. Pengendalian vektor5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia6. Higiene makanan, termasuk higiene susu7. Pengendalian pencemaran udara8. Pengendalian radiasi9. Kesehatan kerja10.Pengendalian kebisingan11.Perumahan dan pemukiman12.Aspek kesling dan transportasi udara13.Perencanaan daerah dan perkotaan14.Pencegahan kecelakaan15.Rekreasi umum dan pariwisata16.Tindakan sanitasi dihubungkan dengan epidemi, darurat, bencana, daerah urban dan
transmigrasi.
17.Tindakan pencegaan
7/13/2019 health and safety
2/15
Menurut WHO Sanitasi adalah suatu usaha untuk mengawasi berbagai faktor lingkungan
fisik yang berpengaruh terhadap manusia, terutama terhadap hal-hal yang yang mempunyai
efek merusak perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup.
Sanitasi lebih menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang
mempengarui derajat kesehatan manusia dengan mengutamakan usaha pencegahan sehingga
dapat menghindari munculnya penyakit. (Azwar, 1990)
Tempat-tempat umum adalah suatu tempat dimana banyak orang berkumpul untuk
melakukan kegiatan secara insidentil maupun terus menerus, secara membayar maupun tidak
membayar.(Soeparlan, 1989)
Jadi sanitasi tempat-tempat umum bisa diartikan sebagai usaha untuk mengawasi dan
mencegah kerugian akibat dari pemanfaatan tempat maupun hasil usaha (produk) oleh dan
untuk umum terutama terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya / menularnya suatu
penyakit. (Karbi, 2007)
Secara umum sanitasi tempat umum dapat dilihat dari :
1. Kualitas bangunan
a. Bahan bangunan dan konstruksinya bisa menentukan apakah bangunan tersebutmudah rusak, terbakar, lembab, panas, sebagai sarang serangga pembawa penyakit,
bising, kecelakaan, kebakaran, penyakit ISPA, penyakit bawaan vektor.
b. Denah bangunan dan kecukupan ruang sesuai dengan fungsinya.2. Persyaratan kesehatan lingkungan dan bangunan
a. Bersih, kuat, mencegah sebagai tempat serangga dan binatang mengerat tata ruangsesui dengan fungsinya
b. Kontruksi :- Lantai kuat, kedap air, rata, tidak licin, mudah dibersihkan, lantai kontak air
kemiringan 2-3%.
- Dinding rata, mudah dibersihkan- Ventilasi : menjamin peredaran udara dalam ruang dengan baik, atau bisa
diberi ventilasi mekanis
7/13/2019 health and safety
3/15
- Atap tidak bocor, tidak menjadi genagan air- Langit-langit tinggi minimal 2,5 m, mudah dibersihkan.- Pintu dapat mencegah masuknya serangga dan tikus.- Pencahayaan ruangan sesuai dengan aktifitas
3. Persyaratan kesehatan ruang/ kamar
Bersih, tersedia tempat sampah, bebas dari serangga dan tikus, udara tidak berbau (terutama
H2S dan Amoniak), tidak berasap, kadar debu minimal, dan tingkat kebisingan sesuai dengan
fungsi ruangan.
4. Persyaratan kesehatan fasilitas sanitasi
a. Penyediaan air bersih kualitas dan kuantitas memenuhi syarat, selalu tersedia padasetiap kegiatan secara berkesinanbungan, sistem perpiupaan dan mempunyai tekanan
positif.
b. Pembuangan air limbah sistem tertutup, kedap air, lancar dan diolah.c. Tempat sampah kuat, ringan, tahan karat, tahan air, mudah dibuka dan ditutup,
sampah setiap hari dibuang, ada tempat pengumpul sampah
5. Ada peralatan yang mencegah masuknya serangga dan tikus.
4.2 Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Lingkungan Rumah Sakit
Rumah Sakit merupakan satu dari sekian banyak fasilitas umum bagi masyarakat. Dalam
peran dan fungsinya sebagai salah satu penunjang kesehatan masyarakat, tentunya rumah
sakit mempunyai sistem manajemen khusus mengenai sanitasi hingga keselamatan
lingkungan bagi individu didalamnya.
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Lingkungan Rumah Sakit adalah Suatu
proses kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS.
Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja,
alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan,
pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan
7/13/2019 health and safety
4/15
resultan dari tiga komponen Kesehatan dan Keselamatan Kerja yaitu kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja.
Pengertian tiga komponen Kesehatan dan Keselamatan Kerja yaitu kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerjayaitu:
1. Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk menyelesaikanpekerjaannya dengan baik pada suatu tempat kerja dalam waktu tertentu.
2. Beban Kerja adalah suatu kondisi yang membebani pekerja baik secara fisikmaupun non fisik dalam menyelesaikan pekerjaannya, kondisi tersebut dapat
diperberat oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung secara fisik atau non
fisik.
3. Lingkungan Kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi faktorfisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial yang mempengaruhi pekerja dalam
melaksanakan pekerjaannya.
Bahaya Potensial di RS dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Yaitu
disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri dan jamur); faktor kimia (antiseptik, gas
anestasi) ; faktor ergonomi (cara kerja yang salah); faktor fisika (suhu, cahaya, bising, listrik,
getaran dan radiasi); faktor psikososial (kerja bergilir, hubungan sesama karyawan/atasan).
Penyakit Akibat Kerja (PAK) di RS, umumnya berkaitan dengan faktor biologik (kuman
patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil
namun gterus menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anestasi pada hati; faktor ergonomi
(cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah); faktor fisik dalam dosis kecil yang terus
menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada sistem
pemroduksi darah); faktor psikologis (ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien, gawat
darurat dan bangsal penyakit jiwa).
Dalam pelaksanaannya, beberapa acuan (SOP) digunakan dalam pelaksanaan manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit. diantaranya
- Kepmenkes 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Rumah Sakit- Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Kriteria audit 6.4.4
-
American National Standards Institute
- ISO Standard
7/13/2019 health and safety
5/15
4.2.1 Acuan Manajemen Kesehatan Kerja Rumah Sakit
Salah satu pedoman yang sering digunakan dalam manajemen kesehatan dan keselamatan
lingkungan kerja rumah sakit adalah Kepmenkes 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Rumah Sakit. Dalam peraturan ini, diatur berbagai aspek penyelenggaraan
kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit beserta daftar baku mutu parameter-parameter
kesehatan rumah sakit. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh instalasi penyehatan bangunan,
ruangan, dan halaman, antara lain:
1. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
a. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang kelas, dilengkapidengan agar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang peliharaan
keluar masuk dengan bebas.
b. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan keseluruhansehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi dengan rambu parkir.
c. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika berlokasi di daerahbanjir harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.
d. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokoke.
Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan intensitascahaya yang cukup.
f. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek, atau tidak terdapatgenangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau tertutup, tersedia
lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman
g. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan
h. instalasi pengolahan limbah.i. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat tertentu yang
menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.
j. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan bersih dantersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan
kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembang
biaknya serangga, binatang pengerat, dan binatang pengganggu lainnya
2. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit
7/13/2019 health and safety
6/15
a. Lantai, dengan persyaratan sebagai berikut:- Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin,
warna terang, dan mudah dibersihkan.
- Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup kearah saluran pembuangan air limbah
- Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar mudahdibersihkan
b. DindingDinding harus rata, terbuat dari bahan kedap air, warna terang, dan mudah
dibersihkan.
c. Ventilasi- Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan
baik.
- Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai- Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara dengan baik,
kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan buatan/mekanis.
- Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan peruntukkan ruangan.d. Atap- Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga, tikus,
dan binatang pengganggu lainnya.
- Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir.e. Langit-langit- Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.- Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.- Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap.f. Konstruksi
Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi genangan air
yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes.
g. PintuPintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya serangga,
tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
h. Lalu Lintas Antar Ruangan- Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didesain sedemikian rupa dan
dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan dan
7/13/2019 health and safety
7/15
komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan
kontaminasi
- Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan sarana pencegahankecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh
pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD (Automatic
Reserve Divide) yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati.
- Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila terjadikebakaran atau kejadian darurat lainnya dan dilengkapi ram untuk brankar.
i. Fasilitas Pemadam KebakaranBangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
3. Ruang Bangunan
a. Zona dengan Risiko RendahZona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan,
ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang pendidikan/pelatihan. Dengan
persyaratan sebagai berikut:
- Permukaan dinding harus rata dan berawarna terang- Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna
terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus.
- Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat, warna terang,mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
- Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawahjendela minimal 1,00 meter dari lantai.
- Ventilasi harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan baik, bilaventilasi alamiah tidak menjamin
- adanya pergantian udara dengan baik, harus dilengkapi dengan penghawaan mekanis(exhauster) .
- Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter darilantai.
b. Zona dengan Risiko SedangZona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan,
ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan bangunan pada zona
dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada zona risiko rendah.
7/13/2019 health and safety
8/15
c. Zona dengan Risiko TinggiZona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratorium,
ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah mayat (autopsy), dan
ruang jenazah dengan ketentuan sebagai berikut:
- Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang.- Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang,
dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus
- Langit-langit terbuat dari bahan mutipleks atu bahan yang kuat, warna terang, mudahdibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
- Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawahjendela minimal 1,00 meter dari lanti.
- Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter darilantai.
d. Zona dengan Risiko Sangat TinggiZona risiko tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi,
ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi dengan ketentuan sebagai
berikut :
- Dinding terbuat dari bahan porslin atau vinyl setinggi langit-langit, atau dicat dengancat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna terang.Langit-langit terbuat dari
bahan yang kuat dan aman, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
- Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 m, dan semua pintu kamarharus selalu dalam keadaan tertutup.
- Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan berwarnaterang.
- Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah denganprofil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-langit
- Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai- Ventilasi atau pengawasan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang dilengkapi filter
bakteri, untuk setiap ruang operasi yang terpisah dengan ruang lainnya. Pemasangan
AC minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke dalam kamar
operasi berasal dari atas ke bawah. Khusus untuk ruang bedah ortopedi atau
transplantasi organ harus menggunakan pengaturan udara UCA (Ultra Clean Air)
System
7/13/2019 health and safety
9/15
- Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu harusdibuat ruang antara.
- Hubungan dengan ruang scrubup untuk melihat ke dalam ruang operasi perludipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian cleaning cukup
dengan sebuah loket yang dapat diuka dan ditutup.
- Pemasangan gas media secara sentral diusahakan melalui bawah lantai atau di ataslangit-langit.
- Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.4. Kualitas Udara Ruang
a. Tidak berbau (terutama bebas dari H2S dan Amoniak)b. Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata-rata
pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 g/m3, dan tidak mengandung debu
asbes.
5. Tata Laksana
a. Pemeliharaan Ruang Bangunan- Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore hari.- Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah pembenahan/merapi-
kan tempat tidur pasien, jam makan, jam kunjungan dokter, kunjungan keluarga, dan
sewaktu-waktu bilamana diperlukan.
- Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus dihindari.- Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih (pel) yang
memenuhi syarat dan bahan antiseptik yang tepat.
- Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel tersendiri.- Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2 (dua)- Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus segera dibersihkan
dengan menggunakan antiseptik.
b. Pencahayaan- Lingkungan rumah sakit, baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat cahaya
dengan intensitas yang cukup berdasarkan fungsinya.
- Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun untuk menyimpanbarang/peralatan perlu diberikan penerangan.
7/13/2019 health and safety
10/15
- Ruang pasien/bangsal harus disediakan penerangan umum dan penerangan untukmalam hari dan disediakan saklar dekat pintu masuk, sekitar individu ditempatkan
pada titik yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan berisik.
Tabel 4.1Indeks pencahayaan ruangan
[Permenkes No. 1204 tahun 2004]
c. Penghawaan (Ventilasi) dan Pengaturan Udara- Penghawaan atau ventilasi di rumah sakit harus harus mendapat perhatian yang
khusus. Bila menggunakan sistem pendingin, hendaknya dipelihara dan dioperasikan
sesuai buku petunjuk sehingga dapat menghasilkan suhu, aliran udara, dan
kelembaban nyaman bagi pasien dan karyawan. Untuk rumah sakit yang
menggunakan pengatur udara (AC) sentral harus diperhatikan cooling tower-nya agar
tidak menjadi perindukan bakteri legionella dan untuk AHU (Air Handling Unit) filter
udara harus dibersihkan dari debu dan bakteri atau jamur.
- Suplai udara dan exhaust hendaknya digerakkan secara mekanis, dan exhaustfanhendaknya diletakkan pada ujung sistem ventilasi.
-
Ruangan dengan volume 100 m3 sekurang-kurangnya 1 (satu) fan dengan diameter 50cm dengan debit udara 0,5 m3/detik,
- Frekuensi pergantian udara per jam adalah 2 (dua) sampai dengan 12 kali.
7/13/2019 health and safety
11/15
Tabel 4.1 Standar suhu, kelembaban, dan tekanan udara ruang rumah sakit
[Permenkes No. 1204 tahun 2004]
d. Kebisingan- Pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian rupa sehingga kamar dan ruangan
yang memerlukan suasana tenang terhindar dari kebisingan.
- Sumber-sumber bising yang berasal dari rumah sakit dan sekitarnya agar diupayakanuntuk dikendalikan antara lain dengan cara :
- Pada sumber bising di rumah sakit peredaman. Penyekatan, pemindahan,pemeliharaan mesin-mesin yang menjadi sumber bising.
- Pada sumber bising dari luar rumah sakit : penyekatan/penyerapan bising denganpenanaman pohon (freen belt), meninggikan tembok, dan meninggikan tanah (bukit
buatan).
Tabel 4.3Indeks kebisingan ruangan
[Permenkes No.1204 tahun 2004]
7/13/2019 health and safety
12/15
4.2.2 Acuan Manajemen Penandaan Rambu-Rambu Keselamatan Lingkungan Kerja
Rambu-rambu keselamatan adalah peralatan yang bermanfaat untuk membantu melindungi
kesehatan dan keselamatan para karyawan dan pengunjung yang sedang berada di tempat
kerja. Mengingat fungsinya yang vital, maka dalam pelaksanaannya perlu adanya hal-hal
khusus yang harus diperhatikan dalam pemasangan rambu-rambu keselamatan lingkungan
kerja.
1. Standar Rambu KeselamatanTerdapat beberapa standar acuan pemasangan rambu keselamatan di tempat kerja
diantaranya adalah :
- ANSI Standard- ISO Standard- British Standard- Hazmat & NFPA Standard- Peraturan Menteri Lingkungan Hidup- Rambu Lalu Lintas- MO Standard
2. Pengelompokan RambuRambu-rambu dibagi/dikelompokkan dalam tiga bagian sesuai dengan fungsinya yakni :
- Rambu perintah, yaitu berupa larangan dan kewajiban. Rambu ini menggunakanwarna dasar merah dengan warna kontras putih untuk symbol atau tulisan yang
tertera didalamnya. Bentuk geometri rambu keselamatan adalah lingkaran
- Rambu peringatan waspada, yaitu berupa bahaya, peringatan, dan perhatian.Rambu ini menggunakan warna dasar kuning dengan warna kontras hitam untuk
simbol dan tulisan yang tertera di dalamnya. Rambu keselamatan menggunakan
bentuk geometri segitiga.
- Rambu Informasi yaitu rambu yang bersifat informasi diluar peringatan danperintah. Contoh rambu informasi berupa petunjuk arah, penanda zona aman,
informasi umum, dan lain-lain. Bentuk geometri untuk rambu jenis ini adalah
bujur sangkar. Detail petunjuk warna yang digunakan dapat dilihat pada gambar
4.1.
7/13/2019 health and safety
13/15
Gambar 4.1Warna, simbol, dan tulisan
Gambar 4.2bentuk geometri rambu beserta fungsi
3. Petunjuk Pemasangan RambuRambu-rambu harus terlihat jelas, ditempatkan pada jarak pandang dan tidak tertutup atau
tersembunyi. Pengkondisian pencahayaan dalam penempatan rambu-rambu sangat
penting. Hal ini bertujuan agar siapapun yang berada di area kerja dapat membaca rambu
dengan mudah dan mengenali warna keselamatannya.
Penyusunan tata desain informasi dan tulisan harus optimal dan seefisien mungkin. Hal
ini bertujuan agar siapapun yang ada di area kerja memiliki waktu yang cukup untuk
7/13/2019 health and safety
14/15
membaca pesan yang disampaikan dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk
menjaga keselamatan.
Pengaturan tata letak rambu-rambu yang berhubungan hendaknya dilakukan berdekatan,
dan sebaiknya tidak menempatkan lebih dari empat rambu dalam area yang sama. Untuk
rambu-rambu informasi pengarah harus terlihat dari semua arah terutama pada gambar
anak panah arah pada rambu harus jelas. Rambu arah arus ditempatkan secara berurutan
sehingga rute yang dilalui selalu jelas. Untuk tinggi penempatan , rambu-rambu yang
berada di atap harus berjarak 2.2 meter dari lantai.
Gambar 4.3Contoh rambu keselamatan kerja
7/13/2019 health and safety
15/15
Top Related