HALAMAN JUDUL
EXECUTIVE SUMMARY
KAJIAN JARINGAN IRIGASI DALAM MENDUKUNG KETAHANAN
PANGAN
DESEMBER, 2015
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT kami dapat menyelesaikan kegiatan Kajian
Jaringan Irigasi Dalam Mendukung Ketahanan Pangan. yang dilaksanakan oleh
Balai Litbang Teknologi Irigasi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber
Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang dibiayai
oleh APBN Tahun 2015.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan informasi luas daerah
irigasi yang terverifikasi dan kinerja jaringan irigasi di Indonesia. Kegiatan ini
termasuk dalam kelompok output teknologi terapan dan mendukung teknologi
irigasi hemat air, dengan komponen output peta daerah Irigasi dan kinerja jaringan
irigasi.
Executive Summary ini merupakan ringkasan laporan hasil kegiatan Kajian
Jaringan Irigasi Dalam Mendukung Ketahanan Pangan yang disusun oleh Tim
Peneliti, yaitu Joko Triyono, STP, M.Eng sebagai ketua Tim, dibantu oleh Suryo
Kuncoro, SSi; Marasi Deon J., ST, MPSDA; Hanhan A.S., STP., M.Agr; Sulardi,
S.Sos; dan Ir. M. Muqorrobin dibawah bimbingan Kepala Balai Litbang Teknologi
Irigasi selaku Penanggung Jawab Kegiatan.
Terima kasih kepada narasumber dan semua pihak yang telah membantu
sehingga dapat terlaksana kegiatan Kajian Jaringan Irigasi Dalam Mendukung
Ketahanan Pangan. Masukan, saran dan kritik sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan laporan ini.
Bandung, Desember 2015
Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air
Dr. Ir. William M. Putuhena, M.Eng
NIP. 19570722 198503 1 002
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. vi
1. Latar Belakang .................................................................................... 1
2. Tujuan ................................................................................................. 2
3. Sasaran ............................................................................................... 2
3.1. Sasaran Keluaran (Output).................................................................. 2
3.2. Sasaran Mutu ...................................................................................... 2
4. Lingkup Kegiatan ................................................................................. 2
5. Metode ................................................................................................ 2
5.1. Pemetaan Daerah Irigasi ..................................................................... 2
5.2. Rapid Assessment Kinerja Jaringan Irigasi ......................................... 4
6. Hasil Kegiatan dan Pembahasan ........................................................ 5
6.1. Hasil Kegiatan ..................................................................................... 5
6.2. Pembahasan ..................................................................................... 19
7. Kesimpulan dan Saran ...................................................................... 21
7.1. Kesimpulan........................................................................................ 21
7.2. Saran ................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 23
LAMPIRAN ........................................................................................................... 24
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.Skema pembuatan peta daerah irigasi .................................................. 4
Gambar 3.Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Barat ............................................... 9
Gambar 4.Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Tengah dan DIY ............................ 10
Gambar 5.Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Tengah dan DIY ............................ 11
Gambar 6. Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Tengah dan DIY ........................... 12
Gambar 7. Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Tengah dan DIY ........................... 13
Gambar 8. Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Tengah dan DIY ........................... 14
Gambar 9. Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Timur ............................................ 15
Gambar 10. Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Timur .......................................... 16
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air v
DAFTAR TABEL
Tabel 3. Identifikasi Daerah Irigas .......................................................................... 6
Tabel 4. Hasil Verifikasi Luas Daerah Irigasi ........................................................ 17
Tabel 5. Kinerja Jaringan Irigasi ........................................................................... 18
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kurva S
Lampiran 2 Capaian Sasaran Output
Lampiran 3.KuisionerRapid Assesment
Lampiran 4. Perbandingan Data Daerah Irigasi
Lampiran 5. Lembar Konsultasi dengan Narasumber
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 1
1. Latar Belakang
Salah satu kebijakan pemerintah saat ini adalah “Kedaulatan Pangan Berbasis
Agribisnis”. Sebagai perwujudan kebijakan tersebut maka akan dilaksanakan
Pembangunan Irigasi dan Bendungan, Rehabilitasi jaringan irigasi yang rusak 3
juta hektar dan pembukaan 1 juta lahan kering di Luar Jawa dan Bali.
Sejalan dengan kebijakan tersebut Pemerintah menargetkan 3 komoditas utama
swasembada pangan yaitu beras, jagung dan kedelai, untuk itu 3 faktor kunci
menjadi pijakan penopang komoditas tersebut yaitu irigasi, benih dan alat mesin
pertanian.Rapat terbatas bidang perekonomian (Kamis 30 Oktober 2014, istana
presiden.com) Presiden menekankan pentingnya bendungan, bendung dan
saluran irigasi untuk mewujudkan kedaulatan pangan bagi indonesia.
Perubahan Kepmen PU No. 390/2007 menjadi Kepmen PU No. 293/2014
menetapkan status daerah irigasi Indonesia seluas 9,136 juta Ha terbagi dalam
irigasi rawa (1,643 juta Ha), irigasi air tanah (113.600 Ha), irigasi tambak (189.747
Ha), irigasi pompa (44.230 Ha) dan irigasi permukaan (7,145 juta Ha). Namun
informasi ini belum tersedia dalam bentuk geospasial.
Salah satu bentuk dukungan luasan irigasi di atas adalah dengan pembuatan peta
luas irigasi dalam bentuk geospasial memanfatkan peta BIG, kondisi tanah, citra
(ALOS, LANDSAT) dan informasi lapangan, sehingga memudahkan apabila
terjadi perubahan data. Untuk itu sangat perlu dilakukan sampel pengecekan
lapangan menggunakan peralatan survey yang langsung dapat mengirimkan data
ke server, sehingga keabsahan data dapat terjamin dan pengkoreksian dapat
dilakukan dengan seksama.
Selain dukungan luasan irigasi tersebut di atas diperlukan juga informasi kinerja
jaringan irigasi (bendung, saluran primer, saluran sekunder dan bangunan
pelengkap), untuk dapat memperkirakan kondisi dan fungsi jaringan irigasi
sehingga dapat mendorong peningkatan produksi beras dalam rangka mendukung
kedaulatan pangan.
Berdasarkan alasan tersebut Balai Irigasi akan melakukan kegiatan verifikasi data
luasan irigasi dalam bentuk peta spasial dan penilaian kinerja jaringan irigasi
berdasarkan assessment (Permen 32/2007) sampel dari beberapa daerah irigasi
diharapkan dapat dijadikan informasi mengenai kondisi irigasi nasional, sehingga
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 2
memudahkan pimpinan dalam mengambil kebijakan terkait daerah irigasi.
Informasi ini tidak hanya diperlukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum, akan
tetapi juga sangat diperlukan oleh sektor lain seperti Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Pertanian, Perindustrian, Perikanan dan lain-lain.
Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan terintegrasi Pusat Litbang Sumber
Daya Air dalam kelompok output teknologi terapan untuk mendukung teknologi
irigasi hemat air.
2. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan informasi luas daerah irigasi
yang terverifikasi dan kinerja jaringan irigasi di Indonesia.
3. Sasaran
3.1. Sasaran Keluaran (Output)
Output dari kegiatan ini adalah Naskah Ilmiah Verifikasi Data Luasan Daerah
Irigasi Dalam Mendukung Ketahanan Pangan serta menghasilkan Komponen
Output berupa data spasial yang mencakup peta daerah irigasi dan kinerja
jaringan irigasi.
3.2. Sasaran Mutu
Sasaran mutu kegiatan ini adalah menghasilkan 1 (satu) naskah ilmiah mengenai
50 Daerah irigasi permukaan yang menunjukkan luas terverifikasi (pengecekan
lapangan) dilengkapi dengan peta beserta kinerja jaringannya, tercapai pada
bulan Desember 2015.
4. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan Kajian Jaringan Irigasi dalam mendukung ketahanan pangan ini
adalah :
1) Pembuatan Peta Daerah Irigasi permukaan yang terdapat pada Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 293/KPTS/M/2014 yang telah diverifikasi
luasannya.
2) Melakukan penilaian cepat (rapid assesment) Kinerja Jaringan Irigasi.
5. Metode
5.1. Pemetaan Daerah Irigasi
1. Identifikasi Daerah Irigasi
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 3
Daerah irigasi permukaan di Indonesia sebanyak 47.027, yang menjadi
kewenangan pusat pusat sebanyak 283 DI, kewenangan provinsi 983 DI
dan terbanyak merupakan kewenangan kabupaten/kota yakni 46.761 DI.
Untuk mendapatkan daerah irigasi yang dijadikan sampel digunakan
metode proporsional stratified random sampling yaitu pemilihan secara
acak terhadap sampel yang sesuai strata dengan jumlah proporsional
sesuai sebarannya. Strata yang digunakan adalah daerah irigasi
kewenangan pusat yang mempunyai luas layanan diatas 5.000 ha yang
masuk dalam program rehabilitasi seluas 3 juta hektar. Jumlah sampel
diambil berdasarkan sebaran lokasi DI, pulau yang mempunyai sebaran DI
yang banyak maka sampelnya akan lebih banyak
2. Verifikasi Luas Daerah Irigasi
Hasil Penelusuran lapangan menggunakan GPS diolah dan dianalisa
secara spasial menggunakan perangkat lunak pemetaan (ArcGIS) untuk
mendapatkan peta daerah irigasi lapangan. Hasil dari tracking lapangan ini
nantinya digunakan untuk mengkoreksi hasil kerja pembuatan peta daerah
irigasi dari data kontur dan jaringan irigasi yang sebelumnya telah
dibuat.Beberapa tahap pembuatan Peta Daerah Irigasi menggunakan data
sebagai berikut :
a. Peta Kontur
Peta kontur adalah peta yang menggambarkan ketinggian tempat dengan
menggunakan garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta yang
menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama.
b. Peta Jaringan Irigasi
Dalam peta ini berisi jaringan irigasi terdiri dari petak-petak tersier,
sekunder dan primer yang berlainan antara saluran pembawa dan saluran
pembuang, panjang saluran, serta elevasi saluran yang nantinya digunakan
dalam penentuan batas daerah irigasi.
c. Tool Hidrologi
Tool Hidrologi terdapat di Software ArcGIS yang berada dalam sub Tool
Spatial Analyst, dalam tahap inilah pembuatan peta daerah irigasi dilakukan
dengan menggunakan data utama peta kontur dan data jaringan irigasi.
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 4
Komponen tool yang digunakan dalam pembuatan peta daerah irigasi
adalah :
Fill :Melakukan Fiil Sink pada data raster permukaan (DEM) untuk
menghilangkan cacat/kesalahan pada data tersebut.
Flow Accumulation: Membuat raster yang menggambarkan piksel
dimana aliran terkumpul.
Flow Direction :Arah dari setiap piksel yang menunjukkan piksel
terendah di sekitarnya.
Snap Pour Points : Snaps pour points piksel yang memiliki nilai dari
Flow Accumulation terbesar dalam jarak tertentu.
Watershed : Menentukan contributing area (wilayah yang memasok
air) di atas sekumpulan piksel dalam sebuah raster.
Gambar 1.Skema pembuatan peta daerah irigasi
5.2. Rapid Assessment Kinerja Jaringan Irigasi
Kinerja jaringan irigasi dinilai menggunakan bantuan berupa kuisioner. Penilaian
kinerja irigasi dilakukan dengan menilai kondisi prasarana fisik yang terdiri dari :
1. Bangunan utama bagian yang dinilai adalah bendung dan pintu-pintu bendung
berikut bagian penggeraknya.
2. Saluran Pembawa
3. Bangunan pada saluran pembawa yaitu bangunan pengatur (Bagi/sadap/bagi
sadap); Pengukur debit; bangunan pelengkap.
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 5
4. Saluran Pembuang
5. Jalan inspeksi
6. Kantor, Perumahan dan Gudang
Prasarana fisik tersebut dinilai kondisinya pada saat itu secara kualitatif yaitu :
1. Sangat baik : kondisinya tidak ada kerusakan.
2. Baik : Terjadi kerusakan maksimal 20%
3. Kurang Baik : Terjadi kerusakan 20% s/d 40%
4. Rusak : Terjadi kerusakan lebih dari 40%
Selanjutnya hasil penilaian kualitatif di lapangan diubah menjadi kuantitatif untuk
mendapatkan nilai dalam bentuk angka.
6. Hasil Kegiatan dan Pembahasan
6.1. Hasil Kegiatan
6.1.1. Persiapan
1. Tim pelaksana kegiatan Kajian Jaringan Irigasi Dalam Mendukung Ketahanan
Pangan sesuai Surat Keputusan Kepala Satuan Kerja Balai Irigasi Nomor
02/KPTS/La.02/SATKER/2015 tanggal 2 Januari 2015
2. Rancangan kerja pelaksanaan kegiatan Penyusunan Kajian Kebijakan Bidang
Irigasi secara detail dituangkan dalam RMP Kegiatan Penyusunan Kajian
Kebijakan Bidang Irigasi yang berisi : umum; informasi kegiatan; sasaran mutu
kegiatan; persyaratan teknis dan administrasi; struktur organisasi; tugas
tanggung jawab dan wewenang; kebutuhan sumber daya; bagan alir
pelaksanaan kegiatan; jadwal pelaksanaan kegiatan; jadwal personil; jadwal
penggunaan sarana dan prasarana; rencana dan metode verifikasi, validasi,
monitoring, evaluasi, inspeksi dan pengujian dan kriteria penerimaannya; daftar
kriteria penerimaan; daftar dokumensistem manajemen mutu; daftar rekaman;
daftar pustaka; lampiran.
3. Rencana Mutu Pelaksanaan (RMP)
Dokumen RMP dibuat terpisah dari laporan ini, telah disahkan oleh Kepala
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air pada tanggal 24
Februari 2015 dengan Nomor Dokumen : DSM/PUSAIR/RMP/IRIGASI-
LITBANG/03
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 6
6.1.2. Pelaksanaan
1. Pembuatan Peta Daerah Irigasi
Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Koordinasi dengan instansi terkait untuk penyiapan data sekunder :
Hasil dari kegiatan ini telah didapatkan data sekunder berupa Pengelolaan
Aset Irigasi (PAI) dari BBWS Serayu Opak yaitu DI Serayu, DI Singomerto,
DI Tajum, DI Banjarcahyana, DI Wadas Lintang, DI Boro, Kedung Putri, DI
Sempor, DI Serayu, DI Tuk Kuning, DI Kalibawang, DI Van Der Weich. Data
PAI juga diperoleh dari Seksi Pengembangan Sistem Informasi Subdit
Informasi dan Data SDA Direktorat Pengembangan SDA Direktorat Jenderal
SDA yaitu : DI Antokan, DI Keligi Tugu Mulyo, DI Delta Brantas, DI Lodoyo,
DI Mrican Kiri, DI Pacal, DI Gondang, DI Bulucenrana, DI Kalola Kalosi, DI
Palakka, DI Patiro, DI Kalaena Kiri dan DI Sanrego.
b. Identifikasi Daerah Irigasi
Untuk mendapatkan daerah irigasi yang dijadikan sampel digunakan metode
proporsional stratified random sampling yaitu pemilihan secara acak
terhadap sampel yang sesuai strata dengan jumlah proporsional sesuai
sebarannya. Stratifikasi yang digunakan adalah daerah irigasi kewenangan
pusat yang mempunyai luas layanan diatas 5.000 ha yang masuk dalam
program rehabilitasi seluas 3 juta hektar. Hasil identifikasi daerah irigasi yang
akan menjadi sampel dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 1. Identifikasi Daerah Irigas
No Provinsi Pengelola Nama DI Luas DI
(ha)
1
NAD BWS Sumatera I
Jambo Aye Langkahan 19473
2 Kotacane lama 19473
3 Baro Raya 12194
4 KruengTiro 6924
5
SUMUT BWS Sumatera II
Sungai Ular 18500
6 Bt. Angkola 7200
7 Namu Sira-sira 6300
8 Paya Sordang 4350
9 SUMBAR BWS Sumatera III Bt. Anai 13604
10
BWS Sumatera III Antokan 4200
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 7
11 SUMSEL BBWS Sumatera VIII Kelingi Tugu Mulyo 10163
12
LAMPUNG BBWS Mesuji Sekampung
Way Rarem 21220
13 Way Sekampung 76006
14 Way Seputih 20201
15 Pisang 10525
16 Way Pangubuan 5000
17
JABAR
BBWS Citanduy Ciramajaya 8462
18
BBWS Cimanuk-Cisanggarung
Kamun 6219
19 Cikeusik 6924
20 Cipancuh 6318
21 BBWS Citarum Cihea 5484
22 BBWS Citarum Cileuleuy 5378
23
JATENG BBWS Serayu Opak
Singomerto 5863
24 Boro 5136
25 Tajum 3200
26 Banjarcahyana 5001
27 Kalibawang 7152
28 Kedung Putri 4341
29 Van Der Weich 5159
30 Progo Manggis 3633
31 Sempor 6478
32 Serayu 20795
33 Tuk Kuning 264
34 Wadas Lintang 31853
35 BBWS Pemali Juana Sidorejo 7938
36
JATIM
BBWS Brantas
Bondoyudo 11784
37 Delta Brantas 17942
38 Lodoyo 12217
39 Siman 23060
40 Mrican 30341
41 Baru 15910
42 Bedadung 16688
43 BBWS Bengawan Solo Pacal 13202
44 BBWS Bengawan Solo Gondang 10588
45
SULSEL BBWS Pompengan-Jeneberang
Bulucenrana 5.999
46 KalolaKalosi 4.317
47 Palakka 4.633
48 Patiro 4.970
49 Kalaena Kiri 18.184
50 Sanrego 9.457
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 8
c. Proses Pembuatan Peta Daerah Irigasi
Berdasarkan data yang diperoleh, dalam pembuatan peta daerah irigasi
menggunakan beberapa cara dalam pelaksanaannya, yaitu :
1) Data PAI (Pengelolaan Aset Irigasi)
Salah satu cara pembuatan peta dengan menggunakan data PAI
merupakan cara paling cepat dan mudah karena koordinat bendung dan
saluran sudah terekam dalam bentuk spasial sehingga pengolahan lebih
lanjut dapat langsung dikerjakan.Namun tidak semua DI mempunyai data
PAI sehingga data yang digunakan terbatas hanya untuk beberapa DI
saja.
2) Data koordinat bendung dan saluran
Untuk beberapa DI yang tidak mempunyai data PAI, sebagian sudah
mempunyai koordinat bendung dan saluran namun dalam bentuk tertulis
atau tabel, sehingga butuh waktu untuk mengubahnya ke dalam informasi
spasial. Setelah data terkonversi ke dalam informasi spasial kemudian
dapat dilakukan pengolahan lebih lanjut dalam pembuatan peta daerah
irigasi.
3) Identifikasi melalui citra/google earth
Metode ini dilakukan ketika DI yang akan di crosscheck dilapangan belum
mempunyai data sama sekali selain koordinat bendung. Metode ini
menghabiskan waktu paling lama karena perlu ketelitian dalam identifikasi
bendung dan saluran melalui citra/google earth.Setelah bendung dan
saluran teridentifikasi maka selanjutnya adalah pembuatan peta daerah
irigasi.
d. Verifikasi dengan data tabular
Hasil yang diperoleh dari pembuatan peta daerah irigasi ini adalah peta
daerah irigasi dan data tabel. Peta daerah irigasi di cek dilapangan mengenai
kesesuaian data mengenai cakupan wilayah administrasi tingkat desa
daerah irigasi yang dilayani beserta luasan yang ada. Dengan data hasil
sementara ini nantinya akan di diskusikan dengan dinas setempat yang
terkait dengan kegiatan. Peta daerah irigasi dapat dilihat pada komponen
output yang terpisah dari laporan ini.Berikut adalah printscreen hasil kegiatan
pembuatan beberapa peta daerah irigasi:
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 10
Gambar 3.Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Tengah dan DIY
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 11
Gambar 4.Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Tengah dan DIY
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 12
Gambar 5. Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Tengah dan DIY
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 13
Gambar 6. Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Tengah dan DIY
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 14
Gambar 7. Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Tengah dan DIY
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 15
Gambar 8. Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Timur
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 16
Gambar 9. Peta Daerah Irigasi Provinsi Jawa Timur
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 17
Tabel 2. Hasil Verifikasi Luas Daerah Irigasi
No Nama DI Luas Daerah Irigasi (ha)
Hasil verifikasi Kepmen selisih
1 Bendung Boro 5.136 5.136 0
2 Bendung Kalibawang 7.151 7.152 -1
3 Bendung Kedung Putri 4.343 4.341 +2
4 Bendung Progo Manggis 3.635 3.633 +2
5 Bendung Sempor 6.475 6.478 -3
6 Bendung Mataram van der weich 5.033 5.159 -126
7 Bendung Banjarcahyana 5.005 5.001 +4
8 Bendung Serayu 20.796 20.795 +1
9 Bendung Singomerto 5.864 5.863 +1
10 Bendung Tajum 3.203 3.200 +3
11 Bendung Tuk Kuning 263 264 -1
12 Bendung Wadas Lintang 31.855 31.853 +2
13 Bendung Sidorejo 6.517 7.938 -1421
14 Cileuleuy 8.908 5.378 +3530
15 Ciramajaya 1.249 8.462 -7213
16 Cikeusik 8.010 6.924 +1086
17 Cipancuh 6.652 6.318 +334
18 Kamun LB 6.538 6.219 +319
19 Siman 30.460 23.060 +7400
20 Pacal 19.768 13.202 +6566
21 Delta Brantas 24.679 17.942 +6737
22 Gondang 13.329 10.588 +2741
23 Mrican Kiri 18.461 30.341 -11880
24 Lodoyo 16.558 12.217 +4341
25 Baru 15.910 15.910 0
26 Bedagung 16.688 16.688 0
27 Bondoyudo 11.784 11.784 0
28 Way Seputih 16.399 20.201 -3802
29 Way Rarem 15.356 21.220 -5864
30 Way Sekampung 41.245 76.006 -34761
31 Way Pengubuan 3.351 5.000 1649
32 Way jepara 6.147 6.651 504
33 Kutacane Lama 12.998 5.425 7573
34 Bendung Baro Raya 13.216 12.194 1022
35 Jambo aye langkahan 22.317 19.473 2844
36 Tiro 6.344 6.924 580
37 Namu sirasira 3.536 6.300 2764
38 Paya Sordang 3.119 4.350 1231
39 Batang Angkola 4.486 7.200 2714
40 Sungai Ular 14.301 18.500 4199
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 18
No Nama DI Luas Daerah Irigasi (ha)
Hasil verifikasi Kepmen selisih
41 Batang Anai 8.453 13.604 5151
42 Batang Antokan 1.691 4.200 2509
43 Kelingi Tugu Mulyo 10.163 10.163 0
44 Bulutimorang 5.660 5.442 218
45 Bulucenrana 10.508 5.999 4509
46 Kalola kalosi 9.183 4.317 4866
47 Palakka 4.168 4.633 465
48 Pattiro 5.028 4.970 58
49 Sanrego 5.581 9.457 3876
50 Kalaena Kiri 1.219 1.219 0
2. Kinerja Jaringan Irigasi
Hasil penilaian cepat kinerja jaringan irigasi dapat dilihat pada Tabel 5 berikut
ini :
Tabel 3. Kinerja Jaringan Irigasi
No Nama DI Nilai Kinerja Jaringan Irigasi
1 Bendung Boro 73,95 Baik
2 Bendung Sidorejo 68,00 Kurang dan perlu perhatian
3 Cileuleuy 72,10 Baik
4 Cikeusik 64,00 Kurang dan perlu perhatian
5 Cipancuh 61,71 Kurang dan perlu perhatian
6 Kamun 64,00 Kurang dan perlu perhatian
7 Siman 63,52 Kurang dan perlu perhatian
8 Delta Brantas 64,27 Kurang dan perlu perhatian
9 Mrican Kiri 71,30 Baik
10 Lodoyo 70,30 Baik
11 Baru 71,21 Baik
12 Bedadung 64,75 Kurang dan perlu perhatian
13 Bondoyudo 66,01 Kurang dan perlu perhatian
14 Bendung Baro Raya 62,80 Kurang dan perlu perhatian
15 Jambo aye langkahan 63,45 Kurang dan perlu perhatian
16 Namu sirasira 59,70 Kurang dan perlu perhatian
17 Paya Sordang 60,76 Kurang dan perlu perhatian
18 Sungai Ular 72,40 Baik
19 Batang Anai 76,00 Baik
20 Batang Antokan 74,00 Baik
21 Kelingi Tugu Mulyo 55,00 Kurang dan perlu perhatian
22 Bulucenrana 69,06 Kurang dan perlu perhatian
23 Palakka 66,93 Kurang dan perlu perhatian
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 19
No Nama DI Nilai Kinerja Jaringan Irigasi
24 Pattiro 69,04 Kurang dan perlu perhatian
25 Sanrego 69,30 Kurang dan perlu perhatian
26 Kalaena Kiri 65,46 Kurang dan perlu perhatian
6.1.3. Tahap Pelaporan
a. Laporan Awal
Dalam tahap ini merupakan tahap awal dari kegiatan dimana rancangan
kegiatan awal dilakukan dalam tahap ini sehingga tahap-tahap kegiatan
selanjutnya dapat terlaksana dengan baik.
b. Laporan Interim
Dalam tahap ini merupakan pelaporan dari kegiatan awal telah mengalami
perkembangan sampai sejauh mana sehingga dapat diketahuiberapa tingkat
kemajuan.
c. Konsep Laporan Akhir
Dalam tahap ini merupakan pelaporan dari seluruh kegiatan, sehingga
diketahui hasil dari kegiatan untuk menjawab tujuan dilaksanakan kegiatan ini
d. Konsep output
Tahapan yang terdiri dari komponen output dan output. Pada kegiatan ini
komponen output berupa peta daerah irigasi dan kinerja jaringan irigasi,
sedangkan output berupa Naskah Ilmiah Verifikasi Data Luasan Daerah Irigasi
Dalam Mendukung Ketahanan Pangan.
6.2. Pembahasan
Pada tahap identifikasi Daerah Irigasi bertujuan untuk mendapatkan sampel
daerah irigasi yang akan dikaji. Pada tahap ini menggunakan 3 (tiga) sumber
data yaitu Kepmen PU 293/2014, Sistem Pengelolaan Data Irigasi (SPDI) dan
Water Resources Data Centre (WRDC). Sampel DI dipilih dari ketiga data
tersebut yang mempunyai perbedaan data yang cukup besar. Daerah yang
mempunyai perbedaan data yang cukup besar yaitu Provinsi Nangroe Aceh
Darusalam, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi
Lampung, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur
dan Provinsi Sulawesi Selatan (dapat dilihat pada lampiran 4). Selanjutnya
dari provinsi-provinsi tersebut dipilih daerah irigasi permukaan yang menjadi
sampel menggunakan metode proporsional stratified random sampling yaitu
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 20
pemilihan secara acak terhadap sampel yang sesuai strata yang telah
ditentukan dengan jumlah sampel proporsional sesuai sebarannya. Strata
yang digunakan adalah daerah irigasi kewenangan pusat yang masuk dalam
program rehabilitasi seluas 3 juta hektar. Jumlah sampel diambil berdasarkan
sebaran lokasi DI, pulau yang mempunyai sebaran DI yang banyak maka
sampelnya akan lebih banyak. Hasil dari identifikasi di dapatkan sebanyak 50
(lima puluh) daerah irigasi yang dapat digunakan menjadi sampel. Daerah
irigasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Dari hasil survey lapangan diperoleh data luas hasil verifikasi seperti yang
ditampilkan dalam Tabel 4. Dari tabel tersebut dapat diketahui luasan daerah
irigasi hasil survey lapangan, luas berdasarkan kepmen, dan selisih luas hasil
survey lapangan dan kepmen.Banyak faktor yang mempengaruhi luasan hasil
survey dan luas daerah irigasi menurut kepmen dimana faktor yang paling
berperan besar adalah karena adanya alih fungsi lahan. Jumlah penduduk
yang semakin bertambah memaksa terbangunnya permukiman dimana lahan
yang cukup berpotensi untuk dilakukan lahan terbangun tersebut adalah
sawah yang juga sebagian besar terdapat pada lereng datar sehingga sesuai
untuk dijadikan permukiman. Hal ini akan mengurangi luasan daerah irigasi
dari tahun ke tahun. Selain itu faktor yang lain adalah debit air yang tidak
stabil dan kebanyakan malah berkurang dari tahun ke tahun. Sawah yang
tidak terjangkau oleh saluran irigasi akan mengalami kekeringan dan akhirnya
mengalami perubahan alih fungsi lahan. Berkurangnya debit air ini dapat
terjadi karena beberapa sebab, yaitu berkurangnya sumber mata air dari
sungai utama dan juga adanya penyedotan menggunakan pompa air.
Beberapa kasus yang ditemui dilapangan adalah banyaknya petani yang
menggunakan pompa air untuk mengaliri sawah mereka yang berlereng lebih
tinggi dari saluran irigasi, hal ini akan mengakibatkan berkurangnya debit air
sehingga air tidak menjangkau daerah hilir. Jika hal ini semakin berlanjut
maka sawah irigasi yang tidak teraliri air akan berubah fungsi lahan.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini Balai Irigasi bekerjasama (Joint research)
dengan Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Lembaga Antariksa dan
Penerbangan Nasional (LAPAN). Pada tahun anggaran 2015 LAPAN sedang
melaksanakan penelitian mengenai identifikasi kerusakan Jaringan Irigasi
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 21
menggunakan citra satelit. Balai irigasi dari kerja sama ini akan mendapatkan
luasan DI dari analisa citra satelit.
Gambar 11. Diskusi Pembahasan Joint Research dengan LAPAN
Kinerja jaringan irigasi yang ditunjukkan pada Tabel 5 dapat diketahui dari 26
Daerah irigasi yang diamati hanya 8 (delapan) daerah irigasi dalam kondisi
baik, sisanya dengan kondisi kurang dan perlu perhatian. Berdasarkan
kenyataan di atas bahwa sebagian besar kinerja jaringan irigasi di Indonesia
kurang baik, hal ini mengakibatkan menurunkan tingkat pelayanan kepada
petani karena penggunaan air yang tidak effisien. Akibat selanjutnya akan
mengurangi luas tanam, luas panen dan hasil produksi pangan khususnya
padi sawah, sehingga mengancam ketahanan pangan nasional.
7. Kesimpulan dan Saran
7.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil kegiatan kajian jaringan irigasi dalam mendukung
ketahanan pangan adalah sebagai berikut :
1. Hasil verifikasi luas daerah irigasi pada kepmen PU Nomor 293 tahun 2014
tentang penetapan status daerah irigasi yang pengelolaannya menjadi
wewenang dan tanggung jawab pemerintah, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota terdapat kesamaan dan ketidaksaman (lebih
besar atau lebih kecil) luas daerah irigasi karena alih fungsi lahan.
2. Hasil penilaiaan cepat kinerja jaringan irigasi menunjukkan bahwa sebagian
besar kinerja jaringan irigasi mempunyai nilai kurang dan perlu mendapatkan
perhatian karena mengalami kerusakan prasarana fisik berkisar 40%,
sehingga sudah mempegaruhi tingkat layanan kepada petani.
3. Kajian Jaringan Irigasi dalam mendukung ketahanan pangan nantinya dapat
berfungsi sebagai sarana untuk memonitoring perkembangan kinerja bendung
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 22
sehingga dapat dilakukan kebijakan/tindakan lebih lanjut terhadap daerah
irigasi yang bersangkutan.
7.2. Saran
1. Pemutakhiran data inventarisasi luasan daerah irigasi dilakukan agar dapat
diperoleh informasi mengenai kondisi jaringan daerah irigasi terkini dan dapat
digunakan sebagai arsip data nasional.
2. Perlu adanya koordinasi lebih lanjut dengan Dirjen SDA agar tidak terjadi
pengulangan kegiatan pembuatan peta daerah irigasi yang sama sehingga
tujuan kegiatan dapat tercapai.
Executive Summary
Pusat Litbang Sumber Daya Air 23
DAFTAR PUSTAKA
Daud.S 1996.Pengaturan Hukum Sumber Daya Air dan Lingkungan Hidup di
Indonesia.P.T. Alumni. Bandung.
Edy P. 2005.Sistem Informasi Geografis.CV Informatika. Bandung.
Juhadi dan Dewi Liesnoor. 2006. Desain dan Komposisi Peta Tematik. Semarang:
UNNES Press.
Kementerian Pekerjaan Umum. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
32/PRT/M/2007TentangPedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan
Irigasi. Jakarta.
Kementerian Pekerjaan Umum. 2014. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 293/PRT/M/2014 TentangPenetapan Status Daerah Irigasi yang
Pengelolaannya menjadi Tanggung Jawab Pemerintah. Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor. 20 Tahun 2006
Tentang Irigasi. Jakarta.
Topik 5. Irigasi Permukaan-dkk. Teknik Irigasi dan drainase : Topik 5. Irigasi
Permukaan, web.ipb.ac.id/-tepfteta/elearning/pdf/Topik 5 Kuliah-irigasi
permukaan.28 Juli 2015
Top Related