GIZI KERJA SEBAGAI PRASYARAT BEKERJA
MAKALAHUNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Keselamatan dan Kesehatan KerjaYang dibina oleh Ibu Dra. Anny Martiningsih, M.Kes
OlehMuttaqi Azmi 130511605774Odo Lageri 130511605768Norman Dwi Wira 130511605784
UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESINNOVEMBER 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
DAFTAR ISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.2 TUJUAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 GIZI KERJA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2.2 LANDASAN HUKUM. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2.3 GIZI DAN PRODUKTIFITAS KERJA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
2.4 KECUKUPAN GIZI MENURUT KONDISI KHUSUS PEKERJA. . . . . . . . . . . . . 9
2.5 RESIKO LINGKUNGAN KERJA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
Page | 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jumlah angkatan kerja di Indonesia terus meningkat. Saat ini mencapai 113,74 juta
jiwa dan yang bekerja mencapai 104,49 juta jiwa (BPS, 2009). Pemenuhan kecukupan gizi
pekerja selama bekerja merupakan salah satu bentuk penerapan syarat keselamatan, dan
kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Gizi
merupakan salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki peran penting dalam peningkatan
produktivitas kerja. Hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak, terutama pengelola tempat
kerja mengingat para pekerja umumnya menghabiskan waktu sekitar 8 jam setiap harinya di
tempat kerja.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah peningkatan kecerdasan dan
produktivitas kerja. Salah satu upaya yang mempunyai dampak cukup penting terhadap
peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi masyarakat.
Status gizi masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan
produktivitas kerja.
Rendahnya produktivitas kerja dianggap akibat kurangnya motivasi kerja, tanpa
menyadari faktor lainnya seperti gizi pekerja. Perbaikan dan peningkatan gizi mempunyai
makna yang sangat penting dalam upaya mencegah morbiditas, menurunkan angka absensi
serta meningkatkan produktivitas kerja. Berat ringannya beban kerja seseorang ditentukan
oleh lamanya waktu melakukan pekerjaan dan jenis pekerjaan itu sendiri. Semakin berat
beban kerja, sebaiknya semakin pendek waktu kerjanya agar terhindar dari kelelahan dan
gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.
1.2 Tujuan
a. Mengetahui pentingnya gizi dalam bekerja.
b. Memahami pengertian gizi kerja secara jelas.
c. Mendapat pemahaman tentang fungsi gizi terhadap produktifitas kerja.
Page | 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Gizi Kerja
Zat gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi, mempunyai
nilai yang sangat penting (tergantung dari macam-macam bahan makanannya) untuk
memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari bagi para pekerja. Termasuk
dalam memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yaitu penggantian
sel-sel yang rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh (dengan cara menjaga
keseimbangan cairan tubuh). Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang
terpelihara dengan baik akan menunjukkan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang.
Seseorang yang sehat tentunya memiliki daya pikir dan daya kegiatan fisik sehari-hari yang
cukup tinggi (Marsetyo dan Kartasapoetra, 1991).
Gizi kerja adalah nutrisi / kalori yang dibutuhkan tenaga kerja untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan yang bertujuan untuk mencapai tingkat kesehatan
tenaga kerja dan produktivitas yang setinggi-tingginya.
Tubuh manusia memerlukan sejumlah pangan dan gizi secara tetap, sesuai dengan
standar kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat terpenuhi. Penduduk
yang miskin tidak mendapatkan pangan dan gizi dalam jumlah yang cukup. Mereka
menderita lapar pangan dan gizi, mereka menderita gizi kurang. (Sri Handajani, 1996).
Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu
yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan dijumpai penyakit defisiensi yang
nyata, tetapi akan timbul konsekuensi fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang tidak
disadari kalau hal tersebut karena faktor gizi (Ari Agung, 2002).
2.2 Landasan Hukum
1. UU No.1 th 51 dan UU No.12 th 1948, tentang kondisi fisik tenaga kerja, setelah bekerja
terus menerus selama 4 jam harus diberi istirahat.
2. Surat Edaran Menteri TK dan Trans No. 01/Men/1979 tentang Pengadaan Kantin dan
Ruang makan
3. Keputusan Menteri TK dan Trans No. 608/Men/1089 tentang perush yang
memperkerjakan TK sembilan jam sehari wajib menyediakan makan dan minum 1400
kalori
Page | 4
4. Kep. Menteri Koord Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 06/Kep/Menko/Kesra/VIII/1989 ,
Program Pangan dan Gizi yang berhubungan dengan produktivitas kerja, Penanggung
jawabnya dipercayakan kepada Depnaker.
5. Surat Edaran Dirjen Binawas No. 86/BW/1989 tentang Catering Bagi Tenaga Kerja.
6. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. 03/Men/1999, tentang Peningkatan Pengawasan dan
Penertiban terhadap Pengadaan Kantin dan Toilet di perusahaan.
2.3 Gizi dan Produktifitas Kerja
Berbicara masalah gizi, tidak terlepas dari pembahasan mengenai zat-zat makanan
atau nutrisi yang masuk kedalam tubuh. Makanan yang bergizi adalah makanan yang
mengandung zat-zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh agar tubuh dapat melakukan fungsi-
fungsinya dengan sebaik-baiknya. Dengan perkataan lain zat gizi sangat diperlukan oleh
tubuh untuk pertumbuhan, perbaikan jaringan dan pemeliharaan tubuh beserta semua
fungsinya. Sebenarnya, dalam pembahasan gizi salah yang dapat menimbulkan masalah
kesehatan tidaklah semata-mata hanya keadaan kurang gizi, namun kelebihan gizipun dapat
menimbulkan gangguan pada manusia.
Secara umum, permasalahan gizi dan pangan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain faktor demografi seperti pertambahan jumlah penduduk, laju pertumbuhan
penduduk yang tinggi, besarnya proporsi penduduk usia muda, penyebaran penduduk yang
tidak merata, perubahan susunan penduduk, faktor sosial ekonomi dimana terjadinya
peningkatan kesejahteraan masyarakat, meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi yang secara
baik langsung berpengaruh pada pendapatan keluarga. Selain itu, faktor lain yang
berpengaruh pada masalah gizi dan pangan adalah perkembangan IPTEK dimana terjadinya
arus moderenisasi yang membawa banyak perubahan pada pola hidup masyarakat termasuk
pada pola makan. Salah satu dampak dari arus moderenisasi terhadap pola makan adalah
meningkatnya konsumsi lemak. Tidak heran kalau kita lihat bahwa penyakit jantung koroner
cenderung meningkat akhir-akhir ini.
Produktifitas kerja pada hakekatnya ditentukan oleh banyak faktor, faktor manusia dan
faktor di luar diri manusia. Faktor manusia dapat dibagi dalam faktor fisik dan faktor non
fisik, sedangkan faktor di luar diri manusia dapat berupa tekno-struktur yang dipakai dalam
bekerja, sistem manajemen perusahaan, dan lain-lain. Upaya perbaikan kesejahteraan tenaga
kerja secara menyeluruh secara jelas dicakup dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, 1988
pada Kebijaksanaan di bidang perlindungan tenaga kerja yang ditujukan pada perbaikan
upah, syarat kerja, kondisi kerja, hubungan kerja, keselamatan dan kesehatan kerja.
Page | 5
Dalam kesehatan kerja tercakup tiga aspek penting yaitu mengenai kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja dimana tujuannya adalah agar masyarakat dapat bekerja secara
sehat tanpa membahayakan dirinya. Gizi dalam hal ini merupakan salah satu faktor penentu
kapasitas kerja. Masukan gizi yang cukup kualitas dan kuantitasnya sangat diperlukan untuk
pertumbuhan dan pembangunan fisik maupun mental. Dari berbagai penelitian yang
dilakukan ternyata bahwa gizi mempunyai kaitan dengan produktifitas kerja. Hal ini terbukti
dari hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa secara umum kurang gizi akan
menurunkan daya kerja serta produktifitas kerja. Dalam melakukan pekerjaannya, perlu
disadari bahwa masyarakat pekerja yang sehat akan bekerja dengan giat, tekun, produktif dan
teliti sehingga dapat mencegah kecelakaan yang mungkin terjadi selama bekerja. Dapat
dibayangkan apabila pekerja mengalami kurang gizi, hal ini paling tidak akan mengurangi
konsentrasi bekerja ataupun ketelitiannya dalam melakukan kerja, kondisi ini tentunya sangat
membahayakan keselamatannya apalagi kalau pekerja tersebut bekerja dengan menggunakan
alat-alat yang dalam penggunaannya sangat membutuhkan konsentrasi dan perhatian yang
tinggi karena kalau tidak berhati-hati dapat menimbulkan kecelakaan.
Berbagai penelitian baik yang dilakukan di luar negeri maupun di Indonesia
menunjukkan bahwa keadaan gizi kurang dapat menghambat aktivitas kerja yang akan
menurunkan produktivitas kerja. Hal ini disebabkan karena kemampuan kerja seseorang
sangat dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersedia, dimana energi tersebut diperoleh dari
makanan sehari-hari dan bilamana jumlah makanan sehari-hari tak memenuhi kebutuhan
tubuh, maka energi didapat dari cadangan tubuh (Rachmad Soegih dkk, 1987). Pada dasarnya
zat gizi yang dibutuhkan oleh seseorang sangat ditentukan oleh aktifitas yang dilakukannya
sehari-hari.
Makin berat aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan zat gizi akan meningkat pula
terutama energi. Dalam hasil penelitiannya Jill dkk. (1987) didapatkan bahwa pekerja pabrik
yang mendapat makanan siang dari kantin pabrik terlihat status gizinya lebih baik dibanding
dengan yang makan siangnya diserahkan pada masing-masing pekerja.
Berat ringannya beban kerja seseorang ditentukan oleh lamanya waktu melakukan
pekerjaan dan jenis pekerjaan itu sendiri. Semakin berat beban kerja, sebaiknya semakin
pendek waktu kerjanya agar terhindar dari kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti
atau sebaliknya.
Pengelompokan aktivitas atau beban kerja (ringan, sedang dan berat) berdasarkan
proporsi waktu kerja dapat dilihat pada tabel berikut:
Page | 6
(Sumber : Prosiding WNPG VIII, 2004)
Penilaian status gizi pekerja perlu dilakukan, karena dengan mengetahui status gizi
pekerja dapat ditentukan kebutuhan gizi yang sesuai serta pemberian intervensi gizi bila
diperlukan. Penilaian status gizi dilakukan melalui beberapa cara antara lain : pemeriksaan
biokimia, pemeriksaan klinis, pemeriksaan biofisik dan antropometri.
Antropometri merupakan metode yang paling sering digunakan dalam penilaian status
gizi. Metode ini menggunakan parameter berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Melalui
kedua parameter tersebut, dapat dilakukan penghitungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan
rumus sebagai berikut :
(Sumber: PUGS, 2005)
Page | 7
Kebutuhan gizi terutama energi dipengaruhi oleh : Usia, Ukuran tubuh, dan Jenis
kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu: Jenis pekerjaan atau aktivitas yang
dilakukan sehari-hari, Keadaan fisiologis, Keadaan khusus; seperti pada pemulihan kesehatan
dan anemia, Keadaan lingkungan kerja. Faktor-faktor tersebut di atas harus menjadi dasar
dalam perhitungan besarnya energi, komposisi zat gizi dan menu untuk konsumsi pekerja.
Tabel 2. Kebutuhan Gizi Per Hari bagi Pekerja Menurut Umur, Jenis Kelamin dan Aktivitas
Fisik*
(Sumber : berdasarkan AKG 2004)
Koreksi berat badan
Contoh: seorang perempuan usia 35 tahun, memiliki berat badan 52 kg dengan aktivitas
sedang, maka kebutuhan energinya adalah:
Page | 8
Kebutuhan energi selama bekerja (8 Jam) adalah 40-50% dari kebutuhan sehari. Bila
diterjemahkan kedalam menu menjadi kebutuhan untuk 1 kali makan dan 1 kali snack.
Kebutuhan energi dan protein selama bekerja seperti tercantum dalam tabel di bawah ini.
Tabel Kebutuhan energi dan protein selama bekerja (8 jam)
* berdasarkan AKG 2004
Kecukupan Energi (KE) : Berat Badan Ideal (BBI) x jumlah Energi yang di butuhkan
sesuai pekerjaan .
BBI : (tinggi badan-100) x 90 %
BBN <25 th : BBI – 10 %
BBN> 25 th : BBI + 10 %
BBN lebih >25 BBN
Tabel Energi & Aktivitas
Santai : 30 Kal/berat badan per hari
Kerja ringan : 35 Kal/berat badan per hari
Kerja Sedang : 40 Kal/berat badan per hari
2.4 Kecukupan Gizi menurut Kondisi Khusus Pekerja
Skema Kondisi Khusus Pekerja
Page | 9
Kondisi fisiologis
Selama Kehamilan : untuk perkembangan janin, pekerja perempuan yang hamil
membutuhkan tambahan energi dan zat gizi lainnya seperti zat besi dan asam folat.
Perempuan yang berstatus gizi baik dengan tingkat aktivitas ringan-sedang membutuhkan
kalori ekstra 180 kkal/hari pada trimester 1, sedangkan pada trimester 2 dan 3 dibutuhkan
tambahan 300 kkal/ hari.
Selama Menyusui: untuk produksi ASI, pekerja perempuan yg hamil membutuhkan
tambahan energi dan zat gizi lainnya. Selama enam bulan pertama, seorang ibu menyusui
membutuhkan energi tambahan 500 kkal/ hari dan 550 kkal/hari pada 6 bulan berikutnya.
Kondisi tertentu
Anemia Besi: untuk pekerja anemia gizi besi diberikan suplemen tablet besi dengan dosis 60
mg 2 kali seminggu sampai anemia teratasi. Selain itu, pekerja dianjurkan mengkonsumsi
makanan bergizi seimbang yang kaya zat besi seperti hati, daging, ikan, ayam, telur dan
sayuran hijau. Khusus bagi pekerja perempuan, untuk mencegah anemia dianjurkan
pemberian tablet besi dengan dosis 60 mg per minggu selama 16 minggu setiap tahun.
Selama masa haid diberikan 60 mg zat besi tiap hari.
Kelebihan Berat Badan: perlumelakukan perencanaan makan atau diet rendah kalori
seimbang. Pengaturan pola makan sehat dilakukan dengan mengurangi asupan lemak dan
mencukupi komposisi bahan makanan dengan metode gizi seimbang, yaitu cukup sumber
karbohidrat, protein dan lemak serta cukup vitamin dan mineral. Porsi kalori terbesar
diusahakan dikonsumsi pagi dan siang hari. Konsumsi sayuran dan buah perlu diperbanyak
karena buah banyak mengandung serat dan vitamin, namun sedikit kandungan kalorinya.
Makanan selingan sebaiknya diberikan berupa buah-buahan. Susu yang dikonsumsi
sebaiknya adalah susu rendah lemak. Olahraga secara teratur dan rutin perlu dilakukan. Olah
raga apapun baik namun jenis yang disarankan adalah olahraga aerobik karena dapat
membakar kalori lebih banyak. Sebaiknya olahraga dilakukan 4-5 kali seminggu selama 20-
30 menit karena dengan durasi tersebut pembakaran kalori baru dapat terjadi.
Kondisi di tempat kerja
Lembur dan Shift Kerja : Bagi pekerja yang lembur selama 3 (tiga) jam atau lebih
diberikan makanan dan minuman tambahan, berupa makanan selingan yang padat gizi. Hal
Page | 10
ini juga berlaku bagi mereka yang menjalani shift kerja malam, termasuk pekerja perempuan
yang bekerja antara pukul 23.00-07.00.
2.5 Risiko Lingkungan Kerja
Beberapa faktor risiko lingkungan kerja yang menunjukkan pengaruh terhadap gizi kerja
adalah:
1. Suhu: tempat kerja dengan suhu tinggi akan terjadi penguapan yang tinggi sehingga
pekerja mengeluarkan banyak keringat. Karenanya perlu diperhatikan kebutuhan air dan
mineral sebagai pengganti cairan yang keluar dari tubuh. Untuk mencegah dehidrasi
disarankan untuk minum air, konsumsi sayur dan buah.
2. Pengaruh bahan kimia: Bahan-bahan kimia tertentu dapat menyebabkan keracunan
kronis, akibatnya: menurunnya nafsu makan, terganggunya metabolisme tubuh dan
gangguan fungsi alat pencernaan sehingga menurunkan berat badan. Oleh karena itu
dibutuhkan tambahan zat gizi. Hal ini juga terjadi pada para pekerja yang mengalami
gangguan psikologis.
3. Bahan radiasi mengganggu metabolisme sel sehingga diperlukan tambahan protein
dan antioksidan untuk regenerasi sel.
4. Parasit dan mikroorganisme: Pekerja di daerah pertanian dan pertambangan sering
terserang kecacingan yang dapat mengganggu fungsi alat pencernaan dan kehilangan zat-
zat gizi sehingga dibutuhkan tambahan zat gizi.
Standar Penyediaan Makanan Bagi Pekerja
Setelah mengetahui kebutuhan energi (kalori), perlu dipikirkan cara memenuhi
kebutuhan tersebut dalam menu pekerja sehari-hari. Karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
mineral, serta zat-zat lain dalam tubuh perlu diperhatikan proporsinya agar seimbang (WNPG
VIII, 2004), yaitu : Karbohidrat (50-65% dari total energi), Protein (10-20% dari total
energi), Lemak (20-30% dari total energi).
Kebutuhan energi diterjemahkan ke dalam porsi bahan makanan menggunakan daftar
bahan makanan penukar. Pemberian makanan utama di tempat kerja dilakukan saat istirahat
(4-5 jam setelah kerja) diselingi pemberian kudapan (makanan selingan).
Berikut adalah standar porsi makanan bagi pekerja menurut usia dan kategori aktivitas
fisik :
Page | 11
Standar porsi makanan pekerja laki-laki dan perempuan selama bekerja (8 jam)
*Jumlah minimum kebutuhan air minum
Catatan:
Berat ini adalah berat bersih bahan mentah yang dapat dimakan, tidak termasuk
tulang, cangkang, kulit, batang dan bagian-bagian lain yang tidak dapat dimakan
Ukuran adalah berdasarkan daftar satuan penukar (Lampiran 3)
Contoh Menu Makanan Bagi Pekerja Selama Bekerja (8 jam)
Page | 12
Page | 13
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat dibutuhkan guna peningkatan kreatifitas dan produktifitas kerja. Hal ini dapat dicapai dengan mengadakan perbaikan gizi pekerja. Upaya perbaikan gizi pekerja berarti meningkatkan kualitas fisik dalam artian peningkatan daya tahan tubuh, peningkatan kesanggupan kerja juga peningkatan kualitas non fisik seperti kecerdasan, aspirasi yang tinggi dan peningkatan ketrampilan yang selanjutnya dapat meningkatkan tingkat pendapatan pekerja. Makin baik status gizi seseorang semakin baik kualitas fisiknya. Ketahanan dan kemampuan tubuh untuk melakukan pekerjaan dengan produktifitas yang memadai akan lebih dipunyai oleh individu dengan status gizi baik. Jadi dalam hal ini pemenuhan gizi dalam tubuh pekerja sangat berpengaruh terhadap hasil pekerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ari Agung, I Gusti Ayu. Pengaruh Perbaikan Gizi Terhadap Produktivitas Kerja. Patria Untag.Surabaya
Gizi Kerja. Online. http://ergonomi-fit.blogspot.com/2012/01/gizi-kerja.html. Diakses pada 25 Oktober 2013
K3 Gizi Kerja. Online. http://industri.ums.ac.id/default/files/materi/k3-9%20gizi%20 kerja.pdf. Diakses pada 30 Oktober 2013
Ratnawati, Ika. Pemenuhan Kecukupan Gizi Bagi Pekerja. Online. http://www.gizikia. depkes.go.id/archives/747. Diakses pada 18 Oktober 2013
Page | 14