GALUNGAN
Buda, Kliwon, Dungulan
10 Feb 2016
KUNINGAN
Saniscara, Kliwon, Kuningan
20 Feb 2016
NYEPI
Tanggal Apisan Tilem sasih kedasa
9 Maret 2016
2 — Edisi Februari 2016
Dari Redaksi
Om Swastyastu,
Atas asung kertha wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa edisi perdana
majalah “Gatra Banjar” ini berhasil diterbitkan. Semoga media ini nantinya
dapat memberikan informasi kepada krama Banjar Bali di UK khususnya, serta
masyarakat Bali pada umumnya dimanapun berada. Majalah ini diharapkan
terbit setiap 6 bulan sekali bertepatan dengan Hari raya Galungan dengan
memuat rubrik utama Tatwa, Susila dan Upacara. Pada edisi perdana ini
disajikan informasi asal-usul Grup Nyama Braya Bali ring UK di Facebook. Ada
pula pengalaman me-galungan di UK disampaikan oleh Pak Ketut Pande. Juga
bagaimana warga Bali berusaha membuat banten dengan keterbatasan yang
ada. Tidak lupa pula ada satua Bali “I Lutung lan I Kekua” yang dulu sangat
terkenal puluhan tahun lalu. Semoga dengan cara ini cerita rakyat Bali bisa
tetap hidup dan dapat dinikmati anak cucu.
Redaksi menerima saran dan masukan demi peningkatan nilai tambah majalah
ini bagi krama Bali. Redaksi juga menerima artikel apapun tentang Bali dan UK
untuk dimuat pada edisi selanjutnya. Silakan kirim ke email yang tertera
dibawah ini.
Dalam kesempatan yang bak ini kami mengucapkan:
“Rahajeng Galungan, Kuningan, lan Nyepi umat
sedarma sareng sami. Dumogi ngemolihang ke-
rahayuan sareng sinamian.”
Om, Shanti, Shanti, Shanti, Om
UK, Feb’2016
WARIGA
4 Feb Wraspati Wage Sungsang, Sugihan Jawa
5 Feb Kajeng Keliwon Uwudan, Sugihan Bali
7 Feb Tilem Kawulu, Penyekeban
8 Feb Penyajaan Galungan
9 Feb Penampahan Galungan
10 Feb Buda Keliwon Dunggulan, Hari Raya Galungan
11 Feb Wraspati Umanis Dunggulan, Manis Galungan
12 Feb Sukra Paing Dunggulan
13 Feb Saniscara Pon Dunggulan, Pemaridan Guru
14 Feb Redite Wage Kuningan, Ulihan
15 Feb Soma Keliwon Kuningan, Pemacekan Agung
17 Feb Buda Paing Kuningan
19 Feb Penampahan Kuningan
20 Feb Saniscara Keliwon Kuningan, Hari Raya Kuningan dan Kajeng Keliwon Enyitan
21 Feb Redite Umanis Langkir
22 Feb Purnama Kesanga
24 Feb Buda Wage Langkir
26 Feb Hari Bhatara Sri
28 Feb Redite Pon Medangsia
29 Feb Soma Wage Medangsia
FEBRUARI
Redaktur: IGNA Dwijaya Saputra (Gung Dwi)
Nyoman Gede Maha Putra (Mangde)
Email: [email protected] atau [email protected]
Disclamer:
Majallah ini diterbitkan oleh Nyama Braya Banjar Bali ring UK diperuntukkan bagi siapapun yang
berminat dengan informasi tentang Bali dan UK. Majalah ini Gratis dan tidak diperjualbelikan.
Dilarang mengcopy dan mengedarkan informasi yang terdapat dalam majalah ini untuk
mendapatkan keuntungan tanpa sepengetahuan redaksi. Redaksi menerima sumbangan tulisan,
Majalah Gatra Banjar
Foto sampul: Pande sedang membuat penjor di Bournemouth
Grafis sampul Depan: Mangde
Layout: Gung Dwi
Om Swastyastu,
Ijinkan saya menceritakan sedikit ihwal terbentuknya Banjar Bali di UK ini, sedari awal munculnya ide hingga kon-
disinya saat ini. Pertemuan pada acara ‘Hello Indonesia’ di Trafalgar Square hari itu ditindaklanjuti dengan mem-
bentuk group WhatsApp.
A nggota awalnya terbatas hanya pada
5 orang: Pak Agung, Pak Dewa Cipta,
Pak Agung Dwijaya Saputra, Gede
Pringgana dan saya. Selain Pak Agung Dwijaya,
Gede Pringgana dan saya yang sudah bersepa-
kat untuk bertemu hari itu, pertemuan dengan
dua orang yang lain terjadi secara kebetulan.
Dari pertemuan itulah muncul ide untuk mem-
bentuk semacam forum, tempat bertukar dan
berbagi cerita antar sesama orang Bali di sean-
tero UK. Pak agung dan teman teman yang lain
lalu secara berantai saling menambahkan ang-
gota di group berdasarkan kontak kenalan di
handphone masing masing. Group di Facebook
menjadi embrio berikutnya. Awalnya salah satu
rekan, Edy Suardiyana yang sedang menempuh
study di Coventry menanyakan apakah ada or-
ganisasi masyarakat Hindu Bali di UK dan kebetu-
lan baru saja terbentuk group whatssap. Keingi-
nan untuk menjangkau audience yang lebih luas,
akhirnya mendorong Edy, Pak Dewa Cipta dan
saya membentuk group masyarakat Bali di Face-
book. Dan seperti juga yang terjadi di whatssap,
kami saling menambhkan teman dan jaringan
yang ada di jalinan per-
temanan masing masing
ke dalam group face-
book. Hingga tulisan ini
dibuat sudah terdapat
32 orang yang ter-
gabung di dalam group
facebook dengan nama
group Nyama Braya Bali
di UK.
Oleh: Nyoman Gede Maha Putra Warga Banjar ring Oxford
INFO
4 — Edisi Februari 2016 Majalah Gatra Banjar
Suasana “Hello Indonesia” - Trafalgar, London, 31 Mei 2014
Cerita Asal Usul Group Banjar
Bali ring UK di FB
Kelompok ini dan ide-ide selanjutnya terus bergulir.
Untuk lebih mengenal anggota masyarakat bali di
UK, saya berinisiatif untuk membuat semacam
daftar isian melalui google drive. Dan dari isian di
google drie ini diharapkan data dasar masyarakat
bali di Uk bisa terekam untuk selanjutnya dijadikan
sebagai rujukan dalam membuat kegiatan.
Hingga tulisan ini dibuat, terdapat 26 orang yang
mengisi fromulir dan berasal dari berbagai kota di
UK. Dari anggota ini terekam juga data mengenai
status di UK apakah pelajar ataukah tinggal
menetap dan bekerja.
Tentu saja harapan selanjutnya agar group kita ini
semakin maju dan terjaga kelangsunganya men-
jadi tanggung jawab berikutnya. Untuk menjaga
tali silaturahmi serta membuat semakin kuatnya
ikatan kita, masyarakat Bali di UK, ada baiknya
membuat sebuah organisasi yang lebih solid mes-
kipun tidak harus mengikat secara kaku. Hingga
saat ini, setidaknya sudah ada modal awal, untuk
membuat Banjar ini semakin kuat, yaitu
keanggotaan yang sudah terdata di google drive.
Selanjutnya perlu kita pikirkan gerak langkah yang
lebih konkret lagi. semoga nanti lebih banyak lagi
saudara-saudara kita yang bergabung dan ber-
partisipasi di group kita. Dengan demikian usaha
untuk membuat kita tetap memiliki tali per-
saudaraan selama berada di negeri orang bisa
tetap terjaga. Ngiring bersama-sama kita jaga tali
persaudaraan ini di negeri Ratu Elizabeth, ribuan
mil dari asal kita tempat indah bernama Pulau Bali.
Om Santih Santih Santih, Om
INFO
Edisi Februari 2016 — 5 Majalah Gatra Banjar
Salah satu sajian dalam “Hello Indonesia” London, 2014
De Pring, Mangde, Dewa Cipta, Gung Dwi di Trafalgar Square London
Selama berada di UK antara
sesama warga saling
mengunjungi mengucapkan
salam seraya berkenalan.
Sambil menyama braya,
hidangan tradisional tidak
lupa untuk dihidangkan
sebagai pelengkap cerita
serta obat rindu kampung
halaman. Ngiring semeton
sareng sami saling
mangunjungi dan mengucap
salam
SALING MENGUNJUNGI
MENYAMA BRAYA
Edisi Februari 2016 — 5 Majalah Gatra Banjar
Sradha memiliki arti “yakin” atau “percaya” terhadap keberadaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Ada 5 keyakinan umat Hindu yang disebut Panca Sradha.
P ercaya dengan adanya
Sang Hyang Widhi
(Tuhan Yang Maha Esa)
merupakan konsep Widhi Tatwa.
Dalam ajaran Widhi tattwa ini,
kita sebagai umat Hindu agar
meyakini dan mengakui
keberadaan Tuhan yang Maha
Esa. Tuhan diyakini hanya satu
namun orang bijaksana me-
nyebutnya dengan banyak na-
ma. Tuhan disebut Brahman (tak
terpikirkan), Paramartha
(berada dimana-mana dan
meresapi segalanya), dan
Baghavan (tak berwujud).
P ercaya dengan adanya
Atman yang merupakan
jiwa dalam makhluk
hidup dan merupakan percikan
yang berasal dari Tuhan dan
disebut Atman. Sebagaimana
dijelaskan dalam Atma Tattwa,
atma bersifat abadi dan akan
mengalami proses reinkarnasi
atau kelahiran yang berulang-
ulang. Proses reinkarnasi akan
terhenti bila atma mencapai
moksa.
D alam konsep Kar-
maphala Tattwa, aga-
ma Hindu mengenal
adanya Karmaphala, yaitu
hukum sebab-akibat. Kata Kar-
maphala berasal dari “karma”
yang artinya perbuatan dan
“phala” yang berarti buah atau
hasil. Jadi, setiap perbuatan
manusia pasti membuahkan
hasil, baik atau buruk. Karma-
phala berhubungan dengan
keyakinan reinkarnasi. Keadaan
suka maupun duka disebabkan
hasil perbuatan manusia itu saat
ini maupun apa yang telah dil-
akukan pada saat kehidupan
sebelumnya.
P unarbhawa merupakan
keyakinan bahwa manu-
sia mengalami reinkar-
nasi. Reinkarnasi terjadi karena
jiwa menanggung hasil per-
buatan pada kehidupannya
yang terdahulu. Jika seseorang
tidak sempat menikmati hasil
perbuatannya saat ini, maka
mereka diberi kesempatan un-
tuk menikmatinya pada ke-
hidupan selanjutnya. Maka, ter-
jadilah proses reinkarnasi yang
hanya dapat berakhir jika sese-
orang telah mencapai moksa.
M oksa berarti bebas
atau lepas dari
ikatan keduniawian
serta lepas dari putaran reinkar-
nasi atau Punarbhawa. Dalam
arti lainnya berarti “suka tanpa
wali duka”. Moksa merupakan
tujuan akhir yang ingin dicapai
oleh umat Hindu.
**Disarikan dari berbagai sumber.
Apa itu Sradha? Oleh: IGNA Dwijaya Saputra, Warga Banjar ring Liverpool
8 — Edisi Februari 2016 Majalah Gatra Banjar
TATWA
Sebagai wujud kepercayaan bahwa setiap
yang bernafas memiliki atman dan akan kem-
bali ke penciptanya, umat Hindu di Bali
melaksanakan upacara ngaben
Cerita Pak Pande merayakan Galungan di UK seperti yang te-
lah dipublikasikan di Tribun: Kemenangan dharma melawan
adharma bagi umat Hindu yang jatuh pada Buda Kliwon Dun-
gulan tidak hanya dirayakan di Bali. Umat Hindu di Inggris pun
turut merayakannya dalam kesederhanaan. Seperti dalam
keluarga Ketut Pande,
Me-Galungan ring Dura Desa Oleh: Ketut Pande, Warga Banjar ring Bournemouth
SUSILA
Edisi Februari 2016 — 9 Majalah Gatra Banjar
K emenangan dharma
melawan adharma bagi
umat Hindu yang jatuh
pada Buda Kliwon Dungulan
tidak hanya dirayakan di Bali.
Umat Hindu di Inggris pun turut
merayakannya dalam keseder-
hanaan. Seperti dalam keluarga
Ketut Pande, mengingat cuaca
dan situasi geografis yang ber-
beda tidak seperti halnya di Ba-
li.
Mulai dari persiapan bahan ba-
han upakara atau sarana untuk
Galungan sangat sulit didapat.
Seperti tidak adanya pohon ke-
lapa untuk janur (busung) se-
bagai bahan banten, tidak
adanya pohon bambu
(walaupun ada namun sangat
jarang sekali).
Penulis (Ketut Pande) bersama
istri yang merupakan orang
Inggris tidak kehilangan seman-
gat. Daun janur (daun kelapa)
digantikan dengan daun palm.
Sebagai peganti sampian ,Ibu
Galuh Mas Pande yang meru-
pakan istri penulis dengan
talentanya dan kepercayaan
penuh matetuasan (membuat
reringgitan).
Dengan penuh keikhlasan dari
lubuk hatinya ngaturang bhakti,
daun palm dipotong-potong
membentuk sampian untuk
banten (sesajen),canang raka
dan daksina. Segalanya diper-
siapkan secepat mungkin.
Persiapan ini selalu harus lebih
cepat tujuh jam dari waktu Bali.
Seperti pemasangan penjor di
hari penampahan sampai
menyambut Hari Raya Galun-
gan dihitung dengan waktu di
Bali.
Penulis tidak ingin menyambut
Galungan dan melakukan
persembahyangan (mebakti)
hingga melewati tengai tepet
(lewat dari pukul 12.00 Wita).
Begitulah menurut sima
(kebiasaan) di Buleleng yang
merupakan kampung kelahiran
penulis.
Penulis juga menekankan per-
ayaan Galungan ini pada
kedua anaknya yaitu I Komang
Pande Galang Liam Wood dan
Ni Ketut Pande Mas Grace
Wood.
Walaupun ada di negeri orang
dengan jumlah penduduk yang
notabene sangat sedikit orang
Bali di Inggris.
Bahkan di daerah tempat ting-
gal penulis, Bournemouth hanya
penulis dan keluarga kecil ini
yang beragama Hindu atau
orang Bali.
Tetapi, atas lindungan Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, penulis
beserta istri dan anak-anak bisa
menyambut hari raya keme-
nangna dharma melawan
adharma.
Selamat Hari Raya Galungan
dan Kuningan buat keluarga
besar Pande Mas Beratan dan
semua teman-teman.
Cerita membuat banten di tempat yang masyarakatnya tidak terbiasa membuat
sarana yang sama memiliki tantangannya tersendiri. Bukan perkara mudah untuk
menemukan bahan-bahan membuat banten tersebut. Berikut beberapa tip da-
lam menyikapi terbatasnya bahan banten.
K ata banten ternyata mem-
iliki sejarah yang panjang.
Mengutip tulisan di Stiti-
Dharma Online, sejarah banten
bisa ditelusuri dari kedatangan Ma-
ha Rsi Markandeya ke Bali sekitar
abad ke 7 membuka desa di
Puakan Taro. Untuk memohon
keselamatan, para pengikutnya
diajarkan cara membuat upakara
yang terbuat dari hasil bumi beru-
pa buah-buahan, bunga-bungaan,
daun-daunan, air dan api. Lama
kelamaan sarana ini disebut se-
bagai Bali dan menyebar ke se-
luruh penjuru pulau. Semenjak itu
sarana ini menjadi lumrah, disebut-
lah nama pulau tempat dihatur-
kannya sarana sersebut sebagai
Pulau Bali dan penduduknya se-
bagai Orang Bali.
Berada jauh dari Bali, nyatanya tid-
ak mengurangi semangat orang
Bali untuk tetap melaksanakan
upacaranya serta menghaturkan
sesajiannya. Sekalipun bahan-
bahan yang dipergunakan ber-
beda tetapi unsur utamanya tetap
serupa: buah, bunga, daun, air dan
api. Bahan-bahan yang disebutkan
tadi tidak
sulit untuk
dicari di be-
lahan bumi
manapun di
dunia mes-
kipun varia-
sinya ada
banyak.
Banten ala UK Oleh: Nyoman Gede Maha Putra Warga Banjar ring Oxford dan A.A. Putri Indrayanti Warga Banjar ring Liverpool
UPAKARA
Di Inggris, toko yang menjual buah-
buahan bisa dicari dengan mudah
demikian pula dengan bunga.
Warga di Inggris kebetulan sering
mambawa bunga saat berkunjung
ke kerabat atau koleganya sehing-
ga toko bunga sangat mudah
dicari.
Tentang halnya daun juga bukan
benda asing. Di semua halaman
rumah di Inggris terdapat pepoho-
nan demikian pula di taman. Tetapi
harap berhati-hati saat memetik
daun atau bunga di taman, salah-
salah bisa ditangkap petugas kare-
na dianggap merusak tanaman.
Alternatifnya, daun pisang bisa di-
peroleh di toko bahan makanan
China atau toko yang menjual ko-
moditi Asia lainnya.
Seperti cerita Ibu Agung yang ting-
gal di Liverpool berikut ini:
“Saya selalu membuat banten se-
tiap hari raya dengan bahan yang
bisa saya temui di sekitar. Tidak
hanya hari raya besar seperti Ga-
lungan dan Nyepi serta Saraswati,
saya juga membuat banten Purna-
ma-Tilem, otonan, dan hari besar
lainnya.
Di Liverpool cukup mudah mencari
bahan karena toko-toko Asia ber-
tebaran. Kelapa bisa didapat di
toko China (Sida) atau toko India/
Pakistan (Matas/Marmaris), buah-
buahan tersedia di semua super
market seperti, pisang, mangga,
bahkan buah delima dan jeruk Bali
(Jerungga).
Tentu harga-nya tidak seperti di
Indonesia. Bunga juga tidak sulit
diperoleh di beberapa super mar-
ket seperti Tesco, Aldi, atau Lidl.
Banyaknya masyarakat China yang
bermukim atau sekolah disini
memudahkan saya membeli dupa
yang tersedia di toko China.
Bentuk banten tentu menyesuaikan
dengan bahan yang ada. Bi-
asanya penataannya seperti soda
di Bali. Hanya saja karena tidak
tersedia janur, canang sari saya
ganti dengan banten tangkih. Keti-
ka rahinan besar saya juga mem-
buat segehan. Begitu juga untuk
banten saiban pada setiap selesai
memasak. Memang jumlahnya ten-
tu tidak sebanyak di Bali, cukup sa-
tu saja yang dihaturkan di dekat
tempat memasak/kompor.
Jika tidak memperoleh daun pi-
sang, bunga cukup ditata menjadi
rangkaian vas bunga.
Dalam pembuatan banten ini ter-
gantung pada masalah rasa
(perasaan), tidak ada yang me-
wajibkan/mengharuskan kita untuk
membuat banten, apalagi ketika
berada diperantauan dengan sa-
rana dan prasarana terbatas. Yang
terpenting adalah sembah dan
sujud bakti kita Kepada Ida Sang
Hyang Widhi dan selalu bertindak
sesuai dengan Dharma.
10 — Edisi Februari 2016 Majalah Gatra Banjar
D i alase wayah, wenten
buron dadue idup me-
timpal saking cerik, I
Lutung lan I kekua. Sedek dina
anu, I kekua ngerenggeng kene,
“Beh jani nyangsan keweh ngalih
amah-amahan, gumine panes,
ujan sing taen ulung. Yen nge-
lantur sing ada ujan, sinah awake
lakar mati tuna amah”.
Keto abetne I kekua saha me-
sayuban di beten punyan kayune
tuh. Awakne berag, muane
seeming tur gerakne alon sing
mebayu. Miriban yen ada sane
nepukin, bise kadene akah
canging medengdeng baan be-
ragne.
Di baduur, di carang kayune sing
misi don, I Lutung ningeh timpaal-
ne ngrengngeng keto merasa
sebet. Sawireh I Lutung mase
mekelo sing nepukin who-wohan
anggo amah. Mesaur I lutung
banban.
“Eh Kekua, sing sedeng I raga
meselselan, jani paling melah
bareng-bareng ngalih amah
sawireh lamun I rage noyong dini
sinah mekelo-kelo lakar mati.’ Ke-
to abetne I Lutung sambilange
kajengat-kejengit ngelanting di
carang kayune tuh.
Awakne berag
arig tan bina
care
ca-
rang tongosne ngelanting.
“Ditu di sisin tukad cengcenge,
awake nepukin ada tegal biu
sane sedeng mebuah. Kayune
lan punyan-punyane lenan mase
ngenah subur tur mabuah nged”.
“Sakewala keweh pesan yen
lakar kemu, tukad cengcenge
sedeng blabar buine yehne gede
pesan”,
I Lutung ngelantur nyatuang te-
galne I Kaki Perodong di selat
tukad cengcenge. I Kekua
nengok uli tongosne mesayuban
laut mesaut girang,
“Dije ento tukad Cengceng e
Lutung? Lan bareng-bareng ke-
ma nelokin abyane I Kaki
Perodong”.
I lutung mesaut sambilange
ngelengos, Abyane ento selat
tukad sane linggah tuur dalem,
dewek e sing bisa ngelangi sinah
lakar nyilem tuur anyud.
“Beh, demen pesan atine I Kekua
ningehang.
“Ih cai Lutung de sebet lan su-
manangsaya, I dewek dueg nge-
langi, lan bareng-bareng nye-
brangin tukad, cai menek di
tundun dewek e,” keto saurne
girang.
Ditu lantas ajake dadue nyeber-
ang tukad cengcenge ane
sedeng blabar gede. I lutung
negak di tundune I Kekua sane
ngelangi megat yeh e gede.
Teked di seberang tukad, I lutung
mekecos uli tundune I kekua
menek punyan biu. Pilihine pu-
nyan biu mas
ane sedeng mebuah
nged. I kekua mesayuban di
baten punyan keladine ane don
e lumbang sambilange ngetis.
Ninggalin buah biu ane sube
kuning gading, I lutung negmpok
a bulih, pelute laut telahange.
Laut nyemak buin abulih buin te-
lahange. I Kekua gelek gelek pos
ne,
“Eh Lutung bang deweke ngidih
a bulih”, keto abetne.
I lutung kedek pecruet di punyan
biune,
“Eh Kekua ne kanggoang daar
kulit-kulitne,. I lutung laut ngen-
tungin I Kekua kulit biu, ‘Plokkk’
kena tundune I Kekua. I lutung
kedek ninggalin I kekua keled
keled.
I Kaki Perodong ningeh ada mun-
yin bojog di tegalne. Adeng-
adeng jemake tumbakne sane
sube mesangih di amben bale
ne. Adeng-adeng I kaki maekin
tongosne I Lutung sambilange
nganggar tumbakne. I Kekua
ninggalin I Kaki Perodong laut
mengkeb di durin batune lum-
bang. Sedeng itep naar biu mas
ane nasak, I Lutung raris ka-
tumbak olih I Kaki Perodong.
Ulung meglebug di beten punyan
biu mas e I Lutung juk e teken I
Kaki.
Keto Sube upahne anak sane de-
mit, loba tur tusing bise menyama
braya, nemonin sengkala tanpa
tulungan.
Olih: Nyoman Gede Maha Putra, Warga Banjar ring Oxford
Edisi Februari 2016 — 11 Majalah Gatra Banjar
Satua Bali
I Lutung Lan I Kekua
Top Related