GAMBARAN PENATALAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA PADA KASUS SYNDROM DISPEPSIA MELALUI
PEMANFAATAN TANAMAN OBAT KELUARGA ( HERBAL) RIMPANG
KUNYIT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAJENANG I
KABUPATEN CILACAP TAHUN 2005
SKRIPSI
Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana
Pada Jurusan Ilmu Keperawatan
STIK YPT Bina Putera Banjar
EKO HARTONO
NPM. 4102010032
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YPT BINA PUTERA
BANJAR
2005
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Tanaman obat keluarga ( herbal) adalah tumbuhan yang biasa ditanam,
diolah dan digunakan oleh keluarga sebagai obat, dan khasiatnya dalam
mengurangi/ mengobati keluhan penyakit telah diketahui lewat penelitian atau
secara turun temurun dari nenek moyang. Salah satu tanaman obat keluarga
yang sering digunakan untuk mengurangi keluhan penyakit saluran
pencernaan khususnya syndrom dispepsia adalah rimpang kunyit ( Thomas,
1989).
Rimpang kunyit berasal yang dari suku temu-temuan, rimpang kunyit
merupakan akar kunyit yang berbentuk bulat panjang dan membentuk cabang
akar berupa batang yang berada didalam tanah, terdiri dari rimpang induk dan
cabang rimpang, dimana khasiatnya dalam mengurangi/ mengobati keluhan
penyakit saluran pencernaan telah diketahui secara turun temurun dari nenek
moyang dan telah diketahui khasiatnya lewat penelitian ( Winarto, 2003).
Pentingnya pemanfaatan tanaman obat keluarga ditempat pelayanan
kesehatan formal ( Puskesmas) dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
termuat dalam SKN pada Bab VII. Yang mengungkapkan bahwa
“Pengembangan dan peningkatan tanaman obat keluarga ( obat tradisional)
ditujukan agar diperoleh tanaman obat keluarga yang bermutu tinggi, aman,
memiliki khasiat yang nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan
secara luas, baik untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun
digunakan dalam pelayanan kesehatan formal”.
Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang
mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang
melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu untuk masyarakat yang tinggal diwilayah kerja tertentu ( Muninjaya,
1999).
Puskesmas dalam mengembangkan misinya tidak akan lepas dari
masyarakat dan keluarga. Masyarakat menurut Linton adalah setiap kelompok
manusia yang telah lama hidup bekerjasama sehingga dapat
mengorganisasikan diri dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan
sosial dengan batas-batas tertentu. Sedangkan keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan ( Depkes, 1988).
Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat, harus mampu
menyelesaikan tugas-tugasnya dalam mengoptimalisasi fungsi-fungsi
keluarga. Adapun tugas keluarga menurut Freeman diantaranya mengenal
gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga, mengambil
keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat, memberikan perawatan
kepada anggota keluarga yang sakit yang tidak dapat membantu diri karena
cacat atau usianya terlalu muda, mempertahankan suasana dirumah yang
menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota
keluarga, mempertahankan hubungan timbal balik antar keluarga dan
lembaga-lembaga kesehatan ( Bachtiar, 2005).
Perawat dalam mengoptimalkan tugas keluarga tersebut dapat
memanfaatkan sumber daya keluarga yang ada, salah satunya yaitu tanaman
obat keluarga rimpang kuyit yang biasa digunakan keluarga dalam
memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang mengalami
gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia, pada penatalaksanaan asuhan
keperawatan keluarga ( penulis).
Menurut penelitian pada percobaan klinis efek rimpang kunyit pada
syndrom dispepsia dilakukan terhadap 10 pasien, obat diberikan secara oral
dalam bentuk kapsul dengan dosis 500 mg diminum empat kali sehari
setengah sampai satu jam sebelum makan dan sebelum tidur. Syndrom
dispepsia tersembuhkan pada 5 pasien dalam 4 minggu dan 5 pasien dalam 4-
12 minggu. Pada studi kasus lain setelah 12 minggu pengobatan pada sakit
perut akibat tukak lambung, 88% pasien memperlihatkan perbaikan dan satu
kasus tersembuhkan ( Lucie Widowati, 1999).
Menurut literature Kurkuminoid yang terkandung dalam rimpang
kunyit mempunyai khasiat sebagai anti oksidan sehingga mampu melindungi
sel-sel hati dari pengaruh zat-zat toksik, menurunkan kadar kolesterol total,
dan antibakteri terhadap Escherichia coli maupun Pseudomonas aeruginosa
sehingga mampu mengurangi rasa nyeri pada gangguan sistem pencernaan.
Sedangkan minyak astirinya dapat meningkatkan nafsu makandan dapat
mengurangi penumpukan gas dalam lambung ( Djoko Hargono, 2002).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti diwilayah kerja
Puskesmas Majenang I, kebanyakan pasien yang menderita syndrom dispepsia
sebelum masuk kepelayanan kesehatan mereka biasa menggunakan ramuan
tanaman obat keluarga ( ramuan obat tradisional), dan salah satu tanaman obat
keluarga tersebut adalah rimpang kunyit.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien yang datang kesalah satu
Balai Pengobatan diwilayah kerja Puskesmas Majenang I pada bulan Januari,
dari empat pasien dengan kasus syndrom dispepsia yang biasa menggunakan
tanaman obat keluarga ( herbal) rimpang kunyit yang belum memahami aturan
minum, penyakit yang mereka derita bukan malah bertambah baik malah
semakin parah. Sedangkan menurut penelitian dan literature, tanaman obat
keluarga ( herbal) rimpang kunyit mampu mengurangi bahkan menyembuhkan
penyakit syndrom dispepsia.
Berdasarkan data Sistem Pelaporan Terpadu Puskesmas ( SPTP) yang
dikutip dari data profil Kabupaten Cilacap tahun 2003 angka kejadian
kesakitan di Kabupaten Cilacap yang diperoleh dari 35 Puskesmas diketahui
bahwa secara keseluruhan berjumlah 455.846 kasus, kasus gangguan sistem
pencernaan masuk dalam 10 besar angka kejadian kesakitan untuk tingkat
Kabupaten Cilacap, dengan prosentase 5,56 % ( 25.351 kasus).
Dari hasil pengamatan peneliti di Puskesmas dari sekian banyak kasus
gangguan sistem pencernaan, kebanyakan pasien datang dengan keluhan nyeri
ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa
yang bisa akut atau kronik, keluhan tersebut sesuai dengan pengertian
syndrom dispepsia menurut Djojoningrat ( 2001).
Data angka kejadian penyakit di Puskesmas Majenang I dari bulan
Oktober 2004 sampai Desember 2004, menunjukan bahwa pasien yang
mempunyai keluhan tersebut diatas masuk dalam 5 besar data penyakit
terbanyak, yang berjumlah 327 kasus atau 6,85 % dari 4772 kasus dan yang
paling banyak pada usia 15-44 tahun dengan jumlah 174 kasus.
Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk memanfaatkan tanaman
obat keluarga ( herbal) rimpang kunyit dalam penatalaksanaan asuhan
keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispepsia di wilayah kerja
Puskesmas Majenang I.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran
penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispepsia
melalui pemanfaatan tanaman obat keluarga ( herbal) rimpang kunyit di
wilayah kerja Puskesmas Majenang I”.
C. Tujuan Penelitian
Melihat gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada
kasus syndrom dispepsia melalui pemanfaatan tanaman obat keluarga ( herbal)
rimpang kunyit di wilayah kerja Puskesmas Majenang I.
D. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
a. Sebagai bahan pembelajaran dalam penatalaksanaan asuhan
keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispepsia dan mampu
memanfaatkan sumberdaya keluarga yang ada yaitu tanaman obat
keluarga ( herbal) rimpang kunyit.
b. Meningkatkan sumberdaya peneliti dalam penatalaksanaan asuhan
keperawatan keluarga.
2. Profesi keperawatan
a. Menambah kekayaan ilmu keperawatan khususnya ilmu keperawatan
keluarga.
b. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi perawat keluarga
dalam melakukan penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga agar
dapat memanfaatkan sumber daya keluarga yang ada.
3. Institusi pendidikan
a. Sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang pengaruh
pemanfaatan tanaman obat keluarga rimpang kunyit dalam
penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom
dispepsia.
4. Institusi pelayanan kesehatan
a. Mendapatkan gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga
pada kasus syndrom dispepsia dengan memanfaatkan tanaman obat
keluarga rimpang kunyit di wilayah kerja Puskesmas Majenang I.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas)
Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan
terdepan yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan
pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang
tinggal diwilayah kerja tertentu ( Muninjaya, 1999).
Misi Puskesmas sebagai pusat pengembangan pelayanan
kesehatan masyarakat ( Centre for health development), dilakukan
melalui berbagai upaya diantaranya meluaskan jangkauan pelayanan
kesehatan, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pengadaan
peralatan dan obat-obatan yang disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat, sistem rujukan, dan peningkatan peran serta
masyarakat ( Muninjaya, 1999).
Peningkatan peran serta masyarakat sebagai salah satu upaya
Puskesmas untuk mewujudkan misinya, dapat dilakukan dengan cara
memandirikan masyarakat dan keluarga dalam bidang kesehatan.
Memandirikan masyarakat melalui perawatan kesehatan masyarakat
( perkesmas) dan memandirikan keluarga melalui penatalaksanaan
asuhan keperawatan keluarga. Sebab dalam asuhan keperawatan
keluarga, keluarga dituntut mandiri melalui peningkatan
kemampuan pelaksanaan tugas-tugas kesehatan ( Penulis).
Berdasarkan misi tersebut Puskesmas bertanggungjawab
melaksanakan pelayanan kesehatan secara menyeluruh (
comprehensive health care service) yang meliputi aspek promotive,
preventive, curative dan rehabilitative, prioritas pelayanan puskesmas
diarahkan pada bentuk pelayanan kesehatan dasar ( basic health care
services) yaitu promotive dan preventive. Comprehensive health care
service meliputi 12 program pokok yaitu kesehatan ibu dan anak,
keluarga berencana, pemberantasan penyakit menular, peningkatan
gizi, kesehatan lingkungan, pengobatan, penyuluhan kesehatan
masyarakat, laboratorium, kesehatan sekolah, perawatan kesehatan
masyarakat ( Perkesmas), kesehatan jiwa dan kesehatan gigi
( Muninjaya, 1999).
Kegiatan program pokok Puskesmas dikembangkan
berdasarkan program pokok pelayanan kesehatan dasar yang
dianjurkan oleh WHO yaitu “basic seven”. Basic seven tersebut terdiri
dari MCHC ( Maternal and child health care), MC ( Medical care), ES
( environmental sanitation), HE ( Health Education), Simple
Laboratory, CDC ( Communicable Disease Control) dan simple statistic
( Muninjaya, 1999).
Perkesmas sebagai salah satu program pokok Puskesmas
memiliki tiga tujuan yaitu memberikan pelayanan perawatan secara
menyeluruh (comprehensive health care) kepada pasien/ keluarga
dirumahnya dengan mengikutsertakan seluruh anggota keluarga,
membantu keluarga/ masyarakat mengenal sedini mungkin masalah
kesehatan dan mengenal kebutuhan kesehatannya sendiri serta cara-
cara penanggulangannya disesuaikan dengan batas-batas
kemampuan mereka, dan menunjang program kesehatan lainnya
dalam usaha pencegahan penyakit, peningkatan dan pemulihan
kesehatan individu dan keluarganya ( Muninjaya, 1999).
Penulis dalam penelitian ini akan berusaha menerapkan ketiga
tujuan perkesmas tersebut dengan melakukan pelayanan perawatan
dirumah pasien, mengikutsertakan keluarga, membantu keluarga
mengenal kebutuhan kesehatannya sendiri, membantu keluarga
mengenal cara penangulangan masalah kesehatan yang disesuaikan
dengan batas-batas kemampuan mereka dan menunjang program
kesehatan lainnya dalam usaha pemulihan kesehatan individu melalui
penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom
dispepsia melalui pemanfaatan herbal rimpang kunyit diwilayah
kerja Puskesmas Majenang I.
Sekilas tentang Puskesmas Majenang I, Puskesmas Majenang
I berdiri tahun 1996 yang beralamat di Jl. Raya Cilopadang No. 49
Majenang , Cilacap, Jawa Tengah. Puskesmas Majenang I memiliki 4
Puskesmas pembantu dan 2 polindes dengan luas wilayah 7695,6 km²
yang terdiri dari 11 desa diantaranya desa Mulyasari, Padangsari,
Mulyadadi, Jenang, Sindangsari, Pahonjean, Cilopadang, Padang
Jaya, Bener, Ujung Barang dan Boja. Jumlah Kepala kelaurga
diwilayah Puskesmas Majenang I sebanyak 20.593 kepala keluarga
dengan penduduk 89.669 jiwa dan rata-rata jiwa per kepala
keluarga 4,35 jiwa dengan kepadatan penduduk 1165 penduduk/km².
2. Keluarga
a. Pengertian
Pendapat para ahli tentang pengertian keluarga yang
dikutip dari materi kuliah keperawatan keluarga ( Rahayu, 2004),
diantaranya:
1). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan ( Depkes, 1988).
2). Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
mempunyai hubungan darah baik sama atau tidak, terlibat
dalam kehidupan yang terus menerus, tinggal dalam suatu
atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban
antara satu orang dengan orang lainnya ( Johnson`s,1992).
3). Keluarga adalah sebuah kelompok sosial yang unik yang
mempunyai kebersamaan seperti pertalian darah atau ikatan
keluarga, emosional, memberikan asuhan/ perhatian, tujuan,
orientasi, kepentingan dan memberikan asuhan untuk
berkembang ( Bentler, 1989).
Kesimpulan penulis dari tiga pengertian keluarga diatas
adalah unit terkecil dari masyarakat yang tinggal bersama disuatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan, mempunyai ikatan emosional dan satu orang
dengan orang lainnya mempunyai kewajiban saling memberi
perhatian/ asuhan untuk berkembang.
b. Ciri-ciri keluarga
Ciri-ciri keluarga menurut Rahayu ( 2004) yaitu diikat
dalam suatu tali perkawinan, ada hubungan darah, ada ikatan
batin, ada tanggungjawab masing-masing anggotanya, ada
pengambil keputusan, ada kerjasama diantara anggota keluarga,
ada komunikasi interaksi antar anggota keluarga dan tinggal
dalam suatu rumah.
c. Tipe keluarga ( Rahayu, 2004)
1). Keluarga tradisional
a). Nuclear family ( keluarga inti) adalah keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak-anak.
b). The dyad family adalah keluarga yang terdiri dari suami,
istri dan tanpa anak yang hidup bersama dalam satu
rumah.
c). The childless family adalah keluarga tanpa anak karena
terlambat menikah.
d). Composite family adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
e). Single parent family adalah keluarga duda/ janda.
f). Ekstended family ( keluarga besar).
g). Keluarga usila.
2). Keluarga non tradisional
a). Blended family adalah keluarga yang terbentuk oleh orang
tua yang membawa anak yang bukan dari hasil
perkawinan yang pertama tetapi dari hasil perkawinan
berikutnya.
b). The umarried teenage mother adalah keluarga yang terdiri
dari ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
c). The single adult living alone adalah keluarga yang terdiri
dari orang dewasa yang hidup sendiri.
d). The stepparent family adalah keluarga dengan orang tua
tiri.
e). Commune family adalah beberapa pasangan keluarga yang
hidup bersama dalam suatu rumah, sumber dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan
melalui aktifitas kelompok.
f). The nonmarital heterosexual cohabiting family adalah
keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan
tanpa melalui pernikahan.
g). Gay and lesbian families adalah seseorang yang mempunyai
persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan
menikah.
h). Cohabitation family adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
d. Struktur keluarga ( Rahayu, 2004)
1). Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan
itu disusun melalui jalur garis ayah.
2). Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan
itu disusun melalui jalur garis ibu.
3). Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah istri.
4). Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah suami.
e. Siklus keluarga ( Bachtiar, 2005)
Siklus keluarga menurut Duvall (1977) adalah sebagai
berikut:
1). Tahap I : Pasangan yang baru menikah
2). Tahap II : Dimulai dengan kelahiran anak pertama sampai
umur 30 bulan
3). Tahap III : Keluarga dengan anak pertama usia prasekolah
(30 bln – 6 tahun)
4). Tahap IV : Keluarga dengan anak pertama usia sekolah (6 -
13 tahun)
5). Tahap V : Keluarga dengan anak pertama usia remaja (13-
20 tahun).
6). Tahap VI : Keluarga dengan anak pertama usia dewasa
muda (anak pertama meninggalkan rumah untuk
membina keluarga baru sampai anak terakhir).
7). Tahap VII : Orang tua dengan usia pertengahan (mulai anak
terakhir meninggalkan rumah).
8). Tahap VIII: Keluarga usia tua yaitu salah satu atau keduanya
pensiun, salah satu meninggal dan pada akhirnya
keduanya meninggal.
f. Tugas pekembangan keluarga ( Bachtiar, 2005)
1). Tahap I : Menciptakan/ membina hubungan yang harmonis
dan saling menguntungkan.
2). Tahap II : Adaptasi menjadi orang tua, memenuhi
kebutuhan-kebutuhan anak/ bayi.
3). Tahap III : Mengasuh anak, menyesuaikan/ menyediakan
kebutuhan-kebutuhan anak usia pra sekolah,
persiapan kelahiran anak berikutnya.
4). Tahap IV : Salah satu tugas orang tua pada tahap ini
sosialisasi anak dan mendorong anak mencapai
prestasi sekolah dan membina hubungan
perkawinan yang harmonis.
5). Tahap V : Menjaga keseimbangan tanggung jawab dari
kebebasan bagi remaja. Pada tahap ini sering
terjadi konflik antara orang tua dengan remaja.
6). Tahap VI : Melepaskan anak untuk membina perkawinan.
7). Tahap VII : Menjalin kembali hubungan perkawinan,
membina hubungan dengan generasi baru.
8). Tahap VIII: Penyesuaian terhadap pensiun atau pasangan
meninggal dunia.
g. Tugas keluarga
Ada lima tugas keluarga menurut freeman agar dapat
dikatakan sanggup mengatasi dengan baik masalah-masalah
kesehatan diantaranya:
1) Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan.
2) Keluarga mampu mengambil keputusan dalam mengatasi
masalah kesehatan.
3) Keluarga mampu memberikan perawatan kepada anggota
keluarga yang sakit, cacat atau usianya terlalu muda.
4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang
menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian
anggota keluarga.
5) Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan dalam
menjaga kesehatannya.
Ada delapan tugas pokok keluarga agar dianggap sebagai
keluarga sejahtera, yaitu:
1) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
4) Sosialisasi antar anggota keluarga.
5) Pegaturan jumlah anggota keluarga.
6) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7) Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih
luas.
8) Membangkitkan dorongan dan semangat anggota keluarga.
h. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan salah satu data yang akan
dikaji dalam penelitian ini, yaitu:
1) Fungsi keluarga menurut WHO adalah fungsi biologis, fungsi
psikologis, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi dan fungsi
pendidikan.
2) Fungsi keluarga dalam PP No. 21 tahun 1994 adalah Fungsi
keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi
melindungi, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi
pendidikan, fungsi ekonomi dan fungsi pembinaan lingkungan.
3) Fungsi keluarga menurut Friedman ( 1998) adalah fungsi
afektif, fungsi sosial dan sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi
ekonomi dan fungsi perawatan keluarga.
i. Masalah kesehatan keluarga
Tiga kelompok masalah kesehatan keluarga menurut
freeman:
1). Kondisi yang mengancam kesehatan ( health threats).
2). Kondisi sakit, tidak/ kurang sehat.
3). Kondisi krisis ( stress).
j. Klasifikasi keluarga sejahtera ( Bachtiar, 2005)
1). Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang tidak memenuhi
syarat sebagai keluarga sejahtera I.
2). Keluarga sejahtera I
a) Makan dua kali sehari atau lebih.
b) Pakaian berbeda untuk dirumah, sekolah/ kerja,
bepergian.
c) Bagian terluas dari rumah, lantai bukan dari tanah.
d) Bila ada anggota keluarga ada yang sakit, berobat ke
sarana pelayanan kesehatan atau petugas kesehatan.
3). Keluarga sejahtera II
a) Minimal seminggu sekali menyajikan telur/ daging/ ikan/
lauk.
b) Seluruh anggota keluarga minimal memperoleh 1 stel
pakaian baru.
c) Luas lantai rumah minimal 8 m².
d) Seluruh anggota keluarga yang berumur < 60 tahun dapat
membaca dan menulis latin.
e) Seluruh anak usia 6-12 tahun bersekolah.
f) Minimal satu anggota keluarga yang berumur 15 tahun
keatas mempunyai pekerjaan tetap.
g) Seluruh anggota keluarga sehat sehingga mampu
melaksanakan tugas/fungsi masing-masing.
h) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur
menurut agama yang dianutnya.
4). Keluarga sejahtera III
a) Anak hidup maksimal dua orang atau lebih, keluarga
termasuk golongan PUS, memakai kontrasepsi.
b) Mempunyai tabungan.
c) Makan bersama minimal satu kali sehari.
d) Ikut kegiatan masyarakat dimana berada.
e) Rekreasi bersama diluar rumah minimal 3 bulan sekali.
f) Menerima informasi dari radio, surat kabar/ majalah.
g) Mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai
dengan kondisi daerah setempat.
h) Ada upaya keluarga untuk meningkatkan pengetahuan
agama.
5). Keluarga sejahtera III plus
a) Memenuhi syarat KS 1,2,3.
b) Secara teratur memberikan sumbangan materi untuk
kegiatan sosial atau kemasyarakatan.
c) Aktif menjadi pengurus yayasan atau institusi masyarakat
lainnya.
3. Asuhan keperawatan keluarga
Keperawatan keluarga adalah salah satu area spesialisasi
didalam keperawatan yang berfokus kepada keluarga sebagai target
pelayanan dan praktek keperawatan keluarga adalah pemberian
pelayanan/ asuhan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan kepada keluarga dan anggota keluarga dalam situasi
sehat atau sakit ( Bachtiar, 2005).
Asuhan keperawatan keluarga adalah proses yang kompleks
dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama
dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga ( Bachtiar,
2005).
Wewenang dan perhatian utama perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan keluarga yaitu mengembangkan kemampuan
keluarga dalam melaksanakan 5 tugas keluarga dengan
mengembangkan/ memperkuat kemampuan keluarga dalam
mengatasi masalah-masalah kesehatannya dan melaksanakan
pemeliharaan kesehatannya sendiri ( Bachtiar, 2005).
Hal ini sesuai dengan tugas pokok perawat menurut Kep.
MenPan No. 94 th. 2001 adalah memberikan pelayanan keperawatan
berupa asuhan keperawatan/ kesehatan individu, keluarga, kelompok,
masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan serta
pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian
dibidang keperawatan/ kesehatan.
Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga
melalui beberapa tahapan proses keperawatan, diantaranya:
a. Pengkajian keluarga
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat
mengambil secara terus menerus data dari keluarga atau anggota
keluarga yang dibinanya. Data yang diambil pada pengkajian
keluarga meliputi data demografi dan sosio kultural, data
lingkungan, struktur dan fungsi keluarga, stress dan strategi
koping yang digunakan keluarga dan perkembangan keluarga.
Sedangkan data yang diambil pada pengkajian individu sebagai
anggota keluarga meliputi pengkajian fisik, mental, emosi dan
spiritual.
Sumber data pada tahap pengkajian menggunakan metode
wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik
dari anggota keluarga yang sakit dan data sekunder.
Data yang diambil pada tahap pengkajian seperti pada
tabel berikut ini:
Tabel 2.1.Format pengkajian asuhan keperawatan keluarga
Puskesmas : … Kecamatan : … No. Register : … Tanggal : …Nama Kepala Keluarga : …………….. Alamat : ………………………
NoNama
AnggotaKeluarga
HubunganDengan
Kepala KeluargaL/P
Umur
Pendi-dikan
Peker-jaan
agamaKeadaan kesehatan
Ket
Genogram keluarga1. Tipe keluarga :2. Tahap perkembangan keluarga :3. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Biologis
KeluargaPsikologis Keluarga
Sosial Ekonomi Keluarga
Lingkungan Rumah
4. Keadaan kese-hatan
5. Kebersihan ke-luarga
6. Penyakit yang sering diderita
7. Penyakit kronis/ menular8. Kecacatan ang-
gota keluarga8. Kecacatan ang-
gota keluarga9. Pola makan10. Pola istirahat11. Reproduksi/ akseptor kb
12. Keadaan emosi
13. Koping keluarga
14. Kebiasa-an buruk
15. Reaksi16. Pola ko-
munkasi keluarga
17. Pengam-bilan ke-putusan
18. Peran informal
19. Hubungan deng-an orang lain
20. Kegiatan organi-sasi sosial
21. Kegiatan ekono-mi
26. Kebersihan dan kerapihan
27. Penerangan28. Ventilasi29. Jamban30. Sumber air minum31. Pemanfaatan
halaman32. Pembuangan air
kotor33. Pembuangan
sampah34. Sumber pencemaran
Spiritual Keluarga22. Ketaatan beriba-
dah23. Keyakinan ten-
tang kesehatan24. Nilai dan norma25. Adat yang mem-
pengaruhi kese-hatan Fungsi
KeluargaHarapan Keluarga
Pemeriksaan Fisik
Individu
Catatan Tambahan 35. Fungsi afektif36. Fungsi sosialisasi36. Fungsi perawatan
kesehatan
Analisa Data
Setelah mendapatkan data yang cukup bermakna, data tersebut
dikelompokan menjadi data obyektif dan subyektif sehingga
menghasilkan rumusan masalah kesehatan pada keluarga. Masalah
kesehatan ada yang bersifat aktual, resiko, dan wellness ( hanya perlu
peningkatan atau mempertahankan yang sudah baik).
Tabel 2.2Format analisa data
No. Data pada Keluarga Masalah Kesehatan/ Dx
Data Obyektif
Data Subjektif
Actual
Resiko
Wellness
Perumusan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dalam penelitian
ini yaitu gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada
keluarga Tn. X ( Ny. Y) berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom
dispepsia.
b. Tahap Perencanaan
Perencanaan disusun dengan menetapkan tujuan,
identifikasi sumber daya keluarga dan menyeleksi intervensi
keperawatan, formatnya terdiri dari:
Tabel 2.3Format rencana asuhan keperawatan keluarga
Identitas keluarga : …
NoDiagnosa kepera-watan
Tujuan EvaluasiInter-vensiUmum Khusus Kriteria Standar
Mengurangi keluhan syndrom dispepsia
Memenuhi lima tugas keluarga dalam mengatasi kasus syndrom dispepsia
Peryataan hasil yang diharapkan
Pernyataan sesuai dengan teori yang berkaitan dengan tujuan khusus
c. Tahap Pelaksanaan Dan Evaluasi
Pelaksanaan merupakan aplikasi perencanaan yang telah
disusun dengan memobilisai sumber-sumber daya yang ada di
keluarga, masyarakat dan pemerintah. Evaluasi merupakan penilaian
terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. Implementasi dan evaluasi
dirancang dalam satu format yang terdiri dari:
Tabel 2.4Implementasi Dan Catatan Perkembangan Keperawatan Keluarga
Identitas keluarga : …
WAKTU No. DK IMPLEMETASI EVALUASI
S: Data subjektif
O: Data objektif
A: Analisa data
P : Perencanaan lanjutan
4. Syndrom dispepsia
a. Pengertian
Menurut Arif Mansjoer ( 2000) syndrom dispepsia merupakan
kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/ sakit
diperut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.
Pengertian dispepsia terbagi dua yaitu dispepsia organic ( bila telah
diketahui kelainan organik sebagai penyebabnya) dan dispepsia
nonorganik atau dispepsia fungsional atau dispepsia nonulkus ( bila
tidak jelas penyebabnya).
Merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual,
kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa.
( Dharmika Djojoningrat, 2001).
b. Etiologi
1). Gangguan pada lumen saluran cerna:
tukak peptik, tumor, gastritis.
2). Obat-obatan: anti-inflamasi nonsteroid,
antibiotic, digitalis, teofilin.
3). Penyakit pada hati, pankreas dan
saluran empedu.
4). Penyakit sistemik: diabetes militus,
penyakit tiroid, penyakit jantung koroner.
5). Fungsional: dispepsia fungsional atau
dispepsia non-ulkus.
c. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dibagi tiga yaitu:
1). Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus dengan gejala nyeri
epigsatrium terlokalisasi, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar,
nyeri episodic.
2). Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejala mudah
kenyang, perut cepat terasa penuh saat makan, mual, muntah,
upper abdominal bloating, rasa tak nyaman bertambah saat makan.
3). Dispepsia nonspesifik ( tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas).
Sedangkan pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu
tiga bulan.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiology yaitu, OMD dengan kontras ganda,
serologi helicobacter pylory dan Endoskopi. Pemeriksaan yang dapat
dilakukan dengan endoskopi adalah CLO ( rapid urea test), patologi
anatomi, MO ( kultur mikroorganisme) jaringan, PCR ( polimerase
chain reaction).
5. Tanaman obat keluarga
Tanaman obat keluarga ( herbal) adalah segala macam tumbuhan
yang dapat digunakan dalam mengurangi/ mengobati keluhan penyakit
yang tumbuh disekitar kita dan biasa ditanam, diolah dan digunakan oleh
keluarga sebagai obat serta telah diketahui khasiatnya lewat penelitian atau
secara turun temurun dari nenek moyang.
Ada banyak sekali tanaman obat keluarga yang tumbuh subur di
Indonesia dan salah satunya yang berasal dari suku temu-temuan adalah
rimpang kunyit.
6. Rimpang kunyit
a. Pengertian
Rimpang kunyit adalah akar kunyit yang berbentuk bulat
panjang, membentuk cabang akar berupa batang yang berada
didalam tanah yang terdiri dari rimpang induk dan cabang
rimpang/ tunas. Rimpang kunyit muda memiliki tebal rata-rata
1,61 cm sedangkan yang baik digunakan sebagai obat adalah
rimpang kunyit tua yang memiliki tebal rata-rata 4,06 cm dan
panjang 22,5 cm ( Winarto, 2003).
Rimpang kunyit tumbuh dari umbi utama yang berbentuk
bulat panjang, pendek, tebal, lurus, dan melengkung. Warna kulit
rimpang jingga kecoklatan atau berwarna terang agak kuning
sampai kuning kehitaman, dagingnya berwarna jingga
kekuningan dilengkapi dengan bau khas yang rasanya agak pahit
dan pedas ( Winarto, 2003).
b. Taksonomi Tumbuhan
Tanaman yang termasuk dalam suku temu-temuan
( Zingiberaceae) terdiri dari 45 genus dan kurang lebih 500
species, rimpang kunyit ( curcuma longa L.) merupakan salah satu
dari suku temu-temuan tersebut dan curcuma berasal dari bahasa
Arab (kurkum) yang berarti kuning. ( Wiranto, 2003).
Menurut Rukmana ( 1995), taksonomi tumbuhan kunyit
dikelompokan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae ( tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji)
Sub divisi : Angiospermae ( berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledonae ( berbiji berkeping satu)
Orde : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica Valet
c. Kandungan rimpang kunyit
Tabel 2.5Kandungan zat kimia pada rimpang kunyit
Kandungan zat
(dari bobot kering)
KP Cimanggu
Bogor
(240 m dpl)
KP Manoko
Lembang
(1200 m dpl)
Kadar minyak astiri
(%)
Kadar pati (%)
Kadar serat(%)
Kadar abu(%)
Indeks bias
Bobot jenis
Warna minyak(%)
1,8100
55,0300
3,4400
6,4700
1,5030
0,9300
Kuning
1,4600
47,8100
2,8700
7,5200
1,5086
0,9465
Kuning
Rukmana (1995)
Komponen zat warna atau pigmen pada rimpang kunyit
yang utama adalah curcumin yakni sebanyak 2,5 – 6 % yang
memberi warna kuning pada kunyit dan memberi karakter
kepedasan yang lembut, zat warna lain yang terkandung yaitu
monodesmetoksicurcumin dan biodesmetoksicurcumin
( Winarto,2003).
Besarnya kandungan kurkumin tiap kunyit berbeda,
menurut analisis spektrofotometer yaitu kunyit varietas alleppey
( 6,5 %), kunyit varietas modros ( 3.5%), Kunyit jawa ( 0,63 –
0,75%), selengkapnya kandungan kurkumin dan senyawa lain
yang tekandung dalam 100 gr rimpang kunyit seperti tabel
dibawah ini:
Tabel 2.6Kandungan zat kimia dalam rimpang kunyit
Per 100 gr bahan yang dapat dimakan
No Nama komponen Komposisi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Air
Kalori
Karbohidrat
Protein
Lemak
Serat
Abu
Kalsium
Fosfor
Besi
Vitamin A
11,4 g
1480 kal
64,9 g
7,8 g
9,9 g
6,7 g
6,0 g
0,182 g
0,268 g
41 g
-
12
13
14
15
Vitamin B
Vitamin C
Minyak astiri
Kurkumin
5 mg
26 mg
3 %
3 %
Sumber : Farell ( 1990) serta natarajan dan Lewis ( 1980) dalam
sejati, N.I.P., 2002
d. Khasiat kunyit sebagai tanaman obat keluarga ( herbal)
Tabel 2.7Efek farmakologis zat aktif yang terkandung dalam rimpang
kunyit.
No Nama zat aktif Efek farmakologis
1
2
3
4
5
6
Caffeic acid
L-a dan L-b
curcumae
Guanicol
Protochatechuic acid
Ukanon A,B,C, dan D
Zingiberene
Merangsang semangat, penyegar,
mengurangi rasa lelah, anti radang,
anti kejang, dan antioksidan.
Penyegar
Menurunkan kepekaan saraf peraba
dan menekan batuk
Merangsang daya tahan tubuh
Memerangsang daya tahan,
stamina, kekebalan tubuh.
Feramon ( Zat pengharum obat/
makanan)
Sumber : Karyasari, 2000
Kandungan kurkuminoid terdiri atas senyawa curcumin
dan keturunanya, yang mempunyai aktivitas biologis berspektrum
luas, diantaranya antibakteri, antioksidan, dan antihepatotoksik.
Curcumin diduga merupakan penyebab berkhasiatnya rimpang
kunyit sebagai obat-obatan ( Rukmana, 95).
Kunyit menahan sekresi getah lambung, sebagai anti
oksidan yaitu mampu melindungi kerusakan sel-sel, mampu
mengurangi rasa nyeri pada ganguan pencernaan, antibakteri
terhadap Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa, mampu
meningkatkan nafsu makan, mengurangi penumpukan gas dalam
lambung, dan melindungi sel-sel hati dari pengaruh zat-zat toksik.
( Hargono, 2002).
Menurut lucie ( 1999) sifat-sifat kunyit yang dapat
menyembuhkan luka pada saluran pencernaan sudah dilaporkan
sejak tahun 1953, selain itu minyak atsiri yang terdapat pada
kunyit mempunyai khasiat antiinflamasi yang sebanding dengan
hydrokortison asetat, dan khasiat Ekstrak air rimpang kunyit 40
mg/ kg BB sama dengan indomentasin 5 mg/ kg BB.
e. Penelitian rimpang kunyit
Menurut lucie ( 1999) pemberian ekstrak air atau ekstrak
etanol rimpang kunyit secara oral pada kelinci secara nyata
menurunkan sekresi asam lambung dan meningkatkan produksi
mukus pada mukosa lambung. Jus kunyit dengan dosis 165 mg/ kg
BB dan bubuk kunyit dengan dosis 10 mg/ kg BB memperlihatkan
aktivitas antiulcer yang diakibatkan oleh pemberian dosis tinggi
HCL, aspirin, penilbutazon pada tikus.
Masih dalam artikel yang sama lucie mengemukakan
bahwa percobaan klinis efek rimpang kunyit pada syndrom
dispepsia dilakukan terhadap 10 pasien, obat diberikan secara
oral dalam bentuk kapsul dengan dosis 500 mg diminum empat
kali sehari setengah sampai satu jam sebelum makan dan sebelum
tidur, syndrom dispepsia sepenuhnya tersembuhkan pada 5 pasien
dalam jangka waktu 4 minggu dan 5 pasien lagi dalam jangka
waktu 4-12 minggu. Pada studi kasus lain setelah 12 minggu
pengobatan pada sakit perut akibat tukak lambung, 88% pasien
memperlihatkan perbaikan dan satu kasus tersembuhkan ( Lucie
Widowati, 1999).
f. Cara pemberian kunyit
Cara pengolahan kunyit menjadi serbuk kunyit yaitu cuci
kunyit, kupas dan iris tipis-tipis antara 0,75-0,85 mm lalu
keringkan hingga tebalnya 0,65 mm. Pengeringan secara
tradisional dengan cara dijemur dibawah sinar matahari dengan
ketebalan hamparan 2-5 cm dan penjemuran antara 3-8 hari,
dianjurkan menggunakan alas kain hitam kalau ada ( bisa
menyerap sinar matahari) sehingga pengeringan lebih cepat.
Untuk menjadikannya menjadi serbuk dihancurkan dengan mesin
penghancur atau ditumbuk lalu disaring ( Winarto, 2003).
Hargono ( 2002) mengatakan dalam artikelnya dimajalah
intisari, serbuk rimpang kunyit 1,5 - 3 gr direbus dalam 150 ml air
selama 15 menit, setelah keluar uap disaring dan ditambah air
masak hingga volumenya 150 ml, dan untuk memperbaiki rasa
tambahkan 1 sendok makan gula pasir atau madu, diminum tiga
kali sehari 1/ 3 bagian ( 50 ml sebelum makan).
Bila digunakan dalam bentuk kapsul, 500 mg bubuk kunyit
per kapsul, diberikan secara oral empat kali sehari dengan dosis
10 mg/ kg BB, diminum setengah sampai satu jam sebelum makan
dan sebelum tidur ( Lucie Widowati, 1999)
B. Kerangka Konsep
Keterangan:
Masalah Kesehatan Keluarga:
Keluarga Dengan Kondisi Sakit/ Adanya Kasus Syndrom Dispepsia Pada Individu Sebagai Anggota Keluarga.
Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga
Sumber Daya Keluarga
( SDK) :
Tanaman Obat Keluarga Rimpang Kunyit
Sumber Daya Petugas
( SDP)
Masalah Teratasi
Seluruhnya
Masalah Teratasi Sebagian
Masalah Belum Teratasi
: Diteliti
: Tidak diteliti
C. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga
pada kasus syndrom dispepsia dengan memanfaatkan tanaman obat keluarga
rimpang kunyit di wilayah kerja Puskesmas Majenang I?
D. Definisi operasional
1. Penatalaksanaan
Adalah tindakan yang diberikan pada sesuatu dengan mengunakan
suatu teknik/ cara dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian ini yaitu
tindakan asuhan keperawatan keluarga yang diberikan kepada keluarga,
menggunakan format asuhan keperawatan keluarga yang terdiri dari
observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik dengan tujuan agar keluarga
mampu melaksanakan lima tugas keluarga dalam menangani masalah
kesehatannya yaitu masalah kesehatan keluarga aktual ( adanya anggota
keluarga dengan kasus syndrom dispepsia) melalui pemanfaatan sumber
daya keluarga yang ada ( tanaman obat keluarga rimpang kunyit).
2. Asuhan keperawatan keluarga
Adalah proses yang kompleks dengan menggunakan
pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan
individu sebagai anggota keluarga dalam menyelesaikan suatu
masalah kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga terdiri dari
beberapa tahapan yaitu pengkajian perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
Diagnosa kepereawatan keluarga yang mungkin muncul pada
penelitiana ini adalah gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia
pada keluarga Tn. X ( Ny Y) berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom
dyspepsia. Intervensinya terfokus pada pemanfaatan tanaman obat
keluarga rimpang kunyit dan dievaluasi selama tujuh hari.
3. Syndrom dispepsia
Sindrom dispepsia merupakan kumpulan keluhan/ gejala klinis yang terdiri
dari salah satu atau lebih gejala rasa tidak enak/ sakit diperut bagian atas
yang menetap atau mengalami kekambuhan, nyeri ulu hati, mual,
kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa.
4. Tanaman obat keluarga ( herbal)
Tanaman obat keluarga ( herbal) adalah segala macam tumbuhan
yang dapat digunakan dalam mengurangi/ mengobati keluhan penyakit
yang tumbuh disekitar kita yang biasa ditanam, diolah dan digunakan oleh
keluarga sebagai obat serta telah diketahui khasiatnya lewat penelitian/
secara turun temurun dari nenek moyang. Salah satu tanaman obat
keluarga yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang kunyit.
5. Rimpang kunyit
Rimpang kunyit ( akar kunyit) berbentuk bulat panjang dan
membentuk cabang rimpang berupa batang yang berada didalam
tanah, yang menurut penelitian dan literature tanaman obat keluarga
ini mampu mengurangi bahkan menyembuhkan penyakit gastritis,
sindrom dyspepsia dan penyakit saluran pencernaan lainnya.
Rimpang kunyit yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rimpang kunyit jawa yang telah diolah dalam bentuk serbuk
dimasukan kedalam kapsul @ 500 mg diminum 4 X 1 kapsul sehari
setengah sampai satu jam sebelum makan dan sebelum tidur ( dengan
dosis 10 mg/ kg BB tiap kali minum).
Cara ukur : Observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Alat ukur : Format asuhan keperawatan keluarga.
Skala : Ordinal
Hasil ukur :
1. Masalah teratasi seluruhnya jika keluarga mampu melaksanakan 4-5 tugas
keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom
dispepsia dan keluhan anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia
teratasi >70 %.
2. Masalah teratasi sebagian jika:
a. Keluarga mampu melaksanakan 4-5 tugas keluarga dalam merawat
anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia tetapi keluhan
anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia yang teratasi ≤ 70 %.
b. Keluarga mampu melaksanakan 2-3 tugas keluarga dalam merawat
anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia dan keluhan anggota
keluarga dengan kasus syndrom dispepsia yang teratasi 40-70 %.
c. Keluhan anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia teratasi
> 70 % tetapi keluarga hanya mampu melaksanakan ≤ 3 tugas keluarga
dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia.
3. Masalah teratasi sebagian jika keluarga mampu melaksanakan 0-1 tugas
keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom
dispepsia dan keluhan anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia
yang teratasi < 40 %.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodologi Penelitian
5.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan
pendekatan studi kasus. Penelitian deskriptif adalah penelitian untuk
menggambarkan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmojo, 2002)
dengan maksud untuk mengetahui keadaan sesuatu mengenai keadaan apa
dan bagaimana, berapa banyak, sejauh mana sehingga bersifat
menjelaskan atau menerangkan tentang suatu hal (Arikunto, 1998).
Pendekatan yang dipilih adalah studi kasus yaitu meneliti suatu
permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal (satu orang
atau sekelompok orang) yang dianalisis secara mendalam baik dari segi
yang berhubungan dengan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang
mempengaruhi, kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan kasus,
maupun reaksi kasus terhadap suatu perlakuan tertentu (Notoatmojo,
2002).
5.2 Variabel penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispepsia melalui pemanfaatan tanaman obat keluarga rimpang kunyit di wilayah kerja Puskesmas Majenang I.
5.3 Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah bagian yang akan diteliti dapat berupa
manusia, benda, hewan, gejala dan peristiwa tertentu sebagai sumber data
yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi,
1995). Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah klien
yang didiagnosa syndrom dyspepsia berusia 15-44 tahun yang bersedia
mengkonsumsi rimpang kunyit sebagai obat keluarga.
Subjek penelitian yang diteliti berjumlah 4 orang pasien. Waktu
penelitian untuk setiap pasien adalah sampai keluhan berkurang dalam
jangka waktu 1 minggu.
5.4 Tahapan Penelitian
Tahap Persiapan/ Menyusun Proposal Penelitian
Tahap persiapan/menyusun proposal penelitian meliputi:
memilih lahan penelitian, melakukan pendekatan pada Puskesmas
yang akan dijadikan lahan penelitian, bekerjasama dengan Puskesmas
untuk studi pendahuluan, melakukan studi pendahuluan, menyusun
proposal penelitian, seminar proposal penelitian.
Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap pelaksanaan penelitian meliputi: mendapatkan izin
penelitian, mendapatkan informed consent, melakukan pengumpulan
data, mengolah dan menganalisa data.
Tahap Akhir Penelitian
Tahap akhir penelitian: menyusun laporan penelitian meliputi: sidang,
memperbaiki dan memperbanyak hasil.
5.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian.
Penelitian dilaksanakan di diwilayah kerja Puskesmas
Majenang I, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah.
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai April 2005 dan berakhir
September 2005.
Jadwal Kegiatan Skripsi
Kegiatan Waktu Pelaksanaan PenelitianApr 2005
Mei 2005
Juni 2005
Juli 2005
Agust 2005
Sept 2005
Sept 2006
Konsultasi Proposal xxx xxx xxx
Seminar Proposal xxx
Perbaikan Proposal xxx
Pengumpulan Data xxx
Pengolahan Data xxx
Pembuatan Laporan xxx
Seminar Hasil xxx
Sidang Skripsi xxx
Populasi dan Sampel
5.6 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian
(Arikunto, 1997). Populasi dalam penelitian ini adalah
penderita sindrom dispepsia di di wilayah kerja Puskesmas
Majenang I.
Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan “sampling”
tertentu untuk bisa memenuhi/ mewakili populasi (Nursalam & Siti Pariani,
2001). Sampel dalam penelitian ini adalah purvosive sampling.
Kriteria sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah klien dengan sindrom
dyspepsia, pernah menggunakan tanaman obat keluarga, bersedia untuk
mengkonsumsi kunyit, kooperatif, di wilayah kerja Puskesmas Majenang I,
umur pasien yaitu 15-45 tahun, dan menurut Croty (1996) sampel dalam
penelitian studi kasus berjumlah 6-9 kasus.
Teknik Pengumpulan Data
Menurut Mulyana (2000), teknik pengumpulan data dalam studi kasus dapat
dilakukan melalui wawancara, pengamatan, hasil survey dan berbagai cara
lain untuk menguraikan suatu kasus secara terperinci. Teknik pengumpulan
data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik observasi
partisipatif (pengamatan berperan serta).
Observasi adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi
melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2002). Pada
penelitian ini, peneliti ikut terlibat/berpartisipasi dalam setiap kegiatan
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi penurunan keluhan pada
klien dengan kasus syndrom dispepsia yang diobservasi setiap hari melalui
kunjungan rumah kemudian melakukan pencatatan terhadap gejala-gajala
yang tampak pada objek penelitian sesuai dengan hasil observasi.
Wawancara dilakukan kepada klien melalui kunjungan rumah meliputi
riwayat penyakit syndrom dyspepsia/ pengkajian keperawatan keluarga.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman pengamatan
Asuhan Keperawatan keluarga pada klien yang mengalami gangguan saluran
pencernaan (syndrom dyspepsia).
Prosedur Pengumpulan Data
Adapun langkah-langkah prosedur pengumpulan data sebagai berikut :Prosedur pengumpulan data dimulai dengan memilih sampel sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan.
Peneliti memberikan informed consent kepada klien, apabila klien setuju maka
klien mengisi dan menandatangani format persetujuan tersebut.
Melakukan pengkajian melalui teknik observasi dan dokumentasi tentang
keluhan-keluhan klien terutama hal-hal yang berhubungan dengan
gangguan saluran pencernaan yaitu syndrom dyspepsia.
Menentukan diagnosa keperawatan sesuai dengan hasil pengkajian.
Menentukan rancangan intervensi keperawatan terfokus pada klien yang
menderita penyakit syndrom dyspepsia. Dilakukan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang didapat terutama yang berhubungan dengan
penatalaksanaan pada gangguan system pencernaan (syndrom dyspepsia).
Melakukan intervensi keperawatan keluarga dengan menitikberatkan pada
pemanfaatan tanaman obat keluarga rimpang kunyit.
Mengobservasi dan mencatat intervensi keperawatan yang dilakukan perawat
dengan menitikberatkan pada pemanfaatan tanaman obat keluarga rimpang
kunyit dalam mengurangi keluhan syndrom dyspepsia.
Mengevaluasi intervensi keperawatan yang telah dilakukan.
Analisa Data
Analisa data menurut Patton (1980:268, dikutip dari Moleong, 2000:103)
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya kedalam suatu pola,
kategori, dan satuan uraian dasar.
Adapun analisa data dalam penelitian ini adalah:
1. Menelaah hasil asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispesia
tentang pemanfaatan tanaman obat keluarga rimpang kunyit dalam
mengurangi keluhan syndrom dispepsia.
2. Menganalisa gambaran berkurangnya keluhan yang telah didapat
berdasarkan teori yang ada.
Penyajian Data
Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk narasi dengan tidak
menyimpang dari data yang dikumpulkan dari hasil observasi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Jumlah keluarga yang diteliti pada penelitian tentang gambaran
penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispepsia
dengan memanfaatkan tanaman obat keluarga rimpang kunyit di wilayah kerja
Puskesmas Majenang I ini sebanyak empat keluarga dengan kasus syndrom
dispepsia, diambil secara insidental pada bulan Agustus sampai September 2005.
Keempat keluarga dengan kasus syndrom dispepsia diobservasi selama 1 minggu
melalui kunjungan rumah dengan menggunakan metode asuhan keperawatan
keluarga dengan memanfatkan tanaman obat keluarga rimpang kunyit. Keempat
keluarga tersebut adalah sebagai berikut:
A. Kasus I
1. Pengkajian
a. Identitas Keluarga
1).Nama kepala keluarga : Tuan T
2).Alamat : Mulyasari RT 5 RW III Majenang
3).Tanggal pengkajian : 28 Agustus 2005
4).Puskesmas : Majenang I
5).Kecamatan : Majenang
6).No Reg : 10524
7).Diagnosa medis : Syndrom dispepsia
b. Daftar anggota keluargaNo
Nama Anggota Keluarga
Hub. Dgn KK
L/P
UmurPendi-dikan
Peker-jaan
AgamaKead kes.
Ket
1 Tn. T KK L 40 th SD Buruh Islam Sehat2 Ny. K Istri P 36 th SD - Islam Sakit3 Riyadi Anak L 21 th SMP Buruh Islam Sehat4 Hidayat Anak L 19 th SD Buruh Islam Sehat5 Sendi P Anak L 14 th SMP - Islam Sehat6 Atun Anak P 5 th SD - Islam Sehat7 Wahyudin Anak L 3 th SD - Islam Sehat
c. Pemeriksaan Individu ( Ny. K dengan Kasus Syndrom Dispepsia)
1).Keluhan utama : Ny. K mengeluh perut terasa sakit, mual, kembung.
cepat kenyang, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati
dan nyeri setelah makan.
2).Keadaan umum : Baik
3).Tanda Vital : Tensi 90/60 mmhg, nadi 68 x/ menit, suhu 36,2 OC,
pernafasan 20 x/ menit, BB 45 kg dan TB 145 cm.
4).Pencernaaan : Defekasi 1-2 kali sehari dengan konsistensi lembek
dan warna kuning kecokelatan, tidak terjadi
obstifasi dan tidak diare, kembung dan kelihatan
mual.
5).Mata : Konjungtiva tidak anemis, tidak ikterik.
6).Kulit : Warna sawo matang, turgor baik, tidak terdapat
luka/ borok/ lecet, tidak ikterik, tidak pucat.
7).Genita Urinaria : Miksi 3 – 5 kali dan tidak ada kesukaran.
d. Analisa Data
No Data pada keluarga Masalah kesehatan1 DO:
- Ada anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. K), dan obat dari Puskesmas yaitu antacid, B12, parasetamol.
- Pada pemeriksaan fisik Ny. K ditemukan nyeri pada perut bagian atas, kembung, kelihatan mual, keadaan umum baik, BB 45 Kg, TB 145 Cm, Tensi 90/60 mmhg, suhu 36,2 OC, nadi 68 x/ mnt, pernafasan 20 x/ menit.
Gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia.
DS :- Ny. K mengeluh perut terasa sakit, mual,
kembung, cepat kenyang, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada perut bagian atas.
e. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada
keluarga Tn. T ( Ny. K) berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom
dispepsia.
2. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Tabel 4.1 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. T
Identitas Keluarga: Tn. T
NoDiagnosa
KeperawatanTujuan Evaluasi
IntervensiUmum Khusus Kriteria Standar
1 Gangguan sis-tem pencerna-an syndrom dispepsia pa-da keluarga Tn. T (Ny. K) berhubungan dengan keti-dakmampuan keluarga da-lam merawat anggota ke-luarga dengan kasus syn-drom dispep-sia.
Setelah 7 x pertemuan gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada Ny. K teratasi.
Setelah 2 x 45 menit pertemuan tatap muka dan intervensi keluarga mampu:1. Mengenal
ma-salah GSP syn-drom dispepsia pada Ny K dengan cara:
1.1 Menyebutkan pengertian syndrom dispepsia
Respon verbal
Syndrom dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa.
1.1.1. Diskusikan dengan keluarga mengenai pengertian syndrom dispepsia
1.2 Menyebutkan penyebab syndrom dispepsia
Respon verbal
Minimal 3 dari 5 penyebab syndrom dispepsia1.Gangguan pada lumen
saluran cerna (gastritis/ maag)
2.Penyakit pada hati, pangkreas, dan saluran empedu.
3.Pola makan tidak teratur4.Obat-obatan.5.Makanan.
1.2.1.Diskusikan dengan keluarga mengenai penyebab syndrom dispepsia
1.2.2.Tanyakan kembali pada keluarga mengenai pengertian dan penyebab syndrom dispepsia
1.2.3.Berikan pujian pada keluarga
1.3 Menyebutkan jenis syndrom dispepsia dan tandanya
Respon verbal
Jenis syndrom dispepsia1. Akut yaitu kurang dari
tiga bulan2. Kronik lebih dari tiga
bulanGejala syndrom dispepsia: 1. Nyeri perut bagian atas2. Nyeri setelah makan
1.3.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai jenis syndrom dispepsia dan tandanya.
1.3.2 Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis
3. Nyeri saat lapar4. Mudah kenyang5. Perut cepat terasa
penuh saat makan6. Mual7. Muntah8. Kembung9. Rasa tak nyaman
bertambah saat makan.
syndrom dispepsia dan tandanya
1.3.3 Berikan pujian pada keluarga
1.4 Mengidentifi-kasi adanya kembung dan sakit perut pada Ny. K
Respon verbal dan psiko-motor
Cara mengetahui adanya kembung dan sakit perut pada Ny. K:1. Tempelkan telapak
tangan kiri pada perut lalu ketuklah dengan ibu jari tangan kanan, jika terdengar suara plung-plung berarti kembung.
2. Tekanlah area perut secara perlahan dengan ujung jari tangan dan cari area yang terasa nyeri bila ditekan.
1.4.1 Jelaskan pada keluarga cara mengetahui kembung dan sakit perut pada Ny. K
1.4.2 Minta keluarga untuk menjelaskan kembali dan memperagakan cara mengetahui kembung dan sakit perut
1.4.3 Berikan pujian pada keluarga
2. Mengambil ke-putusan untuk merawat ang-gota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia ( Ny. K) dengan cara:
2.1 Menyebutkan akibat lanjut dari GSP syn-drom dispep-sia
Respon verbal
Minimal 2 dari 4 akibat lanjut 1. Bila ada infeksi
maka rasa sakit akan terus bertambah.
2. Metabolisme tubuh terganggu bila saluran pencernaan terganggu.
3. Tubuh akan bertambah lemah.
4. Biaya berobat mahal.
2.1.1 Diskusikan dengan keluarga mengenal akibat lanjut dari syndrom dispepsia.
2.1.2 Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tentang aki-bat lanjut syndrom dispepsia.
2.1.3 Berikan pujian pada keluarga.
2.2 Memutuskan untuk mera-wat Ny. K ya-
Respon verbal
Keluarga memutuskan untuk merawat Ny K yang mengalami GSP syndrom
2.2.1 Tanyakan keinginan keluarga untuk mera-wat Ny. K
ng mengalami GSP syndrom dispepsia
dispepsia 2.2.2 Berikan pujian pada keluarga.
3. Merawat ang-gota keluarga dengan masa-lah GSP syn-drom dispepsia dengan cara:
3.1Menyebutkan cara pence-gahan GSP syndrom dis-pepsia
Respon verbal
Minimal 2 dari 4 cara pencegahan1. Anjurkan pola makan
teratur2. Anjurkan perut selalu
terisi/ makan sediki-sedikit tapi sering.
3. Menjaga kebersihan lingkungan
4. Anjurkan jangan makan makanan yang merangsang peningkat-an asam lambung ( pedas, asam, kopi, dll).
3.1.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai cara pencegahan GSP syndrom dys-pepsia
3.1.2 Tanyakan kembali pada keluarga ten-tang cara pencegah-an GSP syndrom dispepsia
3.1.3 Berikan pujian pada keluarga
3.2 Menyebutkan cara merawat anggota ke-luarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. K )
Respon verbal
Minimal 5 dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia: 1. Keluarga dapat
mengkaji sumber daya keluarganya yang dapat dimanfaatkan dalam menangani kasus syndrom dispepsia yaitu mengatasi GSP syndrom dispepsia terlebih dahulu dengan obat tradisional rimpang kunyit.
2. Mampu mengolah kunyit
3. Makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan
4. Makan sedikit-sedikit tapi sering.
5. Meningkatkan istirahat6. Melakukan kompres
hangat pada area perut yang sakit.
7. Melakukan teknik
3.2.1 Diskusikan cara merawat anggota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia
3.2.2 Minta keluarga menyebutkan kembali cara merawat anggota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia
3.2.3 Berikan pujian pada keluarga
relaksasi pada waktu perut terasa sakit ( tarik nafas dari hidung dalam-dalam lalu hembuskan lewat mulut dan ulangi terus sampai terasa nyaman).
3.3 Mendemons-trasikan cara pembuatan ob-at tradisional.
Respon Psiko-motor
Cara pembuatan dan pe-ngolahan obat tradisional:
Serbuk rimpang kunyit 1,5 - 3 gr direbus dalam 150 ml air selama 15 menit, setelah keluar uap disaring dan ditambah air masak hingga volumenya 150 ml, dan untuk memperbaiki rasa tambahkan 1 sendok makan gula pasir atau madu, diminum tiga kali sehari 1/3 bagian ( 50 ml sebelum makan).
Bila digunakan dalam bentuk kapsul, 500 mg bubuk kunyit per kapsul, diminum empat kali sehari setengah sampai satu jam sebelum makan dan sebelum tidur.
Cara membuat bubuk kunyit, kupas kunyit, potong ± 1-3 mm, jemur dibawah matahari, hancurkan dengan ditumbuk/ diblender, lalu saring.
3.3.1 Demonstrasikan cara pembuatan obat tradisional dan memasukannya kedalam kapsul.
3.3.2 Motivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi pembuatan obat tradisionat
3.3.3 Berikan pujian pada keluarga.
3.4 Melakukan perawatan untuk mengatasi keluhan syndrom dispepsia pada Ny. K
Respon afektif
Keluarga melakukan perawatan pada Ny. K yaitu dengan:1.Mengatasi gangguan
saluran pencernaan syndrom dispepsia dengan obat tradisional rimpang kunyit dalam bentuk kapsul yang dibuat bersama.
2.Mampu memberi kapsul kunyit dengan dosis 4X1
3.4.1. Adakan kunjungan tidak terencana dan evaluasi cara keluarga untuk merawat Ny. K
3.4.2. Berikan pujian pada keluarga.
kapsul satu jam sebelum makan dan sebelum tidur.
3.Memberi makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan
4.Menganjurkan makan sedikit-sedikit tapi sering.
5.Menganjurkan mening-katkan istirahat
6.Mengkompres hangat pada area perut yang sakit.
7.Memotifasi untuk melakukan teknik relaksasi pada waktu perut terasa sakit
4. Memodifikasi lingkungan.
4.1 Menyebutkan ciri lingkung-an rumah yang sehat.
Respon verbal
Minimal 2 dari 4 ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat;1. Bersih dan rapih2. Ventilasi cukup3. Ada penerangan
dari sinar matahari4. Tidak lembab.
4.1.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat
4.1.2 Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali mengenai ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat
4.1.3 Berikan pujian pada keluarga
4.2 Memodifikasi lingkungan menjadi sehat
Respon psiko-motor
Memodifikasi lingkungan 1. Membuka jendela
atau pintu rumah2. Menutup
makanan3. Membersihkan
tempat yang disukai lalat.
4.2.1 Berikan kesempatan pada keluarga untuk menilai kondisi rumahnya
4.2.2 Bersama-sama de-ngan keluarga mela-kukan modifikasi Iingkungan
4.2.3 Berikan pujian pada keluarga
5 Memanfaat-kan pelayanan kesehatan
5.1 Pergi ke Puskesmas/ dokter untuk mengatasi syndrom dispepsia pada Ny. K
Respon afektif
Jika dalam tiga hari Ny. K tidak mambaik maka keluarga akan membawa Ny. K pergi ke Puskesmas atau ke dokter
5.1.1 Anjurkan keluarga untuk membawa Ny. K ke Puskesmas atau ke dokter terdekat.
5.1.2 Berikan pujian pada keluarga
3. Implementasi Dan Evaluasi
Tabel 4.2 Implementasi Dan Evaluasi Keluarga Tn. T
Identitas Keluarga : Tn. T
WaktuNo. DX
Implemetasi Evaluasi
28-8-0515.00 WIB
TUK 1
1.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai pengertian syndrom dispepsia.Syndrome dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa.
Data Subjektif :1. Keluarga mampu menyebutkan pengertian dari
syndrom dispepsia adalah ”nyeri ulu hati, mual, kembung”
2. Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 penyebab dari syndrom dispepsia. Penyebabnya adalah maag, makan tidak teratur, makanan.
3. Keluarga tidak mampu menyebutkan jenis syndrom dispepsia tapi mampu menyebut-kan tanda syndrome dispepsia yaitu nyeri ulu hati, mual, kembung.
4. Keluarga mampu menjelaskan cara cara mengetahui adanya kembung.
Data Objektif :1. Keluarga mendemonstarsikan cara mengetahui
kembung.2. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat
diskusi berlangsung.3. Terdapat kontak mata.4. Sesekali keluarga terlihat menganguk-
anggukkan kepala.5. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian.Analisa :Masalah belum teratasiPerencanaan :Lanjutkan Implementasi dengan modifikasi jika diperlukan.
1.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai penyebab syndrom dispepsia.Penyebab dari syndrom dispepsia:1. Gangguan pada lumen saluran cerna
( gastritis/ maag)2. Penyakit pada hati, pangkreas, dan
saluran empedu.3. Pola makan tidak teratur4. Obat-obatan.5. Makanan.
1.2.2 Menanyakan kembali pada keluarga mengenai pengertian dan penyebab syndrom dispepsia
1.2.3 Memberikan pujian pada keluarga1.3.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai
jenis syndrom dispepsia dan tandanya.Jenis syndrom dispepsia:1. Akut yaitu kurang dari tiga bulan2. Kronik lebih dari tiga bulanTanda dan gejalanya yaitu nyeri perut bagian atas, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, mudah kenyang, perut cepat terasa penuh saat makan, mual, muntah, kembung, rasa tak nyaman bertambah saat makan.
1.3.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis syndrom dispepsia dan tandanya
1.3.3 Memberikan pujian pada keluarga1.4.1Menjelaskan pada keluarga cara mengetahui
adanya kembung dan sakit perut pada Ny. KCara mengetahui kembung dan area perut yang sakit yaitu:1. Tempelkan telapak
tangan kiri pada perut lalu ketuklah dengan ibu jari tangan kiri, jika terdengar suara plung-plung berarti kembung.
2. Tekanlah area perut secara perlahan dan cari daerah yang terasa nyeri bila ditekan.
1.4.2Meminta keluarga untuk menjelaskan kembali dan memperagakan cara mengetahui adanya kembung dan area sakit perut pada Ny. K
1.4.3Memberikan pujian pada keluargaTUK
22.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenal
akibat lanjut dari syndrom dispepsia.Akibat lanjut dari syndrom dispepsia:1. Bila ada infeksi maka rasa sakit akan
terus bertambah. 2. Metabolisme tubuh terganggu bila
saluran pencernaan terganggu.3. Tubuh akan bertambah lemah.4. Biaya berobat mahal
2.1.2Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tentang akibat lanjut dari syndrom dispepsia.
2.1.3 Memberikan pujian pada keluarga
Data Subjektif : 1. Keluarga mampu menyebutkan 1 dari 4 akibat
lanjut dari syndrom dispepsia yaitu biaya berobat mahal
2. Keluarga menyatakan keinginan-nya untuk mengatasi syndrom dispepsia pada Ny. K
Data Objektif :1. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat
diskusi berlangsung2. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian.Analisa :Masalah belum teratasi.Perencanaan :Lanjutkan implementasi2.2.1 Menanyakan keinginan keluarga untuk
merawat Ny. K2.2.2 Memberikan pujian pada keluarga
TUK 3
3.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai cara pencegahan syndrom dispepsiaCara pencegahan syndrom dispepsia:1). Anjurkan pola makan teratur2). Anjurkan perut selalu terisi/ makan
sediki-sedikit tapi sering.3). Menjaga kebersihan ling-kungan 4). Anjurkan jangan makan makanan yang
merangsang ( pedas, asam, kopi, dll).3.1.2 Menanyakan keinginan keluarga untuk
merawat Ny. K3.1.3 Memberikan pujian pada keluarga
Data Subjektif :1. Keluarga menyebutkan 2 dari 4 cara
pencegahan syndrom dispepsia yaitu menganjurkan pola makan teratur dan menganjurkan perut selalu terisi.
2. Keluarga mampu menyebutkan 4 cara dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrome dispepsia
3. Keluarga mampu menjelaskan cara pembuatan serbuk kunyit dan bisa memasukannya kedalam kapsul.
Data Obyektif:1. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat
diskusi berlangsung.2. Terdapat kontak mata.3. Sesekali keluarga terlihat mengangguk-
anggukkan kepala4. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian
Analisa :Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu menyebutkan cara mencegah dan merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia yaitu mengkaji sumber daya keluarganya yang dapat dimanfaatkan dalam menangani kasus syndrom dispepsia ( obat tradisional rimpang kunyit), makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran
3.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsiaCara merawat anggota keluarga yang mengalami syndrom dispepsia yaitu:1. Keluarga dapat mengkaji sumber daya
keluarganya yang dapat dimanfaatkan dalam menangani kasus syndrom dispepsia yaitu mengatasi GSP syndrom dispepsia terlebih dahulu dengan obat tradisional rimpang kunyit.
2. Mampu mengolah kunyit3. Makan makanan yang tidak merangsang
sakit pada saluran pencernaan4. Makan sedikit-sedikit tapi sering.5. Meningkatkan istirahat
6. Mengkompres hangat pada area perut yang sakit.
7. Melakukan teknik relaksasi pada waktu perut terasa sakit ( tarik nafas dari hidung dalam-dalam lalu hembuskan lewat mulut dan ulangi terus sampai terasa nyaman).
3.2.2Meminta keluarga menyebut-kan kembali cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia
3.2.3 Memberikan pujian pada keluarga
pencernaan, meningkatkan istirahat, mengkompres hangat pada area perut yang sakit.Perencanaa :Lanjutkan implementasi.
3.3.1 Menjelaskan cara pembuatan serbuk kunyit: kupas kunyit, potong ± 1-3 mm, jemur dibawah matahari, hancurkan dengan ditumbuk/ diblender, lalu saring.
3.3.2Mendemonstrasikan cara memasukan serbuk kunyit kedalam kapsul. Masukan serbuk kunyit yang telah kedalam kapsul ukuran 500 mg dengan membuka kapsul, masukan serbuk kunyit penuh atas bawah lalu tutup kembali.
3.3.3Memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi pembuatan obat tradisional.
3.3.4 Memberikan pujian pada keluarga.TUK
44.1.1Mendiskusikan dengan keluarga mengenai
ciri-ciri lingkungan rumah yang sehatCiri-ciri lingkungan rumah yang sehat;1. Bersih dan rapih2. Ventilasi cukup3. Ada penerangan dari sinar matahari4. Tidak lembab5. Menutup makanan.
4.1.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali mengenai ciri-ciri Iingkungan rumah yang sehat
4.1.3 Memberikan pujian pada keluarga
Data Subjektif :1. Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5
ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat yaitu bersih dan rapi, sinar matahari masuk ke dalam rumah, menutup makanan.dan tidak lembab.
2. Keluarga menilai kondisi rumahnya sudah baik dan termasuk rumah yang sehat.
Data Objektif;1. Rumah keluarga tampak bersih dan rapi,
jendela rumah terbuka, dan sinar masuk ke dalam rumah.
2. Keluarga memperhatikan maha-siswa saat diskusi berlangsung.
3. Terdapat kontak mata4. Keluarga tersenyum ssat diberi pujian.Analisa :Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu memodifikasi lingkungan rumah menjadi sehat.Perencanaan :Lanjutkan implementasi
4.2.1 Memberikan kesempatan pada keluarga untuk menilai kondis rumahnya
4.2.2 Menganjurkan pada keluarga untuk mempertahankan kondisi rumahnya.
4.2.3 Memberikan pujian pada keluarga
TUK 5
5.6.1 Menganjurkan keluarga untuk membawa kembali Ny. K ke Puskesmas atau ke dokter terdekat jika dalam waktu 3 hari kondisinya tidak membaik.
5.6.2 Memberikan pujian atas keinginan keluarga untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Data Subjektif :Keluarga mengatakan akan membawa Ny K akan ke Puskesmas atau ke dokter jika dalam waktu 3 hari SDP syndrom dispepsia yang diderita tidak mengalarni perbaikan.Data Objektif :1. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat
diskusi berlangsung2. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian.
Analisa :Masalah teratasi sebagian, keluarga telah menyatakan kesediaannya untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.Perencanaan :Lanjutkan implementasi
29-8-0515.00 WIB
1TUK.
1
1.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai pengertian syndrom dispepsia.Syndrom dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa.
Data Subjektif :1. Keluarga mampu menyebutkan pengertian dari
syndrom dispepsia adalah ”nyeri ulu hati, mual, kembung”
2. Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 penyebab dari syndrom, dispepsia. Penyebabnya adalah maag, makan tidak teratur, makanan.
3. Keluarga mampu menyebutkan jenis syndrome dispepsia dan tandanya syndrome dispepsia nyeri ulu hati, mual, kembung.
4. Keluarga mampu menjelaskan cara cara mengetahui adanya kembung dan area sakit perut, yaitu ujung jari kiri diketuk oleh ujung jari kanan dan meraba dengan ujung jari untuk tahu yang sakit.
Data Objektif :1. Keluarga mendemonstarsikan cara mengetahui
kembung dan area sakit perut.2. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat
diskusi berlangsung.3. Terdapat kontak mata.4. Sesekali keluarga terlihat menganguk-
anggukkan kepala.5. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian.Analisa :Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mengenal masalah syndrome dispepsia pada Ny KPerencanaan :Lanjutkan Implementasi dengan modifikasi jika diperlukan.
1.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai penyebab syndrom dispepsia. Penyebab dari Syndrom dispepsia:1. Gangguan pada lumen saluran cerna
( gastritis/ maag)2. Penyakit pada hati, pangkreas, dan
saluran empedu.3. Pola makan tidak teratur4. Obat-obatan.5. Makanan.
1.2.2 Menanyakan kembali pada keluarga mengenai pengertian dan penyebab syndrom dispepsia
1.2.3 Memberikan pujian pada keluarga1.3.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai
jenis syndrom dispepsia dan tandanya.Jenis syndrom dispepsia:1. Akut yaitu kurang dari tiga bulan2. Kronik lebih dari tiga bulanGejala nyeri perut bagian atas, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, mudah kenyang, perut cepat terasa penuh saat makan, mual, muntah, kembung, rasa tak nyaman bertambah saat makan.
1.3.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis syndrom dispepsia dan tandanya
1.3.3 Memberikan pujian pada keluarga
1.4.1 Menjelaskan pada keluarga cara mengetahui adanya kembung dan sakit perut pada Ny. KCara mengetahui kembung dan area perut yang sakit yaitu:1. Tempelkan telapak tangan kiri pada
perut lalu ketuklah dengan ibu jari tangan kiri, jika terdengar suara plung-plung berarti kembung.
2. Tekanlah area perut secara perlahan dan cari daerah yang terasa nyeri bila ditekan..
1.4.2 Meminta keluarga untuk menjelaskan kembali dan memperagakan cara mengetahui adanya kembung dan area sakit perut pada Ny. K
1.4.3 Memberikan pujian pada keluarga
TUK 2
Mendiskusikan dengan keluarga mengenal akibat lanjut dari syndrom dispepsia.Akibat lanjut dari syndrom dispepsia:1. Bila ada infeksi maka rasa sakit akan
terus bertambah. 2. Metabolisme tubuh terganggu bila
saluran pencernaan terganggu.3. Tubuh akan bertambah lemah.4. Biaya berobat mahal
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tentang akibat lanjut dari syndrom dispepsia.
Memberikan pujian pada keluarga
Data Subjektif : 1. Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 akibat
lanjut dari syndrom dispepsia, yaitu tubuh akan bertambah lemah dan biaya berobat mahal
2. Keluarga menyatakan keinginan-nya untuk mengatasi syndrom dispepsia pada Ny K
Data Objektif:1. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat
diskusi berlangsung2. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian.Analisa:Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia.Perencanaan :Lanjutkan implementasi
Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat Ny. K
Memberikan pujian pada keluargaTUK
3Mendiskusikan dengan keluarga mengenai cara
pencegahan syndrom dispepsiaCara pencegahan syndrom dispepsia:1. Anjurkan pola makan teratur2. Anjurkan perut selalu terisi/ makan
sediki-sedikit tapi sering.3. Menjaga kebersihan ling-kungan 4. Anjurkan jangan makan makanan yang
merngsang (pedas, asam, kopi, dll).Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat
Ny. KMemberikan pujian pada keluarga
Data Subjektif :1. Keluarga menyebutkan 4 dari 4 cara
pencegahan syndrom dispepsia.2. Keluarga mampu menyebutkan 5 dari 7 cara
merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia.
Data Obyektif:1. Keluarga mendemonstrasikan cara membuat
obat tradisional dari rimpang kunyit.2. Keluarga memperhatikan maha-siswa saat
diskusi berlangsung.3. Terdapat kontak mata.4. Sesekali keluarga terlihat menganggu-
anggukkan kepala5. Keluarga tersenyum saat diberikan pujianAnalisa :Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu menyebutkan cara mencegah dan me-rawat kasus syndrome dispepsia pada Ny. KPerencanaa :
3.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsiaCara merawat anggota keluarga yang mengalami syndrom dispepsia yaitu:1. Memanfaatkan obat tradisional rimpang
kunyit.2. Mampu mengolah kunyit
3. Makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan
4. Makan sedikit-sedikit tapi sering.5. Meningkatkan istirahat6. Mengkompres hangat pada area perut
yang sakit.7. Melakukan teknik relaksasi pada waktu
perut terasa sakit.3.2.2 Meminta keluarga menyebut-kan kembali
cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia
3.2.3 Memberikan pujian pada keluarga
Lanjutkan implementasi, untuk TUK 3 lakukan kunjungan tidak terencana dan supervisi untuk melihat bagaimana cara keluarga merawat Ny. K
3.3.1 Menjelaskan cara pembuatan serbuk kunyit: kupas kunyit, potong ± 1-3 mm, jemur dibawah matahari, hancurkan dengan ditumbuk/ diblender, lalu saring.
3.3.2 Mendemonstrasikan cara memasukan serbuk kunyit kedalam kapsul. Masukan serbuk kunyit yang telah kedalam kapsul ukuran 500 mg dengan membuka kapsul, masukan serbuk kunyit penuh atas bawah lalu tutup kembali.
3.3.3 Memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi pembuatan obat tradisional.
3.3.4 Memberikan pujian pada keluarga.31-8-0515.00 WIB
TUK 3
3.1.1 Mengadakan kunjungan tidak terencana, mengevaluasi cara keluarga untuk merawat Ny KCara merawat anggota keluarga yang mengalami syndrom dispepsia yaitu:1. Memanfaatkan obat tradisional rimpang
kunyit dalam bentuk kapsul2. Menganjurkan makan makanan yang
tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan dan makan sedikit-sedikit tapi sering.
3. Meningkatkan istirahat4. Mengkompres hangat pada area perut
yang sakit.5. Melakukan teknik relaksasi pada waktu
perut terasa sakit.3.1.2 Memberikan pujian pada keluarga.
Data Subjektif :Keluarga mampu menyebutkan dan melaksanakan cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsiaData Obyektif:1. Keluarga tersenyum ketika dibei pujian.2. Berupa catatan perkembangan keluhan Ny. KAnalisa :Masalah teratasi, keluarga mampu menyebutkan dan melaksanakan cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsiaPerencanaa :Lanjutkan implementasi.
Tabel 4.3 Hasil observasi pada anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia (Ny.K)
Hari ke
Obyek yang diamatiKeluhan
Intervensi keluargaKunyit
dikon-sumsiTanda Vital
Thera-py
MedisBelum teratasiTeratasi
sebagian/ berkurang
Sudah teratasi
1 ~ Perut terasa - - ~Memberikan obat 1 kapsul Tensi 90/60 Antacid
sakit.~ Mual~ Kembung~ Cepat kenyang~ Tidak nafsu
makan~ Nyeri ulu hati~ Nyeri setelah
makan~ Nyeri saat lapar~ Rasa penuh
pada perut bagian atas.
tradisional rimpang kunyit
~Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan
~Makan sedikit-sedikit tapi sering
~Mengkompres hangat pada area perut yang sakit.
mmhg, suhu 36, 2ºC, nadi 68 x/ menit, pernapasan 20 x/ menit
Vitamin B12, dan Paraset-amol
2 ~ Kembung
~ Cepat kenyang
~ Tidak nafsu makan
~ Nyeri saat lapar
~ Rasa penuh pada perut bagian atas.
~Perut terasa sakit
~Mual~Nyeri ulu
hati~Nyeri
setelah makan.
- ~Memberikan obat tradisional rimpang kunyit
~Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan
~Makan sedikit-sedikit tapi sering
~Mengkompres hangat pada area perut yang sakit
~Meningkatkan istirahat.
5 kapsul Tensi 90/60 mmhg, suhu 36 ºC, nadi 70 x/ menit, pernapasan 20 x/ menit
3 - ~ Mual~ Cepat
kenyang~ Tidak
nafsu makan
~ Rasa penuh pada perut bagian atas
~ Perut terasa sakit.
~ Kembung~ Nyeri ulu
hati~ Nyeri
setelah makan
~ Nyeri saat lapar
~Memberikan obat tradisional rimpang kunyit
~Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan
~Makan sedikit-sedikit tapi sering
~Mengkompres hangat pada area perut yang sakit
~Meningkatkan istirahat~Melakukan teknik
relaksasi
9 kapsul Tensi 100/60 mmhg, suhu 36 ºC, nadi 70 x/ menit,pernapasan 20 x/ menit
4 - - ~ Mual~ Cepat
kenyang~ Tidak
nafsu makan
~ Rasa penuh pada perut bagian atas
~Memberikan obat tradisional rimpang kunyit
13 kapsul Tensi 100/60 mmhg, suhu 36,4ºC, nadi 78 x/ menit,pernapasan 20 x/ menit
5 - - - Memberikan obat tradisional rimpang kunyit
17 kapsul - -
6 - - - Memberikan obat tradisional rimpang kunyit
21 kapsul - -
7 Hasil evaluasi akhir dengan dilaksanakannya lima tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus ayndrom dispepsia ( Ny.K) oleh keluarga Tn. T diperoleh data sebagai berikut:1. Nafsu makan naik2. Sakit perut teratasi dan teras lebih nyaman
25 kapsul Tensi 110/80 mmhg, suhu 36,2ºC,
3. Ny. K menyatakan tidur lebih nyenyak4. Ny. K mengatakan badanya lebih segar
nadi 78 x/ menit, pernapasan 20 x/ menit
4. Pembahasan Kasus I
Pengkajian awal pada Ny. K yang datang ke Puskesmas Majenang I
dengan kasus syndrom dispepsia mengatakan sudah terbisa menggunakan
tanaman obat keluarga rimpang kunyit dalam mengobati penyakitnya tetapi
keluhan yang dialami tidak berkurang malah bertambah parah, sedangkan
menurut literature yang ada rimpang kunyit mampu mengurangi keluhan
bahkan menyembuhkan penyakit syndrom dispepsia, yaitu menurut Hargono
( 2002) rimpang kunyit mempunyai khasiat sebagai anti oksidan, pengurang
rasa nyeri pada gangguan sistem pencernaan, peningkat nafsu makan dan dapat
mengurangi penumpukan gas dalam lambung. Hal ini dimungkinkan karena
keluarga Tn. T belum mampu merawat anggota keluarganya yang sakit ( Ny. K
dengan kasus syndrom dispepsia) dan pemanfaatan sumber daya keluarga yang
ada yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit belum tepat. Dari pengkajian
awal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga
pada keluarga Tn. T dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. K ).
Asuhan keperawatan yang akan dilakukan bersifat partisipatif yaitu
melibatkan seluruh anggota keluarga Tn. T dalam merawat anggota keluarga
dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. K) dan perawatan ini terfokus pada
pemanfaatan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga
rimpang kunyit. Asuhan keperawatan dimulai sejak tanggal 28 Agustus 2005
melalui kunjungan rumah selama satu minggu dengan beberapa tahapan
diantaranya pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal-hal yang
dikaji dalam pengkajian yaitu identitas keluarga, daftar anggota keluarga, data
umum dan pemeriksaan fisik anggota keluarga dengan kasus syndrom dipepsia.
Pada pengkajian data umum keluarga, didapatkan tipe keluarga Tn T
adalah nuclear family ( keluarga inti) yang terdiri dari ayah, ibu dan lima orang
anak yang tinggal dalam satu rumah dan tahap perkembangannya adalah pada
tahap anak pertama usia dewasa muda. Pada data umum dikaji juga keadaan
biologis keluarga, psikologis keluarga, sosial ekonomi keluarga, spiritual
keluarga, lingkungan rumah, fungsi dan harapan keluarga.
Hasil pengkajian keadaan biologis keluarga Tn. T yaitu kebersihan:
”frekuensi mandi sehari 2 kali, menggunakan sabun, kamar mandi milik
sendiri, biasa cuci tangan sebelum makan dan tidak biasa cuci kaki sebelum
tidur”, pola makan: ”makan sehari 3 kali, makanan pokok nasi, lauk kadang-
kadang, sayuran selalu ada, buah kadang-kadang, susu kadang-kadang, cara
menghidangkan makanan terbuka, tidak ada pantangan makan, air minum
dimasak dan kebiasaan masak sayuran dipotong baru dicuci”, pola istirahat:
”rata-rata tidur malam dari jam 21.00 sampai jam 05.00, tidak tidur siang dan
tidak ada anggota keluarga yang sulit tidur kecuali Ny. K”, reproduksi: ”alat
kontrasepsi yang digunakan yaitu KB suntik dan tidak ada kelainan/ keluhan
yang dirasakan setelah menggunakannya”, tidak ada kecacatan dan tidak ada
penyakit kronik/ menular dalam keluarga Tn. T.
Pengkajian psikologis pada keluarga Tn. T menggambarkan kondisi
emosi dalam hubungan antar anggota keluarga untuk menghadapi masalah
terkesan baik, terdapat komunikasi/ interaksi antar anggota keluarga, strategi
koping keluarga baik ( keluarga mau menyelesaikan masalah kesehatan) dan
adanya musyawarah untuk mengambil keputusan.
Pada pengkajian ekonomi keluarga, keluarga tidak memiliki tabungan
kesehatan, penghasilan per bulan antara tiga ratus ribu sampai enam ratus ribu
rupiah dan keluarga Tn. T tergolong pada keluarga sejahtera II.
Pengkajian spiritual menggambarkan pandangan hidup keluarga
terhadap keadaan sehat baik, ”keluarga menganggap sehat itu mahal dan
berpendapat lebih baik mencegah dari pada mengobati”.
Hasil pengkajian lingkungan rumah didapatkan lingkungan rumah
terkesan bersih dan teratur, tempat BAB di sungai, pembuangan air kotor
keselokan, mempunyai tempat sampah, kondisi halaman berupa tanah tetapi
dibiarkan, tidak memiliki kandang ternak, tidak ada lalat/ nyamuk, ventilasi
cukup ( tinggi internit lebih dari 2,4 m dari lantai, banyak lobang angin/
jendela, luas jendela lebih dari 10 % dari luas lantai) tetapi dalam ruangan
terasa pengap dan penerangan kurang karena jendela jarang difungsikan.
Fungsi afektif/ gambaran diri anggota keluarga baik ditandai dengan
setiap anggota keluarga berperan sesuai fungsinya masing-masing, setiap
anggota keluarga merasa dimiliki dan memiliki dalam keluarga dan setiap
anggota keluarga saling mendukung dalam menghadapi masalah kesehatan.
Fungsi sosialisasi/ hubungan antar anggota keluarga maupun dengan
orang lain terkesan baik dan orang tua yang berperan sebagai pendidik dalam
keluarga untuk mengembangkan disiplin, norma, budaya dan perilaku.
Fungsi perawatan kesehatan, keluarga Tn. T belum mampu
melaksanakan fungsi perawatan kesehatan dengan baik dimana keluarga belum
mampu mengetahui masalah kesehatan yang ada, belum mampu mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah dan keluarga belum mampu merawat
anggota keluarganya yang sakit ( Ny. K). Setelah keluarga mampu
melaksanakan fungsi perawatan kesehatan, keluarga berharap kasus syndrom
dispepsia pada Ny. K dapat teratasi.
Setelah mengkaji fungsi keluarga, penulis melakukan pemeriksaan fisik
pada individu dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. K), hasilnya yaitu
keadaan umum baik, nyeri tekan pada perut bagian atas, kembung, kelihatan
mual, BB 45 kg, TB 145 Cm, tensi 90/60 mmhg, suhu 36,2 OC, nadi 68 x/mnt,
pernafasan 20 x/ menit. Pada anamnesa keluarga, keluarga Tn. T mengatakan
sudah memeriksakan Ny. K ke Puskesmas, obat dari puskesmas ( antasid,
vitamin B12 dan parasetamol) sudah diminum secara teratur tetapi belum ada
perubahan pada penyakitnya dan keluhan Ny. K saat ini yaitu perut terasa sakit,
mual, kembung, cepat kenyang, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah
makan, nyeri saat lapar, rasa penuh pada perut bagian atas.
Data yang telah dikaji pada keluarga Tn. T dianalisa dengan cara
dikelompokan menjadi data subyektif ( Ny. K mengeluh perut terasa sakit,
mual, kembung, cepat kenyang, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah
makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada perut bagian atas) dan data
objektif ( ada anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia dan pada
pemeriksaan fisik Ny. K ditemukan nyeri tekan pada perut bagian atas,
kembung, kelihatan mual, BB 45 Kg, TB 145 Cm, tensi 90/60 mmhg, suhu
36,2 OC, nadi 68 x/mnt dan pernafasan 20 x/ menit) lalu ditentukan masalah
kesehatannya ( gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia). Analisa
tersebut dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan dan diagnosa
keperwatannya adalah gangguan sistem pencernaan sindrom dispepsia pada
keluarga Tn. T ( Ny. K) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia. Setelah diagnosa
keperawatan keluarga sudah dirumuskan, penulis bersama keluarga menyusun
rencana keperawatan.
Rencana keperawatan keluarga mempunyai tujuan yaitu tujuan khusus
”setelah 2 x 45 menit pertemuan tatap muka dan intervensi keluarga mampu
merawat anggota keluarganya yang sakit” dan tujuan umum ”setelah 7 x
pertemuan gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada Ny K
teratasi”. Dari tujuan itu penulis melakukan implementasi keperawatan pada
keluarga Tn. T walaupun terfokus pada pemanfaatan tanaman obat keluarga
rimpang kunyit tetapi tidak mengabaikan/ tetap melaksanakan implementasi
keperawatan keluarga lainnya.
Implementasi dilakukan melalui penyuluhan dengan cara diskusi,
peragaan dan komunikasi interaktif. Respon keluarga Tn. T selama penyuluhan
berlangsung kooperatif dan memiliki persepsi yang positif, dimana keluarga
memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung, terdapat kontak mata,
sesekali terlihat menganggukan kepala dan tersenyum saat diberikan pujian.
Sewaktu implementasi dan sesudah implementasi penulis melakukan evaluasi.
Evaluasi pada keluarga Tn. T bertujuan untuk melihat gambaran
kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan khusus dan tujuan umum yang
telah ditentukan pada perencanaan yang dilakukan melalui evaluasi formatif
dan evaluasi sumatif.
Gambaran pencapaian tujuan khusus ( keluarga Tn. T. mampu merawat
anggota keluarganya yang sakit) digambarkan berdasarkan kemampuan
keluarga Tn. T dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan keluarga, yaitu:
a. Gambaran kemampuan keluarga Tn. T dalam mengenal masalah kesehatan
Hari pertama ( 28 Agustus 2005) keluarga belum mampu mengenal
masalah kesehatan dengan baik ditandai dengan pengertian syndrom
dispepsia yang mampu keluarga sebutkan yaitu “nyeri ulu hati, mual,
kembung”, penyebab syndrom dispepsia yang mampu keluarga sebutkan
yaitu “maag, makan tidak teratur, makanan”, keluarga tidak mampu
menyebutkan jenis syndrom dispepsia walaupun keluarga mampu
menyebutan tanda syndrom dispepsia yaitu “nyeri ulu hati, mual, kembung”
dan mampu menjelaskan cara cara mengetahui adanya kembung.
Pada hari kedua ( 29 Agustus 2005) keluarga Tn. T masih belum
mampu mengenal masalah kesehatan secara maksimal sesuai standar yang
telah ditetapkan ditandai dengan pengertian dan penyebab syndrom
dispepsia yang keluarga mampu sebutkan masih sama seperti hari pertama
tetapi pada hari kedua ini keluarga mampu menyebutkan jenis dan tanda
syndrom dispepsia serta mampu menjelaskan cara cara mengetahui adanya
kembung dan area sakit perut. Kekurangmampuan ini mungkin disebabkan
karena standar pengertian yang ditetapkan terlalu sulit untuk dimengerti
karena ketika peneliti menjelaskan kembali jika syndrom dispepsia adalah
sakit perut bagian atas yang belum diketahui penyebabnya ”menggunakan
bahasa jawa”, keluarga langsung paham dan bisa mengulanginya lagi ketika
peneliti mengevaluasi. Hasil evaluasi juga menujukan keluarga Tn. T lebih
cepat menguasai respon psikomotor daripada respon verbal, dimana respon
psikomotor dalam dua hari mampu dilakukan sesuai standar sedangkan
respon verbal belum.
b. Gambaran keluarga Tn. T dalam kemauan mengambil keputusan
untuk mengatasi masalah kesehatan
Pada hari pertama, keluarga Tn. T belum mampu mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah sesuai standar yang telah
ditetapkan karena keluarga hanya mampu menyebutkan 1 dari 4
akibat lanjut dari syndrom dispepsia ”biaya berobat mahal”, tetapi
keluarga Tn T menyatakan ingin mengatasi masalah kesehatan pada
anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. K) dengan
menggunakan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat
keluarga rimpang kunyit.
Pada hari kedua keluarga Tn. T sudah mampu mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan, dimana keluarga Tn. T mampu menyebutkan 2 dari 4
akibat lanjut dari syndrom dispepsia ” tubuh akan bertambah lemah
dan biaya berobat mahal” dan juga menyatakan ingin tetap
menggunakan rimpang kunyit untuk mengatasi masalah kesehatan
pada anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia (Ny. K). Dari
hasil wawancara dan evaluasi, disimpulkan bahwa keluarga Tn. T
dapat menyebutkan akibat dari masalah kesehatan, mengerti sifat dan
luasnya masalah, masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga, dapat
membuat keputusan yang tepat tentang penanganan masalah, tidak
merasa menyerah terhadap masalah kesehatan yang dialami, merasa
takut akan akibat dari penyakitnya, tidak mempunyai sikap negatif
terhadap masalah, dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada,
keluarga percaya terhadap tenaga kesehatan dan tidak mendapat
informasi yang salah mengenai tindakan dalam mengatasi masalah.
c. Gambaran kemampuan keluarga Tn. T dalam merawat anggota
keluarga dengan masalah kesehatan.
Gambaran kemampuan keluarga Tn. T dalam merawat anggota
keluarga dengan masalah kesehatan termasuk kemampuan
memelihara lingkungan dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
dimasyarakat. Pad Pada hari pertama ( 28 Agustus 2005) keluarga Tn.
T sudah mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan
tetapi belum optimal sesuai standar yang telah ditetapkan, yaitu
keluarga Tn. T hanya mampu menyebutkan 4 cara dari 7 cara
merawat anggota keluarga dengan kasus syndrome dispepsia tetapi
keluarga Tn. T sudah mampu menyebutkan 2 dari 4 cara pencegahan
syndrom dispepsia “menganjurkan pola makan teratur dan
menganjurkan perut selalu terisi”, mampu menjelaskan cara
pembuatan dan penggunaan serbuk kunyit, mampu menyebutkan 4
dari 5 ciri lingkungan rumah sehat dan sudah terbiasa memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada yaitu Puskesmas serta mengatakan akan
control bila dalam waktu 3 hari kasus syndrom dispepsia pada Ny. K
tidak membaik.
Pada hari kedua ( 29 Agustus 2005), keluarga Tn. T mampu
merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. K)
sesuai standar yang telah ditetapkan dimana keluarga Tn. T mampu
menyebutkan 4 dari 4 cara pencegahan syndrom dispepsia, mampu
menyebutkan 5 dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus
syndrom dispepsia dan mampu mendemonstrasikan cara membuat
obat tradisional rimpang kunyit. Hasil pengamatan dan wawancara,
disimpulkan bahwa keluarga Tn. T mempunyai sumber daya dan
fasilitas yang diperlukan untuk perawatan, mampu mengambil dari
sumber daya keluarga yang ada untuk perawatan yaitu tanaman obat
keluarga rimpang kunyit, mampu melaksanakan perawatan pada
anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia, mampu
memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan, mampu
mempelajari tentang bagaimana perawatan keluarga terhadap anggota
keluarga dengan kasus syndrom dispepsia sehingga keterampilan
keluarga mengenai perawatan yang diperlukan memadai, tidak
mempunyai pandangan negatif terhadap perawatan yang diperlukan,
tidak ada konflik individu dan perilaku mementingkan diri sendiri
dalam keluarga, mengetahui upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahaan penyakit, tidak merasa takut akan akibat dari tindakan,
sadar akan pentingnya fasilitas kesehatan dan biasa memanfaatkan
fasilitas kesehatan dengan menggunakan kartu JPKM dan mau
memodifikasi lingkungan yang menguntungkan kesahatan walaupun
BAB masih dikolam tetapi keluarga mempunyai niat untuk membuat
WC.
Gambaran pencapaian tujuan umum ( setelah 7 x pertemuan
gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada Ny K teratasi) yang
menggambarkan kemampuan keluarga Tn. T dalam merawat anggota
keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. K) melalui
penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan memanfaatkan
tanaman obat keluarga rimpang kunyit, dipantau melalui observasi
selama 1 minggu yaitu:
a. Hari Pertama (28 Agustus 2005)
Pada hari pertama waktu pengkajian, keluarga Tn. T. mengatakan
sudah biasa menggunakan rimpang kunyit untuk mengatasi penyakit sistem
pencernaan tetapi biasanya penyakitnya tidak membaik, rimpang kunyit
yang digunakan diolah dengan cara diparut, diperas airnya lalu diminum
dengan dosis yang tidak diukur dan dikonsumsi secara tidak teratur.
Pada pukul 15.00 WIB peneliti bersama keluarga mengkaji
anggota keluarga Ny. K, Ny. K mengeluh sudah satu minggu perut
terasa sakit, mual, kembung, cepat kenyang, tidak nafsu makan, nyeri
ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, rasa penuh pada perut
bagian atas. Hasil pemeriksaan fisiknya yaitu keadaan umum baik,
konjungtiva tidak anemis, tidak ikterik, dan tanda vitalnya yaitu tensi
90/60 mmhg, suhu 36, 2ºC, nadi 68 x/ menit, pernapasan 20 x/ menit.
Keluarga Tn. T mengatakan Ny. K sudah berobat ke Puskesmas dua
hari yang lalu tetapi keluhannya belum berkurang dan obat dari
puskesmas sudah diminum sebanyak tujuh kali dan tinggal dua kali
minum. Dari Puskesmas Ny. K didiagnosa syndrom dispepsia dan
mendapatkan obat antasid, vitamin B12 dan parasetamol. Menurut
Manjoer (2000) syndrom dispepsia merupakan kumpulan gejala klinis
yang terdiri rasa tidak enak/ sakit perut bagian atas yang menetap atau
mengalami kekambuhan. Syndrom dispepsia merupakan kumpulan
gejala yang terdiri dari salah satu atau lebih gejala nyeri ulu hati, mual,
kembung, muntah, rasa kembung, cepat kenyang dan sendawa
( Djojodiningrat, 2001).
Manifestasi klinis syndrom dispepsia pada Ny. K termasuk pada
dispepsia dengan keluhan seperti ulkus dan dismotitlitas dengan gejala
nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, mual, cepat kenyang, rasa penuh
pada perut bagian atas dan termasuk jenis akut karena pembagian
akut/ kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan ( Mansjoer,
2000).
Etiologi penyakit yang diderita Ny. K belum diketahui secara
pasti ( dispepsia fungsional) dimana Ny. K tidak mengalami demam,
tidak ditemukan gejala diabetes militus, penyakit tiroid dan jantung
koroner, tidak mengkonsumsi antibiotik, digitalis, theophilin dan
antiinflamasi non steroid. Bisa diketahui etiologinya dengan pasti
apabila dilakukan pemeriksaan lebih lanjut tetapi karena keterbatasan
penelitian, peneliti tidak melakukan penkajian lebih lanjut
kemungkinan penyebab lain seperti adanya tumor, gastritis
( peradangan lambung), pemeriksaan fungsi hati, fungsi pangkreas,
fungsi saluran empedu, fungsi jantung dan fungsi hormonal.
Setelah dilakukan diskusi dengan keluarga Tn. T, keluarga Tn.
T mau merawat anggota keluarganya dengan kasus syndrom dispepsia
( Ny. K), keluarga Tn. T juga mau menggunakan tanaman obat
keluarga rimpang kunyit dan memberikannya dengan dosis yang sesuai
dengan literatur yang ada yaitu 500 mg serbuk rimpang kunyit yang
telah diolah dimasukan kedalam kapsul diminum empat kali sehari,
satu jam sebelum makan dan satu jam sebelum tidur. Intervensi lain
yang di lakukan keluarga yaitu menganjurkan makan makanan yang
tidak merangsang saluran pencernaan, makan sedikit-sedikit tapi
sering dan mengkompres hangat pada area perut yang sakit.
Keluarga Tn. T terlihat bersemangat untuk melakukan
perawatan terhadap anggota keluarganya yang mengalami gangguan
saluran pencernaan syndrom dispepsia ( Ny. K) dan respon Ny. K
positif dan kooperatif terhadap tindakan yang diberikan.
b. Hari Kedua ( 29 Agustus 2005)
Pada pukul 15.00 WIB keluarga Tn. T. mengatakan rimpang
kunyit yang sudah diminum sebanyak lima kapsul dan tetap
melakukan intervensi keperawatan keluarga pada Ny. K dengan kasus
syndrom dispepsia. Keluhan Ny. K sudah mulai berkurang yaitu rasa
sakit pada perut, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, mual tidak seperti
hari pertama. Sedangkan keluhan yang lainnya yaitu kembung, cepat
kenyang, tidak nafsu makan, nyeri saat lapar, rasa penuh pada perut
bagian atas belum berkurang. Keluarga Tn. T juga mengatakan
istirahat Ny. K kurang dan intervensi selanjutnya ditambahkan dengan
menganjurkan Ny. K untuk meningkatkan istirahat dan menciptakan
suasana lingkungan yang nyaman. Obat dari puskesmas sudah habis,
keluarga Tn. T menyatakan penggunaan rimpang kunyit dicampur
dengan obat dari puskesmas tidak menimbulkan efek samping yang
tidak diinginkan, tetapi menurut keluarga rimpang kunyit lebih
nyaman dikonsumsi dalam bentuk dosis tunggal ( kapsul rimpang
kunyit saja). Tanda vital tidak terjadi perubahan sejak seperti hari
pertama kecuali suhu turun 0,2 ºC yaitu dari 36,2 ºC menjadi 36 ºC dan
denyut nadi naik 2 x/ menit yaitu dari 68 x/ menit menjadi 70 x/ menit.
c. Hari Ketiga (30 Agustus 2005)
Pada pukul 15.00 WIB keluarga Tn. T. mengatakan kapsul
rimpang kunyit yang sudah dikonsumsi sebanyak sembilan kapsul,
tetap melakukan intervensi keperawatan keluarga, Ny. K dianjurkan
untuk istirahat dan pekerjaan rutin Ny. K dibantu anggota keluarga
yang lain. Keluarga Tn. T juga mengatakan beberapa keluhan Ny. K
sudah tidak terasa lagi diantaranya ”kembung, rasa sakit pada perut,
nyeri ulu hati, nyeri setelah makan dan nyeri saat lapar”, sedangkan
mual, tidak nafsu makan, cepat kenyang dan rasa penuh pada perut
bagian atas belum teratasi tetapi keluhan tersebut sudah mulai
berkurang. Setelah diskusi dengan keluarga, peneliti mengajarkan
keluarga teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri dan keluarga
terlihat paham dan menganjurkan Ny. K untuk melakukannya. Tanda
vital masih tetap seperti hari kedua kecuali tensi, baik sistol maupun
diastolnya ada kenaikan 10 mmhg ( 90/60 mmhg - 100/70 mmhg).
d. Hari Keempat (31 Agustus 2005)
Pada pukul 15.00 WIB, keluarga Tn. T. mengatakan keluhan
Ny. K sudah teratasi semua dan sudah tidak ada keluhan pada saluran
pencernaan lagi, BAB lancar dan tidak ada perubahan warna maupun
konsistensinya.
e. Hari Kelima dan keenam
Pada hari kelima dan keenam tidak dilakukan kunjungan
rumah karena keadaan Ny. K sudah membaik dan semua keluhannya
sudah teratasi tetapi pemberian tanaman obat keluarga rimpang kunyit
tetap dilanjutkan untuk melihat pengaruh lainnya.
f. Hari Ketujuh ( 3 September 2005)
Pada hari ketujuh peneliti menanyakan kepada keluarga:
”Apakah ada keluhan selama mengkonsumsi kapsul rimpang kunyit
pada hari kelima dan keenam?”, keluarga menyatakan: ”Tidak ada
keluhan apa-apa. malah nafsu makan Ny. K bertambah naik”.
Pada pukul 15.00 WIB, peneliti melakukan evaluasi akhir
setelah dilaksanakannya lima tugas keluarga dalam merawat anggota
keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. K) oleh keluarga Tn. T.
Kapsul rimpang kunyit yang telah dikonsumsi sebanyak 25 kapsul dan
keluarga Tn. T mengatakan Ny. K nafsu makannya naik, tidurnya lebih
nyenyak, badannya terasa lebih segar, perutnya sudah tidak terasa
sakit, tidak kembung dan lebih nyaman. Hasil ini menunjukan
kesesuaian dengan literatur, yang menyatakan bahwa rimpang kunyit
mampu menahan sekresi getah lambung, mampu mengurangi rasa
nyeri pada gangguan saluran pencernaan, mampu meningkatkan nafsu
makan, mampu mengurangi penumpukan gas dalam lambung dan
mampu melindungi sel-sel hati dari pengaruh zat-zat toksik ( Hargono,
2002). Tanda vitalnya yaitu tensi 110/80 mmhg, suhu 36,2 ºC, nadi 78 x/
menit, pernapasan 20 x/ menit. Peruhaan tanda vital sejak hari
pertama perawatan yaitu tensi ada kenaikan 20 mmhg baik sistol
maupun diastolnya, suhu stabil antara 36 ºC-36,4 ºC, nadi ada kenaikan
10 x/ menit dan pernapasan tetap yaitu 20 x/ menit. Walaupun ada
kenaikan tensi dan nadi pada Ny. K, ini belum dapat disimpulkan
pengaruh dari rimpang kunyit karena banyak faktor lain yang
mungkin mempengaruhi dan dapat diteliti lebih lanjut.
5. Simpulan Sementara Kasus I
Gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga
Tn. T dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. K) melalui pemanfataan tanaman
obat keluarga rimpang kunyit menunjukan bahwa masalah teratasi seluruhnya
dimana keluarga Tn. T mampu melaksanakan 5 tugas keluarga dalam merawat
anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. K) dan keluhan
anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia teratasi 100 %, jadi tujuan
khusus dan tujuan umum asuhan keperawatannya dapat tercapai.
Tujuan khusus asuhan keperawatan keluarga tercapai seluruhnya
sesuai standar dan kriteria waktu yang telah ditentukan, hal ini dilihat
dari gambaran bahwa keluarga mampu mengenal masalah kesehatan,
keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah dan
keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan
termasuk mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dan
memodifikai lingkungan yang menguntungkan kesehatan dan mampu
memanfaatkan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat
keluarga rimpang kunyit untuk mengatasi masalah kesehatannya. Sesuai
hasil penelitian dan pengamatan peneliti kemampuan keluarga Tn. T
tersebut diatas dipengaruhi beberapa faktor yaitu tingkat pengetahuan
dan pengalaman keluarga, suasana/ keadaan lingkungan, sumber daya
keluarga, masalah kesehatan keluarga yang ada ( syndrom dispepsia),
terjangkaunya fasilitas kesehatan, dan kooperatifnya keluarga Tn. T.
Tujuan umum asuhan keperawatan keluarga tercapai seluruhnya
kurang dari kriteria waktu yang telah ditetapkan yaitu pada hari keempat
perawatan dimana kasus syndrom dispepsia pada Ny. K dapat teratasi
seluruhnya, dengan teratasinya kasus syndrom dispepsia pada Ny. K
tersebut berarti keluarga Tn. T dapat dikatakan mampu merawat anggota
keluarganya yang sakit melalui pemanfaatan tanaman obat keluarga
rimpang kunyit. Sesuai hasil penelitian dan pengamatan peneliti
ketercapaian tujuan umum ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
kemampuan keluarga dalam melakukan perawatan, kooperatifnya
keluarga Tn. T dalam merawat anggota keluarganya dengan kasus
syndrom dispepsia ( Ny.K), kepatuhan Ny. K terhadap intervensi yang
anjurkan, pengobatan sebelumnya dari Puskesmas, tingkat keparahan
penyakit/ masih akutnya penyakit pada Ny. K, penggunaan rimpang
kunyit yang sesuai dengan dosis yang ada pada literatur, pola makan dan
nutrisi yang adekuat, respon positif Ny. K pada penggunaan rimpang
kunyit, dan faktor lingkungan.
B. Kasus II
1. Pengkajian
a. Identitas keluarga
1).Nama kepala keluarga : Tuan K
2).Alamat : Padangsari RT 2 RW VIII Majenang
3).Tanggal pengkajian : 4 September 2005
4).Puskesmas : Majenang I
5).Kecamatan : Majenang
6).No Reg : 8019
7).Diagnosa medis : Syndrom dispepsia
b. Daftar anggota keluarga
No
Nama Anggota Keluarga
Hub. Dgn KK
L/P
UmurPendi-dikan
Pekerjaan AgamaKead kes.
Ket
1 Tn K KK L 55 th D II PNS Islam Sehat2 Ny U Istri P 45 th PGA PNS Islam Sakit3 Yeti N. Anak P 30 th D II Wiraswasta Islam Sehat4 Solehudin Menantu L 35 th SMA Wiraswasta Islam Sehat5 Anas M. Anak L 27 th S I Dosen Islam Sehat6 Rifky N. Cucu L 10 th SD Pelajar Islam Sehat
c. Pemeriksaan Individu ( Ny. U dengan Kasus Syndrom Dispepsia)
1).Keadaan utama : Ny. U mengeluh perut terasa sakit, mual, kembung,
lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati dan nyeri
setelah makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada
perut bagian atas.
2).Keadaan umum : Baik
3).Tanda Vital : Tensi 130/80 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,3 OC,
pernafasan 20 x/ menit, BB 52 kg dan TB 158 cm.
4).Pencernaaan : Defekasi 1-2 kali sehari dengan konsistensi lembek
dan warna kuning kecokelatan, tidak terjadi obstifasi
dan tidak diare, kembung dan kelihatan mual.
5).Mata : Konjungtiva tidak anemis, tidak ikterik.
6).Kulit : Warna sawo matang, turgor baik, tidak terdapat luka/
borok/ lecet, tidak ikterik, tidak pucat.
7).Genita Urinaria : Miksi 3 – 5 kali dan tidak ada kesukaran.
d. Analisa Data
No Data pada keluarga Masalah kesehatan1 DO:
- Ada anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. U), dan obat dari Puskesmas yaitu antacid, B12, parasetamol.
- Pada pemeriksaan fisik Ny. U ditemukan nyeri tekan pada perut bagian atas, kembung, kelihatan mual, keadaan umum baik, tensi 130/80 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,3 OC, pernafasan 20 x/ menit, BB 52 kg dan TB 158 cm.
Gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia.
DS :- Ny. U mengeluh perut terasa sakit, mual,
kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati dan nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada perut bagian atas.
e. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada keluarga
Tn K ( Ny. U) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia.
2. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Tabel 4.4 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. K
Identitas Keluarga : Tn. KN Diagnosa Tujuan Evaluasi INTERVENSI
o Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar1 Gangguan sis-
tem pencerna-an syndrom dispepsia pa-da keluarga Tn. K (Ny. U) berhubungan dengan keti-dakmampuan keluarga da-lam merawat anggota ke-luarga dengan kasus syn-drom dis-pepsia.
Setelah 7 x pertemuan gangguan sistem pen-cernaan syndrom dispepsia pada Ny. U teratasi.
Setelah 2 x 45 menit pertemuan tatap muka dan intervensi, keluar-ga mampu:1.
salah GSP syn-drom dispepsia pada Ny. U dengan cara
1.1Menyebutkan pengertian syndrom dispepsia
Respon verbal
Syndrom dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa.
1.1.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai pengertian syndrom dispepsia
1.2 Menyebutkan penyebab syndrom dispepsia
Respon verbal
Minimal 3 dari 5 penyebab dari syndrom dispepsia1.Gangguan pada lumen
saluran cerna (gastritis/ maag)
2.Penyakit pada hati, pangkreas, dan saluran empedu.
3.Pola makan tidak teratur4.Obat-obatan.5.Makanan.
1.2.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai penyebab syndrom dispepsia
1.2.2 Tanyakan kembali pada keluarga mengenai pengertian dan penyebab syndrom dispepsia
1.2.3 Berikan pujian pada keluarga
1.3 Menyebutkan jenis syndrom dispepsia dan tandanya
Respon verbal
Jenis syndrom dispepsia1. Akut yaitu kurang dari
tiga bulan2. Kronik lebih dari tiga
bulanGejala syndrom dispepsia ( salah satu/ lebih):1.Nyeri perut bagian atas2.Nyeri setelah makan3.Nyeri saat lapar4.Mudah kenyang5.Perut cepat terasa penuh
saat makan6.Mual7.Muntah8.Kembung9.Rasa tak nyaman
bertambah saat makan.
1.3.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai jenis syndrom dispepsia dan tandanya.
1.3.2 Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis syndrom dispepsia dan tandanya
1.3.3 Berikan pujian pada keluarga
1.4 Mengidentifikasi adanya kembung dan sakit perut pada Ny. U
Respon verbal dan psiko-motor
Cara mengetahui adanya kembung dan sakit perut pada Ny. U:1 Tempelkan telapak
tangan kiri pada perut lalu ketuklah dengan ibu
1.4.1 Jelaskan pada keluarga cara mengetahui kembung dan sakit perut pada Ny. U.
1.4.2Minta keluarga untuk
jari tangan kanan, jika terdengar suara plung-plung berarti kembung.
2 Tekanlah area perut secara perlahan dengan ujung jari tangan dan cari area yang terasa nyeri bila ditekan.
menjelaskan kembali dan memperagakan cara menge-tahui kembung dan sakit perut
1.4.3Berikan pujian pada keluarga
2.Mengambil ke-putusan untuk merawat anggo-ta keluarga de-ngan kasus GSP syndrom dis-pepsia ( Ny. U) dengan cara:
2.1 Menyebutkan akibat lanjut dari GSP syn-drom dispep-sia
Respon verbal
Minimal 2 dari 4 akibat lanjut1.Bila ada infeksi maka
rasa sakit akan terus bertambah.
2.Metabolisme tubuh terganggu bila saluran pencernaan terganggu.
3.Tubuh akan bertambah lemah.
4.Biaya berobat mahal.
2.1.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai akibat lanjut dari syndrom dispepsia
2.1.2 Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tentang akibat lanjut syn-drom dispepsia.
2.1.3 Berikan pujian pada keluarga
Memutuskan untuk merawat Ny. U yang mengalami GSP syndrom dispepsia.
Respon verbal
Keluarga memutuskan untuk merawat Ny. U yang mengalami gangguan saluran pencernaan syn-drom dispepsia
2.2.1 Tanyakan keinginan keluarga untuk mera-wat Ny. U
2.2.2 Berikan pujian pada keluarga.
3.Merawat ang-gota keluarga dengan masa-lah GSP syn-drom dispepsia dengan cara:
3.1 Menyebutkan cara pencegah-an GSP syn-drom dispepsia
Respon verbal
Minimal 2 dari 4 cara pencegahan1.Anjurkan pola makan
teratur2.Anjurkan perut selalu
terisi/ makan sediki-sedikit tapi sering.
3.Menjaga kebersihan lingkungan
4.Anjurkan jangan makan
3.1.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai cara pencegahan GSP syndrom dispepsia
3.1.2 Tanyakan kembali pada keluarga tentang cara pencegahan GSP syndrom dispepsia
makanan yang merang-sang peningkatan asam lambung ( pedas, asam, kopi, dll).
3.1.3 Berikan pujian pada keluarga
3.2 Menyebutkan cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. U)
Respon verbal
Minimal 5 dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia: 1.Keluarga dapat mengkaji
sumber daya keluarganya yang dapat dimanfaatkan dalam menangani kasus syndrom dispepsia yaitu mengatasi GSP syndrom dispepsia terlebih dahulu dengan obat tradisional rimpang kunyit.
2.Mampu mengolah kunyit
3.Makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan
4.Makan sedikit-sedikit tapi sering.
5.Meningkatkan istirahat6.Kompres hangat pada
area perut yang sakit.7.Melakukan teknik
relaksasi pada waktu perut terasa sakit ( tarik nafas dari hidung dalam-dalam lalu hembuskan lewat mulut dan ulangi terus sampai terasa nyaman).
3.2.1 Diskusikan cara merawat anggota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia
3.2.2 Minta keluarga menyebutkan kembali cara merawat anggota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia
3.2.3 Berikan pujian pada keluarga
3.3 Mendemons-trasikan cara pembuatan obat tradisional rimpang kunyit
Respon Psiko-motor
Cara pembuatan dan pe-ngolahan obat tradisional:
Serbuk rimpang kunyit 1,5 - 3 gr direbus dalam 150 ml air selama 15 menit, setelah keluar uap disaring dan ditambah air masak hingga volumenya 150 ml, dan untuk memperbaiki rasa tambahkan 1 sendok makan gula pasir atau madu, diminum tiga kali sehari 1/3 bagian ( 50 ml
3.3.1 Demonstrasikan cara pembuatan obat tradisional dan memasukannya kedalam kapsul.
3.3.2 Motivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi pembuatan obat tradisional
3.3.3 Berikan pujian pada keluarga.
sebelum makan). Bila digunakan dalam bentuk kapsul, 500 mg bubuk kunyit per kapsul, diminum empat kali sehari setengah sampai satu jam sebelum makan dan sebelum tidur.
Cara membuat bubuk kunyit, kupas kunyit, potong ± 1-3 mm, jemur dibawah matahari, hancurkan dengan ditumbuk/ diblender, lalu saring.
3.4 Melakukan perawatan untuk mengatasi keluhan syndrom dispepsia pada Ny. U
Respon afektif
Keluarga melakukan perawatan pada Ny. U yaitu dengan:1.Mengatasi gangguan
saluran pencernaan syndrom dispepsia dgn obat tradisional rimpang kunyit dalam bentuk kapsul yang dibuat bersama.
2.Mampu memberi kapsul kunyit dengan dosis 4 X 1 kapsul satu jam sebelum makan dan sebelum tidur.
3.Memberi makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan
4.Menganjurkan makan sedikit-sedikit tapi sering.
5.Menganjurkan meningkatkan istirahat
6.Mengkompres hangat pada area perut yang sakit.
7.Memotifasi untuk melakukan teknik relaksasi pada waktu perut terasa sakit.
3.4.1 Adakan kunjungan tidak terencana dan evaluasi cara keluarga untuk merawat Ny. U.
3.4.2 Berikan pujian pada keluarga.
4.Memodifikasi lingkungan.
4.1 Menyebutkan ciri lingkung-an rumah yang sehat
Respon verbal
Minimal 2 dari 4 ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat;1. Bersih dan rapih
4.1.1Diskusikan dengan keluarga mengenai ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat
2. Ventilasi cukup3. Ada penerangan dari
sinar matahari4. Tidak lembab.
4.1.2Motivasi untuk me-nyebutkan kembali ciri-ciri Iingkungan rumah yang sehat
4.1.3Berikan pujian pada keluarga
4.2 Memodifikasi lingkungan menjadi sehat
Respon psiko-motor
Memodifikasi lingkungan 1. Membuka jendela atau
pintu rumah2. Menutup makanan3. Membersihkan tempat
yang disukai lalat.
4.2.1Berikan kesempatan pada keluarga untuk menilai kondisi rumahnya
4.2.2Bersama-sama dengan keluarga melakukan modifi-kasi Iingkungan
4.2.3Berikan pujian pada keluarga
5. Memanfaatkan tempat pelayanan kesehatan 5.1 Pergi ke Pus-
kesmas/ dokter untuk meng-atasi kasus SD pada Ny. U
Respon afektif
Jika dalam tiga hari Ny. U tidak mambaik maka keluarga akan membawa Ny. U pergi ke Puskesmas/ dokter
5.1.1 Anjurkan keluarga untuk membawa Ny. U ke Puskesmas/ dokter terdekat.
5.1.2 Berikan pujian pada keluarga
3. Implementasi Dan Evaluasi
Tabel 4.5 Implementasi Dan Evaluasi Keluarga Tn. K
Identitas Keluarga : Tn. K
WaktuNo. DX
Implemetasi Evaluasi
4-9-0515.00 WIB
TUK.1
1.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai pengertian syndrom dispepsia.Syndrome dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa.
Data Subjektif :1. Keluarga mampu menyebutkan pengertian dari
syndrom dispepsia adalah ”nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah”
2. Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 penyebab dari syndrom dispepsia. Penyebabnya adalah maag, makan tidak teratur, makanan dan obat-obatan.
3. Keluarga mampu menyebutkan jenis syndrom dispepsia dan mampu menyebutkan tanda syndrom dispepsia yaitu nyeri ulu hati, mual, kembung dan muntah.
4. Keluarga mampu menjelaskan cara mengetahui adanya kembung dan mencari area yang sakit
Data Objektif :1 Keluarga mendemonstarsikan cara mengetahui
kembung.2 Keluarga memperhatikan mahasiswa saat
diskusi berlangsung.
1.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai penyebab syndrom dispepsia.Penyebab dari syndrom dispepsia:1). Gangguan pada lumen saluran cerna
( gastritis/ maag)2). Penyakit pada hati, pangkreas, dan saluran
empedu.3). Pola makan tidak teratur4). Obat-obatan.5). Makanan.
1.2.2 Menanyakan kembali pada keluarga mengenai pengertian dan penyebab syndrom dispepsia
1.2.3 Memberikan pujian pada keluarga
3 Terdapat kontak mata.4 Sesekali keluarga terlihat menganguk-
anggukkan kepala.5 Keluarga tersenyum saat diberikan pujian.Analisa :Masalah teratasi sebagianPerencanaan :Lanjutkan Implementasi dengan modifikasi jika diperlukan.
1.3.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai jenis syndrom dispepsia dan tandanya.Jenis syndrom dispepsia:1. Akut yaitu kurang dari tiga bulan2. Kronik lebih dari tiga bulanGejala nyeri perut bagian atas, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, mudah kenyang, perut cepat terasa penuh saat makan, mual, muntah, kembung, rasa tak nyaman bertambah saat makan.
1.3.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis syndrom dispepsia dan tandanya
1.3.4 Memberikan pujian pada keluarga1.4.1 Menjelaskan pada keluarga cara mengetahui
adanya kembung dan sakit perut pada Ny. U.Cara mengetahui kembung dan area perut yang sakit yaitu:1. Tempelkan telapak tangan kiri pada perut
lalu ketuklah dengan ibu jari tangan kiri, jika terdengar suara plung-plung berarti kembung.
2. Tekanlah area perut secara perlahan dan cari daerah yang terasa nyeri bila ditekan.
1.4.2 Meminta keluarga untuk menjelaskan kembali dan memperagakan cara mengetahui adanya kembung dan area sakit perut pada Ny. U
1.4.3 Memberikan pujian pada keluargaTUK
22.1.1Mendiskusikan dengan keluarga mengenal
akibat lanjut dari syndrom dispepsia.Akibat lanjut dari syndrom dispepsia:1. Bila ada infeksi maka rasa sakit akan terus
bertambah. 2. Metabolisme tubuh terganggu bila saluran
pencernaan terganggu.3. Tubuh akan bertambah lemah.4. Biaya berobat mahal
2.1.2Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tentang akibat lanjut dari syndrom dispepsia.
2.1.3Memberikan pujian pada keluarga
Data Subjektif : 1 Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 akibat
lanjut dari syndrom dispepsia yaitu tubuh akan bertambah lemah dan biaya berobat mahal
2 Keluarga menyatakan keinginan-nya untuk mengatasi syndrom dispepsia pada Ny. U
Data Objektif :Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung dan keluarga tersenyum saat diberikan pujian.Analisa :Masalah teratasi sebagian.Perencanaan :Lanjutkan implementasi
2.2.1 Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat Ny. U.
2.2.2 Memberikan pujian pada keluargaTUK
33.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai cara
pencegahan syndrom dispepsiaCara pencegahan syndrom dispepsia:1. Anjurkan pola makan teratur2. Anjurkan perut selalu terisi/ makan sediki-
sedikit tapi sering.3. Menjaga kebersihan ling-kungan 4. Anjurkan jangan makan makanan yang
merangsang ( pedas, asam, kopi, dll).
Data Subjektif :1 Keluarga menyebutkan 2 dari 4 cara
pencegahan syndrom dispepsia yaitu menganjurkan pola makan teratur dan menganjurkan perut selalu terisi.
2 Keluarga mampu menyebutkan 4 cara dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrome dispepsia
3 Keluarga mampu menjelaskan cara
3.1.2 Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat Ny. U.
3.1.3 Memberikan pujian pada keluarga
pembuatan serbuk kunyit dan bisa memasukannya kedalam kapsul.
Data Obyektif:1 Keluarga memperhatikan mahasiswa saat
diskusi berlangsung.2 Terdapat kontak mata.3 Sesekali keluarga terlihat mengangguk-
anggukkan kepala4 Keluarga tersenyum saat diberikan pujianAnalisa :Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu menyebutkan cara mencegah dan merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia yaitu mengkaji sumber daya keluarganya yang dapat dimanfaatkan dalam menangani kasus syndrom dispepsia ( obat tradisional rimpang kunyit), makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan, meningkatkan istirahat, mengkompres hangat pada area perut yang sakit. Untuk TUK 3 lakukan kunjungan tidak terencana dan supervisi untuk melihat bagaimana cara keluarga merawat Ny. U.Perencanaa :Lanjutkan implementasi.
Mendiskusikan dengan keluarga cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsiaCara merawat anggota keluarga yang mengalami syndrom dispepsia yaitu:1. Keluarga dapat mengkaji sumber daya
keluarganya yang dapat dimanfaatkan dalam menangani kasus syndrom dispepsia yaitu mengatasi GSP syndrom dispepsia terlebih dahulu dengan obat tradisional rimpang kunyit.
2. Mampu mengolah kunyit3. Makan makanan yang tidak merangsang
sakit pada saluran pencernaan4. Makan sedikit-sedikit tapi sering.5. Meningkatkan istirahat6. Mengkompres hangat pada area perut yang
sakit.7. Melakukan teknik relaksasi pada waktu
perut terasa sakit (tarik nafas dari hidung dalam-dalam lalu hembuskan lewat mulut dan ulangi terus sampai terasa nyaman).
Meminta keluarga menyebut-kan kembali cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia
Memberikan pujian pada keluarga3.3.1 Menjelaskan cara pembuatan serbuk kunyit:
kupas kunyit, potong ± 1-3 mm, jemur dibawah matahari, hancurkan dengan ditumbuk/ diblender, lalu saring.
3.3.2 Mendemonstrasikan cara memasukan serbuk kunyit kedalam kapsul. Masukan serbuk kunyit yang telah kedalam kapsul ukuran 500 mg dengan membuka kapsul, masukan serbuk kunyit penuh atas bawah lalu tutup kembali.
3.3.3 Memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi pembuatan obat tradisional.
3.3.4 Memberikan pujian pada keluarga..TUK
4Mendiskusikan dengan keluarga mengenai ciri-ciri
lingkungan rumah yang sehatCiri-ciri lingkungan rumah yang sehat;1. Bersih dan rapih2. Ventilasi cukup3. Ada penerangan dari sinar matahari4. Tidak lembab5. Menutup makanan.
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali mengenai ciri-ciri Iingkungan rumah yang sehat
Memberikan pujian pada keluarga
Data Subjektif :Keluarga mampu menyebutkan 5 dari 5 ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat dan keluarga menilai kondisi rumahnya sudah baik dan termasuk rumah yang sehat.Data Objektif;1 Rumah keluarga tampak bersih dan rapi,
jendela rumah terbuka, dan sinar masuk ke dalam rumah.
2 Keluarga memperhatikan maha-siswa saat diskusi berlangsung.
3 Terdapat kontak mata4 Keluarga tersenyum ssat diberi pujian.Analisa :Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu memodifikasi lingkungan rumah menjadi sehat.Perencanaan :Lanjutkan implementasi
4.2.1 Memberikan kesempatan pada keluarga untuk menilai kondis rumahnya
4.2.2 Menganjurkan pada keluarga untuk memper-tahankan kondisi rumahnya.
4.2.3 Memberikan pujian pada keluarga
TUK 5
Menganjurkan keluarga untuk membawa kembali Ny. U ke Puskesmas atau ke dokter terdekat jika dalam waktu 3 hari kondisinya tidak membaik.
Memberikan pujian atas keinginan keluarga untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Data Subjektif :Keluarga mengatakan akan membawa Ny. U akan ke Puskesmas atau ke dokter jika dalam waktu 3 hari SDP syndrom dispepsia yang diderita tidak mengalarni perbaikan.Data Objektif :Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung dan keluarga tersenyum saat diberikan pujian.Analisa :Masalah teratasi sebagian, keluarga telah menyatakan kesediaannya untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.Perencanaan :Lanjutkan implementasi
6-9-0515.00 WIB
TUK 3
3.1.1 Mendiskusikan kembali dengan keluarga mengenai cara pencegahan syndrom dispepsia
3.1.2 Menanyakan kembali keinginan keluarga untuk merawat Ny. U.
3.1.3 Memberikan pujian pada keluarga
Data Subjektif :1 Keluarga menyebutkan 4 dari 4 cara
pencegahan syndrom dispepsia.2 Keluarga mampu menyebutkan 6 dari 7 cara
merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia.
Data Obyektif:1 Keluarga mendemonstrasikan cara membuat
obat tradisional dari rimpang kunyit.2 Keluarga memperhatikan maha-siswa saat
diskusi berlangsung.3 Terdapat kontak mata.4 Sesekali keluarga terlihat menganggu-
anggukkan kepala5 Keluarga tersenyum saat diberikan pujianAnalisa :Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu menyebutkan cara mencegah dan merawat kasus syndrome dispepsia pada Ny. U.Perencanaa :Lanjutkan implementasi
3.2.1 Mendiskusikan kembali dengan keluarga cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia
3.2.2 Meminta keluarga menyebutkan kembali cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia
3.2.3 Memberikan pujian pada keluarga3.3.1 Memotivasi keluarga untuk melakukan
redemonstrasi pembuatan obat tradisional.3.3.2 Memberikan pujian pada keluarga.
3.1.1 Mengadakan kunjungan tidak terencana untuk mengevaluasi cara keluarga merawat Ny U
3.3.3 Memberikan pujian pada keluarga
Tabel 4.6 Hasil Observasi Pada Anggota Keluarga Tn. K dengan Kasus Syndrom Dispepsia ( Ny.
U)
Hari ke
Obyek yang diamatiKeluhan Intervensi keluarga Kunyit Tanda Thera-
dikon-sumsi
Vitalpy
MedisBelum teratasi
Teratasi sebagian/ berkurang
Sudah teratasi
1 Perut terasa sakit, mual, kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, rasa penuh pada perut bagian atas.
- - ~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit
~ Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan
~ Makan sedikit-sedikit tapi sering
~ Mengkompres hangat pada area perut yang sakit.
1 kapsul
T: 130/80 mmhgS: 36, 3ºCN: 80 X/ menitR: 20 X/ menit
Antacid, Vitamin B12 dan Paraset-amol
2 Perut terasa sakit, mual, kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, rasa penuh pada perut bagian atas.
- - ~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit
~ Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan
~ Makan sedikit-sedikit tapi sering
~ Mengkompres hangat pada area perut yang sakit
~ Meningkatkan istirahat~ Melakukan teknik
relaksasi
5 kapsul
T: 130/80 mmhgS: 36, 3ºCN: 80 X/ menitR: 20 X/ menit
Antacid,Vitamin B12 dan Paraset-amol
3 Perut terasa sakit, kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, rasa penuh pada perut bagian atas.
Mual - ~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit
~ Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan
~ Makan sedikit-sedikit tapi sering
~ Mengkompres hangat pada area perut yang sakit
~ Meningkatkan istirahat~ Melakukan teknik
relaksasi
9 kapsul
T: 120/80 mmhgS: 36 ºCN: 80 X/ menitR: 20 X/ menit
-
4 Perut terasa sakit, mual, kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, rasa penuh pada perut bagian atas.
- ~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit
~ Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan
~ Makan sedikit-sedikit tapi sering
~ Mengkompres hangat pada area perut yang sakit
~ Meningkatkan istirahat~ Melakukan teknik
relaksasi
13 kapsul
T: 120/80 mmhgS: 36,4ºCN: 80 X/ menitR: 20 X/ menit
5 - Kembung, Perut terasa ~ Memberikan obat 17 T: -
lemas, rasa penuh pada perut bagian atas., tidak nafsu makan
sakit, mual, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar
tradisional rimpang kunyit~ Makan makanan yang
tidak merangsang sistem pencernaan
~ Makan sedikit-sedikit tapi sering
~ Mengkompres hangat pada area perut yang sakit
~ Meningkatkan istirahat~ Melakukan teknik
relaksasi
kapsul 120/80 mmhgS: 36,4ºCN: 78 X/ menitR: 20 X/ menit
6 - - Kembung, Lemas Rasa penuh pada perut bagian atas, Tidak nafsu makan
~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit
21 kapsul
T: 120/80 mmhgS: 36,2ºCN: 78 X/ menitR: 20 X/ menit
-
7Hasil evaluasi akhir dengan dilaksanakannya lima tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus ayndrom dispepsia (Ny.K) oleh keluarga Tn. K diperoleh data sebagai berikut:1. Nafsu makan naik2. Sakit perut teratasi dan teras lebih nyaman3. Ny. U menyatakan tidur lebih nyenyak4. Ny. U mengatakan badanya lebih segar.
25 kapsul
T: 110/80 mmhgS: 36,2ºCN: 78 X/ menitR: 20 X/ menit
4 Pembahasan Kasus II
Pengkajian awal pada Ny. U yang datang ke Puskesmas Majenang I
dengan kasus syndrom dispepsia, Ny. U mengatakan sudah terbisa
menggunakan tanaman obat keluarga rimpang kunyit dalam mengobati
penyakitnya tetapi keluhan yang dialami tidak berkurang, sedangkan menurut
literature yang ada rimpang kunyit mampu mengurangi keluhan bahkan
menyembuhkan penyakit syndrom dispepsia, yaitu menurut Hargono ( 2002)
rimpang kunyit mempunyai khasiat sebagai anti oksidan, pengurang rasa nyeri
pada gangguan sistem pencernaan, peningkat nafsu makan dan dapat
mengurangi penumpukan gas dalam lambung. Hal ini dimungkinkan karena
keluarga Tn. K belum mampu merawat anggota keluarganya yang sakit ( Ny.
U) dan pemanfaatan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat
keluarga rimpang kunyit belum tepat. Dari pengkajian awal tersebut peneliti
tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn. K
dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. U ).
Asuhan keperawatan yang akan dilakukan bersifat partisipatif yaitu
melibatkan seluruh anggota keluarga Tn. K dalam merawat anggota keluarga
dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. U) dan perawatan ini terfokus pada
pemanfaatan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga
rimpang kunyit. Asuhan keperawatan dimulai sejak tanggal 4 September 2005
melalui kunjungan rumah selama satu minggu dengan beberapa tahapan
diantaranya pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal-hal yang
dikaji dalam pengkajian yaitu identitas keluarga, daftar anggota keluarga, data
umum dan pemeriksaan fisik anggota keluarga dengan kasus syndrom dipepsia.
Pada pengkajian data umum keluarga, didapatkan tipe keluarga Tn T
adalah nuclear family ( keluarga inti) yang terdiri dari ayah, ibu, dua orang
anak, satu menantu dan satu cucu yang tinggal bersama dalam satu rumah dan
tahap perkembangannya adalah pada tahap orang tua usia pertengahan. Pada
data umum dikaji juga keadaan biologis keluarga, psikologis keluarga, sosial
ekonomi keluarga, spiritual keluarga, lingkungan rumah, fungsi dan harapan
keluarga.
Hasil pengkajian keadaan biologis keluarga Tn. K yaitu kebersihan:
”frekuensi mandi sehari 2 kali, menggunakan sabun, kamar mandi milik
sendiri, biasa cuci tangan sebelum makan dan biasa cuci kaki sebelum tidur”,
pola makan: ”tidak ada pantangan makan, makan sehari 3 kali, makanan pokok
nasi, lauk kadang-kadang, sayuran selalu ada, buah kadang-kadang, susu
kadang-kadang, cara menghidangkan makanan tertutup, air minum dimasak
dan kebiasaan masak sayuran dipotong baru dicuci”, pola istirahat: ”rata-rata
tidur malam dari jam 21.00 sampai jam 05.00, kadang-kadang tidur siang dan
tidak ada anggota keluarga yang sulit tidur kecuali Ny. U”, reproduksi:
”keluarga tidak menggunakan alat kontrasepsi”, tidak ada kecacatan dan tidak
ada penyakit kronik/ menular dalam keluarga Tn. K.
Pengkajian psikologis pada keluarga Tn. K menggambarkan kondisi
emosi dalam hubungan antar anggota keluarga untuk menghadapi masalah
terkesan baik, terdapat komunikasi/ interaksi antar anggota keluarga, strategi
koping keluarga baik ( keluarga mau menyelesaikan masalah kesehatan) dan
adanya musyawarah untuk mengambil keputusan.
Pada pengkajian ekonomi keluarga, keluarga memiliki tabungan
kesehatan, penghasilan per bulan lebih dari enam ratus ribu rupiah dan
keluarga Tn. K tergolong pada keluarga sejahtera III.
Pengkajian spiritual menggambarkan pandangan hidup keluarga
terhadap keadaan sehat baik, ”keluarga menganggap sehat itu mahal dan
berpendapat lebih baik mencegah dari pada mengobati”.
Hasil pengkajian lingkungan rumah didapatkan lingkungan rumah
terkesan bersih dan teratur, tempat BAB di WC, pembuangan air kotor
keselokan, mempunyai tempat sampah, kondisi halaman dimanfaatkan untuk
taman dan tanaman obat keluarga, tidak memiliki kandang ternak, tidak ada
lalat/ nyamuk, ventilasi cukup ( tinggi internit lebih dari 2,4 m dari lantai,
banyak lobang angin/ jendela, luas jendela lebih dari 10 % dari luas lantai),
tidak pengap, penerangan cukup baik dan jendela difungsikan.
Fungsi afektif/ gambaran diri anggota keluarga baik ditandai dengan
setiap anggota keluarga berperan sesuai fungsinya masing-masing, setiap
anggota keluarga merasa dimiliki dan memiliki dalam keluarga dan setiap
anggota keluarga saling mendukung dalam menghadapi masalah kesehatan.
Fungsi sosialisasi/ hubungan antar anggota keluarga maupun dengan
orang lain terkesan baik dan orang tua yang berperan sebagai pendidik dalam
keluarga untuk mengembangkan disiplin, norma, budaya dan perilaku.
Fungsi perawatan kesehatan, keluarga Tn. K belum mampu
melaksanakan fungsi perawatan kesehatan dengan baik dimana keluarga belum
mampu mengetahui masalah kesehatan yang ada, belum mampu mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah dan keluarga belum mampu merawat
anggota keluarganya yang sakit ( Ny. U). Setelah keluarga mampu
melaksanakan fungsi perawatan kesehatan, keluarga berharap kasus syndrom
dispepsia pada Ny. U dapat teratasi.
Setelah mengkaji fungsi keluarga, penulis melakukan pemeriksaan fisik
pada individu dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. U), hasilnya yaitu
keadaan umum baik, nyeri tekan pada perut bagian atas, kembung, kelihatan
mual, tensi 130/80 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,3 OC, pernafasan 20 x/
menit, BB 52 kg dan TB 158 cm. Pada anamnesa keluarga, keluarga Tn. K
mengatakan sudah memeriksakan Ny. U ke Puskesmas, obat dari puskesmas
( antasid, vitamin B12 dan parasetamol) sudah diminum secara teratur tetapi
belum ada perubahan pada penyakitnya dan keluhan Ny. U saat ini yaitu perut
terasa sakit, mual, kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati dan nyeri
setelah makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada perut bagian atas.
Data yang telah dikaji pada keluarga Tn. K dianalisa dengan cara
dikelompokan menjadi data subyektif ( Ny. U mengeluh perut terasa sakit,
mual, kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati dan nyeri setelah
makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada perut bagian atas) dan data
objektif ( ada anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia dan pada
pemeriksaan fisik Ny. U ditemukan nyeri tekan pada perut bagian atas,
kembung, kelihatan mual, tensi 130/80 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,3 OC,
pernafasan 20 x/ menit, BB 52 kg dan TB 158 cm) lalu ditentukan masalah
kesehatannya ( gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia). Analisa
tersebut dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan dan diagnosa
keperwatannya adalah gangguan sistem pencernaan sindrom dispepsia pada
keluarga Tn. K ( Ny. U) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia. Setelah diagnosa
keperawatan keluarga sudah dirumuskan, penulis bersama keluarga menyusun
rencana keperawatan.
Rencana keperawatan keluarga mempunyai tujuan yaitu tujuan khusus
”setelah 2 x 45 menit pertemuan tatap muka dan intervensi keluarga mampu
merawat anggota keluarganya yang sakit” dan tujuan umum ”setelah 7 x
pertemuan gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada Ny K
teratasi”. Dari tujuan itu penulis melakukan implementasi keperawatan pada
keluarga Tn. K walaupun terfokus pada pemanfaatan tanaman obat keluarga
rimpang kunyit tetapi tidak mengabaikan/ tetap melaksanakan implementasi
keperawatan keluarga lainnya.
Implementasi dilakukan melalui penyuluhan dengan cara diskusi,
peragaan dan komunikasi interaktif. Respon keluarga Tn. K selama penyuluhan
berlangsung kooperatif dan memiliki persepsi yang positif, dimana keluarga
memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung, terdapat kontak mata,
sesekali terlihat menganggukan kepala dan tersenyum saat diberikan pujian.
Sewaktu implementasi dan sesudah implementasi penulis melakukan evaluasi.
Evaluasi asuhan keperawatan keluarga Tn. K dilakukan dengan dua
cara yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif, bertujuan untuk melihat
gambaran kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan khusus dan tujuan
umum yang telah ditetapkan pada perencanaan.
Gambaran pencapaian tujuan khusus ( keluarga Tn. K mampu merawat
anggota keluarganya yang sakit) digambarkan berdasarkan kemampuan
keluarga Tn. K dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatannya, yaitu:
a. Gambaran kemampuan keluarga Tn. K dalam mengenal
masalah kesehatan.
Pada hari pertama tanggal 4 September 2005, keluarga mampu
menyebutkan pengertian syndrom dispepsia “kumpulan gejala yang terdiri
dari nyeri ulu hati, mual, kembung dan muntah”, mampu menyebutkan
penyebab syndrom dispepsia ”maag, makan tidak teratur, makanan dan
obat-obatan”, mampu menyebutkan jenis syndrom dispepsia dan tandanya
”nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah”, mampu menjelaskan dan
mendemonstarsikan cara mengetahui adanya kembung serta keluarga
kooperatif pada waktu penyuluhan berlangsung. Jadi pada hari pertama
keluarga sudah dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, penyebab
dan faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan, serta memiliki persepsi
yang positif terhadap masalah.
Simpulan sementaranya yaitu keluarga Tn. K mampu mengenal
masalah kesehatan keluarga aktual syndrom dispepsia, kurang dari kriteria
waktu yang telah ditetapkan dan sesuai standar yang telah ditentukan pada
perencanaan.
b. Gambaran kemampuan keluarga Tn. K dalam mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah.
Pada hari pertama tanggal 4 September 2005, keluarga Tn. K
mampu menyebutkan 2 dari 4 akibat lanjut syndrom dispepsia dan
menyatakan keinginannya untuk mengatasi penyakit syndrom
dispepsia pada Ny. U.
Simpulan sementaranya yaitu keluarga mampu mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga aktual
syndrom dispepsia, kurang dari kriteria waktu yang telah ditetapkan
dan sesuai standar yang telah ditentukan pada perencanaan. Sesuai
hasil pengkajian dan evaluasi dapat disimpulkan, keluarga Tn. K sudah
mengerti sifat dan luasnya masalah, mampu menyebutkan akibat dari
masalah, mampu membuat keputusan yang tepat tentang penanganan
masalah, tidak merasa menyerah terhadap masalah kesehatan yang
dialami, merasa takut akan akibat dari penyakitnya, tidak mempunyai
sikap negatif terhadap masalah, mampu menjangkau fasilitas
kesehatan yang ada, percaya terhadap tenaga kesehatan, tidak
mendapat informasi yang salah mengenai tindakan dalam menangani
masalah dan masalah dirasakan oleh keluarga.
c. Gambaran kemampuan keluarga Tn. K dalam
merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan.
Pada hari pertama tanggal 4 September 2005, keluarga Tn. K sudah
mampu merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny.
U) termasuk didalamnya mampu memelihara lingkungan dan menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat, dilihat dari hasil evaluasi setelah
dilakukan implementasi yaitu keluarga Tn. K menyebutkan 2 dari 4 cara
pencegahan syndrom dispepsia ”menganjurkan pola makan teratur dan
menganjurkan perut selalu terisi”, mampu menyebutkan 4 cara dari 7 cara
merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia, mampu
menjelaskan dan mendemontrasikan cara pembuatan serbuk kunyit dan bisa
memasukannya kedalam kapsul, mampu menyebutkan semua ciri-ciri
lingkungan rumah yang sehat, rumah keluarga tampak bersih dan rapi,
jendela rumah terbuka, sinar masuk ke dalam rumah dan keluarga Tn K
mengatakan akan membawa Ny. U ke puskesmas atau dokter, jika dalam
waktu 3 hari gangguan saluran pencernaan syndrom dispepsia tidak
mengalami perbaikan.
Pada saat kunjungan tidak terencana tanggal 6 September 2005
untuk melihat cara keluarga Tn. K melakukan perawatan pada Ny. U. Cara
keluarga Tn. K merawat sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan
mengatakan akan terus merawat anggota keluarganya yang sakit. Hasil
evaluasi menunjukan keluarga Tn. K mampu menyebutkan 4 dari 4 cara
pencegahan syndrom dispepsia dan mampu menyebutkan 6 dari 7 cara
merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia.
Simpulan sementaranya yaitu keluarga Tn. K mampu melaksanakan
perawatan kurang dari kriteria waktu yang telah ditetapkan dan sesuai
standar yang telah ditentukan pada perencanaan, mampu mengambil dari
sumber daya keluarga yang ada untuk perawatan yaitu tanaman obat
keluarga rimpang kunyit, mampu memodifikasi lingkungan yang
mendukung kesehatan, mempunyai sumber daya dan fasilitas yang
diperlukan untuk perawatan, mampu mempelajari tentang bagaimana
perawatan keluarga terhadap anggota keluarga dengan kasus syndrom
dispepsia sehingga keterampilan keluarga mengenai perawatan yang
diperlukan memadai, tidak mempunyai pandangan negatif terhadap
perawatan yang diperlukan, tidak ada konflik individu dan perilaku
mementingkan diri sendiri dalam keluarga, dapat melihat keuntungan dalam
pemeliharaan lingkungan dimasa mendatang, mengetahui upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahaan penyakit, tidak merasa takut akan
akibat dari tindakan, faham dan bisa memodifikasi lingkungan yang
menguntungkan kesahatan, sadar akan pentingnya fasilitas kesehatan dan
mempunyai pandangan positif akan fasilitas kesehatan tersebut serta akan
control ke puskesmas/ dokter bila keluhan belum berkurang dalam waktu
tiga hari.
Gambaran pencapaian tujuan umum ( setelah 7 x pertemuan
gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada Ny. U teratasi)
dipantau melalui catatan perkembangan anggota keluarga dengan kasus
syndrom dispepsia ( Ny. U), sebagai gambaran kemampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarganya yang sakit melalui penatalaksanaan
asuhan keperawatan keluarga dengan memanfaatkan sumber daya
keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit.
Uraiannya sebagai berikut:
a. Hari pertama ( 4 September 2005)
Pada waktu pengkajian, keluarga Tn. K mengatakan sudah biasa
menggunakan rimpang kunyit untuk mengatasi penyakit sistem pencernaan
tetapi biasanya penyakitnya tidak membaik, rimpang kunyit yang digunakan
diolah dengan cara diparut, diperas airnya lalu diminum dengan dosis yang
tidak diukur dan dikonsumsi secara tidak teratur.
Pada hari pertama pukul 15.00 WIB peneliti bersama keluarga Tn. K
mengkaji anggota keluarga yang sakit ( Ny. U), didapatkan Ny. U mengeluh
sudah satu minggu perut terasa sakit, mual, kembung, lemas, tidak nafsu
makan, nyeri ulu hati dan nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan rasa
penuh pada perut bagian atas. Hasil pemeriksaan fisiknya yaitu keadaan
umum baik, konjungtiva tidak anemis, tidak ikterik, dan tanda vitalnya yaitu
tensi 130/80 mmhg, suhu 36, 3ºC, nadi 80 x/ menit, respirasi 20 x/ menit.
Ny. U Sudah berobat ke Puskesmas terdekat dua hari yang lalu, dari
Puskesmas didiagnosa syndrom dispepsia dan mendapatkan obat antasid,
vitamin B12 dan parasetamol. Obat yang sudah dikonsumsi sebanyak empat
kali minum dan tinggal lima kali minum, tetapi keluarga Tn. K mengatakan
keluhan Ny. U belum berkurang.
Menurut Manjoer ( 2000) syndrom dispepsia merupakan kumpulan
gejala klinis yang terdiri rasa tidak enak/ sakit perut bagian atas yang
menetap atau mengalami kekambuhan. Syndrom dispepsia merupakan
kumpulan gejala yang terdiri dari salah satu atau lebih gejala nyeri ulu hati,
mual, kembung, muntah, rasa kembung, cepat kenyang dan sendawa
(Djojodiningrat, 2001).
Manifestasi klinis syndrom dispepsia pada Ny. U termasuk pada
dispepsia dengan keluhan seperti ulkus dan dismotitlitas yaitu dengan
keluhan nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, mual, cepat kenyang, rasa
penuh pada perut bagian atas. Kasus syndrom dispepsia pada Ny. U
termasuk akut karena pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka
waktu tiga bulan ( Mansjoer, 2000).
Etiologi penyakit yang diderita Ny. U adalah dispepsia fungsional
karena etiologinya belum diketahui secara pasti, dimana Ny. U tidak
mengalami demam, tidak ditemukan gejala penyakit diabetes militus,
penyakit tiroid dan penyakit jantung koroner, serta tidak mengkonsumsi
antibiotic, digitalis, theophilin dan antiinflamasi non steroid. Sebenarnya
bisa diketahui etiologinya dengan pasti apabila dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut. Karena keterbatasan penelitian, peneliti tidak melakukan
pemeriksaan dan pengkajian lebih lanjut seperti pemeriksaan fungsi hati,
fungsi pangkreas, fungsi saluran empedu, fungsi jantung dan fungsi
hormonal serta tidak melakukan pengkajian kemungkinan penyebab lain
seperti adanya tumor dan gastritis ( peradangan lambung).
Setelah dilakukan diskusi dengan keluarga, keluarga mau merawat
anggota keluarganya yang sakit ( Ny. U) dengan menggunakan tanaman
obat keluarga rimpang kunyit, dosisnya sesuai dengan literatur yang ada
yaitu 500 mg serbuk rimpang kunyit yang dimasukkan kedalam kapsul,
diminum empat kali sehari satu jam sebelum makan dan satu jam sebelum
tidur. Intervensi lain yang di lakukan keluarga yaitu menganjurkan makan
makanan yang tidak merangsang saluran pencernaan, makan sedikit-sedikit
tapi sering dan mengkompres hangat pada area perut yang sakit. Respon
keluarga Tn. K. positif dan kooperatif terhadap tindakan yang diberikan,
dan keluarga terlihat bersemangat untuk melakukan perawatan.
b. Hari kedua ( 5 September 2005)
Pada pukul 15.00 WIB, keluarga Tn. K. mengatakan keluhan Ny. U
belum berkurang dengan mengkonsumsi lima kapsul rimpang kunyit dan
melakukan intervensi keperawatan keluarga. Tanda vital masih sama seperti
hari pertama yaitu tensi 130/80 mmhg, suhu 36,3 ºC, nadi 80 x/ menit dan
respirasi 20 x/ menit. Setelah diskusi dengan keluarga intervensi selanjutnya
ditambahkan dengan menganjurkan untuk meningkatkan istirahat dengan
memodifikasi lingkungan yang nyaman untuk istirahat dan melakukan
teknik relaksasi. Respon keluarga terhadap tindakan yang dilakukan positif
dan akan tetap melakukan perawatan pada anggota keluarga yang sakit ( Ny.
U) walaupun pada hari kedua keluhannya belum berkurang dan Ny. U.
mengatakan senang dengan adanya kerjasama dan perhatian keluarga dalam
perawatan penyakitnya. Obat dari puskesmas tinggal dua kali minum dan
keluarga menyatakan penggunaannya dicampur dengan rimpang kunyit
tidak efek samping, keluarga juga menyatakan mau kontrol ke puskesmas/
dokter apabila obat sudah habis tetapi keluhan Ny. U belum berkurang.
c. Hari ketiga ( 6 September 2005)
Pada pukul 15.00 WIB, keluarga Tn. K. mengatakan mual pada Ny.
U sudah berkurang dan Ny. U kelihatan lebih nyaman dan mulai dapat
beraktifitas sehari-hari dalam keluarga. Keluhan yang lainnya masih sering
terasa seperti perut terasa sakit, kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri
ulu hati dan nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada perut
bagian atas. Kapsul rimpang kunyit yang sudah dikonsumsi sebanyak
sembilan kapsul dan obat dari puskesmas sudah habis, keluarga mengatakan
akan tetap merawat Ny. U dengan menggunakan rimpang kunyit tanpa obat
dari puskesmas karena Ny. U mengatakan lebih nyaman jika rimpang kunyit
saja yang dikonsumsi dan intervensi keluarga yang lain akan tetap terus
dilakukan. Tanda vitalnya yaitu tensi 120/80 mmhg, suhu 36 ºC, nadi 80 x/
menit, respirasi 20 x/ menit jadi ada perubahan dari sebelumnya yaitu
penurunan sistol 10 mmhg dan suhu 0,3ºC tetapi belum dapat disimpulkan
disebabkan mengkonsumsi rimpang kunyit karena banyak faktor lain yang
mempengaruhi diantaranya Ny. U sudah bisa mandi dengan air dingin
secara teratur yang biasanya pakai air hangat, sudah bisa intirahat dengan
tenang bila malam dan lain -lain.
d. Hari keempat ( 7 September 2005)
Pada pukul 15.00 WIB, keluarga Tn. K. mengatakan semua keluhan
Ny. U sudah berkurang walaupun kadang-kadang masih terasa sakit tetapi
tidak seperti hari-hari sebelumnya. Keluarga menyatakan intervensi
keperawatan keluarga tetap dilakukan dan kapsul rimpang kunyit yang
dikonsumsi 13 kapsul, tanda vitalnya yaitu tensi 120/80 mmhg, suhu 36,4
ºC, nadi 80 x/ menit, respirasi 20 x/ menit, tidak ada perubahan yang
menyolok pada tanda vital hanya ada kenaikan suhu 0,4 ºC.
e. Hari kelima (8 September 2005)
Pada hari kelima pukul 15.00 WIB keluarga Tn. K menyatakan
keluhan perut terasa sakit, mual, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan sudah
tidak terasa lagi sejak mengkonsumsi 14 kapsul rimpang kunyit dan
dilakukan intervensi keluarga secara rutin. Rimpang kunyit yang sudah
dikonsumsi sebanyak 17 kapsul tetapi dari hasil pemeriksaan masih
didapatkan kembung walaupun sudah tidak seperti hari sebelumnya dan
keluarga mengatakan lemas, rasa penuh pada perut bagian atas sudah mulai
berkurang serta nafsu makan mulai naik. Tanda vitalnya yaitu tensi 120/80
mmhg, suhu 36,4 ºC, nadi 78 x/ menit, respirasi 20 x/ menit.
f. Hari keenam ( 9 September 2005)
Pada hari keenam pukul 15.00 WIB keluarga Tn K. menyatakan
semua keluhan Ny. U sudah tidak dirasakan lagi sejak 19 kapsul rimpang
kunyit dikonsumsi dan menyatakan akan tetap mengkonsumsi rimpang
kunyit sampai Ny. U benar-benar sembuh dan mengungkapkan perasaan
senangnya bisa merawat anggota keluarganya yang sakit dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada dikeluarganya dengan benar karena
biasanya mengkonsumsi rimpang kunyit tidak teratur dan dosisnya tidak
diukur tetapi dengan pengalaman ini membuat keluarga ingin mengetahui
lebih banyak tentang bagaimana cara perawatan penyakit secara mandiri
oleh keluarga sebelum kepelayanan kesehatan. Tanda vitalnya yaitu tensi
120/80 mmhg, suhu 36,2 ºC, nadi 78 x/ menit, respirasi 20 x/ menit.
g. Hari ketujuh ( 10 September 2005)
Pada evaluasi hari ketujuh akhir pukul 15.00 WIB setelah
dilaksanakannya lima tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga
dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny.U) oleh keluarga Tn. K diperoleh
hasil: keluarga mengatakan Ny. U nafsu makannya naik, tidur lebih
nyenyak, perut tidak terasa sakit, tidak kembung dan terasa lebih nyaman
serta badan Ny. U terasa lebih segar, hal ini sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa kunyit mampu menahan sekresi getah lambung, sebagai
anti oksidan yaitu mampu melindungi kerusakan sel-sel, mampu
mengurangi rasa nyeri pada ganguan pencernaan, mampu meningkatkan
nafsu makan, mengurangi penumpukan gas dalam lambung, dan melindungi
sel-sel hati dari pengaruh zat-zat toksik. ( Hargono, 2002). Kunyit yang
telah dikonsumsi sebanyak 25 kapsul dengan tanda vital tensi 110/80 mmhg,
suhu 36,2ºc, nadi 78 x/ menit, respirasi 20 x/ menit. Sejak hari pertama
perawatan sistol ada penurunan 20 mmhg, suhu stabil antara 36ºC-36,4ºC,
nadi stabil antara 78-80 x/ menit, dan respirasi tetap yaitu 20 x/ menit.
5. Simpulan Sementara Kasus II
Gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada
keluarga Tn. K dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. U) melalui
pemanfataan tanaman obat keluarga rimpang kunyit menunjukan bahwa
masalah teratasi seluruhnya dimana keluarga Tn. K mampu
melaksanakan 5 tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan
kasus syndrom dispepsia ( Ny. U) dan keluhan anggota keluarga dengan
kasus syndrom dispepsia teratasi 100 %, jadi tujuan khusus dan tujuan
umum asuhan keperawatannya dapat tercapai.
Tujuan khusus asuhan keperawatan keluarga Tn. K tercapai
seluruhnya kurang dari kriteria waktu yang telah ditentukan dan sesuai
standar yang telah ditetapkan, yaitu hari pertama keluarga sudah mampu
mengenal masalah kesehatan, mampu mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah dan mampu merawat anggota keluarga dengan
masalah kesehatan. Sesuai hasil penelitian, kemampuan tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat pengetahuan keluarga,
suasana lingkungan, masalah kesehatan keluarga yang ada,
terjangkaunya fasilitas kesehatan, dan kooperatifnya keluarga.
Tujuan umum tercapai seluruhnya kurang dari kriteria waktu
yang telah ditetapkan yaitu pada hari keenam perawatan kasus syndrom
dispepsia pada Ny. U dapat teratasi seluruhnya. Dengan teratasinya
masalah kesehatan keluarga tersebut disimpulkan bahwa keluarga Tn. K
mampu merawat anggota keluarganya yang sakit ( Ny. U) melalui
pemanfaatan tanaman obat keluarga rimpang kunyit. Sesuai hasil
penelitian, teratasinya keluhan Ny. U dipengaruhi beberapa faktor yaitu
faktor lingkungan, kemampuan keluarga Tn. K dalam melakukan
perawatan, kooperatifnya keluarga, kepatuhan Ny. U terhadap intervensi
yang dianjurkan, pengobatan sebelumnya dari Puskesmas, masih akutnya
penyakit pada Ny. U, penggunaan dosis rimpang kunyit yang sesuai
dengan literatur yang ada, pola makan dan nutrisi yang adekuat dan
respon Ny. U yang positif terhadap penggunaan rimpang kunyit.
C. Kasus III
1. Pengkajian
a. Identitas Keluarga
1).Nama kepala keluarga : Tuan L
2).Alamat : Mulyasari RT 2/III Majenang
3).Tanggal pengkajian : 5 September 2005
4).Puskesmas : Majenang I
5).Kecamatan : Majenang
6).Diagnosa medis : Syndrom dispepsia
b. Daftar anggota keluarga
No
Nama Anggota Keluarga
Hub. Dgn KK
L/P UmurPendi-dikan
Pekerjaan AgamaKead kes.
Ket
1 Tn. L KK L 33 th DIII Wiraswasta Islam Sakit 2 Debi S. N. Istri P 28 th DI Wiraswasta Islam Sehat3 Dhia A. Anak P 3 th - - Islam Sehat
c. Pemeriksaan Individu ( Tn. L dengan Kasus
Syndrom Dispepsia)
1).Keadaan utama : Tn. L mengeluh sejak 1 bulan yang lalu perut
terasa sakit, mual, kembung, lemas, tidak nafsu
makan, nyeri ulu hati, nyeri saat lapar dan nyeri
setelah makan.
2).Keadaan umum : Baik
3).Tanda Vital : Tensi 90/60 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,6 OC, pernafasan 16 x/ menit, BB 77 kg dan TB 173
cm.
4).Pencernaaan : Defekasi 1-2 kali sehari dengan konsistensi
lembek dan warna kuning kecokelatan, tidak
terjadi obstifasi dan tidak diare, kembung dan
kelihatan mual.
5).Mata : Konjungtiva tidak anemis, tidak ikterik.
6).Kulit : Warna sawo matang, turgor baik, tidak terdapat
luka/ borok/ lecet, tidak ikterik, tidak pucat.
7).Genita Urinaria : Miksi 3 – 5 kali dan tidak ada kesukaran.
d. Analisa Data
No Data pada keluarga Masalah kesehatan1 DO:
- Ada anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L).
- Pada pemeriksaan fisik Tn. L ditemukan nyeri tekan pada perut bagian atas, kembung, kelihatan mual, keadaan umum baik, tensi 90/60 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,2 OC, pernafasan 16 x/ menit, BB 77 kg dan TB 173 cm.
Gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia.
DS :- Tn. L mengeluh sejak 1 bulan yang lalu perut
terasa sakit, mual, kembung. lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri saat lapar dan nyeri setelah makan.
e. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada keluarga
Tn. L ( Tn. L) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia.
2. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Tabel 4.7 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. L
Identitas Keluarga : Tn. L
NoDiagnosa
KeperawatanTujuan Evaluasi
IntervensiUmum Khusus Kriteria Standar
1 Gangguan sis-tem pen-cernaan syn-drom dispep-sia pada ke-luarga Tn. L ( Tn. L) ber-hubungan de-ngan ketidak-mampuan ke-luarga dalam merawat ang-gota keluarga dengan kasus syndrom dis-pepsia.
Setelah 7 x pertemuan gangguan sis-tem pen-cernaan syndrom dispep-sia pada Tn. L teratasi.
Setelah 2 x 45 menit pertemuan tatap muka dan intervensi, keluar-ga mampu:1. Mengenal ma-
salah GSP syn-drom dispepsia pada Tn. L dengan cara
1.1 Menyebutkan pengertian syndrom dispepsia.
Respon verbal
Syndrom dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa.
1.1.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai pengertian syndrom dispepsia.
1.2 Menyebutkan penyebab syndrom dispepsia.
Respon verbal
Minimal 3 dari 5 penyebab dari syndrom dispepsia.1. Gangguan pada lumen
saluran cerna ( gastritis/ maag).
2. Penyakit pada hati, pangkreas, dan saluran empedu.
3. Pola makan tidak teratur.
4. Obat-obatan.5. Makanan.
1.2.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai penyebab syndrom dispepsia.
1.2.2 Tanyakan kembali pada keluarga me-ngenai pengertian dan penyebab syn-drom dispepsia.
1.2.3 Berikan pujian pada keluarga.
1.3 Menyebutkan jenis syndrom dispepsia dan tandanya.
Respon verbal
Jenis syndrom dispepsia:1. Akut yaitu kurang dari
tiga bulan.2. Kronik lebih dari tiga
bulan.Gejala syndrom dispepsia:1 Nyeri perut bagian atas.2 Nyeri setelah makan.3 Nyeri saat lapar.4 Mudah kenyang.5 Perut cepat terasa
penuh saat makan.6 Mual.7 Muntah.8 Kembung.9 Rasa tak nyaman
bertambah saat makan.
1.3.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai jenis syndrom dispepsia dan tandanya.
1.3.2 Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis syndrom dispepsia dan tandanya.
1.3.3 Berikan pujian pada keluarga.
1.4 Mengidentifikasi adanya kembung dan sakit perut pada Tn. L.
Respon verbal dan psi-komotor.
Cara mengetahui adanya kembung dan sakit perut pada Tn. L:1 Tempelkan telapak
tangan kiri pada perut lalu ketuklah dengan ibu jari tangan kanan,
1.4.1 Jelaskan pada keluarga cara me-ngetahui kem-bung dan sakit perut pada Tn. L.
1.4.2 Minta keluarga untuk menjelaskan kemba-
jika terdengar suara plung-plung berarti kembung.
2 Tekanlah area perut secara perlahan dengan ujung jari tangan dan cari area yang terasa nyeri bila ditekan.
li dan memperaga-kan cara menge-tahui kembung dan sakit perut.
1.4.3 Berikan pujian pada keluarga.
2. Mengambil ke-putusan untuk merawat anggo-ta keluarga de-ngan kasus gangguan salur-an pencernaan ( GSP) syndrom dispepsia Tn. L dengan cara:
2.3 Menyebutkan akibat lanjut dari GSP syn-drom dispep-sia.
Respon verbal
Minimal 2 dari 4 akibat lanjut.1. Bila ada infeksi maka
rasa sakit akan terus bertambah.
2. Metabolisme tubuh terganggu bila saluran pencernaan terganggu.
3. Tubuh akan bertam-bah lemah.
4. Biaya berobat mahal.
2.3.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai akibat lanjut dari syndrom dispepsia.
2.3.2 Motivasi keluarga utk menyebutkan kembali tentang aki-bat lanjut syndrom dispepsia.
2.3.3 Berikan pujian pada keluarga.
2.4 Memutuskan untuk mera-wat Tn. L yang menga-lami GSP syndrom dispepsia
Respon verbal
Keluarga memutuskan untuk merawat Ny K yang mengalami gangguan sa-luran pencernaan syndrom dispepsia.
2.2.1 Tanyakan keinginan keluarga untuk me-rawat Tn. L.
2.2.2 Berikan pujian pada keluarga.
3 Merawat ang-gota keluarga dengan masa-lah GSP syn-drom dispepsia, dengan cara:
3.2Menyebutkan cara pence-gahan GSP syndrom dis-pepsia
Respon verbal
Minimal 2 dari 4 cara pencegahan syndrom dispepsia:1. Anjurkan pola makan
teratur.2. Anjurkan perut selalu
terisi/ makan sediki-sedikit tapi sering.
3. Menjaga kebersihan
3.1.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai cara pencegahan GSP syndrom dis-pepsia.
3.1.2 Tanyakan kembali pada keluarga ten-tang cara pencegahan GSP syndrom dis-
lingkungan.4. Anjurkan jangan
makan makanan yang merangsang pening-katan asam lambung ( pedas, asam, kopi, dll).
pepsia.3.1.3 Berikan pujian pada
keluarga.
3.2 Menyebutkan cara merawat anggota ke-luarga Tn. L dengan kasus syndrom dispepsia
Respon verbal
Minimal 5 dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia: 1.Keluarga dapat mengkaji
sumber daya keluarga-nya yang dapat diman-faatkan dalam menanga-ni kasus syndrom dis-pepsia yaitu mengatasi GSP syndrom dispepsia terlebih dahulu dengan obat tradisional rimpang kunyit.
2.Mampu mengolah ku-nyit.
3.Makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan
4.Makan sedikit-sedikit ta-pi sering.
5.Meningkatkan istirahat6.Kompres hangat pada
area perut yang sakit.7.Melakukan teknik
relaksasi pada waktu perut terasa sakit ( tarik nafas dari hidung dalam-dalam lalu hembuskan lewat mulut dan ulangi terus sampai terasa nyaman).
3.2.1 Diskusikan cara me-rawat anggota ke-luarga dengan kasus GSP syndrom dis-pepsia.
3.2.2 Minta keluarga me-nyebutkan kembali cara merawat ang-gota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia.
3.2.3 Berikan pujian pada keluarga.
3.3 Mendemons-trasikan cara pembuatan ob-at tradisional.
Respon Psiko-motor
Serbuk rimpang kunyit 1,5 - 3 gr direbus dalam 150 ml air selama 15 menit, setelah keluar uap disaring dan ditambah air masak hingga volumenya 150 ml, dan untuk memperbaiki rasa tambahkan 1 sendok makan gula pasir atau madu, diminum tiga kali sehari 1/3 bagian ( 50 ml
3.3.1 Demonstrasikan cara pembuatan obat tra-disional dan mema-sukannya kedalam kapsul.
3.3.2 Motivasi keluarga untuk melakukan re-demonstrasi pem-buatan obat tradi-sional.
3.3.3 Berikan pujian pada keluarga.
sebelum makan).Bila digunakan
dalam bentuk kapsul, 500 mg bubuk kunyit per kapsul, diminum empat kali sehari setengah sampai satu jam sebelum makan dan sebelum tidur.
Cara membuat bubuk kunyit, kupas kunyit, potong ± 1-3 mm, jemur dibawah matahari, hancur-kan dengan ditumbuk/ diblender, lalu saring.
3.4 Melakukan perawatan untuk mengatasi keluhan syndrom dispepsia pada Tn. L.
Respon afektif
Keluarga melakukan perawatan pada Tn. L yaitu dengan:1.Mengatasi gangguan
saluran pencernaan syndrom dispepsia dengan obat tradisional rimpang kunyit dalam bentuk kapsul yang dibuat bersama.
2.Mampu memberi kapsul kunyit dengan dosis 4 x 1 kapsul satu jam sebelum makan dan sebelum tidur.
3.Memberi makan makan-an yang tidak merang-sang sakit pada saluran pencernaan.
4.Menganjurkan makan sedikit-sedikit tapi sering.
5.Menganjurkan mening-katkan istirahat.
6.Mengkompres hangat pada area perut yang sakit.
7.Memotifasi untuk mela-kukan teknik relaksasi pada waktu perut terasa sakit.
3.4.1 Adakan kunjungan tidak terencana dan evaluasi cara keluar-ga untuk merawat Tn. L
3.4.2 Berikan pujian pada keluarga.
4 Memodifikasi lingkungan.
4.2 Menyebutkan ciri lingkung-an rumah ya-
Respon verbal
Minimal 2 dari 4 ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat.
4.1.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai ciri-ciri lingkungan
ng sehat. 1. Bersih dan rapih.2. Ventilasi cukup.3. Ada penerangan dari
sinar matahari.4. Tidak lembab.
rumah yang sehat.4.1.2 Motivasi keluarga
untuk menyebutkan kembali mengenai ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat.
4.1.3 Berikan pujian pada keluarga.
4.2 Memodifikasi lingkungan menjadi sehat
Respon psiko-motor
Memodifikasi lingkungan.1. Membuka jendela atau
pintu rumah.2. Menutup makanan.3. Membersihkan tempat
yang disukai lalat.
4.2.1 Berikan kesempatan pada keluarga untuk menilai kondisi rumahnya.
4.2.2 Bersama-sama deng-an keluarga melaku-kan modifikasi ling-kungan.
4.2.3 Berikan pujian pada keluarga.
5 Memanfaatkan pelayanan kesehatan.
5.1 Pergi ke Pus-kesmas atau ke dokter un-tuk mengatasi syndrom dis-pepsia pada Tn. L.
Respon afektif
Jika dalam tiga hari Tn. L tidak mambaik maka keluarga akan membawa Tn. L pergi ke Puskesmas atau ke dokter.
5.1.1 Anjurkan keluarga untuk membawa Tn. L ke Puskesmas atau ke dokter terdekat.
5.1.2 Berikan pujian pada keluarga.
3. Implementasi Dan Evaluasi
Tabel 4.8 Implementasi Dan Evaluasi Keluarga Tn. L
Identitas Keluarga : Tn. L
WaktuNo. DX
Implemetasi Evaluasi
5-9-0513.00WIB
TUK 1
1.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai pengertian syndrom dispepsia.Syndrome dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa.
Data Subjektif :1. Keluarga mampu menyebutkan pengertian
dari syndrom dispepsia adalah ”kumpulan gejala dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah”.
2. Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 penyebab dari syndrom dispepsia “maag, makan tidak teratur, makanan dan obat-obatan”.
3. Keluarga mampu menyebutkan jenis syndrom dispepsia dan mampu menyebutkan tanda syndrom dispepsia yaitu nyeri ulu hati, mual, kembung dan muntah.
4. Keluarga mampu menjelaskan cara mengetahui adanya kembung dan mencari
1.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai penyebab syndrom dispepsia.Penyebab dari syndrom dispepsia :1. Gangguan pada lumen saluran cerna.2. Penyakit pada hati, pangkreas, dan saluran
empedu.3. Pola makan tidak teratur.4. Obat-obatan.5. Makanan.
1.2.2 Menanyakan kembali pada keluarga mengenai pengertian dan penyebab syndrom dispepsia.
1.2.3 Memberikan pujian pada keluarga.
area yang sakit.Data Objektif :1. Keluarga mendemonstarsikan cara
mengetahui kembung.2. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat
diskusi berlangsung.3. Terdapat kontak mata.4. Sesekali keluarga terlihat menganguk-
anggukkan kepala.5. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian.Analisa :Masalah teratasi sebagian.Perencanaan :Lanjutkan Implementasi dengan modifikasi jika diperlukan.
1.3.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai jenis syndrom dispepsia dan gejalanya.Jenis syndrom dispepsia:1. Akut yaitu kurang dari tiga bulan.2. Kronik lebih dari tiga bulan.Gejalanya nyeri perut bagian atas, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, mudah kenyang, perut cepat terasa penuh saat makan, mual, muntah, kembung, rasa tak nyaman bertambah saat makan.
1.3.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis syndrom dispepsia dan tandanya
1.3.3 Memberikan pujian pada keluarga.1.4.1 Menjelaskan pada keluarga cara mengetahui
adanya kembung dan sakit perut pada Tn. L.Cara mengetahui kembung dan area perut yang sakit yaitu:1. Tempelkan telapak tangan kiri pada perut
lalu ketuklah dengan ibu jari tangan kiri, jika terdengar suara plung-plung berarti kembung.
2. Tekanlah area perut secara perlahan dan cari daerah yang terasa nyeri bila ditekan.
1.4.2 Meminta keluarga untuk menjelaskan kembali dan memperagakan cara mengetahui adanya kembung dan area sakit perut pada Tn. L.
1.4.3 Memberikan pujian pada keluarga.TUK
22.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenal
akibat lanjut dari syndrom dispepsia.Akibat lanjut dari syndrom dispepsia:1. Bila ada infeksi maka rasa sakit akan terus
bertambah. 2. Metabolisme tubuh terganggu bila saluran
pencernaan terganggu.3. Tubuh akan bertambah lemah.4. Biaya berobat mahal.
2.1.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tentang akibat lanjut dari syndrom dispepsia.
2.1.3 Memberikan pujian pada keluarga.
Data Subjektif : 1. Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 4
akibat lanjut dari syndrom dispepsia yaitu tubuh akan bertambah lemah dan biaya berobat mahal.
2. Keluarga menyatakan keinginan-nya untuk mengatasi syndrom dispepsia pada Tn. L.
Data Objektif :Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung dan keluarga tersenyum saat diberikan pujian.Analisa :Masalah teratasi sebagian.Perencanaan :Lanjutkan implementasi.
2.2.1 Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat Tn. L.
2.2.2 Memberikan pujian pada keluarga.TUK
33.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai cara
pencegahan syndrom dispepsia.Cara pencegahan syndrom dispepsia:1. Anjurkan pola makan teratur.2. Anjurkan perut selalu terisi/ makan sediki-
sedikit tapi sering.
Data Subjektif :1. Keluarga menyebutkan 4 dari 4 cara
pencegahan syndrom dispepsia yaitu menganjurkan pola makan teratur dan menganjurkan perut selalu terisi.
2. Keluarga mampu menyebutkan 7 cara
3. Menjaga kebersihan lingkungan 4. Anjurkan jangan makan makanan yang
merangsang ( pedas, asam, kopi, dll).3.1.2 Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat
Tn. L.3.1.3 Memberikan pujian pada keluarga.
dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrome dispepsia.
3. Keluarga mampu menjelaskan cara pembuatan serbuk kunyit dan bisa memasukannya kedalam kapsul.
Data Obyektif:1. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat
diskusi berlangsung.2. Terdapat kontak mata.3. Sesekali keluarga terlihat mengangguk-
anggukkan kepala.4. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian.Analisa :Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu menyebutkan cara mencegah dan merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia yaitu mengkaji sumber daya keluarganya yang dapat dimanfaatkan dalam menangani kasus syndrom dispepsia ( obat tradisional rimpang kunyit), makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan, meningkatkan istirahat, mengkompres hangat pada area perut yang sakit.Perencanaa :Lanjutkan implementasi.
3.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia.Cara merawat anggota keluarga yang mengalami syndrom dispepsia yaitu:1. Keluarga dapat mengkaji sumber daya
keluarganya yang dapat dimanfaatkan dalam menangani kasus syndrom dispepsia yaitu mengatasi GSP syndrom dispepsia terlebih dahulu dengan obat tradisional rimpang kunyit.
2. Mampu mengolah kunyit.3. Makan makanan yang tidak merangsang
sakit pada saluran pencernaan.4. Makan sedikit-sedikit tapi sering.5. Meningkatkan istirahat.6. Mengkompres hangat pada area perut yang
sakit.7. Melakukan teknik relaksasi pada waktu
perut terasa sakit ( tarik nafas dari hidung dalam-dalam lalu hembuskan lewat mulut dan ulangi terus sampai terasa nyaman).
3.2.2 Meminta keluarga menyebutkan kembali cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia.
3.2.3 Memberikan pujian pada keluarga.3.3.1 Menjelaskan cara pembuatan serbuk kunyit:
kupas kunyit, potong ± 1-3 mm, jemur dibawah matahari, hancurkan dengan ditumbuk/ diblender, lalu saring.
3.3.2 Mendemonstrasikan cara memasukan serbuk kunyit kedalam kapsul. Masukan serbuk kunyit yang telah kedalam kapsul ukuran 500 mg dengan membuka kapsul, masukan serbuk kunyit penuh atas bawah lalu tutup kembali.
3.3.3 Memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi pembuatan obat tradisional.
3.3.4 Memberikan pujian pada keluarga.TUK
44.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai ciri-
ciri lingkungan rumah yang sehat.Ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat:1. Bersih dan rapih.2. Ventilasi cukup.3. Ada penerangan dari sinar matahari.4. Tidak lembab.5. Menutup makanan.
4.1.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan
Data Subjektif :1. Keluarga mampu menyebutkan 5 dari 5 ciri-
ciri lingkungan rumah yang sehat.2. Keluarga menilai kondisi rumahnya sudah
baik dan termasuk rumah yang sehat.Data Objektif;1. Rumah keluarga tampak bersih dan rapi,
jendela rumah terbuka, dan sinar masuk ke dalam rumah.
kembali mengenai ciri-ciri Iingkungan rumah yang sehat.
4.1.3 Memberikan pujian pada keluarga.
2. Keluarga memperhatikan maha-siswa saat diskusi berlangsung.
3. Terdapat kontak mata.4. Keluarga tersenyum ssat diberi pujian.Analisa :Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu memodifikasi lingkungan rumah menjadi sehat.Perencanaan :Lanjutkan implementasi.
4.2.1 Memberikan kesempatan pada keluarga untuk menilai kondis rumahnya.
4.2.2 Menganjurkan pada keluarga untuk mempertahankan kondisi rumahnya.
4.2.3 Memberikan pujian pada keluarga.
TUK 5
4.1.1 Menganjurkan keluarga untuk membawa kembali Tn. L ke Puskesmas atau ke dokter terdekat jika dalam waktu 3 hari kondisinya tidak membaik.
4.1.2 Memberikan pujian atas keinginan keluarga untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Data Subjektif :Keluarga mengatakan akan membawa Tn. L akan ke Puskesmas atau ke dokter jika dalam waktu 3 hari SDP syndrom dispepsia yang diderita tidak mengalarni perbaikan.Data Objektif :Keluarga memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung dan keluarga tersenyum saat diberikan pujian.Analisa :Masalah teratasi sebagian, keluarga telah menyatakan kesediaannya untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.Perencanaan :Lanjutkan implementasi.
7-9-0513.00 WIB
TUK 3
3.1.1 Mendiskusikan kembali dengan keluarga mengenai cara pencegahan syndrom dispepsia.
3.1.2 Menanyakan kembali keinginan keluarga untuk merawat Tn. L.
3.1.3 Memberikan pujian pada keluarga.
Data Subjektif :1. Keluarga menyebutkan 4 dari 4 cara
pencegahan syndrom dispepsia.2. Keluarga mampu menyebutkan 6 dari 7 cara
merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia.
Data Obyektif:1. Keluarga mendemonstrasikan cara
membuat obat tradisional dari rimpang kunyit.
2. Keluarga memperhatikan maha-siswa saat diskusi berlangsung.
3. Terdapat kontak mata.4. Sesekali keluarga terlihat
menganggu-anggukkan kepala.5. Keluarga tersenyum saat diberikan
pujian.Analisa :Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu menyebutkan cara mencegah dan merawat kasus syndrome dispepsia pada Ny. U.Perencanaa :Lanjutkan implementasi.
3.2.1 Mendiskusikan kembali dengan keluarga cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia.
3.2.2 Meminta keluarga menyebutkan kembali cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia.
3.2.3 Memberikan pujian pada keluarga.3.3.1 Memotivasi keluarga untuk melakukan
redemonstrasi pembuatan obat tradisional.3.3.2 Memberikan pujian pada keluarga.
3.4.1 Mengadakan kunjungan tidak terencana untuk mengevaluasi cara keluarga merawat Ny. U.
3.4.2 Memberikan pujian pada keluarga.
Tabel 4.9 Hasil Observasi Pada Anggota Keluarga Tn. L dengan Kasus Syndrom Dispepsia ( Ny. L)
Hari ke
Obyek yang diamatiKeluhan
Intervensi keluargaKunyit dikon-sumsi
Tanda Vital
Ob-atBelum teratasi Teratasi
sebagian Sudah teratasi
1 ~ Perut terasa sakit.
~ Mual.
~ Kembung.
~ Lemas.
~ Tidak nafsu makan.
~ Nyeri ulu hati.
~ Nyeri setelah makan.
~ Nyeri saat lapar.
- - ~Memberikan obat tradisional rimpang kunyit.
~Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan.
~Makan sedikit-sedikit tapi sering.
~Mengkompres hangat pada area perut yang sakit.
~Meningkatkan istirahat.~Melakukan teknik relaksasi.
1 kapsul
T: 90/60 mmhgS: 36, 6ºCN: 80 x/ menitR: 16 x/ menit
-
2 ~ Perut terasa sakit.
~ Mual.
~ Kembung.
~ Lemas.
~ Tidak nafsu makan.
~ Nyeri ulu hati.
~ N
- - ~Memberikan obat tradisional rimpang kunyit.
~Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan
~Makan sedikit-sedikit tapi sering
~Mengkompres hangat pada area perut yang sakit
~Meningkatkan istirahat~Melakukan teknik relaksasi
5 kapsul
T: 90/60 mmhgS: 36, 3ºCN: 80 x/ menitR: 20 x/ menit
-
yeri setelah makan.
~ Nyeri saat lapar.
3 ~ Kembung.
~ Lemas.
~ Tidak nafsu makan.
~sakit.
~~
hati.~
setelah makan.
~saat lapar.
- ~Memberikan obat tradisional rimpang kunyit.
~Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan.
~Makan sedikit-sedikit tapi sering.
~Mengkompres hangat pada area perut yang sakit.
~Meningkatkan istirahat.~Melakukan teknik relaksasi.
9 kapsul
T: 110/80 mmhgS: 36 ºCN: 78 x/ menitR: 18 x/ menit
-
4 ~nafsu makan.
~ Perut terasa sakit.
~ Mual.~ Kembung.~ Lemas.~ Nyeri ulu
hati.~ Nyeri setelah
makan.~ Nyeri saat
lapar.
~Memberikan obat tradisional rimpang kunyit.
~Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan.
~Makan sedikit-sedikit tapi sering.
~Mengkompres hangat pada area perut yang sakit.
~Meningkatkan istirahat.~Melakukan teknik relaksasi.
13 kapsul
T: 100/80 mmhgS: 36 ºCN: 80 x/ menitR: 20 x/ menit
-
5 - - ~ Tidak nafsu makan.
~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit.
17 kapsul
T: 100/70 mmhgS: 36,2 ºCN: 80 x/ menitR: 20 x/ menit
-
6 - - - ~Memberikan obat tradisional rimpang kunyit.
21 kapsul
- -
7 Hasil evaluasi akhir dengan dilaksanakannya lima tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus ayndrom dispepsia (Ny.K) oleh keluarga Tn. L diperoleh data sebagai berikut:1. Nafsu makan naik.2. Sakit perut teratasi dan teras lebih nyaman.3. Tn. L menyatakan tidur lebih nyenyak.4. Tn. L mengatakan badanya lebih segar dan tidak lemas.
25 kapsul
T: 110/80 mmhgS: 36,2ºCN: 78 x/ menitR: 20 x/ menit
4. Pembahasan Kasus III
Pengkajian awal pada Tn. L, Tn. L mengatakan sudah terbisa
menggunakan tanaman obat keluarga rimpang kunyit didalam mengobati
penyakitnya tetapi keluhan yang dialami tidak berkurang, sedangkan menurut
literature yang ada rimpang kunyit mampu mengurangi keluhan bahkan
menyembuhkan penyakit syndrom dispepsia, yaitu menurut Hargono ( 2002)
rimpang kunyit mempunyai khasiat sebagai anti oksidan, pengurang rasa nyeri
pada gangguan sistem pencernaan, peningkat nafsu makan dan dapat
mengurangi penumpukan gas dalam lambung. Hal ini dimungkinkan karena
keluarga Tn. L belum mampu merawat anggota keluarganya yang sakit ( Tn. L)
dan pemanfaatan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga
rimpang kunyit belum tepat. Dari pengkajian awal tersebut peneliti tertarik
untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn. L dengan
kasus syndrom dispepsia ( Tn. L ).
Asuhan keperawatan yang akan dilakukan bersifat partisipatif yaitu
melibatkan seluruh anggota keluarga Tn. L dalam merawat anggota keluarga
dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L) dan perawatan ini terfokus pada
pemanfaatan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga
rimpang kunyit. Asuhan keperawatan dimulai sejak tanggal 5 September 2005
melalui kunjungan rumah selama satu minggu dengan beberapa tahapan
diantaranya pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal-hal yang
dikaji dalam pengkajian yaitu identitas keluarga, daftar anggota keluarga, data
umum dan pemeriksaan fisik anggota keluarga dengan kasus syndrom dipepsia.
Pada pengkajian data umum keluarga, didapatkan tipe keluarga Tn T
adalah nuclear family ( keluarga inti) yang terdiri dari ayah, ibu dan satu anak
angkat yang tinggal bersama dalam satu rumah dan tahap perkembangannya
adalah pada tahap anak angkat usia pra sekolah. Pada data umum dikaji juga
keadaan biologis keluarga, psikologis keluarga, sosial ekonomi keluarga,
spiritual keluarga, lingkungan rumah, fungsi dan harapan keluarga.
Hasil pengkajian keadaan biologis keluarga Tn. L yaitu kebersihan:
”frekuensi mandi sehari 2 kali, menggunakan sabun, kamar mandi milik
sendiri, biasa cuci tangan sebelum makan dan biasa cuci kaki sebelum tidur”,
pola makan: ”tidak ada pantangan makan, makan sehari 3 kali, makanan pokok
nasi, lauk kadang-kadang, sayuran selalu ada, buah kadang-kadang, susu
kadang-kadang, cara menghidangkan makanan terbuka, air minum dimasak
dan kebiasaan masak sayuran dipotong baru dicuci”, pola istirahat: ”rata-rata
tidur malam dari jam 21.00 sampai jam 05.00, tidur siang kadang- kadang dan
tidak ada anggota keluarga yang sulit tidur”, reproduksi: ”keluarga tidak
menggunakan alat kontrasepsi”, tidak ada kecacatan dan tidak ada penyakit
kronik/ menular dalam keluarga Tn. L.
Pengkajian psikologis pada keluarga Tn. L menggambarkan kondisi
emosi dalam hubungan antar anggota keluarga untuk menghadapi masalah
terkesan baik, terdapat komunikasi/ interaksi antar anggota keluarga, strategi
koping keluarga baik ( keluarga mau menyelesaikan masalah kesehatan) dan
adanya musyawarah untuk mengambil keputusan.
Pada pengkajian ekonomi keluarga, keluarga memiliki tabungan
kesehatan, penghasilan per bulan lebih dari enam ratus ribu rupiah dan
keluarga Tn. L tergolong pada keluarga sejahtera III.
Pengkajian spiritual menggambarkan pandangan hidup keluarga
terhadap keadaan sehat baik, ”keluarga menganggap sehat itu mahal dan
berpendapat lebih baik mencegah dari pada mengobati”.
Hasil pengkajian lingkungan rumah didapatkan lingkungan rumah
terkesan bersih dan teratur, tempat BAB di WC, pembuangan air kotor
keselokan, mempunyai tempat sampah, kondisi halaman dimanfaatkan untuk
taman dan tanaman obat keluarga, tidak memiliki kandang ternak, tidak ada
lalat/ nyamuk, ventilasi cukup ( tinggi internit lebih dari 2,4 m dari lantai,
banyak lobang angin/ jendela, luas jendela lebih dari 10 % dari luas lantai),
tidak pengap, penerangan cukup baik dan jendela difungsikan.
Fungsi afektif/ gambaran diri anggota keluarga baik ditandai dengan
setiap anggota keluarga berperan sesuai fungsinya masing-masing, setiap
anggota keluarga merasa dimiliki dan memiliki dalam keluarga dan setiap
anggota keluarga saling mendukung dalam menghadapi masalah kesehatan.
Fungsi sosialisasi/ hubungan antar anggota keluarga maupun dengan
orang lain terkesan baik dan orang tua yang berperan sebagai pendidik dalam
keluarga untuk mengembangkan disiplin, norma, budaya dan perilaku.
Fungsi perawatan kesehatan, keluarga Tn. L belum mampu
melaksanakan fungsi perawatan kesehatan dengan baik dimana keluarga belum
mampu mengetahui masalah kesehatan yang ada, belum mampu mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah dan keluarga belum mampu merawat
anggota keluarganya yang sakit ( Tn. L). Setelah keluarga mampu
melaksanakan fungsi perawatan kesehatan, keluarga berharap kasus syndrom
dispepsia pada Tn. L dapat teratasi.
Setelah mengkaji fungsi keluarga, penulis melakukan pemeriksaan fisik
pada individu dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L), hasilnya yaitu keadaan
umum baik, nyeri tekan pada perut bagian atas, kembung, kelihatan mual, tensi
90/60 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,6 OC, pernafasan 16 x/ menit, BB 77 kg
dan TB 173 cm. Pada anamnesa keluarga, keluarga Tn. L mengatakan sudah
memeriksakan Tn. L ke tempat pelayanan kesehatan, obat sudah habis tetapi
belum ada perubahan pada penyakitnya dan keluhan Tn. L saat ini yaitu sejak 1
bulan yang lalu perut terasa sakit, mual, kembung, lemas, tidak nafsu makan,
nyeri ulu hati, nyeri saat lapar dan nyeri setelah makan.
Data yang telah dikaji pada keluarga Tn. L dianalisa dengan cara
dikelompokan menjadi data subyektif ( Tn. L mengeluh sejak 1 bulan yang lalu
perut terasa sakit, mual, kembung, lemas, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati,
nyeri saat lapar dan nyeri setelah makan) dan data objektif ( ada anggota
keluarga dengan kasus syndrom dispepsia dan pada pemeriksaan fisik Tn. L
ditemukan nyeri tekan pada perut bagian atas, kembung, kelihatan mual, tensi
90/60 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,6 OC, pernafasan 16 x/ menit, BB 77 kg
dan TB 173 cm) lalu ditentukan masalah kesehatannya ( gangguan sistem
pencernaan syndrom dispepsia). Analisa tersebut dirumuskan menjadi diagnosa
keperawatan dan diagnosa keperwatannya adalah gangguan sistem pencernaan
sindrom dispepsia pada keluarga Tn. L ( Tn. L) berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus
syndrom dispepsia. Setelah diagnosa keperawatan keluarga sudah dirumuskan,
penulis bersama keluarga menyusun rencana keperawatan.
Rencana keperawatan keluarga mempunyai tujuan yaitu tujuan khusus
”setelah 2 x 45 menit pertemuan tatap muka dan intervensi keluarga mampu
merawat anggota keluarganya yang sakit” dan tujuan umum ”setelah 7 x
pertemuan gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada Ny K
teratasi”. Dari tujuan itu penulis melakukan implementasi keperawatan pada
keluarga Tn. L walaupun terfokus pada pemanfaatan tanaman obat keluarga
rimpang kunyit tetapi tidak mengabaikan/ tetap melaksanakan implementasi
keperawatan keluarga lainnya.
Implementasi dilakukan melalui penyuluhan dengan cara diskusi,
peragaan dan komunikasi interaktif. Respon keluarga Tn. L selama penyuluhan
berlangsung kooperatif dan memiliki persepsi yang positif, dimana keluarga
memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung, terdapat kontak mata,
sesekali terlihat menganggukan kepala dan tersenyum saat diberikan pujian.
Sewaktu implementasi dan sesudah implementasi penulis melakukan evaluasi.
Evaluasi asuhan keperawatan keluarga Tn. L dilakukan dengan dua cara
yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif, bertujuan untuk melihat gambaran
kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan khusus dan tujuan umum yang
telah ditetapkan pada perencanaan.
Gambaran pencapaian tujuan khusus ( keluarga Tn. L mampu merawat
anggota keluarganya yang sakit) digambarkan berdasarkan kemampuan
keluarga Tn. L dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatannya, yaitu:
a. Gambaran kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
Pada hari pertama tanggal 5 September 2005, keluarga Tn. L
mampu menyebutkan pengertian syndrom dispepsia yaitu: “kumpulan
gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung dan muntah”, mampu
menyebutkan penyebab syndrom dispepsia “maag, makan tidak teratur,
makanan dan obat-obatan”, mampu menyebutkan jenis syndrom dispepsia
dan tandanya, mampu menjelaskan dan mendemonstrasikan cara
mengetahui adanya kembung. Jadi pada hari pertama keluarga Tn. L sudah
mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan serta memiliki persepsi yang positif
terhadap masalah.
Simpulan sementaranya yaitu keluarga Tn. L mampu mengenal
masalah kesehatan kurang dari kriteria waktu yang telah ditentukan dan
sesuai standar yang telah ditetapkan pada perencanaan. Hal ini mungkin
disebabkan karena daya tangkap dan tingkat pengetahuan keluarga cukup
baik, suasana lingkungan yang mendukung ( nyaman dan tenang) dan
kooperatifnya keluarga pada waktu penyuluhan.
b. Gambaran kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah
Pada hari pertama tanggal 5 September 2005 keluarga Tn. L
mampu menyebutkan 4 dari 4 akibat lanjut syndrome dispepsia dan
menyatakan keinginannya untuk mengatasi penyakit syndrome
dispepsia pada Tn. L.
Simpulan sementaranya yaitu keluarga Tn. L mampu
mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kurang dari kriteria
waktu yang telah ditentukan dan sesuai standar yang telah ditetapkan
pada perencanaan, mengerti sifat dan luasnya masalah, masalah
dirasakan oleh keluarga, mampu menyebutkan akibat dari masalah,
mampu membuat keputusan yang tepat tentang penanganan masalah,
tidak merasa menyerah terhadap masalah yang dialami, tidak
mempunyai sikap negatif terhadap masalah, dapat menjangkau
fasilitas kesehatan, percaya terhadap tenaga kesehatan dan tidak
mendapat informasi yang salah mengenai tindakan dalam menangani
masalah.
c. Gambaran kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
dengan masalah kesehatan.
Pada hari pertama tanggal 5 September 2005 keluarga Tn. L mampu
menyebutkan semua cara pencegahan syndrom dispepsia, mampu
menyebutkan semua cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom
dispepsia, mampu menjelaskan dan mendemonstrasikan cara pembuatan
serbuk kunyit dan bisa memasukannya kedalam kapsul, mampu
menyebutkan semua ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat, keluarga menilai
kondisi rumahnya sudah baik dan termasuk rumah yang sehat. Rumah
keluarga tampak bersih dan rapih, jendela rumah terbuka dan sinar masuk
ke dalam rumah. Keluarga Tn. L juga mengatakan akan membawa Tn. L ke
Puskesmas atau dokter jika dalam waktu tiga hari gangguan saluran
pencernaan syndrom dispepsia tidak mengalami perbaikan. Jadi pada hari
pertama keluarga Tn. L sudah mampu merawat anggota keluarganya yang
sakit ( Tn. L) termasuk mampu memelihara lingkungan yang mendukung
kesehatan dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat.
Pada saat kunjungan tidak terencana tanggal 7 September 2005
untuk melihat cara keluarga melakukan perawatan terhadap anggota
keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L). Cara keluarga Tn. L
merawat sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan keluarga Tn. L
masih mampu menyebutkan semua cara pencegahan syndrom dispepsia
serta mampu menyebutkan semua cara merawat anggota keluarga dengan
kasus syndrom dispepsia.
Simpulan sementaranya yaitu keluarga Tn. L mampu merawat
anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L) kurang dari
kriteria waktu yang telah tentukan dan sesuai standar yang telah ditetapkan
pada perencanaan.
Hasil pengamatan dan evaluasi dapat disimpulkan bahwa keluarga
Tn. L mampu mengambil dari sumber daya keluarga yang ada untuk
perawatan yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit, mampu
melaksanakan perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mampu
memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan, mempunyai sumber
daya dan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan, mampu mempelajari
tentang bagaimana perawatan keluarga terhadap anggota keluarga dengan
kasus syndrom dispepsia sehingga keterampilan keluarga mengenai
perawatan yang diperlukan memadai, tidak mempunyai pandangan negatif
terhadap perawatan yang diperlukan, tidak ada konflik individu dan perilaku
mementingkan diri sendiri dalam keluarga, dapat melihat keuntungan dalam
pemeliharaan lingkungan dimasa mendatang, mengetahui upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahaan penyakit, sadar akan pentingnya
fasilitas kesehatan dan mempunyai pandangan positif akan fasilitas
kesehatan, tidak merasa takut akan akibat dari tindakan, faham dan bisa
memodifikasi lingkungan yang menguntungkan kesahatan dan keluarga
telah terbisa memanfaatkan fasilitas kesehatan serta akan control ke
puskesmas/ dokter bila keluhan belum berkurang dalam waktu tiga hari.
Gambaran pencapaian tujuan umum dipantau melalui catatan
perkembangan anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn.
L), yang menggambarkan kemampuan keluarga Tn. L merawat anggota
keluarganya yang sakit melalui penatalaksanaan asuhan keperawatan
keluarga dengan memanfaatkan tanaman obat keluarga rimpang kunyit,
sebagai berikut:
a. Hari pertama ( 5 September 2005).
Pada waktu pengkajian, keluarga Tn. L mengatakan sudah biasa
menggunakan tanaman obat keluarga rimpang kunyit untuk mengatasi
penyakit saluran pencernaannya, menurut keluarga Tn. L biasanya
penyakitnya tidak membaik dan rimpang kunyit yang digunakan diolah
dengan cara diparut, diperas airnya lalu diminum dengan dosis yang tidak
diukur dan dikonsumsi secara tidak teratur.
Pada pukul 13.00 WIB peneliti bersama keluarga mengkaji anggota
keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L), Tn L mengeluh sudah
satu bulan yang lalu perut terasa sakit, mual, kembung, lemas, tidak nafsu
makan, nyeri ulu hati, nyeri saat lapar dan nyeri setelah makan. Hasil
pemeriksaan fisiknya yaitu keadaan umum baik, konjungtiva tidak anemis,
tidak ikterik, tensi 90/60 mmhg, suhu 36,2ºC, nadi 77 x/ menit dan respirasi
16 x/ menit. Dari data Puskesmas dan keluhan tersebut, Tn. L mengalami
gangguan saluran pencernaan syndrom dispepsia.
Menurut Manjoer ( 2000) syndrom dispepsia merupakan kumpulan
gejala klinis yang terdiri rasa tidak enak/ sakit perut bagian atas yang
menetap atau mengalami kekambuhan. Syndrom dispepsia merupakan
kumpulan gejala yang terdiri dari salah satu atau lebih gejala nyeri ulu hati,
mual, kembung, muntah, rasa kembung, cepat kenyang dan sendawa
( Djojodiningrat, 2001).
Manifestasi klinis kasus syndrom dispepsia pada Tn. L termasuk
dispepsia dengan keluhan seperti ulkus, yaitu dengan keluhan nyeri setelah
makan, nyeri saat lapar dan mual. Kasus syndrom dispepsia pada Tn. L
termasuk akut karena pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka
waktu tiga bulan ( Mansjoer, 2000).
Etiologi kasus syndrom dispepsia pada Tn. L belum diketahui secara
pasti ( dispepsia fungsional), sebenarnya bisa diketahui etiologinya dengan
pasti apabila dilakukan pemeriksaan lebih lanjut tetapi karena keterbatasan
penelitian, peneliti tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti
pemeriksaan fungsi hati, fungsi pangkreas, fungsi saluran empedu, fungsi
jantung, fungsi hormonal dan kemungkinan penyebab lain seperti adanya
tumor dan gastritis.
Setelah dilakukan diskusi dengan keluarga Tn. L, keluarga Tn. L
mau merawat anggota keluarganya dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L)
dengan memanfaatkan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat
keluarga rimpang kunyit. Dosis yang digunakan sesuai dengan literatur yang
ada yaitu 500 mg serbuk rimpang kunyit, dimasukkan kedalam kapsul dan
diminum empat kali sehari, satu jam sebelum makan dan satu jam sebelum
tidur. Intervensi lain yang di lakukan keluarga Tn. L yaitu menganjurkan
makan makanan yang tidak merangsang saluran pencernaan, makan sedikit-
sedikit tapi sering dan mengkompres hangat pada area perut yang sakit.
Respon keluarga Tn. L. positif dan kooperatif terhadap tindakan yang
diberikan dan terlihat bersemangat untuk melakukan perawatan terhadap
anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L).
b. Hari kedua ( 6 September 2005).
Pada pukul 13.00 WIB, tanda vital Tn L yaitu tensi 90/80 mmhg,
suhu 36,3 ºC, nadi 80 x/ menit dan respirasi 20 x/ menit. Keluarga Tn. L
mengatakan keluhan Tn. L belum berkurang dengan melalukan intervensi
keperawatan keluarga dan mengkonsumsi lima kapsul rimpang kunyit.
Keluarga Tn. L mengatakan akan tetap melakukan perawatan pada anggota
keluarga yang sakit walaupun pada hari kedua keluhannya belum berkurang
dan Tn. L mengatakan senang dengan adanya kerjasama keluarga dalam
perawatan penyakitnya. Keluarga kooperatif ketika peneliti menganjurkan
untuk kontrol ke puskesmas apabila sudah tiga hari perawatan, keluhan
tidak berkurang.
c. Hari ketiga ( 7 September 2005).
Pada pukul 13.00 WIB, tanda vital Tn L yaitu tensi 110/80 mmhg,
suhu 36 ºC, nadi 78 x/ menit dan pernapasan18 x/ menit. Jadi ada kenaikan
sistol dan diastol 20 mmhg, penurunan suhu 0,3 ºC, penurunan nadi dan
respirasi 2 x/ menit. Intervensi keluarga yang dilakukan masih sama seperti
hari pertama perawatan dan kapsul rimpang kunyit yang sudah dikonsumsi
sebanyak 9 kapsul. Keluarga Tn. L mengatakan keluhan Tn. L mulai
berkurang diantaranya perut sakit, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar,
nyeri ulu hati dan mual, tetapi keluarga mengatakan Tn. L masih kembung,
lemas dan tidak nafsu makan. Keluarga Tn. L mengatakan akan tetap terus
melakukan perawatan dan keluarga optimis dengan intervensi yang
dilakukan akan bisa mengurangi keluhan penyakit Tn. L.
d. Hari keempat ( 8 september 2005)
Pada pukul 13.00 WIB, tanda vital Tn L yaitu tensi 100/80 mmhg,
suhu 36 ºC, nadi 80 x/ menit dan pernapasan 20 x/ menit. Kapsul rimpang
kunyit yang sudah dikonsumsi sebanyak 13 kapsul, keluarga mengatakan
semua keluhan sudah teratasi kecuali nafsu makan belum naik tetapi ada
perbaikan karena tidak mual. Peneliti menganjurkan kepada keluarga untuk
menyajikan makanan yang menarik selera makan dan disukai oleh Tn. L
sebatas tidak bertentangan dengan penyakitnya seperti pedas, kecut, dll.
Respon keluarga positif dan keluarga mengatakan mau melaksanakan
anjuran peneliti serta akan tetap melanjutkan intervensi yang telah
direncanakan sebelumnya.
e. Hari kelima ( 9 september 2005).
Pada pukul 13.00 WIB, tanda vital Tn L yaitu tensi 100/70 mmhg,
suhu 36,2 ºC, nadi 80 x/ menit dan pernapasan 20 x/ menit. Kapsul rimpang
kunyit yang sudah dikonsumsi sebanyak 17 kapsul, keluarga mengatakan
semua keluhan sudah teratasi dan nafsu makan sudah naik. Pada hari
keenam tidak dievaluasi karena keluhan Tn. L sudah teratasi semua dan Tn.
L sudah kelihatan lebih nyaman dan segar.
f. Hari ketujuh ( 11 September 2005).
Pada pukul 15.00 WIB, peneliti melakukan evaluasi akhir setelah
dilaksanakannya lima tugas keluarga oleh keluarga Tn. L dalam merawat
anggota keluarganya dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L), diperoleh
hasil: Kunyit yang telah dikonsumsi sebanyak 25 kapsul, tanda vital Tn. L
yaitu tensi 110/80 mmhg, suhu 36,2ºc, nadi 78 x/ menit, respirasi 20 x/
menit. Jadi perubahan tanda vital sejak hari pertama perawatan yaitu sistol
dan diastol naik 20 mmhg, respirasi naik 4 x/ menit, suhu stabil antara
36ºC-36,6ºC dan nadi stabil antara 78-80 x/ menit. Keluarga mengatakan
semua keluhan yang dirasakan oleh Tn. L sudah tidak terasa lagi dan nafsu
makan Tn. L naik. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa
kunyit mampu menahan sekresi getah lambung, mampu mengurangi rasa
nyeri pada gangguan saluran pencernaan, mengurangi penumpukan gas
dalam lambung dan mampu meningkatkan nafsu makan ( Hargono, 2002).
5. Simpulan Sementara Kasus III
Gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada
keluarga Tn. L dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L) melalui
pemanfataan tanaman obat keluarga rimpang kunyit menunjukkan
bahwa masalah teratasi seluruhnya dimana keluarga Tn. L mampu
melaksanakan 5 tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan
kasus syndrom dispepsia ( Tn. L) dan keluhan anggota keluarga dengan
kasus syndrom dispepsia teratasi 100 %, jadi tujuan khusus dan tujuan
umum asuhan keperawatannya dapat tercapai.
Tujuan khusus asuhan keperawatan keluarga Tn. L tercapai
seluruhnya sesuai standar dan kurang dari kriteria waktu yang telah
ditentukan, yaitu dalam waktu 1 x 45 menit tatap muka keluarga Tn. L
mampu mengenal masalah kesehatan, mampu mengambil keputusan
untuk mengatasi masalah dan mampu merawat anggota keluarga dengan
masalah kesehatan. Sesuai hasil penelitian dan pengamatan peneliti
kemampuan keluarga Tn. L tersebut diatas dipengaruhi beberapa faktor
yaitu tingkat pendidikan keluarga, suasana/ keadaan lingkungan, sumber
daya keluarga, masalah kesehatan keluarga yang ada ( syndrom
dispepsia), terjangkaunya fasilitas kesehatan, dan kooperatifnya keluarga
Tn. L.
Tujuan umum tercapai seluruhnya kurang dari kriteria waktu
yang telah ditetapkan yaitu masalah kesehatan keluarga Tn. L dapat
teratasi seluruhnya pada hari kelima perawatan, dengan teratasinya
masalah tersebut berarti keluarga Tn. L dapat dikatakan mampu
merawat anggota keluarganya dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. L)
melalui pemanfaatan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat
keluarga rimpang kunyit. Sesuai hasil penelitian dan pengamatan peneliti
ketercapaian tujuan umum ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
kemampuan dan kooperatifnya keluarga Tn. L dalam melakukan
perawatan, kepatuhan Tn. L terhadap intervensi yang anjurkan, masih
akutnya penyakit Tn. L, dosis rimpang kunyit yang digunakan sesuai
dengan literatur yang ada, pola makan dan nutrisi yang adekuat, respon
klien pada penggunaan rimpang kunyit, dan faktor lingkungan.
D. Kasus IV
1. Pengkajian
a. Identitas Keluarga
1).Nama kepala keluarga : Tuan A
2).Alamat : Mulyasari RT 3/ III Majenang
3).Tanggal pengkajian : 12 September 2005
4).Puskesmas : Majenang I
5).Kecamatan : Majenang
6).Diagnosa medis : Syndrom dispepsia
b. Daftar anggota keluarga
No
Nama Anggota Keluarga
Hub. Dgn KK
L/P
UmurPendi-dikan
Pekerjaan AgamaKead kes.
Ket
1 Tn A KK L 40 th SD Buruh Islam Sehat2 Ny C Istri P 30 th SD Buruh Islam Sakit3 Hasan P. Anak P 10 th SD Pelajar Islam Sehat4 Indra S Anak L 3 th Islam Sehat
c. Pemeriksaan individu ( Ny. C dengan kasus syndrom dispepsia).
1).Keadaan utama : Ny. C mengeluh sejak tiga hari yang lalu perut terasa
sakit, mual, kembung. cepat kenyang, tidak nafsu
makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri
saat lapar dan rasa penuh pada perut bagian atas.
2).Keadaan umum : Baik.
3).Tanda Vital : Tensi 120/80 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,3 OC,
pernafasan 20 x/ menit, BB 50 kg dan TB 155 cm.
4).Pencernaaan : Defekasi 1-2 kali sehari dengan konsistensi lembek
dan warna kuning kecokelatan, tidak terjadi obstifasi
dan tidak diare, kembung dan kelihatan mual.
5).Mata : Konjungtiva tidak anemis, tidak iktesik.
6).Kulit : Warna sawo matang, turgor baik, tidak terdapat luka/
borok/ lecet, tidak ikterik, tidak pucat.
7).Genita Urinaria : Miksi 3 – 5 kali dan tidak ada kesukaran.
d. Analisa Data
No Data pada keluarga Masalah kesehatan1 DO:
- Ada anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. C).
- Pada pemeriksaan fisik Ny. C ditemukan nyeri tekan ada perut bagian atas, kembung, kelihatan mual, keadaan umum baik, tensi 120/80 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,3
Gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia.
OC, pernafasan 20 x/ menit, BB 50 kg dan TB 155 cm.
DS :- Ny. C mengeluh sejak tiga hari yang lalu
perut terasa sakit, mual, kembung. cepat kenyang, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada perut bagian atas.
e. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada keluarga
Tn. A ( Ny. C) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia.
2. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Tabel 4.10 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. A
Identitas Keluarga : Tn. ANo
Diagnosa keperawatan
Tujuan EvaluasiIntervensi
Umum Khusus Kriteria StandarGangguan sis-tem pencerna-an syndrom dispepsia pa-da keluarga Tn. A ( Ny. C) berhubu-ngan dengan ketidakmam-puan keluarga dalam mera-wat anggota keluarga de-ngan kasus syndrom dis-pepsia.
Setelah 7 x pertemuan gangguan sistem pen-cernaan syndrom dispepsia pada Ny. C teratasi.
Setelah 2 x 45 menit pertemuan tatap muka dan intervensi keluarga mampu:
1. Mengenal mas-alah GSP syn-drom dispepsia pada Ny. C dengan cara
1.1 Menyebutkan pengertian syndrom dispepsia
Respon verbal
Syndrom dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa.
1.1.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai pengertian syndrom dispepsia.
1.2 Menyebutkan penyebab syn-drom dispep-sia.
Respon verbal
Minimal 3 dari 5 penyebab dari syndrom dispepsia1. Gangguan pada lumen
saluran cerna
1.2.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai penyebab syndrom dispepsia.
( gastritis/ maag).2. Penyakit pada hati,
pangkreas, dan saluran empedu.
3. Pola makan tidak teratur.
4. Obat-obatan.5. Makanan.
1.2.2 Tanyakan kembali pada keluarga me-ngenai pengertian dan penyebab syn-drom dispepsia.
1.2.3 Berikan pujian pada keluarga.
1.3 Menyebutkan jenis syndrom dispepsia dan tandanya
Respon verbal
Jenis syndrom dispepsia:1. Akut yaitu kurang dari
tiga bulan.2. Kronik lebih dari tiga
bulan.Gejala syndrom dispepsia ( salah satu/ lebih gejala dibawah ini): 1. Nyeri perut bagian atas2. Nyeri setelah makan.3. Nyeri saat lapar.4. Mudah kenyang.5. Perut cepat terasa
penuh saat makan.6. Mual.7. Muntah.8. Kembung.9. Rasa tak nyaman
bertambah saat makan.
1.3.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai jenis syndrom dis-pepsia dan tandanya.
1.3.2 Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis syn-drom dispepsia dan tandanya.
1.3.3 Berikan pujian pada keluarga.
1.4 Mengidentifikasi adanya kembung dan sakit perut pada Ny. C.
Respon verbal dan psiko-motor
Cara mengetahui adanya kembung dan sakit perut pada Ny. C:1. Tempelkan telapak
tangan kiri pada perut lalu ketuklah dengan ibu jari tangan kanan, jika terdengar suara plung-plung berarti kembung.
2. Tekanlah area perut secara perlahan dengan ujung jari tangan dan cari area yang terasa nyeri bila ditekan.
1.4.1 Jelaskan pada keluar-ga cara mengetahui kembung dan sakit perut pada Ny. C.
1.4.2 Minta keluarga untuk menjelaskan kembali dan memperagakan cara mengetahui kembung dan sakit perut.
1.4.3 Berikan pujian pada keluarga.
2. Mengambil ke-putusan untuk merawat ang-gota keluarga dengan kasus gangguan salur-an pencernaan ( GSP) syndrom
dispepsia Ny. C dengan cara:
2.1 Menyebutkan akibat lanjut dari GSP syn-drom dispep-sia
Respon verbal
Minimal 2 dari 4 akibat lanjut dari syndrome dispepsia:1. Bila ada infeksi maka
rasa sakit akan terus bertambah.
2. Metabolisme tubuh terganggu bila saluran pencernaan terganggu.
3. Tubuh akan bertambah lemah.
4. Biaya berobat mahal.
2.1.1 Diskusikan dengan keluarga mengenal akibat lanjut dari syndrom dispepsia.
2.1.2 Motivasi keluarga utk menyebutkan kembali tentang akibat lanjut syn-drom dispepsia.
2.1.3 Berikan pujian pada keluarga
2.2 Memutuskan untuk mera-wat Ny. C yang meng-alami GSP syndrom dis-pepsia
Respon verbal
Keluarga memutuskan untuk merawat Ny. C yang mengalami gangguan saluran pencernaan syndrom dispepsia.
2.2.1 Tanyakan keinginan keluarga untuk mera-wat Ny. C.
2.2.2 Berikan pujian pada keluarga.
3Merawat ang-gota keluarga dengan masa-lah GSP syn-drom dispepsia, dengan cara:
3.1 Menyebutkan cara pencega-han GSP syndrom dis-pepsia
Respon verbal
Minimal 2 dari 4 cara pen-cegahan syndrom dis-pepsia:1.Anjurkan pola makan
teratur2.Anjurkan perut selalu
terisi/ makan sediki-sedikit tapi sering.
3.Menjaga kebersihan lingkungan
4.Anjurkan jangan makan makanan yang merangsang peningkatan asam lambung ( pedas, asam, kopi, dll).
3.1.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai cara pencegahan GSP syndrom dispepsia.
3.1.2 Tanyakan kembali pada keluarga tentang cara pencegahan GSP syndrom dispepsia.
3.1.3 Berikan pujian pada keluarga.
3.2 Menyebutkan cara merawat anggota kel-uarga Ny. C dengan kasus syndrom dispepsia.
Respon verbal
Minimal 5 dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia: 1.Keluarga dapat mengkaji
sumber daya keluarga-nya yang dapat diman-faatkan dalam mena-ngani kasus syndrom dispepsia yaitu menga-
3.2.1 Diskusikan cara merawat anggota keluarga dengan kasus GSP syndrom dispepsia
3.2.2 Minta keluarga menyebutkan kembali cara merawat anggota keluarga dengan
tasi GSP syndrom dis-pepsia terlebih dahulu dengan obat tradisional rimpang kunyit.
2.Mampu mengolah kunyit
3.Makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan
4.Makan sedikit-sedikit ta-pi sering.
5.Meningkatkan istirahat6.Kompres hangat pada
area perut yang sakit.7.Melakukan teknik relak-
sasi pada waktu perut terasa sakit ( tarik nafas dari hidung dalam-dalam lalu hembuskan lewat mulut dan ulangi terus sampai terasa nyaman).
kasus GSP syndrom dispepsia
3.2.3 Berikan pujian pada keluarga
3.3 Mendemons-trasikan cara pembuatan obat tradisional.
Respon Psiko-motor
Serbuk rimpang kunyit 1,5 - 3 gr direbus dalam 150 ml air selama 15 menit, setelah keluar uap disaring dan ditambah air masak hingga
3.3.1 Demonstrasikan cara pembuatan obat tradisional dan memasukannya kedalam kapsul.
volumenya 150 ml, dan untuk memperbaiki rasa tambahkan 1 sendok makan gula pasir atau madu, diminum tiga kali sehari 1/3 bagian ( 50 ml sebelum makan).
Bila digunakan dalam bentuk kapsul, 500 mg bubuk kunyit per kapsul, diminum empat kali sehari setengah sampai satu jam sebelum makan dan sebelum tidur.
Cara membuat bubuk kunyit, kupas kunyit, potong ± 1-3 mm, jemur dibawah matahari, hancurkan dengan ditumbuk/ diblender, lalu saring.
3.3.2 Motivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi pembuatan obat tradisionat
3.3.3 Berikan pujian pada keluarga.
3.4 Melakukan perawatan untuk mengatasi keluhan syndrom dispepsia pada Ny. C
Respon afektif
Keluarga melakukan perawatan pada Ny. C yaitu dengan:1.Mengatasi gangguan
saluran pencernaan syndrom dispepsia dgn obat tradisional rimpang kunyit dalam bentuk kapsul yang dibuat bersama.
2.Mampu memberi kapsul kunyit dengan dosis 4 x 1 kapsul satu jam sebelum makan dan sebelum tidur.
3.Memberi makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan
4.Menganjurkan makan sedikit-sedikit tapi sering.
5.Menganjurkan meningkatkan isti-rahat
6.Mengkompres hangat pada area perut yang sakit.
7.Memotifasi untuk melakukan teknik relaksasi pada waktu perut terasa sakit
3.4.1 Adakan kunjungan tidak terencana dan evaluasi cara keluarga untuk merawat Ny. C
3.4.2 Berikan pujian pada keluarga.
4. Memodifikasi lingkungan.
4.1 Menyebutkan ciri lingkungan rumah ya-ng sehat
Respon verbal
Minimal 2 dari 4 ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat;1. Bersih dan rapih2. Ventilasi cukup3. Ada penerangan dari
sinar matahari4. Tidak lembab.
4.1.1 Diskusikan dengan keluarga mengenai ciri-ciri lingkungan rumah yang sehat
4.1.2 Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali menge-nai ciri-ciri Iingkungan rumah yang sehat
4.1.3 Berikan pujian pada keluarga
4.2 Memodifikasi lingkungan menjadi sehat
Respon psiko-motor
Memodifikasi lingkungan 1. Membuka jendela atau
pintu rumah2. Menutup makanan3. Membersihkan tempat
yang disukai lalat.
4.2.1 Berikan kesempatan pada keluarga untuk menilai kondisi rumahnya
4.2.2 Bersama-sama dengan keluarga melakukan modifi-kasi Iingkungan
4.2.3 Berikan pujian pada keluarga
5 Memanfaatkan Pelayanan kesehatan
5.1Pergi ke Pus-kesmas atau dokter untuk mengatasi syndrom dis-pepsia pada Ny. C
Respon afektif
Jika dalam tiga hari Ny. C tidak mambaik maka keluarga akan membawa Ny. C pergi ke Puskesmas atau ke dokter
5.1.1 Anjurkan keluarga untuk membawa Ny. C ke Puskesmas atau ke dokter terdekat.
5.1.2 Berikan pujian pada keluarga
3. Implementasi Dan Evaluasi
Tabel 4.11 Implementasi Dan Evaluasi Keluarga Tn. A
Identitas Keluarga : Tn. AWAKT
UNo. DK
IMPLEMETASI EVALUASI
12-9-0515.00 WIB
TUK.1
1.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai pengertian syndrom dispepsia.Syndrome dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa.
Data Subjektif :1. Keluarga mampu menyebutkan pengertian
dari syndrom dispepsia adalah ”nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah”
2. Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 5 penyebab dari syndrom dispepsia. Penyebabnya adalah maag, makan tidak teratur.
3. Keluarga tidak mampu menyebutkan jenis syndrom dispepsia tapi mampu menyebut-kan tanda syndrome dispepsia yaitu nyeri ulu hati, mual, kembung.
4. Keluarga mampu menjelaskan cara cara mengetahui adanya kembung.
Data Objektif :1. Keluarga mendemonstarsikan cara
mengetahui kembung.2. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat
diskusi berlangsung.3. Terdapat kontak mata.4. Sesekali keluarga terlihat menganguk-
anggukkan kepala.5. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian.Analisa :Masalah belum teratasiPerencanaan :Lanjutkan Implementasi dengan modifikasi jika diperlukan.
1.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai penyebab syndrom dispepsia.Penyebab dari syndrom dispepsia:1. Gangguan pada lumen saluran cerna
( gastritis/ maag)2. Penyakit pada hati, pangkreas, dan saluran
empedu.3. Pola makan tidak teratur4. Obat-obatan.5. Makanan.
1.2.2 Menanyakan kembali pada keluarga mengenai pengertian dan penyebab syndrom dispepsia
1.2.3 Memberikan pujian pada keluarga1.3.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai jenis
syndrom dispepsia dan tandanya.Jenis syndrom dispepsia:1. Akut yaitu kurang dari tiga bulan2. Kronik lebih dari tiga bulanGejala nyeri perut bagian atas, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, mudah kenyang, perut cepat terasa penuh saat makan, mual, muntah, kembung, rasa tak nyaman bertambah saat makan.
1.3.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali jenis syndrom dispepsia dan tandanya1.3.3 Memberikan pujian pada keluarga1.4.1 Menjelaskan pada keluarga cara mengetahui
adanya kembung dan sakit perut pada Ny. C.Cara mengetahui kembung dan area perut yang sakit yaitu:1. Tempelkan telapak tangan kiri pada perut
lalu ketuklah dengan ibu jari tangan kiri, jika terdengar suara plung-plung berarti kembung.
2. Tekanlah area perut secara perlahan dan cari daerah yang terasa nyeri bila ditekan.
1.4.2 Meminta keluarga untuk menjelaskan kembali dan memperagakan cara mengetahui adanya kembung dan area sakit perut pada Ny. C.
1.4.3 Memberikan pujian pada keluarga.TUK
22.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenal
akibat lanjut dari syndrom dispepsia.Akibat lanjut dari syndrom dispepsia:1. Bila ada infeksi maka rasa sakit akan terus
bertambah. 2. Metabolisme tubuh terganggu bila saluran
pencernaan terganggu.3. Tubuh akan bertambah lemah.4. Biaya berobat mahal
2.1.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tentang akibat lanjut dari syndrom dispepsia.
2.1.3 Memberikan pujian pada keluarga
Data Subjektif : 1. Keluarga mampu menyebutkan 1 dari 4
akibat lanjut dari syndrom dispepsia yaitu biaya berobat mahal
2. Keluarga menyatakan keinginannya untuk mengatasi syndrom dispepsia pada Ny. C
Data Objektif :1. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat
diskusi berlangsung2. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian.Analisa :Masalah belum teratasi.Perencanaan :Lanjutkan implementasi2.2.1 Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat
Ny. C2.2.2 Memberikan pujian pada keluarga
TUK 3
3.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai cara pencegahan syndrom dispepsia
Cara pencegahan syndrom dispepsia:1. Anjurkan pola makan teratur2. Anjurkan perut selalu terisi/ makan sediki-
sedikit tapi sering.3. Menjaga kebersihan ling-kungan 4. Anjurkan jangan makan makanan yang
merangsang ( pedas, asam, kopi, dll).3.1.2 Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat
Ny. C3.1.3 Memberikan pujian pada keluarga
Data Subjektif :1. Keluarga menyebutkan 2 dari 4 cara
pencegahan syndrom dispepsia yaitu menganjurkan pola makan teratur dan menganjurkan perut selalu terisi.
2. Keluarga mampu menyebutkan 4 cara dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrome dispepsia
3. Keluarga mampu menjelaskan cara pembuatan serbuk kunyit dan bisa memasukannya kedalam kapsul.
Data Obyektif:1. Keluarga memperhatikan mahasiswa saa
diskusi berlangsung.2. Terdapat kontak mata.3. Sesekali keluarga terlihat mengangguk-
anggukkan kepala4. Keluarga tersenyum saat diberikan pujianAnalisa :Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu
3.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsiaCara merawat anggota keluarga yang mengalami syndrom dispepsia yaitu:1. Keluarga dapat mengkaji sumber daya
keluarganya yang dapat dimanfaatkan dalam menangani kasus syndrom dispepsia yaitu
mengatasi GSP syndrom dispepsia terlebih dahulu dengan obat tradisional rimpang kunyit.
2. Mampu mengolah kunyit3. Makan makanan yang tidak merangsang
sakit pada saluran pencernaan4. Makan sedikit-sedikit tapi sering.5. Meningkatkan istirahat6. Mengkompres hangat pada area perut yang
sakit.7. Melakukan teknik relaksasi pada waktu
perut terasa sakit (tarik nafas dari hidung dalam-dalam lalu hembuskan lewat mulut dan ulangi terus sampai terasa nyaman).
3.2.2 Meminta keluarga menyebutkan kembali cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia
3.2.3 Memberikan pujian pada keluarga
menyebutkan cara mencegah dan merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia yaitu mengkaji sumber daya keluarganya yang dapat dimanfaatkan dalam menangani kasus syndrom dispepsia ( obat tradisional rimpang kunyit), makan makanan yang tidak merangsang sakit pada saluran pencernaan, meningkatkan istirahat, mengkompres hangat pada area perut yang sakit.Perencanaa :Lanjutkan implementasi.
3.3.1 Menjelaskan cara pembuatan serbuk kunyit: kupas kunyit, potong ± 1-3 mm, jemur dibawah matahari, hancurkan dengan ditumbuk/ diblender, lalu saring.
3.3.2 Mendemonstrasikan cara memasukan serbuk kunyit kedalam kapsul. Masukan serbuk kunyit yang telah kedalam kapsul ukuran 500 mg dengan membuka kapsul, masukan serbuk kunyit penuh atas bawah lalu tutup kembali.
3.4.1 Memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi pembuatan obat tradisional.
3.4.2 Memberikan pujian pada keluarga.TUK
44.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai ciri-
ciri lingkungan rumah yang sehatCiri-ciri lingkungan rumah yang sehat;1. Bersih dan rapih2. Ventilasi cukup3. Ada penerangan dari sinar matahari4. Tidak lembab5. Menutup makanan
4.1.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali mengenai ciri-ciri Iingkungan rumah yang sehat
4.1.3 Memberikan pujian pada keluarga.
Data Subjektif :1. Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 ciri-
ciri lingkungan rumah yang sehat yaitu bersih dan rapi, sinar matahari masuk ke dalam rumah, menutup makanan.dan tidak lembab.
2. Keluarga menilai kondisi rumahnya sudah baik dan termasuk rumah yang sehat.
Data Objektif;1. Rumah keluarga tampak bersih dan rapi,
jendela rumah terbuka, dan sinar masuk ke dalam rumah.
2. Keluarga memperhatikan maha-siswa saat diskusi berlangsung.
3. Terdapat kontak mata4. Keluarga tersenyum saat diberi pujian.Analisa :Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu memodifikasi lingkungan rumah menjadi sehat.Perencanaan :Lanjutkan implementasi
4.2.1 Memberikan kesempatan pada keluarga untuk menilai kondis rumahnya
4.2.2 Menganjurkan pada keluarga untuk mempertahankan kondisi rumahnya.
4.2.3 Memberikan pujian pada keluarga
TUK 5
5.1.1 Menganjurkan keluarga untuk membawa kembali Ny. C ke Puskesmas atau ke dokter terdekat jika dalam waktu 3 hari kondisinya tidak membaik.
5.1.2 Memberikan pujian atas keinginan keluarga untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Data Subjektif :Keluarga mengatakan akan membawa Ny. C akan ke Puskesmas atau ke dokter jika dalam waktu 3 hari gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia yang diderita tidak mengalarni perbaikan.Data Objektif :1. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat
diskusi berlangsung2. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian.Analisa :Masalah teratasi sebagian, keluarga telah menyatakan kesediaannya untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.Perencanaan :Lanjutkan implementasi
13/ 9/ 200515.00 WIB
TUK1
1.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai pengertian syndrom dispepsia.Syndrome dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, cepat kenyang dan sendawa.
Data Subjektif :1. Keluarga mampu menyebutkan pengertian
syndrom dispepsia.2. Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5
penyebab dari syndrom, dispepsia. Penyebabnya adalah maag, makan tidak teratur, makanan dan obat-obatan.
3. Keluarga mampu menyebutkan jenis syndrome dispepsia dan tanda syndrome dispepsia.
4. Keluarga mampu menjelaskan cara cara mengetahui adanya kembung dan area sakit perut, yaitu ujung jari kiri diketuk oleh ujung jari kanan dan meraba dengan ujung jari untuk tahu yang sakit.
Data Objektif :1. Keluarga mendemonstarsikan cara
mengetahui kembung dan area sakit perut.2. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat
diskusi berlangsung.3. Terdapat kontak mata.4. Sesekali keluarga terlihat menganguk-
anggukkan kepala.5. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian.Analisa :Masalah teratasi sebagian, keluarga telah meng-enal masalah syndrome dispepsia pada Ny. CPerencanaan :Lanjutkan Implementasi dengan modifikasi jika diperlukan.
1.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai penyebab syndrom dispepsia.Penyebab dari syndrom dispepsia :1. Gangguan pada lumen saluran cerna
(gastritis/ maag)2. Penyakit pada hati, pangkreas, dan saluran
empedu.3. Pola makan tidak teratur4. Obat-obatan.5. Makanan.
1.2.2 Menanyakan kembali pada keluarga mengenai pengertian dan penyebab syndrom dispepsia
1.2.3 Memberikan pujian pada keluarga1.3.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenai jenis
syndrom dispepsia dan tandanya.Jenis syndrom dispepsia:1. Akut yaitu kurang dari tiga bulan2. Kronik lebih dari tiga bulanGejala nyeri perut bagian atas, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar, mudah kenyang, perut cepat terasa penuh saat makan, mual, muntah, kembung, rasa tak nyaman bertambah saat makan.
1.3.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis syndrom dispepsia dan tandanya
1.3.3 Memberikan pujian pada keluarga1.4.1 Menjelaskan pada keluarga cara mengetahui
adanya kembung dan sakit perut pada Ny. C.Cara mengetahui kembung dan area peru yang sakit yaitu:
1. Tempelkan telapak tangan kiri pada perut lalu ketuklah dengan ibu jari tangan kiri, jika terdengar suara plung-plung berarti kembung.
2. Tekanlah area perut secara perlahan dan cari daerah yang terasa nyeri bila ditekan.
1.4.2 Meminta keluarga untuk menjelaskan kembali dan memperagakan cara mengetahui adanya kembung dan area sakit perut pada Ny. C
1.4.3 Memberikan pujian pada keluarga.
TUK 2
2.1.1 Mendiskusikan dengan keluarga mengenal akibat lanjut dari syndrom dispepsia.Akibat lanjut dari syndrom dispepsia:1. Bila ada infeksi maka rasa sakit akan terus
bertambah. 2. Metabolisme tubuh terganggu bila saluran
pencernaan terganggu.3. Tubuh akan bertambah lemah.4. Biaya berobat mahal
2.1.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tentang akibat lanjut dari syndrom dispepsia.
2.1.3 Memberikan pujian pada keluarga
Data Subjektif : 1. Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4
akibat lanjut dari syndrom dispepsia, yaitu tubuh akan bertambah lemah dan biaya berobat mahal
2. Keluarga menyatakan keinginan-nya untuk mengatasi syndrom dispepsia pada Ny. C
Data Objektif:1. Keluarga memperhatikan mahasiswa saat
diskusi berlangsung2. Keluarga tersenyum saat diberikan pujian.Analisa:Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia.Perencanaan :Lanjutkan implementasi
2.2.1 Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat Ny C.
2.2.2 Memberikan pujian pada keluarga
TUK 3
3.1.1.Mendiskusikan dengan keluarga mengenai cara pencegahan syndrom dispepsiaCara pencegahan syndrom dispepsia:1. Anjurkan pola makan teratur2. Anjurkan perut selalu terisi/ makan sediki-
sedikit tapi sering.3. Menjaga kebersihan ling-kungan 4. Anjurkan jangan makan makanan yang
merngsang (pedas, asam, kopi, dll).3.1.2.Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat
Ny. C3.1.3. Memberikan pujian pada keluarga
Data Subjektif :1. Keluarga menyebutkan 4 dari 4 cara
pencegahan syndrom dispepsia.2. Keluarga mampu menyebutkan 5 dari 7 cara
merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia.
Data Obyektif:1. Keluarga mendemonstrasikan cara membuat
obat tradisional dari rimpang kunyit.2. Keluarga memperhatikan maha-siswa saat
diskusi berlangsung.3. Terdapat kontak mata.4. Sesekali keluarga terlihat menganggu-
anggukkan kepala5. Keluarga tersenyum saat diberikan pujianAnalisa :Masalah teratasi sebagian, keluarga telah mampu menyebutkan cara mencegah dan merawat kasus syndrome dispepsia pada Ny. CPerencanaa :Lanjutkan implementasi, untuk TUK 3 lakukan kunjungan tidak terencana dan supervisi untuk melihat bagaimana cara keluarga merawat Ny. C
3.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga cara merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsiaCara merawat anggota keluarga yang mengalami syndrom dispepsia yaitu:1. Memanfaatkan obat tradisional rimpang
kunyit.2. Mampu mengolah kunyit3. Makan makanan yang tidak merangsang
sakit pada saluran pencernaan4. Makan sedikit-sedikit tapi sering.
5. Meningkatkan istirahat6. Mengkompres hangat pada area perut yang
sakit.7. Melakukan teknik relaksasi pada waktu
perut terasa sakit.3.2.2 Meminta keluarga menyebut-kan kembali cara
merawat anggota keluarga dengan masalah syndrom dispepsia
3.2.3 Memberikan pujian pada keluarga3.3.1 Menjelaskan cara pembuatan serbuk kunyit:
kupas kunyit, potong ± 1-3 mm, jemur dibawah matahari, hancurkan dengan ditumbuk/ diblender, lalu saring.
3.3.2 Mendemonstrasikan cara memasukan serbuk kunyit kedalam kapsul. Masukan serbuk kunyit yang telah kedalam kapsul ukuran 500 mg dengan membuka kapsul, masukan serbuk kunyit penuh atas bawah lalu tutup kembali.
3.3.3 Memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi pembuatan obat tradisional.
3.3.4 Memberikan pujian pada keluarga.15-9-0515.00 WIB
TUK 3
3.1.1 Mengadakan kunjungan tidak terencana, me-ngevaluasi cara keluarga untuk merawat Ny. CCara merawat anggota keluarga yang mengalami syndrom dispepsia yaitu:1. Memanfaatkan obat tradisional rimpang
kunyit dalam bentuk kapsul2. Menganjurkan makan makanan yang tidak
merangsang sakit pada saluran pencernaan dan makan sedikit-sedikit tapi sering.
3. Meningkatkan istirahat4. Mengkompres hangat pada area perut yang
sakit.5. Melakukan teknik relaksasi pada waktu
perut terasa sakit.3.1.2 Memberikan pujian pada keluarga.
Data Subjektif :Keluarga mampu menyebutkan dan melaksanakan cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsiaData Obyektif:1. Keluarga tersenyum ketika diberi pujian.2. Berupa catatan perkembangan keluhan Ny.
C.Analisa :Masalah teratasi, keluarga mampu menyebutkan dan melaksanakan cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsiaPerencanaa :Lanjutkan implementasi.
Tabel 4.12 Hasil observasi pada anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia (Ny.C)
Hari ke
Obyek yang diamatiKeluhan
Intervensi keluargaKunyit dikon-sumsi
Tanda Vital
Thera-py
MedisBelum teratasiTeratasi sebagian
Sudah teratasi
1 ~ Perut terasa sakit.
~ Mual
~ Kembung
~ C
- - ~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit
~ Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan
~ Makan sedikit-sedikit tapi sering
1 kapsul
T: 120/80 mmhgS: 36,3ºCN: 80 x/ menitR: 20 x/
-
epat kenyang~ T
idak nafsu makan
~ Nyeri ulu hati
~ Nyeri setelah makan
~ Nyeri saat lapar
~ Rasa penuh pada perut bagian atas.
~ Mengkompres hangat pada area perut yang sakit.
menit
2 ~ Cepat kenyang
~ Kembung
~ Tidak nafsu makan
~ Rasa penuh pada perut bagian atas.
~sakit, mual
~hati
~makan
~lapar
- ~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit
~ Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan
~ Makan sedikit-sedikit tapi sering
~ Mengkompres hangat pada area perut yang sakit
5 kapsul
T: 120/80 mmhgS: 36,5 ºCN: 74 x/ menitR: 20 x/ menit
3 - ~ Cepat kenyang
~ Kembung
~ Tidak nafsu makan
~ Rasa penuh pada perut bagian atas.
~ Perut terasa sakit.
~ Mual~ Nyeri
ulu hati~ Nyeri
sete-lah makan
~ Nyeri saat lapar
~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit
~ Makan makanan yang tidak merangsang sistem pencernaan
~ Makan sedikit-sedikit tapi sering
~ Mengkompres hangat pada area perut yang sakit
~ Meningkatkan istirahat~ Melakukan teknik
relaksasi
9 kapsul
T: 110/70 mmhgS: 36,6 ºCN: 78 x/ menitR: 20 x/ menit
4 - - ~ Cepat kenyang
~ Kembung
~ Tidak nafsu makan
~ Rasa penuh pada perut bagian atas.
~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit
13 kapsul
T: 100/60 mmhgS: 36,4ºCN: 78 x/ menitR: 20 x/ menit
5 - - - ~ Memberikan obat tradisional rimpang kunyit
17 kapsul
- -
6 - - - ~ Memberikan obat 21 - -
tradisional rimpang kunyit kapsul7
Hasil evaluasi akhir dengan dilaksanakannya lima tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan kasus ayndrom dispepsia ( Ny.C) oleh keluarga Tn. A diperoleh data sebagai berikut:1. Nafsu makan naik2. Sakit perut teratasi dan teras lebih nyaman3. Ny. C menyatakan tidur lebih nyenyak4. Ny. C mengatakan badanya lebih segar
25 kapsul
T: 120/80 mmhgS: 36,4ºCN: 78 x/ menitR: 20 x/ menit
4. Pembahasan Kasus IV
Pengkajian awal sebelum dilakukan asuhan keperawatan keluarga
tanggal 11 September 2005 pada Ny. C yang mengalami gangguan saluran
pencernaan syndrom dispepsia, Ny. C mengatakan sudah terbisa mengunakan
tanaman obat keluarga rimpang kunyit didalam mengobati penyakitnya tetapi
biasanya keluhan yang dialami tidak berkurang, sedangkan menurut literatur
rimpang kunyit mampu mengurangi bahkan menyembuhkan penyakit syndrom
dispepsia, yaitu menurut Hargono ( 2002) rimpang kunyit mempunyai khasiat
sebagai anti oksidan, pengurang rasa nyeri pada gangguan sistem pencernaan,
peningkat nafsu makan dan dapat mengurangi penumpukan gas pada lambung.
Hal ini dimungkinkan karena keluarga Tn. A belum mampu merawat anggota
keluarganya yang sakit ( Ny. C) dan pemanfaatan sumber daya keluarga yang
ada yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit belum tepat. Dari pengkajian
awal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga
pada keluarga Tn. A dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. C ).
Asuhan keperawatan yang akan dilakukan bersifat partisipatif yaitu
melibatkan seluruh anggota keluarga Tn. A dalam merawat anggota keluarga
dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. C) dan perawatan ini terfokus pada
pemanfaatan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga
rimpang kunyit. Asuhan keperawatan dimulai sejak tanggal 12 September 2005
melalui kunjungan rumah selama satu minggu dengan beberapa tahapan
diantaranya pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal-hal yang
dikaji dalam pengkajian yaitu identitas keluarga, daftar anggota keluarga, data
umum dan pemeriksaan fisik anggota keluarga dengan kasus syndrom dipepsia.
Pada pengkajian data umum keluarga, didapatkan tipe keluarga Tn. A
adalah nuclear family ( keluarga inti) yang terdiri dari ayah, ibu dan dua orang
anak yang tinggal dalam satu rumah dan tahap perkembangannya adalah pada
tahap anak pertama usia sekolah. Pada data umum dikaji juga keadaan biologis
keluarga, psikologis keluarga, sosial ekonomi keluarga, spiritual keluarga,
lingkungan rumah, fungsi dan harapan keluarga.
Hasil pengkajian keadaan biologis keluarga Tn. A yaitu kebersihan:
”frekuensi mandi sehari 2 kali, menggunakan sabun, kamar mandi milik
sendiri, biasa cuci tangan sebelum makan dan tidak biasa cuci kaki sebelum
tidur”, pola makan: ”tidak ada pantangan makan, makan sehari 3 kali, makanan
pokok nasi, lauk kadang-kadang, sayuran selalu ada, buah kadang-kadang,
susu kadang-kadang, cara menghidangkan makanan terbuka, air minum
dimasak dan kebiasaan masak sayuran dipotong baru dicuci”, pola istirahat:
”rata-rata tidur malam dari jam 21.00 sampai jam 05.00, tidak tidur siang dan
tidak ada anggota keluarga yang sulit tidur kecuali Ny. C”, reproduksi: ”alat
kontrasepsi yang digunakan yaitu KB suntik dan tidak ada kelainan/ keluhan
yang dirasakan setelah menggunakannya”, tidak ada kecacatan dan tidak ada
penyakit kronik/ menular dalam keluarga Tn. A.
Pengkajian psikologis pada keluarga Tn. A menggambarkan kondisi
emosi dalam hubungan antar anggota keluarga untuk menghadapi masalah
terkesan baik, terdapat komunikasi/ interaksi antar anggota keluarga, strategi
koping keluarga baik ( keluarga mau menyelesaikan masalah kesehatan) dan
adanya musyawarah untuk mengambil keputusan.
Pada pengkajian ekonomi keluarga, keluarga tidak memiliki tabungan
kesehatan, penghasilan per bulan antara tiga ratus ribu sampai enam ratus ribu
rupiah dan keluarga Tn. A tergolong pada keluarga sejahtera II.
Pengkajian spiritual menggambarkan pandangan hidup keluarga
terhadap keadaan sehat baik, ”keluarga menganggap sehat itu mahal dan
berpendapat lebih baik mencegah dari pada mengobati”.
Hasil pengkajian lingkungan rumah didapatkan lingkungan rumah
terkesan bersih dan teratur, tempat BAB di sungai, pembuangan air kotor
keselokan, mempunyai tempat sampah, kondisi halaman berupa tanah tetapi
dibiarkan, tidak memiliki kandang ternak, tidak ada lalat/ nyamuk, ventilasi
cukup ( tinggi internit lebih dari 2,4 m dari lantai, banyak lobang angin/
jendela, luas jendela lebih dari 10 % dari luas lantai) tetapi dalam ruangan
terasa pengap dan penerangan kurang karena jendela jarang difungsikan.
Fungsi afektif/ gambaran diri anggota keluarga baik ditandai dengan
setiap anggota keluarga berperan sesuai fungsinya masing-masing, setiap
anggota keluarga merasa dimiliki dan memiliki dalam keluarga dan setiap
anggota keluarga saling mendukung dalam menghadapi masalah kesehatan.
Fungsi sosialisasi/ hubungan antar anggota keluarga maupun dengan
orang lain terkesan baik dan orang tua yang berperan sebagai pendidik dalam
keluarga untuk mengembangkan disiplin, norma, budaya dan perilaku.
Fungsi perawatan kesehatan, keluarga Tn. A belum mampu
melaksanakan fungsi perawatan kesehatan dengan baik dimana keluarga belum
mampu mengetahui masalah kesehatan yang ada, belum mampu mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah dan keluarga belum mampu merawat
anggota keluarganya yang sakit ( Ny. C). Setelah keluarga mampu
melaksanakan fungsi perawatan kesehatan, keluarga berharap kasus syndrom
dispepsia pada Ny. C dapat teratasi.
Setelah mengkaji fungsi keluarga, penulis melakukan pemeriksaan fisik
pada individu dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. C), hasilnya yaitu
keadaan umum baik, nyeri tekan pada perut bagian atas, kembung, kelihatan
mual, tensi 120/80 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,3 OC, pernafasan 20 x/
menit, BB 50 kg dan TB 155 cm. Pada anamnesa keluarga, keluarga Tn. A
mengatakan sudah memeriksakan Ny. C ke tempat pelayanan kesehatan, obat
sudah habis tetapi belum ada perubahan pada penyakitnya dan keluhan Ny. C
saat ini yaitu sejak tiga hari yang lalu perut terasa sakit, mual, kembung. cepat
kenyang, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat
lapar dan rasa penuh pada perut bagian atas.
Data yang telah dikaji pada keluarga Tn. A dianalisa dengan cara
dikelompokan menjadi data subyektif ( Ny. C mengeluh sejak tiga hari yang
lalu perut terasa sakit, mual, kembung. cepat kenyang, tidak nafsu makan, nyeri
ulu hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada perut bagian
atas) dan data objektif ( ada anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia
dan pada pemeriksaan fisik Ny. C ditemukan nyeri tekan pada perut bagian
atas, kembung, kelihatan mual, tensi 120/80 mmhg, nadi 80 x/ menit, suhu 36,3
OC, pernafasan 20 x/ menit, BB 50 kg dan TB 155 cm) lalu ditentukan masalah
kesehatannya ( gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia). Analisa
tersebut dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan dan diagnosa
keperwatannya adalah gangguan sistem pencernaan sindrom dispepsia pada
keluarga Tn. A ( Ny. C) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia. Setelah diagnosa
keperawatan keluarga sudah dirumuskan, penulis bersama keluarga menyusun
rencana keperawatan.
Rencana keperawatan keluarga mempunyai tujuan yaitu tujuan khusus
”setelah 2 x 45 menit pertemuan tatap muka dan intervensi keluarga mampu
merawat anggota keluarganya yang sakit” dan tujuan umum ”setelah 7 x
pertemuan gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada Ny. C
teratasi”. Dari tujuan itu penulis melakukan implementasi keperawatan pada
keluarga Tn. A walaupun terfokus pada pemanfaatan tanaman obat keluarga
rimpang kunyit tetapi tidak mengabaikan/ tetap melaksanakan implementasi
keperawatan keluarga lainnya.
Implementasi dilakukan melalui penyuluhan dengan cara diskusi,
peragaan dan komunikasi interaktif. Respon keluarga Tn. A selama penyuluhan
berlangsung kooperatif dan memiliki persepsi yang positif, dimana keluarga
memperhatikan mahasiswa saat diskusi berlangsung, terdapat kontak mata,
sesekali terlihat menganggukan kepala dan tersenyum saat diberikan pujian.
Sewaktu implementasi dan sesudah implementasi penulis melakukan evaluasi.
Evaluasi asuhan keperawatan keluarga Tn. A dilakukan dengan dua
cara yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif, bertujuan untuk melihat
gambaran kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan khusus dan tujuan
umum yang telah ditetapkan pada perencanaan.
Gambaran pencapaian tujuan khusus ( keluarga Tn. A mampu merawat
anggota keluarganya yang sakit) digambarkan berdasarkan kemampuan
keluarga Tn. A dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatannya, yaitu:
a. Gambaran kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
Pada hari pertama tanggal 12 September 2005, keluarga Tn. A belum
mampu mengenal masalah kesehatan dengan baik sesuai dengan standar
pada respon verbal yaitu ditandai dengan pengertian syndrom dispepsia
yang mampu keluarga Tn. A sebutkan hanya “nyeri ulu hati, mual,
kembung, muntah”, penyebabnya hanya ”maag, makan tidak teratur”,
tandanya hanya ”nyeri ulu hati, mual, kembung” dan tidak mampu
menyebutkan jenis syndrom dispepsia. Sedangkan pada respon psikomotor
keluarga Tn. A mampu melakukannya sesuai standar yaitu keluarga Tn. A
mampu menjelaskan cara-cara mengetahui adanya kembung.
Pada hari kedua tanggal 13 September 2005, keluarga Tn. A mampu
mengenal masalah kesehatan sesuai dengan standar yang telah ditentukan
pada perencanaan, yaitu keluarga Tn. A mampu menyebutkan pengertian
syndrom dispepsia, keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 penyebab
syndrom dispepsia yaitu ”maag, makan tidak teratur, makanan dan
makanan”, keluarga mampu menyebutkan jenis syndrom dispepsia dan
tandanya serta keluarga mampu menjelaskan cara-cara mengetahui adanya
kembung dan area perut sakit.
Dari hasil evaluasi dan wawancara dapat disimpulkan keluarga lebih
cepat melaksanakan respon psikomotor daripada respon verbal ( respon
psikomotor dalam satu hari mampu dilakukan sesuai standar), keluarga
memiliki persepsi yang positif terhadap masalah dan keluarga dapat
menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, penyebab serta faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan tersebut.
b. Gambaran kemampuan keluarga mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah.
Hari pertama tanggal 12 September 2005, keluarga mampu
menyebutkan 1 dari 4 akibat lanjut dari syndrom dispepsia yaitu biaya
berobat mahal dan keluarga menyatakan keinginannya untuk
mengatasi syndrom dispepsia pada Ny. C.
Hari kedua tanggal 13 September 2005, keluarga mampu
menyebutkan 2 dari 4 akibat lanjut dari syndrom dispepsia, yaitu
tubuh akan bertambah lemah dan biaya berobat mahal dan keluarga
juga menyatakan keinginannya untuk mengatasi syndrom dispepsia
pada Ny. C
Sesuai dengan hasil wawancara dan pengamatan peneliti dapat
disimpulan bahwa keluarga Tn. A mampu mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah sesuai dengan standar dan kriteria waktu yang
telah ditetapkan ( 2 X 45 Menit) yaitu keluarga mengerti sifat dan
luasnya masalah, masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga, keluarga
dapat mengungkapkan/ menyebutkan akibat dari masalah kesehatan
tersebut, keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang
penanganan masalah kesehatan tersebut, keluarga tidak merasa
menyerah terhadap masalah kesehatan yang dialami, keluarga merasa
takut akan akibat dari penyakitnya, keluarga tidak mempunyai sikap
negatif terhadap masalah kesehatan, keluarga dapat menjangkau
fasilitas kesehatan yang ada, keluarga percaya terhadap tenaga
kesehatan, keluarga tidak mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam menangani masalah.
c. Gambaran kemampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
masalah kesehatan ( kasus syndrom dispepsia).
Gambaran kemampuan keluarga Tn. A merawat anggota
keluarga dengan kasus syndrome dispepsia ( Ny. C) termasuk
didalamnya kemampuan memelihara lingkungan dan menggunakan
sumber/ fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat.
Pada hari pertama tanggal 12 September 2005, keluarga Tn. A
sudah mampu memelihara lingkungan, mampu menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada dan mampu merawat merawat anggota keluarga
dengan masalah kesehatan tetapi belum optimal sesuai standar yang
telah ditetapkan pada perencanaan, yaitu keluarga hanya mampu
menyebutkan 4 cara dari 7 cara merawat anggota keluarga dengan
kasus syndrome dispepsia tetapi keluarga mampu menyebutkan 2 dari
4 cara pencegahan syndrom dispepsia “menganjurkan pola makan
teratur dan menganjurkan perut selalu terisi”, keluarga mampu
menjelaskan cara pembuatan serbuk kunyit dan bisa memasukannya
kedalam kapsul, keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 ciri-ciri
lingkungan rumah yang sehat “bersih dan rapi, sinar matahari masuk
ke dalam rumah, menutup makanan.dan tidak lembab”, rumah
keluarga tampak bersih dan rapi, jendela rumah terbuka, dan sinar
masuk ke dalam rumah dan keluarga mengatakan akan membawa Ny
C kontrol ke puskesmas/ dokter jika dalam waktu 3 hari gangguan
sistem pencernaan syndrom dispepsia yang dideritanya tidak
mengalami perbaikan. Selama penyuluhan berlangsung respon
keluarga positif dan kooperatif yang ditandai keluarga memperhatikan
mahasiswa saat diskusi berlangsung, terdapat kontak mata, sesekali
keluarga terlihat mengangguk-anggukkan kepala dan keluarga
tersenyum saat diberikan pujian.
Pada hari kedua tanggal 13 September 2005, keluarga Tn. A
mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang
ditandai dengan keluarga mampu menyebutkan 4 dari 4 cara
pencegahan syndrom dispepsia, mampu menyebutkan 5 dari 7 cara
merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia dan
keluarga mampu mendemonstrasikan cara membuat obat tradisional
dari rimpang kunyit dengan baik.
Pada saat kunjungan tidak terencana untuk melihat cara keluarga Tn.
A melakukan perawatan pada anggota keluarga dengan kasus symdrom
dispepsia ( Ny. C) tanggal 7 September 2005, keluarga mampu
menyebutkan semua cara pencegahan syndrom dispepsia, keluarga mampu
menyebutkan semua cara merawat anggota keluarga dengan kasus syndrom
dispepsia, hasil pengamatan peneliti menunjukan cara perawatan yang
dilakukan keluarga Tn. A sesuai dengan rencana dan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya dan hasil evaluasi kasus syndrom dispepsia pada Ny.
C menunjukan keluhannya sudah mulai berkurang/ penyakitnya membaik
serta keluarga Tn. A mengatakan akan terus merawat anggota keluarganya
yang sakit.
Dari hasil pengamatan dan wawancara dapat disimpulkan
keluarga Tn. A mampu melaksanakan perawatan pada anggota
keluarganya yang sakit, mampu mengambil dari sumber daya keluarga
dan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan yaitu tanaman obat
keluarga rimpang kunyit, mampu memodifikasi lingkungan yang
mendukung kesehatan, mempunyai sumber daya dan fasilitas yang
diperlukan untuk perawatan, mampu mempelajari tentang bagaimana
perawatan keluarga terhadap anggota keluarga dengan kasus syndrom
dispepsia sehingga keterampilan keluarga mengenai perawatan yang
diperlukan memadai, tidak mempunyai pandangan negatif terhadap
perawatan yang diperlukan, tidak ada konflik individu dan perilaku
mementingkan diri sendiri dalam keluarga, dapat melihat keuntungan
dalam pemeliharaan lingkungan dimasa mendatang, mengetahui upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahaan penyakit, sadar akan
pentingnya fasilitas kesehatan dan mempunyai pandangan positif akan
fasilitas kesehatan, tidak merasa takut akan akibat dari tindakan,
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan dan mampu memodifikasi
lingkungan yang menguntungkan kesahatan.
Gambaran pencapaian tujuan umum ( setelah 7 x pertemuan
gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia pada Ny C teratasi)
dipantau melalui observasi terhadap anggota keluarga dengan kasus
syndrom dispepsia ( Ny C) yang menggambarankan kemampuan keluarga
Tn. A merawat anggota keluarganya yang sakit, melalui penatalaksanaan
asuhan keperawatan keluarga dengan memanfaatkan tanaman obat
keluarga rimpang kunyit, sebagai berikut:
a. Hari pertama ( 12 September 2005)
Pada waktu pengkajian keluarga Tn. A megatakan sudah biasa
menggunakan tanaman obat keluarga rimpang kunyit untuk mengatasi
gangguan saluran pencernaan tetapi biasanya keluhan penyakitnya tidak
berkurang dan rimpang kunuyit yang digunakan diolah dengan cara diparut,
diperas airnya lalu diminum dengan dosis yang tidak diukur dan dikonsumsi
secara tidak teratur.
Pada pukul 15.00 WIB peneliti bersama keluarga mengkaji anggota
keluarga Ny. C, didapatkan Ny. C mengeluh sejak tiga hari yang lalu perut
terasa sakit, mual, kembung. cepat kenyang, tidak nafsu makan, nyeri ulu
hati, nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan rasa penuh pada perut bagian
atas. Hasil pemeriksaan fisiknya yaitu keadaan umum baik, konjungtiva
tidak anemis, tidak ikterik, dan tanda vitalnya yaitu tensi 120/80 mmhg,
suhu 36, 3ºC, nadi 80 x/ menit dan respirasi 20 x/ menit. Dari data salah satu
Balai Pengobatan Puskesmas Majenang I dan keluhan tersebut, Ny. C
mengalami gangguan sistem pencernaan syndrom dispepsia.
Menurut Manjoer ( 2000) syndrom dispepsia merupakan kumpulan
gejala klinis yang terdiri rasa tidak enak/ sakit perut bagian atas yang
menetap atau mengalami kekambuhan. Syndrom dispepsia merupakan
kumpulan gejala yang terdiri dari salah satu atau lebih gejala nyeri ulu hati,
mual, kembung, muntah, rasa kembung, cepat kenyang dan sendawa
( Djojodiningrat, 2001).
Manifestasi klinis syndrom dispepsia pada Ny. C termasuk pada
dispepsia dengan keluhan seperti ulkus yaitu dengan keluhan nyeri
setelah makan, nyeri saat lapar, mual, cepat kenyang, rasa penuh pada
perut bagian atas. Kasus syndrom dispepsia pada Ny. C termasuk akut
karena pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu
tiga bulan ( Mansjoer, 2000).
Etiologi kasus syndrom dispepsia pada Ny. C belum diketahui secara
pasti ( dispepsia fungsional) karena Ny. C tidak mengalami demam, tidak
ditemukan gejala diabetes militus, penyakit tiroid dan jantung koroner, tidak
mengkonsumsi antibiotic, digitalis, theophilin dan antiinflamasi non steroid.
Sebenarnya bisa diketahui etiologinya dengan pasti apabila dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut tetapi karena keterbatasan penelitian, peneliti tidak
melakukan pemeriksaan lebih lanjut kemungkinan penyebab lain seperti
adanya tumor, gastritis ( peradangan lambung), pemeriksaan fungsi hati,
fungsi pangkreas, fungsi saluran empedu, fungsi jantung dan fungsi
hormonal.
Setelah dilakukan diskusi dengan keluarga Tn. A, keluarga Tn. A
mau merawat anggota keluarganya dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn.
C) dengan memanfaatkan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman
obat keluarga rimpang kunyit. Dosis yang digunakan sesuai dengan literatur
yang ada yaitu 500 mg serbuk rimpang kunyit, dimasukkan kedalam kapsul
dan diminum empat kali sehari, satu jam sebelum makan dan satu jam
sebelum tidur. Intervensi lain yang di lakukan keluarga Tn. A yaitu
menganjurkan makan makanan yang tidak merangsang saluran pencernaan,
makan sedikit-sedikit tapi sering dan mengkompres hangat pada area perut
yang sakit. Respon keluarga Tn. A. positif dan kooperatif terhadap tindakan
yang diberikan dan terlihat bersemangat untuk melakukan perawatan
terhadap anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Tn. A).
b. Hari Kedua ( 13 September 2005)
Pada pukul 15.00 WIB, keluarga Tn. A. mengatakan keluhan
Ny. C dengan mengkonsumsi lima kapsul rimpang kunyit dan
melakukan intervensi keperawatan keluarga sudah mulai berkurang
yaitu rasa sakit pada perut bagian atas, nyeri ulu hati, nyeri setelah
makan, nyeri saat lapar dan mual tidak seperti hari pertama tetapi
kembung, cepat kenyang, tidak nafsu makan, rasa penuh pada perut
bagian atas belum berkurang. Setelah diskusi dengan keluarga istirahat
klien kurang dan intervensi selanjutnya ditambahkan dengan
menganjurkan untuk meningkatkan istirahat dan melakukan teknik
relaksasi. Tanda vitalnya stabil yaitu tensi 120/80 mmhg, suhu 36,5ºC,
nadi 74 x/ menit dan respirasi 20 x/ menit, jadi hanya ada kenaikan
suhu 0,2 ºC dan penurunan nadi 6 x/ menit.
c. Hari Ketiga ( 14 September 2005)
Pada pukul 15.00 WIB keluarga Tn. A. mengatakan Ny. C
dianjurkan untuk lebih banyak istirahat dari pekerjaan rutin dan
melakukan teknik relaksasi ketika Ny. C perutnya sakit, kapsul
rimpang kunyit yang dikonsumsi sembilan kapsul dan tanda vital Ny.
C yaitu tensi 110/70 mmhg, suhu 36,6 ºC, nadi 78 x/ menit dan respirasi
20 x/ menit, jadi sejak hari kedua tensi ( sistol dan diastol) turun 10
mmhg, suhu naik 0,1 ºC, nadi naik 4 x/ menit, dan pernapasan tetap.
Dengan menambahkan intervensi meningkatkan istirahat dan
melakukan teknik relaksasi, keluhan Ny. C sudah mulai teratasi
dimana beberapa keluhan yaitu rasa sakit pada perut, nyeri ulu hati,
nyeri setelah makan, nyeri saat lapar dan mual sudah tidak terasa lagi,
serta nafsu makan mulai naik. Sedangkan cepat kenyang, rasa penuh
pada perut bagian atas dan kembung masih terasa tetapi keluarga
mengatakan sudah mulai berkurang/ tidak seperti sebelumnya.
d. Hari Keempat ( 15 September 2005)
Pada pukul 15.00 WIB keluarga Tn. A mengatakan keluhan Ny.
C sudah teratasi semua dan sudah tidak ada keluhan pada saluran
pencernaan lagi, BAB lancar dan tidak ada perubahan warna maupun
konsistensinya.
e. Hari Kelima dan Keenam
Pada hari kelima dan keenam tidak dilakukan kunjungan
rumah karena keadaan Ny. C membaik dan semua keluhan sudah
teratasi tetapi pemberian kapsul tanaman obat keluarga rimpang
kunyit tetap dilanjutkan untuk melihat pengaruh lainnya.
f. Hari Ketujuh ( 18 September 2005)
Kunyit yang telah dikonsumsi sebanyak 25 kapsul dan tanda
vital Ny. C yaitu tensi 120/80 mmhg, suhu 36,4 ºC, nadi 78 x/ menit,
respirasi 20 x/ menit. Perubahan tanda vital Ny. C selama perawatan
yaitu suhu stabil antara 36,3 ºC - 36,6 ºC, nadi stabil antara 74 x/ menit
- 80 x/ menit, respirasi tetap yaitu 20x/ menit, dan tensi ada penurunan
10 mmhg pada hari ketiga ( 110/80 mmhg), penurunan 10 mmhg pada
hari keempat ( 100/70 mmhg) dan pada hari ketujuh naik lagi jadi
120/80 mmhg atau sama dengan hari pertama perawatan, hal ini
dimungkinkan karena pada waktu hari ketiga dan kempat aktifitas Ny.
C di kurangi.
Pada pukul 15.00 WIB dilakukan evaluasi akhir setelah
keluarga Tn. A melaksanakan lima tugas keluarga dalam merawat
anggota keluarga dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. C) dan
hasilnya yaitu keluarga Tn. A mengatakan Ny. C nafsu makannya naik,
tidurnya lebih nyenyak, perut Ny. C terasa lebih nyaman dan badan
Ny. C terlihat lebih segar. Hal ini sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa kunyit mampu menahan sekresi getah lambung,
mampu mengurangi rasa nyeri pada ganguan pencernaan, mampu
meningkatkan nafsu makan dan mengurangi penumpukan gas dalam
lambung ( Hargono, 2002).
Respon keluarga Tn. A pada evaluasi akhir sangat kooperatif
dan menyatakan senang telah mampu merawat anggota keluarganya
yang sakit dengan memanfaatkan sumber daya keluarga yang ada
yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit.
5. Simpulan sementara kasus IV
Gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada
keluarga Tn. A dengan kasus syndrom dispepsia ( Ny. C) melalui
pemanfataan tanaman obat keluarga rimpang kunyit menunjukan bahwa
masalah teratasi seluruhnya dimana keluarga Tn. A mampu
melaksanakan 5 tugas keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan
kasus syndrom dispepsia ( Ny. C) dan keluhan anggota keluarga dengan
kasus syndrom dispepsia teratasi 100 %, jadi tujuan khusus dan tujuan
umum asuhan keperawatannya dapat tercapai.
Tujuan khusus asuhan keperawatan keluarga tercapai seluruhnya
sesuai standar dan kriteria waktu yang telah ditentukan, yaitu keluarga
mampu mengenal masalah kesehatan, mampu mengambil keputusan
untuk mengatasi masalah dan mampu merawat anggota keluarga dengan
masalah kesehatan. Sesuai hasil penelitian dan pengamatan peneliti,
kemampuan tersebut dipengaruhi beberapa faktor yaitu suasana
lingkungan, sumber daya keluarga, masalah kesehatan yang ada,
terjangkaunya fasilitas kesehatan dan keluarga yang kooperatif.
Tujuan umum asuhan keperawatan keluarga tercapai seluruhnya
kurang dari kriteria waktu yang telah ditetapkan yaitu pada hari keempat
perawatan kasus syndrom dispepsia pada Ny. C dapat teratasi seluruhnya.
Dengan teratasinya masalah kesehatan tersebut, berarti keluarga Tn. A
mampu merawat anggota keluarganya yang sakit ( Ny. C) melalui
pemanfaatan tanaman obat keluarga rimpang kunyit. Sesuai hasil
penelitian dan pengamatan peneliti, ketercapaian ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu kemampuan keluarga dalam melakukan
perawatan, kooperatifnya keluarga Tn. A dalam merawat anggota
keluarganya dengan kasus syndrom dispepsia (Ny. C), kepatuhan Ny. C
terhadap intervensi yang anjurkan, tingkat keparahan penyakit/ masih
akutnya penyakit pada Ny. C, penggunaan rimpang kunyit dengan dosis
sesuai literatur yang ada, pola makan dan nutrisi yang adekuat, respon
klien yang positif terhadap penggunaan rimpang kunyit dan faktor
lingkungan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Hasil penelitian dari empat kasus tentang “Gambaran penatalaksanaan
asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispepsia dengan
memanfaatkan tanaman obat keluarga rimpang kunyit di wilayah kerja
Puskesmas Majenang I Kabupaten Cilacap tahun 2005” dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Semua keluarga mampu melaksanakan lima keluarga dalam merawat
anggota keluarganya dengan masalah kesehatan syndrome dispepsia.
2. Pelaksanaan lima tugas keluarga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan/
pengetahuan dan pengalaman keluarga, suasana/ keadaan lingkungan,
sumber daya keluarga, masalah kesehatan keluarga yang ada,
terjangkaunya fasilitas kesehatan dan kooperatifnya keluarga.
3. Semua keluarga mampu mengatasi masalah kesehatan syndrom dispepsia
dengan melaksanaan lima tugas keluarga sesuai dengan tingkat
kemampuannya dan salah satunya dengan memanfaatkan sumber daya
keluarga yang ada yaitu tanaman obat keluarga rimpang kunyit.
4. Diperoleh gambaran bahwa pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga
dengan memanfaatkan sumber daya keluarga yang ada yaitu tanaman obat
keluarga rimpang kunyit mampu mengatasi masalah kesehatan keluarga
aktual syndrom dispepsia.
5. Asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispepsia dengan
memanfaatkan tanaman obat rimpang kunyit sesuai dosis yang ada di
leteratur, yaitu 4 kali 500 mg bubuk kunyit dalam bentuk kapsul diminum
1 jam sebelum tidur dapat mengurangi keluhan syndrom dispepsia kurang
dari 1 minggu dan dapat meningkatkan nafsu makan.
6. Upaya mengurangi keluhan syndrom dispepsia dengan memanfaatkan
tanaman obat keluarga rimpang kunyit dikombinasikan dengan pemberian
antasid, parasetamol dan Vitamin B12 dan tanpa kombinasi dapat
menurunkan keluhan pada kasus syndrom dispepsia meskipun dipengaruhi
oleh pola makan, nutrisi yang adekuat, respon klien pada penggunaan
rimpang kunyit, tingkat keparahan penyakit, faktor lingkungan,
kemampuan keluarga dalam melakukan perawatan, kooperatifnya keluarga
dalam merawat anggota keluarganya dengan kasus syndrom dispepsia,
kepatuhan anggota keluarganya dengan kasus syndrom dispepsia terhadap
intervensi yang anjurkan, dan penggunaan rimpang kunyit sesuai dosis
yang ada pada literatur.
B. Saran
Supaya keluarga mampu mandiri dalam merawat anggota keluarganya
yang sakit dan mampu memanfaatkan sumber daya keluarga dengan tepat,
hendaknya diadakan program kesehatan keluarga melalui penyuluhan atau
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada kasus tertentu/ setiap kasus.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat ditindaklanjuti melalui penelitian
lebih lanjut dengan metode eksperimental untuk melihat:
1. Pengaruh tingkat pengetahuan/ pendidikan keluarga terhadap efektifitas
penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom
dispepsia.
2. Pengaruh tingkat pengetahuan/ pendidikan keluarga terhadap efektifitas
penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada kasus tertentu
( contoh: TBC, malaria, kusta, dan lain-lain)
3. Pengaruh pemanfaatan obat keluarga rimpang kunyit terhadap penurunan
keluhan syndrom dispepsia.
4. Pengaruh pemanfaatan obat keluarga rimpang kunyit terhadap efektifitas
asuhan keperawatan keluarga pada kasus syndrom dispepsia.
5. Pengaruh pemanfaatan obat keluarga lain ( Contoh: daun alpukat,
mengkudu, kencur, lidah buaya, dll) terhadap efektifitas asuhan
keperawatan keluarga pada kasus tertentu ( disesuaikan dengan
manfaatnya).
6. Penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan memanfaatkan
tanaman obat keluarga/ tanaman obat keluarga selain kunyit pada kasus
yang sesuai.
Top Related