GAMBARAN DARAH AYAM YANG DIBERI EKSTRAK
KUNYIT, TEMU PUTIH DAN BAWANG PUTIH
SEBAGAI PENGENDALIAN PENYAKIT CHRONIC
RESPIRATORY DISEASE
MUHAMMAD RIZKI ADLRIAN PRABOWO
DEPARTEMEN ANATOMI,FISIOLOGI DAN FARMAKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul gambaran darah ayam
yang diberi kunyit, temu putih dan bawang putih sebagai pengendalian penyakit
chronic respiratory disease adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2016
M.Rizki Adlrian P
NIM B04110113
ABSTRAK
MUHAMMAD RIZKI ADLRIAN PRABOWO. Gambaran Darah Ayam yang
diberi Kunyit, Temu Putih dan Bawang Putih sebagai Pengendalian Penyakit
Chronic Respiratory Disease. Dibimbing oleh ARYANI SISMIN
SATYANINGTIJAS dan EKOWATI HANDHARYANI.
Eritrosit mengandung hemoglobin yang berfungsi dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen, sedangkan leukosit berperan dalam proses kekebalan tubuh.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat jumlah eritrosit, kadar hemoglobin,nilai
hematokrit, dan jumlah leukosit ayam yang diberi simplisia kunyit, temu putih
dan bawang putihsebelum dan sesudah diinfeksi oleh Mycoplasma gallisepticum.
Sebanyak 20 ekor ayam SPF diaklimatisasi selama satu minggu kemudian diberi
simplisia kunyit, temu putih dan bawang putih selama satu minggu. Selanjutnya
ayam dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok ayam sehat (K1), ayam yang
diinfeksi tetapi tidak diberikan obat (K2), kelompok ayam yang diinfeksi dan
diberikan antibiotik (K3) dan kelompok ayam yang diinfeksi dan diberikan
ektraksi simplisia kunyit, temu putih dan bawang putih (K4). Pengambilan darah
dilakukan pada hari ke-0dan diinfeksi oleh M. Gallisepticum.Pada hari yang
samapada K3 mulai diberikan pengobatan enrofloxacin dan pada K4 diberi
perlakuan dengan pencekokan ekstrak herbal selama 2 minggu. Pada hari ke-3
pasca infeksi M. Gallisepticum, ayam diinfeksi ke-2 dengan E. Coli. Setelah
itusampel darah diambil kembali pada hari ke-7 & 14 pasca infeksi M.
Gallisepticum, Hasil penelitian menunjukkan bahwa total eritrosit, hemoglobin
dan hematokrit serta leukosit pada ayam yang diinfeksi tidak berbeda dengan
ayam sehat dan masih dalam kisaran normal.
Kata kunci :bawang putih ,CRD,darah, kunyit, temu putih.
ABSTRACT
MUHAMMAD RIZKI ADLRIAN PRABOWO. Chicken Blood picture given
Turmeric, White and Garlic Meeting as the Chronic Disease Prevention
Respiratory Disease. Supervised by Aryani Sismin SATYANINGTIJAS and
Ekowati HANDHARYANI.
Erythrocytes which contain haemoglobin has function to fulfill the needs
of oxygen, while leucocytes play a role in immune processes. This study was
aimed to count number of erythrocytes, hemoglobin concentration, hematocrite,
and number of leucocytesof chickens fed with extraction of simplisia containing
turmeric, ginger, and white garlic before and after infected by Mycoplasma
gallisepticum. A total of 20 SPF chickens were acclimatized for one week and
then given with simplisia for one week. Furthermore, chickens were divided into 4
groups, i.e., healthy chickens (K1), chicken infected by M. gallisepticum(K2),
infected chickens treated with antibiotics (K3), and infected chickens treated with
extraction of simplisia (K4). Blood sampling was performed at day 0 and groups
of K2, K3, and K4 were infected with M. gallisepticum. In the same day, K3 was
treated with enrofloxacin and K4 was treated with extraction of simplisiafor 2
weeks. At day 3 post-infection of M. gallisepticum, all chickens were infected by
Escherichia coli. Blood samples were taken again at day 7 and 14 post-infection.
The data were analysed descriptively and the difference among groups was
analysed using analysis of variance. The result showed that the total erythrocytes,
hemoglobin, hematocrite, and leucocytes in the infected chicken were not
different significantly (p>0.05) from healthy chickens and still within the normal
range.
Keywords: blood, CRD, garlic, tumeric, white turmeric.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
MUHAMMAD RIZKI ADLRIAN PRABOWO
NAMA PENULIS
DEPARTEMEN ANATOMI,FISIOLOGI DAN FARMAKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
GAMBARAN DARAH AYAM YANG DIBERI EKSTRAK
KUNYIT, TEMU PUTIH DAN BAWANG PUTIH
SEBAGAI PENGENDALIAN PENYAKIT CHRONIC
RESPIRATORY DISEASE
Judul Skripsi : Gambaran Darah Ayam yang diberi Kunyit, Temu Putih dan
Bawang Putih sebagai Pengendalian Penyakit Chronic Respiratory
Disease.
Nama : Muhammad Rizki Adlrian Prabowo
NIM : B04110113
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Drh Agus Setiyono, MS PhD APVet
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan
Tanggal Lulus:
Dr Drh Aryani S. Satyaningtijas, MSc
Pembimbing I
Prof Drh Ekowati H, MSi PhD APVet
Pembimbing II
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.Judul skripsi
ini adalah “Gambaran darah ayam yang diberi kunyit, temu putih dan bawang
putih sebagai pengendalian penyakit chronic respiratory disease.”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Drh Aryani S. Satyaningtijas,
MSc dan Prof Drh Ekowati Handharyani, MSi PhD APvet selaku pembimbing,
ibu Lina Noviyanti Sutardi S, Si APt MSi dan Drh Jenny Vony Nelwan yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian tulisan ini. Penulis juga saya mengucapkan
terima kasih kepada teman saya Citra Ayu Lestari, Habibul Rizki Marros dan
Nadia Alesiana Putri yang telah memberikan semangat dan saran. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis , serta seluruh teman dan
sahabat almarhum ayah penulis yang telah memberikan bantuan
moril,material,doa dan kasih sayang.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2016
M. Rizki Adlrian P
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Darah 3
Kunyit (Curcuma longa Linn) 3
Temu Putih (Curcuma zedoaria) 4
Bawang Putih (Allium sativum) 4
Penyakit Chronic Respiratory Diseases 4
METODE 5
Tempat dan Waktu Penelitian 5
Alat dan Bahan 5
Persiapan Penelitian 5
Pelaksanaan Penelitian 6
Parameter 7
Analisis Statistik 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Nilai Eritrosit 8
Nilai Hemoglobin 9
Nilai Hematokrit 9
Nilai Leukosit 10
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 14
RIWAYAT HIDUP 18
DAFTAR TABEL
1 Nilai eritrosit, hemoglobin, hematokrit ayam pada hari ke-7 dan ke-14 8 2 Nilai leukosit ayam pada hari ke-7 dan hari ke-14 10
DAFTAR GAMBAR 1 Gambar eritrosit 3
2 Rimpang kunyit (1), serbuk kunyit (2) 4
3 Umbi (a), suing bawang putih (b) 4
4 Alur pelaksanaan penelitian 6
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji Ducan pada nilai eritrosit. 13 2 Hasil uji Ducan pada nilai hematokrit 14 3 Hasil uji Ducan pada nilai hemoglobin 15 4 Hasil uji Ducan pada nilai leukosit 16
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit Chronic Respiratory Disease (CRD) merupakan penyakit
pernafasan yang menyerang ayam dan ditemukan pada semua kelompok umur
ayam.Agen penyebab dari CRD adalah Mycoplasma gallisepticum.Penyebaran
penyakit ini dapat secara vertikal terjadi melalui telur yang dihasilkan oleh induk
yang telah terinfeksi, sedangkan secara horizontal yaitu melalui kontak langsung
dengan ayam carrier. Infeksi CRD dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan,
menurunkan berat badan, kualitas karkas dan konversi pakan, serta meningkatkan
kematian.Secara ekonomi penyakit ini merupakan penyakit utama yang dapat
menyebabkan kerugian terbesar pada peternak.
Program vaksinasi CRD belum teraplikasi di lapangan dan pilihan peternak
saat ini hanya mengandalkan preparat antibiotik sebagai pilihan utama preventif
dan pengobatan penyakit ini. Penggunaan antibiotik pada ayam sangat berisiko
mengingat antibiotik meninggalkan residu pada daging ayam.Residu yang
ditimbulkan oleh antibiotik ini sangat berbahaya bagi konsumen yang
mengonsumsi produk ayam karena dapat menyebabkan resistensi antimikrobial.
Produk lain yang bertujuan untuk pencegahan dan pengobatan yang berasal
dari alam sudah banyak digunakan di peternakan tradisional. Preparat herbal
seperti kunyit, bawang putih, jahe, kencur, temulawak, dan sambiloto dipercayai
manfaatnya.Kukuminoid yang terkandung pada kunyit (Darwis et al. 1991) dan
bahan aktif allisin yang terkandung pada bawang putih (Santosa et al. 1991)
mempunyai khasiat sebagai antibakteri. Kekayaan alam Indonesia yang melimpah
seperti keanekaragaman hayati berbagai khasiat tanaman herbal menjadi
tantangan tersendiri untuk dipelajari.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek pemberian kunyit, bawang putih,
dan temu putih terhadap gambaran darah ayam sebelum dan setelah diinfeksi.
Aplikasi kunyit, bawang putih, dan temu putih ini ditujukan sebagai pencegahan
alternatif dan pengobatan ayam yang dapat menggantikan penggunaan
antibiotik.Penggunaan antibiotik dapat menimbulkan resistensi pada konsumen
daging ayam, sehingga penggunaannya sudah mulai dibatasi.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat jumlah eritrosit, kadar hemoglobin,
nilai hematokrit, dan jumlah leukosit pada ayam yang belum dan sudah diinfeksi
oleh M.gallisepticum terhadap pemberian simplisia kunyit, bawang putih, dan
temu putih.
2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang penggunaan
kunyit, bawang putih, dantemu putih sebagai pengendalian alternatif penyakit
khususnya Chronic Respiratory Disease yang merupakan salah satu penyakit
dalam daftar OIE.
TINJAUAN PUSTAKA
Hematologi
Darah
Darah adalah suatu jaringan kompleks yang berisi banyak sel khusus dan
berperan sebagai sarana pengangkut dalam proses homeostatik fungsi
fisiologis.Secara fisiologis, darah menjalankan fungsinya yaitu pembawa
oksigen, mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi, dan mekanisme
homeostasis. Darah terdiri dari bagian padatan yang terdiri dari sel-sel dan bagian
cairan yang disebut plasma,volume plasma darah adalah antara 45-65% dari
seluruh isi darah. Benda-benda darah tersebut adalah eritrosit (sel darah merah),
leukosit (sel darah putih), dan platelet (Meyer dan Harvey 2004)
Eritrosit unggas berbentuk cakram bikonkaf serta memiliki inti. Eritrosit
merupakan sel darah yang terdapat pada sirkulasi, lebih dari 99% sel darah adalah
eritrosit (Vander 2001). Eritrosit pada unggas memiliki ukuran yang lebih besar
dibandingkan dengan eritrosit pada mamalia. Ukurannya bervariasi tergantung
dari spesiesnya (Gunnarson 2012).Daur hidup eritrosit pada unggas cenderung
sangat singkat dibandingkan dengan mamalia. Rata-rata daur hidup eritrosit
manusia sekitar 50 sampai 60 hari, sedangkan pada unggas rata-rata 28 sampai 35.
Eritrosit memiliki fungsi yaitu membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh
tubuh.Kisaran nilai normal eritrosit ayam broiler yaitu 2.68 ± 0.39×106/μl
(Aengwich dan Chinrasri 2003).
Hemoglobin merupakan komponen gabungan yang terdiri dari heme dan
globin. Warna merah pada darah segar disebabkano leh adany ahemoglobin dalam
eritrosit. Selain itu, hemoglobin darah berfungsi sebagai pembawa oksigen dari
paru-paru ke jaringan dan membawa kembali karbondioksida dari jaringan ke
dalam paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Secara fisiologis, hemoglobin di
dalam tubuh memiliki dua bentuk yaitu oksihemoglobin dan deoksihemoglobin.
Oksihemoglobin merupakan bentuk hemoglobin yang mampu mengikat oksigen,
setiap molekul oksigen akan berikatan dengan bentuk ferro (fe++
) sehingga kurang
lebih 80% besi tubuh berada dalam hemoglobin (Almatsier 2001). Sedangkan
deoksihemoglobin merupakan hemoglobin yang tidak mampu mengikat oksigen
(Light et al. 2007). Kisaran nilai normal hemoglobin yaitu 6.95±0.95%
(Aengwich dan Chinrasri 2003).
3
Gambar 1 Eritrosit unggas (Natalia 2008)
Hematokrit adalah persentase volume eritrosit dari volume total sampel
darah yang dikoleksi dalam mikrokapiler. Untuk menghindari penggumpalan,
darah yang dikoleksi, dicampur dengan antikoagulan berupa heparin, oksalat, dan
ethylene diamine tetraacetic acid (EDTA). Kisaran nilai normal hemoglobin pada
ayam yaitu 29.20±0.9% (Aengwich dan Chinrasri 2003).
Indikator lain yang dapat dijadikan sebagai acuan terhadap adanya suatu
penyakit atau gangguan yaitu sel darah putih atau leukosit. Leukosit berperan
dalam proses pertahanan tubuh dan respon kekebalan terhadap agen infeksi seperti
parasit, bakteri, dan virus. Keadaan yang tidak normal dari sel darah putih serta
konsentrasi leukosit dapat disebabkan infeksi virus HIV/AIDS, kelainan
kongenital terkait dengan fungsi sumsum tulang, gangguan autoimun dan
kekurangan vitamin.
Kunyit (Curcuma longa Linn)
Kunyit merupakan salah satu bumbu masak yang sering digunakan.Kunyit
merupakan salah satu tumbuhan rimpang berwarna kuning dan memiliki bentuk
yang tidak teratur. Selain digunakan sebagai bumbu masak, kunyit sudah lama
digunakan sebagai jamu atau obat tradisional. Pada pengobatan tradisional,
kunyit digunakan sebagai anti inflamasi, antiseptik, anti iritansia, anoreksia, luka
diabetik, dan gangguan hati (Jain et al. 2007.; Chattopadhyay et al. 2004).
Kurkumin merupakan komponen bioaktif dalam kunyit yang berwarna kuning.
Kunyit dan kurkumin menunjukan aktivitas biologi dan potensi terapetik yang
hebat, termasuk aktivitasnya sebagai antibakteri, antifungi, antiprotozoa, antiviral,
antitusif, dan mukolitik (Rudraswamy et al. 2013), namun Satyaningtijas et
al.(2010) menyatakan bahwa pada ayam yang diberikan pakan basal ditambahkan
zink, bawang, dan kunyit tidak ada perubahan terhadap eritrosit, hemoglobin, dan
hematokrit. Menurut Wientarsihet al. (2013) kombinasi herbal kunyit dan zink
dalam pakan dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif kolibasilosis.
4
Gambar 2 Rimpang kunyit(Natalia 2008).(1) serbuk kunyit putih (2)temu putih
(Curcuma zedoaria).
Temu putih adalah tumbuhan rimpang yang masih jarang digunakan
sebagai bumbu masak, berbeda dengan kunyit. Sebagai obat tradisional, temu
putih sudah lama dikenal oleh masyarakat. Temu putih banyak digunakan pada
pengobatan tradisional pada penyakit diare, rematik, gangguan kulit, dan
hepatoprotektor, analgesik (Kamanashis dan Rahman 2012). Kandungan senyawa
dalam temu putih antara lainminyak atsiri, oil-resin, senyawa terpen, dan
curcumin.Selain itu, dengan adanya komponen cineol, champene, alpha pinen,
temu putih digunakan pada pengobatan batuk, gangguan saluran empedu, dan
halitosis.
Bawang Putih (Allium sativum)
Bawang putih merupakan tumbuhan rimpang yang lebih dikenal sebagai
bahan masakan. Bawang putih memiliki rasa sengit dan berwarna putih. Bawang
putih juga sudah dikenal sebagai obat dalam menyembuhkan beberapa penyakit
seperti influenza, bronkitis kronik, gangguan pernapasan, batuk, diare,
tuberkulosis paru, dan beberapa penyakit infeksi lain (Natalia 2008).
Gambar 3 (a) Umbi bawang putih (b) Siung bawang putih (Natalia 2008).
5
Chronic Respiratory Diseases
Chronic Respiratory Diseases (CRD) juga dikenal dengan airsacculitis pada
ayam yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum (Mushtaq dan
Masood 2012). Rute infeksi bakteri ini melalui konjunktiva atau alat pernafasan
bagian atas dengan masa inkubasi antara 6-10 hari. Penularan CRD dapat melalui
transovari atau kontak langsung dengan ayam yang terinfeksi CRD.Gejala klinis
berupa batuk, nasal okular discharge, ngorok, berat badan menurun, stunting,
pertumbuhan terhambat, tidak nafsu makan.Postmortem pada ayam yang
terinfeksi CRD menunjukkan air sacculitis, pericarditis, perihepatitis (terutama
dengan adanya infeksi sekunder E. coli). Diagnosa CRD dapat dilihat dari sejarah
penyakit, gejala klinis, isolasi atau dengan uji rapid spot agglutination (RSPA),
enzyme linked immunoassay (ELISA), dan haemagglutination inhibition (HI).
Pengobatan CRD biasanya menggunakan preparat antibiotika tylosin, spiramycin,
tetracycline, dan fluoroquinolon (Intervet 2009). Penyakit CRD pada ayam
memberikan dampak buruk pada perekonomian peternak seperti gangguan
pertumbuhan, produksi karkas, penurunan produksi telur, penurunanan efisiensi
pakan dan peningkatan biaya pengobatan dan biaya pencegahan. Penyakit ini juga
dapat menekan kekebalan oleh karena merusak dinding saluran pernafasan bagian
atas yang mempunyai peran penting dalam sistim kekebalan local (McMullin
2004).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2015 bertempat di
kandang hewan percobaan Rumah Sakit Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB).
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan yaitu kandang lipat, tempat minum, dan pakan
ayam, dispossible syringe 1 ml, botol tempat ektraksi, dispossible syringe 3 ml,
hemasitometer, kamar hitung Neaubauer, object glass, cover glass, gelas ukur,
mikroskop, pipet, hemoglobinometer Sahli, mikrokapiler hematokrit, crystoseal,
mikrosentrifus, mikrohematokrit reader, dan counter count, dan
EDTAvacuumtube.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini ayam specific pathogenic
free (SPF) sebanyak 20 ekor, ekstraksi, rimpang bawang putih, rimpang temu
putih, dan rimpang kunyit terstandarisasi Laboratorium Farmasi FKH IPB,
alkohol 70%, akuades, Antibiotik enrofloxacin, larutan hayem, larutan HCl 0.1 N,
dan pakan ayam. Selain itu, isolat bakteri yang digunakan adalah Mycoplasma
gallisepticum dan Escherichia coli yang berasal dari isolat Laboratorium
6
Bakteriologi Balai Besar Penelitian Veteriner (BBalitvet) Bogor dan isolat lapang
yang diisolasi dari kantung hawa ayam yang terjangkit CRD.
Persiapan Penelitian
Ayam day old chick broiler Spesific Pathogen Free (SPF) sebanyak 20 ekor
diperiksa terlebih dahulu kondisi kesehatannya.Rata-rata berat badan ayam yaitu
35-40 gram.Ayam yang digunakan adalah ayam berjenis kelamin jantan.Ayam
kemudian dimasukkan ke dalam satu kandang yang diberi pencahayaan, minum,
dan pakan ad libitum. Ayam diaklimatisasi selama satu minggu di dalam kandang
sebesar 150 x 60 x60cm3secara bersamaan. Kemudian ayam dibagi menjadi empat
kelompok, setiap kelompok terdiri dari lima ekor ayam. Pembagian kelompok
yaitu:
Kelompok 1: kontrol (ayam sehat);
Kelompok 2: diinfeksi tetapi tidak diberikan obat;
Kelompok 3: diinfeksi dan diberikan antibiotik;
Kelompok 4: diinfeksi dan diberikan ektraksi simplisia kunyit, temu
putih dan bawang putih.
Pelaksanaan Penelitian
Ayam diaklimatisasi selama satu minggu di dalam kandang.Setelah
aklimatisasi, ayam dibagi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 5 ekor ayam per
kelompok. Kelompok 1 adalah ayam sehat, kelompok 2 adalah ayam yang
diinfeksi tetapi tidak diberikan obat. Kelompok 3 adalah ayam yang diinfeksi dan
diberikan antibiotic. Kelompok 4 adalah ayam yang diinfeksi dan diberikan
ektraksi simplisia kunyit, bawang putih, dan temu putih.
0 3 7 14
keterangan:
aklimatisasi +herbal
+Herbal/antibiotik
Infeksi E. coli
Gambar 4 Alur pelaksanaan penelitian
Pengambilan darah
+herbal
Infeksi M. gallisepticum
7
Pengambilan Darah
Setelah itu ayam diberikan ektraksi simplisia kunyit, bawang putih,dan temu
putih setiap hari selama satu minggu dan ayam diambil darahnya melalui rute
intravena (vena brachialis) yang berada di bagian sayap sebagai nilai standar.
Ayam pada kelompok 2, 3 dan 4 diinfeksi oleh M. gallisepticum. Selanjutnya,
ayam pada kelompok 3 mulai diberikan pengobatan enrofloxacin dengan dosis 10
ml/kg bobot badan dan ayam pada kelompok 4 diberi perlakuan dengan
pencekokan ekstrak herbal dengan dosis 8 ml/kg bobot badan setiap hari selama 2
minggu. Pada hari ke-3 pascainfeksi M. gallisepticum, ayam diinfeksi ke-2 dengan
E. coli. Perlakuan infeksi M. gallisepticum dan E.coli dilakukan dengan cara
menyuntikkan sebanyak 0.5 ml ke dalam kantung hawa. Setelah itu sampel darah
diambil kembali pada hari ke-7 dan ke-14 pascainfeksi M. gallisepticum melalui
jantung, namun ayam dianastesi dahulu menggunakan ketamine 40 mg/kg bobot
badan dan xylazin 20mg/kg bobot badan.
Parameter Uji
Penghitungan Total Eritrosit dan Lekosit Sampel darah diambil pada vena brachialis di hari ke-0 dan pada hari ke- 7
dan hari ke-14 diambil langsung pada jantung menggunakan dissposible syringe 3
ml. Kemudian darah ditampung kedalam tabung yang mengandung antikoagulan
Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA). Sampel darah diambil
menggunakam pipet hemositometer neobauer sampai dengan skala 0.5 pada pipet,
lalu diencerkan dengan larutan Brilliant Cresyl Blue (BCB) atau Rees and Ecker
sampai teraan skala 101 dan dihomogenkan dengan penggoyangan membentuk
angka 8. Gelas penutup bersih diletakkan pada counting chamber plate yang telah
dibersihkan. Larutan darah dibuang pada bagian ujungnya lalu setetes larutan
darah ditempatkan diantara gelas penutup dan counting chamber lalu di diamkan
selama dua menit dan siap dihitung di bawah mikroskop (Staf Unit FKH-IPB
2005).
Penghitungan Hematokrit
Untuk menghitung nilai hematokrit, sampel darah yang diambil sebanyak
3/4 pipa mikrokapiler. Ujung pipa mikrokapiler yang satu ditutup dengan
crestasteal, lalu di sentrifuge dengan kecepatan 11000 putaran per menit selama 5
menit. Hasilnya dibaca menggunakan alat Adam’s Hemacytometer Reader (Staf
Unit FKH-IPB 2005).
Penghitungan Hemoglobin
Pada pemeriksaan Hemoglobin (Hb), alat pengukur Hgb-Sahli disiapkan.
Tabung Sahli diisi larutan HCl 0.1 N sebanyak garis tera bawah (skala 10).
Sampel darah diambil dengan menggunakan pipet Hgb sampai tanda tera yaitu
angka 20 (0.02 ml), lalu langsung dimasukkan ke dalam tabung Sahli lalu
dihomogenkan. Warna larutan darah dengan warna standar pada alat Sahli
disamakan dengan ditambahkan aquades sedikit demi sedikit sampai warna
menjadi sama (Staf Unit FKH-IPB 2005).
8
Analisis Statistik
Hasil parameter yang diukur dinyatakan dengan rataan dan simpangan baku.
Perbedaan antar kelompok perlakuan diuji secara statistik dengan analisis sidik
ragam (ANOVA-Analysis of Variance) dengan pola rancangan acak lengkap
(Steel dan Torrie 1993).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Eritrosit, Kadar Hemoglobin,Nilai Hematokrit
Darah merupakan salah satu komponen sistem transport yang sangat vital
keberadaannya. Fungsi vital darah di dalam tubuh antara lain sebagai pengangkut
zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut zat buangan hasil metabolisme tubuh,
dan pengangkut oksigen dan karbondioksida. Darah terdiri dari sel yang
bersirkulasi dan cairan yang disebut dengan plasma. Sel yang paling banyak
didalam darah adalah eritrosit (Meyer dan Harvey 2004). Eritrosit berfungsi
membawa oksigen dan nutrisi untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Pada Tabel 1 adalah jumlah eritrosit,kadar hemoglobin, dan nilai hematocrit
ayam setelah infeksi oleh M. gallisepticum dan diberi simplisia kunyit, bawang
putih dan temu putih
Tabel 1 Jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, nilai hematokrit ayam pada hari ke-7
dan hari ke-14 setelah infeksi oleh M. gallisepticum
Kelompok Eritrosit(x106/mm
3)
H7 H14
1 2.27 ± 0.06a 2.27 ± 0.15
a
2 2.33 ± 0.58a 2.30 ± 0.20
a
3 2.30 ± 0.10a 2.27 ± 0.51
a
4 2.30 ± 0.17a 2.30 ± 0.34
a
Hemoglobin(gr%)
H7 H14
1 9,27 ± 0,41a 9.27 ± 0.58
a
2 9,63 ± 0,64a 9.57 ± 1.20
a
3 8.80 ± 0.50a 9,13 ± 1.27
a
4 9.23 ± 0.66a 9,57 ± 0.81
a
Hematokrit(%)
H7 H14
1 30,33 ± 1,15a 30.00 ± 1.00
a
2 31.33 ± 1.53a 30.33 ± 3.51
a
3 30,33 ± 1.53a 29.67 ± 5,13
a
4 29,67 ± 2,88a 30.33 ± 3,21
a
Keterangan: huruf superscript (a,b) yang tidak berbeda pada baris yang sama menyatakan
tidak adanya perbedaan nyata (P>0.05) antar kelompok perlakuan.
9
Pada Tabel 1 Jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit tidak
terdapat perbedaan nyata antara ke tiga kelompok (P>0.05). Nilai eritrosit tersebut
masih berada didalam kisaran normal menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988)
yaitu 2.0 - 3.2 x106/mm
3). Nilai eritrosit terendah berada pada kelompok 3, yang
merupakan kelompok yang diinfeksi lalu diberi ekstrak kunyit, bawang putih dan
temu putih, akan tetapi nilai tersebut masih berada didalam kisaran eritrosit
normal. Kunyit dan temu putih memiliki bahan aktif kurkumin yang memiliki
efek antioksidan yang dapat melindungi eritrosit dari oksidasi (Chattopadhyay et
al. 2004). Reaksi oksidasi yang terjadi dapat merusak eritrosit yaitu karena
terjadinya lisis (Meyer dan Harvey 2004). Pada hari ke-7 dan hari ke-14 kelompok
2 memiliki nilai eritrosit tertinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya yaitu
sebesar 2.33 ± 0.58 x106/mm
3dan 2.30 ± 0.20 x10
6/mm
3.
Jumlah eritrosit pada kelompok 4 menunjukan jumlah eritrosit yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok 3. Antibiotik enrofloxacin sebagai
bakterisida mempunyai spektrum aktivitas antibakteri yang cukup luas meliputi
bakteri Gram positif dan negatif. Enrofloksasin bekerja pada tahap pertumbuhan
maupun tahap stasioner bakteri dengan cara menghambat kerja deoxyribonucleid
acid (DNA) gyrase (Rahminiwati 2010), sehingga bakteri ini tidak mampu
memperbanyak diri dan bertahan hidup pada tubuh inangnya. Pada ayam yang
diinfeksi lalu diobati dengan antibiotic enrofloxacin (kelompok 3) tidak terjadi
septikemia yang akan menyebabkan lisisnya eritrosit.
Hemoglobin di dalam tubuh ayam memiliki fungsi utama mengangkut
oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan berlanjut dengan mengangkut
karbon dioksida dari jaringan kembali ke paru-paru (Light et al. 2007).Kadar
hemoglobin pada setiap kelompok tidak berbeda nyata (P>0.05) namun
mengalami penurunan pada kelompok 3. Kadar hemoglobin tersebut masuk ke
dalam kisaran normal yaitu 7.3 - 10.9 g/dl (Smith dan Mangkoewidjojo 1988).
Nilai hemoglobin tertinggi berada pada kelompok 2 yaitu kelompok yang
diinfeksi tanpa diberi pengobatan.
Nilai normal hematokrit ayam yaitu 24.0- 43%. Nilai hematokrit ayam pada
penelitian ini yang diinfeksi juga tidak mengalami perbedaan dengan nilai
hematocrit ayam yang sehat. Nilai hematokrit pada Tabel 1 menunjukan tidak
terdapat perbedaan nyata antar kelompok. Nilai tertinggi terdapat pada kelompok
2 dan terendah terdapat pada kelompok 4. Nilai-nilai tersebut masih berada
didalam kisaran normal. Menurut Meyer dan Harvey (2004), jumlah eritrosit, nilai
hematokrit dan kadar hemoglobin berjalan sejajar satu sama lain apabila terjadi
perubahan. Nilai hematokrit yang rendah dapat mengindikasikan beberapa
kelainan yaitu anemia, kerusakan sumsum tulang, kerusakan eritrosit dan
malnutrisi. Sebaliknya nilai hematokrit yang tinggi mengindikasikan keadaan
dehidrasi (Rebar 2000).
10
Jumlah Leukosit
Jumlah normal leukosit ayam yaitu 16.0 -40.0 x103/
mm3 (Smith dan
Mangkoewidjojo 1988). Jumlah leukosit ayam setelah infeksi oleh M.
gallisepticum dan diberi simplisia kunyit, bawang putih dan temu putih dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah leukosit ayam pada hari ke-7 dan hari ke-14 setelah infeksi oleh
M. gallisepticum
Leukosit(x103/mm
3)
H7 H14
1 2.63 ± 0.03ab
2.50 ± 0.07a
2 2.71 ± 0.52b 2.50 ± 0.11
a
3 2.66 ± 0.09ab
2.49 ± 0.22a
4 2.64 ± 0.13ab
2,54 ± 0.12ab
Keterangan: huruf superscript (a,b) yang tidak berbeda pada baris yang sama menyatakan
tidak adanya perbedaan nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan.
Jumlah leukosit ayam pada hari ke 7 dan hari ke 14 setelah infeksi oleh M
gallisepticum pada ayam yang tidak diberi pengobatan mengalami penurunan dan
berbeda sevara signifikan (P>0,05) Jumlah leukosit ayam pasca infeksi hari ke 7
pada kelompok 2 adalah yang tertinggi dibanding kelompok yang lain. Kelompok
4 memiliki nilai terendah pada hari ke-14 paska infeksi dibandingkan dengan
kelompok yang lain. Jumlah lekosit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor fisiologis dan patologis. Menurut Ganong (1995) keadaan patologis akibat
infeksi benda asing dapat menurunkan rataan jumlah leukosit bahkan sampai di
bawah normal. Ayam pada penelitian ini diinfeksi oleh M. gallisepticum dan E.
coli sehingga nilai leukosit menjadi turun tetapi masih berada didalam kisaran
normal. Mekanisme bakteri M. gallisepticum masuk melalui rongga hidung
kemudian melekat pada reseptor epitel yang disebut sialoglycoprotein (Patron
recognition receptors sites) yang terletak pada ujung organ sel mikoplasma
(Tajima et al. 1982). Kemudian sel mikoplasma melakukan penetrasi dan merusak
mukosa sambil memperbanyak diri dengan perantara gerakan silia. Selain itu
gerakan silia membantu sel mikoplasma mencapai kantong membran udara
abdominal. Peradangan yang terjadi pada jaringan epitel bukan merupakan akibat
dari toksin mikoplasma melainkan respon imun dari tubuh inang yaitu berupa
reaksi peradangan (Razin et al. 1998). Peradangan tersebut mengakibatkan
terhambatnya perkembangan sel T helper 1 (Th1 cell) sehingga sel T sitotoksik
(killer cytotoxic T cell) menjadi tidak aktif yang mengakibatkan infeksi pathogen
menjadi persisten. Akibat lain yaitu terjadi peningkatan produksi tumor nekrosis
faktor α (TNF α) yang mengakibatkan respon Th2 menurun dan menyebabkan
respon netralisasi antibodi terhadap infeksi bakteri menurun drastis atau disebut
juga dengan imunosupresif (Szathmary dan Stipkovits 2006). Ayam pada
kelompok 4 memiliki nilai leukosit yang paling rendah dibandingkan dengan
kelompok lain. Kelompok 4 merupakan ayam yang diberi infeksi dan diberi oleh
kunyit, temu putih dan bawang putih. Kurkumin didalam kunyit dan temu putih
menunjukkan aktivitas biologi dan potensi terapetik yang hebat, termasuk
11
aktivitasnya sebagai antibakteri, antifungi, antiprotozoa, antiviral,antitusif, dan
mukolitik (Rudraswamy et al. 2013). Pada bawang putih, allisin bahan aktif yang
terkandung berguna sebagai antibakterial dan antifungal (Lawson et al. 1992).
Ketiga bahan aktif pada tanaman ini memiliki aktivitas sebagai antibakteri tetapi
sayangnya pada penelitian ini nilai leukosit menjadi turun. Diduga ketiga
kombinasi ekstrak menyebabkan efek antagonis dari masing masing fungsi bahan
aktif yang terkandung. Sebagai informasi, dari penelitian Kusnadi dan Rahmat
(2010) menyatakan bahwa pemberian pakan dengan tambahan kunyit pada
kondisi cekaman panas mampu menaikkan nilai eritrosit dan hematokrit.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak kunyit, temu putih dan bawang putih mampu memperatahankan
jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, dan jumlah leukosit ayam
yang diinfeksi M. gallisepticum dan masih berada didalam kisaran normal.
Saran
Studi lanjutan diperlukan untuk meneliti efek pemberian obat herbal
kunyit,temu putih dan bawang putih secara bersamaan pada ayam.
DAFTAR PUSTAKA
Aengwanich W, Chinrasri O. 2003. Effects of chronic heat stress on red blood cell
disorders in broiler chickens. Mahasarakham Univ J. 21: 1–10.
Almatsier S. 2001. Prinsip DasarIlmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Utama.
ChattopadhyayI KB, BandyopadhyayU, BanerjeeRK. 2004. Turmeric and
curcumin; biological actions and medicinal applications. Current Sci.
87(1):44-53.
Darwis SN, Modjo ABD, Hasiyah S. 1991. Tanaman Obat Familia Zingiberaceae.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Industri.Bogor.
Ganong WF. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta (ID): Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Gunnarson M. 2012. Avian Hematology. Swedia (SW): Institute for Clinical
Chemistry Swedish Agricultural University. Swedish(SE).
Intervet. 2009. Important Poultry Diseases. The Netherlands (NL) : Intervet
Internatioal BV.
Jain S, Shrivastava S, Nayak S, Sumbhate S. 2007. Plant Review Recent trends in
Curcuma Longa Linn. Pharmacognosy Reviews. 1(1): 119–128.
Kamanashis D, Rahman MA. 2012. Analgesic and antimicrobial activities of
Curcuma Zedoaria. Int J Pharm Pharm Sci. 4(5): 322-328.
Kusnadi E, Rachmat A. 2010. Pengaruh suplementasi kunyit (Curcuma
domestical) terhadap perubahan beberapa komponen darah dan
pertumbuhan ayam broiler yang mengalami cekaman panas. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
12
Lawson LD, Ransom DK, Hughes BG. 1992. Inhibition of whole blood platelet
aggregation by coumpounds in garlic clove extracts and commercial garlic
products. Thromb res. 65:141-156.
Light A, GrassC, PursleyD, KrauseJ. 2007. Carboxyhemoglobin level in
smokernonsmokersinasmokingenvironment.J Respir Care. 52(11): 1576.
McMullin Paul. 2004. A Pocket Guide to Poultry Health and Disease.
Meyer DJ, Harvey JW. 2004. Veterinary Laboratory Medicine.Ed ke-3. United
States (US): Elsevier.
MushtaqA, MasoodR. 2012. Chronic Respiratory Disease of Poultry.Pakistan
(PK): Pakistan Times.
Natalia RD. 2008. Jumlah eritrosit, nilai hematokrit dan kadar hemoglobin
ayampedaging umur 6 minggu yang diberi suplemen kunyit, bawang putih
danzink [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rahminiwati M, Mustika AA, Saadiah S, Andriyanto, Soeripto, P Unang.
Bioprospeksi ekstrak jahe gajah sebagai anti-CRD: kajian aktivitas
antibakteri terhadap Mycoplasma galisepticum dan E. Coli in vitro. J IP
Indonesia. 15(1): 7–13.
Razin S, Yogev D, Naot Y. 1998. Molecular biology and pathogenicity of
mycoplasmas. Microbiol mol biol rev. 62: 1094 – 1106.
Rebar AH. 2000. Hemogram Interpretation For Dog and Cats. Clinical Handbook
Series. Ralston Purina Company.
Rudraswamy M, S Arun, S Hiremath, MS Chaithanya. 2013. Efficacy of Actovet-
CRD’ a novel herbal formulation as prophylactic and therapeutic agent for
CRD complex in poultry. J World's Poult Res. 3(2): 57-62.
Santosa MN, Basuki A, Cholil DA. Dharma S. 1991. Pengembangan bawang
putih didataran medium (400 m dpl). Risalah Kongres Ilmu Pengetahuan
Nasional LIPI,Jakarta.
Satyaningtijas AS, Widhyani SD, Natalia RD. Jumlah erirosit, nilai hematokrit,
dan kadar hemoglobin ayam pedaging umur 6 minggu dengan pakan
tambahan. Jurnal Kedokteran Hewan 4(2):69-73.
Staf Unit Fisiologi FKH-IPB. 2005. Penuntun Praktikum Fisiologi
EksperimentalBogor: FKH IPB.
Smith JB, Mankoewidjojo S.1988. Pemeliharaan, pembiakan dan penggunaan
hewan percobaan di daerah tropis [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas
Indonesia
Steel G.D, Torrie J.H. 1993.Principles and Procedures of Statistics: A Biometrical
Approach. English (UK): McGraw-Hill Companies.
Szathmary S, Stipkovits L. 2006. Interaction of mycoplasma and the chicken
immune system.International Novartis Poultry Symposium. Mexico: 1 – 24
Tajima M, Nunoya T Yagihashi T. 1982. An Ultrastructural study on the
interaction of Mycoplasma gallisepticum with the chicken tracheal
epithelium. J Vet Res. 40: 1009 – 1014.
Vander AJ. 2001. Human Physiology: The Mechanisms of Body Function. Edisi
ke-8. NewYork (US):McGraw-Hill.
Wientarsih I, Widhyari SD, Aryanti T. 2013.Kombinasi imbuhan herbal kunyit
dan zink dalam pakan sebagai alternatif pengobatan kolibasilosis pada ayam
pedaging.J Vet. 14(3):327-334.
13
LAMPIRAN
Lampiran 1.Hasil uji Duncan pada nilai eritrosit
eritrosit
Duncana
perl
akuan
N Subset
for alpha = 0.05
1
tana
m3
3 2.1667
seh
at2
3 2.2667
tana
m2
3 2.2667
seh
at3
3 2.2667
anti
3
3 2.2667
anti
2
3 2.3000
sakit
3
3 2.3000
sakit
2
3 2.3333
seh
at1
3 2.4667
sakit
1
3 2.4667
anti
1
3 2.4667
tana
m1
3 2.4667
Sig. .112
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample
Size = 3.000.
14
Lampiran 2.Hasil uji Duncan pada nilai hematokrit
ht
Duncana
perl
akuan
N Subset
for alpha = 0.05
1
tana
m3
3 28.3333
tana
m2
3 29.0000
anti
3
3 29.6667
seh
at3
3 30.0000
seh
at2
3 30.3333
anti
2
3 30.3333
sakit
3
3 30.3333
seh
at1
3 30.6667
sakit
1
3 30.6667
anti
1
3 30.6667
tana
m1
3 30.6667
sakit
2
3 31.3333
Sig. .167
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample
Size = 3.000.
15
Lampiran 3.Hasil uji Duncan pada nilai hemoglobin
16
Lampiran 4.Hasil uji Duncan pada nilai leukosit
leukosit
Duncana
perl
akuan
N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
tana
m3
3 2.4
467
anti
3
3 2.4
833
2.4
833
seh
at3
3 2.4
967
2.4
967
sakit
3
3 2.5
067
2.5
067
seh
at1
3 2.5
667
2.5
667
2.5
667
sakit
1
3 2.5
667
2.5
667
2.5
667
anti
1
3 2.5
667
2.5
667
2.5
667
tana
m1
3 2.5
667
2.5
667
2.5
667
seh
at2
3 2.6
333
2.6
333
tana
m2
3 2.6
333
2.6
333
anti
2
3 2.6
567
2.6
567
sakit
2
3 2.7
100
Sig. .18
7
.06
3
.11
7
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
17
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di kota Ambon,12 April 1993 putra kedua dari Rukkasan (alm)
dan Sri Eka Yuningsih. Penulis pernah menempuh pendidikan di TK Teladan
Ungaran, SDN 02-03 Ungaran , SMPN 1 Ungaran dan SMAN 1 Ungaran. Penulis
diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
pada tahun 2011 melalui jalur SMNPTN. Penulis pernah mengikuti organisasi
kemahasiswaan di dalam kampus di antaranya sebagai anggota Himpunan Minat
dan Profesi Satwa Liar FKH-IPB (2012-2013).
Top Related