Fungsi Komite Sekolah dalam
Manajemen Pembiayaan di MAN 4 Jakarta
TESIS
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
Magister Pendidikan (M.Pd.)
Oleh
Sri Yati
NIM: 21170181000029
Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
2019 M/1440 H
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Padanan Aksara
Bahasa Arab Bahasa Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
B Be ب
T Te ت
Ts Te dan Es ث
J Je ج
H Ha dengan garis bawah ح
Kh Ka dan ha خ
D De د
Dz De dan Zet ذ
R Er ر
Z Zet ز
S Es س
Sy Es dan Ye ش
S Es dengan garis bawah ص
D De dengan garis bawah ض
T Te dengan garis bawah ط
Z Zet dengan garis bawah ظ
Koma terbalik di atas „ ع
Gh Ge dan Ha غ
F Ef ف
Q Ki ق
L El ل
M Em م
N En ن
W We و
H Ha ه
A Apostrof ء
Y Ye ي
B. Vokal
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
A Fathah َـ
I Kasrah ِـ
U Dommah ِـ
ي َـ Ai A dan I
و َـ Au A dan U
vii
C. Vokal Panjang
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ا-- Ᾱ A dengan garis di atas
ي-- Ῑ I dengan garis di atas
و-- U U dengan garis di atas
D. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan arab dilambangkan dengan huruf ال, dialihaksarakan
menjadi huruf (l), baik diikuti huruf syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-
syamsu bukan asy-syamsu dan al-rahim bukan ar-rahim.
E. Syaddah/ Tasydid
Syaddah/tasydid dalam tulisan arab dilambangkan dengan ِـ, dalam alih aksara
dilambangkan dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syiddah. Akan tetapi, hal
ini tidak berlaku pada huruf-huruf syamsiyyah yang didahului kata sandang. Misalnya
kata النّوم tidak ditulis an-naum melainkan al-naum.
F. Ta Marbutah
Ta marbutah jika berdiri sendiri dan diikuti oleh kata sifat (na’at) dialihaksarakan
menjadi huruf (h). namun, jika huruf tersebut diikuti kata benda (isim), maka huruf
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf (t). Contohnya kata مدر سة (madrasah).
viii
ABSTRAK
Fungsi Komite Sekolah dalam Manajemen Pembiayaan
di MAN 4 Jakarta
Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat. Kurang optimalnya fungsi komite dalam mendukung pendidikan serta
manajemen pembiayaan yang kurang efisien dan efektif masih menjadi masalah yang
belum terselesaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi komite sekolah
dalam manajemen pembiayaan, diantaranya dalam fungsi perencanaan pembiayaan,
pelaksanaan, dan pengawasan, serta untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh
pihak komite dan MAN 4 Jakarta beserta solusinya. Penelitian ini menggunakan metode
pendekatan kualitatif dengan model studi kasus. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan diketahui bahwa fungsi komite dalam manajemen pembiayaan di MAN 4 Jakarta
belum optimal. Karena komite belum sepenuhnya terlibat dalam perencanaan pembiayaan;
Penggalangan dana yang menimbulkan besarnya angka tunggakan dan munculnya hutang di
keuangan komite, namun pelaporan keuangan sudah cukup baik; Kegiatan pengawasan
yang dilakukan komite hanyalah sebatas tindak lanjut dalam keringanan biaya; dan kendala
utama yang dihadapi komite ialah dana komite yang bersifat sumbangan dan ketat aturan
sehingga sulit untuk memastikan jumlah dana yang akan terhimpun.
Kata Kunci: Fungsi Komite Sekolah, Manajemen Pembiayaan
ix
ABSTRACT Function of School Committee in Financing Management
at MAN 4 Jakarta
Education funding is a shared responsibility between the government and the
community. The lack of optimal functioning of the committee in supporting education and
less efficient and effective financing management is still an unresolved problem. This
study aims to determine the functions of school committees in financing management,
including in the functions of financing planning, implementation, and supervision, as well
as to find out the obstacles faced by the committee and MAN 4 Jakarta and its solutions.
This study uses a qualitative approach with a case study model. Based on the research that
has been done, it is known that the functions of the committee in financing management in
MAN 4 Jakarta are not optimal. Because the committee has not been fully involved in
financing planning; Fundraising raises the amount of arrears and the emergence of debt in
the committee's finances, but financial reporting is good enough; The supervisory activities
carried out by the committee are limited to follow-up in cost relief; and the main obstacle
faced by the committee is the contribution of committee funds and strict rules so that it is
difficult to ensure the amount of funds to be collected.
Keywords: Function of School Committees, Financing Management.
x
ملخص جاكرات 4جلنة املدرسة يف إدارة التمويل يف املدرسة الثانوية اإلسالمية احلكومية وظائف
كان التمويل الرتبوي لو مسؤولية مشرتكة بني احلكومة واجملتمع. وال يزال االفتقار إىل األداء األمثل
يهدف ىذا للجنة يف دعم التعليم وقلة كفاءة وفعالية يف إدارة التمويل وىذا يكون مشكلة مل حتل بعد. لل وظائف التطيي،، البحث إىل معرفة وكشف عن وظائف جلنة املدرسة يف إدارة التمويل، مبا يف
والتنفيذ، واإلشراف على التمويل، ومعرفة العراقيل اليت تواجهها اللجنة ىذه املدرسة وحلوهلا. يستطدم ىذا البحث مدخل املنهج الكيفي بنمولج الدراسة احلالة. استنادا إىل البحث الذي مت إجراؤىا الباحثة، من
درسة مل تكن مثاليا. ظررا ألن اللجنة مل تشار بالكامل يف املعروف أن وظيفة اللجنة املالية يف ىذه املختيي، التمويل. فإن مجع األموال يرفع مقدار املتأخرات وظهور الديون يف أموال اللجنة، ولكن التقارير املالية جيدة مبا فيو الكفاية. تقتصر األظشية اإلشرافية اليت تقوم هبا اللجنة فق، على املتابعة يف ختفيف
تكاليف، والعراقيل الرئيسية اليت تواجهها اللجنة ىي مسامهة أموال اللجنة والقاظون الصارمة حبيث يكون ال من الصعب ضمان مبلغ األموال اليت سيتم مجها.
وظائف جلنة املدرسة ؛ إدارة التمويل النقاط احلاكمة:
xi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
ini. Shalawat beserta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, uswah hasanah
yang menjadi junjungan bagi seluruh alam.
Berkat bantuan dan dukungan dari banyak pihak, akhirnya tesis ini dapat
terselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, M.A. dan Dekan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Kegurun (FITK) Dr. Hj. Sururin, M.Ag. serta seluruh jajaran civitas
akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua Program Magister Manajemen Pendidikan Islam FITK Dr. Jejen Musfah, M.A.
serta Staf Sekretariat Magister Muslikh Amrullah, S.Pd yang telah banyak
memfasilitasi, membimbing, dan mendukung penulis dalam penyelesaian penulisan
tesis.
3. Pembimbing tesis Dr. H. Nurochim, M.M. atas segala arahan, luangan waktu, motivasi,
semangat dan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
4. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. yang telah menjadi penguji proposal tesis, terima kasih atas
segala saran, masukan dan bimbingan kepada penulis dalam perbaikan penulisan tesis.
5. Kepala Madrasah (H. Ismail Nur, Lc, M.Ag.), Kepala Tata Usaha (Khairani, S.Kom.),
Wakil Kepala Bagian Kurikulum (Fitri Sulastri, S.Pd.), Staf Pengembangan Mutu (Ellis
Ermawati, S.Kom.), dan perwakilan dari wali kelas (Rita Widiarti, S.E.). Terima kasih
atas kesempatan dan bantuannya kepada penulis untuk melakukan penelitian dan
memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan tesis ini.
6. Ketua Komite (Dr. H. Hilmi Muhammadiyah, M.Si.), Ketua pengawas komite (Anis
Ilahi Widati, M.Si.), Bendara komite (Dra. Hj. Kholiyah Thohir, M.A.), dan staf komite
(Almas Khiruna, S.E.). Terima kasih atas bantuan dan kepercayaannya kepada penulis
untuk mendapatkan berbagai data yang berkaitan dengan Komite MAN 4 Jakarta serta
informasi yang diperlukan dalam penulisan tesis ini.
7. Kepada guru dan tenaga kependidikan di MAN 4 Jakarta yang telah memberi
kesempatan dan bantuan selama penulis melakukan penelitian.
8. Kepada beberapa orang tua siswa dan beberapa siswa yang menjadi informan
wawancara yang dilakukan oleh peneliti.
9. Kepada suami dan anak-anakku, serta orang tua yang telah memberikan bantuan,
dukungan, doa, dan pengertiannya atas kesempatan yang telah diberikan sehingga
penulis mampu menyelesaikan tesis ini.
10. Kepada teman seperjuangan Magister MPI angkatan 2017 Kelas B, atas kerjasama dan
bantuannya. Semoga Allah SWT senantiasa memberi kemudahan dan keridhoan kepada
kita semua dalam mencapai kesuksesan dunia dan akhirat.
Jakarta, April 2019
Sri Yati
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM........................................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN.............................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR HASIL......................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN TESIS.............................................................................. v
PEDOMAN TRANSLITERASI.................................................................................. vi
ABSTRAK..................................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR................................................................................................... xi
DAFTAR ISI.................................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah......................................................................................... 6
C. Batasan Masalah............................................................................................... 7
D. Rumusan Masalah............................................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian.............................................................................................. 7
F. Manfaat Penelitian............................................................................................ 7
BAB II LANDASAN TEORI....................................................................................... 8
A. Komite Sekolah............................................................................................... 8
1) Pengertian dan Ruang Lingkup Komite Sekolah........................................ 8
2) Peran dan Fungsi Komite Sekolah.............................................................. 12
B. Manajemen Pembiayaan................................................................................. 16
1) Pengertian Manajemen.............................................................................. 16
2) Pengertian Manajemen Pembiayaan.......................................................... 17
3) Tahapan Manajemen Pembiayaan............................................................. 18
C. Fungsi Komite Sekolah dalam Manajemen Pembiayaan................................ 28
D. Penelitian Terdahulu....................................................................................... 31
E. Kerangka Konseptual...................................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................. 34
A. Jenis Penelitian............................................................................................... 34
B. Objek Penelitian............................................................................................. 34
C. Sumber Data................................................................................................... 34
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................................. 34
E. Instrumen Penelitian....................................................................................... 35
F. Uji Kredibelitas Data...................................................................................... 40
G. Teknik Analisis Data...................................................................................... 41
xiii
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN................................................................. 42
A. Gambaran Umum MAN 4 Jakarta.................................................................. 42
B. Gambaran Umum Komite MAN 4 Jakarta..................................................... 59
C. Temuan Lainnya............................................................................................. 77
D. Pembahasan.................................................................................................... 79
BAB V PENUTUP....................................................................................................... 97
A. Kesimpulan.................................................................................................... 97
B. Saran.............................................................................................................. 98
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 99
LAMPIRAN................................................................................................................. 102
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.01 Alokasi Anggaran Pendidikan Tertinggi di Tingkat Propinsi ................... 4
Tabel 1.02 Laporan Keuangan Komite MAN 4 Jakarta .............................................. 5
Tabel 2.01 Beberapa Pendapat Tentang Komite.......................................................... 14
Tabel 2.02 Tahapan Manajemen Pembiayaan............................................................. 19
Tabel 2.03 Fungsi Komite Sekolah............................................................................. 30
Tabel 3.01 Kisi-kisi Pengumpulan Data...................................................................... 35
Tabel 3.02 Kisi-kisi Wawancara.................................................................................. 38
Tabel 4.01 Identitas MAN 4 Jakarta............................................................................ 42
Tabel 4.02 Jumlah Guru Tahun 2018........................................................................... 45
Tabel 4.03 Jumlah Tenaga Kependidikan Tahun 2018................................................ 45
Tabel 4.04 Jumlah Perkembangan Peserta Didik Tahun 2014-2018............................ 46
Tabel 4.05 Daya Serap Lulusan MAN 4 Jakarta Tahun 2018...................................... 47
Tabel 4.06 Kondisi Prasarana MAN 4 Jakarta............................................................. 49
Tabel 4.07 Jadwal Ekstra Kurikuler MAN 4 Jakarta.................................................... 50
Tabel 4.08 Daftar Prestasi Non Akademik................................................................... 52
Tabel 4.09 Rencana Kegiatan Madrasah...................................................................... 53
Tabel 4.10 Rencana Kegiatan dan Anggaran Madrasah (RKAM)............................... 55
Tabel 4.11 Realisasi Anggaran APBN......................................................................... 59
Tabel 4.12 Realisasi Anggaran APBD......................................................................... 59
Tabel 4.13 Pengurus Komite MAN 4 Jakarta............................................................... 64
Tabel 4.14 Rincian Program Wajib di MAN 4 Jakarta................................................. 67
Tabel 4.15 Rincian Program Inti Kelas XII.................................................................. 69
Tabel 4.16 Rincian Program Inti Kelas XI.................................................................... 70
Tabel 4.17 Rekap Kesepakatan Sumbangan Program Inti............................................ 72
Tabel 4.18 Rincian Program Pembangunan Masjid dan Pembebasan Lahan............... 72
Tabel 4.19 Perbandingan Jumlah Sumbangan Komite................................................. 73
Tabel 4.20 Laporan Keuangan Komite MAN 4 Jakarta............................................... 75
Tabel 4.21 Fungsi Komite Sekolah.............................................................................. 79
Tabel 4.22 Rekapitulasi RKAM................................................................................... 80
Tabel 4.23 Rekap Kesepakatan Sumbangan Program Inti............................................ 81
Tabel 4.24 Keterlibatan Komite dalam Penyusunan Anggaran.................................... 83
Tabel 4.25 Rincian Program Wajib.............................................................................. 84
Tabel 4.26 Rincian Program Inti.................................................................................. 84
Tabel 4.27 Rincian Program Pembangunan Masjid..................................................... 85
Tabel 4.28 Jumlah Sumbangan Wajib dan Inti Per Siswa............................................ 85
Tabel 4.29 Laporan Keuangan Komite......................................................................... 88
Tabel 4.30 Realisasi Anggaran APBN......................................................................... 91
Tabel 4.31 Realisasi Anggaran APBD......................................................................... 91
Tabel 4.32 Perbandingan Dana APBN, APBD, dan Dana Komite.............................. 91
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.01 The Budget Triangle................................................................................. 20
Gambar 2.02 Alur Pertanggungjawaban Dana Berdasarkan Sumbernya....................... 27
Gambar 2.03 Kerangka Konseptual…………………………………........................... 33
Gambar 4.01 Pintu Masuk dan Pelayanan Terpadu........................................................ 43
Gambar 4.02 Struktur Organisasi MAN 4 Jakarta......................................................... 44
Gambar 4.03 Guru dan Tendik....................................................................................... 45
Gambar 4.04 Daya Serap Lulusan MAN 4 Jakarta Tahun 2018.................................... 47
Gambar 4.05 Sebagian Sarana dan Prasarana................................................................ 49
Gambar 4.06 Pembangunan Kolam Renang dan Masjid............................................... 50
Gambar 4.07 Ektrakurikuler Band dan Tari Saman....................................................... 51
Gambar 4.08 Pemenang lomba Taekwondo, OSN, dan IT Competition........................ 52
Gambar 4.09 Kunjungan Prof. Hans Dieter Barke dari Munster Universitat................ 53
Gambar 4.10 Foto Rapat Pengurus Komite dan Rapat dengan Orang Tua................... 65
Gambar 4.11 Program Makan Siang sebagai Salah Satu Program Wajib........................ 67
Gambar 4.12 Surat Pernyataan Kesediaan Sumbangan Program Wajib....................... 68
Gambar 4.13 Kegiatan Pesantren Kilat dan Bulan Bahasa........................................... 70
Gambar 4.14 Surat Pernyataan Kesediaan Sumbangan Program Inti........................... 71
Gambar 4.15 Bangunan Masjid Baru yang Belum Selesai............................................ 72
Gambar 4.16 Orang Tua Siswa Sedang Menyerahkan Sumbangan Komite.................. 74
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Wanwancara dan Gambar Saat Melakukan Wawancara
Lampiran 2 Daftar Informan dan Pengecekan Data oleh Informan
Lampiran 3 Gambar Kondisi Fasilitas Layanan Pendidikan
Lampiran 4 Daftar Hadir Peserta Raker MAN 4 Jakarta
Lampiran 5 Contoh Surat Permohonan Keringanan Sumbangan
Lampiran 6 Budgeting Control
Lampiran 7 Laporan Bulanan Komite
Lampiran 8 Laporan Tahunan Komite
Lampiran 9 Materi Musyawarah Komite dan Orang Tua
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan ialah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 1 ayat 1).
Begitu pentingnya tujuan pendidikan untuk membangun pribadi serta masyarakat yang
memiliki kemampuan dalam membangun suatu bangsa, sehingga diperlukan kesadaran semua kalangan untuk terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan agar semakin
membaik dari waktu ke waktu. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya ialah dengan
meningkatkan dan memperbaiki pengelolaan investasi pendidikan.
Menurut Agus Irianto (2013: 26), pada dasarnya investasi di dunia pendidikan akan membuat tenaga pembangunan di masa mendatang menjadi matang dan secara
teknis dapat berkontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi yang akhirnya dapat
menciptakan kesejahteraan masyarakat. Jadi, sudah selayaknya masalah investasi pendidikan menjadi tanggung jawab utama oleh pihak pemerintah, dan bila perlu
melibatkan masyarakat selaku objek sekaligus subjek dari pendidikan.
Tabel 1.1
Alokasi Anggaran Pendidikan Tertinggi Tingkat Propinsi
Tahun 2016 Tahun 2017
No Propinsi Anggaran Pendidikan
No Propinsi Anggaran Pendidikan
1 DKI Jakarta 22,29% 1 Riau 18,89%
2 Kal-Sel 9,75% 2 DKI Jakarta 18,83%
3 Yogyakarta 9,68% 3 Sum-Bar 18,52%
4 Kepri 9,55% 4 NTT 15,82%
5 Maluku Utara 9,18% 5 Sul-Tengah 14,55%
Sumber: www.npd.kemendikbud.go.id
Berdasarkan Neraca Pendidikan Daerah (NPD) Tahun 2016, tampak hanya DKI
Jakarta yang mengalokasikan anggaran pendidikannya di atas angka 20 persen, sedangkan 33 provinsi lainnya di Indonesia belum mencapai 10 persen. Walaupun di
tahun 2017 turun menjadi 18,83% namun masih menduduki posisi kedua se- Indonesia.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah di Indonesia masih mengalokasikan anggaran pendidikannya kurang dari standar pembiayaan nasional
yaitu sebesar 20%. Hal ini juga dikeluhkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
yang menuturkan bahwa banyak daerah mengalokasikan anggaran pendidikannya kurang dari 20 persen dari APBD, padahal ini merupakan amanat Undang-Undang
(Moh.Nadlir, 2017: p.2).
Selain dari rendahnya alokasi dana pendidikan, ditemukan pula bahwa buruknya
pengelolaan keuangan di dunia pendidikan khususnya di sekolah-sekolah, hal ini dibenarkan oleh David Hudson (2009: 76), yang menyatakan bahwa education in
2
general and school in particular are habitually badly funded. Hal ini merupakan
permasalahan yang harus dibenahi terutama oleh pihak internal sekolah, khususnya membenahi bagian keuangannya.
Menurut Nanang Fattah (2009: 78), jika kita menempatkan posisi pendidikan
sebagai usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam konteks masyarakat
madani, diperlukan keberanian investasi yang besar untuk memperkuat sistem pendidikan nasional. Karena pendidikan memiliki komponen-komponen yang
berkaitan erat dengan biaya, semakin tinggi mutu yang diharapkan maka berimplikasi
pada tingginya biaya pendidikan yang diperlukan. Hal ini senada dengan pendapat Jejen Musfah (2015: 77), dipastikan bahwa lembaga pendidikan yang bagus ditopang
oleh biaya yang memadai.
Menurut Psacharopoulus (1987) dalam Syaiful Sagala (2013: 135), di Amerika dan Inggris pada akhir tahun 1950-an telah dilakukan kajian khusus mengenai
hubungan antara pendidikan dan ekonomi. Sejak saat itu, terjadi perkembangan yang
pesat dalam riset dan publikasi ekonomi pendidikan, meliputi topik-topik kontribusi
pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi, peran dari tenaga kerja terdidik dalam pembangunan ekonomi, termasuklah tentang pembiayaan dalam pembangunan
pendidikan. Pembiayaan pendidikan bertitik tolak pada prinsip-prinsip ekonomi,
sehingga sebagian besar analisis ekonomi baik mikro maupun makro dapat digunakan untuk menganalisis masalah-masalah dalam pembiayaan pendidikan.
Dalam Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 pasal 31 tentang pendidikan
ayat (2) dinyatakan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya. Berkaitan dengan UUD tersebut dalam Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 8 menyatakan bahwa,
masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
evaluasi program pendidikan. Kemudian di pasal 9, masyarakat wajib memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.
Selanjutnya, Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan dalam pasal 2 menyatakan:
1) Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
2) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat satu meliputi:
(a) penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat; (b) peserta didik, orang tua atau wali peserta didik; dan
(c) pihak lain selain yang termasuk dalam huruf a dan huruf b yang mempunyai
perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan. Merujuk pasal 2 ayat 1 (PP No. 48 Tahun 2008) tersebut, terbuka peluang kerjasama antara pihak sekolah,
masyarakat dan pemerintah dalam rangka proses peningkatan mutu
pendidikan melalui pengelolaan sumber daya yang ada.
Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 pasal 31 tentang pendidikan ayat 4 menyatakan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya
20% (dua puluh persen) dari anggaran pendapatan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Namun, pada umumnya dunia pendidikan masih dihadapkan pada masalah
kekurangan dana. Hal ini membuktikan bahwa, walaupun anggaran pendidikan telah
dinaikkan oleh pemerintah hingga mencapai 20% dari APBN maupun APBD masing-
masing di mana Sekolah/Madrasah berdomisili, namun kekurangan dana dalam
3
pengelolaan pendidikan masih memerlukan kerja sama antara pemerintah dan
masyarakat. Ataupun hal ini mengindikasikan bahwa pengelolaan dana pendidikan belum efektif dan efisien.
Oleh karena itu menurut E. Mulyasa (2017: 47), dalam penyelenggaraan
pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan
dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajamen pendidikan. Manajemen pembiayaan pendidikan sangat membantu pengelolaan sumber keuangan
organisasi pendidikan dalam menciptakan mekanisme pengendalian yang tepat bagi
pengambilan keputusan keuangan yang transparan, akuntabel, dan efektif.
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
dalam pasal 2 ayat 4 dinyatakan bahwa, pendanaan pendidikan adalah penyediaan
sumber daya keuangan yang diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan
pendidikan. Dari pengertian di atas ada dua aspek penting yaitu sumber dana dan alokasinya yang dikenal dengan biaya. Sumber dan biaya pendidikan merupakan salah
satu unsur yang harus dikelola dengan baik dalam penyelenggaraan pendidikan.
Penentuan biaya akan mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektifitas kegiatan di dalam suatu organisasi. Menurut Mulyono (2010: 82), jika suatu kegiatan
dilaksanakan dengan biaya yang relatif rendah tetapi dapat menghasilkan produk yang
berkualitas tinggi maka hal ini dapat dikatakan bahwa kegiatan tersebut
dilaksanakan secara efektif dan efisien. Artinya, pembiayaan pendidikan tidak hanya menyangkut analisis sumber-sumber saja, tetapi juga penggunaan dana secara efisien.
Makin efisien dana pada sistem pendidikan, maka berkurang pula dana yang
diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuannya. Dari sudut pandang ekonomi, tidak ada kegiatan pendidikan yang tidak memerlukan
biaya. Biaya pendidikan merupakan salah satu unsur terpenting dalam sektor lembaga
pendidikan seperti madrasah, baik dikelola oleh pemerintah (negeri) maupuan
madrasah swasta yang dikelola oleh yayasan atau badan penyelenggara pendidikan tertentu. Biaya-biaya pendidikan yang berputar dan dipergunakan harus terkelola dan
tercatat dengan baik sehingga mencapai tingkat efisiensi yang tinggi sehingga proses
pembelajaran di sekolah dan berbagai program-programnya dapat terlaksana secara efektif.
Sumber pembiayaan yang secara rutin diterima oleh seluruh sekolah/madrsah di
Indonesia –kecuali sekolah yang memang tidak menginginkannya– adalah Bantuan
Operasional Sekolah (BOS). Menurut Jejen Musfah (2016: 196), dana BOS tidak mampu menutupi biaya operasional sekolah negeri, apalagi sekolah swasta.
Operasional sekolah mencakup pembiayaan buku, seragam, honor guru, listrik,
telepon, ujian, ekskul, alat tulis kantor, dan lain sebagainya. BOS hanya menyumbang sebagian kecil dari keseluruhan biaya operasional tersebut, sebagian besarnya
dibebankan kepada orang tua siswa. Di samping itu menurut Syaiful Sagala (2013:
139), sebenarnya jika diukur dari kemampuan, mungkin saja sebagian kepala sekolah cukup mampu mengakses dana dari sumber non pemerintah. Tetapi mereka tidak
cukup kuat untuk menanggung risiko, meski pekerjaan itu positif tetapi hasilnya bisa
saja mendapat tuduhan negatif karena dianggap tidak legal.
Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi merupakan wadah orang-orang yang mempunyai tujuan yang sama. Setiap kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Pencapaian tujuan bisa optimal apabila di sekolah dilakukan kegiatan
manajemen atau pengelolaan. Oleh karena itu, bagaimana upaya sekolah untuk mengurangi kendala dan memecahkan masalah merupakan tanggung jawab kepala
4
sekolah sebagai pemimpin tertinggi di masing-masing sekolah. Selain itu, dalam rangka
peningkatan kualitas dan transparansi manajemen pembiayaan, sekolah perlu didukung oleh unsur masyarakat dalam bentuk komite sekolah yang bertugas membantu
menajalankan manajemen sekolah bersama kepala sekolah.
Pendidikan dengan sedikit dana dapat berlangsung, tetapi pendidikan yang bermutu membutuhkan dana yang cukup besar. Menurut Daniel L. Duke (2010: 18),
the relationship between school funding and student achievement is well established.
Selain itu, manajemen pembiayaan pendidikan yang memadai sangat diperlukan
dalam menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Manajemen pembiayaan secara
umum sebenarnya telah dilakukan oleh semua sekolah, hanya kadar keberhasilan
pelaksanaannya yang beragam antara sekolah yang satu dengan yang lain. Adanya
keanekaragaman ini dipengaruhi oleh status sekolah, sumber daya manusia, lokasi,
serta jumlah siswa. Manajemen pembiayaan pada dasarnya berisikan bagaimana seharusnya
sekolah melakukan pengelolaan terhadap dana pendidikan yang telah dianggarkan oleh
pemerintah melalui APBN maupun APBD dan sumber-sumber pembiayaan lainnya. Manajemen pembiayaan juga berfungsi melancarkan berbagai kegiatan yang
berhubungan dengan penyelenggaraan pendidikan, dalam menciptakan mekanisme
pengendalian yang tepat bagi pengambilan keputusan keuangan yang transparan, akuntabel, dan efektif.
Mengingat pentingnya masalah pengelolaan keuangan dalam pendidikan sehingga
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) memposisikannya sebagai salah satu bagian
dari delapan standar pendidikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa, tanpa adanya biaya, maka proses pendidikan di sekolah tidak akan berjalan dengan maksimal, staknasi, atau
bahkan akan menghentikan kegiatan pembelajarannya. Oleh karena itu, setiap lembaga
penyelenggara pendidikan harus mengelola seluruh dana yang telah diterima baik itu bersumber dari pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun yang berasal dari
masyarakat.
Salah satu pihak dalam masyarakat yang bersentuhan langsung dengan lembaga
pendidikan ialah para orang tua siswa. Menurut Jon Wiles (2009: 67), All parents recognize the importance of school for their child’s life. Mereka dapat dianggap
sebagai perwakilan para pemakai jasa pendidikan yang dapat mempengaruhi sekolah
menjadi lebih efektif. Keterlibatan orang tua merupakan stimulus eksternal yang memainkan peranan penting bagi peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.
Namun, partisipasi tersebut perlu diatur oleh pemerintah agar tidak menyalahi aturan. Oleh
karena itu, munculnya komite sekolah sebagai wadah yang menampung berbagai aspirasi dari para orang tua peserta didik ataupun dari masyarakat luas, hal ini merupakan jawaban
dari persoalan pendidikan, khususnya masalah kekurangan anggaran pendidikan.
Selain itu, pihak masyarakat yang dimaksud menurut Permendikbud Nomor 75
Tahun 2016 termasuk juga dunia usaha atau dunia industri yang hendaknya berpartisipasi dalam mendukung peningkatan kualitas pendidikan di sekitarnya.
Karena dunia usaha atau dunia industri nantinya merupakan pemakai dari output
lembaga pendidikan yang ada. Pendapat ini senada dengan Jejen Musfah (2018: 89) yang menyatakan bahwa pelibatan komite sekolah dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi keuangan sangat diperlukan sehingga kerja sama antara sekolah dan komite
berjalan baik, tidak hanya terkait keuangan tetapi aspek-aspek lainnya seperti perkembangan perilaku dan bakat siswa.
5
Keberadaan komite sekolah harus menjadi kekuatan dan faktor pendorong
terbentuknya sekolah yang efektif. Hal tersebut dapat diwujudkan apabila kepala sekolah mampu menggandeng komite sekolah dalam merencanakan, melaksanakan,
dan mengembangkan serta menilai program-program sekolahnya. Sayangnya,
kerjasama itu justru berimplikasi memunculkan anggapan bahwa pendidikan bermutu itu mahal, sehingga kehadiran komite sekolah ternyata hanya menjustifikasi mahalnya
biaya pendidikan yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku
sekolah. Hal ini senada dengan pendapat Syarifah Normawati (2014: 24), makin
mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang melegalkan kinerja komite sekolah, segala pungutan uang di sekolah selalu berkedok
“sesuai keputusan komite sekolah”, namun pada tingkat implementasinya ia tidak
transparan, komite sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan kepala sekolah. Menurut E. Mulyasa (2017: 127), pada saat ini kondisi komite sekolah sangat
beragam, ada yang memiliki kantor di sekolah, ada yang selalu mengawasi kepala
sekolah, bahkan tidak sedikit komite yang hanya mencari makan di sekolah. Hal ini
terjadi karena pemahaman kita terhadap komite sekolah sangat beragam. Untuk itu diperlukan kajian mendalam untuk mengungkap seperti apa fungsi komite sekolah
khususnya dalam manajemen pembiayaan.
Idealnya, pemerataan pembiayaan pendidikan berlaku di seluruh sekolah di Indonesia, sehingga selayaknya setiap sekolah memiliki guru yang memiliki penghasilan
yang sama, dan dengan biaya pendidikan yang relatif sama pula. Setiap siswa di Indonesia
dapat mengakses fasilitas pendidikan yang layak. Namun kenyataannya, di dalam satu wilayah saja dapat dengan mudah kita temukan sekolah yang memiliki biaya
penyelenggaraan pendidikan dengan kategori murah, sedang, mahal bahkan super mahal,
atau jika dinominalkan ada yang memiliki biaya atau sumbangan komite mulai dari ratusan
ribu, jutaan hingga puluhan jutaan rupiah. Di tengah kesenjangan biaya pendidikan tersebut, terdapat salah satu madrasah
dengan komite sekolahnya yang memiliki dana relatif besar untuk dikelola yaitu
Madrasah Aliyah Negeri ( MAN) 4 Jakarta. Padahal MAN 4 adalah madrasah negeri yang tentunya ditopang oleh dana yang bersumber dar pemerintah, baik itu pemerintah
pusat maupun pemerintah swasta.
Berdasarkan laporan pengelolaan keuangan komite MAN 4 Jakarta, periode tahun ajaran 2017/2018 diketahui bahwa total penerimaan komite sekolah berjumlah
Rp 2.692.635.653,00 dengan rincian sebagai berikut:
6
Tabel 1.2
Laporan Keuangan Komite MAN 4 Jakarta Periode 2017/2018
NO PEMASUKAN JUMLAH
1 Sumbangan siswa Rp 2.524.635.653,00
2 Usaha lain-lain komite Rp 168.000.000,00
Jumlah Pemasukan Rp 2.692.635.653,00
NO PENGELUARAN JUMLAH
1 Program kegiatan siswa dan guru Rp 1.385.147.676,00
2 Sarana dan prasarana belajar Rp 457.276.350,00
3 Gaji karyawan dan guru non-PNS Rp 408.340.000,00
4 Honor narasumber dan pembina ekskul Rp 229.654.000,00
5 THR karyawan, guru non PNS,
narasumber, pembina ekskul, dll
Rp 199.700.000,00
6 Pembayaran hutang ke koperasi Rp 120.000.000,00
7 Transport operasional madrasah Rp 77.582.000,00
8 Operasional komite & rapat dengan orang
tua
Rp 50.500.000,00
9 Perawatan kendaraan Rp 35.468.000,00
10 Konsumsi tamu dan karyawan Rp 31.250.000,00
11 Perpustakaan Rp 15.930.000,00
12 Donasi dan sumbangan sosial Rp 5.300.000,00
Jumlah Pengeluaran Rp 3.016.148.026,00
Saldo (Rp 323.512.373,00)
Dari tabel di atas terlihat bahwa, dengan jumlah pemasukan dana mencapai 2,7 milyar, komite sekolah masih mengalami kekurangan dana sebesar tiga ratusan juta
rupiah. Artinya pihak komite dan pihak madrasah perlu membenahi manajemen
keuangannya agar tercapai efisiensi dalam mewujudkan tujuan pendidikan di MAN 4
Jakarta agar lebih efektif. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melihat sejauh mana fungsi komite madrasah dalam manajemen pembiayaan di MAN 4 Jakarta.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka diperoleh permasalahan sebagai
berikut:
1) Banyaknya program-program pendidikan yang memerlukan biaya tinggi.
2) Rendahnya alokasi anggaran daerah untuk pendidikan. 3) Dana BOS yang belum mencukupi biaya operasional sekolah.
4) Adanya kesenjangan ekonomi di kalangan orang tua siswa.
5) Sumbangan komite sekolah yang rentan diasumsikan sebagai pungutan liar. 6) Komite sekolah belum menjalankan perannya secara optimal.
7) Mahalnya biaya sumbangan komite sekolah.
8) Besarnya jumlah keuangan yang harus dikelola oleh komite sekolah. 9) Lemahnya pengelolaan keuangan di pihak komite sekolah dan madrasah.
7
C. Batasan Masalah
Ada beberapa masalah yang akan diteliti sebagaimana terdapat dalam identifikasi masalah tersebut, yaitu:
1) Komite sekolah belum menjalankan perannya secara optimal.
2) Mahalnya biaya sumbangan komite sekolah. 3) Besarnya jumlah keuangan yang harus dikelola oleh komite sekolah.
4) Lemahnya pengelolaan keuangan di pihak komite sekolah dan madrasah.
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, mengingat keterbatasan waktu, tenaga
dan biaya, serta agar lebih terarah maka peneliti memfokuskan atau membatasi permasalahan pada fungsi komite sekolah dalam manajemen pembiayaan di MAN 4
Jakarta.
D. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1) Bagaimanakah fungsi komite sekolah dalam perencanaan pembiayaan di MAN 4
Jakarta? 2) Bagaimanakah fungsi komite sekolah dalam pelaksanaan pembiayaan di MAN 4
Jakarta?
3) Bagaimana fungsi komite sekolah dalam pengawasan pembiayaan di MAN 4 Jakarta?
4) Apa saja kendala yang dihadapi oleh Komite MAN 4 Jakarta dan bagaimana
solusinya?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan akademis dari penelitian
ini ialah: 1) Untuk mengetahui fungsi komite sekolah dalam perencanaan pembiayaan di MAN
4 Jakarta.
2) Untuk mengetahui fungsi komite sekolah dalam pelaksanaan pembiayaan di MAN 4 Jakarta.
3) Untuk mengetahui fungsi komite sekolah dalam pengawasan pembiayaan di MAN
4 Jakarta. 4) Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh Komite MAN 4 Jakarta
serta solusinya.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat:
1) Manfaat akademis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai bahan
kajian bagi penelitian selanjutnya. 2) Manfaat praktis,
(a) Bagi pihak yang terlibat dan terkait dalam penyelenggaraan pendidikan di
MAN 4 Jakarta, penelitian ini diharapkan memberikan informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan keuangan dan menjadi ukuran keberhasilan manajemen keuangan yang telah
diimplementasikan.
(b) Bagi pihak sekolah/madrasah yang lain dapat memanfaatkan penelitian ini sebagai bahan rujukan untuk meningkatkan fungsi komite dalam manajemen
pembiayaan di sekolahnya.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Komite Sekolah
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Komite Sekolah
Latar belakang berdirinya komite sekolah adalah munculnya kesadaran dari
masyarakat untuk ikut meningkatkan kualitas pendidikan. Di samping itu, didukung
dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan
Nasional (Propenas). Pada bab V tentang Membangun Kesejahteraan Rakyat dan Ketahanan Budaya, dalam strategi kebijakan untuk pemberdayaan masyarakat
khususnya di bidang pendidikan butir ke-5 dinyatakan bahwa, mengembangkan peran
aktif masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan. Pemerintah bersama masyarakat menentukan konsep yang jelas mengenai tujuan penyelenggaraan
pendidikan sebagai fungsi kontrol kualitas pendidikan dan konsep kemitraan yang
menyangkut anggaran, sarana dan prasarana serta bentuk kemitraan.
Komite sekolah sudah beberapa kali berganti nama yaitu BP3 (Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan), POMG (Persatuan Orang Tua Murid dan Guru), dan yang
terakhir adalah Komite Sekolah. Pergantian nama ini tentunya diikuti oleh pergantian
peran dan fungsi masing-masing sesuai dengan aturan yang berlaku. Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 pada
lampiran II bab I dinyatakan bahwa, komite sekolah adalah badan mandiri yang
mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra
sekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah.
Selanjutnya, menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 75
Tahun 2016 pasal 1 ayat 2, komite sekolah adalah badan mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli
pendidikan. Kemudian pasal 4 ayat 2, menyatakan jumlah keanggotaannya antara
lima hingga lima belas orang. Mereka dipilih secara akuntabel dan demokratis melalui rapat orang tua/wali siswa. Selanjutnya dalam Permendikbud Tahun 2016 ini lebih
fokus pada pengertian tentang komite sekolah saja, sedangkan berkenaan peran dan
fungsinya dinyatakan dalam pasal berikutnya. Menurut pendapat Rao Khalid Parvaiz, dkk (2015: 3115), School Management
Committee (SMC) is an organization at school level used for community to contribute
and organize their human being and physical assets for the growth of essential
education at the local stage. Secara gamblang Rao Khalid menyampaikan dua aspek yang diatur oleh komite sekolah yaitu manusia dan aset fisik. Jadi komite sekolah
tidak sebatas menjadi wadah penggalangan dana untuk pengadaan sarana dan
prasarana di sekolah, namun juga memastikan bahwa semua peserta didik mendapat layanan pendidikan yang sesuai atau melampai standar pendidikan.
Bahkan secara lebih luas Novianty, dkk (2017: 58) menyatakan, the School
Committee can be seen as social capital that has a strategic position in the
development of the school by accommodating the community participation in education as one of the implications of regional autonomy in general and education
in particular autonomy. Jadi, komite sekolah dilihat sebagai modal sosial dalam
mengembangkan sekolah. Nama badan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing-
masing atau sesuai satuan pendidikan, seperti Komite Sekolah, Komite Pendidikan,
9
Komite Pendidikan Luar Biasa, Dewan Sekolah, Majelis Sekolah, Majelis Madrasah,
Komite TK, atau nama lain yang disepakati. Di luar negeri komite sekolah (School Committee) dikenal dengan nama School Boards, Boards of Education, School
Management Committee (SMC), School-Based Management Committee (SBMC),
School Development Committees (SDC), dan School Management Committees (SMC).
Menurut Anil Prakash Shrivastava (2018: 141), A School Management
Committee is required to be constituted for all Government and Govt. added schools
as per section21 of RTE Act. The SMC Comprises parents, local authority and school teachers. Komite sekolah di India yang dikenal dengan SMC (School Management
Committee) didirikan di setiap sekolah yang beranggotakan para orang tua, tokoh
masyarakat setempat, dan guru-guru sekolah. Tujuan komite sekolah menurut Kepmendiknas Nomor 044/U/2002 pada
lampiran II bab III dinyatakan bahwa komite sekolah bertujuan untuk:
1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan
kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan; 2) meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; dan
3) menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis, dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.
Selanjutnya, menurut Might K. Abreh (2017: 63), by law, the SMC is the
governing body of basic schools in the various communities in Ghana and are supposed to promote the interest of the school and its learners for the children to
receive the best education. Every public school has such a committee constituted
based on state agreed for formation and operations of the SMC. Hal ini dapat dilihat
sebagai bagian dari tujuan komite sekolah di Ghana yaitu mempromosikan minat belajar siswa dan menjamin mereka mendapat pendidikan terbaik.
Menurut Kepmendiknas Nomor 044/U/2002 pada lampiran II bab II tentang
kedudukan komite sekolah yaitu: 1) komite sekolah berkedudukan di satuan pendidikan;
2) komite sekolah dapat terdiri dari satu satuan pendidikan, atau beberapa satuan
pendidikan dalam jenjang yang sama, atau beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenjang tetapi berada pada lokasi yang berdekatan, atau satuan-satuan
pendidikan yang dikelola oleh suatu penyelenggara pendidikan, atau karena
pertimbangan lainnya; dan
3) badan ini bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga pemerintahan. Selanjutnya menurut Permendikbud Nomor 75 Tahun
2016 pasal 2 ayat (1) komite sekolah berkedudukan di setiap sekolah.
Menurut Kepmendiknas Nomor 044/U/2002 pada lampiran II bab V tentang Organisasi komite sekolah dijabarkan sebagai berikut:
1. Keanggotaan komite sekolah:
a) Keanggotaan komite sekolah terdiri atas:
(1) unsur masyarakat seperti orangtua/wali peserta didik, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, dunia usaha/industri, organisasi profesi tenaga
pendidikan, wakil alumni, atau wakil peserta didik; dan
(2) unsur dari dewan guru, yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan, badan pertimbangan desa (maksimal 3 orang).
10
b) Anggota komite sekolah sekurang-kurangnya berjumlah 9 orang dan
jumlahnya gasal. 2. Kepengurusan komite sekolah:
a) Pengurus sekurang-kurangnya terdiri atas ketua, sekretaris, dan bendahara;
b) Pengurus dipilih dari dan oleh anggota. c) Ketua bukan berasal dari kepala satuan pendidikan.
3. Komite Sekolah wajib memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah
Tangga (ART). Anggaran Dasar sekurang-kurangnya memuat nama dan tempat
kedudukan; Dasar, tujuan, dan kegiatan; Keanggotaan dan kepengurusan; Hak dan kewajiban anggota dan pengurus; Keuangan; Mekanisme kerja dan rapat-
rapat; dan perubahan AD dan ART serta pembubaran organisasi.
Sedangkan menurut Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 pasal 4 ayat (1) Anggota komite sekolah terdiri atas unsur:
a) orang tua/wali dari siswa yang masih aktif pada sekolah yang bersangkutan (paling
banyak 50%);
b) tokoh masyarakat (paling banyak 30%), antara lain memiliki pekerjaan dan perilaku hidup yang dapat menjadi panutan bagi masyarakat setempat, dan/atau
anggota/pengurus organisasi atau kelompok masyarakat peduli pendidikan, tidak
termasuk anggota/pengurus organisasi profesi pendidik dan pengurus partai politik;
c) pakar pendidikan (paling banyak 30%) antara lain pensiunan tenaga pendidik,
dan/atau orang yang memiliki pengalaman di bidang pendidikan; Ayat (2) Anggota komite sekolah berjumlah paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 15 (lima
belas) orang; Ayat (3) Anggota komite sekolah tidak dapat berasal dari unsur
pendidik dan tenaga kependidikan dari sekolah yang bersangkutan, penyelenggara
sekolah yang bersangkutan, pemerintah desa, forum koordinasi pimpinan kecamatan, forum koordinasi pimpinan daerah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, dan/atau pejabat pemerintah/pemerintah daerah yang membidangi
pendidikan. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam aturan keanggotaan komite
sekolah, yaitu pada Kepmendiknas Nomor 044/U/2002 bab V tentang organisasi
komite sekolah pada ayat (2) menyatakan bahwa salah satu unsur anggota komite sekolah berasal dari dewan guru, yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan, serta
Badan Pertimbangan Desa. Tetapi dalam Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 pasal
4 ayat (3) Anggota komite sekolah tidak dapat berasal dari unsur pendidik dan tenaga
kependidikan dari sekolah yang bersangkutan, penyelenggara sekolah yang bersangkutan, pemerintah desa, forum koordinasi pimpinan kecamatan, forum
koordinasi pimpinan daerah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan/atau
pejabat pemerintah/pemerintah daerah yang membidangi pendidikan. Artinya setelah Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 diterbitkan, maka guru dan tenaga
kependidikan lainnya tidak dibenarkan menjadi pengurus ataupun anggota komite
sekolah di satuan pendidikannya.
Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 pasal 12 tentang larangan bagi komite sekolah menyatakan bahwa komite sekolah baik perorangan maupun kolektif
dilarang:
a) menjual buku pelajaran, bahan ajar, atau bahan pakaian seragam di sekolah; b) melakukan pungutan dari peserta didik atau orang tua/walinya;
11
c) mencederai integritas evaluasi hasil belajar peserta didik secara langsung atau
tidak langsung; d) mencederai integritas seleksi penerimaan peserta didik baru secara langsung atau
tidak langsung;
e) melaksanakan kegiatan lain yang mencederai integritas sekolah secara langsung atau tidak langsung;
f) mengambil atau menyiasati keuntungan ekonomi dari pelaksanaan kedudukan,
tugas dan fungsi komite sekolah;
g) memanfaatkan aset sekolah untuk kepentingan pribadi/kelompok; h) melakukan kegiatan politik praktis di sekolah; dan/atau
i) mengambil keputusan atau tindakan melebihi kedudukan, tugas, dan fungsi
komite sekolah. Di samping itu, terdapat juga larangan penggunaan dana pendidikan untuk hal-
hal sebagaimana dijelaskan dalam PMA Nomor 66 Tahun 2016 pasal 62C
menyatakan bahwa pembiayaan madrasah yang bersumber dari masyarakat
sebagaimana dalam pasal 62 ayat (1) huruf d tidak boleh atau dilarang: (a) dibebankan kepada peserta didik atau orang tua/walinya yang tidak mampu secara
finansial; (b) digunakan untuk pembiayaan penerimaan peserta didik, penilaian hasil
belajar peserta didik, dan/atau persyaratan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan; dan/atau (c) digunakan untuk kesejahteraan anggota komite satuan
pendidikan atau lembaga representasi pemangku kepentingan satuan pendidikan baik
langsung maupun tidak langsung. Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 pasal 13 menyatakan bahwa ayat:
1) komite sekolah wajib menyampaikan laporan kepada orang tua/wali peserta didik,
masyarakat, dan kepala sekolah melalui pertemuan berkala paling sedikit satu kali
dalam satu semester; 2) laporan tersebut terdiri dari laporan kegiatan komite sekolah, dan laporan hasil
perolehan penggalangan dana dan sumber daya pendidikan lainnya dari
masyarakat. Namun, hasil penelitian dari Anwar Ismail (2015: 176) menyatakan bahwa
komite sekolah tidak membuat laporan secara tertulis tetapi secara lisan. Ini
merupakan sebuah bentuk pelanggaran Kepmendiknas nomor 044/U/2002 tentang fungsi Komite Sekolah. Selanjtnya menurut Selvi Mayarani (2014: 174), komite
sekolah masih perlu masukan dari para orang tua siswa, karena komite sekolah tidak
sepenuhnya mengetahui kebutuhan siswa.
Menurut Ridwan Abdullah Sani, dkk (2015: 154), komite sekolah sebagai pelanggan dari layanan pendidikan dapat berperan dalam mengusulkan standar mutu.
Saat ini, para orang tua semakin meningkat kesadaran akan pentingnya pendidikan
yang bermutu tinggi untuk anak-anak mereka. Bahkan menurut Jon Wiles (2009: 68) many parents understand the connection between educational attainment and
socioeconomic level. They want their children to be educated and succesful in life
beyond school. Oleh karena itu, mereka siap berkontribusi besar dalam pembiayaan
pendidikan di sekolah di mana anaknya mengenyam pendidikan. Dari berbagai penjelasan di atas, maka komite sekolah adalah badan mandiri
yang beranggotakan orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh
masyarakat yang peduli pendidikan untuk ikut meningkatkan kualitas pendidikan.
12
2) Peran dan Fungsi Komite Sekolah
Menurut Hasbullah (2010: 90), pada dasarnya posisi komite sekolah berada di tengah-tengah antara orang tua murid, murid, guru, masyarakat setempat, dan
kalangan swasta di satu pihak dengan pihak sekolah sebagai institusi, kepala sekolah,
dinas pendidikan wilayahnya, dan pemerintah daerah di pihak lainnya. Peran komite sekolah diharapkan dapat menjembatani kepentingan keduanya.
Menurut Anil Prakash Shrivastava (2018: 141), It is essential that Community
members and parents should be aware of the roles of the SMC and the process of its
formation. The quality of SMC directly depend on the level and quality of participation of parents therefore, it is necessary that parents should be sensitized
with respect to the provision of RTE Act, the roles and responsibilities of SMC.
Pentingnya kualitas partisipasi orang tua dalam pendidikan sehingga hal ini harus diatur dalam peraturan pemerintah.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 75
Tahun 2016 tentang Komite Sekolah, pasal 2 ayat:
1) komite sekolah berfungsi dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan, 2) komite sekolah menjalankan fungsinya secara gotong-royong, demokratis,
mandiri, profesional, dan akuntabel. Hal ini berarti peran serta masyarakat sangat
dibutuhkan dalam usaha peningkatkan mutu pendidikan, bukan hanya sekadar memberikan bantuan berwujud immaterial berupa pemikiran, ide, dan gagasan-
gagasan inovatif, namun yang lebih dibutuhkan ialah bantuan berupa materi atau
dana demi kemajuan suatu madrasah. Selanjutnya, Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 pasal 3 ayat (1) dinyatakan
bahwa dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, komite
sekolah bertugas untuk:
a) memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan terkait:
(1) kebijakan dan program Sekolah;
(2) Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah/Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RAPBS/RKAS);
(3) kriteria kinerja Sekolah;
(4) kriteria fasilitas pendidikan di Sekolah; dan
(5) kriteria kerjasama Sekolah dengan pihak lain; b) menggalang dana dan sumber daya pendidikan lainnya dari masyarakat baik
perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri maupun pemangku kepentingan
lainnya melalui upaya kreatif dan inovatif; c) mengawasi pelayanan pendidikan di Sekolah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
d) menindaklanjuti keluhan, saran, kritik, dan aspirasi dari peserta didik, orangtua/wali, dan masyarakat serta hasil pengamatan Komite Sekolah atas
kinerja Sekolah.
Sedangkan menurut Kepmendiknas Nomor 044/U/2002 pada lampiran II bab
IV, komite sekolah berfungsi: 1) Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu;
2) Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu;
13
3) Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan
pendidikan yang diajukan oleh masyarakat; 4) Memberi masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan
mengenai kebijakan dan program pendidikan, Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Sekolah (RAPBS), kriteria kinerja satuan pendidikan, kriteria tenaga kependidikan, kriteria fasilitas pendidikan, dan hal-hal lain yang terkait dengan
pendidikan;
5) Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna
mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan; 6) Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan; dan
7) Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
Fungsi komite sekolah sebenarnya merupakan penjabaran dari empat peran
komite sekolah yang memang sudah ada dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
RI Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Dalam lampiran II Kepmendiknas tersebut, pada bab IV tentang Peran komite sekolah ialah sebagai:
1) Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan
kebijakan pendidikan di satuan pendidikan; 2) Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran
maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;
3) Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan; dan
4) Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan.
Dari keempat peran komite menurut Kepmendiknas Nomor 044/U/2002
tersebut, ditemukan hasil penelitian Novianty, dkk (2017: 57), The School Committee members’ understanding to four roles of the School Committee as an advisor, as a
mediator, as the controlling and supporting are very low. Penelitian ini melihat empat
peran komite sekolah se-Kota Tangerang Selatan yang masih sangat rendah. Padahal hasil penelitian lainnya menyatakan bahwa pentingnya peran komite sekolah.
Menurut Might K. Abreh (2017: 63), School Management Committees (SMCs)
are the managerial hand of basic public schools in Ghana, and these are governing agencies of the school, and their roles are central to the main activities and operations
at the school level. The SMC is supposed to work for the enhancement of the school
and its community by working in the interest of the school. Peran komite sekolah
sangat penting bagi sekolah, bahkan disebut sebagai tangan kanan dalam manajerial sekolah.
Menurut Joyce Nemes (2013: 73), Tanzania recognises the importance of
school-community partnerships in the development of the primary education sector. In fact, the country’s 1978 Education Act stipulates the main roles and responsibilities
of school committees as vetting school admission applications for pupils, confirming
or preventing the dismissal of pupils, and advising the head of school and the local
authorities on matters relating to running the school. Di Tanzania, menurut aturannya, bahwa komite sekolah berperan pula dalam seleksi penerimaan siswa baru,
termasuk mencegah dan mengeluarkan siswa dari sekolah, bahkan memberi masukan
kepada kepala sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Kemudian, fungsi sekolah nomor 7 Kepmendiknas Nomor 044/U/2002 ialah
melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program penyelenggaraan,
14
dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Serta, pasal 3 Permendikbud Nomor
75 Tahun 2016 menyatakan, komite sekolah berfungsi mengawasi pelayanan pendidikan di sekolah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Senada dengan aturan di atas, Anil Prakash Shrivastava (2018: 141)
menuliskan, monitoring of school functioning, supervise the utilization of grants and preparing and recommend School Development Plan (SDP) are the major roles and
responsibilities of SMC as envisioned in RTE Act. Maksudnya, peran dan tanggung
jawab SMC termasuk juga mengawasi pemanfaatan dana hibah dan
merekomendasikan RPS (Rencana Pengembangan Sekolah). Di samping itu, menurut Sri Wardiah (2015: 14), peran lain dari komite sekolah adalah menjembatani dan turut
serta memasyarakatkan kebijakan sekolah kepada pihak-pihak yang mempunyai
keterkaitan dan kewenangan di tingkat pendidikan. Jika dirangkum peran atau fungsi komite menurut hasil penelitian di atas, maka
akan tampak sebagai berikut.
Tabel 2.1
Beberapa Pendapat Tentang Fungsi Komite
No Nama Peneliti Fungsi Komite
1 Rao Khalid
Parvaiz, dkk
Komite Manajemen Sekolah atau SMC (School
Management Committees) adalah sebuah organisasi di tingkat sekolah yang digunakan untuk
berkontribusi dan mengatur manusia dan aset
fisiknya agar meningkatkan pertumbuhan
pendidikan di panggung lokal.
2 Joyce Nemes Tanzania mengakui pentingnya kemitraan sekolah-
masyarakat dalam pengembangan utama sektor
pendidikan. Kenyataannya, di negara itu
menetapkan peran dan tanggung jawab utama komite sekolah sebagai aplikasi penyaringan sekolah
dalam penerimaan murid, menyetujui atau mencegah
pemecatan murid, dan memberikan masukan kepada kepala sekolah dan pihak berwenang setempat
tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
sekolah.
3 Anil Prakash Shrivastava
SMC (School Management Committees) berhubungan langsung dengan tingkat dan kualitas
partisipasi orang tua.
4 Novianty, dkk. Komite Sekolah dapat dilihat sebagai modal sosial yang memiliki posisi strategis dalam pengembangan
sekolah dengan mengakomodasi partisipasi
masyarakat dalam pendidikan sebagai salah satu
implikasi otonomi daerah secara umum dan khususnya otonomi pendidikan.
5 Might K. Abreh Fungsi komite (School Management Committees) di
Ghana diharapkan untuk mempromosikan minat sekolah dan pembelajaran, serta memastikan anak-
anak menerima pendidikan terbaik.
15
Dari beberapa fungsi komite di atas diketahui bahwa peran komite dengan
spesifikasi yang berbeda-beda, namun pada dasarnya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu komite merupakan modal sosial dalam pengembangan sekolah
dan mempromosikan minat sekolah kepada masyarakat. Modal sosial di sini
maksudnya adalah komite menjadi salah satu kekuatan yang ada di masyarakat dalam ikut membantu meningkatkan mutu pendidikan.
Menurut Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 dalam pasal 9 ayat:
1) Komite sekolah melaksanakan fungsi dan tugas melalui koordinasi dan konsultasi
dengan dewan pendidikan provinsi/dewan pendidikan kabupaten/kota, dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/kota, dan pemangku kepentingan lainnya; dan
2) Komite sekolah dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya berkoordinasi dengan
sekolah yang bersangkutan. Menurut Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 dalam pasal 10 tentang
Penggalangan dana dinyatakan bahwa:
1) Komite sekolah melakukan penggalangan dana dan sumber daya pendidikan
lainnya untuk melaksanakan fungsinya dalam memberikan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan;
2) Penggalangan dana dan sumber daya pendidikan lainnya berbentuk bantuan
dan/atau sumbangan, bukan pungutan; 3) Komite sekolah harus membuat proposal yang diketahui oleh pihak sekolah
sebelum melakukan penggalangan dana dan sumber daya pendidikan lainnya dari
masyarakat; 4) Hasil penggalangan dana dibukukan pada rekening bersama antara Komite
Sekolah dan Sekolah;
5) Hasil penggalangan dana dapat digunakan antara lain: menutupi kekurangan biaya
satuan pendidikan; pembiayaan program/kegiatan terkait peningkatan mutu Sekolah yang tidak dianggarkan; pengembangan sarana prasarana; dan
pembiayaan kegiatan operasional Komite Sekolah dilakukan secara wajar dan
harus dipertanggungjawabkan secara transparan; dan 6) Penggunaan hasil penggalangan dana oleh Sekolah harus mendapat persetujuan
dari Komite Sekolah, dipertanggungjawabkan secara transparan, dan dilaporkan
kepada komite sekolah. Berkenaan dengan sumber dana komite sekolah ada tiga istilah yang harus
dipahami oleh pihak komite dan satuan pendidikan yaitu bantuan, pungutan, dan
sumbangan. Ketiga istilah ini dijelaskan menurut Permendikbud Nomor 75 Tahun
2016 pasal 1 dalam ayat 3, 4, dan 5 sebagai berikut: Ayat (3) Bantuan pendidikan ialah pemberian berupa uang/barang/jasa oleh
pemangku kepentingan satuan pendidikan di luar peserta didik atau
orangtua/walinya dengan syarat yang disepakati para pihak; Ayat (4) Pungutan pendidikan ialah penarikan uang oleh Sekolah kepada peserta
didik, orangtua/walinya yang bersifat wajib, mengikat, serta jumlah dan
jangka waktu pemungutannya yang ditentukan; dan
Ayat (5) Sumbangan pendidikan adalah pemberian berupa uang/barang/jasa oleh peserta didik, orangtua/walinya baik perseorangan maupun bersama-sama,
masyarakat atau lembaga secara sukarela, dan tidak mengikat satuan
pendidikan.
16
Dari ketiga sumber dana yang dijelaskan tersebut, komite dan satuan
pendidikan hanya dibolehkan menggalang dana yang bersumber dari bantuan dan sumbangan, sedangkan pungutan dilarang untuk diberlakukan.
Selain pungutan, ada juga sumber dana yang dilarang untuk dikelola oleh
lembaga pendidikan yaitu menurut Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 dalam pasal 11 sebagai berikut:
Ayat (1) Penggalangan dana dan sumber daya pendidikan lainnya dalam bentuk
bantuan/atau sumbangan tidak boleh bersumber dari:
a) perusahaan rokok dan/atau lembaga yang menggunakan merek dagang, logo, semboyan dan/atau warna yang dapat diasosiasikan sebagai ciri
khas perusahan rokok;
b) perusahaan minuman beralkohol dan/atau lembaga yang menggunakan merek dagang, logo, semboyan, dan/atau warna yang dapat diasosiasikan
sebagai ciri khas perusahan minuman beralkohol, dan/atau partai politik.
Ayat (2) Pembiayaan operasional komite sekolah digunakan untuk kebutuhan
administrasi/alat tulis kantor, konsumsi rapat pengurus, transportasi dalam rangka melaksanakan tugas, dan/atau kegiatan lain yang disepakati oleh
Komite Sekolah dan Satuan Pendidikan.
Madrasah harus mampu menangkap esensi kebijakan makro pendidikan serta memahami kondisi lingkungannya. Kemudian memformulasikan kebijakan tersebut
ke dalam kebijakan mikro yang muncul berupa visi, misi, dan program-program
sekolah. Dari pemaparan tentang komite sekolah di atas, jika dikaitkan dengan manajemen pembiayaan ialah tampak pada bagian peran dan fungsi komite sekolah
yang sangat berkontribusi dalam peningkatan kinerja sekolah.
B. Manajemen Pembiayaan
1) Pengertian Manajemen
Menurut Husaini Usman (2014: 5), kata manajemen berasal dari Bahasa Latin,
yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan.
Kata-kata itu digabungkan menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage,
dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan
manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia
menjadi manajemen atau pengelolaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, manajemen adalah penggunaan
sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Pengertian ini juga dinyatakan
oleh Kinicki dan Williams (2009: 6), Management is defined as the pursuit of organizational goals efficiently and effectively. Manajemen dipandang sebagai upaya
mencapai tujuan dengan efektif dan efisien melalui kerjasama tim yang solid. Berbeda
dengan pengertian tersebut, Rohiat (2012: 4) berpandangan bahwa, manajemen
merupakan suatu alat bagi organisasi untuk mencapai tujuan. Jadi menurut Rohiat manajemen bukanlah proses melainkan alat. Namun, agak kurang pas jika manajemen
disebutkan sebagai suatu alat, karena wujudnya yang abstrak dan tidak dapat
sepenuhnya ditangkap oleh panca indera. Menurut Koontz dan O’Donnell dalam Sukarna (2011: 3), management is
getting things done through other people. Melakukan suatu pekerjaan sebenarnya akan
menjadi mudah jika dilakukan oleh beberapa orang, namun apabila orang-orang yang
17
ada dalam kelompok tersebut mampu bekerjasama dan menyadari tugas-tugas yang
telah dilimpahkan kepada mereka. Hal ini senada dengan pendapat Robbins dan DeCenzo (2008: 6), Management refers to the process of getting things done effectively
and efficiently, through and with others people.
Menurut G.R Terry (2016: 1), manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke
arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen yang
baik ialah manajemen yang tidak jauh menyimpang dari konsep dan yang sesuai
dengan objek yang ditangani serta tempat organisasi itu berada. Artinya, setiap objek dan lokasi membutuhkan cara tersendiri untuk ditangani, sehingga diperlukan kreasi
dan inovasi yang dilakukan oleh seorang manajer dalam mengelola sebuah organisasi
untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien. Secara lebih spesifik, pengertian tentang manajemen di lembaga pendidikan
Islam menurut Ramayulis dan Mulyadi (2017: 70) ialah, suatu proses kerjasama antar
personil madrasah untuk merealisasikan visi, misi, dan tujuan madrasah. Dengan kata
lain, manajemen di lembaga pendidikan Islam berkaitan erat dengan pengelolaan lembaga dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di madrasah.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas tentang manajemen, di mana manajemen dipandang sebagai pengelolaan, sebagai proses, sebagai kerangka kerja,
bahkan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan secara bersama-sama atau melalui
orang lain. Oleh karena itu jika dikaitkan dengan pengertian manajemen di lembaga pendidikan, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses
pengelolaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan lembaga
pendidikan dengan melibatkan semua unsur yang ada di lembaga tersebut.
2) Pengertian Manajemen Pembiayaan
Ada dua istilah yang sering digunakan dalam pendidikan berkenaan dengan
manajemen, yaitu keuangan dan pembiayaan. Dalam penelitian ini digunakan istilah pembiyaan karena sering dijumpai literasi yang menggunakan istilah manajemen
pembiayaan. Sedangkan dalam dunia bisnis istilah manajemen keuangan lebih populer
dan diakui --sebagaimana populernya istilah sumber daya manusia dalam dunia bisnis dan dikonversi menjadi pendidik dan tenaga kependidikan--.
Dalam pengertian sehari-hari, istilah pembiayaan berasal dari kata finance
dikaitkan dengan usaha memperoleh modal untuk membiayai aktifitas yang
dilakukan. Namun pengertian keuangan itu diperluas, dalam arti bukan hanya sebagai usaha pengumpulan modal, melainkan mencakup dimensi penggunaan modal.
Perluasan pengertian itu sebagai akibat kesadaran bahwa modal merupakan faktor
produksi yang langka sehingga perlu dikelola dengan sebaik mungkin.
Menurut David Hudson (2009: 76), funding is major factor in the rising of student achievement and twenty first century schools. School governors must use every
penny of income wisely and to good effect. Pentingnya faktor pendanaan dalam
meningkatkan prestasi siswa. Kepala sekolah selaku pimpinan harus menggunakan dana dengan sangat bijaksana agar diperoleh manfaat yang memuaskan.
Menurut Mulyono (2016: 81), penentuan biaya akan mempengaruhi tingkat
efisiensi dan efektifitas kegiatan dalam suatu lembaga. Pembiayaan pendidikan
mengandung arti ialah sejumlah uang yang berhasil dihimpun dan dibelanjakan untuk
berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan yang mencakup gaji guru,
18
peningkatan profesionalisme guru, pengadaan sarana ruang belajar siswa, perbaikan
ruang, pengadaan peralatan, kegiatan ekstra kurikuler siswa dan pengadaan buku pelajaran. Pendapat ini juga dirangkum oleh Allan dan Lawrence (2008: 1), yang
menyatakan bahwa school finance concerns the distribution and use of money for the
purpose of providing educational services and producing student achievement. Menurut Uhar Suharsaputra (2010: 262), konsep penting dalam pembiayaan
pendidikan adalah masalah biaya (cost) pendidikan yang sangat diperlukan dalam
penyelenggaraan pendidikan. Biaya pada lembaga pendidikan biasanya meliputi direct
cost dan indirect cost. Direct cost yaitu biaya yang langsung berproses dalam produksi pendidikan di mana biaya pendidikan ini secara langsung dapat meningkatkan mutu
pendidikan, misalnya biaya gaji guru dan tenaga kependidikan, fasilitas kegiatan
belajar mengajar, alat laboratorium, buku pelajaran, buku perpustakaan, dan lain-lain. Sedangkan indirect cost ialah biaya yang tidak langsung berkaitan dengan mutu
pendidikan, misalnya forgone opportunities.
Menurut Rohiat (2012: 27), biaya merupakan suatu unsur yang menentukan
dalam mekanisme penganggaran. Dalam manajemen pembiayaan pendidikan terdapat
pemisahan antara fungsi otorisator, ordonator, dan bendaharawan. Otorisator adalah
pejabat yang berwenang mengambil tindakan yang menyebabkan terjadinya
penerimaan dan pengeluaran uang. Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang
dilakukan otorisator. Bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan
penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga lain yang
dapat dinilai dengan uang dan diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban. Jika diimplementasikan dalam dunia pendidikan maka otorisator
adalah kepala sekolah, ordonator adalah kepala tata usaha, dan bendahara sekolah.
Perlu diketahui bahwa kepala sekolah tidak dibenarkan menjabat sebagai bendahara. Dari beberapa definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembiayaan pendidikan adalah proses menghimpun dana dari pemerintah dan
masyarakat kemudian mengalokasikannya untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan, dimana proses tersebut harus sesuai dengan aturan yang
berlaku. Selanjutnya, manajemen pembiayaan dalam pendidikan adalah serangkaian
aktivitas yang mengatur keuangan sekolah/madrasah mulai dari perencanaan,
pembelanjaan, pembukuan, pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan dalam mendukung terwujudnya tujuan lembaga pendidikan secara efektif dan efisien.
3) Tahapan Manajemen Pembiayaan
Menurut Sri Minarti (2011: 213), dalam manajemen pembiayaan sekolah,
terdapat rangkaian aktivitas yang terdiri dari perencanaan program sekolah, perkiraan
anggaran dan pendapatan yang diperlukan dalam pelaksanaan program, pengesahan, dan penggunaan anggaran sekolah. Namun, agar lebih mudah menganalisis
tahapannya, maka sebaiknya menggunakan alur yang sudah baku dalam ilmu
manajemen.
Menurut Abubakar dan Taufani/Tim Dosen UPI (2009: 257), manajemen memiliki tahapan penting yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap
penilaian (evaluasi), ketiga tahapan tadi apabila diterapkan dalam manajemen
keuangan menjadi tahap perencanaan keuangan (budgeting), tahap pelaksanaan (accounting), dan tahap penilaian (auditing).
19
Di samping itu, dirangkum dari E. Mulyasa (2013: 198-206), ada tiga tahapan
dalam keuangan sekolah, yaitu perencanaan keuangan sekolah, pelaksanaan keuangan, dan evaluasi atau pertanggungjawaban keuangan sekolah. Tahapan-
tahapan manajemen pembiayaan di atas jika ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2.2
Tahapan Manajemen Pembiayaan
Sumber Tahap I Tahap II Tahap III
Sri Minarti (2011: 213)
Perencanaan program sekolah serta perkiraan
anggaran dan
pendapatan dan
pengesahan
Penggunaan anggaran
Abubakar
dan Taufani
(2009: 257)
Perencanaan keuangan
(budgetting)
tahap pelaksanaan
(accounting)
tahap
penilaian
(auditing)
E. Mulyasa (2013: 198)
Perencanaan keuangan sekolah
Pelaksanaan keuangan
Evaluasi atau pertanggung
jawaban.
Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti menggunakan tahapan dalam manajemen pembiayaan yaitu perencanaan/anggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan yang mencakup evaluasi dan pertanggung jawaban. Adapun
penjelasanya adalah sebagai berikut:
(a) Penganggaran (Budgeting)
Menurut Nanang Fattah (2009: 47), tahap penganggaran (budgeting)
ialah proses penyusunan anggaran. Anggaran merupakan rencana operasional
yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan lembaga dalam kurun waktu
tertentu. Menurut Abubakar dan Taufani/Tim Dosen UPI (2010: 258),
anggaran dapat juga dikatakan sebagai pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode tertentu dalam ukuran finansial. Jadi,
penganggaran ialah proses penyusunan estimasi program-program yang
dinyatakan dalam satuan uang yang menjadi pedoman kegiatan dalam periode
tertentu. Menurut Hartman (1988, p.2) dalam Allan dan Lawrence (2008: 235)
defines a budget as ”a document which specifies the planned expenditures
and anticipated revenues of a school district in a given fiscal year, along with other data and information relating the fiscal elements to the educational
philosophy, program, and need of the district.” Selanjutnya Allan dan
Lawrence (2008: 234) menuliskan, The budgets of a school offers many
insights into how that organization is translating resources into student learning. Allan dan Lawrence (2008: 235-236) mendesain gambar segitiga
dengan komponen anggaran sebagai berikut.
20
Revenue Expenditure
s
Program
Gambar 2.1: The Budget Triangle
There three major components of a budget, which can be depicted as
a triangle (gambar 1), these elements are (1) the educational program of the school district, (2) revenues that would support those programs, and (3)
actual expenditures on those programs that occur over the school year.
Expenditures and revenues are represented on the sides of the triangle to
reflect the reality that expenditures must be less than or equal to revenues if the budget is to remain in balance.
Tidak seperti pendapat ahli lainnya yang membagi anggaran hanya
pada dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran. Namun, Allan dan Lawrence melihat anggaran memiliki tiga komponen, yaitu penerimaan,
pengeluaran dan program. Mereka mentransformasikan bagaimana
pengeluaran berproses menjadi berbagai program yang mendukung pembelajaran di sebuah sekolah. Selanjutnya dijelaskan bahwa sisi
penerimaan menggambarkan perolehan atau besaran dana yang diterima oleh
lembaga dari setiap sumber dana, seperti dari pemerintah, masyarakat, orang
tua peserta didik dan sumber-sumber lainnya.
Sisi pengeluaran menggambarkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk tiap
komponen program. Serta, sisi program menggambarkan kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan guna mencapai tujuan pendidikan. Menurut Manahan Tampubolon (2015: 231-233), keuangan sekolah
dapat bersumber dari:
1) Dana dari pemerintah yang disediakan dari jalur anggaran rutin yaitu DIK (Daftar isian Kegiatan) dan BOS (Bantuan Operasional Sekolah;
2) Dana dari orang tua siswa atau dikenal dengan iuran komite yang terdiri
atas dana tetap setiap bulan, dana incidental, dan dana sukarela;
3) Dana dari masyarakat baik dari perorangan, suatu organisasi, yayasan, atau dari badan usaha milik pemerintah maupun swasta yang peduli
terhadap pendidikan;
4) Dana dari alumni yang dihimpun secara sukarela melalui acara reuni atau lustrum;
5) Dana dari peserta kegiatan yang menikmati layanan kegiatan pendidikan
tambahan; dan
6) Dana dari kegiatan wirausaha sekolah misalnya koperasi, kantin sekolah, bazar tahunan, dan usaha lainnya.
Sumber pendanaan dari pemerintah yang secara rutin diterima setiap
semester untuk setiap siswa per tahun ialah Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dimana besarnya berbeda di setiap jenjang yakni Rp 800.000 untuk
MI, Rp 1.000.000 untuk MTs, dan Rp 1.400.000 untuk MA. Menurut
21
Petunjuk Teknis BOS Madrasah (2018: 2), BOS adalah program pemerintah
yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasional non personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib
belajar.
Berdasarkan Petunjuk Teknis BOS pada Madrasah (2018: 2-3), tujuan BOS secara umum adalah untuk meringankan beban masyarakat terhadap
pembiayaan pendidikan yang bermutu. Secara khusus BOS bertujuan:
1) Membebaskan segala jenis biaya pendidikan bagi seluruh siswa miskin di
tingkat pendidikan dasar, baik di madrasah negeri maupun madrsah swasta;
2) Membebaskan biaya operasional sekolah bagi seluruh siswa MI negeri,
MTs negeri, dan MA negeri; 3) Meringankan beban biaya operasional sekolah bagi siswa di madrasah
swasta.
Biaya pendidikan dan sumbernya dibagi menjadi beberapa kategori
umum. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 48 Tahun 2008 pasal 3 ayat (1) Biaya pendidikan meliputi:
(a) biaya satuan pendidikan;
(b) biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan; dan (c) biaya pribadi peserta didik.
Sedangkan sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah
secara garis besar dapat dikelolmpokkan atas tiga sumber, yaitu: (1) pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, yang bersifat
umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan; (2)
orang tua peserta didik; (3) masyarakat, baik mengikat maupun tidak
mengikat. Biaya pendidikan pada umumnya diartikan sebagai pengeluaran
sejumlah uang untuk membiayai pendidikan. Sebagian besar biaya
pendidikan di tingkat sekolah negeri berasal dari pemerintah pusat, sedangkan sekolah swasta berasal dari para siswa atau yayasan. Pada tingkat
madrasah, biaya pendidikan diperoleh dari subsidi pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Dana-dana tersebut dan harus tercatat dalam Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah (RAPBM). RAPBM mencerminkan kekuatan madrasah dalam membiayai kegiatan pendidikan
dan sekaligus menggambarkan rata-rata status sosial ekonomi keluarga para
siswa. Menurut Manahan Tampubolon (2015: 234), penyusunan RAPBS (RAPBM) harus berdasarkan pada Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)
dan merupakan bagian dari rencana operasional tahunan. Penyusunan
RAPBM yang dilakukan setiap tahun harus melibatkan kepala sekolah, dewan guru, komite sekolah, staff Tata Usaha, dan komunitas sekolah
lainnya.
Sumbangan dapat diberikan oleh orang tua siswa kepada pihak
madrasah secara eksidental untuk mendanai kegiatan-kegiatan kesiswaan, seperti mengikuti berbagai perlombaan ke sekolah/daerah lain,
perkemahan, peringatan hari-hari besar keagamaan atau bari besar
nasional, pesantren kilat, dan lain-lain, ataupun guna menutup sebagian kecil kebutuhan rutin yang masih memerlukan sokongan. Sedangkan
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) diberikan oleh pemerintah
22
berdasarkan jumlah peserta didik, subsidi dari pemerintah ini diberikan
untuk menutup semua pengeluaran rutin sekolah.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendapatan madrasah bersumber pemerintah pusat dan daerah, para
orang tua siswa, dan donatur baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Menurut Uhar Suharsaputra (2010: 264), dilihat dari segi anggaran,
biaya pendidikan menunjukkan sisi pengeluaran dari anggaran pendidikan. Besaran anggaran secara tersirat menunjukkan komitmen serta prioritas
kegiatan dari suatu kebijakan pendidikan. Artinya anggaran tidak semata-
mata berkaitan dengan uang, namun juga memberi gambaran tentang program kegiatan yang akan dilaksanakan. Istilah yang sering digunakan dalam
pengeluaran anggaran adalah pengeluaran rutin (recurrent expenditure) dan
pengeluaran investasi (capital expenditure). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 62, ada tiga macam jenis biaya operasional sekolah
yang secara garis besar telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu biaya investasi,
biaya operasi, dan biaya personal. Ketiga biaya ini dijelaskan sebagai berikut: 1) Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan
biaya personal;
2) Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat satu meliputi penyediaan sarana prasarana, pengembangan sumberdaya
manusia, dan modal kerja tetap;
3) Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat satu meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa
mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan;
4) Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat satu
meliputi: ( a ) gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang
melekat pada gaji;
(b) bahan atau peralatan pendidikan habis pakai; dan
(c) biaya operasi pendidikan tidak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi dan lain sebagainya. Biaya personal meliputi segala macam pembiayaan yang harus
dikeluarkan oleh siswa sekolah, antara lain uang praktikum, uang perjalanan
studi banding dan uang kegiatan-kegiatan lainnya. Namun, berbagai
pemasukan ini bersifat sumbangan sukarela dari pihak orang tua kepada pihak sekolah untuk membiayai kegiatan pembelajaran tambahan bagi anaknya
agar mendapat pengalaman belajar yang lebih baik.
Menurut Abubakar dan Taufani/Tim Dosen UPI (2010: 261-264), Ada
lima bentuk-bentuk anggaran yaitu: a) Anggaran butir per butir, setiap pengeluaran dikelompokkan berdasarkan
kategori jenis butir, misalnya gaji, upah, honor menjadi satu kategori;
b) Anggaran program, anggaran ini dihitung berdasarkan program, sehingga dapat terlihat mana program yang memerlukan banyak dana;
c) Anggaran kinerja, anggaran ini menuntut ketelitian yang lebih tinggi
karena mengukur nilai masukan terhadap hasil suatu program; d) PPBS/SP4 (Planning Programing Budgeting System/ Sistem
Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran), anggaran ini
23
menampilkan kelayakan sebuah program dan keuntungan atau
keunggulannya dibandingkan program-program lainnya; dan e) Anggaran berbasis nol, anggaran ini menganut bahwa setiap program
yang telah diadakan tidak secara otomatis dapat dilanjutkan, tanpa
mengevaluasi kontribusinya terhadap tujuan organisasi. Selanjutnya, prosedur penyusunan anggaran adalah sebagai berikut:
a) mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan;
b) mengidentifikasi sumber-sumber yang berwujud uang, jasa atau barang
dan dinyatakan dalam uang –karena anggaran pada dasarnya merupakan data finansial—;
c) memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui dan
dipergunakan oleh instansi tertentu; d) menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak
yang berwenang;
e) melakukan revisi jika diperlukan; dan
f) pengesahan anggaran. Sedangkan menurut David A. Garvin (2002: 217-219), dalam
menyusun anggaran, hendaknya mengikuti tahap-tahap yang disebut Priority
Resource Budgeting atau disingkat PRB, yaitu sebagai berikut: 1) Identify decision units;
2) Analyze each decision unit;
3) Rank in order of priority; 4) Prepare the organization’s formal budget; and
5) the final budget.
Berdasarkan beberapa pandangan mengenai prosedur anggaran tersebut
jika diterjemahkan ke dalam dunia pendidikan, maka tahap dalam penyusunan anggaran adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi progam-program yang akan dilaksanakan,
2) Menganalisis masing-masing program berkenaan dengan, Mengapa program itu perlu dilakukan? Seberapa besar manfaat yang akan
didapatkan? dan yang terpenting adalah, Berapa biaya yang harus
dikeluarkan? 3) Mengurutkan program mulai sesuai skala prioritas,
4) Menyiapkan anggaran lembaga, dan
5) Anggaran akhir.
Penganggaran (budgeting) Penganggaran adalah suatu proses pengambilan keputusan untuk mengatur pemakaian sumber daya pada masa
yang akan datang. Sedangkan anggaran ialah suatu rencana yang berisi
jumlah uang yang dimiliki untuk membiayai kegiatan dalam proses pendidikan dalam rangka mencapai tujuan. Anggaran sering kali dimaknai
sebagai suatu rencana, namun dalam bidang manajemen pembiayaan di
lembaga pendidikan sering disebut dengan RKAM.
Adapun proses pengembangan Rencana Kegiatan dan Anggaran
Madrasah (RKAM) dengan merujuk pada E. Mulyasa (2013: 200-201) pada
umumnya menempuh langkah pendekatan dengan prosedur sebagai berikut:
1) Pada tingkat kelompok kerja yang dibentuk madrasah yang terdiri
para wakil kepala madrasah memiliki tugas antara lain melakukan identifikasi kebutuhan biaya selanjutnya diklasifikasikan dan dilakukan
24
perhitungan sesuai dengan kebutuhan.
2) Pada tingkat kerjasama dengan komite madrasah dengan kelompok kerja yang telah terbentuk perlu diadakan rapat pengurus dan rapat
anggota dalam mengembangkan kegiatan yang harus dilakukan
sehubungan dengan pengembangan RKAM. 3) Sosialisasi dan legalitas, setelah RKAM dibicarakan dengan komite
madrasah selanjutnya disosialisasikan kepada berbagai pihak. pada tahap
sosialisasi dan legalitas ini kelompok kerja melakukan konsultasi dan
laporan pada pihak pengawas, serta mengajukan usulan RKAM kepada Kanwil Kementerian Agama untuk mendapat pertimbangan dan
pengesahan.
Setelah RKAM mendapat pengesahan dari pemerintah yang berwenang, selanjutnya akan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanan
manajemen pembiayaan di madrasah. Menurut Bernett dan Berg (2006)
dalam Allan dan Lawrence (2008: 235-236), a budget has four major
functions: (1) it is a policy document,
(2) it is a financial plan,
(3) it is an operations guide, and (4) it is a communication tool.
Oleh karena itu, RKAM berfungsi sebagai dokumen
kebijakan/kebijakan tertulis, sebagai rencana keuangan, sebagai panduan
operasional, dan sebagai alat komunikasi di madrasah. Jadi, anggaran yang ada di madrasah lebih dikenal dengan nama RKAM.
(b) Pelaksanaan Pembiayaan
Menurut E. Mulyasa (2013: 201), pelaksanaan keuangan sekolah dalam
garis besarnya dapat dikelompokkan ke dalam dua kegiatan, yakni
penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan keuangan sekolah dari sumber-sumber dana perlu dibukukan berdasarkan prosedur pengelolaan yang selaras
dengan ketetapan yang disepakati, baik berupa konsep teoritis maupun
peraturan pemerintah.
Dana yang diperoleh dari berbagai sumber harus dialokasikan secara efektif dan efisien. Pengeluaran keuangan sekolah berhubungan dengan
pembayaran keuangan sekolah untuk pembelian beberapa sumber atau input
seperti guru, tenaga kependidikan, dan fasilitas pembelajaran lainnya. Berkenaan dengan prosedur pengelolaan dalam manajemen
pembiayaan dikenal dengan istilah akuntansi. Merujuk dari pengertian
akuntansi secara umum, menurut Novi Priyati (2016: 1), akuntansi adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian secara
sistematis dari transaksi-transaksi keuangan suatu lembaga serta penafsiran
terhadap hasilnya, dan bertujuan menyajikan informasi keuangan yang
dibutuhkan untuk pengambilan keputusan. Secara garis besar kegiatan akuntansi dapat dikelompokkan dalam
dua kegiatan yakni penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan keuangan
sekolah dari sumber dana manapun perlu dibukukan berdasarkan prosedur pengelolaan yang disepakati, baik berupa konsep teoritis maupun peraturan
pemerintah. Prosedur pembukuan penerimaan keuangan sekolah di
25
lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional, tampaknya menganut pola
panduan antara pengaturan pemerintah pusat dan sekolah. Artinya terdapat beberapa anggaran yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah yang
intinya pihak sekolah tidak boleh menyimpang dari petunjuk penggunaan
atau pengeluarannya, dan sekolah hanya sebagai pelaksana pengguna dalam tingkat mikro kelembagaan.
Namun demikian, sesuai dengan semangat otonomi daerah dan
desentralisasi pendidikan dengan pengembangan konsep manajemen
berbasis sekolah, maka sekolah memiliki kewenangan dan keleluasaan yang cukup lebar dalam kaitannya dengan manajemen keuangan untuk mencapai
efektifitas pencapaian tujuan sekolah. Pada umumnya di setiap sekolah telah
ditetapkan bendahara sesuai dengan peran dan fungsinya. Jika dalam penerapan akuntansi di lembaga pendidikan khususnya
madrasah, proses ini juga diterapkan, yaitu dimulai dari pengumpulan bukti
transaksi yang dicatat di jurnal atau buku kas, kegiatan ini merupakan bagian
dari proses pencatatan. Transaksi yang telah dicatat di buku kas tersebut selanjutnya dikelompokkan berdasarkan jenis-jenisnya seperti kategori
penerimaan uang berupa bantuan operasional sekolah (BOS) dari pemerintah
pusat, BOS dari pemerintah daerah (Bosda) atau dari alokasi dana-dana lainnya. Sedangkan kategori biaya, seperti biaya pengembangan kurikulum,
biaya proses pembelajaran, biaya pelaksanaan evaluasi, biaya gaji pendidik
dan tenaga kependidikan, biaya pengadaan sarana dan prasarana, biaya pembinaan kesiswaan/ekstrakurikuler, serta biaya pengelolaan perkantoran.
Kemudian, barulah setiap jenis tersebut direkapitulasi sehingga muncullah
total dari masing-masing kategori yang selanjutnya dihitung hingga menjadi
laporan keuangan tingkat madrasah/sekolah. Menurut E. Mulyasa (2013: 202-203), untuk Uang Yang Harus
Dipertanggungjawabkan (UYHD), ditunjuk bendahara oleh pihak
berwenang dan sebagai atasan langsungnya adalah kepala sekolah. Uang yang dibukukan merupakan aliran masuk dan keluar setelah mendapat
perintah dari atasan langsung. Sedangkan uang yang diterima dari
masyarakat, ditunjuk bendahara lain dengan sepengetahuan dan kesepakatan pihak komite sekolah ditunjuk dari anggota sesuai dengan persetujuan
musyawarah. Berkaitan dengan aliran keuangan yang berasal dari
masyarakat, sekolah dalam hal ini sebagai pengguna harus mendapat
persetujuan komite sekolah. Pengeluaran sekolah berhubungan dengan pembayaran keuangan
sekolah untuk pembelian sumber atau input dari proses sekolah seperti tenaga
administrasi, guru, bahan-bahan perlengkapan dan fasilitas. Dalam manajemen keuangan sekolah, pengeluaran keuangan harus dibukukan
sesuai dengan pola yang telah ditetapkan oleh peraturan. Beberapa hal yang
harus dijadikan patokan bendahara dalam pertanggungjawaban pembukuan,
meliputi format buku kas harian, dan format laporan daya serap penggunaan anggaran serta beban pajak.
Aliran pengeluaran keuangan harus dicatat sesuai dengan waktu serta
peruntukannya. Sebagaimana menurut Ogundele and Ajia (2017: 48), School administrator will be careful while handing school's property because they
know that this is a system in place that watches and monitors them. Untuk
26
mengefektifkan pembuatan perencanaan keuangan sekolah, maka yang
sangat bertanggung jawab sebagai pelaksana adalah kepala sekolah. Kepala sekolah harus mampu mengembangkan sejumlah dimensi penyusunan
administratif.
Menurut Ogundele and Ajia (2017: 48), the huge investments that are made in the educational sector made it prone to fraudulent activities and asset
misappropriation. These assets can however be safeguarded by having and
running formidable accounting system that will significantly strengthen the
internal control of a school. Artinya, investasi yang besar di sektor pendidikan membuatnya rentan terhadap kegiatan penipuan dan penyalahgunaan aset.
Namun aset-aset ini dapat dijaga dengan cara menjalankan sistem akuntansi
yang tangguh sehingga akan sangat memperkuat kontrol internal sekolah. Oleh karena itu, Akuntansi dalam keuangan sekolah tidak hanya merupakan
kegiatan mencatat, mengolah, dan menyajikan laporan keuangan. Namun lebih
dari itu, akuntansi dapat mencegah penyimpangan pembiayaan di sekolah.
(c) Pengawasan (Controlling)
Secara umum pengawasan dipahami sebagai tindakan pengawas atau
kepala sekolah membandingkan rencana dengan hasil yang telah dicapai, apakah sesuai atau menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Senada
dengan ini Anthony dan Robert (2012: 88) menyatakan, in performance
evaluation, managers compare the actual results from the budget period with
expectations that were reflected in the budget to assess how well the organization did in light of its expectations.
Gareth dan Jennifer (2008: 431), mendefinisikan controlling is the
process whereby managers monitor and regulate how efficiently and effectively an organization and its members are performing the activities
necessary to achieve organizational goals. Kemudian, menurut Husaini
Usman (2014: 534), Pengawasan adalah proses pemantauan, penilaian, dan
pelaporan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut.
Kemudian, pendapat lain yang cukup kompleks ialah menurut Kinicki
dan Williams (2009: 506), Controlling is defined as monitoring performance, comparing it with goals, and taking corrective action as needed. Controlling
is concerned with seeing that the right things happen at the right time in the
right way.
Selanjutnya secara lebih spesifik, menurut Petunjuk Teknis BOS (2018: 41), kegiatan pengawasan yang dimaksud adalah kegiatan yang bertujuan
untuk mengurangi atau menghindari masalah yang berhubungan dengan
penyalahgunaan wewenang, kebocoran, dan pemborosan keuangan negara, pungutan liar dan bentuk penyelewengan lainnya. Dana BOS yang dikucurkan
oleh pemerintah ke setiap madrasah harus dilaporkan kembali sebagai bentuk
pertanggungjawaban. Hal ini senada dengan pendapat Wayne K. Hoy dan
Cecil G. Miskel (2013: 272), School finance and the control of educational reform from governmental agencies illustrate the dependence concept.
Menurut Manahan Tampubolon (2015: 234), Kepala sekolah wajib
menyampaikan laporan keuangan kepada pihak penyedia dana pendidikan. Jika dana diperoleh dari para orang tua siswa maka pertanggungjawabannya
27
ditujukan kepada para orang tua siswa. Begitu pula jika dana tersebut
bersumber dari pemerintah maka akan dipertanggungjawabkan kepada pemerintah.
Gambar 2.2
Alur Pertanggungjawaban Dana Berdasarkan Sumbernya
Menurut Nurhattati Fuad (2014: 47), keberhasilan pengelolaan dana
bermanfaat bagi:
(a) efisiensi penyelenggaraan pendidikan;
(b) menjamin kelangsungan hidup; dan
(c) mencegah kebocoran dana. Banyak kasus yang terjadi dalam organisasi
adalah akibat masih lemahnya sistem pengawasan sehingga terjadilah berbagai penyimpangan antara yang direncanakan dengan yang
dilaksanakan.
Selain sumber pembiayaan yang berasal dari BOS, masih ada sumber lainnya berupa sumbangan dari para orang tua/wali para peserta didik yang
dikelola oleh komite sekolah. Dana tersebut juga memerlukan pengawasan
dan pertanggungjawabannya berada dalam lingkungan pengurus komite sekolah kepada semua pihak pemangku kepentingan yang berhak untuk
memautaunya, seperti para orang tua siswa, pihak sekolah, dan pemerintah.
Sehingga pengurus komite wajib menyusun laporan secara rutin dan berkala.
Menurut Permendikbus Nomor 75 Tahun 2016 pasal 13 menyatakan bahwa (Ayat 1) Komite Sekolah wajib menyampaikan laporan kepada
orangtua/wali peserta didik, masyarakat, dan kepala
Sekolah melalui pertemuan berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) semester; (Ayat 2) Laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat satu terdiri dari: a) laporan kegiatan Komite Sekolah; dan
b) laporan hasil perolehan penggalangan dana dan sumber daya pendidikan
lainnya dari masyarakat.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengawasan dalam pembiayaan ialah
kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki kewenangan untuk cara
memantau kinerja, membandingkan antara hasil dengan rencana, dan untuk melihat seberapa efektif dan efisien proses mencapai tujuan, serta untuk
menghindari kebocoran dana.
Sumber Dana:
▪ Pemerintah
▪ Orang tua siswa
▪ Lainnya
Alokasi Dana:
▪ Biaya investasi
▪ Biaya operasional
Pelaporan Dana:
▪ Pembukuan
▪ Pelaporan/
Pertanggungjawaban
28
C. Fungsi Komite Sekolah dalam Manajemen Pembiayaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata fungsi memiliki arti
kegunaan suatu hal. Fungsi komite sekolah secara umum menurut Permendikbud RI Nomor 75 Tahun 2016 tentang Komite Sekolah pasal 2 menyatakan bahwa komite
sekolah berfungsi dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan. Fungsi ini dijabarkan
sebagaimana terdapat dalam Pasal 3, dalam melaksanakan fungsinya, komite sekolah
bertugas untuk memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan terkait kebijakan dan program sekolah, Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Sekolah/ Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RAPBS/RKAS), kriteria
kinerja sekolah, kriteria fasilitas pendidikan di sekolah, dan kriteria kejasama sekolah dengan pihak lain.
Selanjutnya Komite Sekolah juga bertugas menggalang dana dan sumber daya
pendidikan lainnya dari masyarakat baik perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri maupun pemangku kepentingan lainnya melalui upaya kreatif dan inovatif, serta
mengawasi pelayanan pendidikan di sekolah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, dan menindaklanjuti keluhan, saran, kritik, dan aspirasi dari
peserta didik, orangtua/wali, dan masyarakat serta hasil pengamatan komite sekolah atas kinerja sekolah.
Menurut Suharjo (2012: 78), keberadaan komite yang mampu bekerja sama
dengan masyarakat baik perorangan, organisasi dunia usaha maupun industri yang berorientasi pada kegiatan akademik dan sosial mampu meningkatkan mutu pendidikan
dalam pengawasan manajerial wirausaha dan kepekaan sosial dalam pengabdian
masyarakat di setiap satuan pendidikan. Selanjutnya menurut Nili hayani (2015: 327), dengan adanya komite sekolah maka hubungan dengan masyarakat dan orang tua siswa
dapat terjalin dengan baik. Hubungan ini berupa kerja sama dalam pengadaan dana dan
dalam pembangunan sarana sekolah. Walaupun tidak semua komite sekolah yang telah
ada di setiap sekolah mampu mendukung peningkatan mutu pendidikan, tapi hendaknya mereka telah berupaya menjalin kerja sama yang menguntungkan dengan badan usaha di
sekitar satuan pendidikan untuk menyokong pembiayaan pendidikan di sekolah tersebut.
Menurut David Thigpen dan Louis Freedberg (2014: 3), California’s new legislation reforming how the state funds its public schools puts more power in the hands
of school districts and gives parents and communities a stronger voice—and greater
responsibility—in dictating how those dollars are actually spent. Pemerintah California
memberikan ruang yang sangat besar bagi para orang tua untuk terlibat dalam mengawasi penggunaan dana di sekolah.
Selain itu, menurut Rao Khalid Parvaiz, dkk (2015: 3115), these committees are
supposed to add to identifying, predict, implementing and monitoring all learning activities and to increase the community’s share of assets in charge allocation projects.
Komite sekolah berfungsi dalam meningkatkan aset dan alokasi pendanaan di sekolah.
Menurut Abubakar dan Taufani/ Tim Dosen UPI (2010: 283), komite sekolah
bertanggung jawab dalam penyusunan perencanaan strategik dan perencanaan tahunan sekolah, perumusan kebijakan sekolah, pemenuhan kebutuhan sekolah, anggaran
sekolah, ikut memantau kegiatan keseharian sekolah, menilai keberhasilan pelaksanaan
program-program yang dilaksanakan sekolah serta ikut mensahkan laporan tahunan sekolah. Di samping itu, menurut Jejen Musfah (2018: 88), pelibatan komite sekolah
dalam penyusunan RAPBS sangat penting sehingga pengembangan sekolah tidak hanya
tanggung jawab guru, tetapi juga banyak pihak, jika komite mengetahui dengan baik
29
keuangan sekolah, maka akan mudah meminta dukungan finansial dari mereka. Inilah
salah satu tujuan dibentuknya komite sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Menurut Eboatu, dkk (2018: 215), the responsibilities of the School-Based
Management Committee (SBMC) include to ensure effective utilization of physical resources and to promote transparency, probity and accountability in school finances.
Komite sekolah memiliki fungsi dalam memastikan pemanfaatan sumber daya fisik yang
efektif dan transparansi serta akuntabilitas keuangan sekolah. Jadi, komite sekolah juga
sangat berperan dalam pengawasan keuangan di sekolah. Menurut Abubakar dan Taufani/ Tim Dosen UPI (2010: 283), hal yang selama ini
terlupakan yakni pengawasan yang berkelanjutan, survei membuktikan bahwa
kelemahan yang terjadi pada kelembagaan kita adalah pengawasan mutu yang berkelanjutan, sebagai salah satu contoh komite sekolah berperan dalam memberikan
kontrol terhadap mutu kelembagaan yang datang dari masyarakat namun kenyataannya
sampai sejauh mana komite tersebut berperan dalam peningkatan mutu kelembagaan.
Selanjutnya, untuk merumuskan fungsi komite sekolah dalam manajemen pembiayaan secara lebih fokus, maka peneliti akan mengutip kembali Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 75 Tahun 2016 tentang Komite Sekolah pasal 2 ayat
2, dinyatakan bahwa Komite sekolah berfungsi dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan. Kemudian, pasal 3 ayat 1 dinyatakan bahwa dalam melaksanakan fungsi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, komite sekolah bertugas untuk:
a) memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan terkait:
(1) kebijakan dan program Sekolah;
(2) Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah/Rencana Kerja dan
Anggaran Sekolah (RAPBS/RKAS); (3) kriteria kinerja Sekolah;
(4) kriteria fasilitas pendidikan di Sekolah; dan
(5) kriteria kerjasama Sekolah dengan pihak lain; b) menggalang dana dan sumber daya pendidikan lainnya dari masyarakat baik
perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri maupun pemangku kepentingan
lainnya melalui upaya kreatif dan inovatif; c) mengawasi pelayanan pendidikan di sekolah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
d) menindaklanjuti keluhan, saran, kritik, dan aspirasi dari peserta didik,
orangtua/wali, dan masyarakat serta hasil pengamatan Komite Sekolah atas kinerja Sekolah.
Itulah empat tugas komite sebagai indikator fungsinya dalam peningkatan mutu
pelayanan pendidikan. Selanjutnya peneliti membatasi fungsi komite yang berkaitan dengan manajemen pembiayaan yang ada di MAN 4 Jakarta.
Berkenaan dengan manajemen pembiayaan, mengutip kembali pendapat
Abubakar dan Taufani (2010: 257), yang menyatakan bahwa tahapan dalam manajemen
keuangan/pembiayaan terdiri dari tahap perencanaan keuangan/pembiayan (budgetting), tahap pelaksanaan (accounting), dan tahap penilaian (auditing), serta menurut E.
Mulyasa (2013: 198-206), ada tiga tahapan dalam keuangan sekolah, yaitu perencanaan
keuangan sekolah, pelaksanaan keuangan, dan evaluasi atau pertanggungjawaban keuangan sekolah.
30
Jika diklasifikasikan fungsi komite yang terjabarkan dalam tugas-tugasnya
menurut Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 pasal 3 ayat 1 tersebut ke dalam tahapan manajemen pembiayaan, maka akan tampak dalam tabel berikut.
Tabel 2.3
Fungsi Komite Sekolah dalam Manajemen Pembiayaan
No Manajemen Pembiayaan
Indikator Fungsi Komite
1 Tahapan
Perencanaan/
Anggaran
Memberikan pertimbangan dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan, terkait kebijakan
dan program sekolah, RKAM, kriteria kinerja sekolah, kriteria fasilitas pendidikan, dan kriteria
kerjasama sekolah dengan pihak lain.
2 Tahapan Pelaksanaan
Menggalang dana dan sumber daya pendidikan lainnya dari masyarakat baik perorangan/ organisasi/
dunia usaha/ dunia industri maupun pemangku
kepentingan lainnya melalui upaya kreatif dan inovatif.
Melaporkan hasil penggalangan dana dan alokasinya.
3 Tahapan
Pengawasan
Mengawasi pelayanan pendidikan di madrasah sesuai
dengan ketentuan.
Menindaklanjuti kritik dan saran atau aspirasi dari
peserta didik, orang tua/wali, dan masyarakat, serta
hasil pengamatan komite atas kinerja sekolah.
Dari kolom manajemen pembiayaan pada tabel di atas, diperoleh dari memadukan
teori dari Abubakar dan Taufani (2010: 257) dan E. Mulyasa (2013: 198-206). Sedangkan
kolom indikator fungsi komite sekolah dirinci berdasarkan Permendikbud No. 75 Tahun 2016 tentang komite sekolah pasal 3 ayat 1 tentang fungsi komite dan pasal 13 tentang
pelaporan keuangan komite.
Selain pasal 13 tersebut, dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam
Nomor 2913 Tahun 2015 tentang Petunjuk teknis struktur organisasi dan pengelolaan dana komite madrasah, dinyatakan bahwa: (1) Pengawasan dilakukan oleh intern komite
madrasah; (2) Apabila terjadi permasalahan dalam pelaporan dan pertanggungjawaban
dana komite madrasah, maka pihak madrasah dapat melakukan mediasi dalam rangka penyelesaian masalah. Pada nomor dua jelas menyatakan bahwa pihak komite harus
menyusun laporan dan pertanggungjawaban dana komite yang dihimpun dari masyarakat
termasuk dari orang tua peserta didik.
31
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu diharapkan menjadi salah satu bahan kajian dan memperkaya teori yang digunakan dalam melakukan penelitian. Berikut ini beberapa
penelitian dari jurnal yang dianggap relevan.
1) Penelitian Anita Putri Pertiwi (2018) yang berjudul Efektivitas Peran Komite
Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri Se-Jakarta Utara. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa peran komite sekolah di MAN 5 Jakarta dinilai kurang efektif dan di MAN 21 Jakarta cukup efektif. Indikator peran komite yang digunakan
dalam penelitian ini merujuk pada Kepmediknas Nomor 044/U/2002 tentang Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah. Peran komite sekolah ialah sebagai: 1) pemberi pertimbangan (advisory agency); 2) pendukung (supporting agency); 3)
pengontrol (controlling agency); dan 4) mediator. Peneliti tidak menggunakan
indikator ini karena menurut Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 tentang komite sekolah, aturan tersebut tidak berlaku.
1) Penelitian Anil Prakash Shrivastava (2018) yang berjudul “A Study on the
Awareness of School Management Committee on RTE Rules and Their Role” Hasil
penelitian menyatakan bahwa, at present implementation of SMC facing many glitches and challenges like lack of clarity on policy guidelines, low community
awareness and inadequate capacity building etc. In addition to describing these
challenges this study highlights the evidence on functioning of SMC in Madhya
Pradesh and their awareness on RTE rules, roles and responsibilities. Penelitian ini mengkaji kesadaran dan peran komite sesuai aturan di Madhya Pradesh.
Tantangannya ialah banyaknya gangguan seperti kurangnya kejelasan tentang
pedoman kebijakan, kesadaran masyarakat yang rendah dan pembangunan kapasitas yang tidak memadai.
2) Penelitian Eboatu, dkk (2018) yang berjudul Assessment of School-Based
Management Committees’ (SBMCs) Physical and Financial Resources
Management Functions in Anaocha Local Government Area, Nigeria. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa, the study established among other things, that
the SBMCs in Anaocha Local Government Area to a low extent contribute to
ensuring proper utilization of physical resources, but to a high extent promote financial accountability in the use of school financial resources. Penelitian ini
menemukan bahwa kontribusi komite sekolah di Anaocha masih rendah, namun
akuntabilitas keuangannya sudah baik. 3) Penelitian Jatinder Grover (2018) yang berjudul Primary Education in Punjab:
Awareness and Participation of School management Committees. Results showed
that SMCs were constituted in all the schools but awareness of SMC members about
roles and responsibilities and participation in school management was not adequate. Penelitian ini menunjukkan bahwa peran komite sekolah di Sekolah Dasar
Punjab kurang memadai.
4) Novianty, Pudji, Djoko dan Basinta (2017) dengan judul “Organizational Communication in Implementing School Committee Role in South Tangerang City”.
Penelitiannya menunjukkan bahwa The School Committee members’ understanding to
four roles of the School Committee as an advisor, as a mediator, as the controlling and
supporting are very low. Penelitian ini melihat empat peran komite se-Kota Tangerang Selatan yang masih sangat rendah.
32
5) Penelitian Sunil Kumar (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Roles and
Functions of School Management Committees (SMCs) of Government Middle Schools in District Kullu of Himachal Pradesh: Case Study.” Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa the school system to encourage the participation level of SMC
members in their functioning and also strengthening the participation of community members in the smooth functioning of the schools of Himachal Pradesh. Penelitian
ini menunjukkan perlunya meningkatkan peran dan fungsi komite di SMP dareah Kullu
Himachal Pradesh demi kelancaran kegiatan pendidikan.
6) Penelitian Nili Hayani (2015) dengan judul penelitiannya “Peran Komite Sekolah dalam Manajemen Pembiayaan di SMPN 31 Seluma. Hasil penelitiannya ialah
dengan adanya komite sekolah maka hubungan antara sekolah dengan masyarakat
dan orang tua siswa dapat terjalin dengan baik terutama dalam hal pendanaan, sarana, pengontrol pembangunan dan pemberi pertimbangan. Perbedaan penelitian
ini ialah Nili menggunakan empat peran komite yang tertuang dalam Kepmendiknas
Nomor 044/U/2002. Sedangkan penelitian ini menggunakan kata fungsi yang
sesuai dengan Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016. 7) Penelitian Anwar Ismail (2015), penelitiannya berjudul “Kinerja Komite Sekolah
dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di SMP Al-Khairaat Kalumpang Kota
Ternate”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kinerja komite sekolah belum terlalu aktif, hal ini dapat mempengaruhi perkembangan kualitas perkembangan
pendidikan di SMP Al-Khairaat Kalumpang Tenate. Ini juga merupakan bagian dari
pelanggaran Kepmendiknas nomor 044/U/2002 tentang fungsi Komite. Penelitian ini membahas tentang kinerja komite terhadap kualitas pendidikan, bukan peran atau
fungsinya dalam manajemen pembiayaan.
8) Penelitian Joyce Nyandoro, dkk (2013) dengan judul Effectiveness of School
Development Committees in Financial Management in Chimanimani West Circuit Primary Schools in Zimbabwe. The study revealed that School Development
Committees were not effective in managing funds for their schools due to lack of
skills in various aspects of financial management such as preparation and use of budget for decision making, keeping inventory of school assets and raising funds.
Penelitian ini menemukan kurang efektifnya komite sekolah di tingkat SD dalam
mengelola dana untuk sekolahnya di daerah Zimbabwe.
Dari beberapa penelitian di atas yang memiliki kemiripan fokus penelitian dengan penelitian ini adalah penelitian Nili Hayani (2015), yaitu Peran komite sekolah
dalam manajemen pembiayaan, serta ruang lingkup penelitiannya yang berskala mikro.
Sedangkan penelitian lainnya terutama penelitian dari jurnal internasional membahas persoalan komite sekolah dalam skala meso atau satu daerah tertentu. Di samping itu,
penelitian ini melihat komite sekolah dari sisi fungsinya –bukan peran seperti pada
penelitian lainnya–. Perbedaan selanjutnya ialah pada objek penelitian yaitu di MAN 4 Jakarta. Sepengetahuan peneliti belum ada yang melakukan penelitian berkenaan dengan
fungsi komite sekolah dalam manajemen pembiayaan di MAN 4 Jakarta.
33
E. Kerangka Konseptual
Agar penelitian ini lebih terarah dan sesuai dengan rumusan masalah serta tujuan
penelitian yang ingin dicapai maka diperlukan kerangka konseptual. Berangkat dari
latar belakang permasalahan serta memperhatikan dasar hukum dan teori yang melandasi penelitian, maka ditentukan tahapan pembiayaan yang digunakan untuk
mengklasifikasikan indikator fungsi komite dalam manajemen pembiayaan
sebagaimana tampak pada tabel 2.3. Selanjutnya kerangka konseptual mulai dari latar
belakang hingga tujuan penelitian digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.3
Kerangka Konseptual
Latar belakang masalah:
Komite sekolah kurang optimal
Manajemen Pembiayaan yang kurang efisien dan efektif
Dasar hukum:
Permendikbud No. 75 Tahun 2016,
Kep Dirjen Pendis No. 2913 Tahun 2015
Indikator fungsi komite:
1. Memberi pertimbangan dalam kebijakan
dan program sekolah dan RKAM.
2. menggalang dana dan sumber daya
pendidikan lainnya, serta melaporkannya.
3. Mengawasi pelayanan pendidikan
Tahapan manajemen
pembiayaan:
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pengawasan
Fungsi Komite Sekolah dalam Manajemen Pembiayaan di MAN 4 Jakarta
Landasan teori:
Abubakar dan Taufani (2010: 257),
E. Mulyasa (2013: 198-206)
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Menurut
John W. Creswell (2016: 250), studi kasus ialah penelitian yang mengeksplorasi proses, aktivitas, dan peristiwa. Penelitian ini akan menggali berbagai informasi yang berkaitan
dengan fungsi komite sekolah dalam manajemen pembiayaan di MAN 4 Jakarta.
B. Objek Penelitian
Objek penelitian kualitatif menurut Spradley adalah social situation yang terdiri
dari tiga unsur yaitu place, actor, and activity (Sugiyono, 2017: 229). Berdasarkan teori
tersebut, maka penelitian ini berlokasi di Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta. Sedangkan pelaku yang diteliti adalah para informan atau nara sumber yang dipilih secara purposive,
maksudnya dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu (Sugiyono, 2017: 216). Para
informan terdiri dari kepala sekolah, ketua komite, bendahara komite, kepala tata usaha,
bendahara, sebagian guru, sebagian orang tua/wali peserta didik, dan sebagian dari peserta didik. Tujuan mereka dipilih sebagai objek penelitian dengan pertimbangan dapat
memberikan data-data yang diperlukan oleh peneliti. Selanjutnya kegiatan yang akan
diteliti adalah fungsi komite sekolah dalam manajemen pembiayaan.
C. Sumber Data
Ada dua sumber data yang akan dikumpulkan pada penelitian ini, yaitu data primer (utama) dan data sekunder (tambahan). Data primer ialah data berupa kata-kata dan
tindakan (Lexy J. Moleong, 2017: 157) yang diperoleh baik dari hasil observasi maupun
dari wawancara kepada para informan. Selain dari data tersebut, maka dapat digolongkan
sebagai data sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumen-dokumen dan
foto-foto yang berhubungan dengan fungsi komite sekolah dalam manajemen
pembiayaan di MAN 4 Jakarta. Di samping itu, peneliti juga menggunakan data sekunder yang diperoleh dari studi pustaka sebagai landasan teori yang bersumber dari buku-buku
yang relevan, laporan-laporan penelitian terdahulu, data statistik, aturan dan kebijakan,
serta sumber lain yang berhubungan dengan fokus penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Jamie Harding (2013: 8), qualitative research involves collecting more
detailed information from a smaller number of people. Jadi, dalam penelitian kualitatif proses menggali informasi atau mengumpulkan data dilakukan kepada sedikit orang
informan atau nara sumber, namun secara lebih mendalam dan menyeluruh (holistik).
Untuk memperoleh data penelitian, maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a) Observasi. Peneliti turun langsung ke lokasi penelitian untuk mengamati gejala-gejala
yang berhubungan dengan fungsi komite sekolah dalam manajemen pembiayaan. Hal
ini memungkinkan peneliti mampu memahami berbagai kasus atau situasi yang muncul pada objek penelitian secara holistik (menyeluruh). Observasi ini bersifat
pasif, maksudnya peneliti hanya melakukan pengamatan tanpa keterlibatan langsung
dalam kegiatan di MAN 4 Jakarta. b) Wawancara. Wawancara dilakukan kepada para informan sebagai penguatan makna
terhadap hasil observasi. Data yang akan dikumpulkan dari wawancara berupa data
35
yang bekaitan dengan fokus penelitian, di mana rincian pertanyaan ditampilkan dalam
pedoman wawancara. c) Studi Dokumentasi. Untuk melengkapi data penelitian yang telah diperoleh dari hasil
observasi dan wawancara, maka peneliti juga mengumpulkan dan menganalisis data
berupa Rencana Kerja dan Anggaran Madrasah (RKAM), laporan pengelolaan komite, laporan keuangan madrasah, laporan BOS, buku kas atau jurnal transaksi,
daftar inventaris sarana dan prasarana, gambar atau foto, audiovisual, serta profil
Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta.
E. Instrumen penelitian
Peneliti berperan sebagai instrumen kunci dalam penelitian. Menurut John W.
Creswell (2016: 248), para peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui studi dokumentasi, observasi perilaku, atau wawancara. Kehadiran peneliti dalam penelitian
ini dilakukan sesuai kesepakatan dengan objek penelitian dalam rangka mengumpulkan
data dan informasi berkenaan dengan fokus penelitian. Untuk memudahkan tugas peneliti
sebagai instrumen kunci, maka peneliti menggunakan acuan berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, dan daftar dokumen yang dibutuhkan sebagai usaha menggali
informasi dari sumber data penelitian.
Instrumen penelitian dapat disebut sebagai alat pengumpul data. Menurut Sanapiah Faisal (2007: 32), perlunya alat pengumpul data seperti pedoman wawancara untuk setiap
informan, panduan observasi, dan form isian dokumentasi. Peneliti mengumpulkan data
di lapangan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, serta studi dokumentasi. Para informan terdiri dari: Untuk lebih jelas berkenaan tentang data yang diperlukan
dalam aspek yang diteliti, dan metode pengumpulan data yang digunakan serta sumber
datanya, maka ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Pengumpulan Data
Variabel Indikator Sumber data
Dokumen pendukung
Metode Instrumen
Fungsi
Komite
dalam Perencanaan
Pembiayaan
Pengenalan
madrasah
Kepala
Sekolah
dan perwakilan
guru
Profil
MAN 4
Jakarta.
Observasi
Wawancara
Studi dokumentasi
Pedoman
wawancara
Panduan observasi
Rencana Kerja
dan Aggaran Madrasah
(RKAM)
Kepala
sekolah dan
Kepala
Tata Usaha
RKAM
Observasi
Wawancara Studi
dokumentasi
Pedoman
wawancara Panduan
observasi
Keterlibatan
komite sekolah
dalam penyusunan
RKAM
Kepala
madrasah
dan Ketua
komite
Notulen
rapat
Observasi
Wawancara
Studi dokumentasi
Pedoman
wawancara
Panduan observasi
36
Fungsi
komite sekolah
dalam
pelaksanaan
pembiayaan
Penggalangan
dana dan sumber daya
lainnya oleh
komite sekolah
Ketua
komite dan orang
tua siswa
Buku kas komite
Observasi
Wawancara Studi
dokumentasi
Pedoman
wawancara Panduan
observasi
Laporan pengelolaan
keuangan
komite sekolah
Ketua dan Bendahara
komite
Laporan komite
Observasi Wawancara
Studi
dokumentasi
Pedoman wawancara
Panduan
observasi
Fungsi
komite sekolah
dalam
pengawasan pembiayaan
Komite sekolah
melakukan
pengawasan terhadap
layanan
pendidikan di madrasah
Ketua
komite dan
perwakilan
siswa
Buku
catatan komite
Observasi
Wawancara
Studi dokumentasi
Pedoman
wawancara
Panduan observasi
Menindaklanjuti
aspirasi dari
peserta didik, orang tua/wali,
dan masyarakat.
Ketua
komite,
perwakilan orang tua,
dan
perwakilan siswa
Buku
catatan komite
Observasi
Wawancara
Studi dokumentasi
Pedoman
wawancara
Panduan observasi
Laporan
keuangan madrasah
Kepala
Tata
Usaha dan Bendahara
sekolah
Laporan
madrasah
Observasi
Wawancara
Studi dokumentasi
Pedoman
wawancara
Panduan observasi
Kesesuaian
antara rencana dan realisasi
keuangan
madrasah
Kepala
sekolah Kepala
Tata
Usaha
RKAM dan
Laporan
kegiatan
Observasi
Wawancara Studi
dokumentasi
Pedoman
wawancara Panduan
observasi
Kendala dan
Solusi
Kendala-
kendala
berkenaan
dengan fungsi komite sekolah
dalam
manajemen pembiayaan
Kepala
madrasah
dan
Ketua komite
Catatan
Observasi
Wawancara
Studi
dokumentasi
Pedoman
wawancara
Panduan
observasi
Solusi yang
ditempuh dalam
menghadapi kendala-kendala
tersebut
Kepala
madrasah
dan Ketua
komite
Catatan
Observasi
Wawancara
Studi dokumentasi
Pedoman
wawancara
Panduan observasi
37
Dari kisi-kisi pengumpul data di atas, dapat dirinci menjadi pedoman observasi,
pedoman wawancara, dan pedoman studi dokumentasi atau dokumentasi yang diperlukan. Adapun pedoman-pedoman tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pedoman Observasi
a) Mengamati dokumen Rencana Kerja dan Aggaran Madrasah (RKAM).
b) Mengamati (dokumen) keterlibatan komite sekolah dalam proses penyusunan
Rencana Kerja dan Aggaran Madrasah (RKAM).
c) Mengamati (dokumen) proses penggalangan dana dan sumber daya lainnya oleh komite sekolah.
d) Mengamati (dokumen) komite sekolah dalam melakukan pengawasan terhadap
layanan pendidikan di madrasah. Misalnya: (1) Mengamati ketersediaan dan kondisi sarana dan prasarana madrasah.
(2) Mengamati respon siswa dalam memanfaatkan fasilitas pembelajaran di
madrasah.
(3) Mengamati perkembangan jumlah siswa yang diterima di madrasah dalam beberapa tahun.
e) Mengamati ada atau tidaknya aspirasi dari peserta didik, orang tua/wali, dan
masyarakat, berkenaan layanan pendidikan dan manajemen pembiayaan, serta bagaimana komite sekolah menindaklanjuti berbagai aspirasi tersebut.
f) Mengamati laporan pengelolaan keuangan komite sekolah.
g) Mengamati laporan keuangan madrasah pada tahun terakhir. h) Mengamati kesesuaian antara RKAM dengan realisasinya pada tahun terakhir.
38
2. Pedoman Wawancara
Agar wawancara lebih terarah, maka disusun kisi-kisi wawancara sebagai berikut:
Tabel 3.2
Kisi-kisi Wawancara
No Indikator Butir Pertanyaan Informan
1
Pengenalan madrasah
Bagaimanakah sejarah singkat
pendirian MAN 4 Jakarta?
Nomor 1, 2,
dan 6
2 Rencana Kerja dan Aggaran Madrasah (RKAM)
Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan RKAM?
Nomor 1 – 6,
3 Keterlibatan komite sekolah
dalam penyusunan RKAM
Seberapa besar keterlibatan
komite sekolah dalam penyusunan RKAM?
Nomor 1 - 5
4 Penggalangan dana dan
sumber daya lainnya oleh
komite sekolah
Seberapa besar peran komite
sekolah dalam menggalang
dana dan sumber lainnya dari para orang tua siswa?
Nomor 1 – 7
5 Laporan keuangan komite
sekolah
Bagaimana proses penyusunan
laporan keuangan komite
sekolah?
Nomor 1 – 7
6 Komite sekolah melakukan
pengawasan terhadap
layanan pendidikan di madrasah
Layanan pendidikan apakah
yang pernah diawasi oleh
pihak komite sekolah?
Nomor 1 – 3,
dan 6
7 Menindaklanjuti aspirasi
dari peserta didik, orang
tua/wali, dan masyarakat.
Bagaimana komite sekolah
menindaklanjuti aspirasi dari
peserta didik, orang tua/wali, dan masyarakat?
Nomor 1 – 3,
6 - 8
8 Laporan keuangan madrasah
Bagaimana menurut Bapak
tentang laporan keuangan
madrasah dalam 3 tahun terakhir?
Nomor 1 – 4,
dan 6
9 Kesesuaian antara rencana
dan realisasi keuangan madrasah
Berapa persen RKAM dapat
terealisasikan dalam 3 tahun terakhir?
Nomor 1 – 4
10 Kendala-kendala berkenaan
dengan fungsi komite
sekolah dalam manajemen pembiayaan
Apa saja kendala dalam
manajemen pembiayaan yang
dihadapi oleh pihak komite sekolah dan pihak MAN 4
Jakarta?
Nomor 1 - 5
11 Solusi yang ditempuh dalam menghadapi kendala-
kendala tersebut
Bagaimana solusi yang digunakan dalam mengatasi
kendala-kendala tersebut?
Nomor 1 - 5
39
Keterangan:
(1) Kepala madrasah, (2) Ketua komite,
(3) Kepala tata usaha,
(4) Bendahara sekolah, (5) Bendahara komite,
(6) Perwakilan guru minimal 3 orang,
(7) Perwakilan orang tua/wali peserta didik minimal 3 orang, dan
(8) perwakilan dari peserta didik minimal 3 orang.
3. Pedoman Dokumentasi
Adapun dokumen-dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Profil Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta.
b) Profil Komite Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta, AD/ ART Komite dan Surat
Keputusan tentang Kepengurusan Komite. c) Dokumen Rencana Kerja dan Anggaran Madrasah (RKAM), seperti notulen
rapat, foto-foto rapat, berita acara dan RKAM terbaru.
d) Dokumen rapat rutin komite, seperti notulen rapat, foto-foto rapat, berita acara, dan dokumen hasil kebijakan dari rapat tersebut selama satu tahun terakhir.
e) Kondisi layanan pendidikan, seperti:
- Daftar perkembangan penerimaan siswa dan jumlah siswa - Daftar perkembangan guru
- Daftar inventaris sarana dan prasarana
f) Buku catatan penyampaian aspirasi, kritik, dan saran dari para siswa, orang tua,
maupun masyarakat berkenaan dengan layanan pendidikan. g) Laporan keuangan komite seperti buku kas harian, bulanan, per semester, dan
tahunan terbaru.
h) Laporan keuangan madrasah seperti buku kas harian, bulanan, per semester, dan tahunan terbaru.
i) Laporan pelaksanaan program-program, baik yang tercantum dalam RKAM
maupun yang tidak dicantumkan.
Adapun jika dibagi berdasarkan sumber dokumen yang diperlukan antara
madrasah dan komite maka tampak sebagai berikut: 1. Dokumen dari Madrasah:
a) Profil Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta.
b) Dokumen Rencana Kerja dan Anggaran Madrasah (RKAM), seperti notulen rapat, foto-foto rapat, berita acara dan RKAM terbaru.
c) Kondisi layanan pendidikan, seperti:
- Daftar perkembangan penerimaan siswa dan jumlah siswa - Daftar perkembangan guru
- Daftar inventaris sarana dan prasarana
d) Buku catatan penyampaian aspirasi, kritik, dan saran dari para siswa, orang
tua, maupun masyarakat berkenaan dengan layanan pendidikan. e) Laporan keuangan madrasah seperti laporan bulanan dan tahunan terbaru.
f) Laporan pelaksanaan program-program, baik yang dibiayai oleh madrasah
maupun oleh komite.
40
2. Dokumen dari Komite
a) Profil Komite Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta, AD/ ART Komite dan Surat Keputusan tentang Kepengurusan Komite.
b) Dokumen rapat rutin komite, seperti notulen rapat, foto-foto rapat, berita
acara, dan dokumen hasil kebijakan dari rapat tersebut selama satu tahun terakhir.
c) Buku catatan penyampaian aspirasi, kritik, dan saran dari para siswa, orang
tua, maupun masyarakat berkenaan dengan layanan pendidikan.
d) Laporan keuangan komite seperti buku kas harian, bulanan, per semester, dan tahunan terbaru.
e) Laporan pelaksanaan program-program yang dibiayai oleh oleh komite.
F. Uji Kredibilitas Data
Menurut Sugiyono (2017: 270), ada empat uji keabsahan data dalam penelitian
kualitatif yaitu: a) uji kredibilitas (validitas internal), b) transferability (validitas
eksternal), c) dependability (reliability), dan d) confirmability (objektivitas). Penelitian ini hanya digunakan uji kredibilitas data yang terdiri dari:
a) Perpanjangan pengamatan, hal ini dilakukan dengan cara peneliti kembali ke lapangan
untuk melakukan pengamatan lagi atau wawancara kepada informan sebelumnya maupun informan yang baru untuk memperoleh data yang lebih akurat atau kejenuhan
pengumpulan data tercapai.
b) Meningkatkan ketekunan, artinya melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan agar diperoleh kepastian data dan urutan peristiwa yang sistematis.
c) Triangulasi, maksudnya peneliti membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil
wawancara, dan melakukan pengecekan kembali terhadap isi dokumentasi. Atau
dengan cara mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan dengan substansi yang sama kepada satu informan.
d) Diskusi dengan teman sejawat. Menurut Lexy J. Moleong (2017: 332), teknik ini
dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi. Selanjutnya, peneliti meminta masukan atau saran dari teman
sejawat dalam melanjutkan proses penelitian berikutnya.
e) Analisis kasus negatif, maksudnya peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Jika tidak ditemukan kasus negatif,
artinya data temuan penelitian sudah dapat dipercaya. Namun jika ditemukan data
yang bertentangan, maka peneliti harus menjadikannya sebagai temuan baru.
f) Menggunakan bahan referensi, maksudnya penggunaan data pendukung untuk membuktikan temuan peneliti. Misalnya, hasil wawancara didukung oleh rekaman
wawancara, atau observasi didukung oleh foto dan video.
g) Membercheck, maksudnya adalah mengecek kembali hasil pengumpulan data kepada semua pihak yang terlibat dalam penelitian atau para nara sumber. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui seberapa jauh data yang telah dikumpulkan dan diolah oleh peneliti,
itu sesuai dengan apa yang telah diberikan dan disampaikan oleh para nara sumber.
41
G. Teknik Analisis Data
Setelah data-data terkumpul melalui proses observasi, wawancara, dan studi dokumentasi, menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2017: 247-253),
langkah selanjutnya ialah melalukan analisis data dengan tahapan sebagai berikut:
a) Data reduction (reduksi data). Data yang diperoleh dari lapangan kemudian diolah oleh peneliti dengan cara merangkum, memilah hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, lalu ditentukan tema dan polanya. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan melakukan pengumpulan data selanjutnya.
b) Data display (penyajian data). Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya ialah manyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan diskripsi yang menyeluruh
agar mudah dipahami.
c) Kesimpulan dan verifikasi. Data yang telah diolah kemudian disimpulkan, namun masih bersifat sementara. Maksudnya, jika kesimpulan tersebut telah didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten maka kesimpulan itu dianggap kredibel. Namun,
jika kesimpulan tersebut dianggap masih belum sesuai, maka peneliti harus kembali
menggali informasi melalui nara sumber.
42
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum MAN 4 Jakarta
1. Sejarah Berdirinya MAN 4 Jakarta Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Jakarta adalah Lembaga Pendidikan tingkat
SLTA dengan ciri khas keislaman. Madrasah ini didirikan pada tahun 1992 hasil alih
fungsi dari PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) 28 sesuai dengan Keputusan
Menteri Agama RI nomor 64 tahun 1992 tanggal 29 April 1992. Pada tahun 1998 MAN 4 Jakarta ditetapkan sebagai MAN Model untuk DKI
Jakarta oleh Menteri Agama RI sesuai Surat Keputusan Dirjen Binbaga Islam tanggal
20 Februari 1998. Pada tahun 2008 MAN 4 Jakarta menjadi Madrasah Standar
Nasional (MSN), sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan serta Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka pada tahun 2010 MAN 4 Jakarta
ditetapkan sebagai Rintisan Madrasah Bertaraf Internasional (RMBI) sesuai Surat
Keputusan Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta. Namun sesuai Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai penghapusan Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI) maka kini MAN 4 Jakarta tidak lagi berstatus sebagai
Rintisan Madrasah Bertaraf Internasional (RMBI), namun MAN 4 Jakarta tetap menjaga dan menjamin kualitas dan mutu pendidikan agar tetap bersaing dengan
sekolah lain, diantaranya menjalin sister school dengan Narrogin Senior High School,
Western Australia dan Universitas di Tokyo, Jepang.
2. Identitas MAN 4 Jakarta
Tabel 4.1
Identitas MAN 4 Jakarta
Komponen Deskripsi
Nama Sekolah MAN 4 Pondok Pinang Jakarta
Alamat Jl. Ciputat Raya RT 05/ RW 08
Kelurahan Pondok Pinang
Kecamatan Kebayoran Lama
Kota Jakarta Selatan
Provinsi DKI Jakarta
Kode Pos 12310
No. Telp. 021-7690283
No. Fax. 021-7697795
NSS 31131170001
NPSN 20177932
Jenjang Sekolah Menengah Atas
Jenis Sekolah Keagamaan
Status Negeri
Akreditasi A (Ma.004506)
Sertifikasi ISO 9001:2008
Waktu Belajar Pagi s.d Sore
Tahun Berdiri 29 April 1992, No. 64 Tahun 1992–29 April 1992
Status Tanah Milik Kementerian Agama RI
Luas Tanah 21.980 M2
43
Luas Bangunan 7.317 m2
Website man4jkt.kemenag.go.id
Email [email protected]
Twitter @man4jkt
Facebook facebook.com/man4jkt/ facebook.com/man4jakarta
Youtube youtube.com/man4jaksel
Gambar 4.1
Pintu masuk dan Pelayanan Terpadu MAN 4 Jakarta
3. Visi, Misi dan Tujuan MAN 4 Jakarta
a. Visi MAN 4 Jakarta
Menjadi madrasah terbaik nasional yang menghasilkan generasi muda
berkepribadian Islami, berprestasi, cinta tanah air dan mandiri
b. Misi MAN 4 Jakarta
Misi Utama
Menyelenggarakan proses pendidikan dan pengajaran yang inovatif berbasis
keimanan, ketaqwaan, ilmu pengetahuan, kepemimpinan dan kewirausahaan
Misi Khusus:
1) Menciptakan budaya pendidikan yang ahlakul karimah, disiplin, kerjasama yang erat antar pemangku kepentingan dan sejalan dengan budaya kota
metropolitan.
2) Meningkatkan lingkungan madrasah yang hijau (go green school), edukatif,
tentram dan menyenangkan. 3) Meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan sesuai
dengan standar tata kelola MAN 4 Jakarta sebagai madrasah rujukan nasional.
4) Melaksanakan proses belajar mengajar yang inovatif, komunikatif dan kompetitif sesuai tuntutan era global.
5) Membangun sarana prasarana madrasah yang lengkap, optimal, terawat dan
berfungsi dengan baik.
6) Meningkatkan tata kelola madrasah yang transparan dan akuntabel (good madrasah governance).
44
c. Tujuan MAN 4 Jakarta
Tujuan MAN 4 Jakarta sebagai berikut: 1) Menjadi madrasah rujukan nasional yang unggul dalam bidang akademik dan
non akademik, berbasis penguasaan ilmu pengetahuan, penanaman nilai-nilai
Islam rahmatan lil alamin dan penguatan sikap cinta tanah air.
2) Menjadi madrasah rujukan nasional yang unggul dalam bidang penerapan
inovasi metode pendidikan dan pembelajaran serta pengelolaan boarding
school.
3) Menjadi madrasah yang memiliki budaya pendidikan yang berwawasan
global, menanamkan kejujuran, kemandirian dan kedisiplinan, serta dapat
menjalin kerjasama erat dengan seluruh pemangku kepentingan.
4) Menjadi madrasah yang unggul dalam penataan lingkungan dan suasana
sekolah yang hijau (go green school), edukatif, sehat, menyenangkan dan
menentramkan.
5) Menjadi madrasah yang unggul dalam tata kelola (good madrasah
governance), penerapan dan pemanfaatan TIK, serta pengelolaan sarana
prasarana yang efisien dan efektif.
4. Struktur Organisasi MAN 4 Jakarta
Gambar 4.2 Struktur Organisasi MAN 4 Jakarta
Saat ini ada dua jabatan wakil kepala (waka) dialihfungsikan sebagai
koordinator seperti koordinator pengembangan mutu dan koordinator asrama, karena sesuai aturan wakil kepala madrasah maksimal 4 orang, walaupun posisinya dalam
struktur organisasi tetap di bawah kepala sekolah secara langsung.
KO. PENGEMBANGAN MUTU KO. ASRAMA
45
5. Guru dan Tenaga Kependidikan
Guru PNS di lingkungan MAN 4 Jakarta 74 orang, dan Guru honorer 26
Orang. Dari 100 orang Guru tersebut, 25 orang diantaranya berkualifikasi
pendidikan jenjang Magister (S2), sementara 75 orang lainnya berkualifikasi sarjana
(S1). Untuk lebih jelas ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 4.2 Jumlah Guru Tahun 2018
Status Kepegawaian Pendidikan
Jumlah Guru PNS Non PNS Lulusan
Kemenag Kemdikbud Kontrak Honorer S1 S2
69
5
-
26
75
25
100
Selain guru atau tenaga pendidik, unsur lainnya dalam lembaga pendidikan adalah tenaga kependidikan yang bertugas pada bidang non pengajaran. Jumlah tenaga
kependidikan adalah 46 orang dengan rincian 14 orang berstatus sebagai PNS dan 32
orang berstatus honorer. Para pegawai tersebut memiliki beragam latar belakang pendidikan dari kualifikasi SLTA, S-1, S-2, dan bahkan ada yang sudah S3. Profil
karyawan dengan kualifikasinya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3
Jumlah Tenaga Kependidikan
Tahun 2018
Status Kepegawaian Lulusan Jumlah
PNS Honorer SD-SMA S1 S2
14
32
33
12
1
46
Gambar 4.3 Guru dan Tendik serta Kepala dan Wakil-wakilnya
Berdasarkan hasil wawancara, MAN 4 Jakarta tanggap dengan berbagai tuntutan perubahan dan selalu ingin tampil di depan, sehingga para guru akan
berusaha maksimal menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut.
Dikarenakan MAN 4 Jakarta sudah terkenal di kalangan madrasah se-DKI dan bahkan
46
skala nasional. Hal ini menyebabkan para guru dan tenaga kependidikan memiliki
tuntutan kerja yang lebih tinggi dari seharusnya. Tugas tambahan yang lumayan banyak bisa menyebabkan meningkat pula biaya operasional yang memerlukan
dukungan oleh para orang tua, agar ketercapaian mutu pendidikan yang melampaui
standar nasional bisa terwujud dengan seimbang.
6. Peserta Didik
Perkembangan peserta didik selama lima tahun terakhir dapat ditampilkan
dalam tabel berikut. Tabel 4.4
Jumlah Perkembangan Peserta Didik
Tahun 2014-2018
No Jurusan Tahun
2014 2015 2016 2017 2018
1 IPA 409 400 417 437 441
2 IPS 253 301 329 356 363
3 Bahasa 124 196 182 158 94
4 Keagamaan 90 90 95 102 109
Jumlah per Tahun 876 992 1030 1061
1.007
Peserta didik MAN 4 Jakarta sebagian besar berasal dari wilayah Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Mereka adalah lulusan dari
MTs/SMP baik negeri maupun swasta, serta berasal dari lulusan pondok pesantren.
Berdasarkan pekerjaan orang tua peserta didik MAN 4 Jakarta beraneka ragam, antara lain sebagai PNS, Polri, TNI, Kejaksaan, Wiraswasta, Karyawan sampai
dengan Pedagang. Melihat kondisi ekonomi tersebut persentase peserta didik di MAN
4 Jakarta dari kalangan ekonomi menengah ke atas. Walaupun ada juga peserta didik dari kalangan ekonomi ke bawah bahkan dari keluarga tidak mampu. Untuk peserta
didik yang tidak mampu, MAN 4 Jakarta memfasilitasi bantuan berupa pemanfaatan
fasilitas Program Indonesia Pintar (PIP) atau Kartu Jakarta Pintar (KJP), serta bantuan beasiswa dari Pemda Provinsi DKI Jakarta dan Kementerian Agama.
Terdapat program kelas unggulan, dimana peserta didik menuntaskan
kurikulum selama 3 tahun dalam waktu satu tahun. Jadi, kegiatan pembelajaran
berakhir di bulan Juni dengan jumlah jam pelajaran sebanyak 57 jam per pekan. Jumlah siswa pada program kelas unggulan sebanyak 56 orang dari jurusan IPA dan
5 orang dari jurusan IPS. Pemenuhan gizi mereka lebih dijaga oleh pihak sekolah dan
orang tua, karena mereka disiapkan untuk mengikuti berbagai olimpiade. Untuk itu, guru yang mengajar di kelas unggulan harus meluangkan waktu lebih banyak untuk
mengajar di sekolah.
Lulusan MAN 4 semuanya melanjutkan ke universitas baik di dalam maupun diluar negeri, sebagian besar terserap di kampus-kampus negeri. Untuk memudahkan
perhatikan tabel dan diagram berikut.
47
Tabel 4.5 Daya Serap Lulusan MAN 4 Jakarta Tahun 2018
No Kampus Jumlah
1 UIN Jakarta 133
2 UI 22
3 UNJ 18
4 Unibraw 14
5 UPN Jakarta 11
6 UNAIR 9
7 UPI 9
8 Undip 7
9 Poltekes 6
10 Unpad 6
11 Unsoed 6
12 IPB 5
13 ITS 5
14 UIN Bandung 5
15 UNS 5
16 Lainnya 41
17 Univrsitas di LN 24
Total 326
Jika ditampikan dalam bentuk diagram maka akan tampak.
Gambar 4.4
Grafik Daya Serap Lulusan MAN 4 Jakarta Tahun 2018
Berdasarkan observasi dan wawancara, kondisi siswa pada umumnya sopan dan antusias dalam mengikuti pelajaran, walau ada juga sedikit yang tidak mematuhi
aturan, misalnya tidak mengerjakan tugas, membolos, memakai seragam yang tidak
sesuai atau belum memiliki kesadaran dalam menjalankan ibadah sholat wajib.
7%
41%
7%6%4%
3%3%3%2%2%2%2%2%2%2%2%
13%
Univrsitas diLNUIN Jakarta
UI
UNJ
Unibraw
UPN Jakarta
UNAIR
UPI
48
Keluhan-keluhan yang ditemukan dari hasil diwawancara dengan peserta didik
berkaitan dengan layanan pendidikan, misalnya tentang peminatan jurusan bahasa yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Maksudnya, di awal masuk mereka
ditawarkan peminatan rumpun bahasa saja --padahal menurut informan di tahun-tahun
sebelumnya ada pilihan bahasa seperti bahasa Jepang, bahasa Jerman dan bahasa Arab--. Saat itu, pihak madrasah menyampaikan bahwa peminatan tersebut akan
diadakan di semester kedua kelas X atau di kelas XI. Tapi, hingga mereka menempuh
semester enam peminatan bahasa tersebut belum dilaksanakan, yang ada hanya
jurusan bahasa Jepang. Kemudian, dari hasil wawancara dengan salah satu siswa kelas XII yang tinggal
di asrama, mereka mengeluhkan tentang program asrama yang terlalu padat, sehingga
kurang waktu untuk belajar sendiri, sedangkan tugas sekolah juga menuntut untuk diselesaikan. Di sisi lain, biaya asrama Rp 2.500.000 per bulan diharapkan bisa
dikurangi, karena adanya pengurangan program yaitu olahraga di hari Sabtu dan jalan-
jalan ke luar madrasah yang biasanya rutin mereka lakukan di kelas X dan kelas XI.
7. Sarana dan Prasarana
MAN 4 Jakarta telah memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai guna
menunjang penyelenggaraan proses pendidikan. Sarana seperti laboratorium, perangkat komputer, LCD dan AC --setiap kelas--, laptop, printer, scanner, dan
meubelair. Sedangkan prasarana dapat dibagi menjadi dua yaitu prasarana bagunan
dan prasarana umum. Prasarana bangunan mencakup lahan dan bangunan gedung yang digunakan untuk keperluan ruang belajar, ruang kantor, ruang pimpinan, ruang
guru, ruang multimedia, ruang rapat, ruang laboratorium, ruang perpustakaan, kebun,
fasilitas umum dan kesejahteraan, masjid, prasarana olahraga dan seni serta asrama
peserta didik. Selanjutnya, prasarana umum berupa air, sanitasi, drainase, listrik, jaringa komunikasi, jaringan internet, CCTV, transportasi, lapangan parkir, dan
taman.
Luas lahan yang dimiliki oleh MAN 4 Jakarta seluas 30.325 M2 dengan status Hak Milik atas nama Kementerian Agama pada tahun 1982. Selain itu, prasarana yang
digunakan oleh MAN 4 Jakarta yang terdiri dari bangunan atau ruang-ruang yang
kondisi kelayakannya dapat digambarkan dalam tabel berikut.
49
Tabel 4.6 Kondisi Prasarana MAN 4 Jakarta
Tahun Pelajaran 2017/2018
No
Nama Barang
Jml
Barang
Kondisi
Ket Baik Rusak ringan
Rusak berat
1 Gedung Kantor 3 √
2 Ruang Bengkel/ Hanggar 1 √
3 Gedung Pertemuan 1 √
4 Gedung Belajar 4 √
5 Koperasi/Pertokoan 1 √
6 Pos jaga 2 √
7 Garasi 1 √
8 Rumah Negara Gol.II 1 √
9 Wisma 2 √
10 Asrama 2 √
Gambar 4.5 Sebagian Sarana dan Prasarana
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa beberapa alasan siswa memilih
bersekolah di MAN 4 Jakarta karena banyak pelajaran agama, ada jurusan bahasa dan
keagamaan, memiliki fasilitas pendidikan yang sangat memadai, pilihan ekskul yang variatif, ada program boarding school, memiliki kelas unggulan, dan kaya akan
prestasi akademik maupun non akademik.
50
Kondisi layanan pendidikan yang sudah melampai standar minimal pendidikan.
Apalagi sedang dibangun kolam renang dan lapangan olah raga yang baru, dan rencana pembangunan asrama 16 lantai sebagai penopang kegiatan boarding school
yang akan diterapkan untuk seluruh siswa ke depannya.
Gambar 4.6
Pembangunan Kolam Renang dan Masjid
8. Ekstra Kurikuler
Tabel 4.7 Jadwal Ekstra Kurikuler MAN 4 Jakarta
Tahun Pelajaran 2017/2018
No Program Ekstra Kurikuler Waktu
1 Tahfidzul Qur’an Selasa-Jumat, 08.00-08.35
2 FMIKA (Forum Mudzakarah Isi dan
Kandungan Al-Qur’an) & Rohis
Sabtu, 07.30-09.30
3 Qira’at & Sholawat Jumat, 15.30-17.00
4 Nadwiyah Araby Jumat, 15.00-16.00
5 Kaligrafi & Qira’atul Kutub Sabtu, 07.30-09.30
6 ECC (English Conversation Club) Sabtu, 09.30-11.30
7 KJS (Klub Jurnalistik Sekolah) Jumat, 15.30-17.00
8 Nihon Kurabu Sabtu, 09.30-11.30
9 Paskibra Sabtu, 09.30-11.30
10 PMR (Palang Merah Remaja) Sabtu, 09.30-11.30
11 Gerakan Pramuka Sabtu, 09.30-11.30
12 Futsal/ Sepakbola Sabtu, 07.30-09.30
13 Basketball Sabtu, 07.30-09.30
14 Badmiton Sabtu, 07.30-09.30
15 Taekwondo Sabtu, 07.30-09.30
16 Tari Saman Sabtu, 09.30-11.30
17 M4IC/ Paduan Suara Jumat, 15.00-17.00
18 Colstra/ Band Sabtu, 09.30-11.30
19 Marawis “Nahdhotus Shab’ah” Sabtu, 07.30-09.30
20 KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) Sabtu, 09.30-11.30
21 Sains Matematika Jumat, 15.30-17.00
22 Sains Kimia Jumat, 15.30-17.00
23 Sains Ekonomi dan Akuntansi Jumat, 15.30-17.00
51
24 Sains Kebumian Jumat, 15.30-17.00
25 Sains Teknologi Informasi & Komunikasi Jumat, 15.30-17.00
26 Astronomi Jumat, 15.30-17.00
27 Band Akustik Sabtu, 09.30-11.30
28 Sains Biologi Jumat, 15.30-17.00
30 Sains Fisika Jumat, 15.30-17.00
31 Pencak Silat Sabtu, 07.30-09.30
32 Gempala Sabtu, 09.30-11.30
33 Teater Sabtu, 09.30-11.30
Dari hasil wawancara kondisi layanan pendidikan yang memadai di MAN 4
salah satunya dipengaruhi oleh fungsi komite dalam menggalang dana dari para orang
tua, sehingga program yang tidak dibiayai oleh pemerintah dapat berjalan dengan
baik.
Gambar 4.7
Ektrakurikuler Band dan Tari Saman
52
9. Prestasi Non Akademik
Tabel 4.8
Daftar Prestasi Non Akademik MAN 4 Jakarta
Tahun Pelajaran 2016/2017
No Siswa Kejuaraan Penyelenggara Juara
1 Ajeng Rana The Best Theory ITS Surabaya I
2 Arya Alifa Mukti Robotic Thamrin Cup VII Ristekdikti RI II
3 Robbani Ariya Line Tracer MRT Ristekdikti RI II
4 Hilmi Febryan Taekwondo UIN Jakarta I
5 Putri Meidiana Silat JKTC6 IPSI I
6 Tubagus Rero Annual Competition 16 Kuala Lumpur Special
Award
7 Emir Faiz Consolation Round Fast Tech Fest Prasetya Mulya
I
8 Apip Abidi MTQ UMJ Jakarta I
9 Nadira Aulia Moonzer Cup SMA 2 Tangsel I
10 Muhammad Ziddan GIS 2 Fest GIS I
11 Abidah Fellah Turnamen Basket SMA Tangsel I
12 Dwi Putranto Band Kompetisi MAN IC III
* Data prestasi yang ditampilkan hanya sebagian dari jumlah 92 orang.
Gambar 4.8
Pemenang Lomba Taekwondo, OSN, dan IT Competition
10. Kerjasama
MAN 4 Jakarta telah melakukan kerjasama dengan berbagai instansi, baik
dalam maupun di luar negeri. Kerjasama tersebut antara lain dalam hal: 1) Ujian
TOEFL dan TOAFL dengan Lembaga Bahasa UI dan UIN; 2) Studi Banding ke
Narrogin Senior High School, West Australia; 3) Psikotes dengan lembaga psikotes UIN; 4) Fakultas MIPA UI proses pendalaman materi SBMPTN (SIMAK UI); dan 5)
FITK UIN Jakarta dalam pendalaman materi PAI.
53
Gambar 4.9
Kunjungan Prof. Hans Dieter Barke dari Munster Universitat
Sumber: www.man4jkt.kemenag.go.id
11. Rencana Kegiatan dan Anggaran Madrasah
Berdasarkan panduan rapat kerja MAN 4 Jakarta tahun 2017, diperoleh rencana kegiatan madrasah yang tidak mencantumkan anggaran, yaitu sebagai
berikut.
Tabel 4.9
Rencana Kegiatan Madrasah MAN 4 Jakarta Tahun Pelajaran 2017/2018
A. Pengembangan KBM dan Ekskul Siswa
No Program dan Kegiatan Keterangan
1 Outing Class Kelas X
2 Outing Class ke Pare Kediri Kelas X
3 Perkemahan Pramuka Akbar
4 Home Stay di Luar Negeri (MoU) 30 siswa
5 Tadarus dan Dhuha
6 Tahfidz
7 Keputrian
8 Literasi
9 Kegiatan Rohani & Jasmani
10 Biaya transportasi lomba siswa akademik dan non akademik
11 Kegiatan kesiswaan (Panitia + Konsumsi)
12 Pembayaran koran bulanan
13 Program cambridge kelas X
B. Pengembangan Layanan Siswa
No Program dan Kegiatan
1 Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahap I
2 Seleksi internal siswa berprestasi akademik dan non akademik Tk. Propinsi
3 Pelaksanaan seleksi siswa berprestasi akademik
dan non akademik
54
4 Pembuatan Smart Madrasah
5 Pembuatan Program Kerja Madrasah dan RKAM
6 Sosialisasi program madrasah kepada orang tua/ wali siswa
7 Pelatihan dan Workshop implementasi Sistem
Manajemen ISO 9001:2015
8 Monitoring Sistem Manajemen Mutu (AMI 3 kali audit)
9 Evaluasi Sistem Manajemen Mutu (AME)
10 Pelatihan Sistem berbasis ICT (digital)
11 Promosi kegiatan melalui media televisi
12 Achievement Training
13 Family Day Care (Pengajian, Parenting, dan
Forum Silaturahmi)
14 Kegiatan MGMP (Pengembangan Guru)
15 Konsumsi tamu
16 Kegiatan lomba Jum’at Bersih dan Kelas Sehat
17 Pembayaran retribusi sampah
C. Pengembangan Mutu KBM
No Program dan Kegiatan
1 Penilaian Tengah Semester (PTS) semster gasal
2 Penilaian Akhir Semester (PAS) semester gasal
3 Penilaian Tengah Semester (PTS) semster genap
4 Penilaian Akhir Semester (PAS) semester genap
5 Ujian Tahfidz
6 Pelaksanaan program supervisi non akademik
7 Tes Pemetaan Bahasa Inggris (ICAS)
8 Matrikulasi bahasa asing untuk siswa kelas X
D. Workshop Pembelajaran dan Peningkatan Kualitas
No Program dan Kegiatan
1 Workshop penyusunan dan revisi dokumen KTSP
dan K13 yang sesuai SNP
2 Workshop penyusunan administrasi kurikulum
dan perangkat PKB
3 Workshop penyusunan kurikulum pendidikan
karakter
4 Workshop penyusunan pedoman dan kurikulum
asrama (boarding)
5 Workshop penulisan buku untuk siswa
6 Workshop pengembangan SDM (bahan ajar berbasis ICT, Ketatausahaan, Standar Pelayanan
OB)
7 Workshop perangkat pembelajaran sesuai standar
proses berbasis ICT
55
E. Pengembangan SDM
No Program dan Kegiatan
1 Assessment Guru dan Karyawan
Sumber: buku panduan rapat kerja tahun 2017
Selanjutnya, dari kepala tata usaha diperoleh data rencana kegiatan dan
anggaran madrasah tahun 2018 secara lebih rinci. Sebagaimana direkap dalam tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.10
Rencana Kegiatan dan Anggaran Madrasah (RKAM) MAN 4 Jakarta Tahun Anggaran 2018
No Keterangan Jumlah per
Program
Total per Standar
I Pengembangan Standar Isi
1) Pengadaan Buku Perpustakaan
Rp 13.638.000
Rp 13.638.000
II Pengembangan Standar Proses
1) Pelaksanaan PPDB
2) Pelaksanaan Orientasi/MOPDB
3) Kegiatan kreativitas penulisan
4) Kegiatan automasi perpustakaan
5) Kegiatan bulan bahasa
6) Studium General Akhlak mulia
7) Workshop Film Religi se-DKI Jakarta 8) Perlengkapan kegiatan literasi
9) Pelatihan peningkatan kompetensi guru
10) Peningkatan mutu pembelajaran
11) Pembuatan aplikasi berbasis web
12) Penguatan kurikulum cambridge
13) Try Out kelas XII
14) Workshop manajemen berbasis madrasah
15) Workshop aplikasi keuangan
16) Pelantikan bantara
17) Kursus pembina pramuka tingkat dasar
18) Perkemahan pramuka tingkat madrasah
Rp 170.447.000
Rp 33.788.000
Rp 29.420.000
Rp 18.360.000
Rp 12.340.000
Rp 11.400.000
Rp 7.500.000 Rp 13.030.000
Rp 90.000.000
Rp 111.654.998
Rp 91.929.600
Rp 169.000.000
Rp 34.694.500
Rp 34.969.000
Rp 9.917.000
Rp 5.850.000
Rp 1.500.000
Rp 96.407.000
Rp 942.207.098
III Pengembangan Standar Kompetensi Lulusan
1) Pelaksanaan ujian praktek
2) Simulasi UAMBNBK
3) Sinkronisasi UAMBNBK
4) Pelaksanaan UAMBNBK
5) Pelaksanaan USBN
6) Sewa komputer untuk pemenuhan UNBK
7) Simulasi dan sikronisasi UNBK Tk. Provinsi
8) Pelaksanaan UNBK
9) Pembuatan aplikasi sistem e-library
Rp 8.372.100
Rp 2.350.000
Rp 1.265.000
Rp 4.000.000
Rp 24.051.000
Rp 17.472.000
Rp 2.265.000
Rp 16.702.240
Rp 99.880.000
Rp 176.357.340
IV Pengembangan Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
1) Bimtek pembuatan soal dan modul pembelajaran (MGMP IPS)
2) Sosialisasi beasiswa studi ke Timur Tengah
(MGMP PAI)
Rp 19.098.000
Rp 8.715.000
Rp 600.800.600
56
3) Workshop coaching & conseling (MGMP BK)
4) Kegiatan teknik pemograman (MGMP TIK)
5) Perancangan e-learning berbasis moodle
(MGMP TIK)
6) Workshop Model/Metode Pembelajaran, Soal
HOTS dan Analisis Soal (MGMP PAI)
7) Workshop Pengembangan Bahan Ajar
Matematika Berbasis Saintifik (MGMP MTK)
8) Workshop Model/Metode Pembelajaran, Soal HOTS dan Analisis Soal (MGMP IPA)
9) Pelatihan Pengembangan Soal LOTS dan HOTS
(MGMP Bahasa )
10) Workshop Pembelejaran Kreatif Meningkatkan
Keterampilan Daya Berfikir Kritis Siswa (
MGMP Bahasa)
11) Kegiatan Pelatihan Pengembangan OB dan
Pramusaji
12) Kegiatan pelatihan PPOT Al Falah Bogor
13) Achievement Motivation Training
14) Kegiatan Manjemen Qolbu 15) Kegiatan Focus Group Discussion
16) Kegiatan Bimtek TOT
17) Kegiatan Pengembangan Office Boy dan
Pramusaji
18) Kegiatan Pembinaan Administrasi Madrasah
19) Kegiatan Follow the line
20) Kegiatan Pelatihan Keselamatan Kerja Bagi
Tenaga Kependidikan
21) Kegiatan Reformasi Birokrasi
Rp 19.166.000
Rp 11.309.000
Rp 1.009.000
Rp 15.444.000
Rp 15.589.000
Rp 10.831.000
Rp 14.071.000
Rp 12.947.000
Rp 4.573.800
Rp 9.000.000
Rp 260.305.000
Rp 92.000.000 Rp 10.838.000
Rp 12.000.000
Rp 6.365.800
Rp 16.939.000
Rp 20.300.000
Rp 12.765.000
Rp 27.535.000
V Pengembangan Standar Sarana dan Prasarana
1) Pengadaan Alat Kantor/ Inventaris Sekolah
2) Pemeliharaan, dan Perawatan Alat Kantor/
Inventaris Sekolah 3) Pemeliharaan dan perbaikan gedung
4) Perawatan Meubelair
Rp 759.596.000
Rp 439.863.429 Rp 689.991.543
Rp 47.000.000
Rp 1.991.988.972
VI Pengembangan Standar Pengelolaan
Kegiatan Pengembangan Manajemen Madrasah
1) Kegiatan Kajian Pagi
2) Kegiatan Kajian Tafsir
3) Kegiatan Zikir Muhasabah Guru dan Karyawan
4) Kegiatan Senam Pagi Bersama
5) Pembuatan Video Profil Madrasah
6) Kegiatan Pra Rapat Kerja
7) Kegiatan Rapat Kerja
Rp 54.000.000
Rp 20.806.000
Rp 24.105.000
Rp 9.300.000
Rp 17.594.000
Rp 35.420.000
Rp 386.181.500
Rp 547.406.500
VII Pengembangan Standar Pembiayaan Kegiatan sekolah, daya, dan jasa
1) Pengadaan Alat Rumah Tangga Kantor
2) Pengadaan Alat Rumah Tangga Kantor
(FILIAL)
3) Pengadaan Alat Tulis Kantor
4) Pengadaan Alat dan Bahan Kebersihan
5) Pengadaan Alat dan Bahan Kebersihan (FILIAL)
Rp 18.922.200
Rp 27.544.000
Rp 140.166.461
Rp 25.024.800
Rp 12.140.000
Rp 1.373.501.490
57
6) Pengadaan alat dan bahan liistrik elektronik
7) Pembuatan gambar pra perencanaan gedung
asrama 3D
8) Pembuatan Gambar Pra Perencana Gedung
Rusun 3D
9) Cetakan Spanduk Kegiatan
10) Peralatan Petugas Keamanan
11) Pembayaran Sistem Aplikasi Penilaian Siswa
(SIMAK Online) 12) Isi Ulang APAR
13) Pembelian Gas
14) Pembelian Air Minum
15) Pembayaran retribusi sampah
16) Daya tahan tubuh guru dan karyawan
17) Pembayaran sms gateway fingerprint
18) Pembayaran transpor dalam dan luar kota
19) Pembelian bak sampah rangka besi isi 60
20) Perbaikan meja kursi kantin guru
21) Perbaikan papan mading
22) Perbaikan white board 23) Pembelian tiang bendera kayu
24) Sampul raport
25) Akrilik jalur evaluasi
26) Kartu pelajar siswa
27) Pembayaran rekening listrik & telepon filial
28) Pembayaran honor OB Outsourcing
29) Konsumsi rapat dinas
30) Konsumsi tamu
31) Pembayaran souvenir penghargaan
32) Penghargaan guru berprestasi
33) Penghargaan siswa berprestasi
34) Foto siswa peserta UN 35) Pembayaran paket komunikasi
36) Pembayaran fotokopy dokumen kantor
37) Pembuatan plakat
38) Pembayaran iuran internet
Rp 56.851.940
Rp 59.400.000
Rp 59.400.000
Rp 86.885.101
Rp 7.480.000
Rp 46.363.200
Rp 12.675.000
Rp 7.920.000
Rp 18.000.000
Rp 8.400.000
Rp 86.478.000
Rp 70.963.200
Rp 39.450.000
Rp 11.150.000
Rp 8.552.050 Rp 8.111.625
Rp 3.646.050
Rp 947.750
Rp 19.930.625
Rp 780.500
Rp 2.729.520
Rp 85.304.368
Rp 16.969.350
Rp 43.340.000
Rp 49.500.000
Rp 5.000.000
Rp 11.000.000 Rp 24.000.000
Rp 13.560.000
Rp 7.000.000
Rp 49.535.000
Rp 49.313.550
Rp180.067.200
VIII Pengembangan standar penilaian
1) Pelaksanaan PAS semester ganjil
Rp 92.500.000
Rp 92.500.000
Jumlah Anggaran Rp 5.810.974.600
Sumber: Kepala tata usaha MAN 4 Jakarta
Proses penyusunan RKAM dibuat berdasarkan tahun anggaran, misalnya tahun
2017 atau tahun 2018 dan seterusnya. Penyusunan RKAM melibatkan beberapa unsur seperti kepala madrasah, kepala tata usaha, wakil-wakil madrasah, bendahara, para
kepala laboratorium, serta komite. Selanjutnya, dari beberapa pihak yang terlibat itu
maka yang paling bertanggung jawab penuh dalam menyusun RKAM ialah kepala
madrasah, karena kepala madrasah harus lebih memahami kebijakan atau regulasi, sehingga jangan sampai program-program yang telah dibuat, terbentur dengan
anggaran.
Untuk program-program yang tidak dapat dibiayai oleh APBN ataupun APBD maka program tersebut akan diserahkan kepada pihak komite. Madrasah akan
58
mengundang pengurus komite seperti ketua, sekretaris, bendahara, dan dewan
pengawas untuk membahasnya, selanjutnya komite melakukan analisis terlebih dahulu sebelum memberikan persetujuan. Setelah pengurus komite setuju, barulah
diundang seluruh orang tua siswa dalam rapat komite dan orang tua untuk melakukan
sosialisasi terhadap program-program yang memerlukan dukungan mereka. Para orang tua berhak memberikan saran dan kritik dalam pertemuan tersebut.
12. Laporan Keuangan MAN 4 Jakarta
Berkenaan dengan laporan keuangan MAN 4 yang bersumber dari dana APBN Kementerian Agama dan APBD Jakarta Selatan, maka pelaporannya telah memiliki
alur yang baku, baik dalam prosedur pengajuan maupun dalam proses pencairan, yaitu
sesuai dengan petunjuk dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Adapun laporannya seperti laporan keuangan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran), laporan keuangan BOS (Bantuan Operasional Sekolah), serta laporan
keuangan BOP (Biaya Operasional Penyelenggara).
Prosedur pencairan dana tergantung sumber dananya. Misalnya untuk APBD, jika ada suatu kegiatan yang membutuhkan anggaran, maka disusunlah kepanitiaan
yang akan membuat URK (Uraian Rencana Kegiatan), dimana URK tersebut sudah
ada nilai nominalnya. Jadi, dalam kegiatan tersebut apa sajakah yang dibutuhkan. Contoh diperlukan uang untuk pembelian ATK dan operasional kegiatan, maka
keperluan tersebut harus diinventarisir terlebih dahulu, lalu diajukan ke Kepala TU,
kemudian akan di periksa dan dilihat apakah sesuai dengan SBM (Standar Biaya Masukan) yang dikeluarkan oleh Kemenkeu, lalu disortir kembali kebutuhan-
kebutuhannya, setelah dinilai sudah layak untuk dikeluarkan maka akan di sahkan
oleh Kepala Madrasah, barulah diserahkan ke bendahara madrasah (staf keuangan)
untuk dicairkan. Prosedur pencairan dana yang bersumber dari APBN, sebenarnya merupakan
anggaran rutin yang telah memiliki Surat Permohonan Pencairan (SPP) dalam bentuk
aplikasi yang dikeluarkan oleh Kemenkeu, yang ditandatangani oleh Kepala TU dan Kepala Madrasah. Berawal dari bendahara madrasah (staf penyusun anggaran)
membuat SPP kemudian dilampirkan ke Kepala TU, jika disetujui maka dibuatkan
SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) yang akan diajukan ke KPPN, kalau KPPN menyetujui maka langsung cair di rekening masing-masing guru dan tenaga
kependidikan. Sejak tahun 2017 sampai sekarang, pencairan dana dari APBN bersifat
non tunai. Contohnya pengeluaran dari APBN ialah gaji, uang makan, dan pembelian
alat tulis kantor. Semua langsung ditransfer ke rekening masing-masing termasuk pembelian alat tulis kantor yang dicairkan ke rekening toko tersebut. Jadi, untuk
anggaran APBN bendahara madrasah tidak lagi memegang uang tunai.
Pembiayaan program/kegiatan MAN 4 Jakarta yang berasal dari dua sumber tersebut yaitu: Pertama, anggaran APBN melalui pencairan Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) dan melalui Daftar Isian Pelaksaan Anggaran (DIPA) yang
dikeluarkan oleh Kementerian Agama. Kedua, anggaran yang bersumber dari APBD
kota Jakarta Selatan yang disebut dengan Biaya Operasional Penyelenggara (BOP). Adapun rincian kedua anggaran tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.
59
Tabel 4.11
Realisasi Anggaran APBN dari Kementerian Agama Tahun Anggaran 2017
No Jenis Anggaran Pagu Realisasi Persentase
Realisasi
1 Belanja pegawai Rp 10.464.140.000 Rp 10.423.292.189 99,61%
2 Belanja barang Rp 2.170.953.000 Rp 1.689.524.910 77,82%
3 Belanja modal Rp 2.410.397.000 Rp 2.408.939.000 99,94%
4 Belanja BOS Rp 1.198.800.000 Rp 1.059.086.600 88,35%
Total Rp 15.045.490.000 Rp 14.521.756.099 96,52%
Tabel 4.12
Realisasi Anggaran APBD dari Pemda Jakarta Selatan
Tahun Anggaran 2017
No Jenis Anggaran Pagu Realisasi Persentase
Realisasi
1 BOP Rp 4.804.800.000 Rp 4.520.920.565 94%
B. Gambaran Umum Komite MAN 4 Jakarta
Setiap madrasah memiliki struktur lingkungan, struktur ekonomi, tingkat
pendidikan para orang tua dan lokasi yang berbeda. Hal ini akan mempengaruhi
kemampuan dan kesadaran masyarakat atau para orang tua dalam memberikan dukungan terhadap pendidikan putra-putrinya. Kondisi komite pada umumnya sangat bervariasi.
Dilihat dari keberadaan komite yang ada di setiap madrasah, memiliki perbedaan dalam
aplikasinya. Mulai dari yang bersifat musiman, hingga yang sudah terkelola dengan baik, bahkan memiliki kantor dan pengelola yang khusus menangani dana komite. Komite
MAN 4 Jakarta sudah memiliki kantor dan staf yang khusus melayani para orang tua
dalam melakukan pembayaran sumbangan komite. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa Pihak MAN 4 Jakarta dan pengurus
komite sudah memahami perbedaan mendasar antara pungutan dan sumbangan.
Pungutan ialah ditetapkan secara sepihak, ditentukan jumlah uangnya, dibayarkan dalam
waktu yang sudah ditetapkan, dan diberlakukan sama kepada semua siswa. Sedangkan sumbangan adalah tidak ditentukan waktu bayarnya, dibayar sesuai dengan kemampuan
masing-masing, kemudian tidak sama setiap orang.
Permasalahan yang biasa muncul ialah apabila kegiatan atau program sudah dilaksanakan tapi tidak ada pemasukan atau masih kurang dari anggaran seharusnya,
karena para orang tua siswa sudah menganggap itu sumbangan. Walaupun mereka sudah
menandatangani surat pernyataan kesanggupan membayar sumbangan komite sekian
persen, namun kita tidak bisa memaksakan karena itu sumbangan, paling hanya bisa diingatkan. Jadi sumbangan tidak bisa dipaksaakan, sifatnya sukarela saja.
Kebanyakan permasalahan munculnya pungutan liar (pungli) di sekolah/madrasah,
biasanya pihak sekolah dan komite kurang memahami aturan yang berlaku. Padahal Undang-undang sudah mengatur, pengurus komite dilarang mengambil keuntungan yang
sifatnya pribadi atau pun kelompok. Pihak komite dan MAN 4 sudah memiliki
pemahaman yang baik tentang berbagai aturan tersebut sebagaimana tertuang dalam AD dan ART berikut.
60
1. AD dan ART Komite MAN 4 Jakarta
Berdasarkan Anggaran Dasar (AD) Komite, Komite MAN 4 Jakarta berkedudukan di satuan pendidikan MAN 4 Jakarta Kecamatan Kebayoran Lama
Jakarta Selatan, berasaskan pancasila dan memiliki visi sebagai Pengembang
pendidikan Islami Unggul dalam Prestasi. Misi dan tujuannya ialah menyesuaikan dengan misi dan tujuan madrasah dengan memperhatikan lingkungan internal dan
eksternal.
Komite MAN 4 Jakarta memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu;
2) Melakukan kerja sama dengan masyarakat (perorangan/ organisasi dunia usaha/
dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu;
3) Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan
pendidikan yang diharapkan oleh masyarakat;
4) Memberi masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai kebijakan dan program Pendidikan, Rencana anggaran pendidikan dan
belanja madrasah (RAPBM), Kriteria kinerja satuan Pendidikan, Kriteria tenaga
kependidikan, Kriteria fasilitas pendidikan, dan hal- hal lain yang berkaitan dengan Pendidikan;
5) Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna
mendukung peningkatan mutu dan pemeratan Pendidikan; 6) Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelengaraan
pendidikan di satuan pendidikan; dan
7) Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaran, dan keluaran pendidikan di suatu pendidikan. Komite MAN 4 Jakarta berperan sebagai:
1) Pemberi pertimbangan (Advisory Agency) dalam penentuan dan pelaksanaan
kebijakan di suatu pendidikan; 2) Pendukung (Supporting Agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran,
maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di suatu Pendidikan;
3) Pengontrol (Controlling Agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilasi penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di suatu Pendidikan; dan
4) Mediator antara pemerintah dan masyarakat di suatu pendidikan.
Keanggotaan Komite MAN 4 Jakarta terdiri dari:
1) Orang tua/wali peserta didik sebanyak 50%; 2) Tokoh masyarakat paling banyak 30%; dan
3) Pakar pendidikan yang relevan paling banyak 20%.
Kepengurusan Komite MAN 4 Jakarta terdiri atas Pengurus dan Pengawas dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Pengurus:
a) Pengurus terdiri dari 15 orang dengan susunan yaitu ketua, sekretaris,
bendahara, dan bidang-bidang terntentu sesuai dengan kebutuhan. b) Masa bakti kepengurusan komite madrasah selama 3 tahun dan dapat
diperpanjang satu periode.
c) Pengurus dipilih dari dan oleh anggota secara demokratis dan terbuka dalam musyawarah komite madrasah.
61
d) Jika diperlukan dapat menunjuk atau dibantu oleh tim ahli sebagai konsultan
sesuai dengan bidang keahliannya. e) Ketua bukan berasal dari kepala satuan pendidikan bersangkutan.
f) Surat Keputusan Tentang Komite Madrasah diketahui oleh Kepala
madrasah dengan tembusan disampaikan kepada instansi terkait. 2) Pengawas:
a) Pengawas terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota.
b) Masa bakti kepengurusan komite madrasah selama 3 tahun dan dapat
diperpanjang satu periode. c) Pengawas diangkat/dipilih langsung oleh Kepala Madrasah.
d) Surat Keputusan Tentang Pengawas Komite Madrasah diketahui oleh
Kepala Madrasah dengan tembusan disampaikan kepada instansi terkait. Sumber keuangan diperoleh dari sumbangan/ iuran dari peserta didik atau orang
tua/ walinya yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
bantuan dari pemangku kepentingan satuan pendidikan di luar peserta didik atau orang
tua/ walinya, bantuan pihak asing yang tidak mengikat; dan/atau sumber lainnya yang sah. Dana komite yang telah dihimpun dapat digunakan untuk:
1) Kegiatan-kegiatan yang didasarkan pada perencanaan investasi dan/ atau operasi
yang jelas dan dituangkan dalam rencana strategis, rencana kerja tahunan, serta anggaran tahunan yang mengacu pada standard pendidikan nasional;
2) Perencanaan investasi dan/atau operasi sebagaimana yang dimaksud pada point
1 diumumkan secara transparan kepada pemangku kepentingan satuan pendidikan;
3) Dana yang diperoleh disimpan dalam rekening atas nama Komite Madrasah;
4) Dana yang diperoleh dibukukan secara khusus oleh satuan pendidikan terpisah
dari dana yang diterima dari penyelenggara satuan pendidikan, sesuai dengan sumber dana;
5) Tidak dipungut dari peserta didik atau orang tua/wali yang tidak mampu secara
ekonomis; 6) Menerapkan sistem subsidi silang yang diatur sendiri oleh satuan Pendidikan;
7) Digunakan sesuai perencanaan yang dimaksud pada point 1;
8) Tidak dikaitkan dengan persyaratan akademik untuk penerimaan peserta didik, penilaian hasil belajar peserta didik dan/atau kelulusan peserta didik dari satuan
Pendidikan;
9) Sekurang-kurangnya 20 % (dua puluh persen) dari total dana sumbangan peserta
didik atau orang tua/walinya digunakan untuk peningkatan mutu pendidikan. 10) Tidak dialokasikan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
kesejahteraan anggota komite madrasah/madrasah atau lembaga representasi
pemangku kepentingan satuan pendidikan; 11) Pendanaan tambahan biaya perbaikan dan/atau penambahan sarana prasarana
yang tidak didanai oleh pemerintah demi untuk pemenuhan rencana
pengembangan satuan pendidikan atau program pendidikan yang
diselenggarakan pemerintah yang berbasis keunggulan local; dan 12) Pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan dana dipertanggungjawabkan oleh
Komite Madrasah secara transparan kepada pemangku kepentingan pendidikan
terutama orang tua/wali peserta didik, dan penyelenggara satuan pendidikan, dan sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan.
62
Selanjutnya, Anggaran Rumah Tangga komite menyatakan bahwa syarat-syarat
menjadi pengurus komite ialah: 1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2) Sehat jasmani dan rohani;
3) Memiliki komitmen terhadap peningkatan mutu pendidikan; 4) Menyatakan bersedia menjadi anggota komite madrasah secara tertulis;
5) Tidak menuntut imbalan (honor); dan
6) Tidak cacat hukum.
Kemudian penentuan anggota harus berdasarkan: 1) Pemilihan anggota diawali dengan pembentukan panitia persiapan yang dibentuk
oleh kepala satuan pendidikan dan/atau oleh masyarakat;
2) Panitia persiapan berjumlah sekurang-kurangnya 5 (lima) orang dan berjumlah gasal yang terdiri dari unsur guru, kepala madrasah/penyelenggara pendidikan,
perwakilan orang tua peserta didik berdasarkan jenjang kelas yang dipilih secara
demokratis, pemerhati pendidikan/alumni, tokoh masyarakat/tokoh agama,
kalangan dunia usaha dan industri, pejabat pemerintah setempat, organisasi profesi tenaga kependidikan, dan unsur pengurus komite madrasah yang sudah
ada;
3) Panitia persiapan mengadakan forum sosialisasi kepada masyarakat (termasuk majelis madrasah dan komite madrasah yang sudah ada) tentang komite madrasah
menurut keputusan ini;
4) Panitia persiapan bertugas menyusun kriteria calon anggota, menyeleksi serta menyusun nama-nama anggota, mengumumkan calon-calon anggota; dan
5) Memfasilitasi pemilihan pengurus dan anggota berdasarkan suara terbanyak.
Kemudian pemilihan pengurus hendaknya dilakukan dengan:
1) Pemilihan pengurus dilakukan dalam forum musyawarah anggota; 2) Pemilihan pengurus ditentukan dengan suara terbanyak;
3) Ketentuan lebih lanjut tentang proses pemilihan diatur dalam tata tertib tentang
pemilihan pengurus; dan 4) Menyampaikan nama pengurus dan anggota komite madrasah kepada kepala
madrasah untuk diteruskan ke Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta
Selatan dan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta. Komposisi pemilihan pengurus diatur sebagaimana ketentuan berikut:
1) Calon anggota komite madrasah yang disepakati dalam musyawarah atau
mendapat dukungan suara terbanyak melalui pemungutan suara secara langsung
menjadi anggota komite madrasah sesuai dengan jumlah anggota yang disepakati dari masing-masing unsur, yakni unsur masyarakat dan unsur dewan guru dan
atau lembaga penyelenggara Pendidikan;
2) Pengurus terdiri seorang ketua, sekretaris, bendahara dan bidang-bidang sesuai dengan kebutuhan;
3) Bidang-bidang antara lain terdiri dari: bidang peningkatan mutu pengelolaan dan
pembiayaan, bidang peningkatan mutu pembelajaran dan pembinaan prestasi,
bidang pendidikan mutu sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan, bidang sarana dan pra sarana, bidang peningkatan mutu kerjasama dan hubungan
masyarakat serta peningkatan system informasi madrasah;
4) Kepengurusan dipilih dari dan oleh anggota komite madrasah; dan 5) Pemilihan kepengurusan dilakukan dalam rapat forum musyawarah anggota yang
dipimpin oleh salah satu anggota atas persetujuan anggota terpilih.
63
Mekanisme pergantian pengurus dilakukan berdasarkan keputusan pergantian
pengurus yang dilakukan dalam rapat pleno anggota yang dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya lebih dari 50 %
anggota yang hadir. Pergantian pengurus komite dilakukan jika berakhirnya masa
bakti kepengurusan, meninggal dunia, mengundurkan diri, atau melanggar ketentuan organisasi.
Rincian tugas komite MAN 4 Jakarta adalah sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan rapat-rapat sesuai dengan program yang telah ditentukan;
2) Menyusun program kerja bersama-sama dengan madrasah; 3) Membantu merumuskan dan menetapkan visi, misi, tujuan, dan dasar filosofi
lainnya bersama-sama pihak madrasah;
4) Membantu merumuskan dan menetapkan program madrasah, serta RAPBM bersama-sama dengan pihak madrasah;
5) Berperan serta kelancaran penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di
madrasah;
6) Berperan serta memelihara, menumbuhkan, meningkatkan, serta mengembangkan madrasah sebagai wawasan wiyata mandala;
7) Berperan serta dalam usaha peningkatan kesejahteraan madrasah, guru, staf tata
usaha dan penjaga madrasah; 8) Menetapkan standar pelayanan pengajaran dan pembelajaran madrasah bersama-
sama dengan pihak madrasah;
9) Mengembangkan potensi ke arah prestasi unggulan, baik dalam bidang akademis (Nilai Ulangan Harian, UTS, dan ujian akhir madrasah) maupun bidang non
akademis, seperti (akhlak dan budi pekerti luhur, bahasa, seni dan olah raga,
kerajinan tangan, dan ketrampilan untuk hidup). Bersama-sama dengan pihak
madrasah; 10) Menggali, menghimpun dan mengelola sumber dana dari masyarakat untuk
mengembangkan dana abadi madrasah dan peningkatan mutu madrasah;
11) Menghimpun dan mengelola saran, masukan, bahan pemikiran dan tenaga yang berasal dari masyarakat peduli pendidikan;
12) Mengidentifikasi permasalahan dan pemecahannya bersama-sama pihak
madrasah; 13) Memberi otonomi professional kepada guru dalam melaksanakan pengajaran dan
pembelajaran, bimbingan serta penilaian pendidikan;
14) Memberi motivasi dan penghargaan kepada guru dan kepada seseorang yang
memiliki dedikasi yang tinggi untuk meningkatkan mutu Pendidikan; 15) Membangun kerjasama dengan pihak lain dalam rangka upaya meningkatkan
mutu pendidikan;
16) Melaksanakan pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan dan penggunaan keuangan madrasah;
17) Membuat laporan pertanggungjawaban dalam pelaksanan tugas dan program
kerja madrasah kepada warga madrasah dan stakeholder;
18) Memberikan masukan terhadap pelaksanaan dan pengembangan kurikulum, baik kurikulum nasional maupun local; dan
19) Mengembangkan Budaya Madrasah dan Pendidikan Lingkungan Hidup.
Untuk keperluan organisasi, maka komite perlu mengadakan pertemuan atau rapat-rapat dengan ketentuan sebagai berikut:
64
1) Pengurus komite madrasah melaksanakan rapat kerja pengurus sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam satu tahun; 2) Apabila dalam rapat pleno anggota jumlah anggota yang hadir belum mencapai
kuorum, maka dapat ditangguhkan selama 2 (dua ) kali 30 (tiga puluh ) menit;
3) Apabila dalam tenggang waktu tersebut jumlah Anggota yang hadir belum juga memenuhi kuorum, rapat dianggap sah dan dapat dilanjutkan; dan
4) Keputusan dinyatakan sah jika disetujui lebih dari 50 % anggota yang hadir.
2. Pengurus Komite Periode 2016-2019 MAN 4 Jakarta
Masa jabatan pengurus komite berlangsung selama tiga tahun, dan dapat
diperpanjang selama satu periode.
Tabel 4.13 Pengurus Komite MAN 4 Jakarta
Periode 2016-2019
No Nama Jabatan
1 Prof. Dr. Nasaruddin Umar, M.A. Penasihat
2 Prof. Dr. H. Amin Suma, S.H., M.A.
3 H. Ismail Nur, Lc, M.A.
Pengawas
4 Anis Ilahi Wahdati, M.Si. Ketua Pengawas
5 Drs. H. Ahmad Heryanto Sekretaris
6 Suprapto, S.Pi. Anggota
Pengurus
7 Dr. H. Hilmi Muhammadiyah, M.Si. Ketua
8 Choirul Sholeh Rasyid, S.E., M.Si. Wakil Ketua
9 Dr. H. Suhardi, M.Pd. Sekretaris
10 H. Suwardi, S.Pd. Wakil Sekretaris
11 Dra. Hj. Kholiyah Thohir, M.A. Bendahara
Bidang
12 H. Ahmad Zaini Abdul Kadir Peningkatan mutu, pengelolaan, dan pembiayaan
13 Drs. Moch. Aminudin Maliki, M.Ed
Dr. Abdul Azis Khafia, M.Si.
Peningkatan mutu pembelajaran dan
pembinaan prestasi
14 Sukarmin, S.Pd. Pendidikan mutu sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan
15 Drs. Nanang Yunus, M.Pd. Sarana dan prasarana
16 Rina Puspitasari, S.E.
Maulana, S.E.
Peningkatan mutu kerjasama dan
hubungan masyarakat serta peningkatan sistem informasi
madrasah
Sebagai pelaksana harian, pengurus komite MAN 4 Jakarta mempunyai dua orang staf yaitu Almas Khairuna dan Yuli. Mereka yang setiap hari kerja memberikan
pelayanan administrasi kepada para orang tua dan pihak madrasah.
Sebenarnya regulasi tantang komite yang telah diterbitkan oleh Dirjen Pendis Kementrian Agama maupun dari Kemendiknas sudah sangat jelas. Namun
implementasi di lapangan tergantung dari pengurus komite yang terpilih. Oleh karena
65
itu, pihak sekolah harus lebih berhati-hati menetapkan pengurus komite karena
kewenangannya cukup besar. Hal ini diketahui dari hasil pertemuan komite se-DKI yang dihadiri oleh pengurus Komite MAN 4 Jakarta.
Sebagian Pengurus Komite MAN 4 Jakarta ialah orang-orang yang punya
pengalaman di dunia pendidikan, seperti salah seorang dewan penasehat ialah mantan Dekan Fakultas Syari’ah di UIN Syarif Hidayatullah Jakara. Jadi sangat mendukung
dan mampu memberikan pemahaman kepada para orang tua dalam meningkatkan
mutu pendidikan di MAN 4. Sejak kepengurusan Komite 2016-2019, administrasi
semakin membaik, karena ketua dan lainnya memahami prosedur dan tata kelola keuangan di Komite.
3. Panduan Musyawarah Orang Tua dan Komite MAN 4 Jakarta
Komite dan madrasah menyusun perencaan program untuk satu tahun
pelajaran, yang kita kenal dengan rencana kerja atau rencana kegiatan dan anggaran
madrasah (RKAM) dalam sebuah pertemuan yang dikenal dengan Rapat Kerja
(Raker). Pada saat raker akan ditentukan mana program-program yang akan dibiayai
oleh pemerintah dan mana yang akan ditawarkan ke Komite MAN 4 Jakarta dalam
satu tahun.
Selanjutnya, pihak komite melakukan semacam analisis untuk menentukan
kelayakan sebuah program, barulah komite mengundang para orang tua siswa untuk
membicarakan tentang perlunya dukungan mereka dalam mewujudkan berbagai
program yang telah disusun oleh pihak MAN 4 dan Komite. Rapat pengurus komite
madrasah dengan pihak orang tua/wali siswa dilakukan setahun sekali. Dalam
pertemuan tersebut, akan digali berbagai masukan dan kritikan dari semua orang tua
siswa, jika ternyata sebagian besar orang tua menolak maka kegiatan dan program
akan dibatalkan. Namun jika disetujui, komite akan menentukan mekanisme
pembayaran sumbangannya dengan ketentuan yang sesuai dengan aturan yang
berlaku. Seperti tidak mewajibkan semua orang tua untuk memberikan sumbangan
yang besarannya sama, tidak memaksakan waktunya, serta memberikan keringanan
kepada orang tua yang kurang mampu.
Komite MAN 4 Jakarta terlibat dalam rapat kerja madrasah, hal ini dapat dilihat
dari daftar hadir dalam laporan rapat kerja tahun 2018 yang dihadiri oleh pengurus
komite, dan diakui oleh beberapa informan wawancara.
Gambar 4.10 Foto Rapat Pengurus Komite dan Rapat dengan Orang Tua
66
Sesuai dengan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Nomor
2913 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Struktur Organisasi dan Pengelolaan Dana Komite Madrasah, BAB III, Bagian A, No. 4 tentang Tata Cara Pemerolehan Dana
Komite yang Bersumber dari Masyarakat, diatur sebagai berikut: (1) Komite
Madrasah melaksanakan musyawarah dengan orang tua/wali murid untuk membahas kegiatan yang tidak dianggarkan dalam APBD/APBN; (2) Komite Madrasah
menyusun dan menetapkan anggaran yang disesuaikan dengan kebutuhan madrasah
yang tidak dianggarkan dalam APBD/APBN.
Mengacu pada peraturan di atas, Komite MAN 4 mengajukan rancangan program dan rencana biaya tahun ajaran 2018-2019. Rencana program ini telah
dibahas dalam rapat koordinasi antara pengurus Komite dengan Pimpinan Madrasah
beberapa waktu lalu. Adapun program-program madrasah di tahun ajaran 2018-2019 yang
memerlukan dukungan dan persetujuan dari orang tua terdiri dari:
a) Program wajib, yaitu program yang wajib diikuti oleh siswa secara individu. Mulai
tahun pelajaran 2018 MAN 4 Jakarta akan menyelenggarakan kegiatan makan di sekolah. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan konsentrasi
belajar siswa dengan memastikan tiap pagi mereka sudah sarapan dengan asupan
gizi yang cukup dan begitu juga halnya dengan makan siang, karena program ini di bawah pengawasan seorang dokter ahli gizi. Selain itu, program ini juga
dimaksudkan untuk membangun suasana kebersamaan, kesetiakawanan, dan
kedisiplinan serta menjaga kebersihan kelas. Program ini merupakan bagian dari usaha MAN 4 Jakarta menuju madrasah full boarding. Di samping itu, program
wajib lainnya ialah program pengayaan keterampilan bahasa Inggris dan bahasa
Arab serta uji keterampilan hidup yang dilakukan secara outdoor. Program ini
bertujuan mengasah kemampuan siswa dalam menghadapi tantangan global dan mempersiapkan lulusan yang memiliki kemampuan bahasa asing yang bermanfaat
untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi baik di dalam maupun di luar
negeri. Adapun rincian program wajib yang menggunakan dana komite adalah sebagai berikut.
Tabel 4.14
Rincian Program Wajib di MAN 4 Jakarta Periode 2018/2019
No Uraian Harga Satuan Jumlah Biaya
per Bulan per Tahun
1 Makan pagi & makan siang
1.1 Makan pagi & makan siang 1 bln x 20 hari x Rp 16.000 Rp 320.000 Rp 3.200.000
2 Kegiatan Pengayaan
2.1 Pelatihan dan Ujian TOEFL Rp 250.000
2.2 Pelatihan dan Ujian TOAFL Rp 200.000
2.3 Kegiatan Uji Keterampilan hidup siswa dengan metode Outdoor Rp 300.000
Jumlah per Tahun Rp 3.950.000
Jumlah per Bulan Rp 329.167
*) Makan pagi dan siang hanya dibayar sesuai hari efektif sekolah
67
Gambar 4.11
Program Makan Siang Sebagai Salah Satu Program Wajib
Program jasa katering MAN 4 Jakarta yang terdiri dari sarapan dan makan siang
yang dimulai tahun pelajaran 2018 ini, bertujuan agar semua siswa dan guru serta karyawan mendapat nutrisi yang cukup dalam melakukan kegiatan pembelajaran dan
tugas-tugas lainnya. Menu yang ditawarkan dalam program ini diawasi oleh seorang
tim ahli gizi, hal ini untuk memastikan bahwa makanan mereka sehat dan seimbang. Namun, karena setiap orang memiliki kebiasaan dan pola makan yang berbeda
sehingga ada siswa kelas XI dan kelas XII yang diizinkan tidak mengikuti program
tersebut dengan alasan kurang menyukai menunya, sehingga mereka diharuskan membawa bekal dari rumah atau jajan di kantin yang minim pilihan dan tentunya lebih
mahal dari jasa katering yang hanya sebesar Rp 16.000 per siswa untuk sarapan dan
makan siang.
68
Gambar 4.12
Surat Pernyataan Kesediaan Sumbangan Program Wajib
b) Program inti bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar yang melibatkan siswa dan guru. Program inti merupakan program-program yang
berpengaruh secara langsung maupu tidak langsung pada kualitas belajar mengajar
di MAN 4 Jakarta, namun tidak dibiayai oleh APBD maupun APBN. Oleh karena
69
itu, program ini diajukan kepada orang tua siswa untuk mendapat dukungan
pembiayaan dalam bentuk sumbangan yang besaran dan waktu pembayarannya tiak mengikat, seperti tahun-tahun sebelumnya. Adapun rincian anggaran program
inti pada tiap-tiap kelas adalah sebagai berikut.
Tabel 4.15
Rincian Program Inti Kelas XII
Periode 2018/2019
No
Program
Sumbangan Kelas XII
Sumbangan per Siswa
340 siswa 1 1.1. Kegiatan Pengelolaan Proses Pembelajaran
1.1.1 Peningkatan mutu madrasah Rp 17.473.233 Rp 51.392
1.2. Program Kesiswaan
1.2.1. Mengikuti Kompetensi Sains Madrasah (KSM), kegiatan non akademik/perjalanan
Rp 4.344.283
Rp 12.777
1.2.2. Mengkuti lomba Olimpiade Sains Nasional (OSN)
Rp 29.486.081 Rp 86.724
1.2.3. Penyelenggaraan Kegiatan Bulan Bahasa Rp 1.510.707 Rp 4.443
1.2.4. Penyelenggaraan Pesantren kilat Rp 1.510.707 Rp 4.443
1.2.5. Kepanitiaan (PHBI, PHBN, dan hari penting lainnya
Rp 54.603.854 Rp 160.600
2 Pengembangan Standar Kompetensi Siswa
2.1. Pelaksanaan Simulasi UNBK Tk. Provinsi Rp 13.950.000 Rp 41.029
2.2. Pelaksanaan Uji Coba UAMBN Rp 9.300.000 Rp 27.353
2.3. Pelaksanaan Ujian Sekolah (USBN) RP 7.350.000 Rp 21.618
2.4. Standar ISO 9001:2015 Rp 9.635.760 Rp 28.340
3 Pengembangan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
3.1. Achievement Training Rp 224.421.842 Rp 660.064
4 Pengembangan Standar Sarana dan Prasarana
4.1. Pengadaan alat kantor/inventaris sekolah Rp 192.292.934 Rp 565.567
5 Pengembangan Standar Penilaian
5.1. Penilaian Akhir Semester (Daring) Rp 19.903.640 Rp 58.540
5.2. Penilaian Akhir Tahun (Daring) Rp 17.370.450 Rp 51.090
6 Pengelolaan UKS dan Bantuan Honor Guru dan Staf Rp 180.942.184 Rp 532.183
Jumlah per Tahun Rp 784.095.675 Rp 2.306.164
Rata-rata per siswa per bulan Rp 192.180
70
Tabel 4.16
Rincian Program Inti Kelas XI Periode 2018/2019
No
Program
Sumbangan
Kelas XI
Sumbangan
per Siswa
338 siswa 1 1.1. Kegiatan Pengelolaan Proses Pembelajaran
1.1.1 Peningkatan mutu madrasah Rp 17.370.450 Rp 51.392
1.2. Program Kesiswaan
1.2.1. Mengikuti Kompetensi Sains Madrasah (KSM), kegiatan non akademik/perjalanan
Rp 4.318.728
Rp 12.777
1.2.2. Mengkuti lomba Olimpiade Sains Nasional (OSN)
Rp 29.312.634 Rp 86.724
1.2.3. Penyelenggaraan Career Day Rp 25.171.059 Rp 74.471
1.2.4. Penyelenggaraan Kegiatan Bulan Bahasa Rp 1.501.820 Rp 4.443
1.2.5. Penyelenggaraan Pesantren kilat Rp 1.501.820 Rp 4.443
1.2.6. Kepanitiaan (PHBI, PHBN, dan hari penting lainnya
Rp 54.282.655 Rp 160.600
2 Pengembangan Standar Kompetensi Siswa
2.1. Standar ISO 9001:2015 Rp 9.579.079 Rp 28.340
3 Pengembangan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
3.1. Achievement Training Rp 223.101.713 Rp 660.064
4 Pengembangan Standar Sarana dan Prasarana
4.1. Pengadaan alat kantor/inventaris sekolah Rp 191.161.799 Rp 565.567
5 Pengembangan Standar Penilaian
5.1. Penilaian Akhir Semester (Daring) Rp 19.903.640 Rp 58.887
5.2. Penilaian Akhir Tahun (Daring) Rp 17.370.450 Rp 51.392
6 Pengelolaan UKS dan Bantian Honor Guru dan Staf Rp 180.942.184 Rp 535.332
Jumlah per Tahun Rp 784.095.675 Rp 2.294.432
Rata-rata per siswa per bulan Rp 191.203
Pada kelas X yang siswanya sebanyak 323 orang, diketahui jumlah sumbangan untuk program inti yang dibebankan kepada tiap siswa per tahun ialah
Rp 2.090.000, dan rata-rata per bulan Rp 174.167, dalam pelaksanaannya pihak
komite memberikan keringanan kepada siswa yang kurang mampu dengan
persentase pengurangan mulai dari 10% hingga 100%. Adapun surat pernyataan kesanggupan dari orang tua dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 4.13 Kegiatan Pesantren Kilat dan Bulan Bahasa
71
Gambar 4.14
Surat Pernyataan Kesediaan Sumbangan Program Inti
Setelah surat pernyataan kesediaan sumbangan itu diedarkan ke orang tua,
maka diperoleh data sebagai berikut.
72
Tabel 4.17
Rekap Kesepakatan Sumbangan Program Inti Periode Desember 2018
No
Kelas
Kesepakatan
Sudah
Sepakat
Belum
Sepakat
Keringanan Bebas
Biaya
1 X 225 73 16 9
2 XI 126 183 26 5
3 XII 98 226 17 3
Total 449 482 59 17
c) Program dukungan pembangunan masjid dan pembebasan lahan. Atas dukungan
orang tua siswa, dukungan pemerintah dan dukungan berbagai pihak lain, masjid
MAN 4 Jakarta yang di lantai satu sudah mulai digunakan. Pembangunan masjid di MAN 4 Jakarta mulai diprioritaskan menggarap lantai dua dan tiga. Di samping
itu, mengingat beberapa lahan MAN 4 masih diduduki masyarakat dan perlu
dibebaskan untuk perluasan lingkungan sekolah, maka komite dan madrasah juga
kembali mengajukan sumbangan sukarela kepada orang tua. Hal itu karena pembebasan lahan belum bisa diajukan melalui pembiayaan APBN. Usulan
sumbangan sukarela untuk masjid dan pembebasan lahan adalah sebagai berikut.
Tabel 4.18
Rincian Program Pembangunan Masjid dan Pembebasan Lahan
Periode 2018/2019
No Uraian Biaya yang
Dibutuhkan
Jumlah
Siswa
Rata-rata
per Siswa
Ket
1 Pembebasan lahan
madrasah
Rp 350.000.000 934 Rp 374.732 Sukarela
2 Penyelesaian
pembangunan masjid
Rp 1.000.000.000 934 1.070.664 Sukarela
Gambar 4.15
Bangunan Masjid yang Belum Selesai tapi Sudah Bisa Digunakan
73
Sebagai bahan pertimbangan, pihak Komite MAN 4 Jakarta juga memberikan
perbandingan besaran sumbangan tahun 2017 dengan 2018 yang terlihat sebagai berikut.
Tabel 4.19
Perbandingan Jumlah Sumbangan Komite di MAN 4 Jakarta Antara Tahun 2017 dengan 2018
No
Alternatif
Jumlah Sumbangan Siswa
Tahun Pelajaran 2017/2018 Tahun Pelajaran 2018/2019
Per Tahun Per Bulan Per Tahun Per Bulan
1 100% Rp 6.362.550 Rp 530.213 Rp 5.956.164 Rp 496.347
2 90% Rp 5.726.295 Rp 477.191 Rp 5.360.548 Rp 446.712
3 80% Rp 5.090.040 Rp 424.170 Rp 4.764.931 Rp 397.078
dst
Dari tabel perbandingan diatas, usulan anggaran tahun 2018/2019
dibandingkan tahun 2017/2018 memang sepertinya tidak terlalu jauh berbada. Tapi
yang paling mendasar adalah sebagian besar berupa sumbangan wajib baik untuk
makan dan kegiatan yang kembali pada siswa itu sendiri secara individu, khusus untuk sumbangan inti sifatnya juga tidak mengikat, orang tua dapat memberikan sumbangan
sesuai kemampuan.
Adapun mekanisme pemberian sumbangan dari pihak orang tua/wali siswa kepada pihak Komite MAN 4 adalah sebagai berikut:
1. Sumbangan program wajib diharapkan semua siswa dapat berpartisipasi, namun
demikian jika satu dan lain hal belum memungkinkan dapat mengajukan
keringanan langsung kepada komite. 2. Sumbangan inti bersifat tidak mengikat dalam arti orang tua dapat menyumbang
sesuai dengan kemampuan.
3. Sumbangan pembebasan lahan dan pembangunan masjid bersifat sukarela, namun demikian bagi orang tua yang memiliki sisa tagihan sumbangan tahun lalu dapat
menghibahkan sumbangannya untuk pembangunan masjid.
4. Pemilik KJP, KIP, Fakir Miskin, Anak yatim piatu, dan lain-lain dapat mengajukan keringanan atau pembebasan semua sumbangan, langsung menghubungi komite.
5. Pembayaran sumbangan diserahkan kepada orang tua, apakah akan bulanan,
triwulan, semester atau satu kali setahun. Namun demikian untuk iuran makan
mohon untuk dibayarkan tiap awal bulan. 6. Kesediaan orang tua memberikan sumbangan dinyatakan dengan mengisi form
yang telah disediakan oleh komite.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa penggalangan dana yang
dilakukan oleh MAN 4 Jakarta tidak lagi menarik uang pangkal, yang ada ialah
sumbangan program inti dan program wajib serta sumbangan pembangunan masjid
dan pembebasan lahan. Kemudian, yang perlu disadari bahwa, sumbangan komite di
awal tahun ajaran 2018 sudah termasuk uang makan yang baru diterapkan di MAN 4
Jakarta. Hal ini disebabkan oleh semua pendanaan kegiatan perlombaan dibiayai oleh
pihak madrasah.
Selanjutnya, setiap siswa mendapat kesempatan untuk memperoleh keringanan
sumbangan, jumlahnya bervariasi untuk setiap siswa. Mereka boleh memilih kategori
74
besaran sumbangan sesuai kemampuan. Bahkan siswa yang memiliki Kartu Jakarta
Pintar atau sejenisnya, langsung dibebaskan oleh pihak komite terhadap semua biaya.
Gambar 4.16 Orang Tua Siswa Sedang Menyerahkan Sumbangan Komite
Prosedur pencairan dana komite bermula dari ada usulan yang dibawa oleh wali
kelas sebagai perpanjangan tangan dari murid sekelasnya. Ajuan dalam bentuk URK
(Uraian Rencana Kerja). Kemudian ditanda tangani oleh kepala sekolah, dan
diserahkan ke komite. Jika ada anggarannya maka akan dicairkan, jika tidak maka
akan ditolak. Misalnya ada pengajuan untuk kegiatan ujian praktek, padahal itu tidak
dianggarkan di komite maka tidak dicairkan walaupun sudah ditandatangani oleh
kepala madrasah.
Penyaluran dana komite terkadang tidak sesuai dengan rencana yang telah
dianggarkan, misalnya tiba-tiba sekolah mau mengadakan suatu kegiatan, sedangkan
program tersebut belum direncanakan di awal. Maka komite akan mendukung
program tersebut sesuai dengan anggaran yang ada. Pengeluaran seperti ini disebut
dengan pengeluaran non akun, maksudnya pengeluaran yang muncul tanpa
dianggarkan sebelumnya.
4. Laporan Keuangan Komite MAN 4 Jakarta
Di bawah ini disajikan laporan keuangan komite MAN 4 Jakarta per tahun, untuk periode transaksi tahun pelajaran 2017/2018 yang disampaikan kepada orang
tua siswa dalam rapat komite tanggal 28 Juli 2018.
75
Tabel 4.20
Laporan Keuangan Komite MAN 4 Jakarta Periode 2017/2018
A Pemasukan Jumlah
1 Sumbangan siswa Rp 2.524.635.653
2 Usaha lain-lain komite Rp 168.000.000
Jumlah Pemasukan Rp 2.692.635.653
B Pengeluaran Jumlah
1 Program kegiatan siswa dan guru Rp 1.385.147.676
2 Sarana dan prasarana belajar Rp 457.276.350
3 Gaji karyawan dan guru non-PNS Rp 408.340.000
4 Honor narasumber dan pembina ekskul Rp 229.654.000
5 THR karyawan, guru non PNS, narasumber, pembina
ekskul, dll
Rp 199.700.000
6 Pembayaran hutang ke koperasi Rp 120.000.000
7 Transport operasional madrasah Rp 77.582.000
8 Operasional komite & rapat dengan orang tua Rp 50.500.000
9 Perawatan kendaraan Rp 35.468.000
10 Konsumsi tamu dan karyawan Rp 31.250.000
11 Perpustakaan Rp 15.930.000
12 Donasi dan sumbangan sosial Rp 5.300.000
Jumlah Pengeluaran Rp 3.016.148.026
Saldo (Rp 323.512.373)
C Hutang ke Koperasi
1 Sisa hutang lama (tahun sebelumnya) Rp 80.000.000
2 Hutang baru Rp 323.530.500
Jumlah hutang Rp 403.530.500
D Persediaan Dana Tunai dan Piutang
1 Persediaan dana tunai
- Cash in Hand Rp 7.000.000
- Simpanan di koperasi Rp 879.707
- Deposit di koperasi Rp 15.600.000
- Simpanan di Bank Syariah Mandiri Rp 14.884.000
Jumlah Dana Tunai dan Tabungan Rp 38.363.707
2 Piutang Lancar
- Kasbon Karyawan dan Guru Honorer Rp 20.600.000
- Talangan pembelian sarpras kelas baru Rp 170.000.000
Jumlah Piutang Lancar Rp 190.600.000
3 Sisa Sumbangan Orang Tua
- Kelas X yang naik kelas XI yang belum dibayarkan Rp 390.212.945
- Kelas XI yang naik kelas XII yang belum dibayarkan Rp 370.574.336
76
- Kelas XII yang sudah lulus dan belum dibayarkan Rp 199.889.278
Jumlah Piutang Tidak Lancar Rp 960.676.559
Jumlah Persediaan Dana Tunai dan Piutang Rp 1.189.640.266
E Aset/Kekayaan/Sisa Anggaran
1 Jumlah hutang (Hutang lama dan baru) Rp 403.530.500
2 Aset yang dimiliki
- Persediaan dana tunai dan tabungan Rp 38.363.707
- Piutang lancar Rp 190.600.000
Jumlah Aset yang dimiliki Rp 228.963.707
Jumlah aset dikurangi dengan Jumlah hutang (Rp 174.566.793)
Piutang tidak lancar (Tunggakan orang tua) Rp 960.676.559
Jumlah aset komite, jika semua piutang dapat tertagih Rp 786.109.766
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pihak komite selalu
memberikan laporan keuangannya kepada MAN 4 Jakarta, namun hal itu hanya
sebatas koordinasi, karena tidak dibenarkan melakukan intervensi terhadap komite
sebagai lembaga independen. Sumbangan komite jangan memberatkan para orang tua
peserta didik yang berbeda tingkat status sosial ekonominya. Pihak komite justru
menerapkan subsidi silang antara orang tua yang mampu dengan yang kurang mampu.
Penyampaian laporan itu dilakukan dalam rapat dengan orang tua sekaligus
penyusunan perencanaan untuk tahun ajaran barunya.
Dalam rician laporan ada istilah piutang dapat tertagih, maksudnya ialah
setelah orang tua mengisi komitmen sumbangan komite dengan kemampuan sekian
persen, namun belum dibayarkan hingga akhir tahun pelajaran, maka hal itu disebut
dengan pitang. Apabila piutang itu diterima di tahun pelajaran berikutnya maka dana
itu disebut dengan piutang tertagih. Sedangkan jika ternyata orang tua tidak
melakukan pembayaran maka hal itu menjadi piutang tidak tertagih.
Fungsi komite dalam menggalang dana belum maksimal, kalau berdasarkan
Undang-undang tentang peran masyarakat di dalam pembiayaan pendidikan di situ
diatur bahwa salah satu peran komite itu adalah menghimpun dana masyarakat, yang
dimaksud dengan menghimpun dana masyarakat tidak terbatas hanya pada orang tua,
tapi juga kepada dunia usaha, dunia industri. Namun, komite di MAN 4 belum
bergerak sampai ke arah itu, baru sebatas dana yang berasal dari orang tua murid, Jadi
belum optimal.
Kalaupun ada kerja sama pihak komite dengan pihak lain yaitu dengan koperasi
MAN 4 Jakarta. Kerja sama sebatas menjual seragam siswa yang nanti labanya dibagi
ke komite, termasuk bunga bank atas jasa penyimpanan dana komite, sebagaimana
tercantum pada akun Usaha lain-lain komite. Kemudian, bentuk kerja sama lainnya
berupa diskon tiket masuk termpat wisata atau hadiah untuk pemenang lomba-lomba
dari pihak sponsor. Namun, pemasukan non tunai semacam ini tidak tercatat di
laporan keuangan.
77
C. Temuan Lainnya
Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua siswa, diketahui bahwa selain dari
ketiga program yang telah dibahas dalam rapat komite dan orang tua. Ternyata masih ada
kegiatan kunjungan atau study tour ke luar kota yang dibebankan kepada orang tua.
Kegiatan ini khusus untuk angkatan kelas X yang dilakukan setiap tahun. Biaya kegiatan
tergantung lokasi yang dikunjungi, misalnya ke Bali atau ke Kampung Inggris di Kediri
sekitar Rp 4.000.000,- per siswa. Namun, yang menjadi persoalan adalah jarak antara
waktu sosialisasi dan kegiatan yang terlampau singkat yaitu sekitar satu hingga dua
bulan. Orang tua juga memberikan masukan kepada pihak madrasah atau komite agar ke
depannya untuk seluruh kegiatan selama satu tahun sudah dibahas dalam rapat komite.
Pihak komite MAN 4 Jakarta telah memberikan keringanan bagi siswa yang
membutuhkan atau yang berasal dari keluarga tidak mampu. Cukup dengan menyerahkan
surat pernyataan tidak mampu tanpa mengetahui RT/RW maka mereka bisa mendapatkan
keringanan hingga 0%. Sikap saling terbuka membuat sebagian orang tua memberikan
sumbangan dengan penuh kesadaran, karena mereka memiliki kepercayaan dengan pihak
madrasah dalam mengelola keuangan mereka melalui komite, namun sayangnya
jumlahnya tidak banyak.
Kendala yang paling utama bagi pihak komite adalah sulitnya dalam penggalangan
dana, padahal sebagian besar orang tua siswa di MAN 4 termasuk menengah ke atas, ada
yang pengusaha, pejabat, walaupun ada juga yang di bawah standar. Buktinya kuota 20%
untuk siswa yang tidak mampu belum pernah tercapai, selama ini hanya 10% atau 15%,
yang lainnya berarti mampu. Para orang tua siswa dengan kesadaran sendiri menyerahkan
surat pernyataan kesediaan memberikan sumbangan sesuai dengan tingkatan persentase
kemampuan mereka. Namun saat waktu pembayaran kebanyakan melalaikan komitmen
tersebut. Misalnya ada orang tua yang telah menyetujui akan membayar per bulan ke
komite sebesar Rp 500.000, tapi hanya dibayar sebanyak dua bulan dalam setahun.
Oleh karena itu, program-program yang berjalan dengan tertatih-tatih. Solusi yang
telah dilakukan dengan merevisi programnya yaitu dengan mengurangi jumlah pelatih ekskul, contohnya pendamping tahsin di masjid yang seharusnya sepuluh orang menjadi
delapan orang.
Kendala lainnya yang diungkapkan oleh informan dari pihak madrasah, berkenanan pengelolaan komite yaitu jika sekolah membutuhkan dana, terkadang agak
lama direalisasikan ataupun jika madrasah mengajukan kepada komite itu seratus persen
mungkin yang dipenuhi hanya empat puluh persen, jadi antara realita dengan
perencanaan itu agak berbeda. Hal itu disebabkan oleh kondisi keuangan komite yang masih defisit atau memiliki hutang sebesar tiga ratus jutaan kepada pihak Koperasi MAN
4 Jakarta.
Selanjutnya, ketika para orang tua kurang atau tidak mendukung suatu kegiatan dengan pendanaan, padahal setiap kegiatan akan banyak melibatkan kepanitiaan yang
diemban guru di luar tupoksi dan jam wajibnya di sekolah, maka hal itu menjadi suatu
yang kurang wajar atau tidak seimbang. Karena mutu MAN 4 yang sudah baik harus diimbangi dengan pendanaan yang memadai.
Pihak komite dalam melakukan fungsinya mengawasi layanan pendidikan
dilakukan pada aspek kegiatan belajar mengajar (KBM) atau melihat kurikulumnya.
Selain itu fungsi komite adalah menindaklanjuti kritik dan saran dari orang tua berkenaan
78
kondisi layanan pendidikan. Berdasarkan hasil wawancara maka sebagian besar
penyampaian keluhan dan saran dari para orang tua biasanya disampaikan ke wali kelas masing-masing melalui media sosial, karena setiap kelas memiliki grup masing-masing,
wali kelas merupakan jembatan antara orang tua dengan pihak sekolah dan komite. Jika
kondisi mendesak barulah diadakan rapat untuk menyelesaikan masalah, namun sampai saat ini hanya satu kali rapat dengan para orang tua di awal tahun ajaran. Begitu juga
halnya dengan rapat evaluasi komite yang seharusnya menurut ketentuan AD/ART
Komite harus diadakan minimal dua kali dalam setahun, namun dengan memanfaatkan
teknologi media komunikasi, sehingga cukup melalui media sosial yang ada di setiap kelas.
Oleh karena itu, wali kelas menjadi perpanjangan tangan kepala sekolah, karena ia
memegang dua simpul strategis yaitu mengkoordinir peserta didik dan sebagai
penghubung para orang tua dan komite. Misalnya dalam suatu program, pihak sekolah
menyusun rencana, kemudian pihak komite yang akan membantu pendanaannya.
Sedangkan peran wali kelas adalah menyampaikan agenda sekolah beserta permasalahan
yang dihadapi, dan membantu mencarikan solusinya. Wali kelas juga membantu orang
tua dalam menyampaikan berbagai saran dan keluhan kepada pihak komite atau
madrasah berkenaan dengan program tersebut. Dalam usaha menemukan solusi itulah,
wali kelas memerlukan koordinasi kepada pihak madrasah maupun pihak komite.
Misalnya ada orang tua yang tidak sanggup membiayai anaknya mengikuti suatu
kegiatan, maka wali kelas akan menyampaikannya kepada pihak komite atau meminta
orang tua tersebut menghadap langsung pengurus atau staf komite.
Pernah ada keluhan dari orang tua yang anaknya berhasil menang dalam sebuah
lomba badminton, jadi dia minta diganti segala biaya yang sudah dikeluarkan untuk
pembinaan karena menganggap telah ikut menyumbang nama baik untuk MAN 4 Jakarta.
Dari pihak komite kemudian memaparkan kondisi keuangan komite yang masih terlalu
banyak tunggakan, sehingga tidak bisa berbuat banyak.
Dalam rapat juga ada keluhan-keluhan tentang keberatan sebagian orang tua dalam
menghadapi sumbangan-sumbangan. Namun, pengurus komite memberikan pemahaman
bahwa justru sebagian orang tua yang anaknya sudah menikmati fasilitas seperti
mengikuti bimbingan dan tes TOEFL dan TOAFL, justru belum melakukan pembayaran
ke pihak komite.
Tindak lanjut yang dilakukan oleh pihak MAN 4 dalam menghadapi berbagai
masukan atau keluhan dari orang tua adalah memberikan respon sesuai kemampuan
komite sekolah. Misalnya ada yang minta keringanan biaya studi ke Kampung Inggris di
Pare Kediri, maka jika yang bersangkutan memang kurang mampu, dan dana komite
mencukupi maka pihak orang tua tersebut cukup membuat surat pernyataan sepihak dan
disetujui.
Sedangkan, jika dana komite tidak mencukupi untuk suatu kegiatan, maka tidak
bisa dipaksakan, misalnya kegiatan yang dihentikan contohnya perkemahan akbar karena
biayanya besar. Tapi ada juga kejadian dimana kegiatannya sudah terlaksana tetapi dana
dari orang tua belum masuk. Karena kebanyakan orang tua melakukan pembayaran pada
saat akhir tahun pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan komite terpaksa melakukan
pinjaman kepada pihak koperasi.
79
Pihak komite saat ini lebih proaktif mengingatkan para orang tua siswa yang sudah
membuat kesepakatan untuk memberikan sumbangan namun belum menyetorkan
sumbangannya, misalnya dengan menelfon mereka satu per satu atau mengirimkan surat
untuk mengingatkan. Ataupun pada saat pembagian rapot wali kelas mengingatkan orang
tua yang belum memberikan sumbangan atau bahkan kesepakatan persentase sumbangan
yang akan dipilih. Hal ini dilakukan untuk menghindari defisit anggaran komite seperti
yang terjadi di tahun 2017 sebesar tiga ratusan juta rupiah.
D. Pembahasan
Sebelum membahas fungsi komite dalam manajemen pembiayaan, peneliti akan memaparkan sisi keorganisasian komite MAN 4 Jakarta, jika ditinjau dari aturan yang
berlaku. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 75 Tahun 2016
pasal 1 ayat 2, komite sekolah adalah badan mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.
Kemudian, pasal 4 ayat 2, menyatakan jumlah keanggotaannya antara lima hingga lima
belas orang. Mereka dipilih secara akuntabel dan demokratis melalui rapat orang tua/wali
siswa. Berdasarkan temuan hasil wawancara tentang pengelolaan komite, diketahui
bahwa pengurus komite terdiri dari formasi orang tua siswa, pakar pendidikan dan tokoh
masyarakat, serta dari anggaran dasar komite juga dinyatakan bahwa keanggotaan komite MAN 4 Jakarta terdiri dari orang tua/wali peserta didik sebanyak 50%, tokoh
masyarakat paling banyak 30%, dan pakar pendidikan yang relevan paling banyak 20%.
Kemudian, berdasarkan temuan di tabel 20 jumlah pengurus komite MAN 4 Jakarta
periode 2016-2019 berjumlah 10 orang, penasehat 3 orang, dan pengawas komite 3 orang yang dipilih melalui musyawarah orang tua siswa. Jumlah ini sesuai dengan ketentuan
aturan yang membatasi pengurus komite antara lima dan lima belas orang serta formasi
kepengurusannya yang melibatkan orang tua dan tokoh masyarakat yang peduli dengan pendidikan.
Selanjutnya, untuk melihat fungsi komite dalam manajemen MAN 4 Jakarta dalam
pembiayaan, maka ditampilkan indikatornya sebagai berikut. Tabel 4.21
Fungsi Komite Sekolah dalam Manajemen Pembiayaan
No Manajemen
Pembiayaan
Indikator Fungsi Komite
1 Tahapan Perencanaan/
Anggaran
Memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan, terkait kebijakan dan program sekolah, RKAM,
kriteria kinerja sekolah, kriteria fasilitas pendidikan, dan kriteria
kerjasama dengan pihak lain.
2 Tahapan Pelaksanaan
Menggalang dana dan sumber daya pendidikan lainnya dari masyarakat baik perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri
maupun pemangku kepentingan lainnya melalui upaya kreatif dan
inovatif. Melaporkan hasil penggalangan dana dan alokasinya.
3 Tahapan
Pengawasan
Mengawasi pelayanan pendidikan di madrasah sesuai dengan
ketentuan.
Menindaklanjuti kritik dan saran atau aspirasi dari peserta didik, orang tua/wali, dan masyarakat.
80
1. Fungsi Komite dalam Penyusunan Anggaran
Anggaran merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif
dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu, (Nanang Fattah, 2009: 47).
Selanjutnya, ditampilkan rekapitulasi RKAM (Rencana Kegiatan dan Anggaran
Madrasah) yang dikelompokkan berdasarkan 8 standar pendidikan.
Tabel 4.22
Rekapitulasi RKAM MAN 4 Jakarta Tahun Anggaran 2018
No Keterangan Jumlah
1 Pengembangan standar isi Rp 13.638.000,00
2 Pengembangan standar proses Rp 942.207.098,00
3 Pengembangan standar kompetensi lulusan Rp 176.357.340,00
4 Pengembangan standar pendidik dan tenaga
kependidikan
Rp 600.800.600,00
5 Pengembangan standar sarana dan prasarana Rp 1.991.988.972,00
6 Pengembangan standar pengelolaan Rp 547.406.500,00
7 Pengembangan standar pembiayaan Rp 1.373.501.490,00
8 Pengembangan standar penilaian Rp 92.500.000,00
Jumlah Anggaran Rp 5.810.974.600,00
Rencana Anggaran dan Kegiatan Madrasah MAN 4 Jakarta sebagaimana
ditampilkan di atas tampak program-program madrasah secara umum atau menurut pengembangan delapan standar pendidikan, sesuai dengan teori di atas, RKAM
dijadikan sebagai pedoman pembiayaan dalam melaksanakan kegiatan di MAN 4
Jakarta. Adapun proses pengembangan Rencana Kegiatan dan Anggaran Madrasah
(RKAM) dengan merujuk pada E. Mulyasa (2013: 200-201) pada umumnya menempuh
langkah pendekatan dengan prosedur sebagai berikut: pertama, Pada tingkat
kelompok kerja yang dibentuk madrasah yang terdiri para wakil kepala madrasah memiliki tugas antara lain melakukan identifikasi kebutuhan biaya selanjutnya
diklasifikasikan dan dilakukan perhitungan sesuai dengan kebutuhan.
Kedua, Pada tingkat kerjasama dengan komite madrasah dengan kelompok kerja yang telah terbentuk perlu diadakan rapat pengurus dan rapat anggota dalam
mengembangkan kegiatan yang harus dilakukan sehubungan dengan pengembangan
RKAM. Ketiga Sosialisasi dan legalitas, setelah RKAM dibicarakan dengan komite
madrasah selanjutnya disosialisasikan kepada berbagai pihak. pada tahap sosialisasi dan legalitas ini kelompok kerja melakukan konsultasi dan laporan pada pihak
pengawas, serta mengajukan usulan RKAM kepada Kanwil Kementerian Agama
untuk mendapat pertimbangan dan pengesahan. Setelah RKAM mendapat
pengesahan dari pemerintah yang berwenang, selanjutnya akan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanan manajemen pembiayaan di madrasah.
Hal serupa dengan prosedur menurut E. Mulyasa ini sudah dilakukan oleh
MAN 4 Jakarta, sebagaimana hasil wawancara dikatakan bahwa proses penyusunan RKAM melibatkan beberapa unsur, yaitu kepala madrasah, kepala Tata Usaha, unsur
pimpinan itu ada wakil-wakil madrasah, bendahara, para kepala laboratorium, lalu
komite, yang paling berpengaruh dalam menyusun RKAM ialah kepala madrasah,
81
karena lebih memahami kebijakan atau regulasi, sehingga jangan sampai program-
program yang telah dibuat, terbentur dengan anggaran. Walaupun, di sinilah komite berfungsi mengakomodir program-program madrasah yang tidak bisa dibiayai oleh
APBN dan APBD. Dengan kata lain, jika ada program yang tidak bisa di alokasikan
dari APBN atau APBD, maka akan ditawarkan kepada masyarakat atau komite. Pengurus komite akan diundang oleh pihak madrasah seperti ketua, sekretaris,
bendahara, dan dewan pengawas. Selanjutnya, pengurus komite mensosialisasikan
kepada seluruh orang tua siswa tentang program-program yang memang dibutuhkan
oleh MAN 4 Jakarta dan tidak termasuk dalam APBN atau APBD, orang tua nanti yang akan mengkritisi. Di samping itu, ada temuan bahwa dalam suatu program pihak
sekolah menyusun rencana, kemudian pihak komite yang akan membantu
pendanaannya. Selanjutnya, dari hasil penelitian melalui wawancara kepada beberapa
informan diketahui bahwa pihak komite selalu dilibatkan dalam penyusunan anggaran
(RKAM) dan rapat kerja yang didalamnya memuat kriteria kinerja madrasah yang
dijabarkan dalam Laporan Hasil Rapat Kerja setiap awal tahun pelajaran. Keterlibatan ini dibuktikan dengan dokumen daftar hadir peserta Raker dan photo kegiatan yang
menunjukkan kehadiran pengurus komite, serta selalu diadakannya rapat pengurus
dengan para orang tua siswa yang dilakukan setahun sekali pada awal tahun pelajaran. Bentuk keterlibatan komite ialah, setelah disusunnya RKAM oleh pihak madrasah,
pihak madrasah menawarkan program-program yang akan dibiayai oleh komite, hal
ini akan dianalisis oleh komite berdasarkan kemampuan keuangan dan kelayakan program, barulah selanjutnya, usulan tersebut dibicarakan dalam rapat dengan para
orang tua siswa.
Di samping itu, Komite dan sekolah menyusun perencanaan program untuk
satu tahun pelajaran, yang kita kenal dengan rencana kerja atau rencana kegiatan dan anggaran madrasah (RKAM) dalam sebuah pertemuan yang dikenal dengan Rapat
Kerja (Raker). Pada saat raker akan ditentukan mana program-program yang akan
dibiayai oleh pemerintah dan mana yang akan ditawarkan ke Komite MAN 4 Jakarta dalam satu tahun. Selanjutnya, pihak komite melakukan semacam analisis untuk
menentukan kelayakan sebuah program, barulah komite mengundang para orang tua
siswa untuk membicarakan tentang perlunya dukungan mereka dalam mewujudkan berbagai program yang telah disusun oleh pihak MAN 4 dan Komite. Rapat pengurus
komite madrasah dengan pihak orang tua/wali siswa dilakukan setahun sekali. Dalam
pertemuan tersebut, akan digali berbagai masukan dan kritikan dari semua orang tua
siswa, jika ternyata sebagian besar orang tua menolak maka kegiatan dan program akan dibatalkan. Namun jika disetujui, komite akan menentukan mekanisme
pembayaran sumbangannya dengan ketentuan yang sesuai dengan aturan yang
berlaku, yaitu tidak mewajibkan semua orang tua untuk memberikan sumbangan yang besarannya sama, tidak memaksakan waktunya, serta memberikan keringanan kepada
orang tua yang kurang mampu.
Jika melihat fungsi komite dalam memberikan pertimbangan dalam kebijakan
dan program sekolah termasuk RKAM atau Rapat Kerja maka sesuai dengan hasil wawancara yang menyatakan bahwa pengurus komite diundang oleh pihak
madarasah dalam pertemuan-pertemuan tersebut, itu artinya komite dilibatkan.
Kehadiran komite dalam pertemuan tersebut untuk mengetahui program atau kegiatan apa yang akan dibiayai oleh pihak komite. Selanjutnya, pengurus komite
mensosialisasikan hasil pertemuan kepada seluruh orang tua siswa tentang program-
82
program yang memang dibutuhkan oleh MAN 4 Jakarta dan tidak terakomodir oleh
APBN atau APBD. Rapat pengurus komite madrasah dengan pihak orang tua/wali siswa dilakukan
setahun sekali. Pengurus komite akan menggali berbagai masukan dan kritikan dari
semua orang tua siswa, jika ternyata sebagian besar orang tua menolak maka kegiatan dan program akan dibatalkan. Namun jika disetujui, komite akan menentukan
mekanisme pembayaran sumbangannya dengan ketentuan yang sesuai dengan aturan
yang berlaku. Seperti tidak mewajibkan semua orang tua untuk memberikan
sumbangan yang besarannya sama, tidak memaksakan waktunya, serta memberikan keringanan kepada orang tua yang kurang mampu. Di bawah ini disajikan data
klasifikasi siswa berdasarkan kesepakatan memberikan sumbangan komite.
Tabel 4.23 Rekap Kesepakatan Sumbangan Program Inti
Periode Juli-Desember 2018
No
Kelas
Kesepakatan
Sudah Sepakat
Belum Sepakat
Keringanan Bebas Biaya
1 X 225 73 16 9
2 XI 126 183 26 5
3 XII 98 226 17 3
Total 449 482 59 17
Persentase 44,59% 47,87% 5,86% 1,69%
Dari data tabel di atas, tampak bahwa sebagian besar siswa sudah sepakat per
Desember 2019 untuk memberikan sumbangan komite, walaupun jumlah yang belum sepakat lebih besar. Terdapat 6% siswa yang mendapat keringanan, bahkan 1,7%
dibebaskan semua biaya pendidikan. Hal ini berarti, komite MAN 4 Jakarta tidak
memaksakan sumbangan komite kepada para orang tua. Hal ini tampak pada panduan musyawarah komite dan orang tua. Dinyatakan
bahwa, sesuai dengan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Nomor
2913 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Struktur Organisasi dan Pengelolaan Dana Komite Madrasah, BAB III, Bagian A, No. 4 tentang Tata Cara Pemerolehan Dana
Komite yang Bersumber dari Masyarakat, diatur sebagai berikut: (1) Komite
Madrasah melaksanakan musyawarah dengan orang tua/wali murid untuk membahas
kegiatan yang tidak dianggarkan dalam APBD/APBN; (2) Komite Madrasah menyusun dan menetapkan anggaran yang disesuaikan dengan kebutuhan madrasah
yang tidak dianggarkan dalam APBD/APBN.
Mengacu pada peraturan di atas, Komite MAN 4 mengajukan rancangan program dan rencana biaya tahun ajaran 2018-2019. Rencana program ini telah
dibahas dalam rapat koordinasi antara pengurus Komite dengan Pimpinan Madrasah
beberapa waktu lalu. Ada tiga program yang ditawarkan kepada pihak komite, yaitu program wajib, program inti, dan program pembangunan masjid serta pembebasan
lahan. Ketiga program tersebut telah dijelaskan tentang besaran sumbangan, pilihan
persentase bagi setiap orang tua, hingga teknis pembayaran sumbangan.
Artinya, fungsi komite dalam memberikan pertimbangan terhadap kebijakan dan program sekolah telah berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Dari teori yang
dipaparkan oleh Mulyasa tentang proses pengembangan RKAM dan menurut
Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 pasal 3 ayat (1) menyatakan bahwa fungsi
83
komite adalah memberi pertimbangan dalam kebijakan dan program sekolah; RKAM;
kriteria kinerja sekolah, kriteria fasilitas pendidikan; dan kriteria kerja sama dengan pihak lain. Maka dapat dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 4.24 Keterlibatan Komite dalam Perencanaan di MAN 4 Jakarta
No Komponen Kegiatan
1 Pertimbangan dalam
kebijakan dan program sekolah
Ikut memberikan pertimbangan dengan
dilibatkannya pengurus komite dalam menentukan program inti, program wajib dan
pembangunan masjid. Namun, belum optimal
dalam program study tour
2 RKAM Ikut menghadiri rapat kerja tahunan dan menentukan besaran sumbangan yang
dibebankan kepada orang tua.
3 Kriteria kinerja sekolah -
4 Kriteria fasilitas pendidikan
Ikut menentukan kondisi fasilitas di kelas yang dilengkapai dengan pendingin ruangan dan
proyektor.
5 Kriteria kerja sama
dengan pihak lain
Mengetahui adanya pihak-pihak yang bekerja
sama dengan madrasah. Misalnya pelatih ekskul yang dibiayai oleh komite.
Walaupun keterlibatan komite dalam perencanaan pembiayaan di MAN 4 Jakarta sudah berjalan dengan baik dan tidak menyalahi aturan, namun masih belum
maksimal. Hal ini tercermin dari pengakuan orang tua siswa bahwa selain dari ketiga
program yang telah dibahas dalam rapat komite dan orang tua, ternyata masih ada
kegiatan yang tidak masuk dalam pembahasan rapat komite dan orang tua yaitu kegiatan study tour ke luar kota. Bahkan, orang tua mengeluhkan tentang jarak antara
waktu sosialisasi dan kegiatan yang terlampau singkat yaitu sekitar satu hingga dua
bulan, sehingga orang tua merasa kurang siap dalam hal pendanaan. Jadi, hal ini membuktikan bahwa komite di MAN 4 Jakarta lebih cenderung menyetujui setiap
program madrasah tanpa mengkaji lebih dalam tentang kemampuan dan keinginan
orang tua. Hal ini senada dengan temuan dari penelitian Novianty (2017: 60), there were impression that School Committee only defended the school and being less
helpful to the parents because it always supports the policies of the school.
2. Fungsi Komite dalam Pelaksanaan Pembiayaan
Fungsi komite dalam tahap pelaksanaan pembiayaan menurut Permendikbud
Nomor 75 Tahun 2016 pasal 3 dinyatakan bahwa komite bertugas menggalang dana
dan sumber daya pendidikan lainnya dari masyarakat baik perorangan/ organisasi/ dunia usaha/ dunia industri maupun pemangku kepentingan lainnya melalui upaya
kreatif dan inovatif, serta melaporkan hasil penggalangan dana dan alokasinya.
Kegiatan penggalangan dana dan sumber daya pendidikan lainnya oleh pihak
komite MAN 4 Jakarta dilakukan setelah komite dan orang tua melakukan pertemuan untuk membahas kegiatan yang akan diselenggarakan dan dibiayai dari dana komite.
Pertemuan itu melahirkan ketentuan besaran sumbangan yang akan didukung oleh
para orang tua. Adapun program atau kegiatan yang menjadi tanggungan komite dapat
84
dilihat dari tiga tabel yang mewakili tiga program di komite yaitu program wajib,
program inti, dan sumbangan pembebasan lahan dan penyelesaian pembangunan masjid.
Tabel 4.25
Rincian Program Wajib di MAN 4 Jakarta Periode 2018/2019 No Uraian Harga Satuan Jumlah Biaya
per Bulan per Tahun
1 Makan pagi & makan siang
1.1 Makan pagi & makan siang 1 bln x 20 hari x Rp 16.000 Rp 320.000 Rp 3.200.000
2 Kegiatan Pengayaan
2.1 Pelatihan dan Ujian TOEFL Rp 250.000
2.2 Pelatihan dan Ujian TOAFL Rp 200.000
2.3 Kegiatan Uji Keterampilan hidup siswa dengan metode Outdoor Rp 300.000
Jumlah per Tahun Rp 3.950.000
Jumlah per Bulan Rp 329.167 *) Makan pagi dan siang hanya dibayar sesuai hari efektif sekolah
Tabel 4.26
Rincian Program Inti Kelas XII Periode 2018/2019
No
Program
Sumbangan
Kelas XII
Sumbangan
per Siswa
340 siswa 1 1.1. Kegiatan Pengelolaan Proses Pembelajaran
1.1.1 Peningkatan mutu madrasah Rp 17.473.233 Rp 51.392
1.2. Program Kesiswaan
1.2.1. Mengikuti Kompetensi Sains Madrasah (KSM), kegiatan non akademik/perjalanan
Rp 4.344.283
Rp 12.777
1.2.2. Mengkuti lomba Olimpiade Sains Nasional (OSN)
Rp 29.486.081 Rp 86.724
1.2.3. Penyelenggaraan Kegiatan Bulan Bahasa Rp 1.510.707 Rp 4.443
1.2.4. Penyelenggaraan Pesantren kilat Rp 1.510.707 Rp 4.443
1.2.5. Kepanitiaan (PHBI, PHBN, dan hari penting lainnya
Rp 54.603.854 Rp 160.600
2 Pengembangan Standar Kompetensi Siswa
2.1. Pelaksanaan Simulasi UNBK Tk. Provinsi Rp 13.950.000 Rp 41.029
2.2. Pelaksanaan Uji Coba UAMBN Rp 9.300.000 Rp 27.353
2.3. Pelaksanaan Ujian Sekolah (USBN) RP 7.350.000 Rp 21.618
2.4. Standar ISO 9001:2015 Rp 9.635.760 Rp 28.340
3 Pengembangan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
3.1. Achievement Training Rp 224.421.842 Rp 660.064
4 Pengembangan Standar Sarana dan Prasarana
4.1. Pengadaan alat kantor/inventaris sekolah Rp 192.292.934 Rp 565.567
5 Pengembangan Standar Penilaian
5.1. Penilaian Akhir Semester (Daring) Rp 19.903.640 Rp 58.540
5.2. Penilaian Akhir Tahun (Daring) Rp 17.370.450 Rp 51.090
6 Pengelolaan UKS dan Bantuan Honor Guru dan Staf Rp 180.942.184 Rp 532.183
Jumlah per Tahun Rp 784.095.675 Rp 2.306.164
Rata-rata per siswa per bulan Rp 192.180
85
Tabel 4.27
Rincian Program Pembangunan Masjid dan Pembebasan Lahan Periode 2018/2019
No Uraian Biaya yang
Dibutuhkan
Jumlah
Siswa
Rata-rata per
Siswa
Ket
1 Pembebasan lahan
madrasah
Rp 350.000.000 934 Rp 374.732 Sukarela
2 Penyelesaian
pembangunan masjid
Rp 1.000.000.000 934 Rp 1.070.664 Sukarela
Dari ketiga program di atas, diperoleh jumlah sumbangan sekitar tujuh jutaan
per siswa per tahun. Jumlah sumbangan ini tidak dibebankan sama kepada semua siswa, namun diberikan keringanan kepada orang tua yang kurang mampu. Adapun
pemberian keringanan tersebut berdasarkan persentase sebagai berikut.
Tabel 4.28
Jumlah Sumbangan Wajib dan Inti Per Siswa
No
Alternatif
Jumlah Sumbangan Siswa
Tahun Pelajaran 2017/2018 Tahun Pelajaran 2018/2019
Per Tahun Per Bulan Per Tahun Per Bulan
1 100% Rp 6.362.550 Rp 530.213 Rp 5.956.164 Rp 496.347
2 90% Rp 5.726.295 Rp 477.191 Rp 5.360.548 Rp 446.712
3 80% Rp 5.090.040 Rp 424.170 Rp 4.764.931 Rp 397.078
dst
Hal ini terlihat dari alternatif persentase yang ditawarkan oleh pihak komite
mulai dari 100%, 90%, 80% dan seterusnya, bahkan ada yang dibebaskan hingga
100%. Di samping itu, pihak komite tidak menentukan batas waktu pembayaran. Bagi
siswa yang memiliki Kartu Jakarta Pintar/ Kartu Indonesia Pintar atau dari keluarga Program Keluarga Harapan mereka dibebaskan dari sumbangan komite. Sedangkan
orang tua yang tidak memiliki kartu apapun, namun tidak sanggup membayar
sumbangan komite, maka mereka boleh mengajukan permohonan keringanan atau bebas sumbangan dengan menyerahkan surat pernyataan tidak mampu tanpa
mengetahui pihak RT/RW setempat atau materai. Hal ini membuktikan bahwa,
komite MAN 4 Jakarta tidak membebankan orang tua yang tidak mampu untuk memberikan sumbangan komite, walaupun sumbangan itu merupakan program wajib
berupa makan pagi dan makan siang.
Penjelasan di atas membuktikan bahwa Komite MAN 4 Jakarta tidak
melanggar larangan penggunaan dana pendidikan untuk hal-hal sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 66 Tahun 2016 pasal 62C
menyatakan bahwa pembiayaan madrasah yang bersumber dari masyarakat
sebagaimana dalam pasal 62 ayat (1) huruf d tidak boleh atau dilarang: (a) dibebankan kepada peserta didik atau orang tua/walinya yang tidak mampu secara
finansial; (b) digunakan untuk pembiayaan penerimaan peserta didik, penilaian hasil
belajar peserta didik, dan/atau persyaratan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan; dan/atau (c) digunakan untuk kesejahteraan anggota komite satuan
pendidikan atau lembaga representasi pemangku kepentingan satuan pendidikan baik
langsung maupun tidak langsung.
Jika dikaitkan dengan ketentuan tentang perbedaan antara sumbangan atau bantuan dan pungutan, maka komite MAN 4 Jakarta tidak melakukan pungutan
86
melainkan sumbangan. Artinya hal ini sesuai dengan aturan. Menurut Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 75 Tahun 2016 pasal 1 ayat (3) menyatakan bahwa bantuan pendidikan ialah pemberian berupa uang/barang/jasa oleh
pemangku kepentingan satuan pendidikan di luar peserta didik atau orang tua/
walinya, dengan syarat yang disepakati para pihak. Selanjutnya pasal 1 ayat (5) menyatakan bahwa sumbangan pendidikan adalah pemberian berupa
uang/barang/jasa oleh peserta didik atau orang tua/ walinya, baik perseorangan
maupun bersama-sama, masyarakat atau lembaga secara sukarela, dan tidak mengikat
satuan pendidikan. Bantuan dan sumbangan pendidikan merupakan sumber keuangan yang
dibenarkan oleh aturan untuk dikelola oleh pihak komite sekolah/madrasah negeri
atau yang dikelola oleh pemerintah. Adapun pungutan pendidikan tidak dibenarkan. Berdasarkan pasal 1 ayat (4) menyebutkan bahwa pungutan pendidikan adalah
penarikan uang oleh sekolah kepada peserta didik, orang tua/walinya yang bersifat
wajib, mengikat, serta jumlah dan jangka waktu pemungutannya ditentukan.
Pelarangan pungutan pendidikan secara tegas dilarang menurut Permendikbud RI Nomor 44 Tahun 2012 pasal 9 ayat (1) menyatakan bahwa satuan pendidikan dasar
yang diselenggarakan oleh pemerintah, dan/atau pemerintah daerah dilarang
memungut biaya satuan pendidikan. Ditambah dengan hasil observasi maka ditemukan bahwa komite MAN 4
Jakarta telah mematuhi aturan tersebut, terbukti bahwa yang ditawarkan kepada pihak
orang tua berbentuk sumbangan bukan pungutan. hasil wawancara juga menyebutkan bahwa Pihak MAN 4 Jakarta sudah memahami perbedaan mendasar antara pungutan
dan sumbangan. Pungutan ialah ditetapkan secara sepihak, ditentukan jumlah
uangnya, dibayarkan dalam waktu yang sudah ditetapkan, dan diberlakukan sama
kepada semua siswa. Sedangkan sumbangan adalah tidak ditentukan waktu bayarnya, dibayar sesuai dengan kemampuan masing-masing, kemudian tidak sama setiap
orang.
Dilihat dari beberapa aturan di atas, maka MAN 4 Jakarta sudah melakukan suatu usaha yang sesuai dengan aturan. Selanjutnya, berkenaan dana BOS yang
diterima oleh madrasah, berdasarkan Petunjuk Teknis BOS pada Madrasah (2018: 2-
3), tujuan BOS secara umum adalah untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan yang bermutu. Secara khusus BOS bertujuan:
4) Membebaskan segala jenis biaya pendidikan bagi seluruh siswa miskin di tingkat
pendidikan dasar, baik di madrasah negeri maupun madrsah swasta;
5) Membebaskan biaya operasional sekolah bagi seluruh siswa MI negeri, MTs negeri, dan MA negeri; dan
6) Meringankan beban biaya operasional sekolah bagi siswa di madrasah swasta.
Hal ini juga dijelaskan oleh pihak madrasah dan komite, di mana menurut mereka pembebasan biaya operasional bagi seluruh madrasah negeri dari jenjang
madrasah ibtidaiyyah hingga madrasah aliyah itu berlaku secara umum di semua
madrasah yang memiliki layanan pendidikan setaraf standar pendidikan minimal.
Namun, ketika madrasah telah memberikan layanan pendidikan yang melampai standar pendidikan yang ada baik dari fasilitas sarana maupun prasarana maupun
program-program pendidikan, maka hal tersebut tentu memerlukan dana tambahan
yang bisa melibatkan dukungan orang tua melalui komite madrasah. Kemudian informan menambahkan bahwa kebanyakan permasalahan
munculnya pungutan liar (pungli) di sekolah, biasanya pihak sekolah dan komite
87
kurang memahami aturan yang berlaku. Padahal Undang-undang sudah mengatur,
pengurus komite dilarang mengambil keuntungan yang sifatnya pribadi atau pun kelompok. Pihak madrasah dan komite di MAN 4 Jakarta sudah memahami berbagai
aturan tersebut. Bukti lain yang dapat menjadi acuan ialah edaran yang dikeluarkan
oleh komite untuk para orang tua/wali siswa (halaman 69) yang berjudul surat pernyataan kesediaan sumbangan, di mana pilihan nominal besarannya disesuaikan
dengan kesanggupan masing-masing orang tua.
Walaupun orang tua sudah menyatakan kesediaannya dalam bentuk
penandatanganan surat pernyataan kesediaan sumbangan, komite tidak akan memaksakan jika mereka belum membayar hingga sampai berakhirnya tahun ajaran.
Hal ini juga dapat dilihat dari jumlah tunggakan orang tua yang sudah berkomitmen
atau sudah menyatakan kesediaan memberikan sumbangannya pada awal tahun ajaran 2018/2019 yang lalu sebesar Rp 960.676.559,00.
Selanjutnya, menurut Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 dalam pasal 11
ayat (1) Penggalangan dana dan sumber daya pendidikan lainnya dalam bentuk
bantuan/atau sumbangan tidak boleh bersumber dari: a) perusahaan rokok dan/atau lembaga yang menggunakan merek dagang, logo, semboyan dan/atau warna yang
dapat diasosiasikan sebagai ciri khas perusahan rokok; b) perusahaan minuman
beralkohol dan/atau lembaga yang menggunakan merek dagang, logo, semboyan, dan/atau warna yang dapat diasosiasikan sebagai ciri khas perusahan minuman
beralkohol, dan/atau partai politik. (2) Pembiayaan operasional komite sekolah
digunakan untuk kebutuhan administrasi/alat tulis kantor, konsumsi rapat pengurus, transportasi dalam rangka melaksanakan tugas, dan/atau kegiatan lain yang disepakati
oleh Komite Sekolah dan Satuan Pendidikan.
Komite MAN 4 Jakarta tidak pernah menggalang dana dari perusahaan rokok
dan perusahaan minuman beralkohol. Hal ini tampak dari laporan keuangan komite. Kerjasama komite dengan dunia usaha hanya dengan koperasi MAN 4 Jakarta. Dari
sisi lain hal ini dianggap belum maksimal, karena menurut aturan tentang peran
masyarakat di dalam pembiayaan pendidikan diatur bahwa salah satu peran komite itu adalah menghimpun dana masyarakat, yang dimaksud dengan menghimpun dana
masyarakat tidak terbatas hanya pada orang tua, tapi juga kepada dunia usaha, dunia
industri. Namun, komite di MAN 4 belum bergerak sampai ke arah itu. Mereka memperoleh dana sebatas dari pihak orang tua siswa dalam bentuk sumbangan untuk
program-program yang sudah disepakati untuk dibebankan kepada orang tua. Kerja
sama dengan dunia usaha hanya sebatas menjalin hubungan dengan pihak koperasi
MAN 4 yang membantu memasarkan seragam siswa dengan sistem bagi hasil. Selain itu, pihak koperasi biasanya memberikan pinjaman kepada komite jika dana
sumbangan dari orang tua yang sudah berkomitmen untuk memberikan sumbangan
belum terkumpul, namun program sudah harus dijalankan. Hal ini yang menyebabkan munculnya hutang komite kepada pihak koperasi sebesar Rp 323.512.373,- yang
tampak pada laporan keuangan komite periode 2017/2018.
Selain itu, dalam prosesnya menggalang dana, MAN 4 Jakarta juga tidak
melakukan hal-hal sebagaimana tercantum dalam Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 pasal 12 tentang larangan bagi komite sekolah menyatakan bahwa komite
sekolah baik perorangan maupun kolektif dilarang: a) menjual buku pelajaran, bahan
ajar, atau bahan pakaian seragam di sekolah; b) melakukan pungutan dari peserta didik atau orang tua/walinya; c) mencederai integritas evaluasi hasil belajar peserta
didik secara langsung atau tidak langsung; d) mencederai integritas seleksi
88
penerimaan peserta didik baru secara langsung atau tidak langsung; e) melaksanakan
kegiatan lain yang mencederai integritas sekolah secara langsung atau tidak langsung; f) mengambil atau menyiasati keuntungan ekonomi dari pelaksanaan
kedudukan, tugas dan fungsi komite sekolah; g) memanfaatkan aset sekolah untuk
kepentingan pribadi/kelompok; h) melakukan kegiatan politik praktis di sekolah; dan/atau i) mengambil keputusan atau tindakan melebihi kedudukan, tugas, dan
fungsi komite sekolah. Hal ini menurut pengakuan orang tua siswa yang tidak pernah
mengalami hal-hal tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa pihak komite tidak melakukan salah satu dari hal-hal yang sebagaimana disebutkan oleh Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 75 Tahun 2016 pasal 12 tentang larangan bagi
komite sekolah tersebut. Itu artinya pihak komite MAN 4 Jakarta dalam usahanya menghimpun dana masyarakat tidak melanggar larangan yang telah ditentukan
walaupun pihak komite masih melakukannya sebatas pada orang tua siswa.
Tahap pelaksanaan fungsi komite dalam pembiayaan selain menggalang dana
juga menyusun laporan yang disampaikan kepada orang tua selaku donatur. Hal ini berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 2913 Tahun 2015
tentang Petunjuk teknis struktur organisasi dan pengelolaan dana komite madrasah,
dinyatakan bahwa: (1) Pengawasan dilakukan oleh intern komite madrasah; (2) Apabila terjadi permasalahan dalam pelaporan dan pertanggungjawaban dana komite
madrasah, maka pihak madrasah dapat melakukan mediasi dalam rangka
penyelesaian masalah. Pada nomor dua jelas menyatakan bahwa pihak komite harus menyusun laporan dan pertanggungjawaban dana komite yang dihimpun dari
masyarakat termasuk dari orang tua.
Menurut Manahan Tampubolon (2015: 234), Kepala sekolah wajib
menyampaikan laporan keuangan kepada pihak penyedia dana pendidikan. Jika dana diperoleh dari para orang tua siswa maka pertanggungjawabannya ditujukan kepada
para orang tua siswa. Hal ini telah dilakukan komite dengan baik dalam upaya
membantu madrasah menyiapkan laporan keuangan berkala yang telah di sahkan oleh kepala madrasah dan disampaikan kepada orang tua dalam rapat komite.
Administrasi pengelolaan keuangan komite MAN 4 Jakarta sudah ada laporan
keuangan mulai dari laporan harian, bulanan, hingga tahunan yang dilaporkan secara transparan dan telah disepakati oleh pihak komite dan madrasah. Laporan keuangan
komite juga mencantumkan besaran dana yang diperoleh serta alokasi dana-dana
tersebut dalam mendukung pembiayaan di MAN 4 Jakarta. Untuk lebih jelas dapat
dilihat dalam tabel berikut. Tabel 4.29
Laporan Keuangan Komite MAN 4 Jakarta Periode 2017/2018
A Pemasukan Jumlah
1 Sumbangan siswa Rp 2.524.635.653
2 Usaha lain-lain komite Rp 168.000.000
Jumlah Pemasukan Rp 2.692.635.653
B Pengeluaran Jumlah
1 Program kegiatan siswa dan guru Rp 1.385.147.676
2 Sarana dan prasarana belajar Rp 457.276.350
3 Gaji karyawan dan guru non-PNS Rp 408.340.000
4 Honor narasumber dan pembina ekskul Rp 229.654.000
89
5 THR karyawan, guru non PNS, narasumber, pembina
ekskul, dll
Rp 199.700.000
6 Pembayaran hutang ke koperasi Rp 120.000.000
7 Transport operasional madrasah Rp 77.582.000
8 Operasional komite & rapat dengan orang tua Rp 50.500.000
9 Perawatan kendaraan Rp 35.468.000
10 Konsumsi tamu dan karyawan Rp 31.250.000
11 Perpustakaan Rp 15.930.000
12 Donasi dan sumbangan sosial Rp 5.300.000
Jumlah Pengeluaran Rp 3.016.148.026
Saldo (Rp 323.512.373)
C Hutang ke Koperasi
1 Sisa hutang lama (tahun sebelumnya) Rp 80.000.000
2 Hutang baru Rp 323.530.500
Jumlah hutang Rp 403.530.500
D Persediaan Dana Tunai dan Piutang
1 Persediaan dana tunai
- Cash in Hand Rp 7.000.000
- Simpanan di koperasi Rp 879.707
- Deposit di koperasi Rp 15.600.000
- Simpanan di Bank Syariah Mandiri Rp 14.884.000
Jumlah Dana Tunai dan Tabungan Rp 38.363.707
2 Piutang Lancar
- Kasbon Karyawan dan Guru Honorer Rp 20.600.000
- Talangan pembelian sarpras kelas baru Rp 170.000.000
Jumlah Piutang Lancar Rp 190.600.000
3 Sisa Sumbangan Orang Tua
- Kelas X yang naik kelas XI yang belum dibayarkan Rp 390.212.945
- Kelas XI yang naik kelas XII yang belum dibayarkan Rp 370.574.336
- Kelas XII yang sudah lulus dan belum dibayarkan Rp 199.889.278
Jumlah Piutang Tidak Lancar Rp 960.676.559
Jumlah Persediaan Dana Tunai dan Piutang Rp 1.189.640.266
E Aset/Kekayaan/Sisa Anggaran
1 Jumlah hutang (Hutang lama dan baru) Rp 403.530.500
2 Aset yang dimiliki
- Persediaan dana tunai dan tabungan Rp 38.363.707
- Piutang lancar Rp 190.600.000
Jumlah Aset yang dimiliki Rp 228.963.707
Jumlah aset dikurangi dengan Jumlah hutang (Rp 174.566.793)
Piutang tidak lancar (Tunggakan orang tua) Rp 960.676.559
Jumlah aset komite, jika semua piutang dapat tertagih Rp 786.109.766
Penerimaan dana Komite MAN 4 Jakarta berasal dari dua sumber yaitu sumbangan orang tua dan usaha lain dari komite seperti bagi hasil usaha dari koperasi,
90
dari bank dan pihak lainnya. Total penerimaan komite sebesar Rp 2.692.635.653,00.
Sedangkan sisi pengeluaran terdiri dari 12 pos pengeluaran dengan total sebesar Rp3.016.148.026,00. Adapun total penerimaan dikurangi dengan biaya-biaya maka
saldo komite menjadi minus atau defisit sebesar Rp 323.512.373,00.
Untuk menutupi kekurangan saldonya, Komite mengajukan pinjaman baru ke koperasi MAN 4 Jakarta, di samping masih ada hutang sebelumnya yang berjumlah
Rp 80.000.000,00, sehingga jumlah hutang komite di koperasi menjadi
Rp403.530.500,00. Keputusan mengajukan hutang ini didasari pada pertimbangan
bahwa, pertama agar program-program prioritas madrasah dapat tetap berjalan. Kedua, komite masih memiliki aset berupa dana tunai sejumlah Rp 38.363.707,00,
piutang lancar berjumlah Rp190.600.000,00 dan piutang tidak lancar mencapai Rp
960.676.559,00, yang jika ditotalkan akan berjumlah Rp1.189.640.266,00. Jumlah ini sudah melebihi jumlah hutang komite di koperasi.
Piutang lancar maksudnya dana komite yang masih dipinjam oleh karyawan
dan guru honorer sebagai kasbon dan talangan pembelian sarana dan prasarana untuk
kelas/angkatan baru. Hal ini kemungkinan besar akan segera dibayarkan oleh pihak yang meminjam tersebut, makanya dinamakan piutang lancar. Sedangkan Piutang
tidak lancar ialah sisa sumbangan orang tua berdasarkan kesepakatan yang ada,
namun kemungkinan pembayarannya akan tertunda atau dialihkan sebagai sumbangan pembangunan masjid. Jumlah kedua piutang ini sangat besar jika
digunakan untuk membiayai program-program di MAN 4 Jakarta. Jika hal ini tidak
diselesaikan dengan baik, maka lama-kelamaan akan terjadi penurunan kesadaran sebagian orang tua yang sudah berusaha memenuhi komitmen sumbangannya karena
mereka akan merasa adanya ketidakadilan dalam mengelola sumbangan komite yang
harusnya lebih inovatif. Padahal hampir semua orang tua sudah sepakat untuk
memberikan sumbangan, namun tanpa konfirmasi ulang mereka mengabaikan komitmen tersebut.
Total hutang komite sejumlah Rp 403.530.500,00 jika ditutup dengan jumlah
asetnya yang masih mengendap sejumlah Rp1.189.640.266,00. Maka justru akan terjadi surplus sebesar Rp 786.109.766,00. Jadi masih ada tugas besar pihak komite
dan madrasah untuk berusaha menarik dana tersebut agar kegiatan dan program di
MAN 4 Jakarta bisa berjalan dengan lebih baik lagi. Namun ternyata dalam rapat koordinasi dan penyampaian laporan keuangan komite dengan pihak madrasah pada
hari Senin tanggal 23 Juli 2018, diputuskan bahwa sisa sumbangan orang tua yang
berjumlah Rp 960.676.559,00 akan diusulkan kepada orang tua dengan ketentuan
sebagai berikut: (1) agar tetap dibayarkan namun dana tersebut akan digunakan sepenuhnya untuk penyelesaian pembangunan masjid di MAN 4 Jakarta; (2) besaran
pembayaran sisa sumbangan diserahkan sepenuhnya kepada orang tua dan diubah
menjadi infaq pembangunan masjid; dan (3) pembayaran sisa sumbangan dapat berupa uang tunai atau dalam bentuk meterial pembangunan.
Dari tiga keputusan tersebut ada beberapa hal yang dapat ditemukan yaitu
pertama, pihak MAN 4 Jakarta sangat memahami dan mengikuti aturan pemerintah
tentang bagaimana seharusnya menarik sumbangan komite yang tidak membebani para orang tua, dan bertindak dengan sangat moderat. Kedua, sebenarnya pihak MAN
4 Jakarta tidak terlalu terpengaruh dengan sumbangan dari pihak orang tua yang
dikelola oleh komite. Karena terjadinya keterlambatan sumbangan yang berjumlah hampir satu milyar saja tidak membuat terhambatnya sebagian besar program atau
kegiatan di MAN 4 Jakarta. Ketiga, tunggakan tersebut membuktikan kurangnya
91
kesadaran orang tua untuk merealisasikan komitmen yang telah mereka sepakati. Hal
ini juga dapat dilihat dari perbandingan jumlah dana yang dikelola oleh pihak MAN 4 Jakarta dengan jumlah dana yang ada di komite, maka kita dapat melihat dari tabel-
tabel berikut.
Tabel 4.30 Realisasi Anggaran APBN dari Kementerian Agama
Tahun Anggaran 2017
No Jenis Anggaran Pagu Realisasi Persentase
Realisasi
1 Belanja pegawai Rp 10.464.140.000 Rp 10.423.292.189 99,61%
2 Belanja barang Rp 2.170.953.000 Rp 1.689.524.910 77,82%
3 Belanja modal Rp 2.410.397.000 Rp 2.408.939.000 99,94%
4 Belanja BOS Rp 1.198.800.000 Rp 1.059.086.600 88,35%
Total Rp 15.045.490.000 Rp 14.521.756.099 96,52%
Tabel 4.31
Realisasi Anggaran APBD dari Pemda Jakarta Selatan
Tahun Anggaran 2017
No Jenis Anggaran Pagu Realisasi Persentase
Realisasi
1 BOP Rp 4.804.800.000 Rp 4.520.920.565 94%
Dari dua tabel di atas, jika dibandingkan dengan dana komite yang berhasil
terhimpun, maka antara dana pemerintah dan masyarakat yang ada di MAN 4 Jakarta
akan tampak sebagai berikut.
Tabel 4.32
Perbandingan Dana APBN, APBD, dan Dana Komite MAN 4 Jakarta Tahun Anggaran 2017
No Jenis Anggaran Jumlah Realisasi Persentase Realisasi
1 APBN Rp 14.521.756.099,- 65,83%
2 APBD Rp 4.520.920.565,- 20,50%
3 Dana Komite Rp 3.016.148.026,- 13,67%
Jumlah Rp 22.058.824.690,- 100%
Total dana yang dikelola oleh komite mencapai Rp 3.016.148.026,- jumlah ini
hanya 13,67% jika dibandingkan dengan realisasi APBN dan APBD di MAN 4 Jakarta. Artinya 13,67% dana yang bersumber dari komite. Jumlah tersebut masih
relatif kecil jika dibandingkan dengan realisasi program-program yang menuntut
biaya sangat besar. Namun, jika dihitung dengan angka rata-rata. Jika jumlah sumbangan per siswa
setiap tahun berjumlah Rp 6.000.000,00 dikalikan dengan jumlah siswa sekitar 1.000
orang, maka sumbangan komite yang diperoleh bisa mencapai enam milyar. Jadi,
jumlah yang terkumpul berjumlah Rp 2.524.635.653,00 sebenarnya masih jauh dari kondisi penerimaan seharusnya. Hal ini tentu disebabkan oleh kondisi ekonomi orang
tua yang berbeda-beda, dan juga karena kurangnya kesadaran orang tua siswa yang
sebenarnya mereka mampu memberikan sumbangan untuk mendukung pendidikan anak-anaknya. Hal ini dapat dilihat dari tunggakan para orang tua yang sudah
92
membuat komitmen untuk memberikan sumbangan, namun masih belum melakukan
pembayaran hingga akhir tahun pelajaran sebanyak Rp 960.676.559,00. Kemudian, dari tabel 4.31 dan 4.32 tampak bahwa realisasi dana APBN dan
APBD tidak mencapai seratus persen dari pagu. Jika dirupiahkan maka jumlah dana
yang dikembalikan ke pemerintah yaitu dari APBN sebesar Rp 523.733.901,00 dan dari APBD sebesar Rp283.879.435,00, sehingga total dana yang dikembalikan oleh
MAN 4 Jakarta pada tahun anggaran 2017 sebesar Rp 807.613.336,00. Hal ini
dibenarkan oleh pihak madrasah dengan alasan bahwa penyusunan rencana anggaran
di awal tahun tidak bisa sama persis dengan realisasi pada saat pelaksanaan program atau kegiatan. Padahal jika disusun perencanaan yang lebih tepat, maka dengan
kelebihan dana sekitar delapan ratusan juta tersebut, pihak madrasah bisa
mengimbangi kekurangan dana di komite yang justru mengalami defisit sekitar tiga ratusan juta rupiah.
3. Fungsi Komite dalam Pengawasan
Fungsi komite dalam tahap pengawasan ialah mengawasi pelayanan pendidikan
di madrasah sesuai dengan ketentuan, serta menindaklanjuti kritik dan saran atau
aspirasi dari peserta didik, orang tua/wali, dan masyarakat. Sebelum membahas lebih
jauh tentang fungsi komite dalam manajemen pembiayaan. Penulis akan memaparkan
beberapa pendapat tentang pengawasan.
Pengawasan ialah kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki
kewenangan untuk melakukan pengawasan dengan cara memantau kinerja,
membandingkan antara hasil dengan rencana, dan seberapa efektif dan efisien proses
mencapai tujuan hingga mengambil tindakan korektif sesuai kebutuhan. Sedangkan
menurut Petunjuk Teknis BOS (2018: 41), kegiatan pengawasan adalah kegiatan yang
bertujuan untuk mengurangi atau menghindari masalah yang berhubungan dengan
penyalahgunaan wewenang, kebocoran, dan pemborosan keuangan negara, pungutan
liar dan bentuk penyelewengan lainnya.
Menurut Manahan Tampubolon (2015: 234), Kepala sekolah wajib
menyampaikan laporan keuangan kepada pihak penyedia dana pendidikan. Jika dana
diperoleh dari para orang tua siswa maka pertanggungjawabannya ditujukan kepada
para orang tua siswa. Begitu pula jika dana tersebut bersumber dari pemerintah maka
akan dipertanggungjawabkan kepada pemerintah.
Sedangkan fungsi komite dalam pengawasan pada penelitian ini hanya sebatas
mengawasi pelayanan pendidikan di madrasah sesuai dengan ketentuan, serta
menindaklanjuti kritik dan saran atau aspirasi dari peserta didik, orang tua/wali, dan
masyarakat. Karena komite tidak memiliki wewenang untuk mengawasi keuangan
atau pembiayaan madrasah yang dananya bersumber dari pemerintah.
Layanan pendidikan di MAN 4 sudah memadai, hal ini dibuktikan dengan status
akreditasi dan layanan pendidikan yang bersertifikat ISO. Berdasarkan hasil observasi
juga tampak pada kondisi sarana dan prasarana yang sangat menunjang, program-
program berjalan dengan baik, bahkan sedang dibangun kolam renang dan lapangan
olahraga. Program boarding juga berjalan, walaupun saat ini tinggal satu kelas putra
dan satu kelas putri di kelas XII. Ada juga program kelas unggulan semacam kelas
akselerasi yang baru dirintis di tahun ini sebagai upaya mempersiapkan siswa-siswi
berprestasi dalam berbagai perlombaan akademik maupun non akademik. Kemudian,
93
terdapat juga kelas Cambridge juga di MAN 4 Jakarta sudah terkenal baik di DKI
maupun nasional dengan prestasinya di berbagai macam perlombaan.
Kondisi ini tidak lepas dari sejarah MAN 4 Jakarta, yaitu pada tahun 1998 MAN
4 Jakarta ditetapkan sebagai MAN Model untuk DKI Jakarta oleh Menteri Agama RI
sesuai Surat Keputusan Dirjen Binbaga Islam tanggal 20 Februari 1998. Dan pada
tahun 2008 MAN 4 Jakarta menjadi Madrasah Standar Nasional (MSN), sesuai
dengan perkembangan dunia pendidikan serta Undang-Undang tentang Sistem
Pendidikan Nasional, maka pada tahun 2010 MAN 4 Jakarta ditetapkan sebagai
Rintisan Madrasah Bertaraf Internasional (RMBI) sesuai Surat Keputusan Kepala
Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta.
Hal ini juga dibenarkan oleh para guru di MAN 4 Jakarta. Mereka menyadari
sepenuhnya akan keadaan MAN 4, sehingga menyebabkan para guru dan tenaga
kependidikan memiliki tuntutan kerja yang lebih tinggi dari seharusnya. Tugas
tambahan yang lumayan banyak bisa menyebabkan meningkat pula biaya operasional
yang memerlukan dukungan oleh para orang tua, agar ketercapaian mutu pendidikan
yang melampaui standar nasional bisa terwujud dengan seimbang.
Kondisi layanan pendidikan yang sudah memadai ini, memperkecil atau
meringankan fungsi komite dalam mengawasi layanan pendidikan di MAN 4 Jakarta.
Karena, dari hasil wawancara kepada beberapa siswa dan orang tua mengatakan
bahwa mereka sudah puas dengan layanan pendidikan yang telah diperoleh. Selama
ini pihak komite sebatas menerima berbagai masukan dari para orang tua dan
memberikan tindak lanjut dalam hal pembiayaan. Hal ini terbukti dengan
diberikannya keringanan bagi yang membutuhkan atau yang berasal dari keluarga
tidak mampu. Bahkan surat pernyataan tidak mampu tanpa mengetahui RT/RW bisa
diberlakukan.
Di samping itu, wali kelas sebagai perwakilan siswa biasanya membantu
menyampaikan keluhan atau masukan kepada komite berkenaan sarana di kelas,
misalnya pendingin ruangan yang rusak sehingga perlu diperbaiki atau diganti, dengan
memperhatikan kondisi keuangan di komite, permohonan tersebut terkadang
dipenuhi. Penyampaian keluhan dan saran dari orang tua biasanya juga disampaikan
melalui wali kelas masing-masing melalui media sosial, karena setiap kelas memiliki
grup media sosial yang menjadi sarana komunikasi, wali kelas merupakan jembatan
antara orang tua dengan pihak madrasah atau pihak komite.
Ditinjau dari aturan yang berlaku, fungsi komite dalam pengawasan adalah
menindaklanjuti kritik dan saran atau aspirasi dari peserta didik, orang tua/wali, dan
masyarakat. Jadi, seharusnya komite hanya melayani keluhan yang bersumber dari
ketiga unsur tersebut. Namun, peran wali kelas di sini hanyalah sebagai penyambung
pesan dari peserta didik ataupun dari orang tua. Mengingat kondisi para orang tua yang
jarang hadir di madrasah atau peserta didik yang belum berani menyampaikan
keluhannya secara langsung ke komite sehingga mereka memerlukan bantuan wali
kelasnya sebagai perantara. Keengganan peserta didik dan orang tua menyampaikan
keluhannya langsung kepada pihak komite dapat disebabkan kurangnya sosialisasi
tentang fungsi komite dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan. Hal ini senada
dengan penelitian Novianty (2017: 61), almost the entire board of the school
committee that followed the focus group is not aware of any function of the school
94
committee to control in the educational unit.
Walaupun kondisi layanan pendidikan di MAN 4 Jakarta telah memadai, tapi
dari hasil wawancara menyebutkan beberapa hal yang menjadi keluhan yang belum
disampaikan siswa kepada pihak madrasah atau komite. Keluhan tersebut antara lain
ialah peminatan jurusan bahasa yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, menu
sarapan dan makan siang yang tidak cocok dengan selera para siswa, program asrama
yang terlalu padat sehingga kurang waktu untuk belajar sendiri sedangkan tugas
sekolah juga sudah banyak, Biaya asrama Rp 2.500.000 per bulan untuk kelas XII
dianggap kurang relevan dengan adanya pengurangan program yaitu olahraga di Hari
Sabtu dan jalan-jalan ke luar madrasah.
Ada juga petugas asrama juga sering mengeluh tentang honor yang belum
dibayarkan, padahal siswa merasa sudah melunasi iurannya. Serta sebagian siswa juga
mengeluhkan kondisi kantin sekolah yang kurang lengkap. Ada juga pihak guru yang
menyatakan bahwa kadang-kadang untuk pelaksanaan kegiatan di luar jam mengajar
yang seharusnya ada insentif tambahan namun mengalami keterlambatan pencairan,
hal itu dikarenakan sumbangan komite dari orang tua yang belum terealisasikan.
Menurut narasumber, diantara keluhan-keluhan tersebut ada sebagian yang sudah
disampaikan kepada pihak madrasah, namun belum dilakukan tindak lanjut
sebagaimana mestinya.
Jadi, fungsi pengawasan yang dilakukan komite dalam mengawasi pelayanan
pendidikan dan menindaklanjuti kritik dan saran atau aspirasi dari peserta didik, orang
tua/wali, dan masyarakat dilakukan sebatas memberikan keringanan sumbangan
komite kepada orang tua yang kurang mampu serta menyampaikan saran atau
masukan dari orang tua dan siswa kepada pihak madrasah.
Sebagai tambahan, pihak komite MAN 4 Jakarta selalu mengikuti pertemuan
komite-komite se-DKI, hal itu sebagai bentuk koordinasi dalam mengembangkan fungsi komite di sekolah masing-masing. Hal ini sesuai dengan Permendikbud Nomor
75 Tahun 2016 dalam pasal 9 ayat (1) Komite sekolah melaksanakan fungsi dan tugas
melalui koordinasi dan konsultasi dengan dewan pendidikan provinsi/dewan
pendidikan kabupaten/kota, dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/kota, dan pemangku kepentingan lainnya. Artinya komite MAN 4 Jakarta menyadari salah satu
fungsinya adalah melakukan pengawasan terhadap layanan pendidikan, sehingga
diperlukannya koordinasi dengan rekan sejawat maupun dewan pendidikan daerah setempat, agar apa yang telah dan akan dilakukan tidak menyalahi aturan yang
berlaku.
Di samping itu, pada Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 dalam pasal 9 ayat
(2) Komite sekolah dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya berkoordinasi dengan
sekolah yang bersangkutan. Sebagaimana telah dijelaskan pada pemaparan di atas
bahwa mulai dari penyusunan anggaran, penggalangan dana, pelaporan dan
penyampaian keluhan atau saran dari orang tua siswa, pihak komite dan madrasah
sudah melakukan koordinasi, namun belum optimal karena masih ada temuan-
temuan yang menunjukkan kurangnya pertemuan antara pihak madrasah dan pihak
pengurus komite.
95
4. Kendala-kendala yang dihadapi komite dan solusinya
Kendala yang paling mendasar bagi pihak komite dan MAN 4 Jakarta ialah
besarnya jumlah tunggakan para orang tua yang sudah membuat komitmen untuk
memberikan sumbangan, namun masih belum melakukan pembayaran hingga akhir
tahun pelajaran sebanyak Rp 960.676.559,00. Namun, pihak komite tidak bisa
melakukan penagihan karena itu sifatnya sumbangan. Solusi yang telah dilakukan
adalah pihak komite berusaha mengingatkan orang tua melalui surat atau media
telefon agar mereka segera melakukan pembayan yang telah mereka sepakati
sebelumnya.
Pernah beberapa kegiatan atau program sudah dilaksanakan tapi belum ada
pemasukan atau masih belum mencukupi dari sumbangan komite. Misalnya kegiatan
pelatihan dan ujian TOEFL dan TOAFL. Hal ini dikarenakan para orang tua siswa
menganggap dana komite itu adalah sumbangan, sehingga kebanyakan mereka kurang
bersungguh-sungguh dalam membantu pendanaan di komite, walaupun mereka sudah
menandatangani surat pernyataan kesanggupan membayar sumbangan komite sekian
persen, namun pihak komite tidak bisa memaksakannya, karena itu akan menyalahi
aturan yang melarang melakukan pungutan kepada peserta didik atau orang
tua/walinya (Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 pasal 12 bagian b).
Terdapat sebuah contoh kasus, yaitu keluhan dari orang tua yang anaknya
berhasil memenangkan perlombaan salah satu cabang olah raga, di mana orang tua
tersebut meminta segala biaya yang sudah dikeluarkan untuk pembinaan agar diganti
oleh pihak madrasah. Karena menurut orang tua tersebut, anaknya telah ikut
menyumbangkan nama baik untuk MAN 4 Jakarta dan sepantasnya mendapatkan
penghargaan. Namun, pihak komite kemudian memaparkan kondisi keuangan yang
memiliki banyak tunggakan, sehingga tidak bisa berbuat banyak.
Keluhan-keluhan lainnya juga pernah disampaikan dalam rapat pengurus
komite dengan para orang tua tentang keberatan sebagian orang tua dalam menghadapi
besarnya sumbangan-sumbangan, termasuk keluhan berkenaan kegiatan di luar ketiga
program yang telah disepakati –program study tour--. Sebagian orang tua
mengeluhkan tentang jarak waktu antara sosialisasi kegiatan dengan pelaksanaan yang
relatif dekat sehingga orang tua kurang memiliki persiapan dalam pendanaan.
Selain dari orang tua, ada juga keluhan dari pihak madrasah yang apabila
sekolah membutuhkan dana untuk suatu program atau kegiatan, terkadang tidak
langsung direalisasikan. Bahkan dari sekian persen pengajuan kepada komite, hanya
sekitar 40% yang dipenuhi. Hal ini senada dengan pengakuan pengurus komite yang
memang pernah menolak permohonan dana dari madrasah untuk suatu kegiatan
karena setelah dipelajari, kegiatan tersebut tidak tercantum dalam perencanaan
anggaran komite yang telah disetujui bersama, di samping itu, hal ini disebabkan oleh
kondisi keuangan komite yang masih defisit, menurut pengurus komite jika ada
kelebihan dana maka tidak masalah komite merealisasikan permohonan tersebut.
Selanjutnya, kesibukan pengurus komite menyebabkan jarangnya diadakan
rapat komite. Bahkan dalam setahun hanya satu kali rapat dengan para orang tua di
awal tahun ajaran. Seharusnya, rapat evaluasi komite satu kali dalam satu semester, hal tersebut sesuai dengan ketentuan AD/ART komitenya, namun menurut pengakuan
pengurus komite dan pihak madrasah, komunikasi sering dilakukan melalui grup
96
media sosial. Hal ini dipandang lebih efektif dan efisien karena memanfaatkan jalur
komunikasi yang lebih umum untuk saat ini. Peneliti juga menemukan keluhan dari peserta didik berkaitan dengan
peminatan jurusan bahasa yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kemudian, dari
peserta didik kelas XII yang mengikuti program asrama mengeluhkan bahwa program asrama yang terlalu padat, sehingga mereka kurang waktu untuk belajar sendiri,
sedangkan tugas sekolah juga menuntut untuk diselesaikan. Di sisi lain, biaya asrama
Rp 2.500.000 per bulan yang tidak berubah meskipun program mereka telah berkurang
dari kelas sebelumnya yaitu olahraga di hari Sabtu dan outing class ke luar madrasah yang biasanya rutin mereka lakukan di kelas X dan kelas XI. Berkenaan hal ini,
peneliti telah menanyakan kepada peserta didik apakah pernah menyampaikan
keluhannya kepada pihak komite, ternyata mereka tidak berani untuk menyampaikan keluhan-keluhan tersebut. Hal ini membuktikan peserta didik belum memahami
tentang haknya untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang seharusnya didukung
dan didampingi oleh pihak komite jika mengalami suatu kendala. Artinya, fungsi
komite dalam mengawasi layanan pendidikan belum optimal.
97
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa:
1) Komite telah dilibatkan dalam rapat kerja madrasah maupun penyusunan RKAM. Komite berfungsi mengakomodir program madrasah yang tidak dibiayai oleh APBN
dan APBD, seperti program wajib, program inti dan pembangunan masjid. Pengurus
komite mengadakan pertemuan dengan seluruh orang tua siswa untuk mensosialisasikan program-program tersebut untuk dikritisi. Hasil pertemuan akan
menghasilkan kesepakatan nominal sumbangan yang akan diberikan oleh orang tua
sesuai dengan kesanggupan masing-masing. Namun, secara keseluruhan fungsi
komite dalam perencanaan pembiayaan di MAN 4 Jakarta masih belum optimal. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kegiatan yang tidak diputuskan dalam rapat
antara komite dan orang tua misalnya study tour.
2) Fungsi komite dalam pelaksanaan pembiayaan di MAN 4 Jakarta dapat dilihat dari beberapa sisi, pertama, dilihat dari prosedur penggalangan dana, Komite MAN 4
Jakarta tidak menyalahi aturan dalam menggalang dana karena sumbangan komite
tidak ditentukan waktunya, dan jumlahnya menyesuaikan kemampuan masing-masing; Kedua, dilihat dari kemampuan komite dalam menggalang dan mengelola
dana belum optimal, karena terdapat tunggakan yang mencapai Rp 960.676.559,00
serta hutang sebesar Rp323.512.373,00; Ketiga, Komite MAN 4 Jakarta sudah
menyampaikan laporan keuangannya kepada pihak madrasah dan orang tua/wali siswa secara berkala.
3) Fungsi pengawasan yang dilakukan komite dalam mengawasi pelayanan pendidikan
dan menindaklanjuti kritik dan saran atau aspirasi dari peserta didik, orang tua/wali, dan masyarakat belum optimal. Karena, pengawasan dan tindak lanjut yang
dilakukan sebatas memberikan keringanan sumbangan komite kepada orang tua yang
kurang mampu serta menyediakan sebagian sarana yang diperlukan.
4) Kendala utama yang dihadapi komite dan madrasah dalam manajemen pembiayaan ialah pengelolaan dana komite yang bersifat sumbangan dan ketat aturan sehingga
sulit untuk memastikan jumlah sumbangan yang akan terhimpun. Hal ini dibuktikan
dengan adanya tunggakan sumbangan orang tua sebesar Rp 960.676.559,00 hingga akhir tahun pelajaran, padahal mereka sudah menyetujui untuk memberikan
dukungan dan pihak komite telah berusaha mengingatkannya.
Jadi, secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa fungsi komite dalam manajemen pembiayaan di MAN 4 Jakarta belum optimal. Komite belum sepenuhnya terlibat dalam
perencanaan pembiayaan; Penggalangan dana yang menimbulkan besarnya angka
tunggakan dan munculnya hutang di keuangan komite. Namun, dalam hal pelaporan
keuangan sudah cukup baik; Kegiatan pengawasan yang dilakukan komite hanyalah sebatas tindak lanjut dalam keringanan biaya; dan kendala utama yang dihadapi komite
ialah dana komite yang bersifat sumbangan dan ketat aturan sehingga sulit untuk
memastikan jumlah dana yang akan terhimpun.
98
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan agar:
1) Komite MAN 4 Jakarta agar meningkatkan keterlibatannya dalam proses penyusunan rencana dalam semua program madrasah terutama program yang memerlukan
dukungan orang tua.
2) Komite MAN 4 Jakarta agar melakukan sosialisasi tentang fungsi komite secara utuh
kepada orang tua dan peserta didik, agar mereka memahami dan menyadari posisi komite sebagai wadah peningkatan mutu layanan pendidikan yang tidak hanya
sebagai penggalang dana tapi juga sebagai sarana yang melakukan tindak lanjut
terhadap keluhan, kritik, dan saran dari peserta didik, orang tua, dan masyarakat. 3) Komite MAN 4 Jakarta hendaknya lebih aktif dalam mengingatkan orang tua yang
sudah berkomitmen memberikan sumbangan, agar terbangun rasa kebersamaan dari
semua orang tua. Maksudnya, jika sebagian orang tua mengabaikan dukungan dana bagi pendidikan anaknya, maka hal ini akan mempengaruhi kesungguhan sebagian
orang tua/wali lainnya yang sudah berusaha untuk memberikan bantuan agar kegiatan
berjalan dengan optimal.
4) Komite dan pihak madrasah bekerja sama dalam memperbaiki sistem identifikasi dan klasifikasi status sosial ekonomi orang tua siswa berdasarkan pendapatan orang
tua/wali siswa yang selama ini hanya berdasarkan keinginan mereka dalam
menandatangani surat pernyataan kesediaan memberikan sumbangan. Hendaknya dilakukan juga wawancara intensif untuk menyesuaikan terhadap kelompok
persentase sumbangan. Hal ini dimaksudkan agar menghindari ketidakmampuan
orang tua dalam merealisasikan komitmen sumbangan yang telah disepakati. Karena boleh jadi mereka menandatangani surat tersebut hanya sebatas menyelesaikan
urusan yang dianggap sebagai kendala administrasi.
5) Untuk menjaga akuntabilitas laporan keuangan komite MAN 4 Jakarta dan
meningkatkan kepercayaan masyarakat khususnya para orang tua/wali siswa, sebaiknya diadakan audit eksternal dari lembaga independen atau dari pihak di luar
kepengurusan komite dan pihak madrasah.
6) Jika pihak MAN 4 Jakarta tidak begitu terganggu program-programnya atas tunggakan sumbangan orang tua yang mencapai Rp 960.676.559,00 bahkan untuk
realisasi dana dari APBD dan APBN tahun 2017 justru lebih kecil dari pagu sehingga
terdapat pengembalian dana kepada pemerintah sejumlah Rp 807.613.336,00, maka
lebih baik mengkaji ulang besaran sumbangan yang dibebankan kepada orang tua. Sebaiknya jumlahnya bisa diturunkan, namun dapat dibagi secara lebih adil dan
proporsional.
99
DAFTAR PUSTAKA Abubakar dan Taufani C. Kurniatun. 2009. dalam Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI.
Manajemen Pendidikan. (Hal.255-276). Jakarta: Alfabeta.
Atkinson, Anthony A., Robert S. Kaplan, Ella Mae Matsumura, dan S. Mark Young. 2012. Management Accounting, Information for Decision Making and Strategy Execution.
United States of America: Pearson.
Creswell, John W. 2016. Research Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan
Campuran. Jakarta: Pustaka Pelajar. Duke, Daniel, L. 2010. Differentiating School Leadership, Facing The Challenges of
Practice. California: Sage.
Faisal, Sanapiah. 2007. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Fattah, Nanang. 2009. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Fuad, Nurhattati. 2014. Manajemen Pendidikan Berbasis Masyarakat, Konsep dan Strategi
Implementasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Garvin, David, A. 2002. General Management, Processes and Action. New York: McGraw-
Hill
Harding, Jamie. 2013. Qualitative Data Analysis from Start to Finish. London: Sage
Publications.
Hasbullah. 2010. Otonomi Pendidikan, Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya
terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Hoy, Weyne, K dan Cegil, G, Miskel. 2013. Educational Administration. New York:
McGraw-Hill.
Hudson, David. 2009. Good Teacher, Good School, How You Can Create a Successful. New
York: Routledge.
Irianto, Agus. 2013. Pendidikan sebagai Investasi dalam Pembangunan Suatu Bangsa.
Jakarta: Kencana.
Jones, Gareth, R dan Jennifer M. George. 2008. Contemporary Management. New York:
McGraw-Hill. Kinicki, Angelo dan Brians, K, William. 2009. Management, a Practical Introduction. New
York: McGraw Hill.
Minarti, Sri. 2011. Manajemen Sekolah, Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Moleong, Lexy, J. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2013. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
______. 2017. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
______. 2017. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyono, 2016. Konsep Pembiayaan Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Musfah, Jejen. 2015. Manajemen Pendidikan, Teori, Kebijakan, dan Praktik. Jakarta: Prenada Group.
_____. 2016. Analisis Kebijakan Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.
_____. 2018. Manajemen Pendidikan, Aplikasi, Strategi, dan Inovasi. Jakarta: Prenada
Group.
100
Priyati, Novi. 2016. Pengantar Akutansi. Jakarta: Indeks.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus besar bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Ramayulis dan Mulyadi. 2017. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Robbins, Stephen, P dan DeCenzo, David, P. 2008. Fundamentals of Management, Essential
Concepts and Applications. New Jersey: Pearson Education. Rohiat. 2012. Manajemen Sekolah, Teori Dasar dan Praktik. Bandung: Refika Aditama.
Sagala, Syaiful. 2013. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.
Sani, Ridwan, Abdullah. Isda, Pramuniati, dan Anies, Mucktiany. 2015. Penjaminan Mutu
Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharjo. 2012. Komite Sekolah Partisipasi dalam Pendidikan. Jakarta: -.
Suharsaputra, Uhar. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung. Refika Aditama. Sukarna, 2011. Dasar-dasar Manajemen. Bandung: Mandar Maju.
Tampubolon, Manahan. 2015. Perencanaan dan Keuangan Pendidikan. Jakarta: Mitra
Wacana Media. Terry, George R dan Leslie W. Rue. 2016. Dasar-dasar Manajemen, Edisi Bahasa Indonesia.
Jakarta: Bumi Aksara.
Thigpen, David dan Louis Freedberg. 2014. The Power of Parents: Research Underscores
The Impact of Parent Involvement in Schools. California: Edsource. Wiles, Jon. 2009. Developing Successful K-8 Schools, A Principal’s Guide. California:
Sage.
DAFTAR JURNAL
Abreh, Might K., 2017. Involvement of School Management Committees in School-Based
Management: Experiences From Two Distrits of Ghana. Educational Planning. Vol. 24 (3): 61-75.
Eboatu, V. N., Carol Obiageli Ezeugbor, dan Golu Joseph Arinze. 2018. Assessment of
School-Based Management Committees’ (SBMCs) Physical and Financial
Resources Management Functions in Anaocha Local Government Area, Nigeria. European Journal of Education Studies. Vol. 4 (3): 215-226.
Grover, Jatinder. 2018. Primary Education in Punjab: Awareness and Participation of
School Management Committees. Research Review International Journal of Multidisciplinary. Vol. 3 (6): 343-347.
Hayani, Nili. 2015. Peran Komite Sekolah dalam Pembiayaan Pendidikan. Manajemen
Pendidikan. Vol. 9 (2): 315-325.
Ismail, Anwar. 2015. Kinerja Komite Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di SMP Al-Khairaat Kalumpang Kota Ternate. Jurnal Pendidikan. 13(1): 165-177.
Kumar, Sunil. 2016. Roles and Functions of School Management Committees (SMCs) of
Government Middle Schools in District Kullu of Himachal Pradesh. Scholarly Research Jornals. Vol. 3 (17): 3876-3886.
Nemes, Joyce. 2013. School Committees in the Context of Preparing and Implementing
Whole School Development Planning. Journal of Education and Practice. Vol. 4 (73): 73-79.
Normawati, Syarifah. 2014. Permasalahan Mendasar Pendidikan Indonesia. Jurnal Al-
Idarah. Vol. 1 (1): 19-27.
Novianty, Pudji, Djoko dan Basinta. 2016. Organizational Communication in Implementing
101
School Committee Role in South Tangerang City. Journal of Education and Learning.
Vol. 11 (1): 57-66. Nyandoro, Joyce. John Mapfumo dan Richard Makoni. 2013. Effectiveness of School
Development Committees in Financial Management in Chimanimani West Circuit
Primary Schools in Zimbabwe. Savap International Journal. Vol. 4 (1): 255-274. Odden, Allan, R dan Lawrence, O, Picus. 2008. School Finance. New York: McGraw-Hill.
Ogundele, Michael Olarewaju dan Ajia, Ismail, S. 2017. School Budgeting, Accounting, and
Auditing in Nigeria. Continental J. Education Research. Vol. 10(1): 42-40.
Parvaiz, Rao Khalid, M. Imran Yousuf, Qaisara Parveen, Wajiha Kanwal, dan M. Tayyab. 2016. Impact of School Management Committees on School Management at
Elementary Level in District Jhang. Sci.Int (Lahore). Vol. 28 (3): 3115-3118.
Pertiwi, Anita Putri. 2018. Efektivitas Peran Komite Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri
se-Jakarta Utara. Tesis. Program Magister MPI FITK. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Shrivastava, Anil Prakash. 2018. A Study on the Awareness of School Management
Committee on RTE Rules and Their Role. International Journal of Current Research
and Modern Education. Vol. 3(1): 141-150.
DAFTAR PERATURAN
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 2913 Tahun 2015 tentang Petunjuk
Teknis Struktur Organisasi dan Pengelolaan Dana Komite Madrasah. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 451 Tahun 2018 tentang Petunjuk
Teknis BOS pada Madrasah Tahun Anggaran 2018.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 044/U/2002 Tahun 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
Peraturan Menteri Agama RI Nomor 66 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Peraturan
Menteri Agama RI Nomor 90 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 75 Tahun 2016 tentang Komite
Sekolah.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-undang RI nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Usman, Husaini. 2014. Manajemen: teori praktik dan riset pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
DAFTAR WEBSITE
Nadlir, Moh. 2017. Mendikbud Prihatin Banyak Daerah Alokasikan Anggaran Pendidikan
di Bawah 20 Persen. https://nasional.kompas.com. 23 Agustus 2017 (17: 26).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Neraca Pendidikan Nasional.
https://npd.kemdikbud.go.id. Diakses 23 September 2018 (16:10) www. man4jkt.kemenag.go.id
102
Lampiran 1
Hasil Wawancara 1
Hari/ Tanggal : Jumat, 18 Januari 2019 Nama Informan : H. Ismail Nur, Lc, M.Ag
Jabatan : Kepala MAN 4 Jakarta
1. Berapa kali dalam setahun penyusunan Rencana Kerja dan Aggaran Madrasah (RKAM)?
Jawaban:
Setiap tahun sekali 4. Berapa kali rapat pihak madrasah dengan pengurus komite?
Jawaban:
Seharusnya setiap semester sesuai dengan AD/ART Komite, semester ini belum ada,
nanti kita agendakan. 2. Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan RKAM tersebut?
Jawaban: Semua perwakilan setiap bidang kita libatkan, seperti kepala TU, wakil-
wakil dan koordinator, serta komite sekolah. 3. Bagaimanakah keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan RKAM?
Jawaban:
Yang dimaksud ini sejauh mana ia terlibat, bukan bagaimana, komite terlibat penuh karena kita ada raker dan praraker dan komite terlibat di dalamnya dan menyusun
bersama-sama.
4. Dari mana sajakah sumber dana yang menopang kegiatan di madrasah ini?
Jawaban: Dari pemerintah dan masyarakat. Hanya saja dana masyarakat baru sebatas dari
orang tua yang dikoordinir oleh komite, belum termasuh dunia usaha atau industri
sebagaimana yang dinyatakan dalam undang-undang. 5. Bagaimana alokasi dana-dana tersebut ke setiap pos-pos yang telah direncanakan,
apakah sesuai dengan rencana?
Jawab: Sebagian besar sesuai, namun yang namanya rencana tentunya tidak dapat
memprediksi tepat hingga 100%
6. Bagaimana peran komite sekolah dalam menggalang dana dan sumber daya lainnya?
Jawaban: Menurut saya belum maksimal, kalau berdasarkan Undang-Undang tentang peran
masyarakat di dalam pembiayaan pendidikan di situ diatur bahwa salah satu peran
komite itu adalah menghimpun dana masyarakat, yang dimaksud dengan menghimpun dana masyarakat tidak terbatas hanya pada orang tua, tapi juga kepada
dunia usaha, dunia industri. Nah yang saya lihat sekarang komite belum bergerak
sampai ke arah itu, baru sebatas dana yang berasal dari orang tua murid, Jadi belum
optimal. Ataupun dari alumni, hanya setahu saya belum ada bantuan dari pihak alumni. Kemudian balik lagi ke dana komite, karena sifatnya itu sumbangan,
walaupun mereka sudah menandatangani surat pernyataan kita tidak bisa
memaksakan karena itu sumbangan, paling hanya bisa diingatkan. Sumbangan tidak bisa dipaksaakan harus suka rela.
103
7. Bagaimana pendapat Bapak tentang laporan keuangan komite sekolah?
Jawaban:
Kalau laporan keuangan komite mereka laporkan ke orang tua setiap akhir tahun. Tembusannya ke sekolah. Mereka ada rapat dengan orang tua sekaligus rapat
melaporkan keuangan yang ada sekaligus juga membuat perencanaan untuk tahun
ajaran barunya.
8. Menurut Bapak, apakah komite sekolah melakukan pengawasan terhadap layanan pendidikan di MAN 4 Jakarta? Apa contoh kongkritnya?
Jawaban:
Sudah, jadi kalau ada keluhan dari orang tua langsung disampaikan ke kami, melalui
sms atau wa kadang -kadang rapat kalau urgent banget ya rapat. Tapi seingat saya baru sekali rapat untuk menyelesaikan masalah itu tapi kebanyakan hanya sms saja.
9. Bagaimana pendapat Bapak tentang laporan keuangan madrasah selama 3 tahun
terakhir? Jawaban:
Kalau laporan keuangan DIPA, BOP dan BOS kan sudah ada alurnya sendiri,
APBN, APBD. 10. Menurut Bapak, apa kendala yang dihadapi oleh sekolah berkenaaan dengan fungsi
komite sekolah dalam manajemen pembiayaan di MAN 4 Jakarta?
Jawaban:
Tidak ada ya, karena orang komitenya ada di sini setiap hari jadi kalau saya membutuhkan apa-apa di kasi langsung, yang jadi kendala mungkin hanya
mempertemukan semuanya secara utuh pada saat rapat itu jarang, mereka sibuk.
Namun yang terpenting komite di MAN 4 selalu melakukan sosialisasi sebelum menggalang dana, walau tidak melalui rapat tapi lebih sering lewat grup wa setiap
kelas. Kalaupun ada keluhan dari saya, misalnya kita mengajukan kepada komite itu
seratus mungkin yang dipenuhi oleh komite hanya empat puluh, jadi di antara realita
dengan perencanaan itu jauh sekali, 11. Bagaimana solusi yang telah dilakukan dalam menghadapi kendala-kendala
tersebut?
Jawaban: kegiatannya tidak dilakukan, tidak bisa dipaksakan, jadi begitu. Jadi kita melihat
mana kegiatan yang bisa dilaksanakan mana yang tidak ya sudah dihentikan saja.
Misalnya kegiatan yang dihentikan itu camp akbar karena biayanya besar. Tapi ada juga masalah lain yaitu kegiatannya sudah terlaksana tapi uang belum masuk.
Kadang-kadang orang tua baru memberikannya pas tahun kenaikan, jadi itu yang
repot akhirnya kadang-kadang hutang ke koperasi. Nah, kalau tidak salah hutang
komite di koperasi sekitar 300 jutaan.
104
Hasil Wawancara 2
Hari/ Tanggal : Jumat, 08 Maret 2019
Nama Informan : Dr. H. Hilmi Muhammadiyah, M.Si.
Jabatan : Ketua Komite MAN 4 Jakarta
1. Sudah berapa lama Bapak menjabat sebagai Ketua Komite MAN 4 Jakarta?
Jawaban:
Saya menjadi ketua komite sudah dua periode. Periode pertama tahun 2000 sampai dengan 2003. Periode kedua tahun 2016 sampai 2019. Jadi bulan Juni ini berakhir.
2. Bagaimana proses penyusunan Rencana Kerja dan Aggaran Madrasah (RKAM)?
Jawaban: Pertama merencanakan RKMnya, rencana kerja madrasah selama satu tahun,
menyusun mana kegiatan-kegiatan madrasah, mana kegiatan-kegiatan yang harus
dibantu oleh komite. Dari madrasah menyusun rencana lebih dulu kemudian
dirembukkan bareng-bareng dalam satu forum baik itu namanya raker atau apapun namanya tapi harus disampaikan ke komite. Jadi sekolah itukan ada anggaran yang
dibiayai oleh negara ada anggaran yang dibiayai oleh komite.
3. Bagaimana peran komite sekolah dalam menggalang dana dan sumber daya lainnya? Jawaban:
Pertama komite harus bermusyawarah dengan orang tua. Kedua, menginformasikan
seluruh program-program kerja madrasah. Selanjutnya menyampaikan mana program-program yang dibiayai oleh Depag dan mana yang harus dibantu oleh
komite.
4. Bagaimana sumber dana yang telah diperoleh itu dialokasikan? Apakah sesuai
dengan rencana? Jawaban:
Ada juga yang diluar rencana, misalnya tiba-tiba sekolah mau mengadakan TOEFL,
sedangkan program ini belum direncanakan di awal. Maka kita memilih mendukung program kerja madrasah.
5. Bagaimana fungsi komite berkenaan dengan melakukan pengawasan layanan
pendidikan di MAN 4? Jawaban:
Pertama, mengenai kegiatan belajar mengajar (KBM), melihat kurikulumnya,
melihat guru yang mengajar seperti yang barusan tadi saya datang ke masjid melihat
kegiatan zikir pagi, melihat ektrakurikuler. Melihat semua aspek pokoknya. 6. Pernahkah komite sekolah menemukan keluhan, saran, kritik, atau aspirasi dari
peserta didik, orang tua/wali, maupun masyarakat berkenaan layanan pendidikan
atau besaran sumbangan komite? Jawaban:
Ada, misalnya soal katering. Sebenarnya madrasah tidak memiliki kewajiban untuk
menyediakannya, namun di MAN 4 kan ada katering yang didanai oleh orang tua.
Itu yang sering ada keluhan, misalnya tentang menu. 7. Bagaimana pihak komite atau madrasah menindaklanjuti keluhan-keluhan tersebut?
Jawaban:
Kita sampaikan kepada pihak penyedia katering untuk memperbaiki dan menyesuaikan dengan keluhan-keluhan yang ada. Padahal biaya katering yang
dibebankan ke siswa itu hanya sebesar Rp 16.000 tiap hari untuk sarapan dan makan
105
siang. Ada petugas kesehatan juga yang kita sediakan dari ahli gizi, sehingga
yakinlah kalau siswa memilih program katering yang ada di MAN 4 maka mereka akan terjamin dari menu dan gizinya tercukupi. Namun, namanya tiap orang punya
selera yang berbeda jadi ada aja keluhannya.
8. Menurut pandangan Bapak bagaimanakah kinerja madrasah selama Bapak menjadi ketua komite?
Jawaban:
Selama saya di sini, alhamdulillah kinerja madrasah baik.
9. Apa kendala yang dihadapi oleh pihak komite sekolah dalam menjalankan fungsinya, berkaitan dengan manajemen pembiayaan?
Jawaban:
Kendala yang banyak itu adalah dalam penggalangan dana karena MAN 4 inikan bervariasi orang tua siswanya, ada yang pengusaha, ada juga yang di bawah standar.
Di MAN 4 ini ada kuota 20% untuk siswa yang tidak mampu, namun belum pernah
tercapai, paling hanya 10% atau 15%, yang lainnya mampu. Cuma kesulitannya
adalah ketika menyetor dana tidak sesuai dengan rencana. Misalnya dia sudah setuju membayar per bulan ke komite sebesar Rp 500.000, kadang-kadang cuma 2 bulan
dibayar awal dengan akhirnya saja, di tengahnya susah.
17. Bagaimana solusi yang telah dilakukan dalam menghadapi kendala-kendala tersebut?
Jawaban:
Ada, biasanya kami berikan surat yang istilahnya surat cinta supaya ingat, karena kan sebelumnya mereka telah sepakat menyumbang berapa. Dia bisanya sejuta ya
sejuta, bisanya lima ratus ya lima ratus. Tidak bisa ya karena dia tidak mampu.
18. Tunggakan orang tua pada akhir tahun ajaran lalu tahun 2018 mencapai 960 juta
rupiah, kemudian diputuskan agar dialihkan ke sumbangan pembangunan masjid. Bagaimana pendapat bapak akan hal ini? Mengapa tidak untuk menutupi hutang
komite ke koperasi atau memang sebenarnya madrasah tidak begitu memerlukan
dana dari komite? Jawaban:
Jadi ada dua opsinya, diputihkan atau dialihkan. Kalau diputihkan tidak enak sama
yang lain yang sudah bayar. Kalau dialihkan karena program sudah selesai, kalau ke masjid kan tetap dapat pahala dia, dianggap sumbangan ke masjid.
20. Berarti pada saat sekolah menyusun rencana, hal itu sudah diprediksi bahwa akan
banyak orang tua yang tidak membayar, karena seharusnya dengan jumlah
tunggakan hampir satu milyar, maka kegiatan yang sudah direncanakan dengan dana tersebut tentunya tidak akan berjalan maksimal. Tapi inikan tidak?
Jawaban:
Tertatih-tatih, itu bisa revisi programnya begini kalau misalnya itu harus diselesaikan dengan sepuluh orang dikurangin menjadi delapan orang, misalnya
pendamping kegiatan tahsin di masjid, itu biasanya harusnya sepuluh orang jadi
delapan orang, kegiatan ekstrakurikuler yang mestinya tiga puluh dua orang ada
yang dikurangin atau disesuaikan. Boleh jadi ada program yang kemudian kita revisi karena tidak terlalu perlu, atau yang direvisi itu hal-hal yang tidak perlu. semuanya
harus mendukung kegiatan proses belajar mengajar. Di luar itu karena biayanya
besar itu tergantung kesepakatan teman-teman tujuannya ke pare dengan biaya segini tujuannya ke Singapur misalnya, tujuannnya ke Malaysia dengan biaya segini
tujuannya ke Jogja begini harus disepakati oleh orang tua.
106
Hasil Wawancara 3
Hari/ Tanggal : Jumat (25) dan Kamis (31) Januari 2019
Nama Informan : Anis Ilahi Wahdati, M.Si.
Jabatan : Ketua Pengawas Komite
1. Menurut Bapak, Bagaimana mekanisme penentuan sumbangan komite di MAN 4
Jakarta?
Jawaban: Pada prinsipnya di madrasah negeri itu ada tiga sumber yang satu itu bersumber dari
APBN itu biasanya namanya BOS dan kemudian khusus kalau di Jakarta itu ada
dana hibah dari APBD DKI Jakarta. Kemudian yang ketiga itu dari masyarakat, nah dana dari masyaratakat yang dikelola oleh komite. Pada dasarnya menamballah
istilahnya atau bukan menambal sebenarnya menambah dana-dana yang tidak
tercover oleh BOS. Karena di aturan BOS dan BOP ini ketat sekali. Dalam
perencaan, komite dan sekolah akan menyusun semacam rencana kerja anggaran madrasah dalam satu tahun. mana yang dicover oleh BOS mana yang dicover oleh
BOP mana yang dicover oleh komite, supaya tidak terjadi over lack budget nah
kemudian nanti setelah sekolah mengajukan kepada komite bahwa kebutuhannya yang harus dicover oleh komite itu adalah ini-ini nah nanti komite melakukan
semacam analisis kelayakannya, untuk apa penggunaanya apakah kemudian
termasuk juga untuk indeksnya kepada tiap peserta tiap anak-anak indeks pembayaran tiap anak-anak dari proses itu kemudian komite datang lagi untuk
menanyakan lagi apakah wajar hanya segini besarannya, kemudian sekolah
melakukan judsment setelah terjadi deal antara sekolah dan komite baru kita
bermusyawarah kepada para orang tua. Di dalam musyawarah dengan orang tua kita mengajukan semacam usulan budget besaran budget biasanya besaran program
kemudian setelah budget itu dipersentasikan, sehingga terjadi semacam negosiasi
dengan orang tua, karena sekarang tidak boleh iuran namun sifatnya sumbangan komite. Kemudian, ketemu besarannya seratus persen, namun komite selalu
menawarkan yang 80%, 90%, bahkan ada yang dibawah 59% bahkan gratis seratus
persen. Nah kemudian dari musyawarah itu orang tua mengisi semacam instrumen yang ada bahwa sedia menyumbang sekian persen.
2. Menurut pandangan bapak, bagaimana kinerja komite sekolah khususnya di
madrasah negeri selain di MAN 4?
Jawaban: Kalau di Jakarta ini kan ada semacam pertemuan komite yang pernah saya ikuti,
kondisi komite itu sangat bervariasi. Sebenarnya regulasi pelaksanaanya sudah
cukup jelas dari Dirgen Pendis, Kementrian Agama maupun dari Kemendiknas. Tetapi implementasi di lapangan berbeda-beda. Ada yang komite dengan
madrasahnya kompak, ada juga yang tidak, ada yang tidak konsisten, ada yang gini
gitu. Ya macam-macamlah. Jadi, pihak sekolah itu harus hati-hati betul memilih
komite karena kewenangannya besar. 3. Menurut Bapak, apakah kondisi MAN 4 sebagai madrasah terbaik di Jakarta atau
bahkan skala nasional memiliki implikasi terhadap kondisi komitenya?
Jawaban: Komite di sinikan kebanyakan pejabat jadi banyak yang mendukung, kemudian juga
pejabatnya juga saya lihat pak Hilmi, pak Suhardi itu kan orang-orang yang punya
107
pengalaman di dunia pendidikan, dan yang penting, mereka yang diserahkan amanah
menjadi pengurus komite adalah mereka yang sudah selesai dengan urusan dirinya sendiri. Maksudnya sudah mapanlah begitu kira-kira.
4. Sepengetahuan bapak, komite di MAN 4 itu sejak kapan berdiri atau terorganisir
dengan rapi? Jawaban:
Kalau dulu ada komite tapi saya tidak begitu mengikuti perkembangan komite per
periode ya, tanya sama pak Himi saja. yang jelas ketika proses pengalihan ke pak
Hilmi itu instrumennya belum begitu lengkap. Pada masa Pak Hilmi itu dilengkapi, keuangannya di tata sistem prosedurnya, sebelum-sebelumnya sih belum ada
dokumen sama sekali. Tapi secara sistem baru disusun setelah pak Hilmi.
5. Dalam laporan ini ada istilah piutang tertagih, itu maksudnya gimana ya pak? Jawaban:
Begini, karena mekanismenya di sinikan dimulai dengan kesepakatan dalam
musyawarah oleh orang tua yang ditandai dengan ada orang tua memberikan
komitmen, saya akan menyumbang tujuh puluh persen misalnya, sebelum komitmen itu direalisasikan maka sifatnya dalam laporan keuangan adalah piutang. Kemudian,
jika mereka menyerahkan sumbangannya maka akan menjadi piutang tertagih.
7. Di laporan komite kan ada sumber pemasukan itu dari orang tua, koperasi dan bekerja sama dengan pihak lain, kalau boleh tau pihak lain itu siapa aja y pak?
Jawaban:
Pihak lain itu misalnya begini, anak-anak itu ada yang menyelenggarakan misalnya tur gitu ya, nah tur itu biasanya kita dapat diskon dari mereka, dan itu dianggap
sebagai penghasilan tapi tidak tercantum di kas atau laporan. Pihak lainnya itu
macem-macem kadang-kadang dengan koperasi sendri saja kita bermitra kadang-
kadang gitu aja. 8. Kalau bank secara khusus perbankkan?
Jawaban:
Ada tapi kecil ya, kecil ya tapi juga ada CSR dari mereka untuk ini itu.
108
Hasil Wawancara 4
Hari/ Tanggal : Senin, 14 Januari 2019
Nama Informan : Ibu Khairani Jabatan : Kepala Tata Usaha MAN 4 Jakarta
1. Sudah berapa lama Ibu menjabat sebagai Kepala Tata Usaha di MAN 4 Jakarta?
Jawaban: Kalau menjadi Kepala TU sudah dari tahun 2009. Tahun 2009 hingga tahun 2012
itu saya di MAN 17, dari tahun 2012 sampai tahun 2018 di MAN 12. Sejak April
2018 hingga sekarang saya menjabat sebagai Kepala TU di MAN 4. 2. Bagaimana proses penyusunan Rencana Kerja dan Aggaran Madrasah (RKAM)?
Jawaban:
Proses penyusunan RKAM awalnya memang itu dibuat per tahun anggaran. RKAM
itu kan ada domain untuk anggarannya berbagai macam, contoh APBN, APBD, dan swadaya masyarakat atau komite, dibuatlah program-program yang akan kita
rancang untuk satu tahun itu, apa saja yang akan kita laksanakan, misalnya sekarang
tahun 2019 apa saja yang akan kita laksanakan, nanti di tahun inilah RKAM yang akan kita lakukan dengan melihat sisi dari APBD nya berapa? APBN nya berapa?
Lalu, kalau ada program yang tidak bisa di alokasikan dari APBN atau APBD
barulah kita tawarkan kepada masyarakat atau komite. 3. Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan RKAM tersebut?
Jawaban:
Dalam penyusunan RKAM melibatkan beberapa unsur, yaitu kepala madrasah,
kepala TU, unsur pimpinan itu ada wakil-wakil madrasah, bendahara, para kepala lab, lalu komite juga kita undang, untuk kita paparkan RKAM tersebut.
4. Menurut Ibu, siapakah yang paling berpengaruh dan berperan sebagai penentu
kebijakan dalam penyusunan RKAM? Jawaban:
Semua berpengaruh, terutama kepala madrasah karena beliau memahami kebijakan
sehingga pertimbangan dari sisi aturan, baik itu aturan APBN maupun aturan APBD, jangan sampai program-program yang telah kita buat itu terbentur dengan
anggaran. Itulah fungsinya di mana komite mengakomodir program-program
madrasah di MAN 4 ini supaya berjalan dengan baik, serta tidak terbentur dengan
regulasi-regulasi yang ada. Kemudian, komite pasti dilibatkan, karena tidak mungkin kita berjalan bareng-bareng tanpa ada dukungan dari masyarakat atau para
orang tua siswa.
5. Bagaimana alokasi dana-dana tersebut ke setiap pos-pos yang telah direncanakan, apakah sesuai dengan rencana? Berapa porsi komite dan berapa porsi dari pihak
sekolah?
Jawaban:
Pertama, komite memang harus paham dengan anggaran-anggaran yang ada di MAN 4. Oleh karena itu, kita memang ada pemaparan anggaran atau pos-pos
tentang program-program dan juga biaya, pada saat kita terbentur dengan biaya,
maka akan kita lemparkan ke komite. Misalnya, kita sampaikan bahwa ada program-program yang tidak tercover oleh APBN atau APBD, maka kita diskusikan dengan
komite bagaimana dengan program yang tidak tercover tersebut bisa berjalan. Jadi,
109
keterlibatan komite itu sesuai dengan kebutuhan dan mengikuti program-program
yang tekah kita rancang. Selanjutnya, dalam pengelolaan pembiayaan tidak diperbolehkan terjadi double
anggaran, maksudnya tidak dibenarkan ada program yang muncul di sisi APBN atau
APBD tetapi juga muncul di keuangan komite. Dan pengurus komite pun akan mensosialisasikan kepada seluruh orang tua siswa bahwa ini lho program-program
yang memang dibutuhkan oleh MAN 4 Jakarta dan tidak tecover oleh APBN atau
APBD, orang tua nanti yang akan mengkritisi, walaupun nanti intinya kita ingin
program tersebut dapat berjalan dengan baik. Pada dasarnya komite merupakan lembaga yang independen yang tidak boleh kita masuk ke ranah sana, kita cuma
menawarkan ini program-program yang bakal satu tahun ini akan kita buat, kita
tawarkan kepada komite, dan komite akan mensosialisasikan lagi ke para orang tua siswa.
6. Bagaimana prosedur pencairan dana untuk setiap kegiatan atau program?
Jawaban:
Prosedur pencairan dana tergantung sumber dananya. Misalnya untuk APBD, ada suatu kegiatan yang membutuhkan anggran, maka disusunlah kepanitiaan yang akan
membuat URK (Uraian Rencana Kegiatan), dimana URK tersebut sudah ada
nominal dalam bentuk uang. Jadi dalam kegiatan tersebut apa sajakah yang dibutuhkan. Contoh diperlukan uang untuk pembelian ATK atau uang untuk
pengawasnya, nah hal tersebut diinventarisir terlebih dahulu, lalu diajukan ke
Kepala TU, kemudian akan di crosscheck dan dilihat apakah sesuai dengan SBM (Standar Biaya Masukan) yang dikeluarkan oleh Kemenkeu, lalu disortir kembali
kebutuhan-kebutuhannya, setelah dinilai sudah fix untuk dikeluarkan maka akan di
acc terlebih dahulu oleh Kepala Madrasah, barulah diserahkan ke bendahara untuk
dikeluarkan. Sedangan, untuk prosedur pencairan dari APBN, sebenarnya itu sudah rutin jadi sudah ada surat permohonan pencairan (SPP) dalam bentuk aplikasi yang
dikeluarkan oleh Kemenkeu, yang ditandatangani oleh Kepala TU dan Kepala
Madrasah. Dari itu, bendahara membuat SPP kemudian dilampirkan ke Kepala TU, jika disetujui baru membuat SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) yang akan
diajukan ke KPPN, kalau KPPN menyetujui maka langsung cair di rekening masing-
masing guru dan tenaga kependidikan, dikarenakan dari tahun 2017 sampai sekarang, dana dari APBN pencairannya bersifat non cash. Contoh pengeluaran dari
APBN ialah gaji, uang makan, dan jika berupa pembelian ATK maka akan langsung
ditransfer ke rekening toko ATK tersebut. Jadi, untuk anggaran APBN bendahara
tidak lagi memegang uang tunai. 7. Apakah ada perbedaan prosedur untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran tidak
rutin?
Jawaban: Pengeluaran rutin ialah pengeluaran yang selalu dikeluarkan selama 12 bulan,
misalnya gaji, uang makan, tunjangan profesi, tukin, listrik, internet, telfon.
Sedangkan yang tidak rutin seperti kegiatan-kegiatan di sekolah. Untuk prosedurnya
disesuaikan dengan sumber dana yang menopang kegiatan atau program tersebut. 8. Bagaimana peran komite sekolah dalam menggalang dana dan sumber daya lainnya?
Jawaban:
Tentang peranan komite memang hal itu sudah diatur, dalam PMA juga sudah ada, jadi pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama juga mendukung kegiatan yang
dilakukan oleh komite dalam mendukung program-program di MAN 4, karena
110
walaupun kita sudah membuat program-program kegiatan yang bagus tapi tidak
didukung oleh para orang tua maka hal itu juga tidak akan berjalan. 9. Bagaimana pendapat Ibu tentang laporan pengelolaan komite sekolah selama 3
tahun terakhir?
Jawaban: Karena saya baru 9 bulan di MAN 4 Jakarta, maka saya hanya bisa memberikan
gambaran seperti ini, selama ini kita selalu mendapat tembusan laporan komite,
namun hal itu hanya sebatas koordinasi, karena kita memang tidak boleh melakukan
intervensi terhadap komite sebagai lembaga independen, karena sumbangan komite ini jangan sampai memberatkan para orang tua peserta didik, karena masing-masing
siswa itukan berbeda tingkatan status sosial ekonominya, sehingga pada saat kita
tawarkan program-program ke para orang tua maka kita terapkan semacam subsidi silang di kalangan para orang tua, maksudnya sumbangan orang tua yang lebih
mampu menopang orang tua yang kurang mampu.
Kembali lagi, untuk minusnye laporan keuangan komite, maka kita tidak bisa ikut
campur dalam pengelolaan komite, karena kita tidak bisa memaksakan kemampuan orang tua dalam memberikan sumbangan.
10. Menurut sepengetahuan Ibu, apakah komite sekolah melakukan pengawasan
terhadap layanan pendidikan di MAN 4 Jakarta? Apa contoh kongkritnya? Jawaban:
Pengawasan iya, komite itu sebenarnya perwakilan orang tua yang anak-anaknya
bersekolah di sini, pengawasan dalam arti kata adanya masukan-masukan dari mereka yang mana kita harus evaluasi kegiatan-kegiatan yang harus kita pandu.
Misalnya, ada masukan-masukan komite untuk ke MAN 4, masukan itu dalam
bentuk penilaian sekolah oleh para orang tua siswa melalui website. Silakan
tanyakan bagian humas untuk membuka website tersebut. 11. Menurut Ibu, apa kendala yang dihadapi oleh sekolah berkenaaan dengan fungsi
komite sekolah dalam manajemen pembiayaan di MAN 4 Jakarta?
Jawaban: Setahu saya tidak ada kendala antara madrasah dengan komite karena
komunikasinya sudah lancar. Jika ada sesuatu maka kita tinggal koordinasi saja.
12. Setelah mendengar pengalaman Ibu sebagai Kepala TU di 3 MAN di Jakarta, bagaimana menurut Ibu tentang manajemen komite di MAN 4 jika dibandingkan
dengan MAN 17 dan MAN 12?
Jawaban:
Setiap madrasah berbeda-beda dari struktur lingkungan. MAN 17 itu kalau mba boleh tahu itu di ujung atau di kampung Jakarta Barat berbatasan dengan Jakarta
Utara, di situ memang sekolahnya di daerah terpencil dan bisa dikatakan
penduduknya itu nomade atau berpindah-pindah, karena rata-rata pekerjaan orang tuanya itu buruh pabrik. Di tahun 2009 ada keuangan komite yang di terapkan tetapi
tidak berjalan, karena struktur ekonomi mereka yang tidak mampu untuk membayar
dan alasan kedua, lingkungan di sana tidak terlalu memahami akan regulasi-regulasi
yang ada, hal ini disebabkan dengan tingkat pendidikan para orang tua murid yang juga rendah. Intinya komite di MAN 17 untuk saat itu tidak berjalan dengan lancar.
Kemudian, tahun 2012 saya pindah ke MAN 12 yang katanya MAN paling bagus di
Jakarta Barat, di mana para orang tuanya termasuk kalangan agak menengah, lokasi sekolah berada di pinggir jalan. Di situ saya memahami peran komite agak sedikit
berjalan, jika ada program-program yang kita butuhkan maka akan didukung
111
walaupun tidak 100%, tapi belum ada kantor khusus untuk komite, kalau pun ada
sifatnya kondisional saja, karena tidak rutin tiap bulan mereka menyetorkan sumbangan komite, namun hanya pas ada kegiatan yang tidak bisa dicover oleh
madrasah saja. Nah, setelah Maret 2018 ini saya di MAN 4 Jakarta, yang kategori
madrasah terbaik di DKI Jakarta dan saya melihat komite di sini sudah berjalan sesuai dengan regulasi yang berlaku. Inilah memang kondisi komite yang
seharusnya bisa berperan dalam meningkatkan dan memajukan madrasah ini,
khususnya mendukung program-program yang memang kita butuhkan. Jadi fungsi
komitenya sudah dijalankan secara sempurna di MAN 4, dengan adanya ruang khusus untuk komite, adanya pelaporan yang sudah kita anggap baik, komunikasi
juga lancar, apapun di sini juga evaluasi, saran, masukan bisa kita koordinir untuk
melaksanakan berbagai program. Jadi saya anggap posisi MAN 4 ini sudah baik dan benar dalam menjalankan perannya masing-masing.
Wawancara kedua: Kamis, 21 Februari 2019
1. Apakah di MAN 4 ada Guru dinas yang diperbantukan? Jawaban:
Ada 5 orang, PNS Diknas.
2. Apakah selain dana APBN dan APBD, MAN 4 Jakarta juga menerima lainnya, selain dana komite maksudnya?
Jawaban:
Tidak, termasuk pembuatan fasilitas olah raga yang saat ini sedang dikerjakan, itu bersumber dari dana APBN.
3. Apakah realisasi dana APBN dan APBD setiap tahun selalu lebih kecil dari pagu?
Jawaban:
Iya, sisanya kita kembalikan ke negara. Karena saat penyusunan rencana anggaran itu akan disesuaikan agar jangan sampai kekurangan anggaran.
4. Bolehkah saya melihat data RKAM beserta nominal anggarannya bu?
Jawaban: Iya, akan saya kopikan filenya.
112
Pedoman Wawancara 5
Hari/ Tanggal : Kamis, 17 Januari 2019
Nama Informan : Dra. Hj. Kholiyah Thohir, MA
Jabatan : Bendahara Komite MAN 4 Jakarta
1. Sudah berapa lama Ibu menjabat sebagai Bendahara Komite di MAN 4 Jakarta?
Jawaban:
Tahun baru ajaran inilah, agustus iya saya di komit,e sudah lama sebetulnya cuma duduknya di dewan pengawas sebagai wakil.
2. Apakah Ibu mengikuti rapat penyusunan RKAM?
Jawaban: Iya karena kita untuk mematchingkan, kalau enggak ikut ya susah nanti supaya tidak
tumpang tindih, jangan-jangan nanti kita di komite ada di BOP ada.
3. Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan RKAM tersebut?
Jawaban: Yang dilibatkan bendahara, ketua, sekertaris dan dewan pengawas, termasuk suami
itu ada. Bendahara memang tugas sehari-hari di sini, yang lainnya paling kalau ada
rapat, karena kaitannya dengan dana-dana ya pastinya bendahara. 4. Bagaimana peran komite sekolah dalam menggalang dana dan sumber daya lainnya?
Jawaban:
Komite itu sebenarnya tugasnya membantu program sekolah terutama tentang pendanaan yang tidak didanai oleh pemerintah, dalam hal ini BOP dan DIPA.
Walaupun ada program sekolah gratis untuk negeri, namun setiap sekolah punya ciri
khas tersendiri, misalnya di sini di bidang ekskul. Banyaknya jumlah ekskul itu
pastinya membutuhkan biaya, terus ada persiapan OSN, tidak setiap sekolah ngirim, disini justru dipersiapkan betul-betul. Mengirim siswa ke OSN dan persiapannya
pasti membutuhkan pembiayaan. Karena kita sudah melebihi dari standar nasional
sehingga wajar jika menarik sumbangan komite, walaupun kita sekolah negeri. 5. Dari mana sajakah sumber dana yang dihimpun oleh Komite MAN 4 Jakarta?
Jawaban:
Ada dari kerja sama seperti kerja sama dengan koperasi sekolah. Misalnya sekolah tidak boleh jual seragam, sekolah tidak boleh jual buku, sehingga penjualan itu
diserahkan ke koperasi, nanti melalui komite, labanya akan dibagi untuk
kesejahteraan guru-guru dan karyawan khususnya non PNS termasuk dokter untuk
kesehatan sekolah. Selanjutnya, ada juga bagi hasil dari perbankan atas simpanan dana komite.
6. Bagaimana prosedur pencairan dana untuk setiap kegiatan atau program?
Jawaban: Jadi prosesnya itu dari guru/wali kelas mengajukan dulu URK (uraian rencana
kerja). Kemudian ditanda tangani oleh kepala sekolah baru ke komite, dari komite
akan dicek apakah ada dianggarkan dalam komite, jika ada maka langkah
selanjutnya adalah melihat kondisi keuangan, jika mencukupi maka akan langsung dicairkan, namun jika kas masih kosong maka akan menunggu sampai dana
mencukupi. Misalnya kayak sekarang ada yang mengajukan untuk kegiatan ujian
praktek, tapi saya bilang ujian praktek engga ada di komite mungkin di BOP Jadi walaupun itu sudah ditandatangani kepala sekolah, Mungkin kepala sekolah juga
113
tidak ingat satu persatu, kalau saya melihat panduannya dulu, tidak engga langsung
ditolak begitu aja. 7. Program dan kebutuhan apa sajakah yang dibiayai oleh komite?
Jawaban:
contohnya pramuka, Career Day, karena ada di kita maka dikeluarkan sesuai dengan porsinya. Sarpras juga ada, terutama yang sudah melebihi nasional, seperti AC, AC
itukan tidak ada disekolah yang gratis-gratis. Selain itu juga infokus dan kursi
yohanes.
8. Bagaimana pendapat Anda tentang laporan pengelolaan komite sekolah selama 3 tahun terakhir?
Jawaban:
Keuangan Komite memang selalu minus, itu makanya sekarang ini saya diminta sebagai bendahara agar dapat mengusahakan agar lebih baik. Karena, saya juga
sebagai pengelola koperasi, jadi biar bisa bersinergi aja. Sebelum menjadi
bendahara, dulunya saya di dewan pengawas komite.
9. Menurut Anda, apa kendala yang dihadapi oleh Komite dalam mendukung berjalannya proses pendidikan di MAN 4 Jakarta? Khususnya dari aspek
pembiayaan.
Jawaban: Ooh banyak tinggal bagaimana kitanya, kemarin aja pas rapat komite banyak wali
murid yang menyampaikan keluhan.
Ada juga orang tua yang datang ke komite menyampaikan keluhan begini, “anak saya itu menang juara badminton, tiap minggu saya habiskan dana sekian untuk
membeli koq karena tidak ada di komite tidak bisa minta ke komite, sekarang dia
menang lomba, jadi daftar sendiri apa sendiri menang, itukan juga membawa nama
baik sekolah kenapa tidak didanai?”. Kemudian saya tanggapi begini, memang tidak semua program kegiatan itu dididanai oleh sekolah karena banyaknya ekskul-ekskul
yang di MAN 4, jadi tergantung uang yang ada, kan pos-posnya udah ada untuk
kegiatan ekstrakulikuler. Selain itu, kebanyakan orang tua tidak menyerahkan sumbangannya sesuai kesepakatan, jadi saldo komite malah minus. Jika semua rang
tua tersebut membayar maka kami pasti bisa mendanai seluruh kegiatan ekskul di
sekolah. Saya tambahkan, jika menang yang punya nama juga bukan hanya sekolah anak ibu dan orang tuanya juga pasti punya nama. Ada juga keluhan tentang
kerusakan AC di kelas, karena kebanyakan AC yang rusak dana yang masuk untuk
sarana prasarana hanya sedikit, jadi ya mohon kesabarannya.
10. Bagaimana solusi yang telah dilakukan dalam menghadapi kendala-kendala tersebut?
Jawaban:
Itu akhirnya beban kita membayarin tapi udah lunas, allhamdulilah jadi banyak yang
program yang saya batasi biayanya, ada juga yang saya telpon-telponin orang tua,
saya sampaikan bahwa ibu sudah menyepakati perjanjian kan, jadi tolong penuhi
dan segera direalisasikan.
114
Hasil Wawancara 6
Hari/ Tanggal : Senin, 14 Januari 2019
Nama Informan : Ibu Olly
Jabatan : Perwakilan Orang Tua Siswa MAN 4 Jakarta
1. Bagaimana perasaan Ibu bisa menyekolahkan putra/putrinya di MAN 4 Jakarta?
Jawaban:
Alhamdulillah bahagia, karena memang pilihannya anak. Dia SD dan SMP sudah di sekolah Islam, teman-temannya nggak mau lagi sekolah Islam karena udah capek
hafalan katanya. Kalau saya malah nyuruhnya ke SMK, “Ayo Arya, kamu anak laki-
laki, anak saya kan satu, kamu anak Ibu satu-satunya. 2. Pernahkah anak Ibu menyampaikan sesuatu tentang kondisi madrasah ini?
Bagaimana Anda menanggapinya?
Jawaban:
Nggak, dia cuma merasa, temen-temennya ada yang suka bolos ekskul, sholat zhuhur, mereka keluar tapi nggak sholat. Semester ini kan ada kegiatan pramuka di
hari Sabtu, nah teman-temannya pada absen trus pulang.
3. Menurut pengamatan Ibu, bagaimanakah kinerja madrasah selama ini? Jawaban:
Menurut saya baik-baik aja, buku dapat padahal sekolahnya juga nggak bayar cuma
ada sumbangan seikhlasnya. Jadi kalau buku kan di download boleh, dibeli boleh, fotokopi juga boleh. Jadi kan enak, Saya juga guru jadi saya ngerti, saya nggak
merasa dikerjain sekolah gitulah ya. Ini kan lagi pembangunan, tapi nggak ada
dimintai macem-macem.
4. Apakah menurut Ibu layanan pendidikan di madrasah ini telah memadai? Jawaban:
Anak saya sih nggak pernah ngeluh, dengan standar sekolah yang nggak bayar lho
ya, bagus banget, kalau swasta kan emang kita dihajar minta masuk aja 20 juta. Tapi di sini semua kelas uda pakai AC, sekolahnya juga bagus. Pokoknya selain dari
sumbangan komite ini sudah nggak ada lagi sumbangan-sumbangan lainnya. Nah,
orang tu murid itu kan ada grup whatapp, biasa juga ada yang mengabarkan tentang kematian atau penggalangan dana untuk bencana, seperti barusan tsunami di Banten,
iya udah saya nitip ke Arya.
5. Bagaimana ketersediaan kondisi sarana dan prasarana atau fasilitas pendidikan di
madrasah ini? Jawaban:
Untuk ukuran sekolah negeri MAN 4 sudah sangat memadai dalam sarana, hampir
sama dengan fasilitas di sekolah-sekolah swasta yang terkenal. 6. Apa yang Ibu ketahui tentang komite sekolah?
Jawaban:
Saya juga ngajar di sekolah-sekolah swasta mahal seperti Al-Azhar, di sana komite
lebih mantap karena kita kan bayar, kantor komitenya malah lebih hebat. Tapi, untuk komite sekolah negeri, di sini sudah bagus, karena di Tangerang gosipannya lebih
parah, maksudnya mereka kalau uda urusan itu luar biasa, sebelum dibuka
pendaftaran, orang tua biasa uda datang ke sekolah dan ditanya pihak sekolahnya berani bayar berapa? Saya sih nggak mau, masak mau nyekolahin anak kok nyogok,
gimana itu bisa nggak berkah.
115
7. Bagaimana pendapat Ibu tentang sumbangan komite di MAN 4 Jakarta?
Jawaban: Nah, di sini saya senengnya kita nggak di paksa, kita ditawari paling tingginya
sekian, paling rendahnya sekian, nggak sanggup nggak papa, yang penting minta
surat pernyataan, dan nggak perlu ke RT dan RW, tapi sama Pak Ismail selalu bilang, kalau anda berbohong itu urusan anda, itu saya salut. Katanya, kalau Anda nggak
sanggup nggak papa nggak bayar tapi jangan berbohong. Bikin aja surat pernyataan
kalau kita miskin, boleh, ada pilihannya di form pernyataan orang tua. Kalau saya
mah, dari masuk pertama selalu milih yang paling tinggi, orang kita sanggup. Karena, memang disini tidak seperti di negeri yang lain.
8. Pernahkah Ibu menyampaikan keluhan, saran, kritik, atau aspirasi kepada pihak
Komite MAN 4 Jakarta? Jawaban:
Saya sih nggak pernah denger yang langsung untuk komite, palingan di grup
whatsaap, orang tua ngeluhnya, kalau ada acara seringnya diberitahukan ke orang
tua uda mepet. Walau menurut saya itu agak lebay untuk diomongin. Misalnya, kayak Arya nih waktu kelas 1 dia kan ke Bali, bayarnya berapa? Tapi baru satu bulan
sebelum keberangkatan baru di kasih tahu bayarannya 4 juta, itukan orang jadinya
bleg. Itu saya juga pernah share, Bu, ini kan harganya lumayan, mendingan di awal tahun kita sudah dikasih tahu bahwa kita punya acara ke mana, supaya lebih siap.
Nggak ikut nggak papa tapi ada tugas. Trus kemaren kan ke Pare Kampung Inggris,
begitu juga, banyak yang komen di grup, kenapa sih selalu telat.
116
Hasil Wawancara 7
Hari/ Tanggal : 01 Februari 2019
Nama Informan : Ahmad Sholeh
Jabatan : Perwakilan Orang Tua Siswa MAN 4 Jakarta
1. Bagaimana perasaan Bapak bisa menyekolahkan anaknya di MAN 4 Jakarta?
Jawaban:
Iya, ada rasa gak percaya, bangga juga ada. Tidak percanya karena saya ini hidupnya
pas-pasan, sedangkan MAN 4 inikan sekolah bagus, mesti bayarannya mahal. Tapi
anak saya lulus di sini dan dibebaskan biasa apapun. Saya ini wirausaha di rumah
buka kelontongan di daerah Tanah Kusir.
2. Pernahkah anak Bapak menyampaikan sesuatu tentang kondisi madrasah ini?
Bagaimana Anda menanggapinya?
Kalau untuk cerita sih belum pernah, kebetulan saya juga pernah merasakan di sini
juga ya (alumni MAN 4 angkatan 96 ngambil jurusan agama), yang pasti sih min
plus pasti aja ya, namun yang saya lihat dari anak itu lebih banyak plus dari pada
min nya.
3. Menurut pengamatan Bapak, bagaimanakah kinerja madrasah selama ini?
Jawaban:
Sudah bagus.
4. Apakah menurut Bapak layanan pendidikan di madrasah ini telah memadai?
Jawaban:
Sudah memadai
5. Bagaimana ketersediaan kondisi sarana dan prasarana atau fasilitas pendidikan di
madrasah ini?
Jawaban:
Sarananya juga lengkap
6. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang komite sekolah?
Jawaban:
Kebetulan komite ini punya program ke Pare ya, entah study tour atau jalan-jalan.
Tapi menurut info itu belajar bahasa Inggris sekaligus jalan-jalan. Nah itu, saya
mendapat subsidi dari sekian persennya, jadi dari total empat juta sekian saya cukup
membayar satu juta. Untuk program ini menurut saya puas lah.
Kalau untuk sumbangan saya baru membayar sumbangan ke pare ini, kemudian
untuk lain-lainnya, dari pertama masuk sampai saat ini belum kena SPP, mungkin
dibebaskan.
117
Hasil Wawancara 8
Hari/ Tanggal : Jumat, 1 Februari 2019
Nama Informan : Siswa kelas XII Bahasa
Jabatan : Perwakilan Siswa MAN 4 Jakarta
1. Apakah kamu senang bersekolah di sini? Mengapa?
Jawaban:
Senang gak senang sih, dulunya iseng ikut tes ke MAN 4 trus akhirnya keterima, Aku tinggalnya di Gunung Sindur, Bogor. Awalnya pengen masuk di MAN Serpong
aja karena lebih dekat, kebetulan ada saudara di situ. Tapi karena lulus di sini dan
ada jurusan Bahasa, kan masih jarang banget ada jurusan itu makanya aku lanjut di MAN 4, karena uda lama juga sudah ada jurusan bahasa di MAN 4.
Saya senang di jurusan bahasa, tapi pas tahun-tahun sebelum aku pas daftar itu udah
milih bahasa apa yang diminati. Tadinya tuh, di angkatan sebelum aku, ada bahasa
Jerman, bahasa Jepang, sama bahasa Arab. Kirain aku juga bisa milih itu kan, nah pas angkatan aku pas daftar itu cuma bahasa doang, dan ternyata jurusan aku pas
bahasa Jepang. Padahal gak semua minat bahasa Jepang kan, ada yang minat bahasa
Jerman, minat bahasa Arab, dan ada juga minat bahasa Jepang. Terus katanya ntar di semester dua atau di kelas XI ada belajar bahasa Jerman atau bahasa lain gitu. Eh
ternyata gak ada, malah jurusannya menjadi bahasa Jepang, jadi rasanya menjalani
pelajaran ada keterpaksaan, atau kurang puas. 2. Apakah para guru mengajar dengan baik dan menyenangkan?
Jawaban:
Ya, kayak di sekolah-sekolah lain. Aku kan lulusan MTs swasta di Gunung Sindur,
dekat rumah aku. 3. Bagaimana ketersediaan dan kondisi fasilitas belajar di sini?
Jawaban:
MAN 4 fasilitasnya sudah bagus. 4. Menurutmu, sudah pantaskah sumbangan komite yang diberikan oleh orang tuamu
dengan layanan pendidikan yang kalian terima?
Jawaban: Gak tahu sih aku, yang ngurusin biasanya orang tua.
5. Pernahkah kamu menyampaikan keluhan atau pujian tentang madrasah kepada
orang tua? Bagaimana mereka menanggapinya?
Jawabnya: Kayaknya sih banyak, tapi kurang tahu juga, gak ngurusin itu. Orang tuaku sih ya
gitulah ada pro kontranya.
6. Pernahkah kamu menyampaikan keluhan, saran, kritik, atau aspirasi kepada pihak Komite MAN 4 Jakarta? Mungkin berkenaan peminatan bahasa yang kurang variatif
tadi?
Jawaban:
Secara resmi sih gak, cuma gitulah, terpaksa nrima aja. 7. Apakah kamu ikut program katering dari sekolah?
Jawaban:
Tidak, soalnya kalau aku pribadi nih kan gak gampang makan, makanya aku lebih seneng dibawain aja oleh orang tua, lagian orang tua aku lebih tahu makanan yang
sesuai dengan selera aku. Selain itu, sumbangan komitenya jadi lebih ringan.
118
Hasil Wawancara 9
Hari/ Tanggal : Jumat, 1 Februari 2019
Nama Informan : Siswa kelas XII IPA 1
Jabatan : Perwakilan Siswa MAN 4 Jakarta
1. Apakah kamu senang bersekolah di sini? Mengapa?
Jawaban:
Biasa aja sih, biasa ada sukanya ada yang gak sukanya. Sukanya apa ya, di sini tuh banyak fasilitasnya, kalau mau melakukan praktek lab itu tersedia, trus lapangan
juga di sini memadai buat olah raga. Trus fasilitas asramanya juga bagus menurut
saya. Saya berasal dari SMP Swasta, orang tua di Bekasi, jauh makanya asrama. Hal yang tidak disukai ialah program asrama yang terlalu padat, sebenarnya sih
mungkin, jadi gak bisa belajar sendiri. Soalnya lepas maghrib itu kan ada kajian,
trus ada tutor sampai jam setengah sembilan. Jadi kayak gak ad waktu untuk ngerjain
tugas. Sementara udah disuruh tidur sama pimpinan itu jam 10 atau jam 9. 2. Apakah para guru mengajar dengan baik dan menyenangkan?
Jawaban:
Ya, ada yang enak ada yang gak. 3. Kamu ini siswa yang ikut program asrama kan, sudah berapa tahun di asrama?
Jawaban:
Hampir tiga tahun, ditanggung semua makannya 4. Apa yang kamu ketahui tentang komite sekolah?
Jawaban:
Menurut saya agak kurang transparan sih dalam pengeluaran ke anak-anaknya.
Misalnya kayak saya nih, bayar uang asrama itu kan Rp 2.500.000 per bulan disebutnya tuh untuk program ini dan itu, jadi walau ada libur sampai dua minggu
itu tetap bayar segitu, waktu itu saya di kelas XI, walau ada orang tua minta
keringanan pembayaran. Trus kayak kurang transparan aja, kayak misalnya, kan kita sekarang udah gak ada program asrama lagi kan, dulu kalau setiap Sabtu atau
Minggu itu kan ada olah raga ke luar atau hanya di MAN 4 ini. Nah cuma sekarang
udah gak ada, tapi pengeluarannya tuh di kemanain gak jelas, trus kayak kurang transparan gitu. Jadi intinya kurang transparan, saya bingung aja ini bayar buat apa.
Trus dulu juga dicanangkan, kita bayar awal masuk ke sini itu ada bayar berapa juta
itu saya gak ingat. Nah itu katanya buat program ini, ini, ini. Tapi ternyata
programnya kok gak jalan sampai sekarang mau lulus. 5. Menurutmu, sudah pantaskah sumbangan komite yang diberikan oleh orang tuamu
dengan layanan pendidikan yang kalian terima? Misalnya sumbangan asrama dua
juta setengah itu bagaimana? Jawaban:
Kalau menurut saya sih gimana ya, pas-pas aja soalnya makannya di asrama ini kan
gak terlalu kayak pesantren banget gitu. Jadi makanannya jatahnya ada lebihnya,
trus kayak, gak di pas-pas in kayak di pesantren gitu. Cuma kalau untuk sekarang kelas XII kalau menurut saya sih mending dikurangin aja soalnya kan kita udah gak
ada program olah raga atau jalan-jalan ke luar gitu. Tapi waktu kita di kelas X dan
kelas XI saya rasa sih pas-pas aja. 6. Pernahkah kamu menyampaikan keluhan, saran, kritik, atau aspirasi kepada pihak
Komite MAN 4 Jakarta?
119
Jawaban:
Pernah, tapi dijawabnya kurang memuaskan gitu, tapi itu orang tua sih. 7. Bagaimana komite sekolah menindaklanjuti aspirasi tersebut?
Jawaban:
Kurang memuaskan, ni kayak suka ada keluhan gitu. Nih kita kan ada program tutorial asrama nah itu kan uda masuk bayaran per bulan, nah tapi e guru-guru
tutorialnya itu banyak mengeluh belum dibayar. Trus OB asrama juga ngeluh belum
dibayar padahal tiap bulan kita selalu bayar. Apa alasan mereka gak dibayar tepat
waktu. Biasa disampaikan oleh sesama civitas asrama.
120
Foto-foto Peneliti Saat Melakukan Wawancara
Lampiran 3. Foto Kondisi Fasilitas Layanan Pendidikan
Foto Kondisi Fasilitas Layanan Pendidikan
Lampiran 4.
Daftar Hadir Rapat Kerja Madrasah yang Dihadiri Pengurus Komite Sekolah
Lampiran 5. Contoh Surat Pernyataan Tidak Mampu dari Orang Tua
Top Related