iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Al-Fateha Riska
NIM : 14520129
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Analisi Pendapatan Pajak Hotel
Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Yogyakarta
Tahun 2015-2017” adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri, dan
seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Yogyakarta, 17 Oktober 2018
Yang Membuat Pernyataan
Al-Fateha Riska
13520129
v
MOTTO
Allah not always say yes but always give the best.
(Unknow)
Working hard is important but there is something that matters even more
“Beleving in your self”.
(Harry Potter)
If you don’t take risk, you can’t create a future.
(Monkey D Luffy “One Piece”)
Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan). Kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain.
(QS. Al-Insyirah : 7 )
Keluarga adalah mereka yang menunggu mu pulang dengan tangan terbuka dan
tersenyum hangat, bukan cuma mereka yang kebetulan bertalian darah dengan
mu.
(Unknow)
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
SKRIPSI INI PENULIS PERSEMBAHKAN UNTUK:
ORANG TUA TERCINTA
“ AYAHANDA SELAMADDIN DAN IBUNDA SITI RAMADHAN”
SEMOGA KARYA INI DAPAT MEMBUSUNGKAN DADA KALIAN YANG
TELAH LAMA MEMBUNGKUK KARENA BERJUANG UNTUK
KESUKSESAN ANAK MU INI.
DAN UNTUK KEDUA ADIK KU
FATIHA RISMA DAN ALI MAHMUDA “RASEK”
TERIMAKASIH UNTUK DOA DAN MOTIVASI SERTA BANTUAN YANG
KALIAN BERIKAN DAN TENTUNYA UNTUK HARI-HARI YANG PENUH
DENGAN DRAMA PERTENGKARAN, MARI KITA BERTEGKAR LAGI DI
MASA DEPAN DAN TETAP BERBAIKAN SEPERTI SEKARANG SERUMIT
DAN SEPELIK APAPUN SITUSINYA.
vii
KATA PENGANTAR
Alamdulillah hi robbil alamin, Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah
Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa atas Rahmat dan Karunianya penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisi Pendapatan Pajak Hotel
Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Yogyakarta. Penulisan
skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
pada program studi Ilmu Pemerintahan di Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan
dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebasar-besarnya kepada:
1. Bapak Habib Muhsin, S.sos, M.si selaku ketua Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta
2. Bapak Gregorius Sahdan, S.IP, M,A selaku ketua prodi ilmu pemerintahan
STPMD “APMD” Yogyakarta
3. Ibu Dra. Safitri Endah Winarti, M.si selaku dosen pembimbing yang selama
ini membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosn program studi ilmu pemerintahan STPMD “APMD”
Yogyakarta
5. Terimakasih yang tak terhingga untuk kedua orang tua ibunda dan ayahanda
tercinta. Terimaksih untuk segala pengerbanan panjang kalian baik doa,
motivasi, materi, nasehat dan kerja keras kalian untuk kesuksesan saya. Semua
viii
itu tidak dapat saya balaskan semoga Allah selalu melindungi dan
memberikan kalian kesehatan serta kebahagian.
6. Untuk kedua adik ku Fatiha Risma dan Ali Mahmuda “Rasek” terimaksih
untuk motivasi, doa dan bantuan kalian mari tetap berjuang untuk masa depan
kita dan masa tua kedua orang tua kita.
7. Terimaksih untuk Zain Zavadd Malik (Zayn Malik), Jelena Naura Hadid (Gigi
Hadi) dan Taylor Alison Swift (Taylor Swift) terimakasih untuk dukungan
kalian berikan, mari bertemu dan bekerja sama dimasa depan. See you soon
guys !
8. Terimakasih untuk KAZE REBORN. Nurmalasari, Aminah Ratnawati, Meily
Ika Kurniawati, Ade Randa, Gode Fridus Yohanes Doru, Sastra Fadilman
Lahagu, David Darmanto, Ed Thomas Sangu, Irfanov Alil, Vio Olymvia
Beka, terimakasih untuk 4 tahun yang luar biasa,terimakasih telah mengisi
masa kuliah ini dengan hal-hal yang yang keren, terimakasih telah menjadi
teman dan keluarga saya selama 4 tahun di DIY yang bikin nyaman ini. I will
miss you guys,See you on top and let’s meet again in the old.
9. Untuk Megawati S.G. Tarek dan kakak aku yang keren Doro Tea terimakasih
untuk segala motivasi dan cerita indah selama ngekost di Hibrida.
10. Untuk teman-teman dan saudara saya yang berasa di Aceh khusunya yang
berada Gayo Lues, skripsi ini kupersembahkan untuk kalian semua yang telah
memberikan dukungan dan motivasi sehingga saya bias melangkah sejauh ini.
ix
11. Untuk UKM Musik Ganesha STPMD “APMD” Terimakasih untuk semua
kebersamaan yang teman-teman berikan mulai belajar berorganisasi sampai
main bareng, kalian merupakan rumah bagi saya, We Totally Proud !
12. Untuk Ikatan Mahasiswa Gayo Lues (IMAGAYO) yang beradaYogyakarta,
terimakasih untuk semua motivasi dan dorongan yang kalian berikan.
13. Untuk teman-teman KKN kelompok 12 Ben, Ani, Yogy, suster Zita dan Fiery,
Ibu Minar selaku DPL dan Masyarakat Pedukuhan Sarigono Desa Pager
Harjo.
14. Untuk Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, Badan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah Kota Yogyakarta, Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Bagian
P3ADK Kota Yogyakarta.
Penulis, September 2018
Al-Fateha Riska
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
SINOPSIS ...................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH ........................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ....................................................... 9
C. TUJUAN PENELITIAN ........................................................ 9
D. MANFAAT PENELITIAN ................................................... 9
E. KERANGKA KONSEPTUAL ............................................... 10
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ...................................... 10
2. Pajak Daerah .................................................................. 12
3. Pengelompokan Pajak Daerah ........................................ 14
4. Pajak Hotel ..................................................................... 20
F. RUANG LINGKUP .............................................................. 24
G. METODE PENELITIAN ...................................................... 24
1. Jenis Penelitian ............................................................. 24
2. Teknik Pengumpulan Data ............................................ 26
3. Teknik Analisis Data .................................................... 28
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Wilayah Kota Yogyakarta
1. Sejarah Kota Yogyakarta ............................................. 30
2. Batas Wilayah .............................................................. 31
3. Keadaan Alam ............................................................. 32
4. Luas Wilayah .............................................................. 32
5. Penggunaan Lahan ..................................................... 34
xi
6. Tanaman Pangan ......................................................... 34
7. Demografi .................................................................... 35
B. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota
Yogyakarta ........................................................................
1. Kedudukan dan Tugas Pokok ...................................... 43
2. Sumber Daya Manusia ................................................ 43
3. Sarana dan Sarana Pendukung .................................... 43
4. Pelayanan .................................................................. 44
5. Struktur Organisasi ..................................................... 45
6. Laporan Realisasi Pajak Daerah yang dikelola
Oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kota Yogyakarta ......................................................... 46
BAB III ANALISIS DATA
A. Deskripsi Informan ........................................................... 52
B. Pertumbuhan Hotel ........................................................... 53
C. Pendapatan Pajak Hotel Priode Tahun 2015-2017 .............. 65
D. Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pajak Daerah ................. 76
E. Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah
82
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN ................................................................. 86
B. SARAN ............................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
xii
DAFTAR TABEL
Bab I
Tabel 1.1 Pendapatan Daerah Kota Yogyakarta Tahun Anggaran 2015-2017 .. 4
Tabel 1.2 Jumlah Pengunjung Wisata Kota Yogyakarta 2015-2016 ................. 5
Tabel 1.3 Data Hotel di Kota Yogyakarta 2012-2017 ...................................... 7
Bab II
Tabel 2.1 Luas Wilayah, Jumlah RW dan RT Kecamatan dan Kelurahan
Dikota Yogyakarta 2016 ................................................................................. 33
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan jenis kelamin
di Kota Yogyakarta 2016 ................................................................................ 36
Tabel 2.3 Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin
di Kota Yogyakarta 2016 ................................................................................ 37
Tabel 2.4 Jumlah menurut pendidikan dan kelompok umur
di Kota Yogyakarta 2016 ................................................................................ 38
Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian .................................... 39
Tabel 2.6 Sumberdaya Manusia BPKAD ........................................................ 44
Tabel 2.7 Realisasi PAD Kota Yogyakarta tahun 2015-2017 ........................... 46
Bab III
Tabel 3.1 Deskripsi Informan .......................................................................... 52
Tabel 3.2 Jumlah Pengunjung Wisata Menurut Pengunjung Kota
Yogyakarta 2015-2017 .................................................................................... 54
Tabel 3.3 Data Jumlah hotel di Kota Yogyakarta tahun 2012-2013 ................ 59
Tabel 3.4 Jumlah Akomodasi hotel di kota Yogyakarta tahun 2012-2013
xiii
sebelum kebijakan moratorium pembangunan hotel ........................................ 60
Tabel 3.5 Realisasi PAD Kota Yogyakarta Tahun Anggaran 2015-2017 ......... 66
Tabel 3.6 Realisasi Laporan Pendapatan Pajak Hotel Terhadap
Peningkatan Pajak Berbintang dan Tidak Bernintang tahun 2015-2017 ........... 67
Tabel 3.7 Kontribusi Pendapatan Pajak Hotel terhadap Peningkatan
PAD Tahun 2015-2017 ................................................................................... 77
Tabel 3.8 Kontribusi Pendapatan Pajak Hotel Terhadap Peningkatan
Pajak Daerah tahun 2015 ................................................................................ 79
Tabel 3.9 Kontribusi Pendapatan Pajak Hotel Terhadap Peningkatan
Pajak Daerah tahun 2016 ................................................................................ 80
Tabel 3.10 Kontribusi Pendapatan Pajak Hotel Terhadap Peningkatan
Pajak Daerah tahun 2017 ................................................................................ 81
Tabel 3.11 Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Peningkatan PAD 2015-2017 .. 84
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kelurahan Rejowinangun .............................. 46
xv
SINOPSIS
Sebagai Kota yang dikenal dengan pariwisatanya, membuat Kota ini
menjadi salah satu tujuan wisatawan sehingga takheran jika setiap tahunya jumlah
wisatawan yang datang ke Kota Yogyakarta begitu ramai. Dengan banyaknya
wisatawan yang datang mendorong jumlah kebutuhan hotel sebagai sarana
peristirahatan dan penginapan turut meningkat. Meningkatnya jumlah hotel yang
memberikan keuntungan tersendiri bagi pemerintahan kota Yogyakarta denga
meningkatnya jumlah akomodasi hotel maka meningkat pula jumlah pajak hotel
yang diterima oleh pemerintah sehingga diharapkan mampu menigkatkan
pendapatan asli daerah guna untuk mendukung program pemrintah dalam
pembangunan yang terus meningkat setiap tahunnya dan membiayayai belanja
daerah.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi. Obyek yang diteliti adalah Analisis Pendapatan Pajak Hotel
Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2015-
2017. Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan tekinik snowball. Jumlah
informan dalam penelitian ini adalah 7 orang. Yang terdiri dari 3 informan dari
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Yogyakarta, 1 informan dari
Perekonomian Pengembangan Pendapatan Asli Daerah dan kerjasama Kota
Yogyakarta, 2 informan dari Dinas Pariwisata dan 1 informan dari Dinas
perizinan dan Penanaman modal.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisi dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan hotel di kota Yogyakarta terus mengalami kenaikan dari tahun 2015-
2017 jenis hotel yang paling banyak dibangun pada tahun 2015-2017 adalah hotel
berbintang, meskipun pada tahun 2013 dikeluarkannya peraturan walikota Nomor
77 Tahun 2013 tentang pengendalian pembangunan hotel, hotel yang berdiri pada
tahun tersebut izinnya sudah lama diproses sebelum tahun 2013. Pertumbuhan
hotel di Kota Yogyakarta tidak lepas dari predikat Kota Yogyakarta sebagai Kota
Wisata, Kota Budaya dan Kota Pendidikan yang menambah minat wisatawan
nusantara dan mancanegara untuk mengunjungi Kota Yogyakarta. Dari 10 pajak
daerah Pajak hotel merupakan pajak yang paling banyak memberikan kontribusi
terhadap pajak daerah pajak hotel juga memberikan banyak kontribusi terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun 2015-2017. Pada tahun 2015 pajak
hotel memberikan kontribusi pada Pendapatan Asli Daerah 18,30%, pada tahun
2016 sebasar 21,14% dan pada tahun 2017 pajak hotel memberikan kontribusi
sebesar sebanyak 19,84 % terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Yogyakarta.
Meskipun pada tahun 2017 mengalami penurunan angka akan tetapi jumlah pajak
Hotel tetap memberikan kontribusi yang banyak kepada PAD menurunnya jumlah
angka pada tahun 2017 ini disebabkan oleh naiknya jumlah pendapatan Asli
daerah, namun jika dibandingkan jumlah angka pendapatan Pajak Hotel dari
tahun sebelumnya, pendapatan Pajak hotel mengalami peningkatan dari tahun
2015-2017. dengan demikian pajak hotel merupakan pajak yang memberikan
kontribusi yang besar kepada Pendapatan Asli Daerah meskipun dilihat dari
persentasenya mengalami sedikit penurunan pada tahun 2017.
Kata Kunci : Analisis, Kontribusi Pajak Hotel, Pendapatan Asli Daerah (PAD).
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Reformasi merupakan babak baru bagi pemerintahan Indonesia. Hal ini di
tandai dengan terjadinya “eforia” otonomi di seluruh daerah di Indonesia.
Otonomi bagaikan angin segar bagi seluruh daerah di Indonesia karena selama
orde baru daerah dibatasi dalam mengelola rumah tangganya sendiri.
Denganadanya otonomi daerah, daerah dituntut untuk mampu mengembangkan
kemampuan dan kemandirian daerah secara optimal dan sesuai dengan potensi
daerah masing-masing.
Berdasarkan pada UU No. 9 Tahun 2015 Perubahaan kedua atas UU No.
23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, pada perinsipnya dalam
penyelenggaraan Pemerintah Daerah lebih mengutamakan asas desentralisasi.
Pemerintahan daerah mempunyai keleluasaan untuk menyelenggarakan
kewenangan pemerintah di bidang tertentu dan diperlukan serta tumbuh hidup dan
berkembang di daerah.
Dengan penyelenggaraan otonomi daerah yang bertanggung jawab,
perwujudan sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah,
baik wujud tugas maupun kewajiban harus merupakan tanggung jawab daerah
untuk tercapainya tujuan pemberian otonomi. Tujuannya berupa peningkatan
pelayanan dan kesejahtran, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan
yang serasi antara pusat dan daerah (Thomas, 2015:1)
2
Dalam pelaksanaan otonomi daerah, banyak persoalan di daerah yang
memerlukan pembenahan, terutama masalah keuangan daerah. Masalah keuangan
daerah tidak hanya terbatas pada bagaimana daerah mampu mengelola
keuangannya dengan baik, namun juga bagaimana daerah mampu meningkatkan
keuangan daerahnya dengan mengembangkan dan menggali sumber-sumber
keuangan sehinga dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Peningkatan PAD sangat tergantung dari keinginan daerah untuk
mengembangkan dan menggali segala sumber keuangan tersebut. Berbagai upaya
harus dilakukan oleh pemerintah daerah itu sendiri. Peningkatan keuangan daerah
memiliki arti penting dalam penyelenggaraan otonomi daerah yang akan
menentukan corak, bentuk dan kegiatannya. Untuk meningkatkan pembangunan
daerah, PAD memegang kontribusi yang besar agar Pemerintahan Daerah dapat
melaksanakan pembangunan dengan baik. Kontribusi PAD dapat membiayai
pembangunan daerah dan adanya bantuan subsidi dari pusat.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber pendapatan daerah
yang dapat digunakan oleh masing-masing daerah untuk menyelenggarakan
pemerintahaan dan pembangunan daerah sesuai dengan kepentingannya, untuk
mengurangi ketergantungan kepada pemerintah pusat. Pemerintah daerah perlu
berupaya meningkatkan PAD yang salah satunya dengan penggalian potensi
daerah dengan tujuan agar dapat menangung sebagian beban belanja yang
diperlukan untuk penyelenggaraan pemerintahaan dan kegiatan pembangunan
yang setiap tahunnya meningkat sehingga kemandirian otonomi daerah yang luas,
nyata dan bertangung jawab dapat dilaksanakan.
3
Dari sumber-sumber PAD tersebut, sektor yang paling dominan dalam
memberikan kontribusi dalam struktur PAD kota Yogyakarta adalah pendapatan
yang berasal dari hasil pajak daerah. Pajak memberikan kontribusi yang sangat
besar terhadap PAD. Pajak daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang
penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan
daerah (Dorotea 2017 : 155 ).
Perkembangan perekonomian Kota Yogyakarta khususnya dan DIY
secara lebih umum telah membaik, aktifitas perkonomian yang didorong oleh
lokomotif pariwisata dan pendidikan yang mengakibatkan sektor-sektor
perekonomian lainnya seperti jasa, perdagangan,hotel dan restoran terus
meningkat. Peningkatan tersebut tentu dapat memberikan kontribusi bagi
Pendapatan Asli Daerah.
4
Tabel 1.1.
Pendapatan Daerah Kota Yogyakarta TA 2015 dan 2016
No URAIAN ANGGARAN (Rp)
2015 2016
I PENDAPATAN DAERAH 1.463.656.372.183. 1.631.765.404.767
1 Pendapatan Asli Daerah 467.161.504.974. 503.488.602.271
1.1 Pajak Daerah 284.240.000.000. 314.421.000.000
1.2 Retribusi Daerah 39.322.357.910. 38.200.198.078
1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan 12.938.168.113. 14.989.732.029
1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yg
sah 139.660.978.951. 135.877.672.164
2 Dana Perimbangan 675.936.408.000 967.286.298.780
2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 51.228.357.000 55.713.758.000
2.2 Dana Alokasi Umum 622.365.351.000 670.278.830.000
2.3 Dana Alokasi Khusus 2.342.700.00 241.293.710.780
3 Lain-lain Pendapatan Daerah yg
sah 311.558.459.209 160.990.503.716
3.1 Hibah - -
3.2 Dana Darurat - -
3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Prov.
dan Pemda lainnya 111.691.710.209 108.860.439.716
3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi
Khusus 188.613.999.000 40.424.864.000
3.5 Bantuan Keuangan dari Prov. atau
Pemda lainnya 11.252.750.000 11.705.200.000
Sumber :kota Yogyakarta dalam angka 2016
Menurut pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
dan Retribusi Daerah disebutkan bahwa jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri dari
pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan,
pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang
burung walet, pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan dan bea
perolehan hakatas tanah dan bangunan.
Yogyakarta merupakan daerah pariwisata yang banyak dikunjungi
wisatawan setiap tahunnya baik wisatawan dalam negeri maupun wisatawan luar
negeri. Selain dikenal sebagai kota budaya dan kota wisata Yogyakarta juga
dikenal dengan kota pelajar yang menambah daya tariknya untuk dikunjungi
5
wisatawan. Berikut merupakan table pengunjung wisatawan asing dan domestik
tahun 2016:
Tabel. 1.2.
Jumlah pengunjung wisata menurut jenis pengunjung di kota Yogyakarta tahun
2015-2016
No
Bulan
Pengunjung 2015
(orang)
Jumlah
(orang)
Pengunjung 2016
(orang)
Jumlah
(orang) Asing Domestik Asing Domestik
1 Januari 13.443 405.611 419.054 14.417 499.740 514.211
2 Februari 13.199 249.631 262.830 16.201 349.941 366.142
3 Maret 12.779 353.231 366.010 15.030 424.384 439.414
4 April 13.532 352.393 365.925 14.390 382.966 397.356
5 Mei 20.536 621.871 642.497 18.654 710.728 729.382
6 Juni 17.757 593.038 610.795 16.265 196.995 212.251
7 Juli 27.445 809.874 837.319 31.803 571.615 603.421
8 Agustus 37.977 503.713 541.690 40.740 283.318 324.059
9 September 23.723 215.844 239.567 26.375 289.133 315.508
10 Oktober 19.194 338.492 357.686 23.021 369.596 392.617
11 November 13.604 300.910 314.514 14.858 359.213 374.071
12 Desember 17.690 643.744 661.434 18.651 833.839 852.520
Jumlah 230.879 5.388.352 5.619.231 249.81 5.271.471 5.520.952
Sumber: Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta 2017
Jumlah pengunjung wisata pada tahun 2015 sebanyak 5.619.231 pengunjung,
dengan pengunjung domestic sebanyak 5.388.352 pengunjung domestic dan pengunjung
asing sebanyak 230.879 pengunjung asing. Jumlah pengunjung wisata pada tahun
2016 sebanyak 5.520.952 pengunjung, dengan pengunjung domestik terbanyak
yakni sebanyak 5.271.471 pengunjung domestik dan pengunjung asing sejumah
249.481 pengunjung asing. Dengan potensi wisata yang dimiliki oleh DIY tidak
heran jumlah pengunjung wisata yang datang ke Kota Yogyakarta begitu banyak
setiap bulannya.
Jumlah pengunjung wisata domestik pada bulan Mei sampai bulan Juli
mengalami kenaikan selain bulan tersebut bulan Desember juga mengalami
kenaikan jumlah pegunjung wisata dari pengunjung domestik. Sedangkan
6
pengunjung asing meningkat jumlah pengunjung pada bulan juli dan puncak
kenaikannya pada bulan Agustus
Namun meskipun demikian ada penurunan jumlah pengunjung wisata pada
tahun 2016 dari tahun sebelumnya, meskipun penurunannya tidak begitu
signifikan ini perlu menjadi bahan perhatian dan pertimbangan bagi dinas
pariwisata kota Yogyakarta.
Jumlah pengunjung wisata domestik pada bulan Mei naik dari bulan
sebelumnya, April berjumlah 382.966 menjadi 710.728 hal ini disebabkan karena
pada bulan Mei adalah waktu liburan sekolah sehingga kenaikan jumlah
pengunjung domestik begitu signifikan dari bulan-bulan sebelum bulan Mei.
Selain bulan Mei kenaikan jumlah pengunjung domestik juga terjadi pada bulan
Desember yakni 833.839 pengunjung, pengunjung meledak untuk melakukan
liburan akhir tahun bersama keluarga dan sanak family.
Sedangkan jumlah pengunjung asing melunjak pada bulan Juli dan
Agustus yakni sekitar 31.803 dan 40.740 pengunjung asing. Dengan tingginya
jumlah pengunung wisatawan di kota Yogyakarya baik pengunjung asing maupun
pengunjung domestik maka kebutuhan untuk tempat menginap dan istirahat akan
bertambah, maka hotel merupakan tempat peristirahatan bagi pelancong yang
datang untuk berwisata ke Kota Yogyakarta, baik hotel berbintang maupun hotel
tidak berbintang (melati) dengan demikian hotel mendapatkan pemasukan yang
banyak dari para pelancong yang datang dari berbagai daerah dan manca negara
dan daerah mendapatkan masukan uang dari pajak penghasilan hotel untuk
meningkatkan pendapatan asli daerah guna untuk membiayai daerah.
7
Dengan banyaknya jumlah pengunjung yang datang ke Kota Yogyakarta
hal ini berdampak pada pertumbuhan hotel di Kota Yogyakarta, karena hotel
merupakan tempat persinggahan sementara yang dibutuhkan wisatawan jika
berkunjung kesuatu tempat wisata. DIY merupakan kota wisata, kota budaya dan
sekaligus kota pendidikan, potensi ini dilihat dengan baik oleh para investor dan
dimanfaatkan dengan baik oleh Kota Yogyakarta. Para investor menanamkan
modalnya di Kota Yogyakarta dengan cara membangun hotel, dan pemerintah
kota Yogyakarta mendapatkan keuntungan dimana pajak hotel dapat
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), agar dapat menanggung sebagian
beban belanja yang diperlukan untuk penyelenggaraan pemerintahaan dan
kegiatan pembangunan yang setiap tahunnya meningkat.
Predikat kota Yogyakarta sebagai kota wisata menjadi magnet sangat besar
untuk menarik pengunjung dari berbagai nusantara dan mancanegara. Sehingga
pelaksanaan pembangunan pariwisata dilakukan dengan membangun tempat-
tempat penginapan. Hotel merupakan salah satu akomodasi yang dibutuhkan
wisatawan untuk kebutuhan tempat menginap atau tempat tinggal sementara.
Berikut merupakan daftar Hotel di Kota Yogyakarta.
Tabel 1.3.
Data Hotel di Kota Yogyakarta Th.2012-2017
Sumber: Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta 2017
No Tahun Hotel Bintang
Hotel
Non Bintang Jumlah
1 2012 31 344 375
2 2013 38 351 389
3 2014 38 385 423
4 2015 59 354 413
5 2016 41 399 440
6 2017 82 336 418
8
Dari data di atas menunjukan bahwa jumlah hotel di Kota Yogyakarta
terus meningkat setiap tahunnya meskipun pada tahun 2017 mengalami penurunan
dimana pada tahun 2016 jumlah hotel 440 dan pada tahun 2017 menjadi 418
hotel. Jumlah hotel didominasi oleh hotel non bintang, data di atas belum
termasuk dengan jumlah hotel yang masih dalam tahap pembagunan saat ini.
Pada tahun 2015 jumlah hotel berbintang berjumlah 59 sedangkan hotel
berbintang pada tahun 2016 sejumlah 41 yang berarti jumlah hotel berkurang
sebanyak 18 hotel, berkurangnya hotel ini disebabkan oleh jumlah hotel yang
sangat banyak di Kota Yogyakarta sehingga beberapa hotel mengalami
kebangkrutan dan telah ditutup sedangkan Jumlah hotel berbintang dari tahun
2016 ke tahun 2017 naik dari 41 ke 82 kenaikan jumlah hotel berbintang ini
disebabkan oleh izin IMB yang masuk pada tahun 2013 telah selasai dibangun
pada tahun 2017 sehingga jumlahnya hotel berbintang naik dengan jumlah yang
Ssangat signifikan.
Penurunan hotel yang tidak berbintang atau hotel kelas melati disebabkan
oleh beberapa hotel dialih fungsikan menjadi kost-kostan dan sebagiannya lagi
sudah tidak beroprasilagi (Tarek, 2018).
Dengan kenaikan jumlah hotel baik yang berbintang maupun hotel yang
tidak berbintang tentu memberikan dampak yang positif bagi keuangan daerah
Kota Yogyakarta yakni dengan naiknya jumlah pajak dari hotel yang ada.
Semakin banyak hotel yang berdiri maka semakin naik pula jumlah uang yang
masuk kedalam kas daaerah kota Yogyakarta.
Untuk menjaga keberhasilan pembangunan yang telah direncanakan,
tentunya pemerintahan daerah Kota Yogyakarta membuat anggaran sebagai
9
intrumen untuk melancarkan dan tercapainya tujuan pembangunan daerah Kota
Yogyakarta. Untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan kota Yogyakarta
seperti yang sudah direncanakan maka kota Yogyakarta perlu meningkatkan PAD
untuk keberhasilan pembangunan.
Melihat situasi kota Yogyakarta menghadapi permasalahan mengenai
peningkatan pendapatan daerah untuk menanggung sebagian beban belanja yang
diperlukan untuk penyelenggaraan pemerintahaan dan kegiatan pembangunan
yang setiap tahunnya meningkat. Peneliti ingin menganalisis kontribusi pajak
hotel terhadap peningkatan pajak dan peningkatan Pendapan Asli Daerah (PAD),
maka peneliti tertarik membuat sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan
judul “Analisis Pendapatan Pajak Hotel Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kota Yogyakarta Tahun 2015-2017.”
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Hasil Analisis
Pajak Hotel Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)”
C. TUJUAN DAN MANFAAT PNELITIAN
C.1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalis dan mendeskripsikan
pendapatan yang diterima oleh Pemerintahan Daerah Kota Yogyakarta dari
Pajak Hotel dalam meningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Yogyakarta.
10
C.2. Manfaat penelitian
1. Manfaat bagi penulis
Manfaat bagi penulis adalah sebagai sarana untuk memperluas
pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh sehingga dapat menambah
wawasan dalam berfikir dan dapat menganalisis pendapatan pajak hotel
di kota Yogyakarta dalam meningkatkan PAD (Pendapatan Asli
Daerah) kota Yogyakarta.
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai tambahan informasi
dan wawasan masyarakat pada umumnya serta kepada pemerintah
daerah khusunya.
3. Manfaat Akademis
Manfaat akademis dalam penelitian ini adalah memberikan masukan
dan pemikiran yang bermanfaat bagi pengembangan Ilmu
Pemerintahaan.
D. KERANGKA KONSEP
D.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) berdasarkan undang-undang Nomor
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah
pasal 1 angka 18 bahwa “pendapatan asli daerah, yang selanjutnya disebut
PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.
Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan daerah yang
bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan
11
kekayaan daerah yang dipisahkan dan bertujuan untuk memberikan
keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan
otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi (Darlis, 2007:38).
Pendapatan asli daerah sebagai sumber penerimaan daerah sendiri
perlu terus ditingkatkan agar dapat menanggung sebagian beban belanja yang
diperlukan untuk penyelenggaraan pemerintahaan dan kegiatan pembangunan
yang setiap tahun meningkat sehingga kemandirian otonomi daerah yang
luas, nyata, dan bertanggung jawab dapat dilaksanakan. Sebagaimana diatur
dalam pasal 6 Undang-undang Nomer 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara pusat dan daerah, sumber-sumber pandapatan asli daerah
(PAD) terdiri dari:
a. Pajak
b. Retribusi daerah
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
Dalam upaya memperbesar peran pemerintah daerah dalam
pembangunan, pemerintah daerah dituntut untuk lebih mandiri dalam
membiayai kegiatan operasional rumah tangganya. Berdasarkan hal tersebut
dapat dilihat bahwa pendapatan daerah tidak dapat dipisahkan dengan belanja
daerah, karena adanya saling terkait dan merupakan satu alokasi anggaran
yang disusun dan dibuat untuk melancarkan roda pemerintahan daerah
(Rozali Abdullah, 2002 yang dimuat dalam Nurlan Darise, 2007).
Sebagaimana halnya dengan negara, maka daerah dimana masing-
masing pemerintahan daerah mempunyai fungsi dan tanggung jawab untuk
12
meningkatkan kehidupan dan kesejahtraan rakyat dengan jalan melaksanakan
pembangunan disegala bidang sebagaimana yang tercantum dalam Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerahbahwa
“pemerintahan daerah berhak dan berwewenang menjalankan otonomi,
seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan”
Berdasarkan ketentuan dan definisi tersebut di atas, maka PAD dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a) PAD merupakan sumber pendapatan dengan mengelola dan
memanfaatkan potensi daerahnya
b) Dalam mengelola, mengolah dan memanfaatkan potensi daerah, PAD
dapat berupa pemungutan pajak, retribusi, hasil pengelolaan kekayaan
alam yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
D.2. Pajak Daerah
Menurut Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2011 pasal 1
ayat 5 tentang Pajak Daerah, Pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah sebagian sebesar
kemakmuran rakyat
13
Pajak adalah harta kekayaan rakyat (swasta) yang berdasarkan undang-
undang sebagiannya wajib diberikan oleh rakyat kepada negara tanpa
mendapatkan kontraprestasi yang diterima oleh rakyat secara individual dan
langsung dari negara, serta bukan merupakan pinalti yang berfungsi sebagai dana
untuk penyelenggaraan negara, dan sisanya, jika ada, digunakan untuk
pembangunan, serta berfungsi sebagai instrument untuk mengatur kehidupan
sosial masyarakat (Muda Markud dan Lalu Hendry Yujana 2004:1).
Menurut Smeet, sebagaimana dikutip oleh Mustaqiem, pajak adalah
prestasi-prestasi kepada pemerintah yang terhutang melalui norma-norma umum
yang diterapkan, dapat dipaksakan tanpa daya kontra prestasiterhadapnya, dapat
ditunjukan dalam hal yang khusus pribadi dan dimaksudkan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran negara.
Sedangkan pengertian pajak menurut Rochmat Sumitropajak adalah iuran
rakyat pada negara berdasarkan undang-undang (yang dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal balik (kontra prestasi) langsung yang dapat ditunjukan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Darise, 2009:48).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur
sebgai berikut :
a. Iuran dari rakyat kepada Negara. Yang berhak memungut pajak
hanyalah negara, iuran tersebut berupa uang (bukan barang)
b. Berdasarkan undang-undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan
ketentuan serta aturan pelaksanaannya.
14
c. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari negara yang secara
langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat
ditunjukkan adanya kontraprestasi individual dari pemerintah.
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni : pengeluaran
untuk penyelenggaraan negara dan pembangunan (bermanfaat bagi
masyarat).
Dari beberapa definisi pengertian pajak dapat disimpulkan, pajak adalah
iuran dari rakyat kepada negara yang bersifat memaksa atau wajib yang berupa
uang yang diatur berdasarkan Undang-Unang yang digunakan untuk
penyelenggaraan urusan negara dan pembangunan dan kepada wajib pajak tidak
ada jasa balik secara langsung. Pajak merupakan penerimaan yang stategis untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran daerah.
D.3. Pengelompokan Pajak
Dalam literature perpajakan, berbagai jenis pajak itu dikelompokan berdasarka
kriteria. Ada yang membagi pajak menjadi:
1. Pajak pusat dan pajak daerah
Kreterianya adalah jika pemerintahaan pusat yang berwenang
memajakinya, maka pajak tersebut dikelompokan kedalam pajak pusat,
sedangkan jika pemerintah daerah yang berwewenang memajakinya, maka
diadikelompokan atau dinamakan pajak daerah. Pajak pusat sering disebut
pajak negara atau pajak umum.
15
2. Pajak langsung dan pajak tidak langsung
Kreteriannya adalah jika pemajakannya dilakukan secara periodik
dan secara yuridis beban pajaknya harus dipikul oleh subjek yang
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan, tidak boleh dialihkan
kepada pihak lain, maka pajak itu dikelompokan ke dalam kelompok pajak
langsung. Sedangkan jika pemajakannya dilakukan secara insidentil dan
secara yuridis beban pajaknya bisa dialihkan kepada pihak lain, maka
iadikelompokan kedalam pajak tidak langsung. Contoh pajak langsung
adalah pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan, pajak kendaraan
bermotor, dan lain-lain. Contoh pajak tidak langsung adalah pajak
penjualan atas barang mewah, pajak pertambahan nilai barang dan jasa,
Bea Materai, Bea Masuk, Cukai, Pajak Hiburan, Pajak Hotel, Pajak
Restoran dan lain-lain.
4. Pajak subjektif dan objektif
Kreterianya adalah jika dalam pengenaannya (perhitungannya)
yang pertama-tama diperhatikan (dianalisis) adalah subjek panyaknya baru
objeknya, maka pajak itu dikelompokan kedalam pajak subjektif.
Sedangkan jika dalam pengenaanya yang pertama-tama dianalisis adalah
objek pajaknya baru subjeknya, maka dikelompokan ke dalam pajak
objektif. Contoh pajak subjektif adalah pajak penghasilan dan contoh
pajak objektf adalah pajak pajak penambahan nilai barang dan jasa, pajak
penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, pajak hiburan
dan lain-lain.
16
D.4. Fungsi Pajak
Dilihat dari aspek pemungutan pajak mempunyai dua fungsi sebagaimana
ditulis oleh Nurlan Darise yaitu :
1. Fungsi budgeter
Fungsi terletak dari dan lazim dilakukan pada sector public dan pajak
disini merupakan suatu alat yang dapat dipergunakan untuk memasukan
uang kedalam kas negara / daerah sesuai dengan waktunya dalam
rangka membiayai pengeluaran pemerintahan pusat / daerah.
2. Fungsi pengaturan
Fungsi yang dipergunakan oleh pemerintahan pusat / daerah untuk
mencapai tujuan tertentu yang brada diluar sektor keuangan negara /
daerah, konsep ini paling sering dipergunakan pada sektor swasta.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1987 tentang Pajak dan
Retribusi Daerah, yang telah dirubah dengan Undang-Undang Nomer 34 Tahun
2000 dan disempurnakan kembali dengan Undang-Undang 28 Tahun 2009, jenis-
jenis pajak kabupaten/kota adalah sebagai berikut :
1. Pajak Hotel;
2. Pajak Restoran;
3. Pajak Hiburan;
4. Pajak Reklame;
5. Pajak penerangan jalan;
6. Pajak Mineral Bukan Logan dan Batuan;
7. Pajak parker;
8. Pajak air tanah;
17
9. Pajak sarang burung wallet;
10. Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan;
11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Dalam konteks kota Yogyakarta, peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang pajak daerah adalah peraturan daerah Nomor 1 Tahun 2011
tentang Pajak Daerah. Peraturan daerah ini mengatur tentang sumber-sumber
penerimaan daerah. Jenis penerimaan pajak menurut peraturan daerah nomir 1
tahun 2011 tentang pajak daerah adalah sebagai berikut :
a) Pajak hotel
Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.
Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk
jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga
motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan,
rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kost dengan jumlah
kamar lebih dari 10 (sepuluh). Tarif pajak hotel sebesar 10% (sepuluh
persen).
b) Pajak restoran
Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
restoran, restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman
dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria,
kantin, warung, bar, dan sejenisnya. Tarif yang ditetapkan sebesar 10%
(sepuluh persen).
18
c) Pajak hiburan
Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan
adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan dan/atau
keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.
Tarif pajak hiburan ditetapkan sebagai berikut :
1) Tontonan film sebesar 10 % (sepuluh persen);
2) Pegelaran kesenian non tradisional, music, tari dan/atau busana
sebesar 15 % (lima belas persen);
3) Pegelaran kesenian tradisional sebesar 7,5 % (tujuh koma lima
persen);
4) Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya sebesar 30 % (tiga
puluh persen);
5) Pameran sebesar 10% (sepuluh persen);
6) Diskotik, karaoke dan klab malam dan sejenisnya sebesar 40%
(empat puluh persen);
7) Karaoke sebesar 30% (tiga puluh persen);
8) Sirkus, acrobat dan sulap sebesar 20 % (dua pulih persen);
9) Permainan bilyard. Golf, bowling sebesar 20% (dua puluh persen);
10) Pacuan kudan dan kendaraan bermotor sebesar 20% (dua puluh
persen);
11) Permainan ketangkasan sebesar 20% (dua puluh persen);
12) Panti pijat refleksi dan mandi uap/spa sebesar 20 % (dua puluh
persen);
13) Pertandingan olahraga sebesar 5% (lima persen);
19
14) Pusat kebugaran (fitness center) sebesar 10% (sepuluh persen).
d) Pajak Reklame
Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.
Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan
corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan,
menganjurkan, mempromosikan atau untuk menarik perhatian umum
terhadap barang, jasa, orang atau badan yang dapat dilihat, dibaca,
didengar, dirasakan dan/atau dinikmati oleh umum. Penetapan tariff
pajak reklame adalah 25% (dua puluh lima persen).
e) Pajak penerangan jalan
Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga
listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.
Tariff penerangan jalan ditetapkan sebesar 8% (delapan persen).
f) Pajak parkir
Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkiran di
luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha
maupun yang disediakan sebagai suatu usaha termasuk penyediaan
tempat penitipan kendaraan bermotor. ParkIr adalah keadaan tidak
bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara .besarnya tarif
yang di tetapkan sebesar 20% (dua puluh persen).
g) Pajak Air tanah;
Pajak Air dan tanah adalah pajak atas pengambilan dana tau
pemanfaatan air tanah. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan
20
tanah atau batuan dibawah permukan tanah. Tarif yang ditetapkan
sebesar 20% (dua puluh persen).
h) Pajak sarang burung walet
Pajak sarang hurung walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan
dan/atau pengusahaan sarang burung walet. Burung walet adalah satwa
yang termasuk marga collocalia yaitu collocalia fuchliap haga,
collocalia maxina, collocalia esculanta dan collocalia linchi (jenis
burung walet dalam Bahasa latin). Tarif yang ditetapkan sebesar 10%
(sepuluh persen).
Dalam penelitian ini peneliti fokus membahas pajak hotel. Dimana peneliti
membahas dan menganalisis pajak hotel terhadap peningkatan pajak dan
peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) Kota Yogyakarta.
D.5. Pajak Hotel
Pengertian hotel menurut Nurlan Darise adalah bangunan yang khusus
disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat, memperoleh pelayanan,
dan/atau fasilitas lainya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainya yang
menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan
perkantoran ( Darise, 2009:60).
Sedangkan pengertian Hotel menurut Peraturan Walikota Yogyakarta
Nomor 48 Tahun 2014 tentang pelaporan dan pembayaran Pajak Hotel dan Pajak
Restoran Melalui Online System bab 1 pasal 1 angka 13. Hotel adalah fasilitas
penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan
dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma
21
pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya termasuk rumah kos
yang memiliki lebih dari 10 (sepuluh) kamar.
Dari beberapa pengertian hotel yang telah diuraikan diatas dapat
disimpukan, hotel adalah penyedia fasilitas jasa penginapan/peristirahata yang
memperoleh pelayanan, dan fasilitas lainya dengan dipungut bayaran. Sedangkan
pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.
D.5.1. Subjek dan Objek Pajak Hotel
Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran kepada hotel. Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan
hotel dengan pembayaran, termasuk :
1. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek
2. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginap atau
tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan
kenyamanan
3. Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu
hotel, bukan untuk tamu umum
4. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.
Dalam pengertian rumah penginapan termasuk rumah kos dengan jumlah
kamar 10 (sepuluh) atau lebih yang menyediakan fasilitas seperti rumah
penginapan. Fasilitas penginapan/fasilitas tinggal jangka pendek, antara lain
gubuk pariwisata (cottage) motel, wisma pariwisata, pesanggrahan (hostel),
losmen dan rumah penginapan. Pelayan penunjang antara lain telepon faksimil,
teleks, fotokopi, pelayanan cuci, setrika, taksi dan pengankutan lainya yang
22
disediakan atau dikelola hotel. Fasilitas olahraga dan hiburan dan hiburan antara
lain pusat kebugaran (fitness center), kolam renang, tenis, golf, karaoke, pub,
diskotik yang disediakan atau dikelola hotel. Wajib Pajak adalah pengusaha Hotel.
Tidak termasuk objek pajak adalah :
1. Penyewaan rumah atau kamar, apartemen dana tau fasilitas tempat
tinggal lainya yang tidak menyatu dengan hotel
2. Pelayana tinggal di asrama dan pondok pesantren
3. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan di hotel yang
dipergunakan oleh bukan tamu hotel dengan pembayaran
4. Pertokoan, perkantoran, perbankan, salon yang dipergunakan oleh
umum di hotel
5. Pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan dapat
dimanfaatkan oleh umum.
D.5.2. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Hotel
Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran yang dilakukan
kepada hotel. Tarif pajak hotel paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen)
ditetapkan dengan peraturan daerah. Berdasarkan pokok pajak hotel yang terutang
dihitung dengan cara mengalikan tarif dasar dengan pengenaan pajak. Pajak hotel
yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat hotel berlokasi.
D.5.3. Fasilitas Hotel
Hotel merupakan bagian yang integrase dari usaha yang dapat dikatakan
sebagai suatu usah akomodasi yang dikomersialkan dengan menyediakan fasilitas
sebagai berikut :
23
1) Kamar tidur (kamar tamu)
2) Makana dan minuman
3) Pelayanan penunjang lain:
a. Tempat rekreasi;
b. Sarana olahraga, dobi (laundry).
Hotel atau usaha akomodasi merupakan usaha jasa pelayana yang rumit
pengelolaannya (multicomplex) dan seluruh fasilitasnya kemungkinan disediakan
untuk umum selama 24 jam. Hotel atau usaha akomodasi tersebut adalah untuk
menunjang kegiatan pariwisata dalam mengunjungi daerah-daerah wisata. Dewasa
ini di Indonesia hotel-hotel tumbuh secara pesat dengan berbagai tipe dan kelas
yang menyebar diseluruh daerah tujuan wisata.
D.5.4. Klasifikasi Hotel
Untuk dapat memberikan informasi kepada para wisatawan/tamu yang
akan menginap di hotel tentang standar fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing
jenis dan tipe hotel, maka Departemen Pariwisata Pos dan telekomunikasi
(sekarang Departemen Kebudayaan dan Pariwisata) melalui Direktorat Jendral
Pariwisata mengeluarkan suatu peraturan tentang usaha dan klasifikasi hotel yang
didasarkan pada :
1) Besar/kecilnya hotel atau banyak/sedikitnya kamar tamu;
2) Lokasi hotel dan fasilitas-fasilitas yang dimiliki;
3) Peralatan yang dimiliki;
4) Tingkat pendidikankaryawan dan lain sebagainya.
24
Dengan peraturan tersebut maka terdapat klasifikasi hotel berbintang
(hotel buntang 1 s.d bintang 5) dan hotel tidak berbintang (disebut hotel melati).
Melihat arus wisatawan baik domestik maupun manca negara yang mengunjungi
daerah tujuan wisata cenderung terus meningkat setiap tahunnya, maka secara
kuantitas dan kualitas perlu kiranya usaha perhotelan terus ditingkatkan.(Agus:
2010: 6)
Pajak merupakan sumber penerimaan daerah, pajak hotel merupakan
menerimaan daerah dari pajak hotel yang dapat dipergunakan untuk memasukan
uang kedalam kas daerah agar dapat membelanjai belanja daerah sesuai dengan
yang telah direncanakan.
E. RUANG LINGKUP
Dari kerangka konsep diatas peneliti membatasi kajian yang akan diteliti
dalam penelitian ini, ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan hotel.
2. Pendapatan pajak hotel periode tahun 2015-2017.
3. Kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah.
4. Kontribusi pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).
F. METODE PENELITIAN
F.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu suatu penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan realitas sosial yang kompleks sedemikian rupa,
sehingga relevan sisosiologis dan antropologis dapat tercapai. Artinya realitas
sosial yang akan diteliti ditempatkan kedalam konsep-konsep yang telah
dikembangkan sebelumnya oleh peneliti. Jadi dalam penelitian ini, akan
25
digambarkan dan dijelaskan apa adanya mengenai keadaan yang sebenarnya.
Selain itu untuk mengetahui kebijakan pengelolaan pajak hotel dan restoran dalam
meningkatkan pendapatan asli daerah di kota Yogyakarta. Dengan didasarkan
pada data yang ada, penyusun berusaha menjelaskan, menganalisis, serta
mengambil suatu kesimpulan yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki.
F.2. Unit Analisis
Obyek penelitian dalam penelitian ini dibatasi oleh obyek yang dikaji,
dimana obyek dalam penelitian ini adalah menganalisis pendapatan pajak hotel
terhadap peningkatan pendatan asli daerah tahun 2015-2017. Penelitian ini
dilakukan Kantor Badan Pengelolaan Keuangan Daerah dan Aset Daerah Kota
Yogyakarta. Adapun objek yang akan diteliti adalah kepala BPKAD, dan anggota
lainnya yang berkaitan. Teknik yang digunakan untuk menetukan informan
dengan cara snowball Teknik sampling snowball adalah suatu metode untuk
mengidentifikasi, memilih dan mengambil sampel dalam suatu jaringan atau
rantai hubungan yang menerus (Nurdiani, hal 4 ) dengan kata lain teknik
pengumpulan informan dengan cara menanyakan informan kepada salah satu
pihak yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti dan menayakan kembali
kepada informan yang di teliti terdebut informan yang bisa diwawancarai
selanjutnya. Begitu siklus yang terus berlanjut sampai peneliti menemukan
informasi dan data yang penulis perlukan.
26
Tabel 2.4
Deskripsi Informan
No Nama Informan Pekerjaan/Jabatan
1 Muhammad Rohmad
Romadhan
Kepala Seksi sub.bidang Keberatan dan
Penagihan
2 Bayu Suwitana Kepala Seksi Sub.bid Pendaftaran dan
Pendataan Pendapatan Daerah
3 R.Suroto Sub. Bid. Pembukuan dan Pelaporan
4 Antonius Suhardi Analis Pendapatan Daerah P3ADK
5 Nitya Raharjanta Kepala seksi pengembangan Promosi
PM
6 Krismono Adjie Kasie ekonomi kreatif Dinas Pariwisata
7 Dodid Andriando Analis Ekonomi Kretif Dinas
Pariwisata
Sumber: Data Primer
F.3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan pembuatan
laporan penelitian, ada beberapa teknik, cara atau metode yang dilakukan oleh
peneliti dan disesuaikan dengan jenis penelitian kualitatif yaitu :
1. Wawancara
Wawancara dapat didefinisikan sebagai “interaksi Bahasa yang
berlangsung antara dua orang dalam situasi saling berhadapan dan salah
seorang melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan
kepada orang yang diteliti yang berputar disekitar pendapat dan
keyakinan (Hasan 1963) dalam (Emzir,2010:50)
Wawancara yang dilakukan guna untuk mendapatkan informsi terkait
dengan pertumbuhan hotel, prosedur pembayaran pajak hotel serta
kontribusi pajak hotel terhadap pajak daerah dan kontribusi pajak
daerah terhadap pendapatan asli daerah.
27
2. Observasi
Pengamatan atau observasi adalah metode pengumpulan data dimana
peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang
mereka saksikan selama penelitian. (W. Gulo, 2007 : 116) Penyaksian
terhadap peristiwa-peristiwa itu bisa dengan melihat, mendengarkan,
merasakan, yang kemudian dicatat sesubjektif mungkin. Peran
pengamat dapat dibedakan berdasarkan hubungan partisipatif dengan
kelompok yang diamatinya.
Guba dan Lincoln (1991 dalam Idrus, 2009, hal. 101) menguraikan
beberapakeungulan dari teknik obsevasi sebagai berikut:
1) Teknik pengamatan ini didasarkan pada pengamatan langsung
2) Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati
sendiri. Kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana
yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya.
3) Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam
situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang diperoleh dari
data.
4) Sering terjadi keraguan pada peneliti, jangan-jangan yang
dijaringnya ada yang melenceng atau bias dan memerlukan
pengamatan ulang
5) Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mengerti situasi-situasi
rumit.
28
6) Dalam kasus-kasus tertentu saat teknik komunikasi lainnya tidak
memungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat
bermanfaat.
3. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen nilai, praturan-praturan,
catatan harian, dan sebagainya (Arikanto, 2006: 231)Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara. (Sugiyono, 2008) Studi dokumentasi dapat dilakukan
dengan menganalisa data mentah yang digunakan sebagai pendukung
penelitian.
Adapun data dokumentasi yang diperlukan adalah Struktur dan
Realisasi PAD dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2018.
F.4. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
data secara kualitatif. Sebelum dianalisis oleh peneliti secara kualitatif, data akan
diklasifikasikan dan diinterpretasikan terlebih dahulu. Analisa deskriptif yang
disajikan dalam bentuk narasi.
Winarno Surakhmad mengatakan bahwa teknik analisis data dalam
penelitian meliputi: pengumpulan data, penafsiran data, dan penyimpulan data.
Berangkat dari pemikiran tersebut diatas, maka teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian dalam penelitian ini meliputi empat tahapan
(Surakhmad, 1989:137) (1). pengumpulan data, (2). penilaian data, (3).
Interpretasi data dan (4). Penarikan kesimpulan dan generalisasi.
29
Pertama, seperti yang telah diuraikan diatas, pengumpulan data dilakukan
dengan teknik interview, observasi, dan dokumentasi. Ketiga teknik ini digunakan
untuk menyimpulkan data primer dan sekunder.
Kedua, problem utama menyangkut dalam penelitian kualitatif pada
umumnya menyangkut validitas data primer dan data sekunder. Maka untuk tahap
penelitian data, dilakukan kontrol atas data yang telah tersedia. Dalam melakukan
kontrol, penyusunan menggunakan cara bahwa data yang diperoleh baik data
primer maupun data sekunder saling mencocokkan. Disamping itu juga,
disesuaikan dengan kenyataan yang ada di lapangan. Kontrol ini diharapkan akan
memperoleh data yang relevan dengan penilaian yang dilakukan.
Ketiga, langkah ini pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan langkah
kedua (penilaian data), tetapi satu tingkat diatasnya. Langkah ketiga ini lebih
menekankan kecermatan yang harus dibekali seperangkat konseptual yang telah
disusun.
Keempat, dilakukan dengan penarikan kesimpulan yang menerangkan
secara ringkas apa yang sudah dibahas sebelumnya, sehingga menimbulkan
kejelasan akan apa yang menjadi masalah dan pemecahan serta jawaban atas
permasalahan yang diteliti.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa analisis data diperoleh
dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui serangkaian konsep.
30
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Wilayah Kota Yogyakarta
1. Sejarah Kota Yogyakarta
Nama Yogyakarta terambil dari dua kata,
yaitu Ayogya atau Ayodhya yang berarti "kedamaian" (atau tanpa perang, a
"tidak", yogya merujuk pada yodya atau yudha, yang berarti "perang"),
dan Karta yang berarti "baik". Ayodhya merupakan
kota yang bersejarah di India di mana wiracarita Ramayana terjadi. Tapak keraton
Yogyakarta sendiri menurut babad (misalnya Babad Giyanti) dan leluri (riwayat
oral) telah berupa sebuah dalem yang bernama Dalem Gerjiwati; lalu dinamakan
ulang oleh Sunan Pakubuwana II sebagai Dalem Ayogya.
Kota Yogyakarta didirikan pada tahun 1755, bersamaan dengan
dibangunnya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan Hamengku
Buwono I di Bekas Hutan Bering, suatu kawasan diantara Sungai Winongo dan
Sungai Code dimana lokasi tersebut Nampak strategis menurut segi pertahanan
keamanan pada waktu itu. Pemerintah Kotamadya Yogyakarta baru dibentuk
sejak tanggal 7 Juni 1947 dimana saat berdirinya disebut sebagai Kota Praja.
Berbeda dengan kota lainnya, dijaman penjajahan Belanda kota Yogyakarta
memang belum pernah menjadi kota otonom. Jadi kota Yogyakarta belum pernah
memiliki pemerintahan tersendiri. Kota Praja Yogyakarta lahir dengan
ditetapkannya Undang-undang Nomor 17 Tahun 1947 yang membentuk kota
Yogyakarta sebagai Haminte Kota atau Kota Otonom. Undang-undang tersebut
merupakan produk perundang-undangan di jaman kemerdekaan tertanggal 7 Juni
31
1947. Kotamadya Yogyakarta yang dikenal sebagai kota perjuangan itu, bukan
dilahirkan oleh penjajahan, melainkan dilahirkan pada masa kemerdekaan, bahkan
lahir pada saat perjuangan nasional, ketika bangsa Indonesia sedang menegakkan
kedaulatan negara setelah Proklamasi 17 Agustus 1945.
2. Batas Wilayah
Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Propinsi DIY dan
merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping 4 daerah
tingkat II lainnya yang berstatus Kabupaten.
Kota Yogyakarta terletak ditengah-tengah Propinsi DIY, dengan batas-
batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah utara : Kabupaten Sleman
Sebelah timur : Kabupaten Bantul & Sleman
Sebelah selatan : Kabupaten Bantul
Sebelah barat : Kabupaten Bantul & Sleman
Wilayah Kota Yogyakarta terbentang antara 110o 24
I 19
II sampai
110o 28
I 53
II Bujur Timur dan 7
o 15
I 24
IIsampai 7
o 49
I 26
II Lintang Selatan dengan
ketinggian rata-rata 114m diatas permukaan laut.
32
3. Keadaan Alam
Secara garis besar Kota Yogyakarta merupakan dataran rendah dimana
dari barat ke timur relatif datar dan dari utara ke selatan memiliki kemiringan ± 1
derajat, serta terdapat 3 (tiga) sungai yang melintas Kota Yogyakarta, yaitu :
Sebelah timur adalah Sungai Gajah Wong
Bagian tengah adalah Sungai Code
Sebelah barat adalah Sungai Winongo
4. Luas Wilayah
Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan dengan
daerah tingkat II lainnya, yaitu 32,5 Km² yang berarti 1,02% dari luas wilayah
Propinsi DIY.
Dengan luas 3.250 hektar tersebut terbagi menjadi 14 Kecamatan, 45 Kelurahan,
614 RW, dan 2.523 RT. Berikut ini table perincian luas wilayah menurut
Kecamatan dan Kelurahan di Kota Yogyakarta.
33
Tabel 2.1
Luas wilayah,Jumlah RW dan RT menurut Kecamatan dan keluruhan
dikota Yogyakarta Tahun 2016
No Kecamatan Kelurahan Luas
(Km2)
RW RT
1 Tegalrejo Kricak
Karangwaru
Tegalrejo
Bener
0.82
0.70
0.82
0.57
2.91
13
14
12
7
46
61
56
46
25
188
2 Jetis Bumijo
Gowongan
Cokrodiningratan
0.58
0.46
0.66
1.70
13
13
11
37
56
52
60
168
3 Gondokusuman Demangan
Kotabaru
Klitren Baciro
Terban
0.74
0.71
0.68 1.03
0.80
3.97
12
4
16 21
12
65
44
20
63 87
59
273
4 Danurejan Suryatmajan
Tegalpanggung
Bausasran
0.28
0.35
0.47
1.10
15
16
12
43
45
66
49
160
5 Gedongtengen Sosromenduran
Pringgokusuman
0.50
0.46
0.96
14
23
37
54
89
143
6 Ngampilan Ngampilan
Notoprajan
0.45
0.37
0.82
13
8
21
70
50
120
7 Pakualaman Purwokinanti
Gunungketur
0.33
0.30
0.63
10
9
19
47
36
83
8 Wirobrajan Pakuncen Wirobrajan
Patangpuluhan
0.65 0.67
0.44
1.76
12 12
10
34
56 58
51
165
9 Mantrijeron Gedongkiwo
Suryodiningratan
Mantijeron
0.90
0.85
0.86
2.61
18
17
20
55
86
69
75
230
10 Kraton Patihan
Panembahan
Kadipaten
0.40
0.66
0.34
1.40
10
18
15
43
44
78
53
175
11 Gondokusuman Ngapusan
Prawirodirjan
0.45
0.67
1.12
13
18
31
49
61
110
12 Mergangsan Keparakan Wirogunan
Brotokusuman
0.53 0.85
0.93
2.21
13 24
23
60
57 76
83
216
13 Umbulharjo Semaki 0.66 10 34
34
Muja-muja
Tahunan
Warungboto
Pandeyan
Sorosutan
Giwangan
1.53
0.78
0.83
1.38
1.68
1.26
8.12
12
11
9
12
16
13
83
55
48
38
49
63
42
329
14 Kotagede Rejowinangun
Prenggan
Purayan
45
1.25
0.99
0.83
3.07
32.50
13
13
14
40
614
49
57
58
164
2.524
Sumber:Buku Statistik Daerah Kota Yogyakarta Dalam Angka,2017
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 14 (empat belas)
kecamatan yang ada di Kota Yogyakarta wilayah yang memiliki luas yang besar
berada di kecamatan umbulharjo dengan luas wilayah 2.103,27 Ha atau sebesar
24.98 % dari luas wilayah Kota Yogyakarta. Sedangkan wilayah yang paling
sempit adalah kecamata Pakualaman dengan luas wilayah 63.00 Ha atau sebesar
1.98% dari luas wilayah kota Yogyakarta.
5. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan dibedakan menjadi lahan sawah dan lahan bukan sawah.
Lahan bukan sawah meliputi lahan untuk pembangunan dan sekitarnya,
tegal/kebun lading/huma, tambak/kolam/tebat/empang, lahan sementara tidak
diusahakan. Pada tahun 2016 luas lahan di Kota Yogyakarta mencatat 3.250
hektar, terdiri dari 60 hektar lahan sawah dan 3.190 lahan bukan sawah menurun 2
hektar dibandingkan tahun sebelumnya.
6. Tanaman Pangan
Data tanaman pangan meliputi padi dan buah-buahan luas tanaman padi
sawah pada tahun 2016 mencapai 180 hektar dengan produksi 696 ton gabah
kering giling, dibandingkan dengan tahun sebelumnya, produksi tersebut
35
mengalami penurunan sebesar 8,6 %. Tanaman buah-buahan yang paling banyak
diproduksi di kota Yogyakarta tahun 2016 adalah manga. Populasi pohon manga
sebanyak 3.112 pohon dengan produksi 1.105 Kwintal.
7. Demografi
a. Jumlah Penduduk
Kondisi demografi Kota Yogayakarta mendasarkan pada dua data
kependudukan yaitu data yang berasal dari Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil untuk melihat jumlah penduduk secara ‘de jure’dan dari Badan Pusat
Statistik Kota Yogayakarta (BPS) secara ‘de facto’. Jumlah penduduk suatu
wilayah dipengaruhi oleh faktor kelahiran, kematian dan migrasi/perpindahan
penduduk.
Perkembangan jumlah penduduk Kota Yogyakarta mengalami perubahan
setiap tahunnya. Berikut jumlah penduduk yang terdapat di setiap Kecamatan
yang ada di Kota Yogyakarta.
36
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Di Kota Yogyakarta Th.2016
Sumber:Buku Statistik Daerah Kota Yogyakarta Dalam Angka,2017
Pertambahan penduduk Kota dari tahun ke tahun cukup tinggi, pada akhir
tahun 2016 jumlah penduduk Kota 417.744 jiwa, mayoritas perempuan tinggi
10.054jiwa dibandingkan laki-laki dengan tingkat kepadatan rata-rata 12.854
jiwa/km². Angka harapan hidup penduduk Kota Yogyakarta menurut jenis
kelamin, laki-laki usia 72,25 tahun dan perempuan usia 76,31 tahun
No Kecamatan Jenis Kelamin (Ribu)
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Mantrijeron 16.122 16.981 33.103
2 Kraton 8.394 9.170 17.564
3 Mergangsan 14.993 15.482 30.475
4 Umbulharjo 42.989 45.678 88.667
5 Kotagede 18.057 18.108 36.165
6 Gondokusuman 22.876 24.284 47.160
7 Danurejan 9.376 9.643 19.019
8 Pakualaman 4.541 4.800 9.341
9 Gondomanan 6.380 7.223 13.603
10 Ngampilan 7.906 9.026 16.932
11 Wirobrajan 13.105 12.726 25.831
12 Gedongtengen 8.690 9.526 18.216
13 Jetis 11.703 12.208 23.911
14 Tegalrejo 18.713 213.899 417.744
15 Kota Yogyakarta 203.845 213.899 417.744
37
b. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Usia
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota
Yogyakarta, 2016
No Kelompok Umur Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
13.931
13.744
13.493
17.474
25.287
21.033
15.649
14.039
13.154
13.342
12.245
10.140
6.686
4.027
5.516
3.842
13.280
12.994
12.776
19.389
27.000
18.889
15.309
14.437
14.264
14.813
13.688
11.529
7.073
5.295
6.329
6.557
27.211
26.738
26.269
36.863
52.287
39.922
30.958
28.476
27.418
28.155
25.933
21.669
13.759
9.322
11.845
10.399
Jumlah 203.845 213.899 417.744
Sumber:Buku Statistik Daerah Kota Yogyakarta Dalam Angka,2017
Dari data diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan jenis
kelamin sebanyak 417.744 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak pada usisa 20-24
tahun yaitu 52.287 jiwa. Angka ini menunjukkan bahwa di kota Yogyakarta
jumlah penduduk dengan usia produktif dapat dikatakan tinggi.
38
c. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan dan Kelompok Umur di Kota
Yogyakarta,2016
Uraian
Persentase Penduduk Berdasarkan Usia
Laki-laki Perempuan Jumlah
2014 2015 2016
Lama Sekolah
EYS 15,97 16,32 16,81
MYS 11,39 11,41 11,42
Angka Partisipasi Sekolah
7-12 100,00 100,00 100,00
13-15 99,52 100,00 100,00
16-18 88,87
92,16 86,17
19-24 65,53 69,35 65,38
Sumber:Buku Statistik Daerah Kota Yogyakarta Dalam Angka,2017
Berdasarkan data di atas, Rata-rata Lama Sekolah (Mean Years of
Schooling - MYS) didefnisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh
penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Angka Harapan Lama Sekolah
(Expected Years of Schooling - EYS) didefnisikan lamanya sekolah (dalam tahun)
yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa
mendatang.EYS dapat digunakan untuk mengetahui kondisipembangunan sistem
pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya
pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak.
Penduduk Yogyakarta secara rata-rata menyelesaikanjenjang pendidikan
hingga kelas 2 SLTA Rata-rata lama sekolah di kota Yogyakarta terlihat cukup
tinggi yaitu sekitar 11 tahun. Artinya, secara rata-rata penduduk Yogyakarta
menyelesaikan jenjang pendidikan paling tinggi sampai dengan kelas 2 SMA.
39
d. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian (Pekerjaan)
Tabel 2.5
Penduduk Menurut Mata Pencarian/Pekerjaan
No Mata Pencarian Jumlah
(Jiwa)
Persentase (%)
1 Pertanian, Kehutanan, Pemburuan, dan
Perikanan
3.200 1,52
2 Pertambangan dan Penggalian 0 0
3 Industri Pengolahan 27.837 13,25
4 Listrik, Gas dan Air 0 0
5 Bangunan 4.968 2,37
6 Pedagang 88.639 42,20
7 Angkutan,Pergudangan, dan Komunikasi 13.905 6,62
8 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan
Perorangan
9.551 4,55
9 Keuangan,Asuransi, Usaha Persewaan
bangunan, dan Jasa Perusahaan
61.949 29,49
Jumlah 210.049 100,00
Sumber:Buku Statistik Daerah Kota Yogyakarta Dalam Angka,2016
Berdasarkan data diatas, diketahui jumlah mata pencarian (pedagang)
adalah terbesar di Kota Yogyakarta pada tahun 2016 jumlahnya adalah 88.839
jiwa atau 42,20 % dari mata pencarian lainnya.
e. Kehidupan sosial masyarakat Kota Yogyakarta
Kehidupan sosial masyarakat kota Yogyakarta sekarang ini sudah
bercampurbaur menjadi satu antara pribumi dengan masyarakat pendatang, antara
tradisional dengan modern, antara desa dengan kota, antara kaya dan miskin.
Nyaris hilang perbedan antara yang atas dan yang bawah, hal ini dapat di jumpai
pada masyarakat kepegawaian yang memeiliki struktur dan yang “berdarah biru”
atau berhubungan dengan kraton.
Jika ingin melihat perbedaan antara asli kota Yogyakarta dan bukan, bias
dilihat dari penggunaan bahasa Indonesia khas kota Yogyakarta (bahasa Indonesia
dialek jawa). Namun geberasi muda Yogyakarta kini cenderung sudah
meninggalkan dialek khas itu, namun masih banyak juga ditemukan remaja yang
40
tergolong “anak gaul” tetap mempertahankan bahasa jawa sebagai bahasa yang
lebih gaul dari bahasa lain. Jika ingin melihat masyarakat yang tradisional, maka
lokasinya berada di pinggiran kota atau lebih banyak berada di daerah desa-desa
kabupaten. Kota Yogyakarta sekarang ini lebih didominasi oleh hal-hal yang
berbau modern, (seperti fenomena keberadaan pusat pembelanjaan modern =
Matahari mall, Ramayana mall, Jogja Elektronik, Galeria Mall, Ambarukmo
plaza, Hero supermarket, KFC Kentucky fried chicken, MC Donald, dan lain
sebagainya).
Dengan melihat adanya pusat belanjaan yang bertipe modern, dapat
dipastikan bahwa kaum pemodal kapitalis di Kota Yogyakarta sedang memainkan
peran nya dengan melihat pasar yang sangat mendukung. Sisi unik dari fenomena
ini adalah pasar tradisional yang masih bertahan yaitu Pasara Bringharjo, letaknya
disebelah timur malioboro yang berdiri megah berlantai tiga. Bukan hanya itu
saja, masih banyak pasar tradisional lain yang masih bertahan, seperti pasar
Tradisional Gejayan yang juga menjadi andalan masyarakat Kota Yogyakarta.
Perubahan yang terjadi di kota Yogyakarta saat ini, di akibatkan olek
konsekwensi beragam julukan yang disandang kota Yogyakarta itu sendiri,
misalnya kota Yogyakarta adalah kota pendidikan (dengan ratusan universitas),
maka ribuan calon mahasiswa memadati kota ini, Kota Yogyakrta adalah Kota
Pariwisata, maka ribuan pelancong tiap tahun berkunjung ke kota ini (perputaran
ekonomi meningkat), demikian juga dengan konsekuensi dengan adanya julukan
ini yang di sandang oleh Kota Yogyakarta. Namun yang menarik dari kota
Yogyakarta dan yang membedakannya dengan Provinsi yang lain adalah
meskipun semakin kuat arus dan tren Globalisasi, hal ini tidak membuat budaya
41
asli yang ada di kota ini menjadi terkikis, walaupun di sekitar masyarakat terdapat
banyak budaya luar atau budaya asing.
Saat ini, Kota Yogyakarta khususnya diwilayah perkotaan terdapat
bebrbagai etnis penduduk dari seluruh Indonesia, walaupun penduduk asli masih
berada dalam komposisi teratas dan masih didomin dalam berbagai peran
masyarakat. Penduduk pendatang dari berbagai suku ini membentuk semacam
“miniature culture Indonesia” di Kota Yogyakarta. Mereka dating ke Kota
Yogyakarta dengan berbagai kepentingan. Bidang pendidikan menjadi tujuan
utama para pendatang ke Kota Yogyakarta, selanjutnya Pekerjaan, perdagangan
dan bidang-bidang lain termasuk sector informal.
Para pendatang ini sebagaian besar merupakan penduduk musiman di Kot
Yogyakarta, seperti mahasiswa, buruh kerja, dan perantau lainya. Secara
administrasif, banyak diantara mereka yang tidak terdata. Sehingga bias difahami
bahwa secara definitif masalah jumlah penduduk jauh lebih besar dari yang
tertuang dalam catatan statistik yang ada.
f. Sumber Ekonomi Masyarakat Kota Yogyakarta
Untuk menunjang perekonomian masyarakat di Kota Yogyakarta,
masyarakat Kota Yogyakarta memiliki pemasukan dari hasil cocok tanam
(bertani), berdagang, berdagang kerajinan ( seperti kerajinan wayang kulit,
kerajinan perak, kerajinan ukir, keris, kerajinan anyaman dan masih banyak yang
lain-lainya). Selain itu, pemasukan masyarakat kota Yogyakarta juga bersumber
dari pemaksimalan objek wisata rekreasi seperti wisata alam, wisata pantai, dan
wisata kota. Hal ini bukan hanya pemasukan bagi warga sekitar namun juga
42
menjadi pemasukan bagi pemerintah daerah Kota Yogyakarta. Sedangkan
pemasukan yang bersifat jangka panjang diperoleh dari penanaman pohon jati.
Khusu untuk masyarakat kotamadya Yogyakarta dan sebagain warga
kabupaten Sleman sebelah selatan dan Kabupaten Bantul sebelah Utara, sebagian
besar dari tiga lokasi ini mendapatkan keuntungan atau pemasukan dari hasil
penyewaan rumah kontrakan dan rumah kost-kostan untuk mahasiswa yang dating
dari berbagai penjuru daerah Nusantara.
Kota Yogyakarta juga selain dikenal sebagai kota seni dan budaya, dan
kota pendidikan, Kota Yogyakarta juga dikenal dengan dengan sebutan kota
pariwisata dengan berbagai lokasi wisatnya. Jadi, kunjungan yang dilakukan oleh
para wisatawan domestic maupun mancanegara juga merupakan pemasukan
ekonomi tersendiri bagi masyarakat dan Pemerintahan Daerah Kota Yogyakarta.
g. Pemerintahan
Pemerintahan Daerah Kota Yogyakarta dipimpin oleh Wali Kota yang
dipilih langsung oleh masyarakat melalui pemilihan umum. Pimpinan daerah
bertanggungjawab sebagai eksekutif dan DPRD bertangungjawab sebagai
Legislatif. Dewan Perwakilan Daerah DPRD Kota Yogyakarta masa bakti 2014-
2019 terdiri dari 40 anggota berasal dari 6 fraksi yang terdiri dari P-DIP 40
PERSEN, PAN 12,5 Persen, Gerindra 12,5 persen, PKS 12,5 persen dan PPP 10
persen.
Kota Yogyakarta Pada tahun 2016 terdiri dari 14 kecamatan, 45 kelurahan,
616 RW dan 2.532 RT dengan luas wilayah 32,5 Km2
. penggunaan lahan paling
banyak diperuntukan bagi perumahan, yaitu sebesar 2.101,79 hektar, sedangkan
untuk pertanian hanya 101,10 hektar.
43
Pegawai Negeri Sipil Pemerintahan Kota Yogyakarta tahun 2016
berjumlah 5.905 orang dimana 55,24 persen adalah pegawai perempuan. Pegawai
Negeri Sipil paling banyak tingkat kecamatan berada di Umbulharjo sebanyak 64
pegawai dan yang kedua diikuti Kecamatan Tegalrejo sebanyak 42 pegawai.
Untuk instasi vertical pegawai negeri sipil yang paling banyak adalah kantor
Kementerian Agama Kota Yogyakarta yang mencapai 358 pegawai.
B. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Yogyakarta
1. Kedudukan dan Tugas Pokok
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Yogyakarta adalah
merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah dibidang Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kota Yogyakarta. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kota Yogyakarta dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada walikota melalui
Sekretaris daerah. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota
Yogyakarta mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintah daerah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di Bidang Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah.
2. Sumber Daya Manusia
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah memiliki Sumber daya
manusia yang cukup memadai untuk melaksanakan tugas dan fungsi yang
dijalankan oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Yogyakarta.
Adapun gambaran menganai sumber daya manusia yang berada di Badan
44
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Yogyakarta akan dibuat dalam table
dibawah:
Tabel 2.6
Sumber Daya Manusia Badan Pengelolaan Keuangan dan ASET Daerah
Kota Yogyakarta
No Golongan Pendidikan
SD SLTP SLTA D111 S-1 S2
1. I 1 - 1 - - - -
2. II 20 - 3 9 8 - -
3. III 94 - - 37 14 38 5
4. IV 6 - - - - 1 5
5. Tenaga
Bantuan
7 - - 4 3 - -
Jumlah 129 - 4 50 25 39 10
Sumber: Buku profil Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 2016
Dari 129 pegawai (Sumber Daya Manusia) yang ada di Badan Pengelolaan
Keuangan da Aset Daerah Kota Yogyakarta terdapat 4 (empat) pegawai lulusan
SLTP, 50 (lima Puluh) lulusan SLTA, 25 (Dua Puluh lima) lulusan D3/SM, 39
(Tiga Puluh Sembilan) lulusan S-1 dan Terdapat 30 (Tiga Puluh) pegawai lulusan
S-2. Dari jumlah tersebut, lulusan terbanyak yang menjadi anggota (Pegawai) di
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah adalah lulusab SLTA.
3. Sarana dan Prasarana Pendukung
Dalam rangka mempelancar pelaksanaan tugas dibutuhkan dibutuhkan
sarana dan prasarana yang memadai di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Badan Keuangan dan Aset
Daerah adalah :
a. Kebutuhan alat tulis kantor
b. Peralatan kantor
c. Peralatan mebelair
d. Peralatan elektronik dan
45
e. Kendaraan dinas operasional.
4. Pelayanan
Sesuai dengan misi pelayanan di Bidang Pengelolaan Keuangan Dan Aset
Daerah Kota Yogyakarta Ada dua macam pelyanan kepada SKPD yang terkait
dengan pengelolaan keuangan :
a. Bidang Anggaran
b. Bidang Perbendaharaan
c. Bidang Pelaporan
d. Bidan Pajak.
5. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokan dan
dikoordinasikan secara formal. Struktur organisasi mempermudah untuk melihat
suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu
organisasi atau perusahaan dalam menjalankan dalam menjalankan kegiatan
operasional untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan diinginkan, berikut
susunan organisasi yang ada di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kota Yogyakarta:
Top Related