FOOO BORNE DISEASE
ELLEN DEMI WINATA
FOODBORNE DISEASEApa itu foodborne disease? Foodborne diseaseadalah penyakit yang disebabkan karena
mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar.
Foodborne disease disebabkan oleh berbagai macam
mikroorganisme atau mikroba patogen yang
mengkontaminasi makanan. Selain itu, zat kimia
beracun, atau zat berbahaya lain dapat menyebabkan
foodborne disease jika zat-zat tersebut terdapat dalam
makanan. Makanan yang berasal baik dari hewan
maupun tumbuhan dapat berperan sebagai media
pembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada
manusia.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Dalam
kehidupannya manusia membutuhkan makanan untuk hidup. Jika tidak memperhatikan
kebersihan makanan dan lingkungan, makanan dapat merugikan bagi manusia.
Makanan yang berasal baik dari hewan atau tumbuhan dapat berperan sebagai media
pembawa mikroorganisma penyebab penyakit pada manusia.
Mikroorganisma yang menimbulkan penyakit ini dapat berasal dari makanan asal
hewan yang terinfeksi penyakit tersebut atau tanaman yang terkontaminasi. Makanan
yang terkontaminasi selama prosesing atau pengolahan dapat berperan sebagai media
penularan juga.
Penularan foodborne disease oleh makanan dapat bersifat infeksi. Artinya suatu
penyakit yang disebabkan oleh adanya mikroorganisma yang hidup, biasanya
berkembangbiak pada tempat terjadinya peradangan. Pada kasus foodborne disease
mikro organisma masuk bersama makanan yang kemudian dicerna dan diserap oleh
tubuh manusia. Kasus foodborne desease dapat terjadi dari tingkat yang tidak parah
sampai tingkat kematian. Sebagai contoh foodborne desease yang disebabkan oleh
salmonella dapat menyebabkan kematian selain yang disebabkan oleh Vibrio Cholerae
dan Clostridium botulinum. Kejadian dan wabah paling sering disebabkan oleh
salmonella dibanding penyakit foodborne disease lainnya.
Gejala foodborne disease yang umumnya terlihat adalah perut mual diikuti
muntah - muntah, diare, demam, kejang - kejang dan lain - lain. Dalam artikel ini
dibahas kejadian infeksi mikroorganisma yang berasal dari makanan yang hanya
berasal dari hewan. Antara lain E. coli, Salmonella, Campylobacter, Yersinia,
Clostridium dan Listeria, virus dan parasit.
Penyakit foodborne yang disebabkan oleh E. coliEscherichia coli merupakan bagian dari mikroflora yang secara normal ada
dalam saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Penularan dapat
terjadi melalui kontak dari pekerja yang terinfeksi selama makanan diproses
berlangsung. Air juga dapat terkontaminasi kotoran manusia yang terinfeksi. Makanan
yang berperan sebagai media penularan adalah ikan salmon, unggas, susu dan keju
camembert (keju perancis). Oleh karena itu pemanasan yang baik pada makanan
seperti daging dan susu mentah sangatlah penting. Gejala yang ditimbulkan pada
manusia jika terinfeksi E. coli adalah diare.
E. Coli O157: H7 merupakan bakteri patogen yang mempunyai reservoir pada
hewan ternak dan hewan lain yang sejenis, misalnya sapi. Manusia dapat terkena
bakteri ini jika mengkonsumsi makanan atau minuman yang telah tercemar oleh feses
dari ternak ini. Penyakit ini menyebabkan diare berdarah dan kesakitan karena keram
perut, tanpa disertai demam. Pada 3-5 % dari kasus yang terjadi, beberapa minggu
setelah gejala awal tampak, terdapat komplikasi yang yang disebut hemolytic uremic
syndrom (HUS). Kompilasi ini menyebabkan anemia, perdarahan dan gagal ginjal.
Pertengahan Maret 2011, wabah bakteri Escherichia coli melanda Jerman.
Bakteri yang pertama kali ditemukan oleh dokter hewan asal Jerman bernama
TheodorEscheric pada tahun 1885 ini telah menyebabkan 1.600 orang dirawat dan 18 orang
meninggal dunia di Jerman. Menurut para peneliti di Beijing Genomics Institute, wabah
E. coli yang melanda Jerman merupakan jenis E. coli strain baru. Dari penelitian awal,
bakteri E. coli yang menginfeksi timun-timun dari Spanyol itu merupakan hasil mutasi
dari dua jenis bakteri, yaitu jenis EAEC dan EHEC. Bakteri E. coli jenis EAEC
menyebabkan diare parah karena bakteri memproduksi toksin hemolisin yang
menyerang mukosa usus. Bakteri E. coli jenis EHEC bisa menyebabkan diare
berdarah,
kram perut, dan bahkan gagal ginjal. Dari hasil mutasi dua jenis bakteri E. coli ini
dihasilkan jenis strain baru, yaitu strain O104, yang sangat mematikan.
Oleh karenanya, O104:H4 dimasukkan sebagai salah satu EnterohaemorrhagicE. coli (EHEC), atau E. coli yang bisa menyebabkan pengidapnya mengalami diare
berdarah. Bahkan seringkali kasus ini berkembang menjadi haemolytic uraemic
syndrome (HUS); penyakit yang bisa menyebabkan kegagalan fungsi ginjal dan
berbagai komplikasi infeksi lain.
SalmonellaSalmonella juga merupakan bakteri yang terdapat pada usus unggas, reptilia dan
mamalia. Bakteri ini dapat menyebar ke manusia melalui berbagai macam pangan asal
hewan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini disebut salmonellosis, menyebabkan
demam, diare dan keram perut. Pada orang yang kondisi kesehatannya buruk atau
sistem kekebalan tubuhnya lemah, bakteri ini dapat menembus sistem peredaran darah
dan menyebabkan infeksi yang serius terhadap tubuh.
Penyakit yang disebabkan oleh Campylobacter jejuniCampylobacter adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan demam, diare
dan keram perut. Merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan sakit diare di
dunia. Bakteri ini hidup di usus ayam sehat dan pada permukaan karkas unggas.
Sumber infeksi sebagian besar karena memakan daging ayam yang masih mentah,
atau belum matang atau makanan lain yang telah bersentuhan dengan karkas ayam
selama dalam proses pengolahan sehingga tercemar oleh bakteri ini.
Kuman ini umumnya ada dalam saluran pencernaan hewan berdarah panas dan sering
ada pada makanan yang berasal dari hewan karena terkontaminasi dengan kotoran
hewan selama prosesing (pengolahan). Kuman ini menyebabkan gastroenteritis akut
(infeksi pada saluran pencernaan) pada manusia. Gejala yang ditimbulkan antara lain
diare, nyeri perut, demam, mual dan muntah.
Sapi, babi, domba, kambing, ayam , kalkun, bebek, kucing dan anjing dianggap
sebagai pembawa kuman ini, tetapi yang paling sering adalah unggas. Kejadian infeksi
yang paling sering terjadi karena mengonsumsi makanan yang tidak dimasak, termasuk
minum susu mentah yang tidak dipasteurisasi.
Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara makanan asal unggas
sebaiknya dimasak dengan baik dan menghindari kontaminasi silang. Misalkan pisau
bekas memotong daging mentah sebaiknya dicuci bersih dahulu sebelum digunakan
untuk memotong makanan yang matang.
Penyakit disebabkan oleh Yersinia enteroliticaGejala yang ditimbulkan adalah nyeri perut, demam, diare pusing dan muntahmuntah.
Gejala yang lebih parah dapat terjadi pada anak-anak. Sumber utama kuman
ini terdapat pada babi yang terinfeksi (kuman ini hidup di daerah mulut dan saluran
pencernaan babi). Biasanya anak-anak dan remaja peka terhadap penyakit ini. Kuman
ini dapat berkembang biak pada suhu 0 derajat Celcius sampai 44 °C.
Penyakit yang disebabkan oleh Clostridium perfringensGejala yang ditimbulkan adalah diare dan nyeri perut. Bakteri ini terdapat di
saluran pencernaan carnivora (serigala, anjing), herbivora (tikus, gajah, kalkun) dan
babi.Media penularan adalah daging babi dan kalkun. Makanan yang berasal dari
hewan terkontaminasi oleh kuman ini karena daging terkontaminasi oleh kotoran atau
isi saluran pencernaan di rumah potong hewan. Makanan yang sudah dimasak
dibiarkan dalam beberapa jam pada suhu kamar, disimpan didalam oven hangat atau
disimpan dalam freezer dalam jumlah besar sehingga temperatur tidak terlalu dingin
atau tidak cukup untuk mencegah pertumbuhan bakteri ini. Sehingga kasus penyakit ini
dapat terjadi jika manusia mengonsumsi makanan masak yang sudah mengandung
kuman.
Tindakan pencegahan dapat dilakukan sebagai berikut. Makanan matang segera
disimpan dan didinginkan dengan suhu dibawah 7 ° C. Jika ingin dimakan kembali
harus dipanaskan dahulu pada suhu 71 - 100 ° C. Jika mungkin makanan segera
dimakan setelah dimasak. Makanan sebaiknya dipanaskan diatas 60 ° C atau suhu
yang lebih tinggi.
Penyakit yang disebabkan oleh Listeria monocytogenesMakanan sebagai media penularan kuman ini adalah sayuran coleslaw
(semacam salat yang diberi mayonaise), susu yang dipasteurisasi, keju lunak, daging
mentah, seafood, sayuran dan buah-buahan (makanan mentah). Gejala yang
ditimbulkan sepsis (infeksi yang meluas ke dalam saluran darah), meningoencephalitis
(infeksi di selaput otak dan di bagian otak), focal infeksius (infeksi lokal, misalnya di kulit
yg terkena,di sal.pencernaan yg dilewati makanan tsb), pregnancy infectious (infeksi
kehamilan), granuloma infantiseptica ( sepsis pada infant yg berbentuk granuloma).
Penyakit yang disebabkan oleh virusBiasanya penularan terjadi karena manusia mengkonsumsi makanan yang
berasal dari hewan seperti daging sapi, domba, ayam, kalkun dan susu, dimana hewan
sudah terinfeksi oleh virus tertentu. Virus yang dapat menyebabkan Foodborne
desease ini dikenal virus yang tahan panas yang dapat ditularkan melalui susu
sehingga tidakan pencegahannya adalah susu dipanaskan dengan dipasteurisasi
dalam waktu yang lama.
Penyakit yang disebabkan oleh parasitBeberapa parasit ada dalam feses (kotoran) hewan dan dapat menyebabkan
infeksi jika makanan yang tercemar oleh kotoran yang mengandung parasit termakan ,
dicerna dan diserap oleh tubuh. Sementara beberapa jenis yang lain terdapat dalam
otot/daging hewan. Parasit terbagi dua yaitu protozoa dan cacing.
Toxoplasmosis yang disebabkan oleh Toxoplasma gondiiKejadian toxoplasmosis pada manusia ini termasuk tinggi. Sumber utama
penularan berasal dari kucing. Awalnya kucing memakan tikus atau burung yang
mengandung Toxoplasma. Dalam tubuh kucing mikroorganisma ini hidup dan
berkembangbiak menjadi bentuk yang infeksius bagi tubuh mannusia. Bentuk infeksius
ini biasanya terdapat dalam kotoran kucing.
Daging domba, babi dan mungkin sapi dapat terinfeksi oleh spesies ini dan
menghasilkan kista (bersifat infeksius) yang dapat menginfeksi tubuh manusia.
Pada kucing yang menderita toxoplasmosis biasanya tidak menimbulkan gejala tetapi
pada manusia tampak. Terutama berbahaya pada wanita hamil. Jika wanita hamil
terserang toxoplasmosis dapat berakibat keguguran, melahirkan bayi yang sudah
meninggal, juga cacat bentuk dan kegagalan fungsi dari organ tubuh terutama yang
melibatkan sistem syaraf pusat.
Penularan melalui daging dapat dicegah dengan makan daging yang benarbenar
matang. Jika berkebun harus mencuci tangan dengan baik (menggunakan
sabun) setelah berkebun. Pada wanita hamil sebaiknya menghindari tempat kotoran
kucing . Bagi pemelihara kucing sebaiknya tempat kotoran kucing dibersihkan setiap
hari.
Trichinellosis yang disebabkan oleh Trichinella spiralisParasit ini berkembang biak dalam tubuh babi. Infeksi terjadi jika makan daging
babi mentah atau setengah masak. Larva yang infeksius biasanya terdapat pada otot /
daging babi.
Pada daerah yang penduduknya tidak makan daging atau tidak memperbolehkan
makan daging babi, kejadian Trichinellosis sangat rendah. Gejala trichinellosis pada
manusia adalah udema (pembengkakan) pada periorbital (bagian mata), demam dan
sakit pada otot dan sendi.
Foodborne desease oleh Taenia saginataCacing ini hidup dan berkembang biak dalam tubuh sapi. Kejadian infeksi oleh
cacing ini jarang tetapi sering terjadi di daerah dimana penduduknya sering makan
daging sapi mentah. Tindakan pencegahan adalah pengontrolan yang ketat di rumah
potong hewan, pembuangan kotoran manusia yang aman (tidak di sembarang tempat).
Pemasakan daging yang baik atau jika daging dibekukan sebaiknya selama 5 hari pada
suhu -10°C.
Cystiserkosis oleh Taenia solium
Cacing ini hidup dan berkembang biak didalam tubuh babi. Infeksi dapat terjadi jika
orang makan daging babi mentah atau yang dimasak setengah matang. Cacing ini
dalam bentuk cysticerci dapat menyerang organ mata, jantung, otak , sumsum tulang
belakang selain saluran pencernaan pada babi dan manusia.
Cara Pencegahan Terhadap Terjadinya Foodborne Disease
Kebersihan
Sesudah ke WC, mengganti popok, sebelum makan atau menyiapkan makanan,
cucilah tangan dengan teliti memakai sabun dan kucuran air setidaknya 15 detik,
lalu keringkanlah dengan handuk bersih. Orang yang mendapat gejala penyakit
ini tidak patut menyiapkan makanan bagi orang lain.
Pemantauan suhu
Menyimpan makanan pada suhu yang keliru bisa berakibat membiaknya kuman
yang menyebabkan racun makanan, yang tumbuh di antara suhu 5° C dan 60° C.
Untuk berjaga-jaga:
• suhu lemari es jangan lebih tinggi dari 5° C dan ada aliran udara di seputar
makanannya agar pembagian suhunya merata,
• makanan panas patut disimpan di atas suhu 60° C,
• makanan yang harus dipanaskan lagi ya cepat-cepat dipanaskan sampai
semua bagiannya mencapai suhu 75° C,
• makanan beku sebaiknya dicairkan di dalam lemari es atau microwave,
sebab makin lama makanan mentah dibiarkan pada suhu ruangan, makin
cepat pulalah kuman berbiak dan racun bisa terbentuk,
• agar kuman di dalamnya mampus, makanan harus dimasak matang benar.
Cara Menyimpan
Daging, ikan, unggas dan sayur yang mentah bisa mengandung banyak kuman,
dan juga mencemari makanan yang sudah siap jika tidak disimpan atau ditangani
dengan cermat. Untuk berjaga-jaga:
• makanan mentah patut disimpan tertutup atau dalam tempat bertutup di
bawah makanan lain yang sudah siap agar bagian makanan atau cairan
daging tidak menumpahi atau menetesinya,
• makanan sebaiknya ditutupi sebelum disimpan di dalam lemari es bawah
maupun atas atau di lemari agar terhindar dari pencemaran,
• tangan harus segera dicuci sesudah menangani makanan mentah dan
sebelum menangani makanan yang sudah matang atau siap,
• patut menggunakan talenan, sendok garpu dan piring lain untuk makanan
mentah dan yang sudah siap, dan jika talenan mesti dipakai lagi basuhlah
dulu baik-baik dengan air panas bersabun,
• teliti mencuci sayur mentah sebelum menyiapkannya untuk dimakan,
• bahan makanan harus disimpan baik-baik, jauh dari bahan beracun,
semprot serangga, bahan pembersih dll,
• tidak memakai serbet pengering piring untuk menyeka tangan atau meja,
lagipula serbetnya harus sering dicuci dan dikeringkan,
• serbet harus sering disucihamakan dan diganti.
• Kalau meragukan mutu atau keamanan suatu makanan tertentu, omongan lama
berlaku, “Kalau ragu-ragu, jangan!”
Pengobatan foodborne diseaseAda berbagai macam jenis foodborne disease dan tiap penyakit membutuhkan
pengobatan yang berbeda-beda tergantung pada gejala yang ditimbulkannya. Gejala
yang sering muncul terutama diare dan muntah sehingga dapat menyebabkan dehidrasi
jika orang tersebut banyak kehilangan banyak cairan tubuh terutama elektrolit. Oleh
karena itu sangat penting untuk mengganti cairan tubuh dan elektrolit yang hilang
dengan meminum larutan oralit untuk menjaga asupan cairan tubuh dan mencegah
terjadinya dehidrasi. Jika diare dan kram perut terjadi tanpa disertai dengan demam
dapat minum obat anti diare untuk mengurangi diare. Namun sebaiknya obat ini tidak
diberikan jika diare disertai dengan demam tinggi ataupun diare berdarah. Segera
konsultasikan dengan dokter terdekat. (drh.Asyhari)Daftar Pustaka
http://www.deptan.go.id/news/detail.php?id=96&awal=&page=&kunci=
http://ryaniehealth.blogspot.com/2007/03/mengenal-foodborne-disease.html
www.mhcs.health.nsw.gov.au/publication_pdfs/7120/DOH-7120-IND.pdf
Mengenal Foodborne Disease
Foodborne disease adalah suatu penyakit yang merupakan hasil dari pencernaan dan penyerapan
makanan yang mengandung mikroba oleh tubuh manusia.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Dalam kehidupannya manusia
membutuhkan makanan untuk hidup. Jika tidak memperhatikan kebersihan makanan dan
lingkungan, makanan dapat merugikan bagi manusia. Makanan yang berasal baik dari hewan
atau tumbuhan dapat berperan sebagai media pembawa mikroorganisma penyebab penyakit pada
manusia.
Mikroorganisma yang menimbulkan penyakit ini dapat berasal dari makanan asal hewan yang
terinfeksi penyakit tersebut atau tanaman yang terkontaminasi. Makanan yang terkontaminasi
selama prosesing atau pengolahan dapat berperan sebagai media penularan juga.
Penularan foodborne disease oleh makanan dapat bersifat infeksi. Artinya suatu penyakit yang
disebabkan oleh adanya mikroorganisma yang hidup, biasanya berkembangbiak pada tempat
terjadinya peradangan. Pada kasus foodborne disease mikro organisma masuk bersama makanan
yang kemudian dicerna dan diserap oleh tubuh manusia. Kasus foodborne desease dapat terjadi
dari tingkat yang tidak parah sampai tingkat kematian. Sebagai contoh foodborne desease yang
disebabkan oleh salmonella dapat menyebabkan kematian selain yang disebabkan oleh Vibrio
Cholerae dan Clostridium botulinum. Kejadian dan wabah paling sering disebabkan oleh
salmonella dibanding penyakit foodborne disease lainnya.
Gejala foodborne disease yang umumnya terlihat adalah perut mual diikuti muntah - muntah,
diare, demam, kejang - kejang dan lain - lain. Dalam artikel ini dibahas kejadian infeksi
mikroorganisma yang berasal dari makanan yang hanya berasal dari hewan. Antara lain E. coli,
Campylobacter, Yersinia, Clostridium dan Listeria, virus dan parasit.
Penyakit foodborne yang disebabkan oleh E. coli
Escherichia coli merupakan bagian dari mikroflora yang secara normal ada dalam saluran
pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Penularan dapat terjadi melalui kontak dari
pekerja yang terinfeksi selama makanan diproses berlangsung. Air juga dapat terkontaminasi
kotoran manusia yang terinfeksi. Makanan yang berperan sebagai media penularan adalah ikan
salmon, unggas, susu dan keju camembert (keju perancis). Oleh karena itu pemanasan yang baik
pada makanan seperti daging dan susu mentah sangatlah penting. Gejala yang ditimbulkan pada
manusia jika terinfeksi E. coli adalah diare.
Penyakit yang disebabkan oleh Campylobacter jejuni
Kuman ini umumnya ada dalam saluran pencernaan hewan berdarah panas dan sering ada pada
makanan yang berasal dari hewan karena terkontaminasi dengan kotoran hewan selama
prosesing (pengolahan). Kuman ini menyebabkan gastroenteritis akut (infeksi pada saluran
pencernaan) pada manusia. Gejala yang ditimbulkan antara lain diare, nyeri perut, demam, mual
dan muntah.
Sapi, babi, domba, kambing, ayam , kalkun, bebek, kucing dan anjing dianggap sebagai
pembawa kuman ini, tetapi yang paling sering adalah unggas. Kejadian infeksi yang paling
sering terjadi karena mengonsumsi makanan yang tidak dimasak, termasuk minum susu mentah
yang tidak dipasteurisasi.
Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara makanan asal unggas sebaiknya dimasak
dengan baik dan menghindari kontaminasi silang. Misalkan pisau bekas memotong daging
mentah sebaiknya dicuci bersih dahulu sebelum digunakan untuk memotong makanan yang
matang.
Penyakit disebabkan oleh Yersinia enterolitica
Gejala yang ditimbulkan adalah nyeri perut, demam, diare pusing dan muntah-muntah. Gejala
yang lebih parah dapat terjadi pada anak-anak.
Sumber utama kuman ini terdapat pada babi yang terinfeksi (kuman ini hidup di daerah mulut
dan saluran pencernaan babi). Biasanya anak-anak dan remaja peka terhadap penyakit ini.
Kuman ini dapat berkembang biak pada suhu 0 derajat Celcius sampai 44 °C.
Penyakit yang disebabkan oleh Clostridium perfringens
Gejala yang ditimbulkan adalah diare dan nyeri perut. Bakteri ini terdapat di saluran pencernaan
carnivora (serigala, anjing), herbivora (tikus, gajah, kalkun) dan babi.
Media penularan adalah daging babi dan kalkun. Makanan yang berasal dari hewan
terkontaminasi oleh kuman ini karena daging terkontaminasi oleh kotoran atau isi saluran
pencernaan di rumah potong hewan. Makanan yang sudah dimasak dibiarkan dalam beberapa
jam pada suhu kamar, disimpan didalam oven hangat atau disimpan dalam freezer dalam jumlah
besar sehingga temperatur tidak terlalu dingin atau tidak cukup untuk mencegah pertumbuhan
bakteri ini. Sehingga kasus penyakit ini dapat terjadi jika manusia mengonsumsi makanan masak
yang sudah mengandung kuman.
Tindakan pencegahan dapat dilakukan sebagai berikut. Makanan matang segera disimpan dan
didinginkan dengan suhu dibawah 7 ° C. Jika ingin dimakan kembali harus dipanaskan dahulu
pada suhu 71 - 100 ° C. Jika mungkin makanan segera dimakan setelah dimasak. Makanan
sebaiknya dipanaskan diatas 60 ° C atau suhu yang lebih tinggi.
Penyakit yang disebabkan oleh _-Listeria monocytogenes__
Makanan sebagai media penularan kuman ini adalah sayuran coleslaw (semacam salat yang
diberi mayonaise), susu yang dipasteurisasi, keju lunak, daging mentah, seafood, sayuran dan
buah-buahan (makanan mentah).
Gejala yang ditimbulkan sepsis (infeksi yang meluas ke dalam saluran darah),
meningoencephalitis (infeksi di selaput otak dan di bagian otak), focal infeksius (infeksi lokal,
misalnya di kulit yg terkena,di sal.pencernaan yg dilewati makanan tsb), pregnancy infectious
(infeksi kehamilan), granuloma infantiseptica ( sepsis pada infant yg berbentuk granuloma).
Penyakit yang disebabkan oleh virus
Biasanya penularan terjadi karena manusia mengkonsumsi makanan yang berasal dari hewan
seperti daging sapi, domba, ayam, kalkun dan susu, dimana hewan sudah terinfeksi oleh virus
tertentu. Virus yang dapat menyebabkan Foodborne desease ini dikenal virus yang tahan panas
yang dapat ditularkan melalui susu sehingga tidakan pencegahannya adalah susu dipanaskan
dengan dipasteurisasi dalam waktu yang lama.
Penyakit yang disebabkan oleh parasit
Beberapa parasit ada dalam feses (kotoran) hewan dan dapat menyebabkan infeksi jika makanan
yang tercemar oleh kotoran yang mengandung parasit termakan , dicerna dan diserap oleh tubuh.
Sementara beberapa jenis yang lain terdapat dalam otot/daging hewan. Parasit terbagi dua yaitu
protozoa dan cacing.
Toxoplasmosis yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii
Kejadian toxoplasmosis pada manusia ini termasuk tinggi. Sumber utama penularan berasal dari
kucing. Awalnya kucing memakan tikus atau burung yang mengandung Toxoplasma. Dalam
tubuh kucing mikroorganisma ini hidup dan berkembangbiak menjadi bentuk yang infeksius bagi
tubuh mannusia. Bentuk infeksius ini biasanya terdapat dalam kotoran kucing.
Daging domba, babi dan mungkin sapi dapat terinfeksi oleh spesies ini dan menghasilkan kista
(bersifat infeksius) yang dapat menginfeksi tubuh manusia.
Pada kucing yang menderita toxoplasmosis biasanya tidak menimbulkan gejala tetapi pada
manusia tampak. Terutama berbahaya pada wanita hamil. Jika wanita hamil terserang
toxoplasmosis dapat berakibat keguguran, melahirkan bayi yang sudah meninggal, juga cacat
bentuk dan kegagalan fungsi dari organ tubuh terutama yang melibatkan sistem syaraf pusat.
Penularan melalui daging dapat dicegah dengan makan daging yang benar- benar matang. Jika
berkebun harus mencuci tangan dengan baik (menggunakan sabun) setelah berkebun. Pada
wanita hamil sebaiknya menghindari tempat kotoran kucing . Bagi pemelihara kucing sebaiknya
tempat kotoran kucing dibersihkan setiap hari.
Trichinellosis yang disebabkan oleh Trichinella spiralis
Parasit ini berkembang biak dalam tubuh babi. Infeksi terjadi jika makan daging babi mentah
atau setengah masak. Larva yang infeksius biasanya terdapat pada otot / daging babi.
Pada daerah yang penduduknya tidak makan daging atau tidak memperbolehkan makan daging
babi, kejadian Trichinellosis sangat rendah. Gejala trichinellosis pada manusia adalah udema
(pembengkakan) pada periorbital (bagian mata), demam dan sakit pada otot dan sendi.
Foodborne desease oleh _-Taenia saginata__
Cacing ini hidup dan berkembang biak dalam tubuh sapi. Kejadian infeksi oleh cacing ini jarang
tetapi sering terjadi di daerah dimana penduduknya sering makan daging sapi mentah. Tindakan
pencegahan adalah pengontrolan yang ketat di rumah potong hewan, pembuangan kotoran
manusia yang aman (tidak di sembarang tempat). Pemasakan daging yang baik atau jika daging
dibekukan sebaiknya selama 5 hari pada suhu -10°C.
Cystiserkosis oleh Taenia solium
Cacing ini hidup dan berkembang biak didalam tubuh babi. Infeksi dapat terjadi jika orang
makan daging babi mentah atau yang dimasak setengah matang. Cacing ini dalam bentuk
cysticerci dapat menyerang organ mata, jantung, otak , sumsum tulang belakang selain saluran
pencernaan pada babi dan manusia.
Sumber : Cliver O. Dean. 1990. Foodborne Disease. Food Research Institute, Department of
Bacteriology and WHO collaboratoring on Food Virology and WHO , University of Wisconsin,
Madison, Wisconsin, USA.
Penulis: drh. Rochmiyati Setiadi. Editor: Dian Supraptohttp://www.kharisma.de/?q=node/175
Food Borne Disease “Typhoid Fever” (Demam Tipoid)
Oleh : Ellen Demi Winata / 105100401111018Sumber : http://www.who.int/immunization/topics/typhoid/en/
Pengertian Food Borne DiseaseFood and water borne disease berarti penyakit yang menular lewat makanan dan
minuman. Prevalensinya merupakan urutan kedua setelah air borne disease, disebabkan karena
penularannya yang mudah, yaitu melalui materi yang dibutuhkan orang setiap hari. Sumber
penularan umumnya kotoran penderita, dan masuk ke saluran pencernaan melalui mulut,
sehingga disebut juga fecal-oral transmission route. Penularan food and water borne disease ini
sangat dipengaruhi oleh sanitasi dan kebersihan. Beberapa penyakit juga bersumber dari hewan.
Definisi Typhoid
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi, basil tifus. Hal ini ditandai dengan
timbulnya tiba-tiba demam berkelanjutan, sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan, sembelit
atau kadang-kadang diare. Bentuk yang parah telah dijelaskan dengan kebodohan mental dan
meningitis. Fatalitas kasus tingkat 10% dapat dikurangi hingga kurang dari 1% dengan terapi
antibiotik yang sesuai. Namun, strain resisten terhadap antibiotik yang direkomendasikan
kloramfenikol dan lainnya (ampisilin, kotrimoksazol dan bahkan ciprofloxacin) telah menjadi
lazim di beberapa wilayah di dunia. Paratifoid demam dapat disebabkan oleh salah satu dari tiga
serotipe S. paratyphi A, B dan C. Hal ini mirip dengan gejala demam tifoid untuk, tetapi
cenderung ringan, dengan tingkat kematian lebih rendah.
Demam tifoid disebabkan oleh S. typhi, basil Tifoid. Untuk tujuan studi epidemiologis
maka prosedur pemeriksaan laboratorium “phage typing” dan “pulsed field gel electrophoresis”
dari S. typhi mempunyai nilai yang tinggi untuk melakukan identifikasi terhadap isolat. Untuk
demam paratifoid dikenal ada 3 serovarians S. enterica yaitu : S. paratyphi A, S. paratyphi B, S.
paratyphi C. Dikenal beberapa macam “phage types”.
Distribusi Penyakit
Penyakit ini tersebar merata diseluruh dunia. Insidensi penyakit demam tifoid diseluruh
dunia mencapai 17 juta setahun dengan jumlah kematian sebanyak 600.000 orang. Di Amerika
Serikat demam tifoid muncul sporadis dan relatif konstan berkisar antara 500 kasus setahun
selama bertahun-tahun (bandingkan dengan demam tifoid yang dilaporkan sebanyak 2484 pada
tahun 1950).Dengan memasyarakatnya perilaku hidup bersih dan sehat, memasyarakatnya
pemakaian jamban yang saniter maka telah terjadi penurunan kasus demam Tifoid, dan yang
terjadi di Amerika Serikat adalah kasus import dari daerah endemis. Sekarang sering ditemukan
strain yang resisten terhadap kloramfenikol dan terhadap antibiotika lain yang umum digunakan
untuk demam tifoid. 558 Kebanyakan isolat yang dikumpulkan pada tahun 90an dari Asia
Tenggara, Asia Selatan, Timur Tengah dan Afrika Timur Laut adalah strain yang membawa
plasmid dengan faktor R yang membawa kode resistens terhadap berbagai jenis antibiotika yang
dulu umum dipakai untuk mengobati demam tifoid seperti kloramfenikol, amoksisilin,
trimetroprim/sulfametoksasol. Demam paratifoid muncul secara sporadis atau muncul sebagai
KLB terbatas, mungkin juga kejadiannya lebih banyak daripada yang dilaporkan. DI AS dan
Kanada demam paratifoid jarang teridentifikasi. Dari ketiga jenis demam paratifoid, paratifoid B
adalah yang paling sering ditemukan, paratifoid A lebih jarang dan yang paling jarang adalah
paratifoid C. Reservoir
Manusia merupakan reservoir bagi tifoid maupun paratifoid; walapun jarang binatang
peliharaan dapat berperan sebagai reservoir bagi paratifoid. Kontak dalam lingkungan keluarga
dapat berupa carrier yang permanen atau carrier sementara. Status carrier dapat terjadi setelah
serangan akut atau pada penderita subklinis. Sedangkan carrier kronis sering terjadi pada mereka
yang kena infeksi pada usia pertengahan terutama pada wanita; carrier biasanya mempunyai
kelainan pada saluran empedu termasuk adanya batu empedu. Status carrier kronis pada saluran
kemih terjadi pada penderita schitosomiasis. Pernah terjadi KLB demam paratifoid di Inggris,
sapi perah yang mengeluarkan mikroorganisme Paratyphi B didalam susu dan kotoran mereka
diketahui sebagai penyebab terjadinya KLB.
Cara-cara Penularan
Penularan terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh tinja dan urin
dari penderita atau carrier. Dibeberapa negara penularan terjadi karena mengkonsumsi kerang-
kerangan yang berasal dari air yang tercemar, buah-buahan, sayur-sayuran mentah yang dipupuk
dengan kotoran manusia, susu dan produk susu yang terkontaminasi oleh carrier atau penderita
yang tidak teridentifikasi. Lalat dapat juga berperan sebagai perantara penularan memindahkan
mikroorganisme dari tinja ke makanan. Di dalam makanan mikroorganisme berkembang biak
memperbanyak diri mencapai dosis infektif, dimana dosisnya lebih rendah pada tifoid
dibandingkan dengan paratifoid.
Masa Inkubasi
Masa inkubasi tergantung pada besarnya jumlah bekteri yang menginfeksi; masa inkubasi
berlangsung dari 3 hari sampai dengan 1 bulan dengan rata-rata antara 8 – 14 hri. Untuk
gastroenteris yang disebabkan oleh paratifoid masa inkubasi berkisar antara 1 – 10 hari.
Masa Penularan
Selama basil ditemukan didalam tinja selama itu dapat terjadi penularan, biasanya terjadi
penularan pada minggu pertama sakit dan selama periode konvalesens; waktu ini dapat bervariasi
(untuk paratifoid biasanya masa penularan berlangsung antara 1 – 2 minggu) sekitar 10% dari
penderita demam tifoid yang tidak diobati selama tiga bulan akan terus menerus mengeluarkan
basil setelah munculnya gejala awal dan 2 – 5% penderita akan menjadi carrier kronis; sebagian
kecil penderita yang terinfeksi oleh paratifoid dapat menjadi carrier permanen pada kandung
empedu.
Kerentanan dan Kekebalan
Setiap orang rentan terhadap infeksi, kerentanan ini meningkat pada orang yang
menderita akhlorhidria atau pada orang yang menderita infeksi HIV. Imunitas spesifik relatif
dapat timbul setelah seseorang mengalami infeksi baik yang menunjukkan gejala klinis maupun
pada mereka yang tapa gejala. Imunitas dapat juga muncul setelah pemberian imunisasi.
Didaerah endemis demam tifoid sering ditemukan pada anak prasekolah dan anak-anak berusia 5
– 19 tahun.
Cara-cara Pencegahan
1. Berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya mencuci tangan setelah buang air
besar dan sebelum memegang makanan dan minuman, sediakan fasilitas untuk mencuci tangan
secukupnya. Hal ini terutama penting bagi mereka yang pekerjaannya sebagai penjamah
makanan dan bagi mereka yang pekerjaannya merawat penderita dan mengasuh anak-anak.
2. Buanglah kotoran pada jamban yang saniter dan yang tidak terjangkau oleh lalat. Pemakaian
kertas toilet yang cukup untuk mencegah kontaminasi jari. Ditempat yang tidak ada jamban, tinja
ditanam jauh dari sumber air dihilir.
3. Lindungi sumber air masyarakat dari kemungkinan terkontaminasi. Lakukan pemurnian dan
pemberian klorin terhadap air yang akan didistribusikan kepada masyarakat. Sediakan air yang
aman bagi perorangan dan rumah tangga. Hindari kemungkinan terjadinya pencemaran
(backflow) antara sistem pembuangan kotoran (sewer system) dengan sistem distribusi air. Jika
bepergian untuk tujuan pikinik atau berkemah air yang akan diminum sebaiknya direbus atau
diberi bahan kimia.
4. Berantas lalat dengan menghilangkan tempat berkembang biak mereka dengan sistem
pengumpulan dan pembuangan sampah yang baik. Lalat dapat juga diberantas dengan
menggunakn insektisida, perangkap lalat dengan menggunakan umpan, pemasangan kasa.
Jamban konstruksinya dibuat sedemikian rupa agar tidak dapat dimasuki lalat.
5. Terapkan standar kebersihan pada waktu menyiapkan dan menangani makanan; simpan makanan
dalam lemari es pada suhu yang tepat. Perhatian khusus harus diberikan pada salad dan makanan
lain yang dihidangkan dalam keadaan dingin. Standar kebersihan ini berlaku untuk makanan
yang disiapkan dirumah tangga maupun yang akan disajikan untuk umum. Jika kita kurang yakin
akan standar kebersihan ditempat kita makan, pilihlah makanan yang panas dan buah-buahan
sebaiknya dikupas sendiri.
6. Lakukan pasteurisasi terhadap susu dan produk susu. Lakukan pengawasan yang ketat terhadap
sanitasi dan aspek kesehatan lainnya terhadap produksi, penyimpanan dan distribusi produk susu.
7. Terapkan peraturan yang ketat tentang prosedur jaga mutu terhadap industri yang memproduksi
makanan dan minuman. Gunakan air yang sudah diklorinasi untuk proses pendinginan pada
waktu dilakukan pengalengan makanan.
8. Batasi pengumpulan dan penjualan kerang-kerangan dari sumber yang jelas yang tidak tercemar.
Rebuslah kerang sebelum dihidangkan.
9. Beri penjelasan yang cukup kepada penderita, penderita yang sudah sembuh dan kepada carrier
tentang cara-cara menjaga kebersihan perorangan. Budayakan kebiasaan mencuci tangan dengan
sabun setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan.
10. Promosikan pemberian air susu ibu kepada bayi yang sedang menyusui. Rebuslah susu dan air
yang akan dipakai untuk makanan bayi.Carrier dilarang untuk menangani/menjamah makanan
dan dilarang merawat penderita. Lakukan identifikasi terhadap carrier dan lakukan pengawasan
terhadap mereka. Pembuatan kultur dari sampel limbah dapat membantu untuk menentukan
lokasi carrier. Carrier kronis harus diawasi dengan ketat dan dilarang melakukan pekerjaan yang
dapat menularkan penyakit kepada orang lain. Yang bersangkutan dapat dibebaskan dari
larangan ini apabila sudah memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu
tiga kali berturut-turut sampel tinja yang diperiksa menunjukkan hasil negatif, khusus untuk
daerah endemis schistosomiasis sampel yang diambil adalah sampel urin. Sampel diambil
dengan interval satu bulan dan 48 jam setelah pemberian antibiotika terakhir. Sampel yang baik
adalah tinja segar. Dan dari tiga sampel yang berturut-turut diambil dengan hasil negatif minimal
satu sampel harus diambil dengan cara melakukan lavemen/klisma. Penelitian yang dilakukan
akhir-akhir ini menemukan bahwa penggunaan derivat quinolone yang baru yang diberikan
secara oral memberikan hasil yang baik untuk mengobati carrier walaupun ada kelainan empedu;
untuk mengetahui apakah telah terjadi penyembuhan perlu dilakukan pemeriksaan kultur.
11. Untuk demam tifoid pemberian imunisasi tidak dianjurkan di AS. Saat ini imunisasi hanya
diberikan kepada mereka dengan risiko tinggi seperti petugas laboratorium mikrobiologis,
mereka yang bepergian kedaerah endemis, mereka yang tinggal didaerah endemis, anggota
keluarga dengan carrier. Vaksin yang tersedia adalah vaksin oral hidup yang mengandung S.
Typhi strain Ty21a (diperlukan 3 – 4 dosis dengan interval 2 hari), dan vaksin parenteral yang
beredar adalah vaksin dosis tunggal yang berisi Vi antigen polisakarida. Vaksin oral yang berisi
Ty21a jangan diberikan kepada penderita yang sedang mendapatkan pengobatan antibiotika atau
pengobatan anti malaria, mefloquine. Oleh karena sering menimbulkan efek samping yang berat
maka vaksin “whole cell” yang diinaktivasi dianjurkan untuk tidak digunakan. Vaksin dosis
tunggal yang mengandung Vi antigen polisakarida adalah vaksin pilihan, karena kurang
reaktogenik. Dosis booster perlu diberikan kepada mereka yang secara terus menerus
mempunyai risiko tertular. Booster diberikan dengan interval antara 2 – 5 thun tergantung jenis
vaksinnya. Demam paratifoid: ujicoba dilapangan dengan menggunakan vaksin oral tifoid
(Ty21a) memberikan perlindungan parsial terhadap paratifoid, namun perlindungan yang
diberikan tidak sebaik terhadap tifoid.
Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya
1. Laporan kepada institusi kesehatan setempat; Tifoid wajib dilaporkan disebagian besar negara
bagian dan negara didunia, kelas 2A (Lihat tentang pelaporan penyakit menular).
2. Isolasi: Pada waktu sakit, lakukan kewaspadaan enterik; sebaiknya perawatan dilakukan dirumah
sakit pada fase akut. Supervisi terhadap penderita dihentikan apabila sampel yang diambil 3 kali
berturut-turut dengan interval 24 jam dan 48 jam setelah pemberian antibiotika terakhir
memberikan hasil negatif. Pengambilan sampel tidak boleh kurang dari satu bulan setelah onset.
Sampel yang diambil adalah tinja dan urin untuk penderita di daerah endemis schistosomiasis.
Jika salah satu sampel memberi hasil positif maka ulangi pembuatan kultur dengan interval satu
bulan selama 12 bulan setelah onset, sampai 3 kali beturu-turut sampel yang diambil hasilnya
negatif.
3. Disinfeksi serentak: Disinfeksi dilakukan terhadap tinja, urin dan alat-alat yang tercemar. Di
negara maju dengan fasilitas sistem pembuangan kotoran yang baik, tinja dapat dibuang
langsung kedalam sistem tanpa perlu dilakukan disinfeksi terebih dulu. Dilakukan pembersihan
menyeluruh.
4. Imunisasi terhadap kontak: Pemberian imunisasi rutin terhadap anggota keluarga, petugas
kesehatan dengan vaksin tifoid kurang begitu bermanfaat walaupun mereka terpajan dengan
penderita tifoid. Namun vaksinasi masih bermanfaat diberikan kepada mereka yang terpajan
dengan carrier. Tidak ada vaksin yang efektif untuk demam paratifoid A.
5. Lakukan investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi: Sumber infeksi yang sebenarnya dan
sumber infeksi yang potensial harus diidentifikasi dengan cara melakukan pelacakan penderita
yang tidak dilaporkan, carrier dan melacak makanan, susu, air, kerang-kerangan yang
terkontaminsai. Seluruh anggota grup pelancong yang salah satu anggotanya adalah penderita
tifoid harus diamati. Titer antibodi terhadap purified Vi polysaccharide mengidentifikasikan yang
bersangkutan adalah carrier. Jika ditemukan tipe phage yang sama pada organisme yang diisolasi
dari penderita dan carrier menunjukan telah terjadi penularan.
6. Pengobatan spesifik: Meningkatnya resistensi terhadap berbagai macam strain menentukan jenis
obat yang dipakai untuk terapi secara umum, untuk orang dewasa ciprofloxacin oral dianggap
sebagai obat pilihan terutama untuk penderita tifoid di Asia. Belakangan ini dilaporkan bahwa
telah terjadi penurunan sensitivitas pada penelitian in vivo terhadap berbagai strain Asia. Untuk
strain lokal yang masih sensitf terhadap pengobatan maka obat-obatan oral seperti kloramfenikol,
amoksisilin atau TMP-SMX (untuk anak-anak) masih cukup efektif untuk mengobati penderita
akut. Sedangkan ceftriaxone obat parenteral yang diberikan sekali sehari sangat bermanfaat
diberikan kepada penderita obtunded atau kepada penderita dengan komplikasi dimana tidak bisa
diberikan pengobatan antibiotika oral. Pemberian kartikosteroid dosis tinggi dalam jagka pendek
dikombinasikan dengan pemberian antibiotika serta terapi suportif membantu menurunkan angka
kematian pada penderita berat. Untuk pengobatan kepada carrier lihat uraian pada bagian 9A11
diatas. Penderita schistosomiasis yang menderita tifoid selain pemberian terapi untuk tifoidnya
maka diberikan juga praziquantel untuk menghilangkan kemungkinan cacing schistosoma
membawa basil S. Typhi.
Penanggulangan wabah
1. Lakukan pelacakan secara intensif terhadap penderita dan carrier yang berperan sebagai smber
peularan. Cari dan temukan media (air, makanan) yang tercemar yang menjadi sumber
penularan.
2. Lakukan pemusnahan terhadap makanan yang diduga sebagai sumber penularan.
3. Lakukan pasteurisasi atau rebuslah susu yang akan dikonsumsi. Singkirkan seluruh suplai susu
dan makanan yang diduga tercemar untuk tidak dikonsumsi pada saat sampai diketahui bahwa
susu dan makanan tersebut aman untuk dikonsumsi.
4. Terhadap sumber air yang diduga tercemar dilakukan klorinasi sebelum digunakan dengan
supervisi yang ketat. Apabila tindakan klorinasi tidak dapat dilakukan, air dari sumber yang
diduga tercemar tersebut jangan digunakan, semua air minum harus diklorinasi, diberi iodine
atau direbus sebelum diminum.
5. Pemberian imunisasi secara rutin tidak dianjurkan.
Top Related