BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
FOLUKULITIS
Folukulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut (folikel),
yang disebabkan oleh staphylokokus aureus.
Folukulitis adalah peradangan dari satu atau lebih folikel rambut.
Kondisi ini dapat terjadi di kulit mana pun.
FOLUKULITIS SUPERFISIAL SUPERFISIALIS ATAU
IMPETIGO BOCKHART (PADA LAPISAN KULIT BAGIAN
LUAR ATAU EPIDERMIS).
Pada bentuk kelainan superfisial, bintik-bintik kecil (papul )
berkembang di sekeliling satu atau beberapa folikel. Infeksi
terasa gatal dan agak sakit, tetapi biasanya tidak terlalu
menyakitkan..
Etiologi : Staphylococcus aureus1
Epidemiologi : Semua umur, terutama pd anak-anak
Lokalisasi: Daerah berambut biasanya tungkai bawah
Predisposisi :
Sering di daerah tropis & iklim panas
Kebersihan & higiene kurang
DM , kelelahan, kurang gizi
Lingkungan kotor
Differensial diagnosis :
Acne vulgaris : terutama di wajah & punggung
Penatalaksanaan :
Jaga kebersihan kulit
Makanan tinggi protein & kalori
Antibiotik sistemik: Eritromisin, Penisilin
Antibiotik topikal: Kemicetin 2%
Eksudasi: kompres
Gambaran klinik:
Banyak papul erytematous superfisialis & pustula pada muara
rambut
Tempat predileksi di kulit (muka, gluteus, tungkai)
Suatu kondisi kronik yang diperberat dengan mencukur
Papul kadang-kadang mengandung pus ( pustul ), ditengahnya
mengandung rambut serta adanya krusta disekitar daerah
inflamasi.
Tempat predileksi folukulitis superfisial superfisial yaitu di
tungkai bawah
Bentuk folukulitis superfisial superfisial, diantaranya :
2
Pseudomonas Folukulitis superfisial
Sekitar 12 sampai 48 jam terpajan, akan timbul papul kemerahan
sampai dengan adanya pustul. Ruam akan bertambah berat pada
bagian tubuh yang tertutup pakaian renang dengan air yang
terkontaminasi dengan pseudomonas.
Tinea Barbae
Lebih sering disebabkan oleh jamur Trychopyton verrucosum atau
Trychopyton mentagrophytes daripada bakteri. Folukulitis
superfisial tipe ini juga terjadi di daerah dagu pria ( jenggot ).
Tinea barbae menyebabkan timbulnya bintik-bintik putih yang
gatal.
Pseudofolukulitis superfisial Barbae
Pada inflamasi folikel rambut di daerah jenggot, pseudofolukulitis
superfisial barbae menyebabkan jenggot menjadi keriting.
Pityrosporum Folukulitis superfisial
Lebih sering terjadi pada dewasa muda. Folukulitis superfisial tipe
ini menimbulkan gejala kemerahan, pustul dan gatal pada daerah
punggung, dada dan kadang-kadang daerah bahu, lengan atas dan
wajah. Disebabkan oleh infeksi ragi, seperti Malassezia furfur,
sama halnya seperti jamur yang menyebabkan ketombe.
2. Gejala Klinis
Gejala klinis folukulitis superfisial berbeda beda tergantung jenis
infeksinya. Pada bentuk kelainan superfisial, bintik-bintik kecil (papul)
berkembang di sekeliling satu atau beberapa folikel. Papul kadang-
kadang mengandung pus (pustul), di tengahnya mengandung rambut serta
adanya krusta di sekitar daerah inflamasi. Infeksi terasa gatal dan agak
sakit, tetapi biasanya tidak terlalu menyakitkan. Tempat predileksi
folukulitis superfisial superfisial yaitu di tungkai bawah.
3
Folukulitis akan merusak seluruh folikel rambut sampai ke subkutan
sehingga akan teraba infiltrat di subkutan dan dapat menimbulkan gejala
yang lebih berat yaitu sangat sakit, adanya pus yang akhirnya dapat
meninggalkan jaringan ikat apabila telah sembuh.
Pustula supertisial atau nodul inflamasi sekitar rambut mungkin menjadi
kronik terutama pada daerah jenggot (sikosis barbe). Furunkulosis nodul
menjadi pustula dengan nekrosis di bagian tengah dan pengeluaran cairan
yang mengandung bahan nekrotik purulen, dan bercampur darah dapat
hilang timbul.
Gejala folukulitis superfisial antara lain :
- Ruam (daerah kulit memerah)
- Jerawat atau pustula yang terletak di sekitar folikel rambut
- Gatal di kulit
- Di sekitar folikel rambut tampak beruntus-beruntus kecil berisi cairan
yang bisa pecah lalu mengering dan membentuk keropeng.
3. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memastikan
bahwa penyebabnya adalah stafilokokus, bisa dilakukan pembiakan
contoh jaringan yang terinfeksi di laboratorium atau bias dilakukan
biopsy.
Furunkulosis ekstensif atau karbunkel biasanya menunjukkan
leukositosis. S.aureus merupakan penyebab utama. Pemeriksaan
histologis dari karbunkel menunjukkan proses inflamasi dengan PMN
yang banyak di dermis dan lemak subkutan. Pada karbunkel, abses
multipel yang dipisahkan oleh trabekula jaringan ikat menyusup dermis
dan melewati sepanjang pinggir folikel rambut, mencapai permukaan
melalui lubang pada epidermis yang terkikis. Diagnosis dapat ditegakkan
4
berdasarkan gambaran klinis yang dikonfirmasi dengan pewarnaan gram
dan kultur bakteri. Pewarnaan gram akan menunjukkan sekelompok
kokus berwarna ungu (gram positif) dan kultur bakteri pada medium agar
darah domba memberikan gambaran koloni yang lebar (6-8 mm),
permukaan halus, sedikit cembung, dan warna kuning keemasan.
Pemeriksaan Khusus folukulitis superfisial :
Biakan dan tes kepekaan
Hitung jenis mungkin diperlukan
Urinalisis
Biopsi kulit dapat digunakan untuk membantu dokter mengkonfirmasikan
diagnosis.
Diagnosis furunkel kebanyakan dapat ditegakkan secara klinis mengingat
gambaran klinisnya yang khas yaitu lesi awal berupa infiltrat kecil,
membesar membentuk nodul eritematosa berbentuk kerucut, nyeri,
terdapat core (mata bisul), kemudian melunak menjadi abses, pecah,
terbentuk ulkus. Tetapi untuk lebih menegakkan diagnosisnya yaitu dari
segi :
1. anamnesis : timbul bisul atau benjolan yang nyeri dan ada matanya.
2. pemeriksaan fisik khususnya efloresensi nodul eritema berbentuk
kerucut, dan ditengahnya terdapat core
3. pemeriksaan penunjang : pengecatan Gram, kultur dan tes sensitivitas
4. Diagnosis Banding
Diagnosis banding karbunkel yaitu :
a. Kista epidermal
Diagnosa banding yang paling utama dari karbunkel adalah kista
epidermal yang mengalami inflamasi. Kista epidermal yang
mengalami inflamasi dapat dengan tiba-tiba menjadi merah, nyeri
5
tekan, dan ukurannya bertambah dalam satu atau beberapa hari
sehingga dapat menjadi diagnosa banding karbunkel. Diagnosa
banding berupa kista epidermal yang mengalami inflamasi ini dapat
disingkirkan berdasarkan terdapatnya riwayat kista sebelumnya pada
tempat yang sama, terdapatnya orificium kista yang terlihat jelas dan
penekanan lesi tersebut akan mengeluarkan masa seperti keju yang
berbau tidak sedap sedangkan pada karbunkel mengeluarkan material
purulen.
b. Hidradenitis suppurativa (apokrinitis)
Diagnosa banding seperti hidradenitis suppurativa (apokrinitis) juga
sering membuat salah diagnosis karbunkel. Berbeda dengan
karbunkel, penyakit ini ditandai oleh abses steril dan sering berulang.
Selain itu, daerah predileksinya berbeda dengan karbunkel yaitu pada
aksila, lipat paha, pantat, atau di bawah payudara. Adanya jaringan
parut yang lama, adanya sinus dan fistel serta kultur bakteri yang
negatif memastikan diagnosis penyakit ini dan juga membedakannya
dengan karbunkel.
c. Sporotrikosis, blastomikosis dan akne konglobata
Sporotrikosis merupakan infeksi kronik dari jamur Sporotrichum
schenkii dan ditandai oleh nodula berjejer sepanjang aliran limfe.
Blastomikosis ditandai nodula kronik dengan multipel fistula. Akne
konglobata ditandai oleh nodulnodul merah hitam dengan
kebanyakan berada pada daerah punggung daripada wajah dan
lengan.
5. Therapy/Tindakan Penanganan
Terapi folukulitis superfisial :
6
- Kadang folukulitis superfisial dapat sembuh sendiri setelah dua atau
tiga hari, tetapi pada beberapa kasus yang persisten dan rekurens perlu
penanganan lebih lanjut.
- Pengobatan dapat diberikan antibiotik sistemik.
- Antibiotik topikal serta penggunaan antiseptik (contoh, chlorhexidine)
dapat diberikan sebagai terapi tambahan, tetapi jangan digunakan
tanpa pemberian antibiotik sistemik. Dianjurkan pemberian antibiotik
sistemik dengan harapan dapat mencegah terjadinya infeksi kronik.
6. Pencegahan
Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada folikel rambut dan infeksi
tindakan yang perlu dilakukan antara lain:
Meminimalkan gesekan pakaian.
Hindari mencukur di daerahá yang sering timbul gatal (jika memang
harus dicukur, gunakan silet baru yang bersih atau pisau cukur listrik).
Menjaga kebersihan daerah yang gatal.
Perbaikan/peningkatan kebersihan pribadi dan lingkungan
Menggunakan sabun antiseptik/antikuman
Menghindari atau sedikit mungkin menggunakan obat-obatan suntikan
intravena
Menggunakan pakaian yang ringan yang memudahkan udara atau
angin bersikulasi dalam tubuh.
Menjaga kebersihan kulit dengan sabun cair yang mengandung zat
anti-bakteri merupakan cara terbaik untuk mencegah terjadinya infeksi
atau mencegah penularan.
7. Komplikasi
7
Pada beberapa kasus folukulitis superfisial ringan, tidak menimbulkan
komplikasi meskipun infeksi dapat rekurens atau menyebar serta
menimbulkan plak.
Komplikasi pada folukulitis superfisial yang berat, yaitu :
a. Selulitis
Sering terjadi pada kaki, lengan, atau wajah. Meskipun infeksi awal
hanya superfisial, akhirnya akan mengenai jaringan di bawah kulit
atau menyebar ke nodus limfatikus dan aliran darah.
b. Furunkulosis
Kondisi ini terjadi ketika furunkel berkembang ke jaringan dibawah
kulit (subkutan). Furunkel biasanya berawal sebagai papul berwarna
kemerahan. Tetapi beberapa hari kemudian dapat berisi pus,
sehingga akan membesar dan lebih sakit.
c. Skar
Folukulitis superfisial yang berat akan meninggalkan skar atau
jaringan ikat (hipertropik/skar keloid) atau hipopigmentasi.
d. Kerusakan folikel rambut
Hal ini akan mempermudah terjadinya kebotakan permanen.
8
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Data Subjektif :
- Klien mengeluh terdapat benjolan seperti jerawat di kulit
- Klien mengeluh kulit terasa gatal
- Klien mengatakan sering menggaruk-garuk benjolan tersebut
- Klien mengeluh nyeri pada benjolan tersebut
- Klien mengeluh badan terasa hangat
- Klien mengatakan malu dengan kulitnya yang kemerahan dan bisulan
Data Objektif :
- Kulit klien tampak kemerahan
- Pasien tampak menggaruk-garuk benjolan pada tubuhnya
- Tampak lesi pada daerah yang sering digaruk oleh klien.
- Terdapat pustule di sekitar folikel rambut
- wajah pasien tampak meringis
- Skala nyeri 2-4
- Tekanan darah >120/80 mmHg
- Denyut nadi >100kali/menit
- Rrespirasi rate >20 kali/menit.
- Suhu tubuh klien >37.5 C
- Terdapat benjolan dengan pus di wajah dengan diameter 5cm
- Pasien tampak menutup bisul dan kulitnya yang kemerahan
- Klien menolak untuk bertemu dengan perawat
- Klien tidak ada kontak mata saat diajak bicara.
9
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS
1. Nyeri akut berhubungan dengan respon inflamasi dan peningkatan
tekanan local akibat agen cidera biologis ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri pada daerah benjolan, wajah pasien tampak meringis,
skala nyeri 2-4, terdapat pustule sekitar folikel rambut, tekanan darah
>120/80 mmHg, denyut nadi >100kali/menit, respirasi rate >20
kali/menit.
2. Hipertermia berhubungan dengan respon inflamasi akibat invasi bakteri
Staphylococus ditandai dengan pasien mengeluh badan terasa hangat, suhu
badan klien >37.5 C, denyut nadi >100kali/menit, respirasi >20
kali/menit.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan mekanik (tekanan,
gesekan, garukan) ditandai dengan pasien tampak menggaruk-garuk
benjolan tersebut, tampak lesi pada daerah yang sering digaruk oleh klien.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
(kulit tidak utuh).
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan hiperemi dan pembengkakan
sekunder akibat penyakit ditandai dengan klien mengatakan malu dengan
badannya yang kemerahan, pasien tampak menutup bagian tubuhnya
yang kemerahan, klien menolak untuk bertemu dengan perawat, klien
tidak ada kontak mata saat diajak bicara.
3. INTERVENSI BERDASARKAN NIC
1. Nyeri akut berhubungan dengan respon inflamasi dan peningkatan
tekanan local akibat agen cidera biologis ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri pada daerah benjolan, wajah pasien tampak
meringis, skala nyeri 2-4, terdapat pustule sekitar folikel rambut,
10
tekanan darah >120/80 mmHg, denyut nadi >100kali/menit, respirasi
rate >20 kali/menit.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .....x 24 jam diharapkan
nyeri dapat terkontrol dengan kriteria hasil :
Pain level (level nyeri):
- Klien tidak melaporkan adanya nyeri (skala 5 = none)
- Klien tidak merintih ataupun menangis (skala 5 = none)
- Klien tidak menunjukkan ekspresi wajah terhadap nyeri (skala 5 =
none)
- Klien tidak tampak berkeringat dingin (skala 5 = none)
- Klien tidak mengalami ketegangan otot (skala 5 = none)
- RR dalam batas normal (16-20 x/mnt) (skala 5 = normal)
- Nadi dalam batas normal (60-100x/mnt) (skala 5 = normal)
- Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg) (skala 5 = normal)
Pain control (kontrol nyeri):
- Klien dapat mengenali onset nyeri (skala 5 = consistently
demonstrated)
- Klien dapat mendeskripsikan faktor-faktor penyebab nyeri (skala 5 =
consistently demonstrated)
- Klien dapat mengontrol nyerinya dengan menggunakan teknik
manajemen nyeri non farmakologis (skala 5 = consistently
demonstrated)
- Klien menggunakan analgesik sesuai rekomendasi. (skala 5 =
consistently demonstrated)
- Klien melaporkan nyeri terkontrol. (skala 5 = consistently
demonstrated)
11
Intervensi:
Pain management (manajemen nyeri):
1. Lakukan pengkajian yang komprehensif terhadap nyeri, meliputi
lokasi, karasteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,
serta faktor-faktor yang dapat memicu nyeri.
Rasional: pengkajian berguna untuk mengidentifikasi nyeri yang
dialami klien meliputi lokasi, karasteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri serta factor-faktor yang dapat memicu nyeri klien
sehinggga dapat menentukan intervensi yang tepat.
2. Observasi tanda-tanda non verbal atau isyarat dari ketidaknyamanan.
Rasional: dengan mengetahui rasa tidak nyaman klien secara non
verbal maka dapat membantu mengetahui tingkat dan perkembangan
nyeri klien.
3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik dalam mengkaji pengalaman
nyeri dan menyampaikan penerimaan terhadap respon klien terhadap
nyeri.
Rasional: membantu klien dalam menginterpretasikan nyerinya.
4. Kaji tanda-tanda vital klien.
Rasional: peningakatan tekanan darah, respirasi rate, dan denyut nadi
umumnya menandakan adanya peningkatan nyeri yang dirasakan.
5. Kontrol faktor lingkungan yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan,
seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan.
Rasional: membantu memodifikasi dan menghindari faktor-faktor
yang dapat meningkatkan ketidaknyamanan klien.
6. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri non farmakologi, (mis:
teknik terapi musik, distraksi, guided imagery, masase dll).
Rasional: membantu mengurangi nyeri yang dirasakan klien, serta
membantu klien untuk mengontrol nyerinya.
12
7. Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai indikasi.
Rasional: membantu mengurangi nyeri yang dirasakan klien.
2. Hipertermia berhubungan dengan respon inflamasi akibat invasi
bakteri Staphylococus ditandai dengan pasien mengeluh badan terasa
hangat, suhu badan klien >37.5 C, denyut nadi >100kali/menit,
respirasi >20 kali/menit.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .....x 24jam diharapkan
suhu tubuh klien normal dengan kriteria hasil :
1. Thermoregulation (Termoregulasi)
- Suhu tubuh klien normal (36,5˚C-37,5˚C) (skala 5 = normal)
- Klien melaporkan rasa nyaman. ( skala 5 = not compromised)
- Klien tidak menggigil. (skala 5 = none)
2. Vital signs (Tanda vital)
- Suhu : 36,5˚C-37,5˚C (skala 5 = normal)
- Nadi: 60-100x/mnt (skala 5 = normal)
- RR: 16-20 x/mnt (skala 5 = normal)
- TD: 120/80 mmHg (skala 5 = normal)
Intervensi :
Fever treatment (penatalaksanaan demam)
1. Monitor suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi, dan respirasi rate
secara berkala (min. tiap 2 jam)
Rasional: suhu 38,90 – 41,10 menunjukkan proses penyakit infeksius
akut. Menggigil sering mendahului puncak suhu.
2. Berikan kompres hangat.
Rasional: membuat vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat
membantu mengurangi demam.
13
3. Anjurkan klien untuk mempertahankan asupan cairan adekuat.
Rasional: untuk mencegah dehidrasi akibat penguapan cairan karena
suhu tubuh yang tinggi.
4. Kolaborasi pemberian obat antipiretik dan antibiotic sesuai indikasi.
Rasional: digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan mekanik (tekanan,
gesekan, garukan) ditandai dengan pasien tampak menggaruk-garuk
benjolan tersebut, tampak lesi pada daerah yang sering digaruk oleh
klien.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .....x 24jam diharapkan
integritas kulit pasien membaik dengan kriteria hasil :
Tissue Integrity: Skin & mucous membran (integritas jaringan: kulit dan
membrane mukosa)
- Temperatur kulit (skala 5 = not compromised)
- Sensasi kulit (skala 5 = not compromised)
- Elastisitas kulit(skala 5 = not compromised)
- Hidrasi kulit (skala 5 = not compromised)
- Warna kulit (skala 5 = not compromised)
- Tekstur kulit (skala 5 = not compromised)
- Ketebalan kulit (skala 5 = not compromised)
- Bebas lesi jaringan (skala 5 = none)
- Kulit intak (tidak ada eritema dan nekrosis) (skala 5 = none)
Intervensi :
14
Skin care: Topical treatments (perawatan kulit: terapi topikal)655
1. Pantau adanya kerusakan kulit klien setiap hari.
Rasional: mengevaluasi status kerusakan kulit sehingga dapat
memberikan intervensi yang tepat.
2. Cegah penggunaan linen bertekstur kasar dan jaga agar linen tetap
bersih, tidak lembab, dan tidak kusut.
Rasional: keadaan yang lembab dapat meningkatkan
perkembangbiakan mikroorganisme dan untuk mencegah terjadinya
lesi kulit akibat gesekan dengan linen.
3. Lakukan perawatan kulit secara aseptik 2 kali sehari.
Rasional: untuk meningkatkan proses penyembuhan lesi kulit serta
mencegah terjadinya infeksi sekunder.
4. Kolaborasi pemberian antibiotic/antiinflamasi/antijamur topical sesuai
indikasi.
Rasional: untuk mengatasi keluhan dan lesi pada kulit akibat infeksi
jamur.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat (kulit tidak utuh).
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .....x 24jam diharapkan
integritas kulit pasien membaik dengan kriteria hasil :
Infection Severity (Keparahan infeksi)
- Kemerahan (Skala 5 = None)
- Hipertermia (Skala 5 = None)
- Nyeri (Skala 5 = None)
Risk Control (Kontrol resiko)
15
- Mampu menyebutkan factor-faktor resiko penyebab infeksi ( Skala
5 = Consistenly demonstrated)
- Monitor lingkungan penyebab infeksi (Skala 5 = Consistenly
demonstrated)
- Monitor tingkah laku pasien (Skala 5 = Consistenly demonstrated)
- Dapat menghindari paparan saat tindakan keperawatan (Skala 5 =
Consistenly demonstrated)
Intervensi :
Kontrol Infeksi
- Bersihkan lingkungan setelah digunakan oleh klien.
Rasional : Agar bakteri dan penyakit tidak menyebar dari
lingkungan dan orang lain.
- Jaga agar barier kulit yang terbuka tidak terpapar lingkungan
dengan cara menutup dengan kasa streril.
Rasional : Mengurangi paparan dari lingkungan
- Batasi jumlah pengunjung
Rasional : Mengurangi organism pathogen masuk ke tubuh pasien.
- Ajarkan pasien tekhnik mencuci tangan yang benar.
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi dari mikroorganisme yang
ada di tangan
- Pergunakan sabun anti microbial untuk mencuci tangan
Rasional : Mencuci tangan menggunakan sabun lebih efektif untuk
membunuh bakteri.
- Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
keperawatan
Rasional : Mencegah infeksi nosokomial
- Terapkan Universal precaution
16
Rasional : Mencegah infeksi nosokomial
- Pertahankan lingkungan aseptik selama perawatan
Rasional : untuk meminimalkan terkontaminasi mikroba atau
bakteri.
- Anjurkan klien untuk memenuhan asupan nutrisi dan cairan
adekuat
Rasional : Menjaga ketahanan sistem imun.
- Ajarkan klien dan keluarga untuk menghindari infeksi
Rasional : infeksi lebih lanjut dapat memperburuk resiko infeksi
pada klien
- Ajarkan pada klien dan keluarga tanda-tanda infeksi
Rasional : agar dapat melaporkan kepada petugas lebih cepat,
sehingga penangan lebih efisien
- Kolaborasi pemberian antibiotik bila perlu
Rasional : untuk mempercepat perbaikan kondisi klien
Proteksi terhadap infeksi
- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Rasional : agar memudahkan pengambilan intervensi
- Monitor hitung granulosit, WBC
Rasional : sebagai monitor adanya reaksi infeksi.
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
Rasional : untuk mengetahui tinggi/rendahnya tingkat infeksi pada
klien, sehingga memudahkan pengambilan intervensi
- Berikan perawatan kulit
Rasional : kulit merupakan pertahanan pertama dari bakteri.
- Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas
dan drainase
Rasional : merupakan tanda-tanda terjadinya inspeksi.
17
- Inspeksi kondisi luka
Rasional : untuk mempermudah pengambilan intervensi
selanjutnya
- Dorong masukan nutrisi yang cukup
Rasional : nutrisi yang adekuat dapat mempermudah
penyembuhan luka.
- Dorong masukan cairan dan istirahat
Rasional : untuk memperbaiki status cairan agar terbentuk turgor
kulit yang normal.
- Ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
Rasional : untuk mencegah terjadinya efek toksik pada obat.
18
BAB III
KESIMPULAN
Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut (folikel).
Penyebabnya adalah infeksi oleh bakteri stafilokokus.
Folikulitis bisa terjadi di bagian kulit manapun, biasanya merupakan akibat dari
kerusakan folikel rambut karena:
- bergesekan dengan pakaian
- penyumbatan folikel rambut
- pencukuran.
Pada kulit yang terkena akan timbul ruam, kemerahan dan rasa gatal.
Di sekitar folikel rambut tampak beruntus-beruntus kecil berisi cairan yang bisa
pecah lalu mengering dan membentuk keropeng.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
Untuk memastikan bahwa penyebabnya adalah stafilokokus, bisa dilakukan
pembiakan contoh jaringan yang terinfeksi di laboratorium.
Kompres hangat bisa mempercepat pengempesan folikulitis.
Untuk mengendalikan infeksi, bisa diberikan antibiotik (salep maupun kapsul).
19
DAFTAR PUSTAKA
Auliya. 2006. Folukulitis superfisial, Bisul, dan Karbunkel. http://ny-amie-
napitupulu.blog.friendster.com/2006/01/follikulitis-bisul-karbunkel/. [Akses:
13 Oktober 2010]
Dava, 2010. Folukulitis superfisial, Bisul, dan Karbunkel. http://anto-
dava.blogspot.com/2010/06/follikulitis-bisul-karbunkel.html. [Akses: 13
Oktober 2010]
Faizal. 2008. Karbunkel. http://www.scribd.com/doc/8648890/Karbunkel . [Akses: 13
Oktober 2010]
McCloskey&Bulechek. 2004. Nursing Interventions Classification, Fourth Edition.
USA: Mosby Elsevier
Midiasari, Ika. 2010. Karbunkel pada Pasien Kebersihan Kurang.
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?
page=Karbunkel+pada+Pasien+dengan+Kebersihan+kurang+. [Akses: 13
Oktober 2010]
NANDA. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda: Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta: Prima Medika
Nurcahyo. 2008. Folukulitis superfisial, Bisul, dan Karbunkel.
http://www.indonesiaindonesia.com/f/13383-follikulitis-bisul-and-karbunkel/.
[Akses: 13 Oktober 2010]
Rudi, Saa. 2009. Folukulitis superfisial.
http://jangan-sakit.blogspot.com/2009/10/folukulitis superfisial.html. [Akses:
13 Oktober 2010]
Satter Kline, Elizabeth, MD, MPH.2010.Folukulitis
superfisial.http://www.emedicine/emedicine-spesialisasi/dermatologi/
penyakit-adneksa/folukulitis superfisial.[Akses: 13 Oktober 2010]
20
Top Related