0BAB I
PENDAHULUAN
Banyak orang yang membutuhkan kacamata karena ketidakmampuan matanya
untuk membuat bayangan jatuh tepat diretina sehingga untuk bayangan tepat jatuh
diretina dibutuhkan koreksi refraksi berupa kacamata. Dengan adanya kemajuan
teknologi maka perkembangan penggunaan kacamata juga mengalami kemajuan, salah
satunya adalah lensa kontak. (1)
Dari 22 juta orang Amerika kira-kira satu dari lima yang membutuhkan kacamata
menggunakan lensa kontak. Beberapa diantara mereka menggunakan lensa kontak
sepanjang waktu, dan beberapa menggunakan pada waktu-waktu tertentu saja.
Pengalaman seseorang merupakan suatu motivasi yang utama dalam memutuskan untuk
menggunakan lensa kontak. Lensa kontak dapat juga digunakan pada aktivitas olah raga,
sehingga pengunaannya makin diperluas. (1)
Lensa kontak dapat memberikan penglihatan alami, dapat bergerak sesuai
pergerakan mata untuk memberikan lapang penglihatan yang lebih luas. Distorsi yang
terjadi pada penggunaan kacamata dapat dihilangkan.tidak sama dengan kacamata yang
dapat berkabut bila kena hujan. (1). Lensa kontak RGP yang berkembang pada akhir-
akhir ini mulai banyak disukai dengan alasan karena sifat rigidnya sehingga dapat mudah
memeliharanya, dan terbuat dari bahan yang tidak mengandung air sehingga air mata
tidak melekat pada RGP (2)
RGP berkembang seiring dengan berkembangnya variasi komplikasi terhadap
kornea, beberapa dapat menyebabkan kerusakan penglihatan permanen. Beberapa
penelitian menunjukan penggunaan lensa kontak dapat menyebabkan hipoksia kornea,
sehingga menimbulkan kehilangan sel epitel, inflamasi, keratitis mikrobakterial, mata
merah akut. Penurunan transmisi oksigen ini juga menimbulkan edema kornea dan
peningkatan ditemukannya Pseudomonas aeruginosa pada epitel kornea. Dengan
pemakaian RGP komplikasi-komplikasi diatas dapat teratasi.(3)
Dalam pemasangan RGP sangat penting untuk mengetahui anatomi dan fisiologi
kornea karena RGP ini termasuk lensa kontak kornea, sehingga nantinya berperan dalam
transmisi cairan dan seleksi pasien yang akan dipakaikan RGP. Perlunya Fitting RGP
1
pada pasien untuk mendapatkan koreksi penglihatan yang optimal, nyaman dan
pemeliharaan kesehatan mata.
Tahapan yang dilalui dalam fitting RGP adalah penentuan base curve, base curve
atau diameter dari trial lensa kontak yang digunakan, penetuan power lensa kontak dan
pengaruh vertex distance. Fitting RGP ini menggunakan flourescein untuk menentukan
hubungan antara lensa dan kornea, dilakukan saat air mata normal, sehingga dapat
ditentukan apakah lensa kontak yang dipasangkan tersebut flat (datar) atau steep
(dalam/cembung). Dengan pola flourescein ini dapat juga kita tentukan kornea ada
astigmat atau tidak. ((4,5,6)
Dengan banyak keuntungan pemakaian RGP terutama terhadap oksigenisasi
kornea, namun, RGP ini juga mempunyai kekurangan baik terhadap kornea maupun
kelopak mata, sehingga perlu sekali untuk memperhatikan hal-hal yang mernjadi kontra
indikasi yang akan memicu timbulnya kekurangan atau kerugian dalam pemakaian RGP.
(6)
Pasien yang memakai RGP harus diterangkan bagaimana cara pemasangan
melepaskannya karena pasien yang belum terbiasa menggunakan lensa kontak perlu tahu
teknik pemasangan lensa kontak ini., dan tahap-tahap pemakaian dalam beradaptasi
dengan RGP. Begitu juga halnya pasca pemasangan RGP ini perlu diingatkan untuk
follow up pasien selama beberapa minggu setelah fitting pertama. (7,8)
2
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Perkembangan Lensa Kontak
Lensa kontak yang pertama dipasarkan berasal dari bahan polymethyl
methacrylate (PMMA), RGP mulai dikembangkan dari PPMA yang merupakan plastik
akrilik yang kaku.. Saat ini kurang dari 5 % dari semua industri lensa di Amerika Serikat
yang terbuat dari PMMA. (2,5)
Keuntungan dari bahan PMMA adalah :
Biaya yang murah
Proses pembuatan yang mudah
Mempunyai daya tahan yang baik
Kekurangan dari bahan ini adalah
Transmisi gas yang kurang baik
Kurang nyaman
Dengan adanya kekurangan ini, pada tahun 1960 Wichterle dan Lim
mengembangkan bahan lensa kontak yang baru dari hidrogel yaitu Hydroxymethyl
Methacrylat (HEMA) yang dikenal sebagai lensa kontak generasi kedua. Lensa Hidrogel
lebih nyaman dari pada lensa rigid dari PPMA, karena kelembutannya, luas diameter
yang lebih besar. Lensa RGP ini adalah jenis lensa yang sifat rigiditasnya mirip dengan
PMMA`dan mempunyai keuntungan tambahan dari permeabilitas udara yang tidak
bergantung pada media cairan. Bahan ini khas karena baik untuk :
Hidrasi air
Penetrasi oksigen melewati bahan lensa yang mana tidak terdapat pada lensa
kontak jenis PMMA.
Memberikan rasa lebih nyaman dari pada lensa kontak yang kaku karena lebih
lunak dan diameter yang lebih besar.
Sehingga lensa kontak Hema ini lebih dikenal dengan lensa kontak lunak (LKL) atau soft
contact lense.(10)
3
Untuk itu pada akhir tahun 1970 an dibuat konsep yang lebih baik untuk
perkembangan lensa kontak lebih baik lagi. Perkembangan selanjutnya di temukannya
suatu bahan lensa kontak yang dapat ditembus udara yang dikenal dengan Rigid Gas
Permeable dimana merupakan lensa yang sifatnya mirip dengan lensa PMMA dengan
mempunyai keuntungan tambahan permeabilitas gasnya tidak tergantung pada media
cairan (10)
RGP mulai diperkenalkan pada akhir tahun 1970, yang merupakan teknologi lebih
baru dari pada soft lenses, terbuat dari bahan yang lebih fleksibel dari PPMA. Bahan
silikonnya adalah oksigen yang permeable sehingga oksigen dapat lewat melewati RGP
dan menghasilkan kenyaman yang lebih besar dan lebih sehat. (9)
Anatomi Kornea
Kornea adalah struktur yang luar biasa dengan sifat daya tembus derajat tinggi
dan mempunyai daya perlindungan sendiri serta daya perbaikan terhadap diri sendiri
yang hebat. (11)
A. Bentuk kornea adalah eliptikal
Diameter diukur dari sulkus eksternal ke sulkus eksternal berjarak lebih
kurang 13,5 mm horizontal dan 12 mm vertikal.
Radius kelengkungan posterior kornea adalah 6,2 - 6,8 mm.
Ketebalan rata-rata adalah 0,52 mm ditengah dan 0,67 mm dilimbus
Kelengkungan kornea mendatar mendekati pinggir kornea.
B. Bentuk Kornea : kornea adalah lensa meniskus
Radius rata-rata apikal depan 7,8mm / 43,27 D
Radius rata-rata apikal belakang 6,5 mm
Indeks bias kornea 1,376
C. Komposisi kornea
78 % air
15 % kolagen
5 % bentuk protein lain
1 % glikoaminoglikana (GAGs)
4
1 % garam
D. Vaskularisasi dan Inervasi
Kornea perifer (dan sklera dekat Kanal Schlemm) mendapat perdarahan dari
pembuluh-pembuluh sekitar kornea. Perannya untuk nutrisi kornea kecil. Sentral
kornea avaskuler namun kaya dengan inervasi serabut saraf afferen saraf siliar
panjang posterior (cabang ophthalmik nervus V) yang masuk kornea dalam 3
bidang yaitu sklera, episklera dan konjungtiva. (5,10,11)
Dengan struktur anatomi kornea ini maka dalam perencanaan pemakaian RGP
diperlukan parameter untuk menetukan pemesanan RGP nantinya. Parameter yang
diperlukan adalah sebagai berikut :
1. Kelengkungan dasar (Base curve)
Bace Curve ditentukan dengan mernggunakan keratometer. Keratometer adalah
alat yang digunakan untuk menentukan kelengkungan kedua meridian utama atau
kurvatura kornea pasien, karena topografi kornea merupakan pertimbangan yang penting
untuk posisi dan pergerakan RGP. Informasi yang didapatkan dari keratometri adalah
batasan perkiraan dari kurvatura sedikit dari daerah sentral kira-kira 3mm dari meridian
prinsip sekitar aksis visual. Dengan kata lain keratometer diukur pada empat titik pada 3
mm sentral(5,8,13,14).
Selain untuk power ukuran lensa kontak ditulis dengan mm radius , sehingga
hasil keratometri dengan menggunakan dioptri harus dikonversikan dulu ke mm radius
dengan membaca skala pada keratometer (terlampir ). Hasil keratometri dalam mm kita
tulis dengan tanda ”K”dan ”k”. untuk nilai yang besar ditulis K dan nilai yang lebih kecil
sebagai k. K yang disebut juga flat K digunakan sebagai dasar untuk pemilihan
/penentuan dari Base Curve lensa. (6)
5
2. Diameter Base Curve Trial Lens
Trial lens RGP mempunyai range diameter 8 – 11,5 mm ditentukan oleh :
Diameter kornea
Posisi lensa
Lensa RGP tradisional umumnya menggunakan diameter 9,5 – 10 mm
Zona apikal dibuat lebih panjang sehingga penglihatan menjadi stabil setelah
kedipan.
Secara umum diameter lensa dibuat kira-kira 3mm lebih pendek (kecil) dari
diameter iris yang terlihat.
Jika trial terletak lebih rendah : diameter dapat dibuat lebih kecil atau lebih besar
untuk menentukan posisi yang lebih tinggi. (4)
3. Power = Kekuatan
Kalau sudah yakin Base Curve Trial Lens sudah benar maka selanjutnya
ditentukan power lensa kontak, cara ini dilakukan dengan overrefraksi. Overrefraksi
adalah pengapasan kacamata atau pemeriksaan dengan lensa kacamata pada mata yang
telah ditempeli lensa kontak, dengan menambahkan lensa minius atau lensa plus sampai
didapat visus normal atau koreksi maksimal. Apabila hasil overrefraksi kurang dari 4.00
D maka dapat dilakukan penjumlahan langsung hasil overrefraksi dengan Power Trial
Contact Lens untuk mendapatkan Power Lensa Kontak yang akan dipesan. Apabila hasil
lebih besar dari 4.00 D (plus atau minus) perlu diperhitungkan Vertex Distance. (5)
6
4. Disain permukaan lensa
Bentuk permukaan depan perifer dapat dipengaruhi oleh posisi lensa, contoh :
lensa minus tinggi didisain lentikuler sehingga dapat meningkatlan efektifitas
palpebra superior mempertahankan atau memegang lensa pada posisi posterior.
Meningkatkan clearence dari permukaan posterior perifer sehingga kornea
perifer superior keposisi lebih tinggi.
Jika toricitas kornea lebih dari 2 D maka kelengkungan dasar sferis dapat
dengan diletakan lensa yang ketegangannya lebih. Pada kasus ini
dipertimbangkan memakai lensa dengan disain torik permukaan belakang.
Lensa torik permukaan belakang dapat menimbulkan kelainan astigmat dan
stabilisasi dengan prisma ballast. (4)
Fisiologi Kornea
Transmisi Cairan
Untuk memahami konsep transmisi gas melalui lensa kontak, penting untuk
menilai konsep yang menghubungkan transisi oksigen dari lensa. Istilah Dk value adalah
sering digunakan untuk menggambarkan permeabilitas oksigen dari bahan lensa. Dk
dihasilkan dari difusi konstan dan daya larut yang konstan untuk bahan yang ada. Nilai
ini tergantung pada ketebalan lensa tapi ukuran dari kemampuan tetap dari transmisi gas
dari bahan. Nilai yang lebih penting adalah Dk/L adalah fungsi transmisi gas dari bahan
seperti yang dihubungkan dengan ketebalan lensa. Nilai L ini adalah sangat penting untuk
dimengerti bagaimana bahan lensa kontak akan berfungsi pada mata, apabila suatu bahan
lensa mempunyai nilai Dk tinggi tapi ketebalan lensa hilang seperti pada afakia, hal ini
akan memberikan transmisi oksigen sangat kurang. (5)
A. Sifat permeabilitas kornea (Dk)
Air : lapisan endotel lebih mudah ditembus air dari pada lapisan epitel.
Oksigen : diperlukan untuk integrasi kornea.
CO 2 : penting untuk mencegah perubahan pH dan metabolik pada kornea.
B. Energi untuk metabolisme kornea
Glukosa memasuki kornea dengan cara difusi dari akuos humor.
7
Energi dalam bentuk ATP.
C. Sifat transparan kornea
Transmisi cahaya melalui stroma 90 % dari sinar-sinar datang.
Sifat transparan tergantung pada susunan kolagen dan fungsi pompa endotel.
Kadar air kornea diatur melalui pompa endotel
Pompa Air Mata
Pada lensa Gas-Permeable,adanya kedipan mata akan membuat lensa rigid
mengubah 10% sampai 20% dari air mata, tergantung pemasangan yang adekuat, dengan
kedipan ada perubahan air mata bagian dalam lensa, debris sel dan sisa hasil metabolisme
memberikan perubahan secara aktif, yang menyebabkan toleransi fisiologi yang lebih
besar dari kornea. (5)
8
BAB III
FITTING RGP
Seleksi Pasien
Perkembangan lensa rigid permeable dulunya sebagai faktor utamanya hampir
mutlak dibuat dari PMMA, masih merupakan lensa yang masih dapat diterima walaupun
tidak permeabel terhadap oksigen. Pasien yang menggunakan lensa kontak untuk alasan
terapi seperti keratokonus sehingga dapat untuk membuat kembali lensa PMMA . Secara
ideal untuk pemasangan RGP diperlukan lensa yang rigid karena astigmat kornea yang
1-3 D tidak dapat memberikan penglihatan yang adekuat apabila menggunakan lensa
lunak, Pasien yang intoleransi terhadap PMMA karena komplikasi spesifik seperti
gangguan kornea dapat lebih bermamfaat dengan RGP karena permeabilitasnya lebih
baik. Kornea warpage dipercaya berhubungan dengan hipoksia kronik, sehingga lensa
RGP toleransinya lebih baik pada pasien ini.(10)
Pasien dengan konjungtivits giant papllary yang menggunakan lensa yang lunak
bisa berhasil dengan baik dengan dengan lensa RGP. Kemampuan untuk
mempertahankan permukaan yang bersih bebas dari deposit dapat juga bermaafaat untuk
pasien yang menggunakan RGP. Komplikasi lain dari lensa kontak lunak seperti keratitis
limbus superior atau neovaskularisasi, dapat diatur dengan melengkapi pasien dengan
lensa RGP. Pasien afakia yang tidak setuju untuk menggunakan lensa kontak lunak
karena ketidakmampuan mereka untuk memasang dan membuka lensa dapat dilengkapi
dengan lensa RGP.(10)
Prinsip-Prinsip Fitting pada Lensa Kontak RGP
Tujuan fitting lensa kontak adalah :
Koreksi penglihatan yang optimal dan nyaman
Pemelihraan kesehatan mata
Apabila fitting tidak pas akan timbul ketidaknyamanan pada sudut lensa kontak
dan pinggir kornea. Mengedip merangsang pompa air mata yang mempertahankan
9
ketebalan kompartemen air mata dan fungsi pelumasnya. Pompa air mata juga berperan
dalam menghasilkan produk sampingan yaitu CO 2 dan memenuhi suplai O2 untuk air
mata. Lensa kontak sifatnya hidrofobik sehingga bila lensa kontak tidak bergerak akan
cendrung lengket.
Posisi lensa yang tinggi saat mengedip sebagian akan ditutupi palpebra atas
sedangkan posisi lensa yang rendah pinggir atas lensa lebih terbuka karena pengaruh
penurunan pinggir palpebra atas. Pola letak rendah ini sering ditemui gannguan kornea
perifer pada jam 3 dan 9. Secara umam lensa kontak nyaman digunakan bila :
Sensasi pinggir palpebra atas tidak ada
Pola mengedip normal tidak tertahan
Sensasi ini akan mempengaruhi :
Kedipan jadi tidak sempurna
Laju mengedip juga berkurang
Lensa posisi sentral (lensa interpalpebral) sedikit lebih tinggi, lensa melengket dengan
palpebral selama pinggir palpebra atas berhimpit dengan bagian atas lensa selama
kedipan berputar. Posisi sentral ini cendrung menjadi low riding lense. Posisi bagian luar
dari lensa kontak RGP ditentukan oleh efektifitas palpebra atas dalam menarik bagian
superior lensa yang berlawanan waktu tarikan bawah selama gravitasi saat membuka
kedipan.
Permukaan posterior dari lensa RGP dibuat untuk mencapai 4 tujuan :
1. Memberikan daya angkat yang adekuat pada pinggir (sebagai pedoman
munculnya cincin fourescein dibawah perifer lensa)
2. Memudahkan pergerakan lensa pada permukaan yang lebih datar pada kornea
perifer superior untuk mendapat posisi yang lebih tinggi.
3. Memberikan mekanisme pertukaran air mata
4. Distribusi tekanan kompresi lensa yang memungkinkan area kornea terlebar
mengalami tekanan seminimal mungkin.
10
Posisi lensa yang kearah inferior dapat disebabkan ketegangan kelopak mata,
kualitas berkedip, topografi kornea dapat juga perubahan. (12)
Teknik Fitting
Lensa kornea RGP menempel pada limbus, lensa ini cocok pada diameter yang
lebih besar dari pada PMMA karena melekat secara fleksibel membutuhkan ukuran yang
lebih besar untuk kestabilan ukuran dibandingkan dengan lensa PMMA. (10)
Kenyamanan dalam pemakaian RGP tergantung dari berbagai faktor :
Topografi kornea
Karakteristik kelopak mata
Kelainan refraksi
Kualitas dan kuantitas air mata
Sebelum melakukan pemasangan lensa kontak, harus dilakukan pemeriksaan
secara lengkap. Apabila tidak terdapat kelainan yang dapat mengganggu kenyamanan
11
dalam pemakaian RGP pada mata pasien, maka proses fitting, pemasangan untuk
pemesanan atau penulisan resep lensa kontak RGP dilakukan
Sebelum menyiapkan lensa trial, sebaiknya digunakan anestesi topikal untuk
mengurangi reflek air mata yang berlebihan, yang optimal mengubah posisi lensa pada
keadaan istirahat dan mengedip. Selain itu pemakaian anestesi lokal ini juga untuk
mengurangi reflek produksi air mata yang biasanya timbul karena mendapat rangsangan
sensasi benda asing (4)
Penggunaan flourescein sangat penting dalam fitting RGP. Flourescein tidak
digunakan untuk fitting lensa kontak lunak. Flourescein adalah suatu zat yang larut dalam
air, indikator pewarnaan nontoksik, dengan cahaya putih memberikan warna coklat,
dalam pengenceran yang kuat memberikan warna hijau kekuningan. Saat pewarnaan
bercampur atau larut dalam air mata maka akan tampak hubungan antara lensa dan
kornea, gambaran tersebut disebut pola flourescein. Evaluasi pola flourescein ini harus
dibuat saat air mata normal dan tidak ada blefarospasme, sebaliknya air mata yang
berlebihan dapat menghilangkan flourescein.. Pola flourescein akan merubah ketebalan
lapisan air mata antara lensa dan kornea. Dasar dari penilaian pada gambaran fluorescein
adalah bila tidak ada warna hijau dalam pewarnaan flourescein daerah yang diwarnai
akan tampak berwarna hitam. Reflek hitam ini diindikasikan bahwa daerah tersebut tidak
ada lapisan air mata yang mengandung fluorescein berarti pada tempat lensa kontak
menempel langsung pada kornea. Sebaliknya tempat lensa kontak tidak menempel pada
kornea ruang ini akan teisi oleh flourescein.. Pola flourescein yang ideal cendrung untuk
sejajar dimana kurva posterior lensa paralel dengan kurvatura kornea. (10,12).
Setelah lensa trial disisipkan hubungan fitting dievaluasi dengan pola flourescein
selama rangsangan mengedip memperlihatkan sentral pooling (terlalu dalam/steep) atau
terlalu pinggir (terlalu dangkal /flat) maka trial ditukar dengan yang lebih tepat
kelengkungan dasarnya. Dimana gambaran ruang besar dibawah optic zone antara lensa
kontak dan kornea dengan warna hijau menyala dibagian sentral berarti daerah sentral
longgar disebut base curve lensa kontak terlalu steep, sehingga perlu kita coba lensa
kontak dengan base curve flat dengan radius yang lebih besar dan lebih panjang. Apabila
keadaan ini tidak dikoreksi akan meningkatkan astigmat. Bila terdapat bercak hitam
ditengah dan dikeliling daerah berwarna hijau, hal ini menunjukkan lensa kontak
12
menempel pada puncak kornea berarti terjadi penekanan apek maka base curve lensa
kontak terlalu flat sehingga dapat merubah bentuk permukaan kornea dan trauma epitel
maka perlu kita coba lensa kontak dengan base curve yang lebih steep dengan radius
yang lebih kecil. (4,5,6)
Dengan test flourescein kita juga dapat mengetahui kalau kornea yang memakai RGP
tersebut ada astigmat atau toric. Astigmat kornea dapat dibagi dua :
a) With the Rule
b) Againt the Rule
a) Pada with the rule Astigmatism meridian utama vertikal lebih steep dari pada
meridian utama horizontal. Karena “K” dipakai sebagai dasar untuk pemilihan base
curve lensa kontak kita sesuaikan dengan meridian utama kornea yang paling flat
maka lensa kontak menempel pada meridian horizontal kornea, maka tampak suatu
band hitam yang letaknya horizontal, sedangkan meridian utama vertikal tampak
hijau karena lebih steep. Gambaran flourescein yang demikian menandakan suatu
good fit. Jika base curve lensa kontak kita terlalu steep maka terlihat garis hitam
dipinggir lensa kontak di daerah horizontal sedangkan bagian tengahnya tampak
hijau, berarti pinggir lensa kontak lebih menempel pada kornea dibandingkan bagian
sentralnya. Pada lensa kontak yang terlalu flat bagian tengahnya lebih menempel
13
pada kornea bila dibandingkan dengan bagian perifer, bahkan dapat lepas dari
kornea. (6)
b) Pada Againt the Rule kita akan melihat gambaran flourescein yang sama tetapi
berputar 90 derajat sebab meridian utama vertikal lebih flat atau horizontal lebih
steep. (6)
Kerugian Lensa Kontak RGP
1. Staining (noda) pada jam 3 dan 9
Pengeringan dari perilimbal kornea yang terbuka antara jam 3 dan jam 9 adalah
kerakteristik untuk lensa letak rendah yang dihubungkan dengan :
Kegagalan pola reflek mengedip
Insufisiensi pergerakan lensa
Tear meniscus inadekuat
Profil ketebalan lensa perifer
Pada keadaan kronik : dapat menjadi petunjuk timbul sikatrik vaskularisasi perifer
telah terjadi kemiripan karena penggunaan lensa RGP yang diskontiniu.
2. Adhesi lensa
Lensa telah melengket ke kornea karena adanya lapisan mukus dari tear film.
Reaksi adhesi timbul berupa cincin kompresi pada permukaan kornea yang
muncul beberapa jam setelah lensa dibuka.
Jadi adhesi lensa timbul karena : - flat fitting
14
- stationary lense
- inadequate tear supply
Cara mengatasi : - memperbanyak kedipan mata
- hubungan lensa – kornea yang lebih dalam
- daerah yang lebih luas dari clearence perifer lebih besar
3. Ptosis
Lensa kontak RGP dapat menimbulkan ptosis ringan yang lebih jelas terlihat
unilateral.
Kelengkungan pada palpebra bagian temporal selama pergerakan lensa menjadi
faktor tambahan terjadinya ptosis.
4. Kekaburan kaca mata
Lensa kontak dapat merubah bentuk lensa yang bersifat sementara dan normal
dengan koreksi kacamata setelah lensa kontak dilepas.
Pada kekaburan kaca mata yang berat termasuk timbulnya astigmat irreguler
memerlukan waktu yang lama untuk kembali normal.
5. Lain –lain :
Bekas atau jejak isolasi benda asing
Defek epitel kornea (dimple staining) membentuk bola-bola kecil merupakan
udara yang terperangkap dibawah lensa (4, 10)
Keuntungan Lensa Kontak RGP
1. Permeabilitas terhadap oksigen lebih baik
2. Lebih baik untuk pasien dengan astigmat ringan dan sedang.
3. Mekanisme pompa air mata bekerja dengan kornea sehingga pertukaran air mata,
pemindahan sisa metabolik dan debris air mata.
4. Sistem pemeliharaan yang tidak sulit.
5. Walaupun permukaan lensa dapat ditempeli bakteri namun bahan RGP tidak
mendukung untuk perkembangan dari bakteri
6. Karena karakteristik fitting dan permeabilitas terhadap oksigen yang baik, lebih
dirasakan nyaman dan memberikan adaptasi yang cepat.
15
7. Dapat menghilangkan distorsi bayangan dan tidak menimbulkan pandangan berkabut
bila kena hujan (yang sering terjadi pada pemakai kacamata)
8. Lapang pandang dapat lebih luas
9. Karena bahannya tidak mengandung air sehingga air mata tidak menempel, (1,2,10)
Kontra Indikasi
1. Inflamasi segmen anterior yang aktif
Inflamasi pada kelopak mata, konjungtiva, kornea atau traktus uvea anterior.
Kondisi kelopak mata seperti skuomosa atau blefaritis rosasea, kalazion dan
penyakit ini harus diatasi dulu sebelum pemberian lensa kontak
Konjungtiva bulbi seperti adanya folikel atau papil pada konjungtiva tarsal.
adanya pterigium, namun untuk ptrerigium yang kecil tidak melewati limbus
dapat dipertimbangkan untuk pemakaian lensa kontak.
2. Riwayat baru atau terjadinya erosi kornea atau rekuren
Parut dari trakoma kornea, keratitis intersisial lama
3. Distrofi membran dasar anterior
4. Dry eye
Sekresi air mata yang kurang pada keratokonjungtifitis sicca dapat
menyebabkan BUT yang cepat
5. Blep setelah operasi glaukoma.
Gerakan lensa kontak dapat terjadi saat pasien mengedip sehingga dapat
megenai blep sehingga blep dapat pecah. Glaukoma sendiri bukan bukan suatu
pertimbangan yang penting untuk pemakaian lensa kontak teknik khusus dapat
diambil apabila adanya drainase blep. (4,8)
Menajemen Pasien
16
1. Pendidikan
Perlu mempertimbangkan pendidikan pasien karena untuk pemakaian RGP ini
harus di ajarkan teknik pemasangan dan pengangkatan RGP, dan perawatan RGP
sehari-harinya. Perlu diterangkan pemakaian dimulai dengan 2 atau 3 jam
dilakukan 2 kali sehari, kemudian baru secara progresif diperpanjang sampai
pemakaian sehari penuh.
2. Higiene
Pada pasien juga harus diingatkan untuk menjaga kebersihan baik sebelum dan
sesudah pemakaian RGP, tangan harus dicucidengan sasun sampai bersih sebelum
memakai RGP dan setelah RGP dibuka juga harus di bersihkan dengan message
lunak dengan cairan seperti benzalkonium kloride selanjutnya disimpan dalam
pada tempat yang telah disediakan. Cara pembersihan setiap hari secara sederhana
ini tidak cukup untuk mengankat debris dari lensa sehingga perlu dibersihkan
rutin setiap minggu dengan menggunakan enzim dengan komposisi papain yang
dapat membuang lipid dan perlengketan yang susah dibersihkan. Sangat perlu
menjaga kebersihan kuku dan tetap pendek. Untuk wanita sebaiknya memakai
lensa sebelum memakai make up dan saat memekai hairspay hendaknya menutup
mata karena kandungan bahan kimia dapat melekat dan menempel pada lensa.
(7,8)
Follow Up
Pasien harus di follow up secara teratur untuk beberapa minggu setelah fitting
pertama kemudian diturunkan intervalnya secara progresif. Pada follow up rutin yang
perlu diperhatikan adanya keluhan baik penglihatan atau yang tidak berhubungan dengan
penglihatan, posisi lensa masih pada posisi yang baik, tajam penglihatan, komplikasi-
komplikasi, melihat apakah ada yang membuat pergerakan lensa tidak stabil apakah ada
goresan atau deposit. Pada pemeriksaan secara umum melihat kedua konjungtiva,
kelopak mata, apakah ada injeksi dan tanda lain seperti folikel, papil, kelainan kelenjar
meibom, atau kista. (8).
17
Ada atau tidak adanya keluhan dari pasien saat kontrol tetap kita follow up lensa
kontak dan mata pasien tersebut dengan menggunakan flourescein, untuk menilai
integritas kornea. Jika dari hasil pemeriksaan semua baik-baik saja maka pasien
dianjurkan untuk kontrol 6 bulan lagi.
Sebagimana bahan lensa kontak keras terbuat dari PMMA yang rigid permeable
terhadap oksigen, lensa kontak ini merupakan bahan plastik yang sangat halus dan mudah
mengumpulkan goresan-goresan, namun keadaan ini dapat diatasi dengan mudah dengan
cara dipoles goresan ini hilang. (6)
18
19
20
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Optic & Refraction vol 1 by, Gower Medical Publishing, Now York,1991
2. Bahan internet no 5
3. Jurnal Berkeley
4. AAO 3 Clinical optic - Lensa Kontak
5. Principle Practice
6. Kursus kilat kontaktologi
7. Bahan internet no 4
8. Duke- Elder’s Pracrice of Refraction
9. Bahan Internet no 1
10. Duane Chapter 54 A
11. AAO Fundamental
12. Bahan Internet 3
13. Handbook of Refraction
14. Bahan Internet 2
21
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
FITTING RGP
OLEH
RINDA WATI
RESIDEN TAHAP III
PPDS SUB BAGIAN REFERAKSI
ILMU PENYAKIT MATA
FSKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
22
RS Dr. M. DJAMIL PADANG
20007
23