BAB I
DASAR TEORI
2.1. Anatomi Sendi Temporomandibular
STM (Sendi temporo mandibula) merupakan persendian antara
Rahang atas yang bergabung dengan tulang tengkorak dan rahang bawah ,
dimana persendian ini memiliki system dua persendian yaitu persendian
antara kondilus mandibula dengan fossa artikularis yang berada pada berada
pada tulang temporal ( Ganong, 1985 ). Di ruang sendi atas terjadi gerakan
meluncur dan bagian bawah berfungsi sebagai engsel. Selain itu juga
terdapat kapsul dan ligamen sendi yang membatasi pergerakan sendi ke
depan dan ke bawah (Okeson,1993)
Sendi tidak dapat memikul beban karena tidak dilapisi oleh kartilago
hyalin , tapi permukaan sendi dilapisi oleh jaringan ikat fibrosa pada dan
avaskular. Saat berfungsi, komponen-komponen sendi saling bekerja sama.
Ada empat otot kunyah utama yaitu, Masseter, Temporalis, dan otot
pterigodeus lateralis dan medialis. Gerakan protrusi diawali dengan adanya
kontraksi otot yang menarik kondil dan meniscus ke depan dan ke bawah
mengikuti eminensia sendi (okeson, 1993). Meniskus atau diskus artikularis
merupakan suatu lempeng jaringan ikat fibrosa yang berada diantara kondil
dan fossa artikularis. Diskus ini tidak melekat erat baik pada kondil dan
fossa artikularis, bagian tengahnya tipis dan agak menebal pada bagian
anterior dan posterior.
Kedudukan kepala kondili berada pada bagian tengah diskus pada
bagian yang tipis , ketika rahang pada kedudukan normal dan mulut
tertutup. Pada proses ini, otot masseter akan berkontraksi dan meluncurkan
kondili ke posterior. Dan pada saat membuka mulut, diskus artikularis dan
kondilus secara bersama-sama meluncur ke bagian bawah sepanjang
1
eminensia artikularis dan diskus artikularis beputar pada kepala kondil
kearah posterior. Panjang dan kelenturan serabut elastis serta bentuk diskus
artikularis dapat berubah apabila pola gerak mandibula berubah dari pola
gerak yang seharusnya. Secara klinis perubahan ini menimbulkan bunyi
keletuk sendi pada saat menutup dan membuka mulut. Komponen dari sendi
temporomandibular sendiri terdiri dari tulang mandibula serta kondilusnya ,
diskus atau jaringan penyambunga antara kondilus dengan soketnya pada
tulang temporal , dan sistem neurovaskuler.
.
Sendi temporomandibula merupakan artikulasi antara tulang
temporal dan mandibula, dimana sendi TMJ didukung oleh :
1. Prosesus kondiloideus
2. Ligamen Sendi Temporomandibula
3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula
4. Persarafan pada Sendi Temporomandibula
2
2.1.1 Prosesus kondiloideus (condyle)
Condyle merupakan adalah bagian yang menonjol dari
mandibula yang meluas ke arah superior dan posterior, berbentuk
cembung dengan panjang 20 mm medio-lateralis dan 8-10 mm ketebalan
anterior-porterior.
Meniskus berbentuk oval yang membagi sendi menjadi dua
bagian yang terpisah, yaitu bagian atas antara meniskus dan permukaan
artikularis tulang temporal dan bagian bawah di antara meniskus dan
permukaan kondiloideus. Bentuk permukaan atasnya cekung-cembung
dari depan ke belakang yang beradaptasi dengan permukaan artikulasi
tulang temporal sedangkan bentuk permukaan bawahnya cekung yang
beradaptasi dengan kondiloideus mandibula. Di bagian depan dan
belakang tebal sedangkan tipis di antara ke dua penebalan ini. Ligamen
kapsular melekat ke sekeliling meniskus ini, tendon muskulus
pterigoideus eksternus, muskulus maseter dan muskulus temporalis
melekat ke pinggir depan dari meniskus ini melalui ligamen kapsular.
Meniskus ini terbentuk dari kolagen avaskuler yang berfungsi
untuk menstabilisasi kondilus terhadap permukaan artikularis tulang
temporal. Fungsi lapisan lemak yang terdapat di muskulus pterigoideus
lateralis adalah untuk memungkinkan terjadinya gerakan rotasi pada saat
membuka mulut. Daerah ini mengandung pleksus vena sehingga
didapati jaringan lunak yang fleksibel.
Kapsul sendi di sebelah luar membentuk ligamen kapsular
yang terdiri dari jaringan ikat berserat putih yang melekat ke atas pada
bagian pinggir fosa artikularis dan tuberkulum artikularis, melekat ke
bawah kolum mandibula. Kapsul ini diperkuat oleh ligamen
temporomandibula di sebelah lateral sedangkan bagian depan diperkuat
oleh muskulus pterigoideus.
3
2.1.2 Ligamen Sendi Temporomandibula
Ligamen temporomandibula lebih luas di bagian
atasnya dari pada di bagian bawahnya. Perlekatannya ke
permukaan lateralis dari arkus zigomatikus dan ke tuberkulum
artikularis pada bagian atas. Di bagian bawah melekat ke kolum
mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan kelenjar parotis
dan kulit di sebelah lateral, sedangkan di sebelah medial dengan
ligamen kapsular.
Ligamen sphenomandibula bentuknya tipis dan pipih,
melekat ke spina angularis os sphenoidalis pada bagian atas,
melekat di bagian bawah sebelah lingual dari foramen
mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan muskulus
pterigoideus eksternus di bagian atas, di bagian bawah dengan
arteri dan vena alveolaris inferior, lobus kelenjar parotis dan
ramus mandibula. Di sebelah medial berhubungan dengan
muskulus pterigoideus internus.
4
Ligamen stylomandibula bentuknya bulat dan panjang.
Ligamen ini melekat ke prosesus stiloideus os temporalis di
bagian atas. Di bagian bawah melekat ke angulus mandibula dan
margo posterior dari ramus mandibula. Ligamen ini berhubungan
dengan muskulus maseter dan kelenjar parotis pada bagian
lateral. Di bagian medial dengan muskulus pterigoideus internus
dan kelenjar submandibularis.
2.1.3 Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula
Di belakang meniskus ada suatu kelompok jaringan ikat
longgar yang banyak berisi pembuluh darah dan saraf. Suplai
darah yang utama pada sendi ini oleh arteri maksilaris interna
terutama melalui cabang aurikular. Arteri maksilaris merupakan
cabang terminal dari arteri karotis eksterna yang mensuplai
struktur di bagian dalam wajah dan sebagian wajah luar.
Awalnya berada di kelenjar parotis, berjalan ke depan di antara
ramus mandibula dengan ligamen sphenomandibula, kemudian
ke sebelah dalam dari muskulus pterigoideus eksternus menuju
fosa pterigoideus.
5
Terbagi menjadi 3 arteri yakni : Pars mandibularis
yang berjalan mulai dari bagian belakang kolum mandibula
sampai ke fosa infratemporalis, Pars pterigoideus yang berada di
dalam fosa infratemporalis, Pars pterygopalatinus yang berada
di dalam fosa pterigopalatina. Daerah sentral meniskus, lapisan
fibrous dan fibrokartilago umumnya tidak memiliki suplai darah
sehingga metabolismenya tergantung pada difusi tulang yang
terletak di dalam dan cairan sinovial.
2.1.4 Persarafan pada Sendi Temporomandibula
Persarafan sensorik pada sendi temporomandibula yang
terpenting dilakukan oleh nervus aurikulotemporal yang
merupakan cabang pertama posterior dari nervus mandibularis.
Saraf lain yang berperan adalah nervus maseterikus dan nervus
temporal. Nervus maseterikus bercabang lagi di depan kapsul
dan meniskus. Nervus aurikulotemporal dan nervus maseterikus
merupakan serabut-serabut proprioseptif dari impuls sakit nervus
temporal anterior dan posterior melewati bagian lateral muskulus
pterigoideus, yang selanjutnya masuk ke permukaan dari
muskulus temporalis, saluran spinal dari nervus trigeminus.
Permukaan fibrous artikular, fibrokartilago, daerah sentral
meniskus dan membran sinovial tidak ada persarafannya.
6
2.2 Fisiologi Pergerakan Sendi Temporomandibula
2.2.1 Gerak membuka
Ketika membuka mulut, diskus artikularis dan kondilus secara
bersama-sama meluncur ke bagian bawah sepanjang eminensia artikularis
dan diskus artikularis beputar pada kepala kondil kearah posterior. Seperti
sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih kecil
daripada kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus
lateralis berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke depan menuju
eminensia artikularis.
Ketika itu pula , serabut posterior muskulus temporalis harus relaks
dan keadaan ini akan diikuti dengan relaksasi muskulus masseter, serabut
anterior muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus medialis yang
berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula
berotasi di sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus kondilus akan
bergerak ke depan sedangkan angulus mandibula bergerak ke belakang.
Dagu akan terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan dibantu gerak
membuka yang kuat dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus dan 7
muskulus mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang
relatif stabil, ditahan pada tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu
tempat berotasinya mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak
membuka, namun akan bergerak ke bawah dan ke depan di sepanjang garis
yang ditarik (pada keadaan istirahat) dari prosessus kondiloideus ke
orifisum canalis mandibularis.
2.2.2 Gerak Menutup
Otot utama yang berperan disini yaitu muskulus masseter, muskulus
temporalis, dan muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup
pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi protrusi penuh sampai
menutup pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi paling
posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi
memerlukan kontraksi muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh
muskulus pterygoideus medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke
depan pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup retrusi, serabut
posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus
masseter untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa
glenoidalis, sehingga gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal.
Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot
pengunyahan akan diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah
bagian atas. Muskulus pterygoideus lateralis dan serabut posterior muskulus
temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari caput mandibula pada
saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput selama
gigi geligi menggeretak. Keadaan ini berhubungan dengan fakta bahwa
sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar ramus, di daerah manapun
di dekat orifisum canalis mandibular. Walaupun demikian masih
diperdebatkan tentang apakah articulatio temporomandibula merupakan
sendi yang tahan terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil penelitian mutakhir
8
dengan menggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada
berbagai kondisi beban menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung
berperan dalam mekanisme stres.
2.2.3 Protrusi
Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke
depan dan ke bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap
pada kontak meluncur yang tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini
adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu oleh muskulus pterygoideus
medialis. Serabut posterior muskulus temporalis merupakan antagonis dari
kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter, muskulus
pterygoideus medialis dan serabut anterior muskulus temporalis akan
berupaya mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah gerak rotasi
dari mandibula yang akan memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus
pterygoideus lateralis juga akan menarik discus artikularis ke bawah dan ke
depan menuju eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik
posterior dari diskus ke fissura tympanosquamosa dan ligamen capsularis
akan berfungsi membatasi kisaran gerak protrusi ini.
2.2.4 Retrusi
Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus
artikularisnya akan meluncur ke arah fossa mandibularis melalui kontraksi
serabut posterior muskulus temporalis. Muskulus pterygoideus lateralis
adalah otot antagonis dan akan relaks pada keadaan tersebut. Otot-otot
pengunyahan lainnya akan berfungsi mempertahankan tonus kontraksi dan
menjaga agar gigi geligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas bagian
posterior discus articularis dan capsula articulatio temporomandibularis
akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada hubungan yang tepat
terhadap caput mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke
belakang.
9
2.2.5 Gerak lateral
Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk
mendapat gerak pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan
molar, prosesus kondiloideus pada sisi tujuan arah mandibula yang
bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut posterior
muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap
dipertahankan oleh otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi
tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus kondiloideus dan diskus
artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui
kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam
hubungannya dengan relaksasi serabut posterior muskulus temporalis.
Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain terbentuk melalui kontraksi
dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung bergantian, yang juga
berperan dalam gerak protrusi dan retrusi8.
10
Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi
gerakan, akan tetap ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat
bersamaan, caput mandibula dari sisi kontralateral akan bergerak
translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada bidang horizontal di
sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang ‘cekat’,
tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan
bergerak sedikit ke lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai gerak.
11
BAB II
HASIL PENGAMATAN
2.1. Hasil Pengamatan
2.1.1 Pemeriksaan gerakan STM Secara Palpasi
Jenis Kelamin Orang
Coba
Gerakan STM (simetri/normal/terjadi hambatan/…)
Perempuan Bagian kiri mengalami hambatan
Laki-laki Simetris, normal , tanpa hambatan
2.1.2 Pemeriksaan bunyi STM Secara Auskultasi
Jenis Kelamin Orang Coba Gerakan STM (sakit/krepitasi/kliking/poping/…)
Perempuan Bagian kiri kliking
Laki-laki Normal
2.1.3 Pemeriksaan gerakan mandibula
Jenis Kelamin Orang
Coba
(A)Jarak Maksimal
(mm)
(B) Waktu Maksimal
(menit)
Perempuan 47 37 detik
Perempuan 53 1 menit 1 detik
Jenis Kelamin Orang Gerakan Mandibula Perubahan Kondil12
Coba
Perempuan (C) Antero-posterior A: Maju
P: Mundur
Perempuan (D) Lateral Kondil menonjol pada
working side
Perempuan (E) Koordinasi
gerakan
Simetris
2.1.4 Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut
Jenis Kelamin Lamanya membuka mulut
secara maksimal
Waktu sampai timbul
kelelahan (menit)
Perempuan Waktu maksimal (ex. X menit) 2/3 menit
Istirahat 10 menit
½ dari waktu maksimal (0.5
dari X menit + pemijatan)
4/3 menit
Istirahat 10 menit
½ dari waktu maksimal (0.5
dari X menit + pajanan sinar
infra merah)
1 menit 53 detik (2 menit)
2.1.5 Gerakan STM pada Beberapa Posisi Kepala
13
Pengaruh Posisi Kepala terhadap Gerakan Mandibula (menunduk, menengadah,
terlentang, kesamping dan istirahat)
Jenis Kelamin Orang
Coba
Posisi Kepala Jarak kondil-tragus (mm) dan
apa yang dirasakan
Perempuan Tegak Lurus 30
Perempuan Menunduk 15
Perempuan Menengadah 34
Perempuan Terlentang 35
Perempuan Kesamping 30
Perempuan Istirahat 37
14
2.2. Jawaban Pertanyaan
1. Apa yang menyebabkan bunyi sendi?
Jawab: Munculnya bunyi-bunyi abnormal pada STM disebabkan karena
adanya perubhan letak, bentuk dan fungsi dari komponen STM. Bunyi yang
dihasilkan dapat bervariasi mulai dari bunyi yang lemah dan hanya terasa oleh
si penderita sampai yang keras dan tajam. Bunyi ini dapat terjadi pada awal ,
pertengahan atau akhir gerak buka dan tutup mulut.
2. Apa perbedaan krepitus, clicking dan popping?
Jawab:
Krepitus merupakan bunyi sperti mengerat atau gemertak yang menunjukkan
adanya perubahan degenerasi
Clicking merupakan bunyi singkat seperti berdebuk yang muncul pada saat
membuka ataupun menutup mulut,
Sedangkan bunyi popping merupakan bunyi abnormal pada STM yang berupa
bunyi mirip letupan akibat keterbatasan gerakan rahang atau atau gerakan
rahang yang biasanya asimetri.
3. Bagaimana pola pergerakan kondil pada saat membuka dan menutup mulut?
Jawab: Ketika membuka mulut , processus condylus dan diskus artikularis
akan meluncur menuruni eminansia artikularis dan diskus artikularis akan
berputar ke arah posterior dari condyl. Sehingga angulus mandibula bergerak
ke belakang dan dagu terdepresi sehingga mulut terbuka. Sedangkan pada
gerak menutup mulut, condyle yang tadinya akan bergerak naik ke atas
sepanjang eminensia artikularis, sedangkan diskus artikularis akan berputar ke
arah anterior condyl. Kemudian condyl ada menempati tempat awalnya yaitu
di fossa glenoidal dan mulut pun tertutup.
4. Kenapa dapat timbul gerakan inkoordinasi mandibula?
15
Jawab: Inkoordinasi mandibula disebabkan karena adanya gangguan pada
sendi temporomandibular nya. Hal tersebut bisa saja disebabkan karena oklusi
gigi yang tidak sempurna, penggunaan otot mastikasi yang berlebihan dan
tidak seimbang, ataupun kebiasaan-kebiasaan abnormal (menggigit jari, bibir,
bruxism,dll) yang bisa menyebabkan gangguan pada STM.
5. Apakah posisi tidur dapat berpengaruh pada kondisi mandibula? Jelaskan
mekanismenya.
Jawab: Iya. Karena posisi tidur berpengaruh pada pemberian tekanan pada
STM di kedua sisi mandibula. Contoh pada posisi tidur miring ke salah satu
sisi (kiri) menyebabkan beban tubuh cenderung teralokasikan ke STM di sisi
kiri mandibula. Apabila keadaan ini terus berlanjut dari hari ke hari, hal ini
akan menimbulkan gangguan pada STM kiri yang bisa berakibat adanya
inkoordinasi gerakan dari STM mandibula. Apalagi bila tidur dilakukan
selama berjam – jam dan kebiasaan itu terbawa sejak lama, dapat
menyebabkan perubahan posisi ataupun kemiringan dari mandibular yang
nantinya akan berpengaruh pula pada susunan gigi geliginya.
6. Mengapa membuka mulut maksimal menimbulkan kelelahan dan nyeri?
Jelaskan mekanismenya.
Jawab: Karena pada saat membuka mulut secara maksimal, otot-otot
mastikasi yang berkontraksi pada keadaan ini (M. Pterygoideus lateralis) akan
bekerja lebih keras sehingga menimbulkan kelelahan. Kondisi ini
menyebabkan otot akan mengalami ‘kelelahan’ dan timbul rasa nyeri.
7. Apakah fungsi pemijatan pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya.
Jawab: Pemijitan dapat mengurangi kelelahan otot. Ketika seseorang dipijat,
terutama pada bagian yang mengalami kelelahan otot, daerah yang dipijat atau
ototnya menjadi tidak tegang serta pembuluh darah melebar sehingga banyak
oksigen dari nutrisi yang tersuplai yang mengurangi kelelahan otot.
16
8. Apakah fungsi infrared pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya.
Jawab: Infra red akan menghasilkan panas yang menyebabkan
pembuluh kapiler membesar, dan meningkatkan temperatur kulit serta
memperbaiki sirkulasi darah sehingga kelelahan dapat segera pulih. Sinar
inframerah yang dapat menembus cukup dalam kebawah lapisan kulit telah
terbukti secaraefektif dapat memulihkan rasa sakit dan pegal akibat
ketegangan otot ataupun persendian. Kehangatan sinar inframerah yang
memberi rasa nyaman menembus kedalam kulit sehingga memperlancar aliran
darah sekaligus menghangatkan otot. Pada saat otot menghangat maka
otomatis akan menjadi kedur dan rileks. Selain itu dengan meningkatnya
sirkulasi darah yangmembawa oksigen maka penyembuhan otot pun
berlangsung dengan lebih cepat. Lampu infrared 150 Watt Philips dengan
extra focus memberikan cakupan wilayah efektif seluas 20x30 cm untuk dapat
menjangkau keseluruhan wilayah seperti pundak, paha, betis.
Adanya pemijatan, otot menjadi lemas & pembuluh darah halus
didalamnya melebar sehingga lebih banyak oksigen dan nutrisi tersedia untuk
jaringan otot. Toksin yg menyebabkan pegalpun dapat segera dibawa aliran
darah untuk dibuang dinetralkan
17
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi
Dalam praktikum kali ini , dilakukan dengan menggunakan orang coba
perempuan dan laki laki dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan
lantai. Operator/ pemeriksa menggunakan sarung tangan steril dan masker.
Kemudian melakukan pemeriksaan secara palpasi pada 0,5 sampai 1 cm didepan
meatus acusticus externus (lubang telinga) baik kiri maupun kanan pada posisi
membuka dan menutup mulut. Setelah itu dilakukan pemeriksaan gerakan kondili
pada saat membuka mulut dan menutup mulut. Kemudian dilakukan pencatatan
mengenai posisi dan gerakan kondili.
Hasilnya , pada orang coba perempuan didapatkan hambatan ketika dilakukan
palpasi . Sedangkan untuk orang coba laki-laki tidak ditemukan hambatan karena
gerakan STM yang simetri antara bagian kanan dan kiri dan normal.
2.2 Pemeriksaan Bunyi STM secara Auskultasi
Pada percobaan kedua , dengan orang coba yang tetap . Orang coba
dipersiapkan dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan lantai.
Operator/ pemeriksa menggunakan sarung tangan steril dan masker. Kemudian
melakukan pemeriksaan secara palpasi pada 0,5 sampai 1 cm didepan meatus
acusticus externus (lubang telinga) baik kiri maupun kanan pada posisi membuka
dan menutup mulut dengan menggunakan mikroskop. Setelah itu dilakukan
pemeriksaan gerakan kondili pada saat membuka mulut dan menutup mulut.
Kemudian dilakukan pengamatan apakah terdapat bunyi krepitasi, clicking atau
popping. Adanya kelainan dan inoordinasi antara diskus dan kondil bias
menimbulkan bunyi pada sendi.
18
Hasilnya , pada orang coba pertama (perempuan) STM bagian kiri
mengalami kliking sedangkan orang coba kedua (laki-laki) tidak terjadi bunyi
apapun (normal).
2.3. Pemeriksaan Gerakan Mandibula
A. Gerakan Membuka Mulut Secara Maksimal
Pada percobaan kali ini hal pertama yang dilakukan adalah orang
coba dipersiapkan dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan
lantai. Kemudian instruksikan kepada orang coba untuk membuka mulutnya
kemudian memasukkan tiga jari kanan ke dalam mulutnya. Kemudian
mengamati apakah terdapat rasa nyeri pada orang coba, jika tidak bisa
jangan dipaksakan. Selain dengan menggunakan cara tersebut juga dapat
langsung mengukur dengan menggunakan jangka dan penggaris saat orang
coba membuka mulutnya secara maksimal. Pada orang coba pertama jarak
didapatkan jarak maksimal 47 mm dan orang kedua 53 mm dengan waktu
maksimal orang coba pertama yaitu 37 detik dan orang coba kedua 1 menit
1 detik.
C. Gerakan mandibula ke Antero-Posterior
Pada percobaan ini orang coba yang dipersiapkan dalam posisi duduk
dengan posisi kepala sejajar dengan lantai. Kemudian melakukan
pemeriksaan secara palpasi dengan meletakkan jari telunjuk dan jari tengah
0,5 sampai 1 cm di depan meatus acusticus externus (lubang telinga) baik
kiri maupun kanan. Setelah itu instruksikan kepada orang coba untuk
membuka kemudian dilanjut dengan menutup mulut sampai gigi geligi
saling berkontak. Setelah itu instruksikan untuk menggerakkan mandibula
19
kearah antero-posterior. Kemudian melakukan pemeriksaan gerakan kedua
kondili.
Pada percobaan kali ini didapatkan hasil pengamatan, adanya
pergerakan kondil ke arah depan dan ke arah belakang secara simetris.
D. Gerakan mandibula ke arah Lateral
Pada percobaan kali ini hal pertama yang dilakukan adalah orang coba
dipersiapkan dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan lantai.
Kemudian melakukan pemeriksaan secara palpasi dengan meletakkan jari
telunjuk, dan\ jari tengah 0,5 sampai 1 cm di depan meatus acusticus externus
(lubang telinga) baik kiri maupun kanan. Setelah itu instruksikan kepada
orang coba untuk membuka kemudian dilanjut dengan menutup mulut sampai
gigi geligi saling berkontak. Setelah itu instruksikan untuk menggerakkan
mandibula kearah Lateral. Kemudian melakukan pemeriksaan gerakan kedua
kondili.
Pada percobaan kali ini didapatkan hasil pengamatan, adanya pergerakan
kondil yang menonjol pada working side.
E. Koordinasi Gerakan Mandibula
Pada percobaan kali ini hal pertama yang dilakukan adalah orang coba
dipersiapkan dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan lantai.
Kemudian meletakkan jari telunjuk, dan\ jari tengah 0,5 sampai 1 cm di depan
meatus acusticus externus (lubang telinga) baik kiri maupun kanan. Setelah itu
instruksikan kepada orang coba untuk membuka kemudian dilanjut dengan
menutup mulut sampai gigi geligi saling berkontak. Kemudian mengamati
apakah gerakan dan tonjolan kondili simetris atau tidak.
20
Pada percobaan kali ini didapatkan bahwa adanya koordinasi dari kondili
sebelah kanan dan kiri, sehingga koordinasinya simetris.
F. Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut
Pada percobaan kali ini langkah pertama yang dilakukan adalah
memilih orang coba yang belum melakukan percobaan. Dan satu seri
percobaan ini dilakukan oleh orang yang sama. Setelah itu, tetap instruksikan
kepada orang coba untuk duduk tegap dengan posisi kepala sejajar dengan
lantai. Kemudian menginstruksikan kepada orang coba untuk membuka mulut
secara maksimal sampai timbul kelelahan dan mencatat lama waktunya.
Didapatkan waktu selama 40 detik
Kemudian mengistirahatkan orang coba selama sepuluh menit.
Kemudian mengulangi percobaan dengan menginstruksikan kepada orang
coba untuk membuka mulut secara maksimal sampai timbul kelelahan dan
mencatat lama waktunya kembali. Namun, setengah dari waktu timbul lelah
lakukan pemijatan pada otot pembuka mulut, sambil tetap membuka mulut
maksimal lalu mencatat waktu timbul kelelahan. Dan didapatkan hasil 80
detik. Setelah itu mengistirahatkan kembali orang coba selama sepuluh menit.
Percobaan dilakukan kembali dengan tahapan yang sama namun
dengan melakukan pemajanan dengan sinar infra red pada otot pembuka
mulut, sambil membuka mulut maksimal lalu mencatat hasil pengamatan yang
dilakukan. Didapatkan hasil 1 menit 53 detik. Dapat disimpulkan bahwa
waktu terjadinya kelelahan paling lama adalah dengan diberikannya perlakuan
pemajanan sinar infra red akibat dari panas yang dihasilkan dapat mengurangi
kelelahan otot.
2.4. Gerakan STM Pada Beberapa Posisi Kepala
21
Pengaruh Posisi Kepala Terhadap Gerakan Mandibula
Setelah memilih orang coba , diinstruksikan orang coba untuk duduk tegak
dengan posisi kepala sejajar dengan lantai. Dalam posisi kepala tegak dan oklusi
sentrik, kemudian melakukan palpasi pada posisi kondil dan memberi tanda
puncak kondil dan tragus dengan spidol. Kemudian mengukur jarak puncak
kondil dengan tragus yang baru. Setelah itu memerhatikan dan mencatat
perubahan gerakan mandibula yang dirasakan.
Kemudian melakukan percobaan tersebut secara berulang dengan posisi
menengadah, terlentang, dan miring ke samping. Ketika posisi kepala tegak lurus
, jarak kondyl dan tragus adalah 30 mm . Ketika posisi kepala menunduk , jarak
kondyl dan tragus adalah 15 mm. Ketika posisi kepala menengadah , jarak kondyl
dan tragus adalah 34 mm. Ketika posisi kepala terlentang , jarak kondyl dan
tragus adalah 35 mm. Ketika posisi kepala kesamping , jarak kondyl dan tragus
adalah 35 mm. Ketika posisi kepala istirahat , jarak kondyl dan tragus adalah
37mm.
Pada hasil pengamatan, rasa nyeri sangat terasa ketika meggerakkan
mandibula dengan posisi kepala menengadah. Dan dapat disimpulkan bahwa
jarak kondil tragus terbesar adalah saat posisi kepala sedang menengadah.
22
BAB IV
KESIMPULAN
Setelah dilakukan percobaan tentang Sendi temporomandibular , dapat
disimpulkan bahwa :
TMJ atau sendi rahang adalah sendi yang menghubungkan temporal
dan mandibula yang terdiri dari:
o Tulang mandibula dengan kondilusnya (ujung membulat)
o Diskus yaitu jaringan penyambung antara kondilus dengan
soketnya pada tulang temporal
o Sistem neurovaskuler
Gerakan Sendi Temporo Mandibula secara palpasi dikatakan normal
apabila gerakannya simetris kanan dan kiri dan tidak terjadi hambatan
pada saat membuka dan menutup rahang
Pemeriksaan bunyi Sendi temporo Mandibula secara auskultasi
dikatakan normal apabila pada saat melakukan gerakan membuka dan
menutup rahang, Sendi Temporo Mandibula tidak terasa sakit dan
tidak terdengar suara clicking dan popping yang merupakan gejala
terjadinya kelainan atau hambatan
Gerakan mandibula yang tidak selaras itu bisa saja disebabkan karena
adanya gangguan pada sendi temporomandibular. Hal tersebut bisa
saja disebabkan karena oklusi gigi yang tidak sempurna, penggunaan
otot mastikasi yang berlebihan dan tidak seimbang, ataupun kebiasaan-
kebiasaan abnormal (menggigit jari, bibir, bruxism,dll) yang bisa
menyebabkan gangguan pada STM.
Pengaruh posisi kepala terhadap gerakan mandibula pada saat
menunduk, menengadah, terlentang, ke samping dan istirahat
menyebabkan jarak yang berbeda pula antara kondil dan tragus.
23
Pemijatan dapat mengurangi kelelahan otot, namun infrared memiliki
keefektifan dalam menghilangkan kelelahan otot yang lebih besar.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan AS, Assael LA. Temporomandibular Disorder. Philadelphia. WB
Saunders Company.1991.
2. Suryonegoro, H. Pencitraan Temporo Mandibular Disorder.Klicking Jurnal
PDGI:182-188
3. Ogus.H.D dan P.A toller.1990.Gangguan sendi temporomandibula.Hipokrates.
Jakarta
25
Top Related