i
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN IBU
MEMBAWA BATITA ( 12-36 BULAN ) KE POSYANDU DI PUSKESMAS PENANGGALAN
KOTA SUBULUSALAM
TAHUN 2018
SKRIPSI
Oleh :
DIANA SARI PANDIANGAN
1701032721
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2018
2
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN IBU
MEMBAWA BATITA ( 12-36 BULAN ) KE POSYANDU DI PUSKESMAS PENANGGALAN
KOTA SUBULUSALAM
TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan sebagai Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi D4 Kebidanan dan Memperoleh Gelar
Sarjana Terapan Kebidanan (S.Tr.Keb)
Oleh :
DIANA SARI PANDIANGAN
1701032721
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2018
3
4
Telah Diuji pada Tanggal 19 Oktober 2018
Panitia Penguji Skripsi
Ketua : Utary Dwi Listiarini, SST., M.Kes
Anggota : 1. Afrahul Padilah Siregar, SST, M.Kes
2. Sri Rintani Sikumbang, SST, M.Kes
5
i
ii
ABSTRAK
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN IBU MEMBAWA
BATITA (12-36 BULAN) KE POSYANDU DI PUSKESMAS
PENANGGALAN KOTA SUBULUSALAM
TAHUN 2018
DIANA SARI PANDIANGAN
1701032721
Berdasarkan data FAO (Food and Agriculture Organization of the united
Nations) memperkirakan 1 dari 8 penduduk dunia mengalami gizi buruk, 70 % di
dominasi oleh anak di Asia,26 % di Afrika, dan 4 % di Amerika Latin dan
Karibia. Sedangkan di Indonesia terdapat 36% balita yang mengalami malnutrisi.
Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi utama pada balita di Indonesia.
Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk mulai meningkat pada usia 6-11 bulan dan
mencapai puncaknya pada usia 12-23 bulan dan 24-35 bulan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Ibu Membawa
Batita Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018
Desain penelitian adalah survei analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian yaitu seluruh ibu yang memiliki bayi usia 12-
36 Bulan di Puskesmas Penanggalan berjumlah 125 dari 7 posyandu dengan
sampel berjumlah 56 orang secara teknik random sampling. Data yang digunakan
adalah data primer dan data skunder. Data dianalisis denagn univariat, bivariat dan
multivariat dengan uji statistik Chi-square.
Dari hasil penelitian 56 responden dengan hasil uji statistik pengaruh
Pengetahuan dengan keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu dengan
menggunakan Chi-Square di dapatkan nilai p-value 0,006< 0,05, pengaruh
Pendidikan dengan keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu dengan
menggunakan Chi-Square di dapatkan nilai p-value 0,027<0,05. pengaruh duunga
keluarga dengan keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu dengan
menggunakan Chi-Square di dapatkan nilai p-value 0,047<0,05. pengaruh jarak
kepelayanan posyandu dengan keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu
dengan menggunakan Chi-Square di dapatkan nilai p-value 0,4321> 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ada pengaruh Pengetahuan,
pendidikan,dukungan keluaraga dengan keaktifan Ibu Membawa Batita Ke
Posyandu, Ada pengaruh jarak kepelayanan posyandu dengan keaktifan Ibu
Membawa Batita Ke Posyandu. Disarankan kepada Puskesmas Penanggalan untuk
memberi penyuluhan tentang manfaat Posyandu yang diberikan pada Batita.
Kata Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, D.Keluarga, Jarak, Posyandu
Sumber : 13 Buku (2012-2017), 16 Jurnal (2013-2017)
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis Panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat Nikmat dan Karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
penelitian ini yang berjudul “Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Ibu
Membawa Batita (12-36 Bulan) Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan
Kota Subulusalam Tahun 2018”, yang merupakan Syarat dalam menyelesaikan
Program Pendidikan D-IV Kebidanan di Institut Kesehatan Helvetia Medan.
Skripsi Penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Terapan Kebidanan (S.Tr.Keb) pada Program
Studi D4 Kebidanan Fakultas Farmasi dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa
bantuan berbagai pihat, baik dukungan moril, materil dan sumbangan pemikiran,
untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc, M.Kes selaku Pembina Pendidikan
Yayasan Pendidikan dan sosial Helvetia Medan.
2. Imam Muhammad, SE., S.Kom., M.Kes selaku Ketua Yayasan Pendidikan
dan Sosial Helvetia Medan.
3. Dr. H. Ismail Effendy, M.Si selaku Rektor Institusi Kesehatan Helvetia
4. Dr. dr. Hj. Arifah Devi Fitriani, M.Kes, selaku Wakil Rektor Institusi
Kesehatan Helvetia.
5. Darwin Syamsul, M.Si., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Umum Institut Kesehatan Helvetia.
6. Elvi Era Liesmayani, S.Si.T.M.Keb, selaku Ketua Program Studi D4
Kebidanan Fakultas Farmasi dan Kesehatan Umum Institut Kesehatan
Helvetia.
7. Utary Dwi Listiarini, SST, M.Kes selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis
dalam penyusunan Skripsi penelitian ini.
8. Afrahul Padilah Siregar, SST, M.Kes selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis
dalam penyusunan Skripsi penelitian ini.
9. Sri Rintani Sikumbang, SST, M.Kes selaku penguji III yang telah memberikan
saran dan masukan demi menyempurnakan skripsi penelitian ini.
10. dr. Hj. Diana Dewi selaku Kepala Puskesmas Penanggalan Kota Subulussalam
selaku lokasi penelitian yang telah memberikan izin untuk penelitian.
11. Seluruh Dosen dan Staf Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah banyak
memberi ilmu pengetahuan dan membimbing penulis selama masa
pendidikan.
12. Teristimewa kepada orang tua tercinta yang telah banyak membantu dan
memberikan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan Skripsi
Penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi penelitian ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca guna memperbaiki dan memotivasi penulis. Akhir kata penulis
iv
ucapkan dan penulis berharap semoga skripsi penelitian ini dapat memberikan
manfaat khususnya bagi pembaca.
Medan, 19 Oktober 2018
Penulis
Diana Sari Pandiangan
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. IDENTITAS
Nama : Diana Sari Pandiangan
Tempat/Tanggal Lahir : Sungairaya,29-06-1993
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : 1 Dari 4Bersaudara
Nama Ayah : Lastang Pandiangan
Pekerjaan : PNS
Nama Ibu : Nursaidah Maha
Pekerjaan : Petani
Alamat : Jln.Tiga lingga km 6 Desa Sungai raya
2. PENDIDIKAN
Tahun 1999-2005 : SD Negeri No. 060163
Tahun 2005-2008 : SMP Negeri 2 Sidikalang
Tahun 2008-2011 : SMK Negeri 1 Sidikalang
Tahun 2011-2014 : Akademi Kebidanan D_III Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Sumatera Utara
Tahun 2017-2018 : Program Studi D4 Kebidanan Institut Kesehatan
Helvetia Medan
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRACT ................................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................. 6
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 7
1.4.1. Manfaat Teoritis ........................................................... 7
1.4.2. Manfaat Praktis ............................................................. 7
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................ 6
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ....................................... 8
2.2. Telaah Teori..................................................................... 9
2.2.1. Posyandu ........................................................... 9
2.2.2. Prinsip Dasar Posyandu ................................... 10
2.2.3. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu .................. 11
2.2.4. Sasaran Posyandu .............................................. 11
2.2.5. Fungsi Posyandu ............................................... 12
2.2.6. Manfaat Posyandu ............................................. 12
2.2.7. Kegiatan Pokok Posyandu ................................ 14
2.2.8. Kriteria kunjungan Posyandu ............................ 15
2.2.9. Pembentukan Posyandu .................................... 15
2.2.10. Persyaratan Posyandu ....................................... 16
2.2.11. Alasan Pendirian Posyandu ............................... 17
2.2.12. Penyelenggara Posyandu .................................. 17
2.2.13. Lokasi/Letak Posyandu ..................................... 18
2.2.14. Pelayanan Kesehatan yang dijalani Posyandu .. 18
vii
2.2.15. Sistem Lima Meja dalam posyandu .................. 19
2.2.16. Faktor yang mempengaruhi Kunjungan Posyandu . 24
2.2.17. Kriteria Kunjungan ke Posyandu ...................... 39
2.3. Hipotesis Penelitian ......................................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian ............................................................ 42
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... 42
3.2.1. Lokasi Penelitian ................................................ 42
3.2.2. Waktu Penelitian ................................................ 42
3.3. Populasi dan Sampel ....................................................... 43
3.3.1. Populasi .............................................................. 43
3.3.2. Sampel ................................................................ 43
3.4. Kerangka Konsep ........................................................... 45
3.5. Defenisi Operasional dan Aspek Pengukuran ................. 45
3.5.1. Definisi Operasional ........................................... 45
3.5.2. Aspek Pengukuran .............................................. 47
3.6. Metode Pengumpulan Data ............................................ 47
3.6.1. Jenis Data ............................................................ 47
3.6.2. Teknik Pengumpulan Data ................................. 48
3.6.3. Uji Validitas dan Reabilitas ................................ 48
3.7. Metode Pengolahan Data ................................................ 51
3.8. Teknik Analisa Data ....................................................... 52
3.8.1. Analisa Univariat ................................................ 52
3.8.2. Analisa Bivariat .................................................. 52
3.8.3. Analisa Multivariat ............................................. 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................. 54
4.1.1. Data Geografis Daerah ...................................... 54
4.1.2. Data Demografi ................................................. 54
4.1.3. Visi dan Misi Puskesmas Pananggalan ............. 55
4.1.4. Struktur organisasi Puskesmas .......................... 56
4.2. Hasil Penelitian .............................................................. 57
4.2.1. Karakteristik Responden .................................. 57
4.2.2. Analisis Univariat ............................................. 58
4.2.3. Analisis Bivariat ............................................... 63
4.2.4. Analisis Multivariat ........................................... 67
4.3. Pembahasan ................................................................... 69
4.3.1. Pengaruh Pengetahuan dengan Keaktifan Ibu
Membawa Batita Ke Posyandu ......................... 69
4.3.2. Pengaruh pendidikan dengan Keaktifan Ibu
Membawa Batita Ke Posyandu ........................ 72
4.3.3. Pengaruh Dukungan keluarga dengan
Keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu .. 75
viii
4.3.4. Pengaruh Jarak Ke Tempat Pelayanan
Posyandu dengan Keaktifan Ibu Membawa
Batita Ke Posyandu ........................................... 78
4.3.5. Faktor Dominan yang Mempengaruhi ibu
Membawa Batita Ke Posyandu ......................... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .................................................................... 84
5.2. Saran .............................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 87
LAMPIRAN ............................................................................................. 89
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 3.1. Kerangka Konsep ........................................................................ 45
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Puskesmas Penanggalan .............................. 56
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.1. Aspek pengukuran Variabel Independen (X Variable) dan
Variabel Dependent (Y Variable) 47
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Membawa Batita Ke
Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulussalam
Tahun 2018 ............................................................................ 57
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi jawaban pengetahuan Ibu Membawa
Batita Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota
Subulussalam Tahun 2018 ..................................................... 58
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Membawa Batita Ke
Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulussalam
Tahun 2018 ............................................................................ 59
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Membawa Batita Ke
Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulussalam
Tahun 2018 .......................................................................... 59
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Dukungan Keluarga Ibu
Membawa Batita Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan
Kota Subulussalam Tahun 2018 ............................................ 60
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Ibu Membawa
Batita Ke Posyandu di puskesmas Penanggalan Kota
Subulussalam Tahun 2018 ..................................................... 61
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Jarak KeTempat Pelayanan Posyandu
Ibu Membawa Batita Ke Posyandu di puskesmas
Penanggalan Kota Subulussalam Tahun 2018 ....................... 62
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Keaktifan Ibu Membawa Batita Ke
Posyandu di puskesmas Penanggalan Kota Subulussalam
Tahun 2018 .......................................................................... 62
Tabel 4.9. Tabulasi Silang Antara pengaruh Pengetahuan dengan
keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu di
Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018 .... 63
xi
Tabel 4.10. Tabulasi Silang antara pengaruh Pendidikan dengan
Keaktifan Ibu membawa Batita Ke Posyandu di
Puskesmas Penanggalan Kota subulussalam Tahun 2018 ... 64
Tabel 4.11. Tabulasi Silang Antara pengaruh Dukungan Keluarga
dengan keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu di
Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018 .... 65
Tabel 4.12. Tabulasi Silang Antara pengaruh Jarak Ketempat
Pelayanan Posyandu dengan keaktifan Ibu Membawa
Batita Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota
Subulusalam Tahun 2018 ..................................................... 66
Tabel 4.13. Tahap Pertama Uji Regresi Berganda Binary ...................... 67
Tabel 4.14. Tahap Pertama Uji Regresi Berganda Binary ...................... 68
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Kuesioner .................................................................................. 89
Lampiran 2. Master Data Uji Validitas ......................................................... 93
Lampiran 3. Master Data Penelitian ............................................................. 94
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas .................................................................... 96
Lampiran 5. Output Hasil Penelitian............................................................. 98
Lampiran 6. Surat Survei Awal..................................................................... 106
Lampiran 7. Surat Balasan Survei awal ........................................................ 107
Lampiran 8. Surat Uji Validitas .................................................................... 108
Lampiran 9. Surat Balasan Uji Balitas .......................................................... 109
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian ................................................................. 110
Lampiran 11. Surat Balasan Izin Penelitian .................................................... 111
Lampiran 12. Permohonan Pengajuan Judul Skripsi ...................................... 112
Lampiran 13. Lembar Revisi Proposal/Skripsi ............................................... 113
Lampiran 14. Lembar Bimbingan Proposal .................................................... 115
Lampiran 15. Lembar Bimbingan Skripsi....................................................... 117
Lampiran 16. Dokumentasi ............................................................................. 119
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian anak
balita adalah dengan melakukan pemeliharaan kesehatannya. Pemeliharaan
kesehatan anak balita dititik beratkan kepada upaya pencegahan peningkatan
kesehatan dan pada pengobatan dan rehabilitasi. Pelayanan kesehatan anak balita
ini dapat dilakukan di puskesmas, puskesmas pembantu, polindes terutama di
posyandu.
Pemerintah Indonesia dengan kebijakan Kepmenkes mengupayakan untuk
mengaktifkan kembali kegiatan di posyandu, karena posyandu merupakan tempat
yang paling cocok untuk memberikan pelayanan kesehatan pada balita secara
menyeluruh dan terpadu. (1)
Posyandu sebagai salah satu pelayanan kesehatan berfungsi memudahkan
masyarakat dalam mengetahui atau memeriksakan kesehatan terutama untuk ibu
hamil dan anak balita agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan
berbagai program-program kesehatan sehingga posyandu menjadi wadah titik
temu antara pelayanan profesional dari petugas kesehatan dan peran serta
masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat. (2)
Efektifitas posyandu erat sekali kaitannya dengan partisipasi ibu balita.
Partisipasi tersebut dapat berupa partisipasi dalam bentuk tenaga, pikiran maupun
dalam bentuk dukungan materi. Kegiatan posyandu dikatakan meningkat jika
peran aktif ibu balita atau peran serta masyarakat semakin tinggi yang terwujud
2
dalam cakupan program kesehatan seperti imunisasi, pemantauan tumbuh
kembang balita, pemeriksaan ibu hamil, dan KB yang meningkat. Keaktifan ibu
pada setiap kegiatan posyandu tentu akan berpengaruh pada keadaan status gizi
anak balitanya. Karena salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan
status gizi masyarakat terutama anak balita dan ibu hamil. Agar tercapai itu semua
maka ibu yang memiliki anak balita hendaknya aktif dalam kegiatan posyandu
agar status gizi balitanya terpantau. (3)
Keteraturan ibu dalam mengunjungi Posyandu dan menimbangkan
balitanya ke Posyandu akan sangat bermanfaat sebagai monitoring tumbuh
kembang dan status gizi balita serta deteksi dini terhadap kelainan tumbuh
kembang dan status kesehatan balita sehingga dapat segera ditentukan intervensi
lebih lanjut. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu bagi tenaga kesehatan
khususnya bidan untuk mengkaji dan memberikan intervensi yang sesuai dalam
rangka menciptakan lingkungan yang kondusif bagi ibu dalam meningkatkan
kunjungan ibu ke Posyandu. (4)
Berdasarkan data UNICEF (United nations Children’s Fund) tahun 2013
terdapat 161 juta balita stunting dan meningkat menjadi 162 juta pada tahun 2014.
Sebagian besar adalah anak-anak yang berada di benua Asia dan selebihnya di
Afrika. Pada tahun 2013, 51 juta anak dibawah usia lima tahun menderita kurus
dan 99 juta menderita berat badan kurang. FAO (Food and Agriculture
Organization of the united Nations) memperkirakan 1 dari 8 penduduk dunia
mengalami gizi buruk, 70 % di dominasi oleh anak di Asia,26 % di Afrika, dan 4
% di Amerika Latin dan Karibia. Sedangkan di Indonesia terdapat 36% balita
3
yang mengalami malnutrisi. Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi utama
pada balita di Indonesia. Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk mulai meningkat
pada usia 6-11 bulan dan mencapai puncaknya pada usia 12-23 bulan dan 24-35
bulan. (5)
Organisasi Kesehatan Dunia/WHO menyebutkan bahwa Indonesia
tergolong negara dengan status kekurangan gizi yang tinggi karena masih
tingginya angka wasting dan stunting pada tahun 2103 yaitu 13.5% untuk wasting
dan 36,4% untuk stunting. (6)
Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu sasaran rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) di tahun 2015-2019 dan sasaran
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs 2030) adalah prevalensi kekurangan gizi
(underweight) pada anak balita 19,6% pada tahun 2013 menjadi 17% di tahun
2019. Strategi utama untuk menurunkan prevalensi gizi kurang adalah
meningkatkan kegiatan pencegahan melalui pemantauan pertumbuhan anak di
Posyandu.(7)
Instruksi Presiden Nomer 3 tahun 2010 dan Renstra Kementrian
Kesehatan 2015-2019 telah ditetapkan bahwa tahun 2019 sekurangnya 80% anak
ditimbang secara teratur di posyandu. Pencapaian kegiatan pemantauan
pertumbuhan pada tahun 2011 adalah 71,4% dan beberapa provinsi telah
mencapai diatas 80%, sedangkan disebagian provinsi lainnya masih rendah. (8)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nila Eriza Sativa dan
Kharisah Diniyah Ada hubungan antara pekerjaan, pengetahuan, peran kader, dan
sosial ekonomi dengan keaktifan, dimana Tidak ada hubungan antara pendidikan
4
dengan keaktifan penelitian menunjukan bahwa pendidikan ibu mayoritas tinggi
sebanyak 44 orang (57,1%), mayoritas ibu bekerja sebanyak 50 orang (64,9%),
mayoritas pengetahuan baik dan kurang tentang posyandu sebanyak 26 orang
(33,8%), ibu balita mengatakan kader berperan aktif sebanyak 53 orang (68,8%),
mayoritas ibu aktif ke posyandu sebanyak 41 orang (53,2%), mayoritas ibu
memiliki sosial ekonomi tinggi sebanyak 41 orang (51,9%). Pekerjaan,
pengetahuan, peran kader, dan sosial ekonomi terbukti berhubungan dengan
keaktifan, sedangkan pendidikan tidak berhubungan dengan keaktifan, dengan
nilai p value ≤ 0,05. (9)
Presentase keaktifan ibu akan kegiatan posyandu dapat dilihat dari data
cakupan kunjungan balita keposyandu di puskesmas penanggalan, berdasarkan
survey awal yang telah dilakukan pada Bulan Januari - Mei 2018 adalah 75,2%.
Hal ini memiliki cakupan dibawah target 80 %. Kesenjangan antara angka
pencapaian partisipasi masyarakat atau ketidak teraturan ibu dalam melakukan
kunjungan bulanan ke Posyandu dengan target pada Posyandu dimungkinkan oleh
beberapa faktor. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang dilakukan
dengan berdasarkan pada pengetahuan akan bertahan lebih lama dan kemungkinan
menjadi perilaku yang melekat pada seseorang dibandingkan jika tidak
berdasarkan pengetahuan. Pengetahuan yang baik diharapkan dapat
mempengaruhi keaktifan ibu dalam membawa anaknya ke posyandu.
Pendidikan orang tua juga merupakan salah satu faktor yang penting
dalam kegiatan posyandu, karena dengan pendidikan yang baik, orang tua dapat
5
menerima segala informasi dari luar terutama tentang kesehatan anak atau dalam
keaktifan membawa balitanya ke posyandu. Pekerjaan mempunyai peranan
penting karena merupakan sumber pendapatan. Seorang ibu yang bekerja dapat
menunjang kehidupannya dan keluarga. Ibu yang mempunyai pekerjaan dengan
waktu yang cukup padat akan mempengaruhi keaktifan ibu dalam kegiatan
Posyandu. Peran kader sangat penting karena kader merupakan penyelenggara
utama dalam kegiatan posyandu. Keikutsertaan kader dalam pelaksanaan kegiatan
posyandu diharapkan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membawa
balitanya dalam kegiatan posyandu. (10)
Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Puskesmas Penanggalan dari
10 ibu yang memiliki Batita, 6 ibu tidak aktif membawa batita posyandu dimana 3
ibu berpendidikan rendah, dimana 2 ibu tidak mendapat dukungan keluarga dan 1
ibu jarak ketempat pelayanan kesehatan tidak terjangkau, sedangkan 4 ibu aktif
membawa batitanya ke posyandu setiap bulannya, dan semua berpendidikan
tinggi, mendapat dukungan dari keluarga serta jarak ke tempat pelayanan
kesehatan masih terjangkau. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan Judul Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Ibu Membawa
Balita Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukan diatas rumusan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut “Apakah Faktor Yang Mempengaruhi
Keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota
Subulusalam Tahun 2018”.
6
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Pengaruh Pengetahuan Terhadap Keaktifan Ibu
Membawa Batita (12-36 Bulan) Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan
Kota Subulusalam Tahun 2018.
2. Untuk Mengetahui Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Keaktifan Ibu
Membawa Batita (12-36 Bulan) Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan
Kota Subulusalam Tahun 2018.
3. Untuk Mengetahui Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Keaktifan Ibu
Membawa Batita (12-36 Bulan) Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan
Kota Subulusalam Tahun 2018.
4. Untuk Mengetahui Pengaruh Jarak Ketempat Pelayanan Posyandu Terhadap
Keaktifan Ibu Membawa Batita (12-36 Bulan) Ke Posyandu di Puskesmas
Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018.
1.4. Manfaat penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan mampu menjadi landasan untuk menambah dan
meningkatkan wawasan keilmuan dalam memberikan informasi guna
pembangunan ilmu pengetahuan khususnya kebidanan komunitas agar dijadikan
bahan masukan penelitian selanjutnya.
7
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan
perpustakaan diD-IV Kebidanan Institute Kesehatan Helvetia Medan dan
dapat dijadikan sebagai referensi penelitian selanjutnya.
2. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang
telah di dapat, juga berguna sebagai informasi tambahan tentang manfaat
dan pentingnya kunjungan keposyandu.
3. Responden
Sebagai bahan informasi dan wawasan tentang manfaat dan pentingnya
membawa anaknya ke posyandu setiap bulannya sehingga mengetahui
perkembangan anaknya.
4. Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan masukan bagi para
tenaga kesehatan serta dapat meningkatkan dalam hal memberikan
penyuluhan kepada ibu-ibu yang mempunyai batita bahwa membawa
anaknya keposyandu sangatlah penting guna mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan anaknya.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nila Eriza Sativa dan Kharisah
Diniyah yang berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Ibu
Balita Dalam Kegiatan Posyandu Dusun Mlangi Kabupaten Sleman, hasil
penelitian menunjukan bahwa pendidikan ibu mayoritas tinggi sebanyak 44 orang
(57,1%), mayoritas ibu bekerja sebanyak 50 orang (64,9%), mayoritas
pengetahuan baik dan kurang tentang posyandu sebanyak 26 orang (33,8%), ibu
balita mengatakan kader berperan aktif sebanyak 53 orang (68,8%), mayoritas ibu
aktif ke posyandu sebanyak 41 orang (53,2%), mayoritas ibu memiliki sosial
ekonomi tinggi sebanyak 41 orang (51,9%). Pekerjaan, pengetahuan, peran kader,
dan sosial ekonomi terbukti berhubungan dengan keaktifan, sedangkan
pendidikan tidak berhubungan dengan keaktifan, dengan nilai p value ≤ 0,05.
Kesimpulan : Ada hubungan antara pekerjaan, pengetahuan, peran kader, dan
sosial ekonomi dengan keaktifan. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan
keaktifan. (11)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Reihana dan Artha Budi
Susila Duarsa yang bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
tingkat partisipasi ibu menimbang Balita ke Posyandu. Penelitian dengan desain
studi croos sectional, dilakukan pada bulan Desember 2010 pada 407 orang ibu
yang mempunyai balita sampai umur 60 bulanHasil penelitian didapatkan 54,8%
ibu berpartisipasi aktif menimbang balita ke Posyandu,hal ini menunjukan bahwa
8
9
partisipasi ibu untuk menimbang balita ke Posyandu di wilayah Puskesmas
Panjang belum optimal. Hasil uji statistik menunjukan ada hubungan yang
bermakna antara pendidikan ibu, pengetahuan ibu, dukungan keluarga, kehadiran
petugas, pemberian makanantambahan, motivasi, dan umur balita dengan
partisipasi ibu. Variabel yang paling dominan pengaruhnya adalah interaksi antara
pengetahuan ibu dengan pendidikan ibu setelah dikontrol variabel pendidikan ibu,
umur balita, motivasi dandukungan keluarga dengan nilai OR 4,614. (12)
2.2. Telaah Teori
2.2.1. Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. (1)
Posyandu merupakan salah satu pelayanan kesehatan di desa untuk
memudahkan masyarakat untuk mengetahui atau memeriksakan kesehatan
terutama untuk ibu hamil dan anak balita. Keaktifan keluarga dalam setiap
posyandu tentu akan berpengaruh pada status gizi anak balitanya karena salah
satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status gizi masyarakat
terutama anak balita dan ibu hamil. (1)
Posyandu yang merupakan pusat kegiatan masyarakat, dimana
masyarakat sekaligus dapat memperoleh pelayanan keluarga berencana dan
10
kesehatan. Disamping itu, posyandu dapat dimanfaatkan sarana untuk tukar
pendapat dan pengalaman serta bermusyawarah untuk memecahkan masalah yang
duhadapi masyarakat. (13)
Posyandu diasumsikan sebagai salah satu pendekatan yang tepat untuk
menurunkan angka kematian dan kesakitan balita serta dapat meningkatkan status
gizi balita .
2.2.2. Prinsip Dasar Posyandu
Prinsip dasar posyandu :
a. Pos pelayanan terpadu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat
perpaduan antara pelayanan professional dan nonprofessional (oleh
masyarakat)
b. Adanya kerja sama lintas program yang baik, Kesehatan Ibu Anak (KIA),
Keluarga Berencana (KB), gizi imunisasi, penanggulangan diare maupun
lintas sektoral
c. Kelembagaan masyarakat (pos desa, kelompok timbang/pos timbang, pos
imunisasi, pos kesehatan lain-lain ).
d. Mempunyai sasaran penduduk yang sama ( Bayi 0-1 tahun, anak balita 1-4
tahun, ibu hamil, pasangan usia subur (PUS).
e. Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan Pengembangan
Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)/ Primary Health Care ) PHC.
11
2.2.3. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu
Secara umum tujuan penyelenggaraan Posyandu adalah sebagai berikut:
a. Mempercepat penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), anak balita dan
angka kelahiran.
b. Mempercepat penurunan AKI (Angka Kematian Ibu), Ibu hamil dan nifas.
c. Mempercepat diterimanya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS).
d. Meneingkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang mengunjang sesuai kebutuhan.
e. Meningkatkan daya jangkau pelayanan kesehatan. Sasaran dalam
pelayanan kesehatan di Posyandu adalah bayi (usia kurang dari 1 tahun)
anak balita (usia 1-5 tahun), ibu hamil, ibu menyusui dan wanita PUS
(pasangan usia subur). (2)
2.2.4. Sasaran Posyandu
a. Bayi berusia kurang dari 1 tahun
b. Anak balita usia sampai 5 tahun
c. Ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas
d. Wanita Usia Subur Suatu posyandu seharusnya melayani sekitar 100 balita
(120KK) atau sesuai dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat,
seperti keadaan geografis, jarak antara kelompok rumah, jumlah KK
dalam suatu kelompok dan sebagainya. (14)
12
2.2.5. Fungsi Posyandu
Fungsi posyandu yaitu:
a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama
masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita
(AKBA).
b. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama
berkaitan dengan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian
Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKBA).
2.2.6. Manfaat Posyandu
Manfaat Posyandu adalah:
1. Bagi Masyarakat
1) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita
(AKB).
2) Memperoleh layanan secara professional dalam pemecahan masalah
kesehatan terutama terkait kesehatan ibu, bayi dan balita.
3) Efisisensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan
pelayanan sosial dasar sektor lain terkait.
2. Bagi kader dan tokoh masyarakat
1) Mendapatkan informasi terlebih dahulu tenStang upaya kesehatan yang
13
terkait dengan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian
Balita (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKBA).
2) Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat
menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Balita (AKB), dan Angka
Kematian Balita (AKBA).
3. Bagi Puskesmas
1) Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan
kesehatan perorangan primer, dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat
primer.
2) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan sesuai kondisi setempat.
3) Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.
4. Bagi sektor lain
1) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait dengan upaya
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Balita (AKB),
dan Angka Kematian Balita (AKBA) sesuai kondisi setempat.
2) Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai
dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing sector.(3)
14
2.2.7. Kegiatan Pokok Posyandu
Kegiatan dalam posyandu sesuai dengan tahap-tahap kegiatan kader antara
lain:
a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
b. Keluarga Berencana (KB)
c. Immunisasi
d. Pelayanan Gizi
e. Penanggulangan Diare Kegiatan posyandu selain lima kegiatan diatas juga
melaksanakan kunjungan rumah terhadap masyarakat wilayah posyandu.
Rumah yang akan dikunjungi ditentukan atau dimusyawarahkan pada
pertemuan kader.
Kriteria ibu yang akan dikunjungi adalah sebagai berikut:
a) Ibu yang mempunyai anak balita dan selama 2 bulan berturut-turut tidak hadir
dalam kegiatan posyandu.
b) Ibu yang anak balitanya belum mendapatkan kapsul vitamin A.
c) Ibu yang anak balitanya pada bulan lalu di kirim ke Puskesmas, karena:
1) Dalam dua bulan berturut-turut berat badannya tidak naik.
2) Berat badannya di bawah garis merah KMS.
3) Sakit.
d) Ibu hamil yang dalam 2 bulan berturut-turut tidak menghadiri kegiatan di
Posyandu.
e) Ibu hamil yang pada bulan lalu dikirim ke Puskesmas.
f) Ibu menyusui yang mengalami kesulitan menyusui anaknya.
15
g) Ibu hamil dan ibu menyusui yang belum mendapatkan kapsul yodium.
h) Balita yang terlalu gemuk. (14)
2.2.8. Kriteria Kunjungan Ke Posyandu
Dikatakan posyandu berhasil itu harus memenuhi target kunjungan
posyandu dalam 1 tahun. Sedangkan tahapannya adalah untuk posyandu Pratama
frekuensi penimbangannya ≤ 8x per tahun, posyandu madya frekuensinya ≥ 8x
per tahun, posyandu purnama frekuensi penimbangannya ≥ 8x per tahun dan
posyandu mandiri frekuensi penimbangannya ≥ 8x per tahun.
Data hasil pengukuran antropometri diolah menggunakan klasifikasi status
gizi, Data tingkat kehadiran balita dikategorikan menjadi dua, yaitu “Aktif” bila
hadir dalam kegiatan penimbangan di posyandu sebanyak ≥ 8x dalam satu tahun,
“ Tidak Aktif” apabila < 8 kali dalam 1 tahun. (14)
2.2.9. Pembentukan Posyandu
Tatacara Pembentukan posyandu yaitu pembentukan posyandu bersifat
fleksibel, dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, permasalahan dan kemampuan
sumber daya. Langkah-langkah pembentukan Posyandu dapat dilakukan dengan
tahapan berikut.
a. Pendekatan Internal Tujuan adalah mempersiapkan para petugas sehingga
bersedia dan memiliki kemampuan mengelola Posyandu melalui berbagai
orientasi dan pelatihan dengan melibatkan seluruh petugas Puskesmas.
b. Pendekatan Eksternal Tujuannya adalah mempersiapkan masyarakat,
khususnya tokoh masyarakat sehingga bersedia mendukung penyelenggaraan
Posyandu melalui berbagai pendekatan dengan tokoh masyarakat setempat.
16
c. Survei Mawas Diri (SDM) Tujuannya adalah menimbulkan rasa memiliki
masyarakat (sense of belonging) melalui penemuan sendiri masalah yang
dihadapi serta potensi yang dimiiki dengan bimbingan petugas Puskesmas,
aparat pemerintah desa kelurahan dan forum peduli Kesehatan Kecamatan
(jika sudah terbentuk).
d. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) Inisiatif penyelenggaraaan MMD
adalah para tokoh masyarakat yang mendukung pembentukan Posyandu atau
forum peduli Kesehatan Kecamatan. Posyandu dibentuk dari pos-pos yang
telah ada seperti:
1) Pos penimbangan balita
2) Pos imunisasi
3) Pos keluarga berencana desa
4) Pos kesehatan
5) Pos lainnya yang dibentuk baru
2.2.10. Persyaratan Posyandu
1. Penduduk RW tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita
2. Terdiri dari 120 kepala keluarga
3. Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa)
4. Jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dalam satu tempat atau
kelompok tidak terlalu jauh. (15)
17
2.2.11. Alasan Pendirian Posyandu
a. Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam upaya
pencegahan penyakit dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK)
sekaligus dengan pelayanan Keluarga Berencana (KB).
b. Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan untuk masyarakat,
sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam
bidang kesehatan dan keluarga berencana.
2.2.12. Penyelenggara Posyandu
a. Pelaksanaan kegiatan adalah anggota masyarakat yang telah dilatih
menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas. Pada
pelaksanaan pos pelayanan terpadu melibatkan petugas puskesmas,
petugas Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
sebagai penyelenggaraan pelayanan professional dan peran serta
masyarakat secara aktif dan positif sebagai penyelenggara pelayanan non
professional secara terpadu dalam rangka alih teknologi dan swakelola
masyarakat.
1) Dari segi petugas puskesmas:
a) Pendekatan yang dipakai adalah pengembangan dan pembinaan
pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).
b) Perencanaan terpadu tingkat puskesmas (mikro planing), loka karya
mini
c) Pelaksanaan melalui sistem 5 meja dan alih teknologi.
2) Dari segi masyarakat
a) Kegiatan swadaya masyarakat yang diharapkan adanya kader
kesehatan
18
b) Perencanaannya melalui musyawarah masyarakat desa
c) Pelaksanaannya melalui sistem meja
Dukungan lintas sektoral sangat diharapkan melalui dari tahap
persiapan/perencanaan, pelaksanaan bahkan penelitian dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, baik dalam
segi motivasi maupun teknis dari masing-masing sektor.
b. Pengelola Posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang
berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader
kesehatan yang ada di wilayah tersebut. (8)
2.2.13. Lokasi/Letak Posyandu
1. Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat
2. Ditentukan oleh masyarakat sendiri
3. Dapat merupakan local tersendiri
4. Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai
rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya.
2.2.14. Pelayanan Kesehatan yang Dijalankan Posyandu
Pelayanan kesehatan yang dijalankan dalam Posyandu yaitu:
1. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
1) Penimbangan bulanan
2) Pemberian tambahan makanan bagi yang berat badannya kurang
3) Imunisasai bayi 3-14 bulan
4) Pemberian oralit untuk menanggulangi diare
5) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama.
19
2. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur
1) Pemeriksaan kesehatan umum
2) Pemeriksaan kehamilan dan nifas
3) Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah
darah.
4) Imunisasi TT untuk ibu hamil
5) Penyuluhan kesehatan dan KB
6) Pemberian alat kontrasepsi KB
7) Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare
8) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
9) Pertolongan pertama pada kecelakaan
2.2.15. Sistem Lima Meja dalam Posyandu
Sistem lima meja dalam posyandu yaitu:
1. Meja 1 : Pendaftaran Anak Balita
Pendaftaran anak balita dimaksudkan agar semua anak balita yang ada
dalam desa diketahui tanggal lahir, umur saat itu, nama orang tua dan anak
keberapa. Daftar anak balita ini dimasukan di dalam buku Register dengan
diberikan nomor register. Berdasarkan pendaftaran anak balita yang bersangkutan
ditulis pada kolom 1, Nomor pendaftaran. Sedangkan Nomor register adalah
Nomor yang diberi indek yang ditulis selain dari buku pendaftaran juga dibagian
depan kartu menuju sehat pada kolom yang disediakan.
20
2. Meja 2 : Penimbangan bayi dan anak balita
Penimbangan anak balita (meja 2) dilakukan setelah dipanggil oleh
petugas pendaftaran dengan menyerahkan KMS masing-masing anak.
Penimbangan dengan menggunakan dacin dengan ketepatan kalibrasi dimana
berguna untuk memastikan bahwa hasil penimbangan berat badan benar sesuai
dengan kondisi saat anak tersebut ditimbang. Penimbangan sebaiknya
menggunakan sarung timbang yang telah disediakan oleh proyek gizi, hasil
penimbangan anak, dimasukan ke dalam buku register di Meja 3 untuk
mendapatkan hasil akurat.
3. Meja 3 : Pencatatan hasil
Penimbangan anak balita Meja 3 adalah pencatatan hasil penimbangan dan
analisa perbandingan antara penimbangan bulan sebelumnya dengan
penimbangan bulna ini. Apabila terjadi penurunan BB anak yang bersangkutan,
maka kader di meja 3 wajib menanyakan histori terjadinya penurunan BB kepada
ibunya (yang membawa anak balita ke Posyandu). Selain itu di meja 3 dilakukan
pemeriksaan terhadap:
1) Imunisasi yang sudah diterima
Imunisasi terbukti mampu memberantas penyakit menular,
seperti campak, gondongan, batuk rejan (pertusis), polio, cacar air, dan
lainnya. Oleh karena itu, disarankan kepada ibu yang mempunyai bayi
untuk membawa bayinya ke Posyandu, Puskesmas, bidan, maupun dokter
untuk mendapatkan imunisasi. Di Indonesia ada 5 jenis imunisasi wajib
21
untuk bayi, dan ini diberikan secara gratis di Posyandu. Jenis imunisasi
ini adalah:
a) Hepatitis B
Vaksin ini diberikan saat bayi baru lahir, paling baik diberikan
sebelum waktu 12 jam setelah bayi lahir. Vaksin ini berfungsi untuk
mencegah penularan hepatitis B dari ibu ke anak saat proses
kelahiran.
b) Polio
Vaksin polio diberikan sebanyak 4 kali sebelum bayi berusia 6 bulan.
Vaksin ini bisa diberikan pada saat lahir, kemudian pada usia 2 bulan,
4 bulan, dan 6 bulan. Vaksin ini diberikan untuk mencegah lumpuh
layu.
c) BCG
BCG hanya diberikan sebanyak 1 kali dan disarankan pemberiannya
sebelum bayi berusia 3 bulan. Paling baik diberikan saat bayi berusia
2 bulan. Vaksin BCG ini berfungsi untuk mencegah
kuman tuberkulosis yang dapat menyerang paru-paru dan selaput
otak, dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian.
d) Campak
Vaksin campak diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada usia 9 bulan dan
24 bulan. Namun, vaksin campak kedua pada usia 24 bulan tidak
perlu lagi diberikan ketika anak sudah mendapatkan vaksin MMR
pada usia 15 bulan. Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit
22
campak berat yang dapat menyebabkan pneumonia (radang paru),
diare, dan bahkan bisa menyerang otak.
e) Pentavalen (DPT-HB-HiB)
Pentavalen merupakan vaksin gabungan dari vaksin DPT (difteri,
pertusis, tetanus), vaksin HB (Hepatitis B), dan vaksin HiB
(haemophilus influenza tipe B). Vaksin ini diberikan untuk mencegah
6 penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis, tetanus, hepatitis
B, pneumonia, dan meningitis (radang otak). Vaksin ini diberikan
sebanyak 4 kali, yaitu pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan 18
bulan.
f) Pemberian kapsul vitamin A
Pemberian Vitamin A secara program disesuaikan dengan jadwal
pemerintah yaitu pada bulan vitamin A (Februari dan Agustus).
Praktisnya, ada 2 sediaan vitamin A yang diberikan, yaitu biru untuk
bayi yang berusia 6-11 bulan, sedangkan merah untuk anak balita usia
12 bulan – 59 bulan atau 1 – 5 tahun. Apabila tidak hadir saat
posyandu, saudari bisa bawa Anak saudari ke Puskesmas terdekat
sehingga nantinya dapat diberikan di Poli KIA.
2) Pernah tidaknya dirujuk ke Puskesmas
Hal-hal lain yang menyangkut kesehatan dan perkembangan anak balita
yang bersangkutan.
a. Pengaruh dari diri sendiri. Seperti jenis kelamin, kesehatan fisik
dan mental, serta faktor genetik.
23
b. Pengaruh dari keluarga. Seperti hubungan dengan keluarga, pola
asuh orangtua, nilai-nilai dalam keluarga, kondisi finansial orangtua,
tingkat pendidikan dan pekerjaan orangtua, hingga kesehatan fisik dan
mental orangtua.
c. Pengaruh dari masyarakat. Seperti keamanan dan kesehatan
lingkungan rumah, tetangga, hingga sekolah.
d. Pengaruh budaya. Setiap daerah memiliki nilai, kepercayaan, dan
pandangan yang berbeda dalam membesarkan anak.
Dari hasil pengamatan KMS inilah, balita yang bersangkutan perlu
mendapat immunisasi, kapsul vitamin A, nasehat tentang pola makan dan lain-lain
yang dilaksanakan di meja 4.
4. Meja 4 : Penyuluhan kesehatan dan gizi
Di meja ini berdasarkan saran dari meja 3 dilakukan penyuluhan kesehatan
tentang :
1) Bagaimana menjaga kesehatan anak
2) Pemberian makanan dirumah tangga
3) Di meja 4 ini juga diberikan pelayanan pemberian vitamin A dosis tinggi.
Setiap bulan vitamin A (Februari dan Agustus) pemberian oralit dan obat-
obatan sederhana disiapkan di Posyandu, serta membuat surat rujukan ke
Puskesmas bila diperlukan dengan menggunakan formulir rujukan anak
balita.
24
5. Meja 5 : Pelayanan imunisasi dan KB
Pada dasarnya pelaksanaan pelayanan immunisasi dan KB dilakukan di
Puskesmas, namun momen penimbangan bulan anak balita dapat dilakukan
dengan memberikan pelayanan imunisasi dan KB, baik kecamatan (PPLKB)
dengan kader KB desa. Petugas pada meja 1-4 dilaksanakan oleh para kader PKK
sedangkan meja 5 merupakan meja pelayanan Perawat atau Bidan. (8)
2.2.16. Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Kunjungan Ibu Balita Ke
Posyandu
1. Umur Ibu
Dalam kamus Bahasa Indonesia umur adalah lama waktu hidup atau ada
(sejak dilahirkan atau diadakan). Pada ibu yang berumur muda dan baru
memiliki anak akan cenderung memberikan perhatian yang lebih besar
terhadap anak mereka, seiring bertambah usia, bertambah kesibukan dan
bertambah jumlah anak maka ini akan mempengaruhi motivasi untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang baik untuk anak.
2. Pendidikan Ibu Pendidikan adalah suatu jenjang pendidikan formal terahir
yang ditempuh dan dimiliki oleh seseorang dengan mendapatkan
sertifikasi/ijazah, baik Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Perguruan Tingi. Pendidikan
adalah suatu proses yang unsur-unsurnya terdiri dari masukan (input),
yaitu sasaran pendidikan, keluaran (output) yaitu suatu bentuk perilaku
baru atau kemampuan dari sasaran pendidikan. Proses tersebut
dipengaruhi oleh perangkat lunak (soft ware) yang terdiri dari kurikulum,
pendidik, metode, dan sebagainya serta perangkat keras (hardware) yang
25
terdiri dari ruang, perpustakaan (buku-buku), dan alat-alat bantu
pendidikan lain. Jalur pendidikan formal akan membekali seseorang
dengan dasar-dasar pengetahuan, teori dan logika, pengetahuan umum,
kemampuan analisis serta pengembangan kepribadian.
Pendidikan merupakan suatu proses dengan tujuan utama
menghasilkan perubahan perilaku manusia yang secara operasional
tujuannya dibedakan menjadi 3 aspek yaitu: pengetahuan (kognitif), sikap
(efektif), dan aspek ketrampilan (psikomotor). Pendidikan yang tinggi
seseorang akan lebih mudah memahami tentang suatu informasi.
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk memberikan
kemampuan berfikir, menelaah dan memahami informasi yang diperoleh
dengan pertimbangan yang lebih rational dan pendidikan yang baik akan
memberikan kemampuan yang baik pula dalam mengambil keputusan
tentang kesehatan keluarga. (16)
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan hal yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber
kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang dan banyak tantangan. Kerja merupakan suatu
yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan ibu bisa bermacam-macam,
berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya,
dan orang berhap bahwa aktivitas kerja yang dilakukan yang akan
membawanya kepada sesuatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada
26
keadaan yang sebelumnya. Aspek sosial ekonomi akan berpengaruh pada
partisipasi masyarakat di posyandu.
Semua ibu yang bekerja baik di rumah atau luar rumah, keduanya
akan tetap meninggalkan anak-anaknya untuk sebagian besar waktu. Satu
sumber pendapatan dalam keluarga dengan adanya pekerjaan tetap dalam
suatu keluarga, maka keluarga tersebut relative terjamin pendapatannya
setiap bulan. Seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu yang
cukup padat akan mempengaruhi ketidakhadiran dalam pelaksanaan
Posyandu. Orang tua yang bekerja akan tidak mempunyai waktu luang,
sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi aktivitas pekerjaan
orang tua semakin sulit datang ke Posyandu. Banyak ibu-ibu bekerja
mencari nafkah, baik untuk kepentingan sendiri maupun keluarga. Faktor
bekerja saja nampak berpengaruh pada peran ibu yang memiliki balita
sebagai timbulnya suatu masalah pada ketidakaktifan ibu kunjungan ke
posyandu, karena mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan yang belum
cukup, yang berdampak pada kunjungan ke posyandu, serta tidak ada
waktu ibu mencari informasi karena kesibukan mereka dalam bekerja.
Kondisi kerja yang menonjol sebagi faktor yang mempengaruhi ketidak
aktifan. Hal ini dapat menyebabkan frekuensi ibu yang memiliki balita
untuk kunjungan ke posyandu akan berkurang. (17)
4. Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah kesan dalam pikiran manusia sebagai
hasil penggunaan panca indranya yang berbeda sekali dengan kepercayaan
27
(beliefs), tahayul (superstitions), dan penerangan-penerangan yang keliru
(mis-information). Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra
penglihatan, pendengaran, penciuman , rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang
lain, media masa maupun lingkungan. (18)
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Pengetahuan seseorang
tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negative.
Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek
positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif
terhadap objek tertentu.
Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang
ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui. Pengetahuan
diperlukan kondisi belajar tertentu seperti:
a. Peserta didik harus disajikan fakta atau informasi sedemikian rupa sehingga
mereka mengerti.
b. Peserta didik mampu menyimpan fakta atau informasi dalam ingatanya,
sehingga fakta tersebut mudah diingat kembali bila diperlukan.
c. Peserta didik mampu menyajikan informasi yang disajikan sehingga dapat
digunakan untuk melakukan tugas atau memecahkan masalah dilapangan
nantinya.
28
Tingkat Pengetahuan ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu
1) Tahu (know)
Dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk juga mengingat kembali suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima dengan
cara menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.
2) Memahami (Comperehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai
penggunaan hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya.
4) Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut
yang masih ada kaitannya antara suatu dengan yang lain dapat ditunjukan
dengan menggambarkan, membedakan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan dapat
menyusun formulasi yang baru.
29
6) Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi penelitian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
kriteria yang sudah ada.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan seseorang akan lebih langgeng
bila didasari dengan perilaku dan pengalaman. Sebelumnya seseorang
mengadopsi perilaku baru, di dalam diri seseorang terjadi proses berurutan yakni:
a. Awarenes (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).
b. Insert (merasa tertarik), dimana orang mulai tertarik stimulus, sikap seseorang
sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang), dimana seseorang mulai menimbang-
nimbang terhadap baik buruknya stimulus bagi dirinya. Hal ini berarti sikap
seseorang sudah lebih baik.
d. Trial (mencoba), dimana orang mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki stimulus.
Adaptasi, dimana seseorang telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Cara Memperoleh pengetahuan Beberapa cara untuk memperoleh
pengetahuan, yaitu :
1) Cara Tradisional
a) Cara Coba Salah (Trial and Error) Coba salah ini dipakai orang sebelum
kebudayaan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini
30
dilakukan dengan menggunakan “kemungkinan” dalam memecahkan
masalah dan apabila “kemungkinan” ini tidak berhasil maka akan dicoba
lagi.
b) Cara Kekuasaan atau Otoritas Sumber pengetahuan cara ini dikemukakan
oleh orang yang mempunyai otoritas baik berupa pimpinan-pimpinan
masyarakat formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah,
tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik
berdasarkan fakta yang empiris maupun pendapat sendiri.
c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman pribadi dapat digunakan
sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi masa lalu.
2) Cara Modern
Memperoleh Pengetahuan Cara ini disebut juga dengan metode penelitian atau
suatu metode penelitian ilmiah dan lebih popular. (19)
1. Klasifikasi Taksonomi Bloom Adapun tasonomi atau klasifikasi adalah
sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif (cognitive domain)
Ranah kognitif merupakan segi kemampuan yang berkaitan dengan aspek-
aspek pengetahuan, penalaran, atau pikiran. Bloom membagi ranah kognitif
ke dalam enam tingkatan atau kategori, yaitu:
1) Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan
disimpan dalam ingatan. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan,
digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall)
31
atau mengenal kembali (recognition). Kemampuan untuk mengenali dan
mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,
metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya.
2) Pemahaman (comprehension)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menangkap makna
dan arti tentang hal yang dipelajari. Adanya kemampuan dalam
menguraikan isi pokok bacaan; mengubah data yang disajikan dalam
bentuk tertentu ke bentuk lain. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi
daripada kemampuan.
3) Penerapan (application)
Kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode untuk
menghadapi suatu kasus atau problem yang konkret atau nyata dan baru.
8 kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur metode, rumus, teori
dan sebagainya. Adanya kemampuan dinyatakan dalam aplikasi suatu
rumus pada persoalan yang dihadapi atau aplikasi suattu metode kerja
pada pemecahan problem baru. Misalnya menggunakan prinsip.
Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan.
4) Analisis (analysis)
Di tingkat analisis, sesorang mampu memecahkan informasi yang
kompleks menjadi bagian-bagian kecil dan mengaitkan informasi dengan
informasi lain. Kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat
32
dipahami dengan baik. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada
kemampuan.
5) Sintesis (synthesis)
Kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-
bagian dihubungkan stu sama lain. Kemampuan mengenali data atau
informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang
dibutuhkan. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam membuat suatu
rencana penyusunan satuan pelajaran. Misalnya kemampuan menyusun
suatu program kerja. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada
kemampuan.
6) Evaluasi (evaluation)
Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu materi
pembelajaran, argumen yang berkenaan dengan sesuatu yang diketahui,
dipahami, dilakukan, dianalisis dan dihasilkan. Kemampuan untuk
membentuk sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan
pertanggungjawaban pendapat berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya
kemampuan menilai hasil karangan. Kemampuan ini dinyatakan dalam
menentukan penilaian terhadapa sesuatu.
b. Ranah Afektif (affective domain)
Ranah afektif merupakan kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi,
dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran. Kawasan afektif yaitu kawasan
yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan
terhadap moral dan sebagainya. Ranah afektif terdiri dari lima ranah yang
33
berhubungan dengan respons emosional terhadap tugas. Pembagian ranah afektif
ini disusun oleh Bloom bersama dengan David Krathwol, antara lain:
1) Penerimaan (receiving)
Seseorang peka terhadap suatu perangsang dan kesediaan untuk
memperhatikan rangsangan itu, seperti penjelasan yang diberikan oleh
guru. Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di
lingkungannya yang dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan
perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya. Misalnya juga
kemampuan mengakui adanya perbedaan-perbedaan.
2) Partisipasi (responding)
Tingkatan yang mencakup kerelaan dan kesediaan untuk
memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
Hal ini dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan
yang disjikan, meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam
memberikan tanggapan. Misalnya, mematuhi aturan dan berpartisipasi
dalam suatu kegiatan.
3) Penilaian atau Penentuan Sikap (valuing)
Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan
membawa diri sesuai dengan penilaian itu. 16 Mulai dibentuk suatu
sikap,menrima, menolak atau mengabaikan. Misalnya menerima
pendapat orang lain.
34
4) Organisasi (organization)
Kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan
pegangan dalam kehidupan. Misalnya, menempatkan nilai pad suatu
skala nilai dan dijadikan pedoman dalam bertindak secara
bertanggungjawab.
5) Pembentukan Pola Hidup (characterization by a value)
Kemampuan untuk menghayati nilai kehidupan, sehingga menjadi milik
pribadi (internalisasi) menjadi pegangan nyata dan jelas dalam
mengatur kehidupannya sendiri. Memiliki sistem nilai yang
mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya
hidupnya. Kemampuan ini dinyatakan dalam pengaturan hidup
diberbagai bidang, seperti mencurahkan waktu secukupnya pada tugas
belajar atau bekerja. Misalnya juga kemampuan mempertimbangkan
dan menunjukkan tindakan yang berdisiplin.
c. Ranah Psikomotor (psychomotoric domain)
Ranah psikomotor kebanyakan dari kita menghubungkan aktivitas motor
dengan pendidkan fisik dan atletik, tetapi banyak subjek lain, seperti menulis
dengan tangan dan pengolahan kata juga membutuhkan gerakan. Kawasan
psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan
jasmani. Rician dalam ranah ini tidak dibuat oleh Bloom, namun oleh ahli lain
yang berdasarkan ranah yang dibuat oleh Bloom, antara lain:
35
1) Persepsi (perception)
Kemampuan untuk menggunakan isyaratisyarat sensoris dalam
memandu aktivitas motrik. Penggunaan alat indera sebagai rangsangan
untuk menyeleksi isyarat menuju terjemahan. Misalnya, pemilihan
warna.
2) Kesiapan (Set)
Kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai suatu
gerakan. kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan
gerakan. Misalnya, posisi start lomba lari.
3) Gerakan terbimbing (guided response)
Kemampuan untukmelakukan suatu gerakan sesuai dengan contoh yang
diberikan. Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks,
termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan cobacoba. Misalnya,
membuat lingkaran di atas pola.
4) Gerakan yang terbiasa (Mechanical Response)
Kemampuan melakukan gerakan tanpa memperhatikan lagi contoh
yang diberikan karena sudah dilatih secukupnya. Membiasakan
gerakangerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan
meyakinkan dan cakap. Misalnya, melakukan lompat tinggi dengan
tepat.
5) Gerakan yang kompleks (Complex Response)
Kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari
banyak tahap dengan lancar, tepat dan efisien. Gerakan motoris yang
36
terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang
kompleks. Misalnya, bongkar pasang peralatan dengan tepat.
6) Penyesuaian pola gerakan (Adjusment)
Kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola
gerakan dengan persyaratan khusus yang berlaku. Keterampilan yang
sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
Misalnya, keterampilan bertanding.
7) Kreativitas (Creativity)
Kemampuan untuk melahirkan pola gerakan baru atas dasar prakarsa
atau inisiatif sendiri. Misalnya, kemampuannya membuat kreasi tari
baru. (18)
5. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap
anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan
instrumental dan dukungan emosional. Keseluruhan elemen tersebut terwujud dalam
bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan
terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang
memperhatikan (20).
Selain dari suami ibu juga membutuhkan dukungan keluarga dari
orangtua/mertua yang juga memiliki sikap positif terhadap keaktifan membawa
anaknya keposyandu. Dukungan adalah orang yang mendukung, penunjang,
penyokong, pembantu. Sedangkan suami dalah pria yang menjadi pasangan istri.
Sehingga dukungan suami dapat didefinisikan sebagai bantuan yaang diberikan oleh
37
suami. Bantuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bantuan yang diberikan
oleh suami terhadap istri dalam keaktifan dalam membawa anaknya ke posyandu.
Ada 4 aspek dukungan yang dikemukakan oleh Sarafino, yaitu :
4) Dukungan Emosional
Dukungan ini melibatkan ekspresi rasa empati dan perhatian terhadap
individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan
diperhatikan. Dukungan ini meliputi prilaku seperti memberikan perhatian
dan efektif serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain.
5) Dukungan Penghargaan
Dukungan ini melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan setuju dan
penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain.
6) Dukungan Instrumental
Bentuk dukungan ini melibatkan bantuan langsung, misalnya yang berupa
bantuan finansial atau bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu.
(20)
7) Dukungan Informasi
Dukungan yang bersifat informasi ini dapat berupa saran, pengarahan dan
umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan persoalan.
Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Dukungan Sosial keluarga yaitu :
1) Keintiman
Dukungan sosial lebih banyak didapat dari keintiman dari pada aspek-
aspek lain dalam interaksi sosial, semakin intim seseorang maka
dukungan yang diperoleh akan semakin besar.
38
2) Harga Diri
Individu dengan harga diri memandang bantuan dari orang lain
merupakan suatu bentuk penurunan harga diri karena dengan
menerima bantuan dari orang lain diartikan bahwa individu yang
bersangkutan tidak mampu lagi berusaha
3) Keterampilan Sosial
Individu dengan pergaulan yang luas akan memiliki keterampilan
sosial yang tinggi, sehingga akan memiliki jaringan sosial yang luas.
Sedangkan, individu yang kurang luas pergaulannya memiliki
keterampilan sosial yang rendah pula. Menurut Marilyn faktor-faktor
yang mempengaruhi : kelas sosial, bentuk-bentuk keluarga, latar
belakang keluarga, tahap siklus kehidupan keluarga, peristiwa
situasional khususnya masalah-masalah kesehatan atau sakit.(20)
6. Jarak Ketempat Palayanan Posyandu
Salah satu faktor yang menghubungkan pencapaian derajat kesehatan,
termasuk pemberian kelengkapan imunisasi dasar adalah adanya keterjangkauan
tempat pelayanan kesehatan oleh masyarakat. Kemudahan untuk mencapai
pelayanan kesehatan ini antara lain ditentukan oleh adanya transportasi yang
tersedia sehingga dapat memperkecil jarak tempuh, hal ini akan menimbulkan
motivasi ibu untuk datang ketempat pelayanan imunisasi. (21)
Tempat pelayanan yang jaraknya jauh bisa jadi membuat orang akan
enggan untuk mendatanginya. Jauhnya tempat pelayanan bisa menyebabkan
pembengkakan akomodasi pelayanan ,karena selain biaya pelayanan kesehatan
39
ada biaya tambahan yaitu biaya trasportasi. Bagi orang – orang yang berfikir
sederhana mungkin akan memutuskan untuk tidak datang ke sarana pelayanan
kesehatan. Hal ini mungkin terjadi adalah ketidakterjangkauan sarana pelayanan
kesehatan oleh masyarakat. Jarak kefasilitas pelayanan kesehatan akan
mempengaruhi pemanfaatan masyarakat terhadap fasilitas pelayanan .(21)
Ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya kesehatan termasuk tenaga
kesehatan yang ada dan mudah dijangkau merupakan salah satu faktor yang
memberi kontribusi terhadap perilaku dalam mendapatkan pelayanan kesehatan
dengan jarak 1-2 km atau ≥ 2 km. Semakin kecil jarak jangkauan masyarakat
terhadap suatu tempat pelayanan kesehatan berkisar 1-2 km , maka akan semakin
sedikit pula waktu yang diperlukan sehingga tingkat pemanfaatan pelayanan
kesehatan meningkat dan semakin jauh jarak jangkauan masyarakat terhadap
suatu tempat pelayanan kesehatan berkisar ≥2 km , maka akan semakin besar pula
waktu yang diperlukan sehingga tingkat pemanfaatan kurang efektif. (22)
2.2.17. Kriteria Kunjungan ke Posyandu
Dikatakan posyandu berhasil itu harus memenuhi target kunjungan
posyandu dalam 1 tahun. Sedangkan tahapannya adalah untuk posyandu Pratama
penimbangannya ≤ 8x per tahun, posyandu Madya frekuensi penimbangannya ≥
8x per tahun, posyandu Purnama frekuensi penimbangannya ≥ 8x per tahun dan
posyandu Mandiri ≥ 8x per tahun. Kriteri keaktifan dalam kunjungan balita
keposyandu paling baik adalah aktif setiap bulan atau 12 kali pertahun. Untuk itu
kunjungan balita diberi batasan 8 kali pertahun. Posyandu yang frekuensi
penimbangan atau kunjungan balita kurang dari 8 kali pertahun dianggap masih
40
rawan. Sedangkan bila frekuensi penimbangan sudah 8 kali atau lebih dalam
kurun waktu 1 tahun dianggap sudah cukup baik. Data hasil pengukuran
antropometri diolah menggunakan klasifikasi status gizi. Data tingkat kehadiran
balita dikategorikan manjadi dua, yaitu “ Aktif” bila hadir dalam kegiatan
penimbangan diposyandu sebanyak ≥ 8x dalam 12 bulan / 1 tahun. “ Tidak Aktif”
bila hadir dalam kegiatan penimbangan diposyandu sebanyak ≤ 8x dalam 12
bulan / 1 tahun.
2.3. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan pernyataan tentatif ( sementara ) mengenai
kemungkinan hasil dari suatu kemungkinan dari suatu penelitian. Hipotesis
merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang
diajukan dalam penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada Pengaruh Pengetahuan Terhadap Keaktifan Ibu Membawa Batita (12-36
Bulan) Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun
2018.
2. Ada Pengaruh Pendidikan Terhadap Keaktifan Ibu Membawa Batita (12-36
Bulan) Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun
2018.
3. Ada Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Keaktifan Ibu Membawa Batita
(12-36 Bulan) Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam
Tahun 2018.
41
4. Ada Pengaruh Jarak Ke Tempat Pelayanan Posyandu Terhadap Keaktifan
Ibu Membawa Batita (12-36 Bulan) Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan
Kota Subulusalam Tahun 2018.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi, yaitu suatu desain yang
digunakan untuk menjelaskan atau mengungkapkan hubungan korelasi antar
variabel. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis korelasi antara variabel
independen (faktor pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, peran kader, dan sosial
ekonomi) dan variabel dependen (keaktifan ibu membawa batita) keposyandu di
Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018. Pendekatan yang
digunakan adalah cross sectional yaitu variabel sebab atau risiko dan akibat atau
kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan
(dalam waktu yang bersama). (23)
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Penanggalan Jalan Teuku Umar No
196. Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam Provinsi Aceh dan di
Puskesmas ini juga belum pernah ada penelitian yang sama sebelumnya.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai April – Oktober 2018.
42
43
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. populasi dapat bersifat
jumlah terbatas dan tidak terbatas. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu
yang memiliki bayi usia 12-36 Bulan di Puskesmas Penanggalan berjumlah 125
orang dari 7 posyandu.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik random sampling dengan
menggunakan rumus slovin :
n =N
1 + N (e)2
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih
bisa ditolerir : e=0,1
Dalam rumus slovin ada ketentuan sebagai berikut
Nilai e =0,05 (5%) untuk populasi dalam jumlah besar
Nilai e =0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar
Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 125 ,sehingga presentase
kelonggaran yang digunakan adalah 10 % dan hasil perhitungan dapat dibulatkan
untuk mencapai kesesuain .maka untuk mengetahui sampel penelitian ,dengan
perhitungan sebagai berikut :
44
𝑛 =125
1 + 125 (0,1)2
𝑛 =125
2,25
n = = 55,5 =56
Maka besar sampel pada penelitian ini berjumlah 56 responden dan
persentase populasi dengan cara random sampling yaitu :
1. Posyandu Melati = 18 orang : 18/125x56 = 8 orang
2. Posyandu Kasih Ananda = 17 orang : 17/125x56 = 8 orang
3. Posyandu Mekar Sari = 16 orang : 16/125x56 = 6 orang
4. Posyandu Ananda = 19 orang : 19/125x56 = 9 orang
5. Posyandu Mutiara Hati = 20 orang : 20/125x56 = 9 orang
6. Posyandu Teratai = 18 orang : 18/125x56 = 8 orang
7. Posyandu Mawar = 17 orang : 17/125x56 = 8 orang
Pengambilan 56 sampel dengan cara mengundi lalu mengambil nomor
yang ganjil saja.
45
3.4. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah hubungan antara variabel yang ingin diamati atau
diukur melalui penelitian yang akan dilakukan yaitu Faktor Yang Mempengaruhi
Keaktifan Ibu Membawa Batita (12-36 Bulan) Ke Posyandu di Puskesmas
Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018.
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema .1. Kerangka Konsep
3.5. Defenisi Operasional dan Aspek Pengukuran
3.5.1. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah defenisi yang membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel-variabel yang diteliti .
1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai
pengertian posyandu, manfaat posyandu, jadwal posyandu pada bayi, batita
dan balita.
2. Tingkat Pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan sumber daya
manusia terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan
Faktor yang
mempengaruhi :
- Pengetahuan
- Tingkat
Pendidikan
- Dukungan
Keluarga
- Jarak ketempat
pelayanan
posyandu
Keaktifan Ibu Membawa
Batita Keposyandu.
46
kepribadian ibu yang telah diperoleh dari sekolah dan pendidikan terakhir ibu
yang telah dilalui.
3. Dukungan Keluarga adalah dukungan yang diberikan keluarga secara formal
maupun non formal terhadap ibu bayi, batita dan balita terkait program dan
kegiatan diposyandu yang dilakukan setiap bulannya di Posyandu maupun
Puskesmas.
4. Jarak ketempat Pelayanan posyandu adalah Persepsi responden terhadap
Jarak dan perjalanan ke posyandu dari rumah yang mudah atau sulit untuk
ditempuh, sehingga mempermudah atau mempersulit ibu yang memiliki
batita untuk posyandu .
5. Keaktifan ibu adalah frekuensi atau jumlah kedatanngan ibu ke posyandu
dengan membawa anak bayi, batita dan balitanya setiap bulannya sehingga
mengetahui perkembangan anaknya yang diperoleh setiap bulannya dari
layanan kesehatan diPosyandu maupun di Puskesmas.
47
TABEL 3.1.
Aspek pengukuran dan Variabel Independen dan Variabel Dependen
No Variabel Jumlah
Pertanyaan
Cara dan
Alat Ukur
Skala
Pengukuran Value
Jenis Skala
Ukur
1.
2
3
4
5
Pengetahuan
Ibu
Tingkat
Pendidikan
Dukungan
keluarga
Jarak
Ketempat
pelayanan
Posyandu
Keaktifan ibu
membawa
Batita
Posyandu
8 Pertanyaan
1
Pertanyaan
8
Pertanyaan
1
Pertanyaan
1
Pertanyaan
Kuesioner
Benar = 1
Salah = 0
Kuesioner
Kuesioner
Ya = 1
Tidak = 0
Kuesioner
Kuesioner
Skor 5-8
Skor 0-4
PT
SD-SMA
Skor 5-8
Skor 0-4
Terjangkau 1-
2 km
Tidak
Terjangkau >
2 km
≥ 8 x dalam
12 bulan
terakhir
< 8 x dalam
12 bulan
terakhir
Baik
(1)
Kurang
(2)
Tinggi
(1)
Rendah
(2)
Dukungan Baik
(1)
Dukungan Kurang
(2)
Terjangkau
(1)
Tidak terjangkau
(2)
Aktif
(1)
Tidak Aktif
(2)
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
3.6. Metode Pengumpulan Data
3.6.1. Jenis Data
1. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari
tangan pertama), atau merupakan data karakteristik responden.
48
2. Data sekunder meliputi deskriptif dilokasi penelitian, misalnya fasilitas
pelayanan kesehatan, jumlah tenaga dan pelaksanaan pelayanan
keperawatan serta data lain yang mendukung analisi terhadap data primer
3. Data Tertier yaitu data yanng diperoleh dari berbagai referensi yang
sangat valid misalnya jurnal, text book, SDKI, Riskesda 2013, WHO.
3.6.2. Teknik Pengumpulan Data
1. Data primer
Data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner yang telah
disiapkan oleh peneliti dan dibagikan kepada responden.
2. Data sekunder
Data yang diperoleh pada penelitian awal tentang faktor yang
mempengaruhi keaktifan ibu membawa batita ke posyandu di puskesmas
penanggalan
3. Data Tertier
Data yang diperoleh dari jurnal atau web site yang sah tentang, UNICEF,
Depkes, WHO, Kepmenkes.
3.6.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner pengetahuan, Tingkat Pendidikan, dukungan keluarga dan
jarak ketempat pelayanan posyandu dimana disusun dan dikembangkan sendiri
oleh penulis. Sehingga sebelum disebar, dilakukan uji coba .
1. Uji Validitas
Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip
keandalan instrument dalam pengumpulan data. Instrumen harus dapat mengukur
49
apa yang seharusnya diukur. Menentukan derajat ketepatan dari instrument
penelitian berbentuk kuesioner. Uji validitas dapat dilakukan menggunakan Uji
Product Moment Test. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diberikan kepada
sekelompok ibu hamil sebagai sasaran uji responden sebanyak 20 orang di
Puskesmas Simpang Kiri. Kemudian pertanyaan-pertanyaan (kuesioner) tersebut
di beri skor atau nilai jawaban masing-masing sesuai dengan sistem penilaian
yang ditetapkan.
Tabel 3.2.
a. Soal Validitas Pengetahuan
No Item sig 2 Tailed p-value Hasil
Pernyataan 1
Pernyataan 2
Pernyataan 3
Pernyataan 4
Pernyataan 5
Pernyataan 6
Pernyataan 7
Pernyataan 8
Pernyataan 9
Pernyataan 10
0,000
0,000
0,023
0,001
0,001
0,052
0,000
0,001
0,539
0,001
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai sig 2 tailed untuk pertanyaan
pengetahuan nomor 1,2,3,4,5,7,8,10 lebih kecil dari p-value (0,05), dan
pertanyaan tersebut dinyatakan valid, sedangkan untuk pertanyaan 6,9 lebih besar
dari p-value (0,05) berarti tidak valid.
b. Soal Validitas Dukungan Keluarga
No Item sig 2 Tailed p-value Hasil
Butir soal 1
Butir soal 2
Butir soal 3
Butir soal 4
Butir soal 5
0,000
0,001
0,044
0,078
0,009
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
50
Butir soal 6
Butir soal 7
Butir soal 8
Butir soal 9
Butir soal 10
0,014
0,060
0,000
0,025
0,001
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai sig 2 tailed untuk pertanyaan
pengetahuan nomor 1,2,3,5,6,7,8,9 lebih kecil dari p-value (0,05), dan pertanyaan
tersebut dinyatakan valid, sedangkan untuk pertanyaan 4,10 lebih besar dari p-
value (0,05) berarti tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini dapat menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan
alat ukur yang sama. Kuesioner sebagai alat ukur untuk gejala-gejala sosial (non
fisik) harus mempunyai reliabilitas yang tinggi. untuk itu sebelum digunakan
penelitian harus dites (diuji coba) sekurang-kurangnya dua kali. Uji coba tersebut
diuji dengan tes menggunakan rumus korelasi pearson (pearson correlation),
seperti di atas. Perlu dicatat, bahwa perhitungan reliabilitas harus dilakukan hanya
pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah memiliki validitas. Dengan demikian
harus menghitung validitas terlebih dahulu sebelum menghitung reliabilitas.
Dikatakan reliable jika memenuhi ketentuan yaitu rhitung>rtabel.
51
Tabel 3.5.
Hasil Uji Reliabilitas hasil pengetahuan
Cronbach”s Alpa N of Items R tabel keterangan
0,942 8 0,658 Reliabel
Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai Cronbach”s Alpa untuk 8
pertanyaan diperoleh 0,942 dan lebih besar dari nilai r hitung 0,658 dinyatakan
reliable.
Hasil Uji Reliabilitas hasil Dukungan Keluarga
Cronbach”s Alpa N of Items R tabel Keterangan
0,919 8 0,658 Reliabel
Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai Cronbach”s Alpa untuk 8
pertanyaan diperoleh 0,919 dan lebih besar dari nilai r hitung 0,658 dinyatakan
reliable.
3.7. Metode Pengolahan Data
Setelah seluruh data terkumpul maka analisa data dilakukan melalui
pengolahan data yang mencakup kegiatan sebagai berikut :
1. Collecting yaitu Mengumpulkan data yang diperoleh dari jawaban responden
2. Checking (Pemeriksaan data) proses pengolahan data dengan cara pengecekan
kembali kelengkapan data yang telah terkumpul agar dapat diolah dengan
benar, apabila terdapat kekeliruan, kesalahan dan kekurangan dilakukan
pendataan ulang.
3. Coding (Pemberian kode) pengolahan data dengan cara memberikan kode-
kode pada setiap jawaban responden.
52
4. Entry data dalam komputer dan dilakukan dengan menggunakan teknik
komputerisasi dengan memasukan kode yang dimasukan kedalam aplikasi
SPSS
5. Data Processing yakni pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan
kedalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan.
3.7.1. Analisa Univariat:
Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel independen yaitu
pengetahuan, tingkat pendidikan, dukungan keluarga dan jarak ketempat
pelayanan posyandu.
3.7.2. Analisa Bivariat:
Analisa ini digunakan untuk menguji faktor yang mempengaruhi keaktifan
ibu membawa balita ke posyandu di puskesmas penanggalan kota subulusalam tahun
2018 dengan menganalisis uji statistik chi-square, dimana nilai α =0,05 jika
divariabel independen ada hubungan nilai asyim hubungan. Taraf signifikan (α =
0.05), pedoman dalam menerima hipotesis : jika nilai P<0.05 maka H0 ditolak,
apabila nilai P>0,05 maka H0 gagal ditolak. Data disajikan dalam bentuk tabel agar
dapat dengan mudah melihat hubungan.
3.7.3. Analisa Multivariat
Pada analisis multivariat, uji statistik yang digunakan adalah regresi
berganda. Uji ini digunakan untuk menganalisis hubungan beberapa variabel
indevenden dengan satu variabel dependen. Hasil analisis multivariat dapat dilihat
dari nilai expose atau yang disebut odd ratio. Semakin besar nilai odd ratio berarti
semangkin besar pengaruhnya terhadap variabel dependen yang dianalisi. Untuk
53
mengetahui hubungan lebih dari suatu variabel independen dengan satu variabel
dependen harus dilakukan analisis multivariat, uji statistik yang digunakan biasanya
regresi berganda ( Multiple Regression), untuk mengetahui variabel independen yang
mana yang lebih erat hubungannya dengan variabel dependen. Variabel independen
dngan nilai OR terbesar, itulah yang ditetapkan sebagai faktor .(24)
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Data Geografis Daerah
Kecamatan Penanggalan Pemerintah Kota Subulussalam secara Geografis,
Kecamatan Penanggalan terletak antara 02027
’39
’’- 03
000
’00’’ Bujur Timur
dengan Luas area Kurang Lebih 93 km2, yang di bagi menjadi 6 desa yaitu, Desa
Penanggalan, desa Dasan raja, Desa Penanggalan Timur, Desa Penanggalan Barat,
Desa Lae motong, dan Desa Lae bersih, dengan batas sebagai berikut :
1. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Simpang Kiri
2. Sebelah Barat berbatasan dengan puskesmas Jontor
3. Sebelah Utara berbatasan dengan Aceh tenggara
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Aceh singkil
Daerah ini secara geografis terletak pada wilayah pengembangan pantai
Timur Aceh serta memiliki topogafi, kountur dan iklim yang bervariasi Kawasan
hulu yang kounturnya mulai bergelombang sampai terjal, kawasan dataran rendah
dan mempunyai iklim tropis pegunungan dengan suhu udara berkisar antara 240
c
– 280 c, di Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam.
4.1.2. Data Demografi
Puskesmas Penanggalan adalah puskesmas tidak Rawat Inap. Puskesmas
Penanggalan dipimpin oleh kepala Puskesmas yang bernama dr.Hj.Diana dewi
yang sebelumnya dipimpin oleh dr.H.Sarifin usman kombih. Puskesmas
Penanggalan berdiri pada tahun 1992 pada bulan juni tepatnya tanggal 23 yang
54
55
dipimpin oleh dr. H Aminunsah luas daerah Kecamatan Penanggalan Kota
Subulussalam adalah 22,52 km dengan jumlah penduduk 8.643 jiwa terdiri dari 6
Desa dan 20 dusun terdapat 5 poskesdes, dan 7 pos posyandu.
4.1.3. Visi dan Misi Puskesmas Penanggalan
1. Visi Puskesmas Penanggalan adalah menjadikan puskesmas Penanggalan
sebagai puskesmas dengan pelayanan prima dalam mewujudkan masyarakat
kecamatan penanggalanyang hidup sehat dan mandiri.
2. Misi Puskesmas Penanggalan Terdiri dari :
1) Memberikan pelayanan secara prima kepada masyarakat
2) Menggalangkemitraan dengan berbagai sektor dalam mewujudkan
masyarakat yang hidup sehat dan mandiri
3) Meningkatkan sumber daya manusia yang profesional, bertanggung jawab,
berkualitas, dan bertanggung jawab.
56
57
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Karakteristik Responden
TABEL 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Membawa Batita Ke Posyandu di
Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018
No Karakteristik Jumlah
f %
1
2
3
Umur
<20 Tahun
20-35 Tahun
>35 Tahun
6
32
18
10,7
57,1
32,1
Total 56 100,0
1
2
3
Paritas
Primigravida
Multigravida
Grandemultigravida
16
35
5
28,6
62,5
8,9
Total 56 100,0
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 56 responden, ibu
berumur < 20 tahun tahun sebanyak 6 orang (10,7%), berumur 20-35 tahun
sebanyak 32 orang (57,1%), dan >35 tahun sebanyak 18 orang (32,1%). Ibu
berumur memiliki paritas primigravida sebanyak 16 orang (28,6%), multigravida
sebanyak 35 orang (62,5%), dan grandemultigravida sebanyak 5orang (8,9%).
58
4.2.2. Analisa Univariat
1. Pengetahuan
TABEL 4.2
Distribusi Frekuensi jawaban pengetahuan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu di
Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018
No
Pertanyaan
Jawaban
Total Benar Salah
f % f % f %
1 Yang dimaksud dengan posyandu
adalah...
50 89,3 6 10,7 56 100,0
2 Menurut ibu manfaat
penimbangaan untuk batita
diposyandu adalah ...
29 51,8 27 48,2 56 100,0
3 Menurut ibu tujuan dari posyandu
adalah....
30 53,6 26 46,4 56 100,0
4 Batita ditimbang setiap.... 39 69,6 17 30,4 56 100,0
5 Yang menjadi sasaran utama dalam
kegiatan posyandu adalah.........
29 51,8 27 48,2 56 100,0
6 Pada usia berapa batita sebaiknya
ditimbang posyandu.....
28 50,0 28 50,0 56 100,0
7 Menurut ibu yang melaksanakan
kegiatan diposyandu adalah........
26 46,4 30 53,6 56 100,0
8 Salah satu kegiatan diposyandu
adalah pemberian kapsul vitamin A
pada balita, menurut ibu pemberian
vitamin A tersebut setiap hari..........
42 75,0 14 25,0 56 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi jawaban
pengetahuan tentang keaktifan ibu membawa batita posyandu dari 56 responden
(100%), mayoritas menjawab benar pada pertanyaan nomor 1 sebanyak 50 orang
(89.3%), dan minoritas menjawab pertanyaan nomor 7 sebanyak 26 orang
(46.4%), yang mayoritas menjawab salah pada pertanyaan nomor 7 sebanyak 30
orang (53.6%), dan minoritas menjawab pertanyaan nomor 1 sebanyak 6 orang
(10.7%).
59
TABEL 4.3
Distribusi Frekuensi pengetahuan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu di
Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018
No Pengetahuan Ibu Jumlah
f %
1
2
Baik
Kurang
23
33
41,1
58,9
Total 56 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 56 responden, ibu
berpengetahuan baik sebanyak 23 orang (41,1%), berpengetahuan kurang
sebanyak 33 orang (58,9%).
2. Pendidikan
TABEL 4.4
Distribusi Frekuensi pendidikan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu di Puskesmas
Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018
No Pendidikan Jumlah
f %
1
2
Tinggi (PT)
Rendah (SD-SMA)
21
35
37,5
62,5
Total 56 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 56 responden, ibu
berpendidikan tinggi sebanyak 21 orang (37,5%), dan berpendidikan rendah
sebanyak 33 orang (62,5%).
60
3. Dukungan Keluarga
TABEL 4.5
Distribusi Frekuensi jawaban dukungan keluarga Membawa Batita Ke Posyandu
di Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018
N
o
Pertanyaan
Jawaban
Total Benar Salah
f % f % f %
1 Anggota keluarga (suami,orang
tua,mertua dan saudara) memberikan
informasi kepada ibu tentang
pentingnya membawa anaknya ke
posyandu
51 91,1 5 8,9 56 100,0
2 Anggota keluarga (suami,orang
tua,mertua dan saudara) tidak pernah
memberikan informasi tentang
masalah kesehatan yang dapat terjadi
jika anak tidak dibawa secara rutin
setiap bulan keposyandu
34 60,7 22 39,4 56 100,0
3 Anggota keluarga (suami,orang
tua,mertua dan saudara)
menyediakan waktu untuk
mendapingi ibu membawa anaknya
setiap bulan keposyandu
43 76,8 13 23,2 56 100,0
4 Anggota keluarga (suami,orang
tua,mertua dan saudara)
memberikan pujian dan perhatian
kepada ibu saat anaknya sudah
dibawa dan pendapatkan pelayanan
diposyandu setiap bulan
41 73,2 15 26,8 56 100,0
5 Anggota keluarga (suami,orang
tua,mertua dan saudara) tidak
mendengarkan keluh kesah ibu saat
mendapatkan kesulitan saat akan
pergi membawa anaknya keposyandu
42 75,0 14 25,0 56 100,0
6 Anggota keluarga (suami,orang
tua,mertua dan saudara) tidak
mengingatkan ibu tentang jadwal
untuk melakukan kunjungan
keposyandu setiap bulannya
39 69,6 17 3,4 56 100,0
7 Anggota keluarga (suami,orang
tua,mertua dan saudara) selalu
menganjurkan ibu membawa
anaknya keposyandu agar keluarga
37 66,1 19 33,9 56 100,0
61
mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan anak setiap bulannya.
8 Anggota keluarga (suami,orang
tua,mertua dan saudara) selalu
menyediakan uang dan transportasi
untuk keperluan ke posyandu setiap
bulan
45 80,4 11 19,6 56 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi jawaban
dukungan keluarga tentang keaktifan ibu membawa batita posyandu dari 56
responden (100%), mayoritas menjawab benar pada pertanyaan nomor 1 sebanyak
51 orang (91.1%), dan minoritas menjawab pertanyaan nomor 2 sebanyak 34
orang (60.7%), yang mayoritas menjawab salah pada pertanyaan nomor sebanyak
22 orang (39.4%), dan minoritas menjawab pertanyaan nomor 1 sebanyak 5
orang (8.9%).
TABEL 4.6
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Ibu Membawa Batita Ke Posyandu di
Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018
No Dukungan Keluarga Jumlah
f %
1
2
Dukungan Baik
Dukungan Kurang
37
19
66,1
33,9
Total 56 100,0
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari 56 responden, ibu
mendapat dukungan baik sebanyak 37 orang (66,1%), dan ibu mendapat
dukungan kurang sebanyak 19 orang (33,9%).
62
4. Jarak Ketempat Pelayanan Posyandu
TABEL 4.7
Distribusi Frekuensi Jarak Tempat Pelayanan Posyandu Ibu Membawa Batita Ke
Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018
No Jarak Ketempat Pelayanan
Posyandu
Jumlah
f %
1
2
Terjangkau
Tidak Terjangkau
49
7
87.5
12.5
Total 56 100,0
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dari 56 responden, ibu
terjangkaau ke Tempat Pelayanan kesehatan sebanyak 49 orang (87,5%), dan
tidak terjangkau ke Tempat Pelayanan kesehatan sebanyak 7 orang (12,5%).
5. Keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu
TABEL 4.8
Distribusi Frekuensi Keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu di Puskesmas
Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018
No Keaktifan Ibu Membawa Batita Ke
Posyandu
Jumlah
f %
1
2
Aktif
Tidak Aktif
26
30
46.4
53,6
Total 56 100,0
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa dari 56 responden, ibu aktif
membawa batita ke posyandu sebanyak 26 orang (46,4%), dan ibu tidak aktif
membawa batita ke posyandu sebanyak 30 orang (53,6%).
63
4.2.3. Analisa Bivariat
1. Pengetahuan dengan Keaktifan ibu membawa Batita ke Posyandu
TABEL 4.9
Tabulasi Silang Antara pengaruh Pengetahuan dengan keaktifan Ibu Membawa
Batita Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018
N
o
Pengetahuan
Keaktifan Ibu Membawa
Batita Ke Posyandu
Total
Asymp.
Sig
OR
(95%C
I) Aktif Tidak Aktif
f % F % f %
1 Baik 19 33,9 4 7,1 23 41,1 0,000 17,643
2 Kurang 7 12,5 26 46,4 33 58,9
Total 26 46,6 30 53,6 56 100,0
Berdasarkan table 4.9 dapat diketahui bahwa dari 56 responden, ibu yang
berpengetahuan baik dengan keaktifan Ibu Membawa Batita sebanyak 23 orang
(41,1%), dan aktif sebanyak 16 orang (28,6%), tidak aktif sebanyak 7 orang
(12,5%). Ibu yang berpengetahuan kurang sebanyak 33 orang (58,9%), dengan
aktif sebanyak 10 orang (17,9%), dan tidak aktif 23 orang (41,1%).
Pengaruh Pengetahuan dengan keaktifan Ibu Membawa Batita Ke
Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018
berdasarkan hasil analisis uji statistic chi-square diperoleh nilai p=
0,006<0,05 dengan OR 5,527 (95% CI) maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh pengetahuan dengan keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu.
64
2. Pendidikan dengan Keaktifan ibu membawa Batita ke Posyandu
TABEL 4.10
Tabulasi Silang Antara pengaruh Pendidikan dengan keaktifan Ibu Membawa
Batita Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018
No
Pendidikan
Keaktifan Ibu Membawa
Batita Ke Posyandu
Total
Asymp.
Sig
OR
(95%C
I) Aktif Tidak Aktif
f % f % f %
1 Tinggi 14 25,0 7 12,5 21 37,5 0,027 3,833
2 Rendah 12 21,4 23 41,1 35 62,5
Total 26 46,6 30 53,6 56 100,0
Berdasarkan table 4.10 dapat diketahui bahwa dari 56 responden, ibu yang
berpendidikan tinggi dengan keaktifan Ibu Membawa Batita sebanyak 21 orang
(37,5%), dan aktif sebanyak 14 orang (25,0%), tidak aktif sebanyak 7 orang
(12,5%). Ibu yang berpendidikan rendah sebanyak 35 orang (62,5%), dengan
aktif sebanyak 12 orang (21,4%), dan tidak aktif 23 orang (41,1%).
Pengaruh Pendidikan dengan keaktifan Ibu Membawa Batita Ke
Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018
berdasarkan hasil analisis uji statistic chi-square diperoleh nilai p=
0,027<0,05 dengan OR 3,833 (95% CI) maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh pendidikan dengan keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu.
65
3. Dukungan Keluarga dengan Keaktifan ibu membawa Batita ke
Posyandu
TABEL 4.11
Tabulasi Silang Antara pengaruh Dukungan Keluarga dengan keaktifan Ibu
Membawa Batita Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam
Tahun 2018
No
Dukungan
Keluarga
Keaktifan Ibu Membawa
Batita Ke Posyandu Total Asym
p.
Sig
OR
(95%
CI) Aktif Tidak Aktif
f % f % f %
1 Dukungan Baik 21 37,5 16 28,6 37 66,1 0,047 3,675
2 Dukungan
kurang
5 8,9 14 25,0 19 33,9
Total 26 46,4 30 53,6 56 100,0
Berdasarkan table 4.11 dapat diketahui bahwa dari 56 responden, ibu yang
mendapat dukungan baik dengan keaktifan Ibu Membawa Batita sebanyak 37
orang (66,1%), dan aktif sebanyak 21 orang (37,5%), tidak aktif sebanyak 16
orang (28,6%). Ibu yang mendapat dukungan kurang sebanyak 19 orang (33,9%),
dengan aktif sebanyak 5 orang (8,9%), dan tidak aktif 14 orang (25,0%).
Pengaruh Dukungan keluarga dengan keaktifan Ibu Membawa Batita Ke
Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018
berdasarkan hasil analisis uji statistic chi-square diperoleh nilai p=
0,047<0,05 dengan OR 3,675 (95% CI) maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh dukungan keluarga dengan keaktifan Ibu Membawa Batita Ke
Posyandu.
66
4. Jarak Ketempat Pelayanan Posyandu dengan Keaktifan ibu membawa
Batita ke Posyandu
TABEL 4.12
Tabulasi Silang Antara pengaruh Jarak Ketempat pelayanan Posyandu dengan
keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota
Subulusalam Tahun 2018
Berdasarkan table 4.12 dapat diketahui bahwa dari 56 responden, ibu yang
mendapat terjangkau dengan keaktifan Ibu Membawa Batita sebanyak 49 orang
(87,5%), dengan aktif sebanyak 24 orang (42,9%), tidak aktif sebanyak 25 orang
(44,6%). Ibu yang terjangkau dengan tidak aktif Ibu Membawa Batita sebanyak 7
orang (12,5%)., dengan aktif sebanyak 2 orang (3,6%), dan tidak aktif sebanyak 5
orang (8,9%).
Pengaruh jarak ketempt pelayanan posyandu dengan keaktifan Ibu
Membawa Batita Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam
Tahun 2018 berdasarkan hasil analisis uji statistic chi-square diperoleh nilai
p= 0,431>0,05 dengan OR 2,400 (95% CI) maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada pengaruh jarak ketempat pelayanan posyandu dengan keaktifan Ibu
Membawa Batita Ke Posyandu.
No
Jarak
ketempat
pelayanan
posyandu
Keaktifan Ibu Membawa
Batita Ke Posyandu Total
Asymp.
Sig
OR
(95%C
I) Aktif Tidak Aktif
f % f % f %
1 Terjangkau 24 42,9 25 44,6 49 87,5 0,431 2,400
2 Tidak
Terjangkau
2 3,6 5 8,9 7 12,5
Total 26 46,4 30 53,6 56 100,0
67
4.2.4. Analisis Multivariat
Analisis multivariat menggunakan multipel logistik regression dilakukan
sebagai tindak lanjut dari analisis statistik uji bivariat dengan mengikut serakan
variabel yang mempunyai nilai (p<0,05) sebagai batas seleksi. Berdasarkan hasil
uji statistik bivariat yang masuk dalam analisis multivariat adalah variabel
pengetahuan, pendidikan dan Keterjangkauan Tempat Pelayanan kesehatan,
selanjutnya ketiga variabel penelitian tersebut dianalisis menggunakan analisis
regeresi berganda binary logistik. Analisis multivariat ini bertujuan untuk melihat
keeratan dari beberapa faktor yang pempengaruhi Ibu Membawa Batita Ke
Posyandu antara pengetahuan, pendidikan dan Keterjangkauan Tempat Pelayanan
kesehatan, sehingga dapat dilihat faktor mana yang lebih erat hubungannya, dan
dilakukan dengar 2 (dua) tahap. Yaitu:
1. Uji Regresi Berganda Binary (Logistic Regression) tahap pertama
Adapun variabel yang diuji pada regresi berganda binary (logistic
regression) tahap pertama ini adalah seluruh variabel independen yang telah
dinyatakan signifikan p<0,05 pada analisis bivariat. Hasil analisis variabel dengan
uji regresi berganda binary (logistic regression) tahap pertama dapat dilihat pada
tabel 4.13. dibawah ini:
Tabel 4.13
Tahap Pertama Uji Regresi Berganda Binary
Variabel B S.E Wald f
Sig Exp
(B)
Pengetahuan 2,791 ,765 13,303 1 0,000 16,301
Pendidikan 1,364 ,736 3,431 1 0,064 3,912
Dukungan Keluarga ,352 ,776 ,205 1 ,651 1,422
Constant -6.981 1,971 12,550 1 0,000 ,001
68
Berdasarkan tabel 4.13 diketahui, bahwa ada 1 variabel penelitian telah
signifikan dan 2 variabel tidak signifikan. Variabel signifikan tersebut antara lain
pengetahuan diperoleh nilai p. 0,000 nilai sig <0.05 yang artinya variabel
pengetahuan ini signifikan keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu dengan
Exp (B) sebesar 16,301 sedangkan pendidikan diperoleh nilai sig 0,064 dengan
Exp (B) sebesar 3,912, jarak ketempat Pelayanan posyandu diperoleh nilai sig
0,651 dengan Exp (B) sebesar 1.422, yang artinya dua variabel tersebut yang
berarti tidak signifikan sehingga dikeluarkan dari uji regresi berganda binary
(logistic regression), selanjutnya yang telah dinyatakan signifikan akan diuji
kembali dengan uji regresi berganda binary (logistic regression) tahap kedua.
2. Uji Regresi berganda binary (logistic regression) Tahap Kedua
Berdasarkan analisis tahap pertama terdapat 1 faktor yang memenuhi
syarat (nilai p<0,05) untuk dilakukan uji tahap kedua yaitu faktor pengetahuan.
Adapun hasil analisis dengan uji regresi berganda binary (logistic regression)
tahap kedua antara lain dapat dilihat pada tabel 4.14. dibawah ini:
Tabel 4.14
Tahap kedua uji regresi berganda binary
Variabel B S.E Wald f Sig Exp (B)
Pengetahuan 2,870 ,696 17,024 1 0,000 17,643
Constant -4,428 1,180 14,090 1 0,000 ,012
Berdasarkan tabel 4.14 diketahui, bahwa satu variabel penelitian telah
signifikan. Variabel tersebut antara lain faktor pengetahuan diperoleh nilai p
0,000, selanjutnya dapat dilihat bahwa pengetahuan paling kuat mempengaruhi
keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota
69
Subulusalam Tahun 2018 dengan nilai Exp (B) 17,634 yang artinya responden
yang menyatakan pengetahuan dengan kategori mendukung mempunyai peluang
17 kali lebih besar terjadinya keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu.
Dengan demikian diperoleh hasil perhitungan persamaan regresi sebagai berikat:
Rumus :
i =In 𝑝
1−𝑝 𝑂𝐷𝐷𝑆 = 𝐸𝑎 = 𝑏(𝑥1)
Persamaan Variabel pengetahuan
ɣi =In 𝑝
1−𝑝 𝑂𝐷𝐷𝑆 = 𝐸4,428 − 2,870 = 1,558
ɣi =In 𝑂𝐷𝐷𝑆
1+𝑂𝑂𝐷𝑆 =
1.558
1+1.558 =
1.558
2.558 = 0.60 = 60 %
Persamaan di atas memprediksikan pengetahuan mempengaruhi terjadinya
keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu I Puskesmas Penanggalan Kota
Subulussalam. Dengan demikian hasil persamaan pada uji regresi berganda binary
(logistic regression), dapat disimpulkan bahwa variabel pengetahuan memiliki
hasil persen yang paling dominan yang mempengaruhi keaktifan Ibu Membawa
Batita Ke Posyandu.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Pengaruh Pengetahuan dengan keaktifan Ibu Membawa Batita Ke
Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018
Pengaruh Pengetahuan dengan keaktifan Ibu Membawa Batita Ke
Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018 berdasarkan
hasil analisis uji statistic chi-square diperoleh nilai p= 0,006<0,05 dengan OR
70
5,527 (95% CI) maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pengetahuan
dengan keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu.
Menurut Notoadmojo pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan di peroleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman
dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior) berdasarkan pengalaman
dan penelitian diperoleh bahwa prilaku yang di dasari oleh pengetahuan lebih
langgeng dari pada prilaku yang tidak di dasari pengetahuan. Pengetahuan akan
menjadi motivasi seseorang untuk melakukan tindakan untuk membawa batita ke
posyandu. Tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih konsisten atau
menetap dibandingkan tindakan tanpa didasari pengetahuan ibu untuk membawa
bayinya mendapatkan imunisasi. (25)
Penelitian ini juga sesuai dengan teori yang mengemukakan bahwa
perilaku ibu yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang sudah tersedia
adalah akibat kurangnya pengetahuan ibu-ibu. Pengetahuan ibu-ibu akan
meningkat karena adanya penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh petugas
kesehatan. Dapat disimpulkan ibu yang memiki pengetahuan yang baik cenderung
lebih banyak yang aktif dalam kegiatan posyandu dan begitu sebaliknya ibu yang
memiliki pengetahuan tidak baik cenderung tidak aktif dalam kegiatan posyandu.
Jadi pengetahuan ibu balita sangat mempengaruhi kunjungan balita dalam
kegiatan posyandu. (26)
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nila Eriza
Sativa dan Kharisah Diniyah yang berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan
71
dengan Keaktifan Ibu Balita Dalam Kegiatan Posyandu Dusun Mlangi Kabupaten
Sleman, hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara pekerjaan,
pengetahuan, peran kader, dan sosial ekonomi dengan keaktifan. Tidak ada
hubungan antara pendidikan dengan keaktifan.(1)
Tujuan penyelenggaraan Posyandu adalah Menurunkan Angka Kematian
Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (ibu hamil, melahirkan dan nifas) Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih cukup tinggi,
meskipun dari tahun ketahun sudah dapat diturunkan.Membudayakan NKKBS
(Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera).Meningkatkan peran serta dan
kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan Keluarga
Berencana (KB) serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya
masyarakat sehat sejahtera.Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi
Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi
Keluarga Sejahtera.
Menurut peneliti bahwa hasil penelitian ini sejalan dan didukung oleh
teori dan jurnal yang menejelaskan bahwa pengetahuan ibu sangat mempengaruhi
keaktifan ibu membawa batita ke posyandu. Selain itu hasil penelitian lebih
banyak responden berpengetahuan kurang dan tidak aktif membawa batitanya
posyandu, karena pengetahuan responden yang masih rendah tentang pentingnya
posyandu setiap bulan sehingga responden tidak aktif membawa batita posyandu
tiap bulannya, sedangkan responden yang berpengetahuan baik aktif membawa
anaknya posyandu tiap bulan hal ini karena responden berpengetahuan baik dan
berpendidikan tinggi, karena melalui pengetahuan itu seseorang akan mengetahui
72
bahwa sesuatu itu baik dan bermanfaat bagi anaknya. Namun ada juga responden
yang berpengetahuan baik namun tidak aktif membawa anaknya posyandu, ini
disebakan karena responden lupa jadwal kapan posyand dilaksanakan, selain itu
ada ibu berpengetahuan kurang namun tetap aktif membawa posyandu, hal ini
karena tenaga petugas kesehatan mengajak responden untuk datang ke posyandu
sehingga walaupun pengetahuan ibu rendah namun ibutetap aktif membawa
anaknya posyandu. pengetahuan dengan kepatuhan ibu dalam membawa anak ke
Posyandu dala penelitian ini dapat dipengaruhi oleh baiknya pengetahuan yang
dimiliki ibu balita, dimana pengetahuan dapat mempengaruhi pola pikir dan
pemahaman berbagai informasi yang telah diterima. faktor yang mempengaruhi
perilaku seseorang adalah pengetahuan, karena dengan pengetahuan maka akan
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Semakin baik tingkat
pengetahuan maka wawasan atau informasi tentang posyandu juga baik dan ibu
juga lebih aktif dalam kegiatan posyandu.
4.3.2. Pengaruh Pendidikan dengan Keaktifan Ibu Membawa Batita Ke
Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018
Pengaruh Pendidikan dengan keaktifan Ibu Membawa Batita Ke
Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018 berdasarkan
hasil analisis uji statistic chi-square diperoleh nilai p= 0,027<0,05 dengan OR
3.833 (95% CI) maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan dengan
keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu.
Penelitian ini sesuai dengan teori yang mengemukakan bahwa tingkat
pendidikan individu dan masyarakat dapat berpengaruh terhadap penerimaan
pendidikan kesehatan. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang
73
penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka
orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara
pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya,
pendidikannya dan sebagainya. Hasil penelitian ini didukung pendapat Ki Hajar
Dewantara yang menyatakan pendidikan seseorang merupakan salah satu proses
perubahan tingkah laku, semakin tinggi pendidikan seseorang maka dalam
memilih tempat-tempat pelayanan kesehatan semakin diperhitungkan. (2)
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Reihana dan
Artha Budi Susila Duarsa yang bertujuan mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat partisipasi ibu menimbang Balita ke Posyandu.
Penelitian dengan desain studi croos sectional, dilakukan pada bulan Desember
2015 pada 407 orang ibu yang mempunyai balita sampai umur 60 bulanHasil
penelitian didapatkan 54,8% ibu berpartisipasi aktif menimbang balita ke
Posyandu,hal ini menunjukan bahwa partisipasi ibu untuk menimbang balita ke
Posyandu di wilayah Puskesmas Panjang belum optimal. Hasil uji statistik
menunjukan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu, pengetahuan
ibu, dukungan keluarga, kehadiran petugas, pemberian makanantambahan,
motivasi, dan umur balita dengan partisipasi ibu. Variabel yang paling dominan
pengaruhnya adalah interaksi antara pengetahuan ibu dengan pendidikan ibu
setelah dikontrol variabel pendidikan ibu, umur balita, motivasi dandukungan
keluarga dengan nilai OR 4,614. (12)
Penelitian ini tidak sejalan dengan penlitian Nila Eriza Sativa dan
Kharisah Diniyah Ada hubungan antara pekerjaan, pengetahuan, peran kader, dan
74
sosial ekonomi dengan keaktifan, dimana Tidak ada hubungan antara pendidikan
dengan keaktifan ibu membawa batita ke posyandu. Pekerjaan, pengetahuan,
peran kader, dan sosial ekonomi terbukti berhubungan dengan keaktifan dengan
nilai p value ≤ 0,05. (11)
Menurut peneliti bahwa penelitian ini didukung oleh teori dan juga jurnal
yang menyatakan lebih banyak ibu yang berpendidikan rendah yang tidk aktif
membawa batita posyandu. Hal ini karena ibu yang berpendidikan rendah akan
susah untuk menerima informasi yang diberikan dari petugas kesehatan sehingga
tidak aktif membawa anaknya posyandu, dan sebaliknya responden yang
mempunyai tingkat pendidikan tinggi diperkirakan lebih mudah dalam menerima
dan mengerti tentang pesan-pesan imunisasi yang disampaikan oleh petugas
kesehatan, baik melalui penyuluhan maupun media massa, sehingga diharapkan
dapat menerapkan informasi yang diterimanya, yaitu memberikan imunisasi
lengkap kepada anaknya. Jika dilihat hasil penelitian ada pendidikan ibu tinggi
namun tidak aktif membawa anknya posyandu dikarenakan ibu banyak pekerjaan
sehingga lupa jadwal posyandu, namun ada responden berpendidikan rendah
namun tetap aktif membawa anaknya imunisasi hal ini karena responden
mendapat dukungan dari keluarga sehingga aktif membawa posyandu.
Pendidikan formal dari ibu rumah tangga seringkali mempunyai asosiasi
yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga.
Pendidikan orang tua juga merupakan salah satu faktor yang penting dalam
kegiatan posyandu, karena dengan pendidikan yang baik, orang tua dapat
menerima segala informasi dari luar terutama tentang kesehatan anak atau dalam
75
keaktifan membawa balitanya ke posyandu. Kepada Tenaha kesehatan khususnya
bidan menyampaian kepada ibu bahwaposyandu yang dilakukan setiap bulan
sangan penting bagi batita yaitu untuk melihat tumbuh kembang anak. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin baik pengetahuannya dan
pemahamannya tentang kehidupan termasuk di dalamnya pemahaman tentang
kesehatan, Sehingga penting bagi seorang wanita yang berlaku sebagai ibu untuk
dapat berpendidikan tinggi karena seorang wanita akan menjadi pendidikan
pertama bagi anaknya termasuk menentukan pelayanan kesehatan yang tepat bagi
anaknya.
4.3.3. Pengaruh Dukungan Keluarga dengan keaktifan Ibu Membawa
Batita Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam
Tahun 2018
Pengaruh Dukungan keluarga dengan keaktifan Ibu Membawa Batita Ke
Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018 berdasarkan
hasil analisis uji statistic chi-square diperoleh nilai p= 0,047<0,05 dengan OR
3.675 (95% CI) maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh dukungan keluarga
dengan keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu.
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap
anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian,
dukungan instrumental dan dukungan emosional. Keseluruhan elemen tersebut
terwujud dalam bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan
penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada
yang memperhatikan. Seorang ibu yang memiliki sikap positif terhadap imunisasi
anaknya perlu mendapat dukungan dari suami berupa konfirmasi atau izin dan
76
fasilitas yang mempermudah jangkauan imunisasi serta motivasi untuk rutin
imunisasi sesuai jadwal. Selain dari suami ibu juga membutuhkan dukungan
keluarga dari orangtua/mertua yang juga memiliki sikap positif terhadap
imunisasi. (4)
Imunisasi yang dilakukan ibu setiap bulan untuk mengantar anaknya juga
sangat membutuhkan dukungan suami. Selain dari suami ibu juga membutuhkan
dukungan keluarga dari orangtua/mertua yang juga memiliki sikap positif terhadap
keaktifan membawa anaknya ke posyandu posyandu. Dukungan adalah orang yang
mendukung, penunjang, penyokong, pembantu. Sedangkan suami dalah pria yang
menjadi pasangan istri. Sehingga dukungan suami dapat didefinisikan sebagai
bantuan yaang diberikan oleh suami. Bantuan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah bantuan yang diberikan oleh suami terhadap istri dalam keaktifan dalam
membawa anaknya ke posyandu. (5)
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Destin Faktor-Faktor Pada Ibu
Yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Dasar Bayi di Wilayah Kerja
Puskesmas Korpri Kecamatan Sukarame Kota Bandarlampung Terdapat
hubungan antara dukungan keluarga ibu terhadap imunisasi dengan pemberian
imunisasi dasar bayi di wilayah kerja Puskesmas Korpri Kecamatan Sukarame
Kota Bandarlampung dengan p value 0,004 dan OR 0,194. Ibu yang mendapat
dukungan dari keluarga cenderung akan memberikan imunisasi dasar lengkap
dibanding ibu yang tidak didukung. (13)
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Varney dengan judul Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Ibu Balita Ke Posyandu Teratai
77
Kelurahan Puhun Tembok Wilayah Kerja Puskesmas Plus Mandiangin Tahun
2015. Berdasarkan hasil penelitian didapat hubungan yang bermakna antara faktor
pekerjaan dengan kunjungan ibu ke Posyandu dengan pvalue 0004, dan terdapat
hubungan yang bermakna antara faktor pengetahuan dengan kunjungan ibu ke
posyandu dengan pvalue 0,035; begitu pula dengan faktor dukungan keluarga
dengan kunjungan ibu ke posyandu, dengan nilai pvalue 0,024. (27)
Menurut peneliti bahwa penelitian ini sejalan dengan teori maupun jurnal
yang menyatakan lebih banyak responden yang mendapat dukungan baik dari
keluarga lebih banyak karena disebabkan keluarga responden mengetahui manfaat
posyandu yang dilakukan tiap bulan. Namun ada ibu yang mendapatkan dukungan
keluarga dengan baik namun tidak aktif membawa anaknya posyandu. Hal ini
karena ibu lupa jadwal posyandu sehingga anaknya tidak posyandu. Dan ada juga
responden yang tidak mendapat dukungan baik dari keluarga namun aktif
membawa batita posyandu. Hal ini karena responden juga ada yang
berpengetahuan baik, karena pengetahuan seseorang akan mengetahui bahwa
sesuatu itu baik dan bermanfaat bagi anaknya. dirinya maupun anggota
keluarganya, sehingga jika ia mengetahui sesuatu itu baik dan bermanfaat bagi
dirinya, maka akan mendorong atau menggerakkan seseorang itu untuk
melakukan sesatu seperti yang diketahuinya tersebut. Mereka yang tidak
mengetahui manfaat atau untung ruginya tentang sesuatu, tidak akan terdorong
atau tergerak untuk melakukan sesuatu, meski bermanfaat dan baik bagi dirinya.
Dukungan ibu yang baik terhadap keaktifan ibu membawa anaknya
posyandu imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suaminya dan ada fasilitas
78
imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya.
Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan dukungan dari pihak lain misalnya
suami, orang tua, mertua, dan saudara. Dukungan keluarga sangat berperan dalam
memelihara dan mempertahankan status gizi balita, mengingatkan dan
mengantarkan batita untuk melakukan posyandu sehingga memperoleh derajat
kesehatan yang optimal. Keluarga merupakan sistem dasar dimana perilaku sehat
dan perawatan kesehatan diatur, dilaksanakan, dan diamankan, keluarga
memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan secara bersama-
sama merawat anggota keluarga. Keluarga mempunyai tanggung jawab utama
untuk memulai dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para
professional perawatan kesehatan.
4.3.4. Pengaruh Jarak Ketempat Pelayanan Posyandu dengan Keaktifan
Ibu Membawa Batita Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota
Subulusalam Tahun 2018.
Pengaruh jarak ketempat pelayanan posyandu dengan keaktifan Ibu
Membawa Batita Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam
Tahun 2018 berdasarkan hasil analisis uji statistic chi-square diperoleh nilai p=
0,431>0,05 dengan OR 2.400 (95% CI) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
pengaruh jarak ketempat pelayanan posyandu dengan keaktifan Ibu Membawa
Batita Ke Posyandu.
Penelitian ini sejalalan dengan penelitian Syahdan dengan judul Faktor-
Faktor Pada Ibu Yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Dasar Bayi di
Wilayah Kerja Puskesmas Korpri Kecamatan Sukarame Kota Bandarlampung.
Tidak ada hubungan antara keterjangkauan ketempat pelayanan imunisasi dengan
79
pemberian imunisasi dasar bayi di wilayah kerja Puskesmas Korpri Kecamatan
Sukarame Kota Bandarlampung. (28)
Penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa faktor
yang mempengaruhi pencapaian derajat kesehatan, termasuk pemberian
kelengkapan imunisasi dasar adalah adanya keterjangkauan tempat pelayanan
kesehatan oleh masyarakat. Kemudahan untuk mencapai pelayanan kesehatan ini
antara lain ditentukan oleh adanya transportasi yang tersedia sehingga dapat
memperkecil jarak tempuh, hal ini akan menimbulkan motivasi ibu untuk datang
ketempat pelayanan imunisasi. (2)
Hal ini disebabkan jarak puskesmas yang relatif terjangkau dari rumah
rata-rata yaitu 3,8 km (daya tempuhnya kurang dari 15 menit) dan pengaruh
angkutan umum seperti ojek, angkot, bis, dan lain-lain yang mudah didapat
sehingga dapat mengurangi hambatan waktu. Letak tempat pelayanan imunisasi
berada di tempat yang mudah didatangi masyarakat, sehingga tidak menyulitkan
masyarakat untuk mengimunisasikan anaknya.
Menurut peneliti bahwa penelitian ini didukung oleh teori dan penelitian
orang lain yang menyatakan jarak tidak mempengaruhi ibu untuk aktif membawa
anaknya posyandu setiap bulanny, namun ada jarak yang terjangkau dan tidak
aktif membawa posyandu, hal ini karena pengetahuan dan tingkat pendidikan ibu
yang rendah sehingga walaupun terjangkau tempat pelayanan kesehatan
responden tidak membawa anaknya posyandu. Selain itu ada responden yang
tidak terjangkau ketempat fasilitas kesehatan namun tetap aktif membawa
anaknya posyandu, hal ini juga disebabkan karena ibu berpengetahuan baik,
80
berpendidikan baik, dan mendapat dukungan dari keluarga sehingga walaupun
tidak terjangkau tempat pelayanan kesehatan namun responden tetap aktif
membawa anaknya posyandu setiap bulannya. Kondisi geografis diantaranya
jarak dan kondisi jalan ke tempat pelayanan kesehatan sangat berpengaruh
terhadap keaktifan membawa balitanya ke Posyandu.
Jarak dari rumah ke tempat pelayanan Posyandu tidak mempengaruhi
kunjungan ibu ke posyandu. Lokasi dan tempat posyandu tidak berpengaruh
terhadap rendahnya kunjungan masyarakat ke Posyandu. Kondisi wilayah kerja
Puskesmas Penanggalan Kota Subulussalam walaupun ada yang katagori jauh
tetapi dapat dijangkau oleh masyarakat dengan menggunakan sepeda motor, mobil
dan seagainya yang bias digunakan pada saat jawdal posyandu. Lokasi Posyandu
sebaiknya berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan ditentukan
oleh masyarakat itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh tidak ada
pengaruh antara jarak ketempat pelayanan posyandu dengan keaktifan ibu
membawa batita ke posyandu.
4.3.5. Faktor Dominan yang pempengaruhi Ibu Membawa Batita Ke
Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018
Berdasarkan tabel 4.14 diketahui, bahwa satu variabel penelitian telah
signifikan. Variabel tersebut antara lain faktor pengehetahuan diperoleh nilai p
0.000, selanjutnya dapat dilihat bahwa pengetahuan paling kuat mempengaruhi
keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota
Subulusalam Tahun 2018 dengan nilai Exp (B) 17.634 yang artinya responden
yang menyatakan pengetahuan dengan kategori mendukung mempunyai peluang
17 kali lebih besar terjadinya keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu.
81
Pada dasarnya, pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari dengan pengetahuan
akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Salah
satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah pengetahuan. Namun,
pembentukan perilaku itu sendiri tidak semata-mata berdasarkan pengetahuan,
tetapi masih dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat kompleks. (5)
Pengetahuan ibu akan manfaat posyandu dapat diperoleh dari kader
posyandu dilingkungan sekitar dan petugas kesehatan seperti bidan dan perawat,
selain itu dapat diperoleh dari pengalaman pribadi, sehingga dengan pengalaman-
pengalaman dan informasi yang diperoleh tersebut dapat meningkatkan
pengetahuan ibuakan pentingnya manfaat posyandu yang menjadi dasar
menentukan sikap dan dapat mendorong motivasi ibu balita untuk selalu
membawa balitanya ke posyandu. Pengetahuan memiliki hubungan dengan
keaktifan karena jika pengetahuan ibu menjadi meningkat bertambah pada minat
atau motivasi ibu balita untuk mengikuti kegiatan posyandu.(19)
Penelitian yang dilakukan oleh Reihan dkk, (2016) menunjukkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan ibu dalam
membawa anak ke Posyandu dala penelitian ini dapat dipengaruhi oleh baiknya
pengetahuan yang dimiliki ibu balita, dimana pengetahuan dapat mempengaruhi
pola pikir dan pemahaman berbagai informasi yang telah diterima. (12)
Penelitian ini sejalan dengan Penelitian Subiyantun dengan judul Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Ibu Yang Mempunyai Balita (Usia 12- 59
Bulan) Ke Posyandu di Kelurahan Warudoyongwilayah Kerja Puskesmas
82
Pabuaran Kecamatan Warudoyong Kota Sukabumi. Berdasarkan hasil dari uji
statistik diperoleh nilai P value = 0,000 berarti yang menunjukan ada pengaruh
antara pengetahuan denga kunjungan ibu balita ke posyandu dengan nilai
keofisien kontingensi 0,431 dannilai Q = 0,60 yang menunjukan bahwa keeratan
pengaruh pengetahuan dengan kunjungan ibu balita ke Posyandu erat.(29)
Menurut pendapat peneliti bahwa dari faktor pengetahuan, pendidikan, dan
dukungan keluarga, faktor yang paling mempengaruhi adalah faktor pengetahuan
ibu batita sebanyak 17 kali berpengaruh pada keaktifan ibu membawa batit ke
posyandu. Selain itu responden yang mempunyai pengetahuan kurang tentang
posyandu sehingga membuat ibu tidak aktif membawa batita melakukan posyandu
tiap bulannya. Sebaliknya ibu yang berpengetahuan baik dan aktif membawa
anaknya posyandu setiap bulannya karena ibu mengetahui manfaat posyandu yang
dilakukan setiap bulannya yaitu guna perkembangan kesehatan anaknya. Setiap
pengetahuan sesorang dipengaruhi beberapa faktor yaitu seperti pendidikan,
pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar dan
informasi. Informasi yang dimaksud yaitu kemudahan untuk memperoleh suatu
informasi sehingga mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan baru
tentang manfaat posyandu pada anak.
Pengetahuan yang diperoleh ibu dari media masa, pendidikan, keluarga
dan tenaga kesehatan maka akan membuat ibu yang memiliki batita akan aktif
membawa batita melakukan posyandu setiap bulannya, sehingga pengetahuan
yang baik membuat mengerti bahwa posyandu sangat penting untuk melihat
pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Selain itu faktorlain seperti pendidikan,
83
dukungan keluarga juga factor yang mempengaruhi ibu untuk membawa batita
setiap bulannya untuk dilakukan penimbangan dan melihat perkembangan yang
sudah bias dilakukan abatita. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari variabel
pengetahuan, pe ndidikan dan dukungan keluarga, factor yang paling kuat
pengaruhnya adalah factor pengetahuan ibu sehingga aktif membawa batita
posyandu setiap bulannya.
84
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah peneliti selesai melakukan penelitian di Puskesmas Penanggalan
Kota Subulussalam Tahun 2018. Kesimpulan yang diambil peneliti adalah :
1. Ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan dengan keaktifan Ibu
Membawa Batita Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota
Subulusalam Tahun 2018 berdasarkan hasil analisis uji statistic chi-square
diperoleh nilai p= 0,006<0,05 dengan OR 5.527 (95% CI).
2. Ada pengaruh yang signifikan antara Pendidikan dengan keaktifan Ibu
Membawa Batita Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota
Subulusalam Tahun 2018 berdasarkan hasil analisis uji statistic chi-square
diperoleh nilai p= 0,027<0,05 dengan OR 3.833 (95% CI).
3. Ada pengaruh yang signifikan antara Dukungan keluarga dengan keaktifan
Ibu Membawa Batita Ke Posyandu di Puskesmas Penanggalan Kota
Subulusalam Tahun 2018 berdasarkan hasil analisis uji statistic chi-square
diperoleh nilai p= 0,047<0,05 dengan OR 3.675 (95% CI).
4. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara jarak ketempat pelayanan
posyandu dengan keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu di
Puskesmas Penanggalan Kota Subulusalam Tahun 2018 berdasarkan hasil
analisis uji statistic chi-square diperoleh nilai p= 0,431>0,05 dengan OR
2.400 (95% CI).
84
85
5.2. Saran
5.1.1. Manfaat Teoritis
Disarankan bagi Dinas Kesehatan Kota Subulussalam untuk memberikan
masukan atau informasi kepada penentu kebijakan dan pelaksanaan program bagi
Puskesmas Penanggalan Kota Subulussalam untuk mendalami menyusun program
Posyandu berkaitan dengan penyuluhan dan membuat poster-poster tentang
manfaat Posyandu bagi anak.
5.1.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Responden
Disarankan Sebagai bahan informasi dan wawasan tentang manfaat dan
pentingnya membawa batita ke posyandu setiap bulannya sehingga mengetahui
perkembangan anaknya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Disarankan kepada insitusi pendidikan memberikan sumber-sumber yang
lebih terbaru terkait dengan pencegahan anemia pada ibu sebelum hamil dan
semasa hamil sehingga dapat dimamfaatkan sebagai informasi berharga tentang
manfaat Posyandu pada batita terutama dalam mengembangkan ilmu kebidanan
dan sebagai referensi bagi mahasiswa lainnya yang ingin menambah ilmu
pengetahuan.
3. Bagi Tempat Penelitian
Disarankan kepada Puskesmas Penanggalan dengan memberikan
penyuluhan dan masukan bagi para tenaga kesehatan untuk meningkatkan
86
pengetahuan ibu-ibu yang mempunyai batita agar membawa anaknya keposyandu
setiap bulannya dan melihat pertumbuhan dan perkembangan anaknya
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Disarankan Penelitian ini menjadi sumber informasi dan memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan dan bahan acuan bagi peneliti selanjutnya dan di
kembangkan dengan meneliti variabel-variabel lainya sehingga lebih banyak
informasi yang diperoleh tentang manfaat Posyandu bagi perkembangan batita.
87
DAFTAR PUSTAKA
1. Sari K, Susanti R. Buku ajar asuhan kebidanan neonatus, bayi, dan anak
balita. Ungaran: Akbid Ngudi Waluyo; 2012.
2. Wahyu GG. Obesitas pada anak. Bentang Pustaka; 2009.
3. Romauli S. buku ajar askeb I: Konsep dasar asuhan kehamilan. Yogyakarta
Nuha Med. 2011;73–88.
4. Hidayat AAA. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. In EGC; 2008.
5. Azwar A. Kecenderungan masalah gizi dan tantangan di masa datang.
Disampaikan Pada Pertem Advokasi Progr Perbaikan Gizi Menuju Kel Sadar
Gizi Jakarta Hotel Sahid Jaya. 2004;
6. Dunia OP. dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tentang Tanaman
Pangan dan Non Pangan. 2017.
7. Indonesia KKR. Rencana strategis kementerian kesehatan tahun 2015-2019.
Jakarta Kementeri. 2015;
8. RI PPKKK. Ayo ke Posyandu Setiap Bulan. Jakarta Kementrian Kesehat RI.
2012;
9. Nusanto B. Strategi Pemerintah Kabupaten Jember Dalam Upaya
Merevitalisasi Program Desa Siaga. Pros Strength Local Communities Facing
Glob Era. 2017;1(1).
10. Ni’mah K, Nadhiroh SR. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Stunting Pada Balita. Media Gizi Indones. 2016;10(1):13–9.
11. Sativa NE, Diniyah K. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan
Ibu Balita Dalam Kegiatan Posyandu Dusun Mlangi Kabupaten Sleman.
Universitas’ Aisyiyah Yogyakarta; 2017.
12. Reihana R, Duarsa ABS. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Partisipasi Ibu Untuk Menimbang Balita ke Posyandu. Yars Med J.
2016;20(3):143–57.
13. Astuty E. Akuntabilitas Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDES)(Studi pada Alokasi Dana Desa
Tahun Anggaran 2011 di Desa Sareng Kecamatan Geger Kabupaten Madiun).
Publika. 2013;1(2).
14. Nurgiantoro B. Sastra anak: pengantar pemahaman dunia anak. UGM
PRESS; 2018.
15. Nurmalitasari F. Perkembangan sosial emosi pada anak usia prasekolah. Bul
Psikol. 2015;23(2):103–11.
16. Murniningsih M, Sulastri S. Hubungan antara pemberian makanan tambahan
pada usia dini dengan tingkat kunjungan ke pelayanan kesehatan di kelurahan
sine sragen. Ber Ilmu Keperawatan. 2017;1(3):113–8.
17. Putri wijayanti murviana anisa. Hubungan Pemanfaatan Buku Kia Dengan
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan. 2017;14:58–65.
18. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta. 2012.
19. Notoadmodjo. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
2016.
87
88
20. Mubarak WI. Promosi kesehatan untuk kebidanan. Jakarta: Salemba Medika;
2011.
21. M. Nur Wahyudi. Pola Hidup Sehat Dalam Perspektif Al-Qur ’ an. In:
Skripsi. 2015.
22. Lismalinda. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Cetakan Pe. Taufik I,
editor. Jakarta Timur: CN. Trans Info Media; 2015.
23. A wawan dan Dewi M. Teori dan Pengukuran Pengetahuan,Sikap Dan Sikap
Manusia. Medikal Book; 2017.
24. Arikunto. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta; 2013.
25. Notoadmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
2012.
26. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan. 2009;
27. Varney H, Kriebs JM, Gegor CL. Buku ajar asuhan kebidanan. Jakarta: EGC.
2017.
28. Syahda S, ST S, Kes M. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kunjungan Antenatal Care (Anc) Di Desa Muara Mahat Wilayah Kerja
Puseksmas Tapung I Tahun 2014. J Doppler. 2015;6(1):14–27.
29. Subiyatun S. Gambaran Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Oleh Ibu Hamil. J Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah. 2017;13(2):203–9.
89
Lampiran 1
KUESIONER
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN IBU MEMBAWA
BATITA (12-36 BULAN) KE POSYANDU DI PUSKESMAS
PENANGGALAN KOTA SUBULUSALAM
TAHUN 2018
No. Responden :
A. Identitas Batita
Nama Batita :
Umur Batita :
Jenis Batita :
B. Identitas Responden
Nama Responden :
Umur Responden :
Jumlah Anak :
Pendidikan : 1. SD
2. SMP
3. SMA
4. PT
Alamat :
C. Pengetahuan Ibu
Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan memberi tanda silang (X)
pada jawaban yang benar.
1. Yang dimaksud dengan posyandu adalah...
a. Tempat berkumpulnya ibu –ibu dan batita
b. Tempat pelayanan penyakit umum
c. Tempat pelayanan kesehatan yang melaksanakan 5 program dasar
terpadu
2. Menurut ibu manfaat penimbangaan untuk batita diposyandu adalah ...
a. Agar balita selalu sehat
b. Memantau pertumbuhan dan perkembangan batita
c. Mencegah dari penyakit
90
3. Menurut ibu tujuan dari posyandu adalah....
a. Menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi
b. Untuk mendapatkan pemberian makanan tambahan saja
c. Untuk mendapatkan pengobatan secara gratis
4. Batita ditimbang setiap....
a. 3 Bulan sekali
b. 6 Bulan sekali
c. 1 Bulan sekali
5. Yang menjadi sasaran utama dalam kegiatan posyandu adalah.........
a. Bayi ,anak balita dan ibu melahirkan
b. Anak sekolah dasar
c. Anak TK
6. Pada usia berapa batita sebaiknya ditimbang posyandu.....
a. Mulai lahir – umur 1 tahun
b. Mulai lahir – umur 5 tahun
c. Mulai lahir – umur 3 tahun
7. Menurut ibu yang melaksanakan kegiatan diposyandu adalah........
a. Petugas Gizi
b. Petugas Imunisasi
c. Kader Posyandu
8. Salah satu kegiatan diposyandu adalah pemberian kapsul vitamin A pada
balita, menurut ibu pemberian vitamin A tersebut setiap hari..........
a. April dan Agustus
b. Pebruari dan Oktober
c. Februari dan Agustus
91
D. Dukungan Keluarga
No Pertanyaan Ya Tidak
A. Dukungan Informasional
1 Anggota keluarga (suami,orang tua,mertua dan
saudara) memberikan informasi kepada ibu tentang
pentingnya membawa anaknya ke posyandu
2 Anggota keluarga (suami,orang tua,mertua dan
saudara) tidak pernah memberikan informasi tentang
masalah kesehatan yang dapat terjadi jika anak tidak
dibawa secara rutin setiap bulan keposyandu
B. Dukungan Penilaian
3 Anggota keluarga (suami,orang tua,mertua dan
saudara) menyediakan waktu untuk mendapingi ibu
membawa anaknya setiap bulan keposyandu
4 Anggota keluarga (suami,orang tua,mertua dan
saudara) memberikan pujian dan perhatian kepada ibu
saat anaknya sudah dibawa dan pendapatkan pelayanan
diposyandu setiap bulan
5 Anggota keluarga (suami,orang tua,mertua dan
saudara) tidak mendengarkan keluh kesah ibu saat
mendapatkan kesulitan saat akan pergi membawa
anaknya keposyandu
C.Dukungan Instrumental
6 Anggota keluarga (suami,orang tua,mertua dan
saudara) tidak mengingatkan ibu tentang jadwal untuk
melakukan kunjungan keposyandu setiap bulannya
7 Anggota keluarga (suami,orang tua,mertua dan
saudara) selalu menganjurkan ibu membawa anaknya
keposyandu agar keluarga mengetahui pertumbuhan
dan perkembangan anak setiap bulannya.
8 Anggota keluarga (suami,orang tua,mertua dan
saudara) selalu menyediakan uang dan transportasi
untuk keperluan ke posyandu setiap bulan
E. Keterjangkauan Tempat Pelayanan
a. Jarak 1-2 Km
b. Jarak ≥ 2 Km
92
F. Pernyataan Keaktifan Ibu Membawa Batita Ke Posyandu
Dalam 12 bulan berapa kali ke posyandu
a. Kurang dari 8 Kali
b. 8 kali atau lebih dari 8 kali
93
1. Univariat
a. Umur
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <20 tahun 6 10.7 10.7 10.7
20-35 tahun 32 57.1 57.1 67.9
>35 tahun 18 32.1 32.1 100.0
Total 56 100.0 100.0
b. Paritas
Paritas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid primigravida 16 28.6 28.6 28.6
multigravida 35 62.5 62.5 91.1
grandemultigarvida 5 8.9 8.9 100.0
Total 56 100.0 100.0
c. Pendidikan
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tinggi 21 37.5 37.5 37.5
rendah 35 62.5 62.5 100.0
Total 56 100.0 100.0
d. Pengetahuan
pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid baik 23 41.1 41.1 41.1
kurang 33 58.9 58.9 100.0
Total 56 100.0 100.0
94
e. Dukungan Keluarga
dukungan Keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid dukungan .baik 37 66.1 66.1 66.1
dukungan kurang 19 33.9 33.9 100.0
Total 56 100.0 100.0
f. Keterjangkauan Tempat Pelayanan Kesehatan
Keterjangkauan_T.Penkes
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid terjangkau 49 87.5 87.5 87.5
tidak terjangkau 7 12.5 12.5 100.0
Total 56 100.0 100.0
g. Keaktifan Ibu membawa Posyandu
Keakifan Posyandu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid aktif 26 46.4 46.4 46.4
tidak aktif 30 53.6 53.6 100.0
Total 56 100.0 100.0
2. Bivariat
a. Pendidikan dengan Keatktipan Ibu membawa Posyandu
Crosstab
Keakifan Posyandu
Total aktif tidak aktif
Pendidikan tinggi Count 14 7 21
Expected Count 9.8 11.3 21.0
% of Total 25.0% 12.5% 37.5%
rendah Count 12 23 35
Expected Count 16.3 18.8 35.0
% of Total 21.4% 41.1% 62.5%
Total Count 26 30 56
Expected Count 26.0 30.0 56.0
% of Total 46.4% 53.6% 100.0%
95
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.533a 1 .019
Continuity Correctionb 4.308 1 .038
Likelihood Ratio 5.609 1 .018
Fisher's Exact Test .027 .019
Linear-by-Linear Association 5.434 1 .020
N of Valid Cases 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.75.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Pendidikan
(tinggi / rendah)
3.833 1.220 12.042
For cohort Keakifan
Posyandu = aktif
1.944 1.123 3.368
For cohort Keakifan
Posyandu = tidak aktif
.507 .265 .972
N of Valid Cases 56
b. Pengetahuan dengan Keatktipan Ibu membawa Posyandu
Crosstab
Keakifan Posyandu
Total aktif tidak aktif
pengetahuan baik Count 19 4 23
Expected Count 10.7 12.3 23.0
% of Total 33.9% 7.1% 41.1%
kurang Count 7 26 33
Expected Count 15.3 17.7 33.0
% of Total 12.5% 46.4% 58.9%
Total Count 26 30 56
Expected Count 26.0 30.0 56.0
% of Total 46.4% 53.6% 100.0%
96
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 20.541a 1 .000
Continuity Correctionb 18.147 1 .000
Likelihood Ratio 21.987 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 20.174 1 .000
N of Valid Cases 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.68.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pengetahuan (baik /
kurang)
17.643 4.513 68.980
For cohort Keakifan Posyandu = aktif 3.894 1.966 7.716
For cohort Keakifan Posyandu = tidak
aktif
.221 .089 .547
N of Valid Cases 56
c. Dukungan Keluarga dengan Keatktipan Ibu membawa Posyandu
Crosstab
Keakifan Posyandu
Total aktif tidak aktif
dukungan Keluarga dukungan .baik Count 21 16 37
Expected Count 17.2 19.8 37.0
% of Total 37.5% 28.6% 66.1%
dukungan kurang Count 5 14 19
Expected Count 8.8 10.2 19.0
% of Total 8.9% 25.0% 33.9%
Total Count 26 30 56
Expected Count 26.0 30.0 56.0
% of Total 46.4% 53.6% 100.0%
97
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 4.677a 1 .031
Continuity Correctionb 3.533 1 .060
Likelihood Ratio 4.831 1 .028
Fisher's Exact Test .047 .029
Linear-by-Linear Association 4.593 1 .032
N of Valid Cases 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.82.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for dukungan
Keluarga (dukungan .baik /
dukungan kurang)
3.675 1.095 12.332
For cohort Keakifan
Posyandu = aktif
2.157 .966 4.816
For cohort Keakifan
Posyandu = tidak aktif
.587 .372 .926
N of Valid Cases 56
d. Keterjangkauan Tempat Pelayanann Kesehatan dengan Keatktipan Ibu
membawa Posyandu Crosstab
Keakifan Posyandu
Total aktif tidak aktif
Keterjangkauan_T.Penkes terjangkau Count 24 25 49
Expected Count
22.8 26.3 49.0
% of Total 42.9% 44.6% 87.5%
tidak terjangkau
Count 2 5 7
Expected Count
3.3 3.8 7.0
% of Total 3.6% 8.9% 12.5%
Total Count 26 30 56
Expected Count
26.0 30.0 56.0
% of Total 46.4% 53.6% 100.0%
98
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 1.026a 1 .311
Continuity Correctionb .369 1 .543
Likelihood Ratio 1.063 1 .303
Fisher's Exact Test .431 .275
Linear-by-Linear Association 1.007 1 .316
N of Valid Cases 56
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.25.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Keterjangkauan_T.Penkes
(terjangkau / tidak terjangkau)
2.400 .424 13.576
For cohort Keakifan Posyandu =
aktif
1.714 .513 5.724
For cohort Keakifan Posyandu =
tidak aktif
.714 .415 1.229
N of Valid Cases 56
3. Multivariat
a. Tahap I
Classification Tablea
Observed Predicted
Keakifan Posyandu Percentage
Correct aktif tidak aktif
Step 1 Keakifan Posyandu aktif 19 7 73.1
tidak aktif 4 26 86.7
Overall Percentage 80.4
a. The cut value is .500
99
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a pengetahuan 2.870 .696 17.024 1 .000 17.643
Constant -4.428 1.180 14.090 1 .000 .012
a. Variable(s) entered on step 1: pengetahuan.
b. Tahap II
Classification Tablea
Observed Predicted
Keakifan Posyandu Percentage
Correct aktif tidak aktif
Step 1 Keakifan Posyandu aktif 19 7 73.1
tidak aktif 4 26 86.7
Overall Percentage 80.4
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a pengetahuan 2.870 .696 17.024 1 .000 17.643
Constant -4.428 1.180 14.090 1 .000 .012
a. Variable(s) entered on step 1: pengetahuan.
100
Lampiran 6
101
Lampiran 7
102
Lampiran 8
103
Lampiran 9
104
Lampiran 10
111
Lampiran 11
112
Lampiran 12
113
Lampiran 13
114
Lampiran 14
115
116
Lampiran 15
117
118
Lampiran 16
DOKUMENTASI PENELITIAN
119
120
121
122
Top Related