F. Penatalaksaan Medik
1. Gastritis Akut
Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa proton, ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan alkus lambung yang lain). Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung.
2. Gastritis Kronik
Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2 atau inhibitor pompa proton.D. Proses Penyakit
• Gastritis akut
Zat iritasi yang m
asuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung.
Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :
1. Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3.
Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung. Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit.
2. Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.
• Gastritis kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.Faktor Pemicu Timbulnya Gastritits
Faktor makan (pola makan)
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan model bahan makanan yang dikonsumsi tiap hari (Persagi, 1999). Pada kasus gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri pada epigastrum. Gesekan akan lebih parah bila lambung dalam keadaan kosong akibat makan yang tidak teratur, pada akhirnya akan menyebabkan perdarahan pada lambung. Pola makan terdiri dari :
Frekuensi makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif dan kuantitatif (Persagi, 1999).. Pada kasus gastritis frekuensi makan yang diperbanyak, tetapi jumlah makanan yang dimakan tidak banyak.
Jenis makanan
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang (Persagi, 1999).
Konsumsi jenis makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan gastritis. Peningkatan produksi asam lambung dapat dirangsang oleh konsumsi makanan atau minuman. Pada akhirnya kekuatan dinding lambung menurun, tidak jarang kondisi seperti ini menimbulkan luka pada dinding lambung (Uripi, 2002).
Menurut Lanywati (2001), gastritis juga dapat timbul setelah minum alkohol atau kopi serta makanan yang pedas dan sulit dicerna. Penyakit ini timbul karena makan makanan yang tidak menyenangkan dalam jangka waktu yang cukup lama. Keadaan bertambah parah bila penderita menggunakan minuman keras, asam-asaman, bumbu yang merangsang lambung (Tha, 2003).
Faktor obat-obatan
Setelah 45 tahun dipakainya asam salisilat di klinik pertama kalinya oleh Dreser (1893), dilaporkan timbulnya perdarahan karena aspirin. Lintott (1963), melakukan pemeriksaan gastrokopi secara berturut-turut pada 16 penderita yang minum tabel aspirin, asam salisilat atau kalsium asetil salisilat yang dihancurkan. 13 dari 16 penderita yang minum 15 gram aspirin, terlihat mukosa yang sudah hiperemik sampai perdarahan submukosa. Pada salah seorang dari 5 penderita yang diberi kalsium asetil salisilat, terlihat reaksi lokal pada daerah mukosa yang terdapat serbuk salisilat. Ternyata bahwa aspirin yang tidak larut (insolugle aspirin) dapat menyebabkan timbulnya iritasi lambung secara langsung (Hadi, 2000).
Pada tahun 1985 Henning, melakukan observasi pasien decompensasi cordis yang mendapat terapi digitalis, ternyata timbul gastritis akut. Tahun 1954 Palmer, melaporkan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan gastroskopi pada pasien yang minum aureomisin, terlihat gastritis akut yang ringan dengan erosi (Hadi, 2000).
Obat-obatan yang mengandung salisilat misalnya aspirin (sering digunakan sebagai obat pereda nyeri) dalam tingkat konsumsi yang berlebihan dapat menimbulkan gastritis (Uripi, 2002). Efek salisilat terhadap saluran cerna adalah perdarahan lambung yang berat dapat terjadi pada pemakaian dalam dosis besar. Aspirin merupakan agen-agen yang sering (Prince, 2001). Penyebab paling umum dari gastritis erosive akut adalah pemakaian aspirin.
Faktor psikologis
Stres baik primer maupun sekunder dapat menyebabkan peningkatan produksi asam lambung dan gerakan peristaltik lambung. Stres juga akan mendorong gesekan antar makanan dan dinding lambung menjadi bertambah kuat (Coleman,1995). Hal ini dapat menyebabkan terjadinya luka dalam lambung. Penyakit maag (gastritis) dapat ditimbulkan oleh berbagai keadaan yang pelik sehingga mengaktifkan rangsangan/iritasi mukosa lambung semakin meningkat pengeluarannya, terutama pada saat keadaan emosi, ketegangan pikiran dan tidak teraturnya jam makan.
Infeksi bakteri
Gastritis akibat infeksi dari luar tubuh jarang terjadi, sebab bakteri tersebut akan terbunuh oleh asam lambung. Kuman penyakit/infeksi bakteri gastritis umumnya berasal dari dalam tubuh penderita yang bersangkutan. Keadaan ini sebagai wujud komplikasi penyakit yang telah diderita sebelumnya (Uripi, 2002).
Patofisiologi
Proses terjadinya gastritis akut bermula dari pemakaian aspirin, alkohol, garam empedu dan zat-zat lain yang terlalu berlebihan sehingga merusak mukosa lambung dan mengubah permeabilitas sawar epitel, memungkinkan difusi balik asam HCl dengan akibat kerusakan jaringan khususnya pembuluh darah. Histamin dikeluarkan, merangsang sekresi asam dan pepsin lebih lanjut dan meningkatkan permeabilitas kapiler terhadap mukosa. Mukosa menjadi edema dan sebagian besar protein plasma dapat hilang. Mukosa dapat rusak mengakibatkan haemorargik interstisial dan perdarahan sehingga menjadi tukak.
Salah satu penyebab dari gastritis akut adalah stres atau psikologis. Timbulnya kelainan lambung yang dikaitkan dengan stres/psikis seseorang adalah sangat erat hubungannya antara gangguan psikosomatik dengan saluran pencernaan seseorang yang sedang ada konflik dalam jiwanya, tegang, cemas, stres, perasaan takut yang berlebihan akan dapat menaikkan sekresi asam lambung dan motilitas saluran cerna. Pada saat ini klien tersebut akan merasa mual, tidak ada nafsu makan, mengeluh sakit dan pedih di ulu hati. Bila keadaan emosi tersebut berlangsung lama dan cukup berat akan timbul erosi dan perdarahan kecil-kecil pada mukosa lambung sebagai akibat menurunnya daya tahan mukosa lambung. Keadaan seperti ini dapat timbul spontan atau sebagai akibat dari kontraksi yang kuat dari lambung. Bila luka yang kecil tersebut terkena asam lambung akan menyebabkan tukak kronis.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung, yaitu :
Kerusakan mukosa barier sehingga difusi balik ion H meninggi 160 mMol/liter.
Perfusi mukosa lambung yang terganggu.
Jumlah asam lambung merupakan faktor yang sangat penting ( 167 mMol/liter).
Faktor-faktor tersebut tidak berdiri sendiri, misalnya stres fisik akan menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah infark kecil. Disamping itu sekresi asam lambung juga terpacu. Mukosa barier pada penderita stres fisik biasanya tidak terganggu. Hal itu untuk membedakan dengan gastritis erosive karena bahan kimia/obat. Mukosa barier rusak sehingga difusi balik ion H meninggi. Suasana asam yang terdapat pada asam lambung mempermudah kerusakan mukosa barier oleh cairan usus.
Gangguan keseimbangan faktor defensif dan agresif juga berperan dalam menimbulkan lesi pada mukosa. Dalam keadaan normal, faktor defensif (mukus, bikarbonat mukosa, prostaglandin sirkulasi) dapat mengatasi faktor agresif (NSAID, empedu, infeksi virus, infeksi bakteri H. pylori, bahan korosif, asam dan basa kuat) sehingga tidak terjadi kerusakan/kelainan patologis (Price, 1995).
Pada makan yang tidak teratur (lambung kosong) menyebabkan otot-otot lambung berkontraksi sangat kuat, sehingga sekresi asam lambung meningkat dan klien akan merasa mual, sakit dan pedih di daerah lambung bagian atas.
Komplikasi
Pemakaian aspirin, alkohol, garam empedu dan zat-zat lain yang terlalu berlebihan sehingga merusak mukosa lambung dan mengubah permeabilitas sawar epitel, memungkinkan difusi balik asam HCl dengan akibat kerusakan jaringan, khususnya pada pembuluh darah. Histamine dikeluarkan, merangsang sekresi asam dan pepsin lebih kanjut dan meningkatkan permeabilitas kapiler terhadap protein. Mukosa kapiler dapat rusak, mengakibatkan haemorragik interstisial dan perdarahan sehingga menjadi lunak (Price, 1995).
Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir dengan shock haemorargik, ulkus, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12 juga merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita gastritis (Mansyur, 2000).
Diet Pada Gastritis
Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan selain upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan. Perlu diketahui bahwa kedua unsur ini mempunyai hubungan yang erat. Menurut Uripi (2002), pemberian diet untuk penderita gastritis antara lain bertujuan untuk :
Memberikan makanan yang adekuat dan tidak mengiritasi lambung
Menghilangkan gejala penyakit
Menetralisir asam lambung dan mengurangi produksi asam lambung
Mempertahankan keseimbangan cairan
Mengurangi gerakan peristaltik lambung
Memperbaiki kebiasaan makan pasien
Adapun petunjuk umum untuk diet pada penderita gastritis antara lain :
Syarat diet penyakit gastritis
Makanan yang disajikan harus mudah dicerna dan tidak merangsang, tetapi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi, jumlah energi pun harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien (Hembing, 2004). Sebaliknya, asupan protein harus cukup tinggi ( 20-25 % dari total jumlah energi yang biasa diberikan), sedangkan lemak perlu dibatasi. Protein ini berperan dalam menetralisir asam lambung. Bila dipaksa mengunakan lemak, pilih jenis lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh. Pemberian lemak dan minyak perlu dipertimbangkan secara teliti. Lemak berlebihan dapat menimbulkan rasa mual, rasa tidak enak diulu hati dan muntah karena tekanan dalam lambung meningkat. Mengkonsumsi jenis makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh secara cukup merupakan pilihan yang tepat, sebab lemak jenis ini lebih mudah dicerna. Porsi makanan yang diberikan dalam porsi kecil tapi sering, hindari makan secara berlebihan.
Demikian pula jumlah vitamin dan mineral yang diberikan pun harus dalam jumlah cukup. Akan tetapi, karena keterbatasan bahan makanan sumber vitamin dan mineral, biasanya pasien diberikan vitamin dan mineral dan bentuk obat (Uripi, 2002).
Kebutuhan zat gizi
Jumlah energi yang dikonsumsi harus disesuaikan dengan berat badan, umur, jenis kelamin, aktivitas dan jenis penyakit. Kebutuhan energi bagi pasien gangguan saluran pencernaan berdasarkan kelompok umur dapat di lihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.2. Kebutuhan zat gizi
No
Golongan umur (tahun)
Kebutuhan energi
1
2,190 kal
2,600 kal
0,97 M x A
1,02 M x A
1,00 M x A
0,95 M x A
0,90 M x A
0,80 M x A
0,70 M x A
2,350 kal
1,13 F x A
1,10 F x A
1,00 F x A
0,95 F x A
0,90 F x A
0,80 F x A
0,70 F x A
Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)
Keterangan :
M : Berat badan x 46 kal = kebutuhan energi pria dewasa pada berat badan tertentu
F : Berat badan x 40 kal = kebutuhan energi pria dewasa pada berat badan tertentu
A : Indeks aktivitas; ringan = 0,90; sedang = 1,00; aktif = 1,17
Jenis dan bentuk makanan
Menurut Persagi (1999), sebaiknya penderita gastritis menghindari makanan yang bersifat merangsang, diantaranya makanan berserat dan penghasil gas maupun mengandung banyak bumbu dan rempah. Selain itu, penderita juga harus menghindari alkohol, kopi dan minuman ringan. Dan perlu juga memperhatikan teknik memasaknya, direbus, dikukus dan dipanggang adalah teknik memasak yang dianjurkan, sebaliknya menggoreng bahan makanan tidak dianjurkan. Jenis makanan yang diperbolehkan dan dilarang untuk dikonsumsi pada penderita gastritis dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.3. jenis dan bentuk makanan
Golongan bahan makanan
Makanan yang boleh diberikan
Makanan yang tidak boleh diberikan
Sumber hidrat arang
Sumber protein hewani
Minuman
Bumbu
Beras dibubur atau ditim, kentang, makaroni rebus, roti panggang, biskuit, krakers, tepung-tepungan dibubur/untuk pudding
Daging sapi empuk, hati, ikan, ayam digiling atau dicincang, direbus, di tim, dipanggang, telur ayam direbus, didadar, ditim dan dicampur dalam makanan, susu
Tahu, tempe direbus, ditim, ditumis, kacang hijau direbus
Margarine dan mentega
Sayuran yang tidak banyak serat dan tidak menimbulkan gas, bayam, labu siam, labu kuning, wortel, tomat direbus dan ditumis
Pepaya, pisang, jeruk, sari buah, pir dan peach dalam kaleng
Sirup dan teh
Garam, gula, vetsin, bawang dalam jumlah terbatas, kunci, kencur, jahe, kunyit, terasi, laos, salam
Beras ketan, mie, bihun, jagung, ubi-ubian,cake, dodol, kue-kue lain yang ter-lalu manis
Daging ikan, ayam yang diawetkan, digoreng, daging babi, telur digoreng
Tahu, tempe digoreng, kacang tanah, kacang merah
Macam-macam lemak hewan dan minyak santan
Sayuran lain dimasak dan sayuran mentah
Buah yang banyak serat dan me-nimbulkan gas, misal-nya jambu biji, nanas, kedondong, durian, nangka dan buah yang dikeringkan
Minuman yang me-ngandung alkohol, kopi atau kafein dan soda
Cabe, merica, cuka, dan lain-lain bumbu yang merangsang
Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)
Penatalaksanaan Diet
Menurut Persagi (1999), dikenal empat jenis diet untuk penderita gastritis. Diet ini disesuaikan dengan berat ringannya penyakit.
Diet Lambung 1
Diberikan pada penderita gastritis berat disertai perdarahan jenis makanan yang diberikan meliputi susu dan bubur susu yang diberikan 3 jam sekali.
Tabel 2.4. Bahan Makanan yang Diberikan Sehari
Bahan makanan
Berat (gram)
URT
Susu
Maezena
Gula pasir
1800
60
90
9 gelas
12 sdm
9 sdm
Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)
Tabel 2.5. Nilai Gizi
Gizi
Berat
Energi
Protein
Lemak
Hidrat arang
Kalsium
Besi
Vitamin A
Thiamin
Vitamin C
1630 kal
58 gram
63 gram
213 gram
2,6 gram
2,0 mg
2340 SI
0,5 mg
18 mg
Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)
Tabel 2.6. Pemberian Makanan Sehari
Jam pemberian
Jenis makanan
Jumlah
Pukul 07.00
Pukul 10.00
Pukul 13.00
Pukul 15.00
Pukul 18.00
Pukul 20.00
Bubur susu
Susu
Susu
Bubur susu
Susu
Susu
Bubur susu
Susu
Susu
200 ml = 1 gelas
200 ml = 1 gelas
200 ml = 1 gelas
200 ml = 1 gelas
200 ml = 1 gelas
200 ml = 1 gelas
200 ml = 1 gelas
200 ml = 1 gelas
200 ml = 1 gelas
Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)
Diet Lambung 2
Untuk penderita gastritis akut yang sudah dalam perawatan. Makanan yang diberikan berupa makanan saring/cincang, pemberian tiap 3 jam
Tabel 2.7. Bahan Makanan yang Diberikan Sehari
Bahan makanan
Berat (gram)
URT
Beras
Maezena
Biskuit
100
20
70
9 gelas bubur saring
10 sdm
2 buah
1/3 gelas saring
3 butir
4 ½ gelas
1 gelas saring
1 gelas
2 sdm
7 sdm
Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)
Tabel 2.8. Nilai Gizi
Gizi
Berat
Energi
Protein
Lemak
Hidrat arang
Kalsium
Besi
Vitamin A
Thiamin
Vitamin C
1990 kal
73 gram
84 gram
236 gram
1,2 gram
12,8 mg
10103 SI
0,9 mg
174 mg
Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)
Tabel 2.9. Pemberian Makanan Sehari
Jam pemberian
Jenis makanan
Jumlah
Pagi
Pukul 10.00
Siang dan sore
Beras
Daging
Telur
Sayuran
Pepaya
Margarine
Maezena
Susu
Gula pasir
Susu
Gula pasir
Biskuit
15 gram = 3 sdm
300 gram =1 ½ gelas
50 gram = 1 butir
20 gram = 2 sdm
15 gram = 3 sdm
300 gram = 1 ½ gelas
20 gram = 2 sdm
30 gram = 1 gelas bubur saring
50 gram = 1 gelas bubur saring
50 gram = 1 butir
50 gram = ½ gelas bubur saring
100 gram = ½ gelas bubur saring
10 gram = 1 sdm
15 gram = 3 sdm
100 ml = ½ gelas
10 gram = 1 sdm
200 ml = 1 gelas
10 gram = 1 sdm
20 gram = 2 buah
Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)
Diet Lambung 3
Menu untuk penderita gastritis yang tidak begitu berat/ringan. Bentuk makanan harus lunak dan diberikan enam kali sehari.
Tabel 2.10. Bahan Makanan yang Diberikan Sehari
Bahan makanan
Berat (gram)
URT
Beras
Roti
Maezena
Daging
Telur
Susu
Sayuran
Buah (pepaya)
2 potong
6 sdm
2 potong sedang
2 butir
3 gelas
2 gelas
2 potong sedang
3 ½ sdm
7 sdm
Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)
Tabel 2.11. Nilai Gizi
Gizi
Berat
Energi
Protein
Lemak
Hidrat arang
Kalsium
Besi
Vitamin A
Thiamin
Vitamin C
1921 kal
61 gram
74 gram
257 gram
Margarine
Gula pasir
Maezena
Susu
Gula pasir
Beras
Daging
Sayuran
Pepaya
Margarine
Beras
Daging
Sayuran
Pepaya
Margarine
Maezena
Susu
Gula pasir
Roti
Margarine
Telur
Gula pasir
30 gram = 1 gelas bubur
50 gram =1 butir
50 gram = ½ gelas
5 gram = ½ sdm
10 gram = 1 sdm
15 gram = 3 sdm
300 gram = 1 ½ gelas
25 gram = 2 ½ sdm
30 gram = 1 gelas bubur
50 gram = 1 potong sedang
75 gram = ¾ gelas
100 gram = 1 potong sedang
10 gram = 1 sdm
30 gram = 1 gelas bubur
50 gram = 1 potong sedang
75 gram = ¾ gelas
100 gram = 1 potong sedang
10 gram = 1 sdm
15 gram = 3 sdm
300 ml = 1 ½ gelas
25 gram = 2 ½ sdm
400 ml = 2 potong
10 gram = sdm
50 gram = 1 buah
10 gram = 1 sdm
Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)
Diet Lambung 4
Menu diet ini diberikan pada penderita gastritis ringan. Makanan dapat berbentuk makanan lunak/biasa (tergantung toleransi penderita).
Tabel 2.13. Bahan Makanan yang Diberikan Sehari
Bahan makanan
Berat (gram)
URT
Beras
Maezena
Biskuit
Daging
Telur
Susu
Tempe
Sayuran
Buah (pepaya)
Minyak
2 potong sedang
1 butir
2 gelas
4 potong sedang
2 gelas
2 potong sedang
2 ½ sdm
4 sdm
Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)
Tabel 2.14. Nilai Gizi
Gizi
Berat
Energi
Protein
Lemak
Hidrat arang
Kalsium
Besi
Vitamin A
Thiamin
Vitamin C
2080
74 gram
65 gram
303 gram
0,8 gram
21,3 mg
9055 SI
0,9 mg
132 mg
Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)
Tabel 2.15. Pemberian Makanan Sehari
Jam pemberian
Jenis makanan
Jumlah
Pagi
Susu
Gula pasir
50 gram = 1 gelas tim
50 gram =1 butir
50 gram = ½ gelas
10 gram = 1 sdm
5 gram = ½ sdm
15 gram = 3 sdm
200 gram = 1 gelas
20 gram = 2 sdm
75 gram = 1 ½ gelas tim
50 gram = 1 potong sedang
50 gram = 1 potong sedang
75 gram = ¾ gelas
100 gram = 1 potong sedang
10 gram = 1 sdm
20 gram = 2 biji
200 gram = 1 gelas
10 gram = 1 sdm
Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)
Hubungan antara stres, pola makan dengan peningkatan kekambuhan gastritis
Stres adalah kondisi dinamis dengan rasa tegang dan cemas pada inidividu atau kumpulan individu dikarenakan adanya ketidak seimbangan antara tuntutan dan kemampuan respon yang dihadapkan dengan kesempatan dan pembatas yang diinginkan dengan ditandai oleh ketegangan emosional yang berpengaruh terhadap kondisi mental dan fisik (Kusnadi, 2003)
Gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan preventif dalam mencegah kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan (Uripi, 2002).
Kekambuhan gastritis dapat disebabkan oleh stres dan pola makan yaitu frekuensi makan, jenis, dan jumlah makanan. Pola makan yang baik mencegah kekambuhan gastritis. Pada kasus gastritis, frekuensi makan yang diperbanyak, tapi jumlah makanan yang dimakan tidak banyak. Makan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung. Konsumsi jenis makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan gastritis dan juga stres dapat menyebabkan luka pada saluran pencernaan dan pada
akhirnya kekuatan dinding lambung menurun, tidak jarang kondisi seperti ini meninbulkan luka pada lambung (Uripi, 2002)
Makanan sehat sangat berguna untuk menjaga kesehatan dan mencegah
pnyakit. Pola makan yang salah seperti kelebihan makan atau makan makanan yang
kurang seimbang. Bahkan, kematian akibat penyakit yang timbul karena pola makan
yang salah atau tidak sehat belakangan ini cendrung meningkat. Penyakit akibat pola
makan yang kurang sehat tersebut diantaranya DM, hiperkolosterolemia, penyakit
kanker, penyakit arteri korener, sirroshis, osteoporosis, dan beberapa penyakit
kardiovaskuler. Bahkan dilaporkan bahwa kematian dini dri penyakit-penyakit diatas
50% diantaranya karena pola makan yang salah (Aden, 2010).
Gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur sehingga
lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Pola makan adalah
berbagai informasi yang memberikan gambaran macam dan model bahan
makanan yang dikonsumsi setiap hari (Margatan, 1995). Pola makan terdiri
dari frekuensi makan, jenis makanan. Dengan menu seimbang perlu dimulai
dan dikenal dengan baik sehingga akan terbentuk kebiasaan makan makanan
seimbang dengan dikemudian hari. Pola makan yang baik dan teratur
merupakan salah satu dari penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan
tindakan preventf dalam mencegah kekambuhan gastritis. Penyembuhan
gastritis membutuhkan pengaturan makanan sebagai upaya untuk
memperbaiki kondisi pencernaan (Uripi, 2002), disamping itu gastritis juga
dapat disebabkab oleh stres.
Dalam sebuah jurnal kedokteran, peneliti dari Unversitas Leeds,
mengungkapkan stres dapat mempengaruhi kebiasaan makan seseorang. Saat
stres, orang cenderung makan lebih sedikit, stres juga menyebabkan
perubahan hormonal dalam tubuh dan merangsang produksi asam lambung
Top Related