Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2262
FAKTOR-FAKTOR FUNDAMENTAL AUDITOR DALAM PENENTUAN
PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS PADA PROSES AUDIT
KEUANGAN
Disusun Oleh :
Penulis Pertama:
DIANA YUSUF
MAHASISWA STIE PUTRA PERDANA INDONESIA
Penulis Kedua:
SUMARYO, S.E., M.Ak.
NIDN : 0411087202
STIE PUTRA PERDANA INDONESIA
ABSTRACT
The aim of this research was to get empirical evidence about the fundamental factors
of Auditor ( independence, , knowledge of detecting errors, experience of auditor) on
consideration of materiality level in the auditing process of financial statements. This
research uses causal comparative study with primary data obtained using a
questionnaire. The research sample was auditor on Public Accounting Firm (KAP)
located in Central Jakarta with a simple random sampling technique. Data analysis
was used multiple linear regression, Based on this research, partially, independence
variable has not significant positive effect on considerations of materiality level in the
auditing of financial statements. And knowledge of detecting errors, experienceof
auditor were significant positive effect on considerations of materiality level in the
auditing process of financial statements then simultaneousl variable independence,
knowledge of detecting errors, experienceof auditor were significant positive effect on
considerations of materiality level in the auditing process of financial statements
Keywords : independency, knowledge of detecting errors, experienceof auditor, and
materiality
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2263
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pertimbangan tingkat materialitas sebagai pertimbangan profesional Auditor
yang dipengaruhi persepsi auditor atas kebutuhan pengguna dalam g meletakkan
kepercayaan pada laporan keuangan. Sehingga kesalahan dalam pertimbangan
tingkat materialitas akan berpengaruh terhadap opini auditnya. Konesp kekeliruann
(error) berarti salah saji (misstatement) atau hilangnya jumlah atau pengungkapan
dalam laporan keuangan yang tidak disengaja (SPAP 2011 : paragraf 6). Banyak
kasus terkait pemberian opini yang wajar tanpa pengecualian, akan tetapi
perusahaan mengalami kebangkrutan, dengan demikian dibutuhkan auditor yang
kompeten dalam menjalankan tugasnya. Oleh Karenanya Akuntan publik dalam
menyatakan pendapat harus didukung fakta dan pengungkapan temuan, maka dari
itu akuntan publik harus memiliki sikap indepedensi, pengalaman dan
pengatahuan yang memdai dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan
untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat
diandalkan bagi pihak yang membutuhkan
Hal ini sejalan Standar Profesional Akuntan Publik ,standar umum pertama
mengenai pelatihan dan keahlian audit independen ( IAPI 2011 : SA seksi 210 :
Paragraf 1 & 3) menjelaskan : 1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih
yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor, 3.
Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas
melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Asisten
junior,yang baru masuk kedalam karier auditing harus memperoleh pengalaman
profesionalnya dengan mendapatkan supervise memadai dan review atas
pekerjaannya dari atasannya yang lebih berpengalaman
Berdasarkan, beberapa kasus terakiat akuntan publik, seperti, Kasus PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk akhir tahun 2019, hasil audit laporan keuangan
untuk tahun buku 2018. Auditor telah memberikan persetujuan atas pencatatan
transaksi dengan Mahata senilai US$239,94 juta pada pos pendapatan. Padahal,
belum ada pembayaran yang masuk dari Mahata hingga akhir 2018.. Akibatnya
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2264
Akuntan Publik Kasner Sirumapea dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata,
Sutanto, Fahmi, Bambang, dan Rekan AP Kasner Sirumapea dari Kantor Akuntan
Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang, dan Rekan, diberi sanksi oleh
Kementerian Keuangan karena kelalaian Akuntan Publik (AP) dalam mengaudit
laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tahun 2018.berupa
peringatan tertulis disertai kewajiban untuk melakukan perbaikan terhadap Sistem
Pengendalian Mutu KAP dan dilakukan reviu oleh BDO International Limited
kepada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan.
Kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dililit Gagal bayar perusahaan ini atas
polis produk JS Saving Plan mencapai Rp 12,4 triliun. Kasus PT Kimia Farma
Tbk. atas pelaporan keuangan auditan periode 31 Desember 2001 yang diduga
melakukan manipulasi keuntungan pada laporan keuangan. Pada kasus ini, Kantor
Akuntan Publik Hans, Tuanakotta dan Mustofa (HTM) dianggap melakukan
kesalahan penyajian laba bersih PT Kimia Farma tahun 2001 sebesar RP 132
Miliar yang seharusnya hanya sebesar Rp 99 Miliar. BAPEPAM menyebutkan
bahwa KAP telah mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma sesuai dengan
standar audit yang berlaku, hanya saja gagal dalam mendeteksi kecurangan
tersebut. Selain itu, KAP tidak terbukti membantu manajemen perusahaan dalam
melakukan kecurangan tersebut. Kaasus-kasus diatas . public mempertanyakan
sikap profesional dari akuntan publik sebagai hal yang fundamental, terutama
auditor ketika berhadapan dengan klien, auditor dinilai gagal menjalankan
independensi, pengalaman dan pengetahuan mendeteksi kekeliruan bahkan
kecurangannya.seharusnya dalam mengaudit suatu organisasi, auditor harus
berpedoman pada standar yang telah dibuat dan ditetapkan. Profesi auditor sendiri
tidak luput dari risiko audit yang tinggi. Maka itu, dalam SA Seksi 312 telah
dijelaskan mengenai resiko audit dan materialitas yaitu seksi ini memberikan
panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat
perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar
auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Risiko audit dan materialitas
mempengaruhi penerapan standar auditing, khususnya standar pekerjaan lapangan
dan standar pelaporan, serta tercermin dalam laporan auditor bentuk baku. Risiko
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2265
audit dan materialitas, bersama dengan hal-hal lain, perlu dipertimbangkan dalam
menentukan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil
prosedur tersebut.
Beberapa penelitian mengenai pertimbangan tingkat materialitas, antara lain:
penelitian yang dilakukan Anindy (2015) menyebutkan bahwa pengalaman auditor
berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Kemudian, penelitian
Rudi (2017) menyebutkan bahwa independensi berpengaruh terhadap
pertimbangan tingkat materialitas. Selanjutnya Penelitian Alifah (2016)
menyebutkan bahwa pengetahuan auditor mendeteksi kekeliruan berpengaruh
terhadap petimbangan tingkat materialitas..
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul
“Factor–faktor fundamental Auditor dalam penentuan Pertimbangan
Tingkat Materialitas Pada Proses Audit Keuangan”.
2. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini dibatasi beberapa factor fundemnetal auditor
dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pemeriksaan
laporan keuangan, dengan proxy independensi auditor, pengalaman auditor, dan
pengetahuan auditor mendeteksi kekeliruan. Selanjutnya, penelitian ini dilakukan pada
auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) Jakarta Pusat.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah yang telah diuraikan,
selanjutnya didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh factor fundamental Independensi Auditor dalam
menentukan Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Proses Audit Keuangan?
2. Apakah terdapat pengaruh factor fundamental Pengalaman Auditor dalam
menentukan Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Proses Audit Keuangan?
3. Apakah terdapat pengaruh factor fundamental Pengetahuan Auditor Mendeteksi
Kekeliruan dalam menentukan Pertimbangan Tingkat Materialitas Materialitas
pada Proses Audit Keuangan?
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2266
4. Apakah terdapat pengaruh factor fundamental Independensi, Pengalaman, dan
Pengetahuan Auditor Mendeteksi Kekeliruan dalam menentukan Pertimbangan
Tingkat Materialitas pada Proses Audit Keuangan?
4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan masalah dari
penelitian ini antara lain:
1. Untuk menguji pengaruh factor fundamental Independensi Auditor dalam
menentukan Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Proses Audit
Keuangan?
2. Untuk menguji pengaruh factor fundamental Pengalaman Auditor dalam
menentukan Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Proses Audit
Keuangan?
3. Untuk menguji pengaruh factor fundamental Pengetahuan Auditor
Mendeteksi Kekeliruan dalam menentukan Pertimbangan Tingkat
Materialitas pada Proses Audit Keuangan?
4. Untuk menguji pengaruh factor fundamental Independensi, Pengalaman, dan
Pengetahuan Auditor Mendeteksi Kekeliruan dalam menentukan
Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Proses Audit Keuangan?
B. KAJIAN LITERATUR
1. Independensi Auditor
Arens (2008: 111) berpendapat bahwa independensi independensi dalam fakta, dan
independensi dalam penampilan. Independensi dalam fakta (independence in fact)
terjadi apabila auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap yang tidak bias
sepanjang audit, sedangkan independensi dalam penampilan (independence in
appearance) merupakan hasil dari interprestasi lain atas independensi ini..kemudian
Mulyadi (2002: 26-27) menjelaskan bahwa independensi menitikberatkan pada
sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan
tidak tergantung pada orang lain. Menurut pendapat Mautz dan Sharaf dalam buku
yang ditulis oleh Tuanakotta (2011: 54), menekankan tiga dimensi dari
independensi sebagai berikut: a) Programming Independence adalah kebebasan
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2267
(bebas dari pengendalian atau pengaruh orang lain, misalnya dalam bentuk
pembatasan) untuk memilih teknik dan prosedur audit dan berapa dalamnya teknik
dan prosedur audit itu diterapkan.b) Investigate Independence adalah kebebasan
(seperti telah diartikan) untuk memilih area, kegiatan, hubungan pribadi, dan
kebijakan manajerial yang akan diperiksa. Ini berarti tidak boleh ada sumber
informasi yang legitimate (sah) yang tertutup bagi auditor.c) Reporting
Independence adalah kebebasan untuk menyajikan fakta yang terungkap dari
pemeriksaan atau pemberian rekomendasi atau opini sebagai hasil pemeriksaan.
2. Pengalaman Auditor
a. Definisi Pengalaman Auditor
Menurut Mulyadi (2010: 24) pengalaman auditor merupakan akumulasi
gabungan dari semua yang diperoleh melalui interaksi. Jika seseorang memasuki
karir sebagai akuntan publik, ia harus lebih dulu mencari pengalaman profesi
dibawah pengawasan akuntan senior yang lebih berpengalaman. Disamping itu,
pelatihan teknis yang cukup mempunyai arti pula bahwa akuntan harus mengikuti
perkembangan yang terjadi dalam dunia usaha dan profesinya, agar akuntan yang
baru selesai menempuh pendidikan formalnya dapat segera menjalani pelatihan
teknis dalam profesinya, pemerintah mensyaratkan pengalaman kerja sekurang-
kurangnya tiga tahun sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang audit bagi
akuntan yang ingin memperoleh izin praktek dalam profesi akuntan publik
b. Faktor-faktor Pengalaman Auditor
Menurut Mulyadi (2010: 25) ada tiga faktor dalam pengalaman auditor,
diantaranya adalah :Pelatihan profesi, Pendidikan, Lama kerja.
3. Pengetahuan Auditor Mendeteksi Kekeliruan
Para auditor menemukan berbagai macam kekeliruan yang berasal dari berbagai
jenis kesalahan yang dibuat dalam proses kalkulasi, penghapusan, kesalahpahaman,
kesalahan penerapan standar-standar akuntansi, serta penggelapan dalam
pengikhtisaran dan pemberian keterangan (Agoes dan Hoesada, 2012: 71). Hal ini
sejalan dengan Istilah kekeliruan dijelaskan dalam SA sesi 312 yaitu istilah kekeliruan
berarti salah saji atau penghilangan yang tidak disengaja jumlah atau pengungkapan
dalam laporan keuangan. Kekeliruan mencakup :
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2268
a) Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi sumber
penyusunan laporan keuangan.
b) Estimasi akuntasi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan atau
salah tafsir fakta.
c) Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapan.
Penggunaan yang berdasarkan kemahiran tingkat profesional dengan cermat,
seksama dan ketelitian memungkinkan seorang auditor untuk memperoleh keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan akan bebas dari salah saji yang bersifat material.
Salah saji material dapat terjadi diakibatkan oleh kekeliruan atau kecurangan.
a) Salah saji (misstatement) timbul karena Error atau Fraud,
b) Salah saji dipandang material jika berpengaruh terhadap keputusan yang diambil
users.
4. Proses Pemeriksaan
a. Definisi Pemeriksaan
Arens (2008: 4) mendefinisikan auditing sebagai pengumpulan dan evaluasi
bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian
antara informasi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus
dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Konrath (2002: 5) memberikan definisi audit sebagai suatu proses sistematis untuk
memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi
kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian
antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta
penyampaian hasil-hasil kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
b. Manfaat Pengauditan
Menurut Boynton (2002: 54-55), secara umum audit dapat memberikan
manfaat ekonomi antara lain sebagai berikut:
1) mempermudah suatu perusahaan dalam melakukan akses ke pasar modal,
2) menekan atau meminimalisir biaya modal terkait dengan persyaratan suku
bunga yang lebih rendah,
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2269
3) meminimalisir terjadinya tindak kecurangan (fraud) dari pihak-pihak yang
berkepentingan,
4) serta dapat meningkatkan pengendalian dan operasional karena adanya
saran yang diberikan auditor kepada klien.
5. Pertimbangan Tingkat Materialitas
a. Definisi Materialitas
Mulyadi (2002: 158) menerangkan definisi materialitas sebagai besaran nilai
yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan
yang melingkupinya, dapat berpengaruh terhadap pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan
atau salah saji.
Arens (2008: 71) berpendapat bahwa materialitas merupakan suatu
pertimbangan penting dalam menentukan jenis laporan yang tepat untuk diterbitkan
dalam situasi tertentu. Financial Accounting Standard Board mendifinisikan
materialitas (materiality) sebagai besarnya penghapusan atau salah saji informasi
keuangan yang, dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan
seorang yang bijaksana yang mengandalkan informasi tersebut mungkin akan
berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut.
b. Konsep Materialitas
Boynton (2002: 330-331) menjelaskan materialitas pada dua tingkatan yaitu :
1) Tingkat Laporan Keuangan
Materialitas laporan keuangan merupakan salah saji agregat minimum
dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting untuk mencegah laporan
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Dalam membuat suatu pertimbangan pendahulu mengenai materialitas,
auditor mula-mula menentukan tingkat agregat (keseluruhan) materialitas
untuk setiap laporan keuangan.
2) Tingkat Saldo Akun
Materialitas saldo akun merupakan salah saji minimum yang dapat
muncul dalam suatu saldo akun hingga dianggap mengandung salah saji
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2270
material. Menurut Arens (2008) terdapat lima langkah yang diikuti auditor
dalam menerapkan materialitas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Menetapkan pertimbangan pendahulu tentang materialitas,
b) Mengalokasikan pertimbangan pendahulu tentang materialitas ke
segmen-segmen,
c) Mengestimasi total salah saji dalam segmen,
d) Mempersiapkan salah saji gabungan,
e) Serta membandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan
pendahulu tentang materialitas.
Arens (2008) menjelaskan bahwa terdapat tiga tingkatan dalam materialitas
yang digunakan untuk menentukan jenis pendapat auditor: a) Jumlahnya tidak
material,b) jumlahnya material tetapi tidak memperburuk laporan keuangan secara
keseluruhan,c)dan jumlahnya sangat material sehingga kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan diragukan
Terdapat empat konsep materialitas antara lain adalah “overall” materiality,
“overal” performance materiality, “specific” materiality dan “specific”
performance materiality (Theodorus 2014: 167).
6. Kerangka Pemikiran
Standar PSA mengharuskan para auditor agar bersikap independen. Artinya,
auditor tidak mudah dipengaruhi atau diubah kepentingannya karena auditor
melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian, auditor
tidak dibenarkan untuk memihak kepada kepentingan siapa pun selain untuk hal yang
benar.
Penelitian tentang independensi terhadap pertimbangan tingkat telat dilakukan
oleh Alifah (2016) yang menemukan hasil bahwa Independensi auditor berpengaruh
signifikan berkorelasi positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas pada Kantor
Akuntan Publik, dengan penjelasan sehingga semakin tinggi independensi auditor,
maka semakin baik pertimbangan tingkat materialitas yang akan diambil. Hasil
penelitian ini didukung oleh adanya penelitian yang dilakukan oleh Putu dkk (2014)
yang menyatakan bahwa Independensi auditor mempunyai pengaruh yang signifikan
dan berkorelasi positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2271
laporan keuangan. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini berpengaruh
secara positif, artinya semakin tinggi independensi yang dimiliki oleh seorang auditor,
maka semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitas yang dihasilkan auditor
dalam proses audit. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan hipotesis (H1), yaitu:
independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat
materialitas.
Pengalaman auditor dalam penelitian ini merupakan pengalaman yang dimiliki
seorang auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya
waktu menjadi seorang auditor, banyaknya penugasan selama menjadi auditor dan
pengetahuan dari kesalahan pelaporan keuangan dengan sudut pandang objektivitas
audit dan siklus transaksi. Selanjutnya, Arens (2008) menegaskan bahwa materialitas
merupakan sebuah konsep yang bersifat relatif ketimbang absolut dan didasari oleh
pertimbangan professional dalam penerapannya.
Penelitian yang dilakukan Hendra (2013) dan Rudi (2017) menyebutkan bahwa
pengalaman auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat
materialitas. Penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Novanda (2012) dan Anindy (2015) yang menyebutkan bahwa pengalaman auditor
berpengaruh dominan/signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Oleh
karena itu, semakin berpengalaman seorang auditor, maka semakin akurat
pertimbangan professional yang dilakukan auditor pada penentuan tingkat materialitas
dalam proses audit laporan keuangan. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan hipotesis
(H2), yaitu: pengalaman auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat
materialitas.
Auditor sangat bertanggung jawab atas pengauditan bagi suatu organisasi.
Auditor dituntut agar selalu menjalankan pekerjaan dengan profesional dan
berkompeten. Salah satu pekerjaan yang dituntut kepada auditor adalah kemampuan
auditor dalam mendeteksi kekeliruan ataupun kecurangan. Kekeliruan adalah salah
saji yang sifatnya tidak disengaja.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arleen dan Yulius (2009)
menyatakan bahwa tingkat pengetahuan akuntan publik dalam mendeteksi kekeliruan
berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hasil
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2272
penelitian ini juga didukung oleh penelitian dari Ni Made dkk (2013) yang juga
menyatakan bahwa pengetahuan mendeteksi kekeliruan auditor berpengaruh secara
signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Penelitian yang sama tentang
pengetahuan mendeteksi kekeliruan pada auditor diteliti oleh Reza dan Dul (2013)
dan memberikan hasil bahwa pengetahuan mendeteksi kekeliruan auditor berpengaruh
positif secara signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hasil ini
mengandung pengertian bahwa semakin baik pengetahuan akuntan publik dalam
mendeteksi kekeliruan maka pertimbangan tingkat materialitas akuntan publik dalam
laporan keuangan akan semakin tepat.
Dari hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hipotesis
(H3), yaitu: pengetahuan auditor berpengaruh signifikan terhadap
pertimbangan tingkat materialitas.
Paradigma penelitian berisikan kerangka berpikir sebagai cara pandang penelti
atas variable diteliti (lihat gambar 1.1 dibawah ini:
Gambar 1.1 paradigama penelitian
7. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Rudi
Prasetya
Pengaruh Independensi Auditor,
Pengalaman Auditor, Struktur
Independensi berpengaruh
signifikan terhadap
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2273
Timur
(2017)
Audit, dan Kualitas Audit
terhadap Pertimbangan Tingkat
Materialitas pada Proses
Pengauditan Laporan Keuangan
(Studi Empiris pada Kantor
Akuntan Publik di DIY)
pertimbangan tingkat
materialitas. Sedangkan
pengalaman auditor tidak
berpengaruh terhadap
pertimbangan tingkat
materialitas.
2. Alifah
Gandis
Indrayati
(2016)
Pengaruh Profesionalisme, Etika
Profesi, Pengetahuan
Mendeteksi Kekeliruan dan
Independensi terhadap
Pertimbangan Tingkat
Materialitas (Studi Empiris pada
Akuntan Publik Jakarta)
Secara parsial pengetahuan
mendeteksi kekeliruan dan
independensi berpengaruh
positif terhadap
pertimbangan tingkat
materialitas
3. Anindy
Mugia
Lestari
(2015)
Pengaruh Profesionalisme,
Etika, Pengalaman, Pengetahuan
dan Kualitas Audit terhadap
Pertimbangan Tingkat
Materialitas Akuntan Publik
(Studi Empiris pada Akuntan
Publik Surabaya)
Pengalaman dan
pengetahuan berpengaruh
secara signifikan terhadap
pertimbangan tingkat
materialitas akuntan publik
4. Delasuci
Novera
dkk (2019)
Pengaruh Profesionalisme
Auditor, Pengalaman Auditor,
Pengetahuan Auditor
Mendeteksi Kekeliruan dan
Professional Ethics terhadap
Pertimbangan Tingkat
Materialitas dalam Audit
Laporan Keuangan (Studi Kasus
pada Kantor Akuntan Publik
Kota Medan)
Pengalaman auditor
berpengaruh positif terhadap
pertimbangan tingkat
materialitas. Sedangkan
pengetahuan auditor
mendeteksi kekeliruan
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap
pertimbangan tingkat
materialitas
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2274
5. Ni Made
Ayu
Lestari,
I Made
Karya
Utama
(2013)
Pengaruh Profesionalisme,
Pengetahuan Mendeteksi
Kekeliruan, Pengalaman, Etika
Profesi pada Pertimbangan
Tingkat Materialitas (Studi
Empiris pada Kantor Akuntan
Publik di Bali)
Pengetahuan auditor
mendeteksi kekeliruan
berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat
materialitas. Sedangkan
pengalaman auditor tidak
berpengaruh terhadap
pertimbangan tingkat
materialitas
6.
Putu
Indira
Yunitasari,
Made
Pradana
Adiputra,
Edy
Sujana
(2014)
Pengaruh Professional
Judgement Auditor,
Independensi dan Pengalaman
Kerja terhadap Pertimbangan
Tingkat Materialitas dalam
Proses Audit Laporan Keuangan
(Studi Kasus Pada BPKP
Perwakilan Provinsi Bali)
Independensi dan
pengalaman auditor
berpengaruh positif terhadap
pertimbangan tingkat
materialitas dalam proses
audit laporan keuangan
C. METODELOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah data kuantitatif dengan jumlah responden yang menjawab
kuesioner.
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah Data primer dalam penelitian ini
meliputi jawaban responden melalui penyebaran kuesioneratas pertanyaan tentang
independensi. pengalaman auditor dan pegetahuan dalam mendeteksi kekliuran
terhadap pertimbangan dalam penentuan tingkat materialitas.
2. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui survei denganmenggunakan kuesioner.
Metode survei ini merupakan teknik untuk memperoleh data primer dengan cara
menyebarkan kuesioner dalam bentuk pernyataan tertulis.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2275
a. Populasi
Menurut Sugiyono (2018: 91), populasi merupakan wilayah generalisasi yang
terdiri dari obyek atau subjek yang mempunyai populasi dalam penelitian ini
adalah KAP wilayah Jakarta Pusat, pada tahun 2019 terdapat 60 KAP yang terletak
di Jakarta Pusat yang terdaftar dalam Directory Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI).
b. Sampel
Metode Purposive Sampling dengan jumlah 26 auditor. Metode Purposive
Sampling adalah metode pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Teknik ini ditentukan untuk memilih anggota sampel secara khusus berdasarkan
tujuan penelitian dan kesesuaian kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti
(Sugiyono, 2018: 96). Berikut syarat sampel penelitian ini yaitu:
1) Auditor yang bekerja di KAP Jakarta Pusat sesuai dengan Directory Kantor
Akuntan Publik 2019 yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI), yang mempunyai Nomor Register Ak dan pernah
melaksanakan pekerjaan di bidang auditing.
2) Auditor yang menempati posisi Junior dan Senior dengan jenjang
pendidikan Strata Satu (S1).
4. Operasional Variabel Penelitian
Tabel 3.1
Indikator Instrumen dan Skala Pengukuran Item Pernyataan
Variabel Dimensi Indikator Skala Ref.
Pertimbangan
Tingkat
Materialitas
(Y)
Pertimbangan
tingkat materialitas
dapat
mempengaruhi
keputusan para
pemakai informasi
a) Seberapa Penting
Tingkat Materialitas
b) Pengetahuan
Tentang Tingkat
Materialitas
c) Risiko Audit
d) Tingkat Materialitas
Antar Perusahaan
e) Urutan Tingkat
Materialitas dalam
Rencana Audit
Ordinal
Shinta
Utami
(2016)
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2276
Independensi
Auditor
(X1)
Mautz dan Sharaf
dalam buku yang
ditulis oleh
Tuanakotta
(2011 : 54),
menekankan tiga
dimensi dari
independensi
a) Independensi dalam
program audit;
b) Independensi dalam
verifikasi;
c) Independensi dalam
pelaporan.
Ordinal Rudi
(2017)
Pengalaman
Auditor
(X2)
Tubbs (2008:797)
menyatakan bahwa
auditor yang
mempunyai
pengalaman audit
lebih banyak akan
menemukan
kesalahan lebih
banyak dan item-
item kesalahan
yang dilakukan
lebih kecil
dibandingkan
dengan auditor
yang mempunyai
pengalaman yang
lebih sedikit.
a) Auditor sadar
terhadap lebih
banyak kekeliruan;
b) Auditor memiliki
salah pengertian
yang lebih sedikit
tentang kekeliruan;
c) Auditor menjadi
sadar mengenai
kekeliruan yang
tidak lazim;
d) Auditor dapat
meminimalisir
kesalahan yang
menonjol secara
relatif
Ordinal Rudi
(2017)
Pengetahuan
Auditor
Mendeteksi
Kekeliruan
(X3)
Tingkat
pemahaman atau
wawasan yang
dimiliki auditor
untuk menemukan
atau menentukan
keberadaan suatu
kesalahan dalam
laporan keuangan
a) Berkompeten Audit
b) Kemampuan
Mendeteksi
Kekeliruan
c) Kemampuan
Berfikir Lebih Baik
d) Pelatihan dan
Pendidikan
e) Penyelesaian
masalah
Ordinal
Shinta
Utami
(2016)
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2277
5. Teknik Analisis Data
a. Uji Statistik
1) Uji Kualitas Data
a) Uji Validitas
Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur benar-benar menguji apa yang perlu diukur. Dalam penelitian ini
uji validitas digunakan untuk mengukur berapa sah atau valid tidaknya
suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pernyataan pada
kuisioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner
tersebut (Ghozali, 2016: 52) adapauan instrumen menggunakan pearson
correlation dengan cara menghitung korelasi antara nilai masing – masing
butir pertanyaan dengan total nilai, dikatakan valid jika nilai signifikan
lebih kecil dari 0,05 (Ghazali, 2016: 55).
b) Uji Reliabilitas
“Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban dari
responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu” (Ghozali, 2016: 47). Pengujian reliabilitas dengan teknik Cronbach
Alpha yaitu pengujian yang paling umum. digunakan. “suatu variabel
dikatakan reliabel jika menunjukkan nilai Cronbach Alpha lebih besar
daripada 0,70” menurut pendapat (Nunnally, 1994 dalam Ghozali, 2016:
48).
c) Uji Normalitas
Uji Normalitas.” uji One Sample Kolmogorov Smrnov. Dengan angka
5%, uji multikolinearitas, dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya
variance inflation factor (VIF). nilai Tolerance ≥ 0,10 atau sama dengan
nilai VIF ≤ 10 (Ghozali, 2016: 104-105). Uji Autokorelasi, Uji ini bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
problem autokorelasi (Ghozali, 2016: 107). 4) Uji Heteroskedastisitas,Uji
heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2278
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan
ke pengamatan lain tetap disebut homokedastisitas. Sedangkan untuk
varians yang berbeda disebut dengan heteroskedastisitas menggunakan uji
Glejser. Nilai signifikansi dengan absolute regresi sebagai variabel
dependen harus ≥ 0,05, menunjukkan bahwa model regresi tidak
mengandung adanya heteroskedastisitas (Ghozali, 2013: 139-142).
d) Uji Regresi Berganda
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
linear berganda, Adapun model regresi linear berganda pada penelitian ini
sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3
Keterangan:
Y : pertimbangan tingkat materialitas
a : konstanta
b1, b2, b3 : koefisien regresi
X1 : independensi auditor
X2 : pengalaman Auditor
X3 : Pengetahuan Auditor Mendeteksi Kekeliruan
2) Uji Statistik T
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas (independen) secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Uji t mempunyai nilai signifikansi α = 5%. Kriteria
pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik t adalah jika nilai
signifikan t (p-value) < 0,05, maka hipotesis alternatif diterima, yang
menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual dan signifikan
mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2016: 97).
3) Uji Statistik F
Uji statistik F mengukur goodness of fit, yaitu ketepatan fungsi regresi
sampel dalam menaksir nilai aktual. Jika nilai signifikansi F < 0,05, maka
model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel independen. Uji
statistik F juga menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2279
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen. Uji statistik F mempunyai signifikansi 0,05
(Ghozali, 2016). Kriteria pengujian hipotesis dengan menggunakan statistik F
adalah jika nilai signifikansi F < 0,05, maka hipotesis alternatif diterima, yang
menyatakan bahwa semua variabel independen secara simultan dan signifikan
mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2016: 96).
4) Uji Koefisien Determinasi
Menurut Ghozali (2016: 95), uji koefisien determinasi bertujuan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Nilai R2 yang kecil menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas.
D. ANALISIS HASIL PENELITIAN
1. Profil Obyek dan Waktu Penelitian
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara
langsung seperti dengan cara mendatangi langsung responden yang bekerja pada KAP
di wilayah Jakarta Pusat dan terdaftar dalam Directory Kantor Akuntan Publik 2019
yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Penyebaran dan
pengembalian kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 29 November 2019 hingga 13
Desember 2019.
Peneliti mengambil sebanyak 3 KAP dari seluruh KAP yang berada di Wilayah
Jakarta Pusat. Peneliti melakukan distribusi kuisioner kepada 30 auditor yang menjadi
sampel dalam penelitian. Selanjutnya, dari 30 kuisioner tersebut, 28 diantaranya
kembali dengan kondisi terisi, sedangkan dua diantaranya tidak diisikan. Kemudian,
terdapat dua kuisioner yang tidak dapat dilakukan olah data lebih lanjut karena
kuisioner tersebut tidak lengkap. Pada akhirnya, dari 30 kuisioner yang didistribusikan
26 kuisioner diantaranya dapat digunakan dalam pengolahan data, sedangkan empat
kuisioner lainnya tidak dapat digunakan dalam pengolahan data. Ringkasan distribusi
kuisioner dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2 berikut :
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2280
Tabel 4.1
Data Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah
Kuisioner didistribusikan 30
Kuisioner Kembali 28
Kuisioner tidak dapat digunakan dalam penelitian (2)
Kuisioner dapat digunakan dalam penelitian 26
Sumber: Data primer diolah
2. Deskrip Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Hasil Uji validitas diukur dengan menggunakan pearson correlation, dikatakan
valid jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 . Tabel berikut menunjukan
hasil uji validitas dari empat variabel yang digunakan.
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Independensi Auditor
Nomor Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig (2-Tailed) Keterangan
1 (Ind1) 0,528** 0,006 Valid
2 (Ind2) 0,757** 0,000 Valid
3 (Ind3) 0,677** 0,000 Valid
4 (Ind4) 0,638** 0,000 Valid
5 (Ind5) 0,712** 0,000 Valid
6 (Ind6) 0,705** 0,000 Valid
7 (Ind7) 0,829** 0,000 Valid
8 (Ind8) 0,555** 0,003 Valid
Sumber: Data Primer diolah
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai signifikan (2-Tailed) untuk masing-
masing item pernyataan lebih kecil dari 0,05, Sehingga dapat ditarik
kesimpulan item-item dari pernyataan tersebut dinyatakan valid serta dapat
digunakan sebagai instrumen pengambilan data.
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Pengalaman Auditor
Nomor Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig (2-Tailed) Keterangan
9 (Peng1) 0,944** 0,000 Valid
10 (Peng2) 0,788** 0,000 Valid
11 (Peng3) 0,893** 0,000 Valid
12 (Peng4) 0,760** 0,000 Valid
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2281
Sumber: Data primer diolah
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai signifikan (2-Tailed) untuk masing-
masing item pernyataan lebih kecil dari 0,05, Sehingga dapat ditarik
kesimpulan item-item dari pernyataan tersebut dinyatakan valid serta dapat
digunakan sebagai instrumen pengambilan data.
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Pengetahuan Auditor Mendeteksi Kekeliruan
Nomor Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig (2-Tailed) Keterangan
13 (PMK1) 0,813** 0,000 Valid
14 (PMK2) 0,777** 0,000 Valid
15 (PMK3) 0,533** 0,005 Valid
16 (PMK4) 0,860** 0,000 Valid
17 (PMK5) 0,806** 0,000 Valid
18 (PMK6) 0,617** 0,001 Valid
17 (PMK7) 0,795** 0,000 Valid
20 (PMK8) 0,679** 0,000 Valid
21 (PMK9) 0,669** 0,000 Valid
22 (PMK10) 0,708** 0,000 Valid
Sumber: Data Primer diolah
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai signifikan (2-Tailed) untuk masing-
masing item pernyataan lebih kecil dari 0,05, Sehingga dapat ditarik
kesimpulan item-item dari pernyataan tersebut dinyatakan valid serta dapat
digunakan sebagai instrumen pengambilan data.
Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas Pertimbangan Tingkat Materialitas
Nomor Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig (2-Tailed) Keterangan
23 (TM1) 0,832** 0,000 Valid
24 (TM2) 0,516** 0,007 Valid
25 (TM3) 0,497** 0,010 Valid
26 (TM4) 0,580** 0,002 Valid
27 (TM5) 0,507** 0,008 Valid
28 (TM6) 0,689** 0,000 Valid
29 (TM7) 0,510** 0,008 Valid
30 (TM8) 0,536** 0,005 Valid
31 (TM9) 0,538** 0,005 Valid
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2282
32 (TM10) 0,621** 0,001 Valid
33 (TM11) 0,810** 0,000 Valid
34 (TM12) 0,610** 0,001 Valid
Sumber: Data primer diolah
3. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dengan nilai Cronbach Alpha lebih besar daripada 0,70. Tabel 4.13
menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk empat variabel penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini.
Tabel 4.13
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Nilai
Alpha
Keterangan
Independensi Auditor 0,813 Reliabel
Pengalaman Auditor 0,865 Reliabel
Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan 0,895 Reliabel
Pertimbangan Tingkat Materilaitas 0,842 Reliabel
Sumber: Data primer diolah
4. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas. dinyatakan normal jika nilai signifikan > 0,05.
Tabel 4.14
Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 26
Test Statistic ,128
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
Sumber: Data primer diolah..
b. Uji Multikolonieritas
Hasil pengujian multikolonieritas dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut.
Tabel 4.15
Hasil Uji Multikolonieritas
Variabel Tolerance VIF
Independensi Auditor 0,947 1,056
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2283
Pengalaman Auditor 0,877 1,140
Pengetahuan Auditor Mendeteksi
Kekeliruan 0,924 1,082
Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan tabel 4.15, Hasil perhitungan tersebut mencerminkan bahwa tidak
terjadi multikolonieritas dan model regresi layak digunakan, hal ini dikarenakan
nilai tolerance hitung menunjukkan lebih dari 0,10 dan nilai VIF hitung
menunjukkan kurang dari 10.
c. Uji Autokorelasi
Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut.
Tabel 4.16
Hasil Uji Autokorelasi (Uji Durbin-Watson/DW test)
Sumber Data primer diolah
Berdasarkan tabel 4.16 nilai Durbin-Watson sebesar 2,341 dengan nilai dL =
1.1432 dan dU = 1.6523 yang diperoleh dari tabel Durbin-Watson nilai
signifikansi 5% dengan jumlah sampel 26 (n) dan jumlah variabel independen
(k=3). Sehingga nilai ini terletak pada dU < DW < 4-dU yaitu 1,6523 < 2,341 <
2,3477 maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi
autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Penelitian ini menggunakan uji Glejser pada uji Glejser nilai signifikansi pada
uji t harus bernilai lebih dari 0,05 Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat
dilihat pada tabel 4.17 berikut.
Tabel 4.17
Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser)
Variabel Sig. Keterangan
Independensi Auditor 0,514 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Pengalaman Auditor 0,390 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Pengetahuan Auditor
Mendeteksi Kekeliruan 0,937 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Model dL Du DW 4-Du Keterangan
1 1,1432 1,6523 2,341 2,3477 Tidak terdapat
autokorelasi
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2284
Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan tabel 4.17 nilai signifikansi dari variabel Independensi Auditor
sebesar 0,514, Pengalaman Auditor sebesar 0,390, dan Pengetahuan Auditor
Mendeteksi Kekeliruan sebesar 0,937. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai
signifikansi pada uji t bernilai lebih dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa model regresi tidak terjadi masalah heteroskedastisitas atau bersifat
homogen.
5. Analisis Hasil Penelitian
a. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Tabel 4.18
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 7,426 8,704
Ind ,153 ,171 ,132
Peng ,991 ,359 ,423
PMK ,478 ,154 ,463
a. Dependent Variable: TM
Sumber: Output SPSS 25
Berdasarkan tabel 4.18 maka dapat dirumuskan persamaan regresi linear
berganda sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e
Y = 7,426 + 0,153Ind + 0,991Peng + 0,478PMK
Dari persamaan diatas, menunjukkan bahwa:
1. Konstanta sebesar 7,426 menyatakan bahwa apabila semua variabel
independen (Independensi Auditor, Pengalaman Auditor, dan
Pengetahuan Auditor Mendeteksi kekeliruan) dianggap konstan (bernilai
0), maka Pertimbangan Tingkat Materialitas sebesar 7,426.
2. Koefesien regresi untuk variabel Independensi Auditor sebesar 0,153
menyatakan bahwa setiap peningkatan variabel Independensi Auditor
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2285
sebesar satu satuan maka akan menaikkan Pertimbangan Tingkat
Materialitas sebesar 0,153 dengan asumsi variabel lain tetap.
3. Koefesien regresi untuk variabel Pengalaman Auditor sebesar 0,991
menyatakan bahwa setiap peningkatan variabel Pengalaman Auditor
sebesar satu satuan maka akan menaikkan Pertimbangan Tingkat
Materialitas sebesar 0,991 dengan asumsi variabel lain tetap.
4. Koefesien regresi untuk variabel Pengetahuan Auditor Mendeteksi
Kekeliruan sebesar 0,478 menyatakan bahwa setiap peningkatan variabel
Pengetahuan Auditor Mendeteksi Kekeliruan sebesar satu satuan maka
akan menaikkan Perimbangan Tingkat Materialitas sebesar 0,478 dengan
asumsi variabel lain tetap.
Hasil pengujian signifikansi stastistik t dapat dilihat pada tabel 4.19
berikut.
Tabel 4.19
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 7,426 8,704 ,853 ,403
Ind ,153 ,171 ,132 ,896 ,380
Peng ,991 ,359 ,423 2,763 ,011
PMK ,478 ,154 ,463 3,102 ,005
a. Dependent Variable: TM
Sumber: Output SPSS 25
Berdasarkan hasil uji statistik t pada tabel 4.19 dapat dijelaskan:
1. Variabel Independensi Auditor memiliki nilai signifikan 0,380. Karena
nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Independensi Auditor tidak berpengaruh
signifikan terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas.
2. Variabel Pengalaman Auditor memiliki nilai signifikan 0,011. Karena
nilai signifikan < 0,05 maka hipotesis diterima sehingga dapat
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2286
disimpulkan variabel Pengalaman Auditor berpengaruh signifikan
terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas.
3. Variabel Pengetahuan Auditor Mendeteksi Kekeliruan memiliki nilai
signifikan 0,005. Karena nilai signifikan < 0,05 maka hipotesis diterima
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Pengetahuan Auditor
Mendeteksi Kekeliruan berpengaruh signifikan terhadap Pertimbangan
Tingkat Materialitas.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen (Independensi Auditor, Pengalaman Auditor, dan Pengetahuan
Auditor Mendeteksi Kekeliruan) mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen (Pertimbangan Tingkat Materialitas). Kriteria
pengujian hipotesis adalah jika nilai signifikansi F < 0,05, maka hipotesis
alternatif diterima, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara
simultan dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Hasil perhitungan
uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut.
Tabel 4.20
Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regressio
n
288,170 3 96,057 8,861 ,000b
Residual 238,484 22 10,840
Total 526,654 25
a. Dependent Variable: Tingkat Materialitas (Y)
b. Predictors: (Constant), Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan (X3),
Independensi (X1), Pengalaman (X2)
Sumber: Output SPSS 25
Berdasarkan hasil uji F pada tabel 4.20 diperoleh nilai signifikan F sebesar
0,000. Karena nilai signifikan F < 0,05 maka hipotesis diterima. Dengan
demikian variabel Independensi Auditor, Pengalaman Auditor, dan
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2287
Pengetahuan Auditor Mendeteksi Kekeliruan secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas.
c. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil
pengujian koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.21 berikut.
Tabel 4.21
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
1 ,740a ,547 ,485
a. Predictors: (Constant), PMK, Peng, Ind
b. Dependent Variable: TM
Sumber: Output SPSS 25
Tabel 4.18 menunjukkan bahwa variasi variabel Independensi Auditor,
Pengalaman Auditor dan Pengetahuan Auditor Mendeteksi Kekeliruan hanya
dapat menjelaskan 48,5% variasi Pertimbangan Tingkat Materialitas.
Sedangkan sisanya sebesar 51,5% dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar
model, seperti profesionalisme, etika profesi, dan kualitas audit.
6. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan pengaruh factor fundemntal
(independensi Auditor, Pengalaman Auditor dan Pengetahuan Auditor Mendeteksi
Kekeliruan) dalam menentukan Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Proses
audit Keuangan. Berikut ini adalah pembahasan dari masing-masing variabel yang
terkait dalam penelitian ini:
1. Pengaruh factor fundamental Independensi Auditor dalam menentukan
Pertimbangan Tingkat Materialitas
Hasil uji statistik t diketahui bahwa variabel Independensi Auditor., nilai
signifikan 0,380, nilai signifikan ini lebih besar dari signifikan 0,05. Hasil ini
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2288
menunjukan bahwa, auditor (sebagian besar auditor junior) belum memegang
teguh independensi dalam menghasilkan pertimbangan materialitas yang baik
sehingga penentuan pertimbangan auditor tersebut mudah terinpeksi pihak lain
dalam menetapkan tingkat materialitas laporan keuangan suatu entitas dan terdapat
konflik kepentingan yang belum terselesaikan terkait dengan entitas tersebut.
Auditor junior belum fokus ketika melakukan pengumpulan dan pengevaluasian
bukti sehingga temuan audit belum sesuai dengan kondisinya lapangan yang dapat
menunjang keputusan auditor dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas
maka opini yang dihasilkan belum pasti baik dan tidak terbebas dari inforamsi
yang belum benar bagi para pengguna laporan keuangan dan Juniotr Auditor
ketika melakukan penugasan audit belum mendapatkan supervisi yang maksimal
dari auditor senior, sebagaiaman yang di kehendaki dengan standar umum
pertama dari standar profesioanal akuntansi public (SPAP). Padahal sikap
independensi memang sangat dibutuhkan oleh auditor. Keadaan seringkali
mengganggu Independensi Auditor, karena auditor dibayar klien atas jasanya.
Sebagai penjual jasa auditor cenderung memenuhi keinginan klien karena auditor
menerima fasilitas dari klien dan memiliki hubungan yang baik dengan klien.
Persaingan antar Kantor Akuntan Publik bisa jadi pemicu kurangnya Independensi
Auditor, sehingga auditor rentan mengikuti kemauan dari klien agar tidak
kehilangan pendapatannya.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh alifah
(2016) dan Putu dkk (2014) yang menunjukkan bahwa Independensi Auditor
berpengaruh signifikan berkorelasi positif terhadap Pertimbangan Tingkat
Materialitas, artinya semakin tinggi independensi yang dimiliki seorang auditor,
maka Pertimbangan Tingkat Materialitasnya semakin baik.
2. Pengaruh factor fundamental Pengalaman Auditor dalam menentukan
Pertimbangan Tingkat Materialitas
Hasil uji statistik t, bahwa variabel Pengalaman Auditor menunjukkan nilai
signifikan 0,011, nilai signifikan ini lebih kecil dari signifikan 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa Pengalaman Auditor berpengaruh signifikan terhadap
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2289
Pertimbangan Tingkat Materialitas. Auditor yang mempunyai pengalaman yang
berbeda, akan berbeda pula dalam memandang dan menanggapi informasi yang
diperoleh selama melakukan pemeriksaan dan juga dalam memberi kesimpulan
audit terhadap obyek yang diperiksa berupa pemberian pendapat. Semakin banyak
pengalaman seorang auditor, baik junior auditor maupun seniot audit dalam
penugasan audit maka Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam laporan keuangan
perusahaan akan semakin akurat.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alifah
(2016) dan Putu dkk (2014) yang menunjukkan bahwa Independensi Auditor
berpengaruh signifikan berkorelasi positif terhadap Pertimbangan Tingkat
Materialitas, artinya semakin tinggi independensi yang dimiliki seorang auditor,
maka Pertimbangan Tingkat Materialitasnya semakin baik.
3. Pengaruh factor fundamental Pengetahuan Auditor Mendeteksi
Kekeliruan dalam menentukan Pertimbangan Tingkat Materialitas
Hasil uji statistik t, diketahui bahwa variabel Pengetahuan Auditor Mendeteksi
Kekeliruan menunjukkan nilai signifikan 0,005, dimana nilai signifikan tersebut
lebih kecil dari taraf signifikan 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Pengetahuan
Auditor Mendeteksi Kekeliruan berpengaruh signifikan terhadap Pertimbangan
Tingkat Materialitas Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan berkaitan dengan
bagaimana seorang auditor dapat mengetahui cara mendeteksi kekeliruan sesuai
pentahapan dalam menentukan tingkat materialist maka kekeliruan berbeda dengan
kecurangan dapat diminimlissai . Kekeliruan lebih ditekankan pada salah saji pada
laporan keuangan seperti kelirunya nilai entitas yang dicantumkan pada laporan
keuangan. Tentunya pengetahuan mendeteksi kekeliruan sangat berpengaruh pada
Pertimbangan Tingkat Materialitas. Jika auditor tidak mengetahui mendeteksi
kekeliruan, kemungkinan auditor tidak akan tahu apakah kekeliruan itu bersifat
material atau tidak.
Hasil penelitian ini sejalan penelitian yang dilakukan oleh Arleen dan Yulius
(2009), Ni made dkk (2013), serta Reza dan Dul (2013) yang menunjukkan bahwa
Pengetahuan Auditor Mendeteksi Kekeliruan berpengaruh secara signifikan
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2290
terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Artinya semakin baik Pengetahuan
Auditor dalam Mendeteksi Kekeliruan maka Pertimbangan Tingkat Materialitas
Auditor dalam laporan keuangan akan semakin tepat.
4. Pengaruh factor fundamental Independensi Auditor, Pengalaman
Auditor, dan Pengetahuan Auditor Mendeteksi Kekeliruan dalam
menentukkan Pertimbangan Tingkat Materialitas
Berdasarkan hasil uji statistik F pada tabel 4.20 diketahui bahwa variabel
Independensi Auditor, Pengalaman Auditor dan Pengetahuan Auditor Mendeteksi
Kekeliruan menunjukkan nilai signifikan 0,000, dimana nilai signifikan tersebut
lebih kecil dari taraf signifikan α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
Independensi Auditor, Pengalaman Auditor dan Pengetahuan Auditor Mendeteksi
Kekeliruan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen yaitu Pertimbangan Tingkat Materialitas.Ketika seorang junior auditor
yang bertugas melakukan audit mendapat pengawasan atau supervisi yang baik
dari seorang profesional serta didukung dengan pengetahuan dan kepatuhan
terhadap standar, kebijakan, maupun aturan yang berlaku, maka secara otomatis
junior auditor akan bersikap independensi baik secara penampilan maupun fakta,
dan pada akhirnya akan menghasilkan pertimbangan tingkat materialitas dengan
semestinya. Dengan kata lain konsep materialitas akan dinilai secara relatif
dibandingkan dengan absolut.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:
a) Factor fundamdental Independensi Auditor tidak berpengaruh signifikan
terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Proses Pengauditan Laporan
Keuangan.
b) Factor fundamental Pengalaman Auditor berpengaruh signifikan terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Proses Pengauditan Laporan Keuangan
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2291
c) Factor fundamental Pengetahuan Auditor Mendeteksi Kekeliruan berpengaruh
signifikan terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Proses Pengauditan
Laporan Keuangan
d) Factor fundamental Independensi Auditor, Pengalaman Auditor, dan
Pengetahuan Auditor Mendeteksi Kekeliruan berpengaruh signifikan terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas pada Proses Pengauditan Laporan
Keuangan.
2. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dan untuk penelitian-penelitian selanjutnya,
penulis memberi saran antara lain:
a) Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel-variabel
yang berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Dimana
materialitas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal
maupun eksternal. Faktor internal, misalnya: professional ethics dan gender.
Faktor eksternal misalnya lingkungan kerja yang kurang nyaman.
b) Penelitian selanjutnya juga disarankan untuk menambah sampel. Pada
penelitian ini jumlah sampel dirasa masih kurang jika dibandingkan dengan
populasi auditor yang ada. Hal ini dikarenakan waktu yang kurang memadai
dalam mengumpulkan sampel.
c) Penelitian ini menggunakan instrument kuisioner sebagai bahan teliti.
Diharapkan pada penelitian selanjutnya agar melakukan penelitian ini pada
bulan di saat audito sedang ada di tempat atau tidak sibuk. Penulis
melakukannya pada bulan November-Desember, waktu disaat auditor sedang
melakukan pengauditan yang berhubungan dengan tutup buku akhir tahun.
Bulan yang sekiranya auditor tidak mengejar waktu tutup buku adalah bulan
Juni-September.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2292
DAFTAR PUSTAKA
Alifah Gandis Indrayati. (2016). Pengaruh Profesionalisme, Etika Profesi, Pengetahuan
Mendeteksi Kekeliruan dan Independensi terhadap Pertimbangan Tingkat
Materialitas. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN).
Anindy Mugia Lestari. (2015). “Pengaruh Profesionalisme, Etika, Pengalaman,
Pengetahuan dan Kualitas Audit terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas
Akuntan Publik”, Jurnal Akuntansi. Universitas Negeri Surabaya.
Arens, Elder, dan Beasley. (2008). Auditing dan Jasa Assurance Edisi Keduabelas Jilid
I. Erlangga: Jakarta.
Boynton, Johnson dan Kell. (2002). Modern Auditing Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga.
Delasuci Novera dkk. (2019). “Pengaruh Profesionalisme Auditor, Pengalaman
Auditor, Pengetahuan Auditor Mendeteksi Kekeliruan dan Professional Ethics
terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Audit Laporan Keuangan :
Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Kota Medan”, Jurnal Aksara Publik,
Vol. 3, No. 2:37-47. Universitas Prima Indonesia.
Ghozali, Imam. (2016). Aplikasi Analisis Multivarate dengan Program IBM SPSS23.
Bandung: Alfabeta.
Mulyadi. (2002). Auditing Buku 1 Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat.
Putu Indira Yunitasari dkk. (2014). “Pengaruh Professional Judgement Auditor,
Independensi dan Pengalaman Kerja terhadap Pertimbangan Tingkat
Materialitas dalam Proses Audit Laporan Keuangan : Studi Kasus Pada Auditor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi
Bali”. E-Jurnal S1 Ak, Vol. 2, No.1. Universitas Pendidikan Ganesha.
Rudi Prasetya Timur. (2017). Pengaruh Independensi Auditor, Pengalaman Auditor,
Struktur Audit, dan Kualitas Audit terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas
pada Proses Pengauditan Laporan Keuangan : Studi Kasus pada Kantor Akuntan
Publik di DIY. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Shinta Utami. (2017). “Pengaruh Independensi, Kompetensi, Pengetahuan dalam
Mendeteksi Kekeliruan dan Pengalaman Auditor terhadap Pertimbangan
Tingkat Materialitas : Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di
Bandung”. JOM Fekon, Vol.4, No.1. Universitas Riau.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2001.Standar Profesional Akuntan Publik, Salemba Empat,
Jakarta.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 20
InoVasi Volume 21 ; April 2020 Page 2293
Sinungan Muchdarsyah, 2008. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Stephen P. Robbins, 2003, Perilaku Organisasi, PT. Indeks Kelompok Gramedia
Stephen P. Robbins and Coulter, 2007, Manajemen, Pt. Indeks, Jakarta
Stonner, James A. F. 1996. Manajemen Jilid 1. PT. Prenhallindo. Jakarta
Sugiyono, 2015, Metode Penelitian dan Pengembangan, Research and Development,
Afabeta, Jakarta.
____________, 2012, Metode Penelitian, Kombinasi, Alfabeta, Jakarta.
Sunyoto, Danang. 2012. “Analisis Hubungan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Di PT. Dystar Colour Indonesia. Institut Pertanian
Bogor”(Online), (http://www.repository.ipb.ac.id/handle/123456789/5793,diakses
tanggal 20 November 2016).
Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia. Jakarta.
Tika, Pabundu. 2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan.
PT. Bumi Aksara. Jakarta
Umar, Husein, 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Winardi, J. 2003. Teori Organisasi dan Pengorganisasian. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Top Related