F20.0 SKIZOFRENIA PARANOID
(CASE REPORT)
Oleh :
Dian Revita Sari, S.Ked
M. Novsandri Syuhar, S.Ked
Pembimbing :
dr. Cahyaningsih Fibri Rokhmani, Sp. KJ, M. Kes.
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU KESEHATAN JIWA
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG
2015
LAPORAN KASUS
SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)
IDENTITAS PASIEN
Nama Tn. F, usia 33 tahun jenis kelamin laki-laki, agama islam, suku
Lampung, bangsa Indonesia, alamat d BKP Kemiling Blok E. Pendidikan
akhir SMA dengan status belum menikah.
Tanggal pemeriksaan : 29 Juni 2015
ANAMNESIS PSIKIATRI (Autoanamnesis dan Alloanamnesis pada Tanggal
29 Juni 2015)
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. KELUHAN UTAMA
Mengamuk tanpa sebab yang jelas.
B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Menurut Pasien
Pasien mulai merasa orang-orang di sekitarnya sering membicarakannya,
dan akan mencelakainya. Hal ini dirasakan pasien sejak beberapa tahun
terakhir.
Menurut pasien, dia sering mendengar suara-suara seperti bisikan yang
mempengaruhi pikirannya. Namun menurutnya, dia bisa mengendalikan
suara-suara tersebut. Suara itu jelas terdengar berupa suara laki-laki yang
mengatakan bahwa orang orang disekitarnya adalah setan tetapi bisikan
bisikan tersebut tidak pernah menyuruhnya untuk mencelakai orang-
orang disekitarnya. Pasien merasakan suara itu sering mengikutinya
sehingga mengganggu pasien. Suara-suara itu muncul sejak pasien lulus
1
SMA dan terdengar hampir setiap hari. Sekarang suara-suara itu sudah
jarang terdengar.
Menurut pasien, dulu dia adalah orang yang mudah bergaul dan
memiliki banyak teman ketika masih bersekolah di SMA. Dan pasien
juga mengatakan bahwa dia akan menceritakan kepada teman nya
apabila dia sedang memiliki masalah, pasien merasa lega jika dia
bercerita kepada orang lain, namun semenjak ia sakit pasien mengatakan
bahw dia tidak pernah bercerita kepada orang dan lain dan teman-
temannya mulai mnejauhinya.
Menurut Keluarga Pasien
(Alloanamnesa yang diperoleh dari Ny. S [Ibu kandung pasien],
yang tinggal satu rumah dengan pasien)
Menurut ibu kandung pasien, pasien adalah orang yang ramah, sopan
serta penyayang terhadap oang lain. Tetapi pasien memang memiliki
kegiatan yang kurang baik, yaitu merokok, meminum minuman keras
sejak dari SMP.
Pasien awalnya sering merasa mudah tersinggung kepada orang orang
disekitarnya sehingga sering mengamuk, pasien juga memiliki
kecurigaan terhadap orang disekitarnya sehingga iapun sering
mengamuk kepada tetangganya selain itu pasien juga terlihat sering
bicara sendiri. Pasien sempat bercerita kepada ibunya bahwa banyak
makhluk halus yang mengikutinya dan menggangunya setiap saat
sehingga ia kesulitan untuk tidur.
Sejak lulus SMA, pasien mulai bekerja menjadi tukang parkir di bandara
Radin Intan Lampung. Pasien selalu marah-marah saat sedang pulang ke
rumah. Pasien semakin lama semakin pendiam dan sering berbicara
2
sendiri di kamar. Pasien juga cenderung hemat berbicara dan sering diam
ketika ditawari makanan ataupun hal-hal lainnya.
Pasien pertama kali mengamuk 12 tahun lalu, pasien mengamuk dan
memukul orang-orang yang berada disekitarnya. Pasien dibawa ke
Rumah sakit dan sempat dirawat beberapa saat dan akhirnya
dipulangkan karena keadaan pasien membaik dan bisa beraktifitas.
Namun pasien masih sering mengamuk sehingga pasien sering keluar
masuk rumash sakit jiwa untuk mendapatkan pengobatan. Kondisi
pasien semakin memburuk sejak 1 tahun terakhir ketika ayah pasien
meninggal. Dan beberapa hari belakangan ini pasien menjadi sulit tidur
sehingga pasien mengkonsumsi kopi dalam jumlah sangat banyak dan
semakin sering marah-marah, mengamuk, dan memukuli ibu korban
hingga akhirnya, pasien dibawa ke RSJP Lampung untuk kembali
dilakukan rawat inap.
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
Riwayat Penyakit Dahulu :
Trauma (-), infeksi (-), kejang (-).
Riwayat penggunaan zat psikoaktif (-), merokok (+), alkohol (+)
D. RIWAYAT PRAMORBID
Riwayat Kehamilan dan Persalinan:
Menurut ibu pasien, pasien lahir normal dan cukup bulan, dibantu oleh
bidan, dan tidak ada kecacatan waktu lahir.
Riwayat Bayi dan Balita:
Menurut ibu pasien, sesuai dengan bayi seusianya.
Riwayat Anak dan Remaja:
Menurut pasien, sejak kecil dia cukup dapat bergaul dengan teman-
teman sebayanya hingga remaja.
3
E. RIWAYAT PENDIDIKAN
SMA: SMA, tamat 3 tahun.
Pendidikan terakhir pasien sampai dengan Sekolah Menengah Atas
(SMA) Semua jenjang pendidikan diselesaikan pasien sesuai dengan
waktunya. Menurut pasien dia juga banyak teman saat sekolah dulu.
Kuliah : Tidak meneruskan sekolah karena pasien ingin berkerja.
F. RIWAYAT PEKERJAAN
Pasien bekerja sebagai tukang parkir di bandara radin intan Lampung
setelah lulus SMA.
G. RIWAYAT PERNIKAHAN
Belum Menikah
H. RIWAYAT KEHIDUPAN KELUARGA
Pasien adalah anak ke-tiga dari lima bersaudara. Pasien tinggal bersama
orang tua dan kakak serta adiknya. Menurut pasien, hubungan dengan
keluarga kurang baik karena ia merasa terancam oleh keluarganya.
Genogram :
4
I. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Pasien tinggal bersama orang tua serta kakak dan asiknya di kemiling
Bandar Lampung. Sejak lulus SMA pasien berkerja sebagai tukang parjir
di bandara radin intan Lampung.
J. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRINYA DAN
KEHIDUPANNYA
Pasien merasa mengalami gangguan jiwa dan ingin sembuh.
II. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan : Tampak seorang laki-laki memakai baju seragam RSJP
Lampung berwarna hijau lime dengan list hitam di bagian lengan,
memakai celana panjang berwarna hijau (setelan pakaian rumah
sakit), pakaian tampak serasi. Perawakan sedang dengan kesan gizi
cukup, wajah persegi dan terlihat sesuai dengan umur seharusnya,
rambut tampak kering dan tersisir rapi, kulit sawo matang, kuku
pendek dan cukup bersih, kesan rapi.
a) Kesadaran : Jernih/ compos mentis
b) Perilaku dan aktivitas psikomotor : Secara umum terlihat tenang
dan kontak mata baik sejak awal diwawancara sampai selesai
c) Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi normal, volume cukup,
artikulasi jelas, kualitas dan kuantitas cukup, namun sesekali
terdapat inkoherensi
d) Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Keadaan Afektif
a) Mood : Eutimia
b) Afek : Luas
c) Keserasian : Appropriate
5
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
a) Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan :
sesuai dengan taraf pendidikan
b) Daya konsentrasi : Cukup
c) Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : Baik
d) Daya ingat :
Jangka pendek : Baik
Jangka ingat jangka segera : Baik
Jangka panjang : Baik
e) Pikiran abstrak : Baik
D. Gangguan Persepsi
a) Halusinasi auditorik berupa bisikan “lihat itu ada setan” “ibu kamu
adalah setan” “adik kakak kamu adalah setan”, sebelum pasien
masuk rumah sakit di RSJP Lampung, yang membuat pasien tidak
bisa tidur.
b) Ilusi : Tidak ada
c) Depersonalisasi : Tidak ada
d) Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus pikiran :
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontinuitas : Relevan, namun sesekali ditemukan
inkoherensi
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran :
Waham curiga, pasien selalu merasa selalu disindir oleh orang
orang disekitarnya.
6
F. DAYA NILAI
a) Normal sosial : Terganggu
b) Uji daya nilai : Terganggu
c) Penilaian realitas : Baik
G. TILIKAN
Insight 4, pasien merasa dirinya sakit dan mencari bantuan untuk
penyakitnya.
H. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Dapat dipercaya
III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 78x/menit
Pernapasan : 18x/menit
Suhu : 36,6o C
Mata : tidak ditemukan kelainan
Hidung : tidak ditemukan kelainan
Paru : tidak ditemukan kelainan
Jantung : tidak ditemukan kelainan
Abdomen : tidak ditemukan kelainan
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien laki-laki , berinisial F, berusia 33 tahun, datang ke RSJ Propinsi
Lampung dengan keluhan sulit tidur, mengamuk tanpa alasan yang jelas dan
memukuli ibunya.
7
Menurut pasien, dia sering mendengar suara-suara seperti bisikan yang
mempengaruhi pikirannya. Namun menurutnya, dia bisa mengendalikan
suara-suara tersebut. Suara itu jelas terdengar berupa suara laki-laki yang
mengatakan bahwa orang orang disekitarnya adalah setan dan bisikan
bisikan tersebut tidak pernah menyuruhnya untuk mencelakai orang-orang
disekitarnya. Pasien merasakan suara itu sering mengikutinya sehingga
mengganggu pasien. Suara-suara itu muncul sejak pasien lulus SMA dan
terdengar hampir setiap hari. Sekarang suara-suara itu sudah jarang
terdengar.
Pasien tidak memiliki riwayat trauma .Pasien tidak memiliki riwayat infeksi
maupun kejang. Pasien pernah menggunakan zat psikoaktif, mengkonsumsi
alkohol, dan merokok.
Dari status mental, pasien tidak mengalami perubahan kesadaran, verbalisasi
cukup tenang, dan artikulasi yang jelas. Pasien cukup kooperatif saat
wawancara, mood normal dengan afek luas, dan keserasian yang appopriete.
Dalam penilaian fungsi kognitif, cukup sesuai dengan taraf pendidikan
pasien. Pasien dapat berkonsentrasi dengan baik selama wawancara dan
dalam penilaian daya ingat, tidak terdapat penurunan daya ingat jangka
pendek, menengah, maupun panjang. Ditemukan gangguan persepsi berupa
halusinasi auditorik. Produktivitas pikiran cukup, relevant, namun sesekali
ditemukan inkoherensi. Pasien mengalami gangguan pikiran berupa waham
kejar. dan secara keseluruhan pernyataan pasien masih dapat dipercaya.
Secara umum keadaan pasien baik, namun curiga terhadap keadaan
sekitarnya. Berdasarkan pemeriksaan fisik, didapatkan TD 110/70mmHg,
HR 78x/menit, RR 18x/menit, T 36,6o C. Dari pemeriksaan head to toe
semuanya normal.
8
V. FORMULASI DIAGNOSIS
Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis, didapatkan gejala klinis
yang signifikan yaitu mengamuk memukuli tanpa sebab yang jelas. Pasien
mulai merasa orang-orang di sekitarnya sering membicarakannya, sering
mendengar suara-suara seperti yang mempengaruhi pikirannya. Pada pasien
ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang bermakna serta
menimbulkan suatu distress (penderitaan) dalam kehidupan sosial pasien,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.
Aksis I
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan berarti yang dapat
menyebabkan sistem saraf dan diagnosis gangguan mental organik dapat
disingkirkan, tidak ditemukan riwayat trauma kepala, demam tinggi atau
kejang sebelumnya ataupun kelainan organik. Tidak pernah ada riwayat
penggunaan zat psikoaktif. Hal ini dapat menjadi dasar untuk
menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F.0) dan
penggunaan zat psikoaktif (F.1).
Pada pasien ditemukan adanya gangguan persepsi berupa halusinasi
auditorik ,berupa suara seorang lelaki yang mengatakan bahwa orang-orang
disekitar pasien adalah setan. Pada pasien terdapat gejala-gejala negative
berupa jarang berbicara dengan keluarga, teman, maupun tetangganya dan
adanya penarikan diri dari pergaulan sosial yang terlihat dari pasien tidak
mau berinteraksi dengan orang-orang sekitar, pasien cenderung menyendiri
di kamar. Hal ini mendukung diagnosis skizofrenia (F20) karena
memenuhi kriteria diagnostiknya. Waham dan halusinasi yang
menonjol pada pasien ini, mengarahkan diagnosis aksis I ke skizofrenia
paranoid (F20.0).
9
Aksis II
Aksis II tidak ada diagnosis dikarenakan pada pasien didapatkan tumbuh
kembang saat masa kanak-kanak baik, pasien mampu menyelesaikan
pendidikan sampai tamat SMA, pasien tidak lanjut ke tingkat perkuliahan
dikarenakan pasien memang ingin berkerja. Hal ini menyingkirkan
diagnosis retardasi mental (F.70).
Pada pasien ditemukan kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan
penolakan dan kecurigaan serta kecurigaan yang mendalam untuk
mendistorsikan pengalaman dengan menyalahartikan tindakan orang lain
yang netral sebagai suatu sikap permusuhan. Dari data ini hanya memenuhi
dua kriteria dari tujuh kriteria diagnosis gangguan kepribadian paranoid
(F.60.0), oleh karena itu pasien memiliki ciri kepribadian paranoid.
Aksis III
Pada pasien ini tidak ditemukan adanya kelainan fisik sehingga tidak ada
diagnosis pada aksis III.
Aksis IV
Pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan ekonomi dalam keluarga
segingga tidak ada diagnosis akis IV adalah masalah keluarga dan
masalah ekonomi.
Aksis V
Dalam satu tahun terakhir ini pasien tidak dapat mengendalikan gejala
halusinasi dan waham yang muncul dikarenakan ayah pasien meninggal
dunia sehingga pasien kesulitan untuk melakukan aktifitas. Diagnosis aksis
V adalah GAF scale HLPY 50-41. Sejak dirawat pasien merasa lebih baik,
mampu bersosialisasi dengan teman-teman di ruang rawat inap dan tidak
bergantung dengan orang lain, sehigga diagnosis aksis V adalah GAF scale
current 80-71.
10
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Skizofrenia paranoid (F20.0)
Gangguan waham
Aksis II : Kesan : ciri kepribadian paranoid
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah keluarga dan masalah ekonomi
Aksis V : Current GAF scale 50-41
HLPY GAF scale 70-61
VII. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik :
Tidak ditemukan kelainan fisik signifikan yang berhubungan dengan
gangguan jiwa pasien saat ini
2. Psikologik :
Pada pasien ditemukan gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik
dan gustatorik, serta gangguan isi pikir berupa waham kejar dan waham
magic-mistic.
3. Sosiologik :
Pada pasien ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial dan
penarikan diri dari pergaulan sosial.
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
IX. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka :
a. Halloperidol 3 x 5 mg
2. Psikoterapi :
a. Pengenalan terhadap penyakitnya, manfaat pengobatan, cara
pengobatan, efek samping pengobatan.
11
b. Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol
setelah pulang dari perawatan.
c. Membantu pasien untuk menerima realita dan menghadapinya.
d. Membantu pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari
secara bertahap.
e. Menambah kegiatan dengan keterampilan yang dimiliki.
3. Psikoedukasi :
Kepada keluarga :
a. Memberikan pengertian kepada keluarga pasien tentang gangguan
yang dialami pasien.
b. Menyarankan kepada keluarga pasien agar memberikan
suasana/lingkungan yang kondusif bagi penyembuhan dan perawatan
pasien.
c. Menyarankan kepada keluarga agar lebih berpartisipasi dalam
pengobatan pasien yaitu membawa pasien kontrol secara teratur dan
mengawasi pasien saat meminum obat agar obat benar-benar
dikonsumsi.
X. DISKUSI
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein” yang berarti terpisah
atau pecah dan “phren” yang berarti jiwa. Pada skizofrenia terjadi pecahnya/
ketidakserasian antara afek, kognitif, dan perilaku. Skizofrenia merupakan
suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit
yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan
pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai dengan
penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi,
serta oleh afek yang tidak wajar (inappriopriate) atau tumpul (blunted).
Kesadaran jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,
walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang kemudian. Secara umum,
simptom skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu simptom
positif, symptom negative, dan gangguan dalam hubungan interpersonal.
12
A. Apakah diagnosis multiaksial sudah tepat?
Menurut kami diagnosis pada kasus ini sudah tepat karena :
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang
bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability
(hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.
Aksis I
Dalam penegakkan diagnosis skizofrenia diperlukan sedikitnya satu dari
gejala berikut ini yang amat jelas dan minimal selama satu bulan, yaitu:
1. Halusinasi auditorik
Pasien sering mendengar suara laki-laki berbicara kepada pasien
berupa “ibu kamu adalah setan” “orang itu adalah setan”.
2. Waham-waham menetap
- Waham kejar
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas :
1. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah
berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas. Pada pasien ini
terdapat :
a. Halusinasi auditorik yang menetap
b. Waham kejar
2. Gejala-gejala negative
Pasien ini jarang berbicara dengan keluarga, teman, maupun
tetangganya dan adanya penarikan diri dari pergaulan sosial yang
terlihat dari pasien tidak mau berinteraksi dengan orang-orang
sekitar, pasien cenderung menyendiri di kamar.
Dalam proses penegakkan diagnosis ditemukan ke-empat kriteria
tersebut, sehingga pasien ini didiagnosis sebagai skizofrenia (F20). Pada
13
pasien ini juga mengarah ke skizofrenia paranoid, dimana menurut
PPDGJ III kriterianya adalah sebagai berikut:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan :
o halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a) suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi
tawa (laughing);
b) halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol;
c) waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas;
o gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta
gejala katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.
Pada pasien ini terdapat halusinasi auditorik dan waham yang menonjol
sehingga diagnosisnya adalah skizofrenia paranoid (F20.0).
Aksis II
Aksis II tidak ada diagnosis dikarenakan pada pasien didapatkan tumbuh
kembang saat masa kanak-kanak baik, pasien mampu menyelesaikan
pendidikan sampai tamat SMA, pasien tidak melanjutkan kuliah
dikarenkan pasien memang ingin langsung berkerja. Hal ini
menyingkirkan diagnosis retardasi mental (F.70).
Pada pasien ditemukan kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan
penolakan dan kecurigaan serta kecurigaan yang mendalam untuk
mendistorsikan pengalaman dengan menyalahartikan tindakan orang lain
14
yang netral sebagai suatu sikap permusuhan. Dari data ini hanya
memenuhi dua kriteria dari tujuh kriteria diagnosis gangguan
kepribadian paranoid (F.60.0), oleh karena itu pasien memiliki ciri
kepribadian paranoid.
Aksis III
Pada pasien ini tidak ditemukan adanya kelainan fisik sehingga tidak
ada diagnosis pada aksis III.
Aksis IV
Pada pasien ini tidak ditemukan adanya masalah dalam ekonomi
sehingga tidak ada diagnosis akis IV adalah masalah keluarga dan
masalah ekonomi.
Aksis V
Dalam satu tahun terakhir ini pasien tidak dapat mengendalikan gejala
halusinasi dan waham yang muncul dikarenakan ayah pasien meninggal
dunia sehingga pasien kesulitan untuk melakukan aktifitas. Diagnosis
aksis V adalah GAF scale HLPY 50-41. Sejak dirawat pasien merasa
lebih baik, mampu bersosialisasi dengan teman-teman di ruang rawat
inap dan tidak bergantung dengan orang lain, sehigga diagnosis aksis V
adalah GAF scale current 80-71.
B. Apakah rencana terapi sudah tepat?
Halloperidol termasuk golongan antipsikosis generasi pertama.
Halloperidol sendiri bekerja sebagai antagonis reseptor dopamine D1
dan D2 di otak. Mekanisme kerja haloperidol adalah menekan system
aktivasi retikuler dan menghambat pelepasan hormon hipotalamus dan
hipofisis. Pada penggunaan jangka panjang menyebabkan akathisia dan
efek ekstrapiramidal. Pasien ini diberikan haloperidol karena pasien
tergolong pasien BPJS jamkesmas yang berarti ekonomi menengah ke
bawah. Selain itu, efek penurunan fungsi kognitif dari obat ini tidak
15
begitu merugikan pasien karena pasien tidak sedang dalam masa
pendidikan atau usia tua. Dosis yang dipakai pada pasien ini yaitu
3x5mg.
Pada pasien ini dilakukan psikoterapi berupa edukasi mengenai penyakit
pasien, obat, dan efek sampingnya serta motivasi. Selain itu, diberikan
psikoedukasi kepada keluarga pasien. Dimana diharapkan dengan terapi
tersebut tidak terjadi kekambuhan (relaps) dan akan memberikan
kesembuhan total kepada pasien.
C. Apakah prognosis sudah tepat?
Ada beberapa pertimbangan yang memperngaruhi prognosis pasien:
Onset terjadinya gangguan saat usia muda ;
Terdapat stressor dari keluarga;
Perilaku menarik diri/ autistic (adanya gejala negative);
Adanya riwayat penyerangan pada orang tua.
16
XI. AUTOANAMNESIS (29 Juni 2105)
Dokter Muda (DM) dan pasien (P).
DM : “Selamat siang pak, perkenalkan nama saya Opan dan Vita, kami
dokter muda yang hari ini bertugas disini” (sambil bersalaman)
P : “Ia mbak, saya Ferady”
DM : “Oo begitu, umurnya berapa pak?”
P : “33 tahun ”
DM : ”pak ferady, sekarang ini dibawa ke luar ruangan ini buat ngobrol
sebentar dengan kami, pak mau?”
P :” Iya, mas gpp kok”
DM : “Umur nya berapa pak ferady?”
P : “umur saya 33 tahun mas”
DM : “ Pak ferady, masih ingat gak rumahnya
dimana?”
P : “saya tinggal di kemiling mas”
DM : bukannya dulu bapak tinggal di Natar ya mas (menurut list pasien)”
P :” iya dulu saya sempat tinggal di daerah natar tapi sekarag udah
pindah ke kemiling daerah BKP mas”.
DM : ”Pak Ferady kemaren dibawa kesini kenapa ya?”
P : ”Saya kemaren dibawa kesini gara-gara saya sering merasa curiga
dan mengamuk sama orang- orang”.
DM : “Yang nganter ke sini siapa?”
P : ”saya dianterin sama Ibu saya.” (benar, orientasi orang baik)
DM : kok cuma dianterin ibunya, bapaknya kemana pak?”
P : “Bapak saya meninggal udah satu tahun yang lalu mas”.
DM : ”Pak ferady tahu sekarang ada di mana?”
P : ”ini di Rumah sakit Jiwa, desa. Kurungan nyawa,Pesawaran
(Orientasi benar)
DM : “Dulu pernah kerja apa pak ferady?”
P : “Dulu saya sempat bekerja sebagai tukang parkir di bandara radin
intan mas.” (benar, produktivitas cukup)
DM : “Sejak kapan mas ferady kerja sebagai tukang parkir?”
18
P : “Saya kerja disana sejak lulus SMA”
DM : “oh jadi pak ferady sempat SMA juga ya, SMA dimana pak?”
P : “iya saya SMA juga, SMA pahlawan dibelakang makam pahlawan
itu loh mas.”
DM : “terus pak ferady nerusin kuliah apa gak?”
P : “Ga mas, saya abis SMA ga kuliah. Abis lulus SMA saya langsung
kerja mas (tidak ada riwayat retardasi mental)
DM : “Waktu SMA prestasi mbak gimana? Dapat ranking gak? Banyak
dulu temannya di sekolah?”
P : “Ya saya dulu gak pernah dapet ranking mas.” (tidak ada gangguan
premorbid selama anak-dan remaja)
DM : “jadi dulu waktu SMA masih inget dong sama temen-temen nya?”
P : “Masih lah mas (disebutin satu persatu), tapi sekarang mereka sudah
pada menikah”
DM : “Pak ferady sudah menikah belum?”
P : “Belum, dulu pernah ada pacar tapi dia gak mau dinikahin”
DM : kenapa gk mau pacarnya dinikahin pak?”
P :” gak tau saya juga mas”
DM : Pak ferady tau gak kenapa dibawa kesini?”
P : “ya saya lagi sakit jiwanya”
DM : “emng sakit jiwanya gimana pak?”
P : “ya saya sering marah-marah sendiri, terus saya selalu curiga sama
orang-orang saya, kayak mau di celakai saya nya mas.”
DM :” emng mas pernah curiga sama siapa?”
P :” sama semua orang mas”
DM : emng kyk ada yang bisikin gitu pak?”
P :”iya ada yang bisikin gitu mas”
DM : emng yg bisikin siapa, terus ngebisikin apa dia?”
P :” gak tau siapa yg bisikin, katanya kalo ibu saya itu setan”
DM :”terus sering ngeliat bayangan gak pak?”
P :”iy ada banyak bayangan, tapi ada satu yang mirip kyk saya nah dia
itu yang susah di kendalikan.”
19
DM :” emang dia seing nyuruh apa pak (yang mirip bapak)?”
P :” ya dia sering nyuruh saya gebuk orang atau ibu saya”
DM : “Pak tadi pagi sudah makan belom?”
P :”udah kok mas”
DM :”makan pakai apa pak?”
P :”pake sayur tempe”(ingatan jangka pendek)”
DM :”udah solat pak?”
P :”udah kok mas”
DM :”hayoo….solat apa tadi?”
P :”solat dhuha mas …hehehe”
DM : “pak ingat- ingat benda ini ya, buku, lantai, rumah”
P :”iya mas”
DM :”bapak gimana sekarang merasa senang gak sekarang?”
P :”ya senang sih iya sedih sih gak, ya gitu gitu aja mas”.
DM :”bapak masih inget tadi yang saya suruh hapalin gak?”
P : “buku, lantai, rumah” (benar, ingatan jangka pendek baik, diucapkan
cepat)
DM : “Oke deh pak, segitu dulu ya. Ini waktunya makan dan minum
obat. Terima kasih ya. Lain kali kita ngobrol lagi. Ada yang masih
ingin diceritakan lagi?” (menjabat tangan)
P : “Enggak mbak. Iya saya juga terima kasih ya mbak mas.”
(tersenyum).
20