Etika dan Profesionalitas Dokter dalam Berkomunikasi dengan
Pasien
Nur Hidayah Binti Dzulkifly
102012522
B3
Skenario kasus
Dr. P seorang ahli obgyn yang berpengalaman. Beliau baru saja akan menyelesaikan tugas jaga malamnya di sebuah rumah sakit ketika seorang wanita muda datang ditemani ibunya untuk berobat. Si pasien lalu menceritakan keluhannya yaitu mengalami perdarahan per vaginam dan sangat kesakitan. Dr.P kemudian melakukan pemeriksaan dan menduga bahwa kemungkinan pasien mengalami keguguran atau mencoba melakukan aborsi. Dr. P segera melakukan dilatasi dan curettage dan mengatakan kepada suster untuk menanyakan kepada keluarga pasien apakah dia bersedia diopname di RS sampai keadaaanya benar-benar baik. Tidak lama kemudian Dr. Q datang untuk menggantikan Dr. P, yang langsung pulang tanpa berbicara kepada pasien
Hipotesis
Dr. P melakukan pelanggaran terhadap etika, disiplin, dan hukum kedokteran.
Aspek medisdefinisi ABORSI
Definisi: pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
(WHO) : aborsi adalah terhentinya kehidupan buah kehamilan di bawah 28 minggu atau berat janin kurang dari 1000 gram.
Jenis-jenis aborsi :
Abortus spontan
Abortus provokatus
Aspek medisjenis aborsi
Abortus spontan
Imminens
Inkomplitus
Komplitus
Insipiens
Missed abortion
habitualis
Aspek medisjenis aborsi
Abortus provokatus
Medicinalis/therapeuticalis
Criminalis
Aspek medisIndikasi aborsi
Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion)
Mola Hidatidosa atau hidramnion akut
Kelainan bawaan (trisomi 13,18)
Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis
Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker payudara
Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi
Telah berulang kali mengalami operasi caesar
Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif, toksemia gravidarum yang berat
Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai komplikasi vaskuler, hipertiroid, dll
Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat
Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini sebelum melakukan tindakan abortus harus berkonsultasi dengan psikiater.
Aspek medisResiko aborsi
Implikasi fisik Kematian mendadak : pendarahan hebat,pembiusan yang gagal
Kematian lambat : infeksi serius disekitar kandungan (endometriosis)
Uterine Perforation
Placenta Previa ,Cervical Lacerations : yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya
Resiko Kanker :payudara , ovarian , servikal, liver (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
Aspek medisResiko aborsi
Implikasi mental
“Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS
Depresi
Frustasi
ingin bunuh diri
dsb.
Para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya
Hubungan dokter pasien
Dulu : model hubungan vertikal paternalnalistik prinsip “father knows best”
dianggap kurang tepat
kedudukan dokter dianggap lebih tinggi oleh pasien dan peranannya lebih penting daripada pasien
Dulu : model hubungan sosial kontrak pertukaran informasi dan negosiasi sebelum terjadinya kesepakatan
peluang bagi pasien untuk menyerahkan pengambilan keputusan kepada dokter
terlalu menyerdahanakan nilai hubungan dokter dan pasien
Sekarang : model hubungan virtue dokter maupun pasien harus tetap berdialog untuk menjaga berjalannya komunikasi
dalam rangka mencapai tujuan bersama yaitu kesejahteraan pasien
komunikasinya dokter diharuskan menanamkan prinsip-prinsip moral, termasuk informed consent yang berasal dari prinsip otonomi pasien
Hubungan dokter pasienModel hubungan virtue
Jenis hubungan dokter pasien sangat dipengaruhi oleh etika profesi kedokteran. Terdapat kewajiban sebagai rambu-rambu dalam proses hubungan tersebut. Kewajiban tersebut tertuang dalam prinsip-prinsip moral profesi
Autonomy
Dikaitkan dengan permintaan persetujuan kepada pasien atas apa yang akan dokter lakukan.
Beneficence
Mencegah kerugian, menyeimbangkan antara keuntungan dan kerugian pasien, mengusahakan agar keuntungan bagi pasien lebih banyak merupakan prinsip dari beneficence.
Non maleficence (Tidak memperburuk keadaan pasien)
Seorang dokter tidak boleh berbuat jahat atau membuat pasien menderita sehingga pasien tidak dirugikan. Dalam non maleficence, dokter harus bisa mencari cara bagaimana agar pasien tidak bertambah buruk dan berusaha agar mengurangi akibat buruk yang dapat terjadi. Umumnya, non maleficence dapat ditemukan pada kasus gawat darurat.
Justice (Meniadakan diskriminasi)
Memberikan perlakuan yang sama kepada semua pribadi dalam posisi dan dalam keadaan uang yang sama. Tidak membeda-bedakan apa pun alasannya agar tidak terjadi perasaan tidak adil ketika satu pribadi melihat pribadi lainnya yang diberi perlakuan berbeda dengan dirinya. Tidak memandang SARA atau pun status sosial dalam melayani pasien.
Hubungan dokter pasienprinsip beneficence
General beneficence :
melindungi & mempertahankan hak yang lain,
mencegah terjadi kerugian pada yang lain, dan
menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain.
Specific beneficence :
menolong orang cacat, dan
menyelamatkan orang dari bahaya.
Hubungan dokter pasienprinsip justice
Jenis-jenis Keadilan Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima)
Distributif (membagi sumber) : membagikan sesuatu kepada semua orang yang membutuhkan tanpa memandang dan membeda-bedakan.
Sosial : kebajikan memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bersama.
Hukum (umum) : Tukar menukar : kebajikan memberikan / mengembalikan hak-hak
kepada yang berhak.
Pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama) mencapai kesejahteraan umum
Hubungan dokter pasien Hak pasien
Hak pasien atas perawatan
Hak untuk menolak cara perawatan tertentu
Hak untuk memilih tenaga kesehatan dan rumah sakit yang akan merawat pasien
Hak Informasi
Hak untuk menolak perawatan tanpa izin
Hak atas rasa aman
Hak atas pembatasan terhadap pengaturan kebebasan perawatan
Hak untuk mengakhiri perjanjian perawatan
Hak atas twenty-for-a-day-visitor-rights.
Hak pasien menggugat atau menuntut
Hak pasien mengenai bantuan hukum
Hak pasien untuk menasihatkan mengenai percobaan oleh tenaga kesehatan atau ahlinya.
Hubungan dokter pasienKewajiban pasien
Kewajiban memberikan informasi medis
Kewajiban melaksanakan nasihat dokter atau tenaga kesehatan
Kewajiban memenuhi aturan-aturan pada kesehatan
Kewajiban untuk berterus terang apabila timbul masalah dalam hubungannya dengan dokter atau tenaga kesehatan
Kewajiban memberikan imbalan jasa
Menyimpan rahasia pribadi dokter yang diketahuinya.
Hubungan dokter pasienHak dokter
Hak memperoleh informasi yang selengkap-lengkapnya dan sejujur-jujurnya dari pasien yang akan digunakannya bagi kepentingan diagnosis maupun terapeutik.
Hak atas imbalan jasa atau honorarium terhadap pelayanan yang diberikannya kepada pasien.
Hak atas itikad baik dari pasien atau keluarganya dalam melaksanakan transaksi terapeutik
Hak membela diri terhadap tuntutan atau gugatan pasien atas pelayanan kesehatan yang diberikannya.
Hak untuk memperoleh persetujuan tindakan medic dari pasien atau keluarganya
Hubungan dokter pasienKewajiban dokter
kewajiban untuk memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi, yaitu dengan cara melakukan tindakan medis dalam suatu kasus yang konkret menurut ukuran tertentu yang didasarkan pada ilmu medis dan pengalaman.
Kewajiban untuk menghormati hak-hak pasien, antara lain rahasia atas kesehatan pasien bahkan setelah pasien meninggal dunia.
Kewajiban untuk memberikan informasi pada pasien dan/atau keluarganya tentang tindakan medis yang dilakukannya dan risiko yang mungkin terjadi akibat tindakan medis tersebut.
Kewajiban merujuk pasien untuk berobat ke dokter lain yang mempunyai keahlian/kemampuan yang lebih baik
Hubungan dokter pasieninformed consent
Informed consent : persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya.
Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan pasal 22 ayat 1 disebutkan bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk diantaranya adalah kewajiban untuk menghormati hak pasien, memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan, dan kewajiban untuk meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan.
Hubungan dokter pasieninformed consent
Ruang lingkup dan materi informasi yang diberikan tergantung pada pengetahuan medis pasien saat itu. Jika memungkinkan, pasien juga diberitahu mengenai tanggung jawab orang lain yang berperan serta dalam pengobatan pasien
Hak pasien Hak atas informasi
Informasi yang diberikan meliputi diagnosis penyakit yang diderita, tindakan medik apa yang hendak dilakukan, kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya, alternatif terapi lainnya, prognosanya, perkiraan biaya pengobatan.
Hak atas persetujuan (Consent)
Consent merupakan suatu tindakan atau aksi beralasan yg diberikan tanpa paksaan oleh seseorang yang memiliki pengetahuan cukup tentang keputusan yang ia berikan ,dimana orang tersebut secara hukum mampu memberikan consent. Kriteria consent yang syah yaitu tertulis, ditandatangani oleh klien atau orang yang betanggung jawab, hanya ada salah satu prosedur yang tepat dilakukan, memenuhi beberapa elemen penting, penjelasan tentang kondisi, prosedur dan konsekuensinya.
Hubungan dokter pasieninformed consent
Dalam Pasal 45 UU No. 29 Tahun 2009 tentang Persetujuan Tindakan Medik dinyatakan bahwa dokter harus menyampaikan informasi atau penjelasan kepada pasien atau keluarga diminta atau tidak diminta, jadi informasi harus disampaikan.Secara garis besar dalam melakukan tindakan medis pada pasien, dokter harus menjelaskan beberapa hal, yaitu
Diagnosis
Tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medis yang ada dilakukan (purhate of medical procedure)
Tentang tata cara tindakan medis yang akan dilakukan (consenpleated medical procedure)
Tentang risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
Tentang alternatif tindakan medis lain yang tersedia dan risiko-risikonya (alternative medical procedure and risk)
Tentang prognosis penyakit, bila tindakan dilakukan
Hubungan dokter pasieninformed consent
Tujuan informed Consent Perlindungan pasien untuk segala tindakan medik.
Perlakuan medik tidak diketahui atau disadari pasien atau keluarga, yang seharusnya tidak dilakukan ataupun yang merugikan/membahayakan diri pasien.
Perlindungan tenaga kesehatan terhadap terjadinya akibat yang tidak terduga serta dianggap meragukan pihak lain. Tak selamanya tindakan dokter berhasil, tak terduga malah merugikan pasien meskipun dengan sangat hati-hati, sesuai dengan SOP. Peristiwa tersebut bisa ”risk of treatment” ataupun ”error judgement”.
Hubungan dokter pasieninformed consent
Bentuk Informed Consent Implied Constructive Consent (Keadaan Biasa)
Tindakan yang biasa dilakukan, telah diketahui, telah dimengerti oleh masyarakat umum, sehingga tidak perlu lagi dibuat tertulis. Misalnya pengambilan darah untuk laboratorium, suntikan, atau hecting luka terbuka.
Implied Emergency Consent (Keadaan Gawat Darurat)
Bila pasien dalam kondisi gawat darurat sedangkan dokter perlu melakukan tindakan segera untuk menyelematkan nyawa pasien sementara pasien dan keluarganya tidak bisa membuat persetujuan segera. Seperti kasus sesak nafas, henti nafas, henti jantung.
Expressed Consent (Bisa Lisan/Tertulis Bersifat Khusus)
Persetujuan yang dinyatakan baik lisan ataupun tertulis, bila yang akan dilakukan melebihi prosedur pemeriksaan atau tindakan biasa. Misalnya pemeriksaan vaginal, pencabutan kuku, tindakan pembedahan/operasi, ataupun pengobatan/tindakan invasive.
Sumpah dokter
Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
Terdiri dari empat kewajiban :
Kewajiban umum
Kewajiban terhadap pasien
Kewajiban terhadap teman sejawat
Kewajiban terhadap diri sendiri
Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
Kewajiban Umum
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah atau janji dokter
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan professional secara independen dan mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran tertinggi
Kewajiban Terhadap Pasien
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien.
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
Kewajiban Terhadap Teman Sejawat
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur yang etis
Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri
Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik
Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan
Aspek disiplin kedokteran
Disiplin kedokteran adalah aturan-aturan atau ketentuan penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh dokter.
Aspek pelanggaran disiplin dalam kedokteran : Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis dan memadai (adequate
information) kepada pasien atau keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran
Melakukan tindakan medik tanpa memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga dekat atau wali atau pengampunya
Dengan sengaja, tidak membuat atau menyimpan rekam medik sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi
Menghentikan kehamilan yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dan etika profesi
Aspek hukum kedokteran
Berdasarkan PP. No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan pasal 21, setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi tenaga kesehatan
Dalam pasal 33, dalam rangka pengawasan, Menteri dapat mengambil tindakan disiplin terhadap tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan yang bersangkutan berupa teguran atau pencabutan ijin untuk melakukan upaya kesehatan.
Menurut pasal 24 UU yang sama, perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan
Malpraktek
Kelalaian seorang dokter untuk menggunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim digunakan dalam mengobati pasien atau orang yang terluka
Jenis-jenis malpraktek
Malpraktek Medik
Malpraktek Etik
Malpraktek Yuridis
Malpraktek
Malpratek Medik
Perbuatan yang tidak benar dari suatu profesi atau kurangnya kemampuan dasar dalam melaksanakan pekerjaan. Seorang dokter bertanggung jawab atas terjadinya kerugian atau luka yang disebabkan karena malpraktik
Malpraktek Etik
Tindakan dokter yang bertentangan dengan etika kedokteran, sebagaimana yang diatur dalam kode etik kedokteran Indonesia yang merupakan seperangkat standar etika, prinsip, aturan, norma yang berlaku untuk dokter
Malpraktek Yuridis
Pelanggaran ataupun kelalaian dalam pelaksanaan profesi kedokteran yang melanggar ketentuan hukum positif yang berlaku dibagi kepada :
Malpraktek perdata
Malpraktek pidana
Malpraktek
Malpraktek Pidana
A. Melakukan aborsi tanpa tindakan medik
B. Mengungkapkan rahasia kedokteran dengan sengaja
C. Tidak memberikan pertolongan kepada seseorang yang dalam keadaan darurat
D. Membuat surat keterangan dokter yang isinya tidak benar
Malpraktek Perdata
A. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib dilakukan
B. Melakukan apa yang disepakati dilakukan tapi tidak sempurna
C. Melakukan apa yang disepakati tetapi terlambat
D. Melakukan apa yang menurut kesepakatan tidak seharusnya dilakukan
Kesimpulan
Dalam penyelenggaraan kesehatan seharusnya ada komunikasi yang baik antara dokter dan pasien sehingga pemeriksaan, penatalaksanaan dan hasil yang diharapkan bisa tercapai dengan baik. Dalam hal ini pula seorang dokter harus beretika yang baik, mengikuti disiplin dan hukum yang telah berlaku
Didalam kasus ini dokter P melakukan perlanggaran Kode etik profesionalisme seorang dokter
Tanpa informed consent
Pengabaian pasien
Terima kasih …
Top Related