TESIS
ESTIMASI BIAYA KONSEPTUAL KONSTRUKSI GEDUNG
DENGAN FAKTOR KAPASITAS BIAYA
I KOMANG SUDIARTA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2011
TESIS
ESTIMASI BIAYA KONSEPTUAL KONSTRUKSI GEDUNG
DENGAN FAKTOR KAPASITAS BIAYA
I KOMANG SUDIARTA NIM 0791561042
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2011
ii
ESTIMASI BIAYA KONSEPTUAL KONSTRUKSI GEDUNG
DENGAN FAKTOR KAPASITAS BIAYA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
pada Program Magister, Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana
I KOMANG SUDIARTA NIM 0791561042
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2011
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 30 SEPTEMBER 2011
Mengetahui
Pembimbing I,
Ir. Mayun Nadiasa, MT NIP 195708011987021001
Pembimbing II, Ir. I Nyoman Yuda Astana, MT
NIP 196110241987021001
Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA
NIP 196204041991031002
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP 195902151985102001
iv
Lembar Penetapan Panitia Penguji Tesis
Tesis ini Telah Diuji pada Tanggal 30 September 2011
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No.: 1661/UN.14.4/HK/2011, Tanggal 30 September 2011
Ketua : Ir. Mayun Nadiasa, MT Anggota : 1. Ir. I Nyoman Yuda Astana, MT 2. Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana Putera, DEA 3. Ir. I Wayan Yansen, MT 4. Ir. I Gusti Ketut Sudipta, MT
v
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : I Komang Sudiarta
NIM : 0791561042
Tempat dan Tanggal Lahir : Tabanan, 26 September 1977
Alamat : Br. Belatung, Desa Pandak Gede, Kecamatan
Kediri, Tabanan
Telepon/HP : 08123998852, (0361)7907940
Menyatakan Dengan Sebenarnya Bahwa Tidak Menjiplak Setengah Atau
Sepenuhnya Tesis Orang Lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya, dan apabila di kemudian hari ternyata tidak benar maka
saya bersedia dituntut sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Denpasar, 21 Oktober 2011
Hormat saya
I Komang Sudiarta
NIM 0791561042
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Om Swastiastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/
Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas asung wara nugraha-Nya tesis ini dapat
diselesaikan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Ir. Mayun Nadiasa, MT dan Ir. Nyoman Yudha
Astana, MT, pembimbing I dan Pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan
kesabaran telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran selama penulis
mengikuti program magister khususnya dalam penyelesaian tesis ini.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana
Putera, DEA selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Program
Pascasarjana Universitas Udayana periode sebelumnya dan Prof. Dr. Ir. I Made
Alit Karyawan Salain, DEA selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil
Program Pascasarjana Universitas Udayana periode sekarang atas kesempatan dan
bimbingan yang diberikan selama penulis mengikuti program magister khususnya
dalam penyelesaian tesis ini.
Ucapan yang sama juga penulis sampaikan kepada Direktur Program
Pascasarjana dan Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang
diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di
Universitas Udayana.
vii
Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tulus disertai penghargaan kepada Ir. I Nyoman Suardika, I Nyoman Ardika,
ST dan I Nyoman Anom Purwa Winaya, MSi serta semua teman yang telah
bersumbangsih atas dukungan materi, semangat dan pemikiran serta waktu yang
telah diberikan, tidak lupa pula pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih dan persembahan keberhasilan tesis ini kepada Ir. I Komang
Sudiastawa (almarhum).
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
keluarga tercinta, Bapak I Made Darma, Ibu Ni Wayan Riti, istriku Komang Ana
Wiryanti ST, anakku Putu Aneira Putri Arvanatha dan seluruh keluarga besar
yang penuh kesabaran dan pengorbanan telah memberikan kepada penulis
kesempatam untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Om Shanti, Shanti, Shanti, Om.
viii
ABSTRAK
ESTIMASI BIAYA KONSEPTUAL
KONSTRUKSI GEDUNG DENGAN FAKTOR KAPASITAS BIAYA
Estimasi biaya konseptual adalah estimasi biaya berdasarkan konsep atau
gambaran secara umum terhadap bangunan yang akan dibangun. Salah satu metode estimasi biaya konseptual pada konstruksi bangunan gedung adalah metode faktor kapasitas biaya. Untuk bisa memakai metode faktor kapasitas biaya maka nilai faktor kapasitas biaya harus diketahui terlebih dahulu.
Nilai faktor kapasitas biaya dicari dengan melakukan analisis hubungan antara biaya dan kapasitas dengan memakai model regresi linier sederhana. Analisis hubungan biaya dengan kapasitas dilakukan dengan terlebih dahulu melogaritmiskan biaya dan kapasitas. Nilai slope pada model regresi merupakan faktor kapasitas biaya yang dicari.
Hasil analisis menunjukkan, faktor kapasitas biaya pada kapasitas fisik (luas lantai) untuk bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus dan jumlah lantai 4 secara berurutan adalah 0,955 dan 0,956; untuk bangunan kantor dengan klasifikasi sederhana, tidak sederhana, jumlah lantai 1, jumlah lantai 2, jumlah lantai 3 secara berurutan adalah 0,993; 1,269; 1,018; 1,228; 1,501; untuk bangunan sekolah dengan klasifikasi jumlah lantai 2 adalah 0,637; sedangkan pada kapasitas fungsional (jumlah pemakai), untuk bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus dan jumlah lantai 4 secara berurutan adalah 0,947 dan 0,959; untuk bangunan kantor dengan klasifikasi sederhana, tidak sederhana, jumlah lantai 1, jumlah lantai 2, jumlah lantai 3 secara berurutan adalah 1,009; 1,274; 1,055; 1,313 dan 1,514; untuk bangunan sekolah dengan klasifikasi jumlah lantai 2 adalah 0,319. Estimasi biaya konseptual konstruksi gedung selanjutnya diperoleh dengan mengalikan biaya terdahulu yang diketahui dengan hasil perbandingan antara kapasitas yang direncanakan dengan kapasitas yang diketahui berpangkat faktor kapasitas biaya menurut fungsi, klasifikasi dan jenis kapasitasnya masing-masing.
Kata kunci : estimasi biaya konseptual, faktor kapasitas biaya, analisis regresi linier
ix
ABSTRACT
CONCEPTUAL COST ESTIMATION
OF BUILDING CONSTRUCTION
USING COST CAPACITY FACTOR
Conceptual cost estimation is cost estimation based on the concept or general picture of the building to be constructed. One method of conceptual cost estimation on building construction is the cost capacity factor method. To be able to use the method of the cost capacity factor, the cost of capacity factor values should be known in advance.
Cost capacity factor values are sought by analyzing the relationship between cost and capacity using simple linear regression model. The analysis of the relationship with the cost of capacity was carried out by first logarithming cost and capacity. The value of slope in the regression model is the capacity factor cost sought.
The result of the analysis showed, the capacity factor in the cost of physical capacity (floor area) for social culture building with a special classification and number of 4 floors respectively were 0,955 and 0,956; for office buildings with a simple classification, not simple, a number of floors 1, number of floors 2 and 3 at sequence was 0,993; 1,269; 1,018; 1,228; 1,501; for school buildings with the classification number of floors 2 was 0,637, while the functional capacity (the number of users), for social culture building with a special classification and number of floors 4 was respectively 0,947 and 0,959; for office buildings with a simple classification, not simple, a number of floors 1, number of floors 2 and 3 respectively was 1,009; 1,274; 1,055; 1,313 and 1,514; for school buildings with the classification number of floors 2 was 0,319. Conceptual cost estimation of building construction was obtained by multiplying the known prior costs with the comparative result between the planned capacity with the known capacity powered by cost capacity factor by function, classification and type of capacity respectively. Key word : conceptual cost estimation, cost capacity factor, linear regression analysis.
x
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM . .................................................................................. i
PRASYARAT GELAR .............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ............................... iv
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ v
UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................... vi
ABSTRAK .............. .............................................................................. viii
ABSTRACT ............ ................................................................................ ix
DAFTAR ISI ........... ................................................................................. x
DAFTAR TABEL .... .............................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 3
1.5 Batasan Masalah .......................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 5
2.1 Perencanaan Biaya Proyek............................................................ 5
2.2 Estimasi Biaya .............................................................................. 6
xi
2.3 Metode Faktor Kapasitas Biaya .................................................... 8
2.4 Normalisasi ............................................................................... 10
2.5 Regresi Linier Sederhana ............................................................ 12
2.6 Linierisasi Kurve Tidak Linier .................................................... 13
2.7 Bangunan Gedung di Indonesia .................................................. 15
2.8 Validasi ...... ............................................................................... 20
2.9 Koefisien Korelasi dan Koefisien Penentu .................................. 21
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN .......... 24
3.1 Kerangka Penelitian ................................................................... 24
3.1.1 Persiapan data .................................................................... 24
3.1.2 Database ............................................................................ 24
3.1.3 Pengolahan data ................................................................. 25
3.1.4 Model ............................................................................... 26
3.1.5 Aplikasi ............................................................................. 26
3.2 Konsep Penelitian ...................................................................... 27
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................ 29
4.1 Rancangan Penelitian ............................................................... 29
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 29
4.3 Penentuan Sumber Data ............................................................. 29
4.4 Variabel Penelitian .................................................................... 30
4.5 Instrumen Penelitian .................................................................. 31
4.6 Prosedur Penelitian .................................................................... 31
4.7 Analisis Data ............................................................................. 31
xii
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 33
5.1 Umum ....... ............................................................................... 33
5.2 Analisis untuk Menentukan Faktor Kapasitas Biaya .................. 35
5.2.1 Normalisasi ....................................................................... 35
5.2.2 Hubungan biaya dengan luas bangunan ............................. 39
5.2.2.1 Hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial
budaya ...................................................................... 39
5.2.2.2 Hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor 47
5.2.2.3 Hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah 51
5.2.3 Hubungan biaya dengan jumlah pemakai .......................... 55
5.2.3.1 Hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan
sosial budaya ............................................................ 58
5.2.3.2 Hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan
kantor dan sekolah ................................................... 65
5.3 Faktor Kapasitas Biaya Bangunan Gedung ................................. 67
5.4 Validasi Model Faktor Kapasitas Biaya ..................................... 71
5.5 Aplikasi Faktor Kapasitas Biaya ................................................. 78
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 82
6.1 Simpulan ... ............................................................................... 82
6.2 Saran ......... ............................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 86
LAMPIRAN ............ ............................................................................... 87
xiii
DAFTAR TABEL
2.1. Persyaratan Minimal Sarana dan Prasarana SD/MI ........................... 20
2.2 Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan ............... 23
5.1 Daftar biaya bangunan gedung asrama dan kantor ............................ 33
5.2 Daftar biaya bangunan gedung laboratorium, puskesmas, rumah sakit
dan sekolah ..... ............................................................................... 34
5.3 Daftar biaya bangunan gedung asrama dan kantor setelah
dinormalisasi ... ............................................................................... 37
5.4 Daftar biaya bangunan gedung laboratorium, puskesmas, rumah sakit
dan sekolah setelah dinormalisasi ..................................................... 38
5.5 Daftar biaya dan luas lantai bangunan asrama .................................. 39
5.6 Daftar biaya dan luas lantai bangunan kantor, laboratorium,
puskesmas, rumah sakit dan sekolah ................................................ 40
5.7 Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan PerMen P. U.
No. 45/PRT/M/2007 (asrama, laboratorium, kantor, puskermas dan
sekolah)............ ............................................................................... 42
5.8 Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan PerMen P. U.
No. 45/PRT/M/2007 (kantor dan rumah sakit) ................................. 43
5.9 Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan jumlah lantai 1 ...... 44
5.10 Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan
jumlah lantai 2, 3 dan 4 .................................................................... 45
5.11 Daftar biaya dan luas lantai bangunan kantor ................................... 47
xiv
5.12 Klasifikasi bangunan kantor berdasarkan PerMen P. U.
No. 45/PRT/M/2007 ........................................................................ 48
5.13 Klasifikasi bangunan kantor berdasarkan jumlah lantai .................... 50
5.14 Daftar biaya dan luas lantai bangunan sekolah ................................. 51
5.15 Klasifikasi bangunan sekolah berdasarkan PerMen
P. U. No. 45/PRT/M/2007 ............................................................... 52
5.16 Klasifikasi bangunan sekolah berdasarkan jumlah lantai .................. 54
5.17 Jumlah pemakai bangunan gedung sosial budaya
(asrama, kantor, laboratorium dan puskesmas) ................................ 58
5.18 Jumlah pemakai bangunan gedung sosial budaya
(rumah sakit dan sekolah) ................................................................ 59
5.19 Klasifikasi berdasarkan PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007
(khusus dan sederhana) ................................................................... 60
5.20 Klasifikasi berdasarkan PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007
(sederhana dan tidak sederhana) ...................................................... 61
5.21 Klasifikasi berdasarkan jumlah lantai 1, 2 dan 3 .............................. 63
5.22 Klasifikasi berdasarkan jumlah lantai 3 dan 4 .................................. 64
5.23 Model dan faktor kapasitas biaya hasil analisis hubungan biaya
dengan luas bangunan dan biaya dengan jumlah pemakai ................ 69
5.24 Error estimate faktor kapasitas biaya hasil analisis hubungan biaya
dengan luas bangunan dan biaya dengan jumlah pemakai ................ 75
5.25 Faktor kapasitas biaya menurut klasifikasi dan kapasitasnya setelah
uji validasi........ ............................................................................... 78
xv
5.26 Rumusan matematis estimasi biaya konseptual menurut
Klasifikasinya .. ............................................................................... 79
xvi
DAFTAR GAMBAR
2.1. Bagan Klasifikasi Bangunan Gedung menurut UUBG No. 28/2002 ..... 15
3.1. Skema Konsep Model Faktor Kapasitas Biaya.................................. … 28
5.1 Diagram tingkat jumlah masing-masing fungsi bangunan gedung ........ 35
5.2 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya ...... 41
5.3 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya
berdasarkan klasifikasi menurut PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 .... 43
5.4 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya
berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai ..................................... 46
5.5 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor ................. 48
5.6 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor berdasarkan
klasifikasi menurut PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 ...................... 49
5.7 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor berdasarkan
klasifikasi menurut jumlah lantai ......................................................... 50
5.8 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah ............... 52
5.9 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah berdasarkan
klasifikasi menurut PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 ....................... 53
5.10 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah berdasarkan
klasifikasi menurut jumlah lantai ......................................................... 54
5.11 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial
budaya ............ ................................................................................... 59
xvii
5.12 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial budaya
berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No. 45/PRT/M/2007 ............................................................................ 62
5.13 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial budaya
berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai ..................................... 64
5.14 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan kantor ........ 65
5.15 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan kantor
berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No. 45/PRT/M/2007 ............................................................................ 66
5.16 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan kantor
berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai ...................................... 66
5.17 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sekolah ....... 66
5.18 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sekolah
berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No. 45/PRT/M/2007 ............................................................................ 67
5.19 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sekolah
berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai ...................................... 67
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel luas lantai, jumlah pemakai dan biaya bangunan kantor
serta klasifikasinya .................................................................... 87
Lampiran 2 Tabel luas lantai, jumlah pemakai dan biaya bangunan sekolah
serta klasifikasinya ..................................................................... 88
Lampiran 3 Error Estimate bangunan sosial budaya yang terklasifikasi
ke dalam bangunan khusus ( hubungan biaya dengan luas ) ........ 89
Lampiran 4 Estimate bangunan sosial budaya yang terklasifikasi
ke dalam bangunan berlantai 4 ( hubungan biaya dengan luas ) .. 90
Lampiran 5 Error Estimate bangunan kantor yang terklasifikasi ke dalam
bangunan sederhana ( hubungan biaya dengan jumlah
pemakai ) ................................................................................... 91
Lampiran 6 Error Estimate bangunan kantor yang terklasifikasi ke dalam
bangunan tidak sederhana ( hubungan biaya dengan jumlah
pemakai ) ................................................................................... 92
Lampiran 7 Error Estimate bangunan kantor yang terklasifikasi ke dalam
bangunan berlantai 1 ( hubungan biaya dengan jumlah
pemakai ) ................................................................................... 93
Lampiran 8 Error Estimate bangunan kantor yang terklasifikasi ke dalam
bangunan berlantai 2 ( hubungan biaya dengan jumlah
pemakai ) ................................................................................... 94
xix
Lampiran 9 Error Estimate bangunan kantor yang terklasifikasi ke dalam
bangunan berlantai 3 ( hubungan biaya dengan jumlah
pemakai ) ................................................................................... 95
Lampiran 10 Error Estimate bangunan sekolah yang terklasifikasi ke dalam
bangunan berlantai 2 ( hubungan biaya dengan jumlah
pemakai ) .................................................................................. 96
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Estimasi biaya merupakan hal penting dalam dunia konstruksi. Estimasi
biaya konstruksi dikerjakan sebelum pelaksanaan fisik konstruksi dilakukan dan
memerlukan analisis detail dan kompilasi dokumen karena estimasi biaya
mempunyai dampak pada kesuksesan proyek dan perusahaan. Keakuratan dalam
estimasi biaya tergantung pada informasi-informasi terbaru dalam bidang
konstruksi yang didapat, disamping pemilihan jenis estimasi biaya yang
dipergunakan.
Secara umum estimasi biaya konstruksi dibedakan menjadi estimasi biaya
konseptual dan estimasi biaya detail. Estimasi biaya konseptual adalah estimasi
biaya berdasarkan konsep atau gambaran secara umum terhadap bangunan yang
akan dibangun, misalnya rumah sederhana, rumah mewah, dan sebagainya.
Melalui estimasi ini diperoleh biaya konseptual yaitu biaya berdasarkan gambaran
umum yang menjadi acuan terhadap konstruksi bangunan yang direncanakan
sebelum biaya detail dihitung. Estimasi biaya detail adalah estimasi biaya
berdasarkan perhitungan secara detail terhadap kuantitas dan biaya satuan tiap
komponen bangunan sehingga diperoleh biaya total yang lebih akurat.
Berbagai metode dipakai dalam melakukan estimasi biaya konseptual
pada konstruksi bangunan gedung. Salah satu metode estimasi biaya konseptual
pada konstruksi bangunan gedung adalah metode faktor kapasitas biaya. Metode
2
faktor kapasitas biaya ini mengambil dasar bahwa terdapat suatu hubungan
diantara beberapa proyek bangunan sejenis namun nilai, luas dan jumlah
pemakainya berbeda. Biaya sebuah bangunan baru diperoleh setelah faktor
kapasitas biaya diketahui. Faktor kapasitas biaya merupakan suatu koefisien pada
masing-masing fungsi bangunan yang diperoleh melalui proses tertentu
berdasarkan data biaya dan ukuran atau kapasitas proyek yang sudah diketahui
dan memiliki jenis yang sama.
Dalam prosesnya, metode faktor kapasitas biaya sebagai salah satu metode
estimasi biaya konseptual pada konstruksi bangunan gedung mengklasifikasikan
setiap bangunan untuk mengetahui faktor kapasitas fisik yaitu berupa luas lantai
dan kapasitas fungsional berupa jumlah orang pemakai, pada konstruksi bangunan
gedung yang bersangkutan. Kapasitas fisik berupa luas lantai dan kapasitas
fungsional berupa jumlah orang pemakai, masing-masing diplot bersama-sama
dengan biaya konstruksi bangunan gedung sehingga secara umum terdapat
hubungan antara masing-masing faktor kapasitas biaya dengan biaya konstruksi
bangunan gedung yang dapat dilihat dengan adanya suatu model persamaan.
Masing-masing nilai faktor kapasitas biaya bisa diketahui dari model persamaan
yang telah diperoleh berdasarkan penjelasan di atas.
Metode estimasi biaya konseptual pada negara maju telah banyak dikenal
dan dipergunakan dengan baik dalam dunia konstruksi antara lain untuk
pembuatan fasilitas pabrik proses kimia, peralatan kontrol untuk polusi udara serta
bandara (Abduh,2006). Walaupun demikian, penggunaan metode faktor kapasitas
biaya untuk estimasi biaya konseptual pada konstruksi bangunan gedung belum
3
banyak dikenal, khususnya di Bali. Selama ini yang banyak dipergunakan dalam
estimasi biaya konseptual pada konstruksi bangunan gedung adalah estimasi
parameter menurut fungsi bangunan gedung tersebut atau dengan menggunakan
data masa lalu yang diperbarui dengan menggunakan indeks biaya. Untuk bisa
memakai metode faktor kapasitas biaya dalam melakukan estimasi biaya
konseptual pada konstruksi bangunan gedung maka nilai faktor kapasitas biaya
harus diketahui terlebih dahulu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Berapa nilai faktor kapasitas biaya bangunan gedung pada model estimasi
biaya konseptual bangunan gedung berdasarkan hubungan biaya dengan luas
lantai bangunan dan hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan?
2. Bagaimana menentukan estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dengan
faktor kapasitas biaya bangunan gedung?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui model biaya bangunan gedung berdasarkan kapasitas fisik
dan kapasitas fungsional.
2. Untuk mengetahui nilai faktor kapasitas biaya pada masing-masing bangunan
gedung sebagai faktor dalam melakukan estimasi biaya konseptual konstruksi
bangunan gedung dengan memakai metode faktor kapasitas biaya.
4
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Dapat melakukan estimasi biaya konseptual konstruksi bangunan gedung
dengan menggunakan faktor kapasitas biaya.
2. Estimasi biaya konseptual konstruksi bangunan gedung dengan menggunakan
faktor kapasitas biaya bisa dijadikan sebagai alternatif dalam melakukan
estimasi biaya konseptual konstruksi bangunan gedung.
1.5 Batasan Masalah
1. Lokasi obyek penelitian dibatasi pada beberapa wilayah di Kota Denpasar dan
Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
2. Obyek penelitian difokuskan pada bangunan gedung pemerintah menurut
klasifikasi sesuai UUBG No. 28/2002 berupa bangunan gedung sosial budaya
yang terdiri dari bangunan gedung pendidikan, layanan kesehatan dan
pelayanan umum.
3. Jumlah pemakai bangunan gedung pemerintah menurut klasifikasi sesuai
UUBG No. 28/2002 dihitung berdasarkan peraturan yang berlaku atau
berdasarkan standar perencanaan yang ada.
4. Rencana Anggaran Biaya terdahulu yang dipakai berada pada rentang tahun
2002 sampai dengan 2009.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Perencanaan Biaya Proyek
Biaya yang diperlukan untuk suatu proyek dapat mencapai jumlah yang
sangat besar dan tertanam dalam kurun waktu yang cukup lama. Oleh karena itu
perlu dilakukan identifikasi biaya proyek dengan tahapan perencanaan biaya
proyek sebagai berikut :
1. Tahapan pengembangan konseptual, biaya dihitung secara global berdasarkan
informasi desain yang minim. Dipakai perhitungan berdasarkan unit biaya
bangunan berdasarkan harga per kapasitas tertentu.
2. Tahapan desain konstruksi, biaya proyek dihitung secara agak detail
berdasarkan volume pekerjaan dan informasi harga satuan.
3. Tahapan pelelangan , biaya proyek dihitung oleh beberapa kontraktor agar
didapat penawaran terbaik, berdasarkan spesifikasi teknis dan gambar kerja
yang cukup dalam usaha mendapatkan kontrak pekerjaan.
4. Tahapan pelaksanaan, biaya proyek pada tahapan ini dihitung lebih detail
berdasarkan kuantitas pekerjaan, gambar shop drawing dan metode
pelaksanaan dengan ketelitian yang lebih tinggi.
Untuk menentukan biaya suatu unit pekerjaan sebagai bagian dari kegiatan
proyek, dilakukan estimasi biaya (Husen, 2009).
6
2.2 Estimasi Biaya
Rekayasa pembangunan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang
berdasarkan analisis dari berbagai aspek untuk mencapai sasaran dan tujuan
tertentu dengan hasil seoptimal mungkin. Aspek itu dapat dikelompokkan menjadi
4 tahapan yaitu (Kodoatie, 1995) :
1. Tahapan studi
2. Tahapan perencanaan
3. Tahapan pelaksanaan
4. Tahapan operasi dan pemeliharaan
Pada tahap perencanaan sangat penting untuk memperhatikan perkiraan
biaya untuk membangun proyek karena memiliki fungsi dengan spektrum yang
amat luas bagi masing-masing organisasi peserta proyek dengan penekanannya
yang berbeda-beda. Bagi pemilik, angka yang menunjukkan jumlah perkiraan
biaya akan menjadi salah satu patokan untuk menentukan kelanjutan investasi.
Untuk kontraktor, keuntungan financial yang akan diperoleh tergantung kepada
seberapa jauh kecakapannya membuat perkiraan biaya, bila penawaran harga yang
diajukan terlalu tinggi kemungkinan besar kontraktor yang bersangkutan akan
mengalami kekalahan, sebaliknya bila memenangkan lelang dengan harga terlalu
rendah akan mengalami kesulitan di belakang hari. Untuk konsultan, angka
tersebut diajukan kepada pemilik sebagai usulan jumlah biaya terbaik untuk
berbagai kegunaan sesuai perkembangan proyek dan sampai derajat tertentu,
kredibilitasnya terkait dengan kebenaran atau ketepatan angka-angka yang
diusulkan (Soeharto, 1997).
7
Perkiraan biaya atau estimasi biaya adalah seni memperkirakan (the art of
approximating) kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan
yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada waktu itu (Soeharto, 1997).
Dalam prosesnya, tiap-tiap kategori estimasi harus secara hati-hati dipersiapkan
dari tingkat estimasi konseptual sampai pada estimasi detail untuk memperoleh
keakuratan estimasi biaya konstruksi. Keakuratan estimasi biaya konstruksi
seharusnya meningkat sesuai dengan perubahan proyek, dari perencanaan, desain
hingga estimasi akhir pada saat penyelesaian proyek. Hal ini bisa diprediksi dari
estimasi konseptual yang akan membentuk batasan, dengan tingkat keakuratannya
relatif luas terhadap nilai kontrak proyek konstruksi, karena tidak semua
gambaran desain dan detail disebutkan selama perencanaan awal.
Estimasi biaya dibedakan menjadi estimasi biaya konseptual dan estimasi
biaya detail. Estimasi biaya konseptual adalah estimasi biaya berdasarkan konsep
bangunan yang akan dibangun. Estimasi biaya konseptual ini bisa disebut juga
sebagai perkiraan biaya pendahuluan. Sebagaimana telah disampaikan
sebelumnya bahwa perkiraan biaya pendahuluan dikerjakan pada tahap konseptual
di mana dalam tahap ini semua aspek yang berkaitan dengan rencana investasi
dikembangkan, dikaji dan disaring untuk sampai pada suatu laporan yang dapat
dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan untuk tahap berikutnya (Soeharto,
1997). Tuntutan yang harus dipenuhi untuk bisa berlanjutnya rencana investasi
adalah kualitas perkiraan biaya yang berkaitan dengan akurasi estimasi biaya
tersebut. Kualitas suatu estimasi biaya yang berkaitan dengan akurasi dan
kelengkapan unsur-unsurnya tergantung pada hal-hal berikut (Soeharto, 1997) :
8
a. Tersedianya data dan informasi
b. Teknik atau metode yang digunakan
c. Kecakapan dan pengalaman estimator
d. Tujuan pemakaian perkiraan biaya
Tersedianya data dan informasi memegang peranan penting dalam hal
kualitas perkiraan biaya yang dihasilkan. Hal ini juga memerlukan kecakapan,
pengalaman serta judgement dari estimator dan tergantung pula dengan metode
perkiraan biaya yang dipakai. Terkait dengan metode yang digunakan, dikenal
beberapa metode estimasi biaya yaitu :
1. Metode parametrik
2. Metode dengan memakai daftar indeks harga dan informasi proyek terdahulu
3. Metode menganalisis unsur-unsurnya
4. Menggunakan metode faktor
5. Quantity take off dan harga satuan
6. Unit price
7. Memakai data dan informasi proyek yang bersangkutan
Metode mana yang hendah dipakai tergantung pada keperluan dan tersedianya
data serta informasi pada waktu itu (Soeharto, 1997).
2.3 Metode Faktor Kapasitas Biaya
Estimasi biaya konseptual dapat dilakukan dengan menggunakan data
masa lalu yang diperbarui dengan dasar pemikiran bahwa diantara beberapa
proyek sejenis namun besar dan kapasitasnya berbeda terdapat suatu korelasi.
9
Pendekatan yang dipakai dalam metode ini adalah mencoba meletakkan dasar
hubungan matematis yang mengaitkan biaya dengan kapasitas tertentu dari objek
(Soeharto, 1997). Metode ini amat praktis untuk melakukan pengujian secara
cepat dalam suatu kegiatan analisis biaya. Hal ini tepat digunakan pada waktu
belum tersedianya data dan informasi untuk membuat perkiraan biaya yang lebih
akurat. Meskipun demikian karena metode ini disusun atas dasar catatan terdahulu
maka pemakaiannya harus hati-hati, perlu dikaji apakah kondisi proyek yang
sedang disiapkan serupa dengan proyek terdahulu sehingga angka-angka yang
diperoleh masih dapat diterapkan (Soeharto, 1997). Rumus matematis yang
menunjukkan hubungan antara biaya dengan kapasitas tertentu seperti tersebut di
atas adalah berupa kurva pangkat seperti pada Persamaan 2.1. di bawah ini :
m
QQCC
1
212 ……………………………………………………………… (2.1)
dengan;
C1= biaya untuk kapasitas yang diketahui (Rp)
C2 = biaya untuk kapasitas yang ingin diketahui (Rp)
Q2 = ukuran/kapasitas fasilitas yang ingin diketahui (m2 atau orang)
Q1 = ukuran/kapasitas fasilitas yang diketahui (m2 atau orang)
m = faktor kapasitas biaya
Faktor kapasitas biaya (m) yang terdapat dalam Persamaan 2.1. diperoleh
dari hasil hubungan biaya dengan kapasitas tertentu suatu objek menggunakan
kurva linier seperti Persamaan 2.2. di bawah ini :
y = mx + q ...……………………………………………………………… (2.2)
10
dengan;
y = biaya,
x = kapasitas,
m = faktor kapasitas biaya
q = komponen tetap
2.4 Normalisasi
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa estimasi biaya konseptual dapat
dilakukan dengan menggunakan data masa lalu yang diperbarui dengan dasar
pemikiran bahwa diantara beberapa proyek sejenis namun besar dan kapasitasnya
berbeda terdapat suatu korelasi, maka perihal harga di waktu yang lalu dan
korelasinya terhadap tingkat harga saat ini dapat ditemui dalam penerbitan
berkala sebagai indeks harga. Indeks harga adalah angka perbandingan antara
harga pada suatu waktu ( tahun tertentu) terhadap harga pada waktu (tahun) yang
digunakan sebagai dasar (Soeharto, 1997). Dengan memahami dasar teori yang
disampaikan di atas maka dapat diartikan bahwa adanya data masa lalu tentunya
terkait dengan waktu dan lokasinya masing-masing. Perbedaan lokasi yang ada
dapat terkorelasi ke lokasi yang menjadi acuan dan diterjemahkan suatu rumusan
seperti persamaan 2.3. berikut :
L
BLB I
ICC .................................................................................................... (2.3)
dengan;
CB = biaya menurut lokasi acuan (Denpasar)
CL = biaya dari suatu lokasi yang diketahui
11
IB = indeks harga konsumen menurut lokasi acuan (Denpasar)
IL = indeks harga konsumen dari suatu lokasi yang diketahui
Demikian juga halnya adanya perbedaan waktu di masa lampau dapat
terkorelasi pada waktu yang menjadi acuan dasar. Persamaan yang mewakilinya
seperti pada Persamaan 2.4.
n
lalusekarangixBiayaBiaya
1001 ………………………………………... (2.4)
dengan;
i = angka inflasi
n = selisih waktu (tahun)
Indeks harga konsumen adalah suatu ukuran statistik yang dapat
menunjukkan perubahan-perubahan pada harga komoditas dan jumlah barang
yang diminta oleh konsumen dari waktu ke waktu. Indeks harga konsumen
disusun oleh Badan Pusat Statistik berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan
dari berbagai sumber relevan, seperti pasar konsumen, produsen, lembaga-
lembaga konsumen dan sebagainya. Penetapan indeks harga konsumen dilakukan
dengan mempergunakan metode tertentu baik dengan indeks angka ditimbang
maupun dengan angka indeks tidak ditimbang. Waktu dasar yang dipergunakan
adalah tahun dimana ekonomi dianggap dalam keadaan stabil dan tidak berjauhan
dengan tahun yang akan datang.
12
Dalam penetapan indeks harga konsumen, ada beberapa faktor yang
dianggap mempunyai pengaruh cukup besar terhadap pembentukan harga
konsumen yaitu :
1. Kebijakan pemerintah berkenaan dengan politik ekonomi dan moneter serta
politik perdagangan luar negeri.
2. Kebijakan harga yang ditetapkan oleh pemerintah.
3. Jumlah permintaan konsumen terhadap komoditas.
4. Kenaikan pendapatan masyarakat.
5. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen.
6. Nilai mata uang jika dibandingkan dengan kurs.
2.5 Regresi Linier Sederhana
Dalam penelitian orang bisa bekerja menggunakan model yang bisa
diartikan sebagai suatu hubungan fungsional antara peubah. Dengan model itu kita
berusaha memahami, menerangkan, mengendalikan dan kemudian
memprediksikan kelakuan sistem yang kita teliti. Model juga menolong dalam
menentukan hubungan kausal antara dua atau lebih peubah. Secara umum model
merupakan penyederhanaan dan abstraksi dari keadaan alam yang sesungguhnya.
Keadaan alam yang ingin diteliti biasanya rumit dan kemampuan kita menelitinya
secara keseluruhan amat terbatas, karena itu kita perlu menyederhanakannya
sesuai dengan kemampuan akal kita menghadapinya. Dari pengalaman di masa
lalu atau dari dugaan mengenai hubungan antara peubah dalam sistem yang
13
diteliti, dirumuskan perkiraan kelakuan sistem tersebut dalam berbagai situasi
(Sembiring, 2003).
Model yang dibicarakan ini akan selalu berbentuk fungsi dan regresi
merupakan alat yang ampuh dalam pembentukannya (Sembiring, 2003). Regresi
yang berarti peramalan merupakan alat analisis hubungan yang digunakan untuk
meramalkan atau memperkirakan nilai dari satu variabel dalam hubungannya
dengan variabel yang lain melalui persamaan garis regresi. Regresi ini dapat
berbentuk regresi linier yaitu regresi yang memperlihatkan data yang ada dapat
dinyatakan berada pada suatu garis lurus dan regresi non linier yaitu regresi yang
memperlihatkan data yang ada tidak dapat dinyatakan pada suatu garis lurus
(Hasan, 2008).
Regresi linier dapat berupa regresi linier sederhana, yaitu regresi linier
yang hanya melibatkan dua variabel yaitu satu variabel bebas X dan satu variabel
terikat Y dan regresi linier berganda yaitu regresi linier yang melibatkan lebih dari
dua variabel, satu variabel terikat Y dan dua atau lebih variabel bebas (X1, X2, X3,
..., Xn) (Hasan, 2008). Apabila model tersebut diterjemahkan secara matematis
maka Persamaan 2.2. sebagai perwakilannya. Dalam persamaan tersebut, m dan q
disebut koefisien regresi yang nilainya ditentukan dari data, sedangkan y
menyatakan prediksi (Sembiring, 2003).
2.6 Linierisasi Kurve Tidak Linier
Dalam praktek sering dijumpai bahwa sebaran titik-titik pada sistem
koordinat mempunyai kecenderungan (trend) yang berupa kurve lengkung
14
sehingga persamaan 2.2 tidak bisa langsung digunakan. Agar persamaan regresi
linier dapat digunakan untuk mempresentasikan kurve lengkung, maka perlu
dilakukan transformasi koordinat sedemikian rupa sehingga sebaran titik data bisa
dipresentasikan dalam kurve linier. Berikut ini diberikan dua fungsi transformasi
data yang bisa digunakan, yaitu fungsi eksponensial dan fungsi berpangkat.
1) Persamaan berpangkat
Persamaan berpangkat diberikan oleh bentuk berikut ini 2b2 xay dengan
a2 dan b2 adalah koefisien konstan. Persamaan tersebut dapat dilinierkan dengan
menggunakan fungsi logaritmik sehingga didapat log y = b2 log x + log a2 yang
merupakan hubungan log-log antara log y dan log x. Persamaan tersebut
mempunyai bentuk garis lurus dengan kemiringan b2 dan memotong sumbu log y
pada log a2.
2) Fungsi exponensial
Contoh lain dari kurve tak linier adalah fungsi eksponensial seperti
diberikan oleh bentuk berikut xb1
1eay dengan a1 dan b1 adalah konstanta.
Persamaan tersebut dapat dilinierkan dengan menggunakan logaritma natural
sehingga menjadi ln y = ln a1 + b1x ln e, karena ln e = 1, maka ln y = ln a1 + b1x.
Persamaan log y = b2 log x + log a2 merupakan hubungan semi logaritmik antara
ln y dan x. Persamaan tersebut mempunyai bentuk garis lurus dengan kemiringan
b1 dan memotong sumbu ln y pada ln a1.
15
2.7 Bangunan Gedung di Indonesia
Definisi tentang bangunan gedung dalam Undang-undang Republik
Indonesia nomor 28 tahun 2002 adalah "wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi
yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di
atas dan atau di dalam tanah dan atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia
melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus".
Untuk memudahkan pengaturan menurut kelompok kegunaan gedung
dalam hal teknis dan administrasi, UUBG No. 28/2002 mengklasifikasikan
bangunan gedung fungsinyaseperti pada Gambar 2.1 dibawah ini :
Pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007, bangunan
gedung negara menurut tingkat kompleksitasnya diklasifikasikan menjadi 3 yaitu
bangunan sederhana, bangunan tidak sederhana, dan bangunan khusus.
Perkantoran Perdagangan Penginapan Industri Terminal Penyimpanan Pariwisata
Masjid Gereja Pura Wihara Kelenten
Pendidikan Layanan Kesehatan Pelayanan Umum Kebudayaan
Kemiliteran Reaktor Dll
R. Tinggal Tunggal R. Tinggal Deret R. Tinggal Susun R. Tinggal Sementara
Bangunan Gedung
Usaha Keagamaan Sosial Budaya
Khusus Hunian
Gambar 2.1 Bagan Klasifikasi Bangunan Gedung menurut UUBG No. 28/2002
16
a. Klasifikasi Bangunan Sederhana, antara lain:
1. Gedung yang sudah ada desain prototipenya, atau bangunan gedung dengan
jumlah lantai s.d. 2 lantai dengan luas sampai dengan 500 m2;
2. Bangunan rumah dinas tipe C, D, dan E yang tidak bertingkat;
3. Gedung pelayanan kesehatan: puskesmas; dan
4. Gedung pendidikan tingkat dasar dan/atau lanjutan dengan jumlah lantai s.d.
2 lantai.
b. Klasifikasi Bangunan tidak Sederhana, antara lain:
1. Gedung yang belum ada desain prototipenya, atau gedung dengan luas di
atas dari 500 m2, atau gedung bertingkat di atas 2 lantai;
2. Bangunan rumah dinas tipe A dan B; atau rumah dinas C, D, dan E yang
bertingkat lebih dari 2 lantai, rumah negara yang berbentuk rumah susun;
3. Gedung Rumah Sakit Klas A, B,C, dan D; dan
4. Gedung pendidikan tinggi universitas/akademi; atau gedung
pendidikan dasar/lanjutan bertingkat di atas 2 lantai.
c. Klasifikasi Bangunan Khusus, merupakan bangunan gedung negara yang
memiliki penggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam perencanaan dan
pelaksanaannya memerlukan penyelesaian/teknologi khusus. Bangunan
tersebut antara lain:
1. Istana negara dan rumah jabatan presiden & wakil presiden,
2. Wisma negara,
3. Gedung instalasi nuklir,
17
4. Gedung instalasi pertahanan, bangunan POLRI dengan penggunaan dan
persyaratan khusus,
5. Gedung laboratorium,
6. Gedung terminal udara/laut/darat,
7. Stasiun kereta api,
8. Stadion olah raga,
9. Rumah tahanan,
10. Gudang benda berbahaya,
11. Gedung bersifat monumental,
12. Gedung kantor perwakilan negara R.I. di luar negeri.
Dalam menghitung luas ruang bangunan gedung kantor yang diperlukan,
dihitung berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 45/PRT/M/2007
dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi
sederhana rata-rata sebesar 9,6 m2 per personil;
2. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk klasifikasi tidak
sederhana rata-rata sebesar 10 m2 per personil;
3. Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang-ruang khusus atau
ruang pelayanan masyarakat, kebutuhannya dihitung secara tersendiri (studi
kebutuhan ruang) diluar luas ruangan untuk seluruh personil yang akan
ditampung.
Desain awal sebuah bangunan harus memperhatikan kapasitas bangunan
yang akan didesain. Sebagai dasar penentuan kapasitas atau daya tampung yang
18
akan direncanakan adalah mengikuti standar perencanaan bangunan menurut jenis
bangunan yang akan dibangun (Neufert,1989). Asrama dengan kamar tidur
terpisah, luas kamarnya lebih besar dari 6 m2, sebaiknya 9 m2. Tempat tidur
sebaiknya tidak disusun berderet dan sebaiknya setiap tempat tidur dilengkapi
lemari pakaian dan barang pribadi yang diletakkan di sisi tempat tidur, aliran
udara harus cukup baik. Tingkat pengawasan penghuni asrama tergantung pada
system yang dianut. Pengawas asrama membutuhkan ruang keluarga dan kamar
tidur masing-masing dengan luas 18 m2 (Neufert,1989).
Daya tampung bangunan perkantoran dapat ditelusuri melalui jenis/bentuk
organisasinya. Berdasarkan bentuk organisasi ini, diketahui jumlah orang menurut
tingkatan jabatannya secara fuugsional. Hal ini, nanti akan mempengaruhi jenis
ruang yang harus tersedia dalam kantor tersebut. Jumlah orang yang
terdeskripsikan melalui struktur organisasi kantor akan menentukan ukuran luas
ruang yang dibutuhkan. Kebutuhan ruang kantor dapat dihitung melalui 2 cara
bersamaan (Neufert,1989), yaitu :
a. Ruang gerak orang (standar ruang perorangan dikalikan jumlah orang)
ditambahkan dengan ruang tambahan untuk sarana penunjang dan faktor untuk
sirkulasi utama,
b. Ruang bebas untuk bukan orang, misal ruang mesin.
Secara ideal ukuran ruang laboratorium ditentukan oleh ukuran
anthropometric, misalnya lebar daun meja diukur berdasarkan daya jangkau
maksimum, menurut teori sekitar 600 tetapi dalam prakteknya berkisar 610 hingga
840. Panjang daun meja bagi siswa yang sedang melakukan penelitian biasanya
19
berkisar antara 2.100 dan 4.600 tergantung pada disiplin ilmu dan persyaratan
khusus dari penelitian yang dikerjakan. Bila peneliti membentuk kelompok
dengan menggunakan alat bersama maka panjang daun meja bias dikurangi
menjadi sekitar 1.500 per orang. Tinggi meja diukur dari permukaan lantai
berkisar antara 450 untuk pekerjaan kimia hingga 90 untuk pekerjaan yang harus
dilakukan sambil berdiri (Neufert,1989).
Puskesmas sebagai tempat untuk pasien berobat jalan terdiri dari ruang
konsultasi, ruang penyelidikan, ruang pemeriksaan dan ruang pengobatan.
Pemeriksaan berkala memakan waktu sekitar 3 jam (kira-kira 10 jam per minggu)
dan dilakukan antara pukul 09.00 – 18.00. Setiap dokter dapat menggunakan
sekaligus 2 kegiatan masing-masing dalam satu ruangan. Penggunaan ruang
diperkirakan 9 kali kunjungan per minggu, dimana rumusan perhitungan
kebutuhan ruang adalah jumlah ruang yang dibutuhkan dibagi 9 sama dengan
kegiatan dalam ruang per minggu. Untuk bangunan rumah sakit secara umum
pembangunannya didasarkan pada 2 unsur utama yakni dasar pelayanan dan
konfigurasi tempat tidur. Dalam perhitungan memakai konfigurasi tempat tidur
perbandingan tempat tidur per tim petugas rumah sakit adalah 20 – 30 pasien.
Selain itu perbandingan tempat tidur untuk suatu rumah sakit lingkungan didapat
angka kira-kira 37 – 46 m2 per tempat tidur untuk bagian perawatan dan 46 – 53
m2 per tempat tidur untuk bagian-bagian utama lainnya (Neufert,1989).
Batasan pengertian ruang untuk tahun-tahun awal pada sekolah yang
menjalankan program wajib belajar lebih banyak mengandalkan pada perencanaan
arsitektural yang dapat dikelompokkan atas 3 kategori (Neufert,1989) yakni :
20
1. Unsur fasilitas dari ruang kelas utama setempat
2. Unsur fasilitas ruang tertutup yang yang dipakai bersama
3. Unsur fasilitas ruang luar yang dipakai bersama
Perubahan acuan perencanaan dari ruang kelas yang baku menjadi pusat-pusat
ruang menurut acuan baru telah dicoba dengan mengubah beberapa sekolah tua.
Persyaratan Minimal Sarana dan Prasarana bangunan SD/MI dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.1. Persyaratan Minimal Sarana dan Prasarana SD/MI
Uraian
Tipe SD/MI Satuan A B C
Jumlah Murid orang Ideal 480 Ideal 240 Min. 90 Jumlah Ruang Kelas buah 12 6 3 Jumlah murid/kelas orang 40 40 30 Jumlah Luas Ruang Kelas m2 672 336 168 Kebutuhan ruang/murid m2
/murid 1,4 1,4 1,87
Kebutuhan Ruang Belajar m2 840 504 168 Kebutuhan Ruang Kantor m2 56 42 - Kebutuhan Ruang Penunjang (kecuali Kantin, parkir, rumah kepsek, mess guru)
m2 67 52 17
Jumlah Luas Ruang Total m2 963 598 185 Lokasi Kab./ kota Kec. /kel. Desa/daerah
terpencil Sumber: Petunjuk Teknis Pembangunan Gedung SD/MI No. CT/TB/PELT/TC/SD/001/99
2.8 Validasi
Salah satu tahap penting dalam pengembangan model adalah melakukan
uji validitasnya. Proses ini meliputi tes dan evaluasi dari model yang
dikembangkan dengan beberapa validasi data. Uji validasi dimaksudkan untuk
mengukur tingkat kesalahan estimasi yang menggunakan faktor kapasitas biaya
21
terhadap data aktual. Koreksi ini juga melihat seberapa besar penyimpangan dari
estimasi biaya konseptual dengan metode faktor kapasitas biaya. Melalui nilai
koreksi yang dilakukan, diharapkan dapat melihat faktor kapasitas biaya untuk
setiap fungsi bangunan yang lebih mendekati kenyataan atau tingkat kesalahan
yang lebih kecil. Tahapan validasi yang dilakukan meliputi:
1. Menentukan data-data bangunan yang memiliki karakteristik sama pada setiap
fungsi bangunan yang nantinya akan menjadi nilai Q1, Q2, C1 dan C2,
2. Menentukan nilai m, Q1, Q2, C1 dan C2 dari data yang terdapat pada setiap
klasifikasi,
3. Input nilai Q1, Q2 dan C1 pada persamaan faktor kapasitas m
QQCC
1
212 ,
menjadi nilai C2,
4. Menentukan prosentase kesalahan antara C2 dan C2 aktual melalui Persamaan
2.4, dan
%100cos
cosmodcosx
actualtactualtelt
estimateError
……………………... (2.5)
5. Nilai kesalahan ini kemudian dapat dirata-rata untuk setiap kelasnya sehingga
dapat diketahui berapa persentase kesalahan pada suatu klasifikasi.
2.9 Koefisien Korelasi dan Koefisien Penentu
Koefisien korelasi (KK) adalah indeks atau bilangan yang digunakan
untuk mengukur derajat hubungan, meliputi kekuatan hubungan dan bentuk/arah
hubungan. Untuk kekuatan hubungan, nilai koefisien korelasi berada di antara -1
22
dan +1. Untuk bentuk/arah hubungan, nilai koefisien korelasi dinyatakan dalam
positif (+) dan negatif (-) atau (-1 ≤ KK ≤ +1) (Hasan, 2008).
Jika koefisien korelasi bernilai positif maka variable-variabel berkorelasi
positif, artinya jika variable yang satu naik/turun maka variable yang lain juga
naik/turun. Semakin dekat nilai koefisien korelasi ke +1 semakin kuat positifnya.
Jika koefisien korelasi bernilai negatif maka variable-variabel berkorelasi negatif,
artinya jika variable yang satu naik/turun maka variable yang lain juga naik/turun.
Semakin dekat nilai koefisien korelasi ke -1 semakin kuat negatifnya. Jika
koefisien korelasi bernilai 0 (nol) maka variable tidak menunjukkan korelasi. Jika
koefisien korelasi bernilai +1 atau -1 maka variable-variabel menunjukkan
korelasi positif atau negative sempurna (Hasan, 2008).
Koefisien penentu (KP) atau koefisien determinasi (KD) adalah angka atau
indeks yang digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan sebuah variabel
atau lebih (variabel bebas X) terhadap variasi (naik/turunnya) variabel yang lain
(variabel terikat Y). Nilai koefisien penentu berada antara 0 sampai 1 (0 ≤ KP ≤
1). Jika nilai koefisien penentu (KP) = 0, berarti tidak pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Jika nilai koefisien penentu (KP) = 1
berarti variasi (naik/turunnya) variabel dependen adalah 100% dipengaruhi oleh
variabel independen. Jika nilai koefisien penentu (KP) berada di antara 0 dan 1 (0
< KP < 1) maka besarnya pengaruh variabel independen terhadap variasi
(naik/turunnya) variabel dependen adalah sesuai dengan nilai KP itu sendiri, dan
selebihnya berasal dari faktor-faktor lain (Hasan, 2008).
23
Untuk menentukan keeratan hubungan/korelasi antar variabel tersebut,
berikut ini diberikan nilai-nilai KK sebagai patokan (Hasan, 2008).
Table 2.2 Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan No. Interval Nilai Kekuatan Hubungan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
KK = 0,00
0,00 < KK ≤ 0,20
0,20 < KK ≤ 0,40
0,40 < KK ≤ 0,70
0,70 < KK ≤ 0,90
0,90 < KK ≤ 1,00
KK = 1,00
Tidak ada
Sangat rendah atau lemah sekali
Rendah atau lemah tapi pasti
Cukup berarti atau sedang
Tinggi atau kuat
Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan
Sempurna
25
BAB III
KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
3.1.1 Persiapan data
Sebagai langkah awal dari penulisan ini adalah mempersiapkan data
dengan terlebih dahulu menentukan klasifikasi bangunan gedung yang akan
dijadikan objek penulisan. Untuk memenuhi kebutuhan terhadap data yang
diperlukan, dilakukan survey ke instansi terkait ataupun ke penyedia jasa
konstruksi untuk memperoleh data-data kontrak tiap jenis bangunan gedung.
Survey juga dilakukan ke Badan Pusat Statistik (BPS) setempat untuk mengetahui
tingkat inflasi pada waktu tertentu dan data lain yang berkaitan.
3.1.2 Database
Berdasarkan survey dan data-data kontrak tiap jenis bangunan yang akan
dicari, akan diketahui rencana anggaran biaya dan luas bangunan yang
bersangkutan. Dari hasil survey ke Badan Pusat Statistik (BPS) diharapkan akan
diperoleh data inflasi dan data indeks harga konsumen. Indeks harga konsumen
tiap lokasi dipakai untuk normalisasi lokasi karena indeks harga konstruksi belum
ada secara resmi di Indonesia. Rencana anggaran biaya, kapasitas bangunan, data
indeks harga konsumen dan data inflasi inilah yang akan menjadi database dari
penulisan ini.
26
3.1.3 Pengolahan data
Pada pengolahan data diawali dengan penentuan real cost pada setiap
fungsi bangunan yang diperoleh dari data RAB yang telah didapat dengan tetap
mengacu pada standar teknis peraturan bangunan gedung. Data biaya yang
diperoleh berasal dari waktu dan lokasi yang berbeda kemudian dinormalisasi.
Normalisasi dilakukan terhadap lokasi dan waktu yang berbeda.
Normalisasi terhadap lokasi dilakukan dengan menggunakan indeks lokasi dari
indeks harga konsumen tiap lokasi. Informasi indeks diperoleh dari BPS dengan
menetapkan lokasi acuan (base location) adalah kota Denpasar. Normalisasi
terhadap waktu dilakukan dengan menggunakan angka inflasi yang dikeluarkan
oleh BPS. Biaya yang dinormalisasi terhadap waktu adalah biaya yang telah
disesuaikan dengan lokasi. Tahun acuan dalam normalisasi terhadap waktu adalah
tahun 2010.
Setelah dilakukan normalisasi, dilanjutkan dengan klasifikasi data,
Klasifikasi data ini untuk melihat perbandingan seberapa besar error yang terjadi
melalui pembagian atau pengelompokan data yang baik menurut aturan tertentu.
Selain itu, untuk melihat apakah dengan diklasifikasikan faktor kapasitas biaya
(m) menjadi lebih spesifik dibandingkan dengan tidak diklasifikasikan. Spesifik
nilai m dalam arti memiliki kecenderungan yang sama atau berbeda antara
kapasitas dan biayanya. Klasifikasi dilakukan menurut Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 yang mengklasifikasikan bangunan
sederhana dan tidak sederhana dan klasifikasi menurut jumlah lantai. Eksponen
faktor kapasitas biaya didapatkan dengan menggunakan algoritma kapasitas dan
27
biaya. Berdasarkan pengeplotan ini kemudian dilakukan analisis hubungan antara
kapasitas dan biayanya dengan model regresi linier sederhana.
3.1.4 Model
Model faktor kapasitas biaya diperoleh dengan analisis hubungan antara
kapasitas dan biayanya. Melalui analisis regresi linier sederhana yang digunakan
dalam penelitian ini, fungsi matematis yang menghubungkan kapasitas dan biaya
bangunannya bisa diketahui. Kapasitas yang dimaksud adalah luas (m2) dan
jumlah orang pemakai. Hasil dari analisis regresi adalah fungsi matematis yang
dapat dikatakan sebagai persamaan regresi. Hasil akhir dari pengembangan faktor
kapasitas biaya adalah nilai faktor kapasitas biaya sesuai dengan fungsi bangunan
dan kapasitas serta batasan atau jangkauan itu dapat berlaku.
Setelah nilai faktor kapasitas biaya (m) sesuai dengan fungsi bangunan dan
kapasitas diketahui, nilai m tersebut disusun pada suatu grafik sesuai slopenya
dengan batasan range untuk slope yang berbeda-beda.
3.1.5 Aplikasi
Pada aplikasi faktor kapasitas biaya, bangunan yang akan dibangun
diestimasi dengan menggunakan data biaya bangunan sebelumnya yang memiliki
karakteristik atau jenis yang sama. Data lampau yang dibutuhkan adalah kapasitas
dan jumlah biayanya. Perhitungan biaya untuk kapasitas yang direncanakan
menggunakan Persamaan 2.1 dengan nilai eksponen faktor kapasitas biaya yang
sudah didapatkan sebelumnya.
28
Salah satu tahap penting dalam pengembangan model adalah melakukan
uji validitasnya. Proses ini meliputi tes dan evaluasi dari model yang
dikembangkan dengan beberapa validasi data. Uji validasi dimaksudkan untuk
mengukur tingkat kesalahan estimasi yang menggunakan faktor kapasitas biaya
terhadap data aktual. Koreksi ini juga melihat seberapa besar penyimpangan dari
estimasi biaya konseptual dengan metode faktor kapasitas biaya. Melalui nilai
koreksi yang dilakukan, diharapkan dapat melihat faktor kapasitas biaya untuk
setiap fungsi bangunan yang lebih mendekati kenyataan atau tingkat kesalahan
yang lebih kecil.
3.2 Konsep Penelitian
Untuk menggambarkan konsep penelitian ini dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
i
Klasifikasi Bangunan Gedung
Pengumpulan Data - Survey
Data-data Kontrak tiap jenis bangunan
BPS
Rencana Anggaran
Biaya
KAPASITAS BANGUNAN
Data Indeks Harga Konsumen
Data
Inflasi
Real Cost
Standar Teknis Peraturan Bangunan Gedung
Normalisasi Data Biaya
Klasifikasi Hubungan Kapasitas dan biaya setiap fungsi bangunan : - Menurut Permen No. 45/PRT/M/2007 - Menurut jumlah lantai
Plot Hubungan dengan algoritma untuk menentukan
nilai m
o
n
o
n
QQm
CC
lnln
Model Faktor Kapasitas Biaya dari
persamaan garis linier dengan nilai m yang
memiliki batas kapasitas tertentu
OUTPUT : Nilai m sesuai range, klasifikasi bangunan dan kapasitas. Listing nilai m pada satu tabel sesuai slopenya dengan batasan range untuk slope yang berbeda-beda
Bangunan yang akan dibangun diestimasi dengan
menggunakan data biaya bangunan sebelumnya yang memiliki jenis yang sama.
Input data: kapasitas rencana (Q2), C1 & Q1 bangunan
lampau
ESTIMASI BIAYA m
QQCC
1
212
Dimana: C1 = biaya yang diketahui C2 = biaya yang ingin diketahui Q2 = ukuran /kapasitas yang ingin
diketahui Q1 = ukuran /kapasitas yang diketahui m = faktor kapasitas biaya
Persiapan Data Database Pengolahan Data Model Aplikasi
Gambar 3.1. Skema Konsep Model Faktor Kapasitas Biaya
29
30
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian diawali dengan pengumpulan data RAB bangunan yang
tergolong fungsi sosial budaya dan dikelompokkan pada masing-masing fungsi
yang lebih spesifik. Real cost dari RAB ditentukan, selanjutnya dilakukan
normalisasi terhadap tempat dan waktu. Jumlah orang pemakai masing-masing
bangunan dihitung berdasarkan peraturan yang berlaku atau dasar acuan standar
yang ada. Analisis hubungan biaya dengan kapasitas dilakukan dengan terlebih
dahulu melogaritmiskan biaya dan kapasitas. Nilai faktor kapasitas yang didapat
dari analisis hubungan tersebut diplot dalam satu tabel, dan nilai-nilai tersebut
diuji dan dicari tingkat kesalahannya. Selanjutnya akan diketahui nilai faktor
kapasitas masing-masing fungsi bangunan beserta dengan klasifikasinya.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten
Badung, Provinsi Bali yang dilaksanakan pada tahun 2009/2010.
4.3 Penentuan Sumber Data
Sumber data yang dimaksud adalah Dokumen Kontrak pembangunan
gedung yang dimiliki penyedia jasa konstruksi yang berada di wilayah Kota
Denpasar dan Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Dokumen kontrak yang diambil
31
disesuaikan dengan rencana klasifikasi yang sudah ditetapkan yakni bangunan
gedung pemerintah menurut klasifikasi sesuai UUBG No. 28/2002 berupa
bangunan gedung sosial budaya yang terdiri dari bangunan gedung pendidikan,
layanan kesehatan, pelayanan umum dan kebudayaan dari beberapa kurun waktu
tertentu sehingga data yang terkumpul dapat langsung dikelompokkan menurut
fungsinya. Tujuan klasifikasi bangunan ini untuk memudahkan ketika survei.
Jumlah data sebagai sampel yang diharapkan bisa terpenuhi setidaknya memenuhi
batasan minimum dari populasi yang ada.
Metode pengumpulan data, selain dengan cara mendatangi langsung
penyedia jasa konstruksi untuk memperoleh informasi mengenai data bangunan
dari dokumen kontrak juga melakukan browsing internet untuk memperoleh data-
data pendukung.
Informasi data, selain dari dokumen kontrak yang akan menunjang
pengolahan data juga dari data inflasi dan indeks konsumen yang diperoleh dari
website Badan Pusat Statistik. Data penunjang, selain dari data di atas juga dari
standar peraturan pedoman bangunan sesuai fungsi gedung yang diteliti yaitu
bangunan pendidikan dasar mengikuti peraturan dari Dikdasmen, pendidikan
tinggi mengikuti peraturan menurut Dikti, dan bangunan perkantoran pemerintah
mengikuti peraturan menurut Permen.
4.4 Variabel Penelitian
Dalam menentukan faktor kapasitas biaya untuk bangunan gedung,
terdapat dua variabel yang terkandung di dalam persamaan regresi linier
32
sederhana tersebut. Variabel tersebut adalah variabel tidak bebas berupa biaya
bangunan gedung dan variabel bebas berupa kapasitas bangunan. Kapasitas
bangunan ini terdiri dari kapasitas fisik berupa luas ruang bangunan gedung dan
kapasitas fungsional berupa jumlah orang pengguna atau penghuni bangunan
gedung yang bersangkutan.
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah wawancara langsung pada penyedia jasa
konstruksi dan mengambil langsung data yang sesuai setelah mendapatkan ijin
dari penyedia jasa.
4.6 Prosedur Penelitian
Pengumpulan data dilakukan secara bertahap dengan melakukan
kunjungan kepada penyedia jasa konstruksi di wilayah Kota Denpasar dan
Kabupaten Badung. Tahap awal dijelaskan terlebih dahulu tujuan kedatangan dan
latar belakang untuk diijinkan memperoleh data di tempat tersebut. Apabila dirasa
perlu surat pengantar dari jurusan disertakan dalam proses tersebut. Pengumpulan
data ini dilakukan oleh penulis sendiri dengan memilih kontrak-kontrak yang
sesuai.
4.7 Analisis Data
Analisis data menggunakan bantuan Microsoft exel untuk menampilkan
regresi linier sederhana. Pada analisis data diawali dengan penentuan real cost
33
pada setiap fungsi bangunan. Data biaya yang diperoleh berasal dari waktu dan
lokasi yang berbeda kemudian dinormalisasi.
Setelah dilakukan normalisasi, dilanjutkan dengan klasifikasi data,
Klasifikasi ini untuk melihat perbandingan seberapa besar error yang terjadi
melalui pembagian atau pengelompokan data yang baik menurut aturan tertentu.
Selain itu, untuk melihat apakah dengan diklasifikasikan faktor kapasitas biaya m
menjadi lebih spesifik dibandingkan dengan tidak diklasifikasikan. Spesifik nilai
m dalam arti memiliki kecenderungan yang sama atau berbeda antara kapasitas
dan biayanya. Eksponen faktor kapasitas biaya ini didapatkan dengan
menggunakan algoritma kapasitas dan biaya. Berdasarkan pengeplotan ini
kemudian dilakukan analisis hubungan antara kapasitas dan biayanya.
34
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Umum
Berdasarkan survey yang telah dilakukan diperoleh 40 Rencana Anggaran
Biaya historis proyek pembangunan gedung menurut fungsinya masing-masing.
Rencana Anggaran Biaya yang terkumpul tersebut dapat dilihat pada tabel 5.1 dan
table 5.2 di bawah ini.
Tabel 5.1 Daftar biaya bangunan gedung asrama dan kantor
No Kode Jenis RAB Luas Lantai Tahun Lokasi Jumlah
Lantai 1 As 1 Asrama 1.958.337.272,73 673,18 2007 Denpasar 2 2 As 2 Asrama 822.233.636,36 422,30 2008 Denpasar 1 3 As 3 Asrama 1.046.090.909,09 350,00 2006 Denpasar 2 4 As 4 Asrama 458.603.000,00 337,00 2003 Denpasar 1 5 As 5 Asrama 1.178.421.818,18 721,00 2002 Badung 2 6 As 6 Asrama 1.309.090.909,09 480,00 2006 Denpasar 2 7 K 1 Kantor 2.377.430.909,09 871,72 2006 Denpasar 2 8 K 2 Kantor 508.140.909,09 207,02 2008 Badung 1 9 K 3 Kantor 1.108.545.454,55 500,00 2006 Denpasar 2
10 K 4 Kantor 707.710.000,00 400,00 2003 Denpasar 1 11 K 5 Kantor 4.446.581.818,18 1.222,81 2008 Denpasar 3 12 K 6 Kantor 2.954.545.454,55 855,26 2008 Denpasar 2 13 K 7 Kantor 1.569.074.545,45 575,33 2007 Denpasar 1 14 K 8 Kantor 6.191.180.000,00 1.702,58 2005 Denpasar 3 15 K 9 Kantor 5.225.500.909,09 1.796,27 2002 Denpasar 3 16 K 10 Kantor 1.355.924.545,45 426,15 2008 Denpasar 2 17 K 11 Kantor 589.818.181,82 204,00 2007 Badung 1 18 K 12 Kantor 397.138.181,82 376,00 2003 Denpasar 1 19 K 13 Kantor 1.900.000.000,00 696,67 2002 Denpasar 2 20 K 14 Kantor 5.181.818.181,82 1.628,57 2004 Denpasar 3
35
Tabel 5.2 Daftar biaya bangunan gedung laboratorium, puskesmas, rumah sakit dan sekolah No Kode Jenis RAB Luas
Lantai Tahun Lokasi Jumlah Lantai
1 L 1 Laboratorium 1.275.128.181,82 467,55 2007 Denpasar 2 2 L 2 Laboratorium 3.278.257.272,73 1.163,25 2008 Denpasar 2 3 L 3 Laboratorium 3.909.090.000,00 1.228,57 2008 Badung 2 4 P 1 Puskesmas 338.625.454,55 165,55 2004 Badung 1 5 P 2 Puskesmas 1.094.839.000,00 401,44 2008 Badung 2 6 RS 1 Rumah sakit 1.327.272.727,27 456,25 2003 Denpasar 1 7 RS 2 Rumah Sakit 8.596.001.818,18 2.954,88 2006 Denpasar 4 8 RS 3 Rumah Sakit 9.409.909.090,91 3.136,64 2006 Denpasar 4 9 RS 4 Rumah Sakit 3.773.718.181,82 1.297,22 2004 Badung 4
10 RS 5 Rumah Sakit 2.634.208.181,82 905,51 2006 Denpasar 3 11 S 1 Sekolah 193.909.090,91 118,50 2004 Badung 1 12 S 2 Sekolah 1.068.636.363,64 325,00 2006 Badung 2 13 S 3 Sekolah 161.750.000,00 118,62 2002 Badung 1 14 S 4 Sekolah 281.818.181,82 140,91 2002 Badung 1 15 S 5 Sekolah 2.817.272.727,27 930,00 2007 Badung 3 16 S 6 Sekolah 722.709.090,91 314,00 2004 Badung 2 17 S 7 Sekolah 842.919.090,91 440,00 2003 Denpasar 2 18 S 8 Sekolah 302.559.090,91 202,00 2004 Denpasar 1 19 S 9 Sekolah 723.511.818,18 314,00 2004 Denpasar 1 20 S 10 Sekolah 1.068.636.363,64 425,00 2006 Badung 1
Dari tabel 5.1 dan table 5.2 tersebut di atas, 6 buah teridentifikasi dengan
fungsi bangunan sebagai asrama, 14 teridentifikasi dengan fungsi bangunan
sebagai kantor, 3 teridentifikasi dengan fungsi bangunan sebagai laboratorium, 2
teridentifikasi dengan fungsi bangunan sebagai puskesmas, 5 teridentifikasi
dengan fungsi bangunan sebagai rumah sakit dan 10 teridentifikasi dengan fungsi
bangunan sebagai sekolah. Dari identifikasi di atas dapat dilihat bahwa hasil
survey terhadap bangunan gedung dengan fungsi laboratorium, puskesmas dan
rumah sakit terlalu sedikit sehingga sulit untuk dilakukan analisis secara spesifik
36
menurut klasifikasi tertentu. Diagram identifikasi tersebut di atas dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Gambar 5.1 Diagram tingkat jumlah masing-masing fungsi bangunan gedung
5.2 Analisis untuk Menentukan Faktor Kapasitas Biaya
5.2.1 Normalisasi
Langkah awal yang dilakukan dalam analisis data adalah memberikan
kode sesuai dengan fungsi bangunannya masing-masing. Untuk fungsi bangunan
sebagai asrama diberi kode As1 sampai dengan As6, kantor diberi kode K1
sampai dengan K14, laboratorium diberi kode L1 sampai dengan L3, puskesmas
diberi kode P1 sampai dengan P2, rumah sakit diberi kode RS1 sampai dengan
RS5 dan sekolah diberi kode S1 sampai dengan S10. Langkah selanjutnya adalah
melakukan normalisasi terhadap masing-masing biaya bangunan disesuaikan
dengan daerah acuan yaitu Kota Denpasar dan waktu acuan yaitu tahun 2010.
Normalisasi terhadap daerah acuan memakai persamaan 2.3 yaitu :
L
BLB I
ICC
dengan :
37
CB = biaya pada lokasi acuan
CL = biaya pada suatu lokasi yang diketahui
IB = indeks harga konsumen pada lokasi acuan
IL = indeks harga konsumen pada suatu lokasi yang diketahui
Salah satu contoh perhitungannya adalah sebagai berikut :
Diketahui data biaya bangunan kantor hasil survey yaitu :
Biaya = Rp 508.140.909,09
Lokasi = Kabupaten Badung, tahun 2008
Indeks Harga Konsumen Kabupaten Badung = 139,205
Indeks Harga Konsumen Kota Denpasar = 126,55
Angka inflasi Kota Denpasar tahun 2009 = 4,37
Angka inflasi Kota Denpasar tahun 2010 = 8,1
Maka : L
BLB I
ICC
99,280.946.461205,13955,1269,09508.140.90 xCB
Jadi setelah dinormalisasi terhadap tempat acuan biayanya menjadi Rp
461.946.280,99
Normalisasi selanjutnya dilakukan terhadap waktu acuan dengan memakai
persamaan 2.4 yaitu :
n
lalusekarangixBiayaBiaya
1001
38
dengan ;
i = angka inflasi
n = selisih waktu (tahun)
maka : nixBiayaBiaya
100120082009
47,333.133.482100
37,4199,280.946.4611
2009
xBiaya
48,133.186.521100
1,8147,333.133.4821
2010
xBiaya
Jadi setelah dinormalisasi terhadap waktu acuan biayanya menjadi Rp
521.186.133,48.
Hasil normalisasi secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.3 Daftar biaya bangunan gedung asrama dan kantor setelah dinormalisasi
No Kode RAB Luas Lantai Tahun Tempat Jumlah
Lantai Biaya
Ternormalisasi
1 As 1 1.958.337.272,73 673,18 2007 Denpasar 2 2.413.850.188,86 2 As 2 822.233.636,36 422,30 2008 Denpasar 1 927.676.631,22 3 As 3 1.046.090.909,09 350,00 2006 Denpasar 2 1.365.617.957,62 4 As 4 458.603.000,00 337,00 2003 Denpasar 1 736.543.002,72 5 As 5 1.178.421.818,18 721,00 2002 Badung 2 1.799.015.399,02 6 As 6 1.309.090.909,09 480,00 2006 Denpasar 2 1.708.950.950,71 7 K 1 2.377.430.909,09 871,72 2006 Denpasar 2 3.103.613.953,86 8 K 2 508.140.909,09 207,02 2008 Badung 1 521.186.133,48 9 K 3 1.108.545.454,55 500,00 2006 Denpasar 2 1.447.149.159,23
10 K 4 707.710.000,00 400,00 2003 Denpasar 1 1.136.623.285,18 11 K 5 4.446.581.818,18 1.222,81 2008 Denpasar 3 5.016.810.136,57 12 K 6 2.954.545.454,55 855,26 2008 Denpasar 2 3.333.435.477,27 13 K 7 1.569.074.545,45 575,33 2007 Denpasar 1 1.934.044.222,43 14 K 8 6.191.180.000,00 1.702,58 2005 Denpasar 3 8.429.805.032,69 15 K 9 5.225.500.909,09 1.796,27 2002 Denpasar 3 8.775.153.433,01 16 K 10 1.355.924.545,45 426,15 2008 Denpasar 2 1.529.807.902,39 17 K 11 589.818.181,82 204,00 2007 Badung 1 660.919.086,54 18 K 12 397.138.181,82 376,00 2003 Denpasar 1 637.826.941,67 19 K 13 1.900.000.000,00 696,67 2002 Denpasar 2 3.190.659.003,37 20 K 14 5.181.818.181,82 1.628,57 2004 Denpasar 3 7.853.449.452,11
39
Tabel 5.4 Daftar biaya bangunan gedung laboratorium, puskesmas, rumah sakit dan sekolah
setelah dinormalisasi
No Kode RAB Luas Lantai Tahun Tempat Jumlah
Lantai Biaya
Ternormalisasi
1 L 1 1.275.128.181,82 467,55 2007 Denpasar 2 1.571.725.384,27 2 L 2 3.278.257.272,73 1.163,25 2008 Denpasar 2 3.698.660.001,90 3 L 3 3.909.090.000,00 1.228,57 2008 Badung 2 4.009.445.935,34 4 P 1 338.625.454,55 165,55 2004 Badung 1 466.557.524,64 5 P 2 1.094.839.000,00 401,44 2008 Badung 2 1.122.946.204,46 6 RS 1 1.327.272.727,27 456,25 2003 Denpasar 1 2.131.676.940,57 7 RS 2 8.596.001.818,18 2.954,88 2006 Denpasar 4 11.221.638.907,91 8 RS 3 9.409.909.090,91 3.136,64 2006 Denpasar 4 12.284.153.052,54 9 RS 4 3.773.718.181,82 1.297,22 2004 Badung 4 5.199.421.927,62
10 RS 5 2.634.208.181,82 905,51 2006 Denpasar 3 3.438.823.496,07 11 S 1 193.909.090,91 118,50 2004 Badung 1 267.167.586,62 12 S 2 1.068.636.363,64 325,00 2006 Badung 2 1.268.227.173,33 13 S 3 161.750.000,00 118,62 2002 Badung 1 246.932.580,76 14 S 4 281.818.181,82 140,91 2002 Badung 1 430.232.401,50 15 S 5 2.817.272.727,27 930,00 2007 Badung 3 3.156.886.943,89 16 S 6 722.709.090,91 314,00 2004 Badung 2 995.747.248,08 17 S 7 842.919.090,91 440,00 2003 Denpasar 2 1.353.776.923,11 18 S 8 302.559.090,91 202,00 2004 Denpasar 1 458.551.891,12 19 S 9 723.511.818,18 314,00 2004 Denpasar 1 1.096.538.568,65 20 S 10 1.068.636.363,64 425,00 2006 Badung 1 1.268.227.173,33
Dapat dilihat pada tabel 5.3 dan tabel 5.4 di atas bahwa terjadi pertambahan biaya
setelah dilakukannya normalisasi. Faktor yang mempengaruhi adalah pada setiap
tahun selalu mengalami inflasi tidak ada deflasi sehingga nilai tukar uang
menurun terhadap barang yang menyebabkan harga seolah-olah meningkat. Dari
hasil perhitungan diperoleh biaya bangunan gedung yang diperoleh melalui survey
mengalami peningkatan sebesar rata-rata 33,89% setelah dinormalisasi ke tahun
acuan.
40
5.2.2 Hubungan biaya dengan luas bangunan
Hubungan biaya dengan luas bangunan memberlakukan algoritma yang
diturunkan dari persamaan 2.1 sehingga menjadi
o
n
o
n
QQm
CC lnln . Dalam
persamaan ini dapat dilihat biaya dan luas bangunan sama-sama menjadi bentuk
“ln” sebelum diplot mengikuti persamaan garis linear sederhana. Hubungan biaya
dengan luas bangunan disusun berdasarkan hubungan secara umum, hubungan
berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
45/PRT/M/2007 dan hubungan berdasarkan jumlah lantai. Hubungan tersebut
diberlakukan terhadap fungsi bangunan sosial budaya menurut UUBG No.
28/2002 dan fungsi bangunan yang lebih spesifik yang menjadi bagian dari fungsi
bangunan sosial budaya yaitu asrama, kantor, laboratorium, puskesmas, rumah
sakit dan sekolah.
5.2.2.1 Hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya
Biaya dan luas lantai bangunan sosial budaya secara umum ditampilkan
dalam tabel 5.5 dan table 5.6 di bawah ini.
Tabel 5.5 Daftar biaya dan luas lantai bangunan asrama
NO KODE LUAS LANTAI BIAYA TH. 2010 LN LUAS
LANTAI LN BIAYA
1 As 1 673,18 2.413.850.188,86 6,51 21,60 2 As 2 422,30 927.676.631,22 6,05 20,65 3 As 3 350,00 1.365.617.957,62 5,86 21,03 4 As 4 337,00 736.543.002,72 5,82 20,42 5 As 5 721,00 1.799.015.399,02 6,58 21,31 6 As 6 480,00 1.708.950.950,71 6,17 21,26
41
Tabel 5.6 Daftar biaya dan luas lantai bangunan kantor, laboratorium, puskesmas, rumah
sakit dan sekolah NO KODE LUAS
LANTAI BIAYA TH. 2010 LN LUAS LANTAI LN BIAYA
1 K 1 871,72 3.103.613.953,86 6,77 21,86 2 K 2 207,02 521.186.133,48 5,33 20,07 3 K 3 500,00 1.447.149.159,23 6,21 21,09 4 K 4 400,00 1.136.623.285,18 5,99 20,85 5 K 5 1.222,81 5.016.810.136,57 7,11 22,34 6 K 6 855,26 3.333.435.477,27 6,75 21,93 7 K 7 575,33 1.934.044.222,43 6,35 21,38 8 K 8 1.702,58 8.429.805.032,69 7,44 22,86 9 K 9 1.796,27 8.775.153.433,01 7,49 22,90
10 K 10 426,15 1.529.807.902,39 6,05 21,15 11 K 11 204,00 660.919.086,54 5,32 20,31 12 K 12 376,00 637.826.941,67 5,93 20,27 13 K 13 696,67 3.190.659.003,37 6,55 21,88 14 K 14 1.628,57 7.853.449.452,11 7,40 22,78 15 L 1 467,55 1.571.725.384,27 6,15 21,18 16 L 2 1.163,25 3.698.660.001,90 7,06 22,03 17 L 3 1.228,57 4.009.445.935,34 7,11 22,11 18 P 1 165,55 466.557.524,64 5,11 19,96 19 P 2 401,44 1.122.946.204,46 6,00 20,84 20 RS 1 456,25 2.131.676.940,57 6,12 21,48 21 RS 2 2.954,88 11.221.638.907,91 7,99 23,14 22 RS 3 3.136,64 12.284.153.052,54 8,05 23,23 23 RS 4 1.297,22 5.199.421.927,62 7,17 22,37 24 RS 5 905,51 3.438.823.496,07 6,81 21,96 25 S 1 118,50 267.167.586,62 4,77 19,40 26 S 2 325,00 1.268.227.173,33 5,78 20,96 27 S 3 118,62 246.932.580,76 4,78 19,32 28 S 4 140,91 430.232.401,50 4,95 19,88 29 S 5 930,00 3.156.886.943,89 6,84 21,87 30 S 6 314,00 995.747.248,08 5,75 20,72 31 S 7 440,00 1.353.776.923,11 6,09 21,03 32 S 8 202,00 458.551.891,12 5,31 19,94 33 S 9 314,00 1.096.538.568,65 5,75 20,82 34 S 10 425,00 1.268.227.173,33 6,05 20,96
Hubungan secara umum antara biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya
dilakukan dengan memplot ln biaya dan ln luas lantai sesuai tabel 5.5 dan tabel
42
5.6 di atas ke dalam suatu persamaan regresi linier sederhana. Hasil hubungan
tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 5.2 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya
Gambar diatas didapat dengan memplot nilai ln biaya dan ln luas lantai ke
dalam grafik melalui proses analisis regresi linier sederhana sehingga diperoleh
suatu persamaan regresi dengan nilai slope 1,191 dan adanya suatu nilai tetap
13,79 dengan nilai koefisien korelasi √0,960. Nilai slope inilah yang kemudian
dipakai sebagai faktor kapasitas biaya.
Selain menampilkan hubungan biaya dan luas bangunan secara umum,
biaya dan luas dibuat dalam hubungan berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 yang membagi bangunan gedung
menjadi bangunan sederhana, bangunan tidak sederhana dan bangunan khusus.
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 dijelaskan
bahwa gedung yang sudah ada desain prototipenya, atau bangunan gedung dengan
jumlah lantai sampai dengan 2 lantai dengan luas sampai dengan 500 m2
terklasifikasi ke dalam bangunan sederhana, sedangkan gedung yang belum ada
43
desain prototipenya, atau gedung dengan luas di atas dari 500 m2, atau gedung
bertingkat di atas 2 lantai terklasifikasi ke dalam bangunan tidak sederhana
disamping ada yang tergolong ke dalam bangunan khusus. Pengklasifikasian data
yang dimaksud dapat dilihat pada tabel 5.7 dan tabel 5.8 di bawah ini.
Tabel 5.7 Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan PerMen P. U. No.
45/PRT/M/2007 (asrama, laboratorium, kantor, puskermas dan sekolah)
NO KODE LUAS LANTAI BIAYA TH. 2010
LN LUAS
LANTAI
LN BIAYA
KLASIFIKASI MENURUT PERMEN PU No. 45/PRT/M/2007
1 L 1 467,55 1.571.725.384,27 6,15 21,18 Bangunan Khusus 2 L 2 1.163,25 3.698.660.001,90 7,06 22,03 Bangunan Khusus 3 L 3 1.228,57 4.009.445.935,34 7,11 22,11 Bangunan Khusus 4 As 2 422,30 927.676.631,22 6,05 20,65 Bangunan Sederhana 5 As 3 350,00 1.365.617.957,62 5,86 21,03 Bangunan Sederhana
6 As 4 337,00 736.543.002,72 5,82 20,42 Bangunan Sederhana
7 As 6 480,00 1.708.950.950,71 6,17 21,26 Bangunan Sederhana
8 K 2 207,02 521.186.133,48 5,33 20,07 Bangunan Sederhana
9 K 3 500,00 1.447.149.159,23 6,21 21,09 Bangunan Sederhana
10 K 4 400,00 1.136.623.285,18 5,99 20,85 Bangunan Sederhana
11 K 10 426,15 1.529.807.902,39 6,05 21,15 Bangunan Sederhana
12 K 11 204,00 660.919.086,54 5,32 20,31 Bangunan Sederhana
13 K 12 376,00 637.826.941,67 5,93 20,27 Bangunan Sederhana
14 P 1 165,55 466.557.524,64 5,11 19,96 Bangunan Sederhana
15 P 2 401,44 1.122.946.204,46 6,00 20,84 Bangunan Sederhana
16 S 1 118,50 267.167.586,62 4,77 19,40 Bangunan Sederhana
17 S 2 325,00 1.268.227.173,33 5,78 20,96 Bangunan Sederhana 18 S 3 118,62 246.932.580,76 4,78 19,32 Bangunan Sederhana 19 S 4 140,91 430.232.401,50 4,95 19,88 Bangunan Sederhana 20 S 6 314,00 995.747.248,08 5,75 20,72 Bangunan Sederhana 21 S 7 440,00 1.353.776.923,11 6,09 21,03 Bangunan Sederhana 22 S 8 202,00 458.551.891,12 5,31 19,94 Bangunan Sederhana 23 S 9 314,00 1.096.538.568,65 5,75 20,82 Bangunan Sederhana 24 S 10 425,00 1.268.227.173,33 6,05 20,96 Bangunan Sederhana 25 As 1 673,18 2.413.850.188,86 6,51 21,60 Bangunan Tidak Sederhana 26 As 5 721,00 1.799.015.399,02 6,58 21,31 Bangunan Tidak Sederhana 27 K 1 871,72 3.103.613.953,86 6,77 21,86 Bangunan Tidak Sederhana 28 K 5 1.222,81 5.016.810.136,57 7,11 22,34 Bangunan Tidak Sederhana 29 K 6 855,26 3.333.435.477,27 6,75 21,93 Bangunan Tidak Sederhana 30 K 7 575,33 1.934.044.222,43 6,35 21,38 Bangunan Tidak Sederhana
44
Tabel 5.8 Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan PerMen P. U. No.
45/PRT/M/2007 (kantor dan rumah sakit)
NO KODE LUAS LANTAI BIAYA TH. 2010
LN LUAS
LANTAI
LN BIAYA
KLASIFIKASI MENURUT PERMEN PU No. 45/PRT/M/2007
1 K 8 1.702,58 8.429.805.032,69 7,44 22,86 Bangunan Tidak Sederhana 2 K 9 1.796,27 8.775.153.433,01 7,49 22,90 Bangunan Tidak Sederhana 3 K 13 696,67 3.190.659.003,37 6,55 21,88 Bangunan Tidak Sederhana 4 K 14 1.628,57 7.853.449.452,11 7,40 22,78 Bangunan Tidak Sederhana 5 RS 1 456,25 2.131.676.940,57 6,12 21,48 Bangunan Tidak Sederhana 6 RS 2 2.954,88 11.221.638.907,91 7,99 23,14 Bangunan Tidak Sederhana 7 RS 3 3.136,64 12.284.153.052,54 8,05 23,23 Bangunan Tidak Sederhana 8 RS 4 1.297,22 5.199.421.927,62 7,17 22,37 Bangunan Tidak Sederhana 9 RS 5 905,51 3.438.823.496,07 6,81 21,96 Bangunan Tidak Sederhana
10 S 5 930,00 3.156.886.943,89 6,84 21,87 Bangunan Tidak Sederhana
Grafik yang menyatakan hubungan biaya dan luas bangunan berdasarkan
klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5.3 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya berdasarkan klasifikasi menurut PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007
45
Dari hasil ploting melalui proses analisis regresi linier sederhana,
diperoleh 3 buah persamaan regresi sebagai perwakilan dari bangunan sederhana
tidak sederhana dan bangunan khusus. Bangunan sederhana terwakili oleh
persamaan y = 1,144x + 14,03 dengan nilai R = √0,860 sedangkan bangunan tidak
sederhana terwakili oleh persamaan y = 1,091x + 14,54 dengan nilai R = √0,928
dan bangunan khusus terwakili oleh y = 0,955x + 15,29 dengan nilai R = √0,999.
Nilai slope 1,144 ; 1,091 dan 0,955 inilah yang kemudian dipakai sebagai faktor
kapasitas biaya.
Seperti halnya pengklasifikasian menurut Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 45/PRT/M/2007 di atas, pengklasifikasian juga dilakukan terhadap
jumlah lantai bangunan gedung. Klasifikasi menurut jumlah lantai tersebut dapat
dilihat pada tabel 5.9 dan 5.10 di bawah ini :
Tabel 5.9 Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan jumlah lantai 1
NO KODE LUAS LANTAI BIAYA TH. 2010
LN LUAS
LANTAI
LN BIAYA
JUMLAH LANTAI
1 As 2 422,30 927.676.631,22 6,05 20,65 1 2 As 4 337,00 736.543.002,72 5,82 20,42 1 3 K 2 207,02 521.186.133,48 5,33 20,07 1 4 K 4 400,00 1.136.623.285,18 5,99 20,85 1 5 K 7 575,33 1.934.044.222,43 6,35 21,38 1 6 K 11 204,00 660.919.086,54 5,32 20,31 1 7 K 12 376,00 637.826.941,67 5,93 20,27 1 8 P 1 165,55 466.557.524,64 5,11 9,96 1 9 RS 1 456,25 2.131.676.940,57 6,12 21,48 1
10 S 1 118,50 267.167.586,62 4,77 19,40 1 11 S 3 118,62 246.932.580,76 4,78 9,32 1 12 S 4 140,91 430.232.401,50 4,95 19,88 1 13 S 8 202,00 458.551.891,12 5,31 19,94 1 14 S 9 314,00 1.096.538.568,65 5,75 20,82 1 15 S 10 425,00 1.268.227.173,33 6,05 20,96 1
46
Tabel 5.10 Klasifikasi bangunan sosial budaya berdasarkan jumlah lantai 2, 3 dan 4
NO KODE LUAS LANTAI BIAYA TH. 2010
LN LUAS
LANTAI
LN BIAYA
JUMLAH LANTAI
1 As 1 673,18 2.413.850.188,86 6,51 21,60 2 2 As 3 350,00 1.365.617.957,62 5,86 21,03 2 3 As 5 721,00 1.799.015.399,02 6,58 21,31 2 4 As 6 480,00 1.708.950.950,71 6,17 21,26 2 5 K 1 871,72 3.103.613.953,86 6,77 21,86 2 6 K 3 500,00 1.447.149.159,23 6,21 21,09 2 7 K 6 855,26 3.333.435.477,27 6,75 21,93 2 8 K 10 426,15 1.529.807.902,39 6,05 21,15 2 9 K 13 696,67 3.190.659.003,37 6,55 21,88 2
10 L 1 467,55 1.571.725.384,27 6,15 21,18 2 11 L 2 1.163,25 3.698.660.001,90 7,06 22,03 2 12 L 3 1.228,57 4.009.445.935,34 7,11 22,11 2 13 P 2 401,44 1.122.946.204,46 6,00 20,84 2 14 S 2 325,00 1.268.227.173,33 5,78 20,96 2 15 S 6 314,00 995.747.248,08 5,75 20,72 2 16 S 7 440,00 1.353.776.923,11 6,09 21,03 2 17 K 5 1.222,81 5.016.810.136,57 7,11 22,34 3 18 K 8 1.702,58 8.429.805.032,69 7,44 22,86 3 19 K 9 1.796,27 8.775.153.433,01 7,49 22,90 3 20 K 14 1.628,57 7.853.449.452,11 7,40 22,78 3 21 RS 5 905,51 3.438.823.496,07 6,81 21,96 3 22 S 5 930,00 3.156.886.943,89 6,84 21,87 3 23 RS 2 2.954,88 11.221.638.907,91 7,99 23,14 4 24 RS 3 3.136,64 12.284.153.052,54 8,05 23,23 4 25 RS 4 1.297,22 5.199.421.927,62 7,17 22,37 4
Merujuk kepada tabel 5.9 dan tabel 5.10 dibuat hubungan linier sederhana antara
biaya dan luas bangunan pada masing-masing jumlah lantai. Gambar grafik
hubungan tersebut dilihat seperti di bawah ini :
47
Gambar 5.4 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sosial budaya berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai
Dari gambar 5.4 dapat dilihat ada 4 buah persamaan sebagai hasil ploting yang
dilakukan. Persamaan I mewakili hubungan biaya dengan luas lantai bangunan
sosial budaya yang memiliki 1 lantai, persamaan II yang memiliki 2 lantai,
persamaan III yang memiliki 3 lantai dan persamaan IV yang memiliki 4 lantai.
Persamaan I, II, III dan IV secara berurutan adalah y = 1,141x + 14,01; y = 0,993x
+ 15,07; y = 1,49x + 11,75 dan y = 0,956x + 15,51. Nilai slope yang menjadi
faktor kapasitas biaya secara berurutan adalah 1,141; 0,993; 1,49 dan 0,956
dengan nilai R secara berurutan √0,856; √0,892; √0,991 dan √0,998.
Analisis hubungan biaya dengan luas lantai juga dilakukan terhadap fungsi
yang lebih spesifik. Bangunan dengan fungsi sosial budaya terdiri atas beberapa
jenis bangunan dengan fungsi yang lebih spesifik yaitu asrama, kantor,
48
laboratorium, puskesmas, rumah sakit dan sekolah. Menurut tabel 5.1 jumlah data
rencana anggaran biaya untuk masing-masing bangunan dengan fungsi yang lebih
spesifik secara berurutan adalah 6 buah, 14 buah, 3 buah, 2 buah, 5 buah dan 10
buah. Terlihat bahwa bangunan dengan fungsi asrama, laboratorium, puskesmas
dan rumah sakit belum bisa dianalisis hubungan antara biaya dan luas lantainya
karena data yang tersedia cukup sedikit sehingga belum bisa diperoleh faktor
kapasitas biayanya, hanya bisa terwakili oleh faktor kapasitas biaya bangunan
sosial budaya yang lebih umum sifatnya.
5.2.2.2 Hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor
Analisis hubungan biaya dengan luas lantai akan dilakukan terhadap
bangunan kantor dengan dukungan jumlah data 14 buah. Setelah dilakukan
pemilahan data diketahui data rencana anggaran biaya bangunan kantor seperti
terlihat pada tabel berikut :
Tabel 5.11 Daftar biaya dan luas lantai bangunan kantor
NO KODE LUAS LANTAI BIAYA TH. 2010
LN LUAS
LANTAI
LN BIAYA
1 K 1 871,72 3.103.613.953,86 6,77 21,86 2 K 2 207,02 521.186.133,48 5,33 20,07 3 K 3 500,00 1.447.149.159,23 6,21 21,09 4 K 4 400,00 1.136.623.285,18 5,99 20,85 5 K 5 1.222,81 5.016.810.136,57 7,11 22,34 6 K 6 855,26 3.333.435.477,27 6,75 21,93 7 K 7 575,33 1.934.044.222,43 6,35 21,38 8 K 8 1.702,58 8.429.805.032,69 7,44 22,86 9 K 9 1.796,27 8.775.153.433,01 7,49 22,90
10 K 10 426,15 1.529.807.902,39 6,05 21,15 11 K 11 204,00 660.919.086,54 5,32 20,31 12 K 12 376,00 637.826.941,67 5,93 20,27 13 K 13 696,67 3.190.659.003,37 6,55 21,88 14 K 14 1.628,57 7.853.449.452,11 7,40 22,78
49
Dengan cara yang sama seperti bangunan fungsi sosial budaya diperoleh suatu
persamaan seperti pada gambar berikut :
Gambar 5.5 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor
Biaya dan luas dibuat juga dalam hubungan berdasarkan klasifikasi
menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007.
Pengklasifikasian bangunan kantor menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No. 45/PRT/M/2007 seperti pada tabel berikut :
Tabel 5.12 Klasifikasi bangunan kantor berdasarkan PerMen P. U. No.
45/PRT/M/2007
NO KODE LUAS LANTAI BIAYA TH. 2010
LN LUAS
LANTAI
LN BIAYA
KLASIFIKASI MENURUT PERMEN PU No. 45/PRT/M/2007
1 K 2 207,02 521.186.133,48 5,33 20,07 Bangunan Sederhana 2 K 3 500,00 1.447.149.159,23 6,21 21,09 Bangunan Sederhana 3 K 4 400,00 1.136.623.285,18 5,99 20,85 Bangunan Sederhana 4 K 10 426,15 1.529.807.902,39 6,05 21,15 Bangunan Sederhana 5 K 11 204,00 660.919.086,54 5,32 20,31 Bangunan Sederhana 6 K 12 376,00 637.826.941,67 5,93 20,27 Bangunan Sederhana 7 K 1 871,72 3.103.613.953,86 6,77 21,86 Bangunan Tidak Sederhana 8 K 5 1.222,81 5.016.810.136,57 7,11 22,34 Bangunan Tidak Sederhana 9 K 6 855,26 3.333.435.477,27 6,75 21,93 Bangunan Tidak Sederhana
10 K 7 575,33 1.934.044.222,43 6,35 21,38 Bangunan Tidak Sederhana 11 K 8 1.702,58 8.429.805.032,69 7,44 22,86 Bangunan Tidak Sederhana 12 K 9 1.796,27 8.775.153.433,01 7,49 22,90 Bangunan Tidak Sederhana 13 K 13 696,67 3.190.659.003,37 6,55 21,88 Bangunan Tidak Sederhana 14 K 14 1.628,57 7.853.449.452,11 7,40 22,78 Bangunan Tidak Sederhana
50
Terdapat 6 buah data terklasifikasi sebagai bangunan sederhana yaitu kode K2,
K3, K4, K10, K11 dan K12 serta 8 buah data terklasifikasi sebagai bangunan
tidak sederhana yaitu K1, K5, K6, K7 K8, K9, K13, dan K14. Biaya dan luas
bangunan masing-masing klasifikasi dihubungkan memakai regresi linier
sederhana dan diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar 5.6 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor berdasarkan klasifikasi menurut PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007
Diperoleh 2 buah persamaan regresi sebagai perwakilan dari bangunan kantor
sederhana dan tidak sederhana. Bangunan kantor sederhana terwakili oleh
persamaan y = 0,993x + 14,85 dengan nilai R = √0,681 sedangkan bangunan
kantor tidak sederhana terwakili oleh persamaan y = 1,269 + 13,37 dengan nilai R
= √0,972. Nilai slope 0.993 dan 1.269 inilah yang kemudian dipakai sebagai
faktor kapasitas biaya.
Seperti halnya pengklasifikasian menurut Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 45/PRT/M/2007 di atas, sebagai salah satu ukuran kualitas yang lain
pengklasifikasian juga dilakukan terhadap jumlah lantai bangunan kantor. Dengan
51
terklasifikasikannya bangunan kantor sesuai dengan jumlah lantainya diharapkan
dapat mewakili komponen kualitas bangunan sebagai bagian dari kapasitas
bangunan dalam arti yang luas. Klasifikasi menurut jumlah lantai tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.13 Klasifikasi bangunan kantor berdasarkan jumlah lantai
NO KODE LUAS LANTAI BIAYA TH. 2010
LN LUAS
LANTAI
LN BIAYA
JUMLAH LANTAI
1 K 2 207,02 521.186.133,48 5,33 20,07 1 2 K 3 500,00 1.447.149.159,23 6,21 21,09 1 3 K 4 400,00 1.136.623.285,18 5,99 20,85 1 4 K 10 426,15 1.529.807.902,39 6,05 21,15 1 5 K 11 204,00 660.919.086,54 5,32 20,31 1 6 K 12 376,00 637.826.941,67 5,93 20,27 2 7 K 1 871,72 3.103.613.953,86 6,77 21,86 2 8 K 5 1.222,81 5.016.810.136,57 7,11 22,34 2 9 K 6 855,26 3.333.435.477,27 6,75 21,93 2
10 K 7 575,33 1.934.044.222,43 6,35 21,38 2 11 K 8 1.702,58 8.429.805.032,69 7,44 22,86 3 12 K 9 1.796,27 8.775.153.433,01 7,49 22,90 3 13 K 13 696,67 3.190.659.003,37 6,55 21,88 3 14 K 14 1.628,57 7.853.449.452,11 7,40 22,78 3
Hasil hubungan biaya dan luas lantai menurut klasifikasi jumlah lantai
ditampilkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 5.7 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan kantor
berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai
52
Dari gambar 5.7 dapat dilihat ada 3 buah persamaan sebagai hasil ploting yang
dilakukan. Persamaan I mewakili hubungan biaya dengan luas lantai bangunan
kantor yang memiliki 1 lantai, persamaan II yang memiliki 2 lantai dan persamaan
III yang memiliki 3 lantai. Persamaan I, II dan III secara berurutan adalah y =
1,018x + 14,68; y = 1,228x + 13,63 dan y = 1,501x + 11,67. Nilai slope yang
menjadi faktor kapasitas biaya secara berurutan adalah 1,018; 1,228 dan 1,501
dengan nilai R secara berurutan √0,735; √0,875 dan √0,994.
5.2.2.3 Hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah
Analisis juga dilakukan terhadap bangunan gedung sekolah. Setelah
dilakukan pemilahan data diketahui data rencana anggaran biaya bangunan
sekolah seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 5.14 Daftar biaya dan luas lantai bangunan sekolah
NO KODE LUAS LANTAI BIAYA TH. 2010
LN LUAS
LANTAI
LN BIAYA
1 S 1 118,50 267.167.586,62 4,77 19,40 2 S 2 325,00 1.268.227.173,33 5,78 20,96 3 S 3 118,62 246.932.580,76 4,78 19,32 4 S 4 140,91 430.232.401,50 4,95 19,88 5 S 5 930,00 3.156.886.943,89 6,84 21,87 6 S 6 314,00 995.747.248,08 5,75 20,72 7 S 7 440,00 1.353.776.923,11 6,09 21,03 8 S 8 202,00 458.551.891,12 5,31 19,94 9 S 9 314,00 1.096.538.568,65 5,75 20,82
10 S 10 425,00 1.268.227.173,33 6,05 20,96
Dengan cara yang sama seperti bangunan fungsi sosial budaya diperoleh suatu
persamaan seperti pada gambar berikut :
53
Gambar 5.8 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah
Selain menampilkan hubungan biaya dan luas bangunan kantor secara
umum, biaya dan luas dibuat dalam hubungan berdasarkan klasifikasi menurut
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 sebagai salah satu
ukuran kualitas karena dalam peraturan ini salah satunya membagi bangunan
gedung menjadi bangunan sederhana dan bangunan tidak sederhana.
Pengklasifikasian bangunan kantor menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No. 45/PRT/M/2007 seperti pada tabel berikut :
Tabel 5.15 Klasifikasi bangunan sekolah berdasarkan PerMen P. U. No.
45/PRT/M/2007
NO KODE LUAS LANTAI BIAYA TH. 2010
LN LUAS
LANTAI
LN BIAYA
1 S 1 118,50 267.167.586,62 4,77 19,40 Bangunan sederhana 2 S 2 325,00 1.268.227.173,33 5,78 20,96 Bangunan sederhana 3 S 3 118,62 246.932.580,76 4,78 19,32 Bangunan sederhana 4 S 4 140,91 430.232.401,50 4,95 19,88 Bangunan sederhana 5 S 5 930,00 3.156.886.943,89 6,84 21,87 Bangunan sederhana 6 S 6 314,00 995.747.248,08 5,75 20,72 Bangunan sederhana 7 S 7 440,00 1.353.776.923,11 6,09 21,03 Bangunan sederhana 8 S 8 202,00 458.551.891,12 5,31 19,94 Bangunan sederhana 9 S 9 314,00 1.096.538.568,65 5,75 20,82 Bangunan sederhana
10 S 10 425,00 1.268.227.173,33 6,05 20,96 Bangunan tidak sederhana
54
Berdasarkan tabel 5.15, terdapat 9 buah data terklasifikasi sebagai bangunan
sederhana yaitu kode S1 sampai dengan S9 serta 1 buah data terklasifikasi sebagai
bangunan tidak sederhana yaitu S10. Biaya dan luas bangunan masing-masing
klasifikasi dihubungkan memakai regresi linier sederhana dan diperoleh hasil
sebagai berikut :
Gambar 5.9 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah
berdasarkan klasifikasi menurut PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007
Diperoleh 2 buah persamaan regresi sebagai perwakilan dari bangunan sekolah
sederhana dan tidak sederhana. Bangunan sekolah sederhana terwakili oleh
persamaan y = 1,286x + 13,3 dengan nilai R = √0,952 sedangkan bangunan
sekolah tidak sederhana terwakili oleh persamaan y = 4,205x – 6,893 dengan
tidak ada nilai R. Namun demikian persamaan ini tidak dapat dipakai karena
jumlah data hanya satu yang berarti tidak terwakilinya kondisi yang sebenarnya.
Nilai slope 1.286 inilah yang kemudian dipakai sebagai faktor kapasitas biaya.
Seperti halnya pengklasifikasian menurut Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 45/PRT/M/2007 di atas, sebagai salah satu ukuran kualitas yang lain
pengklasifikasian juga dilakukan terhadap jumlah lantai bangunan sekolah.
55
Dengan terklasifikasikannya bangunan sekolah sesuai dengan jumlah lantainya
diharapkan dapat mewakili komponen kualitas bangunan sebagai bagian dari
kapasitas bangunan dalam arti yang luas. Klasifikasi menurut jumlah lantai
tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.16 Klasifikasi bangunan sekolah berdasarkan jumlah lantai
NO KODE LUAS LANTAI
BIAYA TH. 2010
LN LUAS
LANTAI
LN BIAYA
JUMLAH LANTAI
1 S 1 118,50 267.167.586,62 4,77 19,40 1 2 S 3 118,62 246.932.580,76 4,78 19,32 1 3 S 4 140,91 430.232.401,50 4,95 19,88 1 4 S 8 202,00 458.551.891,12 5,31 19,94 1 5 S 9 314,00 1.096.538.568,65 5,75 20,82 1 6 S 10 425,00 1.268.227.173,33 6,05 20,96 1 7 S 2 325,00 1.268.227.173,33 5,78 20,96 2 8 S 6 314,00 995.747.248,08 5,75 20,72 2 9 S 7 440,00 1.353.776.923,11 6,09 21,03 2
10 S 5 930,00 3.156.886.943,89 6,84 21,87 3
Hasil hubungan biaya dan luas lantai menurut klasifikasi jumlah lantai
ditampilkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 5.10 Grafik hubungan biaya dengan luas lantai bangunan sekolah berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai
56
Dari gambar 5.10 dapat dilihat ada 3 buah persamaan sebagai hasil ploting yang
dilakukan. Persamaan I mewakili hubungan biaya dengan luas lantai bangunan
sekolah yang memiliki 1 lantai, persamaan II yang memiliki 2 lantai dan
persamaan III yang memiliki 3 lantai. Persamaan I, II dan III secara berurutan
adalah y = 1,259x + 13,41; y = 0,637x + 17,16 dan y = 4,205x – 6,893. Nilai slope
yang menjadi faktor kapasitas biaya secara berurutan adalah 1,259; 0,637
sedangkan untuk bangunan sekolah yang memiliki 3 lantai tidak bisa terwakili
karena data hanya satu buah. Nilai R secara berurutan √0,949 dan √0,534.
5.2.3 Hubungan biaya dengan jumlah pemakai
Sama halnya pada hubungan biaya dengan luas bangunan, hubungan biaya
dengan jumlah pemakai bangunan gedung memberlakukan algoritma yang
diturunkan dari persamaan 2.1 sehingga menjadi
o
n
o
n
QQm
CC lnln . Dalam
persamaan ini dapat dilihat biaya dan jumlah pemakai bangunan gedung sama-
sama menjadi bentuk “ln” sebelum diplot mengikuti persamaan garis linear
sederhana. Hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan disusun
berdasarkan hubungan secara umum, hubungan berdasarkan klasifikasi menurut
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 dan hubungan
berdasarkan jumlah lantai. Hubungan tersebut diberlakukan terhadap fungsi
bangunan sosial budaya menurut UUBG No. 28/2002 dan fungsi bangunan yang
lebih spesifik yang menjadi bagian dari fungsi bangunan sosial budaya yaitu
asrama, kantor, laboratorium, puskesmas, rumah sakit dan sekolah.
57
Jumlah pemakai pada masing-masing bangunan yang tergolong bangunan
sosial budaya dihitung berdasarkan peraturan yang ada dan berdasarkan aturan
standar perencanaan serta suatu asumsi pendekatan. Jumlah pemakai bangunan
asrama memakai dasar perencanaan standar menurut Ernst Neufert dalam
bukunya yang berjudul Data Arsitek yang menyebutkan bahwa luas kamar tidur
terpisah sebaiknya 9 m2, ruang pegawai asrama sekitar 80 m2, ruang duduk
sebaiknya 4,5 m2 per orang, ruang makan 1 m2 per orang, dapur 0,5 m2 per orang,
kamar mandi 1 m2 per orang. Contoh perhitungannya sebagai berikut :
Diketahui luas salah satu asrama adalah 350 m2
Luas asrama – luas ruang pegawai asrama = 350 – 80 = 270 m2
Jumlah luas yang diperlukan untuk 1 orang = 4,5 + 1 + 0,5 + 1 + 4,5 = 11,5 m2
Jadi jumlah orang yang bisa ditampung = ( 270 : 11,5 ) + ( 80 : 11,5 ) = 30 orang
Jumlah pegawai untuk kantor dihitung menurut ketentuan yang ada pada
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 45/PRT/M/2007 yang antara lain
menyebutkan bahwa, untuk gedung kantor, standar luas ruang gedung kantor
pemerintah yang termasuk klasifikasi sederhana rata-rata sebesar 9.6 m2 per
personil dan standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang termasuk
klasifikasi tidak sederhana rata-rata sebesar 10 m2 per personil.
Jumlah pemakai laboratorium menggunakan asumsi pemakai memerlukan
waktu 3 jam per orang dan membutuhkan ruang 28 m2 ( Neufert 1989). Contoh
perhitungannya adalah :
Diketahui luas laboratorium = 467,55 m2
Jumlah pemakai = ( 467,55 : 28 ) x ( 8 : 3 ) ≈ 44 orang
58
Puskesmas sebagai tempat bagi pasien berobat jalan bisa ditentukan
kapasitasnya. Menurut pustaka yang ada, pemeriksaan berkala pasien berobat
jalan memakan waktu 10 jam seminggu. Penggunaan ruang diperkirakan 9 kali
kunjungan per minggu. Rumusan perhitungan kebutuhan ruang adalah ( Neufert
1989) : jumlah ruang yang dibutuhkan : 9 = kegiatan dalam ruang per minggu,
sehingga jumlah pengguna puskesmas bisa dihitung. Contoh perhitungan
menentukan jumlah pengguna puskesmas seperti diuraikan di bawah ini :
Diketahui luas bangunan puskesmas = 165,55 m2
Luas Ruangan untuk 1 orang pasien + 1 pengantar dalam 1 kali kunjungan =
165,55 : 9 = 18,39 m2
Waktu yang dibutuhkan 1 orang pasien + 1 pengantar dalam 1 kali kunjungan =
10 : 6 = 1,67 jam per hari
Jumlah kunjungan yang terjadi dalam 1 hari untuk 1 ruangan = 8 : 1,67 = 4, 8
kunjungan. Jumlah pemakai puskesmas tersebut dalam 1 hari untuk 1 ruangan =
4,8 x 2 = 9,6 orang
Jumlah pemakai puskesmas tersebut = 9,6 x 18,39 = 176,544 ≈ 176 orang
Pembangunan rumah sakit secara umum salah satunya didasarkan pada
konsep dasar konfigurasi tempat tidur. Perbandingan tempat tidur untuk suatu
rumah sakit lingkungan didapat kira-kira 37 – 46 m2 per tempat tidur ( Neufert
1989). Contoh perhitungannya sebagai berikut :
Diketahui luas bangunan rumah sakit = 2.954,88 m2
Jumlah tempat tidur untuk 1 pasien + 1 pengantar = 2.954,88 : 37 = 79,86 m2
Jumlah pemakai rumah sakit = 79,86 x 2 = 159,72 ≈ 159 orang
59
Jumlah siswa untuk bangunan sekolah dihitung berdasarkan Petunjuk
Teknis Pembangunan Gedung SD/MI No. CT/TB/PELT/TC/SD/001/99 menurut tabel
2.2.
5.2.3.1 Hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial budaya
Hasil perhitungan jumlah pemakai bangunan sosial budaya dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 5.17 Jumlah pemakai bangunan gedung sosial budaya (asrama, kantor, laboratorium
dan puskesmas)
NO KODE JUMLAH PEMAKAI BIAYA TH. 2010
LN JUMLAH
PEMAKAI
LN BIAYA
1 As 1 58,00 2.413.850.188,86 4,06 21,60 2 As 2 36,00 927.676.631,22 3,58 20,65 3 As 3 30,00 1.365.617.957,62 3,40 21,03 4 As 4 29,00 736.543.002,72 3,37 20,42 5 As 5 62,00 1.799.015.399,02 4,13 21,31 6 As 6 41,00 1.708.950.950,71 3,71 21,26 7 K 1 88,00 3.103.613.953,86 4,48 21,86 8 K 2 22,00 521.186.133,48 3,09 20,07 9 K 3 53,00 1.447.149.159,23 3,97 21,09
10 K 4 42,00 1.136.623.285,18 3,74 20,85 11 K 5 123,00 5.016.810.136,57 4,81 22,34 12 K 6 86,00 3.333.435.477,27 4,45 21,93 13 K 7 58,00 1.934.044.222,43 4,06 21,38 14 K 8 171,00 8.429.805.032,69 5,14 22,86 15 K 9 180,00 8.775.153.433,01 5,19 22,90 16 K 10 45,00 1.529.807.902,39 3,81 21,15 17 K 11 22,00 660.919.086,54 3,09 20,31 18 K 12 40,00 637.826.941,67 3,69 20,27 19 K 13 70,00 3.190.659.003,37 4,25 21,88 20 K 14 163,00 7.853.449.452,11 5,09 22,78 21 L 1 44,00 1.571.725.384,27 3,78 21,18 22 L 2 110,00 3.698.660.001,90 4,70 22,03 23 L 3 117,00 4.009.445.935,34 4,76 22,11 24 P 1 176,00 466.557.524,64 5,17 19,96 25 P 2 428,00 1.122.946.204,46 6,06 20,84
60
Tabel 5.18 Jumlah pemakai bangunan gedung sosial budaya (rumah sakit dan sekolah)
NO KODE JUMLAH PEMAKAI BIAYA TH. 2010
LN JUMLAH
PEMAKAI
LN BIAYA
1 RS 1 24,00 2.131.676.940,57 3,18 21,48 2 RS 2 159,00 11.221.638.907,91 5,07 23,14 3 RS 3 169,00 12.284.153.052,54 5,13 23,23 4 RS 4 70,00 5.199.421.927,62 4,25 22,37 5 RS 5 48,00 3.438.823.496,07 3,87 21,96 6 S 1 63,00 267.167.586,62 4,14 19,40 7 S 2 173,00 1.268.227.173,33 5,15 20,96 8 S 3 63,00 246.932.580,76 4,14 19,32 9 S 4 75,00 430.232.401,50 4,32 19,88
10 S 5 664,00 3.156.886.943,89 6,50 21,87 11 S 6 167,00 995.747.248,08 5,12 20,72 12 S 7 314,00 1.353.776.923,11 5,75 21,03 13 S 8 108,00 458.551.891,12 4,68 19,94 14 S 9 167,00 1.096.538.568,65 5,12 20,82 15 S 10 303,00 1.268.227.173,33 5,71 20,96
Hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan gedung sosial budaya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 5.11 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial budaya
61
Gambar diatas didapat dengan memplot nilai ln biaya dan ln jumlah
pemakai ke dalam grafik melalui proses analisis regresi linier sederhana sehingga
diperoleh suatu persamaan regresi dengan nilai slope 0,390 dan adanya suatu nilai
tetap 19,54 dengan nilai koefisien korelasi √0,104. Nilai slope inilah yang
kemudian dipakai sebagai faktor kapasitas biaya.
Selain menampilkan hubungan biaya dan jumlah pemakai bangunan soaial
budaya secara umum, biaya dan jumlah pemakai dibuat dalam hubungan
berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
45/PRT/M/2007 sebagai salah satu ukuran kualitas karena dalam peraturan ini
membagi bangunan gedung menjadi bangunan sederhana, bangunan tidak
sederhana dan bangunan khusus. Data yang ada dibagi menjadi tiga kelas
berdasarkan pembagian menurut peraturan yang ada. Pengklasifikasian data yang
dimaksud dapat dilihat pada tabel 5.19 dan tabel 5.20 di bawah ini :
Tabel 5.19 Klasifikasi berdasarkan PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 (khusus dan
sederhana)
NO KODE JUMLAH PEMAKAI BIAYA TH. 2010
LN JUMLAH
PEMAKAI
LN BIAYA
KLASIFIKASI MENURUT PERMEN PU No. 45/PRT/M/2007
1 L 1 44,00 1.571.725.384,27 3,78 21,18 Bangunan Khusus 2 L 2 110,00 3.698.660.001,90 4,70 22,03 Bangunan Khusus 3 L 3 117,00 4.009.445.935,34 4,76 22,11 Bangunan Khusus 4 As 2 36,00 927.676.631,22 3,58 20,65 Bangunan Sederhana
5 As 3 30,00 1.365.617.957,62 3,40 21,03 Bangunan Sederhana 6 As 4 29,00 736.543.002,72 3,37 20,42 Bangunan Sederhana 7 As 6 41,00 1.708.950.950,71 3,71 21,26 Bangunan Sederhana 8 K 2 22,00 521.186.133,48 3,09 20,07 Bangunan Sederhana 9 K 3 53,00 1.447.149.159,23 3,97 21,09 Bangunan Sederhana
10 K 4 42,00 1.136.623.285,18 3,74 20,85 Bangunan Sederhana 11 K 10 45,00 1.529.807.902,39 3,81 21,15 Bangunan Sederhana 12 K 11 22,00 660.919.086,54 3,09 20,31 Bangunan Sederhana
13 K 12 40,00 637.826.941,67 3,69 20,27 Bangunan Sederhana 14 P 1 176,00 466.557.524,64 5,17 19,96 Bangunan Sederhana 15 P 2 428,00 1.122.946.204,46 6,06 20,84 Bangunan Sederhana
62
Tabel 5.20 Klasifikasi berdasarkan PerMen P. U. No. 45/PRT/M/2007 (sederhana dan tidak
sederhana)
NO KODE JUMLAH PEMAKAI BIAYA TH. 2010
LN JUMLAH
PEMAKAI
LN BIAYA
KLASIFIKASI MENURUT PERMEN PU No. 45/PRT/M/2007
1 S 1 63,00 267.167.586,62 4,14 19,40 Bangunan Sederhana 2 S 2 173,00 1.268.227.173,33 5,15 20,96 Bangunan Sederhana 3 S 3 63,00 246.932.580,76 4,14 19,32 Bangunan Sederhana
4 S 4 75,00 430.232.401,50 4,32 19,88 Bangunan Sederhana 5 S 6 167,00 995.747.248,08 5,12 20,72 Bangunan Sederhana 6 S 7 314,00 1.353.776.923,11 5,75 21,03 Bangunan Sederhana
7 S 8 108,00 458.551.891,12 4,68 19,94 Bangunan Sederhana 8 S 9 167,00 1.096.538.568,65 5,12 20,82 Bangunan Sederhana 9 S 10 303,00 1.268.227.173,33 5,71 20,96 Bangunan Sederhana
10 As 1 58,00 2.413.850.188,86 4,06 21,60 Bangunan Tidak Sederhana 11 As 5 62,00 1.799.015.399,02 4,13 21,31 Bangunan Tidak Sederhana
12 K 1 88,00 3.103.613.953,86 4,48 21,86 Bangunan Tidak Sederhana 13 K 5 123,00 5.016.810.136,57 4,81 22,34 Bangunan Tidak Sederhana 14 K 6 86,00 3.333.435.477,27 4,45 21,93 Bangunan Tidak Sederhana 15 K 7 58,00 1.934.044.222,43 4,06 21,38 Bangunan Tidak Sederhana 16 K 8 171,00 8.429.805.032,69 5,14 22,86 Bangunan Tidak Sederhana 17 K 9 180,00 8.775.153.433,01 5,19 22,90 Bangunan Tidak Sederhana 18 K 13 70,00 3.190.659.003,37 4,25 21,88 Bangunan Tidak Sederhana 19 K 14 163,00 7.853.449.452,11 5,09 22,78 Bangunan Tidak Sederhana 20 RS 1 24,00 2.131.676.940,57 3,18 21,48 Bangunan Tidak Sederhana 21 RS 2 159,00 11.221.638.907,91 5,07 23,14 Bangunan Tidak Sederhana 22 RS 3 169,00 12.284.153.052,54 5,13 23,23 Bangunan Tidak Sederhana 23 RS 4 70,00 5.199.421.927,62 4,25 22,37 Bangunan Tidak Sederhana 24 RS 5 48,00 3.438.823.496,07 3,87 21,96 Bangunan Tidak Sederhana 25 S 5 664,00 3.156.886.943,89 6,50 21,87 Bangunan Tidak Sederhana
Grafik yang menyatakan hubungan biaya dan jumlah pemakai bangunan
berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
45/PRT/M/2007 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
63
Gambar 5.12 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial budaya berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
45/PRT/M/2007
Dari hasil proses ploting nilai ln biaya dan ln jumlah pemakai ke dalam
grafik melalui proses analisis regresi linier sederhana, diperoleh 3 buah persamaan
regresi sebagai perwakilan dari bangunan sederhana tidak sederhana dan
bangunan khusus. Bangunan sederhana terwakili oleh persamaan y = 0,102x +
20,07 dengan nilai R = √0,026 sedangkan bangunan tidak sederhana terwakili
oleh persamaan y = 0,457x + 20,07 dengan nilai R = √0,3 dan bangunan khusus
terwakili oleh y = 0,947x + 17,59 dengan nilai R = √0,999. Nilai slope 0,102 ;
0,457 dan 0,947 inilah yang kemudian dipakai sebagai faktor kapasitas biaya.
Seperti halnya pengklasifikasian menurut Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 45/PRT/M/2007, sebagai salah satu ukuran kualitas yang lain
64
pengklasifikasian juga dilakukan terhadap jumlah lantai bangunan gedung.
Klasifikasi menurut jumlah lantai tersebut dapat dilihat pada tabel 5.21 di bawah.
Merujuk kepada tabel 5.21 maka dibuat hubungan linier sederhana antara biaya
dan jumlah pemakai pada masing-masing jumlah lantai.
Tabel 5.21 Klasifikasi berdasarkan jumlah lantai 1, 2 dan 3
NO KODE JUMLAH PEMAKAI BIAYA TH. 2010
LN JUMLAH PEMAKAI
LN BIAYA
JUMLAH LANTAI
1 As 2 36,00 927.676.631,22 3,58 20,65 1 2 As 4 29,00 736.543.002,72 3,37 20,42 1 3 K 2 22,00 521.186.133,48 3,09 20,07 1 4 K 4 42,00 1.136.623.285,18 3,74 20,85 1 5 K 7 58,00 1.934.044.222,43 4,06 21,38 1 6 K 11 22,00 660.919.086,54 3,09 20,31 1 7 K 12 40,00 637.826.941,67 3,69 20,27 1 8 P 1 176,00 466.557.524,64 5,17 19,96 1 9 RS 1 24,00 2.131.676.940,57 3,18 21,48 1
10 S 1 63,00 267.167.586,62 4,14 19,40 1 11 S 3 63,00 246.932.580,76 4,14 19,32 1 12 S 4 75,00 430.232.401,50 4,32 19,88 1 13 S 8 108,00 458.551.891,12 4,68 19,94 1 14 S 9 167,00 1.096.538.568,65 5,12 20,82 1 15 S 10 303,00 1.268.227.173,33 5,71 20,96 1 16 As 1 58,00 2.413.850.188,86 4,06 21,60 2 17 As 3 30,00 1.365.617.957,62 3,40 21,03 2 18 As 5 62,00 1.799.015.399,02 4,13 21,31 2 19 As 6 41,00 1.708.950.950,71 3,71 21,26 2 20 K 1 88,00 3.103.613.953,86 4,48 21,86 2 21 K 3 53,00 1.447.149.159,23 3,97 21,09 2 22 K 6 86,00 3.333.435.477,27 4,45 21,93 2 23 K 10 45,00 1.529.807.902,39 3,81 21,15 2 24 K 13 70,00 3.190.659.003,37 4,25 21,88 2 25 L 1 44,00 1.571.725.384,27 3,78 21,18 2 26 L 2 110,00 3.698.660.001,90 4,70 22,03 2 27 L 3 117,00 4.009.445.935,34 4,76 22,11 2 28 P 2 428,00 1.122.946.204,46 6,06 20,84 2 29 S 2 173,00 1.268.227.173,33 5,15 20,96 2 30 S 6 167,00 995.747.248,08 5,12 20,72 2 31 S 7 314,00 1.353.776.923,11 5,75 21,03 2 32 K 5 123,00 5.016.810.136,57 4,81 22,34 3 33 K 8 171,00 8.429.805.032,69 5,14 22,86 3 34 K 9 180,00 8.775.153.433,01 5,19 22,90 3 35 K 14 163,00 7.853.449.452,11 5,09 22,78 3
65
Tabel 5.22 Klasifikasi berdasarkan jumlah lantai 3 dan 4
NO KODE JUMLAH PEMAKAI BIAYA TH. 2010
LN JUMLAH PEMAKAI
LN BIAYA
JUMLAH LANTAI
1 RS 5 48,00 3.438.823.496,07 3,87 21,96 3 2 S 5 664,00 3.156.886.943,89 6,50 21,87 3 3 RS 2 159,00 11.221.638.907,91 5,07 23,14 4 4 RS 3 169,00 12.284.153.052,54 5,13 23,23 4 5 RS 4 70,00 5.199.421.927,62 4,25 22,37 4
Gambar grafik hubungan tersebut dilihat seperti di bawah ini :
Gambar 5.13 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sosial budaya berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai
Dari gambar 5.13 dapat dilihat ada 4 buah persamaan sebagai hasil ploting yang
dilakukan. Persamaan I mewakili hubungan biaya dengan jumlah pemakai
bangunan sosial budaya yang memiliki 1 lantai, persamaan II yang memiliki 2
lantai, persamaan III yang memiliki 3 lantai dan persamaan IV yang memiliki 4
lantai. Persamaan I, II, III dan IV secara berurutan adalah y = -0,052x + 20,59; y =
66
-0,113x + 21,88; y = -0,032x + 22,61 dan y = 0,959x + 18,29. Berdasarkan model
persamaan yang diperoleh diketahui 3 buah persamaan memiliki nilai slope yang
bernilai negatif dengan koefisien korelasi yang sangat kecil yaitu persamaan I, II
dan III. Pada grafik dapat dilihat garis linier ke arah kanan bawah menandakan
pertambahan biaya berbanding terbalik dengan pertambahan jumlah pemakai. Hal
ini bisa diartikan dalam mencari hubungan biaya dengan kapasitas fungsional
bangunan gedung menurut jumlah lantainya, kapasitas bangunan gedung tidak
tepat terwakili oleh jumlah pemakai.
5.2.3.2 Hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan kantor dan
sekolah
Analisis hubungan biaya dengan jumlah pemakai akan dilakukan terhadap
bangunan kantor dan sekolah dengan dukungan jumlah data yang cukup yaitu
secara berurutan 14 buah dan 10 buah. Dengan merujuk pada lampiran 1 dan
lampiran 2 secara berurutan akan ditunjukan hubungan biaya dengan jumlah
pemakai untuk bangunan kantor dan sekolah beserta dengan beberapa klasifikasi
yang dilakukan, pada gambar-gambar di bawah ini :
Gambar 5.14 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan kantor
67
Gambar 5.15 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan kantor
berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007
Gambar 5.16 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan kantor
berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai
Gambar 5.17 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sekolah
68
Gambar 5.18 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sekolah
berdasarkan klasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007
Gambar 5.19 Grafik hubungan biaya dengan jumlah pemakai bangunan sekolah
berdasarkan klasifikasi menurut jumlah lantai
5.3 Faktor Kapasitas Biaya Bangunan Gedung
Berdasarkan analisis, diperoleh nilai faktor kapasitas biaya seperti terlihat
pada tabel 5.23. Nilai faktor kapasitas biaya hasil hubungan biaya dengan luas
pada bangunan dengan fungsi sosial budaya secara umum lebih besar
dibandingkan dengan faktor kapasitas biaya hasil hubungan biaya dengan jumlah
69
pemakai. Hasil yang sama dapat dilihat pula pada saat terklasifikasi ke dalam
beberapa kelas menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007
yang terbagi ke dalam kelas bangunan khusus, sederhana dan tidak sederhana,
nilai faktor kapasitas biaya hasil hubungan biaya dengan jumlah pemakai lebih
kecil daripada nilai faktor kapasitas biaya hasil hubungan biaya dengan luas
bangunan.
Pada saat hubungan biaya dengan luas bangunan terklasifikasikan ke
dalam jumlah lantai nilai faktor kapasitas tertinggi terjadi pada bangunan dengan
fungsi sosial budaya yang mempunyai 3 lantai. Nilai faktor kapasitas biaya yang
diperoleh untuk bangunan dengan 1 lantai mengalami penurunan pada bangunan
dengan 2 lantai kemudian naik lagi pada bangunan dengan 3 lantai dan kembali
menurun pada bangunan dengan 4 lantai. Berbeda halnya dengan hasil hubungan
biaya dengan jumlah pemakai, nilai faktor kapasitas biayanya adalah negatif ( - ),
kecuali bangunan dengan 4 lantai yang bernilai positif ( + ). Kondisi ini diartikan
bertambahnya kapasitas tidak sejalan dengan bertambahnya biaya bahkan
berbanding terbalik atau bisa diartikan kapasitas desain tidak teraplikasi sehingga
berpengaruh ke dalam penentuan harga.
Pemberlakuan hubungan biaya dengan luas bangunan dan hubungan biaya
dengan jumlah pemakai pada fungsi bangunan yang lebih spesifik menghasilkan
nilai yang menggambarkan kecenderungan peningkatan biaya yang lebih besar
dibandingkan peningkatan kapasitasnya yang berarti terjadi diseconomies of scale.
70
Tabel 5.23 Model dan faktor kapasitas biaya hasil analisis hubungan biaya dengan luas
bangunan dan biaya dengan jumlah pemakai
Fungsi Klasifikasi
Hubungan Biaya dengan Luas Hubungan Biaya dengan Jumlah Pemakai
Persamaan Regresi R 2 R
Faktor Kapasi
tas
Persamaan Regresi R 2 R
Faktor Kapasi
tas
Bangunan Sosial
Budaya
Umum y = 1,191x + 13,79 0.96
0.980 1.191 y = 0,390x + 19,54 0.104
0.322 0.39
Permen P. U. No.
45/PRT/M/20
07
Khusus y = 0,955x +15,29 0.999
0.999 0.955 y = 0,947x + 17,59 0.999
0.999 0.947
Sederhana y = 1,144x + 14,03 0.86 0.927 1.144 y = 0,102x + 20,07 0.026 0.161 0.102
Tidak Sederhana
y = 1,091x + 14,54 0.928
0.963 1.091 y = 0,457x + 20,07 0.3
0.548 0.457
Jumlah Lantai
1 y = 1,141x + 14,01 0.856
0.925 1.141 y = - 0,052x + 20,59 0.004
0.063 - 0.052
2 y = 0,993x + 15,07 0.892
0.944 0.993 y = - 0,113x + 21,88 0.034
0.184 - 0.113
3 y = 1,49x + 11,75 0.991
0.995 1.49 y = - 0,032x + 22,61 0.003
0.055 - 0.032
4 y = 0,956x + 15,51 0.998
0.999 0.956 y = 0,959x + 18,29 0.998
0.999 0.959
Bangunan Kantor
Umum y = 1,312x + 13,04 0.959
0.979 1.312 y = 1,357x + 15,83 0.956
0.978 1.357
Permen P. U. No.
45/PRT/M/20
07
Khusus - - - - - - - -
Sederhana y = 0,993x + 14,85 0.681
0.825 0.993 y = 1,009x + 17,02 0.68
0.825 1.009
Tidak Sederhana
y = 1,269x + 13,37 0.972
0.986 1.269 y = 1,274x + 16,26 0.971
0.985 1.274
Jumlah Lantai
1 y = 1,018x + 14,68 0.735
0.857 1.018 y = 1,055x + 16,84 0.715
0.846 1.055
2 y = 1,228x + 13,63 0.875
0.935 1.228 y = 1,313x + 16,07 0.85
0.922 1.313
3 y = 1,501x + 11,67 0.994
0.997 1.501 y = 1,514x + 15,05 0.994
0.997 1.514
4 - - - - - - - -
Bangunan Sekolah
Umum y = 1,217x + 13,66 0.964
0.982 1.217 y = 1,019x + 15,32 0.927
0.963 1.019
Permen P. U. No.
45/PRT/M/20
07
Khusus - - - - - - - -
Sederhana y = 1,286x + 13,3 0.952
0.976 1.286 y = 1,061x + 15,13 0.89
0.943 1.061
Tidak Sederhana - -
- - - -
- -
Jumlah Lantai
1 y = 1,259x + 13,41 0.949
0.974 1.259 y = 1,054x + 15,11 0.911
0.954 1.054
2 y = 0,637x + 17,16 0.534
0.731 0.637 y = 0,319x + 19,19 0.491
0.701 0.319
3 - - - - - - - -
4 - - - - - - - -
71
Untuk bangunan kantor, dalam hubungan biaya dengan luas bangunan
pada klasifikasi 1 kelas berlaku diseconomies of scale kemudian cenderung turun
pada kelas bangunan sederhana untuk klasifikasi 3 kelas dan naik lagi pada kelas
bangunan tidak sederhana. Pada klasifikasi 4 kelas menurut jumlah lantai, nilai
faktor kapasitas biaya cenderung naik dari kelas pertama yaitu bangunan kantor
dengan jumlah lantai 1 sampai pada kelas ketiga dengan jumlah lantai tiga.
Namun demikian nilai faktor kapasitas biaya dalam hubungan biaya dengan luas
bangunan cenderung lebih kecil dibandingkan dengan nilai faktor kapasitas biaya
dalam hubungan biaya dengan jumlah pemakai untuk setiap klasifikasi dan tiap
kelasnya.
Bangunan sekolah dengan klasifikasi 1 kelas juga berlaku diseconomies of
scale. Nilai faktor kapasitas biaya dalam hubungan biaya dengan luas bangunan
pada klasifikasi 1 kelas sebesar 1,217 dengan koefisien korelasi yang tinggi 0,982.
Nilainya cenderung naik pada klasifikasi kelas bangunan sederhana menjadi 1,
286 kemudian cenderung turun pada klasifikasi kelas bangunan dengan jumlah
lantai 1 dan turun lagi pada klasifikasi kelas bangunan dengan jumlah lantai 2.
Nilai-nilai faktor kapasitas biaya dalam hubungan biaya dengan luas bangunan
tersebut cenderung turun untuk setiap klasifikasi dan kelasnya dalam hubungan
biaya dengan jumlah pemakai.
Nilai-nilai faktor kapasitas biaya yang diperoleh seperti tabel 5.23 di atas
didukung dengan nilai koefisien korelasi yang beragam. Pada bangunan dengan
fungsi sosial budaya, nilai koefisien korelasi dalam hubungan biaya dengan luas
bangunan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan hubungan biaya dengan
72
jumlah pemakai yang berarti hasil yang lebih kuat ditunjukkan untuk hubungan
biaya dengan luas bangunan. Namun pada fungsi bangunan yang lebih spesifik
yaitu kantor dan sekolah, nilai faktor korelasi sama-sama tinggi antara hubungan
biaya dengan luas bangunan dan hubungan biaya dengan jumlah pemakai yang
berarti hasil yang ditunjukkan mempunyai kekuatan yang sama. Untuk
mengetahui seberapa besar penyimpangan atau tingkat kesalahan antara hasil
perhitungan dengan data aktual maka perlu dilakukan validasi.
5.4 Validasi Model Faktor Kapasitas Biaya
Validasi model faktor kapasitas biaya dilakukan terhadap data yang
diklasifikan dari setiap fungsi bangunan. Validasi yang dilakukan adalah
membandingkan antara data aktual dengan data dari perhitungan model faktor
kapasitas biaya sehingga dapat diketahui tingkat kesalahannya. Data yang
digunakan merupakan data yang memiliki karakteristik yang sama.
Validasi dimulai dengan membandingkan antara data aktual dengan data
dari perhitungan model faktor kapasitas biaya untuk bangunan dengan fungsi
sosial budaya. Biaya bangunan sejenis yang masing-masing ingin dicari memakai
persamaan 2.1. dan hasilnya dibandingkan dengan masing-masing data biaya yang
sudah ada sehingga diperoleh selisih dan tingkat kesalahannya. Perlakuan ini juga
diterapkan pada masing-masing klasifikasi yang lebih spesifik. Contoh
perhitungannya adalah sebagai berikut :
Diambil contoh fungsi bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus.
73
Pada tabel 5.7 dan tabel 5.19 dapat dilihat biaya, luas lantai dan jumlah pemakai
untuk bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus.
Biaya L1 = Rp 1.571.725.384,27 dengan luas lantai = 467,55 m2 dan jumlah
pemakai = 44 orang
Biaya L2 = Rp 3.698.660.001,90 dengan luas lantai = 1.163,25 m2 dan jumlah
pemakai = 110 orang
Biaya L3 = Rp 4.009.445.935,34 dengan luas lantai = 1.228,57 m2 dan jumlah
pemakai = 117 orang
Langkah perhitungannya adalah :
Dianggap bahwa diinginkan estimasi biaya dengan luas lantai 467,55 m2
sementara diketahui data seperli L1, L2 dan L3, maka dengan memakai
persamaan 2.1 dihitung nilai C2 :
1. 955,0
2 55,46755,467384,271.571.725.
C = 1.571.725.384,27
Error estimate = {(1.571.725.384,27 - 1.571.725.384,27) / 1.571.725.384,27}x
100% = 0
2. 955,0
2 25,116355,467001,903.698.660.
C = 1.548.860.969,46
Error estimate = {(1.548.860.969,46-3.698.660.001,90)/
3.698.660.001,90}x100% = - 58,12%
3. 955,0
2 57,122855,467935,344.009.445.
C = 1.593.651.110,87
Error estimate = {(1.593.651.110,87-4.009.445.935,34)/
4.009.445.935,34}x100% = - 60,25%
74
Rata-rata error estimate = (0 - 58,12% - 60,25%)/3 = - 39,46%
Selanjutnya dianggap bahwa diinginkan estimasi biaya dengan luas lantai 1163,25
m2 sementara diketahui data seperli L1, L2 dan L3, maka dengan memakai
persamaan 2.1 dihitung nilai C2 :
1. 955,0
2 55,46725,1163384,271.571.725.
C = 3.753.259.929,33
Error estimate = {(3.753.259.929,33 - 1.571.725.384,27) / 1.571.725.384,27}x
100% = 138,80 %
2. 955,0
2 25,116325,1163001,903.698.660.
C = 3.698.660.001,90
Error estimate = {(3.698.660.001,90-3.698.660.001,90)/
3.698.660.001,90}x100% = 0%
3. 955,0
2 57,122825,1163935,344.009.445.
C = 3.805.618.281,43
Error estimate = {(3.805.618.281,43-4.009.445.935,34)/
4.009.445.935,34}x100% = - 5,08%
Rata-rata error estimate = (138,80 % + 0% - 5,08%)/3 = 44,57%
Selanjutnya dianggap bahwa diinginkan estimasi biaya dengan luas lantai 1228,57
m2 sementara diketahui data seperli L1, L2 dan L3, maka dengan memakai
persamaan 2.1 dihitung nilai C2 :
1. 955,0
2 55,46757,1228384,271.571.725.
C = 3.954.283.287,25
Error estimate = {(3.954.283.287,25 - 1.571.725.384,27) / 1.571.725.384,27}x
100% = 151,59 %
75
2. 955,0
2 25,116357,1228001,903.698.660.
C = 3.896.759.005,81
Error estimate = {(3.896.759.005,81-3.698.660.001,90)/
3.698.660.001,90}x100% = 5,36%
3. 955,0
2 57,122857,1228935,344.009.445.
C = 4.009.445.935,34
Error estimate = {(4.009.445.935,34-4.009.445.935,34)/
4.009.445.935,34}x100% = 0%
Rata-rata error estimate = (151,59 % + 5,36% + 0%)/3 = 52,31%
Sehingga secara keseluruhan error estimate = (- 39,46% + 44,57% + 52,31%)/3 =
19,14%.
Cara perhitungan yang sama dilakukan terhadap kapasitas fungsional (jumlah
pemakai) sehingga didapat error estimate = 19,17%
Perhitungan error estimate secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran.
Rata-rata error estimate yang didapat dapat dilihat pada tabel 5.24 di bawah. Pada
tabel dapat dilihat secara umum nilai error estimate dari hubungan biaya dengan
jumlah pemakai memberikan nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan
hubungan biaya dengan luas bangunan yang berarti secara umum penyimpangan
yang terjadi lebih kecil. Pada hubungan biaya dengan luas bangunan error
estimate terkecil sebesar 0,94 % berada pada klasifikasi bangunan sekolah yang
lebih spesifik yaitu bangunan sekolah dengan jumlah lantai 2, dan error estimate
terbesar sebesar 146,52 % berada pada klasifikasi umum bangunan sosial budaya.
76
Tabel 5.24 Error estimate faktor kapasitas biaya hasil analisis hubungan biaya dengan luas
bangunan dan biaya dengan jumlah pemakai
Fungsi Bangunan Klasifikasi
Hubungan Biaya dengan Luas
Hubungan Biaya dengan Jumlah
Pemakai
Faktor Kapasitas
Error estimate
rata-rata (%)
Faktor Kapasitas
Error estimate
rata-rata (%)
Bangunan Sosial
Budaya
Umum 1.191 146.52 0.39 10.64
Asrama 1.191 12.89 0.39 1.34
Kantor 1.191 92.25 0.39 7.10
Laboratorium 1.191 30.88 0.39 3.08
Puskesmas 1.191 30.50 0.39 3.03
Rumah sakit 1.191 101.04 0.39 8.56
Sekolah 1.191 71.29 0.39 8.45 PerMen
P. U. No.
45/PRT/M/2007
Khusus 0.955 19.14 0.947 19.17
Sederhana 1.144 30.29 0.102 0.83
Tidak Sederhana 1.091 40.94 0.457 12.09
Jumlah Lantai
1 1.141 37.87 -0.052 0.17
2 0.993 18.79 -0.113 0.67
3 1.49 18.69 -0.032 0.06
4 0.956 15.68 0.959 15.70
Bangunan Kantor
Umum 1.312 119.16 1.357 118.81 PerMen
P. U. No.
45/PRT/M/2007
Khusus - -
Sederhana 0.993 12.74 1.009 12.74
Tidak Sederhana 1.269 29.83 1.274 29.78
Jumlah Lantai
1 1.018 17.90 1.055 17.38
2 1.228 13.03 1.313 12.66
3 1.501 5.09 1.514 5.09
4 - -
Bangunan Sekolah
Umum 1.217 75.27 1.019 71.20 PerMen
P. U. No.
45/PRT/M/2007
Khusus - -
Sederhana 1.286 47.90 1.061 44.66
Tidak Sederhana - -
Jumlah Lantai
1 1.259 113.80 1.054 105.39
2 0.637 0.94 0.319 0.86
3 - -
4 - -
77
Pada hubungan biaya dengan jumlah pemakai error estimate terkecil
sebesar 0,06 % berada pada klasifikasi bangunan sosial budaya dengan jumlah
lantai 3 dan error estimate terbesar sebesar 118,81 % berada pada klasifikasi
bangunan kantor yang lebih spesifik tapi sifatnya masih umum.
Adanya error estimate yang sangat tinggi yaitu pada bangunan sosial
budaya dengan klasifikasi umum, rumah sakit dengan faktor kapasitas 1,191,
bangunan kantor dengan klasifikasi yang lebih spesifik tapi masih bersifat umum
dan bangunan sekolah dengan klasifikasi yang lebih spesifik yaitu jumlah lantai 1,
menunjukkan sebaran data yang tersebar dengan rentang kapasitas yang besar
tidak sebanding dengan rentang biaya yang diberikan. Pada saat nilai faktor
kapasitas biaya sebesar 1,191 hasil dari model hubungan biaya dengan luas
bangunan dipakai untuk mencari biaya bangunan dengan fungsi yang spesifik
yaitu asrama, kantor, laboratorium, puskesmas, rumah sakit dan sekolah,
dihasilkan nilai error estimate yang bervariasi dengan rentang yang cukup besar
yaitu 12,89% – 101,04%. Sementara itu pada saat nilai faktor kapasitas biaya
sebesar 0,39 hasil dari model hubungan biaya dengan jumlah pemakai digunakan,
rentang error estimit relatif lebih kecil berkisar antara 1,34% – 8,56%. Bangunan
sosial budaya yang terklasifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
45/PRT/M/2007 menjadi 3 yaitu bangunan khusus, bangunan sederhana dan
bangunan tidak sederhana memberikan nilai error estimate yang tidak jauh
berbeda pada klasifikasi bangunan khusus antara luas dan jumlah orang yaitu
19,14% dan 19,17%. Nilai faktor kapasitas fisik 0,955 dan faktor kapasitas
fungsional 0,947 yang didukung dengan nilai koefisien korelasi yang kuat sebesar
78
0,999 dan 0,999 menjadikan nilai ini bisa dipakai sebagai faktor kapasitas biaya
bangunan sosial budaya khusus pada rentang kapasitas tertentu. Klasifikasi
bangunan sosial budaya dengan jumlah lantai 4 juga bisa dipakai faktor kapasitas
biayanya dengan alasan yang sama yaitu nilai faktor kapasitas biaya 0,956 dan
0,959 dengan koefisien korelasi 0,999 dan 0,999 yang sangat kuat menghasilkan
error estimate 15,68% dan 15,70%.
Bangunan kantor yang diklasifikasikan lebih spesifik menjadi bangunan
kantor sederhana, tidak sederhana, bangunan kantor dengan jumlah lantai 1 ,2 dan
3 memberikan nilai error estimate berkisar antara 5,09% – 29,83% pada luas
bangunan dan jumlah pemakai. Nilai faktor kapasitas biaya yang diperoleh dapat
digunakan pada rentang kapasitasnya masing-masing yaitu 0,993; 1,009; 1,269;
1,274; 1,018; 1,055; 1,228; 1,313; 1,501 dan 1,514. Bangunan sekolah yang
terklasifikasi kedalam bangunan sekolah sederhana dan bangunan sekolah dengan
jumlah lantai 2 dapat juga memakai faktor kapasitas biayanya dengan rentang
kapasitas yang ada. Nilai-nilai 1,286; 1,061; 0,637 dan 0,319 sebagai faktor
kapasitas biayanya dengan koefisien korelasi yang cukup kuat 0,976; 0,943; 0,731
dan 0,701 memberikan nilai error estimate 47,90%; 44,66%; 0,94% dan 0,86%.
Uji validasi yang telah dilakukan memberikan sebuah faktor kapasitas
biaya pada setiap fungsi bangunan gedung menurut klasifikasinya masing-masing.
Hasil ini merupakan pendekatan atas rata-rata kesalahan terkecil, perbandingan
kapasitas berdasarkan klasifikasinya serta didukung nilai koefisien korelasi yang
kuat. Hasil tersebut dirangkum dalam tabel di bawah ini :
79
Tabel 5.25 Faktor kapasitas biaya menurut klasifikasi dan kapasitasnya setelah uji validasi
Fungsi Bangunan Klasifikasi
Hubungan Biaya dengan Luas
Hubungan Biaya dengan Jumlah
Pemakai
Faktor Kapasitas
Error estimate
rata-rata (%)
Faktor Kapasitas
Error estimate rata-rata
(%)
Bangunan Sosial
Budaya
Khusus 0,955
19,14 0,947 19,17
Jumlah lantai 4 0,956
15,68 0,959 15,70
Bangunan Kantor
Sederhana 0,993
12,74 1,009 12,74
Tidak Sederhana 1,269
29,83 1,274 29,78
Jumlah lantai 1 1,018
17,90 1,055 17,38
Jumlah lantai 2 1,228
13,03 1,313 12,66
Jumlah lantai 3 1,501
5,09 1,514 5,09 Bangunan Sekolah Jumlah lantai 2 0,637
0,94 0,319 0,86
Tabel perhitungan error estimate untuk tabel 5.25 dapat dilihat pada lampiran 3
sampai dengan lampiran 10.
5.5 Aplikasi Faktor Kapasitas Biaya
Faktor kapasitas biaya yang telah diperoleh selanjutnya dapat digunakan
untuk menghitung biaya konseptual bangunan gedung menurut fungsi dan
klasifikasinya masing-masing. Berdasarkan tabel 5.25 di atas, nilai-nilai faktor
kapasitas biaya yang telah diperoleh, langsung diaplikasikan ke dalam rumusan
matematis estimasi biaya konseptual menurut persamaan 2.1, sehingga didapatkan
rumusan matematis sebagai berikut :
80
Tabel 5.26 Rumusan matematis estimasi biaya konseptual menurut klasifikasinya
Fungsi Bangunan Klasifikasi
Hubungan Biaya dengan Luas Hubungan Biaya dengan Jumlah Pemakai
Faktor Kapasitas
Rumus matematis
Faktor Kapasit
as
Rumus matematis
Bangunan Sosial Budaya
Khusus 0,955
955,0
1
212
QQCC
0,947 947,0
1
212
QQCC
Jumlah lantai 4 0,956
956,0
1
212
QQCC
0,959 959,0
1
212
QQCC
Bangunan Kantor
Sederhana 0,993
993,0
1
212
QQCC
1,009 009,1
1
212
QQCC
Tidak Sederhana 1,269
269,1
1
212
QQCC 1,274
274,1
1
212
QQCC
Jumlah lantai 1 1,018
018,1
1
212
QQCC 1,055
055,1
1
212
QQCC
Jumlah lantai 2 1,228
228,1
1
212
QQCC 1,313
313,1
1
212
QQCC
Jumlah lantai 3 1,501
501,1
1
212
QQCC 1,514
514,1
1
212
QQCC
Bangunan Sekolah
Jumlah lantai 2 0,637
637,0
1
212
QQCC
0,319 319,0
1
212
QQCC
Contoh perhitungan untuk masing-masing fungsi bangunan dan klasifikasinya
ditampilkan seperti di bawah ini :
Misalkan diinginkan berapa biaya untuk luas lantai 500 m2 atau berapa biaya
untuk jumlah pemakai 50 orang ?
1. Bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus
81
Ambil salah satu data yang diketahui, misalkan diambil dari data yang ada
biaya = Rp 1.571.725.384,27 dengan luas lantai 467,55 m2 dan jumlah
pemakai 44 orang.
Estimasi biayanya adalah 955,0
1
212
QQCC =
955,0
55,46750027,384.725.571.1
= 1.675.742.263,00
Error estimate ={(1.675.742.263,00-1.571.725.384,27)/
1.571.725.384,27}x100% = 6,62%
atau :
Estimasi biayanya adalah 947,0
1
212
QQCC =
947,0
4450
27,384.725.571.1
= 1.773.991.672,00
Error estimate ={(1.773.991.672,00-1.571.725.384,27)/
1.571.725.384,27}x100% = 12,87%
2. Bangunan sosial budaya dengan klasifikasi jumlah lantai 4
Ambil salah satu data yang diketahui, misalkan diambil dari data yang ada
biaya = Rp 5.199.421.927,62 dengan luas lantai 1297,22 m2 dan jumlah
pemakai 70 orang.
Estimasi biayanya adalah 956,0
1
212
QQCC =
956,0
22,129750062,927.421.199.5
= 2.089.918.497,00
Error estimate ={(2.089.918.497,00-5.199.421.927,62)/
5.199.421.927,62}x100% = -59,80%
atau :
82
Estimasi biayanya adalah 959,0
1
212
QQCC =
959,0
7050
62,927.421.199.5
= 3.765.462.052,00
Error estimate ={(3.765.462.052,00-5.199.421.927,62)/
5.199.421.927,62}x100% = -27,58%
3. Bangunan kantor dengan klasifikasi sederhana
Ambil salah satu data yang diketahui, misalkan diambil dari data yang ada
biaya = Rp 1.136.623.285,18 dengan luas lantai 400 m2 dan jumlah pemakai
42 orang.
Estimasi biayanya adalah 993,0
1
212
QQCC =
993,0
40050018,285.623.136.1
= 1.418.561.575,00
Error estimate ={(1.418.561.575,00-1.136.623.285,18)/
1.136.623.285,18}x100% = 24,80%
atau :
Estimasi biayanya adalah 009,1
1
212
QQCC =
009,1
425018,285.623.136.1
= 1.355.247.919,00
Error estimate ={(1.355.247.919,00-1.136.623.285,18)/
1.136.623.285,18}x100% = 19,23%
Langkah yang sama dilakukan terhadap fungsi bangunan dengan klasifikasinya
masing-masing memakai rumusan matematis menurut tabel 5.26.
83
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
1. Dari hasil analisis, dengan melihat koefisien korelasi yang besar dan error
estimate rata-rata yang kecil, diperoleh model dan faktor kapasitas biaya
sebagai berikut :
a. Model logaritmik biaya pada kapasitas fisik (luas lantai) untuk bangunan
sosial budaya dengan klasifikasi khusus dan jumlah lantai 4 secara
berurutan adalah y = 0,955x + 15,29 dan y = 0,956x + 15,51 dengan faktor
kapasitas biaya secara berurutan adalah 0,955 dan 0,956.
b. Model logaritmik biaya pada kapasitas fungsional (jumlah pemakai) untuk
bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus dan jumlah lantai 4
secara berurutan adalah y = 0,947x + 17,59 dan y = 0,959x + 18,29 dengan
faktor kapasitas biaya secara berurutan adalah 0,947 dan 0,959.
c. Model logaritmik biaya pada kapasitas fisik (luas lantai) untuk bangunan
kantor dengan klasifikasi sederhana, tidak sederhana, jumlah lantai 1,
jumlah lantai 2, jumlah lantai 3 secara berurutan adalah y = 0,993x +
14,85; y = 1,269x + 13,37; y = 1,018x + 14,68; y = 1,228x + 13,63; y =
1,501x + 11,67; dengan faktor kapasitas biaya secara berurutan adalah
0,993; 1,269; 1,018; 1,228; 1,501.
d. Model logaritmik biaya pada kapasitas fungsional (jumlah pemakai) untuk
bangunan kantor dengan klasifikasi sederhana, tidak sederhana, jumlah
84
lantai 1, jumlah lantai 2, jumlah lantai 3 secara berurutan adalah y =
1,009x + 17,02; y = 1,274x + 16,26; y = 1,055x + 16,84; y = 1,313x +
16,07; y = 1,514x + 15,05; dengan faktor kapasitas biaya secara berurutan
adalah 1,009; 1,274; 1,055; 1,313 dan 1,514.
e. Model logaritmik biaya pada kapasitas fisik (luas lantai) untuk bangunan
sekolah dengan klasifikasi jumlah lantai 2 adalah y = 0,637x + 17,16
dengan faktor kapasitas biaya adalah 0,637.
f. Model logaritmik biaya pada kapasitas fungsional (jumlah pemakai)
adalah y = 0,319x + 19,19 dengan faktor kapasitas biaya adalah 0,319.
2. Estimasi biaya konseptual konstruksi gedung dapat dilakukan terhadap
bangunan sosial budaya dengan klasifikasi khusus dan jumlah lantai 4,
bangunan kantor dengan klasifikasi sederhana, tidak sederhana, jumlah lantai
1, jumlah lantai 2, jumlah lantai 3 dan bangunan sekolah dengan klasifikasi
jumlah lantai 2, dengan cara sebagai berikut :
a. Estimasi biaya konseptual bangunan sosial budaya dengan klasifikasi
khusus adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil
perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai yang
diketahui berpangkat 0,955 atau informasi biaya terdahulu yang diketahui
dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang direncanakan
dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 0,947.
b. Estimasi biaya konseptual bangunan sosial budaya dengan klasifikasi
jumlah lantai 4 adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan
hasil perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai
85
yang diketahui berpangkat 0,956 atau informasi biaya terdahulu yang
diketahui dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang
direncanakan dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 0,959.
c. Estimasi biaya konseptual bangunan kantor dengan klasifikasi sederhana
adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil
perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai yang
diketahui berpangkat 0,993 atau informasi biaya terdahulu yang diketahui
dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang direncanakan
dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 1,009.
d. Estimasi biaya konseptual bangunan kantor dengan klasifikasi tidak
sederhana adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil
perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai yang
diketahui berpangkat 1,269 atau informasi biaya terdahulu yang diketahui
dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang direncanakan
dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 1,274.
e. Estimasi biaya konseptual bangunan kantor dengan klasifikasi jumlah
lantai 1 adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil
perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai yang
diketahui berpangkat 1,018 atau informasi biaya terdahulu yang diketahui
dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang direncanakan
dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 1,055.
f. Estimasi biaya konseptual bangunan kantor dengan klasifikasi jumlah
lantai 2 adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil
86
perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai yang
diketahui berpangkat 1,228 atau informasi biaya terdahulu yang diketahui
dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang direncanakan
dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 1,313.
g. Estimasi biaya konseptual bangunan kantor dengan klasifikasi jumlah
lantai 3 adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil
perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai yang
diketahui berpangkat 1,501 atau informasi biaya terdahulu yang diketahui
dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang direncanakan
dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 1,514.
h. Estimasi biaya konseptual bangunan sekolah dengan klasifikasi jumlah
lantai 2 adalah informasi biaya terdahulu yang diketahui dikalikan hasil
perbandingan antara luas lantai yang direncanakan dengan luas lantai yang
diketahui berpangkat 0,637 atau informasi biaya terdahulu yang diketahui
dikalikan hasil perbandingan antara jumlah pemakai yang direncanakan
dengan jumlah pemakai yang diketahui berpangkat 0,319.
6.2 Saran
1. Dalam proses analisis untuk mencari faktor kapasitas biaya bangunan gedung
dengan fungsi bangunan yang lain, hendaknya data terdahulu yang dipakai
terkelompok dalam masing-masing fungsi bangunan dan terklasifikasikan
menurut batasannya masing-masing.
87
2. Dalam menggunakan faktor kapasitas biaya untuk estimasi biaya konseptual
bangunan gedung hendaknya memperhatikan masing-masing fungsi bangunan
dengan masing-masing batasan klasifikasinya.
3. Untuk mencari nilai faktor kapasitas biaya bangunan gedung hendaknya
menggunakan informasi biaya konstruksi gedung sebanyak mungkin untuk
memperoleh akurasi yang bagus dengan penyimpangan yang kecil.
88
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum RI. Hasan, I., 2008. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. Hermansyah, D. 2003. “Estimasi Anggaran Biaya Konstruksi dan Rencana Penjadwalan Tahap Desain pada Pembangunan Kampus BSI Margonda – Depok” (tesis). Jakarta: Universitas Guna Darma. Husen, A., 2009. Manajemen Proyek Perencanaan, Penjadwalan & Pengendalian Proyek. Yogyakarta: Andi. Kodoatie, R.J., 1995. Analisis Ekonomi Teknik. Yogyakarta: Andi Offset. Neufert, E., 1995. Data Arsitek Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Neufert, E., 1995. Data Arsitek Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Riswan, D., Abduh, M. 2006. Pengembangan Model Estimasi Biaya Parameter pada Proyek Pembangunan Gedung Negara. International Civil Engineering Conference “Towards Sustainable Civil Engineering Practice”. Surabaya 25 – 26 Agustus. Sembiring, R.K. 2003. Analisis Regresi. Edisi kedua. Bandung: ITB Soeharto, I., 1997. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta: Erlangga. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Wuryanti, W. 2005. Indeks Biaya Komponen Konstruksi Beton Bertulang Baja dan Bahan Komposit Untuk Bangunan Gedung. Kolokium & Open House. Bandung 8 – 9 Desember. Wuryanti, W. 2009. Evaluasi Penggunaan Standar pada Estimasi Biaya Konstruksi Gedung. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum RI.
89
LAMPIRAN
Top Related