KAJIAN SUMBERDAYA SETU BABAKAN UNTUK
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN EKOWISATA
DKI JAKARTA
ARIEF SYAICHU NUR ALAM
SKRIPSI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa sripsi yang berjudul:
Kajian Sumberdaya Setu Babakan untuk Pengelolaan dan Pengembangan
Ekowisata DKI Jakarta
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Bogor, Desember 2009
Arief Syaichu Nur alam
C24051450
iii
RINGKASAN
Arief Syaichu Nur Alam. C2401450. Kajian Sumberdaya Setu Babakan untuk
Pengelolaan dan Pengembangan Ekowisata DKI Jakarta. Di bawah bimbingan
Achmad Fahrudin dan M. Mukhlis Kamal.
Setu Babakan terletak di kawasan perkampungan yang ditetapkan Pemerintah
Jakarta sebagai tempat pelestarian dan pengembangan Budaya Betawi. Setu Babakan
merupakan situ alam dengan luas 20 hektar dan kawasan ini merupakan kawasan wisata
air dan budaya yang memiliki potensi lingkungan alam yang asri. Pemanfaatan Setu
Babakan oleh masyarakat sekitar maupun pengelola objek wisata membawa dampak
bagi perairan situ itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi
ekowisata Setu Babakan yang meliputi sumberdaya alam perairan dan sekitarnya serta
sumberdaya manusia, mengidentifikasi lembaga-lembaga yang terkait dalam
pengelolaan kawasan, mengidentifikasi kesesuaian dan daya dukung kawasan dan
menentukan alternatif strategi dalam pengelolaan dan pengembangan Setu Babakan
secara optimal. Analisis data yang digunakan adalah analisis potensi wisata, kesesuaian
wisata, daya dukung kawasan dan SWOT. Penelitian ini berlangsung sejak bulan Mei
sampai Juli 2009 di Setu Babakan.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa potensi wisata Setu Babakan mencakup
kualitas air, pemandangan alam dan budaya yang terdapat di sekitar kawasan.
Berdasarkan analisis kesesuaian wisata yang dibagi ke dalam 8 lokasi, kegiatan
memancing dapat dilakukan di lokasi satu, bersepeda air di lokasi dua dan berperahu di
lokasi tiga. Lokasi empat, enam, dan delapan dapat digunakan untuk duduk santai,
lokasi lima untuk kegiatan foto dan shooting. Pada bagian lokasi tujuh dapat dibuat
sarana untuk kegiatan flying fox.
Daya dukung kawasan Setu Babakan sebesar 1.047 orang/hari. Pada lokasi satu,
jumlah maksimum wisatawan yang dapat ditampung sebesar 398 orang/hari. Pada
lokasi dua, daya dukung kawasan sebesar 134 orang/hari. Maksimum 211
wisatawan/hari dapat ditampung di lokasi tiga untuk berperahu. Kegiatan duduk santai
di lokasi empat, enam dan delapan memiliki nilai daya dukung kawasan total sebesar
263 orang/hari. Lokasi lima dapat menampung wisatawan sebanyak 10 orang/hari.
Adapun jumlah wisatawan yang dapat ditampung oleh lokasi yang potensial untuk
flying fox adalah 32 orang/hari.
Tiga prioritas utama strategi alternatif pengelolaan kawasan Setu Babakan
adalah mempertahankan kondisi tipikal perkampungan Betawi yang ada di kawasan
Setu Babakan sebagai corak budaya dan lingkungan yang asri dengan konsep lestari dan
terletak di lokasi yang strategis di DKI Jakarta; memaksimalkan fungsi kawasan sebagai
objek wisata yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta mencegah terjadinya
eksploitasi kawasan yang tidak memperhatikan daya dukung; dan membuka peluang
kebutuhan masyarakat akan tempat wisata dan kestrategisan lokasi kawasan di dalam
Kota Jakarta dan lingkungan yang serasi dengan budaya.
iv
KAJIAN SUMBERDAYA SETU BABAKAN UNTUK
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DKI
JAKARTA
Arief Syaichu Nur Alam
C24051450
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
iv
PENGESAHAN SKRIPSI
Judul : Kajian Sumberdaya Setu Babakan untuk Pengelolaan dan
Pengembangan Ekowisata DKI Jakarta
Nama Mahasiswa : Arief Syaichu Nur Alam
Nomor Pokok : C24051450
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Menyetujui
Pembimbing I
Dr. Ir. Achmad Fahrudin, MS.
NIP 19640327 198903 1 003
Pembimbing II
Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc
NIP 132084932
Mengetahui,
Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Dr.Ir.Yusli Wardiatno, M.Sc
NIP.19660728 199103 1 002
Tanggal Lulus : 1 Desember 200
v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
nikmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
"Kajian Sumberdaya Setu Babakan untuk Pengelolaan dan Pengembangan
Ekowisata DKI Jakarta". Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada berbagai pihak
yang telah banyak membantu dalam memberikan bimbingan, dukungan, masukan
dan arahan sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan baik. Penulis
berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam penyusunan skripsi ini, tetapi penulis
juga menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya. Semoga
skripsi ini berguna dan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian lebih lanjut.
Bogor, Desember 2009
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya sehingga menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini penulis
persembahkan kepada Ayah dan Ibu serta ke dua adikku tercinta sebagai hadiah
kecil yang tidak sebanding dengan doa, waktu, kesabaran, dan kasih sayang yang
diberikan kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Dr. Ir. Achmad Fahrudin, MS dan Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc selaku
dosen pembimbing yang telah bersabar dalam membimbing penulis,
memberikan banyak masukan, arahan, nasehat dan saran untuk penulis.
2. Ir. Gatot Yulianto, M.Si selaku penguji tamu dalam sidang skripsi dan Dr.Ir.
Yunizar Ernawati, MS selaku dosen penguji dari program studi yang telah
memberikan masukan dan saran yang sangat berarti untuk penulis.
3. Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan nasihat selama menjalani perkuliahan.
4. Pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Kelurahan Srengseng
Sawah dan Pemerintah Kotamadya Jakarta Selatan yang telah memberikan
informasi dan kerjasamanya.
5. Para staf Tata Usaha MSP terutama Mba Widar, Bagian Produktivitas dan
Lingkungan (terutama Bu Siti, Bu Ana, Bu Wulan, Kak Budi) serta seluruh
civitas Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan atas bantuan dan
dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
6. Teman-teman Asisten Mata Kuliah Oceanografi Umum 08/09 dan 09/10
7. Mohammad Irfan, Rofiqul Umam, Muhammad Rizki, Nur Azifah Cakra
Dewi, Steven, Garna, Satria Indra, Wahyu, Agus Tarmuji dan teman-teman
MSP (Febrianti, Rezkita, Silfia, Eris, Moro, Agustina, Rahmah, Avie,
Agustiawan, Gita, Bonit, dan teman-teman 42 lainnya) atas doa, bantuan,
dukungan, kesabaran, kerjasama dan semangatnya kepada penulis selama
masa perkuliahan hingga pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi
serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
vi
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Maret 1987, sebagai
anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda
Supardi Johan dan Ibunda Dedeh Kurniasih. Pendidikan formal
yang pernah dijalani oleh penulis berawal dari TK Aisyiah II
Kukusan (1993), SD Muhammadiyah 01 Kukusan (1999), SMP
85 Jakarta (2002), dan SMA 97 Jakarta (2005). Pada tahun 2005 penulis diterima di
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
Setelah melewati tahap Tingkat Persiapan Bersama selama 1 tahun, penulis diterima
di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi Asisten Praktikum
Mata Kuliah Oceanografi Umum (2008/2009 dan 2009/2010). Penulis juga aktif di
organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan
(HIMASPER) periode 2007/2008 dan 2008/2009 sebagai staff divisi
Kewirausahaaan, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan (BEM FPIK) periode 2008/2009 sebagai staff divisi PPSDM, dan Badan
Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB (BEM KM IPB) sebagai staff
Kementrian Budaya Olahraga dan Seni di tahun 2009 dan menjadi ketua pelaksana
Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) 2009.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi
dengan judul “Kajian Sumberdaya Setu Babakan untuk Pengelolaan dan
Pengembangan Ekowisata DKI Jakarta”.
vii
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv
1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 2
1.3. Tujuan ......................................................................................... 3
1.4. Manfaat ....................................................................................... 3
2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4
2.1. Definisi Situ ................................................................................. 4
2.2. Karakteristik Sumberdaya dan Lingkungan Situ ........................ 4
2.3. Pemanfaatan Situ dan Permasalahan yang Ditimbulkan ............. 7
2.4. Ekowisata Sebagai Alternatif Pengelolaan Situ ........................... 10
3. METODE PENELITIAN ................................................................ 13
3.1. Kerangka Pikir Penelitian ........................................................... 13
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 15
3.3. Alat dan Bahan ............................................................................ 15
3.4. Jenis dan Pengumpulan Data ...................................................... 17
3.4.1. Data primer ........................................................................ 17
3.4.1.1. Observasi dan pengambilan sampel air .................. 18
3.4.1.2. Wawancara ............................................................. 22
3.4.2. Data sekunder ..................................................................... 22
3.5. Analisis Data ............................................................................... 23
3.5.1. Analisis sumberdaya .......................................................... 23
3.5.2 Analisis kesesuaian ............................................................. 23
3.5.3. Analisis daya dukung ......................................................... 24
3.5.4. Analisis SWOT .................................................................. 25
3.5.4.1. Identifikasi faktor internal dan eksternal ............... 26
3.5.4.2. Penentuan bobot setiap variabel ............................. 26
3.5.4.3. Penentuan peringkat ............................................... 27
3.5.4.4. Penyusunan analisis strategi .................................. 29
3.5.4.5. Penentuan posisi strategi yang akan dijalankan ..... 29
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 31
4.1. Keadaan umum Setu Babakan .................................................... 31
4.1.1. Luas dan letak .................................................................... 31
viii
ix
4.1.2. Topografi dan hidrologi ..................................................... 31
4.2. Kondisi Fisika-Kimia-Biologi Setu Babakan ............................. 32
4.2.1. Kualitas air ........................................................................ 32
4.2.1.1. Parameter fisika ................................................... 34
4.2.1.2. Parameter kimia ................................................... 35
4.2.1.3. Parameter mikrobiologi bakteri ........................... 37
4.2.2. Karakteristik sumberdaya alam Setu Babakan ................. 38
4.2.2.1. Fitoplankton dan zooplankton .............................. 38
4.2.2.2. Tumbuhan air dan ikan di Setu Babakan ............. 40
4.2.2.3. Vegetasi di sekitar Setu Babakan ......................... 41
4.2.2.4. Potensi Setu Babakan bagi kegiatan ekowisata . .. 42
4.3. Keadaan Sosial dan Ekonomi Penduduk di Kelurahan
Serengseng Sawah ...................................................................... 44
4.3.1. Jumlah dan umur penduduk .............................................. 44
4.3.2. Mata pencaharian penduduk ............................................. 45
4.3.3. Pola penggunaan lahan ..................................................... 46
4.4. Kesesuaian Wisata di Setu Babakan ........................................... 47
4.4.1. Kunjungan wisatawan ke kawasan perkampungan
budaya Betawi Setu Babakan ............................................ 47
4.4.2. Analisis kesesuaian wisata ................................................ 49
4.5. Daya Dukung Kawasan ............................................................... 54
4.6. Karakteristik Sosial Ekonomi ..................................................... 57
4.6.1. Karakteristik masyarakat sekitar ....................................... 57
4.6.1.1. Data pribadi masyarakat sekitar ........................... 57
4.6.1.2. Pengetahuan masyarakat sekitar terhadap
Setu Babakan ....................................................... 60
4.6.1.3. Persepsi, aspirasi, dan harapan masyarakat
sekitar terhadap pengembangan kawasan
Setu Babakan ....................................................... 61
4.6.2. Karakteristik wisatawan .................................................... 64
4.6.2.1. Data pribadi wisatawan ........................................ 65
4.6.2.2. Motivasi wisatawan berkunjung ke
kawasan Setu Babakan ......................................... 68
4.6.2.3. Persepsi wisatawan .............................................. 70
4.6.2.4. Aktifitas wisatawan di kawasan Setu Babakan .... 74
4.6.2.5. Keterlibatan wisatawan dalam menjaga
kelestarian lingkungan Setu Babakan .................. 76
4.6.3. Instansi-instansi terkait ..................................................... 77
4.7. Tata Ruang Kawasan .................................................................. 80
4.7.1. Analisis kebijakan penataan kawasan Setu Babakan ........ 80
4.7.3. Hubungan dengan objek wisata lainnya ........................... 83
4.8. Strategi Pengelolaan Kawasan untuk Ekowisata ........................ 83
4.8.1. Penentuan kekuatan, kelemahan, ancaman dan
peluang kawasan Setu Babakan ........................................ 84
4.8.2. Analisis dan penilaian faktor internal dan eksternal ......... 88
4.8.3. Pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
dan matriks External Factor Evaluation (EFE) ................ 90
4.8.4. Pembuatan matriks SWOT ............................................... 90
ix
x
4.8.5. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi ..................... 91
5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 95
5.1. Kesimpulan ................................................................................ 95
5.2. Saran .......................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 96
LAMPIRAN ............................................................................................... 100
x
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data ............................ 17
2. Penilaian bobot faktor strategi internal dan eksternal .............................. 27
3. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor
Evaluation (EFE) ................................................................................... 28
4. Matriks analisis SWOT ........................................................................... 29
5. Kualitas air Setu Babakan ....................................................................... 33
6. Jumlah dan sebaran umur penduduk Kelurahan Serengseng Sawah ...... 38
7. Mata pencaharian penduduk Kelurahan Serengseng Sawah ................... 45
8. Pola penggunaan lahan di Kelurahan Serengseng Sawah ....................... 46
9. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Perkampungan Budaya Betawi
Setu Babakan Tahun : 2004-2008 ........................................................... 48
10. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Perkampungan Budaya Betawi
Setu Babakan setiap Hari/Bulan pada Januari-Juli Tahun : 2009 ......... 48
11. Kesesuaian wisata Setu Babakan ......................................................... 54
12. Daya dukung kawasan Setu Babakan ................................................... 56
13. Tingkat kepentingan faktor internal kawasan Setu Babakan ................. 89
14. Tingkat kepentingan faktor eksternal kawasan Setu Babakan .............. 89
15. Penilaian bobot faktor strategis internal kawasan Setu Babakan .......... 89
16. Penilaian bobot faktor strategis eksternal kawasan Setu Babakan ....... 89
17. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) kawasan Setu Babakan ...... 90
18. Matriks External Factor Evaluation (EFE) kawasan Setu Babakan ..... 90
19. Matriks SWOT ...................................................................................... 91
20. Perangkingan alternatif strategi ............................................................ 92
xi
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian ............................................................... 14
2. Peta lokasi penelitian .............................................................................. 16
3. Diagram analisis SWOT untuk strategi pengelolaan dan
pengembangan (Rangkuti 2006) ............................................................. 29
4. Rumah adat Betawi . .... ........................................................................... 44
5. Peta kesesuaian wisata di Setu Babakan . ................................................ 53
6. Komposisi jenis kelamin masyarakat di sekitar kawasan
Setu Babakan .......................................................................................... 58
7. Kelompok umur masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan ............ 58
8. Tingkat pendidikan masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan ........ 59
9. Jenis pekerjaan masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan ............... 59
10. Tingkat pendapatan perbulan masyarakat di sekitar kawasan
Setu Babakan .......................................................................................... 60
11. Pengetahuan masyarakat sekitar akan adanya kawasan Setu Babakan 61
12. Aspirasi, persepsi dan harapan masyarakat sekitar terhadap
pengembangan kawasan wisata air Setu Babakan (1) .......................... 62
13. Aspirasi, persepsi dan harapan masyarakat sekitar terhadap
pengembangan kawasan wisata air Setu Babakan (2) .......................... 64
14. Komposisi jenis kelamin wisatawan ..................................................... 65
15. Kelompok umur wisatawan .................................................................. 65
16. Kelompok asal wisatawan ..................................................................... 66
17. Tingkat pendidikan wisatawan ............................................................. 66
18. Jenis pekerjaan wisatawan .................................................................... 67
19. Tingkat pendapatan per bulan wisatawan ............................................. 67
20. Biaya yang dikeluarkan wisatawan ..................................................... 68
21. Motivasi wisatawan .............................................................................. 69
22. Persepsi wisatawan (1) .......................................................................... 71
23. Persepsi Wisatawan terhadap fasilitas dan lingkungan di kawasan
Setu Babakan ........................................................................................ 72
24. Persepsi wisatawan (2) .......................................................................... 73
25. Persepsi wisatawan (3) .......................................................................... 74
xii
xiii
26. Aktivitas wisatawan (1) ........................................................................ 75
27. Aktivitas wisatawan (2) ........................................................................ 76
28. Keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan
Setu Babakan ........................................................................................ 77
29. Master plan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan .................. 82
30. Diagram mengenai posisi analisis SWOT untuk strategi pengelolaan
dan pengembangan kawasan Setu Babakan .......................................... 94
xiii
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Gambar lokasi penelitian ........................................................................ 101
2. Alat dan bahan yang digunakan untuk pengamatan kualitas air ............. 102
3. Kuisioner untuk wisatawan ..................................................................... 104
4. Kuisioner untuk masyarakat sekitar ........................................................ 107
5. Panduan wawancara dengan pihak pengelola kawasan Setu Babakan ... 109
6. Panduan wawancara dengan instansi terkait ........................................... 109
7. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air ................................................... 110
8. Matriks kesesuaian lahan untuk ekowisata perairan tawar kategori
wisata danau ............................................................................................ 112
9. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata ............... 113
10. Potensi ekologis pengunjung (K) dan luasan area kegiatan (Lt) .......... 113
11. Kelimpahan plankton di Setu Babakan ................................................. 114
12. Vegetasi di sekitar Setu Babakan .......................................................... 115
13. Lokasi penelitian untuk kesesuaian wisata Setu Babakan .................... 116
14. Indeks kesesuaian wisata di kawasan Setu Babakan ............................. 118
15. Kategori kesesuaian wisata di masing-masing lokasi Setu Babakan ..... 122
16. Peta kesesuaian memancing di Setu Babakan ...................................... 123
17. Peta kesesuaian sepeda Air di Setu Babakan ......................................... 124
18. Peta kesesuaian perahu kayu di Setu Babakan ..................................... 125
19. Peta kesesuaian duduk santai di Setu Babakan ..................................... 126
20. Peta kesesuaian photo dan shooting di Setu Babakan .......................... 127
21. Peta kesesuaian Flying fox di Setu Babakan ......................................... 128
22. Peta daya dukung kawasan di Setu Babakan ........................................ 129
23. Karakteristik masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan
berdasarkan jumlah contoh sebanyak 30 orang ..................................... 130
24. Karakteristik wisatawan kawasan wisata Setu Babakan berdasarkan
jumlah contoh yang diwawancarai sebanyak 30 orang .......................... 134
25. Daerah tujuan wisata di Jakarta ............................................................ 140
xiv
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Situ atau setu yang sering dikenal warga Betawi adalah wadah genangan air di
atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami atau buatan; sumber airnya
berasal dari mata air, air hujan, dan/atau limpasan air permukaan. Situ memiliki
potensi yang dapat dimanfaatkan secara ekologis maupun secara ekonomis. Secara
ekologis situ dapat dimanfaatkan sebagai habitat bagi berbagai jenis tumbuhan dan
hewan, daerah resapan air, sumber air bagi kehidupan, pengendali banjir, pengatur
iklim mikro, dan sebagainya. Secara ekonomis situ dapat dijadikan sebagai lahan
perikanan, penghasil berbagai jenis sumberdaya alam bernilai ekonomis, penghasil
energi, sarana wisata dan olah raga (Puspita et al. 2005). Saat ini banyak situ di
Indonesia yang dijadikan objek wisata sebagai kegiatan dalam memanfaatkan
potensi sumber daya alam, salah satunya adalah Setu Babakan yang terletak di
Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Setu Babakan yang memiliki luas sekitar 20 hektar terletak di kawasan
perkampungan yang ditetapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai tempat
pelestarian dan pengembangan Budaya Betawi. Kawasan ini mempunyai luas
wilayah sekitar 289 hektar dan didiami setidaknya 3.000 kepala keluarga (Anton
2008). Setu Babakan memiliki potensi wisata yang merupakan perpaduan objek
wisata alam dan objek wisata budaya. Perkampungan yang terletak di selatan Kota
Jakarta ini merupakan salah satu objek wisata yang menarik bagi wisatawan yang
ingin menikmati suasana khas pedesaan atau menyaksikan budaya Betawi asli secara
langsung. Di perkampungan ini, masyarakat Setu Babakan masih mempertahankan
budaya dan cara hidup khas Betawi; seperti memancing, bercocok tanam,
berdagang, membuat kerajinan tangan, dan membuat makanan khas Betawi.
Ditambah lagi sejak tahun 2004 oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta daerah ini
dijadikan Kawasan Cagar Budaya Betawi yang menyimpan keistimewaan
khususnya bagi warga Jakarta untuk melihat dari dekat berbagai kesenian dan
budaya Betawi yang ada hingga saat ini.
Pengelolaan dan pengembangan Setu Babakan sangat diperlukan untuk
menjaga kelestarian alamnya dalam memanfaatkan situ tersebut baik oleh pihak
2
pengelola, masyarakat sekitar, maupun wisatawan. Upaya pengelolaan yang optimal
suatu kawasan wisata memerlukan informasi mengenai karakteristik dan potensi dari
perairan itu sendiri. Dengan adanya informasi tersebut dapat mencari alternatif
pengelolaan yang akan dilakukan untuk dapat mempertahankan kelestarian
sumberdaya dan fungsi ekosistem perairan tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Setu Babakan merupakan situ alam yang menjadi daya tarik wisata yang
dimiliki Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Kawasan ini merupakan
kawasan wisata budaya yang memiliki potensi lingkungan alam yang asri, bahkan
dapat dikatakan sudah semakin sulit ditemukan di tengah keramaian Kota Jakarta
sekarang ini.
Pemanfaatan Setu Babakan oleh masyarakat sekitar maupun pengelola objek
wisata membawa dampak bagi perairan situ itu sendiri. Sebagai contoh kerusakan
lingkungan seperti pencemaran perairan setu yang menyebabkan penurunan kualitas
air dan terjadinya pendangkalan situ terkait dengan keberadaan aktivitas penduduk
setempat. Pengelolaan Setu Babakan sampai saat ini masih kurang optimal, karena
melibatkan banyak unit lintas sektoral Pemda DKI. Contohnya untuk pengembangan
budaya ditangani Dinas Kebudayaan, pembangunan dan pemeliharan taman menjadi
tanggung jawab Dinas Pertamanan, jalan dan danau Setu Babakan dikelola Dinas
Pekerjaan Umum, pengembangan agrobisnis ditangani Dinas Pertanian dan
Kehutanan, sedangkan pengembangan dan promosi pariwisata oleh Dinas
Pariwisata. Bisa dibayangkan, betapa panjangnya jalur birokrasi yang harus
ditempuh untuk menetapkan satu keputusan. Tak cukup dengan rumitnya koordinasi
antardinas itu, kerumitan itu masih ditambah dengan lemahnya koordinasi antara
Pemda Provinsi DKI dan Pemda Kotamadya Jakarta Selatan (Ely 2009).
Ekowisata merupakan perpaduan antara wisata alam, budaya dan pendidikan
dengan karakteristik yang spesifik, yaitu kepeduliannya pada kegiatan konservasi
alam dan kepentingan ekonomi serta keberlangsungan budaya masyarakat setempat
(Agustin 2007). Dengan ekowisata maka berbagai kepentingan dapat dipadukan
dengan baik untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sekaligus juga
memperhatikan keseimbangan lingkungannya. Kegiatan ekowisata di Kecamatan
Jagakarsa khusunya Setu Babakan belum berkembang luas, padahal objek wisata ini
3
memiliki potensi lingkungan alam yang asri dan sangat menarik yang sangat sulit
ditemukan ditengah hiruk pikuknya kota Jakarta, sehingga sangat potensial untuk
dikembangkan sebagai daerah ekowisata.
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui potensi ekowisata Setu Babakan yang meliputi sumberdaya alam
perairan dan sekitarnya serta sumberdaya manusia.
2. Mengidentifikasi lembaga-lembaga yang terkait dalam pengelolaan Setu
Babakan.
3. Mengidentifikasi kesesuaian wisata dan daya dukung kawasan Setu Babakan.
4. Menentukan alternatif strategi dalam pengelolaan dan pengembangan Setu
Babakan secara optimal.
1.4. Manfaat
Penelitian ini memberikan informasi mengenai potensi kawasan wisata Setu
Babakan, sumberdaya yang dimiliki, analisis dampak yang timbul maupun strategi
pengelolaannya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
perencanaan dan pengelolaan Setu Babakan kearah wisata air yang berkelanjutan
oleh pihak yang berkepentingan seperti pengelola dan pemerintah daerah
Kotamadya Jakarta Selatan.
4
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Situ
Situ termasuk kedalam ekosistem lahan basah. Lahan basah adalah salah satu
ekosistem terpenting karena memiliki nilai ekonomi dan keragaman hayati biota
darat dan air yang sangat tinggi, pengatur fungsi hidrologi dan iklim mikro suatu
kawasan, dan menjadi tempat berkembang biak berbagai jenis tumbuhan dan hewan
yang penting. Keunikan dan nilai penting ekosistem lahan basah terutama karena
sifat pasang surutnya. Berbagai jenis hewan termasuk burung, ikan dan udang
berkembang biak mengikuti siklus pasang surut. Sifat pasang surut ini pula yang
membuat lahan basah kaya akan makanan untuk berbagai jenis hewan (Myers 1996).
.Danau-danau kecil dan dangkal di daerah Jawa Barat dikenal dengan nama
situ sedangkan dalam dialek Betawi dikenal dengan nama setu. Menurut Puspita et
al. (2005) situ merupakan salah satu ekosistem perairan tergenang yang umumnya
berair tawar dan berukuran relatif kecil. Situ adalah wadah genangan air di atas
permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan.
Situ buatan yaitu situ yang berasal dari dibendungnya suatu cekungan
(basin), sedangkan situ alami yaitu situ yang terbentuk secara alami karena kondisi
topografi yang memungkinkan terperangkapnya sejumlah air (Suryadiputra 2003).
Sumber air situ alami berasal dari mata air, air hujan dan/atau limpasan air
permukaan. Situ alami juga terbentuk akibat kegiatan alamiah, seperti bencana alam,
kegiatan vulkanik maupun tektonik. Situ alami membutuhkan penanganan yang
lebih intensif agar dapat bermanfaat dan tidak hilang akibat pendangkalan,
penyempitan, pencemaran dan hilangnya beragam fungsi situ.
2.2. Karakteristik Sumberdaya dan Lingkungan Situ
Menurut Wulandari (2006) ada 4 struktur utama danau atau situ, yaitu
struktur fisika, kimia, biologi dan watershed. Pada struktur fisika terdapat penzonaan
berdasarkan kedalaman yaitu zona litoral dan pelagik. Organisme yang menghuni
zona tersebut harus teradaptasi untuk berenang, tersuspensi, ataupun mengambang.
Massa airnya memiliki struktur temperatur alami khas yang tidak bergantung pada
bentuk basin (cekungan) danau atau situ.
5
Nilai temperatur suatu perairan dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian
dari permukaan laut, waktu dalam satu hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan
aliran serta kedalaman dari badan air. Perubahan temperatur berpengaruh terhadap
proses fisik, kimia dan biologi badan air. Kisaran temperatur optimum bagi
pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20o-30
oC (Effendi 2003). Kecerahan air
tergantung pada warna dan kekeruhan. Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh
keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi, serta
ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Padatan tersuspensi total (Total
Suspended Solid/TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi berdiameter>1µm yang
tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 µm (Effendi 2003).
Distribusi zat-zat kimiawi, terutama nutrient dalam air danau merupakan unsur
utama kedua struktur danau. Komponen vertikal struktur kimiawi danau umumnya
bersifat musiman dan tergantung pada keberadaan lapisan air yang terstabiliusasi
oleh kerapatan. Komponen horizontal dapat berlangsung sepanjang tahun dan
dipengaruhi oleh tepian danau (Wulandari 2006).
Struktur kimiawi perairan bisa menjadi faktor pembatas dalam perairan, dan
parameter kimia yang dapat menjadi faktor pembatas tersebut diantaranya:
Dissolved Oxygen (DO), Biochemical Oxygen Demand (BOD), pH, Nitrogen total
(N-total) dan Fosfor total (P-total) (Effendi 2003).
Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen/DO) adalah gas oksigen terlarut dalam
air. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari fotosintesis oleh fitoplankton atau
tumbuhan air dan difusi udara (APHA. 1992 in Effendi, 2003). Sumber oksigen
terlarut bisa berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan
sebagian besar merupakan hasil sampingan aktifitas fotosintesis oleh tumbuhan air
dan fitoplankton (Novotny & Olem 1994). Kebutuhan Oksigen Biokimiawi
(Biochemical Oxygen Demand/BOD) merupakan gambaran secara tak langsung
kadar bahan organik adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan mikroba aerob untuk
mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air, dan diukur pada suhu
20o selama 5 hari keadaan tanpa cahaya (Davis & Cornwell 1991 in Effendi 2003).
Mackereth et al. (1989) in Effendi (2003) berpendapat bahwa pH juga
berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. pH hanya menggambarkan ion
hydrogen (Tebbut 1992). Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai
6
alkalinitas dan semakin sedikit kadar karbondioksida bebas. Larutan asam (pH
rendah) bersifat korosif. Nilai pH dapat menunjukkan kualitas perairan sebagai
lingkungan hidup, walaupun perairan itu tergantung pula dari berbagai faktor lain.
Nitrogen merupakan faktor pembatas kedua setelah Fosfor yang
mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton. Fosfor merupakan unsur yang esensial
bagi tumbuhan tingkat tinggi dan fitoplankton. Walaupun diperlukan dalan jumlah
yang kecil, fosfor merupakan faktor pembatas bagi tumbuhan dan fitoplankton serta
sangat mempengaruhi tingkat produktivitas perairan. Fosfor berada dalam jumlah
yang kecil di perairan akibat sumber fosfor yang jauh lebih sedikit dibandingkan
nitrogen (Goldman & Horne 1983).
Unsur utama ketiga struktur danau adalah struktur biologis. Organisme di
danau meliputi plankton (zooplankton dan fitoplankton), fungi, virus, nekton
(berenang, termasuk ikan), neuston (hidup di permukaan air), pleuston (mengapung
dan terombang-ambing oleh air), makrofit akuatik (tumbuhan tingkat tinggi),
perifiton (tumbuhan atau hewan mikroskopik atau nyaris mikroskopik yang melekat
pada makrofit akuatik), alga yang melekat, bentos, epibentos (hidup dan bergerak di
dasar danau), infauna (meliang di baewah permukaan lumpur), pasammon (hidup di
pasir). Selain itu ada juga yang disebut aufwuchs, yaitu keseluruhan komunitas
organisme mikroskopik melekat yang terdiri atas alga, bakteri, fungi, protozoa, dan
metazoa kecil (Wulandari 2006).
Parameter biologi yang dianalisis untuk menduga kualitas perairan adalah
dengan melihat kelimpahan plankton dan bakteri E. coli, kemudian keberadaan
tanaman air, ikan dan vegetasi yang ada di sekitar kawasan perairan. Menurut Basmi
(1999) kelimpahan plankton sering dan umum digunakan sebagai indikator biologis
untuk menduga kualitas perairan. Skala dan frekuensi perubahan struktur fisik
danau, penetrasi cahaya, dan ketersediaan nutrisi berkaitan erat dengan ekologi
fitoplankton (Souza 2008).
Sedangkan Eschericia coli adalah salah satu bakteri patogen yang tergolong
Coliform dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan
sehingga E. coli digunakan sebagai bakteri indikator pencemaran air yang berasal
dari kotoran hewan berdarah panas. E. coli merupakan bakteri fecal dari genus
7
Escherichia, familia Enterobacteriaceae yang mampu hidup dalam saluran manusia
dan hewan berdarah panas. Bakteri ini bersifat fakultatif aerobik (Feliatra 2002).
Tanaman air yang umumnya banyak dijumpai di perairan danau adalah
eceng gondok. Eceng gondok merupakan salah satu tumbuhan air yang berpotensi
menjadi gulma. Keberadaan eceng gondok yang tumbuh subur diperairan dapat
menyulitkan laju transportasi di perairan dan mengganggu perikanan. Tebal lapisan
enceng gondok bisa mencapai 1 meter lebih, dan menjadi tempat perkembangan
nyamuk malaria dan sumber penyakit lainnya. Perairan yang tertutup lapisan eceng
gondok, kandungan oksigennya sangat rendah dan mendekati nol meskipun di
permukaan (Masifwa et al. 2001).
Watersheed sama pentingnya dengan unsur-unsur fisika, kimia, dan biologis
suatu danau. Ukuran, kemiringan, komposisi geologis, dan iklim cekungan drainage
suatu danau mempengaruhi identitas dan kualitas mineral-mineral yang terlarut
dalam danau dan sendimen-sendimen yang menumpuk di dalamnya. Perbandingan
ukuran area drainage dengan luas permukaan sangatlah penting pada banyak danau
karena danau yang area drainage-nya lebih besar biasanya tingkat kesuburannya
lebih tinggi. Eutrofikasi biasanya mempengaruhi rasio permukaan danau/watershed
(Wulandari 2006).
2.3. Pemanfaatan Situ dan Permasalahan yang Ditimbulkan
Menurut Roemantyo et al. (2003) situ memiliki fungsi yang sangat penting,
fungsi utama situ adalah sebagai penampung, penyimpan, atau penyedia air. Fungsi
situ selain sebagai penampung dan penyedia air, situ juga memiliki fungsi tempat
konservasi lahan. Apabila situ dikelola dengan baik maka hal itu dapat
meningkatkan fungsi lahan tersebut sebagai tempat rekreasi, wisata alam, kolam
ikan dan untuk pengairan sawah atau kebun secara optimal.
Gangguan antropogenik dapat mengubah siklus hidrologi alam dan
menyebabkan fluktuasi air ketingkat ekstrim yang dapat melebihi kemampuan
adaptasi fisiologis atau perilaku dari banyak organisme. Pedalaman danau kecil
sangat rentan terhadap perubahan dalam input air, karena setiap gangguan dari
kegiatan penggunaan lahan dapat mempengaruhi seluruh ekosistem danau (Cot et al.
2008).
8
Menurut Ubaidillah & Maryanto (2003) situ-situ menghadapi permasalahan
yang sangat kompleks yang mencakup permasalahan aspek kelembagaan, aspek
hukum, aspek fisik hidrologis, aspek tata ruang dan aspek sosial kemasyarakatan.
a. Aspek kelembagaan
Permasalahan aspek kelembagaan antara lain meliputi:
1. Belum adanya keberpihakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam
upaya konservasi situ
2. Belum adanya pembagian tugas pengelolaan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah
3. Kurangnya keterpaduan pelaksanaan program pengelolaan situ
4. Keterbatasan kapasitas dan kemampuan kelembagaan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah
5. Lemahnya pengawasan dan pengendalian pemanfaatan situ
6. Lemahnya kampanye publik tentang manfaat dan fungsi situ, baik yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah
b. Aspek hukum
Permasalahan aspek hukum antara lain meliputi:
1. Kekosongan hukum sebagai implikasi berlakunya Undang-Undang No. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
2. Belum adanya legalitas penguasaan atas situ
3. Belum adanya jaminan kepastian hukum
4. Lemahnya penegak hukum
c. Aspek fisik hidrologis
Permasalahan aspek fisik hidrologis antara lain meliputi:
1. Menurunnya kualitas perairan
2. Pendangkalan
3. Penutupan perairan oleh gulma
4. Longsor lahan
5. Terputusnya saluran suplai air situ
d. Aspek tata ruang
Permasalahan aspek tata ruang antara lain meliputi:
1. Tidak terkendalinya perubahan tata guna lahan atau alih fungsi situ
9
2. Tidak jelasnya batas daerah penguasaan situ
3. Belum adanya rencana detail kawasan dan rencana teknis kawasan
e. Aspek sosial kemasyarakatan
Permasalahan aspek sosial kemasyarakatan antara lain meliputi:
1. Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap fungsi dan manfaat situ
2. Rendahnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan situ
3. Pemanfaatan situ oleh masyarakat yang tidak memperhatikan keberlanjutan
fungsi
Kawasan Setu Babakan mempunyai aspek sosial, budaya, ekonomi, dan
geografi dengan corak ragam yang khas. Dengan letak kawasan yang berada di
wilayah pemukiman maka memerlukan pembinaan dan pengembangan lingkungan
hidup yang didasarkan pada keadaan daya dukung dan daya tampung lingkungan,
sehingga akan meningkatkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan ekosistem
setu, yang berarti juga meningkatkan ketahanan ekosistem setu.
Pembangunan memanfaatkan secara terus-menerus sumberdaya alam guna
meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat. Sementara itu, ketersediaan
sumber daya alam terbatas dan tidak merata, baik dalam jumlah maupun dalam
kualitas, sedangkan permintaan akan sumberdaya alam tersebut makin meningkat
sebagai akibat meningkatnya kegiatan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan
penduduk yang makin meningkat dan beragam (Yusuf 2008).
Di pihak lain, daya dukung lingkungan hidup dapat terganggu dan daya
tampung lingkungan hidup dapat menurun. Kegiatan pembangunan yang makin
meningkat mengandung risiko pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan
dapat rusak. Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup itu akan merupakan beban
sosial, yang pada akhirnya masyarakat dan pemerintah harus menanggung biaya
pemulihannya (Yusuf 2008).
Situ dapat tercemar oleh beberapa hal, misalnya pestisida, pupuk, sedimentasi
berlebihan, sampah akibat aktivitas manusia, limbah cair, limbah radioaktif, panas
buangan dan lain-lain. Pemanfaatan situ untuk kegiatan budaya ikan dengan system
keramba jarring apung juga dapat menyebabkan pencemaran. Hal itu diakibatkan
oleh kurangnya perhatian pada daya tampung limbah ke perairan. Sebagai akibatnya,
10
degradasi lingkungan pun terjadi, terutama ketika terjadi umbalan (up welling).
Ikan-ikan yang hidup di situ dapat mengalami kematian massal. Selain itu,
penumpukan limbah organik dari proses budidaya akan mempercepat proses
eutrofikasi (Wulandari 2006).
Hal yang perlu dicatat adalah bahwa situ atau danau yang berukuran lebih kecil
kemungkinan tingkat pencemarannya lebih besar dari pada situ atau danau yang
lebih besar. Hal itu disebabkan danau yang lebih besar tingkat pengenceran dan
pelarutannya limbahnya juga tinggi. Keberadaan arus juga dapat mengeluarkan
limbah dari dalam danau dengan cukup cepat (Wulandari 2006).
2.4. Ekowisata Sebagai Alternatif Pengelolaan Situ
Beragam definisi Ekowisata yang diberikan oleh banyak ahli dan praktisi.
Namun demikian pada dasarnya memiliki konsistensi di dalam isinya, yaitu konsep
keberlanjutan. Beberapa negara bahkan mendifinisikan ekowisata secara berbeda,
yang disesuaikan dengan karakteristik setempat, dengan kata kunci konservasi dan
pelibatan masyarakat. Pada beberapa negara memilih fokus pada konservasi alam
dan budaya, sementara pada beberapa negara lain, lebih menfokuskan kegiatan
ekowisatanya pada pelibatan dan pemberdayaan masyarakat (Conservation
International 2006).
Secara konseptual ekowisata dapat didefinisikan sebagai konsep
pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-
upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada
masyarakat setempat. Sementara ditinjau dari segi pengelolaannya, ekowisata dapat
didefinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di
tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam
dan secara ekonomi berkelanjutan, yang mendukung upaya-upaya pelestarian
lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
setempat (Conservation International 2006).
Ekowisata juga diyakini beberapa pihak memiliki kemampuan untuk
membangun pariwisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, jika ekowisata
dikembangkan dan dikelola berdasarkan prinsip-prinsip yang dikandungnya. Hal-hal
yang mendukung penyataan tersebut adalah: (1) Ekowisata sangat bergantung pada
11
kualitas sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya; (2) Ekowisata
meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah
dan budaya; (3) Ekowisata memprioritaskan partisipasi masyarakat, sebagai salah
satu prinsip dalam mencapai keberlanjutan (Wall 1997).
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan sebagai bahan pertimbangan dalam
merumuskan kebijaksanaan pengembangan ekowisata, yang penting diantaranya
adalah cara-cara pengelolaan, pengusahaan, penyediaan prasarana dan sarana yang
diperlukan. Atas dasar itu, sifat dan jenis kegiatan yang dilakukan juga harus
disesuaikan dengan kawasan ekowisata. Satu hal yang tidak pernah dilupakan adalah
masalah pelestarian lingkungan hidup yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan ekowisata.
Adapun daerah-daerah yang biasanya dijadikan kawasan ekowisata di luar
negeri maupun dalam negeri (Yoeti 2000) adalah :
1. Daerah atau wilayah yang diperuntukan sebagai kawasan pemanfaatan
berdasarkan rencana pengelolaan pada kawasan seperti Taman Wisata
Pegunungan, Taman Wisata Danau, Taman Wisata Pantai atau Taman Wisata
Laut.
2. Daerah atau zona pemanfaatan pada Kawasan Taman Nasional seperti Kebun
Raya Bogor, Hutan Lindung, Cagar Alam atau Hutan Raya.
3. Daerah pemanfaatn untuk Wisata Berburu berdasarkan rencana pengelolaan
Kawasan Taman Perburuan.
Ketiga jenis daerah atau lokasi pengembangan ekowisata tersebut merupakan
lokasi yang boleh dan dapat dimanfaatkan secara intensif untuk pengembangan
sarana dan prasarana untuk aktivitas ekowisata. Setu Babakan termasuk dalam
daerah yang dapat dijadikan kawasan ekowisata karena diperuntukan sebagai
kawasan pemanfaatan berdasarkan rencana pengelolaan pada kawasan Taman
Wisata Danau, dan Setu Babakan juga berada pada kawasan Cagar Budaya.
Kriteria lain dalam pengembangan lokasi ekowisata harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut (Yoeti 2000) :
1. Kelayakan pasar dan kapasitas pengunjung
2. Tersedianya aksebilitas yang memadai ke daerah tersebut.
3. Potensi yang dimiliki daerah untuk dijadikan kawasan ekowisata.
12
4. Dapat mendukung pengembangan wilayah lain di daerah tersebut.
5. Member peluang bagi pembangunan kegiatan sosial, ekonomi dan kebudayaan
bagi masyarakat setempat.
6. Mempunyai kemungkinan besar untuk saling mendukung pengembangan
pariwisata di daerah setempat.
7. Dapat saling mendukung bagi pengembangan pelestarian kawasan danau bagi
daerah tersebut.
Agar kelestarian alam tetap terjaga dan tidak mengganggu habitat mahluk
hidup lain serta memberikan kenyamanan bagi wisatawan maka diperlukan adanya
daya dukung lingkungan dan daerah kesesuai wisata. Selain itu, perencanaan dan
pengembangan wisata haruslah memperhatikan daya dukung berdasarkan tujuan
wisata. Daya dukung lingkungan pada area wisata adalah jumlah individu
maksimum yang dapat diakomodir pada suatu area dengan tidak mempengaruhi atau
merusak lingkungan yang ada dan dapat memberikan suatu kepuasan bagi
pengunjung juga bagi masyarakat setempat (Libosada 1998 in Maryadi 2003).
Daya dukung lingkungan pariwisata dipengaruhui oleh dua faktor utama,
yaitu tujuan wisatawan dan faktor lingkungan biofisik lokasi pariwisata. Sedangkan
daya dukung badan air yang digunakan untuk pariwisata dipengaruhi oleh luas dan
volume badan air serta pergerakan air. Penentuan daya dukung juga dikaitkan
dengan fasilitas akomodasi, pembangunan sarana rekreasi yang dibangun di tempat
wisata (Soemarwoto 2004).
13
3. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir penelitian yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada Gambar
1. Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi kondisi ekologi Setu Babakan.
Setu Babakan termasuk ke dalam situ alami, memiliki luas sekitar 20 hektar terletak
di kawasan perkampungan yang ditetapkan Pemerintah Jakarta sebagai tempat
pelestarian dan pengembangan budaya Betawi. Setu Babakan termasuk situ di
Jakarta Selatan yang diperuntukan sebagai daerah resapan air bagi kawasan Jakarta
secara keseluruhan. Hal ini didukung dengan keberadaan potensi air tanah dan
daerah hijau yang ada di Kelurahan Serengseng Sawah.
Indentifikasi selanjutnya adalah dengan mengidentifikasi potensi
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia kawasan Setu Babakan. Sumberdaya
alam meliputi lingkungan fisik dan lingkungan biologi perairan Setu Babakan dan
sekitarnya (termasuk keindahan alam dan kualitas perairannya). Sumberdaya
manusia meliputi masyarakat sekitar, pengunjung dan instansi-instansi yang terkait
dalam pengelolaan kawasan Setu Babakan.
Upaya pengembangan kawasan Setu Babakan dapat menimbulkan dampak
positif dan negatif terhadap kondisi lingkungan fisik, biologi perairan, kondisi sosial
dan ekonomi masyarakat sekitar. Dampak positif dari pengembangan pariwisata di
Setu Babakan diantaranya meningkatkan perekonomian masyarakat dengan
membuka kesempatan usaha, menciptakan lapangan pekerjaan serta adanya
penataan wilayah di sekitarnya menjadi lebih indah sehingga menarik bagi
wisatawan. Namun pengembangan kawasan wisata yang melebihi daya dukung
dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan seperti terjadinya pencemaran
air, pendangkalan dan akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan
ekosistem perairan. Selain itu, dampak negatif ini dapat saja meluas hingga pada
akhirnya menurunkan jumlah wisatawan yang datang dan bahkan menurunkan
pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, untuk menekan berbagai dampak negatif
tersebut, perlu diketahui daya dukung lingkungan perairan Setu Babakan dan
sekitarnya yang akan dikembangkan sebagai objek pariwisata berwawasan
lingkungan.
14
Pengelolaan kawasan Setu Babakan dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi.
Keseluruhan aspek tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT
sehingga diperoleh alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengelolaan dan
pengembangan kawasan Setu babakan secara berkelanjutan.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Sumberdaya perairan
kawasan Setu Babakan
Instansi-
instansi terkait
Masyarakat
dan
pengunjung
Lingkungan
fisik
Lingkungan
biologi
Daya dukung Analisis
SWOT
Kesesuaian wisata
Strategi pengelolaan dan
pengembangan kawasan
Setu Babakan
Kondisi ekologis Setu
Babakan
15
Penelitian dilaksanakan di kawasan Setu Babakan yang termasuk dalam
wilayah Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah,
Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta (Lampiran 1) dan
peta lokasi dapat dilihat pada Gambar 2. Waktu penelitian dilakukan pada bulan
Mei-Juli 2009.
Pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama diawali dengan
membuat perencanaan dan menentukan metode pengumpulan analisa data. Tahap
kedua yaitu pengumpulan data dan informasi-informasi mengenai kawasan berupa
studi literatur dan studi lapang. Tahap ketiga yaitu melakukan pengolahan data dan
analisis sesuai dengan metode analisis yang telah ditentukan.
3.3. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan antara lain :
a. Kondisi biofisik kawasan Setu Babakan.
Kamera digital untuk mengambil foto keadaan lapang dan alat tulis untuk
mencatat data. Bahan yang digunakan adalah peta lokasi Setu Babakan, beberapa
dokumen yang berkaitan dengan Setu Babakan dan studi pustaka yang
mendukung penelitian.
Alat dan bahan untuk analisis kualitas air adalah termometer lingkungan,
kertas lakmus, botol sampel, pipet tetes, alat suntik 10 ml, botol BOD, reagent
(KI alkalis, Amylum, MnSO4), H2SO4, Thiosulfat dan aquades. Sedangkan alat
untuk mengambil contoh air adalah van Dorn water sampler dan alat untuk
mengukur kedalaman adalah tali tambang berskala yang diberi pemberat. Alat
dan bahan yang digunakan untuk analisis kualitas air dapat dilihat pada lampiran
2.
b. Kondisi sosial ekonomi.
Alat yang digunakan untuk mengamati aspek sosial-ekonomi adalah alat tulis
(untuk mencatat data). Bahan yang digunakan dalam penelitian
adalah,kuesioner, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Setu Babakan dan
literaturliteratur yang mendukung penelitian.
16
16
Gam
bar 2
. Peta lo
kasi p
enelitian
16
17
17
3.4. Jenis dan Pengumpulan Data
Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data yang diperlukan dalam
penelitian dapat dilihar pada Tabel 1.
Tabel 1. Komponen, jenis, sumber dan cara pengambilan data
3.4.1. Data primer
Data primer terdiri dari observasi dan pengambilan sampel air serta
wawancara. Pengumpulan data primer dilakukan dengan :
No Komponen data Jenis data Sumber data
1. Keadaan Umum Situ Babakan
a. Luas dan Letak Primer dan Sekunder Responden dan Laporan
b. perbatasan dan aksesibiliti Sekunder Laporan
c. Visi dan Misi Pengembangan Perkampungan
Budaya Betawi Setu Babakan Sekunder Laporan
d. Kunjungan wisatawan ke Kawasan
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Sekunder Responden dan laporan
e. Sosial ekonomi penduduk kelurahan
Serengseng Sawah Sekunder Responden dan laporan
2. Karakteristik Sumberdaya Alam Setu Babakan
a. Flora
- Vegetasi sekitar
- Tumbuhan air - Plankton
Primer dan Sekunder Lapangan, Laporan
b. Fauna
- Ikan - Biota air lainnya
Primer dan Sekunder Lapangan, Laporan
3. Kualitas Air Setu Babakan
1. Parameter Fisika
a. Temperatur (0C) Primer Lapangan
b. Kecerahan (m) Primer Lapangan
c. Warna Primer Lapangan
d. TSS (mg/l) Primer Lapangan
2. Parameter Kimia
a. pH Primer Lapangan
b. DO (mg/l) Primer Lapangan
c. BOD (mg/l) Primer Laboratorium
d. NTotal (mg/l) Primer Laboratorium
e. PTotal (mg/l) Primer Laboratorium
3. Mikrobologi Bakteri
a. E. coli (jml/100 ml) Primer Laboratorium
4. Data Kesesuain Wisata Primer Lapangan
5. Data Daya Dukung Kawasan Primer Lapangan
6. Karakteristik sosial-ekonomi
a. Masyarakat sekitar Setu Babakan Primer Responden
b. Wisatawan Primer Responden
c. Instansi-instansi terkait Primer dan sekunder Laporan dan Responden
7. Tata Ruang Kawasan
a. Analisis Kebijakan Penataan Kawasan Setu
Babakan
Primer dan sekunder Laporan dan
Responden
b. Hubungan dengan objek wisata lainnya Primer dan sekunder Laporan dan
Responden
18
3.4.1.1. Observasi dan pengambilan sampel air
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi, yaitu meninjau
langsung kondisi lokasi di lapangan dengan melakukan sampling pada beberapa
parameter seperti kualitas air, tanaman air, biota (flora atau fauna), dan kondisi
kawasan. Pengamatatan dan pengambilan sampel kualitas air dilakukan di musim
kemarau pada tanggal 30 juni 2009 pukul 07.00 hingga pukul 10.00 sebanyak 2 kali
di 3 titik pengambilan sampel (Gambar 2). Stasiun 1 mewakili daerah inlet, stasiun 2
yakni tengah badan situ mewakili sebagai daerah yang jarang dilalui, dan stasiun 3
mewakili daerah outlet. Kemudian ditambahkan dengan pengamatan ruang sekitar
50 meter dari kawasan situ, dimana di sekitar kawasan Setu Babakan terdapat
penggunaan lahan seperti perumahan, fasilitas umum, rawa, dan kawasan hijau.
Pengamatan kualitas air dilakukan baik langsung di lapangan maupun di
laboratorium. Pengambilan air contoh dilakukan secara vertikal, yaitu pada bagian
permukaan dan dekat dasar perairan. Adapun parameter kualitas air yang diamati
terdiri dari parameter fisika, kimia dan biologi.
a. Parameter fisika
Temperature (0C) diukur dengan menggunakan termometer dan langsung
dilapangan.
Kecerahan (m) ditentukan dengan menggunakan secchi disk bertali skala,
yaitu dengan murunkan secchi disk ke dalam air sampai tidak tampak lagi
dan catat kedalamannya. Kemudian turunkan secchi disk sedikit lagi, dan
perlahan-lahan tarik ke atas. Jika sudah mulai terlihat untuk pertamakalinya,
catat kedalamannya. Selanjutnya menghitung rata-rata dari nilai kedalaman
tersebut yang merupakan nilai dari kecerahan dan dinyatakan dalam meter
(m).
Warna perairan ditentukan dengan cara visual berdasarkan indra penglihatan.
Padatan tersuspensi (TSS) diukur dengan cara sebelumnya menimbang
kertas filter millipore dengan porosity 0,45µm yang telah direndam dalam
akuades selama 24 jam dan keringkan dalam oven 1050C selama 1 jam,
kemudian pipet air sample sebanyak 100 ml, aduk dan saring dengan kertas
filter millipore dengan menggunakan alat bantu vacuum pump. Selanjutnya
ambil filter dari vacuum pump kemudian keringkan di dalam oven 1050C
19
ml sampel DO =
selama 1 jam. Dan terakhir timbang kertas saring yang sebelumnya telah
didinginkan di dalam dalam dessikator.
b. Parameter kimia
pH diukur dengan menggunakan pH stik yaitu dengan cara pH stik
dicelupkan ke dalam perairan kemudian dilihat perubahan warna yang terjadi
dan dibandingkan dengan indikator pH.
Dissolve Oxygen (DO) di tentukan dengan metode titrasi, yaitu air sampel
yang diambil dengan botol BOD ditambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml
NaOH+KI ke dalam air sampel, kemudian tutup dan aduk botol dengan cara
membolak-balikkan botol. Biarkan beberapa saat hingga endapan coklat
terbentuk di dasar botol BOD secara sempurna. Lalu tambahkan 1 ml H2SO4
pekat, aduk dengan cara yang sama hingga semua endapan terlarut. Ambil 25
ml air dari botol BOD dengan pipet mohr atau gelas ukur, masukkan ke
dalam erlenmeyer dan usahakan jangan terjadi aerasi. Titrasi dengan
Na2S2O3 hingga terjadi perubahan warna dari kuning tua kekuning muda,
kemudian tambahkan indikator amylum 2-3 tetes hingga terbentuk warna
biru dan lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang. Dan terakhir menghitung
nilai DO dengan rumus :
ml titran x Normalitas thiosulfat x 8 x 1000
ml botol BOD – ml reagen terpakai
ml botol BOD
BOD diukur dengan cara mengmbil air sampel sebanyak 1-2 liter dari
kedalaman yang dikehendaki. Kemudian encerkan air sampel 2-100 kali,
tergantung tingkat kepekatan sampel, dengan menggunakan akuades dan
selanjutnya tingkatkan kadar oksigen sampel dengan menggunakan aerator
selama kurang lebih lima menit.
Nitrogen total (N-total) dapat diperoleh nilainya dengan cara menyaring air
sampel dengan menggunakan kertas saring. Kemudian pipet 5 ml air yang
telah disaring, masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 0,5 ml Brucine
dan aduk. Tambahkan 5 ml H2SO4 pekat (gunakan ruang asam) aduk dengan
menggunakan vibrofix, panaskan di hot plate selama 30 menit kemudian
diamkan hingga dingin. Untuk pengukuran blanko, pipet 5 ml aquadest
20
masukkan ke dalam tabung reaksi, lakukan seperti di atas. Ukur absorban
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 410 nm, tentukan
persamaan regresi berdasarkan larutan standar kemudian tentukan
konsentrasinya berdasarkan kurva standar
Fosfor total (P-total) dapat diperoleh nilainya dengan cara mempipet air contoh
yang telah disaring sebanyak 50 ml kemudian tambahkan PP 1 tetes, jika
berwarna merah muda tambahkan asam sulfat 1 N sampai berwarna bening.
Selanjutnya tambahkan 0,5 gram K2S2O8 dan tambahkan 1 ml H2SO4 30%,
aduk. Panaskan di atas hot plate sampai volume air contoh berkurang
menjadi setengah volume awal. Dinginkan. Tambahkan 1 tetes inidikator PP,
atur pH menjadi sekitar 8,2-9,8 dengan menambahkan NaOH dengan
indikator air contoh berwarna merah muda. Kemudian masukan ke dalam
labu takar 50 ml, tambahkan aquades sampai batas tera. Pipet 25 ml air
contoh ke dalam erlenmeyer, tambahkan mi reagen sebanyak 4 ml. Buat
larutan blanko. Buat satu seri larutan standar PO4-P. Tentukan persamaan
regresi berdasarkan larutan standar. Tentukan konsentrasinya berdasarkan
kurva standar.
c. Parameter biologi
Parameter biologi yang diukur adalah plankton (fitplankton dan zooplankton),
bakteri E. coli., tanaman air, ikan dan vegetasi sekitar lokasi penelitian.
Plankton
Pengambilan sampel plankton dilakukan pada titik sampling parameter
kualitas air dengan menggunakan plankton net sebanyak 30ml dengan 3 kali
ulangan, setelah terlebih dahulu diidentifikasi dengan buku identifikasi
plankton (Needham 1962) kemudian dianalisis dengan menggunakan metode
sensus dan jumlah individu plankton per liter air dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
aAxcgVxu
cgAx
tVxn
N
21
Keterangan :
N = Jumlah total fitoplankton (ind/l)
n = Jumlah rataan individu yang teramati (ind)
u = Ulangan (3)
Vt = Volume air tersaring (30 ml)
Vcg = Volume air dibawah coverglass ( 1 ml)
Aa = Luas satu lapang pandang (20x50 mm2)
Acg = Luas coverglass/ SRC (20x50mm2)
Analisis selanjutnya adalah analisis kuantitatif indeks biologi
fitoplankton yaitu perhitungan keragaman dari Shannon-Wiener
(Odum1971). Indeks keragaman jenis:
H’ = -∑ Pi ln Pi; dimana N
niPi
Keterangan :
H’ = Indeks keragaman jenis
ni = Jumlah individu taksa ke-i
N = Jumlah total individu
Pi = Proporsi spesies ke-i
Bakteri E. coli
Pengambilan sampel bakteri E. coli diambil hanya pada bagian permukaan
perairan dengan botol steril pada titik pengambilan sampel kualitas air..
Analisis Perhitungan jumlah bakteri E. coli dilakukan di laboratorium
dengan teknik MPN (Alcamo 1983 in Feliatra 2002).
Tanaman air, ikan dan vegetasi sekitar
Pengambilan data tanaman air dilakukan dengan pengamatan langsung di
perairan Setu Babakan, tanaman air yang ditemukan langsung diidentifikasi
dan dicatat. Untuk pengambilan data ikan diperoleh dengan cara wawancara
terhadap 30 orang masyarakat yang sedang memancing dan menjala ikan di
Setu Babakan serta pihak pengelola kawasan situ. Pengambilan data vegetasi
sekitar dilakukan dengan pengamatan langsung ± 50 meter di sekitar
kawasan Setu Babakan.
22
3.4.1.2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang
lokasi penelitian. Wawancara dilakukan dengan pihak yang terkait dengan
penelitian, yaitu:
a. Wisatawan, yaitu dengan menyebarkan kuisioner yang bersifat semi terbuka
(Lampiran 3) kepada responden seperti untuk mengetahui pendapatan, tingkat
pendidikan, motivasi dan persepsi wisatawan terhadap Setu Babakan. Pemilihan
responden ini dilakukan secara accidental sampling yaitu pengambilan contoh
yang dilakukan tanpa perencanaan yang seksama dan responden yang dimintai
informasi diperoleh secara kebetulan tanpa pertimbangan tertentu. Jumlah
responden yang diambil sebanyak 30 orang.
b. Masyarakat sekitar kawasan, yaitu dengan menyebarkan kuisioner bersifat semi
terbuka (Lampiran 4) kepada responden seperti untuk mengetahui aktivitas
masyarakat di sekitar Setu Babakan, pendidikan, dan persepsi ekowisata.
Pemilihan responden kepada masyarakat dilakukan secara purposive sampling
yaitu teknik pengambilan responden yang digunakan apabila peneliti mempunyai
pertimbangan tertentu dalam menetapkan responden sesuai dengan tujuan
penelitinnya.
c. Pengelola kawasan wisata, lembaga atau pihak-pihak terkait juga dilakukan
dengan metode purposive sampling (Lampiran 5 dan Lampiran 6).
3.4.2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, seperti dengan mempelajari
buku-buku laporan, penelitian-penelitian sebelumnya, buku-buku penunjang, peta,
dan sumber lainnya yang dapat dijadikan informasi pendukung. Cara pengumpulan
dan pengambilan data dalam penelitian ini meliputi studi dokumen/literatur yang
merupakan langkah awal dari data sekunder untuk mengetahui kondisi lokasi
penelitian dan memperoleh informasi data penunjang yang diperlukan dalam
penelitian. Studi dokumen/literatur dapat berupa buku-buku, majalah-majalah,
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan tujuan penelitian yang akan dipelajari.
23
3.5. Analisis Data
3.5.1. Analisis sumberdaya
Analisis sumberdaya meliputi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia.
Analisis sumberdaya alam meliputi kondisi kawasan, kualitas air, dan flora dan
fauna yang terdapat di sekitar danau. Kondisi kawasan diperoleh melalui data primer
yaitu melalui observasi dan wawancara dan juga data sekunder melalui
pengumpulan literatur-literatur. Parameter kualitas air yang diukur meliputi
parameter fisika, kimia dan mikrobiologi bakteri E. coli (Tabel 1), kemudian data
kualitas air tersebut dibandingkan dengan baku mutu menurut PP No. 82 Tahun
2001 (Lampiran 7). Untuk flora yang hidup di Setu Babakan seperti tanaman air
dilihat banyaknya jenis yang tumbuh disana dan kerapatannya. Untuk fauna seperti
ikan dilihat banyaknya jenis ikan dan kelimpahannya.
Analisis sumberdaya manusia yaitu mencakup masyarakat sekitar kawasan
wisata, pengunjung, pengelola dan instansi yang terkait. Analisis sumberdaya
manusia dilakukan melalui wawancara dengan beberapa responden dan diberikan
kuisioner seperti untuk mengetahui tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, dan tingkat
pemahaman kelestarian lingkungan.
3.5.2. Analisis kesesuaian
Kesesuaian mencakup kesesuaian sumberdaya atau potensi yang dikaitkan
dengan luas areal bagi setiap peruntukan wisata. Setiap kegiatan wisata mempunyai
persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan kegiatan wisata yang
dikembangkan. Persamaan yang digunakan untuk kesesuaian wisata adalah
(Yulianda 2007):
IKW = Σ (Ni / Nmaks) x 100%
Keterangan :
IKW = Indeks Kesesuaian Wisata
Ni = Nilai Parameter ke-i
Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata
Analisis kesesuaian diperoleh berdasarkan perkalian skor dan bobot dari
setiap parameter. Kemudian dihitung tingkat persentase kesesuaian yang diperoleh
24
dengan menjumlahkan nilai dari seluruh parameter (Lampiran 8). Kegiatan-kegiatan
yang dapat dilakukan di Setu Babakan diantaranya adalah memancing, berperahu,
duduk santai, dan pengambilan gambar untuk foto dan shooting dan flying fox.
3.5.2. Analisis daya dukung
Daya dukung lingkungan (carrying capacity) merupakan intensitas
penggunaan maksimum terhadap sumberdaya alam juga membatasi pembangunan
fisik yang dapat mengganggu kesinambungan pembangunan wisata tanpa merusak
alam. Daya Dukung Kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang
secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa
menimbulkan gangguan pada alam dan manusia yaitu dengan perhitungan
menggunakan rumus (Yulianda 2007):
DDK = K x Lp / Lt x Wt/Wp
Keterangan :
DDK = Daya Dukung Kawasan
K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan
Lt = Unit area untuk kategori tertentu
Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari
Wp = Waktu yang dihasilkan untuk setiap kegiatan tertentu
Pada kawasan Setu Babakan, daya dukung kawasan (DDK) adalah jumlah
maksimum wisatawan yang secara fisik dapat ditampung di setiap lokasi sesuai
peruntukannya dalam satu hari agar tidak menimbulkan kerusakan alam dan
wisatawan dapat bergerak bebas serta tidak merasa terganggu oleh keberadaan
wisatawan lain di lokasi tersebut. Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
(K) adalah jumlah wisatawan maksimum yang dapat ditampung oleh suatu sarana
atau lokasi wisata dalam waktu yang bersamaan. Kondisi sarana atau lokasi yang
digunakan harus dalam kondisi baik (layak pakai) sehingga masih dapat menampung
wisatawan sesuai dengan nilai K yang telah ditetapkan. Luas area atau panjang area
yang dapat dimanfaatkan (Lp) adalah luas atau panjang suatu area yang telah
disediakan oleh pengelola agar wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata yang
ditetapkan di area tersebut. Unit area untuk kategori tertentu (Lt) adalah luas atau
panjang suatu area yang dibutuhkan wisatawan agar dapat bergerak bebas
25
melakukan kegiatan wisata yang ditetapkan di area tersebut dan tidak merasa
terganggu oleh keberadaan wisatawan lain. Waktu yang disediakan oleh kawasan
untuk kegiatan wisata dalam satu hari (Wt) merupakan lamanya waktu kawasan Setu
Babakan dibuka dalam satu hari yaitu sekitar 8 jam (jam 8.00-16.00). Waktu yang
dihabiskan oleh wisatawan untuk melakukan satu jenis kegiatan (Wp) berbeda-beda
bergantung kepada jenis kegiatan wisata. Selama melakukan kegiatan bersepeda air,
wisatawan dapat mengabiskan waktu selama 0,5 jam (30 menit). Prediksi waktu
yang dibutuhkan untuk mengelilingi situ dengan perahu kayu, memancing, duduk
santai, foto dan shooting dan flying fox dapat dilihat pada Lampiran 9.
Potensi ekologis (K) untuk kegiatan bersepeda air adalah dua orang yang
berarti bahwa satu sepeda air dapat menampung dua orang wisatawan sekaligus
dalam satu kali perjalanan. Unit area untuk kategori tertentu (Lt) untuk kegiatan
bersepeda air adalah 15.000 m2 yang berarti bahwa luas lokasi yang dibutuhkan oleh
satu sepeda air agar dapat bergerak bebas tanpa merasa terganggu oleh sepeda air
lain adalah 15.000 m2. Potensi ekologis dan unit area untuk kategori tertentu (Lt)
untuk kegiatan berperahu kayu, memancing, duduk santai, foto dan shooting, dan
flying fox dapat dilihat pada Lampiran 10. Nilai unit area untuk kategori tertentu (Lt)
dan waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (Wp)
diperoleh dari subjektifitas para pakar yang ahli dalam bidangnya.
3.5.4. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai factor secara sistematis untuk
merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan dengan memaksimalkan kekuatan
(Strengh), peluang (Opportunities), namun secara bersamaan meminimalkan
kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threat). Analisis SWOT membandingkan
antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan
kelemahan). Kekuatan (Strenght) adalah unsur yang dimiliki kawasan wisata Setu
Babakan yang bisa membantu pengelola mencapai keberhasilan. Kelemahan
(Weakness) adalah unsur yang dimiliki oleh kawasan wisata yang bisa menyebabkan
kinerja pengelola menjadi buruk atau menghambat untuk mencapai keberhasilan.
Peluang (Oppurtunity) adalah unsure lingkungan yang berada di luar kendali
pengelola yang berada di luar kendali pengelola yang menguntungkan pengelola.
Ancaman (Threat) adalah unsur lingkungan yang berda di luar kendali pengelola
26
yang tidak menguntungkan dan dapat mengganggu atau menghalangi suatu kegiatan
atau usaha di kawasan wisata. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis
SWOT adalah:
3.5.4.1. Identifikai faktor internal dan eksternal
Penilaian fator internal (IFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan
kelemahan. Alat untuk menganalisis faktor internal adalah matrik IFE yang
meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dan juga memberikan
dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasihubungan antara area-area tersebut
(David 2006). Penilaian faktor eksternal (EFE) adalah untuk mengetahui sejauh
mana ancaman dan peluang. Alat yang digunakan untuk mengan alisis faktor
eksternal adalah matriks EFE yang merangkum dan mengevaluasi hal-hal yang
mempengaruhi yang berasal dari luar. Hasil dari kedua identifikasi fakor-faktor
tersebut selanjutnya akan diberikan bobot peringkat (rating).
3.5.4.2. Penentuan bobot setiap variabel
Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor
strategis internal dan eksternal kepada pihak pengelola. Metode tersebut digunakan
untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan
eksternal. Penentuan bobot setiap variabel menggunakna skal 1,2 dan 3 (Kinner,
T.C, 1991 in Agustin, 2007) yaitu :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator sama penting dengan indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripa indikator vertikal
4 = Jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor
vertikal
Bentuk pembobotan faktor strategis internal dapat dilihat pada Tabel 2
Bentuk pembobotan faktor strategis eksternal sama dengan pembobotan pada faktor
strategis internal.
27
n
i
Xi
Xi
1
Tabel 2. Penilaian bobot faktor strategi internal dan eksternal
Faktor Strategis Internal/
Eksternal A B C … Total Bobot
A X1 α1
B X2 α2
C X3 α3
… X4 α4
Total
n
Σ X
i=1
n
Σ αi
i=1
Sumber: Rangkuti 2006
Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel
terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan menggunakan rumus (Kinner, T.C
in Agustin, 2007) :
αi =
Keterangan : α1 = Bobot faktor ke-i
Xi = Nilai faktor ke-i
i = 1, 2, 3,…,n
n = jumlah faktor
3.5.4.3. Penentuan peringkat
Penentuan Peringkat (Rating) merupakan pengukuran terhadap masing-
masing variabel terhadap kondisi objek wisata dengan skala 1 – 4 terhadap masing-
masing faktor strategi. Skala rating yang digunakan untuk matriks Internal Factor
Evaluation (IFE) yaitu :
a. faktor kekuatan :
1 = kekuatan yang kecil
2 = kekuatan yang sedang
3 = kekuatan yang besar
4 = kekuatan yang sangat besar
b. faktor kelemahan :
1 = kelemahan yang sangat berarti
2 = kelemahan yang cukup berarti
3 = kelemahan yang kurang berarti
28
4 = kelemahan yang tidak berarti
Sedangkan pemberian nilai peringkat untuk matriks Eksternal Factor Evaluation
(EFE) yaitu :
a. faktor peluang :
1 = peluang rendah, respon kurang
2 = peluang sedang, respon rata-rata
3 = peluang tinggi, respon diatas rata-rata
4 = peluang sangat tinggi, respon superior
b. faktor ancaman :
1 = ancaman sangat besar
2 = ancaman besar
3 = ancaman sedang
4 = ancaman sedikit
Tabel 3. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Eksternal Factor Evaluation
(EFE)
Faktor Strategis
Internal/Eksternal Bobot Rating Nilai
Kekuatan/Peluang
1.
2.
….
Kelemahan/Ancaman
1.
2.
…
Sub total
Total
Sumber: Rangkuti 2006
Selanjutnya nilai pembobotan dikalikan dengan peringkat pada tiap faktor
dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total
nilai pembobotan (Tabel 3). Total skor pembobotan berkisar antara 1 sampai denan
4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan IFE dibawah 2,5 maka dapat
dinyatakan bahawa kondisi internal lemah, sedangkan jika berda diatas 2,5 maka
dapat dinyatakan bahwa kondisi internal kuat. Demikian juga total pembobotan EFE
jika di bawah 2,5 menyatakan bahwa kondisi eksternal lemah dan jika di atas 2,5
menyatakan bahwa kondisi eksternal kuat (David 2006).
29
3.5.4.4. Penyusunan analisis strategi
Dibuat berdasarkan matriks IFE dan EFE, bertujuan untuk melihat dan
membuat strategi yang tepat untuk diterapkan (Tabel 4.).
Tabel 4. Matriks analisis SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan
(Strenght)
Kelemahan
(Weakness)
Peluang
(Opportunity)
Strategi S-O Strategi W-O
Strategi dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang.
Strategi dengan memanfaatkan peluang untuk mengatasi
kelemahan yang ada.
Ancaman
(Threath)
Strategi S-T Strategi W-T
Strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman.
Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari
ancaman
Sumber : Rangkuti 2006
3.5.4.5. Penentuan posisi strategi yang akan dijalankan
a. Menentukan Koordinat P yang akan diperoleh dari total nilai kekuatan dikurangi
nilai kelemahan
b. Menentukan koordinat Q yang ditentukan dari total nilai peluang dikurangi
dengan total nilai ancaman
c. Menentukan nilai P sebagai absis dan nilai Q sebagai ordinat. Strategi yang akan
dijalankan disesuaikan dengan posisi titik (P,Q).
Kuadran II Kuadran I
(W-O) (S-O)
Kuadran I Kuadran II
(W-T) (S-T)
Gambar 3. Diagram analisis SWOT untuk strategi pengelolaan dan
Pengembangan (Rangkuti 2006)
Alternatif strategi yang dapat diterapkan bagi kelangsungan suatu kegiatan
(Rangkuti 2006) :
Kelemahan
Internal
Kekuatan
Eksternal
Berbagai Peluang
Berbagai Ancaman
30
1. Strategi SO (Strenght-Opportunity) pada kuadran I, yaitu menggunakan
kekuatan yang dimilikinya untuk menambil peluang yang ada.
2. Strategi ST (Strength-Threat) pada Kuadran II, yaitu menggunakan kekuatan
yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.
3. Strategi WO (Weakness-Opportunity) pada kuadran III, yaitu diterapkan
berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan
kelemahan yang ada.
4. Strategi WT (Weakness-Threath) pada kuadran IV, yaitu dengan berusahan
meminimalkan kelemahan yang ada serta mengahindari ancaman.
31
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Setu Babakan
4.1.1. Luas dan letak
Setu Babakan merupakan kawasan yang termasuk dalam wilayah
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan dan terletak di Kelurahan Serengseng
Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. Setu Babakan merupakan
situ alami dan memiliki luas sekitar 20 hektar dengan mendapatkan input air dari
sungai Ciliwung. Setu Babakan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk
kegiatan perikanan seperti menjala dan memancing, selain itu Setu Babakan juga
banyak dikunjungi wisatawan karena kawasan tersebut merupakan objek wisata air
dan budaya. Kedalaman Setu Babakan sendiri saat ini telah mengalami
pendangkalan akibat sedimentasi, yaitu hanya berkisar dua hingga lima meter.
Secara geografis, Setu Babakan berada pada 106049’30’’ BT – 106
049’50” BT dan
06020’07” LS – 06
021’10’’ LS (Majid 2008).
Jalan Raya Pasar Minggu dan Lintasan Kereta Rel Listrik (KRL) Jakarta -
Bogor merupakan akses utama untuk menuju lokasi ini. Secara detil, Setu Babakan
dapat dicapai dari empat arah, yaitu:
1. Dari Utara, yaitu dari Jalan raya lenteng agung melalui Jalan Moch.Kahfi II
atau jalan Jeruk.
2. Dari arah Timur, dapat ditempuh melalui jalan Srengseng Sawah.
3. Dari arah Selatan, mewakili daerah Lebak bulus dan Depok dapat melalui
jalan Tanah Baru (terusan Moch.Kahfi II) dari Lebak Bulus dan jalan Raya
Kukusan di Depok.
4. Dari arah Barat, mewakili daerah Ciganjur, Cinere dan Pondok Labu dapat
melalui jalan Warung Silah.
4.1.2. Topografi dan hidrologi
Keadaan topografi kawasan Setu Babakan umumnya berbentuk datar hingga
bergelombang. Daerah ini memiliki lereng yang berkisar antara ± 15% dengan
ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut dan curah hujan 2500 mm/tahun.
Daerah permukiman di sebelah Barat lebih tinggi dari permukaan jalan di sepanjang
32
situ. Jalan-jalan yang ada disepanjang situ relatif datar dan telah dilapisi conblock.
Untuk mencegah terjadinya longsor dan erosi pada pinggir situ maka Pemda DKI
membangun turap pada hampir seluruh bagian tepi situ, hanya bagian Selatan situ
saja yang belum dibangun dikarenakan pada bagian Selatan Setu Babakan masih
dalam bentuk kebun dan sawah yang masih dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain memasang turap, Pemda DKI juga
memasang pintu air dan saluran pengeluaran air pada bagian outlet situ untuk
mengendalikan jumlah air yang ada di Setu Babakan agar apabila hujan lebat tidak
menyebabkan banjir.
Wilayah Kelurahan Serengseng Sawah termasuk ke dalam DAS Sanggrahan
yang berada di sebelah Barat Sungai Ciliwung. Sistem hidrologis yang terdapat di
Setu Babakan merupakan sistem terbuka dengan adanya inlet dan outlet air situ.
Inlet Setu Babakan berasal dari beberapa aliran air, yaitu aliran Setu Mangga
Bolong, Kali Baru, Kali Tengah, dan Situ ISTN (Institut Sains dan Teknologi),
sedangkan outletnya melalui pintu air menuju Sungai Ciliwung. Kondisi fisik Setu
Babakan secara keseluruhan cukup baik dengan genangan 100% perkiraan volume
air ±1.755.000 m3 pada musim kemarau, dan ±2.025.000 m
3 pada musim hujan
(Apriyani 2007). Mengingat keberadaan dan fungsinya sebagai reservoir, bahkan di
dalam RTRW DKI Jakarta 2001-2010 kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan
penyangga atau daerah resapan air, hal tersebut perlu mendapatkan perhatian ekstra
baik dari pemerintah maupun penduduk karena keberadaan kawasan ini secara
ekologis tergantung pada adanya situ, sawah, kebun dan vegetasi yang juga memiliki
peran penting bagi keberadaan kawasan Jakarta secara umum.
4.2. Kondisi Fisika-Kimia-Biologi Setu Babakan
4.2.1. Kualitas air
Perairan Setu Babakan telah mengalami tekanan ekologi yang sangat tinggi
dengan berada di tengah pemukiman penduduk dan juga sebagai kawasan wisata air.
Setu Babakan sendiri telah mengalami pendangkalan akibat sedimentasi. Dilihat dari
substrat Setu Babakan yang berupa lumpur maka dapat mengindikasikan perairan
Setu Babakan telah banyak menerima masukan bahan organik dan anorganik, baik
akibat erosi maupun buangan limbah rumah tangga (Indrasti et al. 2003).
33
Pengkajian kondisi biofisik perairan yang mencakup kualitas perairan (fisika,
kimia dan mikrobiologi bakteri) dilakukan dengan tujuan untuk melihat
keseimbangan ekosistem perairan Setu Babakan dan menentukan kondisi perairan
yang terkait dengan kelayakan habitat bagi perikanan dan pariwisata. Parameter
kualitas air yang diamati adalah temperatur, kecerahan, warna, TSS, pH, DO, BOD,
Ntotal , Ptotal dan bakteri E. coli. Parameter-parameter tersebut dapat berpengaruh
terhadap atau dipengaruhi oleh aktifitas-aktifitas wisata di Setu Babakan seperti
berseped air, memancing dan duduk santai.
Pengambilan contoh air dilakukan di musim kemarau pada tanggal 30 Juni
2009 pada pukul 07.00 hingga pukul 10.00 di 3 stasiun dan diambil secara vertikal
berdasarkan kedalaman perairan. Apabila kedalaman perairan lebih dari dua meter,
maka pengambilan contoh air dilakukan pada bagian permukaan, kedalaman secchi
dan dasar (Dwikorawati 1994). Namun kedalaman perairan Setu Babakan kurang
dari dua meter yaitu antara 1,33-1,85 m, sehingga pengukuran parameter kualitas air
dilakukan pada bagian dekat pemukaan dan bagian dekat dasar perairan. Pengukuran
parameter fisika, kimia perairan dan bakteri E.coli dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kualitas air Setu Babakan
No Parameter Baku mutu
Hasil analisis
Inlet
(Stasiun 1)
Tengah
(Stasiun 2)
Outlet
(Stasiun 3)
P D P D P D
Fisika
1. Temperatur (0C) ± 3 28 28 28 27 29 28 2. Kecerahan (m) 1,05 0,48 0,35
3. Warna Tidak
tercantum
Hijau
kecoklatan
Hijau
kecoklatan
Hijau
kecoklatan
Hijau
kecoklatan
Hijau
kecoklatan
Hijau
kecoklatan 4. TSS (mg/l) 50 25 27 21 29 32 36
Kimia
5. pH 6-9 7,5 7 6,5 6 6,5 6,5 6. DO (mg/l) 4 4,94 4,53 6,18 5,35 7,42 6,59
7. BOD (mg/l) 3 2,51 2,81 2,35 2,78 0,79 1,78
8. Ntotal (mg/l) Tidak tercantum
0,21 0,15 0,10 0,07 0,08 0,02
9. Ptotal (mg/l) 0,2 0,10 0,12 0,03 0,03 0,03 0,03 Mikrobiologi Bakteri
10. E. coli
(jml/100ml)
1000 600 160 11
Keterangan:
P : Permukaan D : Dekat dasar
Batas maksimum yang diperbolehkan pada baku mutu berdasarkan PP No.82 tahun 2001 klas 2٭
Batas minimum yang diperbolehkan ٭٭
Sumber: Data primer, 2009 (diolah)
34
4.2.1.1. Parameter fisika
Parameter fisika meliputi tempereatur, kecerahan, warna, dan padatan
tersuspensi (TSS). Peralatan untuk mengukur parameter fisika antara lain adalah
termometer lingkungan, secchi disk, dan van Dorn water sampler. Temperatur,
kecerahan dan warna perairan dilakukan dilapangan, sedangkan analisis TSS
dilakukan dilaboratorium dengan metode titrasi dan pemanasan.
a. Temperatur
Nilai temperatur perairan Setu Babakan berkisar antara 27-290C (Tabel 5).
Dengan demikian temperatur perairan Setu Babakan tergolong layak untuk kegiatan
rekreasi dan perikanan berdasarkan baku mutu air pada PP No. 82 tahun 2001 klas 2
yang memberikan toleransi sebesar ±3 dari rataan temperatur air setempat. Selain
itu, kisaran temperatur tersebut sesuai dengan kisaran temperatur optimum bagi
pertumbuhan fitoplankton di perairan yaitu 20-300C (Effendi 2003). Fitoplankton
sangat diperlukan oleh ikan dan organisme perairan sebagai produser. Menurut Boyd
(1982) kisaran temperatur tersebut juga masih dapat mendukung kehidupan
organisme akuatik, karena masih berada pada kisaran 25-320C. Oleh karena itu,
perairan Setu Babakan masih sesuai untuk pengembangan perikanan.
b. Kecerahan
Nilai kecerahan air yang terukur pada Setu Babakan berkisar 0,35-1,05 m
(Tabel 5). Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu
pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi serta ketelitian orang yang
melakukan pengukuran (Effendi, 2003). Kecerahan tertinggi terletak pada stasiun 1
yaitu sebesar 1,05 m. Hal ini diduga karena jumlah padatan tersuspensi rendah.
Sedangkan nilai kecerahan terendah terletak pada stasiun 3. Hal ini diduga karena
padatan tersuspensi di stasiun 3 lebih banyak dibandingkan dengan stasiun lainnya.
Kisaran nilai kecerahan tersebut mengambarkan bahwa Setu Babakan merupakan
tipe perairan eutrofik karena kecerahan secchi disk <3,0 m (Henderson-Seller &
Markland 1987 in Surya 1998). Menurut Boyd (1982) nilai kecerahan dianggap
cukup produktif dan masih dapat mendukung kehidupan organisme perairan jika
pinggan secchi masih terlihat pada kedalaman 30-60 cm.
35
c. Warna
Warna perairan Setu Babakan yang diamati secara visual berdasarkan indra
penglihatan pada umumnya berwarna hijau kecoklatan (Tabel 5). Warna perairan
sendiri dapat mempengaruhi estetika dan menunjukkan keberadaan plankton
diperairan. Warna kecoklatan di perairan diduga ditimbulkan oleh bahan-bahan
organik seperti tannin, lignin dan asam humus yang berasal dari dekomposisi
tumbuhan yang telah mati (Effendi 2003).
d. Padatan tersuspensi total (TSS)
TSS merupakan salah satu parameter biofisik perairan yang dinamikanya
mencerminkan dinamika perubahan yang terjadi di daratan dan perairan (Parwati et
al. 2007). Kisaran nilai TSS perairan Setu Babakan adalah 21-36 mg/l (Tabel 5).
Secara vertikal, nilai TSS cenderung meningkat dengan bertambahnya kedalaman.
Pada bagian dekat permukaan, nilai TSS berkisar antara 21 mg/l hingga 32 mg/l.
Nilai TSS di dekat dasar berkisar antara 27 mg/l s/d 36 mg/l. Nilai TSS tertinggi
dijumpai pada stasiun 3 di dekat dasar perairan. Hal ini menunjukkan terjadinya
proses pengendapan partikel-partikel tersuspensi ke dasar perairan (Dwikorawati
1994).
Kisaran nilai TSS masih berada di bawah ambang batas baku mutu perairan
menurut PP No. 82 tahun 2001 klas 2 yaitu sebesar 50 mg/l sehingga masih sesuai
bagi peruntukan sarana rekreasi air dan perikanan. Nilai TSS pada musim kemarau
umumnya lebih rendah dibanding pada musim hujan dikarenakan pada musim hujan
masukan materi organik dan anorganik yang terdiri dari lumpur, protein, bakteri,
sampah dan limbah domestik yang masuk ke perairan lebih banyak, sehingga pada
bagian hulu debit air dan kecepatan arus sungai meningkat dan terjadi pengadukan
dari dasar perairan sehingga mengangkat senyawa-senyawa beracun kepermukaan
(Indrasti et al. 2003).
4.2.1.2. Parameter kimia
Parameter kimia perairan yang diamati meliputi pH, oksigen terlarut (DO),
kebutuhan oksigen biokimiawi (BOD), nitrogen total (N-total), dan fosfor total (P-total).
Pengamatan pH dan DO dilakukan di lapangan, pH dengan kertas lakmus sedangkan
DO dengan metode titrasi, sedangkan untuk bahan organik lainnya dianalisis di
laboratorium dengan metode pemanasan dan titrasi.
36
a. pH
Sebagian besar organisme akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan
menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 (Effendi 2003). pH air Setu Babakan berkisar
antara 6-7,5 (Tabel 5). Kisaran ini, masih berada dalam kisaran baku mutu bagi
sarana rekreasi air dan perikanan menurut PP No.82 tahun 2001 yaitu antara 6-9.
Nilai pH cenderung menurun seiring meningkatnya kedalaman. Hal ini diduga
akibat tingginya proses dekomposisi bahan organik yang menghasilkan ion hidrogen
penyebab kemasaman pada bagian dasar perairan. Jika konsentrasi ion hidrogen
terlalu tinggi atau terlalu rendah, organisme akuatik tidak mungkin mencapai
pertumbuhan yang maksimum (Moriber 1974 in Sari 2009).
b. Oksigen terlarut (DO)
Oksigen terlarut adalah salah satu parameter paling mendasar di perairan
karena mempengaruhi kehidupan organisme akuatik. Oksigen terlarut di Setu
Babakan berkisar antara 4,53-7,42 mg/l (Tabel 5). Populasi hewan dan tanaman di
badan air akan mengkonsumsi oksigen selama proses respirasi. Hal ini menghasilkan
CO2, yang akan digunakan untuk fotosintesis. Fotosintesis terjadi di zona fotik,
tetapi respirasi terjadi dimana saja di dalam perairan (diseluruh kolom air bahkan
sampai ke dasar perairan), sehingga hasil bersihnya adalah permukaan air cenderung
kaya akan oksigen terlarut, dan berkurang dengan bertambahnya kedalaman (Effendi
2003).
Kandungan oksigen terlarut tertinggi dijumpai pada permukaan, yaitu berkisar
antara 4,94-7,42 mg/l sedangkan terendah (dekat dasar) berkisar 4,53 mg/l hingga
6,59 mg/l. Tingginya konsentrasi oksigen terlarut di dekat permukaan air diduga
oleh adanya suplai oksigen dari udara (difusi) dan aktifitas fotosintesis fitoplankton
yang lebih tinggi dibandingkan dengan dekat dasar. Sedangkan oksigen terlarut di
dekat dasar lebih banyak digunakan (dikonsumsi) dalam proses dekomposisi bahan
organik oleh mikroba aerobik dan pengaruh fotosintesis yang telah berkurang. Bila
dibandingkan dengan batas minimum kadar oksigen terlarut menurut PP No.82
tahun 2001 klas 2 yaitu 4 mg/l maka kisaran tersebut masih sesuai bagi pengelolaan
Setu Babakan sebagai objek wisata air dan perikanan.
37
c. Kebutuhan oksigen biokimiawi (Biochemical oxygen demand/BOD)
Perairan Setu Babakan memiliki nilai BOD berkisar antara 0,79-2,81 mg/l
(Tabel 15). Pada umumnya, BOD secara vertikal di Setu Babakan cenderung
meningkat dengan bertambahnya kedalaman. Nilai BOD tertinggi dijumpai pada
bagian dekat dasar perairan yaitu berkisar antara 1,78 mg/l hingga 2,81 mg/l.
Sedangkan nilai BOD terendah diperoleh pada bagian dekat permukaan berkisar
0,79 mg/l s/d 2,51 mg/l. Tingginya nilai BOD di dekat dasar diduga karena
banyaknya jumlah bahan organik dari limbah domestik, pertanian maupun hasil
pembusukan tumbuhan dan hewan yang terakumulasi di dasar. Kandungan BOD di
perairan Setu Babakan berada di bawah ambang batas PP No.82 tahun 2001 klas 2
yaitu maksimum 3 mg/l. Hal ini berarti, Setu Babakan masih sesuai peruntukkannya
bagi sarana rekreasi air dan perikanan.
d. Nitrogen total (N-total)
Nilai N-total merupakan gambaran nitrogen dalam bentuk organik dan
anorganik pada air. N-total adalah penjumlahan dari nitrogen anorganik yang bersifat
terlarut dan nitrogen organik yang berupa partikulat tidak larut dalam air (Effendi
2003). Nilai N-total perairan Setu Babakan berkisar antara 0,02-0,21 mg/l abel 15).
Sumber utama nitrogen pada Setu Babakan berasal dari kegiatan domestik dan
pemancingan.
e. Fosfor total (P-total)
Fosfor total menunjukkan kandungan P (Fosfor) baik yang berupa senyawa
organik maupun anorganik (Effendi 2003). Sumber utama fosfor perairan Setu
Babakan berasal dari limbah domestik seperti deterjen. Nilai P-total perairan Setu
Babakan berkisar antara 0,03-0,12 mg/l (Tabel 15). Kandungan P-total di perairan
Setu Babakan berada di bawah ambang batas PP No.82 tahun 2001 klas 2 yaitu
maksimum 0,2 mg/l. Hal ini berarti Setu Babakan masih sesuai peruntukkannya bagi
sarana rekreasi air dan perikanan.
4.2.1.3. Parameter mikrobiologi bakteri
Parameter mikrobiologi yang diamati adalah bakteri E. coli, dengan
pengambilan sempelnya menggunakan botol steril di permukaan perairan pada 3
stasiun. Analisis Perhitungan jumlah bakteri E. coli dilakukan di laboratorium
dengan teknik MPN (Alcamo 1983 in Feliatra 2002).
38
a. Bakteri E. coli
Berdasarkan stasiun pengamatan, densitas E. coli berkisar antara 11-600
jml/100 ml (Tabel 5). Densitas tertinggi ditemukan di stasiun 1 yang terletak di inlet
Setu Babakan dengan densitas 600 jml/100 ml. Menurut Laliberte P & Grimes DJ
(1982) Bakteri fecal masuk ke perairan melalui aliran sungai serta limpasan air
hujan sehingga kelimpahan bakteri akan semakin tinggi pada kawasan yang banyak
dipengaruhi daratan dan pada saat hujan. Keadaan yang demikian disebabkan oleh
konsentrasi materi organik, perubahan salinitas, suhu maupun intensitas cahaya.
Pada stasiun 2 yang letaknya di tengah situ densitas E. coli yaitu 60 jml/100 ml,
sedangkan nilai densitas yang kecil pada stasiun 3 atau outlet yaitu 11 jml/100 ml
karena pengarus arus yang membawa bakteri E. coli ketempat lain (Effendi 1998 in
Feliatra 2002).
Secara umum densitas E. coli di perairan Setu Babakan berada di bawah
ambang batas PP No.82 tahun 2001 klas 2 yaitu maksimum 1000 jml/100 ml. Untuk
mencegah E. coli masuk ke dalam saluran pencernaan maka makanan dan minuman
harus terbebas dari E. coli. Menurut Pelczar & Chan (1988) in Feliatra (2002),
penyebaran E. coli tidak melalui air melainkan melalui kegiatan tangan ke mulut
atau dengan pasif lewat makanan dan minuman.
4.2.2. Karakteristik sumberdaya alam Setu Babakan
4.2.2.1. Fitoplankton dan zooplankton
Keberadaan fitoplankton dan zooplankton sangatlah penting karena masing-
masing merupakan primary producer (fitoplankton) dan primary consumer
(zooplankton) dalam rantai makanan di ekosistem perairan Setu Babakan. Kisaran
kelimpahan fitoplankton di perairan Setu Babakan adalah 250-302.125 sel/l. Di
perairan Setu Babakan dijumpai lima kelas fitoplankton yaitu Bacillariophyceae (7
genus), Chlorophyceae (7 genus) dan Cyanophyceae (5 genus) Euglenaphyceae (3
genus) dan Dinophyceae (1 genus). Dari kelima kelas (23 genus) yang dijumpai,
ternyata perairan Setu Babakan didominasi oleh genus Choroococcus sp (kelas
Cyanophyceae) sebesar 302.125 sel/l.
Indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) dapat menunjukkan keanekaragaman
komunitas fitoplankton di perairan Setu Babakan. Nilai indeks H’ untuk komunitas
fitoplankton di Setu Babakan adalah 1,6349. Hasil analisis keragaman (H’)
39
fitoplankton memperlihatkan bahwa kondisi perairan termasuk stabil moderat.
Menurut Stirn (1981) apabila H’ < 1, maka komunitas biota dinyatakan tidak stabil,
apabila H’ berkisar 1-3 maka stabilitas komunitas biota tersebut adalah moderat
(sedang) dan apabila H’ > 3 berarti stabilitas komunitas biota berada dalam kondsi
prima (stabil). Semakin besar nilai H’ menunjukkan semakin beragamnya kehidupan
di perairan tersebut, kondisi ini merupakan tempat hidup yang lebih baik.
Menurut Prihantini et al. (2008) Nilai H’>1 pada fitoplankton berdasarkan
kriteria limnologis menunjukkan ciri-ciri kondisi perairan yang tergolong sedang,
yaitu didominasi oleh kelas Cyanophyceae. Perairan yang termasuk golongan
sedang umumnya mendapat masukkan bahan organik yang berasal dari pencemaran
oleh limbah penduduk atau sebab alami, seperti pengayaan nutrien akibat pencucian
mineral tanah oleh air hujan. Ciri-ciri kondisi tersebut berlaku untuk Setu Babakan
yang didominasi oleh Chroococcus sp (Cyanophyceae).
Setu Babakan termasuk perairan yang eutrofik sesuai pernyataan Wetzel
(1975) in Sari (2009), bahwa danau eutrofik memiliki struktur komunitas
fitoplankton didominasi oleh kelas Chlorophyceae, Cyanophyceae, Euglenophyceae
dan Bacillariophyceae. Sedangkan pada danau oligotrofik memiliki struktur
komunitas fitoplankton yang didominasi oleh kelas Cyrisophyceae, Cryptophyceae,
Dinophyceae dan Bacillariophyceae.
Berbeda halnya dengan fitoplankton, jumlah kelas pada zooplankton yang
dijumpai di Setu Babakan lebih sedikit sedikit, yaitu terdiri dari tiga kelas (5 genus).
Kelimpahan zooplankton berkisar antara 2.125-27.875 sel/l. Jenis zooplankton yang
dijumpai di perairan Setu Babakan didominasi oleh genus Nauplius sp (kelas
Crustacea) dengan kelimpahan 27.875 sel/l. Rataan indeks diversitas zooplankton
berdasarkan indeks Shannon-Wienner pada perairan Setu Babakan memiliki nilai
H’>1, yaitu sebesar 1,1667 sebagai indikator bahwa stabilitas komunitas di stasiun
tersebut adalah moderat atau sedang. Kondisi komunitas yang moderat (sedang)
adalah kondisi komunitas yang mudah berubah hanya dengan terjadinya pengaruh
lingkungan yang relatif kecil (Stirn 1981). Kelimpahan fitoplankton dan zooplankton
di perairan Setu Babakan dapat dilihat pada Lampiran 11.
Ketersediaan fitoplankton di Setu Babakan yang berlimpah, diharapkan
pengelola dapat menebarkan jenis-jenis ikan pemakan plankton (plankton feeder).
40
Dengan memanfaatkan pakan alami tersebut, maka pengelola tidak memerlukan
pemberian pakan khusus yang dapat meningkatkan biaya produksi. Selain itu, jika
tidak menggunakan pakan buatan maka dapat mengurangi laju pendangkalan akibat
sisa-sisa pakan yang terakumulasi di dasar.
4.2.2.2. Tumbuhan air dan ikan di Setu Babakan
Tumbuhan air memiliki beberapa berfungsi yaitu untuk menyaring partikel-
partikel yang terdapat di air oleh akarnya sehingga membuat air menjadi jernih,
tumbuhan air juga memiliki nilai estetika dan nilai ekonomis, dan jika dalam jumlah
yang besar maka tumbuhan air juga bisa menjadi gulma pada perairan situ.
Keberadaan ikan di dalam perairan juga memiliki peran penting dalam ekosistem
situ, yaitu sebagai bagian dari rantai makanan dan memiliki nilai ekonomis bagi
masyarakat.
Di Setu Babakan dijumpai dua jenis tumbuhan air yaitu teratai (Nymphaea
sp.) dan eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang menutupi perairan sangat sedikit
sekali jika dibandingkan dengan luas perairan Setu Babakan. Teratai adalah salah
satu tanaman air yang memiliki nilai estetika, selain bentuknya menawan juga
memiliki kemampuan menetralisir limbah.
Demikian juga dengan eceng gondok yang selama ini lebih dikenal sebagai
tanaman gulma, padahal sebenarnya eceng gondok memiliki kemampuan menyerap
logam berat. Eceng gondok dapat tumbuh dengan cepat pada danau maupun waduk
sehingga dalam waktu yang singkat dapat mengurangi oksigen perairan, mengurangi
fitoplankton dan zooplankton serta menyerap air sehingga terjadi proses
pendangkalan. Menurut Masifwa et al. (2001) Perairan yang tertutup lapisan eceng
gondok, kandungan oksigennya sangat rendah dan mendekati nol meskipun di
permukaan. Eceng gondok dapat mentolerir perubahan yang ektrim dari ketinggian
air, laju air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun
dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang
mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan
potasium.
Setu Babakan merupakan habitat yang baik bagi berbagai jenis ikan. Ikan-
ikan yang terdapat di Setu Babakan antara lain ikan patin (Pangasius sp.), nilem
(Osteochilus hasselti), mas (Cyprinus carpio) tawes (Puntius javanicus), benteur
41
(Puntius binotatus), sepat rawa (Tricogaster tricopterus), nila (Oreocromis
niloticus), gabus (Channa striata), mujair (Oreochromis mossambicus) dan ikan lele
(Clarias batracus). Dari hasil wawancara keberadaan ikan-ikan native di Setu
Babakan hanya tinggal sepat rawa, nilem dan benteur yang kelimpahannya relatif
lebih sedikit dibandingkan ikan-ikan hasil intoduksi. Hal ini diduga selain karena
tekanan ekologis yang tinggi pada perairan sehingga dari ketersediaan makanan,
tempat memijah dan kondisi perairan yang tidak mendukung sebagai habitat ikan-
ikan native tersebut, selain itu keberadaan ikan-ikan introduksi dan adanya ikan-ikan
predator juga mempengaruhi keberadaan ikan-ikan native tersebut di perairan
(Hobson 1974).
Ikan-ikan yang ada di Setu Babakan tidak ada yang dibudidayakan karena
tidak diperbolehkan lagi oleh tim pengelola untuk dipasang karamba. Pemda DKI
Jakarta hanya memberikan bibit ikan untuk menjamin ketersediaan stok ikan di
perairan Setu Babakan dan tim pengelola masih memperbolehkan masyarakat sekitar
untuk menjala dan memancing. Dengan perairan yang masih memiliki
beranekaragam jenis ikan yang bernilai ekonomis dan kelimpahan ikan yang masih
terjamin ketersediaannya maka sangat potential untuk dikembangkannya wisata
memancing di kawasan Setu Babakan.
4.2.2.3. Vegetasi di sekitar Setu Babakan
Salah satu elemen pembentuk karakter lanskap kawasan Setu Babakan
adalah vegetasi, baik yang berada di pekarangan, kebun campuran maupun ruang
terbuka hijau lainnya. Dalam hal ini, kawasan yang dijadikan Perkampungan
Budaya Betawi ini lebih cenderung kearah lanskap Betawi yang umumnya
diidentikan dengan keberadaan tanaman buah-buahan baik di pekarangan rumah
penduduk ataupun sempadan situ. Selain sebagai penghijauan tanaman ini berfungsi
sebagai peneduh ataupun estetis. Pada tahun 2002 Dinas Pertanian dan Kehutanan
DKI Jakarta memberikan bantuan 1000 bibit buah-buahan untuk penghijauan
produktif pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dan situ.
Vegetasi yang ada sebagai batas situ dan berjark 12-50 meter dari situ antara
lain andong (Cordilyn frucosa linn), jarak (Jatropha multifida), melinjo (Gnetum
gnemon), pinus (Pinus merkusii), kelapa (Cocos nucifera), nangka (Anthocarpus
heterophilus), mengkudu (Morinda citrifolia), meranti (Shorea pinanga), karet
42
(Ficus elastic), aren (Arenga pinnata), kecapi (Sandoricum loetjape), rambutan
(Nephelium lappaceum) dan berbagai tanaman buah lainnya (Lampiran 12).
Keberadaan vegetasi yang sengaja ditanam di pinggir Setu Babakan dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya longsor dan mencegah aliran permukaan yang berlebihan
akibat air hujan, selain itu keberadaan vegetasi di Setu Babakan juga sebagai
kawasan yang diperuntukan Pemerintah sebagai ruang terbuka hijau yang ada di
DKI Jakarta. Menurut Goldyn et al. (2008) kebradaan vegetasi di sekitar danau
selain sebagai peneduh juga sebagai sabuk hijau kawasan yang dapat mencegah
hingga 50% terjadinya pengikisan tanah.
Sebagai sebuah lanskap budaya, vegetasi yang ada umumnya merupakan
tanaman budidaya, baik jenis lokal maupun introduksi. Introduksi tanaman tersebut
merupakan salah satu upaya penduduk setempat untuk meningkatkan produksi dan
kualitas hasil yang diperoleh. Setu Babakan juga ditetapkan menjadi daerah wisata
agro oleh pemerintah DKI Jakarta.
4.2.2.4. Potensi Setu Babakan bagi kegiatan ekowisata
a. Potensi sumberdaya alam
Setu Babakan dengan luas area 20 hektar, dan berada di kawasan yang
ditetapkan pemerintah sebagai kawasan cagar budaya di Perkampungan Budaya
Betawi Setu Babakan memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan
menjadi kawasan ekowisata. Potensi sumberdaya alam Setu Babakan meliputu
keindahan alamnya, vegetasi yang ada, jenis ikan yang hidup di dalamnya, kondisi
perairannya, serta kualitas airnya. Warna perairan yang kehijauan memberi kesan
nyaman dan tenang bagi setiap wisatawan yang memandangnya. Parameter fisika,
kimia dan biologi yang dimiliki Setu Babakan dapat dimanfaatkan sebagai potensi
wisata. Kualitas air yang tergolong baik menjadi salah satu faktor penting bagi
kehidupan organisme perairan. Suhu yang optimal merupakan salah satu syarat
pertumbuhan ikan yang baik disamping kondisi lingkungan lainnya dan ketersediaan
makanan di perairan. Kegiatan memancing dapat menjadi menyenangkan apabila
ikan di perairan juga banyak sehingga sangat potensial sebagai kawasan wisata air.
Salah satu jenis tanaman air yang terdapat di Setu Babakan adalah eceng
gondok. Eceng gondok dapat menjernihkan perairan meskipun jika jumlahnya tidak
43
terkendali bisa menjadi gulma. Tanaman air teratai juga memiliki nilai estetika yang
tinggi, bentuknya yang indah menjadikan pemandangan di tengah situ menjadi
menarik. Beragamnya vegetasi di Setu Babakan menjadikan kawasan ini terasa sejuk
dan indah. Vegetasi-vegetasi yang didominasi oleh tanaman buah seperti belimbing
(Averhoa bilimba L), duku condet (Lansium domesticum Var. condet), durian
sitokong (Durio zibetinus Murr.Var. Sitokong), menteng (Baccauria rasemosa),
matoa (Pometia pinnata) dan vegetasi-vegetasi yang lainnya. Adanya vegetasi-
vegetasi tersebut membentuk karakter lanskap yang bernuansa Betawi selain sebagai
kawasan yang ditetapkan pemerintah DKI Jakarta sebagai kawasan hijau dan
resapan air juga sebagai wisata agro (Bappeda DKI Jakarta 2000).
b. Potensi budaya
Setu Babakan yang terletak di Selatan Jakarta, lebih tepatnya berlokasi di
wilayah Kelurahan srengseng sawah, Kecamatan Jagakarsa Jakarta selatan ini,
menyimpan satu objek wisata budaya yang sangat menarik berupa Perkampungan
Budaya Betawi, dan oleh pemerintah DKI Jakarta dijadikan Cagar Budaya Betawi
yang menyimpan keistimewaan khususnya bagi warga Jakarta untuk melihat dari
dekat berbagai kesenian dan budaya betawi yang ada hingga saat ini. Cagar budaya
sendiri memiliki pengertian suatu kegiatan untuk menjaga atau melakukan
konservasi terhadap benda-benda alam atau buatan manusia yang dianggap memiliki
nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan (UU No.5 Tahun
1992).
Seperti suku-suku lainnya di Tanah Air, seni dan budaya merupakan warisan
leluhur mereka yang diturunkan bagi generasi selanjutnya untuk dilestarikan, begitu
pula dengan Suku Batawi atau lebih dikenal sebagai orang Jakarte ini, juga tidak
ketinggalan ikut serta dalam melestarikan budaya mereka khusunya di tanah
kelahirannya. Orang Betawi merupakan penduduk asli di Kota Jakarta, dan dari
sudut pandang keberadaanya memang sedikit berbeda dengan suku-suku lainnya,
perbedaan yang paling mencolok adalah mereka berada di kawasan Ibu Kota Jakarta
dimana beragam orang dari berbagai suku dan latar belakang pendidikan yang
berbeda mendiami Kota Jakarta. wajarlah Kota Jakarta tidak hanya dimilki oleh
Budaya Betawi saja, namun masih banyak budaya para pendatang yang ikut
menyemarakkan Ibu Kota.
44
Bangunan khas Betawi yang unik dapat kita lihat dikawasan ini (Gambar 4),
malah rencananya akan dibangun sebanyak 300 rumah di Perkampungan Setu
Babakan yang bernuansa Betawi dan saat ini sudah ada 75 bangunan di tanah seluas
200 hektar peruntukan berupa bangunan yang menunjukkan nuansa dan ciri khas
Betawi. Selain itu bagi pengunjung dapat menikmati sajian tarian dan kesenian
melalui sebuah panggung yang memperagakan berbagai kesenian khas betawi yang
biasanya dilaksanakan pada hari libur oleh penari-penari cilik dikawasan konservasi
budaya betawi ini antara lain kesenian tari, musik tanjidor, ondel-ondel, lenong,
gambang kromong dan tentunya salah satunya adalah pencak silat seni, atau Tari
Betawi yang sepenuhnya merupakan aneka gerak pencak silat disebut tari silat.
Gambar 4. Rumah adat Betawi
4.3. Keadaan Sosial dan Ekonomi Penduduk di Kelurahan Serengseng Sawah
4.3.1. Jumlah dan umur penduduk
Berdasarkan data statistik, jumlah penduduk Kelurahan Serengseng Sawah
pada bulan Juni 2009 adalah 51.931 jiwa yang terdiri dari 26.946 laki-laki dan
24.945 perempuan (Tabel 6). Sebesar 66,49% dari total penduduk tersebut berada
dalam kategori berusia produktif (15-60 tahun), sedangkan sisanya sebesar 33,51%
adalah non produktif (0-14 tahun dan >60 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa beban
tanggungan usia produktif terhadap non produktif relatif tidak terlalu berat. Usia
masyarakat yang produktif dan tidak produktif tersebut adalah kategori yang pada
umumnya digunakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
45
Hal demikian juga menunjukkan bahwa jumlah penduduk berusia produktif
yang tinggal di Kelurahan Serengseng Sawah berpotensi untuk dimanfaatkan baik
ilmu, tenaga dan pikirannya untuk mengembangkan kawasan Setu Babakan. Rasio
jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan lebih dari satu, hal ini menunjukkan
bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.
Tabel 6. Jumlah dan sebaran umur penduduk Kelurahan Serengseng Sawah
No. Umur
(tahun)
Laki-laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa)
Jumlah
(jiwa)
Persentase (%)
terhadap jumlah
penduduk
1 0- 4 2.259 2.217 4.476 8,62
2 5 – 9 1.893 1.756 3.649 7,03
3 10-14 1.906 1.792 3.698 7,12
4 15-19 3.055 2.642 5.697 10,97
5 20-24 2.454 2.328 4.782 9,21
6 25-29 2.539 2.439 4.978 9,59
7 30-34 2.290 1.968 4.258 8,19
8 35-39 2.260 1.889 4.149 7,99
9 40-44 1.640 1.583 3.223 6,21
10 45-49 1.441 1.299 2.740 5,28
11 50-54 1.280 1.272 2.552 4,91
12 55-59 1.118 1.036 2.154 4,14
13 60-64 892 909 1.801 3,46
14 65-69 814 755 1.569 3,02
15 70-74 587 551 1.138 2,19
16 75 ke atas 518 549 1.067 2,05
Jumlah 26.946 24.985 51.931 100
Ratio 1,08
Sumber: Kelurahan Serengseng Sawah Juni 2009
4.3.2. Mata pencaharian penduduk
Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Serengseng sawah sangatlah
beragam, pada umumnya adalah usia sekolah/pelajar yaitu sebesar 27,88%. Sebesar
15,06% mata pencaharian penduduk Kelurahan Serengseng Sawah adalah pegawai
swasta/BUMN/BUMD. Kemudian sebesar 6,38% adalah pedagang, jumlah
penduduk yang menjadi TNI/POLRI sebesar 5,62% mengingat di Kelurahan
Serengseng Sawah terdapat komplek perumahan TNI/POLRI. Hanya sebagian kecil
penduduk yang bekerja sebagai petani yaitu sebesar 3,82% sisanya pekerja yang
bergerak di bidang jasa, pertukangan, buruh dan pemulung. Sebesar 1,54%
penduduk merupakan pensiunan dari berbagai bidang pekerjaan dan 0,54%
penduduk adalah pengangguran (Tabel 7).
46
Bentuk partisipasi penduduk dalam menunjang kegiatan wisata sehari-hari
diantaranya adalah kegiatan perparkiran; penyediaan makanan, minuman dan
barang-barang khas betawi; penyediaan dan pengelolaan pemancingan umum.
Sedangkan bentuk partisipasi penduduk setempat dalam menunjang atraksi wisata
adalah pembntukan dan partisipasi kelompok seni tari, teater dan musik gambang
kromong setempat dalam pergelaran-pagelaran seni Betawi; serta pagelaran upacara
adat masyarakat Betawi yang sering dilaksanakan di kawasan Setu Babakan.
Tabel 7. Mata pencaharian penduduk Kelurahan Serengseng Sawah
Sumber: Kelurahan Serengseng Sawah Juni 2009
4.3.3. Pola penggunaan lahan
Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana bagian
Wilayah Kota (RBWK) Tahun 2005 Propinsi DKI Jakarta, wilayah selatan termasuk
Kelurahan Serengseng Sawah diperuntukan sebagai daerah resapan air bagi kawasan
Jakarta secara keseluruhan. Hal ini didukung dengan keberadaan potensi air tanah
dan daerah hijau khususnya yang berada dikelurahan ini antara lain dengan adanya
Setu Babakan, Setu Mangga Bolong, Setu Salam UI dan Setu ISTN serta Hutan
Kota yang berada di kawasan Wales Barat Universitas Indonesia. Pemanfaatan
tanah di Kelurahan Serengseng Sawah ditetapkan peruntukannya oleh Dinas Tata
Kota Propinsi DKI. Jakarta sebagian besar digunakan untuk pemukiman penduduk,
yaitu sebesar 54%, kemudian setu dan irigasi sebesar 29,08%, lahan pertanian
sebesar 9,04%, jalan raya/lingkungan sebesar 4,76%, fasilitas umum sebesar 2,51%,
pemakaman sebesar 0,70% dan lain-lain sebesar 0,24% (Table 8).
No Mata pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Pegawai Negeri Sipil 1.065 2,05
2. TNI/POLRI 2.919 5,62
3. Pegawai swasta/BUMN/BUMD 7.821 15,06
4. Pensiunan 920 1,77
5. Pedagang 3.315 6,38
6. Petani 1.986 3,82
7. Pertukangan 458 0,88
8. Pemulung 175 0,33
9. Buruh 1.616 3,11
10. Jasa 457 0,88
11. Pengangguran 282 0,54
12. Usia sekolah/pelajar 14.479 27,88
13. Balita 2.680 0,51
Jumlah 51.931 100
47
Tabel 8. Pola penggunaan lahan Kelurahan Serengseng Sawah
No. Peruntukan tanah Luas ( Ha ) Persentase (%)
1. Perumahan 366,10 54,26
2. Industri 0,00 0,00
3. Fasilitas Umum 17,00 2,51
4. Pemakaman 4,76 0,70
5. Jalan Raya/Lingkungan 28,00 4,15
6. Pertanian 61,00 9,04
7. Setu/Irigasi 196,21 29,08
8. Lain-lain 1,63 0,24
Jumlah 674,70 100,00
Sumber: Kelurahan Serengseng Sawah Juni 2009
Peningkatan jumlah penduduk di sekitar Setu Babakan secara langsung akan
meningkatkan kebutuhan terhadap lahan, baik untuk permukiman, pertanian, sarana
dan prasarana lainnya dalam menunjang kehidupan. Hal ini secara langsung maupun
tidak langsung akan memberikan tekanan terhadap perairan Setu Babakan sehingga
masukan limbah akan menyebabkan kualitas perairan menurun dan perairan danau
tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
4.4. Kesesuaian Wisata di Setu Babakan
4.4.1. Kunjungan wisatawan ke kawasan perkampungan budaya Betawi Setu
Babakan
Diresmikannya Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan oleh Gubernur
DKI Jakarta Sutiyoso sesuai dengan SK Gubernur No.92 Tahun 2000 pada 20
Januari 2000, menjadikan kawasan ini sebagai kawasan wisata. Selain wisata air,
masih ada lagi wisata budaya seperti pagelaran beberapa kesenian Betawi seperti
seni tari, musik, teater tradisional. Seperti halnya Qasidah, Marawis, Keroncong,
Gambang Kromong, Lenong dan Gambus. Dan tak ketinggalan tari Topeng dan
Ondel-ondel pun turut ditampilkan dengan ceria, juga sanggar budaya yang melatih
anak-anak agar tetap mengenal dan melestarikan budaya Betawi.
Visi Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi adalah terwujudnya
kebudayaan dan pariwisata yang maju, dinamis, dan berwawasan lingkungan serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada
umumnya dan masyarakat dilokasi pengembangan pada khususnya. Adapun misi
pengembangan Perkampungan Budaya Betawi yaitu mendapatkan bentuk dan pola
pembinaan, pengembangan serta pelestarian seni dan budaya Betawi; mendukung
pelaksanaan Rencana Tata Ruang Umum wilayah Jakarta Selatan.
48
Wisatawan yang berkunjung ke kawasan ini meliputi wisatawan lokal dan
wisatawan asing. Selain itu wisatawan pun datang dari mulai berbagai kalangan dari
mulai pelajar, mahasiswa, LSM, lembaga pemerintah dan juga masyarakat umum
(Tabel 9). Jumlah wisatawan pun cendrung meningkat tiap tahunnya, dengan
pengunjung paling banyak ada di tahun 2007 dengan jumlah 134.575 wisatawan.
Tabel 9. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Perkampungan Budaya Betawi Setu
Babakan Tahun : 2004-2008
No Tahun
Lokal Asing
Jumlah Mahasiswa
dan Pelajar
LSM,
Lembaga Pemerintah
Masyarakat
umum
Mahasiswa
dan Pelajar
LSM,
Lembaga Pemerintah
Masyaraka
t umum
1. 2004 4.000 8.583 38.833 - - - 51.919
2. 2005 6.643 1.109 81.964 8 12 179 98.834
3. 2006 10.939 11.642 75.901 20 25 186 98.713 4. 2007 12.727 15.167 106.610 15 10 56 134.575
5. 2008 11.175 10.577 111.736 79 49 40 133.656
Sumber : Pengelola kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan 2009
Kawasan Setu Babakan biasanya ramai dikunjungi pada hari sabtu dan
minggu atau hari libur nasional, karena biasanya digelar pementasan kesenian
Betawi di atas panggung terbuka. Pada tahun 2009 hingga bulan Juli jumlah
wisatawan terbanyak ada pada bulan Januari di hari minggu yaitu dengan jumlah
4.007 wisatawan (Tabel 10), dengan demikian rata-rata pengunjung di hari minggu
pada bulan Januari mencapai 1.002 wisatawan.
Tabel 10. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Perkampungan Budaya Betawi
Setu Babakan setiap Hari/Bulan pada Januari-Juli Tahun : 2009
No Bulan Hari kunjungan
Jumlah Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
1. Januari 175 455 514 3.474 1.236 1.279 4.007 11.140 2. Februari 225 475 852 447 483 1.251 1.412 5.140
3. Maret 167 617 866 652 1.113 954 2.739 7.108
4. April 120 477 700 585 703 1.730 2.786 7.101 5. Mei 175 478 1.011 620 784 1.949 2.591 7.608
6. Juni 403 815 588 673 631 1.449 4.037 8.596
7. Juli 575 412 1.673 1.966 936 2.044 3.259 10.885
Jumlah 1.840 3.729 6.209 8.417 5.886 10.56 21.827 58.583
Sumber : Pengelola kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan 2009
Daya dukung kawasan pada kawasan Setu Babakan adalah jumlah
maksimum wisatawan yang secara fisik dapat ditampung di setiap lokasi sesuai
peruntukannya dalam satu hari agar tidak menimbulkan kerusakan alam dan
wisatawan dapat bergerak bebas serta tidak merasa terganggu oleh keberadaan
wisatawan lain di lokasi tersebut (Yulianda 2007). Untuk mengantisipasi wisatawan
49
yang melebihi daya dukung maka perlu adanya pembatasan terhadap fasilitas wisata
yang ada dikawasan dengan menyesuaikan jumlah fasilitas seperti sepeda air, perahu
kayu, tempat duduk santai dan lahan memancing dengan jumlah maksimum
wisatawan yang dapat ditampung di kawasan Setu Babakan.
4.4.2. Analisis kesesuaian wisata
Kegiatan wisata air yang sudah ada di kawasan Setu Babakan baru sepeda
air, duduk santai dan memancing. Sepeda air yang ada di kawasan Setu Babakan
jumlahnya masih sedikit dibandingkan luas area lokasi yang di peruntukan untuk
kegiatan wisata ini. Fasilitas duduk santai yang sudah ada umumnya baik hanya saja
masih belum tersebar secara merata, sedangkan kegiatan duduk santai dan
memancing di Setu Babakan masih belum dikelola oleh tim pengelola kawasan
Perkampungan Budaya Betawi, sehingga wisatawan bebas memancing diberbagai
lokasi. Kawasan Setu Babakan juga sering dipergunakan oleh anggota TNI dan
mahasiswa untuk berlatih dayung atau perahu kano tiap minggunya di hari kerja dan
sudah mendapatkan izin khusus oleh tim pengelola.
Analisis kesesuaian wisata dilakukan pada masing-masing kegiatan yang
akan dikembangkan di delapan lokasi dalam kawasan Setu Babakan. Adapun
kegiatan yang akan dikembangkan adalah bersepeda air, berperahu kayu,
memancing, duduk santai, foto dan shooting, dan flying fox; yaitu sebuah permainan
tantangan individu yang diadaptasi dari pelatihan militer dan permainan ini
dilakukan dengan cara meluncur dari ketinggian tertentu. Analisis kesesuaian wisata
dimaksudkan untuk menilai kelayakan atau kesesuaian wisata yang akan
dikembangkan dari ke delapan lokasi di kawasan Setu Babakan.
Penentuan lokasi didasarkan kepada perbedaan karakteristik yang
dimilikinya. Peta dan foto lokasi penelitian kesesuaian wisata di Setu Babakan dapat
dilihat pada Lampiran 13. Hasil analisis kesesuaian wisata dikelompokkan ke dalam
empat kategori yaitu sangat sesuai, sesuai, sesuai bersyarat dan tidak sesuai. Indeks
kesesuaian wisata di kawasan Setu Babakan dapat dilihat pada Lampiran 14.
Lokasi satu sangat sesuai untuk dilakukan kegiatan memancing dengan IKW
sebesar 90,91%. Hal ini disebabkan karena masing-masing parameter yang
berpengaruh terhadap kegiatan memancing di lokasi satu sangat mendukung
kegiatan tersebut. Parameter-parameter yang berpengaruh terhadap kegiatan
50
memancing adalah kelimpahan dan jumlah jenis ikan serta kedalaman perairan.
Lokasi yang sangat sesuai untuk kegiatan memancing adalah lokasi yang memiliki
kelimpahan ikan dalam kategori banyak, jumlah jenis ikan ≥4 dan kedalaman
perairan antara 2-6 meter. Pada lokasi satu terdapat lebih dari empat jenis ikan,
kelimpahan ikan tergolong banyak dan kedalaman perairan antara 0,3 s/d <2 meter.
Lokasi 1 juga sesuai dengan kegiatan berperahu kayu dan sepeda air. Dengan
kedalaman antara 0,3-2 meter, kecepatan arus antara 0-0,15 m/s, tidak berbau, jenis
vegetasi yang hidup di tepi Setu Babakan diantaranya adalah tanaman buah, kelapa
dan meranti serta warna perairan hijau kecoklatan, sehingga kegiatan berperahu
kayu dan bersepeda air di lokasi satu termasuk dalam kategori sesuai dengan IKW
sebesar 77,78%.
Begitu juga dengan lokasi dua dan lokasi tiga, kegiatan yang sangat sesuai
dilakukan adalah bersepeda air dan berperahu kayu serta kegiatan yang termasuk
dalam kategori sesuai adalah memancing. Hal ini dapat dilihat dari IKW di lokasi
dua untuk kegiatan-kegiatan tersebut berturut-turut adalah 86,67%, 86,67% dan
75,76%, sedangkan di lokasi tiga memiliki IKW 86,67%, 86,67% dan 60,61%.
Kegiatan bersepeda air dan berperahu kayu sama-sama termasuk dalam kategori
sangat sesuai dilakukan di lokasi dua dan lokasi tiga. Namun kegiatan berperahu
kayu membutuhkan ruang untuk bergerak lebih besar dibandingkan dengan
bersepeda air. Berdasarkan data, luas lokasi dua sebesar 61.800 meter dan lokasi tiga
sebesar 65.400 meter. Oleh karena itu lokasi tiga diprioritaskan untuk kegiatan
berperahu kayu sedangkan kegiatan bersepeda air dapat dilakukan di lokasi dua.
Pada lokasi empat, kegiatan duduk santai termsuk kategori sangat sesuai
dengan IKW sebesar 94,74% dan kegiatan foto dan shooting masuk kedalam
kategori sesuai dengan IKW sebesar 72,22%. Hal ini disebabkan oleh parameter-
parameter yang terdapat di lokasi empat sangat mendukung untuk diadakannya
kedua kegiatan tersebut. Parameter-parameter yang digunakan untuk menganalisis
kesesuaian wisata duduk santai adalah lebar tepi situ, pemandangan, vegetasi yang
hidup di tepi situ, hamparan dataran dan biota berbahaya. Parameter yang digunakan
dalam menganalisis kesesuaian wisata kereta keliling adalah lebar tepi. Berdasarkan
pengamatan, lokasi empat memiliki lebar dari tepi air ≥8 m dengan hamparan
dataran berupa rumput/tanah liat yang ditumbuhi oleh pohon kelapa, akasia dan
51
meranti, terdapat satu serta terdapat dua jenis pemandangan yang dapat dilihat yaitu
situ, sungai dan hutan. Namun, karena letaknya yang tepat di tepi Setu Babakan dan
agar wisatawan tidak terganggu untuk duduk santai dan memandang Setu Babakan,
maka lokasi empat lebih sesuai untuk dijadikan kawasan duduk santai daripada foto
dan shooting.
Kegiatan flying fox di lokasi empat termasuk dalam kategori sesuai bersyarat
yaitu sebesar 33,33%. Hal ini disebabkan oleh pemandangan yang dapat dilihat dari
lokasi empat kurang bervariasi. Pemandangan yang dapat dilihat dari atas tebing
flying fox di lokasi empat hanya Setu Babakan sehingga skornya satu untuk
kesesuaian wisata flying fox.
Kegiatan foto dan shooting sesuai untuk dilakukan di lokasi lima sedangkan
kegiatan flying fox termasuk dalam kategori sesuai bersyarat. Lokasi lima juga
sangat sesuai dilakukan kegiatan duduk santai. Kesesuaian wisata foto dan shooting
di kawasan Setu Babakan dihasilkan dari analisis terhadap parameter-parameter
seperti pemandangan, vegetasi yang hidup di tepi, dan fauna yang berada di sekitar
kawasan. Lebar lokasi lima ≥ 25 meter, vegetasi yang hidup adalah kelapa, akasia
dan meranti, terdapat satu jenis fauna yaitu burung. Kawasan duduk santai telah
dialokasikan di lokasi empat, sehingga lokasi lima diprioritaskan untuk kegiatan foto
dan shooting. Nilai kesesuaian wisata di lokasi lima untuk kegiatan duduk santai,
foto dan shooting, dan flying fox berturut-turut adalah 91,23%; 91,67%; dan 66,67%.
Pada lokasi enam, kegiatan foto dan shooting dan flying fox termasuk dalam
kategori sesuai bersyarat yaitu sebesar 47,22% dan 33,33%. Hal ini disebabkan oleh
karakteristik lokasi enam yang kurang mendukung untuk dikembangkan kegiatan
tersebut. Pemandangan yang terlihat hanya kawasan perairan Setu Babakan saja,
selain itu medan untuk membangun arena flyng fox juga tidak mendukung. Adapun
kegiatan yang sangat sesuai dilakukan di lokasi enam antara lain adalah duduk santai
dengan nilai IKW sebesar 85,96%.
Kegiatan flying fox termasuk dalam kategori sangat sesuai untuk dilakukan di
lokasi tujuh dengan nilai IKW sebesar 100%. Kesesuaian wisata untuk flying fox
dihasilkan dari analisis terhadap parameter pemandangan. Pemandangan yang dapat
dilihat dari lokasi delapan sangat beragam yaitu hutan, situ dan sawah sehingga
membuat kegiatan flying fox menjadi lebih menarik. Kegiatan duduk santai juga
52
termasuk kedalam kategorisangat sesuai dengan IKW sebesar 85,96%. Sedangkan
untuk kegiatan foto dan shooting termasuk dalam kategori sesuai dengan IKW
sebesar 72,22%. Kegiatan duduk santai telah dialokasikan pada lokasi empat dan
enam, sedangkan foto dan shooting juga telah dialokasikan pada lokasi lima. Oleh
karena itu, lokasi tujuh diprioritaskan untuk kegiatan flying fox.
Lokasi delapan sesuai untuk dilakukan kegiatan duduk santai dengan IKW
sebesar 63,16%, sedangkan foto dan shooting serta flying fox secara berturut-2
memiliki IKW sebesar 33,33%. Kesesuain wisata pada lokasi 8 hanya sesuai untuk
kegiatan duduk santai sedangkan foto dan shooting serta flying fox memiliki
kesesuaian wisata yang sesuai bersyarat. Sehingga Lokasi delapan diprioritaskan
untuk kegiatan duduk sanatai.
Kategori kesesuaian wisata untuk masing-masing lokasi dapat dilihat pada
Lampiran 15. Peta kesesuaian wisata memancing, sepeda air, perahu kayu, duduk
santai, foto dan shooting serta flying fox berturut-turut dapat dilihat pada Lampiran
16, 17, 18, 19, 20 dan 21.
Berdasarkan analisis kesesuaian wisata tersebut diperoleh delapan kegiatan
wisata yang dapat direkomendasikan untuk dikembangkan di kawasan Setu
Babakan, yaitu:
1. Kegiatan memancing di Setu Babakan dapat dilakukan di lokasi satu yang
memiliki luas 71.600 m2
.
2. Kegiatan sepeda air di Setu Babakan dapat dilakukan di lokasi dua yang memiliki
luas 62.600 m2
.
3. Kegiatan berperahu kayu di Setu Babakan dapat dilakukan di lokasi tiga yang
memiliki luas 65.800 m2
.
4. Kegiatan duduk santai di Setu Babakan dapat dilakukan di lokasi empat yang
memiliki luas 788,73 m2
.
5. Kegiatan foto dan shooting di Setu Babakan dapat dilakukan di lokasi lima yang
memiliki luas 2.437 m2
.
6. Kegiatan flying fox di Setu Babakan dapat dilakukan di bagian lokasi tujuh.
Hasil perhitungan indeks kesesuaian wisata di Setu Babakan dapat dilihat
pada Tabel 11 dan peta kesesuaian wisatanya dapat dilihat pada Gambar 5.
53
53
Gam
bar 5
. Peta k
esesuaian
wisata d
i Setu
bab
akan
53
54
54
Tabel 11. Kesesuaian wisata Setu babakan
Lokasi
Skor Kesesuaian (%) Kategori yang
dipilih
Tingkat
kategori Sepeda
Air
Perahu
Kayu Memancing
Duduk
Santai
Foto dan
Shooting
Flyng
fox
1 77,78 77,78 90,91 - - - Memancing SS
2 86,67 86,67 75,76 - - - Sepeda air SS
3 86,67 86,67 60,61 - - - Perahu kayu SS
4 - - - 94,74 80,56 33,33 Duduk santai SS
5 - - - 91,23 91,67 66,66 Foto dan
Shooting SS
6 - - - 85,96 47,22 33,33 Duduk santai SS
7 - - - 85,96 72,22 100,00 Flying fox SS
8 - - - 63,16 33,33 33,33 Duduk santai S
4.5. Daya Dukung Kawasan
Daya dukung yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
kawasan untuk menerima sejumlah wisatawan dengan intensitas penggunaan
maksimum terhadap sumberdaya alam yang berlangsung secara terus-menerus
dalam satu hari tanpa merusak lingkungan (Yulianda 2007). Analisis daya dukung
kawasan di Setu Babakan diperlukan agar kegiatan wisata yang akan dikembangkan
dapat terus berkelanjutan. Daya dukung setiap kawasan berbeda antara satu lokasi
dengan lokasi lainnya dan terkait dengan jenis kegiatan wisata yang akan
dikembangkan.
Kegiatan memancing dapat dilakukan di lokasi satu yang luasnya 71.600 m2.
Lokasi satu terletak di daerah inlet dan jauh dari keramaian kegiatan wisata seperti
perahu kayu dan sepeda air, sehingga wisatawan dapat merasa nyaman untuk
memancing. Wisatawan membutuhkan lokasi agar dapat bergerak bebas untuk
memancing dan tidak merasa terganggu oleh pemancing lainnya seluas 240 m2.
Waktu yang disediakan oleh pengelola untuk wisatawan yang memancing
adalah 8 jam/hari, namun maksimum wisatawan memancing selama enam jam. Dari
uraian di atas, maka daya dukung kawasan untuk memancing di lokasi tersebut
adalah 398 orang/hari. Wisatawan dapat memancing di saung-saung ataupun hanya
di atas rangkaian bambu yang memanjang di sekeliling lokasi dua.
Kegiatan bersepeda air dilakukan di lokasi dua dengan luas 62.600 m2. Satu
sepeda air digunakan oleh dua orang selama setengah jam. Lokasi yang dibutuhkan
untuk bersepeda air agar dapat bergerak bebas selama setengah jam sebesar 15.000
m2. Adapun waktu yang disediakan oleh pengelola untuk wisatawan adalah 8
55
jam/hari. Oleh karena itu, daya dukung kawasan untuk bersepeda air di Setu
Babakan sekitar 134 orang/hari.
Berperahu kayu dilakukan di lokasi tiga yang terletak tepat di sebelah lokasi
dua sampai daerah outlet situ. Biasanya wisatawan berperahu kayu selama 0,75 jam.
Waktu yang disediakan oleh pengelola bagi wisatawan untuk berperahu kayu adalah
8 jam/hari. Luas lokasi dua yaitu 65.800 m2, sedangkan luas lokasi yang dibutuhkan
satu perahu kayu agar dapat bergerak bebas mengelilingi Setu Babakan selama 0,75
jam tanpa terganggu oleh perahu kayu lainnya adalah 20.000 m2. Kegiatan tersebut
dapat dilakukan oleh 6 orang/perahu kayu sehingga jumlah wisatawan maksimum
yang dapat ditampung oleh lokasi dua untuk berperahu kayu adalah 211 orang/hari.
Kegiatan duduk santai yang diprioritaskan untuk loksai empat, lokasi enam
dan lokasi delapan memiliki daya tampung sebesar 263 orang/hari. Luas seluruh
lokasi empat, enam dan delapan adalah 788.73 m2. Lokasi tersebut terletak di
sepanjang tepi Setu Babakan dan di bawah pohon-pohon yang berada di kawasan
penghijauan dan merupakan lanskap dari Setu Babakan yang bernuansa Betawi,
sehingga wisatawan dapat duduk sambil menikmati pemandangan alam dengan
nyaman. Satu tempat duduk dapat menampung dua orang. Luas lokasi agar
wisatawan dapat duduk dengan nyaman tanpa terganggu oleh wisatawan lainnya
adalah 16 m2. Wisatawan duduk santai maksimum selama tiga jam. Adapun waktu
yang disediakan pengelola bagi wisatawan yang duduk santai adalah 8 jam/hari.
Wisatawan dapat duduk santai di atas tikar, di tempat duduk yang terbuat dari
bambu atau di saung-saung.
Kegiatan foto dan shooting dapat dilakukan di lokasi lima dengan luas
2.437,5 m2. Kegiatan ini hanya dapat dilakukan oleh 1 orang. Lokasi yang
dibutuhkan agar wisatawan dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu oleh
keberadaan wisatawan lainnya adalah 250 m2. Waktu yang dihabiskan oleh
wisatawan untuk menyelesaikan kegiatan foto dan shooting adalah delapan jam,
sama dengan waktu yang disediakan pengelola. Oleh karena itu, daya dukung
kawasan yang digunakan untuk kegiatan foto dan shooting ini adalah 10 orang/hari.
Kegiatan flying fox di Setu Babakan dapat dilakukan oleh 32 orang/hari.
Untuk mendukung kegiatan flying fox diperlukan satu buah tebing yang dibuat di
bagian lokasi tujuh. Tebing terbuat dari besi atau kayu yang kokoh dengan tinggi
56
minimal tiga meter dan dilengkapi tangga. Wisatawan meluncur di atas Setu
Babakan dari atas tebing tersebut sampai daratan yang terletak di lokasi foto dan
shooting. Satu orang membutuhkan waktu untuk meluncur selama 0,25 jam. Waktu
yang disediakan pengelola untuk wisatawan adalah 8 jam/hari.
Tabel 12. Daya dukung kawasan Setu Babakan
No Lokasi Jenis Kegiatan
wisata
Potensi
ekologis
pengunjung (orang)
(K)
Unit area
(m²/m)
(Lt)
Luas area
yang dapat
dimanfaatkan (m²/m)
(Lp)
Waktu yang
dihabiskan oleh
pengunjung
(jam) (Wp)
Waktu yang
disediakan
oleh pengelola
(jam/hari)
(Wt
Daya
dukung
kawasan (Orang/hari)
(DDK)
1. 1 Memancing 1 240 71600 6 8 398
2. 2 Sepeda air 2 15.000 62600 0,5 8 134
3. 3 Perahu kayu 6 20.000 65800 0,75 8 211
4. 4,6 dan 8
Duduk santai 2 16 788.73 3 8 263
5. 5
Foto dan
shooting 1 250 2437.5 8 8 10
6. 7 Flyng fox 1 - - 0,25 8 32
Total DDK 1.047
Pada tabel 12 dapat diketahui bahwa total wisatawan yang dapat ditampung
di kawasan Setu Babakan sebanyak 1.047 orang/hari, tetapi harus menyebar dalam
kisaran waktu selama 8 jam/hari atau tidak terakumulasi pada jam-jam kunjungan
yang sama (karena akan menimbulkan kesan over crawded). Kunjungan wisatawan
pada tahun 2007 dan 2008 rata-rata mencapai lebih dari 130.000 orang. Jumlah
wisatawan terbanyak terdapat pada hari minggu bulan Januari 2009 dengan jumlah
4.007 wisatawan, atau rata-rata 1.002 wisatawan. Jumlah tersebut memang masih di
bawah nilai DDK, tetapi melihat jumlah wisatawan yang tiap tahunnya cenderung
meningkat maka perlu adanya kebijakan pengelola kawasan yang memperhatikan
daya dukung seperti menutup pintu masuk kawasan ketika wisatawan sudah dalam
jumlah yang maksimum dan juga pembatasan fasilitas di masing-masing lokasi
wisata sesuai dengan daya dukung kawasan.
Peta daya dukung kawasan Setu Babakan dapat dilihat pada Lampiran 23.
Lokasi parkir di Setu Babakan diperluas dengan cara melakukan penertiban warung
makanan yang terletak di sekitar lokasi parkir. Selain itu tim pengelola juga bisa
memaksimalkan pembangunan daerah yang belum dikelola secara maksimal seperti
di bagian Selatan dari kawasan Setu Babakan. Pada bagian Selatan kawasan Setu
Babakan yang masih berupa kebun dan sawah sangat berpotensi untuk
57
dikembangkannya wisataagro. Selain untuk menambah nilai ekonomis juga
bermaksud agar keberadaan wisatawan lebih menyebar dan tidak terkonsentrasi.
4.6. Karakteristik Sosial Ekonomi
Karakteristik sosial-ekonomi meliputi karakteristik masyarakat sekitar
(Lampiran 23), karakteristik wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata
(Lampiran 24) dan instansi-instansi yang terkait dengan pengelolaan kawasan Setu
Babakan.
4.6.1. Karakteristik masyarakat sekitar
Masyarakat yang diwawancara adalah masyarakat yang tinggal di sekitar
kawasan Situ Babakan. Masyarakat sekitar dapat mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh keberadaan kawasan Setu Babakan. Jumlah responden yang diambil sebanyak
30 orang dengan cakupan karakteristik masyarakat di sekitarnya yang meliputi:
(a) Data pribadi masyarakat sekitar yang terdiri dari rasio jenis kelamin, umur,
tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan
(b) Pengetahuan masyarakat sekitar terhadap Setu Babakan
(c) Aspirasi, persepsi dan preferensi masyarakat sekitar terhadap
pengembangan wisata di Setu Babakan
(d) Keterlibatan masyarakat sekitar dalam menjaga kelestarian Setu Babakan
Karakteristik masyarakat sekitar yang disebutkan di atas sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan pengelolaan Setu Babakan dan oleh karena itu masyarakat
sekitar harus dilibatkan (baik langsung maupun tak langsung) dalam aktifitas yang
berhubungan dengan kegiatan wisata. Hal ini dilakukan untuk memperkecil
kesenjangan dan permasalahan yang terjadi antara masyarakat dengan pihak
pengelola serta agar masyarakat dapat ikut serta dalam menjaga kelestarian Setu
Babakan.
4.6.1.1. Data pribadi masyarakat sekitar
Dari 30 contoh (responden masyarakat sekitar) yang diambil saat
berlangsungnya penelitian, masyarakat yang ditemui di sekitar kawasan Setu
Babakan terdiri dari 57% perempuan dan 43% laki-laki (Gambar 6). Hal ini terjadi
karena saat penelitian berlangsung, masyarakat yang lebih banyak ditemui, lebih
58
mudah berkomunikasi, lebih mudah berinteraksi dan mengetahui Setu Babakan
adalah perempuan.
Gambar 6. Komposisi jenis kelamin masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan
Berdasarkan Gambar 7, dari 30 responden yang diambil, masyarakat sekitar
kawasan Situ Babakan sebagian besar berumur 35-39 tahun yaitu sebesar 30%
kemudian diikuti 20% berumur 25-29 tahun, 17 % untuk 20-24 tahun, 10 % untuk
30-34 tahun dan 45-49 tahun, 7% untuk 15-19 tahun, 6% 40-44 tahun, 3% ≥ 55
tahun, dan terakhir 0% untuk umur 50-54 tahun.
Gambar 7. Kelompok umur masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan
Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang pernah
diikuti sesuai ijazah terakhir. Dari 30 responden yang diambil, tingkat pendidikan
masyarakat sekitar tergolong tinggi karena terdapat 40% masyarakat yang
merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sebesar 23% adalah lulusan
Diploma (D3), 20% adalah lulusan Sarjana (S1) dan juga 3% masyarakatnya
bergelar Master (S2). Sedangkan hanya sebesar 10% masyarakat merupakan lulusan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 4% merupakan lulusan Sekolah Dasar
(Gambar 8). Masyarakat sekitar kawasan Setu Babakan sebagian besar merupakan
lulusan SMA. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah menyadari pentingnya
pendidikan untuk masa depan dan penghidupan yang lebih baik.
6%
40-44
thn
17%
20-24
thn
20%
25-29
thn
10%
30-34
thn
27%
35-39
thn
7%
15-19
thn
10%
45-49
thn
0%
50-54
thn
3%
>55
thn
59
Gambar 8. Tingkat pendidikan masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan
Tingkat pendidikan masyarakat sekitar mencerminkan kualitas sumberdaya
manusia di Setu Babakan. Tingkat pendidikan masyarakat sekitar sangat berperan
dalam menentukan pengelolaan dan pengembangan kawasan Setu Babakan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka cenderung akan semakin tinggi
pula tingkat pemahaman tentang konsep wisata, kelestarian, tingkat kesadaran dan
pengelolaan yang tepat bagi kawasan Setu Babakan.
Dari 30 responden yang diambil, masyarakat sekitar kawasan Setu Babakan
mayoritas merupakan ibu rumah tangga (37%) . Sebesar 20% masyarakat kawasan
wisata air Situ Babakan bekerja sebagai wiraswasta, 17% pelajar, 13% masyarakat
masing-masing memiliki pekerjaan sebagai karyawan dan Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan 10% masyarakat bekerja sebagai guru (Gambar 9).
Gambar 9. Jenis pekerjaan masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan
Sebesar 40% dari 30 responden masyarakat di kawasan Setu Babakan
memiliki pendapatan antara Rp.1.000.000,00-Rp.2.000.000,00 setiap bulan.
Masyarakat yang memiliki pendapatan antara Rp.500.000,00-Rp.1.000.000,00 setiap
bulan sebesar 27%, kemudian sebesar 20% masyarakat memiliki pendapatan di atas
27%
ibu
rumah tangga
13%
karyaw-
an20%
wira-
swasta
13%
PNS
10%
guru
17%
pelajar
60
Rp.2.000.000,00 setiap bulan dan sebesar 13% masyarakat memiliki pendapatan
dibawah Rp.500.000,00 (Gambar 10).
Hal ini menunjukkan perekonomian masyarakat sekitar Setu Babakan
tergolong tinggi. Adanya perbedaan jumlah pendapatan masyarakat dapat
disebabkan oleh perbedaan jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan masyarakat di
sekitar kawasan Setu Babakan.
Gambar 10. Tingkat pendapatan per bulan masyarakat di sekitar kawasan Setu
Babakan
4.6.1.2. Pengetahuan masyarakat sekitar terhadap Setu Babakan
Responden yang diwawancara adalah responden yang mengetahui kawasan
Setu Babakan sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
dengan baik. Pengetahuan responden masyarakat sekitar terhadap Setu Babakan
dapat dilihat dari jumlah responden masyarakat yang tahu adanya kawasan Setu
Babakan, jumlah kunjungan dan aktifitas yang dilakukan
Dari 30 responden yang ditemui, masyarakat mengakui tahu adanya kawasan
Setu Babakan (Gambar 11a). Masyarakat yang baru mengunjungi kawasan Setu
Babakan sebanyak 2 kali sebesar 90%, masyarakat telah mengunjungi kawasan Setu
Babakan lebih dari dua kali. Dari 30 orang responden tidak ada yang menyatakan
bahwa mereka belum pernah sekalipun berkunjung ke kawasan Setu babakan atau
baru berkunjung satu kali (Gambar 11b). Aktifitas-aktifitas masyarakat di kawasan
Setu Babakan sebagian besar adalah berekreasi (83%), berdagang (10%) dan bekerja
(7%) (Gambar 11c).
13%
<Rp.
500 ribu
27%
Rp 500
ribu-1 juta
40%
Rp. 1
juta-2 juta
20%
>Rp. 2
juta
61
a. Komposisi masyarakat yang b. Jumlah kunjungan masyarakat mengetahui dan belum mengetahui sekitar ke Setu Babakan
adanya kawasan Setu Babakan
c. Aktivitas masyarakat disekitar kawasan Setu Babakan
Gambar 11. Pengetahuan masyarakat sekitar akan adanya kawasan Setu Babakan.
4.6.1.3. Persepsi, aspirasi, dan harapan masyarakat sekitar terhadap
pengembangan kawasan Setu Babakan.
Dari 30 responden yang ditemui, sebesar 100% responden dari masyarakat
sekitar Setu Babakan menyatakan setuju terhadap upaya pengembangan kawasan
Setu Babakan sebagai kawasan wisata (Gambar 12a). Seluruh responden masyarakat
sekitar menyatakan setuju dengan potensi Setu Babakan yang indah (Gambar 12b).
Dengan adanya kawasan wisata Setu Babakan, sebesar 37% masyarakat sekitar
berpendapat bahwa kawasan tersebut dapat membuka lapangan kerja bagi
masyarakat sekitar, sebesar 23% berpendapat dapat berinteraksi dengan wisatawan,
17% dapat berekreasi, dan 10% masyarakat berpendapat manfaat yang diperoleh
adalah adanya perbaikan jalan. Dari uraian di atas terlihat bahwa, bentuk-bentuk
dukungan positif yang diberikan oleh masyarakat terhadap keberadaan kawasan
wisata Setu Babakan cukup bervariasi dan ini tentunya akan mempengaruhi upaya-
upaya pengembangan kawasan wisata Setu Babakan. Selain itu sekitar 13%
masyarakat mengaku tidak merasakan manfaat apa pun (Gambar 12c). Hal ini
dikarenakan oleh adanya isu bahwa hanya pengelola dan masyarakat yang
bertempat tinggal dekat dengan kawasan saja yang dibantu oleh Pemda DKI Jakarta.
Salah satu hal yang dikhawatirkan dengan adanya wisatawan yang berkunjung ke
100%
tahu
0%
tidak
tahu
10%
berdagang 7%
bekerja
83%
rekreasi
62
Setu Babakan yaitu terpengaruhnya perilaku masyarakat sekitar oleh perilaku negatif
wisatawan. Sampai saat ini, sebesar 50% masyarakat sekitar tidak merasakan adanya
pengaruh apapun yang ditimbulkan oleh wisatawan terhadap masyarakat (Gambar
12d). Namun ada juga masyarakat yang merasakan adanya pengaruh yang
diakibatkan oleh wisatawan seperti perubahan tingkah laku (10%), perubahan cara
berbicara (13%), cara berpakaian (14%) dan perubahan berpakaian sekaligus tingkah
laku dinyatakan oleh 13% masyarakat sekitar (Gambar 12e). Pendapat masyarakat
sekitar terhadap adanya aktifitas wisatawan yang mengganggu kenyamanan
diungkapkan oleh 10% responden. Namun, sebesar 90% masyarakat berpendapat
bahwa tidak ada aktifitas wisata yang mengganggu kenyamanan (Gambar 12f).
a. Aspirasi masyarakat sekitar terhadap upaya b. Persepsi masyarakat tentang keindahan alam yang pengembangan kawasan Setu Babakan dimiliki Setu Babakan
c. Persepsi tentang mafaat yang diperoleh d. Persepsi tentang dampak negatif dari
masyarakat sekitar dengan adanya kawasan kegitan wisata Setu babakan
e. Persepsi tentang pengaruh dan prilaku f. Persepsi masyarakat tentang aktivitas yang
wisatawan terhadap masyarakat sekitar menggangu kenyamanan masyarakat sekitar
Gambar 12. Aspirasi, persepsi dan harapan masyarakat sekitar terhadap
pengembangan kawasan wisata air Setu Babakan (1)
100
%
setu-ju
0%
tidak
setu-ju
10%
jalan
yang baik
37%
lapa
ngan
kerja
23%
inter
aksi
13%
tdk
ada
17%
rekre
asi
7%terpenga-
ruh
20%
kotor
17%
terce
mar0%
keam
anan
56%
tdk
khawatir
14%
berp
akaian
13%
bica-
ra10%
ting
kah-
laku
13%
tkh
lku,p
kaian
50%
tdk
ada
63
Sebanyak 43% masyarakat sekitar berpendapat bahwa pengelola kawasan
Setu Babakan memberikan bantuan berupa terbukanya lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar, sedangkan 57% masyarakat berpendapat bahwa pengelola tidak
memberikan bantuan apapun termasuk bantuan modal usaha (Gambar 13a). Hal ini
terjadi karena pengelolaaan kawasan Setu Babakan belum membutuhkan tenaga
kerja dalam jumlah besar.
Sebesar 67% masyarakat berpendapat bahwa mereka tidak mengerti akan
adanya konsep ekowisata dan sebesar 33% masyarakat paham akan konsep
ekowisata (Gambar 13b). Sebagian besar responden (77%) penduduk sekitar setuju
bahwa kawasan Setu Babakan dijadikan kawasan ekowisata dan 23% penduduk
sekitar tidak setuju untuk menjadikan kawasan Setu babakan menjadi kawasan
ekowisata karena bisa terjadi konflik antara masyarakat sekitar dan pengelola
mengingat letak Setu Babakan yang ada ditengah pemukiman dan banyaknya
masyarakat sekitar yang beraktifitas di kawasan tersebut baik sebagai pedagang,
memancing, menangkap ikan dan yang aktivitas lainnya yang belum terkontrol
pengelola (Gambar 13c).
Sebesar 87% masyarakat berpendapat bahwa pengelolaan kawasan Setu
Babakan masih tetap menjaga kelestarian lingkungannya dan hanya 13% masyarakat
yang berpendapat bahwa pengelolaan tidak menjaga kelestarian alam (Gambar 13d).
Harapan-harapan masyarakat terhadap pengembangan kawasan Setu Babakan
menjadi kawasan ekowisata adalah agar Setu Babakan tetap lestari (27%), tetap
bernuansa alami (20%), tidak ada pencemaran lingkungan perairan (17%), membuka
lapangan kerja baru (17%), membangun fasilitas yang mendukung menjadi kawasan
ekowisata (13%) dan mensejahterakan masyarakat sekitar (6%) (Gambar 13e).
Dilihat dari harapan-harapan yang disampaikan, dapat memperlihatkan bahwa
masyarakat peduli terhadap kelestarian alam Setu Babakan, karena pada dasarnya
konsep ekowisata adalah mengajak seluruh pelaku pariwisata untuk harus ikut
bertanggung jawab dalam melestarikan lingkungan alam dan kebudayaan sebagai
aset utama dan meningkatkan partisipasi masyarakat lokal untuk pembangunan
pariwisata yang berkelanjutan (Wall 1997).
64
a. Persepsi tentang bantuan yang diberikan b. pemahaman masyarakat terhdap konsep
Pengelola terhadap masyarakat ekowisata
c. Persepsi masyarakat jika kawasan d. Persepsi masyarakat tentang pengelola yang
Setu Babakan menjadi kawasan ekowisata menjaga kelestarian kawasan Setu Babakan
e. Harapan masyarakat terhadap upaya pengembangan wisata di Setu Babakan
Gambar 13. Aspirasi, persepsi dan harapan masyarakat sekitar terhadap
pengembangan kawasan wisata air Setu Babakan (2)
4.6.2. Karakteristik wisatawan
Karakteristik wisatawan meliputi data pribadi seperti rasio jenis kelamin,
umur, asal, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan biaya wisata; motivasi;
persepsi, aktifitas dan keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan
Setu Babakan.
43%
terbukan
ya lapang-
an kerja
57%
tidak ada
bantu-an apa-apa
0%
bantu-an
modal untuk
usaha
33%
ya
67%
tidak
77%
setuju
23%
tidak
setuju
87%sudah
13%
belum
17%
tidak
adanya pencmaran
perairan
27%
melestari-
kan lingkungan
17%
membuka
lapangan kerja
20%
bernuansa
alami
13%
membang-
un fasilitas yang
menduku-
ng ekowisata
6%
mensejahte
rakan masyarakat
sekitar
0%
tidak
memiliki harapan
65
4.6.2.1. Data pribadi wisatawan
Jumlah responden wisatawan adalah 30 orang yang terdiri atas 57% laki-laki
dan 43% perempuan (Gambar 14). Wisatawan laki-laki lebih banyak ditemui
dibandingkan dengan perempuan, hal ini karena wisatawan laki-laki lebih banyak
yang tertarik untuk berkumpul dan duduk-duduk santai bersama teman-teman
disamping melakukan kegiatan wisata di Setu Babakan.
Gambar 14. Komposisi jenis kelamin wisatawan
Kisaran umur wisatawan yang ada di Setu Babakan bervariatif, paling
banyak ditemui sebagian besar berumur 20-29 tahun (27%), kemudian diikuti umur
30-39 tahun dan 40-49 tahun (23%), umur < 20 tahun (17%) dan wisatawan yang
berkunjung paling sedikit berada pada umur ≥ 50 tahun (10%). (Gambar 15).
Gambar 15. Kelompok umur wisatawan
Asal daerah wisatawan dibuat berdasarkan tempat tinggal wisatawan.
Wisatawan yang ditemui, 90% berasal dari Jakarta antara lain warga Serengseng
Sawah itu sendiri, Pondok Labu, Ciganjur, Tebet, Kebayoran Baru dan Pondok
Gede. Sedangkan wisatawan yang berasal dari luar Jakarta antara lain berasal dari
Depok dan Cinere. Wisatawan berpendapat bahwa Setu Babakan merupakan salah
satu tempat wisata yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggal dan nuansanya
masih terbilang asri. (Gambar 16).
57%Laki-laki
43%Perempuan
66
Gambar 16. Kelompok asal wisatawan
Tingkat pendidikan wisatawan ditentukan berdasarkan ijazah atau tamatan
pendidikan formal terakhir. Tingkat pendidikan wisatawan berpengaruh terhadap
kelestarian objek wisata. Semakin tinggi tingkat pendidikan wisatawan maka
cenderung semakin tinggi pula pengetahuan wisatawan akan arti pentingnya
menjaga kelestarian lingkungan Setu Babakan. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan
vandalisme seperti mencoret-coret sarana, membuang sampah sembarangan dan
berbuat keributan yang meresahkan masyarakat setempat tidak akan terjadi di
kawasan wisata Setu Babakan. Wisatawan yang merupakan lulusan SMA memiliki
persentase terbesar yaitu 37%, kemudian lulusan S1 sebesar 27%. Sebesar 23%
wisatawan Setu Babakan merupakan lulusan D3, kemudian 10% wisatawan
merupakan lulusan SMP dan tidak ada wisatawan yang merupakan lulusan SD
(Gambar 17).
Gambar 17. Tingkat pendidikan wisatawan
Berdasarkan jenis pekerjaan di atas, wisatawan yang datang ke Setu Babakan
paling banyak bekerja sebagai karyawan (37%), kemudian terbanyak kedua adalah
pelajar (23%), diikuti PNS (17%), Guru dan wiraswasta (13%) dan Ibu rumah
tangga (7%). (Gambar 18). Bervariasinya wisatawan yang datang ke Setu Babakan
67
berdasarkan jenis pekerjaan ini, karena karyawan, mahasiswa, pelajar, wiraswasta
dan PNS dapat berekreasi ke Setu Babakan bersama teman maupun keluarga
diwaktu senggang, terutama hari libur.
Gambar 18. Jenis pekerjaan wisatawan
Dari tiga puluh responden yang diwawancara, wisatawan memiliki
pendapatan yang berbeda-beda. Wisatawan yang memiliki pendapatan per bulan
berkisar antara Rp.1.000.000,- s/d Rp 2.000.000,- sebesar 47%. Wisatawan yang
berpenghasilan antara Rp. 500.000 s/d Rp. 1.000.000,- sebesar 30%. Wisatawan
berpenghasilan di atas Rp. 2.000.000,- yaitu sebesar 17% dan 6% wisatawan
memiliki pendapatan per bulan di bawah Rp. 500.000,- (Gambar 19). Wisatawan
yang berpenghasilan dibawah Rp. 500.00,- adalah pelajar dimana belum memiliki
pendapatan.
Gambar 19. Tingkat pendapatan per bulan wisatawan
Biaya yang dikeluarkan wisatawan untuk berekreasi di Setu Babakan
bervariasi bergantung pada tempat tinggal, jenis kendaraan yang digunakan dan jenis
rekreasi yang dituju. Sebagian besar wisatawan mengeluarkan biaya untuk datang ke
Setu Babakan kurang dari Rp.50.000,-. Pada umumnya, untuk berekreasi di Setu
6%<Rp. 500
ribu
30%Rp. 500 ribu-1 juta47%
Rp. 1-2 juta
17%>Rp.2 juta
68
Babakan, wisatawan hanya mengeluarkan biaya transportasi, tiket parkir bagi yang
membawa kendaraan, tiket sarana wisata sepeda air dan biaya untuk membeli
makanan. Sebesar 46% wisatawan mengeluarkan biaya sebesar Rp 30.000,- s/d
Rp.50.000,- merupakan wisatawan yang datang bersama keluarga. Sebesar 27%
wisatawan mengeluarkan biaya sebesar Rp 10.000,- s/d Rp.30.000,-. Terdapat 17%
wisatawan yang menghabiskan biaya lebih dari Rp. 50.000,-, yaitu wisatawan yang
membeli oleh-oleh berupa makanan khas betawi seperti bir pletok dan kerak telor,
dan sebesar 10% wisatawan menghabiskan kurang dari Rp. 10.000,-, yang rata-rata
mereka hanya duduk-duduk santai ditepi situ sambil membeli es kelapa muda atau
minuman yang lain. (Gambar 20).
Gambar 20. Biaya yang dikeluarkan wisatawan
4.6.2.2. Motivasi wisatawan berkunjung ke kawasan Setu Babakan
Sebesar 70% wisatawan mengetahui adanya kawasan wisata Setu Babakan
dari teman. Bagi wisatawan yang pernah melewati dan tinggal di sekitar kawasan
Setu Babakan mengetahui sendiri tentang keberadaan kawasan wisata air ini (17%).
Sebesar 10% wisatawan mengetahui kawasan wisata Setu Babakan dari koran atau
majalah dan hanya 3% wisatawan yang mengetahuinya dari saudra. (Gambar 21a).
Meskipun pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan telah
membuat leaflet atau brosur tentang objek wisata Setu Babakan, namun tidak ada
satupun wisatawan yang mengetahui keberadaan kawasan wisata Setu Babakan dari
sumber tersebut. Demikian juga wisatawan tidak menegtahui iklan yang ditayangkan
dan disiarkan televisi dan radio mengenai keberadaan kawasan wisata Setu Babakan,
Kejadian ini perlu dipertimbangkan oleh pihak pengelola maupun instansi-instansi
10%
<Rp. 10
ribu
27%
Rp. 10
ribu s/d Rp. 30
ribu
46%
Rp.30
ribu s/d Rp. 50
ribu
17%
>Rp. 50
ribu
69
terkait agar dapat mempromosikan kawasan wisata Setu Babakan lebih baik lagi
melalui siaran-siaran publik yang lebih intensif seperti radio, televisi, internet dan
juga melalui penyebaran brosur.
Sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Setu Babakan, sebelumnya
telah pernah mengunjungi Situ Babakan sebesar 90%, sedangkan wisatawan yang
sebelumnya belum pernah mengunjungi kawasan wisata Setu Babakan sebesar 10%.
Hal ini berdasarkan pada hasil survey yang disajikan pada Gambar 21b.
Sebanyak 40% wisatawan berpendapat bahwa kawasan wisata Setu Babakan
mudah dijangkau dan 20% wisatawan berpendapat pemandangan di Setu Babakan
indah. Selain itu dorongan wisatawan ke Setu Babakan sebesar 17% karena diajak
teman, 10% karena pemandangan yang indah dan mudah dijangkau, 7% karena
pemandangan yang indah dan diajak teman dan 6% karena sebelumnya wisatawan
belum pernah sehinnga ingin berkunjung ke kawasan ini. (Gambar 21c).
a. Sumber informasi yang diperoleh wisatawan b. Intensitas berkunjung wisatawan
c. Dorongan wisatawan mengunjungi d. Tujuan wisatawan mengunjungi kawasan wisata
Kawasan wisata
Gambar 21. Motivasi wisatawan
Tujuan wisatawan mengunjungi Setu Babakan bervariasi yaitu menikmati
aktifitas wisata yang ditawarkan (23%), menikmati pemandangan alam (20%),
70%
teman
10%
koran
/majalah
0%
Tv/
Radio
0%
leaflet
/brosur
3%
sauda-
ra17%
sendiri
90%
pernah
10%
belum
pernah
6%
belum
pernah
40%
mudah
dijang-kau
17%
diajak
teman
20%
peman
dangan indah
7%peman
dangan, diajak
teman
10%
peman
dangan , mud-
ah
70
mengisi waktu luang (20%), makan (14%), sekedar menghilangkan stress (13%)
seperti memancing, kemudian tujuan wisatawan lainnya yaitu menikmati keindahan
alam dan mengisi waktu luang (10%). (Gambar 21d).
4.6.2.3. Persepsi wisatawan
Sebanyak 56% wisatawan mengungkapkan puas berwisata ke Setu Babakan.
Hal tersebut dikarenenakan, selain terdapat wisata air Setu Babakan terdapat pula
pergelaran kesenian budaya betawi seperti lenong dan pergelaran tari setiap akhir
pekan. Sebesar 27% wisatawan berpendapat sangat puas berwisata ke Setu Babakan
dengan salasan yang sama seperti diatas dan tambahan biaya yang murah serta
banyaknya aneka makanan khususnya makanan khas betawi seperti kerak telor dan
bir pletok (Gambar 22a). Hal ini diungkapkan oleh 100% wisatawan yang
menyatakan bahwa pengelola menetapkan harga yang murah bagi wisatawan untuk
naik sepeda air (Gambar 22b). Harga tiket untuk naik sepeda air Rp. 5000/orang,
tiket parkir bagi pengunjung yang membawa kendaraan roda dua (motor) sebesar
Rp.1000,- dan kendaraan roda empat (mobil) sebesar Rp.2000,-. Terlebih lagi letak
kawasan yang berada di DKI Jakarta yang hampir setiap kawasan wisata
dikomersilkan.
Hambatan untuk berkunjung ke Setu Babakan yang dialami oleh 37%
wisatawan, yaitu kondisi jalan, dimana lebar jalan yang relatif kecil dan melalaui
pemukiman penduduk. Sebesar 36% wisatawan menyatakan hambatannya ke Setu
Babakan adalah karena lalu-lintas yang macet, terutama yang datang dari arah Pasar
Minggu. Sebesar 27% wisatawan mengungkapkan bahwa mereka tidak ada waktu
luang untuk sering berkunjung ke Setu Babakan, karena wisatawan umumnya
berwisata pada hari libur kerja. Wisatawan tidak mengalami kesulitan dalam
menemukan Setu Babakan, selain banyaknya penunjuk jalan yang menujukkan arah
ke Setu Babakan, wisatawan juga sudah mengetahui sebelumnya dikarenakan
tempat tinggal sebagian besar pengunjung berdekatan dengan kawasan Setu
Babakan. Selain itu juga tidak ada yang berpendapat tiket untuk memasuki kawasan
wisata air Situ Babakan itu mahal, karena memang pengunjung hanya dikenakan
biaya retribusi parkir saja bagi yang membawa kendaraan bermotor. Selain itu
wisatawan yang berkunjung ke Setu Babakan pada umumnya membawa kendaraan
pribadi. (Gambar 22c).
71
a. Kepuasan wisatawan b. Pendapat wisatawan menegnai harga tiket
c. Hambatan wistawan berkunjung ke Situ Babakan
Gambar 22. Persepsi wisatawan (1)
Menurut wisatawan, kawasan Setu Babakan sudah memiliki fasilitas yang
rata-rata tergolong baik. Dari hal aksesibilitas, pelayanan pengelola, keamanan
kawasan wisata, kenyamanan dalam kawasan, keindahan kawasan wisata,
kebersihan lingkungan, keaslian lingkungan, tata tertib peraturan, toilet, mushola,
sisrem tata ruang dan taman duduk. Menurut persepsi wisatawan yang dirasa cukup
yaitu dalam hal kebersihan air dan warung penjualan makanan. Setu Babakan
memiliki banyak kekurangan dalam hal penjualan souvenir dan tempat sampah,
karena wisatawan mengalami kesulitan dalam menemukan tempat penjualan
souvenir yang letaknya berada di kantor pengelola dan juga tempat sampah yang
lebih terfokus di sekitar pusat wisata. Yang tidak ada di kawasan Setu Babakan
adalah perahu dan taman bermain anak. Meskipun demikian, wisatawan berpendapat
bahwa secara keseluruhan keamanan, kenyamanan, keaslian lingkungan, peraturan,
serta keindahan kawasan sudah tergolong baik (Gambar 23).
72
Gambar 23. Persepsi Wisatawan terhadap fasilitas dan lingkungan di kawasan Setu
Babakan
Meskipun fasilitas tempat sampah tergolong kurang namun kebersihan
kawasan Setu babakan tetap terjaga, dikarenakan banyaknya tenaga pembersih yang
dipekerjakan oleh pihak pengelola. Selain itu warung-warung makanan juga
menyediakan tempat sampah sendiri dan turut menjaga kebersihan Setu Babakan.
Selain itu wisatawan juga berpendapat bahwa jenis aktifitas wisata yang
ditawarkan masih kurang beragam. Adapun kegiatan wisata yang dapat
dikembangkan di Setu Babakan diantaranya adalah outbond, memancing, dayung
dan taman bermain anak-anak. Pada umumnya wisatawan menginginkan adanya
wisata memancing yang lebih teratur dan diatur oleh pihak pengelola (Gambar 24a).
Pemanfaatan kawasan Setu Babakan sebagai tempat wisata air harus tetap menjaga
kelestariannya.
Sebesar 70% wisatawan berpendapat bahwa kelestarian Setu Babakan sudah
baik dilihat dari pemandangan situ yang masih asri dan warna perairan yang hijau
kecoklatan sehingga terlihat alami. Sebanyak 30% lainnya berpendapat kelestarian
Setu Babakan kurang baik, ini dikarenakan kurang terkelolanya bagian inlet situ
sehingga buangan limbah rumah tangga seperti sampah dan bekas makanan masih
ditemui, meskipun secara keseluruhan sudah baik dilihat dari kebersihannya
(Gambar 24b).
73
a. Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan b. Pendapat wisatawan tentang kelestarian di kawasan wisata
Gambar 24. Persepsi wisatawan (2)
Sebanyak 60% wisatawan mengerti akan konsep ekowisata, yaitu wisata
yang berwawasan lingkungan dengan turut menjaga kelestarian sumberdaya alam
yang ada di Setu Babakan dan 40% wisatawan menyatakan tidak mengerti dengan
konsep ekowisata dikarenakan kurangnya informasi dan wawasan mereka dibidang
ekologi (Gambar 25a). Tetapi 100% wisatawan setuju dengan menjadikan kawasan
Setu Babakan menjadi kawasan ekowisata, dikarenakan dampak positif yang akan
diterima nantinya yaitu menjadi kawasan yang lestari dan fungsi ekologinya pun
tidak terganggu sehingga akan tetap menjadi kawasan hijau dan sebagai daerah
resapan air di daerah DKI Jakarta (Gambar 25b).
Sebesar 77% wisatawan setuju dengan adanya pembatasan jumlah
pengunjung ke kawasan Setu Babakan untuk mendukung menjadi kawasan
ekowisata, dan sebesar 23% wisatawan tidak setuju dengan pembatasan pengunjung
ini karena dikhawatirkan dapat menimbulkan konflik antara pihak pengelola dengan
wisatawan (Gambar 25c). Dari hasil analisis daya dukung kawasan (DDK) memang
jumlah wisatawan di kawasan Setu Babakan belum melebihi daya tampungnya,
tetapi melihat dari total jumlah wisatawan yang meningkat tiap tahunnya maka
pengunjung kawasan ini sangat berpotensi melebihi daya dukung maksimal yang
telah ditetapkan. Sehingga perlu adanya pembatasan jumlah pengunjung ditiap-tiap
lokasi yang diperuntukan untuk kegiatan wisata dan pengunjung tidak menumpuk
pada satu lokasi.
70%
baik
30%
kurang
baik
0%
buruk
74
a. Pendapat wisatawan tentang pengertian ekowisata
a. Pendapat wisatawan tentang c. Pendapat wisatawan mengenai
dijadikannya Setu Babakan pembatasan pengunjung sebagai kawasan ekowisata
Gambar 25. Persepsi wisatawan (3)
4.6.2.4. Aktifitas wisatawan di kawasan Setu Babakan
Tidak ada satupun wisatawan yang datang sendirian. Minimal wisatawan
datang berdua bersama teman (27%), atau rombongan bersama teman-teman (60%)
dan sisanya yaitu sebesar 13% wisatawan datang bersama keluarga (Gambar 26a).
Sebagian besar wisatawan menggunakan motor sebagai kendaraan untuk mencapai
kawasan Situ Babakan (77%). Sebesar 17% wisatawan menggunakan mobil pribadi,
6% wisatawan berjalan kaki, dan tidak ada satupun wisatawan yang menggunakan
angkutan umum dan kendaraan sewaan. Banyaknya wisatawan yang menggunakan
kendaraan pribadi dikarenakan akses menuju kawasan lebih mudah dan cepat
dibandingkan naik kendaraan umum, meskipun sarana transportasi menuju kawasan
tersedia dengan mudah. Wisatawan yang rumahnya berdekatan dengan kawasan
Setu Babakan lebih memilih untuk berjalan kaki atau menggunakan motor. (Gambar
26b).
Perlengkapan yang dibawa oleh wisatawan ke Setu Babakan paling banyak
adalah kamera (67%), baik hanphone berkamera ataupun kamera digital. Adapun
perlengkapan lain yang dibawa adalah handycam (6%) dan tidak ada wisatawan
100%
setuju
0%
tidak
77%
setu-
ju
23%
tidak
setu-ju
40%
tidak
menger-ti
60%
menger
-ti
75
yang membawa tape recorder saat berwisata ke Setu Babakan, selain itu juga
sebesar (27%) wisatawan tidak membawa perlengkapan apa-apa. (Gambar 26c).
a. Pendamping wisatawan b. Kendaraan yang digunakan
untuk mencapai lokasi
c. Perlengkapan yang dibawa d. kegiatan yang dilakukan wisatawan
untuk wisata di kawasan Situ Babakan
Gambar 26. Aktivitas wisatawan (1)
Kegiatan yang dilakukan wisatawan di kawasan wisata Setu Babakan
bervariasi. Pada umumnya wisatawan berkunjung ke Setu Babakan untuk menikmati
keindahan alam dan piknik seperti duduk-duduk di pinggir situ sambil minum es
kelapa dan menikmati sepeda air. Selain itu cukup banyak wisatawan yang datang ke
Setu Babakan dengan tujuan memancing dan sebagian lainnya untuk fotografi
karena keindahan kawasan Setu Babakan. Keindahan kawasan Setu Babakan
membuat sebagian kecil wisatawan ada yang bersemangat untuk
mendokumentasikannya dalam bentuk foto. (Gambar 26d).
Semua wisatawan ingin kembali lagi ke kawasan wisata Setu Babakan
karena memiliki pemandangan alam yang indah, sejuk, dekat dengan tempat tinggal
dan murah (Gambar 27a). Selain itu wisatawan merasa biasa saja (60%) dan merasa
17%
mobil
77%
motor
0%
kenda-
raan umum
0%
sewa/
carter
6%
jalan
kaki
67%
kame-
ra
6%
handy-
cam
27%
tidak
mem-bawa
apa-
apa
0%
tape
record-er
13%
piknik20%
meman
-cing
7%
fotogra
-fi
43%
menik
mati keinda
han
alam
17%
piknik,
menik-mati
alam
76
nyaman (40%) meskipun pada waktu libur kawasan ini dipadati oleh wisatawan
lainnya (Gambar 27b).
a. Keinginan wisatawan untuk kembali b. Kenyamanan berwisata saat kawasan
dipdati pengunjung
Gambar 27. Aktivitas wisatawan (2)
4.6.2.5. Keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan Setu
Babakan
Keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan Setu Babakan
sangat mempengaruhi kelestarian dan juga kebersihan kawasan wisata tersebut.
Sebagian besar wisatawan membuang sampah makanan di tempat sampah yang
telah disediakan (87%). Namun sebanyak 13% wisatawan membuang sampah di
sembarang tempat (Gambar 28a). Wisatawan cenderung membiarkan sampah
makanan mereka di tepi Situ Babakan dan di sembarang tempat karena tempat
sampah kurang memadai.
Seluruh responden wisatawan (100%) menyatakan setuju diberikan sanksi
membayar denda apabila terdapat wisatawan yang merusak lingkungan (Gambar
28b). Hal ini dibutuhkan untuk memberikan efek jera bagi pelakunya agar tidak
melakukan hal yang sama di kawasan wisata Setu Babakan maupun di tempat lain.
Walaupun sudah terdapat papan peraturan di sekitar kawasan Situ Babakan, masih
banyak wisatawan yang sengaja merusak lingkungan. Prilaku buruk yang sering
dilakukan wisatawan yaitu membuang sampah, membuang limbah dan mencoret-
coret fasilitas. Untuk itu, diharapkan agar pengelola dapat melakukan pengawasan
yang lebih baik.
Sebagian besar wisatawan berharap agar pengembangan fasilitas wisata yang
bernuansa alami (87%). Hanya sebagian kecil wisatawan yang menginginkan
pengembangan fasilitas bernuansa modern yaitu sebesar 13% (Gambar 28c). Nuansa
100%
ya
0%
tidak 40%
nyam
-an
60%
biasa
saja
0%kura-
ng nyam
-an
0%
tidak
nyam-an
77
87%
alami
13%
modern
modern yang dimaksud adalah keberadaan fasilitas-fasilitas wisata yang dapat
berpotensi merusak keseimbangan lingkungan seperti penggunaaan perahu boat,
pembangunan hotel dan pembangunan area bermain yang tidak sesuai
peruntukannya untuk kawasan wisata alam
a. Tempat wisatawan membuang sampah b. Persetujuan wisatawan terhadap pemberian sanksi bagi wisatawan
yang merusak lingkungan
c. Bentuk pengembangan fasilitas
Gambar 28. Keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan
Setu Babakan
4.6.3. Instansi-instansi terkait
Pengelolaan kawasan Setu Babakan melibatkan beberapa instansi terkait.
Instansi-instansi terkait tersebut diharapkan dapat bekerjasama dan berkoordinasi
dalam mengembangkan dan menjadikan kawasan Setu Babakan sebagai salah satu
kawasan ekowisata yang ada di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan DKI
Jakarta. Berikut adalah instansi-instansi yang terkait dengan pengelolaan kawasan
Setu Babakan:
1. Dinas Pariwisata DKI Jakarta
Dinas Pariwisata DKI Jakarta bertugas dalam mempromosikan kawasan
Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan. Selain itu, merencanaan pembangunan
dan pengelolaan sarana rekreasi di Setu Babakan dan menyelenggarakan atraksi
wisata yang ada di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Kegiatan promosi
100%
setuju
0%
tidak
setuju
78
dapat dilakukan melalui media massa seperti televisi, radio, leaflet atau brosur,
spanduk, papan penunjuk jalan maupun melalui mouth to mouth. Promosi juga dapat
dilakukan dengan cara membuat suatu situs khusus di internet.
2. Pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
Sehubungan dengan ditetapkannya Kawasan Setu Babakan sebagai
Perkampungan Budaya Betawi dan dalam upaya peningkata fungsi fasilitas-fasilitas
yang ada di Perkampungan Budaya Betawi yang meliputi penataan dan pengaturan
fungsi rumah adat Betawi, Wisma Betawi, Teater Terbuka, Gedung Pengelola dan
Gallery Betawi; maka berdasarkan SK Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman
DKI Jakarta Nomor 49 tahun 2003 menetapkan adanya perangkat Pengelola
Perkampungan Budaya Betawi. Tim pengelola ini terdiri dari pihak Dinas
Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta, tokoh masyarakat Betawi. dan
masyarakat setempat.
Biaya kegiatan pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi dibebankan pada
Anggaran Belanja Aktivitas Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta dan
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman
DKI Jakarta, dan dalam pelaksanaan tugasnya berkoordinasi dengan dinas-dinas lain
yang terkait.
3. Dinas Kebudayaan dan Permusiuman DKI Jakarta
Dinas Kebudayaan dan Permuseuman bertugas dalam pembangunan fisik
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yaitu sarana penunjang yang
tercantum dalam Rencana Induk Perkampungan Budaya Betawi, meliputi:
Pembangunan pintu gerbang Bang Pitung
Pembangunan Gedung Teater
Pembangunan Wisma Betawi
Pembangunan rumah adat Betawi
Pembangunan Gedung pengelola
Pembangunan Gallery/ruang pamer
Dinas Kebudayaan dan Permuseuman juga bertugas dalam menjalankan
kegiatan pergelaran Kesenian atau apresiasi seni Budaya yang dilaksanakan secara
insidental atau dalam memperingati event-event tertentu seperti HUT Kota Jakarta.
Selain itu, kegiatan pelatihan kesenian bagi masyarakat di sekitar Perkampungan
79
Budaya Betawi seperti seni tari, seni teater, dan seni musik gambang kromong yang
rutin digelar setiap minggunya juga menjadi agenda kegiatan dari Dinas
Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta.
4. Dinas Tata Kota DKI Jakarta
Dinas Tata Kota DKI Jakarta berperan sebagai Team Leader dalam perencanaaan
dan penanganan Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan. Hingga saat ini
pembangunan yang telah dilakukan adalah:
Perbaikan jaringan jalan melalui pengerasan, yaitu melapisinya dengan
conblock.
Pembangunan lahan parkir dan pembangunan landscape furniture (lampu
taman, bangku taman dan papan informasi)
Pemugaran rumah penduduk
5. Dinas Pertamanan DKI Jakarta, Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta dan
Dinas Kebersihan DKI Jakarta.
Dinas Pertamanan DKI Jakarta berwenang dalam penataan taman di sekitar
rumah adat, wisma Betawi, teater terbuka, gedung pengelola, gallery dan Setu
Babakan serta pembuatan pot bunga dan tempat sampah, sedangkan Dinas Pertanian
dan Kehutanan DKI Jakarta bertugas dalam pemberian bibit buah-buahan untuk
penghijauan produktif pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dan setu babakan serta
penyediaan tanaman hias dan pot. Untuk kegiatan penataan sarana penampungan
sampah di sekitar lokasi Perkampungan Budaya Betawi menjadi tugas Dinas
Kebersihan DKI Jakarta.
6. Biro administrasi sarana perkotaan DKI Jakarta
Setu Babakan yang memiliki luas area sebesar 20 hektar berencana akan
mengalami perluasan menjadi sebesar 32 hektar. Selain fungsi utama Setu babakan
sebagai tempat penampung, penyimpan, dan penyedia air, Setu Babakan juga
berfungsi sebagai konservasi lahan. Untuk itu Biro administrasi sarana perkotaan
DKI Jakarta berwenang khusus dalam melaksanakan inventarisasi lahan Setu
Babakan, selain itu juga berwenang dalam pembinaan dan pengendalian
pembangunan Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan khususnya di sekitar
perairan Setu Babakan.
80
4.7. Tata Ruang Kawasan
4.7.1. Analisis kebijakan penataan Perkampungan Budaya Betawi Setu
Babakan
Kebijakan tata ruang Propinsi DKI Jakarta secara umum telah mengarahkan
pengembangan dan pembangunan daerah melalui peningkatan fungsi kota serta
pengembangan wilayah secara merata melalui sistem utilitas dan fasilitas kota dan
keseimbangan alam. Dalam kebijakan ini disebutkan pula bahwa kawasan Setu
Babakan merupakan kawasan prioritas untuk dikembangkan sebagai bagian dari
fasilitas kota dan keseimbangan alam melalui Perkampunggan Budaya Betawi yang
didukung hutan kota yang serasi untuk kawasan wisata budaya dan lokasi
lingkungan di Jakartan Selatan.
Apabila ditinjau dari kebijakan pariwisata Propinsi DKI Jakarta, maka
keberadaan kawasan Setu Babakan sebagai Perkampungan Budaya Betawi telah
sesuai dan mendukung beberapa program yang diarahkan untuk mengembangkan
jaringan pariwisata di DKI Jakarta. Program-program tersebut yaitu pemantapan dan
pengembangan budaya bangsa dan kesenian tradisional, peningkatan
penyelenggaraan event atraksi budaya, serta pelestarian warisan kesenian dan
budaya Betawi.
Keberadan Kawasan Perkampungan Budaya Betawi ini diperkuat pula
melalui SK Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 92 Tahun 2000 dan telah
disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta
No. 3 Tahun 2005, mengenai Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi
di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan.
Dengan dikeluarkannya kebijakan ini merupakan bukti keseriusan Pemda DKI
dalam upaya pelestarian dan pemanfaatan seni budaya Betawi melalui pembentukan
Perkampungan Budaya Betawi. Peneglolaan Setu Babakan diharapkan juga dapat
mempertahankan fungsi utama situ, yaitu sebagai daerah resapan air.
Berdasarkan master plan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan 2000-
2010 (Lemtek FT UI & Dinas Tata Kota DKI Jakarta 2001) konsep dasar
pengembangan Perkampungan Budaya Betawi adalah meningkatkan harkat dan
martabat warga Betawi melalui penataan ruang di dalam batas wilayah kehidupan
masyarakat berdasarkan nilai-nilai tradisi dan sosial budaya yang dikembangkan.
Seluruh bangunan di dalam Perkampungan Budaya Betawi selain harus
81
menampilkan citra tradisional Indonesia khususnya Betawi, namun jiga
menggambarkan perkembangan yang mengarah kepada konsep berwawasan
lingkungan.
Lahan kawasan Setu Babakan yang berada di Perkampungan Budaya Betawi
terbagi menjadi beberapa zona pengembangan fisik lingkungannya yang diharapkan
dapat menampung aspirasi kehidupan penduduk setempat. Zona pengembangan fisik
tersebut adalah zona perumahan dan fasilitasnya, zona kesenian dan sejarah, zona
wisata agro, zona wisara air, dan zona industri (Gambar 29).
Zona perumahan tersebar merata di atas lahan milik penduduk. Kebun atau
halaman rumah merupakan bagian dari konsep agro wisata harus menjadi sandaran
dalam menunjang kehidupan ekonomi penduduknya melalui pembinaan dan
pemberdayaan masyarakatnya.
Zona kesenian dan sejarah merupakan suatu areal yang menampung kegiatan
dan pengembangan kesenian Betawi, serta nilai-nilai sejarah yang ada sejak dulu
hingga sekarang. Konsep arsitektur bangunan maupun lingkungan di dalam zona ini
harus mencerminkan budaya Betawi dan merupakan satu kesatuan Perkampungan
Budaya Betawi.
Zona wisata agro menyajikan perjalanan wisata perkebunan atau pertamanan
Perkampungan Budaya Betawi yang seharusnya memiliki ciri dan nuansa Betawi.
Konsep penataan tidak dapat lepas dari zona perumahan sebagai tempat tinggal
pemilik kebun atau pertanian tersebut. Lanskap wisata agro dilengkapi dengan
elemen taman seperti bangku, dan lampu taman sehingga pengunjung dapat dengan
nyaman menikmati perjalanan wisata.
Zona wisata air memanfaatkan Setu Babakan sebagai tujuan utama yang
memberikan nilai ekonomis dan ekologis bagi penduduk Perkampungan Budaya
Betawi. Setu babakan tidak hanya dikembangkan sebagai objek wisata air, namun
diharapkan dapat memicu perkembangan area Perkampungan Budaya Betawi
lainnya sebagai zona-zona wisata sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
Zona industri di dalam Perkampungan Budaya Betawi disediakan dalam
rangka melindungi dan mengembangkan industri yang ada (home industry). Karena
sifatnya merupakan industri rumah tangga, maka zona ini menyebar di dalam
kawasan Perkampungan Budaya Betawi.
Gam
bar 2
9. M
aster plan
Perk
ampungan
Buday
a Betaw
i Setu
bab
akan
82
83
4.7.2. Hubungan dengan objek wisata lainnya
Hubungan dengan objek wisata lain perlu diperhatikan dalam pengembangan
suatu objek wisata, guna mengetahui adanya ancaman atau dukungan yang
diakibatkan oleh keberadaan objek wisata lain bagi pengembangan wisata
kedepannya. Unsur-unsur yang termasuk dalam penilaian hubungan dengan objek
lain yaitu jumlah dan jarak objek-objek wisata lain baik yang sejenis maupun tidak
sejenis di kota objek berada. Jarak tiap-tiap objek wisata dibandingkan dengan objek
wisata Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan (Lampiran 25).
Kawasan Setu Babakan terletak di wilayah Jakarta Selatan berjarak sekitar 6
km dengan Kebun Binatang Ragunan dan berjarak 10 km dari kompleks Taman
Mini Indonesia Indah (TMII) yang terletak di kawasan Jakarta Timur. Sebenarnya
bisa menjadi keuntungan dan peluang pengembangan wisata Setu Babakan dengan
bekerja sama dengan biro-biro perjalanan untuk membuat penawaran paket tour.
Sehingga paket wisata yang ditawarkan tidak hanya wisata yang sudah dikenal saja.
Dilihat dari jenis wisatanya diketahui bahwa objek-objek wisata yang ada di DKI
Jakarta lebih didominasi oleh objek wisata rekreasi dan wisata belanja seperti
kompleks Taman Impian Jaya Ancol, kompleks Monas, kompleks taman Ismail
Marzuki dan kompleks-kompleks perbelanjaan seperti Blok-M. Mangga Dua dan
Plaza Senayan. Hal ini merupakan peluang bagi pengembangan kawasan
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ke depan, karena kawasan ini adalah
perpaduan atara wisata alam dan wisata budaya.
4.8. Strategi Pengelolaan Kawasan untuk Ekowisata
Untuk menentukan prioritas pelaksanaan strategi pengelolaan dilakukan
analisis SWOT dengan pertimbangan faktor internal dan eksternal. Factor internal
yaitu Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness), dan faktor eksternal yaitu
Peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat). Kedua factor tersebut memberikan
dampak positif yang berasal dari peluang dan kekuatan serta dampak negative yang
berasal dari kelemahan dan ancaman.
83
84
4.8.1. Penentuan kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang kawasan Setu
Babakan
1. Kekuatan (Strength)
a. Potensi sumberdaya alam
Setu Babakan memiliki potensi sumberdaya alam yang sesuai untuk
dijadikan objek wisata. Setu Babakan merupakan situ alami yang memiliki luas 20
hektar. Pemandangan alamnya yang indah, dan memiliki udara yang cukup sejuk
karena masih banyak pohon yang tetap dipertahankan sebagai daerah hijau
menjadikan bentang alam Setu Babakan unik dan menarik. Selain itu, sumberdaya
alam yang dimiliki oleh kawasan Setu Babakan sesuai untuk dilakukan berbagai
aktifitas wisata. Perairan yang tidak dalam, tidak bau dan berwarna hijau kecoklatan
sangat mendukung untuk dilakukan aktifitas wisata berperahu. Beranekaragamnya
jenis ikan dan terjaminnya ketersediaan ikan sehingga kawasan Setu Babakan sangat
sesuai untuk dikembangkan kegiatan memancing. Ditambah lagi di Setu Babakan
juga telah dikembangkan wisata agro yang menyajikan berbagai aneka buah asli
Jakarta seperti belimbing, kecapi, salak, dukuh, dan rambutan.
b. Potensi sosial budaya
Kesenian dan budaya Betawi sudah ada sebelum Kelurahan Srengseng
Sawah dikembangkan menjadi Perkampungan Budaya Betawi, tetapi baru aktif
kembali dengan adanya Perkampungan Budaya Betawi. Dengan visi-misi yang
mendukung kegiatan kebudayaan dan kepariwisataan yang berwawasan lingkungan
dan pelestarian seni dan budaya Betawi. Kesenian dan budaya Betawi dapat
dikembangkan agar dapat dijadikan atraksi atau pertunjukan di Perkampungan
Budaya Betawi. Kesenian tradisional yang ada di saat ini dalah Gambang Kromong,
lenong, marawis dan rebana.
Dengan mayoritas penduduk Betawi yang bertempat tinggal di daerah ini
menimbulkan corak budaya setempat yang cenderung kearah budaya Betawi yang
tercermin dalam pola kehidupan sehari-hari. Seperti pelaksaan upacara perkawinan
yang dilakukan secara adat Betawi, dan dalam tutur bahasa mereka yang
menggunakan bahasa Betawi dengan dialek yang khas. Selain itu mudah
dijumpainya makanan dan minuman tradisional khas Betawi yang sulit dijumpai di
tempat lain memberikan nilai tambah akan potensi yang dimiliki masyarakat.
85
c. Letak yang strategis
Setu Babakan yang terletak di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
memiliki akses yang cukup baik dari dan ke Jakarta yaitu jalan arteri (Jl. Raya Pasar
Minggu) dan untuk menuju Setu Babakan dapat melalui dua jalan kolektor yaitu Jl.
Moch. Kahfi II dan Jl. Srengseng Sawah. Ditunjang tersedianya roda transportasi
masalnya kereta api dengan stasiun terdekat yaitu stasiun KRL Lenteng Agung dan
Stasiun KRL Universitas Pancasila dengan jarak 5 km dari Setu Babakan. Selain itu
Setu Babakan terletak diantara dua objek yang berskala nasional yaitu Kebun
Binatang Ragunan dan TMII merupakan potensi yang dapat dijadikan media
pemasaran untuk lebih memperkenalkan objek wisata Setu Babakan ini.
2. Kelemahan
a. Informasi
Walaupun akses menuju kawasan Setu Babakan tergolong mudah dan juga
terletak diantara dua objek wisata berskala nasional yaitu Kebun Binatang Ragunan
dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), tetapi pada prakteknya yang ditawarkan
hanya objek yang sudah dikenal saja. Perlunya bekerja sama dengan biro-biro
perjalanan untuk memasukan kawasan Setu Babakan ke dalam paket tour mereka.
Kawasan Setu Babakan tidak hanya mengandalkan wisata air saja, karena terdapat
atraksi kesenian budaya Betawi dan juga sedang dikembangkannya wisata agro.
Selama ini pemasaran objek hanya melalui peliputan media massa seperti koran,
internet dan televisi dan dari mulut ke mulut.
b. kebersihan
Kebersihan di objek wisata air Setu Babakan kurang karena minimnya
sarana-sarana yang menagani masalah ini seperti tempat sampah. Sedangkan
pengunjung terus meningkat dan sering mendapat kesulitan untuk menemukan
tempat sampah. Sehingga wisatawan akhirnya membuang sampah di sembarang
tempat yang membuat image objek yang kotor dan merusak pemandangan.
Penanganan sampah yang sederhana yaitu dibakar dan ditimbun mempengaruhi
estetika kawasan dan persepsi dari wisatawan terhadap kebersihan kawasan. Selain
itu peran serta masyarakat kurang sehingga perlu pemahaman bahwa citra suatu
objek wisata diciptakan bersama-sama.
86
c. Pengelolaan kawasan
Kondisi memprihatinkan di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
tidak lepas dari pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi yang melibatkan lintas
sektoral unit Pemda DKI. Keterlibatan begitu banyak unit justru akan menghambat
kinerja pengembangan Perkampungan Budaya Betawi. Jika pengelolaannya
diserahkan pada setiap unit terkait otomatis prosedur administrasi dan birokasinya
akan lebih rumit. Ini justru akan menghambat kinerja pengelolaan Perkampungan
Budaya Betawi. Sedangkan tim pengelola sendiri bertugas meningkatkan fasilitas-
fasilitas yang ada di Perkampungan Budaya Betawi, serta berkoordinasi dengan
dinas-dinas lain yang terkait dan tidak memiliki wewenang untuk memutuskan
keputusan yang terkait dengan pembangunan wilayah studi sebagai Perkampungan
Budaya Betawi.
d. Letak objek
Kawasan Setu Babakan berada di lingkungan RW 08 Kelurahan Srengseng
Sawah terletak di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Penggunaan lahan
tertinggi di kawasan RW 08 adalah perumahan, dimana penduduk sekitar sudah
lama menetap dan memiliki bangunan rumah atau wisma sebagai tempat tinggal. Di
kawasan RW 08 termasuk pemukiman padat dan hampir tidak ditemui lahan kosong
atau terbuka. Batas kawasan Setu babakan dengan pemukiman penduduk hanya
diberi batas sekitar 12 meter dari pinggir situ.
Dengan kondisi yang seperti ini besar kemungkinannya untuk terjadi
pencemaran limbah rumah tangga pada perairan Setu Babakan juga rentan terjadi
kerusakan lingkungan pada kawasan ini. Pengetahuan masyarakat sekitar mengenai
ekowisata pun sangat terbatas. Dari hasil wawancara penduduk sekitar hanya sekitar
33% masyarakat yang mengetahui konsep ekowisata. Hal ini dapat terjadi karena
kurangnya informasi tentang ekowisata atau lemahnya masyarakat mencari
informasi.
3. Peluang
a. Agrowisata
Potensi perkebunan yang ada di sekitar situ dapat memberikan peluang
dikembangkannya agrowisata. Bentuk agrowisata yang dapat dikembangkan di
kawasan Setu Babakan adalah dengan menanami berbagai tanaman buah seperti
belimbing, rambutan, salak dan tanaman buah lainnya di pekarangan rumah atau
87
kebun milik penduduk kemudian wisatawan yang datang dapat memetik sendiri
buah-buahan yang diinginkan secara langsung dengan tambahan lanskap wisata agro
berupa bangku dan lampu taman sehingga pengunjung dapat dengan nyaman
berwisata.
b. Citra budaya
Kawasan Setu Babakan yang ditetapkan sebagai Perkampungan Budaya
Betawi merupakan satu-satunya objek wisata air dan wisata budaya yang
dikembangkan di DKI Jakarta. Objek wisata ini tidak bersifat statis tetapi juga
dinamis yang akan memberikan kesempatan untuk menciptakan citra yang kuat
bahwa jika ingin mengetahui mengenai Betawi silahkan datang ke Perkampungan
Budaya Betawi di kelurahan Srengseng Sawah. Karena kita bisa menikmati
langsung nuansa yang diberikan dari mulai bentang alam, arsitektur bangunan dan
juga pola kehidupan masyarakat yang kental dengan nuansa Betawi.
c. Pengembangan kawasan
SK Gubernur No. 92 Tahun 2000 telah disempurnakan lagi dengan
dikeluarkannya Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 3 Tahun 2005, yaitu
tentang penetapan perkampungan Budaya Betawi di kelurahan Srengseng Sawah.
Penetapan Perkampungan Budaya Betawi juga memiliki fungsi-fungsi, yaitu sebagai
sarana pemukiman, sarana ibadah, sarana informasi, sarana seni dan budaya, sarana
pendidikan, sarana penelitian, sarana pelestarian dan pengembangan, serta yang
terakhir, yaitu sebagai sarana pariwisata.
4. Ancaman
a. Image yang komersil
Dikembangkannya kawasan Perkampungan Budaya Betawi menjadi objek
wisata maka akan dapat menambah dan meningkatkan nilai-nilai ekonomi daerah
tersebut atau secara aktual fenomena materialisme cenderung melebihi spiritiualisme
yang dapat mengkondisikan segala sesuatu dihitung secara material atau komersial.
Hal ini harus diantisipasi agar daya dukung alam dan penyangga kebudayaan tidak
dimanfaatkan hanya dengan memperhitungkan keuntungan yang didapat.
Jika hanya mempertimbangkan dari segi ekonomi besar kemungkinannya
terjadi eksploitasi dan pengembangan kawasan wisata tanpa memperhitungkan daya
dukung kawasan. Padahal konsep ekowisata adalah pengembangan pariwisata yang
berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan
88
alam dan budaya. Sementara ditinjau dari segi pengelolaannya, ekowisata dapat
didefinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di
tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam
dan secara ekonomi berkelanjutan, yang mendukung upaya-upaya pelestarian
lingkungan alam dan budaya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat
(Conservation International, 2006).
b. Kerusakan lingkungan
Akibat pembangunan fasilitas sarana dan prasarana kepariwisataan di
Perkampungan Budaya Betawi yang terlalu berlebihan dapat mengakibatkan
berkurangnya ruang hijau yang merupakan ruang penyangga untuk penyerapan air
khususnya wilayah Jakarta selatan yang tentu saja dapat memberikan dampak yang
sangat luas tidak saja dilokasi objek tetapi juga wilayah lain. Kawasan Setu Babakan
yang diperuntukan sebagai daerah resapan air oleh Pemda Jakarta butuh pengawasan
yang lebih intensif mengingat selain pembangunan fasilitas wisata juga letaknya
yang dekat pemukiman penduuk yang bisa berakibat kerusakan lingkungan.
c. Potensi buangan limbah
Letak Setu Babakan yang berada di kawasan pemukiman penduduk dapat
berpotensi menurunnya kualitas air. Perubahan kondisi kualitas air Situ Babakan
sangat tergantung pada kebiasaan hidup penduduk yang tercakup dalam daerah
aliran Situ Babakan. Masuknya partikel-partikel tersuspensi dan limbah-limbah dari
aktifitas yang dilakukan oleh berbagai sektor tersebut seperti zat-zat organik, unsur-
unsur Nitrogen dan Phosphat yang dihasilkan dari sisa buangan limbah domestik dan
sisa pakan ikan dapat berpeluang terjadinya eutrofikasi, pencemaran kualitas air dan
pendangkalan perairan yang akhirnya dapat mempengaruhi keberlanjutan usaha
wisata di Setu Babakan. Selain itu, penanganan sampah yang sederhana seperti
dibakar dan ditimbun juga dapat mempengaruhi estetika kawasan dan persepsi
wisatawan terhadap kebersihan kawasan.
4.8.2. Analisis dan penilaian faktor internal dan eksternal
Faktor internal dan eksternal terlebih dahulu ditentukan tingkat kepenti
ngannya sebelum dilakukan pembobotan pada faktor-faktor tersebut. Tingkat
kepentingan faktor internal dan eksternal pada kawasan Situ Babakan dapat dilihat
secara berturut-turut pada Tabel 13 dan Tabel 14. Setelah memperoleh tingkat
89
kepentingan dari setiap faktor strategis internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan
pembobotan (Tabel 15 dan Tabel 16).
Tabel 13. Tingkat kepentingan faktor internal kawasan Setu Babakan
Simbol Faktor kekuatan (Strengths) Tingkat kepentingan
S1 Potensi sumberdaya alam Kekuatan yang sangat besar S2 Letak yang strategis Kekuatan yang besar
S3 Potensi sosial budaya Kekuatan yang sangat besar
Simbol Faktor kelemahan (Weaknesses) Tingkat kepentingan
W1 Informasi objek Kelemahan yang sangat berarti W2 Kebersihan di objek kurang Kelemahan yang cukup berarti
W3 Pengelolaan kawasan terlalu banyak melibatkan lintas
sektoral
Kelemahan yang sangat berarti
W4 Letak objek berbatasan langsung dengan pemukiman
penduduk
Kelemahan yang cukup berarti
Tabel 14. Tingkat kepentingan faktor eksternal kawasan Setu Babakan
Simbol Faktor peluang (Opportunities) Tingkat kepentingan
O1 Agrowisata Peluang yang sangat tinggi
O2 Pengembangan kawasan telah didukung oleh
kebijakan Pemda DKI Jakarta
Peluang yang tinggi
O3 Daerah wisata dengan citra budaya yang kuat Peluang yang tinggi
Simbol Faktor ancaman (Threats) Tingkat kepentingan
T1 Potensi buangan limbah Ancaman sangat besar
T2 Kerusakan lingkungan Ancaman besar
T3 Image yang komersil Ancaman sedang
Tabel 15. Penilaian bobot faktor strategis internal kawasan Setu Babakan
Simbol faktor
internal S1 S2 S4 W1 W2 W3 W4 Total Bobot
S1 1 1 2 1 1 1 9 0,11
S2 3 2 3 2 2 2 16 0,20
S3 3 2 3 2 2 2 9 0,11
W1 2 1 1 1 1 1 9 0,11
W2 4 2 2 3 2 2 16 0,20
W3 4 2 2 3 2 2 9 0,11
W4 4 2 2 3 2 2 14 0,17
Total 82 1,00
Tabel 16. Penilaian bobot faktor strategis eksternal kawasan Setu Babakan
Simbol faktor
eksternal O1 O2 O3 T1 T2 T3 Total Bobot
O1 1 1
2 1 1 6 0,10
O2 3 2
3 2 1 11 0,17
O3 3 2
3 2 1 11 0,17
T1 2 1 1
1 1 6 0,10
T2 3 2 2
4 1 12 0,19
T3 4 3 3 4 3 17 0,27
Total 63 1,00
90
4.8.3. Pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks
External Factor Evaluation (EFE)
Setelah diperoleh bobot dari masing-masing faktor strategis internal dan
eksternal, selanjutnya dilakukan penentuan peringkat (rating) antara 1-4. Kemudian
rating setiap faktor tersebut dikali dengan bobot untuk memperoleh skor
pembobotan yang tercantum dalam matriks IFE dan EFE (Tabel 17 dan Tabel 18).
Tabel 17. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) kawasan Setu Babakan
Faktor strategis internal Bobot Rating Skor
Potensi sumberdaya alam 0,11 4,00 0,44
Letak yang strategis 0,20 3,00 0,59
Potensi sosial budaya 0,11 4,00 0,44
Pemasaran objek 0,11 1,00 0,11
Kebersihan di objek kurang 0,20 2,00 0,39 Pengelolaan kawasan terlalu banyak melibatkan lintas sektoral 0,11 1,00 0,11
Letak objek berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk 0,17 2,00 0,34
Total 1,00 2,41
Tabel 18. Matriks External Factor Evaluation (EFE) kawasan Setu Babakan
Faktor strategis eksternal Bobot Rating Skor
Agrowisata 0,10 4,00 0,38
Pengembangan kawasan telah didukung oleh kebijakan Pemda DKI Jakarta 0,17 3,00 0,52
Daerah wisata dengan image atau citra yang kuat 0,17 3,00 0,52
Potensi buangan limbah 0,10 1,00 0,10
Kerusakan lingkungan 0,19 2,00 0,38
Image yang komersil 0,27 3,00 0,81
Total 1,00 2,71
Kondisi internal kawasan Setu Babakan kuat karena memiliki nilai total skor
di sebesar 2,41. Total skor EFE yaitu sebesar 2,71 sehingga menunjukkan bahwa
kondisi eksternal kawasan Setu Babakan kuat. Hal ini diungkapkan oleh David
(2006) bahwa nilai total skor EFE > 2,5 menunjukkan kondisi eksternal adalah kuat.
4.8.4. Pembuatan matriks SWOT
Setelah selesai menyusun matriks IFE dan EFE, langkah selanjutnya adalah
membuat matriks SWOT (Tabel 19). Setiap unsur SWOT yang ada saling
dihubungkan untuk memperoleh beberapa alternatif strategi pengelolaan kawasan
Setu Babakan. Matriks ini menghubungkan empat kemungkinan strategi, yaitu
menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada (strategi
S-O), menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi
91
(strategi S-T), mendapatkan keuntungan dari peluang dengan mengatasi kelemahan
(strategi W-O), meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman (strategi W-
T).
Tabel 19. Matriks SWOT
IFE
EFE
Kekuatan (S)
1. Potensi Sumberdaya Alam
2. Letak yang strategis
3. Potensi sosial budaya
Kelemahan (W)
1. Informasi objek
2. Kebersihan di objek kurang
3. Pengelolaan kawasan terlalu banyak
melibatkan lintas sektoral
4. Letak objek berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk
Peluang (O)
1.Agrowisata
2.Pengembangan kawasan
telah didukung oleh
kebijakan Pemda DKI
Jakarta 3.Daerah wisata dengan image
atau citra yang kuat
Strategi S-O
1. Mengembangkan kawasan sesuai dengan
Kebijakan Pemda DKI Jakarta sebagai
daerah wisata budaya, wisata air dan wisata
agro yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan 2. Membuka peluang kebutuhan masyarakat
akan tempat wisata dan kestrategisan lokasi
kawasan di dalam Kota Jakarta dan
lingkungan yang serasi dengan budaya
3. Mengoptimalkan pengembangan kawasan
sebagai daerah cagar budaya dan upaya
pengelolaan sumberdaya alam di Setu
Babakan dengan menjalin kerjasama antara pengelola, masyarakat dan pemerintah
Strategi W-O
1. Perlu melakukan koordinasi antar
instansi-instansi yang berkaitan
langsung sehingga tidak terjadi
tumpang tindih kepentingan di
wilayah Setu Babakan 2. Perlunya bekerjasama dengan biro
tour agar menjadi nagian dari paket
wisata yang ada di DKI Jakarta
3. Mengatur penataan, perbaiakan dan
fasilitas dan uitilitas dengan tetap
berointasi pada kawasan sebagai
daerah resapan dan wisata sehingga
kebersihan objek tetap terus dijaga.
Ancaman (T)
1. Potensi buangan limbah
2. Kerusakan lingkungan
3. Image yang komersil
Strategi S-T
1. Memaksimalkan fungsi kawasan sebagai
objek wisata yang berwawasan lingkungan
dan berkelanjutan serta mencegah
terjadinya eksploitasi kawasan yang tidak
memperhatikan daya dukung 2. Mempertahankan kondisi tipikal
perkampungan Betawi yang ada di
kawasan Setu Babakan sebagai corak
budaya dan lingkungan yang asri dengan
konsep lestari dan terletak di lokasi yang
strategis.
3. Memaksimalkan fungsi kawasan sebagai
daerah reasapan air melalui pengawasan yang ketat terhadap perubahan penggunaan
lahan dan buangan limbah masyarakat.
Strategi W-T
1. Mensosialisasikan mengenai prinsip
dan konsep ekowisata kepada
stakeholders
2. Memberikan pengawasan ekstra
dalam pembangunan kawasan dan membuat aturan mengenai batas
maksimum dan minimum rasio
daerah terbangun/daerah tidak
terbangun serta buangan limbah
domestik guna mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan
3. Perlunya sosialisasi dan penerapan
sanksi oleh pihak pengelola terhadap pihak-pihak yang tidak menjaga
kebersihan dan membuang limbah
yang dapat mencemari kawasan
4.8.5. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi
Penentuan prioritas strategi pengelolaan kawasan Setu Babakan dilakukan
dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor
pembobotan akan menentukan rangking prioritas strategi. Jumlah skor (nilai) ini
diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait.
Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil
dari semua strategi. Tabel perangkingan alternatif strategi dapat dilihat pada Tabel
20.
92
Tabel 20. Perangkingan alternatif strategi
Alternatif strategi Keterkaitan dengan
unsur SWOT Skor Rangking
Mengembangkan kawasan sesuai dengan Kebijakan Pemda DKI
Jakarta sebagai daerah wisata budaya, wisata air dan wisata agro
yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
S1,S3, O1,O2 1,78 5
Membuka peluang kebutuhan masyarakat akan tempat wisata dan
kestrategisan lokasi kawasan di dalam Kota Jakarta dan
lingkungan yang serasi dengan budaya
S1,S2,S3,O3 1,99 3
Mengoptimalkan pengembangan kawasan sebagai daerah cagar
budaya dengan menjalin kerjasama antara pengelola, masyarakat
dan pemerintah
S1,S3,O2,O3 1,93 4
Perlu melakukan koordinasi antar instansi-instansi yang berkaitan
langsung sehingga tidak terjadi tumpang tindih kepentingan di
wilayah Setu Babakan
W3,O2 0,63 12
Lebih memaksimalkan lagi promosi dan publikasi Setu Babakan
sebagai kawasan wisata yang terletak di Perkampungan Budaya
Betawi Setu Babakan dengan mengandalkan tiga objek wisata yaitu wisata air, wisata agro dan wisata budaya.
W1,W4,O1,O3 1,36 8
Mengatur penataan, perbaiakn dan fasilitas dan uitilitas dengan
tetap berointasi pada kawasan sebagai daerah resapan dan wisata sehingga kebersihan objek tetap terus dijaga
W2,W4,O2,O3 1,78 6
Memaksimalkan fungsi kawasan sebagai objek wisata yang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta mencegah terjadinya eksploitasi kawasan yang tidak memperhatikan daya
dukung
S1,S3,T2,T3 2,07 2
Mempertahankan kondisi tipikal perkampungan Betawi yang ada di kawasan Setu Babakan sebagai corak budaya dan lingkungan
yang asri dengan konsep lestari dan terletak di lokasi yang
strategis di DKI Jakarta.
S1,S2,S3,T2,T3 2,63 1
Memaksimalkan fungsi kawasan sebagai daerah reasapan air
melalui pengawasan yang ketat terhadap perubahan penggunaan
lahan dan buangan limbah masyarakat.
S1, T1,T2 0,92 11
Mensosialisasikan mengenai prinsip dan konsep ekowisata kepada
stakeholders W1,W3,T2,T3 1,41 7
Memberikan pengawasan ekstra dalam pembangunan kawasan dan membuat aturan mengenai batas maksimum dan minimum rasio
daerah terbangun/daerah tidak terbangun serta buangan limbah domestik
W2,W4,T1,T2 1,21 9
Perlunya sosialisasi dan penerapan sanksi oleh pihak pengelola
terhadap pihak-pihak yang tidak menjaga kebersihan dan membuang limbah yang dapat mencemari kawasan
W2, W4,T1 0,94 10
Dari 12 alternatif strategi yang dihasilkan, maka diperoleh tiga prioritas
utama sebagai rencana strategis utama dalam pengelolaan kawasan Setu Babakan.
Strategi-strategi tersebut adalah:
1. Mempertahankan kondisi tipikal perkampungan Betawi yang ada di kawasan Setu
Babakan sebagai corak budaya dan lingkungan yang asri dengan konsep lestari
dan terletak di lokasi yang strategis di DKI Jakarta.
Daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan Setu Babakan meliputi
pemandangan alam yang indah, perairan yang bersih, dan menyaksikan pergelaran
seni budaya Betawi. Aksebilitas yang mudah dijangkau dengan kendaraan umum
dan pribadi juga menjadi pilihan wisatawan berkunjung ke kawasan Setu Babakan
yang ada Perkampungan Budaya Betawi dan menjadi ciri khas tempat objek wisata
dengan corak budaya betawi yang kental. Oleh karena itu, kondisi seperti ini sudah
93
sangat sulit ditemukan di tengah hiruk pikuknya kota Jakarta dan harus terus
dilestarikan.
2. Memaksimalkan fungsi kawasan sebagai objek wisata yang berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan serta mencegah terjadinya eksploitasi kawasan
yang tidak memperhatikan daya dukung.
Dalam kebijakan Tata Ruang Propinsi DKI Jakarta disebutkan bahwa
kawasan Setu Babakan merupakan kawasan prioritas untuk dikembangkan sebagai
daerah fasilitas kota dan keseimbangan alam melalui Perkampungan Budaya Betawi
yang didukung hutan kota yang serasi untuk kawasan wisata budaya dan lokasi
wisata lingkungan (wisata air dan agro) di Jakarta. Ditambah lagi dengan visi dan
misi Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi yang ingin mewujudkan
kebudayaan dan pariwisata yang maju, dinamis, dan berwawasan lingkungan serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3. Membuka peluang kebutuhan masyarakat akan tempat wisata dan kestrategisan
lokasi kawasan di dalam Kota Jakarta dan lingkungan yang serasi dengan budaya
Kawasan Setu Babakan yang terletak di Perkampungan Budaya Betawi dapat
membuka peluang pasar yang cukup luas. Kawasan ini terletak di Kota Jakarta dan
keberadaan lingkungannya serasi dengan budaya Betawi, sehingga pengelola dapat
menata dan memanfaatkan potensi lingkungan fisik baik alami maupun buatan yang
bernuansa budaya Betawi, mengendalikan pemanfaatan lingkungan fisik dan non-
fisik sehingga saling bersinergi untuk tetap mempertahankan fungsi ekologi Setu
Babakan.
Alternatif strategi juga dapat disusun melalui penetuan koordinat titik A(P,Q)
dengan terlebih dahulu menentukan nilai P dan nilai Q. Penentuan koordinat nilai P
dan koordinat nilai Q dilakukan untuk menentukan posisi strategis yang akan
dijelaskan berdasarkan hasil identifikasi, sehingga strategi yang akan dijalankan
berada pada titik A(P,Q). Nilai P diperoleh dari pengurangan antara total skor
kekuatan (Strength) dengan total skor kelemahan (Weakness) yang terdapat pada
matriks IFE. Sedangkan nilai Q didapatkan dari total skor peluang (Opportunity)
dikurangi total skor ancaman (Threat) yang terdapat pada matriks EFE.
Titik A berada ada koordinat (0,51;0,14) yang terletak di kuadran 1. Hal ini
berarti bahwa pengelolaan dan pengembangan kawasan Setu Babakan sebaiknya
94
-1.50
-1.25
-1.00
-0.75
-0.50
-0.25
0.00
0.25
0.50
0.75
1.00
1.25
1.50
-1-0.9-0.8-0.7-0.6-0.5-0.4-0.3-0.2-0.11E-160.10.20.30.40.50.60.70.80.9 1
menggunakan prioritas utama strategi berdasarkan pada strategi S-O (Strength-
Opportunity) yaitu melakukan mengembangkan kawasan sebagai tempat wisata
yang berwawasn lingkungan dan mengoptimalkan sebagai kawasan cagar budaya
dengan upaya pengelolaan sumberdaya alam dan membuka peluang kebutuhan
masyarakat akan tempat wisata dengan kestrategisan lokasi. Strategi S-O merupakan
strategi yang sangat menguntungkan karena memiliki kekuatan dan peluang yang
ada di kawasan Setu Babakan (Gambar 30).
Peluang (Opportunity)
Kuadran II Kuadran I
(W-O) (S-O)
Kelemahan Kekuatan
(Weakness) (Strength)
A(1,0;0,14)
Kuadran III Kuadran IV
(W-T) (S-T)
Ancaman (Threat)
Gambar 30. Diagram mengenai posisi analisis SWOT untuk strategi pengelolaan
dan pengembangan kawasan Setu Babakan
95
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setu Babakan merupakan objek wisata yang berada di kawasan cagar budaya
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Kondisi perairan yang tidak tercemar
dengan kelimpahan ikan yang bisa dikembangkan untuk berbagai kegiatan wisata
air. Setu Babakan juga memiliki tumbuhan air yang selain memiliki nilai estetika
juga memiliki kemampuan menetralisir pencemaran lingkungan. Dalam pengelolaan
kawasan Setu Babakan melibatkan beberapa instansi terkait. Dinas Kebudayaan dan
Permuseuman DKI Jakarta menetapkan tim pengelola yang bertugas meningkatkan
fungsi dan memelihara fasilitas-fasilitas yang ada di Perkampungan Budaya Betawi,
serta berkoordinasi dengan dinas-dinas lain yang terkait.
Berdasarkan analisis kesesuaian wisata, lokasi-lokasi yang sesuai untuk
dilakukan kegiatan-kegiatan wisata adalah memancing (lokasi 1), bersepeda air
(lokasi 2), berperahu (lokasi 3), duduk santai (lokasi 4, 6,7 dan 8), foto dan shooting
(lokasi 5), dan flying fox (bagian dari lokasi 7).
Total wisatawan yang dapat ditampung di kawasan Setu Babakan sebanyak
1.047 orang/hari, tetapi harus menyebar dalam kisaran waktu selama 8 jam/hari atau
tidak terakumulasi pada jam-jam kunjungan yang sama. Berdasarkan hasil analisis
SWOT di kawasan Setu Babakan dihasilkan strategi S-O (Strength-Opportunity)
Startegi S-O merupakan situasi yang sangat menguntungkan dimana pengelola
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada
untuk mengelola dan mengembangkan kawasan Setu Babakan.
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian ini, dengan letak kawasan Setu Babakan yang berada
di DKI Jakarta dan berada ditengah pemukiman penduduk maka perlunya
mempertahankan kondisi tipikal perkampungan Betawi yang ada di kawasan Setu
Babakan sebagai corak budaya dan lingkungan yang asri dengan konsep lestari.
Kemudian perlunya pengembangan kawasan wisata di bagian Selatan Setu Babakan
terutama wisata agro melihat potensi lokasi yang berupa sawah dan kebun guna
menarik wisatawan agar tidak terpusat di wisata air dan bagian Barat Setu Babakan
yang memang menjadi pusat kegiatan wisata.
96
DAFTAR PUSTAKA
Agustin H. 2007. Inventarisasi Potensi dan Peluang Pengembangan Ekowisata Situ
Lengkong Panjalu, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat
[skripsi]. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. vi + 96 hlm.
Anton. 2008. Sehari di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Jakarta.
http://www.beritajakarta.com [5 Desember 2008].
Apriyani R. 2007. Dampak Perubahan Ekosistem Situ Babakan Terhadap Kehidupan
Penduduk Sekitrar [skripsi]. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. xii + 96 hlm.
Badan Perencana Pembangunan Daerah DKI Jakarta. 2000. Jakarta Membangun.
RTRW DKI Jakarta. http://www.bappedajakarta.go.id/jktbangun. [15 Juni
2009].
Basmi J. 1999. Plaktonologi: Plankton sebgai bioindikator kualitas perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 74-76
hlm.
Boyd C E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier
Scientific Publishing Company. Amsterdam. Oxford. xi + 318 p.
Conservation International. 2006. Studi Kelayakan Ekowisata. http://www.pdf-
search-engine.com [6 Januari 2009]
David FR. 2006. Manajemen Strategis. Konsep. Ed ke-10. Paulyn Sulistio, Mcomm
dan Harryadin Mahardika. Penerjemah. PT Prenhallindo. Jakarta. xxxx + 456
Lembaga Teknologi Fakultas Teknik Universitas Indonesia dan Dinas Tata Kota
DKI Jakarta. 2001. Penyempurnaan Master Plan dan Penyusunan Rencana
Teknis Ruang KawasanBudaya Betawi di Situ Babakan.. Jakarta.
Dwikorawati S S. 1994. Telaah Kandungan Nitrogen dan Fosfor di Perairan Setu
Cikaret, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. [Tesis]. IPB. Bogor. vi +
120 hlm.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hlm.
Ely 2009. Setu Babakan Bakal Bernasib Sama Dengan Condet?, Terlalu Banyak
Unit yang Menangani Bikin Rumit Admi. Jakarta. http://www.hupelita.com [6
Januari 2009].
97
Feliatra. 2002. Sebaran Bakteri Eschercia coli di Perairan Muara Sungai Bantan
Tengah Bengkalis Riau. Laboratorium Biologi Laut. Faperika. Universitas
Riau. 179-181 hlm.
Goldman CR and AJ Horne. 1983. Limnology. McGraw-Hill Inc. United State of
America. xvi + 464
Gołdyn H, Arczyńska-Chudy E, Pińskwar P,& Jezierska-Madziar M. 2008. Natural
and anthropogenic transformations of water and marsh vegetation in Lake
Zbęchy (Wielkopolska Region). International Journal of Oceanography and
Hydrobiology. 37(2):77-87.
Grimes DJ and Lalibertet. 1982. Survival of Escherichia coli in Lake Bottom
Sediment Applied and Enviromental Microbiologi. 43(3):623-628
Hobson E., 1974. Feeding Relationships of Teleostean Fishes of coral reefs in Kona,
Hawaii. Fish. Bull., 72(4):915-1.031
Indrasti R, Bakrie B, & Wiguna IW. 2003. An Ecological Assesment of Situ
Babakan Lake for Agroturism Development in Jakarta. Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian 6(2):176-184
Parwati E, Kartika T, Indarto J, Dyah F, Nur M & Kartasasmita M. 2007. The Study
of Relation Between Total Suspended Solid (TSS) and Landuse / Landcover
Change in The Berau Coastal Area, East Kalimantan. Proceeding Geo-Marine
Research Forum
Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta. 2005. Peraturan Daerah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Penetapan
Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan
Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan. Jakarta
Presiden Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang
Benda Cagar Budaya.
Prihantini NB, Wardhana W, Hendrayanti D, Widyawan A, Ariyani Y & Rianto R.
2008. Biodiversitas Cyanobacteria dari Beberapa Situ/Danau di Kawasan
Jakarta-Depok-Bogor, Indonesia. Makaira Sains. 12(1):44-54
Kementrian Lingkungan Hidup. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran. Jakarta
Kelurahan Serengseng Sawah. 2009. Laporan Bulanan : Juni 2009 Kelurahan
Serengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Jakarta
98
Majid R. 2008. Analisis Willingnes to Pay Pengunjung Terhadap Upaya Pelestarian
Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. [skripsi]. Program
Studi Ekonomi pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Bogor. vi + 84.
Maryadi D. 2003. Peluang Pengembangan Ekowisata di Kawasan Rawa Danau dan
Sekitarnya, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. [Tesis]. Program Pasca
Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Masifwa W.F, Twongo T, & Denny P. 2001. The Impact of Water Hyacinth,
Eichhornia crassipes (Mart) Solms on The Abundance and Diversity of
Aquatic Macroinvertebrates Along The Shores of Northern Lake Victoria,
Uganda. In: Hydrobiologia. 452(1-3):79-88.
Myers N. 1996. Environmental Services of Biodiversity. Proc. Natl. Acad. Sci.
USA. 93:2764-2769
Needham JG. 1962. A Guide to the Study of Fresh Water Biology. San Fransisco,
Calif: Holden-Day. Inc. 174 p.
Novotny V and Olem H. 1994. Water Quality: Prevention, Identification and
Management of Diffuse Pollution. Van Nostrand Reinhold. New York. 1054 p.
Odum EP. 1971. Fundamental of Ecology. 3rd edition
. Philadelpia. W. B Saunders
Company. 74 p.
Pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan. 2008. Kunjunga Wisatawan
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Tahun 2008. Jakarta.
Puspita LE, Ratnawati, INN Suryadiputra, & AA Meutia. 2005. Lahan Basah Buatan
di Indonesia. Ditjen. PHKA. Wetlands International Indonesia Programme.
Rangkuti F. 2006. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT.Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta. 188 hlm.
Roemantyo, Noerdjito M, Prabandani D, & Maryanto I. 2003. Perubahan Jumlah
Situ-Rawa di Jabodetabek Tahun 1922-1943 dan 2000 dalam Manajemen
Bioregional Jabodetabek: Profil dan Strategi Pengelolaan Situ, Rawa dan
Danau. R Ubaidillah dan I Maryanto (eds). Pusat Penelitian Biologi-LIPI. 85-
97 hlm.
Sari E. 2009. Kajian Pengelolaan Wisata Air Situ Gede Kecamatan Bogor Barat,
Kota Bogor [skripsi]. Departemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. xiii + 188 hlm.
Soemarwoto O. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Ed ke-10.
Djambatan. Jakarta. xii + 362 hlm.
99
Souza MBG, Barros CFA, Barbosa F, Hajnal E, & Padisak J. 2008. Role of
Atelomixis in Replacement of Phytoplankton Assemblages in Dom Helvécio
Lake, South-East Brazil. Hydrobiologia. 607 (1): 211-216
Stirn, J. 1981. Manual Methods in Aquatic Environment Research. Part 8. Rome:
Ecological Assesment of Pollution Effect, FAO
Surya G. 1998. Tingkat Kesuburan Perairan Situ Lengkong Panjalu, Ciamis, Jawa
Barat Berdasarkan Kandungan Unsur P dan N. [Skripsi]. Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. 57 hlm.
Suryadiputra INN. 2003. Penelitian Situ-Situ di Jabodetabek: Tantangan dan
Harapan. Pusat Penelitian Biologi-LIPI. 205-228 hlm.
Tebbut THY. 1992. Priciples of Water Quality Control. Fourth Edition. Pergamon Press.
Oxford. 251 p.
Ubaidillah R, & Maryanto, I. 2003. Manajemen Bioregional JABODETABEK:
Profil dan Strategi Pengelolaan Situ, Rawa dan Danau. Pusat Penelitian
Biologi-LIPI. Bogor. xxvi + 404 hlm.
Wall G. 1997. Forum:Is Ecotourism Sustainable?. Environmental Management.
21(4):483-491
Wulandari TW. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Danau. http://matakelabu.coffee-
cat.net [7 Mei 2009].
Yulianda F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya
Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah. Departemen Manajemen Sumberdaya
perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Instut Pertanian Bogor.
Yusuf. 2008. Lingkungan Danau Tempe. http://ekosistem-danautempe.blogspot.com
[7 Mei 2009]
Yoeti OA. 2000. Ekowisata Pariwisata Berwawasan Lingkungan. Penerbit Pertja.
Jakarta. xxii + 173 hal.
100
LAMPIRAN
101
Lampiran 1. Gambar lokasi penelitian
102
Lampiran 2. Alat dan bahan yang digunakan untuk pengamatan kualitas air
Erlenmeyer Timbangan digital Vacuum pump
Secchi disk pH meter Reagen untuk analisis DO
& BOD
SCT meter Van dorn water sampler Tambang dan pemberat
Inkubator Planktonet Botol BOD GPS Meteran
103
Lampiran 3. K
uisioner untuk wisatawan
A. Data Pribadi Wisatawan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Asal/ Tempat Tinggal :
5. Pendidikan terakhir : SD/SMP/SMA/S1/S2/S3
6. Pekerjaan :
7. Pendapatan :
a. Kurang dari Rp.500.000,-
b. Rp.500.000,- sampai Rp. 1000.000,-
c. Rp. 1000.000,- sampai Rp. 2000.000,-
d. Lebih dari Rp. 2000.000,-
8. Biaya yang dikeluarkan untuk berwisata ke kawasan Situ Babakan :
a. Kurang dari Rp.10.000,-
b. Rp. 10.000,- sampai Rp.30.000,-
c. Rp. 30.000,- sampai Rp. 50.000,-
d. Lebih dari Rp. 50.000,-
B. Motivasi Wisatawan
1. Dari manakah saudara/i mendapat informasi mengenai Situ Babakan?
a. Teman
b. Radio / Televisi
c. Leaflet / brosur
d. Lainnya...........
2. Apakah sebelumnya saudara/i pernah berkunjung ke Situ Babakan ?
a. Belum pernah
b. Pernah, berapa kali?...........
3. Apa yang mendorong saudara/i berkunjung ke tempat ini ?
a. Belum pernah berkunjung ke tempat ini
b. Mudah dijangkau
c. Diajak teman
Lampiran 3. (lanjutan)
d. Pemandangan indah
e. Lainnya...........
4. Apakah tujuan saudara/i mengunjung tempat ini?
a. Menikmati keindahan alam
b. Mengisi waktu luang
c. Menghilangkan stres dari aktifitas-aktifitas keseharian
d. Menikmati aktifitas wisata yang ditawarkan
e. Lainnya……….
5. Mengapa saudara/i memilih tempat ini?
a. Aksesibilitasnya yang mudah
b. Biaya murah
c. Fasilitas Lengkap
d. Lainnya………..
C. Persepsi Wisatawan
1. Apakah saudara/i merasa puas melakukan kegiatan di kawasan wisata Situ Babakan?
a. Sangat puas, karena………..
b. Puas, karena………..
c. Cukup puas, karena……….
d. Tidak puas, karena………..
e. Sangat tidak puas, karena………..
104
Lampiran 3. (lanjutan)
2. Apakah saudara/i mengerti dengan konsep ekowisata?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah saudara/i setuju jika kawasan wisata Situ Babakan dijadikan sebagai kawasan
ekowisata?
a. Ya, karena ...........
b. Tidak, karena. ..........
4. Apakah saudara/i setuju dengan adanya pembatasan jumlah pengunjung ke kawasan wisata
Situ Babakan?
a. Ya, karena ...........
b. Tidak, karena. ..........
5. Apa menurut saudara/i yang menjadi hambatan untuk datang ke kawasan wisata Situ Babakan?
a. Kondisi jalan yang menuju ke kawasan Situ Babakan
b. Lalu lintas yang sering macet
c. Tiket masuk yang terlalu mahal
d. Susah menemukan lokasi
e. Tidak ada waktu luang
f. Lainnya..........
6. Apakah menurut saudara/i fasilitas di kawasan wisata sudah cukup atau tidak?
a. Cukup, karena............
b. Tidak, karena ............
7. Kekurangan di kawasan wisata Situ Babakan?
a. Kenyamanan kurang karena sampah
b. Pelayanan kurang ramah
c. Jenis-jenis aktifitas wisata kurang beranekaragaman
d. Fasilitas kurang
e. Kenyamanan kurang karena terlalu ramai
f. Lainnya...........
8. Menurut saudara/i harga tiket masuk sekarang ke kawasan wisata Situ Babakan?
a. Mahal
b. Sedang
c. Murah
9. Bagaimana pendapat saudara/i terhadap kelestarian lingkungan Situ Babakan?
a. Baik, karena...........
b. Kurang baik, karena...........
c. Buruk, karena..........
105
Lampiran 3. (lanjutan)
10. Persepsi wisatawan terhadap kondisi, jumlah, fasilitas dan lingkungan yang ada di kawasan
wisata Situ Babakan
No. Aspek Penilaian/Parameter Kriteria / Persepsi
Baik Cukup Kurang Tidak Tahu
1. Aksesibilitas
2. Pelayanan oleh pengelola
3 Keamanan kawasan wisata
4. Kenyamanan dalam kawasan
5. Keindahan Kawasan Wisata
6. Kebersihan lingkungan
7. Kebersihan air
8. Keaslian lingkungan
9. Peraturan yang ada dalam
kawasan
10. Sistem tata ruang dan tata
letak fasilitas
11. Fasilitas rekreasi:
12. Tempat sampah
13. Toilet
14. Tempat ibadah
15. Taman duduk
No. Aspek Penilaian/Parameter Kriteria / Persepsi
Baik Cukup Kurang Tidak Tahu
1. Tempat bermain anak
2. Warung penjualan makanan
3. Toko souvenir
4. Fasilitas perahu
D. Aktivitas Wisatawan
1. Saudara/i datang ke tempat ini
a. Sendiri
b. Berdua
c. Keluarga
d. Kelompok/Rombongan
Lampiran 3. (lanjutan)
2. Jenis kendaraan yang saudara/i gunakan untuk mencapai lokasi ini?
a. Kendaraan pribadi
b. Sewa / carter
c. Kendaraan umum (angkot/ojek)
d. Jalan kaki
3. Perlengkapan yang saudara/i bawa ke kawasan wisata
a. Kamera
b. Handycam
c. Tape Recorder
d. Lainnya……….
4. Kegiatan yang saudara/i lakukan di tempat ini
a. Piknik
b. Mancing
c. Fotografi
d. Menikmati keindahan alam
e. Lainnya………..
106
Lampiran 3. (lanjutan)
5. Dimanakah saudara/i membuang sampah?
a. Tempat sampah
b. Ke Situ Babakan
c. Dibuang begitu saja
6. Apakah saudara/i berkeinginan untuk kembali berkunjung atau melakukan rekreasi di Situ
Babakan kembali ke depannya?
a. Ya, karena………..
b. Tidak, karena………..
7. Apakah saudara/i merasa nyaman apabila kawasan wisata dipadati oleh pengunjung lain pada
saat anda berwisata ke kawasan ini?
a. Nyaman
b. Biasa aja
c. Kurang nyaman
d. Tidak nyaman
Lampiran 3. (lanjutan)
8. Apakah saudara/i setuju adanya pembatasan pengunjung dalam kurun waktu tertentu di
kawasan wisata?
a. Setuju, karena………..
b. Tidak setuju, karena………..
9. Selama kunjungan saudara/i di kawasan ini, apakah ada aktivitas wisata yang menurut anda
berpotensi untuk dikembangkan?
a. Ya, yaitu………..
b. Tidak tahu/ada
10. Sebaiknya aktivitas wisata apa yang perlu penambahan atau perbaikan?
a. Memancing
b. Berkemah
c. Perahu
d. Duduk Santai
e. Lainnya………..
11. Menurut saudara/i apakah ada kegiatan yang merusak lingkungan di kawasan ini?
a. Ada, yaitu………..
b. Tidak ada
107
Lampiran 4. Kuisioner untuk masyarakat sekitar
A. Data Pribadi Masyarakat Sekitar
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan terakhir : SD/SMP/SMA/S1/S2/S3
5.Status dalam keluarga :
6. Pekerjaan :
7. Pendapatan per bulan :
a. Kurang dari Rp.500.000,-
b. Rp.500.000,- sampai Rp. 1000.000,-
c. Rp. 1000.000,- sampai Rp. 2000.000,-
d. Lebih dari Rp. 2000.000,-
B. Manfaat dan Pengaruh Wisata
1. Manfaat yang diperoleh :
a. Kondisi jalan menjadi baik
b. Membuka lapangna kerja / ada kesempatan berusaha
c. Bisa berinteraksi dengan wisatawan
d. Tidak ada manfaat yang dirasakan
e. Lainnya………..
2. Pengaruh / dampak negatif yang saudara/i lihat atau rasakan dengan adanya kegiatan wisata :
a. Terpengaruhnya kehidupan masyarakar oleh perilaku wisatawan
b. Kotornya kawasan
c. Tercemarnya perairan
d. Tingkat keamanan masyarakat terganggu
e. Tidak ada kekhawatiran apa-apa
f. Lainnya………..
3. Bentuk kerjasama / bantuan yang dilakukan pengelola dengan masyarakat yang saudara/i tahu
atau rasakan :
a. Terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar
b. Tidak ada bantuan apa-apa
Lampiran 4. (lanjutan)
c. Bantuan modal untuk usaha di sekitar kawasan wisata.
d. Lainnya……….
4. Pengaruh yang sudah ada pada masyarakat akibat perilaku wisatawan :
a. Perilaku berpakaian (ada / cenderung / tidak ada)
b. Perilaku berbicara (ada / cenderung / tidak ada)
c. Tingkah laku (ada / cemderung / tidak ada)
d. Lainnya……….
C. Aktivitas Masyarakat di kawasan Situ Babakan
1. Sudah berapa kali saudara/i masuk ke kawasan Situ Babakan?
a. Satu kali
b. Dua kali
c. Lebih dari dua kali
d. Lainnya………..
2. Aktivitas yang dilakukan dalam kawasan wisata Situ Babakan?
a. Bekerja
b. Berdagang
c. Lainnya………..
3. Pernahkah saudara/i melakukan kegiatan untuk menjaga kelestarian lingkungan Situ Babakan?
a. Belum pernah
b. Pernah, yaitu………..
4. Apakah menurut saudara/i pengelolaan kawasan wisata Sitru Babakan ini sudah menjaga
kelestarian alamnya?
a. Ya, karena………..
b. Tidak
108
Lampiran 4. (lanjutan)
5. Apakah saudara/i senang dengan adanya kawasan wisata ini?
a. Ya, karena………..
b. Tidak
6. Setujukah saudara/I apabila tanah milik masyarat dibeli oleh pengelola dan dibangun fasilitas
hotel/restoran di kawasan wisata?
a. Ya, karena………..
Lampiran 4. (lanjutan)
b. Tidak, karena……….
7. Apakah menurut saudara/i ada aktivitas wisata yang mengganggu kenyaman masyarakat
sekitar?
a. Ya, yaitu…………
b. Tidak ada
D. Persepsi ekowisata dan sumberdaya alam situ
1. Apakah saudara/i mengerti apa yang dimaksud dengan ekowisata?
2. Apakah saudara/i setuju kawasan wisata Situ Babakan dikelola oleh pihak pengelola saat ini
(dalam hal ini Pemda setempat)?
3. Harapan-harapan yang diinginkan terhadap pengelola kawasan wisata.
4. Potensi sumberdaya alam danau apa saja yang saudara/i ketahui yang dapat dijadikan untuk
pengembangan wisata?
5. Menurut saudara/i apakah sumberdaya alam Situ Babakan sudah terjadi
kerusakan/pencemaran?
6. Apa tanggapan saudara/i bila kawasan ini sudah terjadi kerusakan/ pencemaran?
7. Harapan-harapan saudara/i terhadap pengelola mengenai kerusakan/pencemaran yang terjadi.
8. Apa yang dilakukan saudara/i dalam mengurangi kerusakan/ pencemaran di kawasan wisata?
109
Lampiran 5. Panduan wawancara dengan pihak pengelola kawasan Setu Babakan
1. Riwayat singkat kawasan wisata Setu Babakan
2. Potensi yang dimiliki oleh kawasan wisata Setu Babakan
3. Pemanfaatan yang telah dilakukan pengelola terhadap kawasan wisata
4. Pengelolaan objek wisata yang sudah berjalan hingga saat ini, konsep wisata yang dijalankan
dan pembatasan mengenai daya dukung kawasan
5. Kebijakan-kebijakan yang berlaku dalam pengelolaan kawasan wisata
6. Aliran kebijakan wewenang/peraturan pengelolaan kawasan wisata dari pusat hingga sampai
ke lapangan
7. Rencana pengembangan yang sudah ada dan akan dilakukan
8. Kegiatan-kegiatan promosi yang telah dilakukan
9. Permasalahan atau kendala yang terjadi dalam pengelolaan kawasan wisata termasuk saat di
lapangan.
10. Solusi atau tindakan dalam menghadapi permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan
kawasan
11. Kerjasama yang sudah dilakukan untuk pengembangan pengelolaan wisata
12. Pengelola setuju atau tidak untuk melibatkan masyarakat dalam mengelola kawasan wisata?
(Jika ya, dalam bentuk apa saja?)
13. Anggaran/ biaya yang dikeluarkan/dibutuhkan utnuk pengelolaan wisata
14. Pendapatan yang diperoleh
15. Jumlah karyawan/ pegawai, tingkat pendidikan dan pendapatan
16. Jumlah wisatawan dalam satu tahun terakhir
17. Objek-objek wisata yang mengelilingi atau berdekatan dengan kawasan objek wisata Situ
Babakan
18. Pengaruh objek wisata lain yang berdekatan dengan Situ Babakan
19. Peta-peta kawasan
20. Sumberdaya alam situ yang belum dimanfaatkan secara optimal
21. Apakah setuju dengan konsep ekowisata dan pembatasan jumlah pengunjung?
Lampiran 6. Panduan wawancara instansi terkait
1. Pendapat tentang keberadaan Kawasan wisata Situ Babakan
2. Pendapat tentang kondisi Kawasan wisata Situ Babakan saat ini
3. Rencana pengembangan Pemda Provinsi DKI Jakarta dan Pemda Kotamadya Jakarta Selatan
yang sedang dan akan dilakukan terhadap pengelolaan kawasan wisata Situ Babakan
4. Kondisi sarana dan prasarana ekonomi, kesehatan, transportasi, komunikasi, dan keamanan,
serta budaya masyarakat setempat
5. Permasalah yang ada dalam masyarakat dan tingkat pengangguran
6. Tindakan/usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi
7. Potensi yang dimilki masyarakat seputar budaya atau keterampilan khas dan unik yang dapat
dikembangkan
8. Pendapat mengenai kelestarian lingkungan sekitar dikaitkan dengan adanya pengelolaan
kawasan wisata Situ Babakan
9. Pendapat mengenai dampak positif dari adanya kawasan wisata Situ Babakan
10. Pendapat mengenai dampak negatif dari adanya kawasan wisata Situ Babakan
11. Setuju atau tidak Situ Babakan dijadikan kawasan wisata
12. Harapan/keinginan bagi pengelolaan kawasan wisata air yang berkelanjutan
13. Apakah mau mendukung pengembangan wisata sesuai dengan kompetensi dari instansi yang
terkait?
110
Lampiran 7. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
PARAMETER SATUAN KELAS KETERANGAN
I II III IV
FISIKA
Temperatur °C dev 3 dev 3 dev 3 dev 3 Deviasi temperatur dari kondisi alamiahnya
Residu terlarut mg/L 1000 1000 1000 1000 Residu
tersusupensi mg/L 50 50 400 400
Bagi pengolahan air minum secara konvensional,
residu tersuspensi ≤5000 mg/L
KIMIA ANORGANIK
pH mg/L 6-9 6-9 6-9 5-9
Apabila secara alamiah dan rentang waktu
tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi
alamiah
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 25 50 100
DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas minimum
Total fosfat
sebagai P mg/L 0,2 0,2 1 5
NO3 sebagai N mg/L 10 10 20 20
NH3 mg/L 0,5 (-) (-) (-) Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan peka ≤ 0,02 mg/L
Arsen mg/L 0,05 1 1 1
Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
Barium mg/L 1 (-) (-) (-)
Boron mg/L 1 1 1 1
Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01
Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,02 Bagi pengolahan air minum konvensional, Cu ≤ 1 mg/L
Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-) Bagi pengolahan air minum konvensional, Fe ≤ 5
mg/L
Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi pengolahan air minum konvensional, Pb ≤
0,1 mg/L
Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)
Air raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)
Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)
Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)
Nitrit sebagai
N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-)
Bagi pengolahan air minum secara konvensional,
NO2N≤1 mg/L
Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)
Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi ABAM tidak dipersyaratkan
Belerang sebagai H2S
mg/L 0,002 0,002 0,002 (-) Bagi pengolahan air minum secara konvensional, S sebagai H2S <0,1 mg/L
MIKROBIOLOGI
Fecal coliform jml/100ml 100 1000 2000 2000 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform ≤2000 jml/100
Total coliform jml/100ml 1000 5000 10000 10000 Bagi pengolahan air minum secara konvensional,
total coliform ≤10000 jml/100
RADIOAKTIVITAS
Gross-A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,1
Gross-B Bq/L 1 1 1 1
111
Lampiran 7. (lanjutan)
PARAMETER SATUAN KELAS KETERANGAN
I II III IV
KIMIA ORGANIK
Minyak dan lemak
µg/L 1000 1000 1000 (-)
Deterjen
sebagai MBAS µg/L 200 200 200 (-)
Senyawa Fenol
sebagai Fenol µg/L 1 1 1 (-)
BHC µg/L 210 210 210 (-)
Aldrin/Dieldrin µg/L 17 (-) (-) (-)
Chlordane µg/L 3 (-) (-) (-)
DDT µg/L 2 2 2 2
Heptachlor dan Heptachlor
epoxide
µg/L 18 (-) (-) (-)
Lindane µg/L 56 (-) (-) (-)
Methoxychlore µg/L 35 (-) (-) (-)
Endrin µg/L 1 4 4 (-)
Toxaphan µg/L 5 (-) (-) (-)
Keterangan:
Mg : milligram
µg/L : microgram
mL : milliliter
L : liter
Bq : bequerel
MBAS : Methylene Blue Activa Sunstance
ABAM : Air Baku Untuk Air Minum
Logam berat merupakan logam terlarut, kecuali untuk pH dan DO
Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum
Nilai DO merupakan batas minimum
Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termasuk, parameter tersebut tidak dipersyaratkan
Tanda ≤ adalah lebih kecil atau sama dengan
Tanda < adalah lebih kecil
112
Lampiran 8. Matriks kesesuaian lahan untuk ekowisata perairan tawar kategori
wisata danau
No Parameter Bobot Kategori
Baik Skor
Kategori
Cukup
Baik
Skor Kategori
Buruk Skor
Sepeda air
1. Warna
Perairan 5 Hijau jernih 3
Hijau
kecoklatan 2
Cokelat
kehitaman 1
2. Bau 5 Tidak berbau 3 Sedikit berbau 2 Berbau 1
3. Kedalaman
perairan (m) 4 2<x≤3 3 3≤x≤5 2 x<1; x>5 1
4.
Vegetasi yang
hidup di tepi
danau
3
Kelapa,
meranti,
pinus
3 1 dari 3 2 Semak belukar
tinggi 1
5. Kecepatan
arus (m/s) 3 0<x≤0,15 3 0,15<x≤0,30 2 0,30<x≤0,50 1
Memancing
1. Kelimpahan
ikan 5
Sangat
banyak 3 Banyak 2 Sedikit 1
2. Jenis ikan 3 Lebih dari 4 3 2-3 2 <2 1
3. Kedalaman
perairan (m) 1 1≤x<3 3 3<x≤5 2 X<1 ; x>5 1
Duduk santai
1. Lebar tepi
danau (m) 1 x≥8 3 1≤ x<8 2 <1 1
2. Pemandangan 5
situ, hutan,
pegunungan,
sungai
3 2-3 dari 4
pemandangan 2
Satu dari 4
pemandangan 1
3.
Vegetasi yang
hidup di tepi
danau
5
Kelapa,
cemara,
akasia
3 1 dari 3 2 Belukar tinggi 1
4. Hamparan
daratan 3 Rumput/pasir 3 Tanah liat 2 Lumpur/batu 1
5. Biota
berbahaya 3 Tidak ada 3 1 jenis 2 > 1 jenis 1
Pengambilan gambar untuk foto dan shooting
1. Pemandangan
(object view) 5
Situ, hutan,
pegunungan,
sungai
3 2-3 dari 4
pemandangan 2
Satu dari 4
pemandangan 1
2. Vegetasi yang
hidup di tepi 4
Kelapa,
meranti,
pinus
3 1 dari 3 2 Belukar tinggi 1
3. fauna 3 Ikan, burung,
monyet, rusa 3 1 dari 4 2 Tidak ada 1
Flying fox
1. Pemandangan
(object view) 5
Situ, hutan,
pegunungan,
sungai
3 2-3 dari 4
pemandangan 2
Satu dari 4
pemandangan 1
Sumber : Yulianda (2007)
Keterangan:
Nilai maksimum = 51 (sepeda air), 27 (memancing), 51 (duduk santai), 36
(pengambilan gambar untuk foto dan shooting).
Keterangan : Jumlah = (Skor x Bobot)
S1 = Sangat sesuai, dengan nilai >83%
S2 = Cukup sesuai, dengan nilai 50% -<83%
S3 = Sesuai bersyarat, dengan nilai 17%-< 50%
N = Tidak sesuai, dengan nilai < 17%
113
Lampiran 9. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata
No Kegiatan Waktu yang dibutuhkan
Wp-(jam)
Total waktu 1 hari
Wt-(jam)
1 Kemah 48 72
2 Perahu 0,50 8
3 Memancing 3 6
4 Duduk santai 2 8
5 Pengambilan gambar untuk
foto. 8 8
6 Flying fox 0,25 8
Sumber : Yulianda (2007)
Lampiran 10. Potensi ekologis pengunjung (K) dan Luasan area kegiatan (Lt)
Jenis kegiatan ∑ Pengunjung
(orang)
Unit area
(Lt) Keterangan
Sepeda air 2 625 m2
Dihitung luas situ yang dibutuhkan
untuk 2 orang
(1 sepeda air) untuk mengelilingi situ
sebesar 62,5 m x 10 m
Memancing 1 2 m
Setiap satu orang membutuhkan jarak
pancing dari darat ke perairan
sepanjang 2 m
Duduk santai 1 5 m
Setiap satu orang membutuhkan ruang
untuk untuk duduk santai sepanjang
5 m
Pengambilan gambar
untuk foto dan
shooting
1 50 m 1 orang setiap 50 m panjang tepi situ
Sumber : Yulianda (2007)
114
Lampiran 11. Kelimpahan plankton di Setu Babakan
a. fitoplankton
No Genus Kelimpahan plankton (sel/l)
Bacillariophyceae
1 Melosira 10750
2 Nitszchia 5125
3 Navicula 10000
4 Synedra 5903
5 Cyclotella 2750
6 Meugeotia 1250
7 Pinnularia 500
Chlorophyceae
1 Sphaerocystis 191750
2 Chlorella 258625
3 Cruchigenia 1250
4 Pediastrum 5125
5 Choroococcus 302125
6 Coelastrum 1625
7 Scenedesmus 500
Cyanophyceae
1 Oscillatoria 7750
2 Spirulina 5375
3 Microcystis 8250
4 Tetrastrum 750
5 Lyngbya 375
Dinophyceae
1 Peridinium 250
Euglenaphyceae
1 Euglena 127375
2 Trechelomonas 3250
3 Phacus 250
b. Zooplankton
No Genus Kelimpahan plankton (sel/l)
Crustacea
1 Nauplius 27875
2 Daphnia 500
3 Limnocalamus 2125
Rotifera
1 Branchionus 2875
Protozoa
1 Arcella 7000
115
Lampiran 12. Vegetasi di sekitar Setu Babakan
No Nama tanaman Nama latin
1 Andong Cordilyn fruticosa linn
2 Jarak Jatropha multifida
3 Melinjo Gnetum gnemon
4 Kelapa Cocos nucifera
5 Nangka Anthocarpus heterophilus
6 Mengkudu Morinda citrifolia
7 Meranti Shorea pinanga
8 Karet Ficus elastic Roxb.
9 Kecapi Sandoricum loetjape
10 Rambutan Nephelium lappaceum
11 Aren Arenga pinnata
12 Pinus Pinus merkusii
13 Belimbing Averhoa bilimba L
14 Duku condet Lansium domesticum Var. condet
15 Durian sitokong Durio zibetinus Murr.Var. Sitokong
16 Menteng Baccauria rasemosa
17 Matoa Pometia pinnata
18 Bambu Bambusa Sp
19 Asem Tamarindus indica
20 Buni Antidesma bunius
21 Jambu biji Psidium guajava
22 Jambu bol Eugenia malaccensis
23 Pepaya Carica papaya
24 Pisang Musa sp
116
Lam
piran
13. L
okasi p
enelitian
untu
k k
esesuaian
wisata S
etu
Bab
akan
116
117
Lampiran 13. (Lanjutan)
Lokasi 1 Lokasi 2
Lokasi 3 Lokasi 4
Lokasi 5 Lokasi 6
Lokasi 7 Lokasi 8
118
Lampiran 14. Indeks kesesuaian wisata di kawasan Setu Babakan
1. Sepeda air
2. Perahu kayu
Lokasi Parameter Bobot Skor
Ni Skor maks N maks
(Bobot x
skor)
(Bobot x
skor maks)
1 a. Kedalaman perairan (m) 5 2 10 3 15
b. Kecepatan arus (m/s) 5 3 15 3 15
c. Bau 3 2 6 3 9
d. Vegetasi yang hidup di tepi situ 1 2 2 3 3
e. Warna perairan 1 2 2 3 3
Jumlah 35 45
IKW (%) 77,78
2 a. Kedalaman perairan (m) 5 3 15 3 15
b. Kecepatan arus (m/s) 5 2 10 3 15
Lokasi Parameter Bobot Skor
Ni
(Bobot x
skor)
Skor maks N maks
(Bobot x
skor maks)
1 a. Kedalaman perairan (m) 5 2 10 3 15
b. Kecepatan arus (m/s) 5 3 15 3 15
c. Bau 3 2 6 3 9
d. Vegetasi yang hidup di tepi situ 1 2 2 3 3
e. Warna perairan 1 2 2 3 3
Jumlah 35 45
IKW (%) 77,78
2 a. Kedalaman perairan (m) 5 3 15 3 15
b. Kecepatan arus (m/s) 5 2 10 3 15
c. Bau 3 3 9 3 9
d. Vegetasi yang hidup di tepi situ 1 3 3 3 3
e. Warna perairan 1 2 2 3 3
Jumlah 39 45
IKW (%) 86.67
3 a. Kedalaman perairan (m) 5 3 15 3 15
b. Kecepatan arus (m/s) 5 2 10 3 15
c. Bau 3 3 9 3 9
d. Vegetasi yang hidup di tepi situ 1 3 3 3 3
e. Warna perairan 1 2 2 3 3
Jumlah 38 45
IKW (%) 86,67
4 IKW (%) - - - - -
5 IKW (%) - - - - -
6 IKW (%) - - - - -
7 IKW (%) - - - - -
8 IKW (%) - - - - -
119
Lampiran 14. (lanjutan)
Lokasi Parameter Bobot Skor
Ni
(Bobot x
skor)
Skor maks
N maks
(Bobot x
skor)
c. Bau 3 3 9 3 9
d. Vegetasi yang hidup di tepi situ 1 3 3 3 3
e. Warna perairan 1 2 2 3 3
Jumlah 39 45
IKW (%) 86.67
3 a. Kedalaman perairan (m) 5 3 15 3 15
b. Kecepatan arus (m/s) 5 2 10 3 15
c. Bau 3 3 9 3 9
d. Vegetasi yang hidup di tepi situ 1 3 3 3 3
e. Warna perairan 1 2 2 3 3
Jumlah 39 45
IKW (%) 86,67
4 IKW (%) - - - - -
5 IKW (%) - - - - -
6 IKW (%) - - - - -
7 IKW (%) - - - - -
8 IKW (%) - - - - -
3. Memancing
Lokasi Parameter Bobot Skor
Ni Skor maks N maks
(Bobot x
skor)
(Bobot x
skor maks)
1 a. Kelimpahan ikan 5 3 15 3 15
b. Jumlah jenis ikan 3 3 9 3 9
c. Kedalaman perairan (m) 3 2 6 3 9
Jumlah 30 33
IKW (%) 90,91
2 a. Kelimpahan ikan 5 2 10 3 15
b. Jumlah jenis ikan 3 2 6 3 9
c. Kedalaman perairan (m) 3 3 9 3 9
Jumlah 25 33
IKW (%) 75.76
3 a. Kelimpahan ikan 5 1 5 3 15
b. Jumlah jenis ikan 3 3 9 3 9
c. Kedalaman perairan (m) 3 2 6 3 9
Jumlah 20 33
IKW (%) 60,61
4 IKW (%) - - - - -
5 IKW (%) - - - - -
6 IKW (%) - - - - -
7 IKW (%) - - - - -
8 IKW (%) - - - - -
120
Lampiran 14. (lanjutan)
4. Duduk santai
Lokasi Parameter Bobot Skor
Ni Skor maks N maks
(Bobot x
skor)
(Bobot x
skor maks)
1 IKW (%) - - - - -
2 IKW (%) - - - - -
3 IKW (%) - - - - -
4 a. Lebar tepi situ (m) 5 3 15 3 15
b. Pemandangan (objek view) 5 3 10 3 15
c. Vegetasi yang hidup di tepi situ 5 3 15 3 15
d. Hamparan dataran 3 2 6 3 9
e. Biota Berbahaya 1 3 3 3 3
Jumlah 54 57
IKW (%) 94,74
5 a. Lebar tepi situ (m) 5 3 15 3 15
b. Pemandangan (objek view) 5 2 10 3 15
c. Vegetasi yang hidup di tepi situ 5 3 15 3 15
d. Hamparan dataran 3 3 9 3 9
e. Biota Berbahaya 1 3 3 3 3
Jumlah 52 57
IKW (%) 91,23
6 a. Lebar tepi situ (m) 5 3 15 3 15
b. Pemandangan (objek view) 5 2 10 3 15
c. Vegetasi yang hidup di tepi situ 5 3 15 3 15
d. Hamparan dataran 3 2 6 3 9
e. Biota Berbahaya 1 3 3 3 3
Jumlah 49 57
IKW (%) 85,96
7 a. Lebar tepi situ (m) 5 3 15 3 15
b. Pemandangan (objek view) 5 3 15 3 15
c. Vegetasi yang hidup di tepi situ 5 2 10 3 15
d. Hamparan dataran 3 2 6 3 9
e. Biota Berbahaya 1 3 3 3 3
Jumlah 49 57
IKW (%) 85,96
8 a. Lebar tepi situ (m) 5 3 15 3 15
b. Pemandangan (objek view) 5 1 5 3 15
c. Vegetasi yang hidup di tepi situ 5 2 10 3 15
d. Hamparan dataran 3 1 3 3 9
e. Biota Berbahaya 1 3 3 3 3
Jumlah 36 57
IKW (%) 63.16
121
Lampiran 14. (lanjutan)
5. Foto dan shooting
Lokasi Parameter Bobot Skor
Ni Skor maks N maks
(Bobot x
skor)
(Bobot x
skor maks)
1 IKW (%) - - - - -
2 IKW (%) - - - - -
3 IKW (%) - - - - -
4 a. Pemandangan (object view) 5 3 15 3 15
b. Vegetasi yang hidup di tepi situ 4 2 8 3 12
c. Fauna 3 2 6 3 9
Jumlah 29 36
IKW (%) 80,26
5 a. Pemandangan (object view) 5 3 15 3 15
b. Vegetasi yang hidup di tepi situ 4 3 12 3 12
c. Fauna 3 2 6 3 9
Jumlah 33 42
IKW (%) 91,67
6 a. Pemandangan (object view) 5 2 10 3 15
b. Vegetasi yang hidup di tepi situ 4 1 4 3 12
c. Fauna 3 1 3 3 9
Jumlah 17 42
IKW (%) 47,22
7 a. Pemandangan (object view) 5 3 15 3 15
b. Vegetasi yang hidup di tepi situ 4 2 8 3 12
c. Fauna 3 1 3 3 9
Jumlah 26 42
IKW (%) 72,22
8 a. Pemandangan (object view) 5 1 5 3 15
b. Vegetasi yang hidup di tepi situ 4 1 4 3 12
c. Fauna 3 1 3 3 9
Jumlah 12 42
IKW (%) 33,33
6. Flying fox
Lokasi Parameter Bobot Skor
Ni Skor maks N maks
(Bobot x
skor)
(Bobot x
skor maks)
1 IKW (%) - - - - -
2 IKW (%) - - - - -
3 IKW (%) - - - - -
4 a. Pemandangan 5 1 5 3 15
Jumlah 5 15
IKW (%) 33.33
5 a. Pemandangan 5 2 10 3 15
Jumlah 5 15
IKW (%) 66,67
6 a. Pemandangan 5 1 5 3 15
Jumlah 5 15
IKW (%) 33.33
122
Lampiran 14. (lanjutan)
Lokasi Parameter Bobot Skor
Ni
(Bobot x
skor)
Skor maks
N maks
(Bobot x
skor)
7 a. Pemandangan 5 3 5 3 15
Jumlah 5 15
IKW (%) 33.33
8 a. Pemandangan 5 1 15 3 15
Jumlah 15 15
IKW (%) 100
Lampiran 15. Kategori kesesuaian wisata di masing-masing lokasi Setu Babakan
Lokasi
Memancing Sepeda air Perahu
kayu
Duduk
santai
Foto dan
shooting Flying fox
IKW
(%) K
IKW
(%) K
IKW
(%) K
IKW
(%) K
IKW
(%) K
IKW
(%) K
1 90,91 SS 77,78 S 77,78 S - - - - - -
2 75,76 S 86,67 SS 86,67 SS - - - - - -
3 60,61 S 86,67 SS 86,67 SS - - - - - -
4 - - - - - - 94,74 SS 80,56 S 33,33 SB
5 - - - - - - 91,23 SS 91,67 SS 66,66 S
6 - - - - - - 85,96 SS 47,22 SB 33,33 SB
7 - - - - - - 85,96 SS 72,22 S 100,00 SS
8 - - - - - - 63,16 S 33,33 SB 33,33 SB
123
Lam
piran
16. P
eta kesesu
aian m
eman
cing
123
124
Lam
piran
17. P
eta kesesu
aian sep
eda air
124
125
Lam
piran
18. P
eta kesesu
aian p
erahu k
ayu
125
126
Lam
piran
19. P
eta kesesu
aian d
uduk san
tai
126
127
Lam
piran
20. P
eta kesesu
aian fo
to d
an sh
ootin
g
127
128
Lam
piran
21. P
eta kesesu
aian flyin
g fo
x
128
129
Lam
piran
22. P
eta day
a dukung k
awasan
di S
etu B
abak
an
129
130
Lampiran 23. Karakteristik masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan
berdasarkan jumlah contoh sebanyak 30 orang
A. Data pribadi
1. Jenis kelamin
No Rasio jenis kelamin Jumlah contoh
(orang) Persentase (%)
1 Laki-laki 13 43
2 Perempuan 17 57
Jumlah 30 100
2. Kelompok umur
No Kelompok umur (tahun) Jumlah contoh
(orang) Persentase (%)
1 15-19 2 7
2 20-24 5 27
3 25-29 6 20
4 30-34 3 10
5 35-39 8 17
6 40-44 2 6
7 45-49 3 10
8 50-54 0 0
9 ≥ 50 1 3
Jumlah 30 100
3. Tingkat pendidikan
No Pendidikan terakhir
Jumlah contoh
(orang) Persentase (%)
1 SD 1 27
2 SMP 3 10
3 SMA 12 40
4 D3 7 23
5 S1 6 20
6 S2 1 3
Jumlah 30 100
4. Jenis pekerjaan
No Jenis pekerjaan
Jumlah contoh
(orang) Persentase (%)
1 Petani 0 0
2 karyawan 4 13
3 Pelajar 5 17
4 Guru 3 20
5 Wiraswasta 6 10
6 PNS 0 13
7 Ibu rumah tangga 8 27
Jumlah 30 100
131
Lampiran 23. (lanjutan)
5. Pendapatan per bulan
No Pendapatan per bulan Jumlah contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 < Rp.500.000,00 4 13
2 Rp.500.000,00 s/d Rp.1.000.000,00 8 27
3 Rp.1.000.000,00 s/d Rp.2.000.000,00 12 40
4 > Rp.2.000.000,00 6 20
Jumlah 30 100
B. Pengetahuan masyarakat terhadap Setu Babakan berdasarkan jumlah contoh
yang diwawancarai sebanyak 30 orang
1. Komposisi masyarakat yang mengetahui dan belum mengetahui adanya
kawasan Setu Babakan
No Pengetahuan masyarakat
terhadap Setu Babakan Jumlah contoh (orang)
Persentase
(%)
1 Tahu 30 100
2 Tidak tahu 0 0
Jumlah 30 100
2. Jumlah kunjungan masyarakat sekitar ke kawasan Setu Babakan
No Jumlah kunjungan
Jumlah contoh
(orang) Persentase (%)
1 Satu kali 0 0
2 Dua kali 3 10
3 Lebih dari dua kali 27 90
4 Berlum pernah 0 0
Jumlah 30 100
3. Aktifitas masyarakat di kawasan Setu Babakan
No
Aktifitas masyarakat di Situ
Gede
Jumlah contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Berdagang 3 56
2 Berekreasi 6 83
3 Bekerja 21 10
Jumlah 30 100
C. Aspirasi, persepsi dan preferensi masyarakat sekitar terhadap pengembangan
wisata di Setu Babakan berdasarkan jumlah contoh yang diwawancarai
sebanyak 30 orang
1. Aspirasi masyarakat terhadap upaya pengembangan wisata di Setu Babakan
No Aspirasi masyarakat terhadap upaya
pengembangan wisata di Setu Babakan Jumlah contoh (orang) Persentase (%)
1 Tidak 0 0
2 Setuju 30 100
Jumlah 30 100
132
Lampiran 23. (lanjutan)
2. Manfaat yang diperoleh masyarakat sekitar dengan adanya kawasan wisata Setu
Babakan
No
Manfaat yang diperoleh
masyarakat
Jumlah contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Kodisi jalan yang baik 3 10
2 Membuka lapangan kerja 11 37
3 Tidak ada manfaat 4 13
4 Rekreasi 5 17
5 Berinteraksi dengan wisatawan 7 23
Jumlah 30 100
3. Pendapat masyarakat tentang keindahan alam yang dimiliki Setu Babakan
No Pendapat masyarakat tentang keindahan
alam yang dimiliki Setu Babakan
Jumlah contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Ya 30 100
2 Tidak 0 0
Jumlah 30 100
4. Dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata
No Dampak negatif dari kegiatan wisata Jumlah contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Terpengaruhnya kehidupan masyarakat
oleh perilaku wisatawan 2 7
2 Kotornya kawasan 6 20
3 Tercemarnya perairan 5 17
4 Tingkat keamanan masyarakat terganggu 0 0
5 Tidak ada kekhawatiran apa-apa 17 56
Jumlah 30 100
5. Pengaruh dari perilaku wisatawan terhadap masyarakat
No Pengaruhdari perilaku wisatawan terhadap
masyarakat
Jumlah contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Perilaku berpakaian 4 14
2 Perilaku berbicara 4 13
3 Tingkah laku 3 10
4 Tidak ada pengaruh 15 50
5 Perilaku berpakaian dan tingkah laku 4 13
Jumlah 30 100
6. Pendapat masyarakat tentang aktifitas wisata yang mengganggu
kenyamanan masyarakat sekitar
No Pendapat tentang aktifitas wisata yang
mengganggu kenyaman masyarakat sekitar
Jumlah contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Ya 3 10
2 Tidak 27 90
Jumlah 30 100
133
Lampiran 23. (lanjutan)
7. Bantuan yang diberikan pengelola terhadap masyarakat
No Bantuan yang diberikan pengelola
terhadap masyarakat
Jumlah contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Terbukanya lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar 13 43
2 Tidak ada bantuan apa-apa 17 57
3 Bantuan modal berupa usaha 0 0
Jumlah 30 100
8. Pemahaman masyarakat terhadap ekowisata
No Pemahaman masyarakat terhadap ekowisata
Jumlah
contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Ya 10 33
2 Tidak 20 67
Jumlah 30 100
9. Persepsi masyarakat jika Setu Babakan dijadikan kawasan ekowisata
No Persepsi masyarakat jika Setu Babakan
dijadikan kawasan ekowisata
Jumlah
contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Tidak setuju 7 23
2 Setuju 23 77
Jumlah 30 100
10. Pendapat masyarakat terhadap pengelolaan yang menjaga kelestarian alamnya
No Pendapat masyarakat terhadap pengelolaan
yang menjaga kelestarian alamnya
Jumlah
contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Sudah 4 13
2 Belum 26 87
Jumlah 30 100
11. Harapan masyarakat terhadap upaya pengembangan wisata Setu Babakan
No Harapan pengembangan kawasan wisata air Situ Gede Jumlah contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Menjaga kelestarian alam 8 27
2 Membuka lapangan kerja baru 5 17
3 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2 6
4 Melakukan pembangunan fasilitas-fasilitas yang
bermanfaat bagi masyarakat setempat 4 13
5 Tidak punya harapan 0 0
6 Bernuansa alami 6 20
7 Tidak adanya pencemaran 5 17
Jumlah 30 100
134
Lampiran 24. Karakteristik wisatawan kawasan wisata Setu Babakan berdasarkan
jumlah contoh yang diwawancarai sebanyak 30 orang
A. Data pribadi wisatawan
1. Rasio jenis kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah contoh (orang) Presentase (%)
1 Laki-laki 17 57
2 Perempuan 13 43
Jumlah 30 100
2. Umur
No Umur (tahun) Jumlah contoh (orang) Persentase (%)
1 < 20 5 16
2 20-29 8 27
3 30-39 7 23
4 40-49 7 23
5 > 50 3 10
Jumlah 30 100
3. Tempat tinggal
No Tempat tinggal Jumlah contoh (orang) Persentase (%)
1 Jakarta 27 90
2 Luar Jakarta 3 10
Jumlah 30 100
4. Tingkat pendidikan
No Tingkat pendidikan Jumlah contoh (orang) Presentase (%)
1 SD 0 0
2 SMP 3 10
3 SMA 11 37
4 D3 7 23
5 S1 8 27
6 S2 1 3
Jumlah 30 100
5. Tingkat pendapatan wisatawan per bulan
No Pendapatan per bulan Jumlah contoh (orang) Presentase (%)
1 <Rp.500.000 2 6
2 Rp.500.000-Rp.1.000.000 9 30
3 Rp.1.000.000-Rp.2.000.000 14 47
4 >Rp.2.000.000 5 17
Jumlah 30 100
135
Lampiran 24. (lanjutan)
6. Jenis pekerjaan wisatawan
7. Biaya yang dikeluarkan untuk berwisata ke Setu Babakan
No Biaya yang dikeluarkan ke Setu
Babakan Jumlah contoh (orang)
Presentase
(%)
1 <Rp.10.000 3 10
2 Rp.10.000-Rp.30.000 8 27
3 Rp.30.000-Rp.50.000 14 46
4 >Rp.50.000 5 17
Jumlah 30 100
B. Motivasi wisatawan berdasarkan jumlah contoh yang diwawancarai sebanyak
30 orang
1. Sumber informasi yang diperoleh wisatawan
No Sumber informasi yang
diperoleh wisatawan
Jumlah contoh
(orang)
Presentase
(%)
1 Teman 21 77
2 Radio/Televisi 0 0
3 Leaflet/brosur 0 0
4 Koran/majalah 3 3
5 Sendiri 5 17
6 Saudara 1 3
Jumlah 30 100
2. Intensitas berkunjung wisatawan
No
Intensitas berkunjung
wisatawan
Jumlah contoh
(orang)
Presentase
(%)
1 Belum pernah 3 10
2 Pernah 27 90
Jumlah 30 100
No Jenis pekerjaan wisatawan
Jumlah contoh
(orang)
Presentase
(%)
1 Wiraswasta 4 13
2 PNS 5 17
3 Pelajar 7 23
4 Guru 4 13
5 Karyawan 8 27
6 Ibu rumah tangga 2 7
Jumlah 30 100
136
Lampiran 24. (lanjutan)
3. Dorongan wisatawan mengunjungi kawasan Setu Babakan
No Dorongan datang ke Setu Babakan
Jumlah contoh
(orang)
Presentase
(%)
1 Belum pernah berkunjung ke Setu
Babakan 2 6
2 Mudah dijangkau 12 40
3 Diajak teman 5 17
4 Pemandangan indah 6 20
5
pemandangan indah dan diajak
teman 2 7
6
Pemandangan indah dan mudah
dijangkau 3 10
Jumlah 30 100
4. Tujuan wisatawan mengunjungi kawasan wisata Setu Babakan
No Tujuan mengunjungi Setu Babakan Jumlah contoh
(orang)
Presentas
e (%)
1 Menikmati keindahan alam 6 20
2 mengisi waktu luang 6 20
3 Menghilangkan stress 4 13
4
Menikmati aktifitas wisata yang ditawarkan
dan memancing 7 23
5 Makan 4 14
6
Menikmati keindahan alam dan mengisi
waktu luang 3 10
Jumlah 30 100
C. Persepsi wisatawan berdasarkan jumlah contoh yang diwawancarai sebanyak
30 orang
1. Kepuasan wisatawan dalam melakukan aktifitas wisata di Setu Babakan
No Kepuasan wisatawan melakukan aktifitas wisata di
Setu Babakan
Jumlah contoh
(orang)
Presentase
(%)
1 Sangat puas 8 27
2 Puas 17 56
3 Cukup 5 17
4 Tidak puas 0 0
Jumlah 30 100
2. Pendapat wisatawan mengenai harga tiket
No Harga tiket
Jumlah contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Mahal 0 0
2 Sedang 0 0
3 Murah 30 100
Jumlah 30 100
137
Lampiran 24. (lanjutan)
3. Hambatan wisatawan berkunjung ke Setu Babakan
No Hambatan ke Setu Babakan Jumlah contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Lalu lintas yang sering macet 11 36
2 Tiket masuk yang terlalu mahal 0 0
3 Tidak ada waktu luang 8 27
4 Sulit menemukan lokasi 0 0
5 Lalu lintas macet 11 37
Jumlah 30 100
4. Pendapat wisatawan mengenai kelestarian lingkungan di kawasan wisata
No Kelestarian lingkungan Jumlah contoh (orang) Persentase (%)
1 Baik 21 70
2 Kurang baik 9 30
3 Buruk 0 0
Jumlah 30 100
5. Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di Setu Babakan
No Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di Setu
Babakan
Jumlah contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Dayung 3 10
2 Outbond 6 20
3 Arena bermain anak 5 17
4 Memancing 16 53
Jumlah 30 100
6. Persepsi wisatawan terhadap kondisi, jumlah, fasilitas dan lingkungan yang
ada di kawasan wisata Setu Babakan
Keterangan:
A : Aksesibilitas K : Tempat sampah
B : Pelayanan oleh pengelola L : Toilet
C : Keamanan di Situ Gede M : Tempat beribadat
D : Kenyamanan dalam kawasan N : Tempat duduk
E : Keindahan O : Tempat bermain anak
F : Kebersihan lingkungan P : Warung penjual makanan
G : Kebersihan air Q : Toko souvenir
H : Keaslian lingkungan R : Fasilitas perahu
I : Peraturan yang ada dalam kawasan
J : Sistem tata ruang dan tata letak fasilitas wisata
Parameter A B C D E F G H I J K L M N O P Q R
Baik 24 28 27 25 29 23 10 20 14 12 9 17 15 17 0 11 8 0
Cukup 5 2 2 3 1 4 15 7 7 10 8 8 9 5 0 6 16 0
Kurang 1 0 1 2 0 1 2 1 5 1 13 5 6 8 0 13 6 0
Tidak ada 0 0 0 0 0 2 3 2 4 7 0 0 0 0 30 0 0 30
Tidak
tahu 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
Jumlah 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
138
Lampiran 24. (lanjutan)
7. Pendapat wisatawan mengenai pembatasan pengunjung di kawasan Setu
Babakan
No Pendapat tentang pembatasan
pengunjung
Jumlah contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Setuju 20 77
2 Tidak setuju 10 33
Jumlah 30 100
8. Pendapat wisatawan mengenai ekowisata
No Pendapat tentang pembatasan
pengunjung
Jumlah contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Mengerti 18 60
2 Tidak mengerti 12 40
Jumlah 30 100
9. Pendapat wisatawan mengenai dijadikannya kawasan Setu Babakan sebagai
kawasan ekowisata
No Pendapat tentang pembatasan
pengunjung
Jumlah contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Setuju 30 0
2 Tidak setuju 0 100
Jumlah 30 100
D. Aktifitas wisatawan berdasarkan jumlah contoh yang diwawancarai sebanyak
30 orang
1. Kendaraan yang digunakan untuk mencapai kawasan Setu Babakan
No Kendaraan yang digunakan
Jumlah contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Motor 23 77
2 Mobil 5 17
3 Sewa/carter 0 0
4 Angkot 0 0
5 Ojek 0 0
6 Jalan kaki 2 6
Jumlah 30 100
2. Perlengkapan yang dibawa untuk berwisata ke Setu Babakan
No Perlengkapan yang dibawa
Jumlah
contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Kamera 20 67
2 Handycam 2 6
3 Tape recorder 0 0
5 tidak membawa perlengkapan 8 27
Jumlah 30 100
139
Lampiran 24. (lanjutan)
3. Keinginan wisatawan untuk kembali berkunjung ke Setu Babakan
No Keinginan untuk kembali Jumlah contoh (orang) Persentase (%)
1 Tidak 0 0
2 Ya 100 100
Jumlah 30 100,00
4. Pendamping wisatawan berkunjung ke Setu Babakan
No Pendamping wisatawan Jumlah contoh (orang) Persentase (%)
1 Sendiri 0 0
2 Berdua 8 27
3 Keluarga 4 13
4 Rombongan 18 60
Jumlah 30 100
5. Aktifitas yang dilakukan di Setu Babakan
No Kegiatan yang dilakukan Jumlah contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Memancing 6 20
2 Fotografi 2 7
3 Menikmati keindahan alam 13 43
4 Piknik 4 13
5 Piknik dan menikmati keindahan alam 5 17
Jumlah 30 100,00
6. Kenyamanan berwisata saat kawasan dipadati pengunjung
No Tingkat kenyamanan
Jumlah
contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Nyaman 12 40
2 Kurang nyaman 0 0
3 Tidak nyaman 0 0
5 Biasa saja 18 60
Jumlah 30 100
E. Keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan Setu Babakan
1. Pendapat wisatawan atas pemberian sangsi terhadap wisatawan yang merusak lingkungan
No Pendapat wisatawan atas pemberian sangsi Jumlah contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Setuju 30 100,00
2 Tidak setuju 0 0,00
Jumlah 30 100,00
2. Bentuk pengembangan fasilitas di Setu Babakan
No.
Bentuk pengembangan
fasilitas Jumlah contoh (orang) Presentase (%)
1 Alami 26 87
2 Modern 4 13
Jumlah 30 100
140
Lampiran 25. (lanjutan)
3. Tempat wisatawan membuang sampah berdasarkan jumlah contoh yang
diwawancarai sebanyak 30 orang
No Tempat pembuangan sampah
Jumlah
contoh
(orang)
Persentase
(%)
1 Tempat sampah 23 77
2 Di buang begitu saja 5 17
3 Ke Setu Babakan 2 6
Jumlah 30 100,00
Lampiran 25. Daerah tujuan wisata di Jakarta
No. Daerah wisata*) Jenis
Wisata Spesifikasi Atraksi
Jarak
dari Setu
Babakan
Lokasi
1. Kepulauan Seribu Wisata
Bahari
Pemandangan keindahan
kehidupan alam bawah laut
seperti ikan dan terumbu
karang
40-60 Km Kepulauan
Seribu
2.
Kompleks Taman
Impian Jaya ancol
- Pantai ancol
Wisata
Bahari
Pemandangan pantai utara
Jakarta 30 Km
Jakarta
Utara
- Dunia Fantasi Wisata
rekreasi
Berbagai atraksi dan arena
permainan 30 Km
Jakarta
Utara
- Water Boom
Ancol Wisata Air
Kolam renang besar
dilengkapi dengan arena
seluncur
30 Km Jakarta
Utara
- Sea World Wisata
Bahari
Pemandangan kehidupan
bawah laut dari akuarium
raksasa
30 Km Jakarta
Utara
3. Museum Jayakarta Wisata
Budaya
Koleksi benda-benda
purbakala semenjak Jakarta
didirikan
27 Km Jakarta
Utara
4. Kawasan Mangga
Dua
Wisata
Belanja
Kawasan perbelanjaan
dengan berbagai macam
barang yang ditawarkan
dengan harga murah
27 Km Jakarta
Utara
5. Kawasan PRJ
(kemayoran) Jakarta
Wisata
Konveksi
BPameran berskala
internasional 22 Km
Jakarta
Pusat
6. Museum Satria
Mandala
Wisata
Budaya
Koleksi benda-benda
purbakala peninggalan
kerajaan-kerajaan di
Indonesia
20 Km Jakarta
Pusat
7.
Kompleks Monas
- Monumen
Nasional
Wisata
Budaya
Koleksi benda-benda
bersejarah semenjak
kemerdekaan Indonesia
20 Km Jakarta
Pusat
- Tugu Monumen
Nasional
Wisata
rekreasi
View Kota Jakarta dari
ketinggian 150 meter 20 Km
Jakarta
pusat
- Taman Monas Wisata
Rekreasi
Kesejukan taman di tengah
Kota Jakarta 20 Km
Jakarta
Pusat
141
Lampiran 25. (lanjutan)
No. Daerah wisata*) Jenis
Wisata Spesifikasi Atraksi
Jarak
dari Setu
Babakan
Lokasi
8.
Kompleks Taman
Ismail Marzuki
- Taman Ismail
marzuki
Wisata
Rekreasi
Ruang terbuka (taman) dan
tempat berkumpulnya
seniman muda Jakarta
17 Km Jakarta
Pusat
- Planetarium
Wisata
Minat
Khusus
Mini teater mengenai
kehidupan luar angkasa 17 Km
Jakarta
Pusat
9.
Kompleks Taman
Mini Indonesia Indah
(TMII)
- Anjungan
Propinsi se-
Indonesia
Wisata
Budaya dan
Minat
Khusus
Rumah adat yang
menyediakan informasi
mengenai kebudayaan di
Indonesia
10 Km Jakarta
Timur
- Kereta gantung
dan Monorail
Wisata
rekreasi
Alat transportasi untuk
menikmati keindahan
keseluruhan TMII
10 Km Jakarta
Timur
- Teater IMAX
Keong Mas
Wisata
rekreasi
Teater berbentuk Keong
Mas yang menyajikan film
tentang keindahan
Indonesia
10 Km Jakarta
Timur
- Berbagai
Museum
Wisata
Budaya
Sumber informasi
mengenai hal-hal tertentu,
memiliki koleksi barang-
barang unik dan langka
10 Km Jakarta
Timur
10.
Kompleks Gelora
Senayan
- Gelanggang
Olahraga
Senayan
Wisata
Olahraga
Kompleks olahraga
lengkap 15 Km
Jakarta
Selatan
- Jakarta
Convention
Center (JCC)
Wisata
Konveksi
Pameran dan ruang
konveksi berskala
internasional
15 Km Jakarta
Selatan
- Plaza Senayan Wisata
Belanja
Kawasan perbelanjaan
eksklusif yang
menawarkan produk-
produk kualitas tinggi
berskala internasional
15 Km Jakarta
Selatan
- Taman Ria
Senayan
Wisata
Rekreasi
Arena permainan dan
restoran eksklusif di tengah
Kota Jakarta
15 Km Jakarta
Selatan
11. Kawasan Blok-M Wisata
Belanja
Kawasan perbelanjaan
yang menawarkan beragam
produk dari yang eksklusif
hingga terjangkau
14 Km Jakarta
Selatan
12. Kebun Binatang
Ragunan
Wisata
Alam
Koleksi hewan yang
lengkap 6 Km
Jakarta
Selatan
Top Related