EFISIENSI REPRODUKSI SAPI BETINA DAN PERFORMA
PEDET DI PT LEMBU JANTAN PERKASA
BETTI ZANORA
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efisiensi Reproduksi
Sapi Betina dan Performa Pedet di PT Lembu Jantan Perkasa adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Betti Zanora
NIM D14114002
ABSTRAK
BETTI ZANORA. Efisiensi Reproduksi Sapi Betina dan Performa Pedet di PT
Lembu Jantan Perkasa. Dibimbing oleh HENNY NURAINI dan IIS
ARIFIANTINI.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efisiensi reproduksi sapi betina
dan mengkaji hubungan antara bobot badan induk terhadap bobot lahir pedet serta
bangsa jantan berbeda terhadap performa pedet. Peubah yang diamati yaitu adalah
Days Open (DO), Service per Conception (S/C), Conception Rate (CR), Calving
Interval (CI), bobot lahir pedet pada paritas I dan II, jenis kelamin pedet, bobot
induk, dan fenotip breed pedet. Sampel yang digunakan adalah 66 ekor sapi betina
yang diinseminasi dengan semen brahman, limousin atau simmental yang didapat
dari Balai Inseminasi Buatan (BIB) Singosari. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Conception Rate 84%, Service per Conception 1.30, Calving Interval
369.44±28.37 hari dan Days Open 80.84±13.86 hari. Bobot lahir pedet yang
diinseminasi dengan semen simmental menunjukkan hasil yang berbeda nyata
lebih berat (P<0.05) dibandingkan bobot pedet dari bangsa brahman. Bangsa
pejantan dan jenis kelamin pedet tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap bobot
sapih pedet. Bobot induk saat awal kebuntingan berkorelasi nyata terhadap bobot
lahir pedet.
Kata kunci : bangsa, bobot lahir pedet, bobot sapih pedet, efisiensi reproduksi
ABSTRACT
BETTI ZANORA. The Reproductive Efficiency of Cows and Performance of Calf
at The PT Lembu Jantan Perkasa. Supervised by HENNY NURAINI dan IIS
ARIFIANTINI.
The research was conducted to study the reproductive efficiency of cows at
the Lembu Jantan Perkasa breeding farm and to find out the relationship between
breed used for artificial insemination (AI) with the calf birth and wean weight.
Reproductive efficiency on the Days Open (DO), Service per Conception (S/C),
Conception Rate (CR), Calving Interval (CI), calf birth weight, calf wean weight,
calf sexes, and calf breed phenotype were observed. Sixty six cows, were used as
a sample belong to replacement stock, obtained from imported cows from
Australia (brahman cross) and inseminate with brahman, limousin or simmental
semen frozen from Singosari artificial insemination centre. Result demonstrates a
high CR (84%) with only 1.30 S/C. The CI was only 369.44±28.37 days and DO
80.84±13.86 days respectively. Birth weight of the calf which was inseminate
with simmental demonstrated significantly higher (P<0.05) compare to brahman
and they was no significantly different between limousin and brahman.
Key words : breed, calf birth weight ,reproductive efficiency, calf wean weight
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
EFISIENSI REPRODUKSI SAPI BETINA DAN PERFORMA PEDET
DI PT LEMBU JANTAN PERKASA
BETTI ZANORA
ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Efisiensi Reproduksi Sapi Betina dan Performa Pedet di PT Lembu
Jantan Perkasa
Nama : Betti Zanora
NIM : D14114002
Disetujui oleh
Dr Ir Henny Nuraini, MSi
Pembimbing I
Prof Dr Dra R. Iis Arifiantini, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Muladno, MSA
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi : Efisiensi Reproduksi Sapi Betina dan Perforrna Pedet di PT Lembu Jantan Perkasa
Nama : Betti Zan ora NIM : D14114002
Disetujui oleh
Dr Ir enny Nuraini, MSi Prof Dr Dra R. lis Ari la Pembimbing I Pembimbing II
MSA Ketua Departemen
Tanggal Lulus: D 5 20141
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September hingga Oktober
2013 ini ialah sapi potong, dengan judul Efisiensi Reproduksi Sapi Betina dan
Performa Pedet di PT Lembu Jantan Perkasa.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Henny Nuraini, MSi dan Ibu
Prof Dr Dra R. Iis Arifiantini, MSi selaku pembimbing. Di samping itu, terima
kasih juga disampaikan kepada Bapak Sutrisnak selaku manager PT Lembu
Jantan Perkasa, Bapak Vira selaku kepala unit pembibitan PT Lembu Jantan
Perkasa beserta semua staf yang telah membantu selama penelitian. Ungkapan
terima kasih juga diucapakan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala
doa dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada teman-teman program alih jenis
Mayor TPT 2011, Rachmat Robiansyah serta teman-teman yang tidak dapat
disebutkan satu persatu atas dukungan dan bantuannya. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Betti Zanora
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 Ruang Lingkup Penelitian 2
MATERI DAN METODE 2 Lokasi dan Waktu 2 Materi 2
Ternak 2 Kandang 2
Pakan dan Minum 2 Metode 3
Peubah yang diamati 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Keadaan Umum Perusahaan 4 Perkandangan dan Kapasitasnya 5 Program Pemberian Pakan 6 Jumlah dan Komposisi Sapi 6 Manajemen Perkawinan 6
Efisiensi Reproduksi Sapi Betina 7 Hubungan Antara Bobot Induk dan Bobot Lahir pada Paritas Berbeda 8 Performa Pedet dengan Jenis Kelamin dan Bangsa Sapi Pejantan yang
Berbeda 9
SIMPULAN DAN SARAN 12 Simpulan 12
Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 13 RIWAYAT HIDUP 15
DAFTAR TABEL
1 Jumlah dan status sapi pada unit pembibitan 6
2 Peubah efisiensi reproduksi 8
3 Bobot lahir pedet berdasarkan paritas 9
4 Bobot lahir pedet berdasarkan jenis kelamin 9
5 Bobot lahir pedet (kg) dengan jenis kelamin dan bangsa pejantan
yang berbeda 10
6 Bobot sapih pedet (kg) dengan jenis kelamin dan bangsa pejantan
yang berbeda 11
7 Bobot lahir pedet berdasarkan fenotipe lahir (kg) 11
DAFTAR GAMBAR
1 Tipe kandang 5
2 Fenotip breed pedet 12
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi protein hewani semakin
meningkat. Peningkatan konsumsi protein hewani harus diikuti dengan
meningkatnya produksi peternakan seperti daging, susu dan telur (Brahmantiyo
2000). Upaya untuk memenuhi hal tersebut berujung kepada upaya peningkatan
populasi ternak salah satunya membuka peternakan sapi potong. Tujuan usaha
peternakan sapi potong dapat dibedakan untuk program finishing dan breeding.
Finishing adalah usaha peternakan yang menyediakan sapi siap potong dengan
karkas yang rendah lemak sedangkan breeding adalah usaha peternakan di bidang
pembibitan (pengembangbiakan) yang menghasilkan sapi bakalan.
Populasi sapi potong pada tahun 2009 mencapai 12.6 juta ekor dari
sebelumnya sebanyak 11.8 juta ekor. Jumlah tersebut hanya mampu menyuplai
60% penyediaan daging sapi lokal yang mencapai 264 ribu ton dari total
kebutuhan 322 ribu ton, 58.1 ribu ton diambil dari daging sapi bakalan impor
(DPKH 2012).
Tujuan akhir usaha pembibitan sapi potong adalah menghasilkan bakalan
yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Untuk menghasilkan bakalan yang sehat dan
bernilai ekonomi tinggi, dibutuhkan calon induk betina dan jantan yang berpotensi
produksi tinggi pula. Upaya tersebut juga dapat diterapkan dengan melaksanakan
teknologi tepat guna seperti Inseminasi Buatan (IB).
Efisiensi reproduksi sapi betina sangat penting karena akan memengaruhi
biaya produksi. Hal ini juga akan berdampak terhadap konsumen sebagai rantai
ujung tata niaga yang mengonsumsi produk akhir berupa daging. Kemampuan
ternak bereproduksi secara efisien merupakan suatu keharusan dalam usaha
pembibitan. Rendahnya fertilitas merupakan faktor utama kegagalan reproduksi
hingga berakibat terhadap rendahnya produktivitas ternak.
Beberapa indikator efisensi reproduksi sapi betina adalah Days Open (DO),
Service per Conception (S/C), Calving Interval (CI) (Atabany et al. 2011), dan
Conception Rate (CR) (Toelihere 2005). Faktor yang dapat memengaruhi efisiensi
reproduksi sapi betina yaitu faktor genetik dan non genetik. Jika salah satu tidak
mendukung maka penampilan reproduksi akan terganggu, hal ini tentu tidak akan
efisien dari segi produksi. Kendala inilah yang banyak ditemukan di peternakan
rakyat dikarenakan kurangnya penanganan sapi pasca melahirkan agar cepat
kembali dikawinkan.
Salah satu perusahaan peternakan yang bergerak di usaha pembibitan sapi
potong adalah PT Lembu Jantan Perkasa. Perusahaan telah menyediakan pedet
sapihan dan bakalan semenjak tahun 2004. Sistem perkawinan dilakukan dengan
cara inseminasi buatan (IB), untuk itu perlu dipelajari seberapa efisiensi
reproduksi dari sapi betina serta pengaruh bangsa pejantan terhadap performa
pedet yang dihasilkan.
2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efisiensi reproduksi sapi betina
dan mempelajari hubungan antara bobot induk terhadap bobot lahir pedet serta
pengaruh beberapa bangsa sapi pejantan terhadap performa pedet.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapatkan dari PT Lembu
Jantan Perkasa. Data sekunder meliputi Days Open (DO), Service per Conception
(S/C), Conception Rate (CR), Calving Interval (CI), bobot lahir pedet pada paritas
I dan II, jenis kelamin pedet, bobot induk, dan fenotip breed pedet dengan jumlah
total sampel yang diteliti sebanyak 66 ekor replacement stock (sapi betina).
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di PT Lembu Jantan Perkasa unit pembibitan
yang berlokasi di Jalan Raya Serang-Pandeglang KM 9.6 Desa Sindangsari,
Kecamatan Pabuaran, Serang, Banten. Penelitian dilakukan mulai bulan
September-Oktober 2013.
Materi
Ternak
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 66 ekor sapi betina yang
dipilih secara purposive sampling. Sapi betina tersebut diinseminasi semen
brahman, limousin dan simmental dari Balai Inseminasi Buatan (BIB) Singosari.
Sapi betina berasal dari perkawinan induk brahman cross asal Australia yang juga
diinseminasi semen brahman, limousin dan simmental.
Kandang
Kandang yang digunakan adalah kandang tertutup tipe atap monitor dan
atap A dengan sistem koloni. Setiap kandang terdiri dari beberapa pen. Tiap pen
berukuran 10 x 15 m dengan tinggi atap monitor 7 m pada bagian tengah dan 3.5
m pada bagian sampingnya.
Setiap pen diisi 30 ekor ternak dan lantai diberi alas serbuk gergaji. Khusus
pada kandang induk laktasi terdapat shelter untuk pedet.
Pakan dan Minum
Pakan diberikan as feed berdasarkan status sapi. Sapi dara diberi pakan
konsentrat sebanyak 7 kg ekor-1
hari-1
dan rumput 2.5 kg ekor -1
hari-1
serta jerami
1.5 kg ekor-1
hari-1
. Sapi dara bunting diberikan pakan konsentrat sebanyak 3.2 kg
ekor-1
hari-1
, rumput diberikan sebanyak 5.2 kg ekor-1
hari-1
dan jerami 3.5 kg
ekor-1
hari-1
. Setelah dara bunting melahirkan, maka statusnya menjadi induk
3
laktasi. Induk laktasi diberi pakan konsentrat sebanyak 7 kg ekor-1
hari-1
dan
rumput sebanyak 6.4 kg ekor-1
hari-1
serta jerami utuh 2.15 kg ekor-1
hari-1
.
Apabila dilakukan weaning (penyapihan) maka status induk laktasi berubah
menjadi dry cow dan pedet menjadi weaner. Dry cow diberikan pakan konsentrat
sebanyak 5 kg ekor-1
hari-1
, rumput 3.7 kg ekor-1
hari-1
dan jerami 2.3 kg ekor-1
hari-1
. Air minum diberikan ad libitum dan setiap pen diberikan mineral blok.
Pemberian pakan diberikan 2 kali dalam sehari yaitu pagi dan sore.
Metode
Korelasi Pearson digunakan untuk menguji hubungan antara bobot badan
induk dengan bobot lahir pedet pada paritas I dan II. Analisis regresi digunakan
untuk menghitung pengaruh bobot badan induk dengan bobot lahir pedet dengan
variabel dependent yaitu bobot lahir pedet dan variabel independent yaitu bobot
badan induk. Uji T digunakan untuk membandingkan bobot lahir pedet jantan dan
betina secara keseluruhan. Uji T juga digunakan untuk membandingkan bobot
lahir dari breed fenotip pedet (brahman cross, limbrah, dan simbrah) yang lahir.
Penelitian ini juga dilakukan untuk mempelajari pengaruh jenis kelamin
pedet dan bangsa sapi pejantan yang berbeda terhadap bobot lahir dan bobot sapih
pedet. Bangsa sapi yang digunakan adalah brahman, limousin dan simmental
dengan menggunakan rancangan Faktorial RAL. Model matematis yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Yger = μ + αg+ βe + (αβ) ge + €ger
Keterangan:
Yger = Nilai bobot lahir pedet pada bangasa sapi ke-g (brahman, limousin dan
simmental) dan pada jenis kelamin pedet ke-e (jantan dan betina) pada
ulangan ke-r
µ = Rataan umum
αg = Pengaruh bangsa pejantan ke-g terhadap bobot lahir pedet
βe = Pengaruh jenis kelamin pedet ke-e terhadap bobot lahir pedet
(αβ)
ge
= Pengaruh interaksi bangsa pejantan ke-g dan jenis kelamin ke-e terhadap
bobot lahir pedet
€ger = Pengaruh galat dari perlakuan bangsa pejantan ke-g dan jenis kelamin pedet
ke-e serta ulangan ke-r terhadap rataan bobot lahir pedet
Model matematis untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin dan bangsa
pejantan yang berbeda terhadap bobot sapih pedet menggunakan rancangan RAL
Faktorial sebagai berikut :
Yger = μ + αg+ βe + (αβ) ge + €ger
Keterangan:
Yger = Nilai bobot sapih pedet pada bangasa sapi ke-g (brahman, limousin dan
simmental) dan pada jenis kelamin pedet ke-e (jantan dan betina) pada ulangan
ke-r
µ = Rataan umum
αg = Pengaruh bangsa pejantan ke-g terhadap bobot sapih pedet
βe = Pengaruh jenis kelamin pedet ke-e terhadap bobot sapih pedet
(αβ) ge = Pengaruh interaksi bangsa pejantan ke-g dan jenis kelamin ke-e terhadap bobot
sapih pedet
4
€ger = Pengaruh galat dari perlakuan bangsa pejantan ke-g dan jenis kelamin pedet
ke-e serta ulangan ke-r terhadap rataan bobot sapih pedet
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati adalah Days Open (DO), Service per Conception (S/C),
Conception Rate (CR), Calving Interval (CI), bobot lahir pedet pada paritas I dan
II, jenis kelamin pedet, bobot induk, dan fenotip breed pedet. Data yang diambil
adalah data sekunder yang diperoleh dari database PT Lembu Jantan Perkasa
yang kemudian diolah dengan analisis deskriptif dan analisis statistik
menggunakan program Minitab 16 dan SAS 9.
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan statistik. Data yang
dianalisis secara deskriptif adalah DO, S/C, CR dan CI. Analisis statistik
menggunakan uji korelasi Pearson, uji regresi linier dan uji T.
Days Open (DO)
Days open atau masa kosong adalah jumlah hari yang diperoleh dari jarak
waktu beranak sampai induk dikawinkan kembali hingga terjadi kebuntingan.
Service per Conception (S/C)
Nilai S/C didapat dari jumlah banyaknya perkawinan atau inseminasi buatan
yang dilakukan hingga ternak menjadi bunting.
Calving Interval (CI)
Atau jarak beranak diperoleh dari days open ditambah dengan lama
kebuntingan.
Conception Rate (CR)
Nilai CR didapat dari jumlah sapi yang bunting karena IB pertama dibagi
dengan jumlah sapi yang diinseminasi buatan dikali 100%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Perusahaan
Bapak Djaya Gunawan mendirikan PT Lembu Jantan Perkasa pada tahun
1990. Awalnya perusahaan bergerak di bidang fattening dan trading sapi potong
sedangkan usaha pembibitan sapi mulai dirintis pada tahun 2004. PT Lembu
Jantan Perkasa merupakan perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak di
bidang pembibitan secara intensif. Saat ini PT Lembu Jantan Perkasa memiliki 2
cabang perusahaan, yaitu di Cikalong-Jawa Barat dan di Langkat-Sumatera Utara.
Perusahaan berlokasi di Jalan Raya km 9.6 Serang-Pandeglang, Desa Sindangsari,
Kecamatan Pabuaran, Serang, Banten.
Batas wilayah perusahaaan meliputi Kampung Ranca Lutung dan Kampung
Baruan di sebelah Utara, Kampung Kali Tanjung dan lahan persawahan di sebelah
Selatan, area perkebunan masyarakat Desa Sindangsari di sebelah Barat, dan
Kampung Tonggoh di sebelah Timur. Perusahaan ini berjarak sekitar 200 m dari
5
jalan raya dan memiliki ketinggian 200 m dari permukaan laut serta mempunyai
topografi yang landai dan datar. Suhu di kandang saat pagi (08.00) berkisar 26-27 oC dan di saat siang (14.00) berkisar 31-32
oC.
Perkandangan dan Kapasitasnya
Kandang yang dimiliki PT Lembu Jantan Perkasa terdapat dua tipe yaitu
kandang terbuka dan kadang tertutup (Gambar 1). Kandang terbuka adalah
kandang yang beratap jalan tengah dan tempat pakan saja, sedangkan kandang
tertutup adalah kandang yang seluruhnya beratap. Kedua tipe kandang tersebut
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kandang terbuka memiliki
kelebihan yaitu biaya pembuatan lebih murah, sedangkan kekurangannya adalah
sapi langsung terkena sinar matahari dan hujan. Kandang tertutup memiliki
kelebihan yaitu sapi lebih merasa nyaman karena terlindungi oleh gangguan cuaca
yang ekstrim dan lantainya menggunakan alas, sedangkan kekurangannya adalah
biaya pembuatannya yang jauh lebih mahal. Alas yang digunakan tersebut adalah
serbuk gergaji yang berfungsi untuk menyerap urin dan kotoran.
Kandang yang dimiliki oleh PT Lembu Jantan Perkasa sebanyak 16
kandang yang masing-masing kandang terdiri atas beberapa pen. Seluruh model
kandang yang digunakan adalah kandang koloni. Kandang tersebut terdiri atas
kandang A sampai M, weaner, hospital pen dan isolasi. Kandang A sampai G
merupakan kandang pemeliharaan untuk sapi finishing, sedangkan kandang H
sampai kandang M merupakan kandang sapi pembibitan. Kandang weaner adalah
kandang yang digunakan untuk pedet lepas sapih. Hospital pen diperuntukkan
bagi sapi yang sakit dan dalam penanganan khusus serta untuk sapi FH yang
difungsikan sebagai foster mother. Foster mother merupakan induk yang diperah
susunya untuk pedet yang tidak disapih oleh induknya.
(a) Kandang terbuka
(b) Kandang tertutup
Gambar 1 Tipe kandang : (a) Kandang terbuka, (b) Kandang tertutup
Atap kandang tertutup berbentuk model monitor agar sirkulasi di kandang
lebih segar dan nyaman, sedangkan atap kandang terbuka berbentuk model A.
Kedua atap tersebut berbahan asbes dan aluminium galvalum. Bangunan kandang
berbahan baku dari baja ringan. Kerangka dan tiang kandang menggunakan beton
dan besi. Baik kandang tertutup maupun kandang terbuka lantainya menggunakan
paving block dan pada kandang terbuka lantai dibuat dengan kemiringan 5o.
Tempat pakan berbentuk setengah lingkaran terbuat dari semen dan drum. Bak air
6
minum terbuat dari semen yang berkapasitas 1 000 L. Kapasitas kandang 30 ekor
pen-1
dan luas setiap pen adalah 150 m2.
Program Pemberian Pakan
Pemberian pakan di PT Lembu Jantan Perkasa pada unit pembibitan
dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu saat pagi dan siang hari. Pemberian pakan
pada pagi hari diberikan pada pukul 07.00 WIB hingga 09.00 WIB, sedangkan
siang hari diberikan pukul 13.00 WIB hingga 15.00 WIB. Untuk memenuhi
kebutuhan pakan ternaknya, PT Lembu Jantan Perkasa memiliki 2 gudang pakan
yaitu gudang A dan gudang B. Gudang A memiliki luas bangunan 1 232 m2 dan
gudang B memiliki luas bangunan 1 590 m2. Semua kegiatan produksi pakan
dilakukan di kedua gudang ini mulai dari bongkar muat bahan baku, mixing,
hingga pengepakan. Selain itu juga terdapat lahan hijauan seluas 8 ha. Lahan ini
ditanami oleh rumput varietas Taiwan. Rumput ini dipilih, karena mempunyai
kelebihan yaitu bisa mengalahkan pertumbuhan dari tumbuhan gulma, tahan
terhadap panas dan regenerasi setiap 7 tahun sekali. Untuk memenuhi kebutuhan
serat kasar, perusahaan juga memberikan jerami yang berasal dari area
persawahan sekitar perusahaan.
Pertambahan bobot badan harian (PBBH) optimal untuk sapi dara yaitu 0.5
kg hari-1
. Hal ini dapat tercapai apabila jumlah pemberian pakan dalam bentuk
kering sebanyak 3% dari berat badan (Dikman et al. 2010). Berdasarkan hasil
program pemberian pakan di PT LJP, diperoleh rataan bobot badan sampel sapi
dara adalah 288±25 kg. Hasil perhitungan pemberian pakan sapi dara dalam
bentuk bahan kering (BK) didapatkan sebesar 7.29 kg. Nilai ini belum mencukupi
jika pemberian dalam bentuk BK sebanyak 3% bobot badan yaitu 8.64 kg. Hal ini
akan berpengaruh terhadap lamanya masak kelamin dan akan kecilnya bobot
pedet yang akan dilahirkan.
Jumlah dan Komposisi Sapi
Pada unit pembibitan memiliki jumlah sapi 661 ekor yang terdiri atas heifer,
weaners, cow, yearling bulls, yearling heifer, dan bull. Di PT Lembu Jantan
Perkasa juga terdapat sapi FH sebagai foster mother. Tabel 1 menunjukkan jumlah
dan status sapi unit pembibitan pada akhir pengamatan pada saat September 2013.
Tabel 1 Jumlah dan status sapi pada unit pembibitan Status sapi Jumlah (ekor)
Heifer 14
Cow 173
Calves 50
Weaner 176
Yearling bulls 4
Yearling heifer 189
Foster mother 3
Total 661 Sumber: PT Lembu Jantan Perkasa 2013
Manajemen Perkawinan
Teknik perkawinan yang dilakukan di PT Lembu Jantan Perkasa adalah
dengan Inseminasi Buatan (IB) menggunakan semen beku yang diperoleh dari
7
BIB Singosari. Deteksi berahi dilakukan 2 kali sehari masing-masing pada waktu
05.00–07.00 dan 16.00–18.00. Deteksi berahi dilakukan oleh petugas khusus
untuk mengamati gejala-gajala sapi berahi dan mendatanya pada waktu yang telah
ditentukan. Di luar waktu tersebut, apabila terlihat sapi menunjukkan gejala berahi
maka akan dibantu mendata oleh petugas kandang. Gejala-gejala berahi yang
sering terlihat di kandang adalah sapi yang diam saat dinaiki oleh sapi lain
(standing heat) dan vulva yang mengeluarkan lendir bening.
Pelaksanaan inseminasi dilakukan dalam waktu 8-12 jam sesudah gejala
berahi terlihat. Ini merupakan waktu yang tepat karena sperma yang telah
disuntikkan akan mengalami transportasi dan kapasitasi selama dalam organ
reproduksi sapi betina sehingga saat sudah berada di infudibulum maka sperma
akan langsung membuahi sel telur. Selain waktu inseminasi, hal lain yang
berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan dalam IB adalah keterampilan
inseminator.
Efisiensi Reproduksi Sapi Betina
Service per Conception (S/C) adalah jumlah pelayanan inseminasi yang
dibutuhkan oleh seekor betina sampai terjadinya kebuntingan atau konsepsi. Nilai
S/C yang normal bekisar antara 1.6 sampai 2.0 (DPKH 2012). Semakin rendah
nilai S/C, maka makin tinggi kesuburan ternak betina tersebut (Jainudeen dan
Hafez 2008). Faktor yang memengaruhi tingginya angka S/C diantaranya adalah
petugas inseminator dan waktu pelaksanaan IB yang dianjurkan pada pagi, sore
dan malam hari (Susilawati 2001). Pada PT Lembu Jantan Perkasa didapat nilai
S/C sebesar 1.30. Nilai ini menandakan tingginya kesuburan sapi betina secara
keselurahan, tetapi secara individu terdapat sapi-sapi yang memilki nilai S/C
mencapai angka 3. Apabila nilai S/C dilihat berdasarkan asal tetua sapi betina,
maka sapi betina yang berasal dari simmental dan brahman cross yang paling baik
yaitu 1.26.
Calving Interval adalah jarak waktu antara dua kelahiran yang berurutan.
Hadi dan Ilham (2002) menyatakan bahwa jarak waktu beranak (CI) yang ideal
adalah 12 bulan, yaitu 9 bulan bunting dan 3 bulan menyusui atau ± 365 hari. Ini
menunjukkan nilai CI sudah termasuk ke dalam kategori ideal. Adapun nilai yang
memengaruhi tingginya angka CI yaitu panjangnya masa kosong (Nuryadi dan
Wahyuningsih 2011) dan S/C yang tinggi (Moran 2005). Hal tersebut terjadi jika
kuantitas pakan yang diberikan tidak diikuti dengan kulitas pakan (Setiawan et al.
2012).
Lamanya jarak beranak pada usaha pembibitan ini adalah 369.44±28.37
hari. Jika dilihat berdasarkan riwayat keturunan maka didapat nilai CI sapi betina
yang berasal dari simmental dan brahman cross 379.58±36.75 hari, limousin dan
brahman cross 360.87±14.25 hari dan brahman dan brahman cross 367.89±34.1 hari.
Nilai ini lebih kecil jika dibandingkan dengan penelitian Iswoyo dan Priyantini
(2008) mengungkapkan bahwa nilai CI pada sapi peranakan simmental yaitu
sebesar 392.28±77.27 hari dan Ihsan (2010) untuk sapi hasil silangan limousin
selama 433.67±24.3 hari.
Secara umum Days Open (DO) adalah jarak waktu beranak sampai terjadi
kebuntingan. Stevenson (2001) berpendapat bahwa lama DO yang normal pada
8
sapi betina adalah 40-60 hari. Pada unit pembibitan ini didapat nilai DO yang
besar, hal ini dikarenakan oleh lamanya penyapihan yang menyebabkan
terlambatnya siklus berahi induk. Hal ini didukung oleh pernyataan Ball dan
Peters (2004) yang menyatakan bahwa menyusui akan menghambat aktivitas
ovarium.
Nilai Conception Rate (CR) pada usaha pembibitan PT LJP sudah termasuk
tinggi dengan nilai 79.60%. DPKH (2012) memberikan pedoman dalam
mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan IB dengan memberikan nilai standar CR
untuk lokasi introduksi, pengembangan dan, swadaya masing-masing 50%, 70%
dan, 80%. Tabel 2 yang memaparkan nilai performa efisiensi di PT LJP
Tabel 2 Peubah efisiensi reproduksi Peubah Brahman BX Limousin BX Simmental BX Rataan±SD Standar
CI (hari) 367.89±34.10 360.87±14.25 379.58±36.75 369.44 ± 28.37 ±365**
CR (%) 79.29 80.38 79.11 79.60 80*
S/C 1.33 1.32 1.26 1.30 1.6-2.0*
DO
(hari) 83.63±10.97 75.81±15.75 82.74±13.91 80.84 ± 13.86 40-60
***
Sumber : * Direktorat Pembibitan Ternak (2012)
**Hadi dan Ilham (2002)
***Stevenson (2001)
Pada Tabel 2 terlihat bahwa sapi betina limousin BX lebih efisien dari
simmental BX dan brahman BX karena nilai peubah CI, CR dan DO yang
menunjukkan rataan yang lebih baik. Sapi limousin memiliki nilai S/C sebesar
1.36 dan DO 119 hari (Ihsan dan Wahjuningsih 2011) dengan lama CI 457 hari
(Piatkowska 2012). Nilai tersebut lebih besar dari nilai DO, CI dan S/C yang
didapatkan dari unit pembibitan di PT LJP. Hal ini berarti sapi silangan limousin
BX lebih bagus daripada sapi limousin murni.
Hubungan Antara Bobot Induk dan Bobot Lahir
pada Paritas Berbeda
Pengamatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan performa pedet
salah satunya dengan melihat performa induk. Selain lingkungan, performa induk
merupakan faktor yang memengaruhi performa pedet. Hasil analisis statistik
korelasi Pearson menunjukkan bahwa pada paritas I terdapat hubungan yang
sangat nyata (P<0.01) antara bobot badan induk dan bobot lahir pedet dengan nilai
korelasi r = 0.386. Koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa keragaman
bobot lahir pedet dipengaruhi oleh bobot badan induk sebesar 14.9% sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai ini sangat kecil tetapi berpengaruh
sangat nyata terhadap bobot lahir pedet.
Persamaan regresi linear antara bobot induk dengan bobot lahir pedet pada
paritas I adalah : Y = 16.21 + 0.025X. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan 1 kg
bobot badan induk maka akan menaikkan bobot lahir pedet sebesar 0.025 kg. Hal
ini juga diperkuat oleh penelitian Muslim et al. (2012) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang erat antara bobot badan induk brahman cross dengan
bobot lahir pedet.
9
Hasil analisis korelasi dan regresi menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang nyata (P>0.05) pada paritas II dengan nilai korelasi antara bobot
badan induk dan bobot lahir pedet adalah r = 0.014 dari nilai koefisien determinasi
(R2) sebesar 0.0%. Hartati dan Dicky (2008) berpendapat bahwa tidak adanya
hubungan antara bobot badan induk dan bobot lahir pada paritas berikutnya
kemungkinan lebih disebabkan karena faktor lingkungan.
Hasil analisis menggunakan uji T pada Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang nyata antara bobot lahir pedet jantan dan pedet betina
pada paritas I dan paritas II. Bobot lahir pedet jantan tidak berbeda nyata antara
paritas I dan paritas II sedangkan bobot lahir pedet betina sangat berbeda nyata
(P<0.01) antara paritas I dan paritas II. Hal ini bisa dikarenakan persaingan antara
induk dalam memperoleh pakan di dalam kandang sehingga ada induk yang
tersingkir oleh induk yang dominan yang menyebabkan konsumsi pakan menjadi
berbeda.
Tabel 3 Bobot lahir pedet berdasarkan paritas
Paritas Rataan ± SD
N Jantan N Betina
(kg)
PI 34 24.09 ± 2.69 32
22.75 ± 2.84a
PII 27 24.33 ± 2.02 25
25.28 ± 2.19b Keterangan : N =Jumlah sampel.
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan
perbedaan yang nyata (P<0.05).
Performa Pedet dengan Jenis Kelamin dan
Bangsa Sapi Pejantan yang Berbeda
Hasil analisis deskriptif dan uji T menunjukkan bahwa bobot lahir pedet
jantan dan betina hasil persilangan induk BX dengan beberapa bangsa pejantan
pada penelitian ini adalah 24.2±2.40 kg untuk pedet jantan dan 23.86±2.85 kg
untuk pedet betina. Bobot lahir merupakan faktor yang penting dalam
pertumbuhan pedet sapi. Sapi dengan bobot lahir yang besar dan lahir secara
normal akan lebih mampu mempertahankan kehidupannya (Prasojo et al. 2010).
Tanpa melihat asal tetua dan paritas induk, bobot lahir jantan dan betina (Tabel 4)
tidak ada perbedaan yang nyata (P>0.05).
Tabel 4 Bobot lahir pedet berdasarkan jenis kelamin Sex N Rataan ± SD
(kg)
Jantan 61 24.20 ± 2.40a
Betina 57 23.86 ± 2.85a
Keterangan : N =Jumlah sampel.
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
(P<0.05).
Hal ini berbeda dengan hasil penelitian dari Prasojo et al. (2010) yang
menyatakan bahwa rataan bobot lahir jantan lebih besar dari rataan bobot lahir
betina pada sapi bali. Salah satu hal yang memengaruhi ketepatan analisis rataan
10
bobot badan pedet adalah jumlah pedet yang diamati. Pada penelitian ini jumlah
pedet yang diamati sebanyak 118 ekor sedangkan penelitian Prasojo et al. (2010)
sebanyak 799 ekor pedet. Semakin banyak data yang diteliti maka semakin tinggi
tingkat ketelitiannya.
Kadarsih (2004) melaporkan bahwa bobot badan pedet sapi dipengaruhi
oleh tempat, di dataran tinggi pedet sapi jantan ataupun pedet sapi betina
menunjukkan bobot badan yang lebih berat dibandingkan dengan pedet sapi yang
induknya dipelihara di dataran berbukit ataupun dataran rendah. Hal ini diperkuat
oleh pernyataan Syukur dan Afandi (2009) yang mengungkapkan bahwa
produktivitas ternak selama ini diperkirakan 70% dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor genetik.
Selain dari jenis kelamin pedet, performa pedet juga dipengaruhi oleh
bangsa sapi. Sapi betina yang dikawinkan dengan bangsa pejantan yang terseleksi
diharapkan dapat menghasilkan pedet dengan pertumbuhan yang baik. Upaya
tersebut dapat dilakukan dengan IB yang bertujuan untuk menghasilkan bakalan
dan calon bibit induk yang bernilai ekonomis.
Bobot lahir merupakan salah satu hal yang penting dalam pola
pertumbuhan. Bobot lahir menurut Prasojo et al. (2010) merupakan faktor yang
penting dalam pertumbuhan pedet sapi. Sapi dengan bobot lahir yang besar dan
lahir secara normal akan lebih mampu mempertahankan kehidupannya. PT Lembu
Jantan Perkasa menginseminasi calon bibit dan induk betina dengan semen yang
berasal dari BIB Singosari. Bangsa sapi jantan yang digunakan adalah simmental,
brahman dan limousin. Pada Tabel 5 disampaikan data bobot lahir pedet
Tabel 5 Bobot lahir pedet (kg) dengan jenis kelamin dan bangsa pejantan yang
berbeda
Jenis kelamin Bangsa pejantan
Brahman Limousin Simmental
(kg)
Jantan 23.57 ± 1.39
24.44 ± 2.29
24.73 ± 2.15
Betina 24.43 ± 1.62
23.4 ± 1.14
26.46 ± 2.11
Rataan ± SD 24 ± 1.5a
24.07 ± 1.72ab
25.67 ± 2.13b Keterangan : Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan
perbedaan yang nyata (P<0.05).
Berdasarkan hasil uji statistik jenis kelamin anak tidak memengaruhi bobot
lahir pedet dari 3 bangsa yang diteliti. Interaksi antara bangsa pejantan dan jenis
kelamin juga menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap bobot lahir
pedet. Bobot lahir pedet dari 3 bangsa tersebut antara 22 sampai dengan 30 kg.
Bobot lahir pedet yang berasal dari pejantan simmental lebih berat (P<0.05)
dibandingkan dengan bobot lahir pedet dari sapi brahman, tetapi tidak berbeda
dengan bobot pedet limousin demikian juga antara limousin dengan brahman.
Besarnya bobot lahir pedet dari pejantan simmental juga dilaporkan oleh
Gesita (2009) yang menyatakan bahwa bangsa pejantan simmental memberikan
bobot lahir yang lebih tinggi dibandingkan dengan bangsa brahman. Riyadhi et al.
(2010) juga menambahkan bahwa bangsa simmental merupakan sapi tipe besar
yang mana bobot jantan dewasa dapat mencapai 1 000-1 200 kg dan betina
dewasa 700–800 kg.
11
Weaning (penyapihan) adalah proses pemisahan induk dengan anaknya.
Proses penyapihan di unit pembibitan dilakukan saat usia anak sapi berumur 2–3
bulan. Pedet yang telah disapih akan dijual berdasarkan kriteria bobot badan dan
jenis kelaminnya. Pada masa pra sapih, selain menyusu kepada induknya pedet
juga mulai diberikan hijauan pengenalan. Hal ini berguna untuk menstimulir
mikroba rumen pedet untuk mencerna serat kasar.
Penyapihan dilakukan berdasarkan kondisi induk dan kondisi pedet.
Apabila penyapihan dilakukan maka status pedet menjadi weaner dan induk
laktasi menjadi dry cow. PT LJP memasarkannya weaner ke beberapa daerah di
Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Berikut bobot sapih pedet disajikan pada Tabel 6
Tabel 6 Bobot sapih pedet (kg) dengan jenis kelamin dan bangsa pejantan yang
berbeda
Jenis kelamin Bangsa pejantan
Brahman Limousin Simmental
(kg)
Jantan 83.14±4.14 84.67±5.67 82.45±5.41
Betina 75.71±8.88 84.60± .93 82.69±10.12
Rataan ± SD 79.43±7.69a
84.64±5.23a
82.58±8.13a
Keterangan : Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
(P<0.05).
Hasil uji didapatkan bahwa perlakuan bangsa pejantan tidak berpengaruh
nyata (P>0.05) terhadap bobot sapih pedet. Begitu pula jenis kelamin serta
interaksi antara perlakuan dan jenis kelamin tidak memengaruhi bobot sapih pedet.
Jika data bobot sapih diamati secara deskriptif, maka bobot sapih pedet yang
berasal dari simmental, limousin dan brahman relatif bagus. Hal ini dilihat dari
pertambahan bobot badan 0.65±0.1 kg dengan lama pemeliharaan 91.27±27.97
hari karena sesuai dengan penelitian Hartati dan Dicky (2008) yang mendapatkan
peningkatan laju pertumbuhan pedet pada bulan pertama 0.36 kg dan 0.40 kg pada
bulan kedua pada sapi PO.
Pada database unit pembibitan terdapat data breed fenotipe pedet saat lahir.
Data ini berguna untuk mengetahui breed fenotip yang terinterpretasi yang dinilai
secara visualisasi oleh para supervisor pembibitan. Hal ini juga bertujuan untuk
mempersiapkan pedet-pedet yang akan menjadi bakalan sapi kurban terutama sapi
dengan breed fenotip brahman yang berjenis kelamin jantan. Karena
kecenderungan masyarakat Muslim yang ingin berkurban dengan sapi besar dan
berwarna dominan putih. Hasil data bobot lahir berdasarkan fenotip breed saat
lahir dapat dilihat pada Tabel 7
Tabel 7 Bobot lahir pedet berdasarkan fenotipe lahir (kg)
Breed fenotip pedet Jantan Betina Rataan ± SD
(kg)
Brahman 24.04 ± 2.55 22.67 ± 2.86 23.35 ± 2.77a
Simbrah 24.47 ± 2.20 25.68 ± 1.92 25.15 ± 2.11b
Limbrah 24.21 ± 2.44 23.64 ± 2.73 24.00 ± 2.52ab
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan perbedaan
yang nyata (P<0.05).
12
Pada Gambar 2 ditampilkan perbedaan fenotip pedet antara brahman,
simbrah dan limbrah
(a) Brahman (b) Limbrah
(c) Simbrah
Gambar 2 Fenotip breed pedet: (a) Brahman, (b) Limbrah, (c) Simbrah
Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji T menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang nyata antara rataan bobot lahir pedet berfenotip brahman dengan
bobot lahir pedet berfenotip simbrah (P<0.05). Untuk rataan bobot lahir pedet
berfenotip brahman dengan limbrah dan simbrah dengan limbrah tidak berbeda
nyata.
Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa efisiensi reproduksi pada sapi-
sapi betina pada unit pembibitan di PT Lembu Jantan Perkasa sudah tergolong
baik. Bangsa pejantan yang menghasilkan bobot lahir yang besar adalah bangsa
simmental.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Efisiensi reproduksi sapi betina lmousin BX lebih baik dari sapi betina
brahman BX dan limousin BX di unit pembibitan PT Lembu Jantan Perkasa.
Bobot lahir pedet dengan pejantan simmental lebih berat dibandingkan dengan
Brahman sedangkan bobot sapih pedet tidak dipengaruhi oleh bangsa pejantan,
jenis kelamin dan interaksi antara keduanya. Bobot badan induk berkorelasi
dengan bobot lahir pedet pada paritas I.
13
Saran
Sapi betina hasil persilangan limousin BX baik digunakan sebagai calon
bibit induk. Pedet pra sapih perlu diberikan pakan tambahan berupa konsentrat
khusus pedet.
DAFTAR PUSTAKA
Atabany A, Purwanto BP, Tahormat T, Anggraeni A. 2011. Hubungan masa
kosong dengan produktivitas pada sapi perah Friesian Holstein di
Baturraden Indonesia. Media Petern. 34 (2): 77-82.
Ball PJH, Peters AR. 2004. Reproduction in Cattle. Ed ke-3. Oxford (UK):
Blackwell.
Brahmantiyo B. 2000. Sifat fisik dan kimia daging sapi Brahman Cross, Angus
dan Murray Grey. Med Vet. Vol. 7(2) : 9-11.
[DPKH] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Direktorat
Pembibitan Ternak. 2012. Pedoman Pelaksanaan Manajemen Pembibitan
Ternak Terpadu Tahun 2012. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian.
Dikman DM, Affandhy L, Ratnawati D. 2010. Petunjuk Teknis Perbaikan
Teknologi Reproduksi Sapi Potong Induk. Loka Penelitian Sapi Potong.
Pasuruan (ID): Kementerian Pertanian
Gesita SF. 2009. Pengaruh bangsa pejantan terhadap bobot lahir sapi di PT.
Lembu Betina Subur Kandi resot kota Sawahlunto [skripsi]. Padang (ID):
Universitas Andalas.
Hadi PU, Ilham N. 2002. Problem dan prospek pengembangan usaha
pembibitan sapi potong di Indonesia. J.Litbang Pertanian. 21 (4): 148-
157.
Hartati, Dicky DM. 2008. Hubungan bobot hidup induk saat melahirkan
terhadap pertumbuhan pedet sapi Peranakan Ongole di Foundation Stock.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner. Loka Penelitian
sapi Potong. Pasuruan. 111-115.
Ihsan MN, Wahjuningsih S. 2011. Penampilan reproduksi sapi potong di
kabupaten Bojonegoro. J. Ternak Tropika. 12 (2): 76-80
Iswoyo, Widiyaningrum P. 2008. Performans reproduksi sapi Peranakan
Simmental (psm) hasil inseminasi buatan di kabupaten Sukoharjo Jawa
Tengah. J. Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. 11(3).
Jainudeen MR, Hafez ESE. 2008. Cattle And Buffalo In Reproduction In Farm
Animals. Ed ke-7. Maryland (US): Williams & Wilkins.
Kadarsih S. 2004. Performans Sapi Bali bedasarkan ketinggian tempat di daerah
transmigrasi Bengkulu : I Performans pertumbuhan. J. Ilmu-Ilmu
Pertanian 6 (1): 50-56.
Moran J. 2005. Tropical Dairy Farming. Feeding Management for Small Holder
Dairy Farmers in Humid Tropics. Collingwood VIC (AU): Lanandlinks Pr.
Muslim KN, Nugroho H, Susilawati T. 2012. Hubungan antara bobot badan induk
dan bobot lahir pedet sapi Brahman cross pada jenis kelamin yang
berbeda. J. Ternak Tropika.
14
Nuryadi, Wahjuningsih S. 2011. Penampilan reproduksi sapi Peranakan Ongole
dan Peranakan Limousin di Kabupaten Malang. J. Ternak Tropika. 12 (1):
76-81.
Prasojo G, Arifiantini I, Mohamad K. 2010. Korelasi antara lama kehuntingan,
bohot lahir dan jenis kelamin pedet hasil inseminasi buatan pada sapi Bali.
J. Vet. 11(1) : 41-45.
Piatkowska EC, Szewczuk M, Chocilowicz E, Kontancik N. 2012. Comparison of
Limousin And Simmental primiparous cows based on the variability of
age at first calving, body weight and the analysis of their growth and
development. EIPAU Med. 15 (2).
Riyadhi M, Arifiantini I, Purwantara B. 2010. Kajian morfologi spermatozoa sapi
Simmental di beberapa balai inseminasi buatan di Indonesia. Hameruzoa.
1(2) : 1-7.
Susilawati T. 2001. Spermatology. Malang (ID): Universitas Barwijaya Pr.
Stevenson JS. 2001. Synchronization of estrus and ovulation in dairy cows. Advan.
in Dairy Tech 13 : 379-392.
Syukur SH, Afandi. 2009. Perbedaan waktu pemberian pakan pada sapi jantan
lokal terhadap income over feed cost. J. Agroland. 16 (1) : 72-77.
Toelihere MR. 2005. Laporan kunjungan kerja dalam usaha perbaikan dan
pengembangan ternak sapi perah dan sapi potong group Austasia (PT
Greenfields dan PT Santori) di Malang dan Probolinggo, Jawa Timur 5-8
September 2005. Hal 3.
15
RIWAYAT HIDUP
Betti Zanora lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat pada tanggal 15 Januari
1990. Penulis merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak
Radisman dan Ibu Hj. Maryetti. Pada tahun 1996 penulis mulai mengikuti
pendidikan di tingkat Sekolah Dasar Negeri (SDN) 03 Aur Tajungkang dan lulus
pada tahun 2002. Penulis melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Pertama
Negeri (SMPN) 1 Sawahlunto dan lulus pada tahun 2005. Penulis melanjutkan ke
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Sawahlunto dan lulus pada tahun 2008.
Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program
Keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak, Program Diploma III (D3), Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun
2011 penulis melanjutkan pendidikan di program sarjana Departemen Produksi
dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB. Selama masa perkuliahan,
penulis aktif dalam bidang olah raga dengan mengikuti event seperti Dekan Cup
dan OMI (Olimpiade Mahasiswa IPB) di cabang atletik.
Top Related