1
EFEKTIVITAS EKSTRAK KASAR DAUN PALA SEBAGAI
BAHAN ANESTESI PADA SIMULASI TRANSPORTASI
IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)
VIDYATAMI HANUM PRATIWI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul “Efektivitas Ekstrak
Kasar Daun Pala sebagai Bahan Anestesi pada Simulasi Transportasi Ikan Bawal
Air Tawar (Colossoma macropomum)” adalah benar merupakan karya sendiri,
dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Vidyatami Hanum Pratiwi
NIM C34110023
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
5
ABSTRAK
VIDYATAMI HANUM PRATIWI. Efektivitas Ekstrak Kasar Daun Pala
sebagai Bahan Anestesi pada Simulasi Transportasi Ikan Bawal Air Tawar
(Colossoma macropomum). Dibimbing oleh RUDDY SUWANDI dan
PIPIH SUPTIJAH.
Bahan anestesi yang digunakan pada metode transportasi sistem kering ini
adalah daun pala (Myristica fragrans). Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan konsentrasi ekstrak kasar daun pala yang dikombinasikan dengan
perlakuan suhu dan waktu pemingsanan terbaik, serta kelulusan hidup ikan bawal
air tawar (Colossoma macropomum) pada transportasi sistem kering. Konsentrasi
ekstrak yang digunakan yaitu 1%, 3%, dan 5% (b/v). Konsentrasi optimal yang
diperoleh adalah 3%, dengan waktu pingsan 2 menit 32 detik dan waktu sadar
3 menit 46 detik. Perlakuan suhu dan waktu pemingsanan yang digunakan yaitu
15 ºC dan 17 ºC selama 60, 90, 120, 150, dan 180 menit. Hasil terbaik tanpa
simulasi yang diperoleh yaitu suhu 17 ºC dengan tingkat kelangsungan hidup
100% hingga menit ke-120. Simulasi transportasi menggunakan media serbuk
gergaji, lama waktu yang diujikan yaitu 150 dan 180 menit. Hasil terbaik setelah
simulasi transportasi yaitu simulasi dengan lama waktu 150 menit yang memiliki
tingkat kelulusan hidup 93%.
Kata kunci: anestesi, ekstrak daun pala, ikan bawal, transportasi sistem kering
ABSTRACT
VIDYATAMI HANUM PRATIWI. The Effectivity of Nutmeg Leaves Crude
Extract as Anesthetic Substance in Transport Simulation to the Tambaqui
(Colossoma macropomum). Supervised by RUDDY SUWANDI and
PIPIH SUPTIJAH.
Anesthetic substance which was used in this dry system transportation
method was nutmeg leaves (Myristica fragrans) extract. The aim of this research
was to determine the concentration of crude extract of nutmeg leaves combained
with the best temperature and time of unconscious treatment, as well as the
survival rate of tambaqui (Colossoma macropomum) in dry system transportation.
The concentration of the extract used were 1%, 3%, and 5% (b/v). The optimal
concentration was 3%, with unconscious time was 2 minutes 32 seconds and
conscious time was 3 minutes 46 seconds. In addition, the treatment of
temperature and unconscious time used were 15 ºC dan 17 ºC for 60, 90, 120, 150,
and 180 minutes. The best result without simulation was obtained by the
temperature 17 ºC with a survival rate of 100% up to 120 minutes. Moreover,
transport simulation used sawdust media, the tested time were 150 and
180 minutes. The best simulation was 150 minutes which was had 93% survival
rate.
Keywords: anesthetic, nutmeg leaves extract, tambaqui, dry system transportation
7
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
9
EFEKTIVITAS EKSTRAK KASAR DAUN PALA SEBAGAI
BAHAN ANESTESI PADA SIMULASI TRANSPORTASI
IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)
VIDYATAMI HANUM PRATIWI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
Judul Skripsi
Nama NIM Program Studi
Efektivitas Ekstrak Kasar Daun Pala sebagai Bahan Anestesi pada Simulasi Transportasi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Vidyatami Hanum Pratiwi C34110023 Teknologi Hasil Perairan
Disetujui oleh
Dr Ir Ruddy Suwandi MS Mphil Pembimbing I
Dr Dra Pipih Suptijah MBA Pembimbing II
Tanggal Lulus: 1 3 "'UL , .5
13
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang
berjudul “Efektivitas Ekstrak Kasar Daun Pala sebagai Bahan Anestesi pada
Simulasi Transportasi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)” ini
dapat diselesaikan. Skripsi disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk menyelsaikan studi di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama
kepada:
1 Dr Ir Ruddy Suwandi MS MPhil dan Dr Dra Pipih Suptijah MBA selaku
dosen pembimbing, atas segala bimbingan, motivasi dan pengarahan yang
telah diberikan kepada penulis selama penelitian.
2 Dr Mala Nurilmala SPi MSi selaku dosen penguji yang telah bersedia
menyediakan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingannya.
3 Prof Dr Ir Joko Santoso MSi selaku Ketua Departemen Tekonolgi Hasil
Perairan.
4 Dr Ir Iriani Setyaningsih MS selaku Ketua Komisi Pendidikan Departemen
Teknologi Hasil Perairan
5 Seluruh dosen dan staf Departemen Teknologi Hasil Perairan, terimakasih
atas bimbingan, arahan, kerja sama, dan ilmu pengetahuan yang diberikan. 6 Kedua orang tua (M. Teguh Totoyuwono dan Wantini), adik (Ahmad Suluh
Purusotama), dan kerabat dekat (Andi Eriec Chalil) yang telah mendukung,
mendoakan, memotivasi, dan memfasilitasi penulis dalam menjalankan
penelitian.
7 Seluruh keluarga besar mahasiswa THP 48 yang telah banyak membantu,
memberikan dukungan, saran, dan semangat kepada penulis.
8 Saeful Bahri yang banyak menghibur, memberikan motivasi, wejangan,
kritik dan saran selama penelitian.
9 Keluarga Bonsai (Nadia, Diah, dan Dihar) atas kerjasama dan bantuannya
selama penelitian, dan kebersamaaanya saat suka duka selama ini.
10 Mas Ipul Fans Club (Fitri, Ulfa, Mely, Nisa, dan Mang Idan) yang telah
banyak membantu, bertukar pikiran, dan warnai hari-hari selama penelitian.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini memiliki
banyak kekurangan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk
perbaikan di masa depan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat bagi
semua pihak yang memerlukannya.
Bogor, September 2015
Vidyatami Hanum Pratiwi
15
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vi
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Perumusan Masalah ........................................................................................ 2
Tujuan Penelitian ............................................................................................ 2
Manfaat Penelitian .......................................................................................... 2
Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 2
METODE PENELITIAN .................................................................................... 3
Waktu dan Tempat ......................................................................................... 3
Bahan dan Alat ............................................................................................... 3
Prosedur Penelitian ......................................................................................... 3
Penelitian Pendahuluan.............................................................................. 4
Penelitian Utama Tahap I .......................................................................... 5
Penelitian Utama Tahap II ......................................................................... 6
Prosedur Analisis ............................................................................................ 8
Analisis Kualitas Air ................................................................................. 8
Analisis Glukosa Darah ............................................................................. 8
Analisis Data.............................................................................................. 8
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 11
Penelitian Pendahuluan .................................................................................. 11
Konsentrasi Terbaik Ekstrak Kasar Daun Pala terhadap Ikan Bawal ....... 11
Pengamatan Tingkah Laku Ikan selama Proses Pemingsanan .................. 13
Perlakuan Suhu terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan ................... 13
Penelitian Utama ............................................................................................ 14
Kadar Glukosa Darah Ikan Bawal ............................................................. 16
Analisis Kualitas Air ................................................................................. 17
Simulasi Transportasi ................................................................................ 19
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 21
Kesimpulan ..................................................................................................... 21
Saran ............................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 21
LAMPIRAN ........................................................................................................ 25
RIWAYAT HIDUP............................................................................................. 33
DAFTAR TABEL
1 Hasil pengamatan terhadap perubahan tingkah laku ikan bawal ............... 13
2 Kadar glukosa darah ikan bawal pada waktu pemingsanan ...................... 17
3 Hasil analisis kualitas air ........................................................................... 18
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir prosedur penelitian pendahuluan .......................................... 5
2 Diagram alir prosedur penelitian utama tahap I ........................................ 6
3 Diagram alir prosedur penelitian utama tahap II ....................................... 7
4 Pengaruh pemberian ekstrak kasar daun pala dengan berbagai
konsentrasi berbeda terhadap waktu pingsan ( ) dan sadar ( ) ............... 11
5 Diagram batang perlakuan suhu 15 ºC ( ) dan 17 ºC ( ) terhadap
kelangsungan hidup ikan ........................................................................... 14
6 Diagram batang waktu sadar ikan bawal terhadap pengaruh waktu
pemingsanan pada perlakuan ( ) dan kontrol ( ) .................................... 15
7 Diagram batang kelangsungan hidup ikan bawal terhadap
pengaruh waktu pemingsanan pada perlakuan ( ) dan kontrol ( ) ......... 16
8 Diagram batang kelulusan hidup ikan bawal pada perlakuan ( )
dan kontrol ( ) saat simulasi transportasi ................................................. 19
DAFTAR LAMPIRAN
1 Dokumentasi kegiatan penelitian............................................................... 27
2 Hasil analisis waktu pingsan ikan bawal ................................................... 28
3 Hasil analisis waktu sadar ikan bawal ....................................................... 28
4 Tabel uji Independent Sample T Test perlakuan suhu terhadap
kelangsungan hidup ikan ........................................................................... 29
5 Tabel uji Independent Sample T Test waktu sadar ikan terhadap
lama pemingsanan ..................................................................................... 30
6 Tabel uji Independent Sample T Test tingkat kelulusan hidup
ikan terhadap lama waktu pemingsanan .................................................... 31
7 Tabel uji Independent Sample T Test kelulusan hidup ikan
terhadap lama simulasi .............................................................................. 32
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konsumsi ikan dari masyarakat semakin meningkat seiring dengan semakin
tingginya kesadaran akan pentingnya kandungan protein pada makanan. Data
statistik Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan pada tahun 2012
menunjukkan tingkat konsumsi ikan mencapai 33,89 kg per kapita per tahun dan
pada tahun 2013 menargetkan sebesar 35,14 kg per kapita per tahun (KKP 2013a).
Ikan air tawar merupakan salah satu jenis pangan yang mengandung protein
tinggi, mudah didapatkan dan dikonsumsi sehari-hari.
Komoditas perikanan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan
telah dibudidayakan secara intensif adalah ikan bawal air tawar
(Colossoma macropomum). Data produksi ikan bawal air tawar menunjukkan
pada tahun 2012 yaitu sebesar 433.358.395 ton (KKP 2013b). Tingkat kesadaran
masyarakat yang semakin tinggi tentang pentingnya mengkonsumsi ikan segar,
terutama ikan air tawar yang banyak tersedia di setiap daerah menyebabkan
permintaan ikan atau produk perikanan juga meningkat. Teknik transportasi ikan
hidup yang dapat menjamin ikan sampai kepada konsumen dalam keadaan tetap
hidup dan mutu yang baik sangat dibutuhkan, sehingga penanganan dalam
transportasi ikan harus diperhatikan. Transportasi ikan hidup umumnya menggunakan sistem basah tertutup
dengan kantung plastik dan sistem basah terbuka dengan wadah atau drum.
Kendala utama yang sering dialami dalam transportasi sistem basah yaitu jumlah
kapasitas angkut yang sedikit dan memicu adanya kerusakan fisik. Ketahanan
hidup ikan juga sangat beresiko jika jumlah air dikurangi untuk meningkatkan
kapasitas angkut ikan. Cara yang dapat dilakukan untuk meminimalkan kendala-
kendala tersebut yaitu dengan menggunakan metode pengangkutan sistem kering.
Transportasi ikan hidup sistem kering untuk pengangkutan bawal air tawar jarak
jauh dalam waktu lama merupakan cara yang lebih efektif. Sistem ini dapat
menjadi pilihan yang tepat apabila kondisi optimalnya diketahui sehingga
kelulusan hidup biota tetap tinggi sampai di tempat tujuan. Ikan bawal yang akan ditransportasikan dengan sistem kering harus
dipingsankan terlebih dahulu sebelumnya. Pemingsanan dapat dilakukan dengan
pemberian anestesi maupun dengan perlakuan suhu rendah. Anastesi pada ikan
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menekan aktivitas
metabolisme ikan sehingga dapat bertahan hidup dan tidak stres selama proses
transportasi (Berka 1986). Bahan anestesi kimia yang biasa digunakan dalam
transportasi ikan adalah MS-222 (tricaine methane sulphonate) dan quinaldine.
Bahan anestesi alami yang umumnya banyak digunakan adalah ekstrak cengkeh.
Penggunaan bahan tersebut perlu diperhatikan agar ikan tetap aman untuk
dikonsumsi.
Pala dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis dan
multiguna karena setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan dalam berbagai
industri. Daun pala merupakan salah satu bagian tanaman yang belum banyak
termanfaatkan. Rastuti et al. (2013) memaparkan bahwa senyawa yang
terkandung pada daun pala diantaranya alkaloida, triterpenoid, tanin, dan
2
flavonoida. Daun pala juga mengandung minyak atsiri, senyawa utama minyak
atsiri pada daun pala adalah myristicin (Puslitbang Perkebunan 2014). Minyak
atsiri ini bersifat analgetik. Efek analgetik pada daun pala ini diduga dapat
digunakan sebagai bahan anestesi alami pada ikan bawal sebelum
ditransportasikan. Informasi tentang efektivitas ekstrak daun pala sebagai bahan
anestesi untuk ikan bawal air tawar belum tersedia, maka perlu adanya kajian
mengenai potensi pemaanfaatannya dalam aplikasi tansportasi ikan bawal hidup.
Perumusan Masalah
Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi ikan segar semakin meningkat,
hal ini menyebabkan permintaan konsumen terhadap komoditas perikanan dalam
bentuk hidup semakin besar. Ikan segar diperoleh dengan cara transportasi.
Permasalahan yang sering terjadi dalam transportasi ikan bawal hidup adalah
kematian dan menurunnya kesegaran ikan. Metode transportasi sistem kering
dengan diberi perlakuan anestesi merupakan cara yang tepat untuk menanggulangi
masalah tersebut. Tanaman yang dapat berpotensi sebagai bahan anestesi salah
satunya yaitu tanaman pala, namun penelitian bahan anestesi menggunakan daun
pala belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini diharapkan menghasilkan
bahan anestesi alami yang mudah didapat, murah, dan efisien untuk transportasi
ikan bawal hidup.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak kasar
daun pala yang dikombinasikan dengan perlakuan suhu dan waktu pemingsanan
terbaik, serta mengetahui tingkat kelulusan hidup ikan bawal air tawar jika
ditransportasikan pada sistem kering.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efektivitas
ekstrak kasar daun pala sebagai bahan anestesi pada ikan bawal air tawar yang
menghasilkan kelulusan hidup tertinggi saat ditransportasikan menggunakan
transportasi sistem kering.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi preparasi dan ekstraksi daun pala,
pengujian keefektifan ekstrak daun pala terhadap ikan bawal, penentuan suhu dan
waktu pemingsanan, melihat tingkat kadar glukosa darah, analisis kualitas air,
serta simulasi transportasi sistem kering.
3
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2015 di Laboratorium
Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pengujian
kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, dan pemeliharaan
ikan dilakukan di Kolam Percobaan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan bawal yang
dipelihara di kolam budidaya Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dengan bobot 200 hingga 270 g per
ekor. Bahan anestesi yang digunakan yaitu daun pala yang diperoleh dari halaman
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bahan yang digunakan saat uji
kualitas air yaitu chlorox, phenate, MNSO4, indikator phenolphthalein (PP),
NaOH 0,0227 N, dan NH3 1 ppm. Bahan yang digunakan saat penelitian
berlangsung yaitu air, es batu, serbuk gergaji, dan kain kasa.
Alat yang digunakan untuk pengujian kualitas air yaitu DO meter, pipet
volumetrik, gelas ukur, erlenmeyer, pH meter, pipet mikro, spectrofotometer
“OPTIMA” 630 nm. Alat yang digunakan untuk pemingsanan yaitu plastik es,
aerator, toples ukuran 10 L, akuarium dengan ukuran 50 x 35 x 30 cm3, jarum
suntik, glukosa meter merk gluco-DR AGM 2100, dan termometer. Alat yang
digunakan dalam pembuatan ekstrak kasar daun pala yaitu baskom, saringan,
blender, sarung tangan. Alat yang digunakan untuk simulasi yaitu simulator,
toples, dan kotak styrofoam berukuran 30 x 30 x 40 cm3, gunting dan penggaris.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terbagi menjadi dua tahap yaitu penelitian pendahuluan
dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan meliputi preparasi bahan utama
daun pala, pengujian konsentrasi terbaik dari daun pala dan pengujian tingkat
kelulusan hidup dengan perlakuan suhu yaitu 15 ºC dan 17 ºC. Perlakuan suhu
tersebut diperoleh dari hasil penelitian Novesa (2012) yaitu pengamatan respon
bawal air tawar terhadap penurunan suhu rendah yang menunjukan bahwa bawal
mulai memasuki fase pingsan ringan pada kisaran suhu 17-15 ºC. Perlakuan suhu
ini bertujuan untuk mendapatkan temperatur terbaik pada kelulusan hidup ikan
bawal air tawar dalam keadaan tidur.
Penelitian utama meliputi perhitungan waktu sadar ikan, uji kadar glukosa
darah, dan analisis kualitas air. Masing-masing tahap pada penelitian utama ini
akan dibandingkan dengan kontrol yang tidak diberi anestesi. Hasil terbaik yang
4
didapatkan, selanjutnya disimulasikan dengan media serbuk gergaji menggunakan
simulator transportasi.
Penelitian Pendahuluan
Preparasi sampel dan ekstraksi daun pala
Daun pala yang digunakan diperoleh dari halaman Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Daun pala kemudian dibersihkan dari kotoran yang
menempel, dan diekstraksi menggunakan pelarut air. Daun pala yang telah bersih
kemudian ditimbang sebanyak 10, 30, dan 50 g selanjutnya daun pala yang telah
ditimbang masing-masing dihancurkan menggunakan blender dengan
ditambahkan pelarut berupa air (1000 mL) hingga membentuk larutan seperti
“juice”, kemudian disaring dengan menggunakan saringan. Ekstrak kasar daun
pala yang diperoleh dengan konsentrasi 1%, 3%, dan 5% (b/v) selanjutnya
dilakukan pengujian konsentrasi terbaik pada pemingsanan ikan bawal.
Pengujian konsentrasi terbaik
Penentuan konsentrasi terbaik dari ekstrak kasar daun pala ini masing-
masing menggunakan tiga ekor ikan bawal dengan bobot per ekor antara
200-270 g. Ikan bawal diperoleh dari pembudidaya yang terletak di Lebaksirna,
Desa Ciampea, Kabupaten Bogor yang kemudian di pelihara di kolam BDP dan
diberi makan pelet apung. Ikan bawal yang dipelihara di kolam BDP dipuasakan
terlebih dahulu selama 24 jam. Pemuasaan ini bertujuan untuk menyeragamkan
kondisi tubuh ikan dan ketika disimulasi transportasi tidak banyak mengeluarkan
sisa metabolisme. Ikan bawal diaklimatisasi selama 30 menit di akuarium dengan
air bersuhu 28 ºC agar dapat beradaptasi dengan lingkungan baru, kemudian ikan
ditimbang terlebih dahulu lalu dimasukkan ke dalam ekstrak kasar daun pala
volume 4 L dengan konsentrasi yang telah ditentukan yaitu 1%, 3%, dan 5%
hingga pingsan, selanjutnya dilakukan pembugaran yang diberikan aerasi penuh.
Pencatatan waktu pingsan dan waktu sadar (recovery time) dilakukan pada tahap
ini sebanyak tiga kali ulangan.
Pengujian suhu terbaik terhadap kelangsungan hidup ikan
Suhu yang digunakan yaitu 15 ºC dan 17 ºC sebagaimana hasil penelitian
Hanum (2014) mengenai pemingsanan ikan bawal dengan ekstrak umbi teki
menggunakan suhu 15 ºC sebagai suhu terbaik yang memiliki kelulusan hidup
100% pada waktu tidur menit ke-120. Suhu 17 ºC juga diujikan, berdasarkan
penelitian Novesa (2012) mengenai pembiusan ikan bawal dengan suhu rendah
yang menunjukkan bahwa suhu 17-15 ºC merupakan fase pingsan ringan pada
bawal. Waktu yang digunakan sebagai waktu tidur adalah 60, 90, 120, 150, dan
180 menit. Tujuan dari pengujian tingkat kelulusan hidup ikan adalah untuk
mendapatkan suhu terbaik ketika ikan dalam kondisi tidur. Pengujian dilakukan
menggunakan konsentrasi terbaik ekstrak daun pala, saat ikan sudah dalam
kondisi pingsan akibat pengaruh ekstrak selanjutnya ikan dimasukkan ke dalam
akuarium berisi air 12 L dengan suhu 15 ºC dan 17 ºC. Perhitungan waktu sadar
dilakukan setiap menit ke 60, 90, 120, 150, dan 180 menit untuk masing-masing
tiga ekor ikan tiap waktu tersebut. Pembugaran dilakukan menggunakan air
bersuhu 28 ºC yang diberi aerasi penuh. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali
ulangan. Diagram alir tahap penelitian pendahuluan dicantumkan pada Gambar 1.
5
Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian pendahuluan
Penelitian Utama Tahap I
Penelitian utama merupakan lanjutan dari penelitian pendahuluan yang
menguji tingkat kelangsungan hidup ikan bawal air tawar terbaik. Parameter uji
meliputi pengujian kadar glukosa darah, analisis kualitas air, dan simulasi
transportasi yang kemudian dibandingkan dengan kontrol. Perbedaan ikan yang
diberi perlakuan dengan ikan kontrol hanya terletak pada pemberian ekstrak kasar
daun pala. Ekstrak daun pala hanya diberikan pada ikan perlakuan dan tidak pada
kontrol. Ikan bawal air tawar dipuasakan selama 24 jam di kolam percobaan BDP
yang berukuran 2,5 x 2,5 x 1,5 m3, kemudian diaklimatisasi selama 30 menit di
akuarium. Ikan ditimbang dan diuji glukosa darah pertama baik pada kontrol
maupun perlakuan. Ikan bawal kemudian dipingsankan menggunakan ekstrak
daun pala terbaik sebagai perlakuan, selanjutnya ikan dimasukkan ke dalam
wadah yang berisi air dengan suhu 17 ºC yang diperoleh dari suhu terbaik pada
penelitian sebelumnya, dengan lama waktu 150 dan 180 menit baik pada
Daun pala
Pembersihan daun pala
dari kotoran
Ikan bawal
Pemuasaan selama 1x24 jam
dan aklimatisasi 30 menit
dengan suhu 28 ºC
Ekstraksi daun pala dengan sebanyak 10, 30,
dan 50 g masing-masing dalam 1000 mL air
Ekstrak kasar daun pala
1%, 3%, dan 5% (b/v)
Pemingsanan dengan konsentrasi
ekstrak 1%, 3%, dan 5%
Pengujian tingkat kelangsungan
hidup pada air bersuhu 15 ºC dan
17 ºC dengan waktu tidur 60, 90,
120, 150, dan 180 menit
(Berdasarkan survival rate)
Konsentrasi terbaik
(Berdasarkan waktu pingsan dan sadar)
6
perlakuan dan kontrol. Ikan selanjutnya dibugarkan dengan cara dimasukkan ke
dalam wadah yang telah diisi air bersuhu 28 ºC dan diberi aerasi penuh. Ikan yang
telah sadar kemudian ditimbang dan diuji glukosa darah kedua. Analisis kualitas
air dilakukan pada perlakuan dua waktu tersebut. Penelitian tahap ini dilakukan
sebanyak 3 kali ulangan. Diagram alir dari tahap penelitian utama dicantumkan
dalam Gambar 2.
Gambar 2 Diagram alir prosedur penelitian utama tahap I
Penelitian Utama Tahap II
Simulasi transportasi
Penelitian tahap simulasi transportasi bertujuan untuk mengetahui pengaruh
ekstrak daun pala terbaik pada uji transportasi sistem kering terhadap tingkat
kelulusan hidup bawal air tawar jika ditransportasikan dengan lama waktu tertentu
menggunakan simulator. Simulator transportasi yang digunakan ini menghasilkan
riak air setinggi 2 cm. Simulator transportasi merupakan alat yang memberikan
getaran menyerupai kendaraan. Wadah yang digunakan untuk uji simulasi ini
yaitu kotak styrofoam yang berukuran 50 x 35 x 30 cm3. Media pengisi yang
digunakan yaitu serbuk gergaji. Serbuk gergaji sebelumnya direndam dengan air
bersuhu 28 ºC selama 3 hari dengan setiap hari dicuci dan dilakukan penggantian
Ikan bawal
Pemuasaan 1 x 24 jam
Aklimatisasi 30 menit
Pemingsanan ikan dengan
konsentrasi terbaik
Peletakkan dalam akuarium yang
berisi 10 L air dengan suhu 17 ºC
Penentuan waktu tidur 150 dan 180 menit
3 kali ulangan (Berdasarkan waktu sadar,
SR, glukosa darah, kualitas air)
Penetapan waktu sadar
Pembugaran
Uji glukosa
darah I
Uji glukosa
darah II
Analisis
kualitas air
kualitas air
7
air lalu ditiriskan dan dijemur hingga kering. Serbuk gergaji kemudian direndam
dengan air es sampai suhu mencapai 17 ºC (suhu pingsan ikan bawal air tawar).
Ikan yang digunakan pada tahap simulasi ini sebanyak 5 ekor ikan per
perlakuan. Ikan bawal dipuasakan terlebih dahulu di kolam selama 24 jam,
kemudian diaklimatisasi selama 30 menit di akuarium dan diuji glukosa darah
pertama sebelum ditransportasikan. Ikan kemudian dipingsankan menggunakan
ekstrak daun pala 3%, setelah pingsan ikan dibungkus menggunakan kain kasa
basah untuk mencegah masuknya media kedalam mulut, insang, dan mata ikan.
Ikan disusun kedalam kotak styrofoam yang telah diberi media serbuk gergaji
bersuhu 17 ºC dan diberi hancuran es seberat 500 gram untuk mempertahankan
suhu saat disimulasikan selama 150 dan 180 menit. Penyadaran ikan dilakukan
dengan air laboratorium bersuhu 28 ºC yang diberi aerasi penuh, kemudian
dilakukan uji glukosa darah kedua. Penelitian tahap ini dilakukan sebanyak 3 kali
ulangan (Lampiran 1). Diagram alir dari tahap simulasi dicantumkan pada
Gambar 3.
Gambar 3 Diagram alir prosedur penelitian utama tahap II
Uji glukosa
darah I
Penyimpanan dalam kotak styrofoam dengan media serbuk
gergaji selama 150 dan 180 menit dengan suhu 17 ºC
Penyadaran menggunakan air pada
suhu 28 ºC dengan aerasi penuh
Perlakuan terbaik
Serbuk gergaji
Perendaman pada suhu
ruang selama 3 hari
Pencucian
Pengeringan
Perendaman pada suhu 17 ºC
Ikan bawal
Pemuasaan selama 24 jam
dan aklimatisasi selama
30 menit
Pemingsanan dengan
3% ekstrak daun pala
Pembungkusan ikan
dengan kain kasa
Simulasi transportasi
(meliputi SR dan glukosa darah)
Uji glukosa
darah II
8
Prosedur Analisis
Analisis Kualitas Air (Boyd 1982)
Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air laboratorium bersumber
dari tanah yang telah diendapkan selama 2 hari. Air yang diujikan pada pengujian
kualitas air yaitu air yang digunakan pada pengujian tingkat kelangsungan hidup
ikan bawal pada menit ke 150 dan 180, baik perlakuan maupun kontrol.
Pengujian kualitas air dilakukan dengan cara pengukuran suhu, pH, kadar oksigen
terlarut (DO), CO2, dan total amonia nitrogen (TAN):
1) Pengukuran pH (APHA 1975)
Air yang telah digunakan pada penentuan waktu tidur baik kontrol maupun
perlakuan masing-masing diukur kadar pH. Pengukuran pH dilakukan
menggunakan pH meter merk ORION Model 410 yang di masukkan kedalam air
tersebut, kemudian dilakukan pembacaan skala.
2) Pengukuran kadar oksigen terlarut (DO) (APHA 1975)
Pengukuran DO pada analisis kualitas air dilakukan menggunakan
DO-meter merk Lutron DO-5510 dengan cara merendam bagian ujung alat
kedalam air dari penentuan waktu tidur baik perlakuan maupun kontrol, kemudian
dilakukan pembacaan skala.
3) Pengukuran kadar CO2 (Rand et al. 1975)
Sampel air yang digunakan dituang sebanyak 25 mL dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. Indikator phenolphthalein ditambahkan sebanyak 2-3 tetes ke dalam
sampel, kemudian dititrasi dengan NaOH 0,0227 N hingga terjadi perubahan
warna menjadi merah muda. Volume titran yang digunakan lalu dicatat.
4) Pengukuran total amonia nitrogen (TAN) (APHA 1975)
Sampel air sebanyak 25 mL masing-masing diberikan MnSO4 sebanyak 1
tetes, reagen chlorox 0,5 mL, dan phenate 0,6 mL. Larutan tersebut selanjutnya
dihomogenkan dan dibiarkan selama 15 menit. Tahap selanjutnya dilakukan
pengukuran dengan Spektrofotometer OPTIMA SP-300 diatur absorbansi 0 dan
panjang gelombang 630 nm.
Analisis Glukosa Darah (GlucoDr AGM 2100)
Uji glukosa darah pada penelitian ini menggunakan alat GlucoDr AGM
2100 yang merupakan alat portabel dan dapat digunakan untuk mengukur kadar
gula darah, dimana hasil dapat diketahui dalam waktu 11 detik. Masukkan tes
strip ke port tes, lalu tempelkan pada darah yang diuji. Sampel darah minimal
yang dibutuhkan untuk mengukur kadar gula darah yaitu sebanyak 4 μL. Hasil tes
kemudian akan ditampilkan pada layar LCD secara otomatis, meter GlucoDr akan
menampilkan hasil kadar gula darah dalam rentang 30 – 600 mg/dL.
Analisis Data
Analisis data untuk pencarian konsentrasi terbaik daun pala menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan pemberian konsentrasi ekstrak
dalam jumlah yang berbeda. Data yang diperoleh diolah menggunakan Microsoft
Excel 2010, kemudian dilakukan uji ANOVA dengan menggunakan program
komputer IBM SPSS Statistics 22 untuk melihat pengaruh antar perlakuan. Model
matematika rancangan acak lengkap adalah sebagai berikut:
9
Yij = μ + τi + εij
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan pada taraf ke-i (i = 1%, 3%, 5%) dan ulangan ke-j
(j = ulangan 1, 2, 3) yang memperoleh perlakuan ke-i (i = 1%, 3%, 5%)
μ = Nilai tengah atau rataan umum pengamatan
τi = Pengaruh perlakuan pada taraf ke-i (i = 1%, 3%, 5%)
εij = Galat atau sisa pengamatan taraf ke-i (i = 1%, 3%, 5%) dan ulangan ke-j
(j = ulangan 1, 2, 3)
Hipotesis uji konsentrasi ekstrak kasar daun pala terhadap waktu pingsan ikan:
H0 : Perbedaan konsentrasi ekstrak kasar daun pala tidak berpengaruh
terhadap waktu pingsan ikan bawal
H1 : Perbedaan konsentrasi ekstrak kasar daun pala berpengaruh terhadap
waktu pingsan ikan bawal
Hipotesis uji konsentrasi ekstrak kasar daun pala terhadap waktu sadar ikan:
H0 : Perbedaan konsentrasi ekstrak kasar daun pala tidak berpengaruh
terhadap waktu sadar ikan bawal
H1 : Perbedaan konsentrasi ekstrak kasar daun pala berpengaruh terhadap
waktu sadar ikan bawal
Jika hasil analisis data menunjukkan ada pengaruh (p<0,05) maka
dilakukan uji lanjut menggunakan uji Tukey (multiple comparisons) dengan
rumus sebagai berikut:
BNJ = qα(v,k) √KTG
n
Keterangan:
BNJ = Beda nyata jujur
K = Jumlah kelompok
V = Derajat bebas galat
N = Banyaknya sampel
qα(v,k) = Nilai tabel studentized range statistic
KTG = Kuadrat tengah galat
Hipotesis uji Tukey konsentrasi ekstrak kasar daun pala terhadap waktu pingsan:
H0 : Perbedaan konsentrasi ekstrak kasar daun pala memberikan pengaruh
yang tidak berbeda nyata terhadap waktu pingsan ikan bawal
H1 : Perbedaan konsentrasi ekstrak kasar daun pala memberikan pengaruh
yang berbeda nyata terhadap waktu pingsan ikan bawal
Hipotesis uji Tukey konsentrasi ekstrak kasar daun pala terhadap waktu sadar:
H0 : Perbedaan konsentrasi ekstrak kasar daun pala memberikan pengaruh
yang tidak berbeda nyata terhadap waktu sadar ikan bawal
H1 : Perbedaan konsentrasi ekstrak kasar daun pala memberikan pengaruh
yang berbeda nyata terhadap waktu sadar ikan bawal
10
Analisis data penelitian pendahuluan (perlakuan suhu terhadap tingkat
kelangsungan hidup ikan) dan penelitian utama yaitu menggunakan uji
Independent-Sample T-test. Model matematika Independent-Sample T-test adalah
sebagai berikut:
Uji t untuk varian yang sama (equal variences) menggunakan rumus:
t = X1 − X2
√(n1 − 1)S1
2 + (n2 − 1)S22
n1 + n2 − 2(
1n1
) + (1
n2)
Uji t untuk varian yang berbeda (unequal variances) menggunakan rumus:
t = X1 − X2
√(S1
2
n1) + (
S22
n2)
Keterangan:
t = Nilai t hitung
X1 = Rata-rata nilai kelompok kesatu
X2 = Rata-rata nilai kelompok kedua
n1 = Banyak subjek kelompok kesatu
n2 = Banyak subjek kelompok kedua
S12 = Varian kelompok kesatu
S22 = Varian kelompok kedua
Hipotesis uji untuk perlakuan suhu terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan:
H0 : Tidak ada perbedaan antara suhu 15 ºC dengan suhu 17 ºC terhadap
kelangsungan hidup ikan
H1 : Ada perbedaan antara suhu 15 ºC dengan suhu 17 ºC terhadap
kelangsungan hidup ikan
Hipotesis uji pada penelitian utama:
H0 : Tidak ada perbedaan waktu sadar antara perlakuan dengan kontrol
terhadap lama waktu pingsan.
H1
H0
H1
H0
H1
:
:
:
:
:
Ada perbedaan waktu sadar antara perlakuan dengan kontrol terhadap
lama waktu pingsan.
Tidak ada perbedaan tingkat kelangsungan hidup ikan antara perlakuan
dengan kontrol terhadap lama waktu pingsan.
Ada perbedaan tingkat kelangsungan hidup ikan antara perlakuan dengan
kontrol terhadap lama waktu pingsan.
Tidak ada perbedaan tingkat kelulusan hidup ikan antara perlakuan
dengan kontrol terhadap simulasi transportasi
Ada perbedaan tingkat kelangsungan hidup ikan antara perlakuan dengan
kontrol terhadap simulasi transportasi.
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Pendahuluan
Ikan bawal air tawar yang digunakan pada penelitian ini memiliki kondisi
yang baik dan tidak cacat fisik bila dilihat dari tingkah laku dan ciri fisik ikan
tersebut. Hal tersebut ditunjukkan dengan tampilan ikan yang sangat segar dan
tidak pucat, gerakan renang yang agresif, posisi tubuh tegak dan kokoh, serta
sangat responsif jika terdapat rangsangan dari luar.
Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan jenis tanaman yang dapat
tumbuh baik didaerah tropis. Tanaman ini termasuk dalam Familia Myristicaceae,
yang mempunnyai sekitar 200 spesies. Tajuk pohon ini bentuknya meruncing ke
atas dan puncak tajuknya tumpul. Daun pala berbentuk bulat telur, pangkal dan
pucuknya meruncing. Warna bagian bawah daun hijau kebiru-biruan muda
(Sunanto 1993). Jenis daun pala yang digunakan yaitu pala jantan. Daun yang
dipetik untuk dijadikan bahan anestesi pada penelitian ini yaitu 3 hingga 4 helai
dari pucuk, berwarna hijau mengkilap, bentuk ujung daun tajam, tekstur daun
sedikit kaku, tepi daun lurus. Panjang rata rata daun yaitu 3,27 cm, lebar rata-rata
daun yaitu 7,99 cm. Daun pala yang telah jatuh dan mengering memiliki rata-rata
panjang 2,86 cm dan lebar 7,3 cm. Hasil analisis daun pala menunjukkan bahwa
kadar myristicin (senyawa utama minyak atsiri pala) pada tanaman pala jantan
lebih tinggi hampir tiga kali lipat daripada tanaman pala betina dan tanaman pala
monoecious. Kadar myristicin pada pala jantan rata-rata adalah 3,52%, pala betina
1,05%, dan monoecious 0,97% (Puslitbang Perkebunan 2014).
Konsentrasi Terbaik Ekstrak Kasar Daun Pala terhadap Ikan Bawal
Konsentrasi ekstrak daun pala yang digunakan adalah 1%, 3%, dan 5%.
Masing-masing konsentrasi diaplikasikan pada 3 ekor ikan dengan kondisi yang
sama sebanyak 3 kali ulangan. Waktu pingsan ikan dihitung mulai dari menit ke-0
hingga ikan pingsan. Waktu sadar ikan dihitung hingga ikan kokoh dan dapat
berenang kembali. Diagram batang pengaruh pemberian ekstrak kasar daun pala
terhadap waktu pingsan dan sadar ikan bawal disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Pengaruh pemberian ekstrak kasar daun pala dengan berbagai
konsentrasi berbeda terhadap waktu pingsan ( ) dan sadar ( )
(keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada
waktu pingsan dan sadar ikan menunjukkan hasil yang berbeda nyata
[p<0,05])
4.30
2.32
1.33
2.39
3.46 4.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
1 3 5
Wak
tu p
ingsa
n d
an s
adar
(men
it)
Konsentrasi (%)
c
b
a
a
b b
12
Hasil analisis statistik menggunakan menunjukkan bahwa perbedaan
konsentrasi ekstrak daun pala memberikan pengaruh (p<0,05) terhadap waktu
pingsan dan sadar ikan. Perbedaan konsentrasi ekstrak daun pala memberikan
hasil yang berbeda nyata pada waktu sadar dan pingsan ikan, kecuali pada
perlakuan konsentrasi ekstrak daun pala 3% dan 5% memiliki hasil yang tidak
berbeda nyata pada waktu sadar ikan (Lampiran 3 dan Lampiran 4). Grafik ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun pala maka waktu
pingsan semakin cepat dan waktu sadar semakin lama. Hal ini dapat terjadi karena
tingginya kadar bahan anestesi yang masuk ke dalam tubuh ikan, semakin tinggi
konsentrasi yang diberikan maka waktu sadar akan semakin lama, karena ikan
membutuhkan waktu yang lebih lama pula untuk mengeluarkan atau
membersihkan bahan anestesi dari dalam tubuhnya. Hal ini ditunjang oleh hasil
penelitian Ilhami et al. (2015) yang melaporkan bahwa konsentrasi ekstrak bunga
kamboja yang semakin tinggi menyebabkan waktu pemingsanan ikan semakin
cepat karena jumlah kandungan senyawa aktif yang terserap pada tubuh ikan lebih
banyak. Yanto (2009) menyatakan bahwa pemberian anestesi yang terlalu banyak
akan menyebabkan waktu pemulihan yang semakin lama. Respon yang diberikan
ikan selama perlakuan pemingsanan akan berbeda, sesuai dengan kadar bahan
anastesi dan ukuran ikan. Ekstrak daun pala ini sangat berpengaruh terhadap pemingsanan ikan, hal
ini diduga karena adanya senyawa utama minyak atsiri pada daun pala, yaitu
myristicin. Senyawa myristicin dapat menimbulkan rasa berkhayal atau halusinasi.
Senyawa ini merupakan agen yang bersifat halusinogen dan toksik yang dapat
menyebabkan kercunan pada dosis yang berlebih (Lutony dan Rahmayati 1999).
Kandungan kimia bagian tumbuhan pala pada biji dan daunnya mengandung
polifenol. Biji dan buahnya juga mengandung saponin dan daunnya mengandung
flavonoid Hutapea (1994). Senyawa organik banyak digunakan sebagai bahan
anestesi, misalnya senyawa golongan alkaloid dan senyawa aromatik. Senyawa
golongan alkaloid memiliki sifat analgesik, antibakteri, dan anti kanker,
sedangkan contoh senyawa aromatik yaitu eugenol, elemycin, myristicin,
polifenol, dan safrole yang bersifat menimbulkan daya halusinasi jika digunakan
dalam konsentrasi tertentu (Nurdjanah 2007).
Anestesi bertujuan untuk menurunkan seluruh aktivitas ikan untuk
menghindari stress. Ikan dapat menyerap bahan anestesi melalui jaringan otot,
saluran pencernaan dengan cara injeksi atau melalui insang. Saskia et al. (2013)
menyatakan bahwa penggunaan bahan anestesi terlalu banyak akan menyebabkan
kerusakan pada beberapa organ seperti insang, syaraf, ginjal, otak, stress
berkepanjangan, cenderung menjadi racun, dan mengakibatkan kematian ikan.
Kematian tersebut diduga bahan anestesi yang larut dalam air akan
mengakibatkan berkurangnya laju respirasi.
Hasil terbaik yang diperoleh dari pengujian konsentrasi ekstrak kasar daun
pala adalah 3%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun
pala 1% memiliki waktu pingsan dan sadar yang berbeda nyata dengan ekstrak
daun pala 3% dan 5%. Ekstrak daun pala 5% memiliki waktu sadar yang tidak
berbeda nyata dengan ekstrak daun pala 3%, sehingga ekstrak daun pala 3%
dianggap sebagai konsentrasi yang efektif. Aini et al. (2014) menyatakan bahwa
anestesi ideal adalah anestesi yang mampu memingsankan ikan kurang dari 3
menit dan menyadarkannya kembali kurang lebih 5 menit.
13
Pengamatan Tingkah Laku Ikan selama Proses Pemingsanan
Waktu pingsan ikan yang diberikan anestesi merupakan salah satu
paramater untuk mencari konsentrasi terbaik dalam memingsankan ikan.
Konsentrasi daun pala sebagai bahan anestesi yang diujikan pada ikan bawal yaitu
1%, 3%, dan 5%. Pengamatan terhadap tingkah laku ikan selama proses
pemingsanan dilakukan setiap satu menit, dimulai dari menit ke-0 sampai ikan
tidak sadar (pingsan). Hasil pengamatan terhadap perubahan tingkah laku ikan
bawal terhadap masing-masing konsentrasi ekstrak daun pala dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Hasil pengamatan terhadap perubahan tingkah laku ikan bawal
Waktu
(menit)
Konsentrasi (%)
1 3 5
0-1 Normal Normal, meronta Normal, meronta, kehilangan
keseimbangan, buka tutup
insang melambat, pingsan
ringan
1-2 Meronta Kehilangan
keseimbangan, buka
tutup insang melambat,
pingsan ringan
Pingsan (1,33)*
2-3 Kehilangan
keseimbangan
Pingsan (2,32)*
3-4 Buka tutup insang
melambat, pingsan
ringan
4-5 Pingsan (4,30)*
*Rata-rata waktu pingsan ikan
Hasil pengamatan tingkah laku ikan bawal selama proses pemingsanan pada
konsentrasi ekstrak daun pala sebesar 1%, 3%, dan 5%. Lamanya waktu yang
dibutuhkan oleh ikan yang diuji hingga mencapai tahap pingsan berbeda-beda.
Perlakuan dengan konsentrasi 5%, dan 3% memberikan pengaruh yang cepat dan
sesuai dengan skala anestesi ideal jika dibandingkan dengan perlakuan 1%.
Perlakuan 1% memberikan pengaruh yang lambat sehingga membutuhkan waktu
yang lama hingga ikan tersebut pingsan.
Perlakuan Suhu terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan
Suhu merupakan faktor penting dalam upaya pemeliharaan kelangsungan
hidup ikan. Setiap spesies memiliki suhu optimum, yaitu kisaran suhu dimana
pertumbuhan optimum dapat tercapai. Pemingsanan ikan pada tahap ini
menggunakan konsentrasi ekstrak daun pala 3% yang diperoleh dari konsentrasi
terbaik. Perlakuan suhu yang digunakan yaitu suhu 15 ºC dan suhu 17 ºC, serta
lama waktu yang diujikan diantaranya adalah 60, 90, 120, 150, dan 180 menit.
Perlakuan suhu ini diimplementasikan dengan menggunakan air sebanyak 10 L
dan pemberian es batu hingga mendapatkan suhu yang diinginkan. Penelitian
tahap ini bertujuan untuk memperoleh suhu terbaik ikan dalam kondisi tidur dan
waktu optimum pada tingkat kelangsungan hidup ikan bawal. Gambar 5
merupakan diagram batang kelulusan hidup ikan bawal.
14
100 100 100
44.44
11.11
100 100 100 88.89
66.67
0
20
40
60
80
100
120
60 90 120 150 180
Kel
angsu
ngan
hid
up
(%
)
Waktu pengamatan (menit)
Gambar 5 Diagram batang perlakuan suhu 15 ºC ( ) dan suhu 17 ºC ( ) terhadap
kelangsungan hidup ikan (keterangan: angka-angka yang diikuti huruf
yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya perbedaan
[p<0,05])
Tingkat kelulusan hidup ikan bawal air tawar dengan perlakuan suhu yang
berbeda menunjukkan hasil yang berbeda pula. Ikan yang diberi perlakuan suhu
15 ºC dan 17 ºC selama 60, 90, dan 120 menit sama-sama memiliki kelulusan
hidup sebesar 100%, sedangkan pada suhu 15 ºC dan 17 ºC pada menit ke 150 dan
180 sudah terlihat adanya penurunan terutama pada suhu 15 ºC. Hal ini dapat
terjadi karena ketidakmampuan ikan bawal dalam menoleransi suhu rendah
dengan waktu yang lama, suhu rendah dapat membuat ikan bawal tersebut
menjadi stres bahkan memicu terjadinya kematian karena suhu yang tidak sesuai
dengan lingkungan hidupnya.
Perubahan suhu yang ekstrim dan kekurangan ruang gerak sempit dapat
menyebabkan kematian pada ikan (Weatherley 1972). Rachmawati et al. (2010)
melaporkan bahwa suhu merupakan salah satu sumber stres yang dapat
mempengaruhi perubahan fisiologis tubuh ikan, ketidaksesuaian suhu tempat ikan
hidup (lingkungan) akan mengakibatkan pertumbuhan ikan lambat dan dapat
berakibat pada kematian ikan. Suhu perairan di habitat asli ikan bawal air tawar
yaitu (27,2-29,1) ºC (Ghufran et al. 2007). Analisis statistik menunjukkan bahwa
antara perlakuan suhu 15 ºC dan 17 ºC tidak terdapat perbedaan karena
menghasilkan nilai p>0,05 (Lampiran 4) sehingga untuk menentukan suhu terbaik
dapat dilihat secara deskriptif. Suhu terbaik yang diperoleh dilihat dari persentase
tingkat kelulusan hidup ikan bawal yaitu 17 ºC.
Penelitian Utama
Penelitian utama ini merupakan lanjutan dari penelitian pendahuluan yang
menggunakan perlakuan konsentrasi ekstrak daun pala 3% dan suhu terbaik yaitu
17 ºC, sedangkan pada kontrol ikan tidak diberi ekstrak daun pala. Waktu yang
digunakan adalah 150 dan 180 menit. Pengukuran glukosa darah dilakukan
sebelum dan setelah ikan dipingsankan dalam suhu dan waktu yang telah
ditentukan. Gambar 6 merupakan diagram batang hasil perhitungan waktu sadar
ikan bawal air tawar, dan Gambar 7 merupakan diagram batang kelangsungan
hidup ikan (survival rate) terhadap pengaruh waktu pemingsanan.
a a a a
a
a
a
a
a
15
1.38
3.00
2.26
4.12
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
150 180
Wak
tu S
adar
(m
enit
)
Lama Pingsan (menit)
Gambar 6 Diagram batang waktu sadar ikan bawal terhadap pengaruh waktu
pemingsanan pada perlakuan ( ) dan kontrol ( ) (keterangan:
angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama
menunjukkan adanya perbedaan [p<0,05])
Analisis statistik memberikan hasil bahwa pada masing-masing waktu
pemingsanan tidak terdapat perbedaan antara kontrol dan perlakuan pada menit
ke-150, karena nilai p>0,05 namun terdapat perbedaan antara kontrol dan
perlakuan pada lama pemingsanan menit ke-180 karena hasil analisis
menghasilkan nilai p<0,05 (Lampiran 5). Hasil pada grafik menunjukkan bahwa
semakin lama waktu tidur yang diberikan maka semakin lama waktu sadar baik
pada kontrol maupun perlakuan yang diberikan ekstrak daun pala, namun waktu
sadar terlama terdapat pada kontrol. Hal ini diduga ikan mendapatkan perlakuan
perubahan suhu secara mendadak sehingga ikan tersebut mengalami stres dan
shock yang lebih besar dibandingkan dengan ikan yang diberi perlakuan anestesi
terlebih dahulu, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk ikan tersebut sadar lebih
lama. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Handayani (2014) ikan tanpa diberi
perlakuan anestesi ekstrak umbi teki sebelumnya (kontrol) memiliki waktu
pembugaran yang lebih lama dibandingkan dengan perlakuan ekstrak umbi teki
9%, diduga ikan bawal yang semula berada pada suhu habitatnya (27-29 ºC)
langsung dimasukkan ke air bersuhu 10 °C (perubahan suhu drastis), maka ikan
mengalami shock yang lebih berat sehingga membutuhkan waktu pembugaran
yang lebih lama akibat fungsi syaraf yang lebih banyak rusak.
Lamanya waktu sadar ditentukan oleh kemampuan ikan untuk
membersihkan bahan pembius dari dalam tubuhnya, pada saat proses penyadaran
air yang mengandung cukup oksigen terlarut masuk melalui insang ke dalam
aliran darah dan akan membersihkan sisa-sisa bahan anestesi di dalam tubuh ikan
dan mengeluarkannya melalui saluran pembuangan. Insang berperan penting
dalam proses penyadaran ikan yaitu dengan membersihkan bahan pemingsan saat
ikan dalam keadaan pingsan ditaruh dalam air bersih (Pramono 2002). Keadaan
pulih sadar ditunjukan dengan pergerakan ikan yang aktif dan respon dari
rangsangan yang ada. Sistem pernafasan dan sirkulasi darah ikan mulai stabil
seiring dengan berpindahnya bahan pembius dari jaringan tubuh ke lingkungan
(Sukmiwati dan Sari 2007). Lamanya proses penyadaran disebabkan karena
kekurangan oksigen dalam waktu yang lama, sehingga menyebabkan tubuh ikan
menjadi lemas. Hal ini berpengaruh pada waktu sadar ikan, sehingga untuk
penyadaran kembali membutuhkan waktu yang lebih lama (Junianto 2003).
a
a
a
b
16
Gambar 7 Diagram batang kelangsungan hidup ikan bawal terhadap pengaruh
waktu pemingsanan pada perlakuan ( ) dan kontrol ( )
(keterangan: angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris
yang sama menunjukkan adanya perbedaan [p<0,05])
Analisis statistik yang dilakukan hanya pada waktu pemingsanan menit ke-
180, hal ini dikarenakan data pada waktu pemingsanan menit ke-150 tidak
terdapat keberagaman. Hasil analisis statistik pada menit ke-180 menunjukkan
bahwa nilai p>0,05 yang artinya tidak ada perbedaan antara perlakuan dengan
kontrol pada taraf nyata 5% (Lampiran 6). Hasil tingkat kelulusan hidup ikan
bawal air tawar terhadap pengaruh waktu pemingsanan memiliki tingkat kelulusan
hidup 100%, namun pada perlakuan menit ke-180 memiliki penurunan tingkat
kelangsungan hidup ikan menjadi 89%. Ikan pada menit ke-180 yang diberi
perlakuan anestesi menggunakan ekstrak daun pala 3% terdapat ikan yang mati.
Ikan yang mati ini disebabkan ikan berada dalam kondisi lemah akibat faktor
pemberian ekstrak kasar daun pala kemudian diberi perlakuan suhu yang tidak
sesuai dengan habitatnya. Wijayanti et al. (2011) menyatakan bahwa semakin
lama waktu pemingsanan maka waktu pemulihan semakin panjang, dan semakin
lama waktu penyadaran ikan, maka tingkat kematian akan semakin tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelulusan hidup ikan yaitu
spesies, umur, ukuran ikan, jenis kelamin, kondisi tubuh, status kesehatan, dan
ketahanan relatif ikan, serta faktor lingkungan seperti suhu dan pH (Hasan 2007).
Hasil terbaik dari penelitian tahap ini dapat disimpulkan bahwa ikan bawal air
tawar yang diberi perlakuan ekstrak kasar daun pala 3% hanya mampu
mempertahankan hidupnya pada menit ke-150 dengan suhu 17 ºC karena
memiliki tingkat kelulusan hidup 100%.
Kadar Glukosa Darah Ikan Bawal
Kadar glukosa darah merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat stres pada ikan. Rachmawati et al. (2010) menyatakan
bahwa respon stres pada hewan dapat dilihat dari perubahan kadar hormon
kortisol, glukosa darah, haemoglobin, dan hematokrit. Pengujian glukosa darah ini
dilakukan pada ikan dalam keadaan sadar. Pengujian ini dilakukan saat ikan
dalam kondisi sadar sebanyak 3 kali ulangan. Waktu yang digunakan pada
perlakuan ini yaitu 150 dan 180 menit. Hasil analisis glukosa darah ikan bawal air
tawar disajikan pada Tabel 2.
100
88.89
100 100
80
85
90
95
100
105
150 180
Kel
angsu
ngan
hid
up
(%
)
Waktu pemingsanan (menit)
a a
a
a
17
Tabel 2 Kadar glukosa darah ikan bawal pada waktu pemingsanan
Nilai Glukosa Darah (mg/dL)
Waktu Tidur
(menit)
Kontrol Perlakuan dengan anestesi
Sebelum Sesudah Selisih Sebelum Sesudah Selisih
150 147,33 217,22 69,89 159,11 219,33 60,22
180 118,89 219,78 100,89 177,00 259,11 82,11
Kadar glukosa darah pada Tabel 2 menunjukkan bahwa selisih kenaikan
glukosa darah setelah dipingsankan selama 150 dan 180 menit pada perlakuan
pemingsanan dengan anestesi memberikan selisih yang lebih rendah dibandingkan
dengan kontrol yang tidak diberi anestesi. Hal ini disebabkan bahwa ekstrak daun
pala sebagai bahan anestesi mampu menekan laju metabolisme ikan bawal,
sehingga dapat mengurangi tingkat stres pada ikan. Kadar glukosa darah
mengalami peningkatan seiring dengan semakin lama waktu perendaman yang
diberikan. Hal ini dapat terjadi karena lama waktu perendaman yang
menyebabkan ikan menjadi stres akibat adanya perlakuan suhu dingin, saat ikan
berada dalam kondisi stres maka ikan membutuhkan energi yang lebih banyak
untuk bertahan hidup. Energi ini diperoleh dari pemecahan senyawa non
karbohidrat menjadi glukosa darah. Hastuti et al. (2003) menyatakan bahwa
terjadinya peningkatan kadar glukosa darah tersebut disebabkan oleh stres akibat
perlakuan yang diberikan. Makin tinggi kadar glukosa darah mengindikasikan
meningkatnya level stres akibat perubahan suhu. Adanya perlakuan shock suhu
dingin, tubuh ikan mensekresikan hormon stres yang berfungsi menghambat
sekresi insulin.
Peningkatan kadar glukosa darah merupakan efek sekunder dari stres yang
diperantarai oleh pelepasan kortikosteroid dan katekolamin. Li et al. (2009)
menyatakan bahwa ikan yang mengalami stres maka akan terjadi peningkatan
glukokortikoid yang berakibat pada peningkatan kadar glukosa darah untuk
mengatasi kebutuhan energi yang tinggi pada saat stres. Mekanisme terjadinya
perubahan kadar glukosa darah selama stress menurut Porchas et al. (2009)
dimulai dari diterimanya informasi penyebab faktor stress oleh organ reseptor,
selanjutnya informasi tersebut disampaikan ke otak bagian hipotalamus melalui
sistem syaraf. Hipotalamus memerintahkan sel kromafin untuk mensekresikan
hormon katekolamin dan kortisol melalui serabut syaraf simpatik, adanya kortisol
ini akan mengaktivasi enzim-enzim yang terlibat dalam katabolisme simpanan
glikogen, sehingga kadar glukosa darah mengalami peningkatan. Peningkatan
glukosa darah akibat adanya gerakan tubuh ikan yang tersadar pada saat
ditransportasikan sehingga ikan menjadi stress dan merespon ke dalam syarafnya.
Analisis Kualitas Air
Analisis kualitas air dilakukan untuk mengetahui kondisi air pada saat
pemingsanan selama waktu yang telah ditentukan baik kontrol maupun perlakuan
yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari pemberian
ekstrak kasar daun pala terhadap karakteristik fisik kimia air yang telah
digunakan. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah DO, pH, CO2
dan TAN. Hasil analisis kualitas air dari keempat parameter yang dilakukan
sebanyak 3 kali ulangan disajikan pada Tabel 3.
18
Tabel 3 Hasil analisis kualitas air
Parameter Menit ke- 0 Menit ke-150 Menit ke-180
Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan
CO2 2,00 ± 0,00 7,99 ± 0,00 9,98 ± 0,00 5,99 ± 0,00 9,98 ± 0,00
TAN 0,03 ± 0,00 0,75 ± 0,14 0,80 ± 0,14 0,54 ± 0,12 0,56 ± 0,14
pH 7,50 ± 0,03 7,27 ± 0,16 7,26 ± 0,10 7,25 ± 0,07 7,23 ± 0,07
DO 6,60 ± 0,00 2,57 ± 0,45 2,47 ± 0,35 2,50 ± 0,20 2,33 ± 0,25
Tingginya kadar karbon dioksida dalam air dapat mengganggu kondisi
keseimbangan fisiologis ikan, atau bahkan dapat berakibat fatal misal kematian
pada ikan. Peningkatan nilai CO2 yang semakin tinggi ini disebabkan oleh
pengeluaran hasil dari respirasi ikan bawal air tawar. Hal tersebut diduga karena
tingginya aktivitas metabolisme ikan yang terjadi pada kontrol dan ikan tidak
pingsan secara sempurna sehingga pembuangan sisa ekskresi berupa CO2 akan
meningkat lebih banyak dibandingkan yang pingsan sempurna. Kadar CO2 ikan
juga akan semakin meningkat seiring dengan semakin lama waktu pemingsanan
karena ikan mengalami stres yang lebih lama. Nilai CO2 yang diperoleh pada
penelitian ini masih dalam batas toleransi bagi kehidupan ikan budidaya.
Karbon dioksida dengan konsentrasi yang tinggi (>10 mg/L), dapat beracun
pada ikan, karena keberadaannya dalam darah dapat menghambat pengikatan
oksigen oleh hemoglobin. Kenaikan karbondioksida di dalam air akan
menghalangi proses difusi oksigen dan sebagai kompensasinya biota akan aktif
bernafas (Kordi et al. 2007). Bhatnagar dan Devi (2013) menyatakan bahwa nilai
CO2 yang dapat ditolerir ikan budidaya adalah 0-10 ppm.
Hasil uji kualitas air dari parameter TAN menunjukkan terjadi peningkatan
baik pada kontrol maupun perlakuan. Hal ini diduga karena ikan berada dalam
kondisi stres dan membuang sisa metabolisme yang berlebihan, serta adanya
akumulasi ekskresi ikan bawal selama pemingsanan. Bhatnagar dan Devi (2013)
menyatakan bahwa amonia (NH3) adalah produk dari metabolisme protein dari
ikan dan dekomposisi bakteri dari bahan organik. Limit maksimum konsentrasi
amonia untuk hewan air adalah 0,1 mg/L. Suwandi et al. (2011) menyatakan
bahwa tinggi rendahnya amonia dalam air dipengaruhi oleh suhu, nilai CO2, dan
pH. Nilai TAN dipengaruhi oleh kandungan produksi CO2. Nilai TAN akan
meningkat seiring dengan peningkatan nilai CO2.
Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu parameter penting yang
menentukan tingkat kelangsungan hidup ikan dan mengindikasikan tingkat asam
atau basa suatu perairan, apabila nilai pH media tidak sesuai, maka akan
menimbulkan gangguan kronis pada ikan, antara lain terhambatnya pertumbuhan,
stres berkelanjutan hingga kematian. Nilai pH air yang baik untuk budi daya yaitu
sebesar 6,5-9,0 dan kisaran optimal pH adalah 7,5-8,5 (Ghufran et al. 2007). Hasil
uji kualitas air pada parameter pH, nilai pH pada lama pingsan menit ke-150 yaitu
7,27 pada kontrol dan 7,25 pada perlakuan. Nilai pH pada lama pingsan menit ke-
180 yaitu 7,26 pada kontrol dan 7,23 pada perlakuan. Artinya semakin lama
waktu pemingsanan nilai pH cenderung menurun walaupun sangat kecil,
penurunan tersebut diduga karena meningkatnya kadar CO2 dalam air.
Suwandi et al. (2011) menyatakan bahwa penurunan nilai pH disebabkan oleh
peningkatan kadar CO2 bebas akibat proses respirasi. Nilai pH pada perlakuan ini
19
93
80
67 60
0
20
40
60
80
100
150 180
Kel
angsu
ngan
hid
up
(%
)
Lama simulasi (menit)
cenderung menurun karena nilai CO2 ikan bawal yang meningkat. Bhatnagar dan
Devi (2013) memaparkan bahwa pH ideal untuk produktivitas makhluk hidup
berada pada kisaran 7-8,5 sedangkan ikan dapat stress pada pH 4-6,5 dan 9-11.
Ikan dapat mati pada pH kurang dari 4 atau lebih dari 11. Kisaran pH air yang
digunakan pada penelitian ini masih dalam kisaran standar yang ditentukan,
sehingga dapat diasumsikan bahwa perubahan pH air akibat pemberian ekstrak
daun pala masih dapat ditolerir oleh kelangsungan hidup ikan bawal.
Simulasi Transportasi
Pengujian simulasi transportasi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar tingkat kelangsungan hidup ikan bawal jika ditransportasikan dengan lama
waktu tertentu dalam kondisi pingsan menggunakan ekstrak kasar daun pala
dengan konsentrasi 3% dan suhu 17 ºC. Lama waktu yang diujikan yaitu 150 dan
180 menit. Waktu ini dipilih karena pada lama waktu pemingsanan ikan bawal air
tawar menit ke-150 memiliki tingkat kelulusan hidup yang paling tinggi yaitu
100%, dan lama waktu 180 menit juga dipilih untuk dilakukan pengujian simulasi
karena tingkat kelulusan hidup ikan bawal masih cukup tinggi yaitu sebesar 89%.
Media yang digunakan yaitu serbuk gergaji. Hasil pengamatan tingkat kelulusan
hidup ikan bawal air tawar yang disimulasikan dalam media serbuk gergaji
disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8 Diagram batang kelulusan hidup ikan bawal air tawar pada perlakuan
( ) dan kontrol ( ) saat simulasi (keterangan: angka-angka yang
diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan adanya
perbedaan [p<0,05])
Analisis statistik pada lama simulasi menit ke 150 dan 180 menghasilkan
nilai p>0,05 hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan antara perlakuan dengan
kontrol pada taraf nyata 5% (Lampiran 7). Tingkat kelulusan hidup ikan bawal air
tawar dalam simulasi transportasi kering jika dilihat dari grafik menunjukkan
adanya penurunan seiring dengan lamanya simulasi yang diberikan baik pada
kontrol maupun perlakuan, namun pada grafik menunjukkan penurunan yang
lebih tinggi terdapat pada kontrol. Hal ini menunjukan bahwa semakin lama ikan
bawal ditransportasikan maka tingkat kelulusan hidup akan semakin menurun.
Hasil tersebut disebabkan pada perlakuan, ikan berada dalam kondisi pingsan dan
ditempatkan pada kotak styrofoam yang diberi media dengan suhu tidur ikan
bawal sehingga ikan lebih tenang dan tidak mengalami stres yang tinggi.
Kematian ikan yang terjadi diduga karena ikan bawal tersebut telah sadar akibat
a
a a
a
20
dari perubahan suhu yang semakin meningkat dan ketersediaan oksigen dalam
media kemasan sangat terbatas sehingga ikan bawal dapat mengalami kekurangan
oksigen yang berakibat pada kematian. Karnila dan Edison (2001) menyatakan
bahwa suhu yang semakin tinggi menyebabkan ikan sadar dan aktivitas ikan akan
tinggi, semakin tinggi aktivitas ikan maka akan menuntut ketersediaan oksigen
yang tinggi untuk dikonsumsi.
Suhu pada media akan semakin meningkat seiring dengan lamanya waktu
penyimpanan. Suhu media pengisi pada saat transportasi ikan harus disesuaikan
dengan suhu pemingsanan ikan bawal karena suhu merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh dalam transportasi sistem kering sehingga suhu harus di
pertahankan hingga akhir transportasi. Simulasi transportasi ini menggunakan
suhu 17 ºC pada awal transportasi dan mengalami perubahan setelah dilakukan
pengemasan dari waktu ke waktu dengan suhu terakhir pada menit ke-150 dan
180 yaitu berada pada 18 ºC. Perubahan suhu yang kecil menyebabkan bawal
tetap tenang, tidak banyak bergerak, aktivitas metabolisme dan respirasi
berkurang sehingga diharapkan daya tahannya cukup tinggi di luar habitatnya.
Suhu media untuk transportasi ikan sistem kering berkisar atau sama dengan
suhu pembiusnya (Andasuryani 2003). Suryaningrum et al. (1994) menjelaskan
bahwa suhu merupakan faktor yang sangat penting dalam transportasi ikan sistem
kering dan berpengaruh terhadap kelulusan hidup ikan yang ditransportasikan.
Suhu dalam kemasan harus dipertahankan sebaik mungkin dan idealnya pada
akhir transportasi suhu tidak lebih dari 20 ºC.
Media yang digunakan sebagai bahan pengisi yaitu serbuk gergaji.
Keunggulan dari serbuk gergaji antara lain adalah mampu mempertahankan suhu
rendah selama 9 jam tanpa bantuan es dan tanpa beban di dalamnya serta
memiliki daya serap air yang tinggi dan harganya murah (Junianto 2003). Suhu
media pengisi yang telah disesuaikan dengan suhu pingsan ikan bawal yaitu 17 ºC
kemudian media dipindahkan kedalam styrofoam yang telah diberi es sebanyak
500 g. Media pengisi diasumsikan dapat mempertahankan suhu 17 ºC hingga
waktu yang telah ditentukan.
Uji kadar glukosa darah dilakukan setelah simulasi transportasi. Pengujian
ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa darah ikan setelah simulasi
transportasi baik pada perlakuan maupun kontrol. Pengujian glukosa darah ini
hanya dilakukan pada menit ke-150. Hasil uji glukosa darah ikan bawal pada
kontrol sebelum dan sesudah dipingsankan masing-masing yaitu 93,13 mg/dL dan
302,13 mg/dL yang menghasilkan selisih sebesar 209 mg/dL. Glukosa darah pada
perlakuan dengan pemberian anestesi sebelum dan setelah dipingsankan secara
berturut-turut yaitu sebesar 94,4 mg/dL dan 243,27 mg/dL dan menghasilkan
selisih 148,87 mg/dL.
Glukosa darah ikan bawal menunjukkan adanya perubahan antara sebelum
dan sesudah disimulasikan. Nilai glukosa darah meningkat setelah dilakukannya
simulasi baik pada kontrol maupun perlakuan. Perubahan suhu yang terjadi pada
proses transportasi dapat mengakibatkan kenaikan kadar glukosa darah ikan.
Kenaikan glukosa darah ini diakibatkan tingkat stres yang tinggi pada ikan setelah
diberikan perlakuan. Syawal et al. (2008) menyatakan bahwa stres pada ikan
merupakan upaya dari sistem fisiologis untuk mempertahankan diri dari
perubahan lingkungan, hal ini juga dipengaruhi oleh umur dan spesies ikan.
21
Perubahan suhu dapat menyebabkan stres pada ikan yang akan
meningkatkan sekresi katekolamin dan kortisol. Li et al. (2009) menyatakan
bahwa peningkatan kadar glukosa darah merupakan efek sekunder dari stres yang
diperantarai oleh pelepasan kortikosteroid dan katekolamin, dalam keadaan stres
terjadi peningkatan glukokortikoid yang berakibat pada peningkatan kadar
glukosa darah untuk mengatasi kebutuhan energi yang tinggi pada saat stres.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perlakuan terbaik ekstrak kasar daun pala yaitu 3% dengan suhu 17 ºC.
Kelangsungan hidup ikan bawal air tawar tertinggi saat disimulasikan yaitu
sebesar 93% dalam waktu 150 menit.
Saran
Penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengujian fitokimia untuk
mengetahui kandungan bioaktif dari daun pala sebagai pembius,
pengoptimalisasian metode ekstraksi, serta pengujian transportasi secara langsung
agar dapat menghasilkan data yang akurat dan spesifik. Perlu dilakukan pula
penelitian menggunakan bahan anestesi dari daun pala yang telah jatuh dan kering
untuk melihat keefektivan yang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
Aini M, Mahrus A, Berta P. 2014. Penerapan teknik imotilisasi benih ikan nila
(Oreochromis niloticus) menggunakan ekstrak daun bandotan (Ageratum
conyzoides) pada transportasi basah. Jurnal Rekayasa dan Teknologi
Budidaya Perairan 11(2): 217-226.
Andasuryani. 2003. Pengendalian suhu dan pengukuran oksigen peti kemas
transportasi sistem kering udang dan ikan dengan kendali fuzzy [tesis].
Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
[APHA] American Public Health Association. 1975. Standar Methods for The
Eximination of Water and Wastewater 14 th Edition. New York (US):
American Public Health Association.
Berka R. 1986. The Transport of Live Fish. A Review. EIFAC Tech. Pap. FAO.
(48):52
22
Bhatnagar A, Devi P. 2013. Water quality guidelines for the management of pond
fish culture. International Journal of Environmental Sciences. 3(6):1980-
2009.
Boyd. 1982. Water Quality Mangement for Pond Fish Culture. Alabama (US):
Departement of Fisheries and Apllied Aquaculture, Agricultural
Experiment Station Auburn University, Alabama.
Ghufran HK, Kordi, Tancung AB. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budi
Daya Perairan. Jakarta [ID]: Rineka Cipta.
Handayani MT. 2014. Teknik imotilisasi ikan nila menggunakan ekstrak umbi
rumput teki. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hanum K. 2014. Penggunaan ekstrak umbi teki (Cyperus rotundus l.) sebagai
bahan anestesi ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum). [skripsi]
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hasan D. 2007. Pengujian transportasi ikan hidup ikan mas (Cyprinus carpio) dan
ikan jambal siam (Pangasius sutchi F) dengan metode anestesi. Berkala
Perikanan Terubuk 35(1):134-146
Hastuti S, Supriyono E, Mokoginta I, Subandiyono. 2003. Respon glukosa darah
ikan gurami (Osphronemus gouramy, LAC.) terhadap stres perubahan suhu
lingkungan. Jurnal Akuakultur Indonesia. 2(2): 73-77.
Hutapea JR. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia III. Jakarta (ID):
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ilhami R, Mahrus A, Berta P. 2015. Transportasi basah benih nila (Oreochromis
niloticus) menggunakan ekstrak bunga kamboja (Plumeria acuminata).
Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan 3(2):390-396
Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Karnila R, Edison. 2001. Pengaruh suhu dan waktu pembiusan bertahap terhadap
ketahanan hidup ikan jambal siam (Pangasius sutchi F) dalam transportasi
sistem kering. Jurnal Natur Indonesia 3(2):151-167.
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan. 2013a. Statistik Konsumsi Ikan. http://statistik.kkp.go.id/
[7 Mei 2015].
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan, Ditjen Perikanan Budidaya. 2013b.
Statistik Perikanan Budidaya Kolam. http://statistik.kkp.go.id/ [8 Mei
2015].
Kordi M, Ghufron H dan Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam
Budidaya Perairan. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
Li P, Brian R, Delbert M, Gatlin, Todd S, Ruguang C, Rebecca L. 2009. Effect of
handling and transport on cortisol response and nutrient mobilization of
golden shiner, Notemigonus crysoleucas. Journal of the World Aquaculture
Society 40(6):803-809
Lutony TL, Rahmayati Y. 1999. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
23
Novesa A. 2012. Pembiusan ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum)
dengan suhu rendah secara bertahap dalam transportasi sistem kering.
[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Nurdjanah N. 2007. Teknologi Pengolahan Pala. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian. Departemen Pertanian.
Porchas MM, Cordova LRM, Enriquez RR. 2009. Cortisol and glucose: reliable
indicators of fish stress ? Pan-American Journal of Aquatic Sciences 4(2):
158-178.
Puslitbang Perkebunan. 2014. Pendugaan jenis kelamin tanaman pala dengan
analisis kandungan myristicin pada daun. InfoTek Perkebunan 10(6):39.
Pramono V. 2002. Penggunaan ekstrak Caulerpa racemosa sebagai bahan
pembius pada pra transportasi ikan nila (Oreochromis niloticus) hidup.
[skripsi]. Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor.
Rachmawati FR, Susilo U, Sistina Y. 2010. Respon fisiologis ikan nila,
Oreochromis niloticus, yang distimulasi dengan daur pemuasaan dan
pemberian pakan kembali. J. Seminar Nasional Biologi 7: 492-499.
Rand MC, Greenberg AE, Taras MJ. 1975. Standard Methods for the
Examination of Water and Wastewater. 14th Ed. Washington DC (US):
APHA, 1015 Eighteenth Street NW.
Rastuti U, Widyaningsih S, Kartika D, Ningsih DR. 2013. Aktivitas Antibakteri
Minyak Atsiri Daun Pala dari Banyumas terhadap Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli serta Identifikasi Senyawa Penyusunnya. Jurnal
Molekul 197-203.
Saskia Y, Harpeni E, Kadarini T. 2013. Toksisitas dan kemampuan anestetik
minyak cengkeh (Sygnium aromaticum) terhadap benih ikan pelangi merah
(Glossolepis incises). Aqua sains (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya
Perairan). 2(1): 83-87.
Sukmiwati M, Sari N I. 2007. Pengaruh konsentrasi ekstrak biji karet (Havea
branciliensis Muel. ARG) sebagai pembius terhadap aktivitas dan kelulusan
hidup ikan mas (Cyprinus carpio, L) selama transportasi. Jurnal Perikanan
dan Kelautan. 12(1):23-29.
Sunanto, Hatta. 1993. Budidaya Pala Komoditas Ekspor. Yogyakarta (ID):
Kanisius.
Suryaningrum TD, Setiabudi E, Muljanah I, Anggawati AM. 1994. Kajian
penggunaan metode pembiusan secara langsung pada suhu rendah dalam
transportasi lobster hijau pasir (Panulirus homarus) dalam media kering.
Jurnal Penelitian Pasca Panen Perikanan 79: 56-72.
Suwandi R, Jacoeb AM, Muhammad V. 2011. Pengaruh cahaya terhadap aktivitas
metabolisme ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) pada simulasi
transportasi sistem tertutup. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia
14(2): 92-97.
24
Syawal H, Syafriadiman, Hidayah S. 2008. Pemberian ekstrak kayu siwak
(Salvadora persica L.) untuk meningkatkan kekebalan ikan mas (Cyprinus
carpio L.) yang dipelihara dalam keramba. Jurnal Biodiversitas. 9(1):
44-47.
Wijayanti I, Elizabeth J T, Agus, Nani N, Christina L, R Marwita S P, Adrianus O
W K, Ruddy S. 2011. Pengaruh temperatur terhadap kondisi anastesi pada
bawal tawar Colossoma macropomum dan lobster tawar Cherax
quadricarinatus. Prosiding Seminar Nasional: Pengembangan Pulau-Pulau
Kecil. 67-76.
Yanto H. 2012. Kinerja MS-222 dan kepadatan ikan botia (Botia macracanthus)
yang berbeda selama transportasi. Jurnal Penelitian Perikanan 1(1): 43-51.
Weatherley AH. 1972. Growth and Ecology of Fish Population. New York (US):
Academic Press.
27
Lampiran 1 Dokumentasi kegiatan penelitian
Hewan uji (ikan bawal)
Daun pala
Penimbangan daun pala
Pemblenderan daun pala dengan air
Ekstrak daun pala
Pengukuran glukosa darah
Uji kualitas air
Simulasi transportasi
27
28
Lampiran 2 Hasil analisis waktu pingsan ikan bawal
ANOVA
(Analisis Ragam)
Variabel tidak bebas: waktu pingsan ikan bawal
Jumlah
pangkat
Derajat
bebas
Rerata
pangkat F Sig.
Konsentrasi 13,708 2 6,854 472,700 0,000
Galat 0,087 6 0,014
Total 76,945 9
Tukey HSD
Waktu pingsan ikan bawal
Konsentrasi
N
Taraf nyata = 0,05
1 2 3
5% 3 1,3267
3% 3 2,3233
1% 3 4,2967
Sig. 1,000 1,000 1,000
Lampiran 3 Hasil analisis waktu sadar ikan bawal
ANOVA
(Analisis Ragam)
Variabel tidak bebas: waktu sadar ikan bawal
Jumlah
pangkat
Derajat
bebas
Rerata
pangkat F Sig.
Konsentrasi 6,452 2 3,226 11,631 0,009
Galat 1,664 6 2,77
Total 97,608 9
Tukey HSD
Waktu sadar ikan bawal
Konsentrasi N Taraf nyata = 0,05
1 2
1% 3 1,9967
3% 3 3.4633
5% 3 4,0000
Sig. 1,000 0,471
28
29
Lampiran 4 Tabel uji Independent Sample T Test perlakuan suhu terhadap kelangsungan hidup ikan
Waktu
(menit)
Perlakuan suhu
(ºC) N Rata-rata Simpangan baku Galat baku rata-rata
60 15 3 100,0000 0,00000
a 0,00000
17 3 100,0000 0,00000a 0,00000
90 15 3 100,0000 0,00000
a 0,00000
17 3 100,0000 0,00000a 0,00000
120 15 3 100,0000 0,00000
a 0,00000
17 3 100,0000 0,00000a 0,00000
150 15 3 44,4433 50,91787 29,39745
17 3 88,8890 19,24482 11,11100
180 15 3 11,1100 19,24308 11,11000
17 3 66,6667 57,73503 33,33333
Uji Asumsi
Keragaman dengan
Levene’s Test
Uji T statistik
F Sig. T Derajat
bebas Sig. (2 arah)
Selisih Rata-
rata
Selisih
simpangan
baku
Selang kepercayaan selisih
pada taraf 95%
Batas bawah Batas Atas
Waktu
150
menit
Asumsi Keragaman
Sama 2,572 0,184 -1,414 4 0,230 -44,44567 31,42713 -131,70135 42,81002
Asumsi Keragaman
Tidak Sama -1,414 2,560 0,267 -44,44567 31,42713 -154,92575 66,03442
Waktu
180
menit
Asumsi Keragaman
Sama 6,401 0,065 -1,581 4 0,189 -55,55667 35,13607 -153,11003 41,99669
Asumsi Keragaman
Tidak Sama -1,581 2,439 0,232 -55,55667 35,13607 -183,43458 72,32125
29
30
Lampiran 5 Tabel uji Independent Samples T Test waktu sadar ikan terhadap lama waktu pemingsanan
Lama pingsan
(menit) Perlakuan N Rata-rata Simpangan baku Galat baku rata-rata
150 Dengan anestesi 3 1,3867 0,04726 0,02728
Tanpa anestesi 3 2,5967 0,53116 0,30667
180 Dengan anestesi 3 1,8600 0,40150 0,23180
Tanpa anestesi 3 3,4967 0,31565 0,18224
Uji Asumsi
Keragaman dengan
Levene's Test
Uji T statistik
F Sig. t Derajat
bebas Sig. (2 arah)
Selisih Rata-
rata
Selisih
simpangan
baku
Selang Kepercayaan
Selisih pada taraf 95%
Batas bawah Batas Atas
Lama
pingsan 150
menit
Asumsi
Keragaman Sama 13,196 0,022 -3,930 4 0,017 -1,21000 0,30788 -2,06481 -0,35519
Asumsi
Keragaman
Tidak Sama
-3,930 2,032 0,058 -1,21000 0,30788 -2,51510 0,09510
Lama
pingsan 180
menit
Asumsi
Keragaman Sama 0,078 0,794 -5,551 4 0,005 -1,63667 0,29486 -2,45534 -0,81799
Asumsi
Keragaman
Tidak Sama
-5,551 3,789 0,006 -1,63667 0,29486 -2,47364 -0,79969
30
31
Lampiran 6 Tabel uji Independent Samples T Test tingkat kelulusan hidup ikan terhadap lama waktu pemingsanan
Lama pingsan
(menit) Perlakuan N Rata-rata Simpangan baku Galat baku rata-rata
150 Dengan anestesi 3 100,0000 0,00000
a 0,00000
Tanpa anestesi 3 100,0000 0,00000a 0,00000
180 Dengan anestesi 3 100,0000 0,00000 0,00000
Tanpa anestesi 3 88,8900 19,24308 11,11000
Uji Asumsi
Keragaman dengan
Levene's Test
Uji T statistik
F Sig. t Derajat
bebas Sig. (2 arah)
Selisih Rata-
rata
Selisih
simpangan
baku
Selang Kepercayaan
Selisih pada taraf 95%
Batas bawah Batas Atas
Lama
pingsan 150
menit
Asumsi
Keragaman Sama 16,000 0,016 1,000 4 0,374 11,11000 11,11000 -19,73631 41,95631
Asumsi
Keragaman
Tidak Sama
1,000 2,000 0,423 11,11000 11,11000 -36,69247 58,91247
Lama
pingsan 180
menit
Asumsi
Keragaman Sama 0,078 0,794 -5,551 4 0,005 -1,63667 0,29486 -2,45534 -0,81799
Asumsi
Keragaman
Tidak Sama
-5,551 3,789 0,006 -1,63667 0,29486 -2,47364 -0,79969
31
32
Lampiran 7 Tabel uji Independent Samples T Test kelulusan hidup ikan terhadap lama simulasi
Lama simulasi
(menit) Perlakuan N Rata-rata Simpangan baku Galat baku rata-rata
150 Dengan anestesi 3 93,3333 11,54701 6,66667
Tanpa anestesi 3 80,0000 0,00000 0,00000
180 Dengan anestesi 3 66,6667 11,54701 6,66667
Tanpa anestesi 3 60,0000 0,00000 0,00000
Uji Asumsi
Keragaman dengan
Levene's Test
Uji T statistik
F Sig. t Derajat
bebas Sig. (2 arah)
Selisih Rata-
rata
Selisih
simpangan
baku
Selang Kepercayaan
Selisih pada taraf 95%
Batas bawah Batas Atas
Lama
pingsan 150
menit
Asumsi
Keragaman Sama 16,000 0,016 2,000 4 0,116 13,33333 6,66667 -5,17630 31,84297
Asumsi
Keragaman
Tidak Sama
2,000 2,000 0,184 13,33333 6,66667 -15,35102 42,01768
Lama
pingsan 180
menit
Asumsi
Keragaman Sama 16,000 0,016 1,000 4 0,374 6,66667 6,66667 -11,84297 25,17630
Asumsi
Keragaman
Tidak Sama
1,000 2,000 0,423 6,66667 6,66667 -22,01768 35,35102
32
33
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Magetan, Jawa Timur, tanggal 17 April 1993
yang kemudian berdomisili di Kota Bekasi, Jawa Barat. Penulis merupakan anak
pertama dari dua bersaudara yang bernama Ahmad Suluh Purusotama dari
pasangan Muhammad Teguh Totoyuwono dan Wantini. Pendidikan formal yang
ditempuh oleh penulis diantaranya yaitu TK Bina Insani Rawalumbu Bekasi,
SDN Bojong Rawalumbu X Kota Bekasi, SMPN 1 Bekasi, dan SMAN 6 Bekasi.
Penulis masuk di Perguruan Tinggi Negeri Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di jurusan Teknologi Hasil Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif menjadi anggota di Himpunan
Profesi Mahasiswa Teknologi Hasil Perairan (HIMASILKAN) bidang SKPP
periode 2012-2013 dan bidang INFOKOM periode 2013-2014, menjadi panitia
OMBAK bidang komisi disiplin pada masa perkenalan fakultas FPIK tahun 2013,
menjadi sekretaris I di kepanitiaan masa perkenalan departemen Teknologi
Hasil Perairan yaitu SENSORI 2014 pada divisi BPH. Penulis pernah melakukan
kegiatan praktik lapang di UD. Usaha Suwaga Jaya, Gresik, Jawa Timur
mengenai analisis kelayakan dasar pada otak-otak bandeng, dan menghasilkan
laporan praktik lapang yang berjudul “Analisis Kelayakan Dasar pada
Pengolahan Otak-Otak Bandeng di UD. Usaha Suwaga Jaya, Gresik,
Jawa Timur”. Penulis melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Ekstrak
Kasar Daun Pala sebagai Bahan Anestesi pada Simulasi Transportasi Ikan
Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor dibawah bimbingan Dr Ir Ruddy Suwandi MS Mphil dan
Dr Dra Pipih Sptijah MBA.
Top Related