EFEKTIFITAS ANTIJAMUR AIR REBUSAN KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana Linn. ) TERHADAP PERTUMBUHAN
JAMUR Pityrosporum ovale
KARYA TULIS ILMIAH
NOVILA DHYANTI EKASARI 12.131.039
PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
2015
Efektifitas Antijamur Air Rebusan Kulit Manggis (Garcinia
mangostana Linn.) Terhadap Pertumbuhan Jamur
Pityrosporum ovale
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat memenuhi persyaratan menyelesaikan
Studi di program Diploma III Analis Kesehatan
NOVILA DHYANTI EKASARI
12.131.039
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2015
ABSTRAK
EFEKTIFITAS ANTIJAMUR AIR REBUSAN KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana Linn.) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Pityrosporum ovale
Oleh :
Novila Dhyanti Ekasari
Penyakit infeksi pada manusia yang disebabkan oleh jamur di Indonesia masih relatif tinggi dan obat antijamur relatif lebih sedikit dibandingkan dengan antibakteri. Berbagai literature menjelaskan bahwa kulit manggis memiliki banyak manfaat salah satunya sebagai antijamur. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian tentang air rebusan kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) untuk dapat dijadikan alternatif pengobatan jamur khususnya Pityrosporum ovale.
Penelitian ini bersifat eksperimental dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas
antijamur air rebusan kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale secara in vitro di Laboratorium Mikrobiologi Prodi DIII Analis Kesehatan STIKes Insan Cendekia Medika Jombang pada bulan Januari hingga Mei tahun 2015.
Hasil penelitian secara in vitro didapatkan zona hambat paling besar pada
konsentrasi 100% air rebusan kulit manggis. Setelah itu dilakukan uji statistika SPSS menggunakan uji One Way Anova dari data didapatkan hasil significant sebesar 0,011 yang berarti ada pengaruh perbedaan konsentrasi air rebusan kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale. Kemudian dilanjutkan menggunakan uji LSD yang menunjukkan bahwa untuk konsentrasi efektif dari air rebusan kulit manggis adalah konsentrasi 50% air rebusan kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.).
Kata kunci : Air rebusan, kulit manggis, Pityrosporum ovale
ABSTRACT
EFFECTIVENESS OF ANTIFUNGAL MANGOSTEEN PEEL BOILED WATER (Garcinia mangostana Linn.) TO GROWTH OF Pityrosporum ovale
By:
Novila Dhyanti Ekasari
Infectious diseases in humans are caused by fungus in Indonesia which is still relatively high and antifungal drugs are relatively less compared to antibacterial. Various literature explains that the skin of the mangosteen has many benefits one of them as an antifungal. Therefore, it is necessary to do research on mangosteen peel boiled water (Garcinia mangostana Linn.) to be used as an alternative fungus treatment especially Pityrosporum ovale.
This research is experimental with the aim to know effectiveness of antifungal
mangosteen peel boiled water (Garcinia mangostana Linn.) to growth of Pityrosporum ovale fungus in vitro Laboratory of Microbiology DIII Health Analyst STIKes Insan Cendekia Medika Jombang in January to May 2015.
The results in vitro was obtained inhibition zone most at concentration of 100% of
mangosteen peel boiled water. After that it is done using SPSS by One Way Anova test of the data obtained significant results of 0.011 which means there is the effect of different concentrations of mangosteen peel boiled water (Garcinia mangostana Linn.) to growth of Pityrosporum ovale fungus, then proceeded using LSD, from the test was obtained effective concentration of mangosteen peel boiled water is concentration 50% mangosteen peel boiled water (Garcinia mangostana Linn.). Keywords: Boiled water, Mangosteen peel, Pityrosporum ovale
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Novila Dhyanti Ekasari
NIM : 12131039
Tempat, tanggal lahir : Magetan, 05 November 1991
Institusi : STIKes ICMe Jombang
Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul “Efektifitas Antijamur Air
Rebusan Kulit Manggis (Garcinia mangostana Linn.) Terhadap Pertumbuhan Jamur
Pityrosporum ovale“ adalah bukan Karya Tulis Ilmiah milik orang lain baik sebagian
maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan
sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi.
Jombang, 14 Agustus 2015
Yang menyatakan,
Novila Dhyanti Ekasari
12131039
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Magetan, pada tanggal 5 November 1991. Penulis
merupakan putri dari Bapak Alip dan Ibu Carolina. Penulis merupakan putri pertama
dari 4 bersaudara.
Tahun 2003 penulis lulus dari SDN Kraton 4 Maospati, tahun 2006 penulis
lulus dari MTs Alma’arif 01 Singosari Malang, tahun 2009 penulis lulus MAN
Temboro Magetan dan pada tahun 2012 penulis lulus seleksi masuk STIKes ICMe
Jombang. Penulis memilih Program Studi DIII Analis Kesehatan dari 5 Program
Studi yang ada di STIKes ICMe Jombang.
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jombang, 14 Agustus 2015
Novila Dhyanti Ekasari
12131039
MOTTO
“ Untuk Mendapatkan Kesuksesan, Keberanian Dan Ketekunan Harus
Lebih Besar Dari Ketakutan “
PERSEMBAHAN
Sujud syukur kepada Allah SWT karena-Nya lah KTI ini dapat terselesaikan. Dan
penuh keiklasan serta kerendahan hati, saya persembahkan KTI ini untuk :
“Bapak , Ibu, dan adik-adik tercinta” yang telah rela berkorban demi cita-
cita saya dan tidak pernah bosan serta lelah untuk senantiasa mendoa’akan,
menyayangi, membimbing dan senantiasa mendukung setiap langkahku.
Inilah hasil terbaik yang mampu ananda persembahkan.
“Teman-teman DIII Analis Kesehatan angkatan IV dan teman-teman
seatap” terima kasih atas semangat dan dukungannya, kalian pernah ada
dalam perjuangan ini.
“Para Dosen Pembimbing” yang tiada letih membimbing saya selama 3
tahun, terima kasih atas ilmunya.
“Zainul Amin” terima kasih atas kesabaran, dukungan, serta semua
bantuannya, kamu yang terbaik.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul ” Efektifitas Antijamur Air Rebusan Kulit Manggis (Garcinia
mangostana Linn.) Terhadap Pertumbuhan Jamur Pityrosporum ovale” disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Analis Kesehatan
STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.
Selama proses penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis mengalami beberapa
hambatan maupun kesulitan. Namun adanya doa, restu, dan dorongan dari orang
tua yang tidak pernah putus menjadikan penulis bersemangat melanjutkan
penyusunan karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis memberikan penghargaan
setinggi-tinggi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka.
Selanjutnya dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih
kepada DR. H. M. Zainul Arifin, Drs. Suhardono, M.Kes., dan Ariibaturrosmiyyati,
S.Si, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dengan segala keterbatasan yang dimiliki, karya tulis
ilmiah yang penulis susun ini masih memerlukan penyempurnaan. Kritik dan saran
sangat diharapkan demi kesempurnaan karya ini.
Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jombang, 14 Agustus 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i HALAMAN JUDUL DALAM .................................................................. ii ABSTRAK ............................................................................................ iii SURAT PERNYATAAN ....................................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN KTI ............................................................ v LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................... vi RIWAYAT HIDUP ................................................................................ vii MOTTO ............................................................................................... viii PERSEMBAHAN ................................................................................. ix KATA PENGANTAR ............................................................................ x DAFTAR ISI ......................................................................................... xi DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................ ....... .. 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... .. .. 3 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ .. 4 1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Jamur Pityrosporum ovale .. .............................. .. 6 2.1.1 Taksonomi ............................................................ ...................... .. 6 2.1.2 Sejarah... .................................................................................... .. 6 2.1.3 Morfologi dan Identifikasi .............................................. .............. .. 7 2.1.4 Patogenitas ................................ ................................................ .. 8 2.1.5 Pertumbuhan dan Isolasi Jamur ........ ......................................... .. 8 2.1.6 Epidemiologi .............................................................................. .. 9 2.1.7 Pengobatan Antijamur ............................................................... .. 9 2.2 Tinjauan Tentang Manggis (Garcinia mangostana Linn.) .............. .. 10 2.2.1 Tanaman Manggis ..................................................................... .. 10 2.2.2 Karakteristik Tanaman Manggis ................................................. .. 11 2.2.3 Kandungan Pada Buah Manggis ................................................ .. 12 2.2.4 Manfaat Kulit Buah Manggis ...................................................... .. 14 2.2.5 Kulit Manggis Sebagai Antijamur ............................................... .. 15 2.3 Uji Kepekaan Terhadap Antimikroba ............................................. .. 16 2.3.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Senyawa Antimikroba 18 BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep ...................................................................... ..... .. 19 3.2 Penjelasan Kerangka Konsep ....................................................... .. 20 3.3 Hipotesis Penelitian ...................................................................... .. 20 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................. .......... .. 21 4.1.1 Waktu Penelitian ........................................................................ .. 21 4.1.2 Tempat Penelitian ...................................................................... .. 21
4.2 Desain Penelitian ....................................................................... .... .. 21 4.3 Kerangka Kerja ............................................................. ................. .. 26 4.4 Populasi, Sampel, dan Sampling ............................................. ...... .. 27 4.4.1 Populasi ..................................................................................... .. 27 4.4.2 Sampel ...................................................................................... .. 28 4.4.3 Sampling .................................................................................... .. 28 4.5 Identifikasi dan Definisi Oprasional Variabel .................... .............. .. 28 4.5.1 Variabel ..................................................................................... .. 28 4.5.2 Definisi Operasional Variabel ..................................................... .. 28 4.6 Instrumen Penelitian dan Cara Penelitian .................... .................. .. 30 4.6.1 Alat ............................................................................................ .. 30 4.6.2 Bahan ........................................................................................ .. 30 4.6.3 Prosedur Pembuatan Media Sabouraud Dextrosa Agar (SDA) dengan
Olive Oil 1% ............................................................................... .. 31 4.6.4 Prosedur Pembuatan Air Rebusan Kulit Manggis ...................... .. 31 4.6.5 Pembuatan Suspensi Jamur Pityrosporum ovale ....................... .. 32 4.6.6 Prosedur Uji Sensitivitas ............................................................ .. 32 4.7 Teknik Pengumpulan Data ............................................ ................. .. 32 4.8 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ........................................... .. 32 4.9 Penyajian Data ............................................................................. .. 33 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penyajian Data .............................................................................. 34 5.2 Pembahasan.................................................................................. 37 BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan .................................................................................... 41 6.2 Saran ............................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
2.1 Tabel Kandungan Zat Gizi Dalam Buah Manggis per 100 gram ....... 13
4.1 Tabel Perlakuan Dengan Konsentrasi 100% Air Rebusan Kulit
Manggis ........ ................................................................................... 22
4.2 Tabel Perlakuan Dengan Konsentrasi 50% Air Rebusan Kulit
Manggis ........................................................................................... 22
4.3 Tabel Perlakuan Dengan Konsentrasi 25% Air Rebusan Kulit
Manggis ........................................................................................... 23
4.4 Tabel Perlakuan Dengan Konsentrasi 12,5% Air Rebusan Kulit
Manggis ........................................................................................... 23
4.5 Tabel Perlakuan Dengan Konsentrasi 6,25% Air Rebusan Kulit
Manggis ........................................................................................... 24
4.6 Tabel Perlakuan Dengan Konsentrasi 3,13% Air Rebusan Kulit
Manggis ........................................................................................... 24
4.7 Tabel Perlakuan Dengan Konsentrasi 1,56% Air Rebusan Kulit
Manggis ..................................................... ....................................... 25
4.8 Tabel Perlakuan Kontrol Positif dan Kontrol Negatif ......................... 26
4.9 Tabel Penyajian Data Penelitian ...................................................... 33
5.1 Tabel Pengaruh Konsentrasi Terhadap Zona Hambat Pertumbuhan
Jamur Pityrosporum Ovale………………………………………………. 34
DAFTAR GAMBAR
2.1 Gambar Jamur Pityrosporum ovale ................................................... 7
2.2 Gambar Buah Manggis (Garcinia mangostana Linn.) ........ ............... 10
3.1 Gambar Kerangka Konsep Efektifitas Antijamur Air Rebusan Kulit
Manggis (Garcinia mangostana Linn.) Terhadap Pertumbuhan
Jamur Pityrosporum ovale ..................................................... ............ 19
4.1 Gambar Kerangka Kerja Efektifitas Antijamur Air Rebusan Kulit
Manggis (Garcinia mangostana Linn.) Terhadap Pertumbuhan
Jamur Pityrosporum ovale ................................................................ 27
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran:
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Data Hasil Penelitian
Tabel Hasil Uji Statistik
Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit infeksi pada manusia yang disebabkan oleh jamur di
Indonesia masih relatif tinggi. Data epidemiologik menunjukkan bahwa
penyakit kulit karena jamur superfisialis merupakan penyakit kulit yang banyak
dijumpai di semua lapisan masyarakat baik pedesaan maupun perkotaan,
tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju sekalipun
(Budimulja, 2004).
Menurut Sinha (2005) didukung oleh iklim tropis yang menyebabkan
orang Indonesia banyak berkeringat, membuat penderita masalah ketombe
sangat mudah ditemui di Indonesia. Cuaca panas yang menimbulkan
berkembangnya jamur pada kulit kepala dapat memperparah masalah
ketombe pada rambut.
Salah satu yang menyebabkan masalah ketombe adalah
berkembangnya jamur di kulit kepala yang kotor akibat keringat, kelenjar
sebum (minyak), dan debu. Jamur yang berkembang pada kelenjar sebum
tersebut adalah Pityrosporum ovale (P.ovale), jamur ini secara alami terdapat
pada kulit kepala dan bagian tubuh lainnya, jamur ini dapat menyerang
manusia pada segala usia, (bayi, anak-anak, dewasa dan orang tua).
Penelitian menunjukkan bahwa populasi Pityrosporum ovale yang lebih dari
75% pada kulit kepala dapat menyebabkan timbulnya ketombe, jumlah normal
Pityrosporum ovale pada kulit kepala adalah 46% (Said, 2009).
1
Prevalensi populasi masyarakat Indonesia yang menderita ketombe
menurut data dari International Data Base, US Bureau tahun 2004 adalah
43.833.262 jiwa dari 238.452.952 jiwa dan menempati urutan keempat setelah
Cina, India, dan US. Menurut Al-Iraqi (2010) setidaknya ada 60% dari total
penduduk Amerika dan Eropa mengalami masalah ketombe.
Resistensi obat terhadap mikroorganisme patogen telah sering
dilaporkan, salah satunya yaitu resistensi terhadap agen antifungi. Selain itu
tingkat resistensi obat lebih tinggi di negara berkembang seperti Indonesia
dibandingkan negara-negara maju, karena penggunaan antibiotik yang tidak
berdasarkan ketentuan. Oleh sebab itu diperlukan alternatif antifungi alami
yang efektif terhadap Pityrosporum ovale.
Obat anti jamur relatif lebih sedikit dibandingkan dengan anti bakteri
oleh sebab itu perlu pengembangan. Di Indonesia terdapat berbagai macam
tanaman yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Banyak tanaman
berkhasiat yang memiliki banyak kegunaan salah satunya adalah buah
manggis. Khalayak umum mengenal kegunaan buah manggis hanya untuk
dimakan buahnya saja. Padahal bagian dari buah manggis yang bermanfaat
tidak hanya daging buahnya tetapi juga kulitnya. Kulit buah manggis yang
biasanya dibuang ini ternyata memiliki manfaat sebagai obat salah satunya
sebagai antijamur. Menurut Prihatman (2000), air rebusannya dimanfaatkan
sebagai obat tradisional. Secara tradisional manggis sudah dimanfaatkan
sebagai obat sejak dulu seperti obat sariawan, wasir dan luka. Di Thailand,
kulit buah manggis secara tradisional digunakan untuk pengobatan infeksi
kulit, luka dan diare selama puluhan tahun.
Penelitian yang dilakukan di Mahindon University di Thailand juga
menunjukkan bahwa pericarp buah manggis sangat efektif untuk melawan
kanker payudara secara in vitro. Selain itu, studi lain juga menunjukkan bahwa
alpha-mangostin dan gamma-mangostin sangat efektif untuk melawan bakteri
patogen, Staphylococcus aureus (Hasyim dan Iswari, 2008).
Berbagai penelitian di luar negeri menjelaskan bahwa kulit buah
manggis yang sudah matang mengandung polyhydroxy-xanthone yang
merupakan derivat mangostin dan β mangostin. Aktivitas hasil isolasi
beberapa xanthone yang berasal dari kulit buah manggis dan beberapa derivat
mangostin dapat menghambat pertumbuhan jamur (Nuris, 2011). Menurut
Raffi Paramawati (2010), xanthone memiliki kemampuan untuk menghambat
aktivitas jamur penyebab penyakit atau fitopatogenik.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian efektifitas
antijamur air rebusan kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap
pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah ada efektifitas antijamur air rebusan kulit manggis (Garcinia
mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale ?
2. Berapakah konsentrasi efektif antijamur air rebusan kulit manggis
(Garcinia mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum
ovale ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektifitas antijamur air rebusan kulit manggis
(Garcinia mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui efektifitas antijamur air rebusan kulit manggis (Garcinia
mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale
secara in vitro.
2. Untuk mengetahui konsentrasi efektif antijamur dari air rebusan kulit
manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan jamur
Pityrosporum ovale sehingga mampu digunakan sebagai alternatif
antijamur alami.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan terhadap
perkembangan ilmu mikrobiologi khususnya di bidang mikologi.
1.4.2. Manfaat praktis
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Masyarakat
Penelitian ini mampu menjadi wacana bagi masyarakat untuk
pemanfaatan kulit manggis sebagai obat antifungi alami yang lebih murah
dan mudah didapat.
B. Institusi dan tenaga kesehatan
Dapat menjadi acuan bagi tenaga kesehatan dan institusi untuk
melakukan sosialisasi atau penyuluhan tentang ketombe dan cara
pengobatannya menggunakan alternatif antijamur alami.
C. Peneliti selanjutnya
Dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan
pengembangan metode mengenai uji sensitivitas daya antijamur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka Jamur Pityrosporum ovale
2.1.1. Taksonomi
Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Hymenomycetes
Ordo : Tremellales
Family : Filobasidiaceae
Genus : Malassezia
Spesies : Malassezia furfur (Pityrosporum ovale)
(Mardianti, 2008)
2.1.2. Sejarah
Menurut Leming (1989) dalam jurnal Sitti Hajar (2007) penelitian genus
Malassezia telah banyak menghadapi kontroversial sejak pertama kali
dilakukan pada tahun 1846 oleh Eichstedt. Perbedaan pendapat yang antara
lain mengenai kapan pertama kali organisme tersebut ditumbuhkan, medium
biakan yang optimal, hubungan antara varian koloni dan gambaran morfologi
organisme yang berbeda, genus yang harus dimasukkan, beserta namanya,
dan perannya dalam berbagai penyakit kulit. Spesies Malassezia bersifat
dimorfik, terdapat pada fase ragi dan miselium, dan hal ini cukup menyulitkan
dalam mengklasifikasikan organisme ini, karena banyak orang percaya bahwa
6
bentuk ragi dan miselium merupakan organisme yang jelas, yang
dikelompokkan dalam dua genus yang berbeda, yaitu Pityrosporum untuk
bentuk ragi dan Malassezia untuk bentuk miselium.
2.1.3. Morfologi dan Identifikasi
Larone (1995) dalam jurnal Septian (2008) mengemukakan bahwa
Pityrosporum ovale adalah yeast atau jamur bersel tunggal yang merupakan
anggota genus Malassezia. Jamur ini merupakan bagian dari flora normal kulit.
Jamur tampak sebagai kelompok kecil, sel ragi bentuk lonjong
uniseluler atau bentuk bulat bertunas (4-8 µm) dan hifa pendek, berseptum
yang kadang bercabang (Weeks, 2003).
Gambar 2.1
Sumber : ( http://en.wikipedia.org/wiki/Malassezia )
Pada biakan, genus Malassezia membentuk koloni khamir, kering dan
berwarna putih sampai krem. Pada sediaan langsung dengan larutan KOH
10%, jamur tampak sebagai kelompok sel ragi/spora bentuk lonjong uniselluler
atau bulat bertunas (buds form) dengan atau tanpa hifa pendek, berseptum
dan kadang bercabang. Bentuk ini dikenal sebagai spaghetti dan meat ball
(Weeks, 2003)
2.1.4. Patogenitas
Peran jamur dalam menimbulkan ketombe diduga berhubungan
dengan faktor imunologi karena dapat menginduksi produksi sitokin oleh
keratinosit (Bramono, 2002).
Menurut Kligman (1982) dalam jurnal Puspita (2010), ketombe
merupakan dermatitis seboroik yang paling ringan yang ditandai dengan
kelainan hiperproliferasi kulit kepala dimana terjadi pengelupasan sel stratum
korneum (deskuamasi) yang berlebihan membentuk skuama abu-abu
keperakan berjumlah banyak, kadang disertai rasa gatal dengan atau tanpa
tanda-tanda inflamasi ringan.
Manusia mendapatkan infeksi bila sel jamur melekat pada kulit. Awal
infeksi jamur tampak sebagai sel ragi (saprofit) dan berubah menjadi patogen
setelah sel ragi menjadi miselium (hifa) sehingga menyebabkan timbulnya lesi
di kulit. Terjadinya kolonisasi jamur di kulit akibat pertumbuhan jamur
meningkat (Weeks, 2003).
2.1.5. Pertumbuhan dan Isolasi Jamur
Koloni pada biakan pertumbuhannya lambat, media yang dapat
digunakan untuk pertumbuhan Pityrosporum ovale adalah Sabouraud
Dextrose Agar, Chocolate Agar dan Trypticase soy Agar yang ditambah
dengan 5% darah kambing dan olive oil. Pertumbuhan ini optimal pada suhu
35ºC – 37ºC.
Media perbenihan lainnya adalah media yang berisi antibiotik dan
siklohexamid, agar Littman yang dilapisi dengan olive oil steril atau agar
Leeming-Notman (LNA) yaitu media yang kaya lipid. Biakan diinkubasi pada
suhu 30ºC (Sutanto, 2008).
2.1.6. Epidemiologi
Penyakit yang disebabkan oleh Pityrosporum ovale ini ditemukan di
seluruh dunia (kosmopolit), terutama di daerah beriklim panas (Sutanto, 2008).
Richard (2006) dalam jurnal Dina (2012) mengemukakan bahwa
ketombe menyerang hampir semua usia baik anak usia kurang 1 bulan,
pubertas dimana terjadi perubahan hormon yang merangsang kelenjar
sebasea untuk menghasilkan sebum, dan usia 25 – 40 tahun. Berdasarkan
jenis kelamin, ketombe lebih sering ditemukan pada pria daripada wanita
walaupun selisih persentasenya 0,5%. Lebih dari 70% orang mengalami
masalah ketombe hal ini menyebabkan masalah sosial dan kurang percaya diri
pada setiap individu.
2.1.7. Pengobatan Antijamur
Jumlah antibiotik saat ini sangat terbatas, tetapi terus bertambah.
Antibiotik tertentu dapat digunakan untuk mengobati infeksi jamur. Sebagian
besar memiliki satu atau lebih keterbatasan seperti efek samping yang berat,
spektrum antijamur yang sempit, penetrasi yang buruk pada jaringan tertentu,
dan munculnya jamur yang resisten. Obat-obatan ini memiliki efek samping
(Brooks et. al, 2005).
Pengobatan dengan obat-obatan antijamur, misalnya salep whitfield I
dan II atau salep sulfur salisil. Obat-obatan antijamur dan preparat-preparat
imidazol, seperti isokotonasol, bifonasol, dan klotrimasol (Siregar, 2005).
2.2. Tinjauan tentang Manggis (Garcinia mangostana Linn.)
2.2.1. Tanaman Manggis
Tanaman manggis memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Famili : Guttiferae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana Linn.
(Putra, 2011)
Gambar 2.2
Sumber : (http://www.kulitmanggis.biz/2011/09/08/khasiat-kulit-manggis/# more-17 )
Buah manggis populer dengan julukan ratu dari buah-buahan atau the
queen of fruit (Yunitasari, 2011). Di Indonesia buah manggis dikenal dengan
berbagai macam nama daerah antara lain manggu di daerah Jawa Barat,
manggus di Lampung, manggusto di Sulawesi Utara, manggoita di Aceh,
mangi di Gayo, dan manggista di Batak. Di daerah Sunda, Jawa, dan Madura
dikenal dengan nama manggis (Nuris, 2011).
Di berbagai negara, buah manggis memiliki sebutan berbeda seperti
mangosteen di Inggris, mangostin di Spanyol, mangostan di Prancis,
mangkhut di Thailand, mongkhut di Kamboja, cai mang cut di Vietnam. Di
Malaysia, Filiphina dan Indonesia buah ini disebut manggis (Putra, 2011).
Sedangkan di Belanda mendapat sebutan mangoestan dan di Portugis dikenal
dengan nama mangosta (Yunitasari, 2011).
2.2.2. Karakteristik Tanaman Manggis
Manggis (Garcinia mangostana Linn.) merupakan tanaman buah tropis.
Tanaman manggis membutuhkan 10 – 15 tahun untuk mulai berbuah.
Tingginya dapat mencapai 10 sampai 25 meter. Batangnya berdiameter 25-35
cm dan kulit batang kayu biasanya berwarna coklat gelap atau hampir hitam,
kasar, serta cenderung mengelupas. Getah manggis berwarna kuning terdapat
di semua jaringan utama tanaman (Yunitasari, 2011).
Tanaman ini memiliki daun sederhana bertangkai pendek dengan
panjang tangkai daun 1,5 – 2 cm. Helaian daun berbentuk bulat telur maupun
bulat panjang atau elips dengan ukuran panjang 15 – 25 cm dan lebar 7 – 13
cm. Daunnya mengkilap, tebal, kaku memiliki ujung daun yang meruncing dan
licin (Putra, 2011).
Bunga dari tanaman ini bersifat berumah dua tetapi hanya bunga
betina yang dapat dijumpai, sedangkan bunga jantan tidak berkembang
sempurna yaitu tumbuh kecil, mengering dan tidak bisa berfungsi. Bunga
memiliki tangkai pendek dan tebal berwarna merah kekuning-kuningan (Putra,
2011).
Buahnya bulat dengan diameter 4 – 7 cm. Buah yang sudah masak
berwarna merah keunguan. Di dalam buah terdapat daging buah berwarna
putih, rasanya enak, manis serta biji yang berwarna kecoklatan. Satu buah
mengandung 5 – 7 biji (Nuris, 2011).
Terkait morfologi buah manggis terdiri dari tiga bagian yaitu biji, daging
dan kulit.Bagian biji atau seed. Bagian luarnya merupakan selaput tipis yang
sedikit mengandung xanthones, sedangkan bagian dalam biji berwarna kuning
kecoklatan dengan tekstur keras (Putra, 2011).
Daging buah manggis (pulp) bersegmen-segmen yang jumlahnya
berkisar antara 5 dan 8 segmen. Biasanya jumlah segmen daging buah hampir
sama dengan jumlah cupat. Daging buah ini berwarna putih dan bertekstur
halus seperti buah plum yang ranum dan di setiap segmen terdapat biji
berukuran besar (Iswari, 2011).
Bagian kulit dalam bahasa Latin disebut pericarp atau rind. Ketika
masih mentah kulit berwarna hijau dan berwarna ungu gelap saat sangat
matang (Putra, 2011).
Kulit buah manggis cukup tebal berkisar antara 0,5 – 0,7 cm. Pada
buah yang masih muda kulitnya mengandung banyak getah dan akan hilang
sesuai dengan tingkat kematangan buah (Iswari, 2011).
2.2.3. Kandungan Pada Buah Manggis
Buah manggis memiliki banyak kandungan kimia. Kandungan zat gizi
dalam buah manggis per 100g dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kandungan zat gizi dalam buah manggis per 100 g
Komponen Zat Gizi Jumlah
Energi 34 kalori
Protein 0,6 g
Lemak 1 g
Karbohidrat 5,6 g
Kalsium 19 mg
Fosfor 4 mg
Zat Besi 1 mg
Natrium 7 mg
Kalium 19 mg
Vitamin B1 0,03 mg
Vitamin B2 0,03 mg
Niasin 0,3 mg
Vitamin C 4,2 mg
Kadar Abu 0,1 g
Kadar Air 87,6 g
(Sumber : Paramawati, 2010)
Buah manggis mengandung xanthone sebagai antioksidan yang kuat.
Berbagai penelitian menunjukkan, senyawa xanthone memiliki sifat sebagai
antidiabetes, anti kanker, anti peradangan, hepatoprotektif, meningkatkan
kekebalan tubuh, aromatase inhibitor, anti bakteri, antifungi dan aktivitas
sitotoksik (Yunitasari, 2011)
Terdapat lebih dari 200 jenis bahan xanthone di alam tetapi lebih dari
40 jenis xanthone terdapat dalam buah manggis dan juga memiliki kandungan
terbanyak dibanding buah yang lain (Nuris, 2011).
Xanthone merupakan substansi kimia alami yang mengandung
senyawa polyhenolic. Peneliti dari Universitas Taichung Taiwan telah
mengisolasi xanthone dan derivatnya dari kulit buah manggis. Diantaranya
ialah 3-isomangostin, alfa-mangostin, garcinone A, garcinone B, garcinone C,
garcinone D, garcinone E, maclurin, dan mangostenol (Putra, 2011)
Selain itu elemen lain yang tak kalah penting dari buah manggis adalah
antosianin, gamma mangostin, poliphenol, quinone, tanin, katekin, polisakarida
dan stillbenes (Noverina, 2011).
2.2.4. Manfaat Kulit Buah Manggis
Sejak ratusan tahun lalu, penduduk Asia Tenggara terutama Indonesia
sudah sering menggunakan air rebusan kulit buah manggis sebagai ramuan
untuk mengobati infeksi, luka, demam, diare, sariawan dan sembelit. Tidak
hanya air rebusannya, bubuk dari kulit manggis yang dikeringkan juga
digunakan sebagai obat disentri di China dan India. Kulit manggis juga diolah
menjadi salep untuk mengobati eksim dan penyakit kulit lainnya (Noverina,
2011).
Kandungan xanthone dalam kulit buah manggis memiliki berbagai
manfaat. Secara umum fungsi xanthone adalah menetralkan radikal bebas.
Terdapat banyak manfaat lain dari xanthone antara lain antikanker, anti
inflamatory, antimikroba, menurunkan kolesterol, anti viral, anti fungal, anti
parasitik, anti-allergen, analgesik, anti diare, anti alzheimer dan sebagainya
(Putra, 2011).
Kandungan fitonutrisi dalam buah manggis bermanfaat sebagai
pembasmi mikroba yang menjaga sistem imunitas dengan menangkis jamur,
virus dan bakteri berbahaya (Noverina, 2011).
2.2.5. Kulit Manggis Sebagai Antijamur
Jumlah antibiotik untuk jamur saat ini sangat terbatas, tetapi terus
bertambah. Antibiotik tertentu dapat digunakan untuk mengobati infeksi jamur.
Sebagian besar memiliki satu atau lebih keterbatasan seperti efek samping
yang berat, spektrum antijamur yang sempit, penetrasi yang buruk pada
jaringan tertentu, dan munculnya jamur yang resisten. Obat-obatan ini memiliki
efek samping (Brooks et. al, 2005).
Menurut Raffi Paramawati (2010), xanthone memiliki kemampuan untuk
menghambat aktivitas jamur penyebab penyakit atau fitopatogenik. Beberapa
contohnya adalah Fusarium oxysporum V., Altenaria tenuis, dan Dreschlera
oryzae (Putra, 2011).
Kandungan stillbenes dalam buah manggis sangat bermanfaat sebagai
antifungi dan antioksidan yang kuat. Stillbenes berperan sebagai benteng
pertahanan tanaman manggis terhadap serangan fungi dan kemampuan
antifunginya tetap terjaga walaupun setelah dikonsumsi (Noverina, 2011).
Xanthone merupakan substansi kimia alami yang tergolong senyawa
polyphenolic. Senyawa xanthone dan derivatnya dapat diisolasi dari kulit buah
manggis. Kemampuan antioksidan dari xanthone melebihi vitamin C dan
vitamin E yang dikenal sebagai antioksidan yang efektif (Yunitasari, 2011).
Kadar xanthone meningkat jika buah disimpan hingga empat minggu
setelah dipetik, mencapai 34,36 mg/g. Diduga hal itu disebabkan oleh
perubahan kimiawi di kulit buah saat proses respirasi (Mardiana, 2011).
Turunan senyawa xanthone yang sudah diidentifikasi ada 14 jenis dan
senyawa yang paling banyak pada kulit buah manggis adalah alfa-mangostin
(Yunitasari, 2011). Alfa-mangostin dan gamma mangostin dipercaya memiliki
kemampuan mencegah berbagai penyakit. Kedua jenis xanthone tersebut
dapat membantu menghentikan inflamasi dengan cara menghambat produksi
enzim COX-2 yang menyebabkan inflamasi (Noverina, 2011).
Penelitian lain menyebutkan aktivitas alfa-mangostin terhadap Candida
albicans menunjukkan efektivitas yang bagus daripada Clotrimazol dan
Nystatin. Selain itu alfa-mangostin diketahui tidak toksis pada jaringan
fibroblas gingival manusia. Aktivitas antijamur yang kuat dan toksisitas rendah
membuat alfa-mangostin dapat digunakan sebagai pengobatan oral
candidiasis (Kaomongkolgit, 2009).
Selain itu pada penelitian Masniari dan Praptiwi (2010) menunjukkan
bahwa kulit manggis mengandung saponin, tanin, dan flavonoid yang
merupakan senyawa pada tumbuhan yang mempunyai aktivitas antimikroba.
Menurut Ganiswara (1995) dalam jurnal Masniari dan Praptiwi (2010),
saponin merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas membran
sehingga terjadi hemolisis sel. Sedangkan flavonoid merupakan kelompok
senyawa fenol yang mempunyai kecenderungan untuk mengikat protein
sehingga mengganggu proses metabolism mikroba. Tanin dengan konsentrasi
tinggi mampu bekerja sebagai antimikroba.
2.3. Uji Kepekaan Terhadap Anti Mikroba Secara in vitro
Uji ini mengikur respon pertumbuhan populasi mikroorganisme
terhadap agen antimikroba. Kegunaan uji antimikroba adalah diperolehnya
suatu sistem pengobatan yang efektif dan efisien. Terdapat bermacam-macam
metode uji antimikroba seperti yang dijelaskan berikut ini :
1. Metode Difusi Cakram (Disc diffusion)
Metode disc diffusion (tes Kirby & Bauer) untuk menentukan aktivitas
agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada
media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada
media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan
pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan
media Agar (Pratiwi, 2008).
2. Metode Cup-plate (Lubang sumuran)
Metode ini serupa dengan metode disk diffusion, dimana dibuat
sumur pada media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan
pada sumur tersebut diberi agen anti mikroba yang akan diuji (Pratiwi,
2008).
3. Metode Dilusi
Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair (broth dilution)
dan dilusi padat (solid dilution). Metode dilusi cair/broth dilution (serial
dilution) digunakan untuk mengukur MIC (Minimum Inhibition
Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum) dan MLC (Minimum
Letal Inhibition) atau KBM (Kadar Bunuh Minimal).
Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen
antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan
uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya
pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai Kadar Hambat Minimum. Larutan
yang ditetapkan sebagai Kadar Hambat Minimum tersebut selanjutnya dikultur
ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen
antimikroba dan diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 370C. Media cair
yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai Kadar Bunuh
Minimum (Pratiwi, 2008).
Prosedur ini digunakan untuk menentukan konsentrasi antibiotik yang
masih efektif untuk mencegah pertumbuhan patogen dan mengindikasi dosis
antibiotik yang efektif untuk mengontrol infeksi pada pasien (Harmita, 2008).
Metode dilusi padat serupa dengan metode dilusi cair namun
menggunakan media padat (solid). Keuntungan metode ini adalah konsentrasi
agen antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba
uji (Pratiwi, 2008).
2.3.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Senyawa Antimikroba
Banyak faktor dan keadaan yang dapat mempengaruhi penghambatan
atau pembasmian mikroorganisme oleh bahan atau proses antimikrobial.
Kesemua ini harus dipertimbangkan bagi efektifnya penerapan praktis metode-
metode pengendalian (Pelczar, 1988).
1. Konsentrasi atau intensitas zat antimikrobial
Apabila konsentrasi zat kimia tinggi, sel-sel yang terbunuh akan
lebih cepat (tentunya sampai batas tertentu) (Pelczar, 1988).
2. Jumlah mikroorganisme
Diperlukan banyak waktu untuk membunuh populasi, dan bila
jumlah selnya banyak maka perlakuan harus diberikan lebih lama
supaya kita cukup yakin bahwa semua sel tersebut mati (Pelczar, 1988).
3. Suhu
Kenaikan suhu yang sedang secara besar dapat menaikkan
keefektifan suatu desinfektan atau bahan antimikrobial lain (Pelczar,
1988).
4. Spesies mikroorganisme
Spesies mikroorganisme menunjukkan kerentanan yang berbeda-
beda terhadap sarana fisik dan bahan kimia (Pelczar, 1988).
5. Adanya bahan organik
Adanya bahan organik asing dapat menurunkan dengan nyata
keefektifan zat antimikrobial dengan cara menginaktifkan bahan-bahan
tersebut atau melindungi mikroorganisme dari padanya (Pelczar, 1988).
6. Kemasaman atau kebasaan (pH)
Mikroorganisme yang terdapat pada bahan dengan pH asam
dapat dibasmi pada suhu yang lebih rendah dan dalam waktu yang lebih
singkat dibandingkan dengan mikroorganisme yang sama dalam
lingkungan basa (Pelczar, 1988).
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka konsep efektifitas air rebusan kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale
Kulit buah
Mikosis superfisialis
Kimia Modern Alternatif Herbal
Ketokonazol Manggis
Daging buah
Biji
Pengobatan antifungal
Pityrosporum ovale
Pertumbuhan Jamur Pityrosporum ovale
Secara In vitro
Senyawa Antifungal
19
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas senyawa antimikrobial :
- Konsentrasi
- Jumlah
mikroorganisme
- Suhu
- Spesies
mikroorganisme
- Adanya bahan
organik
- pH
Keterangan :
Diteliti Tidak Diteliti
3.2. Penjelasan Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka konsep diatas terdapat variabel yang diteliti dan
tidak diteliti. Variabel yang diteliti meliputi efek senyawa antifungal pada kulit
manggis terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale secara in vitro serta
faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas senyawa antimikrobial, yaitu
meliputi : konsentrasi, jumlah mikroorganisme, suhu, spesies mikroorganisme,
adanya bahan organik, dan pH. Namun pada penelitian ini menggunakan
perlakuan perbedaan konsetrasi sebagai faktor utama yang mempengaruhi
efektifitas senyawa antimikrobial. Sedangkan variabel yang tidak diteliti meliputi
mikosis superfisialis dan pengobatan antifungal secara kimiawi.
3.3. Hipotesis Penelitian
H0 (Hipotesis nol) :
Tidak ada pengaruh perbedaan konsentrasi air rebusan kulit manggis
(Garcinia mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale.
H1 (Hipotesis 1) :
Ada pengaruh perbedaan konsentrasi air rebusan kulit manggis
(Garcinia mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian
4.1.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari perencanaan (penyusunan
proposal) sampai dengan penyusunan laporan akhir, yaitu dari bulan Januari
2015 sampai bulan Mei 2015.
4.1.2 Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Prodi
D-III Analis Kesehatan STIKes ICME Jombang.
4.2 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) factorial 7x3
yang terdiri dari 1 faktor yaitu dosis konsentrasi (K), yang merupakan jenis
penelitian dengan menggunakan 7 perlakuan dengan masing-masing
dilakukan 3 kali ulangan untuk mengetahui perbedaan konsentrasi air
rebusan kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) yang mempengaruhi
pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale secara in vitro.
Adapun desain penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL)
ditunjukkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
21
1. Perlakuan konsentrasi 100% air rebusan kulit manggis (Garcinia
mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale.
Tabel 4.1 Perlakuan dengan konsentrasi 100% air rebusan kulit
manggis
konsentrasi
Diameter zona hambat (mm)
Rata-rata
U1 U2 U3
K1
Keterangan :
K1 : Konsentrasi 100% merupakan 100 ml air rebusan kulit manggis.
U1 : Ulangan 1
U2 : Ulangan 2
U3 : Ulangan 3
2. Perlakuan konsentrasi 50% air rebusan kulit manggis (Garcinia
mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale.
Tabel 4.2 Perlakuan dengan konsentrasi 50% air rebusan kulit
manggis
konsentrasi
Diameter zona hambat (mm)
Rata-rata
U1 U2 U3
K2
Keterangan :
K2 : Konsentrasi 50% merupakan 50 ml air rebusan kulit manggis + 50 ml
aquadest steril.
U1 : Ulangan 1
U2 : Ulangan 2
U3 : Ulangan 3
3. Perlakuan konsentrasi 25% air rebusan kulit manggis (Garcinia
mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale.
Tabel 4.3 Perlakuan dengan konsentrasi 25% air rebusan kulit
manggis
konsentrasi
Diameter zona hambat (mm)
Rata-rata
U1 U2 U3
K3
Keterangan :
K3 : Konsentrasi 25% merupakan 25 ml air rebusan kulit manggis + 75 ml
aquadest steril.
U1 : Ulangan 1
U2 : Ulangan 2
U3 : Ulangan 3
4. Perlakuan konsentrasi 12,5% air rebusan kulit manggis (Garcinia
mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale.
Tabel 4.4 Perlakuan dengan konsentrasi 12,5% air rebusan kulit
manggis
konsentrasi
Diameter zona hambat (mm)
Rata-rata
U1 U2 U3
K4
Keterangan :
K4 : Konsentrasi 12,5% merupakan 12,5 ml air rebusan kulit manggis + 87,5
ml aquadest steril.
U1 : Ulangan 1
U2 : Ulangan 2
U3 : Ulangan 3
5. Perlakuan konsentrasi 6,25% air rebusan kulit manggis (Garcinia
mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale.
Tabel 4.5 Perlakuan dengan konsentrasi 6,25% air rebusan kulit
manggis
konsentrasi
Diameter zona hambat (mm)
Rata-rata
U1 U2 U3
K5
Keterangan :
K5 : Konsentrasi 6,25% merupakan 6,25 ml air rebusan kulit manggis +
93,75 ml aquadest steril.
U1 : Ulangan 1
U2 : Ulangan 2
U3 : Ulangan 3
6. Perlakuan konsentrasi 3,13% air rebusan kulit manggis (Garcinia
mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale.
Tabel 4.6 Perlakuan dengan konsentrasi 3,13% air rebusan kulit
manggis
konsentrasi
Diameter zona hambat (mm)
Rata-rata
U1 U2 U3
K6
Keterangan :
K6 : Konsentrasi 3,13% merupakan 3,13 ml air rebusan kulit manggis +
96,87 ml aquadest steril.
U1 : Ulangan 1
U2 : Ulangan 2
U3 : Ulangan 3
7. Perlakuan konsentrasi 1,56% air rebusan kulit manggis (Garcinia
mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale.
Tabel 4.7 Perlakuan dengan konsentrasi 1,56% air rebusan kulit
manggis
konsentrasi
Diameter zona hambat (mm)
Rata-rata
U1 U2 U3
K7
Keterangan :
K6 : Konsentrasi 1,56% merupakan 1,56 ml air rebusan kulit manggis +
98,44 ml aquadest steril.
U1 : Ulangan 1
U2 : Ulangan 2
U3 : Ulangan 3
8. Perlakuan kontrol
Tabel 4.7 Perlakuan kontrol positif dan kontrol negatif
konsentrasi
Diameter zona hambat (mm)
Rata-rata
U1 U2 U3
K0
K1
Keterangan :
K0 : Kontrol negatif merupakan aquadest steril.
K1 : Kontrol positif merupakan ketokonazole.
U1 : Ulangan 1
U2 : Ulangan 2
U3 : Ulangan 3
4.3 Kerangka Kerja (Frame Work)
Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1 Kerangka kerja efektifitas air rebusan kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale
4.4 Populasi, Sampel dan Sampling
4.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua kulit manggis (Garcinia
mangostana Linn.).
Penentuan Masalah
Desain Penelitian Eksperimental (RAL)
Penyusunan Proposal
Sampel Air rebusan kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) yang diujikan pada
biakan jamur Pityrosprum ovale.
Sampling Simple random sampling
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Penyusunan Laporan Akhir
4.4.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah kulit manggis (Garcinia
mangostana Linn.) yang diambil secara acak dan diujikan pada biakan jamur
Pityrosporum ovale.
4.4.3 Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah simple random sampling, yaitu teknik penetapan sampel dengan cara
memilih sampel yang homogen secara acak.
4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Variabel
Variabel pada penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas adalah konsentrasi air rebusan kulit manggis (Garcinia
mangostana Linn.).
2. Variabel terikat adalah pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale.
3. Variabel moderator adalah faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas
antimikroba, yaitu meliputi : jumlah mikroorganisme, spesies
mikroorganisme, suhu, pH, dan adanya bahan organik
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel pada penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
1. Konsentrasi air rebusan kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.)
Rebusan adalah proses penyarian yang digunakan untuk menyari
zat-zat aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Dalam penelitian
ini tanaman yang dipakai adalah buah manggis (Garcinia mangostana
Linn.) bagian kulitnya. Kulit buah manggis ditimbang 100 gram ditambahkan
ke dalam 100 ml aquadest kemudian direbus, sehingga didapatkan
konsentrasi 100%. Kemudian dibuat pengenceran 50%, 25%, 12,5%,
6,25%, 3,13% dan 1,56%. Konsentrasi 50% dibuat dari 50 ml larutan
konsentrasi 100% diadd aquadest steril hingga 100 ml. Konsentrasi 25%
dibuat dari 25 ml larutan konsentrasi 100% diadd aquadest steril hingga 100
ml. Konsentrasi 12,5% dibuat dari 12,5 ml larutan konsentrasi 100% diadd
aquadest steril hingga 100 ml. Konsentrasi 6,25% dibuat dari 6,25 ml
larutan konsentrasi 100% diadd aquadest steril hingga 100 ml. Konsentrasi
3,13% dibuat dari 3,13 ml larutan konsentrasi 100% diadd aquadest steril
hingga 100 ml. Konsentrasi 1,56% dibuat dari 1,56 ml larutan konsentrasi
100% diadd aquadest steril hingga 100ml.
2. Jamur Pityrosporum ovale
Pityrosporum ovale adalah salah satu jenis jamur yang menginfeksi
pada kulit kepala sehingga menimbulkan ketombe. Pada media Sabouraud
Dextrosa Agar (SDA) yang ditambahkan olive oil membentuk koloni khamir
kering berwarna putih sampai krem.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas antimikroba
Merupakan faktor-faktor yang dikendalikan yang mempengaruhi
efektifitas air rebusan kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap
pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale. Adapun faktor-faktor tersebut
meliputi : jumlah mikroorganisme, spesies mikroorganisme, suhu, pH, dan
adanya bahan organik.
4.6 Alat dan bahan
4.6.1 Alat :
Cawan petri, pipet ukur, gelas ukur, Neraca digital, Hot plate, Beaker glass,
Batang pengaduk, Erlenmeyer, Autoclave, Corong, Kertas saring, Pipet tetes,
Pisau steril, Alumunium foil, Ose , Swab steril, Kapas steril, Disk steril,
penggaris (mm).
4.6.2 Bahan:
Kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.), Media Sabouraud Dextrosa Agar
(SDA), Kloramfenikol. Olive oil, Biakan jamur Pityrosporum ovale , PZ steril,
Aquadest steril , Ketokonazole.
4.6.3 Prosedur pembuatan media Sabouraud Dextrosa Agar (SDA) dengan
Olive oil 1%
1. Menimbang bahan – bahan sesuai dengan kebutuhan.
2. Memasukkan Sabouraud Dextrosa Agar (SDA) ke dalam labu
Erlenmeyer dipanaskan sambil diaduk supaya larut sampai menjadi
larutan yang homogen, tidak sampai mendidih.
3. Menyesuaikan agar pHnya mencapai 5,5 (apabila pH awal asam
ditambah NaOH, apabila basa ditambah HCl).
4. Menambahkan antibiotik kloramfenikol sebanyak 50mg/ml dan olive oil
sampai mencapai konsentrasi 1%.
5. Mensterilkan media dengan autoklaf dengan suhu 121ºC selama 20-30
menit.
6. Menuangkan media pada cawan petri steril.
4.6.4 Prosedur pembuatan air rebusan kulit manggis :
1. Memisahkan kulit manggis dengan buahnya, kemudian kulit dicuci
bersih untuk menghilangkan kotoran yang menempel.
2. Mengerok bagian dalam kulit manggis (pericarp).
3. Menimbang 100 gram kulit manggis kemudian merebus dengan 100 ml
aquadest hingga mendidih.
4. Kemudian didinginkan hingga suhu kamar 37oC dengan tetap ditutup
dengan alumunium foil.
4.6.5 Pembuatan suspensi jamur Pityrosporum ovale
1. Mengambil biakan Pityrosporum ovale dengan menggunakan ose.
2. Mencampur dengan larutan PZ steril.
4.6.6 Prosedur uji sensitivitas
1. Menyiapkan media Sabouraud Dextrosa Agar (SDA) yang telah
ditambahkan olive oil.
2. Menanam suspensi Pityrosporum ovale pada media tersebut dengan
cara swab.
3. Meletakkan disk yang mengandung air rebusan kulit manggis dengan
konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,13%,dan 1,56%.
4. Diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37ºC, kemudian diukur zona
bening dengan menggunakan penggaris (dengan satuan mm).
4.7 Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan setelah dilakukan
observasi pada konsentrasi air rebusan kulit manggis (Garcinia mangostana
Linn.) yang diujikan pada biakan jamur Pityrosporum ovale.
4.8 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Pada penelitian ini, berdasarkan pengumpulan data yang telah
dilakukan, hasil penelitian kemudian dianalisa menggunakan uji ANOVA untuk
mengetahui adanya pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan jamur bila
terdapat pengaruh dari perlakuan yang diberikan, maka uji dilanjutkan dengan
uji LSD untuk mengetahui adanya derajat beda antar perlakuan.
4.9 Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel
yang menunjukkan efektifitas antijamur air rebusan kulit manggis (Garcinia
mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale. Adapun
tabel penyajian data penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Penyajian data penelitian
No. Konsentrasi U Diameter zona
hambat (mm)
Rata-
rata
1. K1
1
2
3
2. K2
1
2
3
dst.
Keterangan :
U1 : Ulangan 1
U2 : Ulangan 2
U3 : Ulangan 3
K1 : Konsentrasi 100%
K2 : Konsentrasi 50%
dst.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Penyajian Data
Bahan penelitian adalah rebusan kulit manggis (Garcinia mangostana
Linn.) dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,13%dan 1,56%
yang diujikan terhadap jamur Pityrosporum ovale dengan metode difusi
menggunakan cakram kertas saring, diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu
37ºC. Kemudian dilakukan pengamatan pada masing-masing plate. Zona
bening yang terbentuk di sekitar disk menunjukkan zona hambat yang dibentuk
dari masing-masing konsentrasi air rebusan kulit manggis (Garcinia mangostana
Linn.) terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale. Zona hambat yang
terbentuk dari masing-masing konsentrasi kemudian diukur diameternya dengan
menggunakan penggaris (dalam satuan mm). Hasil penelitian disajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 5.1 Pengaruh konsentrasi terhadap zona hambat pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale
No. Konsentrasi Rerata diameter zona hambat (mm)
1. K1 15
2. K2 11,8
3. K3 7
4. K4 6
5. K5 6
6. K6 6
7. K7 6
8. K0 6
9. K1 7
Keterangan :
K1 : Konsentrasi 100% air rebusan kulit manggis
K2 : Konsentrasi 50% air rebusan kulit manggis
34
K3 : Konsentrasi 25% air rebusan kulit manggis
K4 : Konsentrasi 12,5% air rebusan kulit manggis
K5 : Konsentrasi 6,25% air rebusan kulit manggis
K6 : Konsentrasi 3,13% air rebusan kulit manggis
K7 : Konsentrasi 1,56% air rebusan kulit manggis
K0 : Kontrol negatif
K1 : Kontrol positif
Berdasarkan data dari tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa zona hambat
yang terbentuk dari air rebusan kulit manggis dengan konsentrasi 100% sebesar
15 mm. Konsentrasi 50% air rebusan kulit manggis membentuk rerata zona
hambat sebesar 11,8 mm. Konsentrasi 25% air rebusan kulit manggis
membentuk rerata zona hambat sebesar 7 mm. Konsentrasi 12,5% air rebusan
kulit manggis membentuk rerata zona hambat sebesar 6 mm. Konsentrasi
6,25% air rebusan kulit manggis membentuk rerata zona hambat sebesar 6 mm.
Konsentrasi 3,13% air rebusan kulit manggis membentuk rerata zona hambat
sebesar 6 mm. Konsentrasi 1,56% air rebusan kulit manggis membentuk rerata
zona hambat sebesar 6 mm. Kontrol negatif membentuk rerata zona hambat
sebesar 6 mm. Kontrol positif membentuk rerata zona hambat sebesar 7 mm.
Zona hambat yang dibentuk karena pemberian rebusan kulit manggis
menunjukkan pengaruh rebusan kulit manggis terhadap pertumbuhan jamur
Pityrosporum ovale secara in vitro. Dari tabel 5.1 di atas dapat diketahui bahwa
dari beberapa konsentrasi rebusan kulit manggis, zona hambat yang paling
besar adalah pada konsentrasi 100%.
Data yang diperoleh dari penelitian dianalisa secara statistik dengan
menggunakan program SPSS. Data dianalisa dengan uji One Way ANOVA
untuk mengetahui perbedaan antara 3 kelompok perlakuan atau lebih.
Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji ANOVA,
didapatkan nilai significant sebesar 0,011. Nilai significant tersebut kurang dari α
(0,05) sehingga H0 ditolak atau H1 diterima yang berarti ada pengaruh
pemberian rebusan kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap
pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale.
Analisis dilanjutkan dengan menggunakan uji Least Significant
Difference (LSD) untuk membandingkan lebih lanjut perbedaan masing-masing
konsentrasi. Analisis ini digunakan untuk mengetahui efektifitas antijamur air
rebusan kulit manggis terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale
dibandingkan dengan kontrol positif.
Jika nilai significant (p) < 0,05 menunjukkan adanya perbedaan yang
bermakna antar kelompok perlakuan. Sedangkan jika nilai significant (p) > 0,05
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antar kelompok
perlakuan (Lampiran 2).
Berdasarkan hasil analisis statistika menggunakan uji LSD didapatkan
adanya perbedaan yang signifikan antara kontrol positif dengan K1 yang
merupakan konsentrasi 100% air rebusan kulit manggis yaitu nilai signifikan
sebesar 0,005, kontrol negatif dengan K1 sebesar 0,002 dan K2 (Konsentrasi
50% air rebusan kulit manggis) sebesar 0,025. Hal ini menunjukkan nilai
significant (p) < 0,05. Sedangkan K1 dengan K2 menunjukkan nilai significant
sebesar 0,238 lebih besar dari 0,05, maka tidak ada perbedaan signifikan
antara K1 dengan K2.
5.2. Pembahasan
Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa pemberian konsentrasi air rebusan
kulit manggis memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan Pityrosporum ovale
secara in vitro. Dari konsentrasi 1,56%, 3,13%, 6,25 %, 12,5%, 25%, 50% dan
100% dapat dilihat zona hambat yang dibentuk semakin besar seiring dengan
besar konsentrasi rebusan. Hal ini membuktikan bahwa di dalam kulit manggis
terdapat senyawa dengan daya antifungal.
Adapun penelitian lain yang telah dilakukan oleh Dahlia pada tahun
2011 tentang perbandingan Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana
Linn.) dengan ketokonazole 2% dalam menghambat pertumbuhan
Pityrosporum ovale pada ketombe diperoleh hasil bahwa ekstrak kulit buah
manggis (Garcinia mangostana Linn.) 100% sebanding dengan ketokonazole
2% dalam menghambat pertumbuhan Pityrosporum ovale pada ketombe
secara in vitro. Penelitian tersebut menguatkan penelitian ini bahwa kulit
manggis (Garcinia mangostana Linn.) memiliki efek antifungi. Senyawa
saponin, flavonoid, tanin dan xanthone dalam kulit manggis tersebut yang
menghambat pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale.
Didukung oleh pendapat Ganiswara (1995) dalam jurnal Masniari dan
Praptiwi (2010), saponin merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan
permeabilitas membran sehingga terjadi hemolisis sel. Sedangkan flavonoid
merupakan kelompok senyawa fenol yang mempunyai kecenderungan untuk
mengikat protein sehingga mengganggu proses metabolisme mikroba. Tanin
dengan konsentrasi tinggi mampu bekerja sebagai antimikroba.
Mekanisme kerja tanin sebagai antimikroba berhubungan dengan
kemampuan tanin dalam menginaktivasi adhesin sel mikroba (molekul yang
menempel pada sel inang) yang terdapat pada permukaan sel (Naim, 2004).
Toksisitas tanin dapat merusak membran sel mikroba, senyawa
astringent tanin dapat menginduksi pembentukan kompleks senyawa ikatan
terhdap enzim atau substrat mikroba dan pembentukan suatu kompleks ikatan
tanin terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas tanin itu
sendiri. Tanin diduga dapat mengkerutkan dinding sel atau membran sel
sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terganggunya
permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga
pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati (Ajizah, 2004).
Golongan senyawa flavonoid merupakan kelompok senyawa terbesar
di alam yang memiliki efek sebagai antibakteri dan antifungi karena
mengandung senyawa fenol. Senyawa fenol akan berikatan dengan ergosterol
yang merupakan penyusun membran sel jamur sehingga menyebabkan
terbentuknya suatu pori pada membran sel. Terbentuknya pori tersebut
menyebabkan komponen sel jamur seperti asam amino, asam karboksilat,
fosfat anorganik dan ester fosfat keluar dari sel hingga menyebabkan kematian
sel jamur (Suryana, 2004).
Dengan hancurnya komponen penting kitin penyusun dinding sel jamur,
membuat permeabilitas membran sitoplasma menjadi tidak stabil dan
menyebabkan keluarnya bahan intraselular penunjang hidup jamur. Hal
tersebut menghambat pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale pada media
sehingga terbentuk zona bening di sekitar sumuran.
Selain itu kandungan yang terdapat dalam air rebusan kulit manggis
yang juga diduga sebagai antifungi adalah xanthone. Turunan senyawa
xanthone yang sudah diidentifikasi ada 14 jenis dan senyawa yang paling
banyak pada kulit buah manggis adalah alfa-mangostin (Yunitasari, 2011).
Penelitian lain menyebutkan aktivitas alfa-mangostin pada kulit
manggis terhadap Candida albicans menunjukkan efektivitas yang bagus
daripada Clotrimazol dan Nystatin. Selain itu alfa-mangostin diketahui tidak
toksis pada jaringan fibroblas gingival manusia. Aktivitas antijamur yang kuat
dan toksisitas rendah membuat alfa-mangostin dapat digunakan sebagai
pengobatan oral candidiasis (Kaomongkolgit, 2009).
Adapun perbedaan zona hambat yang terbentuk dikarenakan
perbedaan konsentrasi dari masing-masing perlakuan. Menurut teori dari
Pelczar (1988) apabila konsentrasi zat kimia tinggi, sel-sel yang terbunuh akan
lebih cepat (tentunya sampai batas tertentu).
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji lanjutan LSD
didapatkan nilai signifikan antara perlakuan konsentrasi 100% air rebusan kulit
manggis dengan perlakuan konsentrasi 50% air rebusan kulit manggis sebesar
0,234 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsentrasi
100% dengan konsentrasi 50%. Sehingga konsentrasi efektif dari air rebusan
kulit manggis sebagai penghambat pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale
adalah 50%. Walaupun konsentrasi 50% dengan kontrol positif mempunyai
nilai signifikan sebesar 0,058 namun jika dibandingkan dengan nilai α yaitu
0,05 hanya memiliki selisih 0,008 tidak mencapai 1%. Maka secara statistik
konsentrasi 50% air rebusan kulit manggis memiliki daya hambat yang hampir
sama dengan konsentrasi 100%.
Dalam dunia industri, hal ini memiliki manfaat yang sangat besar, yaitu
dengan konsentrasi efektif 50% mampu menekan biaya produksi sehingga
biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen dapat diminimalisir, tetapi produk
yang dikeluarkan tetap memiliki kualitas yang memadai.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pemberian rebusan kulit manggis terhadap
pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale secara in vitro, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat efektifitas antijamur air rebusan kulit manggis (Garcinia
mangostana Linn.) terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale secara
in vitro.
2. Konsentrasi efektif antijamur dari air rebusan kulit manggis (Garcinia
mangostana Linn.) yaitu sebesar 50%.
6.2. Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dilanjutkan penelitian tentang senyawa antijamur air rebusan kulit
manggis (Garcinia mangostana Linn.) yang mampu menghambat
pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale.
2. Bagi Masyarakat
Dapat menggunakan rebusan kulit manggis sebagai salah satu bahan
alternatif herbal dalam pengobatan infeksi jamur yang disebabkan oleh
Pityrosporum ovale.
DAFTAR PUSTAKA
Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhimurium Terhadap Ekstrak Daun Psidium guajava L. Bioscientiae, Vol.1, No.1:31-8.
Al-Iraqi, Butsainah As-Sayyid. 2010. Tip Menjadi Wanita Idaman Sepanjang Masa.
Jakarta: Klinikal Mahira Buku Sehat. Bramono K. 2002. Pitiriasis sika / ketombe: etiopatigenesis. Jakarta : kelompok
Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia. Dalam : Nugroho, Septian Seno. 2008. Uji Banding Efektifitas Air Rendaman Kangkung (Ipomea reptans) Dengan Ketokonazole 1% Secara In Vitro Terhadap Pertumbuhan Pityrosporum ovale pada Ketombe.
Brooks, Geo F.,Butel, Janet S.,Morse, Stephen A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran.
Jakarta : Penerbit Salemba Medika. Budimulja, Unandar dkk. 2004. Dermatomikosis Superfisialis. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI. Ganiswara, g.s. 1995. Farmakologi dan Terapi, Ed. IV, Fakultas Kedoktran Bagian
Farmakologi. Jakarta : Universitas Indonesia. Hasyim, A., Iswari, K. 2008. Manggis Kaya Antioksidan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pangan. Iswari, Kasma. 2011. Kulit Manggis Berkhasiat Tinggi. Jakarta : APMK Madya
Centradifa. Kaomongkolgit, Ruchadaporn., Jamdee, Kusuma., Chaisomboon, Niratcha. 2009.
Antifungal activity of alpha-mangostin against Candida albicans . Kligman A, Leyden J. 1982. Safety and efficacy of tropical drugs and cosmetics.
New York: Grune & Stratton. Dalam : Puspita. 2010. Perbandingan Efektifitas Ekstrak Daun Kangkung (Ipomea reptans) Dengan Ketokonazole 1% Secara In Vitro Terhadap Pertumbuhan Pityrosporum ovale pada Ketombe.
Kuswadji, Widaty Sandra. 2004. Obat Antijamur. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Larone DH. 1995. Medically Important Fungi. Washington. ASM : Press. Dalam :
Nugroho, Septian Seno. 2008. Uji Banding Efektifitas Air Rendaman Kangkung (Ipomea reptans) Dengan Ketokonazole 1% Secara In Vitro Terhadap Pertumbuhan Pityrosporum ovale pada Ketombe.
Leming J., F.H.Notman, and K.T.Holland. 1989. The Description and Ecology of
Malassezia furfur and Cutaneous Bacteria and Human Skin. Dalam : Hajar, Sitti. 2007. Malassezia Sp.
Mardiana, Lina. 2011. Ramuan dan Khasiat Kulit Manggis. Jakarta : Penebar Swadaya.
Mardianti, Dinar Catur. 2008. Panu Melanda. Diakses di :
https://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/dinar-catur-078114129.pdf tanggal 30 Januari 2015.
Naim, R. 2004. Senyawa Antimikroba Dari Tumbuhan. FKH dan Sekolah
Pascasarjana IPB. Noverina, Anjelita. 2011. Khasiat Fantastis Kulit Manggis. Jakarta : PT Gramedia. Nuris Nuraini, Dini. 2011. Aneka Manfaat Kulit Buah dan Sayuran. Yogyakarta :
Penerbit ANDI. Paramawati, Raffi. 2010. Dahsyatnya Manggis Untuk Menumpas Penyakit. Jakarta;
PT Agromedia Pustaka. Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press. Praptiwi, Poeloengan, Masniari. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit
Manggis (Garcinia mangostana Linn.) Pratiwi, Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga. Prihatman, K. 2000. Manggis (Garcinia mangostana L.). Putra, Sitiatava Rizema. 2011. Manggis Pembasmi Kanker. Yogyakarta : DIVA
Press. Richard N Mitchell. 2006. Pocket companion to robbins and cotran pathologic of
disease 7th edition. New York : Elsevier Inc. Dalam : Oktaviani, Dina. 2012. Uji Banding Efektifitas Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum) dengan Zinc Pyrithione 1% Terhadap Pertumbuhan Pityrosporum ovale pada Penderita Berketombe.
Said, Haikal. 2009. Panduan merawat rambut. Jakarta : Penebar plus +. Sinha, Meenakshi, dkk. 2005. Rahasia rambut Indah. Jakarta : Orchid. Siregar. 2004. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta : EGC. Sularsito SA. 1993. Dermatitis. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia. Suryana, I. 2004. Pengujian Aktivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn.)
Terhadap Rhizoctonia sp. Secara In Vitro. Dalam : Wahyuni, Sri, Mukarlina, Yanti AH. 2014. Aktivitas Antifungi Ekstrak Metanol Daun Buas-buas (Premna serratifolia) Terhadap Jamur Diplodia sp. Pada Jeruk Siam (Citrus nobilis var. microcarpa).
Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin Pudji, Sungkar S. 2008. Parasitologi kedokteran. Jakarta : FKUI.
Vazquez JA. 2003. Rhodotula, malasezia, tricosporon, and other yeast like fungi.
New York : Oxford University Press. Weeks J, Moser SA, Elewski BE. 2003. Superficial cutaneous fungal infections.
New York : Oxford University Press. Wikipedia. . 2014. Malassezia. Diakses di : http://en.wikipedia.org/wiki/Malassezia Yunitasari, Liska. 2011. Gempur 41 Penyakit Dengan Buah Manggis, Khasiat dan
Cara Pengolahannya Untuk Kesehatan. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Baru Press.
Lampiran 2
TABEL HASIL UJI STATISTIK
Descriptives
Pertumbuhan Jamur
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower
Bound Upper Bound
Konsentrasi 1 3 15.0000 8.88819 5.13160 -7.0795 37.0795 8.00 25.00
Konsentrasi 2 3 12.0000 1.50000 .86603 8.2738 15.7262 10.50 13.50
Konsentrasi 3 3 7.0000 .50000 .28868 5.7579 8.2421 6.50 7.50
Konsentrasi 4 3 6.0000 .00000 .00000 6.0000 6.0000 6.00 6.00
Konsentrasi 5 3 6.0000 .00000 .00000 6.0000 6.0000 6.00 6.00
Konsentrasi 6 3 6.0000 .00000 .00000 6.0000 6.0000 6.00 6.00
Konsentrasi 7 3 6.0000 .00000 .00000 6.0000 6.0000 6.00 6.00
Konsentrasi Negatif 3 6.0000 .00000 .00000 6.0000 6.0000 6.00 6.00
Konsentrasi Positif 3 7.0333 .05774 .03333 6.8899 7.1768 7.00 7.10
Total 27 7.8926 4.03589 .77671 6.2960 9.4891 6.00 25.00
Test of Homogeneity of Variances
Pertumbuhan Jamur
Levene Statistic df1 df2 Sig.
9.834 8 18 .000
ANOVA
Pertumbuhan Jamur
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 260.492 8 32.561 3.596 .011
Within Groups 163.007 18 9.056 Total 423.499 26
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Pertumbuhan Jamur LSD
(I) Perlakuan (J) Perlakuan Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Konsentrasi 1 Konsentrasi 2 3.00000 2.45709 .238 -2.1622 8.1622
Konsentrasi 3 8.00000* 2.45709 .004 2.8378 13.1622
Konsentrasi 4 9.00000* 2.45709 .002 3.8378 14.1622
Konsentrasi 5 9.00000* 2.45709 .002 3.8378 14.1622
Konsentrasi 6 9.00000* 2.45709 .002 3.8378 14.1622
Konsentrasi 7 9.00000* 2.45709 .002 3.8378 14.1622
Konsentrasi Negatif 9.00000* 2.45709 .002 3.8378 14.1622
Konsentrasi Positif 7.96667* 2.45709 .005 2.8045 13.1288
Konsentrasi 2 Konsentrasi 1 -3.00000 2.45709 .238 -8.1622 2.1622
Konsentrasi 3 5.00000 2.45709 .057 -.1622 10.1622
Konsentrasi 4 6.00000* 2.45709 .025 .8378 11.1622
Konsentrasi 5 6.00000* 2.45709 .025 .8378 11.1622
Konsentrasi 6 6.00000* 2.45709 .025 .8378 11.1622
Konsentrasi 7 6.00000* 2.45709 .025 .8378 11.1622
Konsentrasi Negatif 6.00000* 2.45709 .025 .8378 11.1622
Konsentrasi Positif 4.96667 2.45709 .058 -.1955 10.1288
Konsentrasi 3 Konsentrasi 1 -8.00000* 2.45709 .004 -13.1622 -2.8378
Konsentrasi 2 -5.00000 2.45709 .057 -10.1622 .1622
Konsentrasi 4 1.00000 2.45709 .689 -4.1622 6.1622
Konsentrasi 5 1.00000 2.45709 .689 -4.1622 6.1622
Konsentrasi 6 1.00000 2.45709 .689 -4.1622 6.1622
Konsentrasi 7 1.00000 2.45709 .689 -4.1622 6.1622
Konsentrasi Negatif 1.00000 2.45709 .689 -4.1622 6.1622
Konsentrasi Positif -.03333 2.45709 .989 -5.1955 5.1288
Konsentrasi 4 Konsentrasi 1 -9.00000* 2.45709 .002 -14.1622 -3.8378
Konsentrasi 2 -6.00000* 2.45709 .025 -11.1622 -.8378
Konsentrasi 3 -1.00000 2.45709 .689 -6.1622 4.1622
Konsentrasi 5 .00000 2.45709 1.000 -5.1622 5.1622
Konsentrasi 6 .00000 2.45709 1.000 -5.1622 5.1622
Konsentrasi 7 .00000 2.45709 1.000 -5.1622 5.1622
Konsentrasi Negatif .00000 2.45709 1.000 -5.1622 5.1622
Konsentrasi Positif -1.03333 2.45709 .679 -6.1955 4.1288
Konsentrasi 5 Konsentrasi 1 -9.00000* 2.45709 .002 -14.1622 -3.8378
Konsentrasi 2 -6.00000* 2.45709 .025 -11.1622 -.8378
Konsentrasi 3 -1.00000 2.45709 .689 -6.1622 4.1622
Konsentrasi 4 .00000 2.45709 1.000 -5.1622 5.1622
Konsentrasi 6 .00000 2.45709 1.000 -5.1622 5.1622
Konsentrasi 7 .00000 2.45709 1.000 -5.1622 5.1622
Konsentrasi Negatif .00000 2.45709 1.000 -5.1622 5.1622
Konsentrasi Positif -1.03333 2.45709 .679 -6.1955 4.1288
Konsentrasi 6 Konsentrasi 1 -9.00000* 2.45709 .002 -14.1622 -3.8378
Konsentrasi 2 -6.00000* 2.45709 .025 -11.1622 -.8378
Konsentrasi 3 -1.00000 2.45709 .689 -6.1622 4.1622
Konsentrasi 4 .00000 2.45709 1.000 -5.1622 5.1622
Konsentrasi 5 .00000 2.45709 1.000 -5.1622 5.1622
Konsentrasi 7 .00000 2.45709 1.000 -5.1622 5.1622
Konsentrasi Negatif .00000 2.45709 1.000 -5.1622 5.1622
Konsentrasi Positif -1.03333 2.45709 .679 -6.1955 4.1288
Konsentrasi 7 Konsentrasi 1 -9.00000* 2.45709 .002 -14.1622 -3.8378
Konsentrasi 2 -6.00000* 2.45709 .025 -11.1622 -.8378
Konsentrasi 3 -1.00000 2.45709 .689 -6.1622 4.1622
Konsentrasi 4 .00000 2.45709 1.000 -5.1622 5.1622
Konsentrasi 5 .00000 2.45709 1.000 -5.1622 5.1622
Konsentrasi 6 .00000 2.45709 1.000 -5.1622 5.1622
Konsentrasi Negatif .00000 2.45709 1.000 -5.1622 5.1622
Konsentrasi Positif -1.03333 2.45709 .679 -6.1955 4.1288
Konsentrasi Negatif
Konsentrasi 1 -9.00000* 2.45709 .002 -14.1622 -3.8378
Konsentrasi 2 -6.00000* 2.45709 .025 -11.1622 -.8378
Konsentrasi 3 -1.00000 2.45709 .689 -6.1622 4.1622
Konsentrasi 4 .00000 2.45709 1.000 -5.1622 5.1622
Konsentrasi 5 .00000 2.45709 1.000 -5.1622 5.1622
Konsentrasi 6 .00000 2.45709 1.000 -5.1622 5.1622
Konsentrasi 7 .00000 2.45709 1.000 -5.1622 5.1622
Konsentrasi Positif -1.03333 2.45709 .679 -6.1955 4.1288
Konsentrasi Positif
Konsentrasi 1 -7.96667* 2.45709 .005 -13.1288 -2.8045
Konsentrasi 2 -4.96667 2.45709 .058 -10.1288 .1955
Konsentrasi 3 .03333 2.45709 .989 -5.1288 5.1955
Konsentrasi 4 1.03333 2.45709 .679 -4.1288 6.1955
Konsentrasi 5 1.03333 2.45709 .679 -4.1288 6.1955
Konsentrasi 6 1.03333 2.45709 .679 -4.1288 6.1955
Konsentrasi 7 1.03333 2.45709 .679 -4.1288 6.1955
Konsentrasi Negatif 1.03333 2.45709 .679 -4.1288 6.1955
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Lampiran 1
DATA HASIL PENELITIAN
No.
Konsentrasi
U Diameter Zona
Hambat (mm) Rata-rata
1. K1
1 8 15
2 12
3 25
2. K2
1 13,5 11,8
2 12
3 10,5
3. K3
1 7,5 7
2 6,5
3 7
4. K4
1 6 6
2 6
3 6
5. K5
1 6 6
2 6
3 6
6. K6
1 6 6
2 6
3 6
7. K7 1 6 6
2 6
3 6
8. K0
1 6 6
2 6
3 6
9. K1
1 7 7
2 7,1
3 7
Lampiran 3
DOKUMENTASI
Gambar 1 Alat yang digunakan yaitu, Penggaris (mm)(A); Pinset (B); Pisau(C);
Kertas saring (D); Cawan petri (E); Lampu Spirtus (F); Erlenmeyer (G);
Objek Glass (H); Batang pengaduk (I); Pipet tetes (J); Swab (K);
Corong (L); Beaker glass (M); Push Ball (N); Ose (O); Pipet ukur (P);
Alumunium foil (Q); Gelas ukur (R).
A B
C
D E
F
G
H
I J
K
L M
N
O P
Q
R
Gambar 2 Mikroskop (S); Hot plate (T); Neraca digital (U); Autoclave (V)
S
T U
V
Gambar 3 Bahan yang digunakan Pericarp kulit manggis (A); Kloramfenikol (B);
Olive oil (C); Media Sabouraud Dextrosa Agar (SDA) (D); PZ (E);
Aquadest (F); Ketokonazole (G); Disk cakram (H).
A
B
C
D E F
G H
Gambar 4 A. Koloni biakan Pityrosporum ovale B. Gambaran mikroskopis
Pityrosporum ovale
A
B
Gambar 5 Konsentrasi air rebusan kulit manggis yang digunakan : A. (Konsentrasi
100%); B. (Konsentrasi 50%); C. (Konsentrasi 25%); D. (Konsentrasi
12,5%); E. (Konsentrasi 6,25%); F. (Konsentrasi 3,13%); G. (Konsentrasi
1,56%).
A B C D E F G
A
B
1
C
D
1
1
E
F
1
G
H
I
Gambar 6 Hasil Uji Sensitivitas : Zona Hambat yang Terbentuk (1), A. (Kontrol
Negatif); B. (Kontrol Positif); C. (Konsentrasi 100%); D. (Konsentrasi
50%); E. (Konsentrasi 25%); F. (Konsentrasi 12,5%); G. (Konsentrasi
6,25%); H. (Konsentrasi 3,13%); I. (Konsentrasi 1,56%).