1
KERANGKA PEMIKIRAN
Menopause adalah kondisi fisiologis pada wanita dimana terjadi
penurunan fungsi ovarium yang mengakibatkan penurunan produksi hormon
estrogen. Hal tersebut dapat mengakibatkan gangguan metabolisme lemak
sehingga meningkatkan risiko terjadinya peroksidasi lipid yang dapat
mengakibatkan risiko terjadinya PJK. Konsumsi antioksidan dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya lipid peroksida. Antioksidan yang dimaksud dapat
diperoleh dari luar tubuh (eksogen) seperti dari makanan (vit C, vit E, selenium,
Zn, dan Cu) maupun antioksigen endogen atau yang terbentuk dari dalam tubuh
(SOD, katalase dan glutation peroksidase). Antioksidan dari luar akan
berpengaruh pada kerja antioksidan endogen.
Penyakit jantung koroner (PJK) secara umum dapat disebabkan karena
adanya faktor risiko lipid yang terdiri dari meningkatnya kolesterol, LDL
kolesterol, trigliserida dan turunnya HDL kolesterol. Faktor risiko yang kedua
adalah faktor risiko non lipid yang terdiri dari merokok, hipertensi, aktifitas fisik,
obesitas, diabetes mellitus, konsumsi lemak (SAFA, MUFA, PUFA), alkohol,
stress dan konsumsi obat tertentu. Faktor risiko yang tidak bisa dihindari terdiri
dari jenis kelamin, usia, keturunan, riwayat keluarga.
Tahap awal perjalanan menuju PJK adalah konsumsi yang tidak seimbang
(khususnya tinggi karbohidrat, lemak dan protein) yang mengakibatkan
kegemukan ditandai dengan peningkatan IMT. Kegemukan akan menyebabkan
penumpukan lemak visceral yang selanjutnya mengakibatkan disregulasi
pengeluaran adipocytokin. Hal ini akan berisiko pada hipertensi, diabetes mellitus
dan dislipidemia sehingga akan mempermudah terjadinya atherosklerosis dan
PJK.
2
Gambar 12 Kerangka Teoriris
Diteliti
Tidak diteliti
PJK
Atherosklerosis
IMT
Dislipidemia
Lipidperoksida
Kebiasaanmakan
Suku
IsoflavonVit CVit EZnCuSerat
EnergiKHLemak
Merokok
AktivitasFisik
Stress
Genetik
Obat
MENOPAUSE
Alkohol
O2 H2O2 H2O2SOD
katalase
GPx
MDA
Ox-LDL
3
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian adalah 2x4 minggu cross-over paralel group, RCT
(randomized control triall) dengan washout. Cross-over merupakan suatu cara
untuk membandingkan beberapa perlakuan pada sampel yang sama di waktu yang
berbeda, sehingga akan diperoleh hasil yang lebih tepat dengan jumlah sampel
yang lebih sedikit dibandingkan dengan metode paralell group trials (Hills &
Armitage 1979; Garcia et al. 2004). Untuk mengurangi carryover effect maka
diterapkan satu periode washout selama 4 minggu. Dalam pelaksanaan
penelitian, peneliti tidak mengetahui jenis perlakuan yang diterima oleh setiap
sampel, hanya petugas lapangan dan sampel yang mengetahui perlakuan apa yang
diberikan.
Protokol pelaksanaan penelitian sudah mendapatkan Persetujuan Etik dari
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia No: LB.03.04/KE/6693/2009.
Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian berada di Kota Bogor. Sampel yang diambil berasal dari
beberapa posbindu yang menjadi binaan Dinkes Kota Bogor. Dasar pemilihan
lokasi adalah keaktifan posbindu sehingga mempermudah operasional penelitian
di lapangan. Lokasi penelitian terpilih berasal dari Kelurahan Tanah Sareal,
Pondok Rumput, Ciwaringin, Ciomas dan Sindang Sari.
Penapisan sampel mulai dilakukan sejak bulan Maret hingga April 2009,
sedangkan intervensi dilakukan mulai Mei hingga Agustus 2009. Penelitian ini
dibagi menjadi 2 fase, dimana fase I pengambilan darah dilakukan pada 26 Mei
2009 (sebelum intervensi) dan 24 Juni 2009 (setelah intervensi), sedangkan fase II
dilakukan pada 22 Juli 2009 (sebelum intervesi) dan 20 Agustus 2009 (setelah
intervensi). Selanjutnya analisis serum darah dilakukan sejak April 2009 hingga
Januari 2010.
4
Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Target
Target populasi pada penelitian ini adalah wanita yang telah menopause
antara 1 hingga 5 tahun dan tinggal di wilayah Kota Bogor. Populasi studi adalah
wanita menopause antara 1 hingga 5 tahun yang menjadi binaan posbindu terpilih.
Selanjutnya populasi tersebut harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang
telah ditetapkan.
2. Sampel
Sampel harus memenuhi kriteria penerimaan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, antropometri, dan hasil penapisan pemeriksaan darah.
Berdasar hasil penapisan terpilih sampel yang selanjutnya akan dijelaskan tujuan
penelitian, perlakuan penelitian yang akan dilakukan, manfaat dan kerugian
menjadi sampel penelitian. Jika sampel bersedia, maka akan menandatangani
formulir persetujuan tertulis terhadap tindakan media yang dilakukan.
3. Penentuan Jumlah Sampel
Penelitian ini menggunakan rumus sampel desain cross over
SdN = 10.5 -----2
D
10.5 = 90%, P 0,05Sd = standar deviasi kolesterol total = 34.6 mm/dL (Alrasyid 2007)D = perbedaan atau efek yang diharapkan =19.6 mm/dL (Alrasyid
2007)N = 33
Banyaknya sampel yang diperlukan dengan power 90% dan p 0,05
berdasar hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Alrasyid (2007 ) minimal
dibutuhkan 33 sampel. Mengingat waktu penelitian yang relatif lama (3.5 bulan)
dan untuk mengantisipasi drop out selama penelitian, maka jumlah minimal
sampel ditambah 100%, sehingga jumlah sampel di awal penelitian diambil
sebanyak 67 sampel.
5
Sampel terpilih akan dibagi secara random untuk menentukan kelompok
perlakuan. Random dilakukan menggunakan tabel acak. Proporsi jumlah sampel
terbagi rata pada 2 kelompok perlakuan. Pengacakan dilakukan oleh personil
yang tidak turut dalam kegiatan penelitian dan tidak disaksikan sampel dan
peneliti (peneliti tidak mengetahui sampel terpilih untuk masing-masing
perlakuan).
Kriteria Inklusi, Eksklusi dan Pengeluaran
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi sampel adalah.
Kriteria Inklusi
- Wanita menopause, masa menopause antara 1 tahun hingga 5 tahun
- Menopause terjadi secara alami
- Bersedia menjadi responden dan mematuhi peraturan yang dibuat selama
penelitian dengan mengisi surat pernyataan
- Salah satu profil lipid darah tidak normal (kolesterol > 200 mg/dL,
kolesterol-LDL > 130 mg/dL trigliserida > 150 mg/dL, kolesterol-HDL <
40 mg/dL) atau mengalami hipertensi (sistolik > 140 mmHg dan atau
diastolik > 90 mmHg)
Kriteria eksklusi
- Mempunyai riwayat atau sedang mengalami penyakit hati, ginjal,
gangguan tiroid, kanker, PJK, stroke, diabetes mellitus dan penyakit
lainnya
- Rutin mengkonsumsi suplemen
- Rutin mengkonsumsi obat hipoglikemi, fitofarmaka, hipolipid.
- Penganut vegetarian
- Menggunakan terapi estrogen
Kriteria Pengeluaran
- Pada saat masuk dalam fase perlakuan, sampel tidak mengonsumsi tempe
selama 3 hari berturut-turut
- Indikasi kriteria eksklusi ditemukan pada sampel sewaktu penelitian
berlangsung
- Sampel tidak menjalani pemeriksaan darah secara lengkap
6
Alur Penelitian
Setelah ditentukan sampel yang memenuhi kriteria inklusi maka penelitian
dapat dilaksanakan. Penelitian ini di bagi menjadi empat fase, dimulai dari fase
run-in, dan selanjutnya diikuti dengan fase 1 dan fase 2 yang diselingi dengan fase
washout.
Run in phase Fase 1 Washout Fase 22 mgg 4 mgg 4 mgg 4 mgg
Darah 1 Darah2 Darah 3 Darah 4 Darah 5(penapisan)
Gambar 13 Alur penelitian.
Run-in phase :
- 2 minggu
- home diet (mengonsumsi makanan dari rumah seperti biasa)
- Record konsumsi (2 hari) untuk mengetahui pola konsumsi (base line).
- Responden tidak diperbolehkan mengonsumsi kedelai dan hasil olahnya
- Responden tidak diperkenankan konsumsi semua jenis suplemen dan obat
Treatment tempe
- 4 minggu
- Home diet + tempe 160 g tempe/hr
- Tempe diberikan 6 hr/mgg.
Kontrol
- 4 minggu
- Home diet
- Responden tidak mengonsumsi kedelai dan hasil olahnya
Washout
- 4 minggu
- Home diet
- Responden tidak mengkonsumsi kedelai dan hasil olahnya
Tempe Kontrol
Kontrol Tempe
7
Responden mempersiapkan seluruh kebutuhan makannya sendiri kecuali
tempe yang disiapkan oleh peneliti.
Tahap pertama penapisan adalah mendaftar semua ibu menopause dengan
masa menopause 12 bln – 59 bln. Calon sampel diundang untuk mendapat
penjelasan tentang penelitian meliputi tahapan penelitian serta kerugian dan
keuntungan menjadi sampel. Calon sampel yang bersedia mengikuti tahapan
penelitian diwajibnya mengisi form persetujuan. Form persetujuan merupakan
dasar untuk dimulainya penelitian yaitu tahap run in.
Sebelum run in, dilakukan pemeriksaan spesimen darah dan antropometri
sebagai pengukuran dasar (base line) untuk penapisan sampel. Calon sampel
wajib puasa sekitar 10-12 jam sebelum dilakukan pengambilan darah.
Pengambilan darah serentak dilakukan pada hari yang sama dimulai jam 6.30
WIB hingga jam 9.00 WIB, selanjutnya darah di bawa ke laboratorium untuk
dipisahkan serum nya dan serum disimpan dalam suhu -200C sebelum dilakukan
pemeriksaan laboratorium. Parameter yang diukur pada tahap tersebut meliputi:
kolesterol total, K-LDL, K-HDL, trigliserida dan tekanan darah. Individu yang
memenuhi kriteria inklusi akan dimasukkan sebagai sampel penelitian.
Sampel terpilih akan menjalani run in phase, dimana mereka mulai
menghindari konsumsi tempe, produk kedelai, maupun suplement yang biasa
dikonsumsi selama minimal 2 minggu. Fase run in dilakukan selama 2 minggu
untuk membersihkan kadar isoflavon dalam darah sampel dan merupakan tahap
sosialisasi sebelum masuk pada tahap intervensi.
Setelah run in selesai atau sebelum fase 1 dimulai, maka dilakukan
pengambilan darah ke 2. Selanjutnya secara random, sampel dibagi menjadi 2
kelompok yaitu kelompok perlakuan (intervensi tempe) dan kelompok kontrol.
Diakhir fase 1 dilakukan kembali pengambilan darah (yang ke 3), diikuti dengan
washout selama 4 minggu. Selesai washout kemudian dilakukan pengambilan
darah ke 4, setelah itu masuk fase 2 yaitu fase cross over, dimana sampel yang
pada fase 1 masuk pada kelompok intervensi, maka pada fase ke 2 masuk ke
kelompok plasebo, begitu juga sebaliknya. Fase 2 juga dilakukan selama 4
minggu. Setelah 4 minggu fase 2 berakhir, maka dilakukan pengambilan darah
terakhir (ke 5).
8
Fase Intervensi diberikan selama 4 minggu berdasar hasil berbagai
penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa minimal intervensi protein kedelai
maupun isoflavon dilakukan selama 2 minggu, dan dalam selang waktu tersebut
dapat dilihat perubahan pada parameter yang diukur. Penelitian terdahulu yang
memberikan protein kedelai maupun isoflavon terhadap profil lipid juga
menunjukkan hasil bahwa perubahan dapat dilihat setelah pemberian selama 2
minggu. Besarnya perubahan parameter sangat tergantung dari besarnya dosis,
bentuk intervensi, lama intervensi dilakukan, serta kondisi pre test sampel
perlakuan. Adapun wash out diberlakukan selama 4 minggu dengan alasan untuk
memberikan kesamaan waktu antara intervensi dan wash out, dan dari penelitian
yang pernah dilakukan bahwa kadar isoflavon akan bersih dalam darah setelah 2
minggu fase wash out serta untuk menghilangkan pengaruh intervensi yang telah
diterima sampel sebelumnya. Jumlah sampel dari awal hingga akhir penelitian
disajikan dalam Gambar 14.
Gambar 14 Jumlah sampel dari awal hingga akhir penelitian.
123 orangPenapisan
Sampel
Fase I
67 orang
30 orang 30 orang
Pos-test 29 orang 30 orang
29 orang 27 orang
27 orang 26 orangPos-test
Pre-test
Pre-test
Fase II
440 orang
9
Sampel total terpilih sebanyak 67 orang, namun yang hadir pada saat
pengambilan darah pre-test hanya 60 orang. Sebanyak 7 orang tidak hadir karena
bekerja di tempat yang jauh sehingga tidak memungkinkan untuk diberi
intervensi. Dari 60 orang yang mengikuti awal intervensi, terdapat 53 orang yang
mengikuti semua prosedur penelitian secara lengkap. Terjadi drop out sebanyak
7 orang disebabkan karena 1 orang sakit (tetanus), 1 orang tidak hadir saat
pengambilan darah terakhir, dan 5 orang tidak bersedia melanjutkan intervensi
dengan alasan non medis.
Untuk setiap pengambilan darah ke 1 hingga ke 5 dilakukan prosedur yang
sama, diawali dengan puasa selama 10-12 jam sebelumnya dan pengambilan
darah dilakukan serentak pada hari yang sama dimulai pukul 6.30 hingga selesai.
Darah selanjutnya dibawa ke laboratorium dan dipisahkan serumnya, dibagi ke
dalam beberapa cuvet kecil dengan volume sesuai dengan jenis pemeriksaan.
Serum disimpan pada suhu -200C sebelum didistribusikan ke laboratorium yang
akan melakukan analisis lebih lanjut.
Intervensi
Tempe yang digunakan sebagai bahan intervensi berasal dari satu
produsen tempe yang ada di Kota Bogor, hal tersebut untuk menjamin
keseimbangan kandungan isoflavon yang dihasilkan karena menggunakan
prosedur yang selalu sama saat pembuatannya. Kedelai sebagai bahan dasar
pembuatan tempe adalah merek Americana, sedangkan ragi yang digunakan
diproduksi oleh PT. Aneka Fermentasi Industri, Bandung (BPOM RI. MD
262628001051).
Teori yang ada menunjukkan bahwa kandungan isoflavon tempe akan
lebih tinggi pada tempe yang mengalami 2 kali perebusan. Berdasar hal tersebut,
peneliti menunjuk satu produsen dengan proses pembuatan melalui perebusan 2
kali. Sebelum ditentukan produsen tempe yang akan diambil sebagai pemasok,
dilakukan analisa isoflavon pada 2 tempat pembuatan tempe, dimana kedua
tempat tersebut mengerjakan pembuatan tempe dengan proses yang berbeda.
Hasil analisis yang dilakukan sebanyak 3 kali uji isoflavon menunjukkan
bahwa 160 g tempe mentah basah mengandung rata-rata 49.3 mg isoflavon.
10
Kandungan protein dalam 160 gr tempe mentah 26.4 g yang masih dianggap aman
untuk diberikan setiap harinya.
Intervensi tempe yang diberikan sebanyak 160 g per hari, 6 hari dalam
seminggu selama 4 minggu. Selama fase intervensi, setiap hari jam 06.00 WIB
produsen tempe mengantar tempe mentah ke peneliti. Proses pemasakan
membutuhkan waktu sekitar 1 jam dan proses pengemasan membutuhkan waktu
sekitar 30 menit. Sekitar jam 09.00 WIB tempe matang yang telah dikemas siap
didistribusikan ke sampel, dan tiba dirumah sampel sekitar pukul 09.30 WIB
hingga 11.00 WIB. Tempe tidak harus dihabiskan pada satu saat tertentu, namun
diminta untuk dihabiskan dalam satu hari. Untuk mengontrol kepatuhan
konsumsi tempe, maka setiap hari petugas pengantar tempe menanyakan
konsumsi tempe sehari sebelumnya.
Tempe diberikan sebanyak 160 g atau setara dengan 4 potong tempe
ukuran sedang. Menu tempe yang diberikan diganti setiap hari dengan ragam
jenis masakan :
1. Panggang rempah
2. Oseng
3. Bumbu kencur
4. Panggang opor
5. Sukiyaki
6. Semur
7. Bumbu kacang
8. Kari kemangi
9. Bacem
10. Sambal kencur
11. Botok
Instrumen Penelitian
Formulir yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Formulir karakteristik sampel (usia, pendidikan, pekerjaan, pengeluaran,
suku, lama menopause, kebiasaan Olah Raga dan merokok)
2. Formulir pengetahuan gizi
3. Formulir pemeriksaan darah
11
4. Formulir IMT
5. Formulir antropometri (BB, TB)
6. Formulir kesehatan (tekanan darah, status kesehatan saat pemeriksaan)
7. Formulir konsumsi : Food Frequency Quesioner (FFQ) dan food record.
Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan meliputi
1. Timbangan BB merek seca dengan ketelitian 0,1 kilogram
2. Pengukur TB microtoise dengan ketelitian 0,1 centimeter
3. Pengukur tekanan darah sphygmomanometer dengan ketelitian 1,0 mmHg
4. Peralatan pengambil darah: syringe 10cc, kapas, alkohol, plester, tabung
5. Peralatan laboratorium: tube, sentrifuse, freezer, lemari es, shaker, printer,
spectrophotometer UV-1601 dengan panjang gelombang 200-800 nm (untuk
pemeriksaan MDA) , ELISA reader (untuk pemeriksaan SOD dan OxLDL),
Hitachi 902 analyzer (enzymatic colorimetric test untuk pemeriksaan profil
lipid), AAS (untuk pemeriksaan Zn).
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan selama penelitian meliputi karakterisik responden
yang terdiri dari: nama, tanggal lahir, menstruasi terakhir, lama menopause, suku
bangsa, status pernikahan, frekuensi kehamilan, jumlah anak, keikutsertaan KB,
jenis KB yang digunakan. Identitas responden dikumpulkan di awal tahap
penelitian. Data sosial ekonomi meliputi : pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
pengeluaran, jumlah anggota keluarga dalam satu rumah. Data aktivitas fisik
meliputi aktivitas di rumah dan olah raga (lama, jenis, dan frekuensi).
Data status kesehatan yang dikumpulkan meliputi riwayat penyakit,
konsumsi obat, kebiasaan konsumsi suplement. Pemeriksaan kesehatan dilakukan
oleh dokter yang meliputi pemeriksaan fisik, anamnesa, keluhan dan riwayat
penyakit. Pemeriksaan kesehatan dilakukan setiap kali akan dilakukan
pengambilan darah.
Data antropometri meliputi: BB dan TB. Pengukuran TB dilakukan di
awal penelitian sedangkan pengukuran BB dilakukan bersamaan dengan setiap
12
kali dilakukan pengambilan darah. Pengukuran TB menggunakan Microtoise
dengan ketelitian 0.1 cm, pengukuran BB menggunakan timbangan injak merek
seca ketelitian 0.1 kg, dan pengukuran tekanan darah menggunakan alat ukur
tekanan darah tensimeter raksa.
Tabel 9 Variabel penelitian
Variabel Sebelumrun-in
Sebelumfase 1
Setelahfase 1
Sebelumfase 2
Setelahfase 2
Karakteristik sampel
Sosial Ekonomi
Profil Lipid
-Total kolesterol -Kolesterol-HDL -Kolesterol-LDL -Trigrliserida
SOD
Zn
Ox-LDL
MDA
Pemeriksaan Kesehatan
Tekanan Darah
-Sistolik
-Diastolik
Sindrom Menopause
BB
TB
Record (1x/mg)
FFQ (1x/bl)
Data biokimia darah meliputi: profil lipid, SOD, Zn, OxLDL, MDA.
Pengambilan darah dilakukan sebanyak 5 kali. Data konsumsi meliputi :
pencatatan konsumsi makanan (food record) dan FFQ. Food record dilakukan 1
minggu sekali, sehingga total selama penelitian diperoleh 14 food record untuk
setiap sampel, sedangkan FFQ diambil sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan saat
13
penelitian untuk melihat perubahan frekuensi konsumsi. Dari hasil food record
dianalisis konsumsi energi, karbohidrat, lemak, kolesterol, PUFA, MUFA, SAFA,
protein, vitamin E, Se, Zn, Cu dan Fe serta serat. Kepatuhan konsumsi tempe
ditanyakan setiap hari (pada keesokan harinya, bersamaan dengan pemberian
tempe pada sampel).
Tabel 10 Indikator dan metode pengumpulan data
Variabel Indikator Kunci Metode
Karakteristik
responden
Umur, lama menopause, frekuensi
kehamilan, alat KB yang pernah
digunakan
Wawancara berdasar kuesioner
Sosial ekonomi Pengeluaran per kapita/bulan
Pekerjaan
Pendidikan
Wawancara berdasar kuesioner
Status kesehatan Pernah/tidak pernah sakit, kebiasaan
minum obat, pemeriksaan fisik
kesehatan
Pemeriksaan dan Wawancara
Riwayat penyakit Jenis penyakit yang pernah diderita Wawancara berdasar kuesioner
Konsumsi
Food record
FFQ
Konsumsi per hari
Frekuensi dalam 1 bulan terakhir
Pengisian formulir food record
Wawancara berdasar kuesioner
Antropometri BB, TB Pengukuran BB dan TB
Biokimia darah Kolesterol totalK-LDLK-HDLTrigliseridaSODMDAOx-LDLZn
Analisis laboratorium
Zat gizi dan non gizi
pada tempe
Protein dan Asam amino
Lemak dan asam lemak
Zn, Fe, Cu
Isoflavon
Analisis laboratorium
Kepatuhan Jumlah tempe yang dimakan per hari Wawancara
14
Pengambilan sampel darah dilakukan 5 kali (1 kali penapisan dan 4 kali
saat perlakuan). Sampel darah diambil sebanyak 8 ml dimasukkan dalam tabung
tanpa koagulan dan kemudian diputar dengan sentrifuse untuk diambil serumnya.
Serum di bagi menjadi 7 (5 untuk variabel dan 2 cadangan). Serum disimpan
dalam freezer -200C sebelum dilakukan analisis. Kandungan gizi dan non gizi
tempe yang dianalisis adalah : protein, asam amino, lemak, asam lemak, Zn, Cu,
dan isoflavon total.
Pengendalian Kualitas Data
Tim peneliti direkruit dengan seleksi sehingga memenuhi kriteria tertentu
dengan tujuan agar penelitian menghasilkan data yang berkualitas. Kriteria
petugas lapangan adalah sebagai berikut:
- perempuan
- lulusan S-1 gizi
- mempunyai pengalaman dalam mewawancarai responden
- mempunyai pengalaman di lapangan
- dapat berkomunikasi dengan baik
- tertarik dengan penelitian ini
- disiplin
- mempunyai komitmen untuk menyelesaikan pekerjaan
- mempunyai kapasitas untuk membuat laporan kegiatan lapangan
- mampu bekerja sendiri maupun sebagai tim
Semua calon petugas lapangan/pewawancara dilatih selama 1 hari di
dalam ruangan dan 1 hari di lapangan. Materi yang diberikan selama pelatihan
adalah latar belakang dan tujuan penelitian survei, desain penelitian, metode
pemilihan sampel, bagaimana menghadapi responden, penguasaan kuesioner,
proses wawancara, teknik wawancara (pendekatan, pelaksanaan, probing),
penyelesaian masalah dan simulasi (praktek di kelas). Hari kedua akan dilakukan
ujicoba wawancara di lapangan dengan kriteria responden mirip dengan
responden penelitian. Setelah pelatihan maka modifikasi/perbaikan manual
dilakukan sesuai dengan pengalaman saat uji coba di lapangan.
Uji coba kuesioner dilaksanakan untuk mencatat berapa lama waktu
dibutuhkan untuk wawancara, menilai alur pertanyaan dan format kuesioner serta
15
jawaban yang kemungkinan belum tercantum sebagai pilihan di kuesioner. Selain
itu juga untuk memastikan bahwa kuesioner telah dipahami dengan baik oleh
pewawancara dan menghindari aspek sensitif.
Reliabilitas pertanyaan dikendalikan untuk menjaga konsistensi
pertanyaan yang diberikan oleh pewawancara. Hal ini dilakukan terhadap sub
sampel dari setiap pewawancara dengan cara wawancara ulang yang dilakukan
oleh peneliti dan dibandingkan dengan jawaban responden sebelumnya.
Pertemuan rutin petugas dilakukan untuk memastikan data telah terkumpul
dengan baik dan untuk mengetahui masalah serta penyelesaiannya di lapangan.
Petugas lapangan secara rutin dikumpulkan bersama-sama setiap hari untuk
mendiskusikan hal tersebut. Hasil wawancara akan diperiksa oleh pewawancara
lain dan di periksa kembali oleh peneliti, hal tersebut untuk memastikan semua
kuesioner sudah dijawab dengan lengkap oleh sampel.
Pemilihan tempat analisis serum berdasarkan kemampuan peralatan dan
tenaga laboratorium yang berpengalaman mengalanisis parameter tertentu. Hal
tersebut menyebabkan analisis tidak dapat dilakukan di satu laboratorium namun
menyebar menjadi beberapa tempat. Tabel berikut berisi tempat analisis serum
dilakukan,.
Tabel 11 Laboratorium analisis biokimia darah
No. Jenis pemeriksaan Tempat pemeriksaan
1. Profil lipid Lab. Patologi Klinik FK – UI
2. SOD Lab. Biokimia FMIPA Universitas Brawijaya
3. MDA Lab. Biokimia FMIPA Universitas Brawijaya
4. Ox-LDL Lab. Biokimia FMIPA Universitas Brawijaya
5. Zn Lab. Biokimia Puslibang Gizi dan Makanan
Kemenkes RI
6. Isoflavon tempe Lab. Bioprospeksi Bidang Mikrobiologi LIPI
7. Protein & asam amino tempe Lab. Terpadu IPB
8. Lemak & asam lemak tempe Lab. Terpadu IPB
9. Zn, Cu dan Fe tempe Lab. Terpadu IPB
16
Penilaian terhadap proses pengumpulan data dilakukan di lapangan oleh
supervisor untuk memeriksa apakah pewawancara mengumpulkan data dengan
tepat. Selain itu juga untuk mengetahui masalah yang ditemukan di lapangan.
Penilaian kualitas data entry dilakukan minimal 10% dari total data. Entry ulang
akan dilakukan jika terdapat inkonsistensi. Pengukuran antropometri dilakukan
oleh tenaga terlatih dan alat ukur yang digunakan (timbangan, microtoise) telah
dikalibrasi sebelum digunakan.
Pengambilan darah dilakukan oleh tenaga ahli sedangkan analisis sampel
darah dilakukan di beberapa laboratorium yang sudah terstandarisasi.
Pengambilan darah selalu dilakukan serentak mulai jam 6.30 WIB hingga 9.00
WIB. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalkan variasi hari dan cuaca serta
kondisi lain yang dikhawatir mempengaruhi spesimen darah.
Metode Pemeriksaan Laboratorium
Secara rinci prosedur kerja analisis spesimen darah dimuat dalam
lampiran. Berikut secara ringkas adalah reagent yang digunakan dalam analisis
tersebut.
1. Profil lipid
- Kolesterol total: diperiksa dengan metode enzymatic colorimetric test
“cholesterol CHOD-PAP (Roche, 2007). No Katalog 11489232-216
- Trigliserida: diperiksa dengan metode enzymatic colorimetric test
“triglycerides GPO-PAP (Roche, 2007). No Katalog 11488872-216
- Kolesterol-LDL: diperiksa dengan metode enzymatic colorimetric test
“LDL-cholesterol CHOD-PAP (Roche, 2007).
- Kolesterol-HDL diperiksa dengan metode enzymatic colorimetric test
“HDL-cholesterol CHOD-PAP (Roche, 2007). No Katalog 04713184-190
2. Aktifitas SOD diperiksa dengan metode activity assay menggunakan reagent
merk Northwest (NWK-SOD02)
3. OxLDL diperiksa dengan metode enzyme immunoassay menggunakan reagent
merk Mercodia, Swedia
4. MDA diperiksa dengan spektrofotometer, bahan yang digunakan antara lain
TCA, Na Thio, dan HCl
5. Zn diperiksa dengan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)
17
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara bertahap, dimulai dari data yang
terkumpul di lapangan hingga data siap dianalisis. Data yang terkumpul di
lapangan akan diperiksa oleh peneliti, jika terdapat kekurangan data pewawancara
akan melengkapi dengan wawancara ulang kepada sampel. Jawaban pertanyaan
dikoding oleh pewawancara sehingga mempermudah proses input data.
Selanjutnya data diinput ke komputer. Jika proses input data telah selesai,
dilakukan proses pembersihan data dengan cara melihat sebaran data setiap
variabel. Data ekstrim akan dicek kembali ke kuesioner. Data yang telah
dibersihkan selanjutnya dianalisis secara diskriptif dan statistik menggunakan soft
ware statistik. Sebelum dilakukan uji statistik lanjut semua data disajikan dalam
bentuk statistik elementer (minimal, maksimal, rata-rata dan standar deviasi).
Data kuantitatif konsumsi pangan (food record) yang diambil 1x/mgg
direkapitulasi untuk mengetahui berbagai jenis pangan dan ukuran (gram) yang
dikonsumsi sampel. Untuk bahan makanan khususnya jajanan yang tidak lazim,
peneliti membeli bahan makanan tersebut di warung sekitar tempat tinggal
responden. Terindikasi ada sekitar 20 jenis jajanan yang dibeli dan digunakan
untuk mengetahui bahan asal dan berat makanan. Daftar ini digunakan sebagai
panduan dalam memasukkan jenis makanan ke dalam soft ware. Semua jenis
makanan dan berat makanan kemudian dimasukkan dalam soft ware Nutrisurvey
untuk dihitung energi, karbohidrat, protein, lemak, kolesterol, MUFA, SAFA,
PUFA, serat, vitamin E, Seng dan Cu. Hasil tersebut kemudian dibandingkan
dengan AKG (WKNPG 2004) untuk mengetahui kecukupan zat gizi setiap
sampel. Data kualitatif konsumsi pangan (FFQ) merupakan data pendukung
kuantitatif di ambil 1x/bln direkapitulasi dan dikonversi dalam hari atau minggu
untuk menggambarkan frekuensi konsumsi responden.
Analisis data yang pertama dilakukan adalah pengukuran diskriptif
terhadap beberapa parameter seperti karakteristik individu dan sosial ekonomi.
Beberapa ukuran yang dianalisis antara lain: mean (rata-rata), median, standar
deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimal. Uji statistik parameter biokimia
darah dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah menguji
distribusi sebaran normalitas data dengan menggunakan Uji Kosmogorov-
18
Smirnov dan Uji homogenitas varian menggunakan Lavena test. Jika p>0.05
maka sebaran data tergolong terdistribusi normal dan varians data tergolong
homogen. Untuk mengetahui perubahan kadar parameter biokimia darah
sebelum dan setelah intervensi serta membandingkan antara kelompok perlakuan
dan kontrol (K-T, K-LDL, K-HDL, trigliserida, SOD, Zn, Ox-LDL dan MDA)
digunakan Anova design repeated measurement atau GLMRM (general linier
model repeated measurement).
Untuk mengetahui hubungan masing-masing konsumsi zat gizi terhadap
perubahan kadar setiap parameter biokimia darah dilakukan uji bivariat dengan uji
pearson jika data terdistribusi normal dan uji sperman jika data tidak terdistribusi
normal. Selanjutnya analisis regresi linier multivariat digunakan untuk
mengetahui faktor (konsumsi zat gizi) yang paling mempengaruhi perubahan
parameter darah setelah perlakuan.
Definisi Operasional
Definisi operasional berisi definisi dari setiap parameter atau variabel yang
diukur disertai dengan alat ukur yang digunakan, cara mengukur dan hasil
ukurnya. Selengkapnya disajikan pada Tabel 12 berikut.
19
Tabel 12 Definisi operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Usia Usia dihitung sejak lahir
hingga ulang tahun terakhir
Kuesioner Wawancara < 50 thn
51 – 55 thn
>55 thn
Pendidikan Lama sekolah yang berhasil
diselesaikan responden
Kuesioner Wawancara Lulus SD
Lulus SMP
Lulus SMA
Lulus Akd/S-1
Pekerjaan Aktivitas di dalam atau
diluar rumah yang
menghasilkan uang
Kuesioner Wawancara Bekerja
Tidak bekerja
Pengeluaran Besarnya rupiah yang
dikeluarkan perkapita per
bulan
Kuesioner Wawancara < rata-rata
> rata-rata
Suku Asal daerah orang tua Kuesioner Wawancara Sunda
Jawa
Minang, dll
Lama menopause Dihitung sejak terakhir kali
menstruasi hingga saat
penelitian dimulai
Kuesioner Wawancara Lama nya
menopause
dalam tahun
Pengetahuan gizi Nilai yang diperoleh setelah
menjawab pertanyaan
tentang gizi
Kuesioner Wawancara Kurang
<60% benar
Sedang
60%-80% benar
Baik
>80% benar
Konsumsi Jumlah dan jenis makanan
yang dikonsumsi dalam satu
hari yang disajikan dalam
persentase total dari Angka
Kecukupan Gizi
Form food
record
Pengisian < AKG
> AKG
Status Gizi (IMT) Rasio antara berat badan
dalam kg dengan tinggi badan
dalam meter kuadrat. Rumus
: BB (kg)/TB2 (m)
Timbangan
BB SECA
dan pengukur
tinggi
microtoise
Menimbang BB
responden dengan
timbangan SECA
dan TB dengan
microtoise
Kurus: <18.5
Normal: 18.5 –
25
Gizi lebih: 25 –
27
Obesitas: >27
20
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Tekanan darah Hasil pengukuran sistolik dan
diastolic yang dilakukan pada
posisi duduk setelah
beristirahat minimal 10 menit
Tensi meter Mengukur
tekanan darah
pada lengan
bagian atas
Hipertensi: sistolik
>140 mmHg dan atau
diastolik <90 mmHg
Non hipertensi:
sistolik <140 mmHg
dan diastolik < 90
mmHg
Genetik Penyakit yang diturunkan dari
salah satu orang tua atau
saudara yang lebih tua
Kuesioner Wawancara Ada: jika salah satu
keluarga yang lebih
tua mengalami salah
satu jenis pyk
degeneratif
Tidak ada: jika tidak
ada anggota keluarga
yang terkena pyk
degeneratif
Merokok Kebiasaan merokok yang
dilakukan sehari-hari
Kuesioner Wawancara Ya: jika saat
penelitian sampel
terbiasa merokok
Tidak: jika saat
penelitian sampel
tidak merokok
Aktivitas fisik Kegiatan olah raga yang
dilakukan secara rutin dalam
satu minggu
kuesioner Wawancara Jarang (<3x/mg)
Sering (>3x/mg)
K-Total Kadar kolesterol dalam serum
darah
Analisis
laboratorium
Pengambilan
darah lewat
vena dan
dianalisis di
Lab
Rasio
K-LDL Kadar LDL dalam
serum darah
Analisis
laboratorium
Pengambilan
darah lewat
vena dan
dianalisis di
Lab
Rasio
K-HDL Kadar HDL dalam
serum darah
Analisis
laboratorium
Pengambilan
darah lewat
vena dan
dianalisis di
Lab
Rasio
21
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Trigliserida Kadar trigliserida dalam
serum darah
Analisis
laboratorium
Pengambilan
darah lewat vena
dan dianalisis di
Lab
Rasio
SOD Kadar enzim superoksida
dismutase dalam serum darah
Analisis
laboratorium
Pengambilan darah
lewat vena dan
dianalisis di Lab
Rasio
Zinc Kadar Zn dalam serum darah Analisis
laboratorium
Pengambilan darah
lewat vena dan
dianalisis di Lab
Rasio
MDA Kadar MDA dalam
serum darah
Analisis
laboratorium
Pengambilan darah
lewat vena dan
dianalisis di Lab
Rasio
Oksidasi LDL Kadar oksidasi LDL dalam
serum darah
Analisis
laboratorium
Pengambilan darah
lewat vena dan
dianalisis di Lab
Rasio
Top Related