BUKTI-BUKTI PENYELISIHAN DZUL AKMAL HADAHULLOH
TERHADAP SYARI'AT ISLAM
1 | P a g e
Kepada pembaca, sebelum membaca tulisan ini saya sarankan untuk membaca dulu tulisan
saya sebelumnya yang berjudul “Makar Dzul Akmal dan Luqmaniyyun Terhadap Masjid Jambi”
karena ada kaitannya dan juga banyak bualan-bualan Dzul Akmal dalam daurohnya di Jambi
19-20 Syawal 1432 H. Dan saya buat tulisan ini sebagai sambutan atas perkataannya pada Dauroh di
Jambi. Dzul Akmal berkata dalam dauroh tersebut, “Celaan kepada saya bacalah di internet, celaan
kepada pribadi saya seluruhnya dibongkar, ...pribadi, seluruh kita punya masalah pribadi.... tidak ada
manusia yang tidak punya masalah pribadi... kekurangan pribadi... masalah hutang piutang, masalah
ini itu, begini begitu, begono... ente kalo bantah saya, manhaj saya dibantah... tunjukkan satu
manhajnya begini-begini... kan begitu.”
Dalam tulisan ini saya tidak memvonis Dzul Akmal Hadahullah tetapi menunjukkan bukti-bukti bahwa
dia tergelincir dalam ucapannya sendiri dalam mentahdzir thullab Dammaj yang bersama Syaikh
Yahya Al-Hajuri Hafidzohullah. Ibarat pepatah melayu, memercik air di dulang terpecik ke muka
sendiri. Semoga ALLAH ta'ala memperbaiki kamu dan kita semua..
BAB 1 : KHOWARIJ
Khowarij adalah orang-orang yang mengkafirkan pelaku maksiat keluar daripada ketaatan pemerintah
muslimin dan jama'ah muslimin.
Saya sebenarnya tidak menuduh dia (Dzul Akmal) khowarij tapi sekedar mengembalikan gaya
tuduhan dia kepada orang lain. Contoh, ucapan Dzul Akmal sendiri menuduh ustadz Abdul Ahad
Bagan Batu Riau. Dzul Akmal mentahdzir beliau sebagai khowarij takfiri alasannya ustadz Abdul Ahad
mengambil tanah orang kampung (sedangkan menghalalkan harta kaum muslimin termasuk ciri-ciri
khowarij). demonstrasi di Perawang, mengharamkan kartu nikah. Maka ustadz Abdul Ahad menjawab,
“Saya tidak pernah mengambil tanah orang, saya tidak ikut demonstrasi di Perawang, dan saya tidak
mengharamkan kartu nikah. Saya sendiri punya KTP dan kartu nikah. Fakta sebenarnya, ada seorang
perantau Madura datang ke Riau dan ikut ta‟lim dengan saya, kemudian mau menikah dengan
seorang perempuan dari Bagan, lalu mau pulang lagi ke Madura untuk urus surat KUA dan lain-lain.
Tapi tidak cukup (uang) transportasi pulang-pergi (ke Madura) dan akhirnya tetap menikah melalui
petugas KUA, tapi dia tidak diberikan kartu nikah dari KUA melainkan hanya diberikan surat
keterangan nikah.”
Sekarang dengan surat pernyataan tersebut (notulen hasil Rapatnya) Dzul Akmal menekankan agar
menguasai aset tanah dan bangunan masjid kepada Ponco, Hud Huda, Amir, dan Muhammad Surur,
2 | P a g e
bahkan terus menerus menelpon. Padahal tanah masjid tersebut wakaf dari orang awam dan biaya
pembangunan masjid bukanlah semata-semata dari mereka tetapi mayoritas dari orang yang masih
ta‟lim. Ini berarti Dzul Akmal telah memerintahkan untuk mengambil tanah orang dan mesjid, padahal
dia telah mentahzir ustadz Abdul Ahad sebagai khowarij, salah satunya karena mengambil tanah
orang. Bukan berarti saya mengingkari bahwa diantara peserta tanda tangan juga ada yang shodaqoh
atas masjid.
BAB 2 : TAKFIRI (MENGKAFIRKAN ORANG).
1. Dzul Akmal menggelari Abu Turob sebagai Nabi baru pada ta‟lim ummahat. “Wahai Dzul Akmal,
Abu Turob tidak mengaku sebagai Nabi dan orang yang belajar dengan beliau pun tidak ada yang
menyebutkannya sebagai Nabi atau ulama. Ini artinya engkau telah mengkafirkan Abu Turob.
Celaan inipun tampak telah direalisasikan oleh salah seorang murid engkau asal Perawang
dengan mengirim sms : “ado keceknyo antum ndak menggadangkan aie do, o iyo ado
keceknyo le, lah sujud antum ka Nabi antum?” (ada kabarnya antum hendak membesarkan
air lagi, o iya kabarnya antum sudah sujud ke nabi antum?) Ini sms Abu Amr asal Perawang
tanggal 09 Juni 2011 kepada Utsman Pariaman.”
2. Pengakuan Muhammad Batam yang sms saya: “saya 2x dtlp Marhaen ktnya tdk usah baca2
internet nanti fitnah,saya baca isnad utk mngthi perkembangan dakwah,itu msk mencela
ulama klu mati kita kafir.” Sms ini saya terima tgl 14 Januari 2012.
Komentar saya :
Marhaen adalah Dzul Akmal. Ini artinya Dzul Akmal telah mengkafirkan pembaca isnad.
BAB 3 : HADDADY
Sesungguhnya haddadiyah merupakan sekte yang ekstrem yang disandarkan kepada Abu Abdillah
Mahmud bin Muhammad Al Haddad. Lahir di Mesir tahun 1374 H, kemudian pergi ke Madinah
Nabawiyah belajar ke Syaikh Robi' dan Masyaikh lainnya. Pada awalnya orang ini menampakkan
kecemburuan kepada agama dan benci kepada kebid'ahan. Kemudian muncul darinya sikap ekstrem
dan membid'ahkan sejumlah ulama yang tergelincir dalam perkara akidah seperti Ibnu Hajar, An-
Nawawi, Syaukani semoga Allah merahmati mereka. Dia melaknat mereka dan membid'ahkan orang
yang mendo'akan rahmat kepada mereka. Dia juga memfatwakan untuk membakar Kitab Fathul Bari
syarah Shohih Bukhory karya Ibnu Hajar. Juga mencela Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qoyyim
dan Ibnu Abil 'Izzy semoga Allah merahmati mereka. Dia juga mencela ulama sunnah zaman ini
seperti Imam Ibn Baz, Imam Albani, Imam Ibnu Utsaimin, Syaikh Sholih Fauzan, Syaikh Al Luhaidan
dan yang lainnya, semoga Allah merahmati mereka.
Dalam Bab ini saya menunjukkan bukti-bukti bahwa Dzul Akmal hadahulloh telah tergelincir ke dalam
3 | P a g e
pemikiran haddady. Dalam Bab ini dan Bab selanjutnya, pijakan saya adalah tulisan “Karakter
Hadaddadiyah Dalam Diskusi Ilmiyyah (Komentar Terhadap Isi Kitab “Aujuhusy Syibh Bainal
Haddadiyyah wa Bainar Rowafidh” dan Kitab “Manhajul Haddadiyah” dan ucapan As-Syaikh Robi‟ al
Madkholiy pada akhir tahun 1432 H), penulis Abu Fairuz Abdur Rahman al Qudsiy (sumber :
http://aloloom.net).
Dalam risalahnya, berikut ini adalah beberapa ciri-ciri haddadiyah dalam Kitab Aujuhusy Syibh
Bainal Haddadiyah wa Bainar Rowafidh dan kaitannya dengan Dzul Akmal hadahullohu :
Pasal ke Enam : “Upaya untuk menjatuhkan ulama yang kokoh di atas kebenaran.”
Asy-Syaikh Robi' Al Madkholi wafaqohullahu berkata sisi ke enam, “Usaha mereka untuk menjatuhkan
ulama sunnah masa kini dan penghinaan mereka dan menolak hukum-hukum mereka yang tegak di
atas dalil-dalil dan bukti-bukti dan pemberontakan mereka terhadap ulama tadi, cercaan terhadap
mereka, manhaj dan prinsip-prinsip mereka yang tegak di atas Al Kitab, As Sunnah dan Manhaj As
Salafus Sholeh.
Komentar saya : Telah jelas dari ucapan-ucapan Dzul Akmal menjatuhkan, menghina, dan
merendahkan Syaikh Yahya Al Hajuri. Padahal beliau mendapat pujian dan rekomendasi dari Asy
Syaikh Muqbil rahimahulloh. Dan beliau lebih tahu tentang keadaan murid-muridnya, Siapa yang lebih
berilmu dan yang lebih pantas menggantikan kedudukannya? Bahkan Dzul Akmal menolak hukum-
hukum beliau seperti masalah Yayasan dan larangan meminta atas nama dakwah, padahal prinsip
Syaikh Muqbil rahimahulloh dan Syaikh Yahya sama dengan Syaikh Robi' dalam masalah tersebut.
Pasal ke Tujuh : “Bersembunyi dibalik sebagian ulama sunnah sambil menyusun makar terhadap
sebagian ulama yang menampakkan kebenaran.”
Kemudian Asy Syaikh Rabi‟ al Madkholi waffaqohullohu berkata sisi yang ke- tujuh :
“Mereka bersembunyi dibalik sebagian ulama sunnah sebagai makar dan tipu daya bersamaan
dengan kebencian mereka pada ulama tadi dan penyelisihan mereka pada prinsip-prinsip, manhaj dan
sikap mereka sebagaimana yang dilakukan oleh Rowafidh yang bersembunyi dibalik ahlu bait dalam
keadaan mereka menyelisi manhaj dan prinsip ahlu bait dan membenci mayoritas ahlu bait, kenapa
mereka melakukan ini?”
Komentar saya :
Dzul Akmal bersembunyi di balik nama kebesaran Asy Syaikh Rabi‟ al Madkholi dalam keadaan dia
menyelisihi prinsip-prinsip salafiyyah yang beliau berada di atasnya. Berkata Abu Fairuz di Karakter
Haddadiyah Dalam Diskusi Ilmiah Seri-2, “Adapun Syaikh kami Yahya al Hajuri hafizhohulloh ditanya
oleh saudara kita Mahir Ibn Ali Ash Shobahi hafizhohulloh, “Apakah disyaratkan untuk setiap masalah
ada salaf (pendahulunya)?” Maka beliau hafizhohulloh menjawab, “Setiap masalah ada salafnya.”
(Mukhtashorul Bayan halaman 63). Ini juga aqidah Syaikh Rabi‟ al Madkholi waffaqohullohu karena
4 | P a g e
beliau saat saudara kita tadi menyodorkan padanya soal terdahulu, beliau hafizhohulloh menjawab,
“Iya, setiap masalah harus ada salafnya,” lalu beliau menyebutkan perkataan yang kesimpulannya
adalah kita harus kembali kepada salaf pada masalah-masalah yang ada, karena masalah ini
adalah jalan masuk yang darinya para pengekor kebidahan dan hawa nafsu. Lalu beliau menyebutkan
ucapan yang panjang khusus bab ini. (Mukhtashorul Bayan hal. 63)
“Wahai Dzul Akmal, bertaqwalah kamu kepada Allah, kamu berkata dalam dauroh Jambi-mu,
“Pendapat aneh tidak ada ulama yang mendahului, jika tidak ada ulama yang berpendapat
jangan mendahului……Pendapat nyleneh…aneh…” Kamu juga menukil ucapan Imam Ahmad,
“Hati-hatilah kalian tentang suatu perkara yang tidak ada pendahulu kalian dari salaf.” Ittaqillah wahai
Dzul Akmal, kamu ketua yayasan dan pembela yayasan, “Siapakah salafmu? Apakah ada sahabat,
tabi‟in, tabi‟ tabi‟in menggunakan yayasan seperti yang kamu lakukan? Bukankah kamu selalu
membawa nama besar Syaikh Rabi‟? Tahukah kamu sikap Syaikh Rabi‟ terhadap yayasan? Apakah
kamu sudah melaporkan (mengembalikan) permasalahan yayasan sejak yayasan „Ubudiyyah sampai
yayasan-mu sekarang (Ta‟dzimussunnah) pada Beliau? Bukankah kamu yang menyerukan untuk
kembali kepada ulama salaf sebagaimana daurohmu di Jambi (19-20 Syawal 1432 H)?
Berikut Ini Fatwa Ulama Seputar Yayasan :
1. Fatwa Syaikh Muqbil هللا رحمه ,
Berkata Abul Husain Muhammad al Jawiy dan Abu Abdirrahman Shiddiq al Bughisy dalam risalah
“Menyingkap Fikroh Hizbiyyah Di Balik Slogan Yayasan Salafiyyah.” Adapun ini wahai Askariy
fatwa dulu, setelah itu beliau berfatwa sebagai berikut :
الحزبة إلى والوسلة الحزبة إلى الطرق نعم اي الصندوق وكذ وسلة ه إخوان ا هذه والجمعات
Artinya : “Dan yayasan-yayasan ini yaa ikhwan merupakan wasilah (perantara) dan juga
kotak-kota infaq, sungguh benar (itu merupakan) jalan menuju hizbiyyah dan perantara
kepada hizbiyyah.” -selesai- (dari as ilah Bani Bakr pada tahun 1421 H, setahun sebelum
wafatnya al Imam al Wad‟i هللا رحمه . Sebelumnya beliau berkata, “Yayasan pada zaman Nabi
sama sekali tidak ada, akan tetapi datangnya dari musuh-musuh Islam yang kemudian
diikuti oleh sebagian kaum muslimin. Dan kebanyakan yayasan di dalamnya terdapat
penyimpangan-penyimpangan.... sampai perkataan beliau, “Betul, kita tidak mengharomkan
bagi masyarakat apa yang Allah halalkan, akan tetapi yang kita takutkan ini hanyalah tipu
muslihat saja.” Sampai perkataan beliau, “Yayasan-yayasan ini wahai ikhwah, dia adalah
sarana, demikian pula kotak amal (kotak sedekah) jalan menuju hizbiyyah dan sarana
menuju hizbiyyah.” (disadur dari pertanyaan Bani Bakr di Yafi‟ pada tahun 1421 H).
2. Fatwa Syaikh Rabi‟ al Madkholi - هللا حفظه -
5 | P a g e
(1) Ditanyakan kepada Syaikh Robi‟, “Apakah mendirikan yayasan untuk berdakwah kepada al
Kitab dan As Sunnah dan menyandarkan diri kepadanya termasuk hizbiyyah dan memecah
belah umat?”
Jawaban Syaikh, “Mendirikan yayasan di negeri ini (Arab Saudi) tidak boleh, tidak boleh
membuat yayasan dan tidak juga yang lainnya selama-lamanya karena negara ini adalah
negara Islam yang tegak di atas kitab Allah dan di atas Sunnah Rasul-Nya. Manhaj negara ini
mewujudkan adanya ta‟lim, da‟wah di masjid-masjid, di universitas-universitas, madrasah-
madrasah dan setiap tempat. Dia (negara) tegak dengan urusan-urusan Islam seluruhnya
yang para ulama bekerjasama dengan negara. Negara bersandar kepada ulama di dalam
meletakkan manhaj-manhaj dan menyimpan harta. Bersandar kepada ulama dalam memilih
guru-guru, imam-imam, dan yang semisalnya, negara tegak dengan urusan-urusan Islam.
Adanya yayasan atau partai akan menyebabkan perpecahan ummat dan bertolak belakang
dengan firman Allah :
قوا جميعا ول تفر واعتصموا بحبل هللا
Artinya : Berpeganglah dengan tali Allah dan jangan kalian berpecah-belah. (QS. Ali
Imron :103)
Engkau datang ke sebuah negeri yang menampakkan syiar sekularisme, berhukum dengan
undang-undang buatan manusia dan berpisah dari Islam, bahkan terkadang memerangi Islam,
maka apabila ada sebuah jama‟ah (perkumpulan) menyebarkan Islam dan mengajarkannya
dan mengajak manusia kepada kebenaran, mereka berkumpul mengatur diri mereka sendiri
baik harta dan ta‟lim maka tidak terlarang, tidak terlarang hal ini. Sebagaimana hal ini tidak
dilakukan oleh kaum muslimin di India dan salafiyyun di India, maka Islam akan lenyap 100
persen. Negara kafir sekuler memerangi Islam. Maka mereka tegak dan berkumpul dalam
bentuk yayasan-yayasan yang diakui oleh negara, kemudian mereka mendirikan sekolah-
sekolah, masjid-masjid, ribuan sekolah yang dengannya Allah ta‟ala menjaga Islam. Dan ini
darurat, harus kaum muslimin menegakkan seperti ini. Kalau seandainya dunia Islam
seluruhnya bersatu pada satu Imam, maka tidak boleh ditegakkan satu jama‟ah terpisah dari
yang lain. Baarokallahu fiykum. Akan tetapi dunia Islam telah terpisah-pisah dan setiap negara
memiliki aturan yang rusak, kecuali negara ini yang tegak di atas Qur‟an dan Sunnah. Maka
wajib setiap muslimin di manapun yang tidak menegakkan manhaj Islam yang benar,
hendaklah mereka menegakkan Islam, lalu mendirikan satu yayasan atau beberapa yayasan,
mengaturnya dengan pengaturan yang benar, dengan itu memungkinkan bagi mereka
menyebarkan dakwah Allah, dan mendidik siapa saja yang mereka mampu dari anak-anak
umat ini atas manhaj ini.”
(2) Penanya (Ali al Huzaifi) berkata, “Syaikh Muqbil telah membangun dakwah salafiyyah di
6 | P a g e
Yaman dengan penuh iffah (menjaga kehormatan diri) dan beliau telah menulis bagi penduduk
Yaman suatu risalah yang beliau beri judul “Dzamul Mas‟alah (Tercelanya Meminta-Minta),”
Pertanyaan : “Sebagian para da‟i terkadang meminta-minta harta kepada manusia dengan
alasan dakwah?”
Beliau (Syaikh Rabi‟ Ibn Hadi al Madkholi) menjawab : “Kesimpulannya, semoga Allah
ta‟ala merahmati Syaikh Muqbil dan kita memohon kepada Allah agar meninggalkan kebaikan
kepada penduduk Yaman dan yang lainnya sepeninggal beliau. Sesungguhnya Syaikh Muqbil
telah mengingatkan kita akan kezuhudan, kewaro‟an, keperkasaan, kemuliaan para salaf,
keengganan (terhadap dunia) serta keberanian mereka dalam menyampaikan perkara yang
haq. Dan telah menyebar dakwah salafiyyah merata di Yaman dan telah meninggalkan
kebaikan bagi mereka. Semoga Allah memberikan keberkahan kepada murid-murid beliau dan
menjadikan mereka orang-orang yang semisal dengannya. Demi Allah, sesungguhnya beliau
adalah contoh permisalan dalam kezuhudan, waro‟ dan menghinakan dunia. Dan benar-benar
beliau seseorang yang memiliki pandangan jernih di saat menolak harta dan memperingatkan
dari meminta-minta. Sehingga aku teringat saat beliau membantah habis-habisan orang-orang
yang mengumpulkan harta dengan mengatasnamakan beliau. Betapa jauhnya beliau (dari
perkara tercela itu). Semoga Allah memberkahi beliau.
Imam Ahmad Ibn Hanbal rahimahulloh, apakah pernah menengadahkan tangannya untuk
meminta harta dengan alasan dakwah? Bahkan beliau menolak harta ketika hendak diberikan
harta. Dan benar-benar beliau contoh teladan di dalam kemuliaan (menjaga harga diri) dan
keengganan (terhadap meminta-minta), yakni saat beliau melakukan perjalanan jauh (untuk
mencari ilmu) kepada Abdurrozzaq dari Iraq menuju ke Son‟a. Kemudian di tengah perjalanan
haji beliau dan temannya Yahya bin Ma‟in, Ibnu Ma‟in berkata kepada Ahmad bin Hanbal, “Ini
dia Abdurrozaq, Allah telah mempertemukannya dengan kita di sini, maka kita tidak perlu lagi
safar (ke Shon‟a).” Berkata Imam Ahmad bin Hanbal, “Sesungguhnya aku telah berniat
melakukan perjalanan ke Shon‟a, maka aku tidak mau menarik kembali niat tersebut.
Kemudian beliau melanjutkan safar ke Shon‟a dan kehabisan bekal di tengah perjalanan.
Teman-teman beliau ketika mengetahui hal tersebut segera menawarkan bantuan harta
kepada beliau, namun beliau menolaknya dan memilih menjadikan dirinya menjadi seorang
pemikul barang-barang berat (di atas punggungnya) milik pengembala onta yang miskin yang
tinggal di dusun padahal beliau adalah seorang Imam. Beliau berpendapat bahwasanya
memikul barang-barang, bekerja dan makan dari hasil tangan sendiri seribu kali lebih utama
daripada menerima pemberian manusia karena sesungguhnya tangan di atas adalah orang
yang memberi dan tangan di bawah adalah tangan yang menerima pemberian. Imam Ahmad
tidak mau tangannya di bawah (menerima pemberian). Oleh karenanya aku menasehati ulama
dan penuntut ilmu untuk mengulang kembali kemuliaan para salaf dan hendaknya mereka
7 | P a g e
mengetahui bahwasanya tama‟ terhadap harta merupakan perkara yang sangat
membahayakan bagi dakwah salafiyyah. Sebagai bukti, bahwasanya fitnah yang menyala
sekarang disebabkan harta. Disaat sebagian manusia mengulurkan tangannya untuk meminta-
minta kepada yayasan ini dan yayasan itu, maka kita kita meminta perlindungan kepada Allah
dari fitnah tersebut. Demi Allah, sesungguhnya harta itu adalah fitnah. Demi Allah, penuntut
ilmu yang jumlahnya sedikit, yang keluar dari sebuah masjid dalam keadaan mereka iffah
(menjaga kehormatan diri), cerdas mereka lebih baik daripada jutaan pencari harta dan orang-
orang yang tamak pada harta.
Kami menasehatkan pemuda salafi dan ulama mereka untuk mengulang kembali perjalanan
hidup salaf sebagaimana salafush sholih telah mengangkat bendera as sunnah. Hendaknya
mereka juga mengangkat bendera kemuliaan, keagungan, kezuhudan dan kewaro‟an serta
kesucian jiwa dari keinginan-keinginan duniawi. Demi Allah, tidak ada yang mengganggu
dakwah salafiyyah di Yaman kecuali karena tersebarnya harta dan haus terhadapnya sehingga
menggiring kepada fitnah ini sampai sekarang. Harta itu memiliki saham besar dalam
mengkobarkan api fitnah, maka hendaknya mereka bertaubat kepada Allah dan kembali
kepada Allah, saling bersaudara. Dan kami nasehatkan kepada mereka agar saling
menasehati kepada perkara haq dan dalam kesabaran atas segala kesulitan hidup.
مراا واانف ااموال م ون ء والجوو ال و م ب ء ولنبلونكم ابري وب ر والل الص
Artinya : Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqoroh : 155).
Dan demi Allah, sesungguhnya para salaf tidaklah membawa dakwah ini dengan kemewahan
harta dan kendaraan akan tetapi mereka membawanya dengan zuhud, waro‟ dan kesucian
hati mereka. Kami nasehatkan kepada pengikut salaf di setiap tempat dan Yaman secara
khusus yang Allah telah mengangkat di dalamnya bendera as sunnah agar mereka menjaga
dakwah ini dan seandainya datang harta untuk merusak mereka, maka hendaknya mereka
menendang dengan kaki-kaki mereka dan tetap di atas jalan mereka yang agung lebih mulia
menyebarkan dakwah Allah yang mulia lagi suci.
(Kaset pertanyaan pemuda Aden tentang Fitnah Abul Hasan), Mukhtashor Al Bayan hal. 81
dinukil dari risalah Al Jam‟iyyat Harokah bila Barokah karya Muhammad bin Muhyiddin Al Jawy
hal. 123-125.
(3) Dan Fatwa terbaru Syaikh Robi‟ dari pertanyaan Hamid Ibnu Khomis Ibnu Robi‟ al
Junaiby, Ramadhan 1432 H yang sudah saya cantumkan dalam tulisan Makar Dzul Akmal
dan Luqmaniyyun Terhadap Masjid Jambi.
(4) Berkata Asy-syaikh Usamah bin „Athoya -semoga Alloh menjaganya-:
8 | P a g e
“Saya hendak mengingatkan suatu perkara yang penting terkait dengan ucapan terakhir Asy-
Syaikh Robi‟ bin Hady Al-Madkholy -semoga Alloh menjaganya- dalam perkara Yayasan.
Ketika terjadi suatu perbincangan antaraku dan Syaikh -semoga Alloh menjaganya- melalui
telepon pada hari Sabtu malam Ahad, maka Asy Syaikh berbicara tentang perkara Yayasan,
dan beliau -semoga Alloh menjaganya- menjelaskan padaku bahwa yang difatwakan oleh
Asy Syaikh adalah larangan yayasan secara mutlaq, yang demikian itu karena banyak
mafsadat (kerusakan) yang terkandung dalamnya atau akibatnya. Dan betapa banyak
yayasan yang pada mulanya salafiyyah kemudian menjadi yayasan hizby dan bid‟ah.
Dan Asy Syaikh mengarahkan anak-anaknya agar mendirikan pelajaran-pelajaran, dauroh-
dauroh, serta pertemuan-pertemuan ilmiyyah di dalam masjid. Kalaulah tidak memungkinkan
maka didirikan di rumah-rumah mereka.
Dan sungguh Syaikh telah bersungguh-sungguh untuk menjelaskan perkara ini, apalagi
dengan adanya tuduhan-tuduhan yang dilemparkan oleh ahlul bid‟ah dari kalangan
Halabiyyah kepada Syaikh bahwa „fatwanya bertentangan (bingung)‟ dan sungguh ini adalah
suatu kedustaan dan kenistaan terhadap syaikh, karena seorang „alim bisa saja berfatwa
tentang suatu perkara, kemudian jelas baginya ternyata kebenaran pada selainnya. Dan
perkara yang maklum bahwa Al Imam Asy Syafi‟iy telah merubah kebanyakan dari ucapannya
ketika beliau tiba dan tinggal di Mesir sebelum wafatnya. Maka beliaupun memiliki dua
madzhab (pendapat) : pendapat lama dan baru, dan tidaklah seorang dari para ulama‟
menuduhnya dengan „linglung/bingung‟, demikian juga Imam Malik dan Ahmad pendapat-
pendapat mereka banyak dalam suatu permasalahan dan seorang yang berakal tidak
menganggap perkara tersebut sebagai suatu kebingungan, sebagaimana yang disangka oleh
pengelola situs Al Kholafiyyin -semoga Alloh menghinakan mereka-. Semoga Alloh menjaga
Syaikh kita Asy-Syaikh Robi‟, dan seluruh Masyaikh sunnah, dan melindungi mereka dari
segala keburukan, dan mengembalikan tipu daya/kejahatan di leher-leher pelakunya, dan
melindungi kaum muslimin dari kejahatan mereka.” -selesai- pada 24 Muharram 1433 H
Diterjemahkan oleh: Abu „Ubaid Fadhl (Luwu) pada hari Kamis 26 Muharrom 1433 H.
Sumber: Syaikh Usamah bin „Athoya
(http://isnad.net/fatwa-syaikh-robi-yayasan-sarana-perpecahan-2)
“Wahai Dzul Akmal..., Sanggupkah kamu mempopulerkan 3 fatwa Syaikh Robi‟ ini dan juga
jawaban Syaikh Robi‟ atas pertanyaan Syaikh Usamah Athoya di depan umat, mempraktekkan
dan mencontohkan kepada pembeomu (“cecunguk-cecunguk” menurut istilah bahasamu)
dimanapun kamu berada??
Bisakah kamu dan pembeomu bahkan Luqmaniyyun gegap gempita menyebarkan dan
menerapkan 3 fatwa Syaikh Robi‟ ini dan jawaban beliau kepada Syaikh Usamah Athoya?”
9 | P a g e
Alhamdulillah thullab Dammaj yang kamu caci-maki sebagai Haddadiyyun, Takfiriyyun telah
mengamalkan fatwa ini dengan izin Allah ta‟ala. Sanggupkah kamu dan pembeomu membubarkan
yayasan kalian, mencabut ucapan kotormu itu yang memfitnah thullab Dammaj yang bersama Syaikh
Yahya membawa pendapat nyleneh, pendapat aneh, tidak ada ulama yang mendahului?
(sebagaimana ucapanmu pada daurohmu di Jambi).
Pasal Ke- Tiga Belas : Kedustaan, kebohongan terhadap Ahlusunnah, pengkhianatan dan pemotong-
motongan kalimat. Kemudian Asy Syaikh Robi' Al Madkholi wafaqohullohu berkata Sisi kesembilan :
bahwasanya mereka berdusta atas nama Asy Syaikh Robi' dan orang yang menolong beliau di dalam
kebenaran dari kalangan Ulama dan anggota jaringan Sahab As-Salafiyah bahwasanya mereka
adalah jenis lain dari jenis-jenis Murji'ah. Mereka berdusta demi Rabb langit dan bumi secara global
dan rinci......
Komentar saya : sifat Haddadiyah yang ketiga belas adalah kedustaan, kebohongan dan
pengkhianatan terhadap Ahlusunnah. Berkata Dzul Akmal dalam dauroh, “Bohong itu Ro'sul
Zunub, bohong itu puncak segala dosa. Sampai hari ini saya sangat takut dengan bohong....”.
Dzul Akmal berkata, "Tulisan mereka di Internet celaan Dzul Akmal Kadzab (Pendusta), kadzab
Subhanallah kapan saya punya masalah khusumah pribadi dengan thaghut Bengkulu, tidak
ada jama'ah rohimakumulloh."
BUKTI-BUKTI DZUL AKMAL HADAHULLAH PENDUSTA BESAR/PEMBOHONG BESAR
Dzul Akmal berkata dalam daurohnya di Jambi (19-20 Syawal 1432 H) :
(1) “Bukan dalil yang menuntunnya, tapi yang menuntunnya Syaikh Yahya... Syaikh Yahya... tidak
ada Syaikh Robi‟.”
(2) “Lihat tulisan-tulisan mereka tidak ada dalil... hanya perkataan Syaikh Yahya.. Syaikh Yahya..”
(3) “Lihat kelompok kedua... lihat Dammaj... tidak ada bertanya kepada ulama besar..”
(4) “Apapun kebenaran yang datang dari Syaikh Robi‟, Syaikh Muhammad bin Hadi ditolaknya, tidak
akan diterima ya syabab...”
Jawaban saya : Betapa beraninya Dzul Akmal membuat kedustaan terhadap orang banyak.
1. Telah berlalu di bagian atas tentang 3 fatwa Syaikh Robi‟ dan jawaban beliau kepada Syaikh
Usamah Athoya mengenai permasalahan yayasan dan alhamdulillah para du‟at yang bersama
Syaikh Yahya telah melaksanakannya, berarti telah mengikuti tuntunan Syaikh Robi‟ dan
mengambil kebenaran yang datang dari syaikh Robi‟.
2. Kalau orang-orang yang membaca tulisan-tulisan du‟at dari Dammaj seperti Abu Turob, Abu
Fairuz dan yang lainnya maka dapat dilihat di dalamnya penuh dengan dalil-dalil Al Qur‟an dan
Sunnah dan pendapat-pendapat ulama selain Syaikh Yahya. Apakah kamu tidak pernah baca?
Bahkan apakah ini merupakan cara kamu membual dengan kedustaan-kedustaan untuk
10 | P a g e
melariskan omong kosongmu. Orang yang sudah membaca tulisan-tulisan mereka di isnad.net
dan aloloom.net muak dengan bualan kamu ini.
3. Bahkan Syaikh Yahya pun pernah bertanya kepada ulama besar yaitu Syaikh Robi‟ dalam
“Masalah Al Mumaasah”.
Keterangan fadhilatusy Syaikhina Yahya hafizhohullohu ta‟ala berkaitan dengan masalah ini
(naskah aslinya berjudul : المماسة مسألة bisa anda dapatkan di situs aloloom assalafiyyah atau yang
lainnya karena masalahnya sudah sangat gamblang). Kalimat Syaikh Yahya ini beliau tujukan
kepada Syaikh Robi‟ hafizhohullohu ta‟ala untuk memberi tarjih dalam masalah itu, setelah beliau
menyebutkan makalah yang berkaitan dengan perkara di atas, bahwa secara dzhohir dari ucapan
salaf ada dua pendapat.
الرحيم الرحم هللا بسم
Sebagai puji bagi Allah Robb sekalian alam. Adapun setelahnya : Sebagian ikhwan kita yang
mulia para penuntut ilmu di Daarul Hadits Dammaj -semoga Allah menjaga mereka dan
merahmati pendirinya- telah mengumpulkan kesimpulan ini dari pendapat-pendapat salaf kita
yang sholeh rohimahumulloh di dalam masalah ini dan kemudian mereka angkat permasalahan
ini kepada saya, tatkala dalam permasalahan ini ada perbedaan sebagaimana yang disebutkan
saudara-saudara kita hafizhohumulloh. Saya isyaratkan kepada mereka agar menyerahkan
pentarjihan masalah ini kepada antum yang mulia (yaitu Syaikh Robi`) semoga Allah memberikan
taufiq (kecocokan) kepada antum dengan setiap kebaikan, dan menolak dari kami dan antum
setiap kejelekan dan bahaya. Kami akan mengambil faedah darinya dan kami akan berikan
faedah tersebut kepada saudara-saudara kami.
Bersamaan dengan itu kami mengharapkan kepada antum yang mulia pengarahan terhadap apa
yang antum anggap itu benar dan bermanfaat. Untuk antum kebaikan dari kami dan do‟a yang
baik dengan kehendak Allah.
Ditulis oleh saudara antum dan anak-anak antum:
Yahya bin „Ali Al-Hajury
Pada tanggal 4 Rajab 1423 H
Penjelasan Dan Pengarahan Dari Asy Syaikh Robi' Bin Hadi Al Madkholi hafizhohulloh
Dari Robi‟ bin Hadi „Umair Al-Madkholi
Kepada saudaranya fillah Asy-Syaikh Yahya bin „Ali Al-Hajuri hafizhohulloh wa waffaqoh
Telah sampai kepadaku pembicaraan kalian yang kami muliakan, permasalahan yang berkaitan
tentang istiwa‟ Allah di atas arsy-Nya dan apa-apa yang berkaitan tentang masalah
"bersentuhan". (kemudian Syaikh Robi` هللا حفظه menjelaskan dan memperinci permasalahan yang
di perselisihkan dan di akhir pembahasan beliau berkata) :
11 | P a g e
Yang benar adalah mencukupkan dengan Al Kitab dan As Sunnah, dan apa-apa yang
berada di atasnya salaful ummah di dalam seluruh permasalahan agama ini terlebih lagi di
dalam permasalahan nama-nama dan sifat-sifat Allah ta‟ala. Kita tidak menetapkan kecuali
sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Kitab Allah ta‟ala dan Sunnah Rasul-Nya shalallahu
„alaihi wa sallam dan tidak kita tiadakan kecuali sebagaimana yang telah ditiadakan oleh Kitab
Allah ta‟ala dan Sunnah Rasul-Nya shalallahu „alaihi wa sallam. Ini adalah asas ahlus sunnah,
dengannya kita membantah ahli hawa dan ahli bid‟ah sebagaimana dengannya kita membantah
kesalahan-kesalahan para salaf yang mulia seperti dalam masalah ini. Ingatlah ucapan Ummu
Salamah, Robi‟ah dan Malik -rohimahumulloh-: “Istiwa‟-nya Allah telah diketahui maknanya,
dan bagaimananya Allah beristiwa‟ tidak diketahui, adapun bertanya tentangnya bid‟ah.”
Adapun yang terakhir, ambillah ucapan Asy-Syaikh Abdul Lathiif dan Asy-Syaikh Muhammad bin
Ibrahim dan Asy-Syaikh „Utsaimin rohimahumulloh dalam masalah ini karena itu benar dan
sesuai dengan Al Kitab dan As Sunnah serta manhaj salaf.
Dan saya harapkan dari kalian -yang dimuliakan- untuk berpaling dari masalah ini, dan
jangan kalian katakan bahwa ahlussunnah dari kalangan pendahulu dan yang belakangan
ada dua pendapat dalam masalah ini, karena As Salaf dari orang-orang zaman yang dimuliakan
(sahabat, tabi‟in dan atba‟ut tabi‟in), zaman Al-Imam Ahmad dan yang setingkat beliau
(sezamannya), zaman murid-muridnya Imam Ahmad seperti Al-Bukhori, Abu Daud, Abdullah bin
Ahmad, Sholeh, Abu Zur‟ah, Abu Hatim dan yang semisal mereka dan orang-orang setelah
mereka dari imam-imam sunnah dan hadits tidak ada yang berbicara tentang masalah ini hingga
setelah menyebarnya Al-Asy‟ariyah di alam Islam kemudian masuklah asap ini (kesalahan ini) –
sebagaimana yang diisyaratkan oleh Ibnu Taimiyah kepada sekelompok dari ahli fiqh dan hadits,
mereka taqlid kepada Ibnu Kullab, Al-Qolanisy dan Al-Asy‟ari serta selain mereka dari ahli kalam.
Permasalahan ini tidak ada timbangannya di sisi ahlussunnah, dan tidak boleh kita katakan
bahwa ahlussunnah ada dua pendapat di dalam masalah ini, karena masalah ini tidak ada
nilainya, tidak tegak di atas ilmu, ataupun di atas petunjuk dan kitab yang terang (Al-
Qur‟an), tidak pernah diangkat untuk dibahas secara luas oleh ahlussunnah.
Untuk lebih menguatkan bahwa permasalahan ini termasuk dari aqidahnya Asy‟ariyah, saya
nukilkan untuk kalian ucapan Al-Ghozaly sebagai berikut: katanya: “Diantara konteks peniadaan
yang digunakan oleh Asy‟ariyah dan Al-Jahmiyyah adalah: “Bahwasanya Allah ta‟ala beristiwa‟ di
atas arsy-Nya sesuai yang Dia (Allah ta‟ala) katakan dengan arti yang Dia ta‟ala inginkan,
istiwa‟ yang disucikan dari bersentuhan, menetap, menempati, bersatu dan berpindah“. ("Al-
Ihya„" 1/134), disebarkan oleh muassasah Al-Halaby dan serikatnya.
Saya juga berharap agar kalian berusaha dengan sekuatnya untuk menghilangkan syubhat
ini dari pikiran murid-murid kalian dan orang-orang yang kalian cintai dan agar kalian dan
saudara-saudara kalian menjauhi dari pergolakan seperti masalah ini yang akan mengarah
12 | P a g e
kepada “katanya“ dan “katanya“ bahkan mengarah kepada fitnah.
Semoga Allah „azza wajalla mengangkat kedudukan kalian dan menolong dengan kami dan
dengan kalian agama-Nya dan sunnah Nabi-Nya.
(-selesai- dari Syaikh Robi‟)
Tanggapan Asy Syaikh Yahya Al Hajuri hafizhohulloh Terhadap Penjelasan Asy Syaikh
Robi' hafizhohulloh :
Pembahasan ini dan juga surat dari kami telah dibaca secara lengkap oleh Asy-Syaikh yang mulia
orang tua kita Robi‟ bin Hadi -semoga Allah ta‟ala menjaganya-. Dan ini direkam di dalam kaset,
kami berpendapat sebagaimana yang telah beliau tetapkan (di dalam masalah ini) dan
pendapat beliau ini juga pendapat syaikh kami Al-Wadi‟i rohimahulloh (Syaikh Muqbil) pada
pertemuan khusus sebagaimana yang dikhabarkan oleh saudara yang mulia Ahmad bin
Arbash Al-Wadi‟i kepada saya. Semoga Allah ta‟ala membalas kebaikan Syaikh Robi‟ هللا حفظه ,
sesungguhnya permasalahan ini tidak ada dalilnya sebagaimana yang beliau katakan
(masalah bersentuhan atau tidak bersentuhan) hanya saja kami segan untuk menyelisihi
orang-orang yang disebutkan dalam masalah ini dari imam-imam sunnah, padahal mereka
berpendapat bahwa Allah ta‟ala terpisah dari makhluk-Nya dan arsy-Nya adalah makhluk-
Nya.
Sampai akhirnya Syaikh Robi‟ hafizhohulloh menjelaskan kepada kami bahwa sebagian dari
mereka telah tergelincir (salah) di dalam masalah ini (masalah "bersentuhan") rohimahumulloh,
semoga Allah ta‟ala memaafkan kami dan mereka. (Selesai terjemahan).
[lihat secara rinci dalam risalah terjemah : Permasalahan Istiwa‟ Allah di atas Arsy-Nya
Bersentuhan atau Tidak Bersentuhan? Diterjemahkan oleh: Abu Abdillah Muhammad bin
Umar Al Lansy Al Acehy Al Indonesy 'afallohu 'anhu]
Dari penukilan di atas, jelaslah bahwa tuduhan mereka terhadap Syaikh Yahya هللا حفظه bahwa
beliau terjatuh kedalam kekeliruan yang fatal dari sisi aqidah, adalah tuduhan yang tidak
berpatokan pada sumber yang akurat bahkan bisa dikatakan tuduhan yang semena-mena,
landasan tuduhan tersebut adalah suudhdhon (buruk sangka) belaka, dan terpedaya dengan
bualan para pendusta.
Oleh karena tidak selayaknya untuk mengangkat permasalah yang sudah nyata keterangan dan
kebenarannya, dan tidaklah membuka lagi masalah ini dengan keliru kecuali orang yang dalam
hatinya penuh dengan kekotoran dan kedengkian terhadap beliau. Wallohul musta`aan.
Ini menunjukkan Syaikh Yahya tawadhu‟ mau bertanya kepada Syaikh Robi‟, malah masalah ini
dijadikan fitnah hizbiyyun bahwa Syaikh Yahya tidak faham aqidah atau Syaikh Yahya
berpendapat bahwasanya “masalah istiwa‟ Allah di atas „Arsy-آya tidak bersentuhan.” Padahal
faktanya adalah sebagian tholabah yang bertanya, kemudian Syaikh Yahya mengisyaratkan agar
13 | P a g e
mereka bertanya kepada Syaikh Robi‟.
(5) Dzul Akmal Berkata : "Lihat orang haddady memuji imam mereka... imam tsaqolain... yang
sudah dibantah ulama... mereka mensucikan ulama."
Jawaban saya :
“Lagi-lagi Dzul Akmal membuat kedustaan, faktanya penyair tersebut sudah rujuk taubat.” (Lihat
dalam tulisan saya “Makar Dzul Akmal dan Luqmaniyyun Terhadap Masjid Jambi”)
(6) Dzul Akmal berkata : “Syaikh Rabi mengatakan Syaikh Yahya Haddadi.”
Jawaban Saya:
Sudah Populer jika Syaikh Rabi‟ mentahzir atau membantah sebuah pemikiran lewat muhadhoroh
atau tulisan, sementara secara fakta tidak ada muhadhoroh atau tulisan beliau seperti itu. Bahkan
Syaikh Rabi' pada masa blokade Rafidhoh terhadap Dammaj, beliau beberapa kali melakukan
peneleponan ke Dammaj, bahkan beliau juga telah memberikan pelajaran pada muhadhoroh via
telpon di Dammaj. Dan hari Jum'at sebelum magrib Syaikh Yahya memberikan tausiyah singkat
di majlis syaikh Robi' via telpon, tanggal 26 Shofar 1433 H atau 20 Januari 2012 atas anjuran
dan permintaan Asy Syaikh Robi' sebelumnya.
(7) Dzul Akmal berkata : "Syaikh Yahya Haddadi".
Jawaban saya :
Terbongkarlah kedustaan si Pendusta ini. Berikut ini fatwa terbaru Syaikh Muhammad bin Hadi :
Kemudian saya bertanya kepada Asy Syaikh, tentang apa yang dinukilkan pada sebagian
situs-situs internet . Bahwa Syaikh taroju‟ (menarik ucapan) dari mentabdi‟ dan menuduh
Asy-Syaikh Yahya Al-Hajury dengan Haddadiyah ?
Maka Syaikh kita menjawab : “Demi Alloh saya tidak pernah mendengar ucapan ini kecuali dari
kamu berdua sekarang. Saya tidak (pernah) mentabdi‟ beliau dan saya tidak mengatakan
bahwa beliau Haddady , bagaimana saya akan taroju‟? Allohul musta‟an ini adalah dusta, Demi
Alloh saya tidak pernah mendengarkannya kecuali sekarang. Sebarkan dariku perkara ini .” -
selesai-
Ditulis oleh muridnya : „Abdurrohman bin Muhammad Al-„Umaisan
Terjemah : Abu „Ubaid Fadhl bin Muhammad Arsyad Thalib
Mangkutana, Senin 1 Shofar 1433 H
Sumber : http://aloloom.net
(8) Dzul Akmal berkata: “Tidak boleh belajar dengan ustad Muhammad Ja'far, ini fatwa Syaikh
Muhammad bin Hadi dan Syaikh Robi' karena berpemikiran Haddadiyah....”
Jawaban saya :
14 | P a g e
“Wahai Dzul Akmal tunjukan teks fatwa Syaikh Robi' dan Syaikh Muhammad Bin Hadi
sebagaimana bualan kamu terhadap saya. Syaikh Muhammad bin Hadi saja mengingkari berita
yang beredar tentang perkataan beliau bahwa Syaikh Yahya adalah haddadi, sebagaimana yang
sudah diungkap di atas. Bukankah kamu sudah mengatakan bahwa saya belum pernah ketemu
Syaikh Muhammad, hajipun belum, kedua syaikh tersebut belum dengar nama saya, sama
seperti nama Abu Turob yang tidak di kenal namanya, ataukah kamu saja yang membuat bualan
di depan syaikh Robi?”
(9) Dengan tertawa mengejek saya (Muhammad Ja'far), Dzul Akmal berkata, “Muhammad
Ja'far itu hajipun belum pernah dia”.
Jawaban saya :
Lagi-lagi Dzul Akmal membuat kedustaan. Apakah kamu sudah bangga sudah bisa naik haji dari
Indonesia? Kalaupun seandainya saya belum haji itupun bukan dosa ataupun kesalahan, karena
salah satu syarat haji adalah mempunyai kemampuan sebagaimana firman Allah subhanahu
wata‟ala :
عل النا ح البيا م است او ليه سبيي …و
Artinya : Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap ALLAH, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. (QS. Ali Imran : 97)
Alhamdulillah saya sudah dua kali Haji dan satu kali Umroh, yaitu Haji tahun 2000 dan 2001, dan
Umroh akhir tahun 2000 dari Sudan. Tahun 1999 saya ikut Muqobalah ke Saudi Arabia dan
Sudan di Jakarta. Ternyata setelah beberapa bulan ujian keluar pengumuman saya diterima di
Universitas Khurtum Sudan. Sementara itu saya sangat ingin belajar di Madinah agar dapat
bermajelis dengan para ulama salaf. Setelah musyawarah dengan keluarga, keluarga
menyarankan untuk berangkat dulu ke Sudan, jika keluar pengumuman, saya diterima di Madinah
maka segera pindah ke Saudi. Oleh karenanya Syawal 1421 H/Januari 2000, saya berangkat ke
Sudan. Dan pada bulan Dzulqo'dah berangkat Haji dengan sebagian mahasiswa Indonesia di
Sudan. Alhamdulillah saya bertemu dengan keluarga, tetangga RW 03 Sukajadi Pekan Baru,
orang kampung Bangkinang dan Airtiris. Pertengahan tahun 2000 saya mencari berita kelulusan
muqobalah, ternyata saya tidak lulus ujian (tidak diterima). Tahun 2001 saya berangkat Haji
bersama sebagian mahasiswa Indonesia dari Sudan, diantaranya Dzul Khairi mantan ustad
bantumu di ponpes Al Furqon dan pernah antum bawa dia Muqobalah ke Madinah di Degolan
Jogja. Saya juga bertemu dengan tetangga orang tua di Pekan Baru, Orang kampung
Bangkinang dan Air Tiris. Sepanjang Haji saya mencurahkan perhatian untuk berdoa kepada Allah
agar dapat dimudahkan untuk menuntut Ilmu di Darul Hadits Dammaj, dalam keadaan pada
waktu itu saya sama sekali tidak mengetahui jalan untuk menuju ke sana. Alhamdulillah Allah
15 | P a g e
berkehendak mempertemukan saya dengan Ja'far Sholeh Jakarta di halaman Masjid Haram
Mekkah, saya sudah lupa dengan wajahnya (dulu sudah pernah kenal di Jakarta karena rumah
kontrakan saya hanya jarak sekitar 50 meter dari rumah orang tuanya). Ja'far Sholeh-lah yang
duluan menyapa saya kemudian kami berpelukan, kemudian duduk berbincang sambil makan.
Saya utarakan niat ingin ke Dammaj dan saya sampaikan bahwa saya tidak tahu jalan untuk
menuju ke sana. Lalu Ja'far Sholeh memberikan informasi. Setelah haji saya kembali ke Sudan
kemudian setelah itu berangkat ke Dammaj, Alhamdulillah.
(10) Dzul Akmal berkata : “Abdullah Cawas itu Dajjal dari Dabo... sinting dia sekarang... asalnya
orang takfiriyyun juga.. „Alamus Sunnah Bogor pondok tahun 1990-an sudah ada...
penyokong dananya Abdul Karim Al Katsiry dari Riyadh, sururi tulen takfiri... itu
pondoknya... sekarang balik ke habitatnya... di Dabo menyebarkan pemikiran
takfiriyyun....lari dari pondok sunnah, pergi tanpa salam wala kalam. Murid kalau lari 'aib
tapi kalau guru lari lebih dari 'aib...”
Jawaban saya :
Saya sudah bertanya kepada Abdullah Cawas, beliau tidak pernah belajar di pondok „Alumus
Sunnah Bogor melainkan belajar di Nurussunnah Semarang 2 tahun, kemudian pondok Al Furqon
Gresik 1 bulan, kemudian ikut LJ. “Wahai Dzul Akmal bagaimana kamu membangun tuduhan
takfiri kepada Abdullah Cawas dan dasar latar belakang pendidikan belajar di Alumus Sunnah
Bogor, padahal faktanya dusta? Ini juga bukti bahwa kamu tukang fitnah orang. Bagaimana kamu
ini, memvonis orang takfiri dengan fakta dusta? Kalau seandainya di terima, mengalah dalam
pembicaraan, (bukan membenarkan kedustaan kamu ), bukankah Abdullah Cawas guru bantu
utama di pondokmu? Berarti sebelum ini kamu juga takfiri karena mempunyai pendamping dan
guru bantu takfiri. Saya sudah tanya kepada Abdullah Cawas kenapa dia meninggalkan pondok
kamu itu? Abdullah Cawas menerangkan bahwa dia meninggalkan pondokmu karena 'aib-'aibmu
yang 'Abdullah tidak tahan lagi. Fakta sebenarnya adalah Abdullah Cawas pernah lebih dari satu
kali menyampaikan kepada kamu secara baik-baik bahwa dia ingin pindah dari pondokmu ke
Dabo, akan tetapi kamu malah marah-marah terus. Dan Abdullah sebelum meninggalkan
pondokmu sudah memberi tahu orang dekatmu yaitu Bapak Nurijas.”
(11) Dzul Akmal berkata : “Abu Mas'ud Lamongan khawarij, Lamongan sarang teroris di
Indonesia ini setelah Solo. Imam Atlantik itu dari mana dia? Yang sudah mati itu masih
keluarga dengan dajjal tersebut.”
Jawaban saya :
Saya sudah bertanya kepada Abu Mas'ud dan dia mengatakan, “Saya tidak mempunyai
hubungan darah/nasab dengan imam tersebut, dia asli Banten dan saya asli Lamongan. Saya
16 | P a g e
tidak kenal dengan dia dan tidak pernah bertemu sekalipun.” Wajarlah Abu Mas'ud menggelarimu
Pendusta.
(12) Dzul Akmal berkata: "Sekarang perempuan, akhwat tidak boleh belajar ikut taklim sama
ustadnya. Padahal masa Rasulullah punya majelis khusus di satu rumah, sekarang
dilarang. Lihat di Bagan Batu....” Pada kalilmat lain berkata: “Ustadz Fauzan beserta
istrinya belajar ke Dammaj, Syaikh Muqbil tidak ada melarang."
Jawaban saya:
Lagi-lagi Dzul Akmal membuat kedustaan dan fitnah. Thullab (pelajar-pelajar) yang bersama
Syaikh Yahya tidak ada yang melarang wanita ikut taklim sama ustadnya baik di Bagan Batu
(Riau), Bengkulu, Jambi atau ditempat lainnya. Para wanita bisa dengar taklim dibelakang hijab,
di dalam masjid atau diruangan khusus dan dihubungkan dengan loudspeaker, sehingga para
wanita bisa dengar taklim langsung. Para wanita ikut taklim dan kemudian setelah taklim selesai
kembali ke rumahnya masing-masing. Fakta sebenarnya adalah permasalahan apa hukum wanita
tanpa mahram diasramakan dipondok seperti istilah di Indonesia Tarbiyatun Nisa (TN), yang
mana pola tersebut tidak ada contoh dari Rasulullah dan para Salaf.
Adapun Istri Fauzan jelas belajar di Dammaj bersama suaminya. Karena yang dipermasalahkan
sekarang adalah hukum seorang wanita yang belajar dipondok pesantren, diasramakan dengan
tidak adanya mahram bersamanya. Kemana akalmu wahai Dzul Akmal? Wahai Dzul Akmal, saya
sudah bertemu denganmu sejak tahun 1995. Kamu suka sekali menggelari orang „Dajjal‟,
„Syaithan‟, dari bukti-bukti di atas, yang baru sebagian kecil dari permainan lisanmu, maka gelar
tersebut adalah cerminan dirimu sendiri. Hanya pembeo-pembeomu saja („cecunguk-cecunguk‟,
kosa katamu dalam dauroh), yang menganggapmu sebagai seorang yang jujur. Karena saya tahu
watak kamu seperti ini, sehingga jika kamu berbicara, saya selalu mengatakan kepada kamu,
“Antum tahu dari mana? Siapa yang memberitahu antum?” Sehingga pernah suatu ketika dalam
via telpon, kamu memarahi saya, seraya berkata, "Ente kalau tidak percaya omongan ana (saya),
tinggalkan ana sekarang juga.”
Dusta/Bohong
Definisi dusta/bohong adalah mengatakan sesuatu yang tidak sesuai kenyataan atau
memberitakan sesuatu yang berbeda dengan keadaan sebenarnya.
Seseorang yang menceritakan seluruh apa yang ia dengar adalah termasuk kebohongan,
sebagaimana disebutkan dalam hadist (Muqoddimah Shohih Muslim) :
باب النه ع الحديث بكل ما سمع
17 | P a g e
: قال. حدلنا عبدالرحم ب مهدي. ح وحدلنا محمد ب الملن . حدلنا أب . وحدلنا عبيدهللا ب معاذ العنبري
قال رسول هللا صل هللا : حدلنا عبة، ع بيب ب عبدالرحم ، ع حف ب عاصم، ع أب هريرة؛ قال
".كف بالمر كذبا أ يحدث بكل ما سمع: "عليه وسلم
حدلنا عبة، ع بيب ب عبدالرحم ، ع حف ب . حدلنا عل ب حف . وحدلنا ب أب بكر ب أب يبة
.ع أب هريرة، ع النب صل هللا عليه وسلم بملل ذلك. عاصم
قال عمر ب ال اب : أ برنا ه يم، ع سليما التيم ، ع أب علما النهدي؛ قال. وحدلنا يحي ب يحي
.بحسب المر م الكذب أ يحدث بكل ما سمع: رض هللا تعال عنه
: قال ل مالك: أ برنا اب وهب؛ قال: وحدلن أبو ال اهر أحمد ب عمرو ب عبدهللا ب عمرو ب سرح قال
ول يكو ماما أبدا، وهو يحدث بكل ما سمع. اعلم أنه لي يسلم رجل حدث بكل ما سمع
حدلنا سفيا ، ع أب سحاق، ع أب ااحو ، ع : قال. حدلنا عبدالرحم : قال. حدلنا محمد ب الملن
.بحسب المر م الكذب أ يحدث بكل ما سمع: عبدهللا؛ قال
ل يكو الرجل ماما ي تدى به حت يمسك : سمعا عبدالرحم ب مهدي ي ول: قال. وحدلنا محمد ب الملن
.ع بعض ما سمع
Bab Larangan Untuk Memberitakan/Menceritakan Segala [Berita] Yang Didengar.
Telah bercerita kepada kami Ubaid bin Mu‟adz Al Anbariy, telah bercerita kepada kami bapakku
(perpindahan sanad), telah bercerita kepada kami Muhammad bin Mutsnna, telah bercerita
kepada kami Abdurrohman bin Mahdi : keduanya (Mu‟adz dan Abdurrohman bin Mahdi) berkata :
telah bercerita kepada kami Syu‟bah dari Khubaib bin Abdirrohman dari Hafsh bin Ashim dari Abu
Huroiroh rodhiyallohu „anhu beliau berkata : Rosululloh shallallahu „alaihi wasallam bersabda :
“Cukup seseorang [dikatakan sebagai] pendusta [jika] ia menceritakan segala [berita] yang ia
dengar.”
Telah bercerita kepada kami Ibnu Abi Bakr bin Abi Syaibah, telah bercerita kepada kami Ali bin
Hafsh, telah bercerita kepada kami Syu‟bah dari Khubaib bin Abdurrohman dari Hafsh bin Ashim
dari Abu Huroiroh rodhiyallohu „anhu dari Nabi shallallahu „alaihi wasallam dengan semisal di
atas.
Telah bercerita kepada kami Yahya bin Yahya, telah memberitakan kepada kami Husyaim dari
Sulaiman At Taimi dari Abu Utsman An Nahdi, beliau berkata : telah berkata Umar bin Khotthob
rodhiyallohu „anhu : cukup seseorang [dikatakan] berdusta [jika] ia menceritakan segala [berita]
yang ia dengar.
18 | P a g e
Dan telah bercerita kepada kami Abu Thohir Ahmad bin Amr bin Abdillah bin Amr bin sarh, beliau
berkata : telah memberitakan kepada kami Ibnu Wahb, beliau berkata : telah berkata kepadaku
Malik : ketahuilah! Bahwasanya tidaklah diterima seorang yang menceritakan segala berita yang
ia dengar, [orang seperti ini] tidak akan bisa menjadi imam (panutan) selamanya selama ia
menceritakan segala [berita] yang ia dengar.
Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Mutsanna, dia berkata : telah bercerita kepada kami
Abdurrohman, dia berkata : telah bercerita kepada kami Sufyan dari Abu Ishaq dari Abul Akhwash
dari Abdulloh, dia berkata : cukuplah seseorang [dikatakan] berdusta [jika] ia menceritakan segala
[berita] yang ia dengar.
Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Mutsanna, dia berkata : saya pernah mendengar
Abdurrohman bin Mahdi berkata : tidaklah seseorang akan menjadi imam (panutan) yang
dicontoh kecuali ia menahan [untuk tidak menceritakan] sebagian [berita] yang ia dengar. --
Shohih Muslim Syarh An-Nawawi halaman 68-70--
Berkata Al Imam An Nawawy pada halaman 71 :
ا (بحسب المر م الكذب ): قوله ه قد استكلر منه ، وأم ي ومعناه يكفيه ذلك م الكذب ، فإن هو بإسكا الس
ه يسمع ف العادة جر ع التحديث بكل ما سمع النسا فإن معن الحديث واللار الت ف الباب ففيها الز
ث بكل ما سمع ف د كذب ل باره بما لم يك دق والكذب ، فإذا حد م أ مذهب أهل الحق أ . الص وقد ت د
د ر ف كونه لما وهللا أعلم : الكذب عم د لك الت عم ال بار ع ال ب ي ما هو ، ول ي تر فيه الت
Perkataan : “cukup seseorang [dikatakan] berdusta”, yaitu dengan cara mensukun sin (حسب),
maknanya adalah cukup hal itu [dikatakan] berdusta, karena terlalu seringnya [melakukan hal itu].
Adapun makna hadist dan atsar yang tersebut dalam bab, maka maknanya adalah larangan
keras untuk menceritakan segala berita yang didengar seseorang karena tentunya secara umum
ia mendengar berita benar dan juga mendengar berita yang dusta, sehingga apabila ia
menceritakan semua berita yang ia dengar maka ia telah berdusta karena telah mengkhabarkan
perkara yang tidak ada [kenyataannya]. Sedangkan telah terdahulu [penjelasannya] bahwa
pendapat ahlul haq adalah bahwa dusta merupakan pemberitaan tentang suatu perkara yang
bertolak belakang dengan kenyataan, dan tidak disyaratkan adanya unsur kesengajaan, karena
unsur kesengajaan merupakan syarat seseorang itu berdosa [atau tidaknya]. Wallohu a‟lam.
Dari hadist di atas di ambil beberapa hukum di antaranya :
1. Seseorang yang menceritakan segala berita yang dia dengar adalah kedustaan.
2. Orang yang suka menceritakan segala berita yang ia dengar, maka ia tidak bisa menjadi imam
(pemimpin atau panutan).
19 | P a g e
3. Keutamaan tidak menceritakan sebagian berita apa yang ia dengar.
Berkata Al Imam Al Bukhory :
. لم م كذب عل النب صل هللا عليه وسلم: باب
سمعا عليا : سمعا ربع ب حراش ي ول: أ برن منصور قال: أ برنا عبة قال: حدلنا عل ب الجعد -
: ي ول
.(ل تكذبوا عل ، فإنه م كذب عل فليل النار): قال النب صل هللا عليه وسلم
قلا : حدلنا عبة، ع جامع ب داد، ع عامر ب عبد هللا ب الزبير، ع أبيه قال: حدلنا أبو الوليد قال
أما ن لم : ن ل أسمعك تحدث ع رسول هللا صل هللا عليه وسلم كما يحدث في وفي ؟ قال :للزبير
.(م كذب عل فليتبوأ م عده م النار): أفارقه، ولك سمعته ي ول
نه ليمنعن أ أحدلكم حديلا كليرا أ : قال أن : حدلنا عبد الوراث، ع عبد العزيز: حدلنا أبو معمر قال -
. (م تعمد عل كذبا فليتبوأ م عده م النار): النب صل هللا عليه وسلم قال
سمعا النب صل هللا عليه وسلم : حدلنا يزيد ب أب عبيد، ع سلمة قال: حدلنا مك ب براهيم قال -
.(م ي ل عل ما لم أقل فليتبوأ م عده م النار): ي ولBab : Berdosa Orang Yang Berdusta Atas Nabi shallallahu „alaihi wasallam
Telah bercerita kepada kami Ali bin Ja‟d : telah memberitakan kepada kami Syu‟bah, dia berkata :
telah memberitakan kepadaku Mashur, beliau berkata : saya telah mendengar Rib‟i bin Harrosy
berkata : saya mendengar Ali berkata : Nabi shallallahu „alaihi wasallam bersabda : “Jangan
kalian berdusta atasku karena barangsiapa berdusta atasku maka ia masuk api neraka.”
Telah bercerita kepada kami Abul Walid, dia berkata : telah bercerita kepada kami Syu‟bah dari
Jami‟ bin Syaddad dari Amir bin Abdulloh bin Zubair dari bapaknya (Abduloh bin Zubair), dia
berkata : saya berkata kepada Zubair : Sesungguhnya saya tidak pernah mendengarmu
menceritakan hadist dari Rosululloh shallallahu „alaihi wasallam sebagaimana fulan dan fulan
bercerita hadist?, dia menjawab : Adapun saya, bukan berarti saya menyempal [dari]nya, akan
tetapi saya mendengar beliau shallallahu „alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa yang berdusta
atasku maka siapkanlah tempat duduknya dari api neraka”.
Telah bercerita kepada kami Abu Mu‟mar, dia berkata : telah bercerita kepada kami Abdul Warits
dari Abdul Aziz : berkata Anas : sesungguhnya yang menghalangiku untuk bercerita hadist terlalu
banyak adalah bahwa Nabi shallallahu „alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa bersengaja
berdusta atasku maka siapkanlah tempat duduknya dari api neraka”.
Telah bercerita kepada kami Makki bin Ibrohim, dia berkata : telah bercerita kepadaku Yazid bin
Abi Ubaid, dari Salamah, dia berkata : saya pernah mendengar Nabi shallallahu „alaihi wasallam
20 | P a g e
bersabda : “Barangsiapa berkata [disandarkan] kepadaku perkara yang aku tidak
mengatakannya, maka siapkanlah tempat duduknya dari api neraka”.
Berkata Al Hafidz Ibnu Hajar :
وف تمسك الزبير بهذا الحديث عل ما ذهب ليه م ا تيار قلة التحديث دليل لألصح ف أ الكذب هو
ال بار بال عل ي ما هو عليه سوا كا عمدا أم ئا والم و كا غير مألوم بالجماو
لك الزبير م الكلار أ ي ع ف ال إ وهو ل ي عر
Dalam sikap konsistennya Az Zubair terhadap hadist ini berdasarkan pendapat beliau untuk
memilih sedikit bercerita hadist, merupakan dalil (bukti) [bahwa] yang paling benar dalam
masalah dusta adalah memberitakan sesuatu secara bertolak belakang dengan kenyataannya,
baik sengaja maupun tidak sengaja. Sedangkan yang tidak sengaja walaupun menurut
kesepakatan tidak berdosa, akan tetapi Zubair takut untuk memperbanyak terjatuh dalam
kesalahan sedangkan ia tidak sadar (sengaja).
Berkata Al Imam An Nawawy:
م أ مذهب أهل الحق أ الكذب ال بار ع ال ب ي ما هو : وقد ت د
Telah terdahulu [penjelasannya] bahwa pendapat ahlul haq adalah bahwa dusta merupakan
pemberitaaan tentang sesuatu berbeda dengan kenyataan.
Berkata Al Imam Muslim:
باب أمر أهل المدينة بالحرام م عند مسجد ذي الحليفة
قرأا عل مالكء ع موس ب ع بة، ع سالم ب عبد هللا أنه سمع أباه رض هللا : قال . حدلنا يحي ب يحي
ما أهل رسول هللا صل هللا . بيداؤكم هذه الت تكذبو عل رسول هللا صل هللا عليه وسلم فيها: عنه ي ول
.يعن ذا الحليفة . عليه وسلم ل م عند المسجد
Bab : Perintah Kepada Penduduk Madinah Untuk Ihrom Dari Sisi Masjid Dzul Hulaifah
Telah bercerita kepada kami Yahya bin Yahya, dia berkata : saya telah membacakan kepada
Malik dari Musa bin Uqbah dari Salim bin Abdillah sesungguhnya dia mendengar bapaknya
('Abdullah) rodhiyallohu „anhu berkata : Tampak yang kalian dustakan atas Rosululloh shallallahu
„alaihi wasallam. Tidak pernah Rosululloh shallallahu „alaihi wasallam bertahlil kecuali dari sisi
masjid, yaitu dzul Hulaifah.
Berkata Al Imam An Nawawy :
21 | P a g e
وقد سبق ف أول هذا ال رح ف م دمة . وسماهم اب عمر كاذبي انهم أ بروا بال عل ي ما هو
.صحيح مسلم أ الكذب عند أهل السنة هو ال بار ع ال ب ي ما هو، سوا تعمده أم غل فيه أو سها
Mereka dinamakan orang-orang berdusta oleh Ibnu Umar, karena mereka memberitakan sesuatu
yang berbeda dengan kenyataan. Telah berlalu di awal kitab penjelasan ini dalam muqodimah
Shohih Muslim, bahwa dusta menurut ahlussunnah adalah mengkhabarkan sesuatu yang
berbeda dengan kenyataan, baik disengaja maupun tidak disengaja, atau lupa.
Salaf Terkadang Menamai Sebatas Kesalahan Dengan Nama Dusta
Berkata Syaikh Robi‟ hafidzohulloh dalam kitab beliau Al Mahajjatul Baidho‟ halaman 52 :
صل هللا عليه –وم هذا قول النب . كذب في : وقد كا بعض السل ذا بلغه قول ينكره عل قائله ي ول
- وسلم
لما بلغه أنه أفت أ المتوف عنها زوجها ذا كانا حامي ل تحل بوضع الحمل حت ((كذب أبو السنابل ))
.تأت عليها أربعة أ هر وع را
Dahulu sebagian salaf apabila datang suatu pernyataan maka diingkari kepada yang
mengatakannya, seraya berkata : fulan telah berdusta. Juga seperti ini perkataan Nabi shallallahu
„alaihi wasallam “Abus Sanabil telah berdusta”, tatkala datang kepada beliau shallallahu „alaihi
wasallam bahwa ia berfatwa : seorang wanita yang ditinggal mati oleh suaminya apabila dalam
keadaan hamil tidaklah halal (belum selesai masa iddahnya) dengan melahirkan kecuali sampai
empat bulan sepuluh hari.
Berkata Al Imam Muslim dalam Bab Min Fadho‟ili Khodhir alaihis salam :
حدلنا المعتمر ب سليما التيم ع أبيه، ع رقبة، ع أب سحق، ع . حدلن محمد ب عبد ااعل ال يس
نوفا يزعم أ موس الذي ذهب يلتم العلم لي بموس بن : قيل لب عبا ء : سعيد ب جبيرء قال
.كذب نو ف : قال . نعم : أسمعته؟ يا سعيد قلا : قال . سرائيل
Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Abdul A‟laa Al Qoisiy, telah bercerita kepada kami
Mu‟tamir bin Sulaiman At Taimi dari bapaknya dari Roqobah dari Abu Ishaq dari Said bin Jubair,
dia berkata : ada yang berkata kepada Ibnu Abbas rodhiyallohu „anhu : sesungguhnya Naufan
menyangka bahwa Musa yang pergi menuntut ilmu [kepada Khidir] bukan Musa bani Isroil. Ibnu
Abbas pun berkata : apakah kamu benar-benar mendengarnya? Wahai Sa‟id!, Aku pun
menjawab : benar. Lantas beliau berkata : Nauf telah berdusta.
Berkata Al Imam An Nawawy:
22 | P a g e
هو جار عل مذهب أصحابنا أ الكذب هو ال بار ع ال ي ما هو عمدا كا أو " كذب نو : "قوله
سهوا يفا للمعتزلة
Perkataan beliau (Ibnu Abbas) “Nauf telah berdusta”, hal itu selaras dengan pendapat teman-
teman kami (satu madzhab), yaitu bahwa dusta adalah mengkhabarkan tentang sesuatu berbeda
dengan kenyataan baik secara sengaja ataupun lupa (tidak sengaja). Hal ini berbeda dengan
pendapat kolompok mu‟tazilah.
Dan termasuk dalam bab ini, apa yang dinukil oleh Syaikh Robi‟ dalam kitab Al Mahajjatul Baidho‟
halaman 78, menukilkan dari Al Imam Ibnu Adiyy:
: موق اب عدي
م الصاحبة والتابعي وم بعدهم ل ، ذكر م استجاز تكذيب م تبي كذبه)): قال اب عدي رحمه هللا
عبد هللا ب ، عل ب أب الب، عمر ب ال اب: فم الصحابة : ))لم قال (. (رجي رجي، يومنا هذا
(.(عبا
نوفا البكال يزعم أ موس صاحب بن : قلا لب عبا : قال ، لم روى بإسناده ل سعيد ب جبير
. كذب عدو هللا: ف ال ، سرائيل لي صاحب ال ضر
والحديث يحفظ ع رسول هللا صل هللا عليه وسلم حت ذا ، كنا نحفظ الحديث)): وذكر قوله لب ير ب كعب
((ركبتم الصعب والذلول فهيهاا
. ((عبد هللا ب سيم)): لم قال
- فذكره ب وله–فوجدا بها كعب ااحبار ، أتيا ال ور: وساق بإسناده ل أب هريرة رض هللا عنه أنه قال
ف الجمعة )): قال رسول هللا صل هللا عليه وسلم : فذكرا له أن قلا لكعب ، فل يا عبد هللا ب سيم
ذاك يوما ف كل سنة؟ ف ال : ف ال (. (ساعة ل يصادفها مؤم وهو ف الصية يسأل هللا يئا ل أع اه ياه
.لم ذكره ل آ ره(. (كذب كعب: عبد هللا ب سيم
. ((كذب أبو محمد)): لم قال
فسأله ، أ رجي م بن كنانة ل رجي م اانصار ي ال له أبو محمد)): لم روى بإسناده ع اب محيريز
(.(كذب أبو محمد: ف ال ، فل يا عبادة ب الصاما فذكرا ذلك له: ف ال الكنان . نه واجب: ف ال ، ع الوتر
. ((أن ب مالك)): لم قال
23 | P a g e
. قبله: قبل الركوو أو بعده؟ قال : قلا ، سألا أن ب مالك ع ال نوا: قال ، لم روى بإسناده ل عاصم
نما قنا رسول هللا صل هللا عليه وسلم بعد ، كذب: قال . بعد الركوو: قال فإ فينا أ برن عنك أنك قلا
. فذكره. الركوو هرا
)اهـ المحجة البيضا ف حماية السنة الغرا . ((سعيد ب المسيب: وم التابعي مم تكلم فيهم )): لم قال
78-79.)
Sikap Ibnu Adi :
Berkata Ibnu Adi rohimahulloh : “Penyebutan orang yang membolehkan memvonis pendusta
kepada seorang yang jelas-jelas berdusta, dari kalangan para sahabat, tabi‟in, dan orang-orang
setelah mereka sampai hari kita ini, secara satu persatu.” Kemudian beliau berkata : “Dari
kalangan para sahabat yaitu : Umar bin Khotthob, Ali bin Abi Tholib, Abdulloh bin Abbas.”
Kemudian dia meriwayatkan dengan sanadnya sampai kepada Sa‟id bin Jubair, beliau berkata :
aku berkata kepada Ibnu Abbas : sesungguhnya Nauf Al Bakali menyangka bahwa Musa yang
bersama bani Isroil itu bukan [Musa] yang bersama Khidir. Lantas beliau berkata : telah berdusta
musuh Alloh.
Dan beliau menyebutkan perkataan Basyir bin Ka‟ab : “Kami dahulu menghafal hadist, sedangkan
hadist itu dihafal dari Rosululloh shallallahu „alaihi wasallam sampai apabila kalian menempuh
kesulitan dan letih maka sangat jauh sekali (sulit menghafal).”
Kemudian beliau berkata : Abdulloh bin Salam.
Dan beliau memaparkan sebuah sanad sampai kepada Abu Huroiroh rodhiyallohu „anhu, bahwa
dia berkata : aku mendatangi gunung Thur, kemudian aku mendapati Ka‟ab Al Ahbar……. -lalu
disebutkan kisah panjang-…… kemudian aku berjumpa dengan Abdulloh bin Salam, lalu aku
paparkan kepadanya bahwa aku berkata kepada Ka‟ab : bersabda Rosululloh shallallahu „alaihi
wasallam : “sesungguhnya di dalam hari Jum'at terdapat waktu yang tidaklah seorang mukmin
menempuhnya sedangkan ia dalam keadaan sholat seraya meminta sesuatu kepada Alloh
kecuali Dia akan memberinya”, kemudian dia (Ka‟ab) berkata : itu merupakan hari dalam setiap
tahun. Lantas Abdulloh bin Salam berkata : telah berdusta Ka‟ab….(lalu beliau menyebutkan
sampai akhir kisah).
Kemudian beliau berkata : „Abu Muhammad telah berdusta‟.
Kemudian dia meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Muhairiiz : bahwa seorang laki-laki dari
bani Kinanah berjumpa dengan seorang laki-laki dari Anshor yang biasa dipanggil Abu
Muhammad, lantas bertanya tentang witir, lalu dia (Abu Muhammad) menjawab : [sholat] witir itu
24 | P a g e
wajib. Lalu berkata seorang dari bani Kananah tersebut : lalu aku berjumpa Ubadah bin Shomit,
lalu aku menyebutkan hal itu kepada beliau, lantas beliau berkata : Abu Muhammad telah
berdusta.
Kemudian beliau berkata : Anas bin Malik
Kemudian beliau meriwayatkan dengan sanadnya kepada „Ashim, dia berkata : aku pernah
bertanya kepada Anas bin Malik tentang qunut : sebelum rukuk atau setelah rukuk?, dia
menjawab : sebelum rukuk. Dia [melanjutkan perkataannya] : karena ada fulan yang
memberitankan kepadaku tentang engkau bahwa engkau pernah berkata : setelah rukuk. Lalu dia
berkata : dia telah berdusta, Rosululloh shallallahu „alaihi wasallam hanyalah qunut setelah rukuk
selama satu bulan saja. Lalu dia menyebutkannya.
Kemudian dia berkata : dan dari kalangan para tabi‟in yang termasuk berbicara tentang mereka
adalah Sa‟id bin Musayyib. --Selesai diambil dari kitab Al Mahajjah Al Baidho‟ fii Himayatis Sunnah
Al Gharo‟ halaman 78-79--
Oleh karena itu prasangka yang tidak berdasarkan bukti dinamakan dusta, karena tidak
sesuai dengan kenyataan.
Berkata Al Imam Al Bukhory :
ام ب منبه، ع أب هريرة، : أ برنا عبد هللا: حدلنا ب ر ب محمد - 5717 أ برنا معمر، ع هم
، ول تحسسوا، ول تجسسوا، ول إاكم والظن، فإن الظن أكذب الحدث): ع النب صل هللا عليه وسلم قال
.(تحاسدوا، ول تدابروا، ول تباغضوا، وكونوا عباد هللا وانا
Telah bercerita kepada kami Basyr bin Muhammad : telah memberitakan kepada kami Abdulloh :
telah memberitakan kepada kami Ma‟mar dari Hammam bin Munabbih dari Abu Huroiroh
rodhiyallohu „anhu dari Nabi shallallahu „alaihi wasallam beliau bersabda : “Hati-hatilah kalian
dari prasangka, karena prasangka merupakan pernyataan yang paling dusta, dan janganlah
kalian saling menyelidiki, janganlah kalian saling memata-matai, janganlah saling dengki
mendengki, janganlah saling bermusuhan dan janganlah kalian saling membenci, jadilah kalian
hamba Alloh saling bersaudara.”
Berkata Al Hafidz Ibnu Hajar :
قوله فإ الظ أكذب الحديث قد است كلا تسمية الظ حديلا وأجيب بأ المراد عدم م اب ة الواقع سوا كا
قول أو فعي
Perkataan “karena prasangka merupakan pernyataan yang paling dusta”, dianggap janggal
prasangka dinamakan pernyataan, namun bisa dijawab [dengan jawaban] bahwa yang
25 | P a g e
dimaksudkan adalah ketidaksesuaian dengan kenyataan baik berupa perkataan maupun
perbuatan.
Dan Alloh berfirman :
ه ل هو ل ل كم ل يوم ال يامة ل ريب فيه هللا حديلا ليجمعن [٤:٨٧] وم أصدق م هللا
Artinya : Tidak ada sesembahan (yang berhak diibadahi) selain Dia (Alloh), sesungguhnya Dia
akan mengumpulkan kalian di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan siapakah
orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah? (QS. An Nisa‟ : 87)
الحاا سند لهم جنااء تجري م تحتها اانهار الدي فيها أبدا ح ا والذي آمنوا وعملوا الص وعد هللا
قيي [٤:١٢٢] وم أصدق م هللا
Artinya : Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak akan Kami masukkan
ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-
lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar
perkataannya dari pada Allah? (QS. An Nisa‟ :122)
Berkata Al Imam Ibnu Katsir :
وكا رسول هللا صل هللا عليه وسلم ي ول . ل أحد أصدق منه قول و برا، ل له ل هو، ول رب سواه: أي
أصدق الحديث كيم هللا، و ير الهدي هدي محمد صل هللا عليه وسلم، و ر اامور : "ف بته
".محدلاتها، وكل محدلة بدعة وكل بدعة ضيلة، وكل ضيلة ف النار
Maksudnya : tidak ada seorangpun yang lebih jujur secara perkataan maupun pemberitaan dari
padaNya, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali hanya dia saja, dan tidak ada
Robb (pencipta, pengatur, pemberi rizki) selain Dia. Rosululloh shallallahu „alaihi wasallam selalu
berkata dalam khutbahnya : “Sesungguhnya paling jujurnya pernyataan adalah perkataan Alloh,
sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu „alaihi wasallam, sejelek-jelek
perkara adalah perkara baru yang diada-adakan, setiap perkara baru adalah bid‟ah, setiap bid‟ah
adalah sesat, dan setiap kesesatan di dalam neraka”.
Ada Dua Jenis Dusta Yakni Dusta Dalam Perkataan Dan Dusta Dalam Perbuatan
Allah ta'ala berfirman :
ئك هم الكاذبو وأول ما يفتري الكذب الذي ل يؤمنو ب ياا هللا [١٦:١٠٥] ن
Artinya : “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak
beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka itulah orang-orang pendusta.” (QS. An Nahl : 105)
Allah ta'ala berfirman :
26 | P a g e
ور [٢٢:٣٠] واجتنبوا قول الز
Artinya : “Dan jauhilah oleh kalian ucapan dusta.” (QS. Al-Hajj : 30)
Allah ta'ala berfirman :
ل يهدي م هو كاذبف كفارف [٣٩:٣] هللا
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk orang yang pendusta dan sangat
ingkar.” (QS. Az-Zumar : 3)
Allah ta'ala berfirman :
اب اا ر الكذ [٥٤:٢٦] سيعلمو غدا م
Artinya : “Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi
sombong.” (QS. Al Qomar : 26)
Allah ta'ala berfirman :
ئك كا عنه مسئول مع والبصر والفؤاد كل أول [١٧:٣٦] ول ت ما لي لك به علمف الس
Artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungghuhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya itu akan diminta
pertanggunganjawabnya.” (QS. Al-Isro' : 36)
Allah ta'ala berfirman :
ا يلفظ م قولء ل لديه رقيبف عتيدف [٥٠:١٨] م
Artinya : “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat
pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf : 18)
Allah ta'ala berfirman :
ها الذي آمنوا جا كم فاسقف بنبإء فتبينوا أ تصيبوا قوما بجهالةء فتصبحوا عل ما فعلتم نادمي [٤٩:٦] يا أي
Artinya : “Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,
maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum
tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS.
Al Hujarat : 6)
Kedustaan itu akan menggiring pelakunya kepada kefajiran, sebagaimana di dalam Ash-
Shahihain dari hadits Abdullah bin Mas'ud, sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda :
دق ى الص جل يصدق ويتحر ة وما يزال الر دق يهدي ل البر و البر يهدي ل الجن دق فإ الص عليكم بالص
ي ا و ياكم والكذب فإ الكذب يهدي ل الفجور و الفجور يهدي ل النار وما يزال صد حت يكتب عند هللا
ابا كذ ى الكذب حت يكتب عند هللا جل يكذب ويتحر الر
27 | P a g e
Artinya : “Berlaku jujurlah kalian, karena kejujuran itu akan membimbing kepada kebaikan, dan
kebaikan itu akan membimbing menuju surga. Sesungguhnya seseorang yang senantiasa
berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka dia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi
Allah. Waspadalah kalian dari kedustaan, karena kedustaan itu akan menggiring kepada
kejahatan, dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke dalam neraka. Seseorang yang senantiasa
berdusta dan memelihara kedustaan, maka dia akan dicatat sebagai pendusta di sisi Allah.” (HR.
Al-Bukhari no. 89 dan Muslim no. 58)
ث بالحديث عليه وسلم ي ول ويلف للذي يحد ي قال سمعا النب صل هللا لن أب ع جد ع بهز ب حكيمء حد
)الترمذي وف الباب ع أب هريرة قال هذا حديثف حس ف )ليضحك به ال وم فيكذب ويلف له ويلف له
Artinya : Dari Bahz bin Hakim, bahwa bapaknya telah bercerita kepadanya dari kakeknya, ia
berkata, aku telah mendengar Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda: “Celakalah bagi
orang yang berbicara dengan satu pembicaraan agar menjadikan tertawanya kaum, maka ia
berdusta, celakalah baginya, celakalah baginya.” (HR At-Tirmidzi, hadits hasan).
ع أب محمد الحس ب عل ب أب الب سب رسول هللا صل هللا عليه وسلم وريحانته رض هللا عنهما
: رواه الترمذي وقال(" دو ما يريبك ل ما ل يريبك " قال حفظا م رسول هللا صل هللا عليه وسلم
حديث حس صحيح
Dari Abu Muhammad Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib sibthi (cucu laki-laki dari anak perempuan)
dan kesayangan beliau rahdiyallahu 'anhuma, berkata : “Aku hafal dari Rasulullah : Tinggalkanlah
apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu”. (HR. At-Tirmidzi dan berkata
Tirmidzi : hadits hasan shohih) Hadits ini juga ada di Arbain Nawawi no. 11.
Abdullah bin Umar berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
ا قال وم قال ف مؤم ء ما لي فيه أسكنه هللا ردغة ال بال حت ي ر مم
Artinya : “Barang siapa yang mengucapkan pada seorang mukmin suatu perkara yang tidak ada
pada dirinya, Allah ta'ala akan menetapkannya di kerak penduduk neraka sampai dia keluar apa-
apa yang dia ucapkan (terhadap saudaranya).” (HR. Abu Dawud 3592 dishohihkan oleh Syaikh
Muqbil di Shohih Al-Musnad no. 755).
Abdullah bin 'Amr berkata, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah datang ke rumah kami,
waktu itu aku masih kecil, akupun keluar untuk bermain. Ibuku kemudian memanggil “Wahai
Abdullah, kemarilah, nanti akan ibu beri sesuatu.” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bertanya, “Apa yang akan kamu berikan?” Dia menjawab, “Saya akan memberikan korma.”
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Seandainya engkau tidak melakukan (apa
yang engkau katakan) berarti telah dicatat atasmu satu kedustaan.”” (HR. Abu Dawud : 4991)
28 | P a g e
Dari dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa berbohong/berdusta merupakan dosa besar yang
akan diminta pertanggungjawaban.
Bahkan dusta merupakan 'aib pada masa jahiliyah, bahkan sampai Abu Sufyan berbicara jujur
tentang perkara Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di depan penguasa Ruum (Heraklius), tatkala
ditanya tentang berita Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagaimana dalam Shahih Al
Bukhori (Bab 6 no. 7): “Kemudian berkata penguasa Ruum kepada penterjemahnya, “Katakan
pada mereka sesungguhnya aku bertanya kepada orang ini ( Abu Sufyan) jika dia berdusta
kepadaku kalian dustakanlah dia.” (Berkata Abu Sufyan), “Maka demi Allah kalau seandainya
tidak karena malu mereka mendustakanku sungguh aku berdusta kepada dia (penguasa
Ruum).””
Berkata Ibnu Hajar dalam Fathul Bari jilid I Hal. 48, “Dan bahwasanya mereka (orang jahiliyah)
dulu menganggap buruk kebohongan baik perkara tersebut diambil dari syari'at yang lalu ataupun
dari kebiasaan. Dan ucapan (يألروا) bukan (يكذبوا) dalil sesungguhnya Abu Sufyan tsiqoh
(terpercaya) dikalangan mereka (jahiliyah), tidak mempunyai sifat bohong. Seandainya Abu
Sufyan Shokhor bin Harb berbohong, tentulah dia sudah berbuat karena memusuhi Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam. Akan tetapi dia meninggalkan bohong tersebut karena malu nanti
akan diperbincangkan manusia sebagai pembohong.”
Berkata Imam Nawawi di dalam Syarah Muslim, “Ini penjelasan bahwasanya kebohongan adalah
keburukan pada masa jahiliyah dan sebagaimana keburukan di dalam Islam.”
Berkata Ibrohim At Taimy rohimahulloh : “Tidaklah aku dihadapkan perkataanku pada
perbuatanku kecuali aku takut akan didustakan (dianggap sebagai pendusta).”
Berkata Imam Dzahabi di Mizanil I'tidal dalam Miqdari ar- Rijaal 1/113, “Demikian juga saya tidak
menyebutkan dalam kitabku ini, dari kalangan imam-imam seorangpun yang dipanuti dalam
masalah-masalah cabang karena kemuliaam mereka dalam islam, dan besarnya mereka di hati-
hati, seperti Abu Hanifah, Asy Syafi'i, dan Al Bukhori. Kalaulah saya menyebutkan salah seorang
dari mereka, maka saya akan menyebutkannya dengan adil, dan itu tidak akan
membahayakannya di sisi ALLAH dan tidak juga di sisi manusia. Yang akan membahayakan
seseorang hanyalah kedustaan dan terus-menerus dalam banyak kesalahan, melakukan
pengkaburan, dan kebatilan karena itu merupakan sebuah pengkhianatan dan kriminalitas.
Seorang muslim cocok terhadap segala sesuatu kecuali khianat dan dusta.”
Faktor-Faktor Pendorong Berbuat Bohong/Dusta
Motif yang mendorong orang-orang yang memiliki jiwa nista ini untuk suka melakukan
kebohongan cukup banyak, diantaranya :
29 | P a g e
1. Sedikitnya rasa takut kepada Allah ta'ala dan tidak adanya perasaan bahwa Allah ta'ala selalu
mengawasi setiap gerak-geriknya, besar maupun kecil,
2. Upaya mengkaburkan fakta baik untuk mendatangkan keuntungan duniawi, menyombongkan
diri dan merendahkan orang lain,
3. Mencari perhatian manusia dengan membawa cerita-cerita palsu,
4. Tidak ada rasa tanggungjawab dan berusaha lari dari kenyataan baik dalam kondisi sulit
ataupun kondisi lainnya,
5. Terbiasa bohong sejak kecil,
6. Merasa bangga dengan berbohong, dia beranggapan bahwa kebohongan itu menunjukkan
kefasihan dan tingginya daya nalar.
Terapi Dan Obat Penyakit Bohong/Dusta
1. Pemahaman si pelaku tentang keharoman perbuatan bohong dan begitu dahsyatnya siksa
yang akan diperoleh. Dan itu selalu diingat ketika berbicara ataupun berkumpul dengan orang
lain,
2. Intropeksi diri dan berhati-hati terhadap apa yang dibicarakan,
3. Menyadari bahwa berbohong adalah salah satu tanda-tanda kemunafikan,
4. Menjaga mulut agar jujur dalam perkataan baik kecil maupun besar bahkan dalam masalah
sepele sekalipun,
5. Mendidik anak untuk terbiasa jujur sejak kecil,
6. Bersuri tauladan dengan akhlak salaf yang senantiasa jujur,
7. hendaknya orang yang gemar berbohong menyadari bahwa kepercayaan orang lain padanya
akan hilang karena menyaksikan atau mengetahui kebohongannya,
8. Menyadari bahwa kebohongan adalah jalan yang mengantarkan kepada kejahatan, sementara
kejujuran mengantarkan pelakunya ke surga.
Orang – Orang Yang Tidak Boleh Diambil Ilmunya
Abdurrahman bin Mahdi rohimahulloh berkata, “Ada tiga golongan yang tidak boleh diambil
ilmunya yakni :
1. Seseorang yang tertuduh dengan kedustaan/kebohongan,
2. Ahlul bid'ah yang mengajak manusia kepada kebid'ahannya,
3. Seseorang yang dirinya didominasi oleh keragu-raguan dan kesalahan-kesalahan.”
Al-Imam Malik rahimahullah berkata, “Tidak boleh seseorang mengambil ilmu dari 4 jenis
manusia dan boleh mengambil dari selain mereka yaitu :
1. Ilmu tidak diambil dari orang-orang bodoh,
2. Tidak diambil dari pengekor hawa nafsu yang menyeru manusia kepada hawa nafsunya,
30 | P a g e
3. Tidak pula dari seorang pendusta/pembohong yang biasa berdusta/berbohong dalam
pembicaraan-pembicaraan manusia meskipun tidak tertuduh berdusta pada hadits-hadits
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
4. Tidak pula dari seorang Syaikh yang memiliki keutamaan, kesholehan serta ahli ibadah tetapi
dia tidak lagi mengetahui apa yang tengah dibicarakan (An-Nubaz fi adabi tholabil 'ilmy).”
“Wahai Dzul Akmal… bertaqwalah kamu kepada ALLAH, bukti- bukti diatas menunjukkan bahwa
kamu adalah seorang pembohong besar, pendusta dan pembual pasaran. DENGAN DALIL-
DALIL DI ATAS TIDAK BOLEH MENGAMBIL ILMU DAN BERGAUL DENGAN KAMU DAN
ORANG SEMISAL KAMU, HUKUM ASAL UCAPAN-UCAPANMU TERTOLAK, WAJIB UNTUK
MEMERIKSA SETIAP UCAPAN KAMU DENGAN BUKTI-BUKTI ATAU SAKSI-SAKSI.”
Pasal ke Empat Belas : Banyak sifat nifaq di kalangan hizbiyyin, kemudian As-Syaikh Robi‟ Al-
Madkholi berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata setelah menyebutkan kekejian rowafidh yang
diantaranya adalah loyalitas mereka kepada orang-orang kafir untuk menentang muslimin. Maka
mereka itu lebih besar bahayanya terhadap Agama ini, dan pemeluknya, dan lebih jauh dari syariat-
syariat Islam daripada Khowarij Haruriyah. Oleh karena itulah mereka menjadi sempalan umat yang
paling pendusta, maka tiada pada kelompok-kelompok yang menisbatkan diri ke kiblat Ka‟bah yang
lebih banyak kedustaan, pembenaran terhadap kedustaan, pendustaan terhadap kejujuran daripada
mereka, lebih-lebih lagi kemunafikan pada mereka lebih jelas daripada kemunafikan pada seluruh
manusia dan mereka itulah yang disabdakan Nabi shallallahu „alaihi wa sallam :
ث كذب و ذا وعد أ ل و ذا اؤتم ا آية المنافق ليثف ذا حد
"Tanda-tanda munafiq ada tiga; jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat
dia khianat". (HR. Al Bukhori : 33 dan Muslim : 106).
Dalam suatu riwayat :
فاق حت يدعها ذا اؤتم أربعف م ك فيه كا مناف ا الصا وم كانا فيه صلةف منه كانا فيه صلةف م الن
ث كذب و ذا عاهد غدر و ذا اصم فجر ا و ذا حد
"Empat hal bila ada pada seseorang maka dia adalah seorang munafiq tulen, dan barangsiapa yang
terdapat pada dirinya satu sifat dari empat hal tersebut maka pada dirinya terdapat sifat nifaq hingga
dia meninggalkannya. Yaitu, jika diberi amanat dia khianat, jika berbicara dusta, jika berjanji
mengingkari dan jika bertengkar dia berbuat fajir". (HR. Al Bukhori : 34)
Komentar saya :
Dzul Akmal termasuk banyak berbuat demikian, berbicara dusta sebagaimana fakta di atas, berjanji
mengingkari dan jika bertengkar dia berbuat fajir, (dan muridnya sendiri juga sudah menulis tulisan
degan judul “Membongkar Kebobrokan Dzul Akmal”, “Dzul Akmal : Undercover #1” dan “Dzul Akmal :
31 | P a g e
Under Cover #2”).
Pasal keLima Belas : Membenarkan kedustaan kemudian Asy Syaikh Robi‟ Al Madkholi berkata,
“Maka orang-orang Haddadiyyah itu menyerupai rowafidh dalam berdusta, pembenaran terhadap
kedustaan, dan pendustaan terhadap kejujuran. Ada perkataan-perkataan dan ucapan yang jujur dan
tegak di atas Al Kitab dan As Sunnah mereka mendustakan kandungannya, menolaknya. Diantaranya
adalah perkataan yang telah diteliti oleh para tokoh ulama dalam kasus keimanan dan masalah
prinsipil, haddadiyyun justru membantahnya dan menolaknya. Tapi ada ucapan-ucapan dan kebatilan
serta penyelewengan yang justru mereka dukung dan mereka tolong. Betapa banyak mereka itu
berbuat fajir dalam persengketaan mereka terhadap Ahlussunnah, ini digabung lagi dengan sifat-sifat
mereka yang telah lewat.”
Komentar saya :
Surat pernyataan tersebut (hasil rapat pada saat dauroh Jambi) jadi bukti, karena Dzul Akmal,
Muhammad Surur, Abdurrahman Mahdi berarti membenarkan kedustaan dengan mencantumkan
nama Sholihin dan Dr. Siswadi dari Sei. Tapa sebagaimana telah lewat pembahasannya.
Pasal ke enam belas
Berubah-rubah warna dan melancarkan makar mereka dengan bertahap. Kemudian Asy Syaikh Robi'
Al Madkholi wafaqohullahu berkata, “Sisi ke sepuluh, makar bertahap berdasarkan metode batiniah,
walaupun kami tidak berpendapat bahwasanya mereka itu bathiniyah akan tetapi kami berpendapat
bahwasanya mereka menyerupai, mereka dalam memiliki banyak wajah dan melancarkan makar
mereka dengan bertahap.”
Komentar saya :
Dzul Akmal dan pembeonya telah melakukan perbuatan ini : membuat surat pernyataan hasil rapat
yang di dalamnya terdapat kedustaan terkait dengan lembar tanda tangan peserta rapat, meminta
kunci masjid dengan bahasa diplomatis “pinjam” pada hakekatnya mengambilalih masjid, mencari
dukungan untuk memulangkan saya ke Pekanbaru, mengadakan rapat yang di dalamnya membahas
rencana untuk membuat yayasan dengan tujuan menguasai aset tanah dan masjid, mendatangi
pemilik tanah agar tanah/sertifikat diberikan kepada mereka dan rapat tertutup peserta dauroh ustadz
Tirmidzi dari Prabumulih (bulan November) di Desa Purwodadi, Tungkal dengan peserta rapat
diantaranya adalah Pak Ponco, Pak Amir yang pada intinya membicarakan agar masjid jatuh ke
tangan mereka.
Pasal ke dua puluh : Sikap saling menolong di kalangan mereka dalam dosa dan permusuhan,
kemudian Asy Syaikh Robi‟ Al Madkholi berkata, “Sisi kesebelas, sikap saling tolong-menolong di
kalangan mereka dalam dosa, permusuhan, kedzoliman dan baku tolong dalam kedustaan, kejahatan
dan pembentukan dasar-dasar yang batil.”
32 | P a g e
Komentar saya :
Apa yang dilakukan Dzul Akmal dan peserta tanda tangan hasil rapat, termasuk dalam perkara ini.
Juga pemalsuan dan kedustaan dengan memasukkan nama Sholihin Sei.Tapa dan Dr. Siswadi
Sei.Tapa sebagaimana dalam tulisan “Makar Dzul Akmal Dan Luqmaniyyun Terhadap Masjid Jambi”.
Termasuk dalam masalah masjid Jambi, terhadap saya pribadi yang mana Dzul Akmal menyuruh
ikhwan untuk memulangkan saya.
ALLAH ta'ala berfirman :
ول تعاونوا عل اللم والعدوا وتعاونوا عل البر والت وى ديد الع اب وات وا هللا [٥:٢] هللا
Artinya : Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan ) kebajikan dan taqwa, dan janganlah
tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertaqwalah kamu kepada ALLAH,
sesungguhnya ALLAH amat berat siksaNya. (QS. Al Maidah : 2)
Dan tolong menolong dalam dosa dan permusuhan adalah perbuatan Yahudi. Sebagaimana
dalam firman ALLAH :
نكم م ديارهم تظاهرو عليهم باللم والعدوا ؤل ت تلو أنفسكم وت رجو فري ا م لم أنتم ه
Artinya : Kemudian kamu (Bani Isroil ) membunuh dirimu (saudara sebangsa ) dan mengusir
segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap
mereka dengan membuat dosa dan permusuhan. (QS. Al Baqoroh : 85)
Pasal kedua puluh empat : Pura-pura menangis dan pengakuan dusta untuk menipu manusia.
Kemudian Asy Syaikh Robi‟ al Madkholi berkata, ”Maka jangan sampai memperdaya kalian wahai
salafiyyin, tangisan bohong mereka dan pengakuan bathil mereka yang telah dibongkar sendiri oleh
perkataan mereka, prinsip-prinsip mereka, sikap dan akhlak mereka, serta kedustaan mereka yang
nyata dan tersingkap bagi orang yang punya niat hati dan pengetahuan yang paling rendah
sekalipun.”
Komentar saya :
Adapun pengikut/fans Dzul Akmal di Kota Jambi, memberikan pengakuan via telpon, sms kemudian
dibongkar sendiri oleh perkataan, sikap dan akhlaknya. Diantaranya Abu Phasa tuan rumah, yang
menerima Dzul Akmal, sebelum dauroh sempat telpon saya, yang intinya hanya mau ta‟lim saja dan
tidak mau ikut-ikutan dalam perselisihan (fitnah) yang ada. Bahkan sms ke sebagian ikhwan :
“Bismillah, Afwan ikhwan-ikhwan ana yang bertaqwa, ana berlepas diri dari permasalahan antar
ustadz, ana hanya mau ta‟lim saja. Adapun para ustadz selalu nginap di tempat ana, ini sebagai
ta‟awwun seperti lazimnya ikhwan-ikhwan lain nginap di tempat ana (kabar hanya untuk ikhwan-
ikhwan ana yang tsiqoh saja) Barokallohufiikum.”
Benarlah perkataan Al Imam Ibnul Qayyim rohimahulloh berkata, “Ujian dan cobaan itu akan
menampakkan jati diri orang-orang, maka alangkah cepatnya orang yang mengaku-ngaku itu
33 | P a g e
terbongkar keasliannya.” (Badaiil Fawaid 3/ hal. 751)
Al Imam Al Wadi‟iy rohimahulloh menyisir penggalan bait :
“Dan barang siapa bergaya bukan dengan sifat aslinya, saksi-saksi ujian akan menyingkapkan
jati dirinya.” (Ghorotul Asyrithoh/1/ hal.537). -Dinukil dari tulisan Abu Fairuz-
Kemudian terbongkar sendiri dengan perkataan, prinsip, sikap dan akhlaq serta kedustaan yang
nyata. Yaitu Abu Phasa terlibat dalam penandatanganan pernyataan hasil rapat (dalam lembar tanda
tangan peserta, tertulis namanya “Ponco W Abu Phasa”) bahkan terkait dengan penyerahan kunci
masjid sebagaimana disebutkan dalam surat pernyataan di atas.
Bahkan sebelum dauroh, ustadz Zuher Syarif Bengkulu, Abu Phasa Ponco pun mengirim sms
diantaranya : “Bismillah saudaraku seiman seaqidah alhamdulillah ustadz Zuher Syarif sudah di
rumah ana dan pagi jam 9 berangkat ke Purwodadi ta‟lim Sabtu dan Ahad di sana (infokan kesaudara-
saudaraku seiman seaqidah) Barokallahufiikum.” - “Bismillah, saudaraku seiman dan seaqidah
semoga ta‟lim selanjutnya di Jambi dapat ustadz yang lebih adil, baik, bijak dengan dasar qoidah adab
tholabul ilmi manhaj salaf (amanah tidak disebarkan) Barokallahufiikum.”
Adapun dauroh ustadz Zuher Syarif Bengkulu diadakan di daerah Trans Purwodadi, Kec. Tebing
Tinggi, Kab. Tanjung Jabung Barat tanggal 8 dan 9 Oktober 2011 (hari Sabtu dan Ahad).
Kemudian ikut rapat tertutup pada dauroh Tirmidzi dari ma'had Prabumulih (pernah mondok di ma'had
ustadz Abu Hazim Muhsin).
“Wahai Abu Phasa.., Apakah antum sekarang maupun yang telah berlalu beradab terhadap diri
sendiri, terhadap sesama teman ta‟lim dan terhadap saya sebagai gurumu yang kemarin?”
Pasal ke dua puluh tujuh : Berlebihan dalam menyanjung orang yang bersama mereka, manakala
dirinya meninggalkan mereka maka merekapun berlebihan dalam mencercanya. Kemudian Asy
Syaikh Robi‟ al Madkholi berkata, “Maka keadaan mereka seperti keadaan Yahudi bersama Abdullah
bin Salam, salah seorang ulama Bani Israil yang dimuliakan dengan Islam. Al Bukhari meriwayatkan
dalam shohihnya (3151) dengan sanad sampai ke Anas, berkata :
Artinya : Sampai kepada Abdullah bin Salam berita kedatangan Rasulullah ke Madinah, maka dia pun
mendatangi beliau seraya berkata, “Sesungguhnya saya ingin menanyai anda tentang tiga perkara
yang tidak diketahui kecuali oleh seorang Nabi : Apa awal tanda kiamat? Apa awal makanan ahlul
jannah? Dari manakah seorang anak itu menjadi mirip dengan ayahnya? Dan dari manakah dia mirip
dengan paman-pamannya?” Maka Rasulullah menjawab : ”Jibril telah mengabarkan akan hal itu
barusan.” Maka Abdullah berkata, ”Dia musuh Yahudi dari kalangan malaikat.” Lalu Rasulullah
bersabda : “Adapun awal tanda kiamat adalah api yang menggiring manusia dari timur ke barat,
adapun awal makanan ahlul jannah adalah hati ikan paus, adapun kemiripan pada seorang anak,
maka seorang itu jika menggauli istrinya lalu air maninya mendahului air mani istrinya, maka anaknya
menjadi mirip dengannya. Tapi jika air mani istrinya mendahului air maninya, maka anaknya menjadi
34 | P a g e
mirip dengan istrinya. Maka Abdullah berkata, “Saya bersaksi bahwasanya anda adalah Rasulullah.”
Kemudian ia berkata, ”Wahai Rasulullah sesungguhnya Yahudi adalah kaum pendusta. Jika mereka
mengetahui bahwasanya saya telah masuk Islam sebelum anda menanyai mereka tentang saya,
mereka pasti akan berdusta tentang saya, mereka pasti akan berdusta tentang saya di hadapan anda.
Maka datanglah Yahudi, sementara Abdullah masuk ke dalam rumah. Maka Rasulullah
bersabda, ”Bagaimana kedudukan Abdullah bin Salam di sisi kalian?” Mereka menjawab, ”Dia adalah
orang yang paling berilmu diantara kami, anak dari orang yang paling berilmu diantara kami. Dia juga
orang yang paling baik di antara kami, anak dari orang yang paling baik di antara kami.” Maka
Rasulullah bersabda : “Bagaimana pendapat kalian jika ia masuk Islam?” Mereka
menjawab, ”Semoga Allah melindungi mereka dari yang demikian.” Maka Abdullah bin Salam keluar
kepada mereka seraya berkata, ”Aku bersaksi bahwasanya tiada sesembahan selain Allah dan aku
bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah.” Mereka berkata, ”Dia adalah orang yang
paling jelek diantara kami, anak dari orang yang paling jelek diantara kami.” Dan mereka mencacinya.
Al Hafidz dalam “Al Fath” (7/hal 298) dalam Syarh Hadist (3911) berkata dalam riwayat Yahya bin
Abdillah maka kukatakan wahai Rasulullah, bukankah saya telah memberitahu anda bahwasanya
mereka adalah kaum pendusta, orang-orang yang mengkhianati perjanjian, berbohong dan jahat?
Dalam suatu riwayat “mereka menghinakannya.” Maka dia berkata inilah yang saya takutkan wahai
Rasulullah.
Sisi pendalilan dari hadist ini adalah bahwasanya Yahudi manakala mengira bahwasanya Abdullah bin
Salam akan tetap di atas kesesatan mereka dan kebatilan mereka, mereka pun memujinya dan
berkata : dialah orang yang paling baik diantara kami, anak orang yang paling baik diantara kami,
manakala beliau mengumumkan kebenaran, berbaliklah mereka dengan segera mencaci beliau
dengan berkata : dia adalah orang yang paling jelek diantara kami, anak dari orang yang paling jelek
diantara kami. Dan mereka mencacinya dan demikianlah perbuatan haddadiyyah terhadap para tokoh
utama ahlusunnah wal haq, berulang kali mereka menyanjungnya demi tujuan dan maksud yang telah
mereka rencanakan dari diri mereka, manakala para tokoh utama tadi menghadapi kebatilan mereka
dan menyelisihi mereka, mereka pun mencacinya satu persatu dan memerangi tokoh utama tersebut.
Setiap kali para ulama menambahkan penjelasan tentang kebatilan mereka, mereka pun bertambah
melampaui batas, bertambah dusta dan bohong kepadanya dan jahat dalam memeranginya sampai
kepada perbuatan dan ucapan yang banyak yang setiap kelompok-kelompok yang sesat merasa malu
untuk melakukannya.
Komentar saya :
Adapun Dzul Akmal, ketika orang-orang bersamanya, dia pun memujinya. Akan tetapi ketika tidak
bersamanya, lalu Dzul Akmal mencaci-maki satu persatu, seperti mengatakan :
1. Ustadz Abdullah Cawas “dajjal”, bahasa arab Ahmad dan Abu Anas lebih daripada Abdullah
35 | P a g e
Cawas, Abdullah Cawas takfiriyyun sinting,
2. Usman Thowil Pariaman sebagai “dajjal” dan “anjing” dan murid-murid yang lainnya digelari
“dajjal”.
Pijakan Saya Selanjutnya Adalah Risalah Asy Syaikh Robi‟ Al-Madkholi “Manhajul Haddadiyah”
Dinukil Dari Karakter Haddadiyah Dalam Diskusi Ilmiah Bagian Sembilan (Penulis Abu Fairuz).
Dalam bab ini saya menunjukkan bukti-bukti ketegelinciran Dzul Akmal hadahullah dalam sebagian
manhajul haddadiyah,
Pasal enam : Permusuhan Yang Keras Terhadap Salafiyyin Yang Membela Sunnah
Kemudian Asy Syaikh Robi‟ Al-Madkholi berkata : “Permusuhan yang keras terhadap salafiyyun
sekalipun telah mencurahkan kerja keras untuk mendakwahkan salafiyah dan membelanya, dan
sekalipun telah mencurahkan kerja keras untuk menghadapi bid‟ah, hizbiyyah dan kesesatan.”
Komentar saya : Permusuhan (kerasnya) Dzul Akmal kepada Syaikh Yahya dan murid-muridnya
sudah sangat jelas terdengar dalam muhadhoroh sepulang dari umroh bulan Sya‟ban kemarin di
ma‟hadnya dan dauroh di Kota Jambi bulan Syawal 1432 H ini.
Pasal tiga belas : Kesombongan, Penentangan dan Penolakan Terhadap Kebenaran.
Kemudian Asy Syaikh Robi‟ Al-Madkholi berkata : “Kesombongan dan penentangan yang
menyebabkan mereka menolak kebenaran sebagaimana seluruh ahlul bida‟. Maka seluruh apa yang
disampaikan oleh Ahlu Madinah yang berupa penjelasan tentang penyimpangan al Haddad dari
manhaj salaf, dan mereka tolak maka dengan perbuatan seperti ini menjadi termasuk sempalan Islam
yang paling jelek secara akhlaq dan pengelompokan.”
Komentar Abu Fairuz : Sesungguhnya orang yang kenal Allah dengan sebenar-benarnya dia akan
merendahkan diri kepada Allah. Ibrohim rohimahullah berkata : Aku bertanya kepda al Fudhail :
“Apakah tawadhu‟ itu?” Beliau menjawab, “Yaitu engkau menunduk kepada kebenaran dan
menaatinya, sekalipun engkau mendengarnya dari anak kecil, engkau terima kebenaran tadi darinya.
Dan sekalipun engkau mendengar dari orang yang paling bodoh, engkau terima kebenaran tadi
darinya.” (Hilyatul Auliya Biografi al Fudhail bin „Iyadh/3/halaman 392/Dar Ummil Qura/atsar hasan)
Al Imam Ibnu Rojab berkata : “Oleh karena itulah maka dulunya para imam salaf yang ilmu dan
keutamaan mereka telah disepakati mereka menerima kebenaran dari orang yang mendatangkannya
kepada mereka sekalipun dia adalah anak kecil, dan mereka juga berwasiat kepada para sahabat dan
pengikut mereka untuk menerima kebenaran, jika kebenaran tadi muncul dari selain ucapan mereka.”
(Al Farqu bainan Nashihah wat Ta‟yiir/ Majmu‟ur Rosail 2/halaman 404/ cet. Al Faruq)
Komentar saya : Adapun Dzul Akmal seorang yang sombong menolak kebenaran yang di
sampaikan, saya secara pribadi berkali-kali menasehati Dzul Akmal dalam banyak hal dan waktu yang
36 | P a g e
berbeda tetapi selalu marah, juga pengkuan Abu Haris Ja’far dalam tulisannya “Dzul Akmal
Undercover #2”.
Pasal kedua belas : Bermudah-mudahan dalam Mengkafirkan Orang.
Kemudian Asy Syaikh Robi' Al Madkholi wafaqohulloh berkata : Dan datanglah Al Haddad kepada
perbuatan yang benar atau salah seraya berkata : “Ini adalah zandaqah (kemunafikan secara i'tiqodi).”
yang memberikan kesan bahwasanya orang ini takfiry yang memakai kedok.
Komentar saya : Telah berlalu di bagian atas bab ke 2 “Takfiri (Mengkafirkan Orang)”, dalam bab
tersebut menunjukkan bahwa Dzul Akmal telah tergelincir dalam mengkafirkan orang.
BAB 4 : FENOMENA DZUL AKMAL HADAHULLAH MENEPUK AIR DIDULANG, TERPERCIK
MUKA SENDIRI
Dalam bab ini saya mengembalikan bualan Dzul Akmal ke mukanya sendiri, karena bualan, tuduhan
dan fitnahnya, sebenarnya merupakan cerminan kepribadianya.
1. Ustadz Preman Bahasa Preman, Teriak Ustadz Preman Bahasa Preman,
Dzul Akmal berkata terhadap Abu Mas'ud Lamongan, “Kapan dia ditazkiyah jadi Salafy,
kapan? Siapa yang mentazkiyahnya? Abu Mas'ud takfiry, Abul Ahad takfiry. Kalo antum dengar
bahasanya, dia itu bahasa preman… ustadz preman… bukan Pariaman... Preman tulen…
Kakaknya sudah mati Abu Uqbah.”
Bukti-Bukti Dzul Akmal Ustadz Preman Berbahasa Preman
1) Kasus masjid Jambi : Dzul Akmal memerintahkan Muhammad Surur untuk membawa tukang
kunci untuk menjebol pintu masjid,
2) Memerintahkan peserta rapat pada saat daurohnya di Jambi untuk memulangkan saya ke
Pekanbaru atau keluar dari Jambi,
“Wahai Dzul Akmal, saya menetap di Jambi tidak dibawah kekuasaanmu dan tidak juga tinggal
di rumah kontrakan pembeo-pembeomu di Jambi seperti Abu Phasa Ponco, Hud Huda,
Dzulkifli, Yuda Abu Ihsan dan Umar Tebing Tinggi. Dan Alhamdulillah selama ini tidak ada
minta-minta kepada pembeo-pembeo mu. Dan ALLAH Maha Pemberi Rizki.”
3) Bercerita kepada saya, Zubair Perawang : Ketika dauroh ustadz Faishol Medan di Perawang
dua tahun lalu, Dzul Akmal memerintahkan ikhwan mengambil hijab masjid pada malam hari,
4) Bercerita kepada saya, Zubair Perawang tentang “Tragedi Perawang” Kabupaten Siak, Riau
tahun 2002, ketika hari raya Iedul Fitri, Dzul Akmal memerintahkan ikhwan meletakkan kotak
infaq di masjid, ternyata tidak diizin oleh pengurus. Kemudian Dzul Akmal menelpon pengurus
masjid, mengancam dan mencaci maki, jika tidak diterima kotak-kotak infaq maka akan dikirim
37 | P a g e
pasukan Laskar Jihad. Mendengar perkataan Dzul Akmal itu, pengurus masjid marah dan
bercerita kepada manusia selesai sholat. Maka bangkitlah pemuda-pemuda menyerang dan
melempar mobil-mobil dan rumah-rumah ikhwan. Bercerita kepada saya ustadz Ayip Solo
ketika di Dammaj, “Setelah kejadian itu Dzul Akmal minta damai dengan perantara ketua partai
PBB dan PPP Riau dan saya sebagai wakil dari Dzul Akmal.”
5) “Tragedi Kubang” Pekanbaru (sekitar bulan Juni tahun 2000), Saya sudah mengetahui
tragedi ini sejak akhir tahun 2000 (ketika masih belajar di Sudan) kemudian semakin kuat
beritanya dengan pengakuan langsung dari para pelaku, baik yang berada di luar masjid
maupun yang di dalam masjid. Sumber berita saya sangat banyak sekali. Awalnya, Dzul Akmal
mendirikan sebuah masjid di desa ini. Dikarenakan akhlak Dzul Akmal dan sebagian murid-
muridnya yang buruk dan kasar maka sebagian orang kampung menyerang masjid. Atas
kejadian penyerangan masjid tersebut maka Dzul Akmal meminta bantuan Laskar Jihad untuk
memberikan “pelajaran” kepada orang-orang kampung yang diduga telah melakukan
penyerangan terhadap masjid. Bantuan Laskar Jihad ini datang dari beberapa daerah yaitu
dari Medan, Jambi, Padang Kota dan dari Jawa. Setelah sholat shubuh mereka menculik
orang-orang kampung (yang diduga menyerang masjid) dengan membawa senjata tajam lalu
dibawa ke dalam masjid, bahkan bom molotov pun sudah dipersiapkan. Orang-orang yang
diculik tadi ada yang berpakaian bantol dan ada yang masih pakai kain sarung. Pasukan LJ
dipencar, mayoritas berpencar di luar masjid dan ada juga yang di dalam masjid. Adapun nasib
tawanan di dalam masjid sudah ana dengar sejak tahun 2000. Tentu para korban yang diculik
tersebut bercerita kepada keluarganya dan orang-orang kampung lainnya sehingga kejadian
ini tersebar sampai ke sebagian penduduk Pekanbaru. Setelah saya berada di Indonesia ada
pelaku yang menceritakan keadaan tawanan dalam masjid sama seperti yang saya dengar
pada tahun 2000. Kejadian di dalam masjid, tidak perlu saya tulis terperinci di sini karena
sangat aib sekali, mudah-mudahan kamu dan pelaku-pelaku yang lainnya tentu masih ingat
apa yang kalian lakukan terhadap tawanan di dalam masjid. Cukuplah bahasa global
sebagaimana ungkapan salah satu pelaku yang bercerita kepada saya dengan mengatakan,
“Kami dulu di Kubang Pekanbaru, seperti komunis tidak ingat dosa lagi.” Kemudian
setelah agak siang, tawanan dikirim ke Rumah Sakit Polisi dalam keadaan babak belur.
Selanjutnya pasukan LJ berpencar menyebar mulai dekat LANUD sampai dekat persimpangan
Desa Teratak Buluh, kurang lebih sepanjang 2-3 KM. Mendengar kejadian ini maka marahlah
para pemuda kampung sehingga mereka keluar membawa senjata tajam mengepung pasukan
LJ yang saat itu sebagian mereka memblokir pintu gerbang bagian utara Kota Pekanbaru dan
menurunkan setiap penumpang serta menginterogasi mereka dengan senjata tajam.
Alhamdulillah datanglah pasukan Brimob menyelamatkan pasukan LJ diantara mereka ada
38 | P a g e
yang luka dan cacat. Kemudian MUI Pekanbaru menjadi perantara perdamaian dengan
penduduk Desa Kubang, Kampar (pinggiran Kota Pekanbaru), masjid harus ditinggalkan dari
Desa tersebut dan juga beberapa rumah ikhwan. Akibat perbuatan Dzul Akmal yang saat itu
merupakan pimpinan ponpes Al Furqon, Jalan Duyung Pekanbaru, diantara wali murid sampai
ada yang pindah rumah ke Sumatera Barat karena ketakutan akan ada serangan balasan dari
orang kampung. Akibatnya juga, rusaklah citra Salafy di Pekanbaru dan sekitarnya, rusaklah
citra orang berjenggot dan berjubah, rusaklah nama Ponpes Al Furqon, rusaklah nama
Universitas Madinah. Bahkan setelah kejadian itu, pernah lewat rombongan Jama'ah Tabligh di
desa tersebut kemudian disiksa sampai sekarat sama orang kampung walaupun orang JT itu
teriak “Kami bukan orang LJ.” Dan orang melayu Riau hanya beberapa orang yang belajar
dengan Dzul Akmal, banyak diantara mereka memilih belajar dengan da'i-da'i Yayasan
Ubudiyyah. Dan lebih khusus lagi rusaklah nama Dzul Akmal di Riau, sehingga Dzul Akmal
kesulitan untuk membuat ta'lim rutin di masjid-masjid Pekanbaru pada saat itu. Saya pernah
mengusahakan ta'lim rutin di masjid dekat rumah orang tua saya. Setelah ta‟lim rutin mulai
berjalan, kemudian dilarang oleh pengurus masjid dengan alasan karena Dzul Akmal berkasus
di Kubang dan kasus-kasus lainnya. Adapun saya tetap diperbolehkan mengisi ta'lim rutin di
Masjid Al Mubin Jalan Paus - Marpoyan Damai. Ketika ana sampaikan hal ini kepada Dzul
Akmal agar dia jangan isi ta'lim lagi, sebagaimana ucapan pengurus masjid, Dzul Akmal malah
berkata kepada saya “Antum juga berhenti isi ta'lim di Masjid Al Mubin. Dimanapun antum isi
ta'lim, anapun harus ikut bergantian.” Akhirnya ta'lim di Masjid Al Mubin saya bubarkan.
Bahkan ketua RT di lingkungan pondok Dzul Akmal Rimbo Panjang, masih
mempermasalahkan kasus Kubang. Fakta ini saya ketahui langsung karena ketua RT sempat
berbincang langsung dengan saya, ketika saya masih di Pekanbaru.
Saya sudah bertanya kepada orang-orang yang pernah dekat dengan Dzul Akmal seperti
Utsman Pariaman, Abu Ibrohim, Bang Anto Riau, Abdullah Cawas (Padang), Muhammad
Umar Armen Aceh, seorang ikhwan Perawang Riau. Semuanya mengatakan tidak pernah
mendengar bahwa Dzul Akmal menyatakan taubat dari tragedi Kubang. Begitu juga Abu
Hanun sudah bertanya kepada Bapak Dasrul Riau dan berkata hal yang sama (tidak pernah
dengar Dzul Akmal menyatakan taubat), hanya pernah dengar menyatakan taubat dari LJ.
“Wahai Dzulakmal ! apa-apa yang kamu lakukan terhadap tawanan di dalam masjid,
tidakkah itu menyerupai perbuatan premanisme atau khowarij atau komunisme atau
semuanya sekaligus ????”
6) Telah bercerita kepada saya Utsman Pariaman, telah bercerita Abu Fatimah Padang Kota
(penanggung jawab ta'lim), “Dulu kami telah mendirikan Tahfidzul Qur'an di Padang Kota
dengan pengajar dua orang wanita yaitu Husna dan Mar. Kami kontrakkan mereka sebuah
39 | P a g e
rumah dan mengajar anak-anak kami disana kemudian ustadz Dzul Akmal pada suatu malam
memerintahkan abang Ujang, menjemput mereka ke Padang dan membawa mereka ke
Pekanbaru tanpa sepengetahuan kami sebagai pengurus tahfidz Padang. Saya bertanya
kepada Afni (kakaknya Husna di Bukit Tinggi), apakah abang Ujang ada singgah di Bukit
Tinggi membawa mahrom untuk Husna?” Dia berkata, “Tidak ada, kami hanya tahu Husna
sudah sampai ke Pekanbaru.” (Ini kejadian pada tahun 2001)
2. Dzul Akmal Dungu Dan Bongak Dalam Bicara, Tidak Berilmu Serta Emosi Dikedepankan
Teriak Kepada Orang : Dungu Dan Bongak Dalam Bicara, Tidak Berilmu Serta Emosi
Dikedepankan.
Dzul Akmal berkata: "Di Syiar A'lam an-Nubala', Imam Dzahabi jika disampaikan kepada dia
oleh seorang alim, apakah diminta mana kasetnya?..... Pernah mereka demikian….. mana
kasetnya ?..... Tidak ada di zaman a'immah salaf bertanya kepada imam fulan, syaikh fulan mana
kaset mana rekaman….. Kalau begitu para hadadiyyun jangan pergunakan internet….. tidak ada
di zaman Rasulullah sahabat dan tabiin….. Kadang-kadang nampak dungu dan bongak dalam
bicara, emosi, tidak berilmu itu akibatnya….. Emosi dikedepankan. Masalah rumah pakai keramik
tidak boleh ghuluw….. Rumah masyaikh di Saudi bertingkat, dua tingkat hingga tiga tingkat itu
ghuluw katanya tidak mengerti makna ghuluw….. Ghuluw itu dalam makna ibadat manhaj, aqidah
dan akhlak….. Nggak seluruhnya….. Jadi orang naik mobil ghuluw?..... Jadi jalan kaki?..... Dari
Pekanbaru ke sini jalan ghuluw jalan kaki ghuluw namanya.”
Komentar Saya :
Bongak dalam bahasa Pekanbaru artinya bodoh. Bukti-bukti Dzul Akmal dungu dan bongak
dalam bicara, tidak berilmu, serta emosi dikedepankan :
1) Wahai Dzul Akmal…!! Di zaman Imam Dzahabi belum ada kaset, komputer, handphone dan
peralatan teknologi lainnya. Jelas tidak ada diminta kaset,
2) Mereka orang yang tsiqah (terpercaya), jujur, zuhud dan waro' sementara kamu pendusta,
pembual pasaran dan peminta-minta (lihat bagian di atas),
3) Justru kamulah yang mengedepankan emosi…. Bukan hanya emosi dalam bicara tapi sudah
terkenal bahwa kamu seorang pemarah, egois dalam berbicara….. seperti kereta api terhadap
lawan bicara, bermulut runcing dan berakal licik cerdik buruk,
4) Pakai keramik ataupun tidak terhadap sebuah rumah adalah masalah dunia. Yang jadi
masalah, apakah rumah itu berasal dari hasil keringat sendiri ataukah hasil dari meminta
kesana kemari sampai orang-orang yang mendengarnya pun merasa malu. Yang menjadi
pokok persoalan, apakah meminta-minta itu adalah suatu amalan yang syar'i???,
5) Lagi-lagi Dzul Akmal membuat fitnah, apakah kamu pura-pura dungu dan bongak atau sengaja
40 | P a g e
membuat kedustaan lagi? Tampak kamu memotong-motong pembicaraan, bahwa rumah
bermarmer adalah guluw. Padahal pada teks tulisan saya (“Tanggapan Terhadap Muhadhoroh
Abul Mundzir Dzul Akmal -hadahulloh-“) berkenaan dengan oleh-oleh umrohmu Sya'ban 1432
H adalah sindiran terhadap kamu yang berbunyi : APAKAH MEMBANGUN SEBUAH MESJID
LALU DI BANGUN DI DEKATNYA RUMAH BESAR PENJAGA MESJID JAUH LEBIH
MEGAH, BERMARMER DARIPADA MESJID, BAHKAN RUMAH TERSEBUT DARI HASIL
MEMINTA- MINTA ADALAH SYAR'I?? ATAU GHULUW?? Jadi pokok pembicaraannya
adalah MINTA-MINTA BUKAN BERMARMER. Dasar kamu tidak punya malu, sedangkan
orang-orang banyak yang merasa malu melihat dan mendengar penggalangan dana untuk
rumahmu. Kenapa kalender ma'hadmu pada tahun-tahun pertama tidak ditampilkan rumah
besar lagi mewahmu? Sementara yang ditampilkan adalah gambar mesjid yang belum
sempurna dan asrama santri sederhana dari papan? Sungguh menyolok sekali bagi orang
yang menyaksikan langsung!
3. Dzul Akmal -hadahulloh- Tidak Beradab Teriak Kepada Orang Harus Beradab
Dzul Akmal berkata : “Saya bilang belajar adab, menuntut ilmu tidak cukup ilmu saja, belajar
adab. Adab dengan Ulama', adab dengan sesama teman-teman belajar........ adab dengan
kitab...... belajar adab. Adab bukan hanya kepada guru saja, dengan teman-teman juga, dengan
kitab yang kita pelajari. Adab dengan dzumala' kita yang sepantaran. Adab sangat penting bagi
kita terutama terhadap ulama. Sesama dzumala' kita. Sepantaran kita sesama penuntut ilmu atau
sesama du'at sepantaran kita..... sesama du'at yang lebih tua, beradab. Jika kita tidak beradab,
orang-orang pun tidak akan beradab pada kita.”
Komentar saya:
Telah bercerita kepada saya Azmi Aceh : Pernah dia ikut ta'lim dengan Dzul Akmal beberapa
tahun lalu di rumah kontrakan untuk Tadribud Du‟at (TD) Pekanbaru. Sebelum mulai ta'lim, Dzul
Akmal menepuk kepala seorang bapak-bapak yang berada di dekatnya seraya berkata, “Mano
aia den” (Mana air untuk saya). Bapak tersebut gugup dan terkejut sementara ikwan tersenyum
tertawa-tawa. Kata Azmi, ''Sejak saat itu saya tidak taklim dengan Dzul Akmal lagi.”
Wahai Dzul Akmal kamu berbicara adab, adakah kamu mempraktekan ucapan kamu? Mana adab
kamu terhadap mesjid? Mana adab utusanmu? (hasil kesepakatan “rapatmu” pada saat kamu
mengadakan dauroh di Jambi). Apa yang kamu lakukan terhadap ummat Islam di dalam Mesjid
Kubang Pekanbaru tahun 2000?? Dan apa yang kamu lakukan terhadap Mesjid Jambi? Kamu
berlagak seperti orang beradab bahkan takut dari bohong dan dusta pahahal fakta yang
sebenarnya menunjukkan kebalikannya.
ALLAH berfirman :
41 | P a g e
ها الذي آمنوا لم ت ولو ما ل تفعلو [٦١:٢]يا أي
أ ت ولوا ما ل تفعلو [٦١:٣]كبر م تا عند هللا
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi ALLAH bahwa kamu mengatakan apa yang tidak
kamu kerjakan. (QS. Ash Shof : 2-3 )
Dan firman ALLAH tentang Nabi Syu'aib :
وما أريد أ أ الفكم ل ما أنهاكم عنه
Artinya : Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan ) apa yang aku
larang. (QS. Huud : 88)
Berkata 'Atahiyah Asy-Syaa'ir : “Engkau mensifati taqwa seakan-akan engkau pemilik taqwa,
padahal aroma busuk kesalahanmu menghempaskannya( taqwa).”
Dan berkata Abul Aswad Ad Duwali : “Jangan kamu melarang akhlaq yang buruk, sedangkan
kamu yang mendatanginya, sungguh kehinaan atasmu kalau sampai kamu perbuat. Tapi,
mulailah dengan dirimu dan larang nafsumu dari kejahatannya. Maka jika engkau bisa berbuat
demikian engkaulah sang bijak. Dari situ akan diterima jika engkau mencurahkan nasehat dan di
ikuti dengan ucapanmu dan di sana bermanfa'at ta'limmu.”
Berkata Ibnu Qudhamah Al Maqdisi dalam kitab Mukhtashor Minhajul Khosidin menyebutkan
banyak adab di antaranya adab makan, berkumpul untuk makan dan bertamu. Kitab adab bekerja
mata pencarian dan keutamaanya, dalam bab ini Ibnu Qudhamah menyebutkan keutamaan
bekerja dan anjuran atasnya baik dalam al Quran dan juga perilaku para anbiya' (Halaman 75-
76). Tidak ada para nabi itu meminta-minta pada manusia. “Dan bukankah kamu sudah
terkenal sebagai seorang peminta-minta?” Dalam kitab ini juga dijelaskan mengenai adab
pergaulan persaudaraan dan berhubungan dengan manusia.
Di bab ini halaman 89 menyebutkan : Keutamaan berakhlak mulia diantaranya hadits Abu Darda'
radhiyallohu'anhu dari nabi shallallahu „alaihi wasallam beliau bersabda : “Tidak ada sesuatu
yang paling berat pada timbangan seorang mukmin di hari kiamat dibandingkan dengan akhlak
yang baik.” (Riwayat Tirmidzi no. 2003, Ahmad no. 26971 dishohihkan Albani)
Nabi shallallahu „alaihi wasallam ditanya : “Perkara apakah yanga paling banyak memasukan
manusia ke surga?” Beliau menjawab : “Taqwa kepada Alloh dan berakhlak yang baik.” (Sanad
Hasan dikeluarkan Tirmidzi no. 2004, Ahmad no. 9403 dihasankan Albani)
Ibnu Qudamah dalam kitabnya tersebut juga membahas Kitab Adab 'Uzlah (Menjauh Dari
Pergaulan Manusia) dan Mukholathoh (Bercampur Dengan Manusia) halaman 102-109.
42 | P a g e
Selain itu juga disebutkan tentang “Adab Safar, Kitab Adab Mata Pencarian Dan Akhlaq
Kenabian.” (halaman 110-112)
Berkata ibnu Qudhamah pada halaman 134 : “Ketahuilah sesungguhnya adab dzohir
(penampilan) alamat dari adab batin. Dan gerak-gerik anggota tubuh merupakan buah dari
perasaan dan amal-amal merupakan buah dari akhlaq.”
4. Dzul Akmal –hadahullah- Meremehkan Masalah Pribadi Kezholiman Dengan Manusia
Bukan Manhaj
Dzul Akmal berkata : “Seluruh kita punya pribadi..... Tidak ada manusia yang tidak punya
masalah pribadi..... Kekurangan pribadi….. Masalah hutang piutang..... Masalah ini dan itu.....
Begini begitu..... Begono….. Ente kalau bantah saya..... Manhaj saya bantah….. Tunjukkan,
satu..manhajnya begini kan begitu…..”
Komentar saya:
Benar setiap orang mempunyai kekurangan pribadi dan kesalahan pribadi akan tetapi apakah
terus menerus berbuat demikian dan menjadi kebiasaan sehingga dia terkenal dengan watak
tersebut? Bukankah kamu menerangkan orang mukmin itu saksi saksi Alloh di muka bumi?
Mereka menyaksikan aqidah, akhlaq dan adabnya ? Dan bagaimana dengan banyaknya manusia
yang telah menyaksikan, mendegar langsung ucapan dan tindak tanduk kamu? Apakah kamu
mau memperbaiki diri? Apakah sudah hilang rasa malu di mukamu? Bukankah dulu sekitar tahun
1997 kamu berkelahi terus dengan orang sekitar kamu di Yayasan Ubudiyyah, lalu datanglah
Abdul Hakim Abdat ke Pekanbaru mengumpulkan kamu dan orang sekitarmu ternyata semua
permasalahan kembali pada lisan kamu. Kamu mencaci maki ini itu, menuduh ini itu, seterusnya.
Sehingga kalian dinasehati, bertangisan lalu maaf-maafan. Kemudian datanglah Ja'far Umar
Tholib ke Pekanbaru memberikan pilihan, masalah pribadi selesai, masalah manhaj belum
selesai, ikut saya atau Abdul Hakim Abdat. Kemudian kamu memilih bersama Ja'far Umar Tholib
sehingga orang-orang yang sudah terlanjur sakit hati dengan lisanmu lari dari kamu. Bukankah
Armen Halim Naro Lc. Al Minangkabawi rahimahulloh ketika masa LJ dulu pernah membongkar
“kebobrokan” kamu bahkan mulai dari kamu kecil sampai jadi ustadz salafi saat itu? Dan juga dua
orang muridmu Abdul Qodir Fauzi dan Harist Abu Ja'far telah menulis tentang dirimu pada tulisan
mereka yang berjudul : “Dzul Akmal Undercover #1” dan “Dzul Akmal : Undercover #2” yang juga
mengungkap tentang kebobrokanmu?
Ucapanmu itu menunjukkan bahwa kamu secara tidak langsung mengakui apa yang ditulis oleh
mantan murid-muridmu dan apa yang dikatakan oleh manusia, adakah kamu memperbaiki diri?
Tidak dipungkiri manusia mempunyai kekurangan, akan tetapi apabila kekurangan pribadi tadi
berkaitan dengan kebiasaan mendzolimi manusia padahal sudah dinasehati, diingatkan dan
43 | P a g e
dibicarakan namun tidak juga berubah dan bertaubat bahkan terus berlanjut dengan volume terus
membesar apakah boleh dibiarkan/ditolerir? Bahkan dibela dengan kedok itulah masalah pribadi?
Kalau seandainya dibawa ke ranah hukum bisa jadi jatuh hukuman, lalu bagaimana dengan
kedzoliman yang akan dimintai pertanggungjawaban nanti di akherat? Ini berarti kamu
mengangap akhlaq prilaku bukan dari pada dakwah Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam dan
salaf pendahulumu, padahal pada daurohmu di Jambi kamu menekankan pentingnya masalah
adab. Lantas kenapa kamu jarh (cela) Dzulqornain Bengakalis sebagai “Dajjal” padahal kasusnya
sama dengan kamu kedzoliman harta manusia? Bukankah kamu telah mendzolimi Abu Umamah
Jakarta, dan lainnya??
Jika masalah pribadi berkaitan dengan kurang baiknya urusan-urusan yang mubah, tidak
ada kaitan dengan agama misalnya tersinggung dalam sebuah ungkapan, canda dan lain-lain
maka tidak boleh mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam.
Hadist Abu Ayyub, bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :
يم ل يحل لرجلء أ يهجر أ اه فوق ليث ليالء يلت يا فيعرض هذا ويعرض هذا و يرهما الذي يبدأ بالس
Artinya : “Tidak halal bagi seseorang mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam, keduanya
bertemu lalu ini berpaling dan yang itu juga berpaling, dan yang terbaik dari keduanya adalah
yang lebih dahulu mengucapkan salam.” (Bukhori no. 6077 dan Muslim no. 2560)
Oleh karena itu hukum asal memboikot (mendiamkan saudaranya) adalah haram dan
termasuk dosa besar jika lebih dari tiga malam.
Dari Ibnu Umar sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
ل يحل للمؤم أ يهجر أ اه فوق ليلة أيام
Artinya : “Tidak halal bagi seorang mu'min memboikot saudaranya lebih dari tiga hari.” (HR.
Muslim no. 2561)
Dari Abu Huroiroh sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
تفتح أبواب الجنة يوم اللني ويوم ال مي فيغفر لكل عبد ل ي رك با يئا ل رجي كانا بينه وبي أ يه
حنا في ال أنظروا هذي حت يص لحا أنظروا هذي حت يص لحا أنظروا هذي حت يص لحا
Artinya : “Dibuka pintu-pintu surga setiap hari Senin dan hari Kamis, maka diampuni setiap
hamba yang tidak berbuat syirik kepada ALLAH sedikitpun, kecuali seseorang yang diantara diri
dia dan saudaranya ada permusuhan, maka diucapkan : perhatikanlah dua orang ini sehingga
keduanya berdamai, perhatikanlah dua orang ini sehingga keduanya berdamai, perhatikanlah dua
orang ini sehingga keduanya berdamai.” (HR. Muslim no. 2565)
44 | P a g e
Dari Abu Huroiroh berkata, Bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :
ل يحل لمسلمء أ يهجر أ اه فوق ليثء فم هجر فوق ليثء فماا د ل النار
Artinya : “Tidak halal bagi seorang muslim untuk memboikot saudaranya lebih dari tiga hari,
barangsiapa yang memboikot lebih dari tiga hari lalu meninggal, maka dia masuk neraka.” (HR.
Abu Daud : 4916, dan dishohihkan oleh Imam Albani)
Dari Abi Khirasy As Sulami sesungguhnya dia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda :
م هجر أ اه سنة فهو كسفك دمه
“Barang siapa yang memboikot saudaranya selama setahun, maka seperti menumpahkan
darahnya.” (HR. Abu Daud no. 4917, dishohihkan Imam Albani di Ash Shohihah no. 928)
Dalam Al Adabul Mufrod Imam Al Bukhori no. 402 dari hadist Hisyam ibn Amir Al Anshori (sepupu
Anas ibn Malik) Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Tidak halal bagi seorang
muslim mendiamkan muslim yang lainnya lebih dari tiga malam, karena keduanya menyimpang
dari kebenaran selama masih dalam sikap mendiamkan. Adapun yang pertama kembali, maka
kembalinya yang lebih dahulu itu menjadi penebusnya. Jika mereka berdua meninggal dunia
dalam keadaan tetap saling mendiamkan, maka semuanya tidak akan masuk surga selamanya.
Jika salah satunya telah mengucapkan salam kepada yang lain, tetapi yang lain enggan untuk
menerima ucapan dan salamnya, maka malaikat yang akan menjawab salamnya, sedangkan
yang lain dijawab oleh syaithan.” (Shohih Al Irwa' 7/95 dan As Shohihah 1246)
Diriwayatkan oleh 'Abdullah ibn Mubarak dalam Kitab Az Zuhud dengan sanad shohih dari Abul
'Aliyah, dia berkata : “Aku banyak mendengarkan hadits-hadits tentang dua orang yang saling
memutus hubungan, semuanya keras dan yang paling ringan dari apa yang aku dengar adalah :
keduanya senantiasa menjauh dari kebenaran selama dalam keadaan demikian.” (Hadits no.
728)
Berkata Al Hafidz Ibnu Hajar menjelaskan hadist riwayat Bukhori no. 6077 : “Hadits-Hadits ini
dijadikan sebagai dalil atas siapa yang berpaling dari saudaranya muslim, tidak mau berbicara
dengannya, mengucapkan salam padanya maka dia berdosa. Karena menolak kehalalan
menunjukkan haramnya dan orang yang melakukan perkara harom berdosa.” (Fathul Baari Jilid
10 hal. 609)
Maka perkara-perkara pribadi yang tidak berkaitan agama, seperti kurang baiknya urusan-urusan
duniawi yang mubah, lebih utama memberikan ma'af atau 'uzur.
Maka tidak sepantasnya bagi seorang muslim hanya disebabkan oleh ketersinggungan
45 | P a g e
dalam permasalah mubah, duniawi yang tidak ada kaitannya dengan hukum permasalahan
agama lantas membuat makar, menebar fitnah dan kekejian, mencaci-maki dan namimah,
bergaul dengan pelaku ma'siat, pelaku kedholiman, kefasikan, dan lain sebagainya bahkan
yang seperti ini merupakan cerminan dari jiwa yang kerdil, picik dan hina-dina.
Adapun hikmah diperbolehkan masalah di atas, memboikot tiga hari dan tidak boleh lebih dari
tiga hari adalah sebagaimana perkataan Al Hafidz Ibnu Hajar : “Zhohirnya diperbolehkan boikot
selama tiga hari dan itu termasuk kelembutan, karena Bani Adam mempunyai emosi, perilaku
jelek dan semisalnya, sehingga emosi itu sirna atau berkurang dalam tiga hari.”
Berkata Imam Nawawi : “Harom boikot diantara ummat Islam lebih dari tiga malam sesuai
dengan nash dan dibolehkan boikot tiga hari sesuai dengan mafhum hadits. Sesungguhnya di
maafkan yang demikian karena Bani Adam mempunyai emosi, maka ditoleransi dengan ukuran
tersebut agar sirna kekesalannya/ emosinya.”
Hajr (Boikot) adalah lawan dari Washal (Menyambung), Tahajur (Saling melakukan hajr/ boikot)
maknanya saling memutus hubungan.
Imam Ibnu Hajar berkata : “Hajr (boikot) seseorang tidak berbicara dengan yang lain tatkala
berteman.”
Imam Al 'Aini berkata “Hajr adalah tidak berbicara dengan saudaranya sesama mu‟min tatkala
bertemu, dan masing-masing dari keduanya berpaling dari yang lain tatkala berkumpul.” (Umdatul
Qori 22/141)
Adapun apabila masalah pribadi tadi berkaitan dengan hak-hak manusia (kedzoliman-
kedzoliman) maka bisa diseret di ranah hukum di dunia. Dan apabila terkait dengan bid'ah,
kekufuran, kesyirikan dan kemaksiatan maka pelakunya diboikot terus hingga dia
menyatakan taubat.
Berikut ini merupakan dalil-dalil larangan mendzolimi manusia :
بيل عل الذي يظلمو النا ويبغو ف اارض بغير الحق ما الس ئك لهم عذابف أليمف ن [٤٢:٤٢] أول
Artinya : “Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan
melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (QS. Asy
Syura‟ : 42)
Dari Abu Huroiroh dari Nabi shallallahu „alaihi wasallam beliau bersabda :
Artinya : “Barangsiapa di sisinya ada kedzoliman terhadap saudaranya baik pada urusan harta
atau kehormatan maka hendaklah dia mendatanginya minta penghalalan (kedzoliman) dari
saudaranya sebelum dihukum dan dia tidak mempunyai dinar dan dirham, maka jika dia (orang
dzolim) memiliki kebaikan-kebaikan, diambil kebaikan-kebaikannya lalu diberikan kebaikan
46 | P a g e
tersebut kepada sudaranya (yang terdzolimi) dan apabila kebaikannya habis maka diambil
kejelekan-kejelekan saudaranya (yang didzolimi) lalu dilemparkan kepadanya (orang dzolim)
kemudian dia dilemparkan ke neraka.” (HR. Bukhori no. 6534)
Dari Abu Huroiroh sesungguhnya Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda :
أتدرو ما المفل ؟ قالوا المفل فينا م ل درهم له ول متاو ف ال المفل م أمت يأت يوم ال يامة
بصية وصيام وزكاة ويأت قد تم هذا وقذ هذا وأكل مال هذا وسفك دم هذا وضرب هذا فيع هذا م
حسناته وهذا م حسناته فإ فنيا حسناته قبل أ ي ض ما عليه أ ذ م اياهم ف رحا عليه لم رح ف
النار
Artinya : “Apakah kalian tahu siapakah orang yang bangkrut itu?” Mereka menjawab : “Orang
yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak mempunyai dirham dan harta perhiasan.”
Beliau menjawab : “Orang bangkrut adalah orang yang datang dengan membawa pahala sholat,
zakat, puasa, sementara itu dia juga telah mencaci-maki orang ini menuduh orang itu, memakan
harta orang ini, menumpahkan darah orang itu dan memukul orang ini, maka diberikan kebaikan-
kebaikannya kepada orang yang ia dzolimi. Dan terhadap orang ini (dari kebaikan-kebaikanya),
tatkala kebaikan-kebaikanya habis sebelum diputuskan urusan-urusan atasnya diambil dari
kesalahan-kesalahan mereka (orang yang didzolimi) lalu kesalahan tersebut dilempar kepadanya,
kemudian ia dilempar ke dalam neraka.” (HR. Muslim no. 2581)
Berkata Syaikh Kholid Adz Dzufairi Dalam Buku Ijma' Al Ulama' 'Ala Hajri Wa Tahdzir Min Ahlul Ahwa' Halaman 139 (Ijma' Ulama' Atas Pemboikotan Dan Peringatan
Terhadap Ahlul Hawa)
Ucapan Al Imam Ibnu Abdil Barr (wafat 463 H), berkata rohimahulloh, “Ulama ijma‟ bahwasanya
tidak boleh bagi seorang muslim memboikot saudaranya lebih dari 3 hari, kecuali dikhawatirkan
dari pembicaraan dan hubungan dia dengannya (saudara) akan merusak agamanya atau
menimbulkan kepada dirinya bahaya pada urusan agama atau urusan duniawinya, maka jika
demikian keadaannya, diberi keringanan untuk terus menjauhinya (saudara).
Aku berkata (Syaikh Kholid) : Telah datang hadits-hadits shohih tentang ancaman dan larangan
pemboikotan seorang muslim terhadap saudaranya lebih dari 3 malam. Sebagaimana dalam
Shohihain dari Nabi shallallahu „alaihi wasallam beliau bersabda:
يم ل يحل لرجلء أ يهجر أ اه فوق ليث ليالء ، يلت يا فيعرض هذا ويعرض هذا ، و يرهما الذى يبدأ بالس
“Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam, keduanya
bertemu yang ini berpaling dan yang itu berpaling maka yang paling terbaik antara keduanya
adalah yang lebih dahulu memberi salam.” (HR. Bukhori no. 6077 dan Muslim no. 2560)
47 | P a g e
Pemboikotan yang disebutkan dalam hadits ini adalah karena emosi terhadap sebuah
urusan mubah yang tidak ada kaitan dengan agama. Adapun pemboikotan ahlul bid'ah
maka tidak termasuk dalam hadits ini, karena ada nash-nash lain tentang pemboikotan
ahlul bid'ah, dan pelaku maksiat serta ijma'ulama atas pemboikotan ahlul bid'ah
selamanya.
Berkata Al Imam Al Baghowi rohimahulloh :
“Dan larangan tentang pemboikotan diatas 3 hari adalah karena kejadian diantara dua orang yang
bermula dari kekurangan dalam hak-hak pergaulan dan muamalah, bukan karena dari sisi
agama. Sesungguhnya pemboikotan ahlul hawa dan bida' wajib sepanjang waktu selama belum
tampak taubat darinya dan ruju'.” (lihat hal 133-134)
Perkataan Abul 'Abbas al Qurtubi (wafat 656 H),
Berkata Abul 'Abbas Ahmad bin 'Umar al Qurtubi setelah penyebutan pengharoman boikot diatas
3 hari : “Dan pemboikotan yang kami sebutkan adalah berkaitan dengan emosi terhadap sebuah
urusan mubah yang tidak ada kaitan dengan agama. Adapun pemboikotan karena maksiat dan
bid'ah maka wajib terus menerus sampai dia tobat dari perbuatan tersebut, dan tidak ada
perbedaan dalam perkara ini.” (Al Mufhim 6/534)
-Lihat buku Ijma' Ulama Ala Hajri Wa Tahdzir Min Al Ahwa' halaman 139-
Adapun dalil tentang memboikot pelaku ma'siat adalah :
Hadist Ka'ab bin Malik yang mengisahkan dirinya tidak ikut serta dalam perang Tabuk bersama
dua orang temannya tanpa uzur (disebutkan dalam Shohih Bukhori no. 4418 dan Muslim no.
2769)
ب كعب ب مالكء أ حم ب عبد هللا لنا الليث ع ع يلء ع اب هابء ع عبد الر لنا يحي ب بكيرء حد حد
ب كعب ب مالكء ث حي ت ل - وكا قائد كعبء م بنيه حي عم - عبد هللا قال سمعا كعب ب مالكء يحد
ة تبوك قال كعبف لم أت ل ع رسول هللا ف غزوةء غزاها ل ف غزوة - صل هللا عليه وسلم - ع قص
ما ر رسول هللا صل هللا - تبوك ، غير أن كنا ت لفا ف غزوة بدرء ، ولم يعاتب أحدا ت ل ، عنها ن
- عليه وسلم هم عل غير ميعادء ول د هدا مع رسول هللا بينهم وبي عدو - يريد عير قريشء ، حت جمع هللا
ليلة الع بة حي توال نا عل السيم ، وما أحب أ ل بها م هد بدرء ، و كانا بدرف - صل هللا عليه وسلم
أذكر ف النا منها ، كا م برى أن لم أك ق أقوى ول أيسر حي ت لفا عنه ف تلك الغزوة ، وهللا
صل هللا عليه وسلم - ما اجتمعا عندى قبله راحلتا ق حت جمعتهما ف تلك الغزوة ، ولم يك رسول هللا
- ى بغيرها ، حت كانا تلك الغزوة ، غزاها رسول هللا ف حر - صل هللا عليه وسلم - يريد غزوة ل ور
48 | P a g e
بوا أهبة غزوهم ، فأ برهم ا كليرا ، فجل للمسلمي أمرهم ليتأه ديدء ، واست بل سفرا بعيدا ومفازا وعدو
يريد - كليرف ، ول يجمعهم كتابف حافظف - صل هللا عليه وسلم - بوجهه الذى يريد ، والمسلمو مع رسول هللا
يوا - الد ، وغزا رسول هللا قال كعبف فما رجلف يريد أ يتغيب ل ظ أ سي ف له ما لم ينزل فيه وح هللا
- صل هللا عليه وسلم - يل ، وتجهز رسول هللا مار والظ - صل هللا عليه وسلم - تلك الغزوة حي ابا الل
فلم . والمسلمو معه ، ف ف ا أغدو لك أتجهز معهم فأرجع ولم أقض يئا ، فأقول ف نفس أنا قادرف عليه
والمسلمو معه ولم أقض - صل هللا عليه وسلم - يزل يتمادى ب حت ا تد بالنا الجد ، فأصبح رسول هللا
م جهازى يئا ، ف لا أتجهز بعده بيومء أو يومي لم ألح هم ، فغدوا بعد أ فصلوا اتجهز ، فرجعا ولم
أقض يئا ، لم غدوا لم رجعا ولم أقض يئا ، فلم يزل ب حت أسرعوا وتفار الغزو ، وهمما أ
ر ل ذلك ، فكنا ذا رجا ف النا بعد رو رسول هللا صل - أرتحل فأدركهم ، وليتن فعلا ، فلم ي د
م - هللا عليه وسلم عذر هللا فاق أو رجي مم ف فا فيهم ، أحزنن أن ل أرى ل رجي مغموصا عليه الن
عفا ، ولم يذكرن رسول هللا حت بلغ تبوك ، ف ال وهو جال ف ف ال وم بتبوك - صل هللا عليه وسلم - الض
، حبسه برداه ونظره ف ع فه . « ما فعل كعبف » ف ال معاذ ب . ف ال رجلف م بن سلمة يا رسول هللا
، ما علمنا عليه ل يرا يا رسول هللا . جبلء بئ ما قلا ، وهللا - . صل هللا عليه وسلم - فسكا رسول هللا
ر الكذب وأقول بماذا أ ر م ه قافي حضرن هم ، و ف ا أتذك ه توج ا بلغن أن قال كعب ب مالكء فلم
ا قيل رسول هللا قد - صل هللا عليه وسلم - س ه غدا واستعنا عل ذلك بكل ذى رأىء م أهل ، فلم
أظل قادما زاح عن البا ل ، وعرفا أن ل أ ر منه أبدا ب ء فيه كذبف ، فأجمعا صدقه ، وأصبح
قادما ، وكا ذا قدم م سفرء بدأ بالمسجد فيركع فيه ركعتي لم جل - صل هللا عليه وسلم - رسول هللا
ا فعل ذلك جا ه الم لفو ، ف ف وا يعتذرو ليه ، ويحلفو له ، وكانوا بضعة ولماني رجي ف بل للنا ، فلم
، فجئته - صل هللا عليه وسلم - منهم رسول هللا عينيتهم ، وبايعهم واستغفر لهم ، ووكل سرائرهم ل هللا
م المغضب ، لم قال م تبس ا سلما عليه تبس ما » فجئا أم حت جلسا بي يديه ، ف ال ل . « تعال » فلم
نيا ، لرأيا أ . « لفك ألم تك قد ابتعا ظهرك لو جلسا عند غيرك م أهل الد ف لا بل ، ن وهللا
لتك اليوم حديث كذبء ترض به ل د علما لئ حد سأ ر م س ه بعذرء ، ول د أع يا جدل ، ولكن وهللا
، ل وهللا لتك حديث صدقء تجد عل فيه ن ارجو فيه عفو هللا أ يس ك عل ، ولئ حد عن ليو ك هللا
ما كنا ق أقوى ول أيسر من حي ت لفا عنك . ما كا ل م عذرء ، وهللا صل هللا - ف ال رسول هللا
فيك » - عليه وسلم ا هذا ف د صدق ، ف م حت ي ض هللا بعون ، . « أم ف ما ولار رجالف م بن سلمة فات
ما علمناك كنا أذنبا ذنبا قبل هذا ، ول د عجزا أ ل تكو اعتذرا ل رسول هللا صل - ف الوا ل وهللا
- هللا عليه وسلم - صل هللا عليه وسلم - بما اعتذر ليه المت لفو ، قد كا كافيك ذنبك استغفار رسول هللا
ب نفس ، لم قلا لهم هل ل هذا مع أحدف قالوا نعم ، ما زالوا يؤنبون حت أردا أ أرجع فأكذ لك ، فوهللا
49 | P a g e
بيع العمرى وهيل ب . رجي قال ملل ما قلا ، ف يل لهما ملل ما قيل لك ف لا م هما قالوا مرارة ب الر
ة الواقف فذكروا ل رجلي صالحي قد هدا بدرا فيهما سوةف ، فمضيا حي ذكروهما ل ، ونه . أمي
ها الليلة م بي م ت ل عنه ، فاجتنبنا النا - صل هللا عليه وسلم - رسول هللا المسلمي ع كيمنا أي
ا را ف نفس اارض ، فما ه الت أعر ، فلبلنا عل ذلك مسي ليلة ، فأم وتغيروا لنا حت تنك
ية ا أنا فكنا أ ب ال وم وأجلدهم ، فكنا أ ر فأ هد الص صاحباى فاستكانا وقعدا ف بيوتهما يبكيا ، وأم
فأسلم عليه - صل هللا عليه وسلم - مع المسلمي وأ و ف ااسواق ، ول يكلمن أحدف ، وآت رسول هللا
يم عل أم ل لم أصل قريبا منه ك فتيه برد الس ية ، فأقول ف نفس هل حر وهو ف مجلسه بعد الص
فأسارقه النظر ، فإذا أقبلا عل صيت أقبل ل ، و ذا التفا نحوه أعرض عن ، حت ذا ال عل ذلك
را جدار حائ أب قتادة وهو اب عم وأحب النا ل ، فسلما عليه ، م جفوة النا م يا حت تسو
ورسوله فسكا ، فعدا له هل تعلمن أحب هللا يم ، ف لا يا أبا قتادة ، أن دك با ما رد عل الس فوهللا
ورسوله أعلم . فن دته فسكا ، فعدا له فن دته را الجدار ، قال . ف ال هللا ففاضا عيناى وتوليا حت تسو
عام يبيعه بالمدينة ي ول م يدل عل قدم بال فبينا أنا أم بسوق المدينة ذا نب م أنبا أهل ال أم مم
ه ا بعد فإن ا ، فإذا فيه أم كعب ب مالكء ف فق النا ي يرو له ، حت ذا جا ن دفع ل كتابا م ملك غس
بدار هوا ء ول مضيعةء ، فالحق بنا نواسك ا قرأتها . قد بلغن أ صاحبك قد جفاك ، ولم يجعلك هللا ف لا لم
نور فسجرته بها ، حت ذا مضا أربعو ليلة م ال مسي ذا رسول . وهذا أيضا م البي ما بها الت فتيم
- صل هللا عليه وسلم - رسول هللا يأمرك أ تعتزل - صل هللا عليه وسلم - يأتين ف ال رسول هللا
وأرسل ل صاحب ملل ذلك ، ف لا . امرأتك ف لا أ ل ها أم ماذا أفعل قال ل بل اعتزلها ول ت ربها
ف هذا اامر ة . لمرأت الح بأهلك فتكون عندهم حت ي ض هللا قال كعبف فجا ا امرأة هيل ب أمي
ة يخف ضائعف لي له ادمف فهل تكره - صل هللا عليه وسلم - رسول هللا ، هيل ب أمي ف الا يا رسول هللا
ما زال يبك منذ كا م . « ل ولك ل ي ربك » أ أ دمه قال ما به حركةف ل ء ، وهللا ه وهللا قالا ن
. أمره ما كا ل يومه هذا ف امرأتك - صل هللا عليه وسلم - ف ال ل بعض أهل لو استأذنا رسول هللا
ل أستأذ فيها رسول هللا ة أ ت دمه ف لا وهللا وما - صل هللا عليه وسلم - كما أذ لمرأة هيل ب أمي
ذا استأذنته فيها وأنا رجلف اب فلبلا بعد ذلك ع ر ليالء - صل هللا عليه وسلم - يدرين ما ي ول رسول هللا
ا صليا صية - صل هللا عليه وسلم - حت كملا لنا مسو ليلة م حي نه رسول هللا ع كيمنا ، فلم
، قد ضاقا الفجر صبح مسي ليلة ، وأنا عل ظهر بياء م بيوتنا ، فبينا أنا جال ف عل الحال الت ذكر هللا
عل نفس ، وضاقا عل اارض بما رحبا ، سمعا صوا صارخء أوف عل جبل سلعء بأعل صوته يا
. كعب ب مالكء ، أب ر صل هللا عليه - قال ف ررا ساجدا ، وعرفا أ قد جا فر ف ، وآذ رسول هللا
علينا حي صل صية الفجر ، فذهب النا يب روننا ، وذهب قبل صاحب مب رو ، - وسلم بتوبة هللا
50 | P a g e
ا وا أسرو م الفر ، فلم وركض ل رجلف فرسا ، وسع ساوء م أسلم فأوف عل الجبل وكا الص
ما أملك غيرهما يومئذء ، جا ن الذى سمعا صوته يب رن نزعا له لوب ، فكسوته ياهما بب راه ، وهللا
فيتل ان النا فوجا فوجا - صل هللا عليه وسلم - واستعرا لوبي فلبستهما ، وان ل ا ل رسول هللا
عليك وبة ، ي ولو لتهنك توبة هللا . يهنون بالت صل هللا - قال كعبف حت د لا المسجد ، فإذا رسول هللا
ما قام ل - عليه وسلم يهرول حت صافحن وهنان ، وهللا جال ف حوله النا ف ام ل لحة ب عبيد هللا
ا سلما عل رسول هللا صل هللا عليه وسلم - رجلف م المهاجري غيره ، ول أنساها ل لحة ، قال كعبف فلم
- رور - صل هللا عليه وسلم - قال رسول هللا أب ر ب ير يومء مر عليك منذ ولدتك » وهو يبرق وجهه م الس
ك قال . « أم أم م عند هللا » قال قلا أم عندك يا رسول هللا . « ل ، بل م عند هللا - وكا رسول هللا
ا جلسا بي يديه - صل هللا عليه وسلم ه ق عة قمرء ، وكنا نعر ذلك منه ، فلم ذا سر استنار وجهه حت كأن
و ل رسول هللا ، م توبت أ أن لع م مال صدقة ل هللا . قلا يا رسول هللا صل - قال رسول هللا
قلا فإن أمسك سهم الذى ب يبر ، ف لا يا . « أمسك عليك بعض مالك فهو يرف لك » - هللا عليه وسلم
ما أعلم أحدا ث ل صدقا ما ب يا ، فوهللا دق ، و م توبت أ ل أحد ان بالص ما نج ن ، هللا رسول هللا
ف صدق الحديث منذ ذكرا ذلك لرسول هللا ا أبين - صل هللا عليه وسلم - م المسلمي أبيه هللا أحس مم
دا منذ ذكرا ذلك لرسول هللا ل يوم هذا كذبا ، و ن ارجو أ - صل هللا عليه وسلم - ، ما تعم
عل رسوله فيما ب يا وأنزل هللا عل النب والمهاجري )- صل هللا عليه وسلم - يحفظن هللا (ل د تاب هللا
ادقي ) ل قوله عل م نعمةء ق بعد أ هدان لإلسيم أعظم ف نفس (وكونوا مع الص ما أنعم هللا فوهللا
قال - صل هللا عليه وسلم - م صدق لرسول هللا أ ل أكو كذبته ، فأهلك كما هلك الذي كذبوا ، فإ هللا
لكم ذا ان لبتم )للذي كذبوا حي أنزل الوح ر ما قال احدء ، ف ال تبارك وتعال ل قوله (سيحلفو با
ل يرض ع ال وم الفاس ي ) ها الليلة ع أمر أولئك الذي قبل منهم . (فإ هللا قال كعبف وكنا ت لفنا أي
- صل هللا عليه وسلم - رسول هللا صل هللا عليه - حي حلفوا له ، فبايعهم واستغفر لهم وأرجأ رسول هللا
- وسلم فيه ، فبذلك قال هللا ا لفنا (وعل الليلة الذي لفوا )أمرنا حت قض هللا مم ولي الذى ذكر هللا
حل له واعتذر ليه ، ف بل منه ما هو ت ليفه يانا و رجاؤه أمرنا عم 2947 ، 2757أ رافه . ع الغزو ن
،2948 ، 2949 ، 2950 ، 3088 ، 3556 ، 3889 ، 3951 ، 4673 ، 4676 ، 4677 ، 4678 ،
9/6 - 11131تحفة - 7225 ، 6690 ، 6255
Berkata al Hafidz Ibnu Hajar dalam Kitab Fathul Bari Jilid 8 Halaman 156 : “Dalam hadits
tersebut, bolehnya meninggalkan salam atas orang yang berbuat dosa dan boleh
memboikotnya lebih dari 3 hari. Adapun larangan memboikot di atas 3 hari diberlakukan
untuk pemboikotan yang terjadi karena bukan alasan yang syar‟i (agama).”
51 | P a g e
Dalam Shohih Bukhori Kitabul Adab (78) Bab (63) :
- صل هللا عليه وسلم - وقال كعبف حي ت ل ع النب ( 63 ). باب ما يجوز م الهجرا لم عص
وذكر مسي ليلة . المسلمي ع كيمنا - صل هللا عليه وسلم - ونه النب
“Apa-Apa Yang Diperbolehkan Dari Pemboikotan Orang Yang Berbuat Ma'siat Dan Berkata Ka‟ab
bin Malik Saat Tidak Ikut Perang Tabuk Bersama Nabi shallallahu „alaihi wasallam Dan Nabi
shallallahu „alaihi wasallam Melarang Kaum Muslimin Berbicara Dengan Kami Dan Dia
Menyebutkannya Selama 50 Malam.”
Berkata Al Hafidz Ibnu Hajar di Fathul Bari 10/610 : “Ini penjelasan boikot yang diperbolehkan
karena keumuman larangan dikhususkan bagi orang yang tidak memiliki sebab syar'i terhadap
boikotnya. Maka jelaslah bahwa boikot yang diperbolehkan adalah karena maksiat, maka
diperbolehkan bagi yang mengetahuinya untuk memboikotnya.”
Berkata Ibnu Muflih dalam Al Adab Asy Syar'iyyah 1/247 : “Disunnahkan memboikot pelaku
maksiat yang melakukan dengan terang-terangan, baik dengan perbuatan, ucapan dan
keyakinan.” Lalu beliau menyebut pasal tentang : Memboikot Orang-Orang Kafir, Fasiq dan Ahli
Bid'ah Yang Menyeru Kebid'ahannya, Yang Menyesatkan dan Lainnya 1/255.
Dalilnya firman ALLAH ta‟ala :
م أوليا لم ل تنصرو كم النار وما لكم م دو هللا [١١:١١٣] ول تركنوا ل الذي ظلموا فتمس
Artinya : Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zholim yang menyebabkan
kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain
daripada ALLAH, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan. (QS. Huud : 113)
Berkata Al-Qurtuby dalam Al Jami' 9/108 : “Ayat ini menunjukkan diboikotnya orang-orang kafir,
pelaku maksiat dan ahli bid'ah dan selain mereka, karena sesungguhnya bergaul dengan mereka
adakalanya merupakan kekufuran atau kemaksiatan, sebab pergaulan tidak terjalin melainkan
kecintaan.”
Dan firman ALLAH ta'ala :
ي ا و ذا رأيا الذي ي وضو ف آياتنا فأعرض عنهم حت ي وضوا ف حديثء غيره ا ينسينك ال و م
المي كرى مع ال وم الظ [٦:٦٨] في ت عد بعد الذ
Artinya : Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olok ayat-ayat Kami, maka
tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaithon
menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang
52 | P a g e
yang zhalim itu sesudah teringat (akan larangan itu). (QS. Al An'am : 68)
Berkata At-Thobari dalam tafsirnya 5/255 : “Ayat ini dalil yang jelas tentang larangan duduk-duduk
bersama dengan ahlul bathil dari berbagai jenis, ahlul bid 'ah, orang fasiq, tatkala mereka
tenggelam dalam kebatilan. Adapun taubat itu wajib pada setiap dosa. Jika dosa-dosa itu terkait
dengan hubungan antara seorang hamba dengan Allah ta'ala, tidak ada berkaitan dengan
manusia maka dengan tiga syarat :
1) Melepaskan diri dari maksiat tersebut,
2) Menyesal atas perbuatan tersebut,
3) Bertekad tidak mengulangi perbuatan tersebut selama-lamanya,
Jika hilang salah satu dari pada tiga syarat ini, maka tidak sah taubatnya. Adapun jika dosa-dosa
yang berkaitan dengan hak manusia maka tiga syarat di atas ditambah syarat yang keempat :
4) Melepaskan diri daripada hak manusia. Jika berkaitan hak harta maka dikembalikan
kepadanya. Jika berkaitan kehormatan maka minta maaf/ penghalalannya.”
5. Mentahdzir Karena Masalah Agama Bukan Karena Khusumah (Pertengkaran) Pribadi
Dzul Akmal berkata : “Tulisan mereka di internet celaan Dzul Akmal kadzab….. Kadzab
Subhanallah kapan saya punya khusumah pribadi dengan “Thagut Bengkulu”. Tidak ada jama'ah
rohimakumulloh.”
Jawaban saya : “Kadzab” artinya pendusta, “Khusumah” artinya pertengkaran. Adapun masalah
kedustaan, sudah saya paparkan di atas, bukti-bukti Dzul Akmal pembohong besar/ pendusta
besar. Kemudian sudah saya paparkan juga di atas antara boikot terlarang, yaitu dalam masalah-
masalah mubah duniawi yang tidak berkaitan dengan agama dan boikot syar'i dalam masalah
pelaku maksiat, bid'ah, kesyirikan dan kekufuran sampai pelakunya taubat. “Jujurlah wahai Dzul
Akmal, Apakah Abu Turob dan selainnya mentahdzir kamu karena pertengkaran pribadi
yang mubah, tidak berkaitan dengan agama? Ataukah mentahdzir kamu murni karena
permasalahan agama? Sekarang saya kembalikan kepada kamu, kamu banyak mentahdzir
manusia baik da'i dan bukan da'i, apakah ada pertengkaran pribadi mubah keduniawian
dengan kamu ataukah berkaitan masalah hukum agama?? Ataukah sudah menjadi
kebiasaan kamu bertengkar dan berselisih dengan manusia? Sehingga kamu sudah
menduga ditahdzir (diperingatkan) karena ada perselisahan pribadi?? Atau beginikah
caramu dalam menjatuhkan lawanmu bukan dengan hujjah Al Quran dan Sunnah? Ya
Dzul…. jangan sampai ummat salah asuhan memahami hukum agama karena bualanmu
yang penuh dengan hawa nafsu. Kalau begitu, sekarang siapakah sesungguhnya yang
dungu, bongak dan mengedepankan emosi?? Makanya ya Dzul sebelum berbicara
53 | P a g e
bercerminlah dulu, karena yang kamu bualkan cerminan dirimu sendiri.”
6. Dzul Akmal hadahullah Memperolok Sho‟ Nabawiyah
Dzul Akmal berkata: “Ini pulang umroh yang dibawa Sho‟ Nabawi….. Tau gak kalian gantang
beras itu….. Pulang dari umrah itu ketemu syaikh ini, syaikh ini…..”
Komentar saya:
“Wahai Dzul kamu mengejek Abu Turob yang pergi umrah namun tidak bertemu dengan seorang
syaikhpun juga, dan oleh-olehnya hanya Sho‟ Nabawi. Ini menunjukkan kesombongan kamu lagi
membanggakan diri bertemu ulama. Apakah menurut kamu merupakan sebuah pelanggaran
syar'i apabila ada seseorang yang ingin mengetahui Sho‟ Nabawi secara langsung? Justru
dengan memiliki Sho‟ Nabawi tersebut, seorang muslim bisa memperaktekkan secara langsung
takaran/ukuran yang lebih mendekati sunnah dalam pembayaran fidyah maupun zakat fitr. Dalam
hal ini kamu juga memfitnah Abu Turob menghubungkan Sho‟ Nabawiyah dengan penolakan
fatwa Syaikh Utsaimin tentang takaran berapa kilogram per Sho‟. Ulama saja berbeda pendapat
tentang takaran satu Sho‟ itu berapa Kilogram.”
7. Dzul Akmal hadahullah Meramal Atau Buruk Prasangka?
Dzul Akmal berkata: “Nanti kasih ni….. Ini kasetnya Ustadz….. Kaset suara Syaikh
Muhammad….. Nanti dia bilang, “Tanya lagi tu! Ini bukan suara Syaikh Muhammad.” Ditanya lagi,
“Mana suaranya!” Nanti dibilang lagi, “Ini bukan suara Syaikh Muhammad.” (Dzul Akmal tertawa).
Dia tahu gak Syaikh Muhammad? Pernah gak ente ketemu Syaikh Muhammad? Muhammad
Ja'far kapan ketemu Syaikh Muhammad? Keluar pun baru dia. Iya nggak? Dia ke Dammaj tu…
rahimakumullah, dari Dammaj juga pulang ke Indonesia, Haji pun belum pernah dia.
Orang seperti ini ada iblis di belakangnya, yang kasih kepada dia bahan-bahan yang aneh,
supaya apa? Menolak kebenaran….. Ujungnya menolak….. Apapun kebenaran yang datang dari
Syaikh Rabi', Syaikh Muhammad bin Hadi ditolaknya….. tidak akan diterima Ya syabab……”
Komentar Saya: “Wahai Dzul Akmal….. saya berlindung kepada Allah ta'ala dari godaan,
gangguan iblis dan syaithon terkutuk. Saya dan orang-orang yang bersama saya berlindung
kepada Allah ta'ala dari makar dan hasadmu serta pembeo-pembeomu….”
“Wahai Dzul Akmal dari mana kamu tahu di belakang saya ada iblis? Apakah kamu sekarang bisa
meramal? Atau kamu bisa mengetahui sesuatu yang ghaib? Atau apa??? Wahai Dzul Akmal dari
mana kamu tahu seperti itu, sehingga kamu membuat dialog yang menggambarkan seakan-akan
dialog akan terjadi antara saya dan pemberi kaset, sehingga saya tidak percaya itulah suara
Syaikh Muhammad. Wahai Dzul Akmal….. Saya percaya yang kamu bacakan itu adalah Fatwa
Syaikh Muhammad. Bukankah sebagiannya sudah kamu sampaikan sepulang dari umroh bulan
Sya'ban kemarin?”
54 | P a g e
Adapun ejekan kamu kepada saya mengenai permasalah haji, sudah saya jelaskan pada
pembahasan sebelumnya.
8. Dzul Akmal hadahullah Sombong Lagi Membanggakan Diri
Dzul Akmal berkata terhadap Abu Turob : “Menemui Syaikh Rabi‟ seperti mau menemui
bapaknya atau kakaknya…. Rumah Syaikh Rabi‟ gak tahu dia…. Telepon Syaikh Rabi‟ gak tahu
dia…. Siapa murid terdekat Syaikh Rabi‟ yang bisa dihubungi gak tahu dia…..”
Komentar saya : Wahai Dzul Akmal tampak sekali kamu sombong membanggakan diri. Apakah
pantas bagi seseorang yang mengaku dekat dengan Syaikh Rabi‟ seperti kamu lantas dengan
dengan bangga menghina dan mengejek orang yang belum berkesempatan untuk bertemu beliau
hafizhohulloh? Wahai Dzul Akmal sadarlah bahwa itu semua semata-mata keutamaan dan izin
dari Allah ta'ala bukan karena kepintaran dan kehebatan seseorang. Allah ta'ala berfirman tentang
orang yang sombong dan membanggakan diri :
ل يحب م كا م تال ف ورا... [٤:٣٦] هللا
Artinya : Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan
diri. (QS. An-Nisa : 36)
ك للنا ول تمش ف اارض مرحا ر د ل يحب كل م تالء ف ورء ول تصع [٣١:١٨] هللا
Artinya : Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Luqman : 18)
ل يحب كل م تالء ف ورء [٥٧:٢٣] وهللا
Artinya: Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Al-
Hadid : 23)
9. Dzul Akmal hadahulloh Mentazkiyah (Merekomendasi) Dirinya Sendiri.
Dzul Akmal berkata : “Sampai hari ini belum ada Syaikh yang mengatakan saya hizbi.”
Dzul Akmal juga menyebutkan ucapan Syaikh Usamah Athoya, “Laa Yadhurruka” (tidak
membahayakan engkau). Tatkala beliau membaca tulisan yang disebutkan Abul Mundzir,
jam'iyyin, mutassawil (orang yayasan dan peminta-minta).
Dzul Akmal juga menyebutkan ucapan Syaikh Kholid Arroddadi tatkala ada orang Indonesia yang
menceritakan keburukan Dzul Akmal kepada beliau dan beliau tidak percaya.
Komentar saya :
Saya sudah bertemu denganmu semenjak tahun 1995. Kamu membanggakan diri sebagai ustad
55 | P a g e
salafi karena banyaknya surat tazkiyah (rekomendasi) dari masyaikh Saudi sementara ustad-
ustad lain satu pun tidak punya padahal sebenarnya itu surat syafa ‟at untuk mohon bantuan dana
kepada donatur.
“Wahai Dzul Akmal apakah semua yang kamu banggakan itu bisa menjadi surat sakti dan
penjamin bahwasanya kamu tidaklah termasuk orang yang menyimpang atau mengikuti hawa
nafsu?”
Berkata Syaikh Sholeh Fauzan dalam bukunya Syarh Syarhus Sunnah, halaman 12 :
Seorang manusia hendaknya memohon kekokohan kepada Allah walaupun dia sudah
mengetahui perkara hak dan mengamalkannya, dan meyakininya, maka tidak ada jaminan bagi
dia untuk menyimpang dan terfitnah. Akan datang fitnah-fitnah dan menyelimutinya, dan dia sesat
dari jalan Allah ta'ala oleh karena inilah Nabi shallallahu „alaihi wasallam bersabda :
يا م لب ال لوب لبا قلب عل دينك
Artinya : Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, kokohkanlah hatiku di atas agama engkau.
(Shohih, Dikeluarkan Tirmidzi No. 2140, Ibnu Majah No. 3834, dan Ahmad 3/112, 257)
Dan berkata Al Kholil Nabi Ibrohim „alaihi sholatu wasallam di dalam do‟anya :
عبد ااصنام ذا البلد آمنا واجنبن وبن أ ن [١٤:٣٥] و ذ قال براهيم رب اجعل ه Artinya : Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata : “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah),
negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-
berhala. (QS. Ibrohim : 35)
النا ه من رب نه أضلل كليرا م حيمف فم تبعن فإن [١٤:٣٦] وم عصان فإنك غفورف ر
Artinya : Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan
daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ibrohim : 36) Beliau takut terhadap diri sendiri (terkena fitnah), demikianlah semakin kuat iman seseorang
kepada Allah, maka sesungguhnya dia semakin takut, dan tidak ada jaminan aman dari fitnah-
fitnah, dan janganlah dia mentazkiyah (merekomendasi) dirinya sendiri, tetapi memohon
kekokohan kepada Allah, penutupan yang baik, terus-menerus dan selama-lamanya dan takut
dari su'ul khotimah (penutupan yang buruk) dan takut dari fitnah-fitnah, takut dari penyimpangan
dan kesesatan, dan dari da'i yang jelek.
Dan pada halaman 30 Syaikh berkata : “Barang siapa yang mengikuti hawanya sesungguhnya
56 | P a g e
dia keluar dari agama dan walaupun pada masa yang masih jauh, tahapan pertama peremehan
terhadap penyelisihan syar'i dan hawa, kemudian membesar mengikuti hawa sampai keluar dari
agama maka hawanya menjadi agamanya sebagaimana firman Allah ta'ala :
عل علمء و تم عل سمعه وقلبه وجعل عل بصره غ اوة فم يهديه هه هواه وأضله هللا ذ ل أفرأيا م ات
[٤٥:٢٣] أفي تذكرو م بعد هللاArtinya : Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang
akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak
mengambil pelajaran? (QS. Al Jaatsiyah : 23)
Maka hawa merupakan sesembahan yang lain, dan syirik tidaklah terbatas pada
penyembahan patung atau berhala saja, akan tetapi di sana ada sesembahan lain yaitu
hawa. Seorang manusia bisa jadi dia tidak menyembah patung, pohon-pohon, batu-batu,
dia tidak menyembah kuburan, akan tetapi mengikuti hawanya maka seperti ini budak bagi
hawanya maka hendaklah bagi seorang manusia untuk berhati-hati dan janganlah dia
mengikuti kecuali apa-apa yang sesuai dengan Al Kitab dan As Sunnah.
Tidak ada hujjah bagi orang yang menyelisihi dan mengikuti hawanya, sesungguhnya dia sesat
setelah penjelasan (setelah ilmu),
عل علمء هه هواه وأضله هللا ذ ل أفرأيا م ات
Artinya : Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya. (QS. Al Jaatsiyah : 23)
Dia bukan orang bodoh, bahkan dia mengetahui Al Kitab dan Sunnah, mengetahui ucapan Ahlu
Ilmi, akan tetapi itu semua tidak mencocoki hawanya, maka dia meninggalkannya dan mengambil
apa-apa yang cocok dengan hawanya saja, maka inilah kesesatan. Dan perlindungan hanyalah
kepada Allah. Maka mengikuti hawa adalah berbahaya sekali, hendaklah seorang manusia
berhati-hati mengikuti hawa. Allah jalla wa'ala berfirman kepada nabi-Nya Daud „alaihis sholatu
wasallam :
يا داوود نا جعلناك ليفة ف اارض فاحكم بي النا بالحق ول تتبع الهوى فيضلك ع سبيل هللا
لهم عذابف ديدف بما نسوا يوم الحساب [٣٨:٢٦] الذي يضلو ع سبيل هللا
Artinya : Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi,
maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang
57 | P a g e
sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan. (QS. Shood : 26)
Ibnul Jauzi memiliki kitab berjilid besar yakni Zammul Hawa (Celaan Hawa), menyebutkan di
dalamnya dalil-dalil dan ucapan ahlul ilmi dan hikmah-hikmah yang memperingatkan dari
mengikuti hawa. Maka wajib bagi manusia untuk berhati-hati dari hawa, sesungguhnya seseorang
bisa selamat dari penyembahan patung, batu-batu, pohon-pohonan dan kuburan, dia mengetahui
tauhid dan sunnah, akan tetapi tidak selamat dari mengikuti hawanya dan inilah musibah besar.
Maka hendaklah seorang muslim berhati-hati dari mengikuti hawanya dan hendaklah hawanya
mengikuti apa-apa yang dibawa Rasul shollallahu alaihi wasallam sebagaimana dalam hadist
beliau bersabda :
Artinya : Tidaklah beriman salah seorang diantara kalian sehingga hawanya mengikuti apa-apa
yang kubawa. (Arba‟in An Nawawi Hadits No. 41)
10. Dzul Akmal pencela ulama teriak mencela ulama.
Dzul Akmal berkata : “Fitnah..fitnah jangan kita orang awam begini….. kalau datang fitnah…..
ulama dibikin sinting olehnya….. seluruh ulama bingung dibuatnya…..”
Komentar saya:
Disini Dzul Akmal telah mencela seluruh ulama dengan mensifati mereka sebagai “sinting”. Wahai
Dzul apakah ulama menjadi sinting karena fitnah ini?
11. Dzul Akmal Hubbu Zuhur (Cinta Popularitas) Teriak Hubbu Zuhur.
Dzul Akmal berkata: Imam Tsaqolain itu dipuji….. dia senyum senyum saja….. dia hubbu
zuhur….. ingin melebihi Syaikh Robi‟. Syaikh Yahya muncul setelah Syaikh Muqbil meninggal.
Ittaqillah orang yang hubbu zuhur….. punggungmu akan di hancurkan oleh ALLAH azza wajalla.
Komentar saya:
Kamu mencela Syaikh Yahya hubbu zuhur artinya cinta popularitas atau cinta tampil. Dari
manakah kamu mengetahui bahwasanya Syaikh Yahya itu hubbu zuhur? Berhubungan dengan
permasalahan “Imam Tsaqolain” sudah pernah saya bahas pada tulisan saya sebelumnya “Makar
Dzul Akmal dan Luqmaniyyun Terhadap Masjid Jambi” (bahwa orang yang memuji Syaikh Yahya
dengan pujian seperti itu telah menyatakan rujuk setelah dinasehati). Bahkan kamulah
sesungguhnya yang hubbu zuhur itu. Ini berkaitan dengan akhlak salaf sementara kamu tampak
meremehkan masalah ahklak dan tidak memasukannya ke dalam manhaj ahlussunnah wal
jamaah. Dalam Kitab Aina Nahnu Min Akhlak As-Salaf karya Abdul Aziz bin Naashir dan
Baha'uddin bin Fatih Aqil halaman 23 Bab : As-Salaf dan Kebencian Mereka Terhadap
Popularitas, disebutkan :
58 | P a g e
Dari Habib bin Ali Tsabit berkata: Ibnu Mas‟ud pernah keluar suatu hari, lalu manusia
mengikutinya (dari belakang), maka Ibnu Mas'ud berkata kepada mereka, “Apakah kalian
mempunyai kebutuhan?” mereka menjawab, “Tidak ada, akan tetapi kami hanya ingin berjalan
bersama engakau.” Ibnu Mas‟ud berkata, “Pulanglah, sesungguhnya hal demikian merupakan
kerendahan bagi yang diikuti dan fitnah bagi yang mengikuti.”
Dari Bisthom bin Muslim berkata, “Bahwasanya Muhammad bin Sirin apabila ada seorang laki-laki
berjalan bersamanya, dia berhenti dan bertanya : Apakah engkau ada kebutuhan?”
Wahai Dzul Akmal bukankah kamu hubbu zuhur (cinta popularitas)? Bukankah jika safar
untuk ta'lim, kamu maunya pakai mobil pribadi bahkan sekarang meningkat, maunya naik mobil
mewah, mengajak ikhwan-ikhwan ikut? Sehingga menambah pembiayaan anggaran makan
bersama oleh panitia pengundang. Sudah populer di Riau kalau kamu datang maunya dijamu
dengan masakan Padang dan lauk enak beraneka ragam dan juga buah-buahan bahkan sampai-
sampai ummahat (ibu-ibu) Jawa di Perawang Riau harus latihan masak masakan Padang agar
dapat bergilir menjadi juru masak ketika jadwal ta'lim kamu.
12. Dzul Akmal hadahullah Menggelari Utsman Thowil Pariaman “Anjing”
Ini pernyataan Utsman kepada saya via telepon, Utsman Pariaman dulunya adalah orang dekat
Dzul Akmal. Dia diajak pindah ke Pekanbaru untuk menjadi pendamping dan juru masak di
ma‟had Dzul Akmal. Kemudian Utsman belajar ke Bengkulu, tiba-tiba ditahzir oleh Dzul Akmal
sebagai “Dajjal”. Kemudian ditambahkan lagi dengan kata-kata “Anjing” ketika Utsman kerja di
sebuah rumah makan di Pekanbaru sejak bulan Syawal. Pada waktu itu Dzul Akmal sempat
mengirim sms kepada majikan tempat Utsman kerja, yang isi smsnya “Assalamu‟alaikum
Warohmatullah, Abu Intan ba‟a ceto anjiang tu? Ndak biso nyo antum kaluakan, tolong
anak antum yang di tahfizh ndak usah di antakan belajar juo dulu ka tahfizh bisa?”(Artinya :
Abu Intan bagaimana cerita anjing itu? nggak bisa ya kamu mengeluarkannya, tolong anak kamu
yang di tahfizh tidak lagi diantarkan belajar ke tahfizh bisa?).
---sms Dzul Akmal ke Abu Intan tanggal 13 September 2011---
Komentar saya :
Telah bercerita Utsman Thowil Pariaman kepada saya via telpon dan juga saat bertemu saya di
Bengkulu : "Tahun 2002 Dzul Akmal memberikan hadiah beberapa kitab dari Saudi kepada
Ustadz Bukhori di Padang (sekarang beliau di Prabumulih Sumatera Selatan). Kemudian pada
tahun 2003, kitab-kitab tersebut diambil lagi oleh Dzul Akmal tersebut tanpa sepengetahuan
Ustadz Bukhori. Saat ditanyakan kepada Dzul Akmal tentang perkara tersebut, dia menjawab
"Boleh menurut Imam Asy Syaukani.""
Berkaitan dengan perbuatan yang semisal itu ada larangan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi
59 | P a g e
wasallam sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :
الذي يعود ف هبته )): ، قال - صل هللا عليه وسلم - أ رسول هللا : وع اب عبا رض هللا عنهما
. متفق عليه ( . (كالكلب يرجع ف قيئه
: وف روايةء .((ملل الذي يرجع ف صدقته ، كملل الكلب ي ، لم يعود ف قيئه فيأكله )): وف رواية
.((العائد ف هبته كالعائد ف قيئه ))
Artinya : Dari Ibnu Abbas rodhiyallohu 'anhuma sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda : Orang yang kembali pada hibahnya seperti anjing yang kembali pada muntahnya .
(Muttafaqun 'alaihi)
Dalam riwayat lain : Perumpamaan orang yang kembali pada shodaqohnya seperti anjing
muntah kemudian kembali pada muntahnya lalu dia memakannya. Dalam riwayat lain: Orang
yang kembali pada hibahnya seperti kembali pada muntahnya.
حملا عل فر ء ف سبيل هللا فأضاعه الذي كا عنده ، : قال - رض هللا عنه - وع عمر ب ال اب
ه يبيعه بر ء ، فسألا النب فأردا ل ت تره ول )): ، ف ال - صل هللا عليه وسلم - أ أ تريه ، وظننا أن
.متفق عليه ( . (صدقتك و أع اكه بدرهمء ؛ فإ العائد ف صدقته كالعائد ف قيئه تعد ف
Dari 'Umar bin Khattab rodhiyallohu 'anhu berkata : Aku menshodaqohkan seekor kuda
fisabilillah, lalu penerimanya menyia-nyiakan kuda di sisinya, maka aku ingin untuk membelinya
dan aku menyangka sesungguhnya dia menjual kuda tersebut dengan harga murah, lalu aku
bertanya kepada Nabi shollallahu 'alaihi wasalam beliau bersabda : "Jangan engkau membelinya
dan jangan engkau kembali kepada shodaqoh engkau walaupun dia memberikan engkau dengan
dirham. Sesungguhnya orang yang kembali kepada shodaqohnya seperti orang yang kembali
kepada muntahnya." (Muttafaqun alaihi)
Penyebutan Anjing dalam Al-Quran
Al-Quran membuat perumpamaan seorang „alim yang menyimpang sebagai anjing. Kecintaannya
kepada dunia, mengikuti hawa nafsu dan perasaan tidak pernah puas akan menggelincirkannya.
Allah ta‟ala befirman :
بع هواه ه أ لد ل اارض وات كن فملله كملل الكلب تحمل عليه يلهث أو تتركه ولو ئنا لرفعناه بها ول
بوا ب ياتنا يلهث لك ملل ال وم الذي كذ [٧:١٧٦] فاقص ال ص لعلهم يتفكرو ذ
بوا ب ياتنا وأنفسهم كانوا يظلمو [٧:١٧٧]سا ملي ال وم الذي كذ
Artinya : Dan kalau kami menghendaki, sesungguhnya kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-
ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka
perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu
membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demkian inilah perumpamaan orang-orang
60 | P a g e
yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar
mereka berfikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami
dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat dzalim. (QS. Al A‟raf : 176-177)
Terkait dengan sebab turunnya ayat ini, dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan : "Ulama berbeda
pendapat siapa orang alim tersebut :
1. Menurut Ibnu Mas‟ud, dia adalah seorang dari Bani Israil bernama Bal‟am bin Ba‟auro.
2. Menurut Ibnu 'Abbas, dia adalah Shifi bin ar Rohib, Berkata Qotadah dan berkata Ka‟ab : "Dia
seorang dari penduduk Balqo‟ yang mengajarkan isim akbar dan menetap di Baitul Maqdis
bersama penguasa.
3. Menurut Abdullah bin „Amr, dia adalah Umayyah bin Abi ash Sholt
Mayoritas berpendapat bahwa dia adalah Bal‟am, ulama Bani Israil yang hidup di masa Nabi
Musa 'alaihis sallam. Menurut Ibnu Abbas, Bal‟am ini ahli ibadah dan diberikan Alloh ta‟ala 3 (tiga)
do‟a mustajab.
Menurut Syaikh As Sa‟di dalam tafsirnya, dalam ayat-ayat ini terdapat beberapa pelajaran :
1. Motivasi beramal dengan ilmu, sesungguhnya dengan sikap demikian mendapat derajat tinggi
di sisi Allah ta‟ala dan perlindungan dari godaan syaithan,
2. Ancaman beramal tanpa ilmu yang menyebabkan tergelincir ke derajat paling rendah dan
dikuasai syaithan,
3. Bahwasanya mengikuti hawa nafsu menyeret pelakunya kepada syahwat sehingga menjadi
sebab kehinaan.
BAB 5 : GHURUR (TERTIPU, TERBUAI, TERLENA) BENCANA BAGI ORANG BERILMU
Banyak sekali ucapan-ucapanmu pada dauroh oleh-oleh umrohmu bulan Sya'ban 1432 H kemarin dan
dauroh Jambi Syawal 1432 H kamu membanggakan diri, mengaku dekat dengan Masyaikh,
melecehkan Abu Turob yang tidak bertemu dengan Masyaikh di Saudi. Tidak ketinggalan juga kamu
menyebutkan keutamaan-keutamaan umroh ke umroh selanjutnya yang menghapus dosa-dosa.
Komentar saya :
“Wahai Dzul Akmal semoga kita semua dilindungi oleh Allah ta'ala daripada penyakit jiwa, seperti
ghurur (tertipu/ terbuai), 'ujub, sombong dan lagi membanggakan diri.”
Berkata Ibnu Qoyyim di buku Ad Da'u Wad Dawa' (Penyakit dan Obatnya) halaman 20 :
Dan seperti ghurur (tertipu/ terbuai)-nya sebagian mereka (orang-orang bodoh) tentang keutamaan
shaum (puasa) 'Asyuro dan Arofah sehingga sebagian mereka berkata : shaum hari 'Asyuro
menghapus dosa-dosa setiap tahunnya dan shaum Arofah sebagai tambahan pahala. Dan orang
ghurur (tertipu/ terbuai) tidak mengetahui, bahwa shaum Romadhon dan sholat lima waktu lebih
61 | P a g e
agung, lebih mulia daripada shaum hari 'Asyuro dan Arofah, yaitu menghapus dosa-dosa
diantara kedua hari tersebut apabila menjauhi dosa-dosa besar. Maka Romadhon ke
Romadhon selanjutnya dan Jum'at ke Jum'at selanjutnya tidaklah bisa untuk penghapusan
dosa-dosa kecil kecuali masuk di dalamnya menjauhi dosa-dosa besar, maka jadilah berkumpul
dua perkara tersebut untuk penghapusan dosa-dosa tersebut. Maka bagaimana shaum tathowwu'
bisa menghapus setiap dosa besar yang dikerjakan seorang hamba sementara dia terus-menerus
melakukan dosa tidak taubat darinya. Ini mustahil, sesungguhnya tidaklah tertolak bahwasanya
shaum Arofah dan Asyuro menghapus seluruh dosa-dosa setahun atas keumumannya dan termasuk
dari nash-nash janji yang mempunyai syarat-syarat, penghalang-penghalang, sehingga terus-menerus
dia di atas dosa-dosa besar menjadi penghalang daripada penghapusan dosa-dosa.
Apabila seseorang tidak terus-menerus melakukan dosa besar, maka pahala shaumnya dan
sikap tidak terus-menerus dalam dosa besar tersebut, kedua amalan tersebut membantu untuk
mendapatkan keumuman penghapusan dosa-dosa, sebagaimana shoum Romadhon dan sholat
lima waktu, apabila diiringi dengan menjauhi dosa-dosa besar kedua amalan tersebut akan
mendukung penghapusan dosa-dosa kecil.
Sesungguhnya Allah ta'ala telah berfirman :
د ي كريما ئاتكم وند لكم م [٤:٣١] تجتنبوا كبائر ما تنهو عنه نكفر عنكم سي
Artinya : Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar diantara dosa-dosa yang dilarang kamu
mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami
masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (QS. An Nisa' : 31)
Berkata Asy Syaikh Sa'di dalam tafsirnya : “Dan ini merupakan keutamaan ALLAH dan ihsan-Nya atas
hamba-Nya mukminin, telah menjanjikan untuk mereka, apabila mereka menjauhi dosa-dosa besar
yang dilarang maka diampuni bagi mereka seluruh dosa-dosa dan kejelekan. Dan memasukkan
mereka ke tempat yang mulia, banyak kebaikan yaitu surga.” Selesai.
Menurut Ibnu Taimiyyah definisi dosa besar adalah setiap perbuatan yang ada hudud di dunia, atau
ancaman diakhirat, penolakan iman, dapat laknat dan kemurkaan.
Pada buku yang sama ibnul Qoyyim berkata di halaman 21-22 : Dan telah berkata Abu Umamah bin
Sahal bin Hanif : Aku dan Urwah bin Zubair masuk kepada 'Aisyah rodhiyallohu „anha maka dia
berkata : “Seandainya kalian berdua melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada sakit beliau
sementara di sisiku ada enam atau tujuh dinar, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
memerintahkanku untuk membagikannya.” Berkata 'Aisyah : “Sakitnya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam menyibukkanku sehingga Allah menyembuhkan beliau, kemudian beliau bertanya kepadaku
tentangnya (dinar).” Beliau bertanya : “Apa yang telah engkau perbuat? Apakah engkau telah
membagikan enam dinar?” Aku jawab, “Tidak, demi Allah sungguh sakit engkau telah
62 | P a g e
menyibukkanku.” Berkata 'Aisyah : “Beliau memintanya (dinar) lalu meletakkan di telapak tangannya,
seraya bersabda “Apa dugaan Nabi Allah jika dia bertemu dengan Allah sementara uang ini masih di
sisinya?” Dan di riwayat lain “Apa dugaan Muhammad dengan Rabb-Nya seandainya menemui Allah
dan harta ini masih di sisinya.” -Shohih, (HR.Ahmad 6 /104)-
Maka demi Allah, apa dugaan pelaku dosa-dosa besar dan kezholiman terhadap Allah, jika mereka
menemui Allah sementara kezholiman-kezholiman terhadap manusia masih ada di sisinya? Maka jika
ucapan mereka berbaik sangka dengan Allah itu bermanfaat, Allah tidak mengazab orang zholim dan
orang fasik, maka silahkan seorang hamba berbuat apa yang dia kehendaki dan hendaklah dia
melakukan dosa setiap apa yang dilarang Allah ta'ala terhadapnya, dan silahkan berbaik prasangka
terhadap Allah, bahwa api neraka tidak akan menyentuhnya sama sekali. Maka Subhanallah betapa
sifat ghurur (tertipu/terbuai) telah mencapai puncaknya pada seorang hamba. (Ad Da'u wad Dawa'
hal.21-22).
Kesimpulannya: Nabi shallallahu „alaihi wasallam saja sangat takut meninggal sementara
belum menyampaikan hak manusia, beliau benar-benar takut menzholimi manusia. Kita
berlindung kepada Allah ta'ala daripada sifat ghurur (tertipu/ terbuai), dzholim sehingga terus-
menerus melakukan dosa dan menzholimi manusia dengan kedok, “Itukan masalah pribadi,
tidak apa-apa, dan sepele. Tidak ada manusia yang terlepas dari masalah pribadi, bukan
masalah manhaj, yang penting manhaj bersih.”
Penyakit ghurur ini adalah sebuah kebodohan yang membuat seseorang menilai yang buruk, jelek
menjadi sesuatu yang baik dan kesalahan menjadi suatu kebenaran. Sehingga menipu dan membuai
pelakunya.
Berkata Ibnu Qudamah dalam bukunya “Mukhtashoru Minhaajul Qosyidin” Kitab Ghurur
Pembagian dan Derajat- Derajatnya :
Pasal penjelasan golongan-golongan yang ghurur : Penyakit ghurur kebanyakan terjadi pada empat
golongan manusia : yaitu ulama, ahli ibadah, golongan sufi dan hartawan.
Golongan pertama : Ulama (Orang-orang yang berilmu), yang ghurur diantara mereka beberapa
kelompok :
Diantara mereka, ada yang menekuni ilmu-ilmu syar'i, akan tetapi mereka melalaikan pengawasan
dan penjagaan anggota badan mereka dari maksiat-maksiat, lalai membiasakan diri dalam keta'atan.
Mereka ghurur (tertipu, terbuai dan terlena) dengan ilmu mereka dan menyangka mereka sudah
mempunyai kedudukan di sisi ALLAH. Seandainnya mereka (orang-orang berilmu) melihat dengan
basyiroh (ilmu) mereka, tentulah mereka mengetahui bahwa ILMU TIDAKLAH DIMAKSUDKAN
DENGANNYA KECUALI AMAL , KALAULAH BUKAN DIIRINGI AMAL TENTULAH ILMU
TERSEBUT TIDAK BERHARGA/ BERNILAI).
63 | P a g e
ALLAH ta‟ala telah berfirman :
اها [٩١:٩] قد أفلح م زك
Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan dirinya (QS. Asy- Syams : 9)
ALLAH tidaklah berfirman : “Telah beruntung orang-orang yang mempelajari bagaimana cara
mensucikan dirinya.”
Orang yang terkena penyakit ghurur ini, bila syaithan membisikkan kepadanya keutamaan-keutamaan
orang-orang berilmu, maka hendaknya dia mengingat ayat-ayat yang menerangkan tentang orang-
orang berilmu fajir (berilmu tapi senantiasa berbuat dosa), seperti firman ALLAH ta'ala :
بع هواه ه أ لد ل اارض وات كن فملله كملل الكلب تحمل عليه يلهث أو تتركه يلهث ولو ئنا لرفعناه بها ول
بوا ب ياتنا لك ملل ال وم الذي كذ [٧:١٧٦] فاقص ال ص لعلهم يتفكرو ذ
Artinya : Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajatnya)dengan ayat- ayat
itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka
perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu
membiarkannya dia menggulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka
berfikir. (QS. Al A'rof : 176)
Dan firman ALLAH ta'ala :
وراة لم لم يحملوها كملل الحمار يحمل أسفارا لوا الت ملل الذي حم بوا ب ياا هللا ل بئ ملل ال وم الذي كذ وهللا
المي [٦٢:٥] يهدي ال وم الظ
Artinya : Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya taurat, kemudian mereka tiada
memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya
perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat ALLAH itu. Dan ALLAH tiada memberi petunjuk
kepada kaum yang zhalim. (QS. Al Jumu'ah : 5)
Dan kelompok lain dari mereka : sekelompok yang menekuni ilmu dan amal zhohir (lahiriyah ), tapi
tidak mengawasi qolbu (hati) mereka, agar membersihkan diri mereka dari sifat-sifat yang tercela
seperti sombong, iri hati/ dengki, riya' (dalam amal), suka tampil dan tinggi (dari orang lain), mencari
popularitas. Mereka telah menghiasi penampilan mereka, akan tetapi melalaikan perbaikan bathin
mereka, dan lupa sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam :
هللا ل ينظر ل صوركم وأموالكم ولك ينظر ل قلوبكم وأعمالكم
Artinya : “Sesungguhnya ALLAH tidak melihat kepada penampilan-penampilan kalian dan harta
benda kalian, akan tetapi ALLAH melihat kepada qolbu (hati) dan amal kalian.” (HR. Muslim no. 2564
64 | P a g e
dan Ibnu Majah no. 4143 dan Ahmad no. 7768)
Mereka memeperhatikan amal zhohir (lahiriyah) dan tidak memperhatikan urusan qolbu (hati),
padahal hati adalah pondasi, tidaklah selamat kecuali orang yang datang kepada ALLAH dengan hati
selamat. Perumpamaan mereka seperti seseorang menanam tanaman, kemudian tumbuh dan
tumbuh juga di sela-selanya rerumputan yang merusaknya, maka diperintahkan untuk mencabut
rerumputan tersebut, maka dia memotong batang dan cabangnya dan tidak mencabut akarnya, maka
senantiasa akarnya tumbuh lagi.
Dan sekelompok lain : Sesungguhnya akhlaq-akhlaq bathin tersebut tercela (sombong, dengki, iri
hati, suka tampil dan tinggi dari orang lain, dan lain-lain). Tetapi karena sifat 'ujub (bangga diri) pada
diri mereka, mereka merasa telah bebas dari sifat-sifat tercela tersebut. Mereka merasa lebih tinggi di
sisi ALLAH untuk diujikan pada mereka sifat-sifat itu.
Bahkan menurut mereka yang tertimpa sifat-sifat itu adalah orang awam bukan orang yang mencapai
kedudukan ilmu. Apabila muncul dalam diri mereka percikan kesombongan dan kepimpinan, maka
berkatalah salah seorang dari mereka : “Ini bukan kesombongan, bahkan ini adalah demi kemuliaan
agama, dan menampakkan kemuliaan ilmu, menolong agama ALLAH, dan merendahkan ahlul bid'ah,
sesungguhnya jika aku berpakaian rendahan, dan duduk di majlis rendahan, maka musuh-musuh
agama akan mencelaku, gembira dengan kerendahanku, dan pada kerendahanku merupakan
kerendahan pada islam.”
Mereka tertipu dan terlena, mereka lupa dengan penyakit ghurur. Sesungguhnya iblislah yang
menggodanya untuk berbuat seperti ini.
Dalilnya yakni bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan para shahabatnya rodhiyallahu „anhum
tawadhu‟ dan mengedepankan kefakiran dan kesederhanaan (Mukhtashor Minhajul Qosyidin halaman
224-225).
BAB 6 : KEDUDUKAN AKHLAK DALAM ISLAM
Akhlak adalah perangai atau tabiat dan merupakan gambaran batin seorang manusia. Dan di antara
tujuan diutusnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sebagaimana sabda Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam:
م مكارم اا يق ما بعلا اتم ن
Artinya : “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (Shohih,
dikeluarkan Ahmad Jilid II hal. 381, Al Hakim di Mustadrak Jilid II hal. 613 dan dishohihkan oleh
Syaikh Al Albani di Ash Shohihah hal. 45)
Oleh karena itu akhlak tidak bisa dipisahkan dari Islam, barangsiapa yang baik keislamannya tentu
65 | P a g e
baik pula akhlaknya dan barangsiapa yang buruk akhlaknya maka itu tidak terlepas karena buruknya
keislamannya. Sebagaimana sabda beliau shallallahu „alaihi wasallam :
أكمل المؤمني يمانا أحسنهم ل ا
Artinya : Seorang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya di
antara mereka. (Shohih Riwayat Abu Dawud No. 4684, At Tirmidzi No. 1195)
Karena gambaran Islam itu ada pada pribadi Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam. Allah ta'ala telah
memuji beliau dengan firman-Nya :
[٦٨:٤]و نك لعل لقء عظيمء
Artinya : Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al Qolam : 4)
Di sisi lain Allah ta'ala telah banyak mensifati Al Qur'an di antaranya :
الحاا أ لهم أجرا كبيرا ذا ال رآ يهدي للت ه أقوم ويب ر المؤمني الذي يعملو الص [١٧:٩] ه
Artinya :
Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar
gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala
yang besar. (QS. Al Isra‟ : 9)
لهم الذي ا تلفوا فيه ومء يؤمنو وما أنزلنا عليك الكتاب ل لتبي[١٦:٦٤] وهدى ورحمة ل
Artinya : Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat
menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat
bagi kaum yang beriman. (QS. An Nahl : 64)
Jadi barangsiapa yang ingin mengetahui bagaimana praktek Al Qur'an secara sempurna, maka
hendaklah memperhatikan kepribadian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang telah
digambarkan oleh istri beliau Aisyah radhiyallahu 'anha,
Sa'ad bin Hisyam bin Amir bertanya kepada Aisyah radhiyallahu 'anha : “Wahai Ummul Mukminin,
beritahukanlah kepadaku tentang akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.” Aisyah menjawab :
“Bukankah engkau membaca Al Qur'an?” Aku menjawab : “Ya.” Aisyah menjawab : “Sesungguhnya
akhlak Nabi Allah adalah Al Qur'an.” (HR. Muslim)
Kesimpulannya adalah mempelajari dan berhias dengan akhlak mulia merupakan sikap teladan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Sementara meneladani Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam merupakan manhaj salaf.
Firman Allah ta'ala :
66 | P a g e
كليرا واليوم ال ر وذكر هللا أسوةف حسنةف لم كا يرجو هللا [٣٣:٢١]ل د كا لكم ف رسول هللا
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
(QS. Al Ahzaab : 21)
Berkata Abdul 'Aziz bin Nasir Jalil pengarang buku Aina Nahnu Min Ahlaq Salaf (Dimana
Kedudukan Kita Dibandingkan Akhlah Salaf), sesungguhnya bukan sesuatu yang tersembunyi bagi
setiap muslim yang menginginkan keselamatan bagi dirinya di dunia dan di akhirat untuk berpegang
teguh dengan kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam dengan pemahaman
salafush sholeh yang merupakan bahtera keselamatan bagi orang yang menginginkan keselamatan
bagi dirinya. Sebagaimana sesuatu yang tidak tersembunyi juga bagi setiap penuntut ilmu yang
menginginkan perkara al haq, bahwasanya istilah salafush sholeh adalah generasi-generasi utama
yang dipimpin oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan generasi setelah beliau, para shahabat
mulia dan para tabi'in.
Akan tetapi di sana ada perkara penting di dalam manhaj salaf yang belum maksimal diperhatikan,
dan dididik di atasnya padahal sangat penting dan termasuk pondasi manhaj salaf yaitu apa yang
berkaitan dengan akhlak dan perilaku salaf. Sesungguhnya perkara yang sudah diketahui tatkala kita
membicarakan manhaj salaf tidaklah yang kita maksudkan semata adalah sebatas ilmu dalam
pemikiran saja, akan tetapi manhaj salaf menyeluruh sisi aqidah, ibadah, perilaku dan akhlak.
Dan sesungguhnya orang yang memperhatikan kehidupan kita, segenap ahlussunnah pada masa-
masa belakangan ini, menyimpulkan adanya perbedaan jauh dan bentuk keterpisahan yang besar,
baik yang menganggap banyak maupun sedikit antara sisi ilmu teoritis dengan sisi akhlak budi pekerti.
Dimana termasuk hal yang biasa, seseorang terkadang melihat pada dirinya atau sebagian
saudaranya dari para da'i sangat jauh dari akhlak salaf dan perilaku mereka. Maka termasuk sebuah
keharusan ketika menjelaskan manhaj salaf dan mendakwahkannya, adalah juga dengan
menjelaskan aqidah, fiqh, perilaku dan akhlak mereka. Maka sebagaimana seseorang tidak boleh
hanya berpegang dengan akhlak salaf saja dengan meninggalkan akidah salaf. Maka demikian juga,
seseorang tidak boleh sebatas memahami akidah salaf tanpa berpegang dengan prilaku dan akhlak
salaf.
Kalau seandainya kita kembali menelisik perjalanan salafush sholeh benar-benar kita mendapatkan
suri tauladan terhadap manhaj salaf yang lengkap ini. Maka apabila kita tidak sempurna mengetahui
perkara ini dan berpegang teguh dengannya, maka perkara tersebut akan tersembunyi dari kehidupan
kita dengan izin Allah ta'ala.
Ya, tidak akan ditemukan lagi seseorang di atas akidah salaf dalam tauhid uluhiyyah, asma' dan sifat,
67 | P a g e
memerangi bid'ah kemudian pada waktu yang bersamaan menyelisihi prilaku salaf dengan melakukan
kedzholiman, kedustaan, ghibah, dengki dan mengikuti hawa nafsu.
Dan dengan ungkapan lain, bahwasanya mempraktekkan manhaj salaf yang sempurna ini, harus
menghilangkan kekeliruan yang kita maksudkan dalam pemaparan sekarang.
Dan diantara hal yang menguatkan sisi akhlak pada manhaj salaf, adalah para ulama' telah
menghimpun pembahasan masalah ahklak pada kitab-kitab yang mereka tulis dari dasar-dasar
ahlussunnah wal jama'ah seperti Aqidah Al Wasithiyyah, Aqidah Ath Thohawiyyah dan lainnya.
Dan diantara contoh itu semua ucapan imam Ash Shobuni ketika menerangkan akidah salaf di
buku Aqidah Salaf Ashabul Hadits. (Aina Nahnu Min Ahlaqis Salaf halaman 4-5).
BAB 7 : TITIP SOAL KEPADA ABUL MUNDZIR DZUL AKMAL HADAHULLOH
Wahai Dzul Akmal selama ini kamu sudah dikenal mudah bertemu dengan syaikh Robi‟ ataupun
Syaikh Muhammad bin Hadi. Bahkan kamu suka mengadukan ustadz-ustadz yang tidak kamu
senangi kepada mereka. Coba kamu tanyakan kepada Syaikh berkenaan dengan perilaku-perilaku
da‟i dengan konteks pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah nasehat Syaikh berkenaan dengan seorang da‟i yang suka meminta-minta harta
kepada manusia dengan dalih sebagai berikut :
1) Hadits yang dia berikan tidak bisa dinilai dengan dunia dan isinya. Berapakah harta yang
mereka berikan? Bahkan da‟i ini jika ditolak, marah dan menjarh orang yang diminta hartanya
sebagai bakhil,
2) Jika da'i bekerja atau punya usaha akan menghilangkan wibawanya karena zaman sekarang
bukan seperti zaman Imam Ahmad lagi dan berkurang waktu untuk muroja'ah, persiapan ta'lim
dan menyibukkan dari mengajar,
3) Tidak semua da‟i bisa bekerja atau berdagang dengan alasan tidak punya kemampuan, tidak
ada kenalan atau tidak punya jiwa berdagang,
4) Tidak mungkin bekerja atau berusaha di luar rumah karena banyak ma'siat,
5) Da'i boleh meminta-minta jika ada di luar kebutuhan tetapnya seperti anak sakit atau istri sakit
atau istri melahirkan, apalagi dia diundang untuk ngajar,
6) Jika da'i berhutang dengan murid-muridnya bagaimana bisa bayar sementara gaji bulanannya
tidak cukup, lantas apakah hutangnya di wariskan kepada anak-anaknya?,
7) Da'i yang bisa „iffah (tidak minta-minta ) hanya yang mempunyai kebun dan semisalnya,
2. Apakah nasehat Syaikh berkenaan dengan da‟i yang suka marah-marah dengan kaum laki-
laki tapi ketika berbicara dengan ummahat, suaranya dibuat-buat lembut dan mesra?
3. Bagaimanakah dengan da‟i yang sudah memiliki anak istri, namun ketika di luar rumah, ia
suka bermesraan via telpon dengan gadis anak orang sampai tengah malam bahkan
sampai memberikan cindera mata?
68 | P a g e
4. Apakah nasehat Syaikh terhadap seoarang da‟i pemarah yang suka berbicara cabul, kotor,
porno seperti, “Si fulan itu, pantatnya dekat masjid tapi masih suka terlambat ke masjid.”
(Ini hanya sebagai contoh saja, karena banyak bahasa cabul, kotor, porno yang lainnya
yang memalukan untuk disebutkan semuanya)?
5. Bagaimanakah nasehat Syaikh tentang permasalahan Yayasan untuk sarana dakwah tanpa
ada kondisi daruroh?
6. Bagaimanakah nasehat Syaikh dengan seseorang yang membuat radio dakwah tanpa izin
pemerintah?
Saya kira cukuplah sampai di sini tulisan saya berkaitan dengan tingkah laku dan kedustaanmu yang
tanpa pikir panjang baik tentang Syaikh Yahya, Dammaj, Thulab Dammaj dan orang-orang yang
bersama mereka. Adapun kedustaanmu mengenai manhaj ulama kibar, insya Alloh akan ada dalam
judul tersendiri. Semoga nasehat-nasehat dan kritikan-kritikan yang sudah banyak ditulis oleh
saudara-saudara kamu bisa menjadi bahan renungan untuk mengoreksi tindak-tanduk kamu dan
memperbaiki lisan kamu yang buruk. Semoga Allah ta‟ala senantiasa memberikan taufik dan
hidayahnya kepada kita semua.
سبحنك هللا وبحمدك أ هد أ ل له ل أنا أستغفرك وأتوب ليك
Selesai ditulis tanggal 14 Rabi‟ul Akhir 1433 H, di Kota Jambi
Abu Abdillah Muhammad Ja‟far Al Kampari
Top Related