Diktat
SENI
KERAWITAN I
DR. PURWADI, M.HUM
PENDIDIKAN BAHASA DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Telp: 0274-550843-12; Email: [email protected]
November 2009
2
KATA PENGANTAR
Diktat ini disusun untuk memperlancar proses belajar mengajar Mata
Kuliah Seni Kerawitan I di Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah Fakultas Bahasa
dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Perkembangan seni karawitan telah
mencapai kemajuan yang menggembirakan, baik secara kuantitas maupun
kualitas.
Bagi masyarakat Jawa, seni kerawitan sungguh sangat populer. Media
cetak dan elektronik setiap hari memberikan publikasi tentang musik Jawa yang
cukup memadai. Pentas langsung dan rekaman pagelaran seni gamelan dapat
dijumpai di mana-mana, sehingga keberadaan jagad karawitan dan gamelan
sekarang benar-benar menjadi pusaka warisan dan kebanggaan dunia.
Diktat ini memberi keterangan yang lengkap dan terperinci mengenai
seluk-beluk seni karawitan. Di dalamnya terdapat uraian tentang sejarah gamelan,
titi laras, pelok slendro, dalang, wiyaga, waranggana, lelagon dan gendhing.
Semoga kehadiran diktat ini memberi manfaat pada semua pihak yang peduli pada
pengembangan seni kerawitan.
Yogyakarta, 10 November 2009
Dr. Purwadi, M.Hum
3
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PERKEMBANGAN SENI KARAWITAN ............................... 1
BAB II RICIKAN GAMELAN JAWA .................................................. 4
BAB III PERANAN NIYAGA PANGRAWIT ....................................... 9
BAB IV LAGU LANCARAN ................................................................. 22
BAB V LAGU LANGGAM ................................................................... 50
BAB VI LAGU AYAK-AYAK DAN SREPEG ...................................... 53
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 60
LAMPIRAN 1. SILABUS ............................................................................. 61
LAMPIRAN 2. RPP ....................................................................................... 64
PENYUSUN .................................................................................................. 66
4
BAB I
PERKEMBANGAN SENI KARAWITAN
Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen sebagai pernyataan
musikal yang sering disebut dengan istilah karawitan. Karawitan berasal dari
bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti halus,
cantik, berliku-liku dan enak. Kata Jawa karawitan khususnya dipakai untuk
mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang bersistem nada non
diatonis (dalam laras slendro dan pelog) yang garapan-garapannya menggunakan
sistem notasi, warna suara, ritme, memiliki fungsi, pathet dan aturan garap dalam
bentuk sajian instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah didengar.
Seni gamelan Jawa mengandung nilai-nilai historis dan filosofis bagi
bangsa Indonesia. Dikatakan demikian sebab gamelan Jawa merupakan salah satu
seni budaya yang diwariskan oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih
banyak digemari serta ditekuni. Masyarakat Jawa sebelum adanya pengaruh
Hindu telah mengenal berbagai keahlian, di antaranya adalah wayang dan
gamelan (Harsono Kodrat, 1982). Menurut sejarahnya, gamelan Jawa juga
mempunyai sejarah yang panjang. Seperti halnya kesenian atau kebudayaan yang
lain, gamelan Jawa dalam perkembangannya juga mengalami perubahan-
perubahan. Perubahan terjadi pada cara pembuatannya, sedangkan
perkembangannya menyangkut kualitasnya. Dahulu pemilikan gamelan ageng
Jawa hanya terbatas untuk kalangan istana. Kini siapapun yang berminat dapat
memilikinya sepanjang bukan gamelan-gamelan Jawa yang termasuk dalam
5
kategori pusaka (Irwan Sudjono, 1990). Secara filosofis gamelan Jawa merupakan
satu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Hal demikian
disebabkan filsafat hidup masyarakat Jawa berkaitan dengan seni budayanya yang
berupa gamelan Jawa serta berhubungan erat dengan perkembangan religi yang
dianutnya.
Istilah gamelan telah lama dikenal di Indonesia, sudah disebut pada
beberapa kakawin Jawa kuno. Arti kata gamelan, sampai sekarang masih dalam
dugaan-dugaan. Mungkin juga kata gamelan terjadi dari pergeseran atau
perkembangan dari kata gembel. Gembel adalah alat untuk memukul. Karena cara
membunyikan instrumen itu dengan dipukul-pukul. Barang yang sering dipukul
namanya pukulan, barang yang sering diketok namanya ketokan atau kentongan,
barang sering digembel namanya gembelan. Kata gembelan ini bergeser atau
berkembang menjadi gamelan. Mungkin juga karena cara membuat gamelan itu
adalah perunggu yang dipukul-pukul atau dipalu atau digembel, maka benda yang
sering dibuat dengan cara digembel namanya gembelan, benda yang sering
dikumpul-kumpulkan namanya kempelan dan seterusnya gembelan berkembang
menjadi gamelan. Dengan kata lain gamelan adalah suatu benda hasil dari benda
itu digembel-gembel atau dipukul-pukul (Ki Hajar Dewantara, 1953).
Musik-musik etnis di Indonesia 90% jenis musik perkusif, artinya untuk
memainkannya dipergunakan alat pukul. Gamelan-gamelan kuna yang masih ada,
seperti Gamelan Megamendung (dari Kanoman Cirebon), Kyai Guntur Laut (dari
Majapahit), dan Gamelan Sekaten jumlah unitnya masih sedikit. Manusia
memang selalu tidak puas kepada apa yang sudah ada. Kita selalu ingin
6
mengembangkan apa yang sudah ada. Alat musik etnis ritualis menjadi alat musik
religius, kemudian menjadi musik sarana, yaitu gamelan untuk dakwah, untuk
sarana pendidikan, untuk media penerangan. Pada jaman gamelan sebagai sarana
ini jumlah unitnya selalu mengalami penambahan, antara lain ditambah macam-
macam kendang, macam-macam alat musik petik, macam-macam alat musik
gesek, bahkan tambur, terbang, jedor, bedug dan lain-lain masuk ke dalam
anggota musik gamelan. Anak muda sekarang ada yang ingin mengembangkan
unit gamelan dengan cara gong dibalik diisi kerikil dan dibunyikan dengan
memukul bahunya, kempul diberi kerikil di dalamnya, bonang dipukul-pukul
dengan pemukul tambur pada badannya, dan lain-lain (Kodiron, 1989).
Pradangga Adi Guna Sarana Bina Bangsa. Arti kata motto tersebut adalah
Pradangga sama dengan gamelan (prada + angga) artinya “yang punya badan
mengkilat”, Adi artinya baik, Guna artinya kepandaian, ilmu pengetahuan atau
manfaat, Sarana artinya alat, Bina artinya membangun, membimbing atau
mendidik, sedangkan Bangsa adalah orang-orang yang bertempat tinggal di suatu
tempat yang mempunyai kedaulatan sendiri dan berpemerintahan sendiri. Arti
kata secara bebas “Apabila gamelan itu digunakan dengan sebaik-baiknya bisa
sebagai alat untuk mendidik bangsa”. Adalah suatu kenyataan bila kita mendengar
uyon-uyon rasanya seperti kita dibawa ke alam impian yang serba nikmat, lupa
segala-galanya.
7
BAB II
RICIKAN GAMELAN JAWA
Bagi masyarakat Jawa gamelan mempunyai fungsi estetika yang berkaitan
dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Kita harus bangga memiliki alat
kesenian tradisional gamelan. Keagungan gamelan sudah jelas ada. Duniapun
mengakui bahwa gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat
mengimbangi alat musik Barat yang serba besar. Di dalam suasana bagaimanapun
suara gamelan mendapat tempat di hati masyarakat.
Gamelan adalah alat kesenian yang serba luwes. Di bawah ini sebagai
contoh keluwesan gamelan. Gamelan dan pendidikan. Gamelan dapat digunakan
untuk mendidik rasa keindahan seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam
dunia karawitan, rasa setiakawan tumbuh, tegur sapa halus, tingkah laku sopan.
Semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus gendhing-gendhing (Trimanto,
1984). Gamelan dan tari-tarian. Gamelan memang tidak bisa dipisahkan dengan
tari-tarian. Gamelan memang alat untuk mengiringi tari-tarian. Gamelan bisa
untuk mengiringi semua macam tari-tarian.
Tarian klasik maupun tarian modern gamelan selalu bisa digunakan untuk
mengiringinya (Rekso Panuntun, 1991). Gamelan dan pemujaan. Menurut sejarah
gamelan mula-mulanya digunakan untuk pemujaan kepada roh-roh baik roh halus,
maupun roh-roh leluhur (upacara ritual). Gamelan dan agama. Dari upacara ritual,
gamelan berkembang menjadi bersifat keagamaan, sebagai sarana untuk membuat
suasana hening, untuk pemusatan perhatian dan lain-lain. Gamelan dan dakwah.
Gamelan sekaten setahun sekali dibawa ke halaman masjid.
8
Di sana gamelan sekaten dibunyikan. Bunyi gamelan sekaten punya daya
tarik yang sangat besar. Tiap gamelan sekaten dibunyikan banyak orang
berdatangan dan berkumpul dekat gamelan sekaten itu. Kemudian setelah orang-
orang sudah datang maka dakwah agama Islam dimulai (Wignya Sutarno, 1956).
Gamelan dan olah raga. Gamelan bisa untuk mengiringi olah raga, senam
misalnya. Gendhingnya disesuaikan dengan irama senam tersebut (Dwijo Carito,
2000). Gamelan dan peralatan. Rasanya sepi apabila dalam suasana perhelatan
tidak ada suara gamelan. Gamelan dapat menambah kemeriahan suasana
perhelatan. Gamelan dan Tamu Agung. Kerajaan-kerajaan di Jawa punya tradisi
bila ada tamu agung datang mesti disambut dengan suara gamelan, biasanya
gamelan Monggang atau dengan gamelan biasa. Gendhing-gendhingnya
disesuaikan dengan irama langkah tamu tersebut. Dan masih banyak lagi tentang
keluwesan gamelan.
Menurut Sunardi Wisnusubroto (1997) dalam bukunya yang berjudul Sri
Lestari an Introduction to Gamelan dikatakan gamelan is one of the traditional
musical instruments of Indonesia. It is one of the most complete and highly
developed orchestras in Indonesia. Gamelan is also called gangsa (krama) or
pradonggo (kawi). Most of the instruments are made of bronze, an alloy of 10
parts copper (tembaga) and 3 parts tin (rejasa). Selanjutnya Sunardi Wisnusubroto
(1997) menjelaskan demikian the gamelan orchestra participates in a wide variety
of activities in Java, some of which could be classified as artistic, while others
more properly belong to ritual. Aside from being played as an independent
orchestra (klenengan or uyon-uyon), it is also used: to accompany dances, to
9
accompany drama such as sendratari, wayang wong and kethoprak, to accompany
shadow puppet or wayang kulit performance (also wayang golek), for ceremonies
(wedding ceremony), and recently, in Central Java, as church musical instruments
to replace the organ. There are several gamelan ensembles in Indonesia, among
them are: Gamelan Jawa (Java) from Central/East Java. Gamelan Sunda from
West Java, Gamelan Dhegung from West Java, Gamelan Bali from Bali, Gamelan
Kodhok Ngorek special small ensemble for ceremony, Gamelan Monggang
special small ensemble for ceremony, Gamelan Carabalen special small ensemble
for ceremony, Gamelan Sekati special ensemble played once a year during
Maulud/sekaten celebration (the birthday of the prophet Mohammad SAW),
Gamelan Sengganen gamelan with thick glass keys, Gamelan Jemblung bamboo
instruments from Bagelen, Gamelan Bumbung bamboo idiochord instruments
from Kediri. A large gamelan set consists of around 70 to 75 instruments. The
usual instrumental classification (idiophones, chordophones, aerophones,
membranophones) is set aside in favor of an arrangement based on function. The
grouping of the principal instruments according to their function are : Balungan
(main melody playing instruments), Interpunctuating instruments,
Syncopating/paraphasing instruments, ornamenting instruments, conducting/
agogic instruments.
Nama-nama instrumen Gamelan Jawa. Tata letak gamelan biasanya
disusun seperti berikut: Gender Slendro, Gender Pelog 6, Gender Pelog Barang,
Gender Slendro Penerus, Gender Pelog 6 Penerus, Gender Pelog Barang Penerus,
Bonang Slendro Gede, Bonang Slendro Penerus, Bonang Pelog Gede, Bonang
10
Pelog Penerus, Gambang Slendro, Gambang Pelog, Rebab (Gading atau
Pontang), Kecrek, Clempung Slendro, Clempung Pelog, Kendang Gede, Kendang
Ciblon, Kendang Ketipung, Beduk Besar, Tambur, Slemtem Slendro, Slemtem
Pelog, Demung Slendro, Demung Pelog, Saron Slendro, Saron Pelog, Saron
Peking Slendro, Saron Peking Pelog, Suling Slendro, Suling Pelog, Gong
Suwukan, Gong Gede, Kempul 1 Slendro, Kempul 6 Slendro, Kempul 5 Slendro,
Kempul 3 Slendro, Kempul 2 Slendro, Kempul 5 atau 6 Pelog (Kalau tumbuk
5/6), Kempul Barang (7) Pelog, Kempul 1 Pelog, Kempul 3 Pelog, Kempul 2
Pelog, Kenong 1 Slendro, Kenong 6 Slendro, Kenong 5 Slendro, Kenong 3
Slendro, Kenong 2 Slendro, Kenong Barang Pelog (7), Kenong 6 Pelog, Kenong 5
Pelog, Kenong 3 Pelog, Kenong 2 Pelog, Kenong 1 Pelog, Rancak Kempyang dan
Ketuk Slendro, Rancak Kempyang dan Ketuk Pelog.
Gamelan yang lengkap mempunyai kira-kira 72 alat dan dapat dimainkan
oleh niyaga (penabuh) dengan disertai 10-15 pesinden dan atau gerong (Sumarto
& Sri Suyuti, 1978). Susunannya terutama terdiri dari alat-alat pukul atau
tetabuhan yang terbuat dari logam. Sedangkan bentuknya berupa bilah-bilah
ataupun canang-canang dalam berbagai ukuran dengan atau tanpa dilengkapi
sebuah wadah gema (resonator). Alat-alat lainnya berupa kendang, sebuah alat
gesek yang disebut rebab, kemudian gambang yaitu sejenis xylophon dengan
bilah-bilahnya dari kayu, dan alat berdawai kawat yang dipetik bernama siter atau
celempung.
Dari seluruh instrumen gamelan dapat dikelompokkan menjadi : (a)
Kordofon yaitu celempung siter rebab; (b) Ideofon yaitu saron, gemung, bonang,
11
kethuk kenong, gong; (c) Terofon yaitu suling; (d) Membranofon yaitu kendang.
Menurut para sarjana musikologi alat-alat musik jenis Ideofon termasuk jenis alat
musik yang tertua jika dibandingkan dengan alat musik lainnya. Semua alat-alat
tersebut dibunyikan secara bersama-sama atau sebagian saja dengan cara yang
sesuai, sehingga merupakan konser atau kumpulan bunyi yang teratur, indah
menurut tempo dan irama tertentu (Sukatmi Susantina, 2001).
12
BAB III
PERANAN NIYAGA PANGRAWIT
Biasanya mengerjakan perawatan sesuatu benda lebih sukar dari pada
pembuatannya atau pengadaannya. Soal perawatan sesuatu benda memerlukan
kesadaran yang tinggi. Benda-benda yang sulit didapat, sukar pengadaannya
sudah barang tentu mahal harganya, dan harus dirawat dengan penuh kesadaran.
Seniman bukan hanya orang yang menciptakan barang seni saja; orang yang bisa
menikmati benda senipun ia seniman, meskipun ia tidak bisa menciptakan benda
seni tersebut.
Peran niyaga pernah oleh Soetrisno R (2004) dalam disertasinya yang
berjudul Dimensi Moral Dalam Syair Tembang Pada Pergelaran Wayang Purwa.
Benda-benda seni memang diciptakan atau dibuat oleh seniman-seniman atau
budayawan-budayawan, namun orang yang memeliharanya atau menjaga
kelestariannya juga budayawan (Koentjaraningrat, 1984). Maka dari itu kita harus
mendidik generasi penerus lewat sekolah, keluarga, masyarakat agar mereka
menjadi generasi budayawan penerus (Trimanto, 1984).
Pada jaman dahulu Wayangan hanya digunakan Gamelan Slendro saja. Ini
berlaku bagi masyarakat Umum. Pengarang sendiri tidak tahu alasannya, tetapi
yang pasti, kemungkinan mengingat tempat atau pangkat yang mempunyai hajat
tersebut tidak mengizinkan dipakainya kedua rancak Gamelan Slendro dan Pelog
itu. Kecuali yang mempunyai hajat (yang punya kerja) berpangkat Panewu ke
atas, biasanya digunakan kedua rancak Gamelan tersebut (Harsono Kodrat, 1982).
13
Umum pada waktu itu takut sekali menggunakan kedua rancak gamelan tersebut
dengan dalih bahwa hal itu akan mendatangkan kualat kepada orang dalam, yang
mengakibatkan kejadian-kejadian yang kurang baik, yang pada dasarnya
kemungkinan hanya co-insiden saja. Tetapi karena dihubung-hubungkan biasanya
cocok (gatuk). Pada jaman kemerdekaan dan saat sekarang ini hal-hal yang
demikian sudah tidak berpengaruh lagi. Bahkan di mana-mana, jika ada pertun-
jukan Wayang Kulit semalam suntuk selalu digunakan 2 rancak. Hal-hal yang
menjadi kunci suksesnya pergelaran apa pun bentuknya, apakah itu pergelaran
Wayang Kulit atau Tari, ialah expresi/penanganan yang sempurna dan penuh
semangat pengabdian daripada para seniman-seniman/peraga-peraga tersebut
yang tidak lepas dari rule of the game (aturan permainan) patokan-patokan yang
telah ditentukan para Empu-empu Gendhing/Tari beserta improvisasinya yang
benar-benar selaras, dengan rasa keindahan (estetika) serta kalau mungkin, lepas
dari bentuk komersialisasi apa pun dasarnya.
Kalau kita mengobservasi, meneliti, melihat, dan merasakan bentuk-
bentuk pergelaran yang berupa Wayang/Drama Tari pada masa sekarang ini kita
benar-benar akan merasa terharu, sayang, dan prihatin di samping rasa bangga
akan kemajuan yang telah dicapai terutama oleh generasi-generasi muda dalam
mengungkap/menyuguhkan berbagai atraksi kebudayaan pada segi-segi lain
kelihatan agak menonjol, tetapi ditinjau dari segi yang lain lagi merupakan
kemunduran, terutama yang menyangkut masalah Gerak-gerak Tari dan
Penyuguhan Gendhing-gendhing yang dikeluarkan. Perlu dipikirkan demi
kelestarian Kebudayaan Kita Sendiri Yang Sungguh-sungguh Adhi Luhung
14
(Indah Sekali), Penuh dengan Estetika, Keharmonisan, Ajaran-ajaran, Filsafat-
filsafat, Tatakrama, Kemasyarakatan, Toleransi, Pembentukan Manusia-manusia
Yang Bermental Luhur/Jujur/Ksatria, Tidak Lepas Pula Sebagai Faktor
Pendorong Insan Dalam Beribadah Terhadap 'I'uhan Seru Sekalian Alam, yaitu
dengan sarana kerja keras dan itikat baik memetri/menjaga/menyempurnakan Seni
dan Budaya Sendiri. Jangan sampai ada suatu Gap dengan sesepuh yang benar-
benar mumpuni (ahli) dalam hal tersebut di atas. Bahkan komunikasi perlu dijaga
sebaik-baiknya dengan para sesepuh sebagai sumber/gudang yang masih
menyimpan berbagai ilmu yang berhubungan dengan masalah kebudayaan itu
sendiri, terutama para Empu-empu Karawitan dan Tari/Pedalangan, dan
sebagainya yang kenyataannya sebagian besar pada masa ini Beliau-beliau itu
sudah hampir mahas sepining asamun, berada di rembang petang. Saya
peringatkan masalah ini dengan serious untuk segera bersiap-siap untuk
menanganinya, terutama generasi muda, jangan sampai Simpanan-simpanan Turut
Sirna Marga Layu (Punah).
Proposal (saran) pengarang mengenai hal tersebut di atas, semoga
mendapat tanggapan para Seniman-seniman Muda khususnya dan Pemerintah
pada umumnya demi kelestarian Kebudayaan Bangsa bagi anak cucu kita nanti.
Kriteria Melestarikan Kebudayaan di sini bukan pengarang maksudkan dalam arti
yang sempit, yaitu hanya bergerak pada aktivitas seni tradisional thok dan jangan
hanya berkecimpung di bidang seni kontemporer saja, tetapi Kuasailah Keduanya
secara baik, syukur sempurna (Harsono Kodrat, 1982). Jadilah Seniman-seniman
yang tangguh, tatag, dan tanggon. Artinya seniman yang serba bisa, ulet, dan mau
15
berkorban demi Nusa dan Bangsa. Apa pun bidang seni yang dikuasai, jadilah
insan seni yang banyak beramal, dengan ilmu yang padat dan beriman kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa.
Adapun maksud pengarang menyusun buku Gendhing Karawitan Jawa ini
tidak lain ingin turut Melestarikan Existensi Kebudayaan Bangsa supaya tidak
musnah dimakan jaman peradaban Serba Super Teknik yang menghendaki
ekselerasi dan kepraktisan-kepraktisan di segala lapangan, baik yang menyangkut
masalah tata kehidupan masyarakat maupun individual (Harsono Kodrat, 1982).
Dengan sumbangan yang kurang berarti ini, pengarang sebagai insan Indonesia
yang bertanggung jawab kepada Nusa Bangsa dan Tuhan, sedikit lega bernafas
bisa mendarmabaktikan hasil karya yang belum seberapa ini ke haribaan Ibu
Pertiwi.
Berkaitan dengan pelestarian musik Jawa itu Trimanto (1984) memberi
saran sebagai berikut. Barang atau benda yang terawat kelihatan tetap anggun.
Cara merawat gamelan memerlukan pengertian khusus, antara lain : instrumen-
instrumen gamelan harus dijauhkan dari benturan satu sama lain. Di samping ia
akan pecah juga benturan akan merubah nada. Tali temali (pluntur, Jawa) harus
selalu dikontrol. Sebab bila tali-tali gamelan itu putus gamelan bisa jatuh ke tanah
atau lantai yang menyebabkan gamelan itu pecah atau paling sedikit nada
berubah.
Gamelan itu tiap kali harus dipel (dilap) agar kelembaban permukaannya
berkurang. Sebab gamelan yang lembab adalah penyebab melekatnya debu-debu.
Debu-debu membantu makin mengganasnya karat. Karat gamelan harus cepat-
16
cepat dibuang. Instrumen gamelan yang berbentuk bundar, kelembaban bagian
dalam lebih hebat daripada bagian luar. Oleh karena itu bagian dalam gamelan
bundar harus juga dibersihkan.
Niyaga atau pengrawit harus mempunyai pengetahuan yang memadai
tentang seluk-beluk gamelan. Peranan niyaga dalam pergelaran wayang purwa
yaitu membantu dalang dalam mengiringi karawitan, sehingga jalan
pementasannya terasa lebih hidup. Kata niyaga dalam bahasa Kawi atau Jawa
Kuna, berarti dagang atau dagangan (Winter dan Ranggawarsita, 1987:184).
Namun demikian, dalam komunitas karawitan, kata niyaga dalam bahasa Jawa
baru berarti penabuh gamelan. Demikian pula di dalam tulisan ini yang dimaksud
niyaga adalah penabuh atau pemain gamelan dalam pergelaran wayang kulit
purwa Jawa. Sebetulnya kata niyaga itu sangat erat hubungannya dengan konsep
abdi dalem. Kata abdi berarti hamba atau sahaya, sedangkan abdi dalem berarti
punggawa atau pegawai kerajaan. Tentu saja di dalam kehidupan keraton terdapat
beberapa kelompok abdi dalem, seperti abdi dalem kriya, abdi dalem prajurit,
abdi dalem ulama, abdi dalem gunung, abdi dalem bedhaya, dan abdi dalem
niyaga. Di Keraton Kasunanan Surakarta seorang yang telah resmi menjadi abdi
dalem, mulai dari pangkat jajar ke atas dikategorikan sebagai priyayi (Soeratman,
1989: 200).
Dalam perkembangan selanjutnya kata niyaga ini mempunyai arti yang
berbeda, dan pada tahun 1970-an, istilah niyaga itu berubah menjadi penabuh, dan
kemudian menjadi pangrawit atau pradangga. Sebetulnya istilah pangrawit sudah
17
ada paling tidak pada masa pemerintahan Paku Buwana IX. Hal itu terbukti
adanya salah satu tempat di Pagelaran yang disebut bangsal Pangrawit, yakni
tempat gamelan yang akan ditabuh oleh para niyaga. Di samping itu, nama
pangrawit juga diberikan kepada para abdi dalem niyaga yang sudah mempunyai
kedudukan atau pangkat bei, seperti misalnya Pancapangrawit, Martapangrawit,
Gunapangrawit, dan Purwapangrawit.
Dalam pementasan wayang kulit purwa saat ini, jumlah niyaga kurang
lebih 30 orang. Hal ini tidak lepas dari keperluan pementasan wayang kulit itu
sendiri yang menggunakan gamelan komplit laras slendro dan pelog, bahkan
sering ditambah dengan instrumen lain seperti drum dan biola. Instrumen gamelan
yang sering digunakan yaitu kendang, gender barung, gender penerus, rebab,
slenthem, gambang, suling, bonang barung, bonang penerus, saron demung,
saron barung, saron penerus, kethuk, kenong, kempul, gong, drum dan biola,
kadang-kadang terompet, dan keyboard. Khusus kendang berjumlah tiga buah,
saron demung dua rancak, dan saron barung empat rancak, saron penerus dua
rancak. Kecuali niyaga yang menabuh gamelan, ada niyaga yang berfungsi
sebagai vokalis atau biasa disebut wiraswara atau penggerong yang jumlahnya
disesuaikan dengan kebutuhan.
Dalam kehidupan karawitan termasuk karawitan untuk keperluan
pementasan wayang kulit purwa, instrumen gamelan secara fungsional musikal
dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yakni kelompok instrumen ricikan
balungan, kelompok instrumen garap, dan kelompok instrumen struktural.
18
Kelompok ricikan balungan, yaitu ricikan-ricikan yang lagu permainannya
sangat dekat dengan lagu balungan gendhing. Yang termasuk kelompok tersebut
adalah ricikan-ricikan saron barung, saron demung, saron penerus, slethem, dan
(bonang) penembung.
Kelompok ricikan garap, yaitu ricikan-ricikan yang menggarap balungan
gendhing, dengan cara menafsirkan kemudian menerjemahkan lewat vokabuler-
vokabuler garapnya. Ricikan-ricikan yang termasuk dalam kelompok tersebut
adalah rebab, kendhang, gender, gender penerus, bonang, bonang penerus, siter,
suling, gambang, sindhen, dan gerong.
Kelompok ricikan struktural, yaitu ricikan-ricikan yang membuat suatu
jalinan permainan dengan membentuk struktur berdasarkan (menentukan) bentuk
gendhing. Ricikan-ricikan yang termasuk di dalam kelompok ini adalah kethuk,
kempyang, engkuk, kenong, kempul, gong, kecer, kemanah, keplok-alok, dan
kendhang.
Pengendang selalu menjadi pimpinan karawitan pengiring, dan menjadi
pimpinan pertunjukan pada umumnya di samping dalang. Kepada merekalah
terutama sasmita-sasmita dalang ditujukan, dan merekalah yang harus
menjabarkannya kepada semua niyaga dan khususnya pengrebab, karena
instrumen rebab merupakan pamurba lagu yang berfungsi sebagai pembuka
gending. Salah satu di antara tugas penggender ialah memperhatikan apakah nada
suara dalang masih tetap benar di sepanjang permainannya, yaitu dengan jalan
terus-menerus memainkan gendernya perlahan-lahan atau grimingan mengingat
19
gender merupakan pamangku lagu, bahkan ketika semua niyaga sedang berhenti
menabuh. Pangrawit atau penabuh atau musisi gamelan Jawa selain mempunyai
fungsi sebagai pengiring dalam pementasan wayang purwa harus memahami pula
pengertian karawitan secara umum. Karawitan adalah seni suara yang
menggunakan laras slendro dan pelog baik suara manusia atau suara instrumen
gamelan. Di samping itu pangrawit harus memahami irama dari lagu-lagu yang
dibawakan, karena irama sebagai tingkatan pengisian di dalam gatra yang berisi
empat titik dan selanjutnya meningkat menjadi kelipatan-kelipatan sampai dengan
enam belas titik. Titik-titik itu akan diisi oleh permainan instrumen yang bertugas
di bagian lagu, misalnya: cengkok permainan gender, cengkok permainan bonang
dan instrumen-instrumen lainnya.
Irama dan tempo dari lagu yang terdapat dalam syair-syair tembang akan
menjadi lebih harmonis manakala pamurba irama dalam hal ini kendang dapat
memelihara tempo dengan sebaik-baiknya. Di dalam memainkan alat musik
gamelan Jawa dapat dikategorikan menjadi tiga jenis: Tempo lambat atau tamban,
tempo sedang atau sedeng, dan tempo cepat atau seseg. Cepat dan lambatnya
tempo di dalam karawitan disebut laya dan bukannya wirama. Bagi para
pangrawit sudah dapat membedakan pengertian laya dan wirama walaupun istilah
tersebut tidak terdengar di dalam percakapan sehari-hari.
Pangrawit harus mempunyai pengetahuan tentang lagu yang merupakan
susunan nada-nada yang diatur sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku, apabila
dibunyikan enak didengar. Pengaturan nada-nada akan berkembang ke arah satu
20
bentuk, sehingga menimbulkan bermacam-macam jenis gendhing. Adapun irama
dan lagu di dalam ricikan karawitan akan dijelaskan sebagai berikut.
Nama dan tugas ricikan di dalam karawitan
Ricikan yang bertugas pada bagian irama
Ricikan yang bertugas pada bagian lagu
1. Kendang : a. Kendang gede b. Kendang kalih c. Ketipung d. Ciblon 2. Ketuk 3. Kempyang 4. Kenong 5. Kempul 6. Gong 7. Kecar (pada wayangan)
1. Rebab 2. Gender gede 3. Gender penerus 4. Gambang 5. Bonang gede 6. Bonang penerus 7. Slenthem 8. Demung 9. Saron barung 10. Saron penerus 11. Clampung 12. Suling
Sumber : Sekolah Tinggi Seni Indonesia Surakarta Jurusan Karawitan
Tugas masing-masing ricikan bagian irama
1. Kendang (disebut pemurba irama)
a. Menentukan bentuk gending
b. Mengatur irama dan jalannya laya
c. Mengatur mandeg dan menyusukkan gending
d. Buka untuk gending-gending kendang
2. Kethuk (disebut pemangku irama)
a. Menguatkan kendang dalam menentukan bentuk gending.
b. Menunjukkan macam irama (misal irama apakah ini?)
3. Kenong (disebut pemangku irama)
a. Menentukan batas-batas gatra berdasarkan bentuk gendingnya.
4. Kempul
21
5. Gong (disebut pemangku irama)
a. Menguatkan kendang dalam menentukan bentuk gending.
b. Sebagai pada dan finalis.
Tugas ricikan pada bagian lagu
1. Rebab (disebut pemurba lagu)
a. Menentukan lagu
b. Buka untuk gending-gending rebab
2. Gender gede (disebut pemangku lagu)
a. Memperindah lagu dengan segenap cengkoknya
b. Buka untuk gending-gending gender
c. Buka untuk gending-gending disamping bonang barung
3. Bonang gede (disebut pemangku lagu)
a. Memperindah lagu dengan segenap cengkoknya
b. Buka untuk gending-gending bonang
c. Buka untuk gending-gending lancaran
4. Gambang (disebut pemangku lagu)
a. Memperindah lagu dengan segenap cengkoknya
b. Buka untuk gending-gending gambang
5. Clempung, gender penerus, bonang penerus (disebut juga pemangku lagu)
tugasnya menghias lagu.
6. Slenthem, demung, saron barung (disebut juga pemangku lagu) tugasnya
sebagai pola dari pada lagu atau diistilahkan balungan.
7. Saron penerus (disebut juga pemangku lagu) instrumen ini mempunyai
gaya yang dapat digunakan sebagai petunjuk macam-macam irama.
22
Ditilik dari sudut komposisi rombongan karawitannya, terlihatlah bahwa
kebanyakan pergelaran oleh para dalang merupakan urusan keluarga belaka.
Malah ada beberapa dalang yang ikut serta dalam pertunjukan, semata-mata
sebagai pernyataan hormat terhadapnya, yang pada waktu itu sudah berumur lima
puluhan tahun. Juga sering dijumpai satu dua orang kerabat seorang dalang
terselip di antara para niyaga yang mengiringi pertunjukan dalang lain. Lebih
lanjut malah sering terjadi adanya beberapa murid atau bekas murid dalang di
antara para niyaga-nya, bahkan sangat sering juga dalang-dalang yang pada waktu
itu sedang tidak mengadakan pentas. Sebagai contoh, pada saat Ki Nartosabdo
melaksanakan pergelaran wayang, dalang-dalang yunior Ki Manteb Soedarsono
dan Ki Anom Suroto ikut memainkan gamelan sebagai niyaga. Pada umumnya
mereka bergabung dalam rombongan niyaga karena belum terkenal sebagai
dalang, justru oleh umur mereka yang umumnya masih sangat muda. Walaupun
umumnya mereka berharap akan mampu mengubah peranan dari niyaga menjadi
dalang dalam waktu yang tidak terlalu lama, banyak calon dalang tersebut yang
harus menunggu sampai bertahun-tahun. Ada yang kemudian mundur sebelum
cita-cita mereka tercapai, tetapi ada beberapa pula yang berhasil menarik
penggemarnya berkat nasib baik, dan bahkan mungkin akan tumbuh menjadi
dalang yang terkenal, seperti pengalaman Ki Manteb Soedarsono pribadi.
Sementara itu, mereka akan tetap bermain sebagai niyaga, agar tidak kehilangan
intuisinya terhadap pekerjaannya, seperti halnya pada dalang-dalang yang sudah
terlalu tua untuk tampil mendalang.
23
Sering pula terjadi dalang yang tidak pentas menggantikan tempat salah
seorang niyaga tetap di tengah pertunjukan berlangsung, sementara yang
digantikannya sejurus akan menepi atau mulai memainkan gamelan yang lain.
Bahkan lazim pula terjadi tamu ikut bergabung sebagai niyaga beberapa saat,
sedangkan niyaga-niyaga itu pun sering bertukar-tukar tempat atau gamelan yang
dimainkannya berkali-kali sepanjang malam pertunjukan berlangsung. Komposisi
rombongan karawitan itu tidak pernah tidak berubah jika rombongan karawitan
tersebut adalah rombongan tetap dalang itu sendiri. Demikian pula komposisi
tidak akan tinggal tetap di sepanjang suatu pertunjukan tertentu. Hal demikian
sama sekali tidak akan dianggap sebagai pengganggu pertunjukan. Pergantian
niyaga selagi pergelaran berjalan oleh teman si dalang atau tamu undangan justru
dipandang sebagai penghormatan terhadap dalang sebagai sesama profesi,
sehingga karenanya masyarakat sangat menghargainya. Pernyataan penghormatan
seperti itu sering kali dipandang mempunyai arti lebih penting bagi mereka dan
bagi semua yang hadir, daripada keindahan estetik pergelaran itu sendiri.
Kendati demikian, pandangan itu tidak berarti bahwa aspek estetika sama
sekali tidak penting bagi dalang, para niyaga, serta penonton. Dalang adalah tokoh
profesional, sehingga oleh karenanya pasti akan mempergelarkan permainannya
yang indah. Kurangnya persiapan sebagaimana mestinya, sebagai akibat tidak
adanya latihan atau belum saling kenal dengan niyaga, selalu diimbangi oleh
dalang dengan datang ke tempat pertunjukan jauh lebih awal. Biasanya ia akan
ikut bermain gamelan sebentar atau klenengan yang umumnya diadakan oleh para
niyaga sekitar dua jam sebelum pertunjukan dimulai atau talu. Tujuan klenengan
24
ini supaya dalang bisa menangkap suasana atau ngrasakake swasanane termasuk
embat gamelan. Selanjutnya, dalang akan membicarakan soal-soal pokok
pergelaran dengan para niyaga yang mengiringnya, dan khususnya dengan
pengendang, yaitu di tengah-tengah klenengan beristirahat atau mungkin juga
sebelumnya, ketika dalang dan para niyaga dijamu penanggap. Mereka saling
bertukar pikiran tentang gendhing dan lagu yang hendak dimainkan, atau
petunjuk-petunjuk dalang tentang yang dikehendakinya pada bagian-bagian
adegan tertentu atau banyolan-banyolan tertentu yang perlu ditonjolkan. Tidak
jarang pula disaksikan, atas permintaan pesinden, dalang cepat-cepat menuliskan
beberapa lagu, atau bahkan memberikan petunjuk-petunjuk lebih lanjut kepada
pengendang, pada saat-saat istirahat di tengah-tengah pertunjukan berlangsung.
Tentang perpaduan gamelan dengan ritual keagamaan pernah ditulis oleh Sukatmi
Susantina (2001) dengan judul Inkulturasi Gamelan Jawa.
25
BAB IV
LAGU LANCARAN
1. Aja Dipleroki Buka: 1 1 5 . 6 . 3 . 2 . 1 Ompak: . . 1 5 6 5 4 5 . . 1 5 6 5 4 5 . 6 5 3 . 3 . . . 3 2 1 . 1 2 1 . . 1 5 6 5 4 5 . . 1 5 6 5 4 5 . 6 5 3 . 3 . . . 3 2 1 . 1 2 1 Lagu: 2 1 2 1 6 5 6 1 2 3 5 3 2 1 6 5 1 1 1 5 6 1 6 5 2 1 6 5 2 2 1 2 3 2 1 2 3 1 6 5 2 1 2 1 4 5 6 5 1 6 4 5 6 3 2 1 5 6 4 5 6 3 2 1 Mas mas mas aja dipleroki Mas mas mas aja dipoyoki Karepku mjaluk diesemi Tingkah lakumu kudu ngerti cara Aja ditinggal kapribaden ketimuran Mengko gek keri ning jaman, Mbok ya sing eling Eling bab apa? Iku budaya Pancene bener kandhamu 2. Aja Lamis Bawa Sinom : Yen kowe seneng lelewa Adhakane seneng lamis Becik aluwung prasaja Mung welingku aja lamis Yen kowe seneng lamis Gampang kena ing bebendu Tumraping sesrawungan Mbok aja sok dhemen lamis Seneng lamis padha karo dhemen cidra.
26
Langgam : Aja sok gampang janji wong manis Yenta amung lamis Becik aluwung prasaja nimas Ora agawe gela Tansah ngugemi tresnamu wingi Jebul amung lamis Kaya ngenteni thukuling jamur ing mangsa ketiga Aku iki prasasat lara tan antuk jampi Mbok aja amung lamis Kang uwis dadine banjur dhidhis Akeh tuladha kang dhemen cidra uripe rekasa Milih sawiji endi kang suci tanggung bisa mukti 3. Aku Duwe Pitik Buka . 2 . 1 . 2 . 1 . 6 . 5 A. . 6 . 5 . 6 . 5 . 6 . 5 . 3 . 2 . 3 . 2 . 3 . 2 . 3 . 2 . 1 . 6 . 1 . 6 . 1 . 6 . 1 . 6 . 2 . 1 . 2 . 1 . 2 . 1 . 3 . 5 . 6 . 5
B. 5 6 .1 5 1 2 6 1
5 5 6 .1
.2 6
.1 5
.1
.2
.1
.2 5 5 6
.1
5 .1 5 2 5 3 2 1
. 6 1 2 1 6 2 1 . 6 1 2 1 6 1 5 Gerongan
. . 5 6 5 6 .1 5 6
.1 5 2 5 3 2 1
. . 5 5 6 6 .1
.1 . .
.2 6
.1 6
.1 5
. . .1
.2 5 5
.1
.2
.1
.2 5 5 6 6
.1
.1
. 5 . 6 .1 5 . 2 . 5 . 3 . 2 . 1
. . 1 .6 1
.6 1 2 2 . 1 2 1
.6 1
.5
Aku duwe pitik, pitik tukung Saben dina tak pakani jagung Petog, gogog-petog-petog Endhog pitu tak ngremake netes telu
27
Kabeh trondhol-dhol, tanpa wulu Mendhol-mendhol-dhol, gawe guyu 4. Anting-Anting 5 6 5 3 6 2 3 1 2 1 6 5 2 3 5 3 5 6 5 3 6 2 3 1 2 1 6 5 2 3 5 6 2 1 5 3 1 2 3 2 3 5 6 5 2 3 5 6 2 1 5 3 1 2 3 2 3 5 6 5 2 3 5 6 5 6 5 3 6 2 3 1 2 1 6 5 2 3 5 6 Ompak: 5 6 5 3 6 2 3 1 2 1 6 5 2 3 5 6
5. Arga Dalem
. . . . .2
.1 6 5 . 5 5 6 5 6
.1
.2
. . . . .1
.1
.2
.1
.2
.2
.1 6 3 5 6 5
. . . 6 6 5 6 5 5 5 5 6 . .1
.2
.1
. . . 3 . .2
.1
.2 . 1 2 1 . 6 3 5
. . 2 3 2 3 5 6 . 3 6 5 3 2 1 2 6. Bendrongan Bk : 5 2 5 2 5 3 G 5 3 5 2 5 2 5 3 G 5 3 5 2 5 2 5 6 G 1 6 1 5 1 5 1 6 G 1 6 1 5 1 5 1 6 G 2 3 2 1 6 5 2 3 G
28
7. Bindri
Buka: 5.1 65 35
.1
.2
.1 6 5
A. 6 .1
.2
.1
.2
.1 6 5 6
.1
.2
.1
.2
.1 6 5
B. .1 6 5 3 5 2 3 5
.1 6 5 3 5 2 3 5
8. Bubaran Nyutra
Buka: . 2 . 3 . 5 . 6 . .1 . 6 . 5
A. . 6 . 3 . 5 . 3 . 5 . 2 . 3 . 5 B. . 3 . 2 . 3 . 2 . 3 . 2 . 6 . 5 C. . 2 . 1 . 2 . 1 . 2 . 1 . 6 . 5 9. Budaya Kuncara Buka . 3 5 6 . 3 6 5 3 2 1 2 Ompak . 2 3 . 2 1 3 2 . 1 3 . 5 3 5 6 . 5 5 5 . 3 5 6 . 3 6 5 3 2 1 2 2 x Lagu A. 5 3 2 1 5 6 5 3
B. 5 3 2 1 5 6 5 3 C. 5 3 5 6 3 5 3 6 D. 3 2 3 6 3 5 3 2 E. 3 2 3 6 5 3 5 2 F. 3 5 3 2 3 5 3 6 G. 5 3 5 6 5 3 5 2
Kabudayan kesenian pancen nyata Iku pantes dadi pikukuh kapribadening bangsa Karawitan pedhalangan beksa basa sastra Candhi kraton wis nyata peninggalan kuna Borobudhur kuncara liyan praja Rerengganing kutha wus sarwa tumata Ja lali ja keri nuswantara papan seni 10. Bujang Ganong
. . 6 5 3 5 3 2 3 5 6 2 3 6 5 3 . . 6 5 3 5 3 2 3 5 6 2 3 6 5 3
2 2 2 . 3 1 2 3 .1
.1
.1
.1 6 2
.1 6
29
11. Candi Borobudur Buka 1 1 2 1 2 3 2 1 6 5 1 6 2 1 2 1 6 5 1 6 2 1 2 1 6 5 1 6 5 3 5 3 6 5 1 6 2 1 6 1 6 5 1 6 2 1 6 1 6 5 1 6 3 5 2 3 6 5 1 6 3 5 2 3 6 5 1 6
.1
.1
.1
.1 3 5 6
.1
.1
.1
.1 . 6 5
.1 6
.2
.2
.2
.1
.1
.2
.1
.1
.1 6
.1 . 6 5
.1 6
. 5 5 . 3 6 5 3 3 3 3 5 3 5 .1 6
. . .1
.2
.1
.2 6
.1 . . 5 5 5 6
.1 6
. . .1
.2
.1
.2 6
.1 1 . 5 5 3 5
.1 6
. . 5 5 3 6 5 3 3 5 3 5 3 5 1 6 5 5 5 5 3 6 5 3 3 5 3 5 3 5 1 6 Saindenging jagad raya nyatane ora ana Candhi sing samadhani endahe Borobudur Edi lan endahe sarta daya prabawane Candhi Borobudur pranyata misuwur Dadi tandha yektine kabudayan luhur Mula prayogane rineksa murih tan lebur Pancen wiwit jaman kuna kaguna kita pinunjul 12. Candhi Sukuh Buka . 5 2 3 . 3 4 3 5 6 1 6 2 1 2 3 1 2 6 1 6 1 2 3 6 5 2 3 1 2 1 6 3 5 2 3 5 3 5 6 5 3 5 6
. .2 6
.1 6
.1
.2
.3 .
.2
.2
.2
.1
.2
.6
.1
. . 6 .1 6
.1
.2
.3 5 5 5 5 3 6 5 3
. . .1
.1 6
.2
.1 6 . 5 5 .
.1 6 5 3
. 2 5 3 . 2 5 3 5 2 5 3 5 6 5 6
30
Candhi Cetho lan Sukuh sinawang katon pangkuh Sanadyan prasaja ananging mawa prabawa Dadi tandha yekti luhuring budaya Wiwit kuna Nuswantara wus kaloka Akeh sing durung ngerti papan dununge Candhi Cedhak gunung Lawu winangun awujud tugu Minangka sarana manembah Hyang Widhi Ingkang tansah paring berkah lan rejeki Kala jaman smana Candhi Sukuh lan Cetho Ujaring pra wredha yasan warga Majalengka Kasor andon yuda nasak wanawasa Urip nrima ing sukuning Lawu arga Candhi Sukuh lan Cetho saiki dadi srana Nora mung kinarya sasana manungku puja Nanging uga dadi papan wisata di Sarta uga kanggo noleh jaman kuna 13. Cengkir Gadhing Buka 2 1 6 1 . 1 2 3 6 1 2 1 2 1 2 1 2 3 2 3 2 1 2 1 6 2 1 6 2 1 6 1 2 3 2 3 2 1 6 1 6 2 1 6 2 1 6 1 2 3 2 3 2 1 6 1 6 2 1 6
. . 6 .2 6
.2 6
.1
.1
.1
.1
.2
.1
.2
.3
.3
. . . . .1
.1
.2
.1 . 6 .
.2 .
.1 . 6
. . 6 .2 6
.2 6
.1
.1
.1 6 5 3 3 2 3
. . . .2 .
.1
.2
.1 . . 6
.2 . 1 . 6
. . 6 2 6 .2 6
.1
.1
.1
.1
.2 .
.1
.2
.3
. . . .2 .
.1
.2
.1 5 6
.1
.2 .
.1 6 6
Cengkir cengkir gadhing kinupengan beras kuning Temanten wis sumandhing Dhahar sega punar kanthi polatan suminar Busanane sarwa kembar Para tamu padha tansah njurung pangestu Temantene manggiha rahayu.
31
14. Gambuh Bk : …… 6 Ompak ..66 .565 .2.3 .5.6 ..66 .565 .2.3 .5.6 Lagu A. 3636 32166 B. 3636 6532 C. 5321 3216 D. 3636 2123 E. 6535 3212 F. 6262 6356 G. 2165 2356 Cakepan Enjing bidhal gumuruh Tambur suling gung maguru ngungkung Binarunging krapyak myang watang agathik Kang kapyarsa swaranipun Lir ombaking samodra rob 15. Gedhong Sanga
Buka 2 1 2 3 . 2 3 2 6 1 2 3 2 1 2 3 6 5 3 2 2 3 5 6 3 5 2 3 6 1 2 3 6 1 2 1 1 6 5 3 1 2 6 1 . . 2 2 3 1 2 3 6 6 6 5 3 2 1 2 . 2 2 3 2 3 5 6 . 3 6 5 2 3 5 3
. .1
.1
.1 6
.1
.2
.3 .
.2
.1
.2
.1
.1
.2
.1
. 6 6 6 3 3 2 3 . 2 2 2 1 2 3 1 Candhi Gedhongsana mapan ing lemah bawera Dununge pating prenca pancen wis disengaja Ora waton tinata mesthi ngemu surasa Sinamun samudana nggladhi lantiping rasa Candhi Gedhongsanga ngenguwung mawa prabawa Murih tetep lestari kudu tansah rineksa Warisan adi luhung lambanging budi agung Luhuring kabudayan ajine tanpa pindhan
32
16. Gunung Lawu
Buka . . 6 6 3 6 3 5 . 3 5 6 3 2 1 2 3 6 3 5 3 6 3 2 1 3 1 2 6 5 1 6 3 6 3 6 3 5 2 3 2 3 2 3 1 6 1 2 6 1 2 3 2 1 2 6 . 3 . 6 3 6 3 5 6 3 5 . 3 2 1 2 . 2 2 3 1 2 3 2 . 5 5 5 2 3 5 6 . 3 5 6 . 3 5 6 . 5 6 5 2 3 5 3 . 1 2 3 . 1 2 3 . 2 1 6 1 2 3 2 . 1 1 . 5 6 5 3 . 1 2 3 2 1 2 6 Kae Gunung Lawu sinawang katon biru Sajake isih turu swarane manuk podhang Gumontang neng epang ngoceh swarane gandhang Sinelan unine prenjak sarta branjangan Nanging Gunung Lawu ra rumangsa kaganggu E e Gunung Lawu yen Minggu akeh tamu Menyang grojogan sewu sarta nyang Balekambang Leledhang neng taman lungguh pinggir blumbang Sinambi mriksani endahe sesawangan Taman Balekambang nyata endah sinawang 17. Gugur Gunung Buka: . 3 2 3 . 6 . 5 . 7 . 6 2 . 2 . 6 7 6 7 3 5 7 6 2 7 2 7 6 5 2 3 5 6 5 6 2 3 6 5 2 3 2 3 6 5 3 2 Ayo kanca ayo kanca ngayahi karyaning praja Kono-kene kono-kene gugur gunung tandang gawe Sayuk sayuk rukun bebarengan ro kancane Lila lan legawa kanggo mulyaning negara
Siji loro telu papat bareng maju papat-papat Diulang-ulungake murih enggal rampunge Holopis kuntul baris holopis kuntul baris Holopis kuntul baris holopis kuntul baris
33
18. Gula Klapa
Buka 2 4 5 6 2 1 5 5 A. 6 5 2 1 3 2 6 5 B. 6 5 2 1 3 2 6 5 C. 1 6 2 1 5 6 2 1 D. 2 4 6 5 6 1 6 5 Gula klapa abang putih sang dwi warna Gula klapa pralambang negara kita Watak kendel kulinakna budi asor singkirana Gula klapa dadi srana manunggaling nusantara Gula klapa abang putih sang dwi warna Gula klapa iku minangka pratandha Sagung rakyat Indonesia tunggal sipat rasa karsa Adhedhasar Pancasila ayem tentrem warga bangsa 19. Jago Kluruk Buka 3 5 3 2 5 5 1 6 1 5 2 5 3 2 3 5 3 2 3 2 1 6 2 1 2 3 6 5 3 2 3 5 3 2 6 1 6 5 Ing wayah esuk, jagone kluruk Rame swarane pating kemruyuk Wadhuh senenge sedulur tani Bebarengan padha nandur pari Srengenge nyunar kulon prenahe Manuke ngoceh ana wit-witan Pating cemruwit rame swarane Tambah asri donya saisine 20. Kabudayan Jawi Buka . 5 5 . 3 5 2 3 . 5 1 6 5 3 2 3 3 6 3 5 3 6 5 3 2 1 2 1 5 6 1 6 3 6 3 5 3 6 3 5 2 1 2 1 5 6 1 6 . . 6 6 3 6 3 5 . 3 5 6 3 5 2 3 . . 1 1 2 1 6 1 . 2 2 . 6 2 1 6 . . 6 6 3 6 3 5 . 3 5 6 3 5 2 3 . . 2 1 2 1 6 1 . 2 2 . 6 2 1 6
34
Ayo para kanca amarsudi budaya Mrih saya ngrembaka aja malah sirna Akeh bangsa manca sing padha ngalembana Nyata dadi cihna luhur ing budaya Kabudayan Jawi rerengganing pretiwi Endahe kepati alus merak ati Ora nguciwani gawe renaning ati Lungit mrambawani ngrawit milanggoni Beksan lan gamelan tatah sungging lan wayang Kudu dipepetri aja nganti ilang Ana bangsa manca kepengin dadi dhalang Sregep ajar nembang sindhen karawitan 21. Kandhang Bubrah
Buka Kendhang : . . . 6 A. 3 1 2 3 6 5 2 3 3 2 1 6 B. 3 1 2 3 6 5 2 1 3 2 1 6 C. 5 2 5 3 5 2 5 3 6 5 2 1 3 2 1 6 D. 5 2 5 3 5 2 5 3 6 5 2 1 3 2 1 6 22. Kebo Giro Buka: 5 6 7 2 7 3 7 2 7 6 7 5 A. . 6 . 5 . 3 . 2 . 3 . 2 . 6 . 5 B. . 6 . 5 . 3 . 2 . 3 . 2 . 6 . 5 C. . 6 . 5 . 6 . 7 . 6 . 7 . 6 . 5 D. . 6 . 5 . 6 . 7 . 6 . 7 . 6 . 5 E. . 7 . 6 . 3 . 2 . 3 . 2 . 6 . 5 23. Kebo Giro Kedhu Buka: .
.6 .
.3 .
.6 .
.3 .
.6 .
.5
A. . 6 . 5 . 6 . 3 . 6 . 3 . 6 . 5 B. . 6 . 5 . 6 . 2 . 6 . 2 . 6 . 1 C. . 6 . 1 . 6 . 2 . 6 . 2 . 6 . 1 D. . 6 . 1 . 6 . 3 . 6 . 3 . 6 . 5
35
24. Kebo Giro Gambirsawit Buka: . 2 . 1 . 2 . 1 . 6 . 5 A. . 6 . 5 . 1 . 6 . 1 . 6 . 2 . 1 B. . 2 . 1 . 2 . 6 . 2 . 6 . 2 . 1 C. . 2 . 1 . 3 . 5 . 6 . 5 . 3 . 2 D. . 5 . 6 . 2 . 1 . 3 . 2 . 3 . 5 25. Kecik Manila Buka 2 3 2 6 5 5 A. 3 2 3 5 3 5 3 2 B. 3 2 3 5 6 3 6 5 C. 3 2 3 5 3 2 1 6 D. 2 3 2 1 3 5 3 5 E. 6 3 6 5 3 5 6 5 F. 6 3 6 5 3 5 6 5
Kecik-kecik, kecike manila Prayogane tumrap para mudha Besok dadi wong kang dipercaya Sing becik dienggo, dibuang barang sing ala Oing, uwit gadhung uwit tela Oing, yen wis kadhung aja gela
26. Kembang Mlathi Buka 3 5 6 1 . 2 3 2 6 2 1 6 3 5 6 1 6 2 6 1 3 5 6 1 3 2 1 6 3 2 1 2 6 1 2 1 3 5 6 1 6 2 1 6
. . . . 3 5 6 .1
.1 6
.1
.2
.1 6
.1
.1
. . . . 3 5 6 .1
.3
.2
.1
.2 6
.2
.1 6
. . . . .3
.2
.1
.2 6
.1
.2 .
.1
.1 6
.1
. . . . 3 5 6 .1
.1
.1
.2
.1 6
.2
.1 6
Kembang mlathi warna putih merak ati Kembang mlathi ganda arum amrik wangi Kembang mlathi lambanging ati suci Yen rinonce pantes kagem manten putri
36
Kembang mlathi rerengganing widodari Ganda wangi agawe ayeming ati Kembang mlathi yen sore disirami Kembang mlathi tinandur neng tamansari 27. Kupu Kuwi A. Umpak
B. Lik 5 3 5 6 .1 6
.1
.2
.3
.2
.1 6
.2
.1 6 5
.3
.3
.2
.2
.1
.1 5 6
.2
.2
.1
.1 6 5 6 5
2 3 5 6 5 3 3 2 Gerongan
. 5 . 3 . 5 . 6 . .1 . 6 .
.1 .
.2
. .3 .
.2 .
.1 . 6 .
.2 .
.1 . 6 . 5
. . .3
.3 . .
.2
.2 . .
.1
.1 6 5 3 6
. . .2
.2 . .
.1
.1 . . 6 5 5 6 6 5
. 2 . 3 . 5 . 6 . 5 . 3 . 6 . 5
5 5 2 3 5 5 6 6 .2
.1 6 5 6 3 . 2
Kupu kuwi tak encupe Mung abure ngewuhake Ngalor, ngidul, ngetan bali ngulon Mrana, mrene, mung saparan-paran Mbok ya mencok tak encupe Mentas mencok cegrok Banjur mabur kleper 28. Kutha Sala Buka . 2 1 . 6 2 1 6 . 1 2 1 6 2 1 2 6 5 3 5 6 2 1 2 6 2 1 3 2 3 5 1 6 2 1 2 6 5 3 5 6 5 3 5 6 2 1 2 6 2 1 2 6 . . . 1 . 1 5 6 . 3 5 . 5 3 5 6
37
. . 6 1 6 1 6 . 6 1 6 1 . . 3 2 . 5 5 . 5 3 5 6 6 1 2 1 6 2 1 6 . 5 3 5 2 3 5 6 . 5 3 5 1 6 5 6 . 2 1 . 6 2 1 6 6 1 2 1 6 2 1 6 Kutha Sala resik lan tumata Pantes Kalamun nampa Adipura Kutha Surakarta Bersih Sehat Rapi Indah Ganep kaping limane nampa pangalembana Wujud Adipura pratandha resik tumata 29. Lela Ledhung 6 7 2 7 5 6 2 3 7 2 5 3 6 2 6 7 6 7 2 7 5 6 2 3 7 2 5 3 6 2 6 7 6 7 5 6 2 3 2 7 3 2 3 2 5 6 3 2 3 . . 7 5 6 2 3 7 2 5 3 6 2 5 3
30. Mahesa Kurda Buka : 1 6 3 2 3 1 5/5 5 A. 6 5 3 2 3 2 6 5 B. 6 5 3 2 3 2 6 5 C. 6 5 2 1 2 1 6 5 D. 6 5 2 1 2 1 6 5 E. 1 6 3 2 3 2 6 5 Bendhe umyung tengara budhaling wadya Kang tinata carub wor dadi sajuga Sang Panganjur aba-aba nabuh tambur Teteg ajeng suling peling nut wirama Kalamun cinandra pan yayah mahesa kurda. 31. Mahkamah Konstitusi Buka . 3 5 6 . 3 6 5 3 2 1 2 Ompak . 2 3 . 2 1 3 2 . 1 3 . 5 3 5 6 . 5 5 5 . 3 5 6 . 3 6 5 3 2 1 2 2 x Lagu A. 5 3 2 1 5 6 5 3
B. 5 3 2 1 5 6 5 3 C. 5 3 5 6 3 5 3 6
38
D. 3 2 3 6 3 5 3 2 E. 3 2 3 6 5 3 5 2 F. 3 5 3 2 3 5 3 6 G. 5 3 5 6 5 3 5 2
Mahkamah Konstitusi, Dhandhanggula
Tersebutlah lembaga negari Mahkamah Konstitusi namanya Hasil proses amandemen Konstitusi yang baru Dengan arah berdemokrasi Tata praja dijaga Supremasi hukum Dijunjung rakyat aparat Kebenaran keadilan dihormati Ketentraman tlah datang
Mahkamah Konstitusi, Kebangsaan Undang-undang di Mahkamah Konstitusi Itu tempat pengujian hukum yang tertinggi Sengketa antar lembaga rampung dengan saksama Para hakim bijaksana tanpa purbasangka Demi bangsa negara Indonesia Slalu kerja keras serta hati ikhlas Semangat bersatu ke depan bisa maju Pengalaman dalam hidup kebangsaan Slalu muncul sikap perbedaan dan pandangan Bahasa dan budaya beraneka rupa Binneka Tunggal Ika itu semboyannya Pancasila dasar negara kita Undang Undang Dasar Empat Puluh Lima Mahkamah Konstitusi pengawal konstitusi. 32. Manuk Podhang Buka 2 1 2 3 . 2 1 2 6 1 2 1 6 1 2 3 1 2 6 1 6 1 2 1 5 6 1 2 6 1 2 1 3 5 1 6 2 3 2 3 2 1 2 1 6 1 6 1 3 2 1 6
39
. . . . 6.1
.2
.3
.3
.2
.3
.2
.1 6
.1
.1
. . . . .2
.1 6
.1 3 5 6
.1
.1 6
.1
.2
. . . . .1
.1
.2
.1 6 6 6 5 6 3 5 6
. . . . 6 1 2 3 3 2 3 2 1 6 1 1
. . . . 2 .1 6
.1 3 5 6
.1
.3
.2
.1 6
Manuk Podhang padha ngoceh aneng epang Wayah esuk gumontang swarane gandhang Mung emane saiki wis arang muni Wis ginanti swara mesin rina wengi Manuk Podhang saya suwe saya ilang 33. Manyar Sewu
Buka . .1 . 6 .
.1 . 6 . 3 . 2
A. . 5 . 3 . 5 . 3 . 5 . 3 . 6 . 5 B. . 6 . 5 . 6 . 5 . 6 . 5 . 3 . 2
C. . 3 . 2 . 3 . 2 . 3 . 2 . .1 . 6
D. . .1 . 6 .
.1 . 6 .
.1 . 6 . 5 . 3
34. Mari Kangen Buka: . . 3 . 3 5 3 2 . 3 . 1 . 6 . 5 . 5 5 5 3 2 3 5 . 5 5 5 6 3 2 1 . 1 2 3 5 3 2 1 . 1 3 2 1 2 3 5 Rep . . 2 1 5 6 2 1 5 6 1 6 2 1 6 5 . . 2 3 . 2 5 3 . . 1 2 3 5 6 5 . . 3 1 6 5 3 2 . . 3 5 3 2 1 6 . 1 . 5 . 1 . 6 . 1 . 5 . 1 . 6 . . 6 . 6 5 6 2 . 6 1 5 6 5 3 2 . 1 6 5 . 3 2 1 . 3 1 2 . 1 6 5 . . 5 . 5 3 2 1 3 2 1 2 . 1 6 5 E jebul kae sing tak anti-anti wis tekan kene Wis rada suwe babar pisan ora krungu kabare Sajake rada lalen mung tansah dadi impen Yen pinuju nggeget lathi eseme amerak ati
40
E mari kangen muga-muga tansah tegen Atiku dadi tentrem amulat netra kang tajem Mari kangen mulat sira netra tajem tyas jatmika. 35. Mbok Yo Mesem Buka 5 5 2 5 3 . 5 . 3 1 . 1 1 A. 5 6 5 3 5 2 5 1 3 2 1 3 1 2 3 5
6 5 6 .1 6
.1 6 5
2 3 5 3 5 3 2 1 B. 2 1 2 1 2 3 2 1 2 1 2 1 5 6 1 2 3 1 6 5 3 2 3 1
6 .1 6 5 3 2 3 1
3 2 3 1 3 2 3 5 6 5 6 5 3 2 3 1
3 3 2 1 6 .1 6 5
3 5 3 5 3 2 3 1
E e e mbok ya mesem, mrengut pedahe apa E e e mbok ya mesem, susah pedahe apa Panjalukku dak tetepa ing janji Aja ewa aja tansah cuwa Nadyan aku uga tan selak ing janji E mesema tansah takenteni Yo bareng angudi luhuring kagunan Watone tumemen mesthi kasembadan. 36. Menthog-Menthog Buka . . . 3 6 5 2 1 6 5 6 5 . 3 . 2 A. . 3 . 2 . 3 . 2 . 3 . 2 . 5 . 3 . 5 . 3 . 5 . 3 . 5 . 3 . 2 . 1 . 2 . 1 . 2 . 1 . 2 . 1 . 3 . 2 . 3 . 2 . 3 . 2 . 3 . 2 . 5 . 6 B. 6 6 6 6 6 3 5 6
41
2 1 6 3 6 5 3 5 2 3 5 6 5 3 6 5 2 3 5 6 5 3 6 5 2 2 2 2 2 3 5 6 2 1 6 3 6 5 3 2 Gerongan . . 6 6 . . 6 6 . . 6 3 5 5 6 6
. .2
.3
.1
.2 6 5 6 6 . 6
.1
.2
.1 6 5
5 5 2 3 5 5 6 6 6 6 5 3 5 6 5 5 5 5 2 3 5 5 6 6 6 6 5 3 5 6 5 5 . . 2 2 . . 2 2 . . 2 3 5 5 6 6
. .2
.3
.1
.2 6 5 3 . 6 . 5 . 3 . 2
Menthog, menthog, tak kandhani Mung solahmu angisin-isini Mbok ya aja ngetok ana kandhang bae Enak-enak ngorok ora nyambut gawe Menthog, menthog, mung lakumu Megal-megol dadi guyu 37. Nganjuk Mranani Buka . 3 5 6 . 3 6 5 3 2 1 2 Ompak . 2 3 . 2 1 3 2 . 1 3 . 5 3 5 6 . 5 5 5 . 3 5 6 . 3 6 5 3 2 1 2 2 x Lagu A. 5 3 2 1 5 6 5 3
B. 5 3 2 1 5 6 5 3 C. 5 3 5 6 3 5 3 6 D. 3 2 3 6 3 5 3 2 E. 3 2 3 6 5 3 5 2 F. 3 5 3 2 3 5 3 6 G. 5 3 5 6 5 3 5 2
Kutha cilik sangisore Gunung Wilis iku pantes dadi pecangkramaning pra turis yo kanca ning Seduda ing perenging arga lelumban lan byur-byuran weh bagasing raga rampung njajan nginep neng pesanggrahan wis mesthi kepranan nyawang kaendahan Jo lali jo keri kutha Nganjuk mranani Wadhuk Ngomben saperenge Gunung Pandhan
42
Iku dadi proyek kacukupan sandhang pangan Ngocori sabin-sabin sakeloring kutha Mesthi agawe pengin wong sing padha teka sumur kompor ing ngendi-endi ana Tandur-tandur subur mesthi gawe makmur Ja lali ja keri kutha Nganjuk ngenteni.
Kabudayan kesenian pancen nyata Iku pantes dadi pikukuh kapribadening bangsa Kerawitan pedhalangan beksa olahraga Candhi Ngetos wis nyata peninggalan kuna Pembangunan kuncara liyan praja Rerengganing kutha wus sarwa tumata Ja lali ja keri kutha Nganjuk nggon seni.
38. Pancasila Sekti
Buka 2 1 2 1 3 2 1 6 2 1 6 1 6 5 2 3 2 1 6 1 3 2 1 6 2 1 6 1 6 5 2 3 2 1 6 1 3 2 1 6 2 1 2 1 2 3 2 3 2 1 2 1 2 6 2 6
. . . . .2 6
.1
.1 2 6 5 3 5 3 3 .
. . . .1
.1
.2
.1 . 6
.1
.2 6
.1 6 6 .
. . . . .2 6
.1
.1 2 6 5 3 5 3 3 .
. . . 3 5 6 .1 6
.1
.3
.2 6
.1 6 6 .
. . .2 . .
.1
.1
.1
.1
.1
.2 .
.2
.3
.2 6
. . .2 . .
.1
.1
.1
.1
.3
.2 6
.1 6 6 .
Nyatane saiki wis padha ngerti Pancasila pancen sanyata sekti Bola bali mung tansah dicidrani Nanging uga tansah
43
39. Prau Layar Buka . 6 6 . 6 5 6 1 . 2 . 1 5 . 5 5 A . . 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 . 6 . 1 . . 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 . 6 . 5 . . 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 . 6 . 1 . . 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 . 6 . 5 B. 5 5 5 5 6 1 6 5 6 5 3 2 5 3 2 1 5 5 5 5 6 1 6 5 6 5 3 2 5 3 2 1 2 1 2 1 2 5 6 1 2 1 2 1 5 6 1 2 3 2 3 2 5 3 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 6 5 4 5 6 5 6 5 3 2 5 3 2 1 3 2 3 2 3 2 3 2 6 5 6 1 2 1 6 5 Yo kanca neng gisik gembira Alerab-lerab banyune segara Angliyak numpak prau layar Ing dina Minggu keh pariwisata Alon praune wus nengah Byak-byuk byak banyu binelah Nora jemu-jemu sajak mesem ngguyu Ngilangake rasa lungkrah lesu Adhik njawil mas jebul wis sore Witing kalapa katon ngawe-awe Prayogane becik bali wae Dene sesuk esuk tumandang nyambut gawe. 40. Purnama Sidi Buka . 3 6 . 2 3 5 6 . 2 3 5 1 6 5 6 3 6 3 5 2 1 2 6 5 3 5 6 2 1 2 6 2 1 2 3 6 5 2 3 2 3 5 6 1 5 1 6 . 6 6 3 6 5 3 5 1 1 2 1 6 5 1 6 . 1 1 . 5 3 5 6 . 1 2 1 6 5 1 6 6 6 6 . 6 1 2 3 5 5 5 5 2 3 5 3 . 3 3 . 2 3 5 6 2 3 2 1 6 5 1 6 Padhange kaya rina rembulan purnama Sawangen ing gegana langite tanpa mega Asri lamun dinulu resik semubiru Kaya banyu segara biru maya-maya Rinengga lintang najan kalah lan rembulan Wanci purnama sidhi cahyane anelahi
44
41. Randhu Sanga Buka 6 5 2 3 5. 3 5 . 1 6 5 6 2 1 6 1 6 5 2 3 2 3 5 6 2 1 2 6 2 1 6 1 6 5 2 3 6 5 2 3 5 6 1 6
. . .1
.2
.1 2
.6 61 . 3 5 3 5 2 3
. . 2 3 5 6 5 6 . .1
.2
.1 6
.2
.1 6
. . .1
.2
.1
.2 6 61
. . 3 5 3 5 2 3
. 5 5 5 3 3 3 3 . 5 5 5 .1 6 5 6
Sing nate dak rungu agawe gumunku Dongenge ibuku yen arep mapan turu Kowe dak kandhani nanging kudu janji Aja padha gumuyu yen pancen ora lucu Saka rumangsaku sarta pamikirku Ora mulih nalar ing jaman gagrag anyar Nanging dhek semana beda lan saiki Lelakon neka warna keh crita ngayawara Dak wiwiti crita rikala samana Ki Rangga Panambang kondhang kaonang-onang Sekti mandraguna tur sarwa sembada Maiyantu Samber Nyawa merong akampuh jingga Goteking bebrayan Ki Rangga Panambang Anggarwa Putri Jim lan wanita satuhu Aneng jero Pura yekti winisudha Pangkat warangka praja mandhegani pra wdya Manggala sanyata gegedhuging praja Tan mingkuh pakewuh kalamun magut pupuh Tekan titi mangsa pungkasaning yuswa Sumar ing astana kang aran Randhu Sanga 42. Rawa Pening
Buka . . . 2 1 2 6 1 6 5 6 5 2 3 5 3 2 1 6 1 6 5 2 3 2 3 5 6 5 2 5 3 1 6 1 2 6 5 3 5
45
2 3 5 6 3 2 1 2 1 6 1 2 6 5 2 3 2 1 2 3 6 5 3 2
. . . .2
.1
.2 6
.1 . . 6 6 3 5 2 3
. . 2 3 2 3 5 6 . . 5 2 5 6 5 3 . . . . 1 6 1 2 . . 6 6 5 5 3 5 . . . . 2 3 5 6 . . 3 3 2 2 1 2 . . . 1 1 6 1 2 . . 6 6 5 5 2 3 2 1 6 1 2 3 2 3 6 5 6 5 3 2 1 2 Banyune bening banyu Rawapening Simbah tau ndongeng aku isih eling Ana wiku ing gunung Merbabu Tan kanyana ketekan taksaka Sang wiku ngungun ula dikon lunga Tapa ing gunung Merbabu pethit sirah nganti temu Bacute crita aku rada lali Dha nyuwuna priksa bapak lan bu guru Mengko mesthi bakal didongengi Rawa Pening criuta ndudut ati Jaman saiki wis arang keprungu Sedurunge mapan turu didongengi bapak ibu 43. Ricik-Ricik Buka: 6 . 3 5 6 . 5 3 2 . 3 5 6
A. . 3 . 5 . 6 . 5 . 6 . 5 . .1 . 6
. 3 . 5 . 6 . 5 . 6 . 5 . .1 . 6
B. . 3 . 2 . 3 . 2 . 3 . 2 . .1 . 6
. 3 . 2 . 3 . 2 . 3 . 2 . .1 . 6
44. Ricik Ricik Banyumas Buka : 2 3 5 3 6/6 6 A. 1 6 3 2 5 3 2 1 B. 2 3 5 3 5 6 1 6 Ricik kumricik gimrising wis rata Sedhela maning bapakne wis teka Inyong kaget adhuh rika mbeta napa Bungkus pethak niku isi sega
46
45. Ringin Kurung Buka . 3 5 3 2 3 5 6 . 1 2 1 5 6 1 3 5 1 5 6 5 1 5 6 2 3 5 6 5 3 5 6 5 1 5 6 5 1 5 6 2 3 5 6 5 3 5 6
. .1
.1
.1 5 6 6 6 5 6 5
.1
.1
.1 5 6
. . 3 3 2 3 5 6 5 3 2 3 2 3 5 6
. . .1
.1
.1
.1 5 6 5 6
.1
.1
.1
.1 5 6
. . 3 3 2 3 5 6 5 3 2 3 2 3 5 6 Ing tengah alun-alun mesthi ana ringin kurung Iku tandha yekti tumrap kraton tanah Jawi Yoeya Surakarta Demak Pajang Majalengka Niru Suralaya kedhatone para dewa Ana ing Suralaya ringin mau darbe nama Aran dewandaru kalawan Wijayandaru Lambang kawibawan sarta agunging kamulyan Mula para kuna banget anggone precaya Nganti saiki ringin kurung disajeni Wujud kembang menyan ngobong dupa lan kendhuren Adat pakulinan sing wis ketinggalan jaman Ora mulih nalar tumrap jaman gagarag anyar 46. Rujak Jeruk Bk. 262655
1515 1526 2626 2615
47. Sega Liwet
. . .2
.2
.2
.2
.1
.1 6 6 5 5 3 1 2 3
. . .1
.2
.1 6 5 6 5 5 5 5 5 6
.2
.1
. . 2 3 5 6 5 6 .1
.1
.1
.1
.3
.2
.1 6
5 5 .1 6 5 5 3 3 2 1 2 3 5 6 5 3
.1
.1
.1 .
.3
.2
.1 6 5 5 3 5 3 2 1 2
47
48. Segara Kidul
Buka . . 2 2 2 5 2 3 . 2 5 3 1 2 3 2 3 5 2 3 1 5 1 6 5 2 5 3 2 1 2 6 3 5 2 3 2 1 2 6 5 2 5 3 6 5 3 2
5 5 5 2 3 5 3 3 .1
.1
.1 5 6
.1 5 6
.1
.1
.2 1 6 5 2 3
.1
.1
.1
.1
.3
.2
.1 6
5 5 5 2 3 5 3 3 .1
.1
.1 5 6
.1 5 6
2 2 2 . 6 1 2 3 6 5 6 5 3 2 1 2
Ombaking segara Kidul yen cinandra kadi gunung Kang andulu padha ngungun sumurup gedhening alun Wayah bengi krasa sepi ing pesisir suwung Yen nyawang sisih kidul katon jembar tanpa tepi Gumuruh swaraning alun jumegur kadi kinebur Lembak-lembak alun galak keh pesiisr padha rusak Tinerjang krodhaning ombak gunung karang padha mendhak Mengkono kahanane agawe gawoking ati
49. Sendhang Drajat
Buka . 3 5 . 5 3 5 6 . 5 3 5 1 6 5 6 3 6 3 5 3 6 3 2 1 3 1 2 6 5 2 3 2 3 2 3 1 6 5 6 5 6 1 6 3 5 3 2 2 3 2 1 3 2 1 6 . 3 5 6 5 5 3 5 5 5 3 6 2 2 2 2 . 1 2 3 1 2 3 2 . . 5 6 5 2 5 3 . 5 3 . 2 1 2 3 . 1 1 1 6 6 5 6 . 5 1 6 . 5 1 6 . 1 6 1 6 5 2 3 . 2 1 . 3 2 1 . 1 3 2 6 2 1 6 Cedhake Arga dalem ana sendhang memper tlaga Sinebut sendhang drajat kena kangge nandha Bisa lan orane bakal kanggonana drajat Lan pangkat kamulyan rinoban bandha donya Iku ya jarene ujare para kuna
48
Ing donya akeh crita lan kahanan neka warna Akeh sing ngayawara mula sing waspada Aja padha kelu rembug sing pait madu Pikiren gagasen ja padha grusa-grusu Jaman saya maju yen kliru digeguyu 50. Singa Barong Pralaya Buka . 3 6 . 3 6 3 5 . 3 5 6 3 5 6 5 3 6 3 5 3 6 3 5 3 2 3 1 2 1 6 5 3 6 3 5 3 6 3 5 3 2 3 1 2 1 6 5 3 6 3 5 3 6 3 5 3 2 3 1 2 1 6 5 . 5 6 . 5 5 . 2 3 5 6 . 5 3 5 . . 1 2 . 3 1 . 3 1 3 2 . 1 6 5 . . 5 6 . 5 5 . 2 3 5 6 . 5 3 5 . . 1 2 . 3 1 . 3 1 3 2 . 5 3 5 . . 2 2 . 3 1 . 3 1 3 2 . 1 6 5 . Bujang Ganong mungsuh Singo Barong Jaran kepang maju ing palagan Saya rame campuhing yuda Kang dulu padha miris digdaya Pungkasane Singo Barong pralaya 51. Singa Nebak Buka: .
.5
.3
.2 .
.5
.3
.2 .
.6
.5
.3
A. . 5 . 3 . 5 . 3 . 2 . 3 . 2 . .1
B. . 2 . .1 . 2 .
.1 . 3 . 5 . 3 . 2
C. . 3 . 2 . 3 . 2 . 5 . 6 . 5 . 3 Wirama lamba janturan:
.1 6 5 3
.1 6 5 3
.1 6 5 3 6 5 6
.1
3 5 6 .1 3 5 6
.1 3 5 6
.1 6 5 2 3
6 5 3 2 6 5 3 2 6 5 3 2 6 5 5 3
Getar tambur bendhene munya angungkung Suling sesauran selompret tetep nindhihi Sigra mangsah lumampah anut wirama
49
52. Slendhang Biru Buka . 5 1 6 . 5 . 3 2 . 2 2 A. 3 2 1 6 5 6 1 2 3 2 1 6 5 2 3 5
6 5 6 5 6 .1 2 1
B. 2 1 2 1 5 6 1 2 3 2 1 2 5 6 1 2 3 5 3 2 5 2 3 5 2 5 2 5 2 5 2 1
6 .1 6 5 3 2 1 2
3 2 1 6 5 6 1 2 3 2 1 6 5 2 3 5 2 . 2 2 . . . 2 53. Surabayan Buka: 2 . 1 . 2 . 1 .
.6 .
.5
A. . 6 . 5 . 3 . 2 . 6 . 5 . 2 . 1 B. . 2 . 1 . 2 .
.6 . 2 . 1 .
.6 .
.5
54. Suwe Ora Jamu Bk : 3565 3216 Lagu : A. 2353 1232 B. 3565 3216 Cakepan : Suwe ora jamu Jamu godhong tela Suwe ora ketemu Ketemu pisan gawe gela
Suwe ora jamu Jamu godhong keningkir Suwe ora ketemu Ketemu pisan dadi pikir
50
55. Taman Bale Kambang
Buka . 5 6 . 5 6 5 3 . 1 2 1 5 6 1 6 5 6 1 6 2 1 2 6 2 1 3 2 3 1 2 6 2 1 3 2 6 1 2 3 5 6 5 3 2 1 2 6 5 6 5 3 2 1 2 6
. . 6 5 3. 5 5 6. . . 21 1 6. .1 6. 6
. . .2
.1 6.
.1
.2
.2 . .
.3
.1 6.
.1 6. 6
. . .2
.1 .
.3 5.
.2 . .
.1
.1 .6 1
.1
.2
.3
. . 5 6 . 165 3 . . .1
.2 3.
.1 56 6
. . 5 6 . 165 3 .1
.1
.1
.1 31
.
.2 61
. 6
56. Tropongbang Buka : 3 1 3 2 5 6 1 2 5/5 5 A. 3 2 3 2 1 6 4 5 B. 3 2 3 2 1 6 4 5 C. 1 6 1 6 4 2 4 5 D. 1 6 1 6 4 2 4 5 + ^ BK 3 1 3 2 5 6 1 2 1 6 3 (5) ^ p ^ p ^ p ^ A 3 1 3 2 3 1 3 2 5 6 1 2 1 6 3 (5) 3 1 3 2 3 1 3 2 5 6 1 2 1 6 3 (5) ^ p ^ p ^ p ^ B 1 2 1 6 1 2 1 6 5 6 1 2 1 6 3 (5) 1 2 1 6 1 2 1 6 5 6 1 2 1 6 3 (5) Segar bugar candranipun Makaryo sedino tan karaso Datan ngetung ing wanci Mung beteke ben katon blabuhano
51
57. Tumlawung Buka: . 6 6 . 2 1 6 5 . 1 . 2 . 5 . 6 2 1 6 3 6 2 6 1 2 1 6 5 1 2 3 1 2 1 6 3 6 2 6 1 2 1 6 5 1 2 5 6 5 6 1 2 1 5 2 1 2 1 6 4 2 6 4 5 5 5 6 3 6 2 6 1 2 1 6 5 1 2 5 6 ompak: 2 1 6 3 6 2 6 1 2 1 6 5 1 2 5 6 58. Wayah Esuk Buka . 1 5 . 1 6 5 6 . 3 5 6 3 2 1 2 5 3 5 3 2 3 5 6 5 6 5 6 3 2 1 2 3 2 3 2 5 6 5 3 5 3 5 3 2 3 5 6 3 6 3 6 3 2 1 2 . 5 2 3 . 2 5 3 5 2 3 . 2 3 5 6 . 3 5 6 2 3 5 6 . 3 3 3 2 2 1 2 . 6 1 2 . 1 3 2 . 5 5 5 1 6 5 3 . 5 2 3 . 2 5 3 5 2 3 . 2 3 5 6 . 3 5 6 . 3 5 6 . 3 3 3 2 2 1 2 Srengenge wayah esuk sumorot madhangi punthuk Pucuk gunung kang mbrenjul iku aran Gunung Gandhul Cedhake Plintheng Semar ing kutha Wonogiri Angin tis sumilir agawe tentreming ati Saben minggu cobanen mungguh pucuk gunung gandhul Yen ati sebel suwe-suwe dadi anyel Mara enggal sirnakna rasa sebel ngrusak raga Munggah pucuking gunung dhuwure ra sepiroa Rada kesel sedhela rasa sebel dadi sirna Nuli ganti swasana ati mangkel dadi lega
52
59. Wrahatbala Buka: 1
.6 1
.6 3 2
A. 3 2 1 .6 1
.6 3 2
B. 3 2 1 .6
.5
.3
.2
.6
C. 5 3 2 3 2 1 2 .6
D. 5 3 2 3 2 1 2 .6
E. 2 3 2 1 .6
.5 3 2
60. Yogyaning Kendhang Lancaran Buka ttpb tppp Lampah Ptpp pbpp pbpp pbpp Ptpp pbpp pbpp pbpp Suwuk Ptpt pbpt bptb tpp
53
BAB V
LAGU LANGGAM
Langgam Lara Wuyung
Pl. 6
. . . 1 3 2 5 3 1 2 3 5 2 3 2 1
2 3 2 1 3 2 5 3 1 2 3 5 2 3 5 6
5 6 1 2 3 5 6 1 2 1 3 2 1 2 3 5
3 5 . 1 3 2 5 3 1 2 3 5 2 3 5 6
Langgam Tamansari
Pl. 6
Buka: Celuk . . . 5 . 6 . 4 . 6 . 5
. 4 . 5 . 6 . 1 . 2 . 4 . 2 . 1
. 6 . 4 . 6 . 5 . 6 . 1 . 6 . 5
. 4 . 5 . 6 . 1 . 2 . 4 . 2 . 1
. 1 . 2 . 4 . 1 . 2 . 3 . 5 . 6
. 5 . 6 . 5 . 4 . 6 . 5 . 4 . 2
. 2 . 4 . 6 . 5 . 6 . 4 . 6 . 5
. 6 . 5 . 6 . 1 . 2 . 4 . 2 . 1
Langgam Tamansari
Ompak:
2 4 6 5 6 1 6 5 4 5 6 1 5 4 2 1
. . . 5 6 1 6 5 4 5 6 1 5 4 2 1
2 4 6 5 6 1 6 5 4 5 6 1 5 6 2 1
2 1 2 1 6 5 2 1 5 6 5 4 5 6 1 2
1 2 4 5 6 1 6 5 4 5 6 1 5 4 2 1
54
Langgam Ali-Ali
Sl. Manyura
Buka: Celuk
A. 1 6 3 5 3 2 3 1 5 6 3 2 3 2 3 1
2 1 6 5 3 2 3 1 2 1 3 2 5 3 2 1
5 6 1 6 2 5 6 3 5 3 5 3 5 6 2 1
2 1 6 5 3 2 3 1 6 1 3 2 3 2 1 6
2 1 6 5 3 2 3 1 6 1 3 2 3 2 1 6
Ompak:
2 1 6 5 3 2 3 1 6 1 3 2 3 1 2 6
Bawa Dhandhanggula : Jenang gula glali aja lali Ali-ali niki sulih kula Aja dianggep sepele Kula mbotena melu Amung ati tansh nggondheli Yen dadi lara gela Sedhih rinten dalu Ketok ketoken kewala Nganti-anti mbesuk apa bakal bali Yen bali beja kula. Langgam : Ngagema ali-aliku pamrihe aja lali marang aku Nadyan kula mboten melu mbesuke Ngelingana lelabetku Lamun embane cepaka emane Amung tansah gawe cuwa Iki embane kencana pamrihe Tansah manggiha raharja Yen nganti ilang mripate jarene nemahi rubeda Yen nganti dinggo wong seje mbesuke Wis mangsa bodhowa Pilihanku mripat biru pamrihe Mrih sulistya ingkang warni Yen takon isi atiku mbesuke mriksasana ali-ali.
55
Anting-Anting
Pl. 6
5 6 5 3 6 2 3 1
2 1 6 5 2 3 5 3
5 6 5 3 6 2 3 1
2 1 6 5 2 3 5 6
2 1 5 3 1 2 3 2
3 5 6 5 2 3 5 6
2 1 5 3 1 2 3 2
3 5 6 5 2 3 5 6
5 6 5 3 6 2 3 1
2 1 6 5 2 3 5 6
Ompak:
5 6 5 3 6 2 3 1
2 1 6 5 2 3 5 6
56
BAB VI
LAGU AYAK-AYAK DAN SREPEG
Ayak-ayakan Pathet 6
Buka:
5 6 5 6
6 5
A. 3 2 3 5 6 5 6 5 3 5 6 3 5 3 2
B. 5 6 5 3 5 6 5 3 2 1 2 2 1 2 3
C. 5 6 5 3 2 1 3 2
D. 3 2 3 5 3 2 3 5 2 3 5 3 5 2 3 5
5 6 5 6 3 2 1
Ayak-Ayakan Panjang Mas
Sl. Pt. 6
Buka:
A. 6 5 6 5 6 5 6
6 5 3 5
B. 3 2 3 5 6 5 6
5 3 5 6 3 5 3 2
5 6 5 3 5 6 5 3
2 1 2 2 1 2 3
5 6 5 3 2 1 3 2
.2
.1
.3
.2
.1
.6
.6
.5
.3
.5
.6
.1
.2
.1
.3
.2
.1
.6
.6
.5
.3
.5
57
C. . 6 6 . 6 5 3 5 . 2 2 . 6 5 3 5 2 3 2 5 2 1 2 2 1
. 6 6 . 6 5 3 5 . 2 2 . 6 5 3 5 2 3 2 5 2 1 2 2 1
D. 3
E. 1 3 5 3 2
1 3 2 1 3 2 5 3
1 2
1 2
1
5 1 3 5 3 2
1 6 3 2 1 3 2 5 3
1 2
1 2
5 2 3 5
F. 3 2 3 5 6 5 35 6 3 5 3 2
5 6 5 3 5 6 5 3 2 1 2 6 2 1 2 3
5 6 5 3 2 1 3 2
2 3 5 3 5 2 3 5
Suwuk:
1 3 2 1
.6
.6
.5
.6
.6
.5
.2
.3
.5
.6
.5
.3
.2
.5
.6
.3
.2
.5
.6
.3
.2
.5
.6
.6
.6
.6
.6
.5
.3
.2
.6
.5
.3
.2
.6
.5
.2
.3
.5
.3
.5
.3
.5
.3
.5
.6
.3
.5
.3
.2
.6
.5
.6
.3
.2
.5
.6
.3
.2
.6
.3
.2
.5
.6
.6
.6
.6
.5
.3
.2
.6
.5
.3
.2
.6
.5
.2
.3
.5
.3
.5
.3
.5
.3
.5
.6
.3
.5
.3
.2
.6
.5
.3
.2
.6
.5
.2
.3
.5
.3
.1
.2
.1
.6
.5
.3
.5
.6
.5
.3
.5
.6
.5
.3
.5
.6
.5
.6
.6
58
Srepegan
Sl. Pt. 6
Buka: 2 3 5
A. 6 5 6 5 2 3 5 3
B. 5 3 5 3 5 2 3 5 6 5 3 6 5 3 2
C. 3 2 3 2 3 5 6 5
D. 6 6 6 5 6
E. 6 6 1 5 6 65 3 2 3 5
F. 6 5 6 5 2 3 5 3
G. 5 3 5 3 5 2 3 5 6 5 3 6 5 3 2
H. 3 2 3 2 3 5 6 5
Srepegan Pinjalan
Sl. Pt. 6
A. . . 6 . 3 . 6 5 . . 6 . 3 . 6 5
. . 2 . 5 . 2 3 . . 5 . 2 . 5 3
. . 5 . 2 . 5 3 . . 6 . 5 . 3 5
. . 6 . 3 . 6 5 . . 3 . 1 . 3 2
B. . . 3 . 1 . 3 2 . . 3 . 1 . 3 2
Ayak-ayakan Pathet 9
Buka:
A. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6 . . . 5
. . 6 . 5 . 6 . 5 . 3 . 5 . 6 . 5 . 3 . 5 . 6 . 3 . 2 . 3 . 5
.1
.1
.1
.3
.2
.1
.2
.1
.1
.1
.1
.3
.2
.1
.2
.1
.2
.1
.3
.2
.1
59
. 3 . 2 . 3 . 5 . 3 . 2 . 3 . 5 . . 6 . 5 . 6 . 5 . 3 . 2 . 1
B. . 2 . 3 . 2 . 1 . 2 . 3 . 2 . 1 . 3 . 5 . 3 . 2 . 5 . 3 . 5 . 6
. 5 . 3 . 5. 6 . 5 . 3 . 5 . 6 . 2 . 3 . 2 . 1
. 3 . 2 . 3 . 5
. 3. 2 . 3 . 5 . 3 . 2 . 3 . 5 . 3 . 2 . 1 . 2 . 3 . 5 . 6 . 5
. 3. 2 . 3 . 5 . 3 . 2 . 3 . 5 . . 6 . 5 . 6 . 5 . 3 . 2 . 1
Suwuk:
. 2 . 3 . 2 . 1 . . . .
Ayak-Ayakan Tlutur
Sl. Pt. 9
A. . 6 . . 6 . . 6 . 5 . 3 . 5 . . 6 . 5 . 6 . 5 . 3 . 2 . 3
B. . 6 . . 6 . . 6 . 5 . 3 . 5 . 2 . 3 . 2 . 1
. 3 . 5 . 6 . 5 . 3 . 5 . 6 . 5 . 3 . 2 . 1. 2 . . . .
. . . . . . . . . . 6 . 5 . 6 . 2 . 3 . 5 . 3
Srepegan Tlutur
Sl. Pt. 9
Buka: 2 3 5
A. 6 5 6 5 6 5 6 5 3 2 3
B. 6 5 3 5 2 3 2 1
C. 3 5 6 5 3 2 1 2 3 5 6 5
D. 3 5 6 5 3 5 6 5
.1
______________1 . 2 . 3 . 2 .
.1
.6
.5
.3
.5
.1
.1
.1
.1
.1
.6
.5
.3
.5
.3
.2
.3
.5
.3
.2
.3
.5
.1
.1
.2
.1
.2
.1
.3
.2
.1
.2
60
Srepegan
Sl. Pt. 9
Buka: 2 3 5
A. 6 5 6 5 2 3 2 1
B. 5 6 2 1 3 2 1 2 3 5 6 5
C. 6 5 6 5 3 5 6 5 3 1 2 3 5 6 5
D. 6 5 6 5 2 3 5 6 5 5 2 5 3 2 1
E. 2 1 2 1 3 2 3 2 5 6 6
F. 6 6 2 1 2 1 3 5 6 5
G. 6 5 6 5 3 2 1 2
H. 3 2 3 2 3 5 6 5
I. 6 5 6 5 2 3 2 1
Sampak Tanggung
Sl. Pt. 9
A. 6 5 6 5 6 5 6 5 2 1 2 1 2 1 2 1
3 2 3 2 3 2 3 2 5 6 6
B. 6 6 6 6
3 5 6 5
C. 6 5 6 5 6 5 6 5 3 2 1 2
D. 3 2 3 2 3 2 3 2 3 5 6 5
Ayak-Ayak Pathet Manyura
A. . . . 3 . . . 2 . . . 3 . . . 5 . . . 3 . . . 2 . . . 1
B. 2 3 2 1 2 3 2 1 3 5 3 2 3 5 3 2 5 3 5 6
C. 5 3 5 6 5 3 5 6 5 3 2 3 1 2 3 2
D. 3 5 3 2 3 5 3 2 5 3 2 3 2 1 2 1
.1
.1
.1
.1
.1
.1
.1
.1
.1
.1
.2
.1
.2
.1
.2
.1
.2
.1
61
Suwuk:
3 1 2 1 3 2 1 6
Ngelik:
E. 5 3 2 1
F. 5 3 5 6 5 3 5 6 5 3 2 1
G. 2 3 2 1 3 5 3 2 5 3 5 6
H. 5 3 5 6 5 3 5 6 2 3 2 1 6 5 3 2
Srepegan
Sl. Pt. Manyura
A. 3 2 3 2 5 3 5 3 2 1 2 1
B. 2 1 2 1 3 2 3 2 5 6 1 6
C. 1 6 1 6 5 3 5 3 6 5 3 2
Suwuk:
3 5 3 2
Sampak
Sl. Pt. Manyura
A. 6 6 6 6 3 3 3 3 2 2 2 2
B. 2 2 2 2 3 3 3 3 1 1 1 1
C. 1 1 1 1 2 2 2 2 6 6 6 6
Suwuk:
6 6 6 6 6 6 2 2
Ayak-Ayak Tancep Kayon
. 3 . 2 . 3 . 2 . 3 . 2 . 3 . 2
. 1 1 . 1 1 3 2 6 5 3 5 6 5 6 .1
62
6 . 6 5 6 5 3 . . 3 3 . 5
6 . . 3 2 6 5 3 5 6 5 6
6 . 1 6 5 6 5 3 2 3 1 2 3 2
3 1 3 6 3 5 3 2 3 1 2 6 3 5 3 2
3 3 . . 3 3 . 5 6 6 . 3 5 6 6 5 3 2 3 2 1 2 1
3 2 6 5 3 5 6 3 2 6 5 3 5 6 1 3 5 6 5 3 2 3 2
3 1 2 6 3 5 3 2 3 1 2 6 3 5 3 2 1 6 5 3 5 6 1 6
2 1 2 3 2 1 2 6 2 1 2 3 2 1 2 6
3 2 3 . 3 2 3 . 3 5 3 2 . 1 . 6
Sampak Banyumasan
Sl. 9
Buka: 1 1
5 1 5 1 5 5 6 1
5 6 1 2 1 6 3 5
2 3 5 3 6 5 3 2
6 2 6 2 3 2 3 5
6 5 6 5 6 5 6 1
5 6 1 2 3 2 1 6
1 2 1 6 1 2 1 6
5 1 5 2 5 3 2 1
.1
.1
.1
.1
.1
.1
.1
.1
.1
.1
.1
63
DAFTAR PUSTAKA
Dwijo Carito, 2000. Pakeliran Sedalu Natas Lampahan Semar Boyong, Cendrawasih. Surakarta.
Harsono Kodrat, 1982. Gending-gending Karawitan Jawa. Balai Pustaka. Jakarta.
Irwan Sudjono, 1990. Lelagon Gagrag Enggal. Cendrawasih. Surakarta. Sumarto & Sri Suyuti, 1978. Karawitan Gaya Baru. Tiga Serangkai. Surakarta.
Ki Hajar Dewantara, 1953. Pasinaon Titi Laras Gendhing. Bharata. Jakarta. Kodiron, 1989. Marsudi Karawitan Jawi. Cendrawasih. Surakarta.
Koentjaraningrat, 1984. Kebudayaan Jawa. Balai Pustaka. Jakarta. Rekso Panuntun, 1991. Sekar Sumawur. Cendrawasih. Surakarta.
Soetrisno R., 2004. Dimensi Moral Dalam Syair Tembang Pada Pergelaran Wayang Purwa. Disertasi UGM. Yogyakarta.
Sukatmi Susantina, 2001. Inkulturasi Gamelan Jawa. Philpres. Yogyakarta. Sunardi Wisnubroto, 1997. Sri Lestari An Introduction to Gamelan. Gama Press.
Yogyakarta. Trimanto, 1984. Membuat dan Merawat Gamelan. Depdikbud. Yogyakarta.
Wignya Sutarno, 1956. Kawruh Pakeliran Sedalu Natas. Sadu Budi. Solo.
64
LAMPIRAN 1.
SILABUS
SILABUS
MATA KULIAH : SENI KARAWITAN I
SIL/FBS-PBJ/252 Revisi : 00 10 November 2009 Hal
1. Fakultas / Program Studi : FBS / Pendidikan Bahasa Jawa 2. Mata Kuliah & Kode : Kode : PBJ 3. Jumlah SKS : Teori : - SKS Praktik : 2 SKS
: Sem : Ganjil (l) Waktu : 16 pertemuan 4. Mata kuliah Prasyarat & Kode : ....................................... 5. Dosen : Dr. Purwadi I. DESKRIPSI MATA KULIAH
Mahasiswa memiliki kemampuan dan ketrampilan tentang dasar-dasar seni karawitan yang meliputi : sejarah gamelan, titi laras, pelog slendro, tembang macapat, lelagon, dalang, wiyaga, waranggana, sastra, gendhing, dan wayang. Pengetahuan dasar seni karawitan itu akan mengantarkan mahasiswa menjadi ahli secara teoritis dan trampil secara praktis. II. STANDARISASI KOMPETENSI MATA KULIAH
Mahasiswa mampu dan terampil memainkan instrumen gamelan dengan lagu-lagu yang termasuk golongan lancaran, ladrang, sekar ageng dan langgam. Dengan mengenal masing-masing instrumen gamelan akan menjadikan mahasiswa secara kolektif mampu memainkan gamelan yang disertai dengan iringan waranggana atau swarawati. III. POKOK BAHASAN DAN RINCIAN POKOK BAHASAN
Minggu ke Pokok Bahasan Rincian Pokok Bahasan Waktu I Pengenalan jenis-jenis
instrumen gamelan Mengetahui dan memahami jenis-jenis instrumen gamelan itu dalam seni karawitan.
100’
II Latihan dasar gamelan Praktek memainkan gamelan secara 200’
65
dengan lagu lancaran kolektif dengan lagu lancaran yang paling sederhana.
III Latihan gamelan de-ngan lagu lancaran beserta iringan wa-ranggana
Praktek memainkan gamelan secara kolektif dengan lagu lancaran lanjutan yang bisa diiringi waranggana.
200’
IV Latihan gamelan dengan lagu ladrang
Praktek memainkan gamelan secara kolektif dengan lagu ladrang.
200’
V Latihan gamelan de-ngan lagu ladrang dengan diiringi wa-ranggana
Praktek memainkan gamelan secara kolektif dengan lagu ladrang yang bisa diiringi waranggana.
200’
VI Latihan gamelan de-ngan lagu ketawang
Praktek memainkan gamelan secara kolektif dengan lagu ketawang.
300’
VII Latihan gamelan de-ngan lagu ketawang dengan diiringi wa-ranggana
Praktek memainkan gamelan secara kolektif dengan lagu ketawang yang bisa diiringi waranggana.
300’
VIII Ujian akhir 100’
IV. REFERENSI/ SUMBER BAHAN
A. Wajib :
1. Harsono Kodrat, 1982. Gending-gending Karawitan Jawa. Balai Pustaka. Jakarta.
2. Purwadi dan Afendy Widayat. 2005. Seni Karawitan Jawa. Yogyakarta : Pustaka Sakti.
3. Sunardi Wisnubroto, 1997. Sri Lestari An Introduction to Gamelan. Gama Press. Yogyakarta.
4. Trimanto, 1984. Membuat dan Merawat Gamelan. Depdikbud. Yogyakarta.
B. Anjuran :
1. Sastrowiryono, 1978. Sekar Macapat, Bimbingan Kesenian Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Yogyakarta.
2. Soetrisno R., 2004. Dimensi Moral Dalam Syair Tembang Pada Pergelaran Wayang Purwa. Pustaka Raja. Yogyakarta.
3. Sukatmi Susantina, 2001. Inkulturasi Gamelan Jawa. Philpres. Yogyakarta.
66
V. EVALUASI
No Komponen Evaluasi Bobot (%)
- Teknik yang dipakai dalam evaluasi berupa ujian
tulis. Nilai akhir diperoleh dari perhitungan
sebagai berikut.
NA = T + S + 2A 4
100 %
Jumlah 100%
Yogyakarta, 10 November 2009
Dosen
Dr. Purwadi
67
LAMPIRAN 2.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
MATA KULIAH : SENI KARAWITAN I
RPP/FBS-PBJ/252 Revisi : 00 10 November 2009 Hal. 1. Fakultas / Program Studi : FBS / Pendidikan Bahasa Jawa 2. Mata Kuliah & Kode : Seni Karawitan I Kode : PBJ 252 3. Jumlah SKS : Teori : - SKS Praktik : 2 SKS
: Sem : Gasal () Waktu : 16 pertemuan 4. Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu dan terampil memainkan
instrumen gamelan dengan lagu-lagu yang termasuk golongan lancaran, ladrang, sekar ageng dan langgam. Dengan mengenal masing-masing instrumen gamelan akan menjadikan mahasiswa secara kolektif mampu memainkan gamelan yang disertai dengan iringan waranggana atau swarawati.
5. Kompetensi Dasar : a. Mahasiswa mengetahui pengetahuan dasar
seni karawitan. b. Pengetahuan itu akan mengantarkan
mahasiswa menjadi ahli secara teoritis dan trampil secara praktis.
6. Indikator Ketercapaian : Setelah mengikuti program ini mahasiswa
mampu (1) mengenal dasar-dasar seni karawitan; (2) mengetahui jenis-jenis instrumen gamelan; (3) dapat memainkan instrumen gamelan itu secara kolektif.
7. Materi Pokok/Penggalan Materi : Seperangkat gamelan beserta dengan buku
petunjuk bermain seni karawitan 8. Kegiatan Perkuliahan :
Tatap Muka
Komponen Langkah Uraian Kegiatan Estimasi
Waktu Metode Media Sumber
Bahan/ Referensi
PENDAHULUAN Memberi deskripsi seni dasar karawitan Jawa dan pengenalan instrumen gamelan
1 x tatap muka atau 100 menit
Ceramah, demonstrasi
OHP Perangkat gamelan
A dan B
68
LATIHAN GOLONGAN LAGU LANCARAN
Lancaran : Singo Nebak dengan irama I, kemudian dilanjutkan irama II dan terakhir disertai dengan iringan swarawati.
4 pertemuan x 100 menit
Teori dan praktek menabuh gamelan
OHP Perangkat gamelan
A dan B
LATIHAN GOLONGAN LAGU LADRANG
Ladrang: Asmarandana dengan irama I, kemudian dilanjutkan irama II dan terakhir disertai dengan iringan swarawati.
4 pertemuan x 100 menit
Teori dan praktek menabuh gamelan
OHP Perangkat gamelan
A dan B
LATIHAN GOLONGAN LAGU KETAWANG
Ketawang : Puspa Warna dengan irama I, kemudian dilanjutkan irama II dan terakhir disertai dengan iringan swarawati.
4 pertemuan x 100 menit
Teori dan praktek menabuh gamelan
OHP Perangkat gamelan
A dan B
PEMANTAPAN LATIHAN
Memberi pemantapan dengan cara mempertinggi ketrampilan menabuh gamelan sesuai dengan lagu-lagu yang telah diajarkan.
1 x tatap muka atau 100 menit
Ceramah, demonstrasi
OHP Perangkat gamelan
A dan B
TANYA JAWAB AKHIR PERKULIAHAN
Memberi kesempatan kepada peserta kuliah untuk menanyakan seluk-beluk bahan perkuliahan yang telah diajarkan.
1 x tatap muka atau 100 menit
Ceramah, demonstrasi dan diskusi
OHP Perangkat gamelan
A dan B
DAFTAR PUSTAKA 1. Harsono Kodrat, 1982. Gending-gending Karawitan Jawa. Balai Pustaka.
Jakarta.
2. Purwadi dan Afendy Widayat. 2005. Seni Karawitan Jawa. Yogyakarta : Pustaka Sakti.
3. Sastrowiryono, 1978. Sekar Macapat, Bimbingan Kesenian Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Yogyakarta.
4. Soetrisno R., 2004. Dimensi Moral Dalam Syair Tembang Pada Pergelaran Wayang Purwa. Pustaka Raja. Yogyakarta.
5. Sukatmi Susantina, 2001. Inkulturasi Gamelan Jawa. Philpres. Yogyakarta.
69
6. Sunardi Wisnubroto, 1997. Sri Lestari An Introduction to Gamelan. Gama Press. Yogyakarta.
7. Trimanto, 1984. Membuat dan Merawat Gamelan. Depdikbud. Yogyakarta.
Yogyakarta, 10 November 2009
Dosen
Dr. Purwadi
70
PENYUSUN
DR. PURWADI, M.HUM lahir di Grogol, Mojorembun, Rejoso, Nganjuk,
Jawa Timur pada tanggal 16 September 1971. Pendidikan SD sampai SMA
diselesaikan di tanah kelahirannya. Gelar sarjana diperoleh di Fakultas Sastra
UGM yang ditempuh tahun 1990-1995. Kemudian melanjutkan studi pada
Program Pascasarjana UGM tahun 1996-1998. Gelar Doktor di UGM diperoleh
pada tahun 2001.
Kini bertugas sebagai Dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Tinggal di Jl. Kakap Raya 36
Minomartani Yogyakarta 55581. Telp 0274-881020. Email: [email protected].
Top Related