perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PROFESIONALISME GURU GEOGRAFI TERSERTIFIKASI
DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SURAKARTA
TAHUN 2011
SKRIPSI
Oleh :
OKTA EFRIEN ANGGRAENI
K5407037
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PROFESIONALISME GURU GEOGRAFI TERSERTIFIKASI
DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SURAKARTA
TAHUN 2011
Oleh:
OKTA EFRIEN ANGGRAENI
K5407037
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Okta Efrien Anggraeni, K5407037. PROFESIONALISME GURU
GEOGRAFI TERSERTIFIKASI DALAM PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI
SURAKARTA TAHUN 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Juni. 2012.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui profesionalisme guru Geografi
tersertifikasi dalam pelaksanaan pembelajaran di SMP Negeri di Surakarta Tahun
2011 ditinjau dari kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional , (2)
Mengetahui penerapan profesionalisme guru Geografi tersertifikasi dalam
pelaksanaan pembelajaran di SMP Negeri di Surakarta tahun 2011
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini
populasinya adalah guru geografi SMPN Surakarta yang telah lulus sertifikasi
sampai tahun 2010 berjumlah 12 orang yang kemudian menghasilkan sampel
sebanyak 7 orang guru. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode
observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan analisis data
model interaktif (Interactive of Analysis) dimana selama kegiatan pengumpulan data
berlangsung peneliti bergerak di antara tiga komponen analisis yaitu reduksi data,
sajian data dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) Profesionalisme
guru geografi tersertifikasi dari performa atau penampilan ketika mengajar
menunjukkan bahwa mereka guru yang cukup perofesional. Akan tetapi untuk fokus
penelitian ini yaitu dari kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik, guru
geografi masih perlu meningkatkan profesionalitas mereka meskipun sudah lulus uji
profesi atau sertifikasi guru. Kompetensi profesional guru geografi tersertifikasi
menunjukkan bahwa guru belum professional, karena: a) belum ada guru yang
capable, baru 57% guru yang memiliki kemampuan sebagai seorang capable
paersonal, sedangkan 43% lainnya belum capable, b) baru 14% guru yang
melakukan inovasi, 29% cukup melakukan inovasi, sedangkan 57% guru belum
melakukan inovasi, b) baru 43% guru yang mengembangkan kurikulum, sedangkan
57% guru belum mengembangkan kurikulum. Sedangkan kompetensi pedagogik
guru menunjukkan bahwa guru geografi tersertifikasi cukup professional, karena: a)
85,71%) guru sudah melakukan upaya untuk memahami perkembangan siswa
melalui evaluasi belajar, sedangkan 14,29% guru dengan memantau keaktifan siswa,
b) sudah ada guru yang menggunakan teknologi meskipun baru 29%, sedangkan
sisanya yaitu sebanyak 71% belum menggunakan karena terkendala fasilitas sekolah,
c) guru sudah melakukan evaluasi pembelajaran. 2)Penerapan profesionalisme guru
geografi tersertifikasi dalam pelaksanaan pembelajaran di SMPN Surakarta tahun
2011 menunjukkan bahwa guru belum sesuai dalam menerapkan profesinalisme
keguruannya, karena: a) materi yang disampaikan belum sesuai dengan amanah
geografi, b) hampir 100% guru menggunakan metode pembelajaran konvensional, c)
baru 57,14% guru yang menggunakan media utama berupa peta, sedangkan 42,86%
belum menggunakannya, d) hampir 100% guru melakukan evaluasi hanya dengan tes
tertulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Okta Efrien Anggraeni, K5407037. THE PROFESSIONALISM OF
CERTIFIED GEOGRAPHY TEACHER IN IMPLEMENTATION OF
LEARNING IN JUNIOR HIGH SCHOOL SURAKARTA 2011. Script,
Surakarta: Teaching and Education Science Faculty of Sebelas Maret University
Surakarta, June 2012
The aims of this research are: (1) Knowing the professionalism of teachers
certified in the implementation of teaching Geography in Junior High School in
Surakarta in 2011 in terms of pedagogic competence and professional competence,
(2) Knowing the application of the professionalism of teachers certified in the
implementation of teaching Geography in Junior High School in Surakarta in 2011
This research used a qualitative and descriptive method. In this research, the
population are the geography teacher in SMP N Surakarta who have passed the
certification until the year 2010 which amounted to 12 teachers and then produce a
sample of seven teachers. Data collection techniques using in this research are
observation, interview and documentation. This research uses an interactive model of
data analysis (Interactive of Analysis) which took place during the data collection
activities of researchers move between the three components, namely the reduction
of data analysis, presentation of the data and making conclusions.
The conclusion of this research are (1) Certified Teachers Geography of
performance or appearance while teaching shows that those teachers who simply
perofesional. However, for the focus of this research is of professional competence
and pedagogical competence, geography teachers still need to improve their
professionalism even though it passed the professional or certification. Professional
competence of teachers of geography suggests that certified teachers not
professionals, because: a) there are no teachers who are capable, only 57% of
teachers who have the ability as a capable paersonal, while 43% are not capable, b)
only 14% teachers to innovate, 29% enough to innovate, while 57% of teachers do
not make innovations, b) only 43% teachers develop the curriculum, while 57% of
teachers have not developed curriculum. While teachers' pedagogical shows that
geography certified teachers enough professional, because: a) 85.71%) teachers have
to make efforts to understand the development of students through the evaluation
study, while 14.29% of teachers by monitoring student activity, b) the existing
teacher using technology although only 29%, while the rest are not used as much as
71% because of constrained of school facilities, c) teachers have to evaluate learning.
2) Application of the professionalism of certified teachers in the implementation of
learning geography in SMP Surakarta in 2011 showed that the teachers have not fit
in implementing their profesionalism, because: a) the material submitted is not in
accordance with the mandate of geography, b) almost 100% of teachers using
conventional learning methods, c ) only 57.14% of teachers who use the mainstream
media in the form of maps, while 42.86% have not used it, d) almost 100% of teacher
evaluation only with written test
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Allah itu dipatuhi dengan ilmu
(Nabi Muhammad SAW.)
Saat satu kakimu terjatuh, jangan lupa bahwa masih ada kaki-kaki lain yang siap
menopangmu, merekalah orang-orang yang menyayangimu
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya kecil ini untuk mereka yang
dihadirkan Allah untuk mewarnai hari-hariku dengan cinta,
dalam cinta, bersama cinta:
Ibunda tercinta, Malaikat yang dikirim Allah untukku,
kasihmu takkan terganti
Bapak di istananya yang indah, selalu kutitipkan rindu ini
untukmu Bapak
Adik-adikku, Resi Hanindita Prabankoro dan Nuh Tegar
Anugerah yang selalu kurindukan kicauan-kicauannya
Keluarga Besar Tjipto Soemarto dan Somarto
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi dengan judul “PROFESIONALISME GURU GEOGRAFI
TERSERTIFIKASI DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SURAKARTA TAHUN 2011“
Penulisan skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh
gelar sarjana pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin penyusunan skripsi
2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin penyusunan
skripsi
3. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi
Pendididkan Geografi yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi
4. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si., selaku pembimbing akademik sekaligus
pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam
penyusunan skripsi
5. Ibu Rita Noviani, S.Si, M.Sc., selaku pembimbing II yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi
6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UNS yang telah
memberikan limpahan ilmu kepada penulis
7. Kepala SMPN di Surakarta yang bersedia memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian
8. Bapak dan Ibu guru Geografi SMPN di Surakarta yang bersedia meluangkan
waktu dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian
9. KESBANGLINMAS dan BAPPEDA Kota Surakarta yang telah memberikan ijin
penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
10. DISDIKPORA Kota Surakarta yang telah memberikan izin dan data yang
diperlukan.
11. Keluarga besar di Palembang dan di Solo atas doa dan dukungannya.
12. Sahabatku Nurul Deni Kistiyah atas persahabatan, bantuan, dan kerjasamanya.
13. Mas Irfan Putra Hernanjaya atas senyum dan kebersamaannya.
14. Erma, Fika, Cwi, Uphie, Hani, dan Rini yang selalu berbagi tawa disetiap harinya
dan berbagi hadiah ditiap tahun.
15. Pipit, Siska, Wid, Uci, Sherly, Aryanti, Endah, Indah, Ijah, Yayak, Agus, Arif,
Indra, Ghufron serta kakak-kakak atas dukungan dan kerinduan untuk segera
berkumpul.
16. Keluarga Besar Pendidikan Geografi dan semua Sahabat Geo‟07 atas bantuan
dan dukungannya semoga persahabatan kita dapat terus terjalin.
Menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, maka
dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dan penyempurnaan. Akhir kata semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iv
HALAMAN ABSTRAK .......................................................................................... v
HALAMAN ABSTRACT ........................................................................................ vi
HALAMAN MOTTO .............................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... viii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah .................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka......................................................................................... 8
1. Profesionalisme Guru .............................................................................. 8
a. Pengertian Guru .................................................................................. 8
b. Guru Profesional................................................................................. 12
2. Guru Geografi Profesional ..................................................................... 18
a. Kompetensi Profesional Guru Geografi ............................................... 19
b. Kompetensi Pedagogik Guru Geografi ................................................ 26
c. Penerapan Profesionalisme Guru Geogarfi Tersertifikasi .................... 29
3. Sertifikasi Guru ....................................................................................... 32
a. Dasar Hukum ...................................................................................... 32
b. Tujuan Sertifikasi ............................................................................... 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
c. Prosedur ............................................................................................. 34
d. Diklat Profesi Guru ............................................................................. 35
C. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
A.Objek dan Waktu Penelitian ....................................................................... 39
B. Bentuk dan Strategi Penelitian .................................................................... 40
C Populasi Penelitian ....................................................................................... 40
D.Sumber Data ................................................................................................ 40
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 41
F. Validitas Data .............................................................................................. 42
G. Teknik Analisis Data .................................................................................. 43
H. Prosedur Penelitian ..................................................................................... 45
C. BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Objek Penelitian .......................................................................... 47
1. Pendidikan di Kota Surakarta .................................................................. 47
a. Kurikulum Sekolah Menengah Pertama Negeri di Surakarta .............. 48
b. Guru Geografi Sekolah Menengah Pertama Negeri di Surakarta ......... 48
c. Guru Geografi Sekolah Menengah Pertama Negeri di Surakarta yang
Lulus Uji Profesi (Sertifikasi) ........................................................... 49
d. Fasilitas Pembelajaran SMPN di Surakarta ......................................... 50
B. Hasil dan Pembahasan................................................................................. 52
1. Profesionalisme Guru Geografi Tersertifikasi dalam Pelaksanaan
Pembelajaran di SMP Negeri Surakarta Tahun 2011…………………… 52
a. Kompetensi Profesional ...................................................................... 52
b. Kompetensi Pedagogik ....................................................................... 79
2. Penerapan Profesionalisme Guru Geografi Tersertifikasi dalam
Pelaksanaan Pembelajaran di SMP Negeri di Surakarta Tahun 2011 ....... 85
a. Penyampaian Tujuan Pembelajaran dan Pengembangan Materi........... 85
b. Penerapan Strategi dan Pendekatan Pembelajaran ............................... 86
c. Pengembangan Media Pembelajaran dan Pemanfaatan Teknolgi ......... 88
d. Evaluasi Pembelajaran ........................................................................ 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 91
B. Implikasi .......................................................................................................... 93
C. Saran ................................................................................................................ 93
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 94
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Pengelompokan SK Dan KD Mata Pelajaran IPS pada Satuan
Pendidikan MTs/SMP…………………………………………………...
3
Tabel 2 Objek Penelitian………………………………………………………… 39
Tabel 3 Waktu Penelitian………………………………………………………... 39
Tabel 4 Fasilitas pendidikan Di Kota Surakarta…………….………………….... 47
Tabel 5 Daftar Guru Geografi SMPN di Kota Surakarta Tahun 2010…………... 48
Tabel 6 Daftar Guru Mata Pelajaran Geografi Tersertifikasi Tahun 2010……… 50
Tabel 7 Fasilitas penunjang pembelajaran di SMPN di Surakarta………………. 51
Tabel 8 Bentuk Tes yang Digunakan Guru Geogarfi Tersertifikasi di SMPN
Surakarta………………………………………………………………… 84
Tabel 9 Bentuk Tes Perbuatan yang Digunakan Guru Geografi Tersertifikasi di
SMPN Surakarta………………………………………………………… 85
Tabel 10 Metode Pembelajaran yang Digunakan Guru Geografi Tersertifikasi di
SMPN Surakarta………………………………………………………… 87
Tabel 11 Media Pembelajaran yang Digunakan Guru Geografi Tersertifikasi di
SMPN Surakarta……………………………………………………….. 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 The Continuum of Geography ………............................... 21
Gambar 2 Prosedur Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan ………… 34
Gambar 3 Diagram Kerangka Berpikir…………………………….. 38
Gambar 4 Trianggulasi Sumber……...…………………………….. 43
Gambar 5 Diagram Persentase Guru sebagai Capable Personal … 62
Gambar 6 Diagram Persentase Keterampilan Guru Melakukan
Inovasi dalam Sumber dan Media Pembelajaran ……….
67
Gambar 7 Suasana Diskusi di Kelas VII SMP N 8 Surakarta……… 75
Gambar 8 Penggunaan Media berupa Maket di SMPN 8………….. 76
Gambar 9 Penggunaan LCD di SMPN 10 Surakarta………………. 81
Gambar 10 Diagram Persentase Pemanfaatan Teknologi oleh Guru.. 82
Gambar 11 Diagram Persentase Penggunaan Media Pembelajaran oleh
Guru Geogarfi Tersertifikasi……………………………....
89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Daftar Guru Geografi Sekolah Menengah Pertama di
Surakarta…………………………………………………
95
Lampiran 2 Daftar Guru Mata Pelajaran Geografi Tersertifikasi…….. 98
Lampiran 1 Kurikulum IPS SMP……………………………………. 99
Lampiran 3 RPP Hasil Rapat MGMP IPS Kota Surakarta………….. 104
Lampiran 4 Instrumen Penilaian Kinerja Guru……………………….. 140
Lampiran 5 Pedoman Wawancara …………………………………… 152
Lampiran 6 Hasil Penilaian Kinerja Guru…………………………….. 154
Lampiran 7 Skoring Penilaian Kinerja Guru…………………………. 199
Lampiran 8 Hasil Wawancara ………………………………………... 202
Lampiran 9 Foto-Foto Penelitian……………………………………... 217
Lampiran 10 Surat-Surat………………………………………………. 222
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan di Indonesia ternyata senantiasa mendapat sorotan,
kritikan, dan kadang-kadang menjadi kambing hitam penyebab krisis: ekonomi,
kepercayaan, dan moral yang melanda bangsa Indonesia saat ini. (Hadiyanto dalam
Harun, 2009).
Melihat keadaan dunia pendidikan di Indonesia saat ini pemerintah kemudian
membuat kebijakan peningkatan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas
guru dengan melakukan sertifikasi guru sesuai dengan Undang-Undang (UU) No.14
Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Sertifikasi guru merupakan proses pemberian
sertifikat pendidik untuk guru dan dosen atau bukti formal sebagai pengakuan yang
diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Seorang guru
profesional hendaknya memiliki kualifikasi seperti yang tertuang dalam pasal 8,
yaitu guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. sedangkan pasal 10 ayat 1 berbunyi: kompetensi guru
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.
Namun pada kenyataannya saat ini ada beberapa pihak yang meragukan
bahwa sertifikasi ini dapat meningkatkan mutu pendidikan terutama kualitas para
pengajarnya. Banyak pihak yang beranggapan bahwa guru hanya mengejar tunjangan
profesi yang diperoleh dari sertifikasi, sehingga saat ini para guru beramai-ramai
sekolah lagi untuk memperoleh gelar sarjana sebagai syarat utama mengikuti
sertifikasi, akan tetapi justru mereka mencari perguruan tinggi secara „sembarangan‟
demi mendapatkan gelar sarjana. Dirjen Peningkatan Mutu dan Tenaga
Kependidikan (PMPTK) Depdiknas, Baedhowi mengatakan bahwa hampir 98 persen
guru yang mengikuti sertifikasi dikarenakan alasan finansial. Sebanyak 60 persen
dari 2.607.311 tenaga pendidik di Indonesia baik guru taman kanak-kanak (TK),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
2
pendidikan dasar dan menengah negeri maupun swasta belum memenuhi standar,
baru sekitar 1.043.000 (40 persen) yang telah menyelesaikan pendidikan diploma
empat atau sarjana (S1), sedangkan sisanya yang berjumlah sekitar 1.564.311 orang
(60 persen) belum memiliki latar belakang pendidikan diploma empat atau sarjana.
Selain itu, dari 747.727 guru yang mengikuti sertifikasi, sebanyak 20 persen guru
tersebut diketahui mengalami peningkatan cara mengajar setelah mendapat sertifikat,
70 persen guru tidak berubah, dan 10 persen guru malah menurun kinerjanya
(http://www.matanews.com/209/10/21/sertifikasi-guru-bukan-jaminan.Diakses
tanggal 27 Oktober 2011).
Berdasarkan data tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa sertifikasi
seharusnya menjadi ajang bagi guru untuk meningkatkan kinerja dalam melakukan
tugasnya. Akan tetapi di lapangan belum banyak peningkatan yang terjadi, guru yang
menginginkan untuk mengikuti sertifikasi menempuh sekolah lagi tetapi memilih
sekolah yang asal memberikan kelulusan. Selain itu, mereka yang sudah lulus
sertifikasi masih banyak yang belum mengalami peningkatan dalam kinerjanya.
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 17 dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 66 Tahun 2010 tentang pengelolaan
dan penyelenggaraan pendidikan pasal 1 ayat 7, sekolah menengah pertama (SMP)
merupakan jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun,
mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Pada tahun ajaran 1994/1995 hingga 2003/2004,
sekolah ini pernah disebut sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP). Sekolah
menengah pertama diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.
(http://www.wikipedia.org/sekolah-menengah-pertama/. Diakses tanggal 17 Januari
2011).
Geografi adalah bidang ilmu yang bersifat integratif yang mempelajari gejala-
gejala yang terjadi di muka bumi (dalam dimensi fisik dan dimensi manusia) dengan
menggunakan perspektif keruangan (spatial perspective). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa “aspek keruangan”lah yang menjadi ciri pembeda bidang Geografi
dengan bidang ilmu lain. Gejala sosial yang berlangsung di muka bumi jika ditelaah
melalui perspektif keruangan membentuk bidang kajian geografi sosial. Melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
3
proses yang sama lahir bidang kajian geografi ekonomi, geografi politik, geografi
budaya dan lain lain. Bagian bidang ilmu alam seperti geologi difokuskan pada
pengetahuan geomorfologi, klimatologi dari meteorologi, biogeografi dari biologi
dan seterusnya. (Harmantyo. http://djokoharmantyo.blogspot.com/paperfiles-01/.
Diakses tanggal 18 November 2011).
Pada jenjang pendidikan sekolah menengah pertama, geografi tergabung ke
dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) Terpadu bersama mata pelajaran
ekonomi, sosiologi dan sejarah. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,
dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS disusun secara
sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju
kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat. Disiplin ilmu sosial
yang termasuk dalam mata pelajaran IPS adalah 1) ilmu geografi (aspek yang
dipelajari mencakup aspek keruangan, manusia, dan lingkungannya), 2) ilmu sejarah
(aspek yang dipelajari mencakup waktu, keberlanjutan, dan perubahan), 3) ilmu
sosiologi (aspek yang dipelajari mencakup sistem sosial dan budaya), 4) ilmu
ekonomi (aspek yang dipelajari mencakup perilaku ekonomi dan kesejahteraan).
Pelaksanaan pembelajaran IPS Terpadu sendiri dapat dilakukan dengan Team
Teaching yakni suatu model pembelajaran yang terdiri dari beberapa orang guru
(guru mata pelajaran Sejarah, Gaeografi, Ekonomi, dan mata pelajaran Sosiologi)
bergabung menjadi satu tim yakni tim guru mata pelajaran IPS. Keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran terpadu bergantung pada kesesuaian rencana yang dibuat
dengan kondisi dan potensi siswa (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Untuk
menyusun perencanaan pembelajaran terpadu perlu dilakukan langkah-langkah
berikut: 1) pemetaan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk
menentukan topik/tema, dan 2) pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksaan
Pembelajaran (RPP). Contoh hasil pengelompokan SK dan KD mata pelajaran IPS
pada satuan pendidikan MTs/SMP yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
4
Tabel 1. Pengelompokan SK dan KD Mata Pelajaran IPS
pada Satuan Pendidikan MTs/SMP
Geografi Sosiologi Ekonomi Sejarah Tema
Semester 1
1.1
Mendeskripsikan
keragaman bentuk
muka bumi, proses
pembentukan, dan
dampaknya
terhadap kehidupan
4.2 Membuat sketsa
dan peta wilayah
yang
menggambarkan
objek geografi
Semester 1
2.2
Mendeskripsikan
sosialisasi
pembentukan
kepribadian
2.3 Mengidentifikasi
bentuk-bentuk
interaksi sosial
Semester 1
3.2 Mengidentifikasi
tindakan ekonomi
berdasarkan motif
dan prinsip ekonomi
dalam berbagai
kegiatan sehari-hari
Semester 2
6.1 Mendeskripsikan
pola kegiatan
ekonomi penduduk,
penggunaan lahan
dan pola
permukiman
berdasarkan kondisi
fisik permukaan
bumi
Semester 1
1.2
Mendeskripsikan
kehidupan pada
masa pra-aksara
di Indonesia
Pola
Kegiatan
Ekonomi
Penduduk
Guru Geografi diharapkan dapat memberikan bekal kemampuan spasial
(spatial intelligence) kepada peserta didik agar peserta didik dapat bersikap cerdas,
aktif dan bertanggung jawab dalam menghadapi masalah sosial, ekonomi dan
ekologis dan dapat bersikap kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di
lingkungannya terutama yang dapat dilihat dari sudut pandang spasial. Maka sudah
sepatutnyalah guru Geografi mengajarkan Geografi itu sendiri yang wujudnya adalah
semua cabang ilmu Geografi seperti geomorfologi, klimatologi, biografi,
oseanografi, pedologi, geografi ekonomi, geografi penduduk, geografi perkotaan, dan
geografi pedesaan.
Hadi (2011) mengungkapakan bahwa “Geografi, ilmu spasial diyakini
mampu membekali spatial intelligence, spatial ability kepada peserta didik, bersama
aritmatik, matematik, sport, seni, history dan intelligence-intelligence lain. Spasial
inteligens-nya Geografi diharapkan mampu memberikan keluasan landasan berfikir,
perkembangan etika, estetika, moral peserta didik”.
Metode dan media pembelajaran yang digunakan saat ini juga masih kurang
beragam dan masih sering terpusat pada guru. Materi yang disampaikan lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
5
ditekankan pada jumlah pengetahuan yang harus dimiliki atau akumulasi
pengetahuan yang berbentuk fakta dan teori, dan lebih menekankan pada hafalan
sehingga siswa belum terlatih untuk menghadapi kenyataan yang sebenarnya. Guru
seharusnya lebih menekankan kepada proses pembelajaran sehingga pembelajaran
tersebut lebih bermakna dengan cara mengemas materi secara menarik,
memanfaatkan media yang saat ini berkembang seperti video, gambar, dan yang
paling utama yaitu peta sebagai ciri utama Geografi, tentu saja pembelajaran
Geografi akan menjadi menarik dan bukan lagi menjadi pembelajaran yang
membosankan bagi siswa dengan image bahwa pembelajaran Geografi terlalu
banyak hafalan dan tidak terlalu penting, padahal Geografi merupakan pelajaran
yang menarik jika bisa disampaikan dengan menarik dan sesuai dengan tujuannya.
Surakarta sebagai salah satu kota di Propinsi Jawa Tengah yang
pertumbuhannya sangat pesat, mengalami perkembangan hampir di seluruh bidang,
tidak terkecuali di bidang pendidikan. Pertumbuhan di bidang pendidikan terbukti
dengan semakin tingginya minat pelajar untuk memperoleh pendidikan yang lebih
baik. Hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan jumlah siswa setiap tahun ajaran
baru, bahkan cenderung saling bersaing untuk mendapatkan jatah kursi di sekolah
yang diinginkan. Bahkan Kabupaten Siak, Riau, terinspirasi untuk menerapkan
sistem pendidikan yang dilaksanakan di Surakarta. Sekolah bukan hanya sebagai
tempat untuk memepelajari teori tetapi juga untuk pratik. Tentu saja hal ini juga
didukung dengan kualitas para pendidik. Pendidik atau guru merupakan salah satu
faktor penunjang keberhasilan dalam dunia pendidikan, sehingga selalu mendapat
sorotan dari masyarakat.
Menurut Data Pokok Pendidikan (DAPODIK), guru di Surakarta berjumlah
2.020 guru, untuk mata pelajaran geografi di SMPN berjumlah 37 orang guru.
Jumlah guru yang sudah lulus sertifikasi yaitu 12 orang guru. Dari 12 orang guru ini
tentu saja memilki kualifikasi yang berbeda. Mereka bukan hanya dituntut untuk
meningkatkan kualitas pendidikan tetapi juga dituntuk untuk menjadi contoh bagi
guru yang belum lulus sertifikasi.
Sekolah yang diselenggrakan oleh pemerintah atau sering disebut dengan
sekolah negeri lebih mendapat sorotan dari masyarakat karena image yang terbentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
6
yaitu keluaran dari sekolah negeri adalah siswa yang cerdas ditunjang dengan tenaga
pengajar yang berkualitas. Selain itu sekolah negeri juga mendapat subsidi serta
perhatian dari pemerintah, sehingga terbentuk mindset dalam masyarakat bahwa
kualitas sekolah negeri lebih baik dari sekolah swasta dan lebih murah. Dalam mata
pelajaran geografi sendiri, guru dituntut bukan hanya untuk mentransfer ilmu tetapi
juga dapat membekali siswa dengan amanah geografi berupa kemampuan spasial
baik di sekolah swasta ataupun sekolah negeri. Guru geografi di sekolah negeri
memiliki image bahwa mereka merupakan lulusan perguruan tinggi yang baik dan
memilki kualitas yang baik pula. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
guru Geografi belum sepenuhnya mengajar substansi Geografi tetapi lebih merujuk
pada kurikulum yang substansinya kurang memenuhi amanah geografi itu sendiri,
diantaranya yaitu siswa diharapkan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Dalam substansi Geografi, siswa bukan
hanya mengenal lingkungannya tetapi dapat mengenali karakteristik keruangannya.
Atas dasar fakta tersebut, maka peneliti terdorong untuk mengadakan
penelitian mengenai profesionalisme guru Geografi dalam pelaksanaan pembelajaran
Geografi terutama bagi guru yang sudah dinyatakan lulus ujian profesi (sertifikasi) di
SMP Negeri Surakarta yang lebih difokuskan melalui kompetensi pedagogis dan
kompetensi profesional dengan judul “PROFESIONALISME GURU GEOGRAFI
TERSERTIFIKASI DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SURAKARTA TAHUN
2011”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah profesionalisme guru Geografi tersertifikasi dalam pelaksanaan
pembelajaran di SMP Negeri di Surakarta Tahun 2011 ditinjau dari kompetensi
pedagogik dan kompetensi profesional?
2. Bagaimanakah penerapan profesionalisme guru Geografi tersertifikasi dalam
pelaksanaan pembelajaran di SMP Negeri di Surakarta tahun 2011?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
7
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui profesionalisme guru Geografi tersertifikasi dalam pelaksanaan
pembelajaran di SMP Negeri di Surakarta Tahun 2011 ditinjau dari kompetensi
pedagogik dan kompetensi profesional
2. Mengetahui penerapan profesionalisme guru Geografi tersertifikasi dalam
pelaksanaan pembelajaran di SMP Negeri di Surakarta tahun 2011
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini dapat diperoleh beberapa manfaat, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai pendidikan Geografi dan profesionalisme guru Geografi
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung penelitian-penelitian
sebelumnya yang berhubungan dengan profesionalisme guru di Surakarta dan
dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi penelitian yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran kepada
pemerintah dan guru untuk lebih meningkatakan profesionalitas keguruan,
khususnya pada guru mata pelajaran Geografi
b. Penelitian ini menjadi bekal bagi penulis untuk meningkatkan kemampuan
sebagai calon guru sehingga siap melaksanakan tugas di lapangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Profesionalisme Guru
a. Pengertian Guru
Guru merupakan suatu profesi yang memerlukan keahlian dan kemampuan
khusus yang tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang tanpa mengikuti
pengembangan keahlian khusus di bidangnya. Menurut Laurence D. Hazkew dan
Jonathan C. Mc Lendon dalam Uno (2007:15) bahwa, ”Teacher is professional
person who conduct classes”, sedangkan menurut Jean D. Grambs dan C. Morris Mc
Clare, “Teacher are those persons who consciously direct the experiences and
behavior of an individual so that education takes places”.
1) Seperangkat Tugas Guru
Pada dasarnya guru memiliki seperangkat tugas yang berhubungan dengan
kompetensi profesionalnya, tugas utama seorang guru berhubungan dengan tugas
utamanya yaitu mengelola proses pembelajaran dan tugas–tugas lain yang
berhubungan dengan proses pembelajaran.
Menurut Uno (2007:21-22), tugas guru meliputi:
a) Tugas pengajar sebagai pengelola pembelajaran
(1) Tugas manajerial
Menyangkut fungsi administrasi (memimpin kelas), baik internal maupun
eksternal, yaitu:
(a) Berhubungan dengan peserta didik,
(b) Alat perlengkapan kelas (material),
(c) Tindakan-tindakan profesional.
(2) Tugas edukasional
Menyangkut fungsi mendidik, bersifat:
(a) Motivasional,
(b) Pendisiplinan,
(c) Sanksi sosial (tindakan hukuman).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
9
(3) Tugas instruksional
Menyangkut fungsi mengajar, bersifat:
(a) Penyampaian materi,
(b) Pemberian tugas-tugas pada peserta didik,
(c) Mengawasi dan memeriksa tugas.
b) Tugas pengajar sebagai pelaksana (executive teacher)
Secara umum tugas guru sebagai pengelola pembelajaran adalah menyediakan
dan menggunakan fasilitas kelas yang kondusif bagi bermacam-macam
kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik.
Secara khusus, tugas guru sebagai pengelola proses pembelajaran sebagai
berikut:
(1) Menilai kemajuan program pembelajaran,
(2) Mampu menyediakan kondisi yang memungkinkan peserta didik belajar
sambil bekerja (learning by doing),
(3) Mampu mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan
alat belajar,
(4) Mengkoordinasi, mengarahkan, dan memaksimalkan kegiatan kelas,
(5) Mengkomunikasikan semua informasi dari dan/atau ke peserta didik,
(6) Membuat keputusan instruksional dalam situasi tertentu,
(7) Bertindak sebagai manusia sumber,
(8) Membimbing pengalaman peserta didik sehari-hari,
(9) Mengarahkan peserta didik agar mandiri (memberi kesempatan pada
peserta didik untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya
pada guru),
(10) Mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif dan efisien untuk
mencapai hasil yang optimal.
2) Peranan guru dalam pembelajaran tatap muka
Terdapat beberapa peran guru dalam pembelajaran tatap muka menurut Moon
dalam Uno (2007:22-30), yaitu:
a) Guru sebagai perancang pembelajaran (designer of instruction),
b) Guru sebagai pengelola pembelajaran (manager of instruction),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
10
c) Guru sebagai pengarah pembelajaran,
d) Guru sebagai evaluator,
e) Guru sebagai konselor,
f) Guru sebagai pelaksana kurikulum,
g) Guru dalam pembelajaran yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan.
3) Hak dan kewajiban guru
Undang -Undang Guru No. 14 Tahun 2005 menyebutkan tentang hak dan
kewajiban guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Hak seorang guru
dalam tugas keprofesionalan adalah:
a) Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraan sosial,
b) Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi
kerja,
c) Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan
intelektual,
d) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi,
e) Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk
menunjang kelancaran tugas keprofesionalan,
f) Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan
kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan
kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan,
g) Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas,
h) Memiliki kebebasan untuk berserikat dan organisasi profesi,
i) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan,
j) Memiliki kesempatan untuk berperan mengembangkan dan meningkatkan
kualifikasi akademik dan kompetensi,
k) Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
Dalam kewajibannya seorang guru profesional dituntut untuk:
a) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran yang bermutu,
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
11
b) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni,
c) Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi perserta didik dalam pembelajaran,
d) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru,
serta nilai-nilai agama dan etika,
e) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
4) Syarat guru yang baik dan berhasil
Syarat utama untuk menjadi seorang guru, selain berijazah dan syarat-syarat
mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah mempunyai sifat-sifat yang perlu
untuk dapat memberikan pendidikan dan pembelajaran. Selanjutnya dari syarat-
syarat tersebut, menurut Uno (2007:29) dapat dijabarkan secara lebih terperinci,
sebagai berikut:
a) Guru harus berijazah,
b) Guru harus sehat jasmani dan rohani,
c) Guru harus bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik,
d) Guru haruslah orang yang bertanggung jawab,
e) Guru di Indonesia harus berjiwa nasional,
Syarat-syarat tersebut merupakan syarat umum yang berhubungan dengan
jabatan sebagai seorang guru. Selanjutnya, Uno juga menjelaskan syarat lain yang
sangat erat hubungannya dengan tugas guru di sekolah, antara lain:
a) Harus adil dan dapat dipercaya,
b) Sabar, rela berkorban, dan menyayangi peserta didiknya,
c) Memiliki kewibawaan dan tanggung jawab akademis,
d) Bersikap baik pada rekan guru, staf di sekolah, dan masyarakat,
e) Harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan menguasai benar mata
pelajaran yang dibinanya,
f) Harus selalu introspeksi diri dan siap menerima kritik dari siapapun,
g) Harus berupaya meningkatkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
12
b. Guru Profesional
Kata “profesional” berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan
sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter,
hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah
pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk
itu, dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang tidak dapat memperoleh
pekerjaan lain (Nana Sudjana dalam Usman, 2005:14).
Profesional mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan untuk orang
yang mengandung suatu profesi dan sebutan untuk penampilan seseorang dalam
mewujudkan unjuk kerja sesuai profesinya. Penyandang dan penampilan profesional
ini telah mendapat pengakuan baik secara formal maupun nonformal. Pengakuan
secara formal diberikan oleh suatu badan atau lembaga yang mempunyai
kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah dan atau organisasi profesi. Sedangkan
secara nonformal pengakuan itu diberikan oleh masyarakat luas dan para pengguna
jasa suatu profesi.
Profesionalitas adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota
suatu profesi, serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat
melakukan tugas-tugasnya. Dengan demikian sebutan profesionalitas lebih
menggambarkan suatu keadaan derajat keprofesian seseorang dilihat dari sikap,
pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya. Dalam hal
ini para guru diharapkan memilki profesionalitas keguruan yang memadai, sehingga
mampu melaksanakan tugasnya secara efektif.
Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas
pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan,
melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Pada prinsipnya setiap guru
harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru
cukup banyak, maka kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru
senior untuk melakukan supervisi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor
antara lain dapat ditunjukkan oleh meningkatnya kinerja guru yang ditandai dengan
kesadaran dan keterampilan melaksanakan tugas secara bertanggung jawab.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
13
Dari pengertian profesional tersebut bahwa suatu pekerjaan yang bersifat
profesionalisme memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus
dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Atas dasar ini,
ternyata pekerjaan pofesional berbeda dengan pekerjaan lainnya, karena suatu profesi
memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan profesinya.
Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka pengertian guru profesional
adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain guru profesional adalah orang yang
terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya
(Tamyong dalam Usman, 2005:15)
Kompetensi profesional guru meliputi hal-hal berikut:
1) Menguasai landasan kependidikan
a) Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional,
b) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat,
c) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam
proses belajar-mengajar.
2) Menguasai bahan pembelajaran
a) Menguasai bahan pembelajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah,
b) Menguasai bahan pengayaan.
3) Menyusun program pembelajaran
a) Menetapkan tujuan pembelajaran,
b) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran,
c) Memilih dan mengembangkan strategi belajar-mengajar,
d) Memilih dan mengembangkan media pembelajaran yang sesuai,
e) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar.
4) Melaksanakan program pembelajaran
a) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat,
b) Mengatur ruangan belajar,
c) Mengelola interaksi belajar mengajar.
5) Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
14
a) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pembelajaran,
b) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
Guru sebagai tenaga pendidikan secara substantif memegang peranan tidak
hanya melakukan pembelajaran atau transfer ilmu pengetahuan (kognitif), tetapi juga
dituntut untuk mampu memberikan bimbingan dan pelatihan. Di dalam Undang
Undang No. 20 Tahun 2003 ditegaskan pada pasal 39 bahwa “Tenaga pendidikan
selain bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pelayanan
dalam satuan pendidikan, juga sebagai tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses serta menilai hasil pembelajaran, bimbingan
dan pelatihan”.
Sementara prinsip profesionalisme guru dan dosen UU No.14 tahun 2005
pasal 7 ayat 1 merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan
prinsip sebagai berikut:
1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism,
2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan,
dan akhlak mulia,
3) Memiliki kualifikasi akademik atau latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas,
4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas,
5) Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesioanlan,
6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja,
7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat,
8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan,
9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Guru sebagai tenaga profesional, ahli dalam bidang (akademis) yang ditandai
dengan memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan yang
berwenang dan terakreditasi oleh pemerintah. Seseorang yang telah memiliki
sertifikat mengajar, dinyatakan sebagai ahli dalam bidang akademis tertentu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
15
memiliki hak untuk mengajar dalam lembaga atau satuan pendidikan. Secara
akademis, seorang guru profesional ia memiliki keahlian atau kecakapan akademis
atau dalam bidang ilmu tertentu, cakap mempersiapkan penyajian materi (pembuatan
silabus, program tahunan, program semester) yang akan menjadi acuan penyajian,
melaksanakan penyajian materi, melaksanakan evaluasi atas pelaksanaan yang
dilakukan, serta mampu memperlakukan siswa secara adil dan secara manusiawi.
Tuntutan sikap profesionalisme guru merupakan sebuah perkembangan aktual
ketika tuntutan kerja profesional tertuang dalam undang-undang. Ketetapan bersifat
mengikat dan mengandung sanksi apabila dilanggar. Seorang guru adalah seorang
ahli dalam bidangnya, memiliki kecakapan pengetahuan akademis, juga kecakapan
sosial, dan kecakapan spiritual, sehingga bisa membawa murid kearah perkembangan
yang benar.
Kualitas seorang guru harus menjadi prioritas dalam upaya mengembangkan
sebuah pola pendidikan yang efektif. Kualitas seorang guru ditandai dengan tingkat
kecerdasan, ketangkasan, dedikasi, dan loyalitas yang tinggi serta ikhlas dalam
memajukan pendidikan dan mencerdaskan anak didik (MZ. Mandaru dalam Asmani,
2009:40)
Kompetensi guru akan mengantarkannya menjadi guru profesional yang
diidamkan oleh anak didik. Secara sederhana, guru profesional adalah guru yang
mengajar pada mata pelajaran yang menjadi keahliannya, mempunyai semangat
tinggi dalam mengembangkannya, dan mampu menjadi pioneer perubahan di tengah
masyarakat. Guru harus menguasai secara mendalam minimal satu bidang keilmuan.
Guru harus memiliki sikap integritas profesional. Kedudukan guru sebagai tenaga
profesional sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pasal 2 ayat (1) berfungsi
untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Peran guru antara lain sebagai
fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi
belajar bagi peserta didik.
Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 10 UU Republik
Indonesia nomor 14 tahun 2005, meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
16
pendidikan profesi. Empat kompetensi utama seorang guru tersebut dapat
dideskripsikan sebagai berikut (Asmani, 2009:43-45):
1) Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemapuan guru dalam mengelola
pembelajaran, sekurang-kurangnya meliputi:
a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan,
b) Pemahaman terhadap peserta didik,
c) Pengembangan kurikulum/silabus,
d) Perancangan pembelajaran,
e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,
f) Pemanfaatan teknologi pembelajaran,
g) Evaluasi proses dan hasil belajar,
h) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliknya.
2) Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya meliputi:
a) Berakhlak mulia,
b) Arif dan bijaksana,
c) Mantap,
d) Berwibawa,
e) Stabil,
f) Dewasa,
g) Jujur,
h) Mampu menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat,
i) Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
3) Kompetensi sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat,
sekurang-kurangya meliputi:
a) Berkomunikasi lisan, tulisan, dan atau isyarat,
b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
17
c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, pemimpin
satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik,
d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma
serta sistem nilai yang berlaku,
e) Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan dan semangat kebersamaan.
4) Kompetensi profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai
pengetahuan bidang ilmu teknologi dan seni yang sekurang-kurangnya meliputi
penguasaan:
a) Materi yang luas dan mendalam sesuai standar isi program satuan pendidikan,
dan kelompok mata pelajaran yang diampunya
b) Konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang
relevan yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan kelompok mata pelajaran yang diampu.
Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi profesional guru sebagai
tenaga profesional kependidikan (Sardiman, 1992:133), yaitu:
1) Capable personal
Maksudnya, guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan
serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses
belajar-mengajar secara efektif
2) Innovator
Sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan
dan reformasi. Para guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan
keterampilan serta sikap yang tepat terhadap pembaharuan dan sekaligus
merupakan penyebar ide pembaharuan yang efektif.
3) Developer
Guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya. Guru
harus mampu dan mau melihat jauh ke depan dalam menjawab tantangan-
tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai suatau sistem.
Profesionalisme guru geografi dapat dilihat dari kemampuannya untuk
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan ketetapan. Selain itu dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
18
dilihat juga dari kemampuaannya untuk menguasai bidangnya meliputi kemampuan
menguasai materi, media, metode, dan sumber belajar, kemampuan untuk membuat
RPP, kemampuan menguasai kelas dan kemampuan untuk melakukan evaluasi.
2. Guru Geografi Profesional
Terminologi pengajaran sudah lama diganti pembelajaran yang bermakna
lebih luas memberikan peran kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi
dan kreativitas. Dalam konteks pembelajaran geografi, jurus untuk memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kreativitasnya
berawal dari keutuhan konsep (yang dikuasai guru) yang diturunkan pada materi
pembelajaran dalam kemasan yang menarik. Pembelajaran Geografi tingkat Sekolah
Menengah maupun pada tingkat pendidikan dasar dikelompokkan ke dalam rumpun
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Perlu diingat bahwa Geografi bukan cabang IPS,
maka pembahasan substansi IPS oleh Geografi tetap dicirikan oleh pandangan
spasialnya. Artinya sumbangan Geografi di dalam menelaah masalah sosial (dan
ekonomi) berupa analisis spasial terhadap masalah/fenomena sosial ekonomi.
Demikian pula halnya telaah Geografi terhadap masalah/fenomena fisikal. Geografi
ialah ilmu dengan identitas keruangan atau spasial. Meskipun substansi kajiannya
meliput obyek atau fenomena sosial (nampak pada human geography) dan obyek
atau fenomena fisikal atau natural (nampak pada physical geography), geografi
bukanlah cabang ilmu sosial maupun cabang ilmu natural. Geografi menelaah obyek
sosial maupun natural secara keruangan atau spasial. Pembelajaran geografi di
sekolah menengah (dengan nama pelajaran geografi) maupun pendidikan dasar
(dengan nama IPS) ujung-ujungnya diharapkan memberikan bekal spatial ability
atau spatial inteligence pada peserta didik. (Hadi. http://partosohadi.staff.fkip.uns.
ac.id /2009/05/25/47/. Diakses tanggal 4 April 2012).
Hadi (2009) mengungkapkan bahwa intisari konsep dan prinsip geografi
adalah bagaimana geografi menelaah ruang mukabumi menjadi sistematika wilayah-
wilayah (regions) yang merupakan perwujudan persamaan ruang mukabumi (areal
likenesses) dan membedakannya dengan ruang mukabumi yang lainnya (areal
differences). Untuk menghasilkan wilayah-wilayah (tematik) dilakukan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
19
menarik garis (melakukan delineasi) terhadap obyek, fenomena ruang mukabumi
(geosfer) real world atau dari model (foto, citra dan peta produk ilmu kebumian lain
di luar geografi). Deskripsi/pemerian karakter wilayah dilakukan secermat mungkin
dengan memperhatikan kemampuan skala peta hasil untuk menampilkannya (round
earth on flat paper concept).
Secara sederhana, pembelajaran geografi adalah geografi yang diajarkan di
tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah. Oleh karena itu, penjabaran konsep-
konsep, pokok bahasan, dan subpokok bahasannya harus disesuaikan dan diserasikan
dengan tingkat pengalaman dan perkembangan mental anak pada jenjang-jenjang
pendidikan yang bersangkutan. Pelaksanaan pembelajaran geografi secara umum
ialah: siswa mengerti prinsip-prinsip geografi, mengerti teknik studi geografi dan
memiliki apresiasi tentang perlunya pengetahuan fakta-fakta geografi yang
fundamental.
Dalam GBPP SMA tercantum bahwa tujuan pembelajaran Geografi adalah
mengembangkan cara berfikir kritis dan kreatif siswa dalam melihat hubungan
manusia dengan lingkungan hidupnya. Terdapat sejumlah konsep utama yang harus
dipelajari siswa, yaitu konsep wilayah, konsep sumber daya, konsep interaksi,
konsep kerjasama antar wilayah, konsep jagat raya, dan konsep kelestarian
lingkungan hidup. Penyampaian konsep-konsep tersebut memerlukan teknik, metode
dan alat pembelajaran yang berbeda-beda sejalan dengan tujuan pembelajaran atau
hasil belajar yang diharapkan dari siswa. Guru harus menggunakan metode yang
efektif agar siswa bisa mengerti konsep-konsep itu dengan baik.
a. Kompetensi Profesional Guru Geografi
Geografi menelaah obyek mukabumi (litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer,
antroposfer) dari sudut pandang keruangan. Obyek itu divisualkan dalam bentuk peta
dengan tema tertentu dan dikenal sebagai peta tematik. Peta itu menampilkan obyek,
fenomena, potensi ruang mukabumi dalam bentuk tema tunggal dan dapat pula
sintesis dari beberapa tema. Selain itu, peta tematik ini dapat pula merupakan
presentasi analisis spasial. (Hadi, http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id. Diakses
tanggal 22 Februari 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
20
Pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperoleh dalam mata
pelajaran Geografi diharapkan dapat membangun kemampuan peserta didik untuk
bersikap cerdas, aktif dan bertanggung jawab dalam menghadapi masalah sosial,
ekonomi, dan ekologis. Pada tingkat pendidikan dasar mata pelajaran Geografi
diberikan sebagai bagian integral dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sedangkan
pada tingkat pendidikan menengah diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri.
(BSNP dalam Hadi, 2009). Latar belakang rasionalitas kompetensi yang dirumuskan
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tersebut tentu saja berangkat dari
pemahaman terhadap esensi Geografi dengan identitas pandangan spasialnya.
Pandangan spasial atas telaah substansi tanah (soil) kemudian memunculkan
Geografi Tanah sebagai salah satu cabang Geografi. Pandangan spasial atas telaah
substansi tumbuh-tumbuhan, kemudian memunculkan Fitografi sebagai salah satu
cabang Geografi. Pandangan spasial atas telaah substansi ekonomi kemudian
memunculkan Geografi Ekonomi sebagai salah satu cabang Geografi, demikian pula
halnya dengan Marketing Geografi, Geografi Transportasi dan seterusnya. (Hadi.
2009. http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id/2009/05/25/47/. Diakses Tanggal 22
Februari 2011.
Seperti diketahui obyek material geografi terbentang dari litosfer, atmosfer,
hidrosfer, biosfer sampai antroposfer. Kajian geografi terhadap obyek materialnya
tersebut, harus selalu dilakukan dari sudut pandang spasial, dari perspektif spasial.
Contohnya: kajian deskripsi, perbandingan, hubungan, aura, korelasi… dan
seterusnya…, hakikatnya adalah deskripsi spasial, perbandingan spasial, hubungan
spasial, aura spasial,…dan seterusnya, apapun substansi ataupun objek material yang
sedang dikaji. Dalam ranah psikomotor, deskripsi spasial dikerjakan dengan menarik
garis (deliniasi)– pemerian perwatakan objek material (karakter substansi, deskripsi
fenomena) menjadi wilayah tematik (region geografik). Seperti misalnya: wilayah
litologi, wilayah kategori tanah, wilayah penggunaan tanah, wilayah suhu, wilayah
curah hujan, wilayah air tanah, wilayah fauna, wilayah flora, wilayah kepadatan
penduduk, wilayah harga tanah, wilayah konstituen partai, wilayah permukiman
kumuh, wilayah serangan hama wereng, wilayah kekeringan, wilayah kedalaman
genangan, wilayah potensi longsor, wilayah suku bangsa, wilayah penutur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
21
bahasa,dsb. Wilayah tematik tersebut, adalah sebentuk persamaan objek mukabumi,
sebentuk persamaan fenomena mukabumi, sebentuk persamaan potensi sosial
mukabumi, sebentuk persamaan potensi fisikal mukabumi, sebentuk persamaan
masalah sosial mukabumi, sebentuk persamaan masalah fisikal mukabumi, dan
sekaligus membedakan dengan wilayah muka bumi yang lain (area similarities dan
area differentiations).
Kita lihat juga cuplikan dari Buku Geografi kontemporer :
Geography is a wide ranging field that incorporates a number of diverse
subject areas. Broadly speaking, geography can be divided into human geography
and physical geography. Human geography deals with spatial aspects of human
activities and culture. Physical geography, our topic here, focuses on the
geographical attributes of the natural environment. The diagram below illustrates
the continuum of geography. Though the discipline can be broken down into two
separate areas of study, physical geography and human geography, they are actually
seen as blending with one another along a geographic continuum
Sumber: (Hadi. 2012.http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id/2012/01/17/esensi-media-
pembelajaran -geospasial-dalam-mata-pelajaran-geografi/. Diakses tanggal 04 April
2012).
Esensi geografi yang memandang obyek dan fenomena secara spasial
mengharuskan guru untuk menguasai materi pembelajaran dari sudut pandang spasial
pula. Maksudnya adalah guru geografi diharapkan memiliki intelegensi spasial yang
diimplementasikan dalam ketrampilan spasial. Intelegensi spasial inilah yang ikut
memberikan saham kepada pengembangan kemampuan berfikir peserta didik.
Gambar 2. The Continuum of Geography
Gambar 1. The Continuum of Geography
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
22
Identitas spasial dalam bentuk spatial patterns, spatial distributions, spasial
relations, spasial differentiation menuntut guru geografi menyajikan materi geografi
ke dalam kemasan berwujud peta, atau membuka kemasan yang (sudah) ada untuk
digunakan sebagai bahan pembelajaran (membaca/interpretasi peta yang ada). Tetapi
tidak setiap bahan ajar yang harus disajikan seperti yang dikehendaki standar
kompetensi sudah tersedia. Segi lain dari ketrampilan spasial (spatial ability)
misalnya melakukan analisis spasial dengan membuat korelasi. Korelasi adalah
membandingkan dua hal (tema, layer) yang berbeda untuk melihat ada tidaknya
kaitan sebab akibat. Yang penting harus diperhatikan adalah bahwa adanya korelasi
antara beberapa variabel belum menjamin terungkapnya mekanisme sebab akibat.
(Hadi. 2009. http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id/2009/05/25/47/. Diakses Tanggal
22 Februari 2011).
Perlu pula diperhatikan tentang apa yang dikorelasikan. Korelasi dapat
berbentuk korelasi (spatial) antara unsur fisik dengan unsur fisik, antara unsur fisik
dengan unsur sosial ekonomi, juga antara unsur sosial ekonomi dengan unsur sosial
ekonomi. Tidak harus hubungan ini berwujud hubungan unsur fisik-manusia (sosial
ekonomi). Dalam menyiapkan materi geografi seorang guru selain menguasai
konsep-konsep dan teori standar sesuai dengan tuntutan kompetensi profesionalnya
harus pula mempertimbangkan jenjang kemantapan intelektual peserta didik.
Bahwa geografi (dan cabang-cabang geografi) secara esensial berbeda dengan
bidang ilmu lain (meskipun substansinya berimpit) karena sudut pandang spasial,
kiranya sudah dipahami. Bahwa identitas geografi ada pada sudut pandang spasial,
kiranya sudah dipahami bahwa sudut pandang spasial mengharuskan hadirnya peta
sebagai media utama, kiranya sudah dipahami. Tetapi penggunaan peta untuk media
pembelajaran geografi untuk internalisasi konsep-konsep geografi dalam substansi
yang berbeda-beda agaknya belum banyak dilakukan oleh guru. Penggunaan peta
kebanyakan terbatas pada penyampaian materi atau bahasan tentang peta itu sendiri.
Perlu pula diingat bahwa kajian substansi penduduk dapat melalui demografi,
studi kependudukan dan geografi penduduk. Penyampaian konsep geografi
penduduk-lah yang mengharuskan penggunaan peta. Peta apa? Demikian pula
penyampaian konsep geografi tumbuhan (phytho geograhy), geografi hewan (zoo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
23
geography), geografi industri, geografi transportasi, dan lain-lain mengharuskan
penggunaan peta. (Hadi. 2009. http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id/2009/05/25/47/.
Diakses Tanggal 22 Februari 2011).
1) Guru Geografi sebagai Capable Personal
Seperti yang telah dijelaskan bahwa guru sebagai capable personal
diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan dalam
bidangnya, begitu juga dengan seorang guru geografi professional. Guru geografi
professional diharapkan mampu mengajar dan mendidik siswa sesuai dengan
substansi mata pelajaran geografi. Bukan hanya mengetahui tatpai juga
memahami dan mampu menerapkan menyampaikannya pada siswa. Guru yang
ahli memiliki pengetahuan tentang cara mengajar (teaching is a knowledge), juga
keterampilan (teaching is skill) dan mengerti bahwa mengajar adalah juga suatu
seni (teaching is an art). guru harus memahami ilmu pendidikan dan keguruan
dan mampu menerapkannya dalam tugasnya sebagai pendidi. Guru geografi harus
mampu memahami, menguasai dan mecintai ilmu pengetahuan yang diajarkan,
memiliki sumber referensi yang tepat dan mengetahui teori yang tepat.
Guru geografi harus mampu menguasai substansi geografi itu sendiri dengan
ciri pembeda berupa aspek keruangan yang kemudian melahirkan bidang kajian
geografi, seperti hidrogeografi, geomorfologi, geografi ekonomi, geografi sosial,
geografi tumbuhan, geografi lingkungan, dan masih banyak lagi. Sebagai seorang
yang ahli, geografi bukan hanya dituntut untuk memiliki pengetahuan tetapi juga
bagaimana menyampaikan dan mengemas pengetahuan tersebut untuk kemudian
disampaikan kepada peserta didik agar pesan dari materi tersebut dapat
tersampaikan. Dalam hal ini guru menyampaikan materi dengan berpedoman pada
The Continuum of Geography.
Menurut Mulyasa (2008:136), guru sebagai seorang ahli hendaknya dapat
menguasai materi standar, yang meliputi:
(a) Menguasai bahan pembelajaran (bidang studi),
(b) Menguasai bahan pendalaman (pengayaan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
24
2) Guru Geografi sebagai Innovator
Sebagai seorang inovator guru geografi diharapkan memiliki sikap yang tepat
terhadap pembaharuan dan sekaligus merupakan penyebar ide pembaharuan yang
efektif. Inovasi yang dapat dilakukan seorang guru geografi dalam bidangnya
tentu saja berkaitan erat dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah.
Inovasi ini meliputi berbagai bidang mulai dari inovasi terhadap strategi
pembelajaran, media pembelajaran, sampai materi pembelajaran.
Mata pelajaran geografi menuntut guru bersikap aktif dan kreatif dan
berinovasi. Pengembangan materi harus tetap disesuaikan dengan kajian utama
geografi yang akan disampaikan. Penyediaan dan pembuatan media pembelajaran
tentunya yang sesuai dengan materi dan tetap mencerminkan geografi sebagai
ilmu dengan aspek keruangan, sehingga guru harus menyiapkan media berupa
peta, video, gambar, ataupun alat peraga yang memberikan gambaran mengenai
ruang yang sedang dibahas dalam materi.
Guru sebagai innovator lebih ditekankan pada guru melakukan inovasi
terhadap strategi belajar dan media pembelajaran yang digunakan. Menurut
Rogers dalam Maman (maman-malmsteen.blogspot.com/peran-guru-dalam-
inovasi-pendidikan.html. Diakses Tanggal 17 Agustus 2012 ), Guru sebagai
pembaharu dapat berperan serta dengan tahapan-tahapan sebagai berikut
(a) Invention (penemuan), meliputi penemuan hal-hal baru dalam aspek
pembelajaran, antara lain dalam hal strategi belajar dan media pembelajaran
yang digunakan
(b) Development (pengembangan), meliputi saran alternatif pemecahan masalah,
yaitu penemuan dalam hal strategi pembelajaran disesuaikan dengan
karakteristik siswa dan fasilitas sekolah, sedangkan inovasi media
pembelajaran disesuaikan dengan materi pembelajaran.
(c) Diffusion (penyebaran), mencakup penyebaran ide-ide baru kepada sasaran
penerimanya, guru menerapkan temuan (inovasi) kepada peserta pada
pelaksanaan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
25
3) Guru Geografi sebagai Developer
Sebagai seorang developer, guru harus memiliki visi keguruan yang mantap
dan luas perspektifnya. Yang paling utama adalah guru dituntut untuk dapat
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.
Guru geografi bukan hanya dituntut untuk menyampaikan amanah kurikulum
tetapi juga amanah geografi itu sendiri berupa pemberian bekal kemampuan
spasial kepada siswa. Kurikulum sebagai acuan utama dalam pembelajaran,
penerapannya perlu diupayakan sesuai dengan kaidah dan esensi Ilmu Geografi
itu sendiri.
Geografi dalam kurikulum SMP tergabung dalam IPS Terpadu namun di
lapangan penyajiannya masih sendiri atau tetap dipegang oleh guru geografi
sendiri dan belum terpadu dengan mata pelajaran IPS Terpadu yang lain seperti
sejarah, sosiologi maupun ekonomi. Tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
dalam kurikulum seharusnya tetap bisa berjalan dengan tujuan pembelajaran
geografi itu sendiri yaitu memberikan bekal kemampuan spasial kepada peserta
didik. Perspektif spasial dan implementasinya dalam pembelajaran geografi di
SMP dapat dikembangkan secara bersama-sama dengan kurikulum yang ada,
meskipun di lapangan akan terkendala dengan waktu. Untuk mengatasi hal
tersebut guru dapat mengatasinya dengan cara memberikan tugas kepada siswa
dengan catatan bahwa tugas tersebut bukan hanya untuk menambah nilai
melainkan juga menyampaikan amanah dan tujuan pembelajaran geografi.
Menurut Mulyasa (2008:136), guru geografi sebagai seorang developer
hendaknya dapat mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), yang meliputi:
(a) Memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD),
(b) Mengembangkan silabus,
(c) Menyususn rencana pelaksanaan pembelajaran,
(d) Melaksanakan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik,
(e) Menilai hasil belajar,
(f) Menilai dan memperbaiki KTSP sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan kemajauan zaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
26
b. Kompetensi Pedagogik Guru Geografi
Geografi ialah ilmu dengan identitas keruangan atau spasial. Meskipun
substansi kajiannya meliput obyek atau fenomena sosial (nampak pada human
geography) dan obyek atau fenomena fisikal atau natural (nampak pada physical
geography), geografi bukanlah cabang ilmu sosial maupun cabang ilmu natural.
Geografi menelaah obyek sosial maupun natural secara keruangan atau spasial.
Pembelajaran geografi di sekolah menengah (dengan nama pelajaran geografi)
maupun pendidikan dasar (dengan nama IPS) ujung-ujungnya diharapkan
memberikan bekal spatial ability atau spatial inteligence pada peserta didik.
Jangan hendaknya pembelajaran geografi menambah beban peserta didik,
tetapi seharusnya memberikan bekal kepada mereka. Bekal apa yang seharusnya
mereka dapatkan? Bekal itu adalah spatial ability/spatial intelligence. Luarannya
adalah peserta didik memahami ruang mukabumi dengan segala karakter dan warna
wataknya, diterapkan dalam wujud memahami potensi ruang mukabumi, penggunaan
ruang mukabumi, interaksi antara wilayah-wilayah di ruang mukabumi, interaksi
antara komponen-komponen wilayah atau atribut wilayah, masalah-masalah ruang
mukabumi, dan seterusnya. (Hadi. 2012.http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id/
2012/01/17/esensi-media-pembelajaran-geospasial-dalam-mata-pelajaran-geografi/.
Diakses tanggal 04 April 2012)
Kriteria kompetensi pedagogik antara lain:
1) Guru memahami perkembangan peserta didik.
Menurut Mulyasa (2008:79-99), sedikitnya terdapat empat hal yang harus
dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu:
(a) Tingkat kecerdasan, merupakan usia mental seseorang dibagi usia
kronologisnya dikalikan 100. Usia mental mungkin lebih tinggi, lebih rendah,
atau sama dengan usia kronologisnya. Anak cerdas memiliki usia mental
lebih tinggi dari usianya, dan mampu mengerjakan tugas-tugas untuk anak
yang usianya lebih tinggi,
(b) Kreativitas, bisa dikembangkan dnegan menciptakan proses pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
27
(c) Kondisi fisik, berkaitan dengan penglihatan, pendengaran, kemampuan
bicara, pincang (kaki), dan lumpuh karena kerusakan otak. Terhadap peserta
didik yang memiliki kelainan fisik diperlukan sikap dan layanan yang bereda
dalam rangka membantu perkembangan pribadi mereka,
(d) Pertumbuhan dan perkembangan kognitif, melibatkan perubahan-perubahan
kemampuan berfikir, berbahasa dan cara memperoleh pengetahuan dari
lingkungan.
2) Guru memanfaatkan teknologi pembelajaran
Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran (e-learning)
dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran.
Dalam hal ini, guru dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan dan
mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu sistem jaringan komputer yang
dapat diakses oleh peserta didik. Oleh karena itu, seyogianya guru dan calon guru
dibekali dengan berbagai kompetensi yang berkaitan dengan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi sebagai teknologi pembelajaran.
Perubahan prinsip belajar berbasis komputer memberikan dampak pada
profesionalisme guru, sehingga harus menambah pemahaman dan kompetensi
baru untuk memfasilitasi pembelajaran. Dengan sistem pembelajaran berbasis
komputer, belajar tidak tebatas pada empat dinding kelas, tetapi dapat menjelajah
ke dunia lain, terutama melalui internet. Dalam hal ini guru dituntut untuk
memiliki kemampuan mengorganisir, menganalisis dan memilih informasi yang
paling tepat dan berkaitan langsung dengan pembentukan kompetensi peserta
didik serta tujuan pembelajaran. (Mulyasa, 2008:107-108)
3) Guru melakukan evaluasi hasil belajar
Menurut Arifin (1990:21-64), pada umumnya ada dua teknik evaluasi, yaitu
tes dan nontes. Tes terdiri atas berbagai bentuk, yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes
perbuatan. Nontes terdiri atas berbagai teknik, antara lain observasi, wawancara,
skala sikap, check list, dan rating scale.
(a) Tes
Tes adalah suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan
evaluasi, yang didalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
28
yang harus dikerjakan atau dijawab oleh anak didik, kemudian pekerjaan dan
jawaban itu menghasilkan nilai tentang perilaku anak didik tersebut. Macam-
macam tes antara lain:
(1) Tes tertulis (written test), diberikan kepada seorang atau sekelompok
murid pada waktu, tempat, dan soal tertentu, terdiri atas;
- tes esai
- tes objektif
(2) Tes lisan (oral test), suatu bentuk tes yang menuntut respons dari anak
dalam bentuk bahasa lisan,
(3) Tes perbuatan (performance test), bentuk tes yang menuntut jawaban
siswa dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Siswa bertindak
sesuai dengan apa yang diperintahkan dan ditanyakan,
(4) Tes hasil belajar
- tes formatif
- es sumatif
(b) Nontes
Nontes digunakan untuk mengetahui perubahan sikap dan pertumbuhan anak
dalam psikologi, melalui:
(1) Observasi,
(2) Wawancara,
(3) Skala sikap,
(4) Check list,
(5) Rating scale,
c. Penerapan Profesionalisme Guru Geografi Tersertifikasi
Penerapan profesionalisme guru geografi tersertifikasi dengan mengamati
apakah pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah dibuat dan dengan subsatnsi materi, fasilitas, dan
karakteristik siswa, dengan kegiatan utama yaitu:
1) Penyampaian tujuan pembelajaran dan pengembangan materi menurut
Sukmadinata (1999:153), meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
29
(a) Penjabaran tujuan pendidikan/pembelajaran ke dalam bentuk perbuatan
hasil belajar yang khusus dan sederhana,
(b) Isi bahan pembelajaran meliputi segi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan,
(c) Disusun dalam urutan yang logis dan sistematis. Ketiga ranah belajar,
yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan diberikaan secara simultan
dalam urutan situasi belajar.
2) Penggunaan strategi dan pendekatan pembelajaran (Sukmadinata, 1999:153-
154):
(a) Metode/teknik pembelajaran yang digunakan cocok untuk mengajarkan
bahan pelajaran,
(b) Metode/teknik pembelajaran memberikan kegiatan yang bervariasi
sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa,
(c) Metode/teknik pembelajaran memberikan urutan kegiatan yang bertingkat
–tingkat,
(d) Metode/teknik pembelajaran dapat menciptakan kegiatan untuk mencapai
tujuan kognitif, afektif, dan psikomotorik,
(e) Metode/teknik pembelajaran lebih mengaktifkan siswa, mengaktifkan
guru, atau mengaktifkan kedua-duanya,
(f) Metode/teknik pembelajaran mendorong berkembangnya kemampuan
baru,
(g) Metode/teknik pembelajaran menimbulkan jalinan kegiatan belajar di
sekolah dan di rumah, juga mendorong penggunaan sumber yang ada di
rumah dan di masyarakat,
(h) Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang
menekankan “learning by doing” disamping “learning by seeing and
knowing”.
3) Pemanfaatan media dan teknologi pembelajaran
Gagne dan Briggs dalam Arsyad (2005:4) secara implisit mengatakan bahwa
media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
30
recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide (gambar bingkai),
foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Selanjutnya Arsyad (2005:4-5)
mengungkapkan bahwa media adalah komponen sumber belajar atau wahana
fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat
merangsang siswa untuk belajar.
Kemp dan Dayton dalam Arsyad (2005:37-56) mengelompokkan media ke
dalam delapan jenis, yaitu:
(a) Media cetakan, meliputi bahan-bahan yang disiapkan di atas kertas untuk
pengajaran dan informasi,
(b) Media pajang, pada umumnya digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi di depan kelompok kecil. Media ini meliputi papan tulis, flip
chart, papan magnet, papan kain, papan bulletin, dan pameran,
(c) Overhead tarnsparancy (OHP), transparansi yan diproyeksikan adalah
visual baik berupa huruf, lambang, gambar, grafik, atau gabungannya pada
lembaran tembus pandang atau plastik yang dipersiapkan untuk
diproyeksikan ke sebuah layar atau dinding melalui sebuah proyektor,
(d) Rekaman audio-tape. Pesan dan isi pelajaran yang telah direkam pada tape
dimaksudkan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan
siswa sebagai upaya mendukung terjadinya proses belajar,
(e) Slide, merupakan suatu film transparansi yang berukuran 35mm dengan
bingkai 2x2 inci dan diproyeksikan melalui slide projector,
(f) Film dan video, merupakan gambar-gambar dalam frame yang
menggambarkan suatu objek yang bergerak secara bersama-sam dengan
suara alamiah atau suara yang sesuai,
(g) Televisi, dalam hal ini televisi pendidikan adalah penggunaan program
video yang direncanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu
tanpa melihat siapa yang menyiarkannya,
(h) Komputer, pemanfaatan komputer untuk pendidikan yang dikenal sering
dinamakan pembelajaran dengan bantuan komputer (CAI) dikembangkan
dalam beberapa format, antara lain drills and practice, tutorial, simulasi,
permainan, dan discovery.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
31
Menurut Sukmadinata (1999:154), proses pembelajaran yang baik perlu
didukung oleh penggunaan media dan alat-alat bantu pengajaran yang tepat:
(a) Apakah alat/media pembelajaran yang diperlukan sudah tersedia? Bila
tidak ada apa penggantinya?
(b) Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan bagaimana
pembuatannya, siapa yang membuat, pembiayaannya, dan waktu
pembuatannya?
(c) Bagaimana pengorgansasian alat/media dalam bahan pembelajaran?
(d) Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multimedia.
4) Penyusunan alat evaluasi pembelajaran (Sukmadinata, 1999:154)
(a) Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya diikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
(1) Rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
(2) Uraikan ke dalam bentuk tingkah-tingkah laku murid yang dapat
diamati.
(3) Hubungkan dengan bahan pelajaran.
(4) Tuliskan butir-butir tes
(b) Dalam merencanakan suatu penilaian hendaknya diperhatikan beberapa
hal:
(1) Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok yang akan
ditest?
(2) Berapa lama waktu yang akan digunakan untuk pelaksanaan tes?
(3) Apakah tes tersebut berbentuk uraian atau objektif?
(4) Berapa banyak butiran tes perlu disusun?
(5) Apakah tes tersebut diadministrasikan oleh guru atau oleh murid?
(c) Dalam pengolahan suatu hasil penilaian hendaknya diperhatikan ha-hal
sebagai berikut:
(1) Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan hasil tes?
(2) Apakah digunakan formula quessing?
(3) Bagaimana pengubahan skor ke dalam skor masak?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
32
(4) Skor standar apa yang digunakan?
(5) Untuk apakah hasil-hasil tes digunakan?
3. Sertifikasi Guru
Sertifikasi merupakan proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan
dosen atau bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen
sebagai tenaga profesional. Berikut ini merupakan hal-hal yang berhubungan dengan
sertifikasi guru yang dikeluarkan oleh Tim Sertifikasi Guru Tahun 2008:
a. Dasar Hukum
Sertifikasi bagi guru dalam jabatan sebagai upaya meningkatkan
profesionalisme guru dan meningkatkan mutu layanan dan hasil pendidikan di
Indonesia, diselenggarakan berdasarkan landasan hukum sebagai berikut.
1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan,
4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2005 tentang Standar
Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik,
5) Fatwa/Pendapat Hukum Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor
I.UM.01.02-253,
6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang
Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 18 Tahun
2007 menyatakan bahwa sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui
uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Uji kompetensi tersebut
dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio, yang merupakan pengakuan atas
pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan
dokumen yang mencerminkan kompetensi guru. Komponen penilaian portofolio
mencakup: a)kualifikasi akademik, b)pendidikan dan pelatihan, c)pengalaman
mengajar, d)perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, e)penilaian dari atasan
dan pengawas, f)prestasi akademik, g)karya pengembangan profesi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
33
h)keikutsertaan dalam forum ilmiah, i)pengalaman organisasi di bidang
kependidikan dan sosial, dan j)penghargaan yang relevan dengan bidang
pendidikan.
b. Tujuan Sertifikasi Guru
Wibowo dalam Mulyasa (2008:35), mengungkapkan bahwa sertifikasi
bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut:
1) Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan,
2) Melindungi masyarakat dari praktik-parktik yang tidak kompeten, sehingga
merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan,
3) Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan
menyediakan rambu-rambu dan instrument untuk melakukan seleksi terhadap
pelamar yang kompeten,
4) Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga
kependidikan,
5) Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa sertifikasi pendidik dan tenaga
kependidikan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1) Pengawasan mutu
a) Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan menentukan
seperangkat kompetensi yang bersifat unik,
b) Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi untuk
mengembangkan tingkat kompetensinya secara berkelanjutan,
c) Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik pada waktu
awal masuk organisasi profesi maupun pengembangan karier selanjutnya,
d) Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu
maupun usaha belajar secara mandiri untuk mencapai peningkatan
profesionalisme.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
34
2) Penjaminan mutu
a) Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap
kinerja praktisi akan menimbulkan persepsi masyarakat dan pemerintah
menjadi lebih baik terhadap organisasi profesi beserta anggotanya.
b) Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para pelanggan/
pengguna yang ingin mempekerjakan orang dalam bidang keahlian dan
keterampilan tertentu.
c. Prosedur
Penilaian portofolio peserta sertifikasi guru dilakukan oleh Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) penyelenggara sertifikasi guru dalam
bentuk Rayon yang terdiri dari LPTK Induk dan LPTK Mitra dikoordinasikan
oleh Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG). Unsur KSG terdiri atas LPTK,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), dan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen
PMPTK). Secara umum prosedur pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan
disajikan pada Gambar 2 berikut ini.
Gambar 2. Prosedur Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
35
Prosedur sertifikasi bagi guru dalam jabatan meliputi hal-hal sebagai berikut.
1) Guru peserta sertifikasi, menyusun dokumen portofolio dengan mengacu pada
Pedoman Penyusunan Perangkat Portofolio Sertifikasi Guru,
2) Dokumen portofolio yang telah disusun, diserahkan kepada Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota untuk diteruskan kepada LPTK Induk untuk dinilai oleh
asesor di rayon tersebut,
3) Hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi, bila mencapai skor minimal
kelulusan dan dinyatakan lulus akan memperoleh sertifikat pendidik,
4) Hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi yang belum mencapai skor
minimal kelulusan, LPTK rayon akan merekomendasikan kepada peserta
alternatif sebagai berikut;
a) Melakukan kegiatan mandiri untuk melengkapi kekurangan dokumen
portofolio,
b) Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (Diklat Profesi Guru atau
PLPG) yang diakhiri dengan ujian,
c) Materi PLPG mencakup 4 (empat) kompetensi yakni kepribadian,
pedagogik, profesional dan sosial.
5) Pelaksanaan PLPG diatur oleh LPTK penyelenggara dengan memperhatikan
skor hasil penilaian portofolio dan rambu-rambu yang ditetapkan oleh KSG.
a) Peserta PLPG yang lulus ujian, akan memperoleh sertifikat pendidik,
b) Peserta yang tidak lulus diberi kesempatan mengikuti ujian ulang sebanyak
dua kali, dengan tenggang waktu sekurang-kurangnya dua minggu. Apabila
tidak lulus peserta diserahkan kembali ke dinas pendidikan kabupaten/kota.
6) Untuk menjamin standarisasi prosedur dan mutu lulusan maka rambu-rambu
mekanisme, materi, dan sistem ujian PLPG dikembangkan oleh KSG.
d. Diklat Profesi Guru
1) Tujuan diklat profesi guru
Tujuan Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (Diklat Profesi Guru atau
PLPG) untuk meningkatkan kompetensi guru sesuai dengan persyaratan
sebagai guru profesional yang ditetapkan dalam undang-undang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
36
2) Peserta PLPG
Peserta PLPG adalah guru peserta program sertifikasi yang belum lulus pada
penilaian portofolio dan direkomendasikan oleh LPTK penyelenggara
sertifikasi untuk mengikuti PLPG.
3) Penyelenggaraan PLPG
a) PLPG diselenggarakan selama 6 hari atau 60 Jam Pertemuan (JP) (teori 28
JP dan 32 JP praktik mengajar),
b) PLPG dilaksanakan di LPTK. Jika jumlah peserta dalam satu prodi tertentu
mencapai jumlah minimal pelaksanaan PLPG, dapat diselenggarakan di
kabupaten/kota. Dalam hal ini instruktur mendatangi tempat pembelajaran
di kabuaten/kota,
c) PLPG diakhiri dengan uji kompetensi guru yang dilakukan oleh LPTK
Penyelenggara Sertifikasi Guru yang meliputi uji tulis dan uji kinerja
(praktik mengajar),
d) Peserta yang lulus mendapat sertifikat pendidik, sedangkan yang tidak lulus
diberi kesempatan untuk mengikuti ujian ulang di LPTK sebanyak dua kali
dengan tenggang waktu sekurang-kurangnya dua minggu sejak tanggal
pengumuman,
e) Peserta yang telah mengukuti ujian ulang sebanyak dua kali namun masih
belum lulus maka diserahkan kembali ke dinas pendidikan kabupaten/kota
untuk dibina lebih lanjut.
4) Materi PLPG
Materi PLPG mencakup empat kompetensi guru, yaitu: a) pedagogik, b)
profesional, c) kepribadian, dan d) sosial. Jabaran rinci materi PLPG
ditentukan oleh LPTK penyelenggara sertifikasi dengan mengacu pada rambu-
rambu yang ditetapkan oleh Ditjen Dikti.
5) Ujian
Penyelenggaraan PLPG diakhiri dengan ujian yang mencakup ujian tulis dan
ujian kinerja (praktik mengajar). Ujian tulis untuk mengungkap kompetensi
profesional, sedangkan ujian kinerja untuk mengungkap kompetensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
37
profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial. Keempat kompetensi ini juga
bisa dinilai selama proses pelatihan berlangsung.
B. Kerangka Pemikiran
Seiring dengan perubahan dan perkembangan kurikulum dan kemajuan baik
dalam ilmu pendidikan maupun teknologi, guru dituntut untuk turut berpartisipasi
mengembangkan kemampuan profesional dalam pelaksanaan pembelajaran. Salah
satu tolak ukur keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran adalah profesionalisme
guru, dalam hal ini adalah guru geografi untuk mengembangkan kemampuannya
untuk menjadikan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam upaya untuk
mengajar dan mendidik siswa, guru dituntut untuk memiliki multi peran sehingga
mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif. Untuk itu, guru harus
meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa (kuantitas) dan meningkatkan mutu
(kualitas) mengajarnya. Untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya, hendaknya
guru mampu merencanakan program pembelajaran dan sekaligus mampu pula
melakukannya dalam bentuk interaksi belajar mengajar.
Guru geografi profesional hendaknya mampu untuk memenuhi hal-hal
tersebut sehingga pembelajarannya akan jauh lebih berkualitas dan mendapatkan
persepsi positif dari siswa terhadap sistem pembelajarannya, terutama bagi guru
geografi yang sudah dinyatakan lulus ujian profesi guru (sertifikasi) baik melalui
jalur penilaian portofolio maupun melalui Diklat Profesi Guru (PLPG).
Profesonalisme guru geografi tersertifikasi dapat dilihat dari kemampuannya untuk
mengembangkan kompetensi guru yang harus dimilikinya, antara lain kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Dalam penelitian ini profesionalisme guru geografi tersertifikasi difokuskan
pada dua kompetensi yang dimilikinya, yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi
profesional. Selain itu, profesionalisme guru geografi juga dapat dilihat langsung
melalui penerapan profesionalisme guru itu sendiri alam melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
Gambaran mengenai kerangka berfikir dari penelitian ini dapat dilihat dari
diagram alir penelitian berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
38
Gambar 3. Diagram Kerangka Berpikir
Profesionalisme Guru Geografi
Tersertifikasi
Kompetensi Guru
Geografi
Penerapan
Profesionalisme Guru
Geografi Tersertifikasi
Pedagogik Profesional Sosial Pribadi
Pemahaman dan
pengembangan terhadap
peserta didik
Pemanfaatan teknologi
pembelajaran
Evaluasi proses dan hasil
belajar
Capable personal
Innovator
Developer
Penyampaian tujuan
pembelajaran dan
pengembangan materi
Penggunaan startegi dan
pendekatan pembelajaran
Pemanfaatan media dan
teknologi pembelajaran
Penyusunan alat evaluasi
pembelajaran
Profesionalisme Guru Geografi Tersertifikasi dengan
Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian
1. Objek penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran geografi yang sudah
lulus uji profesi atau sertifikasi. Menurut data dari Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga (DISDIKPORA) Kota Surakarta, hingga tahun 2010 jumlah guru geografi
SMPN Surakarta yang telah lulus sertifikasi baik melalui jalur portofolio maupun
PLPG sebanyak 12 orang guru, tetapi yang menjadi objek penelitian berjumlah 7
orang guru, seperti yang tertera pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Objek Penelitian No. Nama NIP Gol Asal Sekolah
1
2
3
4
5
6
7
Drs. Siswando
Drs. Sartono Syukri S.
Nur Dawam, S Pd
Dra. Dwi Atminingsih
Tri Wahyuni S., S.Pd
Drs. Kiswantara
Mohamad Shodikun, S.Pd
19590617 198903 1 005
19551218 198502 1 001
19680912 199412 1 004
19631127 199802 2 001
19621115 198501 2 002
19640130 199512 1 002
19640116 198303 1 004
IV/a
IV/a
III/d
III/d
IV/a
IIId
III b
SMP N 1 Surakarta
SMPN 8 Surakarta
SMPN 10 Surakarta
SMPN 11 Surakarta
SMPN 16 Surakarta
SMPN 22 Surakarta
SMPN 23 Surakarta
Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta Tahun 2010
2.Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 17 bulan dimulai bulan Februari 2011
sampai dengan bulan Juli 2012. Waktu penelitian dirangkum dalam Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Waktu Penelitian
No. Kegiatan
Kegiatan
Februari-
Maret
2011
Maret-
Mei
2011
Juni-
Juli
2011
Juli-
Oktober
2011
Okt 2011-
Juli 2012
1 Penuliasan Proposal Penelitian
2 Penyusunan Instrumen
3 Pengumpulan Dara
4 Analisis data
5 Penulisan Laporan Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
40
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Metode
deskriptif kualitatif merupakan prosedur pemecahan masalah dengan menjelaskan
objek sewajarnya (natural) dengan tidak merubahnya dalam bentuk simbol. Dalam
penelitian ini data terkumpul di lapangan tidak dirubah ke dalam bentuk simbol atau
bilangan yaitu tetap dengan datanya berupa pengungkapan fakta berupa pelaksanaan
pembelajaran di sekolah, sedangkan angka-angka yang muncul digunakan untuk
analisis data dan deskripsi hasil.
C. Populasi Penelitian
Peneliti mendasarkan pada landasan kaitan teori yang digunakan,
keingintahuan pribadi, karakteristik empiris yang dihadapi, dan sebagainya. Sumber
data digunakan di sini tidak sebagai yang mewakili populasinya tetapi lebih
cenderung mewakili informasinya. Populasi dalam penelitian ini adalah guru
geografi SMPN di Surakarta yang telah lulus sertifikasi berjumlah 12 orang guru.
Namun karena adanya kendala berupa tidak bersedianya beberapa sekolah untuk
memberikan izin penelitian dan ada beberapa guru yang menjadi kepala sekolah
sehingga tidak aktif lagi dalam kegiatan belajar mengajar, maka objek penelitian
dalam penelitian ini berjumlah 7 orang guru.
D. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau objek
yang diteliti. Data primer sebagai data pokok penelitian diperoleh dari hasil
wawancara kepada para responden dalam hal ini adalah guru pengampu mata
pelajaran Geografi yang sudah lulus sertifikasi menggunakan daftar pertanyaan yang
sudah dipersiapkan sebelumnya, serta melalui observasi (pengamatan langsung)
untuk mengetahui aplikasi profesionalisme guru dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan berpedoman pada lembar Penilaian Kinerja Guru yang disusun oleh Dinas
Pendidikan Nasional (Lampiran halaman 134)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
41
2. Data Sekunder
Dalam penelitian ini selain menggunakan data primer sebagai data pokok
juga menggunakan data sekunder sebagai data pelengkap yang memberikan
gambaran mengenai objek penelitian. Data sekunder yang digunakan antara lain:
a. Data guru Geografi di SMPN Surakarta Tahun 2011
b. Data guru Geografi yang sudah lulus sertifikasi sampai tahun 2010
c. Kurikulum yang digunakan di SMPN Surakarta Tahun pelajaran 2011/2012
d. RPP yang digunakan guru Tahun pelajaran 2011/2012
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dapat dipercaya dari beberapa sumber yang
telah dikumpulkan, maka diperlukan cara atau teknik tertentu dalam pengumpulan
data. Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain:
1. Observasi Langsung
Observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data berupa peristiwa,
tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar (Sutopo, 2002:64). Observasi
dilakukan terhadap obyek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga
observer berada bersama obyek yang diteliti. Observasi dilakukan untuk mengetahui
aplikasi profesionalisme guru melalui pelaksanaan pembelajaran Geografi di SMPN
Surakarta.
2. Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu metode atau cara yang digunakan
untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak.
Wawancara ini digunakan untuk mencari data mengenai karakteristik pribadi guru
yang meliputi: (a) latar belakang pendidikan, (b) pengalaman mengajar, (c) golongan
serta status keaktifan dan kompetensi pedagogis guru yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan pembelajaran, kesiapan untuk mengajar dan
saran guru terhadap pembelajaran Geografi di SMP Negeri, serta (d) tanggapan guru
terhadap adanya sertifikasi guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
42
3. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data atau informasi secara tertulis
atau dalam bentuk gambar yang didapat dari kantor, sekolah, atau guru terkait.
Dalam menggunakan metode dokumentasi ini peneliti memegang check-list untuk
mencatat variabel yang sudah ditentukan. Apabila terdapat/muncul variabel yang
dicari, maka peneliti membubuhkan tanda check di tempat yang sesuai. Untuk
mencatat hal-hal yang bersifat bebas atau belum ditentukan dalam daftar variabel,
peneliti dapat menggunakan kalimat bebas. Data yang dikumpulkan antara lain:
daftar guru geografi di SMPN Surakarta, daftar guru Geografi di SMPN Surakarta
yang telah lulus sertifikasi, daftar SMPN di Surakarta, kurikulum yang digunakan di
SMP Negeri, sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
F. Validitas Data
Data yang telah dikumpulkan dalam kegiatan penelitian harus dimantapkan
kebenarannya. Hal ini dilakukan oleh peneliti agar penelitiannya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Oleh karena itu, peneliti perlu menentukan
cara-cara yang tepat untuk untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya.
Agar data yang diperoleh benar-benar valid, maka teknik yang digunakan
untuk memeriksa keabsahan data yaitu dengan trianggulasi. Menurut Sutopo
(2002:78) “Trianggulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi
yang bersifat multispektral. Artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap
diperlukan tidak hanya satu cara pandang.” Menurut Patton dalam Sutopo (2002:78),
ada empat macam teknik trianggulasi, yaitu (1) trianggulasi data (trianggulasi
sumber), (2) trianggulasi metode, (3) trianggulasi peneliti, dan (4) trianggulasi teori.
Jenis trianggulasi yang digunakan untuk mencapai validitas data dalam
penelitian ini adalah trianggulasi data atau sumber. Adapun yang menjadi alasan
peneliti memilih trianggulasi sumber adalah untuk menutup kemungkinan adanya
kekurangan data dari salah satu sumber sehingga dapat ditutupi oleh sumber yang
lain. Peneliti menggunakan sumber data yang berbeda untuk memperoleh data yang
sama (sejenis) yaitu data mengenai profesionalisme guru geografi dan aplikasinya
dalam pelaksanaan pembelajaran. Peneliti memperoleh informasi dari sumber yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
43
berbeda yakni melalui wawancara mendalam terhadap objek penelitian yaitu guru
geografi SMPN Surakarta yang sudah lulus sertifikasi dan mengajar pada tingkatan
kelas yang berbeda untuk mengetahui kompetensi profesional. Selain itu, peneliti
juga menggunakan sumber data berupa observasi langsung untuk memperoleh data
mengenai aplikasi profesioanlisme guru melalui pelaksanaan pembelajaran. Untuk
lebih memantapkan kesahihan data, peneliti juga menggali informasi sumber berupa
dokumen dan arsip yang memuat catatan yang berkaitan dengan data yang dimaksud.
Sumber-sumber data tersebut dapat saling melengkapi sehingga dalam hasil akhirnya
data yang diperoleh kebenaran dan kemantapannya, serta dapat
dipertanggungjawabkan.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data agar lebih mudah
dibaca, dipahami, dan diinterpretasikan. Analisis dilakukan dengan mengungkapkan
fakta-fakta mengenai profesionalisme guru Geografi SMP Negeri di Surakarta serta
penerapannya. Fakta-fakta tersebut kemudian di skoring. Hasil skoring tersebut
kemudian diklasifikasikan. Hasil klasifikasi kemudian dipersentasekan (%) sesuai
dengan variabel penelitian. Tahap terakhir yaitu menarik kesimpulan dari hasil
penelitian yang telah diskoring dan dipersentase.
Analisis hasil penelitian secara terperinci sesuai dengan tujuan dan variabel
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui profesionalisme guru Geografi tersertifikasi dalam pelaksanaan
pembelajaran di SMP Negeri di Surakarta Tahun 2011 ditinjau dari kompetensi
pedagogik dan kompetensi profesional
a. Kompetensi Profesional
wawancara
content analysis
observasi aktivitas
data dokumen/arsip
p
informan
Gambar 5. Trianggulasi Sumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
44
Untuk menganalisis kompetensi profesional guru geografi menggunakan tiga
sub variabel yaitu:
1) Guru geografi sebagai capable personal,
2) Guru sebagai innovator,
3) Guru sebagai developer.
Masing-masing sub variabel memiliki skor 1-3. Dari ketiga subvariabel ini
total skor tertinggi adalah 9 dan total skor terendah adalah 3. Kemudian untuk
menarik kesimpulan, peneliti mengklasifikasikannya ke dalam 3 kelas dengan
terlebih dahulu menghitung interval setiap kelas, yaitu:
Skor tertinggi-Skor terendah 9-3
Interval kelas = =
Banyaknya kelas 3
=
2
No. Skor Klasifikasi
1 3-5 Guru Belum Profesional
2 5-7 Guru Cukup Profesional
3 7-9 Guru Profesional
b. Kompetensi pedagogik
4) Guru memahami perkembangan peserta didik,
5) Guru memanfaatkan teknologi pembelajaran,
6) Guru melakukan evaluasi hasil belajar.
Untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru, analisis yang digunakan sama
dengan analisis yang digunakan pada kompetensi profesional guru.
2. Mengetahui penerapan profesionalisme guru Geografi tersertifikasi dalam
pelaksanaan pembelajaran di SMP Negeri di Surakarta tahun 2011
Pembelajaran disesuaiakan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan
dengan substansi materi, fasilitas, dan karakteristik siswa.
5) Penyampaian tujuan pembelajaran dan pengembangan materi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
45
6) Penggunaan strategi dan pendekatan pembelajaran,
7) Pemanfaatan media dan teknologi pembelajaran,
8) Penyusunan alat evaluasi pembelajaran.
Analisis data yang digunakan untuk menjawab pertanyaan nomor 2 sama
dengan dengan analisis sebelumnya, tetapi intervalnya berbeda karena
subvariabelnya lebih banyak. Subvariabel ada empat sehingga total skor
tertinggi adalah 12 dan total skor terendah adalah 4, sehingga intervalnya
menjadi:
Skor tertinggi-Skor terendah 12-4
Interval kelas = =
Banyaknya kelas 3
=
2,7
No. Skor Klasifikasi
1 4-6,7 Belum Sesuai
2 6,7-9,4 Cukup Sesuai
3 9,4-12,1 Sesuai
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan suatu rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan dari awal sampai akhir penelitian. Penelitian ini dilakukan melalui tahap-
tahap sebagai berikut :
1. Pengajuan Judul
Pada tahap ini, peneliti mengajukan beberapa pilihan judul penelitian yang
akan dilaksanakan dan sampai dengan disetujuinya judul penelitian.
2. Penyusunan Proposal
Proposal merupakan rancangan penelitian yang kemudian digunakan untuk
mengurus perijinan birokrasi penelitian. Penyusunan proposal dilakukan setelah ada
penetapan pembimbingan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
46
3. Penyusunan Instrumen
Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh informasi
tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan penelitian. Instrumen yang
digunakan adalah pedoman wawancara dan observasi.
4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan kegiatan
langsung ke lapangan melalui wawancara, observasi langsung dan mencari dokumen
serta arsip yang terdapat pada instansi terkait dengan masalah penelitian ini.
5. Analisis Data
Merupakan pemrosesan data yang diperoleh untuk diorganisasikan ke dalam
bentuk yang lebih sederhana agar lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan serta
ditarik kesimpulan. Kegiatan yang dilakukan adalah mengatur urutan data
mengorganisasikan ke dalam suatu pola dasar sehingga mudah dilakukan penafsiran.
6. Penyusunan Laporan
Penulisan laporan penelitian merupakan hasil penelitian yang melibatkan
keseluruhan tahapan kegiatan dari unsur-unsur penelitian. Merupakan tahap akhir
penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
47
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Pendidikan di Kota Surakarta
Menurut Data Pokok Pendidikan (DAPODIK) Kota Surakarta pada tahun
2011, Kota Surakarta memiliki fasilitas pendidikan yang terdiri dari Taman Kanak-
Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA), Perguruan Tinggi (PT), dan sekolah lain, seperti yang tertera
pada tabel 4 berikut:
Tabel 4. Fasilitas Pendidikan di Kota Surakarta
TK SD SMP SMA SMK PT Lain
Jumlah sekolah 308 unit 292 unit 97 unit 56 unit 46 unit 54 unit 16 unit
Jumlah Guru - 964 259 555 114 - -
Jumlah siswa - 85.306 9.898 9.550 6.763 - -
Sumber: http://surakarta.dapodik.org.rekap.php. Diakses tanggal 24 Oktober 2011).
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa Kota Surakarta memiliki cukup
banyak fasilitas pendidikan sesuai dengan tingkatannya. Hal tersebut untuk
mengimbangi jumlah peserta didik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Sebagai contoh yaitu jumlah peserta didik sekolah dasar, dengan total jumlah sekolah
demikian berarti satu sekolah rata-rata memiliki siswa berjumlah 292 siswa, dengan
rata-rata dari kelas 1-6 berjumlah 48 siswa. Dengan demikian untuk masuk sekolah
menengah pertama nantinya akan ada persaingan sekitar 14.016 siswa. Apabila
semua siswa tersebut berebut untuk masuk sekolah negeri, maka peluangnya semakin
kecil karena saingannya terlalu banyak. Disisi lain, jumlah siswa sekolah menengah
pertama apabila dicari rata-ratanya adalah 102 siswa persekolah dengan 34 siswa
setiap tingkatan, tentu saja jumlah tersebut tidak merata setiap sekolahnya. Artinya
setelah jenjang pendidikan SD, tidak semua siswa melanjutkan ke SMP dengan
berbagai alasan. Begitu juga dengan jenjang pendidikan selanjutnya, semakin tinggi
persaingannya dan semakin besar biayanya sehingga jumlah siswanya bisa semakin
berkurang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
48
Khusus untuk SMP Negeri di Kota Surakarta sendiri terdapat 27 Sekolah,
dengan 26 sekolah terakreditasi A dan 1 sekolah terakreditasi B. Dari 27 sekolah
tersebut, terdapat satu Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), dan satu Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
a. Kurikulum Sekolah Menengah Pertama Negeri di Surakarta
Kurikulum yang digunakan di SMPN Surakarta adalah Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Pada dasarnya kurikulum menginduk pada kurikulum
pusat hanya saja pengembangannya dilakukan pada tingkat satuan pendidikan yaitu
dari Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sehingga untuk silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), kriteria ketuntasan minimum (KKM), program
tahunan dan program semesternya juga dirumuskan secara bersama-sama melalui
rapat MGMP. Kurikulum IPS yang digunakan terlampir pada halaman 93
b. Guru Geografi Sekolah Menengah Pertama Negeri di Surakarta
Guru SMPN Surakarta berjumlah 259 guru yang memegang berbagai mata
pelajaran. Khusus untuk mata pelajaran Geografi ada 37 orang guru, seperti yang
tertera dalam Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Daftar Guru Geografi SMPN di Kota Surakarta Tahun 2011
No. Nama Pendidikan Umur Status Masa
Kerja
1.
2.
3.
4. 5.
6.
7. 8.
9.
10. 11.
12.
13.
14. 15.
16.
17. 18.
19.
20.
21.
Drs. Siswando
Agus Budiarto, S.Pd
Hariyanti Lestari, S.Si
Dra. Sri Suratmi Drs. Kateno
Dra. Sri Andayani
Siti Umini, S.Pd Nunung Retno Hardiati, S.Pd
Basuki, S.Pd
Dedet Eri Istanti, S.Pd Drs. Salim Ahmad
Latifah Nugrahani, S.Pd
Drs. Sartono Sukri
Sri Nurhayati, S.Pd Eko Sutrisno, S.Pd
Dra. Endang Kuswati
Nur Dawam, S.Pd Hani Kurniasari, S.Pd
Dra. Dwi Atminingsih
Sri Sugiyanti, S.Pd, M.Pd
Dra. Nurnaningsih
S1 FKIP Geografi
S1 FKIP Geografi
S1 FKIP Geografi
S1 FKIP Geografi S1 FKIP Geografi
S1 FKIP Geografi
S1 FKIP Geografi S1 FKIP Geografi
S1 FKIP Geografi
S1 FKIP BK S1 FKIP Geografi
S1 FKIP Geografi
S1 FKIP Geografi
S1 FKIP Geografi S1 FKIP Geografi
S1 FKIP Geografi
S1 FKIP Geografi S1 Ekonomi / Manajemen
S1 FKIP Geografi S2 Menejemen Pendidikan
S1 FKIP Geografi
52
52
33
48 43
51
64 51
45
48 47
35
55
42 46
51
43 35
48
56
50
PNS
PNS
GTT
PNS PNS
PNS
PNS PNS
PNS
PNS PNS
GTT
PNS
PNS PNS
PNS
PNS GTT
PNS
PNS
PNS
22
24
5
16 11
21
33 25
3
24 6
7
26
10 21
25
11 5
13
31
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
49
22. 23.
24.
25. 26.
27.
28.
29. 30.
31.
32. 33.
34.
35. 36.
37.
Nur Yuliawati, S.Si Tri Wahyuningsih, S.Pd
Anto Suryo Pribadi, S.Pd
Warih Nurhayati, S.Pd Mualim Ahmad Muklis, A.Md
Tutik Supraptinah, S.Pd.
Hanostuk Vanda A., S.Pd
Drs. Kiswantara Nur Indrati, S.Pd
Drs. Joko Setyo Budi W.
Mohamad Shodikun S.Pd Drs. Sumarma
Budi Siswanto, S.Pd
Drs. Joko Rinanto Istiqomah Nugraheni, S.Pd
Uut Novia Suparno, S.Si
S1 MIPA Geografi S1 FKIP Geografi
S1 FKIP Geografi
S1 FKIP Geografi D3 FKIP Geografi
S1 FISIP IPS
S1 FKIP Geografi
S1 FKIP Geografi S1 MIPA Geografi
S1 FKIP Geografi
S1 FKIP Geografi S1 FKIP Geografi
S1 FKIP Geografi
S1 MIPA Geografi S1 MIPA Geografi
Akta IV
34 49
25
39 42
52
30
47 57
49
47 45
45
53 31
29
GTT PNS
PNS
PNS PNS
PNS
PNS
PNS PNS
PNS
PNS PNS
PNS
PNS GTT
GTT
6 26
1
8 12
30
2
16 25
22
7 13
3
6 6
5
Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta Tahun 2011
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa tidak semua guru yang mengajar
mata pelajaran Geografi merupakan lulusan dari program studi pendidikan geografi.
Dari 37 guru Geografi, yang merupakan lulusan program studi geografi sebanyak 27
orang (72,97%), FKIP Bimbingan Konseling 1 orang (2,7%), Ekonomi/Manajemen 1
orang (2,7%), FISIP 1 orang (2,7%), MIPA Geografi 4 orang (10,81%), akta IV 1
orang (2,7%), D3 FKIP Geografi 1 orang (2,7%), dan S2 Manajemen Pendidikan 1
orang (2,7%). Dilihat dari segi umur dan masa kerja sangat bervariasi, guru yang
paling tua berumur 64 tahun dengan masa kerja selama 33 tahun, sedangkan yang
paling muda berumur 25 tahun dengan masa kerja 1 tahun. Dari status
kepegawaiannya, rata-rata guru geografi SMPN Surakarta merupakan Pegawai
Negeri Sipil (PNS) yaitu sebanyak 31 orang (83,78%) sedangkan untuk guru tidak
tetap berjumlah 6 orang (16,22%).
c. Guru Geografi Sekolah Menengah Pertama Negeri di Surakarta yang Lulus Uji
Profesi (Sertifikasi)
Menurut data dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (DISDIKPORA)
Kota Surakarta, hingga tahun 2010 jumlah guru geografi SMPN Surakarta yang telah
lulus sertifikasi baik melalui jalur portofolio maupun PLPG sebanyak 12 orang guru
yang tertera pada tabel 6 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
50
Tabel 6. Daftar Guru Mata Pelajaran Geografi Tersertifikasi Tahun 2010
No. Nama NIP Gol.
Mata Pelajaran
Asal Sekolah Sesuai
Sertifikat
Pendidikan
yang diampu
Sekarang
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Drs. Siswando
Dra. Sri Andayani
Drs. Sartono Syukri S.
Eko Sutrisno, S.Pd.
Dra. Endang Kuswati
Nur Dawam, S Pd
Dra. Dwi Atminingsih
Sri Sugiyanti, S.Pd, M.Pd
Tri Wahyuni S., S.Pd
Drs. Kiswantara
Drs. Joko Setyo Budi W
Mohamad Shodikun, S.Pd
19590617 198903 1 005
19600630 198603 2 005
19551218 198502 1 001
19650405 198803 1 015
19600214 198603 2 007
19680912 199412 1 004
19631127 199802 2 001
19550707 198003 2 011
19621115 198501 2 002
19640130 199512 1 002
19620507 198903 1 008
19640116 198303 1 004
IV/a
IV/a
IV/a
IV/a
IV/a
III/d
III/d
IV/a
IV/a
IIId
IV/a
III b
IPS
IPS Geografi
Geografi
IPS Geografi
Geografi
IPS
Ket. Geografi
IPS
IPS Geografi
IPS
IPS Geografi
IPS Geografi
IPS
IPS Geografi
IPS+Budi pekerti
IPS Geografi
IPS
IPS
IPS
IPS
IPS Geografi
IPS
IPS Geografi
IPS Geografi
SMP N 1 Ska*
SMPN 4 Ska
SMPN 8 Ska
SMPN 9 Ska
SMPN 10 Ska
SMPN 10 Ska
SMPN 11 Ska
SMPN 12 Ska
SMPN 16 Ska
SMPN 22 Ska
SMPN 23 Ska
SMPN 23 Ska
Keterangan: * Surakarta
Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta Tahun 2010
d. Fasilitas Pembelajaran SMPN di Surakarta
Fasilitas pembelajaran terediri atas sarana dan prasarana pembelajaran.
Sarana merupakan alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk menunjang
proses pembelajaran. Sarana terdiri atas meja, kursi, papan tulis, ruang kelas dan
alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran, sedangkan prasarana
pembelajaran merupakan fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya
proses pembelajaran, seperti halaman, kebun, jalan menuju sekolah, taman sekolah
sebagai laboratorium terbuka untuk siswa.
Sekolah berupaya untuk memenuhi kebutuhan akan fasilitas penunjang
pembelajaran seperti adanyan laboratorium IPA, laboratorium bahasa, perpustakaan,
laboratorium komputer, bahkan sudah ada fasilitas internet walaupun belum semua
sekolah memilki, untuk laboratorium IPS sendiri belum ada tetapi sudah ada alat
peraga walaupun masih sederhana.
Pemerintah dan pihak sekolah juga sudah berupaya untuk memenuhi
kebutuhan fasilitas pembelajaran yang utama saat ini yaitu LCD dan komputer/laptop
meskipun jumlahnya masih terbatas dan belum semua ruang kelas terdapat LCD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
51
tetapi paling tidak sekolah punya ruang multimedia untuk pembelajaran yang
membutuhkan LCD sehingga mempermudah guru dalam menyampaikan materi.
Sekolah Menengah Pertama Negeri di Surakarta yang tersebar di lima
kecamatan, memiliki fasilitas yang tidak merata antar sekolah yang menyebabkan
kualitas pendidikan di tiap sekolah menjadi berbeda-beda. Sekolah yang menjadi
objek penelitian memiliki kualitas dan kantitas fasilitas yang berbeda sehingga
berpengaruh pada pelaksanaan pembelajaran. Sekolah yang berada di “kota”
dianggap memilki fasilitas yang jauh lebih baik daripada yang ada di “pinggiran”
kota. Hal ini tidak sepenuhnya benar, rata-rata sekolah memiliki fasilitas standar,
terutama untuk penyediaan LCD. Baru di SMPN 1 Surakarta yang tiap ruang kelas
memiliki LCD sendiri, sedangkan untuk sekolah yang lain LCDnya masih terbatas di
ruang multimedia.
Fasilitas yang umum dimiliki sekolah untuk menunjang pelaksanaan
pembelajaran di sekolah yang menjadi objek penelitian tertera pada tabel 7 berikut:
Tabel 7. Fasilitas penunjang pembelajaran di SMPN di Surakarta No Fasilitas Nama Sekolah
SMPN
1 Ska
SMPN
8 Ska
SMPN
10 Ska
SMPN
11 Ska
SMPN
16 Ska
SMPN
22 Ska
SMPN
23 Ska
1 Laboratorium IPA
2 Laboratorium komputer
3 Laboratorium bahasa
4 Perpustakaan
6 OHP - - - - - -
7 Papan tulis
: white board
: black board
8 Alat tulis
9 LCD per kelas
LCD umum
- - - - -
10 Internet - - - - - -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
52
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Profesionalisme Guru Geografi Tersertifikasi Pelaksanaan Pembelajaran di
SMP Negeri Surakarta Tahun 2011
Seorang guru dituntut untuk profesional dalam menjalankan tugasnya baik
sebagai pengajar maupun pendidik sesuai dengan UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 10
ayat 1. Profesonalisme guru geografi tersertifikasi dalam pelaksanaan pembelajaran
di SMP Negeri di Surakarta tahun 2011 dilihat dari dua kompetensi yaitu:
a. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional pada dasarnya merupakan kemampuan guru untuk
menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam mencakup penguasaan
materi mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuannya secara filososfis
untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan (SNP). Kompetensi profesional guru Geografi tersertifikasi SMP
Negeri di Surakarta berdasarkan hasil observasi hal 158-195 menunjukkan bahwa
guru Geografi tersertifikasi belum profesional. Hal ini dapat ditunjukkan dari:
1) Guru sebagai seorang ahli atau capable personal
Sebagai seorang ahli, guru dituntut untuk memiliki kemampuan,
pengetahuan dan kecapakapan dalam bidangnya dan disesuaikan dengan mata
pelajarannya, dalam hal ini yaitu mata pelajaran Geografi. Geografi mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan
isu sosial secara spasial atau keruangan (spatial perspective). Artinya guru harus
mampu mengajarkan materi dan membekali siswa dengan kemampuan spasial
(spatial intelligence), mampu manyampaikan materi dari sudut pandang spasial
disesuaikan dengan prinsip geografi yaitu prinsip penyebaran, prinsip
interrelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi ataupun dengan
pendekatannya yang terdiri atas pendekatan keruangan, kewilayahan dan
pendekatan lingkungan. Namun pada kenyataannya di lapangan, guru belum
sepenuhnya memberikan bekal kemampuan spasial kepada siswa sehingga ciri
utama geografi sendiri belum nampak dan cenderung ke arah mata pelajaran
yang membosankan dan cukup hanya dihafalkan bukan untuk diterapkan. Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
53
cenderung menyampaikan materi untuk memenuhi amanah kurikulum, dalam
hal ini sesuai dengan yang tertera dalam tujuan kurikulum KTSP antara lain
membentuk peserta didik menjadi makhluk sosial yang peka terhadap
lingkungannya dengan mampu berpikir logis, kritis dan mampu memecahkan
masalah, sedangkan amanah pembelajaran geografi itu sendiri belum
tersampaikan secara utuh kepada siswa. Sebagai ilmu yang mengkaji segala
aspek di muka bumi secara keruangan, geografi memilki amanah untuk
membentuk peseta didik yang memiliki kecerdasan spasial (spatial
intelligence), dan amanah tersebut merupakan tanggung jawab guru untuk
dapat menyampaikannya kepada peserta didik.
Berikut ini merupakan hasil observasi di lapangan yang menunjukkan
kemampuan guru sebagai seorang ahli (capable personal)
a) GG1
Materi yang disampaikan merupakan materi kelas VII mengenai Tenaga
Endogen, Tektonisme, dan Vulkanisme, terlebih dahulu diterangkan dengan
bagan kerangka konsep kemudian dari poin-poin yang ada guru mulai
menjelaskan. Secara keseluruhan materi yang disampaikan sudah meliputi
materi yang memang harus disampaikan sesuai dengan RPP yang telah
dibuat. Materi yang disampaikan pun sudah mewakili materi yang ada di
beberapa sumber (bukan hanya di buku BSE), isinya pun cukup sesuai.
Akan tetapi untuk perkembangan teori yang ada saat ini materi-materi
tersebut menjadi kurang lengkap karena untuk materi pembentukan bumi
ada beberapa teori yang menyebutkan terbentuknya bumi mulai dari Teori
Apungan Benua, Teori Kontraksi, Teori Laurasia-Gondwana hingga Teori
Tektonisme. Dari beberapa macam teori tersebut, teori yang dirasa paling
masuk akal dan diterima diseluruh dunia adalah teori tektonik lempeng
sehingga kemudian dimasukkan dalam materi palajaran Geografi. Namun
dalam penyampaiannya, materi ini masih sangat terbatas, bahkan cuma
sedikit sekali pembahasannya sekedar menyampaikan bahwa ada dua buah
lempeng yang ada di Indonesia kemudian menyebabkan terjadinya
pergerakan-pergerakan di bumi sehingga salah satunya menyebabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
54
peristiwa tektonisme. Seharunya materi mengenai teori ini lebih banyak
disampaikan kepada siswa, untuk materinya sudah banyak di internet dan di
buku-buku penunjang geografi, misalnya buku Geomorfologi ataupun buku
Geologi. Media pembelajaran untuk materi ini juga tergolong banyak, mulai
dari gambar, video, melalui citra Ikonos dan tentunya dengan peta. Peta
yang digunakan pun bisa beragam, misalnya peta geologi berupa peta
sebaran batuan, ataupun peta sebaran gunungapi di Indonesia
Dalam kajiannya secara geografi seharusnya materi ini dapat menggunakan
pendekatan spasial yang kemudian dikembangkan ke konsep geografi
berupa konsep geomorfologi, konsep diferensiasi area dan konsep
keterkaitan keruangan. Sebagai contoh untuk kajian materi ini yaitu
bentuklahan di setiap wilayah berbeda yang dikaji dengan konsep
geomorfologi, kemudian karena berbeda menimbulkan diferensiasi area dan
terjadi keterkaitan antara bentuklahan dengan fenomena yang terjadi di
wilayah tersebut.
b) GG2
Materi yang disampaikan adalah materi kelas VII tentang Vulkanisme. Guru
kurang menunjukkan kemampuan materi kepada siswa karena metode yang
digunakan adalah metode diskusi sehingga siswa yang mencari sendiri
mengenai materi yang akan dibahas/disampaikan. Akan tetapi guru belum
mengaitkan materi dengan bidang studi lain karena guru bertindak sebagai
fasilitator sedangkan siswa yang berupaya mencari sendiri. Guru hanya
member masukan kepada siswa dalam mencari materi, guru juga
memfasilitasi siswa dengan media yang berkaitan dengan materi. Materi
yang dibahas yaitu materi kelas VII tentang vulkanisme. Guru menyiapkan
maket gunungapi yang bisa digunakan siswa untuk memahami materi. Guru
juga menyiapkan peta, sayangnya peta yang digunakan adalah peta
Indonesia, sehingga tidak digunakan oleh siswa. Seharusnya untuk materi
ini guru dapat menggunakan peta sebaran gunungapi, karena ada kaitannya
dengan materi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
55
c) GG3
Guru menyampaikan materi kelas VII mengenai Sedimentasi. Materi dalam
kompetensi dasar ini cukup banyak dan membutuhkan banyak referensi
untuk mengembangkan materinya. Guru berupaya untuk melengkapi materi
yang tidak ada di buku pegangan siswa, namun sayangnya ada kesalahan
dalam materi tersebut, yaitu:
“Salah satu jenis sedimentasi oleh air yaitu beting. Beting adalah onggokan
pasir yang terletak di tepi pantai yang akan nampak pada saat pasang surut
dan digenangi air pada saat pasang naik, sedangkan salah satu jenis
sedimentasi oleh angin yaitu pesisir. Pesisir disebut juga dengan beach yang
merupakan bentukan hasil pengendapan material yang terbentuk di
sepanjang pantai”
Jika ditelaah lebih dalam, pengertian antara beting dan pesisir menjadi
hampir sama yaitu sama-sama merupakan hasil pengendapan material di
tepi pantai, untuk nama lain dari pesisir yaitu beach merupakan kesalahan
karena beach merupakan nama lain dari beting sedangkan nama lain dari
pesisir adalah coast (coastal) seperti yang dijelaskan oleh Brahtz dalam
Supriharyono, 2002, “Pesisir (coast) adalah suatu wilayah yang lebih luas
dari pada pantai. Wilayah pesisir mencakup wilayah daratan sejauh masih
mendapat pengaruh laut (pasang surut dan perembasan air laut pada daratan)
dan wilayah laut sejauh masih mendapat pengaruh dari darat (aliran air
sungai dan sedimen dari darat). ”
Pada materi yang lain yaitu berupa macam-macam sedimentasi, guru bisa
menambahkan sedimentasi fluvial sebagai bentuk lahan asal fluvial yang
kemudian menghasilkan delta, meander, kipas alluvial, dan lain sebagainya.
Pada materi ini seharusnya guru bisa mencari referensi dari ilmu penunjang
geografi seperti geomorfologi terutama geomorfologi Indonesia, sehingga
lebih dekat dengan siswa. Selain itu, materi ini harusnya bisa lebih
diperjelas dengan prinsip korologi karena materi ini lebih banyak
menjelaskan mengenai proses, kemudian bisa dibantu dengan media berupa
citra multitemporal yang menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
56
d) GG4
Materi yang disampaikan adalah materi kelas VII yaitu mengenai
Vulkanisme. Materi sesuai dengan teori yang biasa digunakan baik dalam
geomorfologi maupun geologi, karena di buku paket juga sudah ada. Guru
belum mengaitkan materi dengan ilmu lain yang relevan, harusnya bisa
dikaitkan dengan geomorfologi terutama dengan mengaitkan dengan
geomorfologi Indonesia. Materi dalam kompetensi dasar ini cukup banyak
dan membutuhkan banyak referensi untuk mengembangkan materinya. Guru
berupaya untuk melengkapi materi yang tidak ada di buku pegangan siswa
di tambah dengan media yang cukup baik berupa media audio visual, namun
sayangnya karena ada kendala teknis berupa tidak adanya LCD maka materi
terbatas pada buku. Untuk materi yang seharusnya bisa dengan gambar-
gambar yang menarik, guru hanya bisa menggambarkannya di papan tulis.
Guru memberikan contoh yang dekat dengan siswa, sayangnya media yang
digunakan masih kurang, dan materi masih banyak yang belum disampaikan
karena kendala waktu.
e) GG5
Materi yang disampaiakan merupakan materi kelas IX yaitu Negara Maju
dan Berkembang. Materi yang disampaikan guru merupakan materi yang
hampir tumpang tindih dengan materi ekonomi isinya sebagian besar
mencakup materi ekonomi seperti mengenai kesejahteraan penduduk, mulai
dari pendapatan, pengangguran hingga kegiatan perekonomian. Ataupun
bisa masuk ke dalam demografi karena materinya berhubungan dengan
penduduk, mulai dari kelahiran, kematian, migrasi hingga kepadatan
penduduk. Berdasarkan hasil observasi, guru menyampaikan materi hanya
mengikuti yang ada di buku pegangan, jadi lebih ke demografi dan
ekonomi.
Untuk mengakali ketumpang-tindihan tersebut dan menyesuaikannya
dengan pelajaran geografi, harusnya guru lebih menampakkan ciri khas
geografi yaitu peta dan pendekatan geografi berupa pendekatan kewilayahan
yang menjadikan materi mengenai ciri negara maju dan berkembang dilihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
57
secara keseluruhan dan saling dikaitkan melalui geografi ekonomi dan
geografi penduduk yang melihat mengapa penduduk suatu negara bisa
mengalami kepadatan atau mengalami perekonomian yang maju dengan
pendekatan kewilayahan dan dengan sudut pandang spasial yang akan
menghasilkan peta tematik negara maju dan berkembang dari segi
pendapatan, sumber daya dan jumlah penduduk. Peta sendiri harusnya
digunakan dalam pembelajaran untuk menunjukkan kenampakan alam yang
menyebabkan suatu negara menjadi maju atau berkembang, atau untuk
menunjukkan sebaran negara maju dan berkembang.
Guru seharusnya bisa mengajarkan materi geografi dengan cara geografi,
misalnya materi dalam kompetensi dasar ini dimasukkan unsur pendekatan
geografi melalui pendekatan spasial dan pendekatan kompleks wilayah
sehingga menunjukkan bahwa ini memang benar-benar materi geografi yang
disampaikan secara geografi. Selain itu juga dengan konsep geografi seperti
konsep aglomerasi, konsep interdependensi, maupun konsep keterkaitan
keruangan. Ataupun dengan prinsip geografi, berupa deskripsi untuk
menjelaskan keadaan suatu negara.
f) GG6
Materi yang disampaikan merupakan materi kelas IX tentang Negara Maju
dan Berkembang tetapi lebih memfokuskan pada Negara Jepang. Guru
menguasai materi, namun kurang menunjukkan letak geografinya. Materi
dalam kompetensi dasar ini sebenarnya tidak terlalu sulit, akan tetapi
penyampaiannya yang perlu diperhatikan agar fokus dan perhatian siswa
tidak mengarah ke mata pelajaran lain karena materinya banyak mengaitkan
dengan materi ekonomi dan demografi seperti mengenai pendapatan
penduduk, jumlah penduduk, jumlah tenaga kerja, sampai tingkat
pengangguran di suatu negara. Untuk tetap fokus dan berada pada jalur
geografi maka guru harus tetap menggunakan ciri utama geografi yaitu peta
dan kemampuan spasial dalam menyampaikan materi tersebut, misalnya
dengan memberikan gambaran melalui peta mengenai sebaran negara maju
dan berkembang atau memetakan negara dengan jumlah penduduk yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
58
paling padat dan lain sebagainya. Selain itu harus dengan apa-mengapa,
misalnya untuk negara Jepang bisa dijelaskan apa yang mnyebabkan negara
tersebut dikelompokkan ke dalam negara maju kemudian mengapa
demikian. Hal tersebut dapat dikaji melalui analisis keruangan maupun
analisis kompleks wilayah, sebagai contoh Jepang memiliki luas wilayah
pertanian yang tidak begitu luas, yaitu hanya ± 16% dari seluruh wilayah
daratannya. Akan tetapi, meskipun luas wilayah pertaniannya relatif sempit,
Jepang ternyata mampu menghasilkan produk pertanian yang berkualitas.
Hal ini dipengaruhi oleh kesuburan tanah dan kemampuan sumber daya
manusia dalam mengolah dan berinovasi di bidang pertanian, terutama
dalam pemanfaatan teknologi dalam menciptakan varietas-varietas baru
unggulan, pupuk, alat-alat pertanian dan obat-obatan. Hasil-hasil pertanian
Jepang antara lain padi, kentang, jagung, sayur-sayuran, teh, jeruk, dan apel.
Hal ini bisa dilihat dengan menganalisis peta Jepang.
Pada saat guru menyampaikan materi dengan sedikit menyisipkan mengenai
globe dan bumi, guru menyampaikan bahwa bumi memiliki keliling 47km,
dengan perputaran bumi pada porosnya (rotasi) selama 1 hari atau 24 jam,
kemudian guru menyebutkan jika keliling bumi mencapa 40km dibagi 24
jam, maka bumi berotasi 1667km/jam. Materi walaupun hanya untuk
selingan tetapi jika diamalkan oleh siswa dan diamati akan mengalami salah
tafsir, karena guru terlalu terburu-buru menyampaikannya sehingga terdapat
kesalahan yaitu: keliling bumi tidak mungkin 47km tetapi harusnya
47.000km, pada perhitungannya 47000km:24jam= 1.958,3km/jam, maka
perlu diluruskan bahwa keliling bumi 47.000 atau 40.000, yang sering
digunakan adalah 40.000km, apabila sekali berotasi adalah selama 24 jam
maka bumi berputar sejauh 1666,6667 km/jam atau jika dibulatkan
menjadi 1667 km/jam. Kesalahan penyampaian dan kalimat yang digunakan
dapat berakibat fatal terutama bagi siswa dengan kempauan biasa-biasa saj
tetapi senang memperhatikan maka teori ini akan diingat tetapi tidak dicari
kebenarannya, berbeda dengan siswa yang kritis, hal ini akan menjadi
pertanyaan yang perlu dicari jawabannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
59
g) GG7
Materi yang disampaikan adalah materi kelas VIII tentang Kondisi Fisik
wilayah dan Penduduk lebih ditekankan pada pembahasan kondisi
Indonesia. Guru menyampaikan materi mengenai letak Indonesia, pengaruh
letak Indonesia, hingga flora dan fauna yang ada di Indonesia.
Materi ini bisa dikaji lebih mendalam, karena kondisi fisik Indonesia begitu
kompleks, bukan hanya terbatas pada letak, pengaruh, serta flora dan
faunanya saja, tetapi juga kondisi fisik yang lain seperti morfologinya,
litologoinya, dan lain sebagainya, sehingga guru perlu merinci kembali
materi-materi yang harus disampaikan meskipun sudah dijelaskan pada KD
yang lain. Selain itu, materi yang disampaikan perlu ditambahkan yaitu pada
materi pembagian waktu. Guru juga sebaiknya mengajarkan kepada siswa
bagaimana perbedaan waktu tersebut dapat terjadi dan bagaimana cara
menghitungnya dilihat dari adanya garis lintang dan garis bujur. Pada saat
menjelaskan tentang letak astronomis Indonesia, guru bisa menggunakan
konsep lokasi dan menambahkan cara mengukur jarak melalu garis lintang
dan garis bujur.
Dari observasi yang dilakukan pada saat penelitian, guru menyampaikan
materi sesuai dengan buku pegangan yang ditambah dengan materi dari sumber
pegangan lain dan dari internet. Meskipun sudah ada beberapa guru yang
memasukkan isu yang berkembang dalam masyarakat seperti pada observasi
hari Sabtu, 30 Juli 2011, guru mengaitkan materi tentang “vulkanisme” dengan
peristiwa letusan Gunung Merapi di Jogja dan Gunung Lokon di Sulawesi
Utara, namun pembelajarannya masih sebatas mengikuti acuan yang terdapat
dalam kurikulum. Artinya, pengembangan materi dilakukan untuk menunjang
pengetahuan siswa terhadap materi yang disampaikan, tetapi belum menyentuh
ke analisis keruangannya, mengapa terjadi demikian, mengapa di sana, dampak
yang diakibatkan, ataupun cakupan daerah yang terkena dampak dari
timbulnya bencana tersebut. Isu yang terjadi dalam masyarakat dan fenomena
alam yang terjadi di mukabumi baru menyentuh pada prinsip penyebaran yaitu
baru menunjukkan adanya fenomena tersebut tetapi belum menelaah lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
60
dalam melalui prinsip interelasi, deskripsi maupun korologi yang menunjukkan
ciri utama geografi sebagai ilmu yang bergerak melalui analisis keruangan,
artinya fenomena tersebut dikaji melalui hubungan/keterkaitan, sebab akibat
serta pengaruh yang timbul dalam suatu ruang muka bumi.
Sebagian guru menganggap bahwa geografi merupakan ilmu yang
mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan, padahal anggapan tersebut
lebih mengarah kepada ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme
dengan lingkungannya yang disebut juga dengan ekologi. Hal ini dikarenakan
geografi dianggap lebih banyak mengangkat masalah sosial dan fenomena
alam yang terjadi dalam kehidupan manusia dan lingkungannya, sehingga
kemampuan analisis keruangannya menjadi terabaikan padahal merupakan
bekal yang paling utama bagi siswa. Layaknya rumus-rumus yang penting bagi
Fisika dan Matematika atau tanggal dan peristiwa penting bagi Sejarah, maka
aspek keruangan merupakan bagian yang sangat penting bagi geografi tetapi
terlupakan oleh guru. Guru lebih banyak menyampaikan materi secara teori
tanpa mengaitkan dengan aspek keruangan itu sendiri, misalnya ketika
mengajarkan materi mengenai negara maju dan berkembang, guru menjelaskan
materi melalui keadaan penduduk (pendapatan penduduk, jumlah
pengangguran, kelahiran dan kematian, serta jumlah penduduk miskin),
seharusnya guru bisa menyampaikan dengan sudut pandang spasial misalnya
pendapatan penduduk dikaji melalui geografi ekonomi untuk mengetahui daya
dukung wilayah yang mempengaruhi sektor perekonomian sehingga diketahui
bahwa pendapatan penduduk tidak hanya dapat dilihat dan dihitung melalui
ilmu ekonomi tetapi dapat juga ditelaah dari geografi.
Pada pelaksanaannya, guru-guru SMP Negeri di Surakarta yang diwakili
oleh guru yang telah lulus sertifikasi sudah banyak mengambil materi dari
berbagai sumber, baik melalui buku pegangan dari penerbit, buku elektronik
sekolah (BSE) yang juga merupakan buku pegangan siswa, internet, majalah,
koran dan sumber lainnya. Akan tetapi tidak jarang juga materi yang terdapat
dalam sumber-sumber tersebut belum benar secara teori atau justru terdapat
kesalahan yang berakibat fatal karena disampaikan kepada siswa dan bisa jadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
61
apabila siswa tersebut kemudian menjadi guru juga akan mengajarkan materi
yang salah kepada siswanya. Selain itu terkadang guru kurang mencermati
materi yang terdapat dalam buku apakah sudah sesuai dengan buku-buku
aslinya atau hanya sekedar ditumpang susunkan. Selama ini secara sadar
ataupun tidak, meskipun banyak terdapat penambahan materi dari materi yang
sudah ada tetapi terkadang sumber-sumber tersebut (buku) seperti hanya ganti
sampul untuk mengganti kurikulum yang ada akan tetapi isi tetap sama bahkan
cenderung tidak ada perubahan, contoh kecilnya yaitu mengenai materi
Lingkungan Hidup di kelas VIII terdapat beberapa undang-undang untuk
menjaga lingkungan yang dari tahun ke tahun undang-undangnya tetap sama
padahal sebenarnya undang-undang tersebut telah mengalami perubahan, dan
kesalahannya adalah guru tetap menggunakan materi yang ada dalam buku
tanpa mencari tahu secara pasti teori yang benar.
Ketujuh orang guru tersebut cukup profesional dalam menyampaikan
materi sesuai amanah kurikulum, namun untuk menyampaikan amanah
geogarfi masih perlu ditingkatkan lagi.
Materi kelas VII yang disampaikan oleh keempat orang guru pada
dasarnya sumber materinya sama yaitu dari buku pegangan dan dari internet,
yang mebedakan adalah penyampaiannya. Fasilitas sekolah sangat berpengaruh
terhadap penyampaian materi, sehingga guru yang sekolahnya di fasilitasi
dengan LCD dan laptop dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan lebih
menarik seperti yang dilakukan oleh GG3. Namun tidak selamanya fasilitas
sekolah yang memadai digunakan oleh guru, seperti yang dilakukan oleh GG1
yang tidak menggunakan LCD tetapi memilih untuk membuat kerangka konsep
dan menjelaskan materi secara konvensional kepada siswa.
Materi kelas VIII hanya disampaikan oleh seorang guru, dan pelaksanaan
pembelajarannya pun cukup menarik karena sudah menggunakan media untuk
memperjelas materi berupa peta. Guru juga memanfaatkan fasilitas sekolah
berupa LCD sehingga di akhir pembelajaran guru dapat menayangkan video
yang dapat memotivasi siswa untuk menjaga lingkungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
62
Materi kelas IX yang disampaikan oleh kedua orang guru sama-sama
menekankan pada teori perkembangan negara yang dipengaruhi oleh penduduk
dan perekonemian negara. Kedua guru belum menggunakan prinsip, konsep
dan pendekatan geogarfi untuk mejelaskan materi secara geogarfi.
Secara keseluruhan dari ketujuh otang guru tersebut ada yang kurang
capable dalam menyampaikan materi secara geografi, seperti yang terlihat
pada diagram berikut:
0%
57%
43%
Capable Personal
Sudah Cukup Belum
Gambar 5. Diagram Persentase Guru sebagai Capable Personal
Diagram di atas menunjukkan besarnya persentase (%) guru geografi
tersertifikasi sebagai capable personal atau seorang ahli, sebanyak 3 orang
guru (43%) belum cukup memiliki kemampuan untuk menjadi seorang ahli,
dikarenakan materi yang disampaikan belum sesuai dengan substansi geografi,
sedangkan yang mendekati cukup capable sebanyak 4 orang guru (57%), dan
yang benar-benar ahli sebanyak 0%. Hal tersebut dipengaruhi oleh belum
dikembangkannya kemampuan guru untuk menyampaikan materi secara
geografi sehingga media yang digunakan pun masih terbatas. Selain itu fasilitas
sekolah juga mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran. Disisi lain perbedaan
gender ternyata juga mempengaruhi gerak guru dalam melaksanakan
pembelajaran, terbukti pada pemanfaatan teknologi yang didominasi oleh guru
pria, begitu juga dengan media yang yang digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
63
Pada kenyataannya, guru Geografi tersertifikasi memang perlu
meningkatkan kemampuannya untuk lebih mendalami materi sesuai dengan
tujuan sertifikasi yang memberikan tambahan dana bagi guru untuk
meningkatkan perofesionalitasnya.
2) Pembaharu atau Innovator
Era reformasi dan perubahan jaman secara besar-besaran saat ini yang
begitu memanjakan manusia dalam hidupnya, seharusnya memberikan dampak
positif dan peningkatan dalam menambah ide-ide baru khususnya bagi guru di
bidang kependidikan untuk bisa menciptakan generasi-generasi penerus yang
mampu bersaing untuk memenuhi kebutuhan dan mensejahterakan hidupnya.
Saat ini guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa
untuk memperoleh ilmu sedangkan untuk pengembangan materi siswa dituntut
untuk bisa mencari dan mengembangkannya sendiri melalui sumber yang
sudah ada maupun melalui sumber-sumber yang lain yang bisa untuk
menambah pengetahuan mereka.
Sebagai tenaga profesional guru dituntut untuk melakukan perubahan
dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan melalui inovasi-inovasi dalam
kegiatan pembelajarannya, dalam hal ini lebih difokuskan terhadap strategi
pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan guru. Sebagai seorang
inovator, guru dituntut bukan hanya melakukan pembaharuan tetapi juga
menemukan mengembangkan, dan menyebarkannya. Hasil observasi
dilapangan menunjukkan kemampuan guru geografi tersertifikasi dalam
mengembangkan strategi dan media pembelajaran sebagai berikut:
a) GG1
Strategi pembelajaran yang digunakan yaitu dengan metode standar berupa
ceramah bervariasi, tetapi sudah di tambahkan dengan guru terlebih dahulu
menuliskan materi-materi pokok yang akan dipelajari. Untuk media
pembelajaran belum mengalami pengembangan karena masih mengikuti
yang ada di buku, dan tidak menggunakan media peta.
b) GG2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
64
Pembelajaran cukup sesuai dengan jenis kompetensi, untuk menguasai
materi guru tetap menggunakan metode konvensional dengan ceramah dan
tanya jawab kemudian untuk mengembangkan kerjasama siswa, guru
menggunakan metode diskusi, meskipun kegiatan diskusi masih sulit
digunakan karena siswa masih siswa kelas 1 SMP yang jarang
menggunakan metode tersebut, sehingga yanga ada malah gaduh di kelas.
Guru menggunakan media berupa peta Indonesia dan maket tetapi lebih
banyak meminta siswa untuk memanfaatkan media tersebut pada kegiatan
diskusi dan presentasi, tetapi siswa belum bisa menggunkannya secara
maksimal, peta yang digunakan untuk materi ini seharusnya adalah peta
persebaran gunungapi di Indonesia.
c) GG3
Pembelajaran cukup sesuai dengan jenis kompetensi, untuk menguasai
materi guru tetap mendominasi dengan ceramah, namun strategi yang tertera
pada RPP tidak digunakan yaitu menggunakan metode diskusi. Media yang
digunakan cukup banyak yaitu berupa gambar yang diperoleh dari internet,
dan juga menggunakan citra ikonos tetapi tidak dijelaskan kepada siswa,
hanya untuk membantu menjelaskan materi.
d) GG4
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode standar yaitu metode
ceramah, sedangkan media yang digunakan juga masih standar dan
sederhana yaitu gambar.
e) GG5
Metode pembelajaran yang digunakan kurang beragam dan terkesan
monoton sehingga pembelajaran terlihat membosankan, ditambah lagi
dengan kegiatan pembelajaran ada pada jam terakhir, keadaan siswa yang
sudah lelah ditambah pembelajaran satu arah menjadi semakin
membosankan. Untuk mengatasi hal tersebut bisa diatasi dengan
menggunakan metode yang lain seperti diskusi atau inquiry dengan
menemukan. Media pembelajaran yang digunakan masih belum maksimal
karena memang belum ada media yang digunakan, seharusnya bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
65
menggunakan berbagai macam peta tematik yang berhubungan dengan
materi, atau dengan menampilkan gambar-gambar dari negara maju dan
berkembang meskipun untuk menampilkan gambar-gambar tersebut
terdapat kesulitan karena alatnya berupa LCD dan laptop tidak ada.
f) GG6
Pembelajaran cukup sesuai dengan jenis kompetensi, untuk menguasai
materi guru tetap mendominasi dengan ceramah bervariasi, yaitu dengan
tanya jawab dan dipadukan dengan plesetan dan joke-joke ringan. Media
yang digunakan yaitu globe dan peta dunia, namun penggunaannya masih
berifat umum.
g) GG7
Guru menggunakan metode konvensional dengan ceramah diselingi tanya
jawab. Meskipun sudah menggunakan LCD yang harusnya membuat siswa
lebih fokus tenyata siswa masih saja gaduh. Guru harus bekerja ekstra keras
untuk menghadapi siswa yang bandel dan ribut, bisa dengan menggunakan
metode pembelajaran yang lebih menarik perhatian siswa, misalnya belajar
di luar kelas sehingga siswa bisa bebas berekspresi dan mengembangkan
ide-idenya terutama terkait dengan materi wilayah daratan yuang isinya
tentang flora dan fauna. Media pembelajaran sudah cukup baik berupa peta,
gmbar, dan video, guru perlu meningkatkan kaaktifan siswa dengan
meminta siswa memberikan pendapat bukan sekedar menonton video lalu
tertawa karena video tersebut lucu.
Salah satu alasan terhambatnya inovasi oleh guru adalah faktor usia. Untuk
mengembangkan media sebagai bentuk inovasi kadang mereka terhambat
dengan kemampuan untuk membuat media, faktor usia tadi yang kadang
menjadi penghalang karena sudah agak tua sehingga untuk belajar membuat
media menjadi agak lambat, hasilnya mereka lebih sering menggunakan media
seadanya. Dari ketujuh orang guru tersebut, empat orang guru berusia diatas
45tahun, dua orang guru berusia diatas 50tahun, dan satu orang guru yang
berusia 43tahun, sehingga tampak jelas bahwa ternyata satu orang guru ini
yang lebih banyak menggunakan media meskipun belum membuatnya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
66
Selain itu mereka merasa terlalu banyak materi yang jika siswa harus mencari
sendiri akan memakan waktu dan belum tentu siswa mau menggali materi itu
sendiri. Siswa SMP yang baru saja mengalami perubahan sikap dan peralihan
dari siswa SD menjadi siswa SMP yang keadaan sekolah dan Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) nya berbeda dengan waktu di SD menjadikan pelaksanaan
KBM kadang terhambat dan sulit untuk menerapkan inovasi-inovasi baru,
keadaan sekolah yang terkadang fasilitasnya belum memenuhi untuk
melakukan inovasi dan perkembangan dalam KBM juga menghambat guru
sebagai inovator, seperti yang tejadi saat KBM yang diamati pada hari Senin,
08 agustus 2011 materi vulkanisme: guru mengupayakan untuk menerapkan
metode diskusi dengan membagi siswa menjadi 8 kelompok dengan setiap 2
kelompok mendapat tugas dengan tema yang sama kemudian hasilnya akan
dipresentasikan, tetapi pada saat akan presentasi ternyata anak-anak yang
merupakan siswa kelas VII ini belum selesai mengerjakan tugas sehingga
sangat menghambat KBM. Selain itu mereka yang baru saja menjadi siswa
SMP belum bisa melakukan presentasi karena belum pernah melakukan hal ini
sebelumnya.
Guru sebagai fasilitator yang memberikan ide-ide untuk mengarahkan
siswa agar lebih bisa mandiri belum bisa dilaksanakan seutuhnya karena pada
kenyataannya guru yang masih memonopoli KBM seperti pada observasi hari
Rabu, 27 Juli 2011: Selama 2 jam pelajaran, guru yang berperan sepenuhnya
sedangkan siswa menjadi pendengar yang baik. Satu jam pelajaran digunakan
untuk menyampaikan materi yang sepenuhnya diisi oleh guru, siswa
mendengarkan dan memperhatikan tetapi kadang-kadang ketika guru bertanya
siswa hanya sedikit yang menjawab dan tidak mengajukan pertanyaan kepada
guru. Satu jam sisanya digunakan untuk mengerjakan tugas yang ada di buku
paket. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran masih monoton
sehingga bisa membuat siswa jenuh, apalagi yang menjadi momok bagi siswa
adalah pelajaran Geografi terlalu banyak materi dan hafalan, selain itu aspek
keruangannya jarang ditampilkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
67
Sebagai inovator, guru juga bisa melibatkan siswa untuk ikut serta dalam
melakukan perubahan dan mengembangkan KBM dengan cara ikut
berpartisipasi dalam hal pembuatan media ataupun sebagai peserta yang boleh
ikut menentukan metode pembelajaran, misalnya guru menawarkan pada
petemuan berikutnya untuk materi tertentu siswa lebih senang penyampaiannya
dengan apa, atau guru mengajak siswa membuat media pembelajaran sesuai
materi seperti materi vulkanisme, guru bisa mengajak siswa membuat
gunungapi dari tanah liat yang berpedoman dari video pendidiakan yang
sekarang bisa diperoleh dari internet. Namun hal tersebut tidak bisa
dilaksanakan karena guru hanya berusaha untuk mencapai target dari
pembelajarannya.
Hasil observasi menunjukkan bahwa strategi pembelajaran yang
digunakan guru masih monoton yaitu dengan metode konvensional. Meskipun
demikian, apabila metode ceramah dilakukan dengan cara yang berbeda maka
pembelajaran bisa lebih menyenangkan, misalnya disela-sela pelajaran guru
memberi sedikit cerita lucu untuk menyegarkan fikiran anak, atau dengan
memberi kesempatan pada siswa untuk berpendapat sehingga pelajaran tidak
didominasi oleh guru. Dari ketujuh orang guru yang menerapkan strategi
pembelajaran cukup sesuai ada lima orang guru (71,43%), sedangkan dua
orang guru (28,57%) meskipun memakai strategi yang sama tetapi kurang tepat
diterapkan pada siswanya. Guru yang melakukan inovasi dalam media
pembelajaran dalam dilihat pada diagram berikut:
Diagram di atas menunjukkan besarnya persentase (%) guru geografi
tersertifikasi sebagai seorang inovator media pembelajaran. Untuk menjadi
14%
29%57%
Terampil Melakukan Inovasi
Sesuai Cukup Kurang
Gambar 6. Diagram Persentase Ketrampilan Guru Melakukan
Inovasi dalam Sumber dan Media Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
68
seorang inovator guru bukan hanya menemukan media, tetapi juga bisa
mengembangkan dan menerapkannya dalam pelaksanaan pembelajaran dan
pada peserta didik. Sebanyak 4 orang guru (57%) belum melakukan inovasi
karena masih terpaku pada apa yang ada di buku pegangan, 2 orang guru (29%)
cukup melakukan inovasi meskipun medianya masih kurang lengkap,
sedangkan yang melakukan inovasi dengan menggunakan media yang cukup
lengkap baru 1 orang guru (14%).
Dengan kata lain, sebagai seorang tenaga profesional, guru harus bisa
menjadi seorang inovator yang tidak hanya mengandalkan imajinasi untuk
membuat ini dan itu tetapi lebih kepada praktiknya sehingga pelaksanaan
pembelajaran akan lebih berwarna dan siswa menjadi lebih semangat untuk
terus menerima pelajaran dan bukan hanya melulu menerima tetapi juga bisa
menggalinya sendiri.
3) Pengembang atau Developer
Guru sebagai seorang developer harus memiliki visi keguruan yang
mantap dan luas perspektifnya. Guru geografi sebagai seorang developer
setidaknya dapat melakukan pengembangan terhadap kurikulum. Namun bagi
guru terutama guru yang telah lulus sertifikasi dan umumnya sudah senior,
mereka beranggapan bahwa guru muda yang biasanya memiliki ide-ide
cemerlang untuk menyampaikan dan mengembangkan materi pelajaran,
padahal belum tentu juga demikian, sehingga mereka cenderung menggunakan
apa yang sudah ada tanpa mengembangkannya.
Guru sebagai developer atau pengembang berkaitan dengan
kemampuannya dalam mengembangkan kurikulum, antara lain dengan
mengembangkan SKKD, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil belajar, dan mengevaluasi KTSP itu
sendiri. Namun kegiatan guru baru sebatas mengembangkan RPP dan
melaksanakan pembelajaran, sedangkan yang lainnya masih menginduk pada
hasil MGMP. RPP pun hanya dikembangkan oleh beberapa orang guru saja,
sedangkan guru yang lainnya menggunakan RPP yang sudah ada. Guru yang
mengembangkan RPP pada saat penelitian berlangsung ternyata juga belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
69
menyelesaikan RPP tersebut, sehingga pada saat pelaksanaan pembelajaran
masih tetap memakai RPP hasil MGMP.
Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran merupakan dua hal yang
saling terkait. Seorang guru wajib menyusun rancangan pembelajaran sebelum
ia melaksanakan kegiatan pembelajaran tersebut agar pelaksanaan dapat
terkonsep dan sesuai dengan yang diharapkan bukan hanya sekedar
menyampaikan materi tetapi bagaimana membuat siswa mengerti dan
memahami materi serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari. Namun pada kenyataannya meskipun sudah dikonsep sedemikian rupa
seringkali hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan.
a) Perancangan Pembelajaran Geografi
Perencanaan pembelajaran
Perencanaan pembelajaran mencakup tiga kegiatan yaitu identifikasi
kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, penyusunan program
pembelajaran. Ketiga kegiatan ini saling mempengaruhi untuk
menghasilkan pelaksanaan pembelajaran yang sesuai baik bagi guru maupun
bagi siswa.
(1) Identifikasi kebutuhan
Dalam kegiatan identifikasi kebutuhan idealnya guru melibatkan
peserta didik untuk mengenali, menyatakan dan merumuskan kebutuhan
belajar, sumber yang tersedia dan hambatan yang mungkin akan
mengganggu pelaksanaan pembelajaran. Pada kenyataannya di
lapangan, keterlibatan siswa dalam merumuskan kebutuhan belajar
masih sangat terbatas bahkan cenderung belum ada, konsep bahwa guru
hanya bertindak sebagai fasilitator sedangkan siswa mengembangkan
sendiri pengetahuannya baik melalui pengembangan materi maupun
pengalaman pribadi masih belum bisa terwujud. Hal ini bisa di lihat dari
kegiatan pembelajaran yang masih didominasi oleh guru, siswa menjadi
pendengar yang baik atau bahkan raganya yang duduk di kelas tetapi
pikiran dan perhatiannya tidak berada di kelas, seperti yang terjadi pada
observasi di Kelas VII pada hari Rabu, 03 Agustus 2011 dengan materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
70
vulkanisme: Guru mengajar dengan metode ceramah, siswa
mendengarkan sambil sesekali bercanda dengan temannya. Ketika guru
bertanya pada salah satu siswa, siswa tersebut tidak bisa menjawab.
Guru sampai harus memindahkan siswa ke tempat duduk dengan teman
yang lain karena siswa tersebut sibuk ngobrol dengan temannya yang
lain, kemudian diketahui ternyata anak tersebut adalah anak tunggakan
(tidak naik kelas) dan yang diajak ngobrol adalah temannya yang juga
tidak naik kelas.
Banyak guru yang beranggapan bahwa siswa belum bisa dilibatkan
dalam masalah identifikasi kebutuhan seperti ini karena terlalu menyita
waktu ataupun karena siswa belum paham dan belum bisa menentukan
sendiri apalagi siswa yang diajarkan merupakan siswa SMP. Padahal
jika siswa dilibatkan setidaknya untuk ikut menentukan sumber-sumber
belajar yang tidak hanya berasal dari buku bisa jadi siswa akan lebih
bersemangat untuk mengikuti pelajaran dan dapat digunakan untuk
perbaikan pada tahun ajaran berikutnya.
(2) Identifikasi kompetensi
Kompetensi merupakan komponen utama yang harus dirumuskan
dalam pembelajaran yang akan menentukan arah pembelajaran.
Kompetensi merupakan perpaduan dari penegtahuan, keterampilan,
nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Kompetensi yang harus dipelajari dan dimilki peserta didik
perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai.
Siswa perlu mengetahui tujuan pembelajaran dan apa yang akan
diperolehnya setelah mempelajari materi tersebut bukan sekedar
mengikuti pelajaran tetapi sama sekali tidak tahu manfaat yang
diperoleh dari mempelajari materi yang disampaikan. Kenyataan di
lapangan bahwa banyak guru yang tidak menyampaikan tujuan
pembelajaran secara khusus ataupun kalau ada hanya sekedar
menyampaikan tetapi tidak ditekankan bahwa untuk mencapai tujuan
pembelajaran tersebut maka siswa harus memahami materi sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
71
akan terus teringat materi tersebut bukan hanya didengar saat pelajaran
berlangsung tetapi ketika sampai di rumah materi pelajaran yang tadi
disampaikan juga tertinggal di sekolah.
Selama ini guru jarang yang menyampaikan tujuan pembelajaran umum
(TPU) dan tujuan pembelajaran khusus (TPK) kepada siswa. Mereka
beranggapan bahwa hal tersebut akan buang-buang waktu, dan
sepertinya hanya guru saja yang perlu mengetahui TPU dan TPK untuk
mencapai target yaitu pada saat ulangan umum siswa memperoleh nilai
sesuai kriteria ketuntasan minimum (KKM).
(3) Penyusunan program pembelajaran
Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP mencakup komponen program
kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program. Komponen program
mencakup kompetensi dasar, materi standar, metode dan teknik, media
dan sumber belajar, waktu belajar dan daya dukung lainnya. RPP saat
ini mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
artinya tidak bargantung pada pemerintah pusat tetapi disesuaikan
dengan satuan pendidikan yang ada, seperti di Kota Surakarta ada
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang merumuskan
perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, dan penentuan KKM tidak
terkecuali untuk mata pelajaran Geografi yang masuk ke dalam MGMP
IPS. Guru Geografi baik yang sudah tersertifikasi maupun belum,
menggunakan perangkat pembelajaran dari MGMP yang idealnya
perangkat pembelajaran dibuat sendiri-sendiri persekolah atau lebih
baik perguru karena guru yang mengerti dan memahami peserta didik
dan materi yang akan disampaikan sehingga guru dapat menentukan
sendiri perangkat pembelajaran yang umum yaitu RPP.
b) Pelaksanaan pembelajaran Geografi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
72
Kegagalan pelaksanaan pembelajaran sebagian besar disebabkan oleh
penerapan metode pembelajaran yang masih sangat sederhana yaitu secara
konvensional dan secara tidak langsung membuat siswa menjadi peserta
pembelajaran yang pasif yang hanya menerima materi dan mengerjakan
tugas, setelah itu memperoleh hasil berupa nilai, sehingga tujuan
pembelajaran yang sesungguhnya yaitu untuk memberikan pemahaman
kepada siswa tidak tersampaikan. Saat ini guru harus memliki kompetensi
untuk melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, artinya guru
bukan hanya menyampaikan materi dan membuat siswa paham akan materi
tersebut tetapi juga bagaimana untuk mengajarkan siswa untuk mengerti
nilai-nilai kehidupan dengan pelaksanaan pembelajaran yang komunikatif
artinya adanya timbal balik dan saling mengisi antara siswa dan guru. Pada
kenyataannya pelaksanaan pembelajaran yang ada belum bisa demikian
salah satunya karena guru belum bisa melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan RPP atau karena RPP yang dibuat secara bersama tersebut kurang
memperhatikan kondisi guru. Sebagai contoh adalah adanya kesenjangan
antara siswa yang bersekolah walaupun sama-sama di SMP negeri tetapi
belum tentu mutu pendidikannya sama meskipun tidak dapat dipungkiri
bahwa persaingan itu selalu ada tidak terkecuali dalam hal pendidikan. Anak
yang bersekolah di sekolah yang berstandar nasional dengan yang bertaraf
internasional tentu akan berbeda baik dalam pola pikir maupun pengetahuan
yang diperoleh, tatapi bukankah ini merupakan tanggung jawab guru
sebagai tenaga pendidik untuk mencerdaskan anak bangsa. Pelaksanaan
pembelajaran ini dapat dilihat melalui tiga hal, yaitu:
(1) Pre tes (tes awal)
Pre tes biasanya digunakan untuk menjajaki proses pembelajaran yang
akan dilaksanakan atau untuk mengetes siswa apakah mereka belajar
sebelum mengikuti pelajaran pada pertemuan tersebut. Namun banyak
guru yang tidak melakukan pre tes dengan alasan akan makan waktu
padahal materi yanga harus disampaikan sangat banyak. Guru yang
sudah mengembangkan media pembelajaran biasanya menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
73
gambar atau video untuk merangsang respon siswa untuk menanggapi
gambar atau video tersebut tetapi tidak sampai pada tahap melakukan
pre tes.
(2) Proses
Proses pembelajaran merupakan perwujudan dari tahap perencanaan
pembelajaran dan juga aplikasi dari kemampuan guru secara profesional
untuk mengajar dan mendidik siswa. Proses pebelajaran perlu dilakukan
dengan tenang dan menyenangkan. Sebagai tenaga profesional, guru
dituntut untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Selama ini proses
pembelajaran sering diartikan sebagai proses transfer ilmu dari guru ke
siswa. Namun sering dilupakan bagaimana prosesnya untuk mentransfer
ilmu tersebut, yang penting ilmunya sampai, hal ini dapat dilihat dari:
(a) Sumber belajar
Sumber belajar baik yang digunakan guru maupun siswa pada
dasarnya hampir sama, hanya bedanya guru mengambil dari
beberapa penerbit dan dari beberapa sumber sedangkan siswa
hanya memperolehnya dari buku pegangan yaitu buku elektronik
sekolah (BSE), tetapi semua materi dalam buku-buku tersebut
intinya sama. Kesalahannya adalah guru hanya mengambil sumber-
sumber tersebut tanpa menelaah apakah materi-materi tersebut
sudah benar atau sudah mengalami pengembangan atau belum,
seperti contoh kasus pada kemampuan guru sebagai seorang ahli.
Selain itu seharusnya guru geografi menggunanakn sumber materi
yang sesuai dengan dengan bidang geografi, misalnya dengan
menggunakan buku geomorfogi, klimatologi, geografi lingkungan,
dan lain sebagainya.
(b) Materi
Materi yang disampaikan guru pada dasarnya mengikuti dari buku
yang dipakai tetapi belum memperhatikan apakah materi tersebut
sudah mengalami perkembangan atau belum, seperti yang terjadi
pada materi kelas VII mengenai pembentukan bumi, seharusnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
74
sudah dimasukkan teori mengenai Tektonik Lempeng sebagai teori
pembentukan bumi namun dari hasil observasi semua guru yang
mengajar di kelas VII belum ada yang menjelaskan secara detil
teori tersebut entah karena di dalam RPP belum dicantumkan atau
memang hanya mengikuti buku pegangan sehingga materi tersebut
tidak dimasukkan, contoh lain adalah adanya materi yang tidak
seragam antar guru sehingga siswa kesulitan apabila ketika ujian
akhir berlangsung karena yang membuat soal bukan gurunya jadi
kadang kala soal yang keluar tidak sesuai dengan materi yang
pernah diterima. Dalam hal ini seharusnya rapat MGMP bukan
hanya merumuskan RPP tetapi juga merumuskan materi baku yang
akan disampaikan kepada siswa sehingga akan memperkecil
kesulitan siswa pada saat ujian berlangsung.
(c) Metode
Metode yang digunakan selama ini masih terpusat pada guru yaitu
metode konvensional meskipun di dalam RPP sudah disebutkan
beberapa metode yang bisa digunakan untuk menyampaikan
materi. Menurut guru, metode yang monoton ini sering kali
disebabkan oleh media pembelajaran yang belum memadai seperti
belum adanya LCD sehingga untuk melakukan pembelajaran yang
menyengkan seperti dengan menayangkan gambar atau video
menjadi terhambat, sehingga metode yang digunakan kembali lagi
kepada metode konvensional. Metode lain yang digunakan untuk
mengimbangi metode konvensional yaitu dengan diskusi atau
penugasan. Untuk diskusi pun sulit dilakukan karena kadang tidak
bisa berjalan dan makan waktu sehingga guru berpikir ulang untuk
melakukan hal tersebut dengan alasan nanti waktunya habis,
sedangkan materi masih banyak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
75
(d) Media
Dalam proses pembelajaran, media telah dikenal sebagai alat bantu
yang seharusnya dimanfaatkan oleh guru, namun sering kali
terabaikan. Beberapa alasan yang diungkapkan guru antara lain
waktu mengajar terbatas seperti saat menggunakan LCD yang ada
di ruang laboratorium multimedia, perlu waktu untuk mengajak
siswa dari ruang kelas ke ruang multimedia karena kadang-kadang
siswa malah “menyeleweng” dulu ke tempat lain, kurangnya media
untuk penyampaian materi, seperti kebutuhan LCD untuk
menayangkan media berupa gambar belum tersedia di sekolah.
Media pembelajaran yang digunakan lebih banyak ke peta
meskipun pada kenyataannya peta sangat jarang digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran. Saat ini bagi guru yang sekolahnya
sudah dipenuhi dengan fasilitas LCD dan laptop, guru lebih senang
menggunakan media gambar ataupun video. Peta sendiri sebagai
ciri khas geografi digunakan untuk materi tertentu atau sekedar
menjadi pelengkap, untuk peta sendiri biasanya yang umum
dimiliki sekolah adalah peta Rupa Bumi Indonesia atau dengan
melihat atlas dan globe, padahal peta sangat banyak, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
76
Gambar 8. Penggunaan Media berupa Maket di SMPN 8
Surakarta
dituntut kreatifitas guru untuk mencari peta-peta yang bisa
digunakan sebagai media belajar
(e) Evaluasi RPP
Meskipun RPP yang dipakai oleh guru berasal dari rapat MGMP,
ternyata format RPP untuk kelas VII-IX tidak sama meskipun pada
intinya mencakup komponen yang harus ada dalam RPP,
kekurangannya terlihat dari:
- RPP yang digunakan yaitu RPP athun pelajaran 2010/2011,
padalah pada saat pnelitian berlangsung sudah memasuki tahun
pelajaran 2011/2012, sehingga isinya masih belum di update.
Ketika ditanyakan RPP yang baru, guru mengatakan bahwa RPP
tersebut belum selesai dibuat, ada juga yang mengatakan bahwa
format RPP sering ganti padahal RPP yang sebelumnya belum
dipakai.
- Format RPP belum baku, diantaranya tidak dicantumkannya
indikator pembelajaran, format yang digunakan masih format
lama. format yang baru belum selesai, sedangkan kegiatan
pembelajaran sudah berjalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
77
- Hampir semua metode yang disebutkan di dalam tiap kompetensi
dasar baik dari kelas VII-IX merupakan metode yang sama, tetapi
belum tentu dipakai dan belum tetntu sesuai dengan materi yang
disampaikan.
- Sumber materi yang disebutkan kurang jelas, hanya menyebutkan
sumber dari buku BSE, bahkan pada RPP kelas IX sumber
materinya berupa peta padahal peta merupakan media meskipun
juga bisa dijadikan sebagai sumber materi tetapi masih sangat
jarang yang demikian, seharusnya diberikan sumber materi
standar yang tepat dan dapat digunakan guru sebagai acuan dalam
mengajar sehingga tidak terjadi kecemburuan antar guru di setiap
sekolah yang menganggap bahwa guru di sekolah yang “bagus”
memiliki referensi yang lebih banyak dan fasilitas yang memadai
ketimbang guru yang ada di penggiran. Buku sekolah elektronik
yang digunakan juga tidak sama sehingga dari buku-buku tersebut
terdapat materi yang berbeda-beda isinya baik secara kualitas
maupun kuantitas, seperti pada buku kelas VII mengenai
pembentukan bumi ada yang hanya sebatas tenaga endogen tetapi
di lain buku ada yang terdapat materi tenaga eksogen, sehingga
guru harus lebih teliti dan cermat.
- Media pembelajaran tidak dimasukkan ke dalam RPP, meskipun
ada media dimasukkan ke dalam sumber materi. Media
seharusnya dimasukkan ke dalam RPP dengan jelas sehingga
dapat membantu guru dalam menyampaikan materi dan pesan
yang ingin disampaikan kepada siswa dapat disampaikan dengan
baik
- Salah satu instrument penilaian pada pertemuan ke 3 untuk kelas
VII menyebutkan bahwa siswa diminta untuk membuat peta
konsep jenis-jenis batuan, bukankah untuk membuat peta butuh
kaidah-kaidah dan perlu adanya informasi peta layaknya yang
terdapat dalam ilmu geografi, hasil yang dimaksud pun bukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
78
berupa peta tetapi lebih seperti bagan, maka tidaklah tepat bahwa
disebut dengan membuat peta.
- Format penilaian ada yang belum dilengkapi dengan kunci
jawaban, pedoman penskoran, dan kisi-kisi soal
- Kurang teliti dalam penulisan RPP, salah satunya yang terdapat
dalam RPP kelas XI, dalam langkah kegiatannya bercampur
dangan langkah kegiatan materi sosiologi, begitu juga dengan
indikator pencapaian pada penilaian di kelas XI juga tertulis
indikator pencapaian untuk materi kelas VIII. Hal ini
menunjukkan bahwa guru kurang teliti, padahal RPP tersebut
merupakan hasil rapat MGMP.
(3) Post tes
Post tes biasanya digunakan untuk mengetahui ketercapaian
penyampaian materi pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
pada saat itu, tetapi sangat jarang guru yang melakukan post tes karena
biasanya justru waktunya kurang untuk menyampaikan materi atau guru
lebih senang menyuruh siswa untuk mengerjakan tugas di akhir
pertemuan. Dari hasil observasi yang dilakukan, hanya satu guru yang
melakukan post tes (observasi hari Selasa 23 agustus 2011). Post tes
dilakukan selama sepuluh menit dengan sepuluh soal, caranya yaitu
guru mendektekan soal kemudian siswa langsung menjawab dengan
ketentuan tidak boleh mengubah jawaban dan tidak boleh ada coretan
minimal dua huruf.
Berdasarkan hasil wawancara, baru 3 orang guru (43%) yang memahami
tujuan utama geografi yaitu untuk membekali siswa dengan spatial
intelligence, sedangkan 4 orang guru (57%) mengungkapkan tujuan utama
geografi sesuai dengan amanah kurikulum yaitu siswa memahami
lingkungannya. Selain itu, ada tiga guru (43%) yang membuat sendiri RPP
yang akan digunakan untuk mengajar dengan berpedoman pada RPP dari hasil
rapat MGMP, sedangkan empat oaring guru (57%) menggunakan RPP yang
sudah ada. Namun dari ketiga orang guru yang membuat RPP baru tersebut,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
79
semuanya belum mencetak RPP dengan alasan belum selesai dibuat, padahal
pelaksanaan pembelajaran sudah berlangsung.
b. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran yang sekurang-kurangnya meliputi empat hal yaitu pemahaman
terhadap peserta didik, pemanfaatan teknologi pembelajaran, dan evaluasi proses
dan hasil pembelajaran. Kompetensi profesional guru Geografi tersertifikasi SMP
Negeri di Surakarta berdasarkan hasil observasi hal 158-195 menunjukkan bahwa
guru Geografi tersertifikasi cukup professional. Hal ini dapat dilihat dari:
1) Pemahaman terhadap Peserta Didik
Seorang guru harus mampu memahami perkembangan peserta didik
setidaknya melalui empat cara yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, kondisi
fisik, dan pertumbuhan dan perkembangan kognitif. Dari keempat cara ini yang
lebih sering digunakan guru adalah tingkat kecerdasan siswa yang didekatkan
dengan perkembangan kognitif, dan kreativitas siswa, sedangkan kondisi fisik
siswa dapat dilihat dalam pehidupan sehari-hari.
(a) Tingkat kecerdasan dan perkembangan kognitif
Setiap manusia dilahirkan tidak dalam keadaan bodoh, hanya saja
bagaimana mereka berupaya untuk mengembangkan kecerdasan mereka
sehingga tidak dikatakan bodoh, kalaupun ada anak yang kurang dapat
menerima pelajaran, mereka hanya lemah dan kurang cepat dalam
menangkap pelajaran sehingga biasanya kesulitan dalam belajar dan nilai-
nilai yang diperoleh rendah. Kecenderungan lain adalah karena anak-anak
tersebut sebenarnya pintar tetapi malas untuk belajar dan tidak didukung
oleh lingkungannya, misalnya dari teman-temannya yang juga malas
belajar dan lebih banyak bermain atau dari lingkungan keluarga yang
membuat siswa sulit belajar dikarenakan harus membantu orangtuanya
bekerja.
Biasanya guru menilai seorang siswa dari tingkat kecerdasannya dikaitkan
dengan perkembangan kognitifnya yaitu melalui nilai-nilai yang diperoleh
dari hasil belajar dan guru memiliki insting sendiri terhadap siswa, mana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
80
siswa yang cerdas dan kurang cerdas, atau mana siswa yang rajin dan
siswa yang malas. Dari hasil observasi, ketujuh orang guru menilai
kecerdasan dan perkembangan kognitif melalui tes ataupun tugas-tugas
yang diberikan, sedangkan tes dan tugas yang diberikan lebih banyak
untuk memenuhi persyaratan lulus KKM bukan untuk memberikan
pemahaman lebih lanjut mengenai materi, walaupun ada lebih sering
langsung dikumpulkan tanpa dibahas.
(b) Kreativitas
Biasanya yang bisa melihat peserta didik yang memiliki kreativitas adalah
guru keterampilan karena lebih banyak menggunakan gerak dan jiwa seni,
namun tidak menutup kemungkinan juga bagi guru geografi untuk
mengetahui kreativitas siswa melalui kegiatan praktik lapangan atau
dengan mengajak siswa mengemukakan ide-ide baru dalam pelaksanaan
pembelajaran, kegiatan lain adalah dengan melibatkan siswa dalam
pembuatan media pembelajaran, namun hal tersebut belum bisa
dilaksanakan oleh guru. Hal tersebut disebabkan oleh guru hanya berupaya
untuk memenuhi target dan kurang memperhatikan proses pembelajaran,
sehingga yang lebih diutamakan adalah bagaimana siswa bisa mencapai
KKM dengan tuntas.
Selain itu pengembangan kreativitas siswa dapat dilakukan dengan
melakukan kegiatan lapangan seperti yang dilakukan oleh GG3 yang
melakukan kegiatan studi lapangan mulai dari situs purbakala Sangiran
sampai ke museum Karst.
Dari hasil observasi yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung,
pemahaman perkembangan peserta didik dilakukan dengan pemantauan
kemajuan belajar yang rata-rata melalui kegiatan tanya jawab dan
mengerjakan soal-soal dari LKS. Sebanyak 6 orang guru (85,71%) yang
memantau hasil belajar dengan tanya jawab dan soal, sedangkan 1 orang
guru (14,29%) yang melakukan tanya jawab dan pengecekan catatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
81
2) Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran
Perkembangan zaman yang menyebabkan perkembangan disegala bidang
termasuk dalam bidang teknologi dan komunikasi semakin membantu dan
mempermudah kehidupan manusia termasuk juga dalam perkembangan
pendidikan. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran menjadi semakin mudah dan
menarik. Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran
dimaksudkan untuk memudahkan dan mengefektifkan kegiatan pembelajaran.
Dalam hal ini diharapkan guru dapat memanfaatkan teknologi untuk
menunjang pelaksanaan pembelajaran antara lain dengan menyiapkan materi
pembelajaran dalam suatu sistem jaringan komputer yang dapat diakses oleh
peserta didik mengingat saat ini siswa juga mulai terbiasa berdampingan
dengan teknologi.
Keadaan tersebut tidak demikian dengan guru-guru yang ada di sekolah
yang belum memilki fasilitas teknologi berupa LCD dan laptop, guru bisa saja
memilki laptop terutama bagi guru yang sudah lulus sertifikasi yang memilki
kemampuan secara finansial untuk membeli laptop tetapi tetap tidak bisa
menggunakan teknologi secara maksimal karena media yang utama berupa
LCD belum cukup tersedia atau tersedia tetapi jumlahnya terbatas sehingga
penggunaanya harus antri.
Gambar 9. Penggunaan LCD di SMPN 10
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
82
Jelaslah bahwa kemajuan teknologi sangat membantu dalam proses
pembelajaran, namun pada kenyataannya belum semua guru dan siswa dapat
memanfaatkan teknologi tersebut secara maksimal karena terbatasnya
ketersediaan fasilitas baik dari pemerintah maupun dari sekolah sendiri.
Gambar 10. Diagram Persentase Pemanfaatan Teknologi oleh Guru
Diagram di atas menunjukkan bahwa selama observasi berlangsung guru
geografi yang sudah lulus sertifikasi belum sepenuhnya memanfaatkan
teknologi yang ada, baru dua orang guru (29%) yang menggunakan LCD dan
laptop, sedangkan sisanya lima orang guru (71%) belum memanfaatkannya.
3) Evaluasi Proses dan Hasil Belajar
Menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar merupakan kegiatan
yang penting bagi seorang guru untuk menilai seberapa efektif dan efisien
pembelajarannya.
a) Evaluasi proses
Evaluasi proses pembelajaran berpengaruh terhadap pelaksanaan
pembelajaran guru terhadap siswa dan mempengaruhi hasil belajar dan daya
tangkap siswa terhadap materi yang disampaikan guru. Evaluasi proses
seharusnya juga dilakukan oleh guru sebagai bahan pertimbangan untuk
melakukan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah
dilakukan apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai, apakah media dan
metode yang digunakan sudah tepat, apakah sumber belajar yang digunakan
sudah sesuai dengan materi yang dibutuhkan dan isi dari materi sudah tepat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
83
dan sesuai dengan teori yang berlaku dan benar, atau apakah peserta didik
sudah mengalami perkembangan bukan hanya dinilai dari perolehan angka-
angka yang tertulis dalam rapor tetapi juga melalui perubahan sikap dan
kematangan dalam mengahadapi kehidupan melalui pembelajaran dan
pendidikan yang diberikan guru.
Dari hasil wawancara yang dilakukan, dua orang guru melakukan evaluasi
proses, lima orang guru belum melakukan evaluasi proses pembelajaran,
bahkan salah seorang guru mengatakan bahwa dalam rapa MGMP pun
belum ada pembicaraan untuk evaluasi proses pembelajaran. Mereka hanya
melakukan evaluasi hasil pembelajaran dengan kata lain lebih
menitikberatkan kepada hasil yang dicapai oleh siswa daripada menilai
kualitas pembelajaran yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
b) Evaluasi hasil belajar
Evaluasi atau penilaian hasil belajar merupakan serangkaian kegiatan untuk
menentukan tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran. Jenis penilaian dalam
proses pembelajaran siswa adalah melalui tes, dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu tes hasil belajar dan tes kemajuan belajar. Tes hasil belajar
dilakukan dengan tes formatif pada saat selesai pembahasan materi perKD
dan tes sumatif pada saat semester. Tes kemajuan belajar dilakukan dengan
pre-tes dan post-tes. Tes yang lebih banyak dipakai yaitu tes formatif yaitu
dengan ulangan harian, ulangan tengah semester, dan tes sumatif dengan
ujian akhir.
Ulangan harian adalah ulangan yang dilaksanakan oleh guru pada setiap
akhir pembahasan satu pokok bahasan atau lebih. Ulangan harian
dilaksanakan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap satu
pokok bahasan atau lebih dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu,
seharusnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ada, namun
kenyataannya tidak demikian. Hal ini dapat ditunjukkan dari frekuensi dan
prosedur penilaian yang dilakukan oleh guru. Dalam satu semester
seharusnya ada lebih dari empat pokok bahasan, tetapi biasanya ulangan
harian dilakukan maksimal empat kali, selebihnya nilai diambil dari tugas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
84
ataupun melalui LKS. Alasan utamanya yaitu karena terbatasnya waktu
yang bisa digunakan untuk menyampaikan materi.
Perihal prosedur penilaian yang dilakukan guru juga belum semuanya
konsisten dengan apa yang digariskan dalam Program Satuan Pelajaran
(PSP). Dalam PSP direncanakan adanya tes tertulis, tes lisan dan tes
perbuatan, namun dalam pelaksanaannya sangat bervariasi. Tes yang banyak
digunakan adalah tes tertulis, sedangkan untuk tes lisan biasanya hanya
digunakan dalam penyampaian materi untuk membangkitkan semangat
siswa dan membuat siswa tetap fokus, sedangkan tes perbuatan dilihat
melalui keaktifan siswa dalam diskusi maupun mengerjakan tugas seperti
mengerjakan tugas di buku LKS maupun dari merangkum. Tes perbuatan
yang sering dilakukan adalah dengan mengerjakan LKS, untuk diskusi dan
merangkum masih jarang dilakukan guru.
Tabel 8. Bentuk Tes yang digunakan Guru Geografi Tersertifikasi
No
. Nama
Bentuk Tes
Tertulis Lisan Perbuatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
GG1
GG2
GG3
GG4
GG5
GG6
GG7
V
V
V
V
V
V
V
-
-
-
-
-
-
-
V
V
V
V
V
V
V
Sumber: Observasi 27, 28, 30 Juli 2011 - 3, 8, 10, 23 Agustus 2011
Tes yang banyak digunakan adalah tes tertulis yang terdiri atas tes uraian
(essay) dan tes pilihan ganda. Tes lisan biasanya hanya digunakan untuk
membuka pelajaran atau digunakan dalam metode pembelajaran berupa
Tanya jawa, sedangkan jawaban yang disampaikan siswa jarang diamsukkan
ke dalam buku nilai. Tes perbuatan lebih mengarah kepada keaktifan siswa
dalam mengerjakan soal/tugas dari guru dan dalam mengikuti diskusi
kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
85
Tabel 9. Bentuk Tes Perbuatan yang Digunakan Guru Geografi
Tersertifikasi
Sumber: Observasi 27, 28, 30 Juli 2011 - 3, 8, 10, 23Agustus 2011
2. Penerapan Profesionalisme Guru Geografi Tersertifikasi dalam Pelaksanaan
Pembelajaran di SMP Negeri Surakarta
Penerapan profesionalisme guru Geografi tersertifikasi dapat dilihat dari
pelaksanaan pembelajarannya, dengan memperhatikan RPP dan KBM yang
berlangsung, disesuaikan dengan karakteristik siswa, sekolah dan materi yang akan
disampaiakan. Berdasarkan hasil observasi halaman 158-195, penerapan
profesionalisme guru geografi tersertifikasi belum sesuai dengan yang direncanakan
dan diharapkan. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
geografi tersertifikasi belum sesuai dengan yang terdapat dalam PSP, yaitu dalam
RPP, karena masih banyak poin-poin yang belum dikembangkan seperti metode
pembelajaran yang masih monoton, media pembelajaran yang masih kurang
berkembang, sumber belajar dan materi yang belum seragam, alokasi waktu yang
kurang tepat dan evaluasi pembelajaran yang kurang tajam.
1. Penyampaian Tujuan Pembelajaran dan Pengembangan Materi
Guru lebih menekankan pada penyampaian materi bukan proses, dengan
kata lain guru mengejar pencapaian tujuan kurikulum dan menyisihkan tujuan
ilmu geografi berupa pembekalan kemampuan spasial terhadap peserta didik. Di
sekolah, pelaksanaan pembelajaran lebih banyak mengikuti alur kurikulum yang
telah dibuat, sedangkan tujuan utama ilmu geografi menjadi terabaikan karena
tidak masuk ke dalam tes yang akan diberikan kepada siswa sehingga kurang
No
. Nama
Bentuk Tes
Mengerjaakan
Soal/Tugas Merangkum
Keaktifan
Diskusi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
GG1
GG2
GG3
GG4
GG5
GG6
GG7
V
V
V
V
V
V
V
-
-
-
-
-
-
V
-
V
-
-
-
-
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
86
begitu mendapat perhatian apalagi disampaikan sesuai dengan substansinya.
Pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa:
1) Guru menguasai materi bahan ajar tetapi belum disampaikan secara
mendalam,
2) Isi materi bahan ajar baru meliputi segi pengetahuan dan sikap, sedangkan
keterampilan siswa masih belum dikembangkan secara maksimal.
Hal ini dapat dilihat dari pembelajaran geografi yang isinya hanya
memberikan materi sesuai buku pegangan tetapi belum memberikan bekal
kemampuan spasial kepada siswa secara tepat sebagai pegangan siswa dalam
menghadapi isu dan fenomena yang terjadi di sekitarnya sehingga dapat
menganalisis sebab akibatnya dan memberikan solusi meskipun sangat
sederhana. Sebagian materi masih belum sesuai teori yang benar dan masih
belum mengikuti perkembangan teori yang ada, seperti contoh yang
dikemukakan di atas, bahwa masih banyak teori dan materi lama yang belum
update yang disampaikan kepada siswa. Selain itu, materi-materi tersebut juga
harusnya sudah mengalami pengembangan, seperti halnya pengembangan teori.
Untuk itu guru harus lebih kritis dalam mencari dan mengembangkan sumber
materi, sebagaimana yang disebutkan bahwa guru adalah seorang yang ahli dan
memilki kemampuan untuk menemukan inovasi baru untuk mempersiapkan visi
ke depan terutama bagi guru yang sudah lulus sertifikasi dan dianggap
profesional.
Secara materi guru memiliki sumber/referensi yang cukup banyak dan
menunjang materi yang akan disampaikan, tetapi secara substansi belum
semuanya yang mengarah ke ilmu geografi. Sebagai contoh, untuk materi negara
maju dan berkembang seharusnya bisa menggunakan referensi berupa geografi
ekonomi, geografi penduduk, atau geografi sumber daya.
2. Penerapan Strategi dan Pendekatan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran seharusnya berjalan menyenangkan dan dapat
memotivasi siswa, tetapi jika strategi dan pendekatannya kurang tepat maka
hasil yang diperoleh pun kurang memuaskan. Metode pembelajaran yang begitu
beragam belum dimanfaatkan oleh guru yang seringkali hanya monoton
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
87
menggunakan metode konvensional sehingga pembelajaran terasa membosankan
terutama untuk pelajaran geografi yang dianggap terlalu banyak hafalan dan
kurang menarik, terlebih lagi pelajaran geografi sering diletakkan pada jam
terakhir yang membuat siswa kurang konsentrasi karena sudah lelah belajar. Di
sini guru geografi seharusnya bisa mengembangkan metode pembelajaran
sehingga pembelajaran menjadi menarik dan siswa menjadi lebih bersemangat,
namun kenyataannya tidak demikian. Meskipun guru sudah menggunakan
metode yeng mulai dikembangkan, misalnya dengan Quantum Teaching
kemudian menggunakan berbagai media, tetap saja pembelajaran berjalan satu
arah yaitu guru menyampaikan materi sedangkan siswa mendengarkan, sehingga
siswa cenderung pasif.
Selain itu, sering kali disebutkan dalam RPP bahwa ada metode diskusi,
tanya jawab, dan inquiry, tetapi hanya tanya jawab yang digunakan itupun
kadang-kadang dan yang banyak bertanya adalah gurunya, siswanya hanya
diam, antara mengerti atau bingung tetapi malas bertanya. Kegiatan penutup
yang seharusnya diisi dengan memberikan kesimpulan terhadap pembelajaran
pada pertemuan tersebut juga jarang dilakukan bahkan cenderung tidak
dilakukan karena waktunya habis untuk menyampaikan materi ataupun untuk
mengerjakan tugas.
Tabel 10. Metode Pembelajaran yang digunakan Guru Geografi
Tersertifikasi di SMPN Surakarta
No. Nama Metode
dalam RPP
Metode yang Digunakan
Ceramah Tanya
Jawab Tugas Diskusi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
GG1
GG2
GG3
GG4
GG5
GG6
GG7
Diskusi
Diskusi
Diskusi
Diskusi
Diskusi
Diskusi
Diskusi
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
-
V
-
V
-
V
-
V
-
-
-
-
-
Sumber: Observasi 27, 28, 30 Juli 2011 - 3, 8, 10, 23 Agustus 2011
Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa hampir semua (100%) guru
menggunakan metode pembelajaran konvensional berupa ceramah dan tanya
jawab. Guru yang memberikan tugas sebanyak 4 dari 7 orang guru (57,14%),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
88
sedangkan yang melakukan diskusi hanya 1 dari 7orang guru (14,29%). Untuk
kesesuaian metode yang direncanakan dalam RPP hanya satu orang guru yang
menerapkannya, yang lainnya tetap dengan metode konvensional.
3. Pengembangan Media Pembelajaran dan Pemanfaatan Teknologi
Media pembelajaran yang dominan digunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran geografi yaitu peta, itupun masih jarang digunakan sekedar untuk
materi tertentu saja dan peta yang ada masih kurang lengkap, paling terbatas di
peta Indonesia, untuk lebih lengkap siswa menggunakan atlas. Media lain yang
bisa digunakan yaitu video dan gambar, tetapi semua ini terbatas pada
penyediaan LCD yang masih kurang memadai di beberapa sekolah sehingga
untuk mengembangkan media masih sangat sulit dilakukan. Guru geografi yang
sudah tersertifikasi sebenarnya sudah berusaha untuk menambah media yang
digunakan dalam pembelajaran, namun karena terkendala fasilitas, maka media
tersebut tidak bisa digunakan secara maksimal.
Tabel 11. Media Pembelajaran yang Digunakan Guru Geografi
Tersertifikasi di SMPN Surakarta
No
. Nama
Media yang Digunakan
Peta Gambar Video Maket
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
GG1
GG2
GG3
GG4
GG5
GG6
GG6
V
V
-
-
-
V
V
V
-
V
V
-
-
V
-
-
-
-
-
-
V
-
V
-
-
-
-
-
Sumber: Observasi 27, 28, 30 Juli 2011 - 3, 8, 10, 23 Agustus 2011
Dari tabel tersebut diketahu bahwa untuk penggunaan media dari 4 media
yang biasa digunakan ternyata tidak semuanya digunakan oleh guru. Peta yang
merupakan media utama pembelajaran geografi hanya digunakan oleh 4 orang
guru, begitu juga dengan gambar, sedangkan video digunakan oleh 1 orang guru,
demikian halnya dengan maket. Paling banyak guru menggunakan 3 media, dari
7 orang guru hanya 4 orang (57,14%) yang menggunakan media utama berupa
peta, sedangkan peta yang digunakan pun merupakan peta umum bukan peta
khusus yang berkaitan dengan bmeteri. Dari keempat orang guru yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
89
menggunakan peta, baru satu orang guru yang menggunakan peta sesuai dengan
materinya. Persentase guru yang menggunakan media pembelajaran seperti yang
digambarkan dalam diagram berikut:
Dalam hal pemanfaatan teknologi, baru 2 dari 7 orang guru (28,57%) yang
menggunakan teknologi berupa penggunaan laptop dan LCD, yang lainnya
masih menggunakan papan tulis dengan alasan fasilitas masih kurang memadai.
4. Evaluasi Pembelajaran
Alat evaluasi yang digunakan guru lebih banyak ke ujian tertulis dan masih
terbatas pada menjabarkan dan menjelaskan, belum sampai pada tahap analisis.
Hal ini karena guru beranggapan bahwa siswa yang diajar masih terlalu kecil
untuk melakukan analisis, padahal bisa saja siswa melakukan analisis sederhana,
misalnya melalui pengamatan sederhana di lingkungan sekitar tempat
tinggalnya.
Selain itu, soal ujian yang keluar pada ujian sekolah biasanya dibuat oleh
guru dari salah satu sekolah sehingga bagi sekolah lain yang tidak mengajarkan
materi yang sama maka muridnya akan kesulitan menjawab soal tersebut,
seharusnya meskipun dibuat oleh guru sekolah yang ditunjuk kemudian
dirapatkan kembali dan disesuaikan dengan kondisi siswa dari sekolah yang lain
Penggunaan Media Pembelajaran
0% 14%
29%
43%
14%
semua media 3 media 2 media 1 media tidak menggunakan media
Gambar 11. Diagram Persentase Penggunaan Media
Pembelajaran oleh Guru Geogarfi Tersertifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
90
sehingga tidak terjadi kesenjangan antar siswa dan guru di sekolah satu dengan
sekolah yang lain. Dalam penyusunan evaluasi pembelajaran, guru sudah
mengikuti langkah-langkah untuk pembatan evaluasi, namun guru lebih
memperhatikan:
1) Materi yang disampaikan kepada siswa sesuai dengan buku pegangan,
sehingga apabila buku pegangan guru/siswa berbeda antar sekolah, maka
yang terjadi ketika ulangan terutama ulangan semester adalah siswa belum
tentu bisa menjawab soal,
2) Tujuan kurikulum yang akan dicapai, sehingga guru mengejar target hanya
untuk memenuhi tujuan kurikulum tetapi belum memperhatikan tujauan ilmu
geografi,
3) Pencapaian standar nilai, sehingga kurang memperhatikan soal-soal dan
bentuk evaluasi yang diberikan, tujuan utama yaitu memenuhi nilai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM),
4) Evaluasi pembelajaran lebih banyak digunakan untuk mengukur kemampuan
kognitif siswa, sedangkan evaluasi kemampuan psikomotorik masih jarang
dilakukan.
Hampir 100% guru menggunakan tes tertulis, masih belum ada guru yang
menggunakan tes lisan. Tes perbuatan yang digunakan rata-rata yaitu dengan
mengerjakan tugas atau soal, hanya 14% yang melakukan diskusi, dan 14% yang
merangkum. Soal-soal yang diujikan dalam tes tertulis juga perlu disesuaikan
dengan pembelajaran geografi dan perkembangan siswa. Evaluasi pembelajaran
hendaknya mampu mengembangkan kemampuan siswa, baik kemampuan
kognitif, kemampuan afektif, maupun kemampuan psikomotorik siswa. Pada
evaluasi kemampuan kognitif siswa baru sampai tahap menjelaskan, sedangkan
kemampuan psikomotorik siswa belum begitu dikembangkan oleh guru karena
guru masih menjadi sumber pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
91
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a) Profesionalisme guru geografi tersertifikasi dari performa atau penampilan ketika
mengajar menunjukkan bahwa mereka guru yang cukup perofesional. Akan tetapi
untuk fokus penelitian ini yaitu dari kompetensi profesional dan kompetensi
pedagogik, guru geografi masih perlu meningkatkan profesionalitas mereka
meskipun sudah lulus uji profesi atau sertifikasi guru. Kompetensi profesional
guru geografi tersertifikasi menunjukkan bahwa guru belum profesional, karena:
a) belum ada guru yang capable, baru 57% guru yang memiliki kemampuan
sebagai seorang capable paersonal, sedangkan 43% lainnya belum capable, b)
baru 14% guru yang melakukan inovasi, 29% cukup melakukan inovasi,
sedangkan 57% guru belum melakukan inovasi, b) baru 43% guru yang
mengembangkan kurikulum, sedangkan 57% guru belum mengembangkan
kurikulum. Sedangkan kompetensi pedagogik guru menunjukkan bahwa guru
geografi tersertifikasi cukup professional, karena: a) 85,71%) guru sudah
melakukan upaya untuk memahami perkembangan siswa melalui evaluasi belajar,
sedangkan 14,29% guru dengan memantau keaktifan siswa, b) sudah ada guru
yang menggunakan teknologi meskipun baru 29%, sedangkan sisanya yaitu
sebanyak 71% belum menggunakan karena terkendala fasilitas sekolah, c) guru
sudah melakukan evaluasi pembelajaran.
b) Penerapan profesionalisme guru geografi tersertifikasi dalam pelaksanaan
pembelajaran di SMPN di Surakarta tahun 2011 menunjukkan bahwa guru belum
sesuai dalam menerapkan profesionalisme keguruannya, karena: a) materi yang
disampaikan belum sesuai dengan amanah geografi, b) hampir 100% guru
menggunakan metode pembelajaran konvensional, c) baru 57,14% guru yang
menggunakan media utama berupa peta, sedangkan 42,86% belum
menggunakannya, d) hampir 100% guru melakukan evaluasi hanya dengan tes
tertulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
92
B. IMPLIKASI
Dari kesimpulan tersebut di atas maka dapat dijelaskan implikasinya sebagai
berikut :
1. Dengan mengetahui profesionalisme guru geografi tersertifikasi dapat dijadikan
bahan pertimbangan bagi pemerintah maupun LPTK untuk melakukan perbaikan
kualitas guru geografi baik yang sudah disertifikasi maupun belum.
2. Dengan mengetahui pengaruh sertifikasi dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam upaya perbaikan penyelenggaraan sertifikasi guru berikutnya, khususnya
untuk peningkatan profesionalitas guru
C. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas maka ada beberapa hal yang perlu disarankan
yaitu :
1. Perlu adanya evaluasi terhadap kinerja guru yang telah lulus sertifikasi dalam
rangka meningkatkan kualitas guru dan kualitas pendidikan khususnya bagi guru
geografi SMP yang perlu sosialisasi dan penambahan materi terkait pelajaran
geografi yang sekarang tergabung dalam IPS Terpadu
2. Tindak lanjut dari adanya sertifikasi masih perlu ditingkatkan, jangan hanya
sebatas memberi dan menerima tunjangan tetapi perlu diimbangi dengan
perbaikan dan meminimalisasi kekurangan dari penyelenggaraan sertifikasi itu
sendiri.
Top Related