A.LATAR BELAKANG
Pada masa perkembangan jaman seperti sekarang ini,banyak paham-paham yang
berkembang dan dikembangkan oleh negara-negara penganutnya. Pada masa dahulu paham
negara-negara hanay sedikit yang mendominasi seperti Komunis dan Liberalis. Komunis
yang mengunggulkan kemerataan sosialnya,sementara Liberalis mengunggulkan
kesejahteraan individunya. Kedua paham tersebut berkembang dan menjadi paham negara-
negara adidaya. Komunis dianut oleh Uni Soviet dan Liberalis dianut oleh Amerika. Namun
seiring perkembangan jaman banyak perubahan jaman. Komunis hancur pada tahun 1990 an
karena tertutup dari perkembangan jaman. Amerika mulai mengalami kehancuran sedikit-
sedikit karena terlalu banyak Gap antara kaum yang kaya dan kaum yang miskin.
Seiring perkembangan jaman,paham-paham pun bermunculan. Sebagai
perkembangan dari dua paham besar tersebut,negara-negara yang menganut paham baru pun
banyak lahir. Salah satunya adalah paham Demokrasi Sosialis. Paham ini adalah jalan tengah
dari paham demokrasi dan paham sosialis yang condong ke paham “kiri”.
Paham – paham tersebut lahir karena mengambil kelebihan dari paham-paham besar.
Kelebihan-kelebihan inilah yang akan membawa negara-negara yang menganut paham baru
tersebut akan maju atau tetap berkembang.
1
1.PENGERTIAN
Sosial demokrasi merupakan idiologi politik yang menggabungkan sosialisme dengan
unsur – unsur kapitalisme yang di anggap sesuai. Sosial Demokrasi juga dapat di katakan
sebagai paham politik yang di sebut sebagai sosialis moderat yang berkembang pada abab ke
19.
Ide sosial demokrasi ( sosdem ) berkembang dari gerakan – gerakan buruh di eropa,
Tokoh yang dianggap berpengaruh mengembangkan ide sosial demokrasi ( sosdem ) adalah
Eduard Bernstein. Lewat bukunya “Evolutionary Socialism (terbit tahun 1899)”, Bernstein
menyerang ide-ide Marx yang memiliki berbagai kontradiksi internal dan bertentangan
dengan demokrasi. Kaum sosialis, menurut Bernstein, harus mentransformasi masyarakat
menuju keadilan sosial dengan cara-cara demokratis, bukan revolusioner seperti digagas
Marx. Berbeda dengan Marx yang meyakini bahwa institusi negara akan menghilang
digantikan kekuasaan proletariat, Bernstein berargumen bahwa institusi negara harus
dipandang sebagai mitra. Dengan demokrasi politik, negara akan bisa diyakinkan untuk
mengakomodasi hak-hak ekonomi dan politik kelas masyarakat yang terpinggirkan oleh
kapitalisme, Ide klasik sosial demokrasi(sosdem) adalah orientasi mengatasi kesenjangan
sosial ekonomi, perluasan kesempatan partisipasi kaum yang kurang beruntung, mewujudkan
keadilan sosial dan demokratisasi.
Dua ciri khas utama dari pandangan sosdem klasik adalah pemanfaatan kekuasaan
negara untuk meng-counter laju bisnis swasta dan fokus pada upaya mengurangi kesenjangan
material, antara lain melalui pajak progresif serta pengarahan negara dalam pemberian
jaminan pendidikan, kesehatan, pensiun dan jaminan kesejahteraan untuk warga negara.
Sementara, ciri khas utama dari neoliberalisme menurut Giddens adalah pereduksian peran
negara secara substansial dan reformasi sistem jaminan kesejahteraan untuk meningkatkan
peran pasar didalam bidang jaminan-jaminan kesejahteraan.Sebagai alternatif bagi keduanya,
Giddens mengemukakan gagasan sosdemnya yang menolak intervensi negara, menolak
”praktik persamaan ” sebagai cita-cita sosdem, dan mempromosikan redistribusi kesempatan
sebagai solusi mengatasi ketidaksamaan.
Demokrasi Sosialis adalah lanjutan perjuangan rakyat tertindas dengan syarat-syarat
dan dalam bentuk-bentuk baru melawan kaum kapitalis yang ada di dalam negeri dan
melawan kekuatan agresif dunia kapitalis yang melingkupinya. Sesuai dengan perkembangan
2
pembangunan sosialisme, Demokrasi sosialis menunjukkan tiga segi pokok dalam
penggunaan kekuatan oleh golongan-golongan yang tertindas: Satu, Untuk membasmi kaum
kapitalis, untuk membela negara dan untuk memperkuat hubungan dengan golongan-
golongan progresif negeri-negeri lain. Dua, Untuk membebaskan kaum pekerja daro
golongan-golongan tertindas lainnya dari pemerasan kaum kapitalis, untuk memperkuat
persatuan golongan-golongan tertindas dengan seluruh rakyat dalam pembangunan sosialis.
Tiga,
Untuk membangun masyarakat baru, yaitu masyarakat sosialis. Bentuk perekonomian
sosialis tidak dapat timbuh dan berkembang dengansendirinya. Tumbuhnya dan
berkembangnya berlangsung dengan adanya pekerjaan berencana negara sosialis dan
kegiatan serta daya cipta pekerja. Negara sosialis mempunyai kemampuan untuk
melaksanakan hal-hal itu, dengan membuat dasar baru, hanya dengan mengenal dan
menggunakan hukum-hukum keenomian yang objektif, yakni hukum penyesuaian mutlak
hubungan-produksi dengan sifat tenaga-tenaga produktif serta hukum keenomian yang timbul
kaena syarat-syarat keenomian yang baru. Pimpina yang berdasarkan Demokrasi sosialis
menjamin terbentuknya suatu organisasi kerja masyarakat yang lebih rasional dan efisien dari
dalam kapialisme.
Negara Demokrasi sosialis dapat mengambil bermacam-macam bentuk yang dalam
isinya tidak berbeda satu sama lain. Demokrasi sosialis di USSR mengambil bentuk diktator
proletar, di Republik Rakyat Tiongkok ( RRT ) bentuk demokrasinya rakyat, untuk republik
indonesia diambil bentuki demokrasi terpimpin. Semua bentuk yang sama dasar dan
tujuannya itu dalam pelaksanaannya dalam masing-masing negeri berbeda-beda, disesuaikan
dengan syarat-syarat khusus dan kepribadian Rakyat negeri itu masing-masing.
2.SEJARAH DEMOKRASI SOSIALIS
Paham demokrasi sosial atau sosialisme demokrat berasal dan ideologi sosialisme di
negara-negara demokrasi Barat. Sedangkan sosialisme itu sendiri sebagai satu istilah
diperkenalkan pertama kali oleh Robert Owen (1771-1858) tahun 1827, walaupun sebagai
satu fenomena sudah tumbuh di Eropa sejak abad ke-17. Robert Owen bersama dengan Saint-
Simon dan Fourier dan Perancis dianggap sebagai penganut paham sosialisme utopia yang
memprihatinkan akibat-akibat negatif dari penerapan ideologi kapitalisme yang berdasarkan
prinsip-prinsip kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi, motif mencari untung dan
3
persaingan bebas, yaitu kesenjangan pendapatan dan kekayaan di antara kaum majikan
dengan kaum buruh yang berimplikasi pada marjinalisasi kehidupan kaum buruh di semua
aspek kehidupan. Robert Owen dan kawan-kawannya ini mendambakan suatu tatanan
masyarakat yang egaliter, sama rata sama rasa, di mana sumber-sumber kekayaan dibagi
secara merata di antara semua anggota masyarakat. Kita lihat, meskipun mereka juga
mencoba menerapkan cita-cita dan ke-yakinannya ini dengan mendirikan komunitas-
komunitas sosialis seperti yang mereka bayangkan, apa yang dicita-citakan oleh Robert Owen
dan kawan-kawannya ini lebih merupakan impian daripada cara-cara kehidupan yang realistis
dan efektif, sehingga kelak mereka oleh Karl Marx disebut sebagai penganut sosialisme
utopia.
Para anggota partai buruh atau partai sosialis di negara-negara demokrasi Barat
merupakan pewaris cita-cita sosialisme utopia ini. Pada tahun 1889 terjadi penggabungan
partai-partai buruh atau partai sosialis ini menjadi “Internationale II”. Karena masing-masing
partai buruh ini memiliki penafsiran yang berbeda mengenai cara mencapai tujuan-tujuan
mereka, yaitu antara revolusi dan segera (Lenin dan Rosa Luxemburg) atau mengusahakan
perubahan secara perlahan-lahan (Eduard Bernstein dan Kautsky dan Jerman), organisasi ini
terbagi di antara beberapa kelompok. Perbedaan pandangan ini terus menajam sampai
berakhirnya Perang Dunia I, di mana golongan revolusioner akhirnya memisahkan diri dan
membentuk partai komunis di negara-negara masing-masing. Organisasi partai-partai
komunis Eropa ini menjadi “Internationale III” yang lebih dikenal dengan Communist
International atau Comintern (1919-1943). Sedangkan golongan penganut perubahan secara
perlahan-lahan tetap menjadi partai buruh atau partai sosialis yang berkeyakinan, “proses dan
prosedur pemilihan umum yang demokratis dapat menguntungkan per-juangannya dan bahwa
jalan parlemcnter dapat dimanfaatkan untuk sedikit hanyak mengubah masyarakat”. Paham
atau ideologi yang dianut partai buruh atau partai sosialis inilah yang disebut dengan
sosialisme demokrasi atau demokrasi sosial, sedangkan tatanan yang hendak mereka
perjuangkan disebut negara kesejahteraan atau negara kemakmuran.
Berbeda dengan perkembangan di Eropa daratan, gerakan sosialis di Inggris
menempuh jalan yang agak berbeda yang terutama disebabkan karena pengaruh agama
Kristen tentang cinta kasih, kerjasama dan persaudaraan. Salah satu gerakan sosialis yang
paling menonjol di Inggris adalah paham Sosialis Fabian (The Fabian Society). Gerakan
sosialis ini berdiri tahun 1884 dengan para pendiri awal: George Bernard Shaw, Sidney dan
4
Beatrice Webb, H.G. Wells clan Graham Wallas. Kekhasan sosialisme Fabian ini terletak
pada perjuangan secara bertahap melalui penyesuaian dengan tradisi politik Inggris yang
berdasarkan pada argumentasi logis, bukan pada aksi kekerasan sebagaimana yang
dianjurkan Marx. Sidney Webb, dalam bukunya Fabian Essays (1889), menyebutkan empat
syarat tercapainya masyarakat sosialis di Inggris khususnya. Pertama, perubahan harus
bersifat demokratis dan mengesankan pemecahan yang masuk akal bagi semua orang; kedua,
perubahan tersebut harus secara bertahap, sinambung dan konsisten; tujuan perubahan
tersebut harus sesuai dengan moralitas masyarakat; perubahan tersebut harus melalui
prosedur konstitusional dan dengan cara-cara damai.
Pertalian di antara demokrasi dan sosialisme adalah satu-satunya unsur yang paling
penting dalam pemikiran dan politik sosialis. Melihat pada sejarah sosialisme, dapatlah
segera diketahui bahwa gerakan-gerakan sosialis yang berhasil hanya tumbuh di negara-
negara yang mempunyai tradisitradisi demokrasi yang kuat, seperti Inggris, Skandinavia,
Belanda, Swis, Australia, Belgia, Selandia Barn dan (lebih akhir) di Israel. Sebab dari
kesejajaran ini adalah sederhana sekali. Dalam pemerintahan demokratis dan konstitusional
yang umumnya diterima, kaum sosialis dapat memusatkan per-hatian pada program khusus
mereka. Biarpun program itu kelihatannya terlalu luas, yakni menciptakan kesempatan yang
lebih banyak bagi kelas-kelas yang berkedudukan rendah; mengakhiri perbedaan yang
didasarkan atas kelahiran dan bukan atas jasa; membuka lapangan-lapangan pendidikan bagi
semua rakyat; menghapuskan praktik-praktik diskriminasi yang didasarkan atas jenis
kelamin, agama, suku bangsa atau kelas sosial; mengatur dan mereorganisasi ekonomi untuk
kepentingan seluruh masyarakat; mempertahankan “full employment”; memberikan jaminan
sosial yang cukup bagi mereka yang sakit, menganggur dan sudah tua; merencanakan
kembali kota-kota kecil dan kotakota besar; membongkar daerah-daerah perkampungan yang
padat dan membangun rumah-rumah baru; memberikan pemeliharaan kesehatan bagi setiap
orang tanpa melihat isi dompetnya; dan akhirnya, membangun kembali masyarakat atas dasar
kerja sama sebagai ganti persaingan, dorongan, dan keuntungan.
Semua tujuan sosialisme demokratis ini mempunyai persamaan dalam satu hal:
membuat demokrasi lebih nyata dengan jalan memperluas penggunaan prinsip-prinsip
demokrasi dari lapangan politik ke lapangan non-politik pada masyarakat.
Di antara dua dunia tirani, berdirilah suatu masyarakat egaliter dan demokratis,
masyarakat demokrasi sosial. Satu tirani, Stalinisme, untunglah telah ditendang oleh rakyat
5
Eropa Timur yang pemberani. Sayangnya, satu tirani lagi, kapitalisme erzat, masih berdiri
kokoh menghalangi kebebasan dan keadilan bagi masyarakat. Kapitalisme jenis ini nyaris
tidak ada hubungannya dengan ‘pasar bebas’, individualisme, dan kompetisi. Kapitalisme
keluarga ini didominasi dan dikontrol oleh lembaga-lembaga raksasa yang dimiliki dan
dijalankan hanya oleh segelintir orang dalam cara yang sangat tidak demokratis.
Sistem totaliter seperti yang kita rasakan pada masa Orde Baru, lebih mudah
ditumbangkan karena merupakan kekuasaan publik (pemerintah). Tirani kapitalisme erzat ini
lebih sulit digoyahkan karena merupakan kekuasaan privat, yang terus menerus
mengeksploitasi dan menyedot sektor-sektor besar penduduk. Seperti kita telah
menyungkurkan totalitarianisme publik, kita juga mesti bersiap menghadapi pertempuran
berikutnya melawan tirani privat yang memiliki diri kita.
Sayangnya, banyak anak muda tidak memahami persoalan-persoalan ekonomi dan
politik sederhana di mana para elit korporasi mengambil keuntungan dari diri kita dan telah
mengindoktrinasi penduduk. Karena itulah Yayasan Kantata Bangsa ini didedikasikan untuk
mengatasi kontrol pikiran kita oleh elit kapitalis erzat.
Oleh karena itu kita musti mengarahkan posisi kita pada tujuan baru demokrasi sosial,
yaitu meningkatkan inisiatif publik dan perusahaan-perusahaan publik untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat, khususnya pada bidang-bidang di mana kebutuhan tersebut belum
terpenuhi dengan baik oleh perusahaan privat.
Pada dekade awal abad 20, kaum sosialis menekankan pada kepemilikan publik atas
sarana-sarana dasar produksi dan distribusi beserta manajemen yang demokratis. Secara
khusus operasi dan kepemilikan publik terhadap pertambangan, perhubungan, perbankan dan
industri besar merupakan jalan agar masyarakat dapat terlyani dengan lebih baik. Jalan
menuju tujuan tersebut adalah dengan menggalang para pekerja dan menggunakan kotak
suara untuk mencapai tujuan mereka.
Pada pertengahan abad 20, sosialisme bertengkar sendiri karena Lenin, Stalin dan
Mao mengidentifikasikan kediktatoran dengan sosialisme. Masing-masing diktator
mendukung kepemilikan negara, tetapi tidak menyokong manajemen demokratis. Identifikasi
sosialisme dengan gerakan-gerakan yang tidak demokratis itu membuat banyak orang yang
6
progresif menoleh kembali pada ide-ide kepemilikan privat, tetapi dengan perundangan dan
hukum yang mengontrol kerakusan para pemilik privat.
Saat ini kaum Kanan Radikal punya fokus baru: privatisasi semua kegiatan publik.
Tema ini banyak dipromosikan oleh kaum Libertarian yang menganggap "pemerintah adalah
perampok"--suatu konsep khas para anarkis kanan dan kaum Bakuninis. Menurut mereka,
tiap fungsi pemerintahan harus diprivatisasi, yaitu dipindahtangankan kepada perusahaan-
perusahaan swasta agar bisa memperoleh keuntungan. Mulai dari listrik, air minum, surat izin
mengemudi, "otonomi" perguruan tinggi dan sekolah, bahkan kalau diperbolehkan penjara
pun hendak mereka swastakan. Anehnya, kaum Kanan Radikal ini pada titik tertentu berhenti
sepenuhnya menjadi anarkis dan malah menginginkan otoritas pemerintah pusat yang kuat,
khususnya untuk mengatur perilaku sosial, mengontrol kelahiran, ekspresi keagamaan dan
ideologi politik. Itulah benang merah yang menyatukan kelompok kanan Indonesia.
Pada titik inilah sosialis demokratis perlu masuk kembali ke arena, dengan
mendorong inisiatif publik dan perusahaan publik dalam bidang-bidang di mana motif
keuntungan privat telah terbukti gagal. Jadi misalnya, inisiatif publik diperlukan untuk
menyelamatkan lingkungan hidup. Inisiatif publik dan perusahaan publik diperlukan untuk
menyelamatkan sekolah dan pendidikan tinggi. Perusahaan publik diperlukan untuk
mempekerjakan orang-orang yang di dalam perusahaan pengejar laba tidak bakal mendapat
tempat. Jelas ada banyak pekerjaan publik yang diperlukan agar masyarakat tetap berfungsi
normal. Perusahaan publik diperlukan dalam transportasi publik. Inisiatif publik diperlukan
untuk mendukung seni dan penyiaran publik. Perusahaan publik sangat dibutuhkan untuk
membangun perumahan bagi kaum papa.
Dalam meningkatkan perusahaan dan inisiatif publik demi kebaikan bersama ini, kita
para sosialis demokrat akan bekerjasama dengan pihak-pihak lain yang punya tujuan sama,
meski landasan filosofisnya berbeda. Dengan aktivitas kita, kita dapat mendidik banyak
orang akan pentingnay gerakan sosialis demokrat.
Dalam proses meningkatkan inisiatif dan perusahaan publik itu, kita tidak bisa
mengabaikan perjuangan hak-hak sipil. Dan semua yang kita lakukan dalam wilayah publik
musti disenyawakan dengan semangat memperluas hak-hak sipil.
7
Dalam bahasa sederhana, jalan tengah yang kita ajukan sesungguhnya adalah sebuah
cita-cita negara demokratis yang bercirikan keadilan sosial. Karena itu pula kita lebih
memilih istilah Demokrasi Sosial (Social Democracy) alih-alih Sosial Demokratis (Social
Democratic) atau pun Sosialisme Demokratis (Democratic Socialism). Dengan kata lain, ini
adalah kirinya tengah (tengah yang ke kiri), daripada tengahnya kiri (kiri yang ke tengah);
karena kita masih mengambil beberapa dari sebelah kanan.
Meskipun kaum kiri banyak menyatakan bahwa demokrasi itu pada dasarnya lemah,
namun kelemahan itu sesungguhnuya sekaligus merupakan kekuatannya. Dan forum ini
merupakan kesempatan besar bagi kita untuk mengkaji terus-menerus demokrasi itu, karena
kecenderungan partai-partai Sosialis Demokrat di Eropa Barat (terutama Inggris) yang meski
meneriakkan devolusi kekuasaan di dalam retorikanya, namun kenyataan di dalam partainya
sendiri (New Labour) malah sedang terjadi sentralisasi.
Kita memang musti berterimakasih kepada Tony Blair karena telah mempopulerkan
ide-ide sosial demokrat yang bersama guru filosofinya Anthony Giddens dan sahabatnya
Peter Mandelson menasbihkannya sebagai "Jalan Ketiga". Akan tetapi kita juga musti
mencermati setiap langkah mereka yang lebih banyak melempar jargon-jargon baru kekiri-
kirian untuk memastikan kemenangan dalam pemilu berikutnya ketimbang langkah konkrit
keadilan sosial.
Tesis mereka pada dasarnya merupakan aksepsi dari tesis "Berakhirnya Sejarah" dari
Francis Fukuyama. Sebuah tesis yang pasti akan menyenangkan para pemilih di negara-
negara Barat, yang mengalami krisis idenitas setelah mendapat tantangan kuat secara
ekonomi dari Asia. Hal ini sangat gamblang terlihat dalam pidato Blair di depan Konferensi
Partai Buruh 1999, "Global finance and communications and media. Electronic commerce.
The internet. The scienceof genetics. Every year a new revolution scattering in its wake,
security and ways of living for millions of people. These are the forces of change driving the
future. The wait for no-one and no nation. The challenge is how. The answer is people."
Kalau politisi telah bermutasi menjadi teknokrat, maka, seperti Blair, ia hanya
mempertanyakan "bagaimana" dan bukan "mengapa". Akibatnya perkembangan ideologi
demokrasi sosial pun jadi mandeg. Pragmatisme Blair telah mengalihkan perhatian kita dari
persoalan inti demokrasi sosial, yaitu ketegangan antara liberalisme dan demokrasi: antara
8
hak-hak individual liberal dan kepedulian demokratis yang disertai tindakan kolektif dan
akuntabilitas publik.
Jalan Ketiga Blair jelas bukan hanya menghindari cap sosialis (karena nama buruk
sosialisme ala Stalin dan Mao), tetapi kebijakan mereka memang tak lagi bisa dikatakan
sebagai sosialis. Blair telah menganggap nasionalisasi gagal dan menghendaki efisiensi, maka
lengkaplah alasan Blair untuk meninggalkan tindakan kolektif demokrasi dan lebih
berlandaskan pada individualisme ala liberal. Apakah mengambil terlalu jauh di "kanan"
seperti ini masih bisa disebut sebagai Sosial Demokrat?
Peter Mandelson, karib Blair, menyatakan bahwa demokrasi perwakilan murni telah
berakhir. Ia lebih menyukai plebisit. Padahal, meski ada beberapa cacat, demokrasi
perwakilan jelas lebih baik daripada sekadar bentuk voting yang dapat dimanipulasi, bukan
untuk meningkatkan demokrasi itu sendiri, melainkan untuk merusak demokrasi. Sayangnya,
hanya Mandelson yang percaya bahwa demokrasi perwakilan telah berakhir.
"Jalan Ketiga" Blair banyak melahirkan kata ‘baru’, termasuk yang disebut-sebut
sebagai "New Democracy" dalam pertemuan Komite Eksekutif Nasional Partai Buruh pada
Oktober 1999. namun ini hanyalah retorika tentang demokrasi yang lebih besar di mana para
anggota regional diberi kekuasaan penyusunan kebijakan yang lebih besar lewat plebisit,
padahal kenyataannya dewan eksekutif tetap dominan. Ini bukti sekali lagi akan
"Amerikanisasi politik" di dalam tubuh sosial demokrat. Personalisasi persoalan-persoalan
politik ini jelas mengurangi peranan partai politik. Dengan demikian, plebisit pada dasarnya
tidak demokratis karena telah menjadi instrumen bagi manipulasi eksekutif daripada menjadi
alat kedaulatan rakyat. Plebisit ini malah memperlemah struktur partai dan menjadikan
pemimpin makin sentral.
Amerikanisasi makin menjadi-jadi berkat hubungan dekat Blair dan Clinton. Sistem
politik Amerika dan Inggris makin mirip. Kesamaan yang paling jelas dan banyak melahirkan
komentar adalah semakin kuatnya selera akan gaya kepemimpinan yang kuat-padahal Blair
dulu mencemooh Thatcher sebagai seorang ‘presiden’ daripada ‘perdana menteri’-yang tak
terhalang dari kendala-kendala politik. Sebuah selera yang jelas hanya untuk mengamankan
kemenangan pada tiap kali pemilu.
9
Sekali lagi, tesis Fukuyama tentang berakhirnya ideologi memang bisa mencandu.
Namun ingat, tanpa ide-ide yang mendorong perubahan, maka politik akan stagnan-dan tanpa
perdebatan kita juga tidak bisa menentukan pilihan. Kita harus mengikis ‘penyakit’ setiap
pemimpin-atau kelompok-kelompok yang merasa menjadi pemimpin atau yang bisa
mengendalikan pemimpin-yang akhirnya alergi pada perdebatan publik. Bagi mereka,
demokrasi bukanlah tentang perdebatan atau wacana publik, melainkan tentang bagaimana
menemukan cara-cara untuk melegitimasi, tanpa tantangan serius, terhadap keputusan yang
sudah diambil.
Kekuatan demokrasi sudah pernah ditaklukkan oleh pasar "bebas". Kini, dengan
kekuatan globalisasi dan kapitulasi pasar bebas, kesannya adalah negara bangsa akan
impoten. Jelas ini tidak perlu terjadi. Seperti yang dikatakan Lionel Jospin, seorang Demokrat
sosial dari Perancis, meski ia mendukung ekonomi pasar, tetapi ia tidak mendukung
"masyarakat pasar". Karena itu pemerintahan demokratis harus menentukan kecepatan
perubahan: bukan dengan perusahaan-perusahaan besar yang kepentingan dan prioritasnya
adalah meminimalkan upah. Kalau para politisi telah menjadi sekadar teknokrat dengan
mentalitas target, maka seperti yang dikatakan Profesor David Marquand pada suatu
konferensi Demokrasi Sosial, "Democracy is in danger of being tamed in favour of the
market."
3.PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI SOSIALIS
1. Keadilan
2. Kebebasan
3. Solidaritas
4. Keterlibatan luar negeri dalam pembuatan keputusan politik ada 2 pendekatan tentang
keterlibatan luar negeri yaitu:
Pendekatan elitis Pembuatan kebijakan umum namun menuntut adanya kualitas tanggapan
pihak penguasadan kaum elit, hal ini dapat kita lihat pada demokrasi perwakilan.
Pendekatan partisipaturi Pembuatan kebijakan umum yang menuntut adanya keterlibatan
yang lebih tinggi.
10
5. Persaman diantara Negara Tingkat persamaan yang ditunjukkan biasanya yaitu dibidang
politik, hukum, kesempatan, ekonomi, social dan hak.
6. Kebebasan atau kemerdekaan yang diakui dan dipakai oleh warga negara
7. Supremasi Hukum Penghormatan terhadap hukum harus dikedepankan baik oleh penguasa
maupun rakyat, tidak dapat kesewenang-wenangan yang biasa di lakukan atas nama hukum,
karena itu pemerintahan harus didasari oleh hukum yang berpihak pada keadilan
8. Pemilu Berkala Pemilihan umum, selain mekanisme sebagai menentukan komposisi
pemerintahan secara periodik, sesungguhnya merupakan sarana utama bagi partisipasi politik
individu yang hidup dalam masyarakat yang modern.
4.Visi Demokrasi Sosialis:
Kemerdekaan, Persamaan dan Solidaritas
Kaum sosialis demokrat percaya bahwa individualitas tiap manusia hanya dapat
dikembangkan dalam suatu masyarakat yang menganut nilai-nilai kemerdekaan, persamaan
dan solidaritas. Keyakinan ini tidak mengandung konsep mentah persamaan yang yakin
bahwa manusia sama dalam segala hal. Alih-alih, jika manusia hendak mengembangkan
kapasitas uniknya, kita musti memberi kesempatan dan respek yang sama yang tidak
diberikan oleh masyarakat kapitalis yang tak adil-di mana peluang hidup bayi yang lahir di
daerah kumuh berbeda dengan bayi yang lahir di wilayah makmur.
Komunitas demokratis yang meyakini nilai moral tiap warga, secara sosial akan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan kultural dan ekonomi yang penting bagi perkembangan
individualitas manusia, yaitu pendidikan yang layak, perawatan kesehatan, dll.
Untuk mencapai keragaman dan peluang ini kita harus merombak struktur dasar
tatanan sosio-ekonomi kita, suatu revolvere, memutar kembali menjadi tatanan yang lebih
baik. Nilai-nilai demokrasi hanya bisa dipenuhi jika tidak hanya negara yang dikontrol secara
demokratis tetapi juga perekonomian. Kita tidak bisa menerima konsep kapitalisme mengenai
hubungan ekonomi sebagai sesuatu yang "bebas dan privat" karena kontrak-kontrak tidak
dibuat di antara mereka yang setara secara ekonomis dan karena kontrak-kontrak itu
menaikkan struktur sosial yang memberikan kekuasaan secara tidak demokratis dari satu
11
pihak ke pihak lainnya. Hubungan ekonomi kapitalis itu jelas tidak demokratis karena warga
negara yang terlibat belum dibebaskan dari struktur lembaga-lembaga tersebut. Hubungan itu
pun tidak demokratis karena peran-peran sosial didistribusikan secara miring di dalam
struktur tersebut (misalnya hubungan antara pemilik modal dan buruh di tempat kerja atau
hubungan lelaki dan perempuan dalam membesarkan anak)
Kita juga tidak bermimpi bahwa semua kekuasaan dan hubungan kelembagaan akan
setara di bawah Demokrasi Sosial. Tetapi kita yakin bahwa kontur-kontur dasar masyarakat
harus dikonstruksi secara demokratis berdasarkan kemauan bebas tiap anggota masyarakat.
Visi Demokrasi Sosial tidak hanya bergantung pada tradisi sosialis. Visi Demokrasi
Sosial juga ditarik dari aspek-aspek demokratis Marxisme, sosialisme etis, feminisme dan
teori-teori lain yang mengkritik dominasi manusia. Visi Demokrasi Sosial juga tidak yakin
bahwa keberhasilan pencapaian nilai-nilai sosial sudah ditentukan oleh hukum sejarah.
Sejarah tidak berujung; pilihan bagi Demokrasi Sosial bersifat moral dan politis, dan
pemenuhan visinya tak pernah dijamin permanen.
5.TOKOH DEMOKRASI SOSIALIS
1. Vasos Lyssaridis, Pendiri gerakan sosial Demokrasi
2. Anggota sosialis International
3. Celement Attlee ( sering dilihat sebagai demokratis sosialis )
4. Jose Batlle y Ordonez
5. David Ben-Gurion
6. Zulfikar Ali Bhutto
7. Tommy Pouglass
8. Bob Hawks
9. Vitcor Adier
12
10. Frank P.Zeidler, Walikota Millwaukee, Wisconsin ( Terbesar Us Kota Untuk memiliki
walikota sosialis )
11. Etienne Kabet
12. Robert Owen
13. Albert Brisbane
6.KELEBIHAN SISTEM DEMOKRASI SOSIALIS
Rakyat mudah di kontrol, Diatur dan dikuasai Keadaan perekonomian rakyatnya
mayoritas sama, jadi tidak membeda-bedakan status sosial tiap orang E.KELEMAHAN
SISTEM DEMOKRASI SOSIALIS Rakyat sulit di kontrol,diatur dan di kuasai Keadaan
perekonomian rakyatnya mayoritas tidak sama, karena setiap individu sangat membeda-
bedakan status sosial tiap orang.
7.PAHAM YANG MEMPENGARUHI DEMOKRASI SOSIALIS
Sosialisme. Ideologi sosialis modern pada dasarnya merupakan resultante dari
Revolusi Perancis 1789 dan Revolusi Industri di Inggris-kata sosialis pertama kali muncul
dalam suatu jurnal Inggris pada 1827. Kedua peristiwa besar ini memantapkan pemerintahan
demokratis di Perancis dan kondisi yang mempermudah percepatan ekonomi di Inggris, juga
melahirkan konflik antara pemilik tanah dan kelas pekerja industri yang makin banyak. Kaum
sosialis sejak itu berusaha keras untuk menghapuskan atau paling tidak mengurangi konfilk
ini. Gerakan-gerakan sosialis pertama yakin akan kemungkinan perubahan bertahap dan
damai menuju suatu masyarakat sosialis dengan bereksperimen mendirikan komunitas-
komunitas kecil. Karenanya, di kemudian hari para penulis sosialis menyebut tokoh-tokoh
gerakan sosialis pertama itu sebagai kaum sosialis utopian.
Komunisme. Dengan terbitnya Manifesto Komunis pada 1848, ide-ide Marxis
berdampak kuat pada gerakan-gerakan sosialis Eropa. Pada paruh kedua abad ke-19, kaum
sosialis Eropa beraorganisasi ke dalam partai-partai politik yang mendapat dukungan pemilih
cukup besar. Mereka juga menjalin hubungan erat antarnegara, baik antara serikat pekerja
dan asosiasi kelas pekerja lainnya. Program jangka pendek mereka terutama bertujuan
meningkatkan hak suara, memperkenalkan manfaat kesejahteraan yang dibiayai negara bagi
13
rakyat kecil, memperoleh hak untuk mogok, dan memperbaiki kondisi kerja, khususnya
memperpendek jam kerja.
Fabianisme. Akan tetapi, ide-ide selain Marx pada saat itu juga sangat berpengaruh.
Seperti doktrin sosialis moderat Masyarakat Fabian di Inggris yang didirikan oleh Sidney
Webb dan termasuk para penulis pendukungnya seperti H.G. Wells dan George Bernard
Shaw. Kaum moderat ini berusaha mencapai sosialisme melalui jalur parlementer dan dengan
mempengaruhi kelas menengah. Fabianisme punya pendukung kuat di kalangan cendekiawan
penyokong individualisme utilitarian seperti Jeremy Bentham dan John Stuart Mill.
Fabianisme menjadi doktrin yang berusaha mencapai nilai-nilai kemerdekaan, demokrasi,
kemajuan ekonomi, dan keadilan sosial. Kaum Fabian percaya bahwa tujuan sosialisme akan
lebih mudah tercapai dengan bantuan kemajuan ilmu-ilmu sosial, khususnya ekonomi dan
sosiologi.
Social Democracy. Doktrin-doktrin Fabianisme secara kolektif dikenal juga sebagai
social democracy. Tidak seperti Marxisme, demokrasi sosial tidak menginginkan
penghapusan kepemilikan pribadi secara menyeluruh dan lenyapnya negara, melainkan
mendorong sosialisme lebih sebagai suatu bentuk masyarakat di mana kontrol demokrasi
sepenuhnya dijalankan terhadap kemakmuran, dan produksi akan dikontrol oleh sekelompok
paka yang bertanggung jawab yang bekerja atas kepentingan seluruh masyarakat. Pencapaian
sosialisme dipandang oleh kaum social democrats sebagai tujuan jangka panjang, hasil dari
proses evolusioner yang melibatkan efisiensi pertumbuhan ekonomi (teknologi maju,
organisasi berskala besar, perencanaan), pendidikan dalam tanggung jawab moral, dan
kesediaan menerima bersama suka maupun duka. Dengan demikian, sosialisme akan menjadi
pemenang dari akal sehat, hasil tak terelakkan liberalisme, perluasan demokrasi dari politik
sampai industri.
Social Democratic. Di Eropa Barat, meski banyak partai Marxis (seperti di Itali,
Perancis) dan pengaruh kuat Marxis di kalangan cendekiawan, namun sosialisme masih dan
tetap diwakili oleh gerakan-gerakan buruh dan sosial demokratis yang berbasis luas, yang
menikmati dukung aktif dari serikat-serikat pekerja. Dominasi kelompok reformis atas
kelompok revolusioner jelas disebabkan oleh stabilitas ekonomi dan contoh buruk
pemerintahan Marxisi di Eropa Timur.Partai-partai sosial demokratis di Swedia, Inggris,
Perancis dan Jerman cukup lama memerintah negaranya selama jaman pasca PD II melalui
cara-cara konstitusional, dengan sepenuhnya menerima prinsip-prinsip demokrasi liberal
14
parlementer. Semangat partai-partai Eropa Barat ini cenderung pragmatis dan toleran,
berusaha mencapai akomodasi daripada konfrontasi. Program-program mereka
menghapuskan doktrin-doktrin perang kelas, revolusi dan komunisme. Sebgai gantinya,
untuk meraih sosialisme mereka mendasarkan diri pada program pajak progresif, pembiayaan
defisit, nasionalisasi selektif, ekonomi campuran, dan program-program kesejahteraan seluas-
luasnya. Kesuksesan politik mereka banyak bergantung pada dukungan kelas menengah.
Meski kebanyakan partai sosialis demokratis ini belakangan mengakomodasi diri mereka
sendiri ke dalam reformasi "pasar bebas", namun mereka tetap yakin pada visi sosial
demokratis, yaitu suatu jalan tengah di antara dua ekstrim kapitalisme dan komunisme.
Democratic socialism. Istilah sosialism biasa dipakai untuk merujuk pada dua hal:
pertama, suatu ideologi--sekumpulan ide atau keyakinan yang komprehensif mengenai
kondisi masyarakat manusia dan bagaimana situasi masa depannya; kedua, pada suatu
keadaan masyarakat yang berdasar pada ideologi tersebut. Kaum sosialis selalu menyatakan
mendukung nilai-nilai persamaan, keadilan sosial, kerjasama, kebebasan individu, dan
kebahagiaan. Mereka umumnya berusaha mencapai nilai-nilai ini dengan mengabolisi
perekonomian privat dan menggantinya dengan "kepemilikan publik", suatu sistem sosial
atau kontrol negara terhadap produksi dan distribusi. Tidak seperti kaum komunis, metoda
transformasi yang dipakai kaum sosialis moderen umumnya mendukung ide perubahan
konstitusional secara bertahap.
8.PERBEDAAN ASAS DEMOKRASI SOSIALIS DAN KOMUNIS
Banyak aliran – aliran yang juga berdasarkan ilmu sosialis, aliran yang menentang
kapitalisme dan imperialisme, Tetapi aliran sosialis tidak begitu besar artinya di dalam
perjuangan kaum buruh untuk menuntut perbaikan nasibnya, maka kita hanya mengupas
sosial-demokrat dan komunis saja, kedua faham yang tidak asing lagi di dunia politik, Kedua
faham atau isme ini di dalam hakikatnya tidak mengandung perbedaan satu sama lain, karena
kedua isme ini berdiri di atas faham sosialisme atau lebih tegas lagi berdiri di atas faham
Marxisme. Sosialisme dan komunisme mengaku menjadi pengikut Marx. Fase-teori
mengajarkan bahwa masyarakat di jaman purbakala adalah Ur-komunis, artinya pergaulan
hidup manusia di jaman purbakala diatur menurut cara tidak ada raja-raja atau kelas-kelas.
Sesudah jaman ur-komunisme ini berlalalu, maka lahirlah jaman feodal. Sendi dasarnya
pergaulan hidup jadi feodalistis, yakni masyarakat terbagi dalam kelas raja,dan “hamba”.
15
Habis fase feodal ini tumbul fase kapitalisme. Mula-mula jaman voor-kapitalisme dan
kemudian jadi kapitalisme modren, liberalism, neo-liberal. Jaman kapitalisme ini menuju ke
fase-sosialisme. Fase-teori ini dianut oleh kaum sosial-demokrat dan juga oleh kaum
komunis. Kedua aliran yang besar ini mula-mula berjuang bersama-sama di bawah
“pimpinannya” Karl Marx.
Lalu timbul pertanyaan mengapa sosialisme yang bersendi atas marxisme terpecah
menjadi dua aliran yang menimbulkan faham – faham sendiri.
Pada tahun 1889 sampai tahun 1914 dua aliran yakni sosialis dan komunis diikat oleh
satu badan yang bernama Tweede-Internationale atau di dalam bahasa Indonesia
”Internasional-Kedua.” Tetapi dalam tahun 1914 persatuan partai kaum buruh ini terpecah
menjadi dua aliran yang satu memisahkan diri menjadi sosial-demokrat dan yang lain
menamakan dirinya kaum komunis. Perpecahan itu terjadi oleh karena kedua aliran ini tidak
bisa akur pendiriannya satu sama lain tentang mufakat atau tidaknya kaum proletar terutama
di negeri-negeri kapitalis turut menyokong peperangan dunia di tahun 1914. Kaum sosial-
demokrat suka menyokong peperangan dunia, tetapi kaum komunis sama sekali anti
peperangan. Kaum sosial-demokrat berpendapat bahwa kaum proletar harus turut menyokong
pemerintahan dalam negeri jika ada musuh menyerang negerinya.
Kaum komunis mendirikan Internasionale sendiri ialah: “Derde-Internasionale”
adalah Internasional-Ketiga di Moskow di bulan Maret 1919. Pemimpin-pemimpin terbesar
dari kaum komunis ialah Lenin, Trotsky dan Zinoview, mengajarkan bahwa pergaulan hidup
manusia tidak harus tumbuh sebagaimana sudah digambarkan di dalam teori-teorinya Karl-
Marx, tetapi pergaulan hidup dapat mengadakan fase-sprong, artinya bahwa masyarakat yang
masih berada di dalam fase feodal itu tidak harus melalui zaman kapitalisme lebih dulu untuk
menuju ke jaman sosialisme. Kaum sosial-demokrat membantah teori fase-sprong ini. Karena
menurut aliran sosial-demokrat fase-sprong ini disebutkan anti-Marxisme. Mereka
mengajarkan bahwa tiap-tiap pergaulan hidup itu harus tumbuh menurut alam. Karl Kautsky,
pemimpin sosial-demokrat berkata bahwa wet-evolusi—fase teori—yang digambarkan oleh
Marx itu harus tunduk. Sosial-demokrat berkata: “Marx bilang, bahwa masyarakat bergerak
melalui beberapa fase, yakni melalui beberapa tingkat. Dulu fase ur-komunisme, kemudian
fase feodal (ningrat-ningratan), kemudian fase kapitalisme-modren, kemudian fase
sosialisme. Tiap-tiap fase harus dilalui. Sesudah fase ur-komunis tidak boleh tidak tentu fase
16
feodal. Sesudah fase feodal tidak boleh tidak tentu fase voor-kapitalisme, dan begitu
seterusnya. masyarakat tidak bisa melompati suatu fase.
Perbedaan yang kedua ialah bahwa tiap-tiap orang menurut kaum sosial-demokrat
yang hidup di dalam suatu masyarakat adalah jadi anggota masyarakat dan oleh karena itu ia
berhak mengeluarkan pikirannya, kemauannya dan cita-citanya tentang cara-cara masyarakat
itu diatur. dengan kata lain pergaulan hidup itu harus diatur secara demokratis. Tetapi kaum
komunis mengajarkan bahwa demokrasi itu di dalam hakikatnya tidak memberi kemerdekaan
kepada Rakyat. Di dalam praktiknya, kata mereka, demokrasi itu tidak ada. Dan jika
demokrasi ini ada, kerakyatan itu tidaklah dapat memberi hak-hak kepada Rakyat untuk
mengatur pergaulan hidup. demokrasi itu adalah perkataan omong kosong belakang oleh
karena itu kaum komunis tidak mufakat dengan demokrasi tetapi mengajarkan bahwa
hanyalah “diktator-proletariat” saja (artinya bahwa hanya kaum proletar saja yang
mempunyai suara) yang dapat memberi kekuasaan hidup manusia bagi keselamatan
masyarakat. kaum komunis berkata Diktato-proletariat itu adalah suatu alat untuk
mendatangkan pergaulan hidup sosialis.
B.KESIMPULAN
Sosialisme ialah Paham yang bertujuan perubahan bentuk masyarakat dengan
menjadikan perangkat produksi menjadi miliki bersama dan pembagian hasil secara merata
disamping pembagian lahan kerja dan bahan konsumsi secara menyeluruh. Dapat pula kita
definisikan Sosialisme adalah sistem hidup yang menjamin hak asasi manusia, hak sama rata
(equality), demokrasi, kebebasan dan sekularisme. Jaminan ini akan mewujudkan keadilan
secara keseluruhan. Pada abad 20, kata “sosialisme” mendapat makna lebih luas. Sosialisme
terpecah menjadi Sosialisme Komunis dan Sosialisme Demokratis atau kini dikenal
Sosialisme Demokrat (Sosdem). Kedua paham yang ingin memperjuangkan keadilan sosial
lewat cita-cita demokrasi dan penghormatan terhadap hak asasi manusia (HAM). Maka
Sosdem sejak Perang Dunia II menjadi soko guru demokrasi Barat. Pada masa ini istilah
sosialisme digunakan untuk pembedaan dengan indvidualisme Dalam perkembangannya
hingga pertengahan abad ke-20, sosialisme memiliki beberapa cabang gagasan. Secara kasar
pembagian tersebut terdiri dari pertama adalah Sosialisme Demokrasi, kedua adalah
Marxisme Leninisme, Ketiga adalah anarkisme dan sindikalisme
17
Top Related