Disusun Oleh :
Nama : Hikmah Fajriyah
NIM : 111301630033
Semester 2
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKAJURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA2014
COGNITIVE PSYCHOLOGY
(PSIKOLOGI KOGNITIF)
1. LATAR BELAKANGPerkembangan teori psikologi memunculkan teori-teori belajar.
Salah satu diantara teori belajar yang terkenal adalah teori belajar
behaviorisme dengan tokohnya B.F. Skinner, Thorndike, Watson dan lain-
lain. Dikatakan bahwa, teori-teori belajar hasil eksperimen mereka secara
prinsipal bersifat behavioristik dalam arti lebih menekankan timbulnya
perilaku jasmaniah yang nyata dan dapat diukur.
Namun seiring dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu
pengetahuan, teori tersebut mempunyai beberapa kelemahan, yang
menuntut adanya pemikiran teori belajar yang baru. Dikatakan bahwa,
teori-teori behaviorisme itu bersifat otomatis-mekanis dalam
menghubungkan stimulus dan respon, sehingga terkesan seperti kinerja
mesin atau robot, padahal setiap manusia memiliki kemampuan
mengarahkan diri (self-direction) dan pengendalian diri (self control) yang
bersifat kognitif, dan karenanya ia bisa menolak respon jika ia tidak
menghendaki, misalnya karena lelah atau berlawanan dengan kata hati,
dan proses belajar manusia yang dianalogikan dengan perilaku hewan itu
sangat sulit diterima, mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik
dan psikis antara manusia dan hewan. Hal ini dapat diidentifikasi sebagai
kelemahan teori behaviorisme.
Dari kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam teori
behaviorisme dapat diambil suatu pertanyaan, “Upaya apa yang akan
dilakukan oleh para ahli psikologi pendidikan dalam mengatasi kelemahan
teori tersebut ?’’Realitas ini sangat penting untuk dibahas dalam makalah
ini.
Dalam rangka membahas realitas di atas, maka kami membuat
makalah ini berdasarka literature yang ada. Berdasarkan tulisan-tulisan
dalam berbagai literatur, ditemukan bahwa para ahli telah menemukan
teori baru tentang belajar yaitu teori belajar kognitif yang lebih mampu
meyakinkan dan menyumbangkan pemikiran besar demi perkembangan
dan kemajuan proses belajar sebagai lanjutan dari teori behaviorisme
tersebut.
2. TUJUAN PENULISANa. Siswa mampu memberikan definisi dari pengertian teori belajar
Kognitif (C1).
b. Siswa mampu mengaitkan teori-teori dari tokoh-tokoh teori belajar
Kognitif beserta contoh-contoh pemikirannya kedalam metode belajar
(A4).
c. Siswa mampu mempraktekan implikasikan teori belajar kognitif dalam
proses belajar mengajar (P3).
3. TEORIa. PENGERTIAN TEORI BELAJAR KOGNITIF
Teori ini lebih menekankan proses belajar daripada hasil
belajar. Bagi penganut aliran kognitivistik belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Lebih dari itu
belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri
seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah,
tapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, menyeluruh.
Menurut psikologi kognitif, belajar dipandang sebagai suatu
usaha untuk mengerti sesuatu. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh
siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari
informasi, memecahkan masala, mencermati lingkungan,
mempraktikan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Para
psikolog kognitif berkeyakinan bahwa pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya sangat menentukan keberhasilan mempelajari
informasi/pengetahuan yang baru (Siregar & Nara, 2010).
Teori belajar kognitif memfokuskan perhatiannya kepada
bagaimana dapat mengembangkan fungsi kognitif individu agar
mereka dapat belajar dengan maksimal. Faktor kognitif bagi teori
belajar kognitif merupakan factor utama yang perlu dikembangkan
olek para guru dalam pembelajaran peserta didik, karena kemampuan
belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh sejauh mana fungsi
kognitif peserta didik dapat berkembang secara maksimal dan optimal
melalui proses pendidikan.
Dengan demikian, para ahli teori belajar kognitif
berkesimpulan bahwa salah satu factor utama yang mempengaruhi
keberhasilan proses pembelajaran di kelasialah factor kognitif yang
dimiliki oleh peserta didik. Factor kognitif merupakan jendela bagi
masuknya berbagai pengetahuan yang diperoleh peserta didik melalui
kegiatan belajar mendiri maupun belajar kelompok (Nadir & dkk,
2009).
Ketika kami mengatakan bahwa psikologi kognitif adalah ilmu
mengenai pemrosesan informasi, yang kami maksudkan adalah bahwa
psikologi kognitif berkutat dengan cara kita memperoleh dan
memproses informasi mengenai dunia, cara informasi tersebut
disimpan dan diproses oleh otak, cara kita menyelesaikan masalah,
berfikir dan menyusun bahasa, dan bagaimana proses-proses ini
ditampilkan dalam perilaku yang dapat diamati.
Psikologi kognitif mencakup keseluruh proses psikologis – dari
sensasi ke persepsi, pengenalan pola, atensi, kesadaran, belajar,
memori, formasi konsep, berpikir, imajinasi, bahasa, kecerdasan,
emosi, dan bagaimana keseluruhan hal tersebut berubah sepanjang
hidup (terkait perkembangan manusia) – dan bersilangan dengan
berbagai bidang perilaku yang beragam (Solso & dkk, 2007).
b. NAMA TOKOH-TOKOH PENDUKUNG Robert M Gagne
http://en.wikipedia.org/wiki/Robert_M._Gagné
Robert Mills Gagne (21 Agustus 1916 - 28 April 2002) adalah
seorang Amerika psikolog pendidikan paling dikenal karena "
Kondisi Learning ". Gagne merintis ilmu instruksi selama Perang
Dunia II ketika ia bekerja dengan pilot pelatihan Army Air Corps.
Dia melanjutkan untuk mengembangkan serangkaian penelitian
dan karya yang sederhana dan menjelaskan apa yang dia dan orang
lain diyakini 'instruksi yang baik.' Gagne juga terlibat dalam
menerapkan konsep teori instruksional untuk desain berbasis
komputer pelatihan dan multimedia pembelajaran berbasis rujukan.
Karya Gagne kadang-kadang diringkas sebagai asumsi Gagne.
Asumsinya adalah bahwa berbagai jenis belajar ada, dan bahwa
kondisi pembelajaran yang berbeda yang paling mungkin untuk
membawa tentang tipe-tipe belajar yang berbeda.
Jean Piaget
Jean Piaget - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
http://id.wikipedia.org/wiki/Jean_Piaget
Jean Piaget [ʒɑI pjaˈʒɛ] (lahir di Neuchâtel, Swiss, 9 Agustus
1896 – meninggal 16 September 1980 pada umur 84 tahun) adalah
seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss, yang
terkenal karena hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori
perkembangan kognitifnya. Menurut Ernst von Glasersfeld, Jean
Piaget adalah juga "perintis besar dalam teori konstruktivis tentang
pengetahuan"[1]. Karya Piaget pun banyak dikutip dalam
pembahasan mengenai psikologi kognitif.
Ausubel
http://en.wikipedia.org/wiki/David_Ausubel
David Paul Ausubel (1918-2008) adalah seorang psikolog Amerika
yang lahir di New York. Nya kontribusi paling signifikan untuk
bidang psikologi pendidikan , ilmu kognitif, dan belajar ilmu
pendidikan adalah pada pengembangan dan penelitian tentang
penyelenggara muka sejak tahun 1960.
Bruner
http://en.wikipedia.org/wiki/Jerome_Bruner
Jerome Seymour Bruner (lahir 1 Oktober 1915) adalah psikolog
yang telah memberikan kontribusi signifikan terhadap manusia
psikologi kognitif dan kognitif teori belajar dalam psikologi
pendidikan , serta sejarah dan umum filsafat pendidikan . Bruner
saat ini seorang peneliti senior di New York University School of
Law . Dia menerima gelar BA pada tahun 1937 dari Duke
University dan Ph.D. dari Universitas Harvard pada tahun 1941.
c. POKOK-POKOK TEORI Robert M Gagne
Salah seorang yang belajar dari psikologi kognitif adalah teori
pemrosesan informasi (Information Processing Theory) yang
dikemukakan Gagne. Menurut teori ini, belajar dipandang sebagai
proses pengolahan informasi dalam otak manusia. Sedangkan
pengolahan otak manusia sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Receptor (alat-alat indera) menerima rangsangan dari
lingkungan dan mengubahnya menjadi rangsangan neural,
memberikan simbol-simbol informasi yang diterimanya dan
kemudian diteruskan kepada.
b. Sensory register (penampungan kesan-kesan sensoris) yang
terdapat pada syaraf pusat, fungsinya menampung kesan-kesan
sensoris dan mengadakan seleksi, sehingga terbentuk suatu
kebetulan perseptual (persepsi selektif). Informasi-informasi
yang masuk, sebagian hilang dari system.
c. Short-term memory (memori jangka pendek) menampung hasil
pengolahan perseptual dan menyimpannya. Informasi tertentu
disimpan lebih lama dan diolah untuk menentukan maknanya.
Memori jangka pendek dikenal juga dengan memori kerja
(working memory), kapasitasnya sangat terbatas, waktu
penyimpanannya juga pendek. Informasi dalam memori ini
dapat ditransformasi dalam bentuk kode-kode dan selanjutnya
diteruskan ke memori jangka pendek.
d. Long-term memory (memori jangka panjang), menampung
hasil pengolahan yang ada di memori jangka pendek. Informasi
disimpan dalam jangka panjang dan bertahan lama, siap untuk
dipakai bila diperlukan. Saat transformasi informasi, informasi-
informasi baru terintegrasi dengan informasi-informasi lama
yang sudanh tersimpan. Pengeluaran kembali atttas informasi-
informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang adalah
dengan pemanggilan. Ada dua cara pemanggilan (1) informasi
mengalir dari memori jangka panjang ke memori jangka
pendek dan kemudian ke response generator; (2) informasi
mengalir langsung dari memori jangka panjang ke response
generator selama pemanggilan (respons otomatis).
e. Response Generator (pencipta respon), menampung informasi
yang tersimpan dalam memori jangka panjang
danmengubahnya menjadi reaksi jawaban.
Menurut psikologi kognitif, reinforcement sangat penting juga
dalam belajar, meskipun alasan yang dikemukakan berbeda dengan
psikologi behavioristik. Menurut psikologi behavioristik,
reinforcement berfungsi sebagai penguat respons atau tingkah laku,
sementara menurut psikologi kognitif berfungsi sebagai balikan
(feedback), mengurangi keragu-raguan hingga mengarah kepada
pemahaman.
Jean Piaget
Menurut Piaget, proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga
tahapan, yakni asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi
(penyeimbangan). Asimilasi adalah proses pengintegrasian
informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada. Akomodasi
adalah proses penyesuainan struktur kognitif ke dalam situasi yang
baru. Sedangkan equilibrasi adalah penyesuaian kesinambungan
antara asimilasi dan akomodasi.
Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui
siswa. Dalam konteks ini, terdapat empat tahap, yaitu tahap
sensorimotor (anak usia 1,5 – 2 thn), tahap praoperasional (2 -8
thn), dan tahap operasional konkret (usia 7/8 tahun sampai 12/14
tahun), dan tahap operasional formal (14 tahun atau lebih). Secara
umum, semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin
teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya.
Tahapan Usia Gambaran
Sensorimotor Lahir – 2
tahun
Bayi bergerak dari tindakan
reflek instingtif pada saat
lahir sampai permulaan
pemikiran simbolis. Bayi
membangun suatu
pemahaman tentang dunia
melalui pengoorgadinasian
pengalaman-pengalaman
sensor dengan tindakan
fisik
Praoperational 2 – 6/7
tahun
Anak mulai
merepresentasikan
dunia denan kata-kata
dan gambar-gambar.
Oprasional
Konkret
6/7 – 11/12
tahun
Pada saat ini anak dapat
berpikir secara logis
mengenai peristiwa-
peristiwa yang konkret
Oprasional
Formal
11/12 s/d
dewasa
Anak remaja berpikir
dengan cara yang lebih
abstrak dan logis.
Pemikiran lebih
idealistik
(Ormrod, 2009)
Ausubel
Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika isi
pelajaran (instructional content) sebelumnya didefinisikan dan
kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa
(advance organizers).
Advance organizers adalah konsep atau informasi umum yang
mewadahi semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa.
Advance organizers dapat memberikan tiga macam manfaat; (1)
menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan
dipelajari, (2) berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan
antara yang sedang dipelajari dan yang akan dipelajari, (3) dapat
membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih
mudah. Untuk itu, pengetahuan guru terhadap isi pembelajaran
harus sangat baik, dengan demikian ia akan mampu menemukan
informasi yang sangat abstrak, umum dan inklusif yang mewadahi
apa yang akan diajarkan.
Bruner
Burner mengusulkan teori yang disebutnya free discovery
learning. Teori ini menjelaskan proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru member kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori,
definisi, dan sebagainya) melalui contoh-ccontoh yang
menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya.
Siswa dibimbing secara induktif untuk mengetahui kebenaran
umum. Keuntungan “belajar menemukan” adalah sebagai berikut.
a. Menimbulkan rasa ingin tahu siswa, dapat memotifasi untuk
menemukan jawaban-jawaban.
b. Menimbulkan keterampilan memecahkan masalah secara
mandiri dan mengharuskan siswa untuk menganalisa dan
memanipulasi informasi.
Teori-teori kognitif ini juga sarat akan kritik, terutama teori
kognitif Piaget, karena sulit dipraktikan khususnya di tingkat-
tingkat lanjut. Selain itu beberapa konsep tertentu, seperti
intelegensi, belajar atau pengetahuan yang mendasari teori ini
sukar dipahami dan pemahaman itu sendiri pun masih belum tuntas
(Siregar & Nara, 2010).
4. ANALISIS TEORISecara umum menurut teori kognitif belajar adalah proses yang
menekankan pada proses membangun ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan berbagai aspek yang bersifat intelektualitas. Teori kognitif sering disebut sebagai model perseptual, yakni proses untuk
membangun atau membimbing siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu obyek.
Teori kognitif merupakan suatu teori pembelajaran yang mengarah pada kualitas intelektual peserta didik. Kognitif menyangkut pada kemampuan sesorang untuk mengembangkan kemampuan rasional/ akalnya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif sesorang merupakan proses yang bersifat genetik, bertambahnya umur seseorang mengakibatkan susunan sel-sel saraf semakin kompleks dan meningkatkan kemampuannya khususnya dalam bidang intelektual. Brunner mengemukakan bahwa suatu pembelajaran dipengaruhi oleh dinamika perkembangan realitas di sekitar kehidupan siswa. Dalam pembelajaran guru memberikan ruang gerak yang bebas kepada siswa untuk menemukan konsep atau pemahaman melalui contoh-contohyang ia alami atau jumpai dalam kehidupannya. Brunner berpendapat, perkembangan kognitif dapat dilakukan dengan cara mengajar dari hal yang sederhana ke yang lebih rumit/ luas.
Dalam proses belajar teori ini sangat berpengaruh pada kemajuan intelektual peserta didik. Kecerdasan peserta didik perlu dimulai dengan adanya pembentukan kualitas intelektual, sehingga dalam proses pembelajaran perlu diberikan ruang yang bebas bagi siswa untuk mngembangkan kualitas intelektualnya.
Sekolah-sekolah yang menggunakan teori kognitif menekankan pada aspek-aspek yang bersifat intelektualitas. Oleh karena itu, lulusan hanya kaya akan intelektual, tetapi kurang dalam hal moral. Seharusnya pembelajaran dapat menyeimbangkan antara peran kognisi dan afeksi, sehingga lulusan memiliki keseimbangan antara aspek intelektual dan moral. Dalam proses belajar teori ini sangat berpengaruh pada kemajuan intelektual peserta didik. Kecerdasan peserta didik perlu dimulai dengan adanya pembentukan kualitas intelektual, sehingga dalam proses pembelajaran perlu diberikan ruang yang bebas bagi siswa untuk mngembangkan kualitas intelektualnya.
5. KRETIVITAS DAN INOVASIa. Ayat Al-Qur’an
Allah dalam Q.S An-Nahl ayat 78 :
�م�ون� �ع�ل �م� ال� ت �ك م�ه�ات� �ط�ون� أ �م� م�ن� ب ج�ك �خ�ر� �ه� أ و�الل
�د�ة� �ف�ئ و�األ� �ص�ار� �ب م�ع� و�األ� �م� الس� �ك )ا و�ج�ع�ل� ل �ئ ي ش�ون� �ر� ك �ش� �م� ت �ك �ع�ل ل
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan daya nalar agar kamu bersyukur”.
Kata Af-idah dalam ayat ini menurut seorang pakar tafsir Al Quran Dr Quraissy Shihab (1992) berarti daya nalar, yaitu potensi atau kemampuan berfikir logis atau kata lain “akal”. Dalam Ibnu Katsir juz 11 halaman 580 Af-idah berarti akal yang menurut sebagian orang tempatnya dijantung (Qalbu). Sedangkan sebagian lainya menyatakan bahwa Af-idah itu terdapat dalam otak (dimagh).
b. Hadist
Hadits Nabi Artinya : “Carilah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat”.
Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep, suatu idea, gagasan pokok islam dalam konsep ini ialah bahwa belajar itu tidak hanya berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan formal seseorang masih dapat memperoleh pengetahuan kalau ia mau, setelah ia selesai mengikuti pendidikan di suatu lembaga pendidikan formal. Ditekankan pula bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Bedasarkan idea tersebut konsepbelajar sepanjang hayat sering pula dikatakan sebagai belajan berkesinambungan (continuing learning). Dengan terus menerus belajar, seseorang tidak akan ketinggalan zaman dan dapat memperbaharui pengetahuannya, terutama bagi mereka yang sudah berusia lanjut. Dengan pengetahuan yang selalu diperbaharui ini, mereka tidak akan terasing dari generasi muda, mereka tidak akan menjadi snile atau pikun secara dini, dan tetap dapat memberikan sumbangannya bagi kehidupan di lingkungannya
c. Gambar
Gambar : Area-area penelitian utama dalam psikologi kognitif.
teori pemrosesan informasi (Information Processing Theory)
http://tdixonblog.wordpress.com
6. APLIKASI TEORI BERDASARKAN TEORI BELAJAR
PSIKOLOGI KOGNITIF
LATIHAN PEMBUATAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERDASARKAN TEORI PSIKOLOGI
KOGNITIF
Biodata SiswaNama : Fadhlan RamadhanTempat Tanggal Lahir: Jakarta, 24 Desember 2000Umur : 13 tahunBerat Badan : 50 KgTinggi Badan : 150 Cm
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMP
Kelas / Semester : VII (tujuh)/Semester 1
Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Alokasi waktu : 2 X 40’
Standar Kompetensi : 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan.
Kompetensi Dasar : 1.3 Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan Pembelajaran :
Perkembangan Psikomotorik1.Siswa mampu mempraktekan cara menentukan besaran panjang suatu
benda dengan menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup (P3).
Alasan : Berdasarkan Teori Psikomotorik bahwa peserta didik dapat dikategorikan sebagai masa remaja. Pada masa ini anak tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya. Jadi berdasarkan karakteristik tersebut setelah kegiatan belajar mengajar siswa mampu mempraktekan segala sesuatu yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.
Perkembangan Kognitif2. Siswa mampu menerangkan cara menentukan besaran massa suatu
benda dengan menggunakan neraca Ohaus dan neraca elektronik (C2).Alasan :
Berdasarkan Teori Perkembangan Kognitif Piaget, bahwa siswa dikategorikan pada periode operasional formal. Tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara
logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Jadi setelah proses belajar dilakukan maka siswa mampu menerangkan kembali materi yang diterangkan oleh pendidik
Perkembangan Afektif3. Siswa mampu mengaitkan alat-alat laboratorium yang lain beserta
fungsinya (A4).Alasan :
Menurut Bloom (1956) aspek afektif dibagi menjadi lebih rinci lagi
ke dalam lima jenjang, yaitu:
1. Penerimaan
2. Menanggapi atau partisipasi
3. Penilaian atau penentuan sikap.
4. Pengaturan atau pengorganisasian
Kata mengaitkan adalah salah satu kata kerja oprasional yang terdapat pada
kategori pengaturan atau pengorganisasian. Artinya segala sesuatu yang dapat
diatur dalam pikiran-pikiran berdasarkan materi yang bersifat objektif.
Mengaitkan disini berarti menangkap relasi nilai materi pelajaran yang telah
diajarkan, sehingga diharapkan siswa mengerti kaitan materi-materi yang
telah disampaikan.
5. Pembentukan pola
Perkembangan Konsep Diri dan Emosi4. Siswa mampu menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan dalam mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan.
Alasan : Upaya mengembangkan emosi remaja dan implikasinya bagi pendidik dengan menggunakan interverensi yang dikemukakan oleh W.T. Grant Consortium tentang unsur-unsur aktif program pencegahan, yaitu :1. Pengembangan keterampilan emosional2. Perkembangan keterampilan kognitif
Salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan kognitif individu adalah belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan.3. Perkembangan keterampilan prilakuDiharapkan siswa mampu mengonsep diri dan emosi dari pelajaran yang diberikan dengan baik.
Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap5. Siswa mampu mengaspirasikan pendapatnya dalam mempelajari benda-
benda alam dengan menggunakan peralatan.Alasan :
Pada masa usia 11-13 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk tentang norma-norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku dilingkungannya menjadi bertambah dan juga menjadi fleksibel,tidak sekaku saat di usia anak-anak awal. Mereka mulai memahami bahwa penilaian baik buruk atau aturan-aturan dapat diubah tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut. Sehingga diharapkan siswa dapat mengapresiasikan pendapatnya secara baik dan benar setelah pembelajaran.
Perkembangan Kreativitas6. Siswa mampu menciptakan alat-alat sederhana yang menyerupai alat-
alat ukur alboraturium untuk mempelajari benda-benda alam.Alasan :
Berdasarkan Teori Eksistensial (Teori Kreativitas), diketahui bahwa kreativitas yaitu proses melahirkan sesuatu yang baru dari hasil perjumpaan baik manusia dengan manusia maupun manusia dengan alam. Dengan menciptakan alat sederhana yang ada diidupan sehari-hari, diharapkan peserta didik dapat berkreasi dengan imajinasinya.
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline )Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Ketelitian ( carefulness)
Materi Pembelajaran : Pengukuran
Metode Pembelajaran : Model:
- Direct Instruction (DI)
- Cooperative Learning
Metode:
- Diskusi kelompok
- Eksperimen
Langkah-langkah Kegiatan
PERTEMUAN PERTAMA
a. Kegiatan Pendahuluan
Motivasi dan apersepsi
- Bagaimana cara menggunakan alat ukur sederhana?
- Bagaimana mendapatkan hasil pengukuran yang tepat?
- Prasyarat pengetahuan
- Apakah Satuan Internasional (SI) dari besaran panjang, massa dan waktu?
- Bagaimana mengkonversi satuan dari hasil pengukuran ke dalam Satuan Internasional (SI) ?
Pra eksperimen
- Berhati-hatilah menggunakan peralatan yang digunakan dalam pengukuran.
b. Kegiatan Inti.
EksplorasiDalam kegiatan eksplorasi, guru:
Mengetahui cara menentukan besaran panjang suatu benda dengan menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup.
Mengetahui cara menentukan besaran massa suatu benda dengan menggunakan neraca Ohaus dan neraca elektronik.
Mengetahui cara menentukan besaran waktu dengan menggunakan stopwatch.
Mengetahui cara menentukan volume benda padat yang bentuknya teratur dan tidak teratur.
Mengetahui alat-alat laboratorium yang lain beserta fungsinya melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
ElaborasiDalam kegiatan elaborasi, guru:
Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil mistar,
jangka sorong dan mikro-meter sekrup. Guru mempresentasikan bagian-bagian mistar, jangka sorong dan
mikrometer sekrup dan menunjukkannya kepada peserta didik. Guru meminta salah satu peserta didik untuk melakukan hal yang
sama seperti yang ditunjukkan oleh guru, jika ada kesalahan langsung diberi umpan balik.
Guru mendemonstrasikan langkah-langkah penggunaan alat ukur, pengukuran suatu objek, cara membaca skala, menentukan nilai dan membandingkan tingkat ketelitian dari hasil pengukuran dengan menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup.
Guru juga melakukan hal yang sama terhadap alat ukur neraca Ohaus, neraca elektronik dan stopwatch.
Peserta didik mengerjakan lembar kerja yang sudah disiapkan oleh guru.
Guru memeriksa kegiatan pengukuran yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar: berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
membantu menyelesaikan masalah;
memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif.
c. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
Guru memberikan penghargaan pada kelompok dengan kinerja baik. Peserta didik (dibimbing oleh guru) merangkum kegiatan yang telah
dilaksanakan. . Uji kompetensi lisan: Sebutkan bagian-bagian dari jangka sorong, mikrometer sekrup
dan neraca Ohaus. Sebutkan tingkat ketelitian dari hasil pengukuran dengan
menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup.
Sumber Belajar
a. Buku IPA Terpadu
b. Buku kerja
c. Alat-alat ukur
Penilaian Hasil Belajar
Indikator Pencapaian Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Instrumen/ Soal
Mengukur besaran fisika secara baik dan benar dengan meng-gunakan alat ukur
Memperhatikan dan menerapkan keselamatan kerja
Tes tertulis Tes uraian Sebutkan lima macam alat laboratorium
beserta fungsinya
dalam pengu-kuran.
Contoh Instrumen:
- Instrumen eksperimen
Menentukan volume benda padat yang bentuknya tidak teratur dengan menggunakan gelas ukur.
Benda Volume air Volume benda + air Volume benda
Benda 1
Benda 2
Benda 3
EvaluasiCara Mengatasi Lupa dan Jenuh dalam Belajar
Kiat mengurangi lupa
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa, diantaranya :
1. Overlearning (belajar lebih) yaitu belajar dengan melebihi batas penguasaan atas materi pelajaran tertentu. Upaya ini dapat dilakukan dengan belajar lebih dari pada kebiasaan-kebiasaan yang berklaku sehingga dapat memperkuat penyimpanan terhadap materi pelajaran yang dipelajari.
2. Extra study time (tambahan jam pelajaran) yaitu upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekrapan) aktifitas belajar. Sehingga dapat memperkuat terhadap materi yang dipelajari.
3. Mnemonic device (muslihat memori) yaitu upaya yang dijadikan alat pengait mental untuk mamasukkan item-item informasi kedalam sistem akal siswa. Macam-macam memonic device :
a. Rima (Rhyme) yakni sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri dari atas kata dan istilah. Sajak ini akan lebih baik pengaruhnya jika diberi not-not sehingga dapat dinyanyikan.
b. Singkatan yakni terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah. Misalnya untuk menghafal bacaan idgham bighunnah dalam ilmu tajwid dengan menggunakan singkatan ”yanmu”.
c. Sistem kata pasak (peg word system) yakni sejenis teknik mnemonik yang menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak (paku) pengait memori baru yang dibentuk berpasangan seperti panas api.
d. Metode losai (method of loci) yaitu kiat mnemonik yang menggunakan tempat-tempat khusus dan terkenal sebagai sarana penempatan kota dan istilah tertentu. Misalnya nama ibu kota Amerika Serikat untuk mengingat nama presiden pertama negara itu (Gerorge washington)
4. Mengelompokkan kata / istilah tertentu dalam susunan yang logis.
5. Jembatan logika yaitu suatu siasat untuk menyerap, mengolah dan menyiapan informasi penting berupa pokok dalam penggalian informasi yang telah tersimpan dalam memori. Teknik ini berbentuk skema atau bagan yang dibentuk sedemikian rupa berdasarkan pokok pikiran dari suatu gagasan.
Cara-cara mengatasi jenuh belajarAda beberapa cara untuk menanggulangi jenuh belajar yaitu: 1. Istirahat dan mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak.2. Menjadwal dengan baik proses belajarnya.3. Menata kembali lingkungan belajarnya meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa merasa berada di sebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar.4. Memberi stimulasi baru dan motivasi agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat dari pada sebelumnya.5. Membuat kegiatan yang menimbulkan keaktifan siswa dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.
Teori Bakat Multiple Intellegence
Dalam pengevaluasian kegiatan belajar atau hasil belajar siswa, hendaknya guru memerhatikan aspek-aspek psikologis siswa,seperti yang ada dalam Teori Intelegensi (kecerdasan), meliputi 8 jenis kecerdasan yang terdiri dari kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan visual spasial, kecerdasan gerak tubuh, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.
Penilaian dapatdilakukan dengan melihat kecerdasan bahasa, logika, ketuhanan, keaktifan.
Dalam hal ini peserta didik yang saya ajar memiliki teori bakat kecerdasan linguistic , karena siswa dapat menghapal teori-teori yang di berikan.
Mengetahui,Kepala SMP/MTs ……………
(__________________________)NIP/NIK :
…..,…………………… 20 …….Guru Mapel Ilmu Pengetahuan Alam
(_______________________)NIP/NIK :
SUMBER
Nadir, & dkk. (2009). Paket 1-7 PSIKOLOGI BELAJAR Edisi Pertama. Surabaya: Amanah Pustaka.
Ormrod, J. E. (2009). EDISI KEENAM Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Siregar, E., & Nara, h. (2010). TEORI BELAJAR dan PEMBELAJARAN. Bogor: Ghalia Indonesia.
Solso, R. L., & dkk. (2007). PSIKOLOGI KOGNITIF Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=203:kognitif&catid=42:widyaiswara&Itemid=203 . Diakses pada tanggal 29 Juni 2014.
Top Related