OPTIMASI FORMULA KRIM ANTI AGEING
EKSTRAK ETIL ASETAT ISOFLAVON TEMPE
dengan CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN :
APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Felicia Satya Christania
NIM : 068114028
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
OPTIMASI FORMULA KRIM ANTI AGEING
EKSTRAK ETIL ASETAT ISOFLAVON TEMPE
dengan CETYL ALCOHOL dan HUMEKTAN GLISERIN :
APLIKASI DESAIN FAKTORIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Felicia Satya Christania
NIM : 068114028
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
iii
iv
v
Membiarkan berlalu “si pengatur”
Lebih menyadari saat ini dan terbuka terhadap ketidakpastian masa depan,
Membebaskan kita dari penjara rasa takut
Hal ini akan membuat kita dapat menjawab tantangan kehidupan dengan kebijaksanaan kita sendiri
yang unik
Dan menyelamatkan diri kita dari situasi yang tidak menyenangkan
-Ajahn Brahm-
Karya sederhana ini ku persembahkan kepada :
Bapa tercinta di Surga
Mama terkasih
Papi terhebat
Dek Tika tercinta
Malaikat kecilku
Almamaterku
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Felicia Satya Christania
Nomor Mahasiswa : 068114028
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
OPTIMASI FORMULA KRIM ANTI-AGEING EKSTRAK ETIL ASETAT
ISOFLAVON TEMPE DENGAN CETYL ALCOHOL DAN HUMEKTAN
GLISERIN APLIKASI : DESAIN FAKTORIAL
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta izin dari saya
maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saua
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal : 4 Januari 2010
viii
PRAKATA
Puji syukur kepada Bapa atas berkat, rahmat, kasih dan penyertaanNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripis berjudul “Optimasi Formula Krim
Anti-Ageing Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Tempe dengan Cetyl Alcohol dan
Humektan Gliserin : Aplikasi Desain Faktorial” sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) pada Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis selama perkuliahan, penelitian, dan penyusunan skripsi ini telah
banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, nasihat,
pengarahan, dorongan, saran, dan kritikan. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Sanat Dharma
Yogyakarta.
2. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt selaku dosen pembimbing atas segala kritik,
masukan, diskusi, dan keakraban yang boleh penulis rasakan bersama ibu
selama penelitian proyek payung dan penyusunan skripsi.
3. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt selaku dosen penguji atas bimbingan,
saran, kritik, dan pengarahannya selama penyusunan skripsi ini.
4. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt selaku dosen penguji atas bimbingan,
saran, kritik, dan pengarahannya selama penyusunan skripsi ini.
5. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku kepala laboratorium atas kesediaan
dan kepercayaannya untuk penggunaan sarana laboratorium.
ix
6. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt, terima kasih untuk saran, kritik, dan
bimbingannya selama penyusunan proposal.
7. Segenap laboran dan karyawan, Pak Musrifin, Mas Wagiran, Mas Sigit,
Mas Bimo, Mas Otok, Mas Agung, Pak Timbul, dan Pak Yuwono, atas
bantuan dan kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian.
8. Mama, Papi, kalian orang tua terhebat untukku, terima kasih untuk cinta,
doa, kesabaran, teguran, dukungan, dan kesetiaan yang tidak pernah habis.
9. Adek Tika tercinta, yang selalu menemaniku setiap kali lembur, terima
kasih untuk teguran yang penuh kasih sayang, cinta, doa, perhatian, dan
dukungan.
10. Galih dan Jelly, sebagai bagian dari kebersamaan dengan adek tercinta,
terimakasih untuk dukungan yang selalu diberikan.
11. Sahabatku yang selalu membuatku percaya diri dan termotivasi, Yashinta
Widyaningtyas, dan sahabatku yang selalu memberi ketenangan dan
keheningan, Lulu Lunggati B.M. Terima kasih untuk perjuangan,
keceriaan dan kebodohan kita, aku bersyukur memiliki kalian.
12. Malaikat kecilku Luther-Helen, Chiroo-Bolivia, Adek, untuk cinta dan
kesetiaan yang boleh bunda dan tante rasakan.
13. Mama Wiwik yang selalu mengiringku dengan doa dan kasih sayang.
14. Om Ubay yang sangat setia memberikan saran, kritik, nilai, dukungan, dan
kesabaran untuk menemani kami ngelab selama penyusunan skripsi ini.
15. Dotie, Fani, Vica, Mary, Lil, Dissa, Adit, Reno, Boim, Robi, Pungky,
terima kasih untuk persahabatan, keceriaan, dan kebersamaan kita.
x
16. Dani, Rico, Intan, Iren, Rani, Cica, Wiwit,Grace, Zi, Cik Vita, Ardani, Lia,
Yosephine, Joice, Melia teman-teman seperjuangan dalam penelitian,
terima kasih untuk kebersamaan, sharing, dan diskusi selama ini.
17. Bos Fian, Ko David, terimakasih untuk dukungan dan masukan selama
penyusunan skripsi ini.
18. Sahabatku, Riyo, Mary, Tusi, Krisna, Erlina terimakasih untuk dukungan
yang selalu ada.
19. Teman-teman FST 2006 serta semua pihak yang telah memberi bantuan,
dukungan, doa, dan keceriaan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih
banyak kekurangannya mengingat keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang
dimiliki. Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan oleh
penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
xi
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi optimum dari krim anti ageing ekstrak etil asetat isoflavon tempe dengan cetyl alcohol dan humektan gliserin agar diperoleh sediaan dengan sifat fisik dan stabilitas yang baik. Tempe merupakan salah satu bahan makanan khas Indonesia yang mudah ditemui dan mengandung isoflavon yang mempunyai daya antioksidan lebih besar daripada kedelai, dengan demikian penelitian ini juga dapat menaikkan nilai guna tempe.
Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental murni. Optimasi formula yang dilakukan dengan menggunakan metode desain faktorial dan teknik analisis statistik Yate’s treatment dengan taraf kepercayaan 95%. Optimasi dilakukan pada komposisi cetyl alcohol dan humektan gliserin dengan parameter sifat fisik krim yang diuji meliputi : viskositas, daya sebar, serta stabilitas krim meliputi pergeseran viskositas setelah penyimpanan selama 30 hari. Selain itu juga dilakukan uji daya antioksidan dengan metode DPPH pada ekstrak etil asetat isoflavon tempe.
Dari penelitian ini diperoleh bahwa cetyl alcohol merupakan faktor yang berpengaruh dominan dan signifikan dalam menentukan sifat fisik viskositas krim, sedangkan gliserin dan interaksi cetyl alcohol-gliserin bukan merupakan faktor yang berpengaruh dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas krim. Kata kunci: krim; anti ageing; isoflavon; cetyl alcohol; gliserin; desain faktorial
xii
ABSTRAC
The aim of study of this researh is to optimization anti-ageing cream of etil asetat extract isoflavon tempe with cetyl alcohol and gliserin as humectant of cream. Tempe is one of the favourite food from Indonesia that have a big potetial antioxidant activity. This research is use pure experimental device and formula optimation that was done by using factorial design method and statistical analysis of Yate’s Treatment. The optimization condusted at cetyl alcohol and humectant gliserin, with the physical properties of cream that was tested through spreadibility, viscosity, and stability of cream by using alteration of viscosity. The result of this research was indicated that cetyl alcohol was the dominant factor in determining the viscosity. Gliserin and Interaction is not determining physical and stability properties. Key word : cream; anti ageing; isoflavon; cetyl alcohol; gliserin; factorial design
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.............................vii
PRAKATA ...........................................................................................................viii
INTISARI ...............................................................................................................xi
ABSTRAK. ......................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ........................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xvii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................1
1. Permasalahan ...................................................................................3
2. Keaslian Penelitian ..........................................................................3
3. Manfaat Penelitian ..........................................................................3
B. Tujuan Penelitian ........................................................................................4
1. Tujuan Umum .................................................................................4
xiv
2. Tujuan Khusus ................................................................................4
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Isoflavon dan Tempe ...................................................................................5
B. Skin Ageing...................................................................................................5
C. Uji DPPH ....................................................................................................7
D. Krim ............................................................................................................8
E. Cetyl Alcohol ..............................................................................................9
F. Gliserin ......................................................................................................10
G. Desain Faktorial ........................................................................................12
H. Landasan Teori ..........................................................................................13
I. Hipotesis ....................................................................................................15
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................16
B. Variabel dan Definisi Operasional ............................................................16
1. Variabel bebas ...............................................................................16
2. Varabel Tergantung .......................................................................16
3. Variabel Pengacau Terkendali ......................................................16
4. Varabel Pengacau tak Terkendali ..................................................16
C. Bahan Penelitian ........................................................................................18
D. Alat Penelitian ...........................................................................................18
E. Tata Cara Penelitian ..................................................................................19
1. Pengumpulan, Pengolahan, Isolasi Isoflavon Tempe ...................19
2. Identifikasi Isoflavon dengan Metode KLT ..................................19
xv
3. Uji Antioksidan Metode DPPH .....................................................20
4. Formulasi Sediaan Krim Anti-ageing Isoflavon Tempe ...............21
5. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Sediaan Krim ..................................23
F. Analisis Hasil ............................................................................................24
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN
A. Isolasi dan Identifikasi Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Tempe .............25
1. Isolasi Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Tempe .................................25
2. Identifikasi Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Tempe .........................29
B. Uji Antioksidan Isoflavon Tempe .......................................................30
C. Pembuatan Krim ..................................................................................32
D. Sifat dan Stabilitas Krim .....................................................................34
1. Pengujian Tipe Krim ...............................................................34
2. Karakteristik Ukuran Droplet ..................................................35
3. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Krim ..........................................38
a. Daya Sebar ..................................................................38
b. Viskositas ....................................................................41
c. Pergeseran viskositas ..................................................43
E. Optimasi Formula ................................................................................46
a. Daya Sebar ..............................................................................46
b. Viskositas ................................................................................47
c. Pergeseran Viskositas ..............................................................47
d. Contour Plot Super Impossed ..................................................49
xvi
BAB V KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan .........................................................................................50
B. Saran ....................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................52
Lampiran ...............................................................................................................54
Biografi Penulis .....................................................................................................97
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Komponen Isoflavon Aglikon ...................................................................6
Tabel II. Komponen Isoflavon Glukosida ...............................................................6
Tabel III. Rancangan Percobaan Desain Faktorial ................................................12
Tabel IV. Rancangan Formula Desain Faktorial ...................................................21
Tabel V. Perhitungan Rf Uji KLT Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Tempe .............30
Tabel VI. Hasil Perhitungan % Scavenging Ekstrak Etil Asetat Isoflavon
Tempe ....................................................................................................32
Tabel VII. Hasil Perhitungan Statistik Distribusi Ukuran Droplet .......................36
Tabel VIII. Efek Faktor terhadap Respon Daya Sebar .........................................39
Tabel IX. Hasil Perhitungan Yate’s Treatment untuk Respon Daya Sebar ...........39
Tabel X. Efek Faktor terhadap Respon Viskositas ...............................................41
Tabel XI. Hasil Perhitungan Yate’s Treatment untuk Respon Viskositas ............41
Tabel XII. Efek Faktor terhadap Respon Pergeseran Viskositas ..........................43
Tabel XIII. Hasil Perhitungan Yate’s Treatment untuk Respon Pergeseran
Viskositas ............................................................................................44
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Kimia Isoflavon Aglikon .........................................................6
Gambar 2. Struktur Kimia Isoflavon Glukosida .....................................................6
Gambar 3. Struktur Kimia Cetyl Alcohol...............................................................10
Gambar 4. Struktur kimia Gliserin ........................................................................10
Gambar 5. Skema Singkat Alur Penelitian ...........................................................18
Gambar 6. Skema Mekanisme isoflavon sebagai Anti-ageing .............................29
Gambar 7. Hasil uji KLT ......................................................................................30
Gambar 8. Skema Tahapan Reaksi Isoflavon sebagai Antioksidan ......................31
Gambar 9. Hasil Pengujian Mikroskopik Tipe Krim.............................................34
Gambar 10. Karakteristik Ukuran Droplet ............................................................35
Gambar 11. Kurva Nilai Tengah Diameter Droplet vs % Frekuensi ....................37
Gambar 12. Grafik Pengaruh Faktor terhadap Respon Daya Sebar ......................40
Gambar 13. Grafik Pengaruh Faktor terhadap Respon Viskositas .......................42
Gambar 14. Grafik Pengaruh Faktor terhadap Respon Pergeseran Viskositas .....45
Gambar 15. Grafik Contour Plot Daya Sebar Krim .............................................46
Gambar 16. Grafik Contour Plot Viskositas Krim ...............................................47
Gambar 17. Grafik Contour Plot Pergeseran Viskositas ......................................48
Gambar 18. Grafik Contour Plot Super Impossed.................................................49
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Kuallitatif Rf KLT Isoflavon Tempe ...........................54
Lampiran 2. Perhitungan Uji Antioksidan Metode DPPH.....................................55
Lampiran 3. Data Penimbangan, Notasi, dan Formula Desain Faktorial ..............62
Lampiran 4. Data Sifat Fisik dan Stabilitas Krim .................................................63
Lampiran 5. Perhitungan Efek Sifat Fisik dan Stabilitas Krim .............................70
Lampiran 6. Persamaan Desain Faktorial .............................................................76
Lampiran 7. Yates’s Treatment..............................................................................84
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian ....................................................................93
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Tempe adalah salah satu bahan makanan asli Indonesia yang sangat
digemari karena harganya murah, mudah ditemui, dan rasanya enak. Di dalam
tempe ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon yaitu daidzein,
glistein, dan genistein seperti pada kedelai, selain itu ditemukan pula antioksidan
faktor II (6,7,4, trihidroksiflavon) yang merupakan agen antioksidan yang hanya
terdapat di dalam tempe sebagai hasil dari fermentasi kedelai (Anonim, 2008).
Faktor II mempunyai aktivitas antioksidan yang secara in-vitro lebih tinggi
dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai (Ariani, 2003).
Isoflavon mempunyai efek terhadap radiasi UV yaitu meningkatkan sistem
imun sama besar dengan energi UV yang menyebabkan kerusakan kulit, dikenal
dengan istilah photoageing (Zulli, F., Schmid, D., Muggli, R., Hanay, C., 2002).
Isoflavon dapat diaplikasikan dalam kosmetik dengan berbagai bentuk sediaan
misalnya gel, lotion, dan krim yang dapat diformulasikan secara mudah dalam
fase air (Schmid, 2004). Konsentrasi isoflavon yang biasa digunakan dalam
kosmetik adalah 1-500 mg/kg atau 20-100 mg/kg (Zulli et.al, 2002).
Dalam penelitian ini isoflavon diformulasikan dalam bentuk sediaan
krim. Hal ini terkait dengan kelebihan dari sediaan krim dibandingkan dengan
sediaan lain yaitu mudah dioleskan, mudah menyebar, daya penetrasi tinggi,
2
memberi rasa melembabkan di kulit, mudah dibersihkan dan dapat atau tidak
dapat dicuci dengan air (Mitsui, 1993).
Suatu sediaan, untuk dapat diterima oleh masyarakat harus memenuhi
parameter sifat fisik dan stabilitas. Sifat fisik dan stabilitas suatu sediaan krim
dapat ditentukan oleh basis dan humektan. Cetyl alcohol sebagai basis yang juga
bersifat sebagai thickening agent sehingga mampu menjaga stabilitas,
memperbaiki tekstur, dan meningkatkan konsistensi (Bennet, 1970). Sedangkan
humektan merupakan suatu bahan higroskopis yang ditambahkan bertujuan untuk
mempertahankan kelembapan sediaan sehingga dapat mempermudah aplikasi
krim dengan memberikan daya sebarnya yang cukup serta dapat mempertahan
konsistensi. Oleh karena cetyl alcohol dan gliserin memiliki sifat yang saling
berlawanan yaitu dapat meningkatkan viskositas dan meningkatkan daya sebar,
maka dalam penelitian ini dilakukan optimasi formula cetyl alcohol sebagai basis
dan gliserin sebagai humektan.
Optimasi formula dilakukan menggunakan aplikasi desain faktorial.
Metode ini mempunyai kelebihan yaitu selain dapat mengetahui efek dari tiap
bahan yang digunakan terhadap sifat-difat fisik sediaan juga dapat digunakan
untuk mengetahui efek yang tmbul dati interaksi bahan-bahan yang digunakan.
Dalam penelitian ini dilakukan pula uji aktivitas antioksidan isoflavon
secara in-vitro dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-1pikrilhidrazil) yang
dinyatakan dengan % scavenging.
3
1. Permasalahan
a. Apakah ekstrak etil asetat isoflavon tempe mempunyai aktivitas
antioksidan melalui uji penangkapan radikal hidroksil dengan metode
DPPH yang dinyatakan dengan % scavenging ?
b. Efek mana yang lebih dominan dalam mempengaruhi sifat fisik dan
stabilitas krim di antara efek cetyl alcohol, efek gliserin, dan efek
interaksi ?
c. Apakah diperoleh area komposisi optimum dari campuran cetyl alcohol-
gliserin yang memenuhi parameter sifat fisika dan stabilitas krim ?
2. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang
formulasi sediaan krim anti ageing isoflavon tempe dengan basis tidak larut
air cetyl alcohol dan basis larut air gliserin belum pernah dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis. Menambah pengetahuan mengenai bentuk sediaan anti
ageing isoflavon dari tempe dan cara mengisolasi isoflavon dari tempe.
b. Manfaat Metodologi. Menambah informasi ilmu pengetahuan kefarmasian
mengenai upaya pengembangan dan aplikasi metode desain faktorial
dalam menemukan area komposisi optimum krim anti ageing isoflavon
dari tempe dengan komposisi cetyl alcohol dan gliserin.
c. Manfaat Praktis. Adanya sediaan krim anti ageing isoflavon dari tempe ini
masyarakat dapat menggunakan senyawa yang berasal dari bahan yang
mudah ditemui.
4
B. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Membuat formula krim yang memiliki daya anti ageing dengan bahan
aktif isoflavon dari tempe.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui apakah fraksi etil asetat isoflavon dari tempe mempunyai
aktivitas antioksidan melalui uji penangkapan radikal hidroksil dengan
metode DPPH yang dinyatakan dengan % scavenging.
2. Mengetahui efek mana yang lebih dominan dalam mempengaruhi sifat
fisik dan stabilitas krim di antara efek cetyl alcohol, efek gliserin, dan efek
interaksi.
3. Mengetahui area komposisi optimum dari campuran cetyl alcohol–gliserin
yang memenuhi parameter sifat fisik dan stabilitas krim.
5
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Isoflavon dan Tempe
Tempe hasil fermentasi ditemukan adanya isoflavon genistein, daidzein,
dan faktor-II. Genistein dan Daidzein telah ada pada kedelai rendam sebagai
bahan baku tempe, tetapi faktor-II hanya dijumpai pada tempe. Faktor-II dapat
terbentuk karena selama proses perendaman fermentasi kedelai β-glukosidase
akan aktif dan mengubah glisitin, genistin, dan daidzin yang telah ada pada
kedelai menjadi daidzein, genistein, dan glisitein. Selanjutnya selama proses
fermentasi kedelai rendam terjadi biokonversi lebih lanjut daidzein dan glisiteni
menjadi faktor-II. Faktor-II mempunyai daya antioksidan yang secara in-vitro
jauh lebih tinggi bila dibandingkan antioksidan lain (Ariani, 2003).
Isoflavon terdiri atas komponen polar (terikat gula/glikon) dan komponen
nonpolar (tidak terikat gula/aglikon) (Tensiska, Marsetio, Yudiastuti, S.O.N.,
2007). Isoflavon glikosida tidak aktif secara biologi. Isoflavon aktif untuk
perawatan kulit harus dalam bentuk aglycone yang ini mempunyai sedikit
kelarutan dalam air dan minyak (Schmid, 2004). Isoflavon diaplikasikan dalam
kosmetik, harus diaktifkan terlebih dahulu misalnya dalam bentuk aglikon, sebab
di dalam kulit tidak terdapat enzim hidrolisis. Dalam bentuk glikosida maka
isoflavon tidak akan terpenetrasi sampai lapisan kulit yang lebih dalam, misalnya
dermis, karena lapisan lemak yang dibentuk oleh epidermis akan membiarkan
6
senyawa yang dapat lewat adalah aglikon yang dapat larut air (Zulli et.al, 2002).
Struktur isoflavon adalah sbb:
Gambar 1. Struktur Kimia Isoflavon Aglikon
Tabel I. Komponen Isoflavon Aglikon R1 R2 Komponen H H Daidzein
OH H Genistein H OCH3 Glisitein H OH Faktor-II
Gambar 2. Struktur Kimia Isoflavon Glukosida
Tabel II. Komponen Isoflavon Glukosida R3 R4 R5 Komponen H H H Daidzin
OH H H Genistin H OCH3 H Glisitin H H COCH3 6”-O-asetildaidzin
OH H COCH3 6”-O-asetilgenistin H OCH3 COCH3 6”-O-asetilglisitin H H COCH2COOH 6”-O-malonildaidzin
OH H COCH2COOH 6”-O-malonilgenistin H OCH3 COCH2COOH 6”-O-malonilglisitin
7
B. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah metode kromatografi cair yang
paling sederhana dan mempunyai beberapa kelebihan. Kelebihan KLT adalah
sample yang digunakan sedikit, diperoleh pemisahan senyawa yang amat berbeda,
waktu yang dibutuhkan singkat, serta jumlah pelarut yang digunakan sangat
sedikit. KLT dapat digunakan untuk dua tujuan. Pertama, untuk hasil kuantitatif,
kualitatif, dan preparative. Kedua, digunakan untuk mengetahui sistem pelarut dan
sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau kromatografi
cair kinerja tinggi (KCKT) (Gritter, R., Bobbit, J.M., Schwarting, A., 1991).
Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan
yang memisahkan, yang terdiri atas fase diam, ditempatkan pada penyangga yang
berupa plat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan
dipisahkan berupa larutan, ditotolkan pada fase diam. Setelah plat atau lapisan
ditaruh di dalam bejana terttup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok
(fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan).
Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus dideteksi (Stahl, 1985).
Seyawa yang dihasilkan pada lempeng fase diam terkadang masih sulit
untuk dideteksi. Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan pereaksi yang mampu
memperjelas bercak, sehingga mempermudah dalam melakukan deteksi.
Senyawa-senyawa yang sering digunakan untuk pereaksi pendeteksi KLT antara
lain ammonia, ALCL3, FeCL3, sitroborat, dan lain-lain (Mabry, T.J., Markham,
K.R., Thomas, M.B., 1970).
8
Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkan penyerapan
di daerah UV gelombang pendek (radiasi utama kira-kira 254 nm) atau jika
senyawa ini dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi UV gelombang pendek dan
atau gelombang panjang (365 nm). Jika dengan kedua cara ini senyawa tidak
dapat dideteksi maka harus dicoba dengan reaksi kimia. Pertama tanpa pemanasan
lalu bila perlu degan pemanasan. Jarak pengembangan pada senyawa pada
kromatogram biasanya dinyatakan dengan angka Rf atau hRf (Stahl, 1985).
tFaseGerakJarakRambatolankDariPentoPusatBercaJaraktitikRf
C. Skin Ageing
Skin ageing adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh waktu yang dapat
dipercepat oleh faktor eksternal misalnya radiasi UV. Mekanisme ini berlangsung
di dermis dan mengurangi kemampuan untuk pembentukan lapisan baru serta
mempercepat degradasi lapisan. Manifestasi dari fenomena skin ageing bisa
bermacam-macam, misalnya keriput, kulit kendor karena berkurangnya
kemampuan elastisitas dan kekencangan (Zulli et.al, 2002).
Skin ageing dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor internal
maupun eksternal, salah satu faktor eksternal tersebut adalah paparan sinar
matahari yang sering disebut photoageing. Mekanisme penuaan yang dipicu oleh
faktor eksternal paparan sinar matahari adalah adanya penurunan jumlah ceramide
akibat reaksi dengan Reactive Oxygen Species (ROS) yang dapat dihambat dengan
adanya antioksidan sebagai salah satu mekanisme anti ageing. Sebab radikal
bebas sangat erat kaitannya dengan proses skin ageing dan penyakit penuaan.
9
Anion superoksida yang mengurangi oksigen menginisiasi reaksi ageing, sebab
anion superoksida mempunyai peran penting dalam pembentukan ROS misalnya
hidrogen peroksida, radikal hidroksil, dan oksigen singlet yang dapat memicu
kerusakan akibat reaksi oksidatif pada lemak, protein, dan DNA (Lee, J., Renita,
M., Fioritto, R.J., 2004).
Isoflavon dapat mempunyai mekanisme anti-ageing sebagai antioksidan
maupun fitoestrogen :
a. Mekanisme sebagai fitoestrogen
Isoflavon sebagai fitoestrogen dapat mempunyai mekanisme sebagai
anti-ageing karena struktur isoflavon aglikon yang berbentuk
heterosiklik fenol. Struktur tersebut mempunyai bentuk yang sangat
mirip dengan estrogen steroid, sehingga reseptor estrogen akan
dengan mudah menangkap isoflavon dan akan menstimulasi kolagen
di dalam kulit (Schmid, 2004). Mekanisme fitoestrogen ini, biasa
diberikan dengan sistem penghantaran oral.
b. Mekanisme sebagai antioksidan
Paparan sinar UV dapat mengandung ROS (Reactive Oxygen
Species) yang dapat mengaktivasi transkripsi dari MMPs. Enzim
tersebut merupakan salah satu enzim proteolitik yang akan
mendegradasi kolagen, elastin, dan protein-protein lain yang
berfungsi untuk menjaga elastisitas kulit. Isoflavon yang mempunyai
fungsi sebagai antioksidan dapat menangkap ROS sehingga akan
mencegah terjadinya aktivasi MMPs. Dengan demikian, elastisitas
10
kulit tetap terjaga dan photoaging dapat dihambat (Chiang et.al,
2004), seperti ditunjukkan dalam gambar 6. Isoflavon dapat berfungsi
sebagai antioksidan karena adanya gugus fenol yang mempunyai
atom hidrogen sehingga dapat menangkap elektron bebas dari ROS
menjadi elektron berpasangan yang lebih stabil. Selanjutnya,
isoflavon akan teroksidasi oleh radikal bebas sehingga protein-protein
penyusun elastisitas kulit seperti kolagen dan elastin tidak akan
terdegradasi. Oleh karena itu, kandungan faktor II yang hanya ada di
dalam isoflavon tempe merupakan antioksidan yang lebih baik
dibandingkan isoflavon dalam kedelai biasa yang hanya mengandung
genistein dan daizein. Hal ini disebabkan karena pada senyawa faktor
II sebagai hasil fermentasi kedelai mempunyai gugus fenol yang lebih
banyak.
Sinar UV ↓
ROS ↓
Adanya atom hidrogen isoflavon sebagai agen antioksidan yang mengikat elektron dari ROS
↓ Tidak terjadi aktivasi MMPs
↓ Tidak terjadi degradasi kolagen, elastin, dll
↓ Tidak terjadi reaksi photoaging
Gambar 3. Skema Mekanisme Isoflavon sebagai Anti-ageing dengan Mekanisme Antioksidan
11
D. Uji DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)
Uji DPPH merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
mengukur daya antioksidan suatu sampel. DPPH berfungsi sebagai senyawa
radikal bebas stabil yang ditetapkan secara spektrofotometri melalui persen
peredaman absorbansi. Peredaman warna ungu merah pada panjang gelombang
517 nm dikaitkan dengan kemampuan minyak atsiri atau ekstrak sebagai
antiradikal bebas (Purwata, I.M.O.A., Rita, W.S., Yoga, R., 2009).
Besarnya aktivitas antioksidan ditandai dengan nilai IC50, yaitu
konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal
bebas DPPH (Andayani, R., Yovita, L., Maimunah, 2008). Aktivitas antioksidan
kuat jika IC50 lebih kecil dari 200 µg/ml. Kapasitas antiradikal bebas metode
DPPH diukur dari peredaman warna ungu merah dari DPPH pada panjang
gelombang 517 nm ± 20 nm (Purwata dkk, 2009). Perhitungan aktivitas
penangkapan radikal DPPH (% scavenging) dihitung dengan rumus :
%100)( xblankoAbsorbansi
sampelAbsorbansiblankoAbsorbansi
(Sunarni, T., Pramono, S., Asmah, R., 2007).
Adanya aktivitas antioksidan dari sampel akan menyebabkan perubahan
warna pada larutan DPPH dalam metanol yang semula violet pekat jadi kuning
pucat. Sampel dinyatakan aktif sebagai antiradikal bebas jika % peredaman (%
scavenging) lebih dari atau sama dengan 50% (Purwata dkk, 2009).
12
E. Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Emulsi minyak
dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai
panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
penggunaan kosmetika (Anonim, 1995). Sebuah vanishing cream merupakan
emulsi dari asam stearat, disebut vanishing cream karena tidak tampak mengkilap
(vanish) ketika digunakan. Fase eksternalnya adalah air. Dengan penambahan
gliserin (10%) sebagai bahan pembuat lunak dinilai krim akan berkilau mutiara
sediaan ini menjadi lebih cemerlang (Voigt, 1994). Emulsifying agent adalah
sabun atau campuran sabun dari sodium, potassium, dan ammonia biasanya dalam
bentuk emulsi minyak dalam air (Young, 1972).
Krim merupakan suatu sistem emulsi yang stabilitasnya ditentukan oleh
elastisitas emulgator dari lapisan tipis batas antar muka. Menurut aturan Bancroft,
fase dimana emulgator terlarut atau terakumulasi di dalamnya adalah bahan
pendispersi, contoh sabun yang dapat larut dalam air merupakan emulgator m/a.
Suatu sistem emulsi akan menunjukkan stabilitas dan tingkat dispersitas yang
optimal, jika lapisan tipis menyaluti batas antar permukaan secara total. Banyak
emulgator memberikan lapisan tipis yang sangat stabil dan dapat menyalut
droplet. Jika ada droplet bersentuhan, maka lapisan tipis semacam itu akan
memberi perlindungan untuk menghindari penggabungan (Voigt, 2004).
Salah satu emulgator m/a yang dapat digunakan pada sediaan obat yang
digunakan pada bagian luar dan memiliki dispersi halus dan emulsi yang sangat
13
stabil adalah sabun amin. Sabun amin salah satu contohnya adalah
Trietanolaminstearat yang terbentuk dari hasil reaksi penyabunan antara asam
stearat dan TEA. Pada susunan rantai sabun trietanolaminstearat, hidrokarbon
yang simetris mewakili bagian tidak polar dari molekul. Sebaliknya karboksil
hidrofil menunjukkan tidak adanya keseimbangan muatan, oleh karena itu gugus
bersifat polar. Kesatuan molekul ini gugus polar dan tidak polar menyatu sehingga
membuatnya sebagai senyawa amfifil (Voigt, 2004). Struktur sabun trietanolamin
adalah sbb :
[OH-CH2-CH2-N(HCH2CH2OH)-CH2-CH2-OH]C17H35-COO-
F. Cetyl Alcohol
Cetyl alcohol mengandung tidak kurang dari 90% C16H34O, selebihnya
terdiri dari alkohol yang sejenis. Pemeriannya berupa serpihan putih licin, granul
atau kubus, berwarna putih, bau khas lemah, rasa lemah. Kelarutannya tidak larut
dalam air, larut dalam etanol dan dalam eter, kelarutan bertambah dengan naiknya
suhu (Anonim, 1995). Struktur cetyl alcohol adalah sbb:
Gambar 4. Struktur Kimia Cetyl Alcohol
Cetyl alcohol mampu menjaga stabilitas, memperbaiki tekstur dan
meningkatkan konsistensi serta dapat bersifat sebagai emollient, emulsifying
agent, dan mampu menyerap air. Di dalam emulsi minyak dalam air, cetyl alcohol
dapat menjaga stabilitas dikombinasikan dengan emulsifying agent yang larut
14
dalam air. Kombinasi dengan emulsifier ini akan menghasilkan suatu sistem yang
tertutup, barier monomolecular pada antar muka minyak-air yang membentuk
barier mekanik sehingga dapat mencegah terjadinya droplet yang coalesence
(Rowe, R., Sheskey, P.J., Quinn, M.E., 2009).
G. Gliserin
Gliserin dapat diperoleh dari minyak dan lemak yang diproduksi dalam
pembuatan sabun dan asam lemak. Gliserin merupakan cairan jernih seperti sirup,
tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak
enak), higroskopik, dan netral terhadap lakmus. Gliserin dapat bercampur dengan
air dan dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam minyak lemak, dalam
eter, dan dalam minyak menguap (Anonim, 1995). Struktur gliserin adalah sbb:
Gambar 5. Struktur Kimia Gliserin
Pada pemakaian topikal, seringkali gliserin digunakan untuk humectant
dan emollient, sehingga dapat digunakan untuk mempertahankan kelembapan
kulit dan meningkatkan daya sebar. Gliserin digunakan sebagai solvent atau
cosolvent di dalam krim dan emulsi. Gliserin biasa ditambahkan di dalam fase air
(Rowe et.al, 2009).
15
H. Metode Desain Faktorial
Metode desain faktorial dapat digunakan untuk mendesain suatu
percobaan untuk mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan
terhadap suatu respon dan memungkinkan kita mengetahui interaksi di antara
faktor-faktor tersebut (Voigt, 1994). Keuntungan dari metode desain faktorial ini
adalah memiliki efisiensi yang maksimum dalam mengetahui efek yang dominan
dalam menentukan respon, selain itu bahwa metode ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi efek masing-masing faktor maupun efek interaksi antar faktor
(Muth, 1999).
Metode desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu
teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu
atau lebih variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa
persamaan matematika. Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A
dan B) yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level
rendah dan level tinggi (Bolton, 1997). Rancangan percobaan yang diperlukan
dengan metode desain faktorial dua faktor dan dua level sbb:
Tabel III. Rancangan percobaan desain faktorial dengan 2 faktor dan 2 level Formula Faktor A Faktor B
(1) - - a + - b - + ab + +
Keterangan :
- = level rendah + = level tinggi
16
Optimasi campuran dua bahan (dua faktor) dengan desain faktorial
dianalisis berdasarkan rumus:
Y = b0 + b1(A) + b2(B) + b12 (A)(B)........................(1) Dengan: Y = respon hasil atau sifat yang diamati (A),(B) = level bagian A, level bagian B, yang nilainya -1 dan +1 b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan
Dari persamaan di atas dan data yang diperoleh kemudian dibuat contour
plot suatu respon tertentu yang dapat digunakan untuk mengetahui komposisi
campuran yang optimum (Bolton, 1997).
Besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksinya dapat
diperoleh dengan menghitung selisih antara respon pada level tinggi dan rata-rata
respon pada level rendah, yaitu:
Efek faktor A = 2
)1( baba
Efek faktor B = 2
)1( aabb
Efek faktor C = 2
)1( abab (Bolton, 1997).
I. Landasan Teori
Tempe diketahui mempunyai potensi sebagai bahan anti ageing dengan
adanya kandungan isoflavon yang mempunyai daya antioksidan yang lebih besar
dibandingkan dengan kedelai karena adanya senyawa faktor-II. Senyawa ini
hanya dijumpai pada tempe karena terbentuk selama proses perendaman
fermentasi kedelai (Ariani, 2003).
Radiasi sinar UV dapat menyebabkan photoaging akibat reaksi dengan
ROS. Isoflavon tempe yang mempunyai potensi sebagai oxygen radical
17
scavengers dapat mencegah peristiwa photoaging tersebut sehingga akan
mengurangi kerusakan collagen yang berperan sebagai protein pembentuk
elastisitas kulit. Oleh karena itu, isoflavon tempe mempunyai potensi sebagai anti-
ageing yang efektif mencegah photoaging (Chiang et.al, 2007).
Bentuk sediaan yang digemari untuk aplikasi kosmetik yaitu krim. Hal
ini disebabkan oleh sifat krim yang mudah dioleskan, mudah menyebar, daya
penetrasi tinggi, memberi rasa melembabkan di kulit, mudah dibersihkan dan
dapat atau tidak dapat dicuci dengan air (Mitsui, 1993).
Cetyl alcohol sebagai basis tidak larut air dalam formula krim ini
mempunyai kemampuan untuk menjaga stabilitas, memperbaiki tekstur, dan
meningkatkan konsistensi krim (Rowe et.al, 2009). Sedangkan gliserin sebagai
humektan bersifat dapat mempertahankan kelembapan kulit dan meningkatkan
daya sebar (Rowe et.al, 2009). Cetyl alcohol dan gliserin yang mempunyai sifat
berlawanan, yaitu cetyl alcohol meningkatkan viskositas dan gliserin
meningkatkan daya sebar maka dilakukan optimasi kedua bahan tersebut sehingga
dapat diperoleh komposisi optimum yang sesuai dengan sifat fisik dan stabilitas
krim.
Untuk mengetahui efek faktor dan interaksi yang paling dominan dari
masing-masing uji sifat fisis dan stabilitas krim, maka digunakan metode desain
faktorial.
18
J. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
a. Ekstrak etil asetat isoflavon tempe mempunyai daya antioksidan melalui uji
penangkapan radikal hidroksil dengan metode DPPH.
b. Terdapat pengaruh yang bermakna (signifikan) dari komposisi cetyl alcohol,
gliserin, dan interaksi cetyl alcohol-gliserin dalam formula krim anti-ageing
yang dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas krim anti ageing
isoflavon tempe.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental murni yang bersifat
eksploratif dengan menggunakan desain faktorial.
B. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sbb:
1. Variabel Bebas
Komposisi cetyl alcohol dan humektan gliserin.
2. Variabel Tergantung
Sifat fisis dan stabilitas krim anti ageing isoflavon tempe yang meliputi :
viskositas, daya sebar, tipe emulsi, dan pergeseran viskositas.
3. Variabel Pengacau Terkendali
Kondisi wadah tempat penyimpanan dan intensitas cahaya penyimpanan.
4. Variabel Pengacau Tak Terkendali
Suhu dan kelembaban ruangan penelitian.
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sbb :
a. Basis adalah bahan dasar krim yang menentukan sifat dasar krim dan
menentukan keberhasilan atau kegagalan terapi (Voigt, 2004).
b. Faktor adalah gliserin pada level rendah 5 gram dan level tinggi 10 gram;
cetyl alcohol pada level rendah 12,5 gram dan level tinggi 25 gram.
20
c. Interaksi gliserin-cetyl alcohol yang mempengaruhi sifat fisik dan
stabilitas.
d. Respon adalah sifat atau hasil percobaan yang diamati yaitu sifat fisik
berupa daya sebar dan viskositas. Stabilitas fisik berupa pergeseran
viskositas.
e. Daya antioksidan adalah dinyatakan dengan % scavenging, dikatakan aktif
sebagai antioksidan jika % scavenging leih besar dari atau sama dengan
50% (Purwata, 2009) dan dikatakan antioksidan kuat jika nilai IC50
kurang dari 200 µg/ml ( Andayani dkk, 2008).
f. Daya sebar adalah kemampuan penyebaran krim pada kulit 5-7 cm dengan
aplikasi beban 125 gram selama 1 menit (Garg, A., Aggarwal, D., Garg,
S., Singla, A.K., 2002).
g. Viskositas adalah memiliki rentang viskositas yang dapat diterima adalah
145-175 d.Pa.s.
h. Pergeseran viskositas adalah dikatakan stabil jika setelah penyimpanan
selama 30 hari terjadi pergeseran viskositas kurang dari 11%.
i. Contour plot adalah grafik yang merupakan hasil dari respon sifat fisis dan
stabilitas krim.
j. Contour plot superimpossed adalah grafik area pertemuan yang memuat
semua arsiran dalam contour plot yang diprediksikan sebagai area
optimum krim.
21
k. Area optimum adalah area kondisi yang menghasilkan krim dengan daya
sebar 5 sampai 7 cm, viskositas 145-175 d.Pa.s, persen pergeseran
viskositas adalah kurang dari 11%.
C. Bahan Penelitian
Tempe dibungkus daun pisang dan berbentuk persegi panjang (diperoleh
dari pasar STAN, Paingan, Sleman), aquadest, Metanol teknis, Petroleum eter
teknis, Etil asetat teknis (Brataco), MgSO4 teknis, plat silica GF254, Metanol p.a,
pereaksi DPPH, Asam stearat farmasetis, VCO, Cetyl Alcohol farmasetis,
Trietanolamin, Gliserin, BHT (Brataco), dan Metil paraben.
D. Alat Penelitian
Glasswares Lab. FTS USD (pyrex), vaccum rotary evaporator (Janke-
Kulken), seperangkat spectrophotometer UV/Vis (optima), neraca elektrik,
waterbath, mixer (Airlux), viscotester (Rion-Japan VT-04), tabung skala, alat uji
daya sebar, mikroskop BM-180 Boeco Germany, Spektrofotometer visibel, dan
kamera moticam 1000 pixel 1,3M.
22
E. Tata Cara Penelitian
Pengumpulan dan pengolahan tempe ↓
Isolasi Isoflavon tempe ↓
Identifikasi kualitatif isoflavon tempe dengan KLT ↓
Uji Antioksidan metode DPPH ↓
Formulasi Krim ↓
Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Sediaan
Gambar 6. Alur Penelitian Singkat
1. Pengumpulan Tempe, Pengolahan Tempe, dan Isolasi Isoflavon Tempe
Tempe yang dibungkus dengan daun pisang berbentuk persegi panjang
sebanyak 1 kg, diperoleh dari pasar STAN paingan Sleman pada saat pagi hari.
Tempe tersebut kemudian dihaluskan dan ditimbang sebanyak enam ratus gram.
600 gram tempe ditambah 400 mL aquadest. Kemudian diblender selama 3x5
menit. Ditambahkan 1.200 mL metanol teknis, dimaserasi selama dua belas jam
pada kecepatan 120 rpm. Setelah dimaserasi dua belas jam kemudian disaring.
Ektrak yang diperoleh dipekatkan dengan vaccum rotary evaporator pada suhu
600C selama kurang lebih 1 jam untuk setiap 300 mL ekstrak metanol sampai
diperoleh ekstrak kental ±100 mL (Ariani, 2003).
Ekstrak kental diekstraksi dengan penggojogan selama satu menit,
menggunakan pelarut 5x150 mL petroleum eter, ambil fase bagian bawah
kemudian diekstraksi lagi dengan 5x150 mL etil asetat. Fase etil asetat di bagian
atas diambil dan dibebaskan dari air dengan MgSO4 anhidrat sebanyak ±15 gram
lalu disaring. Ekstrak tersebut dipekatkan sampai 1/10 volume awal ekstrak etil
23
asetat dengan vaccum rotary evaporator pada suhu 400C selama kurang lebih 1
jam untuk setiap 300 mL ekstrak etil asetat sampai diperoleh ekstrak kental etil
asetat isoflavon (Ariani, 2003).
2. Identifikasi Isoflavon dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Sedikit isolat hasil isolasi isoflavon dilarutkan dalam metanol p.a dan
ditotolkan sebanyak sembilan kali totolan menggunakan pipa kapiler pada fase
diam silica gel GF 254. Ditunggu hingga kering kemudian eluen dikembangkan
dalam fase gerak kloroform : metanol = 3 : 1. Setelah eluen dikembangkan,
reaksikan dengan uap amonia selama sepuluh menit dan diamati dengan lampu
UV 254nm (Ariani, 2003).
3. Uji Antioksidan Isoflavon dari Tempe dengan Metode DPPH
a. Pembuatan Larutan Reagen DPPH 0,1 mM. Ditimbang 0, 00788 gram
DPPH. Dilarutkan dalam metanol p.a, tambahkan sampai 200 ml.
b. Pembuatan Larutan Stok Antioksidan Pembanding BHT. Ditimbang
0,0027 gram BHT. Dilarutkan dalam metanol p.a, ditambahkan sampai 25
ml. Sehingga akan didapat larutan stok BHT dengan konsentrasi 0,5 mM.
c. Pembuatan Seri Konsentrasi Antioksidan Pembanding BHT. Diambil
larutan stok BHT sebanyak 1 ml; 1,5 ml; 2 ml; 5 ml. Kemudian masing-
masing konsentrasi dilarutkan dan ditambahkan dengan metanol p.a
sampai 10 ml. Sehingga akan diperoleh seri konsentrasi BHT 0,05 mM;
0,075 mM; 0,1 mM; 0,25 mM.
d. Pengukuran Absorbansi BHT dengan Spektrofotometer Visibel. Diambil
larutan reagen DPPH sebanyak 7,5 ml, ditambahkan dengan larutan BHT
24
sebanyak 0,5 ml. Ulangi perlakuan yang sama untuk setiap seri
konsentrasi. Didiamkan dalam ruangan gelap dengan suhu kamar selama
tiga puluh menit. Setelah tiga puluh menit, diukur absorbansi pada
panjang gelombang 517 nm.
e. Pembuatan Larutan Stok Ekstrak Etil Asetat Isoflavon. Ditimbang 12,5
gram ekstrak etil asetat isoflavon. Dilarutkan dalam metanol p.a,
ditambahkan sampai 25 ml. Sehingga akan diperoleh larutan stok ekstrak
etil asetat isoflavon dengan konsentrasi 50 % b/v.
f. Pembuatan Seri Konsentrasi Ekstrak Etil Asetat Isoflavon. Diambil larutan
stok ekstrak etil asetat isoflavon sebanyak 2 ml; 4 ml; 6 ml; 8 ml; 10 ml.
Kemudian masing-masing konsentrasi dilarutkan dan ditambahkan
dengan metanol p.a sampai 10 ml. Sehingga akan diperoleh seri
konsentrasi ekstrak etil asetat isoflavon 10 % b/v; 20 % b/v; 30 % b/v; 40
% b/v; 50 % b/v.
g. Pengukuran Absorbansi Sampel dengan Spektrofotometer Visible.
Diambil larutan reagen DPPH sebanyak 7,5 ml ditambahkan dengan
larutan sampel (ekstrak etil asetat isoflavon) sebanyak 0,5 ml. Perlakuan
diulang untuk setiap seri konsentrasi. Didiamkan dalam ruangan gelap
dengan suhu kamar selama tiga puluh menit. Setelah tiga puluh menit,
diukur absorbansi pada panjang gelombang 517 nm (Lee, J., Renita, M.,
Fiorito, R.J., 2004).
25
4. Formulasi Sediaan Krim Anti-aging isoflavon dari Tempe
Formula vanishing cream yang digunakan dalam formulasi sediaan krim
ini adalah formula standar (Young, 1972) sbb :
a. Stearic acid 20,0 Cetyl alcohol 0,50 Triethanolamine 1,20
b. Sodium hydroxide one microspatula-full Glycerine 8,0 Distilled water 69,94 Preservative (Nipagin) one microspatulla-full
c. Perfume three or four drops
Modifikasi formula yang digunakan dalam penelitian ini adalah sbb :
Tabel IV. Rancangan Formula Desain Faktorial (= 250 gram krim) Keterangan 1 a b ab
Asam stearat 12,5 12,5 12,5 12,5 Cetyl alcohol 5 10 5 10
VCO 5 5 5 5
A.
BHT 0,25 0,25 0,25 0,25 Glycerin 12,5 25 12,5 25
TEA 2,5 2,5 2,5 2,5 Nipagin 0,625 0,625 0,625 0,625
B.
Aquadest 200 200 200 200 C. Isoflavon 0,10 0,10 0,10 0,10 D. Perfume 10 tetes 10 tetes 10 tetes 10 tetes
Bagian A dipanaskan di hotplate hingga suhu 700C. Setelah semua
meleleh dan mencapai suhu 700C, maka masukkan cetyl alcohol ke dalam asam
stearat, diaduk hingga homogen. Ditambahkan BHT ke dalam VCO sebagai
emollient dan penetration enhancer, diaduk hingga homogen. Ditambahkan VCO
tersebut ke dalam campuran cetyl alcohol dengan asam stearat. Fase minyak telah
siap.
Bagian B dipanaskan di hotplate hingga suhu 700C. Setelah semua
mencapai suhu 700C, maka masukkan TEA ke dalam aquadest dan diaduk hingga
26
homogen. Ditambahkan nipagin ke dalam gliserin, aduk hingga homogen.
Ditambahkan gliserin ke dalam aquadest yang telah ditambahkan TEA. Campuran
tersebut kemudian diaduk. Fase air telah siap.
Fase air yang telah siap ditambahkan ke dalam fase minyak dengan suhu
pencampuran 700C di atas waterbath, diaduk dengan mixer selama sepuluh menit
(Young, 1972). Ditambahkan isoflavon pada saat pencampuran dengan mixer,
pada saat pencampuran telah berjalan selama lima menit. Setelah 10 menit,
dituangkan krim ke dalam wadah dan tunggu hingga suhu krim 450C, pada saat
suhu tersebut ditambahkan parfum kemudian diaduk hingga homogen.
5. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Sediaan Krim
a. Uji daya sebar. Ditimbang krim seberat 1 gram dan diletakkan di tengah
kaca bulat berskala. Di atas krim diletakkan kaca bulat lain dan pemberat
dengan berat total 125 gram, didiamkan selama 1 menit, dicatat diameter
penyebarannya.
b. Uji Viskositas. Pengukuran viskositas menggunakan Viscotester Rion seri
VT 04 dengan cara: krim dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada
portable viscotester. Viskositas krim diketahui dengan mengamati
gerakan jarum penunjuk viskositas.
c. Uji Mikromeritik (Ukuran Droplet). Dioleskan sejumlah krim pada gelas
objek kemudian diletakkan meja benda pada mikroskop. Diamati ukuran
droplet yang terdispersi pada krim. Gunakan perbesaran lemah untuk
menentukan objek yang akan diamati kemudian ganti dengan perbesaran
kuat. Dicatat diameter terjauh dari tiap droplet sejumlah 500 droplet.
27
Dalam penelitian ini pengamatan mikromeritik dilakukan dengan
mengambil beberapa foto preparat krim dan tampak adanya droplet-
droplet yang akan ditentukan diameternya. Selanjutnya pengukuran
diameter droplet dilakukan dengan menggunakan software Motic image
plus 2.0 hingga didapatkan µm diameter dari 500 droplet yang akan
diukur.
d. Uji Tipe Emulsi (Metode Warna). Beberapa tetes biru metilen
dicampurkan ke dalam suatu formula krim. Jika seluruh krim berwarna
seragam, maka terdapat suatu emulsi dari jenis m/a, oleh karena air adalah
fase luar (Voigt, 1994).
F. Analisis Hasil
Data daya sebar, viskositas, dan pergeseran viskositas dianalisis dengan
perhitungan efek menurut desain faktorial untuk mengetahui efek yang paling
dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas krim. Untuk mengetahui
komposisi basis cetyl alcohol dan humektan gliserin yang optimum dengan
penggabungan contour plot masing-masing respon yang dikenal dengan contour
plot superimpossed.
Untuk mengetahui signifikansi dari setiap faktor dan interaksi dalam
mempengaruhi respon maka dilakukan analisis dengan Yate’s Treatment.
Berdasarkan analisis tersebut maka dapat ditentukan signifikansi efek dominan
faktor dan interaksi terhadap respon yang dilihat dari harga F hitung dan F tabel.
28
Sebelumnya ditentukan hipotesis terlebih dahulu, hipotesis alternatif
(H1) menyatakan adanya signifikansi efek dominan faktor terhadap respon,
sedangkan H0 merupakan negasi dari H1 yang menyatakan tidak adanya
signifikansi efek dominan faktor terhadap respon. H1 diterima dan H0 ditolak
apabila harga F hitung lebih besar daripada harga F tabel, yang berarti bahwa
faktor berpengaruh signifikan terhadap respon (Bolton, 1997).
29
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
A. Isolasi dan Identifikasi Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Tempe
1. Isolasi Ekstak Etil Asetat Isoflavon Tempe
Diperoleh sebanyak 1 kg tempe yang telah dikumpulkan dari produsen
yang sama di pasar STAN setiap pagi hari, dengan bentuk tempe persegi panjang
yang dibungkus dengan daun pisang. Sebanyak 600 gram tempe selanjutnya
diolah sesuai dengan tata cara penelitian untuk mendapatkan ekstrak etil asetat
isoflavon.
Tempe yang telah dihaluskan kemudian ditambah dengan metanol
sehingga diperoleh ekstrak metanol sebanyak 1.200 mL dan di maserasi. Ekstrak
metanol tersebut selanjutnya dipekatkan dengan rotary vacuum evaporator
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol sebanyak 100 mL.
Setelah mendapatkan ekstrak kental metanol, dilanjutkan dengan
ekstraksi pelarut petroleum eter dan diambil fase bagian bawah untuk selanjutnya
diekstraksi kembali dengan petroleum eter sampai 5 kali. Sehingga akan diperoleh
ekstrak petroleum eter kurang lebih 750 mL.
Selanjutnya ekstrak petroleum eter tersebut diekstraksi lagi menggunakan
pelarut etil asetat dan diambil fase bagian atas, sedangkan fase bagian bawah
diekstraksi kembali dengan etil asetat sampai 5 kali. Sehingga akan diperoleh
ekstrak petroleum eter jernih kekuningan kurang lebih 750 ml..Ekstrak etil asetat
30
kemudian dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator sehingga akan
diperoleh ekstrak kental etil asetat isoflavon kurang lebih 70 ml.
2. Identifikasi Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Tempe
Isolasi isoflavon tempe pada penelitian ini didasarkan pada penelitian
yang dilakukan oleh Ariani, 2003. Pada penelitian tersebut diperoleh hasil yang
menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat mengandung isoflavon. Sedangkan pada
penelitian ini, dilakukan pula identifikasi ekstrak etil asetat isoflavon tempe
dengan menggunakan sistem yang sama dengan penelitan Ariani, 2003. Hasil
yang diperoleh pada penelitian ini adalah sbb :
Fase gerak = metanol : kloroform = 3 : 1 Fase diam = silica gel GF 254 Detektor : UV 254 nm
Gambar 7. Hasil Uji KLT
Tabel IV. Perhitungan Rf Uji KLT Ekstrak Etil Asetat Isoflavon
Bercak Rf Bercak
Bercak I 0,0867 Bercak II 0,6734 Bercak III 0,7334
B. Uji Antioksidan Ekstrak Etil Asetat Isoflavon
dengan Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil)
Pengujian ini dilakukan dengan mengukur penangkapan radikal sintetik
DPPH dalam pelarut organik, yaitu metanol yang digunakan dalam penelitian ini.
Prinsip dari metode ini adalah mengukur kemampuan suatu senyawa untuk
31
menangkap radikal sintetik DPPH yang akan memberikan warna ungu pada
panjang gelombang 517 nm. Setelah itu, didiamkan selama 30 menit pada suhu
kamar dan ruangan yang gelap, supaya sampel (ekstrak etil asetat isoflavon
tempe) dapat bereaksi dengan DPPH. Adanya aktivitas antioksidan dari sampel
dapat dilihat dengan adanya perubahan warna pada larutan DPPH yang semula
ungu pekat jadi kuning pucat (Andayani dkk, 2008). Penghilangan warna ini
terjadi akibat adanya peristiwa penangkapan elektron radikal bebas DPPH oleh
atom hidrogen dari isoflavon yang menyebabkan elektron menjadi berpasangan
dapat secara ringkas digambarkan dengan skema, seperti ditunjukkan pada
gambar 8. Penghilangan warna yang terjadi juga sebanding dengan jumlah
elektron radikal bebas yang diikat oleh atom hidrogen isoflavon. Oleh karena itu
semakin besar konsentrasi antioksidan isoflavon serapan yang dihasilkan akan
semakin kecil.
DPPH → mempunyai elektron bebas yang reaktif (radikal bebas)
↓ Absorbansi maksimal 517 nm berwarna ungu
↓ Penambahan isofavon sebagai antioksidan
↓ Didiamkan dalam ruangan gelap selama 30 menit
↓ Atom H dari isoflavon menangkap radikal bebas
↓ Menjadi elektron yang berpasangan
↓ Absorbansi maksimal 517 nm berwarna kuning pucat
Gambar 8. Skema Tahapan Reaksi Isoflavon sebagai Antioksidan
dengan Agen Radikal Bebas DPPH
32
Uji antioksidan ekstrak etil asetat isoflavon dilakukan dengan metode
DPPH didahului dengan uji antioksidan BHT dengan metode DPPH. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui ketepatan metode yang kita pilih, sebab BHT
merupakan bahan yang sudah terbukti sebagai antioksidan karena memiliki %
scavenging lebih besar dari 50%.
Dari uji yang dilakukan, membuktikan bahwa ekstrak etil asetat isoflavon
dari tempe terbukti mempunyai daya antioksidan dengan data % scavenging lebih
dari 50%. Pada tabel VI ditunjukkan bahwa nilai IC50 rata-rata dari tiga replikasi
isoflavon adalah sebesar 36,752%. Hasil ini menunjukkan bahwa untuk
menangkap elektron radikal bebas sebanyak 50% dibutuhkan isoflavon dengan
konsentrasi sebesar 36,752% dalam formula. Ketiga replikasi yang kami lakukan
memiliki nilai CV sebesar 0,037% sehingga memenuhi persyaratan kurang dari
2%.
Tabel VI. Hasil Perhitungan % scavenging Ekstrak Etil Asetat Isoflavon IC50 % Scavenging Konsentrasi
Sampel Rep I Rep II Rep III Rep I Rep II Rep III Blanko - - -
10% 25,969 26,356 27,035 20% 34,496 35,465 35,960 30% 41,860 43,701 42,054 40% 50,387 52,035 54,748 50%
35,280% 37,931% 37,046%
69,864 59,593 60,174 Rata2 36,752%
C. Pembuatan Krim
Krim yang dibuat pada penelitian ini terdiri dari dua fase, yaitu fase
minyak yang terdiri dari asam stearat, cetyl alcohol, VCO, dan BHT. Sedangkan
fase air terdiri dari gliserin, TEA, nipagin, dan aquadest. Kedua fase ini kemudian
33
dipanaskan hingga suhu 700C. Pemanasan ini bertujuan untuk melelehkan asam
stearat dan cetyl alcohol yang merupakan fase minyak, sehingga memudahkan
terjadinya reaksi dengan basa yang larut dalam fase air sebab jika leleh maka luas
permukaan kontak menjadi lebih besar. Pemanasan juga berfungsi untuk
menurunkan tegangan permukaan antara fase air dan fase minyak sehingga emulsi
akan terbentuk dengan baik. Selain kedua tujuan di atas, pemanasan juga
berfungsi untuk mempercepat reaksi penyabunan asam stearat oleh basa TEA.
Setelah semua bahan leleh dan kedua fase mempunyai suhu yang sama,
campuran tersebut dicampur dengan mixer di dalam bekker glass yang telah
dihangatkan terlebih dahulu sampai ± 700C. Hal ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya perubahan suhu yang mendadak sehingga akan menyebabkan asam
stearat membeku kembali dan mengurangi kehomogenan krim.
Asam stearat dalam fase minyak akan bereaksi dengan TEA yang bersifat
basa terlarut dalam fase air, sehingga akan terjadi reaksi penyabunan yang
menghasilkan garam/sabun amin yaitu Trietanolaminstearat (Voigt, 2004). Sabun
Trietanolaminstearat ini akan berfungsi sebagai emulgator yang akan
menyelubungi droplet-droplet fase minyak, sehingga dapat didispersikan ke dalam
fase air dan terbentuklah sistem emulsi.
Pembuatan krim dalam penelitian ini, dilakukan dengan pengadukan
menggunakan mixer. Hal ini bertujuan supaya pengadukan yang terjadi konstan
dan kontinyu. Pengadukan yang terjadi harus kontinyu dan konstan supaya emulsi
yang terbentuk stabil ditandai salah satunya dengan tidak terjadi pemisahan fase
(Young, 1974).
34
Setelah kedua fase tersebut dicampur dan telah terbentuk basis krim,
isoflavon didispersikan sesuai konsentrasi yang biasa digunakan dalam kosmetik
antara 1-500 mg/kg (Zulli, 2002), sedangkan dalam formula ini yang ditambahkan
adalah 400 mg/kg.
D. Sifat Fisik dan Stabilitas Krim Anti-Aging Ekstrak Etil Asetat
Isoflavon Tempe
1. Pengujian Tipe Krim
Hasil pengujian tipe krim dengan metode warna menggunakan metylen
blue, yang terlihat fase kontinyu berwarna biru dan fase terdispersi tidak
berwarna. Dari gambar terlihat bahwa krim merupakan tipe m/a. Hal ini terkait
dengan sifat metylen blue yang merupakan pewarna larut air. Dengan adanya
penambahan metylen blue menyebabkan fase air berwarna biru dan fase minyak
tidak berwarna seperti ditunjukkan pada gambar 9.
Formula 1
Formula a
Formula b
Formula ab
Gambar 9. Hasil Pengujian Mikroskopik Tipe Krim Tiap Formula (perbesaran 40x)
Fase air
Fase minyak
35
2. Karakteristik Ukuran Droplet dengan Metode Mikroskopik
Karakteristik gambaran droplet selama 30 hari penyimpanan adalah
sebagai berikut :
Formula 1
Hari ke-2
Hari ke-30
Formula a
Hari ke-2
Hari ke-30
Formula b
Hari ke-2
Hari ke-30
Formula ab
Hari ke-2
Hari ke-30
Gambar 10. Karakteristik Ukuran Droplet Tiap Formula Hari ke-2 dan Hari ke-30
droplet
36
Stabilitas krim yang merupakan sistem emulsi dapat dilihat dari
gambaran ukuran droplet selama kurun waktu penyimpanan. Kondisi yang stabil
dan ideal adalah tidak terjadi perubahan ukuran droplet ke arah yang lebih besar.
Dari gambar 10, menunjukkan gambar secara visualisasi ukuran droplet yang
terlihat bahwa tidak terjadi perubahan ukuran droplet ke arah yang lebih besar,
sehingga dapat dikatakan bahwa sistem emulsi formula 1, a, b, dan ab adalah
stabil secara visual.
Tabel VII. Hasil Perhitungan Statistik Distribusi Ukuran Droplet F1 Fa Fb Fab
Replikasi Percentile
90 I II III I II III I II III I II III
Hari ke-2 8,3 10,6 10,7 10,7 10,2 10,3 9,3 8,8 8,4 9,7 10,2 8,8 Hari ke-
30 8,3 10,3 10,7 11,6 11,1 10,7 9,7 9,3 11,6 9,8 10,2 9,7
Tabel VIII. Hasil Signifikansi Percentile 90 Hari ke-2 dan Hari ke-30
Keterangan F1 (P) Fa (P) Fb (P) Fab (P) Signifikansi (2
tailed) taraf kepercayaan 95% = 0,05
0,432 0,046 0,275 0,369
Hal ini juga dibuktikan dengan hasil uji statistik yang ditunjukkan dalam
tabel VII. Bahwa nilai percentile 90 formula 1, b, dan ab untuk hari ke-2 dan hari
ke-30 tidak berbeda signifikan dibuktikan dengan uji statistik paired T-test yang
ditunjukkan pada tabel VIII, sehingga dapat dikatakan bahwa ukuran droplet
stabil karena tidak tejadi perubahan ukuran droplet ke arah yang lebih besar yang
menyebabkan sistem emulsi tidak stabil pada formula 1, b, dan ab. Percentile 90
merupakan suatu parameter nilai yang menunjukkan sejumlah 90% partikel
mempunyai ukuran droplet kurang dari nilai yang tertera. Parameter percentile 90
ini dipilih sebab dapat menggambarkan 90% ukuran partikel.
37
Adanya kestabilan sistem emulsi pada ketiga formula tersebut dapat
disebabkan oleh elastisitas emulgator yang terdiri dari asam stearat dan TEA
menjadi sabun amin, trietanolaminstearat, adalah cukup baik. Kelebihan dari
emulgator sabun amin ini adalah dapat menghasilkan dispersi halus dan emulsi
yang stabil dan bersifat netral sehingga aman digunakan topikal (Voigt, 2004).
Selain itu, kestabilan sistem emulsi yang dihasilkan oleh krim isoflavon ini terkait
dengan tingginya viskositas krim yang disebabkan oleh adanya TEA sebagai
emulgator dan cetyl alcohol sebagai basis. TEA merupakan basa yang dapat
meningkatkan viskositas, sedangkan cetyl alcohol merupakan basis yang bersifat
sebagai thickening agent. Menurut hukum Stoke, penggabungan droplet dapat
dicegah dengan meningkatkan viskositas sehingga gerak partikel terdispersi akan
semakin lambat sehingga akan meningkatkan tingkat dispersitas (Voigt, 2004).
Namun, terjadi keridakstabilan pada formula a, hal ini terlihat dari nilai
percentile 90 yang menunjukkan perbedaan signifikan menjadi partikel yang
berukuran lebih besar dari hari ke-2 dan hari ke-30. Hal ini dapat disebabkan oleh
adanya fenomena ketidakstabilan emulsi yaitu koalesens dan ostwald ripening
seperti ditunjukkan pada gambar 11 :
Gambar 11. Fenomena Ketidakstabilan Sistem Emulsi Formula a
koalesens
Ostwald rippening
38
Fenomena koalesens adalah bergabungnya droplet kecil membentuk suatu droplet
yang lebih besar dan lapisan film di sekitar droplet kecil itu akan menghilang,
sedangkan ostwald rippening adalah suatu fenomen ketidakstabilan emulsi di
mana droplet-droplet kecil bergabung dengan droplet yang berukuran lebih besar
sehingga akan membentuk droplet yang berukuran besar. Ketidakstabilan formula
a ini disebabkan oleh ukuran droplet yang dari awal yaitu pada hari ke-2 sudah
cukup besar, sehingga akan membuat sistem emulsi tersebut menjadi tidak stabil.
Namun, karena adanya keterbatasan penelitian maka tidak dapat diketahui kapan
saat emulsi tersebut mulai tidak stabil. Oleh karena itu, pada penelitian
selanjutnya, hendaklah dilakukan pengamatan setiap minggu sehingga kita dapat
mengetahui kapan emulsi tersebut mulai tidak stabil.
3. Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Krim
Krim yang baik harus memenuhi sifat fisik dan stabilitas sediaan
semisolid, yaitu daya sebar, viskositas, dan pergeseran viskositas. Keberhasilan
terapi suatu sediaan semisolid sangat ditentukan oleh faktor daya sebar (Garg
et.al, 2002) karena daya sebar merupakan gambaran mudah atau tidaknya pasien
dalam mengaplikasikan (mengoleskan) sediaan. Uji daya sebar pada penelitian ini
bertujuan untuk melihat seberapa mudah 1 g sampel krim dapat menyebar bila
ditekan dengan pemberat 125 g. Parameter yang dihitung adalah rata-rata dua
diameter penyebaran krim setelah pemberian beban selama 1 menit. Krim
tergolong bersifat semifluid dengan daya sebar antara 5 -7 cm (Garg et. al, 2002).
Viskositas krim perlu diuji sebab terkait dengan konsistensi dari suatu
sediaan untuk dapat diterima konsumen dan jaminan bahwa didapatkan dosis yang
39
sesuai ketika krim digunakan. Viskositas berbanding terbalik dengan daya sebar
yaitu ketika viskositas lebih tinggi, daya sebar krim kebih kecil, dan sebaliknya
(Garg et.al, 2002).
Pergeseran viskositas merupakan parameter stabilitas krim, sebab ada
banyak faktor dari dalam maupun luar luar yang dapat mempengaruhi stabilitas
sediaan selama penyimpanan. Pergeseran viskositas ini erat kaitannya dengan
konsistensi sediaan dan penerimaan pasien. Diperoleh data sifat fisik krim anti-
ageing ekstrak etil asetat isoflavon adalah sbb :
Tabel IX. Hasil Pengukuran Sifat Fisik Krim Formula Daya sebar Viskositas ∆viskositas
1 5,5 ± 0,6 147 ± 23 11,1 ± 7,85 a 5,2 ± 0,6 193 ± 20 8,7 ± 5,0 b 6,2 ± 0,1 160 ± 17 6,25 ± 2,9 ab 5,6 ± 0,1 207 ± 11 7,7 ± 2,9
Tabel X. Efek Cetyl alcohol, Efek Gliserin, dan Efek Interaksi Cetyl alcohol-
Gliserin dalam Menentukan Sifat Fisik Krim Efek Daya sebar Viskositas ∆viskositas
Cetyl alcohol 45,0 46 475,0 Gliserin 0,55 13 929,2 Interaksi 15,0 0 1,925
a. Daya Sebar
Berdasarkan tabel IX, dapat diketahui hasil uji sifat fisik daya sebar krim
yang menunjukkan bahwa krim termasuk sediaan semifluid karena memiliki daya
sebar 5-7 cm (Garg, et al., 2002) hasil uji sifat fisik krim. Sedangkan dari nilai SD
kurang dari 10% maka dapat dikatakan bahwa data kita homogen dan bersifat
reprodusible.
Berdasarkan tabel X, gliserin diprediksi memberikan efek paling
dominan dalam menentukan respon daya sebar dibandingkan cetyl alcohol dan
40
interaksi. Faktor cetyl alcohol dan interaksi berespon negatif terhadap
daya sebar yang berarti akan menurunkan respon daya sebar, sedangkan faktor
gliserin sebagai faktor paling dominan dalam menentukan efek berespon positif
yang berarti akan menaikkan respon daya sebar. Untuk mengetahui signifikansi
dari dominansi efek faktor cetyl alcohol, gliserin, dan interaksi terhadap respon
daya sebar krim dapat dilakukan uji statistik yate’s treatment.
Hasil uji yate’s treatment pada tabel IX, efek dominan gliserin tidak
signifikan dalam mempengaruhi peningkatan respon daya sebar. Hal ini dapat
dianalisis dari nilai F hitung faktor cetyl alcohol, gliserin, dan interaksi lebih kecil
daripada F tabel yaitu 5,32. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor cetyl
alcohol, gliserin, dan interaksi tidak berpengaruh signifikan dalam menentukan
respon daya sebar krim.
Tabel XI. Hasil Perhitungan Yate’s Treatmen untuk Respon Daya Sebar Source pf variation
Degree of Freedom
Sum of Squares
Mean Squares
F
Replicates 2 0,665 0,3325 Treatment 3 1,33 0,443
a 1 0,743 0,743 4,5583 b 1 0,601 0,601 3,6871 ab 1 -0,041 -0,041 -0,2515
Experimental error
8 1,305 0,163
Total 11 3,3 Untuk melihat hubungan pengaruh pengingkatan level cetyl alcohol dan
gliserin terhadap daya sebar krim, dapat dilihat pada grafik hubungan sbb :
41
5
5,2
5,4
5,6
5,8
6
6,2
6,4
0 10 20 30
gliserin (gram)
daya
seb
ar (c
m)
cetyl alkoholLRcetyl alkohol LT
(a)
5
5,2
5,4
5,6
5,8
6
6,2
6,4
0 5 10 15
cetyl alkohol (gram)
daya
seb
ar (c
m)
gliserin LRgliserin LT
(b)
Gambar 12. Grafik (a) Pengaruh Gliserin (b) Pengaruh Cetyl Alcohol terhadap Respon Daya Sebar
Gambar 12 pada grafik (a) memperlihatkan bahwa peningkatan jumlah
gliserin yang ditambahkan akan mempengaruhi respon daya sebar krim.
Peningkatan jumlah gliserin yang ditambahkan baik pada penggunaan cetyl
alcohol level tinggi maupun rendah akan berpengaruh dalam meningkatkan
respon daya sebar krim. Gambar 12 pada grafik (b) memperlihatkan bahwa
peningkatan jumlah cetyl alcohol yang ditambahkan akan mempengaruhi respon
daya sebar krim. Peningkatan jumlah cetyl alcohol yang ditambahkan baik pada
penggunaan gliserin level rendah dan tinggi akan berpengaruh dalam
meningkatkan respon daya sebar krim.
Adanya interaksi dari kedua faktor juga dapat dilihat dari kedua grafik di
atas. Interaksi ini ditunjukkan oleh garis yang tidak sejajar. Kedua grafik tersebut
memperlihatkan kedua garis yang menunjukkan level rendah dan tinggi faktor
adalah tidak sejajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada level yang diteliti
ada interaksi antara cetyl alcohol dengan gliserin yang dapat mempengaruhi daya
sebar krim. Namun, pengaruh faktor dan interaksi pada level
42
yang diteliti ini tidak signifikan terhadap respon daya sebar, dibuktikan dengan uji
Yate’s Treatment.
b. Viskositas
Berdasarkan tabel IX, dapat diketahui hasil uji sifat fisik viskositas krim.
Sedangkan dari nilai SD lebih dari 10% maka dapat dikatakan bahwa data kita
tidak homogen dan tidak bersifat reprodusible.
Berdasarkan tabel X, cetyl alcohol diprediksi memberikan efek paling
dominan dalam menentukan respon viskositas dibandingkan gliserin dan interaksi.
Faktor cetyl alcohol dan gliserin berespon positif terhadap viskositas yang berarti
akan meningkatkan respon viskositas krim, sedangkan faktor interaksi tidak
memberikan efek terhadap respon viskositas krim. Selanjutnya, untuk
mengetahui signifikansi dari dominansi efek faktor cetyl alcohol, gliserin, dan
interaksi terhadap respon viskositas krim dapat dilakukan uji statistik yate’s
treatment.
Tabel XII. Hasil Perhitungan Yate’s Treatmen untuk Respon Viskositas Source pf variation
Degree of Freedom
Sum of Squares
Mean Squares
F
Replicates 2 1279,16 639,58 Treatment 3 7066,66 2355,55
a 1 6533,33 6533,33 35,53 b 1 533,33 533,33 2,90 ab 1 0 0 0
Experimental error
8 1470,84 183,855
Total 11 9816,66 Hasil uji yate’s treatment pada tabel XII, terlihat bahwa efek dominan
cetyl alcohol signifikan dalam mempengaruhi peningkatan respon daya sebar. Hal
ini dapat dianalisis dari nilai F hitung faktor gliserin dan interaksi lebih kecil
43
daripada F tabel yaitu 5,32. Sedangkan nilai F hitung faktor cetyl alcohol lebih
besar daripada F tabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor gliserin dan
interaksi tidak berpengaruh signifikan dalam menentukan viskositas, sedangkan
faktor cetyl alcohol berpengaruh signifikan dalam menentukan respon viskositas
krim.
Sifat dominan cetyl alcohol dalam mempengaruhi viskositas dikarenakan
cetyl alcohol yang mempunyai sifat sebagai thickening agent, sedangkan gliserin
mempuyai sifat sebagai humektan sebab mampu menarik air yang terdapat di
lingkungan dengan membentuk ikatan hidrogen dengan air.
Untuk melihat pengaruh gliserin maupun pengaruh cetyl alcohol, dapat
dilihat pada grafik hubungan sbb :
0
50
100
150
200
250
300
0 10 20 30
gliserin (gram)
visk
osita
s (d
.Pa.
s)
cetyl alkoholLRcetyl alkohol LT
(a)
0
50
100
150
200
250
0 5 10 15
cetyl alkohol (gram)
visk
osita
s (d
.Pa.
s)
gliserin LRgliserin LT
(b)
Gambar 13. Grafik (a) Pengaruh Gliserin (b) Pengaruh Cetyl Alcohol terhadap Respon Viskositas
Pada gambar 13, grafik (a) memperlihatkan bahwa peningkatan jumlah
gliserin yang ditambahkan akan mempengaruhi respon viskositas krim.
Peningkatan jumlah gliserin yang ditambahkan baik pada penggunaan cetyl
alcohol level tinggi maupun rendah akan berpengaruh dalam menaikkan
viskositas krim. Pada gambar 13, grafik (b) menunjukkan bahwa peningkatan
44
cetyl alcohol akan mempengaruhi nilai viskositas krim. Peningkatan jumlah cetyl
alcohol yang ditambahkan baik pada penggunaan level rendah dan tinggi gliserin
akan berpengaruh dalam menaikkan viskositas krim.
Adanya interaksi dari kedua faktor juga dapat dilihat pada grafik (a).
Interaksi ini ditunjukkan oleh garis yang tidak sejajar melainkan berpotongan.
Grafik (a) tersebut memperlihatkan kedua garis yang menunjukkan level rendah
dan tinggi faktor adalah tidak sejajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
level yang diteliti ada interaksi antara cetyl alcohol dengan gliserin yang dapat
mempengaruhi viskositas krim. Berdasarkan hasil uji yate’s treatment, cetyl
alcohol berefek dominan signifikan dalam mempengaruhi respon viskositas.
c. Pergeseran Viskositas
Berdasarkan tabel IX, dapat diketahui hasil uji sifat stabilitas pergeseran
viskositas krim. Sedangkan dari nilai SD kurang dari 10% maka dapat dikatakan
bahwa data kita homogen dan bersifat reprodusible.
Berdasarkan tabel X, gliserin memberikan efek paling dominan dalam
menentukan respon pergeseran viskositas dibandingkan cetyl alcohol dan
interaksi. Faktor cetyl alcohol dan gliserin memberikan penurunan respon
pergeseran viskositas, sedangkan efek interaksi memberikan peningkatan respon
pergeseran viskositas. Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi dari dominansi
efek faktor cetyl alcohol, gliserin, dan interaksi terhadap respon pergeseran
viskositas krim dapat dilakukan uji statistik yate’s treatment.
45
Tabel XIII. Hasil Perhitungan Yate’s Treatmen untuk Respon Pergeseran Viskositas
Source pf variation
Degree of Freedom
Sum of Squares
Mean Squares
F
Replicates 2 118,6 59,3 Treatment 3 36,85 12,28
a 1 0,55 0,55 0,048 b 1 25,38 25,38 2,224 ab 1 10,92 10,92 0,957
Experimental error
8 91,28 11,41
Total 11 246,73
Hasil uji yate’s treatment pada tabel XIII, terlihat bahwa efek dominan
gliserin tidak signifikan dalam mempengaruhi peningkatan respon daya sebar. Hal
ini dapat dianalisis dari nilai F hitung faktor gliserin, cetyl alcohol, dan interaksi
lebih kecil daripada F tabel yaitu 5,32. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor
cetyl alcohol, gliserin dan interaksi tidak berpengaruh signifikan dalam
menentukan respon pergeseran viskositas krim.
Efek dominan gliserin tidak dapat dikatakan dominan, sebab dapat
dipengaruhi oleh cetyl alcohol. Untuk melihat pengaruh gliserin maupun pengaruh
cetyl alkohol, dapat dilihat pada grafik hubungan sbb :
0
2
4
6
8
10
12
0 10 20 30
gliserin (gram)
perg
eser
an v
isko
sita
s (%
)
cetyl alkoholLRcetyl alkohol LT
0
2
4
6
8
10
12
0 5 10 15
cetyl alkohol (gram)
perg
eser
an v
isko
sita
s (%
)
gliserin LRgliserin LT
Gambar 14. Grafik (a) Pengaruh Gliserin (b) Pengaruh Cetyl Alcohol terhadap
Respon Pergeseran Viskositas
46
Pada gambar 14, grafik (a) memperlihatkan bahwa peningkatan jumlah gliserin
yang ditambahkan akan mempengaruhi respon pergeseran viskositas krim.
Peningkatan jumlah gliserin yang ditambahkan baik pada penggunaan cetyl
alcohol level tinggi maupun rendah akan berpengaruh dalam menurunkan
pergeseran viskositas krim. Pada gambar 14, grafik (b) menunjukkan bahwa
peningkatan jumlah cetyl alcohol yang ditambahkan akan mempengaruhi respon
pergeseran viskositas krim. Peningkatan jumlah cetyl alcohol yang ditambahkan
baik pada penggunaan level rendah dan tinggi gliserin akan berpengaruh dalam
menurunkan pergeseran viskositas krim.
Adanya interaksi dari kedua faktor juga dapat dilihat dari kedua grafik di
atas. Interaksi ini ditunjukkan oleh garis yang tidak sejajar. Kedua grafik tersebut
memperlihatkan kedua garis yang menunjukkan level rendah dan tinggi faktor
adalah tidak sejajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada level yang diteliti
ada interaksi antara cetyl alcohol dengan gliserin yang dapat mempengaruhi
pergeseran viskositas krim. Namun, pengaruh faktor dan interaksi pada level yang
diteliti ini tidak signifikan terhadap respon pergeseran viskositas, dibuktikan
dengan uji Yate’s Treatment.
E. Optimasi Formula
Dari pengolahan data respon sifat fisik dan stabilitas, dapat diperoleh
persamaan desain faktorial. Dari persamaan desain faktorial tersebut dapat dibuat
grafik contour plot, yang menunjukkan level optimum kedua faktor yang
memberikan respon yang memenuhi persyaratan respon sifat fisik yang
diinginkan. Sedangkan contour plot super impossed dibuat untuk mendapatkan
47
area komposisi optimum cetyl alkohol dan gliserin yang memenuhi
persyaratan respon sifat fisik dan stabilitas yang diinginkan.
a. Daya Sebar
Pada percobaan ini ditetapkan daya sebar yang optimum untuk krim
adalah 5–7 cm. Persamaan desain faktorial untuk daya sebar adalah :
))((0048,0)(008,09,5 BABY . Dari persamaan tersebut dapat dibuat contour
plot sbb :
Gambar 15. Grafik Contour Plot Daya Sebar Krim
Pada contour plot daya sebar krim yang ditunjukkan gambar 15, terlihat
bahwa pada level faktor cetyl alcohol dan gliserin yang diteliti terdapat area
komposisi optimum, dengan respon daya sebar optimum yaitu 5,1-5,4 cm.
Namun, pada level faktor dan interaksi yang diteliti tidak mempunyai
efek dominan terhadap respon berdasarkan tabel XI yang menunjukkan hasil uji
Yate’s treatment. Oleh karena itu, pada peningkatan jumlah faktor cetyl alcohol,
gliserin, atau interaksi pada level yang diteliti, akan menghasilkan respon yang
tidak berbeda signifikan.
48
b. Viskositas
Viskositas merupakan salah satu parameter yang cukup penting dalam
sediaan semisolid karena viskositas dapat mempengaruhi penerimaan bagi
konsumen, mengenai kemudahan saat mengeluarkan dari kemasan dan ketika
aplikasi. Oleh karena itu perlu dipilih suatu rentang viskositas yang secara
subjektif disukai oleh pemakai. Dalam penelitian ini dipilih area viskositas
optimum adalah 145-175 d.Pa.s berdasarkan krim yang sudah beredar di pasaran.
Persamaan desain faktorial untuk viskositas krim adalah :
)(04,1)(2,988 BAY . Dari persamaan ini dibuat contour plot sbb:
Gambar16. Grafik Contour Plot Viskositas Krim
Pada gambar 16, terlihat bahwa krim dengan level cetyl alcohol dan
gliserin yang diteliti terdapat area komposisi optimum, yang memberikan respon
viskositas optimum yaitu 150 d.Pa.s-175 d.Pa.s
Pada level cetyl alcohol yang diteliti mempunyai efek dominan signifikan
terhadap respon berdasarkan tabel XII yang menunjukkan hasil uji Yate’s
treatment. Oleh karena itu, pada peningkatan jumlah faktor cetyl alcohol pada
49
level yang diteliti, akan menghasilkan respon peningkatan viskositas yang berbeda
signifikan.
c. Pergeseran viskositas
Pergeseran viskositas merupakan salah satu parameter stabilitas krim
yang cukup penting. Sebab ada banyak faktor dari luar maupun dalam yang dapat
mempengaruhi stabilitas krim, selain itu pergeseran viskositas juga terkait dengan
konsistensi sediaan krim dan penerimaan krim oleh pasien. Dalam penelitian ini,
dipilih pergeseran viskositas optimum krim yang ditetapkan adalah kurang dari
11%. Persamaan desain faktorial untuk pergeseran viskositas adalah sbb :
))((0616,0)(732,0)(25,135,4 BABAY . Dari persamaan ini dapat dibuat
contour plot sbb :
Gambar 17. Grafik Contour plot Pergeseran Viskositas
Pada contour plot pergeseran viskositas krim terlihat bahwa krim dengan
level gliserin dan cetyl alcohol yang diteliti terdapat area komposisi optimum,
dimana dapat diperoleh respon pergeseran viskositas yang optimum yaitu kurang
dari 11%.
50
Namun, pada level faktor dan interaksi yang diteliti tidak mempunyai
efek dominan signifikan terhadap respon berdasarkan tabel XIII yang
menunjukkan hasil uji Yate’s treatment. Oleh karena itu, pada peningkatan jumlah
faktor cetyl alcohol, gliserin, atau interaksi pada level yang diteliti, akan
menghasilkan respon yang tidak berbeda signifikan.
d. Contour Plot Super Impossed
Contour plot super impossed bertujuan untuk mengetahui area komposisi
optimum faktor dengan respon yang menghasilkan sifat fisik dan stabilitas yang
dikehendaki. Area komposisi ini didapatkan menggunakan respon yang
dikehendaki dalam batas jumlah atau level faktor yang digunakan, didasarkan atas
hasil contour plot sifat fisik dan stabilitas. Respon yang dikehendaki sebagai
adalah daya sebar 5,1-5,4 cm, viskositas 150-175 d.Pa.s, dan pergeseran viskositas
kurang dari 11%. Pada gambar 18 ditunjukkan area komposisi optimum faktor
pada level yang diteliti, yang dapat menghasilkan respon sifat fisik dan stabilitas
yang dikehendaki.
Gambar 18. Contour Plot Super Impossed
51
BAB V
KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan
1. Ekstrak etil asetat isoflavon tempe mempunyai aktivitas
antioksidan berdasarkan metode DPPH dengan nilai % scavenging
: 52,390 %-63,210 %.
2. Cetyl alcohol dominan signifikan mempengaruhi sifat fisik
viskositas krim, sedangkan gliserin dan interaksi cetyl alcohol-
gliserin tidak dominan signifikan dalam mempengaruhi sifat fisik
dan stabilitas krim.
3. Dapat ditemukan area komposisi optimum pada level factor yang
diteliti sesuai dengan parameter sifat fisik dan stabilitas krim
melalui contour plot super imposed.
B. Saran
1. Perlu dilakukan lebih lanjut mengenai komposisi cetyl alcohol dan
gliserin pada level yang berbeda.
2. Perlu dilakukan pengamatan karakteristik ukuran droplet setiap
minggu sampai pada penyimpanan 30 hari untuk mengetahui saat
mulai terjadinya ketidakstabilan sistem emulsi.
52
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, R., Yovita, L., Maimunah, 2008, Penentuan Aktivitas Antioksidan Kadar Fenolat total dan Likopen pada Buah Tomat, www.farmasi.unand.ac.id, diakses pada tanggal 30 Oktober 2009
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, 6, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta Anonim, 2008, Menguak Manfaat Tempe, www.susukolostrum.com, diakses pada
tanggal 27 Oktober 2009 Ariani, S., 2003, Pembuatan Keju Kedelai yang Mengandung Senyawa Faktor-2
Hasil Biokonversi Isoflavon pada Tahu oleh Rhizopus oligosporus (L.41), www.fkip.uns.ac.id , diakses padatanggal 3 September 2009
Bennet, H.F.A.I.C., 1970, New Cosmetic Formulary, 35-36, Chemical Company
Publishing, Inc., New York Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Application, 3rd
Ed., 326, Marcel Dekker, Inc., New York Chiang, H., Wu, W., Fang, J., Chen, B., Kao, T., Chen, Y., et. al, 2007, UVB-
Protection Effects of isoflavone Extracts from Soybean Cake in Human Keratinocytes, www.mdpi.org, diakses pada tanggal 2 November 2009
Garg, A., Aggarwa, D., Garg, S., Singla, A.K., 2002, Spreading of Semisolid
Formulation : An Update, Pharmaceutical Technology, September 2002, 84 – 102, www.pharmacitec.com, diakses pada tanggal 1 November 2009
Gritter, R., Bobbit, J.M., Schwarting, A., 1991, Pengantar Kromatografi, 7-25,
diterjemahkan oleh Padwaninata, K., Penerbit ITB, Bandung Kusumastuti, D. R., 2007, Optimasi Formula Krim Anti Hair Loss Ekstrak Saw
Palmetto (Serenoa repens) dengan Propilen Glikol dan Gliserol sebagai Humectant : Aplikasi Desain Faktorial, Skripsi, 35, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Lee, J., Renita, M., Fioritto, R.J., Martin, S.K., Schwartz, S.J., Vodovotz, Y.,
2004, Isoflavone Characterization and Antioxidanr Activity of Ohio Soybeans, www.fst.osu.edu, diakses pada tanggal 30 Oktober 2009
Mabry, T.J., Markham, K.R., Thomas, M.B., 1970, The systematic Identification
of Flavonoid, 1-343, Springe-verlag, New York
53
Martin, A., Swarbick, J., Cammarata, A., 1993, Physical Pharmacy, Physical
Chemical Principles in The Pharmaceutical Sciences 2 edisi 3, diterjemahkan oleh Yoshita, , Universitas Indonesia Press, Jakarta
Mitsui, T., 1993, New Cosmetic Science, 342, Elsevier, New York Muth De., J.D., 1999, Basic Statistics and Pharmaceutical Statistical
Applications, 265-294, Marcel Dekker, Inc., New York Parwata, I.M.O.A., Rita, W.S., Yoga, R., 2009, Isolasi dan Uji Antiradikal Bebas
Minyak Atsiri pada Daun Sirih secara Spektroskopi Ultraviolet-Tampak, www.akademik.unsri.ac.id, diakses pada tanggal 30 Oktober 2009
Rowe, R., Sheskey, P.J., Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipients Sixth Edition, 155, 283, Pharmaceutical Press, USA Schmid, D., 2004, Dermatological Application of Soy Isoflavones to Prevent Skin
Ageing in Postmenopausal Women, www.mibellebiochemistry.com, diakses pada tanggal 27 Oktober 2009
Sunarni, T., Pramono, S., Asmah, R., 2007, Flavonoid Antioksidan Penangkap
Radikal dari Daun Kepel, www.farmasi.ugm.ac.id, diakses pada tanggal 30 Oktober 2009
Stahl, E., 1985, Analisis Obat secara Mikroskopi, 3-17, Penerbit ITB, Bandung Tensiska, Marsetio, Yudiastuti, S.O.N., 2007, Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kasar Isoflavon dari Ampas Tahu, www.pustaka.unpad.ac.id, diakses pada tanggal 1 November 2009
Young, A., 1972, Practical Cosmetic Science, 38-40, Mills & Boon Limited,
London Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh
Soewandi, S. N., 102, 312, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Zulli, F., Schmid, D., Muggli, R., Hanay, C., 2002, Cosmetics Containing
Isoflavone Aglycone, www.freepatentsonline.com, diakses pada tanggal 28 Oktober 2009
54
LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema Hasil Rf Kromatografi Lapis Tipis Isoflavon dari Tempe
Lampiran 2. Perhitungan Uji Antioksidan Metode DPPH 1. Absorbansi, % Scavenging, dan IC50 Antioksidan Pembanding BHT
No Konsentrasi BHT Absorbansi % Scavenging 1. Blanko (DPPH) 1,074 2. 0,05 mM 0,893 16,853 % 3. 0,075 mM 0,839 21,881 % 4. 0,1 mM 0,826 23,091 % 5. 0,25 mM 0,648 39,665 % 6. 0,5 mM 0,395 63,222 % Regresi Linier : Konsentrasi BHT vs % Scavenging r = 0,9983 A = 13,2325 B = 101,0764
3cm
15cm
Bercak I
Bercak II
Bercak III
55
Persamaan regresi linier : 2325,130764,101 xy Perhitungan nilai IC50 :
%3638,03638,0
2325,130764,101502325,130764,101
50
ICx
xxy
2. Absorbansi, % Scavenging, dan IC50 Ekstrak Etil Asetat Isoflavon Absorbansi % Scavenging Konsentrasi
Sampel Rep I Rep II Rep III Rep I Rep II Rep III Blanko 1,032 1,032 1,032 - - - 10% 0,764 0,760 0,753 25,969 26,356 27,035 20% 0,676 0,666 0,661 34,496 35,465 35,960 30% 0,600 0,581 0,598 41,860 43,701 42,054 40% 0,512 0,495 0,467 50,387 52,035 54,748 50% 0,311 0,417 0,411 69,864 59,593 60,174
Replikasi I Persamaan regresi linier : 415,13037,1 xy Perhitungan nilai IC50 :
%280,35280,35
415,13037,150415,13037,1
50
ICx
xxy
Replikasi II Persamaan regresi linier : 517,18830,0 xy Perhitungan nilai IC50 :
%931,37931,37
517,18830,050517,18830,0
50
ICx
xxy
Replikasi III Persamaan regresi linier : 474,18851,0 xy Perhitungan nilai IC50 :
%046,37046,37
474,18851,050474,18851,0
50
ICx
xxy
56
Lampiran 3. Data Penimbangan, Notasi, dan Formula Desain Faktorial 1. Data penimbangan (untuk 250 g)
Bahan 1 (g) a (g) b (g) ab (g) Asam stearat 12,5 12,5 12,5 12,5 Cetyl alcohol 5 10 5 10 VCO 5 5 5 5 BHT 0,25 0,25 0,25 0,25 Gliserin 12,5 12,5 25 25 TEA 2,5 2,5 2,5 2,5 Nipagin 0,625 0,625 0,625 0,625 Aquadest 200 200 200 200 Isoflavon 0,1 0,1 0,1 0,1 Parfum 8 tetes 8 tetes 8 tetes 8 tetes
2. Notasi Level tinggi : + Level rendah : - Faktor A : cetyl alkohol Faktor B : gliserin
Formula Faktor A Faktor B Interaksi 1 - - + a + - - b - + - ab + + +
3. Formula Desain Faktorial
Formula Cetyl Alcohol Gliserin 1 5 12,5 a 10 12,5 b 5 25 ab 5 25
Lampiran 4. Data Sifat Fisik dan Stabilitas Krim 1. Daya Sebar
Hari II Rep 1 (cm) a (cm) b (cm) ab (cm)
1 5
25,55,4
75,4
255,4
25,6
25,57
6,5
275,55,5
2 5,5
25,55,5
5
255
25,6
265,6
75,5
255,6
3 15,6
23,66
9,5
29,59,5
6
266
5,5
25,55,5
SD 0,6 0,6 0,1 0,1 Rata2 5,5 5,2 6,2 5,6
57
2. Data Viskositas dan Pergeseran Viskositas Formula 1
Hari II (d.Pa.s) Hari XXX (d.Pa.s) Pergeseran Viskositas (%) I II III SD Rata2 I II III I II III Rata2
120 160 160 23 147 150 170 170 2 15,6 15,6 11,1 Formula a
Hari II (d.Pa.s) Hari XXX (d.Pa.s) Pergeseran Viskositas (%) I II III SD Rata2 I II III I II III Rata2
205 205 170 20 193 210 220 185 8,1 14 4,1 8,7
Formula b Hari II (d.Pa.s) Hari XXX (d.Pa.s) Pergeseran Viskositas (%)
I II III SD Rata2 I II III I II III Rata2 150 180 150 17 160 155 175 150 3,1 9,4 6,25 6,25
Formula ab
Hari II (d.Pa.s) Hari XXX (d.Pa.s) Pergeseran Viskositas (%) I II III SD Rata2 I II III I II III Rata2
200 220 200 11 207 220 230 195 6,3 11,1 5,81 7,7
3. Hasil Pengujian Mikromeritik
F1 Rep I Hari2
F1 Rep I
Hari30
F1 Rep II Hari2
F1 Rep II Hari30
F1 Rep III Hari2
F1 Rep III
Hari30 N Valid 500 500 500 500 500 498 Missing 0 0 0 0 0 2 Mean 5.820 5.869 7.224 6.769 7.301 6.987 Std. Error
of Mean .0848 .0828 .1134 .1108 .1139 .1190
Median 5.600 5.600 7.000 6.500 7.000 6.500 Mode 5.1 5.6 5.6 6.5 5.6 6.5 Std.
Deviation 1.8955 1.8511 2.5359 2.4770 2.5477 2.6549
Variance 3.593 3.427 6.431 6.135 6.491 7.049 Skewness .522 .452 .770 .750 .732 .659 Std. Error
of Skewness
.109 .109 .109 .109 .109 .109
Kurtosis .104 .220 .773 .826 .858 .245 Std. Error
of Kurtosis .218 .218 .218 .218 .218 .218
Range 10.6 10.6 15.8 15.8 16.9 14.8 Minimum 1.9 1.9 2.3 1.9 1.0 1.9 Maximum 12.5 12.5 18.1 17.7 17.9 16.7 Sum 2909.8 2934.3 3612.1 3384.3 3650.6 3479.3 Percentiles 90 8.300 8.300 10.600 10.290 10.700 10.700
58
Paired Differences 95% Confidence
Interval of the Difference
Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean Lower Upper t df
Sig. (2-tailed)
F1 Hari 2 - F1
Hari 30
.103333 .178979 .103333 -
.341274
.547941 1.000 2 .423
Fa
Rep I Hari2
Fa Rep I
Hari30
Fa Rep II Hari2
Fa Rep II Hari30
Fa Rep III Hari2
Fa Rep III
Hari30 N Valid 500 500 500 498 500 500 Missing 0 0 0 2 0 0 Mean 7.475 7.774 7.113 7.651 7.055 7.197 Std. Error
of Mean .1096 .1164 .1135 .1142 .1089 .1149
Median 7.400 7.900 6.900 7.400 6.900 6.900 Mode 6.0 8.3 6.5 8.3 7.9 5.6 Std.
Deviation 2.4498 2.6026 2.5379 2.5476 2.4353 2.5698
Variance 6.002 6.774 6.441 6.490 5.931 6.604 Skewness .529 .445 .970 .565 .602 .619 Std. Error
of Skewness
.109 .109 .109 .109 .109 .109
Kurtosis .409 .484 1.755 .316 .406 .622 Std. Error
of Kurtosis .218 .218 .218 .218 .218 .218
Range 15.7 17.1 16.6 13.9 13.8 16.2 Minimum 1.9 1.0 1.0 2.3 1.9 .5 Maximum 17.6 18.1 17.6 16.2 15.7 16.7 Sum 3737.6 3887.0 3556.4 3810.1 3527.5 3598.3 Percentiles 90 10.700 11.600 10.200 11.100 10.290 10.700
Paired Differences 95% Confidence
Interval of the Difference
Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean Lower Upper t df
Sig. (2-tailed)
Fa Hari 2 - Fa
Hari 30
-
.736667
.282902 .163333 -
1.439433
-
.033900
-4.510 2 .046
59
Fb Rep I Hari2
Fb Rep I
Hari30
Fb Rep II Hari2
Fb Rep II Hari30
Fb Rep III Hari2
Fb Rep III
Hari30 N Valid 500 496 500 500 500 499 Missing 0 4 0 0 0 1 Mean 6.373 6.803 6.280 6.330 6.010 8.384 Std. Error
of Mean .0899 .0917 .0962 .0981 .0885 .1066
Median 6.050 6.500 6.000 6.000 6.000 7.900 Mode 5.1 5.6 5.1 5.6 5.6 7.9 Std.
Deviation 2.0110 2.0427 2.1511 2.1936 1.9799 2.3818
Variance 4.044 4.173 4.627 4.812 3.920 5.673 Skewness .421 .423 .512 .623 .900 .483 Std. Error
of Skewness
.109 .110 .109 .109 .109 .109
Kurtosis .046 .091 .295 .518 2.858 .191 Std. Error
of Kurtosis .218 .219 .218 .218 .218 .218
Range 12.0 12.9 13.0 13.0 16.2 15.3 Minimum 1.4 1.9 1.4 .9 .9 1.4 Maximum 13.4 14.8 14.4 13.9 17.1 16.7 Sum 3186.6 3374.2 3140.2 3165.1 3005.0 4183.6 Percentiles 90 9.300 9.700 8.800 9.300 8.400 11.600
Paired Differences 95% Confidence
Interval of the Difference
Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean Lower Upper t df
Sig. (2-tailed)
Fb Hari 2 - Fb
Hari 30
-
1.366667
1.588500 .917121 -
5.312720
2.579387 -1.490 2 .275
60
Fab Rep I Hari2
Fab Rep I
Hari30
Fab Rep II Hari2
Fab Rep II Hari30
Fab Rep III Hari2
Fab Rep III
Hari30 N Valid 500 500 500 500 500 500 Missing 0 0 0 0 0 0 Mean 6.508 6.798 6.947 6.869 5.987 6.129 Std. Error
of Mean .1071 .0999 .1025 .1142 .0842 .1146
Median 6.100 6.500 6.900 6.600 5.600 5.600 Mode 6.0 6.5 6.5 6.5 5.6 5.6 Std.
Deviation 2.3946 2.2332 2.2918 2.5546 1.8817 2.5634
Variance 5.734 4.987 5.252 6.526 3.541 6.571 Skewness .765 .433 .527 .477 .529 .695 Std. Error
of Skewness
.109 .109 .109 .109 .109 .109
Kurtosis 1.136 -.069 .587 .008 .536 .354 Std. Error
of Kurtosis .218 .218 .218 .218 .218 .218
Range 15.8 11.6 14.2 14.3 13.5 13.9 Minimum 1.0 1.4 .7 1.4 .9 .9 Maximum 16.8 13.0 14.9 15.7 14.4 14.8 Sum 3254.1 3399.1 3473.4 3434.7 2993.6 3064.5 Percentiles 90 9.700 9.790 10.200 10.200 8.770 9.680
Paired Differences 95% Confidence
Interval of the Difference
Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean Lower Upper t df
Sig. (2-tailed)
Fab Hari 2 -
Fab Hari 30
-
.333333
.501431 .289501 -
1.578958
.912291 -1.151 2 .369
Lampiran 5. Perhitungan Efek Sifat Fisik dan Stabilitas Krim Notasi Level tinggi : + Level rendah : - Interaksi : Cetyl alkohol dan Gliserin
1. Daya Sebar Faktor dan Interaksi Efek
Cetyl Alkohol -0,45 Gliserin 0,55 Interaksi -0,15
2. Viskositas Faktor dan Interaksi Efek
Cetyl Alkohol 46 Gliserin 13 Interaksi 0
61
3. Pergeseran Viskositas
Faktor dan Interaksi Efek Cetyl Alkohol -0,475
Gliserin -2,925 Interaksi 1,925
Lampiran 6. Persamaan Desain Faktorial PLOT Persamaan Umum : ))(()()( 12210 BAbBbAbbY Keterangan :
Y = respon hasil atau sifat yang diamati (A),(B) = level bagian A, level bagian B, yang nilainya -1 dan +1 b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan 1. Daya Sebar
Formula 1 :
12210
12210
5,625,1255,5)5,12)(5(5,1255,5
bbbbbbbb
Formula a :
12210
12210
1255,12102,5)5,12)(10(5,12102,5
bbbbbbbb
Formula b :
12210
12210
1252552,6)25)(5(2552,6
bbbbbbbb
Formula ab :
12210
12210
25025106,5)25)(10(25106,5
bbbbbbbb
Eliminasi (1) dan (b) :
)........(5,625,127,0________________________
1252552,65,625,1255,5
122
12210
12210
Ibb
bbbbbbbb
Eliminasi (a) dan (ab)
)........(1255,124,0________________________
25025106,51255,12102,5
122
12210
12210
IIbb
bbbbbbbb
62
Eliminasi (I) dan (II)
0048,05,623,0
________________________1255,124,0
5,625,127,0
12
12
122
122
bb
bbbb
Substitusi b12 ke (I)
08,0)0048,0(5,625,127,0
2
2
bb
Eliminasi (1) dan (a)
)........(5,6253,0________________________
1255,12102,55,625,1255,5
121
12210
12210
IIIbb
bbbbbbbb
Substitusi b12 ke (III)
0)0048,0(5,6253,0
1
1
bb
Substitusi b1, b2, b12 ke (1)
9,5)0048,0(5,62)08,0(5,12)0(55,5
5,625,1255,5
0
0
12210
bb
bbbb
))((0048,0)(008,09,5 BABY
2. Viskositas Hari II Formula 1 :
12210
12210
5,625,125147)5,12)(5(5,125147
bbbbbbbb
Formula a :
12210
12210
1255,1210193)5,12)(10(5,1210193
bbbbbbbb
Formula b :
12210
12210
125255160)25)(5(255160
bbbbbbbb
Formula ab :
12210
12210
2502510206)25)(10(2510206
bbbbbbbb
63
Eliminasi (1) dan (b) :
)........(5,625,1213________________________
1252551605,625,125147
122
12210
12210
Ibb
bbbbbbbb
Eliminasi (a) dan (ab)
)........(1255,1213________________________
25025102061255,1210193
122
12210
12210
IIbb
bbbbbbbb
Eliminasi (I) dan (II)
05,620
________________________1255,1213
5,625,1213
12
12
122
122
bb
bbbb
Substitusi b12 ke (I)
04,1)0(5,625,1213
2
2
bb
Eliminasi (1) dan (a)
)........(5,62546________________________1255,1210193
5,625,125147
121
12210
12210
IIIbb
bbbbbbbb
Substitusi b12 ke (III)
2,9)0(5,62546
1
1
bb
Substitusi b1, b2, b12 ke (1)
88)0(5,62)04,1(5,12)2,9(5147
5,625,125147
0
0
12210
bb
bbbb
)(04,1)(2,988 BAY
3. Pergeseran Viskositas Formula 1 :
12210
12210
5,625,1251,11)5,12)(5(5,1251,11
bbbbbbbb
Formula a :
64
12210
12210
1255,12107,8)5,12)(10(5,12107,8
bbbbbbbb
Formula b :
12210
12210
12525525,6)25)(5(25525,6
bbbbbbbb
Formula ab :
12210
12210
25025107,7)25)(10(25107,7
bbbbbbbb
Eliminasi (1) dan (b) :
)........(5,625,1285,4________________________
12525525,65,625,1251,11
122
12210
12210
Ibb
bbbbbbbb
Eliminasi (a) dan (ab)
)........(1255,121________________________
25025107,71255,12107,8
122
12210
12210
IIbb
bbbbbbbb
Eliminasi (I) dan (II)
0616,05,6285,3
________________________1255,121
5,625,1285,4
12
12
122
122
bb
bbbb
Substitusi b12 ke (I)
732,0)0616,0(5,625,1213
2
2
bb
Eliminasi (1) dan (a)
)........(5,6254,2________________________1255,12107,8
5,625,1251,11
121
12210
12210
IIIbb
bbbbbbbb
Substitusi b12 ke (III)
25,1)0616,0(5,6254,2
1
1
bb
Substitusi b1, b2, b12 ke (1)
65
35,4)0616,0(5,62)732,0(5,12)25,1(51,11
5,625,1251,11
0
0
12210
bb
bbbb
))((0616,0)(732,0)(25,135,4 BABAY
Lampiran 7. Yate’s Treatment a = cetyl alkohol b = gliserin
1. Daya Sebar A1 A2 Replikasi
B1 B2 B1 B2 1 5 6,25 4,75 5,6 2 5,5 6,25 5 5,75 3 6,5 6 5,9 5,5
Σy2 = total sum of square
3,334,38567,38812
)68()5,5()75,5(
)6,5()9,5()5()75,4()6()25,6()25,6()5,6()5,5()5(
2
22
22222222222
2
y
y
Ryy = replicate sum of squares
665,034,385005,38612
)68(4
)9,23()5,22()6,21( 2222
Ryy
Tyy = treatment sum of squares
33,134,385670,38612
)68(3
)85,16()65,15()5,18()17( 22222
Tyy
Eyy = experimental error sum of squares 305,133,1665,03,3 Eyy
ayy = sum of squares associated with the different levels of a
743,034,385083,38612
)68(6
)5,32()5,35( 222
Ayy
byy = sum of squares associated with the different levels of b
601,034,385941,38512
)68(6
)35,35()65,32( 222
byy
Abyy = sum of squares associated eith the interaction of the two factor
041,0601,0743,033,1 Abyy
66
Source pf variation
Degree of Freedom
Sum of Squares Mean Squares F
Replicates 2 0,665 0,3325 Treatment 3 1,33 0,443
a 1 0,743 0,743 4,5583 b 1 0,601 0,601 3,6871 ab 1 -0,041 -0,041 -0,2515
Experimental error
8 1,305 0,163
Total 11 3,3 Nilai F tabel (1,8) dengan tingkat kepercayaan 95% adalah 5,32 HIPOTESIS a. Hi = cetyl alkohol memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
respon daya sebar pada level yang diteliti
Ho = cetyl alkohol memberikan pengaruh yang tidak signifikan
terhadap respon daya sebar pada level yang diteliti
b. Hi = gliserin memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon
daya sebar pada level yang diteliti
Ho = gliserin memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap
respon daya sebar pada level yang diteliti
c. Hi = interaksi antara cetyl alkohol dan gliserin memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap respon daya sebar pada level yang diteliti
Ho = interaksi antara cetyl alkohol dan gliserin memberikan pengaruh
yang tidak signifikan terhadap respon daya sebar pada level yang
diteliti
KESIMPULAN a. cetyl alkohol memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap
respon daya sebar pada level yang diteliti
b. gliserin memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap respon
daya sebar pada level yang diteliti
67
c. interaksi antara cetyl alkohol dan gliserin memberikan pengaruh yang
tidak signifikan terhadap respon daya sebar pada level yang diteliti
2. Viskositas A1 A2 Replikasi
B1 B2 B1 B2 1 120 150 205 200 2 160 180 205 220 3 160 150 170 200
Σy2 = total sum of square
66,981634,37453338435012
)2120()200()170()150()160(
)220()205()180()160()200()205()150()120(
2
22222
222222222
2
y
y
Ryy = replicate sum of squares
16,127934,375453350,37581212
)2120(4
)680()765()675( 2222
Ryy
Tyy = treatment sum of squares
66,706634,37453338160012
)2120(3
)620()580()480()440( 22222
Tyy
Eyy = experimental error sum of squares 84,147066,706616,127966,9816 Eyy
ayy = sum of squares associated with the different levels of a
33,653312
)2120(6
)1200()920( 222
Ayy
byy = sum of squares associated with the different levels of b
33,53312
)2120(6
)1100()1020( 222
byy
Abyy = sum of squares associated eith the interaction of the two factor 033,53333,653366,7066 Abyy
Source pf variation
Degree of Freedom
Sum of Squares Mean Squares F
Replicates 2 1279,16 639,58 Treatment 3 7066,66 2355,55
a 1 6533,33 6533,33 35,53 b 1 533,33 533,33 2,90 ab 1 0 0 0
Experimental error
8 1470,84 183,855
Total 11 9816,66 Nilai F tabel (1,8) dengan tingkat kepercayaan 95% adalah 5,32
68
HIPOTESIS a. Hi = cetyl alkohol memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
respon viskositas pada level yang diteliti
Ho = cetyl alkohol memberikan pengaruh yang tidak signifikan
terhadap respon viskositas pada level yang diteliti
b. Hi = gliserin memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon
viskositas pada level yang diteliti
Ho = gliserin memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap
respon viskositas pada level yang diteliti
c. Hi = interaksi antara cetyl alkohol dan gliserin memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap respon viskositas pada level yang diteliti
Ho = interaksi antara cetyl alkohol dan gliserin memberikan pengaruh
yang tidak signifikan terhadap respon viskositas pada level yang
diteliti
KESIMPULAN a. cetyl alkohol memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon
viskositas pada level yang diteliti
b. gliserin memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap respon
viskositas pada level yang diteliti
c. interaksi antara cetyl alkohol dan gliserin memberikan pengaruh yang
tidak signifikan terhadap respon viskositas pada level yang diteliti
3. Pergeseran Viskositas A1 A2 Replikasi
B1 B2 B1 B2 1 2 3,1 8,1 6,3 2 15,6 9,4 14 11,1 3 15,6 6,25 4,1 5,8
69
Σy2 = total sum of square
73,24698,85571,110212
)35,101()8,5()1,4()25,6()6,15(
)1,11()14()4,9()6,15()3,6()1,8()1,3()2(
2
22222
222222222
2
y
y
Ryy = replicate sum of squares
86,1198,85558,97412
)35,101(4
)75,31()1,50()5,19( 2222
Ryy
Tyy = treatment sum of squares
85,3698,85583,89212
)35,101(3
)2,23()2,26()75,18()2,33( 22222
Tyy
Eyy = experimental error sum of squares 28,9185,366,11873,246 Eyy
ayy = sum of squares associated with the different levels of a
55,012
)35,101(6
)4,49()95,51( 222
Ayy
byy = sum of squares associated with the different levels of b
38,2512
)35,101(6
)95,41()4,59( 222
byy
Abyy = sum of squares associated eith the interaction of the two factor 92,1038,2555,085,36 Abyy
Source pf variation
Degree of Freedom
Sum of Squares Mean Squares F
Replicates 2 118,6 59,3 Treatment 3 36,85 12,28
a 1 0,55 0,55 0,048 b 1 25,38 25,38 2,224 ab 1 10,92 10,92 0,957
Experimental error
8 91,28 11,41
Total 11 246,73 Nilai F tabel (1,8) dengan tingkat kepercayaan 95% adalah 5,32 HIPOTESIS a. Hi = cetyl alkohol memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
respon pergeseran viskositas pada level yang diteliti
Ho = cetyl alkohol memberikan pengaruh yang tidak signifikan
terhadap respon pergeseran viskositas pada level yang diteliti
70
b. Hi = gliserin memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon
pergeseran viskositas pada level yang diteliti
Ho = gliserin memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap
respon pergeseran viskositas pada level yang diteliti
c. Hi = interaksi antara cetyl alkohol dan gliserin memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap respon pergeseran viskositas pada level yang
diteliti
Ho = interaksi antara cetyl alkohol dan gliserin memberikan pengaruh
yang tidak signifikan terhadap respon pergeseran viskositas pada level
yang diteliti
KESIMPULAN a. cetyl alkohol memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap
respon pergeseran viskositas pada level yang diteliti
b. gliserin memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap respon
pergeseran viskositas pada level yang diteliti
c. interaksi antara cetyl alkohol dan gliserin memberikan pengaruh yang
tidak signifikan terhadap respon viskositas pada level yang diteliti
71
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
Ekstrak Etil Asetat Isoflavon
Proses Maserasi
Bahan Baku Tempe
Penghalusan Tempe dengan Blender
Mikroskop Motic
Viskotester
72
Krim Formula 1 Krim Formula a
Krim Formula b Krim Formula ab
73
BIOGRAFI PENULIS
Felicia Satya Christania, lahir di Yogyakarta pada tanggal 12 Juli 1988,
merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Carolus Prasetyadi dan
Caecilia Isdiyanti. Penulis pernah menempuh pendidikan di SD Kanisius
Demangan Baru, hingga lulus pada tahun 2000. Kemudian melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 8 Yogyakarta, hingga lulus pada tahun 2003, dan lulus
dari SMA Negeri 3 Yogyakarta pada tahun 2006. Setamat dari SMA, penulis
melanjutkan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan
kemahasiswaan diantaranya, menjadi humas Jaringan Mahasiswa Kesehatan
Indonesia Komisariat Sanata Dharma periode 2006-2007 dan 2007-2008.
Departemen Pengabdian Masyarakat Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia
Wilayah DIY periode 2007-2008. Ikut dalam kepanitiaan seperti Humas TITRASI
(Tiga Hari Temu Akrab Farmasi) 2007, Sekretaris Hari AIDS sedunia, Sie Acara
Pharmacy Performance, dan Peserta Pra Kongres Mahasiswa Kesehatan
Indonesia di Bandung tahun 2008 mewakili Universitas Sanata Dharma. Penulis
juga aktif menjadi asisten praktikum diantaranya asisten Semisolid Liquid.
Top Related