LAPORAN KASUS
“Katarak Traumatik”
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
Periode 08 Desember – 10 Jnuari 2014
Dokter Pembimbing Klinik :
dr. Nanda Lessi H.E.P, Sp. M
Disusun oleh :
AGUNG RONDONUWU
(112013337)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
2014
I. IDENTITAS
Nama : An. A
Umur : 10 tahun
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan : 24 Desember 2014
II. ANAMNESIS
Auto anamnesis pada tanggal 24 Desember 2014 jam 12.30 WIB
Keluhan utama
Kontrol jadwal operasi kedua katarak.
Keluhan tambahan
Pada mata kanan didapatkan penglihatan buram.
Riwayat Penyakit Sekarang
2 bulan yang lalu mata kanan pasien terkena gunting. Awalnya mata kanannya berwarna
merah akibat kejadian itu. Penglihatan didapatkan cukup buram pada pasien. Keluhan
gatal, berarir, secret disangkal. Setelah dilakukan operasi hecting kornea, penglihatan
yang didapatkan masih buram, namun mata sudah tidak merah lagi seperti sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang serupa seperti ini.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : dalam batas normal
Kepala/leher : dalam batas normal
Thorax, Jantung : dalam batas normal
Paru : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : dalam batas normal
STATUS OPHTALMOLOGIS
KETERANGAN OD OS
1. VISUS
- Visus jauh 1/300 6/6
- Koreksi - -
- Addisi - -
- Kaca mata lama - -
- Persepsi warna + +
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
- Eksoftalmus - -
- Endoftalmus - -
- Deviasi - -
- Gerakan Bola Mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
3. SUPERSILIA
- Warna Hitam Hitam
- Simetris Normal Normal
- Tanda peradangan - -
- Rontok - -
4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Edema - -
- Nyeri tekan - -
- Ektropion - -
- Entropion - -
- Blefarospasme - -
- Distrikiasis - -
- Sikatriks - -
- Pungtum lakrimal - -
- Fissura palpebra - -
- Tes anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
5. KONJUNGTIVA PALBEBRAE SUPERIOR INFERIOR
- Hiperemis - -
- Folikel - -
- Papil - -
- Sikatriks - -
- Hordeolum - -
- Kalazion - -
6. KONJUNGTIVA BULBI
- Sekret - -
- Injeksi Konjungtiva - -
- Injeksi Siliar - -
- Perdarahan Subkonjungtiva - -
- Pterigium - -
- Pinguekula - -
- Nevus Pigmentosus - -
- Kista Dermoid - -
7. SKLERA
- Warna Normal Normal
- Ikterik - -
- Nyeri Tekan - -
8. KORNEA
- Kejernihan Keruh Jernih
- Permukaan Rata Rata
- Ukuran 12 mm 12 mm
- Sensibilitas Baik Baik
- Infiltrat - -
- Keratik Presipitat - -
- Sikatriks + -
- Ulkus - -
- Perforasi - -
- Arcus senilis - -
- Edema - -
- Uji fluoresein Tidak dilakukan Tidak dilakukan
9. BILIK MATA DEPAN
- Kedalaman Sedang Sedang
- Kejernihan Jernih Jernih
- Hifema - -
- Hipopion - -
- Efek Tyndall - -
10. IRIS
- Warna Coklat Coklat
- Kripte - -
- Sinekia - -
- Kolobama - -
11. PUPIL
- Letak Tengah Tengah
- Bentuk Bulat Bulat
- Ukuran 3 mm 3 mm
- Refleks Cahaya Langsung - +
- Refleks Cahaya Tidak Langsung - +
12. LENSA
- Kejernihan Jernih Jernih
- Letak Tengah Tengah
- Test Shadow - -
13. BADAN KACA
- Kejernihan Jernih Jernih
14. PALPASI
- Nyeri tekan - -
- Massa tumor - -
- Tensi okuli N/palpasi N/palpasi
- Tonometer schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
15. KAMPUS VISI
- Tes konfrontasi Baik Baik
16. FUNDUS OKULI
- Batas Sulit dinilai Tegas
- Warna Sulit dinilai Merah
- Ekskavasio - -
- AVR Sulit dinilai 2:3
- CDR Sulit dinilai 0,3
- Macula lutea Sulit dinilai +
- Retina Sulit dinilai +
- Eksudat - -
- Perdarahan - -
- Sikatriks - -
- Ablasio - -
- Neovaksularisai - -
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Slit-lamp
V. RESUME
Pasien datang dengan keluhan mata kanannya terasa buram semenjak 2 bulan lalu.
Awalnya mata pasien dapat melihat jelas namun pernah terkena trauma gunting di kornea
matanya. Awalnya mata pasien sempat merah. Pasien sudah sempat dilakukan operasi
hecting kornea beberapa lama lalu. Visus mata kanan pasien 1/300. Pada bagian kornea
terdapat sikatriks. Pasien diduga menderita katarak traumatic.
Status Oftalmologi :
OD OS
1/300 Visus 6/6
N/palpasi TIO N/palpasi
Tidak Hiperemis Cts Tidak Hiperemis
Tidak Hiperemis Cti Tidak Hiperemis
Tidak Hiperemis Cb Tidak Hiperemis
Sikatriks + C Jernih
Dalam CoA Dalam
Sulit dinilai P Bulat, 3mm RC +
Sulit dinilai I Sinekia -
Sulit dinilai L Jernih
Sulit dinilai F Dbn
VI. DIAGNOSIS KERJA
Katarak traumatic OD
Post hecting kornea OD
VII. DIAGNOSIS BANDING
Sikatriks kornea
VIII. PENATALAKSANAAN
Floxa ed 1gtt / 2 jam OD
Sefadroxil
IX. PROGNOSIS
OKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)
Ad Vitam : Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam
Ad Fungsionam : Dubia Dubia ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia Dubia ad Bonam
KATARAK TRAUMATIK
Definisi
Katarak traumatik merupakan katarak yang muncul sebagai akibat cedera pada mata yang
dapat merupakan trauma perforasi ataupun tumpul yang terlihat sesudah beberapa hari
ataupun beberapa tahun.Katarak traumatik ini dapat muncul akut, subakut, atau pun gejala
sisa dari trauma mata.
Etiologi
Peluru senapan angin dan petasan merupakan penyebab katarak traumatik paling sering,
sedangkan batu, panah, kontusio, overexposure panas (glassblower’s cataract), dan radiasi
ion merupakan penyebab katarak traumatik yang jarang.
Insiden
Di Amerika Serikat terjadi kurang lebih sebanyak 2,5 juta trauma mata per tahun.
Diperkirakan sebanyak kurang lebih 4-5% dari jumlah tersebut akan menjadi trauma mata
sekunder. Perbandingan laki-laki dan perempuan yang mengalami katarak traumatik adalah
4:1. Sementara itu, kelompok usia yang paling sering terkena adalah anak-anak dan dewasa
muda. Menurut penelitian yang dilakukan oleh National Eye Trauma System antara tahun
1985-1991, rerata usia penderita katarak traumatik adalah usia 28 tahun dari 648 kasus yang
berhubungan dengan trauma mata.
Patogenesis
1. Luka memar/tumpul
Jika terjadi trauma akibat benda keras yang cukup kuat mengenai mata dapat menyebabkan
lensa menjadi opak. Trauma yang disebabkan oleh benturan dengan bola keras adalah salah
satu contohnya. Kadang munculnya katarak dapat tertunda sampai kurun waktu beberapa
tahun. Bila ditemukan katarak unilateral, maka harus dicurigai kemungkinan adanya riwayat
trauma sebelumnya, namun hubungan sebab dan akibat tersebut kadang cukup sulit untuk
dibuktikan dikarenakan tidak adanya tanda-tanda lain yang dapat ditemukan mengenai
adanya trauma sebelumnya tersebut.
Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior ataupun posterior. Kontusio
lensa menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak
(imprinting) yang disebut cincinVossius.
Gambar Cincin Vossius
2. Luka perforasi
Luka perforasi pada mata mempunyai tendensi yang cukup tinggi untuk terbentuknya
katarak. Jika objek yang dapat menyebabkan perforasi (contoh : gelas yang pecah) tembus
melalui kornea tanpa mengenai lensa biasanya tidak memberikan dampak pada lensa, dan
bila trauma tidak menimbulkan suatu luka memar yang signifikan maka katarak tidak akan
terbentuk. Hal ini tentunya juga bergantung kepada penatalaksanaan luka kornea yang hati-
hati dan pencegahan terhadap infeksi, akan tetapi trauma-trauma seperti di atas dapat juga
melibatkan kapsul lensa, yang mengakibatkan keluarnya lensa mata ke bilik anterior.
Urutan dari dampak setelah trauma juga bergantung pada usia pasien. Saat kapsul lensa pada
anak ruptur, maka akan diikuti oleh reaksi inflamasi di bilik anterior dan masa lensa biasanya
secara berangsur-angsur akan diserap, jika tidak ditangani dalam waktu kurang lebih 1 bulan.
Namun demikian, pasien tidak dapat melihat dengan jelas karena sebagian besar dari
kemampuan refraktif mata tersebut hilang. Keadaan ini merupakan konsekuensi yang serius
dan kadang membutuhkan penggunaan lensa buatan intraokular. Bila ruptur lensa terjadi pada
dewasa, juga diikuti dengan reksi inflamasi seperti halnya pada anak namun tendensi untuk
fibrosis jauh lebih tinggi, dan jaringan fribrosis opak yang terbentuk tersebut dapat bertahan
dan menghalangi pupil.
Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan menutup
dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma
tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai
dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik mata.
Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik masa lensa yang akan difagosit makrofag
dengan cepatnya, yang dapat memberikan bentuk endoftalmitis fakoanalitik. Lensa dengan
kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat korteks lensa sehingga akan mengakibatkan
terbentuknya cincin Soemering atau bila epitel lensa berproliferasi aktif akan terlihat
mutiara Elschnig.
Gambar Cincin Soemring
Gambar Mutiara Elschnig
3. Radiasi sinar
Sinar yang terlihat cenderung tidak menyebabkan timbulnya katarak. Ultraviolet juga
mungkin tidak menyebabkan katarak karena sinar dengan gelombang pendek tidak dapat
melewati atmosfir. Sinar gelombang pendek (tidak terlihat) ini dapat menyebabkan luka
bakar kornea superfisial yang dramatis, yang biasanya sembuh dalam 48 jam. Cedera ini
ditandai dengan “snow blindness” dan “welder’ flash”.
Sinar infra merah yang berkepanjagan (prolong), juga dapat menjadi penyebab katarak, ini
dapat ditemui pada pekerja bahan-bahan kaca dan pekerja baja. Namun penggunaan kacamata
pelindung dapat setidaknya mengeliminasi sinar X ini dan sinar gamma yang juga dapat
mengakibatkan katarak.
Katarak traumatik disebabkan oleh radiasi ini dapat ditemukan pada pasien-pasien yang
mendapat radioterapi (seluruh tubuh) leukemia, namun resiko terjadinya hanya apabila terapi
menggunakan sinar X.
Seringnya, manifestasi awal dari katarak traumatik ini adalah kekeruhan berbentuk roset
(rosette cataract), biasanya pada daerah aksial yang melibatkan kapsul posterior lensa. Pada
beberapa kasus, trauma tumpul dapat berakibat dislokasi dan pembentukan katarak pada
lensa. Katarak traumatik ringan dapat membaik dengan sendirinya (namun jarang
ditemukan).
4. Kimia
Trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak, selain
menyebabkan kerusakan kornea, konjungtiva, dan iris. Komponen basa yang masuk
mengenai mata menyebabkan peningkatan pH cairan akuos dan menurunkan kadar glukosa
dan askorbat. Hal ini dapat terjadi secara akut ataupun perlahan-lahan. Trauma kimia dapat
juga disebabkan oleh zat asam, namun karena trauma asam sukar masuk ke bagian dalam
mata dibandingkan basa maka jarang menyebabkan katarak.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien. Pada anamnesis
diperoleh sebagai berikut:
1. Riwayat dan mekanisme trauma, apakah tajam atau tumpul
2. Riwayat keadaan mata sebelumnya, apakah ada riwayat operasi, glakoma, ,retinal
detachment, penyakit mata karena gangguan metabolik.
3. Riwayat penyakit lain, seperti diabetes, sickle cell, sindroma marfan, homosistinuria,
defisiensi sulfat oksidase.
4. Keluhan mengenai penglihatan, seperti penurunan visus, pandangan ganda pada satu mata
atau kedua mata, dan nyeri pada mata.
Sementara itu, pada pemeriksaan fisik diperoleh sebagai berikut:
1. Visus, lapangan pandang, dan pupil
2. Kerusakan ekstraokular - fraktur tulang orbita, gangguan saraf traumatik.
3. Tekanan intraokular - glaukoma sekunder, perdarahan retrobulbar.
4. Bilik anterior - hifema, iritis, iridodonesis, robekan sudut.
5. Lensa - subluksasi, dislokasi, integritas kapsular (anterior dan posterior), katarak (luas dan
tipe).
6. Vitreus - ada atau tidaknya perdarahan dan perlepasan vitreus posterior.
7. Fundus - Retinal detachment, ruptur khoroid, perdarahan pre intra dan sub retina, kondisi
saraf optik.
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:
1. B-scan - jika pole posterior tidak dapat terlihat.
2. A-scan - sebelum ekstraksi katarak
3. CT scan orbita - adanya fraktur, benda asing, atau kelainan lain.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan katarak traumatik tergantung kepada saat terjadinya. Bila terjadi pada anak
sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya ambliopia. Untuk mencegah
ambliopia pada anak dapat dipasang lensa intra okular primer atau sekunder. Apabila tidak
terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Bila terjadi penyulit
seperti glaukoma, uveitis, dan lain sebagainya maka segera dilakukan ekstraksi lensa.
Penyulit uvetis dan glaukoma sering dijumpai pada orang usia tua. Pada beberapa pasien
dapat terbentuk cincin Soemmering pada pupil sehingga dapat mengurangi tajam penglihatan.
Keadaan ini dapat disertai perdarahan, ablasi retina, uveitis, atau salah letak lensa.
Harus diberikan antibiotik sistemik dan topikal serta kortikosteroid topikal dalam beberapa
hari untuk memperkecil kemungkinan infeksi dan uveitis. Atropin sulfat 1%, 1 tetes 3 kali
sehari, dianjurkan untuk menjaga pupil tetap berdilatasi dan untuk mencegah pembentukan
sinekia posterior.
Katarak dapat dikeluarkan pada saat pengeluaran benda asing atau setelah peradangan
mereda. Apabila terjadi glaukoma selama periode menuggu, bedah katarak jangan ditunda
walaupun masih terdapat peradangan. Untuk mengeluarkan katarak traumatik, biasanya
digunakan teknik-teknik yang sama dengan yang digunakan untuk mengeluarkan katarak
kongenital, terutama pada pasien berusia kurang dari 30 tahun.
Merencanakan pendekatan pembedahan sepenuhnya penting pada kasus-kasus katarak
traumatik. Integritas kapsular preoperatif dan stabilitas zonular harus diketahui/ diprediksi.
Pada kasus dislokasi posterior tanpa glaukoma, inflamasi, atau hambatan visual, pembedahan
mungkin tidak diperlukan. Indikasi untuk penatalaksanaan pembedahan pada kasus-kasus
katarak traumatik adalah sebagai berikut:
1. Penurunan visus yang berat (unacceptable)
2. Hambatan penglihatan karena proses patologis pada bagian posterior.
3. Inflamasi yang diinduksi lensa atau terjadinya glaukoma.
4. Ruptur kapsul dengan edema lensa.
5. Keadaan patologis okular lain yang disebabkan trauma dan membutuhkan tindakan bedah.
Fakoemulsifikasi standar dapat dilakukan bila kapsul lensa intak dan dukungan zonular yang
cukup. Ekstraksi katarak intrakapsular diperlukan pada kasus-kasus dislokasi anterior atau
instabilitas zonular yang ekstrim. Dislokasi anterior lense ke bilik anterior merupakan
keadaan emergensi yang harus segera dilakukan tindakan (removal), karena dapat
mengakibatkan terjadinya pupillary block glaucoma. Lesentomi dan vitrektomi pars plana
dapat menjadi pilihan terbaik pada kasus-kasus ruptur kapsul posterior, dislokasi posterior,
atau instabilitas zonular yang ekstrim.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:
1. Dislokasi lensa dan subluksasi sering ditemukan bersamaan dengan katarak traumatik.
2. Komplikasi lain yang dapat berhubungan, seperti phakolitik, phakomorpik, blok pupil,
glaukoma sudut tertutup, uveitis, retinal detachment, ruptur koroid, hipema, perdarahan
retrobulbar, neurophati optik traumatik.
Prognosis
Prognosis sangat bergantung kepada luasnya trauma yang terjadi pada saat terjadinya trauma
dan kerusakan yang terjadi akibat trauma.
Daftar Pustaka
1. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya
Medika. 1996.
2. Graham, Robert H., Cataract Traumatic. http://www.emedicine.com. Diakses tanggal
20 Desember 2014
3. Ophthobook. Introduction to the lens and cataract surgery. http:// Ophthobook.com.
Diakses tanggal 15 Juni 2010.
4. Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6. Penerbit Abadi Tegal.
Jakarta. 1993.
5. American Academy of Ophthalmology. Lens and Cataract Section 11. San Fransisco.
2007.
6. Ezeddin, Harri Prawira. Katarak Traumatik. FK Unri. Pekanbaru. 2010