1
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Pada era globalisasi dan industrialisasi, segala macam bentuk pekerjaan, pendidikan,
keterampilan, maupun perdagangan telah diukur berdasarkan kualitas standar internasional.
Apabila suatu barang, keahlian, atau apapun telah mendapat standar internasional berarti
barang tersebut berkualitas dan dapat diterima di pasar global. Tidak mengherankan apabila
saat ini banyak perusahaan, sekolah, rumah sakit, tempat kursus, atau yang lainnya berlomba
untuk mendapatkan standar tersebut agar produknya dapat diakui dan dapat bersaing di pasar
internasional
Standar acuan terhadap berbagai hal terhadap industri seperti kualitas, manajemen
kualitas, manajemen lingkungan, serta keselamatan dan kesehatan kerja. Apabila saat ini
industri pengekspor telah dituntut untuk menerapkan Manajemen Kualitas ( ISO-9000, QS-
9000) serta Manajemen Lingkungan (ISO-14000) maka bukan tidak mungkin tuntutan
terhadap penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja juga menjadi tuntutan
pasar internasional.
Abdul Kadir, dalam situs Departemen Pendidikan Nasional mengatakan bahwa
pembangunan menuju era industrialisasi harus didukung oleh mutu atau kualitas sumber daya
manusia, karena era industrialisasi indentik dengan penguasaan teknologi canggih. Dalam hal
ini tentunya para pengguna teknologi canggih harus memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang memadai. Selain kemampuan penguasaan teknologi canggih, pengetahuan tentang
keselamatan kerja juga sangat penting, karena dapat meminimalisasi bahaya kecelakaan kerja
yang terjadi (http://www.depdiknas.go.id).
Berdasarkan berbagai upaya sekolah untuk meningkatkan kompetensi lulusan
pendidikan teknologi dan vokasi sebagai calon tenaga kerja yang profesional, terdapat hal
yang sangat penting bagi pengguna tenaga kerja namun kurang diperhatikan oleh lembaga
pendidikan yaitu lemahnya penerapan prinsip-prinsip kesehatan dan keselamatan kerja pada
kegiatan praktik. Dari hasil observasi pelaksanaan kegiatan praktik di pendidikan teknologi
dan vokasi masih banyak dijumpai peserta didik saat praktik las asitelin tidak menggunakan
PENDAHULUAN
2
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
kaca mata las, praktik menggerinda tidak menggunakan sarung tangan, pelindung telinga dan
kaca mata kerja, saat praktik mengecat tidak menggunakan kaca mata dan masker.
Menggunakan alat tidak sesuai dengan peruntukannya seperti kunci digunakan sebagai palu.
Meletakan bahan bakar atau bahan mudah terbakar sembarangan. Lantai kotor dan terdapat
tumpahan air atau tetesan oli dibiarkan, pakaian kerja kurang baik karena potensi
menimbulkan kerusakan benda kerja maupun menimbulkan kecelakaan kerja.
Masalah keselamatan kerja dan perawatan alat secara berkelanjutan yang kurang
diperhatikan tersebut akan menjadi kebiasaan peserta didik sehingga apabila sudah lulus dan
memasuki dunia usaha/industri, kebiasaan kerja yang kurang memperhatikan masalah
keselamatan dan kesehatan kerja tersebut tetap dilakukan sehingga menimbulkan kecelakaan
kerja. Hal ini memang masih menjadi kelemahan lembaga pendidikan yaitu masih memiliki
budaya pendidikan, yang berbeda dengan budaya industri. Hal inilah yang membuat lulusan
masih perlu lebih disiapkan perubahan budaya kerja secara menyeluruh untuk dapat bekerja
di industri. Termasuk budaya keselamatan dan kesehatan kerja saat berada dalam
laboratorium dan atau bengkel kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja belum
diselenggarakan sebagai suatu sistem yang terpadu, bahkan belum mempertimbangkan
pesatnya kemajuan produk teknologi industri yang akan digunakan di industri yang
mempunyai risiko bahaya dalam penggunaannya. Hal tersebut yang menjadi salah satu
penyebab masih tingginya kecelakaan kerja di industri.
Menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1 juta
kematian yang disebabkan karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan.
Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.: KEP-13/MEN/84 menyebutkan, bahwa
menurut data Perum ASTEK sejak tahun 1978 sampai dengan tahun 1982 telah terjadi kasus-
kasus kecelakaan kerja sebanyak 65.067 kasus dengan pembayaran jaminan kecelakaan kerja
sebesar Rp. 6,5 milyar untuk 46.515 kasus yang diselesaikan. Penyebab terbesar terjadinya
kecelakaan karena rendahnya pengetahuan pemahamaan dan kesadaran tentang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K-3) sebesar 64,26 %, karena sikap tingkah laku sebesar 26,89 %.
Kecelakaan yang disebabkan terbentur 40,57 %, terpukul benda, 20,70 % terjatuh 19,19 %,
dan terperangkap diantara benda 16,70 %. Tingkat kekerapan kecelakaan yang paling
menonjol adalah sektor perhubungan, bangunan, pertambangan, industri, dan sektor jasa.
(Bernet N.B. Silalahi dan Rumondang, 1985:187)
3
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Guna meningkatkan kompetensi lulusan pendidikan teknologi dan vokasi sehingga
menjadi calon tenaga kerja yang produktif dan profesional, dan mengurangi kecelakaan kerja
saat mereka bekerja di industri maka pembiasaan penerapan masalah keselamatan dan
kesehatan kerja perlu dilakukan. Kesehatan dan keselamatan kerja serta perawatan alat erat
kaitannya dengan peningkatan produktivitas kerja, sebab dengan tingkat kesehatan dan
keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang menjadi penyebab sakit, cacat,
maupun kematian dapat dikurangi dan ditekan sekecil-kecilnya sehingga pembiayaan dan
kegiatan yang tidak perlu dapat dihindari. Tingkat keselamatan kerja yang tinggi tentunya
akan menciptakan kondisi yang dapat meningkatkan produktivitas seperti kenyamanan,
kesehatan, dan kegairahan dalam bekerja.
Berdasarkan hal di atas, maka kajian pengembangan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja (SMK3) dan budaya merawat peralatan secara berkelanjutan sangatlah
mendesak untuk dilakukan. Melalui kajian SMK3 diharapkan diperoleh model desain poster
yang mampu mendorong penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di lembaga pendidikan,
dan mampu menumbuhkan kesadaran akan budaya selamat dan budaya merawat peralatan
secara berkelanjutan terkait dengan pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja, model
promosi yang mampu mendorong peserta didik membiasakan penerapan K3 dan kebiasaan
merawat peralatan praktek secara rutin dan berkelanjutan dalam aktivitas belajar.
Teaching Factory merupakan salah satu hal yang dapat menunjang suatu
keberlanjutan program yang ada di lembaga pendidikan teknologi dan vokasi. Dengan adanya
teaching factory maka peran laboratorium/bengkel menjadi tiang utama untuk semua
kegiatan tersebut, dengan memaksimalkan penggunaan bengkel sebagai suatu modal kerja
yang sangat medukung untuk lebih eksis lagi dimasyarakat. Untuk menjamin suatu produk
yang dihasilkan dari teaching factory aman bagi konsumen tentunya dituntut adanya suatu
penerapan Kesehatan dan keselamatan kerja dan segala perawatan peralatan yang ada secara
memadai. Upaya lain sebagai jaminan agar lulusan yang dimilki suatu lembaga pendidikan
teknologi dan vokasi lebih memiliki kompetensi yang unggul, fasilitas laboratorium / bengkel
bisa dipergunakan sebagai tempat uji kompetensi TUK tentunya dengan memenuhi segala
persyaratannya, yang salah satunya adalah penerapan Kesehatan dan keselamatan kerja dan
perawatan peralatan serta pengadministrasian /manajemen dalam bengkel/laboratorium di
lembaga pendidikan yang sudah tertata dan memiliki penjaminan mutu. Dengan adanya
pembudayaan perawatan alat dan penerapan Kesehatan dan keselamatan Kerja, diharapkan
4
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
program teaching factory bisa berjalan sehingga income yang diperoleh dapat membantu
keberlanjutan suatu program yang ada secara maksimal serta lulusan yang dihasilkan
memiliki kompetensi yang sangat kompetitip di dunia kerja maupun di dunia industri.
System of Facilty Maintenance And Management dalam kajian ini diterjemahkan
bebas sebagai Sistem Manajemen Perawatan dan Penataan Fasilitas. Fasilitas yang terdapat di
lembaga pendidikan teknologi dan vokasi perlu dikelola. Pengelolaannya meliputi bagaimana
sistem perawatannya (maintenance) dan manajemen penataannya, agar dapat lebih cepat,
akurat, dan relevan digunakan oleh praktikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Standar manajemen perawatan yang biasa digunakan di industri Jepang adalah Kaizen yang
dilengkapi dengan JIT, TPM, dan 5S-nya.
Pengembangan Lembaga Pendidikan Teknologi dan Vokasi secara lebih spesifik
ditempuh dengan berbagai langkah strategis antara lain melengkapi lembaga dengan fasilitas
perpustakaan, bengkel dan laboratorium untuk semua sekolah (Joko Sutrisno, 2007). Sejalan
dikembangkannya sekolah berstandar internasional dengan karakteristik fasilitas setiap ruang
kelas yang dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK, perpustakaan digital dengan
akses ke sumber belajar berbasis TIK serta ruangan multi media dan bengkel serta
laboratorium yang lebih modern, maka makin mengokohkan pentingnya sistem manajemen
perawatan fasilitas secara modern, aman, dan nyaman. Fasilitas dalam hal ini meliputi mesin,
peralatan, perkakas, bahan baku dan lingkungan pendukung kerja praktek di bengkel serta
laboratorium sekolah menengah kejuruan.
Secara teknis Lembaga Pendidikan Teknologi dan Vokasi sebagai lembaga
penyelenggara pendidikan, dapat diidentikkan sama dengan sebuah industri. Keduanya
menghasilkan suatu produk tertentu yang harus berkualitas. Di sekolah bahan bakunya diolah
melalui proses belajar mengajar, terkait dengan pengembangkan kompetensi teknik produksi.
Di industri modern, mutu produk yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan
baku, lingkungan kerja, alat dan mesin serta profesionalitas karyawan. Peralatan dan mesin
industri modern sangat mahal harganya, sehingga harus selalu dijaga keutuhannya dan
dirawat agar selalu dalam keadaan siap untuk berproduksi. Kerusakan mesin yang terjadi
sangat disadari sebagai suatu gangguan yang menyebabkan berhentinya proses produksi dan
menurunkan kualitas produk. Oleh karena itu pada industri modern perawatan dan
pemeliharaan fasilitas produksi diselenggarakan secara melembaga, terorganisir dengan
5
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
sistem manajemen modern, sehingga mampu menjaga mesin tetap siap beroperasi dengan
baik dan mendukung pencapaian produk yang bermutu tinggi.
Fasilitas pendidikan yang lengkap dan layak, diyakini para ahli dan penyelenggara
pendidikan sebagai faktor pendukung utama dalam upaya menjamin mutu dan tercapainya
tujuan pendidikan (Depdiknas, 2001). Salah satu indikator mutu lembaga pendidikan juga
ditentukan oleh kelengkapan dan kualitas fasilitas pendidikan yang disediakan dalam
penyelenggaraan pendidikan. Adapun fasilitas pendidikan yang memadai bagi
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar meliputi: (1) bangunan beserta kelengkapannya,
(2) perabotan kantor serta mebeler, (3) perpustakaan dengan jumlah, judul, jenis buku, serta
ruang baca yang memadai, termasuk dalam hal ini adalah peralatan kesehatan dan
keselamatan kerja praktek (4) laboratorium dan bengkel praktik beserta mesin, peralatan dan
perkakas secara lengkap dan modern, (5) halaman dan taman yang tertata indah, bersih dan
segar. Fasilitas dalam kajian ini adalah berbagai sarana prasarana yang terkait dengan
penyelenggaraan proses belajar mengajar praktek di bengkel dan laboratorium. Meliputi
mesin, peralatan, perkakas, bahan baku, dan lingkungan pendukung tempat kerja praktek,
yang sangat memerlukan sistem manajemen perawatan, pemeliharaan dan penataan. Tujuan
dari perawatan dan penataan fasilitas tersebut adalah agar dapat digunakan dengan cepat,
akurat, relevan, aman, dan nyaman, sehingga dapat mendukung produktivitas kerja praktek,
dan pembudayaan kerja efektif, efisien dan produktif. Kesemua fasilitas sekolah tersebut
akan dapat berfungsi dan bermanfaat secara optimal apabila lembaga pendidikan mampu
mempertahankan kualitas dan mutu melalui kegiatan penataan, perawatan dan pemeliharaan
yang memadai, dengan biaya hemat dan penggunaan semaksimal mungkin. Pengadaan dan
pelengkapan fasilitas pendidikan telah dilakukan dengan susah payah dan mengeluarkan
biaya yang sangat besar. Tindak lanjut yang seharusnya adalah dengan program optimalisasi
pemanfaatan, penerapan sistem manajemen perawatan dan penataan fasilitas bengkel serta
laboratorium secara lebih memadai.
Salah satu kelemahan Lembaga Pendidikan Teknologi dan Vokasi adalah masih
memiliki budaya pendidikan, yang berbeda dengan budaya industri. Hal inilah yang membuat
lulusan masih perlu lebih disiapkan agar mampu menghadapi perubahan budaya kerja secara
menyeluruh untuk dapat bekerja di industri. Termasuk budaya perawatan dan penataan
fasilitas produksi di industri, yang di pendidikan berada dalam laboratorium dan atau
bengkel kerja. Kelemahan lain adalah sistem pengadaan fasilitas belum mempertimbangkan
6
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
sustainibilitas atau keberlanjutan penggunaan dan perawatan, dimana suku cadang dan
keandalan fasilitas belum ada jaminan keberadaannya. Bahkan belum mempertimbangkan
pesatnya kemajuan perubahan produk teknologi industri yang akan digunakan di industri di
masa akan datang.
Kasus yang banyak terjadi antara lain: (1) peralatan rusak sebelum dipakai karena
tidak ada manual atau tenaga ahli yang mampu mengoperasikan alat tersebut dan alat
dibiarkan begitu saja dalam keadaan kotor, lembab dan akhirnya rusak, kemungkinan lain
adalah takut rusak jika menggunakannya, karena dianggap barang langka atau mahal, (2)
peralatan bengkel dan laboratorium cepat rusak karena pengajar kurang mahir
menggunakannya, peserta didik melaksanakan praktik dengan secara coba-coba serta
teknisi/laboran tidak mampu melakukan perawatan, (3) lembaga pendidikan tidak memiliki
sistem manajemen perawatan yang memadai, peraturan yang belum memberdayakan fasilitas,
dengan alokasi dana perawatan yang sangat sedikit.
Pengelolaan fasilitas dan penerapan sistem manajemen perawatan di Lembaga
Pendidikan Teknologi dan Vokasi, yang dilakukan oleh pengajar, teknisi, dan pejabat di
lembaga, akan berdampak langsung terhadap output, outcome dan impact pendidikan.
Outputnya adalah peserta didik mengetahui, melihat, mengalami, dan ikut terlibat dalam
pengelolaan fasilitas dan perawatan serta penataan semua sumberdaya mesin, alat, atau
fasilitas pendukung. Outcome-nya adalah peserta didik dapat memiliki kebiasaan yang baik
dalam pengelolaan dan perawatan fasilitas pendukung yang digunakan. Kebiasaan yang
dikembangkan selama tiga tahun pendidikan inilah yang diharapkan menjadi salah satu
bagian budaya kerja yang unggul dan kompetitif bagi lulusan. Dampaknya adalah lulusan
memiliki daya tawar yang lebih baik dalam penempatan tenaga kerja, memiliki budaya kerja
yang lebih efisien dan efektif dan lebih menguntungkan bagi perusahaan atau tempat kerja.
Terdapat beberapa faktor penyebab yang menjadikan pentingnya untuk segera
menerapan manajemen perawatan dan penataan fasilitas atau fasilitas di lembaga pendidikan
teknologi dan vokasi, antara lain meliputi:
1. Kesadaran terhadap pentingnya penataan dan perawatan berbagai fasilitas pendukung
pendidikan berbasis produksi di industri, masih sangat kurang. Belum menyadari
bahwa tingkat produktivitas, kesehatan dan keselamatan kerja, sangat ditentukan oleh
perawatan dan penataan fasilitas. Belum juga ada kesadaran bahwa perawatan dan
7
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
penataan yang kurang tepat dapat menimbulkan banyak pemborosan dan kerugian di
berbagai bidang, yang dampak lebih jauhnya adalah pemborosan secara nasional. Hal
ini biasanya disebabkan oleh kerusakan bagian atau komponen yang dapat
menimbulkan kerusakan lainnya, sehingga dapat mengakibatkan teradinya kecelakaan
kerja atau merusak hasil kerja, atau merusak operasi produksi secara keseluruhan.
Penyebab lainnya adalah penataan fasilitas yang kurang ergonomis dan tidak sesuai
dengan asas kesehatan dan keselamatan kerja. Pemborosan dapat meliputi berbagai
sumberdaya yang terkait seperti halnya waktu, tenaga, dana, dan peluang pemasaran
lebih lanjut. Sistem manajemen perawatan fasilitas yang baik akan menekan
terjadinya pemborosan sumber daya, antara lain: mengurangi kerugian akibat
kecelakaan kerja, pencarian alat/mesin, cacat/reject, proses ulang, kegagalan proses,
produksi tak normal, kegagalan alat/mesin, setting ulang; beaya, waktu, tenaga dan
use faktor yang sangat rendah.
2. Kondisi penataan, perawatan dan ketersediaan fasilitas yang belum terstandar
cenderung akan mendidik berbudaya kerja menjadi kurang baik. Peserta didik
cenderung untuk bekerja dengan kurang rapi, menggunakan peralatan yang ada
dengan tidak tepat, enggan mencari atau mengembalikan, atau menata kembali,
bahkan beresiko kerusakan dan bahaya kecelakaan kerja. Kondisi ini akan
menghambat proses pendidikan yang berkualitas, karena ketersediaan fasilitas
pendukung pendidikan di sekolah menjadi terlambat. Penggunaan fasilitas menjadi
kurang dapat dilayani dengan lebih cepat, akurat, relevan, dan selamat, berarti kurang
efektif dan kurang efisien.
3. Lembaga Pendidikan belum memiliki sistem prosedur baku dalam
mengkoordinasikan, mengintegrasikan, mensinergikan, mensinkronkan, dan
menyederhanakan penggunaan semua fasilitas dalam rangka pelaksanaan proses
pendidikan yang berkualitas. Prosedur yang ada kadang bersifat sangat ketat, sehingga
mengakibatkan tidak optimalnya penggunaan fasilitas, atau sebaliknya sangat bebas,
sehingga membuat kurang tepat dalam penggunaa, penataan dan perawatannya.
Penggunaan sistem manajemen perawatan fasilitas terstandar akan memudahkan
semua pihak dan memiliki tolok ukur kinerja yang jelas dalam pelayanan pendidikan.
4. Sistem penataan dan perawatan fasilitas di lembaga pendidikan belum teratur dengan
baik, dalam hal ini sistem penataan belum memenuhi asas ergonomika yang bertujuan
untuk dapat ditemukan dan digunakan dengan cepat, akurat, relevan, dan selamat,
maka akan menimbulkan kengganan penggunaan kembali karena pengaturan posisi
8
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
penataan yang tidak ergonomis. Dokumentasi, administrasi, dan label penyimpanan
serta jadwal perawatan belum terstandar. Banyak peralatan dan fasilitas yang
memiliki angka use faktor/kemanfaatan yang rendah, kerusakan dan keausan yang
berkelanjutan, sulitnya mempelajari pengoperasian, dan dokumentasi manual yang
tidak lengkap. Kondisi lain yang terkait adalah pembelian atau pemesanan fasilitas
yang berbeda spesifikasi permintaan, tetapi terpaksa harus diterima, walaupun
penggunaan teknologi yang kadaluarsa dan sudah tidak diproduksi atau digunakan
lagi, dan ketidak-tersediaan spare-part.
5. Sistem perawatan dan penataan yang kurang tepat akan menimbulkan banyak biaya,
terutama yang dikaitkan dengan perbaikan, penggantian sparepart, penyimpanan yang
kurang rapi, pembelian fasilitas baru, dan perawatan total. Hal ini secara langsung
juga akan terkait dengan kebutuhan tenaga dan waktu yang akan terbuang sebagai
pemborosan, jika penerapan manajemen perawatan dan penataan fasilitas kurang
tepat. Mulai dari lamanya pencarian alat, perbaikan, penggantian, sampai pada
penundaan bahkan pemberhentian proses pendidikan, karena adanya kerusakan atau
bahaya dari fasilitas yang kurang terawat dan kurang tertata rapi. Kebutuhan beaya
yang besar untuk perbaikan, penggantian, penyimpanan, penambahan alat dan
perawatan berat dapat dikendalikan dan diatur sesuai kemampuan sekolah melalui
sistem manajemen perawatan fasilitas yang memadai.
6. Penerapan manajemen perawatan dan penataan fasilitas akan dapat mengurangi
kerugian antara lain: terjadinya kecelakaan kerja, lama dan sulitnya pencarian
alat/mesin, produk kerja yang cacat/reject, timbulnya proses ulang, produksi
taknormal, kegagalan proses, kegagalan alat/mesin, keharusan untuk
penyetelan/seting ulang, bahkan sampai pada mesin yang shutdown dan tidak dapat
berfungsi lagi. Kurang tepatnya penerapan manajemen perawatan dan penataan
fasilitas atau fasilitas akan dapat menjadi potensi sumber bahaya kecelakaan (hazard)
dan menjadi penyebab timbulnya berbagai kesalahan kerja (human error). Misalnya
kesalahan dalam mengambil atau menggunakan fasilitas, kondisi fasilitas yang sudah
mulai rusak atau kurang lengkap komponen pengaman dan pendukungnya.
7. Penataan tempat kerja praktek, masih belum memenuhi standar industri, misalnya
keleluasaan ruang penempatan antarmesin, serta penempatan bahan baku, peralatan
dan perkakas pendukung kerja praktek. Belum dilengkapi dengan pewarnaan lantai,
informasi tanda bahaya, poster keselamatan kerja, evakuasi darurat, penanganan
bencana, dan informasi tentang prosedur kerja terstandar.
9
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
8. Fasilitas lingkungan pendukung kerja praktek belum memenuhi standar kesehatan dan
keselamatan kerja, sehingga berpotensi dapat menimbulkan sumber bahaya
kecelakaan dan keracunan. Misalnya pengendalian asap dan radiasi praktek las, debu
pemotongan kayu, sisa produksi mesin bubut dan sebagainya. Fasilitas pendukung
pengelolaan limbah dan sampah juga belum dikelola dengan lebih baik.
Manajemen perawatan dan penataan yang memadai akan dapat dengan optimal
mendukung pengembangan Lembaga Pendidikan Teknologi dan Vokasi. Lembaga
Pendidikan yang berkualitas berarti dapat mencegah berbagai pemborosan dalam proses
pembelajaran produksi. Kurangnya perawatan dan penataan yang memadai, akan
menimbulkan banyak pemborosan waktu, dana, dan tenaga dalam proses pembelajaran
produksi. Selain itu, akan dapat memberi dukungan secara lebih efektif dan efisien terhadap
pelaksanaan sekolah yang berwawasan wirausaha/bisnis, berbasis industri manufaktur,
berbasis industri agro, dan berbasis industri kreatif di Indonesia. Konsekuensi dari
peningkatan jumlah Lembaga Pendidikan Teknologi dan Vokasi jika tanpa penerapan sistem
manajemen perawatan dan penataan fasilitas yang terstandar, maka akan timbul pemborosan
secara nasional yang luar biasa besarnya.
Berdasarkan hal di atas, maka kajian pengembangan sistem manajemen perawatan
dan penataan fasilitas sangatlah mendesak untuk dilakukan, agar penyelenggaraan pendidikan
menjadi lebih efisien, efektif dan dapat mengurangi berbagai pemborosan atau kerugian.
Sehingga, mau atau tidak mau, sistem ini harus segera mulai diterapkan secara bertahap,
namun dengan tujuan dan hasil yang jelas, spesifik, terukur, realistik, dan terjadwal. Kajian
pengembangan di bawah ini, akan berusaha memetakan bagaimana kondisi awal di beberapa
Lembaga Pendidikan Teknologi dan Vokasi yang dijadikan sebagai sampel, meliputi
bagaimana model penerapan manajemen perawatan dan penataan fasilitas selama ini.
Bagaimana pola administrasi dan dokumentasi serta peraturan atau prosedur yang ada terkait
dengan pengelolaan dan penataan fasilitas pendidikan. Bagaimana aliran dan besarnya
penggunaan dana dalam perawatan dan penataan fasilitas. Bagaimana tingkat kemanfaatan
fasilitas dalam mendukung proses pembelajaran. Bagaimana sistem manajemen perawatan
dan penataan fasilitas yang memadai untuk diterapkan di sekolah dalam rangka peningkatan
kualitas pendidikan.
10
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Hakikat Keselamatan Kerja
Dalam suatu pekerjaan tidak ada yang lebih penting daripada keselamatan kerja,
bukan produksi, bukan gaji, bukan kualitas, dan bukan pula keuntungan. Keselamatan kerja
merupakan keadaan terhindar dari bahaya saat melakukan kerja. Menurut Suma‟mur
(1987:1), keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja menyangkut semua proses produksi dan distribusi
baik barang maupun jasa. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja.
Keselamatan adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja maupun masyarakat pada
umumnya.
Tasliman (1993:1), sependapat dengan Suma‟mur bahwa keselamatan dan kesehatan
kerja menyangkut semua unsur yang terkait di dalam aktifitas kerja. Ia menyangkut subjek
atau orang yang melakukan pekerjaan, objek (material) yaitu benda-benda atau barang-
barang yang dikerjakan, alat-alat kerja yang dipergunakan dalam bekerja berupa mesin-mesin
dan peralatan lainnya, serta menyangkut lingkungannya, baik manusia maupun benda-benda
atau barang.
Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan
kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang
bagi keamanan tenaga kerja. Kecelakaan selain menjadi hambatan langsung, juga merugikan
secara tidak langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi
untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan kerja, dan lain-lain. (Suma‟mur, 1985:2)
Tujuan keselamatan kerja (Suma‟mur, 1985:1) adalah sebagai berikut:
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
masyarakat.
b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.
c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Sementara itu, peraturan perundangan No. I tahun 1970 Pasal 3 tentang keselamatan
kerja ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
KESELAMATAN KERJA
11
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. Memberi alat-alat pelindung diri pada para pekerja;
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan
getaran;
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik
maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya;
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
barang;
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. (Tia Setiawan dan Harun, 1980:11-12)
Salah satu masalah yang hampir setiap hari terjadi di tempat kerja adalah kecelakaan
yang menimbulkan hal-hal yang tidak kita inginkan, seperti kerusakan peralatan, cedera
tubuh, kecacatan bahkan kematian. Dalam beberapa industri, kemungkinan terjadinya
kecelakaan akibat kurang terjaganya keselamatan kerja lebih tinggi daripada yang lainnya.
Sekitar dua dari tiga kecelakaan terjadi akibat orang jatuh, terpeleset, tergelincir, tertimpa
balok, dan kejatuhan benda di tempat kerja. (Daryanto, 2001: 2)
Suma‟mur (1987:3) mengatakan bahwa 85% dari sebab-sebab kecelakaan adalah
faktor manusia. Lebih lanjut Suma‟mur mengatakan bahwa kecelakaan akibat kerja dapat
12
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
menyebabkan 5 jenis kerugian (K) yakni : (1) kerusakan, (2) kekacauan organisasi, (3)
keluhan dan kesedihan, (4) kelainan dan cacat, dan (5) kematian.
Bagian mesin, pesawat, alat kerja, bahan, proses, tempat dan lingkungan kerja
mungkin rusak oleh kecelakaan. Akibat dari itu, terjadilah kekacauan organisasi dalam proses
produksi. Orang yang ditimpa kecelakaan mengeluh dan menderita, sedangkan keluarga dan
kawan-kawan sekerja akan bersedih hati. Kecelakaan tidak jarang mengakibatkan luka-luka,
terjadinya kelainan tubuh dan cacat. Bahkan tidak jarang kecelakaan merenggut nyawa dan
berakibat kematian (Suma‟mur, 1985:6)
Kecelakaan adalah kejadian yang timbul tiba-tiba, tidak diduga dan tidak diharapkan.
Setiap kecelakaan baik di industri, di bengkel, atau di tempat lainya pasti ada sebabnya.
Secara umum terdapat dua hal pokok yang menyebabkan kecelakaan kerja (Suma‟mur,
1985:9) yaitu:
a. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe human
acts).
b. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (usafe conditions)
Tasliman (1993:19-27) juga sependapat dengan Suma‟mur bahwa kecelakaan dapat
terjadi dengan sebab-sebab tertentu, yaitu:
a. Kesalahan manusia (human erorr), misalnya kebodohan atau ketidaktahuan,
kemampuan keterampilan yang tidak memadai, tidak konsentrasi pada waktu
bekerja, salah prosedur atau salah langkah, bekerja sembrono tanpa mengingat
resiko, bekerja tanpa alat pelindung, mengambil resiko untung-untungan dan
bekerja dengan senda gurau.
b. Kondisi yang tidak aman, misalnya tempat kerja yang tidak memenuhi syarat
keselamatan kerja, kondisi mesin yang berbahaya (machinery hazards), kondisi
tidak aman pada pemindahan barang-barang serta alat-alat tangan yang
kondisinya tidak aman.
Bernet N.B. Silalahi dan Rumondang (1985:109) secara spesifik mengatakan bahwa
tiga sebab mengapa seorang karyawan melakukan kegiatan tidak selamat adalah:
a. Yang bersangkutan tidak mengetahui tata cara yang aman atau perbuatan-
perbuatan yang berbahaya;
b. Yang bersangkutan tidak mampu memenuhi persyaratan kerja sehingga terjadilah
tindakan di bawah standar;
c. Yang bersangkutan mengetahui seluruh peraturan dan persyaratan kerja, tetapi dia
enggan memenuhinya.
13
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Peraturan menteri tenaga kerja No. 05/Men/1996 menyatakan bahwa perusahaan kecil
atau perusahaan dengan tingkat risiko rendah harus menerapkan sebanyak 64 kriteria. Di
antaranya aspek keamanan kerja berdasarkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
kerja (Rudi Suardi, 2005:205-209), yaitu:
1) Sistem Kerja
a. Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi bahaya yang potensial dan
telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses kerja.
b. Apabila upaya pengendalian risiko diperlukan maka upaya tersebut ditetapkan
melalui tingkat pengendalian.
c. Terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan diterapkan
suatu sistem “Ijin Kerja” untuk tugas-tugas yang berisiko tinggi.
d. Kepatuhan dengan peraturan, standar dan ketentuan pelaksanaan diperhatikan
pada saat mengembangkan atau melakukan modifikasi prosedur atau petunjuk
kerja.
e. Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakn secara benar serta
dipelihara selalu dalam kondisi layak pakai.
f. Alat pelindung diri yang digunakan dipastikan telah dinyatakan layak pakai
sesuai standar dan atau peraturan perundangan yang berlaku.
2). Pengawasan
Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan dilaksanakan
dengan aman dan mengikuti setiap prosedur dan petunjuk kerja yang telah
ditentukan.
3). Seleksi dan Penempatan Personal
Penugasan pekerjaan harus berdasarkan pada kemampuan dan tingkat ketrampilan
yang dimiliki oleh masing-masing tenaga kerja.
4). Lingkungan Kerja
a. Perusahaan melakukan penilaian lingkungan kerja untuk mengetahui daerah-
daerah yang memerlukan pembatasan ijin masuk.
b. Terdapat pengendalian atas tempat-tempat dengan pembatasan ijin masuk.
c. Fasilitas-fasilitas dan layanan yang tersedia di tempat kerja sesuai dengan
standar dan pedoman teknis.
d. Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus dipasang
sesuai dengan standar dan pedoman teknis.
14
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
5). Pemeliharaan, Perbaikan dan Perubahan Sarana Produksi
a. Semua catatan yang memuat data-data secara rinci dari kegiatan pemeriksaan,
pemeliharaan, perbaikan dan perubahan-perubahan yang dilakukan atas sarana
produksi harus disimpan dan dipelihara.
b. Sarana produksi yang harus terdaftar memiliki sertifikat yang masih berlaku.
c. Perawatan, perbaikan dan setiap perubahan harus dilakukan personel yang
berkompeten.
d. Apabila memungkinkan, sarana produksi yang akan diubah harus sesuai
dengan persyaratan peraturan perundangan yang berlaku.
e. Terdapat prosedur permintaan pemeliharaan yang mencakup ketentuan
mengenai peralatan-peralatan dengan kondisi keselamatan yang kurang baik
dan perlu segera diperbaiki.
f. Terdapat suatu system penandaan bagi alat yang sudah tidak aman lagi jika
digunakan (lock out system) untuk mencegah agar sarana produksi tidak
dihidupkan sebelum saatnya.
6). Kesiapan untuk Menangani Keadaan Darurat
a. Keadaan darurat yang potensial (di dalam atau di luar tempat kerja) telah
diidentifikasi dan prosedur keadaan darurat tersebut telah didokumentasikan.
b. Tenaga kerja mendapat instruksi dan pelatihan mengenai prosedur keadaan
darurat yang sesuai dengan tingkat risiko.
c. Instruksi keadaan darurat dan hubungan keadaan darurat diperhatikan secara
jelas/menyolok dan diketahui oleh seluruh tenaga kerja perusahaan
7). Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
a. Perusahaan telah mengevaluasi alat PPPK dan menjamin bahwa system PPPK
yang ada memenuhi standard dan pedoman teknis yang berlaku.
b. Petugas PPPK telah dilatih dan ditunjuk sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keselamatan kerja memberikan
kewajiban kepada pengusaha (orang atau badan hukum) untuk menunjukkan dan
menjelaskan kepada para pekerja (Harwinta E. Eyanoer, 1993:14-15), yaitu:
15
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
a) Kondisi dan bahaya yang dapat timbul dalam tempat kerjanya
b) Semua pegamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat
kerjanya.
c) Alat-alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan
d) Cara dan sikap yang aman melaksanakan pekerjaan
Dalam bidang pekerjaan apapun bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
harus dihindarkan. Tidak ada seorangpun yang berpikiran sehat di dunia ini yang ingin
mengalami kecelakaan. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang keselamatan kerja harus
ditanamkan sejak awal agar menjadi kebiasaan hidup yang dipraktikkan sehari-hari.
Berkaitan dengan hal tersebut Suma‟mur (1985:3) mengatakan bahwa usaha-usaha
keselamatan selain ditujukan kepada teknik mekanik juga harus memperhatikan aspek
manusiawi. Dalam hal ini pendidikan dan penggairahan keselamatan kerja kepada tenaga
kerja merupakan sarana penting.
Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa faktor penyebab terjadinya kecelakaan
kerja secara umum adalah faktor manusia dan lingkungan. Untuk itu bahaya yang
berhubungan dengan faktor-faktor tersebut harus diketahui, diidentifikasi, dan dievaluasi
secara mendalam sehingga dapat dilakukan pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh
kegiatan praktik di bengkel.
Potensi Hazard
Potensi hazard kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium dan bengkel adalah sebagai
berikut:
1. Potensi Hazard Fisik
Potensi hazard secara fisik yang diamati meliputi kebisingan, getaran, radiasi,
suhu, sengatan listrik, kelembaban udara dan kebakaran. Kebisingan merupakan
merupakan potensi hazard yang banyak muncul pada program studi yang
memanfaatkan mesin sebagai sumber bising dan pengerjaan logam seperti program
studi Teknik sipil/ Bangunan (1), Teknik Mesin (2), Mekanik Otomotif (3), Teknik
Penerbangan (10), Teknik Perkapalan (11), dan Kriya (13).
Paparan getaran dijumpai pada program studi Teknik sipil/ Bangunan (1), Teknik
Mesin (2), Mekanik Otomotif (3), Teknik Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9),Teknik
Penerbangan (10), Teknik Perkapalan (11), dan Kriya (13). Hazard radiasi dijumpai
pada program studi yang memiliki alat yang menghasilkan radiasi seperti sinar X yang
digunakan untuk pemeriksaan logam pada program studi Teknik Mesin (2),Teknik
16
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Penerbangan (10), Teknik Perkapalan (11), maupun prodi Teknik Elektronika (4)
maupun Elektro (5) yang banyak memanfaatkan gelombang elektromagnetik dan
komputer.
Hazard suhu dijumpai pada program studi yang menggunakan alat-alat sumber
panas, serta banyak bekerja pada di luar ruangan pada udara panas seprti program studi
Teknik sipil/ Bangunan (1), Teknik Mesin (2), Mekanik Otomotif (3), Teknik Pertanian
(8), Teknik Perkebunan (9),Teknik Penerbangan (10), Teknik Perkapalan (11). Paparan
kelembaban udara dijumpai pada program studi Teknik Pertanian (8), Teknik
Perkebunan (9), Teknik Perkapalan (11). Pada saat ini semua program studi
memanfaatkan alat alat listrik, sehingga potensi hazard sengatan listrik terjadi pada
semua program studi. Demikian pula potensi hazard kebakaran terdapat pada semua
program studi, terutama program studi yang memanfaatkan panas api seperti las
maupun kompor. Untuk lebih jelasnya potensi hazard fisik di SMK dapat dibuat tabel
sebagai berikut:
No Potensi Hazard Fisik Jurusan / Progam
1 Kebisingan 1,2,3,10,11,13
2 Getaran 1,2,3, 8 9,10,11,13
3 Radiasi 2,4,5,10,11
4 Suhu (Panas dan dingin) 1,2,3,8,9,10,11,
5 Sengatan Listrik 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14
6 Udara (Kelembaban) 9,11
7 Kebakaran 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14
Keterangan:
Teknik Sipil/Bangunan (1), Teknik Mesin (2), Mekanik otomotif (3), Teknik
Elektronika/ Informatika (4), Teknik Elektro (5), Tata Boga (6), Tata Busana (7),
Teknik Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9), Teknik Penerbangan (10), Teknik
Perkapalan (11), Pariwisata (12), Kriya (13), Tata Rias (14).
2. Potensi Hazard Kimia
Potensi hazard secara kimia yang diamati meliputi cairan, debu, asap, gas dan
serat. Cairan kimia merupakan potensi hazard yang banyak muncul pada program studi
yang memanfaatkan bahan kimia cair dalam proses pembelajarannya. Seperti cat,
thiner, asam sulfat, air raksa, bahan insektisida dan sebagainya. Program studi yang
behubungan dengan bahan tersebut diantaranya Teknik sipil/ Bangunan (1), Teknik
17
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Mesin (2), Mekanik Otomotif (3), Teknik Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9),Teknik
Penerbangan (10), Teknik Perkapalan (11), Kriya (13) dan Rias (14).
Hazard debu kimia dijumpai pada program studi yang memanfaatkan bahan kimia
dalam bentuk bubuk, pengecatan, pengamplasan seperti debu cat, debu dempul, debu
semen, debu asbes dan sebagainya. Program studi yang banyak berhubungan dengan
bahan tersebut antara lain Teknik sipil/ Bangunan (1), Teknik Mesin (2), Mekanik
Otomotif (3), Teknik Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9),Teknik Penerbangan (10),
Teknik Perkapalan (11), Kriya. Hazard asap/kabut dijumpai pada program studi yang
lingkungan/ tempat belajar menggunakan alat pembakaran yang menghasilkan asap,
seperti program studi Mekanik Otomotif (3) saat menghidupkan motor, Teknik
Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9) saat membakar sampah, Tata Boga (6) saat
memasak.
Potensi hazard gas dijumpai pada program studi yang melakukan pengecatan,
menggunakan bahan kimia yang mudah menguap, menggunakan alat las listrik,
menggunakan alat penyemprot dengan bantuan aerosol, dan alat pembakaran yang
kurang sempurna. Program studi yang behubungan dengan bahan/ kondisi tersebut
diantaranya Teknik sipil/ Bangunan (1), Teknik Mesin (2), Mekanik Otomotif (3), Tata
Boga (6), Teknik Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9),Teknik Penerbangan (10),
Teknik Perkapalan (11), Kriya (13) dan Rias (14). Beberapa program studi memiliki
potensi terpapar serat abes dan serat kapas seperti program studi Teknik sipil/
Bangunan (1), Mekanik Otomotif (3), Tata Busana (7), dan Teknik Perkebunan (9).
Untuk lebih jelasnya potensi hazard kimia di SMK dapat dibuat tabel sebagai berikut:
No Potensi Hazard Kimia Jurusan / Progam
1 Cairan 1,2,3,6,8,9,11,13,14
2 Debu 1,2,3, 8,9,11,13
3 Asap/ kabut 3,6,8,9
4 Gas 1,2,3,6,8,9,11,13, 14
5 Serat 1,3,7, 9
Keterangan:
Teknik Sipil/Bangunan (1), Teknik Mesin (2), Mekanik otomotif (3), Teknik
Elektronika/ Informatika (4), Teknik Elektro (5), Tata Boga (6), Tata Busana (7),
Teknik Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9), Teknik Penerbangan (10), Teknik
Perkapalan (11), Pariwisata (12), Kriya (13), Tata Rias (14).
18
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
3. Potensi Hazard Biologi
Potensi hazard secara biologi seperti serangga, tenggu, ragi, jamur, bakteri dan
virus dijumpai pada program studi Teknik Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9). Untuk
lebih jelasnya potensi hazard biologi di SMK dapat dibuat tabel sebagai berikut:
No Potensi Hazard Biologi Hasil
1 Serangga 8.9
3 Tengau 8,9
4 Lumut 8,9
5 Ragi 8,9
6 Jamur 8,9
7 Bakteri 8,9
8 Virus 8,9
Keterangan:
Teknik Sipil/Bangunan (1), Teknik Mesin (2), Mekanik otomotif (3), Teknik
Elektronika/ Informatika (4), Teknik Elektro (5), Tata Boga (6), Tata Busana (7),
Teknik Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9), Teknik Penerbangan (10), Teknik
Perkapalan (11), Pariwisata (12), Kriya (13), Tata Rias (14).
4. Potensi Hazard Mekanik/ Ergonomi
Potensi hazard secara mekanik/ ergonomi yang diamati meliputi sikap tubuh,
angkat junjung, gerak berulang, pencahayaan dan lay out. Hazard ergonomi tentang
sikap tubuh, pencahayaan dan lay out terjadi di semua program studi. Beberapa disain
alat yang digunakan mempunyai potensi membuat sikap tubuh saat belajar dan pratikum
kurang tepat, lay out peralatan masih belum optimal karena terbatasnya tempat sehingga
sebagaian alat di tempatkan pada daerah tertentu, jarak antar alat kurang diperhatikan.
Hal tersebut juga terjadi pada masalah pencahayaan yang masih kurang, terutama pada
alat atau pekerjaan presisi.
Hazard ergonomi aspek angkat junjung juga potensi terjadi pada program studi
yang memerlukan pemindahan barang yang diatas batas angkat normal, seperti
mengangkat semen, pupuk, tabung oksigen, tabung asitelin dan komponen berat yang
lain. Program studi yang mempunyai potensi hazard ini diantaranya Teknik sipil/
Bangunan (1), Teknik Mesin (2), Mekanik Otomotif (3), Tata Boga (6), Teknik
Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9),Teknik Penerbangan (10), dan Teknik Perkapalan
(11), Kriya (14). Program studi ini juga mempunyai potensi kerja dengan gerak
berulang dalam jangka waktu lama seperti saat menjahit, mengetik, mengamplas,
19
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
mengecat dinding dengan kuas, memasang batu/ bata, mengkikir, mengukir dan
sebaginya. Untuk lebih jelasnya potensi hazard ergonomi di SMK dapat dibuat tabel
sebagai berikut:
No Potensi Hazard Ergonomi Jurusan / Progam
1 Sikap tubuh 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14
2 Angkat junjung (Material Handling) 1,2,3,5,9,10,11
3 Gerakan berulang 1,2,3,5,9,10,11, 14
4 Pencahayaan dan penglihatan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14
5 Lay Out 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14
Keterangan:
Teknik Sipil/Bangunan (1), Teknik Mesin (2), Mekanik otomotif (3), Teknik
Elektronika/ Informatika (4), Teknik Elektro (5), Tata Boga (6), Tata Busana (7),
Teknik Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9), Teknik Penerbangan (10), Teknik
Perkapalan (11), Pariwisata (12), Kriya (13), Tata Rias (14).
5. Potensi Hazard Psikososial
Potensi hazard secara psikososial seperti shif kerja, tekanan kerja, kebosanan
dan bekerja pada hari libur dijumpai pada program studi Teknik Perkapalan saat layar
dan program Pariwisata. Kedua program studi tersebut saat melakukan praktik
pelayaran maupun pendampingan wisata harus bekerja meskipun orang lain sedang
libur, bekerja lebih dari 8 jam sehari, harus melawan kebosanan saat berlayar. Untuk
lebih jelasnya potensi hazard psikososial di SMK dapat dibuat tabel sebagai berikut:
No Potensi Hazard Prikososial Jurusan / Progam
1 Shif Kerja 11, 12
2 Tekanan kerja 11, 12
3 Kebosanan 11
4 Bekerja pada hari libur 11 12
Keterangan:
Teknik Sipil/Bangunan (1), Teknik Mesin (2), Mekanik otomotif (3), Teknik
Elektronika/ Informatika (4), Teknik Elektro (5), Tata Boga (6), Tata Busana (7),
20
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Teknik Pertanian (8), Teknik Perkebunan (9), Teknik Penerbangan (10), Teknik
Perkapalan (11), Pariwisata (12), Kriya (13), Tata Rias (14).
Upaya-upaya yang Berkaitan dengan Keselamatan Kerja
Menurut Bernett N.B Silalahi dan Rumondang (1985:107) bahwa pencegahan
kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung jawab para manager lini, penyelia,
mandor kepala, dan juga kepala urusan.
Sementara itu, di dalam Undang-Undang Kesehatan tahun 1992 Pasal 23, disebutkan
bahwa upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja,
dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang
optimal.
Upaya yang dilakukan untuk mencegah bahaya dalam lingkungan kerja tentu banyak
macamnya. Keselamatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/metode kerja,
proses kerja dan kondisi lingkungan. Dalam situs Departemen Kesehatan disebutkan bahwa
untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya di lingkungan kerja ditempuh
tiga langkah utama yakni: (1) Pengenalan lingkungan kerja: Pengenalan lingkungan kerja ini
biasanya dilakukan dengan cara melihat dan mengenal (walk through inspection), dan ini
merupakan langkah dasar yang pertama-tama dilakukan dalam upaya kesehatan kerja.(2)
Evaluasi lingkungan kerja: Merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-
potensi bahaya yang mungkin timbul, sehingga bisa untuk menentukan prioritas dalam
mengatasi permasalahan.(3) Pengendalian lingkungan kerja: Dimaksudkan untuk mengurangi
atau menghilangkan zat/bahan yang berbahaya di lingkungan kerja. Kedua tahapan
sebelumnya, pengenalan dan evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah lingkungan kerja yang
sehat. Jadi hanya dapat dicapai dengan teknologi pengendalian yang adekuat untuk mencegah
efek kesehatan yang merugikan di kalangan para pekerja. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
pengendalian lingkungan kerja dapat diupayakan melalui:
a) Pengendalian lingkungan (Environmental Control Measures)
b) Disain dan tata letak yang adekuat
c) Penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada sumbernya.
d) Pengendalian perorangan (Personal Control Measures)
e) Penggunaan alat pelindung perorangan merupakan alternatif lain untuk
21
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
f) melindungi pekerja dari bahaya kesehatan. Namun alat pelindung perorangan
harus sesuai dan adekuat.
g) Pembatasan waktu selama pekerja terpajang terhadap zat tertentu yang berbahaya
dapat menurunkan risiko terkenanya bahaya kesehatan di lingkungan kerja.
h) Kebersihan perorangan dan pakaiannya, merupakan hal yang penting, terutama
untuk para pekerja yang dalam pekerjaannya berhubungan dengan bahan kimia
serta partikel lain (http://www.depkes.go.id).
Setiap kecelakaan harus dianalisis untuk mengetahui penyebab kecelakaan tersebut,
akibatnya, dan langkah apa yang perlu diambil dalam rangka pencegahannya. Suma‟mur
(1984:52-53), mengatakan bahwa gangguan-gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat
berbagai faktor dapat dihindarkan, upaya-upaya tersebut antara lain:
a. Subtitusi, yaitu mengganti bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang
kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali.
b. Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara sebanyak menurut perhitungan keadaan
ruang kerja, agar kadar dari bahan-bahan yang berbahaya oleh pemasukan udara
ini lebih rendah dari pada kadar yang membahayakan, yaitu kadar Nilai Ambang
Batas (NAB). NAB adalah kadar yang padanya atau di bawah dari padanya,
apabila pekerja-pekerja menghirupnya delapan jam sehari, lima hari seminggu,
tidak akan menimbulkan penyakit atau kelainan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
b. Ventilasi keluar setempat (local exhausters), ialah alat yang biasanya menghisap
udara di suatu tempat kerja tertentu, agar bahan-bahan dari tempat tertentu yang
membahayakan dihisap dan dialirkan keluar.
c. Isolasi, yaitu mengisolasi operasi atau proses dalam perusahaan yang
membahayakan, misalnya isolasi mesin yang sangat hiruk, agar kegaduhan yang
disebabkannya turun dan tidak menjadi gangguan lagi.
d. Pakaian pelindung, misalnya: masker, kaca mata, sarung tangan, sepatu, topi,
pakaian, dan lain-lain.
e. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, yaitu pemeriksaan kesehatan kepada
calon pekerja untuk mengetahui, apakah calon tersebut serasi dengan pekerjaan
yang akan diberikan kepadanya, baik fisik maupun mentalnya.
f. Pemeriksaan kesehatan secara berkala/ulangan, untuk evaluasi apakah faktor-
faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan-gangguan/kelainan-kelainan
kepada tubuh pekerja atau tidak.
22
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
g. Penerangan sebelum bekerja, agar pekerja mengetahui dan mentaati peraturan-
peraturan, dan agar mereka lebih berhati-hati.
h. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kepada pekerja secara kontinu,
agar para pekerja tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.
Bernett N.B. Silalahi dan Rumondang (1985:108) mengatakan bahwa pencegahan
kecelakaan dipandang dari aspek manusianya harus bermula pada hari pertama ketika semua
karyawan bekerja. Setiap karyawan harus diberitahu secara tertulis uraian mengenai
jabatannya yang mencakup fungsi, hubungan kerja, wewenang, tugas dan tanggung jawab,
serta syarat-syarat kerjanya. Dari aspek manusia, gejala penyebab kecelakaan bermula pada
kegiatan tidak selamat manusia itu sendiri. Beberapa perbuatan yang mengusahakan
keselamatan antara lain:
a) Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman dan penuntun yang diberikan.
b) Setiap kecelakaan atau kejadian yang merugikan harus segera dilaporkan kepada
atasan.
c) Setiap peraturan dan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja harus dipatuhi
secermat mungkin.
d) Semua karyawan harus bersedia saling mengisi atau mengingatkan akan
perbuatan yang dapat menimbulkan bahaya.
e) Peralatan dan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja harus dipakai atau
dipergunakan bila perlu.
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan upaya yang
berkaitan dengan keselamatan kerja di antaranya yaitu dari aspek manusianya, dengan
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pentingnya keselamatan kerja, serta dari aspek
lingkungan yaitu adanya peralatan yang mendukung keselamatan kerja.
Komunikasi dengan Media (mediated communication)
Pengembangan bekerja dengan budaya selamat (Behavior-based safety) telah
memberikan dampak positif terkait dengan bagaimana aspek kesehatan dan keselamatan
dihargai serta penerapannya di lingkungan kerja yang berbeda, Tujuan bekerja dengan
budaya sehat dan selamat adalah untuk mengurangi cedera dan membiasakan gaya hidup
sehat di tempat bekerja melalui pendekatan prilaku perorangan dan membantu dalam
menggali nilai-nilai dan sikap serta mengubah perilaku menjadi lebih positip. Untuk
memperlancar program tersebut perlu dilakukan komunikasi baik secara langsung maupun
tidak langsung.
23
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
a. Pengertian Komunikasi
“Komunikasi adalah suatu proses menyortir, memilih, dan
mengirimkansimbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar
membangkitkanmakna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang
dimaksudkankomunikator). “Everett M. Rogers menyatakan komunikasi adalah
proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih,
dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”
“Dalam hal ini, berarti komunikasi dibutuhkan untuk memberitahukan atau
menerangkan (to inform). Pembicara sebagai komunikator
menginginkanpendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang
disampaikannya akurat dan layak untuk diketahui” Komunikasi dilakukan melalui
saluran, yaitu jalan yang dilalu pesan komunikator untuk sampai ke komunikannya.
Terdapat dua jalan agar pesan komunikator bisa sampai pada komunikan, yaitu
komunikasi tidak bermedia (nonmediated communication) yang berlangsung tatap
muka (face-to-face) dan komunikasi bermedia (mediated communication)
(Vardiansyah, 2004). Istilah lain digunakan oleh Effendy (2002) untuk membedakan
jenis komunikasi tersebut,yaitu komunikasi langsung (direct communication) dan
komunikasi tak langsung (indirect communication) .
b. Komunikasi dengan media (mediated communication)
Komunikasi bermedia adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau
sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya, dan/
atau banyak jumlahnya” Pada komunikasi ini arus balik tidak dapat langsung
dirasakan. Komunikator tidak dapat mengetahui tanggapan komunikan pada saat ia
berkomunikasi. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan komunikasi dengan
menggunakan media, komunikator harus lebih matang dalam perencanaan dan
persiapannya sehingga komunikasinya dapat berhasil.
Media komunikasi dilihat dari jumlah target komunikannya dapat dibedakan
atas media massa dan nonmedia massa. “Menurut Bitter definisi sederhana
komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah orang” (Rakhmat, 2005, p.188). “Komunikasi massa adalah penyebaran
pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada “massa yang abstrak”,
yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan” Begitu pesan
disampaikan oleh komunikator, tidak diketahuinya apakah pesan itu diterima,
dimengerti, atau dilakukan oleh komunikan.“Komunikasi massa adalah proses
24
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang
melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat
mekanis, seperti : radio, televisi, surat kabar, dan film” Komunikasi massa
mempunyai kelebihan dalam hal banyaknya komunikan yang dapat dicapai.
Kelemahannya adalah tidak terlihatnya mereka sehingga tidak dapat dikontrol
apakah pesan yang dilancarkan diterima oleh mereka atau tidak, dimengerti atau
tidak. Yang jelas media massa memiliki keampuhan untuk menyebarkan informasi
karena dapat diterima oleh komunikan secara serempak dalam jumlah yang relatif
sangat banyak, ada beberapa jenis media massa: (1) Media massa periodik Media
massa periodik artinya terbit teratur pada waktu-waktu yang telah ditentukan
sebelumnya. Media massa periodik dapat dibedakan atas yang elektronik (radio,
televisi), dan non elektronik atau cetak (surat kabar). (2) Media massa nonperiodik
Media massa nonperiodik dimaksudkan pada media massa yang bersifat eventual,
tergantung pada event tertentu. Setelah event usai, selesai pulalah penggunaanya
artinya tidak berkala. Media massa nonperiodik dapat dibedakan atas manusia dan
benda. Meskipun intensitas media massa nonperiodik kurangdibandingkan dengan
media massa periodik, namun untuk kepentingan tertentu.
Media massa nonperiodik tetap efektif, karena memiliki keampuhan masing-
masing untuk hal-hal tertentu dan kelompok-kelompok tertentu, yang tergolong
sebagai media cetak, meliputi : spanduk, poster,dan brosur.
c. Komunikasi dan Promosi melalui Poster
Poster merupakan media informasi singkat, lengkap dan penting yang
diletakkan di tempat umum. Poster merupakan salah satu alat promosi dengan tujuan
untuk mempengaruhi seseorang agar tertarik pada sesuatu atau mempengaruhi
seseorang agar bertindak. Jadi tujuan poster adalah untuk mengingat kembali dan
mengarahkan pembaca ke arah tindakan tertentu sesuai dengan apa yang diinginkan
komunikator. Penempatan poster yang benar akan lebih banyak orang yang melihat,
menikmati, dan membaca pesan-pesan yang tercantum di poster. Poster adalah
gambar yang besar, yang memberi tekanan pada satu atau dua ide pokok, sehingga
dapat dimengerti dengan melihatnya sepintas lalu (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Sedangkan menurut pengertian promosi kesehatan “Poster adalah bentuk media
cetak berisi pesan-pesan/ informasi kesehatan, yang biasanya ditempel ditembok-
tembok, di tempat-tempat umum, seperti di kendaraan umum”. Berikut adalah
kelebihan dan kekurangan poster sebagai media komunikasi.
25
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Kelebihannya :
1). Khalayak dapat mengatur tempo dalam membaca. Ia dapat mengulang
bacaannya kembali dan mengatur cara membaca, media yang dapat ditinjau
ulang, pembaca dapat dengan tenang membaca dengan teliti su rat kabar dan
dapat membaca kembali bagian-bagian menurut kehendaknya
2). Karena sifatnya yang tercetak pesan-pesannya bersifat permanen dan kekuatan
utamanya adalah dapat dijadikan bukti
3). Memuat informasi yang cukup lengkap.
4). Saat pembaca tidak paham pada satu bagian dari isinya, pembaca dapat
menanyakannya pada orang lain
5). Dapat meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan dan keselamatan kerja,serta
merangsang kepercayaan , sikap, dan perilaku
6). Dapat menyampaikan imformasi, mengarahkan orang, melihat sumber lain (
alamat, no. telphone,dll)
7). Dapat dibuat sendiri di rumah dan harganya relatif murah.
Kelemahannya
1). Untuk menikmatinya diperlukan kemampuan membaca dan atensi atau
perhatian.
2). Karena tidak bersifat auditif dan visual, ia memintakan pula kemampuan
imajinasi pembaca untuk menikmati dan memahaminya.
3). Membutuhkan proses penyusunan dan penyebaran yang kompleks dan
membutuhkan waktu yang relatif lama
4). Jenis bahan yang digunakan biasanya mudah sobek, artinya kemungkinan
gangguan mekanis tinggi, sehingga informasi yang diterima tidak lengkap,
5). Ditujukan pada audien terbatas, kecuali poster komersiel.
6). Materi yang komplek atau berkualitas tinggi memerlukan ahli grafis dan
peralatan cetak yang canggih ,
7). Biayanya relatif mahal, karena perancangan dan teknik pencetakannya baik dan
profesional.
d. Promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Promosi merupakan komponen yang dipakai untuk memberitahu dan
mempengaruhi pasar. Istilah promosi dibidang pemasaran mengandung makna
menganjurkan sesuatu serta memberikan saran yang membujuk dan meyakinkan
pada konsumen agar tertarik pada barang yang ditawarkan dan pada akhirnya
26
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
terealisasi suatu penjualan. Menurut Swastha (1998, p. 222) “promosi adalah arus
informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau
organisasi kepada tindakan yang menciptakanpertukaran dalam pemasaran”.
Betapapun bermanfaatnya suatu produk, tetapi kalau tidak dikenal oleh masyarakat
maka produk tersebut tidak akan diketahui manfaatnya dan tidak akan berhasil
dengan baik di pasar. Kegiatan promosi yang sejalan dengan baik rencana
pemasaran secara keseluruhan serta direncanakan, diarahkan dan dikendalikan
dengan baik dapat berperan secara aktif dan berarti didalam meningkatkan penjualan
produk tersebut. Kegiatan promosi tidak hanya di bidang pemasaran produk tetapi
juga digunakan dalam bidang kesehatan.
Determinan pokok kesehatan adalah aspek-asek sosial, ekonomi dan
lingkungan yang sering berada di luar kontrol perorangan atau masyarakat. Oleh
karena itu aspek promosi kesehatan yang mendasar adalah melakukan
pemberdayaan sehinga orang memiliki kontrol yang lebih besar terhadap aspek-
aspek kehidupan yang meningkatkan mempengaruhi kesehatan.
WHO mendefinisikan promosi kesehatan secara ringkas yakni : Promosi
kesehatan dan keselamatan kerja adalah proses membuat orang mampu
meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan memperbaiki kesehatan serta
keselamatan kerjanya. Dengan demikian ada tiga unsur yaitu memperbaiki kesehatan
dan memiliki kontrol yang lebih besar terhadap kesehatan serta keselamatan kerja
merupakan hal yang sangat mendasar untuk tujuan promosi kesehatan dan
keselamatan kerja (linda Ewles dan Ina Simnett, 1994: 20), sedangkan dari aspek
filosofis kegiatan promosi kesehatan jika berhasil akan mempengaruhi kehidupan
seseorang terutama yang berhubungan dengan kesehatannya. Sehubungan dengan itu
maka semua yang terlibat dalam promosi kesehatan harus memahami tujuan
promosi kesehatan. Adapun tujuan kunci dari promosi keehatan adalah
memberitahu orang tentang cara-cara, prilaku, dan gaya hidup yang dapat
mempengaruhi kesehatannya, memberitahu dan menyadarkan bahwa informasi itu
perlu dimengerti guna membantu dalam menggali nilai-nilai dan sikap serta
mengubah perilaku menjadi lebih positip.(linda Ewles dan Ina Simnett, 1994: 49)
e. Pendidikan dan bidang promosi kesehatan dan keselamatan kerja
Soekidjo Notoatmodjo (1997) mengemukakan bahwa Ruang lingkup
pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dilihat dari beberapa dimensi,
27
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
antaralain dimensi sasaran pendidikan, dimensi tempat pelaksanaan/ aplikasinya,
dan dimensi tingkat pelayanannya.
Dari dimensi sasarannya, pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi
tiga yaitu :
1). Pendidikan kesehatan individu, dengan sasaran individu
2). Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
3). Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat
Dari dimensi tempat pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat berlangsung
di berbagai tempat sepeti :
1). Pendidikan kesehatan di Sekolah, dengan sasaran siswa/ murid
2). Pendidikan kesehatan di rumah sakit , dengan sasaran pasien dan keluarga
pasien
3). Pendidikan kesehatan di tempat kerja, dengan sasaran pekerja atau
karyawan yang bersangkutan.
Dari dimensi tingkat pelayanan pendidikan Kesehatan dapat dilakukan
berdasarkan lima tingkat pencegahan ( five levels of prootion) yakni :
1) Promosi Kesehatan ( health promotion )
2) Perlindungan khusus ( Specifik Protection )
3) Diagnosa Dini dan Pengobatan segera ( Early diagnosis and Prompt
trethment)
4) Pembatasan Cacat ( Disability limitation) dan
5) Pemulihan (Rehabilitation )
Ada tujuh bidang kegiatan promosi kesehatan dan secara garis besar dapat
dilihat pada diagram berikut ini:
28
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Gambar 1. Tujuh bidang kegiatan promosi kesehatan dan keselamatan kerja
( Linda Ewles dan Ina Simnett,1994 )
Media Promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
a. Pengertian Media Promosi K3
Media (latin) adalah bentuk jamak dari medium. Association for Education and
Communication Technology (AECT) mendefinisikan media sebagai segala bentuk
yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. National Education
Association (NEA) mendefinisikan media sebagai segala benda yang dapat
dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen untuk
suatu kegiatan . Media promosi kesehatan dan keselamatan kerja adalah semua sarana
atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin di sampaikan oleh
komunikator, baik itu melalui media cetak , elektronika, dan media luar ruang ,
sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuan nya yang akhirnya dapat berubah
perilaku ke arah yang lebih positif terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.
Media ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap
manusia ditangkap dan diterima melalui panca indera. Media pendidikan ini
dimaksudkan untuk mengarahkan indera kepada suatu obyek, sehingga
mempermudah persepsi seseorang. Media akan sangat membantu di dalam melakukan
penyuluhan agar pesan-pesan kesehatan dan keselamatan kerja dapat disampaikan
Bidang Kegiatan
Promosi Kesehatan
Pelayanan Kesehatan
Preventif Program Pendidikan Kesehatan
Primer,sconder,dan tersier
Kegiatan ekonomi dan
peraturan
Tindakan Kesehatan
Enviromenntal
Kebijakan publik yang
sehat
Pengembangan
organisasi
Kegiatan berbasis pada
masyarakat
29
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
lebih jelas, dan sasaran dapat menerima pesan tersebut dengan jelas pula. Dengan
media orang dapat lebih mengerti fakta kesehatan dan keselamatan kerja yang
dianggap rumit, sehingga dapat menghargai betapa bernilainya kesehatan dan
keselamatan kerja bagi suatu kehidupan. Dari uraian di atas maka y ang dimaksud
media adalah pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (AVA), karena alat-alat
tersebut merupakan saluran (channel) untuk menyampaikan informasi kesehatan dan
karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan kesehatan
bagi masyaraka
b. Manfaat Media Promosi K3
(1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan . (2) Mencapai sasaran yang lebih banyak.
(3) Membantudalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman. (4) Merangsang
sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain.
(5) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para
pendidik/pelaku pendidikan. (6) Mendorong keinginan untuk mengetahui kemudian
lebih mendalami dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik. (7)Membantu
menegakkan pengertian yang diperoleh
c. Ciri Media Promosi yang baik
(1). Mudah dibuat. (2). Bahan-bahannya dapat diperoleh di bahan-bahan lokal. (3). Di
tulis/digambar dengan sederhana. (4). Memakai bahasa setempat dan mudah
dimengerti oleh masyarakat (5).Memenuhi kebutuhan-kebutuhan petugas kesehatan
dan masyarakat. ( 6) komunikatif dan menarik.
d. Dalam pembuatan media Yang harus diperhatikan tentang Sasaran, antara lain:
(1) Individu atau kelompok. (2) Kategori-kategori sasaran seperti kelompok umur,dan
pendidikan. (3) Bahasa yang di gunakan. (4) Adat-istiadat serta kebiasaan. (5) Minat
dan perhatian (6) Pengetahuan dan pengalaman sasaran tentang pesan yang akan
diterima.
e. Tempat memasang (menggunakan) media promosi K3
(1) Di dalam keluarga (kunjungan rumah, waktu menolong persalinan, merawat bayi,
dan lain sebagainya.(2) Di masyarakat (perayaan hari-hari besar, arisan-arisan,
pengajian, dan seterusnya. (3) Di instansi -instansi (puskesmas, RS, Kantor-kantor,
sekolah, dan seterusnya).
30
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
f. Alat-Alat Bantu /peraga/ media belajar tersebut dapat dipergunakan oleh:
(1) Petugas-petugas puskesmas/kesehatan. (2) Kader kesehatan. (3) Guru-guru
sekolah dan tokoh-tokoh masyarakat
g. Tujuan promosi dan tujuan penggunaan media Promosi
Tujuan promosi antara lain:
(1) Menanamkan pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-konsep. (2)
Mengubah persepsi, sikap dan perilaku yang lebih positif . (3) Menanamkan tingkah
laku/kebiasaan yang baru.
Sedangkan Tujuan penggunaan media promosi:
(1) Sebagai alat bantu dalam latihan/penataran/pendidikan/ dan penyuluhan. (2) Untuk
menimbulkan perhatian terhadap suatu masalah. (3) Untuk mengingatkan suatu
pesan/informasi. (4) Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur dan tindakan.( 5)
Mempermudah penyampaian informasi. (6) Media dapat menghindari keselahan
persepsi.( 7) Dapa memperjelas informasi. (8) Media dapat mempermudah pengertian.
(9) Mengurangi kominikasi yang verbalistik.( 10)menampilkan obyek yang tidak bisa
ditangkap mata (11) Media dapat memperlancar komunikasi.
h. Macam-macam Alat Bantu /peraga/ media Promosi K3
Pada dasarnya ada tiga jenis media promosi atau pembelajaran K3 yakni: (1) Alat
bantu peraga/ media belajar lihat (visual aids), yang berguna dalam menstimulasi
indra mata (penglihatan) pada waktu terjadinya pendidikan dalam bentuk alat yang
diproyeksikan (slide, film, film strip, dsb) dan alat-alat yang tidak diproyeksikan : dua
dimensi (gambar peta, poster, bagan), tiga dimensi (bola dunia, boneka, dsb). (2) Alat
bantu dengan (audio aids) : piringan hitam, pita suara. 3) Alat bantu lihat-dengar :
seperti televisi dan video casset.
i. Media Promosi K3 juga dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:
1) Media elektronik
Yaitu suatu media bergerak dan dinamis dapat dilihat dan didengar dalam
menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronikaContoh: Televisi, Radio,
Film, Kaset, CD, VCD, DVD, Slide Show.
Kelebihan:
31
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
(a). Sudah dikenal masyarakat (b). Melibatkan semua panca indra (c)
Lebihmudah dipahami (d). Lebih menarik karena ada suara dan gambar (e).
Bertatap muka penyajian dapat dikendalikan (f). Jangkauan relatif lebih besar /
luas (g). Sebagai alat diskusi dapat diulang – ulang
Kelemahan:
(a).Biaya lebih tinggi.( b). Sedikit rumit .(c).Memerlukan energi listrik.(d).
Diperlukan alat canggih dalam proses produksi. (e). Perlu persiapan yang matang.
(f).Peralatan yang selalu berkembang dan berubah (g). Perlu keterampilan
penyimpanan (h). Perlu keterampilan dalam pengoperasian
2) Media luar ruang
Yaitu suatu media yang menyampaikan pesannya di luar ruang secara umum
melalui media cetak dan elektronik secara statis. Contoh: papan reklame,
spanduk, pameran, banner, TV, layar lebar
Kelebihan:
(a). Sebagai informasi umum dan hiburan (b). Melibatkan semua panca indra
(c).Lebihmenarik karena ada suara dan gambar (d). Adanya tatap muka.(e).
Penyajian dapat dikendalikan (f)Jangkauan relatif lebih luas
Kelemahan:
(a). Biaya lebih tinggi (b). Sedikit rumit (c). Ada yang memerlukan listrik dan
atau alat canggih (d). Perlu kesiapan yang matang (e). Peralatan yang selalu
berkembang dan berubah (f). Perlu ketrampilan penyimpanan
3) Media Cetak
Yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan –pesan visual. Pada umumnya
terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalamtata warna Contoh :
Poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, Fungsi Utama :
Memberi informasi dan menghibur
Kelebihan:
(a).Tahan lama (b). Mencakup banyak orang (c). Biaya tidak terlalu tinggi (d)
Tidak perlu energi listrik (e). Dapat dibawa (f). Mempermudah pemahaman (g).
Meningkatkan gairah belajar
Kelemahan :
32
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
(a). Tidak dapat mensimulasi efek suara dan efek ( b). Mudah terlipat
Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan
sangat bervariasi, antara lain sebagai berikut:
(1). Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan
dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar-gambar.
(2). Leafleat, ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan
melalui lembar yang dilipat.
(3). Flyer (selebaran), ialah bentuk seperti leafleat tetapi tidak berlipat.
(4). Flip chat (lembar balik), media penyampaian pesan atau informasi
kesehatan dalam bentuk lembar balik, dan berisi gambar peragaan.
(5). Rubrik atau tulisan. Tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas
suatu masalah kesehatan, atau hal-hal lain yang berkaitan dengan kesehatan.
(6). Poster, ialah bentuk media cetak yang berisi pesan atau informasi
kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok ditempat-tempat
umum, atau di kendaraan umum.
Poster merupakan media informasi singkat, lengkap dan penting yang diletakkan di
tempat umum. Poster merupakan salah satu alat promosi dengantujuan untuk mempengaruhi
seseorang agar tertarik pada sesuatu atau mempengaruhi seseorang agar bertindak. Jadi tujuan
poster adalah untuk mengingat kembali dan mengarahkan pembaca ke arah tindakan tertentu
sesuai dengan apa yang diinginkan komunikator. Penempatan poster yang benar akan lebih
banyak orang yang melihat, menikmati, dan membaca pesan-pesan yang tercantum di poster.
Poster adalah gambar yang besar, yang memberi tekananpada satu atau dua ide pokok,
sehingga dapat dimengerti dengan melihatnyasepintas lalu (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Perbedaan mendasar poster dengan media promosi lainnya adalah poster dibaca orang
yang sedang bergerak,mungkin sedang berkendara atau berjalan kaki. Sedangkan brosur,
booklet, flyer dirancang untuk dibaca secara khusus, mungkin duduk atau sesaat sambil
berdiri. Karena itu poster harus dapat menarik perhatian pembacanya seketika, dan dalam
hitungan detik, pesannya harus dimengerti. Poster digunakan untuk berbagai macam
keperluan, seperti berikut ini: (a). Mengumumkan / memperkenalkan suatu acara (b).
Mempromosikan layanan / jasa (c). Menjual suatu produk (d). Membentuk sikap atau
pandangan.
33
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Tipikal Poster yang baik
Menurut Linda ewles dan Ina simnett (1985:373) typikal poster yang baik, antara lain:
(1). Berhasil menyampaikan informasi secara cepat (2). Ide dan isi yang menarik perhatian
(3). Mempengaruhi, membentuk opini / pandangan (4). Menggunakan warna-warna yang
menyolok dan menarik (5). Menerapkan prinsip ‟simplicity’ /sederhana dan lugas (6)
Tekankan hal-hal yang penting dengan mengubah huruf, style atau warna ( 7) gunakan
bahasa yang dimengerti sasaran ( 8) besar huruf harus masuk dalam jangkauan mata. (9)
gunakan letak display dengan optimal dan (10) gunakan warna.
Membuat poster perlu memperhatikan psycologi warna atau pemaknaan warna,
agar pesan dan gambar yang dibuat lebih apresiatif dalam merancang pembuatan poster
desainer grafisnya perlu memperhatikan psycologi warna dalam tata penyajian pesannya,
agar lebih menyentuh rasa dan lebih komunikatif serta memberikan daya tarik yang tinggi.
Dalam psycologi warna dapat memiliki makna dan kesan masing-masing seperti
berukut ini :Warna merah memiliki berbagai arti. Merah dapat berarti berhenti, warna merah
juga sering digunakan untuk melambangkan kemarahan, rasa malu, darah, kekerasan, perang,
nafsu, api, dan bisa juga digunakan sebagai tanda bahaya besar, dalam bendera kebangsaan
Indonesia warna merah dalam bendera Indonesia melambangkan keberanian. Di Cina warna
merah berarti perayaan, keberuntungan, dan kemakmuran, dalam desain ragam hias warna
merah berarti ada penekanan atau ada yang harus diperhatikan.
Warna biru sering diasosiasikan sebagai warna langit atau warna lautan. Biru bisa
melambangkan persatuan, ketenangan, percaya diri, kebijaksanaaan, idealisme, loyalitas,
cahaya, planet Bumi, udara, teknologi, konservatisme, kedamaian, kebenaran dan
keramahtamahan. Banyak yang berpendapat biru adalah warna terbaik dengan berbagai sifat
positif.
Kuning adalah warna yang melambangkan sinar matahari, keceriaan,
kegembiraan,optimisme, kekayaan (emas), harapan, liberalisme, ketidakjujuran, ramah,
keserakahan, kelemahan, cemburu, bergairah dan lain-lain. Di Mesir kuning berarti
berkabung, di Jepang berarti keberanian. Warna kuning sering juga diartikan sebagai
lambang keagungan.warna kuning memiliki kesan semangat ,dan panas.
Warna pink sering sering sekali dihubungkan dengan cinta,romantisme, kekagungan,
ungkapan terima kasih, dan simpati. Warna pink juga dapat menyimbolkan kewanitaan,
kesehatan dan pernikahan. Segitiga berwarna pink menyimbolkan homoseksualitas dan
biseksualitas. Pita berwarna pink biasa digunakan untuk menyemangati penderita kanker
payudara. Palermo , salah satu tim kuda hitam Serie-A menggunakan kostum warna pink.
34
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Warna hijau adalah warna daun dan rumput lapangan sepakbola. Warna ini sering
diasosiasikan dengan pertumbuhan, kelahiran, hal-hal alamiah, kesehatan, keseimbangan, dan
stabilitas. Masih hijau berarti belum berpengalaman. Di Amerika hijau berarti uang, di Cina
berarti aib atau malu, sedangkan di Afrika Utara menyimbolkan korupsi. Pada zaman
pertengahan Di Inggris, Irlandia, dan Amerika warna ini dianggap sebagai warna pembawa
sial.warna hijau memiliki kesan menyejukkan.
Coklat melambangkan ketenangan, kedalaman, kekayaan, stabilitas, tradisi,
kemiskinan, kekasaran. Bisa juga untuk melambangkan organisme natural atau hal-hal
alamiah. Di samping itu warna coklat dapat mendorong orang untuk memilikikeinginan,
kesehatan kesetiaan kesederhanaan, keramahtamahan, dan sifat bertanggungjawab.
Putih melambangkan salju, perdamaian, kebersihan, kesucian, tak bersalah, steril, dan
kesederhanaan. Bendera putih digunakan sebagai tanda menyerah. Di India dan Cina putih
berarti berkabung.
Abu-abu bisa berarti kemewahan, kerendahan hati, penghormatan, keseimbangan,
kebijaksanaan, netralitas, formalitas, kehalusan, kerusakan dan emosi yang kuat. Sering pula
diasosiakan dengan debu, asap, dan polusi. Warna ini juga bisa berarti berkabung.
Warna jingga (oranye) melambangkan Hinduisme, Buddhisme, energi, keelokan,
arogan, keseimbangan, emosi tinggi, suka bermain, dan antusiasme. Seperi warna kuning
warna jingga juga memiliki kesan panas.
Warna hitam sering dihubung-hubungkan dengan misteri, setan, ketakutan, dan
kematian. Warna yang biasa digunakan sebagai warna tinta ini juga dapat berarti modernitas,
kekuatan, duniawi,kesedihan formalitas, dukacita,dan kemewahan, warna hitam berkesan
seram atau gotic warna hitam berkesan mengecilkan.
Selain memperhatikan hal-hal di atas, untuk menghasilkan poster yang baik perlu
menerapkan prinsip-prinsip desain dalam pembuatan poster tersebut, antara lain:
1). Balance ( keseimbangan)
Ada 2 jenis keseimbangan yang bisa diterapkan:
Umumnya, keseimbangan bisa dicapai secara simetris, garis-garis imajiner, baik
vertikal atau horisontal dapat digunakan untuk mencapai keseimbangan,walaupun
tidak simetris.
2). Movement,( alur baca).
Alur baca yang diatur secara sistematis oleh desainer untuk mengarahkan „mata
pembaca‟ dalam menelusuri informasi, satu bagian ke bagian lain pada poster.
3). Emphasis, (penekanan).
35
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Prinsip ini yang terpenting dalam mendesain poster. Penekanan bisa dicapai dengan
membuat slogan / judul, atau ilustrasi / foto jauh lebih menonjol dari elemen desain
lain berdasarkan urutan prioritas. Penekanan bisa dicapai dengan:
a). Perbandingan ukuran
b). Latar belakang yang kontras dengan tulisan atau gambar
c). Perbedaan warna yang mencolok
d). Memanfaatkan „white space‟ atau bidang kosong
e ). Perbedaan jenis, ukuran dan warna huruf.
4.) Unity, (kesatuan).
Beberapa bagian dalam poster harus digabung atau dipisah sedemikian rupa menjadi
kelompok-kelompok informasi. Misalnya nama gedung harus dekat dengan teks
alamat. Splash diskon jangan berjauhan dengan produk yang dimaksud. Kesatuan
dapat dicapai dengan:
(a). Mendekatkan beberapa elemen desain, dibuat „overlapping‟ (b). Menggunakan
bidang kotak / lingkaran(c). Memanfaatkan garis untuk pemisahan informasi ( d).
Perbedaan warna background
5). Specific appeal, (penampilan / kesan).
Poster dirancang untuk keperluan khusus berdasarkan suatu tema. Hal ini untuk
memberikan „kesan‟ suatu sentuhan yang sesuai dengan produk, acara atau layanan.
Poster untuk parfum wanita sebaiknya terkesan feminin, lembut atau dekoratif. Poster
untuk menjual truk, sebaiknya menggunakan warna-warna yang berat, huruf-huruf
yang tebal dan masif. Poster untuk promosi K3 sebaiknya memiliki kesan yan
meyakinkan dan dapat memotivasi orang untuk merubah perilaku seseorang /
kelompok menjadi lebih positip dan menyadarkan untuk lebih mengutamakan
kesehatan dan keamanan kerja ( safety first ).
Iklim Keselamatan Kerja di Lembaga Pendidikan Teknologi dan Vokasi
Dari survay dan penyebaran angket dalam sebuah penelitian pada Lembaga
Pendidikan Teknologi dan Vokasi terhadap iklim keselamatan kerja ternyata masih rendah.
Hal tersebut dapat dilihat dari sangat rendahnya kebijakan pelaksanaan K3 di lembaga
tersebut meskipun beberapa diantaranya telah mencantumkan permasalahan K3 pada bagian
misi.
Keberadaan kelengkapan K3 di lab/ bengkel dan keberadaan alat pelindung diri di
beberapa cukup lengkap. Lembaga belum secara spesifik mencantumkan program sosialisasi
36
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
dan promosi K3, sosialisasi K3 masih sangat tergantung pada pengajar saat memberikan
penjelasan awal sebelum praktik dan adanya masalah K3 yang terdapat pada lembar kerja
peserta didik saat praktik. Keberadaan pedoman identifikasi bahaya dan resiko K3 belum ada
secara tertulis, pada pengajar dan peserta didik masih mengantungkan dari pengalaman yang
ada. Keberadaan poster masih sangat rendah, yang ada masih dalam bentuk tulisan panjang
utamakan keselamatan kerja.
Keberadaan kotak K3 di lab/bengkel telah ada, namun di beberapa tempat dijumpai
isi obat-obat pertolongan pertama tidak ada (kosong). Satuan tugas K3 belum sampai level
jurusan, administrasi tentang peralatan K3 maupun kejadian kecelakaan kerja ringan belum
dilakukan, dan prosedur tanggap darurat di sekolah belum tersedia. Keterlibatan pengajar
dalam K3 sudah baik, pengajar berperan aktif dalam K3 dengan memberikan penjelasan
tentang K3 sebelum peserta didik melaksanakan kegiatan praktik dan menegur bila tidak
menggunakan alat pelindung diri.
Beberapa lembaga pendidikan yang telah memiliki organisasi K3 namum belum
mempunyai kantor/ ruang tersendiri yang membidangi K3, kearsipan K3 juga masih rendah,
dan sistem audit K3 belum berjalan. Dari data dalam penelitian tersebut dapat disampaikan
rangkuman kondisi iklim K3 di sekolah sebagai berikut:
No Aspek Hasil
1 Kebijakan Pelaksanaan K3 Sangat rendah
2 Komitmen Pelaksanaan Cukup
3 Organisasi K3 Cukup
4 Rencana Kerja Program K3 Sangat rendah
5 Kelengkapan K3 di Lab/ Bengkel Cukup
6 Kecukupan Alat Pelindung diri Cukup
7 Program Sosialisasi dan Promosi K3 Sangat rendah
8 Pedoman identifikasi bahaya dan resiko K3 Sangat rendah
9 Keberadaan Poster K3 Sangat rendah
10 Keberadaan Kotak K3 di Lab/ Bengkel Baik
11 Satuan tugas K3 level jurusan Sangat rendah
12 Administrasi Ke tiap Lab/ Bengkel Sangat rendah
13 Prosedur tanggap darurat Sangat rendah
14 Keterlibatan guru dalam K3 Baik
15 Keberadaan Tim Audit K3 Sangat rendah
16 Keberadaan Kantor K3 Sangat rendah
17 Kearsipan administrasi K3 Sangat rendah
Rerata Rendah
Bila dilihat dari 9 aspek pada penilaian poster, aspek ukuran poster mempunyai nilai
paling tinggi (17,59) dengan deviasi yang rendah yaitu 0,59. ketepatan maslah K3 (16,14)
37
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
dengan deviasi1,85, selanjutnya ukuran tulisan (16,11) dengan deviasi 1,46, sedangkan 3
aspek yang mendapat rendah ad alah aspek kesesuai gambar dengan pesan (15,54), dengan
deviasi 1,94, tema pesan yang disampaikan (15,94) dengan deviasi 1,93 dan aspek kata pesan
yang tertulis (15,99) dengan deviasi 1,83. Hasil penilai tiap aspek poster selengkapnya dapat
dibuat tabel berikut ini.
HASIL BERDASARKAN KATEGORI PENILAIAN
NO KATEGORI RERATA Minimal Maksimal
Std
Deviasi
1
Kesesuaian Gambar Dengan
Pesan 15.54 10 19 1.94
2 Tema pesan yang disampaikan 15.94 10 19 1.93
3 Ketepatan masalah K3 16.14 10 20 1.85
4 Komposisi Warna 16.11 10 20 1.75
5 Kata pesan Yang tertulis 15.99 10 19 1.83
6 Kebermaknaan 16.05 10 19 1.74
7 Ukuran tulisan 16.11 11 19 1.46
8 Ukuran Poster 17.59 17 19 0.59
9 Tampilan secara keseluruhan 15.99 10 19 1.74
Jumlah 16.16
Pelaksanaan pembelajaran praktik di Pendidikan Teknologi dan Vokasi mempunyai
potensi hazard yang cukup tinggi. Potensi hazard fisik berupa kebakaran dan tersengat listrik,
potensi hazard ergonomi berupa posisi kerja, pencahayaan dan lay out. Dalam pelaksanaan
pembelajarannya melibatkan alat mekanik mempunyai potensi hazard getaran dan bising,
sedangkan yang banyak memanfaatkan bahan kimia mempuryai potensi hazard kimia.
Potensi hazard biologi potensial pada jurusan pertanian/peternakan ban perkebunan,
sedangkan potensi hazard psikososial dijumpai pada jurusan perkapalan dan pariwisata.
Iklim keselamatan kerja di Pendidikan Teknologi dan Vokasi termasuk masih rendah.
Lembaga Pendidikan mengalokasikan anggaran khusus tentang K3, tetapi belum secara
spesifik mencantumkan program sosialisasi dan promosi K3, sosialisasi K3 masih sangat
tergantung pada pengajar saat memberikan penjelasan awal sebelum praktik dan adanya
masalah K3 yang terdapat pada lembar kerja peserta didik saat praktik. Keberadaan poster di
laboratorium dan bengkel masih sangat rendah, yang ada masih dalam bentuk tulisan panjang
utamakan keselamatan kerja, administrasi tentang peralatan K3 maupun kejadian kecelakaan
kerja ringan belum dilakukan, dan prosedur tanggap darurat belum tersedia.
38
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Perilaku terhadap Keselamatan Kerja
Menurut kamus Oxford, behaviour is the ways behaves, esp towards other people;
one’s attitude and manner. J. Winardi (2004:32-33), menyatakan bahwa perilaku pada
dasarnya berorientasi pada tujuan (goal oriented). Dengan kata lain, perilaku kita pada
umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan spesifik
tidak senantiasa diketahui secara sadar oleh individu. Unit dasar perilaku adalah sebuah
aktivitas. Sesungguhnya dapat kita katakan, bahwa perilaku merupakan seri aktivitas-
aktivitas. Sebagai manusia kita senantiasa melakukan suatu hal, berjalan-jalan, bercakap-
cakap, makan, tidur, bekerja dan sebagainya.
T. Hani Handoko (2001:256) mengatakan, perilaku terjadi karena adanya 1)
Kebutuhan-kebutuhan, motif-motif, atau dorongan-dorongan yang mendorong, menekan,
memacu, dan menguatkan karyawan untuk melakukan kegiatan dan 2) Hubungan-hubungan
para karyawan dengan faktor-faktor eksternal (insentif) yang menyarankan, menyebabkan,
mendorong, dan mempengaruhi mereka untuk melaksanakan kegiatan. Faktor-faktor
eksternal seperti; gaji, kondisi kerja, hubungan kerja, dan kebijakan perusahaan tentang
kenaikan pangkat, delegasi dan wewenang, dan sebagainya, memberikan nilai atau kegunaan
untuk mendapatkan perilaku karyawan yang positif dalam usaha pencapaian tujuan
organisasi. Begitu juga pada saat praktik di bengkel, seseorang akan berperilaku sesuai
motivasi yang terdapat dalam dirinya.
Pengetahuan, persepsi, motivasi, dan perilaku adalah hal yang saling berhubungan.
Dalam penelitian Abdul Kadir (http://www.depdiknas.go.id), dikatakan bahwa tingkat
pengetahuan keselamatan kerja peserta didik di enam provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan, secara umum masih
kurang yaitu sebanyak 46,10%. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (tertentu).
Sedangkan menurut Kamus Oxford, disebutkan knowledge is the facts, information,
understanding and skills that a person has acquired through experience or education.
Kaitannya dengan K-3, pengetahuan seseorang akan mempengaruhi terhadap perilaku
ataupun sikapnya dalam bekerja.
Telah dikemukakan di atas bahwa perilaku terjadi karena adanya motif-motif tertentu.
T. Hani Handoko (2001:252) mengatakan motivasi diartikan sebagai keadaan dalam pribadi
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu
guna mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang merupakan kekuatan pendorong
yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan dirinya.
39
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Berdasarkan penelitian Herzbeg, dkk, ada dua kelompok faktor-faktor yang
mempengaruhi kerja seseorang dalam organisasi. Faktor-faktor penyebab kepuasan kerja (job
satisfaction) mempunyai pengaruh pendorong bagi prestasi dan semangat kerja, dan faktor-
faktor penyebab ketidakpuasan kerja (job dissatisfaction) mempunyai pengaruh negatif.
Faktor-faktor pemuas kerja di antaranya adalah prestasi, penghargaan, pekerjaan kreatif dan
menantang, tanggung jawab, serta jaminan kemajuan dan peningkatan (T. Hani Handoko,
2001:259-260).
B. F. Skinner dalam T. Hani Handoko mengemukakan teori pembentukan perilaku
(operant conditioning) didasarkan atas hukum pengaruh (law effect), yang menyatakan
bahwa perilaku yang diikuti dengan konsekuensi-konsekuensi pemuasan cenderung diulang,
sedangkan perilaku yang diikuti oleh konsekuensi-konsekuensi hukuman cenderung tidak
diulang. Dengan demikian perilaku individu di waktu mendatang dapat diperkirakan atau
dipelajari dari pengalaman di waktu yang lalu. Proses pembentukan perilaku secara sederhana
dapat digambarkan sebagai berikut:
(T. Hani Handoko, 2001:264)
J. Winardi (2004:4) mengutip pendapat Jones yang mengatakan bahwa motivasi
berkaitan dengan persoalan bagaimana perilaku diawali, di energi, dipertahankan, diarahkan,
dihentikan, dan jenis reaksi subjektif macam apa terdapat di dalam organisme yang
bersangkutan, sewaktu segala hal yang dikemukakan berlangsung.
Gray, dkk, dalam J. Winardi mengatakan motivasi merupakan sejumlah proses yang
bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menimbulkan sikap entusiasme
dan presistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan-tertentu. John R. Schermerhorn Jr.
c.s. (2004:2) mengatakan bahwa motivasi untuk bekerja merupakan istilah yang digunakan
dalam bidang perilaku keorganisasian, guna menerangkan kekuatan-kekuatan yang terdapat
pada diri seorang individu, yang menjadi penyebab timbulnya tingkat, arah, dan persistensi
upaya yang dilaksanakan dalam bekerja.
Motivasi adalah sebuah kosep yang dapat kita gunakan untuk memahami mengapa
suatu perilaku terjadi. Individu berperilaku karena adanya sejumlah kekuatan yang
mendorong dari dalam maupun dari luar dirinya guna mencapai keinginan atau kebutuhan
tertentu.
Rangsangan
(stimulus)
Tanggapan Konsekuensi-
konsekuensi
Tanggapan
diwaktu yang
akan datang
40
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang di antaranya adalah lingkungan,
pengetahuan, persepsi, (apa yang dianggap atau dirasakan sebagai hal yang benar), norma-
norma sosial, sikap-sikap, dan adanya mekanisme-mekanisme pertahanan (J.
Winardi:2004:9). Seseorang yang pengetahuan dan persepsinya rendah, dan tidak termotivasi
hanya akan memberikan upaya minimum dalam hal bekerja, belajar, atau melaksanakan
kegiatan lain. Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa antara pengetahuan, persepsi,
serta motivasi akan membentuk perilaku atau mengapa seseorang melakukan perbuatan
tertentu.
41
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
CONTOH PENERAPAN DI RUANG KERJA PRAKTIK
Bahaya :
1. Tergores
2. Terpotong
3. Tertusuk
4. Terbentur
5. Terkena karat
Kenapa :
Sebagian besar bahan merupkan benda
tajam yang jika tidak memakai sarung
tangan akan dapat membahayakan
Solusi :
1. Menggunakan sarung tangan
2. Poster untuk menggunakan
APD
SALAH BENAR
CONTOH DAN ANALISIS
PENERAPAN
Tidak menggunakan sarung tangan Menggunakan sarung tangan
(sumber:businessinsider.com)
Tidak menggunakan pakaian kerja Menggunakan pakaian kerja
(sumber : www.paronomio.com )
42
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Bahaya :
1. Panas
2. tergores
Kenapa :
Panas dan bahaya tergores sangatlah
sering dijumpai dibengkel
Solusi :
1. Menggunakan pakaian kerja
2. Poster untuk menggunakan APD
Bahaya :
1. Terjatuh kecelakaan kerja
2. Tergores
3. Terjepit
4. Luas tempat berkurang
Kenapa :
Jika alat tidak tertata dengan rapi akan
menyulitkan mahasiswa dan akan
menimbulkan PAK
Solusi : Meletakkan alat berdekatan dengan
fungsi yang sama
Tata letak alat yang salah Tata letak alat yang benar
( Sumber : www.indotrading.com)
Sumber: V
Alat tidak digunakan dengan peletakan
yang salah
Alat tertata rapi
(Sumber :azizsangbandar.blogspot.com)
43
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Bahaya : Luas bengkel semakin sempit
Kenapa : Kurang leluasa dalam bekerja
Solusi : Meletakkan alat yang tidak digunakan
ditempat khusus
Bahaya :
1. Terluka
2. Tergores
3. Terpotong
4. Terjepit
Kenapa :
Saat kita menggunakan alat ini tanpa
prosedur yang benar, disaat itu lah kita
membahayakan diri kita. Oleh karena itu,
sangat penting peran SOP yang tertempel
pada mesin. Mesin yang berbahaya atau
dapat menimbulkan resiko besar.
Solusi : Diberi SOP
Bahan tidak berada di rak bahan Bahan tertata rapi
Alat yang tidak terdapat SOP Alat yang terdapat SOP
SOP
44
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Bahaya :
1. Luka
2. Kecelakaan kerja
Kenapa :
Jika poster jatuh dan mengenai mahasiswa
akan mengakibatkan kecelakaan kerja
Solusi : Dipajang ditempat yang benar
Bahaya : Kecelakaan kerja
Kenapa :
Saat kita menggunakan peralatan tanpa
prosedur yang jelas, disaat itu lah kita
membahayakan diri kita. Oleh karena itu,
sangat penting peran SOP yang tertempel
pada mesin-mesin yang berbahaya atau
dapat menimbulkan resiko besar.
Solusi : Membuat ulang SOP dengan font dan
warna yang mudah untuk dibaca
Poster tidak dipajang dengan benar Poster yang dipajang
(sumber : garasiopa.com )
SOP tidak jelas
SOP yang jelas
(sumber : fazli-photo.blogspot.com)
45
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Bahaya :
1. Evakuasi lambat
2. Memakan korban jiwa
Kenapa : Pada saat terjadi kecelakaan kerja
misalnya kebakaran akan susah untuk
mengevakuasi jika tidak terdapat jalur
evakuasi
Solusi : Memberikan jalur evakuasi
Bahaya : Luka semakin parah
Kenapa :
Peralatan P3K yang tidak lengkap akan
membahayakan bagi mahasiswa atau
orang yang bekerja di suatu bengkel.
Karena jika terjadi kecelakaan,
pertolongan pertama yang kita berikan
adalah dengan memberikan pertolongan
dari peralatan yang tersedia di kotak P3K.
Jadi, Kotak P3K dibengkel haruslah
lengkap
Solusi : Melengkapi peralatan yang belum
tersedia dan seslalu di cek
ketersediaannya
Ruangan yang terdapat jalur evakuasi
(sumber :funny-pictures.picphotos.net)
Bengkel yang tidak terdapat jalur
evakuasinya
Standart P3K
(sumber : www.bejubel.com)
Kotak P3K yang tidak memenuhi
standart
46
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Bahaya :
1. Menyulitkan dalam jalur
keluar
2. Terjadi kecelakaan kerja
Kenapa :
Jika bekerja diluar area kerja akan sulit
untuk pengkondisian dan memicu
kecelakaan kerja.
Solusi :
1. Bekerja di area kerja
2. Membuat poster
3. Memberikan edukasi tentang
pentingnya bekerja di area kerja
Bekerja di area kerja Kerja diluar area
Menggunakan Pelindung Lengkap
(sumber : www.nexencnoocltd.com) Mahasiswa praktek tidak
menggunakan APD
Mahasiswa praktek tidak
menggunakan APD
Menggunakan Pelindung Lengkap
(sumber : www.nexencnoocltd.com)
47
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Bahaya:
1. Benturan
2. Terpotong
3. Tertusuk
4. Tersayat
5. Tergores
6. Terjepit
7. Tetanus
Kenapa :
Tidak memakai alat pelindung diri akan
menimbulkan berbagai potensi bahaya
seperti luka, luka ini jika terkena besi
yang berkarat akan mengakibatkan
penyakit tetanus yang disebabkan oleh
virus tetanus.
Solusi:
1. Memakai peralatan APD
lengkap
2. Bekerja dengan disiplin tinggi
Bahaya :
1. Terjatuh
2. Terluka
3. Patah tulang
Kenapa :
jika peralatan tersandung dan akan
menimbulkan tergelincir sehingga
mengakibatkan kecelakaan kerja
Solusi : Membuat rak tempat penyimpanan
peralatan
Peralatan rapi
(sumber : 2.bp.blogspot.com)
Peralatan berantakan
48
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Bahaya :
1. Benturan
2. Tertusuk
3. terluka
Kenapa :
Peralatan yang tidak tertata rapi dapat
mengakibatkan suasana yang acak acakan
dan tidak enak dipandang mata. Dan juga
dapat mengakibatkan kecelakaan pada
saat bekerja.
Solusi :
1. siapkan tempat untuk
menyimpan peralatan
2. segera rapikan peralatan jika
selesai memakainya
Bahaya :
Dalam mencari APD memakan
waktu lama
Kenapa :
Peralatan yang tidak tertata rapi dapat
mengakibatkan suasana yang acak acakan
dan tidak enak dipandang mata. Dan juga
dapat mengakibatkan kecelakaan pada
saat bekerja.
Solusi :
1. siapkan tempat untuk
menyimpan APD
2. segera rapikan APD jika selesai
memakainya
Alat berantakan Alat tertata rapi
(sumber : uniqpost.com)
APD yang diletakkan sembarang Rak
(sumber: www.indotrading.com )
49
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Bahaya : Memakan waktu yang lama
dalam pengurusan sampah
Kenapa :
Jika sampah non logam dan logam
dicampur maka akan membutuhkan waktu
lagi untuk memisahkannya
Solusi : Memberikan edukasi atau poster
tentang buang sampah di tempat yang
sesuai jenisnya
Bahaya : Muka terluka, Mata terluka,
Mengganggu pernapasan
Kenapa :
Mesin bor yang tidak memiliki tutup akan
membuat serpihan logam berhamburan
dan kemungkinan besar akan mengenai
muka dan mata dan juga mengganggu
pernapasan.
Solusi :
1. Memberikan tutUp pada mesin
2. Menggunakan alat pelindung muka
3. Menggunakan masker
4. Menggunakan kaca mata
Tempat sampah yang tidak
terorganisir
Tempat sampah yang baik
(sumber: picturerumahminimalis.com)
Mesin bor tak berpenutup Masin bor berpenutup
(sumber: Ergonomic check point by ILO)
50
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
ANALISIS PENERAPAN KONDISI RUANGAN SAAT PRAKTEK
HAZARD : ERGONOMIC
Penyimpanan tas yang kurang memadai dan tidak tertata dengan rapi.
SOLUSI
Sebaiknnya penyimpanan tas di simpan di loker agar tertata dengan rapi.
A. LEMARI PENYIMPANAN ALAT-ALAT LISTRIK.
HAZARD : ERGONOMIC
Tempat penyimpanan yang kotor merupakan sarang bakteri yang dapat
menimbulkan penyakit.
Ruangan bengkel instalasi
Loker
Lemari penyimpanan
51
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
SOLUSI
Penyimpanan alat – alat sebaiknya di jaga kebersihannya.
B. KONDISI P3K
HAZARD : ERGONOMIC, KIMIA
Isi kotak P3K tidak sesuai dengan standar, sehingga apabila terdapat mahasiswa
yang membutuhkan P3K tidak dapat terpenuhi.
SOLUSI
Isilah kotak P3K sesuai dengan tempat kerja dan jumlah pekerja.
Lemari penyimpanan tertata rapi
Kotak P3K
52
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Di tata dengan rapi
C. KIPAS ANGIN
HAZARD : FISIS
Debu yang disekitar kipas angin
Resiko
Penyakit pernapasan
SOLUSI
Pembersihan debu secara berkala.
Pemasangan blower untuk menghindari debu yang berterbangan.
Kotak P3K seharusnya
Kipas angin
Pembuangan udara melalui blower
53
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
D. TEMPAT SAMPAH
HAZARD : ERGONOMIC
terbatasnya jumlah tempat sampah
tidak adanya tanda sampah organic dan non organic
SOLUSI
pemberian tanda samapah organic dan non organic
Pembedaan warna tempat sampah
Tempat penyimpanan sampah
yang kurang memadai
Tempat penyimpanan sampah yang
standart
54
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
E. TOMBOL EMERGENCY
HAZARD : ERGONOMIC
Peletakan kurang strategis
apabila terjadi kerusakan atau kecelakan akan memakan waktu karena perlu
memerlukan waktu untuk mencari tombol emergency
SOLUSI
Tombol emergency sebaiknya diletakan di tempat yang terjangkau dan peletakanya
strategis
Tombol emergency
Tombol emergency tata letak strategis
55
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
F. TEMPAT MENCUCI TANGAN
HAZARD : BIOLOGI
Tidak terdapat sabun pencuci tangan
Menimbulkan bakteri dan kuman
SOLUSI
Adanya petugas khusus untuk menangani kebersihan
Wastafel bisa diganti dengan berbahan stainless stell
Tempat cuci tangan
Tempat cuci tangan yang standart
56
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
B. Contoh Perilaku yang Aman dan Tidak Aman di Bengkel
Kegiatan Yang
Dilakukan Tidak Aman Aman
Mengupas kabel
Hazard : Ergonomi
Elektrik
Risk :
1. Pisau yang
digunakanan dapat
melukai tangan dan
menimbulkan cidera
2. pemotongan kabel
yang tidak sempurna
dapat mengakibatkan
arus yang mengalir
tidak maksimal
Solusi :
1. gunakan tang pemotong
atau tang crimping agar
tangang kita terhindar
dari bahaya pemotongan
menggunakan pisau
2. Gunakan sarung tangan
pelindung agar terhindar
dari bahaya sengatan
listrik.
Menyalakan panel
box MCB 3 phase
Hazard : Ergonomi
Elektrik
Risk :
1. Tangan tidak
menggunakan sarung
Solusi :
1. Gunakan sarung
pelindung tangan untuk
mengatasi apabila ada
Mengupas kabel menggunakan
tang pengupas Mengupas kabel menggunakan
pisau
Menggunakan APD sesuai
standart
Penggunaan APD tidak sesuai
standart
57
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
pelindung apabila terjadi
arus bocor bisa saja
tersengat oleh listrik
380Volt
2. APD yang digunakan tidak
sesuai dengan standart
aturan yang di tetapkan
dibengkel instalasi listrik.
arus bocor yang
mengalir di sekitaran
panel box dan
menghindari sengatan
listrik apabila terjadi
akebocoran arus.
2. APD digunakan sesuai
standart ketentuan yang
ada dibengkel instalasi
listrik
Penggunaan sepatu
pelindung
Hazard : Mekanik
Risk :
1. Dapat menyebabkan kaki
Terkena Sudut lancip
benda, pecahan kaca,
benda tajam yang jatuh
2. Tertimpa benda benda
panas
3. Tertimpa benda-benda
berat
4. Tertetes Zat Kimia
Solusi:
1. Menggunakan Sepatu
Safety agar terhindar
dari bahaya
2. Jaga sikap saat di
bengkel
Tidak
menggunakan APD
pelindung tangan
Hazard : Elektrik
Risk :
1. Tersengat arus listrik
2. Tertusuk benda tajam
(Kabel tunggal, obeng,
Pemotong kabel)
3. Tangan Kotor ( Tanpa
Solusi:
1. Menggunakan sarung
tangan
2. Manfaat meminimalisir
kecelakaan kerja
3. Terhindar dari hazard
disamping
Sepatu safety
Tidak menggunakan sepatu
safety
Pelindung tangan Tidak memakai pelindung
tangan
58
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
sengaja menyentuh organ
vital : Hidung, Mata )
Mengangkat
Benda
Hazard:Ergonomic
Mekanik
Risk :
1. Cepat pegal
2. Tangan tergelincir
3. Cidera otot
Gambar 44. Cara pengangkatan
benda yang benar
Solusi:
1. Posisi badan jongkok
2. Tangan menyentuh
bagian paling bawah
benda untuk menopang
Membawa
Barang
Gambar 47. Membawa barang yang
salah
Hazard : Mekanik
Risk :
1. Barang menyenggol benda
lain
2. Cepat Pegal
Gambar 48. Mmbawa barang
yang benar
Solusi:
Didorong bukan ditarik
Gambar 43. Cara pengangkatan
benda yang salah
59
Manajemen Pendidikan Laboratorium – Bengkel Teknologi dan Vokasi yang Sehat dan Selamat
Membuka
Laptop pada
tempat kerja
Gambar 49. Membuka laptop
pada tempat yang salah
Hazard: Ergonomic
Risk :
1. Human Error ( tempat
kerja penuh sehingga
terjadi kecelakaan )
2. Resiko barang jatuh atau
tersenggol dengan kabel
atau alat instalasi lain
Gambar 50. Membuka Laptop
pada tempat yg benar
Solusi:
1. Penempatan laptop
yang benar di tempat
pembelajaran teori
2. Menghindari dari
tempat kerja yang
penuh
Bercanda
ditempat kerja
atau di
Bengkel
instalasi
Gambar 51. Bercanda di tempat kerja
Hazard : Elektrik
Mekanik
Risk :
1. Kecelakaan di tempat kerja
( Terjatuh, tertimpa )
2. Membuat suasana kurang
kondusif ( Menurunkan
Konsentrasi )
Gambar 52. Tempat kerja yang
kondusif
Solusi:
1. Kondusif
2. Meningkatkan
Konsentrasi
3. Menurangi potensi
kecelakaan kerja
Top Related