BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Unit Pelaksana Teknis Bimbingan dan Konseling (UPTBK) berdiri
pada tahun 2001. Sejak berdirinya hingga saat ini Unit Pelaksana Teknis
Bimbingan dan Konseling belum pernah mengalami pergantian pimpinan,
dan masih berada di bawah pimpinan Drs. H. Mardhan, M.Pd. Unit
Pelaksana Teknis Bimbingan dan Konseling menyadiakan layanan bagi
masyarakat kampus Universitas Haluoleo yang bermasalah. Selain
masyarakat kampus Universitas Haluoleo, Unit Pelaksana Teknis
Bimbingan dan Konseling juga memberikan layanan bagi masyarakat
umum. Staf Unit Pelaksana Teknis Bimbingan dan Konseling adalah
dosen-dosen Universitas Haluoleo yang berkompeten di bidang psikologi.
UPTBK memiliki empat staf yang kompoten dalam mengentaskan
masalah-masalah seperti masalah akademik, masalah pribadi, masalah
sosial, dan masalah masa depan. Namun pada pertengahan tahun 2007 dua
orang staf UPTBK mengundurkan diri dikarenakan orang yang bermasalah
(konseli) kurang dari 10%, sehingga mereka memilih keluar dan mencari
pekerjaan lain dari pada duduk diam tanpa mengerjakan sesuatu. Dengan
pengunduran diri staf tersebut akhirnya jumlah staf UPTBK menjadi
39
berkurang. Hal ini dapat dilihat pada tabel keadaan staf UPT Bimbingan
dan Konseling berikut ini :
Tabel 1Keadaan Staf UPT Bimbingan dan Konseling
No. Jabatan Jumlah Staf1. Kepala UPT Bimbingan dan Konseling 12. Sekretaris UPT Bimbingan dan
Konseling1
Jumlah 2Sumber : Data Sekunder UPTBK 2008
Sesuai tugas dan fungsi yang ada dalam lingkup Unit Pelaksana
Teknis Bimbingan dan Konseling adalah sebagai berikut:
1. Kepala Unit Pelaksana Teknis Bimbingan dan Konseling
Kepala Unit Pelaksana Teknis Bimbingan dan Konseling adalah
pimpinan yang bertanggung jawab terhadap semua yang ada dalam
lingkup UPTBK. Kepala Unit Pelaksana Teknis Bimbingan dan
Konseling bertugas memimpin, membina dan mengkoordinasi semua
ansur dalam Unit Pelaksana Teknis Bimbingan dan Konseling.
2. Sekretaris
Sekretaris adalah pembantu utama kepala UPTBK berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala UPTBK. Sekretaris bertugas
membantu kepala Unit Pelaksana Bimbingan dan Konseling dalam
melaksankan serta melaksanakan tugas lain sesuai dengsn perintah
Kepala Unit Pelaksana Teknis Bimbingan dan Konseling.
40
Visi bimbingan dan konseling adalah: terwujudnya kehidupan
kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan
dalam pemberuan bantuan dukungan perkembangan dan penyelesaian
masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.
Misi bimbingan dan konseling adalah:
1. Beriman dan bertakwa terhadap tuhan yang maha esa.
2. Pemahaman errkembangan diri dan lingkungan.
3. Pengarahan diri ke arah dimensi spiritual.
4. Pengambilan keputusan berdasarkan IQ, EQ dan SQ.
5. Pengaktualisasian diri secara optimal.
4.1.2 Masalah-Masalah Yang Telah Diselesaikan
Contoh masalah:
Dm seorang mahasiswa semester dua menunjukan gejala jarang masuk kuliah, sering melangar tata tertib kampus dan prestasi belajarnya rendah. Dia sering membolos, terutama kalau akan mengahadapi mata kuliah matematika. Di rumah, dia tidak mempunyai tempat belajar sendiri dan dia belajar di tempat tidurnya. Dia banyak membantu keluarga sehingga sering terlambat masuk kampus. Sedang data lain menujukan bahwa mahasiswa tersebut adalah anak keenam dari sebelas bersaudara. Tiga orang saudaranya sudah menyelesaiakn studinya, dan salah seorang adiknya juga semester empat di kampus yang sama. Dia sebenarmya kurang berminat terhadap mata kuliah matematika. Dalam menyelesaikan tugasnya pernah terjadi bentrok dengan salah seorang dosennya.
Ki berumur 19 tahun, duduk di bangku perkuliahan semester empat. Dia tinggal bersama dengan kakak laki-lakinya yang se-ayah, tetapi berlainan ibu. Dalam rumah tersebut tinggal pula ibu tirinya. Ibu kandungnya tinggal di luar kota sebagai pedagang. Nilai yang diperoleh Kiki sangat jelek dalam mata kuliah matematika sedangkan dalam mata kuliah lain nilainya cukup baik yaitu rata-rata B. Hasil tes bakat
41
menunjukkan bahwa ia cukup baik dalam penalaran berhitung, penalaran mekanika dan penalaran abstrak. Menurut dosen-dosennya, mahasiswi tersebut termasuk anak pendiam dan selalu mengambil tempat dudukn di deretan paling belakang. Dia bercita-cita menjadi Insinyur Pertanian.
Seorang mahasiswa memperoleh prestasi belajar sangat kurang, terutama dalam mata kuliah ilmu sosial. Yang bersangkutan adalah mahasiswa jurusan Biologi. Dia sering bertengkar dengan teman se-ruangannya dan sukar menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Orang tuanya bercita-cita agar anak itu menjadi seorang dokter yang berhasil. Dalam keluarganya, ia sering dimanjakan oleh kakak-kakak dan neneknya. Tingkat ekonomi orang tuanya tergolong sedang sehingga ia sering mendapat kesulitan dalam memenuhi alat-alat perkuliahannya. Terhadap dosen, mahasiswa tersebut sangat pemalu, segan dan bahkan takut sehingga tampak canggung. Demikian juga hubungannya dengan orang-orang dewasa lainnya, ia tampak sangat kaku dan sering diperlakukan seperti anak kecil.
An seorang mahasiswi yang memperoleh prestasi belajar standar, bahkan cenderung rendah. Dia jarang berkumpul dengan teman-teman se-ruangannya. Pada waktu istrahat dia lebih suka duduk sendirian. Mahasiswi tersebut sukar diajak berbicara. Jika mendapat giliran untuk tampil didepan ruangan dia tampak gugup, gemetar dan suaranya tidak jelas terdengar. Di rumah, An adalah anak satu-satunya yang perempuan karena itu ibunya sering memanjakannya, tetapi An sering itdak dibenarkan keluar rumah, baik untuk bersosialisasi dengan temannya maupun untuk keperluan lain.
Seorang mahasiswa sering terlambat datang ke kampus. Ipk semester yang lalu kebanyakan berada dibawah nilai rata-rata. Dia sering berlaku kasar bila ditegur oleh teman-temannyal. Oleh sebab itu, kebanyakan teman-teman seruangannya enggan bergaul dengannya. Disamping kasar, dia juga sering mengucapkan kata-kata yang kasar, dan menyinggung perasaan orang lain. Di rumah, dia adalah anak ke tiga dari lima bersaudara. Ayahnya sering tidak dirumah karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Demikian pula ibunya sering bepergian. Segala urusan rumah tangga diserahkan kepada pembantu.
K adalah seorang mahasiswa semester tiga. Semester ini ia jarang masuk kampus dan nilainya berantakan. Dia tampak kurus dan mukanya pucat. Pada waktu diadakan razia dikampusnya, kedapatan daun ganja dalam amplop yang diselipkannya dalam bukunya. Dia suka
42
berkelahi dengan teman-temannya. Demikian juga terhadap dosennya, apabila dosennya menegurnya, maka dia bereaksi dengan kasar. Dia adalah mahasiswa pindahan dari luar kota. Dia tinggal bersama orang tuanya. Ayahnya seorang anggota ABRI, berpangkat perwira menegah. Karena kesibukannya, ayahnya jarang dirumah dan ibunya kurang memberikan perhatian penuh terhadapnya, bahkan sering marah-marah apabila K berada di rumah. K pernah minggat dari rumahnya, sejak itu dia jarang sekali pulang ke rumah. Dia bersama dengan teman-temannya sering terlibat mabuk-mabukkan dan kekerasan. Mengetahui K seperti itu, orang tuannya mengirimnya ke daerah lain agar dapat kuliah dengan baik disana. Di luar daerah dia tinggal bersama dengan tantenya. K diperlakukan sangat keras oleh tantenya. Sepulang kuliah ia tidak boleh keluar rumah. Dengan perlakuan seperti ini, dia merasa dirinya berada dalam penjara. Perasaan yang dideritangnya itu sering dilampiaskan pada teman-teman dan dosennya. Di kampus dia di cap sebagai mahasiswa yang nakal.
Es berumur 20 tahun, tinggal bersama dengan orang tuannya. Dia merupakan anak tunggal dalam keluarganya, karena itu dia sangat dimanjakan. Ternyata dia anak pandai. Meskipun hidupnya agak kurang teratur, baik dirumah maupun diluar rumah namun prestasinya dikampus cukup dapat dibanggakan. Satu-satunya hal yang menjadi ganjalan baginya dan juga bagi orang tua dan dosen-dosennya adalah nilai mata kuliah agama, dia mendapatkan nilai yang rendah. Perhatian Es terhadap kehidupan beragama dipertanyakan.
Seorang mahasiswa teknik merasa tidak enak karena dimarahi oleh orang tuanya, karena tidak lagi melakukan shalat sebagaimana mestinya. Tadinya ia rajin shalat tepat pada waktunya, bahkan sering kali shalat berjamaah. Mahasiswa tersebut mengalami kebimbangan, pertama alasannya untuk menghentikan atau memulai shalat lagi, kedua tentang amarah orang tuannya dan ketiga kalau-kalau kebimbangan itu mempengaruhi prestasinya dikampus.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
43
4.2.1 Penjelasan Sebab Akibat Terhadap Masalah
Ada beberapa gejala yang terdapat pada contoh masalah di atas,
yaitu:
1. Jarang masuk kampus atau suka bolos.
2. Sering melanggar tata tertib kampus.
3. Prestasi belajarnya rendah.
4. Kurang berminat pada mata kuliah matematika.
5. Bentrok dengan salah seorang dosen.
6. Terlambat masuk kampus
7. Kesulitan alat pekerjaan
8. Bertengkar atau berkelahi
9. Sukar menyesuaikan diri
10. Diperlakukan seperti anak kecil
11. Menyendiri kurang bergaul
12. Pemalu, takut
13. Berlaku kasar
14. Diperlakukan sangat keras
15. Menyimpan ganja
16. Mabuk-mabukan
17. Kurang perhatian terhadap kehidupan beragama
18. Tidak enak kepada orang tua
19. Tidak lagi melakukan shalat.
44
Permasalahan yang dialami oleh mahasiswa pada contoh di atas
dapat dibedakan atas 4 bidang, yaitu:
1. Masalah akademik dalam belajar
Yang berkaitan dengan masalah belajar atau pencapaian prestasi
akademik yaitu:
Prestasi belajar yang rendah.
Kurang berminat pada mata kuliah Matematika.
2. Masalah mahasiswa dalam hal pribadi
Yang bertalian dengan masalah pribadi yang berkaitan dengan
moralitas yaitu:
a. Melanggar tata tertib kampus.
b. Membolos.
c. Terlambat masuk kuliah.
3. Masalah mahasiswa dalam hubungan sosial
Yang berkaitan dengan masalah sosial yaitu, bentrok dengan dosen.
4. Masalah mahasiswa dalam hal karir.
Berikut ini akan dipaparkan penyebab masalah (aspek
diagnosis), dan akibat yang muncul dari masalah itu (aspek
prodiagnosis), yaitu:
45
a. Rincian Penjelasan Masalah 1:
1) Membolos
Kemungkinan sebab:
a) Tidak senang dengan sikap dan pengajaran dosen.
b) Merasa kurang mendapat perhatian dari dosen.
c) Merasa tidak nyaman oleh karena sikap dosen.
d) Proses belajar dan mengajar yang membosankan.
e) Merasa gagal dalam belajar.
f) Kurang berminat terhadap mata kulia.
g) Terpengaruh oleh teman yang suka membolos.
h) Takut masuk kuliah karena tidak membuat tugas yang
diberikan dosen.
Kemungkinan akibat:
a) Minat terhadap pelajaran akan berkurang.
b) Gagal dalam ujian.
c) Hasil belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan potensi
yang dimiliki.
d) Penguasaan terhadap materi pelajaran tertinggal dari temen-
temen lainnya.
2) Melanggar tata tertib
Kemungkinan sebab:
46
a) Mahasiswa yang bersangkutan terbiasa hidup terlalu bebas,
baik di rumah maupun di masyarakat.
b) Tindakan yang dilakukan terhadap pelanggaran terlalu keras
sehingga mahasiswa mereaksi secara tidak wajar.
c) Ciri khusus perkembangan mahasiswa yang agak sukar
diatur tetapi belum dapat mengatur diri sendiri.
d) Ketidak puasan terhadap mata kuliah tertentu dilampiaskan
pada pelanggaran terhadap tata tertib kampus.
Kemungkinan akibat:
a) Tingkah laku mahasiswa semakin tidak terkendali.
b) Terjadi kerenggangan hubungan antara mahasiswa dengan
dosen.
c) Suasana kampus dirasakan kurang menyenangkan oleh bagi
mahasiswa.
d) Proses belajar mengajar terganggu.
e) Kegiatan belajar mahasiswa terganggu
f) Nilai rendah.
3) Prestasi belajar rendah
Kemungkinan sebab:
a) Tingkat kecerdasan di bawah rata-rata.
b) Malas belajar.
c) Motivasi belajar rendah.
47
d) Kurang minat pada proses belajat mengajar.
e) Kekurangan sarana belajar.
f) Suasana sosio-emosional di rumah kurang mendukung.
Kemungkinan akibat:
a) Minat atau motivasi belajar jadi menurun.
b) Dikeluarkan dari kampus.
c) Frustasi yang mendalam.
d) Tidak mampu melanjutkan kuliah.
e) Kesulitan mencari kerja.
4) Kurang berminat pada bidang studi tertentu
Kemungkinan sebab:
a) Tidak memiliki bakat dalam bidang tersebut.
b) Lingkungan tidak menyokong untuk pengembangan bidang
tersebut.
c) Proses belajar mengajar untuk bidang tersebut tidak
menyenangkan.
d) Mahasiswa sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi hasilnya
selalu rendah.
e) Sarana belajar mengajar kurang menunjang.
f) Memilih bidang tersebut dari ikut-ikutan, atau dorongan
orang tua atau orang lain.
48
Kemungkinan akibat:
a) Pindah jurusan.
b) Terjadi ketidak-sesuaian antara keinginan orang tua dan
pilihan mahasiswa.
c) Kegiatan belajar untuk bidang-bidang studi lain menjadi
terganggu.
d) Motivasi belajar jadi turun.
5) Bentrok dengan dosen
Kemungkinan sebab:
a) Tidak menyukai bidang studi yang diajarkan oleh dosen
tersebut.
b) Mahasiswa membuat kesalahan dan ketika ditegur oleh
dosen tersebut mahasiswa tidak mau menerima teguran
tersebut.
c) Berwatak pemberang.
d) Aturan dan sopan santun yang berlaku lingkungan tempat
tinggal berbeda denga yang berlaku di kampus.
Kemungkinan akibat:
a) Memperoleh nilai jelek dari dosen yang bersangkutan.
b) Hubungan dan kegiatan belajar dengan dosen-dosen lain
menjadi terganggu.
c) dikeluarkan dari kampus.
49
6) Terlambat masuk kampus
Kemungkinan sebab:
a) Jarak antara rumah dan kampus jauh.
b) Terlalu banyak kegiatan di rimah sebelum ke kampus.
c) Terlambat bangun.
d) Gangguan kesehatan tidak menyukai suasanan kampus.
e) Tidak menyukai satu atau lebih mata kuliah.
f) Tidak menyiapkan tugas kuliah.
g) Tidak mempunyai persiapan untuk kegiatan di kampus.
h) Terlalu asyik dengan kegiatan di luar kampus.
Kemungkinan akibat:
a) Nilai rendah.
b) Hubungan dengan dosen terganggu.
c) Hubungan dengan kawan di kampus terganggu.
d) Kegiatan di luar kampus tidak terkendali.
b. Rincian penjelasan masalah 2:
1) Prestasi belajar rendah
Kemungkinan sebab:
a) Tingkat kecerdasan di bawah rata-rata.
b) Malas belajar.
c) Motivasi belajar rendah.
d) Kurang minat pada proses belajat mengajar.
50
e) Kekurangan sarana belajar.
f) Suasana sosio-emosional di rumah kurang mendukung.
Kemungkinan akibat:
a) Minat atau motivasi belajar jadi menurun.
b) Dikeluarkan dari kampus.
c) Frustasi yang mendalam.
d) Tidak mampu melanjutkan kuliah.
e) Kesulitan mencari kerja.
2) Pendiam
Kemungkinan sebab:
a) Berwatak introvert
b) Kurang sehat
c) Mengalami gangguan dengan orang bicara
d) Malu atau takut kepada orang lain
e) Merasa tidak perlu atau tidak ada gunanya berbicara
f) Mengalami kesulitan bahasa
g) Sedang dirundung kesedihan atau suasana emosional
Kemungkinan akibat:
a) Tidak disukai teman dan pergaulannya terganggu
b) Kurang mampu mengembangkan penalaran melalui
komunikasi lisan
51
c. Rincian penjelasan masalah 3:
1) Prestasi belajar rendah
Kemungkinan sebab:
a) Tingkat kecerdasan di bawah rata-rata.
b) Malas belajar.
c) Motivasi belajar rendah.
d) Kurang minat pada proses belajat mengajar.
e) Kekurangan sarana belajar.
f) Suasana sosio-emosional di rumah kurang mendukung.
Kemungkinan akibat:
a) Minat atau motivasi belajar jadi menurun.
b) Dikeluarkan dari kampus.
c) Frustasi yang mendalam.
d) Tidak mampu melanjutkan kuliah.
e) Kesulitan mencari kerja.
2) Kesulitan alat pelajaran:
Kemungkinan sebab:
a) Orang tua tidak mampu
b) Kurang akrab dengan teman sehingga tidak dapat meminjam
alat pelajaran yang diperlukan dari teman
c) Tidak mengetahui tersedianya dan cara memanfaatkan
sumber belajar yang ada
52
Kemungkinan akibat:
a) Tertinggal dalam pelajaran
b) Tugas-tugas tidak terselesaikan
c) Nilai rendah
d) Semangat belajar menurun
3) Bertengkar
Kemungkinan sebab:
a) Pengendalian diri kurang
b) Mau menang sendiri
c) Berasa jagoan
d) Suasana rumah yang keras atau sebaliknya
Kemungkinan akibat:
a) Tidak disukai teman atau dosen
b) Melalaikan pelajaran
c) Nilai rendah
d) Berurusan dengan polisi
e) Dikeluarkan dari kampus
4) Sukar menyesuaikan diri
Kemungkinan sebab:
a) Mau menang sendiri
b) Memiliki standar yang berbeda dengan standar yang ada
53
c) Banyak mengalami kekecewaan dalam berhubungan dengan
orang lain
d) Suasana keluarga terlalu keras
Kemungkinan akibat:
a) Sosialitas kurang berkembang sehingga kurang mendapat
keuntungan dari pergaulan dengan orang lain
b) Tidak dapat mengambil manfaat dari lingkungan demi
pengembangan dirinya
5) Takut
Kemungkinan sebab:
a) Diperlakukan terlalu keras, tidak bebas, tertekan.
b) Kurang bergaul
c) Sering ditakut-takuti
d) Selalu berada dalam keadaan kekurangan
e) Frustasi yang mendalam
Kemungkinan akibat:
a) Sosialisasi kurang berkembang, sering dirugikan dalam
berhubungan dengan orang lain.
b) Kemampuan dan bakat yang ada pada dirinya tidak dapat
berkembang secara optimal, tidak ada yang dapat
ditonjolakan pada dirinya
54
6) Dimanjakan
Kemungkinan sebab:
a) Memiliki kedudukan khusus dalam keluarga
b) Memiliki keistimewaan yang dibangga-banggakan orang
tuannya
Kemungkinan akibat:
a) Pergaulan terlalu bebas sehingga menimbulkan akibat-akibat
yang tidak diharapkan
b) Tidak dapat mengatur diri sendiri
c) Pelajaran dapat terlalaikan dengan akibat nilai jelek
7) Diperlakukan seperti anak kecil
Kemungkinan sebab:
a) Tingkah laku memang kekanak-kanakan
b) Tinggal di tempat orang-orang yang kurang menghargai dan
menyayangi orang lain
c) Kurang pandai bergaul
Kemungkinan akibat:
a) Bersikap memberontak
b) Sukar menyesuaikan diri
c) Perkembangan sosialitas terganggu
d) Rendah diri
55
d. Rincian penjelasan masalah 4:
1) Prestasi belajar rendah
a) Kemungkinan sebab:
b) Tingkat kecerdasan di bawah rata-rata.
c) Malas belajar.
d) Motivasi belajar rendah.
e) Kurang minat pada proses belajat mengajar.
f) Kekurangan sarana belajar.
g) Suasana sosio-emosional di rumah kurang mendukung.
Kemungkinan akibat:
a) Minat atau motivasi belajar jadi menurun.
b) Dikeluarkan dari kampus.
c) Frustasi yang mendalam.
d) Tidak mampu melanjutkan kuliah.
e) Kesulitan mencari kerja.
2) Terlambat masuk kampus
Kemungkinan sebab:
a) Jarak antara rumah dan kampus jauh.
b) Terlalu banyak kegiatan di rimah sebelum ke kampus.
c) Terlambat bangun.
d) Gangguan kesehatan tidak menyukai suasanan kampus.
e) Tidak menyukai satu atau lebih mata kuliah.
56
f) Tidak menyiapkan tugas kuliah.
g) Tidak mempunyai persiapan untuk kegiatan di kampus.
h) Terlalu asyik dengan kegiatan di luar kampus.
Kemungkinan akibat:
a) Nilai rendah.
b) Hubungan dengan dosen terganggu.
c) Hubungan dengan kawan di kampus terganggu.
d) Kegiatan di luar kampus tidak terkendali.
3) Pemalu
Kemungkinan sebab:
a) Diperlakukan terlalu keras, tidak bebas, tertekan.
b) Kurang bergaul
c) Sering ditakut-takuti
d) Selalu berada dalam keadaan kekurangan
e) Frustasi yang mendalam
Kemungkinan akibat:
a) Sosialisasi kurang berkembang, sering dirugikan dalam
berhubungan dengan orang lain
b) Kemampuan dan bakat yang ada pada dirinya tidak dapat
berkembang secara optimal, tidak ada yang dapat
ditonjolakan pada dirinya
57
4) Dimanjakan
Kemungkinan sebab:
a) Memiliki kedudukan khusus dalam keluarga
b) Memiliki keistimewaan yang dibangga-banggakan orang
tuannya
Kemungkinan akibat:
a) Pergaulan terlalu bebas sehingga menimbulkan akibat-akibat
yang tidak diharapkan
b) Tidak dapat mengatur diri sendiri
c) Pelajaran dapat terlalaikan dengan akibat nilai jelek
5) Menyendiri, kurang bergaul
Kemungkinan sebab:
a) Sedang mengalami suasana emosional yang cukup
mendalam, sedih, frustasi, marah, kecewa, malu
b) Merasa rendah diri
c) Diperlakukan terlalu keras
Kemungkinan akibat
a) Perkembangan sosialitas terganggu
b) Pelajaran terabaikan dengan berbagai akibatnya.
e. Rincian penjelasan masalah 5:
1) Prestasi belajar rendah
Kemungkinan sebab:
58
a) Tingkat kecerdasan di bawah rata-rata.
b) Malas belajar.
c) Motivasi belajar rendah.
d) Kurang minat pada proses belajat mengajar.
e) Kekurangan sarana belajar.
f) Suasana sosio-emosional di rumah kurang mendukung.
Kemungkinan akibat:
a) Minat atau motivasi belajar jadi menurun.
b) Dikeluarkan dari kampus.
c) Frustasi yang mendalam.
d) Tidak mampu melanjutkan kuliah.
e) Kesulitan mencari kerja.
2) Berlaku kasar
Kemungkinan sebab:
a) Terbiasa diperlakukan secara kasar dalam keluarganya
b) Sering diperlakukan secara kasar dalam pergaulannya
c) Sering bergaul dengan orang-orang yang kasar
Kermungkinan akibat:
a) Sukar mencari teman bergaul, dibenci oleh orang lain
b) Dipencilkan dari pergaulan oleh masyarakat atau lingkungan
c) Nilai rendah, tidak naik kelas, dikeluarkan dari kampus
59
f. Rincian penjelasan masalah 6:
1) Prestasi belajar rendah
Kemungkinan sebab:
a) Tingkat kecerdasan di bawah rata-rata.
b) Malas belajar.
c) Motivasi belajar rendah.
d) Kurang minat pada proses belajat mengajar.
e) Kekurangan sarana belajar.
f) Suasana sosio-emosional di rumah kurang mendukung.
Kemungkinan akibat:
a) Minat atau motivasi belajar jadi menurun.
b) Dikeluarkan dari kampus.
c) Frustasi yang mendalam.
d) Tidak mampu melanjutkan kuliah.
e) Kesulitan mencari kerja.
2) Diperlakukan sangat keras
Kemungkinan sebab:
a) Sejak awalnya yang bersangkutan memang nakal, sehingga
reaksi orang lain menjadi keras
b) Orang tua atau dosen otoriter
Kemungkinan akibat:
a) Rendah diri
60
b) Mencari kompensasi
c) Bersikap dan berlaku keras pada orang lain, tidak mengenal
kelembutan.
3) Bertengkar
Kemungkinan sebab:
a) Pengendalian diri kurang
b) Mau menang sendiri
c) Berasa jagoan
d) Suasana rumah yang keras atau sebaliknya
Kemungkinan akibat:
a) Tidak disukai teman atau dosen
b) Melalaikan pelajaran
c) Nilai rendah
d) Berurusan dengan polisi
e) Dikeluarkan dari kampus
4) Berlaku kasar
Kemungkinan sebab:
a) Terbiasa diperlakukan secara kasar dalam keluarganya
b) Sering diperlakukan secara kasar dalam pergaulannya
c) Sering bergaul dengan orang-orang yang kasar
Kermungkinan akibat:
a) Sukar mencari teman bergaul, dibenci oleh orang lain
61
b) Dipencilkan dari pergaulan oleh masyarakat atau lingkungan
c) Nilai rendah, tidak naik kelas, dikeluarkan dari kampus
5) Menyimpan ganja
Kemungkinan sebab:
a) Dia hendak dijadikan alat untuk pengedar ganja
dilingkungan mahasiswa
b) Ingin mencoba ganja meskipun belum terlaksana
c) Sebagai akibat pergaulan dengan sesama anak nakal
d) Sebagai kompensasi lebih lanjut ataupun pelarian dari
kehidupan keras dan kekecewaan yang dialaminya selama
ini
Kermungkinan akibat:
a) Terperangkap ke dalam jaringan pengedar ganja
b) Mulai mengusap ganja dengan segala akibatnya
c) Pelajaran akan sangat terganggu dengan segenap
implikasinya
6) Mabuk-mabukan
Kemungkinan sebab:
a) Sebagai kompensasi atau pelarian dari kehidupan keras dan
kekecewaan yang dialaminya selama ini
b) Pengaruh bergaul dengan anak nakal yang memberi fasilitas,
dorongan dan penguatan untuk berbuat
62
Kemungkinan akibat
a) Terjerumus lebih dalam lagi ke dunia yang penuh dengan
kekerasan, kotoran, dan kegelapan
b) Terlambatnya pengembangan pribadi secara menyeluruh
g. Rincian penjelasan masalah 7:
Kemungkinan sebab:
1) Contoh dan kontrol dari orang tua tentang penunaian kewajiban
agama kurang kuat
2) Penjelasan agama kurang menarik
3) Belum tertanam kebiasaan menunaikan kewajiban agama
4) Tidak mengetahui konsekuensi kalau nilai agama rendah
5) Tidak memahami kaitan antara kehidupan keagamaan dengan
hidup sehari-hari
Kemungkinan akibat
Dikahwatirkan mahasiswa tersebut akan makin kurang perduli
terhadapkeimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta penunaian kewajiban agama, atau bahkan melecehkan agama,
pengembangan religiusitas terhambat
h. Rincian penjelasan masalah 8:
1) Prestasi belajar rendah
Kemungkinan sebab:
a) Tingkat kecerdasan di bawah rata-rata.
63
b) Malas belajar.
c) Motivasi belajar rendah.
d) Kurang minat pada proses belajat mengajar.
e) Kekurangan sarana belajar.
f) Suasana sosio-emosional di rumah kurang mendukung.
Kemungkinan akibat:
a) Minat atau motivasi belajar jadi menurun.
b) Dikeluarkan dari kampus.
c) Frustasi yang mendalam.
d) Tidak mampu melanjutkan kuliah.
e) Kesulitan mencari kerja.
2) Tidak enak kepada orang tua
Kemungkinan sebab:
a) Tingkah laku anak yang menyimpang itu dianggap orang tua
terlalu berat
b) Teguran awal yang cukup lunak mungkin terlebih dahulu
dikemukakan oleh orang tua, tetapi anak tidak
menghiraukannya
c) Orang tua terlalu keras memberikan teguran
Kemuingkinan akibat:
a) Hubungan antara orang tua semakin renggang
b) Anak semakin tidak menghormati orang tua
64
c) Nilai-nilai keluarga semakin lemah
3) Tidak lagi melakukan shalat
Kemungkinan sebab:
Belum tertanam secara kuat pemahaman makna shalat yang
sesungguhnya
Kemungkinan akibat:
a) Makin terkikisnya kebiasaan dan pemahaman makna shalat
yang sudah ada sebelumnya, serta berhenti shalat secara
tetap
b) Melemahnya keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan pelaksanaan kewajiban agama
c) Melupakan sama sekali kehidupan keberagamaan
Penanganan sebuah masalah dapat dipandang sebagai upaya-upaya
khusus untuk secara langsung menangani sumber pokok permasalahan
dengan tujuan utama teratasinya permasalahan yang dimaksudkan.
Penanganan masalah dalam pengertian khusus, menghendaki strategi dan
teknik-teknik yang sifatnya khas sesuai dengan pokok permasalahan yang
akan ditangani. Disinilah keahlian konselor diperlukan untuk menjelajahi
masalah, penetapan masalah pokok yang menjadi sumber permasalah
secara umum, pemilihan strategi dan teknik penanganan masalah itu serta
penera-pan strategi yang dipilihnya.
65
Seperti yang diungkapkan oleh Dra. Hj. Wa Ode Suarni, MLIS
dalam wawancara menyatakan bahwa:
“Dalam menangani sebuah masalah, tindakan-tindakan yang dilakukan adalah pengenalan tentang masalah, pengembangan ide-ide tentang rincian masalah yang terkandung di dalam masalah itu serta penjelajahan lebih lanjut tentang seluk beluk masalah tersebut” (wawancara Juni 2009).
Dari pernyataan penanganan masalah diatas kita dapat ketahui
bahwa penanganan masalah yang dilakukan oleh staf bimbingan dan
konseling adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan awal tentang masalah
2. Pengembangan ide-ide tentang rincian masalah yang terkandung
didalam masalah tersebut
3. Penjelajahan lebih lanjut tentang seluk beluk masalah
4. Mengusahakan upaya-upaya untuk mengatasi atau memecahkan
sumber permasalahan
Selain melakukan tindakan-tindakan dalam menangani sebuah
masalah, seorang konselor juga memberikan kiat-kiat yang berbentuk saran
yang dapat membantu klien dalam menghadapi masalah.
Frekuensi konselor memberikan saran pada klien (konseli) adalah
pada tingkat frekuensi sering dalam hal ini 3-4 kali setahun sebanyak 50%
sedangkan pada tingkat frekuensi jarang yakni 1-2 kali setahun sebanyak
50%.
66
Sesuai hasil wawancara dengan Dra. Hj. Wa Ode Suarni, MLIS
bahwa:
“saya sering memberikan saran pada klien (konseli) sebanyak 3 kali
dalam setahun, karena dengan hal ini dapat membantu klien untuk
memahami dan mengetahui kiat-kiat untuk menangani masalah”
(wawancara Juni 2009).
Sedangkan pada pernyataan Drs. H Mardhan, M. Pd dalam
wawancaranya menjelaskan:
“setiap manusia menginginkan adanya seseorang yang dapat memberikan petunjuk untuk menyelesaikan masalahnya, akan tetapi hal ini dapat dilakukan kadang-kadang tidak dilakukan terus menerus untuk menghindari kebosanan dari klien (konseli)” (wawancara juni 2009).
Dengan bimbingan dan konseling, seseorang dapat memberikan
berbagai perubahan. Perubahan pertama yang terjadi adalah perubahan
pengetahuan terhadap masalah yang dialaminya. Sehubungan dengan
perubahan pengetahuan.
Seperti yang dijelaskan oleh Dra. Hj. Wa Ode Suarni, MLIS bahwa:
“terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku pada klien
setelah proses konseling dilakukan” (wawancara juni 2009).
Perubahan sikap yang terus menerus akan mengakibatkan
perubahan perilaku atau tindakan. Tindakan yang muncul dapat berupa
kearah yang baik dan dapat juga sebaliknya. Sedangkan perilaku kearah
67
yang sebaliknya atau kearah yang jelek misalnya si klien mulai melakukan
hal-hal yang dapat merugikan dirinya dan orang lain.
4.2.2 Fungsi Bimbingan dan Konseling Terhadap Asesmen Psikologi
4.2.2.1 Layanan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan merupakan suatu bantuan yang diberikan
kepada individu untuk dapat memilih, memimpin, mengatur dan
memberi nasehat. Sedangkan konseling sebagai pengungkapan
suatu fakta atau data tentang konseli, serta pengarahan kepada
konseli untuk dapat mengatasi sendiri masalah-masalah yang
dihadapinya. Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan
peserta didik, baik secara perorangan atau kelompok agar mandiri
dan berkembang secara optimal, melalui berbagai jenis layanan
dan kegiatan pendukung.
Seperti yang diungkapkan oleh Dra. Hj. Wa Ode Suarni,
MLIS dalam wawancaranya menyatakan bahwa:
“Fungsi dari bimbingan dan konseling itu sebagai motivator klien (konseli) dalam mengatasi dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Fungsi yang pertama itu adalah pemahaman, fungsi ini memberikan manfaat untuk memahami diri klien (konseli), masalah klien (konseli) dan lingkingannya; fungsi kedua adalah pencegahan, dalam fungsi ini para konselorberusaha melakikan pencegahan terhadap timbulnya masalah, pencegaahan disini seperti program orientasi, program bimbingan karier dan masih banyak yang lainnya; kalau fungsi yang ketiga itu perbaikan, fungsi ini membantu klien (konseli) agar dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir dan bertindak; sedangkan yang terakhir adalah pengembangan, dalam fungsi ini layanan bimbingan
68
konseling diberikan dapat membantu klien (konseli) dalam memelihara dan mengembangkan seluruh pribadinya terarah dan berkelanjutan” (wawancara juni 2009).
Dari pernyataan di atas kita dapat mengetahui bahwa fungsi
dari bimbingan dan konseling itu untuk mengatasi dan
memecahkan masalah yang dihadapi oleh klien (konseli), serta
dalam bimvbingan dan konseling tersebut terdapat beberapa fungsi
yang digunakan untuk memecahkan masalah. Seperti masalah
akdemik, masalah pribadi, masalah sosial dan masalah masa
depan.
Selain itu, Bapak Drs. H. Mardhan, M.pd, menyatakan hal
yang sama bahwa fungsi dari bimbingan dasn konseling adalah
sebagai motivator klien (konseli) dalam mengatasi dan
memecahkan maasalah yang dihadapinya. Berikut penyataan
Bapak Drs. H. Mardhan, M.pd, dalam wawancara menyatakan
bahwa:
“Bimbingan dan konseling berfungsi sebagai bantuan dalam memecahkan masalah klien (konseli). Ada empat fungsi dalam layanan ini, yaitu fungsi pemahaman, pencegahan, perbaikan dan fungsi terakhir yaitu pengembangan” (wawancara Juni 2009).
Seperti yang dikemukakan oleh Prayitno (2004: 225),
bahwa fungsi pelayanan bimbinan dan konseling adalah untuk
memberikan jasa, manfaat atau kegunaan, ataupun keuntungan-
keuntungan tertentu kepada klien (konseli) yang menggunakan
69
pelayanan tersebut. Jasa, manfaat atau keuntungan itu akan
terwujud melalui dilaksanakannya fungsi-fungsi bimbingan dan
konseling. Fungsi pemahaman memberikan manfaat dipahaminya
diri klien (konseli), masalah klien (konseli), dan lingkungan klien
(konseli) yang lebih luas, baik oleh klien (konseli) sendiri, oleh
konselor dan pihak-pihak lain yang amat berkepentingan dalam
meningkatnya kualitas perkembangan dan kehidupan klien
(konseli). Fungsi pemahaman ini dapat dibantu dengan
pemanfaatan berbagai instrumen bimbingan dan konseling.
Perkembangan dan kehidupan klien (konseli) dikehendaki
oleh semua pihak yang berjalan dengan lancar sesuai dengan
tahap-tahap perkembangan. Hendaknya tidak ada hal-hal yang
dapat menghambat kelancaran dan pencapaian perkambangan itu.
Maksud tersebut ditunjang oleh terlaksananya fungsi pencegahan
pelayanan bimbnigan dan konseling. Pelayanan ini mengupayakan
tersingkirkannya berbagai hal yang secara potensial dapat
menghambat atau mengganggu perkembangan dari kehidupan
klien (konseli). Fungsi perbaikan yaitu untuk membantu klien
(konseli) sehingga dapat memperbaiki kekeliruaan dalam berfikir,
berperasaan dan bertindak. Konselor melakukan intervensi
(memberikan perlakuan ) terhadap klien (konseli) supaya memiliki
pola pikir yang sehat. Fungsi pengembangan yaitu mengarah pada
70
tujuan umum bimbingan, yang tidak lain adalah pemuliaan
manusia melalui perkembangan individu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kedua informan dan
penjelasan yang diungkapkan oleh Prayitno (2004: 225) tentang
fungsi layanan bimbingan dan konseling diatas, dapat dinyatakan
bahwa fungsi dari bimbingan dan konseling adalah bantuan atau
pertolongan yang diberikan oleh klien (konseli) dalam mengatasi
atau memecahkan masalah bidang kehidupannya agar kilen
(konseli) itu dapat mencapai kesejahtraan hidupnya.
Pelayanan bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk
memberi jasa, manfaat atau kegunaan, ataupun keuntungan-
keuntungan tertentu kepada individu-individu/klien (konseli) yang
menggunakan pelayanan tersebut.
Lebih lanjut, Sudrajat (2008) mengemukakan bahwa fungsi
bimbingan dan konseling adalah sebagai fasilitator dan motivator
konseli dalam upaya mengatasi dan memecahkan kehidupan
konseli, dengan kemampuan yang ada pada diri sendiri. Fungsi ini
dapat dijabarkan dalam yugas kegiatan yang bersifat prefetif
(pencegahan) terhadap segala macam gangguan mental, spiritual
dan enfiromental (lingkungan) yang menghambat, mengancam
atau yang menentang proses perkembangan kehidupan konseli;
juga dapat dilimpahkan dalam pelayanan yang bersifat repressif
71
(kuratif atau penyembuhan) terhadap segala bentuk penyakit
mental dan spiritual atau fisikal konseli dengan cara melakukan
referal (pelimpahan) kepada para ahlinya. Adapun jumlah klien
pertahunnnya dapat dilihat melalui tabel berikut:
Tabel 2Jumlah Klien yang Bermasalah Pada Setiap Tahunnya
No Jenis Masalah Jumlah1. Masalah Akademik 82. Masalah Pribadi 33. Masalah Sosial 54. Masalah Masa Depan 4
Jumlah 20Sumber : Data Sekunder UPTBK 2009
Berdasarkan tabel diatas jumlah klien yang bermasalah pada
tahun 2009 yaitu berjumlah 20 orang dimana pada masalah
akademik yang lebih mendominasi dengan jumlah 8 orang,
masalah pribadi berjumlah 3 orang, masalah sosial berjumlah 5
orang dan masalah masa depan berjumlah 4 orang.
Sehubungan dengan fungsi bimbingan dan konseling
seperti yang telah dijelaskan di atas, maka setiap layanan yang
diberikan oleh staf bimbingan dan konseling (Konselor) bertujuan
untuk memberdayakan diri sehingga mampu mengentaskan
masalah-masalah yang dihadapi oleh klien (konseli).
Seperti yang di ungkapkan oleh Dra. Hj. Wa Ode Suarni,
MLIS dalam wawancaranya bahwa:
72
“Masalah-masalah yang biasanya kami selesaikan adalah masalah mengenai akademik, pribadi, sosial, dan juga masalah masa depan. Dalam menyelesaikan masalah ini, banyak hambatan-hambatan yang dihadapi. Setiap pokok masalah mempunyai hambatan yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang permasalahannya. Jumlah keseluruhan dari masalah-masalah yang dapat diselesaiakn adalah sebanyak 60%” (wawancara juni 2009).
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui masalah-
masalah yang biasa diselesaikan oleh staf bimbingan dan
konseling. Lebih lanjut penjelasan mengenai masalah-masalah
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Masalah Akademik: Merupakan hambatan atau kesulitan yang
dihadapi oleh para mahasiswa dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengoptimalkan perkembangan belajarnya.
Masalah akademik meliputi:
a. Kesulitan dalam mengatur waktu belajar.
b. Kurangnya motivasi atau semangat belajar.
c. Adanya kegiatan belajar yang salah.
d. Rendahnya rasa ingin mendalami ilmu dan
mengembangkan diri.
2. Masalah Pribadi: Merupakan hambatan atau kesulitan yang
dihadapi oleh para mahasiswa dalam mengelola kehidupannya
sendiri, baik di lingkungan kampus maupun di lingkungan
tempat tinggalnya. Masalah pribadi meliputi:
73
a. Kecemasan
b. Stres
c. Depresi
d. Kurang percaya diri
3. Masalah Sosial: Merupakan hambatan atau kesulitan yang
dihadapi oleh mahasiswa dalam menyesuaikan diri dengan
kehidupan sosial, baik di lingkungan kampus maupun di
lingkungan tempat tinggalnya. Masalah sosial meliputi:
e. Kesulitan menyesuaikan diri dengan teman di kampus dan
di luar kampus.
f. Hubungan dengan orang tua
4. Masalah masa Depan: Merupakan hambatan atau kesulitan
yang dihadapi oleh mahasiswa dalam mencari pekerjaan.
Berikut akan di kemukakan data tentang masalah-masalah
yang dapat diselesaikan yang sempat tercatat oleh staf UPTBK
Universitas Haluoleo selama tahun 2008.
Tabel 3Distribusi jumlah masalah yang terentaskan
No Jenis Masalah Persentase (%)
1 Masalah Akademik 252 Masalah Pribadi 103 Masalah Sosial 154 Masalah Tentang Masa Depan 10
Jumlah 60Sumber: Data Sekunder, UPTBK 2008
74
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa pada layanan
bimbingan dan konseling masalah yang paling banyak di adukan
oleh klien (konseli) adalah masalah akademik yaitu sebanyak 25%,
sedangkan masalah pribadi yaitu sebanyak 15%, kemudian
menyusul masalah sosial dan masalah tentang masa depan yaitu
masing-masing sebanyak 10%.
Dari masalah-masalah yang dihadapi oleh seorang
konselor, proses penyelesaian yang biasanya ditawarkan kepada
klien adalah:
1. Masalah akademik:
a. Perlu ada pembagian waktu yang baik jika terjadi kesulitan
dalam mengatur waktu belajar. Seorang mahasiswa
biasanya ada yang juga bekerja untuk memenuhi
kebutuhannya ataupun membayar uang kuliahnya.
Sehingga dalam hal ini, waktu yang dibutuhkan untuk
belajar sangatlah terbatas. Seorang konselor akan
memberikan tawaran untuk melakukan pembagian akan
waktu yang ada antara kegiatan perkuliahan dengan
pekerjaan. Dari tawaran ini biasanya klien akan
mempertimbangkan akan adanya pembagian waktu
tersebut. Dari penerapan yang dilakukan oleh klien, maka
75
dalam mengatur waktu antara belajar dan bekerja tidak lagi
mengalami kesulitan.
b. Seorang konselor jika dihadapkan dengan masalah akan
motivasi belajar yang kurang, akan memberikan masukkan
atau pesan-pesan yang dapat menumbuhkan motivasi dan
semangat belajar yang biasanya tidak didapatkan dari
keluarga, dosen ataupun teman. Dari masukkan yang
diberikan kepada kliennya, biasanya akan menumbuhkan
semangat baru dan memberikan motivasi tersendiri untuk
lebih semangat dalam kegiatan belajar.
c. Seorang konselor jika dihadapkan kepada masalah tentang
kegiatan belajar yang salah, akan lebih mengarahkan
kliennya agar dapat mengembangkan potensi yang ada
dalam dirinya sehingga kegiatan belajar yang dilakukan
dapat lebih baik. Dari arahan konselor tersebut, klien akan
mendapatkan pencerahan kembali akan kegiatan belajarnya
dari kegiatan belajar sebelumnya.
2. Masalah pribadi:
a. Seorang konselor jika dihadapkan pada masalah kecemasan
yang ada pada kliennya maka konselur tersebut akan
memberikan jalan keluar yang mungkin dianggap oleh
kliennya dapat menggangu kegiatannya. Dari jalan keluar
76
yang ditawarkan konselor kepada kliennya, akan
menghilangkan kecemasan-kecemasan yang ada pada diri
kliennya sehingga kliennya dapat melakukan aktivitas
dengan sebagaimana mestinya.
b. Seorang konselor jika dihadapkan dengan masalah kliennya
yang sedang depresi, akan memberikan pengetahuan-
pengetahuan baru sehingga dapat menumbuhkan pemikiran
yang baru dan lebih baik yang juga dapat mengurangi
tingkat depresi yang dimiliki oleh kliennya.
c. Seorang konselor jika dihdapkan pada seorang klien yang
memiliki tingkat percaya diri yang kurang akan lebih
menumbuhkan rasa percaya diri yang dimiliki oleh
kliennya. Hal ini dapat dilakukan dengan lebih
membesarkan hati kliennya dan selalu memberikan
dorongan jika kliennya ingin melakukan sesuatu sehingga
rasa percaya diri yang dmiliki oleh kliennya dapat menjadi
lebih besar.
3. Masalah sosial:
a. Jika seorang konselor dihadapkan dengan masalah
kurangnya penyesuaian diri yang dilakukan oleh kliennya
maka konselor terebut akan memberikan saran serta
masukan kepada kliennya tentang cara berteman yang baik
77
dan agar kliennya dapat lebih diterima dilingkungannya
baik itu lingkungan kampus maupun lingkungan diluar
kampus.
b. Jika seorang konselor dihadapkan dengan masalah dengan
hubungan orang tua maka konselor tersebut akan
memberikan nasihat kepada kliennya akan peran orang tua
dalam kehidupan sehingga kliennya dapat lebih menghargai
orang tuanya dan akan terjalin hubungan yang lebih baik
diantara mereka.
4. Masalah masa depan:
Jika seorang konselor dihadapkan dengan masalah akan
masa depan maka konselor tersebut akan memberikan
masukkan tentang berbagai potensi yang dimiliki seseorang
sehingga mereka tidak perlu terlalu berpatokan terhadap ilmu
yang mereka miliki tetapi juga dapat mengembangkannya
sehingga klien tersebut juga dapat membuka lapangan usaha
sendiri dan tidak lagi terhambat dengan masalah pekerjaan.
4.2.2.2 Penggunaan Asesmen Psikologi Dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
Dalam layanan bimbingan dan konseling, asesmen
psikologi merupakan proses pengumpulan informasi yang
selengkap-lengkapnya mengenai individu (klien / konseli) yang
78
akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang
berhubungan dengan individu (klien / konseli) tersebut. Dalam hal
ini, kegiatan pengumpulan informasi melalui klien dapat dilakukan
dengan proses komunikasi dimana terjadi interaksi antara klien
dengan konselor. Proses komunikasi yang terjadi adalah
komunikasi antar pribadi dimana klien menjelaskan masalah-
masalah yang dihadapinya. Melalui proses komunikasi inilah,
terjadi umpan balik antara klien dan konselor sehingga masalah
yang dapat diketahui dan dapat dicarikan jalan keluarnya.
Seperti yang dijelaskan oleh Dra. Hj. Wa Ode Suarni,
MLIS bahwa
“Penggunaan asesmen psikologi dalam perkembangan dan pembelajaran memiliki nilai yang penting, selain mengukur kemajuan klien dari hasil bimbingan sebagai bentuk evaluasi program. Selain itu asesmen juga berguna untuk membantu secara optimal baik fisik, sosial, emosional, intelektual maupun spiritual. Setelah mendeteksi pengaruh perkembangan yang dimiliki oleh klien” (wawancara juni 2009).
Asesmen adalah sebuah keterampilan yang dimiliki oleh
konselor. Tujuan asesmen adalah membantu konselor untuk:
1. Memahami dan mengindividualiskan situasi yang di
tanganinya
2. Mengidentivikasi dan menganalisa faktor-faktor yang terkait di
dalam situasi yang dimaksud.
79
Asesmen merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menghimpun informasi yang komprehensif dan akurat pada klien
yang dapat digunakan untuk bahan pertimbangan dalam
melakukan intervensi yakni dengan merencanakan layanan
bimbingan bantuan baginya. Selain itu informasi yang akurat dari
sebuah asesmen setelah melakukan bimbingan bermanfaat untuk
peningkatan pembelajaran sehingga proses belajar peserta didik
yang tadinya kurang baik akan membaik dan sebagai informasi
bagi para orang tua tentang kemajuan dan hal-hal dengan belajar
anak-anak mereka.
Seperti pada penjelasan Drs. H Mardhan, M.Pd bahwa:
“Dalam penyelenggaraan asesmen, ada alasan-alasan
tertentu yang mendasarinya. Alasan tersebut adalah penyaringan,
evaluasi dan riset” (wawancara juni 2009).
Hasil wawancara di atas sesuai dengan penjelasan yang
diungkapkan oleh Bagaskarowati (2007: 78) tentang alasan
penyelenggaraan asesmen yaitu:
1. Penyaringan dan diagnosis
Fungsi penyaringan dalam asesmen meliputi kegiatan memilih
dan mengelompokan orang, menggunakan kemampuan asesor
(pelaku asesmen) untuk mengembangkan metode (asesmen),
menggumpulkn data, dan membuat keputusan yang tepat dan
80
akurat. Diagnosis mengidentifikadi masalah spesifik dan
diarahkan pada usaha mengkominikasikan secara efisien
informasi tentang individu (klien/konseli) kepada profesional
lain, sehingga keputusan yang dibuat berdasarkan informasi
yang akurat.
2. Evaluasi atas intervensi
Tanpa asesmen, evaluasi atas intervensi tidak akan dapat
dilakukan. Karena data dihimpun melalui asesmen untuk
menentukan kekuatan, kelemahan, dan keparahan
permasalahan individu pada sebelum, saat, dan setelah
interverensi dilakukan.
3. Riset (penelitian)
Dalam riset, asesmen dimaksudkan untuk menguji hipotesis
yang spesifik dalam menangani peirlaku individu dan
dirancang untuk mendapat informesi yang baru yang dapat
meningkatkan pemahaman mengenai masalah klien.
Efektivitas penyelenggaraan asesmen psikologi dalam
mengidentifikasi masalah tidak dapat berjalan tanpa adanya
metode atau cara untuk mengumpulkan atau mendapatkan
informasi yang akurat dan lengkap sehingga dari informasi yang
diperoleh dapat dibuat kesimpulan yang benar dalam menegakkan
81
diagnosis. Hal ini seperti dikemukakan oleh Dra. Hj. Wa Ode
Suarni, MLIS pada wawancaranya bahwa:
“Cara yang biasanya kami lakukan untuk mendapatkan
informasi dari klien (konseli) adalah dengan menggunakan metode
wawancara, tes terstruktur, tes tak terstruktur dan juga asesmen
perilaku”. (wawancara juni 2009)
Melalui hasil wawancara di atas, dapat dilihat berbagai
metode yang biasa digunakan oleh para konselor dalam
memperoleh informasi dari klien (konseli). Hal ini juga dijelaskan
Bagaskarowati (2007: 80) tentang metode yang digunakan oleh
konselor dalam pengumpulan informasi yaitu:
1. Wawancara
Dalam konteks ini, wawancara dilakukan bertujuan untuk
mendapat pola hidup dan karakteristik klien (konseli)
2. Tes terstruktur
Tes ini meminta subyek untuk menjawab pertanyaan secara
tegas, tidak samar-samar dan maknanya uniform, serta
merespon pertanyaan dengan cara yang terbatas.setiap tes
sebagai bagian dalam keseluruhan asesmen, pada dasarnya
dapat dibakukan, artinya paling tidak tes tersebut memiliki
reabilitas dan validitas yang memadai sebagai alat tes, dan
82
terdapat keseragaman dalam pelaksanaan tes maupun kejelasan
subyek pengentasan.
3. Tes tak terstruktur
Disebut tak berstruktur karena stimilus tesnya tidak
membutuhkan jawaban yang ditentukan secara tegas dan jelas.
Dalam tes tak bersrtuktur tidak terdapat ikatan yang terlalu
kuat akan adanya butir tes dan lebih menekankan pada
bagaiman testee diberikan suatu gambar dan testee diminta
untuk menceritakan apa saja yang ia dapat dari yang ia lihat
dari kartu tersebut.
4. Asesmen perilaku (behavioral assessments)
Marupakan penggumpulan informasi melalui pengamatan yang
sistematik dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang
diperoleh melalui wawncara, mengevaluasi ketetapan verbal
individu dan konsistennya menggunakan komunikasi non
verbal, membuat kesimpulan mengenai keadaan dalam,
perasaan dan motivasi yang perlu mandapat perhatian khusus
yang melahirkan perilaku individu.
Seperti yang dijelaskan oleh Dra. Hj. Wa Ode Suarni,
MLIS bahwa:
“Selain merupakan kegiatan menghimpun informasi, asesmen juga melakukan tes psikologi sebagai suatu instrumen yang benar-benar sempurna dalam menghimpun informasi.
83
Penggunaan tes psikologi dalam layanan bimbingan dan konseling sebagai suatu profesi membantu (helping) konselor memberikan layanan sekompoten mungkin dalam batas-batas kemampuan dan pengembangan profesinya sendiri” (wawancara juni 2009).
Tes psikologi dapat memberikan data untuk membantu
klien/konseli dalam meningkatkan pemahaman diri, penilaian diri,
dan penerimaan diri. Hasil pengukuran tes psikologi dapat
digunakan mahasiswa untuk meningkatkan persepsi darinya secara
optimal. Dalam menyajikan fungsi-fungsi hasil pengukuran tes
psikologi dapat digunakan sebagai suatu alat prediksi, suatu alat
bantuan diagnosis, suatu alat pemantauan atau monitoring dan
sebagai suatu istrumen evaluasi. Jabaran dari fungsi-fungsi
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Prediksi
Hasil pengukuran tes psikologi dapat membantu dalam
memprediksi keberhasilan tertentu, yaitu individu
memungkinkan memiliki harapan dalam bidang studi tertentu,
ataupun dalam suatu bidang usaha lainnya. Konselor
profesional yang terlibat dalam layanan teting, berkewajiban
memberikan informasi tentangprediksi hasil tes kepada para
siswanya dan menjelaskan kepadanya fungsi dan perana dari
tes yang telah dijalaninya.
84
2. Diagnosis
Hasil pengukuran psikologi dapat dimanfaatkan dalam
diagnosis. Fungsi diagnosis yang dimaksud disini adalah
perumusqan maslah yang dihadapi oleh mahasiswa dan
perkiraan penyebabnya. Siswa dapat dibantu untuk memahami
dengan baik pengetahuan dan keterampilan tetentu yang
dimilikinya sehingga siswa memiliki wawasan yang lebih luas
dalam bidang-bidang tertentu yang memungkinkan dapat
diraihnya dengan cepat dan teapt.
3. Monitoring
Tes psikologi dapat berfungsi sebagai alat pemantau. Para
konselor dapat mengamati dan memantau sampai sejauh mana
kemajuan yang telah dicapai mahasiswa, sehingga mereka
dapat secara langsung menggambil manfaat dari pengukuran
psikologi.
4. Evaluasi
Tes psikologi dapat digunakan sebagai alat evaluasi. Salah satu
dari beberapa pekerjaan konselor adalah menyusun beberapa
tujuan yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan merencanakan
beberapa cara untuk mengetahui sampai seberapa jauh tujuan
itu dapat dicapai. Informasi yang diperoleh dari pengukuran
psikologi kemudian dipadukan dengan informasi yang lebih
85
relevan tentang mahasiswa agar konselor berhasil
meningkatkan kualitas layanannya.
Penciptaan layanan bimbingan konseling dan asesmen
psikologi terhadap klien (konseli) dalam memecahkan masalah
dimaksudkan agar upaya dan tujuan yang diharapkan dalam
layanan bimbingan konseling dan asesmen psikologi tersebut
dapat tercapai. Layanan bimbingan konseling tersebut merupakan
model komunikasi antar pribadi merupakan proses komunikasi
melalui orang-orang yang bekerja dalam suatu organisasi
menyampaikan informasi kepada orang lain dan menafsirkan
maksudnya. Agar komunikasi itu dapat berlangsung, maka
komunikasi itu dimulai dari seorang individu dan disampaikan
kepada orang lain.
Aplikasi dan implikasi yang diharapkan oleh layanan
bimbingan konseling dan asesmen psikologi dalam penerapan
model komunikasi antar pribadi sebagai bagian dari upaya
mengatasi masalah yang dihadapi oleh klien (konseli) adalah
terjadinya perubahan yang membaik oleh klien/konseli setelah
proses layanan dilakukan. Proses layanan ini ditujukan untuk
memberi pengetahuan dan pemahaman dalam rangka perubahan
sikap dan perilaku.
86
Maksud dari pernyatan di atas bahwa staf layanan
bimbingan konseling dan asesmen psikologi dalam merealisasikan
setiap langkah dalam pengentasan pemecahan masalah,
mengharapkan klien (konseli) dapat memahami langkah-langkah
yang harus mereka lakukan dalam menghadapi masalah.
Implikasi dari fungsi bimbingan dan konseling terhadap
pelaksanaan asesmen psikologi melalui metode komunikasi antar
pribadi adalah positif yang ditujukan oleh berkurangnya masalah
yang dihadapi oleh klien (konselor) setelah layanan berikan.
4.2.2.3 Komunikasi Dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
Seorang konselor hendaknya belajar menerima
(menangkap) makna berita/informasi dengan tepat dan merima
informasi tidak hanya secara dangkal (surface felling/message).
Langkah pertama dalam bimbingan dan konseling ialah
menangkap perasaan-perasaan konseli. Proses ini kita sebut
“perceiving”. Komunikasi yang tidak/kurang baik ialah bila
penerima informasi (dalam hal ini konselor) “tidak menyadari”
atau “mengabaikan”, “tidak menerima” (menolak) perasaan-
perasaan konseli.
Konselor memerlukan hubungan dengan konseli tidak
hanya pada tingkat pikir (ratio), tetapi juga pada tingkat perasaan
emosional, hal ini sangat perlu dalam hubungan pelayanan
87
bimbingan dan konseling. Bila hubungan antara konselor dan
konseli sudah cukup baik, atau pertolongan yang diperlukan hanya
berupa pemecahan masalah, komunikasi yang efektif tetap
mengharuskan konselor menangkap informasi yang tersembunyi,
dengan kata lain bukan informasi yang “surface”, dan perlu
diciptakan hubungan pada tingkat yang lebih mendalam.
Ketidakmampuan menangkap informasi yang sebenarnya dan akan
mengadakan komunikasi yang baik, akan menghambat hubungan
dan proses menolong terganggu.
Sebelum seorang konselor memberikan tanggapan ia harus
“perceive”, dengan kata lain “menangkap” informasi sebenarnya,
informasi lain yang tersembunyi, yang tidak diucapkan, tetapi
yang ingin disampaikan (dikomunikasikan) pada saat itu.
Langkah kedua ialah memikirkan bagaimana cara yang
tepat bagi konselor untuk menanggapi informasi itu. Konselor
hendaknya menyadari bahwa klien juga dapat “membaca” apa
yang nampak pada roman muka konselor, atau pada tingkah laku
konselor. Mungkin justru karena klien sedang menghadapi
masalah dan mengharapkan pertolongan, maka ia lebih peka
terhadap apa yang dilihat dan didengarnya.
Makin berat persoalan, makin lama persoalan dihadapi,
biasanya klien makin terlibat secara emosional dan akibatnya
88
masalah makin bersifat emosional. Konselor hendaknya
mengembangkan kepekaan terhadap emosi orang lain, tetapi ia
sendiri tetap tidak dikuasai oleh emosi. Keterlibatan yang terlalu
dalam, dapat merugikan proses bimbingan dan konseling. Emosi
dapat dilukiskan denga kata-kata tertentu, tetapi sering pula kata
tertentu dapat mempunyai maksud lain dan makna kata itu sendiri.
Makna itu ditentukan oleh gerak penyerta maupun keras lemahnya
suara.
89
Top Related