40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengamatan Penunjang
4.1.1. Persentase Eksplan yang Terkontaminasi
Tunas mikro dalam media kultur dapat tumbuh dengan baik sampai akhir
pengamatan. Tingkat kontaminasi pada percobaan ini adalah 0% (Lampiran 11).
Keberhasilan dalam menekan terjadinya kontaminasi dalam percobaan ini
dikarenakan kondisi eksplan tunas mikro Cattleya ‘Blc. Mount Hood Mary’ yang
benar-benar steril dimana eksplan tersebut berasal dari perkecambahan biji secara
in vitro. Adapun dari semua jenis sumber kontaminan, Gunawan (1995)
berpendapat bahwa kontaminan yang berasal dari eksplan yang paling sulit diatasi
karena untuk menanggulanginya diperlukan metode sterilisasi yang efektif.
Keberhasilan dalam menekan terjadinya kontaminasi dalam percobaan ini
juga didukung dengan proses sterilisasi yang sempurna dimana dalam proses
penanaman dilakukan di Laminar Air Flow yang telah disterilkan serta dengan
menggunakan pakaian lab, tutup kepala, dan masker. Selain itu, untuk lebih
menjaga kebersihan, sebelum penanaman tangan terlebih dahulu dicuci
menggunakan sabun dan disemprotkan alkohol 70%. Teknik pembuatan bahan
organik yang berupa larutan ekstrak wortel dan air kelapa, pelaksanaan atau cara
kerja yang hati-hati saat penanaman, serta sterilisasi ruang kultur setiap
minggunya dengan menyemprotkan alkohol 70% pada botol-botol kultur juga
menjadi faktor pendukung keberhasilan untuk menekan kontaminasi.
41
4.1.2. Persentase Eksplan Berakar
Pada percobaan ini, semua perlakuan pada umumnya menunjukkan
kemampuan eksplan untuk membentuk akar. Persentase eksplan berakar sebesar
95.62% (Lampiran 12). Kemampuan semua perlakuan mampu membentuk akar
dikarenakan pada eksplan yakni tunas mikro telah memiliki bakal organ daun. Hal
ini sejalan dengan pendapat Bey dkk. (2006), yang menjelaskan bahwa setelah
daun terbentuk maka bagian radikula akan berdiferensiasi membentuk akar
dengan bantuan auksin yang disintesis oleh daun. Auksin disintesis pada bagian
pucuk daun yang kemudian ditranslokasikan melalui floem ke bagian akar
tanaman (Wattimena, 1992).
Tingginya persentase eksplan berakar dalam percobaan ini, diduga karena
kandungan vitamin tiamin yang terdapat dalam semua media perlakuan yakni
yang terdapat dalam ekstrak wortel maupun dalam air kelapa, selain itu ekstrak
wortel dan air kelapa juga mengandung auksin yang merupakan hormon endogen
yang disintesis secara alamiah di dalam tubuh tanaman (Zulkarnain, 2009).
Menurut Arditti (1992), auksin dibutuhkan untuk pembentukan akar sedangkan
tiamin berperan sebagai koenzim yang dapat merangsang sintesis auksin dimana
tiamin dapat menstimulir pertumbuhan akar tanaman anggrek.
4.2. Pengamatan Utama
4.2.1. Pengaruh Berbagai Kombinasi Ekstrak Wortel dan Air Kelapa
terhadap Rata-rata Jumlah Tunas yang Tumbuh per Eksplan
Data hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5%, menunjukkan bahwa perlakuan
media kombinasi ekstrak wortel dan air kelapa memberikan pengaruh yang tidak
42
berbeda terhadap peubah rata-rata jumlah tunas yang tumbuh per eksplan pada
4 MSI, dan berbeda pada 8 MSI dan 12 MSI (Tabel 3).
Tabel 3. Pengaruh Berbagai Kombinasi Ekstrak Wortel dan Air Kelapa
terhadap Rata-rata Jumlah Tunas yang Tumbuh per Eksplan
Perlakuan
Rata-rata Jumlah Tunas
yang Tumbuh (buah)
4 MSI 8 MSI 12 MSI
A Ekstrak wortel 25 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
B Ekstrak wortel 25 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
C Ekstrak wortel 50 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
D Ekstrak wortel 50 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
E Ekstrak wortel 100 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
F Ekstrak wortel 100 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
G Ekstrak wortel 150 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
H Ekstrak wortel 150 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
0.00 a
0.05 a
0.05 a
0.10 a
0.00 a
0.15 a
0.05 a
0.15 a
0.25 a
0.50 ab
0.55 ab
0.90 bc
0.30 a
1.10 c
0.60 abc
0.30 a
0.45 a
0.80 ab
1.00 bc
1.45 d
0.45 a
1.35 cd
0.75 ab
0.55 a
Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada taraf 5%
Pada Tabel 3, dapat dilihat pada 8 MSI, perlakuan media F (kombinasi
ekstrak wortel 100 mL L-1
dan air kelapa 200 mL L-1
) memberikan pengaruh yang
relatif lebih baik terhadap rata-rata jumlah tunas yang tumbuh per eksplan namun
tidak berbeda dengan media D dan G, sedangkan pada 12 MSI, perlakuan media
D (kombinasi ekstrak wortel 50 mL L-1
dan air kelapa 200 mL L-1
) memberikan
pengaruh yang sama terhadap peubah rata-rata jumlah tunas yang tumbuh pada
media F.
Kemampuan eksplan untuk bermultiplikasi membentuk tunas tertinggi
pada kedua media D dan F, diduga karena adanya kandungan auksin dalam
ekstrak wortel dan sitokinin dalam air kelapa. Ekstrak wortel mengandung zat
pengatur tumbuh auksin IAA (Puchooa dan Ramburn, 2004) dan air kelapa dapat
digunakan sebagai pengganti hormon sitokinin (George dan Sherrington, 1984).
43
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Parera (1997), yang
menunjukkan tingkat konsentrasi air kelapa 200 mL L-1
merupakan perlakuan
yang memberikan hasil jumlah tunas yang tumbuh terbanyak pada tunas mikro
anggrek Dendrobium spp.
Pemberian ekstrak wortel dan air kelapa yang dikombinasikan pada
konsentrasi yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan jumlah tunas karena
pada bahan-bahan organik tersebut mengandung zat pengatur tumbuh auksin dan
sitokinin yang dapat merangsang pembentukan tunas. Wetherell (1982),
menambahkan bahwa fungsi sitokinin diantaranya berperan dalam merangsang
pembentukan dan pertumbuhan tunas sedangkan fungsi auksin diantaranya
berperan dalam pembesaran sel, pembentukan dan pertumbuhan akar.
Pembentukan tunas selain memerlukan konsentrasi sitokinin yang tinggi, tetap
diperlukan auksin dalam konsentrasi yang rendah (North dan Ndakidemi, 2012),
selain kandungan auksin dan sitokinin, kandungan mineral yang terdapat dalam
ekstrak wortel dan air kelapa (Lampiran 5) juga memiliki peran dalam
pembentukan tunas. Untari dan Puspitaningtyas (2006), menyebutkan bahwa
unsur mineral seperti N, P, K, Fe, S, dan Zn dibutuhkan dalam pembentukan
tunas. Oleh karena itu, perlakuan media D (kombinasi ekstrak wortel 50 mL L-1
dan air kelapa 200 mL L-1
) dan media F (kombinasi ekstrak wortel 100 mL L-1
dan air kelapa 200 mL L-1
) merupakan kombinasi dengan kandungan auksin dan
sitokinin pada level yang tepat dan juga dengan adanya kandungan unsur-unsur
mineral yang mendukung dalam pembentukan tunas sehingga mampu
memberikan hasil yang relatif lebih baik terhadap rata-rata jumlah tunas yang
tumbuh.
44
Perlakuan media A (kombinasi ekstrak wortel 25 mL L-1
tanpa air kelapa),
media B (kombinasi ekstrak wortel 25 mL L-1
dan air kelapa 200 mL L-1
), media
C (kombinasi ekstrak wortel 50 mL L-1
tanpa air kelapa), media E (kombinasi
ekstrak wortel 100 mL L-1
tanpa air kelapa), media G (kombinasi ekstrak wortel
150 mL L-1
tanpa air kelapa), dan media H (kombinasi ekstrak wortel 150 mL L-1
dan air kelapa 200 mL L-1
) memberikan pengaruh tidak sebaik media D diduga
dikarenakan belum adanya keseimbangan antara sitokinin dan auksin sehingga
pengaruh konsentrasi auksin berperan memberikan efek pertumbuhan yang
berbeda seperti terbentuknya akar. Hal ini didukung oleh pendapat
Mok et al. (2000), bahwa konsentrasi auksin yang rendah akan meningkatkan
pembentukan akar adventif, sedangkan konsentrasi tinggi akan merangsang
pembentukan kalus dan menekan morfogenesis. Auksin juga berperan
menghambat kerja sitokinin, menghambat pembentukan tunas adventif dan tunas
aksilar (Pierik, 1987). Terhambatnya kerja sitokinin mengakibatkan pembentukan
tunas juga akan terhambat sehingga perlakuan media-media ini memberikan
pengaruh yang relatif kurang baik terhadap rata-rata jumlah tunas yang tumbuh.
Perlakuan media ekstrak wortel yang dikombinasikan dengan air kelapa
(media B, D, F, dan H) pada umumnya menunjukkan pengaruh yang relatif lebih
baik dibandingkan dengan media ekstrak wortel tanpa penggunaan air kelapa
(media A, C, E, dan G). Hal ini kemungkinan terjadi dikarenakan dengan
pemberian air kelapa dapat meningkatkan konsentrasi sitokinin pada media, selain
adanya hormon sitokinin endogen, sehingga dapat mendorong multiplikasi tunas.
George dan Sherrington (1984), menyatakan bahwa pada tingkat tertentu bila
konsentrasi sitokinin lebih tinggi dibandingkan auksin akan menstimulasi
45
multiplikasi tunas. Air kelapa yang mengandung sitokinin dapat menginisiasi
terbentuknya tunas sehingga terjadi pertumbuhan tunas baru, selain itu,
Krapiec et al. (2003), menyatakan bahwa sitokinin dapat menginisiasi tunas pada
kultur jaringan tanaman anggrek Cattleya, hal ini terlihat pada perlakuan media
ekstrak wortel yang dikombinasikan dengan penggunaan air kelapa pada
konsentrasi yang optimum dapat memberikan pengaruh yang relatif lebih baik
terhadap multiplikasi tunas dibandingkan media tanpa penggunaan air kelapa.
Gambar 3. Media yang Memberikan Pengaruh Lebih Baik terhadap Jumlah Tunas yang
Tumbuh (a) dan Media yang Memberikan Pengaruh Kurang Baik terhadap
Jumlah Tunas yang Tumbuh (b)
Penggunaan air kelapa yang dikombinasikan dengan ekstrak wortel tidak
selalu memberikan pengaruh yang baik. Hal ini terjadi pada perlakuan media H
(kombinasi ekstrak wortel 150 mL L-1
dan air kelapa 200 mL L-1
) yang
menunjukkan pengaruh yang kurang baik terhadap jumlah tunas yang tumbuh.
Konsentrasi auksin dan sitokinin yang tidak sesuai untuk merangsang multiplikasi
tunas serta kemungkinan dengan adanya kandungan unsur tertentu yakni
karbohidrat yang berlebihan pada media perlakuan akibat tingginya konsentrasi
pemberian bahan organik, diduga menjadi faktor yang dapat menghambat
pertumbuhan eksplan sehingga mengakibatkan rendahnya jumlah tunas yang
tumbuh. Hal ini didukung oleh pernyataan Widiastoety dan Purbadi (2003),
a (Media D) b (Media A)
46
bahwa penyerapan unsur hara dapat terhambat dikarenakan adanya kandungan
karbohidrat yang tinggi dalam bahan organik. Mitchell et al. (1994),
menyebutkan bahwa kandungan karbohidrat yang tinggi mengakibatkan
penurunan tekanan osmotik sehingga merangsang akumulasi asam absisat (ABA)
dalam jaringan tanaman yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman, selain
akumulasi ABA terjadi pula penghambatan sintesis sitokinin yang meningkatkan
penghambatan pertumbuhan akibat pengaruh ABA.
4.2.2. Pengaruh Berbagai Kombinasi Ekstrak Wortel dan Air Kelapa
terhadap Rata-rata Jumlah Daun yang Tumbuh per Eksplan
Data hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5%, menunjukkan bahwa perlakuan
media kombinasi ekstrak wortel dan air kelapa memberikan pengaruh yang tidak
berbeda terhadap peubah rata-rata jumlah daun yang tumbuh per eksplan pada
4 MSI, dan berbeda pada 8 MSI dan 12 MSI (Tabel 4).
Tabel 4. Pengaruh Berbagai Kombinasi Ekstrak Wortel dan Air Kelapa
terhadap Rata-rata Jumlah Daun yang Tumbuh per Eksplan
Perlakuan
Rata-rata Jumlah Daun
yang Tumbuh (helai)
4 MSI 8 MSI 12 MSI
A Ekstrak wortel 25 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
B Ekstrak wortel 25 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
C Ekstrak wortel 50 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
D Ekstrak wortel 50 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
E Ekstrak wortel 100 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
F Ekstrak wortel 100 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
G Ekstrak wortel 150 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
H Ekstrak wortel 150 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
0.90 a
1.25 a
1.25 a
1.25 a
1.45 a
1.55 a
1.65 a
1.40 a
2.40 a
2.60 ab
2.85 ab
3.45 bc
2.80 ab
3.80 c
2.80 ab
2.30 a
3.70 a
3.70 a
4.25 ab
5.25 b
3.95 a
5.30 b
4.05 ab
3.25 a
Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada taraf 5%
47
Pada Tabel 4, menunjukkan bahwa pada 8 MSI dan 12 MSI, perlakuan
media F (kombinasi ekstrak wortel 100 mL L-1
dan air kelapa 200 mL L-1
)
memberikan pengaruh yang relatif lebih baik terhadap peubah rata-rata jumlah
daun yang tumbuh per eksplan. Pengaruh dari media perlakuan tersebut tidak
berbeda dengan pengaruh media D (kombinasi ekstrak wortel 50 mL L-1
dan
air kelapa 200 mL L-1
). Pertumbuhan jumlah tunas akan diikuti dengan
pertumbuhan jumlah daun, media D dan F merupakan media yang memberikan
pengaruh terhadap jumlah tunas yang tumbuh, hal ini diduga karena pemberian air
kelapa sebagai sitokinin eksogen dalam konsentrasi yang tinggi menyebabkan
kandungan sitokinin pada media menjadi lebih tinggi dibandingkan konsentrasi
kandungan auksin sehingga merangsang pembentukan daun akibat terbentuknya
tunas baru. Bey dkk. (2006), menyatakan bahwa kandungan sitokinin yang lebih
tinggi dibandingkan auksin akan merangsang pembentukan tunas dan sejalan
dengan pembentukan daun. Peranan auksin dan sitokinin sangat nyata dalam
pembelahan sel, pemanjangan sel, diferensiasi sel, dan pembentukan organ
(North dan Ndakidemi, 2012). Kandungan nutrisi yang terdapat dalam ekstrak
wortel dan air kelapa yang berupa mineral, vitamin dan asam amino (Lampiran 5)
juga berperan dalam pertumbuhan jumlah daun. Hal ini didukung pendapat
Hendaryono (2000), bahwa unsur mineral seperti Ca, P, Fe, vitamin C, niacin, dan
tiamin berperan dalam merangsang pertumbuhan jumlah daun.
Penggunaan pupuk lengkap dengan kandungan N, P, K (Lampiran 2)
diduga juga memberikan pengaruh bagi pertumbuhan vegetatif seperti
pembentukan daun pada eksplan yang dikulturkan. Nitrogen memiliki pengaruh
yang lebih besar terhadap pertumbuhan daun dibandingkan mineral lain
48
(Gardner et al., 1991). Poole dan Seeley (1978), menyebutkan bahwa nitrogen
merupakan unsur hara makro penyusun asam amino, klorofil, dan senyawa
lainnya, kekurangan unsur N dapat membatasi pertumbuhan vegetatif lebih drastis
dibandingkan kekurangan unsur P, K, Ca, dan Mg. Menurut Suriatna (1988),
nitrogen (N) berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan terutama pertumbuhan
vegetatif serta menambah kandungan protein, fosfor (P) berfungsi meningkatkan
pertumbuhan jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh, dan kalium (K)
berfungsi memperlancar metabolisme dan mempengaruhi penyerapan makanan.
Kandungan dari pupuk lengkap ini semakin memperkaya kandungan unsur
mineral pada ekstrak wortel dan air kelapa sehingga dapat memberikan pengaruh
pertumbuhan yang optimal seperti peningkatan jumlah daun. Matatula (2003),
mengemukakan bahwa kandungan konsentrasi nitrogen (N) yang tinggi pada
media dapat merangsang tanaman mensintesis protein lebih banyak untuk
pertumbuhan daun.
Berdasarkan Tabel 4, pada perlakuan media D (kombinasi ekstrak wortel
50 mL L-1
dan air kelapa 200 mL L-1
) dan media F (kombinasi ekstrak wortel
100 mL L-1
dan air kelapa 200 mL L-1
) terjadi pembentukan daun dan tunas.
Keadaan tersebut lebih menguntungkan, jika dilakukan sub kultur untuk
merangsang pertumbuhan kultur ke tahap aklimatisasi. Hal ini didukung oleh
pendapat Parera (1997), planlet yang memiliki jumlah daun lebih banyak akan
dapat menghasilkan fotosintat yang lebih banyak pula, dengan demikian planlet
akan dapat tumbuh dengan baik pada kondisi autotrof.
Perlakuan media A (kombinasi ekstrak wortel 25 mL L-1
tanpa air kelapa),
media B (kombinasi ekstrak wortel 25 mL L-1
dan air kelapa 200 mL L-1
), media
49
C (kombinasi ekstrak wortel 50 mL L-1
tanpa air kelapa), media E (kombinasi
ekstrak wortel 100 mL L-1
tanpa air kelapa), media G (kombinasi ekstrak wortel
150 mL L-1
tanpa air kelapa), dan media H (kombinasi ekstrak wortel 150 mL L-1
dan air kelapa 200 mL L-1
) memberikan pengaruh kurang baik terhadap jumlah
daun yang tumbuh. Hal ini sesuai dengan rata-rata jumlah tunas yang tumbuh,
dimana media-media perlakuan ini menunjukkan hasil yang rendah sehingga
jumlah daun yang terbentuk juga rendah. Diduga konsentrasi kandungan vitamin
dan zat pengatur tumbuh yang terdapat dalam media-media tersebut belum pada
level yang tepat untuk merangsang pertumbuhan daun secara optimal. Hal ini
sesuai dengan pendapat Abrahamian dan Kantharajah (2011), bahwa kebutuhan
tanaman akan vitamin dan zat pengatur tumbuh bergantung pada spesies tanaman
dan tujuan kultur yang hendak dicapai.
4.2.3. Pengaruh Berbagai Kombinasi Ekstrak Wortel dan Air Kelapa
terhadap Rata-rata Luas Daun Terbesar per Eksplan
Data hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5%, menunjukkan bahwa perlakuan
media kombinasi ekstrak wortel dan air kelapa memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap peubah rata-rata luas daun terbesar per eksplan (Tabel 5).
Perhitungan luas daun dengan menggunakan rumus perhitungan luas daun
monokotil yaitu panjang x lebar x 0.905 (Widiastoety dkk., 2009), dilakukan
terhadap daun yang terbesar. Pada Tabel 5, menunjukkan bahwa perlakuan yang
memberikan pengaruh yang baik terhadap rata-rata luas daun terbesar per eksplan
adalah perlakuan media C (kombinasi ekstrak wortel 50 mL L-1
tanpa air kelapa),
namun tidak berbeda dengan perlakuan media A, E, dan F.
50
Tabel 5. Pengaruh Berbagai Kombinasi Ekstrak Wortel dan Air Kelapa
terhadap Rata-rata Luas Daun Terbesar per Eksplan
Perlakuan Rata-rata Luas Daun
Terbesar (cm2)
A Ekstrak wortel 25 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
B Ekstrak wortel 25 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
C Ekstrak wortel 50 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
D Ekstrak wortel 50 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
E Ekstrak wortel 100 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
F Ekstrak wortel 100 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
G Ekstrak wortel 150 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
H Ekstrak wortel 150 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
0.52 cd
0.38 b
0.56 d
0.42 bc
0.46 bcd
0.45 bcd
0.32 ab
0.22 a
Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada taraf 5%
Pengaruh yang diberikan oleh media perlakuan A dan C relatif lebih baik
dibandingkan dengan pengaruh yang diberikan oleh perlakuan media lainnya, hal
ini dimungkinkan karena kandungan nutrisi pada media tersebut berada pada
konsentrasi yang sesuai sehingga aktivitas respirasi dapat berlangsung secara
optimal, sedangkan pada perlakuan media H yang menunjukkan pengaruh yang
kurang baik dibandingkan media lainnya dimungkinkan karena terjadinya
akumulasi tiamin yang melebihi kebutuhan jaringan. Pada media H, pemberian
ekstrak wortel dan air kelapa pada konsentrasi yang tinggi, memungkinkan
kandungan tiamin berada pada tingkat konsentrasi yang tergolong tinggi.
Terakumulasinya tiamin dapat menyebabkan terganggunya proses metabolisme
yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan jaringan tanaman
(Widiastoety dan Nurmalinda, 2010).
Kandungan ekstrak wortel dan air kelapa sebagai sumber bahan organik
pada media H (kombinasi ekstrak wortel 150 mL L-1
dan air kelapa 200 mL L-1
)
diduga menjadi sangat tinggi dalam media kultur sehingga dapat menyebabkan
51
penghambatan penyerapan unsur hara dan memberikan pengaruh yang kurang
baik terhadap rata-rata luas daun. Hal ini sejalan dengan penelitian
Rahayu dkk. (2011), dimana penggunaan bahan organik pada konsentrasi yang
tinggi yang dikombinasikan secara bersamaan pada kultur in vitro anggrek
Phalaenopsis fuscata Rchb.f. diduga menyebabkan nutrien dan kandungan zat
pengatur tumbuh dalam media menjadi berlebih dan menghambat pertumbuhan.
George dan Sherrington (1984), menyebutkan zat pengatur tumbuh yang
dibutuhkan tumbuhan untuk pertumbuhan dan morfogenesis secara in vitro
ditentukan oleh interaksi dan keseimbangan antar zat pengatur tumbuh yang
terdapat di dalam media dan hormon endogen yang terdapat di dalam sel kutur.
Perlakuan media tanpa penggunaan air kelapa (media A dan C), tetap
mampu memberikan pengaruh terhadap luas daun, hal ini diduga karena adanya
kandungan vitamin-vitamin yang lengkap pada ekstrak wortel (Lampiran 5)
sehingga mampu mensubstitusi kebutuhan hara untuk pembentukan luas daun
pada eksplan. Vitamin diperlukan dalam media kultur jaringan khususnya tiamin
yang merupakan vitamin yang essensial untuk hampir semua kultur jaringan
tumbuhan yang berfungsi untuk mempercepat pembelahan sel dan sebagai
koenzim dalam reaksi yang menghasilkan energi dari karbohidrat dan
memindahkan energi (Al-Khayri, 2001). Tanpa penggunaan air kelapa, perlakuan
media A dan C tetap dapat memberikan pengaruh yang relatif lebih baik diduga
karena kandungan karbohidrat yang lebih tinggi dalam ekstrak wortel sebanyak
9 580 mg/100 g dibandingkan dalam air kelapa sebanyak 3 710 mg/100 g
sehingga dianggap telah mencukupi (Lampiran 5). Widiastoety dan Bahar (1995),
menyebutkan bahwa kandungan nutrisi terutama karbohidrat yang terdapat dalam
52
bahan organik merupakan bahan dasar untuk menghasilkan energi dalam proses
respirasi dan sebagai bahan pembentuk sel-sel baru. George et al. (2008),
menambahkan bahwa karbohidrat merupakan salah satu unsur yang memiliki
peran penting karena unsur tersebut dibutuhkan tanaman secara in vitro untuk
digunakan sebagai sumber energi dalam pertumbuhan selama tanaman berada
dalam botol dan belum dapat melakukan proses fotosintesis.
Kandungan nitrogen yang berasal dari ekstrak wortel dan pupuk lengkap
yang digunakan diduga berpengaruh terhadap peningkatan luas daun. Kandungan
protein yang terdapat dalam ekstrak wortel dan air kelapa digunakan sebagai
sumber nitrogen (N). Nitrogen merupakan salah satu hara makro penyusun asam
amino, klorofil dan senyawa lainnya dalam proses metabolisme. Kandungan
klorofil yang tinggi dapat meningkatkan proses fotosintesis, sehingga fotosintat
yang dihasilkan semakin tinggi. Widiastoety dan Kartikaningrum (2003),
menyatakan bahwa fotosintat yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya
peningkatan luas daun.
Luas daun memiliki kaitan dengan pertambahan panjang dan lebar daun
yang disebabkan oleh pembelahan sel yang menghasilkan sel-sel baru, serta
pemanjangan sel atau pembesaran sel itu sendiri. Unsur hara makro, mikro,
karbohidrat, vitamin, zat pengatur tumbuh dalam bentuk yang mudah diserap dan
dalam konsentrasi yang optimum pada media sangat diperlukan untuk mendorong
pertambahan panjang dan lebar daun, oleh sebab itu unsur-unsur tersebut
dibutuhkan dalam media teknik in vitro (Khrisnamoorthy, 1981). Dengan
demikian media A dan C merupakan media kombinasi yang sesuai untuk
53
memberikan pengaruh yang relatif lebih baik terhadap luas daun pada tunas mikro
anggrek Cattleya ‘Blc. Mount Hood Mary’ dalam kultur in vitro.
4.2.4. Pengaruh Berbagai Kombinasi Ekstrak Wortel dan Air Kelapa
terhadap Rata-rata Jumlah Akar per Eksplan
Data hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5%, menunjukkan bahwa perlakuan
media kombinasi ekstrak wortel dan air kelapa memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap peubah rata-rata jumlah akar per eksplan (Tabel 6).
Tabel 6. Pengaruh Berbagai Kombinasi Ekstrak Wortel dan Air Kelapa
terhadap Rata-rata Jumlah Akar per Eksplan
Perlakuan Rata-rata Jumlah
Akar (buah) A Ekstrak wortel 25 mL L
-1 + Tanpa air kelapa
B Ekstrak wortel 25 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
C Ekstrak wortel 50 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
D Ekstrak wortel 50 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
E Ekstrak wortel 100 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
F Ekstrak wortel 100 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
G Ekstrak wortel 150 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
H Ekstrak wortel 150 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
1.63 a
1.63 a
2.00 a
3.88 b
1.38 a
2.50 a
1.75 a
1.25 a
Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada taraf 5%
Data pada Tabel 6, memperlihatkan perlakuan media D (kombinasi ekstrak
wortel 50 mL L-1
dan air kelapa 200 mL L-1
) memberikan pengaruh yang terbaik
terhadap peubah rata-rata jumlah akar per eksplan dibandingkan dengan pengaruh
yang diberikan oleh perlakuan media lainnya (media A, B, C, E, F, G, dan H).
Berdasarkan Tabel 6, perlakuan media D (kombinasi ekstrak wortel
50 mL L-1
dan air kelapa 200 mL L-1
) memberikan pengaruh yang terbaik
terhadap rata-rata jumlah akar, dimungkinkan karena kandungan nutrisi serta zat
54
pengatur tumbuh yang terdapat dalam media ini mampu meningkatkan aktivitas
metabolisme dalam jaringan tanaman. Adanya kandungan IAA
(Indole Acetic Acid) yang termasuk golongan auksin dalam ekstrak wortel dan air
kelapa memiliki peran yang penting dalam pertumbuhan jumlah akar eksplan.
George dan Sherrington (1984), menyebutkan kandungan auksin dalam air kelapa
tergolong rendah sehingga diperlukan tambahan auksin dari luar, salah satunya
yakni dengan penggunaan ekstrak wortel dimana auksin berperan pada berbagai
aspek pertumbuhan dan perkembangan antara lain pembesaran sel dan
pertumbuhan akar. Kandungan sitokinin yang terdapat dalam air kelapa juga
memiliki peran dalam pembentukan akar. Hal ini didukung oleh pendapat
Yong et al. (2009), bahwa sitokinin yang terkandung dalam air kelapa mempunyai
kemampuan mendorong terjadinya pembelahan sel dan diferensiasi jaringan
terutama dalam pembentukan tunas dan pembentukan akar. Pertumbuhan jumlah
akar juga sejalan dengan pertumbuhan jumlah tunas. Hal ini dapat dilihat pada
media D yang memberikan pengaruh terhadap pembentukan tunas dan akar.
Gambar 4. Media D yang Memberikan Pengaruh Terbaik terhadap Peubah Rata-rata
Jumlah Akar
Ekstrak wortel dan air kelapa mengandung semua unsur yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan akar diantaranya P, Ca, Mn dan, Fe (Lampiran 5).
Salisbury dan Ross (1995), mengemukakan bahwa unsur kalsium, mangan, besi,
dan fosfor yang diberikan dalam jumlah yang tinggi berpengaruh terhadap
55
pertambahan jumlah akar. Penelitian Untari dan Puspitaningtyas (2006),
menunjukkan hasil dimana penggunaan bahan organik khususnya yang
mengandung unsur fosfor yang tinggi serta unsur kalsium, mangan, besi, dan
boron mampu memberikan pengaruh terbaik terhadap jumlah akar pada eksplan
anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl.). Tiamin, riboflavin, vitamin E, dan
unsur kalsium memiliki peran dalam merangsang proses pembentukan akar dan
peningkatan pemanjangan sel pada akar (Abrahamian dan Kantharajah, 2011).
Menurut Puchooa dan Ramburn (2004), wortel mengandung beberapa
macam vitamin yaitu tiamin, riboflavin, piridoksin, dan vitamin-vitamin lainnya
dimana kandungan vitamin-vitamin tersebut khususnya tiamin yang essensial bagi
pertumbuhan kultur in vitro. Air kelapa juga mengandung unsur-unsur tersebut,
namun dengan kadar tiamin yang lebih rendah dibandingkan ekstrak wortel
(Lampiran 5). Tiamin merupakan vitamin yang esensial bagi kultur jaringan
tumbuhan yang berfungsi merangsang pertumbuhan dan perkembangan serta
mempercepat pembelahan sel pada meristem akar anggrek (Arditti, 1992).
Perlakuan media lainnya (media A, B, C, E, F, G, dan H) ternyata tidak
mampu memberikan pengaruh yang sama baiknya dengan media D terhadap
peubah rata-rata jumlah akar pada tunas mikro anggrek Cattleya
‘Blc. Mount Hood Mary’. Hal ini diduga karena kandungan nutrisi dan zat
pengatur tumbuh yang terkandung dalam media belum berada pada konsentrasi
yang sesuai untuk meningkatkan pertumbuhan jumlah akar. Hal ini berkaitan
dengan pendapat Wetherell (1982), bahwa konsentrasi optimum dari
masing-masing unsur nutrisi untuk pertumbuhan berbeda-beda bergantung pada
jenis tanaman maupun tujuan kultur yang diinginkan, selain itu juga berkaitan
56
dengan umur dan ukuran eksplan. Karjadi dan Buchory (2008), menyebutkan
bahwa jumlah dari unsur-unsur nutrisi yang dibutuhkan untuk keberhasilan kultur
jaringan bergantung pada spesies, genotipe, serta tujuan kultur. Oleh karena itu,
untuk menghasilkan pertumbuhan jumlah akar yang baik, media kombinasi
ekstrak wortel 50 mL L-1
dan air kelapa 200 mL L-1
merupakan kombinasi media
terbaik.
4.2.5. Pengaruh Berbagai Kombinasi Ekstrak Wortel dan Air Kelapa
terhadap Rata-rata Panjang Akar per Eksplan
Panjang akar eksplan diamati hanya pada akhir pengamatan yaitu pada
12 MSI. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam hal pengamatan.
Kombinasi media ekstrak wortel dan air kelapa di dalam media pupuk lengkap
berdasarkan hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5% menunjukkan pengaruh yang
berbeda terhadap peubah rata-rata panjang akar per eksplan (Tabel 7).
Tabel 7. Pengaruh Berbagai Kombinasi Ekstrak Wortel dan Air Kelapa
terhadap Rata-rata Panjang Akar per Eksplan
Perlakuan Rata-rata Panjang
Akar (cm) A Ekstrak wortel 25 mL L
-1 + Tanpa air kelapa
B Ekstrak wortel 25 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
C Ekstrak wortel 50 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
D Ekstrak wortel 50 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
E Ekstrak wortel 100 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
F Ekstrak wortel 100 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
G Ekstrak wortel 150 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
H Ekstrak wortel 150 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
0.79 ab
0.77 ab
0.95 b
0.80 ab
1.10 b
0.76 ab
0.78 ab
0.49 a
Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada taraf 5%
57
Data pada Tabel 7, menunjukkan bahwa perlakuan media C (kombinasi
ekstrak wortel 50 mL L-1
tanpa air kelapa) memberikan pengaruh yang relatif
lebih baik terhadap peubah rata-rata panjang akar per eksplan. Pengaruh dari
media perlakuan tersebut tidak berbeda dengan pengaruh yang diberikan media E
(kombinasi ekstrak wortel 100 mL L-1
tanpa air kelapa), dan lebih baik
dibandingkan dengan pengaruh yang diberikan oleh media A, B, D, F, G, dan H.
Media C dan E mampu memberikan pengaruh yang relatif lebih baik
terhadap rata-rata panjang akar dibandingkan media lainnya diduga karena ekstrak
wortel mengandung beberapa macam vitamin seperti vitamin A, niacin,
riboflavin, dan terutama kandungan tiamin sebanyak 0.066 mg/ 100 g dan juga
mengandung unsur kalsium (Ca) sebanyak 33 mg/ 100 g (Lampiran 5) serta
berada pada konsentrasi yang sesuai sehingga mampu mendorong pembentukan
akar yang maksimal pada eksplan yang dikulturkan. Salisbury dan Ross (1995),
menyatakan bahwa tiamin merupakan vitamin yang berfungsi untuk mempercepat
pembelahan sel pada meristem akar, sedangkan unsur kalsium (Ca) berperan
dalam pembentukan bulu-bulu akar dan pemanjangan akar.
Abrahamian dan Kantharajah (2011), juga mengemukakan bahwa vitamin
B1 (Tiamin) dan B6 (Piridoksin) memiliki kemampuan untuk merangsang
pertumbuhan akar.
Gardner et al. (1991), menyatakan bahwa pertambahan panjang akar
disebabkan terjadinya proses pembelahan sel pada meristem ujung akar,
selanjutnya diikuti oleh proses pemanjangan dan pembesaran sel dan tiamin
merupakan vitamin yang berperan dalam pertumbuhan akar. Menurut
Arditti (1992), tiamin dapat menstimulir pertumbuhan akar tanaman anggrek,
58
selain itu sumber karbohidrat seperti gula yang terdapat dalam media tumbuh juga
dapat mempengaruhi pertumbuhan akar planlet.
Pada media kombinasi C dan E, yang di dalamnya mengandung unsur hara
makro, unsur hara mikro, glukosa, vitamin, asam amino, dan zat pengatur tumbuh.
Unsur hara makro sangat dibutuhkan dalam menyusun komposisi media yang
akan digunakan pada teknik in vitro. Unsur hara makro yang terdapat pada media
diduga digunakan untuk proses pertumbuhan tunas dan akar. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Bety (2004), yang menyatakan kalsium (Ca) berperan dalam
pertumbuhan sel tanaman, selain itu kalsium juga berperan menguatkan, mengatur
daya tembus, merawat dinding sel serta berperan dalam pembentukan akar,
terutama pada bagian titik tumbuh akar. Selain unsur hara makro kalsium, diduga
zat pengatur tumbuh yang terkandung dalam ekstrak wortel yaitu IAA
(Indole Acetic Acid) yang merupakan golongan auksin ikut mendorong
pertumbuhan panjang akar. Pierik (1987), menambahkan bahwa auksin dalam
kultur jaringan berperan dalam pemanjangan sel, pembelahan sel, dan
pembentukan akar adventif.
Perlakuan media ekstrak wortel yang dikombinasikan dengan air kelapa
(media B, D, F, dan H) menunjukkan pengaruh yang kurang baik dibandingkan
dengan media ekstrak wortel tanpa penggunaan air kelapa (media A, C, E, dan G).
Adanya sitokinin dalam media dapat menghambat pemanjangan akar, hal ini
kemungkinan terjadi dikarenakan dengan pemberian air kelapa sebagai sitokinin
eksogen dalam konsentrasi yang tinggi dapat meningkatkan konsentrasi sitokinin
pada media, selain adanya hormon sitokinin endogen, sehingga kandungan
sitokinin pada media menjadi lebih tinggi dibandingkan kandungan auksin maka
59
pertumbuhan akan lebih mengarah ke pembentukan tunas. Hal ini sejalan dengan
pembentukan jumlah tunas yang tumbuh dimana media-media yang
dikombinasikan dengan air kelapa memberikan pengaruh yang lebih baik
dibandingkan dengan media tanpa penggunaan air kelapa. Mok et al. (2000),
menyatakan bahwa rasio kandungan sitokinin yang lebih tinggi dibandingkan
auksin akan merangsang pembentukan tunas. Asghar et al. (2011), menyebutkan
bahwa pertambahan panjang akar in vitro memerlukan auksin tanpa sitokinin atau
sitokinin dalam konsentrasi yang rendah sekali, dimana auksin berperan dalam
mendorong elongasi sel. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Sotthikul et al. (2010), pemberian auksin tanpa sitokinin memberikan hasil yang
lebih baik terhadap panjang akar tanaman anggrek Polystachya sp.
Halperin (1978), menyatakan bahwa adanya suplai sitokinin dalam media tanam
dapat mengurangi kemampuan akar untuk berkembang dan bertambah panjang.
4.2.6. Pengaruh Berbagai Kombinasi Ekstrak Wortel dan Air Kelapa
terhadap Rata-rata Pertambahan Tinggi Planlet
Data hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5%, menunjukkan bahwa perlakuan
media kombinasi ekstrak wortel dan air kelapa memperlihatkan pengaruh yang
berbeda terhadap peubah rata-rata pertambahan tinggi tunas mikro anggrek
Cattleya ‘Blc. Mount Hood Mary’ (Tabel 8).
Data pada Tabel 8, memperlihatkan semua media menunjukkan pengaruh
yang tidak berbeda terhadap peubah rata-rata pertambahan tinggi planlet.
Kandungan sitokinin yang terdapat dalam media kombinasi, yang berasal dari
esktrak wortel maupun air kelapa memiliki peran dalam penghambatan
pertambahan tinggi tanaman.
60
Tabel 8. Pengaruh Berbagai Kombinasi Ekstrak Wortel dan Air Kelapa
terhadap Rata-rata Pertambahan Tinggi Planlet
Perlakuan Rata-rata
Pertambahan Tinggi
Planlet (cm) A Ekstrak wortel 25 mL L
-1 + Tanpa air kelapa
B Ekstrak wortel 25 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
C Ekstrak wortel 50 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
D Ekstrak wortel 50 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
E Ekstrak wortel 100 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
F Ekstrak wortel 100 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
G Ekstrak wortel 150 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
H Ekstrak wortel 150 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
0.45 a
0.40 a
0.38 a
0.43 a
0.56 a
0.44 a
0.43 a
0.25 a
Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada taraf 5%
Berbagai konsentrasi pemberian ekstrak wortel dan air kelapa tidak
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertambahan tinggi tunas. Hal ini
dimungkinkan karena konsentrasi pemberian ekstrak wortel dan air kelapa pada
masing-masing perlakuan belum optimum untuk dapat mendukung pertambahan
tinggi tunas mikro anggrek Cattleya ‘Blc. Mount Hood Mary’. Hal ini didukung
dengan pendapat Wetherell (1982), bahwa konsentrasi optimum dari
masing-masing unsur nutrisi untuk pertumbuhan berbeda-beda bergantung pada
jenis tanaman maupun tujuan kultur yang diinginkan.
Jenis tanaman yang dikulturkan juga memberikan pengaruh terhadap
pertambahan tinggi planlet. Anggrek Cattleya ‘Blc. Mount Hood Mary’
merupakan anggrek yang memiliki batang tipe simpodial. Batang simpodial
adalah batang yang pertumbuhan ujungnya memiliki batasan maksimal, dimana
batang ini tidak akan tumbuh lagi jika sudah mencapai ukuran yang maksimal, di
bagian sampingnya akan tumbuh anakan baru, dan dicirikan dengan pertumbuhan
61
batang yang tergolong lambat (Oliveira dan Faria, 2005). Pemberian berbagai
kombinasi ekstrak wortel dan air kelapa tidak memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap pertambahan tinggi planlet dikarenakan anggrek tersebut memiliki
batang tipe simpodial dengan pertumbuhan batang utama yang memiliki batasan
maksimal, sehingga pertumbuhan tinggi planlet tersebut relatif lambat.
Semua perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda, namun perlakuan
media H memperlihatkan hasil yang lebih rendah daripada perlakuan lainnya
terhadap rata-rata pertambahan tinggi planlet (Tabel 8). Hal ini dimungkinkan
karena semakin tingginya konsentrasi pemberian ekstrak wortel dan air kelapa
akan berpengaruh pada tingginya kandungan karbohidrat dalam media kultur
sehingga menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman dan tidak
menunjukkan pertambahan tinggi planlet. Widiastoety dan Nurmalinda (2010),
menyebutkan bahwa konsentrasi bahan nabati tambahan pada media kultur
in vitro yang sangat tinggi dapat menjadi faktor pembatas pertumbuhan. Hal ini
sejalan dengan penelitian Islam et al. (2003), penambahan bahan organik pada
media kultur dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kandungan karbohidrat
menjadi tinggi sehingga menghambat pertumbuhan anggrek Doritaenopsis.
4.2.7. Pengaruh Berbagai Kombinasi Ekstrak Wortel dan Air Kelapa
terhadap Rata-rata Bobot Segar Eksplan
Data hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5%, menunjukkan bahwa perlakuan
media kombinasi ekstrak wortel dan air kelapa memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap peubah rata-rata bobot segar eksplan (Tabel 9).
62
Tabel 9. Pengaruh Berbagai Kombinasi Ekstrak Wortel dan Air Kelapa
terhadap Rata-rata Bobot Segar Eksplan
Perlakuan Rata-rata Bobot
Segar (g) A Ekstrak wortel 25 mL L
-1 + Tanpa air kelapa
B Ekstrak wortel 25 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
C Ekstrak wortel 50 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
D Ekstrak wortel 50 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
E Ekstrak wortel 100 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
F Ekstrak wortel 100 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
G Ekstrak wortel 150 mL L-1
+ Tanpa air kelapa
H Ekstrak wortel 150 mL L-1
+ Air kelapa 200 mL L-1
0.07 bc
0.05 ab
0.08 bc
0.10 c
0.07 bc
0.08 bc
0.05 ab
0.03 a
Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada taraf 5%
Amilah dan Astuti (2006), mengemukakan bobot segar merupakan
akumulasi total bobot eksplan baik berupa substansi kimia penyusun maupun
yang diserap oleh eksplan dimana bertambahnya protoplasma akibat penambahan
ukuran dan jumlah sel. Media perlakuan yang memberikan pengaruh yang relatif
lebih baik terhadap rata-rata bobot segar eksplan adalah media D (kombinasi
ekstrak wortel 50 mL L-1
dan air kelapa 200 mL L-1
), namun tidak berbeda dengan
pengaruh yang diberikan oleh media A, C, E, F, dan lebih baik dibandingkan
dengan pengaruh yang diberikan oleh media B, G, dan H (Tabel 9).
Peningkatan bobot segar eksplan pada media kombinasi D sejalan dengan
peningkatan jumlah tunas yang tumbuh, jumlah daun yang tumbuh, dan jumlah
akar, hal ini dimungkinkan karena kandungan gizi yang sesuai dalam ekstrak
wortel dan air kelapa (Lampiran 5) yang dapat meningkatkan aktivitas
metabolisme. Menurut Amilah dan Astuti (2006), metabolisme merupakan reaksi
63
kimia yang memungkinkan adanya kehidupan, dengan adanya proses metabolisme
maka akan terjadi pertumbuhan.
Kandungan auksin yang terdapat dalam ekstrak wortel dan air kelapa juga
dapat mempengaruhi bobot segar eksplan lebih baik, karena kandungan auksin
dan sitokinin pada media D kemungkinan berada pada konsentrasi yang sesuai
untuk meningkatkan aktivitas metabolisme sehingga bobot segar yang dihasilkan
relatif lebih tinggi daripada perlakuan lainnya. Auksin berperan dalam proses
merubah sifat-sifat osmotik dari vakuola dan berpengaruh terhadap pemanjangan
sel tanaman sedangkan sitokinin berpengaruh pada pembelahan sel dan
diferensiasi sel (Matatula, 2003). Dengan demikian, pemanjangan sel ke arah
vertikal yang diikuti dengan pembesaran sel akan meningkatkan bobot basah
tanaman.
Auksin yang terdapat dalam ekstrak wortel dan air kelapa mampu untuk
meningkatkan tekanan osmotik sel dan melunakkan dinding sel yang disertai
dengan kenaikan volume sel (Amilah dan Astuti, 2006). Hal ini didukung oleh
pendapat Puchooa dan Ramburn (2004), pemberian ekstrak wortel dalam kultur
jaringan wortel mampu meningkatkan bobot segar eksplan karena adanya
kandungan auksin IAA dalam ekstrak wortel yang berperan meningkatkan
tekanan osmotik sel, semakin meningkatnya tekanan osmotik sel maka
kemampuan sel untuk menyerap air dan unsur hara akan semakin meningkat dan
peningkatan penyerapan air dan unsur hara dapat mempengaruhi peningkatan
bobot segar ekplan. Hal ini didukung oleh pendapat Matatula (2003),
mengemukakan bahwa air, nutrisi dan zat pengatur tumbuh yang terkandung
dalam ekstrak wortel dan air kelapa masuk ke dalam sel dan dinding sel akan
64
mengembang, dengan makin besarnya sel yang terbentuk akan berpengaruh
terhadap bobot segar eksplan.
Rendahnya bobot segar pada perlakuan media B, G dan H sejalan dengan
rendahnya jumlah tunas yang tumbuh, jumlah daun yang tumbuh, dan jumlah akar
eksplan, namun perlakuan media H menunjukkan hasil yang lebih rendah
dibandingkan media B dan G. Hal ini dimungkinkan karena tingginya konsentrasi
bahan organik dan berada pada kondisi yang kurang sesuai untuk pertumbuhan
eksplan. Tingginya konsentrasi bahan organik menyebabkan media semakin padat
sehingga pertumbuhan menjadi terhambat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Amilah dan Astuti (2006), media yang terlalu padat mengakibatkan pori-pori
media kecil dan aerasi atau pertukaran udara tidak baik yang menyebabkan
penyerapan unsur hara dari media menjadi tidak maksimal. Kandungan nutrisi
yang terlalu tinggi menyebabkan aerasi dalam media menjadi kurang baik
sehingga tidak akan optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan eksplan
dalam kultur in vitro (Pierik, 1987). Mane et al. (2011), menyebutkan bahwa
pori-pori suatu media menentukan aerasi dari media tersebut, aerasi yang tidak
baik menyebabkan tanaman tidak dapat menyerap air dan nutrisi dengan baik.
Penyerapan unsur hara yang tidak maksimal menyebabkan pertumbuhan menjadi
terhambat, dengan terhambatnya pertumbuhan maka tidak menunjukkan pengaruh
peningkatan bobot segar.
Top Related