Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan hal yang paling mendasar dari
sebuah penelitian. Sugiyono (2016, hlm. 60) mengemukakan bahwa
“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Sunanto dkk (2005, hlm. 12) menyatakan bahwa “Variabel merupakan
suatu atribut atau ciri-ciri mengenai sesuatu yang dapat berbentuk benda
atau kejadian yang dapat diamati”. Sehingga dalam penelitian terdapat
variabel yang dapat diamati, dipelajari dan dapat ditarik kesimpulannya
berdasarkan data yang telah diperoleh. Penelitian ini terdapat dua
variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
1. Definisi Konsep a. Variabel bebas
Variabel bebas menurut Sugiyono (2016, hlm. 61)
“Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.
Variabel bebas (X) dari penelitian ini yaitu pembelajaran dengan
sistem magang. Sistem magang memberikan pengaruh atau yang
mempengaruhi variabel terikatnya.
Menurut Anwar (2015, hlm. 77) “Magang diartikan
sebagai proses belajar dimana seseorang memperoleh dan
menguasai suatu keterampilan tanpa dan atau dengan petunjuk
orang yang sudah terampil dalam pekerjaan itu”. Proses belajar
seseorang dilakukan dengan kegiatan belajar sambil bekerja.
Pemagang tidak hanya mendapatkan pengetahuan tentang bidang
pekerjaan, namun secara langsung melakukan pekerjaannya.
Pembelajaran magang ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan pengalaman nyata yang akan berguna ketika
peserta magang akan bekerja.
b. Variabel terikat Variabel terikat menurut Sugiyono (2016, hlm. 61)
“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Variabel terikat
35
Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Y) dari penelitian ini yaitu keterampilan menjahit. Keterampilan
menjahit dipengaruhi atau menjadi akibat dari variabel bebas.
Menjahit adalah pekerjaan menyambung kain, bulu, kulit
binatang, papagan dan bahan-bahan lain yang bisa dilewati jarum
jahit dan benang. Kegiatan menjahit dapat dilakukan dengan
menggunakan jarum tangan atau dengan mesin jahit.
Keterampilan menjahit yang menjadi fokus penelitian ini
yaitu keterampilan menjahit pada proses penyelesaian tepi busana.
Menurut Widyani (2015, hal. 58) bahwa “Penyelesaian tepi busana
digunakan untuk menyelesaikan tepian busana seperti garis leher,
garis lengan atau kelim. Bisa juga untuk memasang ban pinggang,
saku, risleting, maupun kancing”.
2. Definisi Operasional Variabel a. Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini yaitu pembelajaran
dengan sistem magang. Pembelajaran dengan sistem magang yaitu
proses belajar keterampilan dengan bimbingan ahli profesional di
dunia kerja yang sesungguhnya dalam bentuk belajar sambil
bekerja.
Setiap sesi magang, peserta magang diberikan arahan,
bimbingan, pengetahuan dan latihan tentang cara-cara menjahit
sesuai prosedur oleh mentor dari pihak konveksi. Peserta magang
diberikan pembelajaran berupa teori dan praktek langsung di
lapangan pekerjaan. Melalui pembelajaran sistem magang ini pula
diharapkan peserta magang mempunyai pengalaman langsung
sebagai pegawai di konveksi.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan sistem
magang menurut Anwar (2015, hlm. 83) yaitu dimulai dari :
1) Identifikasi Sebelum memulai pembelajaran dengan sistem
magang, peneliti melakukan identifikasi untuk
mengetahui jenis keterampilan yang ada di tempat
magang, kebutuhan belajar peserta magang dan sumber
belajar yang ada. Identifikasi ini dilakukan dengan
pengamatan langsung di lapangan.
36
Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah melakukan identifikasi, jenis
keterampilan yang ada di konveksi dan sesuai dengan
kebutuhan anak yaitu proses menjahit penyelesaian tepi
busana. Hal ini dikarenakan anak sudah mengenal dan
mempelajarinya di sekolah.
2) Penyusunan rencana kegiatan magang Selanjutnya menyusun rencana kegiatan magang
di dalamnya meliputi identitas lembaga magang, identitas
peserta magang, tujuan yang ingin dicapai, indikator
pembelajaran, pokok-pokok bahan belajar, metode,
sumber belajar dan langkah-langkah kegiatan magang.
3) Pelaksanan kegiatan magang Proses pelaksanaan magang dilaksanakan sesuai
dengan rencana program yang telah dibuat. Mentor
memberikan arahan, bimbingan, memantau peserta
magang setiap sesinya. Magang yang dilakukan yaitu 7
kali sesi. Hal ini dikarenakan sistem magang termasuk ke
dalam sesi intervensi. Setiap sesinya diberikan waktu 90
menit intervensi.
4) Pengukuran kemampuan keterampilan pada kegiatan magang
Pengukuran kemampuan dilakukan pada setiap
sesi baseline dan intervensi magang. Setelah peserta
magang diberikan pembelajaran oleh mentor, peserta
magang melakukan tes kinerja berdasarkan perintah pada
lembar soal dan peneliti mencatat skor kemampuan
peserta magang.
5) Tindak lanjut magang Tindak lanjut dari kegiatan magang ini dapat
berupa peningkatan atau penerapan. Peningkatan yaitu
peserta magang meningkatkan keterampilannya,
misalkan : peserta magang ketika magang diajarkan
menjahit penyelesaian tepi busana kemudian tindak
lanjutnya diajarkan menjahit obras. Penerapan yaitu
menerapkan keterampilan yang sudah diperolehnya,
misalkan : peserta magang bekerja di tempat magang
tersebut.
37
Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Variabel terikat Variabel terikat dari penelitian ini yaitu keterampilan
menjahit. Keterampilan menjahit yang menjadi fokus penelitian
ini yaitu keterampilan menjahit pada proses penyelesaian tepi
busana. Menurut Widyani (2015, hal. 58) bahwa “Penyelesaian
tepi busana digunakan untuk menyelesaikan tepian busana
seperti garis leher, garis lengan atau kelim. Bisa juga untuk
memasang ban pinggang, saku, risleting, maupun kancing”.
Berdasarkan beberapa macam penyelesaian tepi
busana, peneliti lebih memfokuskan lagi pada menjahit kancing,
menjahit lubang kancing dan menjahit kelim. Hal ini
berdasarkan dari kemampuan dan kebutuhan subjek. Ketiga
aspek tersebut sudah diajarkan di sekolah namun belum ada
tindak lanjutnya dari phak sekolah.
Menjahit kancing dan lubang kancing ini termasuk
penyelesaian tepi busana, karena sebagai hiasan pelengkap
busana. Menjahit kelim juga termasuk penyelesaian tepi busana
karena merupakan proses finishing jahitan yang digunakan untuk
merapikan kain di bagian bawah.
Indikator yang diperlukan dalam keterampilan menjahit
penyelesaian tepi busana yaitu :
1) Menunjukkan alat dan bahan untuk menjahit kancing, menjahit lubang kancing, dan menjahit kelim.
2) Mempersiapkan alat dan bahan untuk menjahit kancing, menjahit lubang kancing dan menjahit kelim
3) Mempraktekkan cara menjahit kancing, lubang kancing, dan menjahit kelim sesuai prosedur.
B. Metode Penelitian Metode penelitian menurut Arikunto (2013, hlm. 203) “Cara
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode
penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat. Sukmadinata (2015, hlm. 194)
menjelaskan bahwa “Penelitian eksperimental merupakan pendekatan
penelitian kuantitatif yang paling penuh, dalam arti memenuhi semua
38
Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
persyaratan untuk menguji sebab-akibat”. Selain itu, Sugiyono (2016,
hlm. 107) mengungkapkan bahwa “Penelitian eksperimen dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Single
Subject Research (SSR) atau penelitian subjek tunggal. Penelitian subjek
tunggal ini dilakukan secara berulang-ulang pada individu yang sama
dalam kondisi yang berbeda yaitu kondisi tanpa diberi perlakuan dan
kondisi dengan diberikan perlakuan kemudian diukur akibatnya pada
kedua kondisi tersebut. Hal ini sejalan dengan pernyataan Sunanto dkk
(2005, hlm. 56) bahwa:
Pengukuran variabel terikat atau perilaku sasaran dilakukan
berulang-ulang dengan periode waktu tertentu misalnya
perminggu, perhari, perjam. Perbandingan tidak dilakukan antar
individu maupun kelompok tetapi perbandingan dilakukan pada
subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda. Yang dimaksud
kondisi berbeda disini yaitu kondisi baseline dan kondisi
intervensi.
Kondisi baseline yaitu pengukuran variabel terikat yang
dilakukan pada subjek tanpa diberikannya intervensi atau perlakuan.
Sedangkan kondisi intervensi yaitu kondisi subjek ketika diberikannya
intervensi atau perlakuan dan diukur dibawah kondisi tersebut.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian A-B-A dengan tiga
kondisi berbeda yaitu kondisi baseline-1 (A1), intervensi (B), kondisi
baseline-2 (A2). Menurut Sunanto dkk (2005, hlm. 61) desain A-B-A
yaitu :
Merupakan pengembangan dari desain A-B dengan pengukuran
kondisi baseline diulang dua kali. Prosedur dasarnya adalah
pengukuran pada kondisi baseline (A1) kemudian pada kondisi
intervensi (B) dan pengukuran kembali pada kondisi baseline
kedua (A2).
Pengukuran kembali pada kondisi baseline kedua (A2)
dimaksudkan sebagai kontrol untuk kondisi intervensi sehingga
keyakinan menarik kesimpulan adanya pengaruh yang ditimbulkan dari
variabel bebas lebih kuat.
39
Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini bertujuan memperoleh data mengenai pengaruh
sistem magang terhadap peningkatan keterampilan menjahit pada anak
dengan hambatan kecerdasan ringan menggunakan metode penelitian
eksperimen Single Subject Research (SSR) dengan desain penelitian A-
B-A. Sunanto dkk (2005, hlm. 62) pada saat melakukan penelitian Single
Subject Research dengan desain A-B-A, menegaskan beberapa hal yang
perlu diperhatikan yaitu:
1) Mendefinisikan perilaku sasaran (target behavior) dalam perilaku yang dapat diamati dan diukur secara akurat.
2) Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline (A1) secara kontinu sekurang-kurangnya 3 atau 5 atau sampai
kecenderungan arah dan level data menjadi stabil.
3) Memberikan intervensi setelah kecenderungan data pada kondisi baseline stabil.
4) Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi intervensi (B) dengan periode waktu tertentu sampai data menjadi stabil.
5) Setelah kecenderungan arah dan level data pada kondisi intervensi (B) stabil mengulang kondisi baseline (A2).
Adapun grafik desain A – B – A yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu :
Grafik 3.1
Desain A1-B-A2
Penjelasan grafik desain A-B-A yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu:
0
20
40
60
80
100
Ket
eram
pil
an M
enja
hit
Sesi
Baseline (A2)
1 2 3
Baseline (A1) Intervensi (B)
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3
40
Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Baseline-1 (A1) adalah kondisi awal pada subjek sebelum diberikan perlakuan atau intervensi. Kondisi baseline-1 (A1)
dilakukan sebanyak 3 sesi. Pengukuran yang dilakukan pada
kondisi baseline-1 (A1) ini yaitu mengukur kemampuan subjek
pada keterampilan menjahit kancing, menjahit lubang kancing dan
menjahit kelim. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
mengumpulkan data yaitu:
a. Subjek mempraktekkan cara menjahit kancing, menjahit lubang kancing dan menjahit kelim tanpa intervensi.
b. Peneliti mengukur kemampuan subjek dengan menggunakan instrumen tes (tes kinerja keterampilan menjahit) sampai
kecenderungan data menjadi stabil.
2. Intervensi (B) adalah kondisi subjek ketika diberikan perlakuan atau intervensi magang. Kondisi intervensi (B) dilakukan
sebanyak 7 sesi. Intervensi diberikan pada subjek secara berulang-
ulang pada jangka waktu periode tertentu. Intervensi yang
diberikan pada penelitian ini yaitu pembelajaran dengan sistem
magang di konveksi. Intervensi dilakukan selama 90 menit.
Pengambilan data dilakukan selama 25 menit.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengumpulkan data yaitu
:
a. Subjek diberikan arahan, bimbingan, latihan tentang cara menjahit kancing, menjahit lubang kancing dan menjahit
kelim oleh mentor dari konveksi.
b. Subjek melakukan kegiatan magang di konveksi secara berulang-ulang hingga menjadi sebuah kebiasaan, sehingga
dapat meningkatkan keterampilan menjahit pada subjek.
c. Peneliti mengukur kemampuan subjek pada setiap pertemuan magang yang dilakukan. Pengukuran dilakukan dengan
memberikan tes kinerja keterampilan menjahit. Pengambilan
data dilakukan secara langsung setelah diberikannya
intervensi magang.
3. Baseline-2 (A2) adalah pengulangan pada baseline-1 (A1). Kondisi pada subjek selang beberapa hari setelah diberikan
perlakuan atau intervensi. Kondisi baseline-2 (A2) dilakukan
sebanyak 3 sesi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
mengumpulkan data yaitu :
41
Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Subjek mempraktekkan cara menjahit kancing, menjahit lubang kancing dan menjahit kelim tanpa intervensi.
b. Peneliti mengukur kemampuan subjek dengan menggunakan instrumen tes (tes kinerja keterampilan menjahit).
Pengambilan data dilakukan selama 45 menit.
C. Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini yaitu salah satu anak dengan
hambatan kecerdasan ringan di SLB Angkasa Lanud Sulaiman
Kabupaten Bandung. Adapun identitas sebagai berikut :
Nama : MF
Umur : 18 tahun
Alamat : Rancamanyar Regency
Jenis kelamin : Laki-laki
Sekolah : SLB Angkasa Lanud Sulaiman
Kelas : Kelas keterampilan
2. Lokasi Penelitian Penelitian yang dilakukan yaitu pembelajaran dengan sistem
magang. Magang ini dilaksanakan di salah satu konveksi yang
dekat dengan sekolah. Adapun lokasi penelitian yaitu sebagai
berikut :
Nama konveksi : Cahaya Mahkota
Alamat konveksi : Jl. Indahco II No. 21
D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian menurut Arikunto (2013, hlm. 203) “Alat
atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih
cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”. Peneliti
mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen tes. Arikunto
(2013, hlm. 193) menyatakan bahwa “Tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok”.
42
Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes kinerja
keterampilan menjahit. Instrumen dalam penelitian ini bertujuan
mengumpulkan data tentang pengaruh sistem magang terhadap
peningkatan keterampilan menjahit anak dengan hambatan kecerdasan
ringan. Sukmadinata (2015, hlm. 223) menyebutkan karakteristik
intrumen tes yaitu :
1) Bersifat mengukur. 2) Ada hasil pengukuran berbentuk data angka ordinal, interval atau
rasio.
3) Perlu standarisasi instrumen (pengujian validitas empiris, reliabilitas, analisis butir soal).
4) Digunakan dalam penelitian kuantitatif, eksperimental, korelasional, komperatif dan sejenisnya.
Adapun langkah-langkah penyusunan instrumen yang dilakukan
oleh peneliti sebagai berikut :
1. Membuat Kisi – Kisi Instrumen Keterampilan Menjahit Penyusunan kisi-kisi instrumen menurut Arikunto (2013,
hlm. 205) “Kisi-kisi penyusunan instrumen menunjukkan kaitan
antara variabel yang diteliti dengan sumber data dari mana data
akan diambil, metode yang digunakan dan instrumen yang
disusun”. Kisi-kisi instrumen dibuat sebelum membuat butir
instrumen dan dibuat berdasarkan aspek-aspek dalam
keterampilan menjahit. Kisi-kisi instrumen merupakaan indikator
yang akan ditetapkan pada butir-butir instrumen. Kisi-kisi tersebut
diuraikan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Menjahit
Variabel Sub
Variabel Indikator
Butir
Instrumen
43
Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterampilan
Menjahit
Keterampilan
menjahit
kancing
1) Menunjukkan jenis dan bagian-bagian mesin
jahit kancing
19
2) Menunjukkan bahan yang digunakan untuk
menjahit kancing
3) Menyiapkan mesin jahit kancing
4) Menjahit kancing dengan mesin jahit kancing
sesuai prosedur
Keterampilan
menjahit
lubang
kancing
1) Menunjukkan jenis dan bagian-bagian mesin
lubang kancing
22
2) Menunjukkan bahan yang digunakan untuk
menjahit lubang kancing
3) Menyiapkan mesin jahit lubang kancing
4) Menjahit lubang kancing dengan mesin lubang
kancing sesuai prosedur
Keterampilan
menjahit
kelim
1) Menunjukkan jenis dan bagian-bagian mesin
jahit kelim
25
2) Menunjukkan bahan yang digunakan untuk
menjahit kelim
3) Menyiapkan mesin jahit kelim
4) Menjahit kelim dengan mesin jahit sesuai
prosedur
44
Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Menentukan Kriteria Pengukuran Kemampuan Kriteria pengukuran kemampuan bertujuan menetapkan
skor atau nilai hasil tes yang dilakukan. Pengukuran yang dilakukan
oleh peneliti yaitu pada kondisi baseline-1 (A1), intervensi (B) dan
baseline-2 (A2). Kriteria yang digunakan peneliti yaitu :
Tabel 3.2
Kriteria Pengukuran Kemampuan Keterampilan Menjahit
Skor Kriteria Keterangan
2 Mampu secara
Mandiri
Mampu melakukan kegiatan secara mandiri
sesuai prosedur atau perintah pada lembar soal
1 Belum Mampu
Belum mampu melakukan kegiatan sesuai
prosedur atau perintah pada lembar soal,
sehingga perlu dibantu dengan bantuan verbal
dan/ fisik
Menghitung hasil pengukuran akhir dengan menggunakan
persentase. Persentase digunakan untuk mengukur sejauh mana
keterampilan yang sudah dikuasi oleh subjek penelitian.
Sunanto dkk (2005, hlm. 16) mengemukakan bahwa
“Persentase menunjukkan jumlah terjadinya suatu perilaku atau
peristiwa dibandingkan dengan keseluruhan kemungkinan
terjadinya peristiwa tersebut dikalikan dengan 100%”. Rumus yang
digunakan :
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛× 100%
3. Uji Validitas Instrumen Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian,
kemudian dilakukan uji validitas. Arikunto (2013, hlm. 211)
menyatakan bahwa :
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen.
Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya, instumen yang kurang valid
berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat.
45
Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji validitas dalam penelitian ini yaitu validitas isi berupa
expert judgement. Uji validitas dilakukan oleh dua ahli yang
bergerak di bidang Pendidikan Khusus dan satu ahli yang bergerak
di bidang keterampilan menjahit yaitu satu orang dosen
Pendidikan Khusus, satu orang guru di SLB Angkasa Lanud
Sulaiman, satu orang pemilik konveksi Cahaya Mahkota.
Penilai menguji kelayakan instrumen yang akan
digunakan dalam penelitian. Penilai melihat kecocokan indikator
yang ada dengan butir instrumen yang dibuat. Jika cocok maka
diberi nilai 1, sebaliknya jika tidak cocok diberi nilai 0.
Kemudian jika sudah dinilai setiap butir instrumen, maka
dihitung tingkat validitas dengan rumus menurut Susetyo (2015,
hlm. 116) : 𝑓
∑ 𝑓× 100%
Keterangan rumus uji validitas :
f : frekuensi cocok menurut penilai
∑ f : jumlah penilai
Kriteria uji validitas :
1. Valid : 51 % - 100 %
2. Tidak valid : 0 – 50 %
Kriteria uji validitas tersebut mengacu pada pernyataan
Susetyo (2015, hlm. 16) bahwa “Butir tes dinyatakan valid jika
kecocokannya dengan indikator mencapai lebih besar dari 50%”.
Ahli yang melakukan expert judgement diantaranya satu
orang dosen Pendidikan Khusus, satu orang guru SLB Angkasa
Lanud Sulaiman dan satu orang pemilik konveksi Cahaya
Mahkota. Adapun hasil dari expert judgement sebagai berikut :
Tabel 3.3
Para Ahli yang Melakukan Expert Judgement
No Nama Jabatan
1 Een Ratnengsih, M.Pd Dosen Pendidikan Khusus
2 Dra. Enuj Nurul Hasanah Guru SLB Angkasa Lanud Sulaiman
3 Nur Sholikhah Pemilik Konveksi Cahaya Mahkota
46
Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.4
Hasil Perhitungan Uji Validitas
Butir
Instrumen
Daftar Penilai Persentase Keterangan
1 2 3
1. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
2. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
3. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
4. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
5. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
6. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
7. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
8. 1 0 1 2
3× 100% = 67 % Valid
9. 1 0 1 2
3× 100% = 67 % Valid
10. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
11. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
12. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
13. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
14. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
15. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
16. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
47
Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
17. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
18. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
19. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
20. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
21. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
22. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
23. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
24. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
25. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
26. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
27. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
28. 1 0 1 2
3× 100% = 67 % Valid
29. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
30. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
31. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
32. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
33. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
34. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
48
Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
36. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
37. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
38. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
39. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
40. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
41. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
42. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
43. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
44. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
45. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
46. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
47. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
48. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
49. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
50. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
51. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
52. 1 0 1 2
3× 100% = 67 % Valid
49
Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
53. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
54. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
55. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
56. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
57. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
58. 1 1 0 2
3× 100% = 67 % Valid
59. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
60. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
61. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
62. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
63. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
64. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
65. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
66. 1 1 1 3
3× 100% = 100 % Valid
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas pada tabel 3.4, semua
butir soal dinyatakan valid atau layak digunakan. Hal ini dikarenakan
persentase pada setiap butir lebih dari 50%. Sehingga instrumen tes
keterampilan menjahit pada anak dengan hambatan kecerdasan ringan
dapat digunakan dalam penelitian ini.
50
Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data atau informasi. Pengumpulan data ini
mempengaruhi kualitas hasil penelitian. Data yang diperlukan dalam
penelitian ini yaitu data yang menunjukkan pengaruh sistem magang
terhadap peningkatan keterampilan menjahit.
Adapun pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara
memberikan tes pada subjek. Tes yang diberikan yaitu tes kinerja
keterampilan menjahit. Tes kinerja dilakukan pada kondisi baseline-1
(A1), intervensi (B), dan baseline-2 (A2). Tes ini untuk mengukur
kemampuan subjek dalam keterampilan menjahit. Peneliti menggunakan
pembelajaran dengan sistem magang pada kondisi intervensi (B). Namun
pada kondisi baseline-1 (A1) dan baseline-2 (A2) tidak diberikan
intervensi magang.
F. Teknik Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan setelah seluruh data terkumpul dan
dianalisis dengan perhitungan yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Sebelum menarik kesimpulan, dilakukan analisis data. Peneliti
memperoleh data dari kondisi baseline pertama (A1), intervensi (B),
baseline kedua (A2), kemudian data tersebut diolah dan dianalisis untuk
diketahui pengaruh pembelajaran sistem magang di konveksi yang
diberikan terhadap peningkatan keterampilan menjahit pada anak dengan
hambatan kecerdasan ringan.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan statistik deskriptif. Menurut Susetyo (2014, hlm. 4) :
Statistik deskriptif adalah bagian dari statistika yang membahas
cara pengumpulan dan penyajian data, sehingga mudah untuk
dipahami dan memberikan informasi yang berguna. Statistika
deskriptif hanya mereduksi, menguraikan atau memberikan
keterangan suatu data, fenomena atau keadaan ke dalam
beberapa besaran untuk disajikan secara bermakna dan mudah
dimengerti.
Statistik deskriptif ini digunakan agar peneliti memperoleh
gambaran hasil dari intervensi dan seberapa besar pengaruh yang
51
Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ditimbulkan dari intervensi dalam peningkatan kemampuan keterampilan
menjahit dengan menggunakan sistem magang.
Teknik penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
mempresentasikan data ke dalam grafik, khususnya grafik garis.
Pembuatan grafik memiliki beberapa tujuan menurut Sunanto dkk (2005,
hlm. 36) :
(1) Untuk membantu mengorganisasikan data sepanjang proses
pengumpulan data yang nantinya akan mempermudah untuk
mengevaluasi. (2) Untuk memberikan rangkuman data
kuantitatif serta mendeskripsikan perilaku sasaran (target
behavior) yang akan membantu dalam proses menganalisis
hubungan antara perilaku sasaran dan intervensi
Penyajian data dengan menggunakan grafik akan mempermudah
peneliti dalam mengkomunikasikan kepada pembaca mengenai kejelasan
urutan yang dilakukan peneliti, waktu yang diperlukan dalam setiap
kondisi dan menunjukkan pengaruh variabel bebas terhadap varibel
terikat secara lebih kuat. Selain itu memberikan gambaran tentang kondisi
pada baseline-1 (A1) sebelum diberikan intervensi, kondisi pada saat
intervensi (B), baseline-2 setelah diberikan intervensi secara lebih jelas
dan beruntun.
Menganalisis data dibedakan menjadi dua kategori yaitu analisis
dalam kondisi dan analisis antar kondisi, Sunanto dkk (2006, hlm. 121)
mengemukakan bahwa :
Untuk analisis dalam kondisi, komponen-komponen yang
dianalisis meliputi, (1) panjang kondisi, (2) estimasi
kecenderungan arah, (3) kecenderungan stabilitas, (4) jejak data,
(5) level stabilitas dan rentang, serta (6) level perubahan.
Sementara untuk analisis antar kondisi komponen-komponen
yang perlu dianalisis meliputi (1) jumlah variabel yang diubah,
(2) perubahan kecenderungan arah dan efeknya, (3) perubahan
stabilitas, (4) perubahan level, dan (5) presentase data yang
overlap.
Adapun penjelasan dari komponen-komponen analisis dalam
kondisi dan analisis antar kondisi tersebut sebagai berikut :
1. Analisis dalam kondisi
52
Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Panjang kondisi Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi
tersebut. Banyaknya data dalam kondisi berarti banyak pula
sesi yang dilakukan pada kondisi.
b. Kecenderungan arah Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang
melintasi semua data dalam suatu kondisi dimana
banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis
tersebut sama banyak.
c. Kecenderungan stabilitas Kecenderungan stabilitas menunjukkan tingkat
homogenitas data dalam suatu kondisi. Adapun tingkat
kestabilan data ini dapat ditentukan dengan menghitung
banyaknya data yang berada di dalam rentang, kemudian
dibagi banyaknya data poin, dikali 100%. Secara umum
jika 80%-90% data masih berada pada 15% di atas dan di
bawah mean, maka data dikatakan stabil.
d. Jejak data Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain
dalam suatu kondisi. Perubahan satu data ke data
berikutnya dapat terjadi beberapa kemungkinan yaitu
menaik, mendatar atau menurun.
e. Rentang Rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi
merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir.
Rentang ini memberikan informasi sebagaimana yang
diberikan pada analisis tentang tingkat perubahan (level
change).
f. Tingkat perubahan (level change) Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan
antara dua data. Tingkat perubahan data dalam suatu
kondisi merupakan selisih antara data pertama dengan data
terakhir.
53
Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Analisis antar kondisi a. Varibel yang diubah
Variabel terikat difokuskan pada satu kemampuan yaitu
keterampilan menjahit pada anak dengan hambatan
kecerdasan ringan.
b. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya Perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi
baseline dan intervensi menunjukkan makna perubahan
target behavior yang disebabkan oleh intervensi.
c. Perubahan stabilitas dan efeknya Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan
dari sederetan data. Data dikatakan stabil apabila data
tersebut menunjukkan arah (mendatar, menarik atau
menurun) secara konsisten.
d. Perubahan level data Perubahan data antar kondisi ditunjukkan dengan selisih
antara data terakhir pada kondisi baseline dan data pertama
pada kondisi intervensi. Nilai selisih ini menggambarkan
seberapa besar terjadi perubahan perilaku akibat pengaruh
dari intervensi.
e. Data yang tumpang tindih (overlap) Data yang tumpang tindih antara dua kondisi adalah
terjadinya data yang sama pada kedua kondisi tersebut.
Data yang tumpang tindih menunjukkan tidak adanya
perubahan pada kedua kondisi dan semakin banyak data
yang tumpang tindih semakin menguatkan dugaan tidak
adanya perubahan pada kedua kondisi.
Top Related