5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Serra Kayaçetin & Servet Güreşçi (2014), menyebutkan gastritis
adalah peradangan menular atau auto-imunologis mation. Gastropati
dapat digambarkan sebagai patologi yang menampilkan cedera epitel dan
regenerasi, dan memang begitu sekunder untuk iritasi endogen atau
eksogen. Dalam praktiknya, "gastritis" dapat disertai dengan mukosa
cedera, sementara "gastropati" dapat menunjukkan, bahkan jika minimal,
suatu reaksi inflamasi.
Nel (2012), menyebutkan gastropati mengacu pada pola cedera
mikroskopis non spesifik pada mukosa lambung, dengan infiltrasi sel
inflamasi yang minimal atau tidak sama sekali. Feldman dkk (2017),
mengatakan bahwa kerusakan dan regenerasi sel epitel dengan sedikit
atau tanpa peradangan terkait dengan tepat disebut sebagai "gastropati."
2. Etiologi
Menurut Feldman (2017), gastropati umumnya sekunder akibat
iritan endogen atau eksogen, seperti refluks empedu, alkohol, atau aspirin
dan obat antiinflamasi nonsteroid. Namun, gastropati juga bisa sekunder
akibat iskemia, stres fisik, atau trombosis.
6
Black & Hawks (2014), mengatakan bahwa kebiasaan merokok
juga meningkatkan persentasi ulkus gastroduodenal pada pemakai
OAINS (obat anti inflamasi non steroid). Dibandingkan dengan tidak
perokok, kejadian pada pria 2,1 kali dan 1,6 kali pada wanita. Lamanya
merokok, banyak rokok yang dikomsumsi serta inhalasi asap rokok juga
berhubungan dengan meningkatnya kejadian gastropati akibat OAINS.
Sampai saat ini masih diperkirakan beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya gastropati pada pemakai OAINS. Faktor
tersebut adalah usia lanjut ( > 65 tahun ), riwayat ulkus peptikum,
perdarahan lambung, penggunaan steroid bersama oains, jenis kelamin
wanita, besar dosis OAINS yang digunakan, lama penggunaan OAINS,
kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol.
Menurut Wehbi (2009), secara patofisiologi, ada beberapa faktor
yang menyebabkan kerusakan mukosa lambung, meliputi: kerusakan
mukosal barrier yang menyebabkan difusi balik ion H+ meningkat,
perfusi mukosa lambung yang terganggu, dan jumlah asam lambung
yang tinggi
3. Patofisiologi
Wehbi (2009), menyebutkan gastropati dapat terjadi karena
pajanan beberapa faktor dan agen. Akibat pengaruh gravitasi, agen ini
akan berada pada bagian terbesar kurvatura lambung dan memberikan
manifestasi terjadinya gastropati pada bagian distal atau yang terdekat
dengan area akumulasi agen. Mekanisme utama dari injuri adalah
penurunan sintesis prostaglandin yang bertanggung jawab memproteksi
7
mukosa dari pengaruh asam lambung. Pengaruh pada kondisi lama akan
menyebabkan terjadinya fibrosis dan striktur pada bagian distal .
Black & Hawks (2014), menyebutkan gastropati dapat terjadi
karena patogen termasuk Helicobacter pylory, Eschericia coli, Proteus
sp., Haemophilus sp., Streptococcus sp., stafilokokus. Infeksi lambung
jarang terjadi tetapi dapat mengancam kehidupan. Lapisan mukosa
lambung normalnya melindunginya dari asam lambung, sementara asam
lambung melindungi lambung dari infeksi. Jika asam lambung tersebut
ditembus dengan inflamasi dan nekrosis, maka terjadilah infeksi,
sehingga terdapat luka pada mukosa. Ketika asam lambung mengenai
mukosa lambung maka terjadi luka pada pembuluh kecil yang diikuti
dengan edema, perdarahan, dan mungkin juga terbentuk ulkus.
Kerusakan yang berhubungan dengan gastropati biasanya terbatas jika
diobati dengan tepat. Skema proses terjadinya gastropati serta masalah
keperawatan yang timbul digambarkan dalam bagan patofisiologi 2.1 .
4. Tanda dan Gejala
Black & Hawks (2014) menyebutkan manifestasi disfungsi saluran
gastrointestinal disebabkan oleh sekresi lambung yang berlebihan yang
dapat mengikis mukosa lambung, meningkatkan motilitas dan
mengakibatkan retensi isi lambung. Manifestasi yang paling menonjol
adalah nyeri, anoreksia, mual dan muntah, perdarahan, diare, sendawa
dan perut kembung.
8
Bagan 2.1 Patofisiologi gastropati
Rao (2016), menyebutkan manifestasi klinis gastropati bervariasi
dari tanpa gejala, gejala ringan dengan manifestasi tersering dispepsia,
heartburn, abdominal discomfort, dan nausea hingga gejala berat seperti
tukak peptik, perdarahan dan perforasi. Keluhan lain yang biasa
dirasakan pasien adalah mengalami gangguan pada saluran pencernaan
atas, berupa nafsu makan menurun, perut kembung dan perasaan penuh
di perut, mual, muntah dan bersendawa. Jika telah terjadi pendarahan
aktif dapat bermanifestasi hematemesis dan melena.
Diagnosis gastropati NSAID dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis
dapat ditemukan gejala gastrointestinal seperti dispepsia, heartburn,
9
abdominal discomfort, dan nausea nafsu makan menurun, perut kembung
dan perasaan penuh di perut, mual, muntah dan bersendawa. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pada daerah epigastrium
dan dapat ditemukan distensi abdomen pada gejala yang berat.
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Osborn (2018), ada beberapa tes yang dapat dilakukan
untuk mengetahui penyebab yang mendasari gastropati
a. Endoskopi, untuk memeriksa bagian atas sistem pencernaan.
b. Tes Helicobacter pylory dengan menggunakan pemeriksaan dari
sampel tinja.
c. Seri saluran cerna bagian atas, ini melibatkan mengambil sinar-X
setelah meminum zat yang disebut barium, yang digunakan melihat
saluran pencernaan bagian atas.
d. Ultrasonografi endoskopi, guna memberikan gambar yang lebih
jelas dari lapisan perut.
B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
Menurut Abraham maslow dalam (Mubarak & Chayatin 2007)
kebutuhan dasar manusia digambarkan dalam piramida hierarki kebutuhan
dasar maslow pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Piramida Kebutuhan Dasar Manusia
Sumber gambar: Mubarak & Chayatin 2007
10
Kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas
tertinggi dalam hierarki maslow. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang
mutlak harus dipenuhi manusia unutk bertahan hidup. Saat seseorang dalam
kondisi sakit, ia tidak akan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga
membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Dalam studi kasus ini penulis membahas tentang kebutuhan cairan dan
elektrolit yang ditandai dengan pengeluaran cairan aktif terus menerus.
Manusia membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan
proporsi yang tepat untuk mempertahankan kesehatan dan kehidupannya. Air
tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu:
1. Cairan intraseluler (CIS)
CIS adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan menyusun sekitar
70% dari total cairan tubuh. CIS meruakan media tempat terjadinya
aktivitas kimia sel. Pada individu dewasa CIS menyusun sekitar 40%
berat tubuh atau sekitar 2/3 dari total cairan tubuh.
2. Cairan ekstraseluler (CES)
CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan menyusun sekitar
30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravaskuler, cairan
intertisial, dan cairan transeluler. Cairan intertisial terdapat di dalam
ruang antar-sel, plasma darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan
rongga serosa dan sendi. Guna mempertahankan keseimbangan kimia
dan elektrolit tubuh serta mempertahankan pH yang akan normal, tubuh
11
melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES.
Elektrolit yang berperan adalah anion dan kation.
Sirkulasi cairan dan elektrolit terjadi dalam tiga tahap. Pertama, plasma
darah bergerak di seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Kedua, cairan
intertisial dan komponennya bergerak di antara kapiler darah dan sel.
Terakhir, cairan dan substansi bergerak dari cairan intertisial ke dalam sel.
Sedangkan meaknisme pergerakan cairan didalam tubuh berlangsung dalalm
tiga proses yaitu:
1. Difusi, yaitu perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju
area berkonsentrasi rendah dengan melintasi membran semipermiabel.
2. Osmosis, yaitu perpindahan cairan melintasi membran semipermiabel
dari area berkonsentrasi rendah menuju area berkonsentrasi tinggi.
3. Tanspor aktif, yaitu perpindahan partikel dari konsentrasi satu ke
konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya.
Pengaturan keseimbangan cairan
Pengaturan keseimbangan cairan terjadi melalui beberapa mekanisme antara
lain:
1. Rasa haus, muncul apabila osmolalitas plasma mencapai 259
mOsm/kg.
2. Hormon ADH, hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus
pengumpul sehingga dapat menahan air dan mempertahannkan
volume ciran ekstrasel. ADH juga dapat meningkatkan tekanan
darah.
12
3. Hormon aldosteron, berfungsi meningkatkan absorpsi natrium.
4. Prostaglandin, berperan mengatur sirkulasi ginjal untuk mengasorpsi
natrium pada ginjal
Faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara
lain usia, suhu lingkkungan, kondisi stress, keadaan sakit, diet. Menurut
Buanasita dkk (2015), konsumsi air yang cukup pada orang dewasa adalah
sebanyak 2 liter dalam 24 jam. Bagi orang dewasa, pengeluaran urin 2 liter
sehari dapat melarutkan berbagai sisa metabolisme melalui urin dan
pembuangannya dengan lancar. Asupan cairan dibutuhkan guna
mengoptimalkan fungsi berbagai organ tubuh terutama jantung, pembuluh
darah, otak, dan saraf.
C. Proses Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Suarni & Apriyani (2017), menyebutkan pengkajian merupakan
tahap awal proses keperawatan yang merupakan proses pengumpulan
data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan klien. Pengumpulan data didapat dengan berbagai cara
(wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dll).
Dalam pengkajian ada data dasar dan data fokus. Data dasar adalah data
tentang status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola
kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau
profesi lainnya. Data fokus adalah data tentang perubahan atau respon
klien terhadap masalah kesehatan yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan dasar manusia.
13
Menurut Muttaqin & Sari (2011) pengkajian keperawatan pada
sistem gastrointestinal yang perlu dikaji untuk menegakkan masalah yang
akurat sebagai berikut:
a. Keluhan Utama
Menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan pasien
sampai perlu pertolongan. Keluhan utama pada pasien gangguan
sistem pencernaan antara lain nyeri (pengkajian nyeri harus
dilakukan dengan pendekatan PQRST sehingga pengkajian lebih
komprehensif), mual dan muntah, kembung dan sendawa,
ketidaknyamanan abdomen, diare, konstipasi.
b. Riwayat Kesehatan
Dilakukan untuk menggali masalah keperawatan lainnya sesuai
keluhan utama pasien.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian ini dilakukan dengan meminta pasien menjelaskan
keluhan-keluhannya dari gejala awal sampai sekarang
d. Riwayat Kesehatan Dulu
Pengkajian masa lalu digunakan untuk menggali berbagai kondisi
yang memberikan dampak tehadap kondisi saat ini. Perawat
menanyakan riwayat masuk rumah sakit dan penyakit yang pernah
diderita, penggunaan obat-obatan, dan adanya alergi. Riwayat nutrisi
dan riwayat pola hidup juga penting dikaji detail pada pasien.
14
e. Pemeriksaan Fisik
1) Survei umum: Pemeriksaan fisik keperawatan dari survei umum
meliputi pengamatan ikterus, kaheksia dan atrofi, pigmentasi
kulit, pengkajian tangan, status mental dan kesadaran, bibir,
rongga mulut, lidah dan dasar mulut, serta kelenjar parotis.
2) Pemeriksaan Fisik Abdomen
Inspeksi: melihan kondisi dan warna kulit, kesimetrisan
abdomen
Auskultasi: motilitas usus, bising vena, bruit.
Perkusi: timpani dan pekak
Palpasi: mendeteksi area nyeri tekan, adanya massa abnormal.
3) Pemeriksaan Rectal-Anus
Inspeksi: fisura-in-ano / keretakan dinding anus, hemoroid,
prolaps rekti, fistel-in-ano, karsinoma anus.
Colok anus (colok dubur): palpasi dinding anterior dari rektum,
saat jari ditarik keluar inspeksi adanya darah segar atau melena,
mucus atau pus, warna feses.
4) Pengkajian organ aksesori: palpasi-perkusi hati dan pemeriksaan
asites
f. Pengkajian Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium: tes fungsi hati, pengukuran enzim-
enzim hati, pemeriksaan feses, warna feses, konsistensi dan
penamilan feses.
15
2) Pemeriksaan radiografik: film polos abdomen, pola gas usus,
kelalainan tulang, film absomen dengan barium
3) Pemindaian dengan computed tomography (CT)
4) Pemeriksaan endoskopik: endoskopik gastrointestinal atas,
endoskopik gastrointestinal bawah.
5) Pemeriksaan USG
2. Penegakan Diagnosa Keperawatan
Herdinan & Kamitsuru (2015:25), diagnosis keperawatan adalah
penilaian klinis tentang respons manusia terhadap gangguan
kesehatan/proses kehidupan atau kerentanan respons dari seorang
individu, keluarga, kelompok atau komunitas. Diagnosa keperawatan
yang dapat muncul meliputi:
a. Risiko hipovolemia ditandai dengan Kehilangan cairan aktif
(muntah)
Menurut PPNI (2016:85), risiko hipovolemi adalah berisiko
mengalami penurunan volume cairan intravaskuler, intertisial
dan/arau intraseluler. Dengan faktor risiko kehilangan cairan secara
aktif, gangguan absorbs cairan, usia lanjut, kelebihan berat badan,
status hipermetabolik, kegagalan mekanisme regulasi, evaporasi,
kekurangan intake cairan, efek agen farmakologis.
b. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi lambung
Menurut PPNI (2016:172), nyeri akut adalah pengalaman sensorik
atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual
atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
16
berintensitas ringan honga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan. Adapun batasan karakteristik dari nyeri akut antara lain
gejala dan tanda mayor subjektif: mengeluh nyeri, objektif tampak
meringis, bersikap protektif (misal waspada,posisi menghindari
nyeri), gelisah, frekuaensi nadi meningkat, sulit tidur, sedangkan
gejala dan tanda minor objektif: tekanan darah meningkat, pola
nafas meningkat, nafsu makan berubah, proses berfikir terganggu,
menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis.
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan
Menurut PPNI (2016:56), defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Batasan
karakteristik antara lain gejala dan tanda mayor objektif berat
badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal. Tanda dan
gejala minor subjektif: cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri
abdomen, nafsu makan menurun sedangkan gejala dan tanda minor
objektif: bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot
menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin
turun, rambut rontok berlebihan, diare.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
Menurut PPNI (2016:126), gangguan pola tidur adalah gangguan
kualitas waktu tidur akibat faktor eksternal. Batasan karakteristik
antara lain gejala dan tanda mayor subjektif: mengeluh sulit tidur,
mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola
17
tidur berubah, mengeluh istirahat tidak cukup. Tanda dan gejalan
minor subjektif: mengeluh kemampuan beraktivitas menurun.
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai nyeri
saat bergerak
Menurut PPNI (2016:124), gangguan mobilitas fisik adalah
keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri. Batasan karakteristik dari gangguan mobilitas fisik
terdapat gejala dan tanda mayor yaitu untuk data subjektif terdiri
dari mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, untuk data objektif
terdiri dari kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun,
sedangkan gejala dan tand aminor untuk data subjektif terdiri dari
nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas
saat bergerak, untuk dta objektif terdiri dari sendi kaku, gerakan
tidak terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan pada pasien dengan gastropati ditunjukkan dalam
tabel 2.3
Tabel 2.3 Rencana Keperawatan Pada Gastropati
No
Dx
Diagnosa Keperawatan Nursing Outcomes
Classification
(NOC)
Nursing
Interventions
Classification (NIC)
1 2 3 4
1 Risiko hipovolemia Definsi: Risiko hipovolemi adalah berisiko mengalami penurunan volume cairan
Hidrasi (0602) 1. Intake cairan
terpenuhi 2. Output urin
Monitor Cairan (4130) 1. Tentukan jumlah
dan jenis
18
1 2 3 4
intravaskuler, intertisial dan/atau intraseluler. Faktor risiko kehilangan cairan secara
aktif, gangguan absorbs cairan, usia lanjut, kelebihan berat badan, status hipermetabolik, kegagalan mekanisme
regulasi, evaporasi, kekurangan intake
cairan, efek agen farmakologis.
dalam jumlah normal sesuai dengan jumlah intake
3. Penurunan tekanan darah
Keseimbangan Cairan (0601) 1. Tekanan darah
dalam rentang normal
2. Frekwensi denyut nadi radial dalam rentang normal
Keseimbangan intake output dalam 24 jam
intake/asupan cairan serta kebiasaan eliminasi
2. Tentukan faktor-faktor risiko yang memungkinkan ketidak seimbangan cairan
3. Kaji adanya gejala perubahan cairan
4. Periksa CRT 5. Periksa turgor
kulit 6. Monitor asupan
dan pengeluaran 7. Monitor nilai
kadar serum dan elektrolit urin
8. Monitor tekanan darah, frekwensi pernafasan dan denyut nadi
9. Catat intake dan output pasien
10. Monitor membran mukosa dan turgor kulit, rasa haus
11. Berika cairan dengan tepat
12. Pastikan IV berjalan baik
Manajemen Hipovolemi (4180) 1. Monitor adanya
tanda dehidrasi 2. Monitor adanya
sumber
19
1 2 3 4
kehilangan cairan 3. Dukung asupan
cairan oral 4. Instruksikan pada
pasien dan keluarga untuk mencatat intake output
2 Nyeri akut Definisi: Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan honga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Batasan karakteristik : Gejala dan tanda mayor Subjektif:
Mengeluh nyeri Objektif:
Tampak meringis Bersikap protektif (mis.
Waspada, posisi menghindari nyeri),
Gelisah, Frekuaensi nadi
meningkat, Sulit tidur,
Gejala dan tanda minor Objektif:
Tekanan darah meningkat, Pola nafas meningkat, Nafsu makan berubah,
Kontrol Nyeri (1605) 1. Menggunakan
tindakan pencegahan
2. Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa
3. Nyeri berkurang dengan penggunaan analgesik
4. Menggunakan analgesik yang direkmendasikan
5. Melaporkan perubahan nyeri pada professional kesehatan
6. Melaporkan nyeri yang terkontrol
Tingkat Nyeri (2102) 1. Nyeri yang
dilaporkan berkurang
2. Ekspresi nyeri wajah hilang
3. Dapat
Manajemen Nyeri (1400) 1. Lakukan
pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi loksi, karakteristik, onset/durasi, frekwensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
2. Pastikan perawatan analgesik dilakukan dengan pemantauan ketat
3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri
4. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai
20
1 2 3 4
Proses berfikir terganggu, Menarik diri, Berfokus pada diri sendiri, Diaforeis.
Faktor yang berhubungan:
Agens cedera biologis (mis. Infeksi, iskemia, neoplasma)
Agens pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, luka bakar, prosedur bedah, trauma, olahraga berlebihan
Agens pencedera kimiawi (mis. Luka bakar, kapsaisin, metilen, agens mustard)
Agens pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
beristirahat 4. Mengeluarkan
keringat 5. Kehilangan
nafsu makan 6. Mual 7. Intolerannsi
makanan 8. Frekwensi nafas 9. Denyut nadi
radial 10. Tekanan darah
Nyeri 5. Tentukan akibat
dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien (mis. Tidur dan nafsu makan)
6. Gali bersama pasien faktor yang dapat memperberat dan meringankan nyeri
7. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidak nyamanan
8. Pilih dan imlementasikan tindakan yang beragam (farmakologi dan non farmakologi) untuk memfasilitasi penurunan nyeri sesuai dengan kebutuhan
9. Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan resepan analgesik
10. Dukung istirahat/tidur yang adekuat
21
1 2 3 4
untuk membantu penurunan nyeri
Pemberian Analgesik (2210) 1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien
2. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, frekwensi obat analgesik yang diresepkan
3. Cek adanya riwayat alergi obat
4. Pilih analgesik atau kombinasi analgesik yang sesuai ketika lebih dari satu diberikan
5. Tentukan analgesik sebelumnya, rute pemberian, dan dosis untuk mencapai, hasil pengurangan nyeri yang optimal
6. Pilih rute intravena daripada rute intramuskular untuk injeksi pengobatan nyeri
22
1 2 3 4
yang sering, jika memungkinkan
7. Berikan analgesik sesuai waktu paruhnya, terutama pada nyeri berat
8. Dokumentasikan respon terhadap analgesik dan adanya efek samping.
9. Kolaborasi dengan dokter apakah obat, dosis, rute pemberian, atau perubahan interval dibutuhkan
3 Defisit nutrisi
Definisi: defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Batasan karakteristik
Gejala dan tanda mayor
Objektif:
Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal.
Subjektif:
Cepat kenyang setelah makan
Kram/nyeri abdomen
Status Nutrisi (1004) 1. Asupan gizi 2. Asupan
makanan 3. Asupan cairan 4. Hidrasi
Manajemen Nutrisi (1100) 1. Tentukan status
gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi
2. Identifikasi alergi atau intoleransi terhadap makanan
3. Tentukan aa yang menjadi prefelensi makanan bagi pasien
4. Instruksikanpasienmengenai kebutuhan nutrisi
5. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
23
1 2 3 4
Pasien 6. Lakukan atau
bantu pasien terkait perawatan mulut sebelum makan
7. Berikan obat-obatan sebelum makan sesuai kebutuhan pasien jika diperlukan
8. Monitor kalori dan asupan makanan pasien
9. Monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat badan
4 Gangguan pola tidur Definisi: Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas waktu tidur akibat faktor eksternal. Batasan karakteristik Gejala dan tanda mayor Subjektif: mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas
tidur, mengeluh pola tidur
berubah, mengeluh istirahat tidak
cukup. Tanda dan gejala minor Subjektif: mengeluh kemampuan
beraktivitas menurun. Faktor yang berhubungan Hambatan lingkungan
Tidur (0004) 1. Jam tidur yang
diobservasi 2. Pola tidur 3. Kualitas tidur 4. Tidur yang
terputus 5. Nyeri
Peningkatan Tidur (1850) 1. Tentukan pola
tidur/aktivitas klien
2. Jelaskan pentingnya tidur yang cukup selama sakit
3. Monitor/catat pola tidur pasien dan jumlah jam tidur
4. Anjurkan pasien memantau pola tidur
5. Sesuaikan lingkungan (mis, cahaya, kebisingan, posisi, dll)
6. Anjurkan tidur disiang hari untuk memenuhi kebutuhan tidur
24
1 2 3 4
Kurangnya kontrol tidur Kurangnya privasi Restrain fisik Ketiadaan teman tidur Tidak familiar dengan
peralatan tidur
7. 8. Kelompokkan
kegiatan perawatan untuk meminimalkan jumlah jam terbangun
5 Gangguan mobilitas fisik Definisi: Gangguan mobilitas fisik adlah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri. Batasan karakteristik Gejala dan tanda mayor Subjektif: mengeluh sulit
menggerakkan ekstremitas,
objektif kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM)
menurun Gejala dan tanda minor Subjektif: nyeri saat bergerak, enggan melakukan
pergerakan, merasa cemas saat
bergerak, Objektif: sendi kaku, gerakan tidak
terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah Faktor yang berhubungan Kerusakan integritas
struktur tulang Perubahan metabolisme Ketidakbugaran fisik ,
Pergerakan (0208) 1. gerakan otot 2. kinerja transfer 3. bergerak dengan
mudah
Peningkatan Mekanika Tubuh (0140) 1. Bantu pasien
untuk mendemonstrasikan posisi tidur
2. Edukasi pasien mengenai bagaimana menggunakan postur (tubuh) dan mekanika tubuh untuk mencegah injuri saat melakukan aktivitas
Terapi Latihan: Ambulasi (0221) 1. Berikan pasien
pakaian yang tidak mengekang
2. Bantu pasien untuk berpindah sesuai kebutuhan
3. Instruksikan pasien/ caregiver mengenai pemindahan dan teknik ambulasi yang aman
25
1 2 3 4
Penurunan kendali otot Penurunan massa otot Penurunan kekuatan otot Keterlambatan
perkembangan Kekakuan sendi Kontraktur sendi Malnutrisi Gangguan
muskuloskeletal Gangguan
muskuloskeletal Gangguan
neuromuscular Efek agen farmakologis Program pembatasan
gerak Nyeri Kurang terpapar
informasi tentang aktivitas fisik
Kecemasan Keengganan melakukan
pergerakan Gangguan sensori
persepsi