15
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Murottal Al Qur’an
1. Definisi Al-Qur’an dan Murottal Al-Qur’an
Terdapat berbagai macam definisi Al-Qur’an, diantaranya definisi
menurut Subhi Al Salih Al-Qur’an berarti “bacaan” asal kata Qoraa. Kata
Al Qur’an itu berbentuk masdar dengan isim maf’ul yaitu maqru’ (dibaca).
Jadi menurut Subhi Al Salih Al-Qur’an adalah kalam Allah S.W.T yang
merupakan mu’jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi
Muhammad S.A.W dan yang ditulis didalam mushaf dan diriwayatkan
dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah (RI, D. A. 2000).
Secara bahasa Al-Qur’an adalah sesuatu yang kamu baca dan kamu
tulis, selain itu Al-Qur’an juga diartikan sebagai kumpulan ayat atau nama
kitab Allah S.W.T. Sedangkan menurut istilah adalah kitab Allah yang
diturunkan kepada Muhammad S.AW, yang tertulis dalam mushaf-mushaf
atau lembaran yang disampaikan kepada kita dengan cara mutawattir yaitu
tanpa keraguaan (Rojaya et all, 2005).
Menurut Syekh Muhammad Khudri Beik, Al-Qur’an adalah firman
Allah S.W.T yang berbahasa Arab, diturunkan kepada Nabi Muhammad
S.A.W untuk dipahami isinya, disampaikan kepada kita secara mutawatir,
15
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
16
16
ditulis dalam mushaf dimulai dengan Surah Al-Fatihah dan diakhiri Surah
An-Nas. Menurut Syekh Muhammad Abduh, Al-Kitab atau Al-Qur’an
adalah bacaan yang telah tertulis dalam mushaf yang terjaga dalam
hafalan-hafalan umat Islam.
Murottal adalah rekaman suara Al-Qur’an yang dilagukan oleh
seorang qori’/pembaca Al-Qur’an (Purna, 2006 dalam Siswantinah,
2011:12). Bacaan Al Qur’an secara murottal mempunyai irama yang
konstan, teratur, dan tidak ada perubahan yang mendadak. Tempo murotal
Al-Qur’an juga berada antara 60-70/ menit, serta nadanya rendah sehingga
mempunyai efek relaksasi dan dapat menurunkan kecemasan (Widayarti,
2011).
2. Macam-Macam Bacaan Al-Qur’an
Menurut Ridwan (2007) mengemukakan bahwa Al-Qur’an
merupakan obat bagi orang yang sakit, dalam kedudukannya sebagai obat
memiliki dua fungsi, yaitu obat penyakit yang bersifat jasadi dan rohani.
Dalam khazanah ilmu-ilmu keislaman, terdapat ulumul qur’an. Para ulama
berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ulumul qur’an adalah setiap
ilmu yang objek materinya adalah Al-Qur’an, salah satunya adalah ilmu
Nagham.
Ilmu nagham adalah ilmu lagu Al-Qur’an. Yaitu ilmu yang
mempelajari lagu-lagu yang digunakan dalam membaca Al-Qur’an.
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
17
17
Tingkatan dalam pembacaan Al-Qur’an berdasarkan penggunaan lagu
terdiri dari tiga tingkatan :
a. Mu’allam ; adalah membaca Al-Qur’an pada tingkat belajar, sehingga
pembacaan difokuskan pada benar atau salahnya bacaan dan tidak
menggunakan lagu. Dalam beberapa hal mu’allam memiliki
persamaan dengan tahsin.
b. Murottal ; adalah membaca Al-Qur’an yang menfokuskan pada dua
hal yaitu kebenaran bacaan dan lagu Al-Qur’an. Karena konsentrasi
bacaan difokuskan pada penerapan tajwid sekaligus lagu, maka porsi
lagu qur’an tidak dibawakan sepenuhnya. Hanya pada nada asli atau
jawab dengan tingkat suara sedang.
c. Mujawwad ; adalah membaca Al-Qur’an dengan lagunya secara
sempurna baik dalam tingkatan nadanya maupun jenis dan variasi
lagu.
3. Manfaat Terapi Murottal Al-Qur’an
Al Quran adalah kitab suci agama islam, sebagai pedoman hidup
umatnya. Sesungguhnya Allah SWT. Telah berfirman bahwa Al-Qur’an
adalah obat mujarab. Seperti yang telah dijelaskan didalam Al-Qur’an
surah Al-Isra:82.
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
18
18
“Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”(Al-Isra:82).
Al-Qur’an mempunyai beberapa istilah diantaranya adalah istilah As-
Syifa. Istilah As-Syifa menunjukkan bahwa Al-Qur’an sebagai obat dari
berbagai penyakit baik penyakit fisik maupun nonfisik. Dalam Al-Qur’an
terdapat hal-hal yang berkaitan dengan ilmu kedokteran dan pengobatan
yang dapat menyembuhkan penyakit fisik. Dalam Al-Qur’an terdapat
cara-cara untuk mengobati penyakit fisik dari luar, dan didalam Al Qur’an
juga dapat menyembuhkan penyakit nonfisik yaitu penyakit hati ataupun
jiwa, seperti kecemasan, kegundahan hati dan kesedihan (kinoysan, 2007).
Heru (2008) dalam Siswantinah (2011:12) mengemukakan bahwa
lantunan Al-Qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia,
sedangkan suara manusia merupakan instrumen penyembuhan yang
menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau. Suara dapat
menurunkan hormon-hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin alami,
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
19
19
meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut,
cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan
tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi,
dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih
lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi,
pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.
Al-Qur’an merupakan obat yang komplit untuk segala jenis penyakit,
baik penyakit hati maupun penyakit fisik, baik penyakit dunia maupun
penyakit akhirat (Ad-Dihami, 2005 dalam Siswantinah, 2011: 17).
Sebagaimana yang dikemukakan Heru (2008) dalam Siswantinah
(2012:15) bahwa Murottal mempunyai beberapa manfaat antara lain:
a. Mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an dengan tartil akan
mendapatkan ketenangan jiwa.
b. Lantunan Al Qur’an secara fisik mengandung unsur suara
manusia, suara manusia merupakan instrumen penyembuhan
yang menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau.
Suara dapat menurunkan hormon-hormon stres, mengaktifkan
hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan
mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang,
memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan
tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung,
denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
20
20
yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik
menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih
dalam dan metabolisme yang lebih baik.
Dengan terapi murotal maka kualitas kesadaran seseorang terhadap Tuhan
akan meningkat, baik orang tersebut tahu arti Al-Quran atau tidak.
Kesadaran ini akan menyebabkan totalitas kepasrahan kepada Allah SWT,
dalam keadaan ini otak berada pada gelombang alpha, merupakan
gelombang otak pada frekuensi 7-14HZ. Ini merupakan keadaan energi
otak yang optimal dan dapat menyingkirkan stres dan menurunkan
kecemasan (MacGregor, 2001).
4. Mekanisme Murottal Al-Qur’an Sebagai Terapi
Setelah lisan kita membaca Al-Qur’an atau mendengarkan bacaan Al-
Qur’an implus atau rangsangan suara akan diterima oleh daun telinga
pembacanya. Kemudian telinga memulai proses mendengarkan. Secara
fisiologi pendengaran merupakan proses dimana telinga menerima
gelombang suara, membedakan frekuensi dan mengirim informasi
kesusunan saraf pusat. Setiap bunyi yang dihasilkan oleh sumber bunyi
atau getaran udara akan diterima oleh telinga. Getaran tesebut diubah
menjadi implus mekanik ditelinga tengah dan diubah menjadi implus
elektrik ditelinga dalam yang diteruskan melalui saraf pendengaran
menuju ke korteks pendengaran diotak.
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
21
21
Getaran suara bacaan Al-Qur’an akan ditangkap oleh daun telinga
yang akan dialihkan kelubang telinga dan mengenai membaran timpani
(membrane yang ada didalam telinga) sehinnga membuat bergetar.
Getaran ini akan diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang bertautan
antara satu dengan yang lannya. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya
perbedaan ion kalium dan ion natrium menjadi aliran listrik melalui saraf
N.VII (Vestibule cokhlearis) menuju otak tapatnya diarea pendengaran.
Area ini bertanggung jawab untuk menganalisis suara yang kompleks,
ingatan jangka pendek, perbandingan nada, menghambat respon motorik
yang diinginkan, pendengaran yang serius dan sebagai nya.
Dari daerah pendengaran sekunder (area interprestasi auditorik)
sinyal bacaan Al-Qur’an akan diteruskan kebagian posterotemporalis
lobus temporalis otak yang dikenal dengan area wernicke. Di area inilah
sinyal dari area asosiasi somatic, visual, dan auditorik bertemu satu sama
lain. Area ini sering disebut dengan berbagai nama yang menyatakan
bahwa area ini mempunyai kepentingan menyeluruh, area interprestasi
umum, area diagnostic, area pengetahuan, dan area asosiasi tersier. Area
wernicke adalah area untuk interprestasi (menafsirkan atau memberi
kesan) bahasa dan sangat erat hubungannya dengan area pendengaran
primer dan sekunder. Hubungan yang erat ini mungkin akibat peristiwa
pengenalan bahasa yang diawali oleh pendengaran.
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
22
22
Setelah diolah di area wernicke maka melalui berkas yang
menghubungkan dengan area asosiasi prefrontal (pemaknaan peristiwa)
sinya-sinyal di area wernicke dikirim ke area asosiasi prefrontal.
Sementara itu disamping diantarkan ke koteks auditorik primer dari
thalamus, juga diantarkan ke amigdala (tempat penyimpanan memory
emosi) yang merupakan bagian terpenting dari system limbic (system
yang mempengaruhi emosi dan prilaku). Disamping menerima sinyal dari
thalamus (salah satu bagian otak yang berfungsi menerima pesan dari
indara dan diteruskan kebagian otk lain). Amigdala juga menerima sinyal
dari semua bagian korteks limbic (emosi /prilaku) seperti juga neokorteks
lobus temporal (korteks atau lapisan oatak yang hanya ada apada manusia)
parietal (bagaian otak tengah) dan oksipital (otak belakang) terutama
diarea asosiasi auditorik dan area asosiasi visual.
Talamus juga menjalankan sinyal ke neokorteks (area otak yang
berfungsi untuk berfikir atau mengolah data serta infomasi yang masuk ke
otak). Di neokorteks sinyal disusun menjadi benda yang difahami dan
dipilah-pilah menurut maknanya, sehingga otak mengenali masing masing
objek dan arti kehadirannya. Kemudian amigdala menjalankan sinyal ke
hipokampus. Hipokampus sangat penting untuk membantu otak dalam
menyimpan ingatan yang baru. Hal ini dimungkinkan karena hipokampus
merupakan salah satu dari sekian banyak jalur keluar penting yang berasal
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
23
23
dari area “ganjaran” dan “hukuman”. Diantara motivasi-motivasi itu
terdapat dorongan dalam otak untuk mengingat pengalaman-pengalaman ,
pikiran-pikiran yang menyenangkan, dan tidak menyenagkan . walaupun
demikian membaca Al-Qur’an tanpa mengetahui maknanya juga tetap
bermanfaat apabila membacanya dengan keikhlasan dan kerendahan hati.
Sebab Al-Qur’an akan memberikan kesan positif pada hipokampus dan
amigdala sehingga menimbulkan suasana hati yang positif. Selain dengan
membaca Al-Qur’an kita juga dapat memperoleh manfaat dengan hanya
mendengarkan nya, namun efek yang ditimbulkan nya tidak sehebat bila
kita membacanya dengan lisan.
Gambar 2.1 Bagan Neorofisiologi Mendengarkan Al-Qur’an Dengan
Mengetahui Maknanya.
Daun
Telinga Teling
a
Tengah
Kokhlea
Talamus
Area
Auditorik
k
Area
Wernicke
Amigdala
Hipokampus
Area
Prefrontal
Hipotalamu
s
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
24
24
Walaupun tidak memahami makna ayat-ayat Al-Qur’an yang kita
dengar, tetapi apabila kita mendengarkannya dengan keikhlasan dan cinta,
Al-Qur’an akan tetap berpengaruh positif terhadap suasana hati melalui
kesan yang ditimbulkan dalam amigdala dan hipokampus.
Gambar 2.2 Bagan Neorofisiologi Mendengarkan Al-Qur’an Tanpa
Mengetahui maknanya.
5. Pengaruh Murottal Al-Qur’an Terhadap Kecemasan
Murottal bekerja pada otak dimana ketika didorong oleh rangsangan
dari Terapi Murottal maka otak akan memproduksi zat kimia yang disebut
zat neuropeoptide. Molekul ini akan menyangkutkan kedalam reseptor-
reseptor dan memberikan umpan balik berupa kenikmatan dan
kenyamanan (Abdurrochman, 2008).
Mendengarkan ayat-ayat suci Al Quran, seorang Muslim, baik
mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan
Daun
Telinga Teling
a
Tengah
Kokhlea
Talamus Amigdala
Hipokampus
Hipotalamu
s
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
25
25
fisiologis yang sangat besar. Secara umum mereka merasakan adanya
penurunan depresi, kesedihan, dan ketenangan jiwa (Siswantinah, 2011).
Mendengarkan murottal Al-Qur’an terdapat juga factor keyakinan,
yaitu agama Islam. Umat Islam mempercayai bahwa Al Qur’an adalah
kitab suci yang mengandung firman-firmanNya dan merupakan pedoman
hidup manusia. Sehingga dengan mendengarkannya akan membawa
subjek merasa lebih dekat dengan Tuhan serta menuntun subjek untuk
mengingat dan menyerahkan segala permasalahan yang dimiliki kepada
Tuhan, hal ini akan menambah keadaan relaks. Faktor keyakinan yang
dimiliki seseorang mampu membawa pada keadaan yang sehat dan
sejahtera, teori ini dikemukakan oleh Benson. Menurut Benson seseorang
yang mempunyai keyakinan mendalam terhadap sesuatu akan lebih mudah
mendapatkan respon relaksasi. Respon relaksasi ini dapat timbul karena
terdapat suatu hubungan antara pikiran dengan tubuh (mindbody
conection). Sehingga mendengar bacaan Al-Qur’an dapat disebut juga
sebagai suatu relaksasi religious (Faradisi, 2009).
B. Kecemasan
1. Definisi Kecemasan
Kecemasan atau ansietas adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas
sebabnya (Gunarsa, 2008).
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
26
26
Ansietas atau kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik (Stuart, 2002).
Sementara menurut Kusmawati dan Hartono (2010) kecemasan atau
ansietas merupakan sebuah emosi dan pengalaman subjective dari
seseoarang. Pengertian yang lain dari kecemasan adalah suatu keadaan
yang tidak nyaman dan terbagi dalam beberepa tingkatan, jadi kecemasan
berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Sedangakan
menurut American Pshycological Assotiation (APA) kecemasan adalah
emosi yang ditandai dengan perasaan ketegangan, pikiran cemas dan
perubahan fisik seperti tekanan darah meningkat (http://www.apa.org).
2. Teori Kecemasan
Menurut Stuart & Sundeen (1991) ada beberapa teori yang
menjelaskan mengenai ansietas, teori tersebut antara lain:
a. Teori Psikoanalisis
Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional
yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id
mewakili dorongan insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan
superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan
dari dua elemen tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
27
27
b. Teori Interpersonal
Dalam pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga
dihubungkan dengaan trauma pada masa pertumbuhan, seperti
kehilangan dan perpisahan dengan orang yang dicintai. Penolakan
terhadap eksistensi diri oleh orang lain ataupun masyarakat akan
menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas. Namun bila
keberadaan nya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang
dan tidak cemas. Dengan demikian ansietas berkaitan dengan
hubungan antar manusia.
c. Teori Prilaku
Menurut pandangan prilaku, ansietas merupakan hasil frustasi.
Ketidakmampuan dan kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang di
nginkan akan menimbulkan frustasi atau keputusasaan. Keputusasaan
inilah yang menyebabkan seseorang menjadi cemas.
3. Factor Pencetus Kecemasan
Factor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat
berasal dari diri sendiri (factor internal) maupun dari luar dirinya (factor
eksternal). Namun demikian pencetus kecemasan dapat dikelompokkan
kedalam dua katagori yaitu:
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
28
28
a. Ancaman terhadap intregritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis
atau gangguan dalam melakukan aktivitas-aktivitas sehari hari guna
pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya.
b. Ancaman terhadap system diri yaitu adanya Sesuatu yang dapat
mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status/peran
diri dan hubunga interpersonal (Asmadi, 2008).
4. Factor Yang Mempengaruhi Kecemasan
Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Mahanani (2013:38)
mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan antara
lain:
a. Usia dan tingkat perkembangan
Semakin tua usia seseorang, tingkat kecemasan dan kekuatan
seseorang semakin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap
masalah yang dihadapi.
b. Jenis kelamin
Menurut jenis kelamin, laki-laki lebih tinggi kecemasannya
dibandingkan dengan perempuan. Hal ini dibuktikan dari hasil
pemeriksaan asam lemak bebas menunjukan nilai yang tinggi pada
laki-laki dibandingkan dengan wanita.
c. Pengalaman individu
Pengalaman individu sangat mempengaruhi respon kecemasan karena
pengalaman dapat dijadikan suatu pembelajaran dalam menghadapi
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
29
29
suatu stressor atau masalah. Jika respon kecemasan yang semakin
berkurang bila dibandingkan dengan seseorang yang baru pertama kali
menghadapi masalah tersebut.
5. Penyebab/Etiologi Kecemasan
Kusmawati dan Hartono (2010) mengemukakan beberapa penyebab
kecemasan antara lain:
a. Factor presdisposisi (pendukung)
1) Peristiwa traumatic
2) Konflik emosional
3) Gangguan konsep diri
4) Frustasi Gangguan fisik
5) Pola mekanisme koping keluarga
6) Riwayat gangguan kecemasan
7) Medikasi
b. Factor presipitasi
1) Ancaman terhadap intregritas fisik
(a) Sumber internal
(b) Sumber eksternal
2) Ancaman terhadap harga diri
(a) Sumber internal
(b) Sumber eksternal
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
30
30
6. Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart and Sundeen (1991), tingkat kecemasan dibagi empat
yaitu:
a. Kecemasan ringan
Berhuhungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
menyebabkan seseorang jadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar serta menghasilkan
kreativitas.
b. Kecemasan sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal penting dan
mengesampingkan yang lain, sehingg seseorang mengalami perhatian
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c. Kecemasan berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung
untuk memusatkan sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat
berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk
dapat memusatkan pada orang lain.
d. Panik
Berhubungan dengan ketakutan dan teror, karena mengalami
kehilangan kendali. Orang yang mengalami panik tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan . Panik melibatkan
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
31
31
disorganisasi kepribadian, peningkatan aktivitas motorik, menurunnya
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat
kecemasan tidak sebagian sejalan dengan kehidupan dan jika
berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan.
7. Karakteristik Tingkat Kecemasan
Karakteristik kecemasan menurut Stuart and Sundeen (1991) adalah:
a. Kecemasan ringan
Fisik: Sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat,
gejala ringan berkeringat.
Kognitif: Lapang persepsi meluas, mampu menerima rangsang
kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah aktual.
Perilaku dan emosi: Tidak dapat duduk dengan tenang, tremor halus
pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.
b. Kecemasan sedang
Fisik: Sering nafas pendek, nadi ekstra sistole, tekanan darah
meningkat, mulut kering, anoreksia, diare atau kontipasi, gelisah.
Kognitif: Lapang persepsi meningkat, tidak mampu menerima
rangsang lagi, berfokus pada apa yang menjadi perhatianya.
Perilaku dan emosi: Gerakan ntersentak-sentak, meremas tangan,
bicara lebih banyak dan cepat, susah tidur dan perasaan tidak aman.
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
32
32
c. Kecemasan berat
Fisik: Nafas pendek nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat
dan sakit kepala, penglihatan kabur dan ketegangan.
Kognitif: Lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
Perilaku dan emosi: Perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat.
d. Panik
Fisik: Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi sakit dada, pucat,
hipotensi, koordinasi motorik rendah
Kognitif: Lapang persepsi sangat menyempit tidak dapat berpikir
logis.
Perilaku dan emosi: Agitasi, mengamuk, marah ketakutan, berteriak,
blocking, kehilangan kontrol diri, persepsi datar.
8. Rentang Respon Kecemasan
Rentang respon individu terhadap cemas berfluktuasi antara respon
adaptif dan maladaptif. Rentang respon yang paling adaptif adalah
antisipasi dimana individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas
yang mungkin muncul. Sedangkan rentang yang paling maladaptif adalah
panik dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas
yang dihadapi sehingga mengalami ganguan fisik, perilaku maupun
kognitif (Stuart, 2001).
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
33
33
Seseorang berespon adaptif terhadap kecemasannya maka tingkat
kecemasan yang dialaminya ringan, semakin maladaptif respon seseorang
terhadap kecemasan maka semakin berat pula tingkat kecemasan yang
dialaminya, seperti gambar dibawah ini:
Respon Adaftif Respon Maladaftif
Ringan Sedang Berat Berat sekali
Gambar 2.3 Rentang respon kecemasan
9. Penatalaksanaan Kecemasan
Penatalaksanaan yang paling efektif untuk pasien dengan gangguan
kecemasan adalah sebagai berikut:
a. Farmakologi
Dua jenis obat utama yang harus dipertimbangkan dalam pengobatan
gangguan kecemasan adalah buspirone dan benzodiazepin. Obat lain
yang mungkin berguna adalah obat trisiklik (imipramin), anti
histamine, dan antagonis adrenergik beta (propanol) (Kaplan &
Sadock, 2002)
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
34
34
b. Non farmakologi
1. Relaksasi
Pendekatan utama psikoterapetik untuk gangguan kecemasan adalah
kognitif-perilaku, suportif, teknik relaksasi yang dapat diberikan antara
lain adalah terapi musik, nafas dalam, dan guidance imagenary.
Psikoterapi berorientasi untuk memusatkan dan mengungkapkan
konflik bawah sadar dan kekuatan ego. Terapi suportif menawarkan
ketentraman dan kenyamanan pada pasien.
2. Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan dengan
cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan
lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang
menyenangkan menyebabkan pelepasan endorfin yang bias
menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli
cemas yang ditransmisikan ke otak (Potter, 2005).
Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan Murottal
(mendengarkan bacaan Al-Qur’an), yang dapat menurunkan hormon-
hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan
perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan
tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan
tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut
nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
35
35
atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan,
kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang
lebih baik (Heru, 2008).
10. Mekanisme Kopping
Kecemasan berfungsi sebagai tanda adanya bahaya yang akan terjadi,
suatu ancaman terhadap ego yang harus dihindari atau dilawan. Setiap ada
stressor penyebab individu mengalami kecemasan, maka secara otomatis
muncul upaya untuk mengatasinya dengan berbagai mekanisme koping.
Secara umum mekanisme kopping terhadap kecemasan diklasifikasikan ke
dalam dua katagori yaitu strategi pemecahan masalah (problem solving
strategig) dan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism).
a. Problem solving str ategig (Pemecahan masalah)
Metode pemecahan masalah ini secara ringkas dapat digunakan
dengan metode STOP (source, trial and error, other, serta pray and
patient).
Source berarti mencari mencari dan mengidentifikasi apa yang
menjadi sumber masalah. Trial dan error berarti mecoba berbagai
rencana pemecahan masalah yang telah disusun. Other berarti
meminta bantuan orang lain bila diri sendiri tidak mampu. Pray and
patient bearti berdoa kepada Tuhan.
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
36
36
b. Defence mechanism (Mekanisme pertahanan diri)
Mekanisme pertahanan diri merupakan mekanisme penyesuaian ego
yaitu usaha untuk melindungi diri dari perasaan tidak adekuat.
Diantara ciri mekanisme pertahan diri antara lain:
a) Bersifat sementara karena hanya berfungsi untuk melindungi
atau bertahan dari hal hal yang tidak menyenangkan dan secara
tidak langsung bmengatasi masalah.
b) Mekanisme perahan diri terjadi diluar kesadaran.
c) Seringkali tidak berorientasi pada kenyataan (Asmadi, 2008).
Menurut pendapat Freud dalam Andri (2012) mengemukakan ada
beberapa mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melawan
kecemasan antara lain adalah:
a. Represi
Represi adalah pelepasan tanpa sengaja sesuatu dari kesadaran
(conscious). Pada dasarnya merupakan upaya penolakan secara tidak
sadar terhadap sesuatu yang membuat tidak nyaman atau menyakitkan.
b. Reaksi formasi
Reaksi formasi adalah bagaimana mengubah suatu impuls yang
mengancam dan tidak sesuai serta tidak dapat diterima norma sosial
diubah menjadi suatu bentuk yang lebih dapat diterima.
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
37
37
c. Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme pertahanan dari individu yang
menganggap suatu impuls yang tidak baik, agresif dan tidak dapat
diterima sebagai bukan miliknya melainkan milik orang lain.
d. Regresi
Regresi adalah suatu mekanisme pertahanan saat individu kembali ke
masa periode awal dalam hidupnya yang lebih menyenangkan dan
bebas dari frustasi dan kecemasan yang saat ini dihadapi. Regresi
adalah suatu mekanisme pertahanan saat individu kembali ke masa
periode awal dalam hidupnya yang lebih menyenangkan dan bebas
dari frustasi dan kecemasan yang saat ini dihadapi.
e. Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan mekanisme pertahanan yang melibatkan
pemahaman kembali perilaku kita untuk membuatnya menjadi lebih
rasional dan dapat diterima oleh kita. Kita berusaha memaafkan atau
mempertimbangkan suatu pemikiran atau tindakan yang mengancam
kita dengan meyakinkan diri kita sendiri bahwa ada alasan yang
rasional dibalik pikiran dan tindakan itu.
f. Pemindahan
Suatu mekanisme pertahanan dengan cara memindahkan impuls
terhadap objek lain karena objek yang dapatmemuaskan Id tidak
tersedia. Misalnya seorang anak yang kesal dan marah dengan orang
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
38
38
tuanya, karena perasaan takut berhadapan dengan orang tua maka rasa
kesal dan marahnya itu ditimpakan kepada adiknya yang kecil. Pada
mekanisme ini objek pengganti adalah suatu objek yang menurut
individu bukanlah merupakan suatu ancaman.
g. Sublimasi
Berbeda dengan displacement yang mengganti objek untuk
memuaskan Id, sublimasi melibatkan perubahan atau penggantian dari
impuls Id itu sendiri. Energi instingtual dialihkan ke bentuk ekspresi
lain, yang secara sosial bukan hanya diterima namun dipuji.
h. Isolasi
Isolasi adalah cara kita untuk menghindari perasaan yang tidak dapat
diterima dengan cara melepaskan mereka dari peristiwa yang
seharusnya mereka terikat, merepresikannya dan bereaksi terhadap
peristiwa tersebut tanpa emosi
i. Undoing
Dalam undoing, individu akan melakukan perilaku atau pikiran ritual
dalam upaya untuk mencegah impuls yang tidak dapat diterima.
Misalnya pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif, melakukan
cuci tangan berulang kali demi melepaskan pikiran-pikiran seksual
yang mengganggu.
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
39
39
j. Intelektualisasi
Sering bersamaan dengan isolasi; individu mendapatkan jarak yang
lebih jauh dari emosinya dan menutupi hal tersebut dengan analisis
intelektual yang abstrak dari individu itu sendiri.
11. Akibat Kecemasan
Kaplan & Sadock (2002) menyatakan akibat dari kecemasan adalah
timbulnya ketegangan motorik, hiperaktivitas otonomik, dan kewaspadaan
kognitif. Ketegangan motorik paling sering dimanifestasikan sebagai
gemetaran¸ kegelisahan dan nyeri kepala. Hiperaktivitas seringkali
dimanfestasikan oleh sesak nafas, keringat berlebih, palpitasi, dan
berbagai gejala gastrointestinal. Kewaspadaan kognitif ditandai oleh sifat
lekas tersinggung dan mudahnya pasien dikejutkan.
12. Skala Pengukur Tingkat Kecemasan
Beberapa skala penilaian psikiatrik untuk gangguan kecemasan telah
dikembangkan untuk melihat seberapa besar tingkat keparahan seseorang
mengalami gangguan kecemasan. Beberapa skala penilaian tersebut antara
lain: Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), Covi Anxiety Scale,
AnxietyStates Inventory, Brief Outpatien Psychopathology,Physicisns
Questionnaire, Fear Questionnaire, Mobility Inventory for Agoraphobia,
Social Avoidance and Distress Scale, Acute PanicInventory, Leyton
Obsessional Inventory, Moudsley Obsessional-Compulsive Inventory,
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
40
40
FearThermometer, Impact of Event Scale (Kaplan 1997 dalam
Kusumadewi 2008).
Menurut Hawari (2007) yang dikutip Siswantinah (2012)
mengemukakan bahwa untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan
seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali (panik) digunakan
alat ukur (instrumen) yang disebut Hamilton Rating Scale for Anxiety
(HRS-A). Adapun hal-hal yang dinilai dalam alat ukur HRS-A ini adalah:
a. Perasaan cemas (ansietas) yang ditandai dengan cemas, firasat buruk,
takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.
b. Ketegangan yang ditandai dengan merasa tegang, lesu, tidak dapat
istirahat tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah.
c. Ketakutan ditandai dengan ketakutan pada gelap, ketakutan ditinggal
sendiri, ketakutan pada orang asing, ketakutan pada binatang besar,
ketakutan pada keramaian lalu lintas, ketakutan pada kerumunan orang
banyak.
d. Gangguan tidur ditandai dengan sukar masuk tidur, terbangun pada
malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, mimpi buruk,
mimpi yang menakutkan.
e. Gangguan kecerdasan ditandai dengan sukar konsentrasi, daya ingat
buruk, daya ingat menurun.
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
41
41
f. Perasaan depresi ditandai dengan kehilangan minat, sedih, bangun dini
hari, kurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah sepanjang
hari.
g. Gejala somatik ditandai dengan nyeri pada otot, kaku, kedutan otot,
gigi gemerutuk, suara tidak stabil.
h. Gejala sensorik ditandai oleh tinitus, penglihatan kabur, muka merah
dan pucat, merasa lemah, perasaan ditusuk-tusuk.
i. Gejala kardiovaskuler ditandai oleh takikardi, berdebar-debar, nyeri
dada, denyut nadi mengeras, rasa lemas seperti mau pingsan, detak
jantung hilang sekejap.
j. Gejala pernafasan ditandai dengan rasa tertekan atau sempit di dada,
perasaan terkecik, merasa nafas pendek/sesak, sering menarik nafas
panjang.
k. Gejala gastrointestinal ditandai dengan sulit menelan, mual, perut
melilit, gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum dan setelah
makan, rasa panas di perut, perut terasa kembung atau penuh, muntah,
defekasi lembek, berat badan menurun, konstipasi.
l. Gejala urogenital ditandai oleh sering kencing, tidak dapat menahan
kencing, amenorrhoe, menorrhagia, masa haid berkepanjangan, masa
haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, frigiditas,
ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang, impoten.
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
42
42
m. Gejala otonom ditandai dengan mulut kering, muka merah, mudah
berkeringat, pusing, sakit kepala, kepala terasa berat, bulu-bulu berdiri.
n. Perilaku sewaktu wawancara ditandai dengan gelisah, tidak tenang,
jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot
meningkat, nafas pendek dan cepat, muka merah
13. Cara Penilaian Tingkat Kecemasan
Menurut Hidayat (2008) mengemukakan bahwa cara penilaian tingkat
kecemasan menurut HRS-A adalah sebagai berikut:
Skor 0 : tidak ada gejala sama sekali.
Skor 1 : 1 dari gejala yang ada.
Skor 2 : separuh dari gejala yang ada.
Skor 3 : lebih dari separuh gejala yang ada.
Skor 4 : semua gejala ada.
Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor item 1 sampai
dengan 14 dengan ketentuan sebagai berikut :
Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan.
Skor 14 sampai dengan 20 = kecemasan ringan.
Skor 21 sampai dengan 27 = kecemasan sedang.
Skor 28 sampai dengan 41 = kecemasan berat.
Skor 42 sampai dengan 56 = kecemasan berat sekali/panik.
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
43
43
C. Intensive Coronary Care Unit (ICCU)
1. Sejarah dan Definisi ICCU
Sebelum Intensive coronary Care Unit (ICCU) ada, pengobatan infark
miokard akut dan penyakit cardiovaskuler lainnya dilakukan di bangsal
medis umum dan diarahkan pada penyembuhan infark dan pencegahan
ruptur jantung. Ini biasanya melibatkan periode bedrest yang lama dan
dukungan tenaga keperawatan intensif yang kecil jumlahnya. Unit
perawatan koroner/jantung pertama kali dibangun pada tanggal 20 Mei
1962 oleh Hughes di kota Kansas, dan dengan cepat diikuti di Toronto,
Sydney, New York, Philadelphia pada tahun1972 (Thompson, 2011).
Dengan adanya permintaan masyarakat medis yang meminta untuk
pengembangan unit serupa, sehingga pada awal 1970an banyak rumah
sakit besar memiliki fasilitas untuk memantau pasien koroner akut, baik
sebagai bagian dari bangsal umum atau unit perawatan intensif terpisah.
Setelah pembentukan unit perawatan koroner, angka kematian pasien
semakin menurun jumlah angka kematiannya.
ICU/ICCU menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana, serta
peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan
menggunakan keterampilan staff medik, perawat, dan staff lain yang
berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut. Fungsi
utama ICU/ICCU adalah untuk pasien kritis yang membutuhkan perhatian
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
44
44
medis dan alat-alat khusus, sehingga memudahkan pengamatan dan
perawatan oleh perawat yang sudah terlatih (WHO, 1992).
ICU/ICCU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri,
dengan staff yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan
untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita
penyakit akut, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau
potensial mengancam nyawa dengan prognosis yang diharapkan masih
reversible (Kemenkes, 2011).
Intensive care unit/ Intensive cardiac care unit (ICU/ICCU) adalah
layanan rumah sakit yang memberikan asuhan keperawatan secara
terkonsentrasi dan lengkap. Unit ini memiliki tenaga perawat yang terlatih
khusus dan berisi peralatan pemantauan dan dukungan khusus untuk
pasien yang membutuhkan perawatan dan observasi intensif dan
komprehensif, karena syok, trauma, atau kondisi yang mengancam jiwa
(http://kamuskesehatan.com).
2. Staff ICU/ICCU
Dasar pengelolaan pasien ICU/ICCU adalah pendekatan multidisiplin
dari beberapa disiplin ilmu terkait yang dapat memberikan kontribusinya
sesuai dengan bidang dan keahliannya serta bekerjasama dalam satu tim
yang dipimpin oleh seorang Dokter intensives/spesialis anestesiologi.
Berdasarkan ketetapan KEMENKES tim Intensive Care terdiri dari:
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
45
45
3. Intensives/spesialis anestesologi atau dokter spesialis yang
berkompeten dalam ilmu kedokteran intensive care sesuai
ICU/ICCU.
4. Perawat intensive care
5. Dokter ahli mikrobiologi klinik
6. Ahli farmasi klinik
7. Ahli nutrisi klinik, Dietisen
8. Fisioterapi
9. Tenaga lain yang sesuai dengan klasifikasi ruang ICU/ICCU.
Dalam unit perawatan intensive semua staff multidisiplin mempunyai
lima karakter berdasarkan pada ketetapan Kementerian Kesehatan RI
antara lain:
1. Staff medic dan keperawatan yang purna waktu sebagai kepala
dengan otoritas dan tanggung jawab penuh terhadap managemen
ruangan.
2. Staff medic, keperawatan, farmasi klinik, farmakologi klinik, gizi
klinik dan mikrobiologi klinik yang berkolaborasi dengan
pendekatan multidisiplin.
3. Mempergunakan standart, protocol guidline untuk memastikan
pelayanan yang konsisten baik oleh dokter, perawat ataupun staff
yang lainnya.
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
46
46
4. Memiliki dedikasi untuk melakukan koordinasi dan komunikasi bagi
managemen ruang intensive care.
5. Menekankan pada pelayanan yang sudah tersertifikasi, pendidikan,
pelatihan, masalah etik dan pengutamaan pasien.
Seorang perawat yang bertugas di ICU/ICCU melaksanakan tiga
tugas utama yaitu, lifesupport, memonitor keadaan pasien dan perubahan
keadaan akibat pengobatan dan mencegah komplikasi yang mungkin
terjadi pada pasien.
Standar minimum untuk semua staff harus mencakup kemampuan
untuk menilai pasien akut, kemampuan untuk menerapkan, mendukung
kehidupan langsung dan pemahaman tentang obat jantung modern dan
prosedur pemberiannya. Rasio staff keperawatan tergantung pada kondisi
lokal dan pada ketajaman pasien, yang ditentukan oleh kebijakan masuk.
Tingkat dan arah tenaga keperawatan berdasarkan pada keahlian yang
bervariasi dengan masing-masing model perawatan koroner. Keterampilan
Minimum untuk semua staff termasuk penilaian klinis pasien jantung, life
support jantung dasar dan lanjutan, pengetahuan saat ini, obat jantung dan
prosedur.
3. Peralatan Diruang ICU/ICCU
Peralatan yang memadai baik kualitas dan kuantitas akan mendukung
dan membantu lancarnya pelayanan di ruang ICU/ICCU. Peralatan dasar
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
47
47
yang digunakan di ICU/ICCU menurut KEMENKES Derektorat Jendral
Bina Upaya Kesehatan (2011) sebagai berikut:
a. Ventilasi mekanik
b. Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas
c. Alat hisap
d. Peralatan akses vaskuler
e. Peralatan monitor invasive dan non invasive
Peralatan monitor invasive antara lain:
1) Monitor tekanan darah invasive
2) Tekanan vena sentral
3) Tekanan bagian pulmonalis (Swans Ganz)
Sementara peralatan monitor non invasive antara lain:
1) Tekanan darah
2) EKG dan laju jantung
3) Saturasi oksigen (pulse oximetry)
4) kapnograf
f. Defiblilator dan alat pacu jantung
g. Alat pengatur suhu pasien
h. Peralatan drain thorax
i. Pompa infuse dan pompa syiringe
j. Peralatan portable untuk transportasi (ventilator dan monitor)
k. Tempat tidur khusus
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
48
48
l. Lampu untuk tindakan
m. Continous Renal Replacement Therapy
4. Manajemen Mutu di Ruang ICCU
Prinsip peningkatan mutu berkelanjutan dan manajemen kualitas total
telah digariskan dalam literatur yang cukup besar pada peningkatan
kualitas dan kesehatan. Prinsip-prinsip terus menerus dikembangkan untuk
peluang perbaikan, yang siap untuk diterapkan dalam perawatan koroner
(jantung). Proses terpenting dalam perawatan jantung adalah persepsi
pasien sebagai konsumen yang layak, tidak hanya keunggulan dalam
perawatan medis, tetapi juga dalam semua aspek perawatan mereka
sebagai pribadi.
Ini merupakan tantangan yang mulai jauh lebih luas daripada proses
tradisional jaminan kualitas atau perbaikan. Sementara jaminan kualitas
sangat penting dan membutuhkan sumber daya yang dialokasikan untuk
itu, itu hanya mewakili bagian yang sempit dari spektrum manajemen
kualitas total dalam menagemen perawatan jantung modern.
Unit perawatan koroner perlu memiliki focus Pada managemen
kualitas total yang mencakup arah yang jelas dari unit ini, tim yang
bertanggung jawab untuk mengawasi kegiatan jaminan kualitas serta
pengumpulan data terus menerus untuk meninjau hasil, dan rapat staf rutin
untuk memungkinkan terus menerus ulang tujuan dan sasaran.
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
49
49
Yang penting dalam kegiatan unit perawatan jantung adalah jaminan
kualitas yang mendefinisikan masalah, pemantauan hasilnya, mereview
hasil, membuat rencana untuk perbaikan, melaksanakan, dan memantau
hasil dengan maksud untuk perbaikan terus-menerus dan menjadi bagian
dari filosofi semua anggota staff perawatan koroner (Thompson, 2011).
System managemen perawatan jantung modern harus terintregasi
dengan dengan unit-unit terkait agar tercapai pelayanan yang maksimal.
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
50
50
Sumber: Thompson peter L (2011), Coronary Care Manual.
Gambar 2.4 Sistem Perawatan Jantung Modern
Unit perawatan koroner modern yang merupakan bagian dari sistem secara
keseluruhan, dengan mencakup hubungan dekat dengan masyarakat,
pelayanan medis darurat EMS (Electronic Medical Systems), area
perawatan kritis rumah sakit lain (ICU, ED), Cath Lab (Catheterization
Laboratory) dan daerah procedural CABG (Coronary Artery Bypass
Grafting) dan PCI. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai pengaruh eksternal.
pendekatan sistem akan menyebabkan hasil yang lebih baik.
CCICU Cath
lab
Masyarak
at
EM ED Pencitraa
n
CAB
G
PCI
Sindrom
coroner akut Hasil yang
lebih baik
Factor resiko
komunitas
Obat baru Teknologi
terdepan
Kendala
keuangan
Pelatihan dan
staff
Harapan
masyarakat
Obat
berbasis bukti
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
51
51
5. Indikasi Pasien Masuk ICU/ICCU
Pada dasar nya pasien yang dirawat di ruang ICU/ICCU adalah
pasien dengan gangguan akut yang masih diharapkan reversible (pulih
kembali) mengingat ICU adalah ruang perawatan yang membutuhkan
biaya tinggi dan peralatan serta tenaga yang khusus. Pasien yang layak
dirawat di ICU/ICCU menurut KEMENKES RI Derektorat Jendral Bina
Upaya Kesehatan (2011) adalah:
a. Pasien yang memerlukan perawatan intensive medis oleh tim intensive
care.
b. Pasien yang memerlukan pengeloloan fungsi organ tubuh secara
terkoordnasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan
yang konstan, terus menerus dan metode titrasi.
c. Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantaun kontinyu dan tindakan
segera untuk mencegah dampak dekompensasi fisiologis.
D. Kerangka Teori
Istilah kerangka teori secara sederhana berarti penggunaan salah satu
teori atau teori-teori yang terkait untuk mendukung rasional (alasan)
dilakukan nya studi dan memberikan pedoman untuk menganalisis hasilnya.
Suatu kerangka disebut dengan kerangka teoritis jika variable-variabel yang
telah dipelajari dan telah didapatkan sebelumnya dan didapatkan berhubungan
satu sama lain (Brink & Wood, 2000).
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
52
52
Sumber: Stuart & sundeen (1998), Kaplan & Sadock (2002), Stuart & Sundeen
(1991), Pedak, M. (2009), Asmadi (2008).
Gambar 2.5 Kerangka Teori
Factor-factor yang
mempengaruhi
kecemasan
1. Usiadan tingkat
perkembangan
2. Jenis kelamin
3. Pengalaman
(Stuart&sundee
n 1998)
Farmakologi
Buspirone,benzodiazepine,trisilik
(impramin)Antihistamine,dan
antagonisadregenik beta(propanol)
(Kaplan & Sadock,2002)
Non farmakologi
KECEMASAN
Teori kecemasan
1. Teori psikoanalisis
2. Teori interpersonal
3. Teori prilaku
Stuart & Sundeen
(1991)
Penatalaksanaan
kecemasan
Factor pencetus
a. Ancaman
terhadap
intregritas diri
b. Ancaman
terhadap system
diri (Asmadi,
2008).
PENURUNAN
TINGKAT
KECEMASAN
Distraksi (Poter, 2005)
Daun Telinga
Telinga Tengah
Kokhlea
Talamus Amigdala
Hipokampus
Hipotalamu
s
Pelepasan
Endorfin
Murottal Al-Qur’an (Heru, 2008)
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
53
53
E. Kerangka Konsep
Notoamodjo (1993) yang dikutip oleh Wasis (2008) mengemukakan
bahwa kerangka konsep adalah kerangaka hubungan antara konsep yan ingin
diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Pengembangan
konsep dilakukan dengan dua pendekatan yaitu dengan melihat hubungan
variable dependen-independen dan melalui pendekatan input-output.
Variabel Independen Variabel Dependen
Sumber: Potter (2005), Heru (2008).
Gambar 2.6 Kerangka konsep
F. Hipotesis
Hipotesis adalah sebuah pernyataan sederhana mengenai perkiraan
hubungan antar variable-variabel yang sedang dipelajari. Hal tersebut sering
kali disebut sebagai dugaan yang diperhitungkan atau dipikirkan seperti untuk
jawaban pertanyaan studi. Dugaan tersebut harus didukung dengan teori yang
ada dan temuan riset terdahulu. Didalam pernyataan hipotesis, suatu kondisi
Non
farmakologis
(Distraksi)
Penurunan
Tingkat
kecemasan
Terapi Murottal
Al Qur’an
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
54
54
pendahuluan disebut sebagai variable independen dikaitkan dengan terjadinya
kondisi efek lain, disebut variable dependen ( Patricia & Arthur, 2002).
Ha : Ada pengaruh pemberian terapi murottal Al-Qur’an terhadap
penurunan tingkat kecemasan pasien yang di rawat diruang ICCU.
Ho : Tidak ada pengaruh pemberian terapi murottal Al-Qur’an terhadap
penurunan tingkat kecemasan pasien yang di rawat diruang ICCU.
Hipotesis ini mengacu pada perumusan masalah dan sesuai dengan judul
penelitian yang diambil yaitu “Pengaruh terapi murottal Al-Qur’an terhadap
penurunan tingakat kecemasan pasien di ruang Intensive Coronary Care Unit
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto”. Maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
1. Ada pengaruh pemberian terapi murottal Al-Qur’an terhadap penurunan
tingkat kecemasan pasien yang di rawat di ruang Intensive Coronary
Care Unit.
Pengaruh Terapi Murottal..., Ahmad Abu Basil, Keperawatan S1 UMP, 2014
Top Related